Professional Documents
Culture Documents
Studi Transpor Sedimen Di Teluk Benoa Menggunakan Pemodelan Numerik
Studi Transpor Sedimen Di Teluk Benoa Menggunakan Pemodelan Numerik
DOI: http://dx.doi.org/10.21107/jk.v9i2.1617
ABSTRACT
Benoa Bay is a semi-enclosed estuary located in the south of Bali. This area is became estuary for
several rivers in Bali. The river is a source of material such as sediment transport stream that flowed
into the sea. Sediment transport processes in Benoa Bay can be approximated by numerical
modeling FVCOM (Finite Volume Coastal Ocean Model) to determine the distribution of sediments
found in the bay area. Research carried out at Benoa Bay area in January 2016. The results of
numerical models show that the process of sediment movement will follow the current pattern
shape. The pattern of the movement of currents in the Benoa Bay will follow the pattern of tide
where the current will flow lead into the bay at high tide and vice versa. Average flow velocity at the
mouth reaches 0.8 m/s at the time to the tide and 0.9 m / s at the time towards low tide. Current
speed will slow down when the condition of the highest and lowest tide that is only reached an
average of about 0.3 m/s. The highest sediment concentrations occur in the section near the mouth
of the river that reached 100 mg/L and the mouth of the bay, which reached 150 mg/L. The high
concentration of sediment at the mouth of the bay due to the erosion of the bottom waters due to
the flow velocity is high. The results of the validation by tidal elevation models obtained root mean
square error (RMSE) of 9:18 cm with a coefficient of determination (R2) reached 0.97. For the
comparison of model results with observational data in the form of sediment Total Suspended Solid
has a level of correlation of 0.77.
Keywords: Benoa Bay, Sediment, Numerical modelling
ABSTRAK
Teluk Benoa merupakan estuari semi tertutup yang terdapat di wilayah selatan Bali. Kawasan ini
merupakan daerah yang menjadi muara bagi beberapa sungai besar yang terdapat di Bali. Sungai
merupakan salah satu sumber aliran material seperti angkutan sedimen yang dialirkan menuju ke
laut. Proses transpor sedimen di Teluk Benoa dapat didekati dengan pemodelan numerik FVCOM
(Finite Volume Coastal Ocean Model) untuk mengetahui distribusi sedimen yang terdapat di daerah
teluk. Penelitian dilakukan di seluruh area Teluk Benoa pada Januari 2016. Hasil model numerik
menunjukkan bahwa proses pergerakan sedimen akan mengikuti bentuk pola arusnya. Pola
pergerakan arus di Teluk Benoa akan mengikuti pola pasang surutnya dimana saat akan pasang
pola arus akan mengarah ke dalam teluk dan sebaliknya. Kecepatan arus rata-rata pada bagian
mulut mencapai 0.8 m/s pada saat menuju pasang dan 0.9 m/s pada saat menuju surut. Besar
kecepatan arus akan mengalami perlambatan pada saat kondisi pasang tertinggi dan surut
terendah yakni hanya mencapai rata-rata sekitar 0.3 m/s. Konsentrasi sedimen tertinggi terjadi
pada bagian dekat muara sungai yang mencapai 100 mg/L dan mulut teluk yang mencapai 150
mg/L. Tingginya konsentrasi sedimen di mulut teluk diakibatkan adanya erosi pada bagian dasar
perairan akibat kecepatan arus yang cukup tinggi. Hasil validasi elevasi pasang surut pada model
didapatkan root mean square error (RMSE) sebesar 9.18 cm dengan koefisien determinasi (R2)
mencapai 0.97. Untuk perbandingan hasil model sedimen dengan data observasi berupa Total
Suspended Solid memiliki tingkat korelasi sebesar 0.77
144
Jurnal Kelautan, 9(2), 144-154, Oktober 2016
145
Rachman et al., Studi transport sedimen di Teluk Benoa
146
Jurnal Kelautan, 9(2), 144-154, Oktober 2016
:
𝜕𝜁 𝜕𝐷𝑢 𝜕𝐷𝑉 𝜕𝜔
𝜕𝑡
+ 𝜕𝑥
+ 𝜕𝑦
+ 𝜕𝜎 = 0 (1)
𝜌 = 𝜌(𝑇, 𝑆) (6)
dimana Ci adalah nilai konsentrasi dari dimasukkan ke dalam model. Pada area
sedimen yang tersuspensi, Ah adalah nilai permukaan, nilai flux boundary condition
viskositas eddy secara horizontal, dan Kh yang digunakan untuk konsentrasi sedimen
adalah viskositas eddy secara vertikal. adalah sebagai berikut :
Sedangkan untuk wi adalah nilai dari Settling 𝜕𝐶
𝐾ℎ 𝜕𝑧𝑖 = 0, 𝑧 = 𝜁 (8)
Velocity (kecepatan mengendap) yang
disesuaikan dengan input jenis sedimen yang
147
Rachman et al., Studi transport sedimen di Teluk Benoa
Untuk area dasar, nilai sediment flux memiliki HASIL DAN PEMBAHASAN
perbedaan antara deposisi dan erosi. Untuk
nilai deposisi sedimen digunakan persamaan Verifikasi Elevasi Permukaan Air
sebagai berikut :
𝜕𝐶
𝐾ℎ 𝜕𝑧𝑖 = 𝐸𝑖 − 𝐷𝑖 , 𝑧 = 𝜁 (9) Verifikasi data lapangan perlu dilakukan
dalam suatu pemodelaan numerik agar dapat
diketahui sejauh mana penyimpangan dari
dan untuk erotion rate dapat dihitung dengan hasil simulasi yang telah dilakukan. Sebuah
persamaan sebagai berikut : model dapat dikatakan valid jika hasil
𝜏
𝐸𝑖 = Δ𝑡𝑄𝑖 (1 − 𝑃𝑏 )𝐹𝑏𝑖 ( 𝑏 − 1) (10) simulasinya memiliki pola yang konsisten
𝜏𝑐𝑖
dengan data lapangan. Dalam model ini data
dimana Qi adalah erosion flux, Pb adalah elevasi muka air akan diverifikasi dengan
porosity yang terdapat di dasar perairan, Fbi data lapangan milik BMKG. Verifikasi
adalah fraction dari sedimen di dasar, dilakukan dengan membandingkan data
elevasi hasil elevasi pasang surut model
adalah tekanan bottom shear stress, dan dengan data pengamatan pada stasiun pasut
adalah nilai dari critical shear stress dari milik BMKG yang terdapat di Teluk Benoa
sediment tersebut. pada periode Januari 2016.
100
80
60
40
Elevasi (cm)
20
0
0 20 40 60 80 100
-20
-40
Observ
-60
asi
-80
-100
100
y = 0.9933x + 6.3039
R² = 0.9795 80
60
40
20
0
-100 -80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100
-20
-40
-60
-80
Elevasi (cm)
Gambar 2. Grafik Scatter Ploy Elevasi Muka Air Hasil Model dan Observasi
148
Jurnal Kelautan, 9(2), 144-154, Oktober 2016
Gambar 3. Grafik Perbandingan konsentrasi TSS dan konsentrasi sedimen hasil model.
Pola Pergerakan Arus mengahsilkan gaya yang akan
membangkitkan pola arus. Simulasi model
Simulasi hasil model ini merupakan pola arus pola arus ini dilakukan pada saat kondisi
yang terdapat di Teluk Benoa yang pasang (flood tide) dan surut (ebb tide). Dari
dipengaruhi oleh adanya perbedaan tinggi kedua kondisi tersebut terdapat dua tinjauan
muka air di open boundary (batas terbuka) yang dilakukan berdasarkan elevasi muka
yang terdapat di batas terbuka di bagian luar air, pada saat menuju pasang atau surut dan
wilayah Teluk. Adanya proses naik turunnya pasang tertinggi atau surut terendah
muka air secara vertikal secara periodik akan
149
Rachman et al., Studi transport sedimen di Teluk Benoa
(a)
(b)
Gambar 4. (a) Kondisi pola arus pada saat menuju pasang (b) kondisi pola arus pada saat
menuju surut
Pada saat air mulai pasang (gambar 4a) Hal ini dikarenakan luasan daerah tersebut
pergerakan massa air masuk ke dalam lebih lebar serta untuk bagian dalam teluk
bagian teluk melalui mulut teluk yang arah arus akan di belokkan dengan adanya
terdapat diantara pulau serangan dan close boundary yakni wilayah daratan. Pada
wilayah tanjung benoa. Pada saat tersebut saat kondisi pasang tertinggi (gambar 4b),
kecepatan arus permukaan di bagian mulut rata-rata nilai besaran kecepatan arus
teluk mencapai nilai 0.6 m/s. Kondisi tersebut semakin menurun dibandingkan dengan
dikarenakan ukuran lebar mulut teluk yang kondisi menuju pasang. Pada bagian dalam
relatif cukup kecil sehingga membuat Teluk, pergerakan air cenderung memutar
kecepatan arus yang masuk cukup tinggi. dan membentuk eddy akibat adanya
Pada bagian dalam dan wilayah luar teluk, boundary yang membatasi area teluk. Besar
arus yang dihasilkan cenderung lebih rendah kecepatan arus di area dalam teluk berkisar
daripada yang terdapat di bagian mulut teluk. antara 0 - 0.1 m/s. Sedangkan untuk bagian
150
Jurnal Kelautan, 9(2), 144-154, Oktober 2016
(a)
(b)
Gambar 5. (a) Kondisi pola arus pada saat menuju surut (b) kondisi pola arus pada saat surut
terendah
Pada saat kondisi menuju surut (gambar 5a), teluk yang relatif lebih sempit serta besar
pola pergerakan arus mengarah keluar volume air yang bergerak menuju keluar teluk
melalui area mulut teluk. Kecepatan arus pada saat surut membuat kecepatan arus di
yang mengarah keluar pada bagian area ini cukup tinggi. Pada bagian dalam
permukaan mencapai 0.7 m/s. Kondisi mulut teluk pergerakan air cenderung bergerak
151
Rachman et al., Studi transport sedimen di Teluk Benoa
menuju keluar teluk benoa. Kondisi surut semakin menurun dibandingkan pada saat
terendah memiliki kondisi yang hampir sama kondisi pasang menuju surut.
saat pasang tertinggi dimana rata-rata
kecepatan arus cukup rendah. Kontur
batimetri yang cukup dangkal membuat Pola Transport Sedimen
bagian dalam teluk pada saat surut terndah
tidak terendam air sehingga akan terlihat Hasil pemodelan numerik untuk proses
seperti daratan. Dalam simulasi model transpor sedimen merupakan pola sebaran
bagian-bagian yang tidak terendam air konsentrasi sedimen pada setiap layer
tersebut akan di hitung sebagai vektor nol kedalaman di saat pasang, surut, dan kondisi
atau memiliki kecepatan sama dengan nol. mean sea level (menuju pasang/surut).
Pola pergerakan arus hanya berada pada Dalam model simulasi transport sedimen,
bagian mulut teluk yang merupakan alur sumber sedimen diasumsikan berada pada
pelayaran sehingga kontur batimetri lebih setiap sungai yang bermuara di Teluk Benoa
dalam daripada bagian dalam teluk Pola antara lain Tukad Loloan, Tukad Mati, dan
pergerakan arus pada mulut teluk akan Tukad Buji. Dari setiap sungai tersebut
bergerak cenderung keluar dengan parameter yang diberikan adalah nilai debit
kecepatan mencapai 0.3 m/s. Sementara sungai dan konsentrasi nilai TSS.
untuk bagian luar teluk, kecepatan arus akan
(a)
(b)
(c) (d)
Gambar 6. Pola konsentrasi sedimen (a) kondisi surut menuju pasang (b) kondisi pasang tertinggi
(c) kondisi pasang menuju surut (d) kondisi surut terendah
152
Jurnal Kelautan, 9(2), 144-154, Oktober 2016
Pola transpor sedimen pada saat kondisi pesisir barat tanjung benoa mengalami
menuju pasang memiliki konsentrasi penumpukan konsentrasi sedimen. Hal
cenderung rendah. Hal tersebut diakibatkan tersebut diduga karena tingginya kecepatan
karena pada saat kondisi menuju pasang arus yang bergerak keluar teluk yang
pola pergerakan arus yang membawa massa bergesekan dengan dasar perairan yang
air akan bergerak masuk menuju ke dalam relatif dangkal dengan mulut teluk.
teluk (gambar 4a). Kondisi tersebut akan Konsentrasi sedimen yang tinggi juga berada
membuat konsentrasi sedimen yang terdapat pada daerah dekat muara sungai yang
didalam teluk akan mengalami pengenceran menjadi point source untuk sedimen di
sehingga menurunkan nilai konsentrasi perairan. Nilai konsentrasi sedimen pada
sedimen. Pada saat kondisi surut menuju bagian mulut teluk relatif cukup tinggi yakni
pasang nilai konsentrasi sedimen tertinggi mencapai 80 mg/L. Sementara untuk muara
berada pada daerah dekat muara sungai sungai nilai konsentrasi sedimen mencapai
sebesar 120 mg/L serta pada bagian mulut 120 mg/L dikarenakan sungai merupakan
teluk dengan kosentrasi mencapai 60 mg/L. point source dari model sedimen.
Muatan sedimen yang tinggi pada daerah
dekat mulut teluk diduga akibat adanya arus Pada saat kondisi surut terendah pergerakan
yang cukup tinggi sehingga membuat muatan air akan bergerak menuju keluar area teluk.
sedimen yang berada pada bagian dasar Kecepatan arus pada kondisi surut terendah
teluk akan teraduk dan menaikkan akan mengalami penurunan dari kondisi
konsentrasi sedimen di perairan. menuju surut karena gaya pembangkit arus
yang berupa pasut akan semakin menurun.
Pada saat kondisi pasang tertinggi, pola Penurunan kecepatan arus tersebut akan
konsentrasi sebaran sedimen akan berdampak pada arah pergerakan arus
cenderung rendah. Hal tersebut diakibatkan dimana pada saat menuju surut, arus akan
adanya masukan air laut yang bergerak menuju langsung ke mulut teluk
mengakibatkan terjadinya pengenceran akan berubah menuju titik tengah dari mulut
terhadap konsentrasi sedimen yang terdapat teluk. Melemahnya kecepatan arus akan
di dalam teluk. Konsentrasi sedimen tertinggi membuat sedimen yang cukup tinggi pada
pada saat pasang terdapat pada bagian saat menuju surut akan tertahan di bagian
muara sungai dan pada mulut teluk. Pada dalam di dekat mulut teluk. Konsentrasi
bagian muara sungai nilai konsentrasi sedimen pada saat surut terendah mencapai
sedimen mencapai 120 mg/L pada ketiga 150 mg/L dan terpusat pada bagian dekat
bagian sungai tersebut. Sementara pada mulut teluk.
bagian mulut teluk nilai konsentrasi sedimen
mencapai nilai 60 mg/L. Tingginya KESIMPULAN DAN SARAN
konsentrasi di bagian muara sungai
dikarenakan sungai merupakan point source. Pola transpor sedimen yang terdapat di teluk
Tingginya konsentrasi sedimen di mulut teluk benoa akan mengikuti bentuk dari pola
diduga akibat adanya erosi sedimen yang arusnya. Kecepatan arus yang cukup tinggi
terjadi di dasar perairan. Nilai konsentrasi pada daerah teluk diduga membuat gesekan
tersebut relatif lebih tinggi daripada kondisi terhadap lapisan sedimen yang terdapat di
menuju pasang di kolom perairan. Hal dasar sehingga membuat sedimen di daerah
tersebut karena kecepatan arus yang mulut teluk cukup tinggi yang mencapai 100
semakin melemah sehingga sedimen akan mg/L. Konsentrasi sedimen tertinggi berada
mulai tenggelam menuju dasar perairan pada bagian dekat muara sungai dengan
karena memiliki densitas lebih tinggi daripada konsentrasi mencapai 150 mg/L.
air laut. Perbandingan konsentrasi sedimen hasil
model dan observasi memiliki pola yang
Pada saat kondisi menuju surut, pola arus hampir sama dengan nilai koefisien korelasi
akan cenderung mengarah keluar bagian sebesar 0.77.
Teluk Benoa dengan kecepatan rata-rata
mencapai 0.6 m/s (Gambar 5a). Pola UCAPAN TERIMA KASIH
pergerakan sedimen pada saat menuju surut
juga akan mengikuti pola dari arah arus Penulis mengucapkan terima kasih kepada
dimana sedimen akan bergerak menuju ke Fakultas Kelautan dan Perikanan yang
mulut teluk. Pada saat pergerakan arus memberikan fasilitas Laboratorium
menuju keluar teluk membuat pada bagian Komputasi sebagai tempat dalam
dekat mulut pada dekat pelabuhan dan menjalankan penelitian ini. Ucapan terima
153
Rachman et al., Studi transport sedimen di Teluk Benoa
kasih juga disampaikan kepada seluruh tim Data in Benoa Bay-Bali, Indonesia.
Laboratorium Komputasi yang turut Department of Civil and Environmental
membantu kelancaran dalam penelitian ini. Engineering, Yamaguchi University.
Kampf, J. (2009). Ocean Modelling for
DAFTAR PUSTAKA Beginners. Springer Heidelberg
Dordrecht London New York
Ardana, K., & Mahendra, M. S. (2009). Study Rijn, L. C. V. (1990). Principles of Sediment
of pollutant distribution in Benoa Bay Transport in Rivers, Estuaries and
using numerical simulation and Coastal Seas. Aqua Publication.
satellite data. Ecotrophic, 3(2), 81-86 University of Utrecht Department of
Blumberg, A. F., & Mellor, G. L. (1987). A Physical Geography. Amsterdam
Description of a three-dimensional Sinha, P. C., Jena, G. K., Jain, I. R., Husain,
coastal ocean circulation model. In A. D., & Lokman, M. (2010). Numerical
Three-dimensional Coastal Ocean of Tidal Circulation and Sediment
Model, N.H. Heaps, ed., Coastal. Transport in the Gulf of Khambhat and
Estuari. Sci., 1-6. Narmada Estuary, West Coast of India.
Chen, C., Beardsley, Cowles, R. C., & Pertanika J. Sci and Technol.
Geoffrey. (2006). An Unstructured University Putra Malaysia Press.
Grid, Finite Volume Coastal Ocean Talke, S. A., & de Swart, H. E. (2009). An
Model (FVCOM) User Manual. Idealized Model and Systematic
Hendrawan, I. G., & Asai, K. (2008). Study of Process Study of Oxygend Depletion
Suspended Sediment Distribution in Highly Turbid Estuaries. Estuaries
Using Numerical Model and Satellite and Coast 32, 602-620.
154