You are on page 1of 11

http://journal.trunojoyo.ac.

id/jurnalkelautan Jurnal Kelautan


Volume 9, No. 2, Oktober 2016
ISSN: 1907-9931 (print), 2476-9991 (online)

STUDI TRANSPOR SEDIMEN DI TELUK BENOA MENGGUNAKAN PEMODELAN


NUMERIK
STUDY OF SEDIMENT TRANSPORT AT BENOA BAY USING NUMERICAL MODELLING
Herlambang Aulia Rachman*, I Gede Hendrawan, I Dewa Nyoman Nurweda Putra
Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana
Jalan Raya Kampus Unud, Bukit Jimbaran, Badung
*Corresponding author e-mail: herlambangauliarachman@gmail.com

Submitted: 26 Agustus 2016 / Revised: 5 Oktober 2016 / Accepted: 29 Oktober 2016

DOI: http://dx.doi.org/10.21107/jk.v9i2.1617

ABSTRACT
Benoa Bay is a semi-enclosed estuary located in the south of Bali. This area is became estuary for
several rivers in Bali. The river is a source of material such as sediment transport stream that flowed
into the sea. Sediment transport processes in Benoa Bay can be approximated by numerical
modeling FVCOM (Finite Volume Coastal Ocean Model) to determine the distribution of sediments
found in the bay area. Research carried out at Benoa Bay area in January 2016. The results of
numerical models show that the process of sediment movement will follow the current pattern
shape. The pattern of the movement of currents in the Benoa Bay will follow the pattern of tide
where the current will flow lead into the bay at high tide and vice versa. Average flow velocity at the
mouth reaches 0.8 m/s at the time to the tide and 0.9 m / s at the time towards low tide. Current
speed will slow down when the condition of the highest and lowest tide that is only reached an
average of about 0.3 m/s. The highest sediment concentrations occur in the section near the mouth
of the river that reached 100 mg/L and the mouth of the bay, which reached 150 mg/L. The high
concentration of sediment at the mouth of the bay due to the erosion of the bottom waters due to
the flow velocity is high. The results of the validation by tidal elevation models obtained root mean
square error (RMSE) of 9:18 cm with a coefficient of determination (R2) reached 0.97. For the
comparison of model results with observational data in the form of sediment Total Suspended Solid
has a level of correlation of 0.77.
Keywords: Benoa Bay, Sediment, Numerical modelling

ABSTRAK

Teluk Benoa merupakan estuari semi tertutup yang terdapat di wilayah selatan Bali. Kawasan ini
merupakan daerah yang menjadi muara bagi beberapa sungai besar yang terdapat di Bali. Sungai
merupakan salah satu sumber aliran material seperti angkutan sedimen yang dialirkan menuju ke
laut. Proses transpor sedimen di Teluk Benoa dapat didekati dengan pemodelan numerik FVCOM
(Finite Volume Coastal Ocean Model) untuk mengetahui distribusi sedimen yang terdapat di daerah
teluk. Penelitian dilakukan di seluruh area Teluk Benoa pada Januari 2016. Hasil model numerik
menunjukkan bahwa proses pergerakan sedimen akan mengikuti bentuk pola arusnya. Pola
pergerakan arus di Teluk Benoa akan mengikuti pola pasang surutnya dimana saat akan pasang
pola arus akan mengarah ke dalam teluk dan sebaliknya. Kecepatan arus rata-rata pada bagian
mulut mencapai 0.8 m/s pada saat menuju pasang dan 0.9 m/s pada saat menuju surut. Besar
kecepatan arus akan mengalami perlambatan pada saat kondisi pasang tertinggi dan surut
terendah yakni hanya mencapai rata-rata sekitar 0.3 m/s. Konsentrasi sedimen tertinggi terjadi
pada bagian dekat muara sungai yang mencapai 100 mg/L dan mulut teluk yang mencapai 150
mg/L. Tingginya konsentrasi sedimen di mulut teluk diakibatkan adanya erosi pada bagian dasar
perairan akibat kecepatan arus yang cukup tinggi. Hasil validasi elevasi pasang surut pada model
didapatkan root mean square error (RMSE) sebesar 9.18 cm dengan koefisien determinasi (R2)
mencapai 0.97. Untuk perbandingan hasil model sedimen dengan data observasi berupa Total
Suspended Solid memiliki tingkat korelasi sebesar 0.77

Kata Kunci: Teluk Benoa; Sedimen, Pemodelan numerik

144
Jurnal Kelautan, 9(2), 144-154, Oktober 2016

PENDAHULUAN bermuara beberapa sungai di Bali Selatan


dan juga terdapat Taman Hutan Raya
(TAHURA) Ngurah Rai. Beberapa sungai
Sedimen adalah jenis polutan yang memiliki besar yang bermuara di Teluk Benoa antara
berat dan kemampuan tersuspensi paling lain Tukad Badung, Tukad Mati, dan Tukad
tinggi diantara polutan lainnya. Sedimen Sama. Aliran ketiga sungai tersebut melewati
yang berada di kawasan teluk atau daerah daerah dengan aktivitas pertanian dan
muara sungai pada umumnya berasal dari perkotaan yang tinggi seperti Badung dan
aktivitas pertanian yang berada di Daerah Kota Denpasar.
Aliran Sungai (DAS) yang digerakkan oleh
proses hidrodinamika menuju muara sungai Kondisi hidrodinamika di suatu kawasan teluk
atau teluk (Sinha et al., 2007). Konsentrasi akan mempengaruhi kualitas perairan dan
sedimen yang berada teluk akan penyebaran polutan di dalamnya (Cunha et
mempengaruhi kondisi perairan terutama al., 2006). Secara umum proses
tingkat kekeruhan yang dapat mempengaruhi hidrodinamika di Teluk Benoa dipengaruhi
intensitas cahaya yang masuk ke kolom oleh arus pasang surut (Hendrawan et al.
perairan. Proses transpor sedimen ke 2005). Arus pasang surut yang terdapat di
seluruh area teluk akan mempengaruhi Teluk Benoa masuk melalu bagian mulut
tingkat konsentrasi sedimen yang berada teluk yang berada di antara Tanjung Benoa
masing-masing bagian dari teluk. Tingkat dan Pulau Serangan. Komponen arus
konsentrasi sedimen yang tinggi juga akan pasang surut yang paling berpengaruh di
berpengaruh terhadap tingkat kadar oksigen Teluk Benoa adalah M2 (Hendrawan et al.,
terlarut yang terdapat di perairan (Talke et al., 2005; Ardana dan Mahendra, 2008).
2009). Proses penyebarannya ini akan
dipengaruhi oleh kondisi arus yang terdapat Pemodelan numerik adalah salah satu
di wilayah perairan tersebut. metode yang banyak digunakan dalam
menentukan pola arus yang terdapat di laut.
Sedimentasi adalah masuknya muatan Telah banyak model hidrodinamika yang
sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan telah dikembangkan dalam menentukan pola
tertentu melalui media air dan diendapkan di arus laut diantaranya POM (Princeton Ocean
dalam lingkungan tersebut (Rijn, 1993). Model) yang dikembangkan oleh Blumberg
Proses sedimentasi yang terjadi di suatu (1987) dan FVCOM (Finite Volume Coastal
lokasi sangat dipengaruhi dinamika perairan Ocean Model) yang dikembangkan oleh
pesisir. Kondisi hidrodinamika di wilayah Chen et al (2006).
pesisir akan menjadi penggerak utama dalam
proses tansportasi sedimen yang berasal dari Proses hidrodinamika merupakan penggerak
aliran sungai atau aktivitas yang terjadi di secara umum segala proses penyebaran
sekitar teluk. Pengamatan proses polutan yang terdapat di laut baik itu limbah,
sedimentasi di Teluk secara in situ sedimen, atau yang lainnya. Model Transpor
membutuhkan banyak waktu serta biaya sedimen telah sukses dilakukan secara 2
yang tinggi. Beberapa metode telah Dimensi dan menunjukkan mampu
diterapkan dalam upaya menekan waktu mensimulasikan proses trannsport sedimen
serta biaya dalam pengamatan distribusi yang terjadi di kawasan muara sungai atau
sedimen diantaranya menggunakan teluk (Sinha et al., 2007; Hendrawan dan
teknologi remote sensing dan pemodelan Asai, 2008). Keuntungan menggunakan
numerik (Hendrawan dan Asai, 2008). pemodelan numerik dalam mensimulasikan
proses transpor sedimen antara lain dapat
Teluk Benoa adalah kawasan pesisir yang menekan waktu dan biaya penelitian, serta
terletak di wilayah selatan Pulau Bali. dapat melakukan simulasi secara harian,
Lokasinya yang strategis membuat Teluk bulanan, atau musiman. Simulasi
Benoa menjadi sangat potensial dalam menggunakan pemodelan numerik juga
mengembangkan pembangunan di Provinsi dapat diterapkan untuk melakukan
Bali. Wilayah Teluk Benoa merupakan pusat forecasting, nowcasting, dan hindacasting
dari pengembangan pembangunan, zona (Kampf, 2009).
pariwisata, dan terdapat pusat pelayanan
Transporasi baik regional maupun Studi tentang transpor sedimen dengan
internasional. Di sisi lain kawasan Teluk pemodelan numerik di Teluk Benoa sudah
Benoa juga memiliki peranan penting pernah dilakukan oleh Hendrawan dan Asai
terhadap lingkungan karena selain tempat (2008) menggunakan metode Princeton

145
Rachman et al., Studi transport sedimen di Teluk Benoa

Ocean Model (POM). Metode POM yang perhitungan di berbagai kondisi


dikembangkan oleh Mellor dan Blumberg pembebanan, diantaranya pembebanan
(1998) tersebut dalam pemecahan dasar, pembebanan sisi, pembebanan
persamaan menggunakan metode finite geladak, pembebanan akibat adanya muatan
difference dan horizontal grid. Metode ini dan lain-lain.
memiliki kelemahan yakni kurangnya
fleksibilitas secara geometri jika diterapkan MATERI DAN METODE
pada garis pantai yang cukup kompleks
seperti perairan Teluk Benoa. Salah satu Penelitian dilakukan di kawasan Teluk
metode pemodelan numerik yang memiliki Benoa, Bali pada periode Januari 2016.
fleksibilitas secara geometri adalah metode Pengambilan data Total Suspended Solids
Finite Volume Coastal Ocean Model (TSS) dan debit sungai dilakukan pada setiap
(FVCOM). Studi transpor sedimen dengan muara sungai yang kemudian dijadikan
menggunakan metode FVCOM sebelumnya
sebagai input model. Data sebagai input
pernah dilakukan di Teluk Deep, Hongkong.
Metode ini dalam proses diskritisasinya dilakukan setiap minggu selama waktu
menggunakan kombinasi antara metode penelitian. Metode yang digunakan dalam
pendekatan finite difference dan finite pengujian sampel air dilakukan berdasarkan
element yang memakai unstructured prosedur Standar Nasional Indonesia (SNI)
triangular grid untuk memberikan fleksibilitas No 06-6989.3-2004 tentang cara uji padatan
secara geometri terutama pada daerah tersuspensi secara gravimetri. Untuk lokasi
dengan garis pantai yang kompleks (Chen.
pengambilan data input dan validasi data
et al., 2006). Dengan menggunakan metode
tersebut diharapkan akan memberikan hasil ditunjukkan pada gambar 1. Sungai
yang lebih akurat dalam aplikasi model merupakan point source yang menyumbang
numerik untuk perairan Teluk Benoa yang sedimen paling banyak di perairan, terutama
memiliki pola garis pantai yang kompleks. perairan Teluk yang merupakan daerah yang
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian menjadi muara sungai (Sinha et al., 2010).
tentang pola transpor sedimen
menggunakan metode Finite-volume yang Model yang digunakan dalam membuat
dapat mencakup kompleksitas geometri garis simulasi transport sedimen ini adalah model
pesisir yang terdapat di Teluk Benoa. 3-D dengan unstructured grid, free-surface,
primitve equation yang biasa disebut Finite
Dalam perkembangan ilmu teknologi
Volume Coastal Ocean Model (FVCOM)
rekayasa untuk menganalisa struktur banyak (Chen et al, 2006). Berbeda dengan bentuk
yang menggunakan Metode Elemen Hingga diferensial yang digunakan dalam finite-
diantaranya dengan melakukan simulasi difference dan finite-element, diskritisasi
struktur dudukan mesin M/E kemudian
yang dilakukan FVCOM dilakukan secara
didiskritisi kedalam bentuk-bentuk elemen berbeda dengan menggabungkan kedua
yang terhubung dalam beberapa nodal. metode tersebut. Dalam persamaan ini
Metode Elemen Hingga digunakan untuk
persamaan integral dapat diselesiakan
mengetahui berapa tegangan maksimum secara numerik dengan perhitungan fluks
yang terjadi, baik tegangan geser maupun (metode finite-difference) dan terdapat
tegangan lentur struktur kapal dengan triangular grid dengan ukuran yang dapat
memperhatikan batas tegangan pada disesuaikan sehingga memberikan geometri
struktur dengan memasukan nilai faktor
garis pantai yang lebih fleksibel (metode
keamanan, dengan hasil tegangan yang finite-element). Untuk koordinat secara
terjadi tidak boleh melebihi batas yang vertical dilakukan transformasi ke dalam
diijinkan. Sebagai upaya teknis untuk bentuk sigma koordinat (σ) sehingga
memastikan analisa kekuatan dalam memberikan bentuk vertical layer akan
perancangan, bahwa kondisi-kondisi struktur mengikuti bentuk dari topografi dasar
kapal penangkap ikan 30 GT berbahan
perairan. Bentuk transformasi persamaan
fiberglass dalam tahap ship design cukup
pembangun dalam model σ koordinat adalah
aman dari adanya resiko yang ditimbulkan sebagai persamaan 1-6.
oleh beban statis maupun dinamis yang
menimbulkan bending moment pada kapal.
Dimana dapat dilakukan dengan memberikan

146
Jurnal Kelautan, 9(2), 144-154, Oktober 2016

:
𝜕𝜁 𝜕𝐷𝑢 𝜕𝐷𝑉 𝜕𝜔
𝜕𝑡
+ 𝜕𝑥
+ 𝜕𝑦
+ 𝜕𝜎 = 0 (1)

𝜕𝑢𝐷 𝜕𝑢 2 𝐷 𝜕𝑢𝑣𝐷 𝜕𝑢𝜔 𝜕𝜁 𝑔𝐷 𝜕 0 𝜕𝐷 1 𝜕 𝜕𝑢


𝜕𝑡
+ 𝜕𝑥
+ 𝜕𝑦
+ 𝜕𝜎
− 𝑓𝑣𝐷 = −𝑔𝐷 𝜕𝑥 − 𝜌 [𝜕𝑥 (𝐷 ∫𝜎 𝜌𝑑𝜎) + 𝜎𝜌 𝜕𝑥 ] + 𝐷 𝜕𝜎 (𝐾𝑚 𝜕𝜎) + 𝐷𝐹𝑥 (2)
0

𝜕𝑣𝐷 𝜕𝑣 2 𝐷 𝜕𝑢𝑣𝐷 𝜕𝑣𝜔 𝜕𝜁 𝑔𝐷 𝜕 0 𝜕𝐷 1 𝜕 𝜕𝑣


+ + + − 𝑓𝑢𝐷 = −𝑔𝐷 − [ (𝐷 ∫𝜎 𝜌𝑑𝜎) + 𝜎𝜌 ]+ (𝐾𝑚 ) + 𝐷𝐹𝑦 (3)
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝜎 𝜕𝑦 𝜌0 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝐷 𝜕𝜎 𝜕𝜎

𝜕𝑇𝐷 𝜕𝑇𝑢𝐷 𝜕𝑇𝑣𝐷 𝜕𝑇𝜔 1 𝜕 𝜕𝑇


+ + + = (𝐾ℎ ) + 𝐷𝐻 + 𝐷𝐹𝑇 (4)
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝜎 𝐷 𝜕𝜎 𝜕𝜎

𝜕𝑆𝐷 𝜕𝑆𝑢𝐷 𝜕𝑆𝑣𝐷 𝜕𝑆𝜔 1 𝜕 𝜕𝑆


+ + + = (𝐾ℎ ) + 𝐷𝐹𝑆 (5)
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝜎 𝐷 𝜕𝜎 𝜕𝜎

𝜌 = 𝜌(𝑇, 𝑆) (6)

Gambar 1. Peta lokasi penelitian dan pengambilan sampel in-situ

Model Transpor Sedimen sedimen dihitung secara terpisah dan


kemudian ditambahkan untuk menghasilkan
Pada model Transpor sedimen yang terdapat total load. Model untuk menghitung nilai
dalam FVCOM mencakup model untuk suspended load adalah pendekatan berbasis
Transpor bed load dan suspended load. konsentrasi dengan persamaan 7.
Dalam implementasi dari model tersebut load

𝜕𝐶𝑖 𝜕𝑢𝐶𝑖 𝜕𝑣𝐶𝑖 𝜕(𝑤−𝑤𝑖)𝐶𝑖 𝜕 𝜕𝐶𝑖 𝜕 𝜕𝐶𝑖 𝜕 𝜕𝐶𝑖


𝜕𝑡
+ 𝜕𝑥
+ 𝜕𝑦
+ 𝜕𝑧
= 𝜕𝑥 (𝐴𝑢 𝜕𝑥
)+
𝜕𝑦
(𝐴𝑢
𝜕𝑦
)+
𝜕𝑧
(𝐾ℎ 𝜕𝑧
) (7)

dimana Ci adalah nilai konsentrasi dari dimasukkan ke dalam model. Pada area
sedimen yang tersuspensi, Ah adalah nilai permukaan, nilai flux boundary condition
viskositas eddy secara horizontal, dan Kh yang digunakan untuk konsentrasi sedimen
adalah viskositas eddy secara vertikal. adalah sebagai berikut :
Sedangkan untuk wi adalah nilai dari Settling 𝜕𝐶
𝐾ℎ 𝜕𝑧𝑖 = 0, 𝑧 = 𝜁 (8)
Velocity (kecepatan mengendap) yang
disesuaikan dengan input jenis sedimen yang
147
Rachman et al., Studi transport sedimen di Teluk Benoa

Untuk area dasar, nilai sediment flux memiliki HASIL DAN PEMBAHASAN
perbedaan antara deposisi dan erosi. Untuk
nilai deposisi sedimen digunakan persamaan Verifikasi Elevasi Permukaan Air
sebagai berikut :
𝜕𝐶
𝐾ℎ 𝜕𝑧𝑖 = 𝐸𝑖 − 𝐷𝑖 , 𝑧 = 𝜁 (9) Verifikasi data lapangan perlu dilakukan
dalam suatu pemodelaan numerik agar dapat
diketahui sejauh mana penyimpangan dari
dan untuk erotion rate dapat dihitung dengan hasil simulasi yang telah dilakukan. Sebuah
persamaan sebagai berikut : model dapat dikatakan valid jika hasil
𝜏
𝐸𝑖 = Δ𝑡𝑄𝑖 (1 − 𝑃𝑏 )𝐹𝑏𝑖 ( 𝑏 − 1) (10) simulasinya memiliki pola yang konsisten
𝜏𝑐𝑖
dengan data lapangan. Dalam model ini data
dimana Qi adalah erosion flux, Pb adalah elevasi muka air akan diverifikasi dengan
porosity yang terdapat di dasar perairan, Fbi data lapangan milik BMKG. Verifikasi
adalah fraction dari sedimen di dasar, dilakukan dengan membandingkan data
elevasi hasil elevasi pasang surut model
adalah tekanan bottom shear stress, dan dengan data pengamatan pada stasiun pasut
adalah nilai dari critical shear stress dari milik BMKG yang terdapat di Teluk Benoa
sediment tersebut. pada periode Januari 2016.

100
80
60
40
Elevasi (cm)

20
0
0 20 40 60 80 100
-20
-40
Observ
-60
asi
-80
-100

Gambar 1. Grafik perbandingan Elevasi Hasil Model dengan Observasi Lapangan

100
y = 0.9933x + 6.3039
R² = 0.9795 80
60
40
20
0
-100 -80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100
-20
-40
-60
-80
Elevasi (cm)

Gambar 2. Grafik Scatter Ploy Elevasi Muka Air Hasil Model dan Observasi

148
Jurnal Kelautan, 9(2), 144-154, Oktober 2016

Berdasarkan Gambar 1 dan 2 menunjukkan lapangan. Validasi dilakukan dengan


bahwa secara umum data elevasi hasil model membandingkan data hasil model dengan
dan data lapangan memiliki pola yang sama. data lapangan berupa konsentrasi Total
Perhitungan secara kuantitatif menggunakan Suspended Solid (TSS). Hasil validasi
rumus Root Mean Square Error (RMSE), menunjukkan pola yang hampir sama antara
perbedaan anatar hasi model dan observasi konsentrasi sedimen hasil validasi dan Total
memiki error hanya sebesar 9.18 cm. Dari Suspended Solid dengan korelasi yang
gambar 4.1b menunjukkan bahwa hasil cukup baik yakni mencapai 0.77. Perbedaan
scatter plot antara hasil model dan observasi jumlah konsentrasi tersebut disebabkan
yang didekati dengan garis linear yang karena untuk konsentrasi TSS yang dihitung
memiliki nilai koefisien R2 sebesar 0.97 yang merupakan total dari semua fraksi
artinya memiliki pola yang mirip antara suspended solid yang terdapat di perairan
keduanya. seperti sedimen, dissolve organic meter,
bahan organik, plankton dan lain sebagainya.
Validasi Model Transport Sedimen Sedangkan untuk parameter yang
disimulasikan dalam model hanya meliputi
Pola sebaran konsentrasi sedimen hasil sedimen lumpur yang merupakan material
simulasi numerik telah divalidasi dengan data anorganik.

Gambar 3. Grafik Perbandingan konsentrasi TSS dan konsentrasi sedimen hasil model.
Pola Pergerakan Arus mengahsilkan gaya yang akan
membangkitkan pola arus. Simulasi model
Simulasi hasil model ini merupakan pola arus pola arus ini dilakukan pada saat kondisi
yang terdapat di Teluk Benoa yang pasang (flood tide) dan surut (ebb tide). Dari
dipengaruhi oleh adanya perbedaan tinggi kedua kondisi tersebut terdapat dua tinjauan
muka air di open boundary (batas terbuka) yang dilakukan berdasarkan elevasi muka
yang terdapat di batas terbuka di bagian luar air, pada saat menuju pasang atau surut dan
wilayah Teluk. Adanya proses naik turunnya pasang tertinggi atau surut terendah
muka air secara vertikal secara periodik akan

149
Rachman et al., Studi transport sedimen di Teluk Benoa

(a)

(b)
Gambar 4. (a) Kondisi pola arus pada saat menuju pasang (b) kondisi pola arus pada saat
menuju surut

Pada saat air mulai pasang (gambar 4a) Hal ini dikarenakan luasan daerah tersebut
pergerakan massa air masuk ke dalam lebih lebar serta untuk bagian dalam teluk
bagian teluk melalui mulut teluk yang arah arus akan di belokkan dengan adanya
terdapat diantara pulau serangan dan close boundary yakni wilayah daratan. Pada
wilayah tanjung benoa. Pada saat tersebut saat kondisi pasang tertinggi (gambar 4b),
kecepatan arus permukaan di bagian mulut rata-rata nilai besaran kecepatan arus
teluk mencapai nilai 0.6 m/s. Kondisi tersebut semakin menurun dibandingkan dengan
dikarenakan ukuran lebar mulut teluk yang kondisi menuju pasang. Pada bagian dalam
relatif cukup kecil sehingga membuat Teluk, pergerakan air cenderung memutar
kecepatan arus yang masuk cukup tinggi. dan membentuk eddy akibat adanya
Pada bagian dalam dan wilayah luar teluk, boundary yang membatasi area teluk. Besar
arus yang dihasilkan cenderung lebih rendah kecepatan arus di area dalam teluk berkisar
daripada yang terdapat di bagian mulut teluk. antara 0 - 0.1 m/s. Sedangkan untuk bagian
150
Jurnal Kelautan, 9(2), 144-154, Oktober 2016

mulut teluk, pergerakan air cenderung


bergerak semakin melemah dengan
kecepatan maksimal mencapai 0.3 m/s.

(a)

(b)
Gambar 5. (a) Kondisi pola arus pada saat menuju surut (b) kondisi pola arus pada saat surut
terendah

Pada saat kondisi menuju surut (gambar 5a), teluk yang relatif lebih sempit serta besar
pola pergerakan arus mengarah keluar volume air yang bergerak menuju keluar teluk
melalui area mulut teluk. Kecepatan arus pada saat surut membuat kecepatan arus di
yang mengarah keluar pada bagian area ini cukup tinggi. Pada bagian dalam
permukaan mencapai 0.7 m/s. Kondisi mulut teluk pergerakan air cenderung bergerak

151
Rachman et al., Studi transport sedimen di Teluk Benoa

menuju keluar teluk benoa. Kondisi surut semakin menurun dibandingkan pada saat
terendah memiliki kondisi yang hampir sama kondisi pasang menuju surut.
saat pasang tertinggi dimana rata-rata
kecepatan arus cukup rendah. Kontur
batimetri yang cukup dangkal membuat Pola Transport Sedimen
bagian dalam teluk pada saat surut terndah
tidak terendam air sehingga akan terlihat Hasil pemodelan numerik untuk proses
seperti daratan. Dalam simulasi model transpor sedimen merupakan pola sebaran
bagian-bagian yang tidak terendam air konsentrasi sedimen pada setiap layer
tersebut akan di hitung sebagai vektor nol kedalaman di saat pasang, surut, dan kondisi
atau memiliki kecepatan sama dengan nol. mean sea level (menuju pasang/surut).
Pola pergerakan arus hanya berada pada Dalam model simulasi transport sedimen,
bagian mulut teluk yang merupakan alur sumber sedimen diasumsikan berada pada
pelayaran sehingga kontur batimetri lebih setiap sungai yang bermuara di Teluk Benoa
dalam daripada bagian dalam teluk Pola antara lain Tukad Loloan, Tukad Mati, dan
pergerakan arus pada mulut teluk akan Tukad Buji. Dari setiap sungai tersebut
bergerak cenderung keluar dengan parameter yang diberikan adalah nilai debit
kecepatan mencapai 0.3 m/s. Sementara sungai dan konsentrasi nilai TSS.
untuk bagian luar teluk, kecepatan arus akan

(a)
(b)

(c) (d)
Gambar 6. Pola konsentrasi sedimen (a) kondisi surut menuju pasang (b) kondisi pasang tertinggi
(c) kondisi pasang menuju surut (d) kondisi surut terendah

152
Jurnal Kelautan, 9(2), 144-154, Oktober 2016

Pola transpor sedimen pada saat kondisi pesisir barat tanjung benoa mengalami
menuju pasang memiliki konsentrasi penumpukan konsentrasi sedimen. Hal
cenderung rendah. Hal tersebut diakibatkan tersebut diduga karena tingginya kecepatan
karena pada saat kondisi menuju pasang arus yang bergerak keluar teluk yang
pola pergerakan arus yang membawa massa bergesekan dengan dasar perairan yang
air akan bergerak masuk menuju ke dalam relatif dangkal dengan mulut teluk.
teluk (gambar 4a). Kondisi tersebut akan Konsentrasi sedimen yang tinggi juga berada
membuat konsentrasi sedimen yang terdapat pada daerah dekat muara sungai yang
didalam teluk akan mengalami pengenceran menjadi point source untuk sedimen di
sehingga menurunkan nilai konsentrasi perairan. Nilai konsentrasi sedimen pada
sedimen. Pada saat kondisi surut menuju bagian mulut teluk relatif cukup tinggi yakni
pasang nilai konsentrasi sedimen tertinggi mencapai 80 mg/L. Sementara untuk muara
berada pada daerah dekat muara sungai sungai nilai konsentrasi sedimen mencapai
sebesar 120 mg/L serta pada bagian mulut 120 mg/L dikarenakan sungai merupakan
teluk dengan kosentrasi mencapai 60 mg/L. point source dari model sedimen.
Muatan sedimen yang tinggi pada daerah
dekat mulut teluk diduga akibat adanya arus Pada saat kondisi surut terendah pergerakan
yang cukup tinggi sehingga membuat muatan air akan bergerak menuju keluar area teluk.
sedimen yang berada pada bagian dasar Kecepatan arus pada kondisi surut terendah
teluk akan teraduk dan menaikkan akan mengalami penurunan dari kondisi
konsentrasi sedimen di perairan. menuju surut karena gaya pembangkit arus
yang berupa pasut akan semakin menurun.
Pada saat kondisi pasang tertinggi, pola Penurunan kecepatan arus tersebut akan
konsentrasi sebaran sedimen akan berdampak pada arah pergerakan arus
cenderung rendah. Hal tersebut diakibatkan dimana pada saat menuju surut, arus akan
adanya masukan air laut yang bergerak menuju langsung ke mulut teluk
mengakibatkan terjadinya pengenceran akan berubah menuju titik tengah dari mulut
terhadap konsentrasi sedimen yang terdapat teluk. Melemahnya kecepatan arus akan
di dalam teluk. Konsentrasi sedimen tertinggi membuat sedimen yang cukup tinggi pada
pada saat pasang terdapat pada bagian saat menuju surut akan tertahan di bagian
muara sungai dan pada mulut teluk. Pada dalam di dekat mulut teluk. Konsentrasi
bagian muara sungai nilai konsentrasi sedimen pada saat surut terendah mencapai
sedimen mencapai 120 mg/L pada ketiga 150 mg/L dan terpusat pada bagian dekat
bagian sungai tersebut. Sementara pada mulut teluk.
bagian mulut teluk nilai konsentrasi sedimen
mencapai nilai 60 mg/L. Tingginya KESIMPULAN DAN SARAN
konsentrasi di bagian muara sungai
dikarenakan sungai merupakan point source. Pola transpor sedimen yang terdapat di teluk
Tingginya konsentrasi sedimen di mulut teluk benoa akan mengikuti bentuk dari pola
diduga akibat adanya erosi sedimen yang arusnya. Kecepatan arus yang cukup tinggi
terjadi di dasar perairan. Nilai konsentrasi pada daerah teluk diduga membuat gesekan
tersebut relatif lebih tinggi daripada kondisi terhadap lapisan sedimen yang terdapat di
menuju pasang di kolom perairan. Hal dasar sehingga membuat sedimen di daerah
tersebut karena kecepatan arus yang mulut teluk cukup tinggi yang mencapai 100
semakin melemah sehingga sedimen akan mg/L. Konsentrasi sedimen tertinggi berada
mulai tenggelam menuju dasar perairan pada bagian dekat muara sungai dengan
karena memiliki densitas lebih tinggi daripada konsentrasi mencapai 150 mg/L.
air laut. Perbandingan konsentrasi sedimen hasil
model dan observasi memiliki pola yang
Pada saat kondisi menuju surut, pola arus hampir sama dengan nilai koefisien korelasi
akan cenderung mengarah keluar bagian sebesar 0.77.
Teluk Benoa dengan kecepatan rata-rata
mencapai 0.6 m/s (Gambar 5a). Pola UCAPAN TERIMA KASIH
pergerakan sedimen pada saat menuju surut
juga akan mengikuti pola dari arah arus Penulis mengucapkan terima kasih kepada
dimana sedimen akan bergerak menuju ke Fakultas Kelautan dan Perikanan yang
mulut teluk. Pada saat pergerakan arus memberikan fasilitas Laboratorium
menuju keluar teluk membuat pada bagian Komputasi sebagai tempat dalam
dekat mulut pada dekat pelabuhan dan menjalankan penelitian ini. Ucapan terima

153
Rachman et al., Studi transport sedimen di Teluk Benoa

kasih juga disampaikan kepada seluruh tim Data in Benoa Bay-Bali, Indonesia.
Laboratorium Komputasi yang turut Department of Civil and Environmental
membantu kelancaran dalam penelitian ini. Engineering, Yamaguchi University.
Kampf, J. (2009). Ocean Modelling for
DAFTAR PUSTAKA Beginners. Springer Heidelberg
Dordrecht London New York
Ardana, K., & Mahendra, M. S. (2009). Study Rijn, L. C. V. (1990). Principles of Sediment
of pollutant distribution in Benoa Bay Transport in Rivers, Estuaries and
using numerical simulation and Coastal Seas. Aqua Publication.
satellite data. Ecotrophic, 3(2), 81-86 University of Utrecht Department of
Blumberg, A. F., & Mellor, G. L. (1987). A Physical Geography. Amsterdam
Description of a three-dimensional Sinha, P. C., Jena, G. K., Jain, I. R., Husain,
coastal ocean circulation model. In A. D., & Lokman, M. (2010). Numerical
Three-dimensional Coastal Ocean of Tidal Circulation and Sediment
Model, N.H. Heaps, ed., Coastal. Transport in the Gulf of Khambhat and
Estuari. Sci., 1-6. Narmada Estuary, West Coast of India.
Chen, C., Beardsley, Cowles, R. C., & Pertanika J. Sci and Technol.
Geoffrey. (2006). An Unstructured University Putra Malaysia Press.
Grid, Finite Volume Coastal Ocean Talke, S. A., & de Swart, H. E. (2009). An
Model (FVCOM) User Manual. Idealized Model and Systematic
Hendrawan, I. G., & Asai, K. (2008). Study of Process Study of Oxygend Depletion
Suspended Sediment Distribution in Highly Turbid Estuaries. Estuaries
Using Numerical Model and Satellite and Coast 32, 602-620.

154

You might also like