Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan: Artikel Penelitian
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan: Artikel Penelitian
finansial, aspek legal, dan aspek reputasi. Dalam kesalahan dapat terjadi, baik oleh faktor individu
industri perumahsakitan, setiap organisasi berusaha maupun konteks organisasi.4
memberikan jasa pelayanan yang bermutu dan Pemilihan informan berdasarkan purposive dan
mencapai produktivitas dengan efisien yang tinggi. pengambilan informan berdasarkan prinsip
Untuk mencapai hal tersebut rumah sakit harus kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan
mengimplementasikan praktik good corporate (adequacy). Untuk mendapatkan data lebih lengkap
governance atau tata kelola perusahaan yang baik. akan dilakukan snowball approach yaitu
Batasan tentang corporate governance di rumah menanyakan kepada informan siapa yang dapat
sakit meliputi tiga area yaitu non clinical area, memberikan informasi yang berkaitan dengan topik
financial management dan clinical governance. penelitian.
Seperti yang disampaikan oleh Soeroso3, bahwa dari Informan wawancara mendalam untuk
ketiga lingkup corporate governance yang khas dan mendapatkan gambaran faktor kontribusi risiko klinis
berlaku di rumah sakit adalah clinical governance. yang secara langsung diambil dari staf medis yang
Rumah sakit sebagai institusi penuh dengan terlibat dalam pelayanan asuhan klinis pada kasus
risiko mempunyai struktur risiko yang meliputi risiko yang memenuhi kriteria emergency department
perusahaan (corporate risks) dan risiko klinis (clinical patient outcome criteria dari Wolff, et al5. Informan
risks). Penyebab risiko klinis yang mengakibatkan wawancara mendalam untuk mendapatkan
adverse event antara lain adalah asuhan di bawah gambaran faktor kontribusi risiko klinis yang secara
standard, cedera pasien terkait dengan tindakan tidak langsung diambil dari para pimpinan puncak
medis, dan kegagalan sistem atau peralatan. Rumah yaitu Direktur, Wakil Direktur Pelayanan, dan Kepala
sakit merupakan institusi pelayanan yang penuh IGD, serta Pelaksana Staf Medis IGD.
risiko pada hampir seluruh unit pelayanan. Instalasi Instrumen penelitian ini terdiri dari kriteria
Gawat Darurat (IGD) merupakan salah satu unit emergency department patient outcome criteria dari
pelayanan rumah sakit yang sangat strategis dan Wolff, et al5., Framework faktor kontribusi dari
menentukan hasil asuhan klinis pada pasien yang Vincent & Taylor-Adams6. Panduan wawancara
masuk ke rumah sakit serta merupakan unit mendalam dan catatan observasi. Pengumpulan data
pelayanan dengan tingkat risiko klinis yang tinggi. terdiri dari data primer sebagai hasil wawancara
Sebagai upaya meminimalkan risiko klinis perlu mendalam dan observasi partisipasi, dan data
dilakukan analisis faktor kontribusi risiko klinis yang sekunder terdiri dari telaah dokumen.
mempengaruhi terjadinya adverse outcome dalam
suatu unit pelayanan. Sesuai pengamatan selama HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
residensi di IGD RS “X” sampai saat ini belum Dalam penelitian ini dari 144 laporan kejadian
dilakukan analisis untuk mengetahui faktor faktor didapatkan 16 kasus yang memenuhi kriteria
kontribusi risiko klinis yang mempengaruhi terjadinya emergency department adverse outcome criteria dari
adverse outcome dalam pelayanan asuhan klinis. Wolff, et al5., dan satu kasus yang menyatakan
keluhan tertulis melalui bagian humas rumah sakit
BAHAN DAN CARA PENELITIAN serta dua kasus yang menyatakan keluhannya
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif melalui media massa cetak, sehingga jumlah kasus
bersifat analitik deskriptif untuk mendapatkan yang dilakukan penelitian sebanyak 19 kasus. Dari
gambaran tentang analisis faktor kontribusi risiko 16 kasus tersebut merupakan kasus adverse
klinis yang mempengaruhi terjadinya adverse outcome. Sesuai dengan berbagai hasil studi yang
outcome pada pelayanan asuhan klinis di IGD agar telah dilaporkan bahwa kasus near miss merupakan
dapat mengidentifikasi faktor faktor kontribusi risiko fenomena gunung es, sehingga bila diteliti lebih lanjut
klinis yang secara langsung dan tidak langsung dengan menggunakan sistem pelaporan insiden klinis
mempengaruhi terjadinya adverse outcome pada (clinical incident reporting system) yang baku maka
pelayanan asuhan klinis. kasus near miss diyakini lebih banyak dari pada
Model analisis faktor kontribusi yang dipilih kasus adverse outcome.
adalah pendekatan Reason’s organizational accident Sesuai dengan hasil Concensus Decision
model yang telah diadaptasi oleh Charles Vincent Making Group untuk identifikasi Care Delivery
dan Sally Taylor-Adams menjadi System Analysis Problems terhadap kronologi kejadian yang telah
of Clinical Incidents The London Protocol. Metode disusun maka ditetapkan Care Delivery Problems
analisis ini untuk mengetahui bagaimana suatu seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Care Delivery Problems Adverse Outcome pada RS. ”X” Tahun 2006
Sesuai pedoman framework faktor kontribusi yang tidak dapat ditangani oleh rumah sakit lain dan
dari Vincent C, Taylor-Adams 6, analisis faktor Puskesmas dirujuk ke RS “X”.
kontribusi yang secara langsung mempengaruhi Sesuai dengan pendapat Sampurna2 bahwa
suatu masalah asuhan klinis terdiri dari lima tipe suatu kejadian dikatakan bukan adverse event
faktor yaitu: adalah bila insiden klinis bukan disebabkan karena
manajemen medik tetapi karena perjalanan
1. Faktor Pasien penyakitnya, maka pada penelitian ini paling tidak
Hasil analisis faktor kontribusi pasien pada terdapat faktor kontribusi kondisi pasien sebesar
penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. 21,13% sebagai bagian dari perjalanan penyakit
untuk terjadinya suatu adverse outcome.
Tabel 2. Hasil Analisis Berdasarkan Faktor Terdapat faktor kontribusi keluarga pasien yang
Kontribusi Pasien Pada RS. ”X” Tahun 2006
tidak mematuhi instruksi staf medis IGD yaitu 1
No Tipe Faktor Kontribusi Jumlah Persentase (1,41%), sehingga mengakibatkan kondisi pasien
I Pasien terancam nyawanya dan sangat mempengaruhi hasil
1 Kondisi pasien gawat akhir pelayanan asuhan klinis. Sesuai Buku Asuhan
darurat medis dengan
8 11,27% Keperawatan sebagai fungsi edukasi pasien atau
impending gagal napas
(life threatening) keluarga pasien selama perawatan diperlakukan
2 Kondisi pasien gawat sebagai mitra perawatan agar sejak awal
darurat medis berpotensi
mengancam nyawa 7 9,86% diperkenalkan masalah kesehatan yang diderita
(potencially life pasien dan suatu saat dapat mandiri dalam
threatening) perawatan kesehatannya.
3 Keluarga pasien tidak Pada penelitian ini, terdapat 2 (2,82%) faktor
mengikuti instruksi staf 1 1,41%
medis kontribusi terjadinya masalah pelayanan asuhan
4 Ada hambatan komunikasi klinis yaitu adanya hambatan komunikasi antara
antara staf medis dan 2 2,82% pasien atau keluarga pasien dengan Staf IGD.
keluarga pasien
Menurut Staf IGD hambatan komunikasi antara
pasien atau keluarga pasien dengan Staf IGD
diakibatkan adanya perbedaan pemahaman kondisi
Sesuai hasil penelitian ini, faktor kontribusi pasien dan pemahaman sistem rujukan medis di
kondisi pasien yang datang ke IGD sudah terancam rumah sakit, walaupun telah dijelaskan oleh Staf IGD.
nyawanya atau berpotensi terancam nyawanya
cukup besar yaitu 21,13%. Hal ini disebabkan karena 2. Faktor Prosedur Tugas
RS “X” merupakan rumah sakit rujukan, sehingga Hasil analisis faktor kontribusi prosedur tugas
banyak pasien dengan kondisi serius dan kompleks pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 5. Hasil Analisis Berdasarkan Faktor Kontribusi Sebelum memperhitungkan beban kerja perlu
Kerja Sama Tim Pada RS. ”X” Tahun 2006 ditetapkan beberapa asumsi antara lain proporsi
No Tipe Faktor Kontribusi Jumlah Persentase jumlah pasien pada tahun proyeksi menurut data
IV Kerja Sama Tim jumlah pasien IGD yang telah dilayani selama lima
1 Supervisi atasan langsung 7 9,86%
kurang memadai
tahun terakhir, juga berdasarkan kasus kasus yang
2 Instruksi tertulis tidak 6 8,45% mulai ada dan diperkirakan berkembang pada masa
lengkap mendatang.
3 Komunikasi antar dokter 1 1,41% Standard peralatan medik yang diterbitkan oleh
konsulen yang menangani
pasien yang sama kurang Departemen Kesehatan tidak spesifik untuk IGD
memadai tetapi didasarkan pada jenis spesialisasi dan
4 Komunikasi lisan antara 2 2,82% kategori minimal dan optimal. Pada dokumen pokok-
staf IGD dengan keluarga pokok pedoman arsitektur medik rumah sakit umum
pasien kurang memadai
5 Komunikasi lisan antar 1 1,41% dijelaskan bahwa konsep dasar IGD harus
staf rumah sakit kurang mempertimbangkan letaknya peralatan medik dan
memadai pengaturan alur staf medis.
7 Komunikasi antar staf IGD 1 1,41%
kurang memadai
6. Faktor Organisasi dan Manajemen
Cakupan risiko di rumah sakit terdiri dari dua
Berdasarkan hasil penelitian terdapat 7 (9,86%) hal yaitu corporate risks dan clinical risks, paparan
supervisi yang kurang memadai. Bila supervisi risiko ini berpotensi merugikan organisasi rumah
kurang memadai maka fungsi monitoring dan sakit pada berbagai aspek antara lain aspek
evaluasi suatu pelaksanaan tugas kurang efektif finansial, aspek legal, dan aspek reputasi.
sehingga suatu pelaksanaan tugas yang Pengorganisasian secara formal manajemen risiko
menyimpang dari suatu standar dapat terulang klinis belum secara formal dibentuk, tetapi secara
kembali di kemudian hari. Berdasarkan hasil informal sudah ada struktur organisasi rumah sakit
penelitian ada 6 (8,45%), instruksi tertulis tidak yang mengelola risiko klinis walaupun belum
lengkap sehingga sebagai media komunikasi tertulis terintegrasi dalam satu manajemen risiko.
antar staf medis, penulisan suatu instruksi tertulis
dengan lengkap di rekam medis akan mudah 7. Faktor Institusional
dilaksanakan atau tidak keliru dinterpretasikan oleh Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar
staf medis lainnya sebagai anggota tim pelayanan informan memberi jawaban bahwa Undang-Undang
asuhan klinis. No.9/2004 tentang praktik kedokteran merupakan
Terdapat 1 (1,41%) komunikasi yang kurang regulasi yang sangat mempengaruhi praktik
memadai antar profesi dokter spesialis dalam pelayanan asuhan klinis. Pada saat ini tengah
menangani pasien, sehingga staf medis IGD disusun rancangan undang undang perumahsakitan
kesulitan atau ketidakjelasan dokter spesialis yang yang akan mengatur penyelenggaraan rumah sakit
menjadi master atau ketua tim medis dalam secara paripurna dan terpadu karena selama ini
penanganan suatu pasien yang memerlukan dua atau penyelenggaraan rumah sakit diatur dalam beberapa
lebih dokter spesialis. peraturan yang belum mengatur secara menyeluruh.
Hak pasien terdiri dari dua hak utama yaitu the
5. Faktor Lingkungan Kerja rights to health care dan the rights to self
Hasil analisis faktor kontribusi lingkungan kerja determination. The World Medical Association pada
pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 6. tahun 1991 mengeluarkan Declaration of Lisbon on
the Rights of the Patient yaitu hak memilih dokter
Tabel 6. Hasil Analisis Berdasarkan Faktor Kontribusi
Lingkungan Kerja Pada RS. ”X” Tahun 2006 secara bebas, hak dirawat oleh dokter yang bebas
dalam membuat keputusan klinis dan etis, hak untuk
No Tipe Faktor Kontribusi Jumlah Persentase menerima atau menolak pengobatan setelah
V Lingkungan Kerja
1 Beban kerja menangani 8 11,27%
menerima informasi yang adekuat, hak untuk
pasien lebih dari satu dihormati kerahasiaan dirinya, hak untuk meninggal
pasien pada saat secara bermartabat, dan hak untuk menerima atau
bersamaan menolak dukungan spiritual atau moral.
2 Peralatan untuk observasi 5 7,04%
intensif di IGD kurang
memadai