Professional Documents
Culture Documents
Satisfaction Rate in The Dental Poly of Health Center in Jember)
Satisfaction Rate in The Dental Poly of Health Center in Jember)
Abstract
Abstract
Interpersonal communication dentist patient is cooperative relation between dentist and
patient face-to-face, either verbally or non verbally. Success of interpersonal
communication of dentist-patient results in convenience and satisfaction for patients or
dentists. The purpose of this study was to see whether there was an influence of
interpersonal communication dentist to patient satisfaction in the dental poly of health
center in Jember. This research was an observational analytic with cross sectional
approach. Its used purposive sampling technique. The study was conducted in 11 health
center in Jember, total subject were 398 respondents. Measuring instrument of study
was a questionnaire. Results of the chi square test for the influence of interpersonal
communication of dentist-patient satisfaction rate in the dental poly of health center in
Jember was p = 0.000 [p < α (0.05)]. This showed there were influence of interpersonal
communication toward patient satisfication in dental poly in Jember.
Abstrak
Komunikasi interpersonal dokter gigi pasien yaitu terjalinnya hubungan kerjasama
antara dokter gigi dan pasien secara tatap muka, baik secara verbal ataupun non
verbal. Keberhasilan komunikasi interpersonal dokter gigi pasien mengakibatkan
kenyamanan dan kepuasan bagi pasien ataupun dokter gigi. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk melihat apakah ada pengaruh komunikasi interpersonal dokter gigi
terhadap kepuasan pasien di poli gigi puskesmas di Jember. Jenis penelitian ini adalah
observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel
purposive sampling. Penelitian dilaksanakan di 11 Puskesmas di Kabupaten Jember,
dengan jumlah Subjek 398 responden, Alat ukur penelitian adalah Kuisioner. Hasil uji
chi square untuk komunikasi interpersonal dokter gigi-pasien di poli gigi puskesmas
jember adalah p=0,000 [p < α (0,05)]. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh
komunikasi interpersonal terhadap kepuasan pasien di poli gigi puskesmas di Jember.
satu hal yang mempengaruhi kepuasaan pasien tidak puas terhadap pelaksanaan komunikasi
adalah keefektifan dari komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh dokter gigi.
yang dijalankan oleh dokter [2]. Latar belakang peneliti ini menarik
Komunikasi dokter gigi-pasien peneliti untuk mengetahui lebih jauh mengenai
merupakan kompetensi yang harus dikuasai dan pengaruh komunikasi interpersonal dokter gigi
dimiliki oleh dokter gigi karena kompetensi terhadap tingkat kepuasan pasien di Poli Gigi
komunikasi mempunyai peranan terhadap Puskesmas di Jember.
keberhasilan penyelesaian masalah kesehatan
pasien. Kompetensi komunikasi di dalam dunia Metode Penelitian
kedokteran dapat dikatakan terabaikan, baik
dalam pendidikan maupun dalam praktik Jenis penelitian yang digunakan adalah
kedokteran/kedokteran gigi. Data dari Majelis observational analitic dengan pendekatan cross
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan
(MKDKI), dari tahun 1998-2006 terdapat 9 kasus November-Desember 2013 dan Januari 2014.
pengaduan terhadap profesi dokter. Menurut Peneliti mengambil tempat penelitian di 11
MKDKI yang paling sering menjadi pokok kasus puskesmas untuk mewakili dari 47 puskesmas
sengketa ialah lemahnya komunikasi antara yang ada di Kabupaten Jember. Responden
dokter dan pasien. Dokter di Indonesia sebagian penelitian adalah pasien poli gigi berusia antara
besar hanya bertanya seperlunya kepada 17-60 tahun yang telah bersedia mengisi
pasien dikarenakan mereka merasa tidak informed consent. Variabel dalam penelitian ini
mempunyai cukup waktu untuk melakukan adalah komunikasi interpersonal dokter gigi-
pembicaraan dengan pasien. Pasien merasa pasien dan kepuasan pasien Alat ukur dalam
berada di posisi yang lebih rendah dibandingkan penelitian ini adalah kuisioner yang terdiri atas
dokter (superior-inferior), sehingga takut untuk 17 pertanyaan. 8 pertanyaan berisi tentang
bertanya dan bercerita atau hanya menjawab komunikasi interpersonal. 9 pertanyaan berisi
sesuai pertanyaan dokter saja [3]. tentang kepuasan pasien. Cara pengambilan
Dokter gigi diharuskan menguasai sampel secara purposive sampling dan jumlah
ketrampilan dalam berkomunikasi karena responden dalam penelitian ini adalah 398
perawatan gigi dan mulut dalam pandangan responden.
masyarakat masih dianggap perawatan yang
menakutkan. Penguasaan ketrampilan Hasil
berkomunikasi diharapkan dapat mengubah Distribusi frekuensi responden
pandangan masyarakat tersebut. Pasien berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki
nantinya juga diharapkan lebih meningkat sebesar 152 (38%), dan perempuan sebesar
loyalitasnya serta lebih mematuhi aturan 246 (62%). Frekuensi responden berdasarkan
perawatan yang akan membantu keberhasilan usia adalah usia 17–25 tahun sebesar 54
terapi. Persepsi masyarakat terhadap perawatan (13,6%), usia 26-35 sebesar 87 (21,8 %), usia
gigi menjadi positif, masyarakat lebih dekat 36-45 tahun sebesar 76 (19,1%), usia 46-55
dengan dokter gigi dan akan meningkatkan sebesar 121 (30,4%), dan usia 56-60 tahun
derajat kesehatan gigi dan mulut pasien [4]. sebesar 60 (15,1%).
Penelitian mengenai komunikasi tenaga Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat
medis terhadap kepuasaan pasien sebelumnya pendidikan responden adalah persentase tingkat
pernah dilakukan di Kabupaten Jember. Hasil pendidikan tertinggi yaitu, pada jenjang tamat
penelitian itu menyebutkan 27,40 % pasien SLTA sebesar 136 (34%), sedangkan
jamkesmas di Instalasi Rawat Inap RSUD persentase terendah adalah jenjang pendidikan
Kalisat Jember yang menjadi responden tidak sekolah atau tidak tamat SD sebesar 24
menyatakan tidak puas terhadap pelayanan (6%).
yang diberikan oleh dokter, karena merasa Distribusi frekuensi responden
penjelasan dokter yang sangat minim tidak berdasarkan pekerjaan, jenis pekerjaan tertinggi
sesuai dengan harapan dari pasien sendiri [5]. adalah ibu rumah tangga sebesar 121 (30,4%),
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan sedangkan persentase jenis pekerjaan terendah
peneliti pada 30 pasien poli gigi di tiga tidak bekerja yaitu sebesar 7 (1,8%).
puskesmas di Jember yaitu Puskesmas
Rambipuji. Puskesmas Kaliwates, Puskesmas Tabel 1. penilaian pasien terhadap komunikasi
Ajung didapatkan 65% responden menyatakan interpersonal dokter gigi.
sangat puas dan jawaban tertinggi adalah tinggi pula permintaan terhadap pelayanan [10].
sebanyak 236 (59,3%) responden menjawab Tamatan perguruan tinggi lebih sedikit
tidak puas. Pertanyaan no 16 mengenai melakukan pengobatan di puskesmas
kepuasan pasien terhadap kemampuan dikarenakan jam pelayanan poli gigi di
komunikasi dokter gigi sebanyak 35 (8,8%) puskesmas ini sama dengan jam kerja instansi
responden menjawab sangat tidak puas dan atau kantor. Lulusan perguruan tinggi juga
jawaban tertinggi sebanyak 200 (50,3%) cenderung bekerja sehingga memiliki
responden menjawab tidak puas. Pertanyaan no penghasilan yang tetap. Faktor ekonomi ikut
17 mengenai kepuasan pasien terhadap berperan dalam pemilihan tempat pengobatan,
kesempatan bertanya yang diberikan dokter gigi semakin tinggi penghasilan seseorang maka
kepada pasien sebanyak 35 (8,8%) reponden cenderung memilih tempat pengobatan yang
menjawab sangat puas dan jawaban tertinggi lebih baik dari segi sarana maupun prasarana
sebanyak 216 (54,3%) responden menjawab [11]
tidak puas. Distribusi frekuensi berdasarkan
Dari data yang didapatkan, selanjutnya pekerjaan menunjukkan responden yang
diuji dengan uji chi square. Hasil uji chi square mempunyai persentase jenis pekerjaan tertinggi
untuk komunikasi interpersonal dokter gigi- adalah ibu rumah tangga sebanyak 121 (30,4
pasien di poli gigi puskesmas jember adalah %) responden, sedangkan persentase jenis
p=0,000 [p < α (0,05)]. Hal ini menunjukkan pekerjaan terendah pada tidak bekerja yaitu
terdapat pengaruh komunikasi interpersonal sebanyak 7 (1,8%) responden. Ibu rumah
terhadap kepuasan pasien di poli gigi tangga tidak terikat oleh waktu jam kerja. Hal ini
puskesmas di Jember. dikarenakan juga jam kerja puskesmas sama
dengan jam kerja orang yang berprofesi lainnya
Pembahasan sehingga orang yang bekerja belum bisa
memanfaatkan sarana kesehatan di puskesmas
Distribusi frekuensi berdasarkan jenis [12]. Presentase jenis pekerjaan terendah yaitu
kelamin, menunjukkan bahwa presentase tidak bekerja. Penggunaan pelayanan
kunjungan pasien perempuan ke poli gigi kesehatan yang ada tergantung kepada
puskesmas di Jember lebih tinggi dibandingkan kemampuan konsumen untuk membayar. Hal
laki-laki. Perempuan lebih peduli terhadap ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa orang
kesehatan gigi dan mulutnya dibandingkan laki- yang tidak bekerja paling sedikit mengunjungi
laki [6]. Jenis kelamin seseorang sangat puskesmas [11].
berhubungan dengan angka kesakitan, angka Jawaban mengenai komunikasi dokter
kesakitan perempuan lebih tinggi dibandingkan gigi dari 8 pertanyaan dalam kuisoner, 7
angka kesakitan laki-laki [7]. pertanyaan responden lebih banyak menjawab
Distribusi frekuensi responden bahwa komunikasi dokter gigi tidak baik hanya 1
berdasarkan usia menunjukkan bahwa pertanyaan yaitu pada no 8 mendapat respon
responden yang berkunjung ke poli gigi jawaban baik mengenai kepercayaan pasien
puskesmas di Jember paling banyak pada mengenai perawatan yang diberikan oleh
rentang usia 46-65 tahun yaitu sebanyak 121 dokter.
(30,4%) responden dan yang terendah pada Pertanyaan nomor 1 mengenai sikap
rentang usia 17-25 tahun sebanyak 54 (13,6%) simpati terhadap pasien. Hasil wawancara
responden. Usia 46-65 tahun ini merupakan didapatkan pasien menjawab dokter gigi tidak
masa lansia awal [8]. Semakin tinggi usia simpati dikarenakan dokter gigi bersikap acuh
seseorang disertai perubahan fisik yang dan langsung melakukan tindakan medis
dimilikinya, maka akan mengakibatkan semakin dibandingkan menunjukkan sikap perhatian dan
tinggi pula kebutuhannya terhadap pelayanan kasihan atas apa yang dialami oleh pasien.
kesehatan [9]. Pertanyaan nomor 2 mengenai sikap
Distribusi frekuensi responden kasar dokter gigi. Hasil wawancara didapatkan
berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan sikap kasar ditunjukkan apabila pasien bersikap
bahwa responden yang berkunjung ke poli gigi tidak kooperatif, bersikap kritis atau rewel dalam
puskesmas di Jember paling banyak yaitu perawatan, dan dalam tindakan terkesan
tingkat SMA yaitu 136 (34%) responden dan terburu-buru dan kasar. Salah satu faktor yang
yang terendah pada responden yang tidak tamat mempengaruhi kepuasan dari pasien adalah
SD atau tidak sekolah sebanyak 24(6%) kelembutan dari petugas medis, pasien yang
responden. Semakin tinggi pendidikan semakin diperlakukan dengan lembut dan tidak kasar
lebih bersifat kooperatif terhadap perawatan dalam mencapai kepuasan pelanggan [17]
[13]. menyatakan bahwa tingkat kepuasan pasien
Pertanyaan nomor 3 mengenai dokter sangat tinggi apabila dokter mengerti dan
gigi mendengarkan dengan seksama keluhan menanggapi apa yang dirasakan pasien. Tingkat
yang diutarakan oleh pasien. Hasil wawancara empati yang maksimal dapat menghasilkan
didapatkan dokter gigi cenderung acuh ketika keterbukaan pasien, bahkan dapat membantu
pasien menyampaikan keluhan, mereka sibuk dokter menembus ke jiwa pasien tersebut
menyiapkan alat atau menulis dan tidak ikut padahal pengobatan lain tidak ada yang dapat
duduk mendengarkan dengan seksama. Dokter mencapainya, dengan kata lain empati adalah
tidak hanya perlu untuk menjelaskan segala hal alat terapi yang paling kuat untuk pasien [18].
mengenai pasien tapi juga penting untuk Pertanyaan nomor 7 mengenai
mendengarkan pasien sehingga terciptanya perhatian dokter gigi ditinjau dari cara
kepuasan pasien [14]. komunikasinya. Hasil wawancara didapatkan
Pertanyaan nomor 4 mengenai sikap pasien merasa belum diperhatikan dari segi
ramah dokter gigi. Hasil wawacara didapatkan komunikasi karena dokter gigi cenderung jarang
dokter gigi tidak menunjukkan sikap ramah melakukan komunikasi lebih banyak ke tindakan
karena mereka cenderung acuh, diam, langsung dan terkesan terburu-buru dalam menangani
melakukan tindakan, jarang menanyakan nama pasien. Sebagian pasien mengeluhkan layanan
atau tersenyum kepada pasien. Kenyamanan dokter bukan karena kemampuan dokter
dan keistimewaan dalam perawatan yang utama tersebut kurang namun karena merasa kurang
adalah keramahan dari petugas kesehatan [15]. diperhatikan dan tidak ada kesempatan dalam
Pertanyaan nomor 5 mengenai sikap mengungkapkan apa yang dirasakan sehingga
sabar yang ditunjukkan dokter gigi. Hasil menimbulkan ketidakpuasan pada pasien [17].
wawancara didapatkan sikap tidak sabar yang Pertanyaan nomor 8 mengenai
ditunjukkan dokter gigi misalnya ketika kepercayaan pasien terhadap perawatan yang
menghadapi pasien yang kurang kooperatif diberikan dokter gigi. Dari hasil wawancara
seharusnya dokter gigi tetap menunjukkan sikap didapatkan kepercayaan tersebut dikarenakan
sabar sehingga pasien menjadi kooperatif, puskesmas atau fasilitas kesehatan itu yang
menghadapi pasien yang kritis atau sering bisa dijangkau oleh mereka baik dari segi materi
bertanya juga dokter gigi menjadi tidak sabar maupun lokasinya. Hal ini yang mengakibatkan
dan ingin segera menyudahi, sikap tidak sabar mereka tetap percaya dan memilih perawatan
juga ditunjukkan ketika pasien yang mengantri meskipun tidak puas terhadap pelayanan yang
sudah banyak dokter gigi menjadi terburu-buru diberikan. Faktor pemilihan sarana kesehatan
sehingga cenderung menunjukkan sikap tidak yaitu biaya pengobatan, tingkat pendidikan,
sabar. Rasa percaya diri pasien akan tumbuh etnik, usia, dan jarak tempat tinggal pasien dari
bila dia merasa didengar, dihormati dan sarana pengobatan [14].
diperlakukan dengan sabar [16]. Jawaban mengenai kepuasan pasien
Pertanyaan nomor 6 mengenai sikap dari 9 pertanyaan dalam kuisoner, 8 pertanyaan
perhatian dokter gigi yang seolah-olah resonden menjawab bahwa pasien tidak puas. 1
merasakan keluhan dari pasien. Responden pertanyaan mengenai penampilan dokter gigi
menjawab dokter gigi tidak menunjukkan sikap responden menjawab puas.
seolah-olah merasakan apa yang diutarakan Pertanyaan nomor 9 mengenai
oleh pasien. Hasil wawancara didapatkan ketika kepuasan pasien dari kejelasan bahasa yang
pasien menyampaikan keluhan dokter gigi digunakan dokter gigi. Hasil wawancara
jarang memperhatikan mereka dengan didapatkan jawaban ketidakpuasan tersebut
seksama, ketika pasien menyampaikan keluhan dikarenakan beberapa hal yaitu dokter gigi
mereka tidak diam mendengarkan tetapi sibuk masih ada yang menggunakan istilah medis
menyiapkan alat atau menulis sesuatu sehingga yang tidak dimengerti oleh pasien, mayoritas
pasien merasa dokter gigi seolah-olah belum penduduk di Kabupaten Jember ini
mersakan apa yang mereka rasakan. Faktor menggunakan bahasa madura dan tidak bisa
perhatian personal diduga berkaitan erat dengan berbicara dengan bahasa Indonesia padahal
tingkat kepuasan konsumen terhadap segala dokter gigi di puskesmas belum tentu bisa
fasilitas dan kualitas pelayanan yang telah berbahasa madura sehingga komunikasi tidak
mereka dapatkan dari semua pihak termasuk bisa berjalan, masih rendahnya tingkat
para tenaga medis. Maka dari itu, faktor pendidikan juga melatarbelakangi kemampuan
perhatian personal memegang peranan penting pasien dalam penerimaan bahasa yang
digunakan oleh dokter gigi. Pasien sangat wawancara didapatkan ketidakpuasan tersebut
tanggap terhadap informasi-informasi dengan sebagian besar dikarenakan dokter gigi jarang
bahasa yang mudah untuk dipahami, dalam arti menjelaskan penyakit yang dialami tetapi
luas yaitu bahasa yang sesuai dengan tingkat langsung diberikan tindakan. Menurut Surat
intelegensi pasien [13]. Edaran Dirjen Yanmed mengenai pedoman hak
Pertanyaan nomor 10 mengenai dan kewajiban pasien, dokter dan rumah sakit
kepuasan pasien terhadap tanggapan dokter pasien berhak memperoleh informasi mengenai
gigi tentang keluhan yang dirasakan pasie.n penyakit yang diderita [20]. Dokter sering tidak
Hasil wawancara didapatkan ketidakpuasaan menyampaikan penyakit yang tidak sebenarnya
tersebut dikarenakan beberapa hal yaitu dokter karena khawatir pasien menjadi cemas dan
gigi diam dan tidak menanggapi apa yang takut padahal apa yang diketahui oleh dokter
dikeluhkan pasien, apabila ditanggapipun dan apa yang diharapkan pasien tentang
jawabannya terlalu singkat dan tidak sesuai penyakitnya merupakan informasi yang tepat
dengan apa yang diinginkan oleh pasien. untuk menunjang keberhasilan perawatan [16].
Pengamatan dan studi-studi menunjukkan Pertanyaan nomor 13 mengenai
bahwa kebanyakan dokter ternyata bukanlah kepuasan pasien mengenai jawaban dari
pendengar yang baik. Mereka aktif pertanyaan yang diajukan kepada dokter gigi.
mengarahkan jalannya komunikasi dengan Ketidakpuasan tersebut dikarenakan pasien
memberikan berbagai pertanyaan yang tidak mengerti dari jawabannya yang masih
mendukung tentang penyakit pasien namun menggunakan istilah medis atau bahasanya
jarang mendengarkan jawaban sepenuhnya dari kurang dimengerti oleh orang awam, dokter gigi
pasien. Pasien jarang diberikan kesempatan hanya menjawab secara singkat sehingga
untuk mengemukakan pendapat, ataupun jika kurang bisa dipahami. Dokter seharusnya juga
hal itu dikemukakan maka seringkali dokter terstruktur dalam memberikan informasi dan
menganggapnya tidak penting untuk memperhatikan pa yang diinginkan pasien agar
diperhatikan [18]. dapat mencapai tingkat kepuasan pasien yang
Pertanyaan nomor 11 mengenai maksimal [21].
kepuasan pasien terhadap penjelasan dokter Pertanyaan nomor 14 mengenai
gigi mengenai tindakan yang akan dilakukan kepuasan pasien terhadap penampilan dokter
kepada pasien. Hasil wawancara didapatkan gigi. Kepuasan tersebut dilatar belakangi oleh
ketidakpuasan tersebut dikarenakan dokter gigi penampilan dokter gigi yang bersih dan rapi.
sebagian besar terburu-buru sehingga langsung Penampilan dokter gigi perlu diperhatikan
melakukan tindakan tanpa memberikan karena dengan penampilan yang menarik,
penjelasan tentang tindakan apa saja yang akan bersih dan rapi pasien lebih percaya daripada
dilakukan, kadang dokter gigi sudah dokter gigi yang tidak memperhatikan keadaan
memberikan pejelasan tetapi penjelasan dirinya [22].
tersebut masih kurang misalnya akan Pertanyaan nomor 15 mengenai
melakukan tindakan pencabutan gigi, pasien kepuasan pasien terhadap desain ruangan
diinstruksikan untuk kembali keesokan hari perawatan. Hasil wawancara didapatkan
setelah meminum obat. Seharusnya dijelaskan ketidakpuasan dikarenakan ruangan yang terlalu
terlebih dahulu kenapa harus minum obat dll sempit, fasilitas didalam ruangan yang kurang,
sehingga pasien jelas terhadap instruksi yang alat yang tidak berfungsi dengan baik, ruangan
diberikan. Persetujuan tindakan kedokteran terkesan terlalu penuh karena alat-alat, anak
telah diatur dalam UU No. 29 tahun 2004 kecil takut untuk masuk karena desain ruagan
tentang Praktik Kedokteran pada Pasal 45 ayat yang terlalu kaku. faktor kenyamanan seperti
(1) sampai dengan ayat (6) dan dalam kebersihan ,desain ruangan, kerapian ruangan
Permekes No. 290/Menkes/ Per/III/2008 tentang dan peralatan berpengaruh terhadap kepuasan
persetujuan tindakan kedokteran. Mengingat pasien [23].
adanya peraturan perundang-undangan yang Pertanyaan nomor 16 mengenai
mengatur tentang tindakan medis , seharusnya kepuasan pasien terhadap kemampuan
setiap tindakan yang akan dilakukan perlu komunikasi dokter gigi. Hasil wawancara
adanya penjelasan baik lisan maupun tulisan didapatkan ketidakpuasaan dikarenakan karena
[19]. dokter gigi lebih cenderung melakukan tindakan
Pertanyaan nomor 12 mengenai dan jarang untuk melakukan komunikasi, selain
kepuasan pasien mengenai penjelasan dokter itu keterbatasan dalam hal bahasa, pasien takut
gigi tentang penyakit yang dialami pasien. Hasil untuk memulai komunikasi terlebih dahulu,
[10] Nurjanah, Mukti. Pedoman dan [16] Soetjiningsih. Modul Komunikasi Pasien-
Penanganan pada Gangguan Jiwa. Dokter Suatu Pendekatan Holistik.
Yogyakarta :Mocomedia; 2004. Jakarta: EGC; 2008.
[11] Supranto. Pengukuran Tingkat Kepuasan [17] Ellis RB. Komunikasi Interpersonal dalam
Pelanggan. Jakarta: Rineka Cipta; 1997. Keperawatan Teori dan Praktik. Jakarta:
[12] Nurhanah T. Gambaran Tingkat EGC; 2000.
Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan [18] Feldman MD, Christensen JF. Behavioral
Kesehatan Dasar di Puskesmas Medicine in Primary Care. New York:
Cimandala Dinas Kesehatan Kabupaten McGraw-Hill Professional; 2003.
Bogor Tahun 2004. Skripsi. Jakarta: [19] Sarwono SW. Psikologi Remaja edisi
Fakultas Kesehatan Masyarakat revisi 8. Jakarta : Raja Grafindo; 2004.
Universitas Indonesia; 2004. [20] Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
[13] Wijono D. Manajemen Mutu Rumah Sakit 290/ MENKES/ PER/III/2008.
dan Kepuasan Pasien – Prinsip dan [21] Soeparto P dkk. Etik dan Hukum di
Praktik. Surabaya: Duta Prima Airlangga; bidang kesehatan. Surabaya : Airlangga
2008. University Press; 2006.
[14] Roter DL, Hall JA. Doctors Talking with [22] Kurtz S, Silverman J, Draper J. Skills for
Patients/Patients Talking with Doctors: Communicating with Patients (second
Improving Communication in Medical ed). United Kingdom: Radcliffe Medical
Visits. Praeger: Greenwood Press; 2006. Press; 2004.
[15] Wijono D. Manajemen Mutu Pelayanan [23] Santosa. Komunikasi Interpersonal
Kesehatan. Teori, Strategi, dan Aplikasi. Antara Dokter Gigi dan Pasien di Ruang
Vol. 1. Cetakan kedua. Surabaya: Praktek. Majalah Kedokteran Gigi UNAIR;
Airlangga University Press; 2000. 1998.