Professional Documents
Culture Documents
Standar Jalan Yang Berwawasan Keselamata
Standar Jalan Yang Berwawasan Keselamata
Hikmat Iskandar
Puslitbang Jalan dan Jembatan, Jl. A.H. Nasution 264 Bandung
RINGKASAN
Peran jalan yang sangat penting dalam mendukung semua kegiatan
masyarakat perlu dipelihara secara berkesinambungan agar berfungsi
optimum sesuai dengan standarnya. Standar jalan merupakan acuan
perwujudan phisik prasarana transportasi yang menggunakan jalan darat,
ditetapkan dengan kriteria minimum sesuai dengan sarana yang harus
dilayaninya berikut karakteristiknya sehingga apapun suatu perjalanan
harus terlaksana secara aman, cepat, murah, dan nyaman.
Makalah ini bermaksud mengupas standar jalan yang diamanahkan
dalam undang-undang yang terkait dengan jalan dan penggunaannya
berikut perangkat peraturannya, berupa peraturan-peratutran pemerintah,
dan pedoman-pedoman teknis yang melengkapinya. Sesuai dengan amanat
undang-undang, standar penggunaan jalan ditetapkan untuk dituruti dan
menjadi acuan bagi pengelola Pembina lalu-lintas, dan berdasarkan
standar penggunaan tersebut, maka perwujudan fisik jalan pun
distandarkan. Kedua hal terakhir ini dibahas dalam makalah ini.
SUMMARY
The vital role of roads in supporting community activities is needed
to be maintained consistently and incessantly, so roads are able to perform
as its standard. Road standard is a term of reference for developing land
transportation infrastructure, defined by minimum criteria for
accommodating vehicle’s dimension and characteristics so that any trip
using roads can be done safely, fast, economist or affordable by any level of
community, and comfortable.
The article discusses Road Standard stipulated in Regulations
Related to Roads and their use accompanied by government Regulations
and technical guidance. According to Regulations, standard of road usage
must be obeyed and as a reference for traffic authorities, and therefore,
physical performance of roads must be standardized.
This paper aims to discuss road standard as it is stated by the law
related to road as infrastructure for road transportation and its utilization,
including government regulation and other derived regulations. As it is
stated in the Roads Law and Traffic & roads transportation law, road
standard and its utilization govern institutions responsible for it have to
followed as minimum standard to fulfill safety for road users. Two
specifications are explained in this paper.
Tabel 1.
Kelas Jalan berdasarkan fungsi dan penggunaannya
(PP 43/1993,PP 44/1993, RUU LLAJ/2006).
Dari Tabel di atas dapat besar maupun kendaraan
disimpulkan bahwa terdapat 4 besar khusus dilarang
katagori kendaraan dengan “izin” memasuki jalan lingkungan,
beroperasi di jalan-jalan umum jalan lokal, dan jalan kolektor.
sebagai berikut:
1) “Kendaraan kecil” dengan Izin yang terbatas kepada
katagori panjang dan lebar kendaraan - kendaraan besar
maksimum 9000x2100 mm, khusus, besar, dan sedang tidak
dengan Muatan Sumbu berarti memotong arus aliran
Terberat (MST) ≤ 8ton, angkutan karena dimensi atau
diizinkan menggunakan jalan beratnya yang besar, tetapi lebih
pada semua katagori fungsi mengatur sebagai perwujudan
jalan yaitu jalan lingkungan, efisiensi. Untuk memfasilitasi
jalan lokal, jalan kolektor, dan perjalanan orang dan barang yang
jalan arteri. menggunakan kendaraan “besar”,
2) “Kendaraan sedang” dengan maka pada setiap perubahan “izin”
panjang dan lebar maksimum jalan kendaraan, perlu dibuat
18000x2500mm, serta MST ≤ terminal sebagai tempat peng
8ton, diizinkan terbatas hanya gantian moda. Misalnya, dari
beroperasi di jalan-jalan yang perjalanan arterial, dengan MST
ber-fungsi kolektor dan arteri; >10 ton, jika akan memasuki jalan
Kendaraan Sedang dilarang arterial dengan MST ≤ 10 ton,
memasuki jalan lokal dan jalan maka diperlukan tempat untuk
lingkungan. mengubah moda kendaraan
3) “Kendaraan besar” dengan dengan dimensi dan MST yang
panjang dan lebar maksimum sesuai. Disinilah diperlukan
18000x2500mm, serta MST ≤ terminal, baik untuk barang atau
10ton, diizinkan terbatas untuk orang.
beroperasi di jalan-jalan yang Ketentuan tersebut men-
berfungsi arteri saja; dan jadi dasar diwujudkannya prasa-
4) “Kendaraan besar khusus” rana transportasi (Jalan) yang
dengan panjang dan lebar aman. Jalanpun diwujudkan
maksimum 18000x2500 mm, mengikuti penggunaannya, Jalan
serta MST > 10ton, diizinkan arterial diwujudkan dalam ukuran
sangat terbatas hanya geometrik dan kekuatan per-
beroperasi di jalan-jalan yang kerasan yang sesuai (lihat Tabel
berfungsi arteri dan kelas I 1). Demikian juga jalan kolektor,
(satu) saja. Baik kendaraan lokal, dan lingkungan, dimensi
jalannya dan kekuatan perkerasan kendaraan dan perkerasan lebih
nya disesuaikan dengan peng- cepat rusak.
gunaannya. Dengan demikian, Dengan demikian “disiplin”
dalam penggunaan jalan sehari- penggunaan jalan harus ditegak
hari, pelanggaran terhadap kan secara konsisten agar
ketentuan tersebut akan menim- keselamatan transportasi jalan
bulkan dampak inefisiensi berupa dapat terwujud.
menurunnya kinerja pelayanan Dari klasifikasi tersebut,
jalan. karena pembatasannya ditetapkan
Misalnya, kendaraan yang berdasarkan dimensi dan MST
melakukan perjalanan arterial, maksimum yang diizinkan, maka
dengan MST >10 ton, jika kendaraan-kendaraan kecil baik
memasuki jalan arterial dengan yang bermotor maupun yang tidak
MST ≤ 10 ton, maka perlu bermotor, masih tersirat diizinkan
menurunkan bebannya. menggunakan jalan dalam semua
Seandainya beban kendaraan kelas jalan. Dewasa ini, jenis
tidak disesuaikan, maka kendaraan roda dua sepeda motor
perkerasan jalan akan mengalami sangat popular digunakan
“overloading” sehingga akan masyarakat sebagai moda
cepak rusak. Jalan yang rusak transport untuk 2 orang. Populasi
tidak dapat dilalui kendaraan sepeda motor sudah mencapai
dengan kecepatan yang diharapkan, sekitar 10 kali kendaraan roda≥4,
karena permukaan perkerasan sementara itu fasilitasnya masih
yang rusak akan tidak rata dan bersatu dengan jalan bagi
akan menyebabkan perjalanan kendaraan roda ≥4. Sementara itu
kendaraan tidak stabil dan statistik kecelakaan sepeda motor
cenderung membahayakan. Contoh menunjukkan keterlibatannya
lain, jika kendaraan besar arterial yang signifikan, mencapai lebih
masuk ke jalan lokal yang dari 50%. Dengan demikian,
berdimensi jalan lebih kecil sepeda motor perlu fasilitas yang
dengan izin MST yang lebih lebih memadai.
rendah, maka perkerasan jalan Lebih lanjut mengenai pengaturan
akan rusak lebih awal dan dimensi penggunaan jalan untuk kelas
kendaraan yang besar akan sarana transportasi seperti ini,
menghalangi pergerakan kenda- diatur lebih lanjut sesuai dengan
raan lain. Dengan demikian kinerja undang-undang dan peraturan-
pelayanan jalan menjadi menurun, peraturan yang berlaku untuk
terjadi banyak konflik antar mengelola lalu-lintas jalan.
STANDAR JALAN MENURUT menyajikan definisi ruang jalan
KETENTUAN TEKNIS termasuk ukuran minimumnya.
Baik Rumaja, Rumija,
Jalan ditetapkan keber maupun Ruwasja peruntukannya
adaannya dalam suatu ruang yang khusus diatur dalam Undang-
disebut: 1) Ruang Manfaat Jalan undang. Rumaja dan Rumija
(Rumaja), 2) Ruang Milik Jalan mutlak diperuntukan hanya untuk
(Rumija), dan 3) Ruang Pengawasan keperluan transportasi jalan yang
Jalan (Ruwasja). Ruang - ruang menggunakan kendaraan.
tersebut dipersiapkan untuk Sementara penggunaan
menjamin kelancaran dan keselamatan Ruwasja masih dapat dimanfaatkan
pengguna jalan disamping juga untuk keperluan yang lain yang
keutuhan konstruksi jalan. Dimensi tidak mengganggu kelancaran dan
ruang yang minimum untuk keselamatan pengguna jalan.
menjamin keselamatan pengguna Pelanggaran terhadap ketentuan
jalan diatur sesuai dengan jenis tersebut diancam dengan tindak
prasarananya dan fungsinya. pidana yang keras seperti
Gambar 1 menunjukkan ruang tercantum dalam UU 38/2004
jalan secara skematis, dan Tabel 2 pasal 63-65.
Tabel 5.
Matriks Klasifikasi Jalan berdasarkan Fungsi, Kelas, dan Prasarana
(UU 38/2004, PP 34/2006, Permenhub 14/2006)
Tabel 6.
Kriteria tingkat pelayanan lalu-lintas
(diekstak dari Permenhub 14/2006)
Tabel 7.
Ketentuan Desain Geometrik Jalan antar Kota
(dalam persiapan untuk revisi pedoman sebelumnya)
RINGKASAN Publisher by AASHTO,
Washington DC.
Standar Jalan yang Direktorat Jenderal Bina Marga,
menjamin keselamatan bagi para 1997, Tata Cara Peren
penggunannya secara garis besar canaan Geometrik Jalan
telah diamanatkan oleh Undang- antar Kota, Diterbitkan oleh
undang no.38/2004 tentang jalan, Dit.Jen Bina Marga, di
Peraturan Pemerintah no.34/2006 Jakarta.
tentang Jalan, Undang-undang Direktorat Jenderal Bina Marga,
no.14/1992 tentang lalu-lintas dan 1997, Manual Kapasitas
angkutan jalan, beserta peraturan- Jalan Indonesia (MKJI),
peraturan pemerintah yang Diterbitkan oleh Dit.Jen Bina
melengkapinya. Amanat tersebut Marga, di Jakarta.
diungkapkan dalam uraian dimuka Iskandar H, 2007, Lajur Khusus
yang merupakan standar minimum Sepeda Motor, Jurnal
jalan agar dapat terwujudnya lalu- Puslitbang Jalan, Volume 24
lintas yang menjamin keselamatan No.2 Bandung.
penggunanya ditinjau dari sisi Notosoegondo Hendryanto, 2007,
prasarana jalan. Kebijakan lebih Standar Jalan dan Jembatan
detail dari standar minimum untuk Keselamatan Trans
tersebut diuraikan dalam standar portasi Darat, Makalah
geometrik jalan yang masih disajikan pada Konferensi
banyak mengadopsi dari standar Nasional Badan Standarisasi
luar, misalnya AASHTO (2001). Nasional, BSN, di Jakarta.
Hal yang masih belum Peraturan Pemerintah nomor 43
diatur lebih khusus dalam sistem tahun 1993 (PP 43/1993),
jaringan jalan di Indonesia adalah tentang Prasarana dan Lalu-
fasilitas khusus untuk sepeda lintas Jalan
motor (LKSM). Peraturan Pemerintah nomor 44
tahun 1993 (PP 44/1993),
tentang Kendaraan dan
DAFTAR PUSTAKA Pengemudi
Peraturan pemerintah nomor 34
American Association of State tahun 2006 (PP 34/2006),
Highways & Transportation tentang Jalan.
Officials (AASHTO), 2001, Peraturan Menteri Perhubungan
A policy on geometric design nomor 14 tahun 2006
of highways and streets, (Permenhub 14/2006), tentang
Manajemen dan Rekayasa Angkutan Jalan (10 Oktober
Lalu-lintas di Jalan. 2006), diterbitkan melalui
Puslitbang Jalan dan Jembatan, Web-Site Departemen
2006, Perencanaan lalu- Perhubungan (RUU LLAJ/2006).
lintas untuk geometrik dan Undang undang nomor 14 tahun
pekerasan jalan, Makalah 1992 (UU 14/1992), tentang
disajikan dalam Workshop Lalu-lintas dan Angkutan
Kerusakan Jalan di Puslitbang
Jalan
Jalan dan Jembatan Agustus
2006, Bandung. Undang undang nomor 38 tahun
Rancangan Undang undang 2004 (UU 38/2004), tentang
tentang Lalu-lintas dan Jalan.