You are on page 1of 76
‘Menimbane Mengingnt SK No 086592. ama] PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2021 ‘TENTANG PERLAKUAN PERPAJAKAN UNTUK MENDUKUNG KEMUDAHAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dbahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 111 dan Pasal 185 hhuruf b Undang-Undang Nemor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Periakeuan PPerpajakan untuk Mendulung Kemudahan Berusaha; 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan ‘Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republi Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah boeberapa kali diubah terakbir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008, tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakcan Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nemor 62, Tembahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999); 3, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajake Penghasilan (Lembaran Negara Republi Indonesia Tahun 1983. Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah beberapa kali diuba terakhie dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan ‘Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia ‘Tahun 2008 Nomor 133, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4893} 4. Undang-Undang, |SK No 086591 A a REPUBLIR INDONESIA -2- Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajale Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (Lembaran Negara Republi Indonesia Tan 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republi Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kal iubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun ‘2009 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomior 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Bareng Mewah (Lembora Negara Republik Indonesia Tahun 2009. Nomor 150, ‘Tambehan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5069); Undang-Undang Nomor 11 Tahtin 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomer 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573), Prraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pajek Penghasilan atas Penghasiler Berupa Bunga Obligast (Lembaran Negara Republi indonesia Tahun 2009 Nomor 33, ‘Tambahan Lembaran Negara. Republik. Indonesia Nomor 4952) sebagaimana telah beberapa kali diubah teralchir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2019 tentang Perubshan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 ‘Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan ‘Bergpa Bunga Obligasi(Lembaran Negara Republik Indonesia ‘Tahun 2019 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republi indowsia Nomor 6973); Peraturan Pemerintah Nomor ‘94 Tabu 2010 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajake Penghasilan dalam Tahun Berjalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5183) Sebaghimana telah diubuh dengan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2019 tentang Perubahar atas Peraturan Pemerintal Nomor 94 Tahun 2010 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan dalam Tahun Berjalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 119, ‘Tambahen Lembaran Negara Republik indonesia Nomor 6361); 8, Peraturan Peerintah aS 8, Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Femenuhan Kewajiban Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 162, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 268), 9. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 tentang PPelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1989 tentang aja Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajale enjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 ‘Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomar 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilat Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (Lembaran Negara Republik indonesia Tahun 2012 Nomor 4, Tambanan Lembaran Negara Republik. Indonesia Nomot S271); MEMUTUSKAN: Menetapkan: PBRATURAN PEMERINTAH TENTANG PERLAKUAN PERPAJAKAN LUNTUK MENDUKUNG KEMUDAHAN BERUSAHA, BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. _Undang-Undang Cipta Kerja adalah Undang-Undang Nomor 11 ‘Tahun 2020 tentang Cipta Kerja 2. Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja 9. Undang-Undang SSK No 086590 A a 3. Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan, ‘Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah teralhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. 4. Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai adalah Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nila Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan ates Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. 5. Obligasi adaiah surat utang, surat tang negara, dan obligasi daerah yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan yang fiterbitkan oleh pemerintah dan nonpemerintah termasule surat ‘utang yang diterbitean berdasarkan prinsip syariah (sukuk). 6 Runes Obligasi adalah imbalan yang diterima atau diperoleh pemegang Obligasi dalam bentuk bunga, srah/fee, bagi hasil, ‘margin, penghasilan sejenis lainnya dan/atau diskonto. Pasal 2 Perlakuan perpajakan untuk mendukung kemudahan_berusaha dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakcn. BABU PERLAKUAN PERPAJAKAN UNTUK MENDUKUNG KEMUDAHAN BERUSAHA DI BIDANG PAJAK PENGHASILAN Pasal 3 (1) Atas penghasilan bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang yang diterima atau diperoleh Wajid Pajake luar negeri selain bentul Usaha tetap dikenai pemotongan Pajak Penghasilan sebesar 20% (dua puluh persen) sebagaimana’dimaksud dalam Pasal 26 Undang-Undang Pajak Penghasilan. (2) Tasit SK No 086589 A 2) e @ 6 Co) ” 6 ‘SK No 086588 A a ‘Tarif pemotongan sebesar 20% (dua puluh persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diturunkan sebagaimana imaksud dalam Pasal 26 ayat (1b) Undang-Undang Pajake Penghasilan. ‘Tarif pemotongan pajake sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diturunkan menjadi sebesar 10% (sepuluh persen) atau sesuai dengan tarit berdasarkan. persetujuan penghindaran pajale berganda. Penghasilan bunga sebagaimana dimaksud pada avat (1) yang iberikan penurunan tari sebageimana dimaksud pada ayat (3) ‘merupakan penghasilan Bunga Obligasi yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri selain bentule usaha tetap. Bunga Obligasi_—sebagaimana —dimaksud pada ayat (4) termasule 2. buna dari Obligasi dengan kupon sebesar jumlah bruto bbunga sesuai dengan masa kepemilikan Obligas! . diskonto dari Obligasi dengan ieupon sebesar selisih lebih ‘harga jul atau milai nominal di atas harga peroleban Obligasi, tidaletermasuk bunga berjalan; dan © diskonto dari Obligasi tanpa bunga sebesar selisih lebih ‘harga,jual atau milai nominal di atas harga perolehan Obligasi Pemotongan Pajak Penghasilan scbagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh: a. penerbit Obligasi atau kustodian selaku agen pembayaran ‘Yang ditunjuk atas bunga dan/atau diskonto yang diterima emegang Obiigasi dengan upon pada saat jatuh tempo Bunga Obligasi, dan diskonto yang diterima pemegang Oblignsi tanpa "bunga pada saat jatuh tempo’ Obligat; ddan /atau 1b. perusahaan efek, dealer, atau bank, selaku pedagang Derantara dan/atau pembeli atas bunga dan diskonto yang iterima penjual Obligast pada saat transaksi Ketentuan mengenai Bunga Oblignsi atas Obligasi yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah berlaku mutatis ‘mutandis terhadap Ketentuan dalam Peraturan Pemerintab ini ‘Tarif Pajak Penghasilan Pasal 26 Undang-Undang Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (9) mulal berlaku setelah 6 (enam) bulan terhitung sejak berlakunya Peraturan Pemerintab ini BAB af 6 BAB UL PENYESUAIAN PENGATURAN DI BIDANG PAJAK PENGHASILAN, UNTUK KEMUDAHAN BERUSAHA MENGENAl PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN Pasal 4 Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan dalam Tahun Berjalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5183) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2019 tentang Perubahan tas Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang Penghitungan Penleilar Kew Pajuh dat Peluuasuss Pajak Penighasilan dalam ‘Tahun Berjalan (Lembaran Negara Republi Indonesia Tahun 2019 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6361) diubah sebagai bert 1, Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai beret: Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintab ini yang dimaksud dengan: 1. Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. 2. Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983" tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali dlubah teralhir dengan ‘Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. 3. Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai adalah Undang- Undang Nomor § Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah teralhi dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, 2. Diantara ‘SK No 086587 A ‘SK No 086586 A * i antara Pasal 2 dan Pasal 3 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 2A sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 24, (1) Pengecualian penghasilan berupa dividen atau penghasilan Jain dari objel Pajak Penghasilan sebagsimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f Undang-Undang Pajak Penghasilan berlakea untuk dividen atau penghasilan lain yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak orang pribadi an badan dalam neger! sejak diundangkanaya Undang: ‘Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. @) Dividen yang dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dividen yang dibagiken berdasarkan rapat umum pemegang saham ‘atau dividen interim sesuai dengan ketentuan.peraturan perundang-undangan, (3) Rapat umum pemegang saham atau dividen interim sebagsimana dimalesud pada ayat (2) termasuk rapat sejenis ‘dan mekanisme pembagian dividen sejenis. (4) Penghasilan Iain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penghasilan setclah pajak dari suatu bentuk: ‘seha tetap di luar negeri dan penghasilan aktif dari ar negertidale melalui bentuk usaha tetap. (8). Dividen yang berasal dari dalam negeri yang diterima atau diperoleh Wayib Pajak orang pribadi dalam negeri atau Wajid Pajake badan dalam nogert sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f angka 1 Undang-Undang Pajake Penghasilan, tidak dipotong Pajak Penghasilan. (6). Dalam hal Wai Pajak orang pribadi dalam neger yang tidak memenuhi Ketentuan investasi.sebagaimana dimaksud dalam. Pasal 4 ayat (3) huruf f angka 1 butir fa) Undang-Undang Pajak Penghasilan, tas dividen yang berasal dari dalam negerl yang diterima atau diperoleh Wajid Pajak orang pribadi dalam negeriterutang Pajak Penghasilan pada saat dividen diterima atau diperoleh (7) Pajale Penghasilan yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (6) wajb disetor sendiri oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri, (@) Ketentuan lebih lanjut_mengensi tata cara_penyetoran sendiri oleh Wajib Pajak orang pribadi sebageimana dimaksud pada ayat (7) diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan, BABIV a 8 BABIV PENYESUAIAN PENGATURAN DI BIDANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAL UNTUK KEMUDAHAN BERUSAHA Pasal 5 Reberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 tentang. Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 ‘Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan PPajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tehun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajake Penjualan atas Barang Mewah (Lembaran Negara Republik Indonesia ‘Tahun 2012 Nomar 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonteia Nomor 5271) dlubah vobagat beret 1. Ketentuan angka 1 Pasal 1 diubah, serta di antara angka 1 dan fangk 2 Pasal 1 disisiplan 5 (lima) angka yale angka 1a, angka 1b, angka le, angka 1d, dan angka Le, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berileut: Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai adalah Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja 18, Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983. tentang Pajak Penghasilan sebagsimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja 1b, Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah teralhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. 1c. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang rmeliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara di fatasnya, serta tempatcempat tertenta di Zona Ekonomi ksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlacu ‘Undang-Undang yang mengatur mengenai kepabeanan, 14. Barang ‘SK No 086585 A SSK No 086584 A 14 te. x Barang Kena Pajak adalah barang yang dikensi pajake berdasarkean Undang-Undang Pajake Pertambahan Nila ‘Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nia Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk ‘apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjeannya Imenghasilkan. barang, -mengimpor barang, mengekspor Darang, “melaicukan saha perdagangan, memanfaatkan bbarang tdale berwujud dari luar Daerah Pabean, melaleukan ‘usaha Jasa termasule mengekspor jasa, ata memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean. Pengusaha Kena Pajakc adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang, aja Pertamnhatan Nila Harga Jual adalah nilai berupa yang, termasuk semua biaya yang diminta atau scharusnya diminta oleh penjual karena enyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai Yang dipungut menurut Undang-Undang Palak Pertambahan Nilai dan potongan harga yang ddicantumkan dalam Pakur Pajak Penggantian adalah nilai berupa wang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh Pengusaha arena penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau ckapor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurat Undang-Undang Pajak Pertambahan Nila an potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajale ‘atau’ nilaiberupa uang yang dibayar atau sebarusnya Gibayar oleh penerima jasa karena pemanfoatan Jasa Kena Pajak dan/atau oleh pencrima manfaat Barang Kena Pajale ‘Tidak Berwujud Karena pemanfantan Barang Kena Pajake Tidale Berwajud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. Faktur Pajai adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak, 7. Pajak ‘SK No 086583 A x =10- 7. Psjak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah.dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak arena perolehan Barang Kena Pajale dan/atau perolehan, Jasa Kena Pajak dan/atau pemanfaatan Barang Kena Pajale Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean dan/atau ppemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean ddan/atau impor Barang Kena Pajak. Di antara Pasal 5 dan Passi 6 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal SA schingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 5A Pengalihan Barang Kena Pajak untuk tujuan setoran modal peneganti saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1A ayat (2) hhuruf d Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilsi_meliputi pengalihan Barang Kena Pajak untuk tujuan setoran modal Kepada bedan scbagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Pajak Pertambahan Nila Ketentuan Pasal 16 dihapus. Ketentuan ayat (1), ayat (2), ayat (), avat (6), dan ayat (7) Pasal 17 diubah, Serta penjelasan ayat (5) Pasal 17 diubah sebagaimana tercantum dalam penjelasan pasal demi pasal, sehingga Pasal 17 berbunyi sebagai berkat: Pasal 17 (1) Terutangnya Pajak Pertambahan Nilai atau Pajale Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mesah terjadi pada saat: ‘8. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean; Jmpor Barang Kena Pajak; ppenyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean; 4d, pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari Tar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; .pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean, ‘di dalam Daerah Pabean C ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ‘ckspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; atau ‘ekspor Jasa Kena Pajak: Peis (2) Dalam a ue (2) Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan Barang Kena'Pajek atata sebelum penyerahan Jasa. Kena Pajak atau dalam hal pembayaran dilakukan sebelum dlimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud ‘tau Jasa Kena Pajake dari luar Daerah Pabean di dalam Dacrah Pabean, saat terutangnya Pajak Pertambahan Nila ‘tat Pajak Pertambahan Nilsi dan Pajale Penjualan atas ‘Barang Mewah adalah pada saat pembayaran. (3). Penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimalsud pada ayat (I) huruf a untuk |s. _penyerahan Barang Kena Pajak Berwujud yang menurut Sfat atau hukumnya berupa barang bergerak selain penyerahan oleh pemilik barang atau yang disebut fonsignor kepada penerima barang atau yang disebut consignee secara konsinyasi,terjadi pada saat: 1, Barang Kena Pajak Berwujud tersebut diserahkan secara langsung kepada pembeli atau pihale ketiga untuk dan atas nama pembel, 2. Barang Kena Pajaic Berwujud tersebut diserablean secara langsung kepada penerima barang untuk emberian cuma-cuma, pemakaian sendir, dan penyerahan dari pusat ke cabang atau sebaliknya an/ atau penyerahan antarcabang, 3. Barang Kena Pajak Berwujud tersebut diserahan kepada juru kirim atau pengusaha jasa angkeutan; atau 4. harga tas penyerahan Barang Kena Pajak Bervrujud dialeui sebagai piutang atau penghasilan, atau pada saat diterbitkan faleur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlake, umum dan diterapkan ‘secara konsisten; b. penyerahan Barang Kena Pajak Berwujud yang menurat sifat atau huiumnya berupa barang tidak bergerak, terjadi pada saat penyerahan hak untuk menggunakan atau menguasal Barang Kena Pajak Berwujud tersebut, secara hukum atau secara nyata, kepada pihak pembeli; . penyerahan SSK No 086582 A ‘SK No 086581 A x -1- penyerahan Barang Kena Pajale Tidak Berwajud, terjadi pada saat: 1, barga atas penyerahan Barang Kena Pajak Tidale Berwujud diakui sebagai putang atau penghasilan, ‘atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan prinsip ‘akuntansi yang berlaict umum dan diterepkan secara konsisten; atau 2. kontrak atau perjanjian ditandatangani, atau saat rmulai tersedianya fasiitas atau kemudahan untuk dipakai secara nyata, sebagian atau seluruhaya, dalam al saat sebagaimana dimaksud pada ‘angka I tidak diketahuis, Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau akiva, yang mequrut tujuan” semula tidak untuk. Giperjualbelikan, yang mash tersisa pada saat pembubaran perusahaan terjadi, yaitu pada saat yang, terjadi lebih dahulu di antara saat 1. ditandatanganinya akta pembubaran oleh notaris; 2. berakhirnya jangka waktu berdirinya perusahaan, yang ditetapkan dalam anggaran dasar, 3. tanggal penetapan pengadilan yang menyatakan perusahaan dibubarkan; atau 4, diketahuinya bahwa perusshaan tersebut nysta nyata sudah tidak melalcukan kegiatan usala ata ssudah dibubarkan, berdasarkan hasil pemeriksaan ‘tau berdasarkan data atau dokuumen yang ads; dan pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka enggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalinan usaha, serta pengalihan Barang Kena aja untuke tujuan sctoran modal penggants saham, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5A, yang tidak ‘memenuhi ketentuan Pasal 1A ayat (2) hurafd Undang- Undang Pajak Pertambahan Nilai atau perubahan. Denti usaha, tejadi pada saat: 1. disepakati ‘SK No 086580 A @ ° a “13 1. disepakati atau ditetapkannya penggabungan, peleburan, | pemekaran,"pemecahan, Pengambilalihan usaha, atau perubahan bentuk Usaha sesuai dengan hasil rapat umum pemegang saham yang. tertuang dalam perjanyian enggabuagan, peleburan, _pemekaran, Pemecahan, pengambilaihan usaha, atau, perubahan bentuk usaha; 2, ditandatanganinya akta mengenai penggabungan, peleburan,,pemekaran, pemecahan atau, pengambilalihan usaha, atau perubahan bentule Jusaha oleh notaris; 3. disepakati atau ditetapkannya pengalihan Barang. ‘Kena Pajak untuk tujuan setoran modal pengganti ‘saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal SA yang tertuang dalam perjanjian pengalihan Barang ‘Kena Pajak untuk tujuan setoran modal; atau 4, ditandatanganinya alta mengenai pengalihan Barang Kena Pajak untuk tujuan setoran modal engganti saham scbagaimana dimaksud dalam Pasal 5A oleh notaris, Impor Barang Kena Pajak scbagaimana dimaksud pada ayat (I) hurufb terjadi pada saat Barang Kena Pajak tersebut ‘dimasuiekan ke dalam Daerah Pabean. Penyerahan Jasa Kena Pajak sebagnimana dimaksud pada ayat (I) hurufc terjadi pada saat: harga atas penyerahan Jasa Kena Pajak diakui sebagai piulang atau penghasilan, atau pada saat diterbitkan faleur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak, sesuai ‘dengan’ prinsip akuntansi yang berlakw umum dan siterapkan secara konsisten; kontrak atau perjanjian ditandatangani, dalam hal saat sebagsimana dimaksud pada huruf a tidak diketalui; ‘mula tersedianya fasiitas atau kemudahan untuk: ipakai secara nyata, baik sebagian atau seluruhnya, alam hal pemberian cuma-cuma atau pemaksian ‘sendiri Jasa Kena Pajak, (6) Pemantaatan ‘SK. No 086579 A o ® o (19) a ae Pemanfastan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan /atau ‘Jasa Kena Pajak dari liar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dan hnurufe, terjadi pada saat yang lebih dahl terjadi di antara saat ‘8. harga peroichan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud ddan /atau Jasa Kena Pajak tersebut dinyatakan sebagai ‘stang oleh pihak yang memanfaatiannys; >. Penggantian atas Barang Kena Pajak Tidak Berwujud ddan/atau vasa Kena Pajak tersebut ditagih oleh pihale yang menyerahkannya; atau change perolchan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atsu Jasa Kena Pajak tersebut dibayar bai ssbagian “atau seluruknya leh phale yang memanfaatkannya. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau ‘Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean terjadi pada tanggal ditandatanganinya kontrak atau perjenjian, dalam hal saat terjadinya pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Dacrah Pabean di dalam Daerah Pabean sebagaimana ddimaksud pada ayat (6) tidak diketah. [Bkspor Barang Kena Pajak Berwujud sebagnimana dimakesud pada ayat (1) huruff terjadi pada saat Barang Kena Pajak ‘ikeluarkan dari Daerah Pabean. Bkspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufg terjadi pada saat Penggantian ftas Barang Kena Pajak Tidak Berwujud yang. dickspor fersebut dicatat atau diskui sebagai piulang atau, penghasian. Ekspor Jas Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (I) buruf h terjadi pada saat Penggantian atasjasa yang Gickspor tersebut dicatat atau dialeus sebagai pluiang atau penghasilan. 5. Diantara 'SK. No 086578 A a 218. Di antara Pasal 17 dan Pasal 18 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 178 sehingga berbunyi sebagai berilut: Pasal 17A (1) Penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimalesud dalam Pasal 17 ayat (1) huraf a untuk penyerahan Barang Kena Pajak Berwajud yang menurut sifat atau bukumnya berupa barang bergerake yang dilakukan secara konsinyasi, ‘bagi consigmor, terjadi pada saat harga atas penyerahan Barang Kena Pajake diacti sebagai piutang atau penghasilan, atau pada saat diterbitkan fakcur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajake consignor, sestai dengan prinsip alcantansi yang berlaica umm dan diterapkan secara konsisten. (@) Penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a untuk penyerahan Barang, Kena Pajak Berwujud yang menurut sifat atau hukumoya Ibenpa aang hergerale yang dilakukan secara konsinvasi ‘bagi consignee, terjat pada saat a. Barang Kena Pajak Berwujud tersebut diserahkan secaralangstng Kepada pembeli atau pihake ketiga ‘untuk dan atas nama pembeli; b. Barang Kena Pajake Berwujud tersebut diserahlean seearalangsung kepada penerima barang untuk pemberian cuma-cuma, pemakaian sendiri, “dan enyerahan dari pusat ke cabang atau sebaliknya an /atau penyerahan antarcabang; ©. Barang Kena Pajak Berwujud tersebut diserabkan ‘kepada juru kirim atau pengusaha jasa anglatan; atau 4, harga alas penyerahan Barang Kena Pajak Berwajud dake sebagai phatang atau penghasilan, atau pada saat ‘diterbithan faletur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajaie consignee, sesual dengan prinsip akuntansi yang berlaina ummum dan diterapkan secara konsisten. Ketentuan ayat (1), ayat (3), ayat (4), dan ayat (6) Pasal 19 diubsh, ‘serta ayat (2) Pasal 19 dinapus, sehingga Pasal 19 berbunyi sebagal berikut: Pasal 19 (1) Faitur Pajale wajb dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak pada ‘seat penyerahan atau ekspor Barang Kena Pajak dan/atau ‘Jasa Kena Pajak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 17 ayat (3), ayat (5, ayat (8, ayat (9), dan ayat (10), ‘sera Pasa 17A, (2) Dihapus ‘SK No 086577 A as “16 (2), Dihapus. {@)_ Paktur Pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak setelah ‘melewat angka waktt 3 (tiga) bulan sejak saat Fakrur Pajak Seharustiya dibuat tidak diperlakcukan sebagal Fakctur Pajak: (4) Pengusaha Kena Pajak yang membuat Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dianggap tidal ‘membuat Faktur Pajale (6). Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum dalam Faktur Pajaie sebagaimana dimaksud pada ayat (8) merupakan Pajak ‘Masukan yang tidak dapat dikreditkan, Dj antara Pasal 19 dan Pasal 20 disisipkan 1 (satu) passl, yskni Pasal 19A sehingga berbunyi sebagai berikut: Pagal 194 (0) Paktur Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) hharus mencantumkan keterangan tentang penyershan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak. (2) Keterangan scbagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedilit memuat: fa. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajid Pajale yang ‘menytrahlkan Barang Kena Pajai atau Jasa Kena Pajak; b. identitas pembeli Barang Kena Pajak atau penerima ‘Jasa Kena Pajak yang meliput: 1, mama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak, bagi Wajib|Pajak dalam negeri badan dan instansi ppemerintahs 2, nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajale atau rnomor induk Kependudulean, bagi subjek pajaic dalam negeri orang pribadi sesuai dengan ‘ketentuan peraturan perundang-undangan; 92. nama, alamat, dan nomor paspor, bagi subjele pajaleluar neger! orang pribadi; atau 4. nama dan alamat, bagi subjek pajak luar negeri badan atau bukan merupakan subjek pajale sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Undang- Undang Pajak Penghaslan; . jent SSK No 086576 A a oie . jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;, 4d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut; ‘e. - Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut; kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Fakktur Pajak; dan’ nama dan tanda tangan yang beshak menandatangani Faktur Pajal (9) Nomor indule kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf banka 2 mempunyai Kedudukan yang sama Gengan Nomor Pokok Way Pajak dalam rangkea pembuatan Fakfur Pajaie dan pengkreditan Pajak Masukan. (4). Faktue Pajak yang dibuat dengan mencantumkan identitas pembeli Darang Kena Pajal atau poncrima Jaaa Kena Pajale berupa nama, slamat, dan nomor induke kependuduikan bagi Ssubjeke palale dalam’ negeri orang pribadi sesuai dengan kketentuanperaturan perundang-undanganmerupakan Faktur Pajak yang memenubi ketentuan Pasal 13 ayat (6) Jun b angka | Undang-Undang Pajak Pertambahan Nia (5) Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum dalam Faktur Pajale ‘sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan Pajai ‘Masuicen yang dapat dikredithan oleh Pengusaha Kena Pajale ‘pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajaic Sepanjang memenuhi ketentuan —pengkreditan Pajake Masukan sesvai dengan ketentuan peraturan perundang- lundangan di bidang perpajakan. Ketentuan ayat (1) Pasal 20 diubah, avat (2) dan ayat (3) Pasal 20, dlihapus, serta ditambahkan 1 (satu) ayat dalam Pasal 20 yakni ‘ayat (4), sehingga Pasal 20 berbunyi sebagai berikut: Pasal 20 (1) Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak danfatau Jasa Kena Pajak kepada pembeli Barang Kena Pajak dan/atau penerima Jasa Kena Pajake dengan karakeristie konsumen akhir, termasuk yang dlilakukan melalui Perdagangan Melalui Sistem Blektronik, merupalcan Pengusaha Kena Pajak pedagang eceran. (@) Dibapus aS -18- 2). Dihapus. (3). Dihapus. (4) Ketentuan lebily lanjut mengenai tata cara pemungutan, ppenyetoran, dan pelaporan Pajak Pertambahan Nila oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang, Kena Pajak dan/atau vasa Kena Pajak kepada pembeli Barang Kena Pajak dan/atau penerima Jasa Kena Pajak dengan Karakterisie konsumen akhir sebagsimana ‘imaicud pada ayat (1) melalu pihakeketiga dan penunjukan pihak ketiga sebagsi pemungut Pajak Pertambahan Nila, Giatur dengan Peraturan Menteri Keuangan, BABY PENYEOUAIAN PENGATURAN DI BIDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN UNTUK KEMUDAHAN BERUSAHA Pasal 6 Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajban Perpajalean (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 162, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia [Nomor 5268) diubah sebagai beret: 1. Ketentuan angka 1 Pasal 1 diubah, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut; Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan 1, Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajaian adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Kelentuan Umum dan Tata Cara. Perpajakan Sebagaimana telah beberapa Kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. 2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajal, pemotone palak, dan pemungut pajal yang, mempunyai hak dan kewajiban’perpajakan sesusi dengan Ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. 3. Penelitian 'SK NB 086575 A ‘SK No 086574 a 219. Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan ‘untuk menilai kelengkapan pengisian Surat Pemberitabuan dan. lampiran-lampirarinya. termasuie penilaian tentang ‘kebenaran penulisan dan penghitungannya. Verifikasi adalah serangkaian kegiatan _pengujian pemenuhan kewajiban subjekiif dan objektif atau Penghitungan dan pembayaran pajak, — berdasarkan Permohonan Wajib Pajak atau berdasarkan data dan fnformasi perpajakan yang dimili atau diperoleh Direktur Jenderal Paja, dalam rangka menerbitkan surat ketetapan pala, menerbitkan/menghapus Nomor Pokok Wajib Pajak San atau mengukuhkan/mencabut pengulkuhan Pengusaha Kena Pajak. Pembahasan Akhir Hasil Verifikast adalah pembahasan antara Wajid Pajak dan perugas Verinkast tas has Veriflkasi yang dituangkan dalam Berita Acara Pembahasan Ahir Hasil Verikasi yang ditandatangani oleh Kedua belah pihale, dan berisi koreksi baik yang disetujui maupun yang fidak disetuju Pemeriksaan adalah serangkalan kegiatan menghimpun dan mengolah data, Keterangan, dan/atau Duk yang dlilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan Suat standar Pemeriksaan untule-menguyji_kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan Tain dalam rangka melaksanakan Ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpejakan, Pembshasan Alkhir Hasil Pemeriksaan adalah pembahasan fantara, WajibPajak dan pemeriksa.pajak atas temuan Pemeriksaan yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara Pembehasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang ditandatangani ‘oleh edua belah pihak, dan berisi koreksi balk yang ‘disetajui maupun yang tidak diserujus Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah Pemeriesaan yang Gilalsikan untuk mendapatkan buktipermulaan tentang fadanya dugaan telah terjadi tindak pidana di perpajakan. 9. Penyidikan SSK No 086573 A a -20- 9. Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan adalah serangkaian-tindakan yang dilakukan oleh penyidie untuk ‘mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukt ita ‘membuat terang Unda pidana di bidang perpajakan yang tsjadi serta menemulean tersangkanya, 10, Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda, yang selanjutnya dlisebut P3B, adalah perjanjian antara Pemerintah Indonesia dengan pemerintah negara mitra atau yurisdiesi mitra untae mencegah terjadinya pengenaan pajak berganda dan pengelakan pajak, 11, Prosedur Persetujuan Bersama Mutual Agreement Procedure), yang selanjutnya disebut MAP, adalah prosedur ‘administratif yang diatur dalam P3B unto menyelesaikan ‘permasalahan Yang timbul dalam penerapan PB. 12, Persetujuan Bersama adalah hasil yang telah disepakati dalam penerapan P3B oleh pejabat yang berwenang dari Pemerintah Indonesia dan pemerintah negara mitra atau ‘yarisdikel mitra PSB sehubungan dengan MAP yang telah ‘ilaksanakan. 12, Kesepakatan Harga Transfer (Advance Pricing Agreement, yang selanjutnya disebut APA, adalah perjanjian tertulis ata a, Direktur Jenderal Pajak dan Wajib Pajak; atau b. Direlaur Jenderal Pajak dengan otoritas _pajake pemerintah negara mitra atau yurisdiks mitra PSB yang, ‘melibatkan Wajib Pajale, sebagsimana dimalcaud dalam Pasal 18 ayat (Sa) Undang- Undang Pajak Penghasilan untuk menyepakati itera Jeriteria dan/atau menentukan harga wajar atau laba wajar di mule. Ketentuan ayat (1), ayat (2), dan ayat (6) Pasal 7 diubab, di antara fayat (2) dan ayat (3) Pasal 7 disisipkan 1 (satu) ayat yakni ayat (@a), Serta penjelasan_ayat (3) Pasal 7 diubah sebagaimana fercantum dalam penjelasan pasal demi pasal, schingga Pasal 7 berbunyi sebagai Berkeut: Pasal 7 8K No 0865728 0 a @ “) x <2 Pasal 7 ‘Wait Pajak dengan kemauan sendiri dapat mengungkapkan dengan pernyataan tertulis mengenai ketidakbenaran perbuatannya, apabila ‘2, tidak menyampaikan Surat Pemberitahuany atau b,menyampaikan Surat Pemberitahuan yang isinya tidak Denar atau tidal-lengleap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, sebagsimana dimaksud dalam Pasal 38 atau Pasal 39 fayat (1) huruf ¢ dan huruf d Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajalan, sepanjang mulainya Penyidikan belum diberitahukan kepada Penuntut Umum ‘melalui penyidie pejabat Polisi Negara Republik Indonesia Pemyataan tercuis velayaiimau diwakoud pada ayat (1) ‘harus ditandatangani oleh Wajib Pajake dan disertai dengan: ‘a. penghitungan kelsurangan pembayaran jumlah pajale yang sebenamya terutang, b, Surat Setoran Pajak sebagai bukti _pelunasan ‘eekurangan pembayaran jumlalh pajak yang sebenaraya, terutang; dan 6 Surat Setoran Pajak sebagai pembayaran sans ‘administra berupa denda sebesar 100% (seratus persen) Pembayaran jumiah pajak yang sebenarnya terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan pembayaran sankst administratif berupa denda sebagaimana Gimaksud pada ayat (2) huraf © merupakan.pemulthan kkerugian pada pendapatan negara. alam hal pengungkapan ketidakbenaran perbustan yang Gilakuukan Wajib Pajale sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah sesuai dengan keadaan yang scbenarnya, terhad Wejib Pajak tidak dilauken Penyidikan Tindake Pidana Bidang Perpajakan, ‘Apabila. setelah Wajib Pajak melakukan pengungkapan ketidakbenaran perbuatan sebagsimana dimaksud pada ayat (9) masih ditemukan data yang menyatakan lain dari Pengungkapan Ketidakbenaran perbuatan tersebut, Ecchadap Wajid Pajak tetap dapat dilakukan Pemeriksasn ‘Bukti Permulaan. (6) Ketentuan ‘9K No 086571 A @ 2- (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengungkapan ketidakbenaran perbuatan oleh Wajib Pajak diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan, Ketentuan ayat (1), ayat (2), ayat (6), dan ayat (8) Pasal 8 diubah serta ayat (7) Pasa 8 dihapus, schingga Pasal 8 berbunyi sebagai berikut Pasal & (1) Wat Pajac dapat mengungkapkan dalam laporan tersendii secara tertulis mengenai Ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan ‘sesuai dengan kkeadaan yang sebenarnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, sepanjang. pemerikea pajak belum ‘menyampaikan surat pemberitahuan hasil Pemeriksaan, (2) Laporan tersendiri secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditandatangani oleh Wajid Pajak dan dllampiri dengan: 14, penghitungan pajak yang kurang dibayar sesuai dengan feeadaan yang sebenarnya dalam format Surat Pemberitahuan; b. Surat Setoran Pajak atas pelunasan pajak yang kurang, eibayar; dan ©. Surat Setoran Pajak atas sanksi administratif berupa bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (5) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. () Untuk membuktikan kebenaran _pengungkapan ketidakbenaranpengisian” Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemeriksaan tetap Glilanjutkan dan stas hasil Pemeriksaan tersebut diterbitkan Ssurat ketetapan pajake dengan mempertimbangkan laporan tersendiritersebut serta memperhitungkan pokok pajak yang, telah dibayar, (4) Dalam, ‘SK. No 086570 A a -2a- (4). Dalam hal hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) membuktikan bafwa pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang dilakulean oleh Wajid Pajak- ternyata tidak mencerminkan keadaan yang sebenarya, surat ketetapan pajak diterbitkan sesuai dengan Keadaan yang sebenarnya tersebut. (5) Surat Sctoran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hhuruf b diperhitungkan sebagai Kredit pajak dalam surat Ketetapan pajak yang diterbitkan berdasarkan hasil Pemeniksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4). (6) Surat Setoran Pajake sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hhuruf e merupalaan bukti pembayaran sanks} administra tepkat dengan pengungkapan ketdakbenaran pengsian (7) Dihapus. (6). Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mengungkapkan dalam laporan tersenditi tentang ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan diatur dengan Peraturan’ Menteri ‘Keuangan, Di antara Pasal 10 dan Pasal 11 disisipkan 1 (satu) pasa, yak Pasal 108 sehingga berbunyi sebagai bert: Pasal 108 (1) Wajib Pajake orang pribadi yang melakcukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajb Pajai badan di Indonesia ‘wajib menyelenggaralean pembukuan, (2) Dikecualikan dari kewaliban menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tetapi wajib melakukan pencatatan, yal 8, Walib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan lusaha atau pekerjaan bebas yang. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajaican’ diperbolehkean -menghitung penghasilan fheto dengan menggunaken norma penghitungan penghasilan neto;, b. Wajib ‘SK No 086569 A x -28- b. Wajlb Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kkegiatan tsaha atau pekerjaan bebas; dan c. Walib.Pajak orang pribadi yang memenuhi kriteria tertent (3) Pembuluan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus islenggarakan berdasarkan standar akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia, kecuali peraturan perundang- “Undangan perpajaian menentukan lin, (4) Penentuan Wajib Pajak orang pribadi yang memenuhi keiteria tertentu_sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hhuruf c paling sedikit mempertimbangkan ‘modal usaha, peredaran bruto, dan tehun pendirian kegiatan usaha Wajid aja (5) Dalam hal Wajib Pajak tidak memenubi kewajiban pembukuan scbagaimane dimalsud pada ayat (1) dan pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), techadap ‘Wajib Pajak dikenai sanksi sebagaimena dimaksud dalam Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajalcan. (6) Ketentuan mengenai tata cara melakukan pencatatan dan Jerteria tertentti sebagaimana dimaksud ‘pada ayat (2) dan/atau tata cara. menyelenggarakanpembukuan Sebagaimana dimakeud pada ayat (3), diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. Ketentuan ayat (2}, ayat (8), ayat (4), dan ayat (6) Pasal 12 diubah, di antara ayat (4) dan ayat (9) Pasal 12 disisipkan 1 (satu) ayat yakni ayat’ (4a), dan penjelasan ayat (I) Pasal 12. diubah Sebagaimana tercantum dalam penjelasan pasal demi pasa, ‘ehingga Pasal 12 berbunyi sebagai berikut; Pasal 12 (1) Apabila pada saat Pemeriksaan ditemukan adanya india! findele. pidanadi_bidang perpajakan, Pemeriksaan itindakdanjuti dengan Pemeriksaan Buk Permulaan. (2) Dalam hal Pemeriksaan ditindakdlanjuti dengan Pemeriksaan Bukti Permulaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), emeriksaan ditangguhkan sampai dengan: a. Pemerikesaan SSK No 086568 A 6 * -25- a. Pemeriksaan Bukti Permulaan diselesaikan Karena Wajid Pajak —mengungkapkan Ketidakbenaran perbuatan scbagaimana dimaksud dalam Pasal 8 fayat (3) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Pexpajakan; b. Pemeriksaan Bukti Permulaan dihentikan karena Wajid Pajalc orang pribadi yang dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan meninggal dunia; c. Pemerikaan Bukti Permulaan dihentikan karena tidale itemuken adanya bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan; 4. Penyidikan dihentikan sesuai dengan ketentuan_ Pasal 44A Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajal au Pata 436 Unda Uda, Ketentuan Unum dan Tata Cara Perpajalcan; atau ¢. Putusan Pengadilan atas tindak pidana di bidang perpajakan yang telah mempunyai keluatan hukum {etap dan salinan Putusan Pengadilan tersebut telah, diterima oleh Direktur Jenderal Pajake emeriksaan yang ditanggubkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilanjutkan apabila: ‘4. Pemeriksaan Bukti Permulaan dihentikan karena Waiib Pajak orang pribaci yang dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan meninggal dunia; b, Pemeriksaan Bult Permulaan dihentikan karena tidak ditemukan adanya bukti permulaan tindak pidana di Didang perpajakan; & Penyidikan dihentiken Karena tidak terdapat cukup Duk, atau peristiva tersebut bukan merupakan tindale pidana di bidang perpajakan, atau tersangka meninggal {dunia sebagnimana dimaksud dalam Pasal 44A Undang- Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan; 4. Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekutan Ihukum tetap yang memutus bebas atau lepas dari segala tuntuian hukum dan salinan Putusan Pengadilan tersebut’ telah diterima oleh Direktur Jenderal Pajake (4) Pemeriksaan ‘SK No 086567 A x -26- (4) Pemerikeasn yang ditangguhkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) cihentikan apabila: a. Pemeriksaan Bulti Permulaan diselesaikan Karena Wajib Pajak — mengungkapkan Ketidakbenaran, perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 fyat (3) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan; , Penyidikan dihentikan Karena Pasal 448 Undang- ‘Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan; 6 Penyidikan dikentikan Karena peristiwanya telah ddaluwarsa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4A, Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan; dan 4. Putusan Pengadilan atas tindak pidana di bidang perpaiakan yang telah mempunyai kekuatan_ hukum feeap selain sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hhuruf d dan salinan Putusan Pengadilan tersebut telah diterima oleh Direktur Jenderal Pajak. (4a) Dikecuslikan dari ketentuan sebagaimana dimaksudl pada ayat (4) huruf a dan huruf b, Pemerksaan yang Gitangguhkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Gilanjatkan dalam hal masih terdapat kelebihan pembayaran pajalk berdasarkan hasil Pemeriksaan Bukti Permulaan atau basil Penyidikan. (6) Direktur Jenderal Pajake masih dapat melakukan Pemeriksaan apabila setelah Pemeriksaan dihentikan sebagaimana dimalesud pada ayat (1) terdapat data selain yang diungkapkan dalam Pasal 8 ayat (3) atau Pasal 44B, UndangUndang Ketentuan” Umum dan Tata Cara Perpajakan, Ketentuan ayat (1) Pasal 14 diubah, serta ayat (2) dan ayat (3) Pasal 14 dihapus, schingga Pasal 14 berbunyi sebagai berut: Pasal 14 (2), Dalasm jangka waktu 5 (ima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakchiraya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat enerbitkan Surat’ Ketetapan Pajak Kurang Bayar Derdasarkan hasil Pemeriksaan, dalam hal: a. pajeie a ar. pajak yang terutang tidak atau Kurang dibayar; b, Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangke walt sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajaican dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampsikan pada waktunyascbagaimana ditentukan ‘dalam Surat Teguran, ©. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajele Penjualan atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya, dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidale seharsnya dikenai tari 0% (ol persen); 4. kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cur Perpujukasn Ua Uipenulls selinggn tidal dapat dliketah besarnya pajak Yang terutang; Wajid Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajake ddan/atau dikukubkan sebagal Pengusaha Kena Pajak secara jabatan sebagaimana dimalsud dalam Pasal 2 fayat (4a) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan; atau f. Pengusaha Kena Pajak tidak melakukan penyerahan Barang Kena Pajakedan/ atau Jasa Kena Pajak dan/atau_ ckspor Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak {dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan atau telah mengkredithan Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (Ge) Undang-Undang. PPajak Pertambahan Nil 2) Dihapus. (9) Dihapus. 7. Ketentuan Pasal 15 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut Pasal 15 (1) Direkeur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ‘Tambahan berdasarkan hasil Pemeriksaan ulang terhadap: a. data 'SK No 086566 A SK No 086565 A * 28 ‘4. data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang, termasuk data yang semula belum ferungkap; ata >. Keterangan tertulis dari Wajid Pajale atas leehendak sendiri sebagaimana dimalesud dalam Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, (2) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar _Tambahan Derdasarican hasil Pemeriksaan wlang schagaimana dlimaksud pada ayat (1) diterbitkan dalam jangka waktu 5 (lima) cahun setelah saat terutangnya pajak atau beralchirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak. Ketentuan ayat (1) Pasal 16 diubah dan ayat (2) Pasal 16 dihapus, sehingga Pasal 16 berbunyi sebagai berileut Pasal 16 (2) Jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ‘Tambahan sebagaimana ddimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf a ditambah sanksi ‘administratif berupa Kenaikan sebesar 100%. (seratus persen) dart jumlah pao yang tal atzu Korang ibayar fersebut, 2), Dibapus. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 20 diubah, sehingga Pasal 20 berbunyi sebagai berikut: asal 20 (1) Hasit Pemeriksaan atau Pemeriksann ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17, dan Pasal 18, ituangkan dalam laporan hasil Pemeriksaan atau laporan basil Pemeriksaan ulang. (2) Berdasarkan laporan hasil Pemeriksaan atau laporan hasil Pemeriksaan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat nota penghitungan. (@) Berdasarkan 10. ne ‘SK No 086564 * -29- (3) Berdasarkan nota penghitungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus ditindaklanjuti dengan penerbitan surat kketetapan pajak. Ketentuan ayat(3} dan ayat (4) Pasal 24 diubah, serta penjelasan ayat (I) dan ayat (2) Pasal 24 diubah sebagaimana tercantum dalam penjelasan pasal demi pasal, schingga Pasal 24 berbunyi ‘sebagal berikut: Pasal 24 (1). Ditektur Jenderal Pajak dapat menerbitkan surat ketetapan pajak dan/ataw Surat Tagihan Pajak untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sebelum Wajib Pajak Giberikan atau diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajale dan/atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, fapabila diperoich data dan/atau informasi yang ‘menunjuklan adanya kewajiban.perpalakan yang belum ipenuhi Wajlb Pajak (2) Direleur Jenderal Pajake dapat menerbitkan surat ketetapan pajak dan/atau Surat Tegihan Pajak untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sebelum dan/atau setelah penghapusan Nomor Poko Walib Pajak atau pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, apabila Setelah penghapusan Noor Pokok Walib Pajake atau ppencabutnn Pengulkuhan Pengusaha Kena Pajak, diperoleh data dan/atau. informasi yang menunjukkan adanya keemrajiban perpajakean yang belum dipenuhi Wajid Pajak. (9) Surat ketetapan pajak dan/atau Surat Tagihan Pajak sebagsimana dimaleud pada ayat (I) dan/atau ayat (2) ‘iterbitkan dalam jangka walcu 5 (lima) tahun setelah saat ferutangnya pajak, atau berakhimya Masa Pajak, Bagian ‘Tahun Pajak, atau Tabun Pajak. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerbitan surat kketetapan pajale dan atau Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimalestd pada ayat (1), ayat 2), dan ayat (3) diatur dengan Peranuran Menteri Keuangan. Ketentuan Pasal 29 dihapus. 12, Ketentuan 12, 13, 14, 15, ‘SK No 086563. x 30 Ketentuan Pasal 43 dibapuss Ketentuan Pasal 44 dihapus Ketentuan Pasal 45 dihapus. Di antara Pasal 45 dan Pasal 46 disisipkan 1 (satu) pasa, yale Pasal 454 sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 4A, (1) Wajib Pajak diberikan imbalan bunga dalam hal pengajuan kkeberatan, permohonan banding, atau permohonan peninjauan kembal, dikabulkan sebaglan au selurunnya Schingga menyebabkan Kelebihan pembayaran pajake (2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) iberikan terhadap Kelebihan pembayaran pajak paling banyak sebesar jumlah lebih bayar yang disetyjui Wajid Pajake dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan atas Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar yang telah diterbitea: a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar; '. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan; © Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau: 4. Surat Ketetapan Pajak Nihil, (3) Jumlah lebih bayar yang disetujui Wajid Pajak dalam Pembahasan Akhir “Hasil Pemeriksaan’ sebagaimana imakstd pada ayat (2), merupakan jumlah lebih bayar menurut Wajib Pajak yang disampaikan oleh Wajib Pajake pada saat Pembahasan Ahir Hasil Pemeriksaan, (4) Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar febagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar dengan permohonan pengembalian Kelebihan pembayaran pajak. (6) Imbalan SSK No 086562 A 6 o o 6 o x . kerja sama dengan instansi pemerintah, lembaga, ‘asosiasi, dan pibak lain serta lingkup pelakesanaan hak dan/ataupemenuhan Kewajiban perpajakan Wajid Pajakesecaraelektronik,

You might also like