You are on page 1of 7

VOLUME 5 NOMOR 1 JUNI 2018 ISSN 2548 – 611X

JURNAL
BIOTEKNOLOGI & BIOSAINS INDONESIA

Homepage Jurnal: http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JBBI

KARAKTERISTIK DAN SIFAT KINETIKA ENZIM KITINASE ASAL


JAMUR ENTOMOPATOGEN Beauveria bassiana
Characteristics and Kinetics of Chitinase Enzyme from Entomopathogenic
Fungus Beauveria bassiana
Nunung Eni Elawati*, Sri Pujiyanto, Endang Kusdiyantini
Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedharto, SH, Tembalang, Semarang 50275, Indonesia
*E-mail: nunungenie@gmail.com

ABSTRACT
Beauveria bassiana is one of the entomopathogenic fungi that produces chitinase when
infecting the host. Chitinase is widely used as biocontrol agents because it can degrade
chitin into an environmentally friendly product. This study aims to characterize and test the
kinetics of chitinase from B. bassiana. This characterization includes determination of pH and
optimum temperature, enzyme stability and enzyme kinetics test by determining Km and Vmax
value with Lineweaver-Burk equations. The result of experiment showed that the chitinase B.
bassiana had pH and optimum temperature of 5 and 40ºC respectively. This enzyme was
stable until 90 minutes incubation at 40ºC. The Km and Vmax values were 0.181 mg/L and
0.022 mg/L.sec respectively. The Km value is higher than Vmax, which means the affinity of
the enzyme to the lower substrate requiring high substrate concentration to increase the
reaction rate. It can be concluded that the chitinase activity of B. bassiana is still low.

Keywords: Beauveria bassiana, characteristics and kinetics, chitinase enzyme,


entomopathogenic, Lineweaver-Burk

ABSTRAK
Beauveria bassiana merupakan salah satu jamur entomopatogen yang memproduksi
kitinase saat menginfeksi inangnya. Enzim kitinase saat ini banyak digunakan sebagai agen
biokontrol karena dapat mendegradasi kitin menjadi produk yang ramah lingkungan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi dan menguji kinetika enzim kitinase asal
jamur B. bassiana. Metode yang digunakan dalam karakterisasi ini mencakup penentuan pH
dan suhu optimum, kestabilan enzim pada suhu optimumnya, dan uji kinetika enzim yang
mencakup penentuan nilai Km dan Vmaks dengan persamaan Lineweaver-Burk. Hasil
penelitian karakterisasi menunjukkan bahwa enzim kitinase B. bassiana mempunyai pH dan
suhu optimum masing-masing 5 dan 40ºC. Enzim ini stabil sampai pada 90 menit inkubasi
pada suhu 40ºC. Nilai Km diperoleh 0,181 mg/L dan Vmaks sebesar 0,022 mg/L.detik. Nilai Km
lebih tinggi daripada Vmaks, yang artinya afinitas enzim terhadap substrat rendah sehingga
membutuhkan konsentrasi substrat yang tinggi untuk meningkatkan kecepatan reaksi, maka
dapat disimpulkan bahwa aktivitas kitinase dari B. bassiana masih tergolong rendah.

Kata kunci: Beauveria bassiana, entomopatogen, enzim kitinase, karakteristik dan kinetik,
Lineweaver-Burk

Received: 12 January 2018 Accepted: 16 March 2018 Published: 05 June 2018

1
Karakteristik Dan Sifat Kinetika Enzim Kitinase... Elawati et al.

PENDAHULUAN Na2HPO4·2H2O, (NH4)2SO4, buffer sitrat pH


4 & 5, DNS, buffer fosfat pH 6-8, buffer
Kitinase merupakan salah satu enzim glisin-NaOH pH 9, yeast extract.
yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Kitinase
mampu menghidrolisis ikatan β-1,4- Penyiapan jamur B. bassiana
asetamido-2-deoksi-D-glikosida pada kitin Jamur B. bassiana yang digunakan
dan oligomer kitin (Jung dan Park 2014). adalah hasil isolasi dari serangga Helopeltis
Enzim kitinase saat ini banyak digunakan antonii, yang telah terinfeksi B. bassiana
sebagai agen biokontrol karena dapat pasca aplikasi di Perkebunan Kakao
mendegradasi kitin menjadi produk yang Temanggung, kemudian ditumbuhkan pada
ramah lingkungan dan dapat digunakan medium PDA. Peremajaan dilakukan dengan
dalam bidang kesehatan, pangan, industri mengambil sebagian kecil area agar yang
dan lain-lain (Pratiwi et al. 2015). Peranan telah ditumbuhi oleh B. bassiana selanjutnya
enzim kitinase yang sangat prospektif diinokulasikan pada stok agar miring.
terhadap kehidupan masyarakat banyak Tabung reaksi diinkubasi pada suhu ruang
mendorong ilmuwan dan peneliti melakukan selama 7 hari.
eksplorasi mikroorganisme kitinolitik, yaitu
mikroorganisme yang dapat mendegradasi Produksi enzim kitinase
kitin dengan menggunakan enzim kitinase. Dua ose kultur jamur B. bassiana
Enzim kitinase dihasilkan oleh bakteri, diinokulasikan di dalam medium kitin cair
fungi, tanaman, dan hewan (Nguyen et al. yang mengandung 125 mL koloidal kitin
2015). Salah satu mikroorganisme penghasil 0,3%, 0,65 g Na2HPO4·2H2O, 1,5 g KH2PO4,
kitinase berasal dari jamur yaitu Beauveria 0,25 g NaCl, 0,5 g NH4Cl, 0,12 g
bassiana (de Carolina Sanchez-Perez et al. MgSO4·7H2O, dan 0,005 g CaCl2. Kultur
2014). Jamur ini sejak lama diketahui diinkubasi selama 5 hari di dalam inkubator
memiliki potensi sebagai agen pengendali bergoyang (120 rpm) pada suhu ruang.
hayati yang dapat mengendalikan populasi Sebanyak 10 mL kultur jamur B. bassiana
serangga hama, sehingga banyak (+5.000 spora/mL) dipipet dan diinokulasikan
dikembangkan sebagai agensia hayati ke dalam 1.000 mL medium kitin cair dengan
dalam bidang pertanian (Suryadi et al. teknik aseptik. Kultur diinkubasi di dalam
2013). B. bassiana dalam menginfeksi inkubator bergoyang pada suhu ruang
serangga dengan menembus kutikula selama 5 hari. Kultur disentrifus dengan
inangnya dengan cara mensekresikan kecepatan 10.000 rpm selama 5 menit.
kitinase untuk mendegradasi komponen Supernatan yang dihasilkan adalah ekstrak
utama dari kutikula dan dilanjutkan dengan enzim kitinase (Suryadi et al. 2013).
penetrasi hifa (de Carolina Sanchez-Perez et
al. 2014). Pengujian aktivitas kitinase
Berbagai organisme kitinolitik dapat Penentuan aktivitas enzim dilakukan
menghasilkan beragam jenis kitinase dengan metode Ueda dan Arai (1992),
dengan karakteristik dan spesifitas terhadap dengan membuat sampel 1 mL 0,3 % larutan
substrat yang bervariasi, oleh karena itu koloid kitin (substrat) ditambah 2 mL 0,2 M
perlu pengujian tentang karakteristik kitinase buffer fosfat pH 7 dan 1 mL supernatan
asal B. bassiana serta kinetika enzimnya kitinase (enzim) dimasukkan ke dalam
agar saat aplikasi di lapangan dapat optimal. tabung reaksi dan diinkubasi pada suhu
Tujuan dari penelitian ini adalah 37ºC selama 1 jam. Kontrol dibuat dengan
mengkarakterisasi dan menguji kinetika komponen sama seperti sampel namun
enzim kitinase asal B. bassiana. sebelum inkubasi diinaktivasi terlebih dahulu
pada suhu 100ºC selama 10 menit. Sampel
BAHAN DAN METODE dan kontrol kemudian diukur absorbansinya
menggunakan spektrofotometer pada λ 420
Bahan yang digunakan dalam nm. Aktivitas kitinase ditentukan secara
penelitian ini adalah: Jamur B. bassiana, turbidimetri. Satu unit aktivitas kitinase
Kitin, Potato Dextrose Agar (PDA), bacto didefinisikan sebagai jumlah kitinase yang
agar, HCl pekat, NaOH, NaCl, NH4Cl, menyebabkan pengurangan absorbansi
MgSO4·7H2O, K2HPO4, CaCl2, sebesar 0,001 campuran reaksi per menit.

2
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 1 Thn 2018

Unit aktivitas kitinase dinyatakan dengan kecepatan. Nilai Km dan Vmaks ditentukan
rumus: berdasarkan persamaan Lineweaver-Burk
yang merupakan grafik hubungan antara
1/[S] dan 1/V.
(U/mL) = X
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keterangan
Abs kontrol: absorbansi kontrol (substrat + enzim Hasil kultivasi dan pertumbuhan jamur
yang diinaktivasi)
Abs sampel: absorbansi sampel (substrat + enzim Isolasi B. bassiana dilakukan pada
yang tidak diinaktivasi) medium PDA yang diinkubasi selama 7 hari.
Hasil pengamatan morfologi B. bassiana
Karakterisasi enzim kitinase disajikan pada Gambar 1.
Karakterisasi enzim dilakukan Biakan B. bassiana pada medium PDA
terhadap: suhu dan pH optimum, stabilitas mempunyai miselia dan konidia berwarna
enzim pada suhu optimalnya dan kinetika putih. Konidium dihasilkan oleh biakan yang
enzim. telah bersporulasi yang berbentuk bulat,
yang membentuk kumpulan seperti tepung.
Penetapan pH optimum Konidia diproduksi di atas konidiofor yang
Penetapan pH optimum dilakukan berbentuk seperti botol. Menurut Kulu et al.
dengan cara mereaksikan enzim dengan
substrat koloid kitin 0,5% pada suhu 37ºC
selama 30 menit pada berbagai kondisi pH
larutan buffer 4 sampai 9. Buffer pH 4 dan 5
dibuat dari buffer sitrat fosfat, pH 6-8 dari
buffer fosfat, dan buffer pH 9 dibuat dari
buffer glisin-NaOH. Konsentrasi buffer yang
digunakan adalah 50 mM.

Penetapan suhu optimum


Penetapan suhu optimum dilakukan
dengan cara menginkubasi sistem reaksi
enzimatis pada rentang suhu uji (25, 30, 35,
40, 45, 50, 55, dan 60ºC) selama 30 menit.
Sedangkan pH yang digunakan adalah hasil
pengujian pH optimum.

Penetapan waktu inkubasi optimum


Penetapan waktu inkubasi optimum A
dilakukan dengan mereaksikan enzim pada
rentang waktu inkubasi 15, 30, 60, 120, 150
menit. Inkubasi dilakukan pada buffer pH a
optimal dan suhu optimal.

Studi kinetika enzim


Studi kinetika enzim dilakukan dengan
mereaksikan enzim, buffer fosfat pH 7 dan
substrat kitin dari konsentrasi 0,1 – 1,0% b
dengan interval 0,2% dalam volume reaksi
600 μL. Campuran kemudian diinkubasi
pada suhu 37ºC selama 30 menit. Aktivitas
enzim kitinase dilakukan dengan B
menghubungkan konsentrasi substrat
Gambar 1. Morfologi B. bassiana. (A) pertumbuhan B.
dengan konsentrasi N-asetil-D-glukosamin bassiana pada medium PDA inkubasi 5
yang diperoleh dari kurva standar N-asetil-D- hari. (B) struktur mikroskopis B. bassiana
glukosamin sehingga didapatkan nilai perbesaran 40x10. a: konidia, b: hifa.

3
Karakteristik Dan Sifat Kinetika Enzim Kitinase... Elawati et al.

(2015), ciri-ciri B. bassiana secara morfologi menjadi berkurang yang mengakibatkan


koloni berwarna putih, tekstur lembut seperti turunnya aktivitas enzim secara bertahap
serbuk. Karakter mikroskopis B. bassiana (Suryadi et al. 2013).
memiliki miselium yang bersekat dan Hasil analisis statistik ANOVA
berwarna putih, konidiofor bercabang dan menunjukkan bahwa perlakuan pH
berpola zig-zag. Spora berbentuk bulat, berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap
bening (hialin), bersel satu tanpa sekat. aktivitas enzim kitinase dari B. bassiana.
Spora muncul dari setiap percabangan Setelah dilakukan uji Duncan dengan taraf
konidiofor. nyata α 0,05 terhadap pH menunjukkan
bahwa pada pH 5 aktivitas kitinase berbeda
Pengaruh pH nyata terhadap perlakuan pH lain yang
Derajat keasaman (pH) menjadi faktor diujikan. Hal ini dibuktikan dengan nilai p-
yang mempengaruhi aktivitas enzim (Purkan value >0.05.
et al. 2016). Pengaruh pH terhadap aktivitas
enzim dapat dilihat pada Gambar 2. Pengaruh suhu
Aktivitas maksimum enzim kitinase Setiap enzim memiliki kisaran suhu
dicapai pada buffer sitrat fosfat pH 5 karena tertentu untuk mencapai aktivitas yang
menunjukkan absorbansi yang terbesar optimum. Rentang suhu yang diujikan
dibanding yang lain dengan aktivitas enzim dimulai dari 25ºC sampai 60ºC selama 30
1,15 (U/mL). Hasil ini sejalan dengan yang menit. Hasil pengaruh suhu terhadap
dikemukakan oleh Karthik et al. (2014), aktivitas kitinase disajikan pada Gambar 3.
secara umum jamur bekerja pada pH asam Aktivitas kitinase mengalami
untuk memproduksi kitinase yaitu dibawah penurunan setelah mendapatkan kondisi
pH 6. Lebih lanjut penelitian oleh Wang et al. suhu optimum yaitu suhu 40ºC. Hal ini terjadi
(2015) melaporkan bahwa enzim kitinase karena enzim merupakan jenis protein yang
stabil pada pH 5 dengan aktivitas enzim dapat mengalami denaturasi pada suhu
residu sebesar 70%. Aktivitas kitinase yang tinggi. Denaturasi ini menyebabkan
tinggi pada pH optimum disebabkan oleh perubahan pada konformasi enzim akibat
terjadinya ionisasi asam-asam amino pada adanya perenggangan ikatan hidrogen yang
sisi aktif enzim, sehingga terjadi interaksi bersifat reversibel sehingga dapat
yang optimum antara enzim dengan substrat mempengaruhi sisi aktif enzim untuk
(Rahmawati 2016). berikatan dengan substrat (Haedar et al.
Aktivitas kitinase setelah pH optimum 2017). Penelitian Wang et al. (2015)
mengalami penurunan, hal ini disebabkan melaporkan bahwa kisaran suhu optimal
adanya perubahan muatan ion pada rantai untuk aktivitas kitinase kisaran 40 – 85ºC.
samping yang terionisasi sehingga Aktivitas enzim kitinase menurun
mengakibatkan terjadinya denaturasi enzim setelah suhu 40ºC, sampai dengan suhu
yang disertai hilangnya aktivitas katalitik 50ºC kemudian pada suhu 55ºC kembali
enzim. Adanya perubahan struktur tersier meningkat sedikit, hal ini diduga adanya
menyebabkan kelompok hidrofobik kontak peningkatan suhu inaktivasi yang meningkat,
dengan air sehingga solubilitas enzim sehingga aktivitasnya masih terlihat

1.4 4 Buffer sitrat 0.40


,
Aktivitas enzim (U/mL)

,
e
Aktivitas enzim (U/mL)

1.2
, d
6 Buffer fosfat 0.30
,
1.0
, c
b.c b.c
0.8
, 9 Buffer glisin 0.20
, b
0.6
, d
c a
0.4
, b 0.10
,
a
a
0.2
, a a
0.00
,
0.0
,
25 30 35 40 45 50 55 60
4 5 6 7 8 9
pH Suhu (°C)
Gambar 2. Grafik pengaruh berbagai pH terhadap Gambar 3. Grafik pengaruh suhu terhadap aktivitas
aktivitas kitinase kitinase

4
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 1 Thn 2018

meningkat. Meskipun demikian, berdasarkan yang dihasilkan.


pengujian statistik dengan Duncan, pada Berdasarkan analisis statistik ANOVA
suhu 50ºC, 55ºC, dan 60ºC tidak memiliki tampak bahwa perlakuan waktu inkubasi
perbedaan yang nyata, sehingga dapat berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap
diartikan perlakuan ketiga suhu tersebut aktivitas kitinase dari B. bassiana. Uji
sama dan tidak berpengaruh terhadap naik Duncan dengan taraf nyata α 0,05
turunnya aktivitas enzim. menunjukkan bahwa pada waktu inkubasi 90
Analisis statistik ANOVA menunjukkan menit aktivitas kitinase berbeda nyata
bahwa perlakuan suhu berpengaruh nyata terhadap perlakuan waktu inkubasi lain yang
(P<0,05) terhadap aktivitas enzim kitinase diujikan. Hal ini dibuktikan dengan nilai p-
dari B. bassiana. Setelah dilakukan uji value >0,05.
Duncan dengan taraf nyata α 0,05 terhadap
suhu, menunjukkan bahwa pada suhu 40ºC Kinetika enzim
aktivitas kitinase berbeda nyata terhadap Aktivitas enzim juga dipengaruhi oleh
perlakuan suhu lain yang diujikan. Hal ini konsentrasi substrat yang digunakan.
dibuktikan dengan nilai p-value >0,05. Semakin tinggi konsentrasi substrat yang
digunakan, maka semakin tinggi aktivitas
Pengaruh waktu inkubasi enzim atau semakin tinggi kecepatan reaksi
Semua enzim memiliki kemampuan yang dikatalisis oleh enzim tersebut. Namun
untuk mempertahankan stabilitas sisi pada suatu titik tertentu, yaitu kecepatan
aktifnya dalam waktu tertentu. Kemampuan maksimum (Vmaks), penambahan konsentrasi
ini bersifat spesifik dan berbeda antara substrat dalam jumlah tertentu tidak akan
enzim satu dengan enzim yang lain dapat meningkatkan kecepatan reaksi
(Noviendri et al. 2008). Pengujian stabilitas enzim, melainkan dapat menurunkan
waktu inkubasi terhadap aktivitas enzim aktivitas enzim atau kecepatan reaksi.
kitinase dilakukan dari rentang waktu Dalam hal ini, substrat yang ditambahkan
inkubasi 15 hingga 120 menit dengan pH 5 tersebut akan menjadi inhibitor dalam reaksi
dan suhu 40ºC yang merupakan pH dan enzimatik (Noviendri et al. 2008).
suhu optimum. Hasil uji stabilitas enzim Kinetika enzim dapat diketahui dengan
kitinase terhadap waktu inkubasi disajikan menentukan nilai Km dan Vmaks. Penelitian ini
pada Gambar 4. menggunakan persamaan Lineweaver-Burk
Aktivitas enzim kitinase tertinggi untuk menentukan nilai Km dan Vmaks.
dicapai pada waktu inkubasi 90 menit Penggunaan persamaan Lineweaver-Burk
dengan aktivitas enzim kitinase sebesar memiliki keuntungan karena lebih mudah
0,096 U/mL. Aktivitas enzim meningkat sejak secara matematis. Hasil penentuan kinetika
15 menit inkubasi hingga mencapai aktivitas enzim kitinase disajikan dalam bentuk kurva
optimum pada 90 menit inkubasi. Aktivitas double reciprocal Lineweaver-Burk pada
kitinase menurun setelah waktu inkubasi Gambar 5.
optimum yaitu pada waktu inkubasi 120 Penentuan nilai Km dan Vmaks diperoleh
menit dengan aktivitas enzim sebesar dari persamaan linier y=8,216x+45,194.
0,064 U/mL. Waktu inkubasi berpengaruh Persamaan ini dihitung berdasarkan
terhadap jumlah produk hidrolisis enzim pengukuran konsentrasi N-asetilglukosamin
140
1/V

,
0.12 120
Aktivitas enzim (U/mL)

,
0.10 b 100
,
0.08 b
a.b 80 Slope=
a c
, 60 Km/Vma
0.06
,
0.04 40 ks

1/Km 20
,
0.02 1/Vmaks 1/S
0
,
0.00 -10 -5 -20 0 5 10 15
15 30 60 90 120
-40
Waktu inkubasi (menit)

Gambar 4. Grafik pengaruh waktu inkubasi terhadap Gambar 5. Kurva double reciprocal Lineweaver-Burk
aktivitas kitinase

5
Karakteristik Dan Sifat Kinetika Enzim Kitinase... Elawati et al.

(GlcNAc) sebagai produk hidrolisis substrat konsentrasi substrat yang tinggi untuk
koloid kitin pada berbagai konsentrasi meningkatkan kecepatan reaksi.
selama waktu inkubasi 30 menit.
Berdasarkan perhitungan persamaan DAFTAR PUSTAKA
tersebut diperoleh nilai Vmaks=0,022
mg/L.detik dan nilai Km=0,181 mg/L. Nilai de Carolina Sanchez-Perez L, Barranco-
Vmaks 0,022 mg/L didefinisikan sebagai suatu Florido JE, Rodriguez-Navarro S,
kondisi optimum enzim kitinase B. bassiana Cervantes-Mayagoitia JF, Ramos-
dapat mengubah substrat koloid kitin Lopez MA (2014) Enzymes of
menjadi monomer N-asetil-D- entomopathogenic fungi, advances
glukosamin sebesar 0,022 mg/L setiap and insights. Adv Enzyme Res 2: 65-
detiknya. Nilai Km yang dihasilkan lebih tinggi 76. Doi: 10.4236/aer.2014.22007
daripada Vmaks, hal ini berarti afinitas enzim Haedar N, Natsir H, Fahruddin, Aryanti W
terhadap substrat rendah sehingga (2017) Produksi dan karakterisasi
membutuhkan konsentrasi substrat yang enzim kitinase dari bakteri kitinolitik
tinggi untuk meningkatkan kecepatan reaksi. asal kerang Anadara granosa. J Ilmu
Hasil penelitian di Cina (Zhang et al. 2004) Alam Ling 8: 14-21.
melaporkan produksi kitinase dari B. Jung WJ, Park RD (2014) Bioproduction of
bassiana isolat BB 174 pada kondisi chitooligosaccharides: Present and
formulasi padat mempunyai nilai K m 0,52 perspectives. Mar Drugs 12:5328-
mg/mL dan Vmaks sebesar 0,70 5356. Doi: 10.3390/md12115328
mg/L.detik. Penelitian lain oleh Nguyen et al. Karthik N, Akanksha K, Binod P, Pandey A
(2015) melaporkan nilai Km dan Vmaks (2014) Production, purification and
kitinase dari Lecanicillium lecanii 43H properties of fungal chitinase – A
masing-masing sebesar 0,82 mg/mL dan Review. Indian J Exp Biol 52: 1025-
4,51 U/mg, kemudian Ma et al. (2012) 1035.
melaporkan kitinase dari Gliocladium Kulu IP, Abadi AL, Afandhi A, Nooraidawati
catenulatum HL11 mempunyai nilai Km 0,82 (2015) Morphological and molecular
mg/mL dan Vmaks 2,832 mg/mL. Jika identification of Beauveria bassiana as
dibandingkan dengan penelitian entomopathogen agent from Central
sebelumnya, kinetika enzim yang dihasilkan Kalimantan peatland, Indonesia. Int J
oleh B. bassiana pada penelitian ini lebih ChemTech Res 8:2079-2084.
rendah. Hasil aktivitas kitinase yang Ma GZ, Gao HL, Zhang YH, Li SD, Xie BY,
didapatkan tidak sesuai dengan harapan. Wu SJ (2012) Purification and
Hal ini dimungkinkan karena beberapa faktor characterization of chitinase from
antara lain pH, suhu, konsentrasi substrat, Gliocladium catenulatum strain HL-1-1.
dan komponen medium yang kurang sesuai Afr J Microbiol Res 6: 4377–4383. Doi:
dengan jenis enzim kitinase yang dihasilkan 10.5897/AJMR12.605
oleh B. bassiana pada penelitian ini, Nguyen HQ, Quyen DT, Nguyen SLT, Vu VH
mengingat jenis enzim kitinase yang (2015) An extracellular antifungal
diproduksi oleh jamur terdapat 3 subgrup chitinase from Lecanicillium lecanii:
yaitu grup A, B, C masing-masing memiliki purification, properties, and application
spesifitas yang berbeda (Karthik et al. 2014). in biocontrol against plant pathogenic
fungi. Turk J Biol 39:6-14. Doi:
KESIMPULAN 10.3906/biy-1402-28
Noviendri D, Fawzya YN, Chasanah E
Enzim kitinase yang dihasilkan oleh B. (2008) Karakteristik dan sifat kinetika
bassiana mempunyai suhu optimum 40ºC enzim kitinase dari isolat bakteri T5a1
dan pH optimum 5 dalam buffer sitrat fosfat. asal terasi. J Pascapanen Bioteknol
Enzim ini stabil pada waktu inkubasi 90 Kelautan dan Perikanan 3:123-129.
menit. Enzim kitinase memiliki nilai Km Pratiwi RS, Susanto TE, Wardani YAK,
sebesar 0,181 mg/L dan Vmaks sebesar 0,022 Sutrisno A (2015) Enzim kitinase dan
mg/L.detik. Nilai Km lebih tinggi daripada aplikasi di bidang industri: Kajian
Vmaks, hal ini berarti afinitas enzim terhadap Pustaka. J Pangan Agroindustri 3:
substrat rendah sehingga membutuhkan 878-887.

6
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 1 Thn 2018

Purkan P, Baktir A, Sayyidah AR (2016) karakterisasi kitinase asal Bacillus


Produksi Enzim kitinase dari cereus 11 UJ. J Biol Indon 9: 51-62.
Aspergillus niger menggunakan limbah Doi: 10.14203/jbi.v9i1.146
cangkang rajungan sebagai induser. J Ueda M, Arai M (1992) Purification and
Kimia Riset 1: 34 – 41. Doi: some properties of chitinase from
10.20473/jkr.v1i1.2440 Aeromonas sp. No. 10S-24. Biosci
Rahmawati H, Purnomo AJ, Umniyatie S, Biotech Biochem 56: 460-464. Doi:
Pramiadi D, Sari N (2016) Identification 10.1271/bbb.56.460
and characterization of chitinase Wang J, Zhang J, Song F, Gui T, Xiang J
enzyme producing bacteria from bat (2015) Purification and
guano and its potential to inhibit the characterization of chitinases from
growth of fungus Colletotrichum sp. ridgetail white prawn Exopalaemon
cause anthracnose on the chili by in carinicauda. Molecules 20:1955-1967.
vitro. Int J Adv Agricultural & Doi: 10.3390/molecules20021955
Environmental Engg 3: 249-254. Doi: Zhang J, Cai J, Wu K, Jin S, Pan R, Fan M
10.15242/IJAAEE.U0516208 (2004) Production and properties of
Suryadi Y, Priyatno TP, Susilowati DN, chitinase from Beauveria bassiana
Samudra IM, Yudhistira N, Bb174 in solid state fermentation. Chin
Purwakusumah ED (2013) Isolasi dan J Appl Ecol 5: 863-866.

You might also like