You are on page 1of 134

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG


KESEHATAN REPRODUKSI DI SMP
ISLAM RUHAMA CIPUTAT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH:

SEPTIANA

1110104000018

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M / 1435 H
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
NURSING SCIENCE PROGRAM
STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA
Undergraduate Thesis, July 2014

Septiana, NIM : 1110104000018


The Effect of Health Education toward the Knowledge Level of Adolescent
about Reproductive Health in SMP Islam Ruhama Ciputat
xviii + 75 pages + 6 figures + 9 tables + 7 appendixes

ABSTRACT
Adolescent requires knowledge about reproductive health begins as they enter
puberty. One of the ways to improve the knowledge of adolescents about
reproductive health is to provide health education to prevent problems related to
reproductive health in adolescents.
This study aims to see the influence of reproduction health education toward
students’ knowledge. The study was implemented at SMP Islam Ruhama Ciputat.
The study sample was 24 students and taken by the convenience sample technique.
The method was a pre-experimental design with one group pre-test post-test design.
Data collecting using a questionnaire research instruments. The data analysis
technique which used is the Wilcoxon test.
The results showed the students' knowledge before they were given the health
education with an average value of 81.9% and 86.3% after they were given the health
education. The results of hypothesis test with an alpha error level 0.05 obtained
significant score P> 0.05 means that there is no significant difference in adolescents
knowledge about reproductive health before and after they were given the health
education. It can be concluded that there is no influence of health education on the
level of knowledge of adolescents.

Researchers suggest the schools hold counseling adolescent reproductive health


programs in collaboration with health workers and train peer educators and peer
counselors to improve the knowledge of adolescents about reproductive health

Keywords : Adolescent, health education, reproductive health

iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2014

Septiana, NIM : 1110104000018


Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja
tentang Kesehatan Reproduksi di SMP Islam Ruhama Ciputat
xviii + 75 halaman + 6 gambar + 9 tabel + 7 lampiran

ABSTRAK

Remaja memerlukan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dimulai saat


mereka memasuki masa pubertas. Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan
remaja tentang kesehatan reproduksi adalah dengan memberikan pendidikan
kesehatan untuk mencegah masalah terkait dengan kesehatan reproduksi pada remaja.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pendidikan kesehatan tentang
kesehatan reproduksi terhadap tingkat pengetahuan siswa. Penelitian ini dilaksanakan
di SMP Islam Ruhama Ciputat. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 24 orang
dengan teknik convenience sample. Metode yang digunakan adalah Pre experimental
design dengan one group pre-test post-test design. Pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian berupa kuesioner. Teknik analisa data yang digunakan adalah uji
Wilcoxon.
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan siswa sebelum diberikan
pendidikan kesehatan dengan nilai rata-rata 81.9%. dan setelah diberikan pendidikan
kesehatan menjadi 86.3%. Hasil uji hipotesis dengan tingkat kesalahan alpha 0.05
didapatkan nilai p>0.05 berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan pengetahuan
remaja sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Dapat disimpulkan
bahwa tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan
remaja.
Peneliti menyarankan pihak sekolah mengadakan program konseling
kesehatan reproduksi remaja yang bekerja sama dengan petugas kesehatan dan
melatih pendidik sebaya dan konselor sebaya untuk meningkatkan pengetahuan
remaja tentang kesehatan reproduksi.

Kata kunci : Remaja, pendidikan kesehatan, kesehatan reproduksi

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : SEPTIANA

Tempat, tanggal Lahir : Cirebon, 10 September 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Pangeran Jakatawa No. 63 Blok III RT 003 RW 007 Desa

Gegesik Kidul Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon 45164

No. HP : +6287829706216

E-mail : tianagina92@yahoo.com

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu

Keperawatan

PENDIDIKAN

1. Taman Kanak-Kanak Tunas Harapan Gegesik Kidul 1997-1998


2. Sekolah Dasar Negeri 1 Gegesik Kidul 1998-2004
3. SMP Negeri 1 Gegesik 2004-2007
4. SMA Negeri 1 Gegesik 2007-2010
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010-Sekarang

viii
KATA PENGANTAR

‫السالم عليكن ورحمة هللا وبركاته‬

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat,

hidayah, dan kekuatan kepada penulis, karena hanya dengan izin-Nya penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Reproduksi Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja di SMP Islam

Ruhama Ciputat”. Sholawat serta salam juga selalu tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW.

Banyak pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, doa, serta

kerjasama yang luar biasa dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua tercinta, Ibunda Bainah dan Ayahanda Arwata, yang telalu

memberikan doa, dukungan, dan semangat kepada penulis dalam

menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini. Tak lupa, kepada adik-adik

tersayang dan seluruh keluarga besar yang senantiasa selalu memberikan

dukungan dan doanya dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr, Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Prof. Dr. Dr, MK. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM selaku Ketua Program Studi

Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

ix
5. Ibu Mira Suminar, S.Kp, M.Kes. dan Ibu Yenita Agus. M.Kep.

Sp.Mat.PhD selaku dosen pembimbing skripsi yang meluangkan waktu

dan dengan sabar memberikan arahan, saran, dan perbaikan serta motivasi

kepada penulis selama proses penyusunan sehingga penyusunan skripsi ini

dapat terselesaikan.

6. Kepala Sekolah SMP Islam Ruhama Ciputat yang telah memberi

persetujuan awal kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP

Islam Ruhama Ciputat

7. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis

selama kuliah.

8. Seluruh staf dan karyawan akademik yang telah banyak memberi

kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman Saya di Ilmu Keperawatan 2010 khususnya Cherries (Alif

Nurul, Ratu Ummu Hani, Adis Anggulasi, Devica Kesuma, Laras Ayunda

Pratama, dan Rizkinuary Hidayah) yang selalu ada dalam senang maupun

susah, mendukung dan memberi semangat.

10. Kepada seluruh keluarga PSIK Kakak-Kakak dan Adik-Adik Saya di

Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah membantu dan memotivasi

dalam mencapai cita-cita.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi

perbaikan skripsi ini.

x
Mudah-mudahan segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan

kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Akhirnya, penulis

berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis

khususnya.

‫والسالم عليكن ورحمة هللا وبركاته‬

Ciputat, Juli 2014

Septiana

xi
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................ i

Pernyataan Keaslian Karya ........................................................................ ii

Abstract ...................................................................................................... iii

Abstrak ....................................................................................................... iv

Pernyataan Persetujuan .............................................................................. v

Lembar Pengesahan ................................................................................... vi

Daftar Riwayat Hidup ................................................................................ viii

Kata Pengantar ........................................................................................... ix

Daftar Isi..................................................................................................... xii

Daftar Gambar ............................................................................................ xvi

Daftar Tabel ............................................................................................... xvii

Daftar Lampiran ......................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
C. Pertanyaan Penelitian ..................................................................... 6
D. Tujuan ............................................................................................ 7
1. Tujuan Umum .......................................................................... 7
2. Tujuan Khusus ......................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7
1. Manfaat Teoritis ....................................................................... 7

xii
2. Manfaat Praktis ........................................................................ 7
F. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Kesehatan .................................................................... 9


1. Pengertian Pendidikan Kesehatan ............................................ 9
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan .................................................. 9
3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan .................................... 10
4. Media Pendidikan Kesehatan ................................................... 14
B. Kesehatan Reproduksi Remaja ...................................................... 15
1. Pengertian Kesehatan Reproduksi............................................ 15
2. Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja .............................. 15
3. Dasar Pengetahuan Kesehatan Reproduksi untuk Remaja....... 16
4. Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi ............................... 17
a. Wanita ................................................................................ 17
b. Pria ..................................................................................... 20
5. Tujuan Kesehatan Reproduksi ................................................. 22
6. Cara Memelihara Kesehatan Organ Reproduksi ...................... 22
7. Pubertas dan Seksualitas .......................................................... 25
8. Kehamilan ................................................................................ 27
a. Tanda tak pasti ................................................................... 27
b. Tanda pasti ......................................................................... 27
C. Remaja............................................................................................ 28
1. Pengertian Remaja ................................................................... 28
2. Tugas Perkembangan Remaja .................................................. 29
3. Perubahan pada Masa Remaja ................................................. 31
4. Karakteristik Seksualitas Remaja............................................. 32
D. Pengetahuan ................................................................................... 33
1. Pengertian Pengetahuan ........................................................... 33
2. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ................................ 33

xiii
E. Model Kepercayaan Kesehatan ...................................................... 37
F. Penelitian Terkait ........................................................................... 39
G. Kerangka Teori............................................................................... 41

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL,

DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep ........................................................................... 42


B. Definisi Operasional....................................................................... 43
C. Hipotesis......................................................................................... 44

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ............................................................................ 45


B. Waktu dan Lokasi Penelitian ......................................................... 46
C. Populasi dan Sampel ...................................................................... 46
1. Populasi .................................................................................... 46
2. Sampel ...................................................................................... 46
D. Teknik Pengambilan Sampel.......................................................... 47
E. Instrumen Penelitian....................................................................... 47
F. Teknik Pengujian Instrumen .......................................................... 49
G. Tahapan Pengambilan Data ........................................................... 51
H. Tahap Pengolahan Data.................................................................. 55
I. Teknik Analisa Data....................................................................... 56
1. Analisis Univariat..................................................................... 56
2. Analisis Bivariat ....................................................................... 56
J. Etika Penelitian .............................................................................. 57

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Profil SMP Islam Ruhama Ciputat................................................. 58


B. Hasil Analisis Univariat ................................................................. 58

xiv
C. Analisis Bivariat ............................................................................. 64

BAB VI PEMBAHASAN

A. Pengetahuan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan tentang


Kesehatan Reproduksi .................................................................... 67
B. Pengetahuan Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan tentang
Kesehatan Reproduksi .................................................................... 69
C. Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan
Kesehatan tentang Kesehatan Reproduksi ..................................... 70
D. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 72

BAB VII KESIMPULAN

A. Kesimpulan .................................................................................... 74
B. Saran ............................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Organ Reproduksi Wanita Bagian Luar ................................. 18

Gambar 2.2 Organ Reproduksi Wanita Bagian Dalam .............................. 20

Gambar 2.3 Organ Reproduksi Pria ........................................................... 21

Gambar 2.4 Kerangka Teori ....................................................................... 41

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ................................................................... 42

Gambar 4.1 Desain Penelitian .................................................................... 45

xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................. 43
Tabel 4.1 Uraian Kuesioner Penelitian ...................................................... 48
Tabel 5.1 Deskripsi Data Demografi ......................................................... 59
Tabel 5.2 Daftar Nilai Pengetahuan Siswa Sebelum dan Sesudah Diberikan
Pendidikan Kesehatan ................................................................................ 60
Tabel 5.3 Distribusi Statistik Deskriptif Pengetahuan Siswa
Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi Pendidikan Kesehatan
Tentang Reproduksi ................................................................................... 61
Tabel 5.4 Deskripsi Hasil Pertanyaan Per Item Sebelum
Diberikan Pendidikan Kesehatan ............................................................... 63
Tabel 5.5 Deskripsi Hasil Pertanyaan Per Item Setelah
Diberikan Pendidikan Kesehatan ............................................................... 64
Tabel 5.6 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan Remaja
Tentang Kesehatan Reproduksi Sebelum dan Sesudah diberikn
Pendidikan Kesehatan ................................................................................ 65
Tabel 5.7 Distribusi Perbedaan Tingkat Pengetahuan tentang
Kesehatan Reproduksi Sebelum dan Sesudah Diberikan
Pendidikan Kesehatan ................................................................................ 66

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Dokumen Perizinan


Lampiran 2.Lembar Informed Consent
Lampiran 3.Kuesioner Penelitian
Lampiran 4.Hasil Uji Validitas
Lampiran 5.Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 6.Hasil Olahan SPSS Univariat
Lampiran 7.Hasil Olahan SPSS Bivariat

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tahun 2010 jumlah remaja usia 10-24 tahun adalah 64 juta atau 27,6% dari

total jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa (Sensus Penduduk, 2010).

Dengan jumlah remaja yang sangat besar, maka remaja sebagai generasi penerus

bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat jasmani, rohani dan mental

spiritual.Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan diantaranya perubahan fisik, psikis,

dan sosial. Berbagai perubahan yang terjadi pada remaja tersebut dapat menimbulkan

permasalahan yang mungkin dapat mengganggu perkembangan remaja di masa depan

(Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2012).

Hasil analisis Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Depkes dan

Kesejahteraan Masyarakat dan Kesejahteraan Sosial RI (2010), menunjukkan bahwa

kondisi kesehatan reproduksi di Indonesia dewasa ini masih belum seperti yang

diharapkan, bila dibandingkan dengan keadaan di Negara-negara ASEAN lainnya.

Indonesia masih tertinggal jauh dalam aspek kesehatan reproduksi, termasuk

kesehatan reproduksi remaja (BKKBN, 2012).

Masalah kesehatan reproduksi yang memungkinkan dialami oleh remaja

diantaranya yaitu kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), aborsi, penyakit menular

1
2

seksual (PMS), kekerasan seksual, serta masalah keterbatasan akses informasi dan

pelayanan kesehatan. Keterbatasan akses informasi bagi remaja Indonesia mengenai

kesehatan reproduksi yang di dalamnya mencakup seksualitas disebabkan karena

masyarakat Indonesia masih beranggapan bahwa seksualitas adalah hal yang tabu dan

tidak layak untuk dibicarakan secara terbuka. Orang tua biasanya merasa risih untuk

memberikan penjelasan mengenai masalah reproduksi dan seksualitas kepada

anaknya yang mulai tumbuh menjadi remaja, dan anak remaja juga cenderung merasa

malu untuk bertanya secara terbuka kepada orang tuanya (BKKBN, 2012).

Permasalahan utama yang dialami oleh remaja Indonesia yaitu ketidaktahuan

terhadap tindakan yang harus dilakukan sehubungan dengan perkembangan yang

sedang dialami, khususnya masalah kesehatan reproduksi remaja. Hal tersebut

ditunjukkan dengan masih rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan

reproduksi. Remaja perempuan yang mengetahui tentang masa subur baru mencapai

29% sedangka remaja laki-laki sebesar 32,3%. Remaja perempuan dan remaja laki-

laki yang mengetahui resiko kehamilan jika melakukan hubungan seksual untuk

pertama kali masing-masing baru mencapai 49,5% dan 45,5%. Remaja perempuan

dan remaja laki-laki usia 14-19 tahun yang mengaku mempunyai teman pernah

melakukan hubungan seksual sebelum menikah masing-masing mencapai 34,7% dan

30,9% sedangkan remaja perempuan dan laki-laki usia 20-24 tahun yang mengaku

mempunyai teman pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah masing-

masing sebanyak 48,6% dan 46,5% (BKKBN, 2012). Penelitian Kesehatan UI tahun

2010 di Jakarta, Tangerang dan Bekasi (JATABEK) dengan jumlah sampel 3006

(usia <17 – 24 tahun), menunjukkan bahwa 20,9% mengalami kehamilan dan


3

kelahiran sebelum menikah dan 38,7% remaja mengalami kehamilan sebelum

menikah dan kelahiran setelah menikah.

Tidak tersedianya informasi yang akurat dan benar tentang kesehatan

reproduksi membuat remaja berusaha untuk mencari akses dan melakukan eksplorasi

sendiri. Remaja sering kali menjadikan media internet, televisi, majalah dan bentuk

media masa lainnya yang dijadikan sumber untuk memenuhi rasa ingin tahu tentang

seksualitas dan reproduksi. Oleh karena itu remaja memerlukan informasi tentang

kesehatan reproduksi dengan benar sehingga diharapkan remaja akan memiliki sikap

dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai organ dan proses reproduksinya

sendiri (BKKBN, 2008).

Menurut Fahmi Idris dalam Hashman (2009), program kesehatan seharusnya

lebih ditujukan pada perubahan perilaku (promotif dan preventif).Perubahan perilaku

tersebut berkontribusi 50% untuk menyehatkan masyarakat, sedangkan program

pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) yang dilakukan di rumah sakit atau puskesmas

hanya berkontribusi sekitar 10% untuk menyehatkan masyarakat dan khususnya

untuk mencegah masalah kesehatan reproduksi.

Pendidikan kesehatan tentang reproduksi di Indonesia lebih banyak diberikan

pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) daripada Sekolah Menengah Pertama

(SMP), padahal jumlah siswa SMP lebih banyak daripada jumlah siswa SMA

(Kemenkes, 2010). Remaja yang berada di tingkat awal sekolah menengah

mempunyai risiko melakukan hubungan seksual di luar nikah baik disengaja ataupun

tidak. Dikarenakan pada tahap ini remaja berada pada periode mencari identitas,

menyebabkan remaja masih heran akan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam


4

tubuhnya baik itu perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Mereka mulai

mengembangkan pikiran-pikiran baru dan mulai mencari tahu atas perubahan-

perubahan yang terjadi dalam diri mereka. Oleh karena itu, masa yang paling tepat

untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi adalah pada masa remaja awal.

Badan kesehatan dunia (WHO, 2009) menekankan pentingnya pendidikan kesehatan

reproduksi kepada kelompok remaja muda, yaitu kelompok usia 10 hingga 14 tahun.

Usia ini adalah masa emas untuk membentuk dan mempersiapkan mereka untuk

mengambil keputusan yang lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan

reproduksinya.

Salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan

reproduksi adalah melalui pendidikan kesehatan.Pendidikan kesehatan akan

mempunyai efek yang baik apabila dalam prosesnya menggunakan metode maupun

media yang baik. Salah satu metode pendidikan kesehatan adalah ceramah Tanya

jawab.Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara didepan

sekelompok pendengar, metode ini baik untuk sarana yang berpendidikan tinggi

maupun berpendidikan rendah (Notoatmodjo, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh

Purwono (2009) pada siswa SMPN 34 Semarang menunjukkan bahwa pendidikan

kesehatan menggunakan metode ceramah efektif terhadap peningkatan pengetahuan

remaja tentang stress.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada

11 orang siswa 8 orang siswa memiliki sikap positif terhadap seksual pranikah

sebagai akibat dari rendahnya tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan

reproduksi didukung dengan pendapat mereka tentang aktivitas pacaran, 3 orang


5

lainnya mengaku belum pernah berpacaran. Rata-rata dari mereka sudah mengetahui

akibat dari perilaku seks sering berganti pasangan yaitu diantaranya adalah terkena

penyakit HIV/AIDS. Pengetahuan siswa tentang reproduksi manusia sebagian mereka

dapatkan dari pelajaran biologi tetapi belum pernah ada kegiatan pendidikan

kesehatan yang diadakan secara khusus tentang kesehatan reproduksidi sekolah ini

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi pada siswa SMP.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (2012)

masih rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi ditunjukan

dengan remaja perempuan yang mengetahui tentang masa subur baru mencapai 29%

sedangka remaja laki-laki sebesar 32,3%. Remaja perempuan dan remaja laki-laki

yang mengetahui resiko kehamilan jika melakukan hubungan seksual untuk pertama

kali masing-masing baru mencapai 49,5% dan 45,5%. Remaja perempuan dan remaja

laki-laki usia 14-19 tahun yang mengaku mempunyai teman pernah melakukan

hubungan seksual sebelum menikah masing-masing mencapai 34,7% dan 30,9%

sedangkan remaja perempuan dan laki-laki usia 20-24 tahun yang mengaku

mempunyai teman pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah masing-

masing sebanyak 48,6% dan 46,5%.

Hal-hal tersebut diatas menunjukkan pentingnya pendidikan kesehatan untuk

mencegah terjadinya masalah kesehatan reproduksi pada remaja seperti yang


6

disarankan oleh Badan kesehatan dunia (WHO, 2009) menekankan bahwa pentingnya

pendidikan kesehatan reproduksi kepada kelompok remaja muda, yaitu kelompok

usia 10 hingga 14 tahun. Usia ini adalah masa emas untuk membentuk dan

mempersiapkan mereka untuk mengambil keputusan yang lebih bertanggung jawab

terhadap kesehatan reproduksinya.

Dari masalah-masalah yang disebutkan diatas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja

tentang kesehatan reproduksi di Sekolah Menengah Pertama Islam Ruhama Ciputat.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka dapat diambil

beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan

reproduksi sebelum diberikan pendidikan kesehatandi SMP Islam Ruhama

Ciputat

2. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan

reproduksi sesudah diberikan pendidikan kesehatan di SMP Islam Ruhama

Ciputat

3. Bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan

remaja tentang kesehatan reproduksi di SMP Islam Ruhama Ciputat


7

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan

reproduksi sebelum dilakukan pendidikan kesehatan di SMP Islam

Ruhama Ciputat.

b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan

reproduksi sesudah dilakukan pendidikan kesehatan di SMP Islam

Ruhama Ciputat

c. Mengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat

pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMP Islam Ruhama

Ciputat

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis diharapkan mampu menjadi landasan untuk promosi

kesehatan pada remaja dalam rangka mencegah masalah kesehatan

reproduksi pada remaja.

2. Manfaat Praktis

a. Institusi pendidikan keperawatan


8

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pendidikan

dalam keperawatan dan keperawatan maternitas yang berguna dalam

mengembangkan metode yang efektif untuk melakukan promosi

kesehatan.

b. Pelayanan Keperawatan

Penelitian ini dapat dijadikan landasan bagi perawat untuk

menjalankan fungsinya sebagai health educator dan health counselor

dalam strategi promosi kesehatan reproduksi pada remaja dalam

mencegah masalah kesehatan reproduksi.

c. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi evidence base

practice dalam upaya pencegahan masalah kesehatan reproduksi pada

remaja.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berkaitan dengan area keperawatan maternitas, yaitu tentang

kesehatan reproduksi remaja. Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Ruhama Ciputat,

dengan menggunakan jenis penelitian pra-eksperimental dengan desain one group

pre-test dan post-test design.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Ottawa

Charter, 1986 dikutip oleh Notoatmodjo 2010). Pendidikan kesehatan adalah

upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,

kelompok atau masyarakat sehingga dapat melakukan seperti yang

diharapkan oleh pelaku pendidikan kesehatan (Fitriani, 2011).

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan utama pendidikan kesehatan yaitu agar seseorang mampu

(Mubarak, 2009):

1) Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri

2) Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalah, dengan

sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari

luar

3) Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan taraf

hidup sehat dan kesejahteraan masayarakat.

9
10

Sedangkan tujuan utama pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang

Kesehatan No.23 tahun 1992 adalah meningkatkan kemampuan masyarakat

untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik secara fisik,

mental dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial

(BKKBN, 2012).

3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ada beberapa dimensi ruang lingkup pendidikan kesehatan, antara lain

(Fitriani, 2011):

1) Dimensi Sasaran

a) Individu

Metode yang dapat dilakukan adalah:

- Bimbingan dan konseling

Konseling kesehatan adalah kegiatan pendidian kesehatan yang

dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan

sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi

juga mau dan bersedia melakukan anjuran yang berhubungan

dengan kesehatan (Maulana, 2009)

- Wawancara

Wawancara adalah bagian dari bimbingan dan

penyuluhan.Menggali informasi mengapa individu tidak atau

belum mau menerima perubahan, apakah individu tertarik atau

tidak terhadap perubahan, bagaimanakah dasar pengertian dan


11

apakah mempunyai dasar yang kuat jika belum, maka diperlukan

penyuluhan yang lebih mendalam (Fitriani, 2011).

b) Kelompok

Metode yang bisa digunakan untuk kelompok kecil diantaranya:

- Diskusi kelompok

Diskusi kelompok adalah membahas suatu topik dengan cara tukar

pikiran antara dua orang atau lebih dalam suatu kelompok yang

dirancang untuk mencapai tujuan tertentu.

- Mengungkapkan pendapat (Brainstorming)

Merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Pada prinsipnya

sama dengan diskusi kelompok. Tujuannya adalah untuk

menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan,

pengalaman, dari setiap peserta.

- Bermain peran

Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk

menghadirkan peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam satu

pertunjukkan di dalam kelas pertemuan,

- Kelompok yang membahas tentang desas-desus

Dibagi menjadi kelompok kecil kemudian diberikan suatu

permasalahan yang sama atau berbeda antara kelompok satu

dengan kelompok lain kemudian masing-masing dari kelompok

tersebut mendiskusikan hasilnya lalu kemudian tiap kelompok

mendiskusikan kembali dan mencari kesimpulannya.


12

- Simulasi

Berbentuk metode praktek yang berfungsi untuk mengembangkan

keterampilan peserta belajar. Metode ini merupakan gabungan dari

role play dan diskusi kelompok.

c) Masyarakat luas

Metode yang dapat dipakai untuk masyarakat luas diantaranya:

- Seminar

Metode seminar ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar

dengan pendidikan menengah ke atas.Seminar adalah suatu

presentasi dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topic

yang dianggap penting dan biasanya sedang ramai dibicarakan di

masyarakat (Fitriani, 2011).

- Ceramah

Metode ceramah adalah sebuah metode pengajaran dengan

menyampaikan informasi secara lisan kepada sejumlah siswa,

yang pada umumnya mengikuti secara pasif (Syah, 2000 dalam

Simamora, 2009).

2) Dimensi Tempat Pelaksanaan

a) Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran murid

b) Pendidikan kesehatan di rumah sakit atau di tempat pelayanan

kesehatan lainnya, dengan sasaran pasien dan juga keluarga pasien

c) Pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan sasaran buruh atau

karyawan
13

3) Dimensi Tingkat Pelayanan Kesehatan

Menurut Leavel dan Clark ada lima tingkat pencegahan yang dapat

dilakukan melalui pendidikan kesehatan, yaitu:

a) Peningkatan kesehatan

Dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan seperti pendidikan

kesehatan, penyuluhan kesehatan, konsultasi perkawinan,

pendidikan seks, pengendalian lingkungan, dan sebagainya.

b) Perlindungan umum dan khusus

Perlindungan umum dan khusus merupakan usaha kesehatan

dalam rangka memberikan perlindungan secara khusus atau

umum kepada seseorang atau masyarakat.Bentuk

perlindungan tersebut seperti imunisasi dan higiene

perseorangan, perlindungan diri dari kecelakaan, kesehatan

kerja, pengendalian sumber-sumber pencemaran, dan lain-

lain.

c) Diagnosis dini dan pengobatan segera atau adekuat

Pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang rendah terhadap

kesehatan mengakibatkan masyarakat mengalami kesulitan

untuk mendeteksi penyakit bahkan enggan untuk

memeriksakan kesehatan dirinya dan mengobatai

penyakitnya.
14

d) Pembatasan kecacatan

Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang

kesehatan dan penyakit sering membuat masyarakat tidak

melanjutkan pengobatannya sampai tuntas, yang akhirnya

dapat mengakibatkan kecacatan atau ketidakmampuan.Oleh

karena itu, pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap

ini dalam bentuk penyempurnaan dan intensifikasi terapi

lanjutan, pencegahan komplikasi, perbaikan fasilitas

kesehatan, penurunan beban sosial penderita, dan lain-lain.

e) Rehabilitasi

Latihan diperlukan untuk pemulihan seseorang yang telah

sembuh dari suatu penyakit atau menjadi cacat.Karena

kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya

rehabilitasi, masyarakat tidak mau untuk melakukan latihan-

latihan tersebut (Mubarak, 2009).

4. Media Pendidikan Kesehatan

Media adalah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Media

sebagai alat pembelajaran mempunyai syarat antara lain, 1) harus bisa

meningkatkan motivasi subyek untuk belajar, 2) merangsang pembelajaran

mengingat apa yang sudah dipelajari, 3) mengaktifkan subyek belajar dalam

memberikan tanggapan/umpan balik, 4) mendorong pembelajar untuk

melakukan praktek-praktek yang benar (Boore, 1997, dalam Era,

2003).sedangkan alat bantu yang digunakan antara lain alat bantu lihat
15

(visual), alat bantu dengar (audio) atau alat bantu dengar dan lihat (audio

visual) serta alat bantu dengan media tulis seperti poster, leaflet, booklet,

lembar balik, flipchart (notoatmodjo, 2010).

B. Kesehatan Reproduksi Remaja

1. Pengertian Kesehatan Reproduksi

Menurut Depkes RI (2000) kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan

sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang

berkaitan dengan alat, fungsi, serta proses reproduksi dan pemikiran kesehatan

reproduksi bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit, melainkan juga

bagaimana seseorang dapat memiliki seksual yang aman dan memuaskan

sebelum dan sesudah menikah (dalam Nugroho, 2010).

Pengertian kesehatan reproduksi menurut BKKBN (2008) adalah

kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada

semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan.

2. Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja

Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang

menyangkut sistem, (fungsi, komponen dan proses) reproduksi yang dimiliki

oleh remaja. Kondisi sehat adalah sehat secara fisik, mental, dan sosial

(BKKBN, 2008).
16

3. Dasar Pengetahuan Kesehatan Reproduksi untuk Remaja

Menurut Depkes RI (2008) dasar pengetahuan kesehatan reproduksi yang

perlu diketahui oleh remaja yaitu:

1) Pengetahuan tentang perubahan fisik, kejiwaan dan kematangan

seksual. Misalnya informasi tentang haid dan mimpi basah, tentang

alat reproduksi remaja laki-laki dan perempuan

2) Proses reproduksi yang bertanggung jawab. Bekal pemahaman seks

sebagai kebutuhan manusia secara biologis dan perlunya serta

bagaimana menyalurkan dan mengendalikan naluri seksual menjadi

kegiatan yang positif seperti olahraga atau hobi yang bermanfaat.

Sementara penyaluran berupa hubungan seksual hanya untuk

melanjutkan keturunan yaitu dengan cara menikah terlebih dahulu.

3) Pergaulan yang sehat antara remaja laki-laki dan remaja perempuan,

serta kewaspadaan terhadap masalah remaja yang banyak ditemukan.

Remaja juga memerlukan pembekalan tentang kiat untuk

mempertahankan diri secara fisik maupun psikis dan mental dalam

menghadapi berbagai godaan, seperti ajakan untuk melakukan

hubungan seksual diluar nikah dan penggunaan NAPZA

4) Persiapan pranikah. Informasi ini diperlukan agar calon pengantin

lebih siap secara mental dan emocional dalam memasuki kehidupan

berkeluarga

5) Kehamilan dan persalinan, serta cara pencegahannya. Remaja perlu

mendapat informasi tentang hal ini, sebagai persiapan bagi remaja


17

laki-laki dan remaja perempuan dalam memasuki kehidupan

berkeluarga di masa depan.

4. Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi

Perlu dipahami oleh remaja bahwa pria dan wanita memiliki organ

reproduksi yang berbeda, baik dalam hal struktur atau fungsinya. Alat

reproduksi pria terdiri dari testis dan penis, sedangkan pada wanita terdiri

dari ovarium, uterus, dan vagina. Berikut adalah penjelasan fungsi dari

tiap organ reproduksi yang dapat dijelaskan kepada remaja (Bobak, dkk.,

2005).

a. Wanita

Organ reproduksi wanita terbagi menjadi organ reproduksi bagian luar

dan organ reproduksi bagian dalam.

Organ reproduksi bagian luar:

1) Vulva, adalah organ kelamin luar yang terdiri dari labia mayora,

labia minora, mons pubis, bulbus vestibule, vestibulum vaginae,

glandula vestibularis major dan minor, serta orificium vaginae.

2) Labia mayora,yaitu berupa dua buah lipatan bulat jaringan lemak

yang ditutupi kulit dan memanjang ke bawah dan ke belakang dari

mons pubis. Berfungsi melindungi jaringan yang ada dibawahnya

(labia minora, meatus urinarius, dan muara vagina).

3) Mons pubis, bantalan berisi lemak yang terletak dipermukaan

anterior simfisis pubis. Setelah pubertas, kulit mons pubis akan

ditutupi oleh rambut ikal yang membentuk pola tertentu. Berfungsi


18

dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis saat berhubungan

seksual.

4) Payudara/kelenjar mamae yaitu organ yang berguna untuk

menyusui.

Gambar 2.1 Organ reproduksi wanita bagian luar

Organ reproduksi bagian dalam:

1) Labia minora, adalah labia sebelah dalam dari labia majora, dan

berakhir dengan klitoris, ini identik dengan penis sewaktu masa

perkembangan janin yang kemudian mengalami atrofi. Dibagian

tengah klitoris terdapat lubang uretra untuk keluarnya air kemih

saja.
19

2) Hymen, merupakan selaput tipis yang bervariasi elastisitasnya

berlubang teratur ditengah, sebagai pemisah dunia luar dengan

organ dalam. Hymen akan sobek dan hilang setelah wanita

berhubungan seksual atau setelah melahirkan.

3) Vagina, yaitu berupa tabung bulat memanjang terdiri dari otot-otot

melingkar yang di kanankirinya terdapat kelenjar (Bartolini)

menghasilkan cairan sebagai pelumas waktu melakukan aktifitas

seksual. Berfungsi sebagai organ untuk berhubungan seksual dan

jalan lahir.

4) Uterus(rahim), yaitu organ yang berbentuk seperti buah peer,

bagian bawahnya mengecil dan berakhir sebagai leher

rahim/cerviks uteri. Uterus terdiri dari lapisan otot tebal sebagai

tempat pembuahan, berkembangnya janin. Pada dinding sebelah

dalam uterus selalu mengelupas setelah menstruasi.

5) Tuba uterina(fallopi), yaitu saluran di sebelah kiri dan kanan

uterus, sebagai tempat melintasnya sel telur/ovum.

6) Ovarium, yaitu merupakan organ penghasil sel telur dan

menghasilkan hormon esterogen dan progesteron. Organ ini

berjumlah 2 buah.
20

Gambar 2.2 Organ reproduksi wanita bagian dalam

b. Pria

Alat kelamin pria juga dibedakan menjadi alat kelamin pria

bagian luar dan alat kelamin pria bagian dalam.

Organ reproduksi bagian luar:

1) Penis, yaitu organ reproduksi berbentuk bulat panjang yang

berubah ukurannya pada saat aktifitas seksual. Bagian dalam penis

berisi pembuluh darah, otot dan serabut saraf. Pada bagian

tengahnya terdapat saluran air kemih dan juga sebagai cairan

sperma yang di sebut uretra.


21

2) Skrotum, yaitu organ yang tampak dari luar berbentuk bulat,

terdapat 2 buah kiri dan kanan, berupa kulit yang mengkerut dan

ditumbuhi rambut pubis.

Gambar 2.3 Organ reproduksi pria

Organ reproduksi bagian dalam:

1) Testis, yaitu merupakan isi skrotum, berjumlah 2 buah, terdiri dari

saluran kecil-kecil membentuk anyaman, sebagai tempat

pembentukan sel spermatozoa.

2) Vas deferens, yaitu merupakan saluran yang membawa sel

spermatozoa, berjumlah 2 buah.

3) Kelenjar prostat, yaitu merupakan sebuah kelenjar yang

menghasilkan cairan kental yang memberi makan sel-sel

spermatozoa serta memproduksi enzim-enzim.


22

4) Kelenjar vesikula seminalis, yaitu kelenjar yang menghasilkan

cairan untuk kehidupan sel spermatozoa, secara bersama-sama

cairan tersebut menyatu dengan spermatozoa menjadi produk yang

disebut semen, yang dikeluarkan setiap kali pria ejakulasi.

5. Tujuan Kesehatan Reproduksi

Remaja memerlukan tempat yang aman untuk memeriksakan diri

atau konsultasi dengan petugas dan orang-orang yang tepat untuk

membahas mengenai masalah kesehatan reproduksi remaja. Adapun

tujuan kesehatan reproduksi remaja menurut Soetjiningsih (2004) yaitu:

1) Menurunkan resiko kehamilan dan pengguguran yang tidak

dikehendaki

2) Menurunkan penularan infeksi menular seksual/HIV-AIDS

3) Memberikan informasi kontrasepsi (untuk pasca keguguran)

4) Konseling untuk mengambil keputusan

Bila pelayanan reproduksi esensial tersebut dapat dilaksanakan

dengan baik, maka langkah-langkah tersebut sangat baik untuk mengatasi

masalah remaja seperti yang diuraikan diatas.

6. Cara memelihara kesehatan organ reproduksi

Memelihara organ reproduksi wanita:

1) Membilas vulva dengan air bersih setiap kali selesai buang air kecil

atau buang air besar. Membasuh dengan air bersih dari arah depan

ke belakang. Kemudian keringkan menggunakan tisu sekali usap


23

sebelum menggunakan celana dalam, karena jika organ dibiarkan

lembab maka jamur akan mudah tumbuh menyebabkan rasa gatal.

2) Ganti celana dalam minimal 2x sehari. Pilih celana dalam yang

mudah menyerap keringat, misalnya bahan katun. Hindari celana

dalam yang terlalu ketat karena akan menekan otot vagina dan

membuat suasana lembab yang dapat memicu pertumbuhan jamur.

3) Jika berada di toilet umum sebaiknya menggunakan air yang

mengalir. Karena kemungkinan air yang berada di tempat

penampungan mengandung bakteri dan jamur.

4) Hindari penggunaan pantyliner secara terus menerus karena dapat

menyebabkan iritasi. Gunakan pantyliner hanya saat mengalami

keputihan saja.

5) Pada saat menstruasi, gunakan pembalut dengan permukaan lembut

dan kering sehingga tak menimbulkan iritasi. Selain itu gantilah

pembalut sesering mungkin minimal 5-6 jam sekali karena darah

yang tertampung pada pembalut bias menjadi media tumbuhnya

kuman.

6) Hindari penggunaan cairan khusus pembersih organ intim secara

rutin karena akan mengganggu keseimbangan pH dalam vagina.

Bila terlalu sering dipakai, justru akan membunuh bakteri baik

dalam vagina, yang selanjutnya akan memicu tumbuhnya jamur.

Akibatnya, muncul gatal-gatal di area organ intim.

7) Cukur rambut kemaluan secara berkala.


24

8) Hindari stres berlebihan dan beralihlah ke gaya hidup aktif dengan

teratur berolahraga dan konsumsi makanan bergizi seimbang.

Memelihara organ reproduksi pria:

1) Menggunakan celana dalam yang bersih, tidak terlalu ketat dan

berbahan menyerap keringat. Ganti celanan dalam minimal dua kali

sehari. Celana dalam yang tidak higienis atau kotor terkena keringat

dan daki, serta lembab, akan memudahkan bakteri berkembang biak

yang bisa mengundang penyakit, bau tidak sedap, biang keringat,

dan lain-lain.

2) Mencukur rambut kemaluan secara berkala untuk menjaga tetap

pendek agar tidak banyak ditumbuhi bakteri. Di samping itu, ada

bakteri baik yang tumbuh di rambut sekitar kemaluan, sehingga

tidak baik untuk dicukur habis.

3) Menggunakan air bersih untuk membilas alat kelamin sesudah

buang air.

4) Pria penting untuk melakukan sunat, untuk mencegah penumpukan

kotoran pada lipatan luar penis.

5) Hindari cahaya seperti sinar x rontgen, karena alat kelamin cukup

sensitive sehingga perlu waspada untuk tidak sering melakukan

rontgen. Hindari pula makanan, minuman dan kebiasaan yang

merusak kesehatan alat reproduksi seperti minum minuman


25

mengandung alkohol, merokok, menggunakan narkoba, dan

sebagainya.

6) Jaga kelembaban. Sperma akan menurun kualitasnya pada saat

berada pada lingkungan panas. Oleh sebab itu hindarilah

menggunakan pakaian yang ketat yang berbahan panas kurang

ventilasi, serta jauhi kebiasaan yang meningkatkan suhu alat

kelamin seperti memangku laptop di paha dekat alat kelamin

(poltekkes negeri Jakarta, 2010).

7. Pubertas dan Seksualitas

Pubertas merupakan suatu tahap dalam perkembangan, dimana

seorang individu yang belum dewasa akan mendapatkan ciri-ciri fisik dan

sifat yang memungkinkannya untuk mampu bereproduksi(soetjiningsih,

2004). Anak perempuan biasanya memasuki pubertas dua sampai dua

setengah tahun lebih awal dibandingkan laki-laki yaitu sekitar usia

delapan sampai tiga belas tahun. Bagi anak laki-laki, begitu pubertas

dimulai mereka terus tumbuh dan berkembang lama setelah anak

perempuan berhenti.Itulah sebabnya kebanyakan orang dewasa laki-laki

lebih tinggi dari kebanyakan orang dewasa perempuan (buku ajar

keperawatan maternitas).

- Ciri primer
26

Pubertas pada perempuan ditandai dengan menstruasi.Menstruasi

pertama disebut menarche.Menstruasi terjadi sekitar 14 hari setelah

ovulasi yaitu saat lapisan endometrium terlepas dari uterus.

Pubertas pada laki-laki yaitu ketika organ reproduksinya mulai mampu

memproduksi androgen (hormone seks laki-laki) hormone yang utama

yaitu testosterone.Tanda remaja laki-laki yang sudah pubertas yaitu

dengan mengalami mimpi basah.Mimpi basah merupakan peristiwa

alami keluarnya cairan dari organ reproduksinya.

- Ciri sekunder

Remaja perempuan yang mengalami pubertas yaitu (BKKBN, 2008):

1. Sel-sel lemak didistribusikan ke seluruh tubuh

2. Payudara mulai menonjol

3. Pinggul, paha, pantat mulai membesar

4. Rambut halus mulai tumbuh di area ketiak dan sekitar alat

kelamin

5. Muka cenderung tumbuh jerawat

6. Kulit menjadi lebih halus karena distribusi lemak

Remaja laki-laki yang mengalami pubertas yaitu:

1. Penis, testis, dan skrotum mulai membesar

2. Rambut tumbuh pada ketiak, sekitar alat kelamin, dan pada

bagian wajah tertentu

3. Suara memberat, tumbuh jakun

4. Betis memanjang
27

5. Pinggul menyempit

Masa puber anak laki-laki biasanya dimulai padausia 13-14 tahun dan

anak perempuan pada usia 11-12 tahun.Batasan umur ini tidak mutlak

tergantung beberapa faktor antaralain gizi, kesehatan, lingkungan

keluarga, dll.

8. Kehamilan

Kehamilan diawali dengan fertilisasi.Implantasi (penempelan embrio di

uterus) terjadi sekitar 7-10 hari setelah ovulasi.Kehamilan pada manusia

berlangsung rata-rata 266 hari (38 minggu) dari permulaan siklus menstruasi

terakhir (Manuaba, 2009).

Tanda-tanda kehamilan menurut Manuaba (2009) yaitu,

a. Tanda tak pasti

- Terlambat haid

- Perubahan pada payudara (membesar dan tegang)

- Ngidam

- Mual dan muntah

- Sering kencing

- Pigmentasi kulit

- Konstipasi atau obstipasi

b. Tanda pasti

- Adanya gerakan janin dalam rahim

- Denyut jantung janin


28

- Pemeriksaan dengan USG untuk melihat janin

Kelahiran terjadi melalui serangkaian kontraksi uterus yang kuat dan

berirama.Tahap pertama adalah pembukaan dan pemipihan serviks, yang

berakhir dengan pembukaan serviks sempurna.Tahap kedua adalah

pengeluaran bayi. Tahap akhir adalah keluarnya plasenta setelah bayi keluar

dengan sempurna.

Umur yang baik untuk hamil adalah antara 16-40 tahun karena merupakan

salah satu faktor penting dalam kehamilan.Umur ibu yang masih terlalu muda

(remaja) dianggap beresiko dalam kehamilan karena alat reproduksinya masih

terlalu muda. Sedangkan jika umur ibu hamil lebih dari 40 juga termasuk

dalam kelompok resiko tinggi dikarenakan pada umur 40 tahun fungsi organ

reproduksi sudah mengalami penurunan sehingga dikhawatirkan kehamilan

dapat mengancam kondisi fisik ibu sehingga tidak dianjurkan hamil pada usia

terlalu dini atau terlalu tua (BKKBN, 2008).

C. Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja adalah mereka yang berusia 10-20 tahun, dan ditandai dengan

perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi dan aspek

fungsional.Dari segi umur remaja dapat dibagi menjadi remaja awal/early

adolescene (10-13 tahun), remaja menengah/middle adolescence (14-16


29

tahun) dan remaja akhir/late adolescence (17-20 tahun) (Behrman, Klierman

& Jenson, 2004).

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI,

2005), masa remaja merupakan suatu proses tumbuh kembang yang

berkesinambungan, yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke

dewasa muda.

WHO memberikan definisi tentang batasan remaja secara konseptual

yang terdiri dari tiga kriteriayaitu biologis, psikologis dan sosial ekonomi.

Sehingga dalam definisi tersebut remaja adalah suatu masa dimana: individu

berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual

sekundernya sampai saat ini mencapai kematangan seksual; individu

mengalami perkembangan psikologis dan pada identifikasi dari kanak-kanak

menjadi dewasa; terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang

penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2002 dalam Iriani

2006).

2. Tugas Perkembangan Remaja

Anak-anak harus melakukan tugas perkembangan pada masa remaja

sebelum menjadi individu dewasa sebelum menjadi individu dewasa yang

matang. Tugas-tugas perkembangan ini terdiri dari: (1) menerima citra tubuh,

(2) menerima identitas seksual, (3) mengembangkan sstem nilai personal, (4)

membuat persiapan untuk hidup mandiri, (5) menjadi mandiri/bebas dari


30

orang tua, (6) mengembangkan mengambil keputusan, (7) mengembangkan

identitas seorang yang dewasa (Bobak, dkk., 2005).

Periode masa remaja dibagi kedalam tiga tahap, yaitu tahap awal, tahap

menengah dan tahap akhir. Semakin tinggi tahap perkembangannya, semakin

besar kesiapan untuk menerima tanggung jawab diri sendiri dan orang lain

(Bobak, dkk., 2005).

a. Remaja tahap awal (usia 10-14 tahun)

Remaja tahap awal hanya memiliki pemahaman yang samar tentang

dirinya. Mereka belum mampu mengaitkan perilaku mereka dengan

konsekuensi perilaku tersebut.

b. Remaja tahap menengah (usia 15-16 tahun)

Remaja tahap menengah bergumul antara perasaan bergantung versus

perasaan mandiri karena kawan-kawan sebaya menggantikan

kedudukan orang tua. Remaja tahap awal dan menengah belajar dan

menerima informasi, tetapi tidak mampu menerima informasi tersebut

dalam kehidupan mereka. Sering kali mereka melakukan trial dan

error tanpa memperhitungkan konsekuensinya.

c. Remaja tahap akhir (usia 17-20 tahun)

Remaja tahap akhir mampu memahami dirinya dengan lebih baik dan

dapat mengaitkan dengan jelas informasi yang abstrak ke dalam

hidupnya.
31

Salah satu tugas penting remaja adalah mengembangkan kemampuan

mengambil keputusan. Kemampuan mengambil keputusan berkenaan

dengan aktivitas seksual (Bobak, dkk., 2005).

3. Perubahan Pada Masa Remaja

Menurut Kusmiran (2011) perubahan-perubahan yang terjadi pada

remaja dapat dilihat dari 3 dimensi yaitu dimensi biologis, dimensi kognitif

dan dimensi moral.

a. Dimensi Biologis

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan

menstruasi pertama pada remaja putri ataupun mimpi basah pada remaja

putra, secara biologis dia mengalami perubahan. Pubertas menjadikan

seorang anak memiliki kemampuan untuk bereproduksi.

Pada saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mendapat

menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif.

b. Dimensi Kognitif

Menurut teori Piaget, kemampuan kognitif remaja termasuk dalam tahap

formal operasional, dimana tingkah laku yang ditampilkan oleh remaja

adalah rasa kritis dimana segala hal harus rasional dan jelas, sehingga

remaja sering mempertanyakan kembali aturan-aturan yang diterimanya,

rasa ingin tahu yang merangsang adanya kebutuhan atau kegelisahan akan

sesuatu yang harus dipecahkan, dan jalan pikiran egosentris yang

berkaitan dengan penentangan terhadap atau pola pikir orang lain yang
32

tidak sejalan dengan pola pikir diri sendiri. Disamping itu terdapat pula

imagery audience, keadaan dimana remaja merasa merasa selalu menjadi

pusat perhatian orang lain serta personal fables, yaitu remaja merasa

dirinya unik dan berbeda dengan orang lain. Hal ini menyebabkan

kecenderungan terbentuknya konsep diri yang terpengaruh dari luar.

c. Dimensi moral

Masa remaja adalah saat dimana seseorang mulai bertanya tentang

fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar sebagai dasar bagi

pembentukan nilai diri mereka. Remaja mulai membuat penilaian

tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah yang sering terjadi dan

berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan,

perang, keadaan social, dan sebaginya. Secara kritis remaja akan lebih

banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan

hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanam kepadanya.

4. Karakteristik Seksualitas Remaja

Seksualitas adalah komponen identitas personal individu yang

berkembang dan semakin matang sepanjang kehidupan individu.Seksualitas

ialah interaksi faktor-faktor biologis, pskologis personal, dan

lingkungan.Fungsi biologis mengacu pada kemampua individu untuk member

dan menerima kenikmatan dan untuk bereproduksi. Identitas dan konsep diri

seksual psikologis mengacu pada pemahaman dalam diri individu tentang

seksualitas, seperti citra diri, identifikasi sebagai pria atau wanita dan
33

pembelajaran peran;peran maskulin dan feminin. Nilai-nilai aturan sosio-

budaya membantu dalam membentuk individu berhubungan dengan dunia

bagaimana mereka memilih berhubungan seksual dengan orang lain (Bobak,

dkk., 2005).

Seiring dengan pertumbuhan remaja kearah kematangan seksual yang

sempurna, muncul jugalah hasrat dan dorongan untuk menyalurkan keinginan

seksualnya.Hal ini merupakan sesuatu yang wajar karena secara alamiah

dorongan seksual ini harus terjadi untuk menyalurkan kasih sayang antara dua

insan, sebagai fungsi pengembangbiakan dan mempertahankan keturunan

(Mutadin, 2002 dalam Sudibio, 2009).

D. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan ini

terjadi melalui penginderaan manusia, yaitu indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan

itu diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).

Menurut taksonomi Bloom dalam Notoatmodjo (2007) pengetahuan

mencakup 6 tingkatan dalam domain kognitif, yaitu:

a. Tahu, merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya

dapat mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari


34

sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu, adalah ia dapat

menyebutkan, menuraikan, mendefinisikan, dan menyatakan.

b. Memahami, artinya kemampuan untuk menjelaskan dan

menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui.

Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat

menjelaskan, member contoh dan menyimpulkan.

c. Penerapan, yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat

menggunakan hokum-hukum, rumus-rumus, metode dalam situasi

nyata.

d. Analisis, artinya adalah kemampuan untuk menguraikan objek ke

dalam bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih dalam suatu struktur

objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran

kemampuan adalah ia dapat menggambarkan, membuat bagan,

membedakan, memisahkan, membuat bagan proses adopsi

perilaku, dan dapat membedakan pengertian psikologi dan fisologi.

e. Sintesis, yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-

bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau

kemampuan untuk menyusun formulasi- formulasi yang ada.

Ukuran kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkaskan,

merencanakan, dan menyesuaikan atau rumusan yang telah ada.


35

f. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan criteria yang telah ada

atau disusun sendiri.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) dikutip oleh Azwar (2009) pengetahuan

seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal

dan faktor eksternal:

Faktor internal :

a. Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang

tinggi terhadapa sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi

didukung minat yang cukup bagi seseorang sangatlah mungkin

seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa yang

diinginkan.

b. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan, atau sebagai suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu

pengalaman pribadi dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk

memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang

kembali pengalaman yang telah diperoleh dalam memecahkan masalah

yang dihadapi pada masa lalu.


36

c. Usia

Semakin bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada

pertambahan pengetahuan yang telah diperolehnya, tetapi pada usia

tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan untuk menerima atau

mengingat suatu pegetahuan akan berkurang.

Faktor eksternal :

a. Pendidikan

Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan

yang diberikan kepada anak yang tertuju pada kedewasaan.Sedangkan

GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) mendefinisikan bahwa

pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan

kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur

hidup.

b. Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan primer atau sekunder, keluarga dengan

status ekonomi lebih baik mudah tercukupi disbanding dengan

keluarga dengan status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi

kebutuhan akan informasi termasuk kebutuhan sekunder. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang.
37

c. Informasi

Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai

pemberitahuan seseorang.Adanya informasi baru mengenai suatu hal

memberika landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap

hal baru tersebut. Meskipun seseorang memiliki pendidikan rendah

tetapi jika ia mendapat informasi yang cukup baik dari berbagai media

maka hal itu dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh

besar terhadap pengetahuan kita karena lingkungan memberi pengaruh

pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal

positif atau hal negatif tergantung dari lingkungannya. Di dalam

lingkungan inilah seseorang akan mendapatkan pengalaman yang akan

mempengaruhi cara berfikirnya.

E. Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model)

Menurut Resentrock (1977 dalam Maulana, 2009) model ini dekat dengan

pendidikan kesehatan.Model ini merupakan salah satu model pertama yang

dirancang untuk mendorong penduduk melakukan tindakan ke arah kesehatan

yang positif.Health belief model sebagai suatu pendekatan pendidikan kesehatan

yang berdasarkan pada kepercayaan dan persepsi yang dimiliki seseorang

berhubungan dengan kerentanannya terhadap penyakit dan merupakan model


38

kognitif, yang digunakan untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan

(Bensley, 2008).

Aspek-aspek pokok perilaku kesehatan menurut Resentrock (dalam Maulana,

2009) yaitu:

a. Ancaman berupa persepsi individu tentang kerentanan diri terhadap

penyakit (atau kesediaan menerima diagnosis penyakit) dan persepsi

tentang keparahan penyakit atau kondisi kesehatannya

b. Harapan berupa persepsi tentang keuntungan dari suatu tindakan, persepsi

tentang hambatan-hambatan untuk melakukan tindakan tertentu

c. Pencetus tindakan yaitu media, pengaruh orang lain, dan hal-hal yang

mengingatkan (reminders)

d. Faktor-faktor sosio-demografi (pendidikan, umur, jenis kelamin, suku

bangsa)

e. Penilaian diri (persepsi tentang kesanggupan diri untuk melakukan

tindakan tertentu)

Ancaman suatu penyakit dipersepsikan secara berbeda oleh setiap

individu.Keputusan untuk mengambil tindakan sebagai upaya untuk

penanggulangan penyakit itu tergantung pada persepsi individu tentang

keuntungan dari tindakan tersebut baginya, besar/kecilnya hambatan

untuk melaksanakan tindakan itu serta pandangan individu tentang

kemampuan diri sendiri.Untuk menguatkan keputusan bertindak,

diperlukan faktor pencetus (media, ajakan orang yang dikenal, atau ada

yang mengingatkan) (Maulana, 2009).


39

F. Penelitian Terkait

Fransisca Iriani, M. Nasfiannoor, dan Nina Yuana Tendi (2006) dengan

penelitiannya yang berjudul perbedaan sikap terhadap hubungan seks pranikah

antara remaja yang diberikan penyuluhan dan yang tidak diberikan penyuluhan

kesehatan reproduksi remaja menerangkan bahwa adanya perbedaan antara

kelompok pertama dan kelompok kedua. Kelompok satu lebih tidak menyetujui

hubungan seks pranikah dibandingkan dengan kelompok yang kedua.

Kesmpulannya adalah bahwa ada perbedaan yang signifikan dari sikap terhadap

hubungan seks pranikah antara remaja yang diberi penyuluhan dan yag tidak

diberi penyuluhan.

Dalam penelitian Rachma Wardani (2010) yang berjudul pengaruh

penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja

perempuan.Penelitian tersebut menggunakan 61 siswi sebagai sampel 30 orang

sebagi kelompok kontrol dan 31 orang sampel sebagai kelompok perlakuan.

Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi antara yang dilakukan penyuluhan dan yang tidak

dilakukan penyuluhan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ardin Prima Massolo, Muh. Ikhsan, dan

Rahma (2011) dengan judul pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap

pengetahuan dan sikap remaja tentang seksual pranikah di SMAN 1 Masohi

didapatkan hasil nilai kelompok ekserimen pre test 27,60 dan nilai post test 35,00

dengan nilai p < 0.05, sedangkan nilai kelompok kontrol pre test 33,40 dan nilai

post test 26,00 nilai p>0.05. Artinya ada pengaruh penyuluhan terhadap
40

pengetahuan siswa SMAN 1 Masohi tentang seksual pranikah. Pemberian

penyuluhan kesehatan reproduksi memberikan peningkatan terhadap

pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah.


41

G. Kerangka Teori

Remaja

Biologi Kognitif Sosial

Persepsi individu

 Kelemahan
Pengetahuan tentang
terhadap penyakit
yang dirasakan kesehatan
 Keseriusan reproduksi
terhadap penyakit
yang dirasakan
Faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan: Pendidikan Kesehatan
 Pendidikan
Metode
 Minat
 Pengalaman
- Konseling
 Usia
- Wawancara
 Ekonomi - Ceramah
 Informasi - Seminar
 Lingkungan - Diskusi kelompok
- Bermain peran
- Mengungkapkan pendapat
- Simulasi
- dll
Media
- Leaflet
- Booklet
- Poster
- Video
- Power Point
- dll
-
Bagan 2.4 Kerangka Teori modifikasi dari Notoatmodjo (1993) dan Health Belief
Model Rosenstock 1974( dalam Maulana, 2009)
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN

HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah bagian dari penelitian yang menyajikan

konsep atau teori, pembuatan kerangka konsep ini mengacu pada masalah-

masalah yang akan diteliti atau berhubungan dengan penelitian dan dibuat

dalam diagram (Alimul, 2007). Berdasarkan kerangka teori, maka disusun

kerangka konsep mengenai pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi

terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sebagai

berikut:

Input Output
Intervensi
Pengetahuan remaja Perbedaan tingkat
Pendidikan
tentang kesehatan pengetahuan tentang
kesehatan
reproduksi kesehatan reproduksi

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

42
43

B. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Pengetahuan siswa Tingkat pengetahuan siswa mengenai Responden akan Kuesioner B Jika benar Rasio
tentang kesehatan kesehatan reproduksi: diberikan bernilai 1
reproduksi  Definisi kesehatan reproduksi pertanyaan melalui Jika salah
 Organ reproduksi kuesioner bernilai 0
 Pubertas berjumlah 21 Nilai
 Kehamilan pertanyaan minimal= 0,
 Seksualitas nilai
 Cara merawat kesehatan reproduksi maksimal= 21
 Penyakit menular seksual
2. Pendidikan Penyampaian materi pendidikan - - - -
kesehatan kesehatan tentang kesehatan
reproduksi remaja dengan metode
ceramah selama 60 menit
.
44

C. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian

yang telah dirumuskan (Setiadi, 2007). Berdasarkan kerangka konsep yang

telah dibuat, hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Hipotesis alternatif (Ha): Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi.

Hipotesis nol (H0): Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif, dengan desain penelitian menggunakan

metode Pre experimental design dengan one group pre-test post-test design

karena tidak dilakukan random assignment terhadap subjek penelitian.Random

assignment merupakan pemilihan secara acak peserta penelitian yang akan

ditempatkan pada kelompok yang berbeda, seperti kelompok eksperimental dan

kelompok kontrol (Louis, 2010).

Desain penelitian one group pre-test and post-test dapat digambarkan seperti

pada gambar 4.1. (Arikunto, 2006)

O1-------------------------------------X----------------------------------O2
Pendidikan
pretest posttest
kesehatan
reproduksi

Gambar 4.1 Desain Penelitian

Keterangan:

O1 : mengukur tingkat pengetahuan responden dengan mengisi kuesioner.

X : memberikan tindakan berupa pendidikan kesehatan.

O2 : mengukur tingkat pengetahuan responden dengan mengisi kuesioner

kembali.

45
46

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Ruhama Ciputat yang beralamat di Jl.

Tarumanegara no. 67 Cireundeu – Ciputat Timur. Penelitian ini dilaksanakan

pada 3 Juni 2014.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakterisktik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2011). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang termasuk kedalam

kelompok remaja awal yaitu siswa kelas VII dan kelas VIII.

2. Sampel

Sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Sampel dalam penelitian ini harus

memenuhi kriteria inklusi, sebagai berikut:

a. Siswa kelas VIII

b. Bersedia menjadi responden dibuktikan dengan penandatanganan

lembar informed consent

c. Mengikuti acara pendidikan kesehatan baik pretest dan posttest

Kriteria eksklusi:

a. Tidak bersedia menjadi responden penelitian.

b. Tidak hadir saat penelitian


47

c. Tidak mengikuti acara pendidikan kesehatan secara keseluruhan (tidak

ikut posttest)

D. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel penelitian diambil menggunakan teknik convenience sample adalah

metode pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti bila penarikan sampel

secara acak tidak dapat dilakukan. Alasan peneliti menggunakan convience

sample adalah dikarenakan pihak sekolah hanya memberikan ijin peneliti untuk

mengambil sampel pada satu kelas saja. Sampel diperoleh dengan memilih para

peserta yang telah tersedia di kelas VIII 4 berjumlah 30 orang akan tetapi karena

6 orang tidak hadir pada saat pendidikan kesehatan dilaksanakan maka responden

yang dapat diambil adalah sebanyak 24 orang.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini adalah menggunakan kuesioner. Kuesioner yang dipakaiterdiri dari:

1. Kuesioner A berisi pertanyaan tentang data demografi responden.

2. Kuesioner B berisi 21 pertanyaan terkait pengetahuan siswa tentang

kesehatan reproduksi.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada kuesioner B disusun

berdasarkan materi yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka. Kemudian

jawaban dari para siswa akan diberikan bobot nilai. Nilai-nilainya adalah
48

berdasarkan total skor jawaban benar yang diperoleh. Setiap jawaban benar

dari Kuesioner B diberi nilai 1, dan jika jawaban salah diberi nilai 0

Tabel 4.1 Uraian kuesioner penelitian

Variabel Parameter Jumlah Nomor


Pertanyaan Pertanyaan
Data Nama, umur, 6 1,2,3,4,5,6
Demografi kelas, jenis
(Kuesioner kelamin,
A) sumber
pengetahuan.
Pengetahuan - Definisi 1 1
tentang kesehatan
kesehatan reproduksi
reproduksi - Fungsi organ 2 2, 5
reproduksi
- Tanda
pubertas 5 3, 4, 8, 11,
12
- Kehamilan 6 7, 13, 14,
15, 16, 17
- Penyakit
menular 1 21
seksual
- Pendidikan
Kespro 1 19
- Cara menjaga
kesehata 3 6, 9, 20
organ
reproduksi
- Seks
pranikah 1 10
49

F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah instrumen

dikatakan valid jika instrument itu mampu mengukur apa-apa yang

seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu (Setiadi, 2007).

Uji validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment,

kemudian diuji menggunakan uji t dan kemudian lihat penafsiran dari indeks

korelasinya (Hidayat, 2008).

Rumus Pearson Product Moment:

( ) ( )( )
=
√[ ( )] [ ( ]

Keterangan:

: koefisisen korelasi

i : jumlah skor item

i : jumlah skor total (item)

n : jumlah responden

Rumus uji t:

√( )
=
√( )
50

Keterangan:

t : nilai

r : koefisien korelasi hasil

n : jumlah responden

Untuk tabel tα= 0,05 derajat kebebasan (dk = n-2). Jika nilai t hitung >

t tabel maka dinyatakan valid demikian sebaliknya, jika nilai t hitungnya < t

tabel maka dinyatakan tidak valid.

Reliabilitas instrument adalah suatu kesamaan hasil apabila

pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang

berbeda. (Ary dkk., 1997 dalam Setiadi, 2007).

Uji reabilitas dapat menggunakan rumus Spearmen Brown metode ini

menggunakan satu instrumen kemudian dibagi menjadi dua sama banyak,

bagian yang pertama memuat skor dari unsur-unsur pokok bernomor ganjil

dan bagian yang kedua memuat skor dari unsur-unsur pokok yang bernomor

genap (Hidayat, 2008).

Rumus Spearamen Brown:

Keterangan:

koefisien reliabilitas internal seluruh item


51

Apabila r tabel berarti reliable dan apabila r tabel maka

tidak reliabel. Pada penelitian ini uji coba instrumen dilakukan pada tanggal

22 Mei 2014 uji coba dilakukan pada 31 orang siswa kelas VII 1 di SMP

Islam Ruhama Ciputat. Hasil uji validitas kuesioner menunjukkan 9

pertanyaan yang valid dengan nilai reliabilitas 0.699. Karena jumlah

pertanyaan banyak yang tidak valid maka dilakukan uji valid yang kedua

dengan hasil 12 pertanyaan valid dengan nilai reliabilitas 0.623 sehingga

didapatkan jumlah item soal dari kuesioner untuk penelitian ini berjumlah 21

soal.

G. Tahapan Pengambilan Data

1. Prosedur administrasi

a. Pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan izin dari pihak SMP

Islam Ruhama Ciputat.

b. Melakukan sosialisasi penelitian kepada kepala SMP Islam Ruhama

Ciputat beserta jajarannya yang kemudian dibuat kesepakatan untuk

melaksanakan pendidikan kesehatan reproduksi remaja di SMP Islam

Ruhama Ciputat.

c. Meminta calon responden agar bersedia menjadi responden penelitian

setelah dijelaskan tujuan, manfaat, prosedur penelitian serta hak dan

kewajiban selama menjadi responden. Responden yang sudah bersedia

kemudian diminta untuk menandatangani surat persetujuan untuk

menjadi responden.
52

2. Persiapan intervensi

Sebelum melakukan intervensi peneliti menentukan topik tentang

kesehatan reproduksi dengan sasaran siswa kelas VIII 4 SMP Islam Ruhama

Ciputat.Kegiatan pendidikan kesehatan akan dilaksanakan pada Juni 2014

selama 60 menit. Tujuan isntruksional umum dari kegiatan pendidikan

kesehatan ini adalah setelah dilakukan pendidikan kesehatan siswa

diharapkan mengetahui tentang kesehatan reproduksi.

Materi yang akan diberikan yaitu meliputi pengertian kesehatan

reproduksi, organ reproduksi dan fungsinya, cara menjaga kesehatan

reproduksi, tanda pubertas, faktor yang mendorong hasrat seksual,

kehamilan, akibat seks pranikah, cara mengendalikan dorongan seksual,

serta macam penyakit menular seksual.

Metode yang digunakan adalah ceramah, lalu peserta mengisi

kuesioner dan diadakan tanya jawab. Media yang dipakai adalah power

point.Setelah itu peneliti menyusun pengorganisasian yang terdiri dari

penyaji yaitu peneliti sendiri, sebagai moderator adalah Ratu Ummu Hani

dan sebagai fasilitator yaitu Rizkinuary Hidayah.Uraian tugasnya adalah

penyaji bertugas untuk menyampaikan materi penyuluhan, moderator untuk

mengarahkan jalannya acara penyuluhan, fasilitator membantu mengarahkan

peserta untuk mengisi kuesioner sesuai petunjuk dan mengikuti acara

pendidikan kesehatan dengan baik.


53

3. Kegiatan Pendidikan Kesehatan

Kegiatan penyuluhan ini diawali dengan pembukaan, perkenalan, menjelaskan

tujuan dari kegiatan pendidikan kesehatan, menyebutkan pokok materi yang

akan disampaikan serta menyampaikan berapa lama kegiatan ini akan

dilaksanakan.Dilakukan selama 10 menit.Kemudian membagikan kuesioner

pertama sebagai pretestpeserta diberikan waktu menjawab pertanyaan selama

15 menit.Kemudian berlanjut dengan kegiatan inti yaitu penyampaian materi

oleh penyaji. Penyaji melakukan observasi pengetahuan siswa dengan cara

menggali sejauh mana pengetahuan mereka tentang kesehatan reproduksi

setelah itu menyampaikan apa itu pengertian dari kesehatan reproduksi, organ-

organ reproduksi berikut dengan fungsinya, bagaimana cara menjaga

kesehatan organ reproduksi, lalu menjelaskan tanda pubertas, faktor yang

mendorong remaja melakukan hubungan seks pranikah, menjelaskan tentang

proses kehamilan dan aborsi, cara untuk mengendalikan dorongan seksual,

serta menjelaskan macam-macam penyakit menular seksual.

Setelah penyampaian materi selesai moderator membuka sesi tanya jawab

selama 5 menit, memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang

materi pendidikan kesehatan reproduksi yang masih kurang dipahami. Setelah

itu berlanjut pada sesi evaluasi dilakukan selama 10 menit dengan cara

penyaji menanyakan kembali kepada para siswa tentang materi yang baru saja

diberikan dan juga memberikan reinforcement kepada peserta yang berhasil

menjawab dengan benar.


54

Kemudian diakhiri dengan kegiatan penutup, moderator menjelaskan

kesimpulan dari kegiatan pendidikan kesehatan yang telah berlangsung,

mengucapkan terima kasih dan memberikan salam penutup.

Setelah kegiatan selesai peserta diberikan waktu istirahat 10 menit kemudian

dilanjutkan dengan memberikan kuesioner sebagai posttest peserta diberikan

waktu untuk menjawab pertanyaan selama 15 menit.

Peneliti menentukan kriteria evaluasi dari kegiatan pendidikan kesehatan ini

yang terdiri dari evaluasi struktur memastikan bahwa peserta hadir tepat

waktu saat penyuluhan, penyuluhan dilaksanakan di ruang kelas VIII 4 SMP

Islam Ruhama Ciputat. Sedangkan untuk evaluasi proses yaitu melihat apakah

peserta antusias mengikuti jalannya kegiatan pendidikan kesehatan ini.

Apakah peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan

baik, kemudian untuk evaluasi hasil adalah diharapkan setelah dilakukannya

kegiatan pendidikan kesehatan sekitar 90% peserta penyuluhan mampu

mengerti dan memahami materi yang disampaikan oleh penyaji selama

kegiatan pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi berlangsung.


55

H. Tahap Pengolahan Data

Tahap-tahap pengolahan data, yaitu: (Setiadi, 2007)

a. Editing

Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh

para pengumpul data.

b. Coding

Coding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden

dengan cara member tanda atau kode berbentuk angka pada setiap

jawaban.

c. Sorting

Sorting adalah memilih atau mengelompokkan data menurut jenis yang

dikehendaki.

d. Entry data

Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori kemudian dimasukkan

kedalam table dengan cara manual atau melalui computer.

e. Cleaning

Pembersihan data, lihat variabel apakah data sudah masuk dengan benar

atau belum.

f. Mengeluarkan informasi

Disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dilakukan.


56

I. Teknik analisa data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mengetahui gambaran data yang

dikumpulkan, yaitu pengetahuan dan sikap secara deskriptif dengan menghitung

distribusi frekuensi dari masing-masing variabel.

2. Analisi Bivariat

Tujuan analisis bivariat ini adalah diagnosis data dan uji hipotesis dua

variabel.Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh pendidikan

kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di

SMP Islam Ruhama Ciputat.Teknik yang digunakan untuk menganalisa data

dalam penelitian ini menggunakan analisis inferensial dengan uji hipotesis

komparatif numerik berpasangan karena skala yang digunakan pada penelitian

ini adalah skala interval dan data yang dihasilkan yaitu dua data dari satu

kelompok yang sama untuk variabel yang sama. Oleh karena itu berdasarkan

hipotesisnya maka uji yang digunakan adalah uji t berpasangan.Uji t

berpasangan digunakan untuk membandingkan rata-rata dua variabel untuk satu

grup sampel tunggal. Kriteria data untuk uji t sampel berpasangan:

a. Data untuk tiap pasangan yang diuji dalam skala interval atau rasio

b. Data berdistribusi normal

c. Nilai variannya dapat berupa sama ataupun tidak


57

Bila sebaran data tidak normal atau syarat uji t tidak terpenuhi maka

uji yang digunakan adalah uji Wilcoxon (Dahlan, 2011).

J. Etika Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti meyakinkan bahwa responden perlu mendapat

perlindungan dari hal-hal yang merugikan selama penelitian. Berikut adalah

beberapa prinsip etik yang digunakan peneliti selama penelitian ini

berlangsung:

a. Prinsip manfaat

Segala bentuk penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat

untuk kepentingan manusia.Prinsip ini ditegakkan dengan

membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada

manusia, tidak menjadikan manusia untuk eksploitasi.

b. Prinsip menghormati manusia

Manusia memiliki hak dan merupakan makhluk yang mulia yang harus

dihormati.Manusia berhak untuk menentukan pilihan antara bersedia

atau tidak untuk diikutsertakan sebagai subjek penelitian.

c. Prinsip keadilan

Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia seperti

dengan menghargai hak dan menjaga privasi manusia.


BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Profil SMP Islam Ruhama Ciputat

SMP Islam Ruhama didirikan pada tahun 1987 dengan SK Pendirian

Nomor: 490/L02/E.88 tertanggal 5 Juli 1988 berada dibawah naungan

Yayasan Prof.DR. Zakiah Daradjat, yang bertujuan untuk dapat menciptakan

generasi penerus bangsa yang cakap dan terampil dalam ilmu yang

digelutinya serta berakhlakul kharima. Dalam proses perjalanannya, SMP

Islam Ruhama telah meluluskan 21 angkatan dan telah tiga kali diakreditasi

ulang dengan status terakreditasi dalam kelompok A.

B. Hasil Analisa Univariat

1. Karakteristik Responden berdasarkan Data Demografi

Data demografi terdiri dari jenis kelamin, umur, informasi tentang

kesehatan reproduksi dan sumber informasi tentang kesehatan reproduksi

yang didapat, tercantum dalam tabel di bawah ini.

58
59

Tabel 5.1 Deskripsi Data Demografi Responden

No Item Pertanyaan Jawaban Jumlah % N


Siswa
1 Jenis kelamin Perempuan 6 25
Laki-laki 16 75 24
2 Umur 13 tahun 3 12.5
14 tahun 18 75 24
15 tahun 3 12.5
3 Pernah mendapat Pernah 12 50
informasi tentang Tidak pernah 12 50 24
kesehatan
reproduksi

4 Sumber informasi TV/Radio 3 12.5


tentang kesehatan Petugas 5 20.8
reproduksi kesehatan 1 4.1
Orang tua 0 0 12
Saudara 0 0
Koran/Majalah 0 0
Teman 2 8.3
Guru 1 4.1
Lain-lain

Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 24 orang responden mayoritas

responden adalah laki-laki sebanyak 75% (16 orang) sedangkan

perempuan 25% (6 orang). Umur responden berkisar antara 13 sampai 15

tahun. 3 orang berumur 13 tahun, 18 orang berumur 14 tahun, dan 3 orang

berumur 15 tahun. Responden yang pernah mendapatkan informasi

tentang kesehatan reproduksi sebanyak 12 orang, sumber informasinya

berasal dari TV/radio, petugas kesehatan, orang tua, guru dan lain-lain.

Sedangkan responden yang belum pernah mendapatkan informasi tentang

pendidikan kesehatan berjumlah 12 orang.


60

2. Deskripsi Pengetahuan Siswa Sebelum dan Sesudah Diberikan

Pendidikan Kesehatan tentang Reproduksi Remaja

Tabel 5.2 Daftar nilai pengetahuan siswa sebelum dan sesudah


diberikan pendidikan kesehatan
No. Responden Nilai Pretest (%) Nilai Posttest (%)
1 90.4 100
2 80.9 85.7
3 61.9 61.9
4 61.9 61.9
5 76.1 100
6 85.7 100
7 80.9 71.4
8 95.2 90.5
9 80.9 76.1
10 71.4 90.4
11 66.6 66.6
12 85.7 95.2
13 90.4 85.7
14 71.4 85.7
15 80.9 52.3
16 76.1 66.6
17 76.1 85.7
18 80.9 85.7
19 80.9 100
20 100 100
21 85.7 100
22 85.7 95.2
23 90.4 85.7
24 90.4 90.4
61

Dari table di atas dapat diketahui pengetahuan sebelum diberikan

pendidikan kesehatan yaitu:

Kurang : 0%

Cukup: 12.5%

Baik: 87.5%

Sesudah diberikan pendidikan kesehatan:

Kurang: 4%

Cukup: 16.6%

Baik: 79.1%

Perbedaan tingkat pengetahuan siswa sebelum dan sesudah

diberikan pendidikan kesehatan tentang reproduksi remaja dapat dilihat

dari tabel dibawah ini.

Tabel 5.3 Distribusi Statistik Deskriptif Pengetahuan Siswa Sebelum dan Sesudah
Diberikan Intervensi Pendidikan Kesehatan tentang Reproduki

N Min Mean Max SD Median 95% Nilai


CI Total
Kuesioner
Sebelum 24 13 17.21 21 1.865 17.00 16.42
18.00
21
Sesudah 24 11 18.13 21 2.894 18.50 16.90
19.35

Dari analisis didapatkan hasil rata-rata nilai pengetahuan siswa tentang

kesehatan reproduksi sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah 17.2

(81.9%), nilai terendah 13 dan nilai tertinggi 21, dengan nilai total 21 jika

responden dapat menjawab semua pertanyaan. Nilai median 17.00 dengan standar
62

deviasi 1.865. hasil 95% confidence interval (CI) dapat disimpulkan bahwa 95%

diyakini pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja antara 16.42

sampai 18.00.

Kemudian setelah diberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan, hasil

analisis nilai rata-rata yang didapat adalah 18.13 (86.3%) dengan nilai terendah 11

dan nilai tertinggi adalah 21. Nilai median 18.50 dengan standart deviasi (SD)

2.894. standart deviasi menggambarkan sebaran nilai-nilai sampel, semakin kecil

nilai standar deviasi maka semakin mendekati nilai rata-ratanya yang berarti data

tersebut semakin bagus dari sebelumnya. Hasil 95% Confidence Interval dapat

disimpulkan bahwa 95% diyakini pengetahuan siswa tentang kesehatan

reproduksi antara 16.90 sampai dengan 19.35. Data tersebut menggambarkan

bahwa terjadi peningkatan rata-rata pengetahuan siswa setelah diberikan

pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi remaja.


63

3. Deskripsi pengetahuan siswa setiap item pertanyaan sebelum dan sesudah

diberikan pendidikan kesehatan

Tabel dibawah ini akan menjelaskan tingkat pengetahuan siswa

tentang kesehatan reproduksi.

Tabel 5.4 Deskripsi Hasil Pertanyaan Per Item Sebelum Diberikan


Pendidikan Kesehatan

No Item Pertanyaan Benar Salah Total Poin


Keseluruhan
Pertanyaan Per Item
Poin % Poin %
1. Pengertian 24 100 0 0 24
kesehatan
reproduksi
2. Organ reproduksi 19 39.5 29 60.5 48
3. Pubertas 58 76 18 24 76
4. Kehamilan 121 84 23 16 144
5. Seksualitas 91 75.5 29 24.5 120
6. Cara merawat 57 75 19 25 76
kesehatan
reproduksi
7. Penyakit Menular 19 79 5 21 24
Seksual

Sebelum diberikan pendidikan kesehatan, pertanyaan yang paling

banyak tidak diketahui oleh siswa adalah tentang organ reproduksi

sebanyak 60.5%, sedangkan yang paling banyak diketahui adalah

pengertian dari kesehatan reproduksi itu sendiri 100% siswa

mengetahuinya.
64

Tabel 5.5 Deskripsi Hasil Pertanyaan Per Item Setelah Diberikan


Pendidikan Kesehatan

No Item Pertanyaan Benar Salah Total Poin


Keseluruhan
Pertanyaan
Per Item
Poin % Poin %
1. Pengertian 24 10 0 0 24
0
2. Organ reproduksi 41 85 7 15 48
3. Pubertas 59 77. 17 22. 76
7 3
4. Kehamilan 125 86. 19 13. 144
9 1
5. Seksualitas 107 89 113 11 120
6. Pencegahan dan cara merawat 62 81. 14 18. 76
kesehatan reproduksi 5 5

7. Penyakit Menular Seksual 23 95. 1 4.2 24


8

Setelah diberikan pendidikan kesehatan, pengetahuan siswa

tentang organ reproduksi mengalami kenaikan dari 60.5% menjadi

85%.Terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah diberikannya

pendidikan kesehatan.

C. Analisis Bivariat

1. Uji Normalitas

Normalitas hasil pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan dapat dilihat pada

tabel 5.6
65

Tabel 5.6 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan Remaja tentang


Kesehatan Reproduksi Sebelum dan Sesudah diberikan Pendidikan
Kesehatan

Sebelum Sesudah
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
.971 24 .683 .867 24 .005

Uji normalitas ini menggunakan uji Shapiro-Wilk karena uji ini lebih

tepat jika digunakan untuk menguji normalitas pada sampel yang kurang

dari 50 (ayuningtyas, 2012). Berdasarkan hasil uji normalitas di atas maka

dapat disimpulkan bahwa data setelah diberikan intervensi berdistribusi

tidak normal karena p = 0.05 sedangkan data sebelum diberikan intervensi

berdistribusi normal p > 0.05. kesimpulannya bahwa penelitian ini tidak

dapat menggunakan uji analisis t test berpasangan melainkan

menggunakan uji Wilcoxon yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa uji

Wilcoxon digunakan apabila syarat uji t berpasangan tidak terpenuhi.

2. Perbedaan pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi Sebelum dan

Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan

Dari hasil analisis data perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan

sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan menggunakan uji

Wilcoxon two tail. One tail dipakai apabila peneliti sudah mengetahui arah

hipotesis, apakah pengaruhnya baik atau buruk, positif atau negatif,

sedangkan two tail digunakan apabila peneliti belum mengetahui arah

hipotesis tersebut. Penelitian ini menggunakan two tail karena peneliti

merumuskan hipotesis “terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMP Islam

Ruhama Ciputat”.
66

Hasil analisis perbedaan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

sebelum dan sesudah diberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan

dapat dilihat pada tabel 5.7

Tabel 5.7 Distribusi


Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi
Sebelum dan Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan
Sebelum – Sesudah Diberikan
Pendidikan Kesehatan
Z -1.955b
Asymp. Sig. (2-tailed) .051

Nilai alpha pada penelitian ini adalah 0.05.dari data pada table

diatas menunjukkan nilai A symp. Sig 0.051 >α 0.05 maka dapat

disimpulkan bahwa tidak adanya perbedaan tingkat pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi sebelum dan sesudah diberikan

pendidikan kesehatan.
BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian tentang pengaruh pendidikan

kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi. Hasil

penelitian ini akan dibandingkan dengan teori yang telah ada, penelitian sebelumnya

dan kekurangan atau keterbatasan dalam penelitian.

Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini berasal dari kelas VIII 4

yang diharapkan berasal dari kisaran umur yang sama. Tetapi ada beberapa responden

yang berusia lebih dari 14 tahun dikarenakan mereka mulai bersekolah pada usia

yang lebih tua dibandingkan dengan teman sekelasnya.

A. Pengetahuan Sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan tentang

Kesehatan Reproduksi

Nilai rata-rata pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi

sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah 17.21 atau 81.9% dari

jumlah total nilai tertinggi. Nilai rata-rata menunjukkan bahwa siswa

mempunyai pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini

terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

67
68

Pengetahuan bukanlah suatu yang sudah ada dan yang lain tinggal

menerimanya melainkan pengetahuan itu sebagai suatu pembentukan yang

terus menerus oleh seorang yang setiap saat mengalami reorganisasi

pemahaman-pemahaman baru.

Berdasarkan hasil penelitian ini, pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi yang paling banyak tidak diketahui responden adalah

pengetahuan tentang organ reproduksi dan pengetahuan yang paling

banyak diketahui oleh siswa adalah cara untuk menjaga kesehatan

reproduksi.

Seperti yang telah dipaparkan pada tinjauan pustaka bahwa

pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal dalam

hal ini pengetahuan siswa yang baik tentang kesehatan reproduksi mereka

dapatkan melalui pendidikan formal yaitu pada saat belajar biologi tentang

reproduksi manusia. Faktor lainnya yang mungkin juga berperan dalam

pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi adalah paparan

informasi baik itu yang berasal dari media masa, dari orang tua ataupun

dari petugas kesehatan.

Hasil penelitian dari pengetahuan siswa sebelum mendapatkan

pendidikan kesehatan pada siswa kelas VIII SMP Islam Ruhama Ciputat

ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Benita (2012)

yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden sebelum

diberikan pendidikan kesehatan sebesar 36.4% dengan kategori kurang

dan belum pernah mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi


69

sebelumnya, 42.7% berada dalam kategori sedang pernah mendapat

informasi dari media massa saja atau dari konseling dengan guru saja, dan

21% pada kategori baik yang telah mendapatkan informasi baik dari

media massa, internet, maupun konseling dengan guru.

B. Pengetahuan Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan tentang

Kesehatan Reproduksi

Pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi setelah diberikan

pendidikan kesehatan memiliki nilai rata-rata 18.13 atau 86.3% dari total

jumlah nilai tertinggi. Nilai yang didapat setelah pemberian pendidikan

kesehatan lebih besar dari nilai sebelum diberikan intervensi pendidikan

kesehatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan

pengetahuan antara sebelum dan sesudah intervensi. Namun hasil yang

didapatkan tidak memberikan perbedaan nilai yang terlalu signifikan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Buzarudima (2013) bahwa

terdapat perubahan nilai yang sangat signifikan antara sebelum dilakukan

intervensi pendidikan kesehatan dan setelah dilakukan intervensi yaitu

sebesar 19,5% responden memiliki tingkat pengetahuan kurang baik,

70.2% memiliki tingkat pengetahuan tidak baik dan 10.3% memiliki

pengetahuan yang cukup dengan nilai rata-rata 29.6 sedangkan nilai

tengah setelah diberikan intervensi yaitu 66.67 yang berarti responden

memiliki tingkat pengetahuan cukup baik. Yang membedakan penelitian

ini dengan penelitian sebelumnya yaitu nilai awal tingkat pengetahuan

responden itu sendiri yang sudah masuk dalam kategori baik sehingga
70

setelah dilakukan intervensi penyuluhan kesehatan hasilnya adalah tetap

dengan kategori baik hanya saja nilai rata-rata yang mengalami sedikit

peningkatan yaitu dari 81.8% menjadi 86.3%.

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap baiknya pengetahuan

siswa tentang kesehatan reproduksi adalah dari segi faktor pendidikan itu

sendiri mereka mendapatkan informasi tentang reproduksi manusia pada

saat guru menyampaikan pelajaran biologi serta 50% dari jumlah

responden mengaku sudah pernah mendapatkan informasi mengenai

kesehatan reproduksi itu sendiri dari berbagai sumber. Menurut Tana

(2004) dalam Nurfitrianie (2008) berbagai faktor yang memungkinkan

dapat berpengaruh pada pendidikan kesehatan adalah pemberi materi,

media penyuluhan, serta sasaran yang akan diberikan intervensi. Sejalan

dengan teori pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010) bahwa pendidikan

formal dan informasi mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.

C. Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan

Kesehatan tentang Kesehatan Reproduksi

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini rata-rata

pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi pada saat pretest adalah

17.21 dengan standar deviasi 1.865. pada saat posttest didapat rata-rata

pengetahuan siswa 18.13 dengan standar deviasi 2.894. dari uraian

tersebut kita bisa mendapat informasi perbedaan nilai mean antara pretest

dan posttest adalah 0.92. Hasil uji Wilcoxon didapatkan nilai Asymp. Sig.

= 0.051 nilai ini lebih besar dari nilai α (alpha) sebesar 0.05. Dengan
71

demikian maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan pengetahuan siswa antara sebelum dan sesudah diberikan

intervensi.

Dalam penelitian Istichomah (2004) yang berjudul pengaruh

pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan terhadap pemeliharaan

tekanan darah pada ibu hamil di Puskesmas Pundong Bantul didapatkan

hasil bahwa tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang hipertensi

kehamilan terhadap terpeliharanya tekanan darah ibu hamil.

Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Buzarudina (2013) yang

berjudul efektivitas penyuluhan kesehatan reproduksi remaja terhadap

tingkat pengetahuan siswa SMAN 6 Kecamatan Pontianak Timur. Hasil

penelitiannya dengan menggunakan uji Wilcoxon diperoleh nilai Sig.

sebesar 0.000 (p<0.05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang

bermakna antara skor sebelum penyuluhan dengan skor setelah

penyuluhan. Kesimpulannya adalah penyuluhan mengenai kesehatan

reproduksi remaja efektif dalam meningkatkan pengetahuan responden

mengenai kesehatan reproduksi remaja.

Dalam penelitian ini didapatkan informasi bahwa tidak adanya

perbedaan peningkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja,

sejalan dengan uji statistik. Dalam hal ini pemberi materi kesehatan

reproduksi adalah orang yang belum pernah mereka kenal dengan baik,

sehingga dapat mempengaruhi tidak adanya perbedaan pengaruh

pendidikan kesehatan. Pendapat ini didasarkan pada Ludlow (2000) dalam


72

Nurfitrianie (2008), yang menyatakan bahwa keberhasilan dalam

menyampaikan suatu informasi ditentukan oleh sifat dan mutu informasi

yang diterima dan dalam hal ini ditentukan oleh sifat dan mutu dari

informasi yang disampaikan oleh peneliti kepada siswa. Faktor lain yang

mungkin juga mempengaruhi hasil penelitian ini adalah persepsi, motivasi

dan pengalaman yang menurut Notoatmodjo (2010) adalah faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

D. Keterbatasan Penelitian

1. Kuesioner

Kuesioner yang dipakai adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti

sendiri, belum ada kuesioner baku yang dapat digunakan sebagai

instrument pengukur tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan

reproduksi

2. Pelaksanaan intervensi pendidikan kesehatan

Tempat dilaksanakannya pendidikan kesehatan adalah di dalam

ruangan kelas dengan jendela terbuka sehingga suara dari luar kelas

dapat terdengar dari dalam. Waktu penelitian bertepatan dengan waktu

sebelum jam istirahat sehingga pada saat beberapa menit sebelum

waktu istirahat siswa sudah tidak kondusif yang mengganggu proses

penyampaian informasi dari pemberi materi.


73

3. Pengisisan kuesioner

Pada saat mengisi kuesioner responden seringkali bertanya pada teman

sebangkunya walaupun sudah diperingatkan agar respronden mengisi

kuesioner itu sendiri


BAB VII

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi sebelum diberikan

pendidikan kesehatan memiliki nilai terendah 13 dan nilai tertinggi 21

dengan nilai rata-rata 17.21 atau sekitar 81.9%. responden memiliki

pengetahuan yang baik

2. Pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi setelah dilakukan

pendidikan kesehatan memiliki nilai terendah 11 dan nilai tertinggi 21

dengan rata-rata 18.13 atau sekitar 86.3%

3. Hasil uji statistik diperoleh nilai Asymp. Sig 0.051 > α 0.05 maka Ho

diterima disimpulkan bahwa tidak adanya pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

dikarenakan nilai rata-rata antara sebelum dan sesudah intervensi hanya naik

4.4%

B. Saran

1. Bagi sekolah

Bagi SMP Islam Ruhama Ciputat diharapkan dapat membuat suatu program

konseling kesehatan reproduksi remaja seperti yang sudah dicanangkan oleh

pemerintah melalui BKKBN. Program tersebut akan membantu siswa

memperoleh informasi yang benar dan tepat mengenai kesehatan reproduksi

khusus pada saat remaja

74
75

2. Bagi pelayanan kesehatan

Bagi pelayanan kesehatan khususnya puskesmas sebagai pelayanan

kesehatan tigkat awal diharapkan agar lebih meningkatkan program

promoasi kesehatan khususnya mengenai remaja dan segala

permasalahannya. Puskesmas dapat bekerja sama dengan pihak sekolah

dalam menjalankan program promosi kesehatan ini.

3. Bagi peneliti selanjutnya

a. Diharapkan lebih memperhatikan faktor yang dapat mengganggu

pelaksanaan pendidikan kesehatan

b. Disarankan untuk melakukan observasi dengan cermat saat melakukan

studi pendahuluan untuk mengukur sejauh mana tingkat pengetahuan

siswa tentang kesehatan reproduksi agar lebih tepat sasaran pada saat

memberikan materi yaitu sesuai dengan kebutuhan mereka yang belum

pernah mereka dapatkan dalam pendidikan formal

c. Perlu adanya penelitian yang mnghubungkan antara pengaruh

pendidikan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi terhadap sikap

siswa tentang masalah kesehatan reproduksi remaja serta bagaimana

perilaku mereka dalam menjaga kesehatan reproduksi mereka.

d. Perlu diperhatikan jenis kuesioner yang dipakai akan lebih baik jika

pertanyaan yang diberikan bersifat terbuka sehingga dapat diketahui

dengan jelas tingkat pengetahuan siswa yang sebenarnya.


DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba

Arikunto, S. (2006).Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010).Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. 2009. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2008. Kurikulum dan


Modul Pelatihan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan
Reproduksi Remaja (PIK-KRR), cetakan kedua. Jakarta: Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2012. Survei Demografidan
Kesehatan Indonesia.Jakarta :Kementerian Kesehatan
Behrman, R.E., Kliegman, R.M, Jenson, H.B., 2004. Adolescence.In : Nelson
Textbook of Pediatrics, 17thed. Philadelphia: Saunders.

Benita, Nydia Rena. 2012. Pengaruh Penyuluhan terhadap Tingkat Pengetahuan


Kesehatan Reproduksi pada Remaja Siswa SMP Kristen Gergaji [laporan
hasil karya tulis ilmiah].Semarang :Universitas Diponegoro
Bobak, Irene M., et al. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta: EGC
Buzarudina, Frisa. 2013. Efektivitas Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja
Terdadap Tingkat Pengetahuan Siswa SMAN 6 Kecamatan Pontianak Timur.
Pontianak: Universitas Tanjungpura
Dahlan, M Sopiyudin. 2011. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian. Jakarta: Salemba Medika
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005.Pendekatan dan Penanganan pada
Remaja Beresiko Tinggi. Diperoleh dari :
http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=107
0&.Itemid=2 Diaksespada 15 Desember 2013

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Komunikasi,Informasi,


Edukasi(KIE) Kesehatan Reproduksi. Jakarta
Fitriani, Sinta. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Hashman, Ade. 2009. Kenapa Rosulullah Saw. Tidak Pernah Sakit?Meneladani


Pola Hidup Sehat Nabi Muhammad Saw. Jakarta: Hikmah
Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa
Data.Jakarta: Salemba Medika

Iriani Fransisca, dkk. 2006. Jurnal psikologi vol. 4 Perbedaan Sikap Terhadap
Hubungan Seks Pranikah Antara Remaja Yang Diberikan Penyuluhan Dan
Yang Tidak Diberikan Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja.
Universitas Tarumanagara Jakarta
Kementerian Kesehatan RI, 2010. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2010-2014. Jakarta

Kusmiran E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba


Medika
Louis. 2010. Psikologi Eksperimen. Artikel tersedia: http://www.infoskripsi.com
[akses: 11 Januari 2014]

Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. 2009. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan,
dan KB Untuk Pendidikan Bidan. Ed.2. Jakarta: EGC

Maulana, H. (2009), Promosi Kesehatan, Jakarta : EGC

Massolo, Ardin Prima.,dkk. 2011. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi


Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Seksual
Pranikah.Universitas Hasanuddin Makassar
Mubarak, Wahit I, dkk. 2009. Promosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses Belajar
Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Notoatmodjo, Sukidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :Rineka
Cipta

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nugroho Taufan, 2010, Kesehatan Wanita Gender dan Permasalahannya, Nuha.


Medika,Yogyakarta

Purwanto, Andi. 2009. Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan


Pengetahuan Tentang Stres Melalui Ceramah Pada Remaja di SMP 34
Semarang
Setiadi. 2007. Konsepdan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Simamora, Raymond H. 2009, Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan,


Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta

Soetjiningsih.2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Sagung Seto.


Jakarta.
Sudibio.2009. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan
Mengenai Seks Bebas pada Tahun 2009.Medan: Universitas Sumatera Utara

Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta I. Kesehatan Remaja: Problem dan Solusinya.
Jakarta: Salemba Medika; 2010

Wardani, Rachma. 2011. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan


Kesehatan Reproduksi Remaja Perempuan SMP Muhammadiyah 7
Surakarta.UniversitasSebelasMaret Surakarta

World Health Organization.Promoting adolescent sexual and reproductive health


throurh schools in low income contries: an information brief. 2009. [cited
2013 Desember 03]. Available from:
http://whqlibdoc.who.int/hq/2009/WHO_FCH_CAH_ADH_09.03_eng.pdf
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

“Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang

Kesehatan Reproduksi di SMP Islam Ruhama Ciputat”

Saya adalah mahasiswi semester 8 Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam

menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan

reproduksi terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi.

Saya berharap jawaban yang Anda berikan adalah berdasarkan pengetahuan Anda

sendiri tanpa dipengaruhi orang lain. Saya menjamin kerahasiaan jawaban dan identitas

Anda. Informasi yang Anda berikan hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu

keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud lainnya.

Partisipasi Anda dalam penelitian ini bersifat bebas, Anda dipersilahkan memilih

untuk bersedia menjadi peserta penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apa pun. Jika Anda

bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan Anda menandatangani formulir persetujuan

di bawah ini.

Ciputat, Juni 2014

Peneliti Peserta

(Septiana) ( )
Petunjuk Pengisian :

1. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda check list (√) pada kolom yang
tersedia.
2. Isilah kuesioner ini sesuai dengan pendapat Anda.
3. Dimohon untuk tidak berdiskusi dengan teman selama mengisi kuesioner ini.
4. Jika ada pertanyaan, silahkan bertanya kepada peneliti.
- Selamat Mengerjakan -

Nama :

Kelas :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Orang Tua: Tidak sekolah


SD/Sederajat
SMP/Sederajat
SMA/Sederajat
DIII/Perguruan Tinggi
Pernah mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi
Pernah Tidak pernah
Informasi mengenai kesehatan reproduksi diperoleh dari
TV/radio Koran/majalah
Petugas kesehatan Teman
Orang tua Guru
Saudara kandung Lain-lain
No Pertanyaan Benar Salah
1. Suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem reproduksi adalah
pengertian dari kesehatan reproduksi
2. Vagina adalah organ reproduksi wanita yang digunakan untuk
senggama
3. Tanda utama kematangan alat reproduksi perempuan adalah terjadinya
menstruasi pertama
4. Mimpi basah merupakan tanda utama kematangan alat reproduksi
pada perempuan
5. Hormone reproduksi pada laki-laki adalah testosterone

6. Cara membersihkan saluran kemih dan saluran pencernaan (anus)


yang benar adalah membilas dengan air bersih dari arah depan ke
belakang

7. Telat haid selama 2 minggu, merasa mual adalah tanda kehamilan


subjektif (anggapan sendiri)
8. Keinginan seksual muncul karena hormon-hormon seksual pada
remaja sudah mulai berfungsi
9. Cara mengalihkan dorongan seksual pada remaja agar tidak
terjerumus hal negatif salah satunya dengan melakukan kegiatan
positif seperti olahraga,mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
10. Seks pranikah adalah hubungan seks yang dilakukan sebelum
menikah
11. Meningkatnya dorongan seksual adalah penyebab remaja melakukan
hubungan seks pranikah.
12. Remaja yang sedang mengalami pubertas cenderung ingin mencoba
hal-hal baru yang beresiko menyebabkan efek negative dikemudian
hari seperti unsure pornografi
13. Kehamilan pada usia remaja termasuk tidak disarankan karena organ
reproduksi masih belum matang
14. Usia perempuan yang baik untuk hamil adalah 16-40 tahun
15. Kehamilan akan terjadi bila sel sperma bertemu dengan sel telur
16. Cara mencegah kehamilan yang benar adalah tidak melakukan
hubungan seksual
17. Terlambat mens bukan merupakan tanda pasti kehamilan
18. Mencoba hal-hal yang berhubungan dengan unsur pornografi akan
mencetuskan perilaku seksual yang tidak bertanggungjawab
19. Penyuluhan kesehatan reproduksi remaja sebaiknya diberikan pada
remaja sejak SMP
20. Pria perlu melakukan sunat untuk mencegah infeksi yang disebabkan
oleh penumpukan kotoran pada ujung kulit penis
21. Penyakit menular seksual adalah salah satu penyakit yang
penularannya melalui hubungan kelamin
SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN

Topik : Kesehatan Reproduksi Remaja


Sasaran : Siswa kelas VIII SMP Islam Ruhama Ciputat
Tempat : SMP Islam Ruhama Ciputat
Hari/Tanggal : Juni 2014
Waktu : 60 menit

I. Tujuan Instruksional umum


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan siswa diharapkan mengetahui tentang
kesehatan reproduksi
II. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :
1. Menyebutkan pengertian dan cara memelihara kesehatan organ-organ
reproduksi
2. Menyebutkan organ reproduksi dan fungsi organ reproduksi
3. Menyebutkan tanda-tanda pubertas
4. Mengetahui faktor yang mendorong seksual pranikah
5. Menyebutkan akibat yang dapat ditimbulkan oleh seks pranikah
6. Mengetahui cara mengendalikan dorongan seks
7. Mengetahui macam-macam penyakit menular seksual
III. Materi
1. Pengertian kesehatan reproduksi
2. Organ reproduksi dan fungsinya
3. Cara menjaga kesehatan reproduksi
4. Tanda-tanda pubertas
5. Faktor yang mendorong seks pranikah
6. Kehamilan
7. Akibat seks pranikah
8. Cara mengendalikan dorongan seksual
9. Macam-macam penyakit menular seksual

1
IV. Metode
1) Ceramah
2) Mengisi kuesioner
3) Tanya jawab

V. Media
1. Power point

VI. Pengorganisasian
Penyaji : Septiana
Moderator : Ratu Ummu Hani
Fasilitator : Rizkinuary Hidayah

Job Description
1. Moderator : Mengarahkan jalannya acara
2. Penyaji : Menyampaikan materi penyuluhan
3. Fasilitator : Membantu mengarahkan peserta untuk mengisi kuesioner
sesuai petunjuk dan mengikuti acara pendidikan kesehatan
dengan baik

VII. Kegiatan Penyuluhan


NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
1 10 menit Pembukaan Mendengarkan
a) membuka kegiatan dengan pembukaan yang
mengucapkan salam disampaikan oleh
b) Memperkenalkan diri moderator.
c) Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
d) Menyebutkan materi yang akan
diberikan
e) Menyampaikan kontrak waktu

2
2 30 menit Pelaksanaan Mendengarkan dan
Penyampaian materi oleh pemateri: memberikan umpan
a) Menggali pengetahuan peserta balik tehadap materi
tentang kesehatan reproduksi dan yang disampaikan.
memberikan lembar kuesioner.
b) Menjelaskan tentang pengertian
kesehatan reproduksi
c) Menjelaskan tentang organ
reproduksi fungsinya
d) Menjelaskan cara menjaga kesehatan
organ reproduksi
e) Menjelaskan tanda-tanda pubertas
f) Menjelaskan tentang tanda pubertas
g) Menjelaskan tentang faktor yang
mendorong seks pranikah
h) Menjelaskan proses kehamilan dan
aborsi
i) Menjelaskan cara mengendalikan
dorongan seksual
j) Menjelaskan macam-macam
penyakit menular seksual
3 5 menit Tanya jawab Mengajukan pertanyaan
Memberikan kesempatan kepada peserta
untuk bertanya tentang materi yang
kurang dipahami
4 10 Evaluasi Menjawab pertanyaan
menit Menanyakan kembali kepada peserta
tentang materi yang telah diberikan dan
memberikan reinforcement kepada
peserta yang dapat menjawab pertanyaan

3
5 5 menit Penutup Mendengarkan dengan
a) Menjelaskan kesimpulan dari materi seksama dan menjawab
pendidikan kesehatan salam
b) Ucapan terima kasih
c) Salam penutup

VIII. Kriteria Evaluasi


1. Evaluasi Struktur
a) Peserta hadir ditempat penyuluhan
b) Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang kelas VII SMP Islam
Ruhama Ciputat
2. Evaluasi Proses
a) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan sekitar 90% peserta penyuluhan mampu
mengerti dan memahami penyuluhan yang diberikan sesuai dengan tujuan
khusus.

4
LAMPIRAAN MATERI

KESEHATAN REPRODUKSI

a. Pengertian Kesehatan Reproduksi


Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial
yang utuh, bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam
segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta
proses-prosesnya.
kesehatan reproduksi adalah kemampuan untuk mengontrol dan menikmati
perilaku seksual dan reproduksi sejalan dengan etika sosial dan personal;
kebebasan dari rasa takut, rasa malu, rasa bersalah, prasangka dan faktor
psikologis lainnya yang menghambat respon seksual dan menghalangi relasi
dengan sesama; kebebasan dan kelainan organic, penyakit, maupun definisi
yang berhubungan dengan fungsi reproduksi
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut
sistem, (fungsi, komponen dan proses) reproduksi yang dimiliki oleh remaja.

b. Organ Reproduksi dan Fungsinya


Organ reproduksi wanita:
1) Vulva disusun oleh jaringan lemak, disebut juga Mons pubis. Pada bagian
bawah dari mons pubis terdapat suatu lipatan yang berjumlah sepasang
yang disebut dengan labia mayora (bibir besar). Setelah puber labia
mayora akan ditumbuhi rambut. Pada bagian lebih dalam dari labia
mayora terdapat pula lipatan yang kedua berjumlah sepasang yang disebut
dengan labia minora (bibir kecil). Kedua lipatan ini berfungsi untuk
melindungi vagina. Saluran yang langsung berhubungan dengan vulva
adalah uretra dan vagina.
2) Klitoris Klitoris banyak terdapat pembuluh darah dan ujung-ujung saraf
perasa. Hal ini yang membuat klitoris sangat sensitif terhadap rangsangan
dan bisa mengalami ereksi. Klitoris merupakan penonjolan kecil yang
sangat peka (homolog dengan penis pada pria). Di bawah klitoris terdapat
uretra, yakni muara saluran kencing. Kemudian, di bawah klitoris juga

5
terdapat bagian yang mengelilingi tepi ujung vagina. Bagian yang
dimaksud yakni selaput dara atau hymen. Hymen berselaput mukosa dan
mengandung banyak pembuluh darah.
3) Perineum merupakan jaringan yang terletak diantara vagina dan anus.
4) Kelenjar susu, kelenjar ini bukan bagian dari sistem reproduksi, tetapi
sangat penting dalam reproduksi mamalia.

5) Uterus (rahim) merupakan suatu rongga pertemuan dari dua saluran tuba
fallopii bagian kiri dan kanan. Uterus mempunyai beberapa lapisan
penyusun, yakni lapisan terluar (perimetrium), lapisan tengah yang berotot
(miometrium), dan selaput rahim/lapisan terdalam (endometrium). Lapisan
endometrium mengandung banyak pembuluh darah dan lendir. Ketika
terjadi ovulasi, lapisan endometrium akan menebal, tetapi ketika
menstruasi lapisan endometrium akan meluruh. Fungsi uterus adalah
sebagai tempat menempelnya janin.
6) Serviks (leher uterus) Serviks merupakan uterus bagian bawah yang
membuka ke arah vagina. Serviks biasanya merupakan penghalang yang
baik bagi bakteri, kecuali selama masa menstruasi dan selama masa
ovulasi (pelepasan sel telur). pada saat ovulasi kelenjar penghasil lendir di
serviks juga mampu menyimpan sperma yang hidup selama 2 – 3 hari.

6
Sperma ini kemudian dapat bergerak ke atas melalui korpus dan masuk ke
tuba fallopii untuk membuahi sel telur. Oleh karena itu, hubungan seksual
yang dilakukan dalam waktu 1 -2 hari sebelum ovulasi bisa menyebabkan
kehamilan.
7) Tuba falopii, berjumlah sepasang berfungsi menyalurkan sel telur dari
ovarium menuju uterus dan menyediakan lingkungan yang cocok untuk
pembuahan dan perkembangan sel telur sebelum pembuahan.
8) Ovarium terletak di sebelah kiri dan kanan rahim. Sepasang ovarium ini
secara bergantian memiliki tugas memproduksi telur setiap bulan.
Umumnya sel telur diproduksi setiap 28 hari. Pada saat folikel telur
tumbuh, ovarium menghasilkan hormon estrogen, dan setelah ovulasi
menghasilkan hormon progesteron.

Organ reproduksi pria:


1) Penis, yaitu alat kelamin pada pria yang juga berfungsi sebagai organ
eksternal untuk urinisasi. Terdiri dari badan dan batang penis, badan organ
penis ini yang masuk ke vagina selama berhubungan seksual. Penis dapat

7
mengalami ereksi. Ereksi yaitu penegangan dan pengembangan penis
karena terisinya saluran penis oleh darah. Apabila rangsangan ini terus
menerus terjadi, sperma akan keluar melalui uretra. Keadaan ini disebut
ejakulasi.

2) Skrotum disebut juga kantong pelir, yaitu organ yang tampak dari luar
berbentuk bulat, terdapat 2 buah kiri dan kanan, berupa kulit yang
mengkerut dan ditumbuhi rambut pubis.

3) Testis, yaitu merupakan isi skrotum berfungsi untuk menghasilkan sperma dan
memproduksi hormone. Salah satu hormone yang dihasilkan adalah hormone
testosterone yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan seks sekunder.
4) Epididimis, yaitu saluran yang menghubungkan antara testis dengan vas deferens.
Dalam epididimis sperma yang dihasilkan di dalam testis akan ditampung untuk
beberapa saat, kurang lebih 2 minggu sampai menjadi sperma menjadi matang.
5) Vas deferens, saluran untuk mengangkut sperma ke vesikula seminalis
(kantung sperma). Epididimis dan vas deferens merupakan salah satu
kantung cadangan yang menyimpan sel sperma sementara waktu dan
tempat pendewasan sel sperma sebelum dikeluarkan. Setelah dari vas
deferens, mani yang terbentuk akan dialirkan ke duktus ejakulatoris.
6) Uretra adalah saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan
luar tubuh. Uretra berfungsi sebagai saluran pembuangan baik pada sistem
kemih atau ekskresi maupun pada sistem seksual. Pada pria, uretra

8
berfungsi juga dalam sistem reproduksi sebagai saluran pengeluaran air
mani.
7) Vesika seminalis, adalah saluran yang terletak di atas dan bawah kandung kemih.
Vesikula seminalis menghasilkan 60% dari volume total semen. Cairan dari
vesikula seminalis berwarna jernih, kental mengandung lendir, asam amino, dan
fruktosa. Cairan ini berfungsi memberi makan sperma.
8) Kelenjar prostat tersusun melingkar, terletak pada bagian atas uretra dan di
bagian bawah kantong kemih yang merupakan pertemuan antara uretra
dengan vas deferens.

d) Cara Memelihara Organ Reproduksi


Memelihara organ reproduksi wanita:
1) Membilas vulva dengan air bersih setiap kali selesai buang air kecil atau
buang air besar. Membasuh dengan air bersih dari arah depan ke
belakang. Kemudian keringkan menggunakan tisu sekali usap sebelum
menggunakan celana dalam, karena jika organ dibiarkan lembab maka
jamur akan mudah tumbuh menyebabkan rasa gatal.
2) Ganti celana dalam minimal 2x sehari. Pilih celana dalam yang mudah
menyerap keringat, misalnya bahan katun. Hindari celana dalam yang
terlalu ketat karena akan menekan otot vagina dan membuat suasana
lembab yang dapat memicu pertumbuhan jamur.
3) Jika berada di toilet umum sebaiknya menggunakan air yang mengalir.
Karena kemungkinan air yang berada di tempat penampungan
mengandung bakteri dan jamur.
4) Hindari penggunaan pantyliner secara terus menerus karena dapat
menyebabkan iritasi. Gunakan pantyliner hanya saat mengalami
keputihan saja.
5) Pada saat menstruasi, gunakan pembalut dengan permukaan lembut dan
kering sehingga tak menimbulkan iritasi. Selain itu gantilah pembalut
sesering mungkin minimal 5-6 jam sekali karena darah yang tertampung
pada pembalut bias menjadi media tumbuhnya kuman.
6) Hindari penggunaan cairan khusus pembersih organ intim secara rutin
karena akan mengganggu keseimbangan pH dalam vagina. Bila terlalu

9
sering dipakai, justru akan membunuh bakteri baik dalam vagina, yang
selanjutnya akan memicu tumbuhnya jamur. Akibatnya, muncul gatal-
gatal di area organ intim.
7) Cukur rambut kemaluan secara berkala.
8) Hindari stres berlebihan dan beralihlah ke gaya hidup aktif dengan
teratur berolahraga dan konsumsi makanan bergizi seimbang.

Memelihara organ reproduksi pria:


1) Menggunakan celana dalam yang bersih, tidak terlalu ketat dan berbahan
menyerap keringat. Ganti celanan dalam minimal dua kali sehari. Celana
dalam yang tidak higienis atau kotor terkena keringat dan daki, serta
lembab, akan memudahkan bakteri berkembang biak yang bisa
mengundang penyakit, bau tidak sedap, biang keringat, dan lain-lain.
2) Mencukur rambut kemaluan secara berkala untuk menjaga tetap pendek
agar tidak banyak ditumbuhi bakteri. Di samping itu, ada bakteri baik
yang tumbuh di rambut sekitar kemaluan, sehingga tidak baik untuk
dicukur habis.
3) Menggunakan air bersih untuk membilas alat kelamin sesudah buang air.
4) Pria penting untuk melakukan sunat, untuk mencegah penumpukan
kotoran pada lipatan luar penis.
5) Hindari cahaya seperti sinar x rontgen, karena alat kelamin cukup
sensitive sehingga perlu waspada untuk tidak sering melakukan rontgen.
Hindari pula makanan, minuman dan kebiasaan yang merusak kesehatan
alat reproduksi seperti minum minuman mengandung alkohol, merokok,
menggunakan narkoba, dan sebagainya.
6) Jaga kelembaban. Sperma akan menurun kualitasnya pada saat berada
pada lingkungan panas. Oleh sebab itu hindarilah menggunakan pakaian
yang ketat yang berbahan panas kurang ventilasi, serta jauhi kebiasaan
yang meningkatkan suhu alat kelamin seperti memangku laptop di paha
dekat alat kelamin.

10
e) Pubertas dan Seksualitas
Pubertas merupakan suatu tahap dalam perkembangan, dimana seorang
individu yang belum dewasa akan mendapatkan ciri-ciri fisik dan sifat yang
memungkinkannya untuk mampu bereproduksi. Anak perempuan biasanya
memasuki pubertas dua sampai dua setengah tahun lebih awal dibandingkan
laki-laki yaitu sekitar usia delapan sampai tiga belas tahun. Bagi anak laki-
laki, begitu pubertas dimulai mereka terus tumbuh dan berkembang lama
setelah anak perempuan berhenti. Itulah sebabnya kebanyakan orang dewasa
laki-laki lebih tinggi dari kebanyakan orang dewasa perempuan.
- Ciri primer
Pubertas pada perempuan ditandai dengan menstruasi. Menstruasi pertama
disebut menarche. Menstruasi terjadi sekitar 14 hari setelah ovulasi yaitu
saat lapisan endometrium terlepas dari uterus.
Pubertas pada laki-laki yaitu ketika organ reproduksinya mulai mampu
memproduksi androgen (hormone seks laki-laki) hormone yang utama
yaitu testosterone. Tanda remaja laki-laki yang sudah pubertas yaitu
dengan mengalami mimpi basah. Mimpi basah merupakan peristiwa alami
keluarnya cairan dari organ reproduksinya.
- Ciri sekunder
Remaja perempuan yang mengalami pubertas yaitu:
1. Sel-sel lemak didistribusikan ke seluruh tubuh
2. Payudara mulai menonjol
3. Pinggul, paha, pantat mulai membesar
4. Rambut halus mulai tumbuh di area ketiak dan sekitar alat kelamin
5. Muka cenderung tumbuh jerawat
6. Kulit menjadi lebih halus karena distribusi lemak
Remaja laki-laki yang mengalami pubertas yaitu:
1. Penis, testis, dan skrotum mulai membesar
2. Rambut tumbuh pada ketiak, sekitar alat kelamin, dan pada bagian
wajah tertentu
3. Suara memberat, tumbuh jakun
4. Betis memanjang

11
5. Pinggul menyempit
Masa puber anak laki-laki biasanya dimulai pada usia 13-14 tahun dan anak
perempuan pada usia 11-12 tahun. Batasan umur ini tidak mutlak tergantung
beberapa faktor antara lain gizi, kesehatan, lingkungan keluarga, dll.

f) Kehamilan
Kehamilan diawali dengan fertilisasi. Implantasi (penempelan embrio
di uterus) terjadi sekitar 7-10 hari setelah ovulasi. Kehamilan pada
manusia berlangsung rata-rata 266 hari (38 minggu) dari permulaan siklus
menstruasi terakhir.
Kelahiran terjadi melalui serangkaian kontraksi uterus yang kuat dan
berirama. Tahap pertama adalah pembukaan dan pemipihan serviks, yang
berakhir dengan pembukaan serviks sempurna. Tahap kedua adalah
pengeluaran bayi. Tahap akhir adalah keluarnya plasenta setelah bayi
keluar dengan sempurna.
Umur yang baik untuk hamil adalah antara 16-40 tahun karena
merupakan salah satu faktor penting dalam kehamilan. Umur ibu yang
masih terlalu muda (remaja) dianggap beresiko dalam kehamilan karena
alat reproduksinya masih terlalu muda. Sedangkan jika umur ibu hamil
lebih dari 40 juga termasuk dalam kelompok resiko tinggi dikarenakan
pada umur 40 tahun fungsi organ reproduksi sudah mengalami penurunan
sehingga dikhawatirkan kehamilan dapat mengancam kondisi fisik ibu
sehingga tidak dianjurkan hamil pada usia terlalu dini atau terlalu tua.
g) Seksual pranikah
Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut sikap dan perilaku
seksual maupun orientasi seksual.
Seks pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh laki-laki
dan perempuan tanpa adanya ikatan pernikahan.
Penyebab terjadinya seks pranikah:
1) Pengaruh teman sebaya
Teman adalah bagian dari komunitas sosial yang turut membentuk
perkembangan pribadi seseorang, setelah komunitas dan keluarga.

12
Proses pembentukan tersebut terjadi melalui proses yang sangat
alamiah, yakni interaksi antarindividu dalam komunitas soasialnya
yang di dalamnya terdapat komunikasi.

2) Krisis kasih sayang orang tua

Cinta dan rasa hormat atas dasar timbal balik antara orang tua dan anak
merupakan kunci terbaik dalam menghadapi seluruh pengaruh negatif.

3) Kurangnya pedoman orang tua


Sikap, keteladanan serta perilaku orang tua adalah hal yang sangat
berpengaruh terhadap anak. Hal penting yang perlu diperhatikan bagi
orang tua adalah memberikan informasi seluas-luasnya terhadap anak,
dengan catatan, membimbing mereka dalam menerima segala akses
informasi yang masuk dan menyertakan berbagai dampak yang timbul
dari beberapa informasi tersebut.

4) Pengaruh media masa


Tayangan-tayangan yang didalamnya pesan-pesan pornografi dapat
mempengaruhi kondisi seksual seseorang, yakni aktifnya hormon
melatonin, yaitu hormon yang berasal dari kelenjar pineal di otak.yaitu
kelenjar yang dapat memicu pubertas dan mempengaruhi siklus
reproduksi dan kondisi seksual seseorang.

5) Cinta adalah seks = pacaran yang kebablasan


Seks pranikah banyak dilakukan oleh orang yang berpacaran. Mereka
sering berasumsi bahwa cinta sama dengan seks.

h) Akibat yang Ditimbulkan dari Seksual Pranikah

1) Hamil yang tidak dikehendaki

Merupakan akibat dari perilaku sesual remaja. Anggapan-anggapan yang


keliru seperti: melakukan hubungan seks pertama kali, atau hubungan
seks jarang dilakukan, atau perempuan masih muda usianya, atau bila
hubungan seks dilakukan sebelum dan sesudah menstruasi, atau bila

13
menggunakan teknik senggama terputus, kehamilan tidak akan terjadi
adalah pencetus semakin banyaknya kasus kehamilan yang tidak
dikehendaki.

2) Kemungkinan pengguguran kandungan (aborsi) yang sebenarnya


mempunyai resiko tinggi terhadap keselamatan yang melakukan aborsi

3) Putus sekolah

4) Penyakit menular seksual (PMS) – HIV/AIDS


Seringkali remaja melakukan hubungan seks yang tidak aman.
Kebiasaan berganti-ganti pasangan dan melakukan anal seks
menyebabkan remaja semakin rentan untuk tertular HIV/PMS, seperti
sivilis, gonore, herpes, klamidia, dan AIDS.

5) Psikologis

Setelah kehamilan terjadi, pihak perempuan adalah korban utama dalam


masalah ini. Perasaan bingung, cemas, malu, dan bersalah yang dialami
remaja setelah mengetahui kehamilannya bercampur dengan perasaan
depresi, pesimis terhadap masa depan, dan kadang disertai rasa benci dan
marah baik pada diri sendiri ataupun kepada pasangan, dan kepada nasib
membuat kondisi sehat secara fisik, sosial, dan mental yang
berhubungan dengan system, fungsi, dan proses reproduksi remaja tidak
terpenuhi.

6) Persepsi masyarakat yang negatif terhadap remaja yang hamil sebelum


menikah

i) Cara Mencegah Seks Pranikah

1) Pelihara pertumbuhan psikoseksual yang normal sejak kecil.

2) Tumbuhkan identitas sendiri yang benar untuk masing-masing jenis

kelamin.

14
3) Tanamkan nilai-nilai luhur, norma-norma susila, moral dan ajaran

agama, agar kelak tumbuh kemampuan mengendalikan diri dalam

menghadapi rangsangan seksual.

4) Hindari kontak dengan benda-benda pornografi.

5) Bila berpacaran jangan biarkan tenggelam dalam rangsangan seks yang

menggoda

6) Bila berpacaran jangan biarkan erotic zone dirangsang

7) Saling mengingatkan bahaya seks bebas, jika ada teman yang berada

dalam situasi yang menjurus pada hubungan seksual pranikah

8) Ciptakan kelompok yang mampu saling menahan dorongan seks.

9) Peran serta masyarakat untuk saling mengawasi adanya peluang

terjadinya hubungan seks pranikah

10) Wanita harus berani mengatakan “tidak” sekalipun dengan pacar atau

tunangan apabila menjurus pada hubungan seks pranikah.

11) Mendekatkan diri kepada Tuhan dan berdo’a

12) Orang berperan dalam memberikan perhatian dan kasih sayang yang

tercurah melalui komunikasi dua arah dengan cara persuasive dan

memperlakukan remaja sebagai sahabat di rumah.

j) Penyakit Menular Seksual

Penyakit menular seksual dikenal juga dengan istilah infeksi menular


seksual digunakan untuk sejumlah infeksi tertentu yang ditularkan melakui
kontak seksual. Ada beberapa jenis penyakit menular seksual, antara lain
(Manuaba, 2009):

1) Gonore, penyebabnya adalah bakteri Neisseria gonorhoeae. Masa


inkubasi 2-10 hari setelah bakteri masuk ke dalam tubuh. Tanda-tanda

15
penyakitnya adalah nyeri, merah, bengkak, dan nanah pada alat
kelamin. Dapat mengakibatkan kemandulan maupun radang pinggul.

2) Sífilis (raja singa), penyebabnya adalah parasit Treponema pallidum.


Masa inkubasi tanpa gejala berlangsung 3-4 minggu, hingga 13
minggu timbul benjolan di sekitar alat kelamin. Pada 5-10 tahun
penyakit ini akan menyerang susunan saraf pusat, pembuluh darah, dan
jantung. Pada perempuan hamil, sífilis ditularkan pada bayi akan lahir
dengan kerusakan hati, kerusakan kulit, dan keterbelakanga mental.

3) Herpes genital, disebabkan oleh virus Herpes simplex dengan masa


inkubasi 4-7 hari setelah virus masuk kedalam tubuh. Gejala yang
timbul: timbul bintil-bintil berair yang sangat nyeri di sekitar alat
kelamin,

16
4) Klamidia, disebabkan oleh Chlamidia trachomatis. Masa tanpa gejala
berlangsung 7-21 hari. Gejalanya adalah timbul peradangan pada organ
genital luar baik laki-laki maupun perempuan. Pada perempuan
maupun laki-laki infeksi ini akan berakibat kemandulan, dan radang
saluran kencing.

5) Trikomoniasis, disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis


(protozoa). Gejalanya adalah cairan vagina encer, berwarna kuning
kehijauan, berbusa, dan bau busuk. Vulva menjadi bengkak, merah,
gatal, dan rasa tidak nyaman. Nyeri saat buang air kecil.

6) Kandidiasis vagina, merupakan keputihan yang disebabkan oleh jamur


Candida albicans. Pada saat normal, jamur ini memang terdapat di
kulit maupun vagina. Tapi pada keadaan tertentu, jamur ini dapat
menyebabkan kemandulan.

7) HIV/AIDS, AIDS kepanjangan dari Acquired Immunodeficiency


Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome. Penyakit
AIDS disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency Virus (HIV)
yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga penderita
AIDS menjadi rentan terhadap berbagai infeksi. Bahkan penyakit flu
dapat menyebabkan penderita AIDS meninggal dunia.

17
Kuesioner 1
Case Processing Summary
N %
Valid 34 100,0
a
Cases Excluded 0 ,0
Total 34 100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
,623 28

Item-Total Statistics
Scale Mean Scale Corrected Cronbach's
if Item Variance if Item-Total Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Keadaan sejahtera fisik 22,62 5,577 ,503 ,457
Vagina adalah 22,71 5,244 ,573 ,432
Fungsi penis 22,50 6,561 -,034 ,529
Pubertas adalah 22,47 6,560 ,000 ,524
Mimpi basah adalah 22,47 6,560 ,000 ,524
Menstruasi adalah 22,50 6,318 ,246 ,509
Masa subur adalah 22,74 6,261 ,044 ,533
Wanita hamil saat
22,50 6,500 ,035 ,524
masa subur
Wanita tidak akan
hamil saat melakukan
22,85 6,372 -,022 ,549
hubungan seksual
pertama kali
Wanita bisa hamil
walaupun saat
berhubungan seksual 22,59 6,492 -,024 ,536
pria mengeluarkan
sperma diluar vagina
Kehamilan resiko
22,56 6,375 ,070 ,523
tinggi pada remaja
Pembuahan adalah 22,50 6,682 -,171 ,538
Telat haid selama 2
22,85 5,887 ,179 ,508
minggu
Keinginan seksual
22,68 6,650 -,122 ,557
muncul
Olahraga merupakan 22,85 6,250 ,027 ,539
Menggunakan WC
23,12 6,107 ,091 ,526
umum
Seks Pranikah adalah 22,82 5,725 ,258 ,492
Meningkatnya
dorongan seksual 22,62 5,455 ,581 ,444
adalah penyebab
Penyebab remaja
melakukan hubungan
22,65 5,508 ,497 ,454
seks pranikah adalah
kurang pengetahuan
Hamil yang tidak
diinginkan adalah 22,59 6,310 ,087 ,521
akibat
Perasaan takut, depresi 22,50 6,258 ,318 ,504
Penyakit menular
22,68 5,922 ,235 ,498
seksual adalah
Islam mengharamkan 22,53 6,378 ,103 ,519
Interaksi laki-laki dan
22,56 6,072 ,285 ,497
perempuan
Tidak memasukkan
22,56 6,315 ,112 ,518
benda asing
Cara membersihkan
22,56 6,678 -,135 ,546
saluran kemih
Pria perlu sunat 22,47 6,560 ,000 ,524
Mencukur bulu
22,68 6,225 ,081 ,525
kemaluan
Kuesioner ke2

Case Processing Summary


N %
Valid 27 100,0
a
Cases Excluded 0 ,0
Total 27 100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
,699 30

Item-Total Statistics
Scale Mean Scale Corrected Cronbach's
if Item Variance if Item-Total Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Testis adalah salah satu
alat reproduksi laki- 21,30 11,524 ,128 ,595
laki
Uretra bukan
merupakan saluran
yang berfungsi untuk 21,74 12,199 -,121 ,626
mengalirkan sperma
pada laki-laki
Pemberian informasi
tentang seksual tabu
dan berbahaya 21,81 11,772 ,012 ,609
diberikan pada remaja
sejak dini
Payudara bukan
merupakan alat 21,44 11,026 ,241 ,582
reproduksi perempuan
Tanda utama
kematangan alat
reproduksi perempuan 21,30 10,832 ,398 ,567
adalah terjadinya
menstruasi pertama
Mimpi basah
merupakan tanda
utama kematangan alat 21,26 11,046 ,353 ,573
reproduksi pada
perempuan
Hormone reproduksi
pada laki-laki adalah 21,26 10,815 ,453 ,563
testosterone
Hormone reproduksi
pada perempuan adalah 21,41 11,866 -,018 ,613
progesterone
Tubuh mulai meninggi
dan membesar dalam
waktu singkat bukan 21,63 11,242 ,154 ,593
merupakan tanda
pubertas
Mulai membesarnya
ukuran testis dan penis
21,52 11,028 ,224 ,584
adalah tanda pubertas
pada perempuan
Cara mengalihkan
dorongan seksual pada
remaja agar tidak
terjerumus hal negatif
salah satunya dengan
21,22 11,103 ,384 ,573
melakukan kegiatan
positif seperti
olahraga,mengikuti
kegiatan
ekstrakurikuler
Tertarik kepada lawan
jenis pada remaja SMP
21,11 12,026 ,000 ,600
adalah akibat
peningkatan hormone
Dalam berpacaran
sebaiknya menghindari
berpelukan atau
berciuman sebab hal
tersebut beresiko 21,11 12,026 ,000 ,600
meningkatkan
kemungkinan
terjadinya hubungan
seks sebelum menikah
Wanita bisa hamil
walaupun saat
melakukan hubungan
21,70 11,678 ,028 ,609
seksual pria
mengeluarkan sperma
diluar vagina
Remaja yang sedang
mengalami pubertas
cenderung ingin
mencoba hal-hal baru
yang beresiko 21,37 10,934 ,302 ,575
menyebabkan efek
negative dikemudian
hari seperti unsure
pornografi
Kehamilan pada
remaja menyebabkan
kerugian karena bayi
yang dilahirkan akan
mengalami lahir 21,33 11,923 -,026 ,612
premature atau lahir
dengan berat badan
kurang akibat kurang
gizi
Kehamilan pada usia
remaja termasuk tidak
disarankan karena 21,22 10,795 ,536 ,560
organ reproduksi masih
belum matang
Usia perempuan yang
baik untuk hamil 21,44 10,026 ,582 ,537
adalah 16-40 tahun
Penyuluhan kesehatan
reproduksi remaja
21,41 12,328 -,159 ,629
sebaiknya diberikan
pada remaja sejak SMP
Kehamilan akan terjadi
bila sel sperma
21,22 10,718 ,575 ,556
bertemu dengan sel
telur
Cara mencegah
kehamilan yang benar
adalah tidak 21,26 11,123 ,320 ,576
melakukan hubungan
seksual
Terlambat mens bukan
merupakan tanda pasti 21,33 10,846 ,358 ,569
kehamilan
Seorang perempuan
tidak akan hamil
apabila baru pertama 21,56 11,179 ,174 ,590
kali melakukan
hubungan seksual
Mencoba hal-hal yang
berhubungan dengan
unsur pornografi akan
21,19 11,387 ,315 ,582
mencetuskan perilaku
seksual yang tidak
bertanggungjawab
Akibat melakukan
hubungan seks dengan
berganti pasangan 21,33 11,692 ,053 ,603
beresiko tertular
penyakit HIV
Aborsi menyebabkan
banyak wanita 21,33 11,615 ,080 ,600
meninggal
Pria perlu melakukan
sunat untuk mencegah
infeksi yang
21,15 11,362 ,483 ,578
disebabkan oleh
penumpukan kotoran
pada ujung kulit penis
Berhubungan dengan
banyak pasangan
beresiko menyebabkan 21,48 11,644 ,042 ,607
kanker rahim pada
wanita
Penyakit sifilis terjadi
akibat hubungan
seksual dengan 21,33 11,462 ,134 ,594
berganti-ganti
pasangan
Mencuci alat kelamin
dengan antiseptik
setelah melakukan
21,44 12,564 -,226 ,637
hubungan seksual
dapat mencegah
kehamilan
Pretest

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
skor 24 100,0% 0 0,0% 24 100,0%

Descriptives
Statistic Std.
Error
Mean 17,21 ,381
Lower
16,42
95% Confidence Bound
Interval for Mean Upper
18,00
Bound
5% Trimmed Mean 17,23
Median 17,00
skor Variance 3,476
Std. Deviation 1,865
Minimum 13
Maximum 21
Range 8
Interquartile Range 3
Skewness -,243 ,472
Kurtosis ,227 ,918

Percentiles
Percentiles
5 10 25 50 75 90 95
Weighted
13,2
Average(Definitio skor 14,50 16,00 17,00 18,75 19,50 20,75
5
n 1)
Tukey's Hinges skor 16,00 17,00 18,50
Extreme Values
Case Value
Number
1 20 21
2 8 20
Highest 3 1 19
4 13 19
5 23 19a
skor
1 4 13
2 11 14
Lowest 3 14 15
4 10 15
5 17 16b
a. Only a partial list of cases with the value 19
are shown in the table of upper extremes.
b. Only a partial list of cases with the value 16
are shown in the table of lower extremes.

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
skor ,164 24 ,095 ,971 24 ,683
a. Lilliefors Significance Correction
Posttest

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
skor 24 100,0% 0 0,0% 24 100,0%

Descriptives
Statistic Std.
Error
Mean 18,13 ,591
Lower
16,90
95% Confidence Bound
Interval for Mean Upper
19,35
Bound
5% Trimmed Mean 18,34
Median 18,50
skor Variance 8,375
Std. Deviation 2,894
Minimum 11
Maximum 21
Range 10
Interquartile Range 5
Skewness -,969 ,472
Kurtosis ,161 ,918

Percentiles
Percentiles
5 10 25 50 75 90 95
Weighted
11,5
Average(Definition skor 13,50 16,50 18,50 21,00 21,00 21,00
0
1)
Tukey's Hinges skor 17,00 18,50 21,00
Extreme Values
Case Value
Number
1 1 21
2 3 21
Highest 3 5 21
4 6 21
5 19 21a
skor
1 15 11
2 4 13
Lowest 3 16 14
4 11 14
5 7 15
a. Only a partial list of cases with the value 21
are shown in the table of upper extremes.

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
skor ,233 24 ,002 ,867 24 ,005
a. Lilliefors Significance Correction
Pretest-posttest

Descriptives
Statistic Std.
Error
Mean 17,21 ,381
Lower
16,42
95% Confidence Bound
Interval for Mean Upper
18,00
Bound
5% Trimmed Mean 17,23
Median 17,00
pretest Variance 3,476
Std. Deviation 1,865
Minimum 13
Maximum 21
Range 8
Interquartile Range 3
Skewness -,243 ,472
Kurtosis ,227 ,918
Mean 18,13 ,591
Lower
16,90
95% Confidence Bound
Interval for Mean Upper
19,35
Bound
5% Trimmed Mean 18,34
Median 18,50
posttest Variance 8,375
Std. Deviation 2,894
Minimum 11
Maximum 21
Range 10
Interquartile Range 5
Skewness -,969 ,472
Kurtosis ,161 ,918
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pretest ,164 24 ,095 ,971 24 ,683
posttest ,233 24 ,002 ,867 24 ,005
a. Lilliefors Significance Correction

Uji wilcoxon

Ranks
N Mean Sum of
Rank Ranks
Negative
7a 7,57 53,00
Ranks
posttest –
Positive Ranks 13b 12,08 157,00
pretest
Ties 4c
Total 24
a. posttest < pretest
b. posttest > pretest
c. posttest = pretest

Test Statisticsa
posttest -
pretest
Z -1,955b
Asymp. Sig. (2-
,051
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.

You might also like