Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Commmunity forest is a plantation forest in production forest that was developed by
individuals or cooperatives to increase the potential and quality of production by implementing
silviculture practices to ensure the sustainability of forest resources. The village of Bumi Beringin
has gained a license for utilization of forest products in Community Forest by the Regent of
Banggai (on behalf of the Minister of Forestry) covering 100 hectares, divided into 13 (thirteen)
people who are members of forest farmers group Bersatu, but until now there is no implementation
on the field due to the lack of strategies and right development patterns, so that there should be a
research to obtain an appropriate development strategy in order for the the program development
in Bumi Beringin Village can run good and right so as to improve the welfare of local
communities. This research was conducted for 3 months starting in September 2015 until
November 2015. The research was located in the Bumi Beringin Village, Luwuk Sub-district,
Banggai District, Central Sulawesi. A strategy of community forest management development of
forest farmers group Bersatu of Bumi Beringin village, Luwuk sub district, Banggai district is in
quadrant II (2.45; 2.69) which means the diversification strategy of using strength to take
advantage of opportunities or Strength-Treath Strategy (ST). The best pattern of community forest
management development in Bumi Beringin Village, Luwuk Sub-district, Banggai District is a
partnership pattern towards the Independence.
Keywords: Strategy and Pattern of Community Forest Development in Bumi Beringin Village.
215
216 e-Jurnal Katalogis, Volume 4Nomor 1, Januari 2016 hlm 215-228 ISSN: 2302-2019
pemerintah dalam upaya memberdayakan hutan tanaman, atas : (1) Akses legal, yang
masyarakat sekitar hutan. Dalam bab 1 pasal diwujudkan dalam pemberian Surat
1: point 19 Peraturan Pemerintah No. 6 Keputusan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
Tahun 2007 disebutkan Hutan Tanaman Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman Rakyat
Rakyat yang selanjutnya disingkat HTR dalam Hutan Tanaman (IUPHHK-HTR) yang
adalah hutan tanaman pada hutan produksi diberikan oleh Bupati/Walikota atas nama
yang dibangun oleh kelompok masyarakat Menteri Kehutanan; (2) Akses ke lembaga
untuk meningkatkan potensi dan kualitas keuangan, yang diwujudkan dalam bentuk
hutan produksi dengan menerapkan pemberian pinjaman dana bergulir yang
silvikultur dalam rangka menjamin difasilitasi oleh Pusat Pembiayaan
kelestarian sumber daya hutan. Pembangunan Hutan Tanaman (Pusat P2H);
Program Hutan Tanaman Rakyat (3) Akses ke pasar, yang diwujudkan dalam
(HTR) merupakan terobosan baru dalam bentuk penetapan harga dasar penjualan kayu
mengentaskan kemiskinan penduduk di atau penetapan mekanisme harga dasar kayu
sekitar hutan. Berdasarkan sensus penduduk oleh Menteri Kehutanan untuk menjaga
Badan Pusat Statistik (BPS) 2015, stabilitas harga kayu hasil hutan tanaman
mengindikasikan jumlah penduduk Indonesia rakyat.
mencapai 220 juta orang. BPS Kebijakan Pemerintah tersebut dapat
menggambarkan bahwa kurang lebih 48,8 mengentaskan kemiskinan (pro-poor),
juta di antaranya tinggal di sekitar kawasan menciptakan lapangan kerja baru (pro-job)
hutan dan sekitar 10,2 juta orang di antaranya dan ekonomi (pro-growth) sebagaimana
tergolong dalam kategori miskin. Penduduk tercantum dalam agenda revitalisasi
yang bermata pencaharian langsung dari pertanian, perikanan dan kehutanan,
hutan sekitar 6 juta orang dan sebanyak 3,4 sekaligus juga merupakan implementasi dari
juta orang di antaranya bekerja di sektor Kebijakan Prioritas Departemen Kehutanan
swasta kehutanan. Melihat data-data dalam Revitalisasi Sektor Kehutanan dan
permasalahan tersebut, pemerintah Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dimana
mengambil langkah-langkah kebijakan sektor kehutanan diharapkan dapat
diantaranya mengajukan program Hutan memberikan kontribusi pada pertumbuhan
Tanaman Rakyat (HTR) dengan harapan bisa ekonomi nasional, perbaikan lingkungan,
mengatasi permasalahan tersebut. mensejahterakan masyarakat dan
Senada dengan hal diatas sebagaimana memperluas lapangan kerja. (Adnan
Permenhut Nomor : P.55/Menhut-II/2011, Ardhana dkk, 2012 ).
bahwa pengembangan dan pengelolaan hutan Di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah,
tanaman rakyat harus memperoleh Izin khususnya di wilayah Kabupaten Banggai
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada telah ada pencadangan areal untuk Hutan
Hutan Tanaman Rakyat (IUPHHK-HTR) Tanaman Rakyat dengan luas ± 665 Ha
dimana izin usaha tersebut diberikan untuk sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan
memanfaatkan hasil hutan berupa kayu Nomor : 132/Menhut-II/2010 tanggal 24
dalam hutan tanaman pada hutan produksi Maret 2010 yang tersebar di beberapa
yang diberikan oleh Bupati (an. Menteri Kecamatan. Pelaksanaan Program ini belum
Kehutanan) kepada perorangan atau koperasi. sampai pada tahap pengimplementasian di
Selanjutnya Rimbun Daun (2011) lapangan karena belum adanya pola
menjelaskan bahwa karena kebijakan pengembangan usaha pengelolaan Hutan
pembangunan Hutan Tanaman Rakyat pada Tanaman Rakyat yang tepat. Oleh karena itu
intinya adalah memberikan peluang kepada perlu dilakukan penelitian Strategi dalam
masyarakat dalam kegiatan pembangunan Pengembangan Usaha Pengelolaan Hutan
Eduardus Raja,dkk. Strategi Pengembangan Usaha Pengelolaan Hutan Tanaman Rakyat (Htr) Di Desa…………217
Tanaman Rakyat (HTR) di Desa Bumi strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan
Beringin, Kecamatan Luwuk, Kabupaten pada logika yang dapat memaksimalkan
Banggai sehingga diperoleh pola yang tepat kekuatan (strengths) dan peluang
dalam mengimplemetasikan program (opportunities), namun secara bersamaan
tersebut. dapat meminimalkan kelemahan
(weaknesses) dan ancaman (threats). Proses
METODE pengambilan keputusan strategis pada
analisis SWOT seperti pada table berikut.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini sejumlah
271 (dua ratus tujuh puluh satu) orang Tabel 1. Contoh Matriks Analisis Strategi
dengan rincian terdiri dari Anggota Pengembangan Usaha Pengelolaan Hutan
Kelompok Tani Hutan Bersatu di Desa Bumi Tanaman Rakyat
Internal Kekuatan Kelemahan
Beringin Kecamatan Luwuk Kabupaten
(S) (W)
Banggai sebanyak 13 (tiga belas) orang, Eksternal
Aparat Pemerintah Desa sebanyak 14 (empat
STRATEGI S – O
belas) orang, Pegawai Dinas Kehutanan STRATEGI W – O
Tabel 2. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) Dan Eksternal (EFE) Manfaat dan Resiko,
Model dan Prospek Manajemen Konflik
Uraian Faktor Internal & Eksternal Bobot Rating Skor
Strength
Variabel kekuatan 1 X11 Y11 X11Y11
Variabel kekuatan 2 X12 Y12 X12Y12
Sub Total (Strength)
Weakness Bobot Rating Skor
Variabel kelemahan 1 X21 Y21 X21Y21
Variabel kelemahan 2 X22 Y22 X22Y22
Sub Total (Weakness)
Total IFAS
Oportunity Bobot Rating Skor
Variabel Peluang 1 X31 Y31 X31Y31
Variabel Peluang 2 X32 Y32 X32Y32
Sub Total (Oportunity)
Threat Bobot Rating Skor
Variabel ancaman 1 X41 Y41 X41Y41
Variabel ancaman 2 X42 Y42 X42Y42
Sub Total (Threats)
Total EFFAS
Keterangan :
Xij: Bobot ke ij= 1,2, dan
Yij: Bobot ke ij= 1,2,
Dimana ;
i= Sub faktor (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman)
j= Variabel dari sub faktor (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman)
Berdasarkan matriks IFE dan EFE kekuatan dan peluang diberi tanda positif,
yang hasilnya disajikan pada Tabel 2 dapat sedangkan kelemahan dan ancaman diberi
diketahui bahwa posisi internal dan eksternal tanda negative. Dengan menempatkan selisih
strategi dan pola pengembangan usaha nilai S (kekuatan) – W (kelemahan) pada
pengelolaan hutan tanaman rakyat, setelah sumbu (x), dengan menempatkan selisih nilai
membandingkan total skor yang diperoleh antara O (peluang) – T (ancaman) pada
antara sub faktor kekuatan-kelemahan dan sumbu (y), maka ordinat (x,y) akan
sub faktor peluang-ancaman. menempati salah satu sel dari diagram
Menurut Rangkuti (2005) kinerja dapat SWOT. Letak niai S –W dan O – T dalam
ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan diagram SWOT akan menemukan arah
eksternal. Untuk dapat membandingkan strategi yang akan ditempuh oleh suatu
antara perbandingan kekuatan dan kelemahan bentuk usaha seperti hutan tanaman rakyat.
(diwakili garis horizontal) dengan Gambar 1 menunjukkan berbagai
perbandingan peluang dan ancaman (diwakili kemungkinan strategi dan pola
garis vertikal). Pada diagram tersebut pengembangan usaha pengelolaan hutan
Eduardus Raja,dkk. Strategi Pengembangan Usaha Pengelolaan Hutan Tanaman Rakyat (Htr) Di Desa…………219
tanaman rakyat dan tipe strategi dan pola strategi mencapainya, sehingga organisasi
yang sesuai. memiliki keunggulan meraih masa depan
BERBAGAI PELUANG yang lebih baik.
Kuadran 3. Mendukung Kuadran 1. Mendukung
strategi strategi HASIL DAN PEMBAHASAN
turnaround agresif
Pengelolaan Hutan Tanaman Rakyat di
KELEMAHAN INTERNAL KEKUATAN INTERNAL
wilayah Kabupaten Banggai dilaksanakan
atas dasar adanya SK Menteri Kehutanan No.
Kuadran 2. Mendukung
Kuadran 4. Mendukung
strategi 132/Kpts-II/2010 tanggal 24 Maret 2010
strategi
defensif
deversifikasi tentang Pencadangan Areal Untuk
Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat seluas
BERBAGAI ANCAMAN
± 665 Hektar di Kabupaten Banggai Provinsi
Sulawesi Tengah. Dari luasan ± 665 Hektar
Gambar 1. Diagram SWOT (Rangkuti, tersebut, didalamnya sudah termasuk
2005) pencadangan HTR untuk wilayah Desa Bumi
Beringin seluas ± 100 Hektar. Sebagai tindak
Posisi di kuadran 1 (support on lanjut atas Keputusan Menteri Kehutanan No.
agresive strategy) adalah situasi yang paling 132/Kpts-II/2010 tersebut, Dinas Kehutanan
menguntungkan, dimana system pengelolaan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah bersama
mempunyai peluang dan kekuatan, jika instansi teknis terkait lainnya melaksanakan
system berada pada kuadran 2 (support kegiatan sosialisasi, pembentukan kelompok
diversification strategy), berarti system tani, pengusulan pertimbangan teknis oleh
menghadapi ancaman akan tetapi masih Dinas Kehutanan Kabupaten Banggai kepada
memiliki kekuatan dari segi internal, jika Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan
system berada pada kuadran 3 (support Produksi (BPPHP) Wilayah XIV Palu
a turnaround oriented strategy), berarti sebagai salah satu persyaratan untuk
system tersebut mempunyai peluang yang penerbitan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
besar tetapi dilain pihak menghadapi Hutan Kayu – Hutan Tanaman Rakyat
beberapa kendala/kelemahan dan apabila (IUPHHK-HTR) oleh Bupati Banggai (atas
system berada pada kuadran 4 berarti system nama Menteri Kehutanan).
menghadapi situasi yang paling tidak Di wilayah Desa Bumi Beringin
menguntungkan karena mempunyai ancaman Kecamatan Luwuk Kabupaten Banggai telah
dan kelemahan internal. Setiap kuadran pada memiliki Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
diagram SWOT memperlihatkan ciri yang Hutan Kayu - Hutan Tanaman Rakyat
berbeda dari suatu unit usaha, sehingga (IUPHHK-HTR) yang diterbitkan oleh
diperlukan strategi yang berbeda pula dalam Bupati Banggai (atas nama Menteri
penanganannya. Selanjutnya menurut Kehutanan). IUPHHK-HTR tersebut
Sianipar dan Entang (2003), Analisis SWOT diperuntukan kepada masyarakat perorangan
adalah suatu proses merinci keadaan yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan
lingkungan internal dan eksternal guna dengan nama Kelompok Tani Hutan (KTH)
mengetahui faktor-faktor yang Bersatu yang berada di wilayah Desa Bumi
mempengaruhi keberhasilan organisasi Beringin Kecamatan Luwuk Kabupaten
kedalam kategori kekuatan (strengths), Banggai.
kelemahan (weaknesses), peluang Pengelolaan Hutan Tanaman Rakyat
(opportunities), Ancaman (threats), sebagai (HTR) dilaksanakan dengan menggunakan 3
dasar untuk menentukan tujuan, sasaran dan pola yakni :
220 e-Jurnal Katalogis, Volume 4Nomor 1, Januari 2016 hlm 215-228 ISSN: 2302-2019
internal sebesar 2,45 dan faktor peluang- dikembangkan mengingat strategi tersebut
ancaman dengan total skor 2,69. memiliki kekuatan dan peluang sehingga
Hal tersebut di atas mengartikan bahwa melahirkan berbagai strategi diantaranya: 1)
Kelompok Tani Hutan Bersatu Desa Bumi mempertahankan status kawasan; 2)
Beringin memiliki peluang dan kekuatan Meningkatkan frekuensi pembinaan kepada
untuk pengembangan dan pengelolaan Hutan masyarakat; 3) pemberdayaan dan peran serta
Tanaman Rakyat (HTR). Perlu diketahui masyarakat khususnya Kelompok Tani Hutan
bahwa faktor internal sebesar 2,45 dan faktor Bersatu Desa Bumi Beringin. Selanjutnya
eksternal 2,69 diperoleh dari total dari strategi ST yang dikembangkan berdasarkan
perkalian antara bobot dan rating dari pertimbangan adanya kekuatan dan ancaman
masing-masing faktor. dalam Strategi dalam Pengembangan Usaha
Faktor internal dan faktor eksternal Pengelolaan Hutan Tanaman Rakyat (HTR).
yang menjadi pertimbangan dalam Strategi yang dikembangkan adalah; 1)
menentukan strategi pengelolaan Hutan Membangun komitmen antara Kelompok
Tanaman Rakyat (HTR) pada Kelompok Tani Hutan Bersatu dan Pemerintah; 2)
Tani Hutan Bersatu di Desa Bumi Beringin Pembinaan Kelompok Tani Hutan Bersatu
dapat dilihat dalam dalam tabel 3 di bawah dalam menciptakan kesadaran dalam
ini : pengembangan Hutan Tanaman Rakyat; 3)
Tabel 3. Faktor Internal dan Faktor Membangun kerjasama antara Kelompok
Eksternal Tani Hutan Bersatu, Pemerintah dan
Stakeholder. Sementara strategi WO
Faktor Internal Faktor Eksternal
dikembangkan berdasarkan pada Strategi
Kekuatan (Streghts) Peluang dalam Pengembangan Usaha Pengelolaan
(Opportunities) Hutan Tanaman Rakyat (HTR) yang
memiliki berbagai kelemahan namun masih
1. 1. Status Kawasan 1. Pola Mandiri memiliki peluang. Oleh karena itu strategi
2. 2. Pendampingan 3. 2. Pola Developer yang dikembangkan adalah; 1) Perencanaan
3. Aksesibiltas Yang 4. 3. Pola Mitra program yang matang dalam penerapan pola
Baik
pengembangan Hutan Tanaman Rakyat; 2)
Kelemahan Ancaman (threats)
(Weaknesses)
Peningkatan koordinasi multipihak; 3)
1. Pemanfaatan Peningkatan sosialisasi berkelanjutan tentang
1. Sosio-Kultur pengembangan dan pengelolaan Hutan
belum jelas
Masyarakat Tanaman Rakyat (HTR). Terakhir adalah
3. 2. Mitra
1. 2. Pembukaan Lahan strategi WT adanya berbagai kelemahan dan
4. 3. Nomenklatur
2. 3. Persepsi Masyarakat
ancaman yang dimiliki dalam strategi dalam
pengembangan usaha pengelolaan Hutan
Selanjutnya setelah melihat faktor
Tanaman Rakyat (HTR), strategi yang
internal dan faktor eksternal hasil penelitian
dikembangkan dalam kondisi ini adalah; 1)
melahirkan beberapa strategi sebagaimana
Membangun analisis tapak dan situasi
dalam matriks IFE dan EFE dalam analisis
dengan adanya program pemerintah dalam
SWOT Strategi dalam Pengembangan Usaha
pengembangan dan pengelolaan Hutan
Pengelolaan Hutan Tanaman Rakyat (HTR).
Tanaman Rakyat (HTR); 2) Penerapan
Strategi SO, ST, WO dan WT tersebut
kebijakan yang sesuai dengan setiap
dikembangkan berdasarkan hasil kajian
program; 3) Pelibatan masyarakat dalam
internal dan eksternal yang berkaitan dengan
pengambilan keputusan.
Strategi Pengembangan Usaha Pengelolaan
Strategi-strategi diatas menunjukkan
Hutan Tanaman Rakyat (HTR) yang terpilih
bahwa pengembangan dan pengelolaan
bagi masyarakat yakni strategi SO yang
222 e-Jurnal Katalogis, Volume 4Nomor 1, Januari 2016 hlm 215-228 ISSN: 2302-2019
Tabel 4. Analisis SWOT Strategi Pengembangan Usaha Pengelolaan Hutan Tanaman Rakyat (HTR)
IFE Kekuatan (Streghts) Kelemahan (Weaknesses)
• Strategi • Strategi ST
SO
Mempertahankan status kawasan Membangun komitemen antara
kelompok tani dan pemerintah
Meningkatkan frekuensi pembinaan
kepada masyarakat; Pembinaan kelompok tani dalam
menciptakan kesadaran dalam
Pemberdayaan dan peran serta pengembangan Hutan Tanaman
masyarakat khususnya Kelompok Rakyat
Tani Bumi Beringin
Membangun kerjasama antara
Pemberdayaan dan peran serta Kelompok Tani Beringin, Pemerintah
masyarakat dan Stakeholder
• Strategi • Strategi
WO WT