You are on page 1of 1006

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.

com/

Judul aslinya
"Thay Tong Yoe Hiap Toan" (Hokkian)
"Da Tang You Xia Zhuan" (Mandarin)
Karya : Liang Ie Sheng Saduran : OKT
Sumber DJVU : Manise Dimhader & BBSC dimhader
Ebook oleh : Dewi KZ
http://kangzusi.com/ atau http://dewikz.byethost22.com/
http://kangzusi.info/ http://ebook-dewikz.com/

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Keterangan Dewi KZ :
1. Karangan Liang Ie Shen ini Judul aslinya "Thay Tong Yoe Hiap
Toan" (Hokkian) atau "Da Tang You Xia Zhuan" (Mandarin).
2. Mulai dimuat sebagai cerita bersambung di koran Hongkong
pada 1 Januari 1963, dan berakhir pada 14 Juni 1964.
3. Diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh OKT di tahun 1964,
diterbitkan oleh penerbit Mekar Djaja, Jakarta, dalam 16 jilid.
Kemudian oleh Penerbit Sejahtera Indah Tahun 1980.
4. Termasuk dalam seri karya Liang Ie Shen yang disebut sebagai
"Serial Dinasti Tong", karena menceritakan kisah di jaman
pemerintahan Kaisar Lie.
5. Tokoh-tokoh ceritanya a.l. Toan Kui Ciang, Tiat Mo Lek, Hee
Leng Song, Khong-Khong Jie, dll.
6. Urutan Trilogi Dinasti Tong adalah :
a. Pendekar Aneh [Nu Di Qi Ying Zhuan Lie Tee Kie Eng]
disadur oleh Boe Beng Tjoe terdiri dari 12 jilid diterbitkan
oleh Mekar Jaya.
b. Kisah bangsa Petualang, Serial ini dilanjutkan dengan
"Tusuk Konde Pusaka" atau "Liong Hong Po Tjhee Yan"
(Hokkian) atau "Long Feng Bao Chai Yuan" (Mandarin),
dengan tokoh-tokoh ceritanya a.l. Toan Kek Shia, Su Jiak
Bwee, dll., di samping masih munculnya juga tokoh-
tokoh dari "Kisah Bangsa Petualang". Diterjemahkan ke
bahasa Indonesia oleh S. D. Liong di tahun 1965,
diterbitkan oleh penerbit Pantja Satya, Semarang, dalam
18 jilid.
c. Serial ini diakhiri dengan cerita ke-3, berjudul "Jiwa
Ksatria" atau "Hui Kiam Sim Mo' (Hokkian) atau "Hui Jian
Xin Mo" (Mandarin), dengan tokoh-tokoh ceritanya a.l.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Can Pek Sin, Tiat Ceng, Tiat Leng, Thie Po Leng, Lauw
Bong, Liong Seng Hong, dll., di samping masih
munculnya juga tokoh-tokoh dari "Kisah Bangsa
Petualang" dan "Tusuk Konde Pusaka". Diterjemahkan
ke bahasa Indonesia oleh O. P. A. di tahun 1967,
diterbitkan oleh penerbit Marga Raya, Jakarta, dalam 16
jilid.
---ooo0dw0oo---

Dikarenakan djvu dari BBSC pada Jilid 5 isinya


diputus ditengah-tengah oleh percetakan, maka kami
lengkapi dengan djvu dari Manise, trims yeeee

Jilid 1
“Selamat Tahun Baru!”
”Selamat Tahun baru !”
Demikian ucapan kebahagian pada pagi hari tanggal satu
bulan satu dari tahun Thian Po ke dari masa kerajaah Tong
dan ucapan itu dihaturkan kepada seorang She Su bernama It
Jie, yang tinggal di dusun Su Kee Cun dusun pegunungan
terpisah enam puluh lie lebih di luar kota Tiang an. It Jie ini
pada tahun Kay Goan ke 22 pernah lulus sebagai Cin Su, ujian
tingkat tiga, oleh karena ia tidak suka memangku pangkat,
belum sampai usia pertengahan, ia sudah pulang ke kampung
halamannya, untuk hidup dalam ketenangannya si orang desa.
Oleh karena ia memiliki gelarnya itu dan hidupnya damai,
penduduk kampung menghormati nya dan biasanya mereka
datang pagi-pagi menghaturkan selamat pertukaran tahun.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hari itu, habis mengantar tetamunya pulang, It Jie


menggeleng-geleng kepala dan sambil. menghela napas, ia
berkata seorang diri : “Selagi suasana begini rupa, apakah yang
harus dibuat girang ?”
Justeru itu, dari dalam rumahnya ia mendengar suara ’eyah !
eyah’ dari bayi yang baru dilahirkan, di susul dengan letusannya
petasan bambu yang berisik dan ramai !
Mendengar tangisan itu, Cin Su tersenyum dan berkata
dalam hatinya : ”Kalau toh kegirangan maka itu mulainya saat
hari ini ! Tambahnya satu anak akan membikin rumah tanggaku
tambah gembira !”
Seorang pembantu lalu daiang. akan memberitahukannya
atas lahirnya seorang anak lalu ia berkata pada pembantunya:
”Kau sediakan empat macam barang antarkan untuk Toan
Toaya, antarkan sekarang juga sekalian kau undang dia datang
kemari untuk minum arak !” Sambil berkata demikian ia heran
dan berpikir : “Setiap tahun baru dia lah yang datang paling
dulu memberi selamat padaku, kenapa hari ini dia tidak datang
atau mungkin terlambat?”
Pembantu itu menerima baik perintah majikannya, akan
tetapi belum ia pergi, ia sudah tertawa dan berkata : “Loo ya,
tak usah Toan Toaya di undang! lihat, bukankah ia sedang
berjalan kemari?”
Pembantu itu menoleh sambil menunjuk keluar dan dari luar
terlihat seseorang sedang menuju rumahnya sambil mulutnya
ber-senandung. „Haha, saudara Toan !” tertawa tuan rumah.
“Kenapa kau baru datang ? aku telah menyediakan arak
untukmu!”
Toan Toaya itu namanya, Kui Ciang, berumur empat puluh
lebih sedikit, tubuhnya kekar seperti orang yang mengerti ilmu
silat, sebaliknya Su It Jie seorang sastrawan, maka
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

persababatan mereka agak ganjil. Tapi kenyataannya tidak


demikian. Disamping ilmu silat, Kui Ciang paham ilmu surat.
Tapi ia bukan penduduk asli Su Kee Cun. la datang baru
sepuluh tabun lebih. Sebab ia jujur dan Bun Bu Coan Cay
mengerti silat dan surat berbareng, maka It Jie suka bergaul
dengannya, bahkan keduanya menjadi sahabat yang kekal
Atas sambutan tuan rumah itu, Kui Ciang tertawa. “Ada
sebabnya kenapa aku terlambat, saudara Su !” katanya.
“Apakah itu ?”,
”Istriku baru melahirkan seorang bayi !”
,.Oh! selamat, selamat!” seru It Jie. ”Sungguh kebetulan !
apakah anakmu itu pria, atau wanita ?”
Pria! sahut Kui Ciang. “Eh, kau berkata begitu apakah enso
pun melahirkan.”
It Jie tertawa. “Ya.” sahutnya. ”Aku hanya memperoleh anak
perempuan.”
”Kalau begitu aku mesti menambah pemberian selamatku !”
It Jie heran.
Kui Ciang tertawa ”Saudara tahukah kejadian-kejadian
belakangan in? ”.
“Raja sudah merampas Yo Tay Cin Kui Hui. Yo Tay Cin itu
isterinya pangeran Siu Ong Lie Mo Itulah ke jadian selama
tahun Thian Po ke empit. Yo Khui Hui bukan main disayang
Raja. Belum tiga tahun, ketiga kakaknya telah di angkat
menjadi Tay Jin. Bahkan menurut kabar bulan yang lalu. kakak
sepupunya, Yo Kok Tiong telah diang kat menjadi perdana
mentri, hingga kedudukannya jadi sangat tinggi dan mulia.
Inilah yang mengubah suasana, hingga kalau ada orang yang
mendapat anak perempuan, sanak dan sahabat-sahabatnya

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pada berduyun-duyun datang memberi selamat. Katanya jaman


sekarang mengutamakan anak perempuan bukan jaman
menghargai anak lelaki, Kau telah mendapat anak perempuan,
saudaraku, bukankah kau pantas diberi selamat dua kali lipat?”
Tapi It Jie tidak senang : ”Jika aku meng hargai pangkat,
pada sepuluh tahun yang lalu tidak nantinya aku pulang ke
kampungku untuk hidup sebagai orang desa seperti sekarang
ini !” katanya. ”Tidak puas aku menyaksikan segala manusia
hina main gila. memenuhkan istana ! mana dapat aku menelad
contoh Yo Kok Cong?”,
Kui Ciang tertawa.” Jangan gusar saudara Su!. Mustahil aku
tidak kenal sifatmu? aku hanya bergurau!” ia lantas menthela
napas dan menambahkan lesu: ”keadaan sekarang
menyedihkan hingga harus ditangiskan … makin lama
pemerintahan makin buruk, hingga entah bagaimana jadinya .
...“
”Sudahlah buat apa kita perbatikan urusan itu !” kata It Jie.
“Mari kita minum sampai mabuk lalu keduanya minum sampai
mabuk!. Lalu keduanya itu minum arak mereka masing-masing”
It Jie berjanji sambil mengetuk-ngetuk meja. Ia
menyanyikan syairnya Lie Tay Pek tetapi ia mengagumi Touw
Hoe. Katanya ”Touw Hoe ada di Tiang an, diharuskan Raja
berdiam didalam Istana, kalau tidak. Pasti suka aku pergi
menemuinya,. .. “
Disebutnya nama Touw Hu membuat Kui Ciang ingat
syairnya penyair itu. Ia tertawa dan katanya : ”Saudara Su, di
antara syairnya Touw Hu ada kata kata mengenai terlahirrya
anak anak laki dan perempuan, bahwa anak perempuan baik
sekali, maka itu pantas kau diberi selamat berlipat kali,
sekarang jaman kacau perang meminta korban kalau diingat
memang lebih baik mendapat anak perempuan !”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

It Jie mengeringi tawanya. Masa bodoh syairnya Touw Hu itu


! katanya. “Tetapi sekarang aku ingat suatu …”
”Tentang anak-anak kita, bukankah mereka terlahir
bersamaan dalam satu malam? Bagaimana jika kita berbesan ?”
Kui Ciang diam sejenak lantas ia menjadi girang sekali.
“Sebenarnya,” katanya, ”begitu aku mendengar kau
memperoleh anak perempuan, telah ada dalam pikiranku itu
banya aku tidak berani buka mulut, sekarang saudara yang
mengajukannya, bagus sekali kebetulan aku mempunyai
sepasang tusuk kondai kemala, baiklah itu dijadikan tanda
mata. Ini dia !”
Orang she Toan ini merogo sakunya dan mengeluarkan
perhiasan rambut itu. Melihat tusuk Kondai itu It Jie melengak.
Kemala itu licin dan bersinar, indah mirip kemala Kothein, pula
di kepalanya ada bertaburan mutiara, yang terang bercahaya.
”Bagaimana dia mempunyai kemala mustika ini ?” pikirannya
heran.
Semenjak pindah ke Su Kee Cun, hidup-nya Toan Kui Ciang
sempit sekali. Dia cuma mengandalkan beberapa murid, yang
belajar silat padanya. Ada kalanya dia ditolong sahabatnya she
Su. Sekarang dia mempunyai pesalin kemala berharga itu aneh,
bukan? Meski demikian, ia percaya kejujuran orang ia tidak
menyangka jelek.
Kui Ciang dapat menerka hati sahabatnya, tanpa bertanya, ia
memberikan penjelasannya. ”Selama tahun Ceng Koan kakekku
tutut Jenderal Lie, Ceng berperang dengan bangsa Turki, di
sana di Kotheun ia mendapatkan sepasang tusuk kundai
kemala. Pulang perang, Baginda Thay Coang menghadiahkan
sepasang mutiara asal Lam Hay. Kakekku memanggil tukang
yang pandai, mutiara itu ditaburkan pada tusuk kundai itu.
Selanjutnya barang perhiasan itu disimpan sebagai pusaka

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

keluarga Toan-Inilah sebabnya, meski aku hidup melarat, tak


mau aku jual kemala ini.”
”Pantas saudara gagah, tak tahunya kau-lah turunan
Jenderal !” kata It Jie. Di mulut ia berkata demikian, dihati ia
heran, kenapa tak pernah Kui Ciang menuturkan sesuatu
tentang leluhurnya itu. Itu toh suatu kehormatan ?
Kui Ciang minum araknya, lalu ia berkata pula : , Aku tidak
mempunyai ba-rang simpanan lainnya, kecuali ini, maka tak
pernah aku pisahkannya dari tubuhku. Nama tusuk kundai ini
ialah Liong Hong Poo Cee. Tusuk kondai yang satu berukiran
naga-nagaan, dan yang lainnya burung hong. Sekarang yang
burung hong ini aku jadikan tanda mata.”
”Kau memakai pesalin mustika, saudara, aku berterima
kasih, “ kata It Jie. Ia sebenarnya berat menerimanya, akan
tetapi mengingat, dibelakang hari barang toh akan kembali
pada keluarga Toan ia menerima juga. Kemudian ia periksa
kemala itu ia girang dan kagum.
Ukirannya sangat bagus dan hidup la memuji. ”Sekarang
coba saudara lihat yang naga ini, “ Kata Kui Ciang, sambil
menunjuk-kan yang satu lagi.
Kembali It Jie menjadi kagum. Yang naga ini tak kalah
indahnya. Kembali ia memberikan pujiannya. “Sekarang ini
dorna, mengusai Negara, entah bagaimana jadinya nanti,” kata
Kui Ciang kemudian ”maka ada maksudnya kenapa sepasang
kemala ini aku pisahkan, aku jadikan pesalin ia agak sangsi ia
tidak berkata terus.”
”Apa maksudnya ?” It Jie bertanya, “kita sudah jadi sanak,
diantara kita tak ada lagi. yang tak dapat diutarakan.”
“Kau sadar saudara, meski hari ini harian tahun baru, aku
percaya kau tidak akan menganggap aku bicara sial..

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

.aku maksudkan, andai kau di belakang hari keluarga kita


bercerai , disebabkan bencana perang. anak anak kita bisa
menggunakan kemala ini sebagai bukti untuk mereka
melanjutkan pecakapan mereka. . . “It Jie tertawa.
”Saudara terlalu memikir jauh !” katanya. Tapi dalam hatinya
ia berkata “Kita tinggal bersama didalam sebuah desa. Umpama
benar terjadi perang kita tetap akan bersama juga ! mana bisa
kita berpisah ?” walaupun demikian, karena orang bicara
dengan sungguh-sungguh ia mau, percaya itu mungkin suatu
alamat buruk. Ia paksa tertawa. Ia kembalikan kemala yang
satu, “Anakku belum diberi nama. “ kata Kui Ciang kemudian,
”mengingat pengetahuan saudara luas tolong kau yang
memilihkan dan memberikannya.”
“Anakku juga belum diberi nama! kata It Jie tertawa.
Waktu itu di luar rumah terlihat salju berterbangan, ada yang
nempel di pohon bu-nga bwee. Melihat itu, tuan rumah
menghirup araknya dan Katanya sambil tertawa. ”Aku paling
suka bunga bwee. maka itu aku akan berikan nama Jiak Bwee
pada anakku. Karena sekarang dorna memerintah dan mungkin
saatnya datang untuk satu anak anak laki menunggang kuda
untuk berperang, baik anak saudara dinamakan Kek Sia,
Saudara setuju?”.
Koei Ciang menepuk tangan. ”Bagus! bagus! ia memuji, Jiak
Bwee berarti mirip bunga Bwee dan Kek Sia berarti menakluki
kesetanan. maka nama nama itu ialah nama nama yang tepat.”
”Hah semoga setelah besar mereka tak menyia-nyiakan
pengharapan orang tua mereka!” It Jie pun girang dan turut
bertepuk tangan.
Tapi pada waktu itu d luar terdengar suara berisik, dari
terompet, dan jeritan anak anak. “Eh terjadi perkara apakah di
luar?’ kata It Jie heran ”hari ini harian tahun baru, apa mungkin
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pembesar negeri memerintahkan hamba hamba nya memungut


pajak? Mari kita lihat!”
Koei Ciang setuju, maka keduanya bangkit dan ke luar Maka
setibanya di depan kedua besan ini dapat melibat debu
beterbangan,yang disebabkan sebarisan serdadu, yang
seragam dan senjatanya berkilau dan kudanya pilihan serdadu
yang paling depan membawa sehelai bendera sulam benang
emas yang lebar dan mentereng yang bersulamkan huruf “An”
yang huruf sulamnya indah. Disusul oleh dua pembawa
bendera lain, hanya kedua bendera ini bersulamkan huruf huruf
’Peng Louw Ciat Touw Su’ dan ’Hoan yang ciat touw su’.
Dijaman Tong, pangkat Ciat Touw Su suatu pangkat penting.
Didalam suatu kota, atau daerah, Ciat Touw Su menguasai
pemerintah militer dan sipil, hingga dia mirip Raja kecil.
Sekarang satu orang merangkap jabatan Ciat Touw Su dari dua
kota. itulah hebat dan belum pernah terjadi dulu.
“Akhirnya An Lok San!’. kata Su It Jie, hatinya bercekat.
Dijaman itu, nama An Lok San tak ada yang tak tahu atau
mendengamya, hanya orangnya baru kali ini Su It Jie
melihatnya. Seragamnya mentereng sekali sikapnya garang. Dia
duduk diatas kudanya, dan diiringi oleh hamba dan hanya
sambil berseru-seru anak anak jangan perduli segala kunyuk di
tengah jalan: ”Injak mati pada mereka. Tidak ada perkara-nya!
larikan kudamu! hari ini Tayjin hendak pergi ke kota Tiang an
untuk memberi selamat tahun baru pada Kui Huei Nin nio!”.
“Kui huei Nio nio” ialah ‘Yang Mulia selir Raja’. An Lok San
ketika baru tiba di Tiang-an kota Raja, dia langsung menempel
Yo Kui. Meskipun dia berusia lebih tua, selir Raja itu mengakui
dia sebagai anak angkatnya. Karena itu dihari tahun baru ini dia
mesti memberi selamat tahun baru kepada ibu angkatnya itu!
Dia sudah diangkat jadi Ciat Touw Su kedua kota Peng louw
dan Yang Hoan, dia belum puas dan ingin menjadi Ciat Touw
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Su wilayah Hoo Tong. Maka ia perlu mengambil hati ibu


angkatnya itu! Di hari tahun baru semua orang bersuka ria,
demikian juga di dusun Su Kee Cien dan sekitarnya orang saling
berkunjung dan memberi selamat, anak anak tak terkecuali
banyak diantara bermain melempar uang didepan jalan. Pada
saat itu lewatlah An Lok San dengan barisan pengiringnya yang
garang, maka tidak ampun lagi rombongan anak-anak itu
menjadi korban cambukkan bitigga menangis menjerit dan lari.
Diantara dewasapun ada beberapa korban hingga tak ada
orang yang berani menolong anak-anak itu. Tiga bocah
dibawah usia sepuluh tahun menjadi lemas, tak dapat
nienyingkir. Berarti mereka akan jadi korban kaki kuda.
Tiba-tiba melesat sesosok bayangan. menyambar kedua
bocah di tangan kiri dan kanannya, kedua bocah itu dileparkan
kepinggir jalanan. Tinggal bocah yang ketiga. Dan waktu itu
seekor kuda lari kearahnya, dan penunggangnya memukulkan
cambuk kearahnya Melihat ada orang ditengah jalan, kuda itu
berjingkrak mengkat tinggi kedua-kaki depannya, celakalah
penolong itu berikut sibocah, tapi dia gesit dan berkelit ke kiri.
Hanya tak dapat dia lolos dari cambuk, sehingga bajunya
robek Su It Jie mulanya mengira Toan Kui ciang, sahabatnya
tetapi setelah ia melibat jelas ternyata penolong itu ialah
seorang desa yang muda. Ketika barisan sudah lewat, pemuda
itu menurunkan sibocah seraya berkata :”Tolong paman
antarkan anak ini”. Dan kebetulan orang tua anak-anak itu
datang mencari anaknya masing-masing. Juga sejumlah orang
lainnya datang berkumpul. Ketika iiu. diam-dlam pemuda desa
itu pergi ketika orang hendak menghaturkan terima kasih
padanya, ia sudah lenyap . . .
Su It Jie tidak kenal pemuda itu Tanpa menoleh, ia bertanya
kepada Toan Kui ciangg: “Apakah saudara kenal dia?” dan
ternyata dia tidak memperoleh jawaban Ketika ia berpaling
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sahabatnya itu tak ada disisinya langsung ia mencari. Dan ia


melihat sahabat-nya sudah pergi jauh dan cepat sekali dengan
kepalanva dikerobongi seperti takut dingin. Sebentar saja Kui
ciangg sudah sampai dibawah pohon besar di depan rumahnya.
It Jie mau memanggil sahabatnya itu, tetapi ia merasa heran
”Kui ciangg” suka menolong orang dan bukannya seorang
pengecut tetapi kenapa tadi dia tak suka menolong anak-anak
itu dan dengan diam-diam dia berlalu sampai dia tidak
menyapa lagi padaku? Ah mungkin dia takut ada yang
mengenalinya ? tanpa memanggil lagi, ia berjalan cepat pulang,
Sampai didepan rumah-nya Kui ciangg sudah menanti
diambang pintu. begitu ia masuk pintu langsung ditutup
sahabatnya itu, yang terus bertanya : ”apakah barisan serdadu
itu sudah pergi jauh ? ”
”sudah’, sahut It Jie
”mari kita bicara di dalam!” Kui ciangg memotong, It Jie
heran bukan main. Mereka masuk, disini Kui ciangg mengunci
pintu pula. “Saudara Koan”‘ tanja It Jie, karena heran sehingga
ia jadi curiga, “apakah kau pernah melakukan suatu
pelanggaran ?
Kui ciangg menyeringai. Ia menuang arak dan
menghirupnya sekali teguk, Apakah saudara mencurigai aku
pernah melanggar undang-undang?” dia bertanya sambil
menatap.
“Tidak sama sekali !”
It Jie mengawasi. “Yang benar ialah aku pernah bentrok
dengan satu bajingan!”
“Saudara” kata It Jie, heran , ”kau bukannya seorang
pengecut, kenapa kau nampak jeri terhadapnya?”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kui Ciang menghela napas. “Panjang untuk menutur”,


katanya masgul. ,Saudara kira siapa bajingan itu? dialah An Lok
San si Ci at Touw Su dari Peng Louw dan Hoan Yang yang
barusan lewat itu!’”
‘Ah, An Lok San’, It Jie terkejut,
‘Ya’ sahut Kui Ciang. ”Sudah beberapa tahun belum pernah
aku menuturkan hal-ikhwalku, sekarang waktunya. Aku anak Yu
Ciu, aku pindah kemari untuk menghindar dari An Lok San itu!”
It Jie mengawasi, ia tidak memotong kata-kacanya, Kui
Ciang menghirup pula arak-nya, lalu melanjutkan ; “kakekku
berulang-ulang membuat jasa hingga dia diangkat menjadi
panglima di kota Ya Ciu. suatu jabatan militer tak tinggi dan tak
rendah. Sayang sekali ayahku mati muda maka itu aku
mewariskan kepandaian silat kakekku itu Dalam usia muda aku
bercampur dengan pemuda-pemuda yang tak karuan aku
menganggap diriku sebagai seorang gagah yang. berhati mulia,
dan aku suka mencampuri urusan yang tak adil. separuh dari
kawan-kawan itu hanya mengharapkan menggemblok pelesiran
kepadaku, Diantara yang satu ialah An Lok San, Ketika itu dia
belum memakai she An”
Masih It Jie berdiam. ia mendengarkan sambil mengawasi
sahabatnya.
”Lok San berasal orang bangsa Ouw diwilayah Barat”, Kui
Ciang melanjutkan “Dia she Khong ibunya orang Turki, yang
menikah dengan An Yan Yan sehingga dia memakai she ayah
tirinya.”
”Sudah tak perduli asal usulnya!” kata It Jie. tertawa, “Dia
An Lok San, dia tetap An Lok San!, kemudian bagaimana?.”
“An Lok San rnengerti enam bahasa asing, maka itu dia
menjadi Hoe Sie Long, Di Yu Ciu itu tinggal bercampuran

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pelbagai bangsa, tugas Hoa Sie Long ialah mengurus segala


urusan dagang dan lainnya diantara bangsa itu juga menjadi
juru bahasa. penterjemah andaikata mereka tak mengerti jelas
pembicaraan satu dengan yang lain. Dengan demikian dia
mendapat ketika mengakali kaum saudagar. Di muka umum dia
tampak mulia dan murah hati, suka menolong sesamanya dia
juga mengerti silat. Mulanya aku tidak tahu sifat aslinya itu
aku jadi suka bersahabat dengannya. Baru belakangan aku
mengetahuinya. Pernah aku memberi nasihat padaaya. Di
depanku dia mendengar, dibelakangku tindakkannya makin
jadi. Demikian satu kali, dengan surat palsu dia memeras
seorang saudagar, dia minta gadisnya saudagar itu, baru
urusan akan dibikin habis. Hal itu ketahuan olehku aku hajar
dia. Sesudah iiu aku putuskan persahabatanku An Lok San lalu
besoknya dia menghilang. Selang beberapa tahun, tahu-tahu
dia telah menjabat Peng Ma Su dalam pasukan tentara kota
Peng Louw. Dia ditolong ayah tirinya yang memperkerjakannya
di bawahan Ciat Touw Su Thio Yu Kui dari kota-Yu Ciu. Dia
pandai bekerja, dia cepat meningkat. Belum dua tahun, dia
sudah diangkat jadi Ciat Touw Su muda kota Peng Louw-
dengan kedudukannya di kota Yu Cie. Ketika itu, aku telah
menghambur-hamburkan warisan kakekku, aku telah ditinggal
pergi kawan-kawanku. Aku tahu An Lok Sin bangsa Soauwjin,
manusia rendah hina-dina. Aku kuatir dia membalas dendam
padaku, maka aku langsung meninggalkan tempat kediamanku
itu. Buat beberapa tahun aku merantau, sampai aku tiba
menetap di sini. Siapa sangka, hari ini aku bertemu dengannya.
di sini. Saudara Su, aku kuatir hari ini pun hari perpisahan kita
…”
Mendengar keterangan itu, Su It Jie tidak menjadi kaget.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

”Aku kira perkara besar bagaimana,” katanya. “Itu hanya


perkara di masa muda, setelah lewat beberapa tahun mungkin
An Lok San sudah tidak ingat lagi !”
”Sebaliknya, saudara Su. An Lok San menganggap itu
sebagai malu besar, sampai dia matipun mungkin dia tak akan
melupa-kannya. Jika aku tidak menyingkir, bencana mungkin
menjadi hebat. Aku tidak takut mati tapi aku tak suka
perkaraku merembet kepada anak isteriku dan sababat
atausanakku juga! An Lok San sedang berpengaruh. Tidakkah
saudara lihat bagaimana sikapnya barusan?”
It Jie mengerti tetapi ia masih tidak memandang sehebat
pandangan sahabatnya. Iapun berat berpisah dengan sahabat,
yang telah menjadi besarnya ini. Tadi ada banyak orang tak
mungkin dia melihat kau, saudara,” katanya menghibur. ”Tetapi
pepatah mengatakan berjaga-jaga paling baik. Kita harus
memandang dan sudut yang buruk kalau kita menanti sampai
bencana datang pasti sukar kita menghindarnya. An Lok San
menjadi anak angkat Yo Koei, dia tentu sering mundar mandir
dan lewat disini, lama-lama mesti dia melihat aku. “Kita
bersahabat, kitapun telah berbesan.’ kata It Jie. Maka kalau
saudara mau pergi mari kita pergi bersama.”
Kui Ciang heran, iapun bersusah hati. “Kau baik sekali,
saudaraku.” katanya, masgul. “Mana dapat kau rnengikuti aku?
itu berarti penderitaan, lagi pula sekarang isterimu baru
melahirkan…. “
It Jie tertawa. ”Apakan isteri saudara juga baru bersalin
bukan?” dia balik menanya.
”Isteriku mengerti silat, tubuhnya kuat?” kata Kui Ciang,
“‘kapan perlu. dia dapat berangkat sembarang waktu. Tidak
demikian dengan istrimu! mana dia sanggup menderita dalam
perantauan?”.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

”Meski begitu, buat berangkat tak mungkin saudara


berangkat sekarang juga,” kata It Jie yang masih tetap
memandang urusan secara enteng. “Sekarang An Lok San pergi
ke Tiang an sedikitnya sehabis Goan siauw baru dia pulang ke
Yu ciu. Benar istrimu kuat , ia tidak seharusnya menempuh
perjaianan sekarang. Aku pikir baiknya saudara menanti lagi
sepuluh hari atau setengah bulan, baru kita berangkat bersama
sama.” Kata kata itu beralasan, Kui Ciang dapat
mempertimbangkannya. Memang. tak mungkin An Lok San
lekas pulang ke Yuciu. Kalau An Lok San mau mencari dia,
tentu itu dilakukan nanti dalam pcrjalanannya pulang ke Yu
ciu.
”Baiklah,” katanya kemudian. “Baik kita berangkat satu hari
di muka Goan siauw.” Goan siauw adalah cap go me, perayaan
tahun baru hari kelima belas. Sampai disitu It Jie bertanya
kepada sahabatnya kalau ia kenal pemuda tadi, yang gagah
dan hatinya mulia.
Kui Ciang menggeleng kepala. “Aku tidak kenal, melihatpun
tidak, ‘ katanya heran.” Aku menyingkir selekasnya aku melihat
An Lok San. Kalau begitu, itulah peristiwa tadi…….”
Kui Ciang masih duduk berbicara sekian lamanya, sesudah
rombongan An Lok San pergi sepuluh li. ia meminta diri seraya
mengundang It Jie besok datang kerumahnya.
Sesudah mengantar sahabatnya sampai diluar. It Jie masuk
kedalam, melihat isterinya. Isterinya lemah, sebaliknya bayinya
sehat dan mungil, hingga ia menjadi girang sekali. Ia tuturkan
kepada isterinya mengenai perjodohan bayinya Kui Ciang
dengan bayinya sendiri dan menunjukkan tusuk kundai kemala
yang bertaburan mutiara mustika itu. Tapi tentang niatnya
menyingkir dari ancaman An Lok San, ia beium memberi
tahukan isterinya ia kuatir isterinya yang masih lemah, menjadi
terkejut.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Nyonya Su, Louw Sie. Dari keluarga hartawan di Hoo tong.


Tetapi melihat tusuK kundai kemala itu. Dia kagum. ”Aneh
saudara Toan mernpunyai kemala ini! katanya. inilah sebab ia
tahu Kui Ciang miskin.”
Louw sie tidak memandang hina kemiskinan keluarga Toan,
ia tidak menentang keputusan suaminya berbesan dengan
keluarga itu. Ia memang lebih setuju puterinya dinikahkan
dengan orang yang mengerti silat.
”Hanya, aku agak kuatir …” katanya.
”Apa itu,isteriku ?”
”Dia meski tapi dia mempunyai kemala ini …”
”Apakah kau mengira kemala ini didapat dari jalan tak halal?”
”Bukan. Aku percaya dia bukan sembarang orang. Kalau dia
bukan turunan orang berpangkat tinggi, dia mesti dari golongan
orang gagah. sebangsa “Keng Ko atau Liap Ceng”. Mengapa dia
puas hidup melarat disini? tak mungkinkah dia pernah
menerbitkan, onar besar ?”
Diam-diam It Jie mengagumi pandangan. isterinya itu. “Aku
pun mulanya mencurigai saudara Toan harya aku tak menerka
sebagai isteriku,” katanya di dalam hati. Masih ia
menyembunyikan urusan Kui Ciang dengan An Lok San,
melainkan ia katakan: “Kau benar saudara Toan dari keluarga
panglima perang. Mungkin saudara Toan ada musuh-nya tetapi
aku rasa tak usalah kita menguatirkannya.
Habis memesan isterinya menyimpan tanda mata itu. It Jie
keluar pula untuk mengunjungi saudaranya yang usianya lebih
lanjut maka sekalian ia mendengar sesama penduduk
kampungnya masih ramai membicaran kegalakan An Lon San,
yang mereka kutuk, sebaliknya mereka puji si anak muda tidak
dikenal. Ia pun lega hatinya. Ia tidak mendengar bicara
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

didusunnya ada orang asing. Maka pikirannya: “kalau An Lok


San mengenali Kui Ciang seharusnya dia mengirim orang untuk
menyelidikinya.”
Sampai malam baru It Jie pulang sehabis bersantap setelah
jauh malam ia masuk ke kamar tulisnya. Isterinya baru
melahirkan, ada bidan yang menemaninya. Ia tidur pisah,
Ketika itu sudah jam dua kira-kira. Begitu ia masuk kamar tulis
ia tercengang .. Di situ ada seorang yang tidak dikenal
mukanya orang itu berewokan dan karena, pakaiannya
seragam militer. Belum ia sempat menyapa orang itu sudah
bangkit dan memberi hormat padanya sambil tertawa dan
berkata: “maafkan aku yang menjadi tamu tanpa diundang.
Mengingat saudara To An pun orang Kang ouw, kau tentu
tidak merasa aneh bukan?”
Meski ia pelajar lemah, It Jie tidak kaget Begitu ia dipanggil
‘’saudara Toan’ ia langsung menduga kepada duduknya
perkara. Pikirnya : “tadi Kui ciangg menyingkir ke rumahku ini,
pantas orang salah menerka.’
“Kau siapa tuan?” ia bertanya. “Ada urusan apa tuan datang
kemari? tolong kau terangkan”. Ia berlaga pilon. Baru sekarang
ia mulai kuatir.
Opsir itu mengawasi. ia berpikir : “An Tayswee bilang dia
pandai silat dan lihay, kenapa dia sekarang mirip pelajar yang
lemah-lemah? apakah dia terkejut dan takut atau dia berpura-
pura?” ia langsuig duduk dan berkata; “Aku Tian Sin Su
berpangkat Piau kie Jiang kosen dibawahan An Tayswee, Jiat
touw su dari Peng louw.” Ia mengulangi she dan namanya itu
dan menulisnya juga dimeja dengan air teh, tetapi tangannya
kuat di meja itu terlihat tapak jarinya. Ia bicara dengan lagu
suaranya orang Shoatang.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sengaja opsir ini berlaku melit demikian. Dia orang kang ouw
atau Sungai telaga, kalangan Hek Too. Jalan Hitam, yang
kesohor, dia ingin orang mengenalnya dan menjadi ciut
hatinya. Dia menghendaki ”Toan Kui Ciang ‘ jeri kan tak berani
melakukan perlawanan. Tapi Su It Jie tidak mengerti silat dan
tidak kenal dia. It Jie pun sudah lantas berpikir.
“Kiranya Tian Jiang kosen!” katanya, tawar tak nampak dia
jeri. “Memang sudah lama aku mendengarnya. Silakan
Jiangkosen memberi tahukan maksud kedatangan jiangkosen”.
“Benar dia pandai berpura-pura,” pikir Sin Su, yang melihat
orang tak takut. Maka ia makin percaya orang benar Toan Kui
Ciang Ia merabah kemeja, membikin lenyap tulisnya yang
sedikit melesak itu, Ia tertawa dan kata : ”Aku tidak sangka
tuan telah mengenal namaku, Kita sekarang berkedudukan lain
tetapi kita asal dunia Kang Ouw, dari itu aku minta sukalah kau
memberi muka padaku supaya aku tak merasa sulit.Tuan, mari
kita berangkat bersama!”
It Jie tetap berpura pilon. ”Kau aneh, Tian Jian Kun. Kita
tidak kenal satu dengan lain. kau hendak mengajak aku pergi
kemana ? Aku belum pernah mengalami ada orang
mengundang tetamu tengah malam buta-rat begini“
Mendadak Tian Sin Su berjingkrak bangun, wajahnya tegang.
”Tuan Toan”, katanya, keras ”kau orang kenamaan dan aku
datang memakai cara hormat kaum Kang Ouw, mustahil kau
menghendaki tak meminum arak kehormatan hanya arak
dendaan? Kau mau turut atau tidak, kau bilanglah! Jangan kau
berpura-pura saja! Apakah begini caranya seorang
enghiong?”
It Jie tertawa.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Aku bukan enghiong: aku memang tak ketahui maksud Tiah


Jiangkosen ! mengundang orangpun harus dengan penjelasan
maksudnya undangan?”
”Oh, kau rnenghendaki maksudnya?” Sin Su mengulangi.
”Baiklah. kau boleh tanyakan kepada An Tayswee kami nanti !”
“Oh, undangan jadi datang dari An Lok San ?” tanya It Jie,
menegasi.
”Ya, An Tayswee pun memesan, biar bagaimana, kau mesti
dapat diundang datang. tak dapat kau tak pergi !” ia berhenti
sedetik, la!u merobah suaranya menjadi lunak : “Tuan Toan,
kau cerdas, tak usah aku menjelaskannya Aku ini diperintah,
aku bekerja turut perintah. maka itu aku minta janganlah kau
persulit aku.”
It Jie lagi mengulur waktu. Ia sangsi, pergi atau tidak ? Kalau
ia pergi, tak tahu ia apa jadinya nanti. Ia benci bangsa dorna,
dengan begitu dengan sendirinya ia membenci An Lok San si
hina-dina Kalau ia tdak pergi, ia kuatir untuk Kui Ciang, sahabat
dan besannya itu. Dengan tidak pergi, ia mesti menjelaskan hal
itu bukankah hal itu berbahaya untuk Kui Ciang sendiri.
“Ah, baiklah aku pergi,” pikirnya. “Kalau An Lok San tahu
orangnya salah menangkap. dia tidak akan bunuh aku. Kalau
Toan Toako yang pergi, ia pasti akan dihina ! mana mungkin ia
mau mengerti ?” maka ia tertawa dan berkata : “An Tayswee
kenal aku dan dia mengutus satu jenderal mengundang aku,
inilah satu keborinatan besar ! inilah harapan baik untukku !
siapa tahu kalau aku akan memperoleh pangkat? hahahaha !
aku telah diundang tak dapat tidak aku pergi !”
Hati Sin Su sudah tegang. ia meraba bahwa ia akan
menggunakan kekerasan, maka legalah hatinya mendengar
perkataan orang itu. Ia tertawa dan berkata : ”Benar-benar
tuan cerdas katanya kau dan An Tayswee sahabat-sahabat
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lama, maka asal kau suka bicara baik. pasti tentulah kau
memperoleh pangkat. Tuan Toan, aku telah menyiapkan kuda,
mari kita berangkat !’”‘
”Eh, begitu kesusu!” kata tuan rumah “Mana mungkin bilang
berangkat langsung berangkat!”
Sin Su terperanjat, wajahnya suram, Tapi lekas dia tertawa.
”Tuan mempunyai urusan apa?” dia bertanya ”An Tayswe
pesan supaya. tuan datang sebelum terang tanah! aku dapat
menanti tetapi Tayswee sendiri tak dapat menganggur
menunggui kau!’
“Aku toh harus pamitan dengan keluargaku. bukan?” tanya It
Jie.
Sin So tertawa, “Jika bukannya aku sudah mengetahui kau
pasti aku menyangka kaulah satu Siu cai si-kutu buku buat apa
main pamit-pamitan lagi? lagi pula mana ada tempo untuk kau
bicara banyak? bagaimana kalau isterimu menangis? sampai
siangpun tentu kita belum tentu berangkat! lagi pula sekarang
tengah malam, mana dapat kau membuat terkejut
keluargamu?” ia berkata begitu, didalam hati ia pikir; “Toan Kui
Ciang ternama besar mengapa dia tidak tahu aturan Kang
Ouw? kenapa tak miripnya ia dengan orang sungai telaga?”
It Jie dapat membaca hati opsir ini. ia memang bukan mau
pamitan dari isterinya itu. Tak mau ia membuat takut dan
kuatir.
Ia memikir lain. Ia telah menduga Sin Su pasti akan
menolak, Ia merasa lega mengetahui Sin Soe tidak menyebut-
nyebut keluarganya
“Kau benar, Ciangkun,” ia berkata ”Tapi aku sedikitnya harus
meninggalkan surat bahkan aku tak tahu kapan aku akan

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pulang? surat perlu untuk membuat isteriku tidak terkejut,


bingung dan kuatir.”
Sin Soe terlihat terdesak. „Baiklah kata nya, kau boleh
menulis sarat tapi jangan kau sebut sebut An Tayswee cukup
kau beritahukan kepergianmu itu kalau nanti kau pulang akan
memperoleh kehormatan.”
„Aku mengerti!” It Jie tertawa. „Aku tidak akan sebut An
Tayswee!” dan ia langsung menulis suratnya bunyinya
memberitahu kan ia pergi untuk satu urusan, dan berpesan
kalau ada kesulitan, isterinya boleh minta bantuan saudara dan
sahabatnya.
Sin Soe melihat orang menulis dia berdiam saja. It Jie
melipat suratnya, ia letakkan di tengah meja sambil melakukan
itu ia berkata dalam hatinya : “isteriku cerdik kalau besok kau
membaca suratku ini, tentu kau dapat menerka aku dalam
bahaya, dengan demikian dia pasti akan memberitahukannya
Toan Toako. Isteriku tentu berduka tapi itu lebih baik dari pada
ia berduka sekarang. Toan Toako pasti dapat mengantar
keberangkatan mereka bersama-sama. , . “
Sin Su orangnya pandai tapi dia kurang pengalaman. Tian
Sin Su pandai bekerja, terutama An Tayswee nya . . . . .
”perlahan sedikit,” katanya ketika mereka hendak berjalan
keluar, Setibanya diluar, ia langsung lompat naik ke atas
genteng. Ketika ia menoleh ia tidak melihat ada orang,
kemudian apapun turun.
”Apakah kau tidak jadi pergi?”
“aku berada di rumahku untuk pergi keluar rumah tak pantas
aku berlaku seperti !” sahut It Jie , “Kita dapat mengambil jalan
pintu depan”.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kata-kata itu tepat. Demikian seharusnya tindakan orang


kang ouw kenamaan. walaupun dia diancam dan dipaksa, tapi
dia harus jalan melalui pintu depan. Itu nama-nya kehormatan.
Kembali Sin Soe kalah meskipun di dalam hatinya ia merasa
tidak senang tetapi ia menurut dan mengambil jalan dari pintu
depan.
Tiba di luar It Jie melihat tiga ekor kuda sudah siap dengan
pelananya, gopsir dengan pakaian hitam maju sambil memberi
hormat ia berkata: “Inikah tuan Toan ? Aku Sie Siong. Dahulu
aku pernah tinggal di Yu Cie, dan aku pernah mengagumi nama
tuan maka hari ini aku senang bertemu denganmu !”
An Lok San mempunyai beberapa bawahannya yaitu Ko Sen,
dan Sie Siong ini adalah salah satu diantaranya.
It Jie membalas hormat seraya berkata ia pernah dengar
nama besar orang she Sie itu. Kata kata ini membuat orang
senang dan tertawa terbahak bahak.
„Kabarnya”, kata Sin Soe ”untuk urusan keluarga Lie di Ceng
Hoo Kauw kamu hampir bentrok, benarkah itu ?”.
„Benar“ sahut Sie Siong, gembira. „Waktunya juga sudah
ditetapkan tapi kemudian muncul muridnya Hong Jam Kek,
pertempuran di batalkan secara damai, sehabis itu kita
berpisah. Hahaha ! inilah peristiwa empat belas tahun yang
lalu. Sin Su tertawa.” Selanjutnya kita akan jadi kawan sejati,
maka kami bergaulah erat-erat.
It Jie tidak tahu peristiwa Ceng Hoo Kauw itu, ia hanya
bicara sekedarnya. Ia mau selekasnya berangkat jadi tak ada
waktu untuk mengobrol.
Sin Su berjalan di depan, Sie Siong di belakang. It Jie diapit
di tengah Sie Siong asalnya seorang penjahat besar, mahir
dalam ilmu pedangnya San Kog Kiam Hoat. Ia di-tugaskan
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengikuti Tian Sin Su supaya ia dapat membantu apabila Sin


Su menghadapi perlawanan.
It Jie duduk di punggung kuda dengan pikiran yang kacau.
Ia berpaling ke arah rumahnya. Ia sangsi memikirkan isterinya.
ia tak tahu ia dapat bertemu dengan isterinya lagi atau tidak.
Begitu pula dengan anak perempuannya. Bagaimana sedihnya
si anak apabila sampai besar dia tak pernan melihat, ataupun
mengenali ayahnya ? ia juga heran kenapa, selama Sin Su
berada di rumahnya tetap sunyi ? bukankah ia berdua telah
berbicara beberapa kali agak keras suara mereka? Mungkin
isterinya tidur nyenyak, tapi bagaimana dengan pembantunya
serta bidan ?
Cin Su ini tidak bisa menunggang kuda tapi ia tidak
memperoleh kesulitan, Kudanya itu kuda biasa dipakai di
medan perang, tanpa kendalian, dia dapat lari.
Kota Tiang-an terpisah hanya enampuluh lie, maka dalam
tempo dua jam, mereka bertiga sudah tiba. Mereka berhenti di
kaki bukit di mana ada sebuah rumah besar, yaitu gedungnya
An Lok San. Ketika itu sudah jam lima, Sin Su dan Sie Siong
tamunya masuk dari pintu pojok dimana tamu tersebut diminta
menunggu di Pek Houw Tong, diruang harimau putih, tempat
berkumpulnya para wie su pengiring atau pahlawan pribadi.
Dengan gembira Sie Siong memperkenalkan, “Tuan ini ialah
tuan Toan Kui Ciang abli pedang kenamaan Yu ciu, dan di
belakang hari kamu dapat memohon pelbagai petunjuk
darinya.’
Di dalam ruangan itu ada beberapa wie-su. Mereka semua
heran dan ada yang beseru ”Oh !” mereka bangkit untuk
memberi hormat. Diantaranya ada yang heran kenapa Toan Kui
Ciang itu mirip Siucay seorang pelajar.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Su It Jie membawa sikap luar biasa. Ia duduk dengan


tenang, siapa memberi hormat padanya, dibalas dengan
mengangguk secara tawar.
Seorang wie-su berkata : ”Toan Tayhiap luas
pengetahuannya, aku ingin menanyakan sesuatu, dapatkah ?”
”Jangan menggunakan banyak adat peradatan. Bicaralah !”
kata It Jie seraya mengangkat tangan, mencegah.
“Selama belakangan ini ada Khong Khong Jie yang terkenal
lihay apakah tayhiap ketahui hal-ikhwal dia ? kami berniat
mengundang orang kenamaan itu, apakah tayhiap dapat
menunjukkan jalannya?”
„Apa itu Khong Khong Jie ? Aku belum pernah
mendengarnya,” sahut It Jie. Para wiesu terkejut. Mereka
bungkam, mereka beranggapan Toan Kui Ciang ini tak meman-
dang pada Khong Khong Jie. Mungkin benar Kui Ciang pandai
luar biasa.
Sin Su tersenyum. ”Bagaimana ?” tanya seorang wie-su.
“Sulit“ sahut wie-su itu.” Yang tua pandai, entah ilmu silat dari
kalangan mana Ada lagi yang muda, entah muridnya atau
bukan, dia mirip anak dusun tetapi dia hebat sekali. sampai
Thio Tong-nia kena dilukai.”
”Apakah parah lukanya ?” Sin Su bertanya. ”Syukur dia tak
cacad. tapi sedikitnya dia meski istirahat tiga bulan Tian Ciang
Kun tampaknya kau harus turun tangan sendiri …”
Mendengar disebutnya si pemuda dusun, It Jie ingat
peristiwa didepan rumahuya. Piauw-kie Ciangkoan tertawa.
”Toan Toako sudah datang, biarlah jasa ini diserahkan
padanya!, Toan Toako, bukan kah kau dapat menolong luka
tusukan jarum rabasia Bwee-hoa ciam ?

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Belum sempat It Jie menyahut, di ambang pintu terdengar


suara nyaring : ”Tayswee menitahkan Tian Ciangkun berdua Sie
Ciang Kun mengajak Toin Kui Ciang menghadap ! Itulah tanda
terang tanah dan An Lok San sudah datang di kantornya. Sin
Su dan Sie Siong langsung membawa It Jie, baru mereka
menaiki tangga sudah terdengar suara An Lok San tertawa dan
berkata dengan nyaring : ”Sahabat Toan, dahulu kau
mengatakan aku pengangguran dan bajingan tak ada gunanya,
hari ini kita lihat bagaimana ? kau yang maju atau aku ?”
It Jie sengaja tunduk dan menutup mulut Sin Su jauh lebih
tinggi darinya, maka An Lok San tidak dapat melibat jelas
padanya.
„Toan Kui Ciang, kau takut toh ?” katanya pula. ”Mengingat
persahabatan kita, kau mengangguklah padaku dan mengaku
salah, suka memberi jabatan pada kau ! Aku kekurangan
seorang tukang rawat kuda, suka aku menghadiahkan jabatan
itu padamu !” la berkata demikian tetapi di dalam batinnya ia
berpikir : „Setelah kau mengangguk dan mengaku salah aku
akan perintah orang memotong lututmu dan memusnahkan
ilmu silatmu, agar seumur hidupmu terhina ! Itu lebih baik
daripada aku membabat kutung tubuhmu menjadi dua potong!”
Ketika An Lok San kesenangan tiba-tiba Su It Jie
mengangkat kepalanya dan berkata nyaring : ”Aku yang rendah
pernah lulus sebagai Cinsu dan pernah memangku pangkat
longkoan. Sekarang Tayswee menghendaki aku merawat kuda,
itu tak cocok dengan undang-undang pemerintah agung !
untuk itu mungkin harus diajukan dahulu surat permohonan
kepada Sri Baginda Raja untuk meminta perkenan dan supaya
kedudukanku dihapus dulu !”
Memang ada aturannya Kaisar Tong Cong Lie Sie Bin, yang
menghargai kaum pelajar, untuk memberi kebebasan kepada
setiap pelajar yang pernah turut dalam ujian negeri, lagi pula
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pelajar pelajar yang telah mencapai tingkat tiga, seperti Cinsu


itu.
An Lok San terkejut, dia langsung mengawasi dengan mata
membelalak. “He, siapa kau ?” tanyanya keras. “Mengapa kau
datang kemari ?”
”Akulah Cinsu dari kerajaan Tong yang agung, namaku Su It
Jie !” sahut Cinsu itu. ”Tentang sebabnya meugapa aku dalang
ke-mari, kau tanya saja ini kedua Ciangkun!”
An Lok San langsung memukul-mukul meja. ”Gila-gila ! Aku
perintah kamu membekuk Toan Kui Ciang, kenapa kau tangkap
orang ini ?”
Tian Sin Su kaget bukan main, dia rnengeluh ditempat yang
salah, ia berkata cepat. “Benar-benar kami sudah pergi
kerumah siorang sbe Toan Benar-benar aku telah mengatakan
Tayswee mengundang Toan Kui Ciang langsung orang ini
mengikuti kami”
“Kapan aku katakan bahwa aku Toan Kui Ciang?” tanya It
Jie. ”Kamu sendiri memaksa aku mengaku jadi Toan Kui Ciang.
kamu paksa tingkahmu galak seperti malaikat jahat ? mana
dapat aku membantah ? mana berani aku melawan
paksaanmu ? kau sendiri yang mengatakan kau sudah
mendatangi dan memuasiki rumah keluarga Toan !, Ciat-touw
su boleh kau mengirim lagi orang-orang untuk melakukan
pemeriksaan! Di kampungku tak ada orang yang tak
mengenal aku! Agar kau mendapat kepastian rumahku
keluarga Su atau rumah keluarga Toan!”
Sie Siong terpaksa maju kemuka, ”Mungkin kami membuat
kekeliruan,” katanya “akan tetapi Tayswee sendiri melihatnya
di siang hari orang yang berkerundung kepala itu lari masuk
kerumah dia ! Tayswee mengenalnya sebagai Toan Kui Ciang
dan dia masuk ke dalam rumah ini untuk bersembunyi, maka
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bagaimanapun dia harus dicurigai! mereka ada hubungannya


satu dengan yang lain ! untuk menangkap Toan Kui Ciang,
Tayswee harus bertindak dari orang ini!”
Dia orang itu menjadi Kee-ciang yang dipercaya, An Lok San
suka memberi muka kepada maka itu, habis menegur ia
memandang Su It Jie.
”Kau juga bukan mahluk baik-baik !” bentaknya, ”jangan kau
andalkan gelar Cinsumu itu! dimataku gelarmu tak berharga
sedikitpun! untuk membunuh kau sudah seperti menginjak
semut! Lekas katakan, dimana Toan Kui Ciang itu”
Tepat pada waktu itu, seorang hamba masuk.
”Ada apa?” tanya An Lok San membentak. wiesu itu
menekuk sebelah kakinya, “harap Tayswee ketahui keluarga
Toan Kui Ciang sudah diundang datang.”
Tian Sin Su berdusta waktu dia mengatakan It Su bahwa
keluarga Cinsu itu tidak diganggu. An Lok San ingin membekuk
Toan Kui Ciang dan tidak akan keluarga Toan dberi lolos. Sin Su
berdua ragu-ragu melayani Kui Ciang, maka itu mereka
menggunakan akal bulusnya. Mereka berdua menangkap ”Kui
Ciang” dengan akal kawan mereka, yang bersembunyi diatas
genting! Nyonya Su semua ditahan dengan mudah, sebab
sedang Sin Su melayani It Su bicara, Sie Siong Su dan
menyulut hio yang asapnya membuat istrinya tidur tak
sadarkan diri.
An Lok San tertawa. “Bagus! “katanya” sekarang aku mau
lihat, kau menghendaki isteri dan anakmu atau tidak? kau
menyerah atau tidak? Hahaha?”
Belum berhenti tertawanya Ciat-touw-su, It Jie sudah
membentak: “Bajingan jahat jangan kau keterlaluan! apakah
salahnya Toan Toako terhadapmu! sungguh menyedihkan

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pemerintah Agung telah memakai kau sebagai jenderal! jika


aku mati sebagai setanpun aku tidak memberi ampun padamu.”
Mendengar anak-isterinya ditangkap Cin-su menjadi naik
darah hingga ia lupa segalanya. An Lok San terkejut. tentu
sekaii ia menjadi gusar. Akan tetapi sebelum ia membentak
akan memberikan perintahnya, sudah ada pahlawan pribadinya
yang turun ingin Dadanya It Jie ditinju sehingga dia roboh
dengan muntah darah, tubuhnya rebah dan pingsan.
Ciat-touw-su itu menghela napas. “Seorang pelajar begini
keras hati. sungguh jarang ada katanya. Kau menghendaki
kemauan baik aku akan membuat kau hidup terus! aku akan
siksa kau hingga kau menderita! aku akan lihat, kau tunduk
atau tidak!”. Cinsu ini terlalu menuruti suara hatinya,” kata Su
Su Beng yang berada di sampingnya An Lok San. „Kalau
sebentar dia sadar, dia pasti ingat isteri dan anaknya, kalau
Goanswee memberi budi padanya, mustahil dia tak akan
menyerah ‘.
Su Su Beng ialah Hu ciat-touw-su dari Peng Jouw,
kedudukannya hanya dibawahan An Lok San. diapun menjadi
saudara angkat orang she An ini, meskipun demikian. dalam hal
kecerdasan, dia mengatasi sepnya itu.
”Kau benar,” kata An Lok San, yang! langsung menitahkan
membawa pergi cinsu untuk ditahan.
Sie-su yang menawan Nyonya Su It Jie menanyakan, apa
yang harus diperbuat terhadap tawanannya ini.
”Masukan dia da lam ternpat tahanan wanita!” An Lok San
memerintah, singkat.
“Baik,” sahut wie su itu tapi ketika dia mengundurkan diri,
sepnya bertanya “Tahan dulu! bagaimana rombongan wanita
itu bawa dia kemari!”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Tayswee, dia berwajah biasa saja!” Sie Siong berkata “Dia


baru saja habis melahirkan anaknya . ..”
“Sial, Sial” kata An Lok San tanpa menanti orang bicara
habis. “Hai, kau telur busuk! kenapa wanita habis bersalin
dibawah kemari? “
Di jaman itu orang banyak pantangannya wanita bersalin
dianggap sial, maka itu Ciat-touw-su menjadi gusar.
Wi-su yang malang itu mendongkol, katanya dalam hati:
“Kau yang menyuruh aku menangkap, bagaimana aku tidak
menangkapnya ? . . . .
Ketika itu It Jie sudah siuman, dia berkata gusar: “Kau
memandang enteng jiwa manusia aku ini sudah tahu ! Tapi aku
tidak takut. tidak nanti aku datang kemari”
Semua orang heran atas keberanian Cin su itu.
An Lok San gusar sehingga dia memukul meja.“Seret dia
pergi teriaknya “Hajar dia sampai mati!
“Sabar, Goanswee, ‘”kata seseoreng yang berada di sisi Ciat-
touw su. ”Harap Goanswee mau mendengar perkataanku. “
Dialah Su Su Beng, sang adik angkat.
“Apa katamu, saudara Su” An Lok San bertanya.
“Su It Jie ini sastrawan te kenal dia terkenal juga karena
keberaniannya, ‘ kata Su Su Beng.
“Kabarnya belum lama ia lulus sebagai Cin su dia pernah
mengajukan bagaimana keamanan negara yang terdiri dari
sepuluh fasal di antaranya dia menyerang Sin jiang Lie Lim
Hoa, hingga kesudahannya dia meletakan jabatannya. Maka
kalau sastrawan seperti dia dibinasakan, akibatnya buruk.
Bukankah pernah terjadi Lie Thay Pek mengacau Istana.yaitu
sewaktu Su dia dipengaruhkan akhirnya dia menyuruh Kho Lek
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Soe membuka sepatunya dan Yu Kui-Hui menggisik bak ?


Terhadap sastrawan gila itu Sri Baginda pun dapat mengalah,
dari itu mengapa Goanswee tidak mau mengalah terhadap Cin
su ini ? Membinasakan dia tidak adi artinya, sebaliknyai dunia
akan mengetahui bahwa Goanswee menghargai orang orang
pandai surat. Bagaimana Goanswee pikir ?”
An Lok San kasar tetapi dia dapat ber-pikir. kata-katanya Su
Su Beng masuk dalam otaknya. Memang dia diam-diam ada
maksud besar untuk merampas takhta kerajaan Tong.
“Hahaha” dia tertawa. “Raja dapat mengampuni Lie Thay
pek kenapa aku tidak dapat mengampuni kau ? Baiklah, aku
saka dengan keberanianmu yang besar ! Agaknya kau pandai,
suka aku mengangkat kau menjadi Kie-sit ! Mengenai Toan Kui
Ciang, kau jangan kuatir, kau bantu aku mencarinya, dia pun
aku akan berikan suatu pangkat dalam pasukan tentaraku ! kau
setuju, bukan ?”
Tapi Su It Jie tetap gusar untuknya, pangkat Kie-sit itu
semacam sekertaris pribadi tak ada harganya.
“Aku si orang she Su bodoh tetapi pernah aku membaca
kitabnya nabi dan rasul-asul !” dia membentak. “Maka itu aku
dapat, membedakan si pengkhianat dari menteri setia ! Pangkat
anugerah pemerintah Agung aku tampik, mana aku sudi
merendahkan diri sendiri menghamba pada satu pengkhianat.”
Itu hinaan hebat dan tak dapat An Lok San menerimanya. Su
Su Beng pun menjadi pucat.
“Kau . , . kau …. tak tahu diri ?” katanya, suaranya gemetar.
“Baiklah!” An Lok San berseru.
“Kamu bangsa pelajar tak memandang padaku, aku juga
tidak membutuhkan kamu ! tanpa kau, aku masih dapat
sesuka hatiku !”
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tengah ketegangan itu. Su Su Beng habis daya, ada seorang


Wiesu yang datang menghadap. Dia heran juga mengapa Sie
Siong mengatakan isteri It Jie tak cantik, tetapi sedang ia yang
membantu Louw-sie naik ke kereta. dan melihat sendiri
kecantikan nyonya itu.
Itu waktu Sie Siong berkata : “Isterinya It Jie habis bersalin,
untuk menempatkan dia dalam kamar tahanan istana ini pun
tidak tepat. Maka baiknya dia dibawa ke rumah Pie cit saja.”
“Buat apakah itu ?” tanya An Lok San. “Anak Pie cit yang
paling kecil belum berhenti menyusu,” kata hamba itu.
„Kebetulan istri It Jie baru melahirkan, jadi ia dapat menyusui
anak Pie cit itu.”
„Sie Ciangkun, hari ini kau menjadi murahhbati sekali,” kata
sep itu. ”Baiklah, jika kau tidak memandang sial, kau bawalah
dia!“
Sie Siong mengucap terima kasih. Dia senang bukan main.
Dia memang setan paras elok yang selalu kelaparan. Dia
tertarik ter-hadap Louw sie sehingga dia berani mengatakan
nyonya itu wajahnya tak cantik Dia telah memikir setelah Louw-
sie pulih kesehatannya, dia hendak merebutnya ….
„Toan Kui Ciang belum tertangkap,” kata An Lok San
kemudian,” maka itu, Tian Ciangkun, Sie Ciangkun pergi kamu
sekali lagi mencarinya. Dia mungkin belum pergi jauh.”
Sehabis berkata, Ciat-toew-su menyerahkan Leng-cian,
lencana titahnya. Ia pun menugaskan empat Wiesu lain, untuk
membantu kedua pengawalnya itu.
Kedua pengawalnya itu menerima tugas, mereka langsung
mengundurkan diri.
Sehabis berpisah dari Su It Jie, Toan Kui Ciang langsung
pulang untuk menemui isterinya.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Nyonya Kui Ciang, Touw Sie, ada buyut-nya Touw Kian Tek
di jaman Cap Pee Loo Hoan Ong jaman pemberontak dari
delapan belas Raja-raja muda. Ketika Touw KianTek berhasil
ditumpas Lie Sie Bio, turuTiannya tetap bidup dalatn Lot Lim,
dunia Rimba. Hijau. terus melakukan pekerjaan “tanpa modal. ”
Touw sie, yang bernama Sian Nio, bida dari saudara
saudaranya. Da pandai silat, dia tak setuju menjadi begal atau
berandal. Pada suatu hari dia bertemu Kui Ciang. ke duanya
bertempur, tidak ada yang kalah din menang. hingga mereka
jadi tertarik satu dengan yang lain, dan langsung mereka
menikah, sebagai isteri Sian Nio pandai membawa diri, hingga
semua tetangganya mengira dialah wanita pedusunan yang
biasa saja.
Begitu bertemu isterinya Kui Ciang menuturkan masalahnya
babwa ia sudah mengikat jodoh bayi mereka dengan keluarga
Su, Touw-sie senang menerima kabar itu. Ia setuju keputusan
suaminya, setelah itu Kui Ciang menuturkan masalabnya ia
melihat An Lok San, karena ia sudah memperoleh keputusan
dengan It Jie untuk pindah dari Su Kee Cun ini untuk
menyingkir dari bajingan yang bintangnya sedang cemerlang.
”Menghindar adalah tindakan yang baik” kata Touw-sie .
”Sekarang kita harus waspada, Kita mesti jaga kalau-kalau
sebelum Goan siauw, An Lok San nanti mengirim orangnya
untuk menangkap kau.”
”Kau benar,” kata Kui Ciang.
”Kau pikir bagaimana?”
”Dihari-bari biasa, biasanya An Lok San mempunyai banyak
orang Tak usah kita kuatir,” kata Sian Nio. ”Sekarsng ini lain
habis bersalin, tenagaku kurang banyak se-kali. Lagi pula ada
bahaya, aku berdua anak kita dapat mengganggu
kebebasanmu . . . . “

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

”Apa katamu?” tanya Kui Ciang „Sebagai suami isteri,


bukankah kita harus hidup dan mati bersama? mana bisa aku
menyesalkan kau? ”
“Bukan begitu!” isterinya tertawa. “Kita mati bersema, itu
bagus! Tapi, apa kau tak pikirkan keturunanmu? Maka itu, aku ,
..”
”Kau bicaralah!” suaminya mendesak. ”Kau sangsikan apa?”
”Aku bicara tetapi kau jangan gusar” kata sang isteri „Aku
pikir baiknya kau ijinkan aku berangkat terlebih dulu,
maksudku, aku berangkat lebih dulu kau belakangan. Artinya
kau menanti sampai nyonya Su sudah sehat baru kau
berangkat bersamanya. Untuk sekalian melindunginya. Kau
menyusul kerumahku …….”
”Apa?” mata Kui Ciang membelalak. ”Kau mau pulang
kerumahmu?”
”jangan kau kuatir!” Sian Nio tersenyum. ”Sekarang ini
mungkin aku tidak dapat bertahan terhadap prajurit-prajuritnya
An Lok San, tetapi kalau baru segala kurcica di tengah jalan aku
tidak takut maka itu kau ijinkan aku membawa anak kita aku
mau berlindung dulu di rumah kakakku yang sulung untuk.
sementara waktu saja, Bersama keluarga Sa itu kau menyusul
aku kesana.”
Kui Ciang masih tidak puas, „Isteriku kau ingat apa katamu
ketika dulu kau mengikuti aku keluar pintu?” tanyanya.
”Pasti aku ingat!” sahut isterinya. “Dahulu paman dan
kakakku mengajak kau bekerja sama kau menolak keras.
Sampai kita bentrok, Ketika itu aku telah katakan kecuali
mereka mencuci tangan tidak nanti aku pulang lagi, tak sudi
aku menjadi orang jahat!”
“Nah ! apakah sekarang mereka sudah cuci tangan ?”
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Sekarang kita lagi menghadapi ancaman bencana . . . .”


”Tidak ! kehormatan kita tidak dapat dirintangi kesukaran!
lagi pula sekarang, selagi kita terancam bahaya kita pergi ke
sana, seperti mereka tidak mentertawai, aku sendiri tidak
punya muka !”
Sian Nio tahu benar tabiatnya suaminya. la menghela napas.
”Jika kau tidak setuju, sudah ah . . . .” katanya, masgul.
Kui Ciang kuatir isterinya berduka, lalu ia menghiburnya „An
Lok San sedang menempel Yo Kui-hui.” katanya,” dia sekarang
lagi bersenang-senang di kota Raja, belum tentu dia begitu
perlu mencari kita. Atau kalau toh dia berani mencarinya, tak
mungkin dalam beberapa hari ini, maka itu biarlah aku
memikirkannya Tubuhmu kuat, tapi kau baru melahirkan, kau
jangan banyak pikir. Pergilah kau beristirahat !”
Kui Ciang hidup melarat, tak kuat ia memelihara pembantu
atau bidan untuk merawat isterinya, maka ia sendiri mesti
mem-bantu isterinya itu. Kemudian ia pergi memeriksa
senjatanya, pedang dan senjata rahasia. Ia membersihkan
pedangnya itu.
”Pedang, Oh pedangku,” ia berkata perlahan. “Sudah
belasan tahun aku menyimpan kau, mulai hari ini aku akan
menggunakan kau pula “
Tengah ia termenung itu Kui Ciang mendengar suara
perlahan-lahan di luar rumahnya. Seorang yang ahli, tahulah ia
apa artinyai suara itu. Maka ia berkata dalam hatinya : ”Baik
kau datang ! rupanya malam ini aku mesti membuka pantangan
membunuh !”
Malam ini malam tanggal satu rembulan! belum ada hanya
bintang-bintang bertaburan maka itu, pekarangan rumahnya
menjadi gelap. Ia langsung bersembunyi di pojok tembok,

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tangannya mencekal pedang dan senjata rahasiannya itu.


Mulanya ia mengambil dua Samleng Touw-kut-piauw, piauw
yang beracun, kemudian ia tukar itu dengan dua potong thie
lian cie, biji teratai besi yang tak ada racunnya.
Pada saat itu dua sosok bayangan berkelebat lewat di atas
tembok.
”Kau rebah” membentak Kui Ciang seraya bergerak dari
tempat persembunyiannya, dan tangannya terayun. Ia
membentak karena tak mau ia main bokong.
Habis menyerang, Kui Ciang tercengang. Kedua thie-lian-cie
seperti kecemplung di laut, tak mengenai sasaran, tak
terdengar suara jatuhnya di tanah Itulah bukti liehay-nya pihak
lawan.
Segera terdengar suara tertawa yang nyaring dan kata
katanya „Moay-hu senjata rahasiamu makin liehay !”
Kui Ciang kenal suara itu, dia heran “Oh, shaku !” dia
menyambut. Suara tadi suara dari seorang berusia lanjut,
terdengar pula: “kiranya kau masih ingat sanakmu ! sudah
sepuluh tahun lebih kita berpisah, mengapa kau tidak pernah
memberitakan sesuatu ?”
Touw Sian Nio mempunyai lima kakak laki-laki , dan orang
tua itu ialah kakaknya yang ketiga, namanya Leng Hu. Kui
Ciang tak suka bekerja sama dengati ipar iparnya itu tetapi ia
mengakui sanaknya. Maka ia langsung menyambut iparnya
yang ketiga itu, ia mengundang masuk. Cepat cepat ia
menyalakan lilin
Heran Kui Ciang melibat iparnya itu yang bajunya
berlumuran darah. Sang ipar pun datang bersama seorang
muda berumurl kira-kira delapan belas tahun, yang mirip anak

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

petani sikapnya pendiam, dia berdiri disisi Leng Hu dengan


mengawasi tuan rumah secara tawar.
”Tengah malam mereka datang kemari, mau apakah
mereka?” Kui Ciang menduga-duga. Rupanya dia menderita
luka …
’Anak tolol, kau tidak mengenal aTuran ” Leng Hu menegur
kawannya. “Kau bertemu saudara yang lebih tua mengapa
kau tidak memberi hormat ?”
Bocah itu langsung memberi hormat dengan bertekuk lutut
dan menganguk tiga kali dan memanggil : „ Kouwthio!”
Kui Ciang membungkuk untuk membangunkan, di dalam hati
kecilnya ia berkata : ”Ketika kita berpisah. shako hanya
mempunyai seorang anak perempuan, kalau ini puteranya tak
nanti dia sebesar ini . . . “
Anak tanggung itu menolak tangan orang seperti yang tak
suka dibangunkan. Ia bangkit sendiri. Bersamaan dengan itu,
sepotong thie-lian-cie jatuh dari tangannya, dia pun berkata
dingin : ..Kouwthio, ini aku kembalikan thie lian cie Kouwthio !”
Kui Ciang melengak. Ia mengira kepada kaki tangannya An
Lok San, maka ia mengambil sikap turun tangan lebih dulu.
Meski demikian ia tak mau menggunakan senjata rahasia yang
beracun, dan di waktu melempar, ia memakai tenaga tujuh
bagian. Ia tidak menduga yang datang saudara sendiri. Lagi
pula tak heran kalau Leng Hu dapat menyambutnya senjata itu,
tidak demikian dengan bocah ini.
„Hm !” terdengar suaranya Leng Hu, yang menegur bocah
itu : “Sungguh dungu! Kau sudah memasuki dunia Kangouw
selama dua tahun, mengapa lagakmu seperti si hijau ?”
Anak muda itu berdiri diam, matanya mengawasi Kui Ciang.
Leng Hu berkata pula : „Lain kali diwaktu malam gelap jangan
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lancang menyambut senjata rahasia ! syukur teratai besi


kouwthiomu tidak ada racunnya kalau tidak, dengan tenaga
dalammu mana dapat kau menutup jalan darahmu ? kalau
terkena racun, walaupun kau tidak mati pasti tanganmu akan
cacad seumur hidupmu !”
---oo0dw0ooo---

Jilid 2
Ia mengeluarkan sebuah thie-lian cie dari tangan bajunya.
mengembalikan kepada Kui Ciang, kepada si bocah ia terus
berkata : “Bukankah kau telah mempelajari mendengar suara
senjata rahasia ? Dari suaranya saja kau sudah mesti tahu
senjata itu dilempar-kan dengan tenaga berapa besar, maka itu
kau harus mengimbangi suara itu. Kalau kau sanggup kau
sambutlah dengan ujung baju, kalau tidak, kau mesti berkelit !”
“Terima kasih, sha-cek!” kata si anak muda, yang memanggil
sha-cek, paman yang nomor tiga, “Nasihat ini
hanya benar separuhnya,”
Pikir Kui Ciang. “Kalau orang bertemu ahli yang pandai,
suara anginnya tak dapat diandalkan lagi . . . ” ia melirik si
anak rruda yang jari tangannya hitam. Cepat-cepat ia
mengeluarkan obatnya dan kata nya : “Tanpa pengalaman
tanpa pengetahuan! untuk anak muda, tambah
pengalaman tambah bagus! tapi aku sendiri, semasa aku
berusia sebaya dengannya, aku tak sepandai dia! Apakah
tanganmu sakit? sambil dipakaikan obat ini kau akan cepat
sembuh!”
Kata kata yang terakhir ini ditujukan kepada si anak muda.
Tapi dia menolak tangan yang berikutnya untuk diberi obat,
sambil berkata dingin : „Tak usah! luka ini tak menghancurkan

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tulang, nyeri sedikit tak apa! kalau mesti memakai obat


dapatkah orang disebut enghiong.”
Touw Leng Hu menyaksikan itu, dia tertawa dan berkata :
“Sudah, moayhu, jangan layani dia! Dia mau jadi enghiong,
maka tak apa dia tersiksa terasa nyeri sedikit !”
”Ha, anak yang bertabiat keras!” pikir Kui Ciang.
”Mungkinkah dia tak senang terhadapku?” ia menyenangi anak
ini walaupun sikapnya sargat dingin, tiba-tiba ia ingat sesuatu,
maka ia berkata pula dalam hatinya; ”Mungkinkah dia ini bocah
yang tadi menolong anak-anak dari injakan daki kuda?” ia
hendak menanyakan Leng Hu, atau iparnya itu sudah
mendahului bertanya; “Eh, mana adikku? . . , , .
Belum suara itu berhenti, belum sempat Kui Giang
menjawab dari atas genting sudah terdengar tertawa geli dan
halus, disusul dengan lompat turunnya sesosok tubuh, yang
langsung berkata; “Shako, angin apa yang meniup kau datang
kesini?”
Dan Touw Sian Nio muncul diantara mereka, Nyonya Kui
Ciang juga mendengar suara datangnya tetamu malam karena
ia tahu, pasti suaminya sudah berjaga-jaga, ia keluar dari
belakang, untuk merondai rumahnya, setelah melihat dan
merasa yakin tidak ada mu suh, baru ia kembali, kebenaran ia
mendengar suara kakaknya yang ia kenal itu, ia langsung
menyahut dan memberi hormat.
“0h, Liok-moay, kau tak melupakan kebiasaanmu kaum
rimba hijau. kata sang kakak tertawa juga. Eh. mengapa
mukamu pucat? Apakah kau sakit?”
Sian Nio tertawa tanpa menjawab. Kui Ciang tertawa dan
menjawab; ”Dia bukannya sakit hanya tadi malam dia
melahirkan seorang bayi laki-laki!”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Kionghie! Kionghie!” kata Leng Hu girang. “Oh, sayang aku


si shaku, aku tidak membawa apa-apa untuk hadiah!”
Si anak muda langsung memberi hormat kepada nyonya,
Sian Nio heran, orang memanggil kouwthio kepada suaminya.
”Keponakan yang mana ini?” tanyanya, ”aku tidak
mengenalnya?” ‘
”Apakah adikku masih ingat Tiat Cee-cu dari Yan san?” Leng
hu balik menanya,
”Oh,” kata Sian Nio. ”Jadi dialah keponakan yang nama
kecilnya di panggil Mo lek? aku ingat sekarang diharian aku
menikah dencan Kui Ciang Tia, ceecu datang kepesta dengan
membawa putranya ini!”
”Memang dialah bocah ini!” kata leng hu.
”Ah sungguh cepat sekali hari berlalu” kata Sian Nio ”tanpa
terasa belasan tahun sudah berlalu. Dia telah menjadi seorang
enghiong!”
”Apakah Tiat Ceecu baik?”
Ditanya begitu, mata si anak muda menjadi merah. “Tiat
Ceecu menutup mata dua tahun sepeninggalnya kamu” kata
Leng Hu memberitahu ”Anak ini langsung dipungut anak oleh
Toako. Dia berotak cerdas sekali, dalam belajar silat dia
mengungguli anak-anak yang lain Itulah sebabnya aku
membawa dia. Mo lek, apakah kau ingin belajar ilmu jarum
rahasia Bwee hoa ciam? nah lain kali kau belajar pada bibimu!”
Mo lek ini puterannya Tiat Ceecu, yang bernama Kun Lun.
orang suku Ouw. Dijaman Tong itu, diwilayah utara orang Han
tinggal bersama dengan orang Ouw, isterinya Tiat Kun Lun
ialah gadisnya Hong Kui Siang, seorang jago dari kota Hoan
yang. Keluarga Hong ada hubungannya dengan keluarga Touw.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tiat Kun Kun pandai, dia bergaul erat dengan Touw maka
setelah meninggal, Mo lek diserahkan pada kakaknya Leng Hu.
Kemudian Sian Nio bertanya kepada kakaknya ; „shako,
kenapa bajumu ada darahnya? apakah dijalan kau telah
melukai atau membunuh orang ?”‘
“Aku pernah membunuh banyak orang kali ini hampir aku
dibunuh orang” sahutnya.
Nyonya Toan heran, “shako bertemu dengan musuh yang
tangguh? Apa yang terjadi dirumah kita?”
“Baru hari ini aku sampai disini,” kata Leng Hu, sebenarnya
aku ingin minta bantuan bantuan kamu dalam urusan dua
urusan ini !”
”Silakan tuturkan,” kata Kui Ciang, singkat. la mendahului
isterinya.
“Pertama-tama aku mau minta moayhu memberi obat
padaku,” kata ipar yang nomor tiga itu? ”Sebenarnya aku
sangat malu, Inilah yang pertama kali aku mengalami
kekalahan dan terluka juga!”,
Kui Ciang heran. “Dia agaknya terluka sedikit. kerapa dia
sampai minta obat padaku ?” pikirnya.
Tengah ia berpikir itu tiba-tiba ia mendengar suara cita
sobek. Itulah Touw Leng Hu, yang tanpa menanti membuka
bajunya, sudah sobek itu, untuk memberi lihat dadanya dimana
ada sebuah titik merah sebesar tusukan jarum. Dia pun
langsung berkata „Kau lah ahli, kau tentu kenal ini!”
Kui Ciang kaget, mukanya pucat. „Inilah jarum Pee bie ciam
!” serunya. “Apakah shaku dengan keluarga Tong dari Kiam-lam
bermusuhan ?”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Jarum Pee-bie ciam itu jarum alis putih lihay sekali. Siapa
terlukakan itu dan racunnya masuk ke jantung. akan tewaslah
jiwa-nya Leng Hu terluka di dada dekat dengan jantungnya,
maka itu dia terancam bahaya maut.
„Orang yang rnelukai ini belum aku tahu hal ikhwalnya,’ kata
jago she Touw itu,” meski demikian aku merasa pasti dia
bukanlah orang keluarga Tong.”
“Apakah shako kena dibokong tanya Sian Nio”
“Bukan !“ sahut kakak itu. “Kami berdiri depan berdepan,
kami bertempur secara laki-laki, rneski benar dia telah
menggunai senjara rahasia yang beracun ini, tak dapat aku
membilang apa-apa.’
Jikalau Tong itu kesohor sebagai ahli senjata rahasia tetapi
dalam ilmu silat mereka bukanlah lawan keluarga Touw kalau
mereka hendak mengalahkan Leng hu, mereka mesti main
curang. Sekarang kejadiannya tidak demikian.
“Orang itu dapat melukai dengan senjata rahasia, kenapa dia
masih melukai juga sedikit dengan pedang?” ia heran tapi ia
tidak mau menanya. sebab Leng Ho sendiri membungkam.
Maka ia kata : “Obatku. Leng ce Kie Tok Wan bukan obat tepat
untuk luka senjara rahasia tetapi dengan dibantu tenaga dalam
shaku, aku rasa cukup dengan sebutir luku shaku akan
sembuh.“
Ketika dulu hari kakeknya Kui Ciang berperang ke Barat
disana dia mendapatkan pohon obat Leng cie dan ribuan tahun,
maka pohon obat itu diambil dan dijadikan bahan obat
menyembuh racun, biasanya cocok untuk pelbagai macam
keracunan, maka juga Leng Hu memintarnya.
Sian Nio lantas pergi ke dalam, akan mengambi obatnya,
sembari kaluar pula ia tertawa dan kata: “Anak kita tidur

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

nyenyak sekali, aku dapat tempo urtuk menemani kamu bicara


shako apa itu hal yang kedua?’
Leng Hu mengawasi tajam, romannya sungguh sungguh.
“Adikku, aku tak tahu kau masih ingat persaudaraan kita atau
tidak ?“ tanyanya sebelum dia menjawab.
“Hebat pertanyaan kau ini shako! ‘kata si nyonya. “Kita
bersaudara kandung mengapa aku tidak ingat“.
“Jikalau kau masih ingat kita bersaudara” kata Leng Hu,
masih berharap aku minta kau bersarna moyhu pulang ke
rumah kita, untuk kamu menolongi jiwa kami!‘.
Leng Hu kenal balk sifat Kui Ciang sebagai turunan Jenderal,
Ia tidak mau bergaul dengan keluarga orang jahat, karena ini
dia tidak mau bicara langsung hanya secara tidak langsung
kepada adiknya.
Kakak itu mengawasi adik perempuannya, dan Sian Nio
mengawasi suaminya. Adik ini bersangsi sekali.
”Shako, baiklah kau bicara dulu biar jelas, “kata kemudian.
“Apakah yang telah terjadi ?”
Tauw Leng Hu tetap memandang adik-nya. ”Orang keluarga
Ong di Peng Yang belum lama ini sudah bentrok dengan
keluarga kita, dia berkata, ‘ Kita bertempur hebat tetapi,
sungguh malu. beberapa kakakmu yang tidak punya guna telah
kena dikalahkan mereka “.
Keluarga Ong itu sama dengan Keluarga Touw. Mereka
turunan Ong Sie Tong. Setelah Ong Sie Tong ditumpas Lie Sie
Bin anak cucunya seperti anak cucunya Touw Kian Tek semua
hidup sebagai orang orang jahat. Kedua keluarga pun
bermusuh, tidak heran kalau mereka bermusuh turun temurun
sering mereka bentrok.’ berterang’ atau bergelap. Hanya kali
ini, heran Sian Nio mendengar perkataan kakaknya ini.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sampai kepada turunan mereka ini. Keluarga Ong itu kalah


dari pada keluarga Touw Lima saudara laki-laki keluarga Touw
gagah semuanya, murid mereka pun berjumlah puluhan, semua
tersohor dalam Rimba Hijau, keluarga Ong terdiri cuma dari
satu orang, Yaitu Ong Pek Thong. Dia ini gagah tapi dia kalah
dibanding dengan lima saudara Touw, jangan kata dikepung
berlima satu awan satu juga dia masih tak nempil, Ong Pek
Thong mempunyai dua anak, satu pria dan satu wanita dan
murid muridnya juga lebih sedikit maka itu setiap mereka
bentrok pihaknya yang tentu kalah. Maka akhirnya, pihak Ong
selalu mengalah kalau bersamprokan, mereka menyingkir lebih
dulu. Inilah sebab yang mengherankan Sian Nio.
“Kau tidak tahu Liok moay, “ kata Leng Hu yang bisa
membadi keragu-raguan adiknya itu “Sekarang ini dunia Jalan
Hitam beda dari pada dulu, sekarang jamannya anak muda dan
kita kaum tua, kita kena tertindih mereka.”
Sejak ia turut suaminya Sian Nio sudah mengundurkan diri,
maka itu ia asing dengan perubahan jaman. Tapi mengenai
keluarganya, ia ingat baik sekali, ia tetapi memperhatikannya.
”Apakah Ong Pek Thoang telah mengundang bantuan orang
liehay ? Siapakah pembantunya itu? Apakah kakak yang lainnya
pun pada terluka ?”
“Benar Ong Pek Thong mengundang orang liehay, ialah Ceng
Ceng Jie.”
”Ceng Ceng Jie ?” mengulangi si nyonya. „Aku belum pernah
mendengarnya . . . .”
“Kita tinggal bersembunyi di dusun ini sudah belasan tahun,
pantas kita menjadi si tuli !” kata Kui Ciang, bersenyum.
“Selama uang belakangan ini dalam dunia Kang Ouw telah
muncul dua orang yang liehay sekali,” Touw Leng Hu

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menerangkan pula. „Mereka masih sangat muda, barangkali


usianya belum dua puluh tahun. Ceng Ceng Jie satu
diantaranya Yang lainnya ialah Khong Khong Jie. Kami belum
pernah melihat Khong Khong Jie tapi dia kabarnya lebih liehay
daripeda Ceng Ceng Jie, katanya liehay luar biasa. . . .!”
Alisnya Sian Nio berbangkit. ”Liehay luar biasa bagaimana ?”
tanya dia. “Bicara dari hal Ceng Ceng Jie saja, benarkah dia
dapat mengalahkan kakak berlima ?”
Sian Nio nampak halus tapi sebenarnya tabiatnya keras.
Leng Hu kenal tabiat adiknya ini, ingin dia membangkitkan
kemarahannya. Maka dia menghela napas dan kata dengan
lesu : “Sudahlah, buat apa disebut-sebut pula. Kali ini keluarga
kita roboh benar-benar. Toako terlukakan, dan Sie-tee juga
terkena sebatang jarum Pee bie ciam….”
Toako itu, sang kakak sulung, Leng Ciok namanya, menjadi
pemimpin Rimba Hijau di wilayah Utara, ilmu silatnya liehay
sekali, sampai Kui Ciang pun mengaguminya. Sekarang ia
mendengar Toako itu, ipar pertama, mendapat luka juga, ia
terkejut. Dari tak ada perhatiannya, ia menjadi ketarik hati.
„Pada suatu hari Ong Pek Thong dagang dengan membawa
Ceng Ceng Jie,” kata Leng Hu, meneruskan keterangannya.
„Ceng Ceng Jie itu kurus kering mirip seekor kunyuk, kami tak
memandang mata padanya. Tapi dia justeru menantang kami
berlima melayani dia seorang diri. Tentu sekali kami tidak mau
meruntuhkan nama kami. maka itu. kami mengajukan dulu
Jieko. Baru beberapa jurus, sudah terkurung sinar pedangnya.
Soetee dan Ngo tee melihat gelagat buruk terpaksa mereka
maju membantui. Nyatanya mereka bertiga kena terdesak
mundur. Oleh karena terpaksa, aku maju bersama Toako.
Toako menggunakan tamengnya, Thian Su Sin-pay, ia tidak
takut senjata tajam, ia maju di depan, kami berempat dikiri dan
kanan. Hebat kami bertempur. Dalam setengah jam dapat kami
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengurung dia. Tepat dia terkurung, dia mengeluarkan jarum


rahasianya itu Pee bie ciam . . . !
Kui Ciang berpikir : „Kamu mengeroyok orang, pantas orang
menggunakan senjata rahasianya.”
”Jikalau dia ialah orang lain, jarumnya itu pasti tidak dapat
berbuat apa apa atas diri kami ” Leng Hu melanjutkan, „Dia
benar benar liehay. Di samping pedangnya yang liehay itu, dia
menggunai senjata rahasianya itu kami dijadapi kesulitan Kalau
kami menyingkir dari pedang sukar kami menghindari jarum
rahasia. Begitu juga sebaliknya. Akhirnya terpaksa kami
bersedia terkena jarum daripada tertikam atau terbabat
pedansr Syukur toako liehay dengan tamengnya, Jieko dan ngo
tee dapat membela dirinya. Aku ber sama sietee ayal sedikit,
lantas kita terkena jarum aku di dada, sie tee di kaki. Toako
berkelahi terus, celaka ia terpapas kutung dua jeriji tangan
kirinya. Di saat kalap, kamipun dapat mengguratkan pedang
kami dua kali padanya. Sampai di situ berhentilah pertempuran
itu.”
Sian Nio menghela napas lega. „Masih beruntung, itulah
bukan roboh runtuh!” katanya.
”Ceng Ceng Jie terluka. cuma di kulit.” kata Leng Hu. “Kami
terluka parah. Bukankah itu berarti keruntuhan?”
”Bagaimana dengan lukanya sieko?” Adik perempuannya
memberati kakaknya yang ke empat. Kalau kakak tuanya,
terkutung dua jerijinya, tidak seberapa, „Syukur sie-tee terluka
bukan ditempat yang berbahaya,” kata Leng Hu, „Racun jarum
tak nanti menyerang cepat, ke jantung, Sedikitnya sietee dapat
bertahan satu bulan.”
Meski begitu sampai itu waktu dua puluh hari sudah lewat.
Kui Ciang pikir, kalau begitu Ceng Ceng Jie benar lihay sekali.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Touw Leng Hu berkata pula; ”Liok moay kau anggauta


keluarga Touw, kau ketahui baik sifat kami. Belum pernah
minta bantuan pihak luar. Tapi kau termasuk Keluarga Touw,
maka itu tak terhina kalau aku minta bantuan kamu!”
Sian Nio tetap bersangsi, ia mengawasi suaminya, tak berani
ia lancang membuka mulutnya.
Leng Hu melihat keadaan itu. ia berkata pula: „Turut
penglihatanku, di jaman ini cuma ilmu pedang moayhu yang
dapat melayani Ceng Ceng Jie. Mengenai kau Liok moay, toako
semua mengharapi jarum rahasiamu. Kau telah mewariskan
sempurna kepandaian ayah, ilmu pedang dan senjata rahasia.
Toako minta aku menyambut kau suoaya selagi moayhu
melayani musuh kau hajar dia dengan Bwee hoa ciam. Dengan
begitu barulah kita mempunyai harapan dapat kemenangan
dan nana baik Keluarga Touw dapat dilindungi. Maka juga kami
sangat mengandal kepada kamu berdua suami isteri! ‘
Sian Nio tetap diam, ia tidak berani mengambil putusan. Ia
terus mengawasi suaminya Kui Ciang nampak kurang puas.
„Shako.” ia berkata,adikmu baru saja habis bersalin…, Juga
Ceng Ceng Jie dia maui merawat lukanya dulu,” kata Leng Hu.
„Sebelum sembuh tidak nanti dia berani datang menantang.
Lagi pula adikku tidak ber tempur langsung, dia menanti
dipinggiran untuk melepaskan jarum rahasianya, Aku rasa habis
sebulan baru kita dapat bertempur pula.”
„Toan Long. kau pikir bagaimana akhirnya Sian Nio tanya
suaminya. Inilah menandakan lagi ia sudah tidak ada soal lagi
tinggal putusan sisuami.
„Rumah tangga kau mempunyai urusan, kau hendak pulang,
aku tidak dapat menghalang-halangi” sahut Kui Ciang. ”Ilmu si-
latku sudah banyak tahun tak dilatih pula, maka itu aku merasa
tak dapat aku melawan Ceng Ceng Jie yang demikian lihay.”
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mukanya Leng Hu menjadi pucat. Tak puas dia. “Jikalau kau


tidak suka pergi, bilanglah terus terang!” katanya keras „Kaulah
bangsa enghiong, bangsa hiap kek, kau tidak sudi mengaku,
kami sebagai sanak, meka juga keluarga Touw tak demikian
tebal mukanya berani minta banuanmu!”
„Shako, tak tepat kau bicara begini.” kata Kui Ciang, „Aku
ingin bicara kau sudi mendengar atau tidak terserah padamu.”
„Bicaralah !”
”Ingin aku memberi nasihat supaya kamu menggunai ini
ketika yang baik untuk mencuci tangan, buat mengundurkan
diri,” kata Kui Ciang, terus terang.
„Bukankah Ong Pek Thong itu cuma memperebuti nama
kosong sebagai jago Rimba Hijau? jikalau ke tempat yang sepi,
apakah dia dan Ceng Ceng Jie masih akan mencarinya buat
membikin habis Keluarga Tauw?”
“Nasihat yang berharga’!’ kata Leng Hu. mengejek. „Kau
bukan anggauta Keluarga Touw. Tetapi kau menikah putrinya,
keluarga itu kau tentunya ketahui ajaran Keluarga kami! Kami
lebih suka binasa daripada terhina! Sudah seratus tahun lebih,
tak pernah ada orang yang menghina kami! Tak dapat kami!
mengelepoti kepala kami! Taruh kata kami hendak mencuci
tangan? itu mesti terjadi sehabis kami membalas dulu sakit hati
in!”
„Bicara dari hal pembalasan rasanya kamu lebih banyak,
rasanya kamu lebih banyak berhutang jiwa orang,” kata Kui
Ciang, sungguh-sungguh. „Orang Rimba Hijau hidup diatas
golok, maka itu bagi mereka terkalahkan atau terbinasakan
adalah soal tak dapat dihindarkan. Jikalau kamu terus main
balas-membaias tak lapisnya, seteleh Ceng Ceng Jie terbunuh,
siapa berani jamin tak nanti muncul Ceng Ceng Jie yang
kedua ?”
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kui Ciang tidak pandai bicara, hebat kata katanya ini, sedang
itu waktu, Leng Hu lagi panas hatinya Sian Niopun serba salah.
Ia kenal sifat suaminya itu hingga tak berani ia membantui
adiknya meskipun ia telah memikirkannya.
Touw Leng Hu mengibas tangannya, ia kata dengan
kemendongkolan yang ditahan : ”Anggap saja aku datang ke
pintu yang salah ! Aku membikin kehilangan muka sendiri !
Nah, aku meminta diri!”
“Shako!” Sian Nio berkata, “Shako. Kau duduk dulu! mari kita
bicara baik-baik!”
Tapi Kui Ciang berkata : “Shako telah berkeputusan untuk
menuntut balas ! sesuatu orang ada cita-citanya sendiri, tidak
berani aku mencegah atau mengasi pikiran lagi. Ini dua butir
obat Leng cie Kie Tok Wan harap kau bawa pulang untuk
sieku.”
Leng Hu sudah berbangkit. “Tak usah!” dia kata “Taruh kata
dia dapat disembuhkan, dia toh bakal terluka pula di tangannya
Ceng Ceng Jie!”
„Sekarang sudah malam, shako,’ kata Sian Nio, berduka.
„Kalau kau mau berangkat, berangkatlah besok pagi . . .’
Leng Hu berdiam, dingin sikapnya, Si anak muda, yang sejak
tadi berdiam saja, yang cuma tertawa dingin, mendadak
membuka mulutnya. Katanya : “Berdiam di sini satu malam
tidak apa, hanya kalau sebentar datang sahabatnya kouwthio,
sahabat yang memangku pangkat kalau dia melihat disini ada
penjabat besar, itulah tidak bagus, pasti berabe dan sulit!,
paling benar mari kita berangkai sekarang juga! ‘
Kui Ciang melengak ia berjingkrak. „Mo Lek, apa katamu?”
tanyanya La heran bukan main ia berpikir: “Seumurku, aku
tidak mempunyai sahabat pembesar negeri. “Mungkinlah

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mereka maksudkan Su It Jie? Tapi Su Toako sudah lama


meletakan jabatannya. Laginya, mereka ini berdua baru saja
sampai disini mana mereka ketahui Su Toako itu sahabatku?’
Mo Lek minggir ke samping. „Sahabatmu itu sahabat jempol
!” dia kata pula, keras. „Apakah kau takut aku menyebutnya ?
kau tidak mau membiarkan kami pergi, apakah kau hendak
membekuk kami untuk diserahkan pada sahabatmu si
pembesar negeri itu supaya kau memperoleh jasa ? Benar tadi
yang menolongi anak-anak dari kaki kuda ialah aku ! Aku pula
yang menyerbu An Lok San ! kau mau apa ?”
Touw Leng Hu membentak : “Bukankah ayah angkatmu
telah memberi pengajaran kepadamu ? Tujuan tak sama, tak
dapat orang bekerja sama, maka itu, buat apa kau banyak
omong lagi, tidak apa kau menerbitkan onar tetapi dengan
begitu kau bawa-bawa tulang tuaku ini ! Bisa-bisa kau nanti
mengantarkan jiwaku di sini !”
Kata-kata itu ditujukan kepada Tiat Mo Lek, akan tetapi di
lain pihak, dimaksudkan juga terhadap Toan Kui Ciang.
Touw Sian Nio terperanjat. ”Shako, shako katanya Apakah
artinya perkataanmu ini ?”
Sekalipun Kui Ciang tidak dapat turut kau pergi menghadapi
Ceng Ceng Jie. dia tidak nanti memusuhkan kau apapula untuk
menangkap kamu buat diserahkan kapada pembesar negeri !
kau . . kamu pandang dia orang macam apa ?”
Kui Ciang lompat ke pintu, untuk menghalangi. “Shako”
katanya. Dingin, “kau omong dulu biar jelas, baru kau pergi!”
”Enak kau bicara !” kata Leng Hu, dingin. „Sesuatu orang
ada pikirannya sendiri tak dapat orang dipaksa ! kau hendak
pergi ke tempatnya An Lok San untuk memperoleh jasa dan
pangkat, tak heran kau tak sudi mengenal sanak lagi ! Tapi aku

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mau minta sukalah kau ingat persabatan kaum Kang-Ouw. kau


tunggu sesudah aku pergi, baru kau pergi memberi kisikan
kepada pembesar negeri ! Tak dapatkah iru ? Andaikata kau
benar-benar hendak kami, meski Tou Leng Hu bukan lawan
kau, dia tak nanti manda diam saja diringkus kau !”
„Shako !” Sian Nio berkata keras. „Apakah shako bilang kau
tidak tahu, An Lok San justeru musuhnya Toan Long kami
justeru baru saja mendamaikan soal mengangkat kaki dari sini,
buat menyingkir dari ancaman bencana ! ‘
Ketika itu, Kui Ciang sudah lantas menjadi tenang „Shako, di
sini mesti terjadi salah mengerti,’ katanya sabar. ”Coba kau
jelaskan, mengapa kau menyangka aku mau pergi kepada An
Lok San untuk mengharap pangkat”
Leng Hu menjadi heran timbullah keraguannya ia melihat
orang tidak lagi main sandiwara ia menjadi mau percaya.
„Di bawahnya An Lok San ada dua punggawanya yang
sangat diandalkan,” ia kata pun menjadi sabar. “Merekalah Tian
Sin Su dan Sie Siong Bagaimana pergaulan kau dengan mereka
itu ?’”
„Pernah aku mendengar nama mereka itu,” Kui Ciang jawab.
„Dulu hari karena urusan keluarga Lie di Ceng Hoo Kauvv, Sie
Siong telah menantang aku mengadu pedang-Ketika itu muncul
adiknya Kong Jiam Kek, maka urusan dapat didamaikan hingga
batal kita bertempur. Semenjak itu, terus sampai di saat ini,
aku belum pernah bertemu pula dengan mereka itu.”
Touw Leng Hu heran bukan main. “Benarkah perkataan kau
ini ?” ia menegasi. ,Ah, benar benar aneh?” Ia mehentak.
“Taruh kata kau tidak percaya aku, kau mesti percaya
adikmu !’ sahut Kui Ciang. “Kau tanyalah dia. apakah aku
pernah mendusta !”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Memang mereka itu berdua tidak ada hubungannya dengan


kami,” kata Sian Nio. “Shako mengapa kau menuduh mereka
ada sangkutannya dengan Kui Ciang ?”
Touw Leng Hu mengawasi adiknya. .,Di muka desa ini ada
sebuah rumah,” ia kata, di depan rumah itu ada tiga buah
pohon cemara, tuan rumahnya seorang berumur lebih kurang
empatpuluh tahun, dialah seorang pelajar berkulit putih dan tak
berkumis. Benarkah orang itu tidak ada sangkutannya dengan
kamu ?’
„Dia itu benar sahabat karibku,” sahut Kui Ciang. „Dia sie
Su dan namanya It Jie Benar dia pernah menjadi pembesar
negeri akan tetapi dia sudah meletaki jabatan sejak belasan
tahun yang lalu. Dia dipecat karena dia berani menyerang
menyerang menteri dorna Lie Lim Hu ! Ha ! kau menyebut-
nyebut aku bergaul dengan pembesar negeri, jadi kau
maksudkan dia ! Dialah sastrawan satria, meski dia pernah
memangku pangkat dialah orang berhati mulia !”
“Dia menjadi pembesar, apakah kau tahu dia mempunyai
perhubungan apa dengan An Lok San ?” Leng Hu tanya pula.
“Su Toako bersahabat denganku selama sepuluh tahun, aku
tahu dia justeru sangat membenci An Lok San, hingga tak ada
soalnya bahwa dia bersahabat dengan pembesar buruk itu !”
„Masih ada satu hal yang shako belum ketahui,” Sian Nio
menyela. „Tadi malam isterinya Su Toako itu telah melahirkan
seorang anak perempuan, lantas kita kedua Keluarga mengikat
ini perjodohan anak anak kita. Dengan sendirinya Su Toako itu
juga cin kee kau.’
Lcng Ha mengurut-urut kumisnya. „Benar-benar aku tidak
mengarti!” ujarnya. “Baik aku menjelaskan dari mula mula.”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kui Ciang dan isierinya mendengari. “Pada beberapa tahun


yang telah lewat ada seorang sahabat yang memberitahukan
aku bahwa ia pernah melihat kau di kota Tian-an, ketika kau
tengah berjalan dengan tergesa gesa,” Leng Hu menutur. „Aku
lantas menduga kau tinggal di dekat kota Tiang-an. Maka
bersama Mo Lek aku menyusul kemari Pada tiga hari yang lalu
kami bertemu dengan delapan pahlawannya An Lok San di
jalan Hong siang. Kita bentrok.”
„Apakah kau bermusuhan dengan An Lok San?” Sian Nio
bertanya.
”kau meninggalkan Rimba Hijau belum sepuluh tahun,
mengapa kau masih tak mengerti duduknya hal ?” kakak itu
balik bertanya „Rumah kita keluarga Touw berada di dalam
wilayah pengaruhnya An Lok San Itu berarti kita harus
menerima baik undangannya untuk bekerja di bawah
perintahnya. Bukankah ini sederhana dan singkat?”
„Aku tahu itu!” kata si adik tertawa. ”Hanya ketika aku
meninggalkan rumah kita An Lok San belum menjadi cat-touw-
su, hingga aku tidak tahu bahwa rumah kita ber ada dalam
daerah kekuasaannya.”
”Kita bukan saja tidak menerima baik undangannya untuk
menghamba terhadapnya,” Leng Hu menyambung, „Bahkan
diharian dia menggabung menjabat pangkat ciat-touw su dari
Hoan-yang-sie tee sudah berguru dengan dia, ialah sie tee
sudah curi sepotong baju bulu rase yang mahal miliknya Yo Kui
Hui yang dihadiahkan kepadanya. Maka itu sudah sejak lama
dia hendak membekuk kita. Ong Pek Thong itu sahabatnya Tian
Sin Sie yang bawahannya An LoK San sahabat-sahabat Jalan
Hitam. Setelah Tian Sin Sie menghamba pada An Lok, San Pek
Tbong lantas menghubunginya. Maka itu aku menduga,
bentrok-anku dengan orang-orangnya An Lok San di jalan

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hong-siang itu disebabkan bisikannya Ong Pek Thong. Kita


dipegat hendak ditawan.”
Kui Ciang berpikir: “Di dalam Rimba Hijau ada tingkat yang
tinggi dan yang rendah. Ipar-iparku itu tidak sudi bekerja sama
pembesar negeri, kalau dibanding dengan Ong Pek Tbong
mereka menang banyak …”
Touw Leng Hu menyambangi “Kami di kepung delapan
pahlawan pribadi An Lok San itu. Mereka bukan dari kelas satu
tetapi ilmu silat biaca. apapun satu diantaranya,Thio Tiong Cie.
dia bekas orang Jalan Hitam yang berkenamaan. Senjata ialah
sepasang Houw tauw kauw gaetan berkepala macan-macanan
luka dilenganku ini ialah bekas gaetannya itu yang lihay itu , . ,
..”
”Sha cek. kau biasa mengangkat musuh!” kata sikacung
menyela sambil tertawa.”Sebenarnya kalau bukannya sengaja
sha Cck menggunai tipu mana dapat dia mendekati sha cek?”
„Mo lek!”‘ kata paman itu sungguh-sungguh ”orang muda
semacam kaulah yang paling mudah dihinggapi penyakit
memandang enteng kepada musuh! Jikalau kau tidak meng
ubah cacatmu ini dibelakang hari kau bisa menderita
karenanya! Kau ketahui pengajaran musuh, merebut
kemenangan ialah yang paling utama! Lebih cepat kita menang
lebih baik pula, supaya tak usah terjadi hal-hal di luar dugaan.
Sekalipun sang singa untuk menerkam kelinci dia mesti
menggunakan seluruh tenaganya, sedang kita bukannya singa
dan pihak sana bukannya kelinci, ingat lah kejadian hari itu Aku
telah terluka jarum Pee-bie ciam dan mereka mengeroyok.
Sudah terang mereka ingin sekali dapat membekuk kita. Coba
aku tidak menggurat siasat, untuk memancing Tio Tiong Cie,
pasti, sukar kita meloloskan diri. Caramu berkilat itu waktu
main keras saja. Itulah berbahaya”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Habis menegur keponakan itu, Leng Hu menoleh kepada Kui


Ciang untuk menerus kan keterangannya.
”Aku benci pada Thio Tiong Cie sebab-perbuatannya yang
busuk itu mau mencelakai orang golongan sendiri,-‘ Katanya
„aku, memancing, hingga dia datang dekat padaku. Aku hajar
dia dengan Pek Lek Ciang, hingga patah tulang iganya. Justeru
itu, dia pun menggaet aku.”
„Apakah di antara mereka ada Tian-Sin Su dan Sie Siong?”
Sian Nio tanya
“Mereka itu termasuk punggawa, perang, mereka tidak
bercampuran dengan kawanan pahlawan pribadi An Lok San
itu” sahut Leng Hu “Atau mungkin mereka anggap delapan
orang itu sudah cukup untuk melayani aku si tua bangka!” Ia
tertawa, ia melanjuti : “Syukur delapan orang itu tidak
memandang mata padaku. Umpama kata Tian Sin Su dan pie
Siong turut serta, selagi aku terluka itu pastilah aku bukan
lawan mereka, tentu sekali sekarang aku tidak dapat bertemu
dengan kau, adikku.”
Sian Nio heran. “Shako,” katanya, „habis kata-katamu
barusan . . .”
Leng Hu dapat menerka. “Kau tentu tidak mengerti kenapa
tadi aku menyebut-nyebut nama mereka itu berdua, bukankah
hari itu aku tidak berjodoh bertemu dengan kedua punggawa
itu, tetapi malam ini … “
Kui Ciang pun heran. „Malam ini ?” dia tanya. „Di mana
kamu bertemunya ?
„Justeru di dalam desa ini ! Belum satu jam !”
„Sebenarnya, bagaimana hal itu ?” Sian Nio tanya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Kau jangan kesusu. Nanti aku jelaskan menurut


tuntunannya.”
Dan Leng Hu .melanjuti : “Kita lewat di jalan Hong siang itu
tepat di harian tahun baru. Ketika kita sampai di muka desa ini,
kita bertemu dengan pasukan tentaranya Aa Lok San, yang
katanya lagi menuju ke kota Tiang-an, guna An Lok San
memberi selamat tahun baru kepada Yo kui hui. Kami takut
menimbulkan onar, kami sembunyi di lembah. Lain dengan ini
bocah, dia seperti anak kerbau yang tak takut harimau, dia
justrru pergi ke mulut lembah, untuk menonton”
„Syukur aku pergi melihat!” Mo Lek memotong. „Aku jadi
dapat melihat kouwthio. Kouwthio menutupi kepala dengan
baju kulit jalannya pesat seperti lari. hingga aku menduga ialah
ssorang ahli silat yang mahir ilmunya enteng tubuh.”
„Liehay matanya bocah ini,” Kui Ciang pikir. „Ketika itu,
tanpa sengaja aku berjalan cepat, dua tindak menjadi satu.
Karena dia dapat melihat lariku itu. tentu begitu juga dengan
orang-orangnya An Lok San yang banyak yang, mesti ada yang
memergoki aku … “, Di situlah terjadi anak anak diganggu
kudanya para pahlawan pribadi an Lok San itu ! Mo Lek
memotong. ‘Sejumlah anak kecil mau ditabrak dan diinjak kuda
aku lantas menolongi mereka . . . ”
Touw Leng Hu tertawa.’ Syukur mereka repot melanjuti
perjalanan, tak ada temponya untuk mencekuk kau!” kata
paman ini. ‘ Lebih syukur ialah kau melihat kouwthio-mu Tidak
demikian pasti aku tidak lantas mendapat tahu kamu tinggal di
sini! kau tahu. begitu Mo Lek menyebut kau, aku lantas
menduga Mo Lek melihat ke rumah mana kau masuk, aku
merasa itulah rumahmu.”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Jadi kamu sudah pergi ke rumah keluarga Su” Kui Ciang


tanya. “Benar. Justeru di depan rumah dia itu aku melihat Tian
Sin Su berdua Sie Siong !”
Kui Ciang terkejut hingga ia berseru. “Apakah kamu tidak
masuk ke dalam rumah Keluarga Su itu?” Ia tanya. “Entah ba-
gaimana dengan Su Toako …”
„Aku melihat seorang sasterawan usia lebih kurang empat
puluh tahun yang mukanya putih dan tanpa kumis, ia ada
bersama mereka itu kedua pihak bicara sambil terawa-tawa.
Tentu sekali tidak berani aku masuk ke dalam rumah itu. “
Kui Ciarg heran. “Apakah kau dengar pembicaraan mereka ?
Apakah katanya mereka itu ?”
“Bersama Mo Lek aku sembunyikan diri di atas pohon kami
melihat mereka menunggang kuda. Aku mendengar suaranya
sie siong, yang mengatakan : Taysu tentu akan memberikan
pangkac tinggi padamu. Dua kali aku mendengar disebutnya
tuan Toan. Karena kuda mereka dilarikan kesas, aku tak dengar
apa-apa lagi Agaknya mereka sangat menghargai si yuan Toan
itu …”
„Pantas kamu menduga mereka itu berdua sahabat
sahabatku! kemudian bagaimana?“
”karena aku mendapat kenyataan rumah itu bukan rumah
kau, aku meninggalkannya. Aku pergi menanyakan setiap
rumah. Dengan banyak susuh barulah aku dapat mencari ke
sini. Coba bukan karena kau beri anak denganku pasti aku
tidak berani menemui kau! Baiklah telah aku menjelaskan
semua moku sekarang terserah kepada kau. kau hendak
membiarkan kami pergi atau tidak. Umpama kata benar kau
hendak menangkap kami, untuk diserahkan pada An Lok san si-
lahkan turun tangan!”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kata kata yang belakangan ini dikeluarkan secara dingin.


Bertepatan dengan dikeluarkannya kata-kata penutup itu turun
tangan, Kui Ciang berteriak seraya berlompat untuk berlari
keluar.
Leng Hu terkejut hingga dia pun berseru: ‘ Kau ! . . . kau ! . .
. Benarkah kau …” Dia menduga kepada ipar itu mau lari
kepada An Lok San. Dia kaget dia mau lari menyusul.
Sian Nio lompat menyamber baju kakak nya itu. “Shako kau
sembrono sekali! “sang adik berkata keras.
,Apa? “kakak itu tanya heran. “Jikalau dia mau mencelakai
kau, tak dapatkah dia lantas keturunan ditangan sendiri? ‘adik
itu kata. ‘Mustahil dia diketulungannya mencari kawan
pembantu ? Apakah kau tidak menyargka bahwa diapun dapat
menduga kau bisa melarikan diri ?”
Leng Hu berpengalaman, pasti ia mengerti adiknya ini hanya
barusan saking kaget tak sempat ia berpikir lagi. Maka ia tidak
memaksa lari, ia manghentikan tindakannya seraya berpalirg.
Justeru itu ia melihat Mo Lek dengan pisau belati di tangannya
lagi meneancam punggung Sian Nio Bocah itu menyangka bibi
ini melupakan kakaknya dan hendak mencelakainya.
”Mo Lek, jangan” Leng Hu membentak. Terus ia memandang
adiknya dan berkata : ”Liok Moay kau bicara, kau bcaralah !
Aku serahkan jiwaku kepada kau !”
Touw SianNio sebaliknya tertawa. „Shako jangan kau gelisah
tidak karuan !” katanya. „Kau dengar aku.”
Nyonya Kui C:ang menyingkirkan sumbu lilin, membikin lilin
itu tambah terang, habis itu ia tuturkan permusuhan suaminya
dengan Lok San, begitupun hal persahabatan Kui Ciang dengan
Su It Jie, hingga kedua keluarga mau menyingkir bersama.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Leng Hu menjadi tenang. Baru sekarang ia begitupun Mo Lek


tahu duduknya penrsoalan. Ketika itu terdengar suara kokok
ayam, tanda sudah jam lima, sedang bayinya Kui Ciing
mendusin dan menangis.
“Sekarang aku mau memberi susu kepada anak itu,” kata
Sian Nio, sembari tersenyum.
„Anak itu tahu diri. dia tidur sampai fajar, baru dia mendusin
Dia harus bertemu dengan shakonya !”
Nyonya ini masuk ke dalam, kemudian ia keluar pula sambil
mengempo anaknya. „Anak ini berbakat.” kata Leng Hu, „Dia
dapat belajar silat nanti …”
Baru orang she Touw itu berkata, demikian, tiba tiba mereka
mendengar siu!an nyaring dari Kui Cang yang terus berkata
seorang diri : „Pedang mau keluar dari sarungnya, untuk
mengutungi kepalanya si orang jahat ! Inilah pembalasan
bukan untuk perkara kecil !” Menyusul itu terdengar juga ,
suara pedang disentil.
Ketika suami itu bertindak masuk, Sian Nio heran. Belum
pernah ia menyaksikan suaminya gusar demikian. Alis dan
kumisnya bangun berdiri, matanya berapi, tindakannya tetap
tubuhnya tegak, la sampai melengak.
Tiba-tiba Mo Lek menghampirikan. „Aku bersalah, kouwthio
!’ katanya, seraya terus berlutut untuk mengangguk-angguk
tiga kali sampai kepalanya membentur lantai !”
Kui Ciang membungkuk, akan memimpin bangun bocah itu.
Dia tertawa. “Bagus !” katanya. „Kau dapat membedakan salah
dan benar, kaulah seorang laki laki sejati !”
Leng Hu juga telah jelas segala apa, maka ia menghampiri
ipar itu, guna mengakui kekeliruannya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Shako itu mau memberi hormat, Kui Ciang menyingkir „Di


waktu begini, buat apa pakai adat-peradatan,” katanya. „Shako,
ada satu urusan untuk mana aku hendak minta bantuan kau . .”
Sekarang Leng Hu yang tertawa. „Di-antara sanak sendiri,
mana ada permintaan brntuan ?” kata dia.
Sengaja Leng Hu tertawa sebab ia melihat Kui Ciang
bersungguh-sungguh Tertawa itu dapat mambantu melegakkan
hati mereka.
Kui Ciang menunjuk anaknya, ia kata” “Shako, aku minta kau
suka merawat anak serta ibunya, sebentar lagi, setelah cuaca
terang, kau ajaklah mereka pergi!” Ia tidak menanti jawaban, ia
mengeluarkan sejilid buku, yang mana ia serahkan pada
isierinya; „Sian Nio, baik-baik kau rawat anak kita ! setelah dia
dewasa, kitab ilmu pedangku ini kau serahkan padanya!”
Sian Nio mengawasi sang suami, tidak lantas ia menyambuti
buku itu. Ia memang mau membawa anaknya pulang kerumah
ibunya siapa sangka sekarang getas sekali suaminya itu berkata
demikian. Berbareng dengan itu, ia merasakan firasat jelek.
„Kau ambillah!” kata Kui Ciang, menghela napas. Ia mengerti
kesulitannya isteri itu. „Ada kemungkinan kita juga tak bakal
bertemu pula satu dengan lain “ .”
„Toan long, kau hendak pergi kemana ?” sang isteri
menanya. Ia menanya meski ia sudah bisa menduga tujuh
sampai delapan bagian.
„Aku mau pergi mencari Sa Toako!” sahut suaminya itu.
”Apakah kau telah pergi ke rumahnya? sebenarnnya apa
sudah terjadi ? Bagaimana dengan isteri dan anaknya Su
Toako?”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Mereka telah dibawa pergi kaki tangannya An Lok San” Sian


Nio terkejut hingga dia menjerit.
”Benarkah?”‘ tanya dia “Sungguh tak kusangka….”
„Sebenarnya itu sudah dapat diduga” kata sang suami.
„Kemarin aku keliru, aku lari menyingkir ke rumahnya.
Begitulah An Lok San penyangka Su Toako sebagai aku!”
Sian Nio heran „Su Toako seorang cinsu mengapa dia tidak
membantah?”
Leng Hu menyahuti adiknya itu. Ia kata; “Aku mendengar
Tian Sin Su membilang hendak memberi pangkat padanya!
Maka itu, moayhu, aku lihat manusia sukar diduga! Kau…”
„Tidak!” Kui Ciang memotong Sian Nio. jangan kau tidak
ketahui sifatnya Su Toako! untuk keselamatanku maka dia
berdiam saja dirinya disangka aku. Ketika aku barusan tiba
dirumahnya itu sudah kosong Aku masuk ke kamar mereka,
aku dapat membaui sisa asap pulas. Dikamar tulis aku
menemui suratnya Su Toako. Ini, kau baca sendiri!”
Sian Nio menyambut surat itu dan membaca. “Kau lihat,
bagaimana Su Toako telah memikir jauh!” kata pula Kui Ciang.
”Inilah suratnya untuk kita. Suratnya itu menganjuri isrerinya
mencari sahabat itu, yang tak ditulis she dan namanya? siapa
kalau bukannya kita? kau cerdas, Sian kau mesti dapat
menerka! ‘
Pasti sekali Touw Sian Nio mengerti. Maka ia menjadi
mendongkol sekali ‘„Tian Sin Su dan Sie Siong asal orang Kang
Ouw, kenapa sekarang mereka jadi begini rendah?” katanya
sengit. „Sampaipun wanita dan anak kecil mereka tak mau
melepaskannya! “
„Begitulah, keluarga Su mendapat susah karena aku, apakah
aku dapat berdiam saja?” tanya Kui Ciang.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sian Nio merasa hatinya sakit, ia sangat berkuatir. An Lok


San mempunyai banyak orang kosen. Kepergian Kui Ciang ke
sana pasti berarti menghampirkan ancaman bahaya besar.
Celakanya, ia insaf, umpamakan ia menjadi suaminya itu, pasti
ia akan berbuat demikian juga.
Suami isteri itu sama-sama berdiam, mata mereka saling
mengawasi. Baru kemudian, dengan tangan bergemetar, Sian
Nio menyambuti kitab suaminya ”Toan Long, kau pergilah!”
katanya-”Semoga orang baik dilindungi Thian, supaya kau
bersama-sama Su Toako dan Su Toa So dapat kembali dengan
selamat Aku menyesal, karena habis bersalin, tak dapat aku
mengikut kau . , .”
Kui Ciang bersenyum. “Kau harus merawat dan mendidik
anak kita sampai dia besar!” katanya. „Perbuatan kau itu lebih
berharga daripada kau turut aku mengadu jiwa!. Itulah tugas
yang jauh terlebih sulit!” Aku tidak dapat memisah diri
mengiring kau, maka itu aku cuma dapat minta bantuannya
shako.”
Ia menguatkan hati, untuk berlalu tetap tenang, toh
muaranya berat, senyumnya tak dapat menyelimuti kedukaan
hatinya.
Leng Hu menyaksikan itu, dia tertawa, „Kui Ciang!” katanya,
”mengandal kepada ilmu silatmu, belum tentu kau tidak dapat
kembali dengan tak kurang suatu apa! Kau harus ingat bahwa
kami lagi menantikan kau untuk menghadapi Ceng Ceng Jie”
Kata-kata ini juga melainkan alibi. Kui Ciang boleh gagah luar
biasa tetapi sekarang dia mesti memasuki kedung naga dan
guna harimau. Dapatkah sepasang tangan melawan empat?
Buat menolong diri sendiri masih sukar, apalagi buat sekalian
menolongi lain orang?

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kembali terdengar ayam berkeruyuk. “Sudah sampai


waktunya!” kata Kui Ciang ”Nah, mari kita berangkat bersama,
sebentar dimulut desa baru kita berpisah.”
Malam itu orang tidur nyenyak, di tengah jalan belum
nampak lain penduduk Rumah Kui Ciang di mulut desa dari
itu, ia mesti melewati rumahnya Su It Jie, Disitu mendadak Kui
Ciang berhenti,
”Mari kasih aku lihat muka anak kita!” katanya. Sian Nio
mengangsurkan anaknya Kui Ciang mencium anak itu, terus ia
kata, berat ; “Umpama kata aku tidak dapat pulang dan Su
Toako tak pulang juga, setelah anak kita ini besar kau harus
cari tahu tentang acaknya Su Toako itu! Harap iaja ia dapat
tetap berada didalam dunia…”seandainya lama kau tidak dapat
keterangan, kau tunggulah sampai tiga puluh tahun usia
mereka baru kau nikahkan anak kita kepada lain nona. Tusuk
Kundai itu kausimpan baik-baik, sebagai tanda mata.”
„Kau jangan kawatir segala apa aku nanti beritahukan dia,”
sahut Sian Nio, air matanya melele.
“Sepuluh tahun kiia menjadi suami isteri, selama itu aku
cuma membikin kau bercapai lelah,” kata Kui Ciang, ”maka itu
kau terimalah hormatku!’
“Aku telah mendapat suami gagah sebagai kau, tak perduli
bagaimana jadinya nanti, aku puas,’ berkata Sian Nio. „Maka
kau pun terima hormatku !”
Lantas suami isteri itu saling memberi hormat. Kui Ciang
sudah lantas berlompat, untuk berangkat tanpa menoleh lagi.
Ia kuatir istrinya melipat air matanya.
„Kouwthio. tunggu !” mendadak ia dengar suaranya Tiat Mo
Lek.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Mau apa kau?” ia tanya. , Aku mau turut kouwthio pergi ke


Tiang-an !” kata bocah itu
“Mau apa kau turut aku?”
”Untuk meluaskan pandangan mata di kota ini !”
Kui Ciang tertawa.
„Tahukah kau buat apa aku pergi ke Tiang-an ?” ia tanya,
„Ini bukan kepergian uniuk main-main …”
„Aku tahu kouwthio mau pergi ke rumahnya An Lok San
untuk menolongi orang mulia she Su itu !” sahut si anak muda.
„Bibi baru melahirkan, dia masih lemah. dan sha-cek pun
terluka sekarang ia mesti lekas pulang jadi mereka semua tak
dapat turut kouw thio dari itu selagi aku menganggur, baiklah
aku yang ikut untuk menjadi kawan kouwthio …”
“Inilah perjalanan adu jiwa !” kata paman itu sungguh-
sungguh. “Kau tahu tidak ? Tak dapat aku mengajak kau !”
“Kouwthio. kau terlalu memandang enteng kepadaku!”
katanya, sungguh-sungguh. ”Apakah cuma kouwthio seorang
yang diijinkan menjadi seorang enghiong atau hoohan? Tak
perduli kouwthio suka atau tidak, aku mau ikut !”
Hati Kui Ciang tergerak. „Baik!” katanya. “Kau bersemangat,
suka aku mengajak kau. Hanya ingat, setibanya,di Tiang-an kau
mesti dengar kataku !”
„Pasti !” sahut si anak muda. Leng Hu kurang setuju anak itu
turut pergi, tetapi ia sendiri tidak dapat membantu, ia terpaksa
membiarkan. Ia juga tahu tabiat dari si bocah yang sukar
dibujuki. Maka ia berkata : „Kepandaian anak ini sudah
lumayan. Sedikitnya ia pun dapat menjadi juru kabar. Kau
ajaklah dia, memperoleh pengalaman !”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Baik, shako,” kata Kui Ciang. „Jangan kuatir. aku akan


jaga baik baik padanya sampai di Tiang-an, aku pun dapat
mengaturnya. Andainya aku dapat melindungi jiwaku dan dapat
mengajak Su Toako pulang, pasti aku nanti pergi ke Yi ciu
menemui kamu untuk sekalian mencoba main-main dengan
Ceng Ceng Jie ! ‘
Di dalam hatinya, Kui Ciang sudah mengambil keputusan
untuk mewariskan kepandaiannya kepada Tiat Mo Lek, untuk
mencegah bocah ini turut ia memasuki gedungya An Lok San.
Mo Lek sangat cerdas, ia dapat menangkap maksudnya
pembicaraan dua orang itu, maka ia pun kata dalam hatinya:
„Setibanya di Tiang an aku pun ada dayaku ! kau- hendak
memisahkan aku, tak dapat!’ Ia berpikir, terus ia berdiam saja.
Leng Hu puas, hingga ia merasa girang. Perjalanan Kui Ciang
berbahaya tetapi segala apa belum tentu. Ia mengharapi
kembalinya ipar ini, untuk dia menghadapi Ceng Ceng Jie,
su(aya urusan dua keluarga Touw dan Oag daAat dibereskan.
Sian Nio juga lega hatirya mengetahui Mo Lek bakal turut
suaminya maka ia kata: ‘Toan Long, baiklah di Tiarg an kau be-
kerja dengan melihat gelagat, jikalau sulit untuk turun tangan
jangan dipekakan, umpamama kata kau membutuhkan
bantuan, suruhlah Mo Lek lekas pularg !”
„Aku mengerti,” sahut Kui Ciang- “istriku, kau rawat saja
dirimu baik-baik ! Ingat pesanku, rawat anak kita !” habis
berkata ia lantas berangkat, diikuti Mo Lek. Ia menuju langsung
ke Tiang an, yang terpisahnya cuma enam puluh lie, tak lebih.
Tiga hari kemudian maka di dalam sebuah rumah makan di
samping pintu Beng-hong-mui, dari kota Tiang-an, terlihat
munculnya dua tetamu asing untuk rumah makan tersebut

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pintu kota Bong hong-mui adalah pintu kota terbesar untuk


wilayah istana Kerajan Tong. Rumah makan itu justem terletak
d sampingnya Maka itu tetamu tetamunya tidak sembarang
orang banyak pembesar, sipil dan militer, yang rumahnya jauh,
yang tak keburu pulang untuk bersantap. Yang lainnya ialah
pegawai pegawai istana yang lagi lepas berdinas serta sahabat-
sahabatnya. Maka itu, kalau lain rumah makan ramainya
malam, rumah makan ini di siang hari, Dengan begitu, para
tetamu umumnya kenal satu dengan lain.
Demikian kedua tetamu baru itu, yang tak ada yang kenal.
Yang satu berumur empat puluh lebih romannya gagah
tubuhnya dilapis baju kulit, di pinggangnya ada pedangnya.
Kawannya ialah seorang muda umur tujuh atau delapan belas
tahun, potongan, stau romannya, mirip anak hartawan atau
berpangkat. Dia pun mempunyai mata yang tajam.
Walaupun dua orang ini asing, lain lain tetamu tidak
memperhatikannya. Mereka itu menyangka orang tentu datang
ke kola Raja untuk pesiar atau hendak mencari pangkat, hal
mana adalah umum.
Dua orang itu ialah Toan Kui Ciang dan Tiat Mo Lek.
Setibanya Kui Ciang dikota Raja lantas ia menumpang pada Hoy
Jin, seorang pendeta kenalannya. Dulunya, kakek-nya sering
menderma kepí da kuil itu. Ia menumbang tinggal separuh
bersembunyi, selama mencari tempat kediaman An Lok San. Ia
datang ke rumah makan ini dengan maksud tujuannya itu. Ia
percaya ia akan memperoleh keterangan di tempat di mana ada
banyak hamba negeri. Untuk itu, mereka mesti membeli
pakaian yang lebih baik.
Ketika itu tengah hari, waktunya- restoran ramai. Pada meja
dekat jendela ada beberapa tetamu, satu diantaranya seorang
relajar usia pertengahan, yang dandanannya sederhana. akan
tetapi ia dihormati yang lain-lainnya.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Roman orang ini beda dari pada yang kebanyakan, entah


siapa dia …” pikir Kui Ciang. „Beberapa kawannya pun bukan
sembarang orang …”
Tengah ia mengawasi orang itu, orang pun menoleh
kepadanya. .Pedang yang bagus ! pedang yang bagus” dia lau
memuji tiba-tiba tangannya menumbuk meja.
„Heran pelajar ini,” pikir Kui Ciang, terkejut. .Pedangku
belum dihunus, dan sudah mengenali …”
Orang itu terus menggapai dan kata : „Mari, mari!” ada arak
wangi, mari kita minum bersama, sampai mabuk l Untuk
bersahabat tak usailah main tanya she dan nama dulu ! Mari,
mari minum di sini, aku sekalian ingin pinjam lihat pedangmu!”
Biarnya ia orang Kang Ouw kawakan, Kui Ciang toh heran.
Pengalaman seperti ini baru yang pertama kali. Biasanya suatu
pantangan orang yang tidak dikenal yang meminjam lihat
pedang orang lain. Orang ini, Kui Ciang merasa, seperti
mempunyai pengaruh yang tak dapat ditolak. Tanpa pikir
pajang lag, ia menghampiri.
„Kau baik sekali, tuan, terima kasih !” ia kata. „Aku kuatir
pedangku ini tak berharga disebut pedang yang bagus, dan
cuma-cuma bakal mengotorkan mata tuan ….”
Pedang ini pusaka keluarga Toan, mulanya didapat kakeknya
sebagai hadiah dari Jenderal Lie Ceng ketika kakeknya itu turut
berperang ke Barat, begitu di hunus, sinar pedang itu
bergemerlapan.
“Meski bukan Kui Ciang atau Bok Shia ‘toh pedang ini luar
biasa !” kata pelajar itu tertawa “Kau datang dari mana ?”
“Dari Ya Ciu,” sahut Kui Ciang.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

”Oh, jauh !” kata lagi orang itu. “Jalananpun berbahaya !


Tanpa pedangmu ini, sukar untuk kau tiba di Tiang an ! Ah,
mengikat pedang ini, aku jadi ingat tentang petualanganku
semasa muda !”
“Sampai sekarang ini, kegemaran Haksu masih belum
lenyap!” kata satu tetamu, tertawa lebar.
Pelajar itu, yang dipanggil “Hak Su.” suatu sebutan mulia,
tertawa. „Begitulah orang yang mengandali arak dari Seri
Baginda Raja !” katanya. Mendadak ia berbangkit, tangannya
menyentil pedang, terus ia bersenandung memuji pedang itu :
“Botol emas arak sepuluh ribu, penampan kemala isi masakan
selaksa tahil. Menghentikan cangkir melempar sumpit, tak
dapat dahar, menghunus pedang memandang ke empat
penjuru kosong belaka …”
Belum ia berhenti bersenandung itu, maka seorang
berpangkat, yang jubahnya tersulam ular naga,
menghampirkan seraya berkata. “Tuan, tuan, mungkinkah
kau…?”
Seorang tua, yang duduk bersama si pelajar, berkata
terperanjat : ‘Oh bukankah kau Gouw Su Ma ? Lie Hak Su.
inilah Su Ma Gouw Kun dari ouw ciu, orang segolongan dengan
kita !”
Kui Ciang heran, ia berdiam saja. Ia masih belum tahu, siapa
Hak Su ini. Pelajar itu tertawa pula, kembali ia bersenandung,
menyebut-nyebut Ceng Lian Kie Su, mendengar mana mana si
Suma tertawa dan kata; ”Benarlah tuan Ceng Lian Kie Su,
sudah lama aku mendengar nama tuan, bagaimana beruntung
ini hari aku dapat menemukannya!”
Kui Ciang heran dan girang. Kiranya pelajar ini ialah orang
yang ia dan Su It Jie paling mengaguminya, penyair besar Lie
Pek yang kesohor!
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Memang penyair besar itu, kecuali ilmu surat dan syair,


mengerti juga ilmu pedang. Kegemarannya ialah minum arak.,
bersyair dan bergaul mengamal. Ia memilih sendiri julukanya
itu Ceng Lian Kie Su Cerg Lian ialah Teratai Hijau, dan Kie Su
berani! pelajar aiau pembesar yang lak bertugas lag:, yang
hidup bebas dan damai. Sebaliknya orang menyebutnya Lie Tek
Sian, kaiena gerak-geriknya halus mirip dewa. Di masa
mudanya ia gemar pesiar membawa-bawa pedang mendaki
gunung Ngo Bie San Tay Heng San dan lainnya melajari
sungai-sungai besar meneicipi. juga arak wangi pelbagai kota.
Setibanya ia di kota Tiang an ini, karena diajar kenal dan
dipujikan Pit Sie Siauw Kam Ho Tie Ciang, namanya lantas jadi
tersohor, hingga ia dihormati segala pihak. Sampaipun Raja
Baginda Tong Hian Cong, mendengarnya dan, dengan cara luar
biasa, mengangkat ia menjadi Han Lim Hak Su serta ia sering
diundang ke istana untuk bergama sama memandangi bunga
bung«, mendengarkan tetabuan minum arak dan bersyair.
Maka taklah heran ia dihormati orang banyak. Dan tak heran
pula, ia mengagumi pedangnya Kui Ciang hingga ia
mengundang orang tak dikenal itu minum bersama.
Kui Ciang girang berbareng berduka. “Kalau Su Toako
berada di sini berapa girang nya dia! “pikirnya.
Lie Pek tertawa, sembari mengembalikan pedang orang ia
kata; “Hari ini aku girang sekali! sudah aku mendapat lihat
pedang bagus aku juga memperoleh kenalan baru ! Meski aku
minum sampai pusing! “Dengan tangan kanan menarik Kui
Ciang dan tangan kiri memegang Gouw Kun, ia mengajak me
reka itu duduk bergama di mejanya.
“Mari minum! mari minum! “katanya berulang-ulang, dan ia
menenggak araknya berulang kali juga. Kemudian ia
meloloskan sepatunya dan melemparkan kopiahnya sera ya
berkata kata pula. “Oh, oh. aku sudah mabuk! benar-benar
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mabuk! “akhirnya ia mendekam di meja nampasnya


menggeros.
“Ah, hebat! “kata satu pembesar dalam satu meja itu. “Benar
benar Hak Su mabuk bagaimana kalau seri Baginda memanggil
ia untuk membuat syair?”
„Jangan kau kuatir!” kata yang lain. “Kau tahu, dalam
mabuknya dia dapat menulis syair terlebih bagus lagi!”
Selama itu Kui Ciang telah belajar kenal dengan orang-orang
sesama meja itu Selain Su Ma Gouw Kun itu. s! orang tua ialah
Pit Sie Siauw Kam Ho Tie Cing, penyair juga, dan si anak muda
yang tampan bernama Cui Cong Cie, Seorang she Thio
bernama Hiok diaiah penulis pandai huruf model Co Jie. Yang
lain-lainnya juga cukup ternama. Untuknya sendiri Kui Ciang
menyambutnya nama palsu.
Selagi Lie Pek itu tidur, Ho Tie Ciang mengajaki sahabat-
sahabatnya turun memasang omong bicara diri hal syair dan
menulisnya.
“Sayang kau tidak siang-siang datang ke Tiang-An,”
kemudian kata Tie Ciang kepada Gouw Kan. „Bukankah di Ouw
Ciu itu terkenal araknya yang dinamakan arak Ow-teng-ciu?
Apakah kau bekerja disana untuk arak itu? Eh. ya, buat apakah
kau sekarang datang ke sini?”
,Aku datang kemari karena panggilan untuk menjabat
pangkat disini.” Gouw Kun menjawab “Sudah lima hari aku
tiba tetapi aku masih belum peroleh panggilan untuk
menghadapi Seri Baginda”
Ho Tie Ciang heran. .,Seri Baginda jarang memperhatikan
urusan pemerintahan, mengapa kau boleh di panggil
menghadap? ‘ ia tanya, hening sejenak lalu menanya; “Kau
pernah bertemu dengan Yo Kok Tiong atau tidak?”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Tidak.” “’Kalau begita lekas kau sedia kan bingkisan


untuknya!” kata Tie Ciang tertawa. ia menambahkan; “Kalau
barang tak segera di siapkan, uang emas pun boleh, bahkan
lebih baik. Kalau perdana menteri kita itu melihat emas
berkilauan mudah untuk bicara dengannya.”
Gouw Kun tertawa. „Beberapa tahun aku memangku
pangkat, sekuku kosong!” katanya: „Darimana aku memperoleh
emas taruh Kata aku mempunyai uang, apakah aku tak dapat
pakai itu untuk membeli arak? Kenapa aku mesti
menghadiahkan Yo kok Tiong?”
“Suma tidak tahu,” Tie Ciang menjelaskan “Semenjak Yo kok
Tiong berkuasa, dia biasa menjual pangnar. Pembesar-
pembesar kota, asal bukan orangnya, tentu lantas ditukar. Kau
dipanggil datang, inilan maksudnya, dan dia sekarang pasti lagi
menanti bingkisanmu. Siapa tahu kau kurang pengalaman…” Ia
tertawa dan kata pula: “Bagaimana kalau kita membantu
kepada kau? Mungkin sebab kau ternama baik, dia ajal ajalan
menukar kau dengan lain orang. Sekarang dia tentu
mengharapi madapmu. Asal kau memberi muka padanya, tentu
urusanmu beres!-‘
Gouw Kun gusar. “Lebih suka aku hilang kopiah
kebesaranku, tak suka aku membaiki menteri besar itu!”
katanya.’Baiklah kita jangan omongi pula urusan bingkisan!”
“Kau putih bersih, saudara Gouw, itu bagus,” kata Tie Ciang.
Cuma kau tidak memikir jauh. Bagaimana kalau kau digantikan
orang yang tamak? Tidakah penduduk Ouw ciu bakal
mengeluh? Kami bukan menganjuri Yo kok Tiong, kami
memikirkan kebaikan rakyatmu! Sekarang ini pembesar yang
baik terlalu sedikit, maka itu. yang masih dapat, baiklah
dipertahankan.....”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kalau saudara Gouw tidak mau merogo saku, baiklah kata


Cong Cie. “Ada satu jalan lain yaitu coba bicara dengan Lie Pik
Sia. Dialah salah satu sahabat tukang minum arak. Dialah yang
Touw Hu puji dalam syairnya. Dia temberang dan royal tapi dia
juga jujur.”
Gouw Kun menghela napas. “Ho Tay jin menasihati aku
menyayanyi penduduk OuW Ciu, itu benar,’ katanya,” tetapi
keadaan begini buruk, hatiku menjadi tawar, Taru-h kata
sekarang aku mengirim bingkisan, berapa lama aku dapat
menjabat terus? Aku bukan tukang memeras rakyat, dari mana
aku dapat uang lagi nanti? Maka biarlah peserah kepada
Thian…””
Tie Ciang masih mau bicara pula ketika ia batal sebab ia
mendengar suara pelayan.
Suaranya hormat: “Oh Leng ho Tayjin, Hari ini Tayjin datang
lambat…”
Melihat orang diperlakukan hormat demikian, Gouw Kun
tanya: “Dia berpangkat apa nampaknya dia agung sekali?”
Tie Ciang tertawa dan menjawab: “Mungkinkah dia
memangku pangkat dalam pasukan Ie Lim kun, sebagai
pahlawan pengiring Seri Baginda Raja Kau jangan pandang
ringan pangkatnya itu, dia sebenarnya lebih mewah daripada
kita. Tuan tuan besar pengiring Seri Baginda itu kebanyakan
langganannya rumah makan ini maka juga pelayan pelayan
sangat suka membaiki mereka…””
„Mungkin Lie Haksu hendak diundang ke istana,” kata
seorang pembesar lain.Lantas terhibat tiga orang naik ditangga,
yang satu dandan sebagai opsir Ie Lim Kun, yang dua seperti
opsir biasa, pinggangnya dilihat dengan ikat pinggang emas
serta sepatunya sepatu peranti menunggang kuda. Rupanya
merekalah opsir tentara di tapal batas.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Si opsir Ie Lim Kun lantas berkata pada pelayan “Aku


membawakan tamu dua orang tamu agung. Inilah Gui Ciang
Kun dan ini Sie Ciang Kun. Lekas siapkan kami meja pilinan? ‘
Pelayan itu memberi hormat, lantas dengan cepat ia
memimpm mereka ke sebuah meja dekat jendela.
Bersama opsir Ie Lim Kun itu, yang dipanggil Leng ho Tayjin,
yang berpangkat touw itu, ada seorang opsir yang gemuk. Dia
melihat Lie Pek mendekam dimeja dan menggeros keras,
kopiah dan sepatunya terletak sembarangan di pinggiran, bauk
araknya keras sekali. Diapun melihat seorang lain, yang
kumisnya berlepotan air bak, lagi menggerak-geraki tangan dan
kakinya, menantang orang minum arak. Dia mengerutkan alis
dan berkasa: “Orang bilang inilah rumah makan paling tersohor
untuk kota Tiang an, kenapa di sini orang membiarkan si
mahasiswa rudin itu menggoler di sini?….”
„Stt!”‘ berisik Leng ho Tayjin sambil menarik tangan orang.
‘Yang lagi tidur itu ialah Hak su Lie Ceng Lian yang paling
disayang Seri Baginda Raja.”
Opsir itu terperanjat, ia lantas membungkam dan nampaknya
jengah, diatn diam ia menarik Lie Hak su serta orang yang
satunya itu Thio Hiok. Yang belakangan ini masih minum sambil
memasang omong dengan asyik lega juga hatinya mendapat
tahu orang tidak mendengar suaranya barusan.
Ketika itu Toan Kui Ciang sudah kembali ke mejanya. Tiat Mo
Lek lantas berkata perlahan padanya: ‘ Dua orang itu ialah
orang orangnya An Lok San yaitu Gui San, Sue Sie Siong.”
---ooo0dw0ooo---

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Jilid 3
„Kau sabar, jangan terbitkan onar,” Kui Ciang memberi ingat.
Ada tiga buah meja lain di ruang itu, yang ditempati anggauta-
anggauta Ie Lim Kun, melihat pada Leng Ho Tayjin, mereka
pada menyapa. Leng Ho Tayjin sambil tertawa berkata pada
mereka itu : „Mari aku perkenalkan kamu kepada sahabat-
sahabat baru ! Inilah Gui Ciang Kun serta Sie Ciang Kun, semua
berada dibawah perintahnya An Ciat touw su.”
Semua orang Ie Lim Kun itu memberi hormat pada Gui Sin
Su dan Sie Siong. Mereka itu tahu benar, An Lok San ialah Ciat-
touw-su yaag paling besar kekuasaannya atas tentara serta
diapun anak pungut Yo Kui Hui.
Selama mendengari maka Toan Kui Ciang ketahui touw ut
she leng ho itu bernama, Tahu bahwa kedudukannya diantara
semua hadirin itu ialah yang paling tinggi, maka juga semua
orang sangat menghormatinya.
Gui Sin Su dan Sie Siong, yang mengantar An Lok San,
karena An Lok San ditahan Yo Kui Hui di istana, dapat tempo
luang sampai sebentar sore untuk mereka memapak cukong
atau tuannya itu.
Toang Kui Ciang sementara itu berpikir : „Rumah makan ini
dekat dengan pintu Beng hong mui. Baiklah sebentar malam
aku datang pula kemari untuk menantikan, kalau naati mereka
ini pergi menyambut An Lok San, aku kuntit mereka , . . “
Tiat Mo Lek tak kuatir dia dikenali Sin Sa dan Sie Siong
karena perbuatannya me-colongi anak anak,sebab sekarang ia
dandan sebagai anak keluarga hartawan atau berpangkat, tak
lagi sebagai anak dusun. Dua orang itupun tak
memperhatikan lain lain orang karena mereka repot dengan
arak mereka serta beromong omong terus. Mereka lebih asyik
mengawasi si Lie Pek.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Toan Kui Ciang tidak berkuatir akan tetapi ia mau berlaku


berhati-hati. Maka itu ia anggap lebih baik ia lekas
meninggalkan rumah makan itu. Tengah ia mau memanggil
pelayan untuk membayar uang arak, justeru ada datang
seorang tetamu baru, yang lantas saja menanya dengan suara
keras : “Apakah Lie Hak Su lagi minum arak disini ?”
Dialah seorang opsir, yang lain seragamnya daripada
seragamnya Sin Sudan Sie Siong. Bahan kainnya bahan kasar.
Meski hawa dingin, dia memakai sepasu rumput. Dia membekal
golok panjang, yang sarungnya terbuat dari cula badak yang
mahal, model kuno Sarung itupun diikatkan runce benang
emas. Tanpa sarung mahal itu, dia mirip dengan seorang
serdadu rudin.
Ketika Kui Ciang memandang orang itu ia terperanjat
Opsir itu berumur lebih kurang tiga puluh tahun, matanya
tajam sekali, kumis dan berewoknya kaku. Dia bermuka penuh
debu toh sifat gagahnya tak lenyap. Ia ingat satu orang
hanya ia masih ragu ragu . . .
Leng Ho Tat lak senang dengan lagaknya opsir itu. “He, kau
orang macam apa?” dia menegur. „Dapatkah kau menyebut Lie
Hak Su seperti caramu barusan”
Opsir itu tertawa. Dia kata : „Aku mencari Lie Hak Su, ada
apa sangkutannya dengan kau ? Kenapa kau usilan?”
,Kau bicara keras-keras, itu artinya kau tidak kenal aturan
Sie Sione menegur. „Lie Hak Su lagi tidur nyenyak. kenapa kau
bikin banyak berisik? Melihat romanmu begini kasar tak
mungkin Lie Hak su mempunyai sahabat semacammu !” .
Tadi Sie Siong kenal Lie Pek, dia omong sembarangan, dia
menyesal maka sekarang dia bawa aksinya itu, sekalian
membantui Leng Ho Tat, dia ingin mendapat muka dari
pembesar kawan kasannyaHak Su itu. Dia pikir : .Kali ini tidak
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

nanti aku keliru melihat orang pula ! Jahanam ini tentulah tak
lebih tak kurang seorang opsir rendah di perbatasan. Mustahil
benar dia kenal Lie Pek !”
Tidak tiu saja, orangnya An Lok San ini mencoba
menghadang opsir itu, hingga dia menjadi gusar. Lantas dia
kata ketus : “Kau melihat orang dengan mata anjingmu !” ta-
ngannya pun lantas menolak.
.Apakah kau mau bertempur ?” tanya Sie Siong, tertawa
dingin. Dia mengulur tangannya guna mencekal tangan orang
itu, niatnya memutar tangannya, supaya orang jadi buah
tertawaan para hadirin. Di luar dugaannya dia gagal, bahkan
dialah yang terdorong hingga terhuyung hampir menubruk
tanah!
Leng Ho Tat terkejut, ia tahu Sie Siong ialah Kiam-kek, ahli
pedang, dari Ceng Ciu dan disebelah pedang, orang liehay
senjata rahasianya serta pandai menangkap tangan orang.
Siapa sangka, sekarang jago Ceng Ciu itu ketemu batunya.
Hcrarnya ia tak melihat gerakannya opsir perbatasan yang
rudin itu Sie Siong menjadi gusar sekali. Dia mau menghunus
pedangnya. Ho Tie Ciang lantas datang sama tengah.
”Lie Haksu itu luas pergaulannya. Sie Ciang Kun
menyayanginya, itulah bagus. Tuan ini”
“Aku she Lam !” Kata si opsir perbatasan. „Yakni Lam
Selatan dari empat penjuru timur barat, utara dan selatan!”
„Saudara Lam,” kata Tie Ciang pula, “kaulah kenalan Lie Hak
su, harap kau tidak kecil hati atas cegahannya Sie Ciang Kun
ini. Benar-benar Lie Hak-su telah minum banyak arak sekarang
dia lagi tidur . . . .”
Sie Siong berdiam. Bagus Tie Ciang datang menyelak.
Sekarang dia mau menduga orang berpangkat tidak rendah.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Opsir she Lam itu memandang ke sekitarnya. ”Itulah Lie


Hak-su yang tidur di meja ’ ia tanya.
”Tidak salah,” sahut Tie Ciang. ”Ialah Lie Haksu.”
”Kau bikin banyak berisik, kiranya kau tidak kenal Lie Hak-su
!” kata Sie Siong, yang kumat mendongkolnya. Dia tidak
menyangka opsir ini tidak mengenali Lie Pek.
„Kapannya aku bilang aku kenal dia” kata opsir she Lam itu.
„Sebenarnya ada urusan apa tuan mercari Lie Hak-su ?”
tanya Tie Ciang, heran.
„Aku kenal seorang sahabatnya Lie Haksu, dialah yang
menitipkan surat untuk aku menyampaikannya,” sahut opsir itu.
„Siapakah sahabat tuan itu?” Tie Ciang tanya pula, Ia
percaya, asal sahabatnya Lie Pek, tentu ia kenal atau pernah
mendengarnya.
“Ialah sahabat she Kwee. Surat ini aku mesti serahkan
sendiri, tidak dapat aku pakai perantara lain orang.”
”Belum pernah aku dengar Lie Hak-su menyebut sahabatnya
orang she Kwee…”” pikir Tie Ciang. Tapi ia pandai membawa
diri, sebab orang tak sudi menyebutnya, ia tidak mau
menanyakan lebih jauh. Tapi ia kata, manis: „Lie Hak-su tidur
entah sampai kapan, apakah kau ingin aku membangunkannya
?‘
„Tak usah ! Tak usah !” kata opsir she Lam itu. „Biar aku
minum disini sekalian menantikan sampai dia mendisin.” Ia
lantas teriaki pelayan nyaring : „Bawakan aku arak putih lima
kati serta tiga kari daging kerbau ! ‘
Sie Siong melirik, romannya puas. Dia kata: „Bagus! nyata
mataku dapat melihat tepat! Dengan ini dia mau mengatakan:

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Kau lihat, apa aku bilang ! Lie Hak-su mana punya sahabat
semacammu ? aku salah terka !”
Opsir she Lam itu lantas minum dengan bernapsu dan dahar
dagingnya dengan lahapnya ia tak memperdulikan sikapnya
orang.
Sie Siong jadi berani, dia tertawa dan berkata pula: ”Rumah
makan ini rumah makan paling terkenal untuk kota Tiang an
hahaha ! siapa sangka sekarang ada yang menganggapnya
seperti warung nasi di tepi jalan . . . !”
Orangnya An Lok San ini mentertawai orang hanya memesan
arak putih dan daging kerbau sedang di rumah makan itu ada
tersedia arak yang harum dan banyak macam makanan yang
lezat lezat.
Kali ini opsir she Lam itu menggedruk-kan poci araknya dan
kata dengan keras : „Aku makan apa aku suka ! Dapatkah kau
usilan”
Poci arak itu terbuat dari perunggu, karena digedrukkan
keras, melesaklah dia ke dalam meja !
Melihat demikian, semua orang heran. Sie Siong pun kaget.
Tapi dia mau memegang nama-nama, maka dia kata : “Kau
jangan berlagak ! Di sini bukan tempat bertempur, jikalau kau
benar kosen, beranikah kau berjanji untuk kita memilih suatu
tempat buat berunding ?”
Biar bagaimana, suaranya orang she Sie ini tak sekeras
semula. Opsir she Lam iiu tertawa dingin.
„Terserah kepada kau !” sahutnya, gagah „Pasti aku akan
melayanimu, Hanya aku mesti tunggu sampai aku telah bicara
dengan Lie Hak Su, baru aku akan menemui kau!”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Melihat kepandaian orang, Kui Ciang merasa pasti, katanya


dalam hati : „Tak salah lagi inilah benar dia ! Aku tidak sangka
aku bertemu dengannya disini.” Meski demikian karena di situ
ada banyak orang, ia mau menanti ketiga untuk menyapa dan
berbicara dengannya.
Gui Sin bu ada bersama Sie Song akan tetapi selama aksinya
rekan iiu, dia berdiam saja, dia campak jeri. Kui Ciang melihat
lagaknya itu, mukanya pun pucat benar dia merabah gagang
goloknya, tak pernah dia menarik itu. Ia tidak nengerti, la
lantas menduga : „Tentu orang she Gui ini kenal orang she Lam
itu, mungkin mereka Bermusuhan, kaiau begini mungkin bakal
ada pertunjukkan yang menarik hati” .”
Sie Siong kata dalam hati kecilnya : “Kau boleh lihay ilmu
silatmu bertangan kosong tetapi dengan pedang belum tentu
aku dikalahkan kau !” Tengah dia hendak menetapkan janji dan
Ho Tie Ciang serta yang lainnya ingin datang sama tengah, tiba
tiba mereka mendengar suara genjoreng tiga kali, disusul
dengan ini kata-kata keras : „Firman Seri Baginda Raja !”
Dalam sekejap, seluruh lauwteng menjadi sunyi. Para orang
berpangkat lantas ber-bangkit untuk berdiri diam di pinggiran.
Cuma pemilik rumah makan yang maju, untuk menyambut,
seraya dia menanya hormat: “Selamat datang, tiongsu tayjin !
Belum tahu Seri Baginda Raja memanggil siapa ?”
Kejadian ini, bukan baru satu kali ini, pemilik rumah makan
itu dapat menduga yang dipanggil mestinya Lie Pek, akan tetapi
ia menanya untuk memperoleh kepastian. “Ti-ong Su” itu ialah
sebutan untuk thaykam, atau orang kebiri, yang ditugaskan
membawa firman, akan tetapi kali ini petugas pembaca firman
itu bukan thaykam hanya seorang pemain musik, Lie Ku Lian
namanya. Inilah sebab dia disayangi Raja dan diberi pangkat
pemimpin. Ho Tie Ciang dan yang lainnya kenal dia.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lie Ku Lian maja ke depan ia tidak menjawab tuan rumah


hanya berkata nyaring: „Firman rremanggil lantas kepada Lie
Hak Su untuk menghadap Seri Baginda Raja di paseban Sim
Hiang Teng !”
Di belakang pembawa firman ini berada seorang taykam
yang membawa kopiah, jubah ikat pinggang dan Chio hut
untuk Lie Thay Pek.
Melihat Lie Hak Su lagi tidur, Lie Ku Lian tertawa dan kata :
„Kembali Lie Hak Su sinting ! Setiap Baginda Raja menghendaki
ia lantas menghadap, bagaimana sekarang ? kebetulan Ho
Tayjin berada di sini. Tolonglah tayjin membantu
menyadarkannya !” Tie Ciang suka sekali membantu, maka
bersama pemain musik itu’ia menghampakan Lie Pek untuk
dikasi bangun.
Tiba-tiba Lie Pek menolak dengan kedua tangannya , dengan
mulut mengeluarkan bau arak ia mengoceh; „Aku mabuk dan
ingin tidur, tuan pergilah!” Dan tanpa mengangkat kepalanya ia
tidur pula.
Karena tolakan itu, Ku Lian dan Tie Ci ang, terhuyung hampir
jatuh. Ku Lian menyeringai dan kata: ,Ah. kali ini mabuknya
lebih hebat lagi! “Bagaimana?”
„Kita gototg saja!’ kata Taykam, „Biar bagaimana dia meski
salin pakaian dulu! Eh pemilik hotel , lekas ambil air!”
“Untuk apa Seri Baginda memanggil Lie Hok Sun?” tanya Tie
Ciang pada Ku lian yang ia kenal baik. Sebagai Pit Sie Siauw
Can, ia pun menjadi pembesar yang selalu berdekatan dengan
Raja.
Tahun ini kota Yang Ciu mengirim bingkisan pohon bunga
bouwtan banyak macam Lie Ku Lian menjawab. „Semua itu di
tanam di luar paseban Sim Hiang Tang, ditimurnya”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pengempang Hia Keng Tie. Hari ini bunga itu pada mekar,
maka Seri Baginda menitahkan menyiapkan santapan di
paseban itu, untuk berjamu bersama Yo Kui Hui. MesiK pun
memperdengarkan lagu-lagu tetapi Seri Baginda masih kurang
puas maka aku lantas di perintahkan membawa kuda Baginda
kuda Giok Hoan Cong untuk menyambut Lie Hak Su. Lihat
disana itu kuda Baginda sudah siap sedia!”
Ketika itu tuan rumah kembali dengan sebaskom air. Ku Lian
minta sabuk yang ia celup di dalam.air, setelah memeras sedikit
ia letaki itu di jidat Lie Hak Su. Ia pun perintah pelayan
mengambil empat lembar seko-sol, guna dipakai mengurung
Hak Su itu, Sam bil tertawa ia kata: „Syukur aku ketahui tabiat
Lie Hak Su, aku pergi lebih dulu ke Han Lim le mengambil
kopiah dan pakaian nya lengkap. Benar saja dia datang kemari’
dengan pakaian biasa.
Lie Pek dikurung dengan sekosol. Kui Ciang dan yang lainnya
tak dapat melihat apa yang dilakukan terhadapnya oleh Kui
Lian beramai, hanya tak lama ia mendengar suaranya Hak Su
itu! „Suasana begini indah. Aku belum puas minum! Syair
apakah yang Lharus dibuai?”
Lie Kun Lian terdengar berkata-kata tapi tak jelas, hanya Lie
Pek tertawa dan berkata pula: “Ha bunga-bunga bouwtan dari
Yang Ciu sudah pada mekar! Warnanya merah, ungu, kuning
muda, putih dan lainnya! Seri Bagindapun menyediakan arak
dari Li-tang Cit! Baiklah nanti aku pergi, untuk mencicipi!
Dengan memandang kepada bunga-bunga dari Yang Ciu itu
suka aku pergi ke sana! ‘
Lalu terdengar lantai papan lauwteng berbunyi, rupanya
disebabkan terlalu gembira, penyair jago minum arak itu sudah
me-nari-nari . . . Sebentar kemudian, Lie Pek sudah nampak
muncul diluar sekosol dengan pakaian rapi, akan tetapi ia tetap

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berbau arak. matanya keriyap, jalannya limbung. Hingga ia


mesti dipepayang beberapa thay-kam.
Justeru itu si opsir she Lim bertindak kedepan orang. Lie Pek
menghentikan tindak kannya ia mengawasi, lalu berkata : “Oal
seorang yang gagah! Eh, kau “ kau… kau”
Orang she Lam itu lantas berkata: , Aku datang .membawa
suratnya Kwee Leng Kong. aku justeru mau bertemu
denganmu…”
Belum habis kata-kata itu, beberapa thaykam menolak tubuh
orang seraya mengusir : „Macam apa kau? Lekas pergi!”
„Kurang ajar!” Lie pek membentak. „Kamu berani mengusir
sahabat karibku?” ia lantas mementang kedua tangannya,
hingga dua orang kebiri roboh terjengkang
Semua orang heran, seorang berpangkat berbisik pada rekan
disisinya: Aneh! tadi dia tidak mengenali Lie Hak Su, sekarang
dia jadi sahabatnya . .”
Habis menyingkirkan orang-orang kebiri itu, dengan tubuh
terhuyung, Lie Pek mendekati si opsir she Lam. sambil
menunjuk ia tertawa terbahak dan berkata: , Kau tidak kenali
aku? Aku justeru kenal kau! kau!….kau ….kau…. kau tentulah
saudara Lam Pat! Ha-baha! setelah bertemu Lam Pat. siapa
kesu-dian memperduliksn pula segala Kui Hui ? Mari. mari! Mari
kita minum pula!”
Lie Ku Liai menghampirkan opsir yang dipanggil Lam Pat itu,
ia menjura terhadapnya dan berkata dengan perlahan: „Seri
Baginda lagi menantikan Lie Hak Su, kau bantulah aku….
Lie Pek maju pula, tubuhnya terhuyung hingga ia mesti
pegangi meja. „Lam Pat! Lam Pat! mengapa kau tidak minum
arak’” Katanya „Eh, ya apa katamu barusan? kau menyebut-
nyebut entah apa loo kong kong. “kau kata kau membawa
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

entah barang apa untuk . . . . Hihaha! kau Lam Pat, mengapa


kau menjadi …. pesuruh? Lucu! lucu! lekas bicara biar terang!”
Hak Su ini belum sadar benar, telinganya salah mendengar,
orang menyebut Kwee Leng Kong ia mengatakan. “Loo Kong
Kong.
Lam Pat itu tertawa. ‘Nyatalah Hak Su orang sekaum dengan
kami! “katanya “Sekarang ini ada kuda Raja menantikan di
depan rumah makan, untuk membawa kau ke istana, taruhkata
kau menemani aku minum aku akan minum tak puas, maka itu
baiklah tunggu sebentar malam setelah tempomu luang, baru
aku temani kau minum semalam suntuk!
„Bagus, “kata Hak su itu, ‘”Kau benar! baiklah sebentar habis
aku bertemu dengan Raja baru aku menemui kau itu waktu
memang kita dapat minum dengan terlebih memuaskan !”
Ho Tie Ciang lantas nimbrung: “Lie Hak Su tinggal di
rumahku, asal#kau tanya-tanya rumah ke’uarga Ho dikota
Barat, pasti kau akan menemuinya !”
Orang she Lam itu menyahuti: “Tuan toh Ho Siauw Kam ?
aku tahu! “ia ketahui maksudnya Tie Ciang yang meminta ia
membiarkan Lie Pek lekas pergi. Ia pun tahu riak Su itu la?i
mabuk tak dapat ia bicara banyak atau menyerahkan suratnya.
Lie Kun Lian bersama Tie Ciang semua memayang Lie Pek
turun dari lauwteng rumah makan untuk menuju ke istana. De-
ngan begitu, kawan-kawan mereka lantas bubaran.
Orang she Lam itu menggeleng kepa a ia kata senang diri:
“Bencana tengah mengancam tapi di Istana orang kelelap
dalam pelesiran . . . Tiba tiba ia menepuk meja dan kaca
nyaring: ‘Sayang Lie Hak Su!. . . “Lan tas ia meneguk meneguk
habis araknya setelah itu, dengan melemparkan sepotong uang
perak, ia mau berlalu dari rumah makan itu.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Justeru itu Leng Ho Tat Dan Sie Si-ong menghampiri.


Saudara Lam tunggu dulu! ‘ kata si orang she Leng Ho,
tertawa.
Alis Lam Pat terbangun, “Ke mana?” tanyanya. Apakah
sekarang juga kita pergi ke cuali ini si orang she Sic apakah kau
pun ingin turut ambil bagian ? ‘ Ia menyangka orang rnau
menjanjikan pie bu bertanding mengadu kepandaian.
Leng Ho Tat tertawa. „Saudara Lam Pat, aku bukan mau
menjanjikan tempat dan waktu adu pedang! “ katanya.
Lam Pat mementang matanya. „Bukan buat adu pedang”
katanya. ”Habis mau apa kau menahan aku ? ‘
Sie Siong maju setindak, dia memberi hormat. „Aku tidak
kenal kau, saudara,” katanya, ”tadi aku berlaku kurang hormat
padamu aku minta kau tidak buat kecil hati.”
Lam Pat tertawa dalam hatinya , pikirnya : „Mereka tentu
melihat bagaimana Lie Pek melayani aku maka sekarang
mereka merubah sikapnya ini , . . .” Tapi ialah orang dengan
dada lapang, meski ia tak menghargai Sie Siong ini, sebab
orang telah minta maaf, ia tidak mau berpikiran cupat. Maka ia
tertawa dan kata : “Itulah urusan kecil, tak apa ! Oleh karena
Sie Ciang Kun tak ingin kita mengadu pedang, nah harap kau
mengijinkan aku pergi terlebih dulu !”
„Tanpa berkelahi orang tak berkenalan !’ kata Leng Ho Tat.
“Saudara Lam Pat, tak ada halangannya bukan untuk kita
duduk-duduk dulu sebentaran ?”
„Tak berani aku menerima kehormatan itu !” sahut si opsir
she Lam
„Dengan kata-katamu ini, saudara Lam, kau jadinya masih
kurang puas hati.” kata Leng Ho Tat Tertawa.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Saudara Lam Pat, kita sesama orang Rimba Persilatan,” Sie


Siong menyela “Leng Ho Touw-ut paling gemar bergaul, maka
itu aku harap sandar? janganlah segan memberi pengajaran
kepadanya.”
Lam Pat berkata dalam hatinya : „Dua orang ini mempunyai
ilmu silat yang baik, mengapa sikapnya menjemukan” tapi ia
duduk pula. Ia tanya, tawar : „Tuan-tuan, ada apakah
pengajaranmu”
„Memang ada yang kami ingin tanyakan kau, saudara
Lam.’” sahut Leng Ho Tat tertawa. “Barusan saudara
menyebut nyebu Kwee Leng Kong. Adakah ia Kwee Cu Gie
dari kota Kiu Goan ?”
Kwee Cu Gie itu kemudian berjasa besar hingga
dianugerahkan menjadi Pangeran Hun Yang Ong. Hanya ketika
itu ia masih menjabat Thoysiu atau residen dari sebuah kota,
hingga belum banyak yang mengenal namanya. Toan Kui
Ciang pun heran karenanya hingga ia berpikir : , Leng Ho Tat
menjadi touw-ut dari Ie Lim Kun dan Sie Siong pungga-
wanya An Lok San kalau mereka menghormati Lie Hat-su,
itulah pantas, Lie Hak su dihargai Raja. Kenapa dia
sekarang agak menghormati seorang thoysiu ? Eatah orang
macam apa Kwee Cu Gie itu.
Lam Pat agak bersangsi, tapi toh ia menjawab. „Benar, orang
yang menitipkan surat kepadanu untuk Lie Hak su benar Kwee
Kun Siu. Apakan tuan-tuan kenal dia?”
„Ya,” sahut Leng Ho Tat Perkenalan Lie Pek dengan Kwee Cu
Gie bukan sembarang perkenalan. Mulanya itu peristiwa
kebetulan.
Pada suatu hari Lie Pek pesiar di batas kota Pian Ciu. Di sana
ia bersomplokan dengan serombongan serdadu bersenjataki n
toya lagi mengiring sebuah kerangkeng per-sakitan. Orang
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang dikurung itu, di matanya si penyair, beroman luar biasa, la


menjadi ketarik hati dan menanyakannya. Nyata orang itu
bernama Kwee Cu Gie, bekas pian ciang, atau punggawanya
Ciat-touw-su Ko Sie Han di Liong See. Dia ditugaskan menilik
sisa rangsum tentara, apa lacur serdadu se-bawahannya
sembrono, serdadu itu membikin rangsum itu terbakar habis,
karena dia yang bertanggung jawab, dia ditangkap dan dijatuhi
hukuman mati. Sekarang dia bawa untuk menjalankan
hukumannya itu.
KweCuGie memberi keterangan dengan suaranya yang
ryaring umpama berkata seperti bunyi genta. Lie Pek
mendengarkau sambil mengasih jalan kudanya, mengikuti,
kemudian ia menanya tentang ilmu militer, ilmu silat dan kitab
perang. Kwee Cu Gie menjawab dengan cepat dan rapi. Dia
pun bicara dengan wajar, hingga tak mirip seperti orang yang
mau pergi ke tempat kematian-nya.
Lie Pek kagum dan heran, ia berpikir : ”Tak sedikit orang
gagah yang kukenal, tetapi orang yang tepat menjadi
sastrawan utama dialah ini!” Maka dari itu ia tetus mengikuti
sampai ditempatnya Ko Sie Han, ia menghadap perwira tinggi
itu untuk meminta kan keampunan bagi Kwee Cu Gie.
Ciauw-touw su itu luas pardangannya. dia memang
mengagumi penyair itu, maka dia suka berbuat baik.
Permintaan si penyair diluluskan. Hukuman mati Kwee Cu Gie
dibatalkan, ia dibebaskan, lalu ditempatkan tetap dalam
pasukan tentara, untuk nanti ia membuat jasa guna menebus
dosarya iiu.
Lewat beberapa tahun Kwee Cu Gie benar berhasil
mendirikan jasa, dari itu ia diberi pangkat thaysiu dari kota Kia
Goan itu.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lie Pek tahu sahabatnya iru mendapat kedudukan baik. ia


senang sekali, tetapi hal pertolongannya itu tak pernah ia
ceritakan kepada siapa juga, maka juga Ha Tie Ciang tidak
mendapat tahu.
Kwee Cu Gie juga mendapat kabar halnya Lie Pek berada di
kota raja di mana dia disayang raja, hanya dalam kedudukan
mirip tetamu, jadi dia tidak dipakai untuk mengurus
pemerintahan sedang kawanan dorna lagi menguasai negara.
Ia peicaya, orang sebagai Lie Pek itu, tak nanti dapat hidup
selayaknya didalam suasana keruh itu, dari itu ia mau
mengajarnya untuk tinggal bersama. Demikian ia menulis surat
dan minta seorang sahabatnya menyampaikan suratnya itu.
Sahabat itu ialah yang Lie Pek menyambutnya “saudara Lam
Pat.” Dialah opsir yang Kwee Cu Gie menjadikan pembantunya.
Dia anak yang ke delapan, nama benarnya yaitu Lam Cee In.
Untuk kedua wilayah Yan dan Tio (Hoopak dan shoasay), dia
terkenal sebagai Yu hiap, orang pengembara. Selama dua
puluh tahun, dunia kang ouw atau Sungai Telapak mengenal
dua jago, ialah sepuluh tahun yang pertama Toan kui Ciang,
dan sepuluh tahun kemudian, sesudah Kut Ciang
mengundurkan diri. ialah dianya. Selama di Kiu Goan pernah
dia seorang diri memukul mundur tiga ratus penjahat
perbatasan bangsa Kiang, hingga di-sana dia menjadi buah
bibir rakyat: “Lam Pat barulah laki-laki sejati!”
Atas pertanyaan Leng Ho Tat, karena orang she Leng ho ini
dipercaya benar kenal Kwee Cu Gie, Lam Pat memberitahukan
juga surat itu memang dari Kwee Cu Gie thaysiu dari kota kiu
goan itu.
Diluar dugaan, mendengar jawaban Lam Pat, sambil
tersenyum Leng ho Tat kata: ‘Surat itu belum diterima olen Lie
Haksu, bagaimana kalau dikasi pinjam lihat sebentar padaku?”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lam Pat melengak. Ia menjadi tidak senang.


Walaupun surat bukan surat rahasia, tak pantas orang
pinjam linat suratnya lain orang.
„Tayjin bergurau!” katanya. “Mana dapat surat lain orang
diberi pinjam lihat?”
Leng ho Tat tertawa dingin. Ia tanya pula: ‘Saudara Lam Pat,
barusan kau kata kau menyayangi Lie Haksu apakah artinya
itu?”
Dari tidak senang, Lam Cee In menjadi gusar. “Jadinya kau
memeriksa aku?” ia tanya. “Hak apakah kau mempunyai?”
Leng ho Tat bersikap tenang. ‘ Lie Haksu itu memperoleh
kebaikan budi Seri Baginda Raja,” dia kata, “telah dikirim
tiongsu berikut kuda Seri Bagindi sendiri untuk menyambut!”
Dia ada demikian disayang, mengapa kau bilang dia harus
disayangi? Maaf aku yang bodoh, benar benar aku tidak me-
ngerti! Aku miita sangat supaya kau menjelaskannya.”
Dijawab demikian, tidak dapat Cee ln membilang apa apa. Ia
menyabarkan diri. “Aku tidak mempunyai tempo untuk bicara
denganmu !” akhirnya ia kata. Sie Siong tertawa mengejek.
„Ada tempo untuk adu pedang, tidak ada tempo berbicara.
Benarkah ?” katanya. Leng-ho Tat berpura menyelak di tengah.
“Kau serahkan surat itu padaku,” katanya. „Mari kita mencari
lain tempat untuk memasang omong. Akan aku tetap memper-
lakukan kau sebagai sahabat.”
„Hm!” Cee In mengasi dengan suara dingin. „Apakah kau
kira aku Lam Pat kena digertak orang ? Jikalau aku tidak
serahkan suratku ini, bagaimana ?”
Tiba-tiba air mukanya Leng-ho Tat berubah. „Kau bekerja
untuk pembesar di perbatasan !” dia membentak. „Kau
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mencoba membaiki seorang menteri istana ! kau juga


mengandung maksud hati tidak puas, kau menghina Seri
Baginda Raja ! Dosamu merangkap dua, apakah kau masih
memikir untuk merat ?”
Sejak tadi Toan Kui Ciang menonton saja, sekarang ia
menjadi heran bukan main. Tadi ia melihat Leng-ho Tat
menghormati Lam Cee In dan matur maaf, ia menyangka touw-
ut itu bangsa bina tukang mengumpak-umpak, karena Lie Hak
Su, dia mau menempel Cee In. Siapa sangka dalam tempo
sependek ini, dia mengubah sikap menjadi demikian getas dan
keras. Ia berpengalaman, ia toh heran.
Leng-ho Tat sudah lantas mengeluarkan senjatanya, yaitu
sepasang gaetan Hok-ciu-kauw, lalu dengan tipu silat
“Menggulung layar” dengan gaetan kiri dia menyambar dari
samping dengan gaetan kanan dia menggores ke dada !
Lam Cee In tidak menghunus goloknya, cuma dadanya
disedot, sebelah tangannya di ulur. Dengan begitu robeklah
baju didadanya hingga terdengar suara memberebetnya. Ber-
bareng dengan itu juga terdengar suara nyaring di telinga,
karena tangannya itu mampir keras pada sasarannya yaitu
telinganya si touw-ut !
Leng-ho Tat menjadi seperti kalap, Ia gusar tak kepalang.
Maka ia lantas mengulangi serangannya dengan beringas.
Masih Cee In tidak mengeluarkan senjatanya. Ia melayani
lawan dengan kegesitan dan kelincahan, ia main lompat berkelit
ke samping atau mundur. Kalau toh ia maju, tangannya
meluncur. Begitulah sampai tiba saatnya, selagi mengancam
dengan tangan kiri, ia cabut goloknya, untuk menyerang
dengan gegamannya itu.
Di saat itu Sie Siong maju, untuk menyerang, hingga pedang
dan golok bentrok keras suaranya berisik, lelatu apinya meletik.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Untuk kagetnya si orang she Sie, goloknya gugus ! Bukan


main kagetnya Sie Siong, yang terjulukkan Ceng-ciu Kiam Kek,
ahli pedang dari kota Ceng ciu. Tahulah ia bahwa lawan
menggunai golok mustika, yang tajam luar biasa. Ia tidak
takut, bahkan ia panas hati. Maka ia maju pula dengan me-
ngubah caranya bersilat beruntun tiga kali ia menyerang:
keatas, ketengah dan kebawah!
Juga Leng ho Tat mengumbar hawa amarahnya, Dia terlebih
gagah dari pada Sie Siong, sedang seumurnya inilah yang
pertama kali dia kena dicaplok orang. Maka dia menyerang
hebat sekali. Dia menggunai jurus ‘ Gie thian wa tee” atau
menutuk langit menggiris bumi,’” Kebetulan dia berada
dibelakang lawan, laetannya menerkam punggung dan
menyengkeram dengKul dengan berbareng.
Justeru itu, Sie Sio.jg mendesak dari depan. Didalam
keadaan terancam itu, Lam Pat sudah mengasi lihat kecerdasan
dan kesehatannya. Ia seperti melihat lawannya mendadak ia
mene.idang dengan sebelah kakinya kebelakang seraya
tubulnya dejerunukan kedepan, untuk melindungi punggungnya
itu. Tepat sekali tendangan kakinya, yang naik dari bawan ke
atas mengenai tangan lawan yang mencekal gaetan itu!
Leng ho Tat kesakitan dan kaget, gaet-annya itu terlepas.
Dengan menjerunuk keie-pan, Lam Pat mengancam Sie Siong,
hingga punggawa itu mesti mundur, setelah maia, ia
mengangkat tubuhnya berdiri, untuk berlompat kesampingnya
Teng-ho Tat. Sembari lompat itu. ia tertawa.
Tiat Mo Lek menonton dengan perhatian. ‘Bagus,” ia berseru
dengat pujiannya Ia kagum untuk tipu silatnya jago dari Yan
Tio itu. Ia baiu saja diajari Touw Leng Giok ilmu melawan
musuh didepan dan dibelakang, bagaimana harus
menyelamatkan diri, ia belum melatih sempurna, atau sekarang
ia melihat contoh yang bagus ini.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lam Cee In mendengar suara pujian itu, ia sudah lantas


melirik. ‘Eh, itu toh Toan Toako?’ katanya dalam hati.
Tepat ia berpikir itu, Cee In dibikin kaget oleh gerakannya
Gui Stin Su kawannya Sie Siong ini, yang semenjak tadi
berdiam saja, mendadak sudah mengangkat meja, sambil
berseru dia menimpuk, guna menghalang-halangi jalan.
Mata Cee In mendelik, dia berseru: ‘Bagus, ya! kiranya kau si
penjahat besar menjadi opsir tentera!”
„Ngaco belo!” Sin Su membentak. “Akulah Ciang Kun dari
Penglouw! Bagaimana kau berani mencemarkan namaku?”
Cee In melengak , dia bersiul, lalu dengan mendongkol dia
kata nyaring: “Tak ada bedanya pembesar negeri atau bangsat!
Pantas di-jaman begini negara kacau!”
Sembari berkata itu, dia lompat menyerang orang she Gui
itu. Sin Su terperanjat, mundur dua tindak.
Berbareng dengan itu, Sie Siong menyerang dengan
pedangnya1 maka dengan memutar goloknya, Cee In
menangkis, membikin senjata mereka beradu, hingga pedang
terpental!”
“Berontak! Berontak!” Leng Ho Tat berseru berulang-ulang
“bangsat ini sudah menghina Pemerintah, dia mencemarkan
Panglima Perang! Dialah si pemberontak pengacau negara,
setiap orang dapat membunuhnya, mencincang tubuhnya!
Seruan itu berpengaruh, karena beberapa opsir yang
mengenalnya, lantas turun tangan membantui mengurung Lam
Cee In.
Sebelum menghamba kepada An Lok San, Gui Sin Su
menjadi begal tunggal Satu kali di jalan besar Peng Ciu, selagi
membegal serombongan saudagar, dia bersamplokan dengan

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lam Pat. dia diserang, hingga gagal usahanya itu dan kena
terbacok satu kali. Karena itu. dia jadi mendendam sakit hati.
Ini pula sebabnya kenapa sedari tadi dia berdiam saja. Ialah dia
takut nanti dikenali Lam Pat dan nanti mendapat malu.
Sie Siong heran kawan itu tidak membantui dia ketika dia
pertama kali bentrok dengan Lam Cee Ia, ketika dia kembali ke-
mejanya, dia tanya sang kawan. Tidak berani Sin Su mendusta
pada kawan sendiri, maka pada kawan ini dan Leng ho Tat ia
tuturkan permusuhannya dengan Lam Cee In. Inilah yang
membikin mencari gara-gara, hingga akhirnya terjadilah
pertempuran itu.
Pada itu. Leng-ho Tat masih mempunyai satu maksud lain
Kwee Cu Gie cuma menjadi thaysiu. tetapi ia pandai mengatur
tentara, karena ia tidak mau menghamba kepada An Lok San ia
dibenci orang she An itu. Berbareng dengan itu. Lie Pek dibenci
Yo Kok Tiong, cuma Kok Tiong tidak bisa berbuat apa apa
disebabkan nama besar Thay Pek, yang pun lagi disayang raja.
Yo Kok Tiong sendiri tidak mendapat kecocokan dengan An Lok
San, keduanya saling berlomba mengambil hati. Di mulut
mereka baik, di hati mereka saling mencari jalan untuk
disayang raja.
Leng ho Tat ketahui pertentangan diam-diam diantara Yo
Kok Tiong dan An Lok San itu ia memikir mencari jalan untuk
memperoleh keuntungan karenanya. Sekarang datang Lam Cee
In yang membawa suratnya Kwee Cu Gie untuk Lie Thay Pekja
mengasah otaknya Ia pikir: „Aku harus dapatkan suaranya
Kwee Cu Gie ini, tak perduli apa bunyinya, sesudah aku berhasil
akan aku haturkan itu kepada Yo Kok Tiong. untuk Yo Kok
Tiong mencari tukang munulis huruf yang pandai, guna meniru
tulisannya orang she Kwee itu, guna menuduh dia niat
berhianat dan berontak. Mungkin Seri Baginda Raja tak
mempeicayainyai sedikitnya dia dapat dituduh sudah
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

beisekongkol denganpi-hak luar, bahwa dia berkomplot sendiri


Soal demikian darat membangkitkan kebencian Raja. Maka itu,
taruh kata Lie Pek tidak diusir, kepercayaan atas dirinya pasti
berkurang. Kwee Cu Gie juga tentu bakal kerembet-rembet.
Dengan perbuatanku ini, aku bisa menempel Yo Kok Tiong dan
An Lok San berbareng. Bukankah dengan sekali pukul aku
memperoleh dua hasil?”
Sebenarnya Leng ho Tat ingin tarik Lam Cee In kepihaknya,
tetapi orang tidak sudi bersahabat dengannya, maka ia ambil
sikapnya yang keras itu sambil menuduh yang tidak-tidak.
Diatas lauwteng itu ada belasan serdadu le Lim Kun serta
pengawal istana, yang menjadi sahabatnya siorang she Leng-
bo, mereka itulah yang maju demi mereka mendengar Leng ho
Tat berseru-seru itu.
Selagi orang dikepung, Leng-ho Tat berpikir pula : “Jahanam
ini menyatakan puasnya terhadap Pemerintah, dia juga
membawa suratnya Kwee Cu Gie bahkan dalam hal membawa
surat itu, dia sudah mengaku sendiri, maka kalau semua orang
disini menjadi saksi dipihakku. sekalipun dia dibunuh mampus,
tidak nanti, aku dianggap bersalah aku dapat melanjutkan
rencanaku.”
Begitulah dia mengajuri ora ig menyerang untuk
membinasakan Cee In, hinnga Cee In menjadi terkepung hebat,
hingga ramailah suara senjata senjata mereka, ditambah de-
ngan terbalik baliknya kursi dan meja, terutama dengan jatuh
hancurnya piring mangkuk dan cawan arak. Sedang lain lain
tetamu, yang ketakutan semua lari serabutan menyingkir jauh.
Pihak pemilik rumah makan men jerit-jerit minta
pertempuran dihentikan, sia-sia saja jeritan mereka itu, hingga
saking takut, inerekapun pada menyembunyikan diri.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lam Cee In menjadi sangat gusar, maka ia menyerang hebat


dengan goloknya. Setiap meja atau kursi, yang mengadang
dihadapan-nya, ia dupak mental, hingga ada tiga opsir yang
dibentur dan ketindihan meja hingga mereka terluka, sampai
sekian Lama mereka’ tak dapat merayap bangun.
Leng-bo Tat juga maju lagi. Hebat dia mainkan sepasang
gaetannya. Sedang GuiSm Su, dengan tangan kosong, bersilat
dengan Kim Kong Ciang, tangan Kim Kongnya yang liehay.
Biar bagaimana, Lam Cee In kena terkurung, babkan
kurungan itu makin lama menjadi makin ringkas, hingga sukar
ia meloloskan diri.
Diantara pengawal istana, Lwee-sie wie. ada seorang yang
menggunakan senjata rahasia yaitu tiga batang paku Touw-kut
teng. Atas itu, Lam Cee In berkelit, atau lantas ia merasai
pundaknya teresngkeram keras seperti terjepit dengan jepitan
besi . . .
Itulah serangannya Gui Sin Su. Cee In berkelit justeru
kesamping si orang she Gui. Dia segera mengulur tangannya.
Sie Siong melihat demikian ia girang se kali. Segera ia
bertindak maju, pedangnya diluncurkan ke kaki orang,
mengarah jalan darah Hoan tiauw di dengkul.
Juga Leng-ho Tat melihatnya, juga dia maju, dengan
menggerakan ke dua gaetan nva, hendak dia menggaet kedua
kaki musuhnya.
Masih ada dua opsir lain yang lari memburu dengan golok di
tangan, berniat membabat kutung tangan orang.
Di saat Lam Cee In terancam bahaya itu mendadak Sie Siong
membatalkan tikaman-nya. Ia lantas menangkis ke belakang.
Itulah sebab memdadak ia mendengar angin menyambar di
belakangnya. Ia tahu pasti ada orang yang menyerangnya.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan keras terdengar suara “Traang !” Itulah beradunya


orang she Sie ini dengan pedang penyerangnya. Lantas disusul
dengan suara nyaring lainnya. Hanya itu suara golok yang
terbabat kutung oleh pedang si penyerang itu, dan golok itu
goloknya seorang opsir lain.
Habis menangkis itu Sie Siong lantas me lihat siapa si
penyerang Ia telah memutar tubuh dengan sebat. Ia mengenali
orang adalah orang yang tadi minum arak bersama Lie Pek
ialah Toan Kui Ciang, orang yang namanya sudah lama ia
dengar akan tetapi dengannya ia belum pernah bertemu.
Toan Kui Ciang melihat Lam Cee In terancam bahaya, ia
lompat maju untuk menolong. Oleh kerena ia tidak dapat
membantu menangkis, ia menyerang orang she Sie itu, hingga
Sie Siong batal menikam terus pada si orang she Lam. Ia tahu
opsir itu liehay ia mergarah jalan darah cie tong di punggung,
ia menduga tentulah Sie Siong tahu dirinya dibokong, maka ia
sudah siap sedia. Begitu senjaia mereka bentrok, begitu datang
si opsir yang menggenggam golok itu, yang terus membacok
kepadanya, maka ia meneruskan menangkis sambil membabat
golok orang.
“Sie Siorg !” kata Kui Ciang tertawa, kau harus belajar lagi
sepuluh tahun untuk ilmu pedangmu ini !”
Bukan main panas ratinya orang sbe Sie itu. Ia lantas
menikam ke perut orang yang dianggapnya takabur itu. Itulah
tipu silat “Bintang mengejar rembulan.”
Kui Ciang berlaku sangat sebat. Ia menangkis. Begitu
menangkis, begitu ia menyerang, bahkan dua kali ia mendesak.
Sie Siong terkejut. Ia terdesak. Terpaksa ia menjatuhkan diri
ke lantai, untuk menyelamatkan dirinya, sedang pedangnya
diang-Ikat, guna menangkis Maka pedang mereka beradu
nyaring.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dua opsir lainnya maju menyerang Kui Ciang. Itu berarti


pertolongan untuk Sie Siong, Apa lacur, senjata mereka itu
kena dibabat kutung, hingga mereka tercengang, Sie Siong
berlompat bangun, dia pun bingung, keringat dingin
membasahi punggungnya. Tidak ia sangka musuh ini demikian
li hay.
“Kui Ciang menaugkis serangannya seorang sie wie, setelah
itu ia lompat kepada siorang she sie, guna mengulangi
serangannya. Ia mendesak sampai lawannya itu repot.
„Kau …. kau siapa?” tanya Sie Siong yang menanya di luar
kehendaknya,
Leng-ho tat juga gagal dalam percobaan nya menggaet
kakinya Lam Cee In. Mendadak ada sebuah mangkuk yang
terbang kea-rahnya, Tepat mangkuk itu jatuh di lantai te pai
kakinya sampai, maka ia kena menginjak nya.Mangkuk itu
pecah hancur dengan suara berisiknya ia pun terpeleset hingga
hampir ia menubruk lantai Ketika ia sudah mengangkat kepala
ia mendapatkan penyerang dengan mangkuk itu ialah seorang
bocah umur enam atau tujuh belas tahun, la heran berbareng
gusar.
“Eh, binatang kau cari mampus?” ia mc negur dengan
bentaknya. Ia belum menutup rapat mulutnya, atau bocah itu
ialah Tiat-Mo Lek sudah heilompat sampai di depannya! Tentu
sekali ia tidak memandang mata Ia menurunkan gaetan kirinya,
ia mengangkat yang kanan untuk digeraki terlebih jauh.
„Kena!” ia berseru nyaring. Tiat MoLek membacok dengan
goloknya, golok itu kena disambut gaetan kiri, Inilah kehendak
Leng-ho Tat, untuk ia dapat merampas genggaman lawan.
Si anak muda terkejut, akan tetapi ia ti dak menjadi gugup.
Tentu sekali ia ingin me loloskan goloknya itu. Mendadak
kakinya menoker mangkok ditanah hingga mangkuk itu
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terangkat dan menyamber ke muka orang Walaupun itu bukan


senjata rahasia Leng ho Tat, toh kuatir nanti kena di serang
maka ia berkelit, hingga mangkuk lewat disisi nya. Celaka
seorang sie-wie yang ocrada di belakang, dia terkena mangkuk
tanpa ampun lagi hingga kepalanya pecan. Dua wie-su lain
nyapun terluka pecahan mangkuk itu.
Gaetan kiri dari Leng-ho Tat, masih me nyangkel go’pknya
Mo Lek. Ia hendak membetot guna merampas golok lawan atau
sedikitnya membuat terlepas. Maksud ini tidak ke sampaian.
Telapak tangannya masih nyeri bekas ketendaug Lam Cee Tn
tadi. Mo Lek me-iiggunai ketikanya mi, dia menarik goloknya
sambil di putar, dia berhasil meloloskan nya setelah memapas
kuntug dua buah giginya gaetan lawan itu.
Touw-ut itu menjadi mendongkol sekali. Lawannya toh bocah
yang ia tak lihat mata-Maka ia maju pula dengan serangannya
yang bengis.
„Liehay”! Tiat Mo Lek jerseru melihat datangnya serangan. Ia
berkelit, goloknya-pun diu rik pulang. Tetapi ia menarik pu-lan2
bukan buat mengundurkan diri, hanya justeru dengan sangat
cepat ia membalas menyerang !
Leng ho Tat kaget dan heran. Serangan itu di luar
dugaannya. Serangan itu serangan pedang tetapi lawan
bersenjatakan golok Pula ilmu silat yang digunai ialah satu jurus
dari Pat Sian Kiam, ilmu pedang Delapan dewa. Percuma dia
berkelit, lengannya sudah kena tergores lecet tiga dim
panjangnya !
Selama beberapa hari Tiat Mo Lek berada bersama Toan Kui
Ciang, ia telah di ajarkan ilmu pedang. Ia pun di janjikan akan
dicarikan pedang yang bagus, guna menggantikan goloknya.
Sekarang menghadapi lawan yang tangguh, dengan golok ia

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bersilat dengan ilmu pedang maka itu menjadi diluar dugaan si


Touw-ut.
Leng-ho Tat mendongkol bukan main. Syukur dia tidak
terluka parah. Sebenarnya dia hendak menghajar mampus
bocah ini, atau dia mendapat kenyataan Sie Siong terancam
bahaya. Kawan itu sudah terdesak Kui Ciang, kalau dia tidak
membantui, untuk menolongi bisa-bisa kawan itu menemui
ajalnya. Maka terpaksa dia meninggalkan si bocah, untuk
menghampirkan si orang she Sie.
Toan Kui Ciang tidak takut walaupun ia dikepung dua opsir,
bahkan sebaliknya, ia mendesak mereka itu, hingga sinar
pedangnya seperti menutupi kedua musuhnya.
Sementara itu Gui Sin Su girang sekali sebab ia telah berhasil
menyengkeram pundaknya Cee In. Ia caenggunai tipu silat
Houw Jiauw Kimra ciu, tangkapan Kuku Harimau, ingin ia
membikin remuk tulang pipe orang untuk itu ia terus
mengerahkan tenaganya. Mendadak ia menjadi kaget sekali.
Beda dari semula, ia merasa seperti menyengkeram besi tak
dapat ja meremasnya, Tengah ia kaget itu, Cee In berseru
mengguntur, tubuhnya Cee In diajukan sambil menyingkur,
maka maka di lain saat, ia terangkat dan terpelanting jatuh,
begitu keras hingga papan lantai gempur, hingga ia terjatuh
terus ke bawah lauwteng.
Di saat itu tibalah dua opsir yang mau mengeroyok itu. Cee
In berseru menyambut mereka itu, yang bergenjatakaii masing
ma-sing golok panjang. Setelah menangkis bacokan, ia
membalas. Dengan satu bacokan ia menabas kutung sebelah
lengan satu opsir, dan opsir yang lainnya dihajar kelenger de-
ngan belakang golok yang diteruskan dipakai menggempur !

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Beberapa opsir lainnya kaget, hingga mereka berseru :


“Pembunuhan ! Pembunuhan !” mereka itu tidak berani maju
guna membantu rekan mereka.
Ketika itu Toan Kui Ciang berseru: “Mo Lek, jangan
membunuh orang ! Lekas angkat kaki!’ Sambil berkata begitu,
orang sbe Toan ini meluncurkan pedangnya ke tangannya Leng
ho Tat. tepat ia menusuk, hingga orang kesakitan dan gaetan
terlepas dari cekatannya.
Di lain pihak, Lam Cee Ia telah berhasil memukul terlepas
pedangnya Sie Siong. Maka berdua mereka landas menggeser
tubuh ke dekat jendela.
Justeru itu terdengar Tiat Mo Lek berseru nyaring. Inilah
sebab ia mendapat lihat di mulut tangga muncul seorang opsir
yang tadi-tadinya ia belum pernah melihatuya, opsir itu hitam
mata dan kulit mukanya, tubuhnya tinggi dan besar, hingga dia
mirip malaikat. Ia tidak tahu orang liehay atau tidak, ia lantas
membacok. Ia hendak meryingkir; tak suka ia ada orang yang
menghalang-halangi.
Opsir itu melihat serangan sambil tertawa. “Bocah cilik, ilmu
golokmu baik !” dia memuji. Sembari berkata itu. dia bergerak
bagaikan kilat. Dia berkelit, dua tangannya bekerja : Tangan
kiri menyambar golok, untuk dirampas, tangan kanan
mencekuk tubuh orang, hingga Mo Lek lantas terangkat tinggi !
Itulah yang membikin si bocah berteriak. Toan Kui Ciang
kaget Ia melihat si opsir memutar tubuh Mo Lek dan sambil ter-
tawa dia berkata : Bocah ini besar nyali-nya ! Baiklah, aku beri
ampun padamu !” Meski demikian ia melemparkannya ke luar
jendela !
Kui Ciang sudah lompat menikam, la hendak mencegah
dilemparnya bocah itu pedangnya meluncur ke muka orang.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Opsir itu berani dan sebat, ia bukannya mundur hanya maju,


tangannya bergerak dalam jurus ‘ Merogo saku mengeluarkan
barang. “Dengan lima jeriji yang kuat, ia hendak
menyengkeram jalan darah Kiok-tie dari si orang Toan.
Melihat hebatnaya tangan itu, siapa terkena bersamber
mestinya dia habis daya. To an Kui Ciang melihat serangan itu.
ia me nginsafi bahayanya. Tapi ia telah jadi mata merah.
Bukankuh Mo Lek sudah dibuang ke luar jendela? Ia menjadi
nekad. Maka ia berkelahi terus, ia menyerang hebat ke dengkul
opsir itu .ambil ia berteriak. “Bayar pulang jiwa sahabat cilikku!”
Oisir muka hitam itu tak menyangka orang berlaku mati
matian itu. Itulah hebat! umpama kata ia berhasil menjambak
Kui Ciang, dengkulnya sendiri bisa menjadi kurban dengkul itu
akan bercacad. maka tak mau ia mengadu jiwa. Terpaksa ia
membatalkan serangannya seraya ia berlompat ke samping
sedang dari muluinya terdengar tertawa serta kata-kata ini!
“Siapa membinasakan bocah cilik itu? kau lihat dulu biar jelas!”
Justeru itu dari bawa lauwteng terdengar suaranya Tiat Mo
Lek: ”Kouwthio, apakah kamu masih bertempur terus? Baiklah
kau ajar adat kepada si muka hitam itu!”
Opsir rnuka hitam itu tertawa pula. “Hebat bocah cilik itu! “
katanya. “Sudah dia tidak mau menerima kebaikan budiku dia
juga mencaci aku!”
Toan Kui Ciang kata: “Baiklah, aku terima kebaikanmu ini!
kita jangan saling ganggu! ‘ karena ini. ia batal melakukan
penyerangan pula.
Tapi Leng-ho Tat berseru: “Dua orang ini penghianat! ut tie
Touw ut, aku lepas mereka’”
Opsir muka hitam itu Ut tie Pak namanya. Dialah buyut dari
Ut tie Kiong. Panglima perang berjasa yang turut membangan

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kerajaan Tong. Dia berdua saudara. Saudaranya itu bernama


Lam dan berpangkat tong nia, Komandan dari Kim-Kun,
pasukan pengiring Raja. Dia sendiri menjadi Tay-too Sie-wie,
pengiring yang bersenjatakan golok diri Kaisar dan pangkat
Liong Hong Kie-touw ut, maka juga ia berkedudukan terlebih
tinggi dari pada Long-ho Tat. Di dalam Istana, dialah satu di
antara Sam Toa Kho-ciu, si Tiga Terliehay. Ilmu silatnya yang
istimewa ialah “Khong Ciu Jip Pek Jin, “atau ” Tangan kosong
merampas senjata. “Tempo dulu hari Cin-ong Lie Sie Bin (Kaisar
Tong Thay Cong sebelum naisc tachta) menyerang negara
bagian Gui (Lie Bit), di lembah Ngo Kok dia bertemu dengan
Sian H ong Sin yang gagah dari pasuka Wa Kong Kun, di situ
Lie Sie Bin dikerja Sian Hiong Sin sampai diso-lokan Tauw Hun
Kan, hampir dia kena ditangkap syukur Ut tie Kiong datang
menolongi, dengan tangan kosong orang sheUt-tie ini
merampas tombak Sian Hiong Sin yang beratnya tiga puluh
tiga kati. Karena itu nama Uttie Kiong, atau Ut-tte Keng Tek,
menjadi tersohor,
Ut-tie Pak tidak merampas pedangnya Toan Kui Ciang ia
menjadi kagum sekali berbareng dengan itu semangatnya
menjadi teibangun ia tertawa bergelak dan kata: “A-ku tidak
perduli kau siapa! Ilmu Silat pedang kau liehay, mesti kau
belajar kenal lagi beberapa jurus! ‘ Lantas ia menyerang de-
ngan dua tangannya, dengan tipu silat Menggantung cambuk
tunggal. ‘ Dengan tangan kiri ia mencopa menangkap lengan,
untuk menggencet nadi, dengan tangan kanan ia mau
merampas pedang,
Hati Kui Ciang lega. Ia mendapat kenyataan Tiat Mo Lek
tidak kurang suatu apa, maka tak ingin ia mengadu jiwa
dengan o-rang yang berperi kemanusiaan ini. Ia tidak
menghiraukan orang liehay, ketika ia disam-ber itu, ia

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menggeser ia tubuhnya ke samping. Ia bergerak sargat cepat


hingga ia menjadi berada di belakang orang.
„Awas Pedang! “ia berseru seraya pedang nya dipakai
meiotok jalan darah hong-hu di punggung touw-ut itu. Sengaja
ia mengasi dengar suaranya .ebab ia mengagumi lawan ini
sebagai laki laki sejati Tiat Mo Lek tidak dibinasakan, ia ingin
membalas budi.
“Kau tak usah berlaku belas kasihan ! Kata Ut tie Pak
tertawa. Dia memutar tubuh sambil tangannya menyamber
ke belakang.
Itulah dua gerakan berbareng : Berkelit dan menyerang.
Ujung pedang Kui Ciang tidak sampai pada sasarannya,
sebanknya ujung bajunya kena tersamber hingga robek,
bahkan kalau ia kurang sebat, pedanguya pun akan kena
dirampas.
„Tangan yang liehay !” Kui Ctang berseru memuji, sambil ia
menyerang dengan sebat sekali. Ia merabuh, hingga sinar
pedangnya berkilauan di sekitar lawan itu, memain di antara
berkelebatannya bayangan orang.
„Bret !” demikian terdengar satu suara, “Pedang yang
liehay!” Ut tie Pak berseru. Dia ingin sangat merampas pedang
orang, dia berlaku alpa, maka ujung bajunya terserempet
putus. Maka dia pun memuji o.ang yang ladi memuji liehaynya
tangannya.
„Kita seri” berkata Kui Ciang. “Aku masih mempunyai urusin
penting, maafkan aku, tak dapat aku menemani lebih lama “,
Habis berkata itu, itu ia lompat ke jendela yang ia hajar dengan
kepalannya untuk ia termpat lebih jauh ke luar, terjun ke
bawah!”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ut-tie Pak tidak memburu atau menghalang-halangi, ia


hanya memutar tubuh guna menghadang di depan Lam Cee In.
“Kau pun pertunjuki kepandaianmu !” ia, lalu menantang
terus ia menyerang. Cee In tidak punya kegembiraan orang ini,
ia tunggu sampai tangan si touw-ut hampir tiba, mendadak
ia berkelit, belakang goloknya dipakai mengetok tangan
orang itu.
Ut-tie Pak iiehay sekali. Benar tangannya itu beradu dengan
belakang golok, akan tetapi berbareng dengan itu, tangannya
itu meluncur terus, menepuk lengan Cee In, hingga lengan itu
bergetar, goloknya mental! Ia berseru : :,Bagus ! kita pun seri l”
Mengenai ketikannya yang baik, Lam Cee In berlompat ke
luar jendela yang tadi didobrak Toan Kui Ciang. la lompat
berjumpalitan melewati jendela itu
Ut tie Pak pun berlompat untuk menyambar, akan tetapi ia
cuma kena menyamber kayu jendela, hingga patah sebuah
jerujinya tak dapat ia menangkap kaki lawannya itu.
Bukan tak sengaja orang she Uttie ini menyamber gagal, ia
bersandiwara dan baik sekali peranannya itu. Memang ia ingin
mengasi lolos si lawan untuk mana ia mempunyai alasannya
sendiri. Kalau ia bersungguh-sungguh, mungkin ia berhasil.
Dengan Lam-Cee In, kepandaiannya berimbang, masing-
masing memiliki keunggulan dan kelemahannya sendiri. Tadi ia
mencekal tangan Lam Cee In, Cee In menghajar ia dengan
belakang lolok. Kalau ia digacek benar-benar dengan tajamnya
golok itu, pasti sudah tangannya lerkutung, atau sedikitnya
teiluka parah. Cee In berbuat baik, ia balas itu dengan kebaik-
an juga. Sudah lumrah, orang gagah menyayangi orang gagah-
Demikian ia menyamber “gajal,” supaya sang lawan lolos.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Sayang! Sayang!” Leng-ho Tat berseru berulang ulang. Ia


tidak ketahui permainan komedi itu. Lantas ia mau pergi
menyusul.
“Jangan! ‘ berkata Ut-tie Pak, yang mencegah dengan
suaranya yang dalam, “Untuk dapat menangkap dua orang itu,
U bun Tong-nia dan Cin Touw-ut mesti diminta bantuannya,
sebab percuma kita menyusul mereka, kita bukan lawan
mereka itu! Mari duduk, untuk kita bicara. Bukankah kau
mengatakan dua orang itu pemberontak? Apakah ada buktinya
untuk tuduhan kau itu? kau jelaskan padaku, nanti aku
melaporkan kepada Seri Baginda Raja. kemudian akan ku minta
Junjungan kita memerintahkan U-bun Tongnio dan Cin Touw ut
turun tangan membantu aku.”
Yang disebut U-bunTongnia itu, sikomandan, adalah U bun
Thong dari pasukan Gie Lim Kun, dan Cin Touw-ut ialah Cin
Siang, buyutnya Cin Kiong, salah satu panglima dan menteri
gagah dan berjasa yang turut membangun Kerajaan Tong.
Mereka itu berdua bersama sama Ut-tie Pai ialah disebut Tay
Lwe Sara Toa-klo-ciu, tiga pahlawan tergagah dalam istana.
Leng ho Tat telah menyaksikan kegagahannya Lam Cee In
dan Toan Kiu Ciang, ia percaya benar katanya Ut tie Pak. Jadi
iapun beranggapan, bantuannya U bun Thoang dan Cin Siang
harus didapatkan. Karena ini ia suka menurut. Setelah berdiam
sebentar ia menuturkan apa sebabnya maka terjadi pertempur-
an iiu hingga Lam Cee In hendak dibekuk, demikianpun Toan
Kui Ciang yang membantui Cee In.
Ut tie Pak tertawa bergelak. ”JiKalau menurut keterangan
kau ini. kau tidak mempunyai bukti untuk tuduhanmu terhadap
mereka bahwa mereka pemberontak! ‘ kata dia. “kau harus
ketahui Kwee-cu Gie itu perwira yang berjasa dan sangat
diandalkan melindungi wilayah perbatasan dan Lie Haksu
menjadi orang kesayangan Seri Baginda, tak dapat kita menen-
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tang mereka cuma disebabkan kita hendak membikin Yo Kok


Tiong bukankah tak ada untungnya bahkan ada ruginya
jikalau kita tak berhasil merobohkan perwira dan rak u itu,
Benar orang she Tam itu telah menyatakan tak puasnya
terhadap pemerintah Agung tetapi itu bukan kata kata yang
berat. Tak diingat dialah seorang gagah perantauan yang
ternama, yang luas pergaulannya, jikalau kita berbuat salah
terhadapnya, kita bisa dapat susah. Umpama kata satu waktu
kita dimestikan bertugas keluar daerah. Tidakkah kita bisa di-
ganggu dia? menurut pikiranku, permusuhan itu baiklah
disingkirkan tetapi jangan diperhebat. Saudara Leng-ho, baik
urusan ini dibikin sudah saja! ‘
Ut-tiePak kenal baik sifatnya Leng-ho Tat, maka itu ia
mengeluarkan kata katanya, untuk membikin ciut hati orang.
Iapun, selain pangkatnya lebih tinggi, baru saja ia memberikan
bantuannya, hingga orang menjadi selamat. Maka itu, Leng-ho
Tat suka mendengar nasihatnya itu. Disamping itu, buat minta
bantuannya U-bun Thoang dan Cin Siang, Ut-tie Pak
dibutuhkan sangat. Dia sebenarnya tidak puas tetapi dia
menurut.
Cee In sendiri tiba dijalan besar dengan tidak kurang suatu
apa. Ia lantas menjeput golok mustikanya, tidak ayal lagi.
‘bersama sama Toan Kui Oang dan Tiat Mo Lek ia me-
nyingkirkan diri. Ia n engenakan seragam, ti. dak sda orang
yang mengejarnya. Dite ngah ja -lan ada beberapa serdadu
peronda, tetapi mereka tidak ketahui peristiwa dirumah makan
itu, tidak ada yang menghalang-halangi. Maka tak terlalu lama
tibalah sudah mereka bertiga ditempat yang sunyi. Disini
mereka tidak berlari-lari lebih jauh, malah mereka pertahankan
tindakan mereka.
„Saudara Lam,” berkata Kui Ciang tertawa, “setelah sepuluh
tahun kita berpisah, hampir aku tidak mengenali kau! Jikalau
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bukannya Lie Haksu menyebut namamu, mungkin aku tidak


berani mengakui kau”
„Sebaliknya, Toan Toako, kau sendiri tak berubah banyak,”
sahut Cee In. “Apakah enso tidak datang bersama? dan ini
saudara kecil, putera siapakah dia?”
Tiat Mo Lek tertawa. Dia mendahului Kui Ciang menjawab.
“Kau tidak mengenali aku, aku sebaliknya mengenali kau!’
demikian katanya ”Bukankah kau orang gagsh yang dijuluki Mo
kiam Kek? kenapa barusan kau memakai golok dan bukannya
pedang? ya, barusan kau bersilat bagus sekali mulanya golok,
lalu kaki! Aku sendiri berat sekali, sekian lama aku berlatih aku
tidak berhasil.”
Kui Ciang tertawa. ‘Bocah ini tidak boleh melihat kepandaian
lain orang!” karanya. “Asal dia dapat melihat, dia lantas mau
mempelajarinya! Saudara Lam, apakah kau lupa dia? Dialah
puteranya Cee-cu Tiat Kun Lun. Dialah siainak nakal bernama
Mo Lek!”
„Ha, pantas dia lihay setali! Cee In memuji. “Dulu ketika aku
mengikuti guruku mengunjungi Touw Ceecu, dia masih
ingusan, tapi sekarang dia sudah jadi begini besar!”
„Selama sepuluh tahun banyaklah terjadi perubahan.” kata
Kui Ciang bersenyum.’ Bukankah kaupun dulu sebesar dia
teJapi sekarang kau terpuji umum sebagai hiap kek, orang ga-
gah yang berhati mulia! Apakah gurumu baik?”
“Suhu masih tetap seperti dulu!” Cee In menawab. “Dia
masih terumbang-ambing ke-timur dan barat dengan
pekerjaannya meno-longi orang menggosok kaca. Hanya
sekarang ini adik seperguruanku Lui Ban Cun yang mengikuti
dia, maka juga pedangkuaku serahkan pada-iya. Golokku ini
aku dapat hadiah dari Thaysiu Thio Sun dari kota Hoay yang.”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Selama beberapa tahun ini akupun lagi mencari loo-jin-kee


gurumu itu,” kata Tiat Mo Lek, “Sayang sampai sekarang aku
masih belum berjodoh menemuinya…”
„Buat apakah kau mencari orang tua itu?’ tanya Kui Cang,
tertawa. “Apakah kau hendak menuntut pelajaran menggosok
kaca?”
Matanya Mo Lek terlihat merah. Mendiang ayahku menyuruh
aku mencarinya,” sahutnya perlahan
Dijaman dahulu itu orang mamakai kaca-rasa dari kuningan
atau tembaga, setelah dipakai sekian lama, alat berkaca itu
mesti digosok untuk dibikin bersih dan berkilau, maka juga itu
waktu ada Suatu cabang pekerjaan, ialah “menggosok kaca”
namanya. Gurunya Cee In menjadi seorang gagah pengembara
yang menyembunyikan diri, dari itu sengaja ia hidup bekerja
sebagai tukang gosok kaca. Den an begitu ia bisa hidup
merdeka serta dapat ketika merantau, untuk berkenalan
dengan orang orang gagah lainnya. Oleh karena itulah maka ia
dikenal sebagai MoKeng Loo-jin, siorang tua tukang gosok
kaca. Lam Cee In biasa mengikuti gurunya, dia suka meng-
gosok pedang, maka orang Kangouw menggelarkan dia Mo
Kiam Kek, situkang gosok pedang.
---ooo0dw0ooo

Jilid 4
Pada dua belas tahun yang lampau Mo Keng Loojin dan Mo
Kiam Kek pernah menerima undangannya Touw-kee Houw.
lima saudara Harimau Keluarga Touw, mereka menjadi tetamu
terhormat di benteng Touw Kee Cee. Di sana Cee In bertemu
dengan Toan Kui Ciang dan istri serta Tat Mo Lek. Itulah
perkenalan mereka.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tiat Kun Lun mempunyai dua sahabat paling akrab: yaitu


Touw Leng Ciok dari Touw Kee Ngo Houw, dan yang lainnya
Mo Keng Loojin. Kepada orang tua itu pernah ia menitipkan
anaknya Lantaran Mo Keng Loojin tak tentu tempat kediaman-
nya, hingga ianya jadi sukar dicari, Tiat Kun Lun menitipkan
anaknya kepada Touw Leng Ciok, buat diangkat menjadi anak.
Karena itu, Mo Lek mencari Mo Keng Loojin.
“Kami pun pernah dengar kabar meninggalnya Tiat Cee cu,”
kata Lam Cee In, “lalu kemudian kami mendengar juga hal
gunungnya diserbu pasukan tentara negeri, begitu-pun tentang
sering terganggunya Touw Kee Cee hingga orang mesti sering
berpindahan. Suhu pun sangat memikirkan kau, adik Tiat.
Syukur sekarang kita dapat bertemu di sini. Kau hendak
mencari guruku, itu tak sukar. Besok aku mau pergi ke Hoay-
yang, mari kuturut aku. Suhu menjanjikan aku bertemu di kota
itu.”
“Ini … ini . . , kata Mo Lek, yang ragu ragu, sedang
sebenarnya ia mau mengatakan „Inilah baik” Ia lantas
merubahnya : “Inilah baik, cuma besok belum dapat aku turut
kau …”
Lam Cee In mengawasi ialah orang Kang Oaw
berpengalaman, maka ia berpikir “Turut pendengaran, Tiat Kun
Lui terbinasa ditangan musuh, sedang barusan waktu nama
ayahnya disebut sebut, mata anak ini menjadi merah, air
matanya mengembeng, kalau begitu, benarlah pendengaranku
itu. Ia dipesan ayahnya mencari guruku, pasti itu bukan urusan
menitipkan anak, pastilah itu urusan permintaan tolong
membalaskan sakit hati. Hanya kenapa ia menampik ajakanku
pergi menemui guruku? Apakah ia mempunyai urusan yang
lebih penting dari pada sakit hati ayahnya itu ?”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Habis berpikir begitu, orang she Lam in berkata pada Toan


Kui Ciang : “Toan Toako ada urusan apa toako berdua datang
ke kota Tiang an ini ?”
Kui Ciang menoleh kepada Mo Lek. “Tidak ada urusan yang
penting,” sahutnya. “Kami cuma ingin menjenguk sahabat . . . “
“Siapakah sahabat itu?”
“Dia bukan sahabat Rimba Persilatan, kalau aku menyebut
nya belum tentu saudara kenal. Sekarang ini saudara berdiam
dimana ? Apa boleh saudara berdiam kira-kira dua hari lagi ?
Besok Mo Lek boleh pergi menjenguk kau.”
Lam Cee In heran hingga ia jadi tambah curiga, Ia
pikir:”Persahabatanku dengan Toan Toaku bukan persahabatan
karib tetapi begitu jauh aku tahu dialah orang jujur dan baik.
sebagaimana tadi dibuktikan dia lantas membantu aku. Kenapa
sekarang dia agak ragu-ragu? Mungkinkah dia menganggap aku
sebagai orang luar? yang lebih aneh lagi dia kata Mo Lek dapat
menjenguk aku! Kenapa dia tak mau menyebutkan tempat
kediamannya kepadaku? Apakah sebabnya ini? Dia lah orang
gagah kenamaan, tak selayaknyalah sikipnya ini”
Orang she Lam ini berpikir demikian umpama dia
mengetahui pikirannya Toan Kui Ciang. Sebelum begitu otak
orang she Toan ini bekerja keras sekali, dia terombang ambing
dalam keragu raguan, Sebenarnya dia ingin bicara dengan jujur
akan tetapi akhirnya dia mengambil putusan akan pertaruhkan
jiwanya sendiri saja. Malam sebentar dia mau pergi
ketempatnya An Lok San guna menolongi Su It Jie, Dia tahu
besar sekali faedahnya kalau Lam Cee In membantunya.
Bukankah dia bakal memasuki Kedung naga dan sarang
harimau? Tapi diapun tahu baik sekali bahwa An Lok San
mempunyai orang-orang yang liehay! itulah berbahaya untuk
minta bantuannya Cee In, Apa jadinya apa bila apa lacur Cee In

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menemani dia membuang jiwa di sana? Tak tega dia! Di


sebelah itu Cee In sekarang lagi membantu Kwee Cu Cie
diperbatasan, disana tenaganya dibutuhkan jikalau ia terbinasa
di sini, Kwe Cu Cie kehilangan sebelah lengannya. Dan masih
ada beberapa yang ketiga, yang membuatnya malu hati. Dalam
pertempuran dirumah makan, tadi, membantui Cee In, maka
kalau sebentar malam dia minta Cee In membantuinya itulah
sama saja dengan ianya meminta pembalasan budi.
Inilah tak nanti dia lakukan, meski mungkin orang
menganggapnya layak. Untuknya, menagih budi. Merusak
martabat seorang ksatria. Maka dia mengeraskan hati tak mau
dia memberi keterangan,
Tia Mo Lek cerdik, ia mengerti sikapnya Kui Ciang meski ia
ingin bicara, ia toh me nutup rapat rapat mulutnya.
Lam Cee In tidak berani menanyakan. Ia pun terhitung
orang yang tingkatnya lebih muda. Oleh karena mesti berdiam
ia menjadi likat sendirinya.
Kui Ciang lantas menyimpangi pembicaraan mereka. ”Apakah
Tio Sun yang sekarang menjadi Taysiu di kota Hoay-yang?’ dia
tanya. “Kabarnya dulu dia pernah mengepalai pasukan perang
menggempur bangsa Kiang dan beberapa kali memperoleh ke-
menangan yang gilang gemilang. Dia panglima yang pintar dan
gagah!”
Cee In mengangguk. „Sekarang ini aku berniat pergi dulu ke
Hoay-yang,” ia kata. ”Darisana baru aku kembali ke Kiu goan
sana aku hendak menemui thay-siu itu. Suasara di perbatasan
sekaang guncang. An Lok San memegang Kekuasaan besar
atas tentara. Yang dia pakai sebagian besar orang-orang sulu
bangsa 0uw Siang dan malah dia merencanakan menelan
wilayah pelbagai ciat touw-su, guna memperbesar
pengaruhnya. Kelihatannya dia bakal menjadi mara bencana

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

besar. Kwee Leng Kong ketahui aku sahabatnya Thio Thiy-siu,


maka aku diutus untuk kita membuat perhubungan, supaya
kalau sampai terbit malapetaka, dapar kita bekerja sama, untuk
saling membantu, kebetulan guruku bakal sampai di Hoay-yang
lain bulan, maka kita berjanji membuat pertemuan di tempat-
nya Thio Thaysiu itu.”
Demikian mereka berbicara sambil berjalan, sampai mereka
telah mengitar melewati Cie Kiai Shia, Kota terlarang, terus
sampai di kaki gunung Le San. Di atas gunung itu ada sebuah
istana peristirahatan. Mulai dari tanjakan Geng Loan Po,
wilayah itu dijadikan wilayan terlarang yang dijaga barisan wie
su. Dibawaban tanjakan Geng Loan Po itu ada sebuah
bangunan, yang mentereng indah mirip istana
Lam Cee In menunjuk kepada bangunan itu. romannya
mendongkol. “Jahanam An Lok San pandai sekali
membahagiakan dirinya!’ Katanya, sengit. “Setiap tahun dia
berdiam di kota Tiang an paling lama dua bulan, toh dia telah
membangun gedung itu yang seperti istana mewahya. Dia
hidup besar dan cukup, tapi kasihan orang orang peperangan
yang membelai tapal batas, mereka kurang pakaian dan kurang
makan, mereka mesti bernaung dibawah tenda saja untuk
melindungi diri dari matahari angin dan hujan.’
“Oh, kiranya itu gedungnya An Lok San!” kata Kui Ciang,
heran terkejut. Maka berpikiran dia: “Tadi kita bertarung di
rumah makan, aku justeru bersangsi sekali untuk sebentar
malam pergi pula kesana menanti kan An Lok San. Mudah
orang mengenali. Sekarang aku mendapat tahu sarangnya ini.
tak usahlah aku pergi lagi ke rumah makan itu, sebentar saja
ia di sarangnya. Hanya gedung ini dekat istana, tempat yang
Terlarang inilah berbahaya Sulit untuk masuk kesana
menolongi orang””

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kui Ciang berpikir sambil tunduk alisnya mengkerut. Cee In


melihatnya, ia menduga kawan ini mendongkol karena
kemewahannya gedung An Lok San itu. Mimpi pun tidak dia
bahwa sebentar malam kawannya mau menyatroni gedung itu!
Ketika itu matahari sudah doyong ke barat. “Hari ini aku
bertemu dengan kau saudara senang hatiku,” Cee In kata.
„Hanya sayang kita belum dapat berbicara dengan lama dan
asyik Sebentar aku mesti pergi ke-gedungnya Ho Siauw kam
untuk mengunjungi Ceng Lian Haksu. Maka itu, saudaraku
andaikata besok kau mempunyai tempo luang, aku mima
sukalah kau dan Mo Lek datang kepondokan ku untuk kita
berbicara lebih jauh”.
Kui Ciang mengangguk Leng-ho Tat berniat mencelakai kau,
saudara Lam,” ia kata, “kalau sebentar malam kau pergi
kerurnahnya orang she Ho itu, baiklah kau berhati-hati.”
Cec In tertawa. „Dirumahnya Ho Siauw kam di mana pun
ada Ceng Kian Haksu,” katanya “aku rasa dia tidak nanti main
gila! Meski begitu, tentu aku akan berlaku waspada.”
„Besok ada janjiku dengan seorang sahabat.” kata Kui Ciang,
“Aku kuatir kita tidak bakal bertamu pula. saudara Kam Pula
mungkin besok ada suatu urusanku yang bakal memusingkan
saudara, apalagi benar terjadi demikian, nanti aku suruh Mo
Lek yang menyampaikannya.’
Cee In heran, ia menjadi masgul. Tetap orang tidak mau
omong terus terang padanya. Ia cuma bisa mengangguk.
Sampai diisitu, mereka berpisahan.
Kui Ciang mengajak Mo Lek pulang ke pondokannya, lantas
dia mengunci pintu kamarnya ,
”Mo Lek,” katanya ”tempo berkumpul kita tinggal dua jam
lagi, Bagaimana dengan ilmu pedang yang aku ajari kau? kalau

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ada bagian bagian yang kurang jelas, sekarang kau tanyakan


aku.”
Orang she Toan ini menghadapi saat ber-pisahan hidup atau
mati tapi toh ia masih tak melupakan pelajaran silat
Keponakannya itu.
Mendengar itu. si anak muda menjadi sangat terharu,
mendadak ia menangis terus ia menjatuhkan diri berlutut
didepan sang kouwthio.
Seumurnya, kecuali ketika ayahnya menutup mata, belum
pernah Mo Lek menangis, maka kali ini luar biasakah ia
mengucurkan air mata dan nangis terisak Ia mengangguk tiga
kali hingga kepalanya membentur lantai.
“Kouwthio,” katanya “aku minta sukalah kau ijinkan aku
memanggil suhu padamu! Suhu! . . Suhu ! . .”
Kui Ciang memimpin bangun. “Dengan mendapatkan murid
sebagai kau, tidak nanti aku menyesal ” katanya, bersenyum.
“Hanya sayang tidak dapat aku mewariskan semua
kepandaianku kepada ku. ialah tak dapat memberinya sekaligus
dalam waktu yang singkat. Lain dan itu, hari kemudian kau
penuh dengan pengharapan besar, kau bakat melebihkan aku.
maka itu jangankah kita menjadi guru dan murid”
Dengan kata-kata ini K.ui Ciang maksudkan supaya Mo Lek
mencari lain guru saja.
” Suhu. tidak dapat kau menolak!” kata Mo Lek, memaksa.
“Aku mesti minta kau menerimanya! suhu kau akuilah aku
sebagai muridmu!”
Kui Ciang tertawa, senang la untuk kesungguhan hati si
bocah. ”Kau bikin aku kewalahan, anak!” katanya ”Baiklah,
untuk sementara aku sebagai muridku. Tapi lain hari kalau
jodoh kita sudah habis, kau perlu mencari lain guru. Maukah
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kau berjanji ? Kalau tidak tak suka mengambil kau sebagai


muridku! ”
Mendengar itu, Mo Lek jadi bertambah berduka, air matanya
turun deras sekali Kui Ciang menarik tangan orang, ia menepas
air matanya.
“Anak tolol, buat apa nangis?” katanya, tertawa „Sekarang
bukan waktunya main menangis bilang bagian apa yang kau
kurang terang lekas kau tanyakan!”
Mo Lek cerdas tetapi masih rada sulit ia menerima pelajaran
silat dari pamannya ini. Itulah sebab sukarnya ilmu silat yang
diwariskan itu. Pula ditempat begini, di saat hati sangat pepat
mana dapat dia belajar benar?
„Baiklah, sebagai guru hendak aku menguji kau!” kata Kui
Ciang melihat orang diam saja, “Coba kau baca teorinya diluar
kepala!”
Mo Lek paksa menahan air matanya, ia lantas mengapalkan
ajaran guru ini. Ia sebenarnya sudah faham hanya kedukaan
membikin otaknya rada gelap, ia membuat beberapa kesalahan.
Kui Ciang memberikan keerangan, untuk membenarkan itu.
“Kau dapat mengapal ini, baik sekali” katanya kemudian, „Lain
waktu, apabila kau dapat guru yang pandai, dari gurumu itu
kau dapat minta pengajaran terlebih jauh.”
Demikian paman dan keponakarr, sang guru dengan
muridnya. Padi kira-kira jam dua. Kui Ciang lantas menyalin
pakaian dengan ya neng ie, yaitu dandanan untuk ke luar
malam yang singkat. Ia pesan muridnya: ”Kalau besok terang
tanah aku tidak kembali kau mesti lekas mengangkat kaki dari
sini, kau pergi kepala Lam Tayhiap kamu pergi lebih dulu ke
Hoay yang setelah kau bertemu dengan Mo Keng Loojin. tolong
kau sampaikan permintaanku kepadanya agar dia suka

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

membantu ayah angkatmu Inilah janjiku kepada pamanmu


yang ketiga. Aku sendiri. aku kuatir tak dapat aku membantu
lebih jauh padamu, maka juga aku minta bantuannya Mo Keng
Loojin bersahabat baik dengan ayah angkatmu, aku percaya dia
akan suka membantu “
Mo Lek ingin turut guru itu. tetapi karena ia duga pasti Kui
Ciang bakal menolak, ia tidak bilang suatu apa, ia mengangguk
dengan menyahut “Ya” berulang u!ang. Di dalam hati ia telah
buat rencana lain
Berpisah dari muridnya, Kui Ciang langsung menuju ke
gunung kira kira jam tiga. Malam itu rembulan tidak muncul,
ada juga bintang bintang yang sinarnya guram. Dengan
bantuannya bintans-bintang itu, ia memandang ke bangunan
yang mewah itu. Ia cuma melihat sebuah jalan miring yang
kecil dan sempit untuk tiba di istananya An Lok San itu. Di
mulut jalanan itu ada penjagaan oleh dua ora ig wie su. Di
belakang gedung ialah batas istana Kaisar yang terlarang itu.
Tak usah disebut lagi bahwa penjagaan di sana pasti lebih
kuat pula.
„Jikalau aku paksa menerobos, andaikata dua wie su ini
menemui kematiannya, yang disebelah atas tentu
mengetahuinya ” Kui Ciang pikir-“Bagaimana sekarang ?”
Ketika itu seekor burung besar terbang bergelapakan dari
alas sebuah pohon. Melihat burung itu, Kui Ciang mendapat
akal Ia menjumput sepotong batu, ia menyentil itu kesebelah
belakang kedua wie-su.
Kaget mereka itu berdua, keduanya berpaling dengan
gesit Kui Ciang sudah siap sedia ia menggunakan saatnya yang
baik itu. Dengan satu lompatan enteng dan pesat, ialah dengan
“Teng-peng touw-sui” atau “Menyebrang dengan menginjak
kapu kapu.” ia melerat melebati kedua cinteng itu. la dapat
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lewat tanpa suara apa-apa, tanpa terlihat. Ketika ia menoleh ke


bslakanj, ia sudah menjauhkan diri tujuh atau delapan tombak.
Dengan cepat ia menyembunyikan diri didalam rumpun rumput.
„Aku merasa aneh,” kata wie-su yang satu pada kawannya.
“Aku seperti mendengar suara timpukan batu yang biasa
digunakan oleh orang yang suka keluar malam. Aku kan
menjaga di depan sini, pergi kau meronda ke belakang kita
mesti jaga supaya tak ada orang yang nyelundup naik ke mari.”
Kedua wie-su biasa saja kepandaian silatnya tetapi mereka
rupanya berpengalaman. Maka ketika mendengar kata-kata
mereka itu, Kui Ciang mengeluh dalam hatinya : “Ini sulit . …”
ia tidak berani sembarang keluar dari tempatnya bersembunyi
Syukur sekali, mereka itu tidak mencari ke arah rumput
tebal. Lega juga hati Kui Ciang. Meka ia berpikir, selagi orang
membalik tubuh, ingin ia maju lebih jauh. Tengah ia mau
melompat, mendadak ia mendengar suara batu jatuh di sisinya,
menyusul mana ia melihat sesosok tubuh berlompat sampti di
depannya. Orang itu bergerak sangat cepat bagai bayangan.
Kui Ciang lompat, tangannya diluncurkan, untuk menyerang.
Orang itu berkelit, dia berkata perlahan sekali : „Apakah Toan
Tayhiap ? lekas kembali, atau akan ada bahaya jiwa !”
Tak suka Kui Ciang menurut nasihat itu. Meski demikian, ia
toh lompat juga ke belakang sebuah pohon besar, karena si
wie-su telah kembali.
“Siapa ?” tanya wie.su itu bengis. Akan tetapi : “Oh, kiranya
Liap Ciangkun ! Aku kira ada si tukang jalan malam yang
menimpukan batunya”
Orang yang dipanggil Liap Ciangkun tertawa. “Malam ini ada
datang utusan Seri Baginda, aku perlu melakukan perondaan
istimewa.” ia menjawab. „Aku mau coba. kamu waspada atau

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tidak. Nah, lihat di sana, itulah si tukang keluar malam yang


kamu curigai!’
Sambil berkata, Ciang kun, atau jenderal, ini mengayun
sebelah tangannya, meluncurkan sebatang panah tangan, atas
mana seekor burung besar, yang biru terbang keluar dari
antara pepohonan, lantas menjerit dan jatuh ke tanah.
„Itulah Kokobeluk!” kota Liap Ciangkun, tertawa. “Rupanya
dia mengambil sarang burung lainnya lalu dia bikin jatuh hingga
kamu mendengar seperti suara batu Tapi benar, suara yang
belakangan ialah suara batu tulen yang dilemparkan olehku,
guna mencoba kamu bertelinga jeli dan getap atau tidaK, kamu
setia terhadap tugas kamu atau tidak. Bagus kamu bagus !”
Kedua wiesu itu tertawa senang mereda dengan pujian itu.
Maka mereka pun kata :
“Kami harap sudi apakah kiranya Liap Ciangkun nanti bicara
baik tentang kami di depannya Sie Cie hui !”‘
Teranglah kedua wiesu ini orang sebawahannya Sie Siong,
sedang ini Liap Ciangkun berada di atasan mereka tapi masih di
bawahan Ciangkun she Sie itu, pasti dia orang kepercayaan Sie
Siong
Kui Ciang heran Ia tidak kenal Liap Ciangkun itu. Siapakah
dia ? Kenapa dia mau membantuinya ? bukankah orang
bermaksud baik menasihati ia untuk lekas mengundurkan diri ?
Toh orang itu orangnya An Lok San ! Pusing ia memikirkannya.
Ketika itu kedua wiesu bergama Ciangkun itu sudah meronda
ke mulut jalanan. „Biarnya ini istananya Giam Lo Ong, malam
ini aku toh mesti memasukinya ! ‘ kata Kui Ciang dalam hati.
Keras niatnya menolong Si It Jie, hingga ia menjadi nekad. Dan
tanpa menghiraukan nasihat Liap Ciangkun tadi, ia maju kearah
gedung itu sekalian.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Di depan gedung ada penjagaan tapi Kui Ciang tidak


raemperdulikannya. Dengan berhati hati juga dengan
kegesirannya, ia melewatinya. Ia selalu main sembunyi. Ia
sampai di pintu belakang. Di sini ada dua wiesu yang menjaga.
Penjagaan di sini tak serapat di sebeiah depan. Inilah rupanya
orang pikir tak usah berkuatir ada orang datang dan turun dari
atas gunung
Bersembunyi di belakang sebuah batu besar, Kui Ciaus
memasang kuping. Kedua wiesu itu lagi pasang omong hal An
Lok San menghadap Yo Kui hui di dalam keraton. Yang satunya
bicara sambil tertawa.
“Aku tidak percaya,” kata yang lain tertawa juga. „Benarkah
terjadi demikian ? menurut kau maka Raja tentulah menjadi si
kura kura !”
„Kau tidak percaya ?” kata yang pertama yang termokmok.
“Tahukah kau bahwa utusan Sri Baginda masih ada di dalam
sini tengah berbicara ? Dia datang mewakili ‘Raja dan Kui hui
mengantarkan apa yang dinamakan uang cuci arak. Ciat touw
su kita hari ini bukan cuma nyalinya besar tapi diapun
beruntung dapat banyak uang karun.
Kawannya itu gembira. Dia tertawa ,Lo Gui !” kata dia,
„Benar-benarkah Ciat-touwsu kita dimandikan oleh Kui hui coba
kau jelaskan ! Maukah kau ?”
„Ketika Ciattouwsu kita masuk dalam keraton,” menutur si
gemuk, Kui-hui Nio-nio lagi mandi air rendam kunga di ruang
belakang, begitu dikabarkan tibanya Ciattouwsu kita, dia lantas
keluar menyambut, tanpa nyisir atau dandan lagi. dia cuma
mengerebongi diri dengan sutera tipis …”
„Dengan begitu, apakah dia tidak jadi kedinginan?”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

”Dasar orang desa tolol!” kata si gemuk tertawa , Di dalam


keraton di empat penjuru tembok ada perapiannya, di dalam
pedupaan pun ada dipasang hio wangi, maka itu tak perduli di
luar salju turun hebat, di dalam keraton bahwa terus hangat
seperti dimusim semi !”
“Ah!” mengeluh si kurus menarik napas, „entah sampai
kapan aku mendapat giliran mengikut Tayswee masuk ke
Keraton. Supaya aku mempunyai ketika membuka mataku lebar
lebar. Jikalau bisa begitu tak kecewa hidupku ini … . Loo Gui,
Nio nio ke luar dengan berkerobong tipis, apakah Seri Baginda
tidak menegur dia kurang hormat?”
Wiesu she Gui itu tertawa, “Seri Baginda sangat menyintai
Kui hui, mana dia mau menegur laginya di dalam istana, ciat
touwsu kitalah yang paling dipercayakan. Dia hanya tidak
menyangka orang yang dia paling percaya itu justeru telah
main gila dengan-orang yang dia paling cinta !”
Si kurus heran. „Aku tidak tahu tayswee memiliki kepandaian
apa maka ia dapat menempel kui-hui berbareng dipercayakan
Seri Baginda …” katanya.
Si orang she Gui tertawa pula. „Kaulah orang baru, mana
kau tahu ! dilahir tay-swee tampak kasar, sebenarnya dia cerdik
sekali. Pernah suatu hari Seri Baginda panggil tayswee madap
di istana Ciauw Keng Kiong untuk pasang omong. Baginda lihat
tayswee gemuk sekali, sambil menunjuk perutnya yang besar,
sembari memain ia tanya : „Perut anak ini besar seperti guci
entah barang apa disimpan di dalam situ ? Atas perkataan itu.
tayswee memberi hormat dan menyahuti : „Tidak apa-apa
hanya hati yang merah ! Hamba ingin dengan hati merah ini
mengerjakan segala apa untuk Seri Baginda ! “Seri Baginda
girang, ia puji menteri itu setia. Demikian dia jadi dipercaya.”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Si kurus tertawa. , Ah, kita jadi melantur!” katanya.


„Sekarang kau ceritalah tentang Kui-hui Nio-nio.”
Si Gui tertawa, lantas dia membawa aksinya si tukang cerita.
„Habis mandi Nio nio mengenakan baju sutera tipis, dadanya
terpetah, tangan bajunya tergulung. Melihat itu Seri Baginda
memuji dan bersenandung syair pujian : „Lembut bagaikan
daging kepala ayam ! Atas itu tayswee menimpali : “Berlemak
seperti susu.”
Si wiesu kurus tertawa terpingkal-pingkal air matanya keluar,
tangannya memegangi perutnya.
“Jenaka tayswee kita!” katanya “Seri Ba ginda pun tertawa
geli sebagai kau.” Keduanya ketawa pula, Ketika Kui-hui Nio-nio
muncul, tayswe memberi hormat sambil memujikan panjang
umur kata Seri Baginda: Lok San kau keliru! buat menghormati
orang mesti memberi hormat pada ayah dulu! Seri Baginda
berkata sambil tertawa. Lantas tayswee menyahuti: Hamba
orang Ouw. Kebiasaan orang Ouw ialah menghormati ibu dulu,
baru ayah. Raja senang sekali dan mengatakan tayswee jujur
Kemudian tayswee bilang bahwa tiga hari yang lalu ialah ulang
tahunnya, Mendengar itu Nio-nio berkata Memelihara anak,
dihari ketiga anak itu harus dimandikan, kau mengakui aku ibu,
kau belum menjalankankan aturan, baiklah hari ini kau
dimandikan, benar benar pakaian tayswee dilolosi, ia
dikerobongi mirip bayi, lalu dinaiki keatas joli dan diarak
disekitar istana. Nio-nio dan Seri Baginda turut mengarak.
Orang semua tertawa gembira ”
Toan Kui Ctang menggeleng kepala. ”Benar-benar raja gila!”
kata dalam hati. „Kau tahu Lao, Tio masih ada yang lebih gila!”
kata si Cui pula. Habis itu Seri Baginda mengangkat tayswee
merangkap jabatan ciat touwsu wilayah Ho-tong dan tanpa
menanti sampai besok malam ini telah dikirim utusan
membawa hadiah barang permata, katanya wisit upacara
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

permandian itu. Sampai sekarang tayswee masih menemani


Utusan Seri-Baginda minum arak “
„Pantas malam ini penjagaan ditambah!” kata wiesu she Thio
itu, si kurus. “Tinggal kita mesti berdiam di sini minum angin
barat daya, sampai sebentar jam lima baru ganti giliran!”
„Kau jangan mendumal!” kata si Gin si gemuk. „Ini justeru
tugas bagus. Tayswee tambah pangkat dan mendapat hadiah,
mungkin besok dia akan memberi presen. Sekarang kita
menjaga disini besok kita akan dapt bagian Kita!’
Kui Ciang sebaliknya berpikir: “Inilah kebetulan! Baik aku
bekuk mereka lalu aku pakai mereka memaksa An Lok San
merdeka-kan Su It Jie…” lantas dia bekerja.
Kedua wiesu masih bicara tempo mendadak dada mereka
terhajar keras, tanpa bersuara, mereka roboh. Itulah sebab thie
liancie, biji teratai besi Kui Ciang mengenai telak jalan
darahnya, soan-kie hiat. Tetus Kui Ciang lompat kesisi mereka
itu dengan tangannya ia menggempur hancur sebuah batu
keras, sembari berbuat begitu, dia kata bengis ‘Jikalau kau
menyayangi jiwa kamu dengar perkataanku”
Kedua wiesu ketakutan. ‘Baik, baik,….” kata mereka.
”Buka bajumu, mari aku pinjam!” kata Kui Ciang.
Wiesu, yang rubuhnya rada berimbang, menyerahkan
pakaiannya. Habis itu Kui Ciang menotok pingsan oraag itu,
yang tubuhnya ia lemparkan ke rumput tebai.
Sigemuk ketakutan, dia menjublak. “An Lok San bersama
utusan raja ada dimana?” tanya Kui Ciang. ‘Mari antar aku.!”
Wiesu itu bergemetaran, tak dapat ia bicara. ‘”Apakah kau,
cuma takut pada An Lok San tidak pada aku? lihat batu itu,
contohnya! Apakah kau lebih kuat dari pada batu itu?”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Si gemuk ketakutan, terpaksa ia mengikuti, Kui Ciang tempel


jalan darah jie-khie di-pinggang orang, ia jalan berbareng
sambil memesan: “kalau ada yang tanya, bilang saja kau lagi
tukar giliran”
„Kalau rahasia kita ketahuan?”
”Nanti aku yang melayani, kau jangan takut.’ Wiesu itu mati
akal.
Dari pintu belakang mereka memasuki taman. Kui Ciang
bikin kopiahnya melesak, hingga hampir separoh mukanya
tertutup, Mereka pun sebisanya jalan ditempai sepi. kalau toh
ada beberada wiesu lainnya yang melihat, mereka itu tidak
curiga. Habis melewati gunung gunungan, didepan terlihat
sebuah gedung yang apinya terang.
“Itu dia tempatnya tayswee dan utusan Seri Baginda,” kata
siGui “Aku toh tak perlu menemani lebih jauh?…”
Baru Kui CiangTmau menjawab, didepan mereka berkelebat
satu bayangan, yang lantas menegur: “Gui Loo Sam?
“Ya, aku hendak menukar giliran!” si gemuk menjawab. Kui
Ciang menyiapkan dua biji teratai besi Ia merasa mengenali
suara orang itu, yang berkata dingin: “An Lok San lagi
menemani utusan dari Seri Baginda minum arak, siapapun
dilarang datang dekat! kalau kau giliran tukar, kau mesti pergi,
kenapa kau keluyuran disini? kalau kau ganggu tayjn, awas
batok kepalamu“
Sigemuk menyahuti “Ya” beberapa kali” atas mana orang itu
pergi kejalan lainnya. Kui Ciang mengenali orang ialah si Liap
Ciang-kun. Ia merasa suara barusan ditujukan kepadanya,
supaya ia jangan sembrono hanya pergi mengundurkan diri. Ia
heran.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Siapa orang itu?” ia tanya si Gui. ”Dialah Liap Hong Ciang


Kun, huciang pasukan pengawal pribadi tayswee.”
Kui Ciang lantas ingat ahli pedang tua Liap Peng ditok cu.
Hoan-yang, nama anak-nya dia itu rasanya Liap Hong. Pikirnya:
“Kiranya dia, tapi aku belum mengenalnya, kenapa dia selalu
menolongi aku? Aneh! Dia benar bukan hiap-kek dan namanya
tak ber-cacad, kenapa dia jadi punggawa kepercayaannya An
Lok San?”
Si gemuk kata ketakutan, dahinya keringatan: ‘Syukur kita
ketemu Liap Ciangkun. Dia memang baik hati. kalau umpama
kata kita bertemu Gui Ciangkun, pasti kita celaka… Tapi. tolong
lepaskan aku, aku ingin beristirahat.”
„Baik, kau bo’eh beristirahat!” kata Kui Ciang, yang
mendadak menotok urat gagu o-rang. supaya orang tak dapat
berkutik. Ie menyeretnya kedalam guha seraya kata, “Gui Loo
Sam, maaf! kau tahan sabar dua jam, nanti kau bebas sendiri.”
Kui Ciang tinggalkan wiesu itu, ia lompat naik keatas pohon,
untuk mengitari kedalam gedung.
An Lok San duduk beradu diatas pemba-lirgan bersama
seorang opsir yang bertubuh kekar. Empat opsir menanti di
kedua pinggiran, di utaranya ada Sie Siong. Kata ia dalam
hatinya: “Dia ini mestinya utusan raja. Kenapa dia bukannya
orang kebiri? ‘
Adalah aturan di istana, utusan istana terdiri dari orang kebiri
atau thaykam. Ia heran tapi tak bercuriga keras.
“An Tayjin, kebetulan kau datang hari ini, “ terdengar utusan
raja itu. “Sebenarnya hari ini Kui-hui Nio nio lagi bergusar.
Syukur kau dapat menghiburnya.”
„Kenapa Nio-nio gusar? “

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

”Tak lain tak bukan disebabkan syairnya Lie Haksu.


“Bagaimama itu?”
Mendengar disebutnya Lie Hek, Kui Ciang memasang telinga.
“Sebelum tayjin datang, Seri Baginda dan Nio nio minum arak
di paseban Tim Hiang Teng menikmati keindahan bunga
buwtan, “menerangkan si utusan raja. Sri Baginda gembira
sekali dia perintah memanggil Lie Haksu. Haksu itu lagi sinting
di rumah makan, dengan susah payah Lie Ku Liang datang
memanggil “ . “
„Apakah Nio-nio menganggap dia kurang ajar? ‘Bukan.
Sudah biasa Lie Pek berlaku berkepala besar. Baginda pernah
menyusuti dengan jubah sendiri ilarnya haksu itu serta
menyuruh Nio nio mencekoki godokan untuk menghilangkan
mabuk araknya.”
An Lok San menggelengkan kepala. “Dia terlalu dikasi hati! “
katanya. “Setelah Lie Hak su sadar dia disuruh menulis syair.
Dia menulis tiga ruas. Menarik syairnya itu. Maukah tayjin aku
bacakan?”
„Aku orang kasar, tak mengerti aku”.
“Syair itu pujian untuk Nio nio, sederhana bunyinya, tapi Nio-
nio gusar.”
“Heran. Nio nio dipuji tapi dia gusar. Kanapa? Aku jadi ingin
mendengarnya. “ Utusan itu membacakan syair itu.
„Raja senang mendengarnya, ia suruh Lie Ku Lian membikin
lagunya serta sekalian mainkan itu, untuk dinyanyikan beramai-
ramai. Memang itu sedap didengar.”
„Memang bagus bunyinya syair itu,” kata Lok San tertawa.
„Kalau begitu tayjin seorang ahli !”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Girang Lok San dipuji Ia lantas tanya syair yang kedua dan
ketiga. “Habis syair yang pertama itu yang Baginda puji.
Baginda minta dua lagi Lie Haksu minta presen arak dulu.
Baginda berkata dia toh baru sinting. Dia tidak mau mengerti,
katanya makin sinting makin dia dapat bersyair. Baginda ter-
tawa. Pantas kau dinamakan Dewa Arak! katanya. Lantas
Baginda menyuruh ambil anggur dari See-liang berikut cawan
emasnya. Bak-hie juga dipakai bak-hie yang biasa di pakai Sri
Baginda dan Nio-nio disuruh memeganginya …”
”Hm, dia dipuja seperti Thian !” kata Lok San. „Habis
menenggak kering araknya, Lie Haksu lantas menulis pula. Juga
kedua syair ini disukai baginda, yang kembali menitahkan
dibikinkan lagunya, untuk dibunyikan dan dinyanyikan seperti
yang pertama. Saking gembira Baginda sendiri turut meniup
seruling dan Nio nio disuruh menabuh piepee. Setelah puas. Lie
Ku Lian diperintah mengantarkan Lie Haksu pulang ke gedung
Han Lim Ie,”
Lok San heran. “Baginda senang, kenapa Nio nio gusar ?” dia
tanya.
”Sebenarnya Nio-mo juga girang, ketika ia kembali
kekamarnya ia masih menyanyikan syair itu. Lantas Kho Lek Su
mengatakan dia heran Nio-nio bergembira, sedang sebenarnya
sebaliknya mestinya. Nio nio tidak mengerti dan tanya apa
sebabnya. Kho Lek Su berkata, dengan syair itu Nio nio
disamakan dengan Tio Hui Yan. Mendengar itu Nio-nio menjadi
gusar, ia menjadi benci Lie Haksu.”
„Siapa itu Tio Hui Yan ?” tanya Lok San.
„Tio Hui Yan ialah permaisuri yang cantik dari Kaisar Seng
Tee dari Ahala Han.”
“Toh Nio nio tidak direndahkan dibandingkan dengan Tio Hui
Yan ?”
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Tayjin tidak tahu. Tio Hui Yan bertubuh langsing ia


disayangi umpama kata ia ditiup angin. Pernah Baginda berkata
main-main pada Nio nio „Kalau kau, biarlah kau ditiup
terlebih sering…. ketika Nio-nio bersaing dengan Bwee Hui.
Bwee Hui pun mengatakan dia budak gemuk. Maka itu Nio-nio
menjadi gusar.”
Lok San tertawa. “Oh, begitu katanya “Menurut aku, wanita
gemuk terlebih bagus!” Utusan Raja bersenyum ada artinya
senyumnya itu.
„Bagaimana ?” tanya Lok San. tak mengerti. ”Apakah aku
tidak benar ?” Utusan itu berkata perlahan.
Lantas tuan rumah menggeprak meja. mukanya merah
padam. „Sungguh Lie Pek jahat!” katanya. „Pantas Nio-nio
gusar!”
Tio Hui Yan telah main gila dengan hamba keraton nama
Yan Cek Hong, dia di kenal sebagai ratu cabul dalam jaman
Ahala Han. Kho Lek Su menghasut bahwa Lie Pek
membandingkan Yo Kui hui dengan ratu cabul itu. Tentu sekali
kui-hui menjadi gusar dan sangat membenci haksu itu,
karenanya pantas Lok San bergusar juga.
Si utusan tertawa. „Jangan gusar. An Tayjin,” katanya. „Lie
Pek membuat Nio nio gusar mana dia dapat bertahan lama di
dalam istana ? Dia boleh disayang Seri Baginda tetapi tak nanti
dia dapat melawan Nio-nio! Kho Lek Su pun liehay ! Maka sakit
hati apa juga bakal terlampiaskan!”
“Apakah Kho Lek Su bermusuh dengan Lie Pek?”
„Apakah tayjin masih belum tahu ? Tahun dulu negara Put
Hay mengirim utusan membawa suratnya dalam bahasa
asing Di dalam istana tidak ada menteri yang mengerti
bahasa itu, kemudian Hoo Tie Ciang memujikan Lie Pek. Dia ini

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengerti bahasa itu. dia membacanya dan menulis juga surat


balasannya dalam bahasa asing itu. Khan negara itu ditegur
untuk sikapnya yang tidak hormat. Dengan begitu Kerajaan
Tong terlinding, ketika itu Lie Pek lagi mabuk, selagi mau
menulis suratnya itu, ia menghendaki Yo Kok Tiong menggosok
oak dan Kho Lek Su membukai kaos kakinya. Demikian Kho
Lek Su telah lama mencari kesalahannya.
“Baiklah kalau begitu,” kata An Lok San. „Besok akan
aku kirim bingkisan untuk Kho Kong kong.” Tiba-tiba ia
menoleh kepa da Sie Siong, menanya ’”Kabarnya kamu
membuat huru hara di rumah makan. Bagaimana romannya
orang she Lam itu?”
Sie Siong memberikan keterangan sambil mematahkan Lok
San mendengari, ia ber pikir, ia berdiam saja. Siutusan
seoaliknya, menanya jelas tentang ilmu silat orang.
Kui Ciang memasang telinga, ia heran utusan ini seorang ahli
silat, Lok San mendengari sekian lama mendadak ia menepuk
tangan.
„Aku tak percaya dia demikian bernyali besar!” dia berseru.
Belum berhenti seruan nya itu, atau dua biji, senjata rahasia
menyamber kedalam. disusul dengan lompat masuknya sesosok
tubuh manusia.
Semua orang terperanjat. Kui Ciang tidak dapat menahan
sabar lagi. ia menyerang dengan teratai besinya. Ia menyerang
saling menyusul kepada An Lok San dan si utusan. Ia mengarah
jalan darah mereka, supaya mere ka roboh tak berdaya, la
sudah pikir habis merobohkan mereka iiu. ia mau tolongi Suit
Jie dengan jalan menggunai mereka atau salah satunya
menjadi manusia tanggungan Ia lihay dalam hal menggunai
senjata rahasia ia percaya umpama An Lok San lolos, si utusan
pasti tidak. Tapi dugaannya meleset, Utusan itu lihay sekali.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Teratai besi kecil seperti biji kacang, di timpuki Kui Ciang


melesatnya pesat bukan kepalang tetapi si utusan berseru:
“Baik!” sambil tangannya mengangkat sumpinya, menjepit
teratai besi yang pertama dan ketika yang kedua tiba, ia
menyampok dengan sumpitnya itu hingga kedua biji teratai ber
adu keris, dua batang sumpitnya itu patah, ditengahnya,
menjadi empat-potong.
„Oh” berseru si utusan heran. lantas dia tertawa bergelak
seraya berkata „Benar-benar ahli pedang, dari Yu-ciu kesohor
bukan namanya saja! malam ini dapat aku mementang lebar
mataku!”
Teranglah dengan kata-katanya itu, ia sudah lantas
mengenali penyerangnya, Dia memang bulan lain orang dari
pada satu di antara Tay-lwee Sam Toa Kho-ciu, tiga orang
tergagah di dalam istana, ialah U-bun Thong. Bersama-sama
Cin Siang dan Ut tie Pak, dia menjabat Liong Kie Touw ut, akan
tetapi dia merasa kurang disayangi Raja. Dia cuma merasa
sendirinya, bukan dia d bedakan. Sebabnya yaitu Cin Siang dan
Ut-tie Pak turunan menteri panglima pendiri Kerajaan Tong, dia
serd.ri dari keluarga biasa. Dia berang gapan Raja lebih akrab
dengan dengan kedua rekannya itu. Sebenarnya Raja tidak
membedakan mereka. Apa yang beda yaitu, Cin Siang dan Ut-
Ue Pak tidak membaiki segala dorna, U-bun Thong sendiri di
dalam menempel Yo Kui-hui, di luar merapati An Lok San. Ia
berbuat begitu dengan niat memperkokoh kedudukannya.
Demikian kali ini, mengantar wisit mandi itu, U-bun Thong
ditolong oleh Yo Kui-hui, yang memohon Raja mengutusnya. Ia
seorang liehar, ia tidak kenal Tean Kui Ciang tetapi ia tahu Kui
Ciang bermusuh atau lebih benar dimusuhkan An Lok San.
Dengan me-nyambuti teratai bes;, dan itu dicampur dengan
kcierangan tentang ilmu pedang orang, ia lantas menyangka
Kui Ciang Tepat terkaannya itu
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ketika itu Sie Siong bersama dua wie su lainnya sudah


memegat Kui Ciang Mereka bertempur di ruang dalam.
Karena kedudukannya sebagai kim-cee, utusan Raja, U bun
Thong tidak mau lantas turun tangan.
An Lok San kaget karena serangan gelap itu, lebih-lebih
mengetahui penyerangnya itu ialah Kui Ciang, musuh yang ia
lagi cari. Ia kagum karena U-bun Thong dapat menghalau
kedua biji teratai besi. Dengan lantas hatinya menjadi tetap,
hingga ia dapat berpikir: „Biarpun kau gagah. Kui Ciang, kau
datang seorang diri kemari, tidak nanti kau sanggup melayani
orang-crang sebawahanku ! Di sini pun ada U-bim Touw-ut!
Maka ia berbangkit dari kursinya, sembari tertawa ia kata :
„Aku kira siapa tak tahunya kau, sahabat baik ! bicaralah
secara baik ! Buat apa kau menggunai senjata! Benarkah kau
tidak ingat lagi persahabatan kita dan ingin sekali ambil
jiwaku?’
Kui Ciang mendesak mengurdurkan Sie Siong. ia pun
menangkis dua musuh lainnya, habis itu ia menjasi dengar
suaraoya yang nyaring : ,An Lok San, kaukah si hina yang
memperoleh angin baik ! kau hendak mencari balas, buat apa
ku menggunai caramu yang rendah ? kau dipat mencari aku,
kenapa kau membikin celaka sahabatku ?”
An Lok San tertawa. “Itulah salah mengerti !” sahutnya.
“Tapi walaupun kesalahan, kesalahan ada kebaikannya ! Jikalau
aku tidak keliru menangkap sahabatmu itu, mana dapat aku
mengundang kau tuan yang terhormat, datang kemari?, Baiklah
kau ketahui, tiada maksudku membikin susah sahabat.nu itu.
Kebetulan sekali sekarang kau telah datang, ingin aku meminta
kau suka bekerja pada aku disini.”
Kui Ciang bersenyum ewah. „Hm! Bekerja untukmu !
katanya, dingin. An Lok San tertawa lebar.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Aku merangkap jabatan Ciattouwsu untuk Peng louw, Hoau-


yang dan Hoo tong !” katanya nyaring „Jikalau kau bekerja
untukku, apakah itu menghina martabatku ?”
Berulangkali Kui Ciang mengasi dengar ‘Hm” yang nyaring.
Lantas dia berkata tak kalah nyaringnya : “Di mataku kaulah
dahulu buaya darat sekarang buaya darat juga! Bedanya ialah
sekarang kau berbuat kejahatan lebih banyak dan lebih besar !
Dulu kau cuma mencelakai rakyat jelata, rakyat baik-baik,
sekarang kau mencelakai rakyat berbareng tentara juga !
Hahaha ! Apakah kau sangka setelah kau menjadi ciat-touwsu
lantas aku memandang tinggi kepadamu? Hm !”
An Lok San sudah memikir memainkan sandiwara kucing
menangkap tikus. Ia percaya tak nanti Toan Kui Ciang dapat
lolos lagi Maka ingin ia lebih dulu mengejek dan menghinanya,
guna melampiaskan kemendong-kolannya, maka sungguh di
luar dugaan sekarang ia justeru didamprat habis habisan oleh
musuhnya ini ! Bahkan ia dihina di muka umum, di beber
rahasianya dibadapan tetamu dan orang orang sebawahannya !
Bukan main gusarnya ia. Tak dapat ia tertawa pula. Ia lantas
mengasi lihat romannya yang bengis.
„Manusia tak tahu diri !” ia membentak. “Hayo, kamu semua
hajar dia sampai mampus” Toan Kui Ciang tidak takut. Dia
tertawa berkakak.
„Aku telah berani datang ke tempatmu ini, itu tandanya aku
sudah tidak memikir untuk berlalu pula dengan masih hidup!”
dia kata, keras. ”Hanya untuk kau membinasakan aku, rasanya
itu taklah terlalu mudah! Haha!”
Sambil berkata begitu, Kui Ciang tidak berdiam saja. Orang
sudah maju untuk menyerang padanya. Ia memasang mata
tajam, kakinya bergerak, tangannya bergerak juga.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Aduh !” demikian satu jeritan. Maka seorang busu telah


tertancap dadanya dengan pedang hingga darahnya
mengucur keluar, hingga terpaksa dia mesti mengundurkan diri.
„Kantong nasi ! kantong nasi !” An Lok San mencaci berulang
ulang. „Lekas panggil beberapa orang yang berarti !”
Sie Siong maju meskipun ia jeri. Ia kenal baik liehaynya si
orang she Toan. Ia malu mendengar dampratan pembesarnya
itu.
„Bagus !” berseru Kui Ciang menyambut pecundangnya itu.
Ia lantas bersilat dengan sebat. Sie Siong kaget hingga ia
terpaksa mundur. Toh ia masih terlambat. Tahu-tahu
pundaknya terasa dingin dan sakit, pundak itu mengeluarkan
darah. Ujung pedang musuh membuat goresan pada
pundaknya itu !
Syukur untuknya, selagi dia diserang itu, Kui Ciang pun
diserang oleh seorang wiesu yang bersenjatakan sepasang
gaetan. Wiesu itu bukan sembarang wiesu. Untuk menolong diri
Kui Ciang menarik pulang pedangnya sambil ia berkelit, kalau
tidak pastilah dia bakal patas tulang pipeenya. Dengan tak
perduli bakal di damprat, dia terus berkelit, uutuk mundur.
Toan Kui Ciang benci sekali sama pecundangnya ini. Dialah
yang secara bengis sudah menangkap Su It Jie. Maka ia tidak
sudi melepaskannya Habis membebaskan diri dari *aetan
sambil berseru, ia berlompat maju, guna menyusul orang she
Sie ini. Di depannya menghalang seoranj wiem ia men dupak
dengan kaki kanannya. Wiesu yang bergegaman gaetan pun
menghadang pula tapi dia dipaksa mundur setelah gae;annya
dibik.n terpental. Setelah itu meluncurlan pedang yang tajam
ke punggungnya si pecundang!
Tepat di waKtu yang berbahaya untuk Sie Siong itu Kui Ciang
dibikin terkejut oleh suara angin di sebelah belakangnya. Ia
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menduga kepada serangan membokong. Batal ia menikam Sie


Siong, terpaksa ia memutar tubuh sambil menyampok
kebelakang.
„Aku tidak menyangka An Lak San mempunyai orang
seliehay ini, “pikirnya. Sebagai juga punggungnya ada matanya,
pedang menyambar kelengan orang, sedang tubuhnya
mendadak untuk berkelit.
Kedua senjata mereka lantas beradu keras. Si penyerang
mundur tiga tindak, orang yang diserang berguncang tubuhnya.
Senjata mereka itu memperlihakan api meletik.
„Ilmu golok yang bagus! Ilmu pedang yang liehay! Ya, dua
duanya liehay “Itulah pujiannya U bun Thong
Kui Ciang sudah lantas melihat penyerangnya, ia menjadi
tercengang saking heran Orang itu ialah Liap Hong, yang
berulang kali sudah menolongi ia secara diam diam yang
mengisiki secara samar untuk ia menyingkirkan diri.
Wiesu yang bersenjata gaetan bernama Thio Tiong Cie dia
kosen seimbang denpan Sie Siong. Dialah salah seorang yang-
diandalkan An Lok San. Melihat musuh menju-blak, dia lantas
maju menyerang pula. Hebat dia menggunai sepasang
gaetannya, yang me nyamber ke bawah
Kui Ciang kaget. Itulah serangan di luar sangkaan. Ia lantas
berkelit, tetapi tidak untung, ujung celananya kena tersamber
juga hingga robek!
Liap Hong pun maju pula sambil berseru nyaring: ‘Sorga ada
jalannya kau tidak pergi kau memasuki neraka yang tiada
pintunya! saat kematiaumu sudah tiba, masih kau berani,
mengganas!”‘
Hebat kata-kata itu tetapi Kui Ciang menerimanya sebagai
nasihat untuk ia mengangkat kaki, maka ia heran dan kata
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dalam hatinya: “Dia Hu Ciang pribadi dari An Lok San pantas


kalau dia bekerja sungguh-sungguh untuk majikannya, tetapi
heran dia seperti menyayangi aku. Kenapakah?”
Liap Hong maju. Ia berkelahi sungguh-sungguh sekarang ia
mendapat kenyataan Kui Ciang jauh terlebih liehay dari
padanya, ia menyerang tanpa ragu-ragu.
Kui Ciang tidak ingin mencelakai orang yang baik hati itu, ia
melayani dengan keias. tetapi tanpa menfgunai tipu silatnya
yang’ dapat merobohkan orang. Karena ini. dikepung berdua, ia
menjadi kalah angin. Ia terdesak.
U Bun Thong menyaksikan pertempuran itu
Ia kata didalam hatinya: “Toan Kui Ciang memiliki ilmu
pedang yang sempurna ia dapat tergolong orang kelas satu,
akan tetapi ia belumlah pantas dan sesuai seperti yang dunia
Rimba Persilatan memujinya!”
Ketika itu Tan Sin Su datang bersama beberapa kawannya.
Mereka melibat Kui Ciang terdesak, lantas mereka maju. Sia Su
dengan bernapsu. Ia ingin membalas sakit hati untuk peristiwa
dirumah makan, karena ia ta hu pedang Kui Ciang pedang
mustika, sengaja ia membawa golok yang berat tiga puluh tiga
kati, yang tebal sekali ia percaya pedang musuh tak bakal
dapat memapas kutung gokol-nya itu, Ini pula yang membikin
ia berani merangsak.
Repot Kui Ciang dikepung oleh enam wiesu pilihan. Ia
menangkis kekiri dan kanan ia menyerang selekasnya ada
kesempatan. Satu kali pedangnya bentrok ji ga dengan golok
Sin Su. Ia dapat menyampingkan pedangnya itu yang kena
dibikin mental. Justeru itu. ga-etannya Thio Tiong Cie masuk,
kali ini tangan bajunya yang kena dirobek. Syukur ia dapat
meneruskan mengelir, tangannya. Meski begitu lengannya
tergores jaga, kulitnya mengeluarkan darah.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Liap Hong miju selagi orang terlukakan itu. Dia menyerang


dengan tikaman “Ular putih menyemburkan bisa.” Goloknya
meluncur ke tenggorokkan lawan.
Kui Ctng melihat bahaya mengancam, ia memutar tubuhnya.
Itulah tipu silat “Membungkuk menanam yangliu”. Sambil
berputar ia membalas menyerang.
Mendadak terdengar jeritan “Aduh! ‘ itu-lah jeritannya Liap
Hong, yang kena perutnya terlukakan Dia masih mencoba
berlompat mundur, habis itu dia toh roboh. Hingga dengan
begitu pengurungan menjadi mengasi lihat satu lowongan.
Bukannya tak disengaja Lip Hong terluka dan roboh. Sampai
disaat itu ia masih hendak menolongi Kui Ciang, guna
membukai jalan lolos, lain orang tidak ketahui pertolongannya
itu tetapi Kui Ciang menginsafinya.
Maka Kui Ciang melengak sedetik dan berkata di dalam
hrtinya : “Jikalau aku tidak terbinasa, di belakang hari mesti
aku balas budinya orang ini. Hanya sekarang, mana dapat aku
menerima budi kebaikanmu! Tanpa dapat menolongi Su Toako,
mana ada muka aku menyingkir seorang diri ?”
Kui Ciang menggunai ketikannya itu. la keluar dari kurungan
Tetapi ia tidak lari menyingkir, ia justeru memburu kearah An
Lok San !
Tian Sin Su dan yang lainnya menjgdi kaget, lekas-lekas
mereka menyusul guna merintangi. Selagi mereka repot dan bi
gung tiba-tiba terdengar suara nyaring dari U-bun Thong-
Jago istana itu tertawa terbahak, dia kata. : „Setelah
menyaksikan ilmu pedang Tuan Toan yang demikian indah, aku
menjadi rada gatal! tuan-tuan, tolong kamu menunda seoentar,
biarlah aku mempertontonkan kejelekanku ! Ya, kejelekanku !”
Suaranya itu segera dibaiengi dengan lompat majunya, kedua

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tangannya terlihat kosong, jubahnya berkibar kibar, maka


sekejab saja ia sudah tiba di hadapan Toan Kui Ciang.
Menampak majunya jago istana itu, Tian Sin Su semua
bernapas lega. Mereka tahu kejumawaannya jago itu, tanpa
periniah lagi, mereka peda mengundurkan diri. Hingga disitu
terbuka suatu gelanggang.
Toan Kui Ciang mengawasi orang bicara demikian macam,
sedang sikap dedak orang pun garang. Katanya di dalam hati :
”Kiranya ini utusan Raja seorang gagah ! . . . .”
Berdiri di depan Kui Ciang. U bun Thong memperlihatkan
siap terkebur. “Tuan Toan ahli pedang yang terbesar, bukankah
tadi kau bermaksud menangkap aku ?” dia tanya “Sekarang aku
sudah herdiri di depanmu, mengapa kau masih tidak mau turun
tangan ?”
Kui Ciang berlaku tenang. “Kau hendak mengadu kepandaian
secara orang Bu-Iim, tidak mau aku menang sendiri, ia
menyahut sabar. ,Kau keluarkanlah senjatamu!”
U-bun Thcng tertawa lebar. „Benar-benar kau ahli pedang
kenamaan. Tuan Toan” ia berkata. „Tak kecewa kau! Tapi tak
usahlah kau berkuatir untuk diriku walaupun kau memiliki
pedang mustika, tidak nanti kau mudah saja melukai aku U-bun
Thong!”
Mendengar orang memperkenalkan diri itu barulah Toan Kui
Ciang mendapat tahu utusan raja ini sebenarnya salah satu
Jago istana yang namanya tersohor berendeng dengan Ut-tie
Pak. Ia tidak takut, bahkan ia mendongkol. Belum pernah ia
menghadapi orang yang berani memandang tak matanya
secara begini. Ia kata dalam hatinya : „Apakah kau sangka
nama besarmu sebagai jago istana dapat menindih padaku ?
Aku sangsi kepandaianmu berkelahi dengan tangan kosong
dapat melebihkan keliehayannya Ut-tie Pak !”
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dalam iimu silat tangan kolong melawan senjata, Ut-tie Pak


memang kesohor sebagi jago nomor satu. selama pertempuran
di rumah makan, Kui Ciang sudah menguji jago itu. ia menang
unggul, maka itu ia menganggap U-bun Thong terlalu jumawa.
„Benarkah ?” ia berkata menjawab jago istana yang jumawa
itu, “Kalau begitu, silahkan kau mulai memberikan
pengajaranmu!”
Meski kegusarannya meluap-luap, Ku Ciang masih dapat
menguasai diri uutuk tidak menyerang terlebih dulu. Lawan
bertangan kosong, ia hendak mengalah untuk memberi
kesempatan kepada lawan itu.
„Baik” jawab U-bun Thong dengan berseru. „Untuk berlaku
hormat tak ada jalan yang terlebih baik dari pada menerima
perintah ! Nah. kau berlaku hati-hatilah menyambutnya”.
Jago istana itu segera mulai dengan penyerangannya. Toan
Kui Ciang memasang mata. Ia melihat orang tidak menggunai
ilmu silat Kim-na-ciu atau Menangkap, juga bukannya ilmu silat
Lo Han Kun yang liehay hanya ilmu silat Utara Tiang Kun yang
umum. In menjadi heran.
Mungkinkah dengan ilmu silat umum ini dia dapat melayani
pedangku?” ia tanya di dalam hati. ,Ia disohorkan sebagai jago
istana aku tidak percaya dia benar benar demikian liehaynya . .
..“
Tengah Kui Diang berpikir itu kepalan yang besar dari lawan
sudah jaenyambar, ia menangkis tanpa bersangsa sedikit
juga.
„Trang!” Itulah satu suara bentrokan yang nyaring, yang
diiring dengan terpencarnya lelatu api akibat bentrokan itu,
Nyatalah U-bun Thong bukan besar omong tetapi juga ia licik
sekali.Didalam genggamannya dia telah menyiapkan
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

senjatanya, ialah sepasang poankoan pit yang sangat pendek,


Sengaja dia tidak mau memberitahukan itu. Sengaja ia mau
membikin Kui Ciang menyangka dia bertangan kosong, supaya
Kui Kui Ciang menjadi mendongkol dan memandang
kepadanya. Dia sudah pikir, kalau orang gu sar dan menyerang
dengan sengit baru dia menyambut dengan senjatanya yang
istimewa itu. Demikian sudah terjadi Tentu sekali dia membuat
lawannya heran, Justeru itu. dia melakukan penyerangan lebih
jauh. Dengan Cara sangat cepat. Dengan tangan kiri diangkat.
dia menyerang dengan tangan kanannya, Dua-dua dengan
senjatanya itu, Dia menyerang selagi orang belum sempat
menarik pulang pedangnya, Dia sudah siap-sedia, dia da pat
melakukannya. Sasarannya ialah jalan jalan darah jia-khie
dibawahan tiga lawannya itu.
Sungguh cara berkelai yang licin sekali, Syukurlah Toan Kui
Ciang bernyali besar dan teliti sekali. Ia tidak tahu U-bun Thong
menyembunyikan senjata rahasia dalam tangannya akan tetapi
melihat dia menggunai Pak-pay Tiang Kun. ilmu silat „Tangan
panjang” dari pihak utara semacam ilmu silat yang umum
sekali, timbul kecurigaan maka itu ia tidak kena dicurigai
lawannya itu. Ia tidak saja tidak memandang tak mata
lawannya ini sebaliknya ia waspada luar biasa, hingga ia
ketahui dengan jurus yang pertama itu lawan itu belum
mengeluarkan kepandaiannya.
Demikian disaat seperti kilat berkelebat itu kedua pihak
sudah bergerak sangat sebat dan lincah. Poankoan Pit U bun
Tnong me-nyambar ke jalan darah Jie khie dan Toan Kui Ciang,
Tepat ketika ujung pit hampir mengenai baju lawan, sekonyong
konyong pedang Kui Ciang berkeredep. ujungnya menusuk ke
kaki penyerangnya itu. Kui Ciang berbuat demikian sambil ia
mendak. Itulah siasat memenolong diri dengan mengancam
kelemahan musuh.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

U-bun Thong terkejut. Dengan seoat ia berkelit. Dengan


begitu bebaslah dirinya. Dengan begitu selamat juga Toan Kui
Ciang. Dengan jago istana itu berkelit terpisahlah mereka
berdua.
Hanya sejenak kedua pihak sudah memperlihatkan
kepandaian mereka itu. Hampir kedua-duanya roboh sebagai
kurban senjata masing masing.
Baru sekarang U bun Thong menginsafi liehaynya Kui Ciang.
Rupanya tadi orang belum menggunai seluruh kepandaiannya,
Diam diam ia merasa jeri sendirinya.
Habis merenggang itu, kedua pihak lantas merapat pula. Kui
Ciang ii.gin melakukan pembalasan, ia memutar pedangnya,
untuk menaikan terus terusan sampai tiga kali, hingga
pedangnya itu bersinar tak hentinya, datangnya bagaikan dari
delapan penjuru angin.
Dengan begitu, tubuh U bun Thong nampak seperti dikurung
sinar pedang.
Menyaksikan itu, semua busu melongo, hati mereka gentar.
Sungguh henat si orang she Toan, sungguh bercahaya
keselamatannya U-bun Thong ….
Sebagai jago istana, U-bun Thong meng-gunai poan-koanpit,
alat mirip perabot tulis, yang luar biasa. Umumnya poankoanpit
berukuran dua kaki delapan dim, akan tetapi sepasang miliknya
ini cuma tujuh dim seluruhnya. Ukurannya senjata ini sesuai
dengan pepatah dalam ilmu silat yang berbunyi : „Satu dim
pendek, satu dim bahaya” Berbahaya untuk musuh, tetapi pun
berbahaya untuk diri sendiri apabila ada ketemui lawan yang
jauh terlebih liehay. U bun Thong ketahui itu, maka ia telah
membuat persiagaan.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Selagi Toan Kui Ciang mendesak itu dengan timbul


harapannya akan memperoleh kemenangan sekonyong-
konyong ia mendengar suara menjentrek pada senjata lawan-
nya. Untuk herannya ia mendapat kenyataan poankoanpit
musuh mendadak tambah panjang dengan tujuh dim. Itulah
persiagaannya U-bun Thong, yang gamannya genggaman ra-
hasia. Sebab koanpoanpit itu dilengkapi dengan pesawat
rahasia, hingga kapan dikehendaki, panjangnya dapat
diiambah dengan empat kali tujuh dim setiap kali memencet-
nya tujuh dim.
Itulah hebat. Tak perduli Toan Kui Ciang sangat liehay, ia toh
menjadi kurban senjata rahasia itu. Dengan terdengarnya suara
rnem-berebet, pecahlah ujung bajunya tersentuh ujung senjata
lawannya itu. Hebatnya ujung baju itulah ujung di depan perut.
Semua busu yang menonton, lantas bersorak. Hanya, belum
lagi berhenti sorak mereka itu tiba-tiba mereka dikejutkan
teriakan „Aduh!” tertahan dari mulutnya U bun Thong tubuh
siapa sudah lantas mencelat mundur Apabila orang melihatnya,
pundak jago istana itu mengucurkan darah yang memerahkan
bajunya.
Toan Kui Ciang tidak melainkan liehay ilmu pedanenya tetapi
ia juga mahir tenaga dalamnya, ketika barusan ujung
poankoanpit mengarah perutnya, ia menyedot napas membuat
perutnya kempes ciut, hingga bajunya yang kena tersentuh
senjata lawan itu. Berbareng dengan itu, ia bukan hanya
mengelit diri, ia jjga bekerja Dengan sebat sekali pelangnya
diluncarkan ke arah pundak lawan justeru tangan lawan lagi
diulur. Pula ia dengan terhisap, tubuhnya turut maju ke depan.
Maka walaupun U bun Thoag lekas mengundurkan diri tak luput
pundaknya itu di mampirkan ujang pedang, hingga kulit da-
gingnya tergores luka mensucirkan darah. Masih syukur, saking
sebatnya dia mundur, dia dapai melindungi tulang pipeenya.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Begitulab, saking kaget berhentilah soraknya semua busu,


semua berbalik menjadi tercengang !
Baru saja U bun Thong sesumbar bahwa pedang Toang Kui
Ciang tidak bakal melukai dia, atau sekarang pedang lawan itu
membikin darahnya mengalir, tentu saja da menjadi sangat
kaget dan malu berbareng. Dia bukan menjadi putus asa dan
menyerah dia justeru menjadi sangat murka. Maka dia berseru
: Orang she Toan, jikalau malam ini aku dapat membiar kau
lolos, aku sumpah U-bun Thong bukanlah seorang manusia!”
Dan dengan sepasang senjatanya itu ia lantas menyerang
dengan hebat sekali. Sebagai keistimewaan poankoanpit,
senjata itu dipakai menosok jalan darah.
Toan Kui Ciang mengerti lawannya kalap, ia tidak mau
memandang enteng. An Lok San pun berseru : „Benar ! paling
benar dia ditawan hidup-hidup ! Hayo, kenapa kamu semua
menjublak saja ? Kenapa kamu tidak segera membantui U bun
Touw-ut meringkus bangsat ini Kata-kata Jerderai itu
merupakan anjuran? berbareng titah. Tian Sin Su bersama Thia
Tiong Cis bukannya tidak mempunyai pikiran untuk turun
tangan guna memberikan bantuan mereka. Mereka tidak
mewujudkan pikiran itu lantaran mereka ragu ragu Mereka
kenal U bun Thong sebagai seorang jumawa dan besar kepala,
mereka tidak berani sembarang maju. Mereka juga ingin
menyaksikan kepandaiannya jago itu, maka ita, mereka terus
menonton, Mereka mau menduga, meskipun Kui Ciarng gagah,
tak nanti orang, sbe Toan itu dapat bertahan terus menens.
Siapa nyana kesudahannya ada di luar sangkaan mereka,-Maka
itu sekarang, dengan adanya suara An Lok San, mereka tak
bersangsi. pula. Dengan lantas mereka maju menyerarg.
U bun Thong tidak melarang orang membantui ia. Sekarang
ia tahu bahwa ialah bukan lawan Kui Ciang. Justeru karena

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

majunya dua kawan ini segera suasana berubah lain. Ialah ia


telah mendapat angin.
Pertempuran terlangsung dengan, sinar pedang Toan Kui
Ciang nampak makin lama, makin ciut kalangannya,
An Lok San melihat, itu, legalah hatinya Sekonyong-konyong
saja, selagi Toan Kui Ciang mulai dirangsak itu, terdengar
seruannya yang nyaring dan tubuhnya berlompat bagaikan
naga lincah sedang pedangnya berkelebat bagaikan kilat
Kesudahannya itu Tian Sin Su terhuyung-huyung beberapa
tindak, karena dengkulnya telah ditikam pedang lawan, sedang
Thio Tiong Cie menjerit lantaran sebuah jeriji tangannya kena
terpapas kutung !
Semua itu terjadi selagi si orang she Toan mencoba
membarengi menoblos kurungan U bua Thong berseru sereya
berlompat menyerang musuh. Ia kaget melihat kedua
kawannya itu menjadi kurban. Maka ia menjadi gusar dan
sengit. Ia menyerang selagi musuh baru saja menabas jari
tangannya Tiong Cie, sebelum pedangnya ditarik pulang.
Berbareng dengan itu, Kui Ciang pun berseru, pedangnya
diayun ke belakang. Lantas, jatuhlah poankoanpit orang she U-
bun itu!
Kui Ciang terpaksa berlaku berani demikian melawan
poankoanpit dengan tangan kirinya itu. Tangannya itu terluka
parah hingga selanjutnya tak dapat diangkat pala untuk
digunakan lagi.
U-bun Thong terkejut mendapatkan Toao Kui Ciang berlaku
nekad demikian, Tapi kesudahannya itu membikin ia puas juga.
Biar bagaimana, ialah pihak menang.
Seorang siesu menjemput toankoanpit untuk dilemparkan
kepada jago istana itu. U-bun Thong menyambuti, terus ia

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berkata nyaring : „Bangsat ini tinggal sebelah tangannya,


biarnya dia galak, dia tidak dapat mengganas lagi. Lekas
ringkus padanya, Jaga, jangan kasi dia lari.”
---ooo0dw0ooo---

Jilid 5
Kui Ciang bersiul lama dan kata keras, "Sungguh satu jago
istana! Sungguh liehay luar biasa! Sungguh garang! Bukan saja
kau menjadi orang berharga di depan Sri Baginda, pula kau
berbareng menjadi anjing penjaga pintu dari An Lok San! Hm!
Kau takut aku lari? Jangan kau kuatir! Sejak aku masuk ke
istana ini, aku sudah tidak memikir untuk keluar pula dengan
masih hidup!"
Seluruh mukanya U-bun Thong menjadi. merah. Ia sangat
terhinakan.
"Aku tidak mau adu lidah denganmu!" ia membentak "Lihat
poan-koan-pit!"
Benar-benar ia lompat maju, untuk menyerang.
Kui Ciang pun maju, dari itu, keduanya lantas bertarung
pula.
Semua U-bun Thong, Toan Kui Ciang, Thio Tiong Cie dan
Tian Sin Su telah terluka, yang terparah ialah lukanya Kui
Ciang. Yang kedua yaitu Tian Sin Su, yang terbacok
dengkulnya, meski dia tak leluasa lagi berlompatan, dia masih
bisa membantu mengurung musuh. Walaupun tinggal sebelah
tangannya, Kui Ciang berkelahi dengan nekad, ia tetap gagah.
Di antara orang-orangnya An Lok San, yang tergagah ialah
Tian Sin Su, Sie Siong, Liap Hong dan Thio Hong Cie berempat.
Liap Hong dan Sie Siong bergantian terluka parah, sekarang
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tinggal Sin Su bersama Tiong Cie. Ini sebabnya mereka masih


dapat membantu U-bun Thong.
Yang lainnya semua tak punya guna, ketika mereka mencoba
maju mendekati Kui Ciang, dengan lantas mereka kena
dilukakan dan mesti mundur karenanya. Maka itu, yang lain-
lainnya tidak dapat membantu lagi. Bahkan mereka membikin
gelanggang terhalang oleh kehadiran mereka.
U-bun Thong melihat orang seperti "menyesakkan dunia,"
dia menjadi mendelu, maka dia berteriak keras, "Pergi kamu
melindungi Tayswe! Jangan kamu berkumpul di sini
mendatangkan malu!"
Sekalian Wiesu itu mendengar kata, semua lantas
mengundurkan diri, hingga tinggallah Sin Su berdua Tiong Cie,
yang membantu terus.
Tidak lama, Sin Su berkelit dengan sia-sia, ketika dia lompat,
dia kena ditikam. Untung bagus baginya, lukanya enteng. Meski
begitu, ia merasa sangat nyeri.
Menggunai ketika Kui Ciang menyerang Sin Su itu, U-bun
Thong juga menggunai ketikanya, bahkan dia memencet poan-
koan-pitnya, untuk diulur terlebih panjang. Dengan begitu, dia
dapat menyerang sedikit lebih jauh.
Kui Ciang dapat melihat serangan pit, ia berkelit. Hanya
celaka ? miliknya, tengah ia berlompat, gaetan Tiong Cie
menyamber pahanya, hingga paha itu tergores luka. Syukur ia
tidak sampai roboh.
An Lok San kaget dan kagum. Ia menjadi berkuatir U-bun
Thong juga bukan lawannya musuh yang tangguh itu. Kalau
orang she U-bun itu kalah, ia pasti akan menghadapi ancaman
bahaya. Sebaliknya, ia tidak dapat berlalu dari situ. U-bun

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Thong menjadi utusan kaisar dan utusan itu sekarang lagi


berkelahi mati membelai dia.
Selagi An Lok San bingung, ia melihat munculnya Sie Siong
bersama beberapa Wiesu lainnya, yang mendorong datang
seorang tawanan. Sie Siong muncul sambil mengasih dengar
seruannya berulang kali.
"Su Toako!" Kui Ciang memanggil keras ketika ia sudah
melihat siapa itu yang dibawa datang.
Orang itu ialah Su It Jie. Dia kurus kering, romannya seperti
orang sakit. Teranglah dia sangat tersiksa.
Sie Siong memasang pedangnya di punggung orang tawanan
itu, dia berkata nyaring, "Toan Kui Ciang, berhenti beraksi! Asal
kau maju lagi satu tindak, akan aku tikam Su Toako-mu ini!"
Gusarnya Kui Ciang bukan alang kepalang, akan tetapi buat
keselamatannya Su It Jie, ia berhenti bersilat. Ia hanya
menyiapkan pedangnya kalau-kalau U-bun Thong
menyerangnya.
Ia memandang An Lok San, untuk berkata dengan gagah,
"Musuhmu ialah aku, ada hubungannya apakah kau dengan
orang she Su ini? Kau boleh bunuh atau cingcang aku, aku
bersedia, tetapi kau mesti merdekakan dia!"
Baru sekarang An Lok San dapat bernapas lega. Ia tertawa
lebar.
"Bagus!" serunya. "Sekarang letakilah pedangmu, nanti aku
Beri ampun pada orang she Su ini, supaya dia tidak
memperoleh kematiannyaf!"
Kui Ciang tertawa dingin.
"Apakah kau sangka aku bocah umur tiga tahun yang dapat
kau permainkan?" ia kata nyaring. "Tak sukar untuk kau
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menghendaki aku meletaki pedangku! Sekarang kau biarkan


aku mengantar Su Toako, sampai lewat sepuluh lie, dari sana
aku nanti balik lagi bersama-sama orang-orangmu, itu waktu
aku nanti serahkan pedangku ini!"
An Lok San tertawa.
"Kau tidak percaya aku, maria dapat aku percaya kau!"
katanya. "Lekas kau letaki pedangmu! Tidak ada tawar
menawar lagi!"
Kui Ciang sangat gusar dan mendongkol, otaknya bekerja
keras sekali.
Ketika itu U-bun Thong bersama Tian Sin Su dan Thio Tiong
Cie berdiri mengitari Kui Ciang dengan senjata mereka
diancamkan ke arah tubuh yang berbahaya. Sulit untuk
menyingkir dari ancaman itu.
Tiba-tiba Su It Jie berkata, "Kasihlah aku bicara sebentar
dengan Toan Toako!"
"Baik!" menjawab Lok San. "Kau boleh menasihati dia supaya
dia suka menakluk! Aku- hargai kau sebagai sastrawan, pasti
aku tidak nanti membikin susah padamu! Jikalau kau sudi
memangku pangkat, aku nanti berikan pangkat, jikalau
sebaliknya, kau segera akan dimerdekakan, supaya kau hidup
berkumpul dengan keluargamu! Toan Kui Ciang ini sahabat
kekalku, walaupun dia berlaku tidak menghormati aku, dapat
aku memberi ampun padanya! Maka itu tak usahlah kau
menguatirkan keselamatan sahabatmu ini."
Mendengar disebut-sebutnya keluarganya, muka It Jie
menjadi merah dan pucat bergantian. Ia gusar bukan main.
Beberapa kali bibirnya bergerak tanpa menerbitkan suara,
alisnya juga berkerut dan bergantian, akhirnya alis itu bangun
berdiri dan ia kata nyaring, "Toan Toako, daripada aku yang

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hidup untuk mencari balas, lebih baik kau! Untuk kau tidak
dipaksa mereka, aku akan berangkat terlebih dulu! Kau
sayangilah dirimu, pergi kau menerobos keluar!"
Belum berhenti suaranya orang she Su ini, ia sudah
membuang dirinya dengan keras kebelakangnya, maka
punggungnya lantas nancap di ujung pedangnya Sie Siong yang
dipakai mengancamnya itu!
Mimpi pun tidak Sie Siong bakal terjadi hal demikian. Ia
kaget sekali, tak keburu ia menarik pedangnya. Malah
hebatnya, selain darah lantas menyemprot keluar, ujung
pedang juga menembusi ulu hati si orang tawanan!
Su It Jie mendengar perkataan An Lok San, ia tidak
mempunyai harapan lagi, maka ia pikir, daripada ia yang
ketolongan, lebih baik Kui Ciang yang kabur. Kalau ia
berkurban, tak akan dua-duanya roboh.
Berbareng dengan berkurbannya It Jie itu, Kui Ciang berseru
keras dan pedangnya bekerja. Matanya pun merah menyala.
Sebatang gaetannya liong Jie sapat sebagai kesudahan dari
serangan dahsyat itu. Dia tidak sempat menarik pulang
senjatanya itu. U-bun Thong sebaliknya mengulur pula poan-
koan-pitnya.
Kui Ijiang tidak menyerang orang she U-bun itu, ia hanya
lompat ke depan, guna menghampirkan An Lok San. Ia terlalu
bersakit hati hingga ia melupai segala apa. Keinginannya yang
keras ialah membalas untuk sahabatnya itu.
Karena itu, ujung poan-koan-pit mengenai punggungnya.
Tapi ia liehay, ia menutup dirinya dan membikin tubuhnya licin
dengan ilmu silat "( iam le Sip-pat Tiat". Maka itu, meski poan-
koan-pit mengenai tepat tetapi lak telak. Dasar U-bun Thong
liehay, ujung senjatanya dapat menggores

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Berbareng dengan itu, Tiong Jie maju pula dengan terus


menolak, maka selagi berlompat, Kui Ciang tak dapat
mempertahankan diri lagi, terus ia jatuh roboh.
U-bun Thong girang sekali. Ia maju sambil menyerang
dengan poan-koan-pit kiri.
Kui Ciang sendiri lagi jatuh itu ingat suatu apa, di dalam
hatinya ia kata, "Tidak! Aku tidak dapat mati!"
Ia ingin membalas untuk Su It Jie. Maka entah dari mana
datangnya tenaganya, sambil berteriak ia mencelat bangun
dengan lompatan "Le Hie Ta Teng" atau "Ikan gabus meletik".
U-bun Thong merasa telinganya pekak, sampai ia
tercengang.
Pedangnya Kui Ciang, yang menyerang, bentrok dengan
poan-koan-pit hingga ujung pit itu putus.
U-bun Thong menjerit, telapakan tangannya terasa nyeri.
An Lok San kaget, mukanya menjadi pucat, dengan gugup
dan suara terputus-putus, ia memberikan perintahnya,
"Datangkan...! I >atangkan barisan panah dan gaetan!" \
"An Tayjin, jangan takut!" U-bun Thong berseru. Dia kaget
tetapi dia lekas sadar. Dialah orang dengan banyak pengalaman
bertempur. "Penjahat ini tidak dapat mengganas terlebih jauh!
Jangan dekati dia! Kilarkan saja!"
Siasat itu lantas digunai, Kui Ciang benar-benar dikurung.
Sia-sia dia berlompatan, tenaganya sudah berkurang. Dia
terluka di tangan, kaki, pundak dan punggung, dia juga telah
mandi darah. Dia tampak seperti orang kalap.
Sin Su dan Tiong Cie turu-t mengurung saking terpaksa.
Tiong Cie menggunai cuma sebatang gaetan. Sin Su tak

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

merdeka bergerak sebab luka di dengkulnya itu. Mereka berdua


bertempur dengan hati gentar.
Sie Siong tak terluka parah, terpaksa ia turut mengurung.
Bersama ia ada dua orang Wiesu lainnya yang menjadi
pembantunya. Dalam ilmu silat, mereka ini terhitung kelas lima
atau enam.
Dengan cepat tibalah dua belas serdadu yang bersenjatakan
gaetan peranti menggaet tubuh dan kaki musuh. Gaetan itu
panjang setombak lebih. Mereka lantas mengurung di empat
penjuru, terus mereka bekerja.
Kui Ciang berseru, ia membabat kutung dua buah gaetan
yang menyamber kakinya. Tapi serangan datang berbareng dari
empat penjuru, betisnya kena tergaet juga, maka robohlah
rubuhnya. Ia lantas bangun untuk berduduk di lantai.
Sin Su girang, ia maju membacok.
Kui Ciang berseru pula, berbareng dengan itu pedangnya
dapat membabat kutung lagi dua gaetan. Gaetan yang
mengenai betisnya nancap terus, hingga kakinya mengucurkan
darah. Ia cabut itu, untuk dipakai menimpuk Sin Su.
Orang she Tian itu kaget, hingga ia mendelong. Syukur
untuknya, Sie Siong menolak tubuhnya. Meskipun demikian,
gaetan melukai kulit kepalanya. Gaetan itu meluncur terus,
maka celaka si serdadu yang bersenjatakan itu, dia terhajar
dadanya, dia roboh terjengkang.
Kui Ciang masih duduk di lantai, ia putar pedangnya guna
membela dirinya. Dalam keadaan seperti itu, ia melupakan rasa
nyerinya. Lagi tiga gaetan kena ia babat putus!
An Lok San jeri. Kata ia di dalam hati, "Aku sudah
berpengalaman berperang tetapi belum pernah aku melihat
orang sekosen dia!"
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sie Siong mundur, dia berdiri di samping jenderalnya itu. Dia


kata, "Dia sudah tak dapat bangun berdiri untuk menyingkir,
baiklah Tayswe datangkan barisan panah, untuk segera
mengambil jiwanya!"
Lok San setuju, ia mengangguk.
"Memang inilah cara satu-satunya," katanya. "Ya, kenapa
masih belum juga tiba?"
Ia memberikan pula titahnya, untuk mendesak lekas
datangnya barisan itu. Kepada U-bun Thong ia menyerukan,
"U-bun Touw-ut! Jangan adu jiwa lagi dengannya! Barisan
panah akan segera tiba!"
Muka U-bun Thong merah. Ia malu dan mendongkol. Musuh
sudah mendeprok tapi dia masih juga belum dapat diringkus.
Dari enam orang, tinggal ia sendiri yang belum mundur. Dalam
penasaran, ia menggertak gigi, terus ia merangsak. Ia tidak
berkeinginan mengasih hidup pada musuh yang gagah ini.
Selagi ia maju, mendadak ia mendengar suara berisik
datangnya dari luar. Di sana orang berteriak-teriak dan lari
mendatangi.
An Lok San menduga pada barisan panahnya. Atau ia
menjadi heran. Suara berisik itu suara orang kaget dan
ketakutan. Selagi ia heran, di muka pintu terlihat seorang
pengawal berteriak-teriak, "Kebakaran! Kebakaran! Celaka!
Kebakaran!"
Lok San menjadi bingung.
"Tangkap pembunuh! Tangkap pembunuh!" demikian datang
lain suara berisik.
Pengawal pintu terdiri dari beberapa orang, suara
teriakannya mereka itu belum berhenti, atau bagaikan

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terdampar gelombang, mereka kena digempur roboh dari


tempat jagaannya masing-masing!
Menyusul itu tertampak munculnya dua orang, yang satu
mengenakan seragam, yang lainnya seorang bocah umur enam
atau tujuh belas tahun.
"Ada apa?" bentak Lok San. "Kenapa kamu lancang masuk
kemari?"
Pertanyaan itu belum berhenti, atau dia sudah dibentak, "An
Lok San! Kau mencelakai Toan Toako, maka ingin aku
mengambil jiwamu!"
Berbareng dengan itu, orang itu lompat untuk menerjang.
Untuk^ ini ia tidak menanti sampai dapat mengusir mundur
semua Wiesu, hanya1 ia lompat lewat di atasan kepala mereka!
Beberapa tukang gaet lagi menggaet, gaetan mereka kena
ditabas kutung, maka itu berisiklah bentrokan golok dengan
pelbagai gaetan besi itu.
Juga si anak muda turut maju. Dia muda tetapi dia hebat.
Dia menggunai goloknya, tangan kosong dan tendangan!
Beberapa Wiesu kena dibikin terjungkal, juga beberapa tukang
menggaet.
Lalu terdengar seruan Tian Sin Su, "Lam Ce In, kau bernyali
besar sekali!"
Dua orang itu memanglah Ce In bersama Mo Lek!
Toan Kui Ciang tidak mau merembet-rembet sahabat, ia
mendusta terhadap Ce In, tetapi Mo Lek bocah cerdik, dia
dapat menduga hati orang, diam-diam dia telah mengingat baik
tempat kediaman orang. Kepada Kui Ciang ia berjanji tidak
akan meninggalkan kuil, tetapi seberlalunya sanak itu, lantas
dia pergi mencari Ce In.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lam Ce In telah berjanji dengan Lie Pek malam itu, untuk


habis magrib berkumpul di rumah Hoo Tie Ciang. Ketika Mo Lek
sampai di tempat menginapnya Ce In waktu sudah jam tiga, Ce
In belum pulang. Dia meninggalkan surat, lantas dia pergi ke
rumah Tie Ciang.
Ce In minum gembira sekali hingga ia lupa pulang. Mo Lek
muncul dengan tiba-tiba. Lie Pek tidak takut atas datangnya
bocah itu, bahkan dia lantas mengajak minum bersama!
Mo Lek tidak mempunyai kegembiraan untuk bersuka-ria, ia
lantas bicara pada Ce In, menutur dugaannya mengenai
maksudnya Kui Ciang.
Ce In kaget, lantas ia pamitan dari Lie Pek, terus ia lari
bersama si anak muda. Meski demikian, ia datang terlambat, Su
It Jie sudah hilang jiwanya dan Kui Ciang lagi terancam bahaya
maut.
Tian Sin Su mengenali orang, dia berteriak, tetapi dia tidak
berani melayani, bahkan dia mundur.
An Lok San melihat suasana buruk. Sekarang ia juga lupa
kepada utusan raja. Ia melupai kedudukannya sebagai
"Tayswe". Maka dengan mencekal tangan Sin Su, untuk orang
melindunginya, ia mundur ke houwtong, ruang belakang!
Hati Sie Siong telah dibikin ciut oleh Lam Ce In. Sudah
begitu, dia tak secerdik Tian Sin Su. Pula karena lukanya lebih
hebat, ketika itu dia masih belum sempat mengundurkan diri.
"Orang she Sie!" Ce In membentak. "Rupanya kau belum
puas dengan pertempuran kita di rumah makan! Mari kau maju,
mari!"
Ce In berkata demikian, toh ia sendiri yang lompat untuk
menghampirkan lawan itu, begitu sampai, begitu ia menyerang
dengan golok mustikanya.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sie Siong tidak berani melawan, apapula itu waktu dia sudah
terluka. Maka dia mendahului berlompat, untuk berlari. Adalah
Thio Tiong
Cie yang maju, untuk membantu padanya. Orang she Thio
ini menyerang dengan lantas.
Lam Ce In berkelit ke samping, sambil berkelit, ia menangkis
serangan gaetan dari lawan itu. Ia menggunai jurus "Burung
belibis berbaris di tengah udara".
Gaetan Tiong Cie sudah dirusak yang sebelah oleh Toan Kui
Ciang, sekarang tinggal yang sebelah lagi, ketika senjata itu
beradu dengan golok Ce In, dia kaget sekali. Senjatanya itu
terkuningkan menjadi dua potong, hingga dia menjadi
bertangan kosong.
Menampak demikian, sedang dua orang itu sudah berlepotan
darah, Ce In berseru, "Golok mustika tak membunuh orang
yang sudah terlukai"
Benar-benar ia menarik pulang goloknya itu, yang sudah
diayun, sebaliknya, dengan kesehatan luar biasa, ia berlompat
dengan dupakan dua-dua kakinya. Itulah tendangan "Wan-yoh
Siang Hui Kiak" atau "Kaki kerlingnya burung Wan-yoh".
Sie Siong kena didupak punggungnya, tubuhnya lantas
terjerunuk. I'hio Tiong Cie kena tertendang pinggangnya. Kalau
Sie Siong terjungkal jauh setombak lebih, orang she Thio ini
terguling menggelinding seperti luili buh
Ketika itu U-bun Thong menyerang Toan Kui Ciang yang
sudah terluka dan duduk. Ia telah pikir untuk paling dulu
membinasakan lawannya ini. Begitulah, dengan poan-koan-pit
kiri menangkis pedang lawan, dengan yang kanan ia menotok
hebat sekali.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Justeru itu Lam Ce In sudah berlompat, untuk membacok


punggung orang she U-bun itu, guna ia menolongi Kui Ciang.
U-bun Thong liehay. Ia mendapat tahu adanya bokongan.
Batal menikam Kui Ciang, ia berkelit ke samping, seraya
memutar tubuh, ia menangkis.
Ia membuat dua gerakan berbareng. Untuk berkelit, ia
menggunai tipu "Naga mendekam bertindak" dan buat
menangkis, ia pakai tipu "Menabuh lonceng emas".
Ketika senjata mereka beradu, terdengarlah suara yang
nyaring. Akibatnya itu poan-koan-pit kena dibikin gompal
sedikit dan tangan komandan itu sakit dan kesemutan, sedang
tubuhnya terhuyung tiga tindak.
Toan Kui Ciang sudah tidak dapat bergerak. Ia melihat
musuh terhuyung ke arahnya, ia mencoba menabas, tetapi ia
gagal, ujung pedangnya tak sampai kepada dengkul lawan'itu.
Lam Ce In tak sempat mengejar U-bun Thong.
"Toako!" ia memanggil seraya ia lompat kepada kawannya,
yang tubuhnya segera diangkat.
"Oh, saudara Lam, kau datang...!" kata Kui Ciang, yang terus
muntah darah dan tak sadarkan diri. Itulah sebab ia telah
berkelahi terlalu lama dan terluka, hingga tenaganya habis.
U-bun Thong girang melihat Lam Ce In menolongi Toan Kui
Ciang. Coba ia disusul, mungkin ia terancam bahaya. Ia kata di
dalam hatinya, "Kau menggendong Toan Kui Ciang, aku tidak
takut padamu!" Maka ia maju pula dengan berani.
Dengan dua-dua poan-koan-pit, jago istana ini melakukan
serangannya. Dengan pit kiri ia mencari tiga jalan darah tiong-
hu, kiok-tie dan siauw-hu, dan dengan pit kanan mengancam
jalan darah te-hu di kakinya Kui Ciang.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lam Ce In tidak menangkis, hanya dengan berlompat ia


mengelit diri berbareng menyingkirkan Kui Ciang dari ancaman
bahaya.
U-bun Thong tidak puas, dia merangsak, untuk mengulangi
serangannya.
"Kau telengas sekali!" Ce In berteriak.
Ia berlompat untuk serangan ke kakinya, selagi turun itu, ia
membalas menyerang dengan bacokan goloknya.
Inilah tidak disangka. Luar biasa Ce In, yang dapat
berlompat sambil menggendong orang. U-bun Thong berkelit,
kedua tanganya ditarik pulang. Hampir kedua senjatanya kena
tertabas golok mustika.
Ia menjadi jengah karena kelitnya itu. Ia bukannya mundur
hanya menjatuhkan diri, hanya ia tidak kelabakan seperti Sie
Siong tadi. Toh pakaiannya kotor.
Ce In terus membuka jalan, untuk menyingkir dari tempat
berbahaya itu. Dua orang Wiesu kena ditendang hingga
terjungkal. Dengan suara bengis ia berseru, "Hidup siapa
membuka jalan! Mati siapa merintangi aku!" Dan goloknya
diputar hebat, sinarnya bergemirlapan.
Kawanan Wiesu jeri, tak ada lagi yang merintangi.
Tatkala itu api sudah berkobar-kobar. Tiat Mo Lek sudah
bekerja. Bocah ini hidup dalam kalangan penjahat, dia banyak
pengetahuannya dan pula cerdik, dia senantiasa membekal
bahan api. Maka dia menyelusup ke dalam gedung An Lok San
dan membakar di beberapa tempat, guna menerbitkan
kebakaran. Itu juga suatu siasat mengalutkan, untuk
memudahkan pihaknya mengangkat kaki.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Rombongan Busu repot berlari-lari guna memadamkan api,


maka kacaulah keadaan di istana peristirahatan An Lok San itu.
Pasukan panah t«lah disiapkan tapi pasukan ini tidak berani
lancang menggunai panah mereka, takut nanti memanah
kawan.
Tiat Mo Lek menyaksikan itu, dengan berani ia tertawa dan
kata nyaring, "Malam ini aku tidak berhasil membunuh An Lok
San, tetapi hatiku puas!"
U-bun Thong gusar dan penasaran, ia lompat kepada si
bocah, untuk menotok.
Mo Lek berani, ia bukannya lari menyingkir hanya
menangkis. Ia menggunai satu tipu silat ajarannya Toan Kui
Ciang. Nampak ia gagah sekali.
Jago istana itu heran hingga dia tidak berani berlaku
sembrono. Dengan berhati-hati dia mendesak.
Mo Lek berlaku gesit, kecuali menangkis, ia lebih banyak
berkelit. .Satu kali ia terdesak, ia samber tubuh seorang Wiesu,
yang ia terus lemparkan pada jago istana itu.
U-bun Thong tidak berani melukai orangnya An Lok San,
terpaksa ia memapaki tubuh si Wiesu, guna dipegang dan
dikasih turun dengan perlahan. Hanya dengan begitu, ia
membikin si bocah sempat menyingkir jauh, hingga ia hilang di
antara orang banyak, guna menyusul I ie ln.
Bukan main mendongkolnya U-bun Thong, dia lari mengejar
keras sekali.
Mo Lek main api, akibatnya ada baiknya ada buruknya.
Baiknya ialah orang repot memerangi api. Buruknya ialah
rombongan Wiesu lainnya berlari-lari mendatangi, untuk datang
membantu. Dengan begitu, mereka jati i memapaki dua orang
yang lagi berlari-lari untuk menyingkir itu.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Syukur Lam Ce In cerdik.


"Bagus kamu datang!" ia teriaki kawanan Wiesu itu. "Lekas
kamu membantu memadamkan" api! Di dalam juga ada
beberapa penjahat yang belum kena dibekuk!"
Karena teriakannya ini, ia tidak dipegat kawanan Wiesu itu.
Inilah sebab ia mengenakan seragam Wiesu dan orang tak
sempat melihat tegas atau berpikir lagi. Dengan cepat sekali ia
lari ke lain arah, di bagian dimana jumlah Wiesu sedikit sekali,
untuk nyeplos di antara mereka itu...
Tengah kawanan Wiesu itu bingung, mereka mendengar
teriakannya U-bun Thong dan Leng-ho Tat, "Pegat dua orang
itu! Merekalah orang-orang jahat yang menyamar!"
U-bun Thong mengejar dari belakang dan Leng-ho Tat
memegat dari depan, untuk merintangi. Ketika itu mereka ini
berdualah yang bergilir menjaga dan semua Wiesu itu menjadi
orang-orang sebawahan mereka.
Lam Ce In bekerja terus. Dua Wiesu roboh di ujung
goloknya. Ia lari ke tanjakan, ia masuk ke dalam rimba.
Tiat Mo Lek tercandak seorang Wiesu, lantas ia kena dibikin
repot. Wiesu itu pandai ilmu Te-tong-too, berkelahi dengan
golok sambil bergulingan di tanah, dengan menyerang sambil
bergelindingan itu, dia membuat si anak muda bingung. Dua
batang goloknya menyamber-nyamber.
Si anak muda gagah tetapi ia kurang pengalaman berkelahi,
tak biasa ia melayani Te-tong-too. Sudah begitu, dua Wiesu lain
keburu menyandak, hingga ia jadi dikepung bertiga. Dua Wiesu
yang belakangan ini bersenjatakan gembolan dan sepasang
ruyung, keduanya senjata-senjata yang berat.
Lam Ce In di dalam rimba menoleh ke belakang. Ia lihat
kawannya terhalang, ia menjadi berkuatir.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Mo Lek, sambut pedang!" ia berseru. Ia menghunus


pedangnya Toan Kui Ciang, yang ia terus lemparkan.
Celaka Wiesu yang bergegaman ruyung itu, pedang nancap
di punggungnya tanpa dia berdaya, hingga lantas dia roboh.
Tiat Mo Lek mendengar dan melihat, ia lompat kepada Wiesu
itu, di saat tubuh orang roboh, ia menyamber gagang pedang,
untuk dicabut. Ia berlompat dengan kepala turun dan kaki naik,
tepat samberannya, sebat tarikannya. Maka lantas pedang
berada di tangannya. Gerakannya ini membikin tercengang
kedua Wiesu lawannya itu.
Tiat Mo Lek tidak mau mensia-siakan ketika. Ia lompat
kepada Wiesu yang berkelahi dengan ilmu Te-tong-too itu,
ketika ia menyerang, ia membabat kutung sepasang golok
orang. Ketika ia membalik tubuh, ia kena tikam lengannya
Wiesu yang memegang gembolan, hingga gembolan yang berat
itu terlepas dan jatuh bergelindingan ke bawah bukit.
"Leng-ho Tat!" Ce In membentak. "Jikalah kau tidak sayang
jiwamu, mari masuk ke dalam rimba ini!"
Bukan main kerasnya bentakan itu, burung-burung pada
kaget dan terbang kabur.
Kaget dan ciut hatinya, Leng-ho Tat tidak berani mengejar
ke dalam pepohonan lebat itu.
"Kamu maju!" terdengar perintahnya U-bun Thong, yang
sudah menyusul.
Leng-ho Tat mengambil busur dari tangannya seorang
serdadu tukang panah, ia menarik itu, untuk dilepaskan ke arah
Lam Ce In. Sayang untuknya, tangannya bergemetaran, maka
anak panahnya meluncur ke samping sasarannya.
U-bun Thong menyaksikan itu, dia mendongkol.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Mari!" serunya seraya merampas busur dari tangan


kawannya. Ia memang lebih menang dalam ilmu silat dan
tenaga daripada kawan ini. Ketika ia memanah, anak panahnya
meluncur sambil memperdengarkan suara nyaring.
Tiat Mo Lek sudah menyusul Lam Ce In ketika ia melihat
aksinya si orang she U-bun. Tentu sekali ia kuatir Ce In kena
terpanah sebab kawan itu lari membawa tubuh Kui Ciang. Ia
lantas lompat seraya menyampok anak panah itu.
U-bun Thong mendongkol panahnya dirintangi.
Mo Lek pun bukannya tidak mendapat hajaran. Anak
panah^itu melesat sangat keras, meski ia menyampok, telapak
tangannya tergetar dan terasa nyeri, hingga ia terperanjat.
"Bagus, bocah cilik!" U-bun Thong berseru saking
mendongkol. "Kau berani menghalang-halangi aku, kau mesti
dibunuh lebih dulu!"
Segera meluncur anak panah yang kedua, sekarang arahnya
ke arah si bocah.
Tiat Mo Lek sudah sampai di tepi jurang. Tidak ada jalan
mundur untuknya. Buat tangkis panah juga sukar. Mendadak ia
menjadi nekad, bukannya ia lompat nyamping atau
menyampok, ia justeru berseru melemparkan dirinya ke bawah.
Lam Ce In melihat itu, ia kaget stekali. Tapi kagetnya tak
cuma sampai di situ. Anak panahnya U-bun Thong sudah
meluncur pula, sekarang ke arahnya. Dalam kagetnya, ia
menangkis meruntuhkan anak panah itu.
Ketika itu, U-bun Thong sudah lari mendekati.
"Orang she Lam, kau masih memikir untuk kabur?"
tanyanya, mengejek. "Taruh kata kau sendiri dapat kabur,
tidaklah si orang she Toan! Untuk kebaikan kau, kau letaki

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

orang she Toan itu, melihat kau seorang laki-laki, suka aku
membiarkan kau lolos!"
Lam Ce In murka.
"U-bun Thong, kau majulah!" ia menantang. "Mari kita
melakukan pertempuran yang memutuskan!" U-bun Thong
tertawa.
"Buat apa aku melayani kau si orang yang bakal segera-
menemui ajalnya?" katanya mengejek. "Tapi suka aku memberi
nasehat kepadamu! Mari menyerah! Jikalau kau tidak suka
dengar nasehat baik, biarlah, kau boleh temani si orang she
Toan membuang jiwa! Lihat ini panahku!"
U-bun Thong liehay dan telengas, dengan saling susul ia
melepaskan anak panah yang kempat dan kelima.
Lam Ce In menjadi repot. Ia mesti melindungi Kui Ciang
yang ia terus gendong. Tak leluasa ia menangkis, tak merdeka
ia berlompatan dengan gesit seperti biasanya.
U-bun Thong tidak mau berhenti dengan panahnya. Ia
melepaskan terus menerus hingga tiba saatnya anak panah
yang kesembilan, yang memilih kakinya Kui Ciang sebagai
sasarannya.
Sekarang ini orang she Lam itu menghadapi bencana. Ia
sampai di tepi jurang hingga tak ada jalan lainnya lagi. Ia mesti
nekad melawan atau roboh terpaksa. Tapi ia ingin hidup, ia
ingin sahabatnya bebas.
Mendadak ia mengertak gigi, ia kata dalam hatinya, "Toan
Toako, kita sama-sama terbebas atau sama-sama terbinasa!
Mari kita serahkan jiwa kita kepada Thian!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

U-bun Thong tidak mau memberi kesempatan orang berpikir,


kembali ia menyerang dengan anak panah, sampai beruntun
tiga kali!
Dalam keadaan sangat terancam itu, mendadak Lam Ce In
berseru keras, sambil tangan kirinya memondong erat-erat
tubuhnya Toan Kui Ciang, ia lompat turun, tangan kanannya
mencekal keras goloknya! Ia menelad perbuatannya Tiat Mo
Lek!
U-bun Thong terkejut bahna heran. Inilah ia tidak pernah
sangka. Ketika ia melongok ke bawah, ia melihat jurang curam
dan gelap, ia berdiri menjublak.
"Dia terjun berdua, dia mestinya mati..." demikian pikirnya,
la tidak berani terjun untuk menyusul. Sebenarnya ia pun
memperoleh tiga luka pedang hanya semuanya itu ringan.
Lam Ce In nekad tetapi ia membekal golok mustikanya.
Golok itu dipakai sebagai andalan terakhir. Ketika ia lompat
turun, dengan goloknya ia tancapkan ke tembok jurang. Tiga
kali ia berbuat demikian, hingga saban-saban tubuhnya
tertahan tergantung. Baru setelah itu ia tiba di dasar jurang,
kakinya menginjak tanah yang keras.
Walaupun jiwanya ketolongan, jago she Lam ini tidak luput
dari belasan luka-luka baret, hanya karena ia kuat, ia dapat
bertahan. Kalau lain orang, pastilah dia sudah rebah dengan
napas empas-empis...
"Mo Lek! Mo Lek!" Ce In memanggil beberapa kali, setelah ia
dapat berdiri dengan tegar.
Belum berhenti panggilan itu, dari rumpun di samping
terlihat sesosok bayangan hitam merayap keluar, dari mulutnya
bayangan itu terdengar jawaban yang perlahan yang disusul
rintihan.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ce In tahu bocah itu kuat dan berkepala besar, maka itu, ia


terkejut mendengar rintihannya.
"Mo Lek, bagaimana?" tanyanya cepat. "Apakah lukamu
parah?"
Si anak muda menggigit keras giginya atas dan bawah.
"Tidak seberapa," sahutnya, "Cuma kakiku keseleo...
Bagaimana dengan paman Toan?"
Tak dapat bocah ini melupakan pamannya.
"Apakah kau membawa bahan api?" Lam Ce In balik
menanya.
"Ada," jawab Tiat Mo Lek, yang terus merogo ke sakunya,
untuk segera menyalahkannya. "Ini!" katanya pula, tangannya
diulur.
Di terangnya api tampak muka Kui Ciang sangat pucat,
tubuhnya berlumuran darah, masih ada darah hidup yang
meleleh keluar.
Bukan main berkuatirnya Ce In. Ia lantas pondong sahabat
itu, dibawa ke solokan, untuk mencuci luka-lukanya, buat
segera diobati. Untuk membersihkan darahnya, ia menyobek
ujung baju.
Tiat Mo Lek merayap menghampirkan.
"Bagaimana, ada harapan?" tanyanya, berkuatir.
"Untuk sementara, darahnya sudah berhenti mengalir..."
sahut Ce In, suaranya dalam.
"Bagaimana?" tanya pula Mo Lek.
Ce In tidak lantas menjawab. Selang sedikit lama, baru
terdengar suaranya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Toako bertubuh kokoh dan kuat tenaga dalamnya,"


katanya, "Nadinya pun belum berhenti. Yang perlu sekarang
ialah pertolongan tabib..."
Mendengar itu, Mo Lek bergerak cepat untuk berduduk. Ia
mementang matanya lebar-lebar.
"Bagaimana?" katanya, bingung. "Di sini di mana kita dapat
mencari tabib?"
"Jangan bergelisah!" kata Ce In. "Mesti ada jalannya! Apakah
baju dalammu bersih? Mari, kasih aku buat membalut
lukanya..."
Ce In dan Mo Lek mandi darah, cuma pakaian dalamnya
yang masih bersih. Demikian mereka berdua bekerja.
Baru mereka selesai, dari atas jurang tertampak sinar api.
Ce In lantas mendekam.
Dari atas itu lantas terdengar suara orang, "Aku tidak
percaya tiga manusia itu masih hidup! Besok saja kita datang
ke mari untuk mengangkat mayat mereka!"
"Setan bernyali kecil!" terdengar bentakan yang lain.
"Apakah kau takut jatuh dan nanti mampus karenanya? Kau
peganglah pinggangku! Mari kita satu demi satu turun!"
"Benar!" kata orang yang ketiga. "Kita makan gaji, kita mesti
bekerja setia! Kita perlu lekas-lekas mendapatkan mayat
mereka, supaya tayswe menjadi tenang hatinya!"
Itulah beberapa Wiesu, yang lagi menacari, yang mau turun
ke jurang dengan menggunai bantuannya dadung.
"Mo Lek," tanya Ce In gelisah, suaranya perlahan, "Apakah
dua-dua kakimu terluka?"
"Bukan, cuma sebelah yang keseleo," sahut si bocah.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Mari kasih aku lihat," kata Ce In, sesudah mana ia


menyambung tulang yang keseleo itu, untuk terus diuruti,
setelah mana ia menabas cabang pohon, untuk batangnya
dijadikan tongkat. Kemudian ia kata, "Mo I ek! Inilah saat mati
dan hidup! Lekas kita menyingkir!"
Suara itu dalam dan berpengaruh.
Ce In pun segera memanggul tubuhnya Kui Ciang.
Mo Lek menggigit giginya, ia bangun berdiri, lalu dengan
menggunai tongkatnya itu, ia paksa ikut si orang she Lam
menyingkir dari jurang itu.
Hampir tanpa berhenti, mereka lari sepuluh lie lebih, hingga
jauh di sebelah depan mereka, mereka menampak samar-
samar sebuah rumah sucinya malaikat tanah.
Mereka berlari-lari terus.
Mo Lek menguatkan hati, napasnya memburu. Ia sudah lari
jauh kira-kira dua puluh lie.
Lam Ce In mendengar napas orang makin memburu, ia
menoleh. Ia melihat Mo Lek mandi peluh, jalannya setindak
demi setindak. Ia merasa sangat terharu, kemudian ia berhenti
untuk pasang telinga.
"Untuk mereka itu dapat menyusul, sedikitnya mereka
memerlukan tempo satu jam," pikirnya. Maka ia melanjuti pada
si bocah, "Saudara kecil, kau menderita... Mari kita singgah di
dalam kuil malaikat tanah itu!"
Rumah berhala itu sudah rusak tidak keruan, sarang labah-
labahnya pun banyak, akan tetapi aneh, di dalamnya mereka
dapatkan satu orang yang lagi tidur menggeros di depan meja
abu.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dialah seorang tua dengan pakaian rombeng, kedua kakinya


melintang, tongkatnya menjadi bantalnya. Dia tidur nyenyak
sekali, sebagaimana nyaring bunyi hidungnya mendengkur. Di
sisinya ada buli-buli arak, yang baunya menyerang hidung.
Setumpuk tabunan, apinya sudah mulai padam.
"Rupanya dia seorang pengemis pengembara," kata Mo Lek.
Ce In mengawasi, lalu ia menyerukan suara perlahan bahna
herannya. Ia mendapat kenyataan, walaupun orang hanya
tukang minta-minta dan pakaiannya banyak tambalannya,
pakaian itu bersih, sedang tongkatnya yang hitam bukannya
tongkat kayu hanya mestinya dari besi.
Mo Lek sangat letih, ia tak perduli apa juga. Ia lantas
menjatuhkan diri untuk berduduk. Kedua kakinya terasa sangat
sakit, begitu ia bercokol, begitu ia tak berkutik pula!
Lam Ce In masih bersangsi, akan tetapi ketika ia merasai
tubuh Kui Ciang mulai dingin, terpaksa ia pun berduduk.
"Sayang tabunan itu sudah padam..." kata Mo Lek.
"Nanti aku tambahkan kayunya," mengucap Ce In, yang
terus menghampirkan si pengemis untuk mengambil beberapa
potong kayu yang berserakan di sisi dia.
Orang she Lam ini heran atas tongkat orang, tanpa sanggup
melawan bujukan hatinya, ia mengulur tangannya untuk
menyentilnya perlahan. Ia lantas mendengar suara yang luar
biasa, bukan suara kayu, bukan juga suara besi. Maka, entah
tongkat itu terbuat dari bahan apa...
(Tambahan dari cetakan baru)
Sekonyong-konyong pengemis itu membalik tubuhnya, terus
ia bergerak untuk bangun berduduk. Dengan lantas ia
menunjuki gusarnya, dia kata, “He, bocah, aku si tuan besar

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pengemis lagi enak-enak tidur, kenapa kau bikin banyak berisik


hingga aku menjadi mendusin? Eh, eh, kamu, kamu orang
apa?”
Dia terus menanya, sedang matanya kesap-kesip. Dia kaget
untuk mendapatkan orang yang berdiri di depannya, orang
yang mandi darah.
Lam Ce In memberi hormat.
“Maaf, lo-toaya!” katanya. Ia memanggil “lo-toaya” atau tuan
besar. “Bukannya sengaja kami membuat berisik membikin kau
mendusin! Sahabatku itu terluka, kami meminjam rumah suci
ini untuk singgah dan beristirahat...”
“Kenapa kau terluka?” si pengemis tanya. Nampak dia masih
heran.
“Kami ketemu berandal!” sahut Mo Lek.
“Ah!” mengeluh si pengemis. “Jaman sekarang ini makin
lama jadi makin tidak keruan macam! Kita terpisah dari kota
raja Tiang-an Cuma tiga puluh lie, toh di sini masih ada orang
jahat...”
Tiat Mo Lek tahu keterangannya itu mungkin disangsikan
orang, akan tetapi ia mempunyai alasan apa lainnya? Terpaksa
ia mendUsta demikian.
Syukur si pengemis, habis mendumal, dia tak menanyakan
lebih jauh.
Ketika itu Lam Ce In sudah letih bukan main. Ia merasakan
tulang-tulangnya seperti telah pada copot. Akan tetapi,
dibanding dengan Tiat Mo Lek, ia masih lebih mendingan.
Diam-diam ia memasang mata. Ia mendapatkan mata si
pengemis tajam luar biasa. Itulah bukan mata dari kebanyakan
tukang minta-minta. Maka itu, ia kaget di dalam hati.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Entahlah dia orang macam apa?” pikirnya. “Celaka kalau dia


seorang jahat. Rasanya tak sanggup aku menempur dia...”
Pengemis tua itu mengawasi Toan Kui Ciang.
“Lukanya sahabatmu ini tak ringan,” katanya.
“Memang,” sahut Ce In. “Hebat kawanan penjahat tidak
mempunyai perikemanusiaan itu, mereka telah membacoknya
belasan kali...”
“Hawa udara sekarang sangat dingin, sahabatmu luka parah,
ada kemungkinan dia bertambah berat keadaannya,” kata pula
si pengemis. “Nanti aku tolongi kamu menyalakan api, untuk
kamu dapat menghangatkan diri.”
Melihat orang baik hati, hati Ce In menjadi sedikit lega.
“Terima kasih, sahabat,” bilangnya. “Memang aku hendak
meminta beberapa potong kayu untuk dinyalakan.”
“Kita sama-sama orang bersengsara, jangan sungkan-
sungkan,” kata pengemis itu.
Ia berhenti sebentar, ia tertawa, terus ia menambahkan,
“Beberapa potong kayu bakar ini masih kurang. Touw Te Kong-
kong biasa melindungi orang baik, maka itu baik kita pinjam
meja abunya, pasti dia tidak bakal menyalahkan kita...”
Kata-kata itu disusul perbuatan si pengemis. Ia mengangkat
tongkat hitamnya dan menghajar meja hingga roboh ringsak.
“Sungguh tenagamu besar, lo-jinke!” Tia Mo Lek memuji.
“Aku sudah tua, aku sudah tak punya guna!” kata si
pengemis tertawa. “Rupanya meja ini sudah terlalu lanjut
usianya, maka diketok perlahan saja, dia lantas habis
nyawanya...”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tabunan ditambah kayu, lantas nyalanya bertambah besar,


suaranya juga meretek.
“Aku masih mempunyai setengah buli-buli arak, mari kita
minum bersama,” kata lagi si pengemis, yang ramah. “Kita
minum seorang sedikit, guna menambah kesegaran!”
“Mana dapat kami mengganggu kau, lo-jinke?” kata Lam Ce
In.
Si pengemis tua tertawa.
“Seumurku aku biasa makan dan minum makanan dan arak
orang secara Cuma-Cuma!” kata dia. “Jikalau aku mesti
menelad kamu, segala apa mesti dengan berterang, maka tak
usahlah aku menjadi si tukang minta-minta lagi! Mari, mari!
Habis minum dapat aku si tua mengemis pula!”
Dan ia mengulurkan buli-bulinya.
Lam Ce In mengangkat tangan guna menyambuti, ia
membuka tutupnya buli-buli itu. Lebih dulu ia membaui. Ialah
seorang Kang Ouw ulung, ia pandai membedakan bau arak
yang dicampuri racun atau tidak. Apabila ia tidak merasakan
sesuatu, dengan hati lega ia mencegluknya satu kali.
“Baguskah arak ini?” si orang tua tanya, tertawa.
“Bagus, bagus!” Ce In menjawab dengan pujian. “Baunya
pun harum, harum sekali!”
Akan tetapi air kata-kata itu bukan melainkan harum. Setelah
turun ke dalam perut, Ce In merasakan sesuatu yang
mengagum ia. Arak itu mendatangkan hawa hangat di dalam
tubuhnya. Ia tidak merasakan sari obat atau lainnya. Ia
menjadi heran juga. Kecuali rasa hangat, lekas sekali, ia
merasa segar, kesehatannya hampir pulih dalam sesaat itu.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Ah, aku menduga keliru terhadapnya,” ia pikir. Ia menyesal


yang ia sudah menaruh curiga sedang orang bermaksud baik.
Habis Ce In, datang gilirannya Mo Lek minum arak itu. Ia
mencegluk dua kali.
“Harum, harum!” ia memuji.
Pengemis itu tertawa.
“Kamulah orang-orang yang mengerti barang baik!” dia
memuji. “Sebenarnya inilah arak simpanan seratus tahun yang
sukar aku si orang tua mendapatkannya.”
Ce In sudah mengetahui khasiatnya obat itu, ia tidak
bersangsi sedikit juga.
“Terima kasih lo-jinke,” ia kata. “Hanya sahabatku ini luka
parah dan ia masih pingsan...”
“Tak apa, itulah mudah!” kata si pengemis.
Ia lantas pegang mulutnya Toan Kui Ciang, untuk dibuka,
setelah mana, ia menuang araknya, kemudian terus ia meraba
enteng ke punggung orang yang terluka tak sadar itu.
Tiba-tiba Kui Ciang bergerak, tubuhnya berbalik, kontan dia
tumpah darah, yang menyembur. Darah Itu hitam dan bau.
Tiat Mo Lek kaget, lupa pada kakinya yang sakit, ia
berjingkrak bangun.
“Kau... kau... kau bikin apa?” tanyanya. Ia tahu pengemis itu
orang luar biasa, tetapi melihat kelakuan orang, ia jadi curiga,
maka ia jadi gusar sekali. Ia hendak mendamprat atau baru ia
kata, “Kau...” maka Lam Ce In sudah mengedipi mata padanya,
dari itu lekas-lekas ia mengubah haluan, dampratannya
berubah menjadi pertanyaannya itu.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Terima kasih lo-jinke!” Lam Ce In kata. “Dengan darahnya


keluar, maka tak usahlah kami menguatirkan pula jiwanya
sahabatku ini!”
Mendengar itu barulah Mo Lek mendusin si pengemis justeru
lagi menolongi. Ia menjadi malu sendirinya.
Ce In lantas peluk tubuh Kui Ciang, untuk terus memanggil-
manggil di telinga orang, “Toako! Toako, sadarlah! Di sini
siauwte! Apakah toako dengar siauwte?”
Kui Ciang tidak menjawab, hanya ia muntah darah pula. Baru
habis itu, mendadak ia berseru, “Su Toako! Su Toako, jangan
pergi dulu, tunggu aku! An Lok San! An Lok San! Kau... kau...
sangat kejam! Kalau nanti aku Kui Ciang mati, akan aku bekuk
padamu!”
Ce In kaget. Kawannya itu telah membuka rahasia.
“Toan Toako! Toan Toako!” ia kata di telinga sahabat itu.
“Inilah aku! Inilah aku! Apakah kau sudah tidak mengenali
aku?”
Kelihatannya Kui Ciang menjadi tenang, tetapi ia masih
menyebut-nyebut, “Su Toako” dan mencaci An Lok San, hanya
sekarang ia seperti caranya orang sakit ngelindur.
Matanya si pengemis bersinar tajam kapan dia mendengar
disebutnya nama An Lok San dan nama orang yang luka itu
sendiri, paras mukanya juga menyatakan dia heran.
Hanya sekilas lalu, romannya kembali seperti biasa. Dia
menunjuk pada darah di mulut sakit itu dan kata pada Ce In,
“Darah yang telah berubah menjadi merah itu tak dapat kena
ditelan pula. Sekarang biarlah dia dapat tidur barang sekejap.”
Sembari berkata begitu, dengan kesehatan luar biasa, ia
menotok tubuh Kui Ciang pada dua jalan darah. Ia berlaku

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sebat, tetapi totokannya enteng. Dengan lantas Kui Ciang


berhenti ngelindur. Maka lekas juga dia tidur pulas di dalam
pelukan Ce In, yang sejak tadi masih memelukinya. Lantas
pengemis itu menghela napas lega.
“Syukur masih ada arakku hingga dapat darah dia dibikin
lumer ilnn keluar, kalau tidak, habislah dayaku si pengemis!”
katanya. Ia tertawa sekarang.
Sebagai ahli silat, Ce In ketahui si pengemis ialah seorang
liehay. Totokan dia itu luar biasa dan besar faedahnya. Ia
ketahui, dengan darah kotornya keluar, Kui Ciang menjadi
mendapat darah bersih. Ia tahu baik, ia sendiri tak dapat
menotok cara demikian.
Oleh karena lenyap semua kecurigaannya, lantas Ce In
berkata, menanya, “Lo-cianpwe, terima kasih untuk
pertolonganmu ini! Apakah lo-cianpwe sudi memberitahukan
she dan nama besar lo-cianpwe kepadaku?”
Si pengemis tertawa.
“Tak usahlah kau repot menanyakan tentang siapa diriku,”
sahutnya. “Sebaliknya ingin aku menanya lebih dulu kepada
kamu. Rupanya musuh kamu bukannya penjahat, hanya An Lok
San!”
“Tidak salah!” Tiat Mo Lek menalangi Ce In menjawab.
“Benarlah itu babi terokmok yang harus dicincang mampus
berlaksa kali! Dia telah menganiaya Paman Toan sampai paman
menjadi begini rupa! Tadi aku tidak tahu kau siapa, lo-cianpwe,
terpaksa aku mendusta, sekarang aku minta lo-cianpwe suka
memberi maaf padaku.”
“Kau tidak salah!” berkata si pengemis tertawa. “Walaupun
An Lok San menjadi Ciat-touw-su dari tiga kota, dia tak
bedanya dengan penjahat!”
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mo Lek masih hendak bicara, ketika dia batal secara


mendadak. Dia berlc-ga hati melihat si pengemis tidak
menggusarinya. Tapi barusan dia berjingkrak, itulah berbahaya
untuk kakinya yang terluka, di waktu baru lompat, dia tidak
merasa apa-apa, tapi sekarang dia merasa nyerai sekali, hingga
hampir dia menjerit karenanya.
“Engko kecil jangan bergerak!” berkata si pengemis tua.
“Aku si pengemis, kecuali minta-minta, masih ada kebisaan
pada tanganku, maka jikalau kau percaya aku, mari aku obati
juga lukamu!”
Mo Lek juga lenyap semua kecurigaannya.
“Terima kasih, lo-cianpwe, terima kasih!” katanya. “Suka
sekali aku menerima pertolongan lo-cianpwe.”
Pengemis itu sudah lantas ‘memberikan pertolongannya. Ia
meraba ke kaki orang yang terluka dan mengurutnya
perlahanMahan, ia menekan jalan darahnya.
Mo Lek merasa heran. Seketika itu rasa nyerinya seperti
lenyap, hingga ia dapat meluncurkan kakinya dan menendang!
Saking girang, ia tertawa lebar.
“Lo-jinke, sungguh lo-jinke liehay!” dia memuji. “Sekarang ini
aku sudah tidak merasa sakit, dapat aku berkelahi satu kali
lagi!”
Sebaliknya si orang tua mengasih lihat roman sungguh-
sungguh.
“Tidak dapat!” katanya keras. “Jangan kata berkelahi,
bergerak pun kau tak dapat sembarang bergerak! Luka kamu
berdua bukannya ringan! Kau tahu, melihat gerak nadi kamu,
kamu rupanya habis berlompat dari tempat yang tinggi sekali
hingga anggauta-anggauta dalam tubuhmu pada bergerak.
Sekarang ini baru luka luarmu yang tersembuhkan, baru
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

darahmu dapat disalurkan pula. Untuk menyembuhkan luka di


dalam itu, kamulah yang mesti berikhtiar sendiri. Eh engko
kecil, apa kau mengerti ilmu semedhi, untuk menyalurkan
napasmu?”
Kembali Ce In dibuat kagum oleh pengemis tua ini. Orang
seperti menyaksikan sendiri peristiwa tadi. Dia jadinya pandai
mengobati dan pandai ilmu silat juga, matanya sangat tajam.
Dengan dia menanya Mo Lek saja berarti dia sudah menduga
bahwa ia mengerti ilmu semedhi itu.
“Aku mengerti sedikit, lo-jinke,” Mo Lek jawab.
“Bagus!” berseru pengemis itu. “Sekarang telah pulih
kesegaran kamu, kamu boleh duduk bersemedhi, guna
menyalurkan pernapasan kamu, untuk mengembalikan seluruh
tenaga kamu. Kamu boleh bersemedhi dengan hati tenang, apa
juga terjadi di sekitar kamu, jangan hiraukan! Kamu mesti
dapat menenangkan diri hingga kamu melihat seperti tak
melihat, mendengar seperti tak mendengar. Baiklah, sang
tempo pun sudah tidak ada lagi, lekas kamu mulai
bersemedhi!”
Ce In mengerti maksudnya pengemis itu. Dengan tidak
menanyakan sampai jelas urusan mereka, si pengemis ingin
kesegaran mereka pulih dan tenaga mereka kembali di dalam
tempo yang paling cepat. Rupanya pengemis itu juga sudah
berjaga-jaga kalau-kalau orang atau orang-orangnya An Lok
San datang menyusul.
Sebagai orang yang telah berdasar baik, Ce In bersemedhi
tak lama, lantas nyamanlah ia merasa seluruh tubuhnya.
Justeru itu, ia lantas mendengar ringkikan kuda dan suara
bicara orang yang telah lantas tiba di depan kuil
Ia mendengar satu suara, “Di dalam kuil itu ada sinar api,
mari kita lihat!”
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Walaupun ia merasa pasti si pengemis seorang luar biasa, Ce


In toh berkuatir.
“Tidak kusangka, musuh datang begini lekas,” pikirnya.
“Sekarang aku lagi bersemedhi di saat paling penting, tidak
dapat aku membantu dia... Dapatkah dia bertahan seorang
diri?”
Tengah Ce In berpikir begitu, serombongan orang sudah
bertindak masuk di ambang pintu kuil. Benar saja mereka
orang-orangnya An Lok San, bahkan yang memimpinnya ialah
U-bun Thong serta Leng-ho Tat.
U-bun Thong itu cerdik, tidak menanti orang-orangnya
memeriksa lembah atau selat, ia sudah lantas dapat menerka,
ia segera menyusul dengan menunggang kuda.
Di sebelah Leng-ho Tat, ia telah minta bantuannya dua jago
lainnya dari istana, ialah Gu Cian Kin dan Liong Ban Kun.
Mereka ini ialah dua di antara empat Siewie yang mendapat Su
Toa Kimkong atau Empat Kimkong Besar. Mereka ini tak
seliehay U-bun Thong sendiri, atau Ut-tie Pak atau Cin Sian,
tetapi mereka masih lebih menang daripada Leng-ho Tat.
Demikian mereka sampai di rumah suci malaikat tanah itu.
U-bun Thong bertindak di depan. Begitu ia tiba di ambang
pintu, ia lantas mendengar dampratan, yang ia duga mesti
keluar dari mulutnya seorang tua.
“He, dari mana datangnya sekawanan anak kambing haram
hingga mereka mengganggu ketenteramannya aku si pengemis
di dalam rumah suci ini?” demikian dampratan itu.
U-bun Thong menjadi gusar, hingga hendak ia mengunibar
kegusarannya itu, atau mendadak Leng-ho Tat, dengan muka
pucat dan tubuh menggigil, dengar suara gemetaran, berkata,

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Maaf, maaf! Aku yang muda tak ketahui lo-cianpwe berdiam di


sini! Harap lo-cianpwe terima hormatnya aku yang muda!”
Si pengemis mengangkat kepalanya, sepasang matanya
mencilak.
“He, Leng-ho Tat, bocah, kau masih mengenali aku, ya?”
katanya dingin. Lalu ia menuding dengan tongkatnya untuk
membentak, “Bocah, kalau kau masih mengenali aku, kau
mestinya masih ingat juga tabiatku! Apakah kau masih tidak
mau lekas-lekas menggelinding pergi?”
Leng-ho Tat ketakutan, mukanya menjadi sangat pucat.
“Ya, ya,” sahutnya, terus ia membalik tubuh, untuk berlari.
U-bun Thong gusar sekali, ia mengulur tangannya,
menjambak rekan itu.
Leng-ho Tat kaget. Baru sekarang ia ingat ia ada bersama
kawan itu. Ia menjadi malu dan takut, mukanya menjadi
merah, dengan terpaksa, lekas-lekas ia kata, “U-bun Tayjin, lo-
cianpwe itu ialah Se-gak Sin Liong Hong-hu Sianseng!”
Mendengar itu, U-bun Thong juga terperanjat. Ia memang
ketahui orang bernama Hong-hu Siong itu, yang gemar
merantau, yang hidupnya sebagai pengemis. Dialah satu di
antara Kang Ouw Cit Koay, Tujuh Siluman Kang Ouw. Karena
dia jago Hoa San Pan dan gerak-geriknya mirip “Naga sakti
yang terlihat kepalanya tak ekornya,” dia memperoleh
julukannya itu Se-gak Sin Liong, Naga Sakti dari Se-gak Hoa
San, gunung Hoa San di barat.
Leng-ho Tat asal orang Hek Too, Jalan Hitam, kira sepuluh
tahun yang lalu dia turut gurunya membegal serombongan
saudagar, gurunya itu kejam, sudah membegal juga
membunuh. Mereka bertemu Hong-hu Siong, mereka kena
dibekuk.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sang guru lantas dihukum rangket tiga puluh rotan. Dia,


yang itu waktu belum terkenal dan baru masuk golongan kelas
dua, diberi keringanan, yaitu Cuma dirangket lima rotan, meski
begitu karena luka-lukanya dia mesti merawat diri setengah
tahun. Dia tidak sangka, di sini dia bertemu pula jago dari
gunung Hoa San itu.
Ketika U-bun Thong baru menginjak ambang pintu, ia lantas
mendapat lihat keadaan di dalam ruang berhala malaikat itu.
Lam Ce In dan Tiat Mo Lek lagi duduk bercokol dan Tan Kui
Ciang rebah di dekat mereka. Di depan mereka itu berada si
pengemis. Meski ia jeri terhadap pengemis itu, ia toh tidak
dapat melepaskan orang-orang yang lagi dicarinya.
Ia berpikir, “Toan Kui Ciang sudah mirip mayat, Lam Ce In
telah terluka, taruh kata pengemis bangkotan ini liehay,
mustahil tidak dapat aku melawannya? Aku toh ada bersama
saudara-saudara Gu dan Liong! Dia kesohor, itu baru
pendengaran saja! Mustahil dia benar-benar liehay luar biasa?”
U-bun Thong jago kelas satu, dia tidak dapat disamakan
dengan Leng-ho Tat dan lainnya, walaupun dia dikejutkan oleh
nama Se-gak Sin Liong, si Naga Sakti dari gunung Hoa San, dia
toh tidak takut. Maka dia maju pula satu tindak, dengan
merangkap kedua tangannya, dia memberi hormat.
“Hong-hu Sianseng,” katanya, “Kita ada seumpama air
sumur yang tidak saling bentrok, oleh karenanya tidak ada
niatku untuk mengganggu kau, hanya oleh karena aku
mendapat firman Sri Baginda Raja, untuk menangkap orang
jahat yang menentang raja, tak dapat aku tak datang ke mari.
Aku minta, sianseng, sudi apakah kau membiarkan aku dapat
melakukan tugasku ini.”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Biasanya U-bun Thong berkepala besar, maka itu inilah yang


pertama kali dia bicara dengan cara sungkan dan hormat
terhadap lain orang.
Hong-hu Siong tidak menyambut sikap menghormat itu
sebagaimana layaknya. Sebaliknya, kedua matanya mencilak.
Dan ia tertawa dingin pula.
“Ha, aneh!” katanya. “Memang aku si pengemis tua kadang-
kadang suka juga meminta belas kasihan secara memaksa akan
tetapi sejak dahulu belum pernah ada sepak terjangku yang
ingin menggulingkan pembaringan naga atau umpama kata
perbuatan mengemplang mati kepada putera mahkota! Maka
kenapakah sekarang mendadak aku dituduh menjadi orang
jahat yang melawan Raja?”
U-bun Thong menahan kemendongkolannya, dia menahan
sabar sebisa-bisa.
“Aku bukan menyebut kau, sianseng, aku hanya menunjuk
kepada ketiga sahabat itu!” kata dia seraya menuding Toan Kui
Ciang bertiga. “Mereka ini membakar istananya An Ciat-touw-su
serta sudah juga melukakan beberapa Siewie istana! Aku
menjadi Liong Kie Touw-ut, aku mengepalai sekalian Siewie itu,
tak dapat tidak, aku mesti mengundang kedua sahabat ini pergi
ke kantor pembesar negeri untuk menanya jelas kepada
mereka!”
Hong-hu Siong menggaruk-garuk kepalanya.
“Ah, urusan ini sungguh membikin aku si pengemis tua
menjadi bingung!” katanya.
Mau atau tidak, U-bun Thong menunjuki juga rasa
kemendongkolannya.
“Aku telah bicara begini jelas, ada apa lagi yang masih
membingungkan kau?” tanya dia.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Nah, kau lihat saja keadaan mereka itu!” kata Hong-hu


Siong. “Sahabat she Toan itu, jiwa dia pun tak dapat terjamin
akan dapat tertolong atau tidak! Menurut keterangan mereka,
mereka sudah bertemu kawanan penjahat yang mau merampas
harta benda dengan melakukan pembunuhan jiwa orang,
mereka melawan, mereka tak berdaya, maka terjadilah luka-
luka begini macam! Sebaliknya kau membilang merekalah
orang-orang jahat yang menentang Raja! Mereka Cuma dua
orang dewasa serta seorang bocah cilik, mungkinkah benar
mereka menyateroni rumahnya An Lok San untuk melakukan
pembakaran serta mencoba melakukan pembunuhan? Hm! Hm!
Tidak, aku tidak percaya sama sekali! Kecuali kau keluarkan
firman raja untuk diperlihatkan padaku!”
U-bun Thong tak dapat menahan sabar lagi. Dia gusar.
“Aku memandang hormat kepada kau sebagai seorang
cianpwe Rimba Persilatan, aku berlaku luar biasa sungkan
terhadapmu!” dia kata keras. “Kenapa kau sebaliknya
mempersulit aku? Kejahatan itu baru dilakukan mereka,
didalam keadaan sangat kesusu, mana sempat aku meminta
firman Sri Baginda Raja? Kau lihatlah seragamku ini! Akulah
Liong Kie Touw-ut! Mungkinkah palsu?”
Hong-hu Siong tertawa dingin.
“Sukar untuk dibilang! Sukar!” katanya. “Di jaman seperti
sekarang ini ada banyak penjahat yang memalsukan diri
menyamar menjadi pembesar negeri! Laginya, bukankah kau
barusan omong dari hal firman raja? Dan sekarang kau tidak
dapat membuktikannya! Maka terang sekali kau sudah omong
dusta! Satu kali kau sudah mendusta, aku si pengemis tua tidak
dapat percaya lagi pada kau!”
U-bun Thong gusar hingga dia kelabakan. Tapi dia masih
menginsafi kedudukan pengemis itu. Maka dia mencoba

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menguasai dirinya, masih dia ingin bicara dengan caranya kaum


Kang Ouw. Dia dapat berlaku sabar, tidak demikian dengan
kedua kawannya yang menjadi jago-jago istana itu.
Sudah belasan tahun Hong-hu Siong tak muncul di muka
umum, kedua orang itu tidak kenal dia. Maka juga belum
berhenti suara Hong-hu Siong mendengung, mereka berdua
sudah menghunus senjatanya masing-masing.
Gu Cian Kin bergegaman sebuah kapak soan-hoa-hu yang
besar dan berat, dan Liong Ban Kun bersenjatakan kim-pwe-too
yang tebal. Sembari maju mereka berseru, “Segala pengemis
sebagai kau berhak untuk membutuhkan firman Sri Baginda
Raja? Hm! Hm! Kau menghendaki firman? Nah, inilah dia
firmannya!”
Dengan berbareng, mereka itu menyerang.
Hong-hu Siong mengangkat tongkatnya untuk dilintangi,
guna menangkis, hingga di situ terdengarlah bentrokan yang
sangat keras yang memekakkan telinga. Ia pun berseru, “Inilah
firman yang tak tepat!”
Bentrokan itu mendatangkan lelatu api. Tapi yang hebat
ialah akibat lainnya. Tubuh Gu Cian Kin dan Liong Ban Kun
besar seumpama badan kerbau, akan tetapi tubuh mereka itu
mental hingga ke luar pintu kuil!
Kagetnya U-bun Thong tidak terkira. Kedua kawan itu ahli-
ahli silat Gwa-kang yang liehay, yang tenaganya besar luar
biasa. Kapaknya Cian Kin saja berat lima puluh enam kati, dan
goloknya Ban Kun berat empat puluh tiga kati.
Di lain pihak, tongkat Hong-hu Siong tetap sebatang tongkat,
walaupun itu terbuat dari besi. Maka dihajar kapak dan golok
berat, mestinya tongkat itu kutung buntung!

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kejadiannya taklah demikian. Tongkat itu utuh, tak kurang


suatu apa, sebaliknya, kapak dan golok gompal! Dan anehnya,
kecuali senjata mereka rusak bercacad, tubuh mereka mental
terbang!
Baru sekarang U-bun Thong menginsafi liehaynya si Naga
Sakti dari gunung Hoa San, jadi nama orang terkenal bukan
terkenal melulu. Hebat kepandaian si pengemis dalam hal ilmu
meminjam tenaga untuk menghajar lawan. Itulah kepandaian
di puncaknya kemahiran.
Dengan kulit mukanya merah padam, U-bun Thong
menghampirkan si pengemis. Ia mengulur sebelah tangannya
seraya berkata dengan pujiannya, “Sungguh aku kagum!
Sungguh aku kagum! Lo-cianpwe, dengan memandang kepada
muka terang lo-cianpwe, suka aku U-bun Thong menyudahi
saja urusan ini sampai disini!”
Hong-hu Siong melemparkan tongkatnya, ia tertawa lebar.
“Terima kasih untuk kebaikan hati Touw-ut!” sahutnya. Ia
pun mengulur tangannya, guna menyambuti tangan si
pahlawan istana, guna berjabatan.
U-bun Thong menjadi ahli menotok jalan darah, dia kesohor
sekali. Di waktu tangan mereka bersampokan, dengan lantas
dia mengerjakan jeriji-jeriji tangannya, tengah, telunjuk dan
manis, untuk menotok si pengemis. Sebab dengan sikapnya
yang manis itu dia lagi menggunai akal muslihat keji, supaya
diluar tahu orang, diluar dugaan, dapat dia menotok!
“Tak usah sungkan!” kata Hong-hu Siong. “Silahkan Touw-ut
berangkat pergi!”
Mendadak U-bun Thong kaget. Mendadak jari-jari tangannya
membentur telapakan tangan yang panas seperti bara marong!
Tak tahan dia untuk tidak menjerit keras. Rasa nyerinya segera

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menyerang ulu hatinya. Lekas-lekas dia melepaskan jabatan


tangannya, untuk lompat mundur ke pintu, untuk terus
mengangkat langkah panjang!
Tiat Mo Lek menyaksikan peristiwa di depan matanya itu, ia
girang bukan kepalang.
“Bagus! Bagus!” serunya. “Aduh...!” dan ia meringis-ringis.
Bocah ini masih rendah pokok dasar tenaga dalamnya, di
saat bersemedhi itu, dia tak dapat berseru semacam itu, maka
juga habis berseru kegirangan, ia menjerit kesakitan.
Hong-hu Siong mengerutkan alisnya.
“He, bocah, mengapa kau tak dengar nasihatku si orang
tua?” dia menegur. “Sudah kukatakan, apa juga yang terjadi,
tak dapat kau usil, sekarang kau menentangnya!”
Meski dia menegur, pengemis itu toh lekas-lekas menolongi
bocah itu dengan jalan mengurutnya, guna membantu
mengumpul pula tenaga dalamnya itu.
Sementara itu, semua musuh sudah kabur, maka kuil
kembali kepada ketenangannya.
Hong-hu Siong menggunai ujung tongkatnya mengorek api,
untuk dibikin menyala pula. Ia berdiam, seperti ia lagi
memikirkan sesuatu. Tak jarang ia melongok ke arah pintu, ke
luar pintu.
“Ha, langit bakal lekas menjadi terang!” tiba-tiba ia berkata
seorang diri.
Ketika itu Lam Ce In sudah selesai dengan semedhinya,
maka tenaganya bakal segera pulih seluruhnya. Dia
menyaksikan kejadian barusan, dia dapat mengendalikan diri,
tetapi sekarang, melihat kelakukannya si pegemis, dia heran,
hingga ingin dia bicara.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tapi justeru itu Hong-hu Siong tiba-tiba bangun berdiri,


untuk memesan dengan sungguh-sungguh, “Sebentar, apa juga
yang terjadi, aku minta kamu kedua tuan-tuan jangan campur
tahu!”
Itulah pesan yang tadi, yang sekarang diulang, hanya
sekarang i lengan terlebih sungguh-sungguh.
Ce In berdiam, ia heran. Katanya di dalam hati, “Kenapa dia
mengulagi pesannya ini begini wanti-wanti? Mungkinkah bakal
terjadi pula peristiwa yang luar biasa, yang diluar sangkaan?”
Tengah Lam Ce In berpikir itu, telinganya mendengar suara
kelenengan kuda yang datangnya jauh dari luar kuil. Ia menjadi
heran, maka ia menduga-duga. Ia ingat kepada An Lok San.
“Sekalipun U-bun Thong sudah kalah, dia masih mempunyai
pahlawan siapa lagi yang gagah?” demikian terkanya. “Taruh
kata ada datang lagi beberapa orang, mereka pasti bukannya
lawan dari Hong-hu Siong. Ah, dasar orang yang usianya sudah
lanjut, cara bicaranya pun menjadi rada melit... Aku telah
mengenal ilmu silatmu, buat apa kau memesan lagi berulang-
ulang?”
Suara kelenengan terdengar makin dekat.
Hong-hu Siong terus duduk bersila. Wajahnya nampak luar
biasa. Ia seperti bergelisah dan berduka.
Ce In sekarang telah mendapat kepastian, orang yang
datang itu Cuma seorang penunggang kuda. Tentu saja, ia
menjadi semakin heran. Ia kata dalam hatinya, “Dengan satu
dua gebrakan, Hong-hu Siong dapat mengusir pergi pada U-
bun Thong. Habis, ada siapa lagi yang dapat membuatnya
jeri?”
Selagi ia berpikir itu, Lam Pat melihat masuknya seorang ke
dalam kuil. Untuk herannya, ia melihat seorang nona dengan
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pakaian serba putih, la tadinya menyangka seorang pria yang


romannya gagah dan bengis, tak tahunya seorang gadis remaja
yang cantik manis, yang tubuhnya ramping!
Begitu ia bertindak di ambang pintu, mata si nona diarahkan
ke seluruh ruang. Ia melihat seorang rebah karena terluka
parah dan dua orang lagi berduduk bersemedhi dengan
tubuhnya berlepotan. Darah.
Ia nampaknya heran. Tapi terang sasarannya bukan Toan
Kui Ciang. Segera ia menyapu ke arah Hong-hu Siong, terus ia
mengawasi tajam.
“Bangsat tua she Hong-hu.’” Sekonyong-konyong ia
mendamprat, “Hari ini telah tiba hari kematianmu! Masih kau
tidak mau lekas berbangkit buat menerima kebinasaanmu?”
Hong-hu Siong mengangkat kepalanya. Dia memandang si
nona itu. Dia tak menjadi gusar atau kurang senang.
“Apakah kau Nona He?” dia tanya perlahan, tenang. “Aku
telah menduga bahwa kau bakal mencari aku. Kita berdua tidak
berselisih tidak bermusuh, sekarang ini pertemuan kita ialah
pertemuan yang pertama kali, mengapa kau hendak
membunuh aku?”
Nona itu memegang gagang pedangnya.
“Bangsa ceriwis dan cabul yang jahat, siapa pun berhak
membunuhnya!” ia kata bengis. “Apakah untuk itu di antara
kita mesti ada permusuhan dulu?”
Ce In lagi bersemedhi akan tetapi mendengar kata-kata si
nona, dia terkejut. Tentu sekali, herannya menjadi bertambah.
Aneh sikapnya dua orang itu. Hong-hu Siong memang aneh
tingkah lakunya, di dalam kalangan Kang Ouw ada yang
membusukinya, tetapi di mata ia, dialah seorang gagah perkasa
yang berhati mulia, yang sering berbuat baik.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sekarang si nona mengatakan Hong-hu Siong cabul dan


jahat, untuk itu Hong-hu Siong katanya harus dibunuh. Ia
heran, ia tidak percaya! Ia menyangsikan pendengarannya itu.
Seorang gagah perkasa dikatakan cabul dan jahat, dia mesti
gusar sekali. Tidak demikian dengan Hong-hu Siong si jago. Dia
tetap sabar.
“Siapakah orangnya yang bicara demikian terhadapmu?” dia
tanya, perlahan. Biar bagaimana, suaranya tawar.
“Tak dapat kau perdulikan itu!” si nona menjawab dengan
bentakannya. “Nama busukmu sudah tersiar sangat luas!
Apakah kau tidak punya telinga untuk mendengarnya?”
“Tidak apa kau tidak sudi menyebutkannya,” kata Hong-hu
Siong, tenang luar biasa. “Tanpa kau membilangnya, aku telah
dapat menerka beberapa bagian. Sekarang aku hendak
tanya kau, bukankah kau mendengarnya dari seorang yang
kau paling percaya?” Nona itu menjadi gusar.
“Aku bukan datang ke mari untuk mendengar pelbagai
pertanyaanmu!” katanya keras. “Hm! Apakah kau hendak
memancing keteranganku supaya kau dapat pergi dengan
diam-diam untuk membunuh orang itu? Jangan kau bermimpi!
Sekarang aku menghendaki kau terbinasa di ujung pedangku
ini!”
Hong-hu Siong menanya pula, “Kau hendak membunuh aku.
Adakah itu pikiran kau sendiri atau kau diperintahkan lain
orang?”
Nona itu agaknya tidak sabaran. Dia menegur, “Apakah kau
masih hendak memutar lidahmu untuk memperlambat waktu?”
“Bukan! Aku hanya tak sudi menjadi setan penasaran yang
mati tidak keruan!” sahut Hong-hu Siong. “Jikalau kau hendak

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

membunuh aku, kau mesti mengasih keterangan supaya aku


mati puas!”
Si nona menahan sabar.
“Bagaimana kalau pikiranku sendiri? Bagaimana kalau
perintahnya lain orang?” dia tanya.
“Jikalau itu kehendakmu sendiri, kau harus mempunyai bukti
yang cukup kuat untuk membeber kejahatanku, supaya aku
menjadi rela menyerah.”
Kata-kata Hong-hu Siong ini juga jadi pemikirannya Lam Ce
In.
Nona itu melengak sejenak. Dia seperti tidak mempunyai
bukti untuk menunjuki kejahatan orang.
“Jikalau lain orang yang hendak membinasakan aku!” kata
pula Hong-hu Siong, tanpa menanti orang sempat berpikir,
“Maka pergilah kau pulang untuk memberitahukan dia itu
bahwa di dalam dunia ini ada terlalu banyak urusan yang
sangat sukar dibedakan kebenaran dan kepalsuahnya, karena
itu kau suruhlah dia bersabar lagi sekian waktu, sampai nanti
ketahuan duduknya hal yang sebenarnya. Selama hidupnya,
aku Hong-hu Siong, mungkin aku juga pernah melakukan
sesuatu perbuatan yang buruk, akan tetapi kopiah kecabulan
dan kejinahan pastilah tak dapat dipakaikan di atas kepalaku!”
“Aku tak percaya obrolan setanmu!” bentak si nona, gusar.
“Aku Cuma tahu kaulah si hantu jahat yang tak ada kejahatan
apa juga yang kau tak lakukan! Hm! Hm! Apakah kau takut
mati, hantu? Percuma-Cuma kau mainkan lidahmu untuk
menyangkal, maka kau bangkitlah menyambut ‘ pedang!”
Hong-hu Siong tertawa.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Jikalau aku takut mati, tidak nanti aku menjanjikan kau


datang ke mari!” katanya.
“Bagus!” kata si nona. “Kalau begitu, kenapa kau masih tidak
mau menggeraki tanganmu? Apakah bukan kau masih hendak
menantikan beberapa kawanmu lagi?”
“Seumurku aku tidak mempunyai kawan!”
“Baiklah! Kau mempunyai kawan, baik! Kau tidak mempunyai
kawan, baik juga! Sekarang aku hendak mengandalkan
pedangku ini untuk mengadu jiwa denganmu!”
“Jikalau kau benar hendak membunuh aku, kau bunuhlah!
Pasti aku tidak mau menggeraki tangan terhadapmu!”
Nona itu berdiri menjublak.
“Aku tidak akan membunuh orang di tangan siapa tak ada
sepotong besi juga! Lekas kau ambil tongkatmu!”
“Aku sudah bilang tidak mau menggeraki tanganku, pasti aku
tidak akan menggerakinya! Jikalau kau hendak membunuh aku,
bunuhlah! Jikalau tidak, hendak aku pergi!”
Nona itu tetap hendak menggunai cara kaum Kang Ouw
untuk membunuh orang di depannya itu, sekarang Hong-hu
Siong membantah, dia menjadi hilang pegangannya. Maka itu
ia terus berdiam saja
“Sekarang aku telah ketahui tentang dirimu,” berkata Hong-
hu Siong, sabar, “Dan aku ketahui juga siapa itu yang
menghendaki jiwaku! Jikalau aku kehilangan jiwaku tetapi
dengan begitu dapat aku membikin lenyap penasaran sesuatu
orang, itu juga suatu perbuatan baik! Baiklah, telah aku bicara,
apabila tetap kau tidak hendak membunuh aku, aku si
pengemis tua mau pergi!”
Nona itu menggigit giginya, dia menjumput tongkat di tanah.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Bangun!” serunya. “Sambutlah!”


Hong-hu Siong menyambuti tongkatnya, untuk dilemparkan
ke sisinya. Sembari tertawa, dia kata, “Apa yang diri sendiri tak
menyukai, janganlah itu dilakukan atas diri lain orang! Aku
pikir, pepatah ini cocok denganmu, ialah kau juga pasti tidak
menyukai lain orang memaksakan kau melakukan sesuatu yang
kau tak sukai!”
Nona itu menggigit gigi pula. Ia mengangkat pedangnya dan
membentak, “Baik! Kau hendak menggunai akal muslihatmu ini
untuk meloloskan jiwamu! Tak dapat aku diperdayakan! Kau
mesti dibunuh!”
Kali ini dia benar-benar telah mengambil keputusannya.
Segera pedangnya meluncur ke dadanya Hong-hu Siong!
Di saat ujung pedang maut itu hendak merampas jiwa si
pengemis, mendadak ada sinar putih bagaikan rantai perak
berkelebat, lalu terdengarlah suara senjata bentrok. Pedang si
nona kena tertangkis mental!
Hong-hu Siong menghela napas.
“Lam Tayhiap, buat apa kau usilan?” katanya perlahan.
Tapi Lam Ce In, yang telah bergerak secara tiba-tiba, tidak
membenarkan jawabannya, hanya dia memandang si nona,
untuk berkata dengan keras, “Nona, jikalau kau hendak
membunuh orang, kau harus memakai aturan! Kau menuduh
Hong-hu Cianpwe sebagai manusia cabul dan jahat tetapi kau
tak dapat menunjuki buktinya! Tak puas aku si orang she Lam
dengan caramu itu!”
Si nona menarik pulang pedangnya, untuk diperiksa, maka ia
melihat ujung senjata itu telah gompal sedikit. Ia menjadi
sangat gusar.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Kau membantu setan ini, kau juga pasti bukan orang baik-
baik!” dia membentak. “Baik! Kau tidak puas, akan aku bunuh
kau dulu, baru kita bicara lagi!”
Si nona menyangka Ce In konco Hong-hu Siong, ia lantas
menyerang dengan sengit sekali, hingga pedangnya itu bersinar
berkelebatan. Tiga kali beruntun ia menikam bagian-bagian
anggauta yang berbahaya karena selama itu Ce In terus main
mundur atau berkelit.
Menampak demikian, Ce In pun jadi panas hati, maka ingin
ia menabas kutung pedang orang. Begitulah ia membacok
dengan hebat!
Si nona tahu lawan menggunai golok mustika, ia mau
menyingkir dari bentrokan
Di saat Ce In hendak berseru, “Kena!”, mendadak ia tarik
pulang pedangnya secara lincah sekali, untuk setelah itu,
segera menikam pula!
Ce In terperanjat. Syukur ia tidak menabas dengan sepenuh
tenaganya. Dengan tindakan “Poan Liong Jiauw Pou,” ia
menyingkirkan dirinya, goloknya ditarik untuk melindungi
tubuhnya. Meski demikian, ia masih terlambat, ujung bajunya
masih kena tertikam!
Si nona tak berhenti sampai disitu, terus dia mendesak, terus
dia menikam berulang-ulang.
Ce In telah mendapat .pulang tenaganya,, akan tetapi
karena rangsakan si nona, ia repot juga, ia sampai Cuma bisa
membela diri. Pembelaan dirinya itu kokoh sekali, ia pun
membuat si nona tak mampu menoblosnya.
Ketika itu juga Mo Lek telah pulih kesehatannya sampai tujuh
atau delapan bagian. Dia tetap berdiam di tempatnya, sambil
beristirahat, ia menjagai Toan Kui Ciang. Di lain pihak, dengan
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

perasaan tertarik, ia menonton pertempuran itu. Ia kagum


untuk kepandaian menggunai pedang dari nona itu. Ia masih
muda tetapi ia mengerti baik halnya ilmu pedang. Maka ia kata
dalam hatinya, “Kelihatannya ilmu pedang nona itu tak
dibawahnya ilmu pedang Paman Toan dan Ceng Ceng Jie...”
Lam Ce In melayani dengan ilmu golok Yu Sin Pat-kwa Too-
hoat, maka dia bergerak dan menjaga diri dalam kedudukan
“Delapan pintu” dan “Lima tindak”. Sedikit juga dia tak kacau
meskipun dia didesak hebat. Selama bertempur itu, dengan
perhatiannya, dia mulai menginsafi ilmu pedang nona itu.
Begitulah satu kali mendadak dia berseru sambil membacok
hebat, akan kemudian merangsak terus sama hebatnya.
Si nona, dari merangsak menjadi kena terdesak, hingga ia
terpaksa main mundur.
Begitu ketarik hati Mo Lek hingga ia berseru memuji, “Bagus!
Bagus!”
Mo Lek telah bersemedhi cukup, tak takut ia terganggu
karena seruannya itu. Akan tetapi, melihat lagaknya itu, Hong-
hu Siong mendelik kepadanya.
Menyusul seruan Mo Lek, si nona bergerak pula secara luar
biasa. Dia dapat membebaskan diri dari desakan, kembali dia
balik merangsak. Di antara sinar golok, dia bergerak bagaikan
kupu-kupu berkelebatan di antara bunga-bunga. Maka itu,
mereka berdua menjadi sama hebatnya.
Nona itu heran mendapatkan Lam Ce In demikian gagah.
Tiba-tiba ia menunda penyerangannya, untuk menanya keras,
“Kau siapa? Kau begini gagah, kenapa kau kesudian menjadi
gundalnya si bangsat tua?”
Ce In berseru keras dan lama, ia melintangi goloknya di
depan dadanya. Lantas ia menjawab nyaring, “Satu laki-laki,

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berjalan dia tidak menukar namanya, berduduk dia tidak


menukar shenya! Aku ialah Lam Ce In dari Gui-ciu! Nona, aku
numpang tanya she dan namamu yang mulia? Kenapakah nona
hendak membunuh Hong-hu Sianseng?”
Nona itu terkejut.
“Apakah kau Gui-ciu Lam Pat?” dia tanya cepat.
“Benar, itulah aku yang rendah,” sahut Ce In. “Ada
pengajaran apakah, nona?”
Nona itu tampak bingung. Semenjak Toan Kui Ciang
mengundurkan diri, selama sepuluh tahun ini, Yu-hiap atau
jago pengembara di jaman itu yang hidup berpetualangan,
ialah Lam Ce In yang paling ternama.
Dia telah mendengar nama orang, baru sekarang dia
menemui orangnya. Dia heran mendapatkan orang baru
berumur lebih kurang tiga puluh tahun.
Setelah berpikir sebentar, nona itu berkata sabar tapi tetap,
“Lam Tayhiap, baiklah kau jangan campur urusan umum ini!”
Ce In berkata, “Membunuh orang ialah urusan sangat besar,
mana dapat itu dikatakan urusan umum? Kau hendak
mambunuh orang, kau mesti dapat menjelaskan alasannya,
jikalau tidak, aku si orang she Lam, tak dapat aku tidak
mencampur tahu!”
Mukanya si nona menjadi merah.
“Lam Ce In, kecewa kau disebut tayhiap!” katanya nyaring.
Nyata dia tak sabaran. “Mengapa kau tak dapat membedakan
hitam dari putih? Kau kira bangsat tua ini orang macam apa?”
“Hong-hu Sianseng ialah orang gagah perkasa yang berhati
mulia!” sahut Ce In. “Siapakah yang tak tahu itu? Kau mencaci

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dan menghina Hong-hu Cianpwe, kau tak dapat menyebutkan


alasannya, itulah tak selayaknya!”
Nona itu tertawa mengejek.
“Bangsat tua she Hong-hu ini ialah bangsat tukang tipu
dunia!” kata dia nyaring. “Namanya saja kesohor tetapi
sebenarnya dialah si hantu yang biasa berbuat jahat secara
sembunyi-sembunyi! Kecewa kau menjadi tayhiap, kau kasih
dirimu diabui!”
“Kau menuduh dia jahat, mana buktinya?” Ce In tanya.
Nona itu terbangun sepasang alisnya. Dia seperti juga tak
sudi bicara. Tapi akhirnya dia mengambil juga keputusannya.
Kata dia keras, “Ibuku ialah saksinya! Apa yang dikatakan ibuku
tak dapat aku tidak percaya! Ibuku pernah melihat dengan
matanya sendiri bangsat tua ini membunuh suami orang dan
merampas isteri korbannya itu! Aku mencaci dia sebagai si
penjahat cabul, apakah aku salah? Aku mendapat tugas dari
ibuku untuk menyingkirkan dia! Lam Ce In, kau terkenal gagah
mulia, malam ini aku tidak membutuhkan bantuanmu, tetapi
kau sendiri, sedikitnya kau harus berpeluk tangan saja, kau
menonton, jangan kau menghalangi aku!”
Ce In kaget, hingga mau atau tidak, ia menoleh kepada
Hong-hu Siong. Ia melihat si pengemis gagah menghela napas
perlahan. Tentu sekali, ia menjadi heran, hingga ia beragu-ragu
dalam hatinya, “Mungkinkah benar tuduhannya nona ini?”
Ia melirik pula, tetapi ia tidak melihat orang likat atau
jengah, orang menghela napas rupanya karena merasa kasihan
atau sayang. Itulah melainkan rasa terharu.
Maka sebagai seorang yang bermata tajam dan luas
pengalamannya, ia berpikir pula, “Melihat sikapnya Hong-hu
Siong ini, dia pastilah terfitnah. Mengapa dia tidak menyangkal?

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kenapa, dia rela membiarkan nona ini hendak membunuhnya?


Pastilah urusan yang ruwet bagian dalamnya, urusan yang dia
tidak mengingini orang luar mengetahuinya...”
Si nona melihat Ce In masih tetap menghadang, ia gusar
hingga sepasang alisnya bangun berdiri. Dia kata gusar, “Aku
telah omong jelas! Apakah kau masih hendak menghalangi
aku?”
“Aku telah mendengar tetapi masih ada bagian-bagian yang
kurang jelas bagiku,” sahut Ce In tenang. “Kau menyebut
Hong-hu Sianseng telah membunuh suami orang dan
merampas isterinya. Siapakah sepasang suami isteri itu?
Apakah she dan namanya? Selainnya ini, apakah masih ada
saksi lainnya atau bukti sesuatu barang? Dan, bagaimana
sebenarnya duduknya peristiwa dulu hari itu...”
Nona itu gusar sekali.
“Semua itu ibuku yang membilangi aku!” ia kata sengit.
“Ibuku tidak nanti mendusta! Maka itu, buat apa saksi atau
bukti barang lagi?”
Lam Ce In sebaliknya berpikir, “Kelihatannya ibunya juga
menyembunyikan sesuatu, atau dia belum menjelaskan
semua...”
Dalam sengitnya si nona sudah menyerang.
Ce In tangkis serangan itu, ia menahannya, lantas ia kata
‘nyaring, “Kau percaya ibumu, aku percaya Hong-hu Cianpwe,
inilah soal sulit! Sekarang aku berada di sini,- maka malam ini
tak dapat kau membunuh orang! Menurut pikiranku, baiklah
kau menunda, kau berhenti dulu sampai disini. Kau berikan she
dan namamu serta alamatmu juga, lalu kau menunggu sampai
aku sudah membuat penyelidikan. Selambatnya dalam tempo

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tiga bulan, pasti akan aku mengunjungi kau, untuk aku


menjenguk ibumu, guna kita bicara dengan terang dan jelas.”
Nona itu kembali gusar.
“Kau tidak mau percaya ibuku, buat apa kau menemuinya?”
dia tanya. “Hm! Jangan kau menyangka kau telah ternama
besar! Belum pasti ibuku suka menemui kau! Hayo, kau minggir
atau tidak? Jikalau tidak, jangan kau katakan aku tak sungkan-
sungkan!”
Di mulut si nona mengatakan demikian, kakinya telah
bertindak maju, dengan pedangnya ia sudah menyerang pula.
Ce In telah tidak mau mundur. Ia sudah mulai mengenal
ilmu silat nona itu, maka ia percaya, walaupun ia sulit
mengalahkannya, sedikitnya ia bakal menang di atas angin.
Hanya di dalam hatinya, ia kata, “Sungguh malu aku mesti
melayani dia... Tanpa golok mustika, ada kemungkinan aku
bukan lawannya!”
Di dalam halnya tenaga dalam atau latihan, Ce In jauh
terlebih unggul, maka itu habis menyerang hebat terus
menerus tanpa hasil, dahi si nona sudah mandi peluh.
Dia melihat lawannya tetap tenang dan segar. Lantas dia
merasa bahwa dia akan tak ungkulan. Akhirnya dia kata dengan
sangat mendongkol, “Kenapa kau mengadu jiwamu melindungi
bangsat tua ini?”
Lam Ce In menyahut sabar, “Sebabnya ialah pertama aku
percaya I long-hu Cianpwe bukan orang busuk dan kedua dia
telah melepas budi menolongi jiwaku. Kau hendak
membinasakan dia, mana aku dapat membiarkannya?”
Nona itu heran.
“Apakah itu pertolongan jiwamu?” ia tanya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Justeru itu Toan Kui Ciang ngelindur pula, “Su Toako! Su


Toako! Aku di sini! Aku di sini! Apakah toako masih mengenali
aku Toan Kui Ciang?”
Nona itu kaget, dia berseru, segera dia lompat ke arah Kui
Ciang.
Tiat Mo Lek lagi menjagai Kui Ciang, melihat kelakuan si
nona, dia kaget, dengan lantas dia menyambar dengan
pedangnya dan membabat seraya membentak, “Bangsat wanita
kejam! Paman Toan telah terluka parah begini rupa tetapi kau
masih hendak mencelakainya?”
Berbareng dengan itu, Ce In juga berlompat sambil
menyerang.
Nona itu melihat pedangnya Mo Lek, dia menangkis dengan
ilmu huruf “Menempel,” lalu meneruskan memutar tangan, dia
menyampok ke belakang kepada goloknya jago dari Kui-ciu.
Terus dia berseru dan menanya, “Tahan dulu! Siapakah dia?”
Dia menunjuk kepada Toan Kui Ciang.
Ce In menjawab tenang, “Dialah Yu-ciu Tayhiap Toan Kui
Ciang! Apakah kau pernah mendengar namanya Toan
Tayhiap?” Nona ini melengak, dia terkejut.
“Benarkah dia Toan Kui Ciang?” dia menegasi. “Habis mana
orang yang bernama Su It Jie?” Ce In juga heran.
“Nona, kau kenal Su It Jie?” ia menanya cepat.
“Jangan tanya aku!” kata nona itu. “Kau bilang saja
sekarang, bagaimana dengan Su It Jie?”
“Su It Jie?” Ce In balik menanya. “Dia telah dipaksa An Lok
San hingga dia telah membunuh diri!”
Wajah si nona menjadi padam.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Kalau begitu Toan Tayhiap ini telah dilukakan An Lok San?”


dia tanya.
Ce In heran, bukannya ia menjawab, ia justeru menanya,
“Nona! Kau rupanya ketahui duduknya kejadian! Tidak salah,
untuk menolongi Su It Jie, Toan Tayhiap sudah menyateroni An
Lok San di istananya, di sana dia sendirian saja, dia tidak
sanggup melawan banyak kaki tangannya An Lok San, maka
dia terlukakan parah! Syukur kami bertemu dengan Hong-hu
Cianpwe ini, dia memberikan pertolongannya, jikalau tidak,
pastilah sudah sedari siang-siang Toan Tayhiap kehilangan
jiwanya...”
Lam Pat berhenti sejenak, lantas dia menambahkan, “Kami
juga tadi malam telah bertarung di dalam istananya bangsat
she An itu, sayang kami terlambat, kami tak berhasil menolongi
Su It Jie...”
“Ah, aku tahu sudah!” kata nona itu, sekarang sikapnya
berubah. “Syukur ada kamu, maka Toan Tayhiap tidak terjatuh
ke dalam tangan bangsat she An itu, bukankah?”
“Betul, tepat terkaanmu!” Mo Lek campur bicara. “Mari aku
jelaskan pula! Lukanya Lam Tayhiap dan lukaku ini juga Hong-
hu Lo-cianpwe yang menyembuhkannya! Bahkan Hong-hu Lo-
cianpwe telah memukul mundur barisan pengejar dari bangsat
she An itu! Kenapa kau mengatakan lo-cianpwe busuk?”
Nona itu tampak bingung. Ia berpikir.
“Dan bagaimana dengan isterinya Su It Jie?” tanya ia
kemudian.
Ce In melengak.
“Aku tak tahu...” sahutnya.
“Gila!” si nona membentak. “Bagaimana kau tak tahu?”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Memang Ce ln tidak tahu apa-apa sebab Kui Ciang belum


pernah menuturkannya. Ketika Mo Lek menariknya, mengajak
ia membantui Kui Ciang, Mo Lek juga tidak menyebut-nyebut
hal isteri It Jie itu.
Melihat nona itu memperhatikan urusan dua keluarga Toan
dan Su, walaupun ia tak menyukai sikap si nona, Mo Lek sudi
juga bicara. Ia kata, “Kami tidak melihat isteri dan anaknya
orang she Su itu. Mungkin mereka masih terkurung An Lok San
di sana. Jikalau kau ingin ketahui hal mereka, jikalau kau
mempunyai nyali besar, pergilah kau cari An Lok San untuk
menanya padanya!”
Disenggapi Mo Lek, parasnya si nona berubah. Mendadak
dengan pedangnya dia menuding Hong-hu Siong, terus dia kata
bengis, “Dengan memandang Toan Tayhiap maka malam ini
aku memberi ampun kepada jiwamu, hanya lain kali, apabila
aku telah mendapat bukti dari perbuatanmu yang jahat, akan
aku perhitungan pula denganmu!”
Hong-hu Siong tertawa berduka. Ia nampak mau bicara,
tetapi akhirnya batal.
Nona itu mendadak berlari keluar, untuk lompat naik ke ?
atas punggung kudanya, lantas dia berkata nyaring, “Aku He
Leng Song! Kamu boleh beritahukan namaku ini kepada Toan
Tayhiap!”
Menyusul itu terdengar suara kelenengan kuda, yang
kudanya dikaburkan, hingga lenyaplah suaranya. Hingga
sunyilah gelanggang itu.
Tiat Mo Lek heran bukan main.
“Hong-hu Lo-cianpwe,” kata ia pada Hong-hu Siong. “Nona
He ini tangguh tetapi dia tak nanti dapat melebihkan U-bun
Thong, selagi dengan mudah saja lo-cianpwe dapat

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengalahkan orang she U-bun itu, mengapa lo-cianpwe seperti


jeri terhadapnya? Bukankah dia pasti bukan lawan lo-cianpwe?”
Hong-hu Siong tertawa meringis.
“Aku si pengemis tua menerima cacian dan dibikin
mendongkol, itu perkara yang lumrah, itulah tidak ada artinya,”
sahutnya. “Sebenarnya ingin aku terbinasa di tangan dia,
supaya dia tak usah pergi membunuh lain orang...”
Tiat Mo Lek heran. Ia hendak menanya pula, atau Hong-hu
Siong sudah mendahului, “Aku si pengemis tua sudah bicara
banyak, tentang urusan ini tak suka aku membicarakannya
pula. Lam Tayhiap, jikalau kau percaya aku si pengemis tua,
aku minta sukalah kau jangan perdulikan lagi urusanku ini.”
Ce In menduga pasti orang mempunyai kesukaran yang tak
dapat dijelaskan. Maka ia pikir, “Menurut dia, rupanya dia
bertanggung jawab untuk urusan lain orang, tetapi tuduhan
cabul dan jahat itu hebat sekali, bagaimana dia dapat
menerimanya? Di dalam urusan lain bolehlah orang menjamin
sesuatu...”
Karena berpikir begini, ia terus berdiam.
Mo Lek juga tidak menanya lagi.
“Langit sudah terang,” berkata Hong-hu Siong kemudian.
“Aku si pengemis tua masih mempunyai lain urusan, ingin aku
berangkat lebih dulu. Tentang Toan Tayhiap, tak usahlah kamu
buat kuatir, mungkin lagi dua jam dia bakal mendusin. Di sini
ada satu peles obat, kamu kasihlah dia makan satu hari tiga
butir, setiap kalinya satu. Setelah dia makan habis obat ini,
mungkin dia akan mendapat pulang kesehatannya seperti
sediakala.”
Lam Ce In menyambuti peles obat itu. Ia melihat jumlah
butirnya dua puluh. Maka itu, itulah obat untuk tujuh hari.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Lo-cianpwe,” ia tanya jago tua itu, “Apakah lo-cianpwe


hendak memesan sesuatu untuk Toan Tayhiap?”
Hong-hu Siong tertawa. Dia kata, “Aku si pengemis tua telah
terlalu sering menerima budi orang, dari itu tak suka aku bicara
dari hal pembalasannya. Laginya, untuk membalas begitu
banyak, tentu aku tidak sanggup. Bukankah barusan kamu juga
telah menolongi selembar jiwaku? Itu pun sudah berarti
pembalasan.”
Ia berhenti sebentar, baru ia menambahkan lagi, “Toan
Tayhiap menjadi seorang yang sadar akan budi dan dendaman,
kalau sebentar dia mendusin, aku minta jangan kamu
memberitahukan dia bahwa obat ini pemberianku si pengemis
tua, supaya tak usahlah dia buat pikiran.”
“Itulah tak dapat, lo-cianpwe!” kata Mo Lek, menentang.
“Jikalau dia tanya siapa yang menolongnya, tak dapat kami
tidak menjelaskan!”
“Begini saja,” kata si pengemis tua. “Kau beritahukan dia hal
ditolongnya lukanya, dan halnya obat, kau bilang itulah obatnya
Lam Tayhiap. Bukankah siapa mengerti ilmu silat, dia
senantiasa membekal obat-obatan buatan sendiri, kecuali yang
beda hanya khasiatnya? Jikalau diberitahukan aku si pengemis
tua yang memberikan, nanti menjadi tidak enak...”
Mendengar kata-kata orang, Ce In menjadi timbul pula
kecurigaannya.
Tiat Mo Lek tertawa. Dia kata pula, “Lo-cianpwe yang
mengobati dia kalau Toan Tayhiap ketahui itu, bukankah itu
sama membuat pikirannya?”
Hong-hu Siong berpikir.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Kalau begitu baiklah, akan aku memesan sesuatu


kepadanya,” kata dia. “Dengan begini maka kita satu pada lain
jadi tidak berhutang budi...”
“Apakah itu, cianpwe?” Ce In tanya.
Hong-hu Siong mengeluarkan sebuah cincin besi, ia masuki
itu ke subuah jerijinya Toan Kui Ciang, sembari melakukan itu,
ia kata, “Tolong kamu sampaikan pesanku kepada Toan
Tayhiap. Aku minta pertolongannya. Kalau nanti dia bertemu
dengan seseorang yang memakai cincin serupa ini, mohon dia
memandang mukaku, sukalah dia berlaku murah terhadapnya.”
Mo Lek heran hingga ia berpikir, “Entah pengemis tua ini
hendak melakukan kegaiban apa...?
Meski ia heran dan curiga, ia tidak berani menanya apa-apa.
Ia muda sekali usianya tetapi pengalamannya kaum Kang Ouw
sudah cukup banyak, ia ketahui pantangan kaum itu. Maka
dengan hormat ia menyahuti.
“Jangan kuatir, lo-cianpwe, nanti aku sempatkan pesan lo-
cianpwe ini kepada Toan Tayhiap.”
Hong-hu Siong menjumput tongkatnya, terus ja berjalan
keluar. Di ambang pintu, mendadak ia berhenti dan menoleh,
kepada Lam Ce In ia berkata, “Ah, hampir aku lupa! Pada bulan
yang lalu di kota Tok-koan, aku telah bertemu dengan gurumu,
Lam Tayhiap.”
“Apakah ada pesannya guruku itu?” Ce In tanya.
“Gurumu itu membilangi bahwa dia mau pergi ke Hoay-yang,
akan tetapi karena ada urusan lain, keberangkatannya itu
ditunda sampai lain bulan tanggal pertengahan. Dia
membicarakan hal kau, tayhiap, katanya segala perbuatan
tayhiap dalam dunia Kang Ouw beberapa tahun ini, semua dia
sudah ketahui. Dia menyatakan girang dan syukurnya.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kemudian dia tanya aku, aku kenal tayhiap atau tidak. Aku
bilang nama aku pernah dengar, orang aku belum pernah
menemukan. Lantas gurumu kata, dalam beberapa hari ini
tayhiap akan pergi ke Hoay-yang. Dia kata padaku, ‘Thio Sun
yang menjadi Thaysiu kota Hoay-yang adalah seorang berarti,
maka pengemis tua, jikalau kau tidak mempunyai urusan apa-
apa, tak halangannya kau jalan-jalan ke kota Hoay-yang itu.
Aku tahu kau biasa menyukai anak-anak muda, maka bolehlah
kau sekalian menemui muridku itu. Apabila kau bertemu
dengannya, tolong kau sampaikan pesanku ini kepadanya,
umpama kata dia mempunyai urusan lain di Ngo-goan, dia tak
usah menunggui aku di Hoay-yang.’ Ha, ha! Tidak kusangka,
sebelum aku sampai di Hoay-yang, di kuil rusak ini aku telah
bertemu denganmu secara kebetulan ini!”
Baru sekarang Lam Ce In ingat, ketika tadi mereka baru
memasuki kuil, Hong-hu Siong mengawasi ia dengan perhatian
luar biasa. Pikirnya, “Tidak heran sebelum menanyakan jelas
tentang diriku, dia sudah lantas sudi mengobati kami. Rupanya
suhu telah melukiskan roman dan potongan tubuhku
kepadanya.”
Sebenarnya Ce In bersangsi juga. Toan Kui Ciang belum
sembuh, dia seharusnya diantar pulang ke Touw Ke Ce, untuk
dia berobat dan beristirahat. Tiat Mo Lek harus menjadi
pelindungnya.
Mo Lek cerdik dan gagah, untuk pantarannya, sukar mencari
tandingannya, meski begitu, dia tetap seorang bocah, tak
tenang hati Ce In membiarkan bocah itu sendirian mengantari
Kui Ciang. Maka sekarang, kebetulan ia mendengar pesan
gurunya itu, ia lantas mengubah pikiran, mengambil suatu
keputusan baru.
Begitulah, sehabis kepergiannya Hong-hu Siong, orang she
Lam ini kata pada Mo Lek, “Mo Lek, aku tak jadi pergi ke Hoay-
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang, hendak aku menemani kau mengantar Toan Tayhiap ke


Touw Ke Ce. Di sana, setelah menolongi tayhiap, apabila kau
tidak mempunyai urusan lain, boleh kau turut aku pergi ke
Hoay-yang untuk menemui guruku.”
Mo Lek girang sekali.
“Itulah bagus!” katanya. “Tapi, bukankah kau mempunyai
suratnya Kwe Cu Gie yang hendak disampaikan kepada Thio
Thaysiu? Dengan kau mengantari kami, apakah urusanmu itu
tidak menjadi gagal?”
“Tidak,” sahut Ce In. “Urusan surat itu terlambat satu bulan
pun tidak apa. Surat itu dikirim Kwe Leng-kong sambil lalu dan
bunyinya juga Cuma mengajak Thio Thaysiu bekerja sama
andaikata terbit bencana. Mereka itu berdua saling menghargai,
sekalipun tidak ada surat menyurat, apabila terbit sesuatu
kejadian, pasti mereka bekerja sama, untuk membela negara.”
Mo Lek mengangguk.
“Sekarang belum terang tanah, nanti aku pergi mengambil
pakaian untuk salin,” kata dia.
Ce In tahu orang berniat mencuri. Maka dia tertawa. Dia
pesan, “Kau berhati, hati, jaga jangan sampai kau kena
terbekuk orang!”
“Itulah tak bakal terjadi!” kata Mo Lek dengan pasti.
Bocah itu pergi sampai setengah jam, masih dia belum
kembali. Ce In menjadi berkuatir juga.
“Jangan-jangan kekuatiranku berbukti...” pikirnya bergelisah.
Justeru itu mendadak terdengar suara roda kereta di luar
kuil.
Orang she Lam ini kaget, lantas ia pergi melihat. Lantas
hatinya menjadi lega.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Itulah Mo Lek yang kembali, hanya bersama sebuah kereta


keledai! “Eh, mengapa kau mencuri kereta keledai?” ia tegur.
“Inilah bukan kereta curian!” sahut Mo Lek. “Aku tukar ini
dengan sepotong uang goanpoo emas!”
Mau tidak mau, Ce In tertawa.
“Sungguh kau berbahagia!” katanya. “Kau masih mempunyai
goanpoo emas!”
“Tetapi uang emas itu bukan kepunyaanku, itulah miliknya
seorang hartawan. Aku pergi mencuri beberapa potong pakaian
di rumahnya, sekalian saja aku jemput beberapa potong
goanpoonya. Lantas aku pergi ke bengkel kereta. Hari sudah
mendekati fajar, tuan rumah masih belum mendusin dari
tidurnya, aku tak sempat mengasih bangun, dari itu aku
lemparkan saja sepotong goanpoo, lantas aku siapkan kereta
keledainya ini. Celaka keledai ini, dia tidak dengar kata, ketika
mau keluar dari pintu pekarangan, dia rewel, dia meringkik
keras suaranya yang berisik membikin sadar tuan rumah.
Mulanya mereka berteriak-teriak, ‘Ada pencuri! Ada pencuri!’
Dari atas kereta aku lemparkan uang goanpoo sambil aku
berkata nyaring, ‘Aku bukan pencuri! Aku hanya malaikat uang!’
Rupanya mereka lantas melihat uang emas itu, sebentar saja
sirap teriakannya, diganti dengan seruan kegirangan, bahkan
mereka tidak mengejar juga!”
Habis berkata itu, Mo Lek tertawa berkakak, tapi lekas ia
menambahkan, “Sebenarnya, mencuri tetap mencuri, Cuma
bedanya aku mencuri hartanya si hartawan, tidak si melarat!
Dengan sepotong goanpoo emas dapat dibeli sepuluh buah
kereta keledai, mereka itu hilang sebuah kerela tetapi
mendapat sepotong goanpoo, mereka masih untung besar!”
Mau atau tidak, Ce In mesti tertawa.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ketika itu cuaca sudah terang. Keduanya lantas menyalin


pakaian, kemudian mereka menggotong Toan Kui Ciang dinaiki
ke atas kereta, direbahkan di tempat yang lunak, yang Mo Lek
telah sediakannya.
Ce In yang memegang tali les, maka selang satu jam,
keduanya sudah sampai di wilayah kecamatan Lim-tong. Hati
mereka lega sebab mereka melihat tidak ada yang mengejar.
Dengan begitu dapatlah mereka berdua memasang omong
dengan asyik. Banyak yang dapat mereka bicarakan.
(Lanjutan)

Ce In seorang hiap-su, orang gagah kenamaan dan Mo Lek


anak muda keluarga Rimba Hijau. Saking gembira, sering
mereka tertawa.
"Kau masih begini muda, sudah pandai kau mencuri!" kata si
orang she Lam. "Kalau nanti kau sudah dewasa, kau bakal jadi
liehay sekali! Cuma aku kuatir nanti tak ada orang yang berani
membuka perusahaan piauwkiok!"
"Aku, aku masih terpaut jauh!" kata Mo Lek tertawa. "Kau
tahu siapa yang menjadi malaikat pencuri nomor satu di kolong
langit ini?"
"Dialah Sam-ciu Sin-kay Kie Tie," sahut Ce In.
"Bukan! Sam-ciu Sin-kay telah orang sisihkan! Sekarang ini
yang nomor satu ialah Khong Khong Jie! Dia pernah mengadu
kepandaian dengan Kie Tie. Kie Tie dapat mencuri sebatang
seruling kemala dari Pangeran Leng Ong, sebaliknya Khong
Khong Jie dapat mencurinya dari tangan Kie Tie sendiri! Mereka
bertaruh, Kie Tie kalah! Khong Khong Jie telah mengulangi
pencuriannya sampai tiga kali, hingga Kie Tie takluk benar-
benar, maka juga Kie Tie rela menyerahkan seruling itu, buat
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Khong 'Khong Jie menyerahkan pulang pada Leng Ong untuk


mendapat hadiah. Sekarang ini di dalam kalangan Hek Too
hampir tak ada yang tak mengetahui julukan Biauw Ciu Khong
Khong!"
"Telah aku dengar nama besar dari Khong Khong Jie," kata
Ce In, "Cuma aku tahu hal ilmu pedangnya. Sayang aku belum
pernah bertemu dengannya."
Tiat Mo Lek mengawasi sahabatnya dan kata sambil tertawa,
"Sekarang kau bakal pergi ke rumahnya ayah angkatku, ada
kemungkinan kau bakal bertemu dengan Khong Khong Jie.
Umpama kata kau tidak bertemu dengan Khong Khong Jie
sendiri, mungkin dengan adik seperguruannya, yaitu Ceng Ceng
Jie!"
Lam Ce In heran. Sebenarnya ia mau menanya, untuk minta
keterangan, tetapi mereka mendadak mendengar Toan Kui
Ciang menjerit, "Aduh!"
"Bagus, dia tahu merasa nyeri," kata Ce In.
Benar saja, lewat sekian lama Kui Ciang dapat membuka
mata.
"Oh, saudara Lam, kau di sini?" kata orang she Toan itu.
"Mana Su Toako? Di sini di mana? Apakah aku lagi bermimpi?"
Biar bagaimana, pikirannya Kui Ciang masih kacau.
"Toan Toako, kita sudah lolos dari bahaya," Ce In
memberitahukan. "Kita sekarang berada di dalam wilayah Lim-
tong."
Kui Ciang berpikir, lantas ia mulai ingat segala apa. Tapi ia
masih berpikir terus.
Sementara itu roda kereta juga berputar tak hentinya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Setelah sadar dan merasakan nyeri, Kui Ciang pun merasai


bagaimana ia terkocok pulang pergi di atas kereta itu, hingga
kesadarannya pulih dengan cepat, hingga ia menjadi ketahui
bahwa ia bukan lagi tidur bermimpi.
Lam Ce In memeluki sahabat itu. Ia melihat muka orang
yang pucat dan matanya tak bersinar terang.
"Su Toako, kau mati bersengsara..." kemudian terdengar Kui
Ijiang berkata. "Akulah yang mencelakai kau...!" Suaranya
perlahan, lalu dia mengucurkan airmata.
"Toan Toako, kau mesti pelihara dirimu baik-baik," Ce In
berbisik. "Kau mesti mencari balas untuk Su Toako!"
Kui Ciang terkejut. Segera berkumandang pesannya Su It
Jie, " Toan Toako, daripada aku yang hidup untuk mencari
balas, lebih baik kau! Supnya kau tidak dipaksa mereka, aku
akan berangkat terlebih dulu! Kau sayangilah dirimu, pergi kau
menoblos keluar!"
Ia pun lantas ingat Louw-sie, isterinya It Jie, serta bayinya,
yang masih berada di mulut harimau. Maka ia mengertak gigi,
ia menahan keluarnya airmatanya. Seperti juga ia lagi
menghadapi arwah It Jie, ia kata, "Benar, Su Toako, aku akan
dengar kata-katamu!"
Terus ia kata pada Ce In, "Saudara Lam, aku bikin kau
berabeh! Untukku, kau sudah menentang bahaya!"
Ia pun kata pada Tiat Mo Lek, "Mo Lek, anak baik! Kau tidak
dengar pesanku tetapi aku tidak akan menegurmu...!"
Ce In dan Mo Lek berlega hati. Kui Ciang sudah sadar dan
menjadi tenang.
Kemudian Kui Ciang mencoba mengerahkan tenaganya. Ia
merasa seluruh tubuhnya lemah, tak ada tenaganya sedikit

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

juga. Ia menjadi masgul sekali hingga ia menarik napas


panjang.
"Kiranya aku terluka begini parah..." katanya. "Sampai kapan
aku baru dapat menuntut balas...?"
"Kouwthio, legakan hati," Mo Lek menghibur. "Lo-cianpwe
Hong-hu membilangi kami, setelah lewat tujuh hari,
kesehatanmu bakal pulih seperti sediakala!"
Kui Ciang melengak.
"Hong-hu Siong?" katanya, mengulangi. "Apakah kau
maksudkan Se-gak Sin Liong Hong-hu Siong, satu di antara
Kang Ouw Cit Koay?" Walaupun dia heran, Kui Ciang menjadi
tenang.
"Benar," Mo Lek menjawab. "Luka kita semua diobati oleh
Hong-hu Lo-cianpwe."
"Kalau begitu, jiwaku jadi telah ditolong oleh lo-cianpwe itu?"
Kui Ciang menegaskan.
"Benar," Mo Lek memberi kepastian. "Luka kouwthio
mengeluarkan darah tak hentinya, luka di dalam juga parah,
lantas Hong-hu Lo-cianpwe menotok membikin darah itu
berhenti, lalu itu disusul dengan pertolongan mengurut serta
arak obat yang diminumkan."
Kui Ciang berdiam, paras mukanya berubah. Akhirnya ia
menghela napas.
"Aku tidak sangka bahwa diluar tahuku, aku telah mendapat
pertolongan jiwa dari dia," katanya. "Aku telah berhutang budi,
sungguh berat menerimanya..."
Mo Lek heran sekali hingga ia tercengang. Ia heran tetapi ia
tidak berani menanya apa-apa. Budi toh bisa dibalas. Mudah,
bukan? Toh Kui Ciang bersusah hati. Kenapa?
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Apakah ada yang tak tepat, saudara Toan?" tanya Ce In.


Beda dari si bocah, orang she Lam ini berani mangajukan
pertanyaan.
Kui Ciang memandang penolongnya itu.
"Saudara Lam, kau telah menolong aku, aku sangat
bersyukur terhadapmu," ia kata. "Tapi kita ada dari satu
golongan, aku menerima budi kau, aku puas. Akan tetapi Hong-
hu Siong? Aku sudah menerima budinya, aku tak tahu
bagaimana nanti kelak di kemudian hari..."
Ce In dan Mo Lek heran, sampai mereka terperanjat. Hampir
berbareng keduanya menanya, "Bukankah Se-gak Sin Liong
juga orang dari Hiap-gie-too?"
"Saudara Ce In, kau muncul lebih belakang belasan tahun
daripada aku, tak heran kau tak ketahui hal ikhwal dia itu," kata
Kui Ciang, menerangkan. "Pada itu waktu, nama dia tercemar
sekali."
Ce In heran hingga ia sudah lantas menanya pula, "Namanya
tercemar? Menurut kau ini, bukankah ia jadi sudah pernah
melakukan perbuatan-perbuatan buruk? Kenapa yang aku
dengar semua hal-hal yang baik? Bahkan guruku pernah
membilangi aku, meskipun sepak terjangnya Hong-hu Siong
aneh sekali, dia tak kecewa menjadi orang Hiap-gie-too."
"Kalau begitu, gurumu itu, saudara Lam, dia
menyembunyikan apa yang buruk dan memuji apa yang baik.
Memang benar Hong-hu Siong telah melakukan perbuatan-
perbuatan baik, malah itu melebihkan banyaknya perbuatan-
perbuatannya yang busuk. Perbuatannya yang busuk itu dapat
membikin orang menudingnya dengan rambut kepala bangun
berdiri!"
Mukanya Lam Ce In menjadi pucat. Benar-benar dia heran.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Toan toako," katanya, "Apakah toako dapat menuturkan


beberapa diantara perbuatan-perbuatannya Hong-hu Siong
itu?"
"Baik!" menjawab Kui Ciang. "Nanti aku tuturkan
perbuatannya yang buat beberapa puluh tahun telah menjadi
buah bibir orang banyak. Dia pernah merampas harta tak halal
dari kedua Ciat-touw-su Louw Liong dan Khouw Ciu, harta itu
dipakai menolongi rakyat kurban-kurban bencana sungai Huang
Hoo. Seorang diri dia telah menempur dan menyingkirkan lima
jago dari Yan-tio. Dia pun telah mendamaikan kedua partai
Khong Tong dan Yan San yang berselisihan hingga dengan
begitu bencana Rimba Persilatan dapat dihindarkan."
"Semua hal itu aku sudah ketahui," kata Ce In. "Coba kau
lulurkan bagian-bagian yang mencemarkan namanya itu."
"Diantara itu ada beberapa yang hebat," Toan Kui Ciang
kata. "Pada satu waktu ada beberapa orang pergi ke Thian San
mencari teratai salju, waktu mereka itu berjalan pulang, mereka
dipegat, dibegal dan dibunuh, cuma satu diantaranya yang
dapat lolos. Satu waktu ia melindungi satu penjahat cabul gelar
Say Cek Hong, lantaran mana dia melukai It Teng Siansu dari
Siauw Lim Pay, hingga pihak Siauw Lim Pay mencarinya guna
menuntut balas, tetapi ketika kemudian pihak Siauw Lim
mendengar dia merampas harta untuk menolongi kurban-
kurban banjir, perkaranya tidak dilarik panjang, cuma Say Cek
Hong yang dicari dan disingkirkan..."
"Apakah dia pernah membunuh suami orang dan merampas
isteri kurbannya itu?" tiba-tiba Mo Lek memotong.
Kui Ciang heran hingga dia mendelong mengawasi.
"Kenapa kau ketahui peristiwa itu?" dia balik menanya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lam Ce In pun terkejut, hingga dia menanya keras, "Ya,


benarkah kejadian itu?"
"Peristiwa itu masih menjadi soal gelap sampai pada
sekarang ini," berkata Kui Ciang. "Hanya menurut sangkaan,
sembilan dalam sepuluh mungkin benar perbuatan Hong-hu
Siong..."
Ce In berdiam, otaknya bekerja.
"Sebenarnya, bagaimanakan duduknya itu," ia tanya. Kui
Ciang suka menceritakan.
"Itulah peristiwa pada dua puluh tahun yangbaru lalu," kata
ia. "Ketika itu ada sepasang yu-hiap atau jago pengembara
muda. Yang pria bernama He Seng To dan yang wanita Leng
Soat Bwe. Telah banyak perbuatan gagah dan mulia yang
mereka itu lakukan. Setelah bersatu tujuan, mereka juga
bersatu hati, demikian sesudah mengikat tali pertunangan,
mereka lantas menikah. Bukan main ramainya perayaan nikah
mereka itu. Orang-orang Kang Ouw, kenal atau tidak,
berduyun-duyun datang untuk menghadiri, guna memberi
selamat. Siapa tak kagum menyaksikan sepasang sejoli itu
sama gagah, sama mulia hatinya? Aku menjadi sahabatnya
kedua mempelai, aku pun menjadi salah satu tetamu mereka.
Diluar dugaan siapa juga, justeru di malam pernikahannya,
sepasang pengantin itu menemui kenaasan mereka... Aku
masih ingat benar peristiwa itu. Bersama banyak yang lain, kita
bergurau di kamar pengantin, habis itu kami berkumpul pula
melanjuti menenggak air kata-kata, hingga semua menjadi
separuh sinting. Justeru itu dari kamar pengantin terdengar
jeritan keras, hebat dan menyayatkan! Segera aku sadar dari
sintingku, lupa pada adat istiadat, aku memburu ke dalam,
masuk terus ke dalam kamar. Tiba di dalam, aku tercengang!
Mempelai laki-laki roboh di lantai dan mempelai wanita lenyap!
Dengan lantas aku mengasih bangun pada He Seng To. Dia
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

telah terluka sangat berat hingga dia tak dapat bicara: Dengan
menaruh mulutku di telinganya, aku tanya dia berulang-ulang,
'Siapa si penjahat? Siapa si penjahat?' Dia masih mengenali aku
sebagai sahabatnya, dia mengawasi aku, dia suka menjawab.
Dengan tangan gemetar, dengan jeriji telunjuknya, dia
mencelup ke darahnya, lantas dia menulis di lantai. Dia
mencoret-coret beberapa kali, tulisannya tak keruan. Sayang
sebelum ia menulis habis, napasnya sudah berhenti berjalan.
Ah, sinar matanya! Tak dapat aku lupakan itu! Dia seperti minta
tolong aku membalaskan sakit hatinya itu...! Aku perhatikan
tulisannya itu. Huruf pertama 'Hong'. Huruf kedua baru saja
dua coretan yang mirip huruf 'Sip' - 'Sepuluh'. Aku katakan
mirip sebab tulisannya miring dan panjangnya tak berjauhan. Di
dalam dunia ini tidak ada orang she Hong, sebab 'Hong' itu
adalah 'Hong' yang berarti 'Raja'. Sebelum aku mengutarakan
dugaanku, lantas ada orang yang berseru, 'Si pembunuh
pastilah Hong-hu Siong!'"
"Kalau orang hanya mengandal tulisan tak lengkap itu, itu
belum dapat dipastikan," kata Ce In. "Itulah bukti yang tak
sempurna."
"Benar," Kui Ciang bilang. "Ada beberapa orang yang
berpendapat sama seperti kau, saudara Lam. Banyak yang
ragu-ragu. Ada pula yang menyangka mungkin si penjahat
pesuruhnya Raja. Ketika itu diketahui He Seng To bermusuh
dengan Kong-sun Tam, salah seorang Wiesu dari istana.
Mungkin si pembunuh ialah Wiesu she Kong-sun itu."
"Dugaan itu beralasan juga sedikit," kata Mo Lek.
"Tak beralasan sama sekali!" tiba-tiba kata Kui Ciang
nyaring.
Tiat Mo Lek melengak, Lam Ce In berdiam. Keduanya heran.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Dua-dua she Kong-sun dan Hong-hu adalah rangkap," Toan


Kui Ciang menjelaskan. "Untuk penulisannya, huruf 'Kong' dari
Kong-sun jauh lebih sederhana daripada huruf 'Hong' dari
Hong-hu. Sekarang cobalah pikir! Ketika itu He Seng To lagi
mendekati kematiannya, kenapa dia bukannya menulis huruf
'Kong' hanya huruf 'Hong' yang terlebih sukar, yang lebih
banyak coretannya itu? Jikalau benar si penjahat ialah Kong-
sun Tam, cukup dia menulis satu huruf 'Kong' dan lantas orang
mengerti. Pula tak usahlah dia memutar jalan, bukannya
menunjuk 'Kong-sun' hanya orangnya kaisar - 'Hongte'. Lainnya
hal lagi, ilmu silat He Seng To dan I.cng Soat Bwe lebih liehay
daripada ilmu silatnya Kong-sun Tam. Jadi tidaklah mungkin
Kong-sun Tam dapat membinasakan He Seng To dan lalu
merampas Leng Soat Bwe. Jadinya orang membelai Hong-hu
Siong cuma disebabkan orang menyayangi nama baiknya
sebagai orang gagah, untuk menolong membebaskannya dari
tuduhan."
Mo Lek tunduk. Dia sependapat dengan "orang" yang
disebutkan Kui Ciang itu.
Lam Ce In terus heran dan bersangsi. Ia ragu-ragu sangat.
"Menurut bicaranya Toan Toako ini, perbuatan-perbuatan
baik dan mulia dari Hong-hu Siong jauh terlebih banyak
daripada perbuatan-perbuatannya yang buruk," ia berpikir.
"Satu hal saja, yaitu menolong rakyat dari bencana alam, sudah
suatu jasa yang besar. Hanya benar juga, perbuatan buruknya
dapat membuat rambut orang bangun berdiri... Itulah dua
macam perbuatan yang sangat bertentangan satu dengan lain.
Menurut pantas, tak layaknya itu dilakukan oleh satu orang.
Masih ada satu hal lain lagi. Guruku menjadi seorang yang
sangat dapat membedakan perbuatan baik, daripada perbuatan
jahat, jikalau kelakuannya Hong-hu Siong benar demikian
buruk, mustahil guruku tak menuturkannya kepadaku? Mustahil
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

karena menyembunyikan perbuatan buruk itu, guruku tak


menyebutnya sama sekali? Bukankah heran, sebaliknya
daripada membenci, guruku justeru mengikat persahabatan
dengan Hong-hu Siong?"
Toan Kui Ciang melihat orang berdiam saja dan agak
bersangsi, ia dapat menerka hati sahabat ini. Ia hanya berdiam
sebentar, lantas ia menyambungi keterangannya.
"Peristiwa terjadi pada dua puluh tahun yang sudah lampau,"
kata ia. "Setelah peristiwa itu, jarang sekali Hong-hu Siong
muncul di muka umum, dan kapan orang mendengar pula
tentangnya, semua dari * perbuatan-perbuatanhya yang mulia
dan baik, benar ada satu atau dua yang buruk, tetapi itu
bukanlah kejahatan besar. Itulah sebabnya mengapa aku
menjadi berlaku ayal-ayalan mewujudkan pembalasanku untuk
sahabatku itu. Hanya dapat aku terangkan, apabila aku berhasil
memperoleh keterangan yang benar, tetap aku akan membuat
perhitungan dengannya!"
"Didalam itu hal telah ada satu orang yang hendak membuat
perhitungan dengannya," kata Mo Lek.
Kui Ciang heran hingga matanya menjadi terbuka lebar.
"Siapa?" dia tanya, cepat.
"Dialah seorang nona umur lebih kurang dua puluh tahun,"
Mo Lek menjawab. "Dia menyebut dirinya He Leng Song. Nona
itu kata kau mungkin ketahui tentangnya."
Kui Ciang menjadi sangat ketarik hati.
"Bagaimana romannya nona itu?" dia tanya, bernapsu.
"Dimanakah dia bertemu dengan Hong-hu Siong? Di manakah
hal ini kau dengarnya, ataukah kau mengetahuinya sendiri?"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku melihat dan mendengarnya sendiri," sahut Mo Lek.


"Tempatnya ialah di dalam kuil tadi."
Lantas pemuda ini memberikan penjelasannya, kemudian ia
mempetakan potongan tubuh serta romannya nona He Leng
Song itu.
Sampai disitu, Lam Ce In turut bicara. Ia kata perlahan, "Aku
tidak tahu bahwa urusan ini menyangkut urusannya He
Tayhiap. Hanya, oleh karena Hong-hu Siong telah menolong
jiwa kita bertiga, maka selama urusan belum menjadi terang
benar-benar, ingin aku menghadang dahulu di depannya nona
itu. Toan Toako, adakah kau menyesali sikapku ini?"
Toan Kui Ciang menggeleng-geleng kepala. Ia berdiam.
"He Leng Song... He Leng Song..." katanya kemudian,
perlahan dan berulang-ulang. Parasnya pun menandakan ia
sangat ragu-ragu.
Sebenarnya di saat itu, pada benak kepalanya telah
berbayang wajahnya seorang wanita lain, ialah Leng Soat Bwe.
Gambaran He Leng Song dari Mo Lek justeru gambaran Leng
Soat Bwe itu...
Di antara Kui Ciang dan Soat Bwe ada terbenam satu kisah
asmara. Mereka berdua bersahabat erat jauh sebelumnya Soat
Bwe bersahabat dengan He Seng To. Hanya selagi Kui Ciang
sangat mengagumi nona itu dan menaruh cinta terhadapnya, si
nona sendiri masih mengambang perasaannya.
Belakangan muncullah He Seng To, lantas Soat Bwe
menyintai orang she He itu, hingga kejadian dia lebih banyak
berada berduaan dengan Seng To daripada dengan Kui Ciang.
Tak lama maka Kui Ciang menginsafi keadaan, ialah ia ketahui
si nona mencintai Seng To.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia satu laki-laki sejati, ia jujur dan terhormat, tak sudi ia


menjadi penghalang. Ia pun tak membenci atau bersakit hati.
Buat guna si nona sendiri, untuk kebaikan Seng To, ia suka
mengalah, bahkan Seng To ia anggap sebagai sahabat kekal,
seperti saudara sendiri. Itulah untuk membahagiakan Soat Bwe!
Ketika kemudian terjadi He Seng To terbinasa secara hebat
dan menyedihkan itu, dan Leng Soat Bwe lenyap tidak keruan
paran, Kui Ciang berduka bukan main. Karena itu, sesudah
lewat sepuluh tahun, baru ia menikah dengan Touw Sian Nio.
Ia menyintai isterinya ini, tetapi terhadap Soat Bwe, cintanya
tetap melekat, tak dapat ia melupai Nona Leng itu. Maka itu
mendengar gambarannya Mo Lek tentang Leng Song, ia lantas
ingat bekas kekasihnya itu.
Maka juga ia menjadi seperti orang linglung
Ia ingat syairnya yang ia pernah tulis untuk Soat Bwe,
bunyinya,
Soat leng bwe hoa y om, leng song tok cu kay
artinya,
Salju dingin, bunga bwe indah permai, es membeku, buyar
sendirinya
"Bukankah He Leng Song itu puterinya Leng Soat Bwe?"
demikian ia berpikir, menerka-nerka. "Soat Bwe tentu masih
ingat baik sekali syairku itu maka ia memberikan nama Leng
Song kepada puterinya ini. Tapi He Seng To sudah meninggal
dunia, darimana datangnya ini bocah she He?"
Bingung Kui Ciang, maka juga ia jadi berpikir keras dan
seperti linglung itu, ada juga rasa girangnya. Pikirnya pula,
"Jikalah He Leng Song benar anaknya Soat Bwe, bukankah Soat
Bwe masih ada di dalam dunia ini?"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kouwthio," "berkata Mo Lek, yang seperti memecah


kesunyian, "Hong-hu Siong telah memberikan sebuah cincin
kepadamu. Itulah cincin yang sekarang berada pada jari
tanganmu."
Kui Ciang heran, ia seperti orang baru sadar dari mimpinya.
Sebelum menjawab si bocah, ia berpikir pula, "Soat Bwe
menitahkan nona' ini pergi membalaskan sakit hati, terang
sudah bahwa Hong-hu Siong ialah pembunuh suaminya dahulu
hari itu. Hanya si nona benar anaknya atau bukan, tak dapat
aku tak memperhatikannya..."
Lalu ia dibuatnya sukar. Soal yang baru telah muncul. Hong-
hu Siong baru saja menolong jiwanya. Tak ada manusia gagah
dan-terhormat yang membunuh tuan penolongnya...
Kui Ciang mengusut-usut cincin di jari tangannya itu.
"Apakah Hong-hu Siong ada meninggalkan kata apa-apa?" ia
tanya Mo Lek.
"Dia seperti juga telah mendapat tahu di muka bahwa
kouwthio bakal tak sudi menerima pertolongannya itu,"
menyahut Mo Lek, "Maka dia cuma minta satu hal dari kau.
Katanya dengan begitu kau dan dia sama-sama tak ruginya, tak
saling berhutang budi...
"Apakah permintaannya itu?" tanya Kui Ciang, mendesak.
"Permintaannya itu ialah," kata Mo Lek, "Kalau kelak di
belakang hari kau bertemu seorang yang memakai cincin yang
serupa dipakai kau sekarang, sukalah kau berlaku murah hati
terhadapnya."
Mendengar itu, Kui Ciang bernapas lega.
"Oh, dia tidak meminta apa-apa untuk dirinya sendiri,"
katanya sabar. "Baik, dapat aku melakukan itu. Biarlah nanti,

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

setelah aku berhasil menuntut balas untuk Su Toako, baru aku


pergi cari Hong-hu Siong. Umpama kata dia dapat membunuh
aku, maka sudah tidak ada soal apa-apa lagi, tetapi apabila
akulah yang berhasil membunuh dia, habis itu aku akan
membunuh diriku sendiri, supaya dengan begitu bereslah sudah
budi dan sakit hati di antara kita!"
Mo Lek dan Ce in terkejut, mereka tercengang. Sungguh
hebat orang she Toan ini. Dia benarlah laki-laki sejati! Tapi
karena mereka kenal baik tabiat Kui Ciang, terutama sekarang
pikiran orang gagah ini lagi tegang, mereka berdiam saja, tak
mau mereka memberi nasehat atau membujuki.
"Mana nona itu?" kemudian Kui Ciang tanya lagi.
"Dia sudah pergi," sahut Mo Lek. "Dia tidak membilang kita
ke mana dia mau pergi. Menurut dugaanku, mungkin dia pergi
mencari An LokSan..."
Kui Ciang kaget sekali.
"Kau...! Kau bagaimana tahu dia pergi mencari An Lok San?"
tanyanya, bingung dan bergelisah. "Dia... dia pergi cari An Lok
San untuk apakah?"
"Aku tak tahu tetapi aku menduga saja," sahut Mo Lek. "Dia
tanya n ku perihal sahabatmu she Su itu, tentang isteri dan
anaknya sahabatmu itu. Aku bilangi dia halnya si orang she Su
sudah dicelakai An Lok San dan hahwa isteri dan anaknya
belum berhasil ditolongi. Mendengar jawabanku itu, dia sangat
tergerak hatinya. Sebenarnya dia telah bersumpah hendak
membunuh Hong-hu Siong, Lam Tayhiap telah mencegahnya,
dia masih tidak mau mengerti, akan tetapi setelah mendengar
keteranganku itu, dia seperti lantas berpikir lain - rupanya dia
terpengaruh urusan yang terlebih penting. Dia pergi dengan
lantas! Maka itu aku menyangka dia hendak menolongi Nyonya
Su dan anaknya itu."
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kembali Kui Ciang kaget.


"Bagaimana ini?" dia berseru dalam bingungnya. "Mana
dapat dia dibiarkan seorang diri memasuki sarang harimau dan
kedung naga?" ??
Mo Lek turut menjadi bingung.
"Ini cuma pikiranku, inilah belum pasti..." katanya perlahan.
"Ilmu pedang nona itu liehay sekali. Lam Tayhiap menempur
dia dengan memakai golok mustika, selama beberapa puluh
jurus, keduanya sama unggulnya. Maka itu umpama kata dia
tidak berhasil menolongi Nyonya Su itu serta anaknya, aku
percaya dia sendiri akan dapat meloloskan dirinya."
"Nona itu suka menunda membunuh Hong-hu Siong
sebagian disebabkan dia mendapat tahu Hong-hu Siong sudah
menolongi kau," Lam Ce- In turut bicara. "Dia rupanya masih
menyangsikan orang jahat atau orang baik - dia masih belum
jelas benar akan duduknya hal. Saudara Toan, yang paling
perlu sekarang ini ialah perawatan dirimu, jikalau kau
menguatirkan nona itu, baiklah, mari aku antar dulu kau sampai
di perbatasan wilayah pengaruh Touw Ke Ce, setelah itu aku
segera pergi menyusul dia!"
---ooo0dw0ooo---

Jilid 6
"Ya, inilah benar!" Mo Lek pun bilang. "Setelah nanti
bertemu dengan ayah angkatku, dapat kita minta bantuannya
mengirim banyak orang-orangnya guna menyelidiki halnya
nona she He itu. Ayah angkat kau kenal banyak orang Kang
Ouw, mungkin dia akan berhasil memperoleh endusan. Nona
itu sudah pergi selama tiga jam, kalau kita susul dia sekarang,
kita tak bakal menyandaknya."
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kui Ciang menghela napas.


"Ya, apa boleh buat," keluhnya.
Mo Lek heran mendapatkan orang demikian memperhatikan
si nona He. Sebaliknya Kui Ciang heran mengetahui Nona He
sangat memperhatikan Keluarga Su, hingga dia menyangka,
"Apakah dia mempunyai perhubungan erat dengan Keluarga
Su? Jikalau Su Toako kenal He Seng To suami isteri, mengapa
aku tidak mendapat tahu? Mengapa aku belum pernah
mendengar mereka itu menyebut-nyebutnya?"
Demikian Kui Ciang terbenam dalam keheranan.
Sementara itu Nona He - He Leng Song - sudah melakukan
perjalanannya dengan sangat cepat. Benar seperti Tiat Mo Lek,
dia hendak pergi menolongi Nyonya Su dan anaknya. Hanya dia
tidak langsung menuju ke rumahnya Tayciang Sie Siong, orang
sebawahannya An Lok San itu. Inilah sebab ia telah mendapat
tahu Nyonya Su itu telah diminta Sie Siong dari An Lok San.
Tempo Leng Song sampai di kota Tiang-an, hari sudah
tengah hari. Dia lantas berdandan sebagai seorang nona
tukang penjual silat. Dia pun segera mencari dahulu rumah
penginapan. Dan dia memilih pondokan yang biasa ditempati
oleh orang-orang golongan Kang Ouw, sebuah pondokan kecil,
yang pasti tak akan menolaknya.
Lalu malam jam tiga, dia mengenakan ya-heng-ie, yaitu
pakaian peranti keluar malam, yang warnanya hitam dan
singsat. Secara diam-diam d ia keluar dari pondoknya, untuk
menuju ke rumahnya Sie Siong. Untuk itu dia telah mencari
tahu terlebih dahulu.
Keluarga Sie tinggal di Tiang-an, rumahnya terletak tak
seberapa jauh dari istananya An Lok San.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Didalam ilmu ringan tubuh, Leng Song memang dua lipat


daripada Lam Ce In. Tanpa diketahui siapa juga, dia berhasil
memasuki rumahnya Sie Siong. Maka itu dengan lantas dia
mendapat dengar dua orang lagi bicara, yang seorang pria,
yang seorang lagi wanita.
Dia lantas mengintai, hingga dia dapat melihat si pria dandan
sebagai opsir, dan si wanita ialah seorang nyonya muda dengan
roman sangat lesu dan kucai, sedang pakaiannya sangat
sederhana.
"Nyonya Louw, kau harus lekas berangkat!" kata si opsir.
“Aku telah membawakan kau seperangkat pakaian pria.
Sekarang ini Sie Ciangkun belum pulang, silahkan kau salin
pakaian. Untuk sementara ini, aku minta sukalah kau bersedia
merendahkan diri menjadi orang sebawahanku, supaya dapat
aku mengajak kau pergi. Tentang puterimu, kau dapat
membiarkan dia duduk di dalam kereta. Kusirku dapat
dipercaya, tidak nanti dia membuka rahasia."
Leng Song lantas dapat menerka siapa si nyonya muda.
Itulah Louw-sie, atau Nyonya Louw dari Hoo-tong, isterinya Su
It Jie. Ia belum kenal dan belum pernah bertemu juga dengan
Louw-sie, tetapi dari suara panggilannya si pria, ia mengetahui
pasti.
Mulanya ia memikir hendak membinasakan opsir itu, baru ia
mau menemui Louw-sie, untuk memperkenalkan diri, guna
memberitahukan bahwa kedatangannya itu untuk menolong,
tetapi mendengar suaranya si opsir, segera ia mengubah
pikirannya itu.
Suaranya si opsir diluar dugaannya sekali, la menjadi heran
dan girang dengan berbareng. Katanya di dalam hati, "Aku
tidak sangka sekali ada orang sebawahannya An Lok San yang
berhati begini mulia dan bernyali besar sekali. Sebenarnya aku

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bingung memikirkan si anak, bagaimana aku harus membawa


dia menyingkir, maka dayanya opsir ini baik sekali. Baiklah, aku
membiarkan dia yang menolong..."
Ketika itu Nyonya Su mengangkat kepalanya. Dia nampak
bimbang, sinar matanya pun penuh kedukaan. Sekian lama dia
berdiam, baru dia mengasih dengar suaranya.
"Liap Ciangkun, aku menghaturkan banyak-banyak terima
kasih untuk kebaikan hati kau ini," katanya, halus. "Cuma,
jikalau aku mesti berangkat pergi, aku mesti berangkat
bersama-sama suamiku."
Dengan disebut shenya itu, maka teranglah si opsir Liap
Hong adanya, orang yang pernah menolongi secara diam-diam
pada Toan Kui Ciang.
Mendengar suara si nyonya, opsir itu berpikir.
"Su Sianseng sekarang masih di tahanan," kata ia sesaat
kemudian. "Penjagaan di markas jenderal sangat keras, dalam
waktu seperti sekarang ini, sulit untuk dia meloloskan dirinya.
Maka itu baiklah nyonya berdua menyingkir terlebih dulu, nanti
aku berdaya pula untuk menolong Su Sianseng..."
Louw-sie menatap Liap Hong. Tiba-tiba dia menanya. "Liap
Ciangkun, aku minta sukalah kau tidak mendustai aku!" katanya
sungguh-sungguh. "Sebenarnya apakah sudah terjadi atas diri
suamiku itu?"
Agaknya Liap Hong bersangsi.
"Ketika itu hari dia tiba di sini," sahutnya, ayal, "Mungkin
disebabkan dia penasaran dan mendongkol, dia muntah darah
beberapa kali. Sekarang dia lagi berobat."
"Tentang itu aku sudah tahu," berkata Louw-sie. "Apa yang
aku tanya ialah hal dia sekarang, dia sudah mati atau masih

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hidup! Aku dengar dari-budak perempuan yang melayani aku,


kemarin malam ada penyerbuan terhadap istana An Lok San.
Orang hendak membunuhnya. Satu malam telah terbit onar itu,
beberapa jiwa telah terhilang. Siapakah penyerbu itu?
Bukankah dia Toan Kui Ciang? Apakah dia berhasil menolongi
suamiku, atau apakah dia sendiri yang kena ditawan hingga dia
dihukum mati bersama? Liap Ciangkun, aku mohon kau omong
terus terang, jangan kau mendustai aku!"
Liap Hong menggigit giginya.
"Toan Toako telah mendapat luka berat," sahutnya,
"Walaupun dia tidak kena ditangkap, mungkin dia sukar
ditolong lagi. Tentang Su Sianseng, dia... dia... dia telah
membunuh dirinya di tempat peristiwa...! Maka itu, nyonya, kau
mesti lekas menyingkir, sekarang juga! Tak dapat kau
mengharap Toan Tayhiap nanti dapat datang menolongi kamu!"
He Leng Song yang lagi mengintai dan mencuri dengar
pembicaraan mereka itu menduga, setelah mendapat kabar
buruk itu, Nyonya Su bakal menangis menggerung-gerung atau
dia kaget hingga dia roboh semaput. Diluar dugaannya itu,
meski benar tubuh si nyonya menggetar, dia tak jatuh tak
sadarkan diri. Rupanya si Nyonya Sudah menduganya.
Dengan menggunai kedua tangannya, Lauw-sie bertahan
kepada meja di depannya. Dia hanya menjublak sejenak, terus
dia mengasih dengar tuamnya yang perlahan tetapi berat, "Aku
tidak mau pergi!"
Bukan main herannya Liap Hong, begitu pun Leng Song.
Opsir itu pikir, begitu ia memberi keterangan yang benar itu, si
nyonya bakal lantas berangkat, siapa tahu, Nyonya Su justeru
menolak!

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Liap Hong lantas kata perlahan, "Sie Ciangkun mengandung


maksud buruk terhadap kau, hujin. Kau... kau harus menjaga
diri'baik-buik..."
"Aku tahu," jawab Louw-sie. "Aku mengucap banyak terima
kasih untuk kebaikan kau ini. Tapi kepunisanku sudah tetap,
tak dapat itu ilirubah pula. Kecuali Sie Siong melemparkan aku,
pasti aku tidak akan berlalu dari sini!"
Kata-kata itu bukan melainkan diluar dugaannya Liap Hong.
He Leng Siong pun tidak menyangkanya sama sekali. Maka si
nona menjadi terperanjat.
"Ibu membilangi aku Louw-sie berpandangan luas, kenapa
sekarang dia menjadi begini keruh pikirannya?" ia berpikir.
"Mungkinkah ini disebabkan asabatnya mendapatkan
goncangan yang keras sekali hingga dia menjadi tak dapat
berpikir jernih lagi?"
Leng Song berpikir demikian, ia toh merasa aneh. Ia melihat
wajah Nyonya Su wajah dari ketetapan hati, meski benar
parasnya pucat. Itulah wajah yang mengandung semangat,
pertanda dari suatu keputusan yang * telah dipikir matang/
buah dari pemikiran yang jernih. Mantaplah hati si nona tetapi
sikapnya tenang. Sikap Louw-sie bukan sikap dari orang yang
pikirannya kacau.
Justeru itu terdengar suara tindakan kaki.
Liap Hong menghela napas.
"Oleh karena keputusan kau sudah pasti, nah, jagalah dirimu
baik-baik, hujin," kata ia.
Baru orang she Liap ini berlalu dari pintu samping, Sie Siong
bertindak masuk. Dia lantas mengasih dengar suaranya sabar,
"Hujin, ingin aku bicara dengan kau, tetapi aku kuatir

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengganggu dan membikin kaget padamu, kiranya kau belum


tidur..."
"Kau hendak bicara apa?" tanya Louw-sie.
"Apakah aku memperlakukan kau baik?" Sie Siong tanya.
"Sie Ciangkun, kau telah melindungi kami ibu dan anak,"
kata Louw Sie, "Kau telah tidak membiarkan kami terjatuh ke
dalam tangannya An Lok San, untuk itu aku sangat bersyukur."
Sepasang alisnya Sie Siong terbangun. Dia bersenyum.
"Kau tahu aku bermaksud baik terhadapmu, itu bagus!" kata
dia, tertawa. "Sebenarnya, hujin, aku sangat mengagumimu.
Maka itu sekarang aku mau minta kau pandang rumah ini
sebagai rumahmu sendiri, supaya kau tinggal di sini dengan
hati tenang. Aku girang apabila aku dapat senantiasa
berdekatan dengan kau..."
Sembari berkata, opsir ini bertindak mendekati.
Sebelum orang datang dekat, Louw-sie sudah berkata
sungguh-sungguh, "Sie Ciangkun, aku minta sukalah kau ingat
bahwa akulah isterinya seorang yang telah memperoleh gelaran
dari Pemerintah Agung, maka itu, jikalau kau memperlakukan
aku dengan aturan, dapat aku berdiam di sini, apabila
sebaliknya, disinilah aku bakal menerima kematianku!"
Gagah sikap si nyonya, walaupun Sie Siong seorang militer
berhati keras, dia gentar juga. Bagaikan seorang hamba yang
menerima firman, dia lantas menghentikan tindakannya. Tetapi,
dia lantas berkata sambil tertawa manis, "Ah, mengapa berkata
begini? Untukku, sudah suatu kehormatan yang besar sekali
yang hujin sudi tinggal di sini! Mana berani aku memperlakukan
kau kurang hormat...?"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Leng Song melihat orang sukar sekali mengeluarkan kata-


kata umpakannya itu hingga ia tertawa dalam hatinya.
Louw-sie lantas menanya, "Kamu tidak mengijinkan aku
bertemu dengan suamiku, apakah maksudnya?"
"Oh, kiranya hujin selalu memikirkan suami hujin?" kata Sie
Siong. "I'antas hujin tak dapat tidur sampai jauh malam begini.
Aku kuatir hujin tak bakal bertemu pula dengan suami hujin
itu..."
"Kenapa begitu?" si nyonya tanya, menegaskan. "Apakah...
apakah telah terjadi sesuatu atas diri suamiku itu?"
Leng Song tahu Louw-sie sengaja menanyakan apa yang dia
tahu, ia tak dapat menerka maksud orang.
Sie Siong lantas memperlihatkan roman sangat berduka.
Ketika ia menyahuti, ia berkata dengan perlahan, "Sebenarnya
warta ini tak tega aku memberitahukannya kepada kau, hujin,
setelah aku berpikir berulang-ulang, aku anggap lebih baik aku
memberitahukan juga. Ini bukanlah suatu berita yang baik,
akan tetapi mengingat hujin seorang yang cerdas, aku percaya,
berita ini yang pahit getir, setelah aku sampaikan, akhirnya
bakal berbalik menjadi manis..."
"Sebenarnya warta apakah itu?" Louw-sie mendesak. »
"Tak beruntung suamimu, hujin, dia telah meninggal dunia,"
sahut Sie Siong. "Suamimu itu tak sudi menurut kepada
Tayswe, sudah begitu tadi malam dia berkongkol dengan orang
jahat, yang datang menyerbu istana, selama satu pertempuran
kacau, suamimu terkena goloknya salah seorang Busu dari
Tayswe..."
Sebegitu jauh Louw-sie mencegah airmatanya, akan tetapi
sekarang ini ia tak sanggup menahannya terlebih jauh, ia lantas
menangis tersedu-sedu.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sie Siong mengawasi. Ia melihat dalam tangisnya itu si


nyonya semakin ayu dan manis, ia menjadi merasa kasihan.
Maka ia kata perlahan untuk membujuki, "Hujin, orang yang
telah menutup mata tak dapat hidup kembali, karena itu, selagi
kau baru bersalin, baiklah kau jaga dirimu baik-baik. Tentang
penghidupanmu yang bakal datang, jangan kau buat kuatir,
semuanya ada aku yang nanti urus dan jamin. Bahkan jikalau
kau setuju, aku ingin kau menjadi penulis pribadiku, untuk kau
sekalian mendidik dan memberi pelajaran kepada anak-anakku.
Tentang kematian suamimu, itu memang benar hal yang
menyedihkan, tetapi orang sudah meninggal dunia, apa bisa
dibilang lagi? Sebaliknya dengan begitu beres sudah urusan dia,
" urusannya itu tak bakal merembet-rembet pula kepada kau!
Hujin, legakanlah hatimu, kau anggaplah tempatku ini sebagai
tempat kau menempatkan dirimu untuk selama-lamanya."
Louw-sie mengangkat kepalanya, ia terisak.
"Ciangkun, kau baik sekali," kata ia. "Tentang tawaranmu
untuk aku bekerja padamu, baik belakangan saja kita bicarakan
perlahan-lahan. Sekarang ini aku sebatangkara, kalau suka aku
mohon Ciangkun membantui aku mengurus jenazahnya
suamiku sampai dengan penguburannya."
"Inilah mudah!" sahut Sie Siong cepat. "Memang aku telah
mohon ijinnya An Tayswe untuk mengurusnya. Sekarang ini
jenazah suami hujin telah berada di luar gedung, tinggal
menantikan hujin memilih hari untuk menguburnya."
Louw-sie mengangguk. Ia kata pula, "Sekarang masih ada
suatu permintaanku yang kurang pantas. Kami menjadi suami
isteri, karena itu sudah selayaknya aku berkabung untuk
suamiku, tetapi aku di sini tidak mempunyai rumah tangga,
karena itu tak tahu apakah Ciangkun sudi memberi perkenan
buat aku mengatur meja abu suamiku di sini serta untuk
penghabisan kalinya aku menemui suamiku itu?"
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Itulah permintaan yang tak selayaknya. Adalah anggapan


apes atau pantangan menempatkan jenazah bukan sanak
bukan kandung di rumah sendiri, tetapi Sie Siong ingin
mengambil hatinya si nyonya cantik, dengan lantas ia
memberikan persetujuannya.
Kata ia lantas, "Hujin puteri dari sebuah keluarga terhormat
dan juga menjadi nyonya yang memperoleh gelaran dari
Pemerintah Agung, dari siang-siang aku telah menduga hujin
bakal melakukan perkabungan untuk suamimu, dari itu tanpa
menanti perintahmu, aku sudah mengaturnya semua. Mana
orang?"
Benarlah, dengan cepat sekali muncul pelbagai hamba yang
membawa datang segala macam keperluan alat sembahyang,
seperti sin-cie, hio-louw, cek-tay, lilin dan hio serta gin-coa,
disusul dengan peti jenazah.
Semua itu sudah lantas diatur rapi di dalam sebuah ruang di
dalam gedung itu. Sedang dua orang budak perempuan
membawakan pakaian berkabung. Habis menyalin pakaian,
Louw-sie menyuruh membuka tutup peti, untuk ia melihat
wajah suaminya untuk penghabisan kali, sembari menangis, ia
kata, "Suamiku, oh, kau sungguh bersengsara..."
"Sudah hujin, jangan kau terlalu bersedih" Sie Siong
membujuk. Ia lantas menitahkan kedua budak menarik si
nyonya, untuk dibujuki, sedang orang-orangnya diperintah
lekas menutup dan memantek peti mati itu.
Louw-sie menjalankan kehormatan dengan menjura dalam
terhadap suaminya itu, dengan suara sangat berduka ia kata,
"Seorang kesatria terbinasa untuk orang yang mengenalnya,
seorang wanita memberi wajahnya untuk orang yang
mencintainya, maka itu suamiku, kau dapat melakukan

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tanggung jawabmu terhadap Toan Toako, aku mana dapat tak


bersetia terhadapmu...?"
Habis mengucap itu, mendadak nyonya ini mengeluarkan
gunting dari dalam tangan bajunya dengan apa ia terus
menusuk mukanya berulang kali!
Sie Siong kaget bukan main. Itulah diluar dugaannya. Ia pula
tak dapat berlompat untuk mencegah. Di sisinya si nyonya ada
budak-budak perempuan yang ditugaskan melayaninya. Di
samping itu, luka di dengkulnya bekas tikaman pedang Toan
Kui Ciang membuatnya kurang leluasa bergerak. Maka ia
melainkan menjublak mengawasi.
Ketika beberapa budak dapat merampas gunting dari 'tangan
si nyonya, muka Louw-sie sudah terluka dan berlumuran darah.
P&sti sekali karena luka-lukanya itu, lenyaplah kecantikannya
yang menggiurkan hati Sie Siong.
Ketika itu Louw-sie meratap, "Suamiku, baiklah kau
mengerti, untuk anak kita, untuk sementara aku tidak akan
mati dulu, maka sudilah kau maafkan aku...!"
Kemudian budak perempuan kecil yang melayani Louw-sie
mempepayangnya masuk ke ruang belakang
Sie Siong merasa sayang berbareng mendongkol dan gusar.
Maka bagaikan gunung berapi meletus mendadak, dia deliki
budak-budaknya dan mendampratnya, "Apakah kamu semua
bangkai hidup? Kenapa kamu tidak mencegah? Sungguh
celaka! Bagaimana ini bisa terjadi? Buat apa kamu masih
berdiam saja di sini? Pergi semua!"
Koanke, atau kuasa rumah keluarga Sie, tanya perlahan,
"Apakah perlu diundangi tabib untuk menolong Louw-sie?"
Sie Siong masih gusar, maka sebelah tangannya melayang,
"Plok!"
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau gila!" bentaknya. "Apakah kau hendak bikin urusan jadi


diketahui umum? Pernah apa kau dengan dia maka kau
menjadi repot tidak keruan?"
Koanke itu lantas sadar kenapa Sie Siong sangat
memerlukan Louw-sie. Tak lain tak bukan, itulah guna
mengambil hatinya nyonya yang cantik itu.
Sekarang si Nyonya Sudah rusak mukanya, wajahnya telah
menjadi bercacad, dia tentu tak membutuhkannya pula. Setelah
sadar, guna mengambil hati si majikan, ia cepat-cepat kata,
"Ya, ya, aku tolol! Aku tolol sekali! Karena itu, ruang ini perlu
dirombak, bukan?"
Sie Siong mengulapkan tangannya. Dia justeru hendak
mengatakan, "Peti matinya juga buang sekalian!" atau
mendadak dia batal sendirinya. Sebab dia melihat Liap Hong
bertindak masuk seraya orang she Liap itu berkata, "Aku
dengar kau lagi mengurusi jenazahnya Su Cinsu, kenapa kau
nampaknya begini gusar?"
Liap Hong ini pernah adik misan dari Sie Siong, ia pun
menjadi sebawahan. Di dalam halnya ilmu silat, Liap Hong juga
jauh terlebih liehay. Banyak jasanya yang ia dapat mengandal
dari bantuannya opsir she Liap ini.
Karena itu, di antara rekan-rekannya, cuma Liap Hong yang
dapat datang atau masuk kerumahnya tanpa pemberitahuan
lagi. Sebagaimana kali ini orang she Liap itu masuk terus ke
dalam, hingga dia mendengar suara bengis dari kakak misan.
"Memang aku lagi sangat mendongkol karena urusan ini!"
katanya sengit. "Kau lihat! Masa di kolong langit ini ada
perempuan yang begini tidak tahu diri? Aku perlakukan dia
mirip permaisuri atau ratu, sampai aku tak menghiraukan
kesialan, ruang ini aku jadikan ruang kebaktian untuk ia
terhadap suaminya, tetapi dia tak memperdulikan kebaikanku
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ini, dia cuma ingat suaminya saja! Dia kata, wanita itu cuma
untuk orang yang mengerti dirinya sendiri! Begitulah, setelah
suaminya mati, dia merusak kecantikannya! Hm! Hm! Kalau aku
tak tahan sabar, pasti aku telah membunuhnya!"
Liap Hong tertawa.
"Apakah kau maksudkan Su Hujin?" dia tanya. "Kalau benar
dia, harus kau ingat dialah wanita terhormat! Dia telah baca
tentang wanita-wanita setia dan putih bersih, tentang kitab-
kitab pujangga, karenanya tak seharusnya kau memikir hendak
mendapatkannya. Sekarang dia telah merusak wajahnya, dia
justeru harus dipuji dan dihormati! Kenapa kau umbar napsu
amarahmu? Buat apa kau membangkitkan kemarahannya?
Laginya kalau kau mau menolong orang, kau mesti menolong
sampai diakhirnya! Sekarang kau ganggu dia, kalau hal ini
sampai teruwar, pasti orang banyak akan mencelamu! Maka itu
baiklah kau membiarkan dia berkabung untuk suaminya,
supaya sebaliknya kau mendapat nama harum."
Sebenarnya, terhadap sikapnya Louw-sie merusak wajahnya,
Sie Siong merasa sedikit kagum, maka itu, meski dia lagi
mendongkol dan gusar itu, mendengar nasihatnya Liap Hong,
lantas dia dapat menyabarkan diri.
"Baiklah," katanya. "Dengan memandang kepada kau, suka
aku memberi ijin buat dia berdiam terus di sini. Biar dia nanti
mengajari ilmu surat kepada anakku..."
Ketika itu, Louw-sie telah diantar ke dalam kamarnya. Oleh
karena orang tahu Sie Siong, si majikan lagi gusar, tidak ada
orang yang berani datang merawatnya kecuali seorang budak
kecil yang mulanya Sie Siong mewajibkan mengurusnya. Budak
ini baik, dia membalut lukanya si nyonya, dia telah pergi
kepada seorang pengawal untuk minta obat luka.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Louw-sie meletaki kepalanya di bantal kepala. Bantal itu


bersulamkan sepasang burung wanyoh atau bebek mandarin.
Darahnya meleleh membuat bantal sulam itu, di betulan
sulaman wanyoh, menjadi penuh darah.
Dengan dia berada sendirian, nyonya ini tidak mendengar
apa-apa lagi. Didalam kesunyian itu, ia kata dalam hatinya,
"Pastilah orang tidak berani datang melihat aku pula. Inilah
lebih baik lagi! Su-long, suamiku, kau boleh tenangkan dirimu
menantikan aku..."
Tiba-tiba gorden tersingkap. Tanpa terdengar tindakan
kakinya, seorang nona masuk ke dalam kamarnya itu. Ia
menjadi kaget.
"Siapa kau?" ia tanya cepat. "Cara bagaimana kau berani
menjenguk aku?"
Ia menyangka nona itu salah satu budak lainnya.
Nona itu menyahuti perlahan, "Ie-ie Tiap, jangan kaget,
jangan takut... Aku datang untuk menolongi kau. Akulah He
Leng Song. Ibuku ialah kakak misanmu, Leng Soat Bwe. Ie-ie
masih ingat, bukan?"
Louw-sie atau Nyonya Su menjublak bahna heran. Memang,
nama kecilnya ialah Bong Tiap, artinya "Bermimpikan kupu-
kupu". Nama itu tak ada yang ketahui kecuali teman-temannya
semasa kecil serta suaminya.
Sekarang nona ini mengetahuinya, bahkan ia dipanggil Ie-ie,
bibi. Ia lantas menatap. Ia melihat seorang nona yang tidak
dikenal, hanya roman nona ini benar mirip dengan romannya
Soat Bwe, kakak misannya itu. Karena ini, ia tidak
menyangsikan lagi. Ia girang berbareng kaget. Lantas ia cekal
erat-erat tangan si nona.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau mirip benar ibumu!" katanya. "Bagaimana caranya kau


masuk kemari?"
Perbuatan nona itu pun mengherankannya.
Leng Soat Bwe gadisnya seorang pembesar, dengan Louw-
sie dia pernah misan. Dia kakak karena usianya lebih tua
delapan tahun. Ketika Bong Tiap baru berumur sebelas tahun,
Soat Bwe ikut ayahnya yang menjadi Cam-kun dari seorang
pembesar berpangkat Ciat-touw-su di kota Louw-liong.
Semenjak itu keduanya tak pernah saling bertemu pula. Sang
tempo telah lewat dua puluh satu tahun.
Semasa masih kecil itu, Soat Bwe dan Bong Tiap saling
menyayangi. Sang kakak baik hatinya, sang adik cerdas. Pada
masa usianya delapan atau sembilan tahun, Bong Tiap pernah
dengar orang tua omong halnya Soat Bwe tak menyukai
pekerjaan yang menjadi kewajiban wanita, yaitu menyulam dan
lainnya, sebaliknya dia gemar ilmu silat, bahkan satu kali, ketika
dia diuji dengan salah satu Busu ayahnya, dia telah
merobohkan Busu itu.
Hal ini Bong Tiap tak tahu pasti, maka ia tanyakan kepada
kakak misannya itu, sekalian ia minta diajari ilmu pedang. Atas
itu Soat Bwe sembari tertawa kata padanya, "Kau cuma
mendengar ocehan mereka! Siapa bilang aku mengerti ilmu
silat pedang? Yang benar aku sering mengintai para Busu lagi
berlatih, dengan diam-diam aku meneladnya. Maka itu aku jadi
mengerti beberapa jurus. Ayahku pembesar militer tapi orang
masih mentertawakan aku yang mengerti sedikit ilmu silat,
apapula kau. Buat apakah kau mempelajarinya?"
Bong Tiap memang tak ketarik dengan ilmu silat, ia minta
diajari separuh bergurau, maka permintaannya ditolak
kakaknya itu, ia diam saja.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tak lama ayah Leng Soat Bwe memangku jabatannya, dia


menutup mata di LouwTiong. Lalu sehabis itu, Bong Tiap tak
mendengar kabar apa-apa lagi dari keluarga Leng itu. Ia tidak
pernah menyangka kakak itu telah tersohor sebagai liehiap,
wanita gagah perkasa.

Ketika kemudian Bong Tiap menikah, ia seperti telah melupai


kakak misannya itu. Sekarang, berselang dua puluh satu tahun,
di saat ia menghadapi kemalangan ini, siapa nyana gadisnya si
kakak misan muncul secara tiba-tiba. Bahkan nona itu, sang
keponakan, hendak menolongnya.
Leng Song sudah lantas menolongi bibinya itu mencegah
darahnya keluar terus. Ia kata dengan perlahan sekali, "Ie-ie,
jangan takut! Tak ada yang tahu aku datang dan masuk ke
mari! Ie-ie jangan sangsi pula, mari aku gendong kau pergi!"
Louw-sie menggeleng kepala.
"Untukku kau sudah menempuh bahaya ini, aku sangat
bersyukur terhadapmu," katanya. "Akan tetapi, aku sudah
mengambil kepastian, aku tidak mau pergi dari sini!"
Leng Song melengak saking heran. Dia jadi bergelisah
sendirinya.
"Kenapa?" tanyanya cepat. "Apakah ie-ie kuatir tak sanggup
aku menggendong ie-ie keluar dari tempat berbahaya ini? Ie-ie
jangan kuatir! Ilmu silatku belum dapat dibilang tinggi sekali
tetapi semua Busu di sini tak ada yang aku takuti!"
"Aku percaya kepandaian kau," berkata Louw-sie.
"Sedarilaku kecil telah kuketahui ibumu pandai silat ilmu
pedang. Kau puterinya, kau juga tentulah seorang wanita
gagah. Oh, bicara tentang ibumu itu, aku dan dia telah tidak
bertemu dua puluh satu tahun lamanya! Apakah ibumu baik?"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Baik!" sahut Leng Song singkat.


"Kapannya ibumu itu menikah?" Louw-sie menanya. "Aku tak
tahu hal menikahnya itu! Bagaimana dengan ayahmu!
Dimanakah dia berusaha?" Matanya si nona menjadi guram.
"Ketika aku terlahir, ayah sudah menutup mata," sahutnya.
"Ie-ie Tiap, inilah urusan keluarga, dapat di belakang hari kita
bicarakan pula perlahan-lahan. Aku tidak mengerti kenapa ie-ie
tidak piau pergi? Menurut aku, ini bukannya tempat dimana ie-
ie dapat berdiam lebih lama pula! Benar ie-ie telah merusak
parasmu, untuk mematikan hatinya si orang she Sie yang busuk
itu, tetapi dimana ie-ie masih mempunyai sanak, buat apa ie-ie
bernaung berlindung pada lain orang? Buat apa ie-ie berdiam di
sini untuk hanya memandang cecongor orang?"
Nyonya Su menyeringai, ia tertawa sedih.
"Aku sudah mempunyai pikiranku sendiri!" sahutnya. "Kelak '
dibelakang hari kau bakal mengerti. Budak pelayanku bakal
lekas kembali, kau pergilah lekas! Aku sangat kangen kepada
ibumu, maka tolong kau tuturkan lagi pada sesuatu mengenai
ibumu itu... Bagaimana caranya maka kamu mengetahui aku
mendapat susah di sini?"
"Semenjak aku dilahirkan, aku tinggal bersama-sama ibuku,"
Leng Song memberi keterangan. "Kami tinggal di dalam sebuah
desa kecil'di kaki gunung Giok Liong San. Setiap hari ibu
mengajari aku surat dan silat, cuma sebegitu, tak lebih, tak ada
istimewa. Tahun yang baru lewat, ibu menganjurkan aku
merantau. Aku telah masuk usia delapan belas tahun dan ibu
bilang baiklah aku pergi mencari pengalaman, sebab
kepandaian silatku sudah cukup maju. Ibu sekalian memberi
tugas kepadaku, ialah untuk mencari kau, ie-ie. Pada tanggal
tiga kemarin ini aku sampai di rumah engku, ipar ibuku, baru
aku mendapat tahu ie-ie telah menikah dengan Keluarga Su.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Justeru itu aku menjadi mendapat tahu juga bahwa pada


tanggal satu malam, ie-ie lenyap tidak keruan paran. Engku
semua menjadi bergelisah memikirkan ie-ie. Lantas aku pergi
ke tempat kediaman ie-ie, untuk mencari keterangan.
Kebetulan aku bertemu seorang muridnya Toan Tayhiap. Dia
mengatakan bahwa juga Keluarga Toan lenyap pada tanggal
dua. Murid Toan Tayhiap itu pun menyebut halnya pada
tanggal satu An Lok San telah lewat di dusun ie-ie, lalu ketika
dia pergi ke rumah gurunya, guna memberi selamat tahun
baru, dia melihat roman gurunya guram, beda daripada
biasanya. Mendengar semua itu, aku menduga bahwa
lenyapnya kedua keluarga mesti bersangkut paut satu dengan
lain. Ibu pernah omong padaku halnya permusuhan di antara
kedua keluarga An dan Toan. Mengingat bahwa orang tentu
banyak yang mengenal Toan Tayhiap, aku segera berangkat ke
kota raja ini guna mencarinya. Tak usah aku menjelaskan lagi
bagaimana caranya aku membuat penyelidikan, terangnya ialah
aku berhasil mengetahui halnya ie-ie dibawa lari An Lok San.
Kemudian lagi berkat bantuan seseorang, aku mendapat
dengar perihal satu orangnya An Lok San omong tentang ie-ie
ada di rumah orang she Sie ini. Sebenarnya tadi malam aku
hendak datang ke mari, apa mau aku terhalang oleh suatu
janji, maka itu baru sekarang aku tiba di sini!"
Habis menutur itu, si nona memegang tangan bibinya itu.
"Ie-ie Tiap," katanya, menambahkan, "Sebenarnya apakah
maksud ie-ie? Apakah ini disebabkan ie-ie hendak membalas
sakit hatinya ie-thio? Taruh kata itu benar, aku anggap paling
baik ie-ie menyingkir dulu dari mulut harimau ini. Nanti
bersama-sama ibuku ie-ie dapat memikirkan daya menuntut
balas!"
Louw-si tertawa meringis.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Pembalasan sakit hati?" katanya. "Bagaimana mudah untuk


mengucapkannya! Istana An Lok San bukan seperti rumah ini!
Dia mempunyai banyak pahlawan! Meski benar kamu ibu dan
anak gagah perkasa, kamu yang berjumlah sedikit tak dapat
melawan yang jumlahnya besar! Di samping itu, tugas
menuntut balas untuk suamiku ialah tugasku sendiri! Maka itu
tak dapat dalam urusan yang begini berbahaya, aku
membuatnya kamu ibu dan anak nanti terembet-rembet!"
"Apakah dengan berdiam di rumah Keluarga Sie ini, ie-ie
dapat menuntut balas?" tanya Leng Song heran. "Dapatkah ie-
ie membinasakan An Lok San?"
Saking bingung, Nona He mengeluarkan pertanyaannya itu.
Ia menyesal.
"Aku lemah, tetapi aku dapat berpikir!" kata dia, suaranya
dalam. "Untuk mencari balas tak selamanya orang mesti
mengandalkan golok atau pedang! Aku sudah mengambil
keputusannya, tak dapat itu diubah! Pergilah kau pulang, kau
sampaikan hormatku pada ibumu, kau tanyakan kewarasannya!
Bilangi juga bahwa aku sangat bersyukur kepadanya, bahwa
selanjutnya tak usahlah ia pikirkan pula padaku..."
Suara Nyonya Su parau tetapi itulah suara pasti, seperti
pastinya air mukanya, meskipun muka itu mandi darah. Maka
itu dia nampak menjadi keren.
Sebenarnya Leng Song tidak puas, akan tetapi ia tidak
sanggup mengubah lagi putusannya nyonya itu, maka ia
terpaksa berdiam. Tak mau ia membujuk pula. Tapi ia tanya,
"Ie-ie, masih ada apa lagi pesanmu?"
"Coba kau tarik dekati aku ayunan itu," minta si nyonya.
"Aku ingin melihat anak perempuanku..."
Leng Song menurut.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Anak itu merasakan goncangan, dia membuka matanya,


rupanya dia melihat muka ibunya lain daripada biasanya, lantas
dia menangis.
"Diam, manis!" Louw-sie membujuki bayinya itu, yang ia
tepuk tepuk perlahan. "Jangan takut! Meski roman ibumu
menakuti tetapi hatiku tetap menyayangimu!"
Anak itu seperti mengerti perkataan ibunya, dia berhenti
menangis.
Leng Song menyaksikan itu, ia terharu bukan main.
Louw-sie berpaling kepada si nona.
"Mengenai Toan Tayhiap, kemarin aku mendengar satu
kabaran hal dia," katanya. "Karena menolongi suamiku, dia
sudah bertempur dcng.ni pahlawan-pahlawannya An Lok San
dan telah terluka parah karenanya hanya entahlah, bagaimana
keadaannya, dia mati atau tidak. Dapatkah k.m menolongi aku
mencari dia?"
"Memang aku hendak memberitahukan kau, ie-ie," kata si
noua "Kemarin malam aku telah bertemu dengan Toan
Tayhiap. Dia baru sa|a lolos dari istananya An Lok San. Dia
menyingkir ke sebuah kuil tua..."
"Habis bagaimana dengan dia?" si nyonya tanya, bernapsu.
"Benar, dia telah terluka parah. Akan tetapi dia belum mati."
Leng Song menjelaskan mengenai Toan Kui Ciang.
Louw-sie kaget berbareng girang, hingga ia berdiam sekian
lama
"Kalau nanti kau bertemu pula dengannya, "Kata ia selang
m"..mI "Tolong kau sampaikan sepatah dua perkataanku. Ialah
kami ibu il.m .mak berada di dalam gua harimau, meski aku
berkeputusan merawat anakku mi, harapanku tipis sekali,
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

segala apa sukar dipastikan dari sekarang, maka itu karena aku
tidak ingin mensia-siakan puteranya, apabila pulcr.mya 'feJ
sudah besar dan dewasa, baiklah dia mencarikan jodoh lainnya,
supaya puteranya itu dapat menikah."
Leng Song heran.
"Oh, kiranya ie-ie berbesan dengan Toan Tayhiap..."
kat.mya. Ketika itu terdengar tindakan kaki di luar.
"Sudah waktunya kau pergi!" kata Louw-sie menghela napas.
Leng Song pun menarik napas.
"Ie Tiap, rawatlah dirimu baik-baik!" pesannya. "Pesanmu ini
akan aku ingat baik-baik."
Nona He lantas menyingkirkan diri dengan naik ke atas
genteng.
Segera juga budak pelayan datang bersama dua orang opsir,
yang satunya ialah yang Louw-si sebut sebagai Liap Hong.
Mereka itu datang membawakan obat luka buat si nyonya.
Matanya Liap Hong tajam. Ia melihat sesosok bayangan
berkelebat. Ia terkejut. Lantas ia menghentikan tindakannya
seraya terus berkata, "Tak dapat aku masuk ke dalam kamar
hujin. Siauw Hong, kau saja yang menolongi menyampaikan
hormatku! Bukankah kau masih ingat caranya menggunai obat
luka itu? Oh, saudara Lauw, tolong kau menjelaskannya lagi
sekali!"
Busu she Lauw itu menjadi pujaannya Siauw Hong, maka
Siauw Hong meminta obat luka kepadanya untuk Louw-sie,
kebetulan sekali mereka bertemu dengan Liap Hong.
Aturan rumah tangga Sie Siong keras. Siauw Hong ketahui
itu, maka ia tahu juga, ia dapat dihukum Sie Siong apabila Sie
Siong ketahui ia mencari obat untuk Louw-sie. Tapi, bertemu

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengan Liap Hong, keduanya selamat. Liap Hong ketahui


maksud orang, dia suka menolongi. Ada bersama dia, sekalipun
Sie Siong sendiri tak akan menghukumnya.
Liap Hong membiarkan dua orang itu berbicara, ia keluar
seorang diri. Setelah melihat ada orang di dekatnya, ia lompat
naik ke atas genteng. Selagi ia mengawasi kelilingan, tiba-tiba
ia merasakan angin menyambar, lalu ujung pedangnya Leng
Song sudah diarahkan terhadapnya.
Nona He lantas berkata perlahan, "Kau jangan bersuara, aku
tidak mau membunuhmu!" S
Liap Hong menoleh dan melengak. Ia melihat seorang nona
cantik berdiri di hadapannya, pakaiannya singsat, romannya
gagah.
"Liap Ciangkun, aku tahu kaulah seorang baik," kata Leng
Song selagi orang mengawasi padanya. "Bahkan selanjutnya
aku masih mengharap segala bantuanmu untuk Louw-sie."
Lega hati Liap Hong. Sekarang ia ketahui orang datang
untuk menolong Louw-sie.
"Jikalau Louw-sie terancam sesuatu," Leng Song memesan,
"Tolong kau mengirim orang memberi kabar pada ibuku di
dusun Se Kong Tin di gunung Giok Liong San. Ibuku dipanggil
Soat Bwe, asal namanya disebutkan, seluruh penduduk
mengenalnya. Mengenai kau, Liap Ciangkun, aku
menyayangimu. Kau baik dan gagah, mengapa kau kesudian
menjadi kaki tangannya orang jahat? Umpama kata dibelakang
hari kau tak dapat tempat pada An Lok San, kau boleh
menjauhkan diri, nanti aku membicarakan halmu kepada Toan
Tayhiap, supaya Toan Tayhiap memberikan suaranya untukmu,
agar dengan begitu tidaklah kaum Kang Ouw nanti
memandangmu sebagai musuh."

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Liap Hong terkejut mendengar si nona menyebut nama Leng


Soat Bwe, sampai sekian lama baru ia dapat menenangkan diri.
"Terima kasih untuk kebaikan hati kau ini, liehiap," kata ia
kemudian. "Untuk Louw-sie, dimana tenagaku sanggup, aku
bersedia memberikan bantuanku. Aku pun mohon bantuan
liehiap, yaitu apabila liehiap bertemu Toan Tayhiap, tolong
sampaikan hormatku kepadanya serta tolong mintakan
maafnya yang aku terpaksa menempur padanya."
"Baik!" sahut si nona. "Asal kau bertujuan menjadi orang
baik, tidak nanti Toan Tayhiap memusuhkanmu!"
Habis berkata, Leng Song menarik pulang pedangnya, terus
ia berlompat pergi, hingga sekejab saja ia lenyap seperti asap
buyar. Ia berlalu dengan hati lega tanpa merasa bahwa saking
percaya pada Liap Hong, ia telah membocorkan tempat
kediaman ibunya.
*********
VII
Sementara itu Lam Ce In yang bersama Tiat Mo Lek
mengantarkan Toan Kui Ciang berangkat ke Touw Ke Ce,
selama tiga hari telah dapat melakukan perjalanannya dengan
hati lega. Di tengah jalan itu tidak ada terjadi sesuatu.
Di hari kempat, tibalah mereka di Peng-louw. Dari situ, lagi
dua ratus lie, akan tibalah mereka di tempat yang menjadi
lingkungan pengaruh Touw Ke Ce.
Selama itu, kesehatannya Toan Kui Ciang maju pesat. Dia
dapat dahar bubur. Ce In dan Mo Lek menjadi semakin lega
hati.
Hari itu selagi kereta keledai jalan di jalanan pegunungan,
mendadak terdengar suara mengaungnya "Hiang Cian," yaitu

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

panah yang dapat bersuara nyaring. Menyusul itu, yang


menjadi suatu isyarat, dari pengkolan gunung terlihat
munculnya dua orang penunggang kuda
berpakaian hitam.
"Ah, itulah segala bangsat cilik yang matanya buta!" kata
Tiat Mo Lek tertawa. "Mereka menganggap kita seperti
kambing-kambing gemuk, tak tahunya mereka melanggar
dato!"
Kedua penunggang kuda itu sudah lantas mengasih dengar
suara, "Yang duduk di kereta itu apakah Tayhiap Toan Kui
Ciang? Cecu kami mengundang Tayhiap!"
Tiat Mo Lek heran.
"Aneh! Orang justeru datang mengundang!" katanya seorang
diri. "Dua orang ini bukan orang-orangnya ayah angkatku!
Tempat; ini bukan wilayah pengaruhnya Ong Pek Thong serta
di sini juga belum pernah terdengar ada mengeram penjahat
asal lain tempat! Ah, siapakah mereka?"
Toan Kui Ciang mendengar suara orang, ia menyingkap
tenda
kereta.
"Aku tidak kenal dua orang itu," kata ia. "Lam Hiante, tolong
kau bicara dengan mereka itu, untuk menyampaikan
penolakanku."
i Sebenarnya Tiat Mo Lek ingin sekali maju bicara akan tetapi
Lam Ce In sudah mendahului ia, terpaksa ia berdiam diri di atas
kereta, menemui Kui Ciang.
"Aku numpang tanya, siapakah itu cecu kamu yang
terhormat?" Ce In tanya setelah menghampirkan kedua
penunggang kuda itu.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kalau nanti Toan Tayhiap sudah bertemu dengannya, tentu


tayhiap akan mengenalnya sendiri!" sahut satu di antara kedua
penunggang kuda itu.
"Toan Tayhiap sedang sakit," kata Lam Ce In, "Kami dalam
perjalanan buru-buru mengantarnya pulang ke rumah sanaknya
di Touw Ke Ce, karena itu/ jikalau cecu kamu ialah sahabatnya
tayhiap, justeru dari sini ke Touw Ke Ce cuma seperjalanan dua
hari, silahkan minta ia berkunjung saja ke Touw Ke Ce untuk
dapat bertemu satu dengan lain."
Touw Ke Ngo Houw, Lima Harimau dari Touw Ke Ce,
menjadi pemimpin Rimba Hijau di Utara, karena itu Lam Ce In
tak sangsi-sangsi untuk bicara dengan sebenar-benarnya,
bahkan ia sengaja memberitahukan itu dengan maksud
menggertak agar pertempuran dapat dicegah.
Kedua penumpang kuda itu tak berubah parasnya
mendengar disebutnya Touw Ke Ce. Yang satu malah berkata,
"Tentang Toan Tayhiap kurang sehat kewarasannya, siang-
siang kami sudah mendapat tahu. Justeru karena itu maka cecu
kami mengundangnya. Cecu ingin, karena pernahnya terlebih
dekat, baiklah Toan Tayhiap berobat di tempat kami saja."
Yang lainnya lantas menambahkan, "Nama besar Toan
Tayhiap telah lama kami dengar, sungguh kebetulan hari ini
tayhiap lewat di sini maka itu biar bagaimana, kami harus dapat
mengundangnya datang ke benteng kami untuk bertemu
dengan sekalian saudara kami!"
Lam Ce In orang Kang Ouw ulung, mendengar suaranya
kedua orang, ia lantas bisa menduga bahwa orang yang disebut
"Cecu," ketua benteng, oleh dua orang ini pasti mengandung
maksud tidak baik terhadap Toan Kui Ciang. Bahkan dia mesti
musuh.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Rupanya musuh hendak merampas Kui Ciang selagi Kui


Ciang sakit, supaya Kui Ciang tidak dapat membantui Touw Ke
Ce. Ia pun percaya, cecu itu sebenarnya tak bersahabat dengan
Kui Ciang. Kalau tidak, tidak perlunya dia tak mau muncul
sendiri atau pun mengirimkan saja kartu namanya. Walaupun
demikian, ia masih dapat berlaku sabar.
"Cecu kamu baik sekali, kebaikannya itu diterima oleh Toan
Tayhiap," berkata ia. "Tetapi keluarga Touw itu sanaknya,
sudah selayaknya dia harus pergi dulu kepada sanaknya itu
untuk membuat pertemuan. Tayhiap lagi sakit, tak dapat ia
bertemu dengan kamu, tuan-tuan, maka itu dia telah memesan
padaku untuk meminta kamu menyampaikan pada cecu kamu,
andaikata cecu kamu itu tidak dapat berkunjung ke Touw Ke
Ce, nanti saja setelah sembuh, tayhiap akan pergi berkunjung
kepada cecu kamu itu."
Dua penunggang kuda itu mengasih lihat roman tawar.
"Benarkah Toan Tayhiap mengatakan demikian?" kata yang
satunya. "Baiklah, anggap saja demikian jawabannya atas
undangan kami! Tapi kami menerima perintah cecu, maka itu
kami sendiri yang minta tayhiap suka menemui cecu kami!"
Habis berkata begitu, orang itu berseru, maka lantas dari
pelbagai rumpun rumput dan aling-alingan batu besar terlihat
keluarnya kawanan berandal dengan semuanya membekal
senjata masing-masing.
Lam Ce ln menjadi mendongkol, maka dengan menerbitkan
suara nyaring, ia menghunus golok mustikanya, lalu dengan
goloknya itu ia menuding kedua penunggang kuda tersebut.
"Apakah perbuatan kamu ini bukannya menyulitkan orang?"
ia menegur. "Kamu memaksa, baiklah! Karena kamu
menghendaki begini, aku Lam Pat, suka aku mewakilkan Toan
Tayhiap melakukan perjalanan ke benteng kamu itu! Hanya

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terlebih dahulu baiklah kamu tanya golokku ini dia suka


mengijinkan aku pergi atau tidak! Orang kamu sudah kumpul
atau belum? Silahkan mereka maju berbareng!"
Dua orang itu terkejut mendengar disebutnya nama Lam Pat,
mereka mengawasi sekian lama, lantas mereka saling
memandang. Cuma sebentar, keduanya tertawa lebar.
"Kiranya Lam Tayhiap dari Gui-ciu!" kata yang satu. '''Maaf,
kami benar-benar kurang hormat! Hanya, Lam Tayhiap,
suararriu barusan ternyata memandang enteng sekali kepada
kami! Kami orang-orang tak ternama, tak berani kami
menempur kau satu dengan satu, tetapi juga benar kami
bukannya bangsa kurcaci, yang gemar akan kemenangan main
keroyok, maka itu, kebetulan kami berdua saudara pernah
mempelajari semacam ilmu golok, justeru ada ini ketika yang
bagus, ingin kami mohon tayhiap memberi pelbagai petunjuk
kepada kami! Apakah tayhiap sudi?
Atau kalau tayhiap menganggap permohonan kami ini tidak
adil, nah silahkanlah itu saudara kecil she Tiat yang berada di
atas kereta datang kemari untuk bermain bersama-sama! Kami
tahu bahwa kami bakal kalah, tetapi kami akan rela menerima
kekalahan kami itu!" Ce In tertawa dingin.
"Jikalau tuan-tuan pasti ingin menempur kau si orang she
Lam, tentu selalu suka aku menemani!" kata ia. "Tuan-tuan
maju satu orang, akan aku menyambut dengan sebatang
golokku ini, andaikata tuan-tuan maju berdua berbareng, aku
akan menyambutnya dengan ini golok sebatang juga!"
Dua penunggang kuda itu lompat turun dari kudanya
masing-masing. Keduanya tertawa keras.
"Benar-benar Lam Tayhiap orang gagah perkasa!" kata yang
satu. "Baiklah, kami berdua saudara akan mempertunjuki
kejelekan kami! Tetapi, tayhiap, tak sanggup kami menerima
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kata bertempur dari tayhiap barusan, kami cuma mohon


pengajaran. Karena golok tayhiap sangat tajam, kami juga
mohon sukalah tayhiap berlaku murah hati!"
"Kata-kata yang bagus! Kata-kata yang bagus!" Ce In
berseru. "Tuan-tuan, jangan kamu terlalu merendah! Karena
kamu cuma ingin melatih ilmu silat kamu dengan aku si orang
she Lam, baiklah, mari kita main-main hanya sampai batas
saling towel, jadi di antara kita tak ada soal siapa kalah siapa
menang!"
Kedua orang itu menghunus golok mereka.
"Silahkan tayhiap memberikan pengajaran!" katanya.
"Eh, tunggu dulu!" mendadak Ce In berkata.
Dua orang itu heran hingga melengak.
Ce In memasuki goloknya ke dalam sarungnya, ia menoleh
ke arah kereta untuk berkata nyaring, "Mo Lek, mari kita tukar
golok kita!"
Ia pun meloloskan golok dari pinggangnya, terus dilempar ke
kereta.
Mo Lek menyambuti dengan heran.
Toan Kui Ciang sambil rebah kata perlahan, "Mo Lek,
serahkan golok di pinggangmu kepadanya!"
Kui Ciang sebagai juga Ce In, adalah bangsa "Tayhiap,"
orang gagah sejati, maka itu dengan golok mustika atau
pedang mustika, mereka tak sudi membinasakan segala orang
tak ternama, tetapi kedua lawan ini telah menyebut mereka tak
mau main keroyok, jadi Ce ln tak suka pakai golok mustikanya
itu.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Terpaksa Mo Lek melepaskan goloknya dan melemparkannya


pada Ce In.
Lam Pat menyambuti golok untuk terus berkata kepada
kedua lawan, "Tuan-tuanlah tuan rumah, karena tetamu tak
dapat berlaku lancang, silahkan tuan-tuan yang mulai!"
"Baik!" sahut dua orang itu. "Kami menurut perintah! Kami
cuma minta tayhiap suka memberi maaf dan tak berlaku
sungkan!"
Habis itu keduanya mulai menyerang.
Mereka itu mencekal golok, satu di tangan kiri, satu di
tangan kanan, masing-masing dibantu jeriji tangannya yang
kosong. Golok mereka tadi dicabut dengan berbareng dengan
suara "Srett!" yang nyaring.
Ce In heran kapan ia sudah melihat cara orang menyerang.
Nyata ia salah menyangka. Tadinya ia menduga orang ialah
orang-orang tak ternama, tak tahunya serangan mereka itu
lantas menjadi hebat, suatu tanda mereka itu pandai sekali
menggunai goloknya masing-masing.
Liehay Lam Ce In! Di saat golok menghampirkan batok
kepalanya, ia bersiul keras dan nyaring, rubuhnya pun
bergerak, goloknya diangkat ke atas, menyambut serangan
dahsyat itu!
"Tranggg!" demikian suara yang nyaring, hingga dua kali.
Dengan begitu juga terpisahlah golok-golok mereka.
"Bagus!" dua orang itu memuji. Tapi, meski mulut mereka
memuji, berdua mereka maju pula, guna mengulangi serangan
mereka, dari kiri dan kanan. Yang satu dengan golok di tangan
kanan, yang lain dengan golok di tangan kiri. Rapat dan erat

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

penyerangan mereka itu, pula sempurna caranya mereka


membela diri.
Tiat Mo Lek menonton dari atas kereta, ia kagum'.dan
berkuatir...
Tiga buah golok berkelebatan hebat sekali, turuh dan naik
sangat pesat, la tidak menonton lebih lama lagi atau mendadak
ia terkejut sendirinya. Kata ia dalam hatinya, "Bukankah
mereka itu berdua yang dipanggil Im Yang Too, itu dua
saudara Cio yang kesohor? Pantas mereka ketahui namaku!"
Dua saudara Cio itu, yang sulung bernama It Liong dan yang
bungsu It Houw. Mereka biasa bekerja dalam dunia Hek Too
atau Jalan Hitam, berusaha tanpa modal. Untuk wilayah Se
Liang, mereka dikenal baik sebagai "Tok Kak Too" atau " Begal
Kaki Tunggal". Itu artinya begal yang biasa bekerja sendiri,
tanpa kawah lain orang.
Hanya di dalam halnya mereka ini, mereka berdua saudara
bekerja sama. Di waktu bertempur, mereka pun masing-
masing, mencekal golok di tangan kanan dan di tangan kiri.
Disebabkan sifat si kakak lebih licik dan si adik lebih terbuka,
mereka dijuluki Im Yang Too itu, ialah si "Golok Im" dan si
"Golok Yang".
Tiat Mo Lek turunan leluhur penjahat, semasa hidupnya
ayahnya, Tiat Kun Lun, ayah itu bersama-sama Touw Leng Ciok
dan Ong IVk Thong mendapat julukan "Lok Lim Sam Pa" atau
"Tiga Jago Lok 1 im (Rimba Hijau)''.
Karena itu, ia kenal baik banyak penjahat, atau sedikitnya
pernah mendengar nama saja. Dalam hal ini, ia lebih menang
daripada Lam Ijer In tak perduli berpengalaman...
Mengetahui orang ialah Im Yang Too, Mo Lek menjadi
berkualu untuk kawannya itu.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Paman Lam tak kenal asal-usulnya dua saudara Cio ini, dia
kena diakali!" katanya dalam hati. "Begitulah Paman Lam tak
menggunai gnloV mustika hanya memakai golok biasa saja!"
Berbareng dengan itu, bocah she Tiat ini juga heran
mengenai II Liong dan It Houw. Sebagai Tok-kak-too, dua
saudara itu tersohor ilal.tm Jalan Hitam, selalu mereka bekerja
berdua, tak pernah mereka bei kawan lain orang, maka itu
heran sekarang mereka muncul dan bekerja bual apa yang
disebut "Cecu," ketua benteng atau rombongan penjahat
lainnya
Pikirnya, "Apa mungkin mereka sudi merendahkan diri
bekerja di bawah perintah lain orang dan rela menjadi hanya
tauwbak, pemimpin sebawahan?"
Lam Ce In bertempur hebat dengan dua saudara Cio itu.
(a>luk mereka terus berkilauan, tubuh mereka berlompatan,
sebentar iapal sebentar bercerai. Mereka bergerak dengan
pesat dan lincah sekali Mala orang biasa jadi kabur melihati
golok-golok berkeredepan. Seru d.m l.uua mereka bertempur,
Mo Lek menjadi tambah berkuatir.
Tengah si bocah bingung, ia dikejutkan bentakan Lam Ije In
disusul dengan suara beradunya keras senjata mereka itu, lalu
bertiga mereka mencelat mundur masing-masing, terpisah satu
dari lain!
Parasnya dua saudara Cio menjadi pucat lalu guram. Mereka
mendapatkan goloknya masing-masing tinggal separuh, sebab
golok mereka itu pada buntung kutung!
Lam Ce In di lain pihak berdiri tenang, hanya dengan
menyekal terus goloknya, terus ia menjura, sembari memberi
hormat itu, ia kata tenang, "Terima kasih sudah suka
mengalah! Sekarang dapatkah kami dibiarkan berlalu bersama-
sama kereta kami?"
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ce In mengurungi goloknya kedua lawan sedang goloknya


sendiri golok biasa, tak heran ia membuat musuh-musuhnya
menjublak. Mereka itu kagum dan heran. Itulah bukti bahwa
tenaga dalamnya jauh terlebih mahir.
Kawanan penjahat semua mengulur lidah dan matanya
mendelong...
Setelah sunyi sejenak maka dari antara tumpukan-tumpukan
batu yang kacau terdengar siulan nyaring dan lama, menyusul
mana terlihat munculnya orang yang bersiul itu.
Dialah seorang yang berusia masih sangat muda, ditaksir
baru lebih kurang dua puluh tahun, roman dan dandanannya
mirip pemuda pelajar, sedang di tangannya terdapat sebuah
kipas, yang ia pakai mengipas perlahan tak hentinya. Hanya,
apabila diawasi terlebih lama, nampak dalam kehalusan macam
itu tersembunyi sifatnya licik atau sesat.
Ketika mulanya dua saudara Cio memegat kereta, sampai
berkumpulnya semua kawan penjahat, orang muda itu tak
nampak, jadi teranglah dia baru tiba.
Lam Ce In heran. Ialah orang ulung dan berpengalaman dan
waspada. Sekalipun tengah berkelahi, ia masih mengambil
kesempatan akan kadang-kadang melirik ke sekitarnya, dan
telinganya dipasang juga. Sejak tadi tak pernah ia melihat anak
muda itu, tak pernah ia mendengar tindakan kaki. Jadi, sedari
kapan anak muda itu tiba di situ?
Begitu melihat pemuda pelajar itu, kawanan berandal
bertempik sorak. Mereka girang bukan main. Cuma dua
saudara Cio yang mukanya berubah menjadi merah saking
jengah. Mereka melemparkan golok buntung mereka, akan
berkata sukar kepada si pemuda, "Siauw-cecu, kami berdua
saudara menyesal...!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Anak muda itu sebaliknya, tertawa manis.


"Memang mana bisa kamu mengganggu Lam Tayhiap?"
katanya. "Biarlah aku sendiri yang memaksa mengundangnya!"
Ia mengangkat kipasnya, ia menghadapi Ce In sambil
tertawa, terus ia kata, "Kami mengundang dengan
sesungguhnya hati, apakah benar-benar Lam Tayhiap dan Toan
Tayhiap tak sudi memberi muka kepada kami?"
"Siauw-cecu mengundang kami berulang-ulang, kami sangat
berterima kasih," menjawab Ce In, "Hanya menyesal sekali, tak
dapat aku menerima undangan cecu, terpaksa aku mesti
menampik. Sekarang ini Toan Tayhiap lagi sakit dan isterinya
lagi mengharap-harap kedatangannya di Touw Ke Ce! Tentang
itu tadi telah aku jelaskan pada kedua hio-cu dari perbentengan
siauw-cecu. Aku mohon dimaafkan saja."
Pemuda itu melirik, dia tertawa.
"Sungguh sayang aku sendiri yang telah meminta leng-cian
perintahan!" kata dia. "Karena itu, tak dapat tidak, mesti aku
mengundang Lam Tayhiap beramai! Bagaimana sekarang? Lam
Tayhiap, maafkan aku, ingin aku mengutarakan sesuatu yang
kurang pantas. Tak perduli tayhiap beramai ingin lekas-lekas
melanjuti perjalanan kamu tetapi pasti aku mesti menahan
kamu!"
Hati Ce In menjadi panas. Itulah paksaan! Tak sudi ia
dipengaruhi
orang.
"Baiklah!" ia menjawab dalam murkanya, suaranya keras.
"Jikalau siauw-cecu mempunyai kepandaian untuk menahan
kami, persilahkan! Sekarang ini percuma kita ngoceh saja!"
Anak muda itu sabar sekali, dia tertawa pula.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Sungguh tayhiap jujur dan polos!" katanya. "Baik! Hendak


aku mengandali kipasku ini untuk main-main sejurus dua jurus
dengan tayhiap!"
Menutup kata-katanya itu, ia maju seraya lantas menyerang!
Dengan ditutup, kipas si anak muda bergerak sebagai poan-
koan-pit, senjata yang merupakan alat tulis. Jadi itulah senjata
peranti menotok jalan darah. Yang di arah pula jalan darah kin-
ceng dari Lam Ce In. Cepat dan lincah tangan pemuda itu
bergerak.
"Pantas dia jumawa, kiranya liehay ilmu totoknya," pikir jago
she Lam ini, "Dia tak ada dibawahan U-bun Thong!"
Karena ini, sahabatnya Toan Kui Ciang ini berlaku sabar dan
waspada. Ketika kipas mengancam, ia tidak lekas-lekas
menangkis atau berkelit mundur atau nyamping. Sebaliknya ia
menanti.
"Lepas tanganmu!" ia berseru ketika serangan tiba. Ia
menyambut dengan belakang golok, menghajar senjata orang
itu.
Berbareng dengan itu, si anak muda juga berseru, "Lepas
tanganmu!"
Itulah sebab tanpa menanti kipasnya dibikin terpental, dia
sudah membaliknya, buat dipakai menempel belakang golok
lawan.
Kedua senjata bentrok keras, lalu kipas si anak muda
terpental, hanya kipas itu tak lepas dari cekalan. Golok Ce In
sendiri tak bergeming.
Dengan begitu orang she Lam ini menang unggul sedikit
sekali, hingga lebih surup apabila mereka dikatakan seimbang.
Anak muda itu tidak kaget, dia bahkan tertawa.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Dua-dua tak melepaskan tangannya!" katanya, gembira.


"Mari lagi! Mari lagi! Kita coba pula!"
Dan dia menggeser tubuhnya maju, tindakannya yang
pertama ke samping, lalu disusul dengan tindakannya yang
kedua, maka juga dilain saat dia sudah berada di sebelah
belakang lawannya, untuk dengan sama gesitnya mengulangi
serangannya, kembali menotok jalan darah! Hanya kali ini dia
mengarah jalan darah Hong-hu.
Punggungnya Lam Ce In seperti ada matanya, ia lantas
menyampok ke belakang, menangkis sambil menyerang.
Senjatanya panjang, senjata lawan pendek, maka itu sebelum
ujung kipas si anak muda mengenai sasarannya, goloknya
sudah mendahului memapas ke lengannya anak muda itu.
Pemuda itu terkejut, dia lantas menarik pulang tangannya,
kipasnya diputar naik, guna disingkirkan. Pundaknya pun
dikasih turun. Akan tetapi dia masih terlambat sedikit. Senjata
mereka berdua bentrok dengan mengasih dengar suara
nyaring. Ia kaget karena telapakan tangannya terasa nyeri. ^
"Ilmu golok yang bagus!" dia memuji sambil dia lompat
mundur tiga tindak.
Lam Ce In telah memutar tubuhnya, dengan lantas ia maju
menyerang. Ia seperti tidak mau mengasih hati. Dengan begitu
ia mencegah si anak muda dapat berlompat mundur lebih jauh,
dia mesti melayaninya walaupun dia menjadi repot.
Terus Ce In mendesak. Ketika ia membacok dengan jurus
"Menghajar gunung Hoa San," ia berseru keras. Goloknya
menyambar dengan mengeluarkan suara angin menderu.
"Bagus!" berseru si anak muda. Dia berkelit dengan mendak,
habis itu dia lompat mencelat dengan jumpalitan jauhnya satu

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tombak. Nyata dia gesit sekali dan nyalinya besar, walaupun


terdesak, hatinya tetap tabah.
Penyerangannya Ce In itu dilakukan dengan tenaga delapan
bagian, tetapi si anak muda menggunai tipu huruf "Lolos," dia
dapat menyelamatkan dirinya, karena itu, dia lolos dengan
kipasnya tak terlepas dari cekalan.
Biar bagaimana Ce In kagum.
"Dalam dunia Kang Ouw sekarang ini muncul orang-orang
muda yang liehay," katanya di dalam hati. "Dulu hari sewaktu
usiaku sebaya ini, aku tidak seliehay dia ini..."
Tengah orang memikir demikian, si anak muda menggunai
ketika untuk menyerang. Dia tak menjadi kapok atau takut. Dia
maju sambil berlompat.
"Benarkah kau hendak mengadu jiwamu!" tanya Ce In keras.
Ia menegur sambil membabat ke bawah, guna memapas kedua
kaki lawannya.
Melihat datangnya bahaya itu, si anak muda mengangkat
kedua kakinya. Sambil membebaskan diri itu, dia menyerang
terus, mengarah alisnya lawan. Dia menotok jalan darah yang-
pek.
Itulah hebat. Itulah perlawanan mati hidup bersama. Kalau
Ce In menyerang terus, ia bisa berhasil, sebaliknya, alisnya bisa
tertotok. Ia bersangsi, karena ia anggap ia bukan menghadapi
musuh besar. Disamping itu ia merasa suka kepada si anak
muda untuk kegesitan dan nyali besarnya. Demikian ia menarik
pulang goloknya, sambil menangkis, ia mundur.
Si anak muda benar berani dan bandel. Justeru lawan itu
mundur, justeru dia merangsak. Dia membalas menyerang.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mau atau tidak, Ce In mesti main mundur. Keras rangsakan


anak muda itu.
Kalau Ce In menyayangi si anak muda itu, anak muda itu
sebaliknya. Dia justeru hendak membuat nama Ce In yang
sudah tersohor sebagai seorang petualang besar, sebagai jago
pengembaraan, ingin dia merobohkannya. Supaya dia
menggantikan mendapat nama besar itu.
Dia masih muda dan baru saja muncul, kalau dia dapat
pecundangi seorang jago tua, tidakkah namanya naik seketika?
Itulah sebabnya dia berani berlaku nekad, untuk roboh
bersama.
Pemuda itu berpikir demikian. Tak dia pikir lebih jauh bahwa
percuma dia mengadu jiwa secara begitu. Ce In bisa terluka,
tapi sama-sama terluka, dia yang lebih celaka. Sebab dia pasti
bakal buntung kedua kakinya! Tak gunanya kalau dia menjadi
bercacad tak dapat berjalan.
---ooo0dw0oo---

Jilid 7

Hal ini dia ingat belakangan, maka diam-diam dia


mengeluarkan keringat dingin di punggungnya.
Walaupun begitu, keras sekali niatnya merobohkan Ce In, dia
sangat bandel dan berani. Tanpa menghiraukan bahwa orang
memikir baik untuk dirinya, dia mulai dengan penyerangannya
pula, untuk mendesak sekali.
Kembali Ce In menjadi repot. Kipas si pemuda sebentar
dibuka sebentar ditutup. Dibuka kipas itu bergerak seperti golok
memapas, ditutup seperti alat peranti menotok jalan darah.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kipas itu terbuat dari baja dan tulang-tulangnya dibikin


berujung tajam.
Lam Ce In menjadi sengit. Ketika ia sedang diserang, ia
berseru dengan bentakannya. Ia diarah lengannya. Sambil
berseru itu, ia menolak keras.
Si anak muda terkejut, dia terhuyung tiga tindak, terus dia
muntah darah.
Akan tetapi Ce In pun tidak bebas seluruhnya. Ujung kipas
mampir juga di lengannya, hingga lengannya itu menjadi
borboran darah.
Kawan-kawan si anak muda terkejut mendapatkan tuan
mudanya terluka, sambil berseru-seru mereka maju.
"Semua mundur.'" membentak si anak muda, hingga orang-
orangnya itu merandek. Ia bertindak dengan tindakan
"Naga'melingkar" menghampirkan Ce In, sedang kipasnya
dibuka.
Sambil maju itu, ia kata dingin, "Sama-sama kita telah mandi
darah, tetapi kita belum kalah atau menang, keduanya tidak
rugi, maka itu, mari maju, mari kita bertempur pula!"
Ce In memindahkan goloknya ke tangan kiri.
"Baik!" ia menjawab tantangan. "Kau begini bandel, akan
aku membikin kau dapat mencapai cita-citamu! Jikalau didalam
batas seratus jurus aku tidak berhasil mengalahkan kau, aku
puas, suka aku mengaku kalah! Selama seratus jurus ini, siapa
terluka, bercacad atau mati, dia terserah kepada nasibnya!"
Sebagai seorang jago, Ce In mengasih dengar suaranya itu,
dengan begitu berarti ia memandang lawan muda itu sebagai
lawan seimbang.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Habis muntah darah, mukanya si anak muda menjadi pucat,


akan tetapi mendengar suara Ce In, mendadak wajahnya
bercahaya, dia tertawa lebar dan kata nyaring, "Lam Tayhiap,
aku justeru menghendaki kata-katamu ini!"
Lantas dia menyerang.
Ce In menangkis, terus ia menangkis hingga tiga kali. Ia
kata, "Bagaimana kalau kau roboh didalam seratus jurus itu?"
Si anak muda dapat menerka hati orang, dia menyahut
sambil tertawa, "Paling juga aku menyerahkan nyawaku
padamu! Kita berdua bertanding, inilah urusan kita, sedang
urusan ayahku mengundang orang, itulah urusan lain,
keduanya itu tak dapat dicampur menjadi satu!"
Dia melihat langit, lantas dia teriaki orang-orangnya, "Sang
sore bakal tiba, kamu tak usah menantikan lagi pertempuranku
ini dengan Lam Tayhiap, jangan menunggui sampai siapa kalah
dan siapa menang, lekas kamu menyambut Toan Tayhiap
pulang ke benteng!"
Suara itu didengar, maka orang-orangnya itu sambil
menyahuti lantas bergerak ke arah kereta.
Lam Ce In menjadi mendongkol dan gusar sekali. Nyatalah
orang sangat licik. Itu pula berbahaya untuk Toan Kui Ciang,
yang baru mulai segar. Mana dapat Kui Ciang menyambut
serangan sedang Tiat Mo Lek bersendirian? Karena gusarnya, ia
menyerang hebat, goloknya seperti tak mengenal kasihan.
Sayang ia mesti menggunai tangan kiri.
Sebaliknya si anak muda, dia dapat bergerak dengan leluasa
dengan kipasnya yang liehay itu. Bahkan dia mendesak seru.
Tiat Mo Lek melihat orang meluruk ke arahnya. Begitu
serangan datang, sembari duduk di atas kereta, ia membabat.
Untungnya ia memakai golok mustika dari Ce In. Maka juga dua
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

batang tombak serta sebatang golok lantas lantas terbabat


kutung goloknya itu.
"Majulah, siapa tidak takut mampus!" ia berseru. Ia pun
mendongkol.
Cio It Liong tertawa. Kata dia, "Saudara Tiat, aku
memandang mata pada mendiang Tiat Cecu, tak memikir aku
untuk mempersulit kau!
Bukankah kau pun orang Jalan Hitam seperti kami? Tak
tahukah kau aturan Rimba Hijau kita, kalau kita mengundang
tetamu, apabila tetamu itu tidak datang, itulah suatu pantangan
besar? Hari ini Toan Tayhiap menjadi tetamu kami yang utama,
kamu berdua ialah tetamu tukang menemani, karena itu,
benarkah kau tidak hendak minum arak pemberian selamat
hanya menginginkan arak dendaan?"
Tiat Mo Lek tertawa dingin, la menjawab, "Cio Lotoa, tak
kusangka kau masih mempunyai kulit muka untuk bicara
denganku perihal aturan Rimba Hijau! Kaulah orang Rimba
Hijau kelas satu, kenapa kau suka menjadi gundal orang? Ya,
itu pun masih tidak apa! Kau sudah mewakilkan majikanmu
mengirim surat undangan. Surat undangan sudah ditolak, kalau
toh undangan hendak diulangi, si pembawanya mesti lain
orang, orang yang baru, kau mesti mengalah!"
Mukanya orang she Cio itu menjadi merah. Tajam
perkataannya si bocah. Maksudnya itu membilang, tadi dia
kalah oleh Ce In. Karena kalah, dia tak berderajat buat terus
mewakilkan majikannya "Mengundang tamu". Sebagai jago
Rimba Hijau, yang mengerti aturan kaumnya, tak berani dia
maju pula.
Sebaliknya seorang penjahat lain, yang tubuhnya tinggi dan
besar, lantas menggantikan dia. Dia ini berkata nyaring,
"Baiklah, aku yang menggantikan menjadi wakil untuk
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengundang tetamu! Tiat Siauw-cecu, aku minta sudi apakah


kau memberi muka padaku!"
Kata-kata itu dibarengi dengan serangannya. Dia menggunai
sebuah gembolan tembaga yang berat. Senjata itu menyatakan
bahwa dia memiliki tenaga yang besar sekali.
Tiat Mo Lek masih berdiam di atas keretanya, ia tidak
merdeka. Tak dapat ia bergerak kesana kemari atau
berlompatan. Atas datangnya serangan, terpaksa ia menangkis.
Benar ia menggunai golok bnustika tapi golok itu tak dapat
menebas gembolan yang tebal. Maka itu tangannya tergetar
dan kesemutan, ngilu dan nyeri.
Syukur ia telah memperoleh tak sedikit petunjuk dari Toan
Kui Ciang dari itu ia mengerti ilmu "Meminjam tenaga untuk
menghajar tenaga" Demikian goloknya meleset ke pinggiran
gembolan, terus nyerempet baju lawan, hampir ujungnya
mampir di tulang selangka.
Sayang ia masih kurang latihan, kalau tidak, senjata musuh
bisa terlepas karena dia terlukakan parah.
Penjahat itu gusar sekali, maka dia mendamprat, "Bocah,
kalau begitu benar kau menghendaki arak dendaan! Baiklah,
mari'kita tak berlaku sungkan-sungkan lagi!"
Dia lantas mengulangi serangannya, yang hebat.
Dua penjahat lain pun maju guna mengepung, masing-
masing menggunai ruyung baja dan roda besi, semua senjata-
senjata yang tak mudah terbabat kutung. Dengan begitu Mo
Lek lantas menjadi terdesak.
Selagi begitu, Toan Kui Ciang menyingkap tenda kereta,
rubuhnya menyender di senderan. Ia melihat jalannya
pertempuran, ia kata nyaring, "Tiat Mo Lek, berhenti! Mereka
itu datang untukku, biarlah mereka datang padaku!"
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Penjahat yang mencekal gembolan tertawa.


"Dasar Toan Tayhiap orang yang mengerti suasana!"
katanya. "Sebenarnya kami mengundang tayhiap dengan
maksud hati yang sungguh-sungguh!"
Ia maju mendekati, sebelah tangannya diulur, maksudnya
buat memimpin orang yang terluka parah itu.
Kui Ciang kata tawar, "Aku si orang she Toan, aku dapat
menerima yang lunak tetapi tidak yang keras! Kau ini menarik
tetamu, bukannya mengundang! Maka pergilah kau suruh
majikanmu sendiri datang ke mari!"
Penjahat itu tak memandang mata pada Kui Ciang. Orang,
lagi sakit. Memang dia memimpin untuk menarik. Dia tak tahu
Kui Ciang seorang cerdik Ketika tangannya nempel dengan
tangan si sakit itu, dia kaget bukan main!
Kui Ciang berlaku sangat sebat. Ia memutar tangannya dan
menangkap, tenaganya berbareng dikerahkan. Segera tangan si
penjahat meretek, sebab tulangnya patah seketika, hingga dia
menjerit kesakitan keras sekali, gembolannya terlempar
mengenai dua kawannya hingga mereka itu terluka.
Kedua kawannya orang itu kaget tetapi mereka lantas
menyerang Kui Ciang.
"Pergi kamu!" Kui Ciang membentak sambil kedua biji
matanya mencilak sedang tangannya diulur. Ia menyampok
roda besi hingga senjata istimewa itu terpental membentur
ruyung kawannya!
Perlawanan Kui Ciang ini sebenarnya berbahaya. Ia lagi
berkelahi sambil duduk, tak merdeka dia untuk menggeraki
kakinya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hebat bentroknya senjata kedua penjahat itu. Yang


tersampok terpental, yang terbentur terpental juga, maka
keduanya roboh bersama, tubuh mereka terlentang.
Mo Lek tertawa melihat kesudahan itu.
"Bagus! Bagus!" ia memuji.
Semua penjahat mundur sendirinya. Kaget dan jeri mereka
menyaksikan Kui Ciang demikian Iiehay.
Sekarang si orang she Toan menghunus pedangnya, sambil
terus bersender, ia kata keren, "Tuan siapa lagi yang mau maju
menyampaikan surat undangan?"
Setelah makan obat beberapa hari Kui Ciang maju baik, tapi
ia perlu beristirahat, siapa tahu sekarang ia justeru menggunai
tenaga berlebihan, maka itu setelah melayani ketiga musuh itu,
ia merasakan darahnya mendesak naik dan matanya pun
berkunang-kunang cuma berkat hati yang kuat, dapat ia
mempertahankan diri. Ia berseru untuk menggertak saja.
Penjahat-penjahat lainnya dapat digertak, tidak
persaudaraan Cio. Mereka orang Rimba Hijau ulung. Mulanya
saja mereka kaget, lantas mata mereka yang tajam dapat
melihat tegas wajahnya Kui Ciang. Mereka juga mendengar
suara orang kekurangan dorongan tenaga dalam. Itulah tanda
luka yang belum sembuh betul.
"Maju!" mereka berteriak seraya bersiul.
Kawanan penjahat lantas maju lagi, mengurung kereta.
Cio It Liong malu untuk maju pula, ia berbisik pada
kawannya yang bersenjata ruyung. Penjahat itu kelihatan
girang, lantas dia maju ke depan. ^
Kata dia pada Kui Ciang, "Toan Tayhiap, karena kau tak sudi
memberi muka kepada kami, harap kau maafkan kami terpaksa
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berlaku tak sungkan lagi! Kawan-kawan, hayo maju! Pakailah


senjata rahasia!"
Hebat anjuran yang berupa perintah itu. Lantas semua
penjahat itu mengeluarkan senjata gelap mereka, seperti golok
terbang, kim-chie-piauw, panah tangan dan bandring. Semua
senjata itu meluruh ke arah si sakit.
Untuk menjaga diri, Kui Ciang putar hebat pedangnya. Tak
dapat ia menggeraki tubuh untuk berkelit. Sudah bagus ia
cepat sekali dapat menyalurkan napasnya.
Tiat Mo Lek kaget berbareng gusar. Ia maju ke depan Kui
Ciang, guna mengalingi. Ia putar goloknya guna menghalau
setiap senjata rahasia. Ia kata nyaring, "Oh, kawanan bangsat
hina dina! Sungguh kamu membikin ludas muka terang jago-
jago Rimba Hijau!"
Penjahat yang memegang ruyung tertawa.
"Tiat Siauw-cecu!" katanya, "Kau sendiri tidak menghormati,
mana dapat kau menyesalkan kami? Jangan kau takut!
Umpama kata kau terluka, nanti aku obaVi kau...!"
Ketika itu Mo Lek luput dengan penjagaan dirinya. Dua
panah tangan mengenakan padanya dan sebutir batu mampir
di dahinya hingga dahi itu luka mengeluarkan darah. Syukur
kawanan penjahat ingin menangkap hidup padanya, mereka itu
tidak menggunai racun.
"Mo Lek, kau masuk ke dalam kereta!" Kui Ciang menitahkan
melihat bocah itu terluka.
Si bocah tidak mau masuk, dia tetap bertahan.
Tepat itu waktu terdengar suara larinya kuda, yang
mendatangi, tempo kuda telah datang dekat, terlihat

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

penunggangnya, seorang.nona, bahkan dialah Nona He Leng


Song.
Nona He lantas melihat pertempuran di antara Lam Ce In
dan si anak muda, ia rupanya merasa heran maka ia mengasih
dengar suara "Ai!" perlahan.
Si anak muda, yang lagi berkelahi itu, melihat juga si nona,
mukanya lantas berubah, ia pun mengasih dengar seruan "Ai!"
itu. Tapi ia lagi didesak Ce In, ia repot membela diri, tak
sempat ia berpikir lainnya.
Si nona juga melihat kereta lagi dikurung penjahat dan Tiat
Mo Lek repot bukan main, maka itu, kalau tadinya ia mau
menghampirkan Ce In, sekarang ia merubah haluan, ia larikan
kudanya ke arah kereta.
Kawanan penjahat melihat datangnya orang baru, mereka
menyangka pada musuh, lantas mereka menyambut dengan
pelbagai senjata rahasia mereka.
Leng Song kuatir kudanya terluka dengan satu lompatan
"Ikan emas menyerbu gelombang," ia lompat turun dari
binatang tunggangan itu, sembari berlompat, ia menghunus
Ceng Song Kiam, dari itu dengan pedangnya itu ia membela
diri, menangkis serangan, hingga ramailah terdengar suara
membentur pelbagai senjata gelap itu.
Semua penjahat heran, mereka terkejut. Justeru begitu si
nona maju terus, menghampirkan mereka sampai dekat, hingga
selanjutnya tak merdeka mereka menggunai terus senjata
rahasia.
Si nona juga bergerak dengan lincah ke segala penjuru,
hingga ia membikin musuh menjadi bingung. Setiap pedangnya
ditusukkan, atau ditabaskan, tentu-tentu ada musuh yang

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menjerit kesakitan atau terhuyung dengan senjatanya lepas


dari tangannya.
Ilmu silat pedang Nona He liehay dan luar biasa siapa
terkena itu tentulah dia terluka dan senjatanya terlepas dari
tangannya tapi dia tanpa terluka parah kecuali rasa nyerinya
yang mengagetkan dan mengecilkan hati.
Seorang penjahat dengan golok besar menjadi gusar. Dia
merangsak maju. Dengan lantas dia membacok si nona. Dia
ingin menghajar terlepas pedangnya nona itu.
Leng Song berkelit, terus ia menikam. Tapi lawan itu kosen,
dia bisa berkelit juga. Atas itu Nona He maju pula. Ia lantas
menggunai tipu silatnya yang liehay. Mulanya ia menggeser ke
kiri, guna dapat menyerang dengan tepat.
Penjahat itu melawan dengan baik, ketika ia menangkis,
senjata mereka beradu keras. Akan tetapi kali ini, begitu
senjata beradu, begitu si penjahat berkaok kesakitan. Diluar
kesanggupannya membela diri, dengkulnya kena dipapas, maka
robohlah dia, bahkan tubuhnya terguling, terus ke kaki gunung!
Rombongan musuh menjadi takut, mereka lantas lari bubar.
Persaudaraan Cio sudah menukar senjata mereka, ketika
mereka melihat suasana buruk itu, dengan terpaksa mereka
maju mengepung Nona He.
Nona ini liehay, ia melawan dengan gagah, apamau ia
mendapatkan dua saudara itu dapat bersilat bersatu padu,
serangannya yang berbahaya dapat dihalau. Mereka itu terus
mengurung rapat.
"Mo Lek, kau bantui nona itu!" kata Kui Ciang, yang
menyaksikan pertempuran main keroyok itu.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kawanan penjahat tak lari semua, masih ada yang dari jauh
menyerang dengan senjata rahasia mereka, tetapi sekarang Kui
Ciang bisa membela dirinya. Senjata rahasia itu tak sebanyak
tadi dan dipakai menyerang dari jarak jauh, ancaman
bahayanya kurang.
Haji Mo Lek panas, maka itu, mendengar perintahnya Kui
Ciang, ia lantas lompat turun dari kereta, guna menceburkan
diri dalam pertempuran. Tiga lukanya tidak menyebabkan dia
letih.
Dua saudara Cio bukannya lawan Leng Song, cuma kalau Mo
Lek tidak datang, mereka masih dapat bertahan sekian lama,
sekarang dengan munculnya si bocah liehay, mereka lantas
keteter. Mo Lek juga memakai golok mustikanya Ce In.
Mulanya golok sebatang dari Cio It Houw tertabas golok si
bocah. It Houw kaget. It Liong melihat gelagat, dia lantas tarik
tangan saudaranya itu, buat diajak menyingkir dari gelanggang.
Mo Lek mau menghajar, tetapi si nona mencegah ia.
"Musuh kabur tak usah dikejar!" kata nona itu, tertawa. "Adik
kecil, kau ampuni mereka itu!"
Si nona lantas menoleh, akan memandang pertempuran Ce
In dengan si anak muda.
Pertempuran berjalan tetap seru, hanya semenjak
munculnya si nona, si pemuda nampak gelisah. Rupanya dia
ingin lekas menghentikan pertempuran, dia mencoba mendesak
hebat pada musuhnya. Berulang kali dia menggunai jurus yang
membahayakan.
Ce In gagah, dia berpengalaman, dia dapat melihat keadaan
lawan. Dia senang mendapatkan dia diserang hebat itu. Dia
melayani dengan sabar, sembari dia mencari ketika. Dengan

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lincah dia mengeluarkan ilmu golok "Yu Sin Toan Bun Too". Dia
bergerak mundur, agaknya dia terdesak.
Si anak muda mendapat lihat orang-orangnya kena dipukul
mundur, ia jadi tambah gelisah. Satu kali mendadak ia berseru,
"Akan aku adu jiwaku denganmu!" dan terus ia menyerang
keras berulang kali.
Meski didesak hebat, selang enam atau tujuh jurus, Lam Ce
In justeru tertawa nyaring dan kata, "Bagus!" Dengan begitu
mulailah serangan membalasnya. Maka lekas juga si anak muda
berbalik terdesak.
"Lam Tayhiap, tahan...! Tahan...!" seru Leng Song akhirnya.
Justeru itu ujung golok si orang she Lam telah mampir di
pundak si anak muda, melukai panjang lima dim, hingga
darahnya mengucur. Syukur ada seruan si nona, kalau tidak,
tak dapat golok itu ditahan. Ce In jadi membenci pemuda itu,
hingga ingin ia menghajarnya hingga bercacad.
Walaupun ia menang, di dalam hatinya Ce In mengeluh
sendirinya. Kemenangannya itu didapat di dalam jurus yang ke
lima puluh satu. Inilah diluar dugaannya.
Pikirnya, "Kalau dia tak bergelisah, mungkin sampai seratus
jurus belum bisa aku merobohkannya..."
Anak muda itu lompat keluar gelanggang, mukanya merah.
Dia memegang kipasnya sembari menjura dan berkata, "Ilmu
silat golokmu ilmu silat yang bagus sekali! Aku berterima kasih
dapat menerima pengajaran kau ini! Karena gunung hijau dan
air biru itu kekal adanya, sampai lain kali kita bertemu pula!"
Kata-kata yang pertama ditujukan kepada Lam Ce In, akan
tetapi di waktu mengakhirinya, pemuda itu memandang Nona
He, atas mana bibir si nona bergerak, hanya batal ia

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengucapkan sesuatu, sebab si anak muda sendiri sudah


lantas lari kabur. Ia nampak bingung...
Lam Ce In menyerahkan goloknya kepada Tiat Mo Lek, untuk
ditukar dengan goloknya sendiri. Ia sebenarnya heran tetapi ia
kata pada si nona, "Nona, terima kasih banyak untuk
bantuanmu!"
Mo Lek heran, tak dapat ia menahan diri.
"Nona He, apa nona kenal penjahat itu?" dia tanya.
Muka si nona merah, ia menjawab likat, "Pernah aku
bertemu dia satu kali, kita bukannya sahabat satu dengan
lain..."
Ce In heran tetapi ia tidak berani menanyakan.
Sampai disitu, ketiganya bertindak ke kereta.
Toan Kui Ciang sudah menanti, begitu orang tiba, ia
menanya, "Inikah Nona He?"
Leng Song menyahuti, "Ya," lalu ia memberi horrhat dengan
merangkap kedua tangannya kepada Kui Ciang. Ia pun lantas
rrienanyakan kewarasannya Kui Ciang kepada siapa ia
memanggil pehu, paman tua.
Melihat nona itu, Kui Ciang teringat kepada Pek Ma Liehiap
Leng Soat Bwe, Jago Wanita Kuda Putih. Sekarang ia dipanggil
pehu, kesangsiannya lantas lenyap.
"Bukankah ibumu she Leng dan namanya Soat Bwe?" ia
tanya terus terang, tanpa ragu-ragu.
Leng Song kembali menyahuti, "Ya," lalu ia tertawa dan kata,
"Setiap orang membilang bahwa aku mirip ibuku, ternyata Toan
Pehu melihatnya sama!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kui Ciang berdiam sejenak. Ia terganggu kesangsian lainnya.


Tapi akhirnya ia menanya juga, "Aku belum menanyakan
tentang ayahmu..."
"Ayahku she He asal dari Louw-liong," sahut si nona,
"Namanya ialah Seng To. Ketika aku dilahirkan, ayah sudah
menutup mata..."
Kui Ciang heran hingga ia berpikir, "Ketika itu malam mereka
menikah, baru saja He Seng To masuk dalam kamarnya, dia
lantas nampak bencana, kenapa sekarang bisa terlahir anak
dara ini? Merekalah pemuda gagah perkasa dan nona gagah
putih bersih, tidak nanti sebelumnya pernikahannya
dilangsungkan, mereka sudah terlebih dahulu main gila... tidak
nanti!"
Masih ada satu lagi, yang menambah keheranannya Kui
Ciang. Menyebut-nyebut ayahnya itu, Leng Song tak berduka
luar biasa. Kalau dia tahu bencana yang merampas jiwa
ayahnya itu, tak nanti dia tak minta bantuannya untuk mencari
balas untuk ayahnya itu.
"Mungkinkah ibunya belum menuturkan pada dia tentang
nasib ayahnya itu?" ia berpikir terlebih jauh. "Dia telah menjadi
dewasa begini, kenapa ibunya masih merahasiakannya?"
Tak dapat Kui Ciang memecahkan keragu-raguannya itu,
bahkan sebaliknya, ia menjadi semakin heran.
Leng Song pun heran melihat sikap diam dari Kui Ciang itu,
hanya selagi ia hendak berbicara, orang telah mendahuluinya.
"Sekarang ini ibumu berada di mana?" tanya Toan Tayhiap.
Nona itu tidak segera menjawab, ia agak bersangsi. "Dulu hari
itu aku sering ada bersama ayah dan ibumu," Kui Ciang kata
pula. "Kitalah sahabat-sahabat kekal."

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ibu memang pernah membicarakan urusan


persahabatannya dengan pehu," si nona kata akhirnya. "Hanya
sekarang ini setelah hidup menyembunyi banyak tahun, ibu tak
memikir pula untuk bertemu dengan sahabat-sahabatnya. Ibu
meminta aku menyampaikan hormatnya kepada pehu serta
mohon sukalah pehu memaafkannya."
Kui Ciang heran sekali. Maka bertambahlah keheranannya.
Katanya di dalam hati, "Kenapa Soat Bwe tak mau menemui
sekalipun aku? Mungkinkah karena kecelakaannya dulu itu dia
menjadi tawar, hati, sampai pun sakit hati suaminya dia tak
memikir untuk membalasnya?"
Kui Ciang tahu tak perlu dia menanyakan terlebih jauh
tentang ibu orang. Hanya sebentar, ia menukar haluan. Ia
tanya, "Katanya kau berniat membinasakan Se-gak Sin Liong
Hong-hu Siong, entah buat urusan apakah itu?"
"Ibu membilangi aku dialah hantu kepala yang tak ada
kejahatan yang tak diperbuatnya!" menjawab si nona. "Maka
itu aku dipesan untuk membinasakannya guna menyingkirkan
satu bencana dunia Kang Ouw!"
Keterangan ini bersamaan saja dengan keterangannya ketika
baru-baru ini si nona berikan kepada Lam Ce In, cuma
sekarang dia tidak membawa-bawa urusan yang menyangkut
dirinya sendiri.
Kui Ciang berpikir.
"Apa yang ibumu bilang tidak salah, Hong-hu Siong memang
orang busuk," kata ia, "Maka kalau kita menyingkirkan dia
untuk keselamatan dunia Kang Ouw, itulah tugas kita kaum
pembela keadilan. Tapi Hong-hu Siong itu gagah luar biasa,
ilmu silatnya tinggi sekali, kau seorang diri, aku kuatir kau
bukanlah lawan setimpal dari dia. Jikalau ada tempat untuk
bantuanku, suka sekali aku membantu padamu, hanya
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sekarang belum dapat. Sekarang ini di hadapanku ada suatu


urusan sangat penting, yang harus diselesaikan. Apakah tak
lebih baik kau sekarang turut aku pergi ke Touw Ke Ce? Kau
tunggu sampai kesehatanku sudah pulih seluruhnya dan aku
juga telah selesai dengan urusan yang aku sebutkan ini, nanti
aku temani kau mencari Hong-hu Siong!"
"Terima kasih atas kebaikan pehu," berkata si nona. "Hanya
ibu memesan aku bahwa lebih baik aku menyingkirkan dia
dengan tenagaku sendiri, tak usah aku mohon bantuan lain
orang. Pehu, urusan yang kau hendak selesaikan itu telah aku
ketahui. Nyonya Su telalj memesan beberapa kata-katanya
untuk disampaikan kepada pehu..."
Kui Ciang terkejut.
"Jadi malam itu kau benar-benar telah menyateroni istana An
Lok San?" ia tanya.
He Leng Song tertawa.
"Tidak!" sahurnya. "Aku hanya pergi ke gedungnya Sie
Siong. Bangsat she Sie itu tergila-gila dengan kecantikan
Nyonya Su, untuk itu dia telah minta si nyonya dari An Lok
San!"
Kui Ciang gusar sekali hingga ia mengayun tangannya
menghajar
kereta.
"Kurang ajar!" teriaknya. "Jikalau aku tidak dapat membalas
sakit hatinya Su Toako dan Su Toaso, aku sumpah tak mau
menjadi orang!"
Habis mengumbar napsu amarahnya itu, Kui Ciang menjadi
reda sendirinya. Ia berbalik menjadi berduka.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Su Toaso dari keluarga sastrawan yang terhormat, mana


dapat dia menerima kehidupan semacam itu?" katanya.
"Perihal itu pehu tak usah buat kuatir," Leng Song memberi
penjelasan. "Ie Tiap-ku itu sudah ketahui Sie Siong berniat
jahat terhadap * dirinya, dia mendahului merusak mukanya.
Maka itu meski benar dia sekarang berada di tempat
berbahaya, kesucian dirinya dapat terjamin."
Lebih jelas Leng Song tuturkan apa yang terjadi malam itu di
gedung Sie Siong sebagaimana yang ia saksikan sendiri.
Kui Ciang, Ce In dan Mo Lek menggoyang-goyang kepala
dan menarik napas, masgul, berduka dan kagum. Bahkan Ce In
sambil menunjuki jempolnya, memuji, "Pasangan gagah dan
terhormat itu membuatnya orang kagum!"
"Nona He, barusan kau memanggil apa pada Nyonya Su?"
Kui Ciang menegasi.
"Ie-ie," menerangkan Nona He. "Ibuku ialah kakak misannya.
Namanya Tiap, maka itu aku memanggilnya Ie Tiap."
"Dengan begitu kamu jadinya bersanak dekat," kata Kui
Ciang. "Dulu-dulu aku tidak mengetahuinya. Karena ini kau
tentunya telah menerima pesan ibumu untuk menolongi ie-
iemu itu bukan?"
"Bukan," sahut Leng Song. "Sudah lama ibu hidup
menyendiri, telah putus segala hubungannya dengan pihak
luar, hanya benar sekalian keluar, aku dipesan untuk menyerepi
kabar tentang Ie-ie Tiap itu. Aku telah tiba di dusun dimana
pehu tinggal bersama-sama Su Cinsu, setelah menyelidiki
barulah aku ketahui peristiwa yang sebenarnya. Memang,
setelah bertemu dengan ie-ie, aku hendak menolongnya
menyingkir dari tempat berbahaya itu. Sayangnya ie-ie tidak
mau ditolongi."

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kui Ciang heran hingga ia tercengang.


"Bagaimana, dia tak sudi pergi dari tempat berbahaya itu?"
tanyanya.
"Benar! Bagaimana juga aku bicara, ie-ie tak dapat dibujuk!"
Kui Ciang heran tak kepalang.
"Sungguh gelap pikiran!" ia ngoceh seorang diri. Ia
mengerutkan alisnya. Lalu ia kata, "Su Toaso wanita sejati, dia
mengambil keputusan begitu, pasti dia telah mempunyai
rencananya! Apakah ada lain pesannya lagi kepada kau untuk
disampaikan padaku?"
"Ie-ie ada menyebut urusan kamu berdua keluarga yang
telah berjanji berbesan satu dengan lain," kata Leng Song. "Ie-
ie membilangi aku, karena kedudukannya itu, ia tak tahu
bagaimana nanti jadinya kelak di kemudian hari, maka itu ie-ie
kata, umpama kata putera pehu sudah dewasa, apabila ada
jodohnya yang cocok, ie-ie menganjurkan pehu bolehlah
menikahkannya."
Kui Ciang menghela napas.
"Dalam kedudukannya sebagai itu, dia masih memperhatikan
anakku," katanya, berduka. "Sungguh dia baik sekali. Tapi tak
perduli apa jadinya dengan dia dan puterinya itu, jodohnya
anak-anak kita itu tak nanti aku putuskan!"
Ia berdiam sebentar, lantas ia menambahkan, "Nona He,
jikalau kau tidak mempunyai lain urusan, marilah kita berangkat
bersama! Hari akan lekas sore, kita harus berangkat sekarang,
supaya sebentar kita tak gagal mendapatkan pondokan."
Leng Song berdiam, ia nampak bersangsi.
"Terima kasih, pehu," katanya sesaat kemudian. "Aku masih
mempunyai sedikit urusan lagi, tak dapat aku berangkat
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bersama. Touw Ke Ce cuma kira duaratus lie dari sini, baiklah


lagi beberapa hari aku berkunjung ke sana."
Mendengar begitu, Kui Ciang tidak berani memaksa.
Maka kedua pihak lantas berpisahan.
Kui Ciang mengawasi orang berlalu dengan menunggang
kudanya, di dalam hatinya timbul pelbagai ingatan, halnya diilu
hari ia bersahabat dengan orang tuanya nona gagah ini...
*********
VIII
JLje In mengendarai kereta keledai melakukan
perjalanannya, selang dua hari tiba sudah ia di kaki gunung Hui
Houw San di wilayah kota Yu-ciu. Hui Houw San berarti Gunung
Harimau Terbang, nama gunung itu cocok dengan gelaran
kelima saudara Touw, yaitu Touw-ke Ngo Houw, atau Lima
Harimau Keluarga Touw. Macamnya gunung mirip lima ekor .
harimau lagi menongkrong, keletakannya berbahaya seperti
biasanya gunung lainnya.
Sampai itu waktu, Toan Kui Ciang telah sembuh seluruhnya.
Itulah berkat setiap hari tiga kali ia makan obat pulung. Ketika
itu sudah lewat tujuh hari. Bahkan sekarang tenaganya
bertambah melebihkan sebelum ia terluka itu.
Ia menyangka Ce In memberikan ia makan obatnya Mo Keng
Lojin, karena tidak diberitahukan, tak tahu ia bahwa obat ialah
obatnya Se-gak Sin Liong Hong-hu Siong, si Naga Sakti dari Se-
gak, gunung Hoa San.
Selagi kereta memasuki jalan gunung, di mulut gunung
mereka sudah dipapak Touw Leng Ciok, yang dari siang-siang
telah memperoleh kabar. Sembari tertawa nyaring ketua Hui
Houw Sein itu kata, "Kau menantu dari Keluarga Touw,

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sekarangkau dapat diminta datang! Sudah sepuluh tahun kau


pergi, tak pernah kau memberi warta sedikit jua!"
Toan Kui Ciang datang membantui Keluarga Touw bukan
disebabkan keinginannya sendiri, sekarang dia telah datang,
mau atau tidak ia mesti bicara ramah dengan sang toaku,
iparnya yang paling tua itu, begitu pun dengan Leng Hu.
Begitulah atas penyambutan Leng Ciok itu, ia menghaturkan
maafnya, karena ia sudah datang terlambat. Kemudian ia
menanyakan jelas duduknya pertempuran sekalian ipar itu
melawan Ceng Ceng Jie.
Leng Ciok mengasih lihat tangan kirinya.
"Syukur semua jerijiku ini tidak terpapas habis!" katanya
tertawa. "Meski begitu, kami toh kena dirobohkan!"
Yang hilang ialah dua jeriji. Melihat itu, hati Kui Ciang
berdenyut.
"Kebetulan kau datang sekarang, moayhu!" kata Leng Hu.
"Janji waktu yang diberikan Ong Pek Thong bersama Ceng
Ceng Jie tinggal empat hari lagi. Sebenarnya adik Sian dan
yang lainnya berkuatir menantikanmu, kuatir terjadi sesuatu di
tengah jalan, syukur kau telah tiba dengan tidak kurang suatu
apa!"
"Justeru di tengah jalan telah terjadi sesuatu!" berkata Kui
Ciang, tertawa. "Syukur ada saudara Lam Pat ini yang
menolong melindungi, jikalau tidak, tak dapat aku nanti
menemui Ceng Ceng Jie..."
Ia lantas mengajar kenal Ce In dengan sekalian iparnya.
Baru sekarang Touw Leng Ciok semua ketahui, kawan
iparnya itu ialah Lam Ce In atau Lam Pat yang tersohor, maka
itu, mereka menjadi sangat girang. Kata Leng Hu, "Dengan

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

adanya kamu berdua suami isteri dan dibantu Lam Tayhiap,


kita tak usah kuatirkan lagi Ceng Ceng Jie!"
Lam Ce In tertawa.
"Aku datang untuk menonton keramaian saja, aku tak berarti
apa-apa!" katanya.
Selagi bicara itu tibalah mereka di muka perbentengan
dimana mereka lantas disambut oleh Touw Sian Nio dan tiga
saudara lainnya.
Belum sebulan Kui Ciang berpisah dari isterinya tetapi
pertemuan ini membuat mereka girang berbareng terharu.
Itulah sebab ia seperti sudah mati hidup pula.
Sian Nio juga berduka mendengar kebinasaannya Su It Jie,
sang besan, serta Nyonya Su dan anaknya tak dapat ditolongi.
Tanpa merasa, ia mengucurkan airmata.
"Sekarang ini kamu bantulah dulu kami," berkata Touw Leng
Ciong. "Setelah kita berhasil mengalahkan Ceng Ceng Jie, kami
semua nanti turut kamu pergi mencari An Lok San serta Sie
Siong semua, guna membuat perhitungan! Kita sudah
berkumpul sekarang, baik kita tidak omong lagi hal yang
mendatangkan kedukaan!" -.
"Moayhu," tanya Leng Hu, "Kau bilang di tengah jalan kau
bertemu begal, apakah di antaranya ada satu begal muda yang
bersenjatakan kipas besi peranti menotok jalan darah?"
Kui Ciang heran.
"Bagaimana kau ketahui itu?" ia balik menanya.
"Kami pun telah bertemu dengannya di tengah jalan!" sahut
Leng Hu tertawa. "Bocah itu liehay sekali, jikalau bukan Liok-
moay ada beserta, aku bukan tandiangan dia itu!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kui Ciang lantas menoleh kepada isterihya. Dari sinar


matanya, nyata ia seperti menyesali dan merasa berkasihan. Ia
seperti mau membilang, "Bukankah kau baru habis melahirkan
anak? Bukankah tak selayaknya kau menggunai terlalu banyak
tenaga? Mana dapat kau melakukan pertempuran?"
Meski begitu, suami ini ketahui baik sekali untuk membantu
saudaranya, isteri itu tidak dapat tidak turun tangan. Dengan
sinar matanya itu ia menunjuki-berapa besar ia menyintai sang
isteri.
Touw Leng Hu dapat membade hati iparnya itu. Dia tertawa
lebar.
"Liok-moay, suamimu begini menyayangi kau, pantas juga
kau hampir melupai rumah orang tuamu!" katanya. Kemudian
ia berpaling pada iparnya, untuk menambahkan, "Moayhu, kau
jangan kuatir. Sama sekali adikku tidak menempur musuh itu,
bahkan ia pun tak berkisar dari keretanya. Ia cuma
mengandalkan panahnya dengan apa ia memukul mundur
kepada musuh! Anak muda itu liehay sekali, sesudah dihajar
tiga kali, baru dia mundur!"
Ilmu panah pelurunya Touw Sian Nio belum pernah
dipertunjuki semenjak ia menikah dengan Toan Kui Ciang,
sampai Kui Ciang sendiri belum tahu sampai dimana liehaynya,
maka itu mendengar keterangan iparnya itu, suami ini kaget
berbareng girang, ia girang sekali.
Touw Leng Hu tertawa.
"Semasa hidupnya ayah dahulu," ia kata, "Ayah sudah
berlaku berat sebelah! Semua kepandaian yang berarti dari
ayah telah diwariskan kepada Liok-moay! Dialah si burung
Hong-hong Keluarga Touw, dan kami kelima Harimau tak dapat
melawan sekor Hong-hong!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Koko, kau berlelucon terhadapku!" kata Sian nio tertawa


"Bagaimana dengan ilmu tameng Kun Goan Pay kau yang
terdiri dari liga puluh enam jurus itu? Ilmu itu tak dapat aku
pelajarkan!"
"Sudah! Sudah!" Leng Ciok menyela sama tengah. "Kalau
kamu bicara terus-terusan, tak lebih tak kurang, kamu main
memuji satu pada lain! Apakah itu tak akan membikin orang
tertawa sampai giginya copot f"
"Memang juga begal muda itu liehay sekali!" Lam Ce In turut
bicara. "Dia dapat menyambuti tiga buah peluru dari enso, aku
juga kagum terhadapnya!"
Demikian orang memuji ilmu panah peluru Sian Nio, akan
tetapi Nyonya Kui Ciang sendiri tidak girang karenanya, bahkan
ia nampak berduka, akan tetapi orang menyangka ia
merendahkan diri.
Cuma Kui Ciang yang mengenal baik hati isterinya, ia tahu
isterinya berduka benar-benar. Rupanya ada sesuatu yang
membuat isteri itu bersusah hati. Ia melainkan belum tahu,
urusan apa itu. Karena itu, hatinya menjadi tidak tenang.
"Tahukah kamu siapa pembegal muda itu?" kemudian Leng
Ciok tanya. "Baru dua hari yang lalu aku mendapat tahu
tentangnya."
"Apakah dia sebawahannya Ong Pek Thong?" Kui Ciang
tanya.
"Bukan melainkan orang sebawahan, bahkan puteranya!"
sahut Leng Hu.
"Kabarnya Ong Pek Thong mempunyai cuma seorang anak
laki-laki dan seorang anak perempuan," kata Leng Ciok, "Dan
katanya pula semenjak masih kecil mereka itu sudah diperintah
berguru pada lain orang. Anak laki-lakinya itu baru saja pulang
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dari perguruan."

Mendengar itu, hati Kui Ciang bercekat. Kalau si pemuda


sudah liehay, setahu bagaimana keliehayan dari guru anak
muda itu.
"Jangan-jangan bentrokan ini bakal jadi meluas," pikirnya.
"Bagaimana nanti akhirnya? Kapankah aku bakal dapat
menjauhkan diriku?"
Kui Ciang lantas disambut dengan sebuah jamuan. Ce In dan
Mo Lek turut hadir bersama. Habis bersantap, baru ia dapat
bertemu dengan leluasa dengan isterinya di dalam kamar
mereka.
"Engko Ciang," kata Sian Nio sambil menarik napas, "Kau
datang untuk membantu saudara-saudaraku, buat itu aku
sangat faersyukur, hanya aku kuatir, urusan keluargaku ini
bakal merembet-rembet kau..."
"Mulanya memang aku tidak niat datang ke mari," Kui Ciang
bilang, "Akan tetapi aku telah berjanji dengan kakakmu, maka
urusan ini tidak ada sangkut pautnya dengan kau sendiri. Kita
menjadi suami isteri, mengapa kau bicara begini?"
"Engko, coba kau lihat dulu surat ini," kata Sian Nio,
perlahan sekali. Dan ia menyerahkan sepucuk surat.
Kui Ciang menyambuti, untuk dibuka dan dibeber. Surat itu
ditujukan kepada Touw Sian Nio sendiri. Nyonya itu diberi
nasehat untuk membujuki suaminya jangan campur urusan
Keluarga Touw itu.
Katanya itulah untuk melindungi nama baik dari Kui Ciang,
supaya kedua pihak tidak sampai bentrok hingga ada
kemungkinan dua dua roboh dan celaka. Surat itu tidak
memakai nama dari si pengirim.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Dari mana datangnya ini?" tanya Kui Ciang setelah ia


berdiam
sejenak.
"Diantarnya kemari kira-kira jam tiga semalam," sahut Sian
nio. "Ketika itu aku lagi tidur nyenyak. Mendadak aku
mendengar satu suara di dalam kamar. 'Aku berlompat bangun.
Nyata orang sudah berlalu,hanya di bantal kepalaku, aku
mendapatkan surat ini. Kau lihat di belakangnya <ida lagi
tulisannya."
Kui Ciang menurut. Ia membalik surat itu. Ia melihat huruf-
huruf yang ditulis cepat, suatu tanda surat itu baru ditulis
setibanya orang di dalam kamar.
Bunyinya ialah, "Aku mengambil tusuk kundai sebagai
peringat.m saja! Besok suamimu bakal tiba di sini, maka itu,
bakal terjadi mara bahaya atau keberuntungan, semua itu
terserah kepada kamu suami isteri berdua1 Baik-baiklah kamu
menimbangnya!"
Kui Ciang terperanjat.
"Apa...... apakah kau kehilangan tusuk kundai kemala itu?" ia
tanya isterinya.
"Bukannya tusuk kundai kemala naga-nagaan yang menjadi
landa mata," sahut sang isteri. "Itulah tusuk kundai kemala
yang aku biasa pakai setiap hari."
Kui Ciang menghela napas.
"Bagus!" katanya. "Kalau yang lenyap ialah tusuk kundai
naga nagaan itu, malu kita terhadap Su Toako. Apakah kakak-
kakakmu ketahui urusan surat dan tusuk kundai kemala itu?"
"Aku belum memberitahukan mereka. Mereka sangat
mengharap harap kedatanganmu, engko, mereka sebagai
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengharapi mendung di waktu musim kering, jikalau mereka


mendapat tahu, pasti mereka bakal bersusah hati. Pasti sulit
untuk mereka, mereka menahan kau atau tidak..."
Sian Nio berhenti sebentar, baru ia menambahkan, "Surat ini
membilang kau bakal tiba hari ini, mulanya aku ragu-ragu
mempercayainya
Maka itu aku terus berdiam saja menunggui kau. Aku pikir
untuk nanti berdamai dengan kau, engko. Sekarang,
bagaimana pikiranmu?"
Diluar dugaan, Kui Ciang berkata gagah, "Kita suami isteri,
mana dapat kita digertak orang? Seperti aku sudah bilang,
sebenarnya aku tidak ingin terlibat dalam urusan Jalan Hitam
ini, akan tetapi dengan adanya surat ini, sekarang aku
mengambil keputusan untuk berdiam di sini, aku bersedia
menempur Ceng Ceng Jie dan Khong Khong Jie!"
"Kalau begitu, kau benar!" berkata isteri itu. "Aku duga inilah
suratnya Khong Khong Jie! Katanya dia menjadi kakak
seperguruan dari Ceng Ceng Jie dan sangat kesohor
kepandaiannya sebagai pencuri, di kolong langit ini tanpa
lawan..."
"Aku juga pernah dengar perihal dia. Sekarang terbukti
liehaynya itu. Meski begitu, kita jangan takut, cukup asal kita
berlaku waspada."
Sian Nio berani seperti suaminya itu.
"Dengan kau berada di sisiku, walaupun ada musuh yang
terlebih liehay, aku tidak takut," katanya, perlahan tapi tetap.
"Kau belum lihat anak kita, pergilah kau melihatnya! Tahukah
kau hari ini hari apa? Hari ini justeru hari ulangnya satu bulan!"
Kamarnya Sian Nio ini bertetangga dengan sebuah kamar
lain yang dipakai untuk bayinya. Leng Ciok pun menyediakan
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dua orang bujang perempuan guna mengurus anak itu. Maka


juga, buat melihat anaknya, Kui Ciang mesti pergi ke kamar
yang satunya itu. Kebetulan anaknya lagi tidur nyenyak.
"Anak kita sehat sekali," kata Sian Nio. "Selama satu bulan
ini, belum pernah ada alamatnya dia menderita penyakit
sesuatu. Aku tidak tahu bagaimana wajah tunangannya..."
Menyebut tunangan anaknya, Sian Nio dan suaminya ingat
Keluarga Su, dengan lantas mereka jadi berduka.
Malam itu, suami isteri itu bicara lebih banyak pula. Masing-
masing menjelaskan pengalamannya sendiri sejak mereka
berpisah kira satu bulan itu. Sampai jam lima masih mereka
belum tidur. Justeru itu mendadak mereka mendengar satu
suara dan melihat sesuatu yang putih menyambar masuk dari
mulut jendela!
Suami isteri itu selamanya waspada. Dengan sebat sekali
Sian nio sudah menyerang dengan seraup jarum rahasianya,
sedang Kui Ciang dengan pedang terhunus menyusul berlompat
keluar, terus naik ke atas genteng.
Sian Nio pandai menggunai senjata rahasia, lebih-lebih jarum
rahasia bwe-hoa-ciam dan panah peluru kim kong sin-tan,
maka sungguh diluar dugaannya, jarum rahasianya itu tidak
memberi hasil apa-apa, tak ada suaranya sama sekali, suatu
tanda orang tak terlukakan sekalipun dengan sebatang
jarumnya.
Di atas genteng, Kui Ciang tidak melihat apa-apa. Ketika
memandang ke sekitarnya, ia mendapatkan suasana sunyi,
benteng Touw Ke Ce sedang tidur pulas, kecuali di depan dan
di belakang dengan tentu-* tentu terdengar suara si orang-
orang ronda.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia heran, ia menjadi penasaran. Ia lantas mengempos


tenaga dalamnya, guna mengasih dengar suara dengan "Toan
Im Jip Bit," ilmu meminjam suara halus tetapi jauh
terdengarnya.
Ia tanya, "Kalau kau mempunyai nyali untuk datang ke mari,
kenapa kau tidak mempunyai nyali untuk membuat
pertemuan?"
Suara itu tidak mendapat penyahutan, ada juga selang
sejenak, dari jauh terdengar suara "Hm!" beberapa kali, suara
tertawa dingin, yang disusuli dengan ini kata-kata, "Tak usahlah
kau terlalu keburu napsu...!" Suara itu pun halus, tetapi
orangnya tak nampak. Menurut dugaan Kui Ciang, orang yang
berbicara itu sudah meninggalkan benteng Touw Ke Ce kira
satu lie jauhnya!
Dengan cepat Sian Nio menyusul suaminya, berdiri di
belakang suaminya itu.
"Dia tak dapat disusul lagi!" kata suami itu, menyeringai.
"Ilmu ringan tubuh dia jauh melebihkan kepandaian kita
berdua!"
"Dia bukan cuma liehay ilmu ringan rubuhnya," kata sang
isteri. "Coba kau lihat..."
"Apa?" tanya Kui Ciang, heran.
"Kau lihat!" kata sang isteri, "Apakah kau mendapatkan
sebatang jarum juga di tanah atau di atas genteng ini?
Teranglah dia telah menyambuti seraup jarum rahasiaku itu!
Entah ilmu apa itu yang dia telah gunakan..."
Kui Ciang menginsafi kata-kata isterinya itu.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Karena kita tidak dapat menyusul dia, mari kita kembali ke


dalam," ia mengajak. "Kita lihat dia mengantar apa lagi untuk
kita......"
Sian Nio menurut, maka keduanya lompat turun dari
genteng, terus masuk ke kamar mereka.
Benar-benar mereka memperoleh sesuatu.
Di meja kecil di kepala pembaringan ada tertancap sebatang
golok liu-yap-too, ujungnya golok menusuk sehelai kertas.
Karena lemasnya golok, ujungnya masih terus bergoyang
perlahan. Itulah benda tadi yang berwarna putih mengkilap.
"Inilah permainan mengirim surat dengan perantaraan
golok!" kata Kui Ciang tertawa. Ia tidak takut atau berkecil hati.
"Dia menyangka dengan begini dia dapat menggertak mundur
padaku. Dia salah lihat!"
"Coba lihat dulu apa dia tulis!" sang isteri menganjuri.
Kui Ciang mencabut golok itu, mengambil kertasnya. Ia
membaca, "Lebih dahulu adat kehormatan, kemudian baru
mengangkat senjata! Dengan mengirim surat golok ini, aku
memberi tempo tiga hari kepadamu, supaya kau lekas
meninggalkan gunung ini!"
Di belakang itu ada tambahannya lagi, yang berbunyi,
"Jikalau kau memandang ringan pemberian ingat ini, maka aku
akan mengambil sesuatu yang kamu paling hargakan! Setelah
itu nanti kau bakal berduka dan menyesal seumur hidup kamu!"
Kui Ciang tertawa.
"Yang kami paling hargakan ialah jiwa kami!" katanya,
memandang enteng. "Kelihatannya dia orang liehay dan
terhormat, kenapa dia menggunai cara hina ini untuk
menggertak orang?"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ya, inilah aneh!" kata Sian Nio. "Inilah yang membuat aku
heran!"
Tiba-tiba Kui Ciang pun sadar. Memang aneh perbuatan
orang itu. Bukankah dia liehay? Buat apa dia berbuat begini?
Kenapa dia seperti jeri terhadap keluarga Touw? Bukankah,
kalau mereka bertempur, belum tahu siapa yang bakal menang
atau kalah? Kenapa kau terus-terusan dfberi ingat dan digertak
itu?
Ketika itu terdengar suara tindakan ramai mendatangi.
Tempo Kui Ciang membuka pintu kamar, buat melihat, ia
mendapatkan Touw Leng Ciok datang bersama-sama Leng Hu
dan Leng Cek serta Lam Ce In dan Tiat Mo Lek. Mereka
datangnya tanpa janji terlebih dulu. Itulah sebab mereka telah
mendapat dengar suara dan gerak-geriknya Kui Ciang dan
isterinya.
Kui Ciang lantas memberi lihat surat ancaman itu.
Muka Leng Ciok lantas berubah, terus ia berkata seorang
diri, "Inilah pasti perbuatan Khong Khong Jie. Kabarnya dialah
kakak seperguruan Ceng Ceng Jie dan sekarang dia datang
guna mendukung adik seperguruannya itu!"
Touw Leng Hu menjadi pemimpin Rimba Hijau di wilayah
Utara tetapi mendengar disebutnya nama Khong Khong Jie, air
mukanya lantas menjadi berubah. Itu menandakan bahwa
Khong Khong Jie benar-benar bukan sembarang orang.
Sebenarnya Khong Khong Jie muncul dalam dunia Sungai
Telaga baru beberapa tahun saja.
Toan Kui Ciang tertawa. Dia kata, "Toako, aku telah
memberikan . janjiku kepadamu, meski mesti mati, aku tidak
bakal menyesal. Aku tidak ambil mumat dia Ceng Ceng Jie atau
Khong Khong Jie, akan aku tempur mereka itu! Aku mau lihat

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Khong Khong Jie orang macam apa di dalam tempo tiga hari
dia bisa mengambil kepala di batang leherku ini!"
Kui Ciang menganggap kata-kata surat ancaman itu
mengenai "barang yang paling dihargakan" adalah batok
kepalanya.
Dengan perlahan Touw Leng Hu mendapat pulang
ketenangan
dirinya.
"Kui Ciang!" katanya tertawa pada iparnya itu, "Setelah
menyembunyikan diri sepuluh tahun, semangatmu gagah tak
kurang daripada dulu hari itu! Baiklah! Kau tidak takut, apapula
kami Touw Ke Ngo Houw, kami bukan bangsa takut mampus!
Segera aku menitahkan semua tauwbak membikin penjagaan
keras selama tiga hari ini! Siang dan malam kita mesti
waspada! Kita berjumlah besar, di sini juga ada Lam Tayhiap,
kenapa kita mesti takut pada Khong Khong Jie?"
Kata-kata jago Touw Ke Ce Ini dibuktikan dengan titahnya
yang diberikan kepada orang-orangnya, untuk semua
melakukan penjagaan dengan berhati-hati.
Toan Kui Ciang dan isterinya tidak berdiam saja, mereka
juga bergantian membantu melakukan pengawasan. Dalam
suasana tegang itu mereka berhasil tiga hari dan dua malam
tanpa terjadi sesuatu. Maka di malam ketiga, malam terakhir,
orang membuat penjagaan istimewa. Di mana-mana api
dipasang terang-terang dan semua orang seperti lupa tidur.
Sekalipun yang tidak bertugas, matanya turut tak dipejamkan.
Pada kira jam tiga maka di ujung barat laut perbentengan
telah terdengar satu suara nyaring jelas, "Khong Khong Jie
datang!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Toan Kui Ciang bersama isterinya berada di dalam kamar


ketika mereka mendapat dengar seruan itu. Touw Sian Nio
lantas menyambar busurnya, untuk pergi keluar, tetapi
suaminya mencegah.
Segera juga terdengar seruan serupa, yang datangnya dari
ujung timur laut.
"Khong Khong Jie datang!"
Beruntun empat kali suara itu mendengung, setiap kalinya di
ujung penjuru perbentengan.
Toan Kui Ciang terkejut juga. Hebat pihak lawan itu.
"Hm! Hm! Hm!" demikian ia lantas mendengar suara, yang
datangnya dari luar kamarnya. Ia mengenali baik, itulah suara
yang ia dengar pada beberapa malam yang lalu. Ia lantas
beseru dengan pedang di tangan, ia lompat keluar.
Justeru itu terdengar teriakannya Touw Sian Nio, "Celaka!,"
disusul dengan jeritan bayi yang menangis kaget, disusul pula
dengan teriakan bujang dan babu pengasuh yang berisik dan
kacau.
Satu bayangan tubuh yang hitam pun mencelat naik ke atas
genteng di belakang kamar, terus kabur ke arah barat. Saking
pesatnya, dalam sekejapan bayangan itu sudah melalui belasan
rumah.
Kui Ciang mimpi pun tidak bahwa Khong Khong Jie
mengarah bayinya, ia kaget bukan main, ia lantas lari mengejar
sekeras bisa, hingga dengan cepat ia telah meninggalkan
orang-orang di sebelah belakangnya.
Bagaikan angin, ia lari terus sampai di tepian gunung. Di
depan matanya ia melihat sesosok tubuh yang hitam, hanya di

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lain saat, benda hitam itu lenyap walaupun rembulan bercahaya


guram hingga mestinya ia masih bisa mendapat lihat!
Touw Sian Nio, yang menyusul, heran melihat sikap
suaminya itu, tanpa menanya lagi, ia dapat menduga kepada
hal buruk. Setelah menikah sepuluh tahun lebih, baru sekarang
mereka memperoleh putera, bisa dimengerti bahwa luar biasa
kesayangan mereka terhadap anak mereka.
Maka itu, ia berdiam mengawasi suaminya, yang pun
menjublak mengawasi padanya. Keduanya ruwet pikirannya
hingga mereka tak tahu harus mengucapkan apa.
Baru selang sejenak, Toan Kui Ciang dapat juga menguasai
harinya. Sang isteri sebaliknya tak dapat menahan keluarnya
airmatanya.
Tak lama tibalah Touw Leng Ciok beramai. Melihat
saudaranya sekalian, tak sanggup Sian Nio bertahan lagi, ia
lantas menangis, sembari menangis, ia kata, "Toako,
keponakanmu hilang...!"
Mukanya Leng Ciok menjadi merah. Ia jengah sekali.
"Liok-moay, kau sabar," kata ia, membujuk adik yang nomor
enam itu. "Mari kita pulang dulu untuk berdamai terlebih
jauh..."
Kui Ciang setuju, maka pulanglah mereka ke benteng.
Leng Ciok memanggil kumpul semua saudaranya, bersama-
sama mereka berapat di dalam kamar rahasia.
Keluarga Touw menjadi keluarga Rimba Hijau yang
berkenamaan selama puluhan tahun, kali ini walaupun mereka
berjaga-jaga keras, benteng mereka masih dapat didatangi
Khong Khong Jie, yang dapat masuk dengan merdeka, yang
merdeka juga mengambil barang apa yang disukainya, tentu

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sekali mereka gusar dan malu sekali. Itulah hinaan besar untuk
mereka!
Baru-baru ini mereka dipermainkan Ceng Ceng Jie, sekarang
lebih hebat lagi! Mana dapat mereka diam saja?
Lima saudara Touw itu gusar semua, dalam murkanya,
pikiran mereka pun kacau. Lantas ada yang menyarankan surat
tantangan terhadap Khong Khong Jie atau menyerbu ke rumah
Ong Pek Thong, guna membekuk semua anggauta
keluarganya, supaya orang-orang tawanan itu dapat dipakai
sebagai bahan pertukaran.
"Khong Khong Jie tak ketahuan tempat kediamannya,
kemana kita menyampaikan surat tantangan untuknya?" kata
Leng Ciok. "Kalau kita minta perantaraannya Ong Pek Thong
atau Ceng Ceng Jie, pasti itu bakal mendatangkan tertawaan
orang!"
Di dalam Rimba Persilatan ada aturan, surat tantangan mesti
disampaikan langsung kepada orang yang tersangkut sendiri,
kalau orang memakai perantara, itu menyatakan si penantang
tidak punya guna, lebih lagi kalau si perantara justeru
sahabatnya musuh. Keluarga Touw pemimpin Rimba Hijau, tak
dapat keluarga itu berbuat demikian.
Kata Leng Ciok kemudian, "Kalau begitu tidak ada lain jalan
daripada kita serbu Keluarga Ong untuk membekuk semua
anggautanya."
Toan Kui Ciang bangun berdiri.
"Seorang laki-laki mesti berbuat secara laki-laki juga!" kata
dia nyaring. "Khong Khong Jie menggunai cara rendah yang
busuk sekali, mana dapat kita menelad perbuatan buruknya
itu?"
Touw Leng Ciok menghela napas.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Begini tak dapat, begitu tak dapat, paling baik kita mengaku
kalah saja..." kata dia lesu. "Liok-moay, baiklah besok kamu
suami isteri pergi turun gunung, tak usah kau turut pula kami di
dalam air keruh ini... Kami hendak menyatakan kepada Ong
Pek Thong dan Ceng Ceng Jie bahwa kami sudah kalah dan
suka menyerah, lalu kami akan menyerahkan benteng kami ini
kepada mereka! Teranglah Khong Khong Jie menculik puteramu
sebab dia menghendaki kamu suami isteri mengundurkan diri,
jangan kamu campur urusan kami di sini. Jikalau kamu sudah
mundur, buat apa dia dengan anak kamu? Maka itu, tentu dia
bakal menyerahkannya pulang..."
Ketika itu Toan Kui Ciang mendapat satu pikiran. Ia ingat
besok ada hari perjanjian pertemuan di antara Ceng Ceng Jie
dan Touw Leng Ciok, itu artinya, besok Ceng Ceng Jie bakal
datang.
Maka ia lantas kata nyaring, "Toaku, kau keliru! Dengan kau
berbuat demikian bukan cuma nama Keluarga Touw menjadi
runtuh, aku si orang she Toan sendiri bakal tidak mempunyai
muka lagi untuk ditaruh dalam dunia Kang Ouw! Besok Ceng
Ceng Jie bakal datang, nanti aku tempur dia. Mungkin aku
bukan tandingannya tetapi aku mengharapi kemenangan, andai
kata aku berhasil, Khong Khong Jie tentulah bakal muncul
sendirinya. Maka itu waktu kami berdua saudara akan
menempur mati-matian kepadanya!"
Inilah yang diharap Leng Ciok dengan kata-katanya barusan.
Ia ingin kata-kata itu keluar sendiri dari mulutnya sang ipar.
Karena itu, ia lantas kata, "Moayhu termashur sekali, maaf, aku
kesalahan omong! Memang benar, seorang laki-laki lebih baik
terbinasa daripada terhina! Perkara telah menjadi begini rupa,
baik, mari kita mengadu }iwa kita! Mungkin sekali besok Khong
Khong Jie datang bersama adik seperguruannya!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sampai disitu rapat mereka, semua lantas keluar untuk


masing-masing beristirahat.
Toan Kui Ciang dan isterinya mencoba menyingkirkan
kedukaan mereka. Besok mereka akan menghadapi lawan
tangguh, maka keduanya lantas duduk bersemedhi, guna
mengumpul tenaga.
Kapan sang besok muncul, dari masih pagi sekali orang
sudah bangun tidur. Semua lantas merasa hati masing-masing
tegang sendirinya. Mereka sudah lantas siap sedia menanti
tibanya rombongan Ceng Ceng Jie.
Sampai siang, Ceng Ceng Jie belum juga datang. Orang
heran, orang membicarakannya, menduga-duga! Lawan datang
atau tidak? Kenapa lawan terlambat?
Tepat tengah hari, selagi orang menanti-nanti, mereka
mendengar tiga kali suara panah nyaring. Itulah tanda tangan
Rimba Hijau. Benar saja, habis itu terlihat masuknya seorang
tauwbak, yang terus berkata, "Ceng Ceng Jie sudah datang! Dia
minta bicara kepada cecu semua! Sekarang dia lagi menantikan
di depan gunung!"
Lima saudara Touw sudah lantas menjemput senjatanya
masing-masing, dengan cepat mereka bertindak keluar.
Kui Ciang mengikuti bersama isterinya dan Ce In serta Mo
Lek. Sebagai tetamu, atau setengah tetamu, mereka mesti
berjalan belakangan. Sampai di lapangan di luar, di sana cuma
nampak satu orang yang romannya mirip kunyuk.
"Dialah Ceng Ceng Jie..." Tiat Mo Lek membisiki Kui Ciang.
Janji kali ini janji di antara Ong Pek Thong dan Touw Leng Ciok,
guna suatu keputusan orang bertempur atau menakluk, benar
pihak Ong Pek Thong mengajukan surat yang terbubuhkan

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tanda tangannya berdua Ceng Ceng Jie, sebenarnya dialah


orang yang bersangkutan.
Seharusnya Ong Pek Thong muncul bersama sejumlah
orangnya. Maka itu aneh sekarang cuma Ceng Ceng Jie
seorang yang nampak. Karena orang heran, kembali hati
mereka dibikin tambah tegang.
Touw Leng Ciok dongkol sekali. Segera ia maju
menghampirkan. "Mana Ong Cecu?" dia tanya singkat,
suaranya kaku. Ceng Ceng Jie menjawab sambil tertawa,
"Apakah kau sudah rampung menulis surat pernyataan
taklukmu atau belum? Kalau sudah, mari serahkan padaku,
untuk aku bawa pulang, buat diserahkan lebih jauh pada Ong
Cecu! Setelah Ong Cecu menerima surat menaklukmu itu, pasti
dia akan datang sendiri kemari!"
Leng Ciok gusar bukan main. Dialah pemimpin suatu
rombongan Rimba Hijau, dia mendongkol sekali, hatinya panas.
Tapi dia dapat tertawa bergelak.
"Sekarang kau bicara urusan itu, apakah itu bukan masih
terlalu pagi?" dia tanya, sabar. "Kalau Ong Cecu tidak datang,
baiklah, urusan kedua pihak boleh ditunda dulu! Di sini ada
seorang sahabat yang ingin membuat perhitungan denganmu!"
Tanpa menanti lagi, Toan Kui Ciang bertindak ke depan. Ia
menghadapi Ceng Ceng Jie, untuk terus berkata dengan tawar,
"Bukankah kejadian semalam itu perbuatan kakak
seperguruanmu?"
Ceng Ceng Jie tertawa.
"Kejadian apakah itu?" ia tanya.
"Hm! Apakah kau tak takut menjadi malu kalau aku
menyebutkannya?" tanya Kui Ciang. "Jikalau kamu hendak
mencoba aku si orang she Toan, aku bersedia meluluskannya!
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kenapa kamu mesti menculik anakku yang baru berumur satu


bulan? Perbuatan itu perbuatan orang gagah dari golongan
manakah?"
Ceng Ceng Jie tertawa terbahak.
"Kiranya kau bicara dari kejadian tersebut itu?" dia
mengulangi. "Benar! Itulah perbuatan kakak seperguruanku!
Kakak seperguruanku menyayangi namamu yang besar, tak
ingin ia narnamu itu rusak hingga dirimu turut bercelaka, dari
itu dengan maksud baiknya, dia sudah berulang kali memberi
nasehat padamu, tetapi siapa suruh kau tidak mau mendengar
kata?"
"Fui!" Kui Ciang berludah. "Maksud baik demikian macam ini
cuma dapat diucapkan oleh seorang manusia hina dina!
Baiklah, kita jangan bicara saja! Mana saudaramu itu, suruh dia
datang menemui aku!"
"Awas!" kata Ceng Ceng Jie, suaranya dalam. "Kalau lagi
sekali kau caci kakak seperguruanku itu, nanti aku tidak mau
berlaku sungkan lagi kepadamu! Jangan kau berjumawa
dengan namamu yang terkenal sebagai tayhiap, seorang jago
besar, sebenarnya kakakku tak melihat, barang sebelah mata
juga! Masih terlalu pagi untuk kau menemui kakak
seperguruanku itu! Sebelum menemui dia, baik kau ketemukan
dulu pedangku ini! Bagaimana, kau maju seorang diri atau
kamu semua maju berbareng?"
---ooo0dw0ooo---

Jilid 8
Baru kata-kata itu habis diucapkan, atau Kui Ciang telah
menghunus pedangnya, diturut oleh penantangnya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Kamu menculik anakku, urusan ini tidak mengenai mereka


ini!” kata Kui Ciang, dingin. “Kamu berdua datang untuk Toan
Kui Ciang seorang, aku bersiap sendiri menemui kamu! Maka
itu, tak perduli kau datang sendiri, atau kau datang bersama
kakak seperguruanmu, si orang she Toan akan melayani kamu
sendiri saja!”
“Sungguh mulut besar!” Ceng Ceng Jie tertawa. “Tak kecewa
kau dipanggil tayhiap! Tapi anakmu itu bukan anakmu sendori,
dari itu aku masih memikir untuk belajar kenal dengan
pelurunya isterimu!”
Sian Nio mendongkol, dia lantas menjawab, “Peluruku tak
dipakai menghajar seorang rendah yang tak bernama! Sebentar
setelah kau dapat mengalahkan pedang suamiku, baru kau
bicara pula!”
Nyonya Toan bicara dengan tenang, tetapi nadanya keras.
Ceng Ceng Jie bersiul panjang dan nyaring, terus dia tertawa
lebar. Dia pun menyentil pedangnya.
“Baiklah, mari kita main-main!” katanya. “Kau menjadi
separuh tuan rumah, Toan Tayhiap, sebagai tetamu tak dapat
aku berlaku kurang ajar, maka kau mulailah! Silahkan!”
Toan Kui Ciang sangat jemu tetapi sebagai seorang tayhiap,
ia mau memegang tinggi martabatnya. Ia benar lantas
menyerang akan tetapi Cuma separuh, sebagai gertak.
“Bagus, ya!” bentak Ceng Ceng Jie mendongkol. “Bukankah
kau tak memandang mata padaku?”
Habis berkata, dengan luar biasa sebarnya, ia lantas
menikam. Ia pun menindak di tengah, tiong-kiong, suatu tanda
ia menantang sangat.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kui Ciang gusar sekali. Ia tidak bergeming. Ketika pedang


lawan tiba, mendadak ia menapas. Itulah jurus “Kim Peng Tian
Cie” atau “Garuda emas mementang sayap”.
Melihat perlawanan Kui Ciang, pihaknya pada bersorak
memuji, bukan karena orang she Toan menang, hanya cara
bersilatnya yang sempurna itu. Suara nyaring sekali lantas
terdengar, orang pun melihat muncratnya lelatu api.
Justeru itu tubuh Ceng Ceng Jie mencelat tinggi, dari atas ke
bawah, dia membacok hebat ke arah punggung lawannya, di
jalan darah Hong-hu.
Kui Ciang memutar tubuh sangat cepat, sembari mutai,
pedangnya berkelebat, maka untuk kedua kalinya senjata
mereka bentrok pula.
Ceng Ceng Jie berlompat mundur tiga tindak.
Kui’ Ciang menyerang sambil mengajukan diri, karena musuh
maju, ia maju dua tindak. Hampir-hampir ia tak dapat menahan
tubuhnya.
Itulah hebat. Benar mereka baru bertempur dua jurus tetapi
setiap serangan itu berbahaya bukan main. Siapa lambat sedikit
saja, pasti dia akan jadi kurban pedang.
“Benar-benar Toan Tayhiap liehay!” kata Ceng Ceng Jie.
Toan Kui Ciang berdiam, di dalam hati, ia jengah sendirinya.
Di dalam satu-dua gebrakan, tak dapat ia mengenali musuh
bersilat dengan ilmu silat partai mana.
Ceng Ceng Jie itu, habis memuji, sudah lantas menyerang
pula.
Sekarang keduanya sama-sama berlaku waspada, mata
dibuka tajam, kaki tangan bergerak cepat dan lincah

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Beginilah peristiwa itu, tepat kedua pedang bentrok, tepat


tiba peluru-pelurunya Touw Sian Nio. Kim-wan itu berat, Sian
Nio pun menggunai tenaga sepenuhnya. Si nyonya menarik
busurnya sampai menjadi bundar sekali. Maka hebat
menyambarnya sekalian pelurunya itu, mirip dengan hebatnya
jarum bwe-hoa-ciam.
Ceng Ceng Jie liehay, ia masih dapat menyambut ketiga
peluru itu. Sayangnya dia sekarang lagi menyerang Kui Ciang
dengan perhatian dan tenaga sepenuhnya. Tentu sekali dia
menjadi sangat repot. Kendati begitu, dia masih dapat
mementil balik dua buah peluru.
Adalah perluru yang ketiga, yang mengenai belakang
pedangnya. Tanpa dapat dipertahankan pedangnya itu tak lurus
lagi arahnya, akan tetapi, justeru dia meleset tak dapat melukai
Toan Kui Ciang, ujung pedang Kui Ciang sebaliknya
membuatnya terluka.
Semua orang terperanjat, mereka sampai melengak, semua
menahan napas. Sampai Ceng Ceng Jie sudah lenyap, masih
mereka tinggal menjublak. Barulah paling belakang Tiat Mo Lek
berseru dengan pujiannya, “Bagus!”
Maka semua orang sadar, lantas semuanya turut bersorak-
sorai.
Touw Leng Ciok maju, untuk memberi selamat kepada
iparnya, akan tetapi Toan Kui Ciang tetap tak bergembira
seperti semula, tak ada tanda-tandanya bahwa ia girang
dengan kemenangan.
Itulah sebab semenjak ia muncul dalam dunia Kang Ouw,
inilah yang pertama kali ia bertempur dengan mendapat
bantuan orang, tak perduli pembatu itu ialah isterinya. Ia
beranggapan kemenangannya bukan kemenangan dengan

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kementerengan, sedang kaburnya Ceng Ceng Jie tak dapat


terkejar olehnya...
Touw Leng Hu kata sambil tertawa, “Moayhu berhasil
melukai Ceng Ceng Jie, itu berarti penasaran kita telah
terlampiaskan. Sayangnya ialah dia masih dapat lolos...!”
Touw Sian Nio sebaliknya menghela napas. Kata ia, “Meski
kita menang, dia tapinya dapat kabur, maka itu, kepada siapa
kita minta pulung anak kita?”
“Sudah Liok-moay, jangan kau bersusah hati!” Touw Leng
ijiok menghibur. “Kecuali Khong Khong Jie dan Ong Pek Thong
suka menyerah, tak nanti mereka dapat tak memunculkan diri.
Sekarang mari kita pulang dulu untuk minum arak
kemenangan!”
Di dalam benteng orang lekas sekali dapat menyajikan
barang hidangan. Sambil tertawa nyaring, Touw Leng Ciok
kata, “Baru sepuluh tahun kita berpisah, Kui Ciang, ilmu
pedangmu maju pesat sekali! Khong Khong Jie dapat terlebih
liehay daripada Ceng Ceng Jie, tak nanti dia dapat melawan
kamu suami isteri!”
Tiat Mo Lek, dengan roman duka, turut berkata, “Khong
Khong Jie beberapa kali menggertak kouwthio, rupanya dia
telah mendapat lihat gelagat, rupanya dia merasa dialah
bukannya lawan kouwthio! Sekarang, setelah pertempuran ini,
aku kuatir dia tidak berani datang pula ke mari...”
Dua orang itu bicara secara bertentangan satu dengan lain.
Touw Leng Ciok hendak membesarkan hati Kui Ciang, Mo Lek
sebaliknya menunjuki kedukaannya dengan cara lain. Dia kuatir
kalau Khong Khong Jie tidak muncul, sukar untuk mendapatkan
pulang anak Kui Ciang.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Toan Kui Ciang menggeleng kepala, ia kata, “Mo Lek, tidak


dapat kau memandang enteng musuh secara demikian, seperti
caramu ini!”
Justeru itu mendadak Touw Leng Hu berseru, “Eh, apakah
itu?”
Tuan rumah ini berseru sambil matanya mengawasi ke
penglari, maka semua orang lainnya, yang terperanjat, turut
memandangnya ke arah itu.
Di atas penglari ada sesuatu yang tergantung.
Tanpa ayal lagi, Touw Leng Ciok menimpuk d«Eii)’,an hui-
too, golok terbangnya, membikin gantungan itu putus dan
barangnya jatuh, sedan)* Touw Leng Ciok bergerak
menyambutinya.
Itulah sebuah kotak kecil.
Sebagai ahli, Leng Ciok sudah lantas mendapat tahu kotak
itu tanpa pesawat rahasia, maka itu terus ia membuka
tutupnya. Maka ia mendapatkan di dalam kotak itu sehelai
kartu nama terbuat dari sehelai kertas merah.
Touw Sian Nio duduk di sisi kakaknya, dia melihat tegas,
lantas dia berseru heran, “Inilah kartu namanya Khong Khong
Jie!”
Touw-ke Ngo-houw – Lima Harimau Keluarga Touw – saling
mengawasi, semuanya tercengang. Di waktu siang terang
benderang, dan di muka orang banyak, Khong Khong Jie dapat
menggantung kotak kartu namanya itu di atas penglari dalam
ruang mereka berkumpul! Bukankah itu sangat luar biasa?
Selang sesaat, Touw Leng Ciok dapat menenangkan hatinya.
Lantas dia berseru, “Khong Khong Jie! Kau sudah datang,
kenapa kau tidak berani perlihatkan mukamu? Kenapa kau main

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bersembunyi seperti lakukanya hantu? Apakah caramu ini cara


seorang laki-laki?”
Belum lagi berhenti teguran itu, di antara mereka sudah
terdengar tertawa berkakak yang nyaring, dan belum lagi sirap
tertawa itu, di antara mereka terlihat berkelebatnya sesosok
tubuh, yang seperti burung melayang, lantas tiba di muka meja
perjamuan itu.

Orang itu juga terus berkata nyaring, “Sudah lama aku


datang ke mari! Apakah kamu semua buta mata kamu?”
Serentak semua hadirin bergerak bangun, dengan serentak
juga mereka menghunus senjata mereka. Kecuali Toan Kui
Ciang dan Lam Ce In, yang dapat menguasai dirinya masing-
masing. Karena bangunnya itu secara demikian, meja itu
terbentur, mangkuk dan cangkir terbalik tumpah isinya.
“Bagaimana, hai?” Khong Khong Jie berseru. Dia tertawa
nyaring pula. “Apakah kamu semua mau main keroyok?” *
Namanya Khong Khong Jie sudah terkenal selama beberapa
tahun yang paling belakang ini, akan tetapi di antara sekalian
tamu itu, baru sekarang mereka melihat orang punya potongan
tubuh dan wajah. Dialah orang dengan tubuh yang luar biasa.
Dia tinggi tak sampai lima kaki, sedang wajahnya ialah wajah
kebocah-bocahan, kepalanya gede. Selagi bicara itu, dia
menggeraki tangan dan kakinya, tingkah polahnya sangat
jumawa.
Selagi semua orang mengawasi, Kui Ciang mengajukan diri.
“Kecewa kepandaian kau yang liehay ini!” ia kata. “Kenapa
kau lakukan perbuatan seperti seorang pancalongok? Walaupun
berlipat kali kegagahan kau ini, tak dapat kau berlaku jumawa
begini!”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Kau sebaliknya, kecewa kau mendapat julukan tayhiap!”


Khong Khong Jie membaliki. Dia tertawa mengejek, “Kenapa
dengan tidak membedakan hitam atau putih kau membelai
segala penjahat besar Rimba Hijau? Apakah perbuatan kau ini
juga dapat dibuat menjadi kebanggaanmu ?”
Toan Kui Ciang melengak.
Touw Leng Ciok gusar sekali.
“Apakah Ong Pek Thong bukannya penjahat besar Rimba
Hijau?” dia tanya. “Dia juga tak jauh banyak terlebih baik
daripada kami! Kenapa kau juga menjadi tukang pukulnya itu?”
Khong Khong Jie tertawa lebar.
“Pertama-tama aku bukannya seorang tayhiap!” dia
menjawab. “Ong Pek Thong bersahabat denganku, maka itu
aku membantunya. Kedua, bicara dari hal kelakukan Rimba
Hijau, Ong Pek Thong kalah daripada tingkah kamu! Bukankah
perkara di Se Ke Chung perbuatan kamu? Sudah kamu hitam
makan hitam, kenapa juga membinasakan keluarga itu ayah
berikut anaknya? Ketika itu musim penyakit menular, kamu
justeru merampas obat-obatan itu, kamu menumpuknya!
Dengan begitu kamu menyebabkan kematiannya entah berapa
banyak jiwa! Kamu tahu atau tidak? Apakah kamu ingin supaya
aku membebernya satu demi satu semua perbuatan kamu?
Atau untuk berlaku adil, kau bicara dari keburukan Keluarga
Ong, lantas aku pun bicara kebusukan dari Keluarga Touw,
supaya dengan begitu Toan Tayhiap dapat menimbang!. Nanti
kamu boleh lihat, di antara kamu berdua, siapa yang perbuatan
jahatnya terlebih banyak! Bagaimana?”
Dua keluarga Ong dan Touw sama-sama keluarga penjahat
yang sudah “turun temurun,” selama beberapa puluh tahun ini.
Keluarga Touw jauh terlebih berpengaruh daripada Keluarga

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ong, maka bicara dari hal usaha mereka, sudah tentu lebih
banyak perbuatannya Keluarga Touw
Di mata kaum Rimba Hijau, semua perbuatan itu lumrah
saja. Di matanya Khong Khong Jie, itu lain lagi. Khong Khong
Jie menganggap perbuatan Touw Leng Ciok kepada sesama
kaum Rimba Hijau berlebihan, sebab dia suka membasmi
sampai di akar-akarnya, meski sebenarnya, yang dibasmi ialah
sesama Lvimba Hijau yang menjadi musuh-musuhnya, kalau
kaum saudagar, tidak ada yang diganggu jiwanya
Meski demikian, mendengar kata-kata Khong Khong Jie itu,
Toan Kui Ciang telah mesti mengeluarkan keringat dingin.
Ketika dulu hari Kui Ciang menikah dengan Touw Sian Nio,
tak lama dia mengajak isterinya pindah ke lain tempat, selama
sepuluh tahun, tak sudi dia mempunyai perhubungan lagi
dengan Keluarga Touw, keluarga isterinya itu.
Sebab dari itu ialah dia tak sudi ikut-ikutan sekalian iparnya
melanjuti pekerjaan mereka tanpa modal itu. Karenanya,
selama sepuluh tahun, dia tak tahu lagi segala perbuatan ipar-
iparnya itu.
Sekarang dia mendengar Khong Khong Jie membeber
rahasia itu, dia kaget sekali. Dia kata dalam hatinya, “Benar aku
tolol! Kenapa aku campur urusan air keruh ini?”
“Brak!” demikian terdengar suara nyaring pada meja, sebab
Touw
Leng Ciok menggepraknya.
“Kami melakukan usaha kami, mana dapat kami tidak
merampas dan tidak melukai orang?” dia tanya, bengis. “Meski
benar kami merampas obat dengan mana kami mencari
untung, itu bukannya pekerjaan yang dilakukan tanpa
memperbahayakan jiwa kami! Kau bocah, kau tidak tahu aturan
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kami kaum Jalan Hitam, maka itu kau baiklah jangan omong
banyak lagi!”
Touw Leng Hu juga turut bicara. Dia kata, “Kau
menyebutkan Keluarga Ong itu! Keluarga itu berkongkol
dengan sebawahannya An Lok San, dia meminjam tenaga
hamba negeri mencelakai sesama kaum Rimba Hijau! Itulah
perbuatan yang terlebih rendah lagi! Jikalau kau hendak bicara
memakai aturan, kita mesti pakai aturan Rimba Hijau! Mari kita
undang berkumpul semua jago Rimba Hijau, untuk mereka
yang menimbangnya!”
Khong Khong Jie tertawa.
“Aku tak mempunyai kebanyakan tempo!” kata dia.
“Jikalau begitu, jangan kau banyak omong lagi!” bentak
Touw Leng Ciok. “Baik kita menggunai aturan Rimba Hijau,
siapa yang menang dialah yang lebih kuat!”
Khong Khong Jie melirik.
“Toan Tayhiap!” dia tanya. “Kau bukan orang Jalan Hitam,
bagaimana pendapat kau?”
Semua persaudaraan Touw, berikut Touw Sian Nio,
mengawasi Toan Kui Ciang.
Orang she Toan itu bersangsi sebentar, baru ia menjawab
perlahan, “Perselisihan Rimba Hijau, tak aku perdulikan, tetapi
kau telah memuli! Anakku, kau menghina aku, maka tak dapat
tidak, aku mesti menempurmu!”
Kembali Khong Khong Jie tertawa lebar.
“Inilah kata-katamu yang aku harap-harap!” kata dia. “Aku
tahu sebelumnya kau dapat menempur aku, sulit untuk kau
membereskan soalmu dengan sanak keluargamu ini.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dia berhenti sebentar, lantas dia menambahkan, “Baik! Mari


kila tetapkan kata-kata kita! Jikalau kau kalah, tidak dapat kau
mencampur lalui lagi urusan dua keluarga Ong dan Touw ini!
Jikalau aku yang kalah, lvgitu juga dengan aku! Setelah kita
bertanding itu, tidak perduli siapa kalah dan siapa menang,
akan aku mengembalikan anakmu! Aku anggap syarat kita ini
pantas sekali, maka itu, bagaimana pikiran kau?”
Khong Khong Jie, terutama Ong Pek Thong, ingin sekali
mendesak Toan Kui Ciang tak mencampuri urusan
persengketaan kedua keluarga bukan disebabkan mereka takut
terhadap Toan Kui Ciang pribadi. Yang mereka kuatirkan ialah
Kui Ciang itu tersohor dan banyak sahabat atau kenalannya,
mereka takut sahabat-sahabat itu nanti dalang membantui.
Kalau itu sampai terjadi, bagaimana mereka bisa melawan?
Toan Kui Ciang setuju dengan usul Khong Khong Jie. “Aku
setuju dengan kau!” kata ia. “Silahkan hunus pedangmu I Mari
kita mencari keputusan!”
“Tunggu sebentar!” kata Khong Khong Jie. Dia berpaling
pada Touw Leng Ciok. Dia kata, “Aku dan Toan Tayhiap
berurusan menurut t ara kaum Rimba Persilatan! Bagaimana
dengan pihak kamu? Apakah kita menuruti aturan Rimba
Hijau?”
“Kau bersendirian di sini, habis aku mesti bicara dengan
siapa?” kata Leng Ciok tawar. Ini artinya, jikalau mereka toh
hendak bicara menurii! Aturan kaum Rimba Hijau, di situ Ong
Pek Thong mesti hadir.
Nama Khong Khong Jie telah melewati nama Ong Pek Thong
akan tetapi namanya itu baru berimbang dengan nama Touw
Leng Ciok, karena itu, dengan derajat seimbang, Khong Khong
Jie belum dapat mewakilkan

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pek Thong. Leng Ciok mau memegang martabatnya, maka ia


hendak bicara sendiri dengan Ong Pek Thong.
“Inilah mudah!” berkata Khong Khong Jie, yang nampak tak
jadi kurang senang. Mendadak ia bersiul nyaring dan lama.
Belum lama berhenti siulan itu maka dari arah luar terdengar
sambutan nyaring yang berbunyi, “Ong Pek Thong dari Yan San
datang mengunjungi Touw Cecu!”
Ong Pek Thong dan Khong Khong Jie telah berjanji matang,
begitu Khong Khong Jie dan Touw Leng Ciok selesai bicara atas
isyarat, ia mesti muncul. Ia datang tepat sekali, maka juga,
begitu siulan terdengar, begitu ia menjawab dan muncul di
muka benteng.
Leng Ciok terperanjat hingga air mukanya berubah. Ia dapat
lekas menenangkan diri, lantas ia memberikan perintahnya,
“Buka pintu benteng! Undang Ong Cecu masuk! Jangan
bersikap kurang hormat!”
Segera juga terlihat bertindak masuknya seorang berusia
enam puluh tahun, wajahnya bercahaya merah, tangannya
menuntun seorang nona yang umurnya baru enam atau
tujuhbelas tahun.
Nona itu melihat ke kiri dan kanan, agaknya dia sangat
gembira. Begitu dia berseru, “Eh paman! Kamu masih belum
mulai mengadu pedang?”
Khong Khong Jie tertawa.
“Pamanmu lagi menantikan tibanya ayahmu!” dia menjawab.
“Kenapa Cuma kau yang datang? Mana kakakmu?” Nona itu
tertawa manis.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Aku sengaja datang untuk menyaksikan keramaian!”


sahutnya. “Kakak kedatangan tetamu! Maka biarlah aku yang
menonton sendiri!”
Hati Lam Ce In bercekat. Tahulah ia sekarang pemuda
berbaju kuning yang itu hari memegat kereta ialah putera Ong
Pek Thdng ini. Ia lantas menduga-duga, “Tetamu siapa yang
mesti dilayani putera Ong Pek Thong itu? Apakah dia bukannya
He Leng Song?”
Ia ingat Nona He sebab hari itu ia melihat sikap si nona
terhadap si anak muda luar biasa sekali, menyaksikan itu, ia
merasa kurang enak.
Sekarang ia mendengar suaranya nona ini, keraslah
dugaannya itu. Ia heran. Mendengar keterangan orang itu,
harinya menjadi tidak tenteram. Sebisa-bisanya ia
menenteramkannya. Kata ia, “Aku perduli apa tetamunya itu
Nona He atau bukan?”
Ketika itu terdengar suaranya Ong Pek Thong, “Anak Yan,
kenapa kau sembrono sekali? Lekas kau memberi hormat
kepada Touw Pehu kau itu! Ah bocah ini, aku yang
menyebabkannya menjadi manja begini! Touw Toako, aku
minta sukalah memaafkannya!”
Touw Leng Ciok tertawa.
“Di antara saudara sendiri buat apa kita omong begini
sungkan!” katanya. ‘Baiklah kita segera membicarakan urusan
perdagangan kita hari ini!”
Ong Pek Thong mengawasi.
“Bukankah itu telah kamu bicarakan matang?” dia tanya.
“Kita * menurut aturan Rimba Hijau saja. Aku tak dapat
mengatakan lainnya lagi.”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Leng Ciok lantas berkata, membaca di luar kepala, “Yang


menang menjadi jago! Yang mati perkaranya tak ditarik
panjang! Yang kalah mesti mundur dari dunia Rimba Hijau
dengan sebawahannya semua mengikuti pimpinan yang baru,
tetapi yang tak sudi mengikut, dia dapat membubarkan dirinya
sendiri, Cuma dia tak dapat hidup pula sebagai orang Jalan
Hitam!”
“Setuju!” kata Ong Pek Thong. “Aturan ini kau ingat baik
sekali, Touw Toako! Kita memakai aturan ini! Hanya, Touw
Toako, buat guna kau, suka aku memberi nasehat...”
“Ong Toako, kau mempunyai nasehat berharga apa?” Touw
Leng Ciok tanya. “Aku yang muda senang sekali
mendengarnya!”
Demikian kedua kepala begal itu, mereka saling
membahasakan saudara satu dengan lain, hingga siapa yang
tak ketahui duduknya hal, tak nanti menyangka bahwa mereka
sebenarnya bermusuh mati-matian, bahwa segera juga mereka
bakal bertempur untuk mati atau hidup!
“Aku hendak bicara tentang pertempuran kita!” kata Ong Pek
Thong. “Bukankah kita memakai aturan Rimba Hijau? Aku
kuatir kaulah yang bakal menjadi pihak yang rugi! Ingat bahwa
kita adalah sahabat-sahabat dari beberapa puluh tahun! Jikalau
kita salah tangan, aku pasti bakal merasa tak enak hati! Maka
itu, aku pikir, baiklah kau mengundurkan diri saja, untuk mana
cukup asal kau membuat suatu surat perjanjian untukku...”
Nasihat itu berarti nasehat Touw Leng Ciok menyerah kalah
dan mengajukan surat pernyataan menakluk, habis mana Leng
Ciok mesti mengundurkan diri, supaya dia tak usah bercelaka
karena kalah bertanding.
Mendengar itu, Leng Ciok menjadi mendongkol sekali. Maka
ia tertawa terbahak-bahak.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Terima kasih untuk kebaikan hatimu ini, Ong Toako!” kata


ia. “Aku juga justeru mempunyai semacam pikiran untuk
dipakai memberi nasehat pada toako! Toako datang dari
tempat yang jauh, apabila lacur kau menampak kerugian,
apabila ada terjadi sesuatu atas dirimu, pasti aku akan sangat
bersusah hati!”
Kata-kata Touw Leng Ciok ini berarti bahwa sebagai tuan
rumah, ia berjumlah banyak dan bakal berbuat sebisanya guna
merebut kemenangan, sedang di pihak Ong Pek Thong, mereka
Cuma bertiga berikut anak daranya itu.
Ong Pek Thong menyambut nasehat itu dengan tertawa.
“Jikalau saudara Touw tak dapat menerima nasehatku, tak
bisa lain, terpaksa aku mesti mengiringi dan menemanimu!”
kata dia. “Baiklah, kedua pihak sudah bicara jelas, siapa mati
siapa hidup, dia paserah kepada Thian Yang Maha Kuasa! Jadi
tak usahlah ada yang bersusah hati nanti! Baik! Baik! Sekarang
mari kita mulai dengan mengadu pedang! Inilah pertandingan
yang sukar disaksikan selama seratus tahun!”
Khong Khong Ji lantas menggapai.
“Toan Tayhiap, mereka sudah selesai bicara!” katanya.
“Sekarang tinggal urusan kita! Cuma tadi masih ada sepatah
kata yang aku belum sempat ucapkan. Sudah lama aku
mendengar Nyonya Toan adalah jago wanita, karena itu apakah
dapat kita sekalian memakai aturan Rimba Hijau supaya
nyonyamu turut maju bersama?”
Perkataannya Khong Khong Jie ini berarti, disamping ia
menantang Touw Sian Nio, itu pun bermaksud, umpama kata
Kui Ciang kalah, maka Sian Nio harus tak mencampur tahu
lebih jauh urusan keluarga Touw, keluarganya itu. ‘
Kui Ciang mengerutkan alis. Ia berpaling kepada isterinya.^

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Baiklah!” katanya. “Kalau sebentar aku gagal, kau boleh


turut
maju!”
Toan Kui Ciang menginsafi liehaynya Khong Khong Jie, ia
percaya dalam pertandingan pedang ini ia tidak mempunyai
harapan. Bukankah melawan Ceng Ceng Jie saja sudah sulit
untuknya? Maka itu ia pikir, baiklah isterinya turut turun
tangan. Berterang terlebih baik daripada cara diam-diam.
Sian Nio mengerti, ia mengangguk. 1
“Toan Tayhiap!” Khong Khong Jie berkata pula, “Ketika tadi
kau melayani sute-ku, aku lihat kau suka mengalah
terhadapnya, maka itu sekarang, suka aku yang mengalah,
supaya kaulah yang menyerang terlebih dahulu!”
Kui Ciang terkejut juga. Dengan begitu menjadi ternyata,
tadi Khong Khong Jie telah menyaksikan pertempurannya
melawan Ceng Ceng Jie. Tapi ia tidak berayal. Ia lantas
menghunus pedangnya.
“Silahkan keluarkan pedangmu,” ia mengundang.
Sejak tadi Khong Khong Jie muncul dengan kedua tangannya
kosong, tetapi sebab ia menantang mengadu pedang, Kui Ciang
menyangka orang membekal joan-kiam, pedang lunak, yang
biasa disimpan melilit di pinggang.
Siapa tahu, atas undangannya itu, Khong Khong Jie kata
tawar, “Toan Tayhiap, aku minta tak usah sungkan-sungkan!
Kali ini kaulah yang turun tangan lebih dulu, silahkan kau
mulai!”
Kui Ciang menjadi gusar sekali.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Jadi kau hendak melawan pedangku dengan tangan


kosong?” kata dia keras. “Kalau begitu, biar bagaimana pun,
aku si orang she Toan tak dapat melayani kau!”
Khong Khong Jie tertawa.
“Maaf! Maaf!” katanya. “Toan Tayhiap menjadi ahli pedang
berkenamaan di jaman ini, mana berani aku melayani kau
dengan tangan kosong? Akan tetapi setiap orang mempunyai
senjatanya masing-masing yang istimewa, dari itu, tayhiap, tak
usahlah kau banyak usil! Sekarang ini sudah tidak siang lagi,
aku minta silahkan kau lekas mulai!”
Dalam mendongkolnya, Kui Ciang kata di dalam hari, “Ingin
aku lihat bagaimana kau mencabut pedangmu!”
Lantas ia menyerang dengan tipu silat “Burung walet
menggaris pasir,” mencari dada lawan itu. Begitu sinar putih
berkelebat, begitu ujung pedang tiba pada sasarannya.
Semua hadirin terperanjat. Semestinya Khong Khong Jie tak
mempunyai ketika lagi akan akan menghunus pedangnya,
pedang yang tak tahu di mana disimpannya, sebab tergantung
di pinggang tidak, terlibat tidak juga. Bahkan ada orang-orang
yang punggungnya mengeluarkan keringat dingin!
Justeru orang terperanjat itu, justeru orang mendengar
tertawanya Khong Khong Jie, yang terus berkata nyaring,
“Kehormatan mesti saling balas, ada pergi ada datang! Aku pun
hendak menggunai senjataku!”
Sebat luar biasa, pahlawannya Ong Pek Thong ini membalik
tangannya yang kanan, maka itu terdengarlah satu suara
nyaring, dari beradunya pedang, atas mana Toan Kui Ciang
terpaksa mesti mundur tiga tindak, sedang tubuhnya
terhuyung, sebisanya dia mencoba mempertahankannya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Baru sekaranglah orang melihat di tangan Khong Khong Jie


ada senjatanya, sebilah pedang yang sangat pendek, yang lebih
pendek daripada pisau belati yang umum. Senjata itu
disembunyikan di dalam tangan baju, mata liehay dari Kui
Ciang sampai tak melihatnya, baru setelah diserang, senjata itu
dikeluarkan dipakai menangkis, demikian hebat, hingga
bentrokan membuat si penyerang yang terpental mundur
sendirinya. Tangkisan juga dilakukan disaat ujung pedang
hampir mengenai dada.
Pedang Khong Khong Jie itu bersinar biru, tajamnya luar
biasa. Pedang Kui Ciang pedang mustika, akan tetapi sekarang,
bentrok dengan pedang lawan, pedang itu gompal sedikit,
hingga dia menjadi terkejut.
Menyusul bentrokan itu, selagi tubuh Kui Ciang belum berdiri
tegak, tubuh Khong Khong Jie sudah melesat maju. Ia hendak
membalas menyerang, kehendak itu diwujudkan segera.
Pedangnya yang tajam itu sudah lantas berkelebat di muka
lawannya.
Kui Ciang bukan musuh ringan walaupun barusan ia telah
terpental mundur, kendati belum sempat memasang kuda-
kuda, ia dapat mundur setindak, untuk mengelit diri. Setelah
mana, tak kalah sebarnya, ia menyerang pula dengan tipu silat
“Lie Kong memanah batu”. Hanyalah ini serangan menabas
lengan lawan, maka juga itu menyerupai serangan untuk
memecah tikaman lawan. ^
Khong Khong Jie memuji, “Hebat! Pantaslah orang
memperoleh gelaran tayhiap!”
Ia lantas menarik pulang lengannya, tubuhnya terus
berlompat ke samping kiri, dengan begitu sembari berlompat
itu, ia juga dapat meneruskan menyerang pula, mengarah jalan
darah jie-khie di iga lawan.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Orang semua kagum. Itulah serangan saling balas yang


dahsyat
sekali.
Kui Ciang kena terdesak, umpama kata ia “sukar bernapas”.
Ia mundur tetapi ia tidak menjadi gugup, gerakan pedangnya
tidak menjadi kalut, karena mana ia dapat membela diri sambil
menyerang juga. Cuma ia mesti main mundur.
Kalangan persilatan mengenal kata-kata “Satu dim pendek,
satu dim bahaya”. Inilah tepat bagi Khong Khong Jie, yang
pedangnya sangat pendek itu. Meski pedangnya istimewa, ia
toh dapat mendesak lawannya, seorang tayhiap.
Pertempuran berlanjut terus. Sinar kedua pedang berkilauan,
bergeraknya sangat cepat. Kui Ciang terus terdesak tetapi tetap
tak menjadi kacau.
Lam Ce In yang gagah berdebaran hatinya menyaksikan
pertempuran itu.
“Jikalau Toan Tayhiap tidak sangat tabah hati, tentulah
siang-siang ia telah kena dipecundangi...” ia pikir.
Ketika Kui Ciang menempur Ceng Ceng Jie, selama setengah
jam belum pernah ia mundur satu tindak juga, akan tetapi kali
ini menghadapi Khong Khong Jie, suheng atau kakak
seperguruan Ceng Ceng Jie, dengan lantas ia dipaksa mundur,
bahkan tubuhnya terpelanting terhuyung, dari situ orang bisa
menerka liehaynya Khong Khong Jie. Maka juga orang
mengawasi pertempuran dengan hati tegang.
Kui Ciang mesti mundur atau berkelit ke kiri dan kanan. Tak
juga ia dapat lolos dari serangan bertubi-tubi dari lawannya.
Pedang pendek Khong Khong Jie bergerak sangat cepat dan
liehay, selalu mengancam di depan, kiri atau kanan, menabas
atau menikam.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Touw Sian Nio memasang mata, akhirnya ia menyiapkan


senjata rahasianya.
Dalam hal kepandaian menggunai senjata rahasia, Sian Nio
sudah mencapai puncak kemahiran. Ia dapat menyerang
berbareng dengan dua-dua tangannya, tangan yang kanan
dengan tujuh biji kim-wan atau “Peluru emas,” tangan yang kiri
dengan seraup bwe-hoa-ciam, jarum mirip bunga Bwe.
Demikian, apabila si nyonya telah melihat saatnya, tanpa
ayal lagi ia melakukan serangannya yang berbahaya itu. Tujuh
kim-wan mencari tujuh jalan darah lawan dan seraup jarum
menuju langsung ke muka.
Karena jarak mereka berdua dekat, dapat dimengerti lebih
hebatnya lagi serangan itu.
“ Orang terkejut. Umumnya mereka menganggap Khong
Khong Jie terancam bahaya hebat. Paling juga dia dapat
menyingkir dari peluru, tidak dari jarum rahasia.
Atas serangan itu, Khong Khong Jie berseru, “Senjata rahasia
yang
liehay!”
Segera pedangnya berkelebat dan tubuhnya mencelat.
Segera terdengar suara nyaring dari beradunya senjata-senjata
tajam berulang-ulang, disusul dengan jeritan, “Aduh!” tiga kali
yang datang dari sisi gelanggang pertempuran.
Tujuh Kim-wan kena tersampok mental.
Touw Leng Ciok kaget. Dengan tameng kim-pay, ia
menyampok sebuah peluru yang meletik ke arahnya. Touw
Leng Hu dan Touw Leng Cek, yang berada di kiri dan kanannya
tidak terluka, tetapi adik mereka yang nomor lima, Touw Leng

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tam, terkena tulang keringnya. Dua kurban lainnya, ialah dua


tauw-bak, yang terhajar embun-embunannya.
Habis menyelamatkan diri, Khong Khong Jie tertawa.
“Jarum juga ingin aku kembalikan pada kamu!” katanya,
yang lantas menggeraki pedangnya.
Untuk herannya semua orang, seraup jarum bwe-hoa-ciam
berkumpul menjadi satu di ujung pedang pendek, seperti juga
ujung pedang itu ada besi beraninya. Ketika pedang dikibaskan,
semua jarum itu buyar hancur, terbang seperti bunga rontok.
Touw Sian Nio gagah dan tabah tapi toh dia kaget sekali,
hingga mukanya menjadi pucat. Tak ia sangka musuh demikian
liehay.
Habis itu, Khong Khong Jie berseru pula, “Toan Hujin, aku
telah belajar kenal dengan pelbagai senjata rahasiamu, maka
sekarang masih ada ilmu golokmu Yu-sin Pat-kwa-too! Aku kira
toh kau tak berkeberatari untuk memberi pelajaran itu padaku!”
Selagi berkata itu, Khong Khong Jie tidak berdiam saja, terus
ia menempur Kui Ciang, terus ia mendesak mundur lawannya
itu, sampai Kui Ciang mundur lagi tiga tindak.
Touw Sian Nio menyambuti, “Baiklah, kami berdua suami
isteri akan melayani kau!”
Lantas ia mengeluarkan sepasang golok tipis dan lemas, liu-
yap-too, untuk lompat menyerang. Goloknya itu satu panjang,
satu lagi pendek.
Sian Nio sangat disayang ayahnya, ia pun cerdas dan rajin,
maka ia berhasil mewariskan semua kepandaian ayahnya itu,
dan ilmu golok Pat-kwa itu, Yu-sin Pat-kwa-too, merupakan
salah satu yang istimewa.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Khong Khong Jie ketahui tentang ilmu golok itu, dengan


berani ia menantangnya.
Sinar golok lantas berkeredepan mengurung lawan,
membantui Kui Ciang. Tubuhnya Sian Nio pun sebat sekali
mengimbangi bergeraknya golok itu. Maka celakalah kalau
orang kalah gesit melayaninya.
Dengan majunya isterinya, semangat Kui Ciang bertambah,
pedangnya lantas bergerak lebih hebat. Ia terdesak tapi tetap
ia tak dibikin kelabakan, ia dapat berlaku tabah dan sebat.
Segera juga Khong Khong Jie tak dapat mendesak lebih jauh
pada Kui Ciang. Dia mesti memecah perhatian, guna berjaga-
jaga dari kedua goloknya Sian Nio.
Kui Ciang berbesar hati tetapi berbareng ia merasa malu
sendirinya. Di dalam hatinya ia mengeluh, “Aku malu...”
Itulah sebab, sebagai tayhiap, seorang jago, ia mesti
menempur musuh dengan main keroyok! Sudah begitu, musuh
pun tetap tangguh!
Touw Leng Ciok senang melihat suami isteri itu telah turun
bersama menghalang Khong Khong Jie, akan tetapi lega
hatinya tidak lama atau mendadak ia menjadi terperanjat.
Itulah sebab dengan tiba-tiba Khong Khong Jie berseru
nyaring, sambil berseru, dia merubah siasat berkelahinya, dia
terus melakukan serangan pembalasan. Begitu hebat dia
mempergunakan pedang pendeknya, Kui Ciang dan isterinya
seperti terkurung sinar pedang.
Khong Khong Jie berlompatan gesit ke pelbagai penjuru
guna mengurung sepasang suami isteri itu.
Disampingnya pandai itu, Khong Khong Jie cerdas sekali.
Didalam tempo yang pendek ia telah memperhatikan ilmu golok

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sian Nio, habis mana, ia melakukan serangan membalasnya itu,


hingga ia segera menjadi si penyerang pula.
Ilmu golok Touw Sian Nio membutuhkan kelincahan tubuh,
supaya ia dapat bergerak dengan merdeka dan gesit ke empat
penjuru. Hal ini dapat diterka Khong Khong Jie, lantas Khong
Khong Jie mengatasinya.
Khong Khong Jie dapat melakukan itu karena ia menang
unggul dalam ilmu ringan tubuh. Bahkan selain Sian Nio,
pedang Kui Ciang turut kena dikekang oleh kesehatannya itu.
Di antara para hadirin, kecuali Lam Ce In dan Touw Leng
Ciok, tak ada yang lantas melihat perubahan itu. Di mata biasa,
mereka itu bertiga saling menyerang sama hebatnya. Orang
umumnya merasa tegang sendiri karena kehebatan
pertempuran itu.
“Inilah berbahaya,” pikir Leng Ciok setelah ia menyaksikan
pula
sekian lama.
Ia tidak mau menanti ketika lagi, tanpa pikir banyak-banyak,
ia lantas bertindak. Mulanya ia melirik kepada saudara-
saudaranya dan mengedipi mata, habis itu ia berseru, “Ong
Cecu, mari kita membantu meramaikan!”
Lalu ia memutar kim-paynya dan tanpa menanti jawabannya
Ong Pek Thong, ia lompat menyerang saingan itu, yang diarah
batok kepalanya!.
Menyusuli gerakan kakaknya itu, Touw Leng Hu mengulur
tangannya yang panjang menyerang pada Ong Yan Ie!
Touw Leng Ciok menjadi tertua dari Touw-ke Ngo-houw –
Lima Harimau Keluarga Touw, dia pun menjadi pemimpin
Rimba Hijau, kepandaiannya dapat dimengerti, dia tak dapat

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dipandang ringan, akan tetapi diserang hebat si nona, meski


dia tidak lantas terlukakan, dia toh terdesak mundur berulang-
ulang.
Menampak demikian Touw Leng Hu lantas berseru, tak
menghiraukan balutan lukanya, ia maju sambil memutar
goloknya, guna menyerang nona itu.
Touw Leng Sin bersama Touw Leng Cek dan Touw Leng Tam
telah menurut buat, mereka juga menghunus senjatanya
masing-masing, serentak mereka maju mengepung puterinya
Ong Pek Thong.
Ong Yan Ie benar-benar bernyali besar, bukannya dia
mundur atau berkuatir, dia justeru tertawa nyaring. Kata dia
dengan gembira, “Akan aku menemani beberapa paman Touw
ini main-main! Ayah, kau duduk saja menonton keramaian!”
Sembari berkata begitu, dia bekerja terus.
Dengan gerakan “Menunjuk langit menggaris bumi,” Nona
Ong menikam Touw Leng Sin di kirinya, lalu ke kanan, dia
menabas kepada Touw Leng Tam.
Leng Tam masih dibalut kakinya, tulang keringnya bekas
dihajar peluru emas nyasar dari Sian Nio, karena itu
gerakannya tak sebat lagi, justeru itu si nona menyerang
dengan cepat luar biasa, segera dia menjerit keras dan
tubuhnya roboh terguling. Ujung pedang si nona berhasil
menabas dengkulnya.
Dengan robohnya ini satu penyerang, pengepungan menjadi
meninggalkan sebuah lowongan kosong.
Ong Pek Thong bertindak keluar, dengan angkuh dia duduk
di tengah-tengah Cie Gie Thia, ruang rapat. Itulah “Kursi
Kebesarannya” Touw Leng Ciok, kursi yang memakai alas kulit
harimau. Sembari duduk itu dia .tertawa terbahak-bahak, terus
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dia berkata nyaring, “Inilah dia anak kerbau yang tak takut
harimau! Baiklah, ayahmu akan menonton keramaian ini! Anak
Yan, berhati-hatilah!”
Kui Ciang melihat kelima Harimau maju tanpa menghiraukan
lagi kehormatan Rimba Persilatan, ia menjadi masgul dan
menyesal, tidak ayal lagi ia mengibaskan pedangnya, untuk
lompat keluar kalangan, untuk terus berkata nyaring, “Khong
Khong Jie, aku menyerah kalah! Sian Nio, mari kita pergi!”
Sebenarnya, kalau mereka bertarung terus, suami isteri ini
masih dapat bertahan sekian lama, tetapi keadaan membikin
tayhiap itu putus asa. Maka ia mengambil keputusan itu tanpa
memperdulikan ia bakal ditertawakan orang atau tidak...
Hati Sian Nio gentar. Inilah ia tidak sangka. Tentu sekali, ia
lantas menjadi bingung. Ia harus turut suaminya itu atau tetap
membelai kakak-kakaknya?
Kelima kakak itu lagi menghadapi saat mati hidup!
Sebaliknya ia melihat suaminya sudah bertindak di ambang
pintu! Kalau ia tidak ikut suaminya itu maka putuslah cinta
kasih suami isteri yang sudah berjalan sepuluh tahun itu!
Mereka tentu akan berpisah buat selama-lamanya...
Khong Khong Jie tertawa terbahak. Dia menyimpan
pedangnya ke dalam sarungnya.
“Terima kasih yang kau suka mengalah!” katanya nyaring.
“Di dalam tempo tiga bulan, akan aku menantikan di kuil Ceng
Hong Koan di gunung Giok Sie San di kota Liang-ciu!
Sembarang waktu kamu suami isteri yang mulia dapat datang
untuk mengambil pulang anak kamu!”
Touw Sian Nio melengak. Dia memang telah keluar kata,
kalau dia kalah, dia tak bakal memperdulikan lagi urusan kakak-

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kakaknya, sekarang suaranya Khong Khong Jie memberi ingat


dan menyadarkan dia pada janjinya itu.
Dialah wanita jantan, dia menjunjung kehormatan dan
kepercayaan, tak dapat dia melanggar itu. Maka itu, setelah
berdiam sejenak, tak perduli hatinya nyeri, dia lantas
menyimpan sepasang goloknya, dengan tindakan limbung, dia
menyusul suaminya ke pintu. Dia berkepala pusing, matanya
berkunang-kunang. Sudah begitu, dia pun tak berani menoleh
untuk memandang lagi pada saudara-saudaranya.
Kui Ciang melihat isterinya terhuyung, ia lompat untuk
memegangi, maka dengan separuh dipepayang, Sian Nio turut
suaminya meninggalkan gelanggang, buat lari turun dari
gunung.
Khong Khong Jie membiarkan orang berlalu, sambil tertawa
dia kata pada Ong Pek Thong, “Ong Toako, sekarang pun
datang ketikaku untuk menonton keramaian! Ha, ha! Bagus,
bagus, keponakanku!” Dia menyerukan Yan Ie, “Bagus ilmu
pedangmu! Aku lihat, tak usah sampai lagi sepuluh tahun, dia
pasti bakal menyandak ilmu pedangku!”
“Saudara, kau terlalu mengangkat tinggi, kau terlalu memuji
bocah itu!” menyambut Ong Pek Thong, tertawa. “Sebagai
paman, seharusnya saja kau mendidik lebih jauh kepada
keponakanmu itu!”
“Baik!” seru Khong Khong Jie, yang memberi janjinya. “Anak
ini Cuma kurang latihannya! Nah, lihatlah itu, jurus itu mestinya
dikendorkan sedikit, dia mesti menanti sampai lawan
menyerang, baru dia menabas lengannya! Nah, itu pun terlalu
ke kanan! Oh, lekas, lekas gunai jurus ‘Bintang melayang-
layang’! Ah, sayang, sayang!”
Khong Khong Jie bersama Ong Pek Thong duduk
berhadapan, berbicara dengan asyik, seperti juga di sisi mereka
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tidak ada or^ng lain, sedang sebenarnya di dekat mereka


orang lagi bertempur maty-matian. Mereka menganggap
pertempuran itu bagaikan permainan. Si nona, dengan
mendapat pelbagai petunjuk dari samping, berkelahi semakin
hebat.
Sebenarnya, persaudaraan Touw, dengan lima lawan satu,
masih berkelebihan tenaga untuk mengalahkan si nona, tak
perduli mereka kekurangan Touw Leng Kam dan Touw Leng Hu
yang, karena memandang enteng kepada musuh, sudah kutung
sebelah tangannya, hingga mereka berempat memiliki tinggal
tujuh buah lengannya, hanya sayang setelah berlalunya Toan
Kui Ciang suami isteri, orang-orang Touw Ke Ce telah
kehilangan semangatnya.
Kempat saudara itu, dengan beradanya Khong Khong Jie,
telah gentar hatinya, apapula jago itu tak hentinya memberi
petunjuk pada nona lawannya.
Touw Leng Ciok berkuatir dan bergusar sekali, hingga ia
menjadi nekad, sambil mengertak gigi, dengan sepasang pay-
nya ia melakukan serangan mati-matian, untuk mati bersama
dengan musuhnya. Ia menerjang berikut tubuhnya yang
ditubrukkan. Ia bertubuh tinggi dan besar, berikut pay-nya itu,
ia bagaikan bukit roboh...
Melihat cara menyerang hebat itu, Khong Khong Jie berkata,
“Hok-te Keng-liong-kiam!”
Si nona sudah lantas menjatuhkan dirinya, begitu jatuh,
pedangnya menyambar.
Dengan satu suara keras, kaki kiri Touw Leng Ciok sebatas
dengkul kena terbabat putus. Liehay sekali si nona
melaksanakan petunjuk itu, petunjuk tipu silat pedang “Naga
mendekam”. Habis itu si nona berlompat bangun dengan
gerakan “Le-hie Ta-teng” atau “Ikan gabus meletik”. Berbareng
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengan bangun berdiri itu, selagi lawannya kaget dan


kesakitan, ia menendang terlepas sebatang golok lawannya itu.
Sembari tertawa, ia tanya ayahnya, “Ayah, biarkan mulut
hidup atau jangan?”
Itulah pertanyaan yang berarti musuh harus dibiarkan hidup
atau
tidak...
Belum sempat Ong Pek Thong menjawab puterinya itu,
Touw Leng Ciok sudah berteriak terhadapnya, “Ong Pek Thong,
meskipun aku menjadi hantu, akan aku balas sakit hati ini! Tak
Nanti aku memohon ampun!”
Habis berseru itu, mendadak dengan pay-nya – kim-pay – ia
menghajar kepalanya sendiri!
Maka pecahlah kepala jago Touw Ke Ce Ini, tubuhnya
terguling, nyawanya terbang melayang...
Tiat Mo Lek menyaksikan ayah angkat itu terbinasa, hatinya
terasakan hancur. Maka ia pun menjadi nekad. Dengan lantas
ia mencabut goloknya, untuk maju menerjang, guna
membunuh si nona.
Hanya baru sebelah kakinya bertindak atau sebelah
lengannya menjadi kaku sendirinya, terus disusul dengan lunak
lemas seluruh tubuhnya, hingga ia mesti berdiam saja tak
dapat bergerak.
Ketika ia menoleh, karena ia tahu orang telah totok padanya,
ia melihat Lam Ce In lagi mencekal lengannya yang kaku itu
dan Ce In terus berbisik padanya, “Mo Lek, sekali-kali jangan
kau turun tangan!”
Baru setelah itu terdengar jawaban Ong Pek Thong kepada
anaknya, “Melepas harimau mudah, menangkapnya sukar,
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

maka itu karena lima Harimau dari Touw Ke Ce tak takluk pada
kami Keluarga Ong, haruslah membabat rumput berikut
akarnya, satu juga tak dapat ampun!”
“Baik ayah, aku turut perintah!” berseru si nona dengan
penyahutannya tanda mengerti, terus dia menghadapi Touw
Leng Ciok, untuk berkata sambil tertawa manis, “Paman Touw,
aku telah menerima perintah ayahku, hari ini ingin aku memberi
selamat jalan kepadamu!”
Kata-kata itu ditutup dengan satu tabasan, maka Leng Ciok
roboh tanpa ampun pula.
Matanya Touw Leng Hu menjadi merah, dalam gusarnya itu,
ia berlompat kepada si nona. Nona itu sebaliknya sangat
waspada dan gesit, ia mendahului menyambut dengan
tikamannya ke ulu hati di mana pedangnya nancap!
Touw Leng Sin menjadi nekad. Didalam ilmu silat, dia Cuma
dibawahan kakak tuanya. Dia berteriak, “Ong Pek Thong, akan
aku adu jiwaku denganmu!”
Tanpa menanti si nona menerjang kepadanya, dia lompat
kepada Ong Pek Thong, guna menghajarnya dengan
tongkatnya. Si nona sebaliknya sudah lantas bergerak, guna
menyusul padanya. Sebat sekali nona itu mencabut pedangnya
dan berlompat.
Ong Pek Thong sendiri tertawa berkakak dan menjawab,
“Touw Lao-jie, aku masih ingin hidup beberapa tahun lagi! Baik
kau berangkat terlebih dulu supaya kau dapat berkumpul
bersama saudara-saudaramu!”
Touw Leng Sin tidak menjawab ejekan itu, tongkatnya sudah
turun ke arah musuh, atau mendadak punggungnya terasa
dingin dan sakit, karena pedang si nona sudah nancap di
punggungnya itu!

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lam Ce In menyaksikan kejadian itu, ia anggap si nona


terlalu telengas, maka juga meski ia sudah menyatakan tidak
campur urusan kedua keluarga itu, ia panas hatinya, ia gusar
sekali.
Ketika itu di dalam ruang itu ada belasan tauwbak Touw Ke
Ce, semuanya pengikut-pengikut lama Keluarga Touw, mereka
semua setia kepada pemimpin mereka, maka dari itu,”semua
mata mereka menjadi merah, tanpa perdulikan apa lagi,
mereka maju menyerang nona itu.
Si nona menyambut belasan penyerangnya. Ia menunjuki
kelincahannya. Bagaikan cecapung memain di air atau kupu-
kupu beterbangan di antara bunga, ia berputaran disekitar
lawan-lawannya, atau nyeplos molos di sisi mereka itu.
Setiap ia menyerang, ia mengarah bagian-bagian anggauta
yang berbahaya, maka selang sekian lama, sudah tujuh atau
delapan musuh yang roboh terluka.
Ong Pek Thong mengerutkan alis memandang pertempuran
macam itu, kata dia, “Touw Lao-toa memerintahkan orang-
orang semacam ini maju menjual jiwa untuknya, sungguh tak
kecewa dia menjadi kepala Rimba Hijau, dia menyebabkan
orang kagum terhadapnya! Dengan begini bolehlah dia nanti
mati dengan mata meram!”
Ce In mengertak gigi, ia menahan diri sebisa-bisa. Ia kata
berulang-ulang dalam hatinya, “Tak dapat aku turut terlibat
dalam arus mata air ini! Tak dapat aku turut terlibat dalam arus
mata air ini! Sekalipun untuk Tiat Mo Lek, tidak dapat aku kena
terlibat arus mata air ini!”
Lantas ia menarik tangannya Mo Lek, buat diajak pergi dari
tempat yang keruh itu.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tiba-tiba satu sinar pedang berkelebat dan seorang nona


menegur bengis, “Mau pergi kemana?”
Pedang itu menyambar dengan satu tipu silat yang
berbahaya kepada Lam Pat.
Ce In berkeliat, dengan mengangkat tangannya, ia menekan
pedang itu.
Si nona terperanjat hingga dia melengak. Dia merasakan
telapakannya panas akibat tekanan atau tolakan itu. Ketika ini
digunai Ce In mengajak Mo Lek berjalan terus.
“Kau siapa?” si nona membentak setelah dia sadar. Kembali
dia menyerang dengan pedangnya yang liehay itu. Kali ini dia
menggunai tikaman “Bianglala putih menutupi matahari”.
Karena Ce In sudah lewat, dia menikam punggung orang she
Lam itu.
Ce In ketahui datangnya serangan, ia menangkis ke
belakang.
Orang segera mendengar suara saling susul, “Sret!” dan
“Tiang!”
Itulah suara dari robeknya baju Ce In dan mentalnya pedang
si nona. Tangkisan Ce In sedikit terlambat tapi toh masih
mengenai sasarannya.
Si nona terkejut. Pedangnya tersampok hampir terlepas. Tapi
ia tidak menjadi takut, bahkan tanpa bersangsi ia lompat lebih
jauh, guna melewati Ce In berdua, guna menghadang pula.
Ia tertawa dan kata, “Aku tidak sangka paman Touw dapat
menyembunyikan seorang yang liehay! Beritahukan namamu,
lantas kita mencoba-coba pula!”
Ce In menghela napas dalam hatinya. Ia pikir, “Dia masih
begini muda tetapi dia sudah telengas sekali, aku kuatir
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dibelakang hari dunia Rimba Persilatan bakal tambah dengan


satu hantu baru...”
“Eh, kenapa kau tidak mau bicara?” si nona menegur
kembali sambil tertawa. “Apakah kau jeri terhadap paman
Khong Khong Jie itu? Kalau benar begitu, jangan kau kuatir!
Aku tak usah dibantu dia! Sebenarnya siapakah kau?”
Ce In melintangi pedang di depan dadanya.
“Aku Lam Ce In dari Gui-ciu!” sahutnya. “Aku mengantarkan
Toan Tayhiap datang ke mari, aku bukan bala bantuan yang
diundang Keluarga Touw! Aku juga tidak memikir mencampuri
keruwetan kamu kedua keluarga. Jikalau nona berkukuh
hendak memberi pengajaran kepadaku, nah, terpaksa aku si
orang she In akan menemani juga padamu!”
Mendengar itu, Ong Pek Thong sudah lantas berlompat
bangun sambil berseru. Dia pun kata, “Oh, kiranya Lam
Tayhiap! Anak Yan, jangan kurang ajar!”
Tapi si nona menanya, “Jadinya kaulah yang telah melukai
kakakku? Ayah...!”
Dia seperti memohon ayahnya mengijinkannya turun tangan
Ong Pek Thong mendengar panggilan “Ayah” itu, ia
mengasih dengar suaranya yang bengis, “Anak Yan, kau
kembali! Jangan rewel!”
Ia lantas bangun, untuk lekas memberi hormat pada Ce In.
Ia kata, “Kemarin ini anakku tak tahu apa-apa, dia telah berlaku
kurang hormat kepada kau, tayhiap, untuk itu aku minta
sukalah kau memberi maaf.”
Sikap itu halus dan hormat, beda dengan sikapnya
menghadapi Keluarga Touw. Mau atau tidak, Ce In menjadi
heran.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dalam dunia Kang Ouw, “Muka” adalah soal paling penting.


Maka disana ada pepatah, “Orang menghormati orang satu
tombak”. Maka itu Ce In, walaupun ia tak puas, ia mesti
membalas hormatnya Pek Thong.
Ia kata, “Aku si orang she Lam tak ketahui pemuda itu ialah
putera Ong Cecu, aku menyesal, harap maaf!”
Ia hanya hening sejenak, lantas ia menambahkan, “Aku
datang bersama Toan Tayhiap, aku harus pergi bersama dia,
karena itu apakah cecu dapat mengijinkan aku berlalu?”
Ong Pek Thong tertawa.
“Karena Lam Tayhiap bukan orang Touw Ke Ce, sudah tentu
kau * tidak mempunyai sangkutan dengan urusan kita ini,”
katanya. “Mana aku berani menahan tayhiap?”
Ce In luas pergaulannya, tak kalah dengan terkenalnya Toan
Kui Ciang, sedang gurunya, Mo Keng Lojin, menjadi satu di
antara Bu Lim Sam Lo, Tiga Tertua Rimba Persilatan, yang ilmu
silatnya tak tahu orang dimana batasnya.
Ong Pek Thong ketahui itu, maka Pek Thong suka memberi
muka. Ia mengangguk.
“Kalau begitu, terima kasih!” kata Ce In.
Ia lantas menarik tangannya Tiat Mo Lek, buat diajak pergi
bersama.
“Aku minta anak muda ini ditinggalkan!” mendadak Pek
Thong
bilang.
Ce Lam terkejut.
“Dia juga bukan orang Touw Ke Ce!” ia kata cepat.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Bukankah dia yang bernama Mo Lek, anaknya Tiat Kun


Lun?” Pek Thong tanya. “Aku dengar kabar dia menjadi besar di
rumah Keluarga Touw.”
“Tidak salah, dia memang menjadi besar di Touw Ke Ce,”
sahut Ce Lam. “Meski demikian, dia bukannya murid keluarga
Touw. Aku minta sukalah cecu melepaskannya.”
Buat guna Tiat Mo Lek, inilah yang pertama kali Ce In minta
kebijaksanaan orang.
Tiat Mo Lek telah ditotok urat gagunya oleh Ce In, tidak
dapat dia bicara, meski demikian, matanya masih melek, maka
itu dia mengawasi Ong Pek Thong dengan sorot mata yang
bengis.
Ong Pek Thong tertawa tawar.
“Lam Tayhiap,” katanya, “Setelah kau ketahui asal-usul dia,
mustahil kau tidak ketahui juga bahwa dialah anak angkat dari
Touw Lao-toa? Karena itu terang dia menjadi anggauta
Keluarga Touw.”
“Bocah itu bernyali sangat besar!” Khong Khong Jie campur
bicara. Ia bicara dengan Ong Pek Thong. “Kau lihat bagaimana
dia memandang kau dengan sinar matanya gusar! Rupanya dia
membenci kau sampai di dalam sumsumnya!”
“Hm!” Pek Thong mengasih dengar ejekannya.
“Coba dengar apa kata dia!” kata Khong Khong Jie pula.
Terus dia menyentil dengan dua jeriji tangannya, memetilkan
sebuah thie-lian-cie atau biji teratai besi dengan apa dia
menotok bebas pada Tiat Mo Lek.
Tiat Mo Lek memang gusar sekali, maka juga begitu dia
bebas, begitu dia membentak, “Ong Pek Thong, jikalau kau

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

takut aku menuntut balas nanti, sekarang lekas kau bunuh


aku!”
Ce In kuatir anak itu menerjang, ia mencekal keras
tangannya.
“Ong Toako, bocah ini benar-benar pandai bicara!” kata
Khong Khong Jie pula. “Jikalau kau tidak membiarkannya dia
pergi, benar-benar kelihatannya kau jeri terhadapnya.”
Ong Pek Thong habis daya. Dia mengulapkan tangannya.
“Baik, kau pergilah!” katanya. “Akan aku menunggu kau
untuk kau nanti mencari balas!”
Ce In lantas tarik tangan bocah itu buat diajak berlalu dari
pintu benteng. Dimana-mana di atas gunung ia melihat banyak
liauwlo, yaitu tentara Touw Ke Ce. Merekalah semua liauwlo
yang tak sudi menakluk pada pihak Ong, mereka pada pergi
mencari jalan hidup sendiri.
Dengan terus memegangi tangan Mo Lek, Ce In berlari-lari
sampai belasan lie. Mereka meninggalkan jauh kawanan liauwlo
di belakang mereka, tetapi mereka tidak dapat melihat Toan
Kui Ciang.
Akhirnya Mo Lek berhenti lari, di terus menangis.
Ce In tahu orang sangat bergusar dan berduka, ia
membiarkan, baru setelah lewat sekian lama, ia kata sabar,
“Ayah angkatmu sekeluarga, semua orang-orang yang
hidupnya di ujung golok, maka juga, kalau bukan mereka yang
membunuh orang, orang lain yang membunuhnya. Karena itu
kau harus dapat mengerti dan membuka pikiranmu hingga
lapang.”
---ooo0dw0ooo---

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Jilid 9
"Meski demikian, tak selayaknya mereka terbinasa di
tangannya si bangsat tua Ong Pek Thong ayah dan anak!"
berkata Mo Lek sengit. "Kau lihat kekejaman mereka hari ini!
Jikalau mereka menjadi kepala Rimba Hijau, pasti mereka bakal
jauh terlebih kejam daripada ayah angkatku itu!" Ce In
menghela napas.
"Di dalam Rimba Hijau itu, ada berapa banyak orang yang
dapat dibilang hiap-too?" ia tanya.
Ia menyebut "Hiap-Too" atau penjahat budiman.
"Ayahmu terhitung satu di antaranya, juga Koay Ma Yauw
dari kota Thong-ciu. Yang lain-lainnya sulit untuk
membilangnya. Aku beri ingat kepada kau baiklah peristiwa hari
ini kau anggap sebagai satu impian jahat saja, setelah kau
sadar, habislah sudah. Dan sejak hari ini kau juga baik jangan
hidup pula di dalam Rimba Hijau!"
"Ayah angkatku melepas budi merawat dan mendidik, aku
sepuluh tahun lamanya," jawab Mo Lek, "Dapatkah karenanya
sakit hati ini tak usah dibalas?"
Ce In tahu orang masih panas hati, mengertilah ia nasehat
lebih jauh tak ada faedahnya, maka ia kata, "Jikalau kau
berniat mencari balas maka sudah selayaknya kau lebih-lebih
menyayangi dirimu! Barusan Ong Pek Thong melepaskan kau
bukan karena hatinya yang baik, dari itu baiklah kau lekas-lekas
menyingkir jauh dari sini."
Mo Lek, yang tadinya berduduk, berjingkrak bangun. Ia
menepas kering air matanya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Paman Lam, banyak yang kau ucapkan barusan, cuma ada


beberapa kata-kata yang masuk dalam otakku!" kata ia. "Aku
biasa omong terus terang, kau tidak gusar padaku, bukan?"
Mendengar itu, di dalam hatinya Ce In menghela napas dan
pikir, "Ini macam sakit hati dan balas membalas dunia Rimba
Hijau, sampai kapan sampai diakhirnya?"
Ia menjawab, "Kau berhati besar dan keras, itulah sifatnya
seorang gagah! Tapi keras itu mudah patah, dari itu, kekerasan
mesti dipakai pada tempatnya. Ah...! Aku tahu, kata-kataku ini
sekarang ini pasti kau tak dapat terima, dari itu baiklah kita
tunggu sampai beberapa tahun lagi, umpama kata kita dapat
bertemu pula, itu waktu barulah aku mau bicara secara
perlahan-lahan dengan kau. Sekarang mari kita cari dulu
Paman Touw-mu itu!"
Mo Lek menurut, ia mengikut.
Jalan selintasan, mereka berpapasan dengan satu pasukan
liauwlo yang mengibarkan bendera dengan sulaman huruf
"Ong" dan di muka barisan itu nampak puteranya Ong Pek
Thong duduk di atas kudanya dengan romannya sangat puas,
cuma mukanya bengkak bengap, rupanya dia bekas habis
berkelahi.
Sebenarnya pemuda itu datang bersama barisannya guna
merampas Touw Ke Ce, barusan di tengah jalan dia bertemu
Toan Kui Ciang suami isteri, oleh Touw Sian Nio dia diberi
persen sebutir peluru panah, siapa tahu sekarang ini dia
berpapasan pula dengan Lam Ce In dan Tiat Mo Lek.
Dia menjadi terperanjat. Dalam herannya dia berpikir,
"Bagaimana Khong Khong Jie? Kenapa mereka semua dibiarkan
lolos?"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tauwbak yang berada paling depan melihat Mo Lek, yang dia


kenali, dia majukan kudanya untuk menghampirkan, guna
menangkap anak muda itu.
Mo Lek gusar, ia pun maju sambil membentak.
"Jangan!" teriak Ce In, yang hendak mencegah.
Tapi si tauwbak sudah tiba dan sudah lantas menyerang
dengan tombaknya, atas mana Mo Lek tangkap senjatanya itu,
terus ditarik, maka robohlah dia. Terus Mo Lek mengayun
tombak orang, yang ia dapat rampas itu, kalau tidak ada
cegahan Ce In, mungkin tubuhnya sudah tertancap di tanah
tertusuk tombaknya itu sendiri.
Ce In segera menyerukan si pemimpin pasukan berandal itu,
"Ong Siauw-cecu, kau mau apa? Apakah kau ingin bertanding
pula dengan aku si orang she Lam?"
Anak muda itu, yang berseragam kuning, melihat Ce In
berdua,
lantas tertawa lebar. ^
Mo Lek gusar.
"Jangan jumawa!" dia membentak. "Kamu juga cuma
mengandal pada Khong Khong Jie!"
Anak muda itu tidak meladeni bicara.
"Bukankah ayahku yang melepaskan kamu?" dia tanya.
Dia menanya begitu karena dia melihat dandanan Ce In dan
Mo Lek berdua rapih dan bersih, tak ada tanda-tandanya
mereka terluka. Kalau mereka itu menempur Khong Khong Jie,
tidak nanti mereka dapat mundur dengan tubuh utuh.
Mukanya Ce In merah. -

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kalau benar, bagaimana?" ia tanya. "Apakah kau tidak puas


dan hendak menahan kami?"
Pemuda berbaju kuning itu tertawa.
"Aku panglima pecundang, tak dapat aku bicara dari hal
kegagahan," sahutnya terus terang, tetapi nada kejumawaan.
"Tapi kamu juga jangan berlagak gagah di depanku! Karena
ayahku sudah melepaskan, membiarkan kamu turun gunung,
maka kamu silahkan pergilah!"

Pemuda itu menggeraki leng-kie, bendera titahnya, maka


barisannya lantas bergerak membuka jalan ke kiri dan kanan.
Lam Ce In benci anak muda ini. Rasa benci itu mulai sejak
pertama kali ia menemuinya. Sekarang ia mendengar suara
orang, ia menyaksikan lagak tengiknya itu, ia gusar sekali.
Hampir ia umbar amarahnya tatkala ia ingat, "Baru saja aku
nasehati Mo Lek jangan sembrono, kenapa kau melupai itu?"
Maka ia lantas mengendalikan diri. Dengan menuntun tangan
Mo Lek, ia lantas berjalan pergi.
Mereka terus berjalan cepat. Selang belasan lie, mata Ce In
yang tajam melihat dua orang di bawahnya sebuah pohon
besar. Bahkan ia mengenali Toan Kui Ciang beserta isteri.
"Toako! Toako!" ia lantas memanggil. "Siauwte bersama Mo
Lek
di sini!"
Kui Ciang menyahuti, suaranya tapi dalam.
Touw Sian Nio berdiam saja, sinar matanya guram. Ia baru
seperti orang mendusin ketika Mo Lek, yang lari ke arahnya,
sudah lantas menangis. Tubuhnya terus menggigil, bergemetar
keras.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bagaimana?" tanya dia. "Mereka... mereka..."


Mo Lek menangis pula.
"Gie-hu telah menutup mata!" ia memberitahukan kematian
ayah angkatnya. "Kempat paman juga mati semuanya...! Kouw-
kouw, kau... kau..."
Tubuh Sian Nio menggigil pula. Ia tahu Mo Lek minta ia
menuntut
balas.
"Apakah Khong Khong Jie yang menurunkan tangan jahat?"
ia
tanya.
"Bukan," sahut si bocah cepat. "Dialah anak perempuannya
Ong Pek Thong! Budak celaka itu jauh terlebih ganas dari
Khong Khong Jie! Kouw-kouw, kau..."
Mata Sian Nio berdiam, sinarnya dingin. Mo Lek melihat itu,
dia
berdiam.
Diluar dugaan, Sian Nio tidak menangis. Tapi sikapnya itu
membuktikan bahwa hatinya karam, bahwa ia berduka melebihi
daripada ia menangis menggerung-gerung.
Hanya lewat sekian lama, dia ngoceh sendiri, "Bagaimana
dapat aku bertemu sekalian kakakku itu di alam baka...? Kui
Ciang... Kui Ciang..."
"Sian Nio," menyahut sang suami, berduka bukan main,
"Didalam lain urusan aku selalu bersedia untukmu, hanya
didalam ini urusan, tak dapat aku berbuat apa-apa."
Sepasang suami isteri ini telah mengenal baik diri masing-
masing. Kui Ciang tahu apa yang dipikir dan dikehendaki
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

isterinya, tetapi Sian Nio juga insaf, buat guna janjinya dengan
Khong Khong Jie, tidak dapat suami itu menuntut balas guna
kelima saudaranya itu.
Tiba-tiba Sian Nio mengangkat kepalanya.
"Engko!" ia memanggil suaminya. "Seumurku ini sekarang
aku cuma mau minta satu hal kepadamu. Inilah hal yang kau
pasti dapat lakukan."
"Apakah itu, adikku?"
"Selama di desa kau membuka rumah perguruan silat, kau
sebenarnya belum pernah menerima seorang murid yang sah,"
berkata isteri itu, "Maka sekarang aku mau minta kau
menerima dan mengarlgkat Mo Lek menjadi ahli warismu. Mo
Lek, apakah kau suka mengangkat kouwthio sebagai gurumu?"
Pertanyaan yang belakangan ini ditujukan kepada si bocah
she Tiat.
Dua-dua Kui Ciang dan Mo Lek melengak. Hanya sebentar,
keduanya lantas dapat menerka hatinya Sian Nio.
Mo Lek sudah lantas menjatuhkan diri, berlutut di depan Kui
Ciang, untuk mengangguk-angguk. Ia mau menjalankan aturan
besar mengangkat guru. Untuk itu, ia mesti berlutut tiga kali
dan mengangguk sembilan kali.
Ia baru mengangguk satu kali ketika tiba-tiba; "Tahan dulu!"
kata Kui Ciang, yang terus mengasih bangun bocah itu.
"Bagaimana?" tanya Sian Nio heran. "Apakah kau tak sudi
terima dia menjadi muridmu?"
"Aku memikir untuk kebaikannya," menjawab Kui Ciang.
"Seharusnya dia mencari seorang guru yang jauh terlebih liehay
daripada aku."

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kouwthio," berkata Mo Lek, "Kalau aku dapat mewariskan


ilmu pedangmu, aku sudah merasa puas." Kui Ciang tertawa
sedih.
"Meski kau dapat mewariskan semua kepandaianku, kau
masih tidak dapat melawan Khong Khong Jie," ia kata. "Buat
apakah itu?"
"Tetapi," berkata Mo Lek, "Kalau itu dipakai melawan
Keluarga Ong ayah dan anak masih berlebihan. Aku percaya
Khong Khong Jie tidak bakal selamanya menjadi pelindung
keluarga itu!"
Kui Ciang dan isterinya sudah berjanji kepada Khong Khong
Jie untuk selanjutnya tidak campur lagi urusan kedua keluarga
Touw dan Ong, karena itu Sian Nio menghendaki Kui Ciang
menerima Mo Lek sebagai murid.
Ia mengharap bocah ini guna pembalasan sakit hati
keluarganya itu. Kui Ciang tidak mau campur urusan itu tetapi
di satu pihak ia berat terhadap isterinya, kedua ia pun
menyayangi si bocah yang bakatnya baik sekali. Maka ia mau
memikirkan suatu jalan sama tengah.
Sembari memegangi si bocah, Kui Ciang kata pada Ce In,
"Saudara Lam, kau ingin minta kau membawa Mo Lek ke Sui
Yang supaya dia dapat berguru kepada gurumu. Aku pun minta
kau sampaikan kepada gurumu itu supaya ia membuat
kecualian dengan menerima bocah ini."
"Semasa hidupnya Tiat Cecu, ia bersahabat rapat dengan
guruku," kata Ce In. "Guruku juga pernah memesan aku
mendengar-dengar kabar perihal Mo Lek. Maka itu, aku
percaya, permintaan kau ini bakal kesampaian."
Kui Ciang lantas kata pada Mo Lek, "Mo Lek, kita sudah
berdiam bersama sekian lama, kali ini kita bakal berpisahan,

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

benar atau tidak dapat menerima kau sebagai murid, akan


tetapi dapat aku menghadiahkan kau suatu persenan yang
tidak berarti, ini hanya cukup buat menandakan hati kami
suami isteri."
Berkata begitu, tayhiap ini menyerahkan kitab ilmu
pedangnya seraya ia menambahkan, "Inilah kitab pedang
warisan keluargaku yang aku tambahkan dengan ilmu pedang
lainnya yang aku telah kumpul selama dua puluh tahun, kau
ambillah. Telah aku ajarkan kau pelbagai keterangan penting
mengenai ilmu pedang, maka asal memahamkannya lebih jauh,
kau bakal memperoleh kemajuan pesat. Kau berbakat baik, kau
tidak akan nampak kesulitan."
Bocah itu kaget.
"Kouwthio!" katanya. "Ini... ini... mana dapat! Mana bisa aku
menerima warisan ilmu pedang keluargamu?"
"Tidak apa!" Kui Ciang mengasih keterangan. "Untukku, aku
sudah hafal di luar kepala isinya kitab ini, sedang sekarang ini
anakku masih terlalu kecil. Sekarang kau bawalah kitabku ini. Di
belakang hari, apabila anakku berhasil lolos dari bahaya dan dia
dapat berumur dewasa, kau dapat cari dia untuk
memulanginya. Untuk itu, tempomu masih banyak..."
"Anak tolol..." Sian Nio membujuk, "Di saat seperti ini buat
apa kau berkukuh pula? Kouwthio tidak mau terima kau sebagai
murid karena dia mau mengatur terlebih sempurna. Kau
terimalah, kalau nanti kau dapat belajar dengan baik, aku pun
sangat berterima kasih padamu."
Matanya Mo Lek menjadi basah dan merah, ia menyambuti
kitab itu, habis mana ia paykui terus hingga tiga kali. Itulah
tanda ia diterima sebagai separuh murid.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Jangan kuatir, kouthio," kata ia, yang memberi janjinya,


"Tidak nanti Mo Lek mensia-siakan harapan kouwthio dan
kouw-kouw!"
Baru sekarang, Sian Nio mengasih lihat wajah yang se'dikit
terang, hingga ia dapat bersenyum. Katanya, "Kalau dia
berhasil mendapatkan pelajaran ilmu dalam dari Mo Keng Lojin
dan dia berhasil juga meyakinkan kitab ilmu pedang ini, taruh
kata belum tentu dia dapat mengalahkan Khong Khong Jie,
sedikitnya dia dapat adu jiwanya!"
"Saudara Lam," kemudian kata Kui Ciang pada Ce In,
"Selanjutnya aku serahkan Mo Lek kepadamu, aku harap kau
suka terus membantunya. Kau telah membatu aku, budimu
sangat besar, tak dapat aku lupakan itu. Di sini kita berpisahan
sekarang, aku harap kau baik-baik di jalan!"
Lam Ce In terharu, apapula ketika mereka berempat, dalam
dua rombongan, saling memberi hormat dan berpisahan. Kui
Ciang dan isterinya menuju ke Giok Sie San, Liang Ciu, buat
meminta pulang anak mereka.
IX
'T je Tn berdua Mo Lek tetap melakukan perjalanan cepat.
Orang she Lam itu kuatir Ong Pek Thong nanti merubah pikiran
dan mengirim orang untuk menyusul Mo Lek, itulah berbahaya.
Selang belasan lie, setelah cuaca mulai sore, mereka mampir
di sebuah warung teh di tepi jalanan, untuk dahar dan minum
sambil sekalian beristirahat.
Warung teh itu warung merangkap rumah makan. Ketika
masuk, mereka melihat di situ sudah ada dua orang yang
bertubuh besar, sedang di depan pekarangan ditambat dua
ekor kuda.
"Kuda itu bukan sembarang kuda!" Mo Lek kata perlahan.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Meski begitu, dua orang itu dapat mendengar, keduanya


lantas menoleh. Lantas dua-duanya menjadi kaget, bahkan
yang satu sampai mengeluarkan seruan tertahan.
Mo Lek dan Ce In pun heran.
Dua orang itu dua opsirnya An Lok San hanya sekarang
mereka dandan sebagai rakyat jelata. Ce In kenali yang berseru
itu sebagai Thio Tiong Cie, satu di antara empat jagonya An
Lok San. Ia tidak kenal temannya, malam itu ia telah
menempurnya.
Dalam pertempuran di istananya An Lok San dimana dengan
golok mustikanya ia melukai belasan Busu, Ce In telah
membuatnya dua orang ini seperti "pecah nyali," tidak heran
kalau sekarang, bertemu di sini, mereka itu kaget tidak terkira.
Thio Tiong Cie lantas berbangkit, untuk menghampirkan.
"Oh, Lam Tayhiap!" dia menyapa seraya membWri
hotmat.
"Tayhiap baik?"
"Tak terluka tak terbinasa, kenapa aku tidak baik?" sahut Ce
In.
"Kamu berdua juga baik, bukan?"
Kawannya Tiong Cie itu, pada malam itu, telah kena
dilukakan, sekarang ini lukanya itu baru saja sembuh, maka itu
dia likat sendirinya. Dia paksa bangun, untuk memberi hormat.
"Terima kasih tayhiap, aku baik-baik saja!" katanya.
"Malam itu 'kami bekerja karena kami menjalankan titah,"
kata pula Thio Tiong Cie, "Karena itu harap tayhiap suka
memaafkan kami!"
Ce In bersenyum, ia mengulapkan tangannya..

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tidak apa!" sahutnya. "Silahkan duduk dan dahar terus!"


Mo Lek sebaliknya memandang mendelik kepada dua orang
itu.
"Eh, kamu telah menyalin pakaian!" tegurnya. "Kamu tentu
hendak bekerja diam-diam untuk melakukan lagi suatu
kebusukan!"
"Saudara kecil bergurau!" kata Thio Tiong Cie tertawa,
sedang air mukanya berubah saking kaget. "Kami dapat tugas
baru untuk melakukan penyelidikan, maka itu kami dandan
begini rupa. Ah, sudah bukan siang " lagi, kami perlu lekas
berangkat! Maaf, maaf, tak dapat kami menemani lebih lama
pula...!"
"Tunggu sebentar!" kata Mo Lek. "Perkara apakah itu?"
"Perkara kecil, tak berarti," Tiong Cie menjawab, cepat. "Cuma
perkara dua dusun bertempur satu pada lain..."
"Sudah, Mo Lek," kata Ce In. "Kita jangan usilan! Biarkan
mereka
pergi!"
Ketika itu, kedua orang itu sudah keluar dan naik atas kuda
mereka, kata-katanya Ce In seperti pengampunan besar, maka
segera mereka mengaburkan kuda mereka masing-masing.
"Hm!" kata Mo Lek, masih penasaran. "Lagak mereka
mencurigai, pasti mereka bakal melakukan suatu yang busuk.
Mustahil perkara perkelahian desa dengan desa menyebabkan
merekalah yang diutus mengurusnya?"
"Kau benar, urusan memang mencurigai," kata Ce In. "Tapi
kita mana kebanyakan tempo untuk segala urusan di luaran
itu?" Mo Lek berdiam.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ketika itu tukang warung, yang usianya sudah lanjut,


menghampirkan Ce In berdua. Dia memberi hormat. Dia kaget
mendengar orang menyebut "Lam Tayhiap".
Ce In minta arak dan daging.
"Apakah warungmu ini maju?" dia tanya.
"Terima kasih!" sahut tuan rumah. "Syukurlah dalam
beberapa hari ini banyak sekali tetamu yang berlalu lintas di
sini!" Mendengar itu, hati Ce In tergerak. "Tetamu-tetamu
macam apakah itu?" Mo Lek tanya.
Kembali tuan rumah tertawa.
"Kalau tidak salah, tuan-tuan juga orang-orang Kang Ouw!"
sahutnya. "Maaf, tuan-tuan, kami cuma berdagang," kami tidak
memperdulikan hal ihwalnya para tetamu. Hanya dekat di sana
ada bukit Hui Houw San serta para pemimpinnya sering
singgah di sini..."
Selagi tuan rumah ini bicara itu ada datang lagi dua
penunggang kuda, mereka itu tidak turun, mereka cuma
melemparkan uang, buat minta dua cangkir teh, yang mereka
minum sambil duduk terus di atas kuda mereka, setelah mana
mereka berlalu dengan cepat.
"Dua orang itu seperti aku kenali rupanya," kata Mo Lek
perlahan, "Sayang aku tak ingat lagi dimana pernah aku
melihat mereka."
Touw Ke Ce banyak menerima kunjungan tetamu, dari itu
Mo Lek sering melihat banyak orang, cuma karena ia masih
terlalu kecil, ia tak ingat semua, ia melainkan memperhatikan
orang-orang yang menjadi sahabat kekal. Kalau yang datang
orang biasa saja, Leng Ciok tidak memanggil ia keluar buat
menemui.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tak lama datang pula beberapa rombongan tetamu,


kebanyakan yang membekal golok dan menunggang kuda,
tandanya merekalah orang-orang Rimba Hijau. Sebagai dua
yang tadi, mereka minum sebentar, lantas mereka pergi pula.
Hingga tuan rumah cuma melayani di muka pintu.
Akhirnya Ce In menjadi berpikir juga. Ia tanya dirinya
sendiri, kenapa muncul demikian banyak orang, waktu toh
sudah sore, dan mereka itu mau apa...
Lalu ada tetamu yang sikapnya ragu-ragu. Dia berhenti di
depan pintu, dengan bahasa rahasia, dia kata pada kawannya,
"Di depan itu jalan cagak dua! Bagaimana, kita pergi ke gunung
Hui Houw Wan atau ke selat Liong Bin Kok? Kedudukan Touw
Lo-toa sudah tak kokoh lagi, kalau kita tidak terima
undangannya pihak Ong, dibelakang hari kita; bisa dapat
susah..."
Muka Mo Lek berubah sendirinya. Ce In melihat itu, ia
menekan tangan orang dan kata, "Dijaman ini ada banyak
sekali tukang jilat! Disaat ini, buat apa kau turuti hatimu?"
Mo Lek menurut, tetapi dia panggil tuan rumah untuk tanya
dimana pernahnya Liong Bin Kok.
"Liong Bin Kok?" tuan rumah baliki. "Buat apakah?" "Ada
sahabatku di sana," jawab si anak muda.
"Oh, begitu! Selat itu terpisah dua puluh lie di barat sini.
Lewat sedikit saja ialah Sam Yang Kong."
Sam Yang Kong yaitu tanjakan di mana Ce In pertama, kali
bertemu si pemuda berpakaian kuning.
Mo Lek mengerutkan alis. Selagi ia mau bicara pula,
telinganya mendengar ringkik kuda di luar warung. Lagi dua
orang tetamu baru tiba. Mereka tidak kesusu seperti

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kebanyakan yang tadi, mereka masuk untuk memesan barang


hidangan.
Dengan memandang matanya lebar-lebar, Mo Lek
mengawasi mereka itu. Mendadak ia bangun dari kursinya, ia
memapaki mereka, untuk lantas maju merangkul!
Orang itu kaget sekali, akan tetapi setelah ia melihat siapa
yang merangkul padanya, ia menjadi heran.
"Oh, kiranya Tiat Siauw-cecu!" serunya. "Kenapa siauw-cecu
berada di sini?"
"Su Toasiok, aku justeru hendak menanya kau!" kata Mo
Lek. "Kenapa kau berada di sini? Apakah kau mau pergi ke
Liong Bin Kok guna menjumpai dan menghormati pemimpin
yang baru?"
Orang yang dipanggil toasiok itu, paman, bernama Su Ciang.
Dialah sahabat dan kawan sekerja Keluarga Touw. Dialah
congkoan, atau pengurus dari pelbagai markas cabang
Keluarga Touw di wilayah kota Yu Ciu. Orang yang kedua ialah
kawannya, yang bernama Thia Thong,. yang menjadi orang
kepercayaannya Touw Leng Ciok.
"Ah, siauw-cecu, mengapa kau menanya begini?" kata Su
Ciang, masgul. "Mana dapat aku pergi ke Liong Bin Kok? Itu
namanya menyerah dan menakluk! Kami justeru mau pulang ke
Hui Houw San guna menyerep-nyerepi kabar! Siauw-cecu, kau
berada di sini, mungkin, mungkinkah urusan telah jadi rusak?"
Mo Lek berduka dan hatinya panas, tetapi dia kata,
"Sekarang ini benteng Hui Houw Ce telah dimusnahkan
Keluarga Ong! Ayah angkatku bersama kempat paman,
semuanya sudah tidak ada di dalam dunia...!"
Su Ciang kaget hingga ia menjublak.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Sekarang bukan saatnya berduka!" kata Mo Lek. "Su


Toasiok, jikalau kau tidak sudi menakluk, tidak dapat kau
pulang ke Hui Houw Ce, sebaliknya kau lekas kembali, untuk
memberitahukan semua markas cabang supaya mereka
membubarkan diri masing-masing! Bilangi mereka, selama
Ki\nh lUmi'Mi /'i luitlutf
gunung-gunung masih hijau, maka tak usahlah kita takut
kehabisan kayu bakar! Toasiok mengerti sekarang?"
Su Ciang sadar.
"Ya, aku mengerti," sahutnya.
Lam Ce In mengagumi bocah itu. Pikirnya, "Mo Lek masih
sangat muda tetapi tindakannya ini tepat sekali, dia dapat
melihat jauh! Teranglah dia mengandung cita-cita untuk satu
kali membangun pula usaha Keluarga Touw. Dengan begini
celakalah dunia Rimba Hijau, dunia itu tak bakal mengalami
hari-hari yang tenang..."
Kemudian Mo Lek tanya orang she Su itu, "Keluarga Ong
mengundang pemimpin-pemimpin Rimba Hijau datang ke Liong
Bin Kok, apakah maksudnya? Tahukah kau, toasiok?"
"Sebenarnya juga, aku telah menerima surat undangannya,"
Su Ciang menjawab. "Tadinya Keluarga Ong berkuatir kita nanti
menyateroni benteng mereka, maka itu mereka membangun
benteng yang dapat bergerak, hingga tak tentu markasnya
yang tetap. Baru paling belakang mereka mengambil
kedudukan di lembah Liong Bin Kok itu. Di dalam surat
undangannya itu Keluarga Ong menyebutkan bahwa Hui Houw
Ce telah termusnahkan, maka mereka mengundang orang
datang menghadirkan pesta kemenangan. Pasti sekali semua
orang mengerti, namanya saja undangan, sebenarnya keluarga
itu menghendaki semua orang tunduk di bawah perintahnya!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hm!" Mo Lek mengasih dengar ejekannya.


Dia mendongkol sekali. Dia mengerti sekarang apa perlunya
pihak Ong berpusat di Liong Bin Kok, yaitu untuk memudahkan
aksinya menumpas Hui Houw Ce, bahwa sekarang Ong Pek
Thong lagi berdaya menghapus pelbagai cabang Hui Houw Ce
itu.
Tatkala itu matahari sudah doyong ke barat. Su Ciang, dan
Thia Thong tak dahar lama, mereka tidak mempunyai
kegembiraan, maka itu mereka lantas pamitan dari Mo Lek,
untuk berangkat pergi.
Tuan rumah terkejut mendapat tahu bocah itu sebenarnya
siauw-cecu, ketua muda, dari Hui Houw Ce. Dia lantas
menghampiri dan kata, "Oh, oh, kiranya siauw-cecu! Kalau
begitu siauw-cecu, suka aku memberi nasehat supaya lekas-
lekas siauw-cecu berlalu dari sini! Tempat ini terpisah dekat
sekali dengan lembah Liong Bin Kok!"
"Kau jangan berkuatir untukku!" kata Mo Lek, dingin. "Aku
memang mau segera berangkat! Tidak nanti aku bikin kau kena
terembet-rembet!"
Ketika itu ada datang lagi dua penunggang kuda, masing-
masing datangnya dari timur dan barat jalan besar. Mereka itu
berbareng tiba di depan warung. Orang yang satu bertubuh
besar dan kekar, yang lainnya orang usia pertengahan, tak
berkumis dan mukanya putih.
Si orang bertubuh besar memberi hormat sambil menyapa
terlebih dulu, "Saudara Thouw, apakah kau hendak pergi ke
Liong Bin Kok?"
Orang usia pertengahan itu tertawa. Dia menjawab, "Oh,
tidak! * Akulah seorang bu beng siauw cut, Ong Pek Thong
mana kenal aku! Aku mau pergi ke dusun Han-chung."

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Saudara Thouw, kau pandai sekali membawa dirimu!" kata


si orang bertubuh besar dan kekar itu.
Inilah sebab si orang she Thouw menyebut dirinya "Bu Beng
Siauw Cut," yang berarti "Serdadu kecil yang tak mempunyai
nama".
"Kau sangat berbahagia sebab kau merdeka, seorang diri
kau dapat pergi kemana kau suka, sama sekali tak ada
rintangannya. Sungguh aku kagum terhadapmu! Seharusnya
aku pun pergi ke Han-chung, guna menghaturkan selamat
panjang umur, akan tetapi aku telah membangun pusatku
dalam wilayah Yu Ciu tak dapat lagi aku tidak pergi ke Liong Bin
Kok."
Mereka itu bicara dalam bahasa kaum Kang Ouw, Mo Lek
mengerti itu, maka tahulah ia yang si orang bertubuh besar dan
kekar itu seorang cecu, pemimpin rombongan, sedang si muka
putih ialah seorang Yu Hiap, petualang kaum Kang Ouw.
Orang usia pertengahan itu tertawa.
"Kalau begitu, baiklah kita masing-masing membawa diri kita
sendiri!" katanya. "Cuma, saudara Ciu, aku minta sukalah kau
tidak menyebut-nyebut namaku serta Han-chung, untuk tak
menerbitkan sesuatu gara-gara!"
"Aku mengerti!" sahut orang she Ciu itu, yang cuma singgah
untuk mencegluk secangkir teh, lantas dia berangkat pula
dengan cepat.
Si orang she Touw dengan sabar menambat kudanya, baru
ia bertindak masuk ke dalam warung. Ia minta arak, untuk
terus diminum.
Lam Ce In sudah mau berangkat ketika ia melihat orang she
Touw itu. Ia membatalkan niatnya, terus ia mengawasi. Ketika

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

itu, orang itu juga menoleh ke arahnya, hingga sinar mata


mereka bentrok.
"Oh, sungguh kebetulan!" kata keduanya hampir berbareng.
"Eh, saudara Lam Pat, mengapa kau berada di sini?" si orang
she Touw tanya.
"Thouw Shako, kenapa kau pun berada di sini?" tanya Ce In.
Demikian mereka saling menanya.
Habis itu Ce In kata pada kawannya, "Mo Lek, mari! Kau
kasih hormat pada ini Paman Thouw! Inilah paman yang dunia
Kang Ouw menyebutnya Kim-kiam Che-long Thouw Pek Eng!"
Memang Pek Eng seorang petualang yang pandai ilmu
pedang serta mengerti ilmu obat-obatan, maka juga dia
mendapat julukannya itu si Pedang Emas (Kim Kiam) dan
Kantung Hijau (Che-long). Yang belakangan ini julukannya
sebagai tabib.
Dia merdeka bebas, kegemarannya ialah pesiar atau
merantau. Tak suka dia memamerkan nama. Sebaliknya dia
suka sekali melakukan segala apa yang baik, untuk mana dia
biasa bekerja secara diam-diam. Dia datang atau pergi kemana
dia suka, tak ketentuan, maka itu dia muncul atau menghilang
secara tiba-tiba. Karena ini juga mengenai nama, dia kalah
terkenalnya dengan Lam Pat.
Pertama kali Ce In menemukan Touw Pek Eng yaitu pada
tujuh tahun yang lampau, ketika ia baru mulai muncul dalam
dunia Kang Ouw, maka itu, ia memandang si petualang dan
tabib sebagai cianpwe, orang yang terlebih tua dan tinggi
tingkatnya.
Kemudian, sesudah mereka bicara satu dengan lain, ternyata
mereka ada dari tingkat dan derajat yang sama, dari itu,
mereka saling membahasakan saudara.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ce In berkata pula, memperkenalkan Mo Lek, "Aku baru


turun dari gunung Hui Houw San. Saudara kecil ini ialah
puteranya mendiang Cecu Tiat Kun Lun dari Yan San."
Thouw Pek Eng berdiam, dia berpikir.
"Di sini bukannya tempat kita bicara," kata ia kemudian.
"Mari kita bicara sambil berjalan."
Ia lantas membayar uang araknya, terus ia keluar, untuk
meloloskan tambatan kudanya, guna sambil menuntun
binatang itu berjalan bersama-sama Ce In dan Mo Lek.
Tadi itu, Mo Lek telah memberi hormat pada jago she Thouw
ini.
"Sekarang ini sudah malam, saudara Lam, kamu berdua
hendak singgah dimana?" Pek Eng tanya.
"Untuk kita, dimana saja kita sampai," sahut Ce In.
Pek Eng mengangguk.
"Saudara Lam, apakah kau pernah dengar namanya Han
Tam?" tanya dia kemudian.
Ditanya begitu, Ce In terperanjat.
"Apakah saudara Thouw maksudkan Han Lo-cianpwe si ahli
totok yang namanya sangat tersohor?" dia menegaskan.
"Benar! Hari ini hari ulang tahunnya yang ke enam puluh."
"Apa?" tanya Ce In heran. "Apakah ia tinggal di sini?"
"Ya, di tempat terpisah tiga puluh lie," sahut Pek Eng.
"Setujukah kau kalau kita sama-sama pergi memberi selamat
kepadanya?"
"Sebenarnya aku belum pernah bertemu dengan Han Lo-
cianpwe," Ce In menerangkan. "Yang benar ialah dia dan
guruku kenal baik satu dengan lain."
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Sebetulnya, ada sedikit sekali orang yang ketahui tempat


kediamannya Han Lo-cianpwe itu," Pek Eng menjelaskan. "Aku
tahu sudah banyak tahun dia tidak pernah muncul, tak mau dia
menemui sembarang orang, tetapi kau ini lain, saudara Lam.
Dia pernah memberitahukan aku tentang persahabatannya
dengan gurumu dan dia pernah memuji kau. Karena itulah
maka aku berani mengajak kau mengunjungi dia."
"Jikalau begitu, layak aku pergi memberi selamat padanya"
Ce In bilang. "Tempat tinggalnya itu terpisah berapa jauh dari
Liong Bin Kok?"
"Terpisahnya ialah yang satu di barat, yang lain di selatan,"
Pek Kng mengasih keterangan. "Tempat ini ialah Hoay Sie
Chung, maka ketiga tempat merupakan seperti perapian kaki
tiga. Jaraknya tempat masing-masing kira tiga puluh lie.
Saudara Lam, kau jangan kuatir, meski keletakan dekat,
halangannya tidak ada sama sekali. Han Lo-cianpwe tinggal
menyendiri di sini, sampai pun Keluarga Touw tidak mendapat
tahu, dari itu. Keluarga Ong yang baru datang, tidak nanti dia
mendapat tahu juga."
"Aku bukan jeri terhadap Keluarga Ong," Ce In terangkan,
"Aku hanya tidak ingin nanti merembet-rembet Han Lo-
cianpwe, hingga dia mendapat pusing tidak keruan."
Thouw Pek Eng tertawa.
"Sebaliknya Han Lo-cianpwe bukannya orang takut segala
kepusingan!" katanya. "Sikapnya lo-cianpwe yaitu, kalau tidak
terpaksa, tak sudi dia berurusan dengan orang. Kamu baru
turun dari Hui Houw Ce, mungkin sekali lo-cianpwe ingin
bertemu dengan kamu."
Hati Ce In tergerak. Perkataannya orang she Thouw ini mesti
mengandung arti. Maka ia menerima baik ajakan tanpa
bersangsi lagi. Bahkan ia melekaskan tindakannya.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan begitu, selang setengah jam, tibalah mereka di


sebuah dusun kecil yang berdampingan dengan satu gunung.
Tatkala itu asap telah muncul dari setiap rumah. Thouw Pek
Eng menuju langsung ke rumah Han Tam. Ia menarik gelang
pintu beberapa kali, ia memanggil-manggil tuan rumah sambil
ia perkenalkan dirinya. Ketika kemudian pintu dibuka, yang
membukai Han Tam sendiri, si jago tua.
"Pek Eng, kau datang terlambat!" kata tuan rumah tertawa.
Pek Eng tidak membilang apa-apa, hanya ia berkata, "Han Lo-
cianpwe, aku telah mengundang untukmu ini dua tuan-tuan!"
Ce In sudah lantas memandang tuan rumah, yang umurnya
sudah enam puluh lebih akan tetapi orangnya masih segar dan
matanya tajam, tak ada tanda-tandanya bahwa dia telah
berusia lanjut. Dia memelihara kumis dan jenggot, yang terbagi
menjadi tiga dan bajunya hijau, hingga dia mirip seorang cerdik
pandai di dalam gambar lukisan.
Ia lantas memberi hormat seraya berkata, "Lam Ce Iri
muridnya Mo Keng Lojin menghaturkan selamat kepada lo-
jinke!" Han Tam tercengang, lalu dia tertawa terbahak. "Kiranya
kau, Lam Sieheng!" kata dia, girang. "Aku dan gurumu adalah
sahabat-sahabat kekal untuk beberapa puluh tahun, baru hari
ini aku dapat melihat wajahnya murid sahabatku itu, inilah
diluar dugaan! Aku girang sekali! Kau telah sampai di sini,
sieheng, kau anggaplah bahwa kau telah pulang ke rumahmu
sendiri, maka itu, jangan kau menjadi likat atau tak leluasa. Ha,
ha! Sebenarnya angin apakah yang meniup kau hingga di
sini r
Mo Lek pun lantas memberi hormatnya sampai dia berlutut
dan mengangguk-angguk.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tuan rumah memimpin bangun bocah itu. "Saudara kecil ini


toh..." katanya.
"Dialah putera Cecu Tiat Kun Lun dari Yan San," Ce In
memotong, memperkenalkan.
"Dengan Tiat Cecu, aku pun pernah bertemu muka," kata
Han Tam. "Di dalam dunia Rimba Hijau, dialah orang satu-
satunya yang aku paling kagumi, maka itu, kamu semua
bukanlah orang-orang luar!"
"Setelah Tiat Cecu meninggal dunia," Ce In mengasih
keterangan, "Touw Leng Ciok mengambil anak ini sebagai anak
pungut, tapi sekarang Keluarga Touw telah musnah, aku
mengajaknya untuk menyingkirkan diri. Kebetulan saja tadi kita
bertemu saudara Thouw, maka itu kami jadi mendapat tahu
hari ini ada hari ulang tahun lo-cianpwe."
Han Tam mendengar keterangan itu tanpa menjadi kaget,
cuma alisnya mengkerut sedikit, suatu tanda ia seperti telah
menduganya.
"Kamu datang kebetulan sekali," katanya kemudian.
"Kebetulan sekali di sini pun ada beberapa sahabat. Baru saja
mereka itu bercerita perkara di antara kedua keluarga Ong dan
Touw itu. Nah, mari masuk, kita bicara di dalam."
Han Tam merayakan pesta shejit, yang datang hanya
beberapa sahabat yang pergaulannya paling rapat dengannya,
kecuali Thouw Pek Eng, ada empat lainnya yaitu Sat-sie Siang-
eng, dua jago she Sat dari Ceng Hay (Laut Hijau), Liong Chong
Siangjin dari Bek Cek San, serta Sin Cecu dari Kim Ke San. Tiga
yang pertama itu tetamu-tetamu dari tempat yang jauh, dan
satu yang belakang itu asal wilayah Yu Ciu dan dia jago Rimba
Hijau.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Semua orang lantas saling memberi hormat, untuk


berkenalan, habis itu masing-masing mengambil tempat
duduknya. Setelah itu, Lam Ce In menuturkan jalannya
pertempuran di antara kedua keluarga Ong dan Touw dengan
kesudahan runtuh dan tumpasnya Keluarga Touw itu.
Orang heran mendengar kabar Toan Kui Ciang dengan isteri
pun roboh di tangannya Khong Khong Jie, sampai mereka
mendelong saling mengawasi.
Lalu terdengar Han Tam menghela napas seraya terus
berkata, romannya berduka, "Khong Khong Jie seorang yang
cerdas luar biasa, kalau begitu sepak terjangnya, kali ini dia
berlaku sembrono sekali..."
"Saudara Han, apakah maksudmu ini?" tanya Liong Chong
Siangjin heran.
"Dia digunai sebagai alat oleh Keluarga Ong, dia tak sadar,"
kata tuan rumah. "Dia menganggap perbuatannya itu tepat
sekali! Bukankah itu namanya sembrono?"
Liong Chong mengerutkan alis, agaknya dia tak puas, dia
berniat menanya pula, atau menentang anggapan tuan
rumahnya itu, tetapi waktu dia melihat matanya Lam Ce In dan
Tiat Mo Lek, dia membatalkan niatnya itu. Dia ingat Tiat Mo Lek
menjadi anak angkat Touw Leng Ciok, tak baik dia bicara terus
urusan Keluarga Touw itu.
Pendeta ini tidak puas terhadap dua-dua Keluarga Ong dan
Keluarga Touw, bahkan kalau dibandingkan, dia lebih tak puas
lagi terhadap Keluarga Touw. Karena itu, dia berpendapat,
"Khong Khong Jie membantu pihak Ong, paling banyak itulah
sikap si kuat membantu si kuat. Semua itu bentrokan di antara
kaum Rimba Hijau, di dalam hal itu, tak dapat orang dari hal
siapa benar dan siapa salah, maka juga tak dapat dibilang soal
sembrono atau tidak..."
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Han Lo-cianpwe," Ce In tanya, "Rupa-rupanya lo-cianpwe


kenal Khong Khong Jie. Benarkah?"
"Bukan melainkan aku kenal padanya," menjawab tuan
rumah. "Ketika dia masih kecil, pernah aku mengempo-empo
padanya!"
Sat-sie Siang-eng dan lainnya menjadi heran.
Bahkan Thouw Pek Eng berkata, "Selama beberapa tahun
ini, kaum Kang Ouw telah digemparkan Khong Khong Jie
seperti juga langit ambruk dan bumi gempa, siapa juga tidak
tahu asal-usul dia, siapa sangka Han Lope dan dia justeru
mempunyai hubungan sebagai paman dan keponakan! Dia
demikian liehay, entah siapakah gurunya?"
"Guru dia ialah seorang liehay yang tabiatnya aneh," Han
Tam menerangkan. "Gurunya itu seperti aku, she dan namanya
tak ingin lain orang mendapat tahu. Aku bersahabat
dengannya, itu, maafkan aku, terpaksa kau tak dapat
memberitahukan she dan namanya itu."
Ia hening sejenak, lalu ia menambahkan, "Sayang aku
menerima warta ini terlambat, dan aku pun tak ketahui dimana
tempat beradanya
Khong Khong Jie, karenanya aku menjadi tidak dapat
kesempatan guna mencegah sepak terjangnya itu..."
Lam Ce In hendak membuka mulutnya ketika ia batal. Ia
mendapat dengar satu suara yang perlahan sekali di luar
rumah, seperti ada orang yang datang. Ia sampai melengak.
Tapi suaranya tuan rumah lantas terdengar, "Anak Hun,
apakah kau sudah pulang? Di sini ada beberapa paman,
semuanya bukan orang luar, maka marilah masuk, supaya kau
menemuinya."

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Atas perkataan Han Tam itu, di ambang pintu terlihat


masuknya seorang anak perempuan yang baru mulai besar,
umurnya ditaksir baru empat atau lima belas tahun, rambutnya
terjalin menjadi dua buah kuncir, yang ditekuk dan diikat mirip
sepasang kupu-kupu. Roman dia masih kekanak-kanakan.
Ketika dia bertindak masuk, dia lari berjingkrakan. Sembari
tertawa, dia kata, "Ayah, tugas yang kau berikan ini bukan
tugas yang bagus! Hampir aku kepergok, hingga hampir aku
tak dapat meloloskan diri...!"
"Inilah anakku, Cie Hun namanya!" kata Han Tam pada
sekalian tetamunya tanpa ia menghiraukan perkataannya bocah
itu. "Dia baru saja kembali dari lembah Liong Bin Kok."
Ce In heran, di dalam hati ia terkejut.
Setelah itu, tuan rumah kata pada puterinya, "Mari, kau lebih
dulu memberi hormat pada sekalian pamanmu ini!"
Cie Hun, si nona cilik, tidak lantas menjalankan perintah
ayahnya itu. Lebih dulu dia menghadapi Mo Lek, sembari
menunjuk si anak muda, dia tanya ayahnya, "Umur dia sama
dengan umurku, apa aku mesti panggil paman juga padanya?"
"Ha, dasar bocah!" kata Han Tam tertawa. "Inilah salahku
yang tidak lantas memberikan keterangan! Begini, anak! Dua
tetamu ini kau boleh panggil kakak saja. Ini Lam Ce In, murid
kepala dari Mo Keng Lojin. Dan ini Tiat Mo Lek, puteranya
mendiang cecu dari benteng Yan San." Cie Hun nampak girang.
"Lam Toako!" kata dia gembira, "Dunia Kang Ouw menyebut
kau Lam Tayhiap! Sudah lama aku mengagumi nama
besarmu!"
Kemudian dia menoleh pada Tiat Mo Lek, untuk meneruskan
berkata, "Juga namamu pernah aku dengar orang
menyebutnya! Kaulah si bintang cilik Siauw Che Kun di dalam
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Rimba Hijau, kalau kau bekerja, kau berandalan dan sedikit


telengas! Ya, kau pun telah aku mengaguminya!"
Mukanya Tiat Mo Lek menjadi merah. Dia memang sedang
ruwet pikirannya dan berduka. Maka perkataan bocah wanita
itu membikin dia serba salah, menangis tak dapat, tertawa tak
dapat juga. Dia menjadi sangat jengah.
"Hai, bocah banyak mulut!" Han Tam menegur puterinya itu.
"Kau tidak tahu aturan sekali! Aku lihat, di kolong langit ini tak
ada bocah yang melebihkan kau nakalnya! Hayo lekas, kau
menghaturkan maaf kepada kakakmu ini!"
Lantas si nona, dengan lagak tua bangka, memberi hormat
pada semua tetamunya. Dia kata, "Aku yang kecil tidak tahu
apa-apa, aku telah mengucapkan kata-kata yang salah, aku
mohon supaya kakak memberi maaf padaku!"
Mendengar itu, melihat tingkah orang, semua orang tertawa,
tak
terkecuali Mo Lek.
"Nah, kau sudah bergurau cukup atau belum?" tanya Han
Tam pada anaknya. "Sekarang kau boleh bicara dari urusan
tugasmu. Kau dengan Khong Khong Jie atau tidak?"
"Bicara sebenarnya, aku tidak bertemu dengannya," sahut
Cie Hun. "Apa yang aku lihat ialah sekor kera yang besar!"
"Nona Hun," Lam Ce In menyelak, "Apakah nona bukan
maksudkan Ceng Ceng Jie adik seperguruan dari Khong Khong
Jie?"
Nona itu tertawa geli.
"Dasar Lam Toako yang sangat pintar!" kata dia, tak likat-
likat. Wajar sekali dia memanggil toako atau kakak kepada Ce
In sekalipun mereka berdua baru berkenalan di detik ini.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Begitu mendengar aku, Lam Toako lantas saja dapat


mengetahui siapa si kera yang aku maksudkan itu! Tidak salah!
Manusia yang romannya aneh luar biasa itu benarlah Ceng
Ceng Jie!"
Mau atau tidak, semua orang bersenyum.
"Bicara terus!" sang ayah menitah.
"Aku masuk ke dalam lembah Liong Bin Kok kira jam dua,"
Cie Hun melanjuti keterangannya. "Ketika itu di dalam lembah
ramai sekali keadaannya. Semua liauw-Io besar dan kecil,
tengah menenggak arak kegirangan! Ong Pek Thong sendiri
berpesta bersama empat orang lain di
dalam sebuah kamar, mereka terpisah dari orang-orangnya.
Di luar tembok pekarangan tumbuh beberapa pohon hoay,
yang besar dan tinggi melewati tembok, banyak cabangnya,
lebat daunnya, maka aku mendekam di tempat yang lebat itu,
mengintai mereka dengan terang sekali. Aku tidak lihat Khong
Khong Jie di situ, maka itu aku tidak menggunai isyarat rahasia
yang ayah ajari."
"Selainnya Ceng Ceng Jie, siapa itu tiga orang lainnya?" Han
Tam
tanya.
"Yang satu ialah seorang muda umur lebih kurang dua puluh
tahun, yang romannya sangat mirip dengan Ong Pek Thong,"
sahut si anak. " "Jidat dia itu bengkak dan biru, rupanya dia
bekas orang hajar."
"Oh, dialah Ong Liong Kek, puteranya Ong Pek Thong!" kata
Han Tam.
"Lukanya itu bekas dihajar pelurunya kouw-kouwku," Mo Lek
beritahu.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kouw-kouwmu?" kata Cie Hun. "Oh, tentulah dia Nyonya


Touw Sian Nio isteri dari Toan Tayhiap! Kalau begitu ketika
Keluarga Ong ayah dan anak serta Khong Khong Jie memukul
pecah Hui Houw Ce, kau hadir di sana. Benar, bukan?"
"Jangan nyimpang!" kata Han Tam kepada puterinya,
"Sebentar kau boleh minta Lam Toako-mu itu memberikan
keterangannya. Sekarang lanjuti dulu penuturanmu. Siapa itu
dua orang lainnya lagi?"
"Merekalah orang asih karena mereka bicara dengan lidah
penduduk lain tempat," Cie Hun melanjuti pula. "Orang yang
satu tangan kirinya dikasih turun, dia rupanya bekas terluka
dan belum sembuh..."
Lam Ce In terperanjat.
"Aku tahu dua orang itu!" katanya. "Merekalah Busu-nya An
Lok San. Yang terluka itu tak tahu aku namanya, tetapi luka di
tangan kirinya itu bekas bacokanku. Yang tak terluka itu Thio
Tiong Cie, satu di antara empat jagonya An Lok San."
"Pantas kalau begitu!" kata si nona. "Aku saban-saban
mendengar mereka menyebut-nyebut Thaysu! Ayah, terkaan
ayah tidak meleset. Benarlah Ong Pek Thong si rase tua
mempunyai hubungan erat dengan An Lok San."
Ia berhenti sebentar, untuk sedetik kemudian
menambahkan, "Begitu aku tiba lantas aku melihat Ong Pek
Thong memberi selamat secawan arak kepada si kera gede,
ialah Ceng Ceng Jie, katanya, 'Hari ini kita telah melabrak Hui
Houw Ce, inilah kejadian yang paling membuat aku girang,
sayang kakak seperguruanmu sudah lantas pulang, tak dapat
aku mencegahnya. Maka besok, harian pesta kita, kita
kekurangan dia seorang. Aku menyesal...'

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

'Begitu memang tabiatnya kakak seperguruanku itu/ kata


Ceng Ceng Jie. 'Dia nampak gemar mencampuri urusan lain
orang hanya setelah urusan selesai, lantas dia mengangkat
kaki, selamanya dia tak menghiraukan jasanya'
Lantas orang yang terluka tangan kirinya itu berkata, 'Thaysu
kami juga sudah lama mengagumi nama besar kakak
seperguruanmu itu. Thaysu ingin mengundangnya, sayang
belum didapat orang perantaraan yang cocok. Entah
bagaimana dengan tuan sendiri, apakah tuan suka membantu?'
Ceng Ceng Jie menggeleng kepala. Tapi dia tertawa.
'Sukar, sukar!' katanya. 'Demikian rupa tabiatnya kakak
seperguruanku itu, maka juga dia tak dapat terkekang hingga
hilang kemerdekaannya. Jangan kata baru Thaysu kamu, biar
pun raja sendiri, tak nanti dia dapat diundang/
Lantas orang, orang she Thio itu, Thio..., Thio..."
"Thio Tiong Cie!" Ce In tambahkan.
"Ya. Lantas Thio Tiong Cie kata pada Ong Pek Thong,
'Dengan begini jadi ternyata Ong Cecu bermuka terang sekali!
Sungguh beruntung Cecu dapat mengundangnya!'
Ong Pek Thong tertawa. Dia kata, 'Aku bersahabat kekal
dengan mendiang ayahnya. Di samping itu pada kira sepuluh
tahun yang lalu Touw Lotoa sudah melakukan suatu perbuatan
tak bagus, ialah dia hitam makan hitam, dia telah
membinasakan Se Chungcu sekeluarga di kecamatan Tiauw-
koan. Kebetulan sekali, Se Chungcu itu menjadi sanak tingkat
tertua dari Khong Khong Jie, maka juga begitu aku omong
hendak menyerbu Hui Houw Ce, dia lantas menyatakan suka
memberikan bantuannya!'

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Thio Tiong Cie tertawa bergelak. Dia kata memuji, 'Ini pun
bukti dari Ong Cecu bakal berhasil! Di belakang hari pastilah
Thaysu kami bakal mengharap banyak bantuanmu, cecu!'
'Terima kasih, terima kasih,' kata Ong Pek Thong. 'Dalam hal
ini, kita bekerja sama dengan masing-masing memperoleh
untungnya. Aku si orang tua juga pasti bakal mengandal
banyak kepada thaysu kamu itu!'
Kemudian Ong Pek Thong menambahkan kepada Ceng Ceng
Jie, 'Mengenai ini, tak apa kakak seperguruanmu tidak hadir
bersama. Aku pun kuatir dia nanti kurang setuju dengan
tindakan kita ini. Ini pula sebabnya aku tak dari siang-siang
membicarakah dengannya.'
'Tapi Ong Cecu jangan kuatir/ berkata Ceng Ceng Jie, 'Nanti
aku bicara dengannya. Akan aku bicara dengan sabar. Umpama
kata kakak seperguruanku itu tidak setuju, tidak nanti dia
sampai menentang/
Atas itu, Ong Pek Thong mengucap terima kasih. Lagi sekali
dia memberi selamat dengan secawan arak. Lagi-lagi dia
mengutarakan pengharapannya Ceng Ceng Jie nanti berhasil
bicara dan membujuk kakak seperguruannya itu."
Menutur sampai disitu, Han Cie Hun berhenti, untuk
menghirup air tehnya.
Han Tam berpikir, lalu dia kata, perlahan.
"Bukankah barusan aku menyayangkan Khong Khong Jie?"
katanya. "Aku kuatir dia kena orang pergunakan. Inilah
sebabnya kekuatiranku itu. Sudah terang An Lok San
mengandung niat menjadi raja, untuk satu pihak dia membaiki
semua panglima orang suku Ouw di perbatasan, di lain pihak
dia mau berkongkol dengan Ong Pek Thong. Kalau Ong Pek
Thong berhasil menjadi kepala Ikatan Rimba Hijau, dia hendak

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dibujuk atau dipancing bekerja sama, untuk digunakan sebagai


alat!"
"Oh, begitu pikiran toako!" kata Liong Chong Siangjin. "Aku
tadinya menyangka toako berat sebelah. Sekarang ternyata
Ong Pek Thong itu terlebih busuk dan terlebih jahat dari Touw
Leng Ciok!"
Baru saja ia mengucap begitu, si pendeta sudah lantas
menjadi menyesal. Dengan begitu dia menganggap Keluarga
Touw busuk sekali. Bukankah di situ ada Lam Ce In, orang
yang berpihak kepada Keluarga Touw? Bukankah di situ ada
Tiat Mo Lek, anak angkat salah satu anggauta keluarga itu?
Tapi, Lam Ce In lantas berkata, "Taysu, pertimbanganmu
adil sekali! Sayang yaitu Toan Toako-ku masih belum ketahui
perkara ini. Mengenai perjalanannya ke Hui Houw Ce ini, Toan
Toako menyesal bukan main."
"Anak Hun, bagus sekali penyelidikan kau ini!" kata Han Tam
pada puterinya. "Bagaimana kemudiannya? Ada apa lagi yang
kau dengar?"
"Belakangan?" sahut si anak. "Aku mendengar satu hal yang
sangat diluar dugaan!"
"Bagaimana?" tanya si ayah cepat, "Apakah Ceng Ceng Jie
memergoki kau?"
"Aku tidak tahu siapa yang dia pergoki itu...!" sahut si nona.
"Bagaimana?" Pek Eng tanya, heran. Dia memotong.
"Apakah benar ada orang lain yang nyalinya begitu besar
hingga dia berani menyateroni Liong Bin Kok?"
Sementara itu, Cie Hun sudah bicara terus, "Ketika itu hatiku
berdebaran. Aku mendapatkan cabang pohon bergoyang-
goyang, mengasih dengar suara yang halus. Ceng Ceng Jie

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

benar liehay. Dia sudah lantas berlompat bangun, sambil


melemparkan cawan araknya, dia berseru, 'Di luar ada orang!'"
"Ceng Ceng Jie memang liehay!" kata Han Tam kaget juga.
"Bagaimana kau bisa meloloskan dirimu? Apakah kau menyebut
nama atau julukanku?"
Anak itu tertawa.
"Ceng Ceng Jie tidak muncul," katanya. "Aku juga tidak
menyebut nama ayah. Peruntunganku bagus sekali, dalam
ancaman bencana itu, aku mendapat keselamatan. Aku ketemu
bintang penolong!"
"Siapa yang telah menolongi kau?" si ayah tanya. Dia
menduga, untuk di dalam lembah Liong Bin Kok, cuma seorang
tua yang liehay yang dapat menolong puterinya itu.
Tetapi Cie Hun, si anak, tertawa.
"Ayah menerka keliru!" kata anak itu. "Bintang penolongku
itu seorang nona yang cantik, dibanding dengan aku, dia tak
lebih tua seberapa."
"Aneh! Siapakah nona itu?" i
"Sabar, ayah! Ayah sabar mendengar ceritaku." Lantas; anak
ini berlagak beraksi seperti tukang cerita yang ulung. "Maka di
itu waktu," dia melanjuti, "Mendadak puteranya Ong Pek Thong
menggoyang-goyangi tangannya. Kata dia perlahan/Itulah
seorang sahabatku! Jangan kuatir. Nanti aku undang dia
masuk!' Aku heran, hingga aku menduga-duga. Aku tanya
diriku, kenapa pemuda itu kenal aku... Aku menduga akulah
yang kena kepergok. Habis berkata, dia sudah lantas lompat ke
atas tembok pekarangan. Justeru itu di sebuah pohon Hoay
muncul si nona cantik.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Rupanya dia, sudah bersembunyi di pohon itu, hanya aku


tidak mendapat tahu. Melihat Ong Liong Kek, nona itu berkata
dingin, 'Ong Kongcu, kiranya kaulah Ong Siauw-cecu! Sungguh
aku kurang hormat, kurang hormat!'
Aku melihat Ong Liong Kek menjadi likat.
'Nona He, bukannya aku mendustakan kau/ katanya. 'Ini...
ini...' Baru aku ketahui nona itu she He.
Dia memotong perkataannya Ong Liong Kek, 'Siapa
kau sebenarnya, tidak ada sangkutannya denganku!' suaranya
dingin. 'Aku cuma hendak menanya kau, apa yang kamu bikin
atas dirinya Toan Pehu-* ku?'
'Yang mana itu Toan Pehu kau?' Liong Kek tanya. 'Dialah
Toan Tayhiap, Toan Kui Ciang!' si nona beritahu." Mendengar
itu, Ce In terperanjat.
"Jikalau begitu nona itu bukan lain daripada He Leng Song..."
katanya di dalam hati. "Ah, benar-benar dia ada hubungan
dengan anaknya Ong Pek Thong itu!"
Cie Hun melanjuti pula penuturannya, "Aku lihat Ong Liong
Kek melengak. Dia kata, 'Oh, kiranya Toan Kui Ciang itu
pamanmu! Mereka... mereka berdua suami isteri...'
Si nona memotong, 'Mereka kenapa?'
Ong Liong Kek menjawab, suaranya agak perlahan, "Mereka
berdua tak dapat melawan Khong Khong Jie, mereka
mengangkat kaki, kabur...'
'Apakah benar begitu?' si nona tegasi.
'Buat apa aku mendustai kau?' Liong Kek jawab. 'Kami
bukannya bangsa berandal yang biasa sembrono membunuh
orang!'
'Mereka itu menyingkir ke mana?' si nona tanya pula.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

'Mana aku tahu? Mungkin mereka lari pulang...'


'Baik!' kata si nona nyaring. 'Jikalau aku tidak berhasil
mencari mereka itu, akan aku datang pula kepadamu!'
Habis berkata, nona itu lantas berangkat pergi. Ong Liong
Kek pergi menyusul. Aku menggunai ketika itu buat
mengangkat kaki juga."
Han Tam mengeluarkan napas lega.
"Jikalau begitu, nona she He itu datang ke Liong Bin Kok
untuk mencari Toan Tayhiap," kata ia. "Dia pasti orang
sebangsa golongan kita.
Kenapa kau tidak mau undang dia kemari, untuk kita
memasang omong? Aku tahu ilmu silatnya anak Ong Pek Thong
itu, kalau kau bertempur dengannya, kau tidak akan sanggup
melawannya, sebaliknya dalam ilmu ringan tubuh, dia tak dapat
menandingi kau. Menurut kau, anak, ilmu ringan tubuh nona itu
pasti jauh terlebih mahir daripada kepandaian kau, maka itu
pasti sudah anaknya Ong Pek Thong tak bakal dapat menyusul
dia. Apa mungkin nona itu tak sudi bertemu dengan kau?"
"Ayah menduga tepat," kata Cie Hun. "Memang juga Ong
Liong Kek tidak berhasil menyandaknya. Aku berlalu dari Liong
Bin Kok belum lima lie, aku melihat dia kembali dengan lesu.
Dia tidak dapat melihat aku, dari itu aku pun tidak mau
mengganggunya. Setelah aku berjalan lebih jauh lima atau
enam lie, tiba-tiba aku mendengar suara kelenengan kuda,
yang datang dari sebelah depan. Kiranya dialah si nona she He,
yang sudah kembali. Sekarang dia menunggang sekor kuda
putih. Dia kembali untuk mencari aku."
"Apa kata nona itu?"
"Paling dulu dia tanya aku, aku dari pihak Keluarga Touw
atau bukan. Aku menjawab bukan. Dia pun tanya aku kenal
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Toan Tayhiap atau tidak. Aku jawab tidak. Lantas dia tanya
pula, 'Habis, buat urusan apakah kau pergi ke Liong Bin Kok?'
Aku percaya dialah seorang lurus, maka aku tidak niat
mendustakan dia. Begitulah aku menjawab secara terus terang.
Aku membilangi aku hendak mencari Khong Khong Jie. Setelah
itu aku mengundang dia datang ke rumah kita, untuk sedikitnya
tinggal buat satu malam. Aku menjanjikan membantui ia
mencari Toan Tayhiap. Mendengar ajakanku itu, aku lihat air
mukanya berubah dengan mendadak, lalu ia berkata, 'Hm! Aku
tidak sempat!' Dia mengeprak kudanya, dikasih kabur. Aku jadi
kebogehan. Melihat romannya itu, dia rupanya sangat
membenci Khong Khong Jie." ^
Han Tam tertawa.
"Rupanya dia salah mengerti," kata orang tua ini. "Terang
dia rada terburu napsu..."
Sat-sie Siang-eng dan Sin Cecu heran. Mereka orang-orang
Kang Ouw dan pergaulan mereka luas, pendengaran mereka
banyak, akan tetapi mereka tidak pernah ketahui tentang nona
she He itu, karena mana mereka jadi tak dapat menduga si
nona orang macam apa.
Mo Lek ingin campur bicara, akan tetapi ketika ia melihat Ce
In, kawan itu mengedipi mata padanya, maka ia urung bicara.
Tetapi ia heran kenapa paman she Lam itu mencegah ia
membeber halnya Leng Song.
"Sekarang kita biarkan dulu hal nona she He itu," berkata
Han Tam kemudian. "Mari kita bicarakan hasil penyelidikannya
Cie Hun. Terang sudah Ong Pek Thong berkongkol dengan An
Lok San. Inilah suatu kepastian. Bagaimana sekarang kita harus
bertindak?"
Sin Cecu dari benteng Kim Ke San, yang bernama Thian
Hiong, bertabiat keras, dia lantas berkata, "Ong Pek Thong
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ingin menjadi kepala Ikatan Rimba Hijau, itulah urusannya


sendiri, tetapi kalau dengan begitu dengan dia mau kita turut
padanya, untuk membantu bangsa Ouw merampas pemerintah,
tak dapat!"
"Hanyalah tentang akal muslihatnya itu," berkata kedua
saudara Sat, "Semua itu tidak atau belum diketahui saudara-
saudara kita dari Rimba Hijau. Aku pikir mesti kita bongkar atau
beber akal muslihat itu, supaya saudara-saudara kita tak usah
kena diakali hingga mereka dapat dituntun hidungnya..."
"Itu benar, tetapi bagaimana caranya?" Thian Hiong tanya.
Thouw Pek Eng, yang sedari tadi berdiam saja, campur
bicara.
"Sin Cecu," ia tanya, "Bukankah Ong Pek Thong ada
mengirim surat undangan kepadamu?"
"Benar! Tapi aku tidak takut padanya, aku tidak mau datang
untuk menghadiri pestanya itu!" sahut si jago dari gunung Kim
Ke San.
"Menurut aku, lebih baik kau pergi!" kata Pek Eng tertawa.
"Dengan kau pergi itu, kita dapat menjadi pengikut-
pengikutmu. Han Lo-cianpwe, bagaimana pikiran lo-cianpwe?"
"Pikiranmu itu baik," sahut Han Tam, "Cuma Ce In dan Mo
Lek, juga dua saudara Sat, sulit pergi ke sana. Mereka semua
dikenali Ong Pek Thong. Dia mana bisa dikelabui matanya?"
"Tentang itu lo-cianpwe tak usah kuatir," Pek Eng berkata.
"Aku yang muda mengerti juga kepandaian menyalin rupa."
Han Tam tertawa.
"Aku cuma tahu laote sebagai tabib pandai, tak tahunya kau
pun pandai ilmu menyamar! Hanya aku berusia begini tua,
mana dapat aku menyaru jadi pengiringnya Sin Cecu?"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pek Eng tertawa


"Aku dapat membikin lo-cianpwe lebih muda dua puluh
tahun!" katanya. "Cuma sulitnya yaitu jenggot lo-cianpwe mesti
dipotong sedikit supaya menjadi terlebih pendek. Itulah
sayang."
Ia berhenti sebentar, terus ia menambahkan, "Buat yang
lainnya, semua mudah, yang paling sukar ialah Liong Chong
Siangjin, sudah tubuhnya tinggi besar luar biasa, kepalanya pun
gundul."
"Jikalau begitu, tidak ada jalan lain daripada minta sukalah
Siangjin merendahkan diri menjagai gubuk reyotku ini sekalian
ia menemani anakku," kata Han Tam bersenyum.
"Tidak!" kata Cie Hun. "Aku ingin menyaksikan keramaian
itu!"
"Keponakanku, aku lihat, lebih baik kau jangan turut,"
berkata Pek Eng. "Kau masih terlalu kecil, taruh kata kau salin
macammu, umpama kata kau menjadi kacung liauwlo, mungkin
Ong Pek Thong yang licin dapat mengenali penyamaranmu.
Maka itu lebih baik kau tinggal di rumah."
Cie Hun tidak mau mengerti, dia lantas menunjuk Mo Lek.
"Umur dia berimbang dengan umurku, kalau dia dapat pergi,
kenapa aku tidak?" dia membantah.
Han Tam tertawa.
"Coba kau berdiri berendeng dengannya!" kata ayah ini.
"Coba kau lihat, bukankah dia lebih tinggi daripada kau? Kalau
dia menjadi kacungnya Sin Cecu pasti tak ada yang curigai. Kau
lain lagi. Laginya, kalau kau menyamar menjadi laki-laki, kau
lebih mudah dikenalinya."
---ooo0dw0ooo---
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Jilid 10
"Walau bagaimana, aku mesti pergi!" anak itu membantah.
"Paman Thouw, tolong kau carikan jalan untuk aku dapat
turut!"
Orang menjadi kewalahan.
Thouw Pek Eng lantas berpikir.
"Sudah, begini saja!" kata dia kemudian. "Kau baik
menyamar menjadi anak perempuannya Sin Cecu. Masih masuk
di akal kalau Sin Cecu datang menghadiri pesta dengan
mengajak puterinya yarig disayang. Karena kau tidak dikenal,
kau pun boleh tak usah menyamar lagi."
"Apakah itu tak keterlaluan untukku?" tanya Sin Thian Hiong
tertawa. "Sudah Han Lo-cianpwe menjadi pengiringku, lalu
sekarang puterinya pun diakui sebagai puteriku!"
"Itulah bukannya soal!" Han Tam tertawa. "Bukankah kau
mendapatkan semuanya?"
Liong Chong Siangjin tertawa.
"Kamu semua senang, kamu menghadiri pesta dan melihat
keramaian," katanya. "Aku sendiri, aku mesti menunggu rumah,
kesepian! Sungguh sebal!"
"Semua ini hanya untuk sementara waktu," berkata Pek Eng.
"Sekarang sudah pasti. Saudara Mo Lek, kau menjadi kacung,
dan kita semua, menjadi sebagai tauwbak."
"Menjadi tauwbak boleh juga!" kata Sin Cecu. "Dengan
begitu pihak Ong diberi kehormatan, sampai pun segala
tauwbakku turut datang memberi selamat padanya!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sampai disitu, Thouw Pek Eng lantas bekerja. Ia


mengeluarkan obatnya untuk mengubah warna kulit orang,
maka sebentar kemudian terlihat Han Tam menjadi lebih muda
dua puluh tahun, kulit keriputnya pun dapat disamarkan.
Demikian setelah terang tanah, rombongan Sin Cecu ini
berangkat menuju ke Liong Bin Kok, lembah sarangnya Ong
Pek Thong. Han Cie Hun gembira sekali, karena ia telah
kesampaian keinginannya. Cuma Lam Ce In yang berpikir
keras. Ia memikirkan Hee Leng Song.
Untuk kalangan Rimba Hijau di Yu-ciu, nama Sin Thian Hiong
terkenal sekali, la benar-benar bertabiat keras dan angkuh.
Ketika keluarga Touw menduduki benteng Hui Houw Ce
sebagai ketua Ikatan Rimba Hijau, pelbagai Raja Gunung
lainnya datang membajar upeti tahunan, cuma ia yang tidak
menghiraukannya.
Touw Leng Ciok tak senang dengan sikapnya itu tetapi dia
tak bisa berbuat apa-apa, kesatu dia sendiri lagi punya urusan
penting, kedua dia tahu Sin Kee Ce itu tangguh.
Ong Pek Thong tahu sifatnya Thian Hiong, benar ia mengirim
undangan, tetapi ia tidak mengharap banyak tetamunya itu
nanti datang memenuhkan undangannya itu, maka juga tempo
ia menerima kartu nama Thian Hiong, yang datang berkunjung,
ia heran sekali, dengan tergesa-gesa ia menuntun anaknya
keluar buat menyambut sendiri kepada tetamu yang berkepala
besar itu...
Setelah kedua pihak saling memberi hormat, Sin Thian Hiong
kata "Ong Cecu berhasil merobohkan dan merampas Hui Houw
Ce, pantaslah kau diberi selamat! Sudah sekian lama Kim Kee
San dibikin tak puas oleh Keluarga Touw, baru sekarang hatiku
lega, karena itu, kaisni semua bersyukur. Karena itu juga maka

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sekarang aku datang bersama beberapa saudaraku ini, untuk


menghaturkan selamat!'
Ong Pek Thong berlaku merendah untuk pujian itu, ia pun
mengucap terima kasih.
Sin Thian Hiong bisa sekali bicara. Dia kata pula, datangnya
itu selain buat memberi selamat dan membilang terima kasih,
juga sekalian untuk mohon perlindungan ini Beng-cu, atau
kepala Ikatan Rimba Hijau, yang baru.
Lalu dia tertawa bergelak dan menambahkan, "Cecu tahu,
pesta ini suatu pesta yang langka, jarang ada selama seratus
tahun! Begitulah anak perempuanku ini, yang belum pernah
mengembara, saking gembiranya, turut datang bersama!"
Ong Pek Thong girang bukan main. la belum menjadi Beng-
cu, tetapi jago dari Sin Kee Ce sudah mengakuinya. Tapi ia bisa
berpikir, ia sedikit curiga.
Ia kata dalam hatinya, "Kim Kee San berselisih dengan Hui
Houw Ce, aku berhasil menumpas Keluarga Touw, pantaslah
kalau dia senang dan bersyukur kepadaku, pantas juga dia
datang bersama beberapa tauwbaknya memberi selamat
padaku. Sebenarnya kita tidak bersahabat satu dengan lain,
sekarang dia sekalian mengajak puterinya, tidakkah itu
berlebihan? Mungkinkah karena dia hendak mengambil hatiku
maka dia jadi berlaku begini manis budi? Biasanya dialah bukan
tukang mengangkat angkat orang..."
Ketika itu mendadak Ong Liong Kek menghampirkan Tiat Mo
Lek "Saudara kecil ini she apa?" dia tanya.
Diam-diam Sin Thian Hiong terperanjat.
"Dialah kacung pengiringku," dia menjawab lekas. "Dia tidak
tahu aturan, harap Siauw-cecu tidak berkecil hati."

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia pun mengarang nama palsu untuk pengiring tetironnya


itu.
Tiat Mo Lek telah tak dapat menahan rasa hatinya. Waktu
melihat Ong Liong Kek, musuhnya, sinar matanya berubah
tajam sekali — sinar itu sinar bermusuh atau membenci sangat.
Liong Kek melihat itu, dia jadi heran, karena perhatiannya
tertarik, dia jadi mengajukan pertanyaan itu.
Mo Lek cerdik ia insyaf akan kekeliruannya itu, maka ingin ia
membetulkan.
"Tong-kee mengajak aku ke mari, aku jadi ingat suatu hal
lama," kata dia.
"Di sini bukan tempat kau bicara, kau mundur!" kata Thian
Hiong, yang kuatir orang banyak bicara.
"Biarkan dia bicara, tak apa," kata Liong Kek.
Mo Lek lantas mengasih lihat roman takut dan ragu-ragu.
"Baiklah, kau boleh bicara!" kata Thian Hiong kemudian,
ajgak terpaksa.
"Aku ingat satu hal," kata Mo Lek. "Bukankah tong-kee
pernah menyuruh aku pergi ke Hui Houw Ce? Ketika itu aku
dimarahi mereka. Sebabnya itulah tong-kee tidak mengirim
bingkisan kepada mereka. Aku telah diikat dan diusir pergi.
Sekarang sebaliknyalah Keluarga Ong. Di sini aku disambut
secara baik. Maka itu aku jadi ingat kejadian dulu hari itu.
Sekarang ini aku jadi girang berbareng mendongkol!"
Ong Liong Kek tertawa lebar. "Oh, kiranya begitu, saudara
kecil!" katanya
Sedang mereka bicara itu, dua orang muncul dari dalam.
Yang satu Ceng ceng Jie, yang lain gadisnya Ong Pek Thong.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tuan rumah lantas mengajar kenal. Katanya, "Inilah Sin


Cecu dari kim kee San yang namanya sangat terkenal dalam
dunia Rimba Hijau. Ini adalah Ceng Ceng Jie, ahli pedang dunia
Kang Ouw yang kesohor."
"Sudah lama aku mengaguminya!" kata Ceng Ceng Jie,
singkat dan angkuh.
Lantas dengan mata tajam dia menyapu semua tetamunya
itu. Ketika dia melihat Han Tam, dia terkejut di dalam hatinya.
Sebagai ahli silat, dia dapat melihat sinar mata luar biasa dari
jago she Han itu.
Lekas dia menghampirkan dan menanya, "Apakah she mulia
dan nama besar dari cecu ini?"
Han Tan menjawab cepat, "Aku si orang she Han cuma
menjadi serdadu kecil yang tak ada namanya dari Kim Kee
San."
Sin Thian Hiong pun berkata, "Han Toako ini menjadi tong-
kee kedua di Kim Kee San, dia datang belum lama."
"Syukur, aku girang sekali dengar pertemuan ini!" Ceng Ceng
Jie berkata.
la turut bicara. "Ong Toako, muka toako terang sekali hingga
dapat mengundang Han Toako datang ke mari!"
Ia tertawa, terus ia menambahkan, "Aku merasa beruntung
dapat satu sahabat baru!"
Ia lantas mengulur tangannya, untuk berjabatan.
Ong Pek Thong heran hingga ia terperanjat.
Aneh sikap Ceng Ceng Jie. Dia tidak menghormati Sin Thian
Hiong hanya seorang tauw-bak. Maka ia mengawasi saja.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ceng Ceng Jie hendak menguji tauwbak tetamunya itu, maka


di waktu mereka saling jabat, dia mengerahkan tenaga Siauw
Thian Chee atau "Bintang kecil". Itulah semacam tenaga dalam
yang mahir, mulanya lunak, lalu keras, dengan itu tubuh pihak
sana dapat dibikin menjadi lemas tak berdaya hingga jatuh
terkulai di lantai.
Han Tam bersenyum.
"Terima kasih, maaf!" katanya, sabar.
Ceng Ceng Jie telah mengerahkan tenaganya. Ia menjadi
heran. Ia mendapatkan orang seperti tak bertenaga, toh orang
tak roboh seperti apa yang ia kira. Ia melihat orang bersikap
wajar saja.
Dalam herannya ia kata dalam hati, "Tenaga dalam orang ini
sukar ditaksir. Mungkin suheng Khong Khong Jie juga tak
seliehay dia..."
Tengah ia berpikir begitu, si "Kera Besar" ini, seperti katanya
Nona Han Cie Hun, mendadak terkejut. Tiba-tiba ia merasai
nadinya kaku atau lemas sendirinya.
Han Tam jago totok, selagi berjabat tangan itu, dengan
tenaga dalamnya ia menggempur tiga kali pada nadi orang.
Lekas-lekas Ceng Ceng Jie menarik pulang tangannya.
"Han Tongkee liehay sekali!" katanya. "Aku takluk, aku
takluk!"
Han Tam pun tak mau memandang enteng, karena orang
dapat bertahan dari serangannya itu.
Ong Pek Thong lantas mengerti bahwa orang diam-diam
sudah mengadu kepandaian. Ia menjadi kaget dan heran, ia
pun berkuatir.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Katanya di dalam hati, "Di antara tauwbak-tauwbak Kim Kee


San ada orang begini liehay, jangan-jangan sulit buat aku
menjadi beng-cu..."
Puterinya tuan rumah sebaliknya girang sekali, hingga dia
berjingkrak berlompatan, tangannya ditepuk berulang-ulang,
tanda girangnya.
Dia tertawa dan kata nyaring, "Aku mendapat kawan! Kau ini
namanya siapa?"
Dia tanya Cie Hun.
Ong Pek Thong lantas berkata, "Inilah anak perempuanku,
namanya Yan Ie. Dia paling suka bermain, lari sana dan lari
sini, hingga orang panggil dia Siauw Yan, si Walet Kecil. Dan ini
puterinya Sin Cecu," ia teruskan pada gadisnya. "Nah, pergilah
kau menemaninya!"
Ong Yan Ie alias Siauw Yan tertawa pula.
"Bagus!" dia berkata. "Ayah mengundang semua orang tua,
bagus encie ini menjadi tetamuku! Encie Sin, mari kita memain
di sana!"
Keluarga Ong membuat pesta besar-besaran, untuk
tetamunya yang berjumlah besar itu ia dapat menyediakan
tempatnya. Lembah Liong Bin Kok, atau Naga Tidur, yang
tadinya kosong belukar, telah disiapkan dari siang-siang.
Pembangunan dimulai sejak beberapa bulan yang lalu. Kecuali
benteng dan rumah-rumah lainnya untuk semua orang, ialah
sekalian liauwlo, dibuat juga suatu taman yang besar dan luas
beberapa bauw berikut lauwteng atau ranggon serta pelbagai
paseban, semuanya lengkap, bahkan untuk tontonan, telah
diberdirikan dua panggung wayang.
Telah ditetapkan pesta akan dimulai tengah hari tepat, maka
itu selagi masih ada tempo satu jam kira-kira, para tetamu
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pada menyenangi diri dengan pesiar di taman atau menonton


wayang, atau duduk berkumpul berkelompok-kelompok untuk
memasang omong. Semua tetamu memperoleh
kemerdekaannya.
Demikian Ong Yan Ie, ia menemani Han Cie Hun. Usia
mereka memang tak berjauhan. Ia berkesan baik terhadap
tamunya yang cantik dan lincah itu. Mereka jalan-jalan sambil
berpegang tangan, melihat-lihat taman yang indah.
Dalam gembiranya, Yan Ie menutur hal diruntuhkannya
benteng Hui Houw Ce dari Keluarga Touw. Cie Hun sebaliknya
tak puas, ia tak gembira seperti semula, maka ia melayani
bicara sekedarnya saja.
"Kawanmu yang she Han itu liehay!" hata Yan Ie, yang
menukar haluan bicara. "Tadi dia dan Ceng Ceng Jie mengadu
kepandaian secara diam-diam. Kau melihat atau tidak, encie?"
"Benarkah begitu?" tanya Cie Hun berlagak pilon.
"Aku tidak tahu..."
Yan Ie tertawa.
"Kita bagaikan sahabat-sahabat kekal, mengapa kau begini
merendahkan diri?" kata dia. "Apakah encie menganggap aku
sebagai orang luar? Tadi mereka itu saling menguji kepandaian,
turut penglihatanku, Han Tongkee kamu itu rupanya menang
unggul. Han Tongkee demikian liehay, ayahmu mesti berada di
sebelah atas dia! Bukankah bapak harimau tak mempunyai
anjing dan panglima gagah tak mempunyai serdadu lemah?
Encie Sin, pasti ilmu silatmu pun mahir sekali!"
"Aku dilahirkan bebal," kata Cie Hun, "Maka itu meski aku
pernah belajar silat beberapa hari, apa yang aku bisa tak dapat
dinamakan kepandaian. Encie Ong, aku minta janganlah kau
menempelkan emas di mukaku..."
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Cie Hun tak gembira, ia bicara tawar.


"Aku tidak percaya!" kata Yan Ie tertawa.
Lantas dia menggenggam tangan tetamunya, sengaja dia
mengerahkan tenaganya beberapa bagian. Dia membataskan
diri karena dia kuatir Cie Hun tak sanggup bertahan.
Cie Hun telah mendengar halnya Yan Ie selama menempur
Keluarga Touw sudah berlaku telengas sekali, sekarang ia tak
berkesan manis terhadap nona itu, ia panas hati, ia tak puas.
Karena itu, ketika ia dipaksa diuji ini, diam-diam ia mengibasi
tangan bajunya.
Yan Ie tidak curiga apa-apa ketika tahu-tahu dia tertotok
pada jalan darah jie-khie di pinggangnya dekat iga, tanpa
merasa dia merasa nyeri hingga dia berteriak, "Aduh!"
Berbareng dengan itu, Cie Hun juga menjerit, "Aduh!" dan
tubuhnya mundur kaget sampai enam atau tujuh tindak.
Yan Ie mengutamakan pengerahan tenaga lunak menjadi
keras, maka itu tangannya mencekal mulanya perlahan, lalu
menjadi kuat.
Ketika itu kebetulan sekali Ong Liong Kek lewat di dekat
mereka, dia terkejut mendengar saudara dan tetamunya itu
pada menjerit, segera dia menghampirkan adiknya dan
menegur, "Adik, mengapa kau berlaku tak hormat pada tetamu
kita?"
Yan Ie menahan sakit, ia kata sembari tertawa, "Kita cuma
lagi main-main! Siapa sangka kau menganggapnya sungguh-
sungguh, koko!"
Cie Hun pun tertawa sambil menahan nyerinya. Ia kata,
"Encie Ong lagi mengajari aku. Inilah atas permintaanku!"
Ong Liong Kek mengerutkan alis.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Memang baik kamu saling berlatih," katanya, "Cuma tak


baik sekarang ini, mestinya sebentar setelah pesta bubar. Kalau
taman kosong, bukankah bagus?"
Ong Liong Kek teliti dan sabar. Ia dapat menduga kedua
nona lagi menguji kepandaian. Sebab itu, timbullah
kecurigaannya.
Ong Yan Ie lebih gagah daripada Liong Kek, kakaknya itu,
sekarang dia tak mendapat angin menguji Cie Hun, tentu sekali
sang kakak menjadi heran.
Pikir Liong Kek, "Kawan dan anaknya Sin Thian Hiong begini
liehay, kenapa dulu-dulu dia tak mau menjadi jago Rimba
Persilatan? Kenapa dia justeru menerima menjadi
sebawahannya Keluarga Touw? Dan sekarang, kenapa mereka
sudi tunduk pada Keluarga Ong kami? Tidakkah dalam ini ada
kepalsuannya?"
Karena kecurigaannya ini. Liong Kek lantas pergi mencari
Ceng Ceng Jie, untuk memberitahukan dan berdamai.
Kedua nona berjalan-jalan terus di dalam taman, diam-diam
mereka saling memuji kepandaian masing-masing. Karena itu
juga, mereka - atau lebih benar Nona Ong - tidak berani
menguji terlebih jauh.
"Encie Sin, ilmu totokan mengebutmu ini sangat liehay," kata
Yan Ie tertawa. "Bagaimanakah hubungan encie dengan Lo-
sianseng Han Tam?"
Ditanya begitu, Cie Hun terkejut di dalam hati. Pikirnya,
"Sudah lama ayah menyembunyikan diri, kalau bukan orang
Rimba Persilatan kelas satu, tak ada yang kenal ayah. Kenapa
dia ini, yang masih begini muda, mendapat tahu nama ayah?"
Ia pun seorang cerdik, ia tidak mau mengentarakan
kagetnya itu, maka ia sengaja berlagak pilon.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Orang macam apa Han Tam itu?" ia tanya. "Aku cuma kenal
seorang she Han, ialah Paman Han yang hari ini datang
bersama-sama aku. Siapa itu Lo-sianseng Han Tam? Maaf, aku
tidak tahu."
"Han Tam itu," kata Yan Ie, "Menurut keterangan guruku,
dialah ahli totok nomor satu di kolong langit di jaman ini.
Barusan aku melihat ilmu totok kau, encie, aku jadi ingat Han
Lo-sianseng itu, aku mengira kaulah muridnya."
"Kepandaianku yang tak berarti adalah buah ajarannya
ayahku sendiri," kata Cie Hun bersandiwara terus, "Sekarang
aku bertingkah mempertunjuki di sini, aku malu, aku
mengundang buah tertawa saja! encie, aku justeru mengagumi
kau buat ilmu Bian Ciang serta menutup dirimu itu! Encie,
siapakah guru encie yang terhormat?"
"Tabiat guruku sama dengan tabiat Han Lo-sianseng itu,"
sahut Yan Ie, "Ialah mereka sama-sama tidak menyukai orang
lain, orang ketahui nama mereka, maka itu aku tidak berani
menyebutkan namanya."
Mendengar itu, Cie Hun tahu orang sudah mulai mencurigai
pihaknya, akan tetapi ia tidak takut. Ia turut datang ke mari
justeru karena niatnya untuk mengacau di lembah Liong Bin
Kok ini, guna membanguni naga tidur...
Mereka pesiar terus. Yan Ie mengajak tetamunya pergi ke
tempat wayang. Di antara banyak orang, ia tiba-tiba melihat
seorang pengemis, ia menjadi heran.
"Eh!" serunya, "Mengapa kamu membiarkan pengemis
masuk ke mari? Lekas usir dia pergi!"
Orang-orangnya Keluarga Touw menjadi kaget. Sebenarnya
juga, mereka tak memperhatikan pengemis di antara sekian
banyak tetamunya itu.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Mana dia? Mana dia?" begitu beberapa hamba menanya.


Dalam tempo yang sangat pendek, pengemis itu sudah
menghilang. Yang paling heran ialah Ong Yan Ie. Maka hendak
ia pergi mencari sendiri. Tapi itu waktu pesuruh ayahnya
sudah datang menyusul memanggil ia dan ia kembali guna
menemani tetamu dalam medan pesta.
Ketika itu tengah hari tepat. Di dalam kamar itu dimana-
mana terdengar suara tambur dan gembreng, tanda
mengundang para tetamu menghadiri perjamuan. Masing-
masing mereka segera diundang berduduk.
Ong Pek Thong bersama puterinya menemani Sin Thian
Hiong dan rombongannya Han Cie Hun. Ong Pek Thong diapit
Ceng Ceng Jie di kiri dan seorang tua yang romannya aneh di
sebelah kanan. Han Tam hadir di meja tuan rumah ini.
Lam Ce In bersama Thouw Pek Eng dan rombongan duduk
di sebuah meja lain. Meja ini berdampingan dengan meja
kepala. Diam-diam Ce In memasang mata. Maka ia melihat dua
orangnya An Lok San, yang mengenakan pakaian preman,
duduk di meja lain berdekatan dengan meja mereka. Kawannya
mereka itu berdua ia tak kenal siapa adanya.
Setelah tiga idaran maka si orang tua di kanannya Ong Pek
Thong, menepuk tangan tiga kali. Ia berbangkit memandang
semua tetamunya. Itulah tanda bahwa ia hendak bicara.
Sebenarnya dialah Tie Swie, seorang jago Rimba Hijau yang
namanya cuma dibawahan Touw Leng Ciok dan Ong Pek
Thong, cuma dia menjadi sahabat karib dari Pek Thong. Begitu
dia berdiri, banyak orang tahu apa yang dia bakal ucapkan.
Demikianlah dia angkat bicara, "Orang-orang yang
memangku pangkat ada kepalanya! Kepala itu ialah yang
dipanggil raja! Kita yang menjadi berandal, kita juga
mempunyai pemimpin. Pemimpin kita ialah yang dipanggil
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

beng-cu! Selama beberapa puluh tahun, yang menjadi beng-cu


kita terus menerus ialah Keluarga Touw. Keluarga itu cuma
tahu mencelakai orang lain, untuk menguntung! diri sendiri,
mereka tak mengenal persaudaraan. Maka mereka mirip si raja
tak bijaksana yang tolol! Aku percaya tuan-tuan yang hadir di
sini, semua pernah diganggu mereka itu. Tapi sekarang ini
Toako Ong Pek Thong telah menolongi kita menyingkirkan
bencana Rimba Hijau itu, Hui Houw Ce telah dilabrak musnah,
maka juga dunia Rimba Hijau gembira sekali. Sekarang selesai
sudah urusan Keluarga Touw. Sekarang muncul soal si
pemimpin. Pemimpin itu perlu. Tanpa pemimpin ada,
seumpama kawanan naga tanpa kepala, dapat terjadi orang
main berebutan, hingga bencana kecelakaannya bertambah
besar. Maka juga kita, kita mirip negara, yang tak boleh ada
satu hari tanpa rajanya. Ya, kita tak boleh ada satu hari tak ada
pemimpin kita. Menurut aku, karena Ong Toako sudah
menolongi kita menyingkirkan si pemimpin yang tak bijaksana
itu, baiklah kita minta saja ia yang menggantikan kedudukan
Keluarga Touw, ialah kita angkat ia menjadi beng-cu kita yang
baru! Bagaimana pendapat tuan-tuan?"
Keluarga Ong sudah berkomplotan, segala apa sudah diatur,
maka lantas ada banyak suara yang menyambut anjuran Tie
Swie, yang menyatakan setuju, sedang mereka yang jeri
terhadap Pek Thong, menurut memberikan suaranya, untuk
mengekor.
Kelihatannya sudah pasti Ong Pek Thong bakal diangkat
menjadi Beng-cu ketika Sin Thian Hiong berbangkit.
"Aku ingin bicara!" berkata tetamu ini.
Dalam sekejap saja, suara berisik menjadi sirap.
Tie Swie heran hingga dia melengak.
"Sin Cecu, apakah cecu mempunyai pendapat lain?" ia tanya.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku bukannya tak setuju Ong Toako menjadi beng-cu,


sahut Thian Hiong. "Cuma ada satu hal yang aku masih kurang
mengerti. Untuk itu aku mohon keterangan dari Ong Cecu dan
Tie Cecu."
"Keterangan apa itu yang Sin Cecu minta?" Tie Swie tanya.
"Barusan Tie Cecu bilang, orang berpangkat ada raja yang
menjadi kepalaya," kata Thian Hiong, "Maka itu, kita pun perlu
menunjang seorang pemimpin, untuk dia mempersatukan
perintah, untuk kita menentang pemerintah. Bukankah begitu
maksud ringkas dari Tie Cecu?"
"Ya, begitulah maksudnya!" Tie Swie memberi kepastian.
"Bagus.'" kata Sin Thian Hiong. "Sekarang ingin aku
menanya, kalau begitu maksud kita, kenapa di dalam
pertemuan Rimba Hijau hari ini ada diundang juga
sebawahannya An Lok San? Apakah maksud yang sebenarnya?
Ong Cecu, dapatkah kau memberi penjelasan kepada semua
saudara di sini?"
Ong Pek Thong terkejut, air mukanya berubah. Tapi dia
mesti menebali kulit.
"Dimana ada orangnya An Lok San di sini?" tanya dia sambil
berbangkit berdiri. "Siapakah yang sudah menyiarkan berita
burung? Sin Cecu, aku lihat kau keliru mempercayai obrolan
cerita burung itu?"
Tak menanti suara orang berhenti, Lam Ce In sudah
berbangkit buat terus menunjuk ke meja di sampingnya,
kepada Thio Tiong Cie.
"Inilah orangnya An Lok San, pangkatnya Touw-ut bagian
penyerbu. Dan orang di sisinya itu ialah Busu dari An Lok San!"
Mendengar itu, hadirin menjadi ramai.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Justeru itu mendadak muncul seorang pengemis, yang


berlari-lari mendatangi sambil tertawa geli haha-hihi. Sangat
cepat larinya dia, sebentar saja dia sudah sampai di mejanya
Thio Tiong Cie.
Ong Yan Ie terkejut. Ia mengenali pengemis yang tadi ia
pergoki itu, yang hilang pula dengan cepat.
Pengemis itu menjura kepada Thio Tiong Cie, sembari
tertawa, dia kata, "Pesta ini pesta besar yang sukar
diketemukan pula, maka itu aku si pengemis hendak memohon
persen! Lebih dulu aku minta persen dari tuan pembesar
negeri, habis itu baru dari tuan rumah!"
Salah seorang hadirin, yang bertubuh besar dan gemuk,
sudah lantas membentak, "Pengemis bau, tempat ini tempat
apa? Mana dapat dibiarkan kau mengacau di sini?"
Terus dia mengangkat satu poci arak, untuk dipakai
menimpuk kepala orang!
Hebat serangan itu ke batok kepala. Di dalam pesta Rimba
Hijau semacam ini orang biasa menggunakan cangkir besar
dengan potongan-potongan daging besar juga, maka itu,
tempat araknya pun mesti terbuat dari tembaga atau besi, yang
muat kira lima kati arak. Demikian poci arak yang dipakai si
gemuk, beratnya seperti gembolan!
Akan tetapi si pengemis tertawa berkakak.
"Belum lagi dipersen uang hendak dihadiahkan arak!"
katanya.
"Baiklah! Terima kasih!"
Dia mementang mulutnya, untuk menyambuti. Karena dia
dongak, tepat dia kena gigit mulut poci!

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Si gemuk kaget, hingga dia menarik pulang poci itu. Apa


celaka, poci itu tak bergeming, tak perduli dia bertubuh besar
dan gemuk dan mestinya besar juga tenaganya.
Justeru itu dua orang yang berduduk bersama Thio Tiong Cie
sudah lantas bangun untuk menyerang si pengemis, atas mana
pengemis itu menggeraki kedua tangannya untuk menyampok.
Maka beradulah tangan mereka dengan keras. Kesudahannya
itu kedua penyerang itu terpelanting mundur, terhuyung-
huyung beberapa tindak, hampir mereka terguling.
"Kie Lojie!" Tie Swie berseru. "Kalau kau tidak melihat muka
pendeta, aku minta kau pandanglah wajah Sang Buddha! Hari
ini hari baik dari Ong Toako, jikalau kau mempunyai suatu
urusan, mari kau bicara dengan tuan rumah, harap jangan kau
mendahului turun tangan!"
Mendengar suaranya Tie Cecu, para hadirin lantas menjadi
heran dan girang, mereka itu gempar.
Di dalam dunia pengemis itu waktu ada tiga pengemis yang
luar biasa, yang namanya sangat tersohor. Yang satu yaitu See-
gak Sin-liong Hong-hu Siong, yang satu lagi ialah Ciu-kay Kie
Tie si Pengemis Pengarakan. Dan pengemis yang ketiga yakni
Hong-kay We Wat si Pengemis Edan.
Mereka bertiga dimalui karena kegagahan mereka. Sekarang
Tie Wie menyebut Kie Lojie, maka pengemis ini ialah Ciu-kay si
Pengemis Pengarakan, tukang menenggak air kata-kata!
Maka itu kagetlah orang-orang pihak Ong, sedang yang
kegirangan adalah mereka dari rombongannya Thouw Pek Eng.
Dalam keadaan kacau itu, rombongan Tiong Cie berbangkit
melupakan satu kurungan. Thouw Pek Eng serta Sat-sie Siang
Eng pun maju, guna mendekati si pengemis jago arak.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ketika itu Kie Tie sudah menyedot habis isinya poci arak,
kemudian ia membuka mulutnya untuk memuntahkan itu
seperti semprotan atau semburan terhadap mereka yang
mengurungnya. Hebat arak itu, yang turun bagai hujan, siapa
terkena itu, dia merasakan mukanya sakit seperti terhajar
peluru kecil halus.
Kie Tie tertawa, dia mengangkat pundaknya, dia kata
nyaring, "Ong Cecu! Tie Cecu! Lihat oleh kamu! Bukankah itu
mereka yang mulai menyerang lebih dulu? Bagaimana kamu
hendak mempersalahkan aku?"
Lam Ce In lantas maju menerjang Thio Tiong Cie.
Orangnya An Lok San itu terserang matanya oleh arak, itulah
rintangan untuknya. Dalam keadaan biasa, dapat dia melayani
Ce In sampai tiga puluh jurus, sekarang baru satu jurus, dia
sudah kena dicekuk!
Juga orang satunya lagi dari An Lok San sudah lantas
terbekuk Pek Eng.
Beberapa orang semeja, yang menjadi kawan-kawannya
Tiong Cie berdua, mau maju, akan tetapi mereka dihadang Kie
Tie dan Sat-sie Siang Eng.
Kie Tie tertawa nyaring dan kata, "Segera bakal ada
pertunjukan ramai, maka buat apa kamu membikin ribut?
Kenapa kamu tidak mau diam saja menonton pertunjukan yang
menarik hati itu?"
Beberapa orang itu melengak.
Lam Ce In bersama Thouw Pek Eng, dengan masing-masing
membawa orang-orang tangkapannya masing-masing, pergi
naik ke panggung wayang. Itu waktu, pertunjukan wayang
berhenti sendirinya sebab ada keributan tak disangka-sangka
itu.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Melihat datangnya dua orang ini, anak-anak wayang, berikut


tukang tetabuannya, pada lari menyingkir ke panggung
belakang.
Wajah Ong Pek Thong menjadi merah padam dan pias. Dia
menyambar poci arak dan membantingnya ke tanah keras-
keras.
"Tahan!" dia berseru, nyaring.
Justeru itu Han Tam telah menggunai sumpitnya menyambar
poci arak, yang kena terjepit.
"Ong Cecu, sabar!" dia berkata. "Kalau ada bicara, marilah
kita bicara baik-baik, tak usah cecu bergusar! Arak ini arak yang
harum dan sedap sekali, sayang kalau sampai terbuang-
buang!"
Ong Pek Thong menggunai tenaga beberapa ratus kati,
maka heran ia Han Tam dapat menjepit poci araknya itu yang
besar dan berat. Melihat itu ia menjadi kaget berbareng gusar
sekali. Ia pun menjadi malu dan jengah, hingga untuk sejenak
ia jadi membungkam.
Baru kemudian ia berkata dengan suara dalam, "Semua
orang yang hari ini datang ke Liong Bin Kok ini menjadi
sahabat-sahabat baikku, maka itu aku hendak memohon
sahabat-sahabat suka memberi muka padaku! Aku minta, ada
urusan apa juga, baiklah kita bicarakan lain hari!" Mendengar
itu, Han Tam tertawa.
"Ong Cecu, kata-katamu ini dikeluarkan karena kau kurang
pikir sedikit!" kata dia. "Inilah justeru urusan besar! Justeru
sekarang hadir semua saudara dari pelbagai penjuru, justeru
perlu sekarang kita bicarakan urusan ini! Kita perlu bicara jelas
sekarang supaya Ong Cecu tidak sampai kehilangan muka!"
Sin Thian Hiong pun turut bicara.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kata dia nyaring, "Benar! Justeru sekarang orang banyak


hendak mengangkat kau sebagai beng-cu, sebagai pemimpin
kita, justeru ada orangnya pembesar negeri yang nelusup
masuk di antara kita! Jikalau perkara ini tidak diperiksa terang
sekarang juga, bukankah akan terjadi ada saudara-saudara
yang nanti menyangka kau berkongkol dengan pembesar
negeri! Itulah sangkaan keliru yang berbahaya sekali! Kalau dua
orang itu benar Busu dari An Lok San, mereka pasti bukan
sahabat cecu! Kita mau menjelaskan ini justeru untuk kebaikan
cecu sendiri!"
Ong Pek Thong bungkam, mukanya merah padam. Hebat
kata-katanya Han Tam dan Thian Hiong itu.
Ketika itu Lam Ce In dan Thouw Pek Eng sudah membawa
kedua orang tawanannya ke muka panggung. Di bawah itu
sebaliknya telah berkumpul banyak orang, ialah para hadirin
atau tetamu.
Di antara orang banyak itu lantas ada yang menanya, "Kamu
bilang dua orang ini menjadi orang atau Busunya An Lok San!
Untuk itu kamu mempunyai bukti apa?"
"Benar!" lantas ada suara yang menimbrung. "Siapa tahu
kalau mereka ini berdua orang-orang dari Kim Kee San, yang
hendak memfitnah Ong Toako! Maka perlulah ada bukti atau
saksi! Siapa dapat membuktikan mereka benar orang-orangnya
An Lok San?"
Pasti sekali mereka itu ialah orang-orangnya An Lok Sah.
Dan mereka dapat sambutan lagi dari kawan-kawan mereka.
Tentu, di antara meieka itu, walaupun ada yang ketahui siapa
Tiong Cie dan kawannya itu, meieka berlagak pilon.
"Aku dapat memberi bukti!" berseru Kie Tie, yang berada di
antara banyak orang.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dia bersuara dingin, suaranya tak keras, tetapi tajamnya


menusuk telinga. Maka suaranya itu membungkam suara
berisik orang-orangnya Ong Pek Thong itu.
"Ada bukti apa?" ada juga orang yang bertanya.
"Buktinya ada di tubuh mereka!" Kie Tie menjawab, tertawa.
Lam Ce In disadarkan Kie Tie, ia lantas menggeledah
tubuhnya Thio Tiong Cie. Maka ia dapat menarik keluar Houw
Tauw Kim-pay, yaitu lencana emas berkepala harimau, benda
pertanda kalau An Lok San menitahkan orang atau orang-orang
kepercayaannya pergi bertugas, bahkan dengan itu, pesuruh ini
dapat memberi perintah pada tentara atau pembesar militer
setempat.
Di antara orang-orang Rimba Hijau ada yang mengenali kim-
pay itu. Karena itu orang-orangnya Ong Pek Thong lantas pada
menutup mulut.
"Buat apa kamu datang kemari?" Lam Ce In tanya dua orang
tangkapannya. "Lekas kamu mengasih keterangan!"
Thio Tiong Cie bangsa keras kepala, dia berdiam. Ce In
memencet lengannya, hampir tangannya itu remuk, akan tetapi
dia terus bungkam. Sebaliknya kawannya tak dapat bertahan,
sebab dia disiksa Thouw Pek Eng yang menggunai tipu silat
Hun-kin Co-kut Ciu, hingga tangannya bisa salah urat atau
salah laku, yang mendatangkan jasa nyeri bukan buatan.
Dia tak tahan maka dia menjerit keras, "Aduh!"
"Bicaralah!" bentak Pek Eng. "Kalau tidak, kau bakal merasai
yang terlebih hebat lagi!"
"Baik, hoohan, aku bicara!" kata orang itu. "Akan aku
bicara!" Tepat di itu waktu, Ceng Ceng Jie mengayun
tangannya. Maka dua potong pisau belati melesat melayang!

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Han Tam telah memasang mata, ia melihat gerakan orang


itu, ia pun segera menggeraki pula sumpitnya, melesat sebagai
senjata rahasia.
Pisau belati Ceng Ceng Jie itu aneh. Di tengah jalan, kedua
pisau memutar haluan, hingga keduanya tak dapat disusul
kedua batang sumpit. Terus pisau belati itu balik menyambar
ke arah panggung!
Thouw Pek Eng melihat datangnya senjata, ia menangkis
dengan pedangnya, maka sebilah pisau jatuh ke panggung.
Akan tetapi yang kedua lolos, tepat kerongkongnya si Busu
disambar nancap, hingga suara orang lantas saja berhenti!
Han Tam gusar.
"Ceng Ceng Jie, mengapa kau membunuh orang untuk
membungkam mulutnya?" ia menegur.
Justeru itu di bawah panggung terdengar suara berisik, lalu
terdengar tegurannya Ong Liong Kek yang tertawa dingin, "Sin
Cecu, bagus benar sepak terjangmu! Tak kusangka, siauw-cecu
dari Hui Houw Ce justeru menjadi pengiringmu!"
Ong Liong Kek berkata benar. Dia telah membongkar
rahasianya Tiat Mo Lek. Karena kecurigaannya, dia lantas
bekerja. Dia menyuruh beberapa orangnya mengatur
perangkap.
Tiat Mo Lek tidak menyangka apa-apa, tadi dia pergi ke
bawah panggung menonton wayang. Di sana dia melihat Cio It
Liong dan Cio It Houw kedua saudara. Sebagai seorang
cerdik,dia lantas menyingkir. Dia berjalan dengan cepat sambil
tunduk. Tapi dia memangnya diarah, dia disusul.
Cio It Liong pun menegur, "Tiat Siauw-cecu, kau hendak
pergi kemana?"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Justeru itu beberapa tauwbak muncul. Mereka itu sudah siap


sedia. Mereka membanjur Mo Lek dengan air di dalam tahang.
Itulah hebat. Kalau mereka bertempur, tak mudah dua saudara
Cio memperoleh kemenangan. Sekarang Mo Lek dibanjur,
selagi dia gugup, dia diserang. Maka belum sampai puluhan
jurus, dia sudah kena ditangkap. Celakanya, karena tersiram
air, penyamarannya locot. Dia lantas dikenali.
Bukan main girangnya Ong Pek Thong ketika dia menerima
laporan dari anaknya yang telah lantas datang ke situ itu, guna
menegur Sin Thian Hiong.
Ong Pek Thong pun berseru, "Kamu lihat! Lihat bocah ini!
Dialah anak angkat dari Touw Lotoa! Dialah Tiat Mo Lek! Sin
Thian Hiong membawa dia kemari, apakah maksudnya? Tak
usah aku terangkan lagi, tuan-tuan pastilah sudah mengerti!
Baiklah! Mereka datang untuk membalaskan sakit hatinya
Keluarga Touw! Sekarang mereka mau menunjang ini bocah
bau! Tuan-tuan, sekarang bilanglah terus terang, kamu masih
hendak menunjang bocah ini atau kamu suka turut padaku?"
Sin Thian Hiong tidak takut meski rahasia sudah pecah.
Dia berseru, "Tuan-tuan jangan kasih diri tuan-tuan terjebak
oleh Ong Pek Thong! Baiklah tuan-tuan jangan dibikin
terlibat urusan permusuhan dua keluarga Ong dan Touw!
Urusan permusuhan dua keluarga itu boleh ditunda sampai lain
hari! Sekarang yang mesti dibikin jelas ialah, Ong Pek Thong
sekongkol dengan An Lok San, dia seperti mau membantu
harimau mengganas, sebab dia hendak membantu bangsa Ouw
merampas Tionggoan, negara kita! Tuan-tuan, apakah tuan-
tuan masih hendak mengekor padanya?"
Mendengar keterangan itu, yang mereka percaya, sebagian
dari para hadirin itu sudah lantas membubarkan diri.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Konco-konconya Ong Pek Thong berjumlah besar, tidak


menanti Sin Thian Hiong bicara habis, ada beberapa
diantaranya yang sudah lompat naik ke atas panggung untuk
menyerang Lam Ce In.
Maka itu kacaulah keadaan, hingga Sin Thian Hiong tak
dapat ketika bicara lebih jauh.
Lam Ce In menghunus golok mustikanya. Ia berdiri belakang
membelakangi dengan Thouw Pek Eng. Dengan siasat ini ia
menangkis musuh.
Dengan lekas panggung telah terkurung tiga lapis orangnya
Ong Pek Thong. Mereka itu terdiri kebanyakan dari penjahat-
penjahat besar Rimba Hijau, umumnya mereka kosen, maka di
dalam tempo yang pendek, tak dapat Ce In berdua memukul
mundur pada mereka.
Thio Tiong Cie dapat kesempatan membebaskan diri,
bukannya dia kabur, dia justeru menerjang. Di antara banyak
kawan, dia menjadi tidak takut.
Di atas panggung orang bertarung, di tanah pun terjadi
pertempuran tak kalah serunya.
Ong Pek Thong hendak berlalu dari medan pesta tapi Han
Tam kata padanya, "Ong Cecu, kejadian ini harus diselesaikan!
Tak dapat kau berlalu dengan begini saja!"
Sembari berkata begitu, orang she Han ini mengulur
tangannya ke pundak orang. Hanya belum lagi ia mencekal,
lantas ia merasakan sambaran angin dingin ke arahnya.
Di luar dugaan, Ceng Ceng Jie telah mengangkat meja, yang
dia pakai merintangi Sin Thian Hiong, yang mau maju. Selagi
berbuat begitu, dia melihat Pek Thong terancam, tidak ayal
lagi, dia lompat menyerang Han Tam. Tak perduli dia bahwa
dengan cara begitu dia main membokong.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Han Tam melihat datangnya bahaya. Ia batal menyerang


terus pada Pek Thong. Ia membalik tubuh buat menangkis
serangan curang itu.
Ceng Ceng Jie membuka kepalannya, atas itu dari tangannya
melesat sesuatu yang berkilau seperti halilintar, menyambar
pada musuh. Itulah pisau belati, bekalnya.
Han Tam berniat menotok lawan itu, tetapi diserang dengan
pisau belati itu, ia mesti membela diri. Ia mengelit tangannya.
Ia sebat sekali, sambil berkelit, seraya mendak, ia meneruskan
menyabet ke bawah, ke arah dengkul penyerangnya itu.
Ceng Ceng Jie awas dan gesit. Dia menolong diri dengan
menggeser kakinya. Dia tak berhenti sampai disitu. Dari
samping dia meluncurkan tangannya yang memegang pisau
belagi, guna menikam dada musuh.
Han Tan mendak untuk terus menjejak tanah, hingga
tubuhnya mencelat naik. Sambil mencelat itu, sebelah kaki
digunakan, diteruskan mendupak lengannya Ceng Ceng Jie,
niatnya buat membikin terlepas pisau belati lawan itu.
Ceng Ceng Jie liehay, ia menyingkirkan tangannya, ia terus
menyerang lagi. Dengan berada di samping, dapat ia mengarah
iga lawannya dimana ada jalan darah jie-khie.
"Bagus!" seru Han Tam.
Dari samping, ia menyampok ke arah pergelangan tangan
lawannya itu.
Ceng Ceng Jie lompat berkelit lincah, tetapi ia mengasih
dengar suara nyaring, "Bret!" Ia bebas dari serangan itu.
Sebagai ganti pergelangannya, tangan bajunya yang robek.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Maka hebatlah pertempuran di antara dua jago ini. Ceng


Ceng Jie tak kalah tapi pun Han Tam tak berhasil memperoleh
kemenangan cepat.
Sementara itu Ong Pek Thong telah dapat ketika buat
menjauhkan diri.
Tiat Mo Lek panas sekali, dia menghunus goloknya guna
menyerang saudara-saudara Cio. Ia basah kuyup seperti ayam
tercebur, dia hendak menuntut balas. Belum dia menyerang,
tiba-tiba dia mendengar satu suara nyaring.
"Tiat Siauw-cecu, dengar! Sebenarnya aku memandang
kepada kau! Bukankah kemarin ini paman Khong Khong Jie
telah membiarkan kau hidup terus? Kenapa sekarang kau
datang pula ke mari? Bukankah itu berarti, sorga ada jalannya
kau tak pergikan, kau justeru masuk ke neraka yang tak ada
pintunya!"
Itulah suaranya seorang nona.
Lalu terdengar suaranya Ong Pek Thong, "Anak Yan, buat
apa kau bicara saja dengannya? Ingatlah, membabat rumput
mesti berikut akarnya! Lekas kau bunuh dia."
Tiat Mo Lek tak menghiraukan bahaya. Ia tahu ia bukan
lawan si nona tetapi dalam murkanya ia menyerang nona itu.
Ong Yan Ie mengerutkan alis.
"Apakah benar-benar kau kesusu mau menghadap Raja
Akherat?" tanya dia.
Lantas dia menyerang ke dada si anak muda.
Mo Lek menangkis dengan goloknya. Ia nekad, ia bersedia
mengadu jiwa. Ingin ia mati bersama. Maka ia menggunai ilmu
pedang yang ia baru dapatkan dari Kui Ciang. Ia merangsak

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tanpa menghiarukan bencana. Sayang ia belum sempat melatih


mahir ilmu pedangnya itu.
Ilmu pedang mengutamakan kelunakan, ilmu golok
kekerasan, sekarang Mo Lek memindahkan ilmu pedang kepada
goloknya, biar ia bisa menyerang hebat tetapi tetap ia
meninggalkan lowongan atau kekosongan.
Yan Ie lebih liehay, si nona lantas dapat melihat cacad orang
itu. Dengan memutar tubuh, dia berkelit, terus dia maju.
"Awas!" seru puteri gagah dari Ong Pek Thong, yang
pedangnya meluncur cepat.
Mo Lek terkejut, ia berkelit dengan gugup, meski begitu ia
tidak dapat membebaskan diri seluruhnya, bajunya kena
terobek dan ujung pedang menowel kulit dagingnya!
"Celaka aku!" ia berseru dalam hati ketika ia merasai hawa
dingin di iganya. Ia percaya jiwanya bakal melayang, tapi lantas
ia menjadi heran.
Yan Ie tidak menikam terus, pedangnya ditarik pulang.
Kata si nona perlahan, "Nyalimu benar besar! Lekas kau
pergi! Aku beri ampun pada jiwamu!"
Hanya sekejap Mo Lek melengak.
"Siapa kesudian diberi ampun?" serunya.
Mendadak ia membacok!
"Ah!" seru si nona, tetap perlahan. "Tak dapatkah kau tak
omong keras-keras? Hati-hati nanti ayahku mendapat
dengar...!"
Melihat si anak muda demikian berani, Nona Ong menjadi
menyukainya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Syukur itu waktu pertempuran di panggung berisik sekali dan


Ong Pek Thong lagi repot memimpin orang-orangnya
menyerang Sin Thian Hiong semua, maka itu selain tidak ada
yang mendengar juga tak ada yang memperhatikan dua anak
muda ini.
Mo Lek telah menjadi seperti kalap. Ia tidak memperdulikan
si nona, ia menyerang pula, beruntun sampai tiga kali. Benar-
benar ia mau mengadu jiwa.
Yan Ie menjadi gusar.
"Bocah bau, kau tidak dapat melihat salatan!" bentaknya.
Terpaksa ia melayani sekalian membela dirinya. Ia terus
merangsak. Dengan tipu silat "Bidadari melemparkan torak," ia
merapatkan diri, untuk menikam nadi si anak muda, guna
memaksa orang melepaskan goloknya.
Tengah Nona Ong menyerang itu, mendadak ia merasa
angin menyambar di belakangnya. Ia masih muda tetapi
pengalamannya sudah banyak, sedang ia pun muridnya guru
yang pandai. Ia tahu artinya angin itu, ialah anginnya satu
serangan.
Dengan sebat ia gunai jeriji kirinya menolak goloknya Mo
Lek, sama sebarnya ia menangkis ke belakang, menghalau
serangan. Tatkala ia menoleh, ia melihat penyerangnya itu Han
Cie Hun.
"Oh, kiranya Encie Sin!" Nona Ong kata tertawa. "Bagus!
Bagus! Memang aku ingin mencoba kepandaian encie! Tadi
encie menyimpannya, sekarang mesti dikeluarkan! Supaya aku
dapat membuka mataku!"
"Ah, hantu wanita cilik yang telengas!" Cie Hun mendamprat.
"Hari ini kau tak akan lolos dari keadilan!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Benar?" tanya Yan Ie tertawa.


Dia Jenaka dan riang gembira, tak mudah diterka.
"Jikalau aku telengas maka ini sahabat baik siang-siang pasti
sudah lenyap jiwanya! Jikalau kau tidak percaya, kau
tanyakanlah dia!"
Mo Lek sangat mendongkol. Tak sudi ia bicara. Ia maju pula
dan menyerang dengan hebat.
Cie Hun pun maju, dari itu, Yan Ie kena dikepung berdua.
Nona Han menggunai sepasang poan-koan-pit, senjata yang
mirip alat tulis (pit), peranti menotok jalan darah, dengan
begitu ia menggunai kepandaiannya yang menjadi ajaran
ayahnya. Tapi' Yan Ie gagah, tak gampang dia dikalahkan.
Karena adanya Mo Lek, puterinya Ong Pek Thong kalah angin
juga.
Di bawah panggung orang bertempur secara kacau itu, di
atas panggung pertempuran tak kalah hebatnya. Dengan
belakang membelakangi, Lam Ce In dan Thouw Pek Eng
menyambut pelbagai penyerangan. Jumlah musuh besar sekali,
walaupun Ce In gagah dan ia telah berhasil merobohkan
beberapa orang, ia dan kawannya masih tak dapat
mengundurkan penyerang-penyerangnya itu.
Kie Tie mencegluk isi buli-buli yang besar, umpama kata
perutnya menjadi gendut, setelah itu dia tertawa terbahak-
bahak, dia kata dengan gembira, "Pertempuran ini sangat
menarik hati untuk ditonton! Tak dapat tidak, aku si pengemis
tua mesti membantu meramaikannya! Ha, ha!"
Dia lantas menghampirkan panggung, terus dia mementang
mulutnya, untuk menyemburkan araknya. Bagaikan diserang
hujan deras, beberapa musuh yang berada paling dekat sudah
lantas roboh atau terpelanting.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hebat serangan arak itu, yang membuat mata perih dan


nyeri serta tubuh nyeri juga. Setiap tetes arak merupakan
seperti peluru. Benar serangan itu tidak segera meminta jiwa,
tetapi orang kelabakan dan kesakitan tak terhingga.
Di antara kawanan penjahat ada seorang she Ciok nama
Sam Seng, dia terkenal kosen, senjatanya ialah cambuk hong-
liong-pian yang berbuku tujuh, ketika itu ia justeru merabuh
kakinya Ce In. Dia menggunai silat "Angin puyuh menyapu
pohon Yang-liu". Karena dia maju ke muka, dia kena tersembur
arak, lantas matanya tak dapat melihat.
Menampak demikian, Ce In berseru, goloknya berkelebat.
Tidak ampun lagi, jago itu roboh. Karena itu, terbukalah satu
lowongan. Tanpa ayal pula, Lam Pat mengajak kawannya
lompat turun dari panggung.
Pembantunya Ong Pek Thong yaitu Tie Swie menyaksikan
perbuatannya Kie Tie itu, ia lantas menegur, "Kie Lojie, kitalah
air sumur yang tidak saling mengganggu dengan air kali,
mengapa sekarang kau mengacau begini rupa? Bukankah
perbuatanmu ini berarti kau sangat tidak memandang mata
kepada tuan rumah?"
Kie Tie tertawa.
"Kamu toh tidak mengundang aku?" dia membaliki. "Karena
kamu -tidak mengundang aku, buat apa aku menjual muka
kamu? Lain dari itu, kau tahu sendiri tabiatku si pengemis tua,
satu kali aku ketagihan arak lantas aku tidak memperdulikan
lagi muka atau bukan muka! Maka mari, mari, mari! Kau tidak
mengundang aku minum arak, aku sendiri suka
mengundangmu minum barang sedikit!"
Dengan lantas Ciu-kay mementang pula mulutnya,
menyembur ke arah Tie Swie.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bukan main gusarnya si orang she Tie. Dengan lantas ia


melakukan satu serangan "Udara kosong," guna menyampok
balik hujan arak itu, habis mana ia maju, untuk menyerang,
bahkan dengan hebat.
Kie Tie menganggap orang sebagai kenalan lama, ia
menyembur tanpa mengerahkan tenaga dalam, ia cuma mau
main-main, maka itu diluar dugaannya, ia lantas diserang
hebat.
Tie Swie itu memang pandai Kim Na Hoat, ilmu menangkap,
untuk mana dia bisa berkelahi rapat. Sudah begitu, dia pun
lantas dibantui beberapa kawannya yang termasuk orang-orang
kosen undangannya Ong Pek Thong. Maka itu, ia terpaksa
mesti bertempur secara sungguh-sungguh.
Lam Ce In membuka jalan untuk dapat mempersatukan diri
dengan Sin Thian Hiong, tengah ia maju itu, tiba-tiba ia
merasakan sambaran angin kepada punggungnya.
Diluar sangkaan, ia telah diserang Ong Liong Kek, puteranya
Ong Pek Thong, yang sekarang mengenalinya, hingga ia mesti
memutar tubuhnya menghalau serangan itu.
Ong Liong Kek tertawa dan kata, "Orang she Lam, kau
terlalu! Bukankah kemarin ayahku berlaku murah hati
membiarkan kau kabur turun gunung, kenapa sekarang kau
datang pula bahkan1 dengan menyamarkan diri? Kau
mengacau, apakah ini perbuatannya 'seorang enghiong atau
hoohan?"
"Tutup mulut!" Ce In membentak. "Beranikah kau masih
bicara tentang seorang enghiong atau hoohan denganku?
Kamu ayah dan anak, kamu sudah kesudian menjadi anjing-
anjingnya An Lok San!"
Sembari menegur itu, Ce In menyerang.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ong Liong Kek tidak berani banyak omong lagi, ia melakukan


perlawanan, maka bertarunglah mereka dengan hebat.
Didalam pertarungan kacau itu, yang paling seru ialah
pasangan di antara Ceng Ceng Jie dengan Han Tam. Ceng
Ceng Jie telah mengeluarkan Kim-ceng Tiat-kiam, yaitu pedang
besinya yang istimewa tetapi Han Tam tetap melawan dia
dengan sepasang tangan kosong.
Tangannya itu, baik telapakan mau pun jerijinya, merupakan
seperti dua macam alat senjata, bahkan jari tangannya mirip
dengan Poan-koan-pit, gegaman beroman seperti alat tulis
peranti menotok jalan darah.
Ceng Ceng Jie liehay, dia pun gesit sekali, tetapi sudah
bertempur sekian lama, dia tak dapat berbuat banyak,
pedangnya seperti tak mempan terhadap tangan dari darah dan
daging...
Ceng Ceng Jie muncul baru beberapa tahun, Han Tam
sebaliknya mengundurkan diri sudah lama, maka itu ia tidak
tahu bahwa orang yang mengaku sebagai tauwbak dari gunung
Kim Kee San itu seorang jago tua bahkan ahli totok yang
kenamaan, ia menjadi heran.
Setelah bertempur sekian lama, Han Tam lantas mulai
dengan penyerangannya dengan ilmu silat "Hud In Ciu," atau
"Tangan mengebut mega". Serangannya ini merupakan
campuran dari tabasan, tekanan, totokan dan tusukan.
Ceng Ceng Jie repot menangkis atau berkelit, jarang
ketikanya untuk membalas menyerang. Ia gesit dan waspada,
sebat kelitnya, tetapi satu kali dia kena juga ditowel lengannya,
hingga kontan ia merasa kesemutan pada tiga jalan darahnya,
giok-heng, yauw-kong dan kiok-tie. Syukur untuknya, ia telah
menutup jalan darahnya dan totokan tidak keras, ia menjadi tak
usah sampai roboh terguling.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ketika itu Ong Pek Thong telah memimpin orang-orangnya


mengurung Sin Thian Hiong. Ia menduga orang she Sin itulah
pemimpinnya pihak pengacau pestanya itu, maka ia pun maju
sendiri. Ingin ia dapat menawan hidup-hidup pada Thian Hiong.
Dua saudara Sat, yaitu Sat-sie Siang Eng, bertempur rapat
bersama-sama Thian Hiong, mereka gagah, tetapi dikurung
banyak orang, mereka repot juga, tak dapat mereka
memecahkan kurungan.
Han Tam berkelahi sambil memasang mata keempat
penjuru, dengan lantas ia dapat melihat Thian Hiong terkepung
itu, lantas dengan satu serangan ia paksa Ceng Ceng Jie
mundur, sembari mendesak itu, ia kata, "Dengan memandang
muka suhengmu, aku tidak mau melukai kau, maka mundurlah
kau!"
Ceng Ceng Jie terkejut. "Kau siapa, tuan?" ia tanya.
"Kau pulang, untuk tanyakan keterangan suhengmu, nanti
kau ketahui sendiri," sahut Han Tam. "Sekarang aku tak
mempunyai tempo untuk bicara banyak!"
Lalu sambil bersiul nyaring, jago tua ini lompat untuk lari ke
arah Sin Thian Hiong.
Ceng Ceng Jie bingung, ia kata di dalam hati kecilnya, "Tak
perduli apa yang dia bilang benar atau salah, dia katanya kenal
kakak seperguruanku, baik sekarang aku jangan melayani dia
lebih lama pula!"
Tepat itu waktu dua-dua Ong Pek Thong dan Ong Liong Kek,
ayah dan anak, mengasih dengar seruan mereka meminta
bantuan. Ceng Ceng Jie dengar suara orang, seharusnya dia
pergi pada Pek Thong, akan tetapi suaranya Han Tam
membuatnya jeri, ia pergi pada Liong Kek.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lam Ce In benci sangat pada Liong Kek, ia menyerang


dengan hebat, goloknya dipakai menyerang secara beruntun,
setiap kalinya bertambah hebat. Disamping ia, Thouw Pek Eng
dengan pedangnya menangkis lain-lain musuh.
Selang tiga puluh jurus. Liong Kek lantas terdesak hebat,
dengan terpaksa ia membuka jalan, habis menangkis, ia lompat
mundur untuk lari menyingkir.
Akan tetapi Lam Ce In tidak mau mengerti.
"Kau rasai!" bentaknya, sambil goloknya menyerang dari atas
ke bawah.
"Jangan bunuh dia!" teriak Pek Eng, mencegah. "Bekuk
bocah itu hidup-hidup!"
Lam Ce In lantas saja mengerti maksudnya Thouw Pek Eng.
Itulah untuk membekuk puteranya Ong Pek Thong guna
dijadikan orang jaminan.
Ia pikir, "Kelihatannya cuma ada ini satu jalan untuk
membikin Ong Pek Thong membubarkan kurungannya ini!"
Hebat orang she Lam ini, begitu ia berpikir dan setuju, ia
lantas bekerja. Goloknya sudah lantas dikasih bekerja. Hanya
dalam beberapa jurus, kipas besi Ong Liong Kek sudah kena
dikekang. Berbareng dengan itu laur,an kirinya meluncur dalam
tipu silat "Yu Liong Tam Jiauw," atau 'Nay,.' mengulur kuku,"
menyambar ke arah tulang pipa atau tulang selangka lawannya
itu.
Ong Liong Kek juga liehay. Dia terdesak, dia melihat
ancaman bahaya. Maka dia berlaku waspada. Ketika disambar
itu, di saat tangan orang hampir tiba pada bajunya, mendadak
dia menjejak tanah untuk lompat berjumpalitan dengan jurus
"Kim Lie Coan Po," atau "Tambra emas meletik menembusi
ombak". Maka bebaslah dia.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ce In menjadi mendongkol. Dia lompat menyusul dengan


lompatan "Teng In Ciong," atau "Naik di atas mega". Begitu
datang dekat, dia terus membacok.
Sekonyong-konyong ada seorang yang berlompat maju
untuk menghadang. Orang itu gesit sekali. Dia pun sudah
lantas menggunai pedangnya. Maka golok dan pedang beradu
keras sambil memuncratkan lelatu api.
Lantas dia berseru sambil menyapa, "Ilmu golok yang liehay!
Tuan, bukankah kau Lam Pat dari Gui-ciu?"
Orang yang demikian liehay, Ceng Ceng Jie adanya. Tepat
dia menolongi Ong Liong Kek. Karena Ce In terus menyerang,
dia mesti melayani bertempur.
"Tidak salah!" Ce In menjawab. "Lam Pat dari Gui-ciu itulah
aku yang rendah! Kau liehay, tuan, mengapa kau sudi
membantu harimau? Tidakkah kau harus disayangi?"
Ceng Ceng Jie tertawa.
"Di sini bukan tempat bicara!" katanya. "Hari ini juga bukan
saatnya untuk berunding! Kemarin ini di gunung Hui Houw San
tak ada kesempatan untukku menerima pengajaran dari kau,
aku menyesal, maka bagus sekali hari ini kita bertemu pula!
Lebih dulu hendak aku belajar kenal lebih jauh dengan ilmu
golok kau, tuan, kemudian baru aku akan mendengar
nasehatmu! Bagaimana?"
Ong Liong Kek telah dapat memperbaiki kedudukannya,
menenangkan diri. Hanya sebentar, ia menjadi murka. Ia
merasa sangat malu. Maka ia maju pula.
Ia kata nyaring, "Ya! Hari ini, siapa yang menang, dialah
yang kuat! Tak usah melayani dia ngoceh!"
Lalu dia mendahului menyerang.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ceng Ceng Jie tidak niat dua melawan satu, tak sudi dia
main ngepung, akan tetapi karena sudah terang Liong Kek
bukan lawan dari Lam Pat, terpaksa dia maju juga.
Dia ingat dialah orang undangannya Ong Pek Thong, yang
diundang dengan hadiah luar biasa. Tadi pun ia sudah merasa
tidak enak hati karena adanya Han Tam tak dapat dia
membantui Ong Pek Thong. Sekarang mana dapat dia
membiarkan puteranya Pek Thong mendapat celaka?
Kepandaian Lam Ce In berimbang dengan kepandaiannya
Toan Kui Ciang, seharusnya ia tidak dapat terkalahkan Ceng
Ceng Jie, akan tetapi sekarang keadaannya lain. Sudah sekian
lama ia bertempur, keuletannya menjadi berkurang, sekarang
Ceng Ceng Jie dibantu Ong Liong Kek, yang termasuk tenaga
baru, ia merasa sulit. Belum sampai dua puluh jurus, ia sudah
jatuh di bawah angin.
Thouw Pek Eng juga bertempur terus, dia paksa memukul
mundur beberapa lawannya, habis itu dia memburu kepada Ce
In, lantas berdua mereka bertempur bersama. Dengan begitu
keadaan Lam Pat menjadi tak terlalu berbahaya.
Hanya sayang, Pek Eng sendiri pun sudah letih, dia tidak bisa
berbuat lebih daripada itu, pihaknya cuma sanggup membela
diri.
Tengah keadaan mengancam itu, mendadak ada orang
berseru, "Nona Hee datang!"
Liong Kek mendengar itu, lantas dia tercengang. Tak ayal
lagi dia mencoba berpaling. Maka dia mendapat lihat Hee Leng
Song mendatangi dengan wajahnya bengis. Nona itu bergusar
dengan sepasang alisnya yang lentik bangun berdiri. Seorang
tauwbak maju menyambut padanya, tauwbak itu disampok
mundur. Ia maju terus dengan pedang terhunus.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lam Ce In heran.
Ceng Ceng Jie cerdik sekali. Justeru lawannya itu menoleh,
justeru dia menyerang hebat, bagaikan kilat pedangnya
menikam Lam Pat.
Justeru itu tibalah Leng Song. Dengan lantas dengan tipu
silat "Peng See Lok Gan," atau "Burung belibis turun di pasir
datar," dengan pedangnya - pedang Ceng Kong Kiam ia
menyerang ke kaki dari saudara seperguruan Khong Khong Jie
itu!
Maka berbahayalah dua-dua Lam Ce In yang lengah itu dan
Ceng Ceng Jie yang bernapsu merobohkan musuh. Mereka
berdua sama-sama bergerak dengan sangat cepat.
Ceng Ceng Jie berseru kaget, tubuhnya terus mencelat ke
depan, dengan begitu dia menjadi tertolong dari pedang si
nona. Dengan begitu,
Ce In turut tertolong juga. Ceng Ceng Jie batal meneruskan
menikam padanya.
Ong Liong Kek bingung dan jengah.'
"Nona Hee, apakah benar-benar kau hendak memusuhkan
aku?" dia tanya, ragu-ragu.
"Kau... kau... dengar aku bicara..."
Leng Song memotong, "Segala perbuatan kamu ayah dan
anak, sekarang aku ketahui jelas!" demikian si nona. "Apalagi
yang kau hendak bilang?"
-ooo0dw0ooo-
Jilid 11
"Bagaimana?" tanya Liong Kek, bingung. "Jadi di antara kita
sudah tidak ada bicara lagi...?"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Baik!" seru Nona Hee. "Sekarang aku hendak menanya satu


kali lagi kepadamu! Benar atau tidak kamu telah bikin celaka
pada Toan Tayhiap?"
"Itu?" tanya Liong Kek, heran.
"Tidak!"
"Habis kenapa aku tidak dapat mencari dia?"
"Itu... itu..."
Susah Liong Kek bicara. Mo Lek lantas mendahuluinya.
"Nona Hee, Toan Tayhiap masih hidup!" kata pemuda she
Tiat itu. "Aku tahu tentang tayhiap itu! Mari kita keluar dulu
dari kepungan ini, baru kita bicara!"
"Baik!" menjawab Leng Song, yang percaya orang she Tiat
itu. Lantas ia menoleh pada Liong Kek dan membentak, "Masih
kau tidak mau menyingkir!"
Kata-kata itu dibarengi dengan tabasan pedangnya.
Liong Kek terkejut sekali. Tahu-tahu tangan bajunya sudah
terbabat kutung. Dia terhuyung mundur sampai beberapa
tindak, mukanya pucat pasi. Meski begitu, dia mengulapkan
tangan seraya berseru, "Kasih dia pergi!"
Leng Song tertawa dingin. "Kau boleh lihat!" bentaknya.
Terus ia menikam. Tapi baru di tengah jalan, ia lantas
menahan, untuk diubah dengan lain jurus.
Tak perduli si nona liehay, Ceng Ceng Jie dapat melayani.
Tiga kali dia diserang, lalu empat kali dia membalas. Selama
itu, tak pernah pedang-pedang mereka beradu. Toh
serangannya masing-masing berbahaya, semua mengarah
anggauta-anggauta yang merupakan tempat-tempat kematian.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Selama itu sudah lantas terlihat kepandaian kedua lawan ini.


Ceng Ceng Jie menang gesit sedikit. Si nona menang untuk
pelbagai jurusnya yang luar biasa.
Mau atau tidak, Ceng Ceng Jie menyedot hawa dingin, la
sudah lantas berpikir, "Aku percaya, dengan bekerja sama
suheng Khong Khong Jie, dapat aku malang melintang di
kolong langit ini, siapa tahu dalam Rimba Persilatan ada begini
banyak orang liehay! Tak usah disebut orang she Han itu,
hanya ini nona di depanku! Untuk dapat merebut kemenangan,
rasanya aku mesti menanti sampai seratus jurus dulu..."
Itu waktu Han Tam sudah berhasil memukul mundur
rombongannya Ong Pek Thong, bersama-sama Sin Thian Hiong
ia telah lepas dari kurungan.
Ceng Ceng Jie yang waspada dapat melihat suasana, ia tahu
tak ada harapan lagi, maka ia lantas berkelit dari si nona, terus
dia ajak Ong Liong Kek mengundurkan diri.
Ketika itu Han Cie Hun berseru, "Ayah, itulah nona Hee!"
Han Tam menjawab anaknya, ia kata pada Leng Song,
"Terima kasih Nona Hee sudah membantu kami! Marilah kita
bicara di luar!"
Cie Hun dan Mo Lek masih dikurung Yan Ie serta
persaudaraan Cio, melihat demikian, Leng Song lari kepada
mereka itu sembari kata, "Adikku, malam itu aku keliru
menyangka jelek padamu!"
Ia lantas menyerang membikin mundur Cio It Liong dan Cio
It Houw!
Ong Yan Ie gusar, kata ia keras, "Kakakku berlaku baik
kepada kau, kenapa kau pandang kami kakak beradik sebagai
musuh?"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia berkelit dari serangannya Mo Lek, lantas ia maju


rrienyerang Nona Hee dengan sebelah tangannya yang kosong.
"Lepas tanganmu!" berseru Leng Song.
Berbareng dengan seruannya itu, pedang si nona menusuk
lengannya Yan Ie. Pedangnya itu mendatangkan sorot berkilau.
Ia juga berbareng menyerang dengan tangan kiri yang kosong.
Ia melakukan ini setelah berkelit dari serangan nona she Ong
itu.
Yan Ie terkejut, ia kalah sebet. Tiba-tiba ia merasakan
lengannya nyeri seperti tertusuk jarum. Ia menjerit dengan
pedangnya terlepas dan terlempar. Mo Lek lantas membacok
padanya. Syukur ia masih sempat berkelit, terus ia lari ke dalam
rumpun pohon bunga. Ia melihat lengannya, di situ ada tiga
titik merah, darah yang keluar dari lukadi kulit.
"Sayang! Sayang!" kata Mo Lek berulang-ulang
Ia tidak tahu Leng Song berbuat baik, kalau tidak, lengan
Yan Ie mestinya sudah buntung.
Melihat semua kejadian itu, Kie Tie tertawa dan kata, "Tie
Lotoa, semua sahabatku mau pergi, tak enak kalau ketinggalan
cuma kita berdua, dari itu maaf, aku pun tak dapat menemani
kau lebih lama pula!"
Habis berkata, ia memutar tubuhnya, tepat ia dapat menolak
dua penjahat yang mau mengepung padanya, hingga mereka
itu berdua mental ke depan Tie Swie.
Menyaksikan demikian, Tie Swie lantas menyambar kedua
orang itu yang terpelanting ke arahnya. Ia mencekal keras
sampai mereka menjerit-jerit seperti dua ekor babi berkuwing-
kuwing! Bukan main mendongkolnya ia, lekas-lekas ia
melepaskan cekalannya, niatnya menyusul lawannya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Akan tetapi waktu itu Ciu-kay si Pengemis Pengarakan sudah


berkumpul bersama Han Tam semua, berlalu dari medan
pertempuran itu.
Ong Pek Thong menyesal bukan main. Ia pun malu. Diluar
dugaannya, rahasia sekongkolannya dengan An Lok San telah
dibeber di muka umum. Di antara para hadirin ada tetamu-
tetamu yang. bukan konconya. Karena ini, dari para tetamu itu,
tujuh atau delapan bagian sudah lantas bubar, sedang dari
konconya sendiri ada separuh yang hatinya telah berubah.
Orang tak setuju dia bekerja sama pihak pembesar negeri.
Mendapat kenyataan musuh demikian tangguh, Pek Thong
dan Ceng Ceng Jie juga tidak berani mengejar, mereka cuma
bisa berseru-seru beraksi saja...
-ooo0dw0ooo-

Rombongannya Sin Thian Hiong telah lekas meninggalkan


Liong Bin Kok.
Han Tam tertawa sendirinya setelah menyaksikan tak ada
musuh yang mengejar.
"Dengan pertempuran ini kita tidak memperoleh
kemenangan tetapi dengan begini kita berhasil memberi
pukulan kepada Ong Pek Thong! Mereka menjadi renggang
satu dengan lain dan kaum Rimba Hijau pun tak bakal kena lagi
didustai mereka!"
Selagi begitu, Kie Swie menghampirkan Hee Leng Song, ia
memandang si nona dengan teliti, ia mengeleng-gelengkan
kepalanya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lalu katanya sangat kagum, "Sungguh seorang nona yang


elok! Sungguh mirip dengan Leng Liehiap di jamannya liehiap
itu!"
Kie Tie mengasih turun buli-bulinya, ia gelogoki itu ke
mulutnya, untuk menenggak air kata-katanya, habis itu ia kata,
"Akulah yang dipanggil Ciu-kay Kie Tie! Nona Hee tentunya
pernah mendengar ibumu menyebut-nyebut aku...!"
"Belum pernah..." sahut si nona.
Pengemis itu ketemu barunya, hingga ia melengak. Lantas ia
tertawa. Mulutnya sudah berkelemik, hendak mengatakan
sesuatu tetapi batal. Sebagai gantinya, untuk menutupi malu, ia
tertawa.
Lam Ce In hendak mencegah kejengahan, ia lantas berkata,
"Nona Hee, kau telah membantu banyak kepada kami, untuk
itu aku menghaturkan diperbanyak terima kasih!"
"Kau aneh!" kata si nona. "Kenapa kau repot dengan ucapan
terima kasihmu? Kau telah mengantar melindungi Paman Toan-
ku, untuk itu aku belum menghaturkan terima kasih padamu!"
Inilah jawaban yang tidak disangka-sangka Ce In. Ia seperti
ketemu pakunya. Ia jengah. Itulah rasa pahit-pahit manis!
Benar Leng Song telah menegur padanya tetapi teguran itu
menyatakan tegas si nona telah memandangnya sebagai orang
sendiri...
"Mo Lek," kemudian Nona Hee tanya si anak muda, "Kau'
bilang Paman Toan mau pergi ke kelenting Ceng Hie Koan di
gunung Giok Sie San, kota Liang-ciu, sebenarnya untuk apakah
itu?"
Mo Lek telah menerangkan apa yang terjadi di gunung Hui
Houw San, maka ia menambahkan, "Mereka diundang oleh
Khong Khong Jie yang hendak membayar pulang anak mereka."
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Oh, kiranya begitu!" kata si nona. "Kalau begitu,


dibandingkan dengan adik seperguruannya, Khong Khong Jie
masih boleh dibilang bukannya seorang busuk!"
Han Tam campur bicara, ia kata, "Selama beberapa tahun ini
aku belum pernah ketemu dengan Khong Khong Jie akan tetapi
aku menaruh perhatian terhadap sepak terjangnya, aku
mendapat kenyataan dia cuma rada berandalan, yaitu dia suka
menemui lawan yang setimpal dan karena namanya menjadi
terkenal, dia juga tak luput dari kejumawaan, akan tetapi dia
belum pernah melakukan kejahatan. Kali ini perbuatannya itu
disebabkan dia kena dipedayakan Ong Pek Thong ayah dan
anak."
Mendengar disebutnya nama Ong Pek Thong dan anak itu,
Leng Song berduka, dia lantas runduk dan tak berkata suatu
apa lagi.
"Nona Hee," Ce In bertanya, "Sukakah nona mengasih
keterangan bagaimana caranya maka dahulu hari nona dapat
berkenalan dengan ayah dan anak itu?"
"Tentang itu tidak ada yang aneh!" sahut si nona. "Kita
bertemu di tengah jalan! Adalah umum orang Kang Ouw biasa
merantau dan umum juga kita bertemu dengan orang-orang
yang tidak dikenal. Tentu sekali aku tidak tahu bahwa
merekalah berandal-berandal Rimba Hijau!"
Kembali Ce In "menemui pakunya". Kembali ia merasa pahit-
pahit manis. Sebagai orang yang berpengalaman, dapat ia
menerka bahwa tadinya Leng Song berkesan baik terhadap
Ong Liong Kek, bahwa mungkin ada terselip urusan asmara.
Hanya sekarang sirnalah sang asap dan buyarlah sang mega...
"Nona Hee," berkata Han Tam, "Rumahku terpisah dari sini
cuma tiga puluh lie, bagaimana jikalau aku minta nona suka
mampir padaku untuk beristirahat?"
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Terima kasih, Han Lo-cianpwe," menyahut si nona. "Aku


telah mempunyai janji dengan Toan Tayhiap untuk
menjenguknya di gunung Hui Houw San, lantaran ada suatu
urusan, aku telah terlambat beberapa hari. diluar dugaan, Toan
Tayhiap telah mendapatkan peristiwanya itu, sekarang setelah
aku ketahui di mana beradanya ia, hendak aku lekas
menyusulnya ke Giok Sie San!"
Habis berkata, Nona Hee bersiul nyaring dan panjang. Atas
itu segera terlihat seekor kuda putih lari keluar dari dalam
hutan, untuk menghampirkan si nona. Kuda itu dapat lari keras.
Tiat Mo Lek kagum, dia kata, "Kuda ini dilihatnya tidak
menarik perhatian, siapa tahu dia nyata jauh terlebih baik
daripada kuda merah miliknya ayahku dahulu hari!"
Leng Song sudah lantas lompat naik atas kudanya, dengan
merangkap kedua tangannya kepada orang banyak ia meminta
diri, guna segera berangkat menyusul Toan Kui Ciang.
"Nona Hee," kata Ce In tiba-tiba, "Aku hendak bicara lagi
sedikit..."
"Apakah itu?" tanya si nona singkat.
"Mengenai urusan dengan Hong-hu Siong itu," kata Lam Pat.
"Sepulangnya aku, akan aku minta keterangan pada guruku,
mungkin aku akan memperoleh penjelasan, mungkin nanti aku
dapat membantu kau mencari padanya, dari itu tolong nona
meninggalkan alamatmu."
"Arah kepergianku sukar ditentukan," sahut si nona. "Aku
pikir lebih mudah untuk aku yang mencari kau. Maka itu baiklah
setelah aku bertemu dengan Paman Toan, akan aku turut
paman pergi ke Thay-goan guna mencari kau di sana!"
Ce In setuju, bahkan ia gembira sekali.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Baik!" sahutnya. "Baik, aku nanti menunggui kau di


gedungnya Kwe Thaysiu di kota Kiu-goan."
Nona Hee sudah lantas mengeprak kudanya lari, hingga Ce
In mesti mengawasi kepergiannya itu.
"Paman Lam!" Mo Lek menegur, "Orang telah pergi jauh!
Kelihatannya paman masih hendak membicarakan sesuatu
dengannya, kenapa paman tidak mau lekas-lekas
memanggilnya? Sekarang sudah tak keburu lagi, maka mari kita
pun berangkat.”
Mukanya Ce In menjadi merah.
"Setan cilik, mulut jahil!" tegurnya secara bergurau.
"Urusan dengan Hong-hu Siong?" kata Kie Tie tiba-tiba.
”Bukankah nona itu hendak menuntut balas terhadap Hong-hu
Siong?"
"Benar," sahut Mo Lek. "Hanya urusan itu masih menjadi
persoalan. Hong-hu Siong bilang bukannya dia yang membunuh
tetetapi Toan Siokhu menyebut dia..."
"Tunggu dulu, tunggu dulu!" kata Kie Tie pula. "Dia hendak
menuntut balas untuk siapa? Apakah buat ibunya?"
Ce In heran hingga ia mengawasi jago tua itu.
"Mungkinkah lo-cianpwe ketahui perkara itu?" ia tanya.
"Nona itu tidak membilang dia mau melakukan pembalasan
untuk ibunya, dia hanya bilang dia menerima perintah ibunya
untuk menyingkirkan satu orang yang berbahaya untuk dunia
Kang Ouw. Menurut Toan Tayhiap, di malam pernikahan
mereka, kemanten laki-laki yang terbinasa di tangan Hong-hu
Siong ialah Hee Seng To yang menjadi ayahnya si nona. Hanya
tak jelas hubungan perkara itu dengan keluarga si nona
lantaran si nona sendiri tak tahu duduknya hal. Mendengar
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

keterangan beberapa pihak, cuma-cuma aku menjadi tambah


pusing dibuatnya. Lo-cianpwe suka memberi penjelasan kepada
kami semua?"
Kie Tie melirik orang she Lam itu, lantas dia tertawa.
"Ehem, kau nampaknya sangat memperhatikan si nona!"
katanya.
Lalu dia menggeleng kepala. Tapi hanya sebentar, ia tertawa
pula. Lantas dia berkata lagi, menyambungi, "Sekarang belum
tiba saatnya untuk bicara! Meski demikian, dapat aku
menolongi kau melakukan sesuatu..."
Ce In heran hingga kembali ia berdiam saja.
"Ada urusan apakah dari aku maka dia mau mewakilkan
mengurusnya?" ia tanya hati kecilnya.
Kie Tie cuma berhenti sebentar, segera dia berkata pula,
"Apa yang kau pikir dalam hatimu, yang kau belum ucapkan,
aku telah mengetahuinya! Kau jangan kuatir akan aku menjadi
comblangmu! Umpama kata dia tidak menggubris aku si
pengemis bau, akan aku cari si Toan kecil untuk ia membantu
aku berbicara dengannya!"
Muka Lam Ce In menjadi merah karena likat.
"Lo-cianpwe bergurau!" katanya.
"Siapa bilang aku bergurau?" kata jago tua itu, romannya
sungguh-sungguh. "Sekarang juga aku akan pergi! Baiklah aku
omong terus terang pada kau! Dengan datang ke lembang
Liong Bin Kok, aku sengaja hendak menantikan Nona Hee itu,
cuma ia nampaknya sebal terhadap aku si pengemis
bangkotan! Baiklah, sekarang aku mau pergi mencarikan dia
seorang suami yang cocok dengan rasa hatinya, aku percaya
kemudian dia bakal menjadi suka terhadapku!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Benar-benar jago tua ini lantas berlari pergi.


"Kie Lojie!" Han Tam berseru. "Kalau kau tiba di Giok Sie San
dan bertemu dengan Khong Khong Jie, kau beritahukan dia
halnya Ong Pek Thong sudah berkongkol dengan An Lok San,
andaikata dia tidak percaya pembilanganmu, bilangi dia bahwa
itulah kata-kataku!"
"Aku mengerti!" berkata Kie Tie, yang masih sempat
menjawab. "Hayo, tak dapat aku berayal lagi, nanti tak keburu
aku menyusul dia!"
Seperginya pengemis itu, Han Tam berkata kepada kawan-
kawannya, "Diantara tiga pengemis aneh dalam dunia Sungai
Telaga, Hong-kay We Wat si edan membenci kejahatan seperti
dia membenci musuhnya, kalau dia turun tangan, dia agak
telengas. See-gak Sin Liong Hong-hu Siong adalah yang sepak
terjangnya rada aneh, dia separuh lurus dan separuh sesat,
sulit untuk memastikannya. Tentang ini pengemis tukang
tenggak susu macan, Ciu-kay Kie Tie, walaupun dia berandalan,
dia paling rajin dan bersungguh-sungguh, gemar sekali dia
membantu atau menolong orang. Di antara orang-orang tiga
agama dan enam golongan, dia mempunyai sahabat-
sahabatnya. Dia cuma mempunyai suatu cacad, ialah hatinya
terlalu lemah, kalau dia bukan bertemu dengan orang sangat
jahat, tak mudah dia menjadi gusar, maka juga di antara
sahabat-sahabatnya, selain orang baik-baik ada juga orang
buruk."
"Barusan dia tidak sudi bicara, mungkinkah itu disebabkan
dia hendak menutupi keburukannya Hong-hu Siong?" Ce In
tanya.
"Aku kira itulah tak mungkin," menjawab Han Tam.
"Umpama kata benar Hong-hu Siong melakukan perbuatan
semacam itu, tidak nanti We Wat berdiam saja. We Wat

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menjadi sahabatnya dua orang she Leng dan Hee itu, pastilah
dia sudah bekerja sama menyingkirkan Hong-hu Siong dari ini
dunia! Memang, perkara darah itu pernah menyebabkan
kegemparan Rimba Persilatan dan pernah beberapa orang
gagah membantui Keluarga Hee mencari tahu si pembunuh!
Aku tidak nyana sampai sekarang, sudah berselang dua puluh
tahun, perkara itu masih tetap gelap!"
"Ayah," berkata Han Cie Hun, "Setelah peristiwa di Liong Bin
Kok ini, aku rasa kita tak dapat tinggal dengan aman lagi di
tempat kita ini, maka itu aku pikir baiklah kita pergi ke Giok Sie
San..."
Han Tam tertawa.
"Aku tahu kau memang ingin pergi ke sana untuk turut
dalam keramaian!" katanya.
"Benar, ayah!" sahut si nona. ."tapi kepergian kita akan ada
baiknya. Umpama kata terjadi bentrokan pula di antara Khong
Khong Jie dan Toan Tayhiap, ayah dapat datang sama tengah
untuk berusaha mendamaikannya."
"Jikalau kau menduga demikian, kau pasti akan kecele!" kata
ayah itu. "Khong Khong Jie telah memberikan janjinya akan
membayar pulang anak orang, mana bisa terjadi mereka kedua
belah pihak berkelahi pula?
"Apakah ayah tidak kuatir suteenya, Ceng Ceng Jie, nanti
main gila, mengacau diantaranya?" tanya pula si anak dara.
"Aku pernah pikir kemungkinan itu," Han Tam menjawab,
"Akan tetapi Kie Tie sudah berangkat ke sana, seandainya Ceng
Ceng Jie mau main gila, Kie Tie bakal tiba terlebih dahulu, dia
akan menyampaikan pesanku, maka itu, meskipun benar Khong
Khong Jie tidak mempercayai Kie Tie sendiri, dia mesti percaya
aku."

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia hening sejenak, terus ia menambahkan, "Apa yang aku


buat kuatir ialah mereka itu bakal tak melepaskan pada Lam
Tayhiap serta Tiat Siauw-cecu. Maka itu aku pikir baiklah kita
berangkat terus malam ini, untuk mengantarkan mereka ke
Hoay-yang, kemudian bersama Lam Tayhiap kita pergi ke Kiu-
goan untuk menemui Kwe Leng-kong, guna membeber
sekongkolan di antara Ong Pek Thong dengan An Lok san,
supaya Kwe Leng-kong dapat mengatur persiagaan. Aku mau
menduga, Khong Khong Jie dan Lam Tayhiap mungkin dari
musuh akan berbalik menjadi sahabat-sahabat satu dengan
lain, hingga kemudian dia akan suka pergi ke Kiu-goan."
Ce In dan Mo Lek girang sekali mendengar perkataannya
jago tua she Han itu. Lebih girang pula Tiat Mo Lek meski
kegirangannya itu disimpan di dalam hatinya. Ia ternyata
sangat suka bergaul dengan Han Cie Hun, yang usianya
sepantaran. Sejak berkenalan, mereka merasa sangat cocok
satu dengan lain, hingga tak suka ia berpisahan...
-o0dw0o-
Hee Leng Song tengah mengaburkan kuda putihnya ketika
dengan tiba-tiba ia mendengar suara memanggil di sebelah
belakangnya, "Nona Hee, tunggu sebentar! Aku si pengemis tua
hendak ada bicara denganmu!"
Ia lantas menoleh dan melihat si pengemis tukang mabuk.
Dengan di punggungnya tergendol buli-bulinya yang besar,
pengemis itu bernapas mengorong, meski demikian, dengan
lekas dia sudah menyandak. Ia menjadi heran, ia mengawasi
terus.
"Kudaku lari keras sekali, kenapa pengemis tua ini dapat
menyusul aku?" ia kata di dalam hati. "Dengan begini bukankah
ternyata dalam ilmu ringan tubuh dia melebihkan Khong Khong
Jie?"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Nona itu berpikir demikian tanpa ia ketahui, meski benar


barusan dia telah mengambil jalan memotong, sebab dia kenal
baik keadaan tempat yang dilalui ini.
Leng Song tidak puas. Ia sebal untuk orang punya bau arak.
"Ada urusan apa Kie Lo-cianpwe?" ia tanya terpaksa.
"Kabarnya nona mau pergi membunuh See-gak Sin Liong
Hong-hu Siong, benarkan itu?" Kie Tie tanya langsung.
"Benar!" jawab Leng Song, terus terang. "Dia telah
melakukan banyak kejahatan, maka aku menerima perintah
ibuku untuk menolong dunia Kang Ouw menyingkirkan
ancaman malapetaka!"
"Hong-hu Siong tidak dapat dibinasakan!" kata Kie Tie.
Kembali Leng Song heran.
"Kenapa tak dapat?" ia tanya.
"Tuduhan ibumu bahwa dia telah melakukan perbuatan-
perbuatan busuk itu, tak ada satu jua yang benar-benar
dilakukan tangannya sendiri!"
Nona Hee menjadi gusar, hingga ia melupakan ia lagi
berhadapan dengan seorang lo-cianpwe, yang martabatnya
jauh terlebih tinggi.
"Ngaco!" ia membentak. "Menurut kau, mustahilkan ibuku
mendusta?"
"Ibumu juga bukannya mendusta," kata Kie Tie.
Ia tidak menjadi tidak senang.
"Didalam urusan kamu ini telah terbit salah faham!
Musuhnya ibumu bukannya dia!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Memang juga ibuku sendiri tak langsung bermusuh


dengannya!" kata Leng Song. "Sebenarnya dia telah mencelakai
bukan sedikit orang, maka juga ibu berniat mesti
membunuhnya! Aku lihat, yang salah mengerti ialah kau!"
"Keliru! Keliru! Keliru...!" kata Kie Tie berulang-ulang.
Leng Song heran, ia mengawasi. Ia melihat sikap orang luar
biasa sekali.
"Kenapa keliru?" ia menegaskan.
Si pengemis tukang tenggak susu macan menghela napas.
"Ah...!" katanya. "Soal ini tak dapat aku bicara jelas
denganmu. Sekarang ini di mana adanya ibumu? Hendak aku
bicara sendiri dengannya!"
"Ibuku tak menemui orang luar!" jawab si nona tawar.
"Kalau kau mau bicara, bicara saja dengan aku!"
Kie Tie mengerutkan kening. Ia bersangsi.
"Jikalau kau tidak suka bicara padaku, ya sudah!" kata Leng
Song. "Nah, aku hendak lekas-lekas melanjuti perjalananku!"
Nona ini menarik tali les kudanya atas mana si kuda putih
menggeraki keempat kakinya.
"Baiklah!" Kie Tie berkata, nyaring. "Baik, akan aku bicara
denganmu!"
Leng Song menahan pula kudanya. Dengan sikap ogah-
ogahan atau tak sabaran, ia berpaling.
"Kau bicaralah!" katanya. "Dapat aku mendengar, tak usah
kau bicara keras-keras!"
Kie Tie mengawasi, dia kata, "Hong-hu Siong tidak ada
sangkut pautnya dengan peristiwa berdarah itu, orang yang

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berlaku tak selayaknya terhadap ibumu itu ialah seorang


lainnya. Dia..."
"Bagaimana?" Leng Song menyelak, tak sabaran.
"Dia itu, walaupun dia berhati tak lurus, dia tak dapat
dibunuh olehmu!"
Nona Hee tertawa tawar.
"Benar-benar aku tidak mengerti apa maksud kata-katamu
itu!" katanya. "Bagus benar! Hong-hu Siong itu orang baik, dia
tak dibunuh! Lalu itu orang lainnya, dia orang jahat, tetapi dia
tak dibunuh juga! Bagaimana aneh perkataan kau ini?
Sudahlah, tak usah kau bicara lebih jauh! Aku tahu kau dengan
Hong-hu Siong satu komplotan!"
Kie Tie sabar sekali.
"Tak dapatkan kau mendengari lagi satu perkataanku?" dia
tanya.
Mendadak jago tua ini mencelat ke depan hingga tahu-tahu
dia sudah menyambar buntut kuda si nona. Sambil menarik
binatang tunggangan itu dia menanya, "Tahukah kau, nona,
kau she apa? Kau bukannya she Hee dan ayahmu juga
bukannya Hee Seng To!"
Leng Song gusar sekali, hingga ia sudah lantas menghunus
pedangnya.
"Angin busuk!" ia membentak sengit. "Jikalau kau mau main
gila, pergilah ke lain tempat, tak dapat aku mendengar
suaramu yang bau busuk!"
Perkataan itu ditutup dengan serangan pedang yang cepat
sekali.
Kie Tie tidak mau melayani, ia melepaskan cekalannya
sambil ia berlompat mundur.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Justeru orang menyingkir, si nona mengeprak kudanya untuk


dikasih kabur. Selang tak lama, ia sudah lari jauhnya belasan lie
karena kudanya itu lari sangat pesat. Ia mendongkol dan gusar,
tetapi ia pun heran hingga timbul keragu-raguannya.
"Dia mabuk arak tetapi dia tak mabuk hingga lupa daratan,"
ia berpikir.
"Mustahilkan jauh-jauh dia menyusul aku cuma untuk
mengasih dengar ocehan belaka? Mungkinkah dia bermaksud
benar-benar? Ah, tak mungkin... Setiap orang mengatakan
romanku mirip dengan ibuku, maka itu kenapa aku bukannya
anak ibuku itu? Ibu mempunyai cuma seorang suami, kenapa
ayahku bukannya Hee Seng To? Hm! Tak perduli si pengemis
bau cuma ngaco belo, dia tetap sudah menghina ibuku!"
Meski demikian, walaupun ia menyangsikan Kie Tie, Nona
Hee tetap bersangsi. Maka lekas-lekas ia mengambil keputusan,
"Toan Tayhiap menjadi sahabat kekal ibuku, baik aku tunggu
sampai aku bertemu dengannya, nanti aku sampaikan padanya
kata-kata si pengemis edan ini, hendak aku lihat apa kata
tayhiap..."
Karena itu, Leng Song mesti menyusul Toan Kui Ciang dan
Touw Sian Nio, suami isteri itu yang pikirannya sedang
terganggu soal keselamatan anak mereka. Mereka melakukan
perjalanan terus menerus, tak siang tak malam. Maka pada
suatu hari tibalah mereka di kaki gunung Giok Sie San.
Dengan Lantas Sian Nio diganggu oleh kesangsiannya.
Khong Khong Jie menjadi musuh besar keluarganya - Keluarga
Touw - sekarang dia hendak pergi kepada musuh itu untuk
minta pulang anaknya! Ia merasa malu dan likat, sedang juga,
hatinya diliputi kedukaan dan kemarahan besar.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kui Ciang dapat mengerti pikiran sang isteri, di tengah jalan


ia sudah mengasih penjelasan dan hiburan, belum dapat ia
membikin lega hati isterinya itu.
Demikian mereka membuat perjalanan, sampai mereka tiba
di gunung Giok Sie San. Gunung itu tinggi dan penuh salju,
yang tak putusnya, hingga dipandang dari jauh, puncaknya
yang putih mirip sebuah tiang kemala yang menjulang
menembusi mega. Pula jalanan mendaki gunung sukar sekali,
banyak batunya yang besar dan luar biasa bentuknya.
Dari mulut gunung terlihat sebuah selat dan lembah yang
panjang, tak nampak ujungnya. Penglihatan selat itu
menyeramkan.
"Engko," kata Sian Nio, yang timbul kecurigaannya. "Kalau
Khong Khong Jie mengandung maksud buruk, dan dengan jalan
ini dia menjebak kita ke dalam perangkapnya, pasti kita bisa
celaka tanpa ada yang ketahui...!"
"Kau terlalu bercuriga, adikku," kata Kui Ciang, menghibur.
"Khong Khong Jie terlebih liehay daripada kita, jikalau benar dia
berniat membikin kita mati, buat apa dia memilih jalan ini?"
"Tapi," kata si isteri, yang kecurigaannya tak mudah lenyap,
"Tapi ingat gunung Giok Sie San ini terpisah jauh delapan ratus
lie dari gunung Hui Houw San, kenapa dia bukan ambil tempat
yang dekat hanya memilih tempat jauh ini guna
menyembunyikan anak kita?"
Pertanyaan ini benar dan Kui Ciang juga tak mengerti, akan
tetapi guna membujuki isterinya, ia menjawab, "Mungkin dia
mau pertontonkan ilmu ringan tubuhnya, supaya dia dapat
menaklukkan kita..."
Khong Khong Jie itu, habis menculik anaknya Kui Ciang,
lantas di hari keduanya, lewat tengah hari, berangkat ke Hui

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Houw San dimana cfia mengajukan tantangannya. Maka itu,


kalau benar dia telah pergi ke Giok Sie San, hingga dia mesti
melakukan perjalanan pergi pulang demikian cepat, sungguh
ilmu ringan tubuhnya luar biasa sekali. Touw Sian Nio
menggeleng kepala.
"Aku tidak percaya dia di dalam tempo satu malam dan satu
hari dapat melakukan perjalanan seribu lie lebih!" katanya.
"Aku lebih percaya kalau dia cuma memancing kita datang ke
mari!"
"Kalau tidak demikian, mungkin gunung inilah rumahnya,"
Kui Ciang membujuk pula. "Boleh jadi sekali dia tidak percaya
Ong Pek Thong maka dia kirim orangnya membawa anak kita
pulang ke rumahnya ini, untuk disembunyikan di sini."
"Begitulah kau percaya Khong Khong Jie?" sang isteri tanya.
"Kita sudah sampai di sini, kita percaya atau tidak
kesudahannya sama saja!" kata sang suami. "Apa daya
sekarang? Aku percaya kita dapat naik ke atas puncak dalam
tempo setengah harian. Mari kita naik terus, sampai di atas
baru kita lihat, nanti kita mandapat tahu segala apa!"
"Sebenarnya aku tidak tahu Giok Sie San begini jauh," kata
Sian Nio ragu-ragu, "Maka juga selama di sepanjang jalan,
makin lama kecurigaanku makin besar. Aku lihat, pastilah
perjalanan kita ini perjalanan sia-sia belaka. Taruh kata benar
Khong Khong Jie tidak berniat mencelakai kita, sedikitnya dia
pasti sengaja hendak mempermainkannya!"
"Adik Sian," kata sang suami, sabar, "Aku minta janganlah
kau pandang segala urusan dari sudut buruknya..."
Belum berhenti kata-kata Kui Ciang atau mereka segera
mendengar suara yang menggelegar keras, hingga mereka
terkejut dan lantas mengangkat kepala, melihat ke atas.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Untuk kagetnya mereka, mereka mendapatkan sebuah batu


besar lagi menggelinding turun ke arah mereka. Dengan lantas
mereka lompat berkelit.
Mulanya tayhiap itu sangka itu hanya batu yang
menggelinding secara kebetulan saja, tak tahunya, habis itu,
lantas terdengar suara lainnya, lantas mereka melihat jatuhnya
beberapa batu lain saling susul!
"Ada orang di atas!" Sian Nio berseru.
Benarlah Nyonya Toan ini. Ketika beberapa buah batu itu
jatuh terus tanpa meminta korban, di atas gunung terlihat
munculnya beberapa orang.
"Telur tolol!" berteriak seorang diantaranya. "Siapa suruh
kamu datang sendiri masuk dalam jaring perangkap? Kamu
sudah memasuki tempat kematian, apakah kamu masih
memikir buart hidup lebih lama pula?"
Toan Kui Ciang jadi sangat gusar, maka ia lantas berteriak,
"Khong Khong Jie! Aku menganggap kaulah seorang laki-laki
sejati, tak tahunya kau begini hina dina! Marilah kau perlihatkan
dirimu!"
Dari atas itu terdengar ejekan, "Untuk membereskan kamu
dua butir telur apa kami membutuhkan bantuan Khong Khong
Jie?"
Kata-kata itu diiring dengan tertawa dingin.
Kui Ciang menduga orang ialah orang suruhannya Khong
Khong Jie, maka dalam murkanya ia tertawa dingin dan kata,
"Sungguh tidak tahu malu yang kamu menggunai ini cara
sangat rendah! Apa perlunya kau menyembunyikan diri?"
Sian Nio sangat mendongkol.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Buat apa melayani segala manusia hina itu?" kata dia. "Mari
kita menghajarnya!"
Lantas sang nyonya ini menggunai biang panahnya, untuk
menyerang dengan pelurunya!
Rombongan itu berada di atas gunung yang tinggi, maka itu,
peluru panahnya Sian Nio mesti menyerang jauh sekali.
Sebaliknya mereka itu dari tempat terlebih tinggi, leluasa
menyerang dengan butir-butir batunya, yang turunnya gencar.
Sian Nio gusar sekali, ia berlompat. Akan tetapi ia segera
ditarik Kui Ciang, suaminya. Ketika itu sebuah batu besar jatuh
secara hebat, hampir mengenai nyonya itu. Ketika jatuh di
kobakan dengan suara sangat berisik, lumpur pun muncrat
berhamburan, hingga suami isteri itu tak luput.
"Sungguh berbahaya!" kata Sian Nio, yang mengeluarkan
keringat dingin.
"Aku yang menyebabkan kesulitan kau ini..." kata Kui Ciang,
menyesal. "Inilah lantaran aku terlalu percaya orang!" Sian Nio
menggertak gigi.
"Sudah kepalang, mari kita maju terus!" kata isteri yang setia
itu. "Tak perduli kita menghadapi bahaya!"
Kui Ciang mengiringi isterinya itu, maka dengan tak
menghiraukan serangan batu, mereka maju bersama.
Di tanjakan gunung, tumpukan salju terkena getaran, selagi
angin keras sekali, getaran membuatnya pecah melekah, lalu
jatuh runtuh, meluruk merupakan kepingan-kepingan es yang
besar. Hebatnya itu tak kalah dengan jatuhnya butiran-butiran
batu.
Kui Ciang mendapat beberapa luka lecet karena ia selalu
melindungi isterinya. Syukur itu tidak membahayakan. Terpaksa

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ia ajak isterinya itu bersembunyi di tempat yang gerohong. Ini


berbahaya. Musuh melihatnya dan mengincar dengan timpukan
batu ke arah mereka. Beberapa buah batu hampir mengenai.
Mereka menjadi letih, karena beberapa batu, yang menimpa ke
arah mereka, mesti disampok mental.
"Syukur belum gempa salju..." kata Kui Ciang, "Hanya..." Ia
berhenti sebentar, ia mendongkol sekali. "Sungguh
menyebalkan! Apakah benar kita mesti membuang jiwa di sini?"
Memang, kalau sampai gempa salju, pasti akan jatuh
meluruk ke bawah, salju tentu akan mengurung segala
gerohong atau tempat rendah. Dengan begitu, mana dapat
mereka melawan salju?
Touw Sian Nio tertawa meringis, katanya, "Kita sudah
menjadi suami isteri sepuluh tahun, kalau aku dapat mati
bersama-sama berbareng di dalam satu hari, satu bulan dan
satu tahun, akan aku mati tanpa penasaran...!"
Selagi berlindung itu, Kui Ciang mendapatkan serangan batu
mulai tak gencar lagi.
"Kelihatannya kita belum boleh putus asa," kata ia. "Mari kita
keluar, untuk melihat. Tak dapat kita manda binasa tanpa
berdaya..."
Baru saja suami isteri ini keluar dari tempatnya berlindung,
telinga mereka lantas mendapat dengar suara hirup pikuk di
atas gunung, Mereka lantas dongak, hingga mereka melihat
orang seorang perempuan tengah menyerang kalang kabutan
pada musuh. Segera mereka memburu najk.
"Nona Hee di sana?" Kui Ciang berteriak menanya.
"Toan Peehu di sana?" ada jawaban wanita di atas itu.
"Lekas naik, marilah kita menyerang musuh!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kui Ciang menjadi bersemangat.


"Mari!" ia mengajak isterinya.
Hee Leng Song melihat suami isteri itu bagaikan terkurung,
ia lantas mendaki dari lain arah, ia tiba di atas tanpa rintangan,
maka itu dapat ia lantas menyerang musuh, hingga mereka itu
tak dapat terus menghujani Kui Ciang berdua dengan batu.
Itulah yang membikin hujan batu berkurang.
Sian Nio mendaki cepat, begitu berada di atas, dengan
pelurunya ia menyerang seorang musuh di depan Leng Song.
Tak ampun lagi, musuh itu terhajar jitu dan roboh. Membarengi
itu. Nona Hee menikam terguling satu musuh lainnya. Dengan
naiknya Nyonya Toan, musuh menjadi terkepung dari dua
jurusan. Kui Ciang pun sudah lantas menyusul isterinya.
Seorang kepala bandit lantas berteriak-teriak dengan kata-
kata rahasianya, mengisyaratkan ada bahaya.
Sian Nio menyerang terus, hingga lagi beberapa penjahat
pecah kepalanya.
Menampak demikian, Kui Ciang teriaki isterinya, "Hajar saja
jalan darah tiauw-hoan! Kita membutuhkan mulut yang hidup!"
Dengan tiga butir pelurunya, Sian Nio mengincar tiga kepala
penjahat. Dengan beruntun semua pelurunya itu meluncur ke
arah sasarannya masing-masing.
Seorang penjahat melihat bahaya, ia bisa menolong dirinya
dengan jalan menangkis, tetapi dua kawannya, yang di kiri dan
kanannya, menjadi kurban. Yang satu terhajar lengannya, yang
lain kakinya, tepat jalan darah tian-hoan di pahanya menjadi
sasaran, tanpa ampun dia roboh seketika.
Si kepala penjahat cerdik, ia lantas menendang kawannya
yang terluka itu hingga terguling ke bawah, ia sendiri menyusul

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dengan menjatuhkan diri, buat bergelindingan turun. Ia


menjadi nekad hingga ia tak menghiraukan bahaya lagi.
Contoh kepala penjahat itu contoh bagus, ia lantas ditelad
oleh kawanan berandal, semua lantas lari ke pinggiran, untuk
pada menjatuhkan diri, hingga Leng Song tak dapat mengejar
pada mereka itu.
Baru saja musuh kabur, atau Kui Ciang berteriak, "Celaka!
Salju gempal!"
Inilah sebab ia merasa kakinya bergerak tidak keruannya,
yang mana disusul dengan suatu bunyi dahsyat. Tapi sambil
berteriak itu, ia lompat ke atas, untuk lari naik.
Sian Nio sudah lantas berlari naik juga.
Dafi atas salju meluruk ke bawah. Itulah hebat yang
kawanan penjahat, yang tak keburu menyingkir lebih jauh.
Maka mereka itu, satu demi satu, kena teruruk, hingga
terdengar saja jeritan menyayati hati dari mereka.
"Sayang, sayang..." kata Kui Ciang, yang hatinya pun
terharu, sebab tak tega ia mendengar jeritan itu, walau pun
itulah jeritan musuh. "Sayang apa?" tanya Sian Nio heran.
"Sayang tak ada musuh yang kena ditangkap hidup supaya
kita bisa mengorek keterangan dari mulutnya," sahut sang
suami.
"Tak usah ditanya lagi, mereka pasti kambratnya Khong
Khong Jie!" kata sang isteri. "Engko, apakah sampai di saat ini
kau tetap mempercayai dia?"
Kui Ciang berdiam. Ia terus ragu-ragu. Katanya di dalam
hati, "Mereka ini termasuk golongan kelas dua atau kelas tiga.
Mustahil Khong Khong Jie malu turun tangan sendiri, untuk
mencelakai aku, mestinya ia pakai tenaga orang yang liehay!

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kenapa ia pakai sebangsa mereka ini yang tidak punya


guna?.Hanya, kalau mereka bukan suruhan Khong Khong Jie,
kenapa mereka ketahui aku beramai mau mendaki gunung Giok
Sie San?"
Ketika itu Leng Song datang menghampirkan. Nona itu
menyelamatkan diri dengan menyingkir di lain tempat.
Sian Nio telah mendengar dari suaminya hal Nona Hee, ia
tahu orang menjadi puterinya Pek-ma Lie-hiap Leng Soat Bwe,
maka ia menjadi kagum, dalam hatinya ia memuji, "Sungguh
seorang nona cantik! Toako kata dia mirip ibunya, tak heran
dulu hari ibunya membikin dunia Kang Ouw menjadi tergila-
gila!"
"Eh, Leng Song!" Kui Ciang menegur. "Bagaimana kebetulan,
kau pun datang ke sini? Sungguh berbahaya! Syukur ada kau!"
"Toan Peehu, kau telah terpedayakan Khong Khong Jie!"
kata Nona Hee. "Khong Khong Jie bersama ayah dan anak
Keluarga Ong itu sudah berkongkol, mereka sudah bersepakat
untuk membantu An Lok San yang lagi siap sedia untuk
berontak.
Kui Ciang terkejut.
"Benarkan itu?" dia tanya.
"Tak salah lagi, peehu!" sahut si nona. "Aku telah
mendengar dan melihatnya sendiri! Bahkan mereka itu sudah
mulai melaksanakannya!"
Leng Song lantas memberikan penuturan perihal peristiwa di
lembah Liong Bin Kok, bagaimana mulanya ia mendengar
pembicaraan orang lalu besoknya ia turut di dalam
pertempuran di dalam lembah itu.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku kuatir mereka di sini nanti mencelakai kau, peehu,


maka aku lekas-lekas menyusul kemari," si nona
menambahkan.
"Nah, apa kataku?" kata Sian Nio pada suaminya. "Kau tetap
masih percaya Khong Khong Jie?"
Kui Ciang berdiam. Nyatanya di dalam urusan ini terselip
suatu kekeliruan.
Ketika malam itu Leng Song mendapat dengar pembicaraan
di Liong Bin Kok, yang dengan Ong Pek Thong ayah dan anak
bukan Khong Khong Jie hanya Ceng Ceng Jie. Di situ hadir Thio
Tiong Cie dan lainnya. Benar An Lok San minta bantuan
mereka.
Waktu itu si nona tidak mendengar perkataannya Ong Pek
Thong bahwa untuk sementara Pek Thong mau sembunyikan
urusan dari Khong Khong Jie. Si nona mau percaya saja Ceng
Ceng Jie dan Khong Khong Jie, yang menjadi suheng dan
sutee, kakak beradik seperguruan, sama kelakuannya.
Pula habis bertempur di Liong Bin Kok itu ia sudah tergesa-
gesa berangkat menyusul Toan Kui Ciang, ia menjadi tidak
berkesempatan mendengar omongan Han Tam untuk
disampaikan pada Khong Khong Jie itu.
Leng Song kuatir Kui Ciang nanti mendapat susah di Giok Sie
San ini disebabkan ia bercuriga terhadap sikapnya Ong Liong
Kek. Ialah Ong Liong Kek sudah tidak mau memberitahukan ia
kemana arah tujuan kepergiannya Kui Ciang, bahkan Liong Kek
sengaja mendustakan ia bahwa mungkin Kui Ciang berangkat
ke Tiang-an, hingga ia mesti melakukan perjalanan jauh secara
sia-sia.
Kuda putihnya sudah kabur tiga ratus lie lebih tetapi di jalan
ke Tiang-an itu ia tak lihat paman she Toan itu, karena mana,

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ia lekas kembali ke Liong Bin Kok, sampai besokannya di waktu


pertempuran, ia mendengar dari Tiat Mo Lek halnya Kui Ciang
telah pergi mencari Khong Khong Jie
Ia masih menegasi Ong Liong Kek, masih anaknya Ong Pek
Thong itu tak mau omong secara terus terang, hingga ia
menjadi masgul berbareng mendongkol. Nona Hee tak tahu
persekutuannya Pek Thong ayah dan anak. Mereka itu
melakukan segala apa diluar tahunya Khong Khong Jie.
Pek Thong dan anaknya ketahui baik sekali Toan Kui Ciang
menjadi menantu Keluarga Touw, mereka kuatir dibelakang
hari Kui Ciang nanti mencari balas untuk keluarga mertuanya
itu, akan tetapi di muka Khong Khong Jie, mereka terpaksa
membiarkan Kui Ciang dan Sian Nio berlalu dengan merdeka.
Baru kemudian, seberlalunya Khong Khong Jie, mereka
lantas bekerja. Mereka menulis surat dan mengirimnya dengan
perantaraan burung dara, memberitahukan cabang di Liang-ciu,
supaya orangnya mengatur "tentara sembunyi" di dekat Giok
Sie San, guna merintangi dan membinasakan Kui Ciang sami
dan isteri itu.
Di antara Leng Song dan Liong Kek ada perkenalan yang
erat sekali, karena itu, waktu si nona ketahui jelas perihal Ong
Liong Kek, ia berdua, cuma kepada Kui Ciang ia tak mau
menyebut-nyebut namanya pemuda she ong itu.
Kui Ciang menjadi bersangsi. Telah cukup kesaksian hal
perbuatannya Khong Khong Jie. Isterinya menyangsikan dan
Leng Song memberikan kesaksiannya.
Nona Hee tak dapat diragu-ragukan. Toh ia heran. Bukankah
Khong Khong Jie gagah perkasa? Kenapa sekarang Khong
Khong Jie bersikap rendah, untuk menghadapi ia dan isterinya,
dia main gila seperti itu?

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Wajah Sian Nio menjadi guram. Ia berkuatir dan berduka.


"Kelihatannya anak kita terancam bahaya..." berkata ia.
"Khong Khong Jie telah sengaja memperdaya kita, mana
mungkin dia sudi membayar pulang anak kita itu?"
Kui Ciang pun berkuatir dan bingung, akan tetapi dia dapat
mengambil keputusan.
"Sekarang ini baik kita cari Khong Khong Jie dulu!" katanya.
"Kita nanti bicara dengannya!"
"Memang tidak bisa lain," kata Sian Nio. "Jikalau aku tidak
dapat pulang anakku, aku tidak mau hidup pula, hendak aku
mengadu jiwa dengannya!"
Leng Song pun setuju buat mencari Khong Khong Jie, maka
ia suka mengikuti. Dengan Kui Ciang jalan di muka, bertiga
mereka mendaki gunung, untuk memanjat puncak Giok Sie
San. Mereka tidak menghadapi rintangan apa-apa. Ketika
matahari mulai doyong ke barat, mereka telah mencapai
puncak tertinggi.
Luar biasa puncak gunung itu. Di situ kedapatan pohon-
pohon bunga dan rumpun rumput. Di situ ada burung-burung
dan binatang kaki empat. Di situ pun terdapat beberapa
sumber air hangat, hingga hawanya menjadi lebih hangat
daripada di bawah gunung.
Yang paling dulu terlihat Kui Ciang ialah sebuah rumah suci
kaum tosu atau imam. Dengan lantas pada hatinya timbul
pengharapan. Lekas ia menghampirkan kelenteng itu dan
mengetuk pintu.
Ia pun berkata nyaring, "Aku si orang she Toan
memenuhkan janji datang kemari! Aku mohon tuan rumah suka
keluar menemui aku!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ketukan pintu itu, kata-kata itu, tak memperoleh jawaban.


Tempo Kui Ciang mengulanginya, tetapi tidak ada suara apa-
apa dari dalam kelenteng.
Sian Nio tidak sesabar suaminya. Maka dia kata sambil
tertawa dingin, "Dia telah melakukan kesalahan, mana dia
berani menemui kita? Sampai waktu ini, buat apa kita masih
berlaku sungkan terhadapnya? Terjang saja pintunya!"
Kui Ciang merangkap kedua tangannya, untuk memberi
hormat ke arah pintu.
"Khong Khong Jie!" katanya, nyaring. "Jikalau kau tetap tidak
mau keluar, aku minta janganlah kau sesalkan aku si orang she
Toan berlaku tidak hormat padamu!"
Benar-benar tidak ada penyahutan, pintu tak terbuka dari
dalam. Maka itu, tanpa berayal lagi, Kui Ciang menyerang
dengan kepalan Kim Kong Ciang!
Dengan bersuara nyaring dan berisik, kedua daun pintu
menjeblak terbuka.
Touw Sian Nio sudah lantas bersiap dengan panah
pelurunya, sedang Leng Song menghunus pedangnya. Kui
Ciang bertindak masuk dengan diiring isterinya dan nona itu.
Tiba di dalam, mereka bertiga mendapatkan kelenteng
kosong.
"Mungkinkah dia jeri dan kabur?" tanya Leng Song, ragu-
ragu.
Kelenteng itu tidak besar, di dalam tempo singkat, Kui Ciang
bertiga dapat menggeledah seluruhnya. Di dalam kamar yang
terakhir, Sian
Nio menemukan sebuah ayunan kosong serta beberapa helai
pakaian wanita.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mendadak dia menangis dan berkata, "Anak kita telah


dicelakai...!" Kui Ciang berlaku tenang.
Buat apakah dia mencelakai seorang bayi?" katanya, tetapi
suaranya dalam. "Memang benar anak kita pernah berada di
sini. Itulah bukti bahwa dia tidak bicara dusta..."
Tapi Sian Nio gusar.
"Anak kita tidak ada, Khong Khong Jie tidak ada juga!"
katanya nyaring. "Taruh kata anak kita benar tidak dibinasakan,
tetapi sudah pasti dia telah menyembunyikannya pula di lain
tempat! Engko, dia menghendaki jiwa kita, kenapa kau masih
bicara begini tentang dia?"
Sudah sepuluh tahun suami isteri ini menikah dan hidup
bersama rukun dan damai, saling menyinta dan saling
menghormati. Inilah pertama kali Sian Nio bicara keras
demikian rupa terhadap suaminya itu.
Kui Ciang tidak menjadi kurang senang atau gusar. Ia sabar
sekali. Ia dapat memahami hati isterinya itu.
"Aku memikir dari sudut lain," kata ia tenang. "Jikalau benar-
benar Khong Khong Jie tidak membayar pulang anak kita, pasti
aku mengadu jiwaku dengannya!"
Habis berkata suami ini mengawasi sekitarnya.
"Kelihatannya ada seorang wanita yang mengurus anak
kita," katanya kemudian. "Seprai di dalam ayunan ini masih
basah bekas air kencing, rupanya belum lama orang berlalu dari
sini. Sekarang cuma belum dapat diketahui wanita itu pernah
apa dengan Khong Khong Jie."
"Percuma kau memikirkan ini!" kata Sian Nio, yang hatinya
cemas. "Paling benar kita cari Khong Khong Jie si manusia
rendah itu, baru kita akan mendapat kepastian!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Baru Nyonya Toan berhenti bicara, atau dari luar mereka


bertiga mendengar ini suara nyaring, "Benar-benar Toan
Tayhiap seorang yang dapat dipercaya! Aku minta dimaafkan
yang aku telah melanggar janji!"
Kui Ciang lantas berseru, "Itulah Khong Khong Jie!"
Tanpa menanti lagi, Sian Nio sudah lantas lompat, untuk
terus lari keluar. Kui Ciang dan Leng Song segera menyusul.
Di luar tampak Khong Khong Jie seorang diri dan kedua
tangannya kosong. Tidak ada bayinya di tangannya itu.
Bukan main gusarnya Sian Nio.
"Bagus ya!" teriaknya. "Sudah kau menipu kami datang ke
gunung ini, sekarang kau sembunyikan juga anak kami!"
Dalam murkanya, Nyonya Toan segera menyerang dengan
tiga butir pelurunya.
Khong Khong Jie berlaku celi dan gesit, dengan lincah ia
berkelit dari tiga peluru maut itu.
"Sabar, sabar!" katanya. "Tahan! Mari kita bicara dulu!"
Kui Ciang menyandak.
"Adik Sian Nio, sabar!" kata suami itu. "Mari kita dengar dulu
apa katanya!"
Khong Khong Jie lantas berkata, "Untuk sementara belum
dapat aku membayar pulang anak kamu! Aku minta kamu
jangan kuatir apa-apa, kamu boleh tetapkan hati kamu! Anak
kamu itu selamat tidak kurang suatu apa, dan aku jamin
keselamatannya!"
"Kenapa kau tidak dapat segera membayar pulang?" Kui
Ciang tanya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Khong Khong Jie nampak jengah. "Sebab... sebab..." katanya


sukar.
"Sebab apa?" bentak Sian Nio. "Jikalau hari ini kau tidak
membayar pulang anakku, pasti aku tidak mau mengerti!"
Khong Khong Jie mengulapkan kedua tangannya.
"Pendeknya, aku jamin!" katanya. "Pasti aku nanti membayar
pulang anakmu! Hanya sekarang, aku tidak berdaya!"
"Nanti? Nanti kapan?" tanya Kui Ciang.
"Itu... itu..." kata Khong Khong Jie, ragu-ragu, "Itu tak dapat
aku pastikan..."
"Kau bersangsi!" bentak Kui Ciang. "Kau bersangsi apakah?
Sebenarnya, ada apakah sebabnya?"
"Toan Tayhiap, kali ini aku menyesal terhadapmu!" kata
Khong Khong Jie. "Aku harap kau jangan menanyakan terlebih
jauh! Jikalau kau percaya aku, mari kita mengikat tali
persahabatan. Aku bilang, anakmu berada di tangannya satu
orang, hal itu ada baiknya, tidak ada jahatnya!"
Sian Nio menjadi sangat gusar.
"Siapa kesudian percaya lagi obrolan setanmu!" dia
membentak. "Oh, manusia hina dina yang tak tahu malu!
Kebetulan kami tidak mampus tercelakakan olehmu, daripada
nanti kami dibikin celaka lebih jauh dengan perbuatanmu yang
sangat rendah, baik sekarang saja kami serahkan jiwa kami
kepadamu!"
Khong Khong Jie gusar bukan kepalang. Dialah seorang
kosen yang angkuh, yang kepalanya besar. Seumurnya dia
belum pernah terhinakan orang. Maka tubuhnya menjadi
bergemetaran.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hai, perempuan busuk, mengapa kau berani lancang


mendamprat aku?" dia berteriak.
Kui Ciang pun telah timbul amarahnya, maka itu, melihat
orang berani menghina isterinya, ia lantas menghunus
pedangnya.
"Kenapa jikalau kami mencacimu?" ia tanya. "Bukankah kau
pantas dicaci maki?"
Khong Khong Jie gusar hingga dia berkaokan.
"Bagus, Toan Kui Ciang, bagus!" teriaknya. "Kau pun
mencaci aku! Kenapa aku pantas dicaci?"
"Aku mendamprat karena kau tak tahu benar tak tahu
salah!" sahut Kui Ciang. "Karena kaulah si manusia jahat yang
membantu Kaisar Tiu melakukan kejahatan! Aku mencaci kau
karena kau berbuat jahat, kau toh menyangkal! Kaulah satu
manusia rendah! Kaulah si bangsat cilik sangat hina dina dan
sangat tak tahu malu!"
Wajahnya Khong Khong Jie menjadi merah padam.
"Toan Kui Ciang, kau mesti berlutut padaku dan
mengangguk-angguk meminta ampun!" dia berteriak. "Kalau
tidak, jangan kau harap kau nanti dapat turun dari gunung ini!"
Kui Ciang tertawa dingin.
"Sekalipun kau menekuk lutut dan manggut padaku
berulang-ulang, aku juga tidak akan mengasih ampun
padamu!" Kui Ciang membaliki. "Tidak salah, dalam ilmu silat
kau jauh terlebih liehay daripada aku, akan tetapi satu laki-laki,
mati tinggal mati, untuknya tak ada yang ditakuti! Meski aku
terbinasa di tanganmu, hendak aku mencaci terus padamu!"
"Baik!" Khong Khong Jie berteriak. "Karena kau menganggap
aku satu manusia jahat, jangan kau sesalkan aku yang aku
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tidak menaruh belas kasihan lagi! Hayo, kau makilah pula


padaku!"
Mendadak tubuh jago ini mencelat dan sebelah tangannya
meluncur ke muka orang.
Hebat serangan itu. Akan tetapi Toan Kui Ciang sudah siap
sedia, la lantas saja berkelit. Karena pedangnya sudah dihunus,
ia juga lantas balas menyerang, bahkan terus sampai tiga kali
beruntun tefhpo tabasannya yang pertama gagal begitu pun
yang kedua kali.
Touw Sian Nio juga tidak diam saja. Ia lompat maju dengan
bacokannya.
Liehay Khong Khong Jie. Ia lolos dari serangan berulang-
ulang dari Kui Ciang, ia bebas dari bacokan Sian Nio, ketika ia
berkelit seraya terus menyambar ke arah Kui Ciang, meskipun
tayhiap itu berkelit, tak urung punggungnya kena terserempet
tangan terbuka hingga dia merasakan sangat panas dan nyeri.
Sebenarnya Khong Khong Jie mau menghajar muka. Syukur
Kui Ciang lolos, kalau tidak, dia pasti malu bukan main.
Dalam murkanya Kui Ciang serukan isterinya, "Adik Sian, kau
benar! Untuk melayani ini bangsat sangat jahat, kita cuma
harus mengadu jiwa!"
Ketika itu Khong Khong Jie telah lompat mencelat, ia hendak
membalas menyerang. Karena berlompat itu, ia menjadi turun
dengan kepala di bawah dan kaki di atas. Sementara itu
tangannya sudah menghunus pisau belatinya yang tajam luar
biasa.
Tanpa menanti menginjak tanah, ia menangkis senjatanya
suami isteri itu. Ia mengeluarkan kepandaiannya, karena
niatnya menghajar terlepas pedang dan goloknya kedua lawan
itu.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kui Ciang sudah merantau semenjak dia masih muda sekali,


sudah sering dia melakukan pertempuran, dari itu, benar dia
kalah gagah dari Khong Khong Jie akan tetapi dia menang
pengalaman, maka juga, melihat orang mencelat tinggi, dia
sudah lantas dapat maksudnya lawan itu. Dia lantas
menggeraki pedangnya dalam satu gertakan, lantas dia
membarengi golok isterinya.
Satu bentrokan tak dapat dielakkan. Itulah beradunya pisau
belati dengan golok si nyonya. Bentrokan itu dibarengi dengan
suara robek!
Kui Ciang dan isterinya mundur masing-masing tiga tindak.
Sian Nio terkejut. Goloknya, golok bian-to yang sangat tajam,
telah "terlukakan" pedang lawannya.
Sebaliknya, Khong Khorig Jie turun di tanah dengan kaget
dan mendongkol. Ujung bajunya telah kena ditublas pedang Kui
Ciang. Syukur ia masih sempat berkelit, kalau tidak,
tangannyalah yang bakal terluka.
Jurus ini menyebabkan kedua pihak meluap kemurkaannya.
Maka ketika mereka merapat pula, mereka mengeluarkan
kepandaiannya masing-masing. Khong Khong Jie gusar sebab
merasa terhina, suami isteri itu nekad karena hendak membelai
anak mereka. Maka pertempuran ini jauh lebih dahsyat
daripada pertempuran mereka di gunung Hui Houw San.
Kui Ciang bertempur mati-matian, pedangnya senantiasa
mengeluarkan suara angin keras. Sian Nio dengan ilmu golok
Pat-kwa-to mencoba mengurung lawannya yang tangguh itu,
selalu ia mencari sasaran yang berbahaya.
Sejak kegagalan di Hui Houw San, suami isteri ini telah
berunding dan memikirkan semacam ilmu silat gabungan
pedang dan golok yang diperuntukkan melawan Khong Khong

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Jie, sekarang tiba saatnya untuk mencoba itu. Benar-benar


mereka memperoleh kemajuan.
Tengah ia bertempur hebat itu, Khong Khong Jie terdengar
menghela napas dan berkata masgul, "Kamu suami isteri
sangat mendesak padaku, aku tidak bisa berbuat lain, terpaksa
aku mesti mengorbankan jiwaku untuk melayani kamu..."
Kalau tadi dia gusar, sekarang Khong Khong Jie berduka.
Toan Kui Ciang dapat mendengar kata-kata orang itu.
"Mustahilkah benar-benar Khong Khong Jie ada kesulitannya
yang dia tak dapat beritahukan pada lain orang?"
Justeru ia berpikir itu, justeru ia melihat perubahan silat si
lawan.
Pisau belati Khong Khong Jie lantas berputaran, menyamber
ke timur dan ke barat, ke selatan dan ke utara, bergeraknya
sangat cepat, hingga sinar pisaunya berkilauan, hingga ia
nampak berada di pelbagai penjuru.
Menampak demikian, Kui Ciang terkejut. Terpaksa dari
menyerang ia mengambil siasat membela diri. Ini membuatnya
terdesak. Maka lekas juga terdengar pula suara bentrokan
senjata, kali ini pisau belati melawan pedang, bahkan beruntun-
runtun sampai sembilan kali!
Mulanya tidak ada niat Khong Khong Jie memusuhkan Kui
Ciang, walaupun ia dikepung hebat, meski juga ia murka sekali.
Ia cuma memikir mengalahkan mereka itu. Siapa tahu setelah
bertempur itu, Kui
Ciang berdua menjadi nekad. Sebab suami'.isteri ini
menganggap ia benar-benar manusia busuk.
Didalam keadaan seperti itu, ia mesti membela dirinya, atau
ia bakal celaka. Maka tak ayal lagi, ia mengeluarkan
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kepandaiannya. Itulah semacam tipu silat terdiri dari sembilan


jurus berantai, yang dapat menyusun serangan beruntun
sembilan kali.
Khong Khong Jie masih merasa sayang, maka juga tadi ia
telah mengasih dengar helaan napas serta suara penyesalan
itu.
Ketika Toan Kui Ciang melayani Ceng Ceng Jie, Ceng Ceng
Jie pernah menggunai semacam ilmunya Khong Khong Jie ini.
Tatkala itu ia dapat bertahan. Sekarang lain, kendati ilmu
silatnya serupa. Itulah sebab Khong Khong Jie beda daripada
Ceng Ceng Jie.
Ceng Ceng Jie baru dapat melakukan tingkatan ketujuh.
Khong Khong Jie pula menang berlipat ganda ilmu ringan
rubuhnya daripada Ceng Ceng Jie, sang sutee, maka dia dapat
bergerak cepat luar biasa.
Begitulah, meski Kui Ciang berkelahi dibantu isterinya, ia
segera terdesak, ia menjadi repot membela diri. Sian Nio juga
turut terdesak musuh yang tangguh itu.
Leng Song menonton saja sekian lama itu, setelah melihat
suasana, ia maju seraya menyerukan Sian Nio, "Bibi Toan,
silahkan mundur! Kau gunai saja pelurumu menghajarnya!"
Dengan memutar pedangnya, ia maju terus, guna
menggantikan Nyonya Toan Kui Ciang itu.
-ooo0dw0ooo-

Jilid 12
Didalam ilmu pedang, Nona Hee tak dapat melawan Kui
Ciang, akan tetapi dibanding dengan Sian Nio dengan goloknya,

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ia menang banyak. Maka itu Khong Khong Jie menjadi heran


dibuatnya.
"Siapakah yang mengajari kau ilmu pedangmu ini?" dia
tanya. Leng Song tidak menjawab, ia hanya mendesak. Tiga
kali berantai ia menyerang hebat, dan setiap jurusnya itu
terpecah pula dalam tiga jurus lain. Ia menyerang sambil
menggertak.
Disamping si nona, Kui Ciang turut merangsak. Khong Khong
Jie heran sekali. Sekarang tak sempat ia menanya pula si nona.
Dengan mereka itu merangsak secara demikian, ia tidak
berkesempatan memecah pemusatan pikirannya.
Sian Nio mengambil tempat di pinggiran. Ia menuruti
pikirannya Leng Song. Begitu siap, ia mulai dengan serangan
panah pelurunya.
Mulanya ia melepaskan tiga kali beruntun, mengincar Khong
Khong Jie pada ketiga jalan darah bie-cian di atas, hong-hu di
tengah dan hoan-tiauw di bawah. Ia liehay, disini ia mengasih
lihat keliehayannya, meski orang bertempur bertiga dan
bergerak gesit tak hentinya, sasarannya itu dapat ia cari.
Khong Khong Jie pun memperlihatkan kegesitan dan
keliehayannya. Dengan beruntun ia dapat mengelit diri dari dua
peluru yang pertama. Untuk itu ia berlompat dan menyambut
dengan tangan bajunya, lalu yang ketiga, ia tangkis dengan
pisau belatinya.
Meneruskan gerakan senjatanya itu, ia menikam ke arah iga
Leng Song di mana ada jalan darah hun-bun. Tapi ia gagal,
karena si nona waspada. Dilain pihak Kui Ciang, yang
menggunai ketikanya dengan baik, sudah menebas ujung
bajunya!

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bukan main gusarnya jago ini. Ketika tadi ia menyambut dua


buah peluru Sian Nio, semua peluru itu kena tergulung,
sekarang ia menggunai itu untuk menyerang balik, membalas
kepada Kui Ciang.
Suaminya Sian Nio celi matanya dan gesit tubuhnya, dia
dapat berkelit.
Khong Khong Jie tidak berhenti dengan serangan peluru
saja, ia membarengi menikam dengan pisau belatinya. Ia
mencari sasaran yang berupa ulu hatinya Toan Tayhiap.
Kui Ciang mesti berkelit, demikianpun Leng Song. Ketika itu
Sian Nio tidak menyerang pula. Ia melihat orang rapat sekali.
Tiba-tiba terdengar Khong Khong Jie berseru nyaring,
menyusul itu, mereka bertiga berlompat mencar.
Leng Song kaget sekali. Tusuk kundai di kepalanya telah
kena disambar kutung pisau belati Khong Khong Jie, walaupun
ia berkelit sebat sekali. '
Adalah di itu waktu, Touw Sian Nio memanah pula.
Mendadak tubuh Khong Khong Jie jatuh terguling. Kiranya
dia menggunai "Kun Tee Tong" atau ilmu silat "Roboh
bergulingan" guna menyelamatkan diri, menyusuli mana, sambil
bergulingan itu, ia membabat bergantian ke kakinya Kui Ciang
dan Leng Song.
Sian Nio bekerja pula, kembali ia memanah.
Dua-dua Kui Ciang dan Leng Song berkelit sambil berlompat,
Kui Ciang yang berlompat lebih dulu lalu membalas menyerang
dengan cepat.
Khong Khong Jie berkelit, karena mana, hampir peluru Sian
Nio mengenai suaminya..

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hanya sekejap, ketiga musuh sudah lantas bertempur pula


secara rapat. Karena ini, kembali Sian Nio menunda pelurunya.
Ia baru menyerang setiap kali ia melihat lowongan. Untuk itu ia
mesti bermata sangat celi dan bertindak sangat cepat. Hanya,
meski ia sudah mengorbankan belasan peluru, terus ia tidak
mendapatkan hasil.
Khong Khong Jie liehay tetapi dia repot juga. Dia mesti
berhati-hati dari panah peluru itu. Karena ini, menghadapi
desakan Kui Ciang dan Leng Song, mereka menjadi seimbang.
Tatkala itu matahari sudah turun jauh ke barat. Sang magrib
mendatangi. Kedua pihak sudah bertempur setengah jam.
Tengah pertempuran berlangsung terus, tiba-tiba mereka
mendengar ada seruan untuk mereka, "Eh, kenapa kamu
bertempur! Berhenti! Berhenti!"
Kui Ciang sudah lantas mengambil kesempatan akan melirik
ke arah suara itu. Maka ia melihat seorang pengemis dengan
pakaian banyak tambalan serta buli-buli di punggungnya,
sembari berlari-lari keras, pengemis itu lari ke arah mereka. Ia
pun segera mengenali Ciu-kay Kie Tie si Pengemis Pemabuk.
Juga Khong Khong Jie mengenali pengemis tukang tenggak
arak itu, ketika ia melihat Kui Ciang berhenti menyerang, ia
menghentikan perlawanannya, ingin ia menyapa si pengemis.
Justeru itu, Sian Nio memanah, maka pelurunya mengenai dahi
orang, hingga sasarannya itu mengucurkan darah!
Hee Leng Song tak mau berhenti, ia lompat menyerang.
Khong Khong Jie gusar, dia menangkis. Maka bentroklah
senjata mereka satu dengan lain, setelah mana, jago itu
kembali membabat ujung tusuk kundai kemala si nona. Syukur
Kui Ciang maju pula, guna membantu Leng Song. Karena ini,
mereka bertiga jadi bertarung pula. Kie Tie menjadi kurang
puas.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Touw Liehiap," ia kata pada Sian Nio, "Aku minta kau


memberi muka padaku si pengemis tua!"
Sian Nio lagi sengit, ia tidak menghiraukan perkataan orang,
ia melanjuti serangannya.
Menampak demikian, Ciu-kay menggelogoki isi buli-bulinya,
habis itu ia menyemburkan keras ke arah medan pertempuran.
Serangan ini membuat repot kepada Khong Khong Jie bertiga.
Mereka tak takut terlukakan, tetapi mereka tak sudi dibikin
mandi arak.
Kie Tie menyembur pula, kali ini ke arah Sian Nio. Ia mau
mencegah nyonya itu memanah terlebih jauh.
Muka Nyonya Kui Ciang lantas kena kecipratan arak, dia
menjadi tidak senang.
"Kie Lo-cianpwe!" serunya, "Aku bukan tidak sudi memberi
muka kepada kau tetapi manusia ini jahat luar biasa! Dia telah
merampas anak kami! Kalau dia dibiarkan lolos, kepada siapa
kami harus minta pulang anak kami! Dapatkah kau yang
menggantinya?"
Mendengar itu, Kie Tie menjadi melengak.
Touw Sian Nio berkata pula, nyaring, "Jikalah lo-cianpwe
tidak suka membantu kami, tidak apa, tetapi janganlah lo-
cianpwe merintangi kami, kalau tidak, maaf, peluruku nanti
tidak mengenali kau!"
Kata-kata si nyonya diiring samberan pelurunya, yang
mengenai buli-buli Kie Tie.
"Marilah kita bicara!" Ciu-kay berseru. Dia sadar dari
melongonya. "Jangan kau menyerang pula! Jangan kau
menyerang pula! Kalau mustikaku ini rusak, aku si pengemis
tua tidak punya lagi susu macan untuk ditenggak!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Justeru itu Hee Leng Song berseru, "Toan Peehu, jangan


ladeni pengemis bangkotan itu! Dialah konco musuh!"
Toan Kui Ciang menjadi bersangsi, apa pula pada saat itu ia
melihat pihaknya mulai menang unggul. Laginya, kalau ia
mundur, Leng Song tentu bakal segera terdesak lawan. Maka
terpaksa ia berkelahi terus. Habis menyingkir dari arak, mereka
bertiga merapat diri pula.
Pada Kie Tie, Toan Tayhiap berseru, "Kie Lo-cianpwe maaf,
aku minta kau tanya tentang urusan kita ini kepada isteriku,
setelah kau ketahui jelas duduknya, baru kau datang
memisahkan kita!"
Touw Sian Nio menyambungi kata-kata suaminya tanpa
menanti Kie Tie menanyakannya. Ia kata, "Dia yang
menjanjikan kami datang kemari, tetapi di mulut gunung tadi
dia memasang orang tersembunyi untuk mencelakai kami,
hampir kami suami isteri mati tertimpa hujan batu! Kami tiba di
sini, kami bertemu dengan dia, ketika kami minta pulang anak
kami, dia menolak memulanginya! Sampai saat ini kami belum
tahu anak kami masih hidup atau sudah mati! Lo-cianpwe,
silahkan kau timbang dengan adil! Pantas atau tidak jikalau
kami mengadu jiwa kami?"
Ketika tadi Kie Tie lewat di mulut gunung, ia memang
melihat beberapa mayat. Ia menjadi bersangsi.
"Khong Khong Jie, bagaimana ini?" dia tanya.
Rupanya Khong Khong Jie pun panas hatinya.
"Kau hendak tanya aku dalam urusan apa?" dia balik
menanya, keras.
"Apakah benar-benar kau hendak membinasakan mereka ini
suami isteri?" tanya Ciu-kay.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Gila!" berteriak Khong Khong Jie. "Mana itu dapat terjadi?


Jikalau aku hendak membunuh mereka, pasti aku telah
melakukannya siang-siang!"
"Jikalau begitu, kenapa kau tidak mau membayar pulang
anak mereka?" Kie Tie tanya pula.
Khong Khong Jie berdiam, tak dapat dia menjawab. Inilah
justeru kesulitannya. Hal itu yang membuatnya merasa malu
sendirinya. Kalau tidak, tentulah tadi dia sudah menjelaskan,
atau membereskannya pada Kui Ciang suami isteri itu.
Sebenarnya Kie Tie dan Khong Khong Jie cuma kenalan
sambil lalu, tidak ada hubungan erat di antara mereka, karena
itu sudah sewajarnya saja ia percaya Toan Kui Ciang dan tak
mempercayai kakak seperguruan Ceng Ceng Jie itu.
Ia pun berpikir, "Han Tam membilang dia baik tetapi ketika
Han Tam mengenalinya, dia masih kecil, sekarang mereka
sudah berpisah buat banyak tahun, siapa tahu dia sudah
berubah sifat?"
Karenanya, ia menjadi curiga. Maka itu, melihat orang
berdiam, ia lantas menanya pula suaranya keras, "Khong Khong
Jie, kenapa kau ragu-ragu? Sebenarnya bagaimanakah
duduknya hal?"
Didesak begitu rupa, Khong Khong Jie menjadi tidak senang,
ia menjadi gusar.
"Orang tua she Kie, apakah kau hendak memeriksa aku?" ia
menegur. "Inilah urusanku, tak usah kau campur tahu!"
Kie Tie menggelogoki araknya, ia berkata dingin, "Aku
bukannya hendak memeriksa kau! Laginya aku si pengemis tua,
seumurku belum pernah aku usilan mencampuri urusan lain
orang! Tapi sekarang aku datang kemari karena aku diminta
tolong oleh Lo-cianpwe Han Tam. Han Lo-cianpwe menyuruh
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

aku tanya kau, benarkah kau menjadi kemaruk harta atau


pangkat, maka kau jadi bekerja sama dengan Ceng Ceng Jie,
adik seperguruanmu itu?"
Sebetulnya Han Tam menghendaki Kie Tie memberitahukan
saja kepada Khong Khong Jie perihal sekongkolan dari Ong Pek
Thong dengan Ceng Ceng Jie yang mau bekerja sama dengan
An Lok San, dan untuk menanya Khong Khong Jie tahu atau
tidak urusan dua orang itu, tetapi guna mengesankan hal, ia
bicara dengan sikap menegur itu.
Khong Khong Jie sangat menyayangi adik seperguruannya,
dari itu ia menjadi gusar.
"Pengemis tua, kenapa kau ngaco belo?" tegurnya pula.
"Apakah yang tak benar dari adik seperguruanku itu? Kenapa
kau bersikap begini rupa?"
Kie Tie tertawa dingin ketika ia memberikan jawabannya,
"Adik seperguruanmu itu sudah tak segan membantu harimau
mengganas! Mustahilkah kau belum ketahui sepak terjang adik
seperguruanmu itu!"
"Apa kau bilang?" Khong Khong Jie bentak.
"An Lok San lagi mementang pengaruhnya, tidaklah heran
dia dapat membeli Ong Pek Thong!" jawab si pengemis
pengarakan. "Yang tidak disangka-sangka ialah adik
seperguruanmu itu! Dia juga rela menjadi gundal! Sekarang ini
Ong Pek Thong dan An Lok San telah bekerja sama, mereka
berkongkol, kelakuan mereka itu sudah diketahui oleh orang-
orang gagah di kolong langit ini! Mengenai adik seperguruanmu
itu, apakah masih hendak kau menyangkal?"
Khong Khong Jie tercengang. Tapi cuma sejenak, dia lantas
membentak, "Angin busuk! Kau memfitnah orang!"
Kie Tie gusar, ia terus mengubarnya.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Khong Khong Jie!" ia kata nyaring. "Kau muncul dalam


dunia Kang Ouw belum lama, kenapa kau jadi begini jumawa?
Cara bagaimana kau berani mencaci aku si pengemis tua?"
Khong Khong Jie mengerti disini mesti terselip sesuatu, akan
tetapi dia muda dan keras tabiatnya, dia menjadi tak sudi
menggubris si pengemis.
Maka dia tertawa nyaring dan kata, "Bagus, ya! Kau pandang
aku Khong Khong Jie bukan sebagai manusia! Kalau begitu,
buat apa kau bicara secara sahabat denganku? Pengemis tua,
kau majulah!"
Selama itu, Khong Khong Jie melayani Kie Tie berbicara
dengan dia masih terus menempur Toan Kui Ciang dan Hee
Leng Song, mereka kedua pihak sama unggul, tetapi karena
perhatiannya sangat terpengaruhkan, dan dia pun mendongkol,
pemusatannya menjadi terganggu.
Begitulah ketika Toan Kui Ciang menikam secara liehay,
pundaknya kena tertowel hingga terluka dan mengucurkan
darah! Kejadian ini membikin dia menjadi panas hati, dengan
hebat dia maju, guna merangsak orang she Toan itu, ketika
pisau belatinya meluncur, dia mengarah ulu hatinya lawan.
Justeru itu Kie Tie berlompat maju. Pengemis ini tak suka
mengadu mulut, terlebih jauh. Ia menangkis senjata si jago
muda.
Buli-buli dan pisau belati bentrok satu dengan lain. Buli-buli,
yang dipandang sebagai mustika itu, kalah kuat, ujung pedang
menumblas bolong, maka seketika juga isinya - arak yang
harum - molos keluar dan berhamburan di tanah!
Touw Sian Nio terkejut, dia berseru.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Justeru itu terdengar juga siulannya Khong Khong Jie, yang


tubuhnya mencelat tinggi, untuk mengangkat kaki, sampai
peluru si nyonya tak dapat menyusulnya.
Dari kejauhan cuma terdengar suaranya ini, "Toan Kui Ciang,
jikalau kau hendak membenci aku, terserah kepada kau!
Tentang anakmu, dibelakang hari pasti aku akan bayar pulang
kepada kamu! Dan kau, pengemis tua, denganmu biarlah dilain
kali kita bertemu pula! Sekarang aku hendak melakukan
penyelidikan, sesudah itu, nanti aku cari kau untuk
membereskan perhitungan kita ini!"
Ketika suara itu berhenti, tubuh Khong Khong Jie pun turut
lenyap.
Touw Sian Nio lantas menghampirkan suaminya. Ia terkejut
melihat muka suami itu penuh darah.
"Apakah kau terluka?" dia tanya. "Di mana lukanya?"
"Tidak apa-apa," sahut Kui Ciang, yang tertawa getir. "Pisau
belati Khong Khong Jie dapat menikam aku!"
Tapi Kui Ciang benar terluka dan lukanya sama dengan
lukanya Khong Khong Jie. Tadinya pelurunya sang isteri nyasar
ke dahinya.
Setelah melihat luka suaminya itu, Sian Nio mengerti
kekeliruannya. Ia menjadi menyesal, malu dan berduka. Tapi ia
pun mendongkol. Maka ia kata sengit, "Oh, itu bangsat jahat!
Sayang tadi peluruku tidak menghajar picak matanya!"
Kui Ciang sebaliknya kata di dalam hatinya, "Kalau tadi
Khong Khong Jie mengulangi serangannya, kalau tidak
terbinasakan, aku mestinya terluka parah. Syukur Kie Lo-
cianpwe telah menalangi aku, hingga dia rusak buli-bulinya.
Sebenarnya, asal ia mau, Khong Khong Jie dapat menyerang
terus, kenapa ia tak berbuat demikian? Bukankah
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

penyerangannya itu cuma siasat untuk dia dapat berlompat


mundur, guna mengangkat kaki, jadi bukan untuk mencelakai
aku?"
"Sudah, adik Sian," kata ia, mendengar suara isterinya itu.
"Dia sudah kabur, dan lukaku pun ringan, tak usah kau mencaci
dia. Tak usah kau bersusah hati..."
Kie Tie tidak dapat memikir Khong Khong Jie berlaku murah
hati terhadapnya, dia tertawa lebar.
Kata dia, "Toan Tayhiap, benar-benar kau berhati mulia, tak
sembarang orang dapat menyamai kau!"
Kembali dia tertawa, lantas dia menambahkan pada Sian Nio,
"Toan Toaso, sekarang kau toh tak dapat mencaci pula aku si
pengemis tua, bukan?"
"Oh, maaf lo-cianpwe!" kata Sian Nio lekas, sambil memberi
hormat.
"Sayang buli-buliku ini!" kata pula Kie Tie tertawa. "Ha, ha,
ha! Inilah upahnya aku suka usilan terhadap urusan orang
lain!"
Kui Ciang pun menghaturkan maaf kepada pengemis jago
itu.
Selama itu, Hee Leng Song berdiri diam di pinggiran, ia
tertawa dingin, ia tidak menghiraukan mereka itu.
Kie Tie pun seperti tak menghiraukan segala apa, dia masih
tertawa dan kata, "Hari ini aku mendapat dua rupa pengajaran!
Benar-benar, gemar mencampuri urusan luar berarti membakar
diri sendiri! Bukan saja Khong Khong Jie membenci aku, bahkan
Nona Hee turut mendongkol terhadapku!"
Kui Ciang heran. Ia tak mengerti sikapnya Leng Song itu.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Keponakanku," ia berkata kepada nona itu, "Lo-cianpwe ini


bukan lain orang, hanya dialah yang dunia Kang Ouw
memanggilnya Ciu-kay Kie Tie! Marilah kau pun menghunjuk
hormatmu kepadanya!"
"Kita berdua sudah bertemu terlebih dahulu daripada ini,"
berkata Nona Hee tawar. "Hm! Meski dia bukannya konco dari
Khong Khong Jie, dia toh konconya Hong-hu Siong! Tidak dapat
aku memandang sebagai lo-cianpwe!"
Paras Kui Ciang berubah, ia menjadi jengah sekali.
"Keponakanku, harap kau bicara tak melupai adat
kehormatan," kata ia, masgul. "Kau baru muncul di dalam dunia
Kang Ouw, mungkin ada yang kau belum ketahui jelas. Kie Lo-
cianpwe ini bersama Hong-hu Siong serta seorang pengemis
lain, yaitu Hong-kay We Wat, adalah yang dijulukkan Kang Ouw
Ie-kay. Apa yang beda ialah sepak terjang Hong-hu Siong tak
sama dengan sepak terjang mereka berdua. Hong-hu Siong itu
manusia aneh, dia sesat, dia suka berbuat jahat dan keliru.
Tidak demikian dengan We dan Kie Lo-cianpwe ini, mereka
bahkan tersohor sekali sikapnya membenci kejahatan seperti
musuh! Mana dapat Hong-hu Siong disamakan dengan mereka
itu berdua? Maka itu aku percaya kau mestinya telah
memperoleh pendengaran yang keliru. Keponakanku, mari kau
memberi hormat pada Kie Lo-cianpwe!"
Leng Song berdiri tetap dan tegak, sepasang alisnya bangun
berdiri. Kelihatannya ia hendak bicara tetapi rupanya malang
terhadap Tan Kui Ciang.
Toan Tayhiap menjadi heran sekali, hingga ia ingin bicara
lebih jauh atau Kie Tie, yang tertawa lebar, mendahului ia.
"Toan Tayhiap, kata si pengemis, "Kaulah seorang yang aku
hormati, hanya kata-katamu kali ini tidak tepat!" "Kenapa tak
tepat?" ia tanya.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku si pengemis tua, tak sanggup aku bicara sempurna


seperti kau," kata Kie Tie perlahan dan sabat. "Di mataku, aku
si pengemis tak demikian baik seperti katamu barusan, sedang
Hong-hu Siong tidak demikian busuk seperti uraianmu ini!"
"Nah, bagaimana?" kata Leng Song menyelak, tawar. "Kau
masih membilangnya dia bukan konconya Hong-hu Siong! Di
dalam segala bidang, dia membelai orang she Hong-hu itu! Dia
membeli Hong-hu Siong, kenapa aku dicegah untuk menuntut
balas?"
Kui Ciang mengerutkan alisnya.
"Bagaimana ini?" ia tanya Leng Song.
Ia bingung sekali.
"Di antara kau dan Kie Lo-cianpwe ada selisih paham apa,
keponakanku?"
Nona Hee habis sabarnya.
"Bukan melainkan selisih paham!" sahut Leng Song sengit.
"Toan Peehu, jikalau aku tidak memandang kau, pasti sekarang
aku sudah melakukan pembalasan sakit hatinya ibuku!"
Mau atau tidak, Kui Ciang terkejut.
"Apa kau bilang?" ia tanya. "Kie Lo-cianpwe menjadi sahabat
karib dari almarhum ayahmu, cara bagaimana dia dapat
menjadi musuh ibumu?"
Mukanya Nona Hee menjadi merah. Ia jengah.
"Dia... dia omong tidak keruan terhadap aku!" teriaknya.
"Dia menghina ayah dan ibuku...!"
Mata Kui Ciang dipentang lebar dipakai mengawasi CIu Kay,
si pengemis jago arak.
Kie Tie tidak menjadi gusar, sebaliknya dia bersenyum.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Nona Hee," katanya, sabar, "Coba kau ulangi apa kata-


kataku untuk didengar oleh Toan Peehu kau ini, agar dia
menimbangnya benar atau tidak aku berlaku tak pantas
terhadapmu?"
Kui Ciang memandang si nona.
"Keponakanku," kata ia, sabar, "Aku dan ayahmu menjadi
sahabat kekal, terhadapku kau boleh menyebutkan segala apa,
tidak ada halangannya."
Leng Song mendongkol sekali.
"Dia... dia membilangi aku bahwa aku bukannya orang she
Hee!" kata dia keras. "Dia juga kata ayahku bukannya Hee
Seng To! Itu... itu... bukankah suatu penghinaan untuk ayah
dan ibuku?"
Saking gusar, nona ini hendak menghunus pedangnya.
Kecurigaan, atau kesangsian Toan Kui Ciang, timbul secara
tiba-tiba. Ia lantas ingat peristiwa di malaman pernikahan di
antara Leng Soat Bwe dan Hee Seng To itu.
Hee Seng To terbinasakan dimalaman itu. Maka itu, dari
mana datangnya anak bernama Leng Song ini? Dulu hari pun ia
sudah pusing memikirkannya, siapa tahu sekarang Kie Tie
menimbulkannya.
"Sabar," ia kata kepada nona itu. Ia terus menoleh kepada
Kie Tie untuk segera menanya, "Kie Lo-cianpwe, itulah
peristiwa yang selama dua puluh tahun telah menjadi perkara
yang tergantung saja. Mestinya lo-cianpwe ketahui itu..."
Kie Tie mengulapkan tangannya.
"Itulah urusan yang tak leluasa untuk dibicarakan di sini!"
katanya.
Kui Ciang dapat dikasih mengerti, ia berpengalaman luas.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kalau begitu, mari kita pergi bicara di sana," katanya hening


sejenak. "Keponakanku, kau sabar dulu. Urusan ini sangat
penting, mesti aku dapat membikinnya menjadi terang! Kau toh
percaya aku, bukan?"
Leng Song berdiam, ia mengangguk.
Kie Tie sudah lantas berjalan, maka Kui Ciang menyusulnya.
Mereka berjalan sampai kira setengah lie dimana mereka
mencari tempat yang sepi.
"Ketika peristiwa menyedihkan itu terjadi, aku tidak di
tempat kejadian," Kie Tie memberikan keterangannya. "Tapi
aku tahu, kau sendiri justeru berada di sana. Katanya
pembunuhan terjadi sehabisnya orang bersenda gurau
menggodai sepasang mempelai."
"Tidak salah," Kui Ciang membenarkan. "Terjadinya itu tak
sampai setengah bakaran sebatang hio habis orang bersenda
gurau itu. Mempelai laki-laki telah terbunuh dan mempelai
perempuan terculik."
"Kalau begitu, kau percaya perkataanku, bukan?" tanya Kie
Tie. "Pasti sekali Hee Seng To tak dapat mempunyai Nona Hee
itu sebagai puterinya yang tulen?"
"Hal itu... aku mau percaya," kata Kui Ciang, meskipun ia
ragu-ragu. "Habis, siapakah orang yang menjadi ayah yang
sejati itu?"
Kie Tie tidak lantas menjawab, sebaliknya dia menanya dulu,
"Apakah kau pernah bertemu muka dengan pembunuh itu?"
"Malam itu rembulan guram dan bintang-bintang jarang, aku
cuma mendapat lihat punggungnya," Kui Ciang jawab.
"Barangkali yang lain-lainnya?"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Pasti sekali lain-lain orang juga tak ada yang melihat


mukanya pembunuh itu!" sahut Kui Ciang pula. "Kalau tidak,
tidak nanti perkara itu menjadi perkara gantung sampai
sekarang ini..."
"Tepat!" kata si pengemis. "Semua kamu tidak melihat
pembunuh itu, tetapi kenapa kamu menerka Hong-hu Siong,
bahkan menerka secara pasti sekali?"
"Mengenai itu ada sebabnya," Kui Ciang memberi
keterangan. "Sebelumnya dia menghembuskan napasnya yang
terakhir, mempelai laki-laki itu meninggalkan tulisan yang
belum lengkap. Ialah dia menulis hanya sebuah huruf 'Hong'.
Itu yang pertama. Yang kedua, punggungnya pembunuh itu
terlihat sama dengan punggungnya Hong-hu Siong. Dan yang
ketiga, jikalau dia bukannya Hong-hu Siong, kenapa Leng Bwe
menghendaki puterinya itu membinasakan dia?"
Untuk menjelaskan, Kui Ciang menuturkan peristiwa sedih
malam itu sebagaimana yang ia saksikan sendiri.
Kie Tie menghela napas.
"Pantaslah Hong-hu Siong yang dicurigai," katanya, masgul.
"Mempelai laki-laki mati kecewa dan mempelai perempuan
malang nasibnya, karena sampai sekarang ini duduknya
kejadian tetap masih belum jelas..."
"Sebenarnya bagaimana duduknya hal itu?" tanya Toan Kui
Cian, yang bemapsu memperoleh perjelasan. "Siapa pembunuh
yang sebenarnya itu?"
"Pembunuh itu bukannya Hong-hu Siong," menyahut Kie Tie,
"Cuma dengan Hong-hu Siong, dia ada sangkut pautnya.
Pembunuh itu, dia... dia..."
Kui Ciang menjadi sangat tidak sabaran, begitu juga isterinya
dan Leng Song. Itulah perkara gantung yang sudah berjalan
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dua puluh tahun. Ia menjadi tidak sabaran karena Kie Tie main
ayal-ayalan. .
"Dia... dia siapakah?" ia tanya mendesak. "Dia..."
Mendadak terasa sampokan angin dari belakang.
"Ada orang!" teriak Kui Ciang terkejut.
"Kau!" Kie Tie berseru seraya dia mementang kedua
tangannya, untuk melindungi Kui Ciang, akan tetapi belum
berhenti suaranya itu atau rubuhnya sudah roboh terbanting!
Kui Ciang kaget bukan kepalang. Tapi ialah seorang jago,
dapat ia menguasai dirinya. Ia tahu itulah hasil perbuatan
serangan gelap dengan senjata rahasia. Tanpa menanti sampai
ia menoleh lagi, untuk melihat siapa tukang bokong itu,
tubuhnya sudah mencelat berputar, untuk lompat
menghampirkan penyerang itu, sedang pedangnya telah
dihunus dan dipakai melindungi dirinya. Ia menjaga diri kalau-
kalau serangan gelap itu diulangi.
Berbareng dengan itu terdengar dampratan Leng Song, yang
juga sudah lantas mengejar.
Penyerang itu berlompat lari sambil membalik kepalanya,
terdengar suaranya yang aneh. Suara itu tertawa bukan,
menangis bukan. Toh nadanya sedih. Ia mengasih dengar
suara itu sambil mengawasi Nona Hee.
Toan Kui Ciang sudah lantas mengenali orang itu. Dia bukan
lain daripada Hong-hu Siong. Ia menjadi mendongkol dan gusar
sekali. Tengah orang berdiam mengawasi Leng Song, ia lompat
menerjang dengan satu tikaman hebat.
Hong-hu Siong masih sempat menangkis dengan
tongkatnya, tetapi terdengarnya satu suara nyaring, ujung
tongkat itu kena terhajar hingga "terluka".

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dilain pihak, tangan Kui Ciang tergempur hingga


telapakannya terasa nyeri dan kesemutan, hingga ia mesti
mundur guna mempertahankan kuda-kudanya.
Menggunai ketikanya yang baik itu, Hong-hu Siong lompat
nyamping, untuk menyingkir ke dalam rimba.
Sementara itu Kie Tie, setelah robohnya, cuma mengasih
dengar suara menyayatkan satu kali, terus tidak terdengar apa-
apa lagi, karena mana Kui Ciang lari balik untuk menolongi.
Hee Leng Song sebaliknya, dia mengejar terus. Dia sampai
tidak menghiraukan teriakan Kui Ciang, yang memanggil dia
kembali.
Touw Sian Nio kuatir nona itu mendapat celaka, sebaliknya
daripada suaminya, dengan membawa panahnya, ia lari
menyusul, guna memberikan bantuannya kalau itu dibutuhkan.
Kui Ciang membiarkan isterinya pergi. Meski ia tahu Hong-hu
Siong liehay, sebagaimana bentrokan barusan telah memberi
bukti kepadanya, akan tetapi ia percaya Leng Song dibantu
isterinya itu tak nanti terkalahkan orang she Hong-hu itu. Ia
hanya memerlukan memeriksa Kie Tie.
Mukanya pengemis itu lantas saja menjadi bersemu hitam
dan dari ujung mulutnya mengalir darah, yang mendatangkan
bau bacin yang keras.
Menampak demikian, orang she Toan ini menjadi kaget
sekali. Itulah tanda dari bencana besar. Tatkala ia mengulur
tangannya meraba tubuh orang, nyata napas Kie Tie telah
lantas berhenti jalan. Ia menjadi mendongkol dan berduka
sekali. Ia melongo sekian lama, akhirnya - tanpa merasa lagi -
ia menangis.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kie Lo-cianpwe," katanya, sangat menyesal, "Kau masih


mengatakan bukannya Hong-hu Siong. Sekarang jiwamu
diantar pergi oleh tangannya..."
Terang sudah duduknya kejadian. Hong-hu Siong berada di
dekat-dekat situ, ia bersembunyi untuk memasang mata dan
telinga. Ia takut Kie Tie nanti membuka rahasia, maka ia
menurunkan tangan dengan membokong dengan senjata
rahasianya yang berbisa itu.
Terang ia hendak membinasakan Kie Tie dan Kui Ciang
berdua tetapi Kie Tie melindungi si orang she Toan, yang
menjadi tertolong terhindar dari bahaya maut, hanya dia sendiri
yang menjadi korban.
Coba Kie Tie bukan si jago tua, tidak nanti Hong-hde Siong
menurunkan tangan jahat itu. Hanya, apa yang aneh, Kie Tie
membilang Hong-hu Siong bukan pembunuhnya ayah Nona
Hee. Pula aneh, Kie Tie dapat mati lantas sedang dia tangguh.
Kenapa dia tidak mau segera menyebutkan nama si
pembunuh? Kalau si pembunuh benar Hong-hu Siong, apa
mungkin dia mau melindungi orang she Hong-hu itu dengan
memegang rahasia namanya, hingga dia sudi mengorbankan
jiwanya?
Sambil menenangkan diri, Toan Kui Ciang membuang tempo
untuk membikin lenyap rasa nyeri di tangannya. Ia ingat
senjatanya Honghu Siong, lantas ia mencari kayu atau ujung
tongkatnya Hong-hu Siong yang kena terbabat pedangnya tadi.
Ia berhasil mendapatkan. Ujung tongkat itu memberi harum
kayu cendana asal Lam Hay, Laut Selatan.
"Hong-hu Siong mempunyai tongkat kayu asal Lam Hay," ia
berpikir, "Tongkat itu hendak aku jadikan bukti. Semua jago
Rimba Persilatan yang tua-tua mesti mengenalnya. Ujung
tongkat ini mesti aku jadikan bukti dari perbuatannya yang

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

jahat. Aku pun mesti minta bantuannya beberapa orang tertua


untuk mereka itu mencari balas buat Kie Lo-cianpwe...!"
Tak lama maka terlihat Leng Song dan Sian Nio kembali
dengan tangan kosong.
"Rimba sangat lebat, penjahat itu dapat lolos," kata sang
isteri. "Bagaimana dengan Kie Lo-cianpwe?"
"Tak beruntung untuknya, ia sudah menutup mata karena
lukanya," sahut Kui Ciang, masgul. "Mari bantu aku, supaya kita
dapat menguburnya di sini..."
Sian Nio heran.
"Kenapa dia mati demikian lekas?" katanya, yang segera
menghampirkan. Ialah ahli senjata rahasia.
Lantas ia berseru tertahan, "Inilah akibatnya jarum beracun
yang begitu mengenai lantas menutup kerongkongan! Kenapa
Hong-hu Siong dapat menggunai senjata rahasia yang begini
jahat?"
Di jaman itu banyak jago Rimba Persilatan menghargai
martabat sendiri. Di antara golongan kelas satu, sangat sedikit
orang yang menggunai senjata itu. Sekarang Hong-hu Siong
menggunai jarum jahat, tidak heran Sian Nio menjadi
tercengang.
"Benar!" kata Kui Ciang. "Tadi aku ingat sampai kesitu, adik
Sian. Menurut apa yang aku tahu, Hong-hu Siong belum pernah
menggunakan senjata rahasia, apapula senjata rahasia yang
dipakaikan racun. Mustahilkah... mustahilkah...?"
Sian Nio dapat membade hati suaminya. Ia menggeleng
kepala.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tak mungkin!" katanya. "Tak mungkin Hong-hu Siong itu


Hong-hu Siong palsu! Bukankah kita bertiga melihatnya tegas
sekali?"
"Ibuku membilangi aku Hong-hu Siong licik dan jahat tak
lawannya!" kata Leng Song. "Maka itu aku mau percaya, dia
biasa tak menggunai senjata rahasia melulu siasatnya untuk
membikin martabatnya naik tinggi, tetapi sekarang ini, di saat
begini mendesak, dia tidak dapat memilih jalan lain, maka juga
senjata yang paling jahat dan berbisa pun dia gunai!"
Kui Ciang merasa si nona bicara terpengaruhkan rasa
bencinya, akan tetapi ia telah melihat sendiri kepada Hong-hu
Siong, maka itu, bersangsi atau tidak, ia mau menerima baik
pikiran nona itu.
"Hiantit-lie," kata ia, kemudian, "Hendak aku menanya kau
satu urusan. Aku dengar halnya kau baru ini di gunung Lee
San, di dalam kuil Thouw Tee Bio, telah bertemu dengan Hong-
hu Siong. Kau katanya hendak membunuh dia, tetapi dia duduk
tak bergeming di lantai, dia menyerah untuk dibunuh. Benarkah
itu?"
"Tidak salah, itulah benar," sahut si nona. "Karena itu juga,
ketika itu Lam Tayhiap kena diabui dia, Lam Tayhiap
menganggap dialah seorang baik hingga aku dicegah
membunuhnya. Menurut anggapanku, perbuatan dia itu waktu
mestinya perbuatan sandiwara saja, itu menandakan
kelicikannya. Dia rupanya percaya betul bahwa Lam Tayhiap
bakal menghalang-halangi aku!"
Mendengar demikian, Kui Ciang heran.
"Ketika itu aku tak sadarkan diri," katanya. "Ketika itu Hong-
hu Siong yang telah menolongi aku dengan memukul mundur
musuh, kemudian dia menolongi jiwaku hingga aku mendusin
dan selamat. Itulah kenyataan. Tapi sekarang terjadi peristiwa
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ini. Kenapa dulu dia berbuat sangat baik padaku, dia telah
menolong aku dua kali? Kenapa sekarang dia justeru hendak
membinasakan aku? Kenapa?"
"Engko, kau selalu mengambil pandangan dari sudut yang
menyenangkan," kata Sian Nio. "Apakah yang aneh disini?
Bukankah kau pernah membilangi bahwa ketika dia semula
menolongi kau, dia mengharap supaya kau nanti membalas
budi kepadanya, supaya kau dari imusuh memandangnya
sebagai sahabat? Sekarang dia ketahui permusuhan tak dapat
didamaikan pula, dia pula takut Kie Tie nanti membeber hal
yang sebenarnya hingga kau ketahui duduknya perkara, maka
itu dia pasti ingin menurunkan tangan jahat atas dirimu!"
Leng Song telah menjadi tidak sabaran. Begitu mendengar
perkataannya Sian nio, dia lantas menanyai Kui Ciang,
"Sebetulnya, apakah yang si pengemis tua bilang padamu?"
Kui Ciang ayal-ayalan ketika ia menjawab, "Dia... dia
membilang bahwa Hong-hu Siong bukanlah musuh kamu, akan
tetapi di saat yang paling penting, yaitu ketika dia hendak
menyebutkan- she dan namanya musuhmu itu, dia telah lantas
dibinasakan Hong-hu Siong..."
"Baik, biarkanlah urusan ini!" kata Nona Hee kemudian.
"Ibuku juga bermaksud untuk hanya menyingkirkan bahaya
bagi orang banyak, bukan buat permusuhan yang tak dapat tak
dibereskan di antara Hong-hu Siong dengan kami. Yang aku
hendak tanyakan ialah, apakah pengemis tua itu ada
menyebutkan sesuatu yang mengenai riwayat diriku?"
"Dia belum sampai menyebutkan," sahut Kui Ciang, yang
kembali ragu-ragu, nampaknya dia jengah. "Hanya... hanya aku
mau percaya bahwa apa yang dia telah bilangi kau kiranya
bukan hal ngaco belo saja.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Parasnya Leng Song menjadi pucat, alisnya rapat satu


dengan lain. Hatinya memang seperti terbenam dalam
kegelapan, maka sekarang, boleh ia tak percaya Kie Tie tetapi
ia harus percaya Kui Ciang.
Ia lantas tunduk dan mengeluarkan kata-kata yang tidak
tegas, "Mungkinkah ibu ada menyembunyikan apa-apa
kepadaku?" ia berpikir.
Ia berhenti sejenak, terus ia tanya pula Toan Tayhiap, "Toan
Peehu, kaulah sahabatnya ayahku, dapatkau kau memberikan
keterangan padaku?"
Kui Ciang bersangsi, sulit untuk ia berbicara. Maka ia mesti
berpikir keras.
"Semenjak ayahmu menikah, aku tak pernah melihat pula ia
serta ibumu," ia menjawab kemudian. "Hanya, menurut apa
yang aku duga, Hong-hu Siong itu mungkin benar musuh orang
tuamu, maka itu ibumu menghendaki kau membunuhnya bukan
cuma guna menyingkirkan bencana untuk umum tetapi sekalian
buat membalaskan sakit hatinya sendiri..."
Leng Song cerdas, maka ia lantas dapat merasa Kui Ciang
tidak bicara seluruhnya. Walaupun demikian, berdasarkan
keterangan Kui Ciang ini, ia mau menduga bahwa tentang asal
usulnya sendiri mestilah suatu soal yang ruwet. Maka ia
menggigit bibirnya.
"Baikah, peehu!" katanya. "Jikalau peehu tidak dapat
menjelaskan, baik nanti saja aku pulang untuk menanya
kepada ibuku sendiri..."
"Bukannya aku tidak mau bicara," kata Kui Ciang, sabar,
"Aku hanya tidak dapat bicara lantaran masih ada hal-hal yang
aku belum jelas.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Aku rasa kalau nanti kau sudah bertemu dengan ibumu baru
kau akan megerti duduknya hal yang benar."
"Aku belum pernah bertemu dengan ibumu," kata Sian Nio
pada si nona, "Akan tetapi sudah lama aku mendengar dan
mengagumi dia. Dapatkah aku pergi untuk menjenguk ibumu
itu?"
"Bibi suka mengunjungi kami, aku bersyukur bukan main,
pasti kami akan menyambut dengan girang sekali," menyahut
Leng Song, "Hanya di dalam hal ini, aku tak dapat mengambil
keputusan sendiri. Maka itu bagaimana kalau aku pulang dulu
untuk menanyakan ibu, habis mana baru aku memberi kabar
kepada bibi? Tabiat itu ada sedikit aneh, ia tak suka bertemu
dengan orang yang belum dikenal..."
Dengan perkataannya ini, masih ada sesuatu yang si nona
sembunyikan. Itulah pesan wanti-wanti dari ibunya supaya
alamatnya juga jangan diberitahukan kepada Toan Kui Ciang.
Sian Nio tidak dapat memaksa, sedang Kui Ciang berdiam
saja.
"Lam Tayhiap sudah pergi ke Hoay-yang," kata Leng Song
kemudian. "Turut apa yang aku tahu, dia hendak
menyampaikan kepada Thio Sunbu dan Kwe Cu Gie tentang
komplotan di antara Ong Pek Thong ayah dan anak dengan An
Lok San. Dari Hoay-yang, dia mau kembali ke Kiu-goan. Lam
Tayhiap minta aku menyampaikan dan menanya kau, peehu,
apakah kau suka pergi menemui dia di Kiu-goan atau tidak?"
Pertanyaan ini ada baiknya untuk Kui Ciang. Ada alasan
untuknya membuka mulut.
"Aku memang mau pergi ke Kiu-goan," sahurnya. "Kalau
nanti kau sudah bertemu dengan ibumu, andaikata ada sesuatu

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang diperlukan dari aku, kau boleh pergi ke Kiu-goan akan


mencari aku di sana."
Leng Song mengangguk.
Sampai disitu, bertiga mereka lantas bekerja, guna menggali
tanah, guna mengubur mayatnya Kie Tie.
Kui Ciang berduka bukan main menyaksikan kuburannya
pengemis jagoan itu, yang tak mestinya terkubur di tempat
belukar itu.
Selesai mengubur, ketiga orang ini bersama-sama turun
gunung. Selagi berjalan, semua berdiam. Mereka merasa hati
mereka masing-masing berat sekali.
Baru kemudian Touw Sian Nio menarik napas.
"Selama beberapa bulan ini," katanya masgul, "Pelbagai
urusan yang tak menyenangkan hati datang bersilih ganti, lalu
akhirnya kita menjadi rumah hilang dan orang menutup mata...
Semua itu mirip dengan impian buruk yang tak pernah tamat!"
Kui Ciang merasa sulit menghibur isterinya, tetapi ia paksa
tertawa dan kata, "Mungkin itu disebabkan kita sudah
merasakan hidup berbahagia sepuluh tahun lamanya, maka
Thie-kong sengaja membuat kita merasakan penderitaan..."
Leng Song tidak turut bicara. Ia hanya memanggil kuda
putihnya, yang terus muncul.
"Sampai kita bertemu pula!" katanya seraya lompat atas
kudanya, untuk terus kabur dengan menepas airmata...
Hari dan bulan berlalu dengan cepat, banyak yang telah
berganti rupa. Sejak Ong Pek Thong dan anak-anaknya
memukul hancur benteng Hui Houw San, tujuh tahun telah
berselang. Selama tujuh tahun ini, banyak perubahan dalam
dunia Sungai Telaga.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan runtuhnya Keluarga Touw, Keluarga Ong telah


menggantikannya. Benar telah terjadi itu kekacauan di lembah
Liong Bin Kok dimana rahasianya Keluarga Ong terbuka, hingga
kaum Rimba Hijau menjadi terpecah, Ong Pek Thong tetap
tercapai cita-citanya menjadi Lok-lim Beng-cu, ketua kaum
Rimba Hijau, dan orang Rimba Hijau yang menghamba
kepadanya juga berjumlah besar. Maka dalam kalangan Rimba
Hijau itu, pengaruhnya menjadi besar sekali, bahkan paling
besar.
Dengan begitu juga, maka orang telah mulai melupakan
kemashuran Touw-kee Ngo-houw, Lima Harimau Keluarga
Touw dari gunung Hui Houw San itu.
Di kalangan pemerintahan, sebaliknya, Pemerintah Agung
nampak makin lemah, sedang pengaruhnya An Lok San
bertambah besar, dengan kedudukannya sebagai pembesar
dari tiga kota Hoan-yang, Peng-pou dan Hoo-tong, dia seperti
sebuah negara yang merdeka sendiri di bagian utara itu. Dia
mempunyai tentara dan rangsum yang jumlahnya melebihkan
rangsum dan tentara pemerintah.
Pada suatu hari di dalam bulan sembilan dari tahun Thian Po
ke empat belas dari Kerajaan Tong, di tanah datar di dalam
wilayah kota Peng-yang, ada seorang penunggang kuda yang
lagi mengaburkan kudanya. Dialah seorang perwira dengan
potongan yang disebut "berpinggang beruang dan
berpunggung harimau".
Inilah tidak heran, sebab dialah Cin Siang, turunan dari
Jenderal Cin Siok Poo, salah satu panglima perang yang turut
membangun Kerajaan
Tong, dan sekarang dialah satu di antara Toa-kho-ciu, orang
tergagah, di dalam istana kaisar.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Cin Siang sedang bertugas, dia diperintah mengikut Tiong-su


Phang Sin Wie yang diutus Pemerintah Agung untuk menemui
An Lok San, guna "menghibur" itu Ciat-touw-su yang sangat
besar pengaruhnya, guna membikin hati tenteram.
Dia mengaburkan kudanya sebab dia berlalu secara diam-
diam dari kota Hoan-yang yang menjadi tempat kedudukannya
An Lok San. Dia mau pulang ke kota raja guna menyampaikan
laporan kepada pemerintah tentang cita-cita atau aksinya An
Lok San untuk menerbitkan huru-hara, buat berontak terhadap
Pemerintah Agung.
Pada tujuh tahun yang sudah berlalu, Kwe Cu Gie sudah
mengajukan laporan rahasia kepada Raja Hian Cong halnya An
Lok San lagi bekerja keras "membeli" orang-orang Rimba Hijau
serta mengumpulkan kuda dan tentara, untuk persediaannya
berontak merobohkan pemerintah, tetapi laporan itu tidak
dihiraukan.
Raja sedang sangat percaya pada Ciat-touw-su itu yang
disayanginya, sedang Yo Kui-hui telah bicara baik perihal
panglima di perbatasan itu. Didiamkannya laporan rahasia itu
membuatnya An Lok San merdeka dengan persiapannya itu.
An Lok San cerdik. Tahun dulu itu dia tidak segera
mengangkat senjata disebabkan tiga soal. Pertama-tama
persiapannya belum matang. Kedua lantaran siasatnya
menggunai tenaga Ong Pek Thong menghadapi rintangan. Dan
ketiga, dia telah mendengar selentingan perihal laporan rahasia
dari Kwe Cu Gie itu. Maka terpaksa dia terus beraksi bersetia
kepada Kaisar Hian Cong, yang diabuinya.
Dengan demikian juga, tahun ketemu tahun,
pemberontakannya belum dapat diletupkan. Barulah tahun ini
dia merasa waktunya sudah tiba buat turun tangan karena
tentaranya sudah berjumlah besar dan kepala perangnya

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

banyak. Dia percaya bahwa dialah yang bakal merebut


kemenangan.
Demikian dengan alasan "mempersembahkan kuda" dia telah
menghaturkan suratnya. Dia kata daerah perbatasan tempat
bertugasnya itu menjadi tempat yang mengeluarkan kuda
pilihan, maka ia sudah memilih tiga ribu ekor lebih dan
mempersembahkannya kepada junjungannya yang maha
agung.
Dia menjelaskan kudanya itu dapat dipakai andaikata Raja
mau menyerang ke timur atau menerjang ke barat, sebab
setiap, kuda telah diperlengkapi pelana yang dapat memuat
dua orang serdadu. Dia kata dia mengutus dua puluh empat
Hoan-ciang, perwira suku perbatasan, guna mengantari semua
kuda itu, sedang hari keberangkatannya bakal dipilih dan
ditetapkan. Karena itu dia minta Raja memerintahkan semua
pembesar, yang daerahnya bakal dilalui rombongan kuda itu,
bersiap sedia menyambut dan mengatur rumput makanan
kuda.
Kapan Kaisar Hian Cong menerima surat itu, mau atau tidak,
timbul juga kecurigaannya, tak perduli ia sangat percaya
panglimanya itu. Ia pikir, kalau seekor kuda dapat membawa
dua serdadu, tiga ribu ekor berarti enam ribu serdadu, dan
rombongan itu diantar juga dua puluh empat Hoan-ciang,
sedang setiap Hoan-ciang mesti ada pengikutnya lagi.
Tidakkah jumlahnya semua akan ada kira sepuluh ribu jiwa?
Kalau mereka itu dibiarkan memasuki kota Tiang-an, tidakkah
mereka membahayakan?
Lantas Raja mengadakan sidang. Para menteri menganggap
An Lok San harus dicurigai dan tak dapat dipercaya. Mereka
kata berbahaya kalau "kudanya" An Lok San itu dibiarkan

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

memasuki kota raja. Maka mereka mengusulkan supaya An Lok


San ditegur.
Walaupun para menteri bersikap demikian rupa, Kaisar Hian
Cong bersangsi. Ia masih tak percaya An Lok San benar berniat
berontak. Karenanya ia kuaur, kalau An Lok San ditegur, dia
jadi tak senang hati dan benar-benar berontak.
Kesangsian Raja menyebabkan seorang menteri tua
mengusulkan untuk dengan lunak mencegah An Lok San
mengirimkan hadiah kudanya itu. Usul itu diterima baik. Maka
itu Tiong-su Phang Sin Wie lantas diutus ke Hoan-yang.
Dalam firman kepada An Lok San, Raja puji kesetiaan
panglirna itu, bahwa ia merasa senang, kemudian dengan
manis hadiah ditampik, yaitu katanya kuda itu tak usah dikirim
ke kota raja. Sebagai alasan dikemukakan kuda mesti berjalan
untuk banyak hari sedang itu waktu permulaan musim rontok,
musim panen. Dikatakan baiklah pengiriman ditunda saja
sampai lain musim.
Phang Sin Wie bersama Cin Siang telah tiba di Hoan-yang.
An Lok San gusar sekali. Dari kota raja ia sudah menerima
warta rahasia dan mengetahui duduknya hal. Ia tidak mau
keluar menyambut utusan kaisar, dan ketika Phang Sin Wie
membacakan firman, ia juga tidak mau menjalankan
kehormatan dengan bertekuk lutut, bahkan dia duduk agung-
agungan di atas pembaringannya, sebuah pembaringan model
pembaringan orang Ouw (Tartar).
Setelah firman dibacakan, berulang kali dia tertawa dingin,
dengan roman murka dia kata, "Aku dengar kabar Yo Kui-hui di
dalam keraton belajar menunggang kuda, aku pikir Raja
menggemari kuda, aku di sini mempunyai banyak kuda pilihan,
maka mau aku mempersembahkannya. Kalau begini bunyi
firman, baiklah, tak apa aku tidak mempersembahkan!"
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Phang Sin Wie melihat pasukan pengiringnya An Lok San


teratur rapi, tak mau ia membantah.
An Lok San memberi tempat beristirahat pada utusan itu,
tapi ia memperlakukannya tawar sekali.
Lewat beberapa hari, Phang Sin Wie mau pulang ke kota
raja, ia mohon menghadap An Lok San, ia menanya ada surat
balasan atau tidak.
Atas itu An Lok San kata, "Firman menyebut lain musim, itu
artinya sampai bulan sepuluh, sekalipun aku tidak
mempersembahkan kuda, aku sendiri bakal datang ke kota raja
untuk melihat pemerintahan, dari itu, buat apa aku memberi
balasan? Bahkan kau sendiri, tak usah kau kesusu pulang, kau
tunggu saja sampai bulan sepuluh, nanti kita berangkat
bersama-sama!"
Phang Sin Wie tidak berani banyak omong. Ia tahu pasti An
Lok San benar mau berontak. Sekembalinya ke gedung
penginapannya, ia lantas berdamai dengan Cin Siang. Ia minta
Cin Siang lekas pulang guna memberi kisikan pada raja, supaya
raja siap sedia.
Cin Siang gagah, dia dirintangi oleh orang-orangnya An Lok
San tetapi dia lolos. Demikian dia kabur dari kota Hoan-yang,
siang dan malam, dan besokannya tengah hari, dia sudah
meninggalkan kota seratus lie lebih. Karena itu, meski kudanya
jempol, kuda itu toh sangat letih dan mulurnya berbusa.
Terpaksa dia mau singgah, supaya kudanya bisa mengaso,
makan rumput dan minum.
Itu waktu Cin Siang berada di kaki gunung. Tiba-tiba dia
dipegat serombongan pasukan berkuda, yang muncul dari
tikungan gunung. Mereka itu memegat sambil meminta uang
cukai jalan.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Jalan gunung ini kami yang buka! Pohon-pohon di sini kami


yang tanam! Siapa mau lewat di sini, dia mesti membayar sewa
jalan!" demikian katanya.
Cin Siang gusar hingga dia berseru, "Bapak kamu she Cin ini
justeru kakek moyang berandal! Kamu kawanan kurcaci tak
tahu nol putul, kamu berani memegat kau?"
Terus dia gunakan sepasang ruyung kim-cong-gan menyerbu
kawanan pemegat itu.
Sepasang senjata itu ada senjata turunan, beratnya enam
puluh empat kati. Dulu hari Cin Siong alias Siok Po, leluhurnya
telah menggunakan senjata itu membantu Lie Sie Bin
membasmi delapan belas raja-raja muda hingga akhirnya
bangunkan Kerajaan Tong. Sekarang Cin Siang menggunainya
melabrak hebat pada kawanan perintangnya ini!
Dari dalam pasukan berandal dengan mendadak muncul dua
orang penunggang kuda yang bersamaan romannya, yang
usianya masing-masing usia pertengahan. Mereka itu mencekal
golok masing-masing di tangan kiri dan tangan kanan.
Dengan lantas mereka mengepung kepada Cin Siang dan
serangannya hebat sekali, sebab dua batang golok mereka
merupakan sebagai segelempang bianglala!
Cin Siang terperanjat. Ia lantas merasa bahwa ia lagi
berhadapan bukan dengan sembarang penjahat. Tapi ia tidak
takut, bahkan ia menyambut mereka dengan seruannya,
"Bagus!"
Sepasang ruyung sudah lantas bekerja menangkis serangan
dahsyat itu.
Dua tenaga baru itu ialah dua saudara she Cio yang terjuluk
Im-yang-to atau golok "Im Yang". Keduanya menjadi
sebawahan yang diandalkan Ong Pek Thong karena ilmu golok
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mereka yang luar^ biasa. Mereka selalu berkelahi berdua,


disebabkan senjata mereka yang dicekal dengan tangan kiri
dan kanan masing-masing.
Cin Siang tidak mau mengasih hati walaupun orang liehay. Ia
ingin lekas-lekas mengundurkan musuh. Baru beberapa jurus,
mendadak ia menangkis hebat dengan sepasang ruyungnya.
Dua kali beruntun terdengar bentrokan keras, lalu goloknya Cio
It Liong kena dibikin terbang, disusul dengan mentalnya golok
Cio It Houw!
Justeru itu ada terdengar suara panah nyaring. Untuk kaum
Rimba Hijau, itulah isyarat untuk menghentikan pertempuran,
tetapi untuk peperangan resmi, itu dapat diartikan sebagai
perbuatan menghina.
Cin Siang tidak senang, ia menangkis panah itu,
membuatnya terpental, hanya berbareng dengan itu ia
merupakan jemparing bertenaga besar sekali.
Segera juga muncul si pelepas panah, seorang penunggang
kuda lainnya. Dialah seorang pemuda yang tampan dan gagah
romannya. Karena dialah Ong Liong Kek, anaknya Ong Pek
Thong.
Liong Kek pandai ilmu totok, senjatanya yang biasa ialah
sepasang thie-san-ie atau kipas besi, akan tetapi senjata
pendek itu tak leluasa dipakai dalam pertempuran sambil
menunggang kuda, maka ia tukar itu dengan sepasang poan-
koan-pit, gegaman semacam alat tulis yang istimewa, ialah
empat kaki lebih panjangnya, sedang yang umum ialah enam
kaki delapan dim.
"Tuan!" Liong Kek menyapa setelah dia datang dekat,
"Didalam pasukan pemerintah ada perwira segagah kau, itulah
hal yang langka! Tuan, mengapa kau kesudian menjual jiwamu

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kepada negara? Lebih baik tuan turut kami menjadi Raja


Gunung, untuk kita hidup merdeka! Tidakkah itu bagus?"
"Bangsat cilik, angin busuk!" Cin Siang membentak, seraya
dengan Kim-cong-gan, ruyungnya, ia lantas menyerang.
Liong Kek waspada. Ia berkelit dengan sebat. Tubuhnya
berguling, untuk berputaran pada perut kudanya. Itulah tipu
silat "Kim-lie Coan-po," atau "Ikan gabus menembus
gelombang". Kedua kakinya dengan liehay menyantel pada
pelananya.
Cin Siang ingat perjalanannya. Begitu serangannya itu gagal,
ia mengedul tali lesnya dan kedua kakinya menjepit perut
kudanya, untuk membikin kuda itu berlompat kabur. Akan
tetapi baru kudanya memutar kepala, lawannya sudah lompat
menyusul untuk naik di punggung kudanya itu.
Liehay si anak muda, ia berlompat dengan menggunai tipu
lompat "It-ho Ciong-thian," atau "Burung jenjang terbang ke
langit". Sambil berlompat itu, ia juga menyerang dengan alat
totoknya.
Cin Siang menangkis tetapi jgagal, orang sudah bercokol di
punggung kudanya. Ia terkejut, lebih-lebih sebab dengan
senjatanya yang berat enam puluh empat kati itu, sulit untuk
bertempur rapat.
Ong Liong Kek tidak mensia-siakan waktunya yang baik itu.
Segera dia menotok.
Cin Siang tidak dapat menangkis, ia berkelit, akan tetapi
poan-koan-pit sudah mendahului mengenai dadanya hingga
terdengar satu suara nyaring. Ia tidak roboh atau terluka,
sebab ia memakai baju lapis lunak, sedang totokan itu kurang
tepat. Maka itu cuma baju perangnya yang pecah.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Cin Siang menjadi sangat gusar. Ingin ia membikin


pembalasan. Dengan sebat ia menancap ruyungnya di sela
pelananya, setelah itu sambil berseru keras, "Pergilah kau!" Ia
menyamber kepada musuhnya itu, menyamber ikat
pinggangnya, untuk terus mengangkat tubuh dia itu!
Liong Kek kaget sekali. Itulah kejadian yang ia mimpikan pun
tidak. Tidak disangka sekali orang berani melepaskan
senjatanya, untuk sebaliknya menggunai tangan kosong!
Bukankah tadi bersenjata dia seperti tak berdaya? Kenapa
dia berani berlaku demikian berani? Maka ia lantas menyerang,
sepasang pirnya ditotokkan ke jalan darah kin-ceng kiri dan
kanan. Hanya baru ia menotok, tubuhnya sudah kena diangkat.
Cin Siang tersohor untuk tenaganya yang besar luar biasa.
Ketika si anak muda kena diangkat, ia merasakan sangat nyeri
sampai ke ulu hatinya, hingga lenyaplah tenaga
perlawanannya. Benar kedua senjatanya menotok lepat akan
tetapi tidak ada hasilnya, bahkan kedua tangannya terpaksa
diturunkan sendirinya.
Dua saudara Cio menjadi sangat kaget, tetapi mereka masih
ingat mengeprak kuda mereka dengan niatnya menolong! Tapi
mereka terlebih kaget lagi. Mereka mendengar Liong Kek
menjerit mengeluh dan rubuhnya diangkat bagaikan badan
ayam yang enteng, karena tubuh jago muda itu dapat
dibulang-balingkan, diputar seperti titiran.
Cin Siang berseru, "Dengan membinasakan bangsat cilik ini
cuma-cuma mengotorkan tanganku!"
Lantas ia melepaskan cekalannya, membikin tubuh orang
terlempar pergi.
Kuda Cin Siang kuda yang terlatih baik, yang telah sering
maju di medan perang. Sebenarnya kuda itu sudah letih sekali,

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

akan tetapi menghadapi saat-saat yang berbahaya, dia dapat


bertindak tepat. Begitulah dia meringkik keras, dia mengangkat
keempat kakinya, buat berlompat untuk terus lari menerjang
kurungan.
Dengan menerbitkan suara menderum, dari belakang
terdengar suaranya anak-anak panah menyamber.
Cin Siang berseru pula. Ia menancap pula senjatanya, yang
ia sudah cabut buat dipakai menerjang musuh, dengan tangan
kosong, ia menyambuti dua batang jemparing, untuk
ditimpukkan dengan keras.
Celaka dua tauwbak yang mengejar, yang melepaskan panah
itu, tak sempat mereka menangkis atau berkelit, anak-anak
panah itu sudah kembali dan menancap di tubuhnya masing-
masing, maka dengan satu teriakan hebat, keduanya roboh
terguling dengan jiwanya melayang dalam sekejap.
Kejadian tersebut membuat sekalian liauwlo menghentikan
pengejaran mereka.
Sementara itu, Liong Kek tidak roboh binasa atau terluka.
Selagi dilemparkan, ia meneruskan bergerak untuk jumpalitan,
maka ia turun di tanah dengan tidak kurang suatu apa.
"Orang she Cin!" ia kata, tertawa dingin. "Hendak aku lihat,
berapa jauh kau dapat menyingkir dari sini? Anak-anak, jangan
perdulikan dia!"
Cin Siang heran. Ia mau menyangka orang menggertak
padanya. Ia pikir, "Coba aku tidak mau lekas kembali ke kota
raja, mesti aku ajar adat kepadamu..."
Maka ia lari terus. Sebentar saja sudah kabur belasan lie. Di
sini kudanya lantas lari perlahan dengan napasnya mengorong.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Syukur ada kau, kudaku!" kata Cin Siang sambil mengusap-


usap leher kudanya itu.
Kemudian ia berpikir pula, "Aku bukannya opsir yang
mengantar rangsum, buat apa kawanan berandal itu memegat
aku? Ah, aku mengerti sekarang! Telah lama aku mendengar
kabar An Lok San berkongkol dengan Rimba Hijau, mungkin
inilah rombongan konconya itu..."
Selagi memikir begitu, Touw-ut ini mendengar suara teguran
yang nyaring tapi halus, "Cin Tayjin, meski kau tidak letih,
kudamu tentu sudah capai sekali! Silahkan kau turun untuk
beristirahat dulu!"
Dengan terkejut Cin Siang menoleh, maka ia melihat seorang
nona yang cantik muncul di hadapannya, melintang di tengah
jalan. Di belakang nona itu ada rombongannya, semua liauwlo
wanita, jumlahnya belasan, dan mereka itu membawa sehelai
bendera sulam air emas yang merupakan seekor burung walet.
Rombongan itu memernahkan diri sebagai perintang.
"Kau bikin apa?" tanya Touw-ut ini heran. "Apakah kamu
juga, nona-nona, melakukan pekerjaan Jalan Hitam yang tidak
memakai modal?"
Nona itu sangat cantik, maka itu meski Cin Siang menduga
dia terang tak bermaksud baik, ia menyaksikan merekalah
kawanan berandal. Karena itu ia mengajukan pertanyaannya
itu.
Si nona tertawa.
"Cin Tayjin, nyatalah kau memandang sangat enteng kepada
kami!" katanya. "Apakah kau kira pekerjaan Jalan Hitam tanpa
modal itu cuma pekerjaan bangsa pria? Tapi janganlah kau
takut! Aku tidak menghendaki jiwamu, aku melainkan memikir
mengundang kau datang ke tempat kami, untuk berdiam buat

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

beberapa hari! Kau sudah melakukan perjalanan cepat dan jauh


sekali, sudah selayaknya kau singgah untuk beristirahat!"
"Aku tidak mempunyai tempo luang untuk dilewatkan
bersama kamu!" Cin Siang menjawab. "Maka itu lekaslah kau
membuka jalan untukku!"
-ooo0dw0ooo-

Jilid 13
Seorang serdadu wanita itu tertawa.
"Kau berani sekali!" katanya. "Nona kami mengundang kau
menjadi tetamu kami, kenapa kau tidak tahu salatan?"
Tak sudi Cin Siang melayani orang perempuan, ia menahan
sabar.
"Kita tidak kenal satu dengan lain, aku bersyukur yang kamu
begini baik hati," ia kata. "Tapi aku perlu melanjuti
perjalananku sebab aku mempunyai urusan penting! Tolong
kau memberi aku lewat!"
Si nona, yang sedari tadi mengawasi saja, mendadak
tertawa.
"Cin Tayjin," ia berkata, "Menurut perkataan kau ini, kau
jadinya seperti si orang yang diberi selamat dengan arak sudah
menampik tetapi sebaliknya kau meminta arak dendaan!
Apakah kau tahu aturan kami kaum Rimba Hijau?"
Cin Siang mementang sepasang matanya.
"Apakah katamu?" dia menegas.
"Kau sungkan menjadi tetamu kami," kata si nona, "Karena
itu terpaksa kami harus memandang kau sebagai kambing

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kami! Kau harus ditangkap untuk dijadikan bingkisan untuk


kami!"
Cin Siang mendongkol berbareng merasa lucu. Maka ia
tertawa berkakak.
"Jadi kau juga belajar memberandal?" tanyanya. "Apakah
kau tahu bahwa aku baru saja keluar dari dalam barisan
berandal? Kau baik ketahui sepasang senjataku ini, kesatu tidak
menghajar orang yang tidak punya nama dan kedua tidak
melayani kaum wanita! Aku beri ingat kepada kamu baiklah
kamu bubaran saja!"
Nona itu tidak menjawab, ia juga tidak membilang suatu
apa, hanya dari seorang prajuritnya ia menyambuti sebatang
busur lengkap, untuk dengan itu mendadak dia memanah
kudanya si perwira.
Cin Siang terperanjat, akan tetapi ia masih keburu
menyampok anak panah. Karena itu, ia kembali menjadi
terkejut. Kali ini disebabkan ia merasa jemparing itu bertenaga
besar. Inilah diluar dugaannya. Kudanya lompat berjingkrak
disebabkan jemparing melesat ke kakinya!
Ia lompat turun dari kuda yang ia sayang itu, sambil
menepuk-nepuk ia kata, "Kudaku, kudaku, pergilah kau ke
depan! Di sana kau tunggui aku!"
Kuda itu benar-benar mengerti, dia terus lari menuju ke
jalanan samping mereka.
Barisan si nona pun bekerja sangat sebat, mendadak mereka
menggunai empat buah gaetan, kuda itu lantas tergaet roboh,
sedang seorang nona menyamber lesnya, hingga dia lantas
kena ditarik.
"Itulah kuda jempolan!" berkata si nona tertawa. "Baik-
baiklah rawat lukanya!"
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kemudian ia menoleh kepada Cin Siang, untuk berkata


sambil tertawa terkekeh, "Cin Tayjin, kudamu ini kuda
jempolan, cuma masih ada kekurangannya! Dan itu sepasang
kim-gan, yang mengkilat kuning, pasti itu terbuatnya dari emas
perada dan beratnya mungkin seratus kati, itulah tentu besar
harganya! Sekarang begini saja, kuda itu ditambah kim-gan itu,
senjatamu itu, cukup untuk memberi muka padamu, maka kau
tinggallah, silahkan kau pergi!"
Cin Siang gusar bukan main.
"Jikalau kau masih ngoceh saja, awas, aku tak akan
sungkan-sungkan lagi!" katanya sengit. Si nona tertawa.
"Apakah sekarang kau suka menempur kami bangsa
perempuan?" ia tanya. "Baiklah! Asal kau dapat menangkan
pedangku ini, akan aku memberi kemerdekaan padamu untuk
lewat di sini dan kudamu juga akan aku bayar pulang!"
Cin Siang mendongkol bukan main. Ia lantas menghajar
sebuah pohon di sisi jalan, hingga pohon itu patah dan roboh.
"Nona, lihatlah biar tegas," ia kata. "Kau lihat senjataku
bukan senjata main-main! Apakah benar kau hendak
menempur aku satu sama satu?"
Si nona bersenyum.
"Telah aku melihat tegas!" sahutnya. "Cuma harus kau ingat,
pohon itu pohon mati dan manusia ialah manusia hidup! Aku
tidak percaya senjatamu itu dapat melukakan aku! Disebelah
itu aku tahu baik sekali bahwa pedangku ini pedang yang tak
dapat dibuat permainan!"
Cin Siang menjadi kewalahan.
"Baik!" katanya. "Karena kau bicara besar, kau majulah!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Si nona dengan sabar merapihkan ikat pinggangnya, lalu


mendadak ia memutar pedangnya sambil berseru, "Kau
sambutlah!"
Lantas juga ia menyerang, membabat lengan orang!
Cin Siang percaya si nona liehay hanya ia tidak menyangka
orang dapat melayaninya, karena itu ia merasa berkasihan dan
ia berkuatir nanti melukai orang, maka ketika ia menangkis, ia
menggunai tenaga tiga bagian.
Kesudahan sikap berkasihannya itu, ia menjadi kaget sekali,
nyata si nona liehay. Dia menyerang untuk menggertak saja,
ketika dia menarik pedangnya, yang mental tertangkis, dengan
tiba-tiba dia meneruskan itu untuk menyerang dada lawan
dimana ada jalan darah soan-kie.
Dalam kaget bukan main, Cin Siang masih sempat membela
diri. Ia melengat dengan tipu silat, "Tiat-poan-kio" atau
"Jembatan besi" Ia dapat bergerak dengan sebat hingga ujung
pedang lewat di atasan mukanya sedikit. Lalu, sebelum si nona
sempat menyerang pula, lekas-lekas ia berdiri tegak, untuk
melakukan serangan membalas dengan sepasang ruyungnya.
Meski begitu, ia masih tak sudi membinasakan si nona, maka
ia menyerang ke arah senjatanya nona itu dengan keinginan
membikin senjata itu terlepas dan jatuh.
"Sungguh liehay!" si nona berseru seraya ia menggunai tipu
huruf "Lolos". Ketika pedangnya nempel dengan ruyung lawan,
ia menariknya pulang dengan tubuhnya lompat melejit. Bahkan
ruyung kanan si Touw-ut mengenai tempat kosong, hingga
tubuhnya meluncur sedikit ke depan!
Si nona tidak berhenti setelah ia bebas itu. ia segera
melakukan pembalasan!

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sampai disitu, Cin Siang tidak berani memandang ringan


kepada lawannya ini. Ia mendapat kenyataan orang gesit luar
biasa dan tenaga dalamnya pun mahir. Karena ini, ia menjadi
berlaku sungguh-sungguh. Sepasang kim-gan digeraki hingga
berkilauan dan suara anginnya menderu-deru.
Si nona tidak menajdi jeri meskipun ia dilawan keras. Ia
tertawa dan berkata, "Cin Tayjin, bukankah sepasang
ruyungmu ini diperantikan menghajar bangsa orang gagah?
Hari ini kau memberi pengajaran kepadaku, aku jadi sangat
girang dan bersyukur sekali terhadapmu!"
Itulah melulu kata-kata untuk memperolok-olok. Sembari
bergurau itu, si nona tapinya tidak beralpa. Dengan liehay ia
menggunai pedangnya.
Muka Cin Siang menjadi merah sendirinya. Orang telah
menyindir kepadanya. Ia pun mendongkol karena hampir saja
iganya kena tertikam ketika si nona merabuh ke kiri dan kanan,
untuk mempermainkannya.
"Bangsat licik!" ia berteriak saking mendongkol. Ia
menyerang dengan pukulan "Heng-in Toan-hong," atau "Awan
melintang memutus puncak". Ia menggunai sepasang
ruyungnya. Ia sampai melupai sang lawan ialah seorang wanita
- seorang nona!
Nona itu cerdik. Ia tahu bahaya, ia tidak mau menangkis. Ia
berkelit. Kembali ia melawan dengan menggunai kelincahannya.
Sia-sia belaka Cin Siang berlaku keras. Ia tetap tidak berhasil
menghajar si nona. Hanya, disamping itu, walaupun ia gesit, si
nona sebaliknya tak dapat merapatkan lawan yang tangguh itu.
Inilah sebab ilmu pedangnya itu belum mencapai puncak
kemahiran, dia masih belum sempurna latihannya. Demikian
mereka nampak sama unggul.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ketika Cin Siang kabur dari Hoan-yang, dia lebih banyak


mengambil jalan sawah atau belukar, yang sukar dilaLuinya,
sekarang dia berkelahi begini keras, tenaganya keluar banyak
sekali. Lama-lama dia merasa letih juga. Disebabkan
penjagaannya yang rapat, si nona belum dapat menggunai
kesempatannya guna balik mendesak.
Tengah mereka itu berkutat, dari kejauhan terdengar riuh
suara kaki kuda berlari-lari dan berisiknya suara
kelenengannya. Cin Siang dapat mendengar suara itu, ia
mengambil kesempatan buat menoleh sebentar. Lantas- saja ia
mengeluh di dalam hatinya. Di sana mendatangi rombongan
tentara berandal, ialah rombongan yang tadi dilabrak!
Ong Liong Kek, yang menunggang kuda, tertawa lebar.
"Orang she Cin!" teriaknya. "Apa aku bilang? Tak dapat kau
lolos! Sekarang kau tak dapat membilang apa-apa lagi, bukan?
Ha, ha, ha!"
Lalu sambil mengangkat sepasang poan-koan-pitnya, ia
berseru, "Adik Yan, inilah bukan saat orang bertanding
mengadu kepandaian! Buat apa kau mensia-siakan tempo
melawannya? Ah, buat apakah gaetan kamu itu? Hayo, lekas
kamu bantui nona kamu! Lekas kamu bekuk musuh!"
Kata-kata yang belakangan itu ditujukan kepada barisan
wanita. Memang nona itu adiknya Ong Liong Kek, yaitu Nona
Ong Yan Lie.
Barisan wanita itu tidak berani bergerak tanpa ada perintah
nonanya, tetapi sekarang si majikan muda, tak berani mereka
tidak menurut. Maka dengan lantas semuanya bekerja.
Begitulah mereka maju dengan belasan gaetan mereka,
mengarah kakinya si Touw-ut. Ong Liong Kek sendiri sudah
lantas tiba, maka ia menyerbu guna membantui adiknya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Barisan wanita itu sudah terdidik baik, hebat mereka


menyerang dengan gaetan mereka, senjata yang panjang dan
bercagak itu. Mereka mengurung dari jauh dan menyerang
setiap lowongan, semua serangannya dengan beraturan.
Cin Siang mendongkol dan penasaran. Ia lantas menyerang
dengan tendangan berantai "Cin-pou Wan-yoh Lian-hoan-twie".
Ia berhasil menendang mental dua buah gaetan, atau yang
ketiga menyantel betisnya. Masih ia dapat berlaku sebat,
sebelum kakinya ditarik, ia berseru nyaring smabil menggempur
hingga gagang gaetan patah.
Si liauwlo wanita, yang menggaetnya, kaget, hingga dia
menjadi kena tergertak dan kalah sebat.
Lama-lama Cin Siang menjadi letih. Dikurung terus menerus,
ia tidak mempunyai kesempatan untuk membuang napas, guna
mendapat sedikit ketika beristirahat. Di depannya ada Ong
Yang Ie yang gesit dan Liong Kek yang merupakan satu tenaga
baru. Repot ia melayani desakan mereka, lebih repot lagi
karena gaetan menyamber-nyamber tak hentinya, sedikit ayal
saja, ia bisa mendapat susah.
Satu kali Poan-koan-pit Liong Kek mengenai sasarannya,
hingga baju si Touw-ut menjadi pecah dan robek. Syukur ia
memakai baju lapis baja, kalau tidak, siang-siang ia sudah
tertotok roboh. Ia tidak manda ditotok itu, selagi tertotok, ia
menggempur senjata lawannya.
Liong Kek terkejut. Tangannya mental dan telapakannya
nyeri dan sesemutan.
Cin Siang menggunai ketikanya yang baik itu. Memang ia
telah melihat, di antara dua lawannya itu si nona, atau adik,
jauh terlebih gagah dari si pria, sang kakak, maka itu, ia
memasang mata kepada si pria, untuk didesak, guna lebih dulu

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

merobohkan musuh pria ini. Ia percaya, asal Liong Kek mundur


atau roboh, ia akan bisa lompat guna meloloskan diri.
Demikian datang saatnya itu, habis ditotok, ia menggempur
Poan-koan-pit si lawan. Inilah satu ketika yang baik. Apa mau,
justeru ia menggempur Liong Kek, justeru ia membuat
lowongan.
Yan Ie yang matanya celi melihat itu, lantas si nona tidak
mensia-siakan ketikanya, dia terus saja menikam.
Cin Siang terperanjat, ia kesakitan. Serangan si nona
mengenai lengannya bagian atas, hingga baju lapisnya kena
tertusuk, hingga ia lantas mengucurkan darah. Ia terperanjat
berbareng gusar. Sambil berseru, ia menyerang hebat dengan
sebelah ruyungnya.
Liong Kek yang menjadi sasaran. Tapi Liong Kek waspada,
dapat ia berkelit, membarengi mana, ia juga membalas
menyerang. Kedua senjatanya tepat mengenai pundak Touw-ut
itu, di betulan jalan darah kin-ceng.
Cin Siang kaget bukan main. Sejenak itu, lenyap tenaga di
sebelah lengannya itu.
Liong Kek melihat itu, dia tertawa lebar.
"Orang she Cin, kematianmu sudah ada di depan matamu,
apakah kau masih hendak berlaku kosen?" ejeknya. "Lekas kau
lemparkan sepasang ruyungmu, lantas kau berlutut dan
mengangguk hingga kepalamu mengeluarkan suara nyaring,
dengan begitu mungkin aku akan memberi ampun kepadamu!"
Puteranya Ong Pek Thong menghina untuk membalas
dendamnya karena tadi ia kena dicekuk dan dilempar musuh
itu, kalau ia tidak sebat dan pandai berjumpalitan, pasti ia
terbinasa atau sedikitnya terluka parah.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Cin Siang berludah. Ia gusar sekali. Ia kata nyaring, "Akulah


si harimau dari tanah datar, aku tetap seekor harimau yang
galak! Kau bangsa anjing, kau berani menghina aku?"
Kata-kata keras itu diikuti dengan serangan berantai.
Walaupun tenaganya sudah berkurang, Touw-ut ini tetap
gagah, sikapnya pun berpengaruh.
Liong Kek muda tetapi ia sudah tersohor dalam Rimba Hijau,
tidak urung ia terkejut juga. Ia tidak menyangka musuh masih
begini gagah. Tanpa merasa ia mundur dua tindak.
Yan Ie melihat kakaknya itu terpukul mundur, ia kata dengan
tenang, "Engko, buat apa engko mengadu jiwa dengan dia?
Dialah yang telah menjadi binatang di dalam kurungan!"
Liong Kek menenangkan diri.
"Kau benar, adik!" ia menjawab. "Baiklah kita menanti
sampai otot-ototnya lemah dan tenaganya habis, nanti
perlahan-lahan kita bekuk dan bunuh padanya...!"
Lantas dua saudara ini maju pula untuk mengurung dengan
selalu berlompatan berputaran, di dalam hal mana mereka
tetap dibantu barisan wanita yang menggunai gaetan panjang
itu, hingga Cin Siang terus kena dikurung.
Segera juga Touw-ut itu merasakan sulit sekali. Tak dapat ia
membuka jalan untuk menyingkirkan diri. Karena terkurung
terus, ia mendapat luka-luka di kaki dan tangan, hingga
darahnya membasahi baju lapisnya. Baju luarnya sendiri sudah
robek disana-sini. Ia sulit tetapi ia tidak takut, bahkan ia
menjadi nekad. Tak sudi ia menyerah kalah, terus ia melawan
sebisa-bisanya.
Di saat Touw-ut itu terancam bahaya, orang semua
mendapat dengar suara kuda lagi mendatangi dengan keras.
Sin Siang menyangka kepada bala bantuan musuh. Ia tetap
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tidak jeri, untuknya, musuh bertambah atau berkurang, tidak


menjadi soal, tak ia pikirkan lagi. Tetapi ia berdaya, guna
menoblos kurungan. »<
Tiba-tiba kurungan musuh menjadi kurang rapatnya. Di
antara mereka terdengar teriakan-teriakan.
Di situ terlihat seorang penunggang kuda yang muda. Selagi
mendatangi, dia berseru, "Kawanan berandal she Ong, apakah
kamu masih mengenali aku?"
Begitu datang dekat, dia mengayun sebelah tangannya.
Maka terlihatlah satu sinar putih dan terang, menyusul mana
terdengar satu suara nyaring dari patahnya tiang bendera
burung walet sulam Yan Ie.
Patahnya tiang bendera menjadi satu soal yang hebat. Itulah
pantangan atau tabu. Maka juga Ong Yan Ie lantas menjadi
sangat gusar, shingga dia membentak sekeras-kerasnya,
"Celaka duabelas! Apakah kau sudah dahar hati serigala atau
jantung macan tutul maka kau berani menentang datuk?"
Ketika itu dua saudara Cio sudah maju ke muka, guna
memegat si anak muda.
Anak muda itu tidak mau bertempur di atas kuda, dia lompat
turun dari binatangan tunggangannya itu, sembari maju, dia
berteriak berulang-ulang, "Minggir! Minggir! Suruh pemimpinmu
datang kemari!"
Dua saudara Cio tidak takut, bahkan sebaliknya, mereka
memandang enteng kepada orang yang usianya masih muda
itu. Sembari tertawa mereka kata, "Jangan kau bicara besar!
Sebentar, setelah kau berhasil merampas sepasang golok kami,
baru kau buka pula mulutmu lebar-lebar! Apakah kau masih
belum mau mundur?"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lantas dua saudara itu maju berbareng, membacok dengan


golok mereka, sasaran mereka sama yaitu pinggang, tetapi
datangnya senjata mereka masing-masing, satu dari kiri
dengan tangan kiri, satu pula dari kanan dengan tangan kanan.
Itulah dia bacokan "Im-yang-to," atau golok "Im Yang". Itu
pula bacokan yang liehay sekali. Sudah banyak orang gagah
yang roboh di tangannya dua saudara itu - Cio It Liong dan Cio
It Houw. Mereka menggunai masing-masing tangan kiri dan
kanan, hingga tubuh mereka seperti merupakan hanya sebuah
tubuh.
Si anak muda gesit sekali, belum berhenti suaranya dua
saudara itu, dia sudah menyerang dengan pedangnya. Dia
membulang-balingkan pedangnya hingga dia berhasil membikin
mental goloknya Cio It Liong, hingga It Liong menjadi terkejut.
Baru sekarang It Liong melihat tegas si anak muda. "Kau...
Tiat... Tiat Siauw-cecu?" teriaknya kaget. "Tak salah!" sahut si
anak muda, bengis. "Kamulah dua bangsat yang suka
merendahkan diri kamu! Apakah tetap kamu masih kesudian
menjadi gundalnya si bangsat she Ong?"
Mulutnya pemuda itu, ialah Tiat Mo Lek, menegur hebat,
tangannya tak berhenti bekerja. Dengan bengis ia menyerang
dua saudara itu. Pula aneh serangannya, hingga It Liong dan It
Houw menjadi bingung.
Belum pernah mereka melihat ilmu pedang semacam itu.
Terpaksa mereka main mundur saja.
Yan Ie memburu ke arah kedua saudara Cio, mengenali si
anak muda, dia kata nyaring, "Aku kira siapa, kiranya kau, Tiat
Mo Lek! Apakah kau sudah tidak ingat budiku dahulu hari yang
telah tidak membunuhmu? Mengapa sekarang kau merusak
benderaku? Apakah maksudmu?"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sesudah lewat tujuh tahun, Tiat Mo Lek telah menjadi


seorang pemuda yang romannya gagah dan tampan, maka
juga di dalam hatinya, Nona Ong berkata, "Tidak disangka si
hitam legam ini sekarang menjadi semakin tampan..."
Tiat Mo Lek menunjuki kegusarannya.
"Di antara aku dengan kau ada permusuhan yang besar
laksana lautan!" katanya nyaring juga. "Aku tidak cuma hendak
merusak benderamu ini! Hm! Hm!"
Mendengar demikian, bukannya dia gusar, Yan Ie justeru
tertawa.
"Habis kau mau apa lagi?" tanyanya. "Apakah kau masih
hendak mengambil kepalaku yang berada di batang leherku
ini?"
Kedua matanya Mo Lek mendelik.
"Benar!" sahutnya, berseru. Dan lantas ia menyerang si nona
dengan tipu silatnya "Lie Kong Sia-cio," atau "Lie Kong
memanah batu," senjatanya meluncur ke dada si nona cantik.
Ong Yan Ie tertawa pula.
"Bukankah permusuhan itu harus dibuyarkan dan bukannya
diperhebat?" katanya manis. "Kenapa kau jadi begini galak?"
Tapi si nona tidak cuma bicara saja, ia melintangi pedangnya
menangkis serangan itu, hingga senjata mereka beradu nyaring
dua kali, karena dua kali Mo Lek menyerang saling susul.
Bentrokan itu membuat Yan Ie terperanjat. Tangannya
tergempur hingga kesemutan. Tahulah ia sekarang Tiat Mo Lek
yang sekarang bukan Tiat Mo Lek yang dahulu. Entah ilmu
pedang pemuda itu, yang terang ialah tenaganya menjadi
tambah besar sekali, tenaga itu sudah jauh melampaui

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tenaganya sendiri. Oleh karena itu, segera ia menjadi tidak


berani berlaku alpa.
Ketika itu Cin Siang mendapat napas. Perginya Ong Yan Ie
membuatnya mendapat ketika, tak perduli ia tetap dikurung
Ong Liong Kek bersama rombongannya. Begitulah ketika satu
kali ia berseru, ia membikin seorang tauwbak roboh terguling
dengan kepala pecah dan polo belarakan!
Kagetnya Liong Kek tak terkira. Tak disangka meskipun
sudah lelah, musuhnya itu masih demikian tangguh, la pun
tidak dikasih ketika untuk berpikir, ia lantas diserang Touw-ut
itu, yang berani merangsak kepadanya. Ia tidak berani
menangkis, dengan sebat ia berkelit.
Cin Siang menggunai ketikanya yang baik ini. Ia tidak
menerjang lebih jauh pada musuh hanya membuka jalan untuk
nerobos keluar dari kurungan, sambil melepaskan diri itu ia
teriaki Tiat Mo Lek, "Congsu, mari kita pergi!"
Mo Lek dapat mendengar ajakan itu, ia lantas memberikan
jawabannya, "Pergilah kau sambil jalanmu sendiri! Aku hendak
membasmi dulu kawanan berandal ini, baru aku mau pergi!"
Cin Siang membiarkan pemuda itu, ia berlalu dengan
terpaksa. Ia tidak berani berkelahi terus karena lukanya parah,
hingga ia cuma dapat menggunai sebelah tangannya, hingga
tak dapat ia berkelahi terlebih lama pula. Urusannya pun sangat
penting, tak dapat ia melalaikannya disebabkan urusan Rimba
Persilatan. Begitulah ia berlalu seorang diri.
Kawanan berandal lantas berteriak-teriak, berniat memegat.
Kudanya Ong Liong Kek lari maju. Kuda itu seekor kuda yang
telah berpengalaman di medan perang.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Marilah kamu!" bentak Cin Siang sambil dia lompat kepada


kuda itu, untuk disamber, lalu dengan sebelah tangannya itu ia
menarik dan menekan.
Tak ampun lagi binatang itu mendekam.
Cin Siang lompat naik ke punggung kuda itu, tetapi binatang
itu tidak mau lantas bergerak lari.
"Bagus, ya!" bentak si Touw-ut. "Kau tidak mau dengar
perintahku!"
Sambil berkata begitu, Cin Siang menjambak ke belakang,
menjambak kempolan kuda, atas mana lima jerijinya yang kuat
membikin kempolan itu terluka dan mengeluarkan darah.
Saking nyerinya, binatang itu meringkik keras, keempat kakinya
lantas bergerak, membawanya lari.
Dari atas kudanya, selagi kuda itu kabur, Cin Siang menanya
keras, "Congsu, apakah she Congsu?"
Tiat Mo Lek, yang dipanggil Congsu itu - orang gagah -
menjawab, "Aku Tiat Mo Lek dari Hui Houw San!"
Cin Siang lantas perkenalkan diri, "Aku Liong Kie Touw-ut Cin
Siang! Tiat Siauw-enghiong, budi pertolonganmu ini dibelakang
hari saja aku membalasnya!"
Sembari berkata begitu, ia mengeprak kudanya buat
dikaburkan lebih keras.
Mo Lek tidak tahu Cin Siang menjadi turunan Cin Kiong alias
Siok Po, ia tertawa dalam hatinya dan berpikir, "Sungguh tidak
aku sangka aku telah menolongi seorang perwira pemerintah!"
Meski begitu, ia tidak memperlambat pertempurannya.
Kawanan berandal masih berseru-seru, atas mana Liong Kek
kata pada mereka, "Sudah, jangan perdulikan itu pembesar
anjing! Lebih baik kita bekuk saja ini bangsat cilik!"
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan kata-katanya itu dia pun hendak melindungi


mukanya sebab sebenarnya dia jeri terhadap Cin Siang yang
gagah itu. Di sebelah itu, ia ingin menyingkirkan Mo Lek, yang
dia anggap sebagai musuh besarnya.
Pada tujuh tahun yang lampau Tiat Mo Lek turut Lam Ce In
ke Hoay-yang dimana ia diterima menjadi muridnya Mo Keng
Lojin. Ia menjadi murid yang nomor tiga. Mengikuti jago tua
itu, ia memperoleh banyak kemajuan, sedang kitab silat yang
diberikan Toan Kui Ciang kepadanya, ia berhasil juga
memahaminya. Dibawah petunjuk gurunya, ia dapat
menciptakan sejumlah tipu silat yang baru.
Sekarang, berhubung dengan suasana yang panas, ia
bersedia pergi ke Kiu-coan guna menemui kakak
seperguruannya, untuk membantu Kwe Cu Gie. Maka adalah
diluar terkaannya, di sini ia bertemu dengan saudara Ong kakak
beradik.
Mo Lek percaya, mengandali hasil pelajarannya tujuh ^ahun,
dia mestinya bakal dapat membunuh musuhnya, tetapi diluar
tahunya, selama tujuh tahun itu, kepandaiannya Ong Yan Ie
telah maju pesat juga.
Begitulah bertempur sampai lima atau enam puluh jurus,
walaupun ia menang unggul, Ong Yan Ie tak gelagatnya bakal
kalah.
Tengah bertempur itu, dalam penasarannya, Mo Lek
menyerang dengan tipu silat "Tok-pek Hoa-san" atau
"Menggempur gunung Hoa San". Dengan begitu, pedangnya
digunai sebagai golok, untuk membacok tinggi, dari atas ke
bawah. Itulah tipu silat yang ia ciptakan dari ilmu pedangnya
Toan Kui Ciang, maka penyerangannya itu sudah enteng dan
cepat lagi antap dan berat

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ilmu pedang yang telengas!" Ong Yan Ie berseru. Ia tidak


berkelit, hanya justeru menangkis dengan melintangi
pedangnya.
Maka bentroklah kedua senjata dengan bersuara nyaring,
lalu keduanya seperti menempel satu dengan lain. Yan Ie kalah
tenaga, pedangnya kena tertekan. Ia merasakan telapakan
tangannya bergetar dan nyeri. Celakanya tak dapat ia
meloloskan pedangnya itu, hingga ia mesti tertekan berikut
punggungnya yang menjadi melengkung perlahan-lahan.
Ong Liong Kek menjadi gusar sekali.
"Bangsat kecil, jangan bertingkah!" dia berseru. "Lihat
kipasku!"
Dan ia bergerak maju dengan kipas besinya, untuk menotok
punggung dimana ada jalan darah Hong-hu.
Dengan begitu Mo Lek menjadi seperti terkepung berdua. Ia
mesti membela dirinya. Sebab tak dapat ia hanya berkelit,
terpaksa ia melepaskan tekanannya, untuk dengan pedangnya
menangkis kipas yang mengancam dengan bahaya maut itu.
Kipas Liong Kek lantas kena disampok mental.
Yan Ie liehay sekali, begitu pedangnya bebas, begitu ia
menyerang Ia melupakan nyeri pada telapakan tangannya.
Mo Lek berkelit sambil memutar rubuhnya, dengan begitu
ujung pedang lewat di ujung dahinya.
Ketika kedua saudara Ong itu mendesak padanya, ia terus
melayani dengan ilmu silat "Ya-cian Pat-hong," atau "Berperang
di delapan penjuru di waktu malam". Ia mencoba menahan
majunya kipas dan pedang Cenj; Kong Kiam.
Ong Yan Ie tertawa manis.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku tidak sangka setelah tujuh tahun tidak bertemu,


sekarang ilmu silatmu menjadi begini liehay!" katanya.
"Sungguh kau mendatangkan kegirangan dan pantas diberi
selamat! Maaf, terpaksa kami kakak beradik mesti bekerja sama
menempur kau!"
Mo Lek panas hati.
"Kamu boleh maju semuanya!" ia membentak. "Tidak ada
halangannya! Hari ini mesti kau mampus atau aku terbinasa!"
Nona Ong tertawa.
"Engko, bocah ini benar-benar mau mengadu jiwa dengan
kita!" kata dia.
"Ya, biarlah dia pergi menghadap Raja Akherat!" sahut Liong
Kek si kakak, yang terus menyerang dengan hebat, dengan
ujung kipasnya ia mencari setiap jalan darah lawannya.
Mo Lek tidak takut akan tetapi ia melihat suasana tidak
bagus untuknya. Kepandaiannya Liong Kek tidak dapat
dipandang ringan. Ketika tadi dia menempur Cin Siang,
nampaknya dia tak sanggup bertahan dalam satu gebrakan.
Tapi itu ada sebabnya, ialah karena tenaga Cin Siang besar luar
biasa, tak berani dia mengadu senjatanya dengan kim gan,
ruyungnya si orang she Cin.
Sebaliknya menghadapi Mo Lek, meski dia kalah kepandaian,
tenaga dalamnya berimbang. Pula, kalau melawan Cin Siang dia
menggunai Poan-koan-pit, sekarang dia memakai thie-sie,
kipasnya senjatanya yang utama, yang paling cocok dipakai
bertempur rapat, sedang juga ia melawan bersama adiknya.
Demikian Mo Lek Tak dapat segera merebut kemenangan.
Sambil bertempur itu, Mo Lek lantas ingat, "Toan Tayhiap
dan Lam Suheng berulangkah memperingati aku supaya aku
jangan menuruti hati muda dan hawa amarah, tak dapat aku
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terlalu mengandalkan ilmu kepandaian sendiri, jangan setelah


keluar dari rumah perguruan, aku menghendaki lantas
terwujudnya pembalasan sakit hatiku. Aku sudah dapat
bertahan tujuh tahun, kenapa aku mesti mengumbar amarah
dalam satu hari ini? Sekarang musuh berjumlah banyak dan
aku sedikit, baiklah kau bersabar sampai lain hari..."
Ong Liong Kek sebaliknya sudah banyak pengalamannya
berkelahi, dengan lantas dia melihat romannya Mo Lek
berubah, dengan lantas dia menduga, maka itu, tanpa ayal lagi,
dia lantas mendesak.
"Jalan ke sorga ada, kau tidak ambil, kau sebaliknya
memasuki neraka yang tidak ada pintunya!" dia mengejek.
"Kau sudah masuk sendiri ke dalam perangkap, maka kau
dapat masuk tidak dapat keluar pula!"
Dia terus membentak untuk memberikan isyaratnya.
Mendengar bentakan itu, barisan wanita sudah lantas maju
menyerang. Rata-rata mereka menggunai gaetan untuk
membangkol kaki musuh.
Liong Kek sendiri bersama Yan Ie mendesak hebat.
Mo Lek bukan seperti Cin Siang, yang mengenakan baju lapis
besi, sedang sepatunya sepasang sepatu rumput, ia menjadi
terdesak, baik oleh itu kakak beradik mau pun dari gaetan yang
berjumlah besar.
Liong Kek perkeras desakannya, mendadak dia menyerang
dengan tipu silat "Ular beracun menyemburkan bisa," dengan
kipasnya dia menotok ke jalan darah cie-tong.
Mo Lek menjadi repot dan bingung, sebab ketika itu
pedangnya kebetulan lagi ditangkis Yan Ie. Tidak ada jalan
untuknya kecuali membuang diri, guna berkelit sambil
bergulingan.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sementara itu pasukan wanita dari Yan Ie sudah terdidik


baik. Mereka dapat bekerja dengan melihat salatan, dan
mereka pun sebat. Mereka lantas menggaet ke tempat dimana
orang menjatuhkan diri.
Sia-sia Mo Lek membuang diri, betisnya sudah lantas terkena
gaetan begitu pun kakinya. Dengan lantas ia terluka dan
mengeluarkan darah yang mengucur deras.
Ong Liong Kek tertawa mengejek.
"Apakah kau masih mau mengganas?" demikian tanyanya
dingin. Dengan kipas yang ditutup, dia lantas menyerang ke
arah batok kepala.
Mo Lek dapat berlompat bangun akan tetapi tubuhnya
limbung, darahnya mengalir terus, dagingnya di betis dan kaki
terluka hancur karena terobek gaetan. Dapatkah dia membela
diri? Kalau dia kena dihajar, pastilah kepalanya remuk...
Justeru orang terancam bahaya, sekonyong-konyong Ong
Yan le menangkis kipas kakaknya, hingga kipas dan pedang
beradu keras!"
"Jangan bunuh dia!" berseru si nona.
Liong Kek heran hingga dia melengak.
"Kenapa jangan?" tanyanya setelah hilang herannya.
Yan Ie berlompat maju, guna menotok Mo Lek yang sudah
tak berdaya, kemudian ia panggil budaknya guna membelenggu
orang tawanan itu.
"Engko, kau cerdik disatu waktu, butek pikiranmu dilain
saat!" kata ini adik tertawa. "Coba kau pikir masak-masak!
Bangsat cilik ini telah memperoleh kepandaian terlebih jauh,
sekarang dia datang kemari, kau tahu apa maksudnya?"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Pasti dia datang untuk maksud mencari balas!'" sang kakak


menjawab. "Pasti dia sekalian hendak merampas pulang
gunungnya, gunung Hui Houw San!"
"Tepat terkaanmu!" kata si nona. "Sekarang kau pikir pula!
Dia seorang diri, apakah dapat dia melakukan tugas besar dan
berat itu? Bukankah kedudukannya Keluarga Touw telah
dibangun hampir seratus tahun? Bukankah keluarga itu mirip
dengan leluwe, itu binatang merayap yang kakinya ratusan?
Bukankah itu berarti keluarga itu banyak pengikutnya, yang
masih setia terhadapnya? Sekarang ini orang jerikan kita,
mereka pun tidak ada yang pimpin, mereka jadi tidak berani
bergerak. Sekarang Tiat Mo Lek kembali! Bukankah dia sudah
mengatur persiapan? Mungkin dia sudah berkongkol dengan
orang-orang ayah angkatnya! Maka itu dapatkah kita
membunuh dia sebelum kita dengar dulu keterangannya?"
Liong Kek tertawa.
"Benar!" sahutnya. "Dasar kau terlebih teliti daripada aku!
Aku mendongkol untuk kegalakannya, maka aku menuruti saja
suara hatiku!"
Ia hening sebentar, terus dia menambahkan, "Tapi bangsat
cilik ini sangat berkepala batu, aku kuatir kita sukar mengorek
keterangan dari mulutaya..."
"Biarlah, kita bawa saja dia ke Liong Bin Kok," kata Yan Ie.
"Di sana kita tanya dia dengan perlahan-lahan, nanti kita gunia
segala macam daya upaya."
"Baik, aku turut kau," kata Liong Kek akhirnya. "Kita sudah
berhasil membekuk dia, kita bawa dia pulang. Baik kita
serahkan dia pada ayah, biar ayah yang mengambil putusan,
supaya hati ayah menjadi senang!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Selagi Liong Kek berkata itu, dari kejauhan terlihat debu


mengepul naik, lalu tampak munculnya sebuah pasukan tentara
berkuda, datangnya sangat cepat, maka juga dilain saat sudah
terdengar si pemimpin tentara menanya dari jauh-jauh, "Apa
Ong Siauw-cecu di sana?"
"Benar!" Liong Kek menjawab. "Thio Tong-nia, kau datang
sendiri?"
Memang perwira itu Thio Tiong Cie, salah seorang terkosen
dari An Lok San.
Tiong Cie menahan kudanya begitu dia sudah tiba. "Apakah
kamu tidak melihat Cin Siang?" dia tanya.
Mukanya Liong Kek menjadi merah.
"Dia sudah kabur..." sahurnya jengah, suaranya tak lancar.
Ketika Cin Siang itu mengangkat kaki, kapan minggatnya
diketahui oleh Busu yang ditugaskan meniliknya, si Busu sudah
lantas melepas burung dara untuk memberi kabar kepada Ong
Pek Thong, minta Ong Pek Thong memerintahkan orang
memegatnya. Dan Liong Kek dan adiknya ialah orang-orang
yang diberi tugas oleh Ong Pek Thong itu. Maka itu Liong Kek
malu atas kegagalannya.
"Sudah berapa lama perginya dia?" Tiong Cie tanya.
"Sudah lama juga," jawab Liong Kek.
"Sebenarnya hampir aku berhasil menawannya," berkata Yan
Ie, "Apa mau kami bertemu satu musuh lain, selagi kami
bertempur kacau, dia dapat meloloskan diri. Sekarang ini kami
letih semua, tak dapat kami mengejar dia."
Dengan kata-katanya itu Yan Ie seperti mau bilang, kalau
Tiong Cie hendak mencoba menangkap juga Cin Siang, dia

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

boleh pergi menyusul sendiri, pihaknya sulit memberikan


bantuannya.
Thio Tiong Cie menjadi sangat tidak puas, akan tetapi ia
tidak bisa berbuat apa-apa. Tak dapat ia memaksa ini kakak
beradik membantu padanya, sebab orang bukannya orang
sebawahan An Lok San, bahkan untuk berontak, An Lok San,
sang tuan, membutuhkan bantuan Keluarga Ong.
Ia tidak dapat mengejar sendiri sebab ia tahu kegagahannya
Cin Siang. Di antara tiga Toa-kho-ciu, orang terkosen di istana,
Cin Siang yang paling gagah, maka kalau ia mengejar sendiri, ia
seperti mengantarkan jiwa.
"Baiklah," katanya kemudian, untuk memutar kemudi. "Tay-
swe kami sudah lengkap persediaannya, tinggal tunggu harinya
untuk mulai bergerak maju ke kota raja guna merampas
kerajaan, dari itu tak usah kita kuatirkan dia dapat lari untuk
memberi kisikan. Sekarang ini An Tay-swe lagi repot
mengumpulkan pelbagai perwira, bagaimana kalau Ong Siauw-
cecu turut aku pulang ke Hoan-yang?"
Ong Liong Kek tidak dapat memberikan jawabannya. Ia
bersangsi.
"Inilah kebetulan!" berkata Yan Ie, mendahului kakaknya.
"Tidak leluasa untuk ayah muncul di Hoan-yang, engko, baiklah
kau yang pergi ke sana! Bangsat kecil ini serahkan padaku yang
membawa, kau jangan kuatir."
Liong Kek setujui pikiran adiknya itu.
"Jikalau begitu, baiklah, asal kau berhati-hati di tengah
jalan!" dia memesan. "Kau tahu, aku sangat membenci dia,
maka itu, kalau dia hendak dihukum mati, tunggulah sampai
aku pulang!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sampai disitu, kakak beradik itu lantas memecah pasukan


liauwlo mereka. Liong Kek lantas ikut Thio Tiong Cie berangkat
ke Hoan-yang, dan Ong Yan Ie mengiringi Tiat Mo Lek pulang
ke lembah Liong Bin Kok.
Menurut perintahnya Yan Ie, Mo Lek diikat di atas kuda.
Pada punggung kuda dipasangi tempat duduk yang tebal. Luka
Mo Lek pun dibalut rapi. Mo Lek diam saja atas segala
perlakukan itu. Selagi tertotok itu, ia tidak dapat bergerak dan
tak bisa bicara.
Tatkala itu sudah lewat tengah hari.
Yan Ie kuatir orang tawanannya nanti tergoncang-goncang
keras, ia menyuruh barisan wanitanya berjalan perlahan-lahan.
Karena ini, di waktu magrib mereka baru melaLui kira empat
puluh lie. Untuk sampai di Liong Bin Kok, jalanan masih ada
lima puluh lie kira-kira.
Dua orang tauwbak lantas menghampirkan pemimpinnya
untuk menanya apa mereka mesti melanjuti perjalan malam-
malam.
Yan Ie tertawa.
"Kamu tidak letih, tetapi aku sudah letih sekali!" katanya.
"Kita tidak mempunyai urusan penting, kita pun cuma
mengiring satu bangsat kecil, buat apa kita berjalan terus
malam-malam?"
Itulah keputusan yang diharap-harap kawanan liauw-lo
wanita itu, dari itu kedua tauwbak itu menjadi sangat girang.
Lantas mereka mengundurkan diri, guna menitahkan
membangunan tenda banyaknya tiga buah. Yang satu untuk
Nona Ong serta sekalian pengiringnya pribadi, satu untuk
semua prajurit wanita, dan yang satu lagi buat Mo Lek seorang
diri. Itulah titahnya si nona.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mo Lek rebah seorang diri, luka-lukanya mendatangkan rasa


nyeri, perutnya kelaparan. Kecuali di betis dan di ujung kaki, ia
mendapat banyak luka lain sebab tergaet sebelum ia ditotok si
nona.
Tengah ia menderita itu, tiba-tiba pintu tenda ada yang
pentang, lalu nampak Yan Ie bertindak masuk sambil
bersenyum. Si nona sudah lantas membetulkan sumbu lilin
hingga cahaya apinya menjadi lebih besar.
"Tiat Siauw-cecu, apakah kau masih membangkang?" tanya
si nona tertawa.
Ia mengulur tangannya, menotok bebas orang tawanan itu.
Mendadak Mo Lek membentak, "Jikalah kau hendak
membunuh aku, bunuhlah! Aku Tiat Mo Lek, aku tidak dapat
dihinakan!"
"Siapa mau membunuh kau?" si nona tanya, tertawa pula.
"Siapa mau menghina padamu? Ah, kau benar-benar tidak tahu
kebaikan orang! Kau tahu, aku datang untuk mengobati kau!"
Lantas si nona mau membukai balutan orang tawanan itu.
Tiba-tiba Mo Lek menggeraki kakinya.
"Pergi!" bentaknya. "Aku... aku..."
Mendadak dia berhenti bicara. Karena ia meronta itu,
tangannya kena membentur buah susu si nona. Ia menjadi
likat, lekas-lekas ia menarik pulang tangannya itu dan berhenti
berbicara.
Di dalam luka dan lapar sangat, Mo Lek kehilangan
tenaganya, maka benturannya itu tidak membahayakan si
nona. Tapi Yan Ie menjadi melengah, dia jengah sendirinya,
sampai mukanya menjadi merah.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ha, adakah kau seekor kerbau?" dia tanya, mendongkol.


"Kenapa kau kasar begini rupa? Sekalipun kerbau masih tahu
halnya orang berlaku baik terhadapnya! Hm! Manusia tak kenal
budi!"
Nona itu menonjok dahi orang!
"Tak perlu aku dengar kepalsuan kau ini!" kata Mo Lek
sengit. "Inilah tangis si kucing untuk si tikus! Biarnya kau dapat
menyembuhkan aku, tak dapat aku menerima baik budimu!"
Meski ia berkata demikian, Mo Lek menjadi rada lunak. Ia tak
lagi meronta atau mau memukul orang...
Ong Yan Ie membukai balutan.
"Ah, anak bandel yang tak mengenal aturan!" katanya.
"Sebenarnya tidak niatku memperdulikan kau tetapi lukamu ini
hebat! Sungguh, tak tega aku menyaksikan kau menderita
begini rupa!"
Ia lantas mengeluarkan obat luka, untuk memborehkan luka
orang itu.
Setiap orang Rimba Hijau mesti memiliki obat luka dan obat
luka buatan Keluarga Ong manjur sekali. Begitu Mo Lek diobati,
lantas ia merasa adem seluruh tubuhnya dan rasa nyerinya pun
berkurang banyak.
Semenjak masih kecil, belum pernah Mo Lek berdekatan
dengan seorang wanita seperti kali ini, sekarang Nona Ong
mengobatinya, kulit daging mereka beradu satu dengan lain,
napas mereka juga saling menghembus dan tercium.
Mo Lek mencoba menahan napas akan tetapi gagal, ia dapat
mencium juga bau harum dari tubuh si nona. Ia menjadi tidak
keruan rasa, ia merasa nyaman. Lantas ia mengertak gigi. '.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tiat Mo Lek, Tiat Mo Lek!" katanya di dalam hati. "Kaulah


laki-laki sejati! Apakah kau lupa sakit hati ayah angkatmu?"
Ia pun mengerahkan tenaganya, hingga papan yang
tertindih tubuhnya menjadi berbunyi nyaring.
Ong Yan Ie mengerutkan alis.
"Tidak keruan kenapa kau mengumbar pula adatmu?" ia
tanya. "Mo Lek, kenapa kau membenci begini sangat
kepadaku?"
"Inilah pertanyaan sengaja dari kau!" sahut Mo Lek, gusar.
"Kau tahu tapi toh kau tanyakan! Hm! Aku beri nasehat kepada
kau, lebih baik kau bunuh saja padaku! Tidak demikian, asal
napasku masih berjalan, pasti aku akan membalaskan sakit
hatiku!"
"Aku telah membunuh ayah angkatmu, tapi dia bukan
ayahmu yang sejati," kata si nona. "Di dalam kalangan Rimba
Hijau orang saling bunuh dan saling membalas dendam,
bukankah itu lumrah sekali?"
"Kau memandangnya lumrah akan tetapi aku mengukirnya di
dalam hatiku!" Mo Lek kata keras. "Aku menyimpan itu di
dalam hati sanubariku!"
"Baik!" Nona Yan berkata, tertawa. "Biarnya kau mau
membalas sakit hati, sekarang kau mesti jaga dirimu baik-baik!
Kau sudah tak.dahar satu hari, bukan? Tanpa dahar, dari mana
nanti datangnya tenagamu untuk mencari balas?"
Mo Lek melengak, ia berdiam. Ia tak dapat menangis atau
tertawa.
Seorang budak perempuan datang menghampirkan, dia
menyuguhkan semangkuk teh.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Silahkan minum, Tiat Siauw-cecu," katanya. "Minumlah


selagi masih panas!"
"Apakah ini?" Mo Lek tanya.
"Inilah obat racun!" kata Yan Ie tertawa. "Kau berani minum
atau tidak?"
"Aku takut apa!" sahut Mo Lek.
Ia melengak dan mencegluk minuman itu. Tapi segera ia
merasakan sesuatu yang manis dan adem, setelah itu, ia
merasa segar sekali. Kiranya itulah som-thung, air obat jinsom
Si budak tertawa.
"Nona!" katanya, "Nona pandai sekali membujuki orang
minum obat!"
Terus dengan membawa mangkuk kosong dia
mengundurkan diri.
"Jangan kau kegirangan!" kata Mo Lek mengancam. "Tidak
perduli kau lepas budi apa, di antara kita permusuhan tak dapat
dibikin habis musnah!"
"Sebenarnya aku tidak memikir memberikan penjelasan,"
kata Yan Ie, "Akan tetapi kau begini sangat membenci aku, tak
dapat tidak aku mesti mengucapkan juga beberapa kata-kata.
Ketika itu waktu kami menggempur gunung Hui Houw San,
usiaku baru empat belas tahun. Kala itu aku cuma tahu ayah
angkatmu adalah satu jago Rimba Hijau yang galak dan biasa
menghinakan yang lemah. Ayahku memerintahkan aku
membunuh ayah angkatmu, waktu itu aku tidak merasa bahwa
perbuatanku itu salah..."
Si nona tidak mau mengaku salah, tapi di depan Mo Lek, ia
mesti bicara lain.
Hati Mo Lek bergerak.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Benar," pikirnya, "Itu waktu dia benar seorang nona cilik


yang belum tahu apa-apa. Maka itu si penjahat utama ialah
ayahnya bersama Khong Khong Jie, orang yang membantu
ayahnya itu!"
Memikir begini, kebencian pemuda ini berkurang dua bagian.
Tapi cuma sejenak, ia sudah lantas berpikir pula, "Aku tak usah
perdulikan ketika itu dia sudah mengerti keadaan atau belum!
Mengerti begitu, tak mengerti begitu juga! Yang terang dialah
musuhku yang telah membinasakan ayah angkatku! Mana
dapat aku mengampuni dia?"
Ong Yan Ie sangat cerdas, dengan melihat air muka orang,
dia sudah dapat menerka hati orang. Dia lantas tertawa dan
kata, "Tiat Siauw-cecu, apa sekarang kau merasa baikan?"
Mo Lek terluka parah tetapi itu melainkan luka di kulit dan
daging, meski tenaganya belum pulih seluruhnya, kesegarannya
sudah pulang kembali empat atau lima bagian. Sebenarnya ia
bersyukur juga akan tetapi ia bangsa keras kepala.
"Baikan atau tidak baikan, ada apa sangkut pautnya dengan
kau?" ia tanya ketus. "Aku tak perduli dengan lagakmu ini yang
baik hati berpura-pura!"
Yan Ie tertawa geli.
"Siapa yang mencoba-coba menarik hatimu?" dia tanya.
"Apakah kau menyangka aku hendak membiarkan kau si busuk
hidup karena kau dianggap sebagai mustika? Apakah kau tahu
apa sebabnya aku menanya kau barusan?"
Mo Lek heran.
"Habis, apa artinya?" ia tanya. Nona Ong tertawa.
"Jikalau kau sudah baik, hendak aku mengusir kau pergi!'
sahutnya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mo Lek heran sekali hingga ia mendelong.


"Apa?" tanyanya. "Kau hendak membiarkan aku pergi?"
"Benar!" jawab si nona. "Bukankah kau hendak menuntut
bala*? Jikalau aku tidak membiarkan kau pergi, mana kau
dapat membalasnya Aku hanya takut kau mengatakan aku
takut akan pembalasanmu ilu, karenanya hendak aku
melepaskan kau supaya kau pergi dari sini! Baikiah sekarang
kau coba-coba menggeraki otot-ototmu, apakah kau sudah
dapai menunggang kuda? Kudanya Cin Siang telah aku obati
hingga sembuh Kuda itu jempolan, dapat aku memberikan
kepada kau. Kalau kau maju pergi, kau pergilah cepat-cepat!
Jikalau tidak, sampai di Liong Bin Kok, aku sudah tidak
berkuasa lagi!"
Mo Lek tahu orang menggunai alasan saja untuk membuat ia
suka mengangkat kaki. Untuk sementara, ia menjadi ragu-ragu
sekali, hingga tak tahu ia mesti bertindak bagaimana.
Nona Ong sudah lantas menyerahkan senjata dan
buntalannya si anak muda.
"Semua barangmu ada di sini," kata dia. "Dan ini sebungkus
daging, kau boleh dahar nanti di tengah jalan!"
Mo Lek menggigit giginya. Dengan terpaksa ia mengulur
tangannya menyambuti. Tapi ia berkata, "Kalau dibelakang hari
kau terjatuh ke dalam tanganku, aku juga bakal mengasih
ampun satu kali kepada jiwamu!"
Ong Yan Ie tertawa.
"Jadi kalau buat yang kedua kali ini, kau tidak bakal
mengasih ampun, bukan?" tanyanya. "Baiklah! Secara demikian
aku jadi dapat berlaku waspada, supaya aku tak usah sampai
terjatuh ke dalam tanganmu!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Habis berkata, nona ini mencekal tangan orang, untuk


dituntun keluar dari dalam kubu-kubu. Tiba di luar ia dongak
akan melihat langit.
"Malam ini rembulan permai sekali,"- katanya. "Apakah kau
kenal jalanan?"
"Tak usah kau mencapaikan hati untukku!" kata Mo Lek
sengit. "Hm! Sekarang aku hendak omong lebih dulu kepada
kau! Kali ini kau melepaskan aku, apakah kau tidak akan
menyesal kelak dibelakang hari?"
Nona itu tertawa manis.
"Aku sengaja bersiap sedia menantikan kedatanganmu untuk
kau membalas sakit hatimu, kenapa aku mesti menyesal?"
jawabnya. "Eh, apakah kau tidak hendak mengambil selamat
tinggal dari aku?"
Ketika itu budak tadi datang dengan kudanya Cin Siang.
Justeru itu juga di udara terdengar tiga kali suara panah
nyaring, suara mana disusul bunyinya terompet yang
disuarakan oleh serdadu-serdadu wanita yang lagi meronda.
"Celaka!" Yan Ie berseru. "Ada musuh menyerbu di waktu
malam!"
Benar saja, dari arah timur dan barat nampak dua barisan
serdadu lagi mendatangi, mereka itu mengambil sikap
mengurung.
Diwaktu malam seperti itu, sulit untuk segera mengetahui
berapa besar jumlah musuh dan musuh itu dari pihak mana.
Ong Yan Ie lantas berkata, "Pihak musuh datang dengan
sudah siap sedia, itulah tak menguntungkan kita! Lekas
memerintahkan semua mundur dengan teratur!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Perintah itu dikeluarkan dengan si budak terus diberikan


bendera titah, untuk dia melaksanakan titah pengunduran itu.
Setelah itu dengan mendadak Nona Ong mencekal keras
pada tangannya Tiat Mo Lek.
Si Anak muda tidak menyangka, ia kaget dan kesakitan,
hingga ia menjerit, "Aduh!"
"Kau mau apa?" ia menanya, gusar.
"Tenagamu belum pulih, tak dapat kau melawan musuh,"
berkata si nona. "Kalau kau bertempur dalam satu pertempuran
kacau balau, itulah sangat berbahaya untukmu! Aku mengantari
Sang Buddha, mesti aku mengantarnya sampai di Langit Barat!
Maka mari kau turut aku, untuk kau molos dari gunung ini,
nanti selanjutnya kau boleh menyingkir seorang diri saja!"
Tanpa menanti jawaban lagi, Yan Ie mengangkat tubuh
orang, buat dikasih naik atas kuda, ia sendiri menyusul lompat
naik sembari berkata, "Jikalau kau tak dapat duduk tetap, kau
peluk pinggangku! Yang perlu ialah menyingkirkan diri lolos dari
sini!"
Sementara itu pertempuran sudah berjalan kacau sekali. Yan
le menggunai pedangnya secara hebat hingga beberapa
musuhnya kena ia tikam atau tabas hingga roboh dari atas
kudanya. Ia keprak kudanya untuk dapat lari keluar dari
kalangan!
Kuda itu kuda dengan pengalaman berperang, tanpa
iliramhiik lagi, dia dapat lari terus, untuk menerjang keluar dari
pengepungan, Iclapi Yan Ie bukanlah majikannya, dia seperti
hendak mengganggu si nona, telagi kabur itu, kalau dia
menghadapi rintangan, sengaja dia berlompat tingg'.
Nona Ong pandai menunggang kuda, ia tidak merasakan
hebatnya gangguan binatang itu. Tidak demikian dengan Tiat
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mo Lek yang terluka kakinya, betis dan tulang keringnya, akibat


pelbagai gaetan musuh. Hampir dia jatuh. Dengan terpaksa dia
memeluk erat-erat pinggangnya si nona Karena ini dia
mengeluh sendiri, "Sungguh aku malu..."
Di antara musuh segera terdengar teriakan-teriakan,
diantaranya satu suara nyaring, "Entah kemana kaburnya si
bangsat kecil she Ong Sungguh sial kita bertemu ini barisan
wanita!"
Teranglah itu suara yang menyatakan segan menempur
orang perempuan.
Mo Lek dapat mendengar suara itu, ia rasa ia mengenalnya,
hanya di saat itu ia tidak dapat lantas ingat suara siapa itu.
Ketika itu pun sudah terdengar lagi suara berisik di antara
musuh.
"Eh, apakah itu bukan anak perempuannya Ong Pek Thong?
Lihat di belakangnya itu, di atas kuda, ada seorang laki-laki
yang menggemblok!"
"Ya, ya, benar! Tapi orang itu tak mirip-miripnya kakaknya'
Siapakah dia?"
"Ha, ha, ha! Kau lihat! Lihat pria itu, dia memeluknya si
wanita erat sekali! Tidak salah lagi, dia mestinya laki-laki
liarnya!"
"Jangan perduli dia siapa!" ia mendengar pula suara yang
lainnya "Kita bekuk saja si wanita itu kalau dia benar-benar
anak perempuannya Ong Pek Thong! Dia terlebih liehay
daripada kakaknya! Jikalau kita berhasil menyingkirkan dia, itu
berarti kita melenyapkan sebelah lengannya Ong Pek Thong!"
Suara nyaring yang pertama tadi menyambuti, "Baiklah!
Nanti aku maju menghajar dengan kapakku! Orang-orang

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sebawahannya itu kawanan wanita bau, tidak ada harganya


untuk dikapak, biarkan saja mereka semua lolos kabur!"
Habis itu segera terlihat majunya seorang yang bertubuh
besar yang berkumis berewokan tebal, yang tangannya
membulang-balingkan sebuah kapak besar, kudanya maju
pesat sekali.
Mo Lek dapat melihat orang itu, ia terkejut. Dialah Sin Thian
Hiong, cecu atau ketua dari benteng Sin Kee Ce dari gunung
Kim Kee San!
Sin Thian Hiong menjadi seorang Rimba Hijau yang
kenamaan untuk wilayah Utara. Ia berdiri sendiri, tidak
menurut kepada Keluarga Touw, tidak menghamba kepada
Keluarga Ong.
Adalah setelah runtuhnya Keluarga Touw dari Hui Houw Ce,
sesudah pertemuan di Liong Bin Kok dimana rombongannya
Han Tam membeber rahasianya Ong Pek Thong, ia jadi
bermusuh dengan keluarga yang menjadi pengkhianat Rimba
Hijau itu, yang tak segan berkongkol dengan An Lok San.
Ia telah mendengar kabar hal Ong Liong Kek membawa
pasukan perangnya, entah kemana perginya. Tidak tempo lagi,
ia pun membawa barisannya, untuk bersembunyi di tengah
jalan yang bakal dilewati rombongan Liong Kek, guna memegat
dan menyerangnya. Ia menduga biasa saja, yaitu Liong Kek
keluar untuk melakukan usaha tanpa modal.
Diluar dugaan, ternyata Ong Liong Kek sudah turut Thio
Tiong Cie pergi ke Hoan-yang, hingga ia cuma bertemu dengan
Ong Yan Ie, adiknya pemuda she Ong itu.
Tiat Mo Lek kenal Sin Thian Hiong ketika satu malam dimuka
Kepergian mereka ke Liong Bin Kok, mereka berkumpul di
rumahnya Han I ,im. Ketika itu di waktu malam dan sang waktu

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

juga sudah lewaf tujuh tahun, tidak heran kalau Sin Thian
Hiong tidak mengenali padanya dan sebaliknya dengan ia yang
ingatannya kuat. Maka sekarang dia lantas mengenali.
Baru Mo Lek berpikir untuk menyapa Thian Hiong atau
mendadak ia ingat dirinya dalam keadaan bagaimana. Pikirnya,
"Aku tengah memeluki K-ulisnya musuh, paman Sin seorang
jujur, bagaimana nanti aku dapat membersihkan diri?"
Ketikaatu Thian Hiong sudah lantas tiba, dengan segera dia
menyerang dengan kapaknya.
Ong Yan Ie tertawa dingin.
"Eh, orang sembrono, cara bagaimana kau berani menghina
aku secara begini?" tegurnya.
Nona Ong tidak menangkis hanya ia berkelit dengan
memiringkan tubuhnya, berbareng dengan itu, pedangnya
diluncurkan sama sebarnya guna membalas menyerang.
Kapaknya Thian Hiong mengenai tempat kosong. Ia
menyesal. Justeru itu, ia pun kaget. Pundaknya mengasih
dengar suara memberebet! Ujung pedangnya si nona telah
mengenakannya!
Yan Ie terintang karena ia dipeluki Tiat Mo Lek, kudanya
juga kuda yang pertama kali untuknya, maka itu walaupun ilmu
pedangnya liehay, meski seharusnya ia dapat merampas
jiwanya Sin Thian Hiong, sekarang ia melainkan dapat melukai
ringan sekali.
Sin Thian Hiong menjadi gusar sekali, ia memutar kudanya
untuk mengampak pula. Ia telah ketahui si nona liehay, ia tidak
mau gunai tenaganya secara keterlaluan. Ia mengandalkan
pada kapaknya yang gagangnya lebih panjang daripada
pedang, maka itu ia mengarah leher kuda.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kapak musuh itu berat sekali, Yan Ie tahu itu, sebenarnya


tak mau ia mengadu senjata atau tenaga, maka syukurlah
kudanya itu kuda yang telah berpengalaman di medang perang,
kuda itu cerdik sekali, sebelum kapak tiba, tanpa diisyaratkan
lagi oleh penunggangnya, dia sudah lantas berlompat, untuk
pergi ke belakang kuda lawan, terus dia menjentil!
Kudanya Sin Thian Hiong juga kuda jempolan, sebab itulah
kuda asal Mongolia, akan tetapi dia kalah besar, tak dapat dia
bertahan, dia kena dijentil hingga roboh, hingga
penunggangnya roboh bersama.
Ong Yan Ie tertawa.
"Bagus!" serunya. "Apa sekarang masih berani banyak
lagak?"
Si nona lantas membungkuk untuk menyerang musuh itu.
Tiat Mo Lek memeluki pinggang langsing dari Yan Ie. Selama
si nona menempur Sin Thian Hiong, beberapa kali sudah ia
berpikir, ia terganggu keragu-raguan. Tenaganya belum pulih
seluruhnya, akan tetapi ilmu totoknya tidak lenyap, jikalau ia
mau, dapat ia menotok jalan darah jie-khie dari si nona.
Jikalau ia menotok nona itu, mesti dia habis tenaganya, tak
usah Mo Lek yang turun tangan, dia pasti bakal terbinasa di
tangan Thian Hiong. Mo Lek tapinya tidak lantas menotok. Ia
dicegah oleh rasa malunya.
"Seorang laki-laki sejati," demikian ia pikir, "Jikalah dia mau
membuat pembalasan, dia mesti lakukan itu secara laki-laki
juga! Dia ini sangat percaya aku, cara bagaimana aku dapat
membokongnya...?"
Belum habis Mo Lek berpikir, Thian Hiong sudah roboh
bersama kudanya itu dan dia terancam bahaya maut.
Mendadak si anak muda mengambil keputusannya. Tak suka ia
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menotok si nona, tak sudi juga ia membiarkan Thian Hiong


terbinasa.
Maka itu di dalam saat maut mengancam Sin Thian Hiong, ia
mengerahkan semua tenaganya, ia memeluk keras dan
mengangkat tubuh Yan Ie. Maka kejadianlah ujung pedang
tidak meminta jiwa Thian Hiong dan Thian Hiong keburu
ditolongi dibawa menyingkir.
"Apa kau bikin?" tanya Yan Ie gusar sekali. "Apakah kau
kenal binatang itu?"
Ia lantas membalik tangannya, hendak melemparkan orang
jatuh dari kudanya.
Mo Lek tidak menjawab, ia hanya menatap mengawasi.
Ketika mata mereka bentrok sinarnya, Yan Ie menghela
napas.
"Bagus!" serunya. "Bagus kau masih mempunyai rasa peri
kemanusiaan, kau tidak menggunai ketikamu yang baik untuk
mencelakai aku..."
Tengah si nona berkata begitu, satu penunggang kuda lain
tiba di antara mereka. Penunggang kuda itu seorang nona yang
cantik.
Ketika Mo Lek melihat nona itu, hatinya goncang. Ia
mengenali Han Cie Hun, anak daranya Han Tam.
"Bagus!" Yan Ie berseru. Dia pun mengenali nona itu.
"Kiranya kau, Encie Han! Kita harus menguji dulu kepandaian
kita!"
Pada tujuh tahun dulu ketika Han Cie Hun menyamar
menjadi anaknya Sin Thian Hiong dan turut dalam pertempuran
di Liong Bin Kok, ia telah bertarung beberapa kali dengan Ong
Yan Ie.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tak lama setelah itu, Yan Ie ketahui siapa adanya nona itu.
Maka ia telah memikir mencarinya, buat menempur pula, guna
membalas sakit hati yang dia telah dipermainkan. Maka
kebetulan sekali sekarang mereka bertemu satu pada lain.
Cie Hun tertawa.
"Aku justeru datang kemari karena aku ingin belajar kenal
dengan ilmu pedangmu, encie!" kata ia yang lantas
mengajukan kudanya terlebih jauh, untuk menyerang dengan
tipu silat "Cit-chee Poan-goat," .llan "Bintang tujuh menemani si
puteri malam".
Kuda mereka berdua telah datang dekat satu dengan lain,
il.ui penyerangan itu yang berulang-ulang sampai tujuh kali,
semuanya mencari jalan darahnya Nona Ong!
Han Tam menjadi ahli totok nomor satu. Cie Hun lelah
mewariskan kepandaian ayahnya itu, yang kurang baginya ialah
latihan, hingga ia belum dapat memahirkannya, walaupun
demikian, untuk dunia Rimba Persilatan, hanya Khong Khong
Jie dan saudara seperguruannya yang dapat menandingi. Oleh
karena itu, melihat datangnya serangan sangat dahsyat itu, Yan
Ie menjadi kaget.
Segeralah terdengar suara nyaring dari beradunya kedua
senjata, hingga telinga menjadi ketulian. Didalam keadaan
seperti itu, Yan Ie masih dapat menangkis serangan, hingga
mereka jadi bertempur seru.
-ooo0dw0ooo-

Jilid 14
Tampaknya kedua nona itu sama tangguhnya, masing-
masing mempunyai keistimewaannya sendiri. Cuma Yan Ie

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sedikit terhalang, karena ada oianj,-, yang menggembloki


punggungnya. Demikian diluar keinginannya, ujunjt rambutnya
kena terbabat kutung lawannya itu.
Selama itu Mo Lek terus mendekam di punggung Nona Ong.
lu la k berani ia menggeraki mukanya guna melihat Nona Han.
Ia malu sekali. Pula kesudahannya akan sulit untuknya, karena
ia bukan tertawan hanya ditolongi si nona.
Cie Hun telah melihat lawannya dirangkul orang, ia
menghentikan serangannya.
"Bukankah orang dibelakangmu itu telah terluka?" ia tanya.
"Kau kasih dia turun! Aku tidak mau menyerang orang yang
sudah terluka! Dengan begitu kau pun jadi dapat ketika untuk
mengeluarkan kepandaianmu, supaya kita bisa bertempur
hingga salah satu menang atau kalah...!"
Cie Hun menduga orang terluka sebab ia melihat orang tidak
membantui Yan Ie. Ia pun tidak dapat melihat muka orang
yang pucat.
Yan Ie tidak menjawab. Selagi Nona Han berhenti
menyerang, ia mengeprak kudanya untuk membuat binatang
itu berlompat maju.
Cie Hun tertawa.
"Orang itu pernah apa denganmu?" tanya puterinya Han
Tam. "Apakah kau kuatir dia nanti terjatuh ke dalam tangan
pihakku? Jangan kau menerka demikian! Kami orang-orang
Rimba Persilatan sejati, tak nanti kami sembarang melakukan
pembunuhan! Pula tidak nanti kami sembarang membunuh
orang tawanan! Jangan kau kuatir! Karena kau bakal tidak
dapat lolos dari tanganku, lebih baik kau turunkan dia, supaya
kita dapat bertanding dengan merdeka! Umpama kata kau
dapat mengalahkan aku, nanti aku mintakan pertimbangannya

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sin Cecu, supaya kau dimerdekakan, diberi ketika untuk


mengangkat kaki dari sini, sebab kita telah bertempur satu
lawan satu!"
Ketika itu orang-orangnya Sin Thian Hiong sudah
menyiapkan tambang-tambang untuk menjirat kaki kuda guna
merintangi jalan umum. Karena itu, kudanya Nona Ong mesti
berhenti berlari, tak dapat dia maju terus.
Cie Hun sendiri segera menghampirkan.
"Bagaimana?" tanyanya, tertawa. "Apakah kau tak sampai
hati mengasih dia turun supaya kau dapat menempur aku satu
sama satu?" Ong Yan Ie menjadi gusar.
"Buat apa kau ngoceh saja?" bentaknya. "Urusanku tak
dapat kau campur tahu!"
Lantas dia putar kudanya dan menikam dadanya Nona Han.
Tikaman itu keras sekali.
Cie Hun mendekam di punggung kudanya, buat mengelit
diri, setelah itu, ia membalas membabat. Itulah serangan "Hok-
tee Keng-liong-kiam," atau "Naga mendekam memutar diri".
Gerakan mereka itu membuat kuda mereka saling melewati.
Yan Ie berkelit pula. Ketika ia mendekam, Mo Lek turut
rpendekam juga. Justeru itu ia dikejutkan kudanya. Binatang itu
meringkik dengan tiba-tiba, sambil meringkik dia berlompat,
kedua kaki depannya terangkat tinggi. Kaget lompatnya kuda
itu, kaget si nona karena rubuhnya merosot turun. Inilah dapat
dimengerti karena ia digembloki terus oleh Mo Lek.
Kuda itu kuda terdidik baik, dia mengenal majikannya dan
setia. Ketika Cin Siang berperang ke selatan dan utara,
beberapa kali dia menolongi majikannya itu dari ancaman
bahaya. Dia tahu Ong Yan Ie musuh, dan dia telah merasakan

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

serangan gaetan barisan wanita nona itu, maka tak puas dia
ditunggangi si nona. Sekarang si nona lagi berperang dengan
pihak lawan, dia rupanya mau membuat pembalasan, maka dia
berjingkrak secara tiba-tiba itu!
Han Cie Hun girang sekali. Begitu lawan jatuh dari atas kuda,
ia lompat turun dari kudanya, untuk menyerang jalan darah
nona itu.
Ketika Tiat Mo Lek jatuh, tidak dapat ia terus memeluki Yan
Ie, dengan begitu mereka menjadi jatuh berpisahan. Setelah
tubuhnya mengenai tanah, ia terus menggulingkan diri,
menghampirkan Nona Ong. Ia melihat datangnya serangan dari
Cie Hun. Di dalam bingungnya entah dari mana datangnya,
dengan lantas ia menyampok pedang Nona Han.
Cie Hun tercengang. Ketika itu ia seperti mengenali si anak
muda.
Justeru begitu, sekonyong-konyong, "Encie Han!"
Itulah suara Mo Lek, yang menyapa.
Terkejut dan heran, Cie Hun menarik pulang pedangnya.
"He, Mo Lek!" ia berseru. "Kau?"
Selagi berlakunya semua itu, Yan Ie yang gesit, yang roboh
dengan tidak terluka, sudah lantas berlompat bangun bagaikan
ikan meletik. Ia sudah menggunai tipu "Lee-hie Ta-teng," atau
"Ikan gabus meletik". Ketika ia bangun berdiri, ia telah
memisahkan diri beberapa tombak jauhnya.
"Celaka! Berandal perempuan itu mau kabur!" teriak Han Cie
Hun.
Ia lantas mau mengejar, atau mendadak Mo Lek menjerit,
"Aduh!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Entah disengaja atau bukan, pemuda itu roboh ke dadanya.


Ia menjadi terkejut sekali hingga batal ia mengejar, bahkan
melupakan likat atau malu, ia lantas menyanggapi, memeluk
tubuh orang.
"Ah, Mo Lek!" ia berseru, "Kau benar-benar terluka! Apakah
lukamu parah?"
Ong Yan Ie menoleh, melihat dua orang itu kenal satu
dengan lain, ia tertawa dingin, terus ia membulang-balingkan
pedangnya, guna menyerbu, buat memecahkan kurungan. Di
situ tidak ada lain orang yang dapat menandingi padanya
kecuali Nona Han, maka juga di dalam tempo yang pendek, ia
sudah lolos dan bebas.
Sin Thian Hiong telah berhasil menggunai tambang
menangkap kuda uy-piauw-ma, ia kembali dengan merasa
girang dan puas.
Ia kata, "Gadisnya Ong Pek Thong lolos, tetapi kita
mendapatkan kuda ini, tidaklah kita kecewa! Dan kau, kau
berhasil membekuk si bocah, bukan? Eh, eh, apakah kau
bukannya Tiat Siauw-cecu?"
Ia menanya demikian, langsung kepada si anak muda,
setelah ia melihat tegas muka orang, hingga ia menjadi heran.
"Paman Sin, sudah lama kita tak bertemu!" kata Mo Lek,
mengangguk. "Memang akulah Mo Lek..."
Thian Hiong tetap heran.
"Ha, kau telah menjadi begini besar!" katanya, kagum.
"Dengan begini teranglah Tiat Lo-cecu telah mempunyai
turunannya! Kau tahu, kita semua selalu memikirkanmu!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia berhenti sebentar, lalu ia menanya sungguh-sungguh, "Mo


Lek, bagaimana ini? Kenapa kau nampaknya sangat bersahabat
baik dengan anak perempuan musuh?"
Mukanya Mo Lek merah sampai pada telinganya. Ia berdiam
karena sulit untuk ia memberikan keterangannya.
Han Cie Hun tertawa.
"Paman Sin, kau terlalu!" katanya. "Mo Lek telah mendapat
luka, apakah kau tidak lihat?"
Thian Hiong agak terkejut..
"Oh, kau terluka?" katanya. "Jadinya kau kena tangkap
mereka?"
"Memang!" Nona Han mendahului menjawab. "Baru saja aku
bebaskan ia dari totokan..."
"Pantas, pantas dia duduk di atas kuda seperti patung!" Sin
Thian Hiong berkata pula. "Sampai pun melihat aku, dia tidak
menyapa! Bagaimana, apakah lukanya parah?"
Diam-diam Mo Lek bersyukur kepada Nona Han.
"Syukur, paman, aku terluka ringan," ia menjawab.
"Nona Han," kata Thian Hiong pada Cie Hun, "Obat lukamu
lebih manjur daripada obat lukaku, lukanya Mo Lek itu, tolong
kau saja yang obati. Sebentar baru kita bicara pula!"
Thian Hiong menjadi pemimpin, pertempuran telah berakhir,
hari pun akan segera mulai terang tanah, maka perlu ia
melakukan pemeriksaan kepada orang-orangnya, untuk melihat
mereka yang terluka atau terbinasa, guna merapihkannya,
supaya begitu cuaca terang, mereka dapat segera pulang ke
gunung.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Han Cie Hun menarik tangannya Mo Lek, buat diajak memilih


tempat, di situ keduanya duduk berendeng. Ia lantas periksa
lukanya si anak muda. Terus ia tertawa dan kata, "Nona itu
memperlakukan kau tanpa kecelaannya! Obat luka Keluarga
Ong lebih mujarab daripada obatku, maka tak usahlah aku
menguatirkan lagi lukamu ini!"
Mo Lek menjadi likat sekali.
"Encie Han, kau menggodai aku!" katanya.
"Apakah aku omong salah?" tanya Cie Hun, tertawa pula.
"Apakah obat ini bukan obat yang dia borehkan kepada
lukamu?"
Terpaksa Mo Lek mengangguk. "Ya, dia yang mengobati
aku," ia mengaku.
Cie Hun batuk satu kali. Lantas ia menunjuki roman
sungguh-sungguh.
"Sekarang datang giliranku menanya kau!" katanya.
"Sebenarnya, bagaimanakah duduknya hal? Tadi aku telah
mendusta untuk membantu padamu, tetapi sekarang ku mesti
omong terus terang padaku!"
"Aku terluka, karenanya aku kena ditawan," Mo Lek
menjawab. "Dia hendak membawa aku ke Liong Bin Kok..."
Nona Cie tertawa.
"Tetapi belum pernah aku menyaksikan ada orang tawanan
yang diperlakukan sebaik kau tadi," katanya. "Sudah kau tidak
ringkus, jalan darahmu pun tidak ditotok, sebaliknya dia
mengajak kau duduk bersama di atas seekor kuda, bahkan dia
membiarkan kau memeluki tubuhnya!"
Muka Mo Lek kembali menjadi panas, telinganya terasa
panas.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku juga tidak dapat mengerti maksudnya itu," ia kata


perlahan. "Aku dengan dia ada musuh besar satu dengan lain,
permusuhan yang dalam seperti lautan, ketika aku ditawan dia,
aku telah pikir bahwa aku bakal tidak hidup lama lagi."
Cie Hun tertawa geli, ia mengeluarkan jari tengahnya untuk
menusuk perlahan pemuda di sisinya.
"Dasar anak tolol!" katanya. "Kau benar-benar tidak mengerti
atau cuma berlagak pilon saja, kau tetap mensia-siakan maksud
baik dia itu! Aku telah melihatnya sejak tujuh tahun yang lalu!
Ketika itu dia masih seorang nona cilik, tetapi ketika itu dia
sudah menyukai kau! Ketika di Liong Bin Kok kamu bertempur,
bukankah dia telah menaruh belas kasihan padamu? Kau
bilang, kau masih ingat atau tidak peristiwa dulu hari itu?"
Mo Lek malu berbareng mendelu.
"Encie Han, jangan kau goda aku!" katanya keras. "Sudah
aku bilang, kita bermusuh seperti dalamnya lautan, tak perduli
bagaimana sikapnya terhadap aku, sakit hatiku tetap mesti
dibalaskan! Jikalau kau tidak percaya aku, baik nanti aku
bersumpah kepadamu...!"
Cie Hun membekap mulut orang.
"Kau mau membalas sakit hati atau tidak, itulah urusanmu!"
katanya tertawa. "Apa perlunya aku menghendaki kau
bersumpah? Sudah, jangan kau omong keras-keras, nanti
orang dengar, mereka dapat mentertawakan kita!"
Perkataan Nona Han ini mempunyai dua maksud. Yang
pertama seperti si nona mengatakan Mo Lek takut
hubungannya dengan Ong Yan Ie diketahui orang. Yang
lainnya, nona itu menganggap sumpahnya seperti lelucon.
Maka itu, si anak muda lantas bungkam.
Tatkala itu Sin Thian Hiong sudah kembali.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bagaimana, apakah lukamu sudah tidak nyeri lagi?" dia


tanya. "Kau dapat menunggang kuda atau tidak?"
"Aku berterima kasih kepada Nona Han buat obatnya yang
mustajab," sahut Mo Lek. "Sekarang ini aku merasa jauh
terlebih enakan. Dari itu soal menunggang kuda bukannya soal
lagi."
"Baiklah kalau begitu! Sekarang mari, aku mengundang kau
datang ke bentengku untuk kau beristirahat buat beberapa
hari! Di sana masih ada beberapa orang yang kau kenal!"
Itu waktu cuaca sudah terang, maka Thian Hiong lantas
mengasih perintah untuk pasukannya mulai berangkat pulang.
Mo Lek hendak pergi ke Kiu-goan menjenguk suhengnya, si
kakak seperguruan, Lam Ce In, akan tetapi ingat kepada
lukanya, ia membatalkan niatnya.
Ia memang sudah dapat menunggang kuda, tetapi
bagaimana andaikata di tengah jalan ia bertemu musuh? Pasti
tak dapat ia berkelahi untuk melawan musuh itu. Pula, Thian
Hiong dan Cie Hun adalah sahabat-sahabat dengan siapa sudah
bertahun-tahun ia tidak bertemu, tak dapat ia menampik
kebaikan hati mereka itu. Maka ia menerima baik undangan.
Kuda uy-piauw-ma dari Cin Siang, yang kena ditangkap,
dicoba dinaiki seorang tauwbak, tetapi lacur tauwbak itu, dia
kena dibikin roboh terguling.
Melihat demikian, Sin Thian Hiong tertawa.
"Benar-benar seekor kuda jempolan!" dia memuji. "Sayang
adatnya rada kasar! Dia tak sudi ditunggangi sembarang orang!
Dapat aku naik di atasnya, cuma tak dapat aku lakukan itu.
Kalau dia dipaksa tunduk, dia tak puas."

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Nanti aku yang coba," berkata Cie Hun, yang terus


menghampirkan kudanya Cin Siang itu.
Karena kena tergaet, binatang itu terluka kakinya, dagingnya
robek, benar orangnya Ong Yan Ie pernah memberi obat dan
lukanya dibalut, akan tetapi setelah pertempuran barusan,
balutannya sudah terlepas.
Cie Hun melihat luka itu, ia lantas mengobati dan
membungkusnya. Habis itu ia menepuk-nepuk leher binatang
itu, sembari tertawa dan dia kata, "Mari kita bersahabat!
Apakah kau mau?"
Kuda itu mengangkat kepalanya dan meringkik keras. Itulah
pertanda bahwa dia mengerti maksud si nona. Ketika dia
mengasih turun kepalanya, perlahan-lahan dia menjilati nona
itu, setelah mana dengan jinak dia membiarkan si nona lompat
naik atas punggungnya.
Sin Thian Hiong tertawa.
"Dasar kau cerdik, kau mempunyai akal!" kata dia. "Baiklah,
kuda ini aku berikan padamu!"
Sebenarnya kuda itu bukan berterima kasih kepada Cie Hun
karena dia diobati, dia hanya bersyukur lantaran barusan Nona
Han sudah mengusir Ong Yan Ie. Dia memandang Yan Ie
sebagai musuh, maka senang dia melihat musuhnya kabur.
Ketika mereka berangkat, Cie Hun mengajak Mo Lek naik
bersama di atas kuda uy-piauw-ma itu.
"Mo Lek, kau lapar atau tidak?" tanya si nona. "Aku
mempunyai rangsum kering. Kau lihat, bagaimana aku
sembrono, sampai aku lupa tanya kau sudah dahar atau
belum..."

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mo Lek bersyukur kepada si nona, yang sangat


memerlukannya.
"Terima kasih," ia menjawab. "Aku juga masih mempunyai
abon. Cukup asal kau membagi sedikit air padaku."
Abon itu ialah abon pemberiannya Ong Yan Ie, karena itu,
selagi meggayam daging halus itu, Mo Lek ingat peristiwanya
dengan Nona Ong. Tiba-tiba ia melengak sendirinya.
"Eh, kau pikirkan apa?" Cie Hun menegur, heran.
"Oh, tidak apa-apa!" sahut si anak muda gugup. "Apakah
ayahmu baik-baik saja? Dulu hari itu ayahmu berbuat baik
sekali kepadaku, maka aku ingin sekali menjenguknya!"
"Ayahku baik," si nona menyahut. "Hanya kalau kau hendak
menemuinya, mungkin maksudmu tak kesampaian! Ayahku
tidak ada di dalam benteng."
Mo Lek mengawasi si nona. Dia tertawa.
Cie Hun bersenyum.
"Taruh kata aku suka menjadi ratu berandal, Paman Sin pasti
tak akan mengijinkannya," ia kata. "Sebenarnya ayahku mesti
pergi jauh untuk menjenguk sahabatnya, tak suka ia mengajak
aku, lalu aku disuruh berdiam di benteng, dititipkan pada
Paman Sin."
Thian Hiong berjalan di sebelah depan, dia mendengar
pembicaraan muda-muda itu, dia berpaling sambil tertawa.
"Bukannya dia dititipkan padaku, untuk aku melihat-lihatnya,
hanya dialah yang membantu aku!" katanya. "Jikalau tidak ada
Sat-sie Siang-eng bersama dia di bentengku, tentu dari siang-
siang Ong Pek Thong sudah berhasil merampas bukit Kim Kee
Nia!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Di antara Liong Bin Kok dan Kim Kee Nia ada jarak seratus
lima puluh lie lebih, maka itu di waktu magrib, pasukannya Sin
Thian Hiong telah kembali ke bentengnya. Semua tauwbak,
besar dan kecil, lantas menyambut.
Sat-sie Siang Eng, yaitu dua jago she Sat, bersama Liong
Chong Siangjin, yang menjadi tetamu, berdiam terus di dalam
benteng, maka itu, kedua belah pihak saling bertemu sesudah
Thian Hiong beramai masuk ke dalam.
Mo Lek menjadi kenalan lama sekalian tetamu itu, maka juga
di waktu bertemu, begitu habis saling memberi hormat, kedua
pihak lantas bicara banyak dan asyik, membicarakan peristiwa
di sarangnya Ong Pek Thong itu.
Melihat kuda uy-piauw-ma, semua orang memuji.
"Sebenarnya, bagaimana caranya kuda ini didapatkan
kamu?" tanya Liong Chong Siangjin.
"Itulah binatang tunggangannya Ong Pek Thong," Nona Han
memberi keterangan. "Paman Sin yang merampasnya!"
"Keliru!" kata Liong Chong Siangjin.
Cie Hun heran hingga ia melengak. Ketika ia hendak
menanya orang suci itu, Mo Lek sudah mendahului.
"Kuda ini sebenarnya kudanya seorang perwira," kata
pemuda ini. "Ketika itu si perwira kebetulan lagi terkurung. Aku
maju menolongi dia, maka dia dapat lolos dari kurungan dan
kabur."
Lebih jauh, Mo Lek menjelaskan jalannya pertempuran ketika
ia membantui si perwira.
"Apakah kau ketahui namanya perwira itu?" Liong Chong
tanya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ketika dia sudah lolos, dia memperkenalkan dirinya padaku.


Dia she Cin, namanya kau lupa."
"Nah, ini barulah benar!" kata pula Liong Chong. "Perwira itu
bernama Siang. Dialah cucunya Cin Siok Po, panglima yang
berjasa yang turut membangun Ahala Tong. Aku kenal kuda ini.
Cin Siang menjabat pangkat tetapi dia gemar bergaul dengan
orang kaum pengembara. Tatkala dahulu hari aku mengembara
sampai di kota raja, pernah aku disambut dan dilayani dia."
Mendengar itu, Cie Hun tertawa.
"Kalau demikian adanya, kuda ini cuma dapat kita pakai buat
sementara waktu saja!" katanya. "Kita harus berdaya upaya
untuk membayarnya pulang kepada pemiliknya."
Sin Thian Hiong berdiam sekian lama.
"Memulangkan kuda ialah urusan kecil," katanya. "Tentang
Cin Siang itu, pernah aku dengar dia mengikuti utusan
pemerintah pergi ke Hoan-yang, sekarang An Lok San hendak
membekuk dia, rupanya perkara telah berubah jalannya.
Karena ini, pemimpin ini lantas mengirim mata-matanya
pergi mencari kabaran ke kedua tempat, yaitu di Hoan-yang
dan ke Liong Bin Kok.
Sampai disitu, Mo Lek menjadi berdiam di Kim Kee Nia,
untuk merawat lukanya. Thian Hiong semua repot mengatur
penjagaan, karena itu setiap hari mereka cuma mengguh'ai
kesempatan sedikit waktu untuk menjenguknya, satu atau dua
kali saja.
Dilain pihak, Cie Hun menemaninya setiap detik. Mereka bisa
bicara banyak tanpa menjadi bosan, soalnya ialah ilmu silat dan
pengalaman masing-masing.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sesudah berselang lima hari, lukanya Tiat Mo Lek telah


menjadi sembuh. Ketika itu mata-matanya Thian Hiong juga
telah pada kembali dengan beruntun. Mata-mata yang pergi ke
Hoan-yang membawa berita halnya An Lok San benar sudah
berontak, alasannya ialah untuk menyingkirkan dorna Yo Kok
Tiong.
Dia menggeraki lima belas laksa serdadu tetapi dia
mengatakan dua puluh laksa jiwa. Oleh karena majunya dia,
pihak Liong Bin Kok juga repot bersiap sedia guna
memapaknya. Begitulah Ong Pek Thong sudah menyiarkan Lok
Lim Cian - Panah Rimba Persilatan - dengan apa dia
memerintahkan semua berandal, turut bergerak juga, untuk
mereka semua bekerja sama.
Mendengar berita itu, Mo Lek lantas menyatakan bahwa ia
hendak berangkat. Ia kuatir, kalau nanti peperangan terbit,
perjalanannya dapat terhalang. Ketika ia meminta diri, Sin
Thian Hiong tidak mencegah atau menahannya. Sebaliknya, ia
lantas dijamu.
Thian Hiong memesan, apabila ia telah tiba di tempat
tujuannya, sukalah ia memberitahukan Lam Ce In bahwa
apabila dia dibutuhkan, dia suka meninggalkan Kim Kee Nia
untuk memberikan bantuannya.
Han Cie Hun hadir bersama dalam perjamuan itu.
Nampaknya Mo Lek menyayangi mesti berpisahnya dari si
nona. Sebaliknya si nona tertawa dengan gembira, dia seperti
tak memperdulikan perpisahan itu.
Sin Thian Hiong memberi persen seekor kuda pilihan untuk si
pemuda, dia pun mengantar serintasan.
Ketika Mo Lek berada di tengah perjalanan, di depan
matanya berpeta wajah cantik dan manis dari dua orang nona.
Yang satu ialah Ong Yan Ie, yang lainnya Han Cie Hun.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia pun berpikir, "Yan Ie seperti tak kerasan meninggalkan


aku, heran Cie Hun, kenapa ia mengantarkan aku pun tidak...”
Tengah aa berpikir itu, tiba-tiba telinganya mendengar suara
larinya kuda. Dengan lantas ia berpaling ke belakang. Untuk
herannya, ia melihat Nona Han yang lagi mendatangi.
"Adik Hun!" ia memanggil, heran dan girang. "Kenapa kau
menyusul?"
Setelah bergaul erat beberapa hari itu, Mo Lek sudah
mengubah panggilannya kepada si nona, tak lagi encie atau
kakak, hanya adik, alau langsung namanya. Ia pun terlebih tua
tiga tahun daripada nona itu.
Nona Han tertawa.
"Aku tidak mengantarkan kau!" katanya. "Aku tahu, di dalam
hatimu, kau mencaci aku!"
Mo Lek tahu ia digodai, ia tidak memperdulikan.
"Tempat ini sudah terpisah jauh dari benteng," katanya.
"Apakah kau datang seorang diri?"
Pemuda ini menanya demikian karena dia berkuatir untuk si
nona. Thian Hiong menjadi musuh Pek Thong, meski si nona
gagah, kalau ia bersendirian saja, ia terancam bahaya. Tempat
sekitar itu tempat pengaruhnya Ong Pek Thong. Bagaimana
kalau Pek Thong atau orangnya muncul dan mengenali si nona
kawannya Thian Hiong?
Maka dia kata pula, "Tempat ini berbahaya. Di sini Ong Pek
Thong berkuasa."
Di dalam hatinya, dia menambahkan, "Sebenarnya, kalau
kau hendak mengantar aku, kau mesti mengantar semenjak
tadi, tidak sekarang setelah aku berjalan jauh beberapa puluh
lie? Sekarang kau menyusul aku, bukankah kau lagi bergurau?"
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kamar ini namanya kamar besar, sebenarnya sempit, kecuali


sebuah pembaringan, sebuah meja dan sebuah kursi, tidak ada
perabotan lainnya. Untuk berduduk saja, mereka mesti
berdekatan satu dengan lain, hampir tubuh mereka saling
sentuh. Karena itu tak heran apabila hidung si pemuda dapat
menangkap semacam bau harum dari tubuhnya si pemudi.
Hati Mo Lek goncang. Justeru itu bayangan Yan Ie seperti
berpeta di depan matanya. Tak tahu ia apa sebabnya, tiba-tiba
ia ingat kepada Nona Ong.
Tengah mereka itu bersemedhi itu, sekonyong-konyong
terdengar suara berisik di luar hotel, lalu terdengar suaranya
tuan rumah, "Para tetamu yang terhormat, silahkan semua
keluar dari kamar masing-masing! Ada pembesar negeri
melakukan pemeriksaan!"
"Sungguh menyebalkan!" kata Cie Hun. "Siapa sangka kita
bakal menemukan urusan yang memusingi ini!"
Mo Lek tertawa.
"Kau sabar saja!" katanya. "Jikalau kita bentrok dengan dia,
pusingnya akan jadi berlebihan!
Semua tetamu mulai bertindak keluar, maka sepasang
muda-mudi itu turut keluar juga, akan bercampuran dengan
mereka itu, untuk berkumpul di ruang besar.
Ketika itu terdengar suara satu orang, "Di dalam hotel kamu
ini, semuanya ini ada berapa orang wanita?"
"Ada tiga," menjawab tuan rumah.
"Mereka ada pria yang menemani atau masing-masing
bersendirian saja?" tanya pula orang itu, si pembesar.
"Ada seorang yang berada bersama kakaknya. Yang dua lagi
tanpa kawan pria, tetapi merekalah kawan satu dengan lain."
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Begitu? Mereka menunggang kuda atau tidak?"


"Ada seorang yang menunggang kuda, ialah si nona yang
ada bersama kakaknya."
"Apakah warna bulu kudanya itu?"
"Rupanya uy-piauw-ma."
"Baik, kau ajaklah mereka ke istal untuk melihatnya!"
Mo Lek bahkan kaget. Ia mengenali suara orang, hanya ia
tidak lantas ingat di mana ia pernah mendengarnya, hingga ia
tak tahu juga, siapa pembesar itu.
Ketika keduanya sampai di ruang besar itu, mendadak Tiat
Siauw-cecu gentar hati. Sekarang ia telah melihat nyata pada si
pembesar. Mukanya menjadi pucat. Pembesar itu, dua orang,
bukan lain daripada Liap Hong, komandan muda dari An Lok
San, dan yang bicara itu, Ceng Ceng Jie si jago yang selama di
Hui Houw San telah bertempur dengan Toan Kui Ciang,
pamannya.
Ia bukannya takut, sebaliknya, hatinya panas. Mukanya
menjadi merah dan giginya bercatrukan saking menahan gusar.
"Syukurlah kakanya tak datang bersama," pikirnya pula.
Selama waktu pertempuran Ceng Ceng Jie dengan Toan Kui
Ciang di Hui Houw San, Mo Lek menjadi salah satu penonton.
Kedua kalinya, ia menemukan Ceng Ceng Jie di Liong Bin Kok.
Juga ketika itu, ia tidak sampai menempur Sutee dari Khong
Khong Jie itu.
Sekarang ini ia telah bertambah usia, maka itu selagi ia
mengenali orang, orang tak mengenali padanya, bahkan tak
tahu.
Mo Lek Heran hingga ia berpikir pula, "Mereka bukan ahli
tenung, cara bagaimana mereka bisa ketahui kudanya adik Hun
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ada di sini? Ah, pastilah mereka bukan datang untuk kuda itu...
Habis, untuk apakah? Pula Liap Hong ini, dialah orang An Lok
San, mengapa dia meninggalkan Hoan-yang yang jauhnya
beberapa ratus lie dan datang kemari, merondakan sebuah
dusun sekecil ini?"
Tak dapat Mo Lek menerka, maka terus ia menghadapi teka-
teki.
Dua wanita lainnya ada wanita-wanita tukang jual silat,
rambut mereka panjang.
Ceng Ceng Jie menyuruh serdadunya mengangkat obor
tinggi-tinggi, guna menyuluhi muka orang. Ia mengawasi
sekian lama. Mendadak ia mengulur tangannya, meraba rambut
wanita.
Wanita yang terlebih tua, yang romannya sangat menarik
hati, tertawa cekikikan.
"Tayjin, kau bikin apa?" dia menegur. "Aduh! Aduh! Ha, ha,
ha, ha! Geli! Geli!"
Mendadak Ceng Ceng Jie menolak tubuh orang. "Ngaco
belo!" bentaknya. "Siapa bergurau denganmu? Kau mundur,
di sini tidak ada urusanmu!"
Itu artinya kedua wanita itu bebas dari sangkaan jelek.
Ceng Ceng Jie lantas menoleh kepada Han Cie Cun. Dia
melirik, dia mengawasi, agaknya dia terkejut karena heran.
"Kau kerja apa?" akhirnya dia tanya.
"Aku bersama kakakku pergi menyingkir dari ancaman
peperangan," sahut si nona.
"Hm, nona yang cantik!" kata pembesar itu. "Kau mengerti
silat, bukan?"
Ia terus menunjuk pedang di pinggang orang.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku tidak mengerti silat, tetapi di waktu tak aman seperti


ini, ada baiknya aku membekal senjata," sahutnya pula.
"Umpama kata ada orang jahat, tak nanti dia sembarang dapat
mengganggu..."
"Hm!" bersuara Ceng Ceng Jie, yang maju satu tindak, lalu
mendadak tangannya diulur, hingga menyamber tangan orang.
"Kurang ajar!" berseru Tiat Mo Lek. "Kau menghina kaum
wanita!"
Sembari membentak itu, anak muda ini mengayun
tangannya ke muka orang. Tak suka ia melihat orang demikian
ceriwis.
Tak mudah Ceng Ceng Jie mengasih mukanya digaplok. Ia
menggeraki tangannya, guna menangkap tangan orang.
Sembari tertawa, ia kata, "Bocah tolol, apakah kau sudah bosan
hidup?"
Berhasil samberan itu, akan tetapi Mo Lek mengerahkan
tenaganya. Maka si ceriwis terkejut. Dia membentur tangan
yang kuat, yang keras sekali tenaga membaliknya, hingga
cekalannya menjadi terlepas!
Walaupun demikian, dengan tangannya yang lain, ia
mencoba meraba kulit putih halus dari si nona. Ia dapat
bergerak dengan cepat dan gesit.
Han Cie Hun dapat melihat gerakan orang, ia lantas
mengebut, buat menarik perhatian orang, dilain pihak, dengan
tangannya yang lain, ia membalas menyerang, menotok
beruntun dengan lima jeriji tangannya. Ia menyerang sambil
berlompat berjingkrak, maka itu, ia dapat rnengarah batok
kepala!
Ceng Ceng Jie terkejut. Sebenarnya dia telah menduga
kakak beradik itu mengerti silat, hanya mimpi pun dia tak
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menyangka orang demikian liehay. Dalam kagetnya, dia


berlompat mudur dengan gerakan tipu silat "Burung Hong
mengangguk".
Dia terkejut pula. Biarnya dia sangat gesit, jeriji si nona
sudah mengenakan juga padanya. Hingga sedetik itu dia
merasa kepalanya nyeri dan matanya kegelapan!
Ketika itu Tiat Mo Lek sudah menghunus pedangnya, sambil
berlompat maju, ia menikam kepada Ceng Ceng Jie.
Meski matanya belum sempat dibuka, Ceng Ceng Jie dapat
mendengar suara anginnya lawan, dengan gesit ia menggeser
tubuh, untuk berkelit. Ia berhasil menolong dirinya. Dalam ilmu
ringan tubuh, ia menang dari si pemuda. Maka juga, meski ia
dirangsak dan ditikam berulang-ulang, Mo Lek gagal.
Ketika serangan yang keempat kali tiba, Ceng Ceng Jie telah
sempat menghunus pedangnya, dengan itu ia menangkis,
hingga kedua senjata bentrok dengan nyaring.
Sebagai akibatnya bentrokan itu, Ceng Ceng Jie mundur dua
tindak dan Mo Lek rugi pedangnya, yang kena "terluka"
sedikit...
Keduanya bertempur terus secara hebat, dua-dua sama
penasarannya.
Liap Hong tidak turut bertempur, akan tetapi dengan pedang
terhunus, ia menjaga di ambang pintu.
"Apakah cuma ini dua orang?" ia tanya.
"Jangan perdulikan mereka berdua penjahat atau bukan,
tangkap dulu!" Ceng Ceng Jie memberikan jawabannya.
Dengan kata-kata itu, dia sebenarnya minta bantuan si kawan.
Belum sampai Liap Hong maju, Han Cie Hun sudah
mendahului menerjang. Nona ini menggunai pedangnya,
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pedang Ceng Kong Kiam, sebagai Poan-koan-pit, alat peranti


menulis. Dengan ujung pedangnya ia menikam berulang-ulang
mencari jalan darah Ceng Ceng Jie.
Saudara seperguruannya Khong Khong Jie menjadi heran,
hingga dia memperdengarkan suara herannya itu.
"Eh, budak perempuan, kau juga bisa menotok!" katanya.
Untuk melayani, jago ini segera bertindak dengan "Yu-liong
Jiauw-pou," yaitu tindakan "Naga memain". Ia selalu berkelit,
saban-saban ia membalas. Seperti si nona, di dalam tempo
yang pendek ia dapat membalas menikam tujuh kali.
Ceng Ceng Jie menang di dalam halnya ilmu ringan tubuh
serta latihan, maka itu kemudian pedangnya telah meluncur ke
iga si nona, begitu cepat hingga nona itu-kaget. Sasaran dari
itu ialah jalan darah jie-khie.
Cie Hun baru saja menyerang ke tempat kosong ketika ia
dibalas ditikam ini. Syukur untuknya, selagi ia terancam bahaya
itu, Mo Lek datang di saat yang tepat menalangi ia menangkis.
Dengan satu gerakan "Seng-liong In-hong," atau "Menunggang
kuda menarik burung Hong," pemuda she Tiat itu membuat
pedang Ceng Ceng Jie terpental. Tapi kedua senjata bentrok,
Mo Lek yang mendapat kerugian, yaitu pedangnya kalah dan
sempoak pula.
Pedangnya Ceng Ceng Jie pedang yang tajam yang dibuat
dari campuran emas dengan besi pilihan, maka juga diberi
nama "Kim Ceng Tiat Kiam". Badan pedang guram tak
bercahaya, dilihatnya tak mempuasi, akan tetapi pedang itu
berat dan tajam sekali. Siapa bentrok dengan pedang itu akan
merasa seperti bentrok dengan toya besi.
Melihat Han Cie Hun lompat mundur, Ceng Ceng Jie tertawa
terbahak.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ilmu totok kau tak dapat dicela, kau belum melatihnya


sempurna!" kata dia.
Itulah pujian campur ejekan. Meski begitu, di dalam hati,
Ceng Ceng Jie gentar.
Ilmu pedang Ceng Ceng Jie didapat dari kitab silat
peninggalan Wan Kong. Kitab silat itu sudah lama lenyap dari
peredaran, baru pada tiga puluh tahun yang lampau dapat
diketemukan gurunya di dalam sebuah kuburan tua.
Maka Ceng Ceng Jie mempelajarinya bersama Khong Khong
Jie, sang suheng. Kakak seperguruan ini dapat menikam, atau
menotok sembilan jalan darah, tapi adiknya cuma tujuh. Maka
itu, di dalam ilmu totok dengan pedang itu. kecuali si kakak
seperguruan, dialah yang dia rasa paling liehay.
Tak tahunya sekarang dia menemui Han Cie Hun, seorang
gadis remaja, bahkan ilmu pedang si nona beda daripada ilmu
pedangnya sendiri. Karena itu, ia jadi berpikir, "Apakah ilmu
totok pedang ini bukan cuma asal satu partai dan disebelahnya
Wan Kong masih ada lain ahlinya? Budak ini kalah latihan,
tetapi nanti, selang beberapa tahun, bukankah dia bakal jadi
sangat liehay?"
Ia berpikir demikian karena ia tak tahu Cie Hun putri Han
Tam, ahli totok nomor satu di jamannya itu.
Liap Hong menghunus pedangnya, dia maju membantu
dengan satu serangan pedang "Burung walet menggaris pasir,"
ia menikam dengkulnya Tiat Mo Lek.
"Eh, kau juga datang?" Mo Lek berseru sambil ia menabas
dengan pedangnya ia bersilat dengan ilmu silat golok.
Liap hong menjadi ahli pedang nomor satu dibawahnya An
Lok San, toh ia belum pernah lihat ilmu goloknya Mo Lek, dari
itu ia terkejut ketika senjata mereka beradu keras, suaranya
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

nyaring, lelatu api muncrat berhamburan dan ketika ia periksa


pedangnya, pedang itu gompal. Maka lantas ia menatap
lawannya.
"Ah, kau!" ia berseru heran.
"Liap Ciangkun, apakah kau kenal padanya?" Ceng ceng jie
bertanya.
"Dialah Tiat Mo Lek, anaknya Tiat Kun Lun," jawab Liap
Hong
Setelah pertempuran di Hui Houw San, Khong Khong Jie
kenal baik sekali Tiat Mo Lek, karena itu sang suheng telah
memberutahukan kepada adik seperguruannya sambil
memesan, kalau si sutee ketemu Mo Lek, dia harus berlaku
murah hati.
Liap Hong pernah mendengar Ceng Ceng Jie bicara tentang
Mo Lek itu, karenanya sekarang perwira ini sengaja menyebut
jelas nama anak muda dengan pengharapan suteeenya Khong
Khong Jie Ini suka melepaskan Mo Lek.
Akan tetapi Ceng Ceng Jie berpikir lain. Dia telah dipengaruhi
sangat dengan jasa. Disamping menghormati Khong Khong
sang suheng, dia juga ingin membaiki Ong Pek Thong. Maka
dia tertawa bergelak.
"Kiranya kaulah Tiat Mo Lek, anak angkat dari si setan tua
bangkotan Touw Lo-toa!" katanya, nyaring. "Dulu hari kau
diberi ampun oleh suhengku, kau tidak dibikin mati, maka
sekarang, dengan memandang suhengku itu, aku juga tidak
akan merampas jiwamu! Lekas kau letakkan senjatamu, supaya
kau tidak usah sampai terluka dan tersiksa karenanya”
Itulah nasehat atau bujukan supaya Mo Lek menyerah,
supaya la bisa bawa anak muda itu untuk diserahkan kepada
Ong Pek Thong
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tiat Mo Lek menjadi gusar. Sebaliknya daripada menyerah,


ia kata nyaring, "Ceng Ceng Jie! Lekas kau berlutut dan
mengangguk tiga kali kepadaku! Kau mesti membenturkan
kepalamu dengan nyaring! Secara demikian, mungkin aku nanti
memberi ampun padamu!"
Ceng Ceng Jie mendongkol bukan kepalang.
"Bangsat cilik yang temberang!" dia membentak.
"Sebenarnya kau sudah belajar silat beberapa hari?"
Lantas ia menyerang dengan seru sekali, ketika si anak
muda berkelit dan menangkis, ia mendesak keras.
Liap Hong mengeluh di dalam hati. Ia berkuatir untuk
pemuda itu.
Mo Lek tidak takut, ia melawan sama kerasnya. Ia
menggunai "Liong-heng Kiam-hoat," atau ilmu pedang "Naga"
yang ia pelajari dari kitab pedangnya Toan Kui Ciang, yang
semuanya terdiri dari enam puluh empat jurus.
Dibawah pimpinan Mo Keng Lojin, ia juga sudah berlatih
selama tujuh tahun, maka itu kepandaiannya tak beda
seberapa dengan kepandaian Ceng Ceng Jie. la cuma kalah
senjata dan pengalaman, tapi sebaliknya, ia menang semangat.
Ceng Ceng Jie mesti berlaku waspada ketika ia melihat lawan
muda itu merangsak mati-matian.
Ketika itu Liap Hong sudah turun tangan membantu Ceng
Ceng Jie. Mo Lek menyerang sama hebatnya kepada perwira
ini, yang menyebutkan namanya terang-terangan, hingga ia
menyangka si perwira konconya sutee dari Khong Khong Jie itu.
Karena ia berlaku keras, Liap Hong jadi berlaku sungguh-
sungguh juga. Perwira ini takut ia nanti dicurigai Ceng Ceng Jie,
tak berani ia berlaku ayal-ayalan.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ceng Ceng Jie mengeluarkan kepandaiannya, karena ia


dibantu Liap Hong, dengan lantas ia dapat mendesak Tiat Mo
Lek. Rangsakan pemuda itu kena dirintangi.
Han Cie Hun, yang bertempur terus, juga merasakan
kesukaran, tak dapat ia mendesak.
Selagi mereka berempat bertarung seru itu, mendadak
terdengar suara berisik dari kuda dan manusia. Telah terjadi
kekacauan di luar rumah.
Itulah rombongan tentara yang didatangkan Ceng Ceng Jie
setibanya dia di dusun Hu Hong Tin. Mereka tidak berarti
banyak. Atas perintah, mereka pergi ke istal, buat mengambil
kuda bulu kuning itu. Apa celaka kuda-itu melawan dan
menjentil roboh empat atau lima diantaranya. Kuda itu lari ke
jalan besar, dimana kawanan tentara itu memegatnya, dari itu
hiruk pikuklah suara mereka.
Mendengar suara kuda itu, Han Cie Hun ingat suatu apa.
"Mo Lek, mari!" ia memanggil.
Mo Lek pun mendapat serupa pikiran seperti si nona. Maka
mendadak mereka melakukan serupa gerakan berbareng.
Bersama-sama mereka lompat menerjang Liap hong
Perwira itu nampak kaget, ia lompat ke samping. Ia memang
tidak mau mengadu jiwa. Dengan ia berkelit, muda-mudi itu
sudah lantas dapat meloloskan diri, keluar dari dalam rumah.
Kuda itu mengenali baik majikannya, dia dapat membela
juga. Sebenarnya setelah lolos, dia dapat lari kabur, tetapi dia
tidak berbuat demikian, dia lari sana-sini dan mundar-mandir,
ringkiknya tak hentinya. Itulah panggilannya untuk majikannya.
Asal ada serdadu yang datang dekat padanya, dia
menyerang dengan kedua kaki belakangnya. Untungnya

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kawanan serdadu itu dapat perintah untuk menangkap hidup,


jadi tidak ada yang berani memanah atau menggunakan
senjata tajam lainnya. Dia jadi cuma dikepung-kepung.
Setiap kali dia dikurung, dia menerjang, dia membuat orang
buyar. Tapi begitu dia melihat Mo Lek dan Cie Hun, segera dia
lari menghampirkan.
Ceng Ceng Jie sangat liehay. Dia tak sudi membiarkan orang
lolos. Dia mengejar dengan berlompat tinggi, dia melewati
muda-mudi itu, untuk turun di sebelah depannya, untuk
mencekal kuda itu, yang mesti mundur karena tak sanggup
bertahan dari tenaga orang yang luar biasa. Dia mundur
belasan tindak. Kuda itu kaget tetapi tidak merangsak lagi.
Setelah menahan sang kuda, Ceng Ceng Jie memutar
tubuhnya, untuk menghadapi kedua lawannya, sembari tertawa
terbahak, dia berkata, "Apakah kamu masih memikir untuk
kabur? Hm!"
Mo Lek dan Cie Hun tidak menjawab dengan mulut, hanya
dengan masing-masing senjatanya. Keduanya menyerang
kepada penghadang itu. Pedang yang satu menikam ke
pundak, pedang yang lain membabat kedua kaki. Jadi itulah
serangan ke atas dan ke bawah. Karena keduanya sama
liehaynya, bisa dimengerti hebatnya sambutan itu.
Ceng Ceng Jie pun liehay, tak sudi ia menyambut keras
dengan keras. Ia berlaku licik. Ia mengandalkan keringanan
tubuhnya. Setelah berkelit, ia berlompatan ke kiri dan kanan
kedua lawannya itu.
Mo Lek dan Cie Hun merasakan sulit. Terpaksa mereka
memernahkan diri punggung dengan punggung. Dengan begitu
mereka menjadi tak usah memutar tubuh, tak usah mereka
memperhatikan lagi bagian belakang mereka. Dapat mereka

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

melihat ke depan dan ke kiri kanan dengan merdeka. Untuk


sementara mereka mengambil sikap membela diri saja.
Kembali Liap Hong merasakan sulit. Ia ingin membiarkan dua
orang itu pergi, tetapi setelah orang dirintangi Ceng Ceng Jie,
tidak dapat ia menonton saja. Maka terpaksa ia maju, untuk
membantui lawan itu.
Mo Lek dan Cie Hun menjadi repot. Datangnya Liap Hong itu
menambah repotnya mereka membela diri. Sembari mendesak
itu, Ceng Ceng Jie bersiul nyaring. Dengan lantas seorang opsir
yang menunggang kuda mengaburkan kuda kepadanya.
"Bu Tayjin," kata Ceng Ceng Jie pada opsir itu, "Tolong kau
tangkap kuda itu. Dialah kuda jempolan, jangan kau lukai!"
Opsir she Bu itu, Leng Sun namanya. Dia menjadi salah satu
opsir yang dipercaya An Lok San. Dia kenal kuda itu kuda
tunggangan Cin Siang.
Mendengar suaranya Ceng Ceng Jie, dia tertawa dan kata,
"Tak usah dipesan lagi. Aku tahu kuda ini kudanya Cin Siang
yang kemarin ini kabur dari Hoan-yang, maka itu, tak perduli
kedua bocah ini ada sangkut pautnya atau tidak dengan orang
she Cin itu, baiklah mereka dibekuk! Ini pula berarti satu pahala
besar!"
Ceng Ceng Jie pun tertawa.
"Liap Ciangkun, sungguh kebetulan untuk kita!" kata dia
kepada Liap Hong.
Liap Hong mengerti. Mengertilah ia yang Ceng Ceng Jie
mulai mencurigakannya. Sudah tentu, tidak dapat ia membuat
rahasia hatinya terbuka. Ia tidak menjawab tetapi ia tahu
bagaimana harus bersikap. Maka ia mulai menyerang keras
pada Mo Lek atau Cie Hun.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Muda-mudi itu merasai kesukaran hebat. Mereka terdesak,


repot mereka membela diri.
Selagi pengepungan berlangsung hebat itu, orang
mendengar suara derapnya seekor kuda yang dengan lekas
sekali telah tiba di luar kalangan pengepungan, hingga terlihat
itulah seekor kuda putih pilihan dengan penunggangnya
seorang nona.
Begitu tiba, nona itu tertawa nyaring, iramanya, gembira
sekali.
"Kamu keliru mencari orang!" demikian katanya keras tetapi
merdu.
Lantas kedua tangannya bekerja, mengerjakan panahnya. Bu
Leng Sun sedang menangkap kuda uy-piauw-ma ketika itu dia
menjerit keras dan kesakitan, sebab lengannya kena terpanah.
Tiat Mo Lek berpaling, lantas dia berseru, "Oh, kau, Nona
Hee!"
"Ya!" menjawab si nona, ialah Hee Leng Song, yang lantas
menerjang, hingga sebentar saja ia sudah menoblos kurungan
barisan serdadu, datang dekat pada Mo Lek semua.
Ceng Ceng Jie berpaling, dia memutar tangannya, guna
menuding si nona yang baru datang itu, "Kiranya kaulah si
penjahat kemarin malam!"
Sembari menegur itu, ia bergerak terus, berlompat untuk
menerjang. Itulah tipu silat "Elang menyambar kelinci".
Nona Hee menangkis serangan itu. Kebetulan sekali,
tangkisannya berbareng dengan tangkisan Tiat Mo Lek. Senjata
kedua pihak lantas beradu dengan keras. Selagi suara beradu
terdengar nyaring, tubuhnya Ceng Ceng Jie berjumpalitan

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mundur, dan si pemuda dan pemudi mundur masing-masing ke


samping!
Berdua mereka menang tenaga tetapi Ceng Ceng Jie
menang gesit dan enteng tubuh.
Segera setelah sama-sama mundur, kedua belah pihak maju
pula dengan berbareng, saling menghampirkan guna melanjuti
pertempuran.
"Ha, nona yang cantik!" kata Ceng Ceng Jie tertawa. "Syukur
malam itu pedangku tak membuat parasmu bercacad!"
Dia maju terus dengan tindakan "Naga mendekam". Mo Lek
dan Leng Song telah menyerang pula, dengan lawannya
berkelit, serangan mereka mengenai tempat kosong. Ketika itu
digunai Ceng Ceng Jie, buat mendesak, sembari mengancam
dengan pedangnya, tangan kirinya menotok si nona.
Leng Song seperti telah dapat menerka maksud orang, tanpa
ayal lagi, ia menyambut dengan satu sabetan, dengan tipu silat
"Burung Hong mengangguk".
"Telengas!" Ceng Ceng Jie berseru selagi ia membebaskan
diri.
Tapi kali ini, dua-duanya tak lolos. Ujung bajunya Nona Hee
kena terbentur tangan orang dan menjadi robek hingga
terdengar suaranya. Bajunya Ceng Ceng Jie di lain pihak telah
ditembuskan juga ujung pedang. Syukur tubuh mereka masing-
masing tak terlukakan.
"Bangsat cilik!" Leng Song mendamprat. "Jikalau kau tidak
dapat balas sakit hati ini, tak sudi aku menjadi manusia!"
Nona ini bersakit hati karena ujung rambutnya pernah
dipapas Ceng Ceng Jie.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ceng Ceng Jie telah dipujikan dan diserahkan Pek Thong


kepada An Lok San untuk melindungi An Lok San serumah
tangga, maka ia menjagai istananya Ciat-touw-su yang
berontak itu, tetapi tadi malam, ketika Nona Hee tiba, mereka
bentrok, di situ si nona cuma kena terpapas ujung rambutnya.
Selama itu, Ceng Ceng Jie belum melihat tegas nona itu.
Ketika Leng Song lolos, ia keluar dengan kudanya yang
berbulu putih itu, yang satu hari dapat lari seribu lie. Tak
sanggup Ceng Ceng Jie mengejarnya. Karena itu Leng Song
dapat lolos terus dan lalu singgah dilain rumah penginapan di
jalan itu juga. Ini pula sebabnya kenapa dari kamarnya ia
mendengar suara berisik, lantas ia keluar untuk melihat, hingga
ia mengenali Mo Lek.
Ilmu pedang Nona Hee ilmu pedang satu cabang sendiri, dan
kali inilah yang pertama kali Ceng Ceng Jie bentrok dengan si
nona, mulanya Ceng Ceng Jie memandang ringan nona itu,
baru sekarang, sesudah mereka beradu tangan, dia insaf orang
liehay.
Bantuannya Mo Lek pun mempersulit padanya. Tenaga
dalam si pemuda sama tangguhnya dengan tenaga dalam si
pemudi.
Bentrokan itu merugikan Mo Lek. Lagi-lagi pedangnya
menambah cacad. Dilain pihak, pedang Ceng Ceng Jie kena
dibikin terpental, syukur tak sampai pedang itu terlepas dari
cekalannya. ^
"Kena!" terdengar Nona Hee berseru, pedangnya
menyambar bagaikan kilat.
Kali ini Ceng Ceng Jie yang gesit kewalahan juga. Ujung
pedang si nona telah mengenai pundaknya. Lantaran ia sempat
berkelit, lukanya hanya luka lecet saja.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

i Liap Hong sudah lantas maju guna melindungi kawan itu,


tetapi dia dipegat Tiat Mo Lek, yang terus menegur keras, "Eh,
binatang, kenapa kau membantui harimau mengganas? Nyata
kau tak dapat diberi ampun!"
Sembari menegur, Mo Lek menyerang dengan satu tabasan.
Tepat Mo Lek menabas, Leng Song sudah mendahului
padanya. Selagi Liap Hong hendak membela diri dari si anak
muda, ujung pedang si pemudi sudah menggores pundaknya,
hingga darahnya lantas muncrat keluar. Sambil menjerit keras,
ia lari kabur!
Mo Lek jadi menyerang sasaran kosong, karena ia
menggunai tenaga berlebihan, tubuhnya sampai lewat ke
depan. Ia menyesal sekali, hingga berulang kali ia berseru,
"Sayang! Sayang!"
Tak terpikirkan si anak muda, Leng Song dengan
serangannya itu memang berniat meloloskan opsir itu, kalau
tidak, belum tentu bagaimana jadinya dengan Liap Hong.
Peristiwa itu ada baiknya untuk Liap Hong, dia jadi pergi
dengan alasan yang kuat.
Segera seberlalunya Liap Hong, Ceng Ceng Jie kontan kena
dikepung bertiga oleh Mo Lek, Cie Hun dan Leng Song. Inilah
berbahaya untuknya, tak perduli dia liehay sekali. Melawan Mo
Lek dan Cie Hun, dia belum dapat berbuat banyak, bagaimana
sekarang setelah tibanya Nona Hee.
Begitulah, belum lama, beberapa kali ia sudah terancam
serangan serangan yang membahayakan. Pertama hampir kena
jalan darah soan-kje kena ditikam Cie Hun, lalu pedangnya Mo
Lek mengancam dahinya. Syukur dia masih tetap gesit.
Menghadapi suasana itu, sutee dari Khong Khong Jie tidak
berani melawan lebih lama pula. Tepat ketika Mo Lek
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

membacok, dia berseru, "Bagus!" lalu dengan pedangnya dia


menyambuti pedang lawan, untuk ditekan keras, berbareng
dengan itu, dia meminjam tenaga lawan tubuhnya mencelat
mundur, untuk menjauhkan diri.
"Tinggalkan batok kepalamu!" berseru Leng Song, yang
menyerang selagi orang mencelat itu.
Ceng Ceng Jie terkejut, tetapi dia tabah, dia tidak menjadi
gugup. Dengan sebat dia berkelit, kepalanya ditunduki, supaya
pedang si nona lewat di atasan kepalanya itu.
Dia gesit sekali, dia toh masih kalah sebat. Dia cuma bisa
menolongi batang lehernya, ujung rambutnya tidak! Rambutnya
itu kena tertabas pedang si nona, hingga Leng Song berhasil
mencari balas!
"Ha, ha!" tertawa si nona, yang menyesal berbareng girang.
"Baiklah, rambutmu ini dapat mengganti jiwamu, maka pergilah
kau, aku beri ampun!"
Ceng Ceng Jie lolos untuk kabur terus, sebentar saja dia
telah merat jauh. Cuma dari arahnya itu terdengar suara
terompet nyaring.
"Dia masih belum puas!" kata Nona Hee. "Rupanya dia
memikir memanggil bala bantuan!"
"Biarlah dia tak puas!" kata Mo Lek. "Aku pun masih
penasaran! Aku cuma kuatir dia tak berani datang pula!"
Leng Song tertawa.
"Untuk menuntut balas tak perlu orang kesusu!" katanya
manis. "Sebenarnya syukur yang kita dapat membuatnya kucar-
kacir!"
"Ya," berkata Cie Hun. "Kita masih harus lekas pergi ke Kiu-
goan, tak perlu kita melakukan pertempuran lagi!"
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Leng Song menunggang kuda, maka itu Cie Hun kata pada si
pemuda, "Mo Lek, mari kita berdua naik atas uy-piauw-ma!
Kuda lainnya tak dapat menyusul kuda putih encie Hee!"
Sembari berkata, Cie Hun lompat atas kuda uy-piauw-ma,
tangannya terus menggape, melihat demikian, terpaksa Mo Lek
berlompat naik di depan nona itu, maka juga bertiga, atas dua
kuda, mereka meninggalkan dusun Hu-hong itu, untuk kabur ke
barat.
Benar-benar kedua kuda jempolan, larinya sama pesatnya.
Selagi mengaburkan kudanya, Cie Hun memeluk erat pinggang
si anak muda, sembari tertawa, ia kata perlahan, "Bukankah
hari itu kau juga memeluk secara begini?"
Muka dan telinga Mo Lek merah digoda nona yang jail ini.
Mau atau tidak, sendirinya ia menjadi ingat Yan Ie. Ia berdiam
saja atas godaan itu.
Tak lama langit telah menjadi terang, Leng Song menahan
kudanya.
"Sekarang dapat sudah kita beristirahat," kata ia. "Sedikitnya
kita sudah melakukan perjalanan seratus lie, meski ilmu ringan
tubuh Ceng Ceng Jie sangat liehay, tidak nanti dia dapat
menyusul kita."
Mo Lek dan Cie Hun mengangguk.
Pemuda itu gembira sekali. Sudah banyak tahun ia tak
bertemu dengan Nona Hee. Dan pertemuan kali ini sungguh
diluar dugaan. Dengan lantas ia minta keterangan hal Kui
Ciang.
"Selama beberapa tahun ini mereka suami isteri telah terus
menerus pergi mengembara," sahut Nona Hee, "Mereka terus
mencari anak mereka, akan tetapi tetap mereka belum pernah
berhasil menemuinya."
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Apakah kau pernah menemui mereka, Encie Hee?"


"Pernah aku menemuinya pada tiga tahun yang lalu. Yang
paling belakang ini aku dengar mereka berada di Hoan-yang
tetapi aku tidak melihatnya."
Mendengar kata-kata si nona, baru Mo Lek sadar.
"Pantas Ceng Ceng Jie dan lainnya mengatakan hendak
menangkap orang jahat," katanya, "Kiranya encielah yang
mencoba membunuh An Lok San!"
Leng Song tertawa.
"Maksudku bukan melulu hendak membinasakan orang she
An itu," kata ia. "Dia menggeraki tentaranya untuk berontak,
kebetulan saja aku tiba di sana di saat dia bergerak itu, jadi
niatku timbul secara tiba-tiba. Diluar sangkaku, aku telah
bertemu dengan Ceng Ceng Jie."
"Bagaimana dengan See-gak Sin Liong Hong-hu Siong?" Mo
Lek tanya lagi. "Apakah kemudian kau telah bertemu pula
dengannya?"
Ditanya halnya si Naga Sakti dari Gunung Barat itu, parasnya
Leng Song berubah dengan sekonyong-konyong. Ia lantas
berkata dengan sengit, "Hantu besar itu yang tak ada
kejahatan besar yang tak dilakukannya! Mau apa kau
menanyakan halnya?"
"Tentang dia pernah aku tanyakan guruku," menjawab Mo
Lek. "Menurut guruku, Hong-hu Siong benar seorang luar biasa
disebabkan kelakuannya yang kadang-kadang aneh. Orang
Kang Ouw menyebut Hong-hu Siong jahat tetapi guruku tak
percaya segala perbuatan jahat yang dituduhkan itu benar
dilakukan olehnya..."

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Hm!" Leng Song memutus. "Sungguh aku tidak mengerti


kenapa bangsat itu mempunyai peruntungan demikian bagus?
Beberapa orang tua-tua pada bicara baik tentang dirinya! Toh
aku telah menyaksikan dengan mataku sendiri bagaimana dia
telah membinasakan Ciu-kay Kie Tie! Rupa-rupanya Toan
Tayhiap belum menuturkan kau tentang peristiwa
kebinasaannya Kie Lo-cianpwe itu, bukan?"
-ooo0dw0ooo-

Jilid 15
Mo Lek mengawasi, ia nampak heran.
Leng Song lantas menceritakan kejadian dahulu hari itu
ketika ia melihat Hong-hu Siong membunuh Kie Tie untuk
mencegah Kie Tie menutur jelas kepada Toan Kui Ciang. Ia
tuturkan bagaimana mereka mengepung See-gak Sin Liong,
yang tak suka Kie Tie membeber rahasia, maka Kie Tie dibunuh
secara membokong.
Bukan main herannya Mo Lek.
Mereka berjalan terus dengan memperlahankan jalannya
kuda mereka. Selang sekian lama, mereka tiba di sebuah jalan
cagak tiga.
"Ya, aku belum sempat menanya kau," kata Nona Hee sambil
ia menahan kudanya. "Sebenarnya kamu mau pergi ke mana?"
"Kami mau pergi ke Kiu-goan untuk aku menjenguk kakak
seperguruanku," menjawab Mo Lek. "Katanya Kwe Cu Gie lagi
membutuhkan tenaga bantuan.
Si nona mengangguk.
"Jikalau nanti kamu bertemu Lam Ce In," katanya perlahan,
"Tolong kau sampaikan padanya bahwa aku lagi menantikan
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dia. Juga suruh ia datang lagi beberapa hari, jikalau dia


terlambat hingga suasana sudah menjadi genting, dikuatir sulit
untuknya menyingkir..."
Mo Lek mengawasi nona itu, dia tertawa.
"Ha, kiranya kamu telah bergaul sangat erat!" katanya
menggoda. "Meski begitu Lam Suheng masih tidak hendak
bicara suatu apa padaku!"
Leng Song membiarkan orang menggodanya, ia hanya
meminta diri untuk berangkat terus seorang diri, karena di situ
mereka harus berpisahan.
Ia tak ketahui, di lain pihak, Liap Hong sudah didesak oleh
Ceng Ceng Jie, hingga ketika Ceng Ceng Jie minta
keterangannya, dia telah memberitahukan alamat Leng Soat
Bwe, ibunya yang lagi tinggal menyembunyikan diri.
Ketika itu Liap Hong, yang terlukakan dan lari, telah dapat
disusul Ceng Ceng Jie. Ia kalah licik, ia kena terbujuk dan
terdesak. Tadinya Liap Hong berat berbicara, tetapi guna
mencegah dirinya dicurigai, ia menerangkan juga, atas mana
Ceng Ceng Jie tertawa dan kata, "Nah, ini barulah namanya
sahabat!"
Tak enak suara tertawanya itu.
Liap Hong malu dan mendongkol, ketika ia mengangkat
kepalanya, Ceng Ceng Jie sudah meninggalkannya.
Mo Lek dan Cie Hun melanjuti perjalanan. Kuda mereka kuat
sekali, meski muatannya dua lipat, dia masih dapat lari keras.
Begitulah besoknya tengah hari, mereka telah sampai di Kiu-
goan. Segera mereka pergi langsung ke kantor Thaysiu, untuk
minta menghadap. Tatkala pengawal pintu ketahui si pemuda
menjadi adik seperguruannya Lam Ce In, mereka disambut
dengan hormat.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Sekarang ini Thaysiu dan Lam Ciangkun berada di tanah


lapang tengah melatih panah, silahkan Ciongsu masuk saja.
Ciongsu bukan orang luar!" demikian katanya. "Silahkan!"
Tiat Mo Lek tidak berlaku sungkan, ia ajak Cie Hun
memasuki lapangan, yang berada di dalam kantor Thaysiu,
karena itulah tempat berlatih dari para perwira pertengahan
dan bawah. Ia lantas memberi hormat kepada Kwe Cu Gie,
baru pada Ce In, suhengnya itu.
Kwe Thaysiu melihat Mo Lek bertubuh kekar, tetapi ketika itu
tak sempat ia mengajak bicara.
"Silahkan duduk, lihatlah para perwira berlatih!" katanya.
Mo Lek menurut, ia mengucap terima kasih.
Ketika itu orang lagi melatih diri dengan memanah sehelai
papan dimana dibuat titik merah di tengah-tengah, jaraknya
seratus tindak lebih. Selain mesti memanah tepat, orang juga
mesti memanah keras, karena busur yang digunai apa yang
dinamakan "Busur dengan kekuatan lima karung".
Kwe Cu Gie mempunyai orang-orang yang terlatih. Dari
sepuluh orang, tujuh di antaranya berhasil memanah sasaran
hingga tiga kali dan dua yang mengenakan dua kali. Yang
paling buruk, yang seorang dapat memanah satu kali.
Selagi mengawasi rombongan perwira itu, tiba-tiba Mo Lek
merasa ia kenal, atau mengenali satu di antaranya, hanya ia
tak ingat, siapa dia dan di mana pernah ia melihatnya. Ia pun
tidak sempat berpikir sebab Kwe Cu Gie sudah lantas berkata
padanya, "Tiat Congsu, apakah kau juga hendak mencoba
memanah?"
Mo Lek tidak dapat menampik. Ia memang ingin perlihatkan
kepandaiannya. Ia berlaku sebat menyiapkannya, lantas ia

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

memanah, dengan beruntun. Ia mengenai tepat titik merah,


ketiga anak panah saling susun hingga jatuh ke tanah.
Tempik sorak menyambut pertunjukan kemahiran itu,
bahkan Kwe Cu Gie sambil berkata, "Seribu serdadu muda
didapat, satu panglima susah dicari! Tiat Congsu,
kedatanganmu ini merupakan bantuan Thian untukku!"
Maka latihan lantas disudahi dan anak muda itu segera
diundang berkumpul di ruang dalam dimana dia dijamu.
Selama bersantap orang bicara dari hal peperangan. Nyata
An Lok San sudah bergerak dengan berhasil. Selama setengah
bulan, dia telah dapat merampas tujuh atau delapan kecamatan
atau kewedanaan, majunya sangat pesat. Malah ketika dia
mendapatkan kota Thay-goan, caranya luar biasa.
Sebuah pasukannya menuju ke kota Thay-goan itu.
Pembesar kota itu yang bernama Yo Kong Hui, yang menjadi
saudara sepupu dari Yo Kok Tiong, tidak percaya Ciat-touw-su
itu berontak, dia membuka pintu kota menyambut pasukan itu,
maka dengan mudah saja ia lantas ditangkap dan dibelenggu,
terus dikirim kepada An Lok San hingga dia menerima
kebinasaannya.
"Heran, bagaimana bisa dia maju demikian mudah?" tanya
Mo Lek heran.
"Itulah disebabkan negara sudah terlalu lama aman dan
tentara menjadi kurang pendidikan," kata Kwe Cu Gie.
"Panglima yang pandai dan tentara yang terdidik kebanyakan
berada di perbatasan. Di dalam negeri, persiapan terabaikan,
begitu terjadi perang, mereka menjadi tidak berdaya."
Sebenarnya pendirian dan aturan tentara Kerajaan Tong
sempurna sekali hanya semenjak Lie Lim Hu menjadi perdana

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menteri, aturan itu tinggal aturan saja, pelaksanaannya tersia-


siakan, hingga tentara terdiri dari orang-orang tidak keruan.
Sebaliknya tentaranya An Lok San terdidik baik, bahkan dia
mencampurnya dengan pasukan suku Turk, sedang
rangsumnya banyak. Maka dia menjadi kuat sekali.
"Syukur sekarang ini Pemerintah Agung sudah menugaskan
Tayciang Ko Sie Han mengumpul tentaranya di kota Tong-
kwan, dengan demikian dia dapat menjadi pelindung kota
Tiang-an," Kwe Cu Gie menerangkan terlebih jauh. "Tayciang
Ko Sie Han pandai berperang, tak mungkin An Lok San dapat
sembarang melewati kota Tong-kwan. Disamping itu
Pemerintah Agung juga telah menitahkan Hong Siang Ceng,
Ciat-touw-su dari Hoan-yang dan Peng-louw dengan tugas
pergi ke Tang-khia untuk mengumpulkan tentara, maka itu,
mungkin dia" juga akan berhasil merintangi kaum pemberontak
itu."
"Hong Siang Ceng bangsa sembarangan, mungkin dia tak
sanggup melakukan tugasnya itu," kata Ce In. "Ko Sie Han
memang pandai akan tetapi dialah orang suku Ouw, aku kuatir
dia tak dapat dipercaya. Maka itu, menurut aku, karena soal
sangat penting, kita perlu mengandal kepada Leng-kong
sendiri."
"Dalam hal urusan besar dari negara, tidak dapat orang
mengandali hanya satu orang," Kwe Cu Gie bilang. "Mengenai
negara, setiap orang ada kewajibannya sendiri. Tapi keadaan
telah menjadi begini rupa, bagiku tinggal terserah kepada
segala apa yang aku sanggup lakukan..."
Habis pesta, Lam Ce In mengajak Mo Lek dan Cie Hun ke
kamarnya sendiri.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Lam Suheng," kata Mo Lek tertawa, "Mengenai urusan


lainnya, dapat kita bicarakan secara ayal-ayalan, tetapi satu hal
perlu segera kau melakukannya!"
Ce In heran hingga ia melengak.
"Apakah itu?" tanyanya cepat setelah ia sadar.
"Ada seorang lagi menantikanmu, suheng!" kata sang adik
seperguruan, yang hendak menggodai hingga dia bicara
lambat-lambat.
Lam Ce In sudah lantas dapat menduga.
"Bagaimana?" tanyanya. "Apakah kau telah bertemu dengan
Nona Hee?"
Sang sutee tertawa.
"Benar hebat!" katanya. "Begitu aku menyebut, suheng
lantas menerka dia!"
Lantas adik seperguruan ini menuturkan halnya bertemu
dengan Leng Song.
"Suheng," ia menambahkan, "Kapan nanti kau mengundang
aku minum arak kegirangan?"
Muka Ce In bersemu merah.
"Jangan kau ngaco belo!" bentaknya, sedang di dalam hati,
dia girang bukan main. Janjinya Leng Song itu memang ada
sangkut pautnya dengan urusan nikah mereka.
Selama beberapa tahun ini kedua orang itu telah sering
saling bertemu satu dengan lain, kecocokan membuat mereka
berjanji untuk menjadi pasangan wan-yoh...
ibunya Leng Song tinggal menyendiri di kaki gunung Giok
Liong San, di dusun See Kong Cun, selama dua puluh tahun,
belum pernah ibu itu keluar setengah tindak juga dari dusunnya
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

itu, berbareng, dia pun belum pernah bertemu dengan orang


luar, maka itu, selama belum ada kepastian hal pernikahannya,
Leng Song tidak berani sembarang mengajak Ce In menemui
ibunya itu. Baru kemudian - yang paling belakang ini - ia
memberitahukan hal calon suaminya pada ibunya dan ibu itu
memberikan persetujuannya, berani ia mengundang Ce In
datang ke rumahnya.
Tentang itu, Leng Song sudah bicara dengan Ce In dan
keduanya sudah saling berjanji. Leng Song memang mau pergi
ke Kiu-goan, buat mengajak Ce In, apa mau kebetulan sekali ia
bertemu Mo Lek di tengah jalan, karena ia ingin lekas-lekas
menemui ibunya, ia jadi minta tolong Mo Lek menyampaikan
pesannya kepada Ce In. Maka si orang she Lam menjadi sangat
girang sebab itu berarti ia mengetahui Leng Song sudah
memperoleh perkenan ibunya.
Demikian besok paginya, Lam Ce In pergi menghadap Kwe
Cu Gie untuk memohon libur.
Kwe Cu Gie pernah melihat Leng Song, ia tahu si nona
gagah, maka itu, ia minta penjelasan dari Ce In, atas mana, Ce
In memberikan keterangannya.
Mendengar itu, ia tertawa dan kata, "Jikalau Nona Leng Song
dapat datang ke mari maka kita pun bakal dapat membangun
pasukan tentara wanita! Kepergianmu ini ada kefaedahannya
untuk urusan pribadi dan umum, justeru sekarang belum ada
titah untuk pergi berperang, silahkan kau pergi, asal kau lekas
pergi dan lekas pulang! Semoga urusanmu itu beres, aku
bersedia untuk mengurus pernikahan kamu di sini!"
Ce In mengucap terima kasih.
Mo Lek dan Cie Hun memberi selamat. Kemudian Mo Lek
menegur suheng itu, yang tak mau dari kemarinnya bicara
terus terang hal perjodohannya itu.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan muka: merah Ce In kata, "Tetapi di dalam urusan itu


Leng Song mesti menanti dahulu persetujuan ibunya!"
Kwe Cu Gie tertawa dan berkata pula, "Orang semacam kau,
Lam Ciangkun, mana mungkin Nyonya Hee akan tak
memberikan persetujuannya? Dalam hal kamu ini, sudah wajar
saja calon baba mantu nanti menemui bakal mertuanya! Nah,
sudah, Ciangkun, kau lagi menghadapi soal kegirangan, tak
dapat kami menghalang-halangimu. Silahkan kau pilih seekor
kuda, untuk kau segera berangkat pergi!"
Cie Hun tertawa.
"Di sini ada kuda jempolan, baiklah, akan kupinjamkan itu
padamu!" katanya. "Cuma kuda itu biasanya tak suka tunduk
kepada orang asing, maka nanti aku yang ambil sendiri buat
ajar kenal dia dengan kau!"
Cie Hun benar-benar lantas pergi mengambil kudanya.
Melihat uy-piauw-ma, Ce In memuji.
Cie Hun tertawa, ia kata, "Sebenarnya kuda ini bukan
milikku! Pemiliknya yang sah ialah Liong-kie Touw-ut Cin
Siang!"
Ce In telah ketahui halnya Cin Siang dari Mo Lek, dia
tertawa.
"Cin Siang itu aku cuma kenal namanya!" katanya. "Sayang
selama di kota raja belum pernah aku bertemu dengannya.
Baiklah nanti, sepulangnya aku, akan aku menyiapkan kuda
untukmu dan membayar pulang kudanya ini. Sekarang aku
terima budinya dengan menunggang kudanya!"
Demikian dengan membekal rangsum kering, Lam Ce In
pamitan dari Kwe Cu Gie, Mo Lek dan Cie Hun, buat berangkat
mencari Leng Song di gunung Giok Liong San.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dari Kiu-goan ke Giok Liong San, jauhnya delapan ratus lie


lebih. Kalau orang naik kuda biasa, tempo perjalanan yang
diperlukan ialah empat hari. Tidak demikian dengan uy-piauw-
ma, yang dibiarkan lari sekeras-kerasnya.
Besoknya tengah hari, Ce In telah tiba di tempat tujuannya.
Terus ia memasuki dusun tanpa menanya keterangan lagi.
Pernah Leng Song memberitahukan ia bahwa rumah si nona
ialah yang di depannya ada tiga buah pohon Yang-liu selaku
pertanda yang tegas.
Sambil menuntun kudanya, ia pergi langsung ke depan pintu.
Ia girang berbareng rada likat, hatinya bimbang. Ia menduga-
duga bagaimana sikapnya ibu si nona, ia akan disambut dengan
manis atau tidak...
Pintu rumah ditutup rapat, maka itu, Ce In mencekal gelang
pintu dan menggoyangnya. Dua kali ia menggoyang, tak ada
jawaban dari dalam, pintu pun tidak ada yang bukai. Ia menjadi
heran dan bersangsi. Kemudian dengan terpaksa ia membuka
mulut, memberitahukan bahwa ialah "Lam Ce In dari Gui-ciu
yang datang memohon bertemu nyonya rumah."
Dua kali ia mengasih dengar suaranya, tetap ia tidak
memperoleh jawaban.
"Taruh kata ibunya tak menyetujui perjodohan kita, tak ada
alasan kenapa dia tidak membukai pintu?" akhirnya ia kata di
dalam hati saking herannya, hingga ia menjadi bercuriga.
"Mungkinkah ada sedemikian kebetulan yaitu ibu dan
anaknya itu lagi pergi keluar?"
Akhirnya Ce In memberanikan hati.
"Leng Song, inilah aku!" kata ia keras. "Lekas buka pintu!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia pun bicara dengan nyaring hingga tidak ada alasan orang


di dalam rumah tidak mendengar suaranya itu. Toh tetap tidak
ada jawaban.
Saking curiga, Lam Ce In tidak mau bersangsi pula. Dengan
menghunus goloknya, ia lompat naik ke atas tembok
pekarangan, la mencelat tinggi dan pesat dengan tipu loncatan
"Burung jenjang menyerbu langit," hingga lantas ia melihat dari
atas tembok ke pekarangan dalam, yang sepi dan sunyi, seperti
juga rumah itu tidak ada penghuninya.
"Heran!" kata Ce In dalam hati.
Ia terus lompat turun, dengan berhati-hati ia bertindak maju.
Ketika ia baru sampai di undakan tangga, mendadak ia
mendengar bentakan begnis, "Sungguh bernyali besar! Siang
hari bolong berani lancang memasuki rumah orang! Kau mau
bikin apa, ha?"
Di dalam ruang itu ada berduduk seorang opsir yang
mukanya seperti muka kera, hingga Ce In menjadi heran dan
kaget. Sebab dia itu bukan lain orang daripada Ceng Ceng Jie.
Sungguh tak disangka Ceng Ceng Jie dapat berada di dalam
rumah Leng Song sedang rumah itu dikunci dari luar dan
kosong. Dari heran dan kaget, Ce In menjadi mendongkol.
Ketika ia hendak menegur, Ceng Ceng Jie mendahului ia.
Sambil menyeringai, dia itu berbangkit dan kata tawar, "Aku
kira bangsat dari mana yang mempunyai nyali sangat besar
berani datang kemari, kiranya kau! Bagus, Lam Ce In! Bagus
perbuatanmu ini! Kau juga opsir tentara Pemerintah Agung!
Tanpa perkenan tuan rumah, dan di waktu siang begini, kenapa
kau lancang memasuki rumah orang? Bahkan kau membekal
senjata terhunus!- Kau tahu atau , tidak adanya aturan
Pemerintah?"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau gila!" bentak Ce In gusar. "Kau mirip si jahat yang


mendahulukan orang mendakwa! Rumah ini toh rumahnya
Nona Hee! Mau apa kau berada di sini? Mana dia Nona Hee?"
Ceng Ceng Jie tertawa dingin.
"Pasti aku tahu rumah ini rumahnya Nona Hee!" sahutnya,
menantang. "Tapi kau, kau pernah apa dengannya maka kau
berani lancang memasuki rumahnya ini?"
Ce In menjadi bertambah mendongkol dan gusar. Tapi malu
ia menyebut bahwa ialah tunangan Leng Song. Maka ia
mengendalikan diri.
"Kau sendiri, kau pernah apa dengan Nona Hee?" ia balik
menanya.
Ceng Ceng Jie tertawa pula.
"Dialah tunangannya saudaraku dari Keluarga Ong!"
sabutnya lantang. "Dialah calon ensoku! Saudara Ong minta
aku datang kemari menyambut tunangan berikut ibu
tunangannya itu, supaya mereka bisa melangsungkan
pernikahan mereka! Sekarang ini aku lagi ditugaskan di sini,
menjaga rumah si Nona Hee. Hm! Kau berani mencuri masuk
kemari, ke dalam rumahnya tunangan orang! Kau sebenarnya
mengandung maksud apa?"
Ce In gusar bukan kepalang.
"Kau ngaco belo!" bentaknya. "Lihat golok!"
Ia lantas maju dengan tindakan "Menunggang harimau
mendaki gunung," goloknya diayun dipakai membacok.
Ceng Ceng Jie tertawa dingin, masih dia berkata, "Siang hari
terang benderang kau membawa-bawa golok lancang
memasuki rumah orang! Jikalau kau bukannya si tukang

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berkendak tentulah kau pencuri, maka itu aku justeru hendak


membekuk padamu buat dibawa kepada pembesar negeri!"
Sembari berkata itu ia berkelit, tangannya menghunus
pedangnya maka dengan cara sangat sebat ia dapat segera
balas menyerang, membabat lengan penyerangnya itu.
Dengan begitu keduanya jadi bertempur seru.
Lam Ce In rrienguatirkan keselamatan Leng Song dan ibu, ia
pun mendongkol untuk lagak Ceng Ceng Jie, ia menjadi gusar
luar biasa. Inilah tak baik untuknya, yang mesti menghadapi
lawan tangguh. Berdua mereka memang seimbang.
Karena kemurkaannya ini, ia menjadi kalah tenang. Tidak
demikian dengan Ceng Ceng Jie, yang memang sengaja
mengocok orang. Karena Ce In gusar dan sembrono, ia jadi
kalah unggul.
Demikianlah satu kali Ceng Ceng Jie berhasil menikam
lawannya itu. Ketika Ce In menolong diri, toh bajunya kena
terobek. Syukur ia mengenakan baju lapis baja dan berlaku
gesit, jikalau tidak, dadanya bisa tertembuskan pedang hingga
ke jantungnya...
Biar bagaimana, Ce In telah menjadi seorang yang
berpengalaman dalam pertempuran, dengan lekas ia insaf,
maka ia terus mengendalikan diri, untuk berlaku tenang.
Bertempur terlebih jauh, ia menggunai golok "Ngo-bun Pat Kwa
To" - "Golok lima pintu segi delapan". Dengan begitu, walaupun
Ceng Ceng Jie liehay sekali, setiap serangannya dapat dihalau,
bahkan sampai lewat lima puluh jurus, adik seperguruannya
Khong Khong Jie masih belum memperoleh hasil.
Ceng Ceng Jie menang dalam ilmu ringan tubuh akan tetapi
bertarung di dalam sebuah kamar, ia menjadi seperti
terkekang, kemahirannya tak dapat dipergunakan dengan

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

merdeka, sedang dalam hal tenaga dalam, Lam Ce In menang


setingkat, apalagi sekarang, Ce In berkelahi dengan sungguh-
sungguh.
Tengah bertarung seru itu, mendadak Ce In berseru keras
dan menyerang. Ia mengerahkan tenaganya dan mencari
lowongan lawan. Goloknya pun bergerak dalam ilmu silat
"Merantai memegat sungai". Itulah tabasan yang disusul
dengan serangan tangan kiri terbuka.
Ceng Ceng Jie liehay, ia berkelit dengan lincah, ia balas
menyerang dengan tipu silat "Jarum emas menembusi benang".
Ce In telah menduga akan sepak terjang lawan itu, ia
bertindak sambil mengegos, membuat ujung pedang lewat di
samping iganya. Sambil berbuat demikian, ia menyerang pula.
Kali ini ia menggunai pukulan tangan kosong yang langka, yaitu
ilmu silat "Im Yang Siang Tong Ciu," atau "Tangan Im Yang
saling menyentuh".
Ceng Ceng Jie banyak pengalamannya toh ia heran. Diluar
dugaan didalam keadaan seperti itu orang bukan menggunai
golok hanya tangan kosong. Tak ampun lagi, dadanya kena
terhajar keras hingga bersuara "Buk!" Setelah itu, lawan baru
membacok.
Dasar dia gesit dan berpengalaman, Ceng Ceng Jie tidak
terhajar hebat, ketika menjejak lantai untuk mencelat
mengapungi diri ke atas penglari, untuk menjambretnya.
"Ceng Ceng Jie, kau turun!" Ce In membentak menantang.
"Hm!" Ceng Ceng Jie sebaliknya mengasih dengan ejekan di
hidung. "Apakah kau sangka aku jeri padamu? Hm!"
Ia terus naik ke atas penglari itu, untuk jongkok, habis itu,
sebelah tangannya diayun ke bawah. Maka serupa barang yang
berkilau menyambar pada lawannya itu.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lam Ce In ketahui musuh mempunyai pisau yang beracun,


dengan sebat ia putar goloknya, guna melindungi diri.
Tiga kali terus menerus Ceng Ceng Jie mengayun tangannya,
tidak ada pisaunya yang mengenai sasaranganya, ketiga pisau
jatuh tersampok ke lantai.
Lam Ce In dapat membela diri tetapi sukar ia lompat naik,
untuk menyusul musuh yang licik itu. Tidak ada kesempatan
untuknya. Kalau ia paksa mencoba, selagi berloncat itu, musuh
bisa menggunai ketikanya menyerang padanya.
Ceng Ceng Jie tertawa dingin.
"Beranikah kau naik?" dia kata.
Mendadak dia bersiul panjang, kedua tangannya diayun.
Maka dengan begitu enam batang pisau belati terbang ke arah
Lam Ce In.
Orang yang diserang memutar golok mustikanya. Suara
"ting-tang" lantas terdengar saling susul, suaranya berisik
menulikan telinga, setiap pisaunya lantas terpental jatuh.
Walaupun demikian, Ce In terdesak mundur beberapa tindak.
Ketika itu di samping ruang tetamu masing-masing ada
sebuah kamarnya, pintunya itu semua tertutup rapat. Ce In
telah mundur ke mulut pintu kamar samping yang timur.
Ceng Ceng Jie bersiul pula. Belum berhenti suaranya itu,
atau pintu kamar samping itu mendadak terjeblak jatuh,
menimpa ke arah Ce In. Menyusul itu terdengar juga suara
angin menyambar, membawakan melesatnya sebatang anak
panah.
Sekonyong-konyong, pintu kamar samping yang barat juga
roboh, lalu dari arah pintu itu menyambar sebuah pot bunga
yang besar.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ce In tidak sempat menoleh ke belakang, karena belakang


kepalanya tidak ada matanya, tak ia melihat serangan itu terdiri
dari senjata macam apa, maka itu, guna menangkis, ia
mengayun tangannya ke belakang. Ia pun tak sempat berpikir
banyak.
Senjata rahasia dan tangan beradu keras, suaranya keras
juga. Karena hancur, pot itu jatuh berhamburan. Hebat untuk
Ce In, ia jadi terlukakan pecahan pot bunga itu. Inilah luar
biasa. Mau atau tidak, ia terkejut, perhatiannya menjadi
teralihkan.
Berbareng dengan itu dari kedua pintu samping itu terlihat
lompat keluarnya masing-masing satu orang. Yang dari pintu
timur, Sie Siong, yang dari barat, Tian Sin Su. Sebenarnya
mereka sudah lama bersembunyi di kamar samping itu, kalau
baru sekarang mereka muncul, itu disebabkan Ceng Ceng Jie
berkepala besar dan menyangka seorang diri dia dapat
membekuk Ce In, tak tahunya lawan gagah, hingga akhirnya
dia terpaksa meminta bantuan kawan itu.
Walaupun demikian, serangan membokong dua orang itu
masih tidak dapat merobohkan musuh, sampai datanglah
serangan dengan pot bunga itu.
Sie Siong yang tiba paling dulu, dia lantas menyerang. Ce In
berseru keras, ia pun menyerang dengan melintangi goloknya.
Sie Siong menyerang denga tipu silat "Pian Cong menikam
harimau," pedangnya menyambar ke dengkul.
Ce In menyambut hingga senjata mereka beadu keras,
dengan akibatnya pedang menjadi melengkung.
Ketika itu datang serangannya Tian Sin Su, yang' menggunai
gaetan. Tanpa berpaling lagi, Ce In meneruskan menyambut
pula, tepat ia mengenakan lengan lawan, sampai lawan

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kesakitan dari sepasang gaetannya terlepas jatuh. Sebab dia


memangnya pecundang, begitu senjatanya hilang, Sin Su lantas
lari pergi!
Ceng Ceng Jie kembali bersiul, kali ini dia berlompat turun
dari atas penglari kemana dia lompat naik dengan niatnya
membokong, sembari lompat turun, dia menyerang dengan
pedang besinya yang berat dan tajam itu.
Tak keburu Ce In menyerang pada Sie Siong, ia mengangkat
naik goloknya guna menyambut serangan dari atas itu. Ia
kesusu sekali. Ketika senjatanya beradu dengan pedang Ceng
Ceng Jie, ia merasakan serangan sangat berat. Inilah tak heran
sebab Ceng Ceng Jie turun dari atas. Selagi pedangnya
tersampok, tangan lain dari lawan menyerang dengan tipu silat
Kim-na-ciu.
Ia menjadi bingung, tahu-tahu pundaknya telah kena
tertotok. Hebat totokan itu, sebelah tubuhnya menjadi kaku,
lantas ia terhuyung dua tindak, tak dapat pertahankan diri lagi,
terus ia roboh terguling.
Ceng Ceng Jie yang liehay ilmu ringan tubuhnya berlompat
maju, bukan buat mencekal hanya buat mengulangi
serangannya, menotok pula moa-hiat, jalan darah yang dapat
membekukan tubuh. Sembari berbual begitu, dia tertawa
berkakak.
"Lihat, bocah!" ejeknya. "Lihat, kau masih dapat bertingkah
alau tidak? Apakah kau menghendaki Nona Hee? Baik, akan aku
antarkan kau melihat padanya!"
Sie Siong, yang tepukul mundur sampai ke tembok, sudah
lantas maju.
"Bagus, orang she Lam!" dia kata bengis. "Kau toh menemui
juga harimau seperti hari ini!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Saking sengit, ia menikam dengan pedangnya.


"Sie Ciangkun, jangan!" Ceng Ceng Jie mencegah sambil
menangkap tangan orang.
"Buat apa membiarkan dia hidup terus?" tanya perwira she
Sie itu.
"Dia besar sekali gunanya!" kata Ceng Ceng Jie tertawa.
"Kau hendak membinasakan dia tetapi mungkin cukong
membutuhkannya! Jikalau kau membinasakan dia, bagaimana
aku dapat bertanggung jawab terhadap cukong? Mustahilkah
kau tidak ketahui dialah panglima kepercayaannya Kwe Cu
Gie?"
Sie Siong sadar. Memang cukong mereka, An Lok San,
membutuhkan orang tawanan ini. Memang dialah orang
kepercayaannya Kwe Cu Gie. Karena itu, biarnya ia sangat
menyesal, terpaksa ia menungkuli diri.
Ceng Ceng Jie mengangkat tubuh Ce In, buat dibawa keluar.
Kuda uy-piauw-ma masih berada di depan, dia belum tahu
majikannya telah tertawan, dia lantas datang menghampirkan.
Melihat kuda itu, Ceng Ceng Jie girang.
"Kiranya kudanya Cin Siang ada di sini!" katanya, tertawa.
Dengan menjejak tanah, tubuhnya lantas lompat sambil
membawa Ce In naik ke atas punggung kuda itu.
Kuda itu cerdas. Rupanya dia melihat majikannya tidak
berdaya, dia meringkik keras, kedua kakinya diangkat untuk
melompat.
Ceng Ceng Jie gusar.
"Binatang! Kau berani tak tunduk padaku?" bentaknya,
lantas dia menekan.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kuda itu kesakitan, dia berbunyi, tubuhnya terus mendekam,


tak berkutik.
Ceng Ceng Jie lantas bekerja. Ia mengambil tambang
dengan apa ia ringkus Ce In di atas kuda, kemudian ia
menghunus pedangnya dengan sebelah tangannya mencekal
kuda itu, lalu ia mengancam dengan pedangnya kepada orang
tawanannya.
"Jangan kau tidak menurut padaku! Nanti aku bunuh
majikanmu ini, baru akan kukeset kulitmu dan betot otot-
ototmu!" katanya bengis.
Kuda itu mengerti, dia takut. Lantas dia bangun berdiri.
Ceng Ceng Jie tertawa mengejek.
"Orang she Lam ini sebenarnya bukan majikanmu yang
tulen!" katanya. "Binatang, kenapa kau menurut kepadanya,
tidak menurut kepadaku? Hm! Hm! Maka mesti aku bikin kau
tunduk padaku, tak dapat tidak! Mulai hari ini akulah
majikanmu, tahu tidak?"
Kuda itu menggedruk-gedruk tanah dengan keempat
kakinya, agaknya dia mau menentang. Berulang-ulang dia
berbenger keras. Tapi Ceng Ceng Jie bercokol di atasnya, dia
tidak berani berontak atau berjingkrakan guna membuat orang
roboh dari punggungnya.
"Kuda itu dapat lari lebih keras daripada aku," kata Ceng
Ceng Jie pada kedua kawannya, "Maka itu hendak aku
berangkat pulang terlebih dahulu, kamu berdua boleh menyusul
belakangan!"
Lantas dia mengeprak kuda uy-piauw-ma itu.
Tian Sin Su dan Sie Siong mendongkol bukan main. Sudah
orang mengangkangi kuda, dia pun pergi lebih dahulu guna

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

merebut jasa. Tapi mereka kalah, mereka tidak dapat berbuat


suatu apa, terpaksa mereka menyabarkan diri. Dengan masgul
dan lesu, mereka menyusul pulang...
Ce In kena ditotok dengan totokan yang berat, dia tak danai
berkutik, walaupun demikian, pikirannya tetap sadar. Dia-
memiliki pelajaran tenaga dalam asli, dia pun telah mencapai
puncak kemahiran kelas satu, maka itu tak mau dia tak
berdaya.
Diam-diam dia mencoba memusatkan perhatiannya, guna
menggeraki tenaga dalamnya itu. Diluar dugaannya, dia tidak
berhasil. Ilmu totoknya Ceng Ceng Jie ialah ilmu totok
istimewa, tak sembarang orang dapat membebaskannya.
Terpaksa dia berdiam terus dibawa musuhnya itu.
0o0dw0o0

Gunung Giok Liong San luas dan panjang beberapa ratus lie,
selewatnya itu ialah batas kota Yu-ciu, kota wilayah
pengaruhnya An Lok San. Untuk dapat lekas tiba, Ceng Ceng
Jie tidak mengambil jalan umum hanya dia memotong. Dia
berani berbuat demikian karena dia merasa dirinya gagah dan
kudanya dapat lari keras.
Ketika itu sudah lewat Iohor dan jalanan makin lama makin
sukar. Lekas juga Ceng Ceng Jie sampai di sebuah lembah,
jalanannya sempit, kedua sisinya berlamping tembok gunung
yang tinggi. Didua buah puncak berdiri berendeng. Walaupun
jalanan sempit, sukar dan berliku, tapi uy-piauw-ma dapat
berlari-lari keras seperti biasa.
Tepat di saat hampir Ceng Ceng Jie melintasi mulut selat, ia
melihat tubuh seorang pengemis rebah melintang di tengah
jalan sekali. Rambutnya tukang minta-minta itu terletak pada

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sebuah batu yang menjadi seperti bantalnya. Separuh mukanya


ketutupan pohon rumput. Keras dia menggeros, hingga
terdengar oleh si penunggang kuda.
"Ada kuda! Ada kuda!" Ceng Ceng Jie berteriak-teriak. "Eh,
pengemis bau, pengemis bau! Lekas minggir!"
Si pengemis lagi tidur menggeros, dia seperti tak dapat
dengar teriakan-teriakan itu, dia tetap tidur nyenyak.
"Hai, pengemis bau, apakah kau tuli dengkak?" bentak Ceng
Ceng Jie pula, hatinya panas. "Apakah kau sudah tidak
menghendaki lagi jiwamu?"
Baru sekarang si pengemis menggeraki tubuhnya, bual:
berbalik. Dia mengasih dengar suara "Hm!" tetapi dia tidak
bangun, sebahknya dia menggeser kedua kakinya, untuk
dipentangi di tengah jalan.
Ceng Ceng Jie menjadi gusar. Dia mengaburkan kudanya
untuk melewatinya. Di dalam hati, dia kata, "Inilah kau sendiri
yang mencari mampus, jangan kau sesalkan aku!"
Kudanya lari terus. Tepat kaki kuda hampir menginjak tubuh
orang, sekonyong-konyong terdengar bentakan si pengemis,
"He, kunyuk cilik, kau bergelindinglah turun!"
Dengan mendadak, larinya kuda jempolan itu terhalang,
hingga dia berhenti secara kaget.
Ceng Ceng Jie tidak menyangka si pengemis demikian liehay,
dia menjadi kurang waspada, maka tanpa ampun lagi,
tubuhnya mencelat dari punggung kudanya itu. Sementara itu
tubuh si pengemis pun mencelat bangun, sebelah tangannya
terulur, guna mencekuk sebelah kaki orang!
Melihat demikian, Ceng Ceng Jie terkejut. Akan tetapi dia
tabah dan liehay, tubuhnya sangat gesit dan lincah. Dia

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menekuk pinggangnya, menarik tangannya menyerang kepada


pundak pengemis itu.
"Kunyuk cilik, kurang ajar!" bentak si pengemis. "Karena
tidak ada orang yang urus padamu, kau jadi berani berontak!"
Lalu tangannya bergerak.
Ceng Ceng Jie terkejut. Tangan mereka bentrok, lantas dia
merasakan satu tenaga yang kuat sekali menolak padanya.
Untuk menolong diri, mau atau tidak, lekas-lekas dia lompat
jumpalitan!
Pengemis tua itu sudah menggunai tipu silat "Ciam Ie Sip-pat
Tiat," yang membutuhkan tenaga dalam yang mahir, maka
syukur untuk adiknya Khong Khong Jie ini, dia pun liehay,
masih sempat dia membela diri.
Dia berkelit dengan lompatan "Ikan gabus meletik". Tiba di
tanah, dia berlompat bangun, untuk berbangkit berdiri. Ketika
dia menoleh kepada si pengemis, dia mendapatkan orang
sudah menghadap pula di depannya.
"Aku tengah enak tidur nyenyak, mengapa kau membuat
banyak berisik membuat aku mendusin!" dia menegur, nada
suaranya menyatakan dia tak senang sekali. "Sudah begitu,
kenapa kau jahat sekali, kau juga hendak membuat celaka
padaku! Hm! Hm! Coba aku si pengemis tua tidak punya sedikit
kepandaian, pasti tulang-tulangku sudah remuk diinjak
kudamu!"
Justeru itu waktu, hati Ceng Ceng Jie bercekat. Mendadak ia
ingat satu orang.
"Bukankah pengemis tua ini dia adanya?" demikian pikirnya.
Karenanya, lekas-lekas ia memberi hormat dan berkata
dengan suara perlahan, "Lo-cianpwe, maafkan aku yang muda.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Aku mesti memburu waktu, sampai aku tak dapat menahan


kudaku! Aku harap sangat lo-cianpwe suka berlaku murah hati
dan mengijinkan aku lewat..."
Pengemis tua itu berlenggak, dia tertawa terbahak.
"Kau bicara enak sekali!" katanya,'tertawanya itu dingin.
"Jikalau kau ingin aku memberi lewat padamu, lebih dulu kau
harus menggantikan serupa barang kepadaku!"
"Lo-cianpwe menghendaki aku mengganti barang apa?"
Ceng Ceng Jie tanya.
"Aku tengah bermimpi sedap tatkala kau membuat aku
mendusin dengan terkejut, hingga lenyaplah impianku itu!" kata
si pengemis. "Maka itu, kau harus mengganti aku dengan
impian satu macam..."
Ceng Ceng Jie terperanjat, akan tetapi dia menyabarkan hati.
"Impian bagaimana dibalasnya?" dia tanya. "Aku pun mesti
segera melanjuti perjalananku... Lo-cianpwe, silahkan kau tidur
pula..."
"Ngaco belo!" membentak si pengemis tua. "Kantukku sudah
lenyap, mana dapat aku tidur pula? Taruh kata aku dapat tidur,
belum tentu aku akan dapat bermimpi pula! Atau walaupun aku
bisa mimpi, belum pasti itulah impian yang manis!"
"Kalau begitu, aku tidak berdaya," kata Ceng Ceng Jie. "Lo-
cianpwe, biarlah aku menghaturkan maaf pula padamu..."
"Kalau kau tak dapat mengganti dengan impian yang manis!"
kata si pengemis, "Baik kau boleh mengangguk tiga kali
padaku, sampai kepalamu membentur batu dan bersuara
nyaring! Dengan demikian kau benar-benar menghaturkan
maaf padaku!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ceng Ceng Jie tidak puas. Dialah bangsa besar kepala. Meski
dia jeri terhadap pengemis ini, tak sudi dia berlaku demikian
hina dina. Maka dia mengawasi pengemis itu.
Si pengemis berbalik mengawasi juga. Mendadak dia tertawa
berlenggak.
"Apakah kau tidak bersedia mengangguk?" tanyanya. "Baik!
Kau serahkan saja kudamu itu padaku!"
Ketika itu sang kuda telah berdiri diam jauh-jauh di
pinggiran, dia seperti ketahui si pengemis liehay sekali.
Ceng Ceng Jie terus berdiam. Dia sangat ragu-ragu.
"Bagaimana, eh?" si pengemis menegaskan. "Tak rela kau
menyerahkan kudamu itu! Kau harus ingat, kudamu juga kuda
boleh merampas! Kalau kau serahkan kuda itu padaku,
bukankah itu wajar?"
Ceng Ceng Jie terperanjat.
"Kiranya dia pun kenal asal usul kuda ini..' pikirnya. Maka ia
lantas berkata, "Lo-cianpwe, tidak apa andaikata aku
menghadiahkan kau-kuda ini, cuma dengan berbuat demikian
aku menjadi mendapat kesulitan. Sekarang ini aku lagi
menjabat pangkat, aku tengah bertugas mengantarkan pulang
seorang tawanan, tak dapat aku tak menggunai kuda. Begini
saja, lo-cianpwe, lewat lagi tiga hari, silahkan lo-cianpwe
datang mengambil sendiri di kantor Ciat-touw-su di Hoan-yang!
Bagaimana?"
Kedua mata si pengemis terbuka lebar dan bijinya memain.
"Ha, ha!" dia tertawa. "Tak kusangka bahwa kaulah
punggawanya An Lok San! Siapa itu yang kau tangkap dan
iringkan? Aku si pengemis tua paling suka usilan, maka itu hayo
kau kasih keterangan padaku!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ceng Ceng Jie sendiri sudah lantas memikiri jalan untuk


meloloskan diri.
"Tentang orang tawanan ini, lo-cianpwe, tak apa aku
memberikan keterangannya kepadamu," ia menjawab sabar.
"Dia... dia..."
Si pengemis tua mengawasi dengan mendelong, agaknya dia
sangat menaruh perhatian.
Ceng Ceng Jie melihat sikap orang, bukan ia meneruskan
perkataannya yang tertahan itu, mendadak dia mengayun
tangannya atas mana sebuah pisau belati menyambar kepada
si pengemis. Dia rupanya habis daya dan karenanya dia
membokong.
Berbareng dengan itu, Lam Ce In berseru, "We Lo-cianpwe,
inilah aku! Aku... Lam Ce In dari Gui-ciu!"
Ce In terus mengerahkan tenaga dalamnya, walaupun ia
tetap belum berhasil membebaskan diri, ia toh sudah dapat
mendengar dan berbicara, maka itu ia mengenali suara orang,
ia lantas mengasih dengar suaranya itu, memperkenalkan diri.
Ceng Ceng Jie terkejut. Berbareng dengan penyerangannya
itu, dia lompat ke arah kuda, niatnya buat menaiki kuda itu dan
kabur. Dia ketahui si pengemis liehay, dia tidak memikir buat
berhasil melukakan atau merobohkan, hanya dia ingin, dengan
rintangan bokongan itu, dia sempat menunggang kudanya. Dia
merasa pasti, biarnya si pengemis liehay sekali, asal dia sudah
mulai kabur, dia bakal lolos...
Tepat orang berlompat, si pengemis tua membentak,
"Kunyuk kecil, apakah kau memikir untuk merat? Nah, kau juga
sambutlah senjata rahasiaku!"
Ceng Ceng Jie kaget. Mendadak ia melihat daun-daun
menyamber dari empat penjurunya. Itukah bukan lain karena si
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pengemis adalah Hong-kay We Wat si Pengemis Edan, yang


sangat kesohor dalam dunia Kang Ouw atau Sungai Telaga.
Bersama-sama Ciu-kay Kie Tie, si Pengemis Pemabukan, dan
See-gak Sin Liong Hong-hu Siong, We Wat merupakan Kang
Ouw Sam Ie Kay, Tiga Pengemis Aneh.
Di antara mereka bertiga, We Wat yang paling tua dan kalau
turun tangan, dia terlebih telengas, sedang ilmu kepandaiannya
yang istimewa ialah "Hui Hoa Tek Yap," atau "Menerbangkan
bunga, memetik daun," dengan apa, ia dapat melukai orang
hingga terbinasa.
Ceng Ceng Jie kenal baik senjata rahasia yang liehay dari
pengemis itu, batal lompat terus kepada kuda uy-piauw-ma, dia
berkelit. Tidak urung dia kurang gesit, meski dia sudah
menutup jalan darahnya, dia toh terkena selembar daun, saking
sakitnya, dia menjerit, terus rubuhnya berjumpalit jatuh ke
lembah!
"Hm!" We Wat mengasih dengan ejekannya. "Jikalau aku
tidak pandang gurumu yang sudah mati, kunyuk cilik, pastilah
aku sudah rampas jiwamu!"
Melihat orang mengusir Ceng Ceng Jie, kuda uy-piauw-ma
seperti mengenal budi, dia lantas memutar tubuhnya,
menghampirkan pengemis itu sambil menggoyang-goyang
kepala dan ekornya.
Ciu-kay tertawa bergelak.
"Sungguh seekor kuda yang baik!" katanya, gembira. "Lantas
dia angkat tubuhnya Lam Ce In, buat dikasih turun ke tanah,
sekalian terus dia membebaskannya dari belengguan dan
totokan.
Ce In menjalankan kehormatan sambil menghaturkan terima
kasihnya.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Lam Hiantit," tanya Hong Kay, "Kenapa kau terjatuh ke


dalam tangan jahanam itu?"
"Itulah melulu disebabkan pelajaranku tidak sempurna,
hingga aku membuat malu pada guruku," sahut Ce In.
"Sebenarnya aku malu sekali."
Dalam hal kepandaian, Ce In tidak kalah dari Ceng Ceng Jie
dan mereka pun bukannya bertempur satu dengan satu maka
ia kena ditawan, tetapi ia jujur, sesudah kalah, ia rela mengaku
kalah, jadi tak sudi ia membuat pembelaan lagi.
We Wat mengawasi orang, ia agaknya heran sekali. Ia
percaya mesti ada sebabnya kenapa orang tertawan. Akhirnya
ia tertawa.
"Kalah atau menang memang umum dalam pertempuran!
Tak perlu itu dibuat pikiran," kata ia. "Baiklah, kita jangan
bicara pula dari soal itu. Mari kita bicara dari hal yang lain. Kau
tahu, memang aku berniat pergi ke Kiu-goan mencari kau.
Sekarang aku mau minta dahulu keteranganmu perihal satu
orang."
"Siapakah orang itu, lo-cianpwe?" Ce In tanya.
"Kabarnya kau bersahabat erat dengan puterinya Leng Soat
Bwe, benarkah itu?" si pengemis tanya.
Inilah pertanyaan diluar dugaan Ce In. Kenapa orang justeru
menanya hal tunangannya? Maka ia menjadi heran dan
tercengang. Tapi tak dapat ia tak menjawab, dan ia pun tak
ingin mendusta.
"Sebenarnya, lo-cianpwe," sahurnya, "Aku dengan nona itu
sudah bertunangan..."
We Wat tertawa berkakak.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Selamat! Selamat!" katanya gembira. "Kebetulan aku


menanya kau! Sekarang hendak aku si pengemis tua bertanya,
apakah kau dapat mengijinkan aku bertemu dengan
tunanganmu itu? Aku hendak menanyakan sesuatu
kepadanya."
Sebenarnya Ce In tidak ingin bicara banyak, tetapi orang
telah menanyakannya, tak dapat ia tidak melayani. Jago tua ini
pun sahabat karib dari gurunya.
"Lo-cianpwe, aku baru saja kembali dari rumahnya Nona
Hee," ia berkata. "Justeru di sana aku telah bertemu dengan
Ceng Ceng Jie!"
Lantas Ce In menjelaskan apa yang terjadi di rumah Leng
Song dimana nyonya rumah dan puterinya tidak ada, hanya di
sana menanti Ceng Ceng Jie serta dua kawannya hingga ia
kena dikeroyok.
"Lo-cianpwe," ia tanya habis ia memberikan keterangannya
itu, "Apakah di sini lo-cianpwe melihat ada lewat orang atau
orang-orangnya Keluarga Ong?"
We Wat heran.
"Oh, telah terjadi perkara demikian?" tanyanya. "Jadinya kau
menyangka hilangnya mereka ibu dan anak sebagai
perbuatannya pihak Ong itu? Kepandaiannya Leng Soat Bwe
ibu dan anak sama terkenalnya dengan Toan Kui Ciang, maka
itu, nyonya itu dan anaknya, tak selayaknya roboh di tangan
orang-orangnya Keluarga Ong, paling sedikitnya mereka
sepadan..."
"Senjata -berterang mudah dikelit, panah gelap sukar
dijaga," kata Ce In, "Maka itu, segala apa sukar buat diduga
dari di muka. Aku pula heran sekali kenapa Ceng Ceng Jie
ketahui alamatnya itu ibu dan anaknya..."

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Sudah setengah harian aku rebah di sini, tidak pernah aku


melihat ada orang yang lewat," berkata We Wat. "Tapi, kalau
benar mereka ditangkap Keluarga Ong, walaupun aku mesti
membuang jiwaku, mesti aku pergi ke Liong Bin Kok guna
mengacau di sana!"
Pengemis itu hening sejenak, terus dia berkata seorang diri,
"Kiranya Leng Soat Bwe tinggal di kaki gunung ini... Kalau
begitu rupanya benar apa kata orang. Dia menjanjikan aku
bertemu di sini, janji itu benar..."
Ce In heran.
"Lo-cianpwe," tanya ia, "Lo-cianpwe hendak menemui Nona
Hee untuk menanyakan urusan, sebenarnya urusan apakah
itu?"
"Aku hendak minta keterangan dari hal kematiannya Ciu-kay
Kie Tie," menjawab Hong-kay. "Aku dengar kabar dahulu hari
itu si nona bersama-sama suami isteri Toan Kui Ciang pergi ke
gunung Giok Sie San dan dia melihat sendiri waktu Ciu-kay
terbinasakan. Ingin aku mendapat kepastian apa benar-benar si
pembunuh ialah See-gak Sin Liong Hong-hu Siong?"
"Perihal itu pernah Nona Hee menuturkan padaku," berkata
Ce In. "Ia membilangi aku bahwa si pembunuh benar-benar
Hong-hu Siong. Ketika itu katanya Kie Lo-cianpwe hendak
membeber sebuah rahasia kepada Toan Tayhiap, belum lagi dia
membuka mulut, dia sudah diserang Hong-hu Siong yang
menggunai senjata rahasianya yang berupa jarum berbisa. Adik
seperguruanku, Tiat Mo Lek, kemarin tiba d\ Kiu-goan, katanya
peristiwa itu oleh Toan Tayhiap telah diberitahukan kepada
guru kami. Keterangannya Toan Tayhiap sama dengan
keterangannya Nona Hee, karena itu aku mau percaya
keterangan itu bukan keterangan palsu."
We Wat berpikir.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Lam Hiantit," katanya, "Bukankah kau tak kesusu pergi?"


"Apakah lo-cianpwe hendak menitahkan sesuatu kepadaku?"
tanya Ce In.
"Aku telah membuat perjanjian dengan Hong-hu Siong,"
berkata We Wat. "Janji itu ialah malam ini kita bakal membuat
pertemuan di gunung ini. Niatku ialah menanyakan dia
peristiwa itu. Umpama kata kau tidak mau lekas pergi, maukah
kau mendengari pembicaraan kita?"
Sebenarnya Ce In ingin lekas kembali ke Kiu-goan, guna ia
memikirkan daya upaya terlebih jauh, akan tetapi urusan Kie
Tie itu urusan penting, bahkan ada sangkut pautnya dengan
Leng Song, maka suka ia mendengarnya. Ia sendiri ingin tahu
duduknya perkara yang benar.
"Baiklah jikalau lo-cianpwe tidak berkeberatan aku turut
mengetahui perkara itu," katanya. "Sebenarnya memintanya
juga aku tidak berani..."
We Wat senang.
Ketika itu sang malam telah tiba dan Puteri Malam mulai
muncul. We Wat melihat langit, dia tertawa.
"Tadi mimpiku disadarkan Ceng Ceng Jie," katanya, "Maka
itu, aku masih ingin tidur pula lagi sejenak. Kau juga baiklah
beristirahat dulu."
Pengemis ini merebahkan diri pada suatu batu, didalam
tempo yang pendek, dia sudah pulas menggeros.
Ce In heran.
"Dia menantikan janji pertemuan, toh dia dapat tidur..."
pikirnya.
Tapi ia membiarkannya, ia lantas mengobati luka-lukanya
sendiri, sesudah mana ia duduk bersila, untuk beristirahat
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sambil bersemedhi. Dengan cara demikian sempat ia melatih


tenaga dalamnya. Di dalam tempo yang pendek sekali, lenyap
sudah segala letihnya, hingga ia menjadi segar seperti sedia
kala.
Sang waktu lewat tanpa terasa, rembulan sudah mulai
berada di tengah, justeru begitu, dalam suasana sunyi itu, hati
Ce In terasa tegang sendirinya.
"We Lo-cianpwe! We Lo-cianpwe!" ia mengasih bangun
kawannya. Tak dapat bersabar lagi.
We Wat membuka kedua matanya, ia bergerak untuk
berduduk.
"Buat apa kau sibuk tidak keruan!" katanya. "Hong-hu Siong
menjanjikan tempo tengah malam, maka itu dia pasti bakal
datang seperti janjinya itu."
"Coba lo-cianpwe lihat rembulan itu" kata Ce In, tangannya
menunjuk.
Pengemis Edan itu dongak. "Ya, hampir waktunya?" katanya.
"Lihat di sana, di kaki gunung," kata Ce In pula, "Di sana
tampak orang lagi mendatangi..."
We Wat menoleh, alisnya berkerut. Ia lompat naik ke atas
sebuah batu besar dan tinggi, untuk memasang mata ke arah
bawah. Ketika itu si Puteri Malam tepat berada di tengah-
tengah langit. Itulah tengah malam.
"Ah!" seru si pengemis perlahan. "Inilah aneh! Hong-hu
Siong bukanlah semacam orang yang suka menyalahkan janji?
Kenapa sekarang dia gagal?"
Si Puteri Malam bergerak terus, menggeser diri ke arah
barat. Lewat lagi setengah jam, masih juga See-gak Sin Liong

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

belum muncul. We Wat jadi mulai tak sabaran, sedang Ce In


bercuriga.
"Mungkinkah dia tak berani datang menemui lo-cianpwe?"
tanyanya.
Belum berhenti suaranya Ce In ini atau satu bayangan orang
nampak lari mendatangi dengan cepat.
"Hm!" kata We Wat perlahan tapi sengit. "Begini waktu dia
baru tiba, mesti aku damprat dulu padanya"!
Justeru itu ia menjadi heran, hingga ia kata di dalam hati,
"Aneh! Kenapa ilmu enteng tubuh Hong-hu Siong menjadi
begini sempurna?"
Saking pesatnya orang itu berlari-lari, mukanya sukar
tertampak tegas. Lalu tahu-tahu dia sudah sampai, berdiri di
hadapannya mereka itu berdua.
We Wat menjadi terperanjat. "Apa? Kau?" tegurnya.
Ce In juga telah lantas melihat tegas, dia heran seperti jago
tua. Orang itu bukan Hong-hu Siong, hanya Khong Khong Jie.
Sambil melirik, dengan lagak temberang, orang yang baru
datang itu berkata tawar, "Kau sangka siapa?"
Menurut tingkat martabat, Khong Khong Jie menjadi orang
yang terlebih muda daripada We Wat, maka itu mendongkol
Hong-kay menampak orang bersikap jumawa itu.
"Orang yang dinanti-nantikan datangnya oleh aku si
pengemis tua ialah satu orang lain!" katanya dingin. "Tak usah
aku memberitahukan halnya orang itu kepada kau.' Kau sendui
.ula urusan apa kau dalang kemari?"
Khong Khong Jie tertawa dingin.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Tanpa kau menyebutkan, aku juga sinlali lalui'" katanya,


tetap temberang. "Bukankah Hong-hu Siong yang dinanti! an
k.m mi?" We Wat tercengang. "Kalau benar, bagaimana?" dia
tanya.
"Hong-hu Siong bilang kau tak dapat d i perai ya dan tidak
mempunyai kehormatan!" sahut Khong Khong Jie, dingin I Ha
kala orang semacam kau tak usah lagi diajak bersahabat! Dia
tak ki-auli.m menemui kau!"
Sepasang mata We Wat terbalik.
"Gila!" serunya. "Apa itu tak dapat dipercaya dan tak punya
kehormatan?"
"Sebab kau percaya segala obrolan yang tersiar!" kata Khong
Khong Jie. "Sebab kau percaya dialah orang yang telah
membinasakan Ciu-kay Kie Tie! Bahwa sekarang kau
menjanjikan bertemu dengannya di sini karena kau berniat
mencurangi padanya! Benar, bukan? Ketika kau mengirim
orang menyampaikan janji padanya, bukankah kau
membilangnya untuk memasang omong saja? Jadi, bukankah
benar kau telah memperdayakan dia? Kau tidak menghiraukan
persahabatan kau memancing sahabatmu ke dalam akal
muslihatmu! Apakah dia keliru jikalau dia berpendapat kau tidak
dapat dipercaya dan tak mempunyai kehormatan?"
Sepasang mata We Wat terputar pula, lalu nampak dia
tenang.
"Benarkah kata-katamu ini kata-katanya Hong-hu Siong?" dia
tegaskan.
Khong Khong Jie mengangkat sebelah tangannya, pada jeriji
tengahnya ada terdapat sebuah cincin besi. la tertawa dingin
ketika ia menanya, "Kau gila! Apakah kau sangka aku bicara
tidak-tidak? Kau kenali atau tidak cincin ini?"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

We Wat mengenali bendanya Hong-hu Siong. Dia menjadi


gusar sekali sampai tubuhnya bergemetar.
"Jikalau dia bukannya si pembunuh, kenapa dia tidak berani
datang menemui aku?" dia tanya. "Kenapa dia menyuruh kau,
kunyuk cilik, yang datang menyampaikan pesannya? Hm! Hm!
Sebelumnya ini, aku masih ragu-ragu mempercayainya?"
Dengan Hong-hu Siong dan Kie Tie, We Wat niempunyai
persahabatan puluhan tahun, maka itu tak dapat dimengerti
sekarang See-gak Sin Liong mengirim pesuruh seorang yang
tingkatnya terlebih muda. Ia menjadi sangat gusar.
Khong Khong Jie kembali tertawa dingin.
"Urusan kau dengan Hong-hu Siong tidak ada sangkut
pautnya dengan aku!" katanya, ketus. "Bahwa kau benar tidak
dipercaya dan tak mempunyai kehormatan, aku juga tak
memperdulikannya! Tetapi lagakmu, si tua bangka yang
menjual ketuabangkaannya, yang jumawa tak terkirakan, tak
puas aku Khong Khong Jie melihatnya! Kau sudah melihat Ceng
Ceng Jie, adik seperguruanku! Bukankah kau tak sangkal itu?"
We Wat gusar hingga kumis dan alisnya bangun berdiri.
"Khong Khong Jie, kau sendirilah si manusia temberang!" dia
membentak. "Tahukah kau apa yang telah diperbuat adik
seperguruanmu itu? Jikalau aku tidak pandang pada gurumu
yang telah mampus menjadi setan, ingin aku menghajar mati
padanya!"
Pengemis tua ini tertawa berlenggak. Dengan suara nyaring,
dia berkata pula, "Khong Khong Jie, apakah matamu telah
pindah ke dahimu? Coba bilang, adik seperguruanmu itu, juga
kau sendiri, bukankah dapat aku mengurusnya? Kalau tidak,
maka aku harus malu terhadap mendiang gurumu!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Baik, kau uruslah aku jikalau kau mampu!" kata Khong


Khong Jie, menantang. "Kau telah melukai adik seperguruanku
itu, jikalau tidak memberi sedikit pengajaran padamu, aku juga
malu terhadap mendiang guruku!"
Kata-kata ini dibarengi dengan lompatan tubuh yang pesat
yang diberikuti serangan hebat!
"Anak celaka!" We Wat mendamprat saking murka. "Hendak
aku lihat berapa tinggi kepandaianmu!" ^
Ia lantas mengangkat tangannya guna menyambut serangan
itu.
Khong Khong Jie merasakan tubuhnya tergetar, ia lantas
berkelit ke samping. Justeru itu, We Wat menyamber
pinggangnya, untuk dicekuk. Ia terkejut, tetapi masih sempat ia
menjejak tanah, untuk lompat mencelat dengan tipu silat
"Burung walet terbang menembusi mega". Sembari berkelit itu,
ia menyerang.
Dengan satu suara nyaring, Khong Khong Jie mendapatkan
ikal' pinggangnya terjambret putus, akan tetapi lengan kiri We
Wat juga kaku, sebab jalan darahnya - jalan darah ]<:iok-tie - -
kena tertotok lawan yang tingkatnya terlebih muda itu.
Bukan main terkejutnya si jago tua, hingga dia kata dalam
hali, "Pantas dia menjadi begini jumawa, kiranya dia benar jauh
terlebih liehay daripada Ceng Ceng Jie, hingga dia tak usah
kalah dengan gurunya dahulu hari itu!"
Di dalam tempo yang pendek itu, Hong Kay sudah lantas
mengerjakan tenaga dalamnya hingga dengan lekas ia dapat
memulihkan jalan darahnya, hingga lengannya menjadi tidak
kurang suatu apa.
Khong Khong Jie yang telah menginjak tanah pula tertawa
dingin, sembari tertawa dia maju lagi, sembari berkata, "Tua
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bangka she We, apakah sekarang kau masih berani menjual


ketuabangkaanmu? Dengan memandang kau sahabatnya
mendiang guruku, lekas kau menghaturkan maaf kepadaku!”
We Wat menjadi semakin gusar, hatinya menjadi semakin
panas ”Anak muda, kau terlalu jumawa!” bentaknya. ”Kau
terlalu bernyali besar dan kurang ajar! Hari ini, meski kau
berlutut liga kali kepadaku, tidak nanti aku sudi memberi
ampun padamu!” Khong Khong Jie mengganda tertawa.
”Oleh karena sama-sama tidak sudi melepaskan satu pada
lain,” kata dia, ”Nah, mari kita bertempur pula, bertempur
secara kaum Kang Ouw sejati! Mari dengan tangan kita
mengambil keputusan siapa jago siapa betina! Eh, pembantu
yang diundang olehmu itu, kenapa dia tidak mau maju
berbareng?”
Khong Khong Jie menuding kepada Lam Ce In. Dia ini
menjadi tidak puas sekali, maka dia kata, ”We Lo-cianpwe,
silahkan kau perkenankan aku belajar kenal dengan dia! Lo-
cianpwe sendiri cukup berdiri di sisi sambil memberi pelbagai
petunjuk padaku!”
Lam Ce In dan Khong Khong Jie sederajat satu dengan lain.
We Wat terlebih tinggi daripada mereka, maka itu, kalau si tua
melayani si muda, ia menang pun tak akan ia dianggap gagah,
sedang kalau ia kalah, ia bakal ditertawakan umum. Itulah
sebabnya Ce In berani menempuh bahaya menantang
lawannya.
Dengan air muka padam, We Wat memberikan jawabannya.
”Lam Hiantit, urusan ini bukan urusan kau,” katanya. ”Aku
bersedia mengorbankan tulang-tulangku yang tua guna
menertibkan dunia Rimba Persilatan, maka sekarang ini, aku
tidak menghiraukan pula nama baikku!”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Inilah yang diharap-harap Khong Khong Jie. Ia tahu We Wat


liehay tetapi ia percaya dapat ia melayani, tetapi jikalau We
Wat dibantu Lam Ce In, itulah berbahaya untuknya. Maka ia
memancing kemarahan orang dengan menantang sekalian
pada si orang she Lam.
Lantas ia tertawa dingin dan kata, ”Tua bangka, kau makin
menjadi-jadi! Sudah kau menghina adik seperguruanku,
sekarang kau mementang bacot begini lebar! Bagaimana kau
berani menyebut-nyebut menertibkan dunia Rimba Persilatan?
Hm!”
Dua-dua pihak mempunyai masing-masing keberaniannya
sendiri. We Wat melukai Ceng Ceng Jie, perbuatannya itu
kurang tepat. Seharusnya dia menyerahkan Ceng Ceng Jie pada
kakak seperguruannya itu karena Ceng Ceng Jie sudah tidak
punya guru.
Di waktu menyerang Ceng Ceng Jie, We Wat tidak memikir
kesitu. Ia hanya menganggap ialah orang yang terlebih tua, ia
mesti dihormati, tetapi Ceng Ceng Jie bersikap garang ia jadi
memikir banyak.
Sekarang, Khong Khong Jie pun tak berlaku benar, karena
dia terlalu temberang, sama sekali dia tak menghargai lagi si
jago tua.
Begitulah, dengan mencegah Ce In, We Wat lantas melayani
Khong Khong Jie, hingga mereka menjadi bertempur pula.
Khong Khong Jie mengeluarkan sebatang pedang pendek, ia
tak berlaku sungkan lagi, ia berkelahi dengan mengandalkan
kepandaian ringan tubuhnya, dengan berani ia mendesak. Ia
selalu menyerang dengan bengis, saban-saban ia mengarah
bagian anggauta tubuh yang lemah dari lawannya yang tua itu.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

We Wat menang tenaga dalam, dia tak segesit lawannya ini,


maka itu, sesudah diserang berulang-ulang secara
membahayakan dia menjadi mendongkol.
Mendadak dia menyerang dengan sebelah tangannya,
dengan Pek Khong Ciang, yaitu pukulan Udara Kosong.
-oo0dw0ooo-

Jilid 16
Dia membuat hancur sepotong batu besar hingga batu itu
pecah berhamburan hancurannya menyamber kalang kabutan
mirip senjata-senjata rahasia, menyamber ke arah Khong
Khong Jie.
Itulah hebat. Khong Khong Jie memperdengarkan seruan
nyaring. Dengan berlompat tinggi, ia menghindari diri dari
pelbagai batu itu, dengan pedangnya, ia melakukan pembelaan
diri. Maka berulang kali pedang bentrok dengan batu mengasih
dengar suara nyaring beruntun-runtun, terus jatuh ke tanah
bagaikan hujan.
Setelah itu, Khong Khong Jie bersiul lama, tubuhnya
berjumpalitan, hingga kepalanya menjadi di bawah dan kakinya
di atas. Dengan cara itu ia menyerang dengan pedangnya,
yang berkelebat dalam sinar perak.
We Wat juga dengar seruan bagaikan guntur, dengan
sebelah tangannya ia menyerang, menyambut terjangan lawan
itu. Dapat dimengerti jikalau ia telah mengerahkan tenaganya.
Akibatnya itu ialah rubuhnya Khong Khong Jie melesat lewat
di atasan kepala Hong-kay si Pengemis Edan, bagaikan
tubuhnya Ceng Ceng Jie tadi, tubuh itu melayang terus ke arah
lembah!

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Segera juga dari dalam lembah itu terdengar suara ini, "Tua
bangka yang telengas! Ingatlah, gunung hijau tak ubahnya, air
biru mengalir tak putusnya! Pukulanmu ini akan aku ingat baik-
baik! Lain kali akan aku minta belajar kenal pula dari kau!"
Suara itu rada parau, tetap toh terdengarnya tegas.
Mendengar itu, hati Lam Ce In menggetar. Barusan pun
hatinya benar-benar. Ketika ia menoleh kepada We Wat, ia
menjadi tercengang. Ia mendapatkan bajunya Hong-kay
berlepotan darah, mukanya pucat sekali dan jenggotnya yang
panjang bergemetar, romannya sangat kucel. Dengan lantas ia
lompat menghampirkan, guna mempepayang.
"Lo-cianpwe, kau kenapa...?" tanyanya bingung.
Jago tua itu menghela napas.
"Inilah yang pertama kali aku si pengemis tua roboh,"
sahutnya, berduka. "Lukaku tidak berarti hanya hatiku yang
terasa sakit sekali..."
We Wat menganggap Khong Khong Jie berlaku sangat
telengas, maka itu, ia menyambut dengan pukulannya itu,
walaupun demikian tidak ada niatnya merampas jiwa orang,
sambutannya dimiringkan sedikit. Ia merasa, sambutan itu
sudah cukup buat membuat Khong Khong Jie terpental
mundur.
Siapa tahu, Khong Khong Jie liehay diluar sangkaan, dari itu,
kesudahannya mereka rusak dua-duanya. Lukanya Khong
Khong Jie bukannya ringan, tetapi ia pun terlukakan panjang
tiga dim...
Khong Khong Jie tidak tahu We Wat berlaku murah
terhadapnya, karena itu, dia mengutarakan penasarannya
dengan mengatakan si jago tua telengas dan dia mengancam
untuk menuntut balas kelak dibelakang hari.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lam Ce In memeriksa luka jago tua itu, hatinya lega. Ia


mendapat kenyataan luka itu tidak parah. Ia turut merasa
menyesal. Maksud baik dari jago tua ini nyata diterima salah
oleh Khong Khong Jie.
"Sudahlah, lo-cianpwe" ia menghibur. "Lo-cianpwe
bermaksud baik tetapi dia temberang, maka sudah cukup dia
menerima ajaran itu. Tak usah lo-cianpwe berduka karena
sikapnya yang kurang ajar itu, dia seperti mencari penyakit
sendiri."
"Khong Khong Jie menjadi satu soal," kata We Wat, menarik
napas. Masih saja ia berduka. "Aku juga menyesal buat
sikapnya Hong-hu Siong dengan siapa aku mempunyai
persahabatan beberapa puluh tahun. Dengan begini didalam
cuma satu hari habis sudah persahabatan itu... Aku menyesal
sekali yang dia tak mau datang kemari untuk memenuhkan
janji. Tak datangnya itu membuktikan bahwa dialah benar
orang yang membinasakan Kie Tie sahabatku itu. Sebenarnya
kami ketiga pengemis, kami menjadi seperti saudara-saudara
kandung, tetapi karena urusan Kie Lojie ini, ada kemungkinan
aku bakal membunuh dia!"
Lam Ce In terperanjat. Ia lantas ingat suatu apa.
"Lo-cianpwe," katanya, "Apakah lo-cianpwe masih ingat itu
cincin besi yang barusan Khong Khong Jie perlihatkan pada lo-
cianpwe? Aku merasa sangsi mengenai cincin itu, aku heran..."
We Wat melongo.
"Apakah yang aneh?" dia tanya.
"Cincin semacam itu pernah aku melihatnya," sahut Ce in.
"Itulah cincinnya Hong-hu Siong."

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Benar!" berkata We Wat. "Karena aku kenal cincin itu


sebagai miliknya Hong-hu Siong, aku menjadi menyangsikan
perkataannya Khong Khong Jie itu."
"Lo-cianpwe tahu, cincin itu pernah dikasihkan Hong-hu
Siong kepada seorang lain," kata Ce In pula.
"Kepada siapakah diserahkannya?" tanya We Wat.
"Dia memberikannya kepada Toan Kui Ciang." Jago tua itu
menjadi heran.
Lam Ce In pikir hendak memberi penjelasan hal
diserahkannya cincin itu, tetapi We Wat mendahulukan berkata
padanya, "Lam Hiantit, kau tahu satu tidak tahu dua.
Sebenarnya cincin itu sepasang dan akulah yang memberikan
kepada Hong-hu Siong."
Ce In pun menjadi heran, maka ia mengawasi orang tua itu.
"Pada tiga puluh tahun dulu," berkata We Wat, memberi
keterangan, "Ketika aku lagi berada di wilayah Hwe Kiang, aku
mendapatkan sepasang cincin itu. Katanya itu miliknya seorang
raja setempat, bahwa cincin itu mempunyai khasiat mengusir
pengaruh-pengaruh jahat. Dari istana raja, cincin itu terjatuh ke
dalam tangannya seorang kepala suku. Aku telah melepas budi
kepada kepala suku itu, untuk membalasnya, dia memberikan
itu padaku. Lalu aku memberikannya pula kepada Hong-hu
Siong. Karena itu, tak dapat kau menyangka Khong Khong Jie
main gila. Hanya aku tidak mengerti kenapa Hong-hu Siong
menceraiberaikan sepasang cincin itu dan memberikannya satu
kepada Toan Kui Ciang. Itulah aneh! Kau bersahabat erat
dengan Toan Kui Ciang, tahukah kau sebabnya itu?"
"Aku tahu ada sebuah cincin lagi yang segalanya mirip
dengan cincin itu," kata Ce In, "Dan cincin itu tidak berada di
tangannya Hong-hu Siong..."

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

We Wat tak mengerti.


"Bagaimana itu?" tanyanya.
Lam Ce In lantas menutur halnya dulu hari itu Toan Kui
Ciang dikejar-kejar orang-orangnya An Lok San, bahwa karena
terluka parah, Toan Kui Ciang sampai pingsan dan tak ingat
suatu apa, tetapi di dalam kuil tua itu dia bertemu dengan
Hong-hu Siong, yang menolongnya mengusir musuh, habis
mana, bukan saja Hong-hu Siong menolong memberikan obat
tetapi juga memberikan cincinnya itu. Hong-hu Siong tahu Toan
Kui Ciang tidak mudah menerima budi orang, maka juga cincin
diberikan dengan dimasuk ke dalam jeriji tangan selagi Kui
Ciang belum sadar.
"Karena Toan Kui Ciang lagi pingsan, Hong-hu Siong kata
padaku, 'Aku minta pertolongan kau untuk disampaikan kepada
Toan Tayhiap, yaitu kalau dibelakang hari dia bertemu dengan
satu orang dan orang itu memakai sebuah cincin yang sama
dengan cincin ini, sukalah dia memandang kepada mukaku,
supaya suka dia menaruh belas kasihan pada orang itu.'
Demikianlah sepasang cincinnya Hong-hu Siong itu, yang satu
berada di tangan Toan Kui Ciang, yang lain berada di
tangannya seorang yang aku tidak tahu siapa. Inilah sebabnya
aku merasa aneh sekarang."
We Wat turut menjadi heran, hingga ia berpikir keras.
"Tetapi aku ingat benar cincin itu, tak salah lagi, itulah cincin
yang dulu hari aku berikan kepada Hong-hu Siong," katanya
selang sejenak. "Dari mana Khong Khong Jie mendapatkan
cincin itu? Dia bolah mencuri atau bagaimana?"
"Khong Khong Jie sangat kesohor buat kepandaiannya
mencuri, di kolong langit ini tidak ada tandingannya," kata Ce
In. "Maka itu aku kuatir... aku kuatir..."

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Kau kuatir cincinnya Toan Kui Ciang telah dicuri Khong


Khong Jie?" tanya We Wat. "Itu mungkin terjadi. Kalau Khong
Khong Jie mau mencuri, dia pasti berhasil tak perduli cincin
berada di tangan siapa. Cumalah... Tentang janji pertemuan di
antara aku dan Hong-hu Siong ini, yang ketahui cuma tiga
orang. Kecuali aku bersama Hong-hu Siong, orang yang ketiga
itu ialah orang yang aku suruh menyampaikan pesanku..."
"Siapakah orang itu?"
"Dialah seorang muridku yang aku paling percaya. Tidak
nanti dia membocorkan rahasia. Kecuali Hong-hu Siong yang
memberitahukan sendiri, tidak mungkin Khong Khong Jie
mendapat tahu itu..."
Keduanya berdiam, sama-sama mereka berpikir. Mereka
heran sekali.
"Sudahlah," kata We Wat kemudian. "Sekarang baik aku
pulang dulu, untuk menanyakan muridku itu, apabila aku tidak
memperoleh penjelasan, baru nanti aku pergi ke Kiu-goan
menjengukmu, buat membantui kau mencari Leng Soat Bwe
ibu dan anak."
Ce In bingung hingga ia tak dapat berpikir lain. "Baiklah,"
katanya tak berdaya.
Keduanya lantas berdiam, sampai terang tanah, baru mereka
berpisahan. Ce In menghaturkan terima kasih kepada jago tua
itu. Ia menunggang kuda jempolan, besoknya magrib ia sudah
tiba kembali di Kiu-goan, di kantor Thaysiu. Karena cuaca
sudah gelap, tak mau ia mengganggu Kwe Cu Gie, dari itu ia
menuju langsung ke tempat kediamannya.
Tiat Mo Lek lekas-lekas keluar menyambut, waktu ia
dikabarkan kembalinya suheng itu.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Eh, bagaimana, suheng?" tanya sutee ini heran. "Kenapa


kau tidak datang bersama dia?"
Menanti jawaban, Mo Lek memandang suheng itu. Maka ia
terkejut melihat wajah suram dan kucai. Beda daripada waktu
perginya, gembira luar biasa, sekarang orang seperti lagi
menderita sakit...
"Suheng, bagaimana?" ia menanya pula.
Ketika itu Ce In terbengong, sebab pikirannya sangat kusut.
"Ceritaku panjang, mari kita bicara di dalam saja," kata
suheng itu kemudian.
Mo Lek menurut, mereka lantas masuk. Dengan sabar Ce In
menuturkan pengalamannya yang hebat dan diluar dugaan itu.
"Kalau begitu, mesti peristiwa ini ada hubungannya dengan
si bangsat cilik she Ong!" berkata Mo Lek, yang terus berpikir.
"Suheng, mari kita pergi ke lembah Liong Bin Kok untuk
mengacau, guna membuat mereka kacau mirip langit ambruk
bumi amblas!"
Ce In tertawa meringis.
"Kita terpisah ribuan lie dari Liong Bin Kok, enak saja kau
membilang mau pergi lantas pergi?" katanya. "Sekarang pun
urusan tentara begini genting. Kita harus mendengar
perintahnya Kwe Thaysiu, tak dapat kita lancang bergerak."
Mo Lek terpaksa menurut.
Malam ini Ce In berpikir keras sekali, hatinya sangat
berkuatir, dari itu sukar ia mendapat tidur pula. Ia menghibur
diri dengan berkata, mengingat kegagahannya Soat Bwe dan
Leng Song tak nanti mereka itu terjatuh ke dalam tangannya
Keluarga Ong. Ia pun menghiburi diri, andaikata Leng Song
jatuh di tangan Liong Kek, tidak nanti si nona sudi
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menyerahkan diri, karena itu lama-lama ia merasa juga sedikit


lega dan tentaram.
Kwe Cu Gie telah lantas mendapat tahu Lam Ce In sudah
kembali, baru terang tanah ia sudah mengundang orang dan
adik seperguruannya itu datang ke kantornya. Dilain pihak,
sebagai seorang, yang berpengalaman, ia mengerti
perjalanannya Ce In itu mestinya gagal. Ia telah diberitahukan
bahwa orang gagah itu lesu dan muram...
Maka itu, melihat orang muncul, ia tidak menanyakan urusan
kepergian Ce In, hanya sembari bersenyum ia bilang,
"Sekarang ini masanya negara menghadapi kesukaran,
sekarang ialah saatnya bangsa lakilaki sejati berbuat sesuatu
untuk negara! Maka itu urusan rumah tangga bolehlah
dikesampingkan dulu. Lam Ciangkun, kau kembali pada saat
yang tepat!"
"Adakah telah terjadi pula perubahan baru?" tanya Ce In.
"Keadaan sangat genting," berkata Kwe Cu Gie. "An Lok San
ini lantaran putera sulungnya dihukum mati oleh Pemerintah
Agung, melakukan penyerangan dengan hebat sekali. Begitulah
kabarnya seluruh pasukannya Ciat-touw-su di propinsi Hoolam
sudah ludas semuanya, sedang angkatan perangnya Hong
Siang Ceng, yang ditugaskan membasmi pemberontakan,
sudah buyar kacau balau, hingga dia dikabarkan telah mundur
ke kota Tong-kwan."
Warta itu memang hebat.
Kwe Cu Gie menjelaskan lebih jauh, "An Lok San mempunyai
dua orang putera. Putera sulung Keng Cong. Putera bungsu
Keng Sie. Keng Sie tinggal di Hoan-yang membantui ayahnya.
Keng Cong tinggal di kota raja, menjadi kun-ma, ialah suami
dari Eng Bun Kuncu, keponakan perempuan dari Sri Baginda
Raja. Berhubung dengan pemberontakannya An Lok San, Keng
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Cong dihukum mati. Dia dikuatir nanti membantu ayahnya dan


menjadi pengkhianat di bagian dalam. Karena ini isterinya, Eng
Bun Kuncu, diberi kelonggaran dengan mati membunuh diri. An
Lok San gusar sekali mengetahui kebinasaan puteranya itu. Dia
sesumbar, 'Kau telah membunuh seorang anakku, hendak aku
mengilas-ilas kota Tiang-an, untuk membunuh habis semua
menteri militer dan sipil di dalam istana!' Lalu dia membiarkan
tentaranya membasmi rakyat di mana saja mereka tiba dan
lewat, hingga umpama kata, ayam dan anjing juga tidak dikasih
tinggal hidup. Pemerintah telah mengirim dua angkatan perang
besar untuk membasmi pemberontakan Ang Lok San itu.
Angkatan perang yang pertama dipimpin Hong Siang Ceng,
Ciat-touw-su yang baru dari Hoan-yang dan Peng-louw. Dia ini
mempunyai enam puluh ribu serdadu baru dengan kedudukan
di Hoopak. Angkatan perang yang lainnya dipimpin Tayciang Ko
Sie Han, tentaranya tentara campuran orang Han dan Ouw
dengan kedudukan di kota Tong-kwan, buat menjadi tameng
bagi kota Tiang-an. Masih ada lagi satu angkatan perang lain
dibawah pimpinan Ciat-touw-su Thio Kay Jian dari propinsi
Hoolam, tentaranya terdiri dari tentara gabungan tigabelas kota
di sekitar Tin-liu. Angkatan perang ini untuk Hong Siang Ceng.
An Lok San maju terus. Hong Siang Ceng kucarkacir dan mesti
berlindung kepada Ko Sie Han di Tong-kwan. Sri Baginda gusar
dan menyuruh Ko Sie Han menghukum mati pada Siang Ceng."
Darahnya Ce In naik mendengar kemajuannya Lok San itu.
"Kalau begitu tak dapat kita berdiam saja!" katanya
penasaran. "Leng-kong, apakah Pemerintah Agung
memerintahkan leng-kong untuk turun tangan?"
"Inilah soal yang hendak aku damaikan dengan kau,"
menjawab Kwe Cu Gie. "Baru kemarin datang perintah dari Sri
Baginda menitahkan aku bersiap sedia, buat bergerak dengan
mengimbangi salatan. Musuh sedang mendapat hati, kalau kita
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hanya membela diri, itu merupakan ketika baik baginya


menerjang kita. Sebaliknya, kalau kita maju, kita sedikit musuh
besar, aku menyangsikan kemenangan kita. Menjaga salah,
menyerang salah, habis bagaimana baiknya?"
"Thio Thaysiu di Hoay-yang sudah siap sedia, baiklah leng-
kong ajak dia bekerja sama," Ce In usulkan.
"Baik dengan Thio Sun dari Hoay-yang dan Gan Cin Keng
dari Peng-goan, aku sudah membuat perjanjian," kata Kwe Cu
Gie, "Hanya tetap jumlah kita masih kecil sekali."
Tiba-tiba Tiat Mo Lek campur bicara. Ia kata ia mempunyai
satu pikiran entah itu dapat dijalankan atau tidak.
"Saudara Tiat, coba utarakan pikiranmu itu," kata Kwe Cu
Gie. "Kau tahu sendiri, pikiran seorang pendek, pikiran dua
orang panjang. Kita selamanya harus saling mengutarakan."
"Bagaimana kalau ada satu pasukan, yang menerjang musuh
dari belakang?" Mo Lek tanya.
"Pikiran ini baik! Hanya dari mana datangnya pasukan untuk
itu?" tanya Kwe Cu Gie. "Kalau kita mengirimnya dari sini, mana
bisa pasukan itu melintasi wilayah penjagaan musuh yang
lebarnya beberapa ribu lie?"
"Itu benar, tayjin. Tapi di dalam wilayah Yu-ciu ada sebuah
gunung Kim Kee Nia, dimana ada Cecu Sin Thian Hiong yang
aku kenal baik. Dia gagah dan setia, dia bersedia bekerja untuk
negara. Ketika An Lok San dan Ong Pek Thong berkongkol,
Thian Hiong yang membeber rahasianya. Banyak jago Rimba
Hijau yang dibeli Lok San tetapi dia tidak. Dia pernah
membilangi aku, asal tenaganya dibutuhkan, ia bersedia
memberikannya. Soalnya ialah apa tayjin sudi atau tidak
menerima kaum Jalan Hitam itu..." Kwe Cu Gie tertawa.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Asal dia setia kepada negara, aku tak ambil mumat, dia
orang Jalan Putih atau Jalan Hitamf" kata Thaysiu ini. "Siapakah
rakyat yang tidak ingin hidup aman dan berbahagia? Ada
banyak orang jahat tetapi mereka karena terpaksa. Ini
sebabnya, terhadap mereka yang dikatakan jahat itu, aku selalu
bersedia memberikan ketika. Kalau ada orang Rimba Hijau
sebagai dia dan dia rela digunai olehku, tentu sekali suka aku
menerimanya.'"
Mo Lek menjadi girang sekali.
"Jikalau begitu, Tayjin," katanya, "Tolong Tayjin memberikan
aku sepucuk surat untuk mengangkat dia, supaya dia dapat
mengubah pasukan dari Kim Kee Nia menjadi satu pasukan
sukarela. Aku percaya, meski belum tentu dia bakal berhasil
merampas kemenangan, sedikitnya dia dapat dipakai
mempengaruhi An Lok San."
Kwe Cu Gie lantas berpikir.
"Meski dia tentara sukarela, dia membutuhkan pimpinan,"
katanya kemudian. "Lam Hiantee, aku minta sukalah kau
bersama saudara Mo Lek pergi mewakilkan aku ke Kim Kee Nia
untuk mengangkat Sin Thian Hiong menjadi panglima yang
memimpin pasukan di garis belakang musuh. Kepadanya harus
diterangkan, kecuali rombongan dari Kim Kee Nia sendiri, dia
dapat menerima rombongan Rimba Hijau yang mana saja asal
yang benar-benar suka bekerja untuk negara. Apa yang aku
harap, saudara, supaya kau berhasil mengumpulkan pelbagai
kemenangan yang gilang gemilang."
Ce In setujui sekali pikiran Thaysiu itu.
"Siauw-ciang terima perintah!" sahutnya sambil berbangkit.
Kwe Cu Gie sudah lantas menulis surat keangkatannya untuk
Sin Thian Hiong. Ia pula menyerahkan sebatang leng-cian

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kepada Ce In seraya berkata, "Di garis belakang musuh ada


sisa-sisa tentara negeri, kau dapat mengumpul mereka buat
ditaruh dibawah perintahmu, supaya mereka dapat diajak
bekerja sama."
Ce In menerima baik tugas itu. Ia kata, "Kalau siauw-ciang
berhasil mengumpulkan pasukan, lebih dulu siauw-ciang
hendak menyerang Liong Bin Kok, guna melabrak sarangnya
Ong Pek Thong. Jalan ini, kesatu guna menggempur sayapnya
An Lok San, kedua menjadi jalan untuk mengumpulkan orang-
orang Rimba Hijau yang suka mengubah cara hidupnya yang
sesat, supaya mereka memperoleh ketika kembali ke jalan yang
benar. Ong Pek Thong menjadi ketua Ikatan Rimba Hijau, kalau
dia kena dirobohkan, pasti banyak orangnya yang akan turut
kepada kita."
"Baiklah," kata Kwe Cu Gie, "Mengenai siasat perang,
semuanya terserah kepada kau, Lam Hiantee, tak usah kau
memohon segala petunjuk atau perintah lagi dari aku. Kita
perlu bekerja cepat. Nah, silahkan kau dan Tiat Hiantee
berangkat, aku hanya mengharap warta kemenanganmu!"
Dengan menjabat tangannya Ce In, Thaysiu ini
mengantarkan orang keluar dari ruang tetamu. Sembari jalan ia
memerintahkan orangnya menyiapkan kuda untuk dua orang
itu.
Ce In berdua Mo Lek kembali ke tempatnya, untuk
berkemas.
"Suheng, kau harus mengucap terima kasih padaku!" kata
Mo lek tertawa. "Kau kuatir tak dapat pergi ke Liong Bin Kok
tetapi sekarang aku mintakan perkenan dan kekuasaan
untukmu! Bagaimana berbahagianya kau andaikata Nona Hee
berada di Lembah Naga Tidur itu!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Jangan kau menggodai aku!" kata Ce In, juga tertawa.


"Bukankah ini pula ketika akan menemui Nona Han! Kau jangan
kuatir, umpama kala kau ingin bicara yang sedap-sedap
dengannya, tak nanti aku mencuri dengar!"
Sejak Cie Hun tiba di Kiu-goan, ia disukai Nyonya Kwe Cu
(Yic, maka itu ia diajak tinggal bersama di dalam kantor
Thaysiu. Karena itu juga, ia jadi jarang bertemu dengan Mo
Lek. Lantaran ini, Ce In menggoda supaya si suteee mengajak
Nona Han itu.
Mo Lek jengah, mukanya bersemu dadu. Kata ia, "Suheng,
tak dapat kau sembarang berkelakar begini macam padaku!
Kau dengan Nona Hee sudah bertunangan, tetapi aku dengan
Nona Han melainkan kakak beradik!"
Ce In tertawa.
"Akulah orang yang berpengalaman!" katanya. "Aku pun
mulanya berkakak beradik dengan Nona Hee!"
Tengah suheng dan sutee ini tertawa, Cie Hun muncul.
Lantas saja dia kata, "Mo Lek, bagus sekali pikiranmu ini! Aku
memang lagi pepal pikiran berdiam saja di dalam gedung
berkumpul bersama nyonya-nyonya itu! Bukankah kamu mau
pergi ke Liong Bin Kok?"
"Benar!" sahut Ce In mendahului Mo Lek. "Nona Han, ada
apakah saranmu yang bagus?"
"Jangan kata yang bagus, yang jelek pun tidak!" sahut si
nona tertawa. "Aku cuma gemar bertempur! Gadisnya Ong Pek
Thong hutang satu gaplokan padaku, hendak aku
membayarnya!"
"Bagus!" kata Ce In. "Kali ini ada ketikanya untuk kamu
menguji pula kepandaian kamu! Kakak beradik Keluarga Ong

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

itu bukan orang baik-baik, aku pujikan supaya kau dapat


menusuk tembus jantungnya!"
Mendengar itu, Cie Hun melirik Mo Lek. Ia mengasih lihat
roman bersenyum bukannya bersenyum.
"Tak berani aku melakukan itu!" katanya. "Kalau aku
binasakan nona itu, habis dengan apa aku nanti menggantinya
kepada Mo Lek? Lam Toako tidak tahu, Nona Ong dengan Mo
Lek bersahabat rapat sekali!"
Muka Mo Lek menjadi merah, dia bergelisah.
"Cie Hun!" katanya keras, "Bukankah aku telah bilangi kau,
tak perduli apa dia lakukan terhadap aku, dia tetap menjadi
musuhku - musuh yang telah membinasakan ayah angkatku!"
Meski orang tak puas, Cie Hun tertawa.
"Jikalau hatimu tidak terluka, jangan kau bergelisah begini
macam!" katanya. "Sudah, kita jangan omong saja, kuda sudah
siap, mari kita berangkat!"
Bersama-sama mereka bertiga keluar dari kantor.
Opsir pengawal pintu heran, dia tanya Ce In, "Lam Ciangkun,
baru kemarin kau kembali, apakah sekarang kau mau
berangkat pula? Ada urusan apa kau begini kesusu? Eh, Nona
Han juga mau berangkat bersama?"
Ce In tahu urusan militer tak dapat sembarang diomongkan,
ia cuma mengganda bersenyum, demikian juga Nona Han.
Dengan lantas ketiganya naik kuda dan berangkat.
Kuda uy-piauw-ma tetap dipakai Cie Hun. Buat Ce Iri dan Mo
Lek berdua, Kwe Cu Gie memberikan masing-masing seekor
kuda pilihan lainnya. Syukur kuda itu cukup tangguh untuk
mengikuti kudanya Cin Siang.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Di tengah jalan, saking iseng Ce In bertiga membicarakan


urusan Liong Bin Kok, perihal tujuh tahun dulu mereka
mengacau dalam pestanya Ong Pek Thong. Tiba-tiba Mo Lek
ingat suatu apa, ia lantas menahan kudanya.
"Apa? Apakah kudamu sudah tidak kuat jalan?" tanya Ce In.
"Bukan!" sahut Mo Lek. "Aku justeru lagi memikir perlu apa
tidak kita lekas kembali ke Kiu-goan...?" Suheng itu heran.
"Buat apakah?" tanyanya. "Aku baru ingat satu hal," sahut si
sutee.
"Apa sih hingga kau nampak gelisah?" tanya Cie Hun
tertawa. "Kita sudah jalan begini jauh, mendadak kita hendak
pulang lagi! Hayo kau bicara, sembari kita berjalan terus, nanti
Lam Toako yang mengutarakan pikirannya.
Mo Lek tidak menjawab si nona. Ia hanya menatap Ce In.
"Suheng," tanyanya, "Tadi opsir yang menanya kau di
kantor, siapakah dia, apakah namanya?"
"Dialah Ho Kun!" sahut suheng itu. "Kenapa dia?"
"Ketika pertama kali aku tiba di Kiu-goan, toako lagi berlatih
di dalam kantor," sahut Mo Lek, "Di tanah lapang itu
diantaranya aku melihat opsir itu. Dia berhasil memanah tiga
kali, bukan?"
"Tidak salah! Memang ilmu panahnya mahir! Apakah kau
kenal dia?"
"Ketika itu hari aku melihatnya, aku merasa seperti
mengenal dia. Barusan, karena kita bicara peristiwa di Liong Bin
Kok, mendadak aku ingat dia pula! Aku ingat aku melihatnya di
lembah itu. Kemarin ada banyak orang, aku tak dapat
mengingat-ingat dia."
Ce In terperanjat.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Apa benar?" tanyanya. "Apakah kau ingat benar-benar?


Apakah kau tidak salah?"
"Pasti tidak salah!" sahut Mo Lek. "Apakah suheng ingat?
Ketika itu aku menyamar jadi kacungnya Sin Cecu, selagi lain-
lain orang berkumpul di dalam taman, aku bersama lain-lain
kacung berkumpul di istal kuda. Dialah orang yang bersantap
bersama aku pada sebuah meja. Lain-lain orang bicara dengan
gembira, cuma dia yang berdiam saja, karena itu kesanku jadi
kuat sekali. Coba suheng pikir! Kalau dialah orangnya Ong Pek
Thong, dengan beradanya dia di dalam pasukan kita, bukankah
itu berbahaya?"
"Ketika itu, apakah semua orang yang berkumpul denganmu
hamba-hambanya Ong Pek Thong?" Ce In tegaskan.
"Bukan semuanya, ada kacungnya lain-lain cecu lagi..."
Ce In berdiam, tetapi otaknya bekerja keras.
"Semenjak Kwe Leng-kong mendapat tahu An Lok San
berniat berontak," kata ia, "Dengan lantas ia sudah berdaya
mengumpulkan orang-orang gagah, menurut apa yang aku
tahu, Ho Kun adalah yang pertama mendaftarkan diri.
Kelihatannya dia teliti dan setia kepada pekerjaannya, maka itu,
sekarang tak dapat kita lancang mengambil sesuatu terkaan
terhadapnya, terutama tak dapat dipastikan dialah orangnya
Ong Pek Thong. Tanpa bukti, kita tak bisa menuduh dia, atau
kita berlaku sembrono. Urusan kecil jadi diperbesar..."
"Bukan begitu maksudku. Aku ingin memberitahukan kepada
Kwe Leng-kong sendiri," kata Mo Lek.
"Kalau sekarang kita kembali, kita dapat menimbul
kecurigaan orang," kata Ce In. "Kalau dia benar orang jahat,
kita dapat membuat seperti kita menggeprak rumput membuat
ular kaget. Sekarang baik kita atur begini, kita masih dalam

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

wilayah Kiu-goan, sebentar di sebelah depan, kita singgah di


kantor. Akan aku menulis surat rahasia, minta orang membawa
dan menyampaikan kepada Kwe Leng-kong. Di dalam surat itu
kita beritahukan hal siapa adanya Ho Kun dan supaya dia
diawasi. Surat menyurat dinas hal umum, surat kita tidak bakal
mendatangkan kecurigaan."
Mo Lek anggap suheng itu benar, ia suka menurut.
Kuda mereka dilarikan keras, sebentar lagi mereka tiba di
kantor. Ce In mampir, untuk menulis surat, setelah menutup
rapi, ia suruh pegawai kantor itu lekas menyampaikan ke Kiu-
goan. Selesai itu, bertiga mereka melanjuti perjalanan mereka.
Tiga hari kemudian, sampailah mereka di daerah
pengaruhnya An Lok San. Lantas mereka sering melihat
kelompok-kelompok rakyat yang lagi mengungsi, ada orang-
orang tua yang dituntun atau anak-anak yang diempo atau
digendong.
Suasana tempat sepi dan menyedihkan. Kadang kali juga
terlihat serombongan tentara negeri, yang dikejar-kejar tentara
An Lok San. Kalau melihat tentara An Lok San, bertiga mereka
menyingkir jauh-jauh. Tak mau mereka timbulkan onar di
tengah jalan. Dengan cara demikian, mereka bisa lewat dengan
aman terus sampai di Kim Kee Nia.
Ketika Sin Thian Hiong mendengar berita tibanya ketiga
tetamu, ia menyambut dengan mengajak semua orang
sebawahan serta kawannya, diantaranya Cie Hun melihiat
ayahnya, hingga in girang bukan kepakmu. Tidak tempo lagi, ia
lompat turun dari kudanya, akan lari kepada oiang lua itu.
"Ayah! Ayah!" ia memanggil-manggil "Oh, ayah sudah
kembali'
Han Tam tertawa, dia menarik tangan pulennya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku memang kenal tabiatmu, kau paling gemar mengacau'''


lata ayah itu. "Kau paling bisa membuat orang bergelisah! Baru
kemarin duJu aku kembali lantas pamanmu membilangi bahwa
kau sudah minggat' h .m tahu, kau membuat aku kaget sekali!"
Si nona menjebi pada Thian Hiong
"Paman, mengapa kau mengatakan ilnnikian?" ia menyrsali
"Bukankah ketika aku berangkat telah aku memberitahukan
paman?" Thian Hiong tertawa.
"Aku cuma bergurau dengan ayahmu'" .sahutnya.
"Sebenarnya, kenapa hari itu kau demikian kesusu? Sesudah
kau menunggang kuda, baru kau bicara denganku, aku lihat
romanmu gelisah aekali! Ingat kelakukanmu hari ini, sekarang
aku mau tertawa! Coba kau pikir mana dapat aku menolak
padamu, untuk mencegah kau pergi?"
Han Tam tertawa.
"Syukur kau berangkat bersama Tiat Hiantit, kalau tidak,
entah berapa besar kekuatiranku!" kata ayah ini.
Kemudian ia bicara dengan Ce In dan Mo lek, yang pada
memberi hormat padanya, habis itu, ia pegang tangannya Tiat
Siauw-cecu, untuk berkata, "Hiantit, kau sudah jadi begini
jangkung,! Sungguh kau pemuda yang gagah, yang membuat
orang gembira!"
Dilain pihak, orang tua itu masih memegangi tangan
gadisnya, hingga Mo Lek menjadi likat.
Melihat demikian, Ce In kata di dalam hati, "Harap saja
jodoh mereka terangkap dengan lurus dan menyenangkan,
jangan seperti jodohku dengan Leng Song yang banyak
penderitaannya..."

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Setelah bertemu dengan semua orang, Ce In mendapatkan


di bentengnya Thian Hiong berada pula beberapa orang baru,
seperti Touw Pek Eng dan Hu Leng, jago pengembara dari
Siamsay Selatan, yang semua menjadi sahabat karibnya,
hingga pertemuan itu sangat menggirangkan mereka.
Setelah orang bicara maka sekarang ternyata Han Tam turun
gunung, kesatu guna menjenguk sahabat dan kedua buat
mencari tenaga-tenaga baru untuk Kim Kee Nia.
Gunungnya Sin Thian Hiong terpisah dekat dari Liong Bin
Kok, jago tua she Han itu telah menduga Ong Pek Thong bakal
bergerak, jadi ia bersedia payung buat sahabatnya itu, supaya
sembarang waktu mau gerakannya pihak Ong dapat dilayani.
"Sekarang ini keadaan genting, kenapa kamu dapat
meninggalkan Kiu-goan?" tanya Thian Hiong heran pada kedua
tetamunya. "Kenapa Kwe Leng-kong dapat mengijinkan kamu
pergi?"
"Itulah berhubung dengan urusan yang hendak aku
bicarakan," sahut Ce In. "Mari kita bicara di dalam."
Sin Thian Hiong mempersilahkan kedua tetamunya masuk,
untuk duduk berkumpul di ruang Cie-gie-thia. Di sini Ce In
tuturkan rencananya Kwe Cu Gie untuk menghadapi
pemberontakan An Lok San, supaya Kim Kee Nia dapat
menghajar Liong Bin Kok.
"Aku setuju!" Thian Hiong memberikan persetujuannya. "Han
Lo-cianpwe kenal Liong Bin Kok baik sekali, buat menerjang
saja, tepatlah lo-cianpwe yang menjadi kunsu kami!"
Semua orang setuju. Memang tepat Han Tam menjadi
kunsu, ahli pemikir.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Karena ini, segera mereka berunding lebih jauh,


membicarakan rencana penyerbuan atas Liong Bin Kok. Harinya
ditetap tiga hari setelah itu.
0odwo0
Hee Leng Song telah diculik oleh Liong Kek, dia dikurung di
dalam sebuah kamar dimana ia mesti menungkuli diri. Ketika
itu hari ia diculik, ia lagi beristirahat, tiba-tiba kamarnya
dimasuki empat orang la terkejut dan heran.
Orang yang pertama ia kenali, ialah Ceng Ceng Jie. Orang
yang kedua bukan lain daripada Ong Liong Kek sendiri. Orang
yang ketiga ia tidak kenal. Dialah seorang tosu atau imam yang
romannya aneh, yang tubuhnya jangkung dan kurus. Yang
paling mengherankan ialah orang yang keempat. Dialah See-
gak Sin Liong Hong-hu Siong!
Yang sangat berkesan pada Leng Song ialah peristiwa
sedetik itu. Begitu Hong-hu Siong muncul, begitu ibunya
menjerit kaget, mukanya lantas menjadi pucat pasi. Ibunya
kaget seperti melihat hantu jahat atau binatang liar yang galak!
Ibu itu kaget, jeri dan gusar menjadi satu. Ibu itu menampak
jeri hingga ia seperti sangat mengharapi datangnya penolong...
Sudah dua puluh tahun Nona Hee berkumpul bersama
ibunya, belum pernah ia menyaksikan ibunya demikian kaget,
takut dan gusar dan putus asa. Ketika itu dengan sendirinya ia
lompat sambil menghunus pedangnya, menyerang pada Hong-
hu Siong.
Akan tetapi, belum ia berhasil menikam, hidungnya sudah
mendapat cium serupa bau harum yang aneh, lantas tenaganya
hilang sendirinya, tubuhnya menjadi lemah, kepalanya pusing,
matanya berkunang-kunang. Ia cuma merasa ingin
merebahkan diri dan tidur.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Didalam keadaan samar-samar itu, ia melihat Ong Liong Kek


mendekati padanya. Justeru itu, ia mendengar jeritan ibunya.
Ia masih dengar si ibu kata pada Hong-hu Siong, "Aku larang
kau bicara sekalipun pada anak Song!"
Menyusul itu terdengar bentrokan pelbagai senjata, golok
bentrok dengan pedang. Setelah itu, ia tak sadarkan diri.
Ketika kemudian ia mendusin, ia sudah berada di dalam
kamarnya ini. Mulanya ia kaget dan berkuatir, sesudah merasa
tubuhnya tak kurang suatu apa, baru hatinya menjadi sedikit
lega.
Hanya itu waktu, tetap ia kehilangan seluruh tenaganya, ia
rebah di atas pembaringan tanpa berdaya. Sudah beberapa hari
ia dikurung di dalam kamar itu, sudah beberapa kali juga Ong
Liong Kek muncul, saban-saban ia mendamprat pergi padanya.
Nona Hee sedang masgul dan mendongkol tempo kerai
disingkap dan Liong Kek bertindak masuk. Ia terkejut, ia
mendongkol, hingga ia mengertak gigi. Segera ia memutar
tubuhnya, membaliki belakang, untuk tak memperdulikan.
Tiba-tiba terdengar tertawanya pemuda she Ong itu.
"Kau sudah berada di sini beberapa hari, apakah
kemurkaanmu masih belum lenyap juga?" demikian tanyanya.
"Ya, semua ada salahku, tanpa ijin dahulu dari kau, aku telah
lancang membawa kau kemari. Tapi, baiklah kau mengerti, hal
ini aku lakukan sebab aku sangat menyukai kau. Maka itu,
sudah selayaknya saja kau memaafkan aku! Eh, apakah
dadamu masih terasa sesak? Tak apa! Buat sementara belum
dapat aku memberikan obat untuk menyembuhkannya. Tapi
sekarang aku membawakan kau Liong-yan-hio, yang asapnya
dapat menyadarkan otakmu. Asal kau dapat mencium hio ini,
kau tentu akan merasa enak sekali..."

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Leng Song berdiam. Tak usah lama, lantas hidungnya dapat


mencium asap, yang berbau harum. Benar sekali, hatinya
lantas terasa lega. Meski demikian, ia tetap tidak mau
menghiraukan pemuda itu.
"Nona Hee," terdengar Liong Kek berkata pula, "Apa pun kau
ingin aku lakukan, dapat aku lakukan, cukup asal kau suka
bicara denganku!"
Dalam gusarnya itu, si nona kata keras, "Jangan kau
mengangkat-angkat membaiki aku! Aku lebih suka kau
kuningkan batang leherku!" Liong Kek tertawa pula.
"Kenapa kau begini gusar terhadapku?" tanyanya. "Apakah
kau kira aku mengundang kau datang kemari untuk aku
membunuhmu? Tidak! Kau jangan kuatir! Meski aku mati tak
nanti aku tega melukai kau! Apa yang aku ucapkan padamu
keluar dari hatiku yang jujur!"
Mendadak si nona memutar tubuh.
"Bagus! Bagus kata-katamu ini!" katanya, keras. "Aku mau
tanya kau, kenapa kau tidak pertemukan aku dengan ibuku?"
Liong Kek memegang kipas, ia goyang-goyang itu.
"Ibumu tidak ada di sini," sahutnya halus. "Tapi, setelah kita
berdua menikah, pasti kau bakal dapat menemui ibumu..."
"Tidak tahu malu!" bentak si nona. "Dengan beginikah kau
hendak mengancam aku?"
"Nona Hee, dengan setulusnya aku meminang dirimu," kata
pula Liong Kek. "Aku minta kau jangan salah paham. Tentang
ibumu, jangan kau buat kuatir. Ibumu berada di satu tempat
lain, buat sementara, tidak ada niatnya datang ke lembah Liong
Bin Kok, ini, tetapi, begitu lekas kita berdua menikah, dia tentu

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

akan datang kemari guna menyaksikan puterinya menikah, dan


akan menemui baba mantunya!"
Leng Song gusar hingga mukanya menjadi merah dan
alisnya berdiri.
"Hm! Kau hendak memaksa kawin denganku!" katanya.
"Kalau begitu, kaulah si kodok buduk yang mimpi ingin gegares
daging angsa khayangan! Biarnya tubuhku hancur lebur, tidak
nanti aku menikah denganmu!"
Sedari tadi Liong Kek berdiri dengan romannya ramah tamah
dan sikapnya halus, ia berlaku sabar dan lunak, akan tetapi
sekarang, mendengar suara si nona, parasnya menjadi pucat
lalu guram. Ia menungkuli hati dengan menggoyang-goyang
kipasnya. Baru selang beberapa detik, ia mengasih dengar
suaranya yang dingin.
"Nona, apakah kau tidak mau berpikir sejenak?" tanyanya.
"Kalau benar seperti katamu akulah si kodok buduk yang ingin
makan daging angsa khayangan, pastilah sudah sedari siang-
siang daging telah masuk ke dalam mulutku! Kau harus ingat,
kau telah berada di dalam genggamanku, apa juga aku hendak
bikin atas dirimu, dapat aku lakukan! Tapi sebab aku
menghormati kau, karena aku menyinta padamu, karena aku
ingin kita menjadi pasangan suami isteri yang paling manis,
maka aku tidak mau berlaku keras memaksa kau! Nona, kau
ingatlah baik-baik, biar bagaimana kita pernah bersahabat, kita
pernah saling menyukai! Nona, kenapa sekarang kau begini
membenci aku?"
"Aku telah mempunyai tunanganku, kau bukannya tidak
tahu!" kata si nona sengit. "Kau tahu aku telah bertunangan
dengan Lam Ce In, toh kau culik aku dan membawa aku
kemari? Apakah dengan begitu bukannya kau menghina aku?
Jikalau kau mau bicara dari hal persahabatan, lekas kau

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

merdekakan aku, supaya aku boleh pergi dari sini! Dengan


berbuat demikian mungkin kau bakal membuat kurang sedikit
dari kebencianku!"
Liong Kek ingin merebut hati si nona, ia berpikir untuk
berlaku sabar, biar orang mencacinya, tak mau ia bergusar,
akan tetapi sekarang, ia mendengar disebutnya nama Lam Ce
In. Inilah lain. Tak dapat ia terus menerus menyabarkan diri.
Parasnya berubah menjadi merah sedang kipasnya ia banting
ke lantai!
"Didalam hal apa aku kalah dari si orang she Lam?" katanya
keras. "Dia cuma sebawahannya Kwe Cu Gie! Apa dia dapat
buat? Dia cuma menggunai golok atau pedangnya untuk
mendapatkan nama kosongnya dalam dunia Kang Ouw! Dia tak
mengenal keramahan tak tahu akan asmara! Apakah yang
berharga dari dia hingga kau demikian jatuh hati terhadapnya?
Laginya, aku mengenal kau lebih dahulu daripadanya! Kita
pernah bersahabat erat! Sekarang kau menggeser cintamu,
mana aku mau mengerti?"
Selagi orang bergusar dan menumpahkan itu, Leng Song
sebaliknya berdiam saja. Ia berlaku tenang sekali. Ia menjadi
ingat segala peristiwa yang telah lalu.
Pada tujuh tahun dulu, ketika pertama kali Leng Song
muncul dalam dunia Kang Ouw, pernah satu kali di tengah jalan
ia berpapasan dengan sepasukan tentara negeri. Opsir pasukan
itu melihat ia cantik, dia hendak mempermainkannya.
Disaat ia hendak menyerang opsir itu, di situ lewat seorang
muda, yang mencegah si opsir berlaku kurang ajar. Dengan
begitu ia ditolong dari keruwetan. Pemuda itu ialah Ong Liong
Kek.
Tatkala itu ia belum tahu tentang dirinya Ong Liong Kek, ia
menyangka dialah seorang pemuda gagah dari keluarga
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berkenamaan, diam-diam ia jatuh hati terhadapnya. Ia percaya


dia karena r5mannya yang ganteng dan gagah dan halus
gerak-geriknya. Semenjak itu, berdua mereka bersahabat,
sering keduanya berjalan bersama.
Ia belum berpengalaman, Liong Kek banyak memberi
petunjuk padanya. Kemudian Liong Kek membantu ia
menyingkirkan seorang opsir rakus dan dua okpa, jago yang
jahat. Maka ia semakin percaya si pemuda ialah pemuda
pengembaraan yang mulia hatinya. Hanya selama itu belum
mereka omong tentang cinta dan perihal pernikahan.
Kemudian mereka berpisah. Itulah sebab Liong Kek mesti
pulang, guna membantu ayahnya membangun usaha besar,
untuk mana, mereka bentrok dengan Keluarga Touw.
Sampai waktu itu, tetap ia belum ketahui hal diri si pemuda.
Lalu tiba saatnya Ong Liong Kek memegat Toan Kui Ciang di
Loan Cio Kong dimana dia kena dikalahkan Lam Ce In.
Mengetahui kejadian itu, ia mulai melihat siapa si pemuda.
Kemudian terjadilah penyerbuan, pada Liong Bin Kok, hingga
terbuka rahasia Keluarga Ong bersekutu dengan An Lok San,
kejadian itu membuat ia berduka dan putus asa.
Sekarang," di saat Liong Kek berlaku keras dan membangkit-
bangkit, Leng Song ingat semua peristiwa lama itu. Ketika si
anak muda masih saja mengudal rasa hatinya, ia menjadi tidak
puas. Ia mengangkat kepala dan kata tegas, "Kau benar! Sama
sekali kau tak dapat dibandingkan dengan Lam Ce In!"
Liong Kek melengak.
"Kenapa aku tak dapat dibandingkan dengannya?" dia tanya,
suaranya keras. "Akulah siauw-bengcu, ketua muda, dari Ikatan
Rimba Hijau! Aku lagi membangun usaha besar! Dia... dia
makhluk apa?"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Dialah seorang gagah yang hatinya mulia!" sahut si nona


berani. "Dia biasa membantu si lemah tak berdaya! Dia lagi
bekerja untuk negara dan rakyat! Kau sebaliknya! Kau
berkongkol dengan bangsa Tartar! Kau biasa mencelakai rakyat
jelata! Kau bukanlah makhluk yang baik! Mana dapat kau
dibandingkan dengannya?"
Liong Kek gusar sampai di puncaknya. Akan tetapi, setelah
matanya berputar, sekonyong-konyong dia tertawa bergelak.
"Kau benar-benar berpandangan cupat sebagai wanita!"
katanya "Apakah kau pernah membaca sejarah?"
"Aku cuma membandingkan kamu berdua!" kata si nona.
"Apakah hubungannya kamu dengan sejarah?"
Liong Kek menjemput kipasnya, ia menggoyang-goyangnya.
Dengan cara itu ia mencoba menekan hawa amarahnya.
"Bukankah kau memandang persekutuanku dengan bangsa
Tartar sebagai suatu dosa besar?" katanya kemudian,
sebisanya bicara dengan sabar. "Apakah kau tak tahu contoh
dari kaisar-kaisar dahulu yang meminjam bantuan bangsa asing
untuk merebut negara? Umpama kata kau belum pernah
membaca sejarah, kau t6h ketahui lelakonnya kerajaan kita
sekarang. Tempo Lie Yan ayah dan anak bersaing dengan
pelbagai raja muda memperebuti Tionggoan, dia pernah
menghamba kepada bangsa Turk, dia telah kirim Lauw Bun
Ceng utusannya kepada Khan dari Turki, menjanjikan akan
menyerahkan kepada Khan itu semua wanita, kemala dan cita
yang dia peroleh sebagai hasil kemenangan perangnya. Justeru
karena mendapat bantuan Turki itu, kemudian Lie Yan berhasil
menjadi Kaisar pertama dari Kerajaan Tong sekarang ini!.
Sekarang aku berserikat dengan An Lok San, itulah tak lebih tak
kurang karena pihakku menelad Lie Yan! Untuk sementara aku
meminta bantuannya, akan tetapi nanti, setelah aku berhasil,

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dapat aku membasmi dia, supaya aku sendirilah yang


mengangkangi Kerajaan Tong! Ha, ha! Itu waktu maka aku
akan jadi sama dengan Thay Cong Hongtee Lie Sie Bin, aku
menjadi satu raja yang membangun negara! Mana kau ketahui
cita-citaku yang besar dan luhur itu? Sekarang kau mencaci
aku, bukankah itu menyatakan pandanganmu yang cupat
seperti pandangan wanita biasa?"
Liong Kek pandai bicara, dia percaya dapat dia menakluki
Leng Song. Tapi diluar dugaannya, si nona menyambutnya
dengan tertawa dingin. Dia justeru dipandang semakin rendah.
"Oh, kalau begitu, maaf, maaf, aku kurang hormat
terhadapmu!" kata si nona, mengejek. "Jadinya kau mempunyai
cita-cita demikian besar dan luhur! Menyesal aku yang rendah
belum pernah membaca buku sejarah! Walaupun demikian, aku
toh ketahui satu hal! Siapa mencelakai rakyat jelata dialah si
jahat dengan sepuluh kedosaan tak berampun! Sedang seorang
yang memandang bangsat sebagai ayahnya dialah si
pengkhianat yang setiap orang dapat membunuhnya!"
Itulah tak disangka Liong Kek. Dia menyangka si nona akan
menjadi kagum dan takluk, tak tahunya, dia justeru dicaci
habis-habisan. Belum pernah dia dicaci sebagai ini, maka itu
mukanya menjadi merah padam, matanya menjadi merah.
Saking malu, dia menjadi gusar. Mendadak dia maju satu
tindak, dia tertawa sebagai hantu!
"Bagus, ya, bagus!" katanya sengit. "Jadinya aku di mata kau
ialah orang jahat dengan sepuluh dosa tak berampun! Kalau
begitu, buat apa aku bicara banyak lagi denganmu! Karenanya
aku cuma dapat menggunai caranya si orang jahat untuk
menghadapi kau! Ha, ha, ha! Nona Hee, ini yang dibilang arak
kehormatan ditampik, arak hukuman diterima!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lantas pemuda ini membungkuk, kedua tangannya


dipentung. Hendak dia merangkul nona manis yang tak berdaya
itu.
"Bagus!" berseru Leng Song, yang tak dapat berontak.
"Sungguh kau gagah perkasa! Hm, manusia rendah yang tak
tahu malu!"
Mendengar itu. Liong Kek malu dan mendongkol sekali, dia
mengawasi tajam. Ketika sinar matanya beradu dengan sinar
mata si nona, dia melihat nona itu memandang enteng
kepadanya. Sinar mata si nona tajam dan berpengaruh! Tanpa
merasa, hatinya bercekat, hingga timbul keragu-raguannya.
Karena itu, batal ia merangkul nona itu.
Untuk sejenak, pemuda ini mengertak gigi. Tak dapat dia
menyerah, tapi berat untuk dia meninggalkan si nona. Masih
dia berdiam ketika tiba-tiba dia mendengar satu tertawa dingin,
perlahan tapi tegas. Orang yang tertawa itu seperti berada di
sisinya!
Dia mengawasi Leng Song, dia mendapatkan nona itu rebah
di atas pembaringan dengan matanya lagi mengawasi padanya,
mulutnya tertutup rapat, bibir atau pipinya tak meninggalkan
bekas habis tertawa. Dia menjadi heran. Terang itulah bukan si
nona yang tertawa...
"Siapa itu di luar?" dia membentak.
Tidak ada jawaban. Ada juga jawaban yang berupa tertawa
dingin seperti barusan!
Kembali hati Liong Kek bercekat. Tanpa merasa, dia menjadi
jeri. Tak dapat dia berdiam lebih lama di dalam kamar itu. Mau
atau tidak, dia lompat meninggalkan si angsa khayangan. Dia
menyingkap tirai, untuk lompat keluar.
Leng Song bernapas lega.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Sungguh berbahaya..." katanya di dalam hati.


Ia pun bingung. Ia juga telah mendapat dengar dua kali
tertawa dingin itu. Ia tidak mengerti. Siapa itu yang mengasih
dengar tertawanya? Kenapa datangnya demikian tepat, di saat
ia terancam bahaya?
Dengan berlalunya Liong Kek, kamar menjadi sunyi. Dari
sebelah luar juga tidak terdengar apa-apa.
Adalah berselang sekian lama, di luar itu terdengar tindakan
kaki. Sendirinya, Leng Song terkejut pula, hingga hatinya
menjadi tidak tenang. Ia menduga kepada Ong Liong Kek, yang
balik kembali.
Selagi ia memasang mata ke arah tirai, Leng Song melihat
satu rubuh berkelebat masuk bagaikan bayangan, begitu lekas
ia sudah melihat tegas, ia menjadi heran.
Yang datang itu Ong Yan Ie, adiknya Liong Kek! Leng Song
membenci sangat Keluarga Ong, maka itu, terhadap Yan Ie ia
tidak berkesan manis. Ia mengawasi nona itu dengan sikapnya
sangat dingin, mulutnya tertutup rapat.
Yan Ie sebaliknya. Nona ini memperlihatkan wajah berseri-
seri. Tak nampak sedikit juga bahwa ia bermaksud buruk.
Hanya mendapatkan orang bersikap demikian tawar, ia agak
heran. Dengan bersenyum pula, ia bertindak menghampirkan.
"Ende Hee," ia menyapa, manis, "Kakakku berbuat kurang
ajar terhadap kau, tidak heran jikalau kau menjadi gusar, maka
itu sekarang aku datang untuk menghaturkan maaf kepadamu!"
Leng Song heran akan tetapi ia tertawa dingin. "Baru saja
aku mencaci habis kakakmu itu, yang ngeloyor pergi seperti
anjing menggoyang ekor!" katanya. "Sekarang kau datang ke
mari, apalagi kau hendak pertunjuki? Hm! Kamu dua saudara,

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang satu berbuat buruk, yang lain bersikap manis! Dapatkah


kamu menipu aku?"
"Encie, aku minta encie jangan mencurigai aku," berkata Yan
Ie. Ia merasa tidak enak hati akan tetapi ia menyabarkan diri.
Ia dapat mengerti kemurkaan si nona.
"Dengan setulusnya hati aku datang menghaturkan maaf
kepada encie. Bahkan aku juga memikir untuk menebus dosa
kakakku itu..."
"Hm!" bersuara Nona Hee sengit. "Kau hendak menebus
dosa kakakmu itu? Bagaimanakah caranya? Hm! Aku kenal kau!
Telah aku mendengar kaulah si hantu wanita cilik yang biasa
membunuh orang tanpa mata berkedip! Baik kau keluarkan
kepandaianmu yang dahulu kau pertunjuki sewaktu kau
membunuh lima saudara Touw! Kau'bunuhlah aku! Dengan
membunuh aku sekarang, tak usahlah selanjutnya aku
menderita dari kamu, supaya tak usahlah aku menyaksikan lagi
lagak kamu bangsa menjemukan!"
Parasnya Yan Ie berubah menjadi pucat. Hebat cacian itu.
Tapi ia bukannya gusar, sebaliknya air matanya meleleh turun.
Ia lantas tunduk, ia berkata perlahan, "Ketika dulu hari itu aku
membunuh kelima paman Touw itu, aku melakukan itu karena
kehendak ayahku. Kalau aku ingat itu, sekarang pun aku
merasa sangat menyesal. Akan tetapi bicara sebenarnya,
kelima paman itu pantas menerima kematiannya, cuma tidak
selayaknya aku yang membunuh mereka. Encie, mengenai
urusan itu, tak dapatkah kau memaafkan aku?"
Sebenarnya juga, mengenai kelima saudara Touw itu, Leng
Song sendiri tidak mempunyai kesan terlalu baik, kalau ia toh
menyebut-nyebut mereka, itu melainkan sebagai bukti akan
ketelengasannya nona she Ong ini. Sekarang, mendengar si

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

nona, ia menjadi heran. Ia melihat orauj; bersikap bersungguh-


sungguh.
"Sudahlah!" katanya, "Tak usahlah kau menjadi si kucing
yang berpura murah hati terhadap si tikus tua! Kau telah
membunuh mereka itu, terserah kepada kau sendiri, kau mau
menyesal atau bergirang! Urusanmu itu tidak ada sangkut
pautnya dengan aku! Sekarang lekas kau omong tenis terang!
Kakakmu memerintahkan kau datang ke mari, apa maksudnya?
Kau... kau hendak berbuat apakah? Hendak aku menyatakan
singkat kepadamu, aku tidak dapat menerima apa juga! Sia-sia
kau mengancam aku dengan golok atau pedang atau racun
atau kata-kata manis seperti madu!"
"Akulah adik kakakku itu, tak heran kau tidak dapat lantas
percaya aku," berkata Nona Ong. "Tapi hendak kau
menjelaskan kepada kau bahwa aku datang ke mari bukan
karena titah kakakku. Aku datang alas kehendakku sendiri.
Encie tanya aku - aku hendak berbuat apakah? Datangku ini
ialah untuk membantu encie menyingkir dari sini. Nah, encie,
apakah sekarang kau percaya aku?"
Nona Hee melengak. Inilah aneh.
"Kau hendak menolongi aku menyingkirkan dari sini?" ia
tanya "Ah! Apakah kebaikannya itu untukmu? Denganmu tak
dapat aku bersahabat!"
"Jadinya encie ingin ketahui apakah kebaikannya bagiku
dengan menolongi encie menyingkir dari sini?" Nona Ong
menegaskan, "baiklah, nanti aku beritahu! Aku tahu encielah
tunangan dari Lam Tayhiap, maka itu hendak aku mohon
pertolongan kau! Encie, apabila nanti kau telah bertemu dan
berkumpul dengan Lam Tayhiap, tolong kau menyampaikan
sepalah dua patah kata-kataku terhadapnya..."

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Ah, inilah lebih aneh pula!" kata Leng Song, heran sekali.
"Apakah yang kau inginkan aku menyampaikan kepadanya?"
Mukanya Yan Ie menjadi merah. Biar bagaimana, dia jengah.
"Aku cuma mohon kau menjelaskan kepada Lam Tayhiap
tentang segala sesuatu urusan di sini," katanya terpaksa. "Aku
ingin biarlah Lam Tayhiap mendapat tahu bahwa aku bukanlah
si orang jahat yang tak dapat tertolong lagi. Cukup dia
mengetahui ini!"
Biarnya Leng Song cerdas, ia toh bingung. Aneh Nona Ong
ini!
"Kenapakah dia hendak mendapatkan kesan baik dari Engko
Lam?" tanyanya di dalam hati. "Kenapa dia nampak masgul
begini rupa?"
Coba Leng Song tidak sangat percaya Ce In dan ketahui baik
di antara Ce In dan Yan Ie tidak pernah ada hubungan sesuatu,
mungkinlah ia bercuriga dan bercemburu atau menduga
sesuatu.
Tengah Nona Hee ini berdiam dalam keragu-raguannya itu,
Yan Ie mengeluarkan dari sakunya sebuah botol kecil terbuat
dari perak, yang isinya ialah barang cair berwarna dadu. Sambil
mengangsurkan itu, dia kata, "Encie Hee, kau telah kena
makan obat bius Cui Bie Hio yang membuat orang lemas
selama seribu hari. Inilah obat untuk memunahkan itu. Obat ini
aku telah curi dari kakakku."
Leng Song mengawasi. Ia sangat bersangsi.
"Kau telah mencuri obat untukku?" katanya. "Apakah dengan
begitu kau tak takut nanti digusari ayah atau kakakmu itu?"
"Mengenai itu, tak usah encie memperdulikan aku," sahut
Yan Ie. "Sekarang ini lekas encie makan ini obat, lalu lekas-

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lekas kau pergi menyingkir. Kalau kau menanti sampai kakakku


mendapat tahu bahwa aku telah mencuri obatnya, pasti sudah
tak nanti kau dapat berlalu dari sini!"
Melihat sikap orang demikian mendesak, Leng Song justeru
menjadi bercuriga.
"Dengan perbuatanmu ini, kau jadinya membuat dirimu
bakal bentrok dengan saudaramu cuma sebab urusan seorang
yang tiada sangkut pautnya denganmu!" katanya tawar. "Kau
telah menentang, memusuhkan kakakmu itu! Hm! Tidak
kusangka bahwa kau begini baik hati! sKiranya si harimau tua
juga dapat bermurah hati!"
Yan Ie nampak bingung sekali, ia menjadi bergelisah.
"Bagaimana kau kehendaki supaya kau dapat mempercayai
aku?" dia tanya. "Ah, kau tidak tahu aku! Aku..."
Dengan mata dibuka lebar, Leng Song memandang nona di
depannya itu.
"Kau... kau mau apa sebenarnya...?"
Justeru itu dari luar kamar terdengar suara memanggil,
"Nona! Nona!"
Suara itu sangat mendesak. Itulah suaranya seorang budak
dari Yan Ie. Rupanya telah terjadi sesuatu yang penting.
Nona Ong terkejut. Tapi ia masih sadar. Maka ia letaki
botolnya itu di sisi Leng Song.
"Kau tidak percaya aku, terserah kepada kau!" katanya,
cepat. "Kau mau makan obat ini atau tidak, juga terserah
padamu! Bukankah kau hendak mencari kematianmu? Baik, kau
anggaplah obat ini sebagai racun!"
Habis berkata begitu, nona ini lantas pergi keluar dengan
cepat.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Leng Song bengong mengawasi orang berlalu, lalu ia


mengawasi ke arah obat. Ia heran untuk tingkahnya Yan Ie itu,
yang sangat kesusu atau gelisah, yang romannya mendongkol
tetapi pun masgul. Sungguh sulit untuk menerka hati orang,
apapula hati seorang nona...
"Ah, dia benar!" kemudian nona itu kata di dalam hatinya.
"Taruh kata benar obat ini sebetulnya racun, untukku toh tetap
tinggal satu kematian! Dengan meminum obat ini tidak nanti
aku bakal lebih menderita daripada penderitaanku sekarang
ini!"
Tak dapat Leng Song berbangkit. Syukur kedua tangannya
masih dapat digeraki walaupun dengan sangat perlahan. Ia
mencoba menggeraki juga tubuhnya, ia mengulur kedua
tangannya. Dengan banyak susah bisa ia memegang peles obat
itu, untuk terus dibuka tutupnya.
Segera ia mendapat cium bau yang harum yang
menyegarkan. Hanya beragu-ragu sedetik, segera ia cegluk isi
peles perak itu.
Yan Ie di lain pihak sudah lantas menemukan budaknya yang
memanggilnya.
"Apakah kau bertemu dengan kakakku?" dia tanya. Itulah
pertanyaannya nanti kepergok kakak itu.
"Siauw-cecu sudah pergi ke ruang depan!" menyahut si
budak. "Katanya ada tetamu datang..."
Yan Ie tahu yang selama beberapa hari ini telah datang
orang-orang Rimba Hijau, toh hatinya tak tenang.
"Habis kenapa kau begini bergelisah?" dia tanya.
"Yo Congkoan telah menyampaikan titah kepada lo-cecu,"
sahut budak itu, menerangkan, "Supaya lo-cecu pun

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menitahkan nona keluar untuk menemui tetamu itu! Yo


Congkoan pernah mencari sendiri pada nona!"
Yan Ie heran sekali.
"Tetamu siapa itu yang agaknya seorang tetamu besar?" ia
menerka-nerka. "Kenapa ayah sampai mencari aku? Bukankah
kakak sudah ada di depan? Kenapa aku dicari juga?"
Lantas ia kata, "Baik, akan aku pergi keluar! Tapi ingat, kau
jangan beritahukan siapa juga bahwa aku telah datang ke
mari!"
Budak itu mengangguk.
-oo0dw0oo-

Jilid 17
Lantas si nona bertindak cepat. Tiba di depan, ia berhenti di
belakang pintu angin. Segera juga ia menjadi tercengang.
Tetamu yang datang terdiri dari dua orang. Merekalah
orang-orang yang si nona kenal. Hanya mereka orang-orang
yang kedatangannya tidak disangka-sangka. Merekalah Toan
Kui Ciang serta isteri!
Toan Kui Ciang menjadi menantu Keluarga Touw, ketika
pihak Ong menghancurkan benteng Hui Houw Ce di gunung
Hui Houw San, hingga lima saudara Touw itu menemui ajalnya
secara hebat, pihak Ong telah menerka bahwa nanti satu waktu
dia bakal datang mencari balas.
Hanya setelah berselang tujuh tahun, Ong Pek Thong dan
keluarganya mau percaya dia tak bakal datang. Siapa tahu,
sekarang dia muncul di waktu malam!

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Baru sekarang Yan Ie mengerti. Kata dia di dalam hati,


"Pantas ayah menyuruh aku keluar! Kiranya merekalah si
tetamu! Ini sulit! Kalau sampai terjadi bentrokan, bagaimana
dengan aku?"
Toan Kui Ciang mempunyai hubungan sangat erat dengan
Tiat Mo Lek. Inilah Yan Ie ketahui baik sekali. Kalau sekarang
Kui Ciang datang untuk menuntut balas, sukar untuknya tidak
menghadapi tetamu itu. Inilah sulitnya. Maka ia lantas berdiam
saja di belakang pintu angin itu, matanya mengawasi,
telinganya mendengari.
Selama itu terlihat sikap tawar dari Ong Pek Thong.
"Aku numpang bertanya, Toan Tayhiap," kata tuan rumah
itu, "Sekarang ini tayhiap berdua datang ke mari, adalah ini
disebabkan tayhiap mampir karena kebetulan lewat di sini atau
dengan maksud sengaja?"
"Tanpa urusan tidak nanti aku datang menjenguk," Kui-
Ciang menjawab. "Dengan sebenarnya kami datang karena
satu maksud. Kami mempunyai urusan."
Ong Pek Thong tertawa dingin.
"Kalau seorang Kuncu berkata-kata, itulah seumpama
dicambuknya seekor kuda yang larinya pesat!" kata dia.
"Tayhiap, sekarang ingin aku tanya kau, apakah tayhiap masih
ingat akan kata-katamu yang dikeluarkan dahulu hari di atas
gunung Hui Houw San?"
"Apakah yang itu waktu aku katakan?" Kui Ciang tanya.
"Dahulu hari itu di atas gunung Hui Houw San aku tengah
berbicara dengan Touw Lo-toa," menyahut Ong Pek Thong.
"Ketika itu kau, Toan Tayhiap, sebagai orang bukan orang
Rimba Hijau, kau telah mengatakan bahwa kau tidak mau
campur tahu urusan kedua keluarga Ong dan Touw. Kemudian
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kau berdua isterimu telah mengadu silat dengan Khong Khong


Jie dengan membuat perjanjian. Hal itu telah diketahui dan
diterima baik oleh isterimu juga. Janji itu ialah, siapa menang
dan siapa kalah, urusan ialah urusan kamu dengan Khong
Khong Jie seorang, kamu tidak bakal memusuhkan Keluarga
Ong. Bukankah demikian kata-katamu sewaktu itu?"
Kui Ciang bersikap keren.
"Ong Cecu," ia kata, tawar, "Mengapa tanpa menanya tegas
lagi kau lantas menyangka kami datang ke mari guna menuntut
balas untuk Keluarga Touw itu? Mustahilkah kecuali urusan itu
aku Toan Kui Ciang tidak dapat datang kemari?"
Pek Thong tercengang. Tapi dialah seorang yang
berpengalaman dan licik. Hanya sejenak, lantas dia tertawa
terbahak.
"Maaf!" katanya. "Kalau begitu teranglah aku si orang tua
keliru mengerti! Aku bersyukur yang tayhiap sudi menganggap
aku si orang tua sebagai sahabat, sehingga kau sudi datang
menjenguk aku! Sungguh, bagaimana aku beruntung! Anak
Liong, lekas menyuguhkan teh!"
"Tahan dulu!" berkata Kui Ciang, tawar. "Teh tak diminum
tak apa, itulah urusan tak berarti! Ong Cecu, kembali kau
keliru!"
Pek Thong melengak pula.
"Bagaimana, eh?" tanyanya.
"Malam ini kami berdua datang ke mari, kesatu bukan untuk
menuntut balas, kedua bukan untuk mengunjungi sahabat!
Mana berharga aku untuk menjadi sahabat dari cecu!"
Tuan rumah mengawasi.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Jikalau begitu, untuk urusan apakah Toan Tayhiap datang


ke mari?" dia menanya.
Toan Kui Ciang melirik tajam kepada Ong Liong Kek.
"Aku mempunyai seorang sahabat kekal yang mempunyai
anak perempuan," ia menjawab. "Aku datang untuk anak
perempuan itu! Anak itu telah diculik oleh siauw-cecu kamu,
dibawa ke sini! Sekarang aku minta supaya anak itu
dimerdekakan!"
Liong Kek melengak, tetapi segera dia membuka mulutnya,
"Ngaco belo! Kapannya aku menculik seorang anak
perempuan?"
Parasnya Kui Ciang merah padam, tangannya meraba
gagang pedangnya. y
"Anak Liong!" Pek Thong membentak puteranya. "Di depan
Toan Tayhiap tak dapat kau berlaku kurang ajar!"
Kemudian lantas ia menoleh kepada tetamunya, untuk
meneruskan sambil tertawa manis, "Anakku ini selalu berada di
sampingku. Taruh kata benar satu waktu dia berlalu dari
sampingku, tidak nanti dia sampai menculik anak perempuan
orang! Itulah perbuatan yang merusak martabat! Toan Tayhiap,
mungkin tayhiap telah keliru mendengar kata-kata orang..."
Pek Thong berkata demikian dengan hatinya berpikir keras.
Jadi orang datang untuk Hee Leng Song. Ia bingung juga.
Sebisanya ingin ia menyangkal. Paling dulu ia ingin supaya Kui
Ciang tak tahu jelas akan tuduhannya itu...
Alis sang tetamu bangun berdiri.
"Aku Toan Kui Ciang, jikalau aku tidak tahu pasti, tidak nanti
aku berani datang ke lembah Liong Bin Kok ini!" katanya
nyaring. "Nona itu bernama Hee Leng Song! Sekarang kau

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

boleh tanya anak mustikamu ini, benar atau tidak dia kenal
Nona Hee itu?"
"Tidak salah!" Liong Kek berkata cepat. "Aku memang kenal
Nona Hee itu! Dia juga sahabatku! Kau mempunyai bukti apa
berani menuduh aku menculiknya?"
"Memang benar!" Pek Thong membenarkan anaknya itu. Ia
tidak menjadi gusar yang si anak mendahului ia menjawab.
"Memang merek.» berdua bersahabat satu dengan lain!
Seorang yang tidak dikenal barulah dapat diculik, tetapi
seorang sahabat, bagaimana dapat dia dibawa lari? Sahabat
seharusnya diundang!"
Kui Ciang tertawa dingin.
"Tanpa penjelasan kamu tentu masih hendak menyangkal!"
katanya. "Pada tanggal dua puluh tujuh bulan yang lalu kamu
menculik si nona dan ibunya dari dusun See Kong Cun di
gunung Giok Liong San! 1 alu pada tanggal empat bulan ini,
Nona Hee sendirian telah dibawa ke lembah Liong Bin Kok ini!
Ketika itu si nona sudah terkena obat bius yang membuatnya
tak berdaya sama sekali! Anakmu itu, dengan menggunai
sebuah joli kecil telah membawa nona itu. Jalan yang diambil
ialah pintu samping di ujung kanan kebun bunga kamu! Benar
atau tidak?"
Pek Thong dan puteranya kaget sekali. Kui Ciang bicara
aaperti dia menyaksikan dengan matanya sendiri kejadian itu.
Dalam sekelebatan saja timbul pertanyaan di dalam hatinya
masing-masing, "Apakah ada mata-mata musuh yang
mengeram di dalam Liong Bin Kok?"
Kui Ciang cuma berhenti sebentar, ia melanjuti pula, kala
kalanya tetap nyaring, "Ayahnya Nona Hee itu menajdi saudara
angkatku! Si nona juga menjadi tunangan sahabat karibku Lam

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ce In! Maka itu urusannya si nona tidak dapat aku tidak


campur tahu!"
Ong Pek Thong masih mau menyangkal, masih dia hendak
memohon bukti, akan tetapi Ong Liong Kek yang berani telah
habis sabar.
"Toan Kui Ciang kau ngaco belo!" dia berseru. "Nona Hee itu
ialah tunanganku! Ada sangkutan apakah aku dengan si orang
she Lam? Tidak salah! Memang sekarang si nona berada di
dalam lembah kami ini, malah segera kami bakal merayakan
pernikahan kami! Kau baiklah berlaku sedikit sungkan, mungkin
aku nanti mengundang kau minum arak kegirangan! Jikalau
kau masih tetap ngoceh tidak keruan, awas, nanti aku
lemparkan kau pergi!"
"Bagus betul!" kata Kui Ciang dingin. "Menurut kata kau ini,
jadinya Nona Hee sendiri yang sudi menikah denganmu,
bukan?"
"Pasti!" sahut Liong Kek dengan temberang. Sudah terlanjur,
dia membelar. "Dia toh bukan gadismu? Kalau dia suka
menikah denganku, hak apa kau punya untuk mencegahnya?"
Touw Sian Nio yang semenjak tadi diam saja menjadi gusar
sekali.
"Angin busuk!" bentaknya. "Mana mungkin Nona Hee sudi
menikahi kau bangsat cilik tidak keruan?"
"Jangan kau menyangkal!" Kui Ciang pun membentak. "Nona
Hee berada di sini, lekas undang dia keluar, kita nanti tanya
dia, segala apa lantas menjadi terang!"
"Kurang ajar!" Liong Kek membentak. "Mana dapat
tunanganku sembarang menemui kamu?"
Sian Nio habis sabar.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Engko!" kata ia pada suaminya, "Nona Hee benar berada di


sini, bukti sudah ada, buat apa melayani dia mengoceh? Buat
apa kita mengadu bicara dengan segala bangsat? Dia tidak mau
mengasih ijin Nona Hee menemui kita, mustahil kita tidak dapat
masuk ke dalam untuk menggeledah?"
Ong Pek Thong melihat suasana buruk itu.
"Akulah ketua Ikatan Rimba Persilatan, aku minta kamu
memberi muka padaku!" kata dia nyaring.
Dia habis daya, sengaja dia menyebut-nyebut diri sebagai
ketua Ikatan Rimba Persilatan - Lok Lim Beng-cu. Tapi justeru
dia menyebut itu, justeru dia menyebabkan Nyonya Kui Ciang
naik darah. Nyonya ini menjadi ingat sakit hati kelima
saudaranya yang terbinasa di tangan Keluarga Ong ini. Maka ia
bagaikan api ditambah minyak.
"Peduli apa kau ketua ikatan atau bukan?" ia berseru. "Kau
main gila, hendak aku membuat perhitungan denganmu!"
Ong Pek Thong mengulapkan tangannya. "Baiklah!" dia
berseru.
"Baik, lawan padanya! Terang-terang mereka ini
menimbulkan urusan yang tidak-tidak! Terang mereka datang
untuk pembala'.,in keluarga Touw!"
"Ser!" demikian suara angin menyamber. I'iba-tiba sebuah
senjata rahasia yang merupakan buah berduri menyamber ke
arah Sian Nio.
Itulah serangannya seorang sebawahannya Ong Pek Thong.
Dia memang pandai menggunai senjata rahasia yang
dipakaikan racun. Dia tahu Nyonya Toan pandai menggunakan
kim-tan, peluru emas, maka dia mendahului turun tangan.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sian Nio dengar suaranya senjata rahasia itu,ia tertawa


dingin. "Makhluk apa berani main gila di depanku?" katanya.
"Baiklah aku lebih dulu bikin buta matamu!"
Kata-kata itu telah segera dibuktikan. Panah bekerja dan
bersuara, peluru melesat! Lantas di sana terdengar jeritan
hebat, muka si pembokong lantas saja mandi darah. Sebab
dua-dua matanya telah kena dihajar.
Di lain pihak terdengar pula jeritan dari seorang tauwbak
yang roboh terguling! Hanya dia roboh terhajar senjata rahasia
kawannya, sebab senjata rahasia itu kena disampok si nyonya
dan nyasar kepadanya.
Celaka tauwbak itu. Dia menjadi kurbannya racun. Selain dia
terluka dan binasa, di dalam tempo yang cepat, darah keluar
dari mulut, hidung, mata dan telinganya.
Touw Sian Nio tidak berhenti sampai disitu. Lagi tiga kali ia
menarik panahnya yang seperti jepretan itu. Kali ini ia
menyerang Ong Pek Thong pada tiga arah - atas, tengah dan
bawah.
Ong Pek Thong berkelit ke samping, sedang Ong Liong Kek,
puteranya, menolongi menangkis dengan kipasnya.
Beng-cu itu - ketua Ikatan Rimba Hijau - berkelit terlalu
cepat. Peluru yang ketiga menyusul ke kepalanya, justeru di
saat ia mengangkat kepala habis berkelit itu. Tepat, jidatnya
kena terhajar, hingga jidatnya itu mengucurkan darah.
"Kurang ajar!" dia mendamprat saking gusar. "Aku telah
memberi muka kepada kamu, kamu justeru main gila! Kalau
hari ini aku membuat kamu dapat keluar dari pintuku, Ong Pek
Thong tidak ada punya muka untuk hidup lebih lama pula
dalam Rimba Hijau!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Beng-cu, jangan gusar!" berkata seorang pendeta gemuk''


di belakang ketua itu. "Nanti aku bereskan ini perempuan
galak!"
Berkata begitu, si pendeta berlompat maju sambil memutar
Sian-thung, tongkatnya, yang panjang seperti toya. Begitu ia
datang dekat Nyonya Toan, lantas ia menghajar. Hebat sekali
tongkat itu turun dari atas ke bawah.
Sian Nio juga gusar, tapi dia berkelit sambil lompat mundur.
"Baiklah, biarlah kepala gundulmu juga merasai
peluru!" bentaknya. Dan ia mengguna pula panahnya. Si
pendeta tertawa berkakak.
"Segala mutiara sebesar beras pun mau bercahaya terang!"
ejeknya. "Pelurumu mana dapat mengenai aku si orang suci!"
Benar perkataan pendeta itu. Berulang-ulang terdengar
suara beradu atau benturan, dari peluru-peluru melawan
tongkat. Semua peluru itu jatuh hancur. Tongkat diputar begitu
rupa hingga tubuh si pendeta terlindung rapat sekali.
Toan Kui Ciang menyaksikan itu, ia mengerti si pendeta
sangat tangguh, tak dapat dia dilawan keras. Tentu sekali tak
suka ia melihat isterinya terancam bahaya. Maka sambil
berlompat maju, ia berseru, "Lepas tanganmu!"
Pendeta itu bernama A Seng Lu. Dialah orang sesuku bangsa
dengan An Lok San - orang suku Ouw. Oleh An Lok San, dia
diundang bekerja sama, dia diberi kedudukan sebagai "Tay
Hoatsu," atau guru besar. Dia mendapat kepercayaan. Maka
itu, setelah An Lok San berserikat dengan Ong Pek Thong, dia
dikirim kepada ketua Ikatan Rimba Hijau itu, namanya sebagai
pembantu, sebenarnya menjadi pengawas diam-diam. Biar
bagaimana juga, An Lok San tidak dapat mempercayai habis
pada Pek Thong, ingin ia mengawasinya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ong Pek Thong bangsa licik, ia tahu hatinya An Lok San itu,
ia sengaja berlagak pilon, bahkan sebaliknya, ia perlakukan- si
guru besar dengan baik sekali, guna mengambil hati orang.
A Seng Lu melihat Pek Thong seperti jeri terhadap Kui Ciang,
dia menjadi tidak senang, karenanya dia lantas maju, guna
memberikan bantuannya. Dia juga tidak melihat mata pada
Sian Nio dan Kui Ciang, hingga dia percaya tongkatnya bakal
menghajar roboh suami isteri itu.
Siapa tahu, begitu dia melayani si orang she Toan, hatinya
menjadi bercekat. Nyatanya lawan ini tangguh sekali.
Toan Kui Ciang tidak mau pedang melawan tongkat, ia
berkelahi dengan menggunai tipu silat huruf "Gie" atau
"Terlepas". Maka pedangnya senantiasa berkelebatan gesit,
menyingkir dari setiap gempuran toya. Maka sia-sia saja segala
percobaan keras dari si pendeta, yang sendirinya menjadi
seperti terkurung pedang.
Kui Ciang melayani sampai sekian lama, lalu mendadak dia
berseru, "Lepas tangan!"
Dengan pedangnya ia memapas di sepanjang tongkat, yang
dipakai menyodok kepadanya, sedang rubuhnya berkelit ke
samping.
Bukan main kagetnya si orang Ouw. Tak sempat dia berkelit,
kalau dia tidak melepaskan cekatannya pada toyanya. Mesti
habis terpapa s janji jeriji tangannya yang di sebelah depan itu.
Tapi dia cerdik, di saat sangat terancam itu, dia melepaskan
senjatanya setelah dia menyodorkan itu ke depan, tubuhnya
sendiri dibuang ke samping, untuk bergulingan di lantai Maka
itu, bebaslah dia dari bahaya.
Sekarang ini Liong Kek telah memperoleh kemajuan,
dibanding dengan Kui Ciang atau Ce In, ia melainkan kalah

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

seurat, dengan begitu tak usahlah ia mesti kalah begitu cepat


seperti si pendeta yang terkubur itu
A Seng Lu merayap bangun dan basah dengan keringat
dingin Dia kaget sekali. Tapi dia lantas maju pula. Dia
penasaran sekali. Hanya kali ini dia tidak berani lagi terlalu
sembrono. Dengan senjatanya yang panjang dapat dia
berkelahi dengan memisahkan diri jauh dari Kui Ciang.
Kali ini sulit juga buat si tetamu. Tak lagi ia dapat menggunai
tipu silat seperti tadi. Ia sekarang kena dikepung berdua.
Dua pembantu lainnya dari Pek Thong lompat maju Mcicka
meluruk terhadap Sian Nio. Mereka bukan sembarang orang,
sebab semuanya orang-orang kenamaan dari Rimba Hijau.
Yang satu bernama Touw Liong, yang lain Touw Swie. Yang
belakangan pandai silat "Siauw-kim-na," ilmu menangkap
tangan lawan untuk dipatahkan atau sedikitnya salah urat.
Touw Liong bersenjatakan pl goat siang-lun, sepasang roda
matahari rembulan.
Touw Sian Nio melawan kedua musuhnya itu. la dapat
mengimbanginya.
Isterinya Toan Kui Ciang ini, seperti sudah diketahui,
mempunyai tiga macam kepandaian. Pertama-tama ialah
pelurunya itu, atau sin-tan. Yang kedua "Kim Kiong Sip-pat Ta,"
ialah busurnya sendiri, yang dapat digunai sebagai senjata. Dan
yang ketiga, "Yu-sin Pat-kwa-to," yaitu ilmu golok Pat-kwa-to
Ong Pek Thong menyaksikan pertempuran ganjil itu, ia
masih belum puas, bahkan ia menjadi bertambah penasaran
karena pihaknya tak juga memperoleh kemenangan.
Dengan satu seruan, ia menitahkan empat tauwbak besar
maju untuk membantu, guna mengepung kepada dua musuh

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

itu. Diantaranya ialah dia menyuruh pula orang lekas-lekas


memanggil datang anak perempuannya.
Ong Yan Ie terus mengintai. Sampai itu waktu, tak dapat ia
berdiam terus di belakang pintu angin itu. Sulit atau tidak, ia
mesti maju. Jelek kalau perbuatannya itu diketahui ayahnya.
Begitu ia muncul, ayahnya lantas berkata nyaring, "Anak
Yan, kenapa baru sekarang kau datang? Kau lihat, kita kaum
Keluarga Ong telah diperhina orang!"
"Jangan bergelisah, ayah!" berkata si puteri, yang tak
menghiraukan teguran. "Dua orang ini tentu tidak akan dapat
lolos dari sini! Cukup dengan mengasih datang barisan gaetan,
mereka pasti bakal kena diringkus!"
Memang Nona Ong ini mempunyai satu pasukan wanita yang
diajari ilmu menggunai gaetan. Itulah barisan yang dulu hari
membuat Mo Lek mudah tertangkap. Hanya, dengan berkata
begitu, sekarang ini si nona menggunai akal memperlambat
waktu. Sebabnya ialah ia tak sudi menempur Kui Ciang depan
berdepan.
Ong Pek Thong mengangguk.
"Baik," katanya. "Tak usah pergi sendiri memanggil
barisanmu itu, nanti aku perintah orang!"
Yan Ie tidak berani memaksa. Terpaksa ia menghampirkan
ayahnya, guna berdiri di sisinya, untuk menonton pertempuran
dahsyat itu.
Lama-lama Kui Ciang menjadi sengit. Mendadak dia berseru
keras sekali. Tubuhnya bergerak disusul pedangnya, yang
memperlihatkan sinar berkilau, menerjang kepada Ong Liong
Kek.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Si anak muda tidak berani menangkis, ia berkelit dengan


gesit. Si pendeta jeri. Dia tidak - berani maju hanya memutar
tongkatnya guna menjaga diri.
Dua tauwbak yang membantu Liong Kek tidak waspada dan
gesit seperti cecu yang muda itu, mereka menjadi korban-
korban serangannya Kui Ciang itu. Yang satu kena ditusuk
patah tulang iganya, yang lain terbabat kutung dua jeriji
tangannya.
Kui Ciang menerobos keluar dari kepungan, hingga dapat ia
menghampirkan isterinya.
Sian Nio terdesak dikepung dua saudara Touw serta dua
tauwbak pembantu mereka itu, dengan datang suaminya,
kedudukan menjadi baik kembali.
Ong Pek Thong habis sabar, ia pun bergelisah. "Tak dapat
kita menantikan barisan penggaet!" ia berseru. "Anak Yan,
pergi kau bantu kakakmu!"
Kembali Yan Ie menjadi terpaksa. Mau atau tidak, ia maju
sambil memutar pedangnya.
Justeru itu terdengar satu seruan, "Nona Hee, lihat!
Bukankah itu Toan Tayhiap? Bukankah aku si pengemis tua
bangka tidak memperdaya kau?"
Ong Liong Kek adalah orang yang paling dulu terkejut, la
kaget berbareng heran. Segera juga ia melihat yang berseru itu
We Wat si pengemis dan Hee Leng Song, nona yang ia sangka
tengah rebah lak berdaya di dalam kamar!
Bukanlah secara kebetulan datangnya pengemis itu. Ketika
itu han dia berpisah dari Lam Ce In, dia lantas pulang untuk
menanya muridnya yang menjadi pembawa suratnya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Si murid memberi kepastian kepadanya bahwa surat itu


diberikan kepada Hong-hu Siong sendiri serta ketika itu di
antara mereka tidak ada orang yang ketiga. Jadi di sana tidak
ada Khong Khong Jie.
Ia menjadi tidak mengerti sekali, sia-sia saja ia menerka-
nerka Maka akhirnya ia berangkat ke Kiu-goan, untuk
memenuhkan janjinya dengan Ce In. Hanya sebelum ia tiba di
Kiu-goan, Ce In sudah berangkat terlebih dahulu.
Orang she Lam itu berangkat dengan suatu tugas rahasia. Di
dalam kantor Thaysiu, kecuali Kwe Cu Gie, tidak ada lain orang
yang mengetahui tugas itu tugas apa.
We Wat berpikir keras karena ia tak tahu kemana perginya si
sahabat. Ia lantas menduga, mestinya lenyapnya Leng Song
disebabkan si nona diculik Keluarga Ong, karenanya tentunya
Ce In berangkat ke Liong Bin Kok, yang menjadi sarangnya
Keluarga Ong itu. Ia mau membantu Ce In, ia mesti
memberikan bantuannya tak kepalang tanggung. Maka itu ia
mengambil keputusan, "Baiklah, aku pergi ke lembah itu.'"
Pengemis itu tidak dapat menerka semua tetapi ia tak gagal
seluruhnya.
Diluar dugaan, selagi We Wat tidak bertemu dengan Lam Ce
In, ia sebaliknya bertemu dengan Toan Kui Ciang dan Touw
Sian Nio, sepasang suami isteri jago itu.
Kui Ciang berdua isterinya mencari Ce In karena sudah lama
mereka bertiga tak pernah bertemu - sudah tahunan. Justeru
itu negara lagi tidak aman, maka mereka lantas berangkat ke
Kiu-goan. Mereka berniat memberikan bantuan mereka. Tidak
mereka sangka, mereka menubruk tempat kosong. Maka
kebetulan sekali, mereka bertemu dengan We Wat.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kui Ciang mempunyai hubungan yang sangat erat dengan


Leng Soat Bwe dan Hee Leng Song, pasti sekali ia menjadi
kaget dan bingung mendengar kabar lenyapnya itu ibu dan
anak diculik orang, oleh karena itu tanpa ayal lagi ia berangkat
bersama We Wat ke Liong Bin Kok, guna mencari nyonya dan
nona itu.
We Wat menjadi tianglo ketua dari Kay Pang, Partai
Pengemis dan pengemis terdapat dimana-mana, karena itu,
mudah untuknya mencari keterangan. Bahkan di dalam Liong
Bin Kok juga ada anggautanya. Maka itu, begitu ia sampai di
lembah itu, ia lantas mendapat keterangan jelas perihal sepak
terjangnya Keluarga Ong, hingga diketahui pasti adanya Leng
Song di dalam lembah itu.
Untuk bertindak, We Wat berdamai dengan Kui Ciang suami
isteri. Kesudahan mereka menggunai akal. Ialah Kui Ciang dan
Sian Nio berkunjung secara terang-terangan, sedang We Wat
masuk dari belakang secara diam-diam untuk mencari tahu di
mana Nona Hee dikurung.
Kebetulan sekali bagi We Wat, Leng Song sudah makan obat
dari Yan le dan dengan lekas dia pulih kesehatannya, ia
menemui si nona tengah si nona keluar dari kamar dengan niat
mencari Liong Kek.
Leng Song tidak takut, bukannya dia lari menyingkir, justeru
dia mau membuat perhitungannya dengan pemuda yang licik
itu. Maka bersama-sama mereka pergi keluar, di saat Kui Ciang
dan Sian Nio menempur musuh-musuh yang mengurungnya.
"Nona Hee - kau!" seru Liong Kek, heran bukan kepalang.
"Aku kenapa?" balik tanya si nona. "Bukankah aku telah tidak
diracuni hingga mati olehmu?"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Bret!" begitu terdengar dan ujung bajunya Liong Kek kena


dirobek ujung pedangnya si nona, yang menyahutinya sambil
menerjang.
Dalam kaget dan juga mendongkol. Liong Kek membuat
perlawanan dengan kipasnya. Ini membuat si nona bertambah
sengit, hingga ia menyerang bertubi-tubi tanpa menghiraukan
di dalam ilmu silat ia sebenarnya menang unggul sedikit sekali.
Liong Kek terdesak. Kembali bajunya kena dirobek, bahkan
ujung pedang mampir di dadanya. Syukur ia masih sempat
melenggakkan diri dengan tipu silat "Tiat-poan-kio," atau
"Jembatan besi", hingga dadanya dapat dibikin lempang ke
belakang. Lantas darahnya muncrat keluar membasahkan
dadanya itu.
Leng Song penasaran, dengan alis berdiri, dia berkata
nyaring, "Bangsat rendah tidak tahu malu! Hari ini ialah hari
lubernya takaran kejahatanmu! Apakah kau masih memikir
untuk kabur? Hm!"
Kata-kata itu disusuli dengan tikaman "Pek-hong Koan-jit,"
atau "Bianglala putih menghalangi matahari". Ujung pedang
meluncur ke arah kerongkongan.
Di saat Liong Kek bakal menerima kematiannya, tiba-tiba
pedang Leng Song ada yang tangkis, waktu Nona Hee
mengawasi, ia melihat Yan Ie yang menjadi pembela cecu
muda itu. Ia pun melihat alisnya si nona turun dan matanya
mengembeng air. Itulah bukti si nona sangat berduka dan
menyesal, dia seperti memohon maaf.
Ketika itu digunai Liong Kek buat segera menyingkirkan diri,
dalam hal mana ia berhasil karena Nona Hee tidak
mengejarnya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ong Pek Thong mengenali We Wat, lantas dia berseru, "We


Lotiang! Kita ada bagaikan air sungai dan air kali yang tidak
saling mengganggu, kenapa sekarang kau memusuhkan aku?"
Si pengemis menjawab dengan tertawanya yang nyaring.
"Ong Pek Thong!" katanya, "Baru sekarang kau tahu takut,
ya? Tapi kau benar! Sudah banyak tahun kau menjadi Lok Lim
Beng-cu, aku si pengemis tua belum pernah mencari kau untuk
mengangguk-angguk kepala di hadapanmu!"
Kata-kata "mengangguk-angguk kepala" itu ialah istilah
dalam dunia Rimba Hijau atau kaum Sungai Telaga, artinya
"mencari gara-gara".
Ong Pek Thong melengak, atas mana si pengemis melanjuti
kata-katanya, "Kau tahu, sekarang kau lain daripada dulu!
Sekarang kau membantu An Lok San yang melakukan
pemberontakan, yang membuat rakyat jelata menjadi
bersengsara! Maka sekarang aku tak mau memandang mata
lagi kepadamu! Tapi baiklah kau mengerti, musuh ialah musuh,
dari itu aku si pengemis tua, tak sudi aku membunuh kau, jadi
kau jangan kuatirkan aku! Untuk membunuhmu, ada orang
lainnya!"
Mulut We Wat bekerja, tangannya bekerja juga. Dua orang
tauwbak menghadang di depannya ia samber mereka itu,
sembari mencekuk, ia tertawa dan kata, "Aku tidak membunuh
si bangsat tua, tetapi ada gantinya dua bangsat muda ini untuk
aku melampiaskan hatiku!"
Kedua tauwbak itu tercengkeram tulang-tulang
sepundaknya, mereka merasakan sakit bukan main, mereka
berkaok-kaok bagaikan babi disembelih, memohon ampun,
tetapi si pengemis mengangkat rubuhnya, untuk diputar di
atasan kepala.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mendadak pengemis itu tertawa nyaring dan kata, "Baiklah,


mengingat kamu cuma menganut biang, suka aku memberi
ampun kepadamu!"
Lantas mereka dilemparkan keluar pintu, hingga mereka
roboh menggabruk. Mereka dapat tak mati tetapi semenjak itu,
habis sudah tenaga mereka, tak dapat mereka bersilat pula
disebabkan remuknya tulang-tulang pundaknya itu.
Dengan tibanya We Wat dan Leng Song, pihak Liong Bin Kok
menjadi kacau.
Sian Nio mendapat hati, sambil berseru nyaring ia
menyerang Touw Liong dengan goloknya, golok bian-to yang
tajam, sedang dengan busur Kim Kiong di tangan kiri, ia
menyampok Touw Swie.
Ketika itu Touw Swie justeru menyerang dengan tipu silat
"Hoat-in Kian-jit" atau "Membalik mega, melihat matahari". Ia
hendak menghajar lengan si nyonya. Si nyonya juga lagi
menggunai tipu, sebab penyerangannya kepada Touw Liong itu
gertakan belaka.
Tak ampun lagi, jari-jari tangannya Touw Swie kena terhajar
busur si nyonya, kontan dia menjerit kesakitan. Dia merasa
sakit sampai di ulu hatinya.
Sian Nio tidalc melihat Liong Kek, sebaliknya, ia
mendapatkan Yan Ie, hatinya menjadi sangat panas. Ia ingat
kebinasaannya sekalian kakaknya. Maka ia lompat kepada nona
itu. Justeru itu, Leng Song menteriaki Nyonya Toan ini, "Bibi,
serahkan bangsat wanita kecil itu padaku!" Dan dia lompat
mendahului, guna menghampirkan Nona Ong.
Ong Pek Thong gusar, sambil mencaci, ia tanya siapa di
antara orang-orangnya yang mau membekuk Sian Nio. Dia

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menyebut-nyebut "si nyonya jahat". Ia menjanjikan upah besar


kepada orangnya yang berhasil membekuk nyonya jahat itu.
Sian Nio murka sekali.
"Kau tidak mencari, akulah yang mencari kau!" bentaknya.
"Hendak aku membuat perhitungan denganmu!"
Nyonya Kui Ciang membentak demikian karena ia ingat,
"Yang membunuh kakak-kakakku ialah si bangsat wanita cilik
tetapi biang kejahatannya ialah ini tua bangka jahat!"
Justeru Leng Song lari pada Yan Ie, ia lantas lari pada Lok
Lim Beng-cu itu.
Leng Song berkata demikian dan memburu kepada Yan Ie
dengan ada maksudnya. Ia ingat budi si nona sudah
memberikan obat padanya, biar ia membenci Liong Kek, ia
hendak membalas budi nona itu. Maka ia mencegah Sian Nio
menyerang si nona.
Begitu ia menghampirkan Nona Ong, ia kata perlahan, "Nona
Ong, lekas kau lari menyingkir!"
Di pihak lain, beberapa orangnya Ong Pek Thong maju ke
depan guna menghadang Sian Nio. Yan Ie pun melihat majunya
Nyonya Kui Ciang itu. Mendadak ia berlompat.
Leng Song menyangka nona itu mau menyingkir, tak
tahunya dia justeru lompat lari guna menghampirkan Sian Nio.
Dia rupanya tidak dapat membiarkan ayahnya diserang musuh.
Menampak demikian, Leng Song mengerutkan alisnya. Tapi
ia kata di dalam hati, "Tak dapat karena urusan kau seorang
aku membiarkan terlolosnya si bangsat tua!"
Maka ia lompat memburu, bahkan ia berhasil melombai Yan
Ie, hingga ia dapat memutar tubuh guna menghalang!
"Nona Hee, kau memaksa aku!" katanya, menyesal.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lantas ia menyerang dengan pedangnya. Hebat serangannya


itu. Walaupun demikian, adalah maksudnya guna mencegah
Nona Hee merintangi terus padanya, maka itu sekalipun hebat,
setiap serangannya gertakan belaka.
Leng Song melawan dengan keras tetapi dengan serupa
maksud.
Di dalam tempo yang pendek, kedua pihak sudah saling
menyerang dengan hebat, sampai pedang mereka beradu
berulang-ulang. Untungnya untuk Leng Song, ia menang
tenaga dalam hingga ia dapat terus menghalang-halangi Nona
Ong itu.
Di sana masih terdengar tertawanya We Wat, yang agaknya
sangat gembira.
"Biar aku melemparkan lagi beberapa bangsat cilik!"
demikian suaranya. "Ha, ha! Sungguh menggembirakan!"
Maka suruplah gelarannya ketua pengemis ini, "Hong Kay,"
si Pengemis Edan. Ia lantas menyerbu, ia menangkap setiap
tauwbak di dekatnya, untuk ditampar atau digaplok, atau
ditarik rambutnya, setelah puas, ia melemparkannya keluar!
Si pendeta asing panas hati melihat lagaknya We Wat. Ia
pikir, main lempar orang itu tentulah sebab orang bertenaga
besar luar biasa. Ia menyangsikan kepandaian silat si
pengemis, maka ingin ia ? maju. Ia mengharap dengan
demikian ia bisa merebut muka terangnya, yang tadi dibikin
guram oleh Kui Ciang.
We Wat baru habis melemparkan korbannya yang ketujuh
ketika mendadak ia mendengar samberan angin keras ke
arahnya, lantas ia melihat d liangnya tongkat panjang.
Ia tertawa berkakak dan berkata, "Inilah seekor kerbau
dungkul!"
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia bukan berkelit atau menangkis, ia justeru mengulur kedua


tangannya memapaki tongkat!
Si pendeta kaget sekali. Tongkatnya kena ditangkap tanpa ia
berdaya menariknya pulang untuk dibikin terlepas! Ia menjadi
tercengang.
"Bagus!" kata We Wat tertawa. "Kiranya kau bertenaga besar
juga! Hayo, lepas tanganmu!"
Lantas ia menggunai tenaganya yang dinamakan "Kek-but
Toan-kang," atau "Mengalihkan tenaga dengan meminjam
benda perantaraan" Tegasnya ia menggunai tenaga dengan
meminjam tongkat lawan.
Si pendeta menjadi sangat kaget. Mendadak ia merasakan
tenaga menolak yang keras sekali. Tak sanggup ia
mempertahankan diri, terpaksa ia mesti mundur dengan
melepaskan tongkatnya.
Sambil memegangi tongkat orang, We Wat berkata pula
sambil tetap tertawa, "Ha, tongkat ini tidak enteng! Hanya
sayang, tongkat bagus dilihat tetapi tidak ada faedahnya! Kalau
ini dipakai untuk mengemplang anjing, sebaliknya terlalu
berat!"
Mendadak ia membantingnya lempang ke tanah, hingga toya
itu nancap melesak ke dalam tanah hampir terpendam
seluruhnya.
Si pendeta asing mundur terhuyung. Syukur ia tidak sampai
jatuh terguling. Melihat ketangguhan musuh, ia kata di dalam
hati, "Sekarang aku mendapatkan bukti dari liehaynya ilmu silat
Tionggoan! Pengemis ini jauh terlebih liehay daripada lawanku
tadi! Ah, sudahlah, sudahlah! Buat apa aku berdiam lebih lama
pula di sini?"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Maka ia membuka jalan untuk kabur keluar, buat terus lari


pulang ke Hoan-yang.
Sian Nio mau menghampirkan terus pada Ong Pek Thong, ia
menyingkirkan setiap orang yang menghadangnya. Justeru itu
ia mendengar bunyinya terompet nyaring, disusul dengan
seruan-seruan berisik. Ia lantas saja memasang mata.
Ong Pek Thong ingin merayakan pesta pernikahan
puteranya, ia mengundang banyak tetamu. Telah tiba tidak
sedikit tetamu orang-orang Rimba Hijau.
Siapa tahu, mendadak Kui Ciang dan nyonya datang
berkunjung hingga terjadilah pertempuran hebat itu. Liong Kek
kabur keluar, ia perintah orang-orangnya membunyikan alaman
ada bahaya. Dengan itu ia mau mengumpulkan orang, guna
mendapat bala bantuan.
Berbafeng dengan itu tiba juga barisan wanita dari Yan Ie,
yaitu barisan yang terlatih dengan gaetan. Maka dilain saat,
Sian Nio sudah kena dirintangi bala bantuan itu.
Berbahaya adalah barisan penggaet itu. Dengan gaetan
mereka bisa menyerang dari jauh-jauh. Dengan jumlah mereka
yang banyak, gaetan mereka menjadi serabutan. Mereka
memang telah berlatih, mereka senantiasa mengancam kaki
lawan.
We Wat jadi mengerutkan alis.
"Aku justeru paling tak sudi melayani wanita!" katanya di
dalam hati.
Maka lekas-lekas ia mencekuk dua orang tauwbak, untuk
memakai tubuh mereka sebagai senjata setiap kali gaetan
menyamber, ia menangkis, ia membela diri dengan senjata
manusia itu, hingga tukang-tukang gaet batal menggaetnya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kui Ciang dan isterinya kembali kena terkurung. Mereka itu


jadi mendongkol. Tiba-tiba Kui Ciang berseru keras
membarengi satu serangan. Ia justeru menghadapi Touw Liong
yang senjatanya jit goat siang-lun, menjadi senjata istimewa
untuk mengekang pedang, hanyalah orang she Touw itu kalah
liehay.
Ketika Touw Liong menangkis, roda-rodanya kena dibikin
putus! Dia menjadi sangat kaget, hatinya menjadi dingin.
Dengan ketakutan dia melemparkan senjatanya dan lari kabur.
Sampai disitu, Kui Ciang membulang-balingkan pedangnya,
guna melawan pelbagai gaetan. Beruntung untuknya, ia
memegang pedang mustika, maka setiap gaetan yang
membenturnya lantas terbabat kutung.
Kemudian ia berseru dengan bengis, "Kamu semua lekas
mundur! Aku tidak sudi membinasakan orang perempuan!
Kamu juga janganlah membantu orang jahat!"
Sian Nio turut menyerang hebat mengikuti suaminya itu.
Barisan gaetan itu lantas juga kena didobolkan.
Ong Pek Thong menjadi bergelisah. Ia serba salah. Mengikuti
rasa jeri, ingin ia lantas mengangkat kaki. Tapi ialah kepala
Ikatan Rimba Hijau, kalau ia kabur, ia pasti akan mendapat
malu. Kalau ia tidak menyingkir, bahaya maut nampak lagi
mendekatinya...
Sekonyong-konyong, terdengarlah riuhnya genta alamat
bahaya, datangnya dari empat penjuru, suaranya menulikan
telinga.
Liong Bin Kok berkedudukan bagus dan kuat, karenanya di
sana tidak ada dibangun panggung-panggung atau menara
pengawas untuk orang dapat melihat jauh arah luar, sebagai

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

gantinya, diadakan persiapan genta itu, untuk memberi tanda


apabila ada ancaman bahaya.
Sekarang datang suara genta ramai itu, itulah tanda dari
datangnya bahaya hebat. Maka kagetnya Pek Thong tidak
terkirakan. Selagi mengawasi keempat penjuru, lantas ia
melihat lari datangnya seorang tauwbak yang tangannya
membawa sehelai bendera merah.
"Cecu, ada bahaya besar!" tauwbak itu berseru dengan
pemberitahuannya. "Musuh sudah melewati tanjakan Liong Bin
Kang!"
Liong Bin Kang atau Tanggul Naga Tidur, menjadi pusatnya
lembah Liong Bin Kok. Sarang itu terpisah hanya beberapa lie
dari tempat di mana sekarang Pek Thong berada. Tentu sekali
Pek Thong menjadi kaget sekali. Hanya dengan memaksakan
diri, dapat ia bersikap tenang.
"Musuh dari mana itu?" ia tanya. "Berapa besar jumlahnya
mereka?"
"Entahlah," menjawab si tauwbak. "Diwaktu gelap seperti ini,
sukar kami mengenali. Mereka datang secara tiba-tiba dari
empat penjuru, setahu berapa banyak jumlahnya!"
"Celaka betul!" Beng-cu berseru. "Liong Bin Kok dikurung
dengan delapan belas lapis penjagaan, kenapa musuh bisa
dengan tiba-tiba saja sampai di Liong Bin Kong? Mungkinkah
musuh mengirim jumlah yang kecil dahulu untuk mengacau?
Kalau begitu, tentu jumlah itu tidak berarti! Kenapa kau
sekarang membawa ini kabar celaka untuk mengacau?"
Kata-kata Beng-cu ini diakhirkan dengan tabasan pedangnya
kepada tauwbak itu, yang lantas menjadi mati konyol, karena
dia tak menyangka bakal disambut secara bengis demikian
macam, sedang dia membawa berita yang benar.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dia tidak tahu ketua itu berlaku kejam demikian untuk monu-
gali kekacauan, supaya orang-orangnya yang lagi bertempur itu
tidak menjadi kalut.
"Jangan takut"! Pek Thong berseru. "Berkelahilah sambil
mundur! Mari kita pergi keluar! Kita menggabung diri dengan
rombongan besar, guna nanti membasmi semua musuh ini!"
Pek Thong tidak cuma menyerukan, ia memberi bukti juga.
Ia pegang pimpinan buat mulai mundur. Maka itu, semua
orangnya lantas menurut, semua mundur sambil membela diri.
Kui Ciang dan Sian Nio mendesak Pek Thong, mereka terus
dirintangi barisan pengiring dari ketua ikatan itu. Leng Song
dilain pihak mendesak Yan Ie. Ia berbuat begitu guna
mencegah Sian Nio nanti datang membantu padanya.
Selagi pertarungan berjalan terus itu, mendadak dua orang
terlihat lari masuk. Satu diantaranya lantas saja berseru-seru,
"Leng Song, Leng Song! Kaukah di sana? Ce In di sini!"
Bukan main girangnya Nona Hee. Itulah suaranya Lam Ce In.
Sedang orang yang lainnya lagi ialah Tiat Mo Lek.
Han Tam kenal baik Liong Bin Kok, ia mengambil jalan kecil
yang terahasia untuk Ce In dan Mo Lek dapat nyelundup masuk
dan tibanya mereka ini di saat yang tepat itu.
Mulanya Han Tam mengatur serangan dari dua jurusan, dari
depan dan dari jalanan rahasia itu, setelah itu kedua
rombongan itu memisah diri lagi dalam beberapa rombongan
kecil, guna menyerang dari empat penjuru hingga musuh
menjadi kaget dan repot.
Rombongannya Ce In justeru terdiri dari orang-orang yang
bertubuh ringan, ialah tauwbak-tauwbak pilihan dari Kim Kee
Nia, Bukit Ayam Emas. Hanya tiba di dalam, Ce In mengajak

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mo Lek meninggalkan rombongannya itu untuk mendahului


menyerbu.
"Oh, kau datang!" seru Leng Song girang tak kepalang,
sampai ia melupakan kepada Nona Ong.
"Aku tak datang semdirian saja!" Ce In memberitahukan.
"Semua orang dari Kim Kee Nia turut datang ke mari!"
Segera mereka datang dekat satu dengan lain, segera
mereka saling menjabat tangan dengan keras sekali. Tak dapat
dipertahankan, air matanya Leng Song meleleh turun mengalir
di kedua belah pipinya yang halus. Ketika itu digunai Yan Ie
untuk mengangkat kaki. Lekas juga Leng Song sadar.
"Ce In, Toan Tayhiap suami isteri berada di sana!" katanya.
"Lekas kau bantui mereka!"
Ketika itu Kui Ciang lagi menyerang hebat sekali, dia berseru
kepada isterinya, "Sian Nio, jangan biarkan si bangsat tua
lolos!"
Karena serbuan suaminya itu, Sian Nio menjadi bebas, maka
menyambut seruan itu, ia lompat ke arah Pek Tong, guna
menyerang musuh besar itu. Ia melihat musuh lari, ia
menggunai panahnya untuk menyerang dengan pelurunya.
Dengan peluru ia bisa menyerang dari jarak jauh.
Suara tingting-tongtong segera terdengar berulang-ulang.
Untuk herannya Sian Nio, ia mendapatkan pelbagai pelurunya
kena orang runtuhkan. Ia pun terkejut. Menurut
pendengarannya, semua pelurunya diruntuhkan dengan jarum
bwe-hoa-ciam atau paku Touw Kut Teng, untuk mana musuh
mesti pandai ilmu menimpuk "Thian-lie San Hoa," atau "Puteri
khayangan menyebar bunga". Maka itu, siapakah perintang itu?
Di dalam gelap, sulit untuk melihat tegas. Maka sia-sia si
nyonya menerka-nerka.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ong Pek Thong juga berlaku cerdik, sambil lari terus, ia


memecah dua barisan pengiringnya, yang satu tetap mengiring
ia, yang lain terus merintangi lawan.
"Mo Lek, lekas!" berseru Sian Nio akhirnya. Ia telah dapat
lihat Ce In dan pemuda she Tiat itu. "Si bangsat tua ada di
sana!"
Mo Lek mendengar suara si nyonya. Ia memang berniat
mencari musuh besarnya. Tanpa bersangsi lagi, ia lari ke arah
Pek Thong. Ia lantas menerjang hebat barisan pengiring Beng-
cu itu, yang ia dapat candak. "Bayar pulang jiwa ayahku!" Mo
Lek berseru nyaring. Lantas ia menyerang musuh besar itu
dengan tipu silat "Lie Kong Shia Cio," atau "Lie Kong memanah
batu," ujung pedangnya meluncur ke tenggorokan orang.
Ong Pek Thong tidak takuti pemuda itu. Dia pun gusar
sekali. "Bangsat kecil, jangan temberang!" bentaknya. Ia
menangkis dengan goloknya, hingga kedua senjata beradu,
suaranya membuat telinga seperti pekak.
Mo Lek gusar, ia maju terus, ia menyerang pula. Ia
menggunai semua tenaganya.
Pek Thong tahu diri, ia menangkis pula, terus ia mundur.
Gagal Mo Lek dengan serangan yang kedua itu, maka ia
berlompat guna menyerang buat ketiga kalinya. Inilah tikaman
"Go Eng Pok Touw," atau "Garuda lapar menerkam kelinci".
Karena ia berlompat, pedangnya turun dari atas ke bawah,
mengarah batok kepala musuh.
Ong Pek Thong menjadi jago Rimba Hijau, sayang tenaganya
sudah berkurang. Tak dapat ia melayani Mo Lek yang muda
belia itu. Dua kali ia menangkis, ia merasai lengannya
bergemetar dan sesemutan, maka itu, sulit untuk menangkis
serangan yang ketiga itu, hingga ia mengeluh di dalam hati,

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Aku menyesal sudah mendengar perkataan Khong Khong Jie


hingga aku sudah membiarkan bangsat kecil ini hidup sampai
sekarang ini..."
Disaat bahaya maut mengancam Beng-cu itu, datanglah
seruan, "Jangan celakai ayahku!"
Seruan itu datang berbareng dengan orangnya bersama
pedangnya juga. Dialah Ong Yan le, puterinya Pek Thong.
Serangannya Mo Lek kena tertangkis. Kedua senjata bentrok.
Mo Lek tertahan lajunya, dan si nona terpental. Ketika yang
baik itu digunai Pek Thong untuk lompat lari.
Yan Ie terguling tetapi dia dapat berlompat bangun dengan
cepat dengan gerakan "Lee Hie Ta Teng," atau "Tambra emas
meletik". Ia lantas menghadang di depan si anak muda, di saat
anak muda itu menikam pula Pek Thong. Ia bukan cuma
menghadang, ia bahkan memasang dadanya untuk ditikam,
sama sekali ia tidak menggunai pedangnya guna menangkis
atau melindungi diri.
Sembari memasang diri itu, ia berseru, "Orang kejam, kau
ambillah jiwaku!"
Mo Lek terkejut. Inilah diluar sangkaannya. Syukur ia mahir
sekali memainkan pedangnya. Di dalam keadaan seperti itu, ia
masih sempat menahan lajunya pedangnya itu. Hampir-hampir
ia mencoblos dada si nona!
"Nona Ong ini dia satu jiwa ditukar dengan satu jiwa!" ia
berkata, suaranya dalam. "Dengan ini aku telah membayar
hutang jiwaku kepadamu! Tinggal hutang jiwa ayahmu
terhadapku! Hutang itu tidak ada sangkutannya dengan kau!
Silahkan kau menyingkir, jangan kau merindangi aku, atau kau
jangan nanti mengatakan aku tidak mengenal budi!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Di dalam keadaan seperti itu, Tiat Mo Lek masih sempat


berbicara secara kaum Kang Ouw atau Jalan Hitam. Ia tidak
mau melupai aturan kaum itu. Yan Ie pernah menolong
jiwanya, sekarang ia membayar hutang. Karena ia sudah tidak
punya hutang lagi, ia bebas. Maka ia kata, nona itu lain
daripada Pek Thong, ayah si nona.
Akan tetapi Yan Ie berpikir lain. Pek Thong itu ayahnya. Ia
menyayangi ayah itu, hendak ia membelanya. Mana dapat ia
membiarkan ayahnya dibunuh anak muda ini? Maka itu, kata-
kata tandas dari Mo Lek membuatnya sangat berduka.
Dilain pihak, ia mendongkol juga. Ia mau menganggap
pemuda itu keterlaluan...
Tengah Mo Lek mau lompat lewat di sisinya, Yan Ie memutar
balik pedangnya guna menyerang sambil dia berkata, "Hutang
itu mesti dibayar oleh si piutang, maka itu, kalau kau hendak
mencari balas, kau bunuhlah aku terlebih dahulu!"
Mo Lek menangkis, bahkan ia terus mesti berkelahi sungguh-
sungguh. Kepandaian si nona berimbang dengan
kepandaiannya dan sekarang si nona menyerang dengan hebat
sekali. Ia pernah mengertak gigi tetapi saban-saban ia batal
hendak membinasakan atau merobohkan saja nona itu. Karena
ini kemudian ia jadi kena terdesak.
Yan Ie berkelahi sampai dua puluh jurus lebih, setelah itu ia
mengerti kenapa si pemuda suka mengalah terhadapnya. Biar
bagaimana, ia merasa hatinya sedikit lega, ia merasa manis...
Lam Ce In melihat muda-mudi itu bertempur, ia heran Mo
Lek terdesak, bahkan beberapa kali kawannya itu terancam
bahaya. Tidak dapat ia mengawasi saja, sambil berseru ia
berlompat menghampirkan. Tapi ia malu main keroyok, apa
pula lawan itu seorang wanita.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Sutee, pergi kau susul bangsat tua itu untuk membalaskan


sakit hatimu!" kata ia pada si adik seperguruan. "Bangsat
wanita ini kau serahkan padaku!"
Hati Mo Lek gelisah sendirinya. Ia bersangsi. Apa ia harus
meninggalkan si nona? Apa pantas kalau ia tidak segera pergi
menyusul Ong Pek Thong si musuh besar? Belum sempat ia
mengambil putusan, Ce In sudah menolak tubuh orang untuk
dilain saat terus dia menyerang si pemudi.
Yan Ie menangkis saking terpaksa. Hebat kesudahannya itu.
Dari Mo Lek ia sudah kalah unggul, apa pula menghadapi Ce In.
Ia bisa menangkis tetapi tangannya menggetar keras,
telapakannya lantas pecah dan mengucurkan darah, hampir
pedangnya terlepas dari cekalannya.
Bentrokan itu menambah herannya Ce In.
"Pemudi ini gagah tetapi sutee Mo Lek tak usah kalah
dengannya! Kenapa sebaliknya sutee terdesak?" ia tanya di
dalam hati.
Ia berpikir tetapi tangannya tidak berhenti, habis
serangannya yang -pertama itu, ia mendesak berulang-ulang.
Yan Ie tidak berani lagi menangkis, ia senantiasa berkelit.
Tiga kali ia lolos, lalu ia mesti menangkis bacokan yang
keempat. Kesudahannya ini membuat ia menjerit di dalam hati.
Ia terhuyung mundur sampai tujuh atau delapan kaki dan ujung
pedangnya rusak melawan goloknya Ce In!
"Bangsat perempuan, kau hendak lari ke mana?" Ce In
mendamprat, sambil ia lompat maju, guna membarengi
menyerang pula sebelum si nona sempat memperbaiki kuda-
kudanya.
"Suheng! Suheng!" tiba-tiba terdengar jeritannya Mo Lek.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ce In heran, ia menoleh. Ia mendapatkan sang sutee berdiri


diam saja, parasnya gelisah. Saking heran, ia batal maju, ia
menjadi melengak. Tak mengerti ia akan sikap adik
seperguruan itu.
Ketika itu Leng Song sudah maju mendekati mereka, dia
rupanya melihat keadaan, dia lantas berteriak-teriak, "Engko,
engko, jangan! Jangan kau lukai nona itu!"
Nona ini agaknya gelisah, dia lari menghampirkan cepat
sekali.
Ce In sedang maju membacok pula ketika ia mendengar
suaranya Leng Song itu.
Yan Ie masih dapat berkelit, sambil membuang diri itu, ia
berkata perlahan, "Terima kasih, Lam Tayhiap! Kalau tayhiap
hendak mencari orang, silahkan coba pergi ke lembah Toan
Hun Giam di kaki puncak Lian Hoa Hong!"
Ce In heran. Ia mengerti orang mengucap terima kasih
padanya sebab bacokannya barusan bacokan yang ditahan
olehnya. Ia hanya heran atas petunjuk si nona.
Habis berkata itu, Yan Ie lari pergi, sedang Leng Song tiba di
depan tunangannya.
"Adik Song, kenapa kau mencegah aku merobohkan wanita
itu?" ia tanya heran.
"Sebab dialah yang menolong memberi obat padaku," Nona
Hee menjawab. "Tentang ini nanti aku jelaskan lebih jauh pada
kau, engko."
Ce In mengangguk, tetapi ia tetap heran. Ketika ia menoleh
kepada Mo Lek, sutee itu masih berdiam, berdiri dengan
mukanya merah.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hanya itu waktu, adik seperguruan itu lantas


menghampirkan juga padanya.
"Kenapa anaknya Ong Pek Thong fhenolongi Leng Song?" Ce
In tanya di dalam hati. "Kenapa Mo Lek ketahui hal Leng Song
ditolongi nona itu?"
Ia menyangka Mo Lek tidak mau membunuh Yan Ie
disebabkan Leng Song pernah ditolong nona itu.
Pertempuran sementara itu berlangsung terus, sebaliknya
Pek Thong dan anak perempuannya sudah tak nampak
bayangannya sekalipun.
Ce In tidak sempat banyak bicara lagi, mengajak dua
kawannya menerjang guna menyambut pihaknya yang
menyerang dari luar itu.
Sebenarnya Yan Ie sudah lari jauh untuk menyandak
ayahnya, tiba-tiba ia mendengar seruan yang nyaring, tetapi
merdu, "Sungguh, inilah yang dibilang dicari sampai sepatu besi
pecah tak kedapatan, sekalinya bertemu mudah sekali! Tidak
disangka sekali kita berhadapan di sini. Bagus, mari kita
bertarung pula! Kali ini mesti sampai ada yang kalah atau
menang!"
Itulah suaranya seorang nona, yang mengepalai
serombongan pasukan dari Kim Kee Nia. Nona itu, ialah Han
Cie Hun, ada bersama Sin Thian Hiong, cecu dari Bukit Ayam
Emas itu.
Thian Hiong dengan kapaknya sudah lantas menerjang ke
arah Ong Pek Thong, sedang Cie Hun memegat Yan Ie yang ia
tegur itu. Nona Han bersikap keras, datang-datang ia
menerjang dengan hebat.
Kepandaian Yan Ie dan Cie Hun berimbang, hanya kali ini ia
kalah hati. Kesatu, sudah sekian lama ia bertempur, kedua, ia
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sangat menguatirkan keselamatan ayahnya. Ia mesti


melindungi ayah itu.
"Eh, encie Ong, mengapa kau nampaknya jeri?" tanya Cie
Hun, menggoda, tetapi sambil berkata begitu, ia menyerang
dada orang mencari jalan darah hun-bun.
Yan Ie sudah kewalahan sekali. Ia telah terdesak. Ia tentu
telah menjadi korban pedang kalau tidak mendadak sekali ada
seorang yang menalangi ia menangkis tikaman Nona Han.
Penolong itu memakai topeng, dia bergerak sangat gesit. Dia
pun tiba seperti tak diketahui orang. Dengan tangkisan itu dia
membuat pedang Cie Hun mental, membarengi mana dia
menarik tangannya Yan Ie buat diajak lari.
"Kau siapa?" tanya Nona Ong heran.
-ooo0dw0ooo-

Jilid 18
Orang bertopeng itu tidak menyahuti, dia mengajak lari
terus. Yan Ie mengikuti karena ia melihat orang lari ke arah
ayahnya.
Ong Pek Thong mesti berkelahi mati-matian melayani Sin
Thian Hiong, kalau tidak, ia bisa terluka atau terbekuk jago dari
Kim Kee Nia itu, sebab ia lagi terdesak sangat.
Justeru itu tibalah si orang bertopeng. Dia ini segera
menangkis serangan kapak dari Thian Hiong. Begitu keras ia
menggunai tenaganya hingga kapak kena tertahan.
Mendadak si orang bertopeng tertawa, dia mendesak Thian
Hiong dengan mengebut-ngebutkan tangannya. Dia liehay
sekali, orang she Sin itu sampai terhuyung, setelah mana dia
lantas mengajak Pek Thong dan gadisnya kabur.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ketika Thian Hiong dapat berdiri tetap, tiga orang itu sudah
lari menghilang.
Tatkala itu dari pelbagai penjuru, tentara Kim Kee Nia sudah
merangsak semua. Mereka mendapat perlawanan berat.
Tentaranya Ong Pek Thong itu, selain berjumlah lebih besar,
juga terlatih baik dan sudah berpengalaman dalam peperangan,
walau pun mereka dibokong, mereka dapat bertahan. Bahkan
di beberapa tempat, ada pasukan Kim Kee Nia yang kena
terkurung.
Tiat Mo Lek berhasil merampas seekor kuda, ia lantas
berlari-lari ke segala arah sambil mengangkat tinggi-tinggi
sebatang obor yang apinya menyala-nyala.
Ia pun berseru-seru, "Keluarga Ong sudah berkongkol
dengan bangsa Ouw! Mereka main melakukan kejahatan, dosa
mereka besar sekali! Mana dapat orang semacam Ong Pek
Thong menjadi ketua Ikatan Rimba Hijau? Bukankah kamu
semua bangsa laki-laki? Apakah benar kamu sudi menghamba
kepada segala berandal dan pemberontak? Relakah kamu
diperbudak hingga bisa kejadian kamu nanti hilang jiwa dengan
nama busuk?"
Terang suara itu terdengar oleh orang-orangnya Ong Pek
Thong. "Oh, Tiat Siauw-cecu sudah pulang?" demikian ada
yang berseru. Itulah bekas orangnya Keluarga Touw.
"Ya, Tiat Siauw-cecu benar!" berseru yang lain. "Buat apa
kita menjual jiwa untuk Keluarga Ong? Adakah itu perbuatan
orang- Rimba Hijau sejati? Kalau mesti mati, kita mesti mati
dengan nama harum!"
"Ya, ya!" seru yang lain-lain lagi. "Tiat Siauw-cecu di sana!
Mari kita berontak terhadap Keluarga Ong!"

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Maka ramailah suara tentara itu. Ada yang lantas meletaki


senjata, ada juga yang menghajar kawan sendiri - kawan yang
terus mau melawan.
Nyata jumlah yang mau turut Mo Lek lebih besar banyak,
maka itu, pihak yang setia kepada Ong Pek Thong menjadi
tinggal sedikit, mereka terus dirabuh.
Sin Thian Hiong menghampirkan Tiat Mo Lek.
"Saudara Tiat, hari ini kita menyerbu Liong Bin Kok,
jasamulali yang paling besar!" kata dia. "Cuma sayang bangsat
she Ong itu dapat lolos! Sebenarnya tadi aku akan berhasil
mengapak kura-kura tua itu, entah dan mana datangnya
seorang mendadak menolong dia!"
Mo Lek merendah.
"Bagaimana sebenarnya?"
Thian Hiong tuturkan halnya si orang bertopeng yang gagah
itu.
"Kalau begitu, dia pasti lebih liehay daripada Khong Khong I
)jiel" kata Mo Lek heran. "Sungguh tidak disangka Ong Pek
Thong mempunyai sebawahan yang demikian liehay! Cuma dia
aneh sekali, dia cuma menolong orang, dia tidak mau melayani
berkelahi..."
"Ya, entah apalah maksudnya," kata Thian Hiong. "Karena
dia menolong Ong Pek Thong, sudah terang dia bukan manusia
baik!"
"Bangsat she Ong itu lolos karena dia ditolongi orang liehay,"
kata Cie Hun. "Aneh pula anak perempuannya, dia dapat lolos
juga..."
"Oh, dia pun dapat lolos?" kata Thian Hiong. "Bagaimana dia
lolosnya?"
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

"Di waktu gelap begini, tidak dapat aku melihat tegas," kala
nona itu. "Coba kau tanya Mo Lek saja."
"Bangsat wanita itu liehay," Kat Mo Lek dengan muka
bersemu dadu. "Dasar aku yang tidak punya guna, aku
membuatnya dapal lan menyingkir."
Thian Hiong percaya keterangan itu. la memang tahu Yan Ie
liehay "Tapi kau telah bekerja keras, saudara Tiat," ia kata.
"Aku lihai kegagalan kita ini disebabkan jumlah orang kita
kurang banyak. Bukankah kita berhasil menumpas kekuatan
Liong Bin Kok? Aku percaya, meski mereka dapat kabur, Ong
Pek Thong dan anak-anaknya pasti tak dapat berbuat apa-apa
lagi."
Karena musuh telah kabur semua, Sin Thian Hiong lantas
mengumpulkan barisannya, lalu ia mengajak semua orang
berkumpul di Yan Bu Thia, ruang latihan dari Liong Bin Kok,
yang baru saja habis dikuasai Ong Pek Thong.
Toan Kui Ciang lantas memberi selamat kepada Ce In dan
Leng Song. Habis itu Nona Hee menuturkan pengalamannya,
mulai ia dan ibunya diculik, sampai ia dibawa ke Liong Bin Kok,
hingga Yan Ie menolong memberikan obat.
Ce In semua masgul mendapat tahu ibu Leng Song masih di
dalam bahaya. Tapi segera ia ingat kisikannya Yan Ie tadi.
"Menurut kau, anak perempuan Ong Pek Thong itu tidak
jahat," kata ia. "Dia juga telah membilangi aku untuk aku
mencari orang di lembah Toan Hun Giam di kaki puncak Lian
Hoa Hong. Bukankah orang yang dia sebutkan itu dimaksudkan
ibumu?"
"Oh, benarkan dia membilangi demikian?" tanya Leng Song,
girang. "Tidak salah lagi, terang dia sengaja membuka rahasia

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kepada kau, engko, untuk mengasih tahu di mana ibu


dikurung."
"Dapatkah kita percaya habis keterangannya anaknya Ong
Pek Thong itu?" tanya Touw Sian Nio.
Nyonya ini masih dipengaruh kebenciannya kepada Keluarga
Ong.
"Kita harus menjaga supaya kita jangan sampai kena
dipedayakan dan dijebak..."
"Bibi, jangan kuatir," kata Leng Song. "Kalau dia mau
mencelakai aku, tak usah dia turun tangan, cukup dengan dia
tak memberikan obat padaku. Maka itu aku percaya kisikannya
itu." '
Nona ini menjelaskan sikapnya Yan Ie ketika nona itu
menolong ia dengan memberikan obat padanya.
Sian Nio dan Kui Ciang menjadi heran sekali. Sikap Yan Ie
tidak dapat dimengerti.
"Saudara Lam, apakah kau kenal nona itu?" Sian Nio tanya
Ce In. "Kenapa dia bolehnya membuka rahasia terhadapmu?"
"Engko Ce In pernah bertemu dengannya di gunung Hui
Houw San," Leng Song mewakilkan tunangannya memberi
jawaban. "Syukur aku ketahui baik segala perbuatannya Engko
In, kalau tidak bisa kejadian aku mencurigai dia..."
Ce In pun lantas ingat kelakuannya Mo Lek tadi terhadap
Yan Ie. Lantas ia menduga sesuatu. Akan tetapi ia bekep saja
dugaan itu, tak mau ia sembarang mengutarakannya pada
orang banyak.
"Manusia itu ada waktunya dapat memikir berbuat benar,"
kata Kui Ciang kemudian. "Orang yang sadar demikian itu kita
harus beri maaf, kita mesti bantu, maka itu sekarang, setelah
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

nona itu berbuat baik, tak usah kita main duga-duga lagi.
Sekarang yang penting ialah kita harus mengambil keputusan
kita mau percaya atau tidak pembilangannya itu. Nama puncak
Lian Hoa Hong itu terdapat di beberapa gunung. Dia
maksudkan Lian Hoa Hong yang manakah?"
"Aku si pengemis tua paling banyak bepergian," kata We
Wat, "Maka itu aku percaya Lian Hoa Hong itu ialah puncak
Lian Hoa Hong di gunung Hoa San. Di sana memang ada
jurang yang bernama Toan Hun Giam."
Mendengar itu, hati Kui Ciang tergerak.
"Hoa San ialah See Gak Hoa San!" katanya. "Bukankah itu
gunung tempat kediamannya See-gak Sin-liong Hong-hu
Siong?"
"Hoa San besai dan dari puncak-puncaknya yang banyak,
ada lima yang terkenal," kata pula We Wat. "Turut apa yang
aku ketahui, Hong-hu Siong tidak tinggal di puncak Lian Hoa
Hong."
Kui Ciang berpikir.
"Ketika ibu Nona Hee diculik, orang yang memegang
peranan utama ialah Hong-hu Siong," ia kata, "Maka itu aku
percaya, sembilan dalam sepuluh, di sini ada tersangkut Hong-
hu Siong itu.
"Sangkaan kau beralasan," berkata We Wat. "Baiklah, tak
perduli perbuatan itu perbuatan Hong-hu Siong atau bukan,
aku si pengemis tua hendak menyelidikinya sampai kita
memperoleh kepastian! Mari kita bereskan segala apa di sini,
nanti aku temani kamu berangkat ke Hoa San!"
Hal ini menyulitkan Lam Ce In. Ia tengah menjalankan tugas
yang dipercayakan kepadanya oleh Kwe Cu Gie. Ia mesti

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

membangun pasukan sukarela guna dapat mengekang An Lok


San. Dapatkah ia meninggalkan tugasnya itu?
Gunung Hoa San berada di dalam wilayah propinsi Siam-say,
di barat kota Tong-kwan atau di selatannya kecamatan Hoa-im,
terpisahnya dari kota Tiang-an beberapa ratus lie. Dapatkah ia
membagi temponya?
Selagi orang berpikir itu, Sin Thian Hiong kata, "Kita sudah
berkelahi semalaman suntuk, kita semua letih dan mengantuk,
maka itu baiklah kita semua beristirahat. Segala apa kita tunda
sampai besok, besok baru kita berpikir pula!"
Ini benar, maka semua orang setuju. Lantas orang mengatur
tentara pengawas, untuk mereka bergilir jaga sampai siang.
Kemudian mereka pun berpisah, untuk beristirahat.
-oo0dw0oo-

Jilid 18
Orang bertopeng itu tidak menyahuti, dia mengajak lari terus
Yan Ie mengikuti karena la melihat orang lari ke arah ayahnya.
Ong Pek Thong mesti berkelahi mati- matian melayani Sin
Thian Hiong kalau tidak ia bisa terluka atau terbekuk jago dari
Kim Kee Nia itu sebab ia lagi terdesak sangat Justeru itu tibalah
si orang bertopeng. Dia ini segera menangkis serangan kapak
dari Thian Hiong. Begitu keras ia menggunai tenaganya, hingga
kapak kena tertahan.
Mendadak si orang bertopeng tertawa, dia mendesak Thian
Hiong dengan mengebut ngebutkan tangannya. Dia liehay
sekali, orang she Sin itu sampai terhuyung setelah mana dia
lantas mengajak Pek Thang dan gadisnya kabur ! Ketika Thian
Hiong dapat berdiri tetap, tiga orang itu sudah lari menghilang !

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tatkala itu dari pelbagai penjuru tentara Kim Kee Nia sudah
merangsak semua. Mereka mendapat perlawan anberat.
Tentara- nya Ong Pek Thong itu, telain berjumlah lebih besar,
juga terlatih baik dan sudah berpengalaman da lam
peperangan, walaupun mereka dibokong, mereka dapat
bertahan. Bahkan di beberapa tempat, ada pasukan Kim Cee
Nia yang kena terkurung.
Tiat Mo Lek berhasil merampas seekor kuda ia lantas berlari-
lari ke segala arah sambil mengangkat tinggi-tinggi sebatang
obor yang apinya sedang menyala-nyala. Ia pun beraeru-seru :
„Keluarga Ong sudah bersekongkol dengan bangsa Ouw !
Mereka main melakukan kejahatan, dosa mereka langat besar !
Mana dapat orang semacam Ong Pek Thong menjadi ketua
Ikatan Rimba Hijau ? Bukankah kamu semua bangsa laki-laki ?
Apakah benar kamu sudi menghamba kepada segala berandal
dan pemberontak ? Relakah kamu diperbudak hingga bisa
kejadian kamu nanti kehilangan jiwa dengan nama busuk ?”
,,Oh, Tiat Siauwceecu sudah pulaig ?” demikian, ada yang
berseru. Itulah bekas orangnya keiuarga Touw.
,,Ya Tiat Siauwceecu benar !” berseru yang lain. , Buat apa
kita menjual jiwa untuk kepentingan Keiuarga Ong ? Adakah itu
perbuataa orang Rimba Hijau sejati ? Kalau mesti mati, kita
mesti mati dengan nama harum.
,,Ya, ya !” seru yang lain lain lagi.
Tiat Siauwceecu di saaa ! Mari kita berontak terhadap
Keluarga Ong !”
Maka ramailah suara tentara itu. Ada yang lantas meletakkan
senjatanya dan ada juga yang menghajar kawannya sendiri,
kawan yang terus mau melawan.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ternyata jumlah yang mau turut Mo Lek lebih banyak, maka


itu, pihak yang setia kepada Ong Pek Thoug menjadi tinggal
sedikit, mereka terus dirabuh.
Sin Thian Hiong menghampiri Tiat Mo Lek.
,,Saudara Tiat, hari ini kita menyerbu Liong Bia Kok, jasamu
lah yang paling besar !” kata dia. .,Cuma sayang bangsat she
Ong itu dapat meloloskan diri ! Sebenarnya tadi aku akan
berhasil menangkap kura kura itu, entah dari mana datangnya
seseorang mendadak menolong dia !’
Mo Lek merendah
„Bagaimaaa kejadian yang sebenarnya?” ia tanya.
Than Hong tuturkan halaya si orang bertopeng yang gagah
itu.
..Kalau begitu, dia pasti lebih liehay daripada Khong Khong
Jie !” kata Mo Lek heran. „Sungguh tidak disangka Ong Pek
Thong mempunyai sebawahan yang demikian liehay ! Cuma dia
aneh sekali, dia cuma menolong orang, dia tidak mau melayani
berkelahi …”
„Ya, entah apalah maksudnya,” kata Thian Hiong. ,,Karena
dia menolongi Ong Pek Thong sudah terang dia bukan manusia
baik !”
,,Bangsat she Ong itu lolos karena dia ditolongi orang
liehay.” kata Cie Hun. „Aneh pula anak perempuannya dia
dapat loloa juga …”
„Oh, diapua dapat lolos ?’ kata Thian Hiong. „Bagaimana dia
lolosnya ? ‘
„Di waktu gelap begini, tidak dapat aku melihat tegas.” kata
nona itu ,,Coba kau tanya Mo Lek saja.”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Bangsat wanita itu liehay” kata Mo Lek dengan muka


bersemu dadu ,,Dasar aku yang tidak punya guna, aku
membuatnya dapat lari menyingkir ”
Thian Hiong percaya keterangan itu, la memang tahu Yan Ie
liehay.
,Tapi kau telah keras, saudara Tiat,” ia kata. ,,Aku lihat,
kegagalan kita ini disebabkan jumlah orang kita kurang banyak
Bukankah kita berhasil menumpat kekuatan Liong Bin Kok ?
Aku percaya, meski mereka dapat kabur, Ong Pek Thong dan
anak anaknya pasti akan tak dapat berbuat apa apa lagi.”
Karena musuh telah kabur semua, Sin Thian Hiong lantas
mengumpulkan barisannya, lalu ia mengajak semua orang
berkumpul di Yan Bu Thia, ruang latihan dari Liong Bin Kok,
yang baru saja habis dikuasai Ong Pek Thong
Toan Kul Ciang lantas memberi selamat kerada Cee In dan
Leng Song. Habis itu, nona nee menuturkan pengalamannya,
mulai ia dan ibunya diculik. sampai ia di- bawa ke Liong Bin
Cok, hingga Yan Ie menolong irtemberiKan o’oat.
Cee In semua masgul niendapat tahu ibu Leng Song masih
didalam bahaya Tapi segera ia ingat bisikannya Yan Ia tadi.
Menurut kau, anak perempuan Ong Pek Thong itu tidak
jahat, kata ia Dia juga telan membilangi aku untuk mencari
orang di lembah Toan Hun Giam dikaki puncak Lian Hoa Hong.
Bukankah orang yang dia scbutkan itu dimaksudkan lbumu?”
Oh, benarkah dia membilangi de- mikian? ‘ tanya Leng Song
girang. Tidak salah lagi, terang dia sengaja membuka rahasia
kepada kau, engko, untuk mengasi tahu dimana ibu di kurung.”
Dapatkah kita percaya habis keterangannya anaknya Ong
Pek Thong itu?” tanya Touw Sian Nio Nyonya ini ma sih
dipengaruhi kebenciannya kepada ke luarga Ong. Kita harus
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menjaga supaya kita jangan sampat kena di pedayakan dan


dijebak”.
“Bibi, jangan kuatir, kata Leng Song kalau dia mau
mencelakai aku, tak usah dia turun tangan, cukup dengan dia
tak memberikan obat padaku. Maka itu aku percaya kekasihnya
itu
Nona ini menjelaskan sikapnya Yan Ie ketika nona itu
menolong ia dengan memberikan obat padanya.
Sian Nio dan Kui Ciang men jadi heran sekali. Sikap Yan Ie
tidak dapat dimengerti.
Saudara Lam apakah kau kenal nona itu? Sian Nio tanya Ce
In. kenapa dia tolehnya membuka rahasia terhadapmu?
Engkoh Cee In pernah bertemu dengannya di gunung Hui
Houw San, Leng Song mevvakilkannya inemberi jawaban.
Syukur aku ketahui baik segala perbuatannya engko In, kalau
tidak bisa ke- jadian aku mencurigai dia, Cee In pun lantas
ingat kelakuannya Mo Lek tadi terhadap Yan Ie, lantas ia
menduga sesuatu. Akan tetapi ia bekep saja dugaan itu, tak
mau ia sembarang mengutarakan pada orang banyak.
Manusia itu ada waktunya dapat memikir beibuat benar, kata
Kui Ciang kemudian Orang yang sadar demikian itu kita harus
beri maaf, kita mesti bantu, maka itu sekarang, setelah nona itu
berbuat baik, tak usah kita main duga duga lagi. Sekarang yang
penting yalah kita harus mengambil keputusan kita mau
percaya atan tidak pembilangannya itu. Nama puncak Lian Hoa
Hong itu terdapat di beberupa gunung. Dia maksudkan Lian
Hoa Hong yang mana- kah ? ”
“Aku si pengemis tua paling banyak berpergian, kata Wee
Wat, “maka itu aku percaya, Lian Hoa Hong itu yalah puncak

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lian Hoa Hong di gunung Hoa San, Disana memang ada jurang
yang bernama (Toan Hun Giam).”
“Mendengar itu, hati Kui Ciang tergerak.
“Hoa San yalah See Gak Hoa San!” katanya. Bukankah itu
gunung tempat kediamannya See Gak Liong-hu Siong?”
Hoa San besar dan dari puncak-puncaknya yang banyak ada
lima yang terkenal, ‘ kata pula wee-wat. Turut apa yang aku
ketahui Hong-hu Siong tidak tinggal dipuncak Lian Hoa Hong.”
Kui Ciang berpikir.
Ketika ibu Nona Hee diculik, orang yang memegang bernama
utama yalah Hong-Hu Siong; ia kata. ‘Maka itu aku percaya
sembilan dalam sepuluh, di sini ada tersangkut Hong-hu Siong
itu,
Sangkaan kau beralasan, berkata Wee Wat, Baiklah, tak
perduli perbuatan itu perbuatan Hong-hu Siong atau bukan,
aku sipengemis tua hendak menyelidiknya sampai kita
memperoleh kepastian ! Mari kita bereskan segala apa disini,
nanti aku temani kamu berangkat ke Hoa San!”
Hal ini menyulitkan Lam Cu In. Ia tengah menjalankan tugas
yang dipercayakan kepadanya oleh Kee Cu Gie. Ia mesti
membangun pasukan sukarela guna dapat mengekang An Lok
San. Dapat- kah ia meninggalkan tugasnya itu ? Gunung Hoa
San berada di dalam wila- yah propinsi Siamsay, dibarat kota
Tong- ivwan atru di selatannya kecamatan Hoa- im, terpisahnya
dari kota Tiang-an beberapa ratus Lie Dapatkah ia membagi
temponya ?
Selagi orang berpikir itu, Sin Thian Hong kata: Kita sudah
berkelahi semalam an suntuk, kita semua letih dan mengantuk,
maka itu, baiklah kita semua beristirahat. Segala apa kita tunda
sampai besok, besok baru kita berpikir pula!”
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ini benar maka semua orang setuju. JLantas orang orang


mengatur tentara pengawas untuk mereka bergilir jaga sampai
siang. Kemudian merekapun berpisah, untuk beristirahat.
Besoknya siang ada dibikin pesta, Sin Thian Hiong semua
menghadirinya. Semua orang bergirang, kecuali Lam Cee In
dan Tian Mo Lek. Mereka berdua ada masing- masing
pikirannya.
Tengah pSsta berlanjut, seorang serda- du datang dengan
wartanya prihal tibanya seorang dan Kim-kee Nia bersama
seorang militer pejabat dari pemerintah, yang kata nya datang
secara kilat untuk bertemu dengan Sin Ceecu.
Thian Hiong sudah menerima pengampunan untuk bekerja
pada negara dan telah diberi pangkat Ciauw-touw-su meski
begitu semua orang sebawahanrya tetap membahasakan dia
Ceecuu. Ia heran menerima warta itu, sampai ia melengak.
“Siapakah itu yang datang? ia tanya.
‘ Itulah Touw Sianseng.’
“Lekas undang ! Lekas untung masuk katanya, cepat.
Touw Sianseng itu Touw Pek Eng. Dia mia menjaga Kim Kee
Nia dalam keduduk- annya sebagai tetamu yang dihormati.
Sekarang dia datang dengan siopsir, mesti itu berkedudukan
tinggi. Atau digunungnya itu telah terjadi sesuatu.
Segera juga Pek Eng terlihat muncul. Dia seperti mandi
debu. Dia diikuti oleh seorang pengawal yang romannya keren.
“Apakah ada terjadi sesuatu dibenteng kita? tanya Thian
Hong belum lagi ia sempat melayani tetamunva itu.
Justeru itu. Lam Cee In dan Toan Kui Ciang berbareng
berseru: Lui Sutee! Lui Hiantee!’ Yang satu memanggil sutee
adik seperguruan yang lain hiantee adik angkat.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sedang Tiat Mo Lek, yang berpangkat dengan tersipu,


berseru Lui su-heng.
Tidak ada urusan apa-apa dibenteng kita Pek Eng menjawab
lekas. Ada juga ini Lui Tayhiap yang datang untuk suatu urusan
penting untuk mana ia ingin lekas menemui kakak
seperguruannya.
Opsir itu memang Lui Ban Cun, muridnya Mo Keng lojin. Dia
bekerja di Sui- yang di bawahan Thaysu Thio Sun. Mo Lek
belum pernuh bertemu dengannya, maka itu ia segera
menghampirkan buat memberi hormatnya sebugai adik
seperguruan.
Kamu semua berada disini, bagus!” kata Ban Cun habis
mereka bertemu satu dengan yang lain. “Lam Suheng, Tiat
Sutee, aku justeru ingin bicara dengan kamu berdua !
Toan tui Ciang sudah berpengalaman ia tahu apa artmya
kata-kata orang she Lui itu, karsua kuatir orang tidak dapat
bicara dengan merdeka, ia lantas berkata: ‘ Kamu baru
bertemu, silahkan kamu pergi duduk dan berbicara diruang
belakang! Sebentar, sesudah Lui Tayhiap beristirahat, kita nanti
berkumpul pula disini untuk memasang omong. ‘
Ban Cun tidak berlaku sungkan, ia memberi hormat pada
orang banyak.
Maaf!” katanya, air mukanya rada kucal.
Touw Pek Eng mengedipi mata pada Sin Thian Hiong kepada
siapa ia kata: Sin Toako, tak usah sungkan-sungkan ! Bukankah
kita sahabat sahabat kekal ? Untuk minum sendiri, tak usah kau
yang melayani! ‘
Thian Hong dapat menangkap isyarat itu. Ia menduga
kepada utusan penting. Pek Eng minta ia menemani sendiri
pada Ban Cun. Maka ia lantas tertawa dan berkata : “Baiklah,
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sin Toako, Lui Jieko baru sampai, sebagai tuan rumah, aku
tidak boleh berlaku sembarangan ! Lui– Jieko, silahkan !”
Berkata begitu, Thian Hiong lantas mengajak tetamunya
masuk ke dalam, terus ke kamar rahasia.
Sutee, ” Cee In segera menanya, ‘ benarkah telah terjadi
sesuatu perebahan?
Ban Cun mengasi lihat roman sungguh-sungguh.
‘ Kota Tongkwan sudah jatuh,’ sahut- nya, “Ko See Han
sudah menakluk pada pemberontan. Sekarang ini teatera
pemberontak lagi menuju ke Tiang-an!”
Itulah hebat, sampai Cee In bangun berdiri.
Ko Sie Han menjadi jenderal yang dipercaya oleh pemerintah
agung, dia telah menerima budi negara. Cara bagaimana dia
dapat menyerah kepada musuh?’ tanyanya.
‘Didalam hal ini Yo Kok Tiong memegang peranan penting,
Ban Cun menerangkan. ‘ Dia memang tiiak aku dengan Ko Sie
Han. Kalau Ko Sie Han berdiam tetap di kota Tongkwan, tanpa
ia ber- pentang, An Lok San pasti tidak akan dapat berbuat
apa-apa, tak dapat dia menyerang pecah kota itu. Yo Kok Tiong
kuatir pengaruhnya Ko Sie Han menjadi besar, hingga itu dapat
membaha- yakan kedudukannya, lantas dia menggu- nai akal-
musJihat, yaitu dia mengajukan usul kepada Seri Baginda Raja
supaya Ko Sie Han diperintahkan maju menyerang guna
merampas pulang daerak-daerah di Siamsee dan Hoolok. Atas
itu Ko Sie Han memberi laporannya kepada Raja,
memberitahuan bahwa dalam ke- adaan seperti sekarang ini;
kita baik berdiam saja melakukan penjagaan. Ia berkata
pemberontak kejam, pemberontak tak dapat kesan baik dari
rakyat, tak lama lagi mesti terjadi perlawanan didalamnya,

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

la berkata, sampai itu waktu, barulah kita bergerak


menghajarnya, supaya kita berhasil tanpa melakukan
peperangan besar la-pun berkata, tak usah kita kesusu, kita
bakal memperoleh hasil be’ sar. Disamping itu K.o Sie Han
menun- juki belum selesamya pengumpulan tentara baru.
Lemudian Ko Sie Han menun- juk kepada siasat yang hendak
diambil Kwee Leng-kong, yaitu kalau menyerang kita harus
menyerang ke Utara, ke Ho- an-yang, saranj; pemberontan,
bah va Tong- kwan harus berjaga-jaga saja. Raja tidak turut
pikiran Ko Sie Han itu, Raja telah terpengaruhkan sangat Yo
Kok Tiong.
Demikian Raja memerintahkan supaya Ko Sie Han turut
perintahnya itu, hingga kejadian dia mesti berbareng juga, Tapi
pemberontak sudah mengatur tentara sembunyi. Dia berpura-
pura kalah dan lari, waktu tentara Ko Sie Han taengejar dia
berbalik melawan pnla dan tentara sembunyinya lantas bekerja.
Jalanan ditup dengan kereta-kereta yang berisikan rumput yang
tetus dibakar, gedang tentafa pemberontak lainnya menyerbu
ke tangsi besar. Kesudahannya runtuhlah duapuluh laksa
serdadu Co Sie Han. Ketika ia dapat lari pulang, sisa tentaranya
tinggal delapan ribu jiwa» Habislah dayanya saking
mendongkol, ia taenyerah pada An Lok San. Ia berkata bahwa
ia mau minjam tenaga An Lok San. guna nanti membunuh Yo
Kok Tiong.”
Lam Cee In menghela napas panjang.
‘vKo Sie Han meriiang bukan panglima pandai, meski begitu
sayang dia telah menjadi korbannya Yo Kok Tiong.” kata ia.
Semua-mua kelirunya Pemerintah sendiri yang alpa dalam
urusan ke tentaraan. Inilah berbahaya.
Sekarang ini Sri Baginda Raja memikir untuk menyingkir ke
See Siok, Ban Cun berkata pula. Raja merenca-nakan
mengangkat putera mahkota menjadi Jenderal besar Panglima
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Thaygoan- swee dengan Kwee Leng-kong sebagai


pembantunya.
Cuma hal itu masih belum diumumkan. Sekarang aku datang
ke mari dengan mengaburkan kudaku seperti terbang, aku lagi
menjalankan titahnya Thio Thaysiu dan Kwee Leng kong untuk
mendama-ikan urusan dengan kamu, suheng dan sutee
Urusan apakah itu sutee ? Cee In tanya.
Inilah urusan yang ada sangkutpaut- nya dengan niat
mengungsi dan Seri Baginda Raja, menjawab Ban Cun.
Mo Lek heran. Raja mau mengungsi ada hubungannya
apakah dia dengan kami ? tanyanya.
Ban Cull tertawa „Hendak aku tanya ” katanya, ,,diantara
kamu berdua, suheng dan sutee siapakah yang sudi menjadi
pahlawan pehndung Raja menyingkir ke See Siok! Inilah
suratnya Kwee Leng kong silahkan kamu lihat!”
Saudara sepcrguruan itu memperlihatkan suratnya Kwee Cu
Gie.
Cee In membaca bersama Mo Lek. Dari surat itu mengartilah
mereka pentingnya urusan, sampai Lui Ban Cun mesti melaku-
kan perjalanan kilat itu.
Berhubung dengan pemberontakan An Lok San itu Thio Sun
sebagai thaysiu dari Sui yang telah diangkat menjadi Hong-gie-
Su, pembesar yang membelai kota Yong-kiu Selagi tugaSnya itu
berat sekali tenteranya berjumlah sedikit, sedang rangsumnya
pasti kurang. Maka itu Lui Ban Cun diutus ke Tiang-an, kepada
Pemerintih Agnng untuk meminta bantuan tentera dan rangsum
itu. Justeru Ban Cun sampai di Tiang-an, juteru kota Tong-wan
terjatuh kedalam tangan pemberontak. Hati orang menjadi
kacau, tak terkecuali kalangan pemerintahan. Rajater- lalu
repot dengan urusan keielamatan diri- nya sendin, tak ada
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kesempatannya mengu- ruisoal pembelaan diri atau


perlawanan. Syukurnya ialah Raja dapat menghargai Kwee Cu
Gie dan Thian Bun, yang mempunyai kepandaian untuk menjadi
kepala perang, maka itu Ban Cun diterima menghadap.
Itu waktu hadir juga Cin Siang dan Ut- tie Pak, bingga
mereka turut mendengari pembicaraan, Raja membeber
kesulitannya hingga ia mengambil putusan mengungsi ke See
Siok. Kemudian ia menjadikan bantuan nya, artinya ia
meluluskan permintaan ban tuan dari Thio Sun. Disampmg ia
minta bantuan Kwee Cu Gie dan Thio Sun, untuk mencarikan
orang gagah dan setia, yang dapat dijadikan pehndung
pnbadmya. Dalam saat kesusu itu, ia tidak ingat siapa juga
kecuali halnya Hwee Cu Gie dan Thio Sun mempunyai
sebawahan yang dapat diandalkan.
Selama pembicaraan itu, Cin Siang dan Oet-tie Pak tak turut
mengutarakan pikir- annya kepada Kaisar Hian Coag tentang
usaha melawan pemberontak, yang mesti di tindas.
Sebenarnya Raja mau menahan Ban Cun tidak dapat
meninggalkan kota Sui-yang. Maka itu diambil putusan Raja
menulia firman untuk Kwee Cu Gie dan Thio Sun minta
dicarikan pahlawan yang dimaksud
Firman itu bukan Can yang bawa. Telah dijelaskan kalau
sudah sangat terpaksa Ban Cun mesti kembali, untuk menjadi
pahlawan itu, untuk menjadi pahlawan pribadi itu. ,Gie Can Sie-
wie.
Tatkala itu kota Sui yang seperti dikurung musuh di empat
penjuru, keadaannya terancam bahaya. Ban Cu dapat pulang
ke Sui-yang guna menyampaikan keputusan Raja.
Thio Sun tidak nencarikan pahlawan. maka, ia kirim Ban Cu
ke Kin goan kesatu buat minta bantuan Kwe Cu Gie ke dua
supaya Kwe Cu Gie yang melaksanakan firman Raja itu
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kwe Cu Gie menghadapi kesulitan dalam hal mengambil


keputusan la memang mempunyai pasukan yang lebih kuat dari
pada Thio Sun akan tetapi pasukan itu sangat di- dibutuhkan
eleh ia sendiri, Sebabnya ialah tugasnya jauh lebih berat karana
luasnya daerah yarg ia mesti lindungi: hingga tak dapat ia
memecahkan tentaranya. Ia sendiri, babkan lagi mengumpul
terus tentara sukarela di sekitarnya. Di akhirnya ia mengambil
keputusan, Lam Cee In haras bekerja mengumpul tentara itu
dan Tiat Mo Lek yang pergi ke Tiang an guna melindungi Kaisar
Hian- Cong.
Demikianlah kedatangan Lui Ban Cun itu.
Kata Mo Lek keras, Raja mau mengungsi, ada sangkutanya
apa dia dengan aku ? Apakah cuma jiwa dia yang berharga ?
Ha! Hm ! Aku tidak suka pergi !”
Kata Cee In: ..Kalau begitu, bagaimana, andaikata kan yang
pergi ke Tong-kwan ?”
,,Tidak, itu pun aku tidak snka,” kata Mo Lek. Aku tidak
mempunyai kepandaian’ antuk jadi jenderal dan juga aku tak
suka bergaul dengan segala pembesar tentara.”
,,KLe Tiang an kan tidak suka pergi ka- Tong-kwan kau tidak
sanggnp,” kata Ban Cun tidaklah dengan demikian kau menjadi
mempersulit Kwe Lang kong dan Thio Taysu.
Mo Lek jadi berpikir
„Kalau dibuat perbandingan tugas lebih ringan ialah menjadi
pahlawan’ kata ia kemudian, “sulitnya ialah aku tak setuju
menjadi pelindung Raja,”
Cu In tidak mendongkol, sebaliknya, ia tertawa.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Ya memang terhadap Raja kita tidak berkasan baik.” kata


dia. “sekarang mari aku tanya kau. kau lebih membenci Raja
atau An Lok San ?”
“Mana dapat kedua itu dipadu ?” kite Mo Lek. „Ai Lok San
mengepalai tentara Ouw datang menyerbu. dia berontak. dia
main rampas dan perkosa, perbuatannya sangat menyiksa
rakyat. Dia juga memandang kita, mirip ayam dan anjing, Raja
tidak punya guna tetapi dia tetap orang Han dan dia juga tidak
melukai rakyat seperti An Lok San itu.
„Bagus kau dapat membedakan itu ” kata Cee In, „Maka itu.
kalau sekarang kau pergi. Kalau. An Lok San dapat dilawan dan
ditumpas, itu artinya rakyat bebas. Sekarang kau pikir pula !
Andaikata Raja kena terbunuh nanti, bagaimana ? tidakkah
urusan jadi tambah sulit, dan mencelakai? Bukanlah rakyat
menjadi semakin menderita ? Oleh karena itu. kau harus
melihat dari sudut yang luas kau harus mengutamakan
kepentingan umum !
Mo Lak berpikir.
,Suheng kau benar” katanya, akhirnya. ,,Baik, aku turut kau
!”
Meski ia mengatakan demikian didalam hatinya. Mo Lek
masih tidak puas. Habis bersantap ia pergi mencari Han Cia
Hun. Untuk berdua mereka pergi kehntan bunga bwee.
“Kau nampak tidak gembira.” kata Cie Hun tertawa. ,.Apakah
kan tak senang terhadap aku ?”
“Buat apa akn merasa tidak senang terhadapmu?’ kata
sipemuda masih mendongkol „Aku hanya mendongkol seorang
diri”
Mo Lek lantas mennturkan tugasnya mesti pergi ke kotaraja.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mendengar itu Cia Hun masgul berbareng girang. Masgul


karena ia mesti berpisah, pula dari pemuda itu hingga, entah
sampai ka pan meraka bakal bertemu pula, Girang karena
pemuda itu mengutarakan kemendongkolannya didepannya, Itu
lah bukti sipemuda memandangnya sebagai sahabat karib.
Tanpa merasa keduanya saling menjabat tangan dengan
erat.
„Sudah kau jangan bersusah hatii” berkata sipemudi
menghibur.„Kau menjadi Gie-Cian Sie wie tidak dapat aku turut
kau akan tetapi dapat aku menantikan kembalimu. Kita menanti
hingga pemberontak dapat ditindas dan negara aman
sejahtera, Aku percaya kan tidak bakal menjadi pelindung Raja
untuk selama-lamanya-”
Pasti sekali Mo Lek mengerti maksudnya kata kata
“menantikan” dari sipemudi maka itu batinnya sangat
berbunga.
,.Adik kau baik sekali suka rnenantikan aku!” katanya
memegang tangan orang.
Tiba tiba Nona Han mengawasi tajam pemuda didepannya
itu, “Masih ada orang yang terlebih baik yang rnenantikan kau.”
katanya. ,,Aku kuatir kapan kau melihat dia kan nanti
melupakan aku”
Mo Lek balik mengawasi pemudi itu.
„Ah mengapa hatimu tidak tetap ?” tanya dia.
Nona Han menarik tangannya, mukanya bersemu dadu.
Ah, Kalau kau bakaanya sangat bersyukur, terhadap dia.
kenapa kau telah melepaskannya ?”
.Jikalau kau tetap membilang begini, benar benar aku akan
menjadi gusar.” kata Mo Lek. „Aku cuma melaksanakan aturan
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kaum Kang Ouw, aku cuma membayar hutang lain tidak!


Pernah ada waktnnya yang dia-dapat membunuh aku tetapi dia
sudah tidak membunuhnya, maka itu kali ini aku memberi
ampun padanya Jikalau lain kali kita ber temu pula, kita bakal
jadi musuh benar-benar! Tantang ini sudah beberapa kali aka
ucapkan pada kau kenapa kau masih tidak percaya aku ?”
Hati sinona terasa, tidak enak, akan tetapi mendapatkan
sipemuda gusar, hatinya menjadi lemah.
„Aku cuma bergurau denganmu !” katanya tertawa. „Kenapa
kau jadi bersungguh-sungguh ? Baiklah aku tabu kau pemuda
gagah. tak nanti kau tarpengarnhkan gadisnya musuh, kau
puas bukan ?”
Meski demikian kata katanya sinona menjadi suatu desakan
untuk Mo Lek pada itu tetap masih ada perasaan kurang
tenang.
Sianak muda mengerti itu, ia menghela sepas
Kau lihat, bagaimana besar kepercayaannya si Nona Hee
terhadap Suhangku ” kata ia. Alangkah baiknya jikalau kau pun
mempercayai aku sedemikian rupa.”
Mukanyi Cie Hun menjadi merah. . Kau benar benar ngaco!”
katanya. ,.Cara bagaimana kau dapat membandingkan mereka
dengan kita? . . .
Belum berhanti suaranya Nona Han itu, itu dipecahkan satu
suara teriawa geli, yang datangnya dari rumpun ponon bunga-
bwee rumpun mana tersingkap dan Lenj-Song muncul
diantaranya !
, He, bocah bocah, kenapa kau memperbincangkan aku
dibelakangku” tegurnya tertawa. „Apa itu mereka dan kita ? Ah,
sungguh erat sekali pembicaraan kamo ! Kalau begitu tak
usahlah aku menjadi lagi orang perantara.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mukanya Cie Hun merah. Mulanya ia terkejut, lalu hatinya


menjadi lega:
„Encie Hee apalah kau juga hendak mempermainkan aku ?”
tanya dia.
Leng Song mencekal tangan Orang, untuk ditarik.
„Aku mau jadi orang perantara dari kamu. cara bagaimana
aku jadi mempermainkan kau ‘ tanyanya tertawa ,.Aku bilang
terus terang, kalau kamu berdua benar benar telah saling
menyinta baik lekas lekas merayakan pennikahanmu !
Bagaimana kalau itu dilakukan berbareng dengan hari pilihan
kami ?”
Nona Hee bicara tanpa likat lagi.
Mo Lek malu berbareng girang,
„Apakah pernikahanmu dengan Lem Suheng sudah
ditetapkan harinya” ia tanya.
„Kenapa kamu tidak memberitahukan aku dari siang-siang?
„Apakah seseorang bukan aku telah memberikannya, Leng
Song membaliki. Sekarang aku ingin tahu kepastian kamu !”
..Enso kau berkelakar.” kata Mo Lek tersenyum Ia lantas
menukar panggilan. , Mana dapat kami berbuat seperti kamu ?
Lam Suheng sangat merdeka, kalau dia bilang nikah dia boleh
lantas nikah’”
Noaa Hee tetawa lebar.
,.Baik, baik aku mengerti kamu” katanya,
..Tapi kamu bukankah telah mendapat kecocokan? bukankah
kamu tinggal menanti soal tanggal bulannya saja ?”
Mo Lek bungkam nyata ia telah omong kelepasan.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Cia Hun mengisi lihat roman mendongkol mulutnya sudah


bergerak, tetapi dia batal berbicara
Si pemuda melihat itu ia malu. hingga mau segera
menyingkir diri situ.
Selsgi suasana tegang itu tiba tiba terdengar suara orang
berdehem, lalu muncal seorang lain.
Mo Lek sudah lantas menoleh. Maka ia melihat Toan Kui
Ciang
Mo Lek” kata erang she Toan ito, ..pria kawin wanita
menikan ituUh keharusan manusia hidup didalam dnnia dari itu
jantan kau mMu malu. Benar apa yan* dibilang No na Hee. Kita
sekarang lagi bicara benar-benar. bukan lagi berguran.”
Mo Lek tunduk, Terhadap orang yang terlebih tua itu yang ia
hormati tak dapat la bicara seperti terhadap Lang Song.
„Kothio apakah katamu ?’ kata dia tunduk,”
Kui Ciang tidak lantas memberikan penyahutannya ia hanya
menanya Leng Song; “Nona sudahkah kaa menanya mereka ?
Nona Hee tertawa
„Apa yang mereka bicarakan, semua telah aku dengar ”
sahutnya mereka sudah cocok satu dengan lain maka itu tak
usahlab aku menanyakan lagi.
Kui Ciang bersenyum.
.,Mo Lek berkata. Lam Suhengmu dan No ioa Hee isi sudab
mengambil ketetapan akan menikah besok, berhubung dengan
itu, kami semua memikir, setelah kamu berdua sudah
mendapat kecocokan baik kamu pun menikah berbareng Mo
Lek tunduk pula,
Ini ……ini katanya sukar ia lantas melirik kepada Ci Hun.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Muka Nona Han merah sampai ketelinga nya.


,,Di dalam hal ini aku tidak berkuasa sendiri……?”katanya
perlahan’
Ksi Ciang tertawa terbahak.
„Kami justeru telah menerima pesan ayahmu, untuk menjadi
orang perantara!” katanya Nona Hee menjadi perantara pihak
wanita dan aku dari pihak pria. Kami merangkap menjadi suhu,
Han Tam sudah ketahui hati puterinya. maka itu ia ingin
sekali sebelum Mo Lek-pergi kekota raja, joioh anaknya ditetap
kan terlebih dahulu.
Cie Hun tunduk, ia diam saja.
Tapi Mo Lek berkata: „Aku berterima kasih untuk kebaikan
hati Han Loopee aku pun berterima kasih kepada kau, kothio,
cu ma . . . cuma . . .
Leng Song tertawa.
Cuma apa? katanya. ,,Mustahilkah kau tidak setuju?
Mo Lek jujur ia lantas kata; „Aku cuma kuatir bahwa aku
tidak setimpal untuk Nona Han. Pada pihaknya tidak ada soal
tidak setuju! Cuma aku bakal pergi menjadi Gin Cian Sie-wie,
tak tahu aku kapan aku nanti pulang. Maka kalau besok kami
menikah, itu rasanya kurang cepat.”
Kui Ciang tertawa pula.
Tentang itu kami telah memikirnya!’ kata ia , Habis menikah,
lantas suami isteri berpisahan, itu memang kurang tepat. Tapi
kami mempunjai jalan lain. Kami pikir, dapat kamu bertunangan
terlebih dahulu, sesudah nanti negara aman, baru mau pulang
untuk merayakan pernika han kamu. Tidakkah ini baik?*
Mo Lek mengangguk.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Cie Hun berdiam saja.


Maka demikian keputusan di ambil.
Semua orang menjadi girang, terutama sesudah Liong Bin
Kok kena dirampas. Semua lantas mengatur dan bekerja. Di
sana ada banyak tangan, segala apa pun disiapkan secara
sederhana. Maka segala-gala sudah lantas teratur rapih. Malam
itu orang bersiap selesai maka besoknya, upacara nikah dan
pertunangan dapat dilangsungkan.
Cee In dan Leng Song merasa sangat senang. Mereka
menikah sesudah sama-sama sangat menderita. Cuma satu hal
tak memuaskan Leng Song. Itulah tak hadir ibunya. Bahkan ibu
itu belum ketahuan berada di-mana, dan bagaimana dengan
nasibnya. Dengan tidak hadir, Leng Soat Bwee jadi tak dapat
memimpin upacara nikah puterinya. Sebenfarnya Leng Song
ingin me nikah sehabisnya perang, tetapi ia pun kua-tir nanti
terbit perubahan lagi, maka di akhirnya ia menyetujui saran
Toan Kui Ci-ang itu.
Pernikahan itu juga kebetulan sekali. Lam Cee In telah
mendapat tugas pergi ke Tong-kwan guna mengumpul tentera
sukarela. Maka ketikanya itu dapat sekalian di gunai pergi ke
gunung Hoa Sang guna mencari ibunya Leng Song. Dan hal itu,
Kui Ciang dan isterinya bersama yang lain nya suka pergi
sekalian.
Ciat Mo Lek juga gembirra. Hanya tepat selagi upacara
dilangsungkan mendadak didepan matanya berkelebat
bayangannya. Ong Yan Ie, otaknya memikir Nona she Ong itu.
Ia heran sekali. Telah bulat minatnya menikah Cie Hun. Aneh
kenapa Ong Yan Ie berpeta? Ia lantas mencoba melupai nona
she Ong itu. ia pikir mungkin ingatan itu di sebabkan sinonalah
musuh yang membunuh ayah angkatnya serta paman-
pamannya pula sinona pernah menolongnya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lam Cee In masih mempunyai tugas Buat beberapa hari ia


perlu berdiam di Liang Bin ok. Tidak demikian dengan Mo Lek.
Dihari kedua, dia sudah mesti berangkat ke Tian-an. Maka itu,
pesta berjalan ramai hanya selewatan saja.
Sin Tnian Hiong semua ngantar sampai di mu lu t bembah.
Han Cie Hun menuntun Kudanya Cin Siang, supaya kuda Oey-
piauw-ma itu sekalian di kembalikan pada pemi liknya. Kata
sinona: „Kau pakai kuda ini, supaya kau dapat tiba lebih cepat.
Dikota-raja kau sekalian membayarnya pulang pada Cin Siang
.”
Cie In dan Kui Ciang kenal baik orang she Cin itu, mereka
mengirim tabe untuk di sampaikan kepada sahabat itu. Cee In
menasehati supaya didepan Raja, Mo Lek berlaku tahu diri dan
dimana perlu; dapat dia meminta petunjuknya Cin Sian dan Ut-
tie Pak. Dilain pihak menghadapi U bun Thong, dia harus
waspada, mesti dia bisa menjaga diri.
Cie Hun menghampirkan tunangan itu. Melihat demikian,
semua orang tahu diri, semua lantas mundur. Dengan begitu si
nona sendirian dapat mengantar lebih jauh.
Bisa di mengarti kemasgulan sepasang tunangan baru itu.
Banyak yang mereka hendak katakan, akan tetapi aneh, sekian
lama mereka” sama sama bungkam.
„ Adik Hun ada pesan apa lagi dari kau?” tanya Mo Lek
setibanya di mulut jalanan.
Cie Hun mengawasi, sinarmatanya sayu. „Mo Lek katanya.”
perlahan segera kau bakai sendirian saja, karena itu haruslah
kau menjaga diri, selamanya harus berhati-hati . . .
Pemula itu tertawa.
„Aku bukan lagi bocah cilik!” katanya Tentu saja dapat aku
menjaga diriku! Tak usah kau kuatkan apa-apa
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Biakan melainkan mengenai dirimu sendiri, buat segala


urusan lainnya pun kau harus berhati-hati, pesan oula si
kekasib. „Tidak dapat aku omong banyak, kau sendiri seorang
cerdas, oegitu sudah cukup asal setiap saat kau ingat bahwa
disini masih ada aku . . .
Hati Mo Lek bercekat. Ia tahu artinya pesan itu. Nyata hati
Cie Hun masih tak senang.
Kau jangan kuatir, “kata ia sambil memegang keras tangan
sinona. Di dalam batiku cuma ada kau satu orang.
,Dalam hal yang lainnya, cuma satu yang aku pikirkan …”
Nona Han menatap
,,Apakah itu ? ‘ tanyanya.
,,Itulah tugas mencari balas untuk ayah angkatku !
Cie Hun menghela napas lega.
„Baik, kau berangkatlah!” katanya. „Tak peduli berapa lama
perang berlanjut, aku pasri menantikan kembalimu !”
Mo Lek lompat naik atas kudanya.
,,Kau jaga dirimu baik-baik!” kata ia yang terus mengulapkan
cambuknya membuat kudanya membuka tindakan lebar, ke aka
ia menoleh, tubuhnya Cie Hun nampak samar-samar, lalu
lenyap, akan tetapi dilain pihak kembali ia membayangi wajah
Ong Yan Ie . . . .
Di sepanjang jalan ini Mo Lek senanti asa menyingkirkan dari
tempat-tempat di mana ada tentara pemberontak. Berkat keras
nya kuda uy piauw ma lari. didalam tempo beberapa hari ia
sudah mendekati kota Tong kwan. Dengan begitu ia tiba lebih
cepat dari pada rencananya, setibanya dikota ini, ia lantas
menghadapi soal sulit. Itulah sebab Tongkwan sudah terjatuh
dalam tangan An Lok San. Ia berada di pesisir sungai Hong
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hoo, ia hendak pergi ke Tiang-an, kota Tongkwan mesti


dilewati. Atau ia mes ti membuang tempo pergi ke lain tempat
penyeberangan.
Disaat kacau saperti itu, orang pun sulit mendapatkan
perahu eretan. Tukang-tukang perahu dipenyeberangan Hong
Hoo itu SMdah mengungsi ke lain tempkt. Maka di tepian,
ditengah sungai tak nampak sebuah perahu juga
Dengan terpaksa Mo Lek menjalankan kudanya disepanjang
tepian. [a mengharap-harap mendapatkan sebuah perahu,
sesudah setengah jam lebih, tiba-tiba hatinya menjadi lega, di
tepian di bawah pohon yangliu ia melihat sebuah perahu kecil.
Ia segera menghampirkan.
Dari dalam kendaraan air itu muncul seorang laki-laki, tak
menanti Mo Lek berkata padanya, ia sudah mendahului, lebih
dahulu ia menggoyangi tangan berulang-ulang Ia kata : , Tak
mau aku hidup di ujung golok ! Tak mau aku mengerjakan pula
pekerjaanku ini. Tuan, silahkan kau mencari lain perahu !"
Mo Lek mengeluarkan sepotong emag.
„Sekarang ini ke mana kau mau suruh aku mencari perahu '
kata ia. ,,Kau bawa aku menyeberang, uang emas ini untukmu
!"
Matanya tukang perahu itu bersinar, ia berdiam,
kelihatannya ia berpikir.
.Baiklah." sahutnya kemudian. „Burung mati karena
makanan, manusia mati karena uang, dengan memandang,
uang emasmu ini suka aku pertaruhkan jiwaku, untuk
menyeberangkan kau ! Apakah kau hendak- membawa sekalian
kudamu '

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Kuda ini pengganti kakiku, pasti aku mesti bawa nyeberang


" sahut Mo Lek yang terus menuntun kudanya, untuk dibawa
na ik ke perahu. Syukur masih ada tempat buat binatang itu.
Si tukang perahu menepuk-nepuk punggung kuda itu, kuda
uy-piauw-ma meringkik, terus kaki belakangnya berjingkrak,
untuk menendang. Syukur Mo Leksebatdan mencegah dengan
cepat.
„Kuda ini keras hatinya," kata si tukang perahu. „Dialah
seekor kuda jempolan !"
„Apakah kau pandai melihat kuda ' Mo Lek tanya.
„Sudah banyak kuda ysng diseberangkan disini, belum
pernah aku melihat yang sebagus ini, ' kata tukang perahu itu,
yang lementara itu sudah melepaskan tambatan dadungnya,
maka dilain saat, kendaraan air itu sudah mulai dikayuh.
Inilah yang pertama kali Mo Lek berlayar disungii Hong Hoo
Ia melihat bagai mana air keruh bergelombang, dikejauhan air
seperti menempel dengan langie. Ia men jadi kagum hingga
tanpa merasa ia bersiul nyaring.
,,Tuan." tanya si tukang eretan, , sekarang ini lagi terbit
bahaya perang, mengapa tuan membuat perjalanan ? bahkan
tuan berjalan seorang diri ? kenapa tuan membahayakan diri
dengan menyeberangi sungai Hong Hoo ini?"
Mo Lek mengawasi. Ia me ihat orang sangat memperhatikan
kudanya. Ia kata di dalam hati : „Jikalau kau main gila, kau
harus tahu rasa ! ' Ia menjawab, secara te-rus-terang : „Akulah
seorang prajurit dari pasukan tentara negeri, tetapi aku
terpisah dari induk pasukanku, sekarang aku lagi berjalan
pulang, kenapa apakah kau takut?'
„Oh, begitu !' kata tukang perahu itu

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Sungguh tayjin setia kepada negara ! Tay jin harus dipuji


Sekarang aku ketahui tay jin siapa, jangan kata yang aku sudah
di berikan uang emas, walaupun tidak pasti akan atu tolong
seberangi tayjin. '
Mo Lek bercuriga. Ia melihat orang wajar sekali. Pikirnya :
„Ditepian ini cuma ada dia seorang diri bersama kendaraannya
ini. Tadi pun dia agak jeri menyeberangi atu. Setelah mendapat
uang, ia menjadi ta bah, sekarang ia jadi begini berani, satu
didalam dua, dia kemaruk, uang atau dia mengandung suatu
maksud .
Diam-diam pemuda ini merogo sepotong uang tembaga,
untuk digenggam. Sedikit saja orang bergerak, hendak ia
menghajarnya dengan uang itu.
Tukang perahu itu pandai mengayuh. Perahunya itu dapat
laju dengan pesat sekali, diwaktu magrib, tibalah mereka
diseberang.
„Silahkan mendarat, tay-jin. berkata dia. ,,Tayjin sudah
memberi lebih, tak usahlah tayjin menambahkan "
Kata kata itu dapat diartikan bahwa dia telah ketahui
ditangan sipemuda ada tergenggam uang.
Muka Mo Lek merah sendirinva. Ia pikir: „Mungkinkab dia
orang Kang Ouw juga? Kalau benar, aku salah maka aku
bercuriga berlebihan...
Didalam hari-hari biasa, pasti Mo Lek suka mengajak orang
bicara terlebih jauh. Sekarang ini ia mementingkan
perjalanannya. Maka itu habis mengucap terima kasih ia lantas
berangkat. Ia maiih mendengar tukang perahu itu memuji
kagum: ,.Sungguh seekor kuda jempolan!"
Manggunai saat gelap dari sang sore. Mo Lek berjalan mutar.
mengitari kota Tong kwan, untuk melintasinya. Dengan begitu
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tibalah ia dalam oaerah yang di keasai tentera negeri. Disini ia


berhenti juna melewati sarg roaUtn Brosnya pagi-pagi ia sod ah
berjilan pula. Ketika sore
mendatangi, ia tiba di Hoa im.
Gunung Hoa Sio terletak diselatan kota Hoa im setibanya
dikecamatan itu Mo Lek ingat akan reticanaaya Lnra Cee lu
yang mau pergi kegurung itu guna mencari dan menolongi
orang jalah ibunya Leng Soog. Ingat hal itu ia ingat juga halnya
sendiri Ia tiba dua hari leoih cepat dari selayaknya. Jarak
diantara Hoa-Im dan Tiang an duaratus lie lebih, dengan
rnenuaggang kudanya yang jempolan ini kalau besok pagi ia
berangkat ia bisa mencapai dikotaraja dalam tempo setengah
harian yaitu lewat tengah hari. Karena mempunyai kelebihan
tempo ini ia memikir untuk pergi ke Hoa San guna melakukan
penyelidikan: Lalu ia bersangsi. maka ia pikirkan pula niatnya
itu. Sesudah memikir masak masak, ia membatalkannya Ia
memikir sebaliknya, Yalah ia bersendirian saja apabila ia gagal
bukankah ia menggagalkan juga urusan besar? Ia mesti pergi
kepada Raja yang harus di lindunginya
Malam itu Mo Lek sinigah dalam sebuah hotel didalam kota.
Mendekati fajar mendadak ia mendengar ringkik kuda. Ia kanali
suara uy-piauw-ma yang nyaring sekali. Ia kaget, maka ia lari
keluar dari kamarnya terus pergi ke istal Ia menyalakan api. Ia
melihat kudanya tidak kurang suatu apa Ia berlaku teliti. Ia
memeriksa tanah disitu dan sekitarnya. Ia tidak melihat tapak
kaki. Ia menjadi heran.
..Nampaknya tidak ada pencuri kuda tetapi Kenapa binatang
ini meringkik keras? ]a berpikir.
Disebelab timur sudah mulai berbayang cahaya patih.
Melibat itu hati Mo Lek menjadi lega. Ia tidak memikir buat
membuat penyelidikannya lebih jauh Kudanya ada dan

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

selamat. Maka ia lantas berkemas dan menaiki kudanya itu


guna melanjuti per jalanannya.
Baru jalan seuntaian. tiba tiba Mo Lek menjadi heran
Kudanya memperlihatkan tanda tanda luar biasa. Kuda ita
mengorong kecapaian, jalannya makin lama makin perlahan Ia
menghentikannya ia lompit turun guna memeriksa. Kedua
matanya kuda ita juga tak bersinar lagi mulutnya mengeluarkan
ilar putih, berbuih. Lalu kuda itu menggoyang goyang
kepalanya dan meringkik perlahan saaranya menyedihkan.
Heran! Kuda ini gagah, tadi malam dia makan banyak
kenapa sekarang baru jalan sepuluh lie lebih dia jadi begini?
Kenapa dia jadi kecapaian dan tidak kuat jalan? Mungkinkah dia
sakit mendadak?
Selagi bingung itu anak muda ini melihat seorang jalan
mendataagi dari arah dapan. Tiba didepan ia orang itu
meaghentikan tindakannya.
„Sayang! Sayang!” kata dia seorang diri setelah dia
mengawasi kuda uy piauw-ma.
Mo Lek lihat orang muda bertubuh jangkung romannya
bukan seperti orang ke banyakan. Anehnya, ia seperti pernah
melihat orang ini, hanya ia lupa di mana mereka parnah
bertemu.
,.Maaf. tuan’* ia menyapa sambil mem beri hormat.
,.Dapatkah aku mengetahui she dan nama tuan mengatakan
sayang7″
„Aku Tian Goan Siu menyahut pemuda itu. „Aku menyayangi
kuda kau tuan!”
„Kenapakah?” Mo Lek tanya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

, Kuda tuan ini mestinya kuda jempolan sayang dia dapat


sakit. Aku kuatir kuda ini tak dapat hidup melewati hari ini…
sahut orang itu.
Mo Lek heran.
,.Tuan, katanya, kalau taan bisa lihat kuda ini sakit, tentu
tuan mengetahui juga cara pengobatannya. Apakah tuan dapat
menolong aku? Kalau tuan dapat menolong, tidak nanti aku
lupakan kebaikan kau ini” Mata orang ganda itu terbalik. Dia
agak kurang tenang.
„Tuan kau memandang terlalu rendah padaku!” katanya.
,,Kalau tuan bicara pula dari hal kebaikan akan aku segera
mengangkat kaki dari sini”
Paras Mo Lek merah. , Maaf, tuan, kata ia seraya memberi
kormat. ,,Aka tidak sangka tuan seorang cagah. Baiklah!
Sekarang dengan melihat kuda ini kuda jemholan, aku minta
tuan suka tolong mengobatinya.” Tian Goan Su tertawa.
..Nah, begitu baru benar!*’ katanya. Akn tidak kenal apa
yang dinamakan orang gagah, Ak u hanya sangat menggemari
kuda jempolan. Sebenarnya, tak suka aku melibat kuda ini mati

Habis berkata begitu, ia mendekati kuda, ia merabah
tubuhnya dan memasang telinga diperutnya, guna mendengari.
Dua kali kuda itu meringkik keras, meski dia lemas, dia
mengangkat kakinya, menjentil orang tidak dikenal ini.
,Hus, jangan!” kata Mo Lek pada kudanya tu. „Orang lagi
memeriksa untuk mengobati kau, kenapa kau galak tidak
keruan?”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kuda itu, entah karena mendengar kata, atau karena


tenaganya sudah habis, lantas berdiam, dia tidak menendang
pula. Dia lantas mendekam, membiarkan orang memeriksanya.
,,Berat sekali sabitnya kuda ini, kata Goan Siu kemudian,
alisnya berkerut. ,,Akn sangsi dapat mengobati atau tidak,
tetapi nanti aku coba.” Ia lantas mengeluarkan sebatang jarum
dalam mana ada barang cairnya warna hijau. Ia lantas
menyuntik perut kuda itu. Ia menahan jarum itu beberapa
detik, ketika ia mencabutnya, ia membarengi menepuk kuda
seraya berseru: „Kau bangunlah’”
Aneh! Obat itu sangat manjur! Kuda itu meringkik, terus dia
berjingkrak bangun. Tapi terhadap Tian Goan Siu, dan nampak
jeri berbareng gusar. Dia mundur, keempat kakinya lantas
menoker-noker, hingga pasir dan debu perhamburan.
,,Saudara, kau pandai sekali” ia memuji. „Tidak dapat aku
membalas budi, maka itu aku cuma dapat mengucap terima
kasih! Terima kasih saudara’”
„Masih terlalu siang kalau sekarang kau menghaturkan
terima kasihmu,” kata orang she Tian itu. „Kalau tetap kau
menunggang kuda ini, kalau setelah berjalan sepuluh lie lebih
kuda ini tidak kumat penyakitnya, itu tandanya dia sudah
sembuh benar, tapi andaikata dia sakit lagi, lekaslah kau kem-
bali, akan aku nantikan kau disini, aaati aku dayakan
menolongnya pula.”
Mo Lek melihat kudanya sudah segar sekali.
„Dia sudah sembuh seperti biasai” katanya. „Aku rasa
sakitnya tak bakal kambuh!” Ia memberi hormat, ia mengucap
terima kasih, lantas ia lompat naik atas kudanya ito, yang terus
ia kasi laii. Ketika ia menoleh, ia melihat orang lagi berdiri
mengawasi padanya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Baru lari sepuluh lie lebih, mendadak Mo Lek menjadi kaget


lagi. Untuk herannya, ia mendapatkan oey-piauw-ma berjalan
lambat, napasnya mengorong, mulutnya me ngeluarkan liar
berbusah seperti tadi. Ia menjadi bingung. Karena ia percaya
sianak muda, dengan terpaksa ia turun dari kudanya, ia tuntun
binatang itu berjalan balik.
Belum sampai ditempat tadi, Goan Sitf sudah terlihat berlari-
lari mendatangi.
„Benar-benar kuda itu kambuh?” kata-nya. „Syukur aku
belum pergi!”
Mo Lek menyahuti akan tetapi ia menjadi heran.
, Kalau dia tahu kekuatan kuda cuma buat belasan lie,
mengapa dia suruh aku mencoba juga menunggangnya ?”
demikian pikirnya. „Mungkinkah karena dia kuaur aku
menyangsikannya, dia sengaja menguji aku untuk menguji aku,
untuk membikin aku tunduk akan kepandaiannya? ‘
Memikir demikian, anak muda ini menjadi curiga. Tapi ialah
seorang Kang Ouw yang berpengalaman, meski ia masih muda
ia dapat mengunai otak. Tak mau ia memberi kenyataan apa-
apa. Dilain pihak, tak mau ia meninggalkan kudanya itu.
„Tak perduli apa juga, biarlah aku menaruh kepercayaan
padanya,” pikir pula. Maka ia bawa kudanya kedepan pemuda
tidak dikenal itu. Ia berkata: „Saudara benar katamu tadi, kuda
initak sanggup jalan lebih auh dari pada sepuluh lie lebih. Aku
minta sukalah saudara menolong jiwanya.
„Sekarang ini sakitnya kuda ini bukan lagi aku yang dapat
mensobatinya,” berkata Tian Goan Siu. „Tapi aku mempunyai
guru, yang kepandaiannya sepuluh lipat le* bih liehay
daripadaku…Ah, aku masih belum menanya she dan nama
mulia dari kau, saudara!”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Tiat Mo Lek memberitahukan namanya nama yarg palsu.


..Saudara Tiat.” berkata Goan Siu kemu dian, „jikalau kau
tidak mempunyai urusan yang terlalu penting, silahkan kau
tuntun kudamu ini turut aku menemui guruku. Mau kah kau?”
Mo Lek perlu lekas pergi ke Tiang-an, dilain pihak ia
menyayangi kudanya itu.
„Aku telah mempunyai kelebihan tempo dua hari, mungkin
tak apa apabila aku terlambat satu atau dua hari …” pikirnya.
“Tanpa kuda, bagaimana sesampainya di Tiang an aku mesti
bicara dengan Cin Siang?”
Masih ia bersangsi. Ia berpikir pula : Orang ini mencurigai.
Kita tidak kenal satu dengan lain, mustahilkah dia mau men
celakai aku? Taruh kata benar dia berniat jahat, apakah aku
mesti takut terhadapnya? Kalau aku tidak turut mesti kuda ini
mati, dari itu baiklah aku ikut dia untuk sekalian menguji hati…”
Lantas ia mengambil kepastian. Ia berkata: „Syukur jikalau
gurumu dapat menolong kudaku ini. Nah baiklah mari aku turut
kau!”
Goan Siu memberikan pula satu kali inyeksi, yang membikin
kuda itu menjadi sedikit lebih segar. Hanya aneh kuda itu,
teperti jeri terhadap tabib kuda itu, dia saban-saban meringkik
tak seperti biasanya.
Mereka lantas berangkat. Selang sekian lama, Mo Lek
merasa heran.
,,Tuan apakah gurumu tinggal didalam gunung Hoa San?” ja
tanya,
„Benar,” Goan Siu menyahut. „Guruku jemu dengan umum,
ia tinggal menyendiri didalam gunung mi sudah sepuluh tahun
lebih.”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mengawasi gunung Hoa San, Mo Lek lantas ingat See Gak


Sin Liong Hong-hu Siong. si Naga. Sakit dari Hoa San, lantas
dia ingat bisiknya Ong Yan Ie kepada Lam Cee In. Mungkinkah
benar ibunya Leng Song berada didalam gunung itu?
Karenanya ia rada bersangsi, hingga ia merandak.
„Guruku itu membangun gubuk didalam lembah.” Goan Siau
kata, „karena itu tak usah kita mendaki gunung.”
Mo Lek berpikir pula: „Keterangan dia ini cocok dengan
keterangannya Yan Ie. No na itu menyebut jurang Toan Hun
Giam dikaki puncak Lian Hoa Hang. Bukankah jurang itu
lembah juga?”
Sambil terus menuntun kudanya, pemuda ini berjalan
mengikuti orang she Tian itu.
Mereka mulai memasuki lembah, yang terapit dua buah
puncak hingga meskipun di-sianghari dan matahari bersinar
merah, didalam lembah tidak ada sinar terang dan hawanya
pun lembab
Tak lama Mo Lek sudah mendapat lihat sebuah rumah berdiri
ditepian tanjakan, temboknya merah gentingnya hijau, dibagian
depannya ada kebun bunga, disitu seorang nona mirip budak
tengah mengurus cabang-cabang bunga. Ketika nona itu
melesat tetamu dia lari untuk menyambut sambil dia menanya .
,,Oh, siauwya sudah pulang: „Adakah ini tabib yang diundang !
,,Ah sungguh tidak tahu aturan!” kata Goan Siu Didepan
tetamu yang terhormat kau membuat berisik tidak keruan! Buat
apa kau usilan? Lekas tuntun kuda ini ke-kandang dan kasi
makan baik-baik! Kau mengarti tidak?”
Melihat dan mendengar semua itu, kecurigaannya Mo Lek
menjadi bertambah.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Katanya didalam hati: „Menurut budak ini, Tian Goan Siu ini
tuan muda dari rumah ini, maka itu orang didalam rumah itu
mesti ayahnya. Kenapa tadi dia menyebut-nyebut gurunya?
Mungkinkah gurunya ialah ayahnya?”
Sudah umum bahwa ayah mewariskan kepandaiannya kepala
sang anak, tetapi tak umum akan menyebut ayah sebagai guru.
Pula aneh: „Goan Siu mau mengundang tabib, karena ia justeru
diajak untuk mengobati kudanya?
-oo0dw0oo-

Jilid 19
Goan Siu seperti dapat menerka kecurigaan orang ia tertawa
dan kata : „Guruku tinggal beriama-sama aku Sekarang ini
dirumahku kebetulan ada orang yang lagi mendapat sakit,
karena mana guruku menyuruh aku pergi ke kota mengundang
tabib . . .
Keterangan itu menambah kecurigaan si tetamu.
,,Kalau begitu, saudara Tian, tidakkah karena urusanku kau
menjadi terlambat mengundang tabib ‘ katanya.
„Guruku sudah lama tinggal di dalam gunung, dia tidak tahu
urusan diluar, ‘ Goan Siu menerangkan pula. „Coba pikir disaat
kacau seperti ini, mana didalam kota dimana ada tabib?
Saudara Tiat, aku minta kau tak menjadi kecil hati. Mari masuk
aku juga kebetulan hendak bicara denganmu.”
„Aku sudah datang, baik aku turut pada nya, ‘ pikir Mo Lek.
,,Coba aku lihat dia mau memberikan pertunjukan macam
apa…’
Goan Siu memimpin tetamunya masuk, liba didalam, ia
lantas mengundang duduk.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mo Lek lantas minta ketemu dengan gurunya tuan rumah itu.


,Untuk menemui,guruku, sebentar pan boleh,” berkata Goan
Siu. „Tentang sakit kudamu, aku taggung guruku dapat
mengobatinya. Saudara aku mempunyai satu urusan buat mana
aku hendak memohon bantuanmu.
„Saling membantu itu yalah soal yang layak,” kata Mo Lek.
„Saudara Tian silah-kan kau menerangkan urusan itu, sebisa-
bisanya akan aku bantu kau.
Goan Siu mengangguk.
„Barusan budakku bicara dari hal orang sakit,” kata. ia. ,,Itu
benar Tapi disini kuda terselip salah faham. Memanglah niatku
mengundang tabib, saudara Tiat Duduknya hal yaitu, aku mau
minta saudara mengobati penyakitnya adik seperguruanku.”
Mo Lek tercengang. Dengan ,.adik seperguruan” itu, Goan
Siu menyebut „sumoay’ yalah adik seperguruan wanita. la mau
menyangka su heng atau su-tee, kakak atau adik seperguan
pria
„Bagaimana saudara?’ katanya. „Aku tidak kenal ilmu tabib .
. .”
„Penyakit lainnya mungkin saudara tak dapat, tetapi sakitnya
saudara seperguruanku ini mesti dapat,” kata. Goan siu. .Kalau
tidak, tak nanti aku mengundang saudara. ‘
Dalam herannya, Mo Lek menduga bahwa si sakit itu kena
terlukakan musuh. Maka ia kata didalam hati : „Kalau ia ter luka
aku ada membekal obatnya …”„Saudara Tiat,” berkata Goan Siu
pula „untuk dapat memastikan kau dapat mengobati atau tidak,
baiklah kau tengok dulu adik seperguruanku itu ”
Mo Lek berpikir sejenak.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Baiklah !” ia menjawab , Hanya kalau itu luka didalam benar


benar aku tidak sanggup menolong.”
Goan Siu berjalan didepan, untuk me-mimpia tetamunya. Mo
Lek mengikuti, hingga ia ja’an dilorong yang banyak
tikungannya. Tak lama tibalah mereka didepan kamar. Goan Siu
menolak daun pintu dengan perlahan.
„Saudara Tiat, silahkan kau masuk perlahan lahan,” kata dia.
Mo Lek melongok dulu dari daun pintu yang baru dibuka
“separuh, begitu ia melihat, ia menjadi kaget saking herannya.
Ia melihat seorang nona rebah diatas pembaringan yang
berukiran, nona itu madap keluar hingga terlihat mukanya. Dia
memejamkan mata, dia nampak benar lagi sakit. Nona itu yalah
. . . Ong Yan Ie adanya !”
Dalam kagetnya, pemuda ini lantas memutar tubuhnya,
niatnya mengangkat kaki, tapi segeraia merasa pundaknya
ditekan orang serta telinganya lantas mendengar suaranya
Goan Siu : „Saudara Tiat, tak dapat kau pergi !”
Mo Lek berkelit dengan tipu silat me-rengkatkan tubuh, yaitu
,,Pa Ong Gie Kah” atau „Couw Pa Ong meloloskan jubah
perang,” lantas dia kata keras : „Cau memancing aku kemari,
mau apakah kau ?”
Tian Goan Siu lompat mengejar Ia kenal baik rumah itu,
dapat ia mendahului tiba dipintu tengah dimana ia berdiri
menghadang.
„Benar, aku memancing kau datang kemari !” katanya terus
terang. „Tetapi, saudara Tiat, tidak ada maksud jahat dari aku,
dengan setulusnya mengundang kau untuk Mengobati adik
seperguruanku itu !”
Mo Lek menyampok dengan sebelah tangannya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Kau ngaco,” bentaknya. „Teranglah kau kawannya Ong Pek


Thong ! Terang kau hendak mencelakai aku ! Hm ! Walaupun
aku telah terperangkap, untuk kau mem bekuk aku, tak
mudah.! ‘
Tian Goin Siu menangkis dengan tipu-silat ,,Sian Ciang* atau
Tangau Lunak,” begitu seterusnya sampai tiga kali ketika Mo
Lek menyerang dia saling susul kemudian dia lompat mundur
sambil berkata : ..Saudara, bukankah kau telah melihat adik
seperguruanku itu ? Apakah kau tidak melihat bahwa dia benar-
benar lagi sakit ? Kenapa kau tidak percaya aku ?”
Sementara ‘itu, sebagai kemudahannya bentrokan beberapa
jurus itu, Mo Lek ingat sesuatu.
,,Tunggu dulu ! ‘ kata ia. „Bukankah kau si orang bertopeng
yang kemarin ini didalam lembah Liong Bin Kok sudah
menolongi meloloskan sibangsat tua she Ong?”
Mo Lek ingat baik sekali ilmu silat lihay dari si orang
bertopeng itu.
„Bagus !” berkata Tian Goan Siu. , Karena kau telah
mengenali aku, sekarang kau harus percaya aku ! Aku bukan
kawan mereka !”
,,Kau aneh ! ‘ kata Mo Lek. ,,Kau bicara putarbalik! Itu hari
kau berlaku mati-matian menolongi Ong Pek Thong, kenapa
sekarang menyangkal menjadi kawannya ? ”
,,Baiklah aku omong terus terang!” kata Goan Siu. ,.Nona
Ong itu menjadi adik seperguruanku. Aku tidak suka dia
campur legala berandil, maka itu aku tarik dia dari samping
ayahnya. Bahwa aku menolongi iyah dari adik seperguruanku
itu, melulu umtuk diaaya, sama sekali bukan karena aku setuju
sepak terjangnya Ong Pek Thong ! Bukankah hari itu kau telah
melihat caranya aku menolongi mereka? Memang ! Hari itu aku

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

membela mati matian mereka ayah dan anak, akan tetapi untuk
itu, tak pernah aku membunuh atau ‘melukai orang pihakmu !
Jikalau aku kawannya Ong Pek Thong apakah kau sangka Sio
Thian Hiong dapat hidup terus? Sekalipun Nona Han kamu
sedikitnya dia bakal terluka
Mo Lek dapat membayangi pertempuran hari itu. Memang itu
hari Goan Siu cuma bertindak menolongi orang. Ia pun melihat
liehaynya orang she Tian ini. Karena ini, ia tidak membenci
seperti semula.
„Baik, aku suka percaya kau.” ia menyahut. „Aku percaya
kau bukan kawannya Ong Pek Thong. Sekarang aku tanya kau,
bukankah Ong Pek Thong si bangsat tua itu berada disini ?”
„Tidak !” Goan Siu menjawab. „Ong Pek Thong terlalu
dipengaruhi harta besar dan kedudukan tinggi, untuk itu dia
sampai meminjam tenaga bangsa asing, dia ingin menjadi jago
dan raja, tak dapat aku mem-bujuki dia, karena itu, aku
membiarkan dia pergi. Disini aku cuma menahan anak
perempuannya, yang sekarang lagi beristirahat.”
Mo Lek berpikir lekas. „Taruhkata Tian Goan Siu ini
bukannya musuh, dia toh bangsa tolol! ‘ Dikirnya. „Dia
bertindak sangat sembrono. Kalau dia tidak dapat membujuk
Ong Pek Thong. kenapa dia tidak membunuhnya saja?”
Pemuda ini berpikir sepihak’ Tak ia mau ingat Yan Ie menjadi
su-moay orang karena mana sudah tentu Goan Siu sebagni
suheng, kakak seperguruan tidak dapat membinasakan ayah su
moay itu. Ia menghendaki orang polos sebagai ia sendiri yang
hanya mengutamakan kejujuran.
Goan Siu melihat orang ragu ragu ia mendesak: „Terang
padamu Kau telah melihat kematian lagi mendatangi, apakah
benar beaar kau tidak mau menolong mencegahnya?*

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mo Lek pun mendongkol ..Kenapa kau mendesak begini rupa


padaku? taaya ia. ..Bukankah aku telah bilang bahwa aku tidak
mengarti ilinu tabib?”
Goan Siu tertawa dingin.
„Bakankah aku pun telah membilang?” katanya. Penyakitnya
lain orang tak dapat kan obati tetapi penyakitnya sumoy ini
kau pasti sanggup! Cukup asal kau menyebut sepatah kata ,
Aku datang menjengukmu! lantas sakitnya akan sembuh
separuhnya
Luar biasa aada suara orang she Tian ini. Disitu ada nada
jelus atau irihati.. ..
Muka Mo Lek menjadi merah. Didepan-nya berbareng
terbayang wajahnya Yan le dan Cie Hua Biar bagaimana ia
merasa berkasihan terhadap nona she Ong itu. Orang selalu
baik padanya dan suka menolong ia meskipun pertolongan itu
berarti menentang Ong Pek-Thong ayahnya. Nyatalah Yan Ie
menyintanya luar biaia. Disapa tapiaya ada Cie Hua memberi
pelana?*
,,Apakah kau tidak tabu sumoymu itu musuhku?” tiba tiba ia
kata keras. ,,Jangan kata aku tidak mengarti ilmu ketabiban.
Turut kata aku mengerti mana dapat aku mengobati dia?”
,,Memang aku tahu dia pernah membutuh ayah aagkatmu,
kata Goan Siu, akan tetapi bukaakah dia pun pernah menolongi
jiwamu?’*
, Selama di Liong Bin Kok aku telah membinasakan dia,
bukaakah dengan begita aku telah balas badinya itu?”
Goan Siu tertawa dingia.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Dapatkah jiwa orang dipaadaag sebagai hutaag?” kata dia.


Dapatkah jiwa dibayar hiaopas sebagai orang membayar
uaag?”
Hati Mo Lek berdebar.
, Biar bagaimana juga tak dapat aku tidak berlalu dari sini!
katanya kemudian, serahkan kudaku!’
„Bicara terus terang! kata Goaa Siu jaga keras. ,,kudamu
memang akulah yaag bikia sakit! Jikalau kau tidak sembuhkaa
sumoay-ku, kudamu juga tidak bakal sembuh!”
Memang Mo Lek sangat menyayangi kuda itu yang tak tega
ia meninggalkannya, akan tetapi dilain pihak ia takut pada Yan
Ie, takut menemuinya Ia menjadi tidak senang.
“Kalau begitu kau lah sitelur busuk! katanya sengit, Kalau
lain kali aku bertemu pula denganmu, akan aku membuat
perhitungan! Han ini. meski aku mesti mengorbankan kudaka,
tak dapat aku melayani kau lebih lama pula!”
Goan Siu juga menjadi gusar.
“Bagus benar ya! katanya, sama keratnya. “Aku bermaksud
baik oaeagnidm? ka , keaapa kau menkaki aku? Aku bilang
teruc terang padamu jikalau bukan aku memandang sumoayku,
tidak tanti aku berlaku aungkan begini terhadapmu. “Kau tidak
mau menolong orang meskipun sekarang kau mau pergi tidak
dapat!”
“Meski kau tidak mengijinkan aku mau pergi juga! “kata Mo
Lek.
“Benar-benarkah kau mau pergi tanya Goan Siu tertawa
dingin. “Nah kau cobalah. Kata kata itu ditutup dengan tatu
srm-beran tangan keras luar biasa

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Syukur Mo Lek telab bersiap sedi*’ “Bagus!** seru pemuda


ini. Ia berkelit dengan berjingkrak, guna rerut mengapungi diri
selagi turun ia pun menyerang dengan Chan LioTsg Ciu. atau
tipu “Membunuh Naga. Kedua tangannya menghajar berbareng
ke batane leher tcan rumah yang muda itu Hebat serangan
Goan Siu hebat juga serangan pemuda ini. Goan Siu benar
liehay Ia cepat berkelit, sambil berkelit itu tangan nya diulur ke
sikut penyerang untuk menangkap. Itulah tipusilat. “Mengulur
tangan menuntun kambing.
Mo Lek menyerang hebat sekali tubuh aya sampai terjerunuk
maju meski begitu ia masih tempat berkelit cuma saking
sebatnya lawan bajunya kena juga kesamber hingga robek.
Dengan gesit ia lompat melesat lompat seraya memutar tubuh.
Kaiena itu begiitu berbalik begitu ia biia menyerang pula. Ia
menghajar kepala dengan gerakan mirip garuda lapar
menerkam kelinci.
Goaa Siu terperanjat juga. Benar-benar hebat pemuda
lawannya ini. Untuk membela diri. terpaksa in menangkis,
Segera juga terdengar suara bernada keras. Empat tangan
bentrok satu dengan lain.
Mo Lek menyerang dar/ atas telinganya dibantu becgan
bera: tabuhnya rraka itu, ia menang unggu’ sedikit. Meskipun
Tian Goan Sin menggunni pukulan. “Tangan Lunak, ia tob
terhuyung mundur tiga tin” dak. Mo Lek terjerunuk juta I ulah
habis bentrokan, ia ~haeraiai membentur souatu yang lunak
hingga sulit anteknya menahan tubuhnya.
Syukur “Bian Ciang” dari Goan Siu be lum mencapai pnncak
kemahirannya, setelah terhujuag itu tak dapat ia segera
melakukan peayerangan puJa. Benar Mo Lek terjerunuk tetapi
ia pun mundur

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Maka itu ketika ia maju pula. Mo Lek juga sudah siap sedia
lagi. Tapi sekarang ia menyerang secara hebat Ia nyata bisa
ber-gerak dengan sangat sebat dan ringan, tubuh nya bergerak
gesit, kesegala penjuru, dan serangannya pun beraneka rupa.
Inilah sebab mereka menggunai „Bin Ciang. dicampur dengan
Kim Na Ciu” yang terdiri dari tujuh puluh dua jurus! Ia seperti
juga bergerak ge rak di delapan penjuru.
Diantara kedua lawan ini ada perbedaannya Mo Lek
mengutamakan ilmu silat pedang. Didalam hal tangan kosong,
ia melain kan lumayan saja. Sekarang ia menghadap lawan
dengan tangan kosong, dengan ilmu silat yang lihay. ia menjadi
repot juga. Syukur dari Ci Hun ia pernah mendapat pelajaran
ilmu totok, maka untnk menutup kekurangannya itu, ia
menggunakan totokan Nona Han setiap datang bahaya ia
menyambut dengan totokannya, ke jalan darah. Goan Siu,
melihat itu ia tidak berani terlalu merdesak Lain perbedaan lagi,
Mo Lek seperti sudah nekad dan Goan Siu maaih ragu ragu.
Demikian kesudahannya, mereka menjadi berimbang.
Tengah dua orang itu bertempur seru, seorang terlihat
muncul dari pintu belakang, Dia mengawasi sektaa lama lantas
terdengar suaranya. „Anak muda iti sangat bandel dia mirip
dengan kudanya Siauwnya. kuda itu, sudah sembuh anteronya,
sekarang dia lagi mengadat. dia meronta-ronta mau menerobos
ke luar. karena mana aku menutup pintu kandang dengan
menghajar dengan batu besar. Siauwnya. kau mau atau tidak
aku minta minta …”
Mo Lek bara tahu munculnya orang sete lah ia mendengar
suara itu. ia menggunakan kesempatan untuk melirik. Untuk-
herannya. ia mengenali situkang perahu yang kemarin. Ia
lantas mengerti duduk nya hal.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Kiranya kamu satu komplotan !” Ia mendamprat “Kamu


memasang perangkap, kamu memancing aku datang kemari ”
Tian Goan Siu tertawa terbahak.
„Tidak salah ‘ sahutnya. „Baru sekacang kau mengerti busas.
Memang dialah yang memberi kabar padaku, maka aku
membikia kudamu sakit! kau sudah ketahui duduknya hal.
Itulah bagus ! Sekarang kau «centers bagaimana susah payah
kami bekerja roe ngundaagmu datang kemari ! Coba pikir
karena itu. dapatkah kami membiarkan kau ngeloyor pergi ?”
Mo Lek menjadi panas hati, ia menyerang dengan hebat.
Goan Siu berlaka sabar, dengan tenang, ia pecahkan
serangan itu. Ia terus berdiri tegak. Kemudian ia tertawa daa
kata kepada kawannya si tukang oerahu,” „Kau lihat bu kaa ?
Meskipun bocah ini galak aku rasa aku mempunyai kepand»ian
uatuc menahanaya!” Tak usah kau campurtahu ,,Ya, y»”
menyahui si tukang perahu. „Aku cuma pikir . . . sebenarnya
tak usah Siauwnya, berkuat kuar mengeluarkan banyak tenaga,
“Bakaukah lebih baik kita . . . . ”
Tapi Goan Siu menyela membentak: „Aku bilang kau jangan
campur tahu ! Lekas-mundor!”
Mo Lek dapat menangkap artinya pembicaraan dua orang
itu, Situkang perahu ternyata menjadi hambanya tuan rumah
ini. Dia. mengusulkan iriata bala bantuan tapi ditolak. Ia
terkejut, Lantas ia pikir. , Aku berada didalam bahaya Rumah
ini rumah mereka Sulit aku mengalahkan pemuda ini, kalau dia
mendapat bala bantuan benar benar aku sukar lolos dari sini . .
. Ah, buat apakah aku berlaku sungkan-sungkan lagi ?”
Karena ia mendapat pikirannya ini, ia lantas mengaabil
keputusan Begitulah ketika Tian Goan Siu ruaju, menyerang, ia

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mem buang diri kebelakang, Cerika inidiguaai ia menghunus


pedangnya, Setelah itu ia berseru:
„Jikalau kau tetap tidak sudi membuka jalan maka pedangku
ini tidak akan kenal orang!”
Goan Siu tertawa.
„Apakah kau hendak mengadu senjata?, katanya. , Baiklah
sebagai tuan rumah aku mengiringi kehendak tetamu, pasti
akan aku melayani kau tuan biar bagaiman hendak aku
menahanmu
Disitu ada pepohonan dengan berlompat Tian Goan Siu
menyambar sebatang cabang, untuk dipatahkan maka dilain
saat, dengan cabang itu sebagai gegamannya ia sudah maju
pula untuk menikam.
Mo Lek kaget Ia heran orang menggukan cabasg kayu, Ia
pun gusar. Dengan begitu, berarti ia dipeihina, Maka. ia
membabat kearah cabang kayu iiu. Ia berkata didalam hati, ,
Kau berani memandang tak mata padaku nanti aku beri rasa !”
Cabang pohon Goan Siu, bergerak bagaikan ular gesit
melihat atau melolos dari setiap tab&s&n pedang aabaii sabaa
ujungnya mengancam kedua taa’anya Mo Lek Maks-anak muda
ini meijadi terkejut. Uutuk membela diri saban saban ia
mendapat bantuan juga dari kebutan tangan bajunya.
Sekarang Mo Lek tidak lagi memandang ringan kepada
musuh Berbareng dengan itu, hatinya menjadi tabah Ia berlaku
tenang te tapi waspada dan gesit. Selain menyerang ia jusa
berhasil menghalau serangan musuh. Maka juga Goan Siu yang
sekarang terperanjat Ia mendapat kenyataan si anak muda
benar benar Hhay. Cobalah ia menggunakan pedang tulen,
belum .tentu ia kena terdesak.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sesudah lewat tiga puluh jurus Mo Lek menyerang dengan


pedangnya mirip gelombangnya sungai Tiaag K.aag. Dengan
begitu, ia membikin lawannya, mesti saban – saban berkelit
dengan berlompatan, hingga dia menj jadi repot sekali.
Pertempuran itu berjalan terus atan tiba-tiba keduanya
mendengar ini suara da jam dari seorang tua : „Adakah ini
bocah ysng anak Yaa sampai menyebut-nyebut da lam
mimpinya?” Menyusul itu terlihatlah orangnya, yang baru
muncul dari balik pin tu tamaa. Dialah seorang perempuan tua
de agan rambut ubanan seluruhnya. Tengah dia bertindak
masuk maka terdengarlah satu suara dari putusnya cabang
kayu yaag terpapas pedang
Itulah terkutungnya pedang cabang dan Goan Siu menyusul
mana dia lompat meninggalkan kalangan, guna lantas berdiri di
sisi nyonya tua sambil ia berkata : „Ibu, dia benarlah si bocah !”
Nyonya itu mengasi dengar suaranya yang keren : „Berhenti
!”
Mo Lek hendak kabur maka juga ia di serukan bentakm iiu.
Ia lantas kata: „Maaf, aku per’u lekas-lekas melakukan
perjalananku !”
Tapi si nyonya tua bergerak laksana kilat.
„Kau rebahlah baik-baik !” bentaknya pula.
Mo Lek melihat orang bertangan kosong ia lantas trenikam.
Ia menggunai tenaga hanya tiga bagian, maksudnya cuma
mengancam tenggorokan si nyonya.
Tapi nyonya itu liehay. Dia tertawa di agin dan membentak :
„Kau berani meman dang enteng padaku ?” lantas tangan
bajunya yang panjang, menyampok.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mo Lek kaget sekali. Ia merasa sampok an angin hebat.


Mendadak terasa pedangnya terlibat daa tertarik, terus terlepas
dari cekalannya, melesat ke batu dan nancap dengan
memuncratkan lelatu api ! Dalam kaget, serta heran, tapi ia tak
melupakan di rinya. Maka ingin ia menyingkir, begitulah segera
ia menjajak tanah, untuk berlompat jauh. -
Pemuda ini mempunyai tubuh ringan dan gerakmnya sangat
gesit akan tetapi menghadapi si nyonya tua, ia tidak berdaya
baru tubuhnya terapung naik atau kakinya sudah terlibat ujung
baju nyonya itu hingga la kena diangkat berbareng dengan itu,
ia mendengar si nyona kata : „Jikalau aku tidak mengingat
bahwa kau masih menaruh hormat kepada orang yang sudah
berusia lanjut pasti akan aku beri rasa kepahitan padamu !
Kata kata itu disusul dengan satu gen-takan keras atas mana
tubuh Mo Lek kena dibikin terpental keatas, lalu jumpalitan tiga
kali. Selama itu Mo Lek merasai kepala nya pusing hingga ia
seperti tak sadarkan diri, ketika tubuhnya turun, akan jatuh ke
tanah, Goan Siu berlompat kepadanya, untuk menanggapi,
hitgga ia lantas kena di pegang, ditawan. Ia pun lantas ditotok,
di bikin tak berdaya lagi.
Nyonya tua itu tertawa dingin, ia mengawaki kepada orang
tawanannya iiu, kemudian ia kata : „Dia ganteng, ilmu silat nya
pun baik sekali tidak heran anak Yan jatuh hati kepadanya !
Anak Goan, bukankah kau rela kalah dari padanya?”
„Memang ilmu pedangnya melebihkan ilmu pedangku,’ sahut
Goan Siu.
Orang tua itu menentang lebar ke dua matanya.
„Kau benar benar tidak mengarti atau berpura-pura ?”
tanyanya. „Aku bukan bicara dari hal ilmu silat !”
Goan Siu tunduk.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Adik Yan menyukai dia, taruh kata aku tidak rela kalah, aku
toh tidak berdaya … ” sahutnya perlahan.
Hm !” orang tua itu mengasi dengar ejeknya. „Aku sendiri
pun dahulu tidak menyintai ayahmu, diakhirnya aku toh telah
menikah dengannya …” Ia berheati sejenak, kemudian ia tanya
pula : „Kabarnya ayah angkatnya bocah ini telah dibunuh anak
Yan, kau tahu atau tidak ?”
„Itulah justeru sebnbnya kenapa bocah ini menganggap adik
Yan sebagai musuh besarnya yang dia sangat benci, hingga dia
tak sudi mengobatinya !”
Nyonya itu tertawa dingin, ‘kenapakah dikolong langit ini ada
kamu dua orang bocah tolol’ katanya. Yang satu tergila-gila
kepada musuhnya ! Yang lain justeru mengundang datang
musuhnya nya itu untuk mengobati orang yang dia cintai ! Aku
beri ingat kepada kau supaya kau jangan berlaku tolol begini
macam ! Paling benar kau bikin habis jiwanya bocah ini supaya
kau dapat membikin putus harapannya orang yang kau cintai
itu ! Bukankah itu paliag beres?” berkata begitu, ia mengangkat
tangannya perlahan-lahan, terus ia tambahkan : „Bocah she
Tiat, kau terimalah nasibmu !” segera ia mengasi turun
tangannya itu, guna menepuk embun-embunan orang.
Goan Siu menjadi sangat kaget, dengan cepat ia menahan
lengan ibunya.
„Jangan !” katanya, suaranya mengetar.
Nyonya itu mengawasi pula tajam.
„Kecuali ini, kau ada punya jalan apakah lagi ?” tanyanya,
tawar.
Aku tak tahu,” sahutnya duka. ,,biar bagaimana telah dapat,
tidak dapat aku membuat hati adik Yaa terluka Nyonya itu kara
dengan lagu suaranya tak senang : „Kalau seorang laki-laki
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bertindak, dia tak usah takut ini dan takut itu ! kau seperti juga
bukan puteranya Tian Liong Hui ! dimasa hidupnya, ayahmu
membunuh orang seperti dia membabat rumput, bukan seperti
kau sekarang dengan cara seperti nenek-nenek mi !”
Mo Lek ditotok dan tidak berdaya, akan tetapi ia sadar, ia
mendapat dengar pembicaraan diantara itu ibu dan aaak, maka
ta hulah ia sekarang bahwa nyonya tua yang kosen ini isterinya
Tian Liong Hui si han tu besar.
Tian Liong Hui itu sudah lama menutup mata.. Dia telah
dikepung oleh pelbagai jago kaum lurus, karena luka-lukanya
yang parah, tak dapat dia hidup lebih lama pula dimasa
peristiwa itu. Mo Lek masih di dalam asuhan, akan tetapi
mendiang ayahnya yaitu Tiat Kun Lun, dan Mo Keng Lojin,
gurunya, menjadi dua di antara para pe-ngepung itu, karena itu
ia tahu bahwa juga isteri si hantu besar ini adalah hantu waniita
yang kejam. Hanya, setelah Liong Hui mati, nyonya ini hidup di
dalam tempat persembunyian, buat banyak tahun kaum Kang
Ouw tak pernah melihat atau mendengarnya, hingga orang
menyangka dia sudah menutup mata. Siapa tahu, dia justeru
mengeram diri di tempat ini !
Mengetahui siapa nyonya ini. Mo Lek berkuatir biakan main,
kata ia di dalam hati : „Aku telah terjatuh dalam tangannya
iblis’wanita ini, pastilah aku leb h banyak terancam bahaya mint
dari pada keselamatan …
Justeru Mo Lek berpikir begitu, justeru ia dengar si nyonya
kata keras pada putera nya : „Pergi kau jauh jauh ! Hendak aku
berundak buat membereskan urusan kau ini! Ah, kau masih
hendak mencegah afcu ! kau mengarti atau tidak, aku
membunuh bocah ini untuk kebaikanmu T’
Nyonya itu menolak tubuh anaknya, kembali ia mengangkat
tangannya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tepat disaat sangat mengancam itu, mendadak terdengar


satu suara yang tajam tetapi halus: “Suhu, kau bunuh sekalian
saja padaku……”
Itulah suaranya Ong Yan Ie, yang berlari-lari
menghampirkan, mukanya sangat pucat kaiena ketakutan dan
larinya limbung. Diwaktu sakit dia nampak kucai sekali, siapa
yang melihat, pa>ti akan merasa berkasihan terhadapnya.
“Ah, anak Yan,’.’ berkata nyonya tua itu: “Benarkah kau
begini mencintai bocah ini ? Benarkah hendak, memintakan ke-
ampunannya dari aku?”
“Aku tidak berani memohonkan dia ke ampunan dari suhu,”
sahut murid itu, ”aku hanya mau minta sekalian saja suhu
membunuh aku.*….. *-
Teranglah sinyonya sangat menyayangi muridnya itu. Ia
sudah lantas mengasi turun pulatangannya. Sermbari berbuat
begitu,ia berpikir, lalu ia berkata: Baik, akan a-ku luluskan
permintaanmu ! Ta°i tnnsgu sebentar, hendak aku tanya dulu
bocah ini.”
“Tian Toa-nio menarik Mo Lek, untuk menotok
membebaskannya, setelah mana dengan bengis ia berkata: ‘
Anak Yan berjodoh denganmu, buat guna kau, dia tidak
menyayangi lagi jiwanya sendiri; dia telah memintakan
keampunan jiwanya sendiri! K.au mau atau tidak menikah
dengannya ? Jikalau kau suka, ini hari juga akan aku
menikahkan kamu ! Bilang, bilanglah, bagaimana kepntusanmu
! Bilang:”
Mo Lek menjadi terbenam dalam kesulitan, pikirannya
menjadi kacau. Bagaimana ia harus menjawab? Ia bukannya
takut mati, tetapi aneh, asal ia melihat sinar mata Yan Ie,
tubuhnya menggigil sendirinya goncang keras. Dapatkah ia
menganggap nona demikian cantik dan manis, yang sangat
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mercintai ia, sehingga musuhnya? Dapatkah dia mear.biarkan


sinema-mn 1 ma ti meroyan karena iany«? Ia mengarti baik
sekali, asal ia menampik, nona itu bakal jadi bunga yang layu
dan rontok di-antara hujan dan badai…..
Dibalik itu, selama beberapa tahun, pe muda ini tidak pernah
melupakan sakit hati ayah angkatnya. Ia telah berkeputusan
untuk membalaskan sakithati dan ia akan membunuh musuh
dengan tangannya sendiri. Musuhnya itu yalah keluarga Ong,
ayah dan anak. Sejak pertemuannya dengan Yan le karena
cintanya -sinona, Mo Lek telah mengalihkan £ekencu nnya
kepada Ong Pek Thong seorang, akan tetapi mesti demikian, si
nona sendiri tak dapat ia melupakan seluruhnya.
Mungkin ia dapat tak usah membunuh nona itu, tetapi, buat
mengubah permusuhan menjadi persahabatan, bahkan menjadi
ikatan suami isteri, sungguh itu tak cerpikirkannya. Toh
sekarang timbui soal itu ! Biarnya ia berhati besi, hatinya
goncang juga……
Tengah ia menghadapi kesukaran itu, yang membuatnya
bingung, tiba-tiba dide-pan matanya Mo Lek muncul
bayangannya seorang nona lain, yalah Nona Han Ciu
Hun ! Lantas ia ingat pesannya Nona Han disaat mereka mau
berpisah ! Iapun dapat membayangi bagaimana sinar mata
Nona Han pada waktu itu ! Dapatkah ia berlaku tak berbudi
terhadap tunangannya itu? Tidak ! Inilah hebat dan ruwet
sekali……
Tapi puteranya almarhum Tiat Hun Lun ini mesti mengambil
keputusan. Siwanita hantu telah menanyai ! Maka ia
menguatkan hatti. Ia menyingkir dari tatapan sinona sembari
menggeleng kepala, ia berkata : “Noia Ong, aku bersyukur
untuk tuk segala kebaikan hatimu, tembali aku berhutang budi
kepadamu. Tapi di sana aku telah mempunyai seorang lain. Dia

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sama seperti kau seorang nona yang ma-nis dan harus


dikasihani dan aicu tidak capat menyia-nyiakan. Nona baik kau
lu pakan saja padaku……
Yan Ie mendengari dengan membungkam. Dia bagaikan
orang hilang ingatannya cuma parasnya sangat pucat’ Ia
bersenyum waktu dia mendengar kata-kata si-pemuda bahwa
ialah seorang nona yang ma nis. Kata-kata itu toh keluar dari
mulutnya sipemuda yang ia cintai. Mukanya menjadi pias sekali
akan mengetahui pemuda ini tidak dapat meluoakan Cie Hun.
Ia tahu, Cie Hun yalah sinona lain yang dimaksudkan pemuda
ini.
“Anak Yan. kau dengar atau tidak?’” kata Tian Toa-nio begitu
ia mendengar suaranya Mo Lek. Ia tidak menantf lagi muridnya
bicara terlebih dahulu, untuk menjawab sianak muda. “Kau
mendengar tegag sekali, bukan? Kau ingin menikah dengannya,
dia sebaliknya tak sudi nikah kau! Dia telah mempunyai
seorang jantunghati lain!
Goan ciu tidak setujui sikap keras ibunya itu.
“Mama……mama……kau……kau…….”katanya terputus-putus.
Sedang sebenarnya ia ingin minta ibunya jangan mengucapkan
kata-kata tajam itu. Hanya tidak dapat ia mengajukan
permintaannya itu.
Hampir berbareng dengan kata-kata orang she Tian ini,
belum lagi ibunya memberikan jawabannya diantara mereka
telah, terdengar jeritan tajam tetapi halus, menyusul maga
tubuhnya Yan Ie roboh sendirinya.
Goan Siu kaget bukan kepalang. Ia lompat untuk mengasi
bangun nona itu.
Tian Toa-nio mengawasi dengan sikapnya yang dingin.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Dia cuma pingsan,” katanya, tenang. “Kau lelaki dia,


sebentar lagi, dia akan men-dusin sendirinya. Kau kemarilah!”
“Ibu mau apa?” tanya si anak.
Goan Siu heran tetapi ia turut perintah itu.
“Inilah bukan pedang mustika,” kata ia. “Mau apa ibu
dengan senjata ini?”
“Memangnya siapa yang menghendaki pedangnya ini?” kata
ibu itu tawar. “Aku hanya ingin dia mampus diujung pedangnya
sendiri!…….Anak Goan, kau bunuhlah dia!”
Goan Siu kaget bukan kepalang. Tanpa merasa pedang lepas
dari tangannya, hingga pedang itu jatuh berkontrang ditaflah.
“Tidak punya guna!’ kata siibu sengit, “Kecewa kau menjadi
putranya Tian Liong Hui’ Benarkah kau tidak punya nyali untuk
membunuh orang?’
“Ibu!” kata anak itu. ‘Dapat kau menyuruh aku membunuh
lain orang tetapi tidak dia ini…..
“Adik Yan-mu mencintai bocah ini, sebaliknya bocah ini tak
sudi menikah dengan adikmu itu,” kata sang ibu, “oleh karena
itu, kau harus bertindak guna membikin putus pikirarannya
mengenai sibocah. Buat apa kah bocah ini terus hidup didalam
dunia ini? Baiklah jikalau kau tidak suka membunuh dia, aku
yang membunuhnya!”
Begitu keluar kata “bunuh” itu, begitu Tian Tao-nio bertindak
mendekati Mo Lek. Untuk ketiga kalinya, dia mengangkat pula
tangannya, mengarah batok kepalanya si-anak muda.
“Jangan! Jangan bunnh dia! mendadak Goan Siu berteriak.
Diapun segera menghalang didepan Mo Lek, dengan kedua
tangannya, pegangi lengan ibunya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Nyonya Tian menggeraki tangannya, maka anaknya itu


terpelanting hingga roboh terguling» Lantas ia menunda
tangannya sembari ia menanya: “Kenapa dia tak dapat
dibunuh?”
“ibu tak dapatkah ibu memikir sesuatu untuk anakmu ?”
tanyanya.
Tian Toa-nio menjadi heran.
“Aku mau membinasakan bocah ini Justeru untuk
kebaikanmu!” katanya. Kau ingin anak Yan menjadi istrimu,
bukan?” “Benar,” sahut Goan Siu. “Itulah keinginanku.”
“Nah, kalau begitu, buat apa bocah ini dikasi tinggal hidup
lebih lama lagi? Bukankah kalau dia dibunuh itu berarti seperti
membabat rumput sekalian mencabut akarnya ?”
“Tapi ibu lihatlah adik Yan. Dia sekarang telah menjadi begini
bersusah-hati, kalau bocah ini dibinasakan, tidakkah
keadaannya bakal menjadi bertambah buruk ? Bagaimana
apabila itu sampai terjadi?”
“Toh ini tidak menyintai atau menga-sihaninya, ia” kata
nyonya itu. “Kalau dia kubunuh, ia mungkin bersusah-hati, akan
te tapi selewatnya itu, ia tentu akan mengatakan bahwa
tindakan kita ini tepat!”
“Ibu. itu toh bukannya tidak tahu hati nya adik Yan?” Goan
Siu berkata pula. “talau dapat, biarlah kita menyuruh dia sendiri
yang membinasakannya. Kalau kita yang membunuh orang
yang ia cintai itu,Spakah nanti segama hidupaya ini, ia akan
pedulikan lagi kepada kita?”
“Habis, bagaimana pikiranmu ?” siibu tanya. “Apakah dia
harus dimerdekakan?”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Jikalau kita merdekakan dia ini pun sulit,” kata Goan Siu, ‘
Bagaimana kalau adik Yan ingin melihat dia tetapi dia tidak
ada? Ada kemungkinan adik Yan nanti men curigai kita dan
telah membunuhnya.’
‘Jikalau begitu, baiklah, buat sementara kita kurung dulu
padanya!” kata Tian Toa-nio. “Kita tunggu sampai anak Yan
suka berjanji akan menikah denganmu, baru kita lepas
padanya!”
Mukanya sianak menjadi – merah. Dia likat.
“Ibu janganlah bertindak sedemikian rupa!” katanya. “Ibu
bakal membuat sulit padaku.”
Tian Toa-nio cuma tertawa dingin.
Segera ia menotok pada Mo Lek. Ia mengarah jalan darah
hun-hiat, karena mana, anak muda itu menjadi tak sadarkan
diri.
“Anak tolol!” katanya kemudim: “Apakah kau sangka ibumu
benar-benar mau me lepaskannya? Sekarang ini aku cuma
memikir supaya anak Yan menikah denganmu. Asal anak Yan
bersedia menjadi istrimu, tahu aku caranya untuk menghukum
dia!”
Tubuh Goan Siu bergidik sendirinya.
“Ibu hendak menghukum bagaimana kepadanya ?” Ia tanya.
“Didepannya anak Yan, akan aku merdekakan dia,” sahut ibu
itu. “Diam-diam akan aku menaruhkan racun Pay Hiat San
dalam barang makanannya, yaitu racun yang dapan merusak
darahnya. Dengan kena makan racun itu, dia bakal mendapat
sakit yang berat, belum lagi dia tiba di kota Tiang-an, dia bakal
mati ditengah jalan.”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kembali hati Goan Siu menggigil. Memang ia bercemburu


dan bahkan membenci Mu Lek, akan tetapi disebelah itu, ia
miliki keangkuhannya.
Tidak ada keinginan untuk nikah Yan-Ie dengan cara paksa
Apa yang ia kehendaki ialah cinta si nona, hatinya sinona itu,
bakan melainkan tubuh orang. Tak dapat ia menyetujui sikap
telengas dari ibunya itu. Tian Toa-nio sebaliknya salah menerka
hati araknya dia tak dapat menyelami kalbu, sianak . . .
Lantas Nyonya Tian mengulapkan tangannya.
„Nah. berilah keputusan kita” katanya. „Biarlah bocah ini
hidup pula lagi beberapa hari”
Goan Siu bersangsi sekian lama Akhirnya dapat juga
membuka mulutnya.
„Ibu.” kataaya ..aku hendak berbicara,” „Apa yang kau
hendak katakan, tanya siibu „Bukankah kau cuma memikir
untuk nikah anak Yan ? Apakah kau benar benar tak tega
membinasakaa bocah ini ?
“Aku justeru ingin sekali membinasakan dia dengan
tanganku sendiri!” kata si anak. “.Aku ingin melampiaskan
penasaranku Ibu kau serahkan racun Pay Hiat San itu padaku.
nanti tiba harinya bakal dimerdekakan akan aku pakai itu.
Hendak aku melihat dengan mataku sendiri bagaimana dia
menelan racun itu P
Tian Toa-nio tertawa lebar. , Dengan begiiu, barulah tidak
kecewa kau menjadi anakku” katanya girang luar biasa .Baiklah
kau boleh ambil racun itu ! Sekarang bocah ini kau kurung dulu.
dalam kamar didalam tanah, aku sendiri hendak aku menolongi
anak Yan Lihat dia sangat penasaran dia menderita masih dia
belum mendusin , . . ”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Goan Siu lantas memondong tubuh Mo- Lek. Baru dia jalan
beberapa tindak ia sudah menoleh,
“Mama” pesannya kalau sebentar adik Yaa mendusin, jangan
kau omong dulu tentang rencana kita ini. biar aku yang nanti
bicara sendiri padanya. ‘
Sang ibu tertawa.
,Anak Yan cerdas sekali kalau dia mendapat tahu aku
mengurung bocah ini mustahil dia tak mengerti apa maksudku
? ‘ katanya „Sekalipun kau, tak usah sampai kau bicara
dengannya, jikalau kau bicara terlalu jelas itu mungkin kurang
baik untuk kita semua. , . .
Berat batinya Goan Siu mendengar kata ibuaya itu. pikirnya.
„Pantaslah kalau kaum Kang Ouw mendengar nama ayah dan
ibuku tidak ada yaag tidak mencacinya! Tak tahu aku apa yang
ayah dan ibu lakukan dahulu hari akan tetapi melihat dari
perbuatan dan sikapnya ibu hari ini, sungguh iiu tak dapat
dipikirkan – .
Disaat Goan Siu berusia dewasa, atas perintah ibunya ia
pergi merantau untuk men rantau untuk mencari pengalaman.
Ketika itu. ia menggunakan nama palsu. Ia mempunyai rasa
ingin tahu. maka juga setiap ada-ketikaaya ia suka mencari
keterangan perihal sepak terjang ayahnya. Apa yang ia peroleh
membuatnya malu sendirinya, Ia hanya mendengar celaan atau
cacian. Tentu sekali tidak berani ia menyampaikan semua
cacian itu kepada ibunya. Sebaliknya siibu yang sudah banyak
pengalamanaya, telah lantas merasa, habis merantau itu,
kelakuan puteranya itu bada dari pada biasanya cuma ia belum
tahu apa yang menyebabkan itu ia melainkan menduga duga.
Sementara ita, Mo Lek telah sadar. Ia mendapatkan dirinya
berada ditambat gelap, gulita hingga ia guna merabah rabah.
Diempat penjuru ia memegang tembok yang kuat dan dingin.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan lantas ia mendapat taha bahwa ia sudah menjadi orang


kurungan. Bukan main masgul dan gusarnya, sambil mengepal
ia berkata keras: „Telah kamu tipa aku sampai disini kenapa
kamu tidak mau lantas membinasakan saja ?” Hoa! Dikolong,
langit ini ada banyak orang jahat tetapi tidak ada yang selicik
dan serendah kamu ini!”
Saking sengit Mo Lek menghajar tembok dengan
kepalannya. Tidak dapat ia menggempur tembok itu sebaliknya.
it merasai sakit sendirinya tubuhnya «umpti mental mundur
Itulah habis ditoto* Nyonya Tita ia menjadi kehabisan teiaga.
Syukur untuknya. ia lekas disedarka» jikalau lama-lama, akibat
totokan itu dapat membikin in terluka dalam.
Seindah mencaci tanpa hasil Mo Lek du duk numprah
ditanah. Ia tahu sia sia belaka a mencaci kalang kabutan. ia
akan tetap ter kurung disitu. Disebelah hu ada kcmungkin an ia
bakal tersiksa kedahagaan dan kelapar an. Ia duduk sambil
beraeraedhi. guna me-sgeudalikaa diri. bua* mengumpnl
teaaganya Ia memerlukan icaagaaya supayalekas pulih Setahu
berapa lama pemuda ini sudah berduduk diam dengan pikiran
ditenangkan ntaa tiba tiba teiingaaya mendengar suara, yang
datangnya dari atasan kepalanya. Dt-agan laatai ia mengangkat
kepalanya buat
dongak melihat.Maka ia nreodepatksn sebuih lobang yang
niernberi seditit sinar terang Dari atas itu telah dikasi turun
sebuah rantang kecil yan* dalamnya terisi nasi serta
laukpauknva Setelah rantang sampai d.tanah lobang itu lantas
tertutup pala.
“Orang she Tian!” ia berseru: “Jikalau kau benar seorang laki
laki sejati kau bebaskan aku untuk kita bertempur pula sampai
salah satu mati terbinasa!”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dari atas itu terdengar jawaban ini. “Aku dengan kau tidak
bermusuhan buat apa kita berkelahi mati-matian? Kau baik-lah
berdiam dengaa tenang buat beberapa hari lamanya!*
Itulah suaranya Tian Goan Siu.
Mo Lek masih ingin bicara atau ia mesti batalkan itu, sebab
ia terus mendengar tindakan kaki yaag berat yang berlalu
pergi. Rupanya orasg sengaja berjalan dengan bersuara guna
membikin ia ketahui kepergiannya itu.
Selagi ia sangat mendongkol itu hiduag-nya sianak muda
mendengar bau harum dari barang hidangan. Segera juga
seleranya terbangun. Maka ia lantas pikir: ,,Akn roboh kedalam
akal muslihat busuk dari kamu taruhkata kamu meracuni aku
tak usah aku ambil mumat! Sekarang -baiklah aku dahar
sepuasnya!”
Maka bersantaplah ia sampai kenyang hingga dilain saat,
pulihlah kesegarannya. Sekarang dapat ia menggunai otaknya-
ia mercoba berlaku sabar.
‘Orang! she Tian itu menjebak aku kemari dia pasti bukan
laki lak sejati demi kian piKiraya walaupun demikiaa
dibandingkan dengan ibunya dia maaih terlebih baik. Kenapa
dia berlaku baik padaku? bukankah ini disebabkan dia
menyintai Yan Ie? Akan tetapi Yan Ie sebaliknya tidak
menyintai dia ….
Mengingat ini kebencian Mo Lek kepada Goan Siu menjadi
berkurang sendirinya bahkan sebaliknya ada sedikit rasa
simpatinya
Biar bagaimana Mo Lek tak tenang hati: Ia mempunyai
tugas. Ia mesti pergi ke Tiangan tetapi sekarang ia terkurung
disini. Kalau umpama kata ia mati pasti tidak ada orang yang

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengetahuinya. Inilah hebat! Ia juga jangan mengharap nanti


ada orang yang datang menolongi padanya.
Dalam bingung atau putusasa itu kemudian Mo Let
menghibur diri dengan berkata didalam batinnya. “Memangnya
aku tidak berniat membantu raja jikalau karena tertahannya
aku disini, tugasku gagal, aku percaya Lam Toako tidak bakal
meayesalkaa atau menegur aku. Ah, aku totol sekalipun jiwaku
bakal lenyap, aku masih belu« tahu kenapa aku mesti pikirkan
halnya Tiaa Toako bakal meayesali atau menegur aku atau
tidak?..:..
Walaupua ia dapat menghibur diri demikian rupa hati Mo Lek
belum kebas atau ringan seluruhnya. Ialah seorang yang
mempunyai rasa tanggung jawab. Sebelum ia menyelesaikan
tugasnya berat rasanya ia kalau nanti berhadapan dengan Lam
Cie In yang kakak seperguruan.
Satu hal lain dengan sendirinya menyulitkan padanya. Itulah
Ong Yan Ie yang tergila-gila terhadapnya. Luar biasa sikap
nona Ong, maka juga walaupun ia tidak mau pikiran aona iiu
saban saban ia mengingatnya. Semua ini terjadi gara gara
sinona. Ruwet pikirannya setiap kali ia ingat Yan Ie, Ia menjadi
masgul sekali.
Didalam tempat yang gelap gulita itu tak tahu Mo Lek akan
jalannya sang waktu. Ia pun melainkan ketahui setiap hari tiga
kali rantang kecil dikasi turun membawakan barang makanan
untuknya Dari datangnya barang makanan itu ia menghitung
hari. Maka ia ketahui yang ia sudah tersekap selama tiga hari,
Dihari ketiga itu tengah hari selagi ia berdiam dengan masgul
tiba tiba pintu batu terbuka separuh daa separuh dan seorang
terlihat bertindak masuk.
Mendadak saja timbul marahnya pema-da isi. Ia lantas
lompat bangun seraya terus mengirim satu sampokan sambil

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

oaulit-nya memperdengarkan suara bengis. „Bangsat


perempuan kau masih punya ketelengasan macam apa lagi?
Baiklah aku……aku.
Atau mendadak ia bungkam sendirinya mulutnya tinggal
celangap. Sampokaonya itu ternyata mengenakan sasarannya
sebagai akibat dari itu ia menjadi kaget dan melengak saking
heran. Ia mengenakan sasaran yang empuk bagaikan kapuk.
Syukur ia sudah dapat mengusai tangannya begitu ia merasa
membatalkan serangannya itu.
Orang yang di serang itu terlihat terbayang, lalu terdengar
suaranya perlahan sekali, “Mo Lek beginikah kau masih
membenci aku?”
Itulah Ong Yan le, dengan suaranya yang halus, yang
nadanya menyesalkan.
Sesudah terkurang beberapa hari tak dapat Mo Lek malihat
tegas ia juga sedang terpengaruhkan hawa anearahnya, tidak
he ran. begitu ia melihat orang dataag dan orang itu terlihat
samar-samar sebagai wanita ia lantas menduga kepada Nyonya
Tian yang tua maka menuruti suara hatinya ia menyambut
dengan dampratan dan serangan nya itu Tak pernah ia berpikir
kepada si-nona, Tentu secari ia menjadi terperanjat menyesal
dan bingung, hingga ia berdiam saja.
“Oh, kau?” katanya kemudian. “Aku menyangka kepada
gurumu yang kejam itu!”
“Pantas’ah kau membenci aku, Yan te menjawab.
“Sebenarnya daripada kau membenci. Keluarga Tian lebih
nepat kau membenci aku. Penderitaanmu ini dan bahaya yaag
masih terus mengancam jiwamu…;
Mendengar kata kata Yan Ie yang terakhir itu mendadak
hawa amarah sianak muda. la lantas ingat kebinasaan ayah

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

angkatnya Segera telinganya seperti mendengar kumandang:


Mo Lek, inilah saatnya buat kau membalaskan sakit hatiku!”
Memang, kalau sekarang ia membalaskan sakit hati itu,
mudah saja ia melakukannya. Jangan kata sinona belum
sembuh seluruhnya dari sakitnya, taruh kata dia sudah sehat
seperti sediakala, dengan sikapnya sekarang ini, dia pasti tak
dapat membuat perlawanan.
Tapi mana dapat Mo Lek silaki-laki sejati membunuh seorang
wanita yang tidak mau melawannya? Nona itu juga lagi
terganggu kesehatannya.
Kedua pihak berdiam sekian lama. Selama itu mata Mo
Lekpun menjadi biasa lagi Didalam gelap itu, dapat ia melihat
wajah sinona, walaupun dengan samar-samar. Ia bisa melihat
paras orang lesu dan mestinya sinona kerduka bukan main.
Karena mereka berdiri dekat dan berhadapan, ia pula
mendengar suara napas membaru dari nona itu. Bahkan
kemudian ia melihat juga menetes jatuhnya butir-butir air
mata!
Hati bagaikan batu dari sianak muda lumer diantara air mata
itu, bahkan bayangan ayah angkatnya turut menjadi buyar.
Didepannya sekarang terlihat sebuah tubuh manusia yang
berdarah dan sinona cantik. Tiba-tiba ia melengoskan mukanya
untuk lantas bertata dengan kata-kata patah demi patah:
,,Sejak hari ini, permusuhanku denganmu habis sudah! Aku
hidup atau aku mati, tak akan aku membenci pula kau! Suara
itu dalam dan tergetar. Itulah bukti dari tegangnya perasaan
hatinya.
,,Oh. Mo Lek, Mo Lek!” seru sinona ter tahan. Cuma dua kali
ia menyebut lehernya lantas bagaikan terkancing, tak dapat ia
bersuara lebih jauh. Tanpa merasa, menyamber tangan sianak
muda, untuk menyekalnya dengan keras.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan perlahan Mo Lek memutar kepalanya, akan tetapi ia


tetap tidak berani menatap sinona, supaya sinar mata mereka
tidak bentrok satu dengan lain. Ia memikir buat meronta, buat
melepaskan tangannya, ia melainkan bisa berpikir, tak sanggup
ia melakukannya. Hingga akhirnya ia membiarkan lengannya itu
terus dipegangi sinona. .
Bukan main sulitnya anak muda ini. Ia malu sendirinya, ia
bersusah hati. Disatu pihak, hatinya menjadi lega, dilain pihak,
ia tetap merasa berat.- Ia dengan kapan ia ingat pesan Cie
Hun. Memang sejak lama ia telah tenggelam dalam keragu-
raguan: „Membalas sakit hati ternadap Yan Ie atau jangan?”-
Niatnya membalas keras, kesangsi-annya tak kurang hebatnya.
Baru sekarang ia bisa membuka mulut menyatakan kepada
sinona bahwa ia melepaskan dendamnya. Inilah yang
membutnya lega. Yang membikin ia masih merasa berat ialah
ia jadi ak dapat membalaskan sakit hati ayah angkatnya kepada
sinona sendiri walaupun besar musuh besarnya musuh yang
langsung, ialah Ong Fek Thong.
Sekian lama mereka berdua berdiam saja selama itu hati
keduanya goncang keras.
Masih lewat sekian lama, baru terdengar Yan le
mengeluarkun napas lega.
, Mo Lek, kau baik sekali! ‘ katanya kemudian. ,,Tak peduli
kau sangat tidak menyukai aku, aku tetap akan mengingat baik
baik kebaikan hatimu ini!”
Tak enak hati sianak muda. Dengan perlahan, ia singkirkan
tangannya.
„Nona Ong, sudahlah, apa yang telah lewat, jangan disebut
sebut pula,” kata ia, perlahan. Iapun menyebut nona. Mulai hari
ini, kau lupakanlah aku. Aku lihat di samping gurumu yang

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

telengas sekali, suheng-mu sebaliknya bukan orang yang


terhitung buruk.”
,Kau benar’ sahut Yan Ie. ,,Juga, terhadap aku, suheng
berlaku baik sekali. Aku telah berjanji kepada guruku bahwa
aku ber sedia untuk menjadi nona mantunya, maka itu kau, kau
tenangkanlah batinmu.”
Mo Lek girang berbareng daka. Ia girang karena dengan
begitu, tentang si nona telah ada kepastiannya. Yang
membuatnya berduka yalah, dari lagu suara orang, nona ini,
mau menikah dengan Goan Siu karena terpaksa, bukan karena
cinta.
Didalam tempat segelap itu. tak dapat Yaa Ia melihat
parasnya Mo Lek, akan tetapi Mo Lek sendiri merasa pipinya
panas.
, Baik” katanya sambil tunduk. , Aku beri selamat padamu!”
„Sebaliknya aku belum mengasi selamat padamu berhubung
dengan perjodohanmu diagan Nona Han !’ kata Yan Ie yang
tertawa bukan seperti tertawa karena hatinya sakit. Ia juga
menangis bukannya menangis….
Mo Lek mengarti itu. ia menyesal dan masgul.
,Nona Ong’ katanya pula, menyimpangi urusan, ,aka
mengucap terima kasih yang kau telah datang menjenguk aku.
Sekarang kita sudah bicara jelas, karenanya silahkan kau
pulang supaya suhengmu tidak buat pikiran atas dirimu.”
“Memang, aku memang harus pulang.’ sahut si nona. ,.Aku
belum memberitahukan suheng bahwa aku bersedia menikah
dengan nya.”
Berkata begitu. Nona Ong memutar tabuh buat berjalan
pergi atau baru dua tindak ia sudah merandak.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Mo Lek . . . Mo Lek . . ” katanya, perlahan.


Hati si anak muda goncang.
„Nona Oog, silahkan pergi ! ‘ kata anak muda ini.
„Aku pulang?” tanyanya. “Aku pulang kemaaa ?”
„Kau pulang kepada Nona Han mu boleh kepada Lam
Suheng mu boleh juga.” sahut si nona. ,.Itu toh urusanmu !
Mengapa kau ‘ tanya aku ?
Mo Lek heran, ia sampai terperanjat, la , dapat menerka.
„Apakah kau headak memerdekan aku?” tanyanya.
,,Kau toh tak dapat berdiam seumur hi dupmu di dalam
kurungan ini” si nona membaliki.
Mo lek tetap heran.
„Apakah kau tak takut dipersilahkan gurumu’ Mo Lek
tegaskan.
.,Biar bagaimana, ia toh harus memberi muka kepada bakal
menantunya …”
kembali Mo Lek terbenam dalam kesulitan. Apa baik ia
terima budi nona ini atau jangan, kalau ia terima baik, ia bebas,
kalau ia menampik, ia tetap terkurung dan entah bagaimana
nasibnya, kalau ia menerima baik, itu artinya budi ….
Selagi pemuda ini bersangsi, jauh di luar terdengar suaranya
Tian Toa-nio : ,,A-nak Yan ! Anak Yan ! ‘
Nona itu tidak menjawab gurunya, hanya ia kata pada si
anak muda : „Lekas kau pergi ! lambat sedikit, kau bisa celaka!
Nanti sudah kasip !” ia pun lantas bertindak kepintu, untuk
membukanya. Deagan sama cepatnya ia tarik tangan si anak
muda.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tiba-tiba terdengar satu suara perlahan didekat mereka


Suara itu sedikit menggetar-
Mo Lek terperanjat, apa pala tempo ia lantas melihat Tiai Go
n Siu berdiri disamping pintu. ketika itu. ia masih dipegangi Yan
le. Ia menjadi jengah sekali, mukanya menjadi merah
sendirinya.
Goan Siu mengasi dengar suara heran. Ia telah melihat
semua. Mukanya lantas berkerut.
,Baik kamu semua pergilah,” katanya sesaat, kemudian
sedang dengan tangannya ia memberi tanda kebebasan.
,,Aku yang pergi sendiri! ‘ kata Mo Lek cepat, untuk
membantah „Kau . . – jangan kau salah mengarti !
Goan Siu memandang pemuda didepan-nya itu ia tidak
menghiraukan kata-kata orang terus ia berpaling kepada Yan
le, un tuk berkata dengan perlahan : . Adik Yan, kau juga lekas
pergi ! Sipengemis tua telah datang kemari ! Dia . dia mencari
kau!” Hati Mo Lek tergerak mendengar kata-kata „pengemis
tua” itu.
,,Pengemis tua yang tinggal di gunung Hoa San tidak ada
lain orang lain, dia ten tulah See Gak Sin Liong hong hu Siong !
‘ pikirnya.
„Telah aku menduga dari siang-siang bahwa dia pasti bakal
datang sendiri mencari aku ! ‘ katanya tawar. ,,Apa yang aku
lakukan akan aku pikul sendiri tanggung jawabnya ! Apa yang
harus dibuat takut?”
„Aku pun percaya ibu tidak bakal mem biarkan kau diperhina
orang,” kata Goan Siu, ,.akan tetapi kau tabu sendiri, tabiat j
ibu sangat luar biasa, dia dapat bergirang dan bergusar tanpa
ketentuan maka itu aku pikir lebih baik kau menyingkir dari
pengemis tua itu ! Laginya, pengemis tua itu tentunya kenal
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

saudara Tiat apabila dia me lihat saudara Tiat berada disini, aku
kuatir nanti terbit lain gara-gara !’
,Begini saja,” kata si nona singkat : „Lebih dulu aku antar dia
turun gunung, habis itu, akan aku kembali !”
Goan Siu nampak heran sekali, hingga ia menatap si nona.
Hanya sekarang ini parasnya terlihat sedikit tenang.
Begitu pun baik,” sahutnya. „Sebentar didepan itu, akan aku
kilungi kamu. Pergi kamu ambil jalan dari depan sana, asal
kamu berhati-hati sekali !”
Ketika itu, kembali terdengar suara tajam dari Tian Toa Nio :
„Anak Goan ! Anak Goan !”
Mendengar itu, Goan Siu lekas menya huti. Dia mengasi
dengar suara yang tinggi „Ya ibu ! Ya ! Aku akan lantas datang
!” Dia lantas berlari-lari pergi.
Yan Ie memegang pula tangannya Mo Lek, yang ia tarik,
buat diajak meninggalkan penjara batu itu. Dengan lekas
mereka melintast pekarangan depan.
Tepat di itu waktu, terdengar suaranya Tian Toa Nio :
„Sakitnya anak Yan sudah baik kan atau belum ? kenapa dia
tidak ke luar sendiri ? ‘
Nyonya tua itu bicara didalam rumah, diluar situ. Yan Ie dan
Mo Lek harus lewat Itulah sebabnya kenapa Goan Siu memesan
mereka itu berhati hati.
Yan Ie menarik tangan Mo Lek, buat diajak bersembunyi
dibelakang batu gunung gunungan. Dari situ mereka
mendengar suaranya Goan Siu : .,Tadi malam adik Yan banyak
baik, hanya hari ini keadaannya jadi berubah memburuk pula.
sampai dia tak dapat bangun dari pembaringannya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sementara itu, dari tempatnya bersembunyi, Mo Lek dapat


memandang ke dalam ruang atau kamar dimana Tian Toa Nio
berada, disana nyonya tua itu berada bersama seorang lain
yang menjadi tetamunya. Benar dialah See Gak Sin Liong Hong-
hu Siong, si Naga Sakti dari Gunung Barat (Hoa San) atau si
pengemis tua seperti disebut Gun Siu hanya sekarang ini dia
bukan mengenakan pakaian butut atau rubat-rabit hanya
pakaian baru dan mentereng, hingga dia tak nampak setua
seperti biasanya dalam pakaian rombeng tidak keruan.
Segera terdengar suaranya si nyonya tua:
Liong Hong-hu dengan sebenarnya muridku lagi sakit dan
mesti rebah saja di atas pembaringanya hingga tidak dapat dia
keluar dari kamarnya ”
Hong hu Siong duduk menghadap ke luar, ke dua matanya
yaag berjelilatan bersinar tajam.
,.Tian Toa nio aku minta kau suka maafkan aku yang aku
berlaku sedikit kurang ajar’ kata dia ..Dalam hal ini aku perlu
memeriksa dengan teliti, karena muridmu sakit seperti katamu,
perlu aku pergi kepadanya untuk melihat sendiri ! *
Bagaimana berani aku menyusahkan kau, tuan ‘ kata Tian
Toa Nio.
„Tetapi! kata si pengemis liehay: ,,Bentengnya keluarga Ong
dilembah Liong Bin Kok sudah diubrak abrik rombongannya
Toan Kui Ciang dan Lam Cee In jikalau mereka itu mendapat
tahu aku berada disini Sudah pasti sekali mereka bakal datang
menyusul guna mencari gara-gara ! Hm ! Sampai itu waktu aku
percaya keadaan pasti akan jadi buruk buatmu ! Oleh karena
itu aku lihat lebih baik kau lekas menanya jelas kepada
muirdmu itu !”
Tian Toa Nio menjadi tidak puas

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

,,Muridku itu.” katanya “meski dia masih berusia sangat


muda, hinggga dia tidak dapat membedakan berat dari enteng,
kendati dia bisa berbuat sesukanya aku percaya tidak nanti dia
sampai berpihak kepada orang luar hingga dia rela membantu
orang memusuhkan ayahnya sendiri ! Tapi karena Tuan Hong-
hu tidak percaya dia hingga kau ingin mendengar sendiri
keterangannya baiklah mari aku temani kau menemuinya.
Disana kau nanti dapat. menanya jelas hingga batinmu menjadi
lega !”
-oo0dw0oo-

Jilid 20
Mo Lek mendengar semua pembicaraan itu, ia heran, hatinya
tegang.
„Menurut suaranya ini. Hong hu-siong ini sama demgan Ong
Pek Thong si bangsat tua ” demikian pikirnya. ,Mungkin mereka
telah bekerja sama. Bukan itu saja. Rupanya dia takut Lam
Suheng nanti mencari padanya. Mungkinkah ibunya Nona Hee
juga dipenjarakan disini ?’
Honghu Siong pernah menolong ia den ayah angkatnya,
Toan Kui Ciang, dari mara bahaya, karena itu ia tidak meoiper-
dulikan pembilangan orang luar terhadap pengenris itu; ia
berkesan baik, hanya sekarang mendengar perkataan si
pengemis kesan baiknya itu lantas berubah menjadi kesan
buruk. Kata ia di dalam hatinya : ,,Dahuluhari aku tidak percaya
dialah seorang busuk, siapa tahu sekarang aku telak
mendapatkan buktinya bahwa dialah si manusia baik yang
palsu !”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tengah sianak muda berpikir itu, Tian Toa Nio sudah


bertindak keluar dari daiam rumah. Hal itu membuat Goan Siu
ber-kuatir sekali, hingga parasnya menjadi berubah.
Toan Toanio liehay sekali, matanya sangat tajam. Ia
mendapat lihat perubahan roman anaknya itu.
„Eh anak Goan, kau kenapakah ? ‘ tegurnya.
„Aku merasa tubuhku sedikit kurang sehat’ sahut anak itu.
„Hm !”bersuara si ibu, yang lantas menghentikan
tindakannya. Dia mementang matanya lebar-lebar, untuk
memandang kesekelilingnya. Hanya sejenak mendadak dia
berseru dengan pertanyaannya yang bengis : „Hayo ! Siapakah
bersembunyi di situ ? Lekas keluar !”
Yan Ie tahu ia tidak dapat menyingkir lagi, ia lantas muncul.
,,Aku tahu,” sahutnya.
Mo Lek juga turut keluar, bahkan keduanya, muda-mudi itu
berjalan dengan berendeng.
Menampak demikian, airmukanya si nyonya tua berubah
menjadi bengis.
„Kau hendak meninggalkan aku bersama sibocah ‘ tegurnya
dingin.
Belum lagi sinona menjawab, Goan Siu sudah mendahului.
, Ibu, bukankah ibu handak membebaskan saudara Tiat ‘
tanyanya. „Tadi aku telah mengambil selamat berpisah darinya.
Akulah yang menyuruh adiknya Yan mengantarkan dia turun
gunung.”
Selagi berkata begitu, anak ini menge-dipi mata pada ibunya
itu, buat minta siibu menutup mulut sebab mereka berada di
hadapan orang luar.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mo Lek heran. Tak tahu ia kenapa Goan Siu mengarang


kedustaan itu.
Tian Toa Nio sebaliknya mengerti maksud anaknya. Katanya
didalam hatinya.
„Oh, kiranya anak Goan sudah ketahui anak Yan telah
bersedia untuk menjadi is terinya dan ia telah berikan bocah itu
makan obat Pay Hiat San.” Oleh karena ini, sikapnya lantas
menjadi lunak. Katanya : „Anak Yan, inilah Tuan Hong-hu yang
hendak menanyakan sesuatu kepadamu jadi tak usahlah kau
mengantarkan lagi dia turun gunung.”
Yan le senang dengan kesudahan itu” ia menjadi girang
sekali.
„Mo Lek,” katanya, , kau pergilah seorang diri ! Kudamu
berada didalam kandang, kau boleh minta kepada orang ke
marin ini telah mengantarkan kau menyeberang. Dia berada
didalam kebun.”
Hong hu Siong sementara itu tertawa terbahak.
„Oh, kiranya Nona Ong sudah sembuh! ‘ katanya. Sungguh
aku girang sekali ! Sungguh kau harus diberi selamat !”
Baru pengemis ini berkata demikian, atau sinar matanya
berhenti kepada Mo Lek.
.Siapakah tuan ini?” tanyanya.
Mendengar itu, Mo Lek menjadi heran. Ia mendongkol
kepada jago itu, ia membenci, maka juga barusan diwaktu baru
bertemu, tak sudi ia menanya, bahkan menyapa pun ia segan.
Siapa sangka sekarang orang menanya ia siapa.
Ketika itu segera terdengar suaranya Tian Toa Nio.
„Apakah tuan tidak kenal dia ?” katanya. „Dialah Tiat Mo Lek
anaknya Yan San Ong Tiat Kun Lun !”
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Honghu Siong memperlihatkan roman heran. Lantas ia


menanya si nyonya : ,,Oh, kiranya kau sudah akur dengan Mo
Keng Lojin si tua-bangka? Sungguh tak kuduga!”
Matanya Nyonya Tian mendelik.
„Tuan Hong-hu, apakah artinya kata-katamu ini ‘ tegurnya.
Hoag hu Siong menjawab tenang : ,Jikalau kau belum akur
dengan Mo Keng Lojin kenapa muridnya dia itu tidak dapat
berada didalam rumahmu ini ‘
Parasnya Tian Toa Nio menjadi berubah.
,.Apa ‘ tanyanya keras. ,,Jadi bocah she Tiat ini muridnya Mo
Keng si tua-bangka itu ?
Hong hu Siong tertawa. „Aku justeru menjadi heran kenapa
kau melupakan musuh yang telah membunuh suamimu !”
katanya , kiranya kau belum tshu asal-usulnya ini bocah she
Tiat ! Aku benar tidak kenal dianya akan tetapi didalam
kalangan Kangouw, siapakah yang tidak mengetahui bahwa
Tiat Kui Lun ya-lah muridnya Mo Keng Lojin bahkan dialah
murid terakhir ‘
Nyonya Tian sudah lantas berpaling, mengawasi Mo Lek
dengan roman yang keren. Dia lantas berkata : „Kiranya kaulah
murid yang pandai dari Mo Keng Lojin. Maaf yang aku tidak
mendapat tahu, hingga aku tidak mendapat tahu. Hingga aku
perlakukan kurang hormat kepadamu. Nah kau tunggulah lagi
sedikit waktu. sebentar hendak aku memberi selamat jalan
padamu. Anak Gun, kau temani dia!
Yan Ie menjadi kaget, hingga mukanya menjadi pucat
Goan Siu tidak karang terkejutnya, sampai ia bergemetar
seadirinya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Muda-mudi ini ketahui apa artinya kata kata „memberi


selamat jalan” dari ibu dan guru mereka itu.
Matanya Tian Toa Nio menyapu pada itu anak dan muridnya,
terus ia kata dengan keras : „Didepan aku, kamu tak usah
memikir apa apa lagi!” Eh, bocah she Tiat jikalau kau tidak
masuk kedalam rumahku akan aku sendiri yang
mengundangmu .
Tiat Mo Lek berani. Ia tahu. didepan nya Tian Toa Nio dan
Hong hu Siong, tidak dapat ia meloloskan diri. Maka dengan
siiap agung dan tindakan lebar, ia masuk kedalam rumah
bahkan segera ia menjatuhkan diri, berduduk diatas kursi. Ia
mau tahu tindakan apa yang si nyonya bakal ambil. Ia bersedia
akan berlaku nekad, untuk mati bersama nyonya itu
Nyonya tua itu tidak mengambil mumat atas sikap orang
yang agung agungan itu ia hanya menoleh kepada muridnya.
,,Anak Yan, mari’ katanya „Mari, Tuan Hong hu hendak
menanya kau.”
Houg-hu Siong memandang si nona dengan sinarmata
dingin.
„Telah aku bertemu dengan kakakmu.” katanya. „Katanya
ketika hari itu di Liong Bin Kok terjadi peristiwa yang besar itu,
dia telaif membikin lenyap tanpa sayap pada sebungkus obat
pemunah Toat Hun Hio sea dangkan Nona Hee yang terkena
racun sudah sembuh secara mendadak dia sembuh seperti
sedia kala pula. Itulah aneh ! Obat pemunah itu berada didalam
kamarnya kakakmu tidak nanti ada lain orang yang
mengetahuinya ! Nona Ong kaulah adiknya tahu kah kau siapa
yang melakukan itu ?’
Sepasang alisnya Yan Ie bangun berdiri. ia tertawa dingin.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

,Hong-hu sianseng jikalau kau bicara, tak usahlah kau


berbelit belit !” sahutnya. .Jikalau kau telah mencurigai aku.
mengapa kau tidak mau bicara terusterang saja’? Tidak salah !
Perbuahan itu aku yang lakukan ! Orang yang mencuri obat
pemunah itu dan memberikannya kepada Nona Hee jalah aku
juga !’
Jikalau begitu ‘ Hong hu Siong tanya pula, .kau ada
memberitahukan atau tidak kepada Nona she Hee itu bahwa
akulah yang menculik ibunya ?
„Tidak ”
„Benarkah ?”
,.Aku bertanggungjawab atas segala per buatanku sendiri !”
sahut Yan le pula. .,Ada sepatah kata. aku menjawab sepatah
kata ! Apatah kau sangka aku takut nanti ditelan olehmu’
Hong-hu Siong tertawa bergelak.
„Tak kecewa kau menjadi muridnya Tian Toa Nio !” pujinya.
„Sikap kepalabatu mu ini membuat aku si orang tua kagum
sekali ! Mana aku berani mempersulit padamu.? Aku melainkan
hendak menanya biar jelas! Sekarang hendak aku tanya pula :
Pernahkah kau mengeluarkan kata kata yang berupa kisikan,
umpama kau mengatakan sesuatu tentang dimana adanya ibu
dari nona she Hee itu ‘
Baru berhenti pertanyaan itu diucapkan atau Yan Ie telah
lantas menjawab : ,,Ya, ada !” demikian si nona. Parasnya
Hong hu Siong menjadi pucat lalu menjadi merah.
„Apakah katamu kepada nona she Hee itu l’ dia tanya pula.
,Aku bukan bicara kepada Nona Hee sendiri.” sabut Yan Ie
terus-terang. „Aku bicara kepada tunangan nona itu. Aku

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hilangi dia, jikalau dia mau mencari orang maka dia harus pergi
kejurang Toan IHun Giam dikaki puncak Lian Hoa Hong.
Siapakah tunangannya nona itu?” sangat mendesak
suaranya jago tua ini dia seperti sangat berharga akan
jawabannyaYan Ie heran hingga ia sedikit tercengang. Ia tidak
menyangka orang menyimpangi urusan yang dianggapnya
penting te tapi berbalik menanyakan hal ikwalnya tunangan dari
Leng Song.
Tunangan dari Nona Hee yaitu Lam Tav-hiap yang ternama
besar dalam dunia Kang Ouw,’ ia menjawab. Dialah Lam Lee
In! Kau telah bertemu dengan kakakku, kenapa kau tahu hal itu
?”
Hong-hu Siong berdiri menjublak. „Ah, kenapakah dia Lam
Cee In ?’* katanya seperti kepada dirinya sendiri. „Ah bukankah
Lam Cee In juga muridnya Mo Keng Loojin?”
„Kenapa kau heran?” Yan Ie menegur. ,-.Memangnya
perangkapan jodoh diantara Nona Hee dan Lam Tay-hiap itu
tidak sembabat?”
Walaupun dia heran, Hong-hu Siong lekas dapat
memenangkan diri.
„Nona Ong hendak aku bic.ra dari hal kau!” katanya
kemudian „Kenapa kau jus-teru membalik diri berpihak kesada
orang luar, hiagga kau jadi seperti membantu musuh ayah dan
kakakmu sendiri? Sikapmu ini kau tahu kurang tepat!”
Yan Ie berani. Ia menjadi tidak senang „Guruku ada disini,
tak usah sampai kaulah yang mendidik aku!’ katanya ketus.
Nona ini ketahui baik sifat guratiya. Taruh kata siguru bakal
menegur atau meng hajar dia tak nanti itu dilakukan dihadapan
orang luar,

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Benar,benar Tian Toa Nio mendelik kepa da Hong-hu Siong.


Kata dia dingin kepada tetamunya itu „Tuan Hong-hu bnkankah
kau cuma-kuatir musuhriiu nanti datang me ngaduk sarangmu?
Kita berdua sudah membikin perjanjian saling bantu, jikalau
ada bahaya mengancam kau, pasti dapat aku duduk diam saja
mengawasi padamu! Apakah yang kau takuti? Nah. kau
pulanglah!
Urusan didalam raumah tanggaku ini aku dapat
mengurusnya sendiri!
Itulah kata-kata justeru diharap-harap Hong-hu Siong.
Lantas ia memberi hormat dan berkata: „Terima kasih yang kau
*udi membantu aku. Dimana kabar angin sudah tersiar, aku
kuatir lagi beberapa hari bakal ada orang yang datang
membuat kunjungan guna mencari onar, oleh karena itu aku
harap kau pun berlaku waspada’
,,Aku sudah tahu!’ sahut Tian Toa-Nio ,Apakah kau sangka
aku melewati dengan sia-sia belaka tempoku selama dua puleh
ta hun? Aku justeru ingin menemui segala mu suh dahuju hari
itu untuk mencoba kepan daianku! Aku justeru kuatir mereka
itu takut datang padaku! Buat apa kau kuatir tidak karuan?”
Habis berkata begitu, Tian Tio-Nio tidak smbil mumat pula
pada si pengemis ia hanya lantas berpaling, untuk memandang
muridnya. Ia menatap tajam.
„Anak Yan, perbuatanmu bagus sekail! katanya. ,,Mari ke
mari!”
Yan Ie mendaoatkan sikap guruuya sangat dingin dan
bengis. Ia tahu guruny galak te tapi belum pernah guru itu
bers:kap begini rupa terhadapnya Mau atau tidak, ia menjadi
jeri juga. Sebenarnya ia telah pikir habis menolongi Mo Lek tak
sudi ia campur pula segala urusan lainnya?. Sekarang ia
menjadi apa boleh buat. Ia mesti membesar kan hati.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Suhu katanya, „apa yang muridmu .tidak harusnya lakukan,


telah diperbuat juga maka itu terserah kepada suhu, suhu
hendak membunuh aku atau mencincangnya-’
Matanya Tian Toa-Nio bersinar lalu di pejamkan. Ia melirik
pada anaknyar ia mendapaikan tubuh sinona menggigil. Lan tas
ia menghela napas dan kata masgul: , Oh kamu dua orang
bocah! … Ia terus memandang muridnya, untuk berkata pula,
dengan sabar: „Kau berdiri di pinggiran, hendak aku mengambil
keputusan dahulu terhadap bocah ini!”‘ Ia lantas memutar
tubuh, untuk berdiri menhadapi Mo Lek.
Hong-hu Siong kata ia mau pergi akan tetapi buktinya ia
tidak segera mengangkat kaki ia justeru berdiri diam saja,
mengawa si sinyonya tua. Untuk melihat apa yang nyonya itu
hendak lakukan.
Thian Toa-Nio menatap sianak muda romannya keren, Sinar
matanya bengis Ia membungkam. Entah apa ia pikir dalam
hatinya
Yan Ie berdiam hingga napasnya seperti berhenti berjalan Ia
terus mengawasi guru nya itu. buat melihat apa yang si guru
akan perbuat.
Diam-diam Hong-hu Siong memperhati kau gerak-gerik Yan
Ie terhadap Mo Lek Ia bermata tajam, segera ia sadar. Katanya
didalam hati: .Aku tadinya heran kenapa puterinya Ong Pek
Thong membantu musuh kiranya itu disebabkan bocah ini!
Tian Toa-Nio masih juga belum menurunkan tangan, ia
masih tetap menatap. Hong-hu Siong heran melihatnya. Ia jadi
berkuatir karena muridnya itu sinyonya nanti melepaskan bocah
itu. Ia jadi memikir buat mengatakan sesuatu, buat membikin
panas hati sinyonya, atau mendadak Tian Toa Nio, dengan
romannya yang keren dan suaranya yang keras, menegur
puteranya „Hm, anak Goan, sungguh nyalimu besar!
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bagaimana kau berani mendustai ibumu! Setelah menegur itu,


ia melihat wajah Mo Lek tanpa perubahan apa-apa. Jadi bocah
itu telah tidak dikasih makan racun.
Dengan suara menggetar, Goan Siu ber kata: „Ibu, bukankah
ibu telah mengatakan bahwa buat guna aku, ibu tidak mau
membinasakan dia?”
„Tak punya guna! ibu itu membentak. Ia mendongkol kepada
sianak, yang hati-nya kurang telenges.
Ia juga tak puas. karena ingin mendapati hatinya Yan Ie
putera itu telah melindungi kekasihnya Mo Lek ..
Sekonyong-konyong tangannya Tian Toa Nio menepuk batok
kepalanya Tiat Mo Lek hingga terdengar suara yang cukup
nyaring. Berbareng dengan bergeraknya tangan si-nyonya, Ong
Yan Ie menjerit keras menyayatkan hati, tubuhnya berlompat
maju untuk menahan tangan gurunya. Berbareng dengan itu
Goan Siu, yang tadinya ragu-ragu sudah turut menyampok
lengan ibunya, untuk ditahan turunnya.
Mo Lek sendiri sudah siap untuk membela diri maka ketika
tangan sinyonya turun ia menangkis sebisa-bisanya, toh ia tidak
dapat bertahan seluruhnya ia terpental mundur kira setombak.
Syukur untuknya ia mendapat bantuan rintangannya Yan le dan
Goan Siu, maka ia cuma roboh terguling tetapi tidak terluka.
„Lekas lari!” teriak Yan Ie.
Hong-hu Siang tapinya tertawa. Kata dia tawar: „Nona Ong,
jangan kau sibuk tidak keraan’ Disini masih ada aku! Mana
dapat bocah ini lari kabur?”
Benar-benar Cee Gak Sin Liong si Naga Sakti dari Gunung
Barat, sudah mencelat kemuka pintu dimana ia melintangi
tongkatnya, ketika Mo Lek lari kearahnya ia menyambut dengan
satu kemplangan!
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tiat Mo Lek sudah menghunus pedangnya, yang Goan Siu


serahkan padanya, dengan itu ia menangkis. Ia menggunai tipu
silat , Sin Liong louw Bwee” atau ,,Naga sakit menggeraki
ekor.”
Tenaga dalam dari Hong-hu Siong kalah sedikit dari pada
tenaganya Tian Toa Nio, akan tetapi hajarannya itu sudah
cukup keras buat.membikin Mo Lek mundur tiga tindak.
Dua buah senjata juga bentrok keras. Hanya yang rugi ialah
tongkat kayu cendana dari sipengemis, ujungnya itu telah kena
terpapas sedikit pedangnya sianak muda, sedang kerasnya
tangkisan pedang juga membikin telapakan tangannya Hong-hu
Siong menjadi kesemutan!
Bukan main gusarnya sipengemis. Ia segera menyerang
pula, malah kemplangan yang kedua segera disusul dengan
yang ketiga kemplangan itu semua tidak memberi hasil.
Itulah hebat untuk Mo Lek. Ia bukan lawannya jago tua itu.
Habis itu, tak dapat ia menangkis pula maka ia lantas
berjumpalitan mundur dengan lompatan „Jungkir balik didalam
awan.”
Hong-hu Siang menjadi penasaran, sengitnya tak terkirakan.
Panas hatinya, hendak ia menyusul, atau tiba-tiba telinganya
mendengar satu suara yang tajam yang seperti berkumandang
ditengah udara. Ia menjadi terkejut. Dengan lantas ia
mengangkat kepalanya, mendongak melihat keatas, hingga
batal menyusul sianak muda.
Ditimur setalatan nampak asap hitam mengumpal naik. Dari
arah sana pula datang nya suara itu. Itulah tanda rahasia dari
kawan. Ketika Hong hu Siong mau pergi kepada Tian Toa Nio,
walaupun kunjungannya ini bakal tidak mengambil tempo lama,
ia sudah bersiap sedia. Inilah disebabkan ia knatir nanti ada
penyerbuan kepada sarangnya. Maka ia telah memesan, jikalau
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ada musuh datang, begitu musuh itu terlihat, kawannya mesti


meniup terompet huk hia sapibil berbaren? menyalakan api,
untuk melayang-layangkan asap hitam itu-Kawannya kaum
Kangouw sesat seperti ia nya. Ketika ia menculik Leng Song ibu
dan anak, jago itu turut bersama, bersama sama Ceng Ceng
Jie, dia menjadi pembantu, dan tempo Ceng Ceng Jie pulang ke
Hoan yang, diminta tinggal bersama untuk mengawasinya.
Mo Lek cerdik sekali. Disaat Hong-ha Siong berhenti
menyerang, ia meneruskan kaburnya. Ia kabur kebelakang
teman.
Tian Toa Nio meninggalkan anaknya, ia pun berlari keras.
“Celaka!” Hong-hu Siong berseru, „benar-benar ada musuh
datang’”
“Kau takuti apa?” kata Toa Nio, menyeringai. „Toh ada aku
disini! Mana bocah itu?”
“Hong-hu Siong menenangkan diri.
“Dia telah kabur, ‘ sahutnya, sabar.
Nyonya tua itu mengerutkan sepasang alisnya. Katanya
didalam hati: „Heran! Kenapa seorang bocah saja kau tak
mampu mencegahnya?…” Asan tetapi sempat memikirkan itu,
tak dapat pula ia menghiraukan orang she Hong-hu ini. Segera
ia memasang telinganya dan membuka matanya lebar-lebar. Ia
mendengar suara tindakan kaki dari Tiat Mo Lek.
„Bagus!” serunya, tertawa dingin ,Bocah itu belum keluar
dari pekarangan rumahku! Nanti aku binasakan dahulu
padanya, baru aku bantu kau menentang musuhmu!
Ketika itu Mo Lek sudah sampai di taman belakang, la
menemui situkang perahu yang menjadi pegawainya Keluarga
Tian itu, hanya ketika itu dia sedang menyiram pohon.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Mana kutahu?’ ia tanya cepat.


Pengawal itu telah menerima pesan Goan Siu untuk
menyerahkan kuda kepada pemiliknya, akan tetapi rnelinat
sianak muda datang dengan tersipu-sipu, ia menjadi heran, ia
menjadi bersang;i. Justeru itu. Tian Toa Nio memandangi
dengan cepat sekali, Hanya sejenak ia segera menunjuk kepada
sebuah bangunan kate.
Mo Lek dapat menerka petunjuk orang, segera ia
mengangkat sebuah batu besar dengan apa ia menghajar pintu
stal kuda hingga pintu itu roboh menggabruk menyusul mana
“dari dalamnya terdengar ringkik seekor kuda, kuda mana
sudah lantas lari keluar.
„Binatang kau hendak kabar?*’ membentak Tian Toa Nio
gusar bukan kepalang Dia berlari keras untuk menghampirkan.
Mo Lek tidak menggubris suara orang, ia hanya memungut
sebiah batu lain, batu yang besar juga untrk dengan itu
menimpuk si nyonya tua. la bertenaga besar, batu itu
menyamber keras. Toa Nio jeri juga terpaksa dia berkelit.
Tepat itu waktu, kuda uy piauwma sudah sampai didepan
majikannya Mo Lek girang tak kepalang. Dengan satu kali
menjejak tanah, ia sudah berlompat naik ke punggung kudanya
itu.
„Kudaku, lekas lari ‘ katanya, menganjurkan.
Kuda itu mengarti, dia lantas kabur, keluar taman
Tian Toa Nio meigejar pula. Dia dapat berlompat pesat.
Pintu ditutup, itu berarti tidat ada jalan, kecuali pintu itu
mesti dibuka dulu. Itulah berabeh Mo Lek berada diatas kuda
kalau ia turun dahulu, ia membuang-buang tempo, kudanya
pun tak dapat menembrak pintu itu.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Akan tetapi, mendadak binatang itu berlompat tinggi, Mo Lek


terkejut, ia memegang tali les sambil memiliki leher kudanya
itu.
Hebat sang kuda. Tahu-tahu dia telah berlompat melintasi
tembok pekarangan, hingga ia membuat majikannya bagaikan
terbang melayang. Saking kagetnya itu, si anak muda sampai
mengeluarkan peluh hingga hatinya terkesiap mencelos, hanya
lantas ia merasa lega, terus ia mengaburkan kudanya yang
jempolan itu.
Tian Toa Nio mengejar bersama-sama Hong Hu Siong tubuh
mereka ringan sekali lari mereka sangat pesat, akan tetapi tak
sanggup mereka menyusul kuda uy-piauwma itu, hanya
sebentar, mereka sudah ketinggalan jauh dibelakang sampai
Mo lek tak tampak lagi sekali pun bayangannya.
Akan tetapi Mo Lek kabur bukannya turun gunung,
sebaliknya, ia mendaki. Ia menuju ketempat dimana asap hitam
mengepul naik itu. Ia muda tetapi ialah seorang Kang Ouw
berpengalaman. Mendengar suara hukhia dan melihat asap itu,
ia lantas menghubunginya dengan roman kaget Hong-hu Siong
tadi, segera juga ia dapat menerka bahwa jago tua itu telah
kedatangan musuh maka sudah diberikan isyarat asap serta
terompet itu.
Syukur kuda itu kuda jempolan, dia da pat berlari-lari dijalan
yang menanjak dan sukar itu. Tidak lama. tibaUh Mo Lek di
kaki jurang Toan Hun Giam dibawah puncak Lian Hoa Hong. Ia
lantas mendengar suara nyaring dan berisik berulang ulang,
seperti suara pintu digempur barang berat. Ia mengawasi
kearah suara berisik itu. Selagi mendekati, ia melihat lima
orang, bah kan satu diantaranya terus lari kearahnya sambil
menegur dengan seruannya : ,,Eh, kau toh Mo lek ? ‘

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bukan kepalang girangnya si anak muda. Itulah Toan Kui


Ciang, bagaikan terbang. ia lompat turun dari kudanya, buat
menghampirkan, guna memberi hormat. Ia mendapat
kenyataan, disamping Kui Ciang suami isteri disana pun ada
kakak seperguruannya lam Cee In bersama-sama Hee Leng
Song. Orang yang kelima yalah Hong Kay Wee Wat, si
Pengemis Edan !
Merek a itu berlima juga girang dan he ran dapat bertemu
dengan Mo Lek. Inilah diluar dugaan mereka.
,,Eh, sute, bagaimana ini ‘ Cee In menegur. „Bukannya kau
pergi ke Tiang-an, kau justeru datang kesini”
Mo lek mengeluarkan napas lega, terus dia tertawa. “”
“Suheng, hampir tak dapat aku melindungi jiwaku, hampir
aku tak dapat bertemu pula denganmu …” katanya. Ia ber duka
tetapi toh ia girang „Panjang untuk ku menutur, maka marilah
aku tanya kau dahulu ! Apakah suheng beramai datang ke mari
guna mengubrak-abrik sarangnya Hong hu Siong ? ‘
,,Benar!” jawab Cee In. „Kami telah hasil mencari pintu
guhanya akan tetapi belum berhasil menggempurnya untuk
masuk kedalam. „Kau lihat disana !”
Orang she Lam itu menunjuk, maka Mo Lek menoleh kearah
itu. Itulah sebuah pin tu batu, yang sudah lecet” disana sini be
kas goresan pedang mustikanya Toan Kui Ciang. Pintu batu
tebal luar biasa, tak mudah digempurnya.
,,Hong-hu Siong tidak ada di dalam sarangnya ‘ Kata si anak
muda kemudian. „Tentang-Hee Pebo, ia benar dikurung di
dalam sarang ini
„Kenapa kau ketahui itu ? ‘ tanya Leng Song heran. Toh ia
puas juga mendapat tahu ibunya berada ditempat itu

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Baru saja tadi aku menempur tua bangka she Hong-hu itu.”
sahut Mo Lek.
“Sungguh kau bernyali besar !” tegur Toan Kui Ciang.
..Bagaimana bersendirian saja kau berani menyatroninya ?”
“Bukannya aku yang menyateroni dia hanya aku yang
kesasar masuk dalam perang-kapnya. Mo Lek menerangkan .
Coh hio Ubokab kaa tenting seorang wanita jahat yang disebut
Tian Toa Nio?” Wee Wat berjingkrak ..Apa? TianToa Nio? dia
menegaskan Bakankah dia puteranya si hantu tua Tian Liong
Hui? Cara bagaimana kau dapat bersama dengannya?”
Kui Ciang mengangguk ia kata pada Mo Lek: „Pada duapuluh
tahun dahulu tempo rombongan orang-orang dari kaum lurus
mengepung suami istri Tian Liong Hui itu usiaku masih muda
sekali. aku jadi tidak dapat mengambil bagian tetapi Wee Loo
cianpwee serta gurumu turat bersama-Wee Wat menjadi
ketarik hati.
„Lekas kau bercerita!” desaknya pada sianak muda.
„Bagaimana pengalamanmu itu?”
Mo Lek menurut ia memberikan keterangannya, akan tetapi
terang Ia hanya menyembunyikan urusan asmaranya dengan
Ong Yan Ie.
“Heran kata Wee Wat. “Hantu wanita itu sangat jnmawa
mengapa dia hendak membekuk seorang muda? Oh, aku
mengarti sekarang! Itulah tentu disebabkan dia ketahui kaulah
muridnya Mo teng Loojin!”
Baru daiam hal itu Wee Wat dapat pemecahannya. Sekarang
tinggal urusannya Hong hu Siong. Ia berpikir keras lain ia kata
pula: “Melihat begini terang sudah Sae jak Sin Liong yang
menjadi biang kejahatan ini! Oh. sungggah aku tidak sangka
segala keburukan ini dialah yang mengerjakannya!

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kai Ciang tak mengerti akan sikap si-peegemis edaa ini.


‘Wee Wat Loocianpwse, tanyanya apakah sampai disaat ini
kau masih tidak percaya Hong bu Siong itu seorang busuk?”
Wee Wat merogo kesakunya dari mana ia menarik keluar
sehelai papan kecil.
,,Aku masih tetap bersangsi, sahutnya. ‘Hanya sekarang
setelah mendengar keterangannya Mo Lek yang telah
melihatnya sendiri dan mendengar kata katanya dengan kepala
hantu wanita halnya ia mengakui ialah yang mengurung Leng
Liehiap sulit buat aka tak percaya lagi …..*
Selembar papan kecil itu sebenarnya ya’ah ujung tongkatnya
yalah ujung tongkatnya Hong hu Siong yang baru-baru ini
ketika dia menempur Kui Ciang diatas gunung Giok Sie San
telan kena tarpapas pedangnya orang she Toan itu. Sengaja
Kui Ciang menyimpan itu untuk dijadikan buk ti untuk Wee
Wat, yang ia hendak minta bantuannya. Ia kuatir Wee Wat
tidak percaya, ia perlu bakti itu. supaya dengan begitu Wee
Wat suka membalaskan sakit hatinya Ciu Kay Kie Tie si
Pengemis Pemabukan, Begitu ia bertemu sipengemis. begitu ia
menyerahkannya, maka selanjutnya si-pengemislah yang
menyimpannya. Memang Wee Wat bersangsi sampai sekarang
ia mendengar ketarangan Mo Lek ini, dari itu ia keluarkan
papasan tongkat itu maka nampak pada airmukanya yang
suram.
Toan Kui Ciang haran. , Loociaaowie kata ia, inilah sepotong
kayu yang aku papas sendiri dari ujung tongkatnjta Hong-hu
Siong. Mungkinkah disini ada sesuatu vaug tak cocok?”
Masih Wee Wat berpikir baru kemudian ia kata. , Sukar
untuk menjelaskannya! sekarang aku menjadi bingung
dibuatnya…

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Akan tetapi Hong hu Sioag berada disini, akhirnya urusan toh


bakal dapat dibikin terang.
Bera saja berhenti suaranya sipengemis edan ini atau
diantara mereka muncul dua orang lain bahkan yang satunya
terus mengasi dengar suaranya yaag tidak sedap-
Merekalah Tian Toa Nio dan Hong hu Siong yang baru saja
tiba
Kata sinyonya tua bengis: „Siapakah yang berani datang
kegunungku ini gunung Hoa San buat banyak lagak?”
Wee Wat memandang tajam Sinar matanya menatap Hong-
bu Siong. Ia gusar sekali Maka ia menegur keras: Hong bu
Siong bagus kau masih mempunyai muka menemuiku! Jikalau
hari ini aku tidak bunuh kau, aku malu terhadap Kie Loo jie!
Dengan Kie Loojie sipengemis edan maksudkan Kie Tie,
sipengemis pemabukan, lapun berlaku sangat cepat Tubuhaya
telah berlompat menyambar Hoag hu Siong yang ia serang
batok kepalanya.
Honghu Siong terkejut mukanya menjadi pucat. Akaa tetapi
ia tidak berdiam aaja. Atas tibanya serangan ia mengangkat
tongkatnya dengan itu ia menyambut serangan seraya
menghajar lengan si penyerang!’
Wee Wat liehay Ia batal menyerang sebaliknya is
menanggapi tongkat orang ketika ia telah menyekal ia
mendapstkait ujang tongkat bekas terpapas. Tidak ayal lagi ia
menarik dengan keras.
Hong hu Siong bertahan, ia memegang keras tongkatnya itu
akan tetapi kuda kuda nya tergempar ia tertarik. terhuyung
sampai tujuh atau delapan tindak, hingga tubuhnya nampak
bagaikan lilin diantara tiupan keras angin yang borgoyang
goyang mau roboh —”
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dibuat seperti itu seandainya Wee wat meneruskan


menyerang. Hong hu Sion tentulah terbinasa Mau sedikitnya
terluka parah akan tetapi kejadiannya tidak demikian.
Sebaliknya daripada menyerang pula Hong Kay lustcru berdiri
diam ia tercengang!”
Apakah sudah terjadi?
Bentrok dengan Hong hu Siong ini Wee Wat merasa aneh.
Yang pertama-tama ya-lah. Ia bersama Hong hu Siong dan Kie
Tie yalaH yang kaum Kang Ouw kenal sebagai. Kang Ouw Sam
GIe Kay, atau tiga pengemis aneh dunia Sungai Telaga.
Kepandaian mereka berimbang satu pada lain, Kali ini Wee wat
menyerang dengan segera menggunai pukulan tipu silat Ngo
Kim Ciang Cengkeraman Lima Unggas, Inilah sebabnya
mengetahui Hong-hu Siong liehay dan ia ingin mendahului
turun tangan untuk sedikitnya menang diatas aagin. Maka ia
merasa beras sekali dalam jurus pertama ini ia lantas
mendapatkan Hong-hu Siong seperti kalah Benarkah See Gak
Sia Liong dapat dipukul terhuyung secara demikian mudah?”
Kesangsian Wee Wat yang kadua yang tongkatnya Hong hu
Siong ini Tongkat kayu cendana merah dari Hoag hu Siong
terbuat dari Lam Hay tongkat itu menyiarkan bau harum akan
tetapi ujung tongkat yang dipapas Toan Kui Ciang itu meski
benar kayu cendana juga itu bukanlah cendana keluaran Lib
Hay dan bau harumnya beda sedikit. Maka maulah Wee Wat
menyangka oraag yang Kui Ciang ketemukan di Giok Sie San itu
bukan Hong hu Siong hanya lain orang. .
Sekarang apakah yang ia lihat?
Orang itu benar-benar Hong-hu Siong Ia telah menempurnya
sendiri. Ia pula telah membuktikan tongkat Hong-hu Siong ini
telah lenyap ujungnya. Jadi benarlah mi orang ditempur loan.
Kui Ciang orang yang telah membinasakan Ciu Kay Kie Tio.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Cuma yang beda sekarang yaitu tongkat cendana itu. Tongkat


itu bukan tongkat yang biasa dipakai Hong-hu Siong dahulu
hari….
Heran dan tercengang, pada otaknya Wee Wat timbul
pelbagai pertanyaan yang mem “bingungkannya Hong-hu Siong
telah menukar tongkatnya itu atau Hong-bu Siong ini Hong-hu
Siong yang palu. Sudah umumnya jago Bu Lim atau Rimba
persilatan, tidak pernah menukar jegamannya. apa pula tong
kat luar biasa. Tapi, kalau bicara dari hal Hong-hu Siong yang
pa’su, benarkah di ko long langit ini ada erang yang demikian
mirip satu dengan lain?
Di saat Wee Wat mengambil keputusan buat meneliti
romannya orang yang berdiri di hadapannya itu, mendadak ia
mendengar tertawa lebar dari Tian Toa-Nio yang telah sampai
didekatnya lalu dengan suara tajam dan tak sedap nyonya tua
itu segera berkata: ,,He, pengemis bangkotan kiranya kau juga
masih belum mampus! Apakah Kau masih Kenali aku siwanita
tua?”
Wee Wat tidak menggubris orang bergu rau, ia kata
sungguh-sungguh: „Urusan hari ini tidaK ada sangKut pautnya
dengan kau! Karena kau berhasil melindungi jiwamu, baiklah
kau jangan membesarkan kepala henda mencampur-campur
tahu. ‘
Tian Toa-Nio tertawa dingin.
„Dahuluhari, aku juga pernah memberi nasihat padamu buat
kau jangan memaksa mengajukan diri mencampuri urusan
orang lain!” katanya tajam. „Kau tapmya tidak menaengar
nasihat, kau berkepala batu kau mengandal kepada banyaknya
jamlih kawanmu kau telah membikin suamiku binasa Karena itu
jangan’ah kau sesalkan aku!’

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kata Kata nyonya tua ini ditutup dengan serangan kedua


tangannya.
Wee Wat Kenal baik sinyonya ia menang kis. Atau segera
menjadi kaget. Ia merasakan tangan orang luar biasa sekali.
Sebelah tangan Tian ToaNio dingin bagaikun es, dan sebelah
yang lain panas seperti api! Inilah sangat diluar dugaannya. Ia
tadinya cuma mau menduga tentulah sinyonya telah
memperoleh kemajuan maka dia menjadi bernyali demikian
besar, tak tahunya o-rang sudah meyakinkan ilmu yang sangat
luar kiasa itu. Ia lantas lompat mundur.
Tian Toa-Nio tertawa terkakak.
,.Pengemis tua. apakah kau masih memikir untuk kabur?”
tanyanya mengejek. Ia lantas menyerang pula.
Wee Wat menjadi gusar.
„Siluman perempuan tu apakah kau kira aku takut padamu?”
katanya sengit. Ia pun lantas menyambut. Dengan jeiiji tengah
tangan kiri, ia menyentil, sedang dengan tangan kanannya, ia
menangkis. Dengan berbareng, ia menggunai dua macam ilmu
silat yang langka yalah ,,It Cie Sian atau Jeriji suci dan ,.Kim
Kong Cianj’ a-tau tangan Arhat, yang sifatnya dua-dua halus-
lunak berbareng keras-kuat, yang mengandal kepada tenaga
dalam yang terlatih sempurna.
Nyonya Tian pun terkejut. Katanya di dalam hati:
„Kepandaiannya pengemisnya tua ini tak dapat disamakan
dengan dahulu hari!’ Karenanya ia jadi tidak berani memandang
ringan seperti semula.
Maka keduanya lantas bertempur keras sama keras, lunak
sama lunak.
Sementara itu Hong-hu Siong, yang telah dimundurkan Wee
Wat hingga beberapa tindak, sudah lantas diserang Hue Siong ,
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia terkejut, mukanya menjadi pucat. Lekas lekas ia lompat


mundur beberapa tindak.
Lam Cee In kuatir isterinya itu gagal ia juga lompat maju,
guna membantui. Ia lantas membacok si Naga Sakti.
Hoag-hu Siong menangkis golok Cee in kembali ia lompat
mundur.
Toan Kui Ciang mengasi dengar seruan yang nyaring dan
panjang, sambil berseru itu tubuhnya mencelat pesat sekali
mengha dang kepada Naga Sakti dari gunung Hoa San itu. Ia
memutar pedannya yang berkilau seperti bianglala. Sembari
menghadang lawan itu ia kata pada Cee In: „Lam Hian-tee,
pergi kau bersama Nona Hee masuk ke dalam guha untuk
menolongi orang! Serahkan bangsat tua ini padaku-, Hong-hu
Siong gusar, Ia balas menyerang pada orang she Toan itu.
Kui Ciang menangkis, menahan turunnya tongkat.
„Hong-hu Siong hari ini kau ada bicara apa? ‘ ia tanya.
See Gak Sin Liong tidak menjawab dia hanya menyerang
terus. Dia menggunai tipu-silat Sin Kauw Doet Tiong atau Ular
naga sie ti keluar dari guha. Dengan begitu ujung toagkatnya
mencari jalan darah jie kbie hiat diperut lawannya antuk
ditotok.
Pasti sekali tak mudah buat Kui Ciang kena tertotok itu.
Dengan satu gerakan pedang ia, meautup diri meaghadang
njung tongkat lawan. Kerena tabasannya tepat kali ini juga
dapat ia memapas kutung sedikit dari ujung tongkat silawan
Akan tetapi bicara dari hal tenaga dalam Hong hu Siong
menang setingkat maka mau ata’u tidak. Kui Ciang mesti
tertolak mundur satu tindak.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sampai di situ Touw Sian Nio juga tidak berdiam menonton


saja. Tanpa bersangsi pula ia menggunai pelurunya. Dengan
beruntun ia melepaskan tiga buah peluruh kim wah.
Repot juga Hong hue Siong. Dua peluruh ia hindari lewat
dengan berkelit akan tetapi kim wan yang ke tiga mencari
sasaran pada muka nya, Ia putar sebelah tangannya, untuk
menyampok itu Ketika kedua senjata beradu di-situ
terdengarlah satu suara nyaring yang mengalun suara
beradanya logam dengan logam sampai kim wan itu mental
balik !”
Kui Ciaag heran hingga ia memasang mata atas maaa ia
mendapat lihat pada tangan kiri See Gak Sia Liong pada jeriji
manisnya ada terpakai sebuah cincin yaag sama dengan
sebuah cincin yang dahulu hari Hong hu Sioag telah kasikan
padanya.
Dahulu hari itu Kui Ciang hendak menolongi Su It Jie
sahabatnya untuk itu seorang diri ia telah pergi ke Tiangan
menyerbu kedalam istananya An Lok San akan tetapi ia telah
terluka parah sukur ia dapat di toloagi Lam Cee In. Ketika itu ia
dikejar terus orang orangnya An Lok San sampai ia mesti
singgah disebuah kuil tua di mana ia kebetulan sekali bertemu
dengan Hong hu S:ong yang telah mengusir musuh habis mana
selain ia diberikan obat ia diberi pula tanda mata cincin itu
dengan pesan, Kalau nanti dii bertemu dengan seorang yang
memakai cincin serupa ini mohon dia memandang mukaku
sukalah dia berlaku marah terhadapnya. Tatkala itu Kui Ciang
masih belum sadar benar ia mendengar pesan itu lapat baru
kemudaian ia mendengarnya jelas dari Cee In Sekarang ia
melihat cincin itu ia menjadi terkejut, Karena gusar ia
membentak: Oh bangsat tua yang pandai berpikir jauh kiranya
dulu itu diwaktu kau menolong- aku dan memberikan cincin

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

padaku kau telah menghitung akan peristiwa sekarang ini’ Jadi


kau ingin aku memberi ampun padamu bukan ?”
Kui Ciang insaf akan budi dan sakit hati Itulah budi yang
Hong hu Siong telah menolongi itu. Tapi sekarang telah terbukti
inilah Hong hu Siong pembanuh dari Hee Seng To dan Kio Tie.
Sementara itu sekarang jandanya Seng To itu yaitu Leng Soat
Bwee ibunya nona Leng Song sedang tekurung didalam sarang
orang. Karena itu, dapatkah ia memberi ampun kepada si Naga
Sakti.
Dengan satu serangan kosong Kui Ciang menggertak jago
Hoa San itu habis itu ia lompat mundur Tapi ia bukan mundur
buat pergi menyingkir hanya dengan suara nyaring ia kata
Hong hoe Sioag “Mengingat bahwa kaulah salah seorang tertua
Rimba Persilatan dan kau telah cceiepas budi kepadaku, kau
bunulah dirimu sendiri Jikalau kau ada pesan kau sampaikan itu
padaku nauti aku lakukan untuk mewujudkannya!”
Akan tetapi Hong hu Siong menjadi gusar.
“Angin busuk’ katanya lalu dengan tongkatnya dia
menyerang keras bahkan berulang ulang, tak dia menghiraukan
bahwa orang repot menangkis dan mesti main mundur, supaya
tidak usah melayani dia sama keras nya.
,,Hong-hu Siong !” kata pula Kui Ciang „Bukankah kau bukan
seorang tanpa nama? Apakah sampai waktu ini, kau masih
takut mati, kau masih temaha hidup ? kau tahu, dengan
membiarkan kau membunuh diri’ aku bermaksud baik
terhadapmu, supaya kau mati wajar ! Dengan begini aku pun
jadi memandang muka terangmu !”
Hong-hu Siong tidak menghiraukan nasihat itu, dia terus
menyerang berulang-ulang dengan bertambah-tambah seruh.
Kui Ciang sebaliknya, ia main menangkis sambil mundur. Ia

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

masih ingat budi orang, lantaran repot, hampir-hampir ia kena


terhajar tongkat.
Touw Sian Nio menyaksikan itu, ia menjadi sangat
mendongkol.
„Bangsat tua ini tidak punya malu sama sekali!” katanya
nyaring. ,,Buat apa kau masih berlaku sungkan terhadapnya?”
Berkata begitu, Nyonya Kui Ciang menghunus goloknya ….
golok Bian-to, untuk maju membantu suaminya mengepung
lawan itu.
Hong-hu Siong tertawa dingin, kata dia ,,Sekali pun anakmu
sendiri, kamu masih tidak mampu lindungi, apakah kamu masih
mempunyai muka untuk banyak lagak disini ?” Ia lantas
menangkis mental pedangnya Kui Ciang, untuk meneruskan
menotok jalan darah hiat-hay diperutnya Sian Nio. Itulah
totokan ,,Tok-coa-sim-hiat,” atan ,.Ular berbisa mencari liang.”
Sian Nio berkelit. Totokan itu membuatnya malu dan
mendongkol. Dalam murka besar, ia balas menyerang.
„Traang !” demikian bentrokan pedang dengan tongkat,
sebab Hong hu Siong sempat menangkis
Menyusul itu, kedua senjata bergerak pula. Tongkat
menyamber kebawah. Tubuh Sian Nio asencflat, mengasi lewat
serangan itu sedangk.an goloknya membabat. Atas itu Hong-hu
Siong mendak, akan tetapi kesudahannya, dia kaget, dia
mendapat kenyataan, nyonya itu liehay sekali.
Juga ketika itu pedang Kui Ciang menyamber pula.
Hong-hu Siong terkejut. Sekarang dia dapat kenyataan, Sian
Nio kalah pandai dari suaminya tetapi ia terlebih telengas.
Tebasan golok si nyonya membuat kepalanya terasa dingin,
karena segumpal rambutnya kena terbabat kutung ! hal ini

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

membuatnya gusar, dia lantas menyerang hebat sekali,


umpama kata, tongkatnya bergerak keempat penjuru atau
kedelapan arah. Ia merabu, dia menyodok, dia menghantam
dari atas, dan beberapa kali, dia pun menotok dengan
telunjuknya. Tongkat merupakan senjata yang, berat dan
ujungnya potol, tetapi setelah kena terpapas, ujung itu menjadi
lancip dan tajam, tepat untuk dipakai menyodok atau menikam.
Dia dikepung berdua masih dapat dia balat menyerang
„Hong-hu Siong dijuluki See Gak ain Liong benar-benar dia
liehay bukan nama melulu,” pikir Kui Ciang kemudian. „Cuma
biar bagaimana, dia tak segagah seperti apa yang orang
banyak buat sebutan …”
Berbareng dengan itu Kui Ciang juga heran. Ia menyuruh
orang membunuh diri, orang bukan melakukannya, orang
justeru gusar, orang mendamprat ia dan isterinya, sama sekali
orang tidak mengungkat-ungkat atau menyebut budinya yang
dilepas dahulu hari itu terhadapnya, seharusnya ia dicaci
,,bong-in-pee-gie” yaitu „melupakan budi, merusak
kehormatan.”
„Aneh !” pikirnya Yu ciu Tay-hiap.
Tapi sekarang mereka lagi berkelahi untuk hidup atau mati
tak sempat Kui Ciang memikirkan terus kesangsiannya atau
keheranannya itu, terpaksa ia meaggunai pedangnya secara
sungguh sungguh melayani orang yang bagaikan kalap itu. Ia
mendampingi isterinya supaya si isteri tidak sampai salah
bergerak.
Sejak dikalahkan Khong Khong Jie, Kui Ciang dan Sian Nio
sudah berlatih pula bersama dengan keras sekali, mereka telah
memperoleh kemajuan, maka juga dengan bertempur bersama,
pedang dan tolok mereka dapat bekerja sama juga dengan
rapih. Itu sebabnya, dalam pertempuran yang kedua kali,

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kekuatan mereka sudah hampir berimbang dengan ”


ketangguhan Kb ong Khong Jie, selama itu beberapa tahun
sudah lewat, bisalah dimengerti apabila seka rang suami-isteri
ini dapat bekerja sama lebih erat- pula.
Begitulah, tak peduli Hong-hu Siong liehay, dia bagaikan
terkurung sinar sinar pedang dan golok, beratnya untuk dia. Dia
tidak memiliki kepandaian ringan tubuh seperti Khong Khong
Jie, sangat sulit kalau dia memikir hendak meloloskan diri.
Lewat lagi beberapa jurus maka pasang an suami-isteri jago
itu «udah menang di atas angin dari itu tinggal tunggu saatnya
saja untuk mereka merebut kemenangan.
Dipihak lain, pertempuran diantara Kong Kay Wee Wat
dengan Tian Toa Nio berjalan dengan sangat hebat. Lambat
laun nampak bahwa pihaknya si Pengemis Edan tidak
menguntungkan. Nyonya Tian dengan kepandaiannya Im Yang
Siang Tok Ciang, Sepasang Tangan Beracun Im -yang, liehay
luar biasa, kedua tangannya yang dingin dan panas dapat
bekerja sama, kalau kedua tangan itu membentur tubuh,
penderitaanlah akibatnya. Dingin membikin tubuh bagaikan
beku, panas membuat orang seperti terbakar? syukurnya untuk
Wee Wat, ia telah memiliki tenaga dalam yang luar biasa
hingga tubuhnya menjadi seperti kedot, setiap kali ia kena
tersentuh, ia menolak hawa dingin ata-u panas hingga kedua
hawa itu tidak meresap menyantroni urat nadinya.
Hanya, katena berkelahi secara demikiah ia memerlukan
tenaga jauh terlebih besar. Inilah yang tidak menguntungi ia
sebab te saga dalam mereka berdua berimbang satu dengan
lain.
Juga untuk Nyonya Tian, buat segera dia berhasil merampas
kemenangan, janganlah dia harap.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lam Cee In tidak lantas turun tangan. Ia melihat kedua


rombongan seperti ia lagi menonton. Ia mendapat kenyataan
Kui Ciang dan Sian “Nio sudah menang unggul dan Wee Wat
melawan Toa Nio sama tang guhnya. Ia percaya mereka itu tak
membutuhkan ‘bantuannya, karena ini ia lantas memikir buat
menerjang masuk ke dalam guha. Ibunya Leng Song harus
ditolongi. Juga di dalam situ kuatir nanti ada cawannya musuh.
Jikalau mereka itu menggunai ibunya Long Song untuk
memeras mereka, itulah buruk. Memikir begitu, ia lantas
menghadapi kesulitan. Pintu guha kuat sekali, sedang ia hanya
bersama isterinya da» Mo Lek. Tadi pun mereka belum
memperoleh hasil.
Mo Lek juga memikirkan pintu guha itu. Ia ketarik
menyaksikan pertempuran dahsyat itu tetapi lebih penting
menolongi orang didalam guha. Ia dari keluarga kaum Liok Lim,
yaitu Rimba Hijau, kaum itu me mang banyak yang biasa
tiaggal diatas gunung atau di dalam guha maka itu, ia banyak
pengetahuannya. Ia memperhatikan cara pembuatannya guha
iai, kemudian ia kata pada Cee In : „Mestinya guha ini mem
punyai jalan keluar lainnya. Tak mungkin dia berpintu satu.
Bagaimana andaikata pin tu ini ditutup ? Bukankah orang di
dalam akan mati kelaparan dan tak bernapas ? Pu la tadi
koacohnya sibangsat tua dapat menyalakan api, untuk memberi
isyarat, itu pun bukti yang kuat mesti adanya jalan lain. Aku
rasa, jalan itu mesti ada di atas gunung …”
„Kau benar, Tiat Sute,” berkata Cee In. „Adik Song, mari kita
naik ke atas untuk mencari. Kau, sute baik kau menanti dipintu
guha ini, guna menjaga kalau-kalau musuh menyerbu keluar.”
Leng Song mengangguk, begitu pun Mo Lek. Maka itu Cee In
lantas mengajak isteri nya lari mendaki. Mereka menggunai
ilmu ringan tubuh. Tiba diatas, mereka lantas saja berduka,

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sekian lama mereka mencari, mereka tidak mendapatkan


lubang apa juga benarkah tidafr ada jalan lainnya ?
Sesudah berdiam sekian lama, suami is teri ini mulai menjadi
gelisah. Atau mendadak, mereka mendapat dengar suara orang
suara itu datangnya dari bawah. Mestinya itu dari dalam guha,
bahkan yang membangunkan semangatnya Leng Song yalah ia
mengenali suara itu sebagai suara ibunya.
„Anak Song ! Anak Song !’ demikian Suara iiu terulang.
„Anak Song, kau sudah datang . . . ? Oh, jahanam ! Lagi satu
tin dak kau maju, akan aku mengadu jiwa denganmu !”
Teranglah, Leng Soat Bwee lagi terancam orang jahat.
Rupanya ia diancam untuk jangan bersuara.
,,Ibu ! ‘ berseru Leng Song, yang girang bukan kepalang.
„Ya, ibu, aku datang !”
Anak ini lantas lari kearah dari mana suara ibunya itu
datang. Itulah sebuah batu besar, yang berdiri mencil sendirian.
Dikiri dan kanan batu itu tidak ada rumput sepo-hon juga.
„Inilah tentu jalan ke luar itu !” kata Nona Bwee. Ia lantas
berdongko, untuk me rabah batu itu, buat menolaknya dengan
menggunai tenaganya. Ia berhasil. Batu itu memperlihatkan
sebuah lubang.
,.Tunggu dulu !*’ berkata Cee In. yang melihat isterinya tak
dapat bekerja seorang diri. Ia lantas meloloskan bajunya yang
panjang, lantas ia maju, berdiri berendeng bersama isterinya.
Mari!” katanya, seraya ia mengerahkan tenaganya.
Dengan bekerja sama. batu itu dapat digeser jauh hingga
tampak nyata lubang tadi yang tertutup atau ketutupan. Hanya
gelap didalam lubang itu.
Leng Song mau lantas lompat masuk, turun kedalamnya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Sabar!” Cee In mencegah. “Kenapa?” tanya isteri, heran.


“Awas untuk senjata rahasia!” kata suami itu, yang lantas
menjemput baju panjangnya. “kau ikuti aku! Ia lantas maju
dimuka, ia lohipat turun sambil memutar bajunya itu.
Leng Song menurut, ia mengikuti. Seturunnya mereka
ditempat yang gelap itu nampak beberapa benda berkeredepan
Syukur Cee In menggunai bajunya itu, yang ia putar bagaikan
titiran, hingga mereka bebes dari serangan gelap itu, sarang-an
dari senjata rahasia Bwe Hoa Ciam jarum serupa bunga bwee.
“Sungguh berbahaya!” kata Leng Song didalam hati. Iapun
lantas bersilat bergitu lekas ia sudah menaruh kaki. Ia meng-
gunai jurus “Ya Cian Pat Hong” atau “Perang malam didelapan
penjuru,” guna menjaga dirinya.
Segera juga terlihat satu bayangan hitam berlompatan maju
bagaikan burung menyamber, didahului dengan berkeredep-
nya dua buah sinar bundar yang berwarna kuning.
Leng Song menangkis serangan itu, tepat kenanya, hingaa
terdengar satu suara yang nyarang bagaikan suara genta yang
menulikan telinga.
Kiranya penyerang itu yalah seorang toosu, imam dari
goloigan Too-kauw……agama Too atau penganutnya sang Nabi
Loo Cu…..dan senjatanya itu sepasang tongkat atau cecer
tembaga. Habis menyerang itu, dia mencoba menjepit
pedangnya Leng Song tetapi dia tidak berhasil, bahkan ti-jung
bajunya kena dirobek ujung pedang. Hanya, walaupun
demikian tangan sinona menggetar, yang mana menjadi satu
bukti bahwa imam itu lihay, kepandaiannya tak dibawah sinona.
Lam Cee In tidak berdiam saja. Sambil bersuru keras, ia
menggeraki tangannya yang masih memegangi bajunya, untuk
me-nungkrup kepala si toosu, menyusul mana, dengan
goloknya ia juga membacok.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Siimam bermata celi dan gesit, dia ber kelit, setelah mana,
dia balas menyerang, hingga tongposrt beradu dengan golok.
Lagi-lagi cecer itu memperdengarkan suaranya yang sangat
berisik, yang memkakkan kuping.
Leng Song tidak membantu suaminya. Ia tahu, walaupun
tidak menang, tidak nanti Cee In kalah. Ia perlu menolong
ibunya Maka ia menyalaka api, dengan membawa penerangan,
ia maju lebih jauh, ke-sebelah dalam guna itu.
Soat Bwee tahu anaknya sudah datang, ia tidak berdiam
saja. Kembali ia memanggil.
Seng Song larikearah suara ibunya itu, hingga ia
mendapatkan sebuah kamar digu-ha belakang. Disitu terdapat
cahaya guram dari sebuah pelita, mesti demikian, sinona bisa
melihat ibunya yang kucai luar biasa mirip dengan orang yang
lagi sakit berat Ia menjadi sangat terharu, dengat airmata
berlinang, ia lompat menubruk.
“Ibu!” ia berseru. Lalu ia mencoba mengangkat tubuh ibunya
tetapi tidak berhasil.
Itulah sebab Soat Bwee telah terkena asap hio “Cian Jit Cui”
atau “Mabuk seribu hari” dari Hong-hu Siong karena mana
tenaganya menjadi habis.
Mulanya Leng Song kaget, tetapi segera ia mengarti.
“Jangan kuarir, ibu! ‘ kata anak ini.
“Rebah dahulu. Aku membawa Obat untuk ibu!”
“Apakah sibangsat tua yang memberikan obatnya?” siibu
tanya.
“Bukan, hanya anak perempuannya Ong Pek Thong,” sahut
Leng Song. “Nona itu dapat dari mencuri dan dia memberikan

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

itu kepadaku. Hal itu menarik hati nanti saja, sesudah ibu
sembuh, akan aku menuturkan nya.”
Leng Song heran juga. Sudah lama mereka berpisah,
mestinya mereka bicara banyak, siapa tahu, ibunya justru
menanya dulu tentang obat pemunah itu dan menyangka obat
diberikan oleh Hong-hu Siong. Maka ia kata didalam hatinya:
“Apa mungkin, sudah lama terpenjarakan, pikiran ibu menjadi
kacau ? Mustahil sibangsat tua Hong-hu sudi memberikan
obatnya padaku? Buat apakah ibu sampai menanyakannya?”
Obat itu mustajab sekali. Begitu lekas* Soat B we minum itu,
begitu lekas tenaganya mulai pulih. Dengan memegangi tangan
anaknya, dapat ia berangkat, buat berduduk.
“Anak Song, kau tidak kurang suatu apa, hatiku lega sekali,”
katanya. “Siapa itu yang datang bersamamu?”
“Itulah menantu ibu., ” sahut sianak. “Ibu maafkanlah
anakmu, tanpa menanti perkenan kau, aku sudah menikah
dengan Cee In……”
“Orang sebagai Cee In itu, sekalipun dengan tengloleng dan
obat, sukar untuk mencarinya,” kata sang ibu. “Aku
mendapatkan ia sebagai menantu apalagi yang aku minta ? Kau
telah mempunyai orang yang dapat dibuat andalan, anak Song,
hatiku lega sekali……”
Diantara sinar guram itu, Leng Song melihat ibunya
bersenyum sedih. Tapi suara puas itu pun sedih nadanya. Hal
itu membuat sianak muda heran, hingga ia tercengang.
Pikirnya: “Sedari kecil aku tidak mempunyai ayah, selalu aku
hidup berdua dengan ibu, tak heran kalau sekarang mendengar
pernikahanku, ibu menjadi girang berbareng berduka……”
“Masih ada siapa lagi diluar?” kemudian Soat Bwee tanya
pula,

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Toan Peehu bersama istrinya serta Wee Locianpwee,” sahut


sang anak. “Toan Peehu berdua tengah menempur sibangsat
tua, mungkin sekarang mereka sudah berha sil membinasakan
manusia jahat itu.”
Ibu dan anak ini berbicara dengag mereka berpegangan
tangan. Tiba-tiba sianak merasai tangan ibunya bergemetar. Ia
men jadi heran.
“Ibu, kau kennpa?” Ia tanya. Soat Bwee menghela napas.’
“Kui Ciang juga datang…….”katanya.
“Oh, bagaimana aku…..,aku…….dapat menemui dia?”
“Kenapa, ibu?” tanya Leng Song, tambah herannya. Toan
Peehu menjadi sahabat ayah, kenapa ibu tidak dapat
menemukan dia?”
“Oh, Sungguh jemu!” tiba-tiba Nyonya Hee berseru.
Leng Song terkejut
“Ibu, kau benci siapa?” tanya ia.
“Aku benci Hong-hu Siong!” sahut si-ibu. “Dia….„dia telah
mencelakai aku!”
Bukan main herannya Leng Song. Ibu itu pindah bicara dari
Kui Ciang kepada Hong-hu Siong. Ia jadi menjublak. Lantas
menerka sesuatu, karena mana, tubuhnya menggigil sendirinya.
Bagaimana hebat, pikirnya…….
Sekonyong-konyong Soat Bwee berlompat bangun.
“Hendak aku membunuh sendiri bangsat tua itu!” serunya,
giginya bercatruk-kan.
Leng Song pengangi ibu itu.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“ibu, nanti aku yang mewakilkan kau menyambutnya!” kata


sianak. “Ibu baik beristirahat lagi sekian lama.”
Bibir Soat Bwee bergerak, ia seperti hendak mengucapkan
sesuatu akan tetapi batal. Sebaliknya ia melepaskan tangan
anaknya, terus ia bertindak keluar dari kamar tahanannya itu.
Tenaganya telah pulih lima bagian, karenanya dapat ia
bergerak dengan leluasa.
Ketika itu Lam Cee In dan sitoosu sudah bertempur sekian
lama kepandaian mereka berimbang, akan tetapi lama-lama,
hati siorang suci menjadi gentar.
-oo0dw0oo-

Jilid 21
Ia telah ingat sesuatu hingga hatinya menjadi kecil
sendirinya. Hingga ia lantas ingin mengangkat kaki Justeru itu
ia men dengar tindakan kaki berat lagi mendatangi ia menjadi
takut. Tidak ayal lagi ia menangkis satu serangan, terus ia
lompat mun dur, untuk lari keluar.
Suaranya Tian Toa Nio dapat didengar tosu ini, maka ingin ia
mendapat pertolongan nyonya itu. Ia telah merasa, tak nanti ia
dapat bertahan melayani terus pada Cee In yang mempunyai
kawan.
Cee In sebaliknya tidak mau mengasi hati.
„Tosu siluman, kau hendak lari kemana ? ‘ bentak Lam
Tayhiap seiaya lompat mengejar untuk menyerang.
Imam itu terkejut. Didepan memang ada pintu batu yang
berdaun dua, yang dapat dibuka, hanya untuk mementang itu.
ia memerlukan waktu. Maka ia kata didalam hatinya : Kenapa
aku tolol sekali ! Mana bisa aku lari dari depan’ Ia sadar
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sesudah terlambat. Ketika itu Cee In sudah me nyandaknya,


hingga ia mendengar anginnya bacokan. Dalam kaget dan
bingung, ia menangkis kebelakang. Ia bergerak dalam ge rakan
„Hpng-hong Tian Cie” atau ..Burung hong-hong mementang
sayap, la terlambat. Berhasil ia menangkis hanya fidak tepat.
Goloknya Cee In kena dijepit sesudah ujungnya meluncur tanpa
ampun lagi, pundaknya kena terbacok hingga melowek. ia
menjadi gusar berbareng takut, ia terus melawan dengan mati-
matian, sembari berkelahi, ia berteriakan.
Oleh karena orang bagaikan kalap, Cee In terpaksa mundur.
Dengan begitu, ia seperti membuka jalan. Si imam nerobos, dia
lari terus. Disitu ada beberapa tikungan. Lekas juga dia lenyap
ditempat gelap.
„Adik Song, awas ! Cee In berseru memperingati kepada
Leng Song. „Siluman lolos, dia lari kebelakang !’
Ketika itu Soat Bwee dan anaknya sudah keluar kamar. Leng
Song mendengar suara suaminya, hanya belum habis suara itu,
serangan gelap sudah datang. Sejumlah jarum rahasia
berkeredepxin. Si imam, yang mau membuka jalan ditempat
gelap itu su dah menimpuk dengan jarum-jarum Bwee Hoa
Ciam.
Nona Hee berkelit, menyusul itu, ia meraba pedangnya.
Tiba-tiba ia terperanjat. Sarung pedangnya kosong!
Justru itu terdengar bentakannya Soat Bwee.
„Hee, imam siluman Ku Goan ! Kaulah kawannya si bangsat
tua, kau tidak dapat ampun !
Menyusul itu, suatu sinar putih melesat bagaikan bianglala.
Menyusul itu pula, di sana terdengar suara jeritan yang
menggiris kan hati ! liulah sebab si imam telah kena tertembus
pedang yang dipakai menimpuk oleh si nyonya, ujungnya

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pedang tembus dan nancap ditembok. Hingga dengan begitu


imam itu kena tersate!
Nyonya Hee tadi telah mencabut pedang anaknya dan terus
menimpuk, sedangkan dengan tangan kirinya, ia mengebut,
menyampok runtuh jarum yang diarahkan kepadanya.
Cee In mengejar terus ia tiba disaat Ku Goan sudah
menerima nasibnya. Ia terkejut dan girang dengan berbareng.
Leng Song juga girang sekali melihat hasil Itu, tahulah ia
tenaga ibunya sudah pulih tujuh bagian. Lantas ia memanggil
suaminya : „Cee In mari! Mari menemui ibuku ! Kita perlu cepat
keluar dari sini, untuk membunuh si bangsat she Hong-hu,
supaya kita bisa lekas membantu Wee Lo-cianpwe melayani si
nenek yang lihay itu!
Cee In menghampiri mertuanya, ia memberi hormat sambil
berlutut.
Soat Bwee memimpin bangun pada menantunya itu.
„Cee In mulai hari ini, aku serahkan anakku kepada kau,
katanya. „Kau baik-baiklah memperlakukannya !
Cee In tak dapat berkata apa-apa ia cuma menyahut : „Ya . .
.
Leng Soat berkata pula : ..Anakku biasa manja kau harus
sabar terhadapnya. Tapi ah, tak usah aku bicara banyak. Aku
tahu orang seperti kau tentu takkan menyia-nyiakannya”
„Benar, ibu ! ‘ kata Leng Song tertawa. „Kita sekarang sudah
dapat berkumpul, di lain waktu masih banyak saatnya untuk
kita bicara banyak ! Sekarang mari lekas kita ke luar untuk
membantu Toan Peehu dan Wee Locianpwe, si bangsat, tua
tidak berarti se berapa, adalah si nenek yang lihay sekali!

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Habis berkata, Leng Song mencabut pedangnya yang ia


serahkan pula pada ibunya.
,,Ibu tidak mempunyai senjata, baik ibu pakai terus
pedangku ini.” katanya.
Ibu itu bersangsi sebentar.
,,Baik,” sahutnya, seraya ia menyambut pedang itu, teras ia
bertindak ke pintu untuk membukanya. Ia lantas mengeluarkan
napas lega.
„Tidak kusangka, aku Leng Soat Bwee dapat pula melihat
langit dan matahari !” katanya, lega hatinya, toh ia berduka.
Mendadak -ia memutar tubuhnya, meluncurkan sebelah
tangannya, atas mana, Cee In dan Leng Song roboh saling
susul. Karena di luar dugaan, mertua atau ibu itu telah menotok
mereka, hingga mereka tidak dapat membebaskan diri. Dengan
tubuh tidak bergeming mereka cima merasa smgat heran, dan
mata mereka mengawasi dengan mendelong. Setelah tertotok
tidak dapat mereka membuka mulut mereka.
Sambil mengawasi anak mantunya. Soat Bwee berkata. „Aku
hendak membunuh musuh dengan tanganku sendiri, aku tidak
membutuhkan bantuan kamu! Didalam tempo satu jam kamu
akan peroleh kemerdekaan kamu. Anak Song Ibumu pergi!”
Nyonya Hee bertindak pergi akan tetapi tiga kali ia masih
menoleh kebelakang, untuk melihat anak mantunya itu. Dengan
tindakan perlahan ia keluar dari pintu guha
Leng Song mengawasi, Ia melihat ibunya itu mengalirkan
airmata.
Setelah berada berdua saja. Leng Song dan Ce In saling
mengawasi. Keduanya heran bukan main. Sikap ibu atau
mertua mereka aneh sekali. Karena itu, mereka menjadi
berkuatir. Taruh kata orang tua itu, tidak membutuhkan
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bantuan, tak usah ia menotok. Tian Toa Nio sangat lihay, bukan
kah terlebih baik adanya dua orang pembantu ?
Dari berkuatir, akhirnya Leng Song menjadi takut sendirinya.
Diluar Tian Toa Nio dan Wee Wat ma sih bertarung dengan
sama hebatnya. Dilain pihak rombongannya Toan kui Ciang dan
isterinya dengan Hong-hu Siong nampak perbedaannya. Hong-
hu Siong sudah terdesak hingga dia menangkis tetapi tidak
sang gup balas menyerang.
Untungnya bagi Hong-hu Siong. Kui Ciang’ tidak tega
turunkan tangan kejam a-tas dirinya Jago ini mash ingat budi
orang yang telah memberikan obat kepadanya. Bahkan setelah
beberapa gebrakan lagi, Kui Ciang berseru: „Hong bu Siong
sampai disaat ini, apakah kau masih temaha akan hidup?
Jikalau kau mempunyai tulang tulang mu, kau pergilah sendiri’.
‘Itulah undangan untuk Hong-hu Siong membunuh diri, supaya
dia tak mati terbunuh suatu hal yang akan menodai
kehormatannya.
Luar biasa adalah kesudahannya sikapnya Toan Kui Ciang ini.
Justeru Hong hu Siong mendapat tempo senggang, justeru dia
melakukan penyerangannya yang sangat ber bahaya begitu dia
menangkis goloknya Sian Nio begitu dia menudingkan
tongkatnya, berbareng dengan mana sejumlah jarum ra hasia
melesat keluar dari ujung tongkat itu Karena dida’am tongkat,
yang kosong, dia menyembunyikan senjata rahasianya itu, yang
dikerjakannya dengan pesawat yang dapat di tekan. Memang
sejak tadi dia sudah memikir menggunakan senjata rahasianya
itu akan tetapi dia belum memperoleh ketikanya yang baik,
baru sekarang, saat yang dinanti-nantikan itu tiba. Tak
disangka ia telah diberikan ketikanya itu oleh musuh.
Syukur ialah Touw Sian Nio menjadi seorang ahli senjata
rahasia. Didalam hal kepandaian itu ia melebihkan suaminya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Be gituJah ketika jarum-jarum menyamber. da-lam kaget dan


sibuknya, ia lantas menimpuk dengan goloknya, terus dengan
kedua tangan bajunya, ia menyambuti semua jarum rahasia itu,
hinjga tidak ada sebatang juga yanj lolos, yanf melukai
badannya,
Hong-hu Siong terperanjat. Inilah ia ti dak sangka, la juga
kaget karena golok sinyonya terbang kearahnya hampir
berbareng dengan -hujan jarumnya itu. Ia lantas berkelit. tidak
urung pundaknya kena juja tergores. Ia menjerit, terus ia putar
tubuhnya uirtuk lari ! Kui Ciang gusar sekali.
..Bangsat tua kau bukannya manusia’ dampratnya. Ia
menjejak dengan kedua kaki nya, untuk menghajar, untuk
menikam pung gung orang.
Masih Hong-hu Siong dapat menangkis kebelakang hanya
sekarang dia kalah tenaga. Itulah sebab luka dipundaknya itu,
sebab salah satu tulang pipanya telah terputus. Ketika dia
menangkis tongkatnya juga terbabat kutung menjadi dua
potoag!
Dalam murkanya Kui Ciang menyusuli dengan lain serangan,
guna menghabiskan jiwa orang atau mendadak ia mendengar
sa tu teriakan memohonkan keampunan: .,Toan Tay Hiap
berlakulah murah hati!”
Kui Ciang tercengang. Ketika ia menoleh ia menoleh, ia
melihat satu orang berlompat berlari-lari kearahnya bagaikan
satu bayangan, Meski demikian ia sadar, dengan lantas ia
menotok kepada Hong-hu Siong. pada jalan darah tiong-kie
dipunggung. Segera ia berpaling pula akan melihat siapa itu
yang menyerukannya dan lagi mendatangi Ia heran hingga ia
berdiri menolong

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Didepan ia muncul satu Hong-hu Siong lain nya yang


sejalanya mirip den an Hong-hu-Siong yang ia telah totok
hingga tidak berdaya itu!”
„Kau siapa?’ akhirnya ia menanya, setelah oranf itu tiba
didepannya. Ia mengawasi dengan tajam.
Berbareng dengan teguran Kui Ciang ini disana terdengar
sorak-sorainya Wee Wat si pengemis Edan, ia pun yang
berjingkrakan. Kata dia: „Hong-hu Toako benar benar kau yang
datang! Memang telah kuduga dia inilah simanihsia palsu yang
telah menyamar menjadi kau !”
Adalah kebiasaannya Wee Wat. kalau saia dia kegirangan
secara mendadak ia da pat melupakan segala apa, sekalipun ia
lagi bertempur Demikian kali ini melihat Hong hu Siong ia
berteriak dan berjingkrakan itu. Atau mendesak ia kaget dan
berseru ce laka! ‘Itulah sebab Tian Toa Nio, yang li-hay, tidak
menghiraukan keadaan itu, si-nyonya sudah menyerang
berbareng dengan kedua tangannya. Maka terhajarlah si
Pengemis Edan, karena mana, selain suara nyaring dari hajaran
itu, tubunnya pun terpental !
Menyusul itu, Tian Toa Nio bergerak terus, bagaikan terbang
dia lompat kepada Toan Kui Ciang, untuk menyerang jago she
Toan itu.
Toaw Sian Nio melihat majunya orang ia menyerang dengan
tiga buah pelurunya.
Tian Toa Nio tidak memperdulikan serangan itu bahkania
tidak mau menangkis la maju terus pada Kui Ciang. Maka
terkenalah ia tiga buah peluru itu, hanya aneh, ia tidak kurang
suatu apa, tubuhnya me-ngagi dengan suara nyaring seperti
logam, suara itu sedap masuk kedalam telinga. Sedangkan
ketiga peluru mental balik pada orang yang melepaskannya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sian Nio heran. Tak tahu ia, orang me makai semacam


tameng istimewa atau karena tubuhnya kebal, tak mempan
senjata. Meski demikian ia toh maju untuk menghajar
punggung si nenek dengan gendewa-nya ?
Kui Ciang juga heran tetapi ia tidak menjadi bingung. Ketika
si nyonya tua sampai, ia berkelit kesamping, dari situ ia
mengirim tikamannya kejalan darah cie-khi di iga si nyonya
Itulah serangan vang sangat berbahaya.
Masih Tian Toa Nio tidak mengirau-kan serangan, ia
meluncurkan tangannya guna menangkap gagang pedang lui
Ciang. Jeriji tangannya ditekuk seperti gaetan.
Kui Ciang seorang ulung didalam medan pertempuran, ia
tidak menjadi kaget atau bingung. Ia cuma tetap heran sebab
nyo nya ini tangguh luar biasa. Ia lantas mema sang kuda-
kuda, guna memperkokoh berdiri-aya. Pedangnya pun
ditekankan kebawab-Sambil berbuat begitu, ia berseru: ,,Kena!”
Itulah karena ia menyerang terus.
,,Bagus !”berseJu Tian Toa Nio, yang meiti melepaskan
cekalannya. Kali ini tenaga dalamnya tak cukup kuat buat
merampas pedang lawannya. ,,Kau hendak membunuh aku ?
Tak dapat !”
Serangan Kui Ciang tidak berhasil mengenakan sasarannya
cuma lewat di sisi iga si nyonya, siapa, sebaliknya terus me
nyember tangan orang untuk dicekal nadinya !”
Kui Ciang hendak membebaskan diri caranya yalah sembari
mencoba menarik pulang tangannya itu, tangan kanan dengan
tangan kirinya hendak ia menyerang jago wanita itu. Tiba-tiba
saja Tian Toa-Nio membatalkan serangannya, sebab dia mesti
memutar tubuh untuk menangkis ke-belakang. Itulah
disebabkan Tauw oian Nio dengan busurnya sudah menyerang

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

punggung orang, hanya serangan itu gagal, karena uiung busur


kena disentil oleh si nyor nya tua yang lihay itu. ia kalah tenag?
dalam- Hebat sentilan itu, tangannya sesemut an busurnya
terlepas dan mental !
Pabis itu candanya Tian Liong Fui melayani pula Toan Kui
Ciang, atau Hong hu Siong meneruskannya „Tian Nio. u-rusan
disini menjadi tanggung jawabku, tak usan kau campur tahu
mengurusnya !” Sambil berkafa begitu, ia menggunai
tongkatnya, untuk menyerang guna membebaskan Kui Ciang
dari serangan tangkapan Kim na ciu si nyonya.
Nyonya tua itu mendelik mengawasi si pengemis.
„Eh, Honghu Siong, bagaimana ini ?” tegurnya ,,Apakah kau
sudah jadi linglung ? Orang-orang hendak membinaskan
adikmu, kau tahu tidak ? Kenapa kau bu-kan membantu darah
daging sendiri, kau justru berpihak kepada orang luar?”
Tapi Hong-hu Siong menjawab sengit: Jikalau adikku tidak
tersesak hingga dia, bergaul dengan orang-orang busuk, tidak
nanti dia menjadi begini gelo ! Justru kau lah yang mencelakai
dia! Nah kau rasakan tongkatku !”
Tian Toa Nio pun menjadi gusar.
, Orang yang tak dapat membedakan merah dan putih Oh’
tua bangka mau mampus ‘teriaknya. „Kau nyatanya cuma
Inandai menutup pintu rumahmu dan meng hina adikmu sendiri
! Kau tahu, aku sinyo-nya tua tidak takut padamu !,
Berkata begitu nyonya itu berlompat menyambut serangan
Hong-hu Siong, maka juga tangann}a itu tongkatnya terhajar
mental !
Kui Ciang sementara itu tidak mau berhenti tak perduli
sinyonya sangat lihay.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ia maiu terus dengan serangannya. Maka bayangannya


mereka itu jadi berkelebatan dengan sangat cepat.
Tian Toa Nio gusar sekali, dia berseru sekuat kuatnya. Satu
kali tubuhnya terpisah, lantis ia maju pula dengan lompat
mencelat. Tangan bajunya yang panjang menyamber Kui Ciang,
untuk dilibat.
Kui Ciang berkelit sambil ia membabat dengan tipusilat Heng
In Toan Hong atau ,,Mega melintang memotong puncak
gunung atas mana Tia» Toa Nio menangkis dengan „liat Siu Sin
Kang, atau sampokan Tangan baju -Besi hingga pedang kena
tersampok deras keras juga suaranya. Kui-Ciang terkejut.
Tangannya gemetaran dan pedangnya hampir lepas!”
Touw Sian Nio sudah menyerang pula dengan peluru kim
wannya.
Tian Toa Nio liehay luar biasa, masih dapat ia menyampok
peluru itu.
Tatkaia itu, I-ong-hu Siong menyerang dengan tongkatnya.
Tadi ia tersampok sampai mundur seiindak saking hebatnya
tangkisan sinyonya. Karena ia mundur Kui Ciang
menggantikannya maju. Ia bertahan hingga ujung bajunya
robek terkena ujung tongkatnya. Kesudahannya itu ia kalah
unggul.
Hong-hu Siong membuat nama selama beberapa puluh
tahun belum pernah ia di kaiahkan siapa juga kecuali ketika ia
me-nempur khong Hhoag Jie. Itulah kegagalan nya yang kedua
kali. Siapa tahu, hari ini ia menampak kegagalan yang kedua
kali dan ditangannya ini lantu wanita. Tapi ia tidak takut ia
babkan menjadi sangat mendongkol hingga ia menyerang pula
dengan hati yang panas membara sampai tongkatnya
menerbitkan angin keras.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kali ini Tian Toa Nio tiaak berani menyambut keras dengan
keras ia membebaskan-diri dengan gerakan lunak tLiu lu Hui
Siu Tangan baju terbang diantar»mega melayang. Ia
membebasknn diri dengan sampokan kedua tangan bajunya
menggagalkan serangan ilmu tongkat Hang Mo Thung atau.
Menakluki hantu dari lawannya itu.
Kong-hu Sioag gusar dan mendongkol toh ia mengagumi
lawan yang kosen ini.
Sementara itu Wee Wat si Pengemis Edan telah
berjumpalitan hingga tiga kali baru ia menginjak tanah.
Bukannya ia gusar atau mendamprat musuh ia justeru berkata
jenaka: „Sungguh kau liehay! Syukur aku tidak kena dilukai
kau! Ia tidak lantas maju pula guna menyerang musuh ia hanya
jalan murdar mandir beberapa kali dari muluknya keuar kata
kata ini: „Jikalau kami kedua pengemis • mengepung kau satu
orang apabila kau kalah, kau tentu tidak puas! Sebaliknya aku
jikalau aku tidak dapat mengulahkan kau tak dapat aku
melampiaskan hatiku! bagaimana se karang? Baik biarlah,
biarlah, akan aku menonton saja!” Dan terus ia meniatuhkan
diri untuk duduk numprah ditanah, guna, mengawasi
pertemouran. Kalau ia bertepuk tangan, bersorak-rorai, memuji
dengan ke girangan meluap luap.
Si Pengemis Edan cerdik sekali. Ia duduk melumprah bukan
melulu untuk ber gurau saja. Ia sebenarnya lagi menggunai
temponya, untuk memelihara diri. Biar bagaimana barusan ia
tergempur hebat hingga ia merasai semua auggauta tubuhnya
lain seperti biasanya. Perlu ia mengumpul tenaga untuk
memperkokoh tubuhnya.
Sementara itu Tian Toa Nio tak peduli dia kosen luar biasa
dia repot juga dike pung Hong hu Siong dan Toan Kui Ciang
berdua sebab diantara mereka. Touw Sian Nio juga kadang

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kadang membantu dengan «erangan pelbagai kim wan peluru


emasnya…..”
Selagi bertempur seru itu satu kali Hong-hu Siong dap^t
menohok lawannya dengan -totokan. ,,Naga masuk kegedung
yang dalam. ,Yang menjadi sasarannya ya lah jalandarah kauw
im. Bukan main mendongkolnya Toa Nio dengan sebat dia me-
rangsak dengan kaki kirinya seraya kaki kanannya melayang
naik, menendang tongkat orang.
Wee Wat yang duduk menvimprah menonton terus.
„Tusuk jalan darahnya hiathay mendadak ia berseru.
Toan Kui Ciang turut anjuran itu. dengan pedangnya, ia
menikam jalandarah yang disebutkan itu, Kebetulan Tian Toa”
Nio lagi memutar tubuh jalandarah akan tetapi pedang lawan
pedang mustika, daging atau tulangnya kena juga tertusuk
hingga segera darah-ya keluar membasahkan baju dan
celananya!”
Oiantara dua Iawnnnya Toa Nio Honshu Siong yaag terlebih
Hehay karena im ia lebih perhatikan sipengemis dan kurang
perdata terhakap Kui Ciang siapa tahu Kui Ciangpun tidak danat
dipandang enteng «edang barusan dia mendapat petunjuk dari
Wee Wat. Ia menjadi gusar bukan main, sampai ia menjerit
keras terus ia menjambret kepada orang yang menusuknya itu!
Kui Ciang melindungi diri dengan mc-lmtangi pedangnya
kena disentil, sedang dengan lain tangannya sinyonya jago
menjambret leher bajunya!
Touw Sian Nio kaget sekali. Untuk menolongi suaminya ia
menyerang pula dengan tiga buah pelurunya beruntun runtun
sedangkan dilain pihak tongkatnya Hong-hu Siong segera
menghajar pula.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kui Ciang berlaku sebat ia menarik dirinya, tetapi ia tak


bebas seluruhnya bajunya kena dijambret robek !
Tian Toa Nio penasaran seka’i. Ingin ia membinasakan Kui
Ciang, tetapi ia cuma dapat merusak pakaian orang. Justeru itu,
ia juga terhajar tongkatnya Hong-hu Siong benar ia kebal dan
kedor, ia toh merasakan sakit yang hebat, sampai matanya
kabur, pandaagmnya terasa hitam gelap, karena ini, ia menjadi
seperti orang kalap, ia menyerang dengan terlebih hebat
sedang dari mulutnya terdengar seruan atau dampratan
berulang-ulang, kedua tanganya bekerja bagaikan titiran,
meninju, menyampok dan menjambret.
Kui Ciang berdua Hong-hu long berlaku tenang tetapi awas
dan gesit, didesak begitu rupa, merska lebih memerlukan
membela diri. Tidak demikian dengan Tian Toa Nio- Nyonya ini
bagaikan kekurangan tenaga, sampaipun serangan pelurunya
telah menjadi kurang hebat lagi. Ia berhati gentar dan
tangannya lemas . . .
Belum lama kalapnya Tian Toa Nio, mendadak suaranya
yang keras sirap sendirinya. Inilah karena dari jauh-iauh ia men
dengar kata kata ini : , Harap nyonya majikan ketahui, tuan
muda sudah pergi, tetapi dia meninggalkan kata-kata yang dia
haruskan badakmu menyampaikan kepada nyonya !”
Suara itu dikeluarkan bujang tuanya Toa Nio Bujang itu
melihat pertempuian hebat itu. tak berani dia datang dekat, ma
ka dia mengasi dengar laporannya dengan dia berdiri jauh jauh.
dipuncak gunun di depan itu.
„Apakah pesannya binatang kecil itu?” tarnya Tian Toa Nio
sambil ia berkelahi terus. Tak sudi ia berhenti atau menunda
saja pertarungan itu, karena itu, selagi mereka bicara itu. tiga
kali sudah Hong-hu Siong dan Kui Ciang menyerangnya silih
ganti.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bujang tua itu kata : ,,Tuan muda bilang, jikalau nyonya


majikan membinasa kan pemuda she Tiat itu, untuk seumur hi
dupnya, tak mau ia menemukan pula pada nyonya !”
„Hm !’ si ibu rnengasi dengar ejekan-nya. Cuma sebegitu ia
mengasi dengar sua ranya, lantas ia menanya : „Bagaimana
dengan Nona Ong’
,,Nona Ong juga pergi! Mereka meninggalkan surat untuk
nyonya majikan !
Semua hadirin diiitu memperhatikan pembicrraan”" diantara
bujang dan nyonya majikan itu, ketiga orang yang bertempur
itu pun bertempur terus Justru itu, mereka semua mendengar
satu jeritan yang teras dan menyayatkan hati, hingga
semuanya menjadi terkejut, haii mereka memukul, lebih-lebih
Hong-hu siong, sampai dia lompat berjingkrak. Kui Ciang turut
berlompat juga Lantas sambil berkelahi terus, mereka menoleh
kearah dari mana jeritan datang.
Disana terlihat adiknya Hong hu Siong .yang menyamar
sebagai Hong hu Siong rebah dengan mandi darah, didadanya
nancap sebatang pedang yang gagangnya masih bergoyang-
goyang. Dialah yang menjerit itu, didepan dia berdiri seorang
wanita yang matanya mendelik dan wajahnya merah padam
saking gusarnya ! Dan dialah Leng Soat Bwee atau ibunya Nona
Hee Leng Song. Orang repot berkelahi, setelah si nyonya
menerbangkan pedangnya dan Hong-hu iiong palsu menjerit,
baru orang ketahui peristiwa berdarah itu !
Toan Kui Ciang kaget hingga ia berseru „Soat Bwee!”
sedangkan Hong-hu Siong ber diri menjubiak, hingga Wee Wat
menyerukannya : ,.Awas !
Belum berhenti pemberian ingat itu atau „Duk’” maka
tangannva Tian Toa Nio sudah menghajar pundak si pengemis
teriangkan dengan satu jambretannya dia membuatnya Kui
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ciang mencelat mundur. Syukur buat Kui Ciang, Sian Nio


menyerang pula dengan pelurunya kalau tidak ia pun bisa
celaka
Habis itu, nyonya kosen itu berseru bagaikan mengeluh :
Hong-hu Hoa, aku telah melakukan segala apa dengan semua
tenagaku ! Inilah kakakmu yang telah berlaku tega membantui
oraug luar, karena itu Jangan kau sesalkan aku ! ‘ lalu tanpa
menanti apa juga, selagi musuh pada mundur dia lompat jauh,
buat terus lari turun gunung !
Walaupun dia gagah luar biasa, Tian Toa Nio masih ingat
akan dirinya sendiri maka tahulah dia, dikepung oleh Hong-hu
Sioag dan Toan Kui Ciang, yang dibantu Touw Sian Nio tak
dapat ia bertahan terus menerus sedang disana masih ada Wee
Wat yang tingkahnya aneh itu. Justru Hong-hu Hoa telah
menerima ajalnya, itulah ketika nya yang paling baik buat
meninggalkan musuh musuhnya. Cuma, buat guna nama
baiknya, sengaja dia mengucapkan kata-kata itu.
Tak cukup nyonya tua ini menerima hanya luka-luka pedang
dan tongkat, masih dia menerima satu luka lainnya. Itulah di
saat ia berlompat berlari itu. mendadak We Wat menjemput
sebutir batu dan menimpuk padanya dengan timpukan ,.Hui
Hoa Tek Yap” atau „Menerbangkan bunga, memetik daun” Batu
itu diarahkan kepada ang§auta rahasianya. Tenaga dalam si
pengemis sudah sempurna sekali dia pula menimpuk de ngan
batu, benda yang berat hebatnya ber tambah sendirinya. Jitu
timpukan itu. Tak dapat si nyonya berkelit. Boleh dibilang ,ia sia
belaka kekebalannya. Begitu ia ter timpuk begitu ia berkaok,
lantas tubuhnya yang lagi melompat tinggi itu, jungkir ba lik
beberapa kali, terus jatuh ke arah jurang ! Di atas gunung
didepan itu, sibujang tua, yang melihat majikannya roboh
sudah lantas lari turun, niatnya untuk menolongi…

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hong-hu Siong dan Toan-kui, Ciang melihat robohnya


sinyonya, akan tetapi tak sempat mereka memperhatikannya.
Lebih lebih Toan Kui yang sudah dua puluh tahun lebih tidak
melihat Leng Soat Bwee-hingga hatinya menjadi tenang sekali,
keduanya lantas lari untuk menghampirkan.
Soat Bwee bermuka sangat pucat muka nya itu tidak ada
darahnya akan tetapi disaat itu, dia nampak muram. Melihat itu
Kui Ciang tetperanjat.
,,Soat Bwee, aku beri selamat padamu!’ kata Yu-Ciu Tay
Hiap. „Kau telah berhasil membunuh sendiri pada musuh
besarmu! De ngan pembalasmu ini, kau pasti dapat mem bikin
lega arwah lee Toakok” Kemudian ia berpaling kepada isterinya
untuk menam-bahkan: „Adik Sian mari kau menemui Leng Lie-
hiap!”
Nyonya Hee menyingkir dari tatapan she Toan itu.
Terima kasih atas bantuanmu,” katanya perlahan. „Aku tidak
ada muka untuk melihat kau pula , . . . ”
Kui Ciang terkejut, mendadak ia diliputi rasa takut. Inilah
sebab ia ingat suatu apa.
,Adik Soat ” ia berkata, „hari itu kau telah berhasil membuat
pembalasan, sudah seharusnya kau bergirang, oleh karena itu
janganlah kau menyebut-nyebut urusan yang mendukakan . . .

„Memang,,’ sahut Soat Bwee, „memang hari ini aku girang
luar biasa, lebih-lebih karena aku telah melihat kau dan isterimu
kamu berdua Oh, Seng To kau . . – ya, ki ta bertiga kita
bagaikan saudara2 kandung saja. Seng To kasihan kau. kau
mati secara menyedihkan …. Dasar peruntungan ku yang
buruk. Terangkanlah cuma kau yang paling berharga … . !”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kui Ciang terbuka. Tak suka ia mendengar orang bicara pula


dari hal yang menyedihkan itu, Maka hendak ia menghibur at:u
sinyonya sudah mendahului ia. kata Soat Bwee perlahan: „Toan
Toako, aku minta su kalah kau dengan melihat persahabatan
kita, meluluskan satu permintaanku. ‘
„Kau bicarakan, adik Soat!” sahut Kui Ciang cepat. Aku tidak
bakal menampik wa laupun aku mesti menyerbu api berkobar-
kobar!”
“Duduknya hal toako, tak lama kau bakal ketahui.” kata
sinyonya. Kaulah sahabat karib Seng To buat urusan itu. Aku
menghendaki anakku menyambung turunan Keluarga riee, aku
minta kau dapat mtnge-labuhi dia.Aku tahukaulah orang yang
tidak biasa mendusta tetapi buat guna Seng To dan aku kali ini
aku minta kaulah memecahkan kebiasaanmu itu! Kau dapat,
bukan?’ Tubuh Kui Ciang menggigil. Itulah per mintaan yang
berat.
„Ya, aku suka; aku suka….?” katanya terpaksa, karena tak
tahu ia harus membilang apa.
Soat Bwee tidak lantas berkata kepada Kui Ciang, hanya ia
menyambut pedang dan tubuhnya Hong-hu Hoa, si Hong-hu
Siong tetiron. untuk terus berdongak dan berkata “Suamiku aku
tidak suka turut kau pergi kelain dunia, itulah karena aku
hendak me nanti tibanya hari ini, dan hari ini, dapat lah aku
menemukan kau!”
Kui Ciang kaget sekali ia lompat guna menubruk nyonya itu,
akan tetapi Soat Bwee bergerak dengan cepat luar biasa
pedang di tangannya sudah lantas nancap didadanya.
diuluhhatinya. Ia menjadi sangat menyesal Ia sudah merasakan
firasat buruk hanya ia tidak menyangka Nyonya Hee dapat
bertindak demikian.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Adik Swat, semua inilah di sebabkan orang memfitnahmu,”


katanya menangis air matanya bercucuran. ,.Pastilah Seng To
tidak akan sesalkan kau. Semoga kamu suami istri dapat
berkumpul dengan berbahagia diduana baka…..”
Ketika itu Hong hu Siong menghampir-kan mayat adiknya
sambil menuding, ia ka ta: ,’Semua-mua dasar kau yang telah
mencelakai lain orang hingga kesudahannya kau celakai juga
dirimu sendiri. Siasia belaka aku bercapai hati hendak
mencegah peristiwa ini …”
Lantas jago tua ini menangis menggerung-gerung,
Hong-kay Wee Wat menggeleng-geleng kepala.
„Leng Lie-hiap mati dengan penasaran tak demikian dengan
adikmu, yang seharus-nya mampus!” kata dia. „Buat apakah
kau tangiskan dia? Aku lihat kesadaranmu su- , dah pudar, kau
menjadi linglung! Putri dan menantunya Leng Lie-hiap masih
berada di dalam guha, kalau sebentar menanyakan keterangan
kepadamu, apakah kau mau bilang? lekas kau tuturkan
cuduknya hal yang jelas padaku! Kamu tidak bisa men-dusta,
tetapi aku lain, dapat aku mewakilkan kamu mengarang sebuah
ceritera!”
Hong hu Siong menurut, ia berhenti me nangis, ia menahan
keluarnya ai-imatanya. Lantas tanpa bersangsi pula, ia
memberikan penuturannya.
Memang juga orang yang dibinasakan Leng Soat Bwee itu
Hong-hu Hoa, adiknya Hong-hu Siong. Mereka berdua saudara
potongan tubuh dan roman mereka sangat mi rip satu dengan
lain akan tetapi dilain pi hak, tabiat mereka sangat berlainan.
Ayah mereka menutup mata siang-siang. Tabiat Hong-hu Hoa
buruk sekali, sebaliknya dia, sangat disayangi ibunya. Di saat
ibu itu mau meninggal dunia, dengan wanti-wanti ia pesan

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hong-hu Siong untuk merawat dan menjaga baik baik adiknya


itu. Hong-hu Siong menerima pesan.
Iapun tahu keburukan adiknya maka la menjaga dengan
keras sekali. Sampai usia delapan belas tahun, tak pernah
siadik di-ijinkan keluar pintu umpama Kata setengah tindak,
Tapi dalam usia delapan belas tahun itu Hong-hu Hoa telah
memperoleh kemajuan dalam ilmu silat, lantas dalam hati nya
timbul keinginan buat pergi merantau, untuk menjadi seorang
kangouw yang bebas merdeka. Memangnya sudah sekian lama
ia ingin kehidupan orang Sungai-Telaga. Karena ini, ia telah
nienyimpan niat buat minggat.
Hong-hu Siong menjadi orang penting dalam Kay Pang partai
pengemis ia puia suka keluar untuk melakukan perbuatan
perbuatan baik dan mulia, tidak dapat ia terus-terusan berdiam
didalam rumah menjagai adiknya. Biasanya, kalau ia pergi, ia
pesan seorang bujangnya yang sudah tua menggantikan ia
menilik adiknya itu. pula setiap ia pergi keluar, ia selalu
memesan dengan sangat kepada adiknya, yang ia larang pergi
kemana-mana
Hong-hu Hoa takut kepada kakaknya, tidak berani dia
melanggar larangan itu. Kalau kakaknya tidak ada dirumah, dia
sampai tidak Derani menentang bujang kakaknya itu yang
mewakilkan si kakak. Hanya setelah berusia dewasa dan
kepandaiannya maju timbul perasaan tak senangnya iagin dia
meronta. Demikian pada waktu kataknya pergi merantau, ia
mewujudkan niatnya minggat, bahkan ia sudah lantas
melakukan satu perbuatan busuk yang membuat kakak nya
menjadi sangat berduka.
Hari itu seperginya kakaknya, Hcng-hu Hoa minta bujang
tuanya memberi. Tentu Sekali sibujang mentaati pesan Hong
hu Siong dan melarangnya. Ia menjadi tidak senang, dalam
gusarnya, ia bunuh hamba yang setia itu. Sefelah itu lantas
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

hidup dalam perantauan. Kemudian ia telah bertemu dengan si


hantu besar Tian Liong Hui dan Tian Toa Nio suami isteri yang
liehay itu.
Liong Hui melihat pemuda ini berkepan daian tanpa celaan
dan belum mempunyai pengalaman senang ia menerimanya
untuk dijadikan pembantunya. Ia lantas mengajak sipemuda
melakukan perbuatan perbuatan buruk Inilah cocok dengan
tabiat asalnya. Maka makin lama dia jadi makin buruk.
Hong-hu Siong mencari adiknya itu. Sampai selawatnya tiga
tahun, baru ia dapat menemukannya. Ia lantas membawanya
pulang. Sesudah menegur adik itu, ia mengurungnya dalam
sebuah rumah batu.
Tidak lama dari itu datanglah saatnya sejumlah orang gagah
mengepung Tian Liong Hui. Jago yang busuk itu dapat
dibinasakan tetapi isterinya lolos. Syukur Hong-hu Hoa sudah
kena ditangkap kakaknya dan lebih dahulu telah dibawa pulang.
Adalah mudah buat orang baik menjadi orang jahat,
sebaiknya sulit buat orang jahat menjadi orang baik. Demikian
sudah terjadi dengan nong-hu Hoa. Dia bukan ber terima kasih
kepada kakaknya, dia justeru penasaran dan membencinya.
Tak puas dia hilang kemerdekaannya. Pada satu waktu kembali
dia dapat lolos.
Sekarang ini Hong-hu Hoa telah menjadi orang dewasa,
romannya yang mirip Hong-hu Siong membuat banyak orang
yang menyangka dialah kakaknya itu. Itulah kebetulan
untuknya Lantas dia mengaku diri sebagai kakaknya itu. Untuk
itu, dia membuat senjata yang berupa tongkat kayu cendana,
yang buatannya sangat mirip tong kat kakaknya. Dengan
menggunai tongkat itu dia. melanjuti berbuat berbagai
kejahatan hinggga orang menyangka Hong-hu Siong yang

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

melakukan itu sampai Honshu Siong mendapat nama buruk


sekali.
Lama-lama Hong hu Siong mendengar juga berita tentang
sepak terjang adiknya itu. ia menjadi sangat menyesal dan
berduka Kalau ia membantah atau menyangkal ia mesti
memberi keterangan. Im berarti ee laka untuk saudaranya,
sebab ia jadi membuka rahasia saudara itu. Biar bagaimana,, ia
ingat pesan ibunda, ia menyayangi saudaranya. Akhirnya ia
terpaksa membungkam cuma diam-diam saja ia berdaya untuk
membekuk dan membawa pulang saudara itu.
Paling akhir perbuatan terkutuk Hongj hu Hoa ialah
membunuh secara pelap pada Hee Seng To dan menculik: Len?
Soat Bwee Dalam pekerjaan itu dia menggunai hio obat pulas
buatannya Tian Liong Hui Foat Buee disembunyikan didalam
guha gunung. Selagi ia tak sadarkan diri, kehormatannya telah
dinodai. Tempo kemudian Soat Bwee sadar bara ia tahu bahwa
orang telah main gila terhadapnya Ia gusar sekali, ia serang
Hong-hu Hoa. Dia lawan- kesudahannya, dua-dua mendapat
luka dan Kong-hu Hoa kabur Dengkulnya Soat Bwee terkena
jarum Bwee-hoa-ciam tidak dapat ia mengejar, maka ia cuma
mengingat-ingat baik-baik roman sijahat itu.
Belum lama dari peristiwa busuk itu, Hong-hu Siong berhasil
menemui saudaranya yang lukanya masih belum sembuh. Ia
membawanya pulang. Bahkan ia terus membawanya kekuburan
ibunya. Inilah sebab kejahatan siadik telah melewati batas, Lan
taran kejadian itu buat beberapa tahun ia sampai tidak berani
keluar pintu. Didepan kuburan mereka ia berkata pada adiknya:
“Melihat perbuatanmu ini seharus nya aku bunuh mati padamu,
akan tetapi dengan memandang kepada ibu, suka aku mengasi
am pun. rianya untuk kali ini saja! Apabila tetap kau tidak sadar
dan tidak mau meru bah kelakuanmu, akan kau buron pula dan
kembali berbuat jahat, lebih dahulu aku membunuh diri! Lebih
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

baik aku -yang membunuh kau daripada kau terbunuh orang


lain!
Habis berkata begitu, Hong-hu Mong menyuruh adiknya
mengangkat sumpah untuk bertobat.
Sejak diberi nasihat itu, Hong-hu Hoa berlaku baik. Dia
berdiam tenang didalam rumah terus dia memahamkan ilmu
silatnya. Belum pernah d».a buron pula. Beberapa kali Hong-hu
Siong mengujinya dengan dia berpura-pura melakukan
perjalanan jauh tapi sebenarnya ia berdiam didekat dekat
rumah nya untuk mengintai Adik itu tetap berdiam dirumah,
dan belajar silat dengan rajin tak berani dia turun gunung Hal
itu membuat ia girang, hingga ia percaya adik nya beuar- benar
sudah insaf dan merubah kelakuan, tak mau berbuat jahat
pula. Sebab ini, penjagaannya menjadi kendor sendirinya
Terkaan Hong-hu Siong melesat. Hong-hu Hoa tak pernah
berubah sifatnya. Dia tak mau buron dulu disebabkan dia jeri
kepada kakaknya dan jeri juga terhadap Leng Soat Bwee serta
pelbagai orang gagah kaum lurus. Dia tahu baik sekali bahwa
sang kakak gusar beuar-benar, bahwa kalau dia menyeleweng
lagi, ia bakal dibunuh. Maka dia tak mau kamu -sebelum
ilmusilat » nya melamai ilmu silat kakaknya itu. Dia takut pada
Soat bwee dan sahabat-sahabatnva Hee Seng To. Dia telah
mendengar kabar bahwa beberapa sahabatnya eng To mencan
dia, guna membalaskan sakit hati korbannya itu*
Tak sudi dia ditawan dan dibinasakan orang-orang gagah iru.
Dia teru3 bersemou-nyi. Dia boleh bersyukur bahwa dia tak
dapat dicari. Tapi dia telah berpikir, untuk dia dapat keluar pula
nanti, perlu dia menyaru jadi kakaknya. Begitu dia menyekap
diri belajar sungguh-sungguh, untuk mendapatkan kepandaian
kakaknya itu.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hong-hu Siong tinggal dipuncak gunung Hoa San sangat


jarang ia bergaul saling berkunjung dengan segala kenalannya.
Orang yang pernah datang kerumahnya cuma Ciu tCay-kTe-tie
si Pengemis Pemabukan, sahabatnya itu. Karena itu cuma K le
tie seorang yang ketahui ia mempunyai seorang adik yang
romannya bagaikan saudara kembar. Bukankah Kie Tie juga ke-
tahai rahasia Hong-hu-hoa. Hanya ia me ngetahuinya sesudah
orang bertobat. Ia menutup mulut karena juga Hong-hu Siong
telah memohon dengan sangat kepadanya untuk ia jangan
membuka rahasia adik itu. Ia suka meluluhkan karena ialah
seorang yang berhati baik seperti Hong-bn Siong sendiri, dan ia
pun mengharap Hong-hu hoa berubah baik untuk selama-
lamanya.
Sementara itu sudah lewat sepuluh tahun lebih ilmu silatnya
Hong hu-hoa juga telah maju jauh. sampai hampir dia
menyusul kakaknya. Sekarang hati Hong-hu Siong pun lega. Ia
percaya adiknya sudah berubah benar-benar, sampai dia da;
pat merantau sampai bulanan tanpa adik itu dikurung. Barulah
kemudian, tempo ia pulang dafi perantauan, ia mendapat rahu
adiknya tidak ada dirumah.
Sebenarnya Hong-hu hoa bukan buronan jauh dari Hoa San,
Ibanya secara kebetulan saja dia bertemu dengan Tian Tio Nio,
jandanya Tian Liong Hui. Tian Toa Nio mencari tempat
sembunyi, ia pergi ke gunung Hoa San.
Disini ia memilih guna dilembah itu, yang bernc.ma Toan
Hun Kok, artinya lembah Putus Sukma. Lantai Hong-hu-hoa
minta perlindungannya sinyonya kosen.
Baru belum lama setelah itu Hong-hu Siong mendapat tahu
adiknya tinggal di tampatnya Tian Toa Nio, Ia tahu tak dapat ia
melawan jago betina itu, terpaksa ia menutup mulut.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ia pun mau memohon bantuan dari sahabat – sahabatnya.


terpaksa ia membiarkan adik itu berdiri sendiri
Senang Hong – hu – hoa bebas dari kekangan kakaknya.
Dari Tian Toa Nio ia pun mendapat pelajaran menggunakan
senjata rahasia yang dipakaikan berupa racun, diantara-nya ia
menyimpan jarum Bwe-hoat-ciam di ujung tongkatnya, tongkat
kayu cendana tiruan tongkat kakaknya.
Selama itu, hampir dua puluh tahun sudah lewat sejak
kebinasaannya Hee Seng To, orang umumnya telah melupai
peristiwa keji itu, kecuali beberapa sahabat terdekat dari Seng
To, terutama Leng Soat Bwee sendiri.
Tak lama sejak dia muncul pula dalam dunia kangouw, hong-
hu-hoa mendengar kabar halnya Leng Soat Bwee mempunyai
seorang anak perempuan. Sementara itu, ia sendiri tak dapat
melupakan nyonya janda Hee itu yang ia cintai.
Leng Soat Bwee tidak mau muncul pula dalam dunia
kangouw, ia malu sendirinya. Untuk menuntut balas, ia meleta-
ki pengharapannya atas diri puterinya, yaitu Hee Leng Song.
Maka semua kepandaiannya, ia wariskan pada putrinya itu, ke
pada si putri ia bilang bahwa Hong-hu Siong seorang manusia
sangat jahat yang melakukan segala sesuatu yang busuk dan
keji, maka ia pesan, setelah nanti pelajaran si anak perempuan,
anak itu harus membunuh Hong hu Siong, katanya guna
menymgkirkan manusia jahat itu dari dunin kang-ouw.
Leng Song tidak tahu duduknya hal yang sebenarnya, maka
juga dalam pertemu annya dengan Hong hu Siong didalam ber-
hara tua, ia cuma tahu pengemis itu harus dibinasakan.
Sedangkan Hong hu Siong, dia tidak mau membantah, dia
cuma minta si nona memberi keterangan kejahatannya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Belum lama Hong hu Hoa turun gunung, dia bertemu dengan


Ceng Ceng Jie. Nyata mereka cocok satu dengan lain, lan tas
mereka ^mengikat tali persahabatan. Setelah itu, kemudian
datang saatnya dia membunuh Hie Tie.
Dia memang tahu pengemis itu mengetahui rahasianya.
Ketika Ceng Ceng Jie bersama Ong Pek Thong memancing
Toan Kui Ciang «uami istri bersama Kie Tie pergi ke Giok Sie
San ia menyusul. Ia telah menggunai jarumnya yang beracun,
Sebenarnya ia mau membinasakan Kui Ciang tetapi Kui Tie
mengetahui maksudnya dan ia maju menghadang didepannya.
Penyamarannya Longhu Koa sebagai kakaknya hampir dapat
mengabui semua carang oerkenamaan Rimba Persilatan.
Begitulah muridnya Wee Wat telan keliru menyerahkan
suratnya Wee Wat untuk Kong-hu Siong. Sekalipun Khong
Khong Jie telah kena terpedayakan, sanpai ia ini percaya dialah
Kong hu Siong, hingga ia menem pur Wee Wat. Adalah yang
paling belakangan ini, setelah menculik Leng Loat Bwee,
sebagai orang jahat, dia menerima juga bagiannya dia
terbinasa justau ditangan nya sinyonya janda.
Demikian penuturan Kong hu Siong, yang membuat Toan Kui
Ciang semua heran dan terkejut, mendongkol dan berduka.
Lakon itu panjang dan hebat. Kui Ciang sampai menepas
airmata, mendukakan nasibnya Soat Bwee.
Tetapi ialah laki-la<u sejati, ia memberi hormat pada Hong-
hu Siong, menyata kau menyesal atas keliru mengarti mereka
sebegitu jauh dan menghaturkan terima kasihnya buat
bantuannya ini.
„Biarlah yang sudah lewat itu,” kata Hong-hu Siong. “Mari
kita pergi kedalam guha untuk mencari mereka itu. Eh, penge
mis tua, sudah selesai atau belum kau mengarang
kedustaanmu? Mengapa mereka itu masih belum juga muncul?”
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Wee Wat berpikir. Dia berpengalaman dan cerdas, dia dapat


menerka; kata ia: “A-ku percaya mereka telah ditotok Leng Lie-
hiap disebabkan lie-hiap tidak ingin mereka jmenyiksikan
peristiwa ini hingga mereka- ketahui duduknya perkara. Ceri-
teraku telah aku karang, mari kita pergi melihat mereka!”
Pada waktu itu mendekati satu jam, Lam Cee In sudah bebas
terlebih dahulu. Ia menggunai tenaga-dalam untuk memulih-
kail kemerdekaannya. Setelah itu, ia membantui isterinya. Cee
In kaget sekali waktu ia mendengar suara tindakan banyak
orang, sampai ia berlompat bangun sambil menghunus
pedangnya. Terutama ia kaget waktu ia melihat Hong hu Siong.
, Lam Hiantee, kau lihat dulu biar tegas,” berkata Toan Kui
Ciang, ‘”Hong-hu Siong ini bukannya Hong hu Siong yang
satunya itu ! Telur busuk yang besar itu yalah adiknya Hong hu
Locianpwe ini!”
Cee In berdiri menjublak matanya mengawasi mendelong. ia
melihat pakaiannya Hong hu Siong penuh dengan tambalan,
sedang tongtaknya tidak ada ca-cadnya. Hong hu Siong
musuhnya sebaliknya tidak mengenakan pakaian rubat-ba-bit
dan tongkatnya, selain rusak ujungnya, juga telah dikutungkan
separuh oleh Toan Kui Ciang.
,,Sungguh beruntung bahwa di Hoa San ini kita telah
bertemu Hong hu Siong Loocianp wee, yang telah memberikan
bantuannya, Kui Ciang kata pula. “Kong hu Hoa Locianpwe
sampai melakukan perbuatan tay-gie biat-cin, karena mana
hiantee sakiti mertuamu telah dapat dibalaskan.”
,Tay gie biat cin” yalah perbuatan membunuh saudara
sendiri buat gunanya keadilan.
Ceo In percaya keterangannya, kawan itu, ia lantas memberi
hormat pada Kong-hu Siong sambil ia menghaturkan tetima
kasih.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ketika itu Hee Leng Song pun sudah bebas, ia telah


berlompat bangun.
„Mana ibuku?” tanyanya. “Kenapa ibu masih belum kembali?”
Meski ia menanya demikian, nona ini sudah lantas mendapat
firasat buruk. Ia melihat wajahnya Kui Ciang semua, ia
bertanya didalam hatinya: “Mereka menang perang, kenapa
mereka tidak memasuki roman girang?”
„Keponakan yang baik ibumu sangat menyayangi kau,”
berkata Kui Ciang, menjawab smona. “Itulah sebabnya kenapa
ibu mu tidak mau mengajak kamu keluar bersama. Sekarang ini
ibumu tidak dapat menemukan pula padamu. Eh, Wee Locian-
pwee, baiklah locianpwee saja yang memberi penjelasan
kepada keponakanku iui.”
Leng Song heran setali, begitupun Cee In, maka berdua
mereka berpaling kepada Wee Wat, menatap pengemis itu.
Wde Wat mengawasi suami isteri itu, sikapnya sangat
tenang.
Mungkin kamu berdua masih belum tahu,” katanya sabar,
“walaupun ilmu silat nya Hong-hu hoa tidak terlalu lihay, ia
menyimpan /jarum di ujung tongkatnya, senjata mana dia
dapat gunakan dengan sempurna sekali. Sekarang kamu lihat
itu tangan bajunya Bibi Toan kamu!”
Kedua ujung baju Touw Sian Nio telah terhajar banyak jarum
rahasia beracun, benar jarumnya sudah lepas semua, tetapi
lubang-lubang bekasnya tampak tanyaia, mpak mirip sarang
tahun, ngeri untuk melihatnya.
Cee In dan Leng Song memandang kearah Sian Nio, yang
mengangkat kedua belah tangannya

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Kenapa ibuku tidak dapat menemui kami lagi?’ Nona Hee


tanyaia heran hingga tak sudi ia mengawasi lama-lama pada
bekas-bekas tusukan jarum itu. “Tentang lihaynya jarum
beracun Hong hu Hoa telah aku ketahui ! Yang aku ingin kau
membilangi aku yalah dimana ibuku sekarang?”
Wee Wat tidak mengambil mumat bahwa orang sangat
bernafsu, ia tetap membawa sikapnya yang sabar.
, Benar!” katanya pula. ”Aku ingat, Kui Ciang pernah
memberitahukan aku bah v/a ketika Hong hu Hoa
membinasakan Kie Tie dengan jarum beracunnya digununc
Giok Sie San, kaupun hadir disana. Pantas kau ketahui lihaynya
jarum dia itu!”
Leng Song tidak puas dengan kata kata pengemis ini. akaa
tetapi karena dia orang tua tingkatnya terlebih tinggi daripada
tingkat ibunya, ia tidak berani menanya pula dengan mendesak.
Hanya didalam hati ia berkata: ,.Dasar orang tua bicaranyapun
ayal-ayalan dan ngelantur ….
Wee Wat bicara pula sekarang sikapnya sungguh sungguh.
Katanya : Justeru karena ibumu ketahui lihaynya jarum Hong-
hu oa ia tidak mau kamu turut padanya. Kamu tahu ibumu
telah berhasil dengan tangan nya sendiri membinasakan
musuhnya itu. cuma sayang sekali ia pun terkena jarum,
beracun musuh, lantaran mana ia pun telah menemui akhir
hidupnya . . , ”
Leng Song kaget sampai ia berdiri men jublak. Begitu ia
sadar lantas ia lari ke mulut guha Baru ia lari beberapa tindak
men dadak ia menjerit keras lantas ia muntah darah menyusul
mana ia jatuh terkulai dan pingsan.
Cee In kaget ia lompat menrbruk dan lantas menguruti untuk
menyadarkannya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mo Lek yang sampai sebegitu jauh ber diam saja, merobek


ujung bajunya buat dibasahkan dengan air, buat dipakai
menutupi dahi orang. Dengan begitu tidak selang lama Leng
song ingat akan dirinya. Hanya sekarang ia lantas menangis,
menggerung-gerung
„Nona kau tenangkan cliri,” berkata Wee Wat. „Kau harus
menguras jenazah ibumu. Ada pesan dari ibumu yang kami
harus sampaikan kepada kau, Jangan kau terlalu ber duka nanti
kesehatanmu terganggu.
Leng Song berhenti menangis menggerung, sekarang ia
sesegukan.
„Apakah pesan ibuku itu?” tanyanya.
“Ibumu menghendaki kau membakar jenazahnya, supaya
abunya dikubur bersama abu ayahmu kata Wee Wat, . Duluhari
ayah mu teraniaya dikota Tek-ciu disana aku me nguburnya
diatas gunung Cu Coak San di-Juar kota’ Tentang kebinasaan
ayah? ya. Leng Song belum pernah mendengar dari ibunya
hataya ketika ia telah belajar silat sempurna, ibunya cuma
membilangi bahwa Hong-hu Siong seorang sangat jahat, jadi
Hong-hu Siong harus disingkirkan untuk kebaikannyan du nia
Kang-Ouw, sama sekali tidak ada disebut tentang sakit hati
ayahnya itu. Lam-Cee In yarg memperoleh keterangan dari
Toan fCui Ciang juga tidaK tahu jelas karenanya belum pernah
ia bicarakan itu dengan isterinya. Maka itu heranlah isterinya itu
.Jadi ayahku telah terbinasa ditangan orang?” tanya Leng
Song. Bagaimana duduk nya itu?”
,.Sipembunuh ialah ini Hong-hu Hoa,” sahut Wee Wat
„Ayahmu terbunuh diwaktu malam, yaitu malaman ia menikah
buat kedua kalinya .,,,,”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mendengar itu tidak cuma Leng Song, juga Cee In heran,


hingga keduanya tercengang.
,,Jangan heran kata Wee Wat. „Ayahmu itu, Nona Hee,
meski dia dua kali mera yakan pernikahannya akan tetapi
kemanten ialah ibumu juga. Duduknya begini, . Perta ma kali
Hee Tayhiap, menikah itu dilakukan disebuah kota kecil
diselatan gunung Thian an. Tatkala itu mereka berdua tengah
merantau didaerah perbatasan itu. Mereka mesti melakukan
perjalanan bersama laksaan lie, jadi tak leluasa buat meteka
tinggal hidup bersama, karena itu, mereka menikah secara
sangat sederhana d tempat itu, Kebetulan sekali, ketika itu aku
berada disana maka aku seorang diri yang menyaksikan
pernikahannya itu, Kemudian mereka pulang -ke Tionggoan.
Beberapa sahabat ketahui ayah dan ibumu sadah menikah
mereka hendak menberi selamat maka itu ayah dan ibumu
lantas membuat pesta, dengan be gitu pernikahan seperti
dilakukan buat kedua kali, Kau tahu ayahmu sangat luas per
gaulannya. Ketika itu, nona kau sudah ter-lahir usiamu baru
dua tahun. Kau dilahirkan ditempat kakek luarmu, disana juga
kau dititipkan, sebab berabe untuk ayah dan ibumu membawa
bawa kau merantau. Kau tidak hadir tempo pesta itu dibikin,
banyak tetamu hadir malam itu, hingga tak sempat ayahmu
berceritera banyak, Ayahmu terbinasakan secara menggelap,
Kui Ciang kau pun hadir malam itu, pasti kau belum tahu yang
orang tuanya Nona Hee telah mempunyai anak bukan?”
. Oh, begitu kata Kui Ciang. „Memans aku belum tahu,
Pantaslah Ciu-Kay Kie-Tie pun heran akan halnya Nona Hee
menjadi anaknya sahabatku itu.”
Menyandung ceriteranya Wee Wat men jelaskan hal mana
Hong hu Hoa berkongkol dengan Tian Liong Hui bagaimana dia
berulang kali turun gunung dengan memakai nama kakaknya
bagaimana dia seperti mengacau dunia. Kang Ouw sampai dia
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mem bunuh Pee Seng To. Semua ceriteranya itu benar kecuali
hal dirinya Leng Song sendiri Sudah sejak beberapa tahun yang
belakangan ini Leng Song menyangkalnya ten-rlr w’*’ d,rinya
baru ^ seper
telah k/h imega d3n kabUt buya • Benar i telah kehilangan
ayah dan iounya. toh ia
tak merasakan gelao lagi, sebagai dahulu W nya menjadi
sedikit Tega
Juga Lam Cee In percaya dongenganya Wee Wat karena
jalanannya masuk diakal Sementara itu Hong-hu Siong berduka
bukan main’ air matanya terus meleleh turun.
Cee In dan Leng Song terharu mereka menyatakan
kemenyesalan mereka terhadap jago tua. itu. Mereka pun
mengucap terima kasih buat bantuan yang diberikan.
Selagi begitu tiba-tiba Wee Wat berkata nyaring, „Ah. lagi-
lagi aku sipengemis, tua hendak mengoceh! Lam Tayhiap, aku
hendak mengajukan suatu permintaan untuk sahabat tuaku!”
,Jangan berkata begitu locianpwe! ‘ kata Cee In lekas. „Telah
banyak aku si orang she Lam menerima budimu, jikalau ada
sesuatu perintah, aku selalu bersedia melakukannya. Aku
mohon janganlah locianpwe bicara tentang minta.”
Wee Wat tersenyum.
,,Hal itu, aku ketahui, bukan melainkan kau sendiri saja yang
dapat lakukan,” kata nya.
Cee In hendak meminta keterangan, tapi si pengemis sudah
mendahului ia me lanjutkan perkataannya. Katanya : ,,Sang
tempo tidak siang lagi, kamu harus pergi dulu mengurus
jenazah ibu dan mertua kamu. Eiigo Toan, tolong kau pimpin
Nona Hee, hendak aku bicara dengan keponakan Cee In.”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Leng Song terus menangis hingga ia jadi letih sekali, ia


membiarkan diajak Sian Nio, sedang Wee Wat dengan tindakan
cepat, mengajak Cee In berjalan didepan, un tuk mendahului
mereka “Lam Hiantit, kau mengharap beberapa anak ?”
tanyanya sembari jalan.
Cee In heran hingga ia tercengang.
„Benar aneh sifatnya jago tua ini . . pikirnya. Tentu sekali,
tak dapat ia menjawab.
Wee Waat tetap bersipat aneh.
„Terdengarnya kata-kataku ini ngaco belo tetapi sebenarnya
ialah benar-benar!” kata ia pula. „Aku mengharap kau memper
oleh tiga orang anak laki-laki!’
„Locianpwe, aku. masih belum jelas akan maksudmu.” kata
Cee In, mengawasi. Ia tidak dapat menerka hati orang.
-oo0dw0oo-

Jilid 22
Jikalau kau nanti memperoleh tiga anak.” kata Wee Wat,
„anakmu yang sulung akan menjadi penyambung kamu kaum
keluarga Lam. Mertuamu tidak mempunyai anak laki-laki, dari
itu sudah selayaknya apabila anakmu yang ke dua dikasihkan
padanya, buat menyambung turunan. Keluarga Hee. Benar
tidak ?
Cee In sedang berduka; tak seharusnya ia turut berkelakar,
akan tetapi keanehan si orang tua membuatnya melayani juga.
„Bagaimana dengan putera yang ke tiga itu ?”‘ ia tanya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Wee Wat menatap dia menjawab : ”Hong hu Siong telah


bertindak sehingga seperti ia sendiri yang membunuh adiknya,
ia te lah berbuat banyak untuk pihak kamu …”
„Ya itu benar ! Tadinya kami keliru menyangka dia sebagai
manusia busuk, sekarang aku menyesal, tak enak hatiku
terhadapnya. Tapi, locianpwe ada apakah hubungannya dia
dengan kata kata locianpwe ini ?”
,,Pasti ada ! Apakah kau benar-benar tidak ketahui ? Dialah
pemimpin Kay Pang Partai Pengemis, seumur hidupnya dia
tidak dapat menikah untuk memperoleh anak, maka itu,
anakmu yang ke tiga itu, andaikata kau mendapatnya,
dapatkah kau memberikan padanya ? Guna membikin lega
hatinya disaat-saat usia lanjutnya ? Kami kaum pengemis, kami
tidak menghiraukan tentang tingkat derajat, anakmu itu dapat
dijadikan anak atau cucunya ! ‘
Cee In tertawa.
,,Tentang memperoleh anak, itu adalah karunia Tuhan !”
kata ia. „Baiklah ! Dan andaikata aku memperoleh anak yang
keempat nanti aku hadiahkan dia kepada locianpwe! ‘
Wee Wat pun tertawa.
,,Dengan begini berarti kau telah menerima baik ! Hong-hu
Siong tidak punya anak atau keponakan, setelah dia mati nanti
dia menghendaki ada orang yang merawat kuburannya ! Aku
sebaliknya tidak menghiraukan itu! Meski demikian, apabila
benar kau mempunyai anak yang keempat nanti dan kau suka
menyerahkan padaku, pasti aku akan menerimanya dengan
senang !”
Kelak kemudian selama empat tahun, Cee In benar-benar
mendapat tiga orang putera.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sekeluarnya dari guha, Leng Song lantas melihat mayat


ibunya. Kembali ia menangis sangat sedih hingga ia menjadi
pingsan lagi,
Dengan sebat Wee Wat membantu bekerja, untuk membakar
jenazah Leng Soat Bwee, setelah mana, tulang-tulang atau abu
nya lantas dibungkus rapih.
Leng Song tidak curiga apa-apa, ia tidak memeriksa luka
ibunya, dengan begitu tak tahu ia bahwa ibunya sudah
membunuh diri,
Setelah itu Wee Wat kata pada Cee In : „Bukankah Lam
Hiantit hendak kembali ke daerah Tongkwan gana
mengumpulkan sisa-sisa tentara ? Karena kota Tekciu terpisah
dari sini seperjalanan beberapa hari, baik lah aku si pengemis
tua menemani Nona Hee ke Tekciu, guna mengubur jadi satu
ayah dan ibumu habis itu akan aku kawani kau kembali kepada
suamimu untuk membantunya.”
Leng Song menepas airmata. Ia berhenti menangis.
„Locianpwe, budimu sangat besar, entah aku dapat
membalasnya atau tidak,” katanya bersyukur.
,,Guna membalasnya mudah saja nona.” kata si pengemis,
,,aku telah bicara dengan suamimu, asal kau dapat melahirkan
beberapa anak lebih, itu berarti kau sudah membalas budi kami
!”
Mendengar itu, walaupun ia tengah sangat berduka,
mukanya Leng Song toh menjadi merah saking malunya.
„Nona He jangan kau layani dia” kata Hong-hu Siong. „Wee
Toako kami ini memang paling doyan ngoceh tidak keiuan se
bagai orang edan ! Ia terus menoleh pada Cee In untuk
menambahkan : „Aku hendak mengubur ini anak celaka,
setelah itu, aku masih mesti melakukan sesuatu tetapi habis it,u
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mungkin nanti datang pada waktu nya dan aku akan pergi ke
Tongkoan untuk mencari kau …”
Sungguh aku sangat beruntung jikalau aku memperoleh
bantuan dari locianpwe berdua,” kata Cee In.
Toan Kui Ciang sangat berduka, ia menghela rapas dan
berkata: ,,Dengan ayah dan ibu Nona Hce dahulu hari aku
bersahabat erat sekali, hari ini saKit hati saudara Seng’To telah
dapat dibalaskan, hatiku lega sebagian. Sekarang tinggal sakit
hatinya saudara Su enah sampai kapan itu baru dapat
dilampiaskan …. Pula istrinya sahabatku itu berada disarang
jahanam, sampai sekarang sudah berselang tujuh a-tau
delapan tahun, kabar ceritanya pun tidak ada sama sekali, dia
sungguh harus di buat pikiran Ah, ketika Soat Bwee mau pergi
ia masih mengatakan, didalam kami bertiga «akulah yang
paling beruntung, tetapi sebenarnya,’ manakah
keberuntunganku? Dua sahabat karibku, dua-duanya mati
celaka sedang anakku telah diculik Khong-Khong Jie, sampai
sekarang ini dia belum ketahuan berapa dimana – . . .” Jangan
berduka Toan tayhiap, Hong-hu Siong mengghibur. “Wee toako
ber sama aku mempunyai hubungan dengan Khong- Khong Jie.
Kabarnya Khong- khong-jie pernah didustakan adik
seperguruannya yang durhaka itu, sampai dengan Wee Toa-ko
dia mempunyai suatu urusan maka itu pasti kami akan mencari
dia, buat membikin reda urusannya dengan Wee Toako, untuk
sekalian meminta pulang anak tay-hiap itu.”
“Hm !” Wee Wat mengasih dengar suara tawarnya. “Khong-
hong Jie paling mengeloni adik seperguruannya aku kuatir dia
nanti seperti orang yang mendekati bak lalu dia turut menjadi
hitam !”
„Aku tahu Khong- Khong Jie semenjak dia kecil.,’ kata Hong-
hu Siong pula, -Dia rada jumawa akan tetapi sifatnya baik, dari
itu aku percaya tidak nanti dia kecipratan menjadi hitam.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Jikalau benar dia berubah hingga menjadi demikian buruk, pasti


aki tiask akan memperhatikan pula pei-sa-habatannya
denganku, bila tiba saatnya kita berdua kita akan menunduki
dia untuk memaksanya membayar pulang anaknya Toan
Tayhiap !’
Kui Ciang lantas menghaturkan terima kasih kepada ketua
pengemis itu.
”Urusan anakku ialah urasan yang kedua. katanya. Yang
paling terutama ialah urusannya mendiang saudara Su It jie.
Saudara itu mati karena aku dan istrinya pun terkurung didalam
sarang penjahat, tak tenang hatiku. Justeru sekarang dorna An
Lok San itu telah berontak, Keselamatan nya Nyonya Su makin
terancam. Maka itu hendak aku paling dulu untuk menearitahu
tentang dia. Kabar penghianatan she An itu lagi bersiar?
menyerbu kota Tiang-an dari itu kami berdua suami-istri mau
menyamar jadi rakyat yang mengungsi guna mencari ketika
akan memasuki tangsi pemberontak itu buat menolong Nyonya
Su …
Sementara itu Cee in berkata Mo Lek: ‘Sudah beberapa hari
kau mensia-siakan waktumu disini, mungkin raja sudan
meninggalkan kotaraja, untuk menyingkir kebarat oleh karena
itu, pergilah kau lekas berangkat ke Tiang-an !”
„Aku justru mengharap-harap raja sudah meninggalkan
Tiang-an, “kata si anak muda she Tiat bagaikan mendumal. –
”Dengan begitu tak usahlah aku menjadi sipelindung yang sial
dangkalan ….”
”Jangan kau mengatakan begitu !” kata Cee-In sungguh-
sungguh.
Tapi Mo Lek tertawa memotong kata-kata kakak
seperguruan itu: ”Aku mengerti maksud kau ! Baiklah, aku suka

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mendengar perkataanmu ! Sekarang juga akan aku berangkat


!”
Sampai disitu, berangkatlah mereka turun dari gunung Hoa
San. Mo Lek, sambil menuntun kuda Oey piauw, berjalan
bersama dengan begitu dapat ia menutur pengalamannya
selama beberapa hari yang piling belakang ini, ia hanya
menyembunyikan halnya Ong Yan yang diam-diam
mencintanya.
Tidak lama mereka sudah mendekati lembah tempat
kediamannya Tian Toa-Nio, segera mereka melihat api
berkobar-kobar. Teranglah sudah, itulah rumahnya si nyonya
tua yang telah menjadi lautan api !
-oo0dw0oo-
,,Eh, heran ! ‘ kata Wee Wat. ,,Siapa yang bernyali demikian
besar berani membakar sarang hantu wanita itu ?”
“Barangkali anaknya,” Mo Lek menyatakan dugaannya.
,,Anaknya itu bukan orang golongan Hiap gie akan tetapi dia
tidak dapat dicela. Mungkin dia telah mengambil keputusan
untuk memisahkan diri dari ibunya.’
“Jikalau benar puteranya yang membakar,”kata Hong-hu
Siong. ”Tentukah dia mengandung maksud. Dia mau bikin
ibunya tidak dapat tidak, mesti meninggalkan sarangnya itu.”
Wee Wat mengangguk.
“Itu benar,” bilangnya. ”Sarangnya Tian Toa Nio telah kita
ketemukan tentulah pula membikin susah ibunya atau mungkin
sekali dia kuatir ibunya nanti berkepala batu ibu itu tak sudi
meninggal kan sarangnya itu, ibu itu tak mau menunjuki bahwa
dia jeri. Demikian maka dia membakar rumahnya.”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Akulah seorang yang bersikap selalu memandang orang dari


pihak baiknya” Kui Ciang turut bicara. „Aku lebih setuju dengan
cara pemikirannya Mo Lek, Pendek kata tak peduli dia memikir
dari sudat mana dia terang jauh terlebih baik daripada ayah
dan ibunya.”
Demikian mereka berjalan sambil berbicara.
Satu kali Mo Lek menoleh kearah api yang masih bersinar
terang lantas pikirannya kembali kepada pengalamannya
selama beberapa hari yang paling belakang ini ia lantas merasa
hatinya tertekan Didepan matanya segera berbayang roman
bengis dari Tian Toa Nio yang telengas serta wajah yang
menyedihkan dari Ong Yan Ie yang berduka dan menyesal.
Semua itu berbayang diantara asap yang mengepul-ngepul
itu…..Lalu pada telinganya berkumandang suaranya Yan Ie
suara yang manggoncang-kan hati….suara yang dikeluarkan
disaat. Tian Toa Nio hendak menghajar mati padanya.
Sekarang sarang hantu itu habis di api akan tetapi bayangan
Yan le tak dapat lenyap bersama.
Mengingat Yan Ie yang seperti melekat pada otaknya, Mo
Lek menjadi masgul. Ia mencoba menghiburi diri dengan
berkata: ,.Suhengnya menyintai sungguh sungguh padanya,
pastilah suheng itu akan melindungi dia selama seumur
hidupnya….Sekarang mereka berdua sudah lolos dari tangan
nya sihantu wanita karena itu baiklah aku jangan menguatirkan
pula padanya.
Tidak lama keluarlah sudah mereka dari lembah. Sekarang
tibalah saatnya untuk berpisahan. Kui Ciang dan Cee In
memesan pua pada Mo Lek supaya setibanya di kota Tiang an
anak muda itu berlaku waspada sekali, terutama jangan dia
mengumbar napsu hatinya. Dia juga dipesan apabila dia tidak
mengarti sesuatu dia mesti minta pikirannya Cia Siang serta Uy
tie Pak.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mo Lek menerima pesan itu ia memberi hormat pada Kui


Ciang semua lalu dengan menunggang uy piauwma ia
berangkat melakukan perjalannya itu. Kudanya itu dapat lari
keras di hari ke dua tengah hari. sampai sudah ia dik aki
gunung Lee San dalam wi’oyah Litn tong. Dari situ buat sampai
di Tiang-an perjalanan tinggal lagi seratus lie iebih.
Gunung Lee San luas beberapa puluh lie disitu Mo Lek
melarikan kudanya didepannya. Sekonyong konyong kuda
uypiauw ma meringkik keras dan panjang. Dia seperti
mendapat firasat bahwa didepannya ada sesuatu yang
menakuti atau hebat. Dia pun segera menghentikan
tindakannya tak mau dia maju terlebih jauh.
Mo Lek heran sekali sambil memandang kedepan dan
sekitarnya ia berpikir ,,Kuda ini tidak jeri menghadapi medan
perang yang merupakan hutan golok pedang dan tombak
sekarang kenapa dia takut tidak keruan? tanyanya didalam hati
Lantas ia menepuk-nepuk punggungnya kuda itu untuk
berkata: „Kuda kudaku yang baik!” Sudah banyak kali kau
melindungi aku maka itu apabila kau menghadapi ancaman
bahaya aku juga dapat membelai kau! Kau jangan takut hayo
maju, maju! ‘ Kuda itu benar-benar mengarti maksud orang
atau anjuran majikannya ia bertindak pula hanya sekarang dia
tidak larat seperti tadi terang nampak dia masih rada jeri atau
gusar….”
Hanya sebentar sampailah Mo Lek di satu tempat didekat
lembah dimana ditepi jalan, ada sejumlah orang sedang
berkumpul. Dilihat dari jauh dari gerak-gerik mereka itu
rupanya mereka tengah mempertengkarkan sesuatu.
Puteranya Tiat Kun Lun ini hidup di atas gunung ia juga
biasa melatih diri dengan senjata rahasia ia mempunyai mata
yang jeli sekali. Lantas ia mengawasi tajam. Tempo ia melihat
satu orang yang berdiri madap kearahnya ia terperanjat.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Dia toh Tian Goan Siu?” katanya di dalam hati. ”Eh,


mengapa aku tidak melihat Yan Ie?”
Berbareng dengan itu pemuda ini lantas mengarrti bahwa
kudanya jeri terhadap orang she Tian itu. Maka ia tertawa ia
terus menepuk-nepuk! ”Orang itu telah menjadi sahabat kita!
Dia tidak bakal mencelakai pula padama! kau besarkan hati ha-
yo maju!”
Sembari maju Mo Lek menekan dalam kopiahnya hingga
separuh mukanya jadi ketutupan. Ia menjepit perut kudanya
untuk menyuruh binatang itu lari keras.
Hanya sebentar terdengar sudah suara orang…..orang-orang
yang lagi bersisih satu dengan yang lain itu. Walaupun masih
rada samar Mo Lek mendengar satu suara yang ia kenal baik.
Kata orang itu sambil tertawa mengejek: “Tuan yang muda kau
menghendaki anak orang se-baliknya kau tidak memperdulikan
ayahnya! Dikolong langit ini dimana ada hal yang sedemikian
rupa? Kau mau enak sendiri saja!”
Atas itu terdengar suaranya Tian Goan Siu: ..Jangan kau
ngoceh tidak keruan! A-ku toh tidak mempunyai sangkutpaut
apa juga dengan kamu? Bukankah kita bagaikan air kali dan air
sumur yang tidak saling menyerbu?. Aku Tian Goan Siu, aku
bukannya orang bangsa enghiong atau hiap su akan tetapi aku
bukanlah siharimau tukang mengganas!”
Orang itu tertawa pula secara dingin.
Dialah Ceng -ceng Jie. kata dia nyaring : „Siapakah yang
tidak tahu bahwa kau mengarah anak daranya Ong Pek Thong
? Di lembah Liong Bin Kok telah kau tolongi dia kenapa kau
tidak mau menolong terus-terusan hanya setengah hati ?
Hahahah ! menjadi harimau tukang mengganas ? Tak apa kau
mencaci, aku tetapi, bukankah dengan begitu kau juga sekalian
mencaci mertuamu ?”
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tepat disaat itu, Mo Lek telah tiba di antara orang-orang


yang lagi mengurung Tian Goan Siu itu. Sengaja ia berseru
seraya menggeprak kudanya, untuk membikin uypiauwma
berlompat maju untuk menerjang orang banyak itu. Tentu
sekali mereka itu menjadi kaget dan lantas berlompat mundur
guna mengelakkan diri dari tabrakan.
Ceng Ceng Jie bermata sangat liehay. ,,Oh, bocah kiranya
kau !” dia membentak.
Ketika itu Mo Lek sudah lompat turun dari kudanya «ambil ia
menghunus pedangnya.
„Ceng Ceng Jie!” ia membentak. ,,Ceng Ceng Jie, kaulah
sipengkhianat negara ! Ba gaimana besar nyalimu hingga kau
sudah datang ke dalam wilayah kota raja ! Bahkan disini kau
hendak membikin orang celaka ‘
Ceng Ceng Jie tidak takut bahkan dia tertawa.
„Tiat Mo Lek !” katanya nyaring mengejek. ,,Aku tahu ! kau
memang datang ke mari untuk menjadi “Gie-cian Sie wie !
Tetapi, tahukah kau bahwa sebelumnya kau memangku
pangkatmu itu, kau bakal menjual jiwamu untuk junjunganmu’
Mo lek terkejut di dalam hatinya Kwe Cu Gie memujikan ia
menjadi Gie cian Sie wie, pahlawan pengiring raja, itulah hal
yang dirahasiakan, kenapa Ceng Ceng Jie ketahui itu ?
Tidakkah itu aneh ‘
Ceng Ceng Jie berhenti tertawa mengejek, sebagai gantinya
dia berkata dingin : ,,Dengan kepandaian semacam yang kau
punyai, kau hendak menjual jiwamu kepada raja, aku kuatir,
kau tak dapat melakukannya …” Menyusui kata katanya itu,
segera ia maju, untuk menyerang. Dengan memutar tangannya
pada tangan itu lantas tampak sebilah pisau belati yang tajam
bergemerlapan !

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tiat Mo Lek ketahui orang memiliki pisau belati yang sangai


tajam, ia lantas berkelit, akan tetapi sembari melindungi diri itu,
dari samping ia balas menikam pinggang orang.
Ceng Ceng Jie berkelit sembari berbuat begitu, kembali dia
mengejek, katanya : ,,Hm, bagus benar ! Anaknya Tiat Kun Lun
turunan keluarga Rimba Hijau mau menjadi Gie-cian Sie-wie !
Sungguh aneh !” lalu dia menyerang pula, berulang-ulang,
dengan kerai sekali. Dia mau mendesak Dengan begitu,
beruntun dia telah menyerang hingga tujuh kali.Didesak secara
demikian, dan juga di ejek tak hentinya Mo Lek menjadi gusar
sekali, maka ia lantas putar pedangnya dengan gerakannya
„Guntur dan kilat saling samber dan mendengung,” sembari
menyerang, ia berseru : „Kenapa jikalau aku si orang she Tiat
bekerja untuk raja ? Bukan kah aku jauh terlebih menang dari
pada kau yang menjual jiwamu kepada bangsa asing ?”
Itulah salah sebuah serangan ajarannya Mo Keng Lojin.
Dengan begitu, pedang di pakai sebagai golok. Itulah
kekerasan yang menggenggam kelunakan, dari itu dapat di
mengerti liehaynya.
Walaupun dia kosen, Ceng Ceng Jie ti dak berani
menyambuti serangan itu. Penyambutan berarti keras lawan
keras. Ia menang ilmu ringan tubuh, ia berkelit dengan sebat
sekali, ketika lawan menyerang tempat kosong, ia sudah
mencelat kebelakang lawan itu, sembari berlompat, ia tertawa
dingin dan kata : ,,Keliru cacian kau ini l’ membarengi itu, ia
menyerang.Ceng Ceng Jie tiiak ialah omong. Ia memang bukan
orang Han, bahkan ialah seorang anak haram dari suku
Kangkhu di See Kek, wilayah Barat, dan begitu ia dilahirkan, ia
lantas dibuang kegunung dimana ia dipungut oleh penduduk
liar dan dipelihara hingga besar.
Mo Lek sebat. Begitu serangannya gagal, ia lantas memutar
tubuh sambil membabat kebelakang. Ia melihat tubuh lawan
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berkelebat kesisinya, ia menduga orang tentu mengambil


tempat dibelakangnya buat segera menyerang ianya, dari itu
dengan wajar ia membela diri sambil menangkis atau
menyerang itu. Tepat gerakannya ini, pedangnya membentur
pisau belati lawan, hingga terdengar suara beradu yang
nyaring.
Dalam adu senjata itu, Mo Lek kalah pedangnya kena
terpapas. Itulah sebab pisau belati Ceng Ceng Jie itu ialah yang
dinamakan ,,Kim Ceng Toan Kiam,’ yaitu pedang rahasia
pendek. Hanya, meski demikian, ia toh bebas dari ancam
bahaya maut.
Setelah itu, Mo Lek berkelahi dengan Liong Heng Kiam-hoat.
yaitu ilmu pedang Wujud Naga, yang berdiri dari enam puluh
empat jurus. Ia jadi menyerang terus-menerus tak mau
berhenti.
Buat beberapa jurus, Ceng Ceng Jie menjadi repot. Tak
dapat dia memecahkan ilmu pedang si anak muda. Mo Lek pun
bertenaga lebih besar. Dia hanya menang ringan tubuh atau
kegesitan dan pengalaman. Keunggulan lain dari Mo Lek ialah
ia masih muda dan sangat bersemangat, ia tidak kenal takut,
maka juga ia lebih banyak menyerang. Ceng ceng Jie yang
cerdik jadi lebih banyak membela diri.
Adik seperguruan dari Khong Khong Jie itu mempunyai dua
kawan, mereka ini melihat pertempuran tak seimbang itu, lantai
mereka berlompat maju. untuk memberikan bantuannya,
mereka menyerang dari kiri dan kanan.
Menampak demikian. Ceng Ceng Jie mengerutkan alis. Baru
ia mau berpura-pura menyuruh mereka itu mundur atau satu
diantaranya mendahului ia berkata :
“Kami tahu kau tidak membutuhkan bantuan kami tetapi
dialah musuhnya ketua kami! Dalam pertempuran di Liong Bin
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kok hampir ketua kami itu terlukakan bocah ini, maka sekarang
kami hendak membalaskan sakit hatinya kenin kami itu ! Atas
itu, ia membatalkan maksudnya, ia lantas berkelahi terus, la
memang ingin lekas merobohkan lawan supaya ia dapat bicara
dengan Goan Siu.
Dua kawannya Ceng Ceng Jie itu menjadi orang-orang
kepercayaannya Ong Pek Thong, namanya ialah Han Kheng
dan Teng Seng, senjatanya masing-masing berantai tiga Sam-
ciat-kun dan golok besar, semua nya senjata berat, maka itu
majunya mereka berarti suatu bantuan yang cukup berharga
sekali.
Mo Lek lantas menjadi repot. Buat merobohkan Ceng Ceng
Jie, ia tidak mampu, dari itu, mana dapat ia terkepung ber-tiga.
Demikian ia terdesak. Satu kali la menangkis golok, dan Ceng
Ceng Jie membarengi menusuknya. Selagi menangkis itu,
pembelaan dirinya kosong. Tak keburu ia menangkis, maka
dadanya kena tertikam Nyaring suaranya tusukan itu, keras
berkerontrang ; Itulah sebab ia memakai joan-ka, pelindung
tubuh, tetapi tameng itu toh rusak hingga darahnya mengucur
keluar, mem basahi bajunya.
Ceng Ceng Jie tertawa lebar, kembali dia menyerang. Dia
sekarang mengarah leher musuh, inilah penyerangan yang ter
lebih hebat, hanya baru dia menyerang atau dia mendengar
samberan anginnya golok dibelakangnya. Dia sangat terkejut
tetapi tidak menjadi gugup. Dia tahu itulah serangan
terhadapnya. Sempat ia berkelit dengan menggeser
tindakannya, hingga tubuh nya berkisar juga . Sebaliknya
serangannya kepada Ma Lek tidak dibatalkan, hanya diteruskan
cuma sekarang tenaga menjadi berkurang dan incarannya
meleset.
Mo Lek masih sempat menangkis, karena ia tidak
menghiraukan lukanya. Ia menggunakan tipusilat. „Mengangkat
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

obor menyuluhi langit.” la berhasil, bahkan bukan saja pisau


belati kena tertangkis ujung pedangnya juga menyamber
tangan baju pe nyerangnya itu hingga tembus.
Ceng Ceng Jie terkejut juga. Ketika ia melirik, ia melihat ia
sedang dibokong Tian Goan Su, Ia menjadi sangat mendongkol
hingga ia membentak “orang she Tian kenapa kau berkhianat ?
„Sederhana sebabnya ! sahut Goan Siu dingin. „Pertama-
tama dialah sahabatku dan kedua akulah orang bangsa Han -
Lalu tanpa menanti Ceng Ceng Jie membuka mulut, ia maju
pula untuk menalangi tikamannya. .
Ceng Ceng Jie berkaok-kaok saking mendongkolnya. Toh ia
repot. Goan Siu tidak dapat dipandang enteng. Dibanding
dengan Mo Lek. dia kalah ilmu pedang tetapi menang tenaga
dalam. Terpaksa dia menyabarkan diri, untuk dapat
melayaninya.
Hoa kheng dan Teng Seng maju pula. Mereka disambut
Goan Siu. Ja ini menang kis, lalu menyerang selain dengan
pedang juga dengan tangan kirinya.’ Hanya baru satu gebrak,
sam-ciat-kun. kena tertabas kutung, sedang Teng Seng segera
menjerit ke sakitan. Waktu Goan Siu tiba – tiba meneruskan
menyerang, ia berhasil menusuk tangan orang hingga orang
she Teng itu mesti melepaskan goloknya yang berat itu.
,,Dengan memandang kepada sumoayku tak mau aku
membunuh kamu!” .kata Goan Siu bengis. „Lekas pergi’
Han Keng dan Teng Seng tahu diri, mereka lantas mandur.
Mereka kenal baik Goan Siu, jadi tak dapat mereka menyerang
nya. Waktu barisan mereka merangsak. mereka mau
mengepung Mo Lek tidak tahunya. Goan Siu yang
menangkisinya selagi mundur mereka teriaki Ceng Ceng Jie :

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Maafkan kami ! Kita ada bagaikan air bah yang menyerbu


kuilnya si raja naga ! Kita jadi kawan menyerang kawan, hingga
kami menjadi serba salah. Kami hendak pulang untuk memberi
kabar kepada ketua kami’
Ceng Ceng Jie tidak menjawab, ia hanya memperdengarkan
suara dihidung. Sambil menuding Goan Siu, ia kata bengis
“Kecewa kau menyebut-nyebut sumoay mu itu, Heran aku
bagaimana kau mempunyai, muka untuk nanti bertemu dengan
ayahnya!”‘
„ltulan urusanku, tak usah kau usil !” bentak Goan Siu.
Ceig Ceng Jie sangat licik justeru orang melayani ia bicara
mendadak ia menikam ke arah dada. Ilmu silatnya ialah
„Burung hong menghadap matahari.
Mo Lek kurang pengalaman dibanding dengan Ceng Ceng
Jie, tetapi ia menang dari pada Goan Siu, ia tahu Ceng Ceng Jie
sangat licik, ia telah memasang mata, maka itu ketika ia
melihat orang menggerakkan sebelah kakinya, ia sudah
menduga, begitu orang menyerang ia menyerang juga malah ia
menikam kepunggung.
Ceng Ceng Jie bergerak sangat gesit, meski begitu, ia cuma
berhasil merobek ujung baju Goan Siu, sebab ia mesti lekas-
lekas memutar tubuh, buat menangkis Mo Lek. Ia berhasil
bahkan ia kembali mem buat pedang penyerangnya bercacad
pula.
Habis itu mereka bertarung terus Ceng Ceng Jie kena
dikepung. Kembal’i dia men jadi repot, hingga umpama kata tak
dapat dia bernapas. Kali ini, mereka tak usah berkutat- lama
untuk tiba pada akhirnya pertandingan. Dua-duanya, Mo Lek
dan Goan Siu gusar sakali, keduanya menyerang dengan hebat.
Datanglah saatnya ketika ta ngan kosong si orang she Tian
mengenakan tubuh lawannya. Menyusui itu, pedang aya Mo
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lek mampir di pundak lawan itu, hampir-hampir tulang pipinya


kena tersontek.
Bukan main kagetnya Ceng Ceng Jie, ia pun lantas ingat,
tidak dapat ia melayani terus pada Goan Siu. Tak sudi ia ber
musuhan dengan Tian Toa Nio Jikalau ia membunuh lawan ini.
ibu dia tentu tidak mau sudah. Itu berarti ia mendapat musuh
besar yang sangat tangguh. Tengah ia ber pikir, serangan
lawan datang dengan ber bareng. Ia melompat mundur, Sambil
lompat ia menangkis pedang Mo Lek. Dengan begitu,
pedangnya Goan Siu tidak dapat mengenai sasarannya. Terus
ia melompat lebih jauh, untuk mengangkat kaki. Sembari
berlalu, ia berkata : „Bocah she Tian, kali ini aku beri ampun
padamu! Hendak aku menemui dahulu ibumu baru nanti kita
berurusan lagi!’
Goan Siu tidak melayani orang bicara, ia tidak mau
mengejar, sebagaimana juga Mo Lek pun berdiam saja. Ia lebih
perlu menolongi membalut lukanya sianak muda Ia pun
menghaturkan maaf.
“Sudah, jangan sebut-sebut segala urusan yang sudah
lewat!” kata Mo Lek, tertawa. Ia juga menghaturkan terima
kasih. Kemudian ia menggapai pada uypiauwma, yang ia ajak
bicara, katanya: ”Kudamu Kau juga jangan membetici pula,
jikalau bukannya saudara Tian ini, kita berdua bakal celaka di
tangannya orang hutan itu!’
Kuda itu mengarti, dia menghamparkan kepala dan ekornya
digoyang goyang tandanya bahwa dia suka melupai
permusuhan.
Goan Sioa tertawa. Tapi habis itu dengan roman sungguh-
sungguh, ia kata: ,,Bagaimana dengan ibuku?”
„Ia tidak sanggup melawan kedua ioo-cianpwee Hong-hu
Siong dan Wee Wat ia pergi mengangkat kaki.’
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Goan Siu berdiam,terus ia menatap orang didepannya.,


saudara Tiat,” tanyanya selang sesaat. ,selagi kail turun
gunung, ditengah jalan itu kau bertemu dengan Su moaku atau
tidak?’
„Aku jusieru mau tanya kau tentang Nona Ong,’ sahut Mo
Lek. „Aku menyangka ia ada bersamamu.
Parasnya Goan Siu menjadi merah. ,.Buat guna kau maka dia
telah mendaki jurang Toan Hun Giam,” katanya. Dan aku untuk
aku dapat membikin dia mencapai maksud hatinya’ aku telah
membakar rumah kami. hanya aku telah perintah seorang
bujang pergi memjeri kabar pada ibu ku.”
Baru sekarang Mo Lek mengarti. Selagi Tian Toa Nio
menyusul ia Yan Ie menyusul juga, sedang Goan Siu ini. sebab
dia kuatir Yan Ie tidak dapat mencegah ibunya dia mengiring
bujangnya itu dia sendiri berangkat terus, dia membakar
rumahnya untuk menyingkir dari Yan le dan ibunya Tentu sekali
tak mau ia nanti dicurigai Goan Siu. Diantara mereka tak
mestinya ada salah mengarti.
Diatas jurang Toan Hun Giam aku tidak melihat Nona Nona,
katanya. ,,Kalau begini, saudara ! Goan kau harus lekas pergi
cari sumoaymu itu.
Goan Siu menghela napas.
“Saudara Tiat, apakah kau belum mengearti maksudku?”
tanyanya. „Mulai hari ini hingga seterusnya tidak dapat aku
berkumpul dengan sumoayku itu – . . .
Mo Lek heran hingga ia tercengang.
“Saudara Tian. sebenarnya kau sembabat sekali
berpasangan dengan Nona Ong,” katanya. ,,Kau menyukai dia,
dia juga menyukai kau. Kenapa kau mengucap begini?”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Bagaimana kau tahu dia menyukai aku?” Goan Siu tanya.


Aku mendengar dia mengucapkannya sendiri Dia telah
berjanji pada ibumu, dia mengatakan sudi menikah dengan
kau. Apakah ibumu belum mengali tahu padamu?”
Mo Lek jujur, ia bicara seperti apa yang ia pikir. Ia tidak mau
memahamkan suara atau sikapnya Yan Ie. Ia juga tidak
menghiraukan bagaimana nanti sikapnya Goan Siu.
Benar saja mukanya orang she Tian ini menjadi merah. Dia
likat sekali. Tapi dia berkata keras: , Saudara Tiat, orang yang
Sumoayku cintai ialah kau! kau meng hendaki dia atau tidak,
itulah urusanmu tetapi aku kenal baiK sifatnya Sumoayku itu,
maka itu tak peduli aku mencintai dia aku juga mau menjaga
supaya jangan membenci aku. Lebih tegas lagi aku tidak mau
menyelak diantara urusan asmara kamu ber dua, aku cama
mau minta supaya kau baik-baiklah memperlakukannya! ‘
Mo Lek tidak pandai bicara, dia bergelisah hingga otot-otot
nampak. “Saudara Tian apa, apa kau bilang?’ katanya , Aku . .
– , aku . . . ‘ Ia mau memberi tahukan bahwa ia telah
mempunyai tunangan, atau ia bersangsi ia kuatir Goan Siu
nanti menyangka, kalau ia belum terikat mungkin ia bakal
menerima tangannya Yan Ie.”
Selagi orang berdiam Goan Siu sudah lompat naik atas
kudanya.
..Maafkan aku!” katanya yang terus mengasi kudanya pergi.
Dia mengambil lain arah.
Mo Lek bingung hendak ia mengejar atau Goan Siu menoleh
dan berkata nyaring „Saudara Tiat. aku luga memberitahukan
kau satu hal! Bukankah kau seorang Gie-cian siewie yang baru
diangkat? Ceng Ceng Jie mau menggunai saat kacaunya kota

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ti-ana-an, selagi raja mau menyingkirkan diri untuk membunuh


padanya maka itu, kau harus waspada! ‘
Memang ditengah jalan ini, Goan Siu bertemu-oranganya
Ceng Ceng Jie selagi Ceng Ceng Jie kemoali dari Tiang-an, kota
raja, dimana ia melakukan penyelidikan tentang keadaan atau
gerak-geriknya raja. Ia kuatir tenaganya kurang dari itu ia
mengajak Goan Siu bekerja sama, akan tetapi Goan Siu me
nampiK.
Mo Lek tercengang Sebenarnya tak sudi ia menjadi pahlawan
raja akan ietapi ia sudah memberikan janjinya kepada su-
hengnya, kakak seperguruan maka itu mendengar berita ini, ia
menjadi bingung Karena ia merasa percuma ia menyusul Goan
Siu sedangkan ia pun tak tahu harus mergucap apa ia terpaksa
mengatakan “saudara Tian! Harap baik baik di perjalanan!”
Lantas ia mengaburkan kudanya kearah Tiang an.
Hari mencekati magrib ketika anak muda ini tiba dikota
tujuannya. Ia lantas menyaksikan kacaunya kota. Orang repot
menyingkirkan diri. orang mempepayang situa dan menuntun
sibocah cilik sedangkan orang orang jahat lagi berpestapora,
merampok sambil membakar rumah atau menyerbu toko toko.
Sejumlah pemuda bang sawan terlihat menangis ditepi jalan
sebab mereka itu lemah dan tak biasa dengankejadian hebat itu
mudah saja mereka jadi korbannya orang orang jahat yang
merampas pakaiannya yang mdab indah. Dalam kacauan itu
budak budak mereka mendahului kabur.
Inilah kekacauan yang penyair besar Tu Fu pernah lukiskan
dalam syairnya.
Mo Lek pun bingung’ menyaksikan kekalutan itu
“Benarkah raia sudah mengangkat kaki?” tanya ia dalam hati
Karena ia perlu mendapat tahu lantas ia kaburkan kudanya di
antara orans banyak itu. Ia tidak mempe-dulikan lagi aturan
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ketertiban atau kesejateraan umum, ia langsung menuju ke Cie


lim Shia, Kota Terlarang. Ketika ia sampai didepannya pintu
kota, pintu kotanya terkunci rapat dan tempo ia berkaok kaok
memanggil ia di sambut dengan hujan anak panah. Ia
menuturkan maksud kedatangannya. Masih orang tidak
menghiraukannya. pencet terlebih jauh.
Dengan ditunjuki jalan Mo lek mengitari kota Cie Kim Shia,
untuk pergi ke belakangnya dimana ada pintu sin bu mui pintu
kota mana dilindungi- Cin Siang. Sejumlah serdadu, yang
berjaga-jaga sudah mendahului menegur kapan mereka
mengenai kuda uypiauwma milik pemimpinnya Suaranya
mereka berisik hingga didengar Cin Siang sendiri. Ia ini lantas
keluar untuk melihat. Tentu saja ia lantas mengenali Tiat Mo
Lek.
“Lekas buka pintu!” perintahnya. Dengan begitu, Mo Lak
dapat segera masuk dalam kota. Lantas dia melemparkan
serdadu, yang dia cekuk
„Dia kenapakah? tanya, Cin Siang.
“Bersama sejumlah kawannya dia mengganggu anak gadis
orang” sahut Mo Lek. „Tapi syukur karena aku bertemu dia aku
jadi dapat mencari kau. Aku membawa suratnya Kwee Leng
kong…”
,,Mari kita bicara didalam” Cin Siang memotong, la mengajak
tetamunya masuk setelah memberi perintah akan serdadu tadi
ditangkao, untuk dikurung dan nanti diperiksa perkaranya.
Uypiauwma girang sekali bertemu majikannya. dia meringkik
dia menggoyang kepala dan ekornya dengan mulutnya dia
menjilati majikannya itu.
.,Aku berterima kasih pada kuda ini” kata Mo Lek. ”Beberapa
kali dia berhasil menolongi aku dari ancaman bahaya.”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Itulah bagus!” kata Cin Siang, tertawa. „Dulu kau telah


menolongi aku dan aku masih belum menghaturkan terima
kasihku kepadamu!”
Lantas siewie ini pimpin tetamu masuk kamar pribadinya.
„Dulu kau tolongi aku tak dapat aku ketikanya buat
mengucap terima kasih padamu,” kata ia. „Aku tidak sangka
bahwa hari ini kita dapat bertemu disini. Tiat Congsu bukankah
kau berbahagia bersama Kwee Lengkong disana?”
”Aku tidak menjabat pangkat, ‘ Mo Lek memberitahukan.
”Adalah suhengku Lam Cee In yang membantu Kwee Lengkong
membelai kota Kiu-goan.”
”Oh. kiranya suhengmu itu Lam Tay-hiap !”kata Cin Siang,
“Memang, telah lama aku dengar nama besarnya. Apakah kau
juga kenal Tayhiap Toan lui Ciang ?’”
“Dialah sanakku dan padanya pernah aku belajar ilmu
pedang,’Mo Lek menjawab “Mereka memesan aku untuk
menanyakan keselamatanmu !’
Cin Siang girang.
“Sebenarnya aku cuma pernah mendengar saja namanya
Toan Tayhiap,” ia akui, ”Adalah beberapa sahabatku yang
mengenal dia. Sayang beberapa kali telah lewat kesempatan
yang baik buat aku berkenalan dengannya. Tapi tak apalah,
sekarang kita bukan orang luar lagi i”
Cin Siang menutup pintu, setelah itu itu ia tanya. ”Kau bilang
kau membawa suratnya Kwee leng-kong. Sebenarnya ada
urusan apakah ? ”
„Kwee Leng-kong memujikan aku untuk menjadi pelindung
raja situa bangka ‘ sahut Mo Lek terus terang.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Cin Siang heran, hingga ia melengak. Hanya sebentar ia


tertawa lebar.
“Oh, kau dipujikan buat menjadi Gie-cian sie-wie !” katanya.
„Menyebut raja seperti caramu ini cuma dapat dilakukan di-
antara kita secara diam-diam, jikalau dtmu ka para siewie
lainnya, kita harus menyebut Seri Baginda Raja dan kau juga
harus berdiri dengan tegak tetapi hormat serta me nyerukan
Ban-swee ban-banswee !,,
,,Oh, kiranya ada begitu banyak aturan busuk i” kata Mo Lek
„Jikalau bukannya Kwee Leng-kong dan Lam Suheng mendesak
aku datang kemari sungguh, tak aku melakukan pekerjaan ini !“
„Baik aku akan ingat pesanmu ini !’, Cin Siang tertawa.
”Kau datang diwaktu yang kebetulan sekali,”katanya “Besok
Seri Baginda hendak berangkat ke See Siok dan kita justru lagi
berduka karena slewie pelindungnya tidak cukup. Kami justru
membutuhkan orang yang jujur, setia dan gagah sebagai kau !”
“Oh, raja tua bangka itu besok mau per gi menyingkirkan
diri.”kata Mo Lek
“Ya,” Cin Siang mengangguk. „Tetapi hal itu masih
dirahasiakan, orang luar tak diberitahu kan. Seri Baginda telah
menugas kan Tan Goan Lee menjadi Po leeCiang-kun, Siauw-In
Cui Kong Goan menjadi Liu-Siu Ciangkun. dan keng-tiauw In
Gui-Hong Cin menjadi Tit-tun-su. Kapan sang pagi besok tiba
rombongan Seri Baginda Raja akan segara berangkat, yang
turut padanya melainkan Yo Kui Hui dan Yo-Kok Tiong serta
beberapa menteri besar dan putera raja. Segala selir lainnya
mungkin tak akan diajak…..”Ia hening sejenak, ia tertawa,
terus ia menambahkan: “Seri Baginda pantarg menyebut
mengungsi, maka itu kau harus mengatakan perjalanan
kunjungan, jikalau tidak, dia bisa menjadi gusar.”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mo Lek mengerutkan alis, :”Jikalau begitu.’katanya, ”kalau


nanti aku bicara dengan raja, mungkin aku saban-saban
berdamai dahulu denganmu. Kau menyebut-nyebut Seri
Baginda mengungsi eh, membuat kunjungan ! dengan cara
rahasia, tetapi kau tahu, hal itu sudah diketahui orang luar !”
“Aku ketahui cukup baik tentang keadaan diluaran, “kata Cin
Siang. ”Mungkin sekali orang telah mengetahui, inilah tentu
disebabkan dari siang-siang orang telah menguwarkan ceritera-
ceritera burung.”
“Bukan cuma penduduk Tiang-an yang telah mendapat
tahu,”Mo Lek kata pula. “Hanya juga orang-orangnya An Lok
San dikota Tong-kwan yang jauh itu. Kau harus waspada, An
Lok San sudah mengundang Ceng-Ceng Jie yang telah
diberikan tugas selagi keadaan kacau mesti melakukan
penyerangan terhadap Seri Baginda !”
Cin Siang kaget. “kau ketahui ini ? tanyanya-
Mo Lek menuturkan halnya Ceng-Ceng Jie minta Tian Goan
Siu membantunya tetapi Goan Siu menampik.
Cin Siang kembali terkejut Ia tahu siapa Tian To Nio, ia
heran untuk mengetahui Goan Siu ialah puteranya hantu wanita
itu.
”Kiranya wanita iblis itu masih hidup! katanya Ceng-Ceng Jie
berserikat dangan dia itulah berarti satu ancaman bahaya
besar. Syukur puteranya siilbis dapat membedakan kesetiaan
dari kedurhakaan dan tak sudi dia berkelomplot dengan mereka
itu. Tapi. tentang ini jangan kau bicarakan pada siap juga.
Didalam istana, suasana sudah buruk sekali dari tak dapat seri
Baginda dibikin kaget dengan berita ini. Cukuplah kalau kita
bersiap saja secara diam-diam saja.”
Mo Lek mengangguk.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Apakah sekarang dapat aku menghadap Seri Baginda


?”tanyanya.
Nanti aku melaporkannya dahulu,”kata Cin biang. kau baik
menanti keluarnya firman”
Mo Lek berdiam, ia bersedia menanti. Ia hanya heran. Ia
tidak tahu sangat sulit buat menjadi Gie-cian siewia, yaitu
pengiring pribadi raja. biasanya itu dilakukan oleh putera-
putera Jenderal atau pembesar dari Gie Lim KuN, yaitu pasukan
pengiring raja. Jadi orang yang dipercaya raja baru dapat
mendampingi jungjungan itu. Tapi Mo Lek Orang tidak dikenal
dan dia pula dipujikan oleh pembesar yang beru tugas diluar
kotaraja, untuknya ialah hal istimewa Menurut sikap raja
umumnya, Mo Lek tidak dikenal, buat masuk kedalam istana
saja dia tak memperoleh izin, apapula untuk datang
menghadap.Habis itu Cin Siang menanyakan tentang pelbagai
tindakan pembelaan Kwee Cu Gie, maka ia girang mengetahui
K.wee Leng kong sudah memimpin pasukan perang di Hoo pak
serta Lam Cee In ditugasknn membangun barisan sukarela di
Tong-kwan Ia tertawa dan kata: „Selama beberapa hari ini
kami selalu menerima berita berita buruk, dari itu inilah warta
yang menggirang kan yang sukar didapatnya, kabar ini pasti
akan dapat menghibur Seri Baginda Raja Saudara Tiat, kau
tentu belum bersantap tengah hari. bukan? Nanti aku
menitahkan orang menjadikan barang hidangan untukmu.
Maafkan aku, tidak dapat aku menemani kau!”
Mo Lek mengangguk, tetapi seberlalunya Cin Siang ia
merasa kesepian. Segera juga penghidupannya akan berubah,
bahkan berubah secara besar besara i. Bukankah ia orang
rimba Hijau dan dibesarkan dalam dunia Kangouw? Bukankah
ia jadi telah berjasa dengan penghidupan bebas merdeka?.
Sekarang ia bakal masuk kedalam istana raja, itulah seumpama
burung yang terbang masuk kedalam sangkar, hingga didalam
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

sekejap lenyaplah kemerdekaannya. Ia masgul kapan ia ingat


selanjutnya ia mesti mem-batalkan segala tindak-tanduknya,
dari bergeraknya sampai bicaranya…
Seorang diri anak muda ini bersantap. Sebenarnya ia tidak
gemar arak tapi sekarang, saking kesepian dan iseng, ia
meneguk juga satu cawan demi satu cawan, sampai habis satu
poci, hingga pengaruhnya air kata-kata mulai naik keotaknya…
Berselang satu jam, Cin Siang pulang. Dia bertindak masuk
kedalam kamar sambil tertawa lebar. Dia bukan send irian saja
dia muncul bersama seorang lain yang mukanya hitam lapan
lantas kata: ”Inilah Oet-tie Ciang-kun! Dia telah mendengar
tentang tibanya seorang muda gagah perkasa, dia datang
untuk menemuinya menemui kau, saudara Tiat! Saudara Oet-
tie paling gemar bergaul, dialah sahabat akrabku, maka aku
harap untuk selunjutnya dapatlah kamu bergaul dengan erat!”
Mo Let memandang orang muka hitam itu, segera ia
mengenalinya. Itulah orang dengan siapa ia pernah bertempur.
Lantas ia tertawa terbahak.
,,Oet-tie Ciangkun’” katanya nyaring, ,,aku tidak sangka
bnhwa disini kita dapat bertemu pula! Apakah kau masih ingat
aku?”
Oet-tie Pak melongoh, ia menatap. Lantas ia menggaruk-
garuk kepala?
„Ah, saudara Tiat, dimanakah dahulu kita parnah bertemu?”
ia balik bertanya. „Kenapa aku lupa?”
Mo Lek tertawa pula. „Pada delapan tahun yang lalu, kita
pernah bertemu diatas lauwteng rumah makan diluar pintu
Beng-hong-mui,’ sahutnya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

”Disana kita telah bertempur seruh sekali! Aku berterima


kasih kepada kau yang itu waktu kau telah menaruh bekas
kasihan kepadaku.”
Oet-tie Pak mengawasi pula lalu ia bertepuk tangan dan
tertawa lebar.
”Hai, kau kiranya bocah yang bernyali sangat besar.”
katanya. Kau sekarang sudah jadi begini jangkung! Sungguh,
aku tidak mengenalimu!”
Cin Siang tertawa. „Ini dia yang dibilang, tanpa berkelahi
orang tidak kenal satu pada lain!” katanya. „Hanya, kenapa
kamu menjadi bertempur ketika itu?”
„Apakah kau masih ingat halnya dahuluhari itu Ceng Lian
Kak-su telah minum arak sampai mabuk diatas rumah makan
Beng Hong Lauw diwaktu mana dia telah dipanggil masuk
keistana untuk dia membuat syair?” tanya Oet tie Pak. „Hal itu
akupun pergi minum dirumah makan tersebut. Selagi mabuk itu
Ceng Lian Kak-su dipimpin oleh seorang kebiri, untuk diajak
turun dari lauwteng. Dia agaknya tak begitu menyukai, dia
jalan setindak demi setindak, dia terus memasang omong
dengan seorang sahabatnya. Sahabatnya itu seorang yang
luarjbiasa agaknya. Dia mengenakan baju gerdmbongan yang
terbuat dari kain kasar, sepatunya yaitu sepatu militer yang
sudah tua, akan tetapi romannnya gagah, Sekali saja orang
melihat dia, orang mendapat kesan dialah bukan sembarang
orang Hari itu pula Leng-fco Tat dan kawan-kawannya
bersantap juga didalam rumah makan itu. Tak lama seperginya
Ceng Lian Koksu, JLeng-ho Tat lantas menuduh sahabatnya
Koksu itu sebagai seorang pemberontak, hingga kesudahannya
mereka menjadi berkelahi. Beberapa pahlawannya An Lok San
yaitu Tian Sin Su dan Sie Siong dan lainnya berada juga disitu,
mereka lantas turun tangan membantui Leng-ho Tat,

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tiba-tiba saja saudara Tiat bersama seorang usia


pertengahan telah datang membantui seorang militer tidak
dikenal. Saudara Tiat, Ketika itu kau tentunya baru berusia lima
belas tahun, bukan? Sekalipun kau berdiri, kau belum ada
sebatas pundak ku, akan tetapi, kau berkelahi hebat sekali,
dengan satu bacokan, kau telah melukai Leng-ho Tat, Tatkala
itu aku masih belum mengerti duduknya hal itu lantas
menangkap saudara Tiat ini dan melemparkannya kebawah
lauwteng. Dengan begitu barulah pertempuran itu berhenti.
Orang usia pertengahan itu liehay sekali ilmu pedangnya dia
berhasil melukai beberapa orang pemimpin Gie Lim Kun serta
Sie-wie, ketika aku datang sama tengah hampir akupun ber
celaka. Siapakah dia itu?’
Mo Lek tertawa , “Dialah sanakku dari pihak tertua!” sa
hutnya. ”Mungkin kau pernah dengar nama teya. Dialah
Tayhiap Toan Kui Ciang. Sedangkan si orang militer ialah Tay-
hiap Lam Cee In yang kemudian menjadi suhengku. Dengan
keberangkatanku kekota-raja ini, mereka telah memesan aku
menyampaikan hormatnya kepada kamu gerta menyatakan
menyesalnya untuk pertempuran, dahulu hari itu.”
Oet-tie Pak tertawa lebar. “Syukurlah itu waktu aku dapat
berpikir.” katanya, „Aku telah memikir sahabat sahabatnya
Ceng Liaa Hak-sa tak mestinya orang-orang busuk maka juga
aku tidak percaya Lengho Tat yang menuduh mereka, sebagai
pemberontak – pemberontak. Itulah sebabnya walaupun aku
turun tangan aku masih menyayanginya, tak mau aku
menganggap-mereka sebagai pemberontak. Sebenarnya taruh
kata aku mengeluarkan semua kepandaianku pasti sudah
bahwa mereka te tap bakal dapat meloloskan diri.”
”Lengho Tat serta kedua orang she Tian dan she Sie itu telah
sahabat-sahabat kekal satu dengan lain,” kata Mo Lek.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Peristiwa itu hari disebabkan Lengho Tat menuduh Kam


Suheng sebagai pemberontak.”
Oleh karena Oet-tie Pak menimbulkan soal lama itu, Mo Lek
lantas menuturkan sebab musababnya yaitu urusa Su It Jie di-
fitnah dan dibikin celaka, hingga Toan Kui Ciang bersama Lam
Cee In mesti turun tangan untuk menolongnya. Mendengar
demi kian Cin Siang dan Oet-tie Pak Kagum, mereka memuji
kegagahan dan sifat laki-laki dari Kui Ciang dan Cee In itu,
Habis menutur hal ichwalnya urusan Mo Lek menambahkan:
,,Di pihak orang kamu rupanya tidak sedikit, yang bersahabat
dengan An Lok San. Ada seorang yang bernama Oe-bun Thong.
yang lihay ketika itu pun membantui orang she An itu, Dia
mengepalai orang orangnya mengejar kami untuk ditangkap,
dia seperti juga hendak membikin mati pada pamanku itu.
Mendengur penuturan yang paling belakang ini. Cin Siang
terperanjat, hingga airmukanya menjadi berubah. ‘
„Saudara Tiat, aku sebenarnya mau menyampaikan kepada
kau sebuah berita yang menggirangkan.” katanya, akan tetapi
sekarang berita bagus itu berubah menjadi berita buruk! Seri
Baginda telah memberi sebuah pangkat kepada kau tetapi kau
harus bekerja dibawah perintahnya Oe bun Thong!” Mo Lek
heran ia melengak. .,Aku dengar dari Kwee Leng-kong bahwa
pasukan Gie cian Siewie dibawah pimpinanmu.” katanya,
„kenapa sekarang Oe-bun Thong yang menjadi seatasanku?
.,Kan sebelum tahu saudara Tiat ” Cin Siang mengasi
keterangan Oe cian iewie. terbagi dalam dua rombongan.
Rombongan yang pertama yang diberi nama Lioijg Kie-Siewie,
ialah yang senantiasa mendampingi Seri Bfginda sendiri.
Rombongan yang lainnya yaitu San Kie Siewie. tugasnya
melindungi semua anggauta keluarga raja, Dise-belah
rombongan itu masih ada rombongan lain yaitu yang diberi
nama Tiong fciong-Sek-wie yang kewajibannya bergantian
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

merondai bagian dalam istana diwaktu malam, -audara Oet tie


Oe-bun Thong dan aku, semua menjadi Liong Kie Siewie akan
tetapi, tugas kami masing-masing. Begitulah aku memimpin
rombongan Liong Kie Siewie sa udara Oet-tie Cong Kiong Sek-
wie aan Oe-bun Thong San Kie Sie wie.”
Habis menjelaskan perbedaan rombong an-rombongan
siewie itu, Cin Siang menam bahkan: „Setelah Seri Baginda
menerima usul Cwee Leng-kong yang memujikan kau berniat
mengangkat kau menjadi Liong Kie-Sievvie. Ketika itu Oe-bun
Thong dan saudara Oet-tie hadir bersama. Saudara Oet-tie
tidak membilang apa apa adalah Oe-bun-Thong yang
mengutarakan pikirannya katanya kau belum ketahuan asal-
usulnya bujt berlaku nati-hati kau tidak dapat segera di tempati
berdampingan selalu dengan Seri Baginda, dari itu dia
mengusulkan au diangkat menjadi San Kie Siewie, Seri Baginda
menerima baik usul itu. Dalam hal itu, aku tidak berdaya untuk
merobahnya. Walaupun kau dimasukkan dalam rombongan San
Kie Siewie akan tetapi kau diangkat menjadi San Cie Cian Gu.
Itulah kedudukkan tertinggi didalam San Uie Siewie itu.”
Meski demikian Liong tie sie-wie she Cin ini toh Hdak
bergembira. Dibanding dengan Liong Kie Siewie, San Kie
siewie, berderajat lebih rendah satu tingkat dan seorang San
Kie siewie tidak dapat mendampingi raja.
Mo Lek mengerutkan alis.
,,Aku tidak gila pangkat’” katanya. Raja tidak percaya aku,
aku juga tak mempe-dulikannya, Tapi untuk tunduk dibawah-
perintahnya Oe bun Thong itulah aku tak su di!”
,.Kau baiklah bersabar dulu,’* Cin Siang membujuk. „Setelah
nanti kau peroleh jasa akan aku dayakan untuk menarik kau
keda lam romborganku. Hanya sekarang kau harus pergi

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kepada Oe bun Thong untuk mela porkan diri hal itu membuat
aku rada kuatir……”
„Peristiwa telah lewat banyak tahun.” kata Oet-tie Pak „aku
sendiri tidak mengenali saudara Tiat maka itu belum tentu Oe
bun Thong juga mengenalinya ”
„Peduli apa dia mengenali aku?” kata Mo Lek. „Dia dengan
An Lok San saling menyebut saudara aku justeru hendak
membongkar rahasianya!”
Cin biang terkejut.
„Saudara Tiat, jangan kau sembrono cegahnya, ,,Kau harus
ketahui dimasa An Lok San belum berontak, dia paling
dipercaya, seri Baginda, maka juga ketika itu orang-orang yang
menyebutnya saudara.Sampai pun ‘yang mengaku sebagai
anak pungutnya, bukan sedikit jumlahnya mereka itu, asal
mereka tidak menghamba pada pemberontak she An itu,
jangan kita sentuh sentuh, supaya urusan tidak menjadi
merembet terlalu luas. Disaai kacau dan genting seperti ini, tak
dapat kita memaksa lebih banyak orang turut memberontak,
kita harus ingat juga, Yo Kui Hui menjadi orang yang nomor
satu yang melindungi An Lok San, jikalau kita sembarang bicara
atau bertindak, itulah suatu pantangan besar !
Mo Lek menggeleng-geleng kepala.
“Bagaimana, ini tak boleh, itu tak dapat!” katanya, masgul.
„Baiklah aku serah kan kepada nasib saja ! Akan aku lihat, ba
gaimana nanti Oe bun Thong perlakukan aku!”
„Jangan kau kuatir, saudara Tiat !” ber kata Oet-tie Pak.
„Akan aku temani kau pergi kepada orang she Oe-bun itu.
Jikalau dia kenali kau, tidak ada halangannya, kau boleh
mengaku saja. Andaikata dia hendak membikin susah padamu,
kau lihat, aku Lao Hek, akan aku hajar dia dengan ruyungku!”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Adalah kebiasaan dari Oet-tie Pak, yang mukanya hitam


legam itu, menyebut dirinya ,,Lao Hek,” artinya ,,si hitam.’
Dialah turunan dari Oet tie Kiong alias Keng Tek salah seorang
menteri atau panglima berjasa yang telah membantu
membangun Kerajaan Tong. Semasa Kaisar Thay Cong Lie Sie
Bin dari Ahala Tong belum naik diatas takhta kerajaan, pernah
satu kali dia ditolongi Oet-tie Kiong, ketika itu Lie Sie Bin
mengepalai pasukan menyerang pihak Gui (Lie Bit), dilembah
Ngo Houw Kok dia bertemu dengan Sian Hiong Sin yang kosen
dia telah dikejar sampai disolokan Toan Hun Kian dilembah itu
hampir dia kena di tawan, syukur tatkala itu muncullah. Oet-tie
Kiong, yang menoionginya, karena jasa nya itu, Oet-tie Kiong
dihadiahkan sebatang Kim Pian, yaitu ruyung emas, yang
selanjutnya menjadi warisan, karena memiliki Kim pian turunan
itu Oet-tie Pak menjadi berani.
Cin Sian memang hendak bicara dengan kawannya itu,
mendengar perkataan sikawan dengan girang ia kata :
,,Saudara Oet-tie, dengan kau pergi bersama, tidak nanti Oe-
bun Thong berani membikin susah pada saudara Tiat !”
Oe-bun Thong itu sebenarnya tak seha rusnya berdiam di
dalam istana untuk me lakukan tugasnya akan tetapi sekarang
ber hubung dengan keberangkatannya raja be-sak pagi, ia
perin hadir, untuk berkumpul tak perduli Liong Kie Siewie, San
Kie Sie wie atau Kiong Tiong Sek wie semua haru» siap sedia
menerima sesuatu tugas. Oe-bun Thong serta rombongannya,
semua San Kie Siewie, bertempat dikeraton Yan «.eng Kiong
yang terpisah hanya dengan sebuah tembok dengan Iwee Wan,
yaitu keraton.
Begitulah Oet-tie Pak mengajak Mo Lek pergi ketempatnya
Oe bun Thong sedangkan Cin Siang, bersama sejumlah siewie,
lantas pergi merondai sekitar istana.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tatkala itu sudah dekat jam dua, rem bulan bercahaya


sangat terang, Oet-tie Pak mengajak Mo Lek masuk dari pintu
Sin Bu Mukai melintas itaman diluar keraton.
Dibawah sinar si Puteri Malam, tampaic segala bunga dan
baiu yang indah dan luar biasa di dalam taman begitu pun
segala ranggon dan pesebnn berikut loneng-lonengnya yang
terukir Buat Mo Lek, memandangan di situ mirip sebuah tempat
dewa, maklum ialah seorang Kauw Ouw biasa. Tapi ia tengah
berhati tegang, tidak ada kegembiraannya untuk menikmati
keindahan taman itu, pula suasana seumumnya dari saat-saat
bakal ke berangkatan raja ada bagaikan mega mendung yang
bergulung gulung atau melayang layang ditengah udara. Inilah
sebab, selekas kaki Mo Lek menginjak taman, dikaki gunung-
gunungan, diantara pepohonan dan pohon bunga ia mesti
mendengar tangisan sedu sedan dari para dayang yang tidak
bakal turut raja pergi menyingkir hingga me reka jadi sangat
berduka dan berkuatir. Terharu hati Mo Lek mendengar ratap
tangis mereka itu.
Oet-tie Pak menggeleng kepala, kata ia: „Tak dapat kita
menghiraukan mereka itu ! Saudara Tiat, mari !”
Sebentar kemudian, mereka sudah ke luar dari taman itu.
Justeru itu dikaki gunung-gunungan tampak seorang dayang,
yang kelihatan hanya sebelah mukanya.
-oo0dw0oo-

Jilid 23
Oet-tie Pak berjalan terus, ia tidak memperdulikannya. Tidak
demikian dengan Mo Lek. Mereka berdua justeru saling
memandang hingga sinar mata mereka bentrok. Mo Lek heran.
Ia seperti mengenali dayang itu. Maka ia menatap.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Oh!” berseru anak muda ini. Ia mengenali Ong Yan Ie„


Hanya berbareng dengan suaranya itu, si dayang sudah lantas
berlompat pergi, gerakannya sangat pesat.
Mo Lek tak sudi menjadi pahlawan raja tetap dialah orang
yang paling memegang kata-katanya. Dia sudah memberikan
janjinya pada Lam Cee In dan Cin Siang untuk bekerja dengan
setia, tentu sekali, tak dapat dia merebahnya dan. Hanya ia
mau ber laku waspada. Terkejut mengenali Yan Ie itu, dia
lantas berpikir Ia menjadi anaknya Ong Pek Thong, tidak dapat
aku mempercayainya sepenuhnya. Mau apa ia tengah malam
bjta rata ini menyelundup kedalam keraton? Taruh kata ia tidak
berniat melakukan serangan gelap terhadap raja, aku toh mesti
melihatnya,” Maka dia lompat untuk lari mengejar.
Oet-tie Pak pun telah melihat ada orang lari, ia lantas
berseru-: “Ada pembunuh ! Ada pembunuh’ Ia terus turut
mengejar.”
Ilmu silat orang she Oet-tie ini lebih unggul daripada ilmu
silatnya Mo Lek akan tetapi dalam ilmu ringan tubuh, ia
ketinggalan maka itu, justeru Mo Lek sudah berlompat lebih
dahulu, tak dapat ia menyandak.
Mo Lek lari keras sekali. Didalam tempo pendek, ia sudah
mendekati Yan Ie.
“Nona Ong mau apa kau datang kemari?’ ia tanya.
Yan Ia tidak menjawab, dia hauya mengulapkan tangannya
kebelakang lalu dia lari semakin cepat.
Ulapan tangan sinona menjadi tanda memanggil, tanda
supaya pemuda itu mengikuti. Itulah tak perlu. Didalam
keadaan seperti itu, walaupun tidak dipanggil, hendak Mo Lek
menyusul dan menyandaknya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ilmu ringan tubuh dari Nona Ong menang setingkat daripada


Mo Lek, karena itu mereka terus berlari lari saling susul. Mereka
telah lompat melintasi tembok taman dan menembusi lorong
panjang didepan keraton Ban Siu Kiong. Didepan situ ada
sebuah lauwteng yang mengeluarkan cahaya emas yang
berkilauan itu hanya suara beradunya senjata dari arah
lauwteng itu!
Mo Lek kaget sekali.
Menyusul itu maka terdengar seruan keras dan panjang dari
Yan Ie yang juga telah meaghentikan larinya. Segera juga dari
arah lauwteng terdengar suara sambutan: „Nona Ong, lekas!
Siraja tua ada di-sini!”
Mo Lek mendengar itu dia gusar bukan main, lantai dia
menghunus pedangnya dan menikam sinona.
„Anak tolol!” Yan Ie berseru perlahan sambil berkelit.
”Siorang jahat justeru berada diatas lauwteng ! Kenapa kau
tidak lekas pergi melindungi raja?”
Mo Lek melengak. Hanya sejenak lantas ia mengeluarkan
seruan tertahan lantas ia meninggalkan sinona untuk lari
kelauwteng Maka dilain saat ia telah lantas melihat satu
pertempuran yang hebat.
Seorang pendeta bersama Seorang imam, juga seorang tua
bermuka merah tengah bertarung dangan rombongan siewie.
Mereka lagi mencoba menyerang naik keatas. Kawanan siewie
berjumlah lebih besar akan tetapi mereka bukanlah
penghadang-penghadang yang tepat, bahkan diantara mereka
riuh terdengar jeritan-jeritan dari kesakitan bukti bahwa
diantaranya telah banyak yang terluka. Beberapa siewie tampak
jatuh bergulingan ditangga lauwteng. Suara berisik itu
memekakkan telinga.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tiat Mo Lek sudah lantas mengenali si orang tua muka


merah, ialah Tie Swie yang menjadi tangan kanannya Ong Pek
Thong. Sipendeta dan siimam, atau toosu tidak ia kenal. Tentu
sekali, ia menduga mereka itulah orang – orangnya Ong Pek
Thong Disaat itu, ia kuatir sekali sudah ada penjahat lainnya
diatas lauwteng. Tidak bersangsi pula, ia berlompatan „lt Ho
Ciang Thian,” atau ,Seekor burung jenjang menyerbu langit.”
Selain menjejak jubin, ia juga menekan loneng, maka bagaikan
jem-paring tubunnya melesat naik keatas lauwteng.
Dimuka pintu tangga lauwteng itu ada sejumlah siewie,
mereka menyangka kepada musuh, mereka menyambar kekaki
sianak muda. Mo Lek tidak pedulikan mereka, dengan
pedangnya ia menangkis, membabat setap senjata mereka itu
Ia naik terus. Ia pun main menendang membikin beberapa
siewie terbang senjatanya dan terpental tubuhnya.
Tiba diatas lauwteng, yang terhias indah, Mo Lek melihat
tiga orang lagi berkumpul menjadi satu. Orang yang Satu,
seorang tua, mengenakan jubah tersulam naga-nagaan, tangan
kirinya memegang sebuah kemala bundar yang Cahayanya
terang menyilaukan mata, dan tangan kanannya memegang
lengannya seorang wanita muda dari cantik. Orang yang ketiga
seorang nona. Terang mereka bertiga ketakutan sebab tubuh
mereka bagaikan menggigil, Cuma si nona nampak sedikit lebih
tenang. Ia menduga raja bersama Yo Kui Hui, hanya entah
siapa nona itu.
Di atas lauwteng juga ada sejumlah siwie, mereka sudah
mengurung raja bertiga. Mereka itu terkejut melihat munculnya
Tiat Mo Lek lantas mereka berseru-seru. Beberapa diantaranya
maju untuk menyerang.
„Tahan!” berseru Mo Lek. „Aku bukannya orang jahat! Aku
datang buat melindungi Seri Baginda!”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Justeru tengah kekacauan berlangsung diantara mereka


terdengar suara tertawa yang tajam, yang sangat menusuk
telinga. Itulah tertawanya Ceng Ceng Jie yang terus berkata
nyaring, ”Raja tua bangka kau sudah mencicipi kesenangan
beberapa puluh tahun kau harus merasa cukup! Maka itu pada
takhtamu mesti ditukar satu orang untuk menundukinya!’”
Berbareng dengan suara itu„ bekelebat juga bayangan
Orangnya, menyambar kearah raja. Terus terdengar dua kali
suara senjata beradu, terus dua orang siewie terguling roboh
berbareng dengan jeritannya. Bayangan itu menyambar terus
pedang pendeknya berkilau kebiru-biruan, meluncur kedada
raja.
Mo Lek kaget bukan main Ia terhalang beberapa siwie, tidak
dapat ia menghadang penyerang itu, ialah Ceng Ceng Jie.
Saking kaget dan menyesal, ia memperdengarkan keluhannya.
Akan tetapi Kaisar Hian Cong belum saatnya mesti wafat
secara hebat dan kecewa selagi jiwanya terancam itu, disitu
terdengar bentakan halus tetapi tajam menyusul mana
sebatang pedang bergerak, memukul baliK pedangnya Ceng
Ceng Jie!
Itulah gerakan sinona yans berada didamping raja. Dialah
Tiang Los Kongcu, puteri bungsu dari kaisar.
Selama tahun Thian-po Hian Ceng pernah mengundang ahli
pedang wanita yang bernama Kong-sun Tay Nio datang
keistana untuk mengajari ilmu pedang kepada para dayang.
Permainan pedang ahli itu kesohor dan telah telah
menggemparkan kotaraja.
Raja mengundangnya untuk ia dapat menyaksikan
permainan pedang itu sebagai macam tarian belaka tidak
tahunya, ia memperoleh hasil yang diluar dugaan, yaitu
putrinya itu berjodoh dengan siguru silat, Tiang Lok bukan
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

melainkan dapat tariannya saja tetapi juga sarinya ilmu pedang.


Kaisar ketahui itu, ia menjadi sangat menyayangi puterinya,
karena mana biasa ia meminta si puteri senantiasa
memandanginya.
Pedangnya Tiang Lok pedang Tam Louw Kiam cari istana,
sebuah pedang mustika, maka, maka padang itu lebih menang
daripada pedang mustikanya Ceng Ceng Jie dengan
benterokannya kedua pedang, pedang sipenyerang kena bikin
rusak sedikit ujungnya Ceng Ceng Jie menjadi kaget. Tapi
dialah ahli pedang, dia bisa melihat ilmu pedang sinona belum
mahir, tenaga-nyapun kurang, dari itu, hanya melengak
sedetik, kembali dia menyerang, sembari nyerang itu, dia
tertawa dan kata: “Anak manis, kau serahkan pedangmu
padaku! Nanti aku angkat kau menjadi muridku!”
Ujung pedang Ceng Ceng Jie menikam lengan siputri. Atas
itu, Tiang Lok menggeser tangannya untuk menangkis. Ceng
Ceng Jie tapinya sudah menduga. Dia mengikuti tangkisan,
membuat nona bangsawan itu sedikit condong, lalu ketika ini
dipakai buat dia mengulur tangan kirinya, guna menangkap
pedang, untuk dirampas!
Berbareng dengan serangan Ceng Ceng Jie kepada putri
Tiang Lok, dibelakangnya kaisar ada seorang siewie yang
berseru sangat nyaring: ”Raja linglung, apakah kau masih
mengharap hidup lebih lama pula?” Seruan itu dibarengi
dengan geraknya sebatang gaetan berkepala macan, yang
diarahkan kepunggung raja dibetulan jantungnya!
Siewie itu bukan lain daripada Lengho Tat yang
berkedudukan sebagai Liong tie Cian Gu, yang sudah
berbongkol dengan An Lok San Selama Cian Ceng Jie belum
datang, dia tidak berani bergerak, untuk turun tangan Barulah
sekarang dia nimbrung sebab dia percaya betul Ceng Ceng Jie
tidak bakal ada lawannya. Dia menyerang dengan gaetan Houw
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tauw Kauw. Dia percaya bahwa dia bakal berhasil. Tidak


tahunya, sebelum gaetannya mengenai sasarannya, ada satu
tenaga yang kuat yang membenturnya, berbareng dengan
mana telinganya mendengar bentakan laksana guntur:
“Jahanam, apakah kau kenali aku?”
Itulah Mo Lek, yang berhasil melewati para siewie, hingga ia
datang pada saatnya yang tepat menyelamatkan raja. Pula
hebat sekali tangkisannya, ia membuat Lengho terpental
mundur dan jatuh terjungkal mirip bola daging, membentur
roboh beberapa siewie. Habis itu, tanpa menghiraukan si
jahanam, Mo Lak berlompat terus, untuk sembari membentak
menyerang Ceng Ceng Jie.
Tangannyu Ceng Ceng Jie hampir menyentuh lengannya
Tiang Lok ketika ia merasai angin menyamber serta mendengar
bentakan nyaring itu ia terkejut, ia lantas saja menerka
Didampingnya raja tua ini ada orang begini gagah ! Adakah dia
Cin Siang? Ia menerka tanpa menoleh dahulu. Ketika tadi ia
mulai menyerbu, ia tak menghhiraukan para siewie, yang sudah
bertempur dengan orang orang pihaknya Ia telah memikir, asal
raja dapat tercekuk, pertempuran akan berhenti sendirinya. Ia
tidak menyangka sama sekali sesudah ia dirintangi puteri Tiang
Lok sekarang ada lain lagi penghadangnya, bahkan
penghadang ini Tiat Mo Lek, musuh lamanya
Tiang Lok KongCu mau melindungi ayahnya, tetapi ia tidak
berhasil, bahkan ujung bajunya kena terobek pedang musuh,
sampai tubuhnya tertolak berputar, dan limbung, hampir ia
roboh kedalam rangkulannya Mo Lek yang tengah berlompat
maju itu. Mo Lek dapat menahan diri, untuk membatalkan
serangannya lebih jauh, sedang dengan tangan kirinya, ia
mencegah robohnya situan putri. Hanya sekarang Ceng Ceng
Jie mendapat kesempatan buat menyerang pula. Dia tidak takut
malah se baliknya, dia tertawa. Dia rupanya merasa pasti bakal
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berhasil dengan usahanya. Dia tidak memandang mata kepada


si anak muda.
Tiang Lok Kongcu memperbaiki diri ia menyerang pula Mo
Lek turut menyerang berbareng.
Ceng Ceng Jie berkelit menyelamatkan diri. Dia sekarang
melihat tegas kepada si-anak muda, dari heran, dia menjadi
sangat gusar hingga dia berteriak: “Kiranya kau, bocah!
Kembali kau merusak usaha tuan besarmu! Bangsat cilik, kau
mempunyai jasa apa ktu diberikan upah macam apa maka kau
mau jual jiwa untuk raja tua bangka?”
Ketika itu Tiang Lok Kongcu juga mendapat kesempatan
akan menoleh kepada Mo Lek, hingga ia mendapatkan seorang
muda yang beroman tampan dan gagah. Ia menjadi jengah
sendirinya hingga mukanya bersemu merah dadu. Tapi tak
sempat ia membuka mulut, buat menanya. Ceng Ceng Jie
sudah menyerang lagi, maka bersama Mo-Lek, ia bertahan
guna melindungi ayahnya.
Barulah itu waktu. Tie Swie bersama sipendeta dan imam
berhasil naik ke loteng. Lengho Tat juga merayap bangun tak
peduli sebuah tulang iganya telah patah akibat robohnya itu, ia
lantas berseru nyaring:
”Takdir-kerajaan Tong sudah tiba. Sebagai gantinya, telah
tiba pula seorang raja yang baru yang arif bijaknana! Hayo
kamu semua, kamu yang sadar akan waktu, kamu datang
kepada pihak kami! Buat apa berlaku tolol melindungi terus
pada raja yang bangpak?”
Diantara para siewie itu ada mereka yang nyalinya kecil.
Mereka menjadi jeri melihat orang jahat mendapat tambahan
konco, hingga mereka mau menyangka mungkin telah datang
terlebih banyak musuh Karena ini, diam diam mereka pada
mengangkat kaki
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ceng Ceng Jie dan Lengho Tat senang melihat


kesudahannya itu, sebaliknya Mo-Lek menjadi berkuatir, maka
ia lantas berseru keras: ”Para siewie, jangan takut! Oet tie
Ciangkun bakal segera tiba disini ! Jangan kuatir, yang datang
cuma ini beberapa bangsat kecil!”
Ceng Ceng Jie bernyali besar. Dia tertawa lebar
“Nanti aku kasi lihat lebih dahulu pada kau, bangsat kecil,
tentang kelihayanku, dia membentak. Lantas dia menyerang,
bahkan berulang ulang. Dia menikam dengan mencari tubuh
dijalandarah!
Mau atau tidak, Mo Lek terdesak mundur ia mesti selalu
membela diri.
Ceng Ceng Jie lihay dan licin, habis mendesak itu, mendadak
dia lompat mundur akan tertawa terbahak dan berkata:
”Bangsat cilik, tidak ada tempo untuk bergurau dengan kau!
Poo Ciang Siancu, aku serahkan bangsat cilik ini padamu!”
Mo Lek kaget sekali. Ia tahu orang hendak mundur untuk
membunuh raja Tentu saja, ia lompat maju, guna mengejar,
buat merintangi Justru ia maju justru dipegat oleh si pendeta
yang bernama Poo Ciang itu Dialah seerang pendeta bangsa
asing, bangsa Ouw Ia lantas menyerang. Sipendeta menangkis
dengan golok Kaytoo hingga kedua senjata beradu keras.
Sipendeta terhuyung, sedangkan Mo Lek merasa tangannya
sesemutan. Teranglah, pendeta itu kurang lihay ilmu ringan
tubuhnya tetapi kuat tenaga dalamnya, bahkan lebih tangguh
daripada Ceng Ceng Jie. Dengan Mo Lek, ia seimbang. Tentu
sekali, pemuda ini menjadi bingung. Ia dirintangi sipendeta
Disana terdengar suara tertawanya Ceng Ceng Jie. Dia sudah
maju pula. Dia membikin mundur atau terpelanting setiap
siewie yang dihadapannya, pedangnya dia dikibaskan berulang-
ulang. Didalam tempo yang pendek, dia sudah merobohkan
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tujuh siewie hingga dia datang dekat pula kepada raja yang dia
terus serang.
Tiang Lok Kongcu berkelahi mati matian membelai ayahnya
Syukur dia dibantu beberapa siewie yang setia, dengan begitu,
buat sementara dapat menghalang halangi musuh yang lihay ini
Biarnya begitu, bahaya maut terus mengancam raja.
Selagi suasana sangat genting itu, diantara mereka
terdengar tertawa yang nyaring dan empuk, yang disusul
dengan ini pertanyaan yang berada manis: ”Paman, apakah kau
sudah berhasil Yang mana siraja tua?
Itulah suaranya Ong Yang Ie, Ceng Ceng Jie sudah lantas
menjawab “Nona Ong, mari kau bereskan budak wanita ini!
Yang lain lainnya nanti aku sendiri yang membereskannya!”
“Baik, baik!” sahut Yan Ie tertawa.” Hanya, paman, kau
dahar sendiri yang lezat. itulah tak adil!”
Dengan kata-katanya ini, Yan Ie menyatakan bahwa ia juga
ingin membunuh raja tidak cuma si puteri.
Mo Lek kaget dan gusar.
„Yan Ie, apakah kau sudah sakit gila?” dia menegur. Nona
Ong tidak mengambil mumat, dia maju kepada raja.
Ceng Ceng Jie tertawa-tawa pula.
“Baiklah!’ katanya. ‘Baik, aku serahkan jasa ini padamu!’
Berkata begitu, sutenya Khong Khong Jie menghampirkan
Tiang Lok Kongcu. Dengan begitu dia jadi berada dekat dengan
Ong Yan Ie. Mimpipun Ceng Ceng Jie tidak menyangka sang
keponakan akan menikamnya, maka itu, ia kaget bukan main,
herannya tak terkira. Walaupun dia lihay ilmu ringan tubuhnya,
sukar untuk menolong diri. Maka ia lantas terhuyung dan darah
muncrat dari punggungnya itu. Dasar dia lihay, dia cepat
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mendapatkan ketabahan, dengan membalik sebelah tangannya,


dia menotok diri, guna menutup jalan darah-nya, hingga darah
tidak mengalir terlebih jauh. Seorang siewie maju kepadanya,
untuk terus menikam, tetapi dia menyambutnya dengan
tendangan sampai orang terdupak mental balik !
Bukan main gusarnya adiknya Khong Kbong Jie ini.
„Bagus, bagus perbuatanmu!” bentaknya pada Yan le.
“Bagaimana berani kau turun tangan jahat atas diriku? Oh
penghianat!”
Yan Ie tidak gusar sebaliknya tertawa.
”Paman, siapa suruh kau menghina suhengku?” katanya
“Aku membalaskan sakit Hatinya suhengku itu!”
Memang juga. belum lama Ceng Ceng-Jie habis bertemu
dengan Goan Siu, ia lantas bertemu dengan Yan Ie. Ia
mendongkol terhadap Goan Siu, maka ia beritahukan sinona
sepak terjang anaknya Tian Toa Nio itu yang katanya sudah
membantui Tiat Mo Lek menyetrukannya. Setelah itu, ia
menuturkan rencananya guna menyerbu kekota raja, buat
membunuh raja.
Yan Ie tertawa mendengar keterangan paman ini.
“Suheng tidak mau membunuh kau paman baiklah, aku yang
nanti bantu padamu!” kata ia. ”Memang suhengku itu tidak
tahu urusan kita, tak usah dipedulikan, nanti saja didepan
guruku, akan aku adukan dia!”
Ong Yan Ie menjadi puterinya Ong Pek Thong. Sedangkan
rencananya Ceng Ceng Jie untuk membunuh raja adalah
rencana yang telah dibicarakan matang dengan An Lok San
beserta ayahnya sinona. Karenanya Ceng Ceng Jie percaya
nona ini. Bahkan ia tertawa dan kata; “Kau bukannya
membantu aku, kau hanya membantu ayahmu sendiri!’
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Demikian, Ceng Ceng Jie mengajak selain kawan-kawannya


juga Yan Ie menyelundup masuk kedalam istana raja, untuk
malam ini mulai dengan penyerbuannya, tetapi sekarang
ternyata. Nona Ong bukan menjadi pembantunya yang penting
dia justeru menjadi penghadang dan lawan Ia heran
mendengar perkataan sinona sampai ia mengawasi dengan
menjublak.
„Kiranya begitu!” katanya. “Hm! Hna! Budak bau. buat guna
suhengmu, kau sampai tidak menghendaki lagi ayahmu!”
”Tentang itu,tak usan kau campurtahu!’ bentak Yan Ie. “Kau
mau pergi atau, lihat pedangku!” Berkata begitu, ia lantas
menyerang!
Tie Sw!e melihat kawan bentrok kawan, dia menjadi
bingung.
”Nona! Nona! Jangan!”‘ teriaknya ”Jikalau kau ada bicara,
nanti saja kita runcingkan! Sekarang ini urusan penting harus
didahulukan!” Dia lantas saja menghampirkan sinona. Dia
menjadi sahabat Ong Pek Thong, biasanya dia menyayangi Yan
ie. Diapun paham ’Kim Na Ciu.” Ilmu menangkap tangan, maka
itu dia berani mengandalkan derajatnya sebagai paman, dia
mencoba merampas pedangnya sinona.
Yan Ie sebaliknya menggunai alasan belaka. Ia tidak berani
melawan paman ini, maka ia menyerang Ceng Ceng Jie. Tapi
Ceng Ceng Jie menjadi gusar sekali. Dia lantas menyerang,
sampai dia mengenai pundak sinona, hingga pundak itu terluka
tiga dim panjangnya. Syukur buat Yan Ie, Ceng Ceng Jie lagi
menutup darahnya, dia tidak dapat menggunai tenaga
sekuatnya kalau tidak tulang pipanya bisa tertikam.
Tie Swie menjadi serba salah melihar sinona terluka itu,
darahnya mengucur keluar. Ia batal menangkap lengannya
nona itu. Dalam bingungnya, ia membanting-banting kaki dan
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berkata nyaring Aku minta kalian suka memandang padaku


jangan kamu saling bunuh Sesama kawan sendiri.
Ketika itu Yan Ie berkelit dari satu tusukan pedang Susulan
dari Ceng Ceng Jie la lantas berkata keras pada orang she Tie
itu, “Kapan kamu lagi bicara tentang usaha besar ! Usaha besar
apakah itu ? Kamu justeru lagi menerbitkan bencana besar
untuk keluargaku Berbareng kamu jagalah hendak membikin
musna dari kamu sendiri ! Apakah kamu tidak pernah pikir
bahwa, An Lok San sibabi asing terokmok mana dapat dia
menjadi raja ?”
Mendengar itu Ceng Ceng Jie gusar bukan kepalang.
”Dengarlah” teriaknya, ”lnilah baru kata katanya yang
sebenar-benarnya Maka itu meski aku bakal disesalkan atau
ditegur Yian Toa Nio mesti aka bunuh budak perempuan
celaka, ini Usaha benar kita paling berharga, dari itu jangan kau
mencegah aku lagi.”
Tie Swie menjadi habis daya, Dia menghela napas.
„Nona Yan kau mencari sesusahmu sendiri” katanya masgul
”Aku tidak berdaya untuk melindungi lagi padamu !” Karena ia
tidak sanggup menyaksikan kedua kawan itu saling bunuh, ia
lantas memutar tubuh, buat pergi menyerang raja.
Orang she Tie ini menyangka bahwa Yan ke bukan lawannya
Ceng Ceng Jie ia tidak ingat bahwa lukanya adik
seperguruannya Khong Shong Jie itu jauh terlebih parah
daripada lukanya si nona karena mana didalam keadaannya
masing-masing itu mereka menjadi berimbang.
Dengan tenaganya pihak penyerbu menjadi terbagi itu
terutama mereka dirugikan terlukanya Ceng Ceng Jie yang
termasuk sebagai pemimpin, suasana pertempuran lantas
berubah menjadi sedikit beda. Cuma Kaisar Hian Cong masih

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

terus terancam bahaya. Inilah sebab majunya Tie Swie Dengan


menggunai Kim Na Ciu pemberontak ini maju terus mendekati.
Dengan beruntun dan mudahnya dia dapat membikin roboh
beberapa siewie yang menghadangnya.
Disana pertempuran diantara si pendeta asing dengan Mo
Lek berjalan dahsyat sekali, karena itu, mereka berdua sama-
sama tidak dapat memisahkan diri. Sia-sia Mo Lek mencoba
merobohkan, atau meninggalkan lawan itu, supaya ia bisa
melindungi raja.
Sementara itu si imam, yang menjadi Orang undangannya
Ceng Ceng Jie, liehay sekali. Dia bersenjata pedang, dengan
ilmu silat „Loan Pie Hong” atau „Angin Mengacau,” dia
perlihatkan keliehayannya. Sejumlah siewie telah terbinasa atau
terluka, hiigga sisanya menjadi terdesak, nampak tak dapat
mereka bertahan terlebih lama pula.
Di saat suasana sangat mengancam itu maka dengan tiba-
tiba saja terdengar satu seruan bagaikan guntur : „Kawanan
tikus bagaimana kamu berani datang kemari untuk melakukan
pembunuhan ?”
Itulah Oet-tie Pak, yang baru saja karena tadi tak dapat dia
menyusul Mo Lek. Dia naik ke atas lauwteng sambil
berlompatan diundakan tangga. Begitu tiba di atas, dia melihat
justru Tie Swie lagi menghampirkan junjungannya. Tidak ayal
lagi, dia lompat memburu, setelah datang dekat dia menyerang
dengan dua-dua tangannya dibarengi dengan satu tendangan !
Dia juga berseru pula : „Bangsat tua, kau lihatlah Kim Na Ciu
ku!”
Kim Na Ciu dari Oet-tie Pak menjadi pelajaran turunan dari
Oet-tie Kiong, yang dengan tangan kosong pernah merampas
tombaknya Sian Kiong San dari benteng Wa Kong Ce. Dia
pandai, juga dia bertenaga besar sekali, maka itu, walaupun Tie

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Swie pandai Kim Na Ciu yang terdiri dari tujuh puluh dua jurus,
akan tetapi dipadu dengan panglima ini, ia kalah unggul.
Demikian ia tidak berdaya ketika ia diserang secara mendadak
itu. Toh sebagai jago, ia berbahan sebisa-bisa.
Keduanya lantas saling jambak. Oet-tie Pak dapat
memegang kedua tangannya lawan, itu artinya lawan telah
kena dibikin mati jalan, maka itu mereka kakinya bekerja, untuk
menyerang. Dengan menendang ia mendahului lawan. Tie Swie
menjadi bingung, Dia bertahan dengan memasang kuda-kuda,
tak tahunya, lawan tak menghiraukannya. Begitulah dia kena
terdupak, hingga dia roboh !
“Haha-haha!” tertawa Oet-tie Pak, yang-lompat menyusul,
guna mencekuk lawannya untuk menghabiskan jiwa orang.
Atau, mendadak tertengar suara nyaring.
„Oet-tie Ciangkuii, tolong ampuni dia!” demikian satu jeritan
nyaring dari seorang wanita, ialah Nona Ong Yan Ie, yang telah
menyaksikan jiwa pamannya terancam bahaya maut itu.
Oet-tie Pak sudah lantas menoleh ke arah orang yang
menteriakinya itu. Yan le lagi menempur Ceng Ceng Jie. Ia
lantas mengenali orang, yang mempunyai roman sebagai orang
hutan itu. Memang tentang Ceng Ceng Jie, ia pernah
mendengar orang membicarakannya. Ia hanya heran atas
teriakan si nona, yang ia tidak kenal,
„Eh, siapakah nona ini ?” ia tanya diri nya sendiri.
Sebenarnya ia sudah memutar tubuhnya Tie Swie, untuk
dilemparkan, tetapi sekarang ia menunda, Mo Lek dengar
suaranya kawan itu.
„Dialah sahabatku i” ia menjawab. Didalam keadaan seperti
itu, anak muda ini terpaksa mengakui Yan Ie sebagai
kawannya. Telah terbukti Yan le berada dipihak nya. sebab si
nona berani menentang bahaya melawan Ceng Ceng Jie.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Pergilah kau !” seru Cet-tie Pak, yang terus melemparkan


Tie Swie kebawah lauwteng, karena mana Yan Ie segera
mendapat dengar teriakan „Aduh’ dari pamannya itu. Ia lega
sedikit. Mungkin luka si paman berat tetapi itu belum berarti
jiwanya terbang melayang. Ia tahu, dengan begitu Oet-tie Pak
telah meluluskan permintaan ampunnya untuk pamannya itu,
Segera setelah melemparkan tubuh lawan, Oet-tie Pak lari
kearah Ceng Ceng Jie.
Adiknya Khong Khong Jie memutar pedang pendeknya. Dia
meninggalkan Ong Yan Ie, untuk menyambut ini jenderal. Dia
lantas menyerang berulang-ulang, mencari jalan darah yang
merupakan otot nadi.
Dengan berani Oet-tie Pak melayani musuh liehay ini dengan
tangan kosongnya Karena lukanja, tenaganya Ceng Ceng Jie
menjadi berkurang banyak, kepandaiannya menjadi seperti
tidak berarti. Tak pernah dia berhasil dengan pelbagai
tikamannya. Bahkan satu kali, dia mesti merasakan ton-
jokannya lawan. Syukur untuknya, dia masih dapat berkelit,
hingga terkenanya tidak jitu hingga dia tidak sampai lotoh.
„Bagus!” Oet-tie Pak memuji musuhnya. Ia hendak
membekuk lawannya hidup-hidup ia tidak menyangka bahwa
usahanya gagal. Karenanya ia menjadi kagum. Ia kata dalam
hati „Benar nama Ceng Ceng Jie bukan nama kosong belaka...”
Oet-tie Pak tidak tahu bahwa tenaga orang telah berkurang.
Kalau Ceng Ceng Jie belum terluka, walaupun ia sulit untuk
merebut kemenangan, tidak mudah untuk dia itu kena terhajar,
„Bagus, Ceng Ceng Jie” ia berseru, “Kau sambut lagi satu
tanganku’
Ceng Ceng Jie kaget, dengan lekas ia berbelit dengan
tindakan “Poan Liong Jiauw Pon.” Ia mesti berkelit beruntun

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tiga kali. Hal ini membuatnya mendapat tempo, Karena segera


datanglah si imam, yang sudah lantas membantu ia menempur
musuhnya yang tangguh ini. Imam itu menggunai ilmu
pedangnya.
Serangan Oet-tie Pak menjadi terhalang.
Pertempuran seumumnya berjalan kacau tetapi suasana
sekarang sudah berubah, Pihak siewie menjadi mendapat
keuntungan Justru begitu kembali terdengar tindakan nyaring
ditangga lauwteng disusul dengan seruan sejumlah siewie “Cin
Ciangkun datang!-’
Itulah berarti munculnya Cin Siang, siapa sudah lantas
menyapu dengan sinar matanya ke empat penjuru, la terutama
melihat sipendeta asing tengah berkelahi dengan seruh.
”Saudara Tiat!” berkata panglima ini tertawa: „baik kau
serahkan sikeledai gundul padaku! Dan ia berkata sambil
bekerja decgan senjatanya, ia mengemplang ke arah kepala si
pendeta.
Dengan mengandalkan tenaga dalamnya pendeta itu
menjadi berani. Ia menangkis dengan keras dengan tipu silat
„Heng Hee Kim Liang’ atau. „Melintang penglari emas” Tak tahu
ia yang Cin Siang menjadi orang kosen nomor satu didalam
istana yang tenaganya lebih kuat tiga lipat daripada Cet tie Pak
sedangkan senjatanya ruyung Kim gan, beratnya enam puluh
empat kati, hingga turunnya bagaikan gunung Tay San me-
nimpa-menindih.
Bentrokan Kim-gan dengan golok Kay-to terdengar nyaring,
sampai ujung golok sedikit melengkung. Sedangkan begitu, Kim
gan kiri dari Cin Siang menyamber menyusuli yang kanan.
Tidak ada tempo untuk si pendeta berkelit, terpaksa ia
menangkis pula. Ia menangkis dengan belakang golok sebab
tak keburu untuknya memutar tangannya .
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kembali satu bentrokan. Kali ini, di samping nyaringnya


suara kimgar dan kay-to, terdengar juga jeritan si pendeta,
yang merasa sakit sekali pada telapakan tangannya, yang telah
patah !
Cin Siang tertawa.
„Nah, kau sambut lagi senjataku” serunya. „Jikalau kau
sanggup, akan ku beri ampun padamu supaja kau tidak
mampus!
Benar-benar, hajaran yang tiga kali sudah meluncur, akan
tetapi, sebelum kim-gan mengenai sasarannya, si pendeta
sudah terhuyung dua kali, terus dia roboh terguling, darah
hidup menyembur dari mulutnya Itulah sebab ia tidak sanggup
bertahan dari dua hajaran yang menggempur anggauta-
anggauta dalam tubuhnya hingga rusaklah anggauta-anggauta
dalam itu dan tenaganya habis. Memang jarang orang dapat
bertahan sampai tiga kemplangan panglima she Cin itu.
Berbareng dengan itu, dilain rombongan, Oet-tie Pak telah
berhasil merampas pedangnya si imam, yang ia terus lawan de
ngan tangan kosong, hingga ia membikin imam itu kaget sekali
dan ketakutan, maka dia lompat menabrak ke jendela, hingga
daun jendela terbuka, dan tubuhnya dapat lompat turun.
Menyaksikan demikian, Oet-tie Pak berseru : „Hai, imam, kau
masih memikir buat kabur ? Lihatlah !” menyusul itu, ia
menimpuk dengan pedang rampasannya
„Aduh !” berteriak si imam, yang tubuhnya terus roboh
terkulai. Tepat sekali pedang nancap dipunggungnya sebelum
dia sempat menginjak lantai untuk kabur. Maka dengan
rubuhnya rebah dilantai, pergilah arwahnya kelain dunia . . .
„Hahaha !” Oet-tie Pak tertawa terbahak. „Ceng Ceng Jie,
sekarang tiba giliranmu ! ‘

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ceng Ceng Jie kaget, tetapi dia gusar. Dan dia


menumpahkan kemarahannya itu terhadap Ong Yan Ie, dia
berseru : „Siluman perempuan ! Aku akan mati menjadi setan,
tidak akan aku ampuni kau” dia lantas menyerang hebat si
nona sampai Yan Ie terdesak mundur,
Mo Lek melihat si nona terancam bahaya, hendak ia
membantui, akan tetapi, sebelum ia sempat maju mendadak ia
mendapathan Ceng Ceng Jie memutar pedang mustikanya itu,
bukan dipakai menyerang kepada Yan le, hanya ditikamkan
pada dadanya sendiri ! Inilah sebab, sebagai seorang laki-laki
yang tabiatnya keras, Ceng Jie tak mau tertawan atau terbinasa
ditangan musuh lebih suka ia mengorbankan diri, dari pada
terhina. Hanya ketika ia menikam diri, ia masih ragu-ragu,
hingga pedangnya tak meluncur cepat.
Juseteru itu dari kejauhan terdengar satu seruan yang
nyaring. Ceng Ceng Jie dengar itu, mendadak ia mendapat
harapan, lantas dia berseru menyambut seruah itu : „Suheng
lekas ! Tolongi aku l
Mo Lek terkejut, ia berseru : “ltulah Khong Khong Jie !”
Khong Khong Jie datang cepat, sedangkan seruannya
terdengar pula. kali ini sampai mendengung-dengung di telinga
orang.
Cin Siang dan Oet-tie Pak mengarti ancaman bahaya, tak
sempat mereka menghadapi terus pada Ceng Ccig Jie, dengan
lantas mereka lari kepada raja untuk melindunginya. Akan
tetapi yang belakangan ini kena dirintangi musuh.
Sambil berseru nyaring Oetie Pak menyerang musuh dengan
satu jambretan Ia menggunai tipu silat “Hun Kii Ciu” atau
„Membagi otot, memecah tulang.”
Khong Khong Jie tertawa.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Oet-tie Ciangkun. selamat bertemu ?’ katanya, sedang


tubuhnya berkelebat.
Oet-tie Pak menjambak sasaran kosong Tubuh lawan lenyap
bagaikan bayangan ! Tentu sekali, ia menjadi terkejut.
Tetapi itu masih belum semua. Segera tertampak bayangan
Khong Khong Jie berkelebatan disekitar raja dan Yo Kui Rui, Dia
seperti juga tercipta menjadi banyak Khong Khong Jie, hingga
mata orang menjadi kabur.
Cin Siang siap dengan senjatanya, ia tidak berani sembarang
menyerang, ia melainkan memasang mata. Para siewie pun
heran, hingga mereka semua mengawasi saja dengan
mendelong.
Khong Khong Jie berkelebatan terus. Segera terdengar
tertawanya yang keras dan kata-katanya ini : „Cin Ciangkun !
Oet-tie Ciangkun ! sekalian tuan-tuan ! Maafkan aku yang telah
membuat kamu terkejut ! Aku menyesal sekali ! Tapi aku telah
datang ke istana, tidak dapat aku pulang dengan tangan
kosong, dari itu ingin aku mendapat suatu hadiah . !
Menyusuli kata-kata itu yang belum lagi sirap, sudah lantas
terdengar jeritannya Yo Kui Hui, lalu tampak tubuh Khong
Khong Jie melesat mundur, hingga di lain ’saat, dia melihat
berdiri disisinya Ceng Ceng Jie. sedang ditangannya berkilauan
sebuah mutiara yang besar serta jeriji manisnya menjepit
sebatang tusuk kundai !
„Aku tidak tamak !” kata jago itu sambil tertawa. ,Kamu
semua lihatlah biar tegas ! Aku cuma mengambil ini dua macam
barang !”
Khong Khong Jie menyamber tusuk kundai dirambutnya Kui
Hui serta mutiara dari kopiahnya Kaisar Tong Tian Cong.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Semua orang menjadi heran dan kagum berbareng dengan


itu, hati mereka, pun lega. Ternyata junjungan mereka tidak
kurang suatu apa. Mereka semua berdiam sambil mengawasi.
Tak mau mereka sembarang membuka mulut.
„Suheng !” berkata Ceng Ceng Jie yang baru membuka
mulut pula: „Kenapa suheng tidak ambil jiwanya si kaisar lalim”
Matanya Khong Khong Jie mendadak bengis. Lalu, “Plak!”
terdengarlah satu suara karena ia mengayun sebelah
tangannya dengan apa ia menggaplok sute itu. Terus ia
mendamprat : „Anak celaka ! Kita toh penjahat budiman, yang
tahu aturan ! Mana dapat kita dijadikan anjingnya lain orang
dan diperintah-perintah untuk menggigit orang.? Lebih-lebih An
Lok San si babi asing terokmok itu, aku paling tak melihat
matanya padanya ! Apakah kau tidak merasa dirimu terhina ?
Aku malu untukmu ! Jikalau kau bukan sudah terluka, tentu aku
hajar kau terlebih keras ! Hayo pulang ke gunung, aku hukum
kau duduk menumprah tiga tahun menghadapi tembok ! ”
Berkata, suheng ini menjambret tubuh suteenya, buat
diangkat untuk terus dibawa pergi sebagai juga adik
seperguruan itu seekor ayam.
Ceng Ceng Jie bungkam tak berani ia bersuara atau berkutik.
Khong Khong Jie tidak lantas pergi dia menoleh kepada Tiat
Mo Lek dan tertawa manis, katanya „Saudara Tiat, Jikalau kau
bertemu dengan Toan Tayhiap, tolong kau sampaikan padanya
bahwa puteranya tidak kurang suatu apa, agar dia melegakan
hatinya!’
Mo Lek heran. Hendak ia minta keterangan. Akan tetapi ia
tidak memperoleh kesempatan. Dengan membawa adik
seperguruannya itu thong Khong Jie sudah lantas lompat
melewati jendela hingga didalam sekejap dia sudah lenyap,
cuma terdengar tertawanya yang nyaring dan kata-katanya ini
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Para ciangkun, maaf tak dapat aku menemani kamu lama


lama!”"
Dibawah lauwteng ada berkumpul banyak siewie, mereka
bersiap-siap untuk memanah melihat mana, Cin Siang berseru:
„Jangan bergerak! seri Baginda tidak kurang suatu apa, semua
penjahat sudah terbinasakan! ‘
Tapi panglima ini mendapat sambutan nyaring: ”Di sini masih
ada satu penghianat yang lolos! Hm, Lengho Tat! Kaulah
manusia dengan hati binatang! Bagaimana berani kau
menghina junjunganmu! Kau tak dapat ampun!”
Memang melihai gelagat buruk Lengho Tat menyingkirkan
diri apa belaka, sampai di pintu lauwteng dia bersomplokan
dengan Oebun Thong, yang sambil berseru itu menekuk
padanya.
Bukan main kagetnya pengkhianat ini, Oebun Thong toh
konconya.
”Oe-bun Ciangkun!’ serunya mukanya pucat. ”Kau . . . kau..”
Oe-bu Thong tidak memberikan ketika orang lebih banyak, ia
membabat dengan goloknya, merampas jiwa sekongkolnya itu.
Oet tie Pak terkejut hingga ia berseru; “Hai, kau lebih
sembrono dari pada! Aku Kenapa kau tidak mau meninggalkan
satu mulut yang hidup?”
,Dia!ah orang sebawahku!” sahut Oebun Thong. “Kenapa dia
berani berkhianat? Tak dapat aku menahan hawa amarahku,
hingga aku lupa membiarkan dia hidup, supaya pengakuannya
bisa di korek dari mulutnya.”
Berkata begitu. Oe-bun Thong menyusut bersih goloknya
yang berlepotan darah, terus ia naik kelauwteng, untuk segera
berlutut didepan raja buat memberi hormat sam bil mengaku
salah dan memohon ampun. Kata ia: „Oe-bun Thong terlambat
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

melindungi Seri Eaginda dan juga penilikanku kurang keras,


sampai ada sebawahanku yang berkhianat, hingga Seri Baginda
mendapat kaget. Biarlah hamba dihukum turun pangkat! ‘
Kaisar Hian Cong berkata, ,’Kamulah menteri-menteri yang
setia! Entah berapa banyak sudah menteriku yang tadinya setia
yang menakluk kepada pemberontak dari itu Lengho Tat tidak
berarti seberapa. Oe-bun CiangKun jangan kau berkecil hati.”
Raja ini gemar arak dan kemaruk paras elok tetapi ia belum
menjadi demikian dogol, hingga disaat seperti ini . . . saat
perlunya tenaga-tenaga setia . . . tahulah ia bahwa tidak dapat
ia bicara sembarangan saja
Oe-bun Thong mengucap terima kasih, lantas ia bangun
berdiri, untuk menempat kan diri disisi junjungannya itu.
Raja telah menetapkan hatinya, ia dapat membawa sikap
agung seperti biasa. Tidak demikian dengan Yo Kai Hui, yang
tubuhnya masih bergemeteran. Sampai sekian lama, baru dapat
ia mengatakan: „Aku bisa mati kaget! Aku bisa mati kaget’”
Raja memanggil seorang dayang untuk menemani selirnya
itu.
Kekasihku, persilahkan kau beristirahat, katanya dengan
sangat menyinta. ”Kita sudah selamat, kau boleh tidur. Besok
pagi kita berangkat.
Menurut keinginatnya, raja hendak mengantarkan sendiri
selirnya itu. tetapi ia ingat tugasnya sebagai raja. setelah
kekecauan itu perlu ia memuji orang-orangnya yang setia dan
berjasa, untuk merrberi anugerah atau hadiah kepada mereka
itu.
Menurut pertimbangan, Ong Yan Ie yang dianggap paling
berjasa. Raja dan semua sie wie melihat sendiri nona itu
melukai Ceng Ceng Jie. hingga suasana menjadi berudah dari
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berbahaya menjadi reda Yang nomor dua ialah Tiat Mo Lek,


yang paling dulu melindungi junjungan itu, dia telah menentang
Ceng Ceng Jie dan menolongi tuan puteri. Yang lainnya ialah
Oet tie Pak dan Cin Siang.
Yan le bersama Mo Lek menghadap raja, untuk memberi
hormat.
Cin Siang lantas mengajar kenal, katanya: “Pemuda gagah
ini ialah orang yang dipujikan Kwee Lu Gie.”
Raja mengangguk, la kata: ,kau setia dan gagah, kau harus
dipuji. Kami sudah mengangkat Kau menjadi San Lie Cian Gu
sekarang kau membangun jasa besar, akan kami tambah
pangkatmu. Kau tunggulah di samping, nanti kami berdamai
dahulu dengan Cin Ciangkun dan Oe-bun Ciargkun” Lantas raja
menanya Yan Ie. Nyonya itu berlutut sambil menyerukan tiga
kali: „Banswee!” , ‘Hiduplah Raja!
”Tak usah pakai adat peradatan!” kata raja. „Kau
bangunlah’”
Habis itu Yan Ie diperintah mengangkat mukanya
Melihat roman orang raja kagum.
.Sungguh cantik!” katanya didalam hati. , Dia mirip Cay Pin
disaat Cay Pin baru memasuki istana! ‘
Cay Pin itu salah seorang selirnya Hi-an Cong, yang cantik
dan manis sekali, karena dia menyukai bunga Bwee, dia diberi
nama Bwee Hui. Sebelum datangnya Yo Kui Hui dialah yang
paling dikasihi raja; maka dengan sendirinya dia dipandang Yo
Kui-Hui bagaikan paku didepan matanya. Setelah dicintainya,
Yo Kui-Hui melarang raja mendekati pula Selirnya itu, bahkan
untuk menyingkir ke See Siok ini dia dilarang di ajak bersama
tentu sekali, raja masih selalu ingat selirnya itu maka itu girang
ia melihat Yan Ie mirip dengan Cay Pin
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Encie, bagus ilmu pedangmu,” kata Tiang Lok Kongcu pada


Yan Ie. , Syukur ada kau”
“Terima kasih untuk pujian tongcu” kata Nona Ong.
“Kau sudah bertunangan atau belum?’ Tiang Lok tanya.
Mukanya Yan Ie menjadi merah secara tiba-tiba. Itulah
pertanyaan yang ia tidak Sangka, Tapi ia mesti menyahut,
maka ia menjawab bahwa ia masih merdeka.
Tiang Lok kongcu tertawa la kata pula “Kalau begitu, baiklah
kau menemani aku, Kau setuju bukan? . … Bu Hong, tolong
berikan dia suatu gelaran, supaya dia dapat menjadi pembesar
dayangku”
Adalah aturan dalam istana kerajaan Tong, selama seorang
puteri belum menikah untuk menjedi dayangnya, sidayang
harus seorang gadis yang masih merdeka. Mengenai Yan Ie
puteri ini juga ada maksud yang lainnya.
”Syukur kau menyukai dial” berkata raja, tertawa „Baiklah,
kami angkat dia menjadi Cu-pouw. Eh, apakah suka menemani
kongcu?”
”Terima kasih!” sahut Yan le Kata kata yang belakangan itu
ditujukan pada si nona. ”Hanyalah hamba berasal seorang
hutan, tak berani hamba menemani tuan puteri.”
Mendengar kata-kata „Orang hutan’ itu atau , cauw bong, –
raja terkejut Kata-kata itu berarti mirip seperti, Lok Lim atau
Rimba Hijau. Sebaliknya Tiang Lok kongcu belum tahu artinya
itu. Raja berpikir cepat, terus ia kata: ”Sekarang ini Pemerintah
Agung mengadakan aturan luar biasa Siapa pun yang berjasa,
dia tak akan ditanyakan asal usulnya. Jikalau tidak suka bekerja
di dalam istana, dapat kami berikan hadiah lain kepadamu.”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

”Habis berkata, ia berpikir. „Sayang sekali, dia begini cantik,


kenapa dia berasal dari keluarga penjahat?” Karena ini mesti ia
menyukai si nona, tak berani ia mencoba menahannya.
Yan Ie berkata: „Hamba tidak berani meminta terlalu
banyak, namba cuma memikir seri Baginda sudi
menghadiahkan serupa barang . . .”
„Kau bilanglah’ kata raja cepat „Kau minta batu permata
apa? Di dalam istana kami, semua ada tersedia !”
Yan le melirik dulu kepada Mo Lek. baru ia menjawab
„Hamba tidak menginginkan baran permata, hamba cuma
memikir . . .memikir mau meminta .”
Hati Mo Lek berdebar. Lirikan sinona berarti banyak. Ia
kuatir dirinya yang diminta . . ”
„Lekas bilang !’ Hian Cong mendesak „Asal yang kami dapat
sediakan, pasti kami akan berikan l’
„Kamba cuma ingin meminta Seri Baginda memberikan
sebuah Bian Su Kim Pay” kata Yan Ie akhirnya.
Raja terkejut saking heran. “Bian Su-Kim Pay berarti”lencana
kebebasan dari hukuman mati. maka ia lantas tanya. „Kau
mempunyai dosa besar apa saja maka kau menghendaki bian
su kim pay ?”
“Hamba meminta itu buat guna ayah hamba.”sahut Yan le.
„Siapa itu ayahmu?”
„Ayah hamba ialah Ong Pek Thong kepala ikatan kaum
Rimba Hijau di dalam lima propinsi Utara,” Yan Ie menyelaskan.
Raja kaget sekali.
“Kau anaknya Ong Pek Thong ?” tanya nya. „Bukankah
ayahmu membantu An Lok San berontak melawan pemerintah”.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

”Justru karena itu hamba mohon biansu kim pay.” sahut pula
Yan Ie.
Raja berdiam. Ia serba salah. Tapi ia tidak berpikir lama. la
Tanya, “Dapatkah kau membujuki ayahmu kembali buat meng
hamba kepada kami ? Dengan begitu, dia bukan saja bebas dan
hukuman mati, dia juga bakal kami angkat menjadi satu ciat-iu
ow -su.”
„Ayah hamba bertabiat keras mungkin Sukar untuk memberi
nasehat padanya,” kata Yan Ie, ”tetapi orang orang
sebawahannya sudah dilabrak berantakan oleh Lam Tayhiap,
maka sekarang dia terpaksa berlindung kepada orang lain,
sekarang dia sudah tak dapat menjadi ancaman bahaya lagi.”
„Siapa itu Lam Tayhiap ?”
“Dialah Lam Cee In yang menjadi Jiauw tie Ciang kun
dibawah perintahnya Kwee Cu Gie,’ Yan Ie menerangkan
‘Sekarang ini ayah hamba tidak lagi terlalu dihargakan An Lok
San cuma sulit untuk membujuki dia datang menakluk, sebab
biar bagaimana, dialah ketua ikatan Rimba Hijau, satu kali dia
menyerah kepada pemerintah, lantas dia melanggar aturan
atau pantangan besar kaumnya itu. Hamba berjanji akan
sebaiknya-baiknya nanti menasehati atau membujuki supaya
ayahku suka mencuci tangan uniuk dia menutup pintu
membungkus goloknya, agarnya dia tidak lagi hidup didalam
dunia Rimba Hijau.”
„Apakah itu artinya mencaci tangan di paso emas dan
menutup pinta membungkus golok?” raja tanya.
„Itulah kata kata rahasia didalam kalangan Rimba Hijau.”Mo
Lek mendahului si nona menjawab .’Arti singkatnya yaitu
selanjutnya dia tidak lagi bekerja sebagai orang jahat, dia akan
pergi kerempat sunyi gunung atau rimba, buat

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menyembunyikan diri, buat tidak campur tahu lagi urusan apa


juga di luaran.”
Hian Cong menoleh pada sianak muda ia mengangguk.
„Mengingat bahwa kau berjasah telah menolong kami dapat
kami juga bertindak diluar kebiasaann. “katanya „Jikalau kau
berhasil membujuk ayahmu mencaci tangan dipaso emas dan
menutup dari membungkus goloknya, akan kami hadiahkan kau
bian su kim pay yang kau minta itu, kalau dibelakang kali ada
pembesar kami, sipil atau militer yang menangkap ayahmu,
supaya mereka jangan lancang menghukum mati padanya.
Sebaiknya jikalau dia kedapatan didalam tangsi pemberontak
atau di-medan perang, dia harus dihukum mati tanpa ampun
lagi’
Lantas raja menyuruh seoraug kebiri mengambil sebuah bian
su kim pay ia menulis sendiri diatas lencana itu, yang terus ia
serahkan pada si nona.
Melihat Yan Ie berhasil! meminta kim pay itu. Mio Lek girang
berbareng berduka Girang sebab ia mendapat bukti yang
sinona sudah merobah dirinya dari sesat menjadi sadar.
Berduka lantaran Ong Pek Thong mempunyai kimpay
sedangkan ia sendiri telah menjadi hamba negara. Bagaimana
nanti ia dapat membalas sakithati ayahangkatnya itu !”
Ya Ie menerima kimpay sambil menghaturkan terima kasih
tegas tampak sinar matanya sinarmata kegirangan. Hanya ke
tika ia melirik pada Mo Lek sinar girang itu mendadak lenyap
terganti oleh sinar kedukaan. Ia menatap anak muda itu, terus
ia kata perlahan pada raja sekarang “Terrma kasih untuk budi
kebaikan Seri Baginda! Terima kasih buat kebaikan hati
Kongcu! Terima kasih kepada ciangcun semua! Sekarang
hamba hendak mengundurkan diri, mungkin lain kali kita bakal
padat berjumpa muka pula’

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Begitu habis berkata, nona ini lari ke jendela untuk lompat


turun !
Mendengar itu, semua orang heran, cuma Mo Lek yang
mengerti. Kata-kata sinona terang ditunju.kan kepadanya.
Selanjutnya si nona tak suka menemui ia lagi. Itu berarti
perpisahan yang menyedihkan. Tanpa merasa, ia menjadi
masgul, maka ia bengong mengawasi ke jendela.
Justru orang berdiam, Oe bun Thong mendadak menanya:
„Tiat Ceng apakah kau kenal anak perempuan itu ?”.
Nama Mo Lek sangat terkenal, maka ia menukar nama
menjadi Ceng, yang berarti suara nyaring dari besi beradu, atau
kemampuan melebihkan yang lainnya. Kwee Cu Gie memakai
nama itu dalam surat pujiannya.
Mendengar pertanyaan Oe bun Thong itu, raja menjadi ingat
suatu apa.
”Ya,’ katanya, ”kami ingat kau pernah mengatakan nona itu
sahabatmu. Nah bagaimana caranya kamu berkenalan satu
dengan lain?”
Mo Lek merakasan kesulitan. Di satu pihak isi tak suka bicara
dari hal yang benar, dilain pihak, tak biasanya ia mendus-ta
Tapi ia harus menjawab, terpaksa ia kata. “Hamba
mengenalnya di waktu hamba mengembara . …
“Oh.” seru raja “Kami menyangka kau asal serdadu Kwee Cu
Gie, kiranya kau juga seorang gagah kaum Kang Ouw!”
Cin Sian dan Oet-tie Pak mengeluarkan peluh dingin. Mereka
sangat kuatir raja menanya melit tentang penghidupan anak
muda ini.
Syukurlah itu waktu Tiang Lok turut campur bicara.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Hu hong tentu masih ingat Ceng Lian Haksu bukan?”


tanyanya memotong pembicaraan ayahbunda raja Itu “Penyair
yang berkenamaan itu juga pada masa mudanya menjadi
seorang gagah yang gemar mengembara dan syair-syairnya
demikian menonjol itu rupanya disebabkan hasil pengembaraan
nya itu. Tiat Congsu apakah kau dapat membuat syair ?”
Mo Lek tertawa.
„Aku cuma dapat menggunai golok atau tombak, aku tidak
mengerti syair!”sahutnya,
„Jikalau begitu, tentulah banyak yang kau telah lihat dan
dengar dalam dunia Kang Ouw’ kata pula si tuan putri. „Apa
bila nanti ada waktu yang luang, aku ingin kau menuturkan
semua itu kepada kami, untuk menyegarkan pikiran yang
pepat.”
Maksudnya Tiong Lok menyelak itu ia lah ia kuatir ayahnya
mencurigai Mo Lek. Ia sengaja menyebut-nyebut Lie Pak buat
menjuluki bahwa orang Kang Ouw tak harusnya diceritakan.
Benar-benar Hian Ceng tertawa.
„Sekarang, bukan saatnya berbicara tentang “syair,” ujarnya.
„Aku lebih suka mendapat lebih banyak orang sebagai orang
gagah ini, itu menang berlipat ganda dari pada Ceng Lian
Haksu yang menemani padaku”
”Benar begitu !” Oe bun Thong turut bicara ”Orang gagah
kebanyakkan asal pengembaraan Tiat Congsu. tentulah luas
pergaulanmu dalam dunia Kang Ouw. Orang tadi itu suhengnva
si orang beroman seperti kunyuk aku tahu dialah Sin Touw
Khong Khong Jie si Malaikat pencuri. Mendengar pembicaraan
Kamu tadi rupanya kau kenal baik sekali sedangkan diwaktu dia
mau berlalu dia telah memesan padamu untuk mengatakan
sesuatu, kepada Toan Tayhiap’

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Pada beberapa tahun yang lampau pernah aku bertempur


dengan Khong Khong Jie.” sahut Mo Lek, “Kita kenal satu pada
lain karena pertempuran itu, karena itu kita bukankah sahabat-
sahabat kenal.”
„Aku tahu Thoan Thayhiap yang disebutkan Khong -Khong
Jie itu ‘ Cin Siang menimbrung “Dia bernama Toan Kui Ciang.
Dia memang benar seorang gagah mulia, orang sebangsa Ceng
Lian haksu. kabarnya dia bekerja untuk Kwee Cu Gie ”
Sementara itu’ Baginda Fian Ctng heran hingga timbul sedikit
kesangsian atau kecurigaannya. Namanya thong Khong Jie
terlalu besar hingga ia pernah mendengar, orang menyebutnya.
Barusan saja ia menyaksikan kepandaian Khong Khorg Jie itu
sebagaimana mutiara pada mahkotanya telah kena diambil
secara mudah sekali, mengingat itu hati raja kurang tenteram.
Ia berkata didalam hatinya. “Pergaulannya bocah she Tiat ini
terlalu campur aduk ! ‘ Karena ini, mendengar suaranya, Oe-
bun Thong ia jadi ragu-ragu mengangkat Mo Lek menjadi Liong
Kie touw-oet hal mana ia telah pikirkan sejak tadi. Dengan
menjadi touw-oet itu, setiap saat Mo Lek akan
mendampinginya. la berdiam sekian lama, lalu ia tanya Cin
Siang dan Oe-bun Thong: ,Kamu lihat pangkat apakah yang
kamu cocok untuk pemuda gagah ini ‘
Cin Siang tidak mau lantas menyatakan pikirannya, Mo Lek
menjadi sebawahannya Oe-bun itu yang bicara lebih dahulu.
Oe-bun Thong licik ia menjawab: „Tiat Ceng berilmu silat
tinggi dia juga kenal batk sekali orang-orang Kang Ouw maka di
saat kalut seperti ini dia cocok sekali untuk diberi tugas. Hanya
mengenai pangkat untuk nya hamba tidak berani lancang
mengusulkan, silahkan Seri Baginda, sendiri yang
menganugerahkannya !”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sekilas lalu kata-kata Oe-bun Thong terdengar menghargai


Mo Lek. akan tetapi, maksudnya yang sebenarnya telah
membangkitkan kesangsiannya raja. Dia berhasil Raja diam
untuk berpikir.
„Huhong.” berkata Tiang Lok tongcu sesudah orang berdiam
sesaat. “Aku lihat dia setia dan jujur, dia juga dipujikan Kwee
Cu Gie aku rasa dia tak salah lagi. Baiklah hu-heng menegaskan
dia menjadi pelindung dan kereta keluarga kerajaan !”
Hian Cong berpikir. Dalam perjalanan. kebarat ini, ia tidak
dapat, mengajak banyak selirnya, tetapi selain siputeri ada juga
isteri atau selirnya sekalian puteranya berikut sejumlah dayang
pribadi dan pelayan. Ia sendiri telah mengambil ketetapan,
akan duduk sebuah kereta bersama Yo tut Hui dengan
dilindungi Cin Siang serta barisan Liong Kie Touw-utnya.
sedangkan keretanya para putera diserahkan kepada Oe-tie Pak
bersama barisan istana. Oe-bun Thong serta pasukannya,
pasukan San Kie Siewie, telah ditegaskan mengiring lain-lain
kereta, jumlah San Kie Siewie tidak banyak jadi keretanya Tiang
Lok Kuncu belum ada pelindungnya. Hal ini membikin ia melirik
Mo Lek hingga akhirnya, setelah hening sejenak ia berkata:
„Baiklah Tiat Ceng kau keangkatanku !”
Mo Lek memandang raja, ia berdiam tetapi Cin Siang
menolak tubuhnya maka ia lantas mengerti, dengan cepat ia
berlutut. Segera juga ia mendengar suaranya junjungannya itu:
„Tiat Ceng sudah berjasa menolongi raja, dia diangkat menjadi
Houw Gie Touw-ut ! Selama dalam perjalanan ketanah Siok ini,
dia diharuskan melindungi keretanya tuan puteri. Dia mesti
mendengar segala perintahnya Tiang Lok kongcu. Berbareng
dengan ini, dia masuk menjadi anggauta pasukan San Kie dari
Oe Bun Thong maka dia dapat pangkat merangkap sebagai San
Kie Hu Tiong-long-ciang. Untuk jasanya itu juga dia
dihadiahkan uang emas seratus tahil dan cita sepuluh kayu.”
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pangkat Houw Gee Touw-ut lebih rendah setingkat dari pada


San Kie Touw-ut, akan tetapi Mo Lek mendapat tambahan
pangkat merangkap itu, San Kie Hu Tiong-long ciang, dengan
begitu, sendirinya, ia jadi berkedudukan sama seperti
pembantu dari Oe-bun thong hanya selama dalam perjalanan
ini, ia ditaruh dibawah perintah, langsung Tiang Lok Kongcu.
Itu berarti seperti ada dua orang pembesar San Kie. Di-hari-hari
biasa dijaman aman, didalam istana tidak ada aturan serupa ini.
Hian Cong mengambil keputusannya ini ke satu buat guna
keamanan disepanjang jalan, ke dua, untuk-mengiring
kehendak puterinya, dan ketiga, sebagai tanda bahwa ia
menghargai Kwe Cu Gie yang telah mengusulkan pemuda
gagah itu. Pemerintah atau Kerajaan Tong, justeru
memerlukan tunjangannya orang she Kwee itu, maka itu
walaupun orang pujiannya diragu-ragukan, orang itu toh
diterima dan diberi kepercayaan sepenuhnya. Mo Lek sendiri
tetap tidak merasa puas. Dengan beruntun ia telah memperoleh
kenaikan pangkat tiga tingkat tetapi toh tetap berada di
bawahnya Oe-bun thong, tapi keputusan telah dikeluarkan,
tidak dapat ia menentang maka ia mengangguk sambil meng
haturkan terima kasih .
Oe-bun Thong juga tidak puas Panglima ini sakit hati, Tapi
dihadapan raja air mukanya tidak mengentarakan sesuatu sikap
nya seperti biasa saja. Bahkan begitu lekas Mo Lek sudah
menghaturkan terima kasih, kepada raja. dialah yang paling
dulu memberi selamat pada sebawahannya itu.
Habis itu, kaisar Hian Cong menitahkan para siewie bubar
untuk mereka mengurus tugasnya masing-masing untuk siap
sedia buat besok pagi mulai berangkat melakukan perjalanan,
Seturunnya dari lauwteng Beng Hong lauw Mo Lek
memikirkan buat pulang dengan-mengikut Cin siang tetapi
lantas berkata padanya , Sekarang ini sudah jam tiga, aku pikir
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

semua orang ingin beristirahat maka itu, Tiat Touw-ut, selagi


semua San Kie Siwie berkumpul diistana Yang Keng Kion mari
kita pergi mari kita pergi menemui para rekan itu, supaya
keduabelah pihak dapat saling berkenalan !”
Kata-kata itu beralasan terpaksa Mo Lek mengambil selamat
berpisah dari Ci Siang dan Oet-tie Pak.
Tapi panglima she Oet-tie itu berkata “Oe bun Ciang kun
saudara Tiat ini menjadi sahabat-karibku aku minta kau sukalah
memperlakukannya baik-baik.”
-oo0dw0oo-

Jilid 24
Oe-bun Thong tertawa.
„Sekarang ini Tiat Touw-ut bekerja ber samaku, kita harus
menjadi seperti tangan dengan kaki, karenanya tak usah aku
dipesan lagi!” katanya.Kedua pihak lantas berpisahan. Mo Lek
berjalan bersama sepnya itu. Segera juga, sembari jalan itu,
Oe-bun Thong menanyakan ini dan itu. Dia ingin ketahui asal-
usul orang. Mo Lek berlaku waspada, ia menjawab dengan
ocehannya. Tapi karena ia tidak bisa mendusta, ada alasannya
yang tidak masuk diakal.Selagi berjalan terus tibalah mereka di
jalan dimana ada peneiangan lentera. Men dadak Oe-bun
Thcmg berkata : ,,Tiat Toawut, kalau aku memandang kau, aku
merasa seperti aku pernah mengenalmu. Dimanakah kita
pernah bertemu ?”
Mo Lek paksakan diri tertawa.
„Akulah orang Kangovw tidak ternama yang biasa luntang-
lantung, mana dapat aku bertemu dengan tayjin ?” sahutnya.
Oe-bun Thong juga tertawa.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Kalau begitu, rupanya aku berjodoh dengan kau, maka


begitu melihat kau, aku merasa kau sebagai sahabatku!”
katanya. Ia mengulur tangannya, untuk berjabatan dengan
pemuda itu.
Mo Lek sebal terhadap orang ini, ia menggunai tenaga
sepuluh bagian.
Oe-bun Thong pandai ilmu menggunai poan-kwan-pit,
senjata yang berupa seperti alat tulis, untuk menotok jalan
darah, akan tetapi dia kalah tenaga, maka itu setelah dia
memencet, dialah yang merasa telapakan tangannya sakit. Dia
terkejut didalamhati „Sungguh besar tenagamu, Tiat Touw-ut !”
katanya memaksakan tertawa. „Dengan adanya bantuan kau,
perjalanan kita ke Barat ini pastilah selamat-semoga ! Dengan
begitu maka berkuranglah kekuatiranku.”
„Setelah itu, sampailah mereka diistana Yan Keng Kiong.
Disana telah berkumpul kira-kira tigapuluh San Kie-siewie.
Dengan perantaraan Oe-bun Thong, Mo Lek diperkenalkan
dengan mereka itu.
Tiba-tiba seorang siewie berkata nyaring : „Tiat Tayjin
selamat, selamat ! Apakah tayjin masih ingat aku si orang kecil
? ‘ Mo Lek memandang orang itu, antas ia mengenali. Dialah Ho
Kun seorang kauw-wie kecil dibawahan’, Kwee Cu Gie. Ia
bertemu dengan orang orang ini pada delapan tahun yang lalu,
selagi ia melamar sebagai pengikutnya Sin Thian Hiong
menghadiri rapat di Liong Bin Kok. Ho Kun inilah yang melayani
ia bersantap di istal kuda. Selama di Kiu-goan, ia memang
sudah mencurigai orang ini, maka pernah ia minta Lam Cee In
menyampaikan kepada Kwee Cv Gie tentang kecurigaannya itu
dan minta Kwe Cu Gie berhati-hati terhadapnya.
.,Eh, Ho Kun, kau juga menjadi san-kie ?’ ia tanya. Biar
bagaimana ia heran juga.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Aku datang kemari atas perintah Kwee Lerig-kong untuk


menyampaikan berita.” sahut orang she Ho itu. „Dalam
pertempuran di Hoo-pak dua kali kami telah memperoleh
kemenangan. Oe-bun Ciangkun men jadi sahabat lama dari
aku, dari itu sengaja datang kemari menemuinya. Besok aku
akan pulang kembali.”
„Oh, begitu. Kalau nanti .kau pulang, tolong sampaikan
hormatku kepada Kwee Leng-kong !”
„Tentu ! Tentu!” sahut Ho Kun, sungguh-sungguh. „Tayjin
telah berhasil mendapatkan kepercayaannya Sri Brginda,
apabila Leng-kong mendapat tahu ia tentu girarg sekali.
Bagaimana dengan Lam Ciangkun ? Dimanakah adanya dia
sekarang ? ‘
„Memang Kwee Leng-kong yang menitahkan aku datang
kemari untuk bekerja pada Sri Baginda,” kata Mo Lek. „Aku ber
pisah dari Lam Ciangkun semenjak di Kiu-goan, karena itu aku
tidak tahu ia berada dimana sekarang.”
„Tiat Touw-ut,” Oe-bun Thong menyela bertanya, „adakah
persahabatan kau dengan Lam Ciangkun erat sekali ?”
Oleh karena disitu ada Ho Kun bersama Mo Lek bicara terus
terang.
„Dia lah kakak seperguruanku,” jawabnya.
Oe-bun Thong tertawa berkakak.
„Kiranya kaulah sute dari Lam Ciangkun !” katanya. „Pantas
kau gagah sekali!”
Mo Lek memakai nama Tiat Ceng sejak didalam Tangsi Kwee
Cu Gie, ia belum tahu HoKun tahu namanya yang benar atau
tidak.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Syukur pembicaraan mereka berhenti sampai disitu. Inilah


karena mereka mendengar genta besar di istananya Keng Yang
Kiong berbunyi tiga kali. Segera juga terdengar suara berisik
dari banyak orang. Itu lah disebabkan munculnya seorang
kebiri dari keraton. Kata dia nyaring. „Lekas siap kan kereta !
Lekas buka pintu istana !”
Oe-bun Thong lantas memberikan titah titahnya kepada
perbagai San Kie siewie, ter utama untuk mereka itu berkumpul
dan ber siap diluar pintu keraton Yan Keng Kiong guna
menantikan keluarnya raja.
Selagi orang repot itu, Ho Kun tidak ketahuan sudah pergi
kemana.
Sendirinya timbul kecurigannya Mo Lek.
„Ho Kun menjadi seorang Kauw-wie kecil, ‘Cara bagaimana
dia dapat masuk ke istana’ pikirnya. „Apa perlunya dia bertemu
dengan Oe-bun Thong ? Laginya di-tempat Kwee Leng-kong
aaa banyak orang pandai dan dapai dipercaya, dari tentang Ho
Kun telah diketahui cukup baik oleh Leng-kong sendiri, kenapa
dia yang justeru diutus untuk menyampaikan kabar
kemenangan perang ? Ah, mesti ada terjadi sesuatu disini!
Bagaimana aku harus bekerja supaya Kwee Leng-kong ketahui
sepak-terjang Ho Kun kui ? ‘
Didalam keraton, suara orang sangat berisik. Orang ramai
berseliweran. Diantara-nya terdengar riuh tangisnya para selir
yang tidak diajak menyingkir. Semua suara itu bercampur
menjadi satu. Didalam keadaan seperti itu, tak sempat Mo Lek
memperhatikan Ho Kun lagi. Ia juga mesti mulai dengan
tugasnya.
Banyak dayang yang menangis dan berebutan untuk naik
kekereta, mereka memaksa, akan tetapi disisi kereta ada
bertugas para sie-wie, mencegah mereka naik-Pula, dalam
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

keadaan seperti itu, orang tidak harus meras-a kasihan atau


sayang lagi.
Nona-nona itu diusir dengan pakia, dengan kekerasan iuga.
Ada diantara sie-vvie yang berteriak dengan ancamannya:
,,Siapa lancang naik kekereta, akan aku tabas tangannya!” Dan
benar-benar beberapa dayang yang bandel, telah dibacok
kutung lengannya, hingga mereka berkaok-kaok dan
berlumuran darah!
Sejumlah orang kebiri turut berebutan juga tetapi karena
ancaman yang dibuktikan itu, mereka mundur sendirinya.
Hati Mo Lek lemah menyaksikan pemandangan yang
memilukan itu. Ia sampai berdiri menjublak. la baru sadar
ketika ia mendengar suara nyaring dari Oe-bun Thong:
,,Kenapa kau bengong saja disini ? kenapa kau tidak lekas pergi
melayani tuan puteri?”
Pintu istana sudah lantas terpentang. Beberapa puluh kereta
terlihat berlerot keluar. Mo Lek mengawasi, la tahu, kereta
dengan payung kuning ialah kerajaan. Hanya kereta Puteri
Tiang Lok, ia tidak tahu yang mana…
Dengan m larikan kudanya, Mo Lek me lewati beberapa buah
kereta Disaat ia hendak menanyakan orang kebiri tentang
kereta tuan puteri, tiba-tiba disisinya lewat sebu ah kereta dari
mana ia mendengar suara yang merdu ini: ,,Encie, kau lihat!
Bocih itu tampan sekali’ Aku belum pernah melihat dia! Ah,
apakah dia siewie yang baru.”
Lantas sianak muda menoleh. Lantas juga ia melihat dua
orang perempuan yang romannya cantik tetapi centil, la heran.
Kata ia dialam hati: ,,Aneh! Kenapa mereka begini merdeka?
Mereka tidak tahu malu!

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ketika itu Oe-bun Thong mengajukan kudanya. Ia


membungkuk diatas kuda, terus ia kata kepada dua orang
wanita itu.
Inilah Houw Gee Touw-oet Tiat Ceng yang baru menerima
pangkatnya, ia baru bertugas jadi ia belum tahu segala aturan
di dalam istana, harap hujin berdua suka memaafkannya.”
temudian ia herpaling pada Molek untuk berkaca: ,,Tiat Ceng
lekas kau menjalankan kehormatan! Ini Han Kok Hujin dan ini
Kok hujin.
Baru sekarang Mo lek tahu bahwa kedua nyonya itu ialah
kakak-kakaknya Yo Kui Hui.- Ia merasa menyesal berbareng
jemu. Katinya didalam hati: ,,Banyak menteri tidak dapat turut
menyingkir, tetapi apakah jasanya segala saudara laki-laki dan
perempuan dari Keluarga Yo ini maka mereka dapat ikut
dilindungi olehku?” Memikir demikian, ia mengasi dengar suara
„Hm! ‘ lalu terus berkata: „Maaf, hujin berdua ! , Aku menerima
perintah untuk melindungi tuan puteri karenanya tak dapat aku
melayani kamu!” Dan ia menyabat kudanya buat di kasih lari
kedepan. Ia tidak menoleh !agi.
Kedua nyonya besar itu menjadi malu dan mendongkol
hingga paras mereka berubah.
Oe-bun Thong menyusul Mo Lek berkata: „Kedua nyonya
mempunyai kekuasaan jauh terlebih besar dari pada tuan
puteri, kau tahu atau tidak?”
“Aku tidak tahu” sahut Mo Lek, mendongkol. „Jikalau kau
tahu pergilah kau yang layani mereka itu!
Oe-big Thong melengak lalu ia teria-tawa.,kawan cilik
tabiatmu keras katanya.
Tapi kau juga mempunyai kebenaranrnu. Tuan puteri baik
sekali terhadapmu, nah pergilah kau membaikinya!

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tapi Mo Lek menjadi gusar sekali kata dia keras , Aku


siorang she Tiat, aku belum pernah mengarti tentang menjilat-
jilat1 Oe-bun Ciangkun. jangan kau ngaco-belo! ‘ Oe-bun thong
menjadi jengah sekali parasnya menjadi biru dan merah, Toh ia
memaksakan diri untuk tertawa
,Tiat tauwut aku bicara untuk kebaikanmu! katanya
kemudian. , Kau tidak suka menerima kebaikan, baiklah
terserah kepadamu aku si orang she Oe-bun, tak dapat aku
mengurus kau!” Ia lantas berlalu lapat–lapat terdengar dia
tertawa dua kali. Mo Lek maju terus. Ia menemukan seorang
kebiri ia minta keterangan tentang keretanya tuan puteri.
„Itulah yang tendanya bundar kereta menerangkan.
Ia lantas menyusul kereta itu, setelah menanjak dengan
terpaksa ia berkata: „Kong cu. Tiat Ceng bersadia akan
menerima segala perintah”
Tiang Lok Kongcu menyingkap sedikit tendanya, ia
memperlihatkan wajahnya yang bersenyum.
„Tiat Ceng, apakah kau bersilih dengan Oe-bun Touwut?”
tanyanya.
Merah mukanya anak muda ini, ia jengah.
„Tidak apa-apa,” sahutnya. Lantaran suara orang berisik
sekali, kami bicara dengan sedikit keras…”
Tiong Lok tertawa. Ia tidak mengatakan aoa-apa lagi kecuali
memesan supaya pahlawan ini terus mendampingi keretanya
jangan dia memisahkan diri jauh-jauh Lewat belum lama, Tiang
Lok melongok pula.
„Apakah kau kenal Ong Pek Thong?” tanyanya.
Parasnya Mo Lek berubah, hingga sekian Lama ia ragu-ragu
untuk menjawab.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Puteri itu mengawasi, kembali ia ter tawa.


„Dia pemberontak, kau menteri palawan yang berjasa,”
katanya, „taruh kata kamu kenal satu pada lain, itulah tidak ada
sangkut pautnya, maka itu, kau bicaralah dengan terus terang.”
Mendengar demikian, terpaksa Mo Lek menjawab.
„Tidak berani aku mendustai kongcu’ sahutnya „Ong Pek
Thong itu musuhku!”
Tioag Lok kongcu melongoh.
„Ong Pek Thong iiu berandal besar tukang merampok sambil
menyerbu,’ kata Mo Lok. . keluargaku justeru telah dibinasakan
dia! Tentang anak perempuannya, aku kenal dia dan diwaktu
aku masih mengembara. ketika itu aku masih belum tahu dialah
a-naknya musuhku itu, baru kemudian aku me ngetahuinya.
Aku melihat sepak terjangnya anak itu beda dari pada ayah dan
kakaknya karenanya itu, aku tidak memusuhkan dianya.
Walaupun demikian diantara kita tidak ada bicara dari hal
persahabatan.
“Oh begitu. Nyatalah kau seorang yang dapat melihat tegas,
yane bisa membedakan budi dan sakit hati. Memang, seorang
yang berbuat, seorang yang bertanggung jawab Ong Pek
Thong yang bermusuh denganmu, Jidak selayaknya anak
perempuannya yang memikul tanggungan.”
Dengan mereka berbicara, sampai Tiong Lok Kongcu
menanyakan tentang ilmu pedang Ia memberitahukan halnya ia
belajar silat pada Kong Sun Tay Nio. Setelah itu ia minta
pengiringnya ini suka memberikan ia pelbagai petunjuk.
Kongsun Tay Nio menjadi ahli pedang nomor satu,
kepadaiannya mengatasi kepandaiannya Toan Kui Ciang, tetapi
puteri ini . . , simurid . . . kurang latihan karena nya dia belum
bisa bersilat, atau menggunai ilmunya itu, dengan sempurna.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Itulah sebabnya dia tak sanggup melawan Ceng Ceng Jie yang
liehay.
Mulanya Mo Lek bicara dengan berhati hati ia menjawab
seperlunya saja, akan tetapi, kapan puteri itu bicara dari hal
ilmu pedang perhatiannya jadi sangat keiarik. Ilmu pedang
ialah ilmu yang ia paling gemarkan. Maka selanjutnya suka ia
melayani puteri itu dapat ia bicara dergan asyik.
Tiang Lok Kongcu mengulur tangannya menyodorkan satu
buah per.
“Tiat Touw ut, makanlah buah ini. katanya. „Untuk
menghilangkan dahaga.
Terima kasih kongcu,*”sahut sianak muda- Puteri itu
menghela napas.
Satu buah per tidak ada artinya kata nya. „Tapi aku kuatir
sekali, seberlalunya dari kota Tiang-an ini. selewatnya sedikit
waktu untuk memakannya tak mudah lagi…. ‘ Mo Lek mengerti,
maka ia menjadi masgul, hingga air mukanya menjadi suram,
Tapi ia menghibur nona bangsawan itu.
„Legakan hatimu, kongcu,” katanya .„kita cuma buat
sementara waktu saja menyingkir dari keadaan yang
mengancam Mesti datang harinya yang kita akan kembali
pulang . . .
Disaat itu pemuda ini telah tak dapat merubah cara
bicaranya, ia melupai pesan Cin Siang, Ia bukan menyebut
tentang „kunjungan ke Barat’ hanya „menyingkir dari bahaya..”
Syukur Tiang Lok kongcu tidak memperhatikan nya.
Tengah mereka asyik bicara. itu,seko-nyong-konyong
terdengar suara berisiknya rombongan serdadu Mo Lek segera
menoleh kebelakang. Maka ia lantas irelihat berkobarnya api.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Itulah perbuatarnya tentara itu yang telah membakar sebuah


jembatan.
Cahaya api membikin Baginda Hian Cong terkejut, la
menghentikan keretanya dan menanya apa sudah terjadi
„Itulah hasil pemikiran hamba ‘ sahut Yo Kot Tiong “Hamba
menitahkan membakar jembatan supaya kita dapat mencegah
andaikata ada yang datang mengejar . -Hian Cong menghela
napas. , Rakyat pun ingin menyingkir dari orang jahat untuk
kehidupannya itu dibikin putus … ‘
Lantas raja memerintahkan Kho Lek Su mengepalai
sepasukan tentaranya untuk memadamkan api.
Yo Kok Tiong kena batunya ia membungkam.
Berjalan sekian lama, rraka orang lewatlah di „ Co-Cong.”
Itulah tempat yang menjadi gudang ramgsum kerajaan. Disana
raja melihat sejumlah serdadu dan opsir yang tangannya
mencekal ikatan-ikatan rum put, la perintah menghentikan
keretanya ia tanya apa maunya tentara itu.
Yo Kok Tiong yang menjawab pula. Katanya: „Di Co Cong
terkumpul banyak sekali barang makanan dan uang, semua itu
tidak dapat dibawa pergi supaya semua itu tidak sampai nanti
dirampas orang jahat hamba hendak membakarnya.”
„Kalau memberontak tidak mendapat-kan apa-apa, tentulah
mereka bakal lebih menyiksa rakyat,” katanya. ,,Baiklah semua
itu di biarkan supaya mereda yang mendapatkan, agar rakyat
tidak di tambah kesengsaraan dan penderitaannya.
Maka Kha Lek Su kembali diperintah membubarkan opsir dan
tentara itu. Kemudian kereta dijalankan terus.
Tiar Mo Lek menyaksikan dua peristiwa itu, hatinya jadi
bekerja.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Teranglah Seri Baginda masih menyayangi rakyat,” pikirnya.


„Adalah Yo Kok Tiong yang tidak menghiraukannya. Kalau
ternyata negara bercelaka ditangannya kawannya Yo Kok Tiong
ini.
Mo Lek tidak ketahui siasatnya kaisar Di saat berbahaya itu
hati rakyat harus di ambil. Walaupun demikian siasat atau
bukan kenyataannya toh itu jauh terlebih baik dari pada
rencananya Yo Kok Tiong yang busuk itu.
Perjalanan dilanjuti terus Perjalanan ja uh tidak heran kalau
bekalan barang makanan tidak mencukupi. Memang mulanya
sejala apa tersedia lengkap segala kebutuhan masih bisa
didapatkan disetiap cempat yang dilewati. Tetapi lama-lama,
muncullah kesu litaanva. Lambat laun semua pembesar
setempat dan rakyat ketahui raja bukan tengah membuat
kunjungan hanva lagi menyingkirkan diri hati mereka itu
menjadi tidak tenang. kotaraja sudah ditinggal pergi, mere ka
menjadi berkuatir dan takut. Celaka kalau satu hari musuh tiba.
karena itu lantas mendahului pada mengungsi, kesudahannya
ini yalah, dikena dimana raja tiba, didalam sepuluh rumah
sembilan sudah kosong melongpong !
Lewar beberapa hari, tibalah rombong an raja diistana
peristirahatan di Ham yang. Itulah istana Bong Hian Kiong
“Bong Hian ” berarti (menghadapi sicerdik pandai) ! Apa mau,
disini juga para pembesar dan serdadunya telah pada
menyingkirkan diri. Karenanya hari itu, sampai tengahari. para
pengiring raja belum makan sama sekali. Syukur setali tidak
semua rakyat pergi mengungsi.
Ho Ke Tayciangkun Tan Goan Lee sudah lantas menitahkan
tentaranya memasuki kampung, untuk mencari barang
makanan. Rakyat suka memberikan nasi kasar di-campur-
dengan gandum dan kacang Bukan cuma para opsir dan
serdadu yang kemaruk itu, malah rombongan cucu pangeran
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

jnga memperebutkannya, memakannya dengan mencabak.


Maka sebentar saja habis sudah barang hidangan dari rakyat
itu. Raja memerintahkan memberikan uang kepada rakyat itu,
untuk membalas budi, atas mana, rakyat itu menjadi terharu,
banyak yang menangis tersedu-sedu. Melihat itu, raja sendiri
menepa airmatanya.
Seorang tua diantara rakyat, yang rambutnya sudah ubanan,
bertindak maju dengan targannya menenteng sebuan rantang
sejumlah serdadu lantas merangsak, untuk mengambil isinya
rantang itu tetapi dia menolaknya dia kata: Aku hendak
menghaturkan ini kepada Seri Baginda Raja! lsinya rantang itu
ialah nasi kasar Raja mana dapat makan barang makananmu
ini? kata seorang sendadu ‘Lebih baik kau kasihan kepada
kami!”
Atas itu sirakyat tua itu berkata keras: Dengan ini heedak
aku membikin ja mcnpi-.safi penderitaan ! Aku pula ada bicara
untuk Seri Baginda! ‘
Heran o ang tua ubanan itu, tenaginya besar luar bia;a. Dia
dapat mengundurkan sekian serdadu itu, dia bertindak dengan
gagah. Para serdadu itu pada terpelanting.
Cis Siang mendengar suara berbisik itu, ia menoleh untuk
melibat, lantas ia bertindak menghampirkan. Segera juga ia
menjadi kaget.
,,Oh, Kwe Locianpwee, kiranya kau!’
Orang tua itu yalah Kwee Ciong kin, dimasa mudanya ia
menjadi seorang gagah pengembaraan, setelah berusia
setengah tua, ia mengundurkan diri, kepandaiannya diwariskan
pada seorang muridnya yang telah mendapat nama melebihkan
namanya sendi ri. Murid itu yalah Touw Pek Eng, yang
namanya hampir sama terkenalnya seperti Toan Kui Ciang dan
Lam Cee In. Cin Siang kenal orang tua itu, maka ia terus
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menanyakan maksud orang Akhirnya ia kata: Harap


loocianpwee menanti sebentar, akan aku laporkan dahulu para
Sri Baginda.”
Hati Hian Cong tergerak mendengar ada orang rakvat jelata
hendak mempersembahkan barang makanan kepadanya seraya
katanya orang itu disuruh menghadap. Kata ia: “Kami malu
sekeli ! kami tidak bijaksana, kami membuat rakyat
bersengsrra, disaat kami terlunta lunta ini, ada rakyat yang
hendak mengantari barang makanan kepada kami..”
„Siapa yang dapat hati rakyat, dialah yang makmur! ‘ berkata
Cin Siang. “Adalah untung besar dari Kerajaan Tong bahwa hati
rakyat masih belum lenyap!”
Mendengar itu, Hian Cong menyuruh panglimanya itu
memimpin Ciong Kin datang menghadap. Kata siorang tua.
Itulah makanan nasi kasar capur gandum dan kacang yang
menjadi barang makanan sehari-hari dari jelata, hamba mohon
Sri Baginda svka mencobainya Semoga k?lau kelak di-belakang
hari Sri Baginda makmur dan berbahagia pula, jangan Sri
Baginda melupakan kesengsaraannya arak negeri !
Tak dapat raja menelan nasi kasar itu. akan tetapi untuk
dapat mengambil hati rakvat ia paksa memakannya, bahkan
sengaja ia memuji. Katarya: Air tawarpun melebihkan arak
yang baik, maka itu nasi ini, tanda kecintaan dari rakyat,
melebihkan bararg hidangan paling lezat dari istana!
Mendengar itu Kwee Ciong Kin menangis. Ia berkata: Bukan
semenjak satu hari yang An Lok San menyimpan cita-cita mem
berontaknya yang jahat itu, hanya tadi-tadinya, kalau ada
orang ypng datang untuk bicara dari hal niat berontaknya itu.
Seri Baginda lantas membuangnya, itu seperti menganjurkan
pemberontakannya. Itulah sebabnya kenapa dijaman
dahulukala, raja yang bijaksana mencari mentri yang setia dan

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pandai. Dijaman Song Keng menjadi perdana menteri, kata-


kata jujur diterima baik, maka negara aman dan sentosa. Tapi
sekaraag ini, menteri bicara jujur menjadi pantangan orang
cuma pandai bermuka-muka Seri Baginda tidak mengetahui itu
semua.
Rakyat sudah mengetahui siaig siang apa yang bakal terjali
tetapi tidak ada jalan untuk melaporkan keatas Maka itu
terjadilah peristiwa hari ini -bagaimana sukar untuk menghadap
raja!”
Kata-kata itu membikin pucat dan merah mukanya Yo Kok
Tiong dan lainnya yang mendampingi raja. Raja sendiri juga
sangat menyesal hingga ia membanting-banting kaki,
„Ya semua ini disebabkan kami tidak mengerti jelas,
sekarang mau menyesalpun sudah kasip,” katanya. “Terima
kasih untuk kata-kata jujur dari lootiang.
Raja meloloskan ikat piiggang kemalanya, untuk dihadiahkan
pada siorangcua.
Mo Lek sudah lantas minta keterangan pada Cin Siang
tentang orang tua yang gagah dan jujur ini, maka itu setelah
Kwee Ciong Kin mengundurkan dari, ia menghampirkannya dan
kata. “Kwe Loocianwee ijinkan aku mengantar kau barang satu
rintisan” Ciong Kin tidak kenal opsir muda ini, ia heran.
Cin Siang segera mengajar kenal katanya : , Ini Tiat Touw-ut
baru saja tiba dari Kiu-goan. Baru satu bulan berselang dia
berkumpul bersama saudara Pet Eng yang menjadi
loocianpwee.”
„Oh, begitu!” kata siorang tua. „Aku pun memikir untuk pergi
kepada Kwee Leng-kong.”
Mereka jalan bersama Mo Lek mengantar bersama Cin Siang,
sampai sejauh lima lie. lapun memberitahukan hal iya Touw Pek
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Eng ada ditempatnya Sin Thian Hiong di Kiam kee Nia. Selagi
mau berpisahan, ia ingai sesuatu, maka lantas ia berkata: „Loo
cianpwee, kalau nanti loocianpwee bertemu dengan Kwee
Leng-kong, tolong sampaikan halnya aku telah bertemu dengan
Ho Kun di Tiang-an. Harap locianpvee ingat nama Ho kun itu
yaitu Ho dari kiong-ho pemberian selamat dan Kun dari Kun
Lun San. Ho K.un itu mempunyai perhubungan erat sekali
dengan Oe kun Thong dari itu aku minta suka,ah Leng-kong
waspada terhadapi ya.”
Kwe Ciong Kin memberikan janjinya, lantai mereka
berpisahan.
Didalam perjalanan Kembali. Cin Siang minta penjelasan hal
sepak terjangnya Ho Kun itu Mo Lek menjelaskan segala apa.
Mendengar demikian, Cin Siang jadi mencurigai Oe-bun Thong.
„ Kalau begitu, baik kau jangan bicara kau awasi saja
padanya’ kemudian ia pesan sianak muda.
Selewatnya kota Ham-yang, rakyat nampak semakin
menderita. Tenterapun mengalami perubahan ialah setiap hari
ada saja prajurit yang minggat, maka dalam beberapa h iri,
didalam sepuluh bagian, sudah ada tiga bagian yang kabur!
Pada suatu hari tibalah orang diperhen-likan Me Gui Ek. Tiba
tiba mereka disambut hujan besar dan badai hingga bendera
pada terlepas dari cekalan, kuda dan orangada yang terguling,
sampai tenda-tenda kereta bocor dan rusak. Hingga pakaian
orang menjidi tidak keruan macam. Orangpun tidak berdaya
untuk melanjuti perjalanan. Terpaksa mereka melindungi diri
didalam rimba. Kebetulan disitu ada sebuah kuil rusak, kaisar
dan keluarganya berlindung di situ. tentera dan lainnya mesti
berdiam di bawah pepohonan.
Celakanya hujan turun berlarut-larut sampai beberapa hari,
hingga air jadi me-ngembeng, jalanan rusak, jembatan pada
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

runtuh. Dengan begitu, orang maju tak dapat mundur tj^dak.


Perjalanan menjadi tertunda di Ma Gui EK. itu. Justeru itu
waktu ada dipermulaan musim rontok hawa udara dingin sekali.
Tentera semua menjadi tersiksa hawa dingin dan perut
keroncongan.
Bekalan barang ma’canan dari kotaraja sudah habis, barang
makanan yang didapat dari rakyat disepanjang sangat
berbatas, sudah begitu, orasigpun harus menyediaka i nya
untuk dapur kerajaan dan rombongannya Yo Kok Tiong, yang
mesti didahulukan. Tidak ada lain jalan tertera menyembelih
kuda atau mencari lalap liar Tapi itu cuma bertahan buat
beberapa hari. Kuda habis, lalap pun ludas. tentara menjadi
menggerutu, hingga dari mana-mana terdengarlah suara
penasaran dari mereka itu.
Mo Lek mesti menderita bersama. Mendengar gerutuan
tentara, ia berduka sekali. Tentu sekali, tak dapat ia membilang
suatu apa.
Pada suatu hari hujan berhenti. Tidak menanti sampai cuaca
terang, Mo Lek pergi mendaki gunung, untuk berburu. Ia
berhasil mendapatkan dua ekor mencak. Ia membawa nya
pulang untuk dijadikan sup, yang ia dahar bersama barisannya,
tentu sekali masakan satu kwali besar itu masih jauh dari pada
mencukupi!
Orang berkumpul didepan api dapur. suara tentara itu
berisik. Sembilan dalam sepuluh menyesali dan menggerutui Yo
Kok Tiong bahkan ada yang mengumpat maki Yo Kui Hui
Ada pahlawan-pahlawannya Yo Kok Tiong, yang mendengar
suara itu akan tetapi didalam keadaan seperti itu mereka tidak
berani mencampur tahu, maka diam-diam mereka menjauhkan
diri berpura tidak tahu ..

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

.,Agaknya sudah ditakdirkan kita bakal terbinasa diluar


Kampung halaman kita.” demikitn terdengar keluhan tentara
tentara itu,’ , maka itu tulang betulan? kita entah bakal
dipendam ditegalan liar atau gunung belukar yang mana ..”
Dalam mendongkol tentara itu kangen kepada kampung
halamannya masing-masing entah siapa yang mendahului,
semua lantas menangis sedih sekali. Mo Lek gagah dan hatinya
teguh, tidak urung ia menjadi sangat terlaru, hingga ia jadi
berduka sekali.
„Tentara runtuh semangatnya begini macam bagaimana
andaikata mereka menghadapi musuh ” pikirnya. Tentu
mereka, bakal musna tanpa kerana … i”
Seorang tentara tukang tetabuhan, yang biasa meniup
seruling, sudah lantas meniup alat musiknya itu. Ia
mendengarkan lagu kampung-halamannnya. Lantas seorang
pembesar, yang menjadi jurutulis yang muda menimpali
dengan menjanjikan sebuah syair dari Tu Fu yang bermaksud
sedih, tentang sasterawan Siu Sin dari ahala Selatan Utara yang
mengungsi ke See Gui dan Pak Cin akibat musnanya ahala
Liang dari Selatan hingga kesudahannya ia mati sengsara di
kampung orang. Tentara semua tidak tahu lelakonnya Siu Sin,
tetapi lagu sedih itu menggoncangkan hati mereka maka itu, ke
sedihan mereka jadi bertambah-tambah.
Mo Lek juga tak sanggup mendengar lebih lama tangisan
tentara itu, diam-diam ia menjauhkan diri, atau segera ia
diham-pirkan seorang dayang, yang keluar dari dalam rimba.
Dayang itu lantas menyapa ,,Tiat Touw-ut aku tengah
mencarimu. Tuan puteri mengundang touw-ut..”
Tiat Mo Lek heran.
,,Hari sudah jauh malam, diwaktu begini aku menghadap
tuan puteri, itulah tak leluasa,” katanya ragu-ragu.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Kongcu tidak ada didalam heng-kiong” kata dayang itu. ,,Ia


menantikan didalam rimba dibelakang itu. Kong-cu kata ada
urusan penting yang ia hendak bicarakan dengan touw-ut. Mari
lekas touw-ut menemuinya !”
Keluarga raja mempunyai aturannya sendiri sekalipun disaac
menyingkirkan diri sebagai ini dan tempat mondoknya raja me
rupakan^ sebuah kuil bobiok, toh tempat mondoknya itu masih
tetap disebut „heng kiong” atau balai istirahat. Dan disekitar
beberapa puluh tombak dari heng-kiong ini, tak sembarang
orang dapat dikasih datang dekat, cuma pada Liong Kie siewie
serta beberapa perwira lainnya yang boleh me-lttasukiriya.
Sekalipun rimba cibelakang kuil bobrok termasuk daerah
terlarang.
Mo Lek bukannya Liong Kie siewie tetapi dialah Houw Gee
TOuw-ut, iapun menjadi hutongnya, yaitu wakil kepala dari San
Kie siewie, bahkan ia ditunjuk raja sendiri sebagai opsir
istimewa pelindung tuan puteri, maka ia dapat diajak memasuki
daerah terlarang itu dengan dipimpin dayang-
Mendengar halnya Puteri Tiang Lok mempunyai urusan
penting, hati Mo Lek berdebar. Ia ingat ialah pelindung puteri
dan puteri berhak memberi perintah kepadanya, karena itu, ia
tak perlu menghiraukan lagi keragu-raguannya. Begitulah ia
turut dayang itu.
Tengah hari itu hujan berhenti, sekarang diwaktu malam,
langit cerah. Sesudah mega buyar, rembulan pun jernih. Sejak
hampir sepuluh hari, baru malam ini orang menyaksikan si
Puteri Malam.
Ketika Mo Lek sampai didalam rimba diantara sinarnya
rembulan, ia melihat Tiang Lok Kongcu dengan pakaiannya
yang sederhana berdiri seorang diri dibawah sebuah pohon

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

cemara tua. Ketika puteri itu menggapai, dayangnya lantas


mengundurkan secara diam-diam.
Dengan menekuk dengkulnya, Mo Lek memberi hormat.
„Tiat Ceng menghadap Kongcu,” katanya „Entah ada urusan
apa Kongcu memanggilku ?”
Puteri Tiang Lok mengulur sebelah lengannya yang putih.
„Kaulah tuan penolongku, tak usah kau menggunai banyak
adat peradatan.” katanya halus. Ia hendak memimpin bangun
pahlawannya itu, hingga Mo Lek menjadi bingungjekas-lekas
dia bangun berdiri, untuk menyingkir. Kata dia : „Terima kasih
untuk kebaikan Kongcu, akan tetapi adat-istiadat diantara
menteri dan junjungannya tidak dapat dihilangkan.”
Alis lentik puteri itu berkerut.
„Disaat seperti ini, bagaimana kau masih menyebut adat
istiadat diantara raja dan menteri ?” katanya, perlahan dan
berduka. „Afakah tak dapat kau memandang aku sebagai
sahabatmu ? Aku paling tidak menyukai yang dihadapanku, kau
menggunai segala aturan yang mengekang dirimu.
Dengan terpaksa Mo Lek duduk berendeng dengan puteri
raja itu.
„Selama beberapa hari ini, kamu sangat menderita,” berkata
Tiang Lok Kongcu.
„Asal Sri Baginda dan Kongcu sehat-walafiat, tak berarti apa-
apa yang kami -derita,” kata pahlawan yang gagah itu.
Tiang Lok menghela napas, kami yang menyusahkan kamu,
katanya. „Ah, disaat kacau seperti ini, hidup didalam keluarga
raja sungguh hal jang sangat tidak beruntung. Tiat Ceng, aku
jadi mengagumi cara hidupmu didalam dania Kangouw !
Umpama kata aku bukannya seorang puteri raja, aku juga ingin
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

merantau keempat penjuru negara, untuk mengikuti kau


mengembara.
benar-benarnya.’
Mo Tek mengangguk, ia menjawab : „Tentara tersiksa hujan
dan angin makannya tidak cukup pakaiannya tidak lengkap
jikalau mereka menggerutu sedikit, itulah hal yang tidak dapat
dihindarkan. Mereka juga mengerti, semua ini disebabkan
didalam istana muncul segala dorna.”
Pemuda ini berlaku berhati-hati, ia tidak menyebut Yo Kok
Tiong.
Tiang Lok menghela napas pula.
„Tidak dapat kau mendustai aku,” kata nya. „Mereka itu
bukan melainkan menggerutu, mereka sebenarnya sangat
penasaran, hingga umpamakata hawa penasarannya itu sudah
naik sampai dilangit. Mereka membenci Yo Kok Tiong hingga
mereka menyesal tidak dapat makan dagingnya dan tidur diatas
kulitnya !”‘
Mo Kek heran dan kagum.
„Kongcu, kau telah ketahui itu?” katanya.
„Siang tadi telah datang Ong Su Lee, Utusan tentara dari
Hoo-goan,” katanya, .,Dia telah menghaap kepada Ayah sudah
lantas menanyakan urusan peperangan digaris depan. Sebelum
menjawab, dia menangis terlebih dahilu. Kata dia, semenjan Sri
Baginda berangkat, sema gat tentara menjadi berkurang. Ayah
tanya : „Apakah mereka menyesali kami sudah
meninggalkannya ?”‘ Ong Su Lee jawab : „Bukan. Mereka kata
sudah selayaknya Sri Baginda berangkat ke Barat karena untuk
keselamatan diri buat menjaga kesejahteraan negara, supaya
keraja an tidak putus turunan. Mereka hanya menyesalkan dan
penasaran terhadap menteri besar yang pernah menerima budi
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berlimpah limpah dari Sri Baginda disaat genting dari negara


ini, tidak berani mengajukan diri guna melawan musuh,
sebaliknya melainkan membelai kepentingan diri sendiri,
bahkan dengan menggunai pengaruh Sri Baginda, sudah main
gertak sana gertak sini. Oleh karena itu asal Sri Baginda berlaku
adil dalam mengganjar dan menghukum, supaya yang, berjasa
dianugerahi dan yang berdosa dihukum, pastilah semangat
tentara itu akan | terbangun pula sendirinya. Mendengar itu,
ayah berdiam. Ayah dapat menerka siapa yang dimaksudkan
urusan itu. Lewat sesaat baru ayah berkata: “Aku tahu sudah,
kau setia dan jujur, kaulah tiang Negara. Maka Ong Su Lee
lantas diangkat menjadi Liong-yu Ciattouwsu dari Hoo See. Tapi
mengenai mengganjari yang berjasa dan menghukum yang
berdosa ayah tidak menyebut-nyebut sepatah kata juga …
„Tentang pemerintah mengajarkan atau menghukum aku
tidak berani sembarang mengutarakan sesuatu.”kata Mo
Lek.”Akan tetapi apa yang aku tahu ialah di dalam ka langau
Gie Lim tun orang oersatu hati dan bersatu pikiran dengan
pandangannya ialah semuanya mengharapkan utusan dari Hoo-
goan itu ialah semuanya mengharapkan Seri Baginda
menegakkan aturan pemerintahan buat menyingkirkan segala
dorna dan sebaliknya mempercayai menteri-menteri arif
bijaksana.
„Ong Su Lee tidak berani bicara terus-terang didepan ayah,
berkata pula Tiang Lok Kongcu.”Hanya kemudian selagi hendak
berpamitan buat berangkat pulang, secara diam diam dia sudah
bicara dengan Hu-Kee Tay Ciangcun Tan Goan Lee.,,kata dia: ‘
Yo Kok Tiong telah membangkitkan kekacauan kejahatannya
sudah melampui batas, semua orang sangat membenci dan
bersakithati terhadapnya, maka itu kecuali dorna itu
disingkirkan pastilah rakyat bakal memisahkan diri. Atas itu Tan
Goan-Lee berkata; “Urusan ini sangat besar biarlah aku

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mendayakannya dengan perlahan Jahan. Tan Goan Lee masih


malang kepada Yo kun Hu, dari itu tidak berani dia turun
tangan. Dia tahu aku sangat disayangi ayah, mungkin dia juga
mengetahui samar-samar bahwa aku tidak puas terhadap
keluarga Yo, maka dengan cara diam diam dia telah menemui
aku dan telah menyampaikan kata-katanya Ong Su Lee padaku
setelah mana dia minta aku berdaya untuk bekerja guna negara
buat menyingkirkan dorna itu. Habis apakah dayaku ? Memang
ayah menyanyangt aku tetapi ia lebih mencintai Yo Kui Hui.
Ketika aku menyebut nama Yo Kok Tiong didepan ayah, ayah
menggeleng-geleng kepala dan menarik napas panjang lantas
ia melarang aku bicara lebih jauh. Ayah demikian ragu-ragu
maka itu aku kuatir sekali ! Cerajaan Long yang besar ini nanti
lenyap ditangannya keluarga Yo itu . . . •
Tiba-tiba saja darahnya Mo Lek bergolak. Ia kata „Conjcu
apabila kongcu memerlukan tenaga hamba sekalipun mesti
mati berlaksa kali, hamba tidak nanti menampik.
Baru Mo Lek berkata begitu, mereka lantas mendengar
batuk-batuknya sipelayan wanita dan sisi rimba. Tiang Lok
terkejut segera ia kata perlahan : „Ada Orang datang ! Pergi,
pergilah kau memikir dan mendayakannya, tetapi ingat, jangan
sembrono!’
Pelayan itu sudah datang menghampir-kan, maka dengan
dipepayang dia, Tiang Lok lantas berlalu kedalam rimba.
Hampir berbareng dengan itu, disitu ter dengar suara
tertawa berkakak dan orang yang tertawa besar itu lantas
muncul, Mo Lek melihat Oe-bun Thong. „Sungguh kau gembira
sekali, Tiat Touw-ut !” kata dia, tertawa pula. Adakah kau
seorang diri menggadangi si Puteri Malam disini ?” ,
„Aku lagi meronda ?” sahut Mo Lek cepat dan ringkas.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Oh,, kau lagi meronda ?” sep itu me-negaskan. „Apakah kau


melihat orang yang mencurigai di dalam rimba ini ? Barusan
aku pun mendengar suara orang „ . . mari kita memeriksa
bersama !”
Mo Lek merasa tidak enak sendirinya, meski ia tahu tidak
melakukan sesuatu yang tidak pantas. Apa yang ia kuatirkan
ialah Tiang Lok Kongcu nanti ada yang ceritakan secara yang
tidak-tidak.
„Terima kasih, Ce-bun Ciangkun, tak usah mau mencapaikan
diri.” katanya. „Aku sudah memeriksa, aku tidak melihat
sesuatu yang mencurigakan.
Oe-bun Thong tertawa pula, suaranya nyaring. Habis tertawa
itu, mendadak ia ka ta perlahan : „Tiat Toaw-ut, apakah kau
tengah menantikan orang ? Benarkah kau tidak melihat sesuatu
? Barusan aku melihat satu bayangan orang, dia mirip pelayan
nya Tiang Lok Kongcu.”
Mo Lek percaya orang tidak memergoki si tuan puteri sendiri,
hatinya menjadi mantap*
„Jangan berkelakar, Oe-bun Ciangkun!” katanya. „Mungkin
mata kau kabur ! Kenapa aku tidak melihatnya ?”
Mo Lek kuatir sekali Oe-bun Thong memaksa hendak
mencari, siapa tahu mendadak panglima itu tertawa berkakak,
habis mana dia kata : „Tiat Touw-ut, karena kau bukan lagi
menunggui orang, mari kau turut aku ! Disana justeru ada
orang yang lagi menantikanmu !”
Mo Lek menyangka orang maksudkan Tiang Lok Kongcu,
maka ia kata : ,,Oe-bun Ciangkun, sudah jangan kau main-main
aku . . . aku …” Ia mau menerangkan bahwa ia tengah
melakukan tugas melindungi Puteri Tiang Lok, kalau tuan puteri
mau memanggil ianya, tuan puteri dapat menitahkan orang

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kebiri, atau Oe-bun Thong sudah menyela, katanya sungguh-


sungguh : „Siapa main-main denganmu ? Siang-kok yang
menitahkan aku mengundang kau ”
Heran Mo Lek. Yang dimaksudkan „Siang-kok” itu . . .
perdana menteri … ialah Yo-Kok Tiong.
„Apa ?” tanyanya menegasi. „Apa ? Yo Siangya menantikan
untuk menemui aku?”
Lagi-lagi panglima itu tertawa lebar.
„Kau kaget rupanya!” katanya. „Haha Ah, anak, kau
sungguh beruntung ! Mari lekas turut aku [”
Dengan sikap sangat akrab, sep ini memegang tangan
orang, untuk ditarik.
Mo Lek masih ragu-ragu, tetapi segeia ia dapat menetapkan
hati.
„Paliag juga aku mati satu kali ! pikirnya. „Buat apa aku
takuti Yo Kok Tiong ? Dia mau menemui aku, ini justeru
ketikanya yang baik ! Biarlah aku menanti ketikaku untuk
membinasakan dia !”
Maka ia turut sep itu.
Yo Kok Tiong mendapat tempat dibe-lakangnya kuil, disitu
ada pintu lainnya bu at orang masuk dan keluar, terpisah dari
tempat raja atau puteri. Mo Lek diajak me masuki sebuah pintu
samping, disitu dikiri dan kanan lorong, penuh penjaga barisan
pribadi Y o Kok Tiong. Perdana menteri itu duduk seorang diri
di dalam sebuah ruang.
,,Tiat Touw-ut sudang datang!” Oe-bun Thong memberi
lapoian setelah dia menghadap orang besar itu.
Yo Kok Tiong tertawa menyeringai, memperlihatkan roman
dornanya yang licik.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Bagus, bagus !” katanya, nyaring. „Tiat Touw-ut, kaulah


seorang menteri yang berjasa telah melindungi Seri Baginda !
Se benarnya aku ingin siang-siang menemui kau, sayang aku
mempunyai banyak urusan jangan, jangan kau menggunai
adat-peradatan ! Mari. mari duduk disini !”
Bukan main ramahnya perdana menteri ini, akan tetapi,
melihat dia, bukan kepalang gusarnya Mo Lek, hatinya panas
tak terkirakan, hingga ingin ia segera turun tangan
membinasakannya, atau tiba-tiba ia ingat pesan Tiang Lok
Kongcu untuknya sabar dan berhati-hati. Ia pikir : „Memang
rakyat sangat membenci Yo Kok Tiong ini tetapi untuk
membikin kebencian itu sirna paling baik biarlah Seri Baginda
sendiri yang menggunai uadang-uudang negara yang sah !
Atau lain jalannya yaitu semua tentara mendakwa dia
membuktikan kesalahannya, supaya dia dihukum mati secara
sah agar hati orang menjadi puas dan reda. Laginya dengan
adanya Oe-bun Thong disisi-nya, belum tentu aku akan berhasil
membunuhnya. Taruh kata aku dapat membunuh dia,
penasaran tentara masih belum disampaikan ke atas. Biarlah
aku bersabar dulu.”
Meski ia muda dan hatinya keras, pemuda ini tidak
sembrono, maka itu, habis berpikir demikian, dapat ia
menenangkan diri. Ia menghadap perdana menteri itu. sembari
memberi hormat, ia tanya : „Entah ada perintah apa maka
Siangya memanggil aku ?”
Yo Kok Tiong bersikap ramah.
„Aku paling senang dengan anak-anak muda yang pandai !
Katanya manis. „Tiat Touw-ut, ilmu silat kau liehay, kau juga
telah bferjasa melindungi Seri Baginda, maka asal kau dapat
membawa diri baik-baik pasti sekali hari depanmu tiada
batasnya ! Sekarang ini, pangkatmu cuma membuat kau
kecewa Kok Tiong bicara sambil melirik pemuda itu, ia
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bersenyum sebagai juga orang tidak bersenyum. Ia sedikit


jengah karena atas kata-katanya itu, Mo Lek tidak mem-berikan
sesuatu pengutaraan.
Oe-bun Thong duduk dekat dengan si anak muda, dengan
sikutnya ia menyentuh sembari ia berkata : „Tiat Touw-ut.
Siang-ya berniat mengangkat kau, kenapa kau tidak
mengucapkan terima kasihmu ?”
Mo Lek berkata, dengan tawar : „Terima kasih untuk
kebaikan Siangya. Tiat Ceng bekerja kepada Seri Baginda dan
telah melindunginya itu semua sudah menjadi tugas
kewajibannya ! Bahwa Seri Baginda sudah begitu murah hati
melepaskan budinya dengan memberikan suatu pangkat,
rasanya itulah tidak selayaknya, itu bukannya hakku untuk
menerima oleh karena itu, mana aku berani menyebut kecewa
?”
Yo Kok Tiong melengak sejenak, lalu ia tertawa lebar.
„Tiat Touw-ut, kau tidak temaha akan jasa, kau juga tidak
jumawa, sungguh kau mirip dengan jenderal-jenderal besar di
jaman purbakala !” dia memuji. Sikapmu ini membikin lohu
makin menghargai kau ! Akan tetapi kau haruslah mengenal
peribahasa yang mengatakan bahwa manusia itu mengharapi
tempat tinggi untuk memanjat dan air itu mengharap tanah
rendah untuk mengalir, karena itu, apakah kau benar-benar
tidak memikir untuk naik ke atas ‘
Kok Tiong mau menunjuki sikap akrab nya, maka sebagai
ganti kata „aku.” ia me nyebut „lo-hu” … si Orang tua.
Mo Lek lantas menjawab, sederhana : „Siapa tidak berjasa,
dia tidak menerima ganjaran, oleh karena itu, walaupun
Siangya memikir buat mengangkat ku siorang she Tiat,
menyesal sekali, tak berani ku menerimanya.”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Yo Kok Tiong mentafsirkan keliru kata-kata orang, ia


tertawa.
„Tiat Touw-ut,” katanya pula, „asal kau mengarti kebaikan
lo-hu, maka kita te lah menjadi orang dari satu rumah. Kau
tahu sang hari panjang sekali, dari itu tak akan menemukan
harinya untuk kau balas kebaikanku ini !” berkata sampai di
situ, perdana menteri ini m’eneruskan, dengan suara perlahan
sekali : „Katanya di antara tentara ada sir&ra yang
menyesalkan atau penasaran terhadap lohu, apakah kau
mendapat dengar itu ?”
Mo Lek segera juga mendusin. Baru sekarang ia mengarti
perdana menteri ini „mengundang” ia karena orang hendak
mem baikinya, supaya ia menjadi konconya. Ia menduga
tentulah orang sudah ketahui ten-tang perasaan tidak puas
diantara tentara yang lagi menderita itu, rupanya salah seorang
sievvienya telah memberikan laporannya, Ia berpura-pura tidak
tahu. Ia juuteru balik menanya :
„Benarkah ada hal demikian ?” pemuda ini balik bertanya.
„Piet-cit belum pernah mendengar itu. Entah mereka itu
penasaran bagaimana ?”
Mukanya Yo Kok Tiong menjadi merah Perwira muda ini
menyangkal, karena itu, mana dapat ia menjawab dengan
menyebutkan apa yang tentara bilang ? Bukankah itu
dampratan untuk dirinya ? Dasar ia licin, dengan lekas ia
mendapat pikiran. Maka ia kata : „Sekarang ini kita menderita,
ini lah untuk sementara waktu saja. Bahwa ada tentara yang
tidak puas dan jadi mengoceh karenanya, itu pun jamak, hal itu
tidak da pat dihindarkan. Loliu telah menerima ke baikan dari
Seri Baginda, yang menyayangi ku, tidak nanti Idhu dapat
meluputkan diri dari sirik hati dai kedengkian. Apa yang lohu
kuatirkan ialah ovang busuk nanti me ngadu biru dan bekerja
secara diam-diam dari dalam, Untuk membangkitkan
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kegusarannya tentara terhadapku, supaya mereka


menentangku. Tiat Touw-ut, kau seorang pintar, jikalau kau
dapat bekerja untuk lohu lupakan kebaikanmu itu ‘
Md Lek terus berlagak pilo’n.
„Siangya, Tiat Ceng bodoh sekali, masih ku belum mengarti
maksud Siangya,” sahutnya.
Kok Tiong melirik anak muda itu, terus sinar matanya pindah
kepada Oe-bun Thong. Dia ini mengarti, dia tertawa, lantas dia
kata pada Mo Lek ; „Tiat To’uw-ut apakah benar-benar kau
masih belum mengarti ? Siangya menghendaki kau menjadi
mata-matanya Siangya ! Yaitu, siapa saja yang menentang
Siangya, apabila kau mendapat tahu, kau mesti lekas
melaporkan l’ Bikan main panasnya hati Mo Lek. Pikirnya :
„Kiranya Yo Kok Tioag berani mengajak aku menjadi gundalnya
! Hm ! Hm ! Dia belum tahu aku siapa !” Ia baru mau
mengumbar hawa amarahnya atau ia terpaksa menundanya.
Ketika itu seorang kauw-wie bertindak masuk.
Melihat opsir muda itu. Yo Kok Tiong menjadi gusar. Ia
membentak : ,,Aku lagi bicara dengan Tiat touw-ut, aku tidak
mau menemui tetamu lainnya ! Bukankah aku telah memberi
pesan kepada kamu ?”
Kauw-wie itu lantas menekuk lutut. „Inilah Lie Kong-kong
bersama utusan dari Ouigour yang mohon menghadap,” ia
memberitahukan.
Yang dipanggil Lie Kong-kong itu ialah thaykam yaitu oaag
Kebiri dari Tang Ki-ong keraton Timur. Dia bernama Hu Kok.
Diantara rombongan orang kebiri, dialah yang pengaruh dan
kedudukannya cuma berada di bawah KhoLekSu, Dia
mendapati kesayangannya kaisar maka juga diangkat Tang
Kiong lwee sie yaitu thaykam dnera-ton Timur itu.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Yo Kok Tiong melengak mendengar keterangan itu. Ia tidak


pernah menyangka bahwa yang datang itu Lie Hu Kok bahwa
bersama urusan dari sebuah bangsa asing Dengan setejap saja
lenyap sudah kemarah , annya. Sambil mengulaskan
tangannya, ia berkata: „Itau minta Lie *ong~kong bersama
utusan itu beristirahat dulu sebentar, di dalam kamar tulisku,
Bilang bahwa aku segera akan datang.
Mo Lek sementara itu bercariga. Pikirnya: „Dari mana
datangnya, utusan dari Ouigour dari segala ! Kenapa tengah
malam butarata ini mereka masih datang untuk mohon
menghadap ? tni puia kuma sebuah kuil, rosokan, pitak Yo ini
telah menempati separuhnya buat tinggal saja maxih be urn
cukup, bagaimana dia masih mempunyai kamar tuli»? Kasihan
itu segala perwira yang mesti berdiam didalam tenda ! Lebih
kasihan lagi, semua tentara yang mesti tinggal di tempat
terbuka menderita gangguan hujan dan angin ! …..
Mendadak Kok Tiong berbatuk. ..Tiat Touw-ut ! ‘ katanya.
Ya!” salut Mo Lek cepat sambil ia menahan amarahnya.
Kok Tiong tertawa, habis itu ia berkata „Tadi kita bicara
sampai dimana ya . Ya, aku ingat sekarang ! Kau menyebut
bahwa tanpa jasa kau tidak dapat menerima anugerah !
sekarang begini saja. Asal kau bekerja suneguh-sungguh buat
gunaku itu berarti kau berasa kepadaku, pasti aku akan mem
beri pangkat Kepadamu ! Baiklah ! Didepan taatamu sekarang
ini ada suatu kemuliaan b’sar luar biasa lagi menantikanmu. aku
tanggung kau tidak menyangka-nyangkanya Mo Lek gusar
berbareng heran ia jadi ingin mengetahui maka ia menahan
sabar sebisa- o^a. Kata ia: „Lebih dahulu aku menghaturkan
terima kasih buat kebaikan Siangnya yang sudak mengangkat
padaku, hanya aku masih belum tahu, kemuliaan be sar,
apakah itu yang lagi menantikan aku? ‘ Yo K o c: Ton» melirik.
Dia tertawa. „Tiang Lok Kongcu menyukai kau, kau tahu atau
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tidak ?” katanya. Haha ! Loo-hu telah mengetahui itu !


Hanyalah orang dengan martabat sebagai kau. tidak pantasnya
untukmu menjadi hu-ma menantu raja ! A-kan tetapi dengan
adanya loohu yang nanti membantumu, asal aku minta Yo Kui-
Hui, bicara dengan Seri baginda pasti SeriBagin da bakal
mengambil tindakkan istimewa un tuk menyampaikan cita-cita
kamu ! Nanti, tanpa menanya lagi tentang asal usul
keluargamu, tuan puteri tentulah bakal dijodohkan padamu !
haha ! Nah, inilah itu kemuliaan yang luar biasa yang kau tidak
sangka-sangka :”
Inilah siasat Yo Kok Tiong yang dengan sebutir batu hendak
meudapatkan dua ekor burung yang satu ialah untuk membikin
tunduk kepada ini anak muda yang jujur gagah dan berhati
Keras yang lain guna ia dapat membaiki Tiang Lok Kongcu supa
ya tuan puteri tidak menentang sepak terjang keluarga Yo Kok
Tiong telah menduga kalau Mo Lek sudah mendengar keterang
annya Mo Lek tentu bakal menjadi sangat girang, dia pasti akan
berlutut dan mengangguk-angguk. buat menghaturkan terima
kasihnya. Akan tetapi ia menerka keliru.
Mendadak muka si anak muda menjadi merah sebaliknya
dari pada bergirang dan hatur terima kasih secara hangat ia
justeru menjadi gusar.
„Siangnya, kau telah keliru melihat orang !” kata ia keras.
Habis sudah kesabar annya, hingga tak dapat ia menahannya
terlebih jauh, Memang Tiat reng mengharap kan kemuliaan
akan tetapi dia bukanlah o-rang bina dina dan tak tak tahu
malu sebagaimana yang kau terka, yang mengharap
mencari^kedudukan dengan jalan mengandalkan kun dan ikat
pinggang!’
„Kun atau kain rok wanita serta ikat pinggang berarti orang
perempuan. Dengan kata-kata itu, terang sudah diartikan
bahwa Yo Kok Tiong menjadi perdana menteri se bab dia
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengandalkan Yo Kui Hui, Tentu saja mendengar demikian,


perdana menteri ini menjadi gusar sekali.
„Tiat Keng ! serunya: „Kau . . . kau …. tidak tahu diri !”
Suasana lantas saja menjadi panas sekali Umpama busur
dan jemparing talinya sudah ditarik dan tinggal dilepaskan saja.
Justeru itu, waktu tiba-tiba terdengar jeritan aduh-aduh dari
dua orang serdadu, pengiringnya Yo Kok Tiorg disusul dengan
suara robohnya mei eka disusul pula dengan ini bentakan
hebat, ,,Minggir ! Minggir ! Akulah Lao Hek yang datang kau
tak usah melaporkan lagi !
segera terlihat orang yang menyebut di rinya. „Lao Hek” itu,
si Hitam yang tua, mandul diambang pintu. masuk kedalam
ruang itu, Dialah Oet-tie Pak yarg tangannya mencelat, rujung
emasnya, Kim pian-ang jalan dengan tindakan cepat, dan lebar,
sedang dibelakansnya tertampak Cin-Siang rekannya.
Yo Kot Tiong terperanjat, akan melihat dua orang panglima
itu. Dia menjadi perdana menteri itu artinya disebelah atas, dia
cuma ada satu orang, ialah raja dan di bawahnya ialah laksaan,
ialah semua menteri dan pembesar negeri, meski begitu terha
dap Oet-tie Pak, dan Cin Siang, dia jeri bukan main. Inilah
sebab, walau pun pangkatnya melainkan Cung-kun jenderal,
dua orang itu menjadi turun lagi dua orang, menteri besar yang
telah turut membangun kerajaan yang jasanya luar biasa besar.
Lebih lebih Oet tie Pek yang menjandaikan ruyung emasnya itu.
yang menjadi hadiah dari mendiang Kaisar Thay Cong yang
tabiatnya keras sekali. Dia tidak takuti siapa juga. Sekarang
turunan Oet tie Kiong itu datang dengan romannya bermuram
durja bagaimana hatinya tidak manjadi kecil.
Begitu berada didalam, Oei tie Pek menyapu dengan
sinarmatanya keseluruh ruang itu.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

,,Ha, adik Tiat, kau benar-benar ada disini, dia berkata


nyaring. Toh hatinya lega sebab dia dielihat saudara ini tidak
kurang suatu apa, hingga amarahnya lantat menjadi sedikit
reda Segera dia menghadapi Yo Kok Tiong untuk memberi
hormat sambil dia berkata. Maaf untuk kesernbronoanku dan
aku mewartakan lagi !”
Yo Kok Tiong cerdik luar biasa, dia sangat licin. Dengan
lantas dia tertawa terbahak. Dengan begitu dia mencoba
menyembunyikan kemarahannya Berteutangan dengan hatinya,
dia berkata Jie wie Ciang kun, kedatanganmu ini ada suatu
kehormar tan besar untukku ! Biiat mengundang saja
sebenarnya aku tidak berani. Aku justeru hendak memohon
maaf buat orang sebawa-hanku yang hingga sikapnya
mendatangkan kemurkaan Ciang kun, Loohu minta sukalah
jiewie memandang mukaku dan memberi ampun pada mereka
itu. Silahkan duduk. Mana orang, lekas menyajikan teh !
„Bagus, bagus !” Oei tie Pak tertawa lebar. Terima kasih.
Terima kasih ! Perutku si Lak Hek sedang kosong jikalau aku
minum tehmu yang harum tak sanggup aku ber tahannya, oleh
karena itu lebih baiklan un tuk aku tidak meminumnya !”
Yo Kok Tiong likat sekali tetapi dia masih berkata. Seri
Baginda membuat perjalanan pesiar ini ia membikin Jiewie
Ciangkun menderita banyak, syukur hujan sudah berhenti maka
tidak beberapa hari lagi pasti kita akan bebas dari
kesengsaraan ini.
Kata Oei tie Pak. “Kami menderita sedikit itulah tidak berariti
Yang syukur ialah kalau kau tidak turut menderita. Siangya.”
Mukanya Kok Clang merah Dia malu. Tapi dia tidak
Kekurangan alasan untuk membuka mulutnya. Kata dia sengit:
Dasar pemberontak yang jahat dia sudah menerbitkan huruhara
! Sudah jalanan begini sukar, kita juga keputusan barang

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

makanan, dengan begitu loohu bersama Baginda mesti


merasakan kepahitan ! Jiewie Ciangkun entah ada pengajaran
apakah dari jiewie untukku loohu’
-oo00dw0oo-

Jilid 25
Didalam hatinya Oe-tie Pak mencaci ,Dasar muka tebal !
Mengapa kau tidak mau menyebut bahwa kau menderita
bersama tentara?.’ Sebenarnya ia hendak mengatakan lainnya
yang lebih tajam akan tetapi Cin Siang mengedipi mata.
„Aku justeru hendak menanyakan Siang- ya,” kata orang she
Cin ini, yang sabar dan pandangannya jauh. „Siangya
mengundang Tiat Touw-ut, ada urusan penting apakah yang
hendak dibicarakan ?”
„Tidak, tidak apa-apa!’ sahut Kok Tiong cepat. ,.Dia berjasa
sudah melindungi Sri Baginda lohu belum pernah bertemu
dengannya, dari itu lohu mengundang dia untuk duduk dan
beromong-omong.
Berkata begitu perdana menteri ini melirik Tiat Mo Lek. la
kuatir orang nanti menceritakan segala apa hingga ia bakal
menjadi hilang muka. Syukur untuknya si anak muda bungkam.
Berkata Cin Siang pula : „Kalau tidak ada urusan yang
penting, kami justeru hendak bicara dengan Tiat Touw-ut. „Nah
ijinkan kami mengundurkan diri !’
Hatinya Kok Tiong berdebaran, dia justeru menyesal tak
dapat menyuruh orang pergi, maka perkataannya Cin Siang
sangat menggirangkan padanya, akan tetapi walaupun
demikian, dia masih berpura menahan, buat bicara lagi

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

beberapa patah kata, habis mana dia mengantarkan mereka itu


bertiga keluar.
Tiat Mo Lek membuka tindakan lebar, memperdengarkan
tertawa dingin. Diwaktu berlalu, ia tidak membuka suaia apa-
apa dan juga tidak memberi hormat lagi kepada perdana
menteri itu, hingga ia membuatnya Kok Tiong mendongkol
bukan buatan, Baru sesudah berada didalam rimba ia membuka
mulutnya, buat bernapas guna melegakan dadanya yang pepat.
Bagaimana kamu ketahui aku berada ditempatnya Yo Kok
Tiong ?” demikian pertanyannya yang pertama.
Oe-tie Pak tertawa.
,,Tiang Lok Kongcu kuatir kau nanti dapat susah ia
menyuruh kami pergi untuk melindungimu !’ sahutnya, la
tertawa ada artinya.
Memang Tiang Lok Kongcu tidak segera kembali ke
kamarnya, la bersembunyi di dalam rimba Hugga ia mendapat
dengar pembicaiaannya Oe-ban Thong dengan Tiat Ceng. Ia
menjadi kaget dan bingung mendapat tahu si anak muda
..diundang Yo kok Tiong Mulanya ia tidak tahu mesti berbuat
apa, syukur ia lantas mendapat pikiran, maka lantas ia
menyuruh seorang ke biri memanggil Oet-tie Pak dan Cin Siang
buat menitahkan mereka berdua pergi melihat. Ia mengajari
akal bagaimana mereka itu harus menemui si perdana menteri.
Oe-tie Pak tertawa pula.
Kongcu kuatir kau nanti dicelakai Yo Kok Tiong, ia kuatir
bukan main hingga ia duduk salah berdiri salah !’ kata ia lagi.
Kelihatannya ia mengandung sesuatu maksud terhadap
dirimu !”
Mukanya Mo Lek merah hingga telinganya panas.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Oh Oe-tie Toako, tak dapat kau berkelakar secara begini!”


katanya, mencegah.
Simuka hitam tertawa pula.
“Kenapa tak dapat’ katanya. „Aku pun tidak berkelakar !
Kongcu menjadi seorang puteri yang harus menikah, kalau ia
menikah denganmu, apakah halangannya ? Eh. adik Tiat,
jikalau ia menjadi tuan pueri yang lainnya tidak berani aku
menganjurkan kau menikah dengannya. Tiang Lok Kongcu
adalah lain. Dia puteri yang cerdas yang mengerti segala apa,
sedang juga dia mengerti silat dan surat. Untuk kaum wanita,
dia lah seorang gagah ! Beruntunglah kau jikalau kau menikah
dengannya”.
Terhadap Yo Kok Tiong. dapat Mo Lek mengumbar hawa
amarahnya. Terhadap Oet-tie Pak, tidak, Oet-de Pak juga
bermaksud sungguh-sungguh. Maka terhadap sahabat ini mau
ia bicara tenia terang.
.,Toako tidak tahu, aku telah mempunyai tunangan,’
katanya.
Oet-tie Pak melongo, terus ia tertawa. “Dasar kau sembrono
! ‘ katanya. „Siapa tidak tahu, dia tidak bersalah ! Saudara Tiat.
harap kau maafkan aku si Lao Hek yang telah salah omong ! ‘
Cin Siang sebaliknya menanya. “Saudara Tiat, siapakah
tunanganmu itu ?.
Ialah anaknya Locianpwe Han Tam,’ Mo Lek
memberitahukan.
Dua-dua Cin Siang dan Oet-tie Pak ter tawa terbahak.
..Kiranya orang yang dikenal baik !’ seru mereka berbareng.
„Memang nona itu menang banyak apabila dia dibandingkan
dengan Tiang Lok Kongcu !”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kemudian Oe-tie Pak meneruskan : ,Aku tidak percaya Yo


Kok Tiong demikian baik hati. Tak perlunya tanpa maksud dia
mengundang kau datang duduk memasang omong disini !
Sebenarnya dia mempunyai arusan apakaft?”
Mo Lek mendongkol sekali, tapi ia beri keterangan.
„Dia menghendaki aku menjadi gundalnya‘ katanya sengit.
Lalu ia menjelaskan maksudnya dorna itu, yang telah
membujuk dan mengancam padanya. Ia hanya tidak se but
halnya Kok Tiong mau jadi comblang, untuk jodohnya. ,,Yo Kok
Tiong menjadi dorna Thian dan raky.it gusar palanya.”kata Jm
Siang, ,,kalau dia tidak insaf dan berobah kelakuannya, entah
bagaimana n nti jadinya. Jangan jangan negara pun bakal
lenyap di- tangannya …
,,Tadi ada dua orang utusan dari Oui-gour datang mohon
bertemu dengan Yo- Kok Tiong toako atau tidak ?” kemudian
Mo Lek tanya Cin Siang.
,,Aku telah mendengarnya.” sahut orang yang ditanya. ,.
Sebenarnya mereka bukan diminta untuk datang oleh Yo Kok-
Tiong”
Kaisar Hian Cong terdesak oleh pem- berontakkan, ia tidak
berdaya, ia hendak minta bangsa asing untuk menindas
pemberontakkan itu. Dalam hal ini, dia tidak memikir panjang.
Begitulah ia minta bantu an bangsa Ouigour,maka bangsa itu
mengirim perutusannya yang terdiri dari dua orang anggauta
itu.
Syarat yang diajukan bangsa Ouigour itu berat, kota atau
daeiah yang dia dapat dudukan wanita dan barang berharga
semua harui menjadi miliknya. Kaisar lantas bermupakatan
dengan Tan Goan Lee Wie dian So Gui Hong Cin dan lainnya,
semua menteri dan panglima itu menolak. Melainkan Yo Kok
Tiong seorang menyatakan setuju. Alasannya ialah. Janganlah
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

karena urusan kecil, kita menggagalkan urusan besar. Artinya,


biarkan bangsa asing itu merampas orang-orang perempuan
dan barang berharga kita, asal negara ketolongan.
Beberapa orang lantas mengikuti angin berobah haluan,
menyetujui pikiran Yo Kok Tiong itu, karenanya, kedua pihak
menjadi memperebut alasan, hingga urusan menjadi gantung
„Kalau begitu rupanya perutusan Oui-gour itu telah melihat
jalannya maka mereka mengambil jalan menghubungi Yo Kok-
Tiong,” Cin Siang mengutarakan dugaannya. Tentulah mereka
mau minta bantuannya Yo Kok Tiong dan Yo Kui-Hui guna
membujuki Seri Bag’nda. Hin, dengan demikian, pastilah sudah
Yo Kok Tiang bakal menerima banyak uang dan permara.
Mo Lek gusar sekali. Kata dia teras: „Jikalau Yo Kok Tiong
tidak menghiraukan rakyat, rakyat juga tidak menghendakinya
lagi !
„Perlahan, saudara Tiat,” kata Cin-Siang. „Segala apa biarkan
Seri Baginda yang memutuskan, kita sendiri tak dapat kita
bicara sembarangan. Jikalau ada orang dengar suaramu ini, kau
dapat di tuduh sebagai penghianat . . ,
Oet-tie Pak pun gusar.
“Cin Toako, apakah kau pun takut?” tanyanya. .Apakah
dapat kita membiarkan Yo Kok Tiong berbuat sesuka-sukanya
saja?
Cin biang menyeringai sedih.
„Habis, apakah dapat kau membinasakan Yo Kok Tiong ? ‘ia
balik tanya. „Dengan impianmu, kau cuma dapat menggertak
dia, apabila sampai terjadi benar benar sampai terjadi kau
menghajar dia, aku kuatir Seri Baginda bisa melupai jasa besar
leluhurmu ! Pangkat kita cuma Liong Kie Touw oet, tugas kita
cuma melindungi keselamatan Seri- Baginda, karenanya urusan
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

negara yang besar bukanlah urusan yang d pat kita campur


mengurusnya ”
Oct tie Pak mendongkol sekali. Kata ia “kalau sampai terjadi
Yo Kok tiong menyentuh aku, biar aku mesti kehilangan jiwaku,
pasti, akan aku hajar dia!’
„Sudah, sudah! Cin Siang kata pula- “Jangan kita.
mengumbar saja nafsu-amarah kita ! Marilah kita tidur!
Habis mengumbar kemendongkolan itu, Oet-tia Pak pun
dapat menyabarkan diri
Sebaliknya dengan Mo Lek. Malam itu, pikirannya sangat
kusut, sampai ia tidak, dapat tidur pulas, la berkata didalam
hati: “Raja dengan Yo Kok Tiong menjadi sanak satu dengan
lain, maka raja tidak nanti menegur atau menghukum iparnya
itu, sedangkam para menteri jeri terhadap pengaruhnya
sidorna. Bahkan Cin Toako sungkan membangkitkan
kemarahan dorna itu. Ah, apakah benar sudah tidak ada daya
lagi untuk menyingkirkannya.
Masih ada satu hal lain yang membuat anak muda ini
pusing” Itulah Tiang Lok Kongcu, yang pergaulannya dengan ia
makin akrab. Tuan putri itu yang selalu men cari jalan
merapatmya. Ia sendiri tak sedikit juga ia menaruh hati pada
Putri itu. Sampai malam tadi Tiang Lok bicara dengannya dan
Yo Kok Tiong menimbulkan soal jodoh mereka… juga kata-
katanya Oet- tie Pak. mau atau tidak, ia jadi memikirkannya.
,,Sampaipun Oei-tie Toako telah mendapat lihat,” Pikirnya.
“Mungkinkah benar Putri Tiang Lok jatuh hati kepadaku ? Satu
Ong Yan Ie sudah membikin aku sangat pusing, bagaimana lagi
kalau muncul Tiang Lok Kongcu ini ? Mana aku membebaskan
diriku ?

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Benar-benar malam itu Mo Lek tidak dapat tidur nyenyak,


maka mendekati pagi, p kitannya masih kacau, ia bagaikan ling-
lung. Mendekati tengahari, selagi ia menantikan pelayannya
membawakan barang makanan, tiba-tiba ia mendengar suara
berisik diluar kemah Ia lantas pergi keluar untuk melongok.
Segera ia mendapat kenyataan be berapa orang lagi dikurung
sejumlah serdadu, bahkan lantas dikenali, beberapa orang itu
yalah tukang masaknya Yo Kok Tiong.
Beberapa koki itu tengah memotong seekor babi panggang
bersama beberapa rupa barang makanan lainnya, yang
menyiarkan bau harum sedap. Babi panggang itu yang hendak
dirampas.
Beberapa orang koki itu melihat munculnya Mo Lek. Mereka
juga melihat sianak muda mengenakan pakaian orang berpang-
kat, mereka menganggap bahwa mereka menemui bintang
penolong, lantas mereka berteriak teriak: “Tayjin tolong !
Tayjin, tolong tolong !’
Mo Lek sudah lantas menghampirkan.
„Kamu letaki babi panggang itu, selesai sudah urusanmu.”
kata ia. “Aku jamin bahwa mereka tidak bakal membunuh ka-
mu!”
Kawanan serdadu iiu lantas berseru seru. “Akur ! Kami cuma
menghendaki babi panggang itu ! kami tidak memikir untuk
makan daging kamu ! Tidak menjadi apa jikalau Yo Kok Tiong
makan sedikit kurang ! kami orang sudah makan babakan
pohon dan rumput!’
Selagi berisik itu, disana datang sepasukan serdadu
pengiring Mereka mendekati, sambil memegang cambuk,
dengan itu lantas dengan ?embarangan mereka mencambuk
pergi pulang pada rombongan serdadu itu. Mereka jug
mencaci: “Kamu kelaparan sampai menjadi kalap pikiran, ya !
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bagai mana kamu berani hemdak merampas barang hidangan


Siangya yang diperuntukan para tamunya?” Masih mereka
mencambuk kalang kabutan, bahkan Mo Lek, yang berada
dekat, kena cambukan satu kali !
Bukan main gusarnya sianak muda. Ia lantas merampas
cambuk pengiring
„Kau cuma tahu Yok Kok Tiong, kau tidak tahu mati
hidupnya tentara!’ tegur nya. Segera dengan cambuk
ditangannya itu ia menghajar kalang kabutan pada beberapa
serdadu pengiring yang berada paling dekat dengannya, hingga
mereka itu kaget dan kesakitan, antaranya ada yang terus ber
gulingan sambil berkaokan atau merintih.
Suara berisik menjadi hebat sekali. Urusanpun lantas
menjadi berubah sifatnya Serombongan serdadu pengiring itu
melawan dengan siasia, mereka lantas mendapat bantuan
kawan kawan mereka yang baru. Tapi rombongan tentara yang
mau merampas babi panggang juga lantas turun tangan, dan
merekapun dibantu oleh lain lain kawannya, yang datang dari
pelbagri kemah.
Mereka sem.a beuempur, mereka mercaci tak bencinya.
Dalam kekacauan tu, tentara jie Tim kue, pasukan pengirmg
raja sampai turut mengambil bagian. Beberapa perwira
sebawahan datang tetapi mereka itu tidak sanggup
mengendalikan kekacauan.
Selagi saat kacau itu, ada orang yang berteriak: ‘Mari kita
cari Yo Kok Tiong untuk membuat perhitungan dengannya! Ada
pula yang lainnya, menteriakan: Ya, mari kita tanya dia, apakati
dia benar hendak membikin kita mati kelaparan ! la seke luarga
hidup senang, makan dan pakai cukup ! Dialah yang membikin
negara celaka begini rupa! Lalu ada tertekan lain: Yo- Kok

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Tiong, apakah kau masih ada muka untuk menjadi perdana


menteri?”
Teriakan-teriakan itu mendapat sambut an dan empat
penjuru, suara berisik menjadi bertambah-tambah. Cacian juga
tak berhenti karenanya.
Bagaikan gelombang, orang pergi ke tempat kediamannya
Yo Kok Tong, Mo Lek telah terdorong maju dimuka.
Barisan pengiringnya Yo Kok Tiong lantas lari sipatkuping.
Mereka itu tidak berani menentang atau mencegah saja.
Malam tadi Yo Kok Tiong bicara banyak dengan dua orang
utusan Ouigour. sam pai jauh malam, baru ia masuk tidur,
maka itu diwaktu begitu, baru dia mendusin. Dia hendak
menjamu pula sekalian tetamunya. Suara sangat berisik itu
membuatnya kagel dan heran. Tanpa merasa, pikirannya men-
jadi goncang.
„Celaka, Siangya !” tiba-tiba datang se orang tentara
kepercayaannya. „Tentara su dah nrenerbitkan kekacauan !
Mereka itu dipimpin Tiat Touw-ut yang baru itu ! Me reka
datang kemari, untuk menyerbu ! Harap Siangya lekas
menghentikan mereka ‘ Yo Kok Tiong mencoba menenangkan
diri”
„Apakah dia itu bocah she Tiat ?” ia. menegaskan. „Apakah
ada lainnya perwira? Mana Tan Ciangkun ?”
„Ya, Siangya, cuma dia seorang. Lainnya perwira tidak ada.
Tan Ciaigkun tidak nampak !”
Tan Ciangkun yang ditanyakan Yo Kok Tiong itu ialah Tan
Ciangkun Tan Goan Lee yang berpangkat Liong Honw Tay Ci-
angkun, jenderal „Naga dan Harimau,” yang memegang
tampuk pimpinan atas angkatan perang. Dia baik dengan Yo
Kok Tiong cu ma di mulut, dihati tidak. Yo Kok Tiong
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menanyakan dia sebab dorna ini menyangka dialah yang


menganjurkan perlawanan tentara itu Setelah mendengar
jawaban itu, bahwa Tan Ciangkun tidak turut mengambil
bagian, bahwa Tiat Ceng cuma bersendirian saja, hatinya
menjadi tabah pula. Ia pikir, harus ia sendiri yang keluar untuk
menghentikan kekacauan itu. maka ia lantas muncul dengan
diiring sejumlah tentara pengiringnya yang ia percaya. Dilain
pihak ia menyuruh kedua utusan dari Ouigour menyingkir
secara diam-diam dari pintu belakang.
Dorna ini menggunai pengaruhnya sebagai perdana menteri.
Ia mencoba menghentikan suara berisik dengan menuduh ten-
tara itu menjadi pengkhianat atau pemberontak. Ia menunjuki
sikapnya yung keren.
Sejumlah kecil tentara lantas berdiam, bagaikan berhentinya
hujan dan badai malam itu. Akan tetapi jumlah yang terlebih
besar, masih tetap dengan suara berisik mereka bahkan jadi
semakin gusar. Dengan demikian kekacauan tidak dapat cegera
di redakan.
Justeru disaat dorna ini tetap mau menunjuki pengaruhnya
dengan hendak menitahkan orang membekuk Tiat Mo Lek,
sekonyong-konyong semua orang., mendengar satu suara yang
mendengung sangat keras, bagaikan suara genta besar.
„Yo Kok Tiong ! Kaulah yang berkomplot dengan utusan
bangsa asing ! Kaulah yang mau berontak ! Bagaimana kau
berbalik menuduh lain orang ?”
Itulah Oet-tie Pak yang datang secara tiba-tiba.
Mo Lek telah lantas berpikir : ,,Kau menuduh aku berontak,
baiklah akan aku berontak, terhadapmu ! Hari ini tidak dapat
aku memberi ampun padamu ! ‘ Karena ini, lantas ia kasih
dengar suaranya yang nyaring terhadap semua tentara : „Kamu

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lihat ! Itulah dua oang utusan dari Ouigoar itu ! Mereka mau
molos dari dalam !”
Kebetulan saja Mo Lek melihat kedua utusan itu, yang kaget
dan takut tidak terkirakan. Mereka kabur ke istana dimana ada
beberapa ekor kuda raja, mereka dua orang busu, dengan
mudah mereka meroboh kan beberapa orang penjaga istal itu;
untuk merampas kuda yang hendak dipakai menyingkirkan diri,
dibelakang hengkiong itu tempat terlarang, terdapat rimba
yang men jadi tempat sempurna untuk melarikan diri.
Semua tentara lagi menghadapi Yo Kok Tiong seorang,,
sebelum suaranya Oet-tie Pak itu, tidak ada yang perhatikan
kedua utusan Ouigour itu, mereka itu berdua juga bergerak
dengan sangat cepat tak sempat orang mengejarnya.
Walaupun demikian, su aranya Mo Lek membuat mereka
menoleh dan melihat perutusan itu. Lantas ada yang berteriak-
teriak : Yo Kok Tiong berkong- kol dengan perutusan bangsa
asing ! Kenapa kita tidak mau bunuh pada si dorna pem
berontak pengkhianat ?”
Kok Tiong takut hingga semangatnya seperti terbang
meninggalkan tubuh raganya, ia lantas mementang mulutnya
lebar-lebar menteriakan : „Perutusan itu perutusan yang
diundang Seri Baginda sendiri ! Mereka tidak sangkut pautnya
dengan aku! Oet-tie Ciangkun ! Tiat Touw-ut ! Jangan kamu
sembarang menuduh ! ‘
Suara berisik luar biasa, sia-sia belaka teriakannya Yo Kok
Tiong itu, tidak ada yang menghiraukan, hingga ketika ia meng
ulangi, cuma terlihat mulutnya berkelemak, kelemik. Beberapa
tentara mendapat dengar akan tetapi tidak ada gunanya. Inilah
sebab kebencian umum terhadapnya sudah mendalam,
Sekongkol dengan pihak asing melainkan satu alasan saja.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ada dua orang pahlawannya Yo Kok Tiong, yang setia


kepada dorna itu, mereka mau melindungi majikannya itu
menyingkir dari tempat yang berbahaya itu, tapi mere ka
segera kena dihajar roboh oleh Tiat Mo Lek, yang membacok
mereka dengan pedangnya.
Sebagal kesudahan cari itu, meluruklah semua tentara,
menyerang kepada Yo Kok Tiong. Di dalam tempo sedetik,
habis sudah tubuh si dorna yang berdarah daging itu, yang
tercingcang pelbagai senjata tajam.
Oet-tie Pak gagah berani, akan tetapi, menyaksikan peristiwa
itu, ia terkejut hingga ia tercengang. Sebenarnya ia masih
hendak mengancam Yo Kok Tiong supaya Mo Lek dibebaskan
dari tuduhan. Itulah diluar dugaannya.
Mo Lek sendiri tidak menyangka bakal terjadi demikian.
Kawanan tentara itu belum puas dengan membinasakan Yo
Kok Tiong seorang, merekapun membunuh Yo Soan, anaknya
si- dorna yang berpangkat Hu Pou Sie-lorg, menteri urusan
penghasilan negara dan rakyat. Lalu, dalam kalapnya, mereka
juga hendak mencari Yo Kui Hui, guna menumpas keluarga Yo!
Kedua saudaranya Yo Kui Hui, yaitu Han Kok Hujin dan Kok
Kok Hujin. ketika mereka mendengar keributan itu, menjadi
sangat ketakutan, dengan tersipu-sinu “mereka menyingkirkan
diri dengan naik kereta. Akan tetapi tentara tersebar dimana
mana, mereka terlihat mereka lantas dikejar. Paling dulu Han
Kok Hujin mati dicincang
Kok Kok Hujin kabur terus sampai keretanya terpegal. Disaat
mengancam seperti itu, ia lupa akan derajatnya send ri. la me-
nyingkap tenda kereta, ia menghadapi semua tentara untuk
memohon ampun. Ia berkata.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

,Bukankah kamu telah bunuh kakakku Akulah seorang


perempuan, tidak campur dan tidak tahu menahu urusan
kakakku itu’ Tolong kamu mengasihani aku ibu dan anak, kamu
ampunilah aku! Sembari meratap-ratap itu, nyonya itu
menyebar emasnya, ia memang tiga lipat lebih cantik daripada
Yo Kui Hui, maka juga penyair kesohor di- jaman itu, Chang Ku,
pernah menulis syair memujinya.
Kok Kok Hujin menerima budi raja. Diwaktu fajar dapat
menunggang kuda memasuki pintu istana.
Ia menampik yancie dan pupur, yang dikuatir merusak
parasnya.
Ia cuma menyipat ringan hasilnya, toh ia bukan main
agungnya.”
Demikian, saking dicintai raja, sekalipun diwaktu fajar, dia
dapat keluar masuk dipintu istana dengan menunggang kuda.
Ia menolak untuk makeup, ia berias tanpa pupur dan yancle. Ia
kuaatir yan cle dan pupur justeru mengotorkan parasnya. Kalau
ia toh menyipat alis, ia menyipatnya tipis sekali. Dengan berias
secara sederhana itu; ia tetap dapat „merobohkan negara,”
yaitu membuat raja tergila-gila.
Rombongan tentara itu tidak menghirau kan harta yang
dihamburkan, mereka sebaliknya tercengang menandang wajah
siselir yang cantik itu, sedang ketika itu, dengan ratapannya.
siselir terlihat lemah dan mengharukan, mendatangkan rasa
ka«ihaii siapa juga. Tidak ada orang yang mau turun tangan,
walaupun tangan merskan siap sedia dengan senjatanya
masing-masing. Maka kusirnya si nyonya menggunakan ketika
itu mengaburkan kudanya, menyingkir dari kurungan. Tapi selir
ini bebas buat sementara waktu saja. Sekeluarganya dari batas
perhentian Ma Gui Ek, ia tidak dapat barang makanan, ia
kelaparan selama beberapa hari hingga tubuhnya jadi kurus

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kering, dan tempo akhirnya ia lari sampai d Tin- chong disana


ia Kena ditangkap Camat Sie Keng Sian yang mengejarnya
bersama-iama rakyat negeri, terus ii dibunuh mati, hingga
tamatlah riwayatnya.
Tentara yang disebelan belakang mencari kawan-kawannya
yang didepan yang membiarkan <ok Kok Hujin lolos itu. Di-
antara mereka ini ada yang berteiiak-teriak: „Membabat rumput
harus berikut akarnya! Rase sudah lolos biarlah! Sekarang kita
mesti cari rase lainnya! Yu Kui Bui! Dia itu tidak dapat lolos
lagi!”
Teriakan itu lantas mendapat sambutan riuh.
Sekarang ini tak usah tentara itu mendapat pimpinan lagi.
Mereka sudah anta mengurung Heng Kiong, .kuil tua dan bob-
rok itu. Mereka berkaok kaok meminta supaya Seri Baginda
Hian Cong lantas menghukum mati pada Yo Kui Hui!
Raja ketahui pemberontakan tentaranya itu, tak berani ia
muncul, ia cuma menitahkan Liong Houw Tay Ciangkun Tan
Goan Lee yarg pergi menemui untuk membujuki mereka supava
tentara itu kembali ketangsinya masing-masing
Fan Goan Lee menurut, ia menghadapi tentaranya. Ia
berkata: „Kamu sudah membinasakan Yo Kok Tiong, kenapa
kamu masih belum mau mengundurkan diri7 Bukankah dengan
begini kamu jadi membikin kaget pada Seri Baginda? ‘
Entah siapa yang membuat syair, atas teguran panglima
perang itu, tentara menyambut dengan nyanyiannya ini.
“Walaupun dorna sudah dibunuh. Akarnya masih tetap
tumbuh! Jikalau akar tak disingkirkan. Mana hati dapat
ditenangkan?” Dengan terpaksa Tan Ciangkun kembali
kedalam, untuk memberi laporan. Kata ia, menambahkan:
„Maksudnya tentara itu, meski juga Yo Kok Cong sudah

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

disingkirkan. tetapi mereka tak menghendaki Yo Kui Hui terus


berkuasa’ Maka itu hamba mohon keputusun Seri Baginda.”
Paras raja menjadi pucat. Ia menangis waktu ia berkata : Kui
Hui berdiam didalam keraton, Kok Tiong telah di binasakan apa
sangkut pautnya dia dengan Kui-Hui” Sekarang ini kami sudah
terlunta-lunta, di sampingku tinggal Kui-Hui satu orang- tinggal
dia yang dapat meng libur hatiku karena itu, mana tega kami
menyingkirkan dia ?”
Tan Goan Lee berdiam, tetapi matanya di pentang lebar. la
melirik kepada Kho Lek Su yang berdiri disisi raia Dialah orang
ke biri yang paling di sayang hingga pengaruhnya menjadi
besar, sedang&an terhadap Yo Kui-Hui, dialah yang paling
pandai mengambil hati. Sekarang dia lagi ketakutan sangat,
takut sekali dia nanti dituduh sebagai konco Yo Kui Hui,
telinganya terus mendengar hiruk-pikuknya tentara diluar kuil.
Mereka itu masih tetap berteriak an. Ketika dia melihat
lirikannya Tan Goan Lee, hatinya mencelos. Dia takut bukan
main. Tapi toh dia mendapat pikiran. Maka lantas dia berlutut
didepan junjungan nya, akan berkata: „Benar Kui-Hui tidak
bersalah dan tentara sudah membunuh Kok Tiong, akan tetapi
Kui- Hui tetap berada di sisi Seri Baginda, mana dapat hati
tentara itu ditenteramkan? Maka itu hamba mohon Seri Baginda
sudi memikirkannya. Jikalau hati tentara tenang maka Seri
Baginda pun akan selamat.
Wio Giok, yang berpangkat Keng tiauw Su-lok. berlutut dan
berkata: „Kemarahan umum sulit untuk di tentang, maka itu
keselamatan dan kecelakaan kita tinggal bergantung pada saat
sedetik ini . – . Jikalau Seri Baginda tidak tega melepaskan Kui-
Hui maka dikuatir mungkin tentara pun tega terhadap Seri
Baginda sendiri oleh karena itu hamba mohon Seri Baginda -
suka menguatkan hati. menahan sabar dan membuang rasa
cinta. Ini semua untuk membikin negara aman-sentosa.’

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kaisar berdiam akhirnya ia mengangguk belum lagi ia


membuka mulutnya maka di belakang tirai telah terdengar
ratap tangisnya Yo Kui-Hui.
.,Aku telah dengar semua pembicaraan kamu! berkata selir
itu. ,,Seri Baginda, haraplah Seri Baginda merawat diri baik-baik
jangan Seri Haglnda pikirkan pula padaku…
Paras raja pucat sekali. Ia mengulapkan tangannya tanpa
besuara.
Tan Goan Lee dan yang lainnya mengarti mengundurkan diri.
Segera juga raja berhadapan dengan selirnya. Ia masih tak
dapat mengucapkan se iuatu.
Yo Kui Hui masih mempunyai harapan kata ia sambil
menangis: “Sam-long, masih ingatkah kau kejadian pada
tanggal tujuh bulan tujuh tahun dahulu itu, disaat mala- man
tidak ada lain orag? Bukankah ketika jtu telah berbicara
dipendopo Tiang Seng Tian? Apakan kata kata kita waktu itu?”
Kaisar menjadi putera yang ketiga maka itu ia dipanggil sam-
long.
Sahut raja ,.Kata kata malam itu ialah dilangit kita akan jadi
burung pie ek, didunia menjadi pohon lian-lie-kie Selirku Kami
ingin semuanya kita menjadi suami isteri tetapi . .
,,Pie-ek ialah burung yang mempunyai cuma satu (sebelah)
sayap, maka untuk terbang, dua ekor mesti terbang berendeng
bersama. „Lian-lie-kie ialah pohon yang cabangnya nempel satu
dengan lain. Itulah perumpamaan untuk suami dan isteri.
Baru raja berkata sampai disitu ia telah mendengar gemuruh
lebih hebat dari tentara diluar kuil, ia kaget hingga parasnya
menjadi jangat pucat, air matanya lantas mengalir deras, la
tidak sanggup meneruskan kata-katanya itu.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Yo Kui Hui tahu bahwa ia sudah habis pengharapannya,


maka sembari menangis se dih, ia kata: ,,Buat guna
keselamatan negara dan Seri Baginda hamba rela untuk
dihukum mati, cuma hamba mohon supaya hamba nanti mati
utuh . . . .
Kaisar pun menangis. Kata ia: .Semoga dengan pengaruh
Sang Budaha kelak kau akan dapat menitis pula dengan baik.”
Terus ia menoleh kepada Kho Lek Su, untuk memanggil: ,,Kho
Lek Su mari!” Sambil me manggil ia mengambil sekayu sutera
putih, yang mana dilemparkan kepada orang kebiri itu sambil ia
menambahkan: „Kau bawa Kui Hui kabelakang Sang Buddha,
kau mewakilkan kami mengantarkan Kui-Hui naik ke wilayah
dewa dewa.”
Dibelakang Ruang Buddha itu ada sebuah pohon, kesana Yo
Kui-Hui dibawa. Pada pohon itu dia menggantung diri hingga
mati, dalam usia tiga puluh delapan tahun,
Kematian Yo Kui-Hui ini kemudian di buatkan syair oieh Po
Chu I. syair mana memakai kalimat , Chang Hen Ko yaitu
nyanyian penjelasan yang panjang. Syair itu mengambil dasar
peristiwa diperhatikan Ma Gui Ek ini, Kaisar sendiri jalan mordar
mandir di- samping ruang Buddha itu, Tidak ada orang disisinya
karena orang pada menjauhkan diri. Ia tidak berani melihat Yo
kui Hui saat kematiannya selir itu, tapi ia tak tega hati untuk
meninggalkannya jauh jauh. Ti dak lama maka ia mendengar
suara rontoknya daun-daun, Ia menduga daun rontok itu
disebabkan tubuo Yo Kui Hui meronta- ronta atau berkelajatan.
Suara itu disusul dengan suara nyaring dari jatuhnya serupa
barang mungkin itulah tusuk kondainya se lir itu. Ia lantas
menutupi mukanya ia menarik’napas panjang, Didalam
kesedihannya yang sangat itu tiba-tiba ia pun merasa hatinya
lega. Rupanya tentara diluar kuil sudah mendapat tahu apa

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang terjadi didalam kuil suara berisik mereka sirap dengan


perlanan-lahan.
Memang selir raja yang paling disayang sudah mati, tapi
sekarang raja pun bebas dari ancaman bahaya Ia menjadi tidak
tahu ia harus berduka atau mesti bergirang.
Dalam keadaannya raja. seperti itu, tiba tiba ada bayangan
yang menghampirkan nya. Bayangan itu muncul dari pojokan.
Be gitu sampai didepan raja dia monj ituhkan diri untuk berlutut
Dia pun berkata dengan perlahan sekali „Harap Seri Baginda
jangan berduka hamba hendak melaporkan sesuatu.”
„Minggir,”berseru raja mengusir. Ia gu sar sekala. „Aku tidak
pedulikan lagi urusan apa juga!’ Ia menyangka kepada seorang
kebiri. Akan tetapi setelan ia menoleh, ia melihat seorang
perwira yang menggantung kan pedang dininggangnya.. Ia
menjadi kaget sekali. Segera ia menegur: , Kau . . kau datang
kemari buat apa‘
Habis menegur, baru saja mengenali Oe bun Thong ia
tadinya menyancka panglima nya itu turut dalam kawanan
tentara yang berontak’ itu. Lantas ia bertanya: „Kami sudah
menghukum mati pada Kui Hui mustahilkah tentara masih tidak
suka memberi ampun kepada kami? ‘
Tapi jawabnya Oe-bun T h on f adalah: „Apakah Seri
Bagainda memikir untuk mem balaskan sakit hatinya Kui Hui?”
Kian Cong menggoyangkan tangannya berulang-ulanj?. atau
mendadak ia mendapat pikiran: , Jikalau Oe-bun Thong
berontak, tidak nanti dia masih menjalankan kehormatan
sebagai menteri kepada rajanya. Ma ka ia lantas merobah
sikapnya: , Kata ia kau bangunlah! Kau hendak bicara apa ?
Bicara dengan perlahan !” Ia sendiri bicara perlahan sekali.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

,,Pemberontakan tentara ini dsebabkan ada yang anjurkan”


kata Oe-bun Thong. „Siangnya dan Lu i Hui tidak harusnya mati
semua-mua sebab orang itu “
„Siapakah dia ?” raja menyela. Oe-bun Thong mau menyebut
nama orang, atau ia membatalkannya dengan tiba tiba. Selagi
ia mau membuka mulutnya, Ia mendengar suara tindakan kaki.
Bersama sama raja, ia lantas berpaling,
Yang datang itu ialah Tan ciangkun Tan Goan Lee bersama
Tiang lok kongcu, Si puteri dengan niat menghibur ayahnya dan
si kepala perang guna memberi laporan seraya bermohon raja
menghiburi tentara.
Melihat tuan puteri hati Oe bun Thong berdebar, batal bicara
dengan raja, ia terus berkata dengan panglima perang besar
itu: ,,Aku kuatir tentara yang mengamuk itu nanti menerobos
masuk kemari, dari itu aku datang untuk melindungi Seri
Baginda”
Tan Goan Lee tidak menanya perwira ini pertanyaannya itu
menjadi berlebihan, karenanya Tiang Lok Kongcu menjadi he-
ran dan bercuriga.
Tan Goan Lee lantas berkata: „Semua perwira dan tentara
setia kepada Seri Bagin da, karena itu Seri Baginda jangan
berkua- tir, dan berduka. Sekarang silahkan Seri Baginda
mengeluarkan firman untuk menghibur mereka itu. supaya hati
mereka menjadi tenteram.
Kaisar menerima baik usul itu, bahkan ia lantas
mengeluarkan firmannya ia menitahkan panglima perang ini
yang menyampaikan firman itu didalam mana antaranya
diterangkan: Yo Kok Tioig berdosa. dia pantas menerima
hukumannya itu, Raja ma lah memberikan pujian kepada
tentara bah wa sama sekali tidak ada niatnya untuk menarik
panjang peristiwa itu. Ditambahkan: bahwa Yo Kui Hui juga
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

telah bmfsa karena ia dijatuhkan hukuman Ketentaraan Dia


akhirnva diharapkan semua perwira dan tens tara bertenang
hati.
Walaupun ada pemberitahuan itu, tentara maaih belum
percaya kematian Yo Kui Hui maka itu raja menitahkan Kho lek
Su membawa mayat selirnya untuk dipertonton kan. Mayat itu
diletakkan diatas gotongan, pembaringan dengan ditutupi
sutera, Baru setelah menyaksikan itu, tentara memperde-
ngarkan teriakan mereka. ,,Hidup Raja!” dan bubarlah.
Roja kemudian menitahkan Kho Lek Su merawat mayatnva
Yo Kui Hui, buat dikubur dengan baik.
Selagi begitu dari kejauhan, terlihat dua orang penunggang
kuda lagi mendatangi dengan cepat. Mereka itu lantas dipegat
dengan tentara, untuk dinyatakan dahulu keterangannya.
Ternyata merekalah pesuruh dari Tuysiu di Kong-goan yang
membawakan buah lee-cie.
Yo Kui Hui sangat menyukai buah itu Ia asal orang tanah
Siok dan ditanah Siok itu tumbuh pohon buah tersebut.
Sebenarnya buah lee-cie dari tanah Siok kalah lezad dengan
keluaran dari Leng lam. Semenjak menjadi selir dari raja, tak
peraah Yo Kui Hui makan pula lee-cie dari kampung
halamannya, sebaliknya ia menghendaki cie su pembesar dari
Leng lam. mengatur pesuruh istimewa, untuk saban-saban
mengirimkan buah lee-cie Leng-lam itu. mengenai ini Tu Mu
sampai membat syairnya.
„Seorang penunggang kuda dengan debu merahnya maka
tertawalah Kui Hui !
Tak ada yang ketahui bahwa sebenar- n ya buah lee-cie
sudah datang!”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Taysiu dari Kong goan itu telah mendapat pemberitahuan


halnya raja dan selirnya, bakal datang ketanah Siok, ia pikir:
„Disaat Kui Hui lagi mengungsi ini dia tentu tidak bakal makan
lagi buah lee eie asal kampung halamannya supaya dia senang.
Dia tahu atau dia tidak menyangka selagi buah tiba jenazah
siselir tengah dimasuki kedalam tanah.
Tentara tertawa melihat buah lee-cie itu, yang dimuatkan
dengan dua keranjang besar: Hanya sebentar habis sudah
dipesta- porakan mereka sebuah juga tidak ketinggalan.
Sementara itu raja telah memerintahkan Tan Goan Lee
menertibkan pasukan perangnya untuk mereka meianjut an
perjalanan, Ketiga itu selain keadaan sudah reda betul,
gangguan hujan dan banjir juga telah hilang, lalu lintas sudah
pulih. Orang juga lega hatinya. Hanya ketika penertiban
dilakukan, masih ada satu soal sebuah gelombang kecil . . .
Yo kok Tiong berasal dari tanah Siok sebawahannya, juga
banyak orang berasal dari wilayah itu; Diantara mereka itu ada
bagian yang tidak sudi berjalan terus kebarat, sebaliknya
mereka minta diijinkan pergi ke Hoo-liong, atau ke Taygoan
atau pun dipulangkan ke kotaraja,
Oleh karena lalu lintas sudah pulih, raja pun disamout oleh
Lu Hu pembesar da ri Ho hong yang datang bersema sejumlah
penduduk kotanya yang ingin menghadap junjungannya. Dialah
pembesar yang berani kepada raja dia mengusulkan untuk raja
kembali saja ke Tiang-an. Katanya mereka ber ramai bersedia
melindungi sang junjungan
Hati raja belum tenteram tak dapat ia menerima usul ini, Tak
berani ia kembali ke Tiang-tn. Pasukan dari An Lok San justeru
lagi menuju kekotaraja: ia lebih suka, tinggal di tanah Siok.
Tanah yang indah yang jauh terlebih baik daripada wilayah
lainnya. Ia merasa ditanah Siok ia bakal hidup senang buat

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

banyak tahun lagi. Tapi sulit buat ia lantas mengambil


keputusan. Sudah ada soal sisa tentara Yo Kok liong, timbul
pula usul ini.
Putera mahkota yang bernama Lie Keng besar hatinya, Dia
justeru telah memikirkan untuk memperoleh kekuasaan besar
Dia hendak perkuat kedudukannya untuk nanti dia naik atas
tahta kerajaan. Melihat keragu-raguan raja dia berkata: „Pem-
berontak lagi melakukan penyerangan negara kacau, kalau kita
tidak mendapatkan hati rakyat, mana kita bisa bangun kembali
? sekarang ayah mau pergi ke tanah Siok, jikalau pemberontak
memutuskan jalan Cian too pastilah wilayah Tiong- goan akan
terjatuh kedalim tangannya. Sementara itu sebagai orang
agung, ayah tidak dapat menempuh bahaya. Oien karena itu,
baiklah sekarang Sin-jie yang pergi mengumpulkan tentara
dibarat daya, untuk memanggil Kwe Cu Gie dan Lee Kong Pek
diutara, supaya mereka bekerja sama, membasmi pemberontak
guna merampas pulang kedua kotaraja. Setelah aman diluaran,
barulah kita menyapu suasana buruk didalam istana untuk
menyambut ayah pulang.
Raja cocok sekali dengan kata-kata puteranya itu. la senang
melihat sang putera mengajukan dirinya. Maka lenyaplah
kesangsiannya. Lantas ia mengangkat Tayciu Lie Heng menjadi
Thian Hee Peng Ma Tay goaniwee, panglima besar dengan
Kwee Cu- Gie sebagai pembantunya Ku Goanswee dan Kwee
Cu Gie diperintah bersatu hati menumpas pemberontak. Hanya
kemudian putera mahkota ini tanpa menanti ayihnya. wafat
telah mengangkat diri meniadi raja di Leng bu dengan
menyebut difinya, Kiasar Siok Cong.
Habis badai tentara itu Mo Lek mengambil keputusan buat
meninggalkan pang katnya akan tetapi melihat pengumuman
Kaisar yang tidak menarik panjang peristiwa itu, ia berpikir lain.
Katanya didalam hati: ,,Siraja tua tidak dapat hilang
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kepercayaannya dari rakyat ! Didalarn pengumu mannya terang


sekali ditulis bahwa perkara tidak akan ditarik panjang,
sedangkan Yo kui Hui sudah dihadiahkan kematiannya. Apakah
yang ku kuatirkan, pula ? Seorang laki-laki dia mesti bekerja
sebagai jantan juga, dia mesti bertanggung jawab dari
mulanya sampai diakirnya ! Aku telah memberikan janjiku
kepada suheng untuk melindungi si raja tua kalau aku buron di-
tengah jalan, apa kata perbuatanku itu. Tidak bisa lain, kalau
orang mengantarkan sang Buddha dia mesti mengantarkan
terus sampai dilangit Barat ? Batal mengangkat kaki Mo Lek
tetap turut didalam rombongan kerajaan ini Dite ngah jalan itu,
tiba-tiba Oe-bun Thong datang padanya, untuk berkata: ,,Tiat
Touw- ut, Seri Baginda menitahkan kau membawa beberapa
puluh tentara San tie untuk ber jalan dibelakang, guna
melindungi barang barang berat, tak usahlah kau mengiringi
lagi keretanya tuan puteri!”
Mo let percaya kata-kata itu. ia menerima baik. ia memang
hendak menjauhkan diri dari Tiang Lok Kong Cu. Lantas ia peigi
kebelakang.
Perjalanan dilanjuti terus menuju ke Barat. Jalanan ditanah
Siok sudah kesohor sukarnya, maka itu setiap Jiari ada saja ter
dengai’ keluhan tentara Syukur selanjutnya, rangsum cukup
Karena Yo Kok Tiong yang benci sudah mati, tentara itu
bersemangat berani mereka melawan kesukaran itu. Girang
mengeluh buat jalanan yang sukar tetapi tidak ada yang
penasaran atau menggerutu.
Pada suatu hari tibalah orang di Kong goan. Daerah itu
sudah termasuk dalam daerah Siok. Raja mengingat
penderitaan tentaranya ia memberi cuti tiga hari
Malam itu Mo Lek bersama Cin Siang dan Oe tie Pak
berkumpul minum arak sam bil memasang omong Tengah

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

asyiknya mereka mendadak ada seorang thaykam yang becara


tergesa-gesa datang kepada mereka.
,,Kong kong ada apakah ?”tanya Oe-tie heran.
,,Seri Baginia menitahkan memanggil Tiat Touw-ut
menghadap sekarang juga sahut orang kebiri itu.
„Oh, kiranya ada panggilan ‘” kata Oet- tie Pak „Saudara
Tiat, aku justru lagi luang tempo, mari aku temani kau !’
Oet-tie Pak bertugas melindungi keluarga raja ia dapat
masuk ke istana tanpa menanti panggilan, benar sekarang
mereka berada ditengah jalanan tetapi aturan berjalan terus.
Itulah sebabnya mengapa ia mengatakan demikian.
Tapi orang kebiri itu segera berkata: “Seri Baginda cuma
memanggil Tiat Touw- ut. Sekarang ini para penjaga di Heng-
so telah berganti orang, karena itu. Oet-tie Ciang kun silakanlah
minum terus saja!’
Heng-so itu ialah tempat kediaman raja Oet tie Pak dapat
keluar masuk didalam istana, akan tetapi, buat menghadap
raja, ia perlu melaporkan dahulu atau menerima panggilan
sekarang ia mendengar suaranya siorang kebiri, yang terang
tidak menghendaki ia turut bersama, ia tidak memaksa. Ia
tertawa. dan kata: .,K.arena di Heng-so tidak ada kerjaan, suka
aku melewatvan tempo menganggurku disaini ‘ Saudara Tiat.
akan kami tunggu pulangmu, untuk kita m’inum pula !
Adalah biasa yang raja memanggil ham banya, maka itu Oct
tie Pak tidak curiga apa apa. Mo Lek sebaliknya. Ia heran, hmg
ga timbul kesangsiannya Pikirnya: Didalam peristiwa di Ma Gui
Ek itu akulah biangkeladinya walau pun Seri Baginda sudah
mengumum kau siapa juga tak akan di
tarik panjang, toh aneh sikapnya raja.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kenapa ia tak menghendaki aku mengiringi tuan puteri?


Bukankah itu bukti bahwa dia mencurigai aku, bahwa aku tak
dipercaya penuh seperti tadi tadinya? Laginya, mau apa
sekarang aku di panggil datang sendirian saja ? Ah mustahilkah
ini ada kehendaknya tuan puteri ?”
Dasar dia jujur, walau pun dia bercuriga. Mo Lek akhirnya
dapat melegakan hatinya. Ia ingat poribasaha yang
membilangi: ,,Raja tak pernah bicara main main. “Ia tidak
menduga bahwa raja hendak menceia kai dia, ia hanya
menyangka kepada Tiang Lok Kongcu, bahwa itu di sebabkan
tuan puteri tidak dapat melupan ia, hingga puteri itu bermanja
dan meminta pertolongan ayahnya memanggil dia.
Dengan pikiran itu, meski ia merasa se dikit kurang enak
hati, Mo Lek ikut orang kebiri itu.
Kota Kong goan berada digaris belakang yang berpisah jauh
dari medan perang sedangkan thay Jin kota konggoan telan
menyediakan junjungannya sebuah heng so a tau
pesanggerahan-yang oesar dan indah hingga mirip istana Tentu
sekali heng so ini sanggat jauh bedanya dengan kuil obrok di Mi
Guj Ek. Disini pula segala persediaan, atau perjalanan lengkap
dan sempurna.
Mo Lek mengikuti siorang kebiri melintasi sebuah lorong
yang panjang. Morang kebiri memakai aturan seperti biasa, dia
berjalan dimuka. selewatnya lorong, dia berseru: ,,Tiat Touw-ut
yang menerima perin- tak panggilan dari Seri Baginda sudah
sampai ! ‘
Justru itu waktu seorang dayang yang romannya sangat
bingung, -sambil menyender didinding, melempar sebuah
benda ke arah Mo Lek, kebetulan sekali, Mo Lek tengah
menghadapi nona pelayan itu, maka ia lantas mengenali dialah
dayangnya Tiang Lok Kongci. Dengan sebat ia menyambut

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

benda itu ialah segumpal kertas. Tentu saja ia menjadi heran,


hingga ia terperanjat. Lekas lekas tetapi diam diam, ia buka
kertas yang tergumpal itu Sementara itu, ia berjalan terus. Baru
saja ia melihat tulisannya, dua huruf yang besar, ia justeru
mendengar suaranya orang kebiri pengawal pintu. , Panggillah
Tiat Touw-ut menghadap Seri Baginda! Atas itu siorang kebiri
pengantarnya menoleh sambil berkata. „Tiat Touw-ut sekarang
dapat kau masuk ke dalam ! ‘
Tatkala itu sidayang sudah menghilang di pintu pojok.
Mo Lek menenangkan hatinya, la menggertak gigi untuk
bersikap wajar, seperti ju ga ia tak baru mengalami sesuatu
yang mengherankannya. Ia bertindak mengikuti orang kebiri
pengawal pintu itu. yang disebut hong-bun-kho. Ia melintasi
lorong, untuk memasuki sebuah ruang didalam sun. kecuali raja
ada juga Oe bun Thong seorang, sebagaimana layaknya
seorang menteri Mo Le menjalankan kehormatan sambil
menyerukan tiga kali “Ban-swee!”
„Berbangkitlah, ay-keng!’ kata raja sabar. “Duduklah!”
Kata kata ‘ ay keng” itu berarti “menteri yang dikasihi.’ Itulah
sebutan raja untuk menterinya.
Hati Mo Lek tetap tidak tenteram. Ia mengucap terima kasih
baru ia duduk.
Segera juga raja tertanya: “Kabarnya dalam peristiwa di Ma
Oui Ek itu, kaulah yang memimpinnya. Benarkah itu?”
„Nah, inilah dia!”‘ kata Mo Lek didalam hati. Didalam hal itu,
ia sudah berpikir karenanya, ? tidak takut. Ia menjawab dengan
cepat: “Harap Seri Baginda maklum. Ketika itu kemarahan
tentara sedang meluap . a,, h air b a teh h ditunjerg mereka
itu, hamba tidak bisa berDuat lainnya “‘
Kata raja pula: “kalau begitu, nyalimu sungguh tidak keci ! ‘
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mo Lek berlaku tenang, ia menjawab pula: ‘Hamba cuma


memikirkan dorna untuk kebaikan Sen Baginda, karena itu baik
keselamatan maupun bencana, hamba tidak pernah hiraukan!
Jikalau seri Baginda menganggap perbuatan hamba itu tidak
selayaknya, hamba bersedia akan menerima hukuman
walaupun mesti tidak nanti hamba menampik!”
Tenang hamba ini tetapi suaranya tetap dan gagah.
Baginda “Hian Cong menggeleng kepala, „Ay-keng
menafsirkan keliru maksuk kami,:‘ katanya. “Orang bernyali
besar dan setia sebagai ay keng, untuk mencarinyapun kami
tak bisa mendapatkannya aarena itu mana kami ingin
menghukummu ? Oidalam maklumat juga kami sudah tegaskan
bahwa perkara itu kami tidak tarik panjang bahwa orang yang
menyingkirkan dorna justru kami puji tinggi akan dihadiahkan.
Sekarang
kami memanggil kau datangpun karena ka- mi hendak
memberi anugerah kepadamu. Tiat Ceng, dengar!”
Didalam hatinya Mo Lek kaca: “Sebe narnya raja tua ini lagi
main sandirawa apa?” Tetapi ia lantas beriutut, untuk men-
dengar anugerahnya.
Raja terdengar berkata: ‘ Kami angkat kau menjadi Liong Kie
Touw-ut untuk turun temurun serta mendapat hadiah setangkai
bunga kiong boa dan arak istana tiga cawan!”‘
Menurut- aturan dijaman Ahala Tong itu, cuma seorang yang
lulus sebagai Cong- goan….lulusan nomor satu dalam ujian dida
lam istana., .yang mendapat hadiah kiong- hoa….Bunga istana,
maka itu, kehormatan ini menjadi satu kehormatan yang luar
biasa besarnya. Inipun berada diluar sangkaan Mo Lek. Ia
lantas menyambuti kionghoa, untuk ditancap diujung bajunya,
kemudian ia menyambuti arak dari tangaa raja sendiri.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Cepat didetik itu, Mo Lek ingat bunyi nya surat yang


kertasnya dilemparkat kepadanya oleh dayangan Tiang Lok
Kongcu. Itulah cuma dua huruf, yang huruf hurufnya sangat
besar Dan bunyinya dua huruf itu yalah “Lekas Pergi.” Tentu
saja, mengingat surat itu ia jadi berpikir: Itulah pem berian dari
Tiang Lok fcongcu ! Pemberian itu mestinya bukan tidak ada
alasannya ! Tuan Pdteri menyuruh aku lekas pergi dia tentu
ketahui raja hendak membikin celaka padaku, sebaliknya
sekarang raja menganugerahkan aku pangkat serta
menghadiahkan bunga istana dan arak! .. Ah, mungkinkah arak
ini ada keanehannya”’”
Mengingat begini, Mo Lek berlaku waspada. ta tidak lantas
mencegluk arak itu, ia bukan bawa uu kemulutnya untuk ditem-
pel pada bibirnya, hanya kedepan hidung nya untuk ia
membaunya, seteiah itu mendadak ia me’emparkan cawan
berikut isi araknya itu kelantai!
Segeralah terdengar suara mengpomprang keras, cawan itu
hancur berarakan, dan araknya melulahan ! Yang aneh yalah
arak itu yang terus muncrat dalam rupa lelatu api !
Maka terangkah akak itu beracun!
Disaat itu, bukan buaian gusarnya Mo Lek. Diapun kaget
ekali. Mimpipun tidak ia bahwa raja dapat menggunai itu
macam akal hina dina untuk meracuni orang yang melindungi
keselamatannya !
Justeru itu, rajapun berseru: “Tiat Ceng menghina
junjungannya ! Hadiahkan kamatian kepadanya!
Berbareng dengan seruan raja, Oe bun Thong berlompat
kepada Mo Lek untuk menyerang dengan jeriji jeriji tangannya
yang kuat bagaikan ujung tombak, buat menotok jalandarah
kematian anak muda itu!

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mo Lek mendapat lihat gerakan sepnya itu, sedang


telinganya mendengar perintahnya raja. Walaupun Keadaan
sangat sekuiut ia suah bersedia.
Atas datangnya serangan itu, ia memutar tangannya, untuk
menyampok dengan hebat. Itulah serangan untuk celaka ber-
sama!
Oe-bun Thong sudah pernah berkenalan dengan cara
penangkisan berbareng penyerangan itu, ia tidak berani
mengadu tangan. Keras lawan keras berarti kerugian buat
pihaknya. Maka ia menarik pulang tangannya sampai ia
menggeser tubuhnya, buat memindahkan tubuh kebelakang
orang, untuk dari situ meneruskan monotok pula ke- punggung,
ke jalan darah hong-hu.
Mo Lek tidak bergerak tanggung-tanggung. Ia menyampok
pula. Setelah itu, ia balas menyerang. Oleh karena ia terus ber-
sikap keras, ia membuat lawan terpaksa mun dur tiga tindak.
Ketika itu ia berseru nyaring: ,,Raja tua! Jikalau kau dapat
mengemukakan alasan yang tepat jikalau kau menghukum mati
padaku dengan cara terus terang akan aku menerima
hukumanku, tidak nanti aku menolak! Sekarang, tak se-
layaknya kau mengeluarkan kata-kata tetapi taspa bukti
kepercayaannya Kenapa kau hendak membikin celaka menteri
yang setia? Maafkan, aku tidak dapat menjadi budakmu lagi!’
Kata-kata ini ditutup dengan gerakan menghunus
pedangnya, dengan membawa pedang, anak muda ini
bertindak cepat kearah pintu, guna menerobos keluar.
Hian Cong kaget bukan main takutnya bukan buatan, akan
tetapi, melihat orang tidak menghampirkan padanya, hatinya
menjadi lega. Justeru itu timbullah niatnya membalaskan sakit
hatinya Yo Kui Hui siselir tercinta. Maka ia berseru pula. „Raja
menghendaki menterinya mati, tak dapat tidak, si menteri mesti

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mati! Ayah meng hendaki anaknya mati, tak dapat tidak, si-
anak mesti mati! Kau tidak memandang jun junganmu, kau
mesti mati! Buat apakah kau meranyakan lagi dosamu? Para
siewie tangkap dia, cincang padanya!
Oe-bun Thong tidak menanti perintahnya raja ia sudah
mencabut poankoanpit, ialah senjantanya yang mirip alat tulis,
gegaman peranti menotok jalan darah, sambil membawa itu, ia
lari keluar untuk memburu.
Sementara itu diiur pintu telah terdengar bentakan-bentakan
para siewie yang bersikap hendak memegat.
Mo Lek membentak juga „Siapa menentang aku, dia
mampus! Siapa menyingkir, dia salamat!” Dan ia putar
pedangnya hingga menderu deru Ia menerobos terus keluar
„istana.”
Para siewie yang bertugas menjaga di- situ menjadi orang
orang sebawanannya Oet-tie Pak. mereka beraksi untuk
memecat tetapi mereka tidak merintangi, begitu mereka maju
sambil berteriak-teriak, lantas meresa mundjr pula. Mereka
semua kenal Mo Lek. Pertama-tama mereka mereka. Kedua
mereka juga kenal baik sekali liehaynya sianak muda. Dan
ketiga inilah orang yang gagah yang mula pertama bertindak
membelai kepuasan mereka. Demikian mereka membawa
aksinya, mereka maju dan mundur tapi selekasnya si anak
muda lewat, mereka maju pula berikut teriakan-teriakan
mereka. Dengan begitu tanpa disengaja mereka justeru seperti
menghalang-halangi Oe bun Thong.
Dengan merdeka Mo Lek dapat keluar dari heng-so. Disitu ia
merampas seekor kuda istana, dengan duduk diatas punggung
binatang itu, sambil menggunakan cambuknya, ia kabur lebih
jauh, terus keluar kota.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Penjaga pintu kota ialah tentara dibawah perintahnya Cin


Siang mereka itu kenal anak muda ini, mereka memegat untuk
menanyakan orang mau pergi keluar kota buat urusan apa.
Mo Lek menjawab ia lagi menjalankan firman raja, untuk
pergi keluar kota. Atas itu dengan lantas pintu kota dipentang.
Tepat itu waktu terdengar teriakannya Oe bun Thong yang
lagi mendatang.
.Jangan buka pintu kota! Dialah pemberontak!”
Oe-bun Thong juga menunggang seekof kuda karenanya dia
hampir dapat menyan- dak Mo Lek terlambat sebab ia mesti
menghentikan kudanya untuk melayani tentara- tentara
penjaga pintu kota itu. Jarak di- antara mereka jadi tinggal
hampir seratus tinaak.
Tentara-tentara penjaga kota menjadi kaget, mereka pada
berseru: „Oh!’ Semuanya tercengang saking heran. Justeru itu,
Mo Le4 menggeprak kudanya, buat dikaburkan melewati pintu
kota. Justeru Setelah itu tentara-tentara itu repot hendak
menutup pintu.
„Setan alas berteriak Oe-bun Thong dengan gusar sekali.
„Apakah kamu sudah lewat, buat apa kamu menutup pintu?”
Talam gusarnya, saking sengitnya, Oe- bun Thong
menyerbu, bual mengejar terus.
Ia mendupak roboh serdadu yang berada palirg dekat
padanya!
Dua ekor kuda lantas berlari-lari keras keduanya saling susul.
Dua-duanya memang kuda istana pilihan. Mereka berada diluar
kota. Oe-bun Thong penasaran, dengan poankoanpit, ia
menusuk punggung kudanya. Binatang itu kesakitan dia lari

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

luar biasa cepat bagaikan kalap. Didalam tempo yang pendek,


Mo Lek tersusul semakin dekat.
Jarak mereka sekarang tinggal beberapa puluh tindak saja.
Sekonyong konyong terdengar ngaumnya anak panah! Itulah
Oe-bun Thong yang melepaskan anak panahi Bahkan dia
menggunai panah beruntun Sasarannya ialah kudanya Mo Lek
Sianak muda mendengar suara anak panah, ia putar
pedangnya, untuk menangkis. -Lengan lekas ia menjadi repot
sebab disamping mesti membela diri, ia harus melindungi
kudanya sedanrkan anak anak panah datang saling susul
dengan cepat sekali.
Diperlakukan begitu adik seperguruan dari Lam Cee In
menjadi gusar sekali. Di- dalam panas bati, ia berkata nyaring:
„Jikalau ada kunjungan tidak dibalas, itulah bukan aturan?”
Sembari berkata begitu, ia menggunakan kesempatan merogo
sakunya, untuk mengeluarkan thiecie-lian, ialah sen jata
rahasianya yang berupa seperti biji teratai. Hanya sajang
senjatanya ini ringan tak dapat ditimpuki terlalu jauh seperti
melesatnya anak panah. Beberapa biji mengenai kudanya Oe-
bun Thong, kenanya cuma seperti menempel, kuda itu tidak
terlukakan.
„Selama itu maka Oe-bun Thong dapat mengejar lebih cepat
mereka datang semakin dekat satu pada lain. Kesempatan ini
digunai untuk memanah perut kuda sianak muda. Serangan itu
tidak dapat ditangkis atau dielakaii celaka kuda apes itu, dia
terpanah jitu dan roboh terguling!
Mo Lek tidak dapat bercokol terus diatas kuaanya, ia
mencelat ketanah dengan berjumpalitan!
Oe bun Thong tertawa terbahak-bahak.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Tiat Mo Lek kau hendak lari kemana? ‘ tegurnya, hatinya


puas sekali. Bangsat cilik, bagaimana kau berani menyelundup
kedalam istana? Sungguh nyalimu besar! Ha- haha! Pada
sepuluh tahun dulu kau dapat lolos, kali ini tidak! Aku tidak
sangka sekali bahwa kali ini kita bertemu pula! ‘
Puas Oe-bun Thong bisa membongkar rahasianya Mo Lek
rahasia asal-usulnya sedang sekian lama dia bersangsi dia
cuma dapar menyangka sija. Dia seperti sudah merasa bahwa
dia bakal dapat membekuk orang buronan ini.
Diwakili biasa Mo Lek jeri terhadap orang she Oe bun ini.
Orang menjadi panglima perang dan sepnya juga, Tetapi
sekarang, ia telah dipandang sebagai „pemberontak” dan iapun
lagi „buron” ia tidak ada lagi yang harus dilihat mata. Maka de-
ngan gusar. ia menjawab. ,Tidak salah ! Aku memang Tiat Mo
Lek! Kau mau apa? Apakah kau sangka aku takut padamu? Hm!

„Bagus!”‘ teriak Oe-bun Thong. „Pemberontak, masih berani
kau membangkang untuk dibekuk? Kau harus ketahui, hari ini
tidak ada lagi segala Toan Tayhiap atau Lam Tayhiap yang
bakal melindungimu!”
Mendongkol Mo Lek orang mengungkat- ungkat urusan lama
tetapi ia berlaku tenang. Ia tertawa dingin.
-oo0dw0oo-

Jilid 26
„Jikalau aku pemberontak, apakah kau si menteri setia ?”
tanyanya mengejek; „Hm ! Apakah kau kira aku tidak tahu
tentang dirimu ? Lupakah kau bahwa dahulu-hari kau bertindak
seperti membantui Kaisar Tiu membuat kejahatan ? Kaulah
seorang Liong Kie siewie akan tetapi kau menjadi kuku
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

garudanya An Lok San ! Sudah kau mencelakai Kiesu Su It Jie


sekeluarga, kau juga hendak mencelakai Toan Tayhiap i
Sungguh tak tahu malu kau berani mengata kan aku
pemberontak ! ‘
Parasnya Oe-bun Thong merah padam. Ia malu sekali. Tapi
cuma sebentar, dia tertawa terbahak-bahak.
„Nama pemberontak untukmu diberikan oleh Sri Baginda
Raja ! Apakah kau masih hendak mencuci bersih itu ?
Bagaimana kati berani menyembur orang dengan darah ?
Sayangnya yaitu Sri Baginda Raja tak sudi mempercayai kau !”
Oe-bun Thong memfitnah, atau mencelakai Mo Lek, justeru
disebabkan dia kuatir Mo Lek nanti membeber rahasianya itu
di-depan raja, maka itu sekarang mendengar pembebeberan si
anak muda, ia kat£ di dalam hatinya : ,,Syukur baru sekarang
dia membernya! Coba dia membukanya di-depan raja,
bukankah aku cclaka ? Taruh-kata raja tidak percaya, dihatinya
tentu m e nyelip keragu-raguan. Sekarang dia telah jadi
pemberontak, tentulah Oet-tie Pak dan Cin Siang juga tidak
bakal berani melindungi d a terleb h jauh ! Sekarang aku mesti
lekas-lekas membinasakan dia untuk menutup. mulutnya !’ Oe-
bun Thong bangsa jumawa, meski dia tahu Mo Lek lihay dia
percaya, dengan menggunai senjata, dia bakal berhasil
mengalahkannya. Dia juga menduga, .tentunya raja bakal
mengirim orang untuk menyusul dan membantunya.
„Bangsat ini mesti mampus ditanganku!” pikirnya pula.
„Paling baik aku binasakan dia sebelumnya datang bala-
bantuan untukku ! Aku mesti mencegah dia nanti ngoceh tidak
keruan didepan banyak orang !”
Sampai disitu dengan sama-sama gusarnya dua orang itu
sudah lantas mengadu senjata. Mereka telah bicara cukup
banyak.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Oe-bun Thong bersama-sama Ciu Siang dan Oet-tie Pak


yang tersohor sebagai ,.Tayswee Sam Toa Kho-ciu” artinya tiga
jago dari dalam istana. Memangnya ilmu silat meieka luar biasa.
Dan Oe-bun Thong tersohor buat sepasang poankoanpimya,
yang umpama kata jadi seperti lidah-lidah ular berbisa yang
menyambar nyambar ke-pelbagai jalan darahnya Mo Lek.
Puteranya mendiang Tiat Kun Lun sebaliknya bersilat dengan
Lak-cap-sie Ciu Liong Heng Kiam-hoat yaitu ilmu silat pedang
„Wujud Naga” yang terdiri dari enam puluh empat jurus. Ia
membuat pedangnya berputaran dan cahayanya berkilau-kilau.
Ia membela diri sambil saban-saban balas menyerang, sebab
tak sudi ia dijadikan sasaran poankoanpit.
Diantara dua orang ini, Oe-bun Thong memang lebih unggul
dalam pengalaman berkelahi, Mo Lek sebaliknya lebih tangguh
tenaga dalamnya, sebab sekarang ia bukan lagi Mo Lek di
jaman bocah, semasa ia belum memperoleh pelajaran dari Mo
Keng Lojin. Karena itu, mereka jadi bertarung seru sekali.
Setelah banyak jurus, Oe-bun Thong menjadi heran. Bocah
yang sepuluh tahun dulu hampir mampus ditangannya,
sekarang menjadi seorang muda yang sanggup melayani dia
dengan baik sekali.. Dari heran kemudian hatinya menjadi
kurang tenteram. Inilah sebab sudah puluhan jurus dia tetap
belum bisa menang, diatas angin. Itu berarti bahwa ia pun
memperlambat waktu, sedangkan ia ingin mempercepat
berakhirnya pertempuran atau lebih tegas : matinya musuh
muda ini !
Memang benar, pertempuran mereka itu berlarut-larut. Mo
Lek bertahan terus. Orang boleh menjadi salah seorang jago
istana tetapi ia tidak takut, ia berhati mantap sekali, Ia pun
membenci jago itu yang sudah keterlaluan, berbau pengkhiatat
pula.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Selagi keduanya bertarung terus maka dari kejauhan


terdengar derap kuda yang dicampur dengan bunyi kelenengan
nyaring.
Suara itu datangnya dari arah kota dan datangnya pula
dengan cepat sekali hirgga lekas juga tiba sudah dia ditempat
pertempuran.
Tiba-tiba terdengarlah teriakan Mo Lek bagaikan dia terkejut
: „Cin Toako, Apakah kau heidak mengambil kepalaku?”
Memang itulah Cin Siang.
Selolosnya Mo Lek yang disusul Oe-bun Thong, raja sudah
lantas memberikan perintahnya untuk mengejar. Yang menda
pat tugas ialah Cin Siang bersama Oet-tie Pak. Mereka
diharuskan membantui Oe-bun Thong. Mereka itu heran
menerima perintah itu, meiekapun kaget. Ketika itu mereka be-
lum tahu bahwa Mo Lek sudah diputuskan hukuman mati. Titah
raja tidak dapat ditentang. Didalam keadaan seperti itu, mereka
juga tidak dapat meminta keterangan lagi. Dengan terpaksa
mereka berangkat dengan cepat. Kudanya Cin Siang dapat
lebih lekas dari itu ia yang sampai lerlebih dahulu.
Oe-bun Thong cerdik sekali. Tahu yang datang ialah Cm
Siang, ia berseru membentak musuhnya: „Kaulah pemberotak!
Bagai mana kau masih berani mengaku saudara dengan Cin
Cianj-kun? Cin Ciangkun kenal kau tetapi kimgannya tidak!
Itulah kata-kata yang liehay. Dengan itu seperti juga Cin
Siang diberitahukan siapa Mo Lek, ialah seorang buronan yang
telah ditentukan dengan hukuman mati. Dengan itu seperti
dianjurkan untuk Cin Siang segera turun tangan.
Cin Siang menjadi kaget dan bingung. Ia menjadi serba
salah. Kalau mereka berada berdua saja, dapat ia bicara secara
pri-padi. Itu pula maksudnya srlagi ia Kabur menyusul.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sekarang ia melihat Oe-bun Thong ada bersama, tidak dapat ia


berbuat demmlan. Ia juga tidak dapat bersangsi lama lirtia.
Dimata Oe-bun Thong, kesangsian mencurigai dan jelek
dipandangannya. itu pula berbahaya untuk kedudukan.
Terpaksa ia mesti lekas mengambil keputusan.
“Tiat Ceng aku masih belum ketahui tentang dosamu,” kata
ia. ,,karena telah keluar perintah Seri Baginda untuk menawan
kau menentang perintah itu supaya janganlah kesalahanmu
menjadi bemisun! Jikalau kau merasa penasaran, nanti setelah
mengha dap kepada Seri Baginda kau mengajukannya.”
Cin Siang berkata demikia karena ia lantas dapat pikiran
untuk nanti bersama sama Oet-tie Pak melindungi sahabat ini
dihada-pan raja, atau kalau perlu ia hendak minta bantuannya
Tiang Lok Kongcu.
Mo Lek sangat gusar dan penasaran.
,Apakah lagi yang dapat di bantah .terhadap raja?”
teriaknya. ,Raja hendak membunuh aku sebab raja mau
membalaskan sakit hatinya Yo Kok Tiong dan Yo Kui-Hui!, Cin
Toalko, aku tahu kau datang atas perintah raja untuk
menangkapku, tak mau aku membikin kau sulit baik akan aku
turut kau kembali! Biarlah aku peserah siraja dogol menghukum
aku l’
Selagi mereka bicara itu. sempat Mo Lek menyatakan suka
mengalah, untuk turut pulang Oe bun Thong masih belum mau
menghentikan penyerangannya bahkan dia tetap memperhebat
permainan sepasang po-ankoanpitnya. Jangan kata berhenti
menyerang, memperlambat saja dia tak sudi. Se bab dia masih
ingin dapat merampas jiwanya si anak muda.
Mo Lek tahu maksud orang, ia menjadi sangat murka

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Dapat aku membagi muka kepada Cin Toako, tidak dapat


aku diperhina kau, jahanam!”akhirnya ia mendamprat. Maka ia
balas menyerang dengan tidak kurang hebatnya Cin Siang
bingung juga. Ia berteriak : ,Oe-bun Ciang-kun tahun! Tiai
Ceng sudah bersedia untuk menerima baik firman!”
Oe-ban Thong menjawab:,,Di mulut dia membilang begitu,
pedangnya toh belum diletaki! Itulah bagaikan harimau yang
belum dicopoti giginya’ Maka kau tahu bahwa dia tidak bakal
menggigit?
Kata katanya Oe bun Thong ini beralasan hanya dia salah
menggunaxamya terhadap Mo Lek, seorang laki-laki sejati.
Seorang manusia hina mungkin menggunai akal muslihat, yaitu
selagi orang berhenti menyerang dan membokong.
Kembali Cin Siang menghadapi kasulitan. Oe bun Thong
tidak mempercayai Mo-Lek sedang Mo Lek lagi panas hati dan
te lah diserang terus menerus dan da’am cara sangat
toaembahayakran jugu. Tapi ia mesti bekerja, pertempuran itu
mesti dihentikan Diakhirnya ia mengambil keputusan buat
menyelak disama tengah, untuk menghajar terlepas pedangnya
Mo Lek.
Begitu ia berpikir bejitu Cin Siang bekerja. Ia tidak dapat
main lambat-lambatan.
Dengan demikian Mo Lek jadi kena dikepung berdua.
Melayani Oe bun Tbong seorang ia sudah sama, unggul, dari
itu, mana dapat ia bertahan dari kepungan itu. Begitulah
dengan lekas ia kena terdesak halmana membikin ia bingung
hmgga beberapa kali ia membuat lowongan tanpa
keinginannya.
Inilah saat yang ditunggu tunggu Oe bun Thong. Tiba-tiba
berteriak keras: „Kena! dan ujung senjatanya yang larcip
menyambar dada Mo Lek dimana ada jalan darah soan-kie!
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Bukan cuma Mo Lek yang kaget tetapi juga Cin Siang Dia ini
menyerang bukan buat mencelakai, hanya guna melepaskan
senjata orang. Dia kaget sebab dia tidak keburu mencegah
serangan rekannya itu.
Tepat sekali orang she Cin ini kaget sekali, telinganya
mendengar suara berkon-trang nyaring, lantas poarnkoanpitnya
Oe-bun Thong tertolak kesamping tidak lagi kearah sasarannya.
Berbareng dengan suara beradunya logam itu, orang pun
mendengar jatuhnya suara yang seperti kebocah bocahan: ,,Hai
Cin Ciangkun! Mereka itu lagi bertempur secara sangat menarik
hati untuk ditonton, mengapa kau mengadu-biru menyelak
disama tengah menghalang-halangi mereka ? kau tahu, kau
telah membuat pertunjukan menjadi hilang sifat menarik
hatinya!”
Kata kata itu keluar dari seorang yang sudah lantas lompat
keluar dari dalam rimba. Melihat orang itu. Cin Siang terpe
ranjat. Orang bertubuh tinggi tak lebih daripada lima kaki,
romannya juga luar biasa. Dia memiliki kepala yang besar dan
muka kekanat-kanakan. Apa yang mengejutkan dia jastru
Biauw Ciu Sin Touw Khong Khong-Jie yang namanya kesohor
sekali !
Sambil menahan ruyungnya. Cin Siang menegur: ‘Khong
Khong Jie, k«u datang kemari, mau apakah kau ?
Khong Khong Jie tertawa. ‘Cin Ciangkun, tak usah kau
menjadi kuatir! ‘ sahutnya. “Walaupun sepasang senjatamu ini
terbuat dari emas dan juga harganya mahal, mataku masih
belum kehlipan melihatnya. Sekalipun telah bangkit nafsu
mencuriku sibangsat. Tidak nanti aku curi itu. Aku datang
kemari dengan maksud sengaja untuk menonton orang
berkelahi ! Ya, kau telah menanya aku, sekarang aku juga
hendak menanya kau ! kau datang kemari mau apakah kau ‘

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

,,Aku….aku dating kemari karena aku menerima firman


untuk menangkap …”sahut Cin Siang sambil ia mengawasi Mo
Lek. Hendak ia menyebut ..pemberontak,1′ tetapi tak sampai
hati ia. Karenanya, ia menjadi tidak dapat meneruskan kata-
katanya itu.
,,Kau hendsk menangkap siapa?” Khong khong Jie sebaliknya
mendesak, “kau hendak menangkap orang tua ? hendak
menangkap anak muda ?, „Inlah urusan kami buat apa kau.
men campurinya ?’ bentak Cin Siang, yang ter-deiak.
„Bukan begitu!’ kata Khong Khong Jie ‘Aku paling gemar
menonton orang berkelahi ! Makin orang kegilaan berkelahi
makin angot juga kegemaran menontonku! Mereka itu
berkelahi, biarkanlah mereka berkelahi terus ! Jikalau kau tidak
mencampuri urusan mereka, aku juga tidak mau campur
tangan ! Sebaliknya, apabila kau mem bantu pihak yang lain !
Satu melawan satu dua melawan dua melawan’ sepasang l
Begitu barulah adil! ‘
Bukan main sulitnya Cin Siang. Tertawa dan gusar, tak bisa
ia Ia kenal baik Khong^khong Jie, yang ilmu silatnya hhay,
yang tabiatnya aneh sekali. Dilam pihak, sebenarnya tak berniat
ia menangkap Mo Lek. Maka ia aknirnya pikir: ‘ Baiklan! Inilah
suatu a’asan untukku menonton saja supaya adik Tiat
mendapat ketikanya untuk lolos. ..”Maka ia menjawab: “Khong
Khong Jie ! Dahulu hari kau pernah membantuku, sambil kau
membawa pulang adik seperguruanmu, maka itu, melihat
budimu itu, suka aku bersahabat dengan kau. Nah, terserahlah
kepada kau!”
Khoag Khong Jie tertawa.
,,Orang bilang Cin Ciangkun dapat dijadikan sahabat
sekarang aku melihat buktinya!” katanya. ‘Nah, mari, mari
turunkan senjatamu, mari kita menonton orang berkelahi!”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Munculnya Khong Khong Jie membikin mukanya Oe bun


Thong menjadi pucat, hatinya tidak tentram sampai sesudah
orang bicara habis, baru ia merasa sedikit lega. Ia boleh tak
usah berkuatir-yang orang aneh itu nanti merintangi padanya
Justru ia ku-rang tenang hati, justru Mo Les. menyerang padan
ya, hingga ia kena terdesak.
Sesudah menonton sekian lama, Khong-Khong Jie mengoceh
seorang diri: ”Mo Lek menjadi pelindungnya siraja tua, ini saja
sudah menjadi satu hal aneh ! Sekarang sebagai pelindung
raja, dia justru bertempur dengan touw ut yang melindungi
raja. bah kan si touw-ut yang menjadi “orang atasannya ! Inilah
keanehan ditindih keanehan!…. Tiat Mo Lek ! he, Tiat Mo Lek !
kenapakah kau berkelahi dengan pembesar seatasanmu «endiri
?”
Mo Lek tengah bertempur hebat tidak sempat ia menjawab
pertanyaan itu,
„He Mo Lek yang kecil! memanggil pula siorang aneh: “Cin
Ciangkua suka ber sahabat denganku, apakah kau tak sudi? Oe
ngar, Mo Lek, aku menanya kau! ‘
Mo Lek mengumpul tenaganya, dengan pedangnya ia tangkis
satu serangan dari Oe bun Thong sampai orang mundur dua
tindak. setelah itu dengan rada sungkan ia menjawab: “Siraja
linglung mengatakan aku pemberontak! Dan binatang ini mau
pinjam kepalaku untuk dia naik pangkat!’ Mendenaer itu, Cin
Siang malu sendiri nya, ia jengah sekali, kata ia didalam hati:
“Tian Hiantee, apakah kau juga keliru menafsirkan
sepakterjangku ini’”
Khong Khong Jie berkata pula dengan keras: “Mo Lek,
sebenarnya aku datang kemari buat mencari kau ! Nah, coba
kau ter-ka.Aku mencari kau untuk apakah?”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mendengar itu, Mo Lek berkata didalam hatinya: “Khong


Khong Jie, sungguh kau tidak tahu salatan ! Disaat penting
seperti ini, mana aku mempunyai luang tempo untuk bergurau
denganmu? ‘
Karena orang berdiam, Khong Khong Jie tertawa pula.
„Apakah kau tidak dapat menerka?” tanyanya. „Ya, akupun
telah menduga tidak nanti kau sanggup membade’ Baik, mari
aku beritahu kepadamu! Soalnya yaJah aku ingin bersahabat
denganmu! Aku juga hendak me ngantar kepadamu suatu
barang yang sukar didapatnya ! Mah, coba kau bade bingkisan
itu bingkisan apakah?’
Mo Lek menyahut cepat dan deagan suara keras: “Aku tidak
tahu! Aku juga tidak mau terima bingkisanmu! ‘ —
Khong Khong Jie tertawa’bergelak.
„Tentang kau mau terima atau tidak bingkisanku, jangan kau
sebut sebut dahulu!” selanya.,, Kau sabarlah menyatakannya!
kau tahu bingkisan itu merupakan satu barang yang besar
sekali gunanya untukmu ! kau tahu tas dapat tidak, aku mesti
menghendaki itu!”
Cin Siang mendengar pembicaraan o-rang, yang tidak ada
pentingnya akan tetapi mendengar perkataan Khong Khong Jie
yang paling belakang ini.dia menjadi heran, hingga dia
menerka-nerka dalam hatinya: “Entah bingkisan apa itu.
..Hayo, bilanglah, supaya Mo Lek tidak usah menduga-duga
tidak keruan juntrungaanya! Aku sendiri mendengari kata-
katamu ini, aku menjadi bingung dibuatnya!”
Kembali Khong Khong Jie berkata:”Jikalau aku menyebutkan
itu, itu pun suatu hal yang aneh ! Mo lek bukankah pembesar
seatasanmu sini mengatakan kau pemberontak ? Nah, ini dia
anehnya ! Justru sekarang ini ditanganku ada sesampul surat !

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dan surat ini kau tahu, justau surat yang ditulis sendiri oleh ini
Oe-bun Ciangkun ! Surat ditulis dan dikirim untuk An Lok San!
Didalam surat terang jelas ditulis bahwa Oe bun Ciangkun ini
hendak menjadi tukang sambut dari dalam ! Nah, kau
bilanglah, so al itu aneh tidak? Sekarang surat ini hendak aku
haturkan kepada kau suka terima atau tidak?”
Mendengar perkataan Khong Khong Jie, parasnya Oe bun
Thong menjadi pucat sekali, sampai ia seperti kehilangan
darahnya. Mendadak ia berkelit, niatnya untuk mengangkat
kaki.
Tiat Mo Lek melihat orang berkelit, ia tidak mau mengasi
hati, ia berlompat menyusul begitu tubuh lawan mencelat pergi,
bahkan ia tirus menusuk kepungan lawan itu.
Oe-bun Thong tidak mau mati konyol, dia memutar tubuhnya
untuk menangkis.
Dengan begitu, kembali mereka berdua jadi bergebrak.
Cis Siang dari heran menjadi girang sekali. Ia mau percaya
perkataan Khong-Khong Jie bukak kelakar belaka Kalau tidak,
tidak nanti Oe-bun Thong mau lantas kabur. Maka ia kata
didalam hatinya: “Jikalau benar ada surat itu, pastilah Tian Hi-
antee mempunyai bukti yang kuat, jikalau dia kembali dan
berbalik mendabwa, bukan saja dia jadi tidak bersalah dan
bebas bahkan dia jadi berjasa besar!”
Tanpa merasa hati panglima ini menjadi lega, semangatnya
terbangun, hingga ia mau menggeraki ruyungnya guns me
nyerbu kedalam gelanggang pertempuran itu Temu saja, kali ini
ia hendak membantui Mo Lek guna membekuk perwira yang
tengah berselimut itu hingga tidak sembarang orang ketahui
bahwa dialah penghianat yang berkongkol dengan
pemberontak An lok San.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Akan tetapi Khong Khong Jie, yang melihat aksi itu, meluncur
tangannya untuk mencegah.
„Cin Ciangkun. apakah kau sudah lupa dengan janji kita
barusan?’ tanya siorang aneh “Kau berlaku tenang tenang saja!
Mari kita menonton terus perkelahian mereka.
Cin Siang berdiam. Ia mau menduga Khong Khong Jie
menyangka ia hendak membantu Oe bun Thong.
Ketika itu. Mo Lek tidak membutuhkan bantuan lagi. Oe-bun
Thong sudah kehilangan semangat, tidak dapat dia berkela hi
terlebih jauh. Perkataannya Khong Khong Jie membuatnya
sangat jeri Celaka kalau benar-benar siorang aneh membeber
rahasia nya itu. Iapun dapat menginsafi, dari surra nya itu,
terang Khong Khong Jie berpihak kepada Tiat Mo Lek.
Dapatkah ia berdiam lebih lama pula disitu ?
Selagi menyerang itu Mo Lek berseru keras, membentak
lawannya. Ia juga sudah lantas mengerahkan tenaganya luar
biasa sungguh-sungguh, maka pedangnya menyam bar-
nyambar dengan pesat dan’cahayanya berkilauan seperti
halilintar. Sinar pedangnya itu seperti juga mengurung
musuhnya,
Oe-bun Thong bingung, dia melawan se bisa-bisanya. Dia
terus berada di dalam ketakutan, ke inginan satu-satunya ialah
mengangkat kaki. Karena dia bingung, kacau ilmu silatnya.
Matanya pun seperti dikabur kan sinar pedang lawannya itu.
Tiba-tiba ujung pedangnya Mo Lek meluncur kepundak
lawan. Ia berhasil, hingga ia membuat sebuah lubang pada
sasarannya itu.
Oe-bun Thong kaget dan kesakitan, ke takutannya menjadi-
jadi. Di dalam keadaan seperti itu, bukannya dia kalap dan

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berkelahi mati-matian, mendadak dia menikam lehernya sendiri


dengan poankoanpitnya.
Mo Lek melihat itu, dia menyapok tikaman itu sambil ia
berseru keras, bukannya meneruskan menusuk lawan hingga
mati, ia justru membikin cenjata lawan ter pental terlepas dari
cekalan, dia berseru pula : „Pengkhianat, kau hendak
membunuh diri ! Tak sedemikian mudah !”
Kata-kata itu disusul de.igan serangan terlebih jauh. Cuma
itu bukannya tikaman maut hanya totokan kepada jalan darah
orang, untuk menutupnya Tapi ia sengit bukan main, dengan
tangan kosong dia me nampar dua kali kepada muka musuh
hingga terdengar suara menggelepok keras dan nyaring !
„Bagus ! Bagus!” Khong Khong Jie bersorak-sorak. Dia
tertawa terbahak-bahak. Kemudian dia mengeluarkan surat
yang dia sebutkan tadi sambil mengangsurkan itu pa da si anak
muda, dia kara : „Nah, inilah surat itu ! Inilah bingkisan untuk
kau, sebagai mana aku katakan barusan ! Bukankah ini besar
sekali faedahnya untukmu ?”
Di luar dugaan Orang, Tiat Mo Lek menggeleng kepala. Ia
pun tidak menyam-buti surat yang diberikan itu f
Cin Siang heran hingga ia lantas campur bicara.
„Hiante !” katanya. ,.Ini toh surat wasiat pelindung dirimu ?
Kenapa kau tidak menghendaki itu ?”
Tiat Mo Lek menjawab : „Aku tidak mau kembali lagi ! Surat
ini tolong kau saja yang menghaturkan kepada raja! Aku tidak
mengharap pangkat, apa yang aku ke hendaki ialah supaya
namaku dicoret dari tuduhan sebagai pengkhianat atau
pemberontak ! Itu saja sudah cukup bagiku! ‘ Cin Siang
bersenyum meringis. ,,Tiat Hiante, baiklah kau mengarti,”
katanya ; „Siapa pun yang bekerja untuk Seri Baginda, tidak

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ada yang tidak pernah dibikin merasa menyesal ! Maka itu, aku
minta janganlah kau mengambul.”
Tapi Mo Lek berkata sungguh-sungguh: ,.Cin Toako, apa
yang aku bilang bukanlahsebab aku mengambil ! Aku telah
memberi janjiku kepada Kwee Leng-kong dan Lam Suheng
bahwa aku hendak bekerja setia me lindungi raja pergi ke Tian
Siok, maka syukur kehadapan Thian, yang telah memberi
berkahnya, di dalam perjalanan ini, walaupun ada gelombang,
Seri Baginda dapat tiba ditempat tujuan dengan selamat.
Sekarang ancaman bahaya sudah lewat kita sudah sampai di
Tanah Siok, sebab jalan kedepan ada jalan aman, habis sudah
tugas ku hendak aku melepaskannya. Aku percaya Cin Toako,
kau tidak bakal sesalkan aku sebagai sahabat yang tidak
memandang sahabatnya !
Aku toh telah menjalankan tugasku, bukan ?”
Cin Siang tunduk.
Aku mengarti,” katanya. „Bukan kau yang tidak berbuat
seharusnya, adalah Seri Baginda yang berlaku tidak semestinya
terhadapmu …”
,Di dalam peristiwa diperhentian Ma Gui Ek, Seri Baginda
telah kehilangan selirnya kata Mo Lek, „maka itu, walaupun
tidak ada hasutan dari Oe-bun Thong, dia tentu menyimpan
kebencia’n terhadap aku dari itu, kalau aku pulang, taruh kata
aku bebas, tetapi lain kali, apabila aku dianggap bersalah pula,
tidak nanti aku bakal da pat ampun. Cin Toako. apakah kau
mau ketahui ada yang telah terjadi, di dalam pe-sanggerahan
tadi ?”
Sekarang Mo Lek membeber rahasia raja, bagaimana ia telah
ditipu, dipanggil menghadap katanya untuk diberi kenaikan’
pangkat dan gelar kehormatan, ia juga di beri selamat dengan
secawan arak, tetapi bebenarnya itulah arak beracun, karena
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mana, terpaksa ia kabur. Di akhirnya, ia kata ,. “Nah, Cin Toako


kau tolong pikir, apakah aku terlebih baik kembali ?”
Cin Siang bungkam, parasnya guram, sedangkan air
matanya mengembeng. Ia sa—iigat berduka. Sampai sekian
lama, ia masih belum dapat membuka mulutnya Khong Khong
Jie tertawa.
“Apakah yang harus dibuat susah hati? kata ia Mo Lek, raja
tua bangka itu tidak mau memberi ganjaran kepada kau, akulah
vang nanti memberikannya! Akul£h yang mengenal dan
mengaku k*u! Memang sebenarnya tidak layaknya kau men adi
siewie! Menjadi siewie didalam istana taja sama saja dengan
binatang liar yang dikurung didalam kerangkeng! Itulah
penghidupan yang membikin pikiran pepat! Ia tertawa pula,
terus ia menambahkan: ,,Aku membawa bingkisan untukmu
itulah sebab aku memikir hendak berbuat suatu kebaikan
untukmu, Kalau begini sekarang barang itu sudah tidak ada
gunanya . . .
„Masih ada!” k&ta Mo Lek cepat- “Paling sedikitnya itu bakal
membikin siraja linglung mengarti siapa yang menjadi
penghianat dan pemberontak yang benar-benarnya.
Berkata begitu, Mo Lek sudah menyambuti surar dari Khong
Khong Jie itu, yang ia terus serahkan pada Cin Siang, setelah
itu ia berkata pula, menanya siorang aneh: .Bagaimana caranya
kau mendapatkan surat ini ? Dan, bagaimana kebetulan, kau
justeru mengantarkannya disaat tepat begini!’
Khong Khong Jie suka memberi keterangan. Dia suka
memberi keterangan: , Surat ini aku dapatkan dari tubuhnya
adik seperguruanku. Surat suratnya Oe-bun Thong dan An Loic
San satu pada lain, semua adik seperguruanku itu yang
menolong menyampaikannya. Kali ini dasar Oe-bun Thong sial-
dangkalan! Sebelum suratnya ini sampai kepada /i Lok San aku

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

te’ah membawa adikku pulang kegunung dan mendapatkan


nya. Kau tahu, begitu aku mendapatkan surat ini, lantas aku
berangkat menyusul kau Tempo aku sannai di heng-so di Kong-
goan diluar dugaanku, kau sudah kabur dan aku mendengar
siraja tua telah memerintahkan orang menyusel buat
menangkap kau. Tidak ayal lagi, aku menyusul, aku mengikuti
jejak kudanya Oe-bun Thong. terus sampai disiniP
Mendengar itu Mo Lek dan juga Cin Siang, menjadi heran
dan kagum. Inilah se bab ilmu Jari keras, atau ringan tubuh
dari khong R h oh g Jie, luar biasa mahir sedang kan
sepakterjangnya itu luar biasa, diluar dugaan sekali.
hong Khong Jie terkenal sebagai mala ikat pencuri nonor
satu, dia bertabiat keras dan jemawa, dia biasa membawa
karep-mane Baik kaum golongan Hitam dan Putih tak ia
pedulikan, tak suka ia memberi hati. Dia lakukan dia apa yang
dia pikir atau suka Itulah sebabnya kaum fcu Lim. didalam se.
puluh, sembilan yang mencacinya Juga Mo Lek dan Cin Siang
tadinya mengatakan dia «Jeesar. Maka tidaklah disaogka-
sangka sekarang disesat dapat berbuat begini merga gumkan,
sudah membanfu dia memberikan jasa juga. Maka keduanya
jadi memandang hormat,
Mo Lek kati didalam hatinya: „Khong Khong Jie aneh tabiat
dan lagaknya siapa tahu sekarang terbukti dia juga memiliki
semangatnya seorang gagah sejati, pantaslah Toan Tayhiap
bersikap lain terhadapnya. Toan Tayhiap telah di culik anaknya
ia toh masih tidak mau turut lain orang mencaci padanya.
Justeru itu Khong Khong Jie memiring kan kepalanya
memasang telinganya.
„Tentara pengejar telah datang! ia lan tas kata. Lek jikalau
kau tidak niat kembali, sekarang sudah waktunya buat kau
berlalu!”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mo Lek mengangguk, lantas ia kata pada Cin Siang: „Toako


selama beberapa bulan ini, kau selalu melindungi aku untuk itu,
aku bersyukur, aku berterima kasih. Tapi hari ini, ijinkanlah aku
berpamitan. Aku minta kau tolong sampaikan hormatku kepada
Oet-tie Toako!
Cin Siang menghela nanas. Kata ia: , Ki ta bertiga mengenal
satu sama lain kitalah kawan-kawan didalam istana maka ak
tidak sangka sama sekali, hari ini kita bagai kan burung burung
walet yang rne«ti terbang berpisahan! Karena kejadian ada
begini ruoa. hiantee, aku tidak berani mete- sa menahan kau,
cuma aku harap kau tidak usah terlalu memikirkan pengalaman
yang tidak manis ini. Aku juga mengarap meski kau hidup
didalam dunia Kang Ouw biarlah kau ingat terus kepada negara
bangsa Han supava kau dapat bersama-sama menumpas
musuh dan pemberontak. Biarlah nanti, setelah negara aman,
kita dapat bertemu pula!
Terima kasih toako tetapi usahalah toako memesanku,” kata
Mo Lek. „Meskipun siraja linglung hendak membinasakan aku,
aku tidak akan melupai negara kita. Sekarang ini aku mau pergi
ke Tong-kwan, untuk melihat garis belakang musuh Supaya
dapat aku membantu Lam Suheng membasminya! ‘
..Sungguh hiantee tak kecewa kau menjadi satu laki-laki
sejati!’ Ciin Siang memuj „Baiklah, di Tanah Siok akan aku
menanti San kabar kemenanganmu! Maafkan aku tidak dapat
mengantar kau lebih jauh’
Lantas Cin Siang meringkus Oe-bun Thong yang ia kasi naik
diatas punggung kudanya. Ketika ia mau berangkat ia meno len
lagi katanya; .Hiantee kau baik-baiklah sampai berjumpa lagi!
Ketika kuda oeypiauma mau beraagkat pergi dia menegasi
dengar ringk knya yang keras dan berulang-ulang, pertanda
bahwa dia merasa berat berpisahan dengan Tiat Mo Lek.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Karena itu lagi lagi Cin Siang menoleh dan mengawasi sekian
lama. Ia mengucurkan air mata begitu juga sianak muda….
Khong Khong Jie menunggu sampai Cin Siang sudah pergi
jauh, ia mengawasi Mo Lek dan berkata kepadanya: „Cin Siang
sudah pergi untuk berkumpul dengan kawan kawannya, itu
berarti banwa pasukan pengejar tidak bakal datang kemari.
Sekarang mari kita beristirahat dulu Mo Lek kau dapat
melupakan permusuhanmu dengan si raja tua-bangka, tetapi
bagaimana dengan kita? Apakah kau masih ingat bahwa dian-
tara kita masih ada permusuhan lama7′
Mo Lek berlaku bersungguh sungguh ketika ia memberikan
jawabannya. Ia kata: Ini kali kau telah membantu aku buat itu
aku- harus menghaturkan terima kasihku- Akan tetapi kau telah
merampas puteranya Toan Tayniap mengenai itu, biar
bagaimana juga tidak dapat aku mengampuni kau! ‘
Khong Khong Jie tertawa.
„Barusan Cin Siang ala disini, kata-kataku aku baru ucapkan
separuh. kata dia „Sekarang aku mari lanjuti kata-kataku itu
Aku tidak mau menyembunyikan apa-apa. Aku datang kemari,
kau tahu, kecuali untuk menyerahkan bingkisan tadi kepadamu,
masih ada maksudku yang lainnya. Itulah justeru buat
urusannya bocah yang kau sebutkan itu/’
„Apakah kau bersedia membayar pulang anak itu kepada
Toan Tayhiap ?” Mo Lek tanya.
„Anak itu tidak berada diianganku, tentang dia aku tidak
dapat mengambil keputusan sendiri,” sahut Khong Khong Jie.
Mo Lek menjadi lesu. Ia bagaikan putus asa.
„Habis apa lagi yang hendak dibicarakan ?’” tanyanya
berduka.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Tentu masih ada, anak ! kata Khong. Khong Jie. „Apakah


kau masih -ingat apa kataku dahulu hari kepada Toan Tayhiap ‘
Mo Lek mengangguk.
„Ya. Kau bilang, paling lambat sepuluh tanun, urusan akan
berada ditanganmu dan anak itu akan kau kembalikan. Ya,
sekarang sudah sampaia waktunya sepuluh tahun ! Mengapa
kau berkata begini ‘
Khong Khong Jie memotong kata-kata orang “Tidak nanti
aku menghilangkan ke percayaanku kepada Toan Tayhiap.
Tentu saja, kapan ada ketikanya, aku akan mengurusnya. Kau
dengar dahulu ! ‘
Mo Lek hendak menyela, tetapi orang didepannya itu
memegat.
Khong Khong Jie melanjuti : „Orang yang memelihara anak
itu tidak bermaksud jahat, dia menyayangi anak itu secara luar
biasa, melebihi anak sendiri. Dia pun telah mengajari anak itu
suatu ilmu silat yang istimewa Maka sekarang, meski usia anak
itu baru sepuluh tahun, dasar ilmu silatnya sudah sempurna.
Orang itu juga suka mengembalikan anak itu kepada
orangtuanya. sianak, cuma, buat itu ia menghendaki si «orang
tua yang pergi sendiri menyambutnya „Siapa orang itu” Mo Lek
tanya. „Dialah st orang tertua kaum Rimba Persilatan,’ sahut
Khong Khong Jie. ..Mengenai namanya, aku tidak berani
mengebutnya.’
Mo Lek heran. Pikirnya : ,,Khong Khong Jie tidak takut langit
dan bumi, kenapa ter hadap orang itu ia begini menghormat,
sam pai dia tidak berani menyebut namanya ? Siapakah dia.
yang dapat membikin Khong Khong Jie tunduk sampai begini ?”
Dia manusia aneh ! Dia menghendaki anak orang, selama
sepuluh tahun, dia tidak memberi kabar apa juga pada orang
tuanya si anak ! Perbuatannya itu tidak layak !”
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pemuda ita jujur dan polos, tak senang ia dengan perbuatan


orang Bu Lim tertua itu, akan tetapi ia mesti mengaku bahwa
kabarnya Khong Khong Jie ini kabar yang menggirangkan,
maka dapat ia berlaku sabar.
„Kalau begitu,”‘ katanya, „tentu datang mu sekarang ini
untuk mencaritahu tentang Toan Tayhiap, bukan ?”
„Benar, sahut Khong Khong Jie terus-terang. „Dijaman kacau
seperti ini, sanga sukar mencari orang yang tempat
kediamannya tidak ada ketentuannya. Kau tinggal bersama si
raja tua-bangka, mudah untuk mencarimu
„Tentang dimana adanya Toan Tayhiap sekarang ini, aku
juga tidak tahu. ‘ berkata Mo Lek. „Lara Suheng bersama
Honghu Cianpwe dan lainnya berada didekat kota Tong-kwan
dimana mereka lagi mengumpul tentara sukarela, maka baiklah
aku pergi mencari mereka dahulu, kepada meroka aku akan
minta keterangan perihal Toan Tayhiap.’”
Khong Kong Jie bardiam untuk berpikir.
Itulah jalan tidak langsung, itu berarti menyia-nyiakan
waktu,” katanya selang sesaat/..Aku masih mempunyai lain
urusan penting, karena mana aku mesti pergi ke-lain tempat . .
. Sekarang begini saja. Jikalau kau nanti bertemu Toan
Tayhiap, kau lantas minta ia suka pergi ke kelenteng Giok Hong
Koan digunung Giok Sie San, disana aku menantikan mereka
itu, sesudah kita berkumpul baru kita sama-sama pergi
menemui tertua Bu Lim itu.”
Mo Lek setuju.
„Baik ! ‘ sahutnya. „Pasti aku akan sampaikan pekanmu ini.
Sesudah urusan putera Toan Tayhiap itu beres, barulah urusan
kita beres juga ! ‘
Khong Khong Jie tertawa bergelak.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Oh anak yang baik !” pujinya. „Kau dapat membedakan


urusan, kau mengenal budi dan permusuhan tidak kecewa kau
menjadi puteranya Tiat Kun Lun !
Begitu dia habis berkata, begitu Khong Khong Jie berlompat
pergi, untuk menghilang di dalam rimba !
MoJLek menjublek sekian lama. Ia heran dan kagum.
,,Sungguh seorang manusia yang aneh tabiatnya, yang sukar
buat diterka ! pikirnya. „Aku membenci dia, dialah musuhku,
siapa tahu sekarang kita jadi bersahabat !”
Hanya sejenak, habis memikir Khong
Khong Jie. pemuda ini lantas mengingat Ong Yan Ie, si no ia
musuh besarnya, yang tergila-gila kepadanya. Mengingat si
rona ia jadi sangat mangui.
Kuda Mo Lek telah dibinasakan Oe-bun Thong, disitu ada
kudanya orang she Oe-bun itu, yang terluka sedikit, terpaksa ia
pakai kuda orang itu sesudah ia obati lukanya. Dengan
binatang itu, ia melakukan perjalan an nya. Ia berjalan dengan
tenang dan aman. Hanya selewatnya wilayah Tanah Siok, ia
mesti menderita. Wilayah Kwan-tiong menjadi ko-ban perang,
tanah kosong dari pen duduk, didalam sepuluh rumah,
sembilan ti dak ada penghuninya. Maka itu, untuk me-nangsel
perut, ia mesti memburu burung atau mencari dedaunan hutan.
Ketika itu dipermulaan musim dingin, burung dan hewan sangat
sedikit sedang pepohonan mulai layu kering dan kuning. Selagi
hawa udara sangat dingin perjalanan itu sulit dan lambat.
Sesudah satu bulan baru ia tiba di Hu-hong.
Untuk sampai ke Tiang-an, masih tda perjalanan tiga ratus
lie.
Pada suatu hari. Mo Lek terus melakukan perjalanannya, la
sangat lambat. Kudanya kuda jempolan tetapi binatang itupu-n
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kelaparan dan mesti melakukan perjalanan seribu lie dia jadi


kurus dan letih. Ini sebabnya Mo Lek terpaksa berjalan
perlahan. Ia menyayangi binatang itu. Justeru itu, iiba-tiba ia
melihat disebelah depannya abu mengepul naik, disana tampak
mendatanginya satu pasukan tentara. Dari jauh- auh ia sudah
melihat benderanya yang berlukisan naga emas serta
bersulamkan dua huruf ,,Tay Yan. ‘
Mo lek mengawasi. Mulanya ia menyangka kepada pasukan
negeri baru selang sesaat ia ketahui, itulah pisukannya An Lok
San Pemberontak ini memakai nama negara ..Tay Yan,” artinya
, negara yang terbesar,”‘ Habis menyerang dan merampas kota
Lok yang, dia telah nengangkat dirinya menjadi raja.
Kaget Mo Lek. Pikirnya. .Tentara pem berontak sudah berada
disini, mungkin kota Tiangan celah jatuh.’” Seteiah itu i a
meniadi terlebih ka-et pula. Selagi tentara itu mendatangi
terlebih dekat ia mengenali yang menjadi pemimpin ialah Sie
Siong bersama Tian Sin Su. Pada sepuluh tahun yang lalu, dia
penempur kedua panglima itu didalam kota Tiang-an. Terpaksa
buat menghindari bahaya ia lantas membiluki kudanya kesam-
ping, untuk menyingkir diantara sawah te-galan .
Sesudah lewat sepuluh tahun. Sie Siong dan Tian Sin Su
tidak mengenali lagi Mo Lek, akan tetapi ditempat sunyi itu, sel
gi keamanan sangat terganggu, ada searang yang menunggang
kuda aan kabur, mau atau tidat, Mo Lek menerbitkan
kecurigaan orang.
Demikian dengan Siu Siong.
„Siapakah kau?” ia menegur. „Lekas kembali! Lekas!’
Mo Lek tidak menghiraukan perintah atau panggilan itu,
bahkan ia melarikfla kudanya lebih keras.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Dia tentulah mata-mata pihak Tong!”* berkata Tian Sin Su.


.,Tak usah banyak bicara lagi! Kejar padanya!
Lantas beberapa puluh tentara mengaburkan kudanya untuk
mengejar sedang snak panah lantas dilepaskan.
Didalam keadaan biasa. Mo Lek tidak jeri terhadap beberapa
pu.uh tentara itu tetapi lekarang lain. Ia lapar dan tenaganya
berkurang banyak, belasan anak panah bisa ia tangkis jatuh,
atau sebuah yang lain nya mengenakan padanya, membuat
kaburnya makin perlahan.
„Lihat panahku! berseru seorang i psir Dia menaiik napasnya
yang berat. Ketika dia melepaskannya, kuda Mo ek irenjedi
korban tidak ampun lapi, Mo Lek terjurg-fcal dari kudanya itu.
Opsir itu ternyata girang, dia mengeprak kudanya untuk meng-
Lampirkan dia melemparkan tambangnya guna meraugkap dan
meringkus orang yang dikejarnya itu. Berbareng bersamanya,
ada dua orang yang maju juga, hingga si-anak muda menjadi
kena terkurung.
Mo Lek mengumpul tenaganya, ia berlompat dari punggung
kudanya sambil ia berseru: ,,Kau juga lihat panahku ”
Ketika itu ada dua batang panah lagi menyambar, Mo Lek
menganggapi kedua-duanya. segera setelah itu, ia menyimpuk.
Ta berhasil membikin buta matanya dua ekor kuda musuh,
hingga kedua musuh itu kena dilempar jatuh. Berbareng
dengan itu. iapun menyamout ujung tambang laso musuh.
Untuk ini mesti lompat pula dengan gerakan „Burung elang
lompat jumpalitan. ‘
Walaupun kepalanya pusing dan matanya agak kabur, dasar
ia liebay, selekasnya ia berhasil menjambret tambang itu, Mo
lek lantas menggunakan tipu silatnya „Me iiiinjam tenaga
berbalik menyerang.” untuk menarik dengan keras Ia berhasil.
Hanya tubuhnyapun Vena tertarik sendirinya, hingga mereka
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

berdua bagaikan menukar tempat Celaka siopiir yang


membandring itu, tubuhnya terlempar melayang dan dia roboh
terbanting hingga semaput.
Berhubung dengan kejadian itu, lapat-lapat terdengar pujian:
„Ah orang itu lie-hay sekali’
Mo Lek sudah lantas menoleh, akan mencari orang yang
memujinya itu, yang suaranya ia kenali, akan tetapi, apa lacur
untuknya, karena ia menggunai setakar tenaganya habislah
kekuatannya, sebelum ia bisa mengawaki terlebih lama tiba tiba
ia roboh, sebab matanya kabur dan kepalanya pusing. Hingga
dilain, detik, ia tak sadar akan dirinya lagi.
Lewat sekian lama yang ia tak tahu tepat, Mo Lek mendusin
dengan layap-layap. Dengan matanya, masih belum melihat
tegas, ia mendapatkan seorang dengan pedang dipinggang
tengah membungkuk ke-arahnya untuk melihat ia dari dekat. Ia
lantrs saja menggeraki tubuhnya berniat berlompat bangun,
akan tetapi, apa mau dikata, tenaganya belum pulih, begitu ia
roboh pula. Karena itu, ia cuma bisa ber teriak: ,,Sie Siong
pengkhianat kau bunuh lah aku!
Orang tua Sudah lantas mengulur tangannya, membekap
mulut orang sembari dia kata hampir berbisik: , Jangan bicara
tidak keruan! Aku bukannya Sie Ciangkun!”
Mo Lek sadar ia membuka matanya. Sekarang ia bisa melihat
tegas. Itulah Liap Hong. Inilah orang yang tadi memujinya.
Liap Hong berhati baik; dia menyayangi sianak muda, maka
itu, dia lantas minta kepada Sie Siong untuk tidak mem
binasakannya. Dia pernah adik misan, sekarang dia menjadi
pembantu yang penting dia juga terlebih gagah, maka itu, Sie
Mong meluluskan permintaan itu. Memang, jasanya Sie Siong
separuh dari jasanya adik misan Mengingat jasa orang saja Sie
-Siong sudah harus memberi muka padanya.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Liap Hong membawa Mo Lek kekemahnya. Ia mengobati


ukanya dan mengasi juga minuman godokan somthung Karena
itu Mo Lek sadar ‘ebih dari pada mestinya.
Selama digedungnya An Lok San di-Tiang-an, Liap Hong
pernah bertempur dengan Mo Lek, sekarang se’.ang sepuL.h
tahun dan Mo Lek menjadi besar, dia ti ak lantas mengenalinya,
baru belakangan perlahan-1a han ia ingat anak muda ini,
barulah ia mendapat kepastian disaat Mo Lek mendusin dan
mendamprat Sie Siong.
Dengan sehelai selimut, Liap Hong menutupi tubuh orang.
,,£au toh Tiat Mo Lek Tkatanya tertawa. „Sungguh besar
nyalinmu ! Kabarnya kau telah menjadi gie-cian sie wie dari raja
Tong, kenapa sekarang sebatargkara menunggang kuda disini
?”
Mo Lek kenal orang she Liap ini dan ingat kebaikannya,
selama Toan Kui Ciang enyerbu gedungnya An Lok San buat
me* nolongi ^u It Cie Liap Ho g pernah memberikan
bantuannya seCara diam-diam. Liap Hong pula pernah mengasi
pikiran baik untuk Louwsie istrinya SU It Cie Karena ini» ia
menjadi menaruh kepercayaan besar, ma ka suka ia memberi
keterangan yang benar; Katanya: Tidak salah akulah Tiat Mo
Lek. Aku tidak biasa terkekang tak mau aku te rus-terusan
menjadi pengiringnya rrj?, kare aanya aku minggat. Aku tidak
sangka disi«-ni aku berttmu dengan kamu. Sekarang tef serah
kepada kamu untuk membunuhku !’*
Liap Hong tertawa.
„Kau tetap keras kepala seperti dulu duluf’katanya. „Jikalau
aku hendak membu liuh kau, buat apa aku menolongmu
memba wa kemari dan mengobatimu ? Aku hanya ingin kau
sembarang mencaci Orang jikalau suaramu sampai didengar Sie
Ciangkun, tidak adadayiku untuk melindungi kau. Karena kau
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tidak suka membantu raja, baik kau tinggal tetap sama aku
disini.
Tapi Mo Lek panashati. kata ia dingin ,.Kau menolongi aku,
aku terima kasih kepadamu” Tetapi, jikalau begini nasehatmu,
hendak aku mendamprat kau !”
„Aku bermaksud baik. apakah karena itu aku lantas
didamprat ? tanya Liap Hong.
„Kau menyuruh aku berdiam disini! Kau pandang aku omng
macam apakah? tanya Mo Lek: „Akulah laki-laki sejati! Mana
dapat aku berdiam disaranj pemberontak? Sekarang begini
saja, kau bunun aku atau kau lepaskan aku i Jalan yang ketiga
tidak ada ”
Mukanya Liap Hong pucat, dia jengah sekali. Selang sejenak,
ia kata: „Raja Tong lari meninggalkan istananya dia kabur ke-
suatu tempat kecil ditanah Siok Barat, tidak nanti dia dapat
bertahan lama disana ! Kau tidak memangku pangkat, buat apa
kau menjadi menteri setia dari kerajaan Tong?”
Mo Lek tertawa dingin.
,,Apakah cuma orang yang memangku pangkat baru dapat
membela negara ? kata nya. ,.Liap ciangkun, penglihatanmu
keliru! Memang si raja tua telah melarikan diri, sampai dia
meninggalkan rakyatnya, tetapi si rakyat sendiri dia harus
melindungi rumah dan tanah miliknya Sekarang ini di selatan
dan utara sungai besar, tentara rakyat sudah bangkit diempat
penjuru ! Apakah kau tidak tahu itu ? Apa pula sekarang ini
Kwee Leng-kong sudah bergerak diThay goan dan
putramahkota juga memimpin tentara di Leng-ho ! sekarang ini
kamu masih dapat berbuat sesukamu, tetapi itulan buat
sementara waktu saja !’*
Liap Hong lekas-lekas menggoyangi tangannya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

“Mo Lek disini jangan kau bicara urusan negara’, cegahnya.


„Mari kita bicara secara sahabat ! Jikalau kau suka pandang aku
sebagai sahabatmu kau tinggallah disi ni, berdiamlah dengan
tenang nanti sesudah lukamu sembuh akan aku berdaya lebih
jauh untuk kebaikanmu”.
Mo Lek membalik diri.
„Lukaku tidak berat, katanya, sungguh sungguh. „Aku hanya
menyayangi kau!
Liap Hong membuka matanya lebih lebar Dia heran’ Hendak
dia membuka suara atau dia cegah dirinya. Dia jadi berpikir.
Aknirnya dia tanya juga: „Kenapa kau me nyayangi aku ?”
„Toan Tayhiap pernah bicara denganku tentang kau’, sahut
Mo Lek; Dia memuji kau hidup bercampur gaul. Diluar dugaan
ku, sekarang kau hidup bercampur gaul di tempat kotor, kau
pula rela membantu hari mau mengganas !’
Mukanya Liap Hong menjadi nerah. Ia berdiam sekian lama
lalu ia menghela napas.
„Benarkah Toan Tayhiap pernah memuji aku ? katanya.
t,Pujiannya itu membuat aku malu sekali Mo Lek, jangan kau
bicara pula, hanya nanti dibelakang hari, kau akan mengarti
sendiri.”
Mo Lek memang hendak menguji hati orang, mendapat
jawaban itu, ia kata: ,,Kalau kau kata begini Ciangkun, baiklah,
senang aku suka berdiam disini merawat lukaku.”
Boleh dibilang baru saja mereka habis bicara, lantas mereka
mendengar tindakan kaki orang, lalu sebelum orang itu
menying kap tenda, sudah terdengar pertanyaannya yang
nyaring : „Apakah bocah itu masih hidup ‘
Itulah suaranya Sie Siong.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Liap Hong kaget sekali, syukur ia lantas mendapat akal. Ia


mendekati Mo Lek untuk berdiri di sisinya, tangannya diulur
kepada luka orang, uituk dirabah. Tentu saja ia merabah
dengan perlahan. Sembari berbuat begitu, ia membungkuk,
untuk meng usap muka orang, untuk kata dengan perlahan :
„Ingat, jangan sembarang bicara !”
Mulanya Mo Let heran, tetapi segera ia mengarti. Kata ia
didalam hati : „Dia mengotori mukaku dengan darah, inilah
untuk mencegah Sie Siong mengenali mukaku .. . ” Maka ia
berdiam saja,
Liap Hong sebaliknya sudah lanias men jawab pertanyaan
Orang, menyusul mana, orangnya , . .. ialah Sie Siong …..
lantas muncul. Dia mengawasi Mo Lek, setelah mana, dia kata :
„Lukanya bocah ini bukannya enteng, dia mirip manusia
berdarah !”
“Syukur dia hanya dapat luka diluar.” kata Liap Hong. „Dia_
bertubuh kuat, sesudah merawat diri sepuluh hari atau
setengah bulan, tentu dia bakal sembuh.”
Sie Siong mengerutkan alis.
„Bocah ini mempunyai ilmu silat yang tidak dapat dicelah,”
katanya. „Kalau nanti dia sudah sembuh dia mungkin besar
faedahnya untuk kita. Cuma kita sedang ber gerak, sulit untuk
merawatnya, obat-obatari juga kurang . . , , ” Lantas ia
menggeraki sebelah tangannya seperti orang lagi membacok.
Itulah berarti : „Lebih baik bunuh saja padanya !”
Liap Hong bersandiwara. „Siapakah kau kira bocah ini ?”
tanyanya. „Kau tahu, dialah orang sekampung halaman dengan
kita ! ‘
“Oh, begitu ?” kata Sie Siong heran. ,,Coba terangkan
padaku, nanti aku ingat-ingat dia siapakah

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Dialah cucunya nenek luar dari keponakannya bibiku.” kata


Liap Hong. „Dia cucunya si orang tua she Ong tukang ber-kuli
mengangon kerbau. Dia ini Ong Siauw Hek, si cilik hitam she
Ong. Lihat, apakah tidak kebetulan yang kita menemukan dia
disini T’
Sie Siong meninggalkan kampungnya sejak masih kecil, tidak
nanti dia ingat orang yang disebutkan Liap Hong, yang sengaja
menyebut sanaknya dengan cara berbelit-belit itu, dia memang
mempunyai satu sifat baik, yaitu dia menyenangi orang sesama
kampung halaman dan kelemahan ini digit* nai Liap Hong,
maka juga ia percaya apa yang dibilang itu.
„Oh, kebetulan !” kata dia, „Knlau begitu, biarlah dia berdiam
di dalam tentara Cuma, untuk menyuruh orang merawatnya,
itulah berabeh. Aku pikir biarlah dia merawat dirinya sendiri’
,,Aku mempunyai jalan buat menolong dia,” kata Liap Hong.
„Dari sini ke Tiang-an cuma seperjalanan dua hari, aku pikir
buat mengirim orang mengantarkan dia per gi kesana, supaya
dia berobat di Tiang-an saja. Nanti sesudah dia sembuh dia
mesti lekas datang kepada kita, untuk masuk dalam tentara. Itu
waktu, aku minta sukalah kau membantu dia.”
„Ya* daya itu baik’ Sie Siong menyetujui. „Kau lakukanlah
itu. Aku memang kekurangan pembantu yang gagah, setelah
dia sembuh nanti, dia dapat menjadi pengiring pribadi dari
aku,”
Mendengar itu, Liap Hong kata pada Me Lek : „Eh, Ong
Siauw Hek, kenapa kau masih tidak mau menghaturkan terima
kasih kepada Sie Ciangkun’
Mo Lek menurut, dengan suara sengaja dibikin serak, ia kata
: „Terima kasih ! Harap maafkan aku yang rendah tidak dapat
memberi hormat …”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sie Siong tertawa.


„Kau lagi terluka, tidak usah kau pakai banyak adat
peradatan !” katanya. „Haha ! Hampir aku membunuhmu sebab
aku menyangka kaulah mata – mata pemerintah Tong l ‘
Masih panglima ini berkata-kata lainnya baru dia berlalu.
Liap Hong mengeluarkan peluh dingin.
„Syukur aku tidak ngaco belo !” katanya pada Mo Lek.
„Sekarang kau boleh dahar bubur ! Kau sudah lama sekali
kelaparan buat sementara ini, kau mesti dahar barang yang
lembek.”
Mo Lek menurut, Ia dahar bubur dengan daging yang
empuk. Ia tidak sungkan-sungkan lagi hingga ia sikat habis
semua bubur dan dagingnya. Kecuali luka dikulit, habis
menangsel perut, kesegarannya pulih dengan cepat.
Liap Hovg terus duduk menemani, senang ia melihat paras
orang mulai bersemu dadu.
„Mo Lek,” katanya, girang, „kelihatan nya besok kau sudah
dapat berangkat. Tidak banyak tempo untuk kita berkumpul,
sekarang hendak aku tanya kau satu hal. Kabarnya ketika si
raja tua mau buron, semalam sebelumnya ada o;ang jahat
yang datang menyatroni untuk membinasakannya ketika itu
kau hadir atau tidak di istana?”
„Memang, percobaan itu memang telah terjadi,”’sahut Mo
Lek, „Sicalon pembunuh ialah Ceng Ceng Jie. Dialah orang yang
di perintah oleh pihak kamu. Mustahil kau tidak tahu ?”
„Dia telah dicekuk kakak seperguran-nya dan digusur pulang
ke gunungnya!” katanya. „Sedikitnya didalam tempo tiga tahun
dia tidak bakal muncul lagi dalam dunia Karig Ouw !”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Lalu pemuda ini menjelaskan percobaan Ceng Ceng Jie itu


kena digagalkan. Tapi ia menyembunyikan halnya Ong Yan Ie,
berkhianat kepada Ceng Ceng Jie.
Liao Hong mengangguk. Baru sekarang ia ketahui duduknya
hal
,Apakah paling belakang ini kau perilah bertemu dengan Lie
hiap Bwee Leng Song’ ia bertanya pula. „Apakah dia baik”, “Dia
baik sekali. Dia sudah menikah dengan Lam Suhengku. Kenapa
kau menanyakan tentang dia ?”
Dahulu hari pernah aku menemukan dia dirumahnya Sie
Ciangkun. Aku bersyukur buat kebaikkannya, yang tidak
menganggap aku sebagai manusia jahat.”
„Kau benar, tentang kau dia pernah omong dengankau. Dia
ketahui halnya kau melindungi secara diam diam pada Louw Sie
Toan Tayhiap juga sangat bersyukur terhadapmu I”
Liap Hong girang. Inilah bukan di sebabkan melulu Leng
Song tidak suatu apa. Hanya hatinya lega mengenai suratnya
Lo-uw-si’e untuk keluarga Hee, surat maiia di pedayakan dan
diambil Ceng Ceng Jie. Buat beberapa tahun, hatinya tidak
tenteram Ini pula sebabnya maka ia tanyakan Nona-Hee itu, Ia
hanya tidak tahu bahwa Leng-Song dan ibunya telah mendeita
banyak dan ibunya si nona sudah menutup mata. Syukur Mo
Lek juga tidak menceritakannya dengan begitu ia jadi tidak
usah berduka, Lalu ia berkata: „Mo Lek. jikalau nanti kau
bertemu Toan Tayhiap dan Hee Lie-hiap tolong kau sampaikan
hormatku kepada me reka itu. Kau bilangi juga bahwa karena
aku dipandang sebagai sahabat oleh mereka dibelakang hari
pasti akan aku balas ke baikan itu!”
Setelah itu mereka bicara dari hal-hal lainnya Sekarang Mo
Lek mendapat kenyata an orang she Liap ini turut Sie Siong
bukan karena kehendaknya sendiri, Mika ia lantas berkata „Ada
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

satu nal baat mana aku mengharapkan bantuanmu, entah kau


sudi mem bantuku atau tidak, . . .
„Asal yang aku sanggup, tidak nanti aku tampiK !*
„Aku ingin bertemu dengan Louw sie sebentar saja.
Dapatkah ?*’ Mo Lek bertanya
Liap Hong berpikir keras, baru kemudian ia berkata sungguh-
sungguh: ,,Mo Lek dapat aku mendayakannya, Cuma aku pun
mau meminta supaya kau jangan melakukan sesuatu yang
dapat mempersulit aku.”
,.Kau jangan kuatir. Untukku cukup a-sal aku dapat bertemu
maka satu kali dengannya. Tidak nanti aku menerbitkan onar
Apakah kau kuatir aku nanti serbu keluarga Sie ?”
„Kaulah orang bangsa hiap-gie aku tahu tidak nanti kau
sembarang membunuh orang. Aku hanya tidak menghendaki
kau membawa lari pada Louw-sie, Disebelah itu diantara
keluarga Sie kau tidak dapat perli hatkan diri asalmu.”
„Baik, aku beijaji pad&mii, Tapi, jika itu ada lain orang yang
menolongnya, akli tidak dapat mengambil peduli.
“Louwsie sendiri yang ingin tinggal dirumah keluarga Sie itu.
kata Liap bong Asal orang tidak menciliknya. tidak nanti dia
mau mengangkat kani. Duluhari juga hendak aku menolongi dia
secara diam supaya dia bisa menyingkir, dia menampik/ dia
menampik.”
Liap Hong mengeluarkan sebuah yauw pay pertanda ya ig
digantung di pinggang, kata ia pula; „Inilah tanda bukti buat
orang berlalu lintas dldalam pasuka.i kami dengan kau
membawa ini orang tidak bakal ganggu kau ditengah jalan.
Sesampainya kau di Tiang an kau juga dapat menggunakan ini
sebagai bukti bahwa kau bekerja dalam tentara. Besok akan
aku mendayakan sebuah kereta buat membawa kau ke Tiang
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

an disana kau boleh tinggal dirumahku Aku tinggal bertetangga


dengan Sie Ciang-kun, diantara dua rumah ada pintu yang
menghubungi satu dengan yang lain. Dengan kau tinggal
dirumahku, pasti bakal ada ketika-nya, yang baik buat kau
menemui Low-sie
Mo Lek girang sekali ia membilang te rima kasih sambil
memberi hormat.
„Lukaku sudah tidak membahayakan lagi, asal ada seekor
kuda untuk menjadi pengganti kakiku dapat aku pergi tanpa
naik kereta,” katanya.
Liap Hong mengangguk akan aku menu lis surat buat
keluargaku,” kata ia pula. ,.Kau serahkan itu kepada pengurus
rumah tanggaku nanti dia mengurus segala apa ke perluanmu.
Keluargaku berjumlah sedikit, kecuali istri dan anak
perempuanku, cuma ada beberapa bujang yang semuanya
menja di orang-orang kepercayaanku. Cuma kau harus ingat
kota Tiang-an masih tetap kacau, jikalau tidak ada urusan
sangat penting lebih baik kau jangan pergi keluar kemana
mana.
„Aku mengerti/’ kata Mo Lek yang kembali memberi hormat
pula. „Kau jangan kuatir. Kau sangat baik terhadapku, aku
sangat bersyukur.
Selama ini sang fajar sudah tiba. maka selekasnya Liap Hong
selesai menulis surat nya Mo Lek simpan itu baik-baik. la pun
memoawa yauwpay yang diberikan, terus ia berpamitan.
Liap Hong menyerahkan seekor kuda pilihan, Ia sendiri yang
mengantarkan si anak muda keluar dari tangsi.
-oo0dw0oo-

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Jilid 27
Memang dengan membawa yauwpay itu, Mo Lek tidak
mendapat rintangan dise-panjang jalan, bahkan ia mendapat
hak sebagai seorang pesuruh hingga ia bisa berhenti dan
singgah disetiap perhentian dapat makan dan penginapan
hingga tak usah ia menderita kelaparan atau kedinginan lagi.
Selang tiga hari, sampailah pemuda ini dikota Tiang-an. Di
jalan besar, setiap beberapa puluh tindak, ada tentara-tentara
jaga. Dikiri kanan toko-toko pada tutup. Di jalan besar sedikit
sekali orang mundar-mandir. Sedangkan ditepi jalan, di dalam
solokan kadang kadang terlihat tulang be-gedung bertetangga
satu dengan lain. Yang satu Sie-hu, pintu gedung keluarga Sie
yang lain Liap-hu, gedung keluarga Liap.
„Inilah tempat bagus untuk aku menyembunyikan diri,” pikir
Mo Lek girang. „Dengan begini selain aku akan mendapat
kesempatan menemui Louw-sie, akupun bisa menanti
datangnya Toan Tay-hiap …”
Ketika Toan Kui Ciang berpisah dari Mo Lek pernah dia
menyatakan dengan sumpah bahwa biar bagaimana, hendak
dia menolongi Louw-sie, isterinya Su It Jie. Maka juga Mo Lek
percaya paman itu pasti bakal datang ke koia Tiang-an ini.
Segera pemuda ini tiba di muka gedung dan terus ia
mengetuk pintu, ketika seorang pengawal muncul, ia
memberitahukan maksud kedatangannya sambil menyerahkan
suratnya Liap Hong. Ia tidak usah menanti lama munculnya
koan-kee kuasa rumah keluarga Liap itu, yang memimpinnya
masuk ke dalam. Di dalam suratnya, Liap Hong
memberitahukan bahwa Mo Lek yang memakai nama samaran
Ong Yauw Hek menjadi sanak asal sekampung, dari itu ia tidak
disambut secara sembarangan.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Selagi berjalan masuk itu, waktu mereka mau bertindak naik


disebuah tangga batu, mendadak Mo Lek mendengar seruan
nyaring, yang rupanya keluar dari mulutnya seorang anak kecil
! „Awas piauw !” Ia terkejut, segera ia menoleh. Tepat pada
waktu itu, dua biji uang tangchie yang dijadikan piauw, senjata
rahasia, menyambar ke arahnya, datangnya bersusun, atas dan
bawah, menuju ke arah dua jalan darah lenghu dan tiaw-hoan.
Ia heran yang di-rumah keluarga Liap ia mendapat
penyambutan caia begini, Tapi ia mesti membebas kan diri. Ia
lantas menggunakan tangannya menyambuti piauw yang diatas
itu dan dengan berjingkrak, ia menendang jatuh piauw yang
dibawah. Justeru itu datang pula piauw yang ke tiga. hingga
sulit buat menangkap puia atau berkelit, terpaksa Mo Lek hajar
itu dengan piauw yang ia cekal. Maka piauw yang ke tiga itu
jatuh bersama piauw yang pertama.
Menyusuli Penyerangan gelap itu dari dalam terdengar
teguran seorang wanita : „In Nio, jangan tidak tahu aturan !
Inilah tetamu ayahmu !’*
Mo Lek mengawasi, hatinya mendongkol. Ia mendapat
kenyataan pembokongnya ialah seorang bocah wanita yang
berdiri diatas tangga. Dia memelihara dua buah kuncir,
ramanya jenaka. Umurnya ia duga, be lum tiga belas tahun. Di
belakang nona itu ada seorang nyonya usia pertengahan, yang
tentu menjadi ibunya.
Si koan-kee kuasa rumah, sudah lantas memperkenalkan :
„Inilah nyonya majikan kami dan ini nona kecil kami. Saudara
Onghar-p I j b a- h«’ri Noiakami
ini…’
Tidak m-i^jt; s. koankee bicara habis, nona kecil itu sudah
menyala sambil bertepuk tepuk tangan dan berkata den;an
gembira: „Paman, kau liehay sekali! Sungguh sempurna

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

caranya kau menanggapi piauw! Semua mereka, mereka tidak


dapat melawan kau!”
Liap Hujin menegur puterinya: „Makin lama kau jadi makin
binal! Kau sampai tidak mau lihat, siapa orangnya yang datang
kau main sembarang menyerang! Syukur pamanmu ini tidak
kena diserang, jikalau tidak kau dapat membikin aku mati
mendongkol!. Ia menoleh kepada Mo Lek untuk meneruskan:
„Inilah In Nio anak kami. Dari masih kecil dia sudah gemar ilma
silat dan telah mempelajarinya, selama beberapa hari ini dia
baru belajar mengguaai piauw lantas dia menjadi keranjingan,
dia selalu mengganggu orang-orang kemi untuk menyambuti
piauwnya .. ‘
“Tarub Kata orang kena terhajar tidak menjadi soal!! sinona
cilik menyela ibunya itu. ,,Aku”mengerti ilmu totok, untuk
menyadarkancya! Oh, paman, kau toh tidak menggusari aku,-
bukan?”‘ ia teruskan pada Mo Lel, lagaknya lucu sekali.
„Masih banyak!”‘ membentak siibu. ,.Kalau nanti ayahmu
pulang, akan aku. tuturkan lagakmu ini supaya kau dihajar
hingga kulitmu pada pecah!”
Sekarang Mo Lek mengerti bahwa ia di pandang sebagai
pegawai keluarga Liap itu. Ia tidak menjadi gusar. Ia ingat
semasa kecil ia juga suka memain seperti bocah ini. Sebaliknya,
ia girang Liap Hong mempunyai anak yang berbakat bagus
sekali. Pikirnya; „Semasa aku kecil kebiasaanku meng-gunai
senjata rahasia tidak sepandai dia ini. Maka ia lantas berkata
dengan puj an-nya: „Sungguh inilah anak harimau dari keluarga
panglima perang! Inilah pendekar wanita! hujin harap hujin
tidak menyesalkan dia. Memang, senjita rahasia harus banyak
dilatih ”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

In No girang setali sambil tertawa ia kata pada ibunya „Nah,


ibu, ibu dengarlah! Apa katanya paman ini! Ilmu senjata
rahasia memang tidak dapat tidak dilatih terus!”
Nyonya itu tertawa. Katenya: „Kau puji lagi dia, dia akan
semakin menjadi-jadi! .. Ayahmu memang biasa sangat
memanjakannya!” Tapi, anak, kau ingat buat belajar senjata
rahasia, tidak dapat kau pakai orang sebagai sasaranmu!
, Tetapi, ibu. mengenai ilmu piauw, ibulah seorang asing!”
berkata sianak. „Untuk dengan piaaw menyerang jalan darah
kalau orang tidak pakai sasaran tubuh manusia, mana itu
dapat?”
„Aku ada satu jalannya!” Mo Lek campur bicara. „Kau dapat
menganggp kayu yang nanti diberi cat, untuk membeii tanda-
tanda letak dan garis garisnya jalan darah Boneka itu dapat
diperintah orang menggendolnya baat dibawa berlari lari, lalu
kau menyusul dan menyerangnya. Tidak kah itu sama saja? ‘
In Nio bertepuk tepak tangan Bagus, bagus!’ serunya
memuji. ,,Mengapa aku tidak dapat pikir cara ini? Paman, kau
tentulah seorang ahli, hayo paman kau temani aku berlatih
, Tidak malu-malu nona cilik ini. Ia bicara seperu dengan
orang yang ia telah kenal lama.
Mo Lek tertawa dan-menjawab. ,,Aku» lah orang desa, aku
cuma mengerti pencak kampungan. Jikalau aku menemani kau,
tentu percuma saja aku selalu bakal kena dihajar kau1′
Tapi sinona membuat main bibirnya. ,.Aku tidak perciya! ‘
katanya. Barusan kau telah menyambuti tiga-tiganya piauwku!
Mana mungkin kau membilang tidak pandai menggunai piauw?
Jangan mendustai aku paman!’
Ai, In Nio jangan kau main gila!” kata Sang ibu „Paman Ong
baru saja sampai, minum teh pun belum, bagaimana kau
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lan»as menggerembenginya? Bagaimana kau lantas minta


ditemani berlatih piauw? Sungguh kau tidak tahu aturan! Hsyo
kau mundurlah! ” Lantas nyonya ini menambahkan kepada
tetamunya: „Semua ini dasar ayahnya yang biasa
memanjakannya! Syukurlah paman bukan orang luar, jikalau
sebaliknya, pasti orang akan mentertawai kami sudah tidak
mampu mengajar anak!”
Mo Lek kata: ,,sifat sinona juneru sifat keluarga panglima
perang. Sinona masih muda sekali, ia sudah liehay begini, buat
memujinya orang tak sempat, apa pula buat mencelanya!”
In Nio tidak menentang lagi ibunya, hanya ia tidak mau
mengundurkan diri. Inilah bukti disamping ayahnya, ibunya
sendiri juga biasa memanjakannya Sikap-nya ini terang sikap
yang menyatakan ia masih hendak menanti Mo Lek menemani
ia berlatih piauw…
Dalam suratnya Liap Hong kepada isteri nya, Mo Lek
diperkenalkan sebagai Ong Siauw Hek sanak jauh asal
sekampung halaman, karena itu diwaktu berbicara lebih jauh.
Nyonya Liap menanyakan beberapa hal mengenai tempat
asalnya. Ia sendiri juga sudah lama meninggalkan kampung ha
lamannya, ia sudah tidak ingat semua. Mo Lek sebaliknya telah
memperoleh beberapa keterangan dari Liap Hong, dapat ia
memberikan jawabannya. Nyonya Liap juga tidak menanyakan
banyak, kalau ia menanya itu hanya sekedar saja, maka
kemudian ia kata “Disaat kacau seperti ini aku girang ada anak
jauh yang datang berkunjung. Kau tinggallah disini. jangan
sungkan kau anggap rumah mi seperti rumah sendiri. Telah aku
menyuruh orang menyediakan kamarmu.”
Mo Lek mengucap terima kasih.
Selagi sikoankee hendak mengajak tetamunya
mengundurkan diri, buat pergi ber istirahat dikamarnya,

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mendadak ada satu nona cilik lainnya yang datang kesitu, yang
terus menegur In Nio : „Encie In, apa hari ini kita berlatih
pedang pula ?”
„Hong Sian kebetulan kau datang!” kata In Nio. „Inilah
Paman Ong, tetamu kami yang baru sampai yang ilmu silatnya
mahir sekali. Sampai sebegitu jauh, kita belajar silat secara
seperti menutup diri, tidak ada orang luar yang melihatnya,
entah ilmu silat kita itu ada harganya atau tidak maka sekarang
baiklah kita minta pamaii ini yang menjadi wasitnya untuk
memberi keputusan !”
„Ah, anak In, kembali kau mau mengganggu Paman Ong!”
kata sang ibu. „Pergi lah kamu berlatih sendiri!”
„Tidak apa, ibu, tidak apa!” kata In Nio. „Bukankah hari ini
Paman Ong tidak bekerja apa-apa ? Bukankah ia sudah mi-num
teh ? Ibu sendiri yang membilang paman bukan orang lain,
selagi ayah tidak ada dirumah. bukankah dapat jikalau aku
minta paman yang memberi petunjuk padaku ?”‘
Nyonya Liap kewalahan melayani anak nya itu.
Nona kecil yang dipanggil Hong Sian itu manis sekali,
usianya lebih muda dari pada In Nio, usianya mungkin baru
sepuluh tahun. Ketika Mo Lek mengawasi, ia heran Ia seperti
pernah kenal potongan muka nona itu, yang mirip dengan
mukanya seseorang lain.
„Buat memberi petunjuk, itulah aku tidak berani.’^ kata ia
pada In Nio. „Ijinkan lah aku menyaksikan, buat membuka
mataku. ‘Nona kecil ini …”
„Ialah adik Sie,” In Nio memberitahukan. „Adik Hong Sian,
hayo kau menemui paman Of.g !”
Liap Hujin pun berkata : „Ialah mustikanya Sie Ciangkun
yang menjadi tetangga kami. Mereka ini berdua bersahabat
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

seperti encie dan adik. mereka bermain-main bersama setiap


hari. Kau tentu telah bertemu dengan Sie Ciangkvn bukan ?”
Mo Lek mengangguk buat menjalankan peranannya.
„Sie Ciangkun baik sekali.” sahutnya. „Untuk kedatanganku
ke Tiang-an ini, aku pun telah menerima banyak bantuannya.”
Hong Sian bertindak menghampirkan. untuk memberi
hormat pada Ong Siauw Hek ia berkata : „Ilmu pedangku baru
saja di pelajari maka itu, aku harap kau tidak nan ti
mentertawakannya.”
Sikap nona ini tidak manja seperti In Nio, roman dan gerak-
geriknya sangat menarik hati, maka Mo Lek .menjadi heran,
hingga ia berpikir : „Mungkinkah aku keli ru menyangka ?
Benaikah dia ini anaknya Sie Siong ? Heran sekali ! Kenapa Sie
Si ong dapat mempunyai anak manis seperti ini ?”
Sementara itu, karena Mo Lek telan menerima baik buat
„menonton” latihan 1
ilmu silat anaknya, Liap Hujin tidak me nentang lagi, maka In
Nio bersama Hong Sian lantas mengajak sipaman pergi kebe-
lakang gedung dimana ada taman bunga ser ta pekarangan
terbuka peranti belajar silat. Disitu ada sepasang para-para
senjata lengkap dengan delapan belas macam gegaman-nya.
In Nio dan Hong Sian tidak mengambil golok atau pedang
tulen, hanya mereka me milih sepasang pedang kayu, yang
memang diperantikan untuk berlatih. Disisi lapangan ada
sebuah tong terisi abu hitam. In Nio menancap pedangnya
kedalam abu hitam itu, lalu sambil menarik pulang ia berseru:
„Mari kita mulai !”
Hong Sian menurut contoh, dia menye-lup pedangnya
kedalam abu hitam setelah itu dia maju ketengah kalangan.
Sambil me ngibasi tangannya dan memasang kuda-kuda dia
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kata : „Hari ini tak usahlah aku mengalah lebih dulu selama liga
jurus padamu !”
Mo Lek heran melihat gerak gerik nona cilik itu, ia mulanya
menyangka orang akan seperti main-main saja, tidak tahunya
sikap permulaan itu sebenarnyalah ilmu pe dang asli dan dari
tingkat atas. Itulah jurus „Pek-hong-koan-jit,” atau „Bianglala
putih menembusi matahari.” Benar si nona belum mahir tetapi
ia sudah dapat bergerak baik sekali, cepat dan lincah.
Gerak permulaan Liap In Nio lebih aneh lagi. Dia berdiri
dengan pedang dili.T tangi didada, kaki dan tubuhnya tidak
berkutik, baru setelah Hong Sian menyerang, ia menggeser
kakinya hingga terkepang, un tuk dapat mendak, hingga
pedang Nona Sie hampir mengikis kulit kepalanya, dengan
begitu juga, ujung pedang nona itu memain diatasan kepala
orang, itulah jurus „Sinar layung merah menutupi bumi.”
„Jika orang bertempur dengan sungguh-sungguh, serangan
ini sukar buat dikelit.’ kata Mo Lek didalam hati.
Sementara itu kedua nona sudah saling serang.
De igan ditempel dan dipiitar, satu kali pedang Hong Sian
kena terpental, tapi habis itu. dengan cepat mereka sudah
berkum pul pula.
Diam-diam Mo Lek memperhatikan kaki In Nio. Itulah
gerakan yang dinamakan ..menginjak garis tengah dan segi
delapan” Ia heran dan kagum tak peduli ialah ahli pedang.
Nona itu dapat bergerak seumpama kupu-kupu beterbangan
berseliweran di antara bunga bunga.
Herannya pemuda ini ialah kapan ia memikir, siapa gurunya
kedua nona ini. Kata ia didalam hati : „Dua-dua Sie Siong dan
Liap Hong pernah aku tempur. Ilmu silat Sie Siong biasa saja.
Ilmu silat Liap Hong | lebih sempurna dari pada ilmu silat Sie

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Siong. akan tetapi mereka tak dapat disamakan dengan anak-


anak mereka ini, pula ilmunya dari lain cabang atau partai.
Pasti mereka ini mempunyai ilmu pedang bukan ajaran atau
warisan ayah mereka …”
Seiuh latihan kedua nona itu. Mere a bergebrak terus-
terusar. Nampak mereka seimbang Tenaga mereka pun ulet.
Tanpa merasa, mereka sudah melewati beberapa puluh jurus.
Hong Sian lebih banyak menyerang. In Nio senantiasa
bertahan. Melihat ketetapan tubuhnya In Nio terang lebih mahir
diripada nona she Sie itu.
„Jangan-jangan nona kecil itu bakal lekas kalah,” pikir Mo
Lek.
Hong sian juga rupanya merasa ia bakal Kalah, mendadak ia
menggunai siasat ialah kedua kakinya menjejak tanah,
tubuhnya terus mercelat tinggi dari atas ia baru tu run sambil
menikam.
Mo lek kenal baik tipusilat itu yaitu „Kera putih mencelat
dicabang,’ salah satu tipu dari ilmusilat pedang Wan Kong
Kiam-hoat Tipu itu periah ia saksikan di gunakan Khong Khong
Jie baru-baru ini, Toan kui Ciang kalah karena jurus itu. Hanya
Hong Sian mengunainya beda daripada caranya Khong Khong
Jie. Ia dari atas sedangkan Khong Khong Jie dari samping.
Tanpa merasa pemuda ini berseru dengan pujiannya.
Liap In Nio menekuk kedua kakinya, tubuhnya melengak
kebelakang sedangkan dengan pedangnya, ia menutup diri.
Itulah tipusilat ,,Tiat poan kio atau ,,Tembatan besi. ‘ Deagan
kedua kaki tertancap dengan kuda-kudanya, tubuhnya seperti
rebah rata membikin pedang lawan lewat diatasan tubuh,
pembabat muka tanpa hasilnyp. Tapi ia tidak hanya manda
diserang, ia juga menyampok hingga kedua buah pedang
bentrok keras dan nyaring sama2 lepas dari, tangan, mental
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

jauh. Dan habis itu kedua ber diri sambil saling jabat tangan
dan tertawa.
,,Encie aku kalah!” Hong Sian berkata,
Sekarang barulah Mo Lek melihat bahwa tubuh Hong Sian
.,ada titik abu hitamnya tujuh biji dan tubuh Liap In Nio tiga
titik. Itu berarti bahwa barusan, selagi berlatih itu, mereka
sudah dapat saling melukai.”
, Tidak” kata Liap In Nio ,.Kau justru telah maju pesat. Baru-
baru ini aku menga lah dalam tiga jurus kesudahannya sama
seperti ini Kau lebih muda dua tahun dari pada aku selewatnya
dua tahun lagi, kau pasti bakal melebihkan aku.”
, Sudah jangan kita saling menarik ke-putusan sendiri. ‘ kata
Nona Sie. ,;Paling benar kita minta pertimbangannya Paman
Ong mungkin paman dapat menunjuki kekurangan kita.”
Mo Lek tertata.
,,Ilmu pedang kamu liehay sekali! ‘ katanya. „Kamu lebih
menang daripada aku, maka juga kamu seperti menanya
kepada sibuta !’
Dalam hal ini meski ia merendah Mo Lek bicara benar.
Memang dalam halnya pedang, belum tentu ia mendapat
mengalah kan nona-nona itu.
Kedua bocah itu tidak mau me igerti, usteru mereka lagi
mendesak tiwa tiba ada terdengar suara ini. ..Nona Sian sudah
wak tunya nona pulang ! Lalu tertampak seorang wanita,
dengan dandanan sebagai babu susu, datang menghampirkan.
Roman wanita ini luar biasa. Itulah sebab mukanya
tersilangkan cucad bekas dua bscokan selain itu ada tanda-
tanda bekas luka didahmya. Kulit matanya juga ter tekuk dan
pecah dan kulitnya pucat seperti tidak ada darahnya. Walaupun

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

demikian dia tidak menakuti, Menurut wajahnya semasa


mudanya dia tentulah cantik. Dia mempunyai pinggang yang
langsing. Rambutnya sudah separuh ubanan.
Mengawasi wanita itu hati Mo Lek tiba-tiba tergerak.
,, Tidak salah lagi, dia teutulah Louw-sie ! pikirnya. Ia
melihat gerak gerik o-rang yang agak agung. „Teranglah guna
melindungi kesucian dirinya dia sudah me rusa mukanya.
Kasihan dia, yang selama sepuluh tahun, mesti hidup menderita
…”
,-,Low-Ma !” Hong Sian memanggil. „Aku lagi mema’n
dengan gembira, aku belum mau pulang !
Sebutan „Lauw Ma” itu atau ,,babu Ma” menguatkan dugaan
Mo Lek bahwa nyonya itu benar Louw-sie atau nyonya janda Su
It Jie.
„Kau sudah bermain-rnain setengah harian, anak,” berkata
Lauw-sie, suaranya sabar, sedang gerak geriknya halus. „Lihat
bajumu sudah gemak ! Bukankah kau habis berlatih pedang ?
Kau gemar belajar, aku girang, tetapi setelah mengeluarkan
banyak peluh, perlu kau salin dahulu. Bagaimana kalau kau
jatuh sakit ?”
Itulah kata-kata dari kasih sayang yang mendalam.
Mendengar itu, Mo Lek kata di dalam hati : „Tidak salah,
Hong Sian tentulah anaknya. Mungkin Sie Siong suami dan istri
melihat nona ini manis, mereka mengakuinya sebagai anak
mereka sebaliknya si ibu disuruh menjadi babu susu, tukang
momong saja, bukan ibunya!”
„Lauw-ma, pergilah pulang lebih dahulu!” katanya. „Aku
tidak dapat jatuh sakit! Atau taruh kata aku sakit, tidak nanti
aku sesalkan kau ! Kau tidak tahu, hari ini ada datang Paman
Ong, yang liehay ilmu silatnya, maka kami mau minta petunjuk
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengenai ilmu pedang . . . Paman Ong, Paman Ong ! Kau


membekal pedang, kau tentu pan dai ilmu silat pedang,
bukankah kau sudi mempertunjuki beberapa jurus untuk kami
saksikan ?”
Kata-kata yang belakangan ini ditujukan kepada “Mo Lek,
yang diawasi.
Louw-sie memandang si anak muda, yang ia tidak kenal,
maka tak mau ia sembarang bicara. Tapi ia sudah pikir
sebentar ia hendak minta bantuan orang guna mem-bujuki si
nona.
Mo Lek sudah lantas menghunus pedang nya. Ia tahu ia
bakal digerembengi apabila ia menolak. Tapi ia kata :
„Baik, akan aku memberi pertunjukan. Buat memberi
petunjuk, aku tidak berani, maka itu, kita snlina berlatih saja.”
,,Bagus’” berseru Kedua nona itu sambil menepuk tangan.
“Buat menyaksikan saja, kami sudah girang sekali!”
,,Ah, tetamu ini tidak tahu urusan…..” pikir Louw-sie, atau ia
lantas mendengar, Mo Lek menyentil pedangnya sambil
bersenandting. Itulah syair yang digemari Toan Eng Ciang,
yang Toan Kui Ciang nyanyikan sambil mementil pedang satu
malam sebelum dia mau membunuh An Lok San.
Louw-sie terperanjat, hingga ia mengawasi pemuda itu. dan
tak dapat ia menahan mengetes turun airmatanya. Syukur
Hong Sian tidak melihat padanya.
„Kedua nona heran.
„Paman, adakah itu kata-kata rahasia ilaiu pedang?’ tanya
mereka.
Mo Lek mengangguk dengan sembarangan saja.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Apakah kau akan mengeluarkan enam jurus dengan


sekaligus?” Hong Sian tanya Biasanya ia, sewaktu bermula
belajar silat pedang, saban hendak mulai, membaca istilah ilmu
pedang. Kata-katanya Mo Lek tidak terdengar terang olehnya,
hanya ia ingat, pernah ia mendengar Louw sie nengajari serupa
syair… .
„Memang, ilmu pedangku ini tidak dapat dipiiah-pisah, kata
Mo Lek.” Semuanya terdiri enam kali enam menjadi tiga-puluh
enam jurus, bagian belakangnya empat tujuh menjadi duapuluh
delapan yang enam dan enam kali.”
„Teranglah ilmu pedangmu terlebih bagus daripada ilmu
pedang kami!’ katanya, girang. “Lekas mulai!”
Saking polos, si nona ini main percaya saja.
Kata Mo Lek: “Akan aku memberi pertunjukan untukmu. Tapi
anak kecil mesti dengar kata kata orangtua maka ia, pergi kau
salin pakaian dulu, supaya Lauw Mama tidak berkuatir
untukmu.”
ona itu memonyongkan mulutnya. ,,Menyalin pakaian tak
menjadi soal.” katanya, hanya kalau aku pulang ibu tentu tidak
akan mengizinkan aku kembali, pasti ibu akan mengatakan
bahwa hari ini aku sudah berlatih cukup, bahwa aku balik kem
bali besok saja …”
,,Kalau begitu besok saja kau datang pula. Akupun belum
tentu akan pulang besok,” katanya.
,.Tidak bisa!” mendesak sinona. ”kalau sekarang kau tidak
memberi pertunjukan, sebentar malam aku bakal tidak dapat’
tidur pulas!”
,.Aku mempunyai pemecahannya,” kata Liap Ia Nio.
“Tubuhku lebih tinggi sedikit daripada tubuh kau, depat kau

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pakai bajuku buatan tahun yang lalu. Mari kita massuk kedalam
untukmu tukaran!”
Bagus!’ kata Hong Sian. ‘ Dasar encie lebih pintar. Nah, Lauw
Ma. kau tunggulah disini, habis menyaksikan pertunjukan
pedang Paman Ong, kita pulang bersama.’
Kau tolong aku mendustainya. Taman ini besar, kalau bukan
kita lagi berlatih silat, tak mudah kau segera dapat mencari aku
Kalau pengakuan kita bertiga sama, mustahil ibu
mengurusmu?”
„Ali, kau pandai bicara!” kata sibabu.
„Baiklah, lekas kau pergi sekarang!”
Hong Sin mengangguk bersama In Nio, dia berlalu,
Segera Louw sie meagawasi Mo Lek, matanya mendadakan
ia ragu-ragu.
„Maafkan aku siorang tua, siauwya,” katanya, „barusan
senandung siauwya, syair apakah itu?”
„Aku juga tidak tahu,” sianak muda menjawab. “Aku
mendengar seorang sering menyanyikannya – juga.”
„Siapakah orang itu ? Louw-sie tanya. ,,Apakah dia maiih
hidup?’
„Ya” sahut Mo Lek: „Dialah seorang yang sangat banyak
pengalamaanya, yang sering menderita, yang biasa terancam
bahaya, tetapi sebelum dia berhasil menuntut balas, Thian
berkasihan terhadapnya, saban saban ia lolos dari bencana.
Mungkin tidak lama lagi dia akan tiba dikota Tiang-an ini….
Mendengar demikian Louw sie tidak menyangsikan lagi
pemuda ini.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

,Sebenarnya kau siapakah?” Ia tanya pula. „Apakah kau


kenal baik orang itu ? Kenapa dia bakal datang kemari”
Mo Lek tidak mau bersandiwara terlebih jauh. Jawabnya
dengan terus- tereng” Tidak mau. aku membohong.
Sebenarnya suami Nyonya Louw dari keluarga Toan yalah ayah
angkatku, dan baru-baru ini pernah aku turut Toan Tayhiap
ayah angkatku itu secara diam-diam memasaki kota Tiang-an,
sampai digedungnya penghianat terjadi satu pertarungan
dahsyat, hanya sayang, lantaran jumlah yang sedikit tidak
dapat melawan yang banyak dia tidak dapat meno-longi kau
nyonya. ‘
Louw sie terkejut.
„Ah, kau jadinya Mo Lek?” ia tanya.”
.,Ya” sahut sianak muda “Nyoaya bagaimana kau ketahui
namaku?”
, Ketika terjadi peristiwa itu, Liap-Hong telah memberi
keterangan kepudaku” sahut Louw-sie. .Namamu diketahui
belakangan sesudah dia mencari keterangan Liap hong turut
penghianat atau pemberontak tetapi dia dapat membelakan
kelurusan dari kesesatan, sedangkan aku. sering aku memberi
nasehat padanya, maka juga, lambat laun, dia pasti akan
meninggalkan tempat yang gelap ini untuk pergi ketempat yang
terang. Apakah kau ketahui hati dia maka kau berani datang
kerumahnya’ ini?
„Tapi inilah kejadian yang kebetulan, bukan karena sudah
dijanji terlebih dahulu,” slhut Mo Lek yang terus memberikan
penjelasannya.
„Meski Hong suka melindungi kau, kata Louw sie kemudian,
„mengingat tempat ini berbahaya, baiklah kau lekas-lekas

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menyingkir ds.ri sini. Kau tahu kota ini sudah mejadi kotanya
sipemberontak inilah justeru bahaya.
„Aku datang baru satu hari, nyonya sahut Mo lek. „Kau
sendiri, kau berada diguha harimau dan gedung naga ini sudah
sepuluh tahun lebih, kenapa kau tidak memikir untuk berlalu
dari ini?”
Alis sinyonya rapat satu pada lain.
..Mo Lek, apakah kau memikir untuk menolongi aku?”
tanyanya perlahan.
,,Begitulah niatku,” sahut Mo Lek terus terang. ..Akan tetapi
aku telah berjanji dengan Liap Hong, tak mau aku merembet-
rembet dia. Maka aku memikir menantikan datangnya Toan
Tayhiap, supaya tayhiap sendiri yang menolong nyonya.”
Nyonya itu terkejut.
,.Jikalau begitu, lekas iau kasih kabar pada Toan Kui Ciang!”
katanya. „Kau bilangi dia supaya dia jangan lancang turun
tangan ! Sekarang ini masih belum waktunya aku meninggalkan
rumah keluarga Sie, kalau dia datang, dia akan mencelakai aku,
bukannya dia menolongi ! Aku juga pasti tidak bakal turut dia
kabur! ‘
Mo Lek sangat tidak mengerti.
„Kenapa begitu nyonya ? Ia tanya.
„Coba kau bilang,” sinyonva balik bertanya, „kalau
pemerintah hendak menumpas pemberontak she An itu,
mudahkah atau suka?’
Mo Lek melengak. Bukannya ia dijawab, ia justru ditanya Ia
menjadi terlebih heran lagi. Tapi ia menjawab: ,Negara telah
kena dirobohkan, kedudukannya pemberontak she An sudah
tetap, untuk menum pas dia, tak mudah ! Hanya syukur rakyat
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

semua sangat membenci dia ! Siapa kehilangan rakyat dia bakal


musna. Kedudukan pemberontak she An itu tidak kokoh kuat,
lambat laun dia toh bakal roboh!’
„Dan aku berdiam disarang pemberontak ini maksudku guna
membikin lebih cepat robohnya pemberontak she An itu!
berkata siryonya. „Mulanya aku cuma memikir buat
membalas sakit hatiku pribadi, sekarang itu terangkap dengan
niat membalas sakit hati kepada musuh ! Coba kau pikir, mana
dapat berlalu dari sini?”
Nyoaya itu tua dan lemah, tetapi bicaranya bersemangat,
dadanyapun berombak, bukti dari tegang hatinya
Mo Lek heran dan kagum, tetapi ia belum mengarti
seluruhnya. Ketika ia hendak menanya nyonya gagah itu,
sinyonya sudah mendahului berkata pula. „Tidak lama lagi.
dikota Tiang-an ini pasti bakal terjadi suatu peristiwa besar!
Maka itu, kau dengar kata-kataku, lekas-lekas kau berlalu dari
kota ini, suruh Toan Kui Ciang jangan datang kesini!’
Mo Lek melengak pula. „Tetapi akn tidak berjanji dengan
Toan Tayhian untuk bersama sama datang kemari,” katanya.
„Aku cuma tahu dia bakal datang, maka aku menantikan pa-das
ya.
„Jikalau begitu, itulah berbahaya’ ka ia sinyonya kaget.
„Semoga dia sangat lam bat makin baik . Mengenal kau, jikalau
kau mau tetap tinggal dismi, boleh, tatapi ingat, jangan kau
lance ig anerseari aku ! A-pabila telah tiba saataya, apabila atau
mempunyai urusan yang membutuhkan bantuanmu, naati aku
suruh Hong Sian yang me-nyampaikan kabar padamu!”
Mo Lek mengangguk. Sebenarnya ia mau menanya bakal
terjadi peristiwa apa dan bagaiman caranya sinyonya membikin
pembalasannya, atau Kong Sian berdua In Nio swdah keburu

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

muncul. Mereka itu mendatangi sambil berlari-lari, dari jauh-


jauh sudah terdengar suaranya; „Paman, kami mau
menyaksikan ilmu pedangmu!
Terpaksa Mo Lek meluluskan. Ia menghunus pedangnya.
..karena kamu memaksa, terp.ksa aku memberi
pertunjukanku yang buruk,” kata-nya, „tetapi apabila ilmu
silatku keliru tolong kamu beri petunjuk. ‘
Walaupun kedua nona itu menjadi anak anak tanggung. Mo
Lek memandang mereka sebagai ahli-ahli silat, karena itu, ia
bersilat dengan hati-hati. Ia memperlihatkan Liong Heng Kiam
hoat, ilmu pedang Ujud Naga yang terdiri dari delapan kali
delapan menjadi enampuluh-enam jurus, gerakannya keras dan
cepat, hingga disam-ping sambaran anginnya, sinarnyapun
berkilauan.
Ilmu pedang kedua nona bersifat lunak, ilmu silat „Paman”
ini bersifat keras, akan tetapi kedua-duanya sama
keindahannya. Apa yang beda yalah yang satu nampak halus,
yang lain garang. Toh dua-duanya sama menarikhati
ditontonnya. Hanya kedua nona itu, yang belum pernah melihat
ilmu pedang demikian keras, menjadi kagum, hingga mereka
menyaksikannya dengan mendelong.
Mo Lek tengah bersilat terus ketika dengan tiba-tiba ia
mendengar pujian nyaring tapi merdu : ,,Bagus’ Ia terperanjat
Ia rasa ia mengenali baik suara itu. Ketika ia melirik, ia melihat
seorang nona lain lagi berdiri menonton dipinggiran. Dan ia
mengenali Ong Yan Ie !
Tentu saja, ke empat mata bentrok, sinarnya hingga dua
pihak lantas mendapatkan masing-masing pikirannya. Hingga
dengan sendirinya, masing-masing merasa sama likatnya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Paman bagus sekali ilmu pedangmu !” memuji kedua nona.


„Kau dengar, bukan cuma kita juga encie Ong memuji
padamu!”
Kedua nona rupanya mengenal baik Yan Ie, maka mereka
mencekal dan menarik tangannya nona itu, yang mereka
panggil encie atau kakak. Sembari menarik nona yang satu kata
: „Inilah paman Ong, tamu kami yang baru saja tiba.
Ong Yan Ie menenangkan diri, ia tertawa.
„Orang tua mana dapat disamakan dengan anak-anak’
katanya. „Kamu baru mengerti kulitnya saja, lantas kamu
menyombongkan di sana-sini. Orang tua tidak dapat berbuat
demikian! Itu bukanlah berpura-pura, itulah merendah !”
Nona Ong membawa sikap tidak kenal Mo Lek dengan cara
hormat seperti orang baru bertemu, Ia merangkap kedua
tangannya sambil berkata : „Kiranya tuanlah tamu yang baru
tiba ! Dapatkah aku mengetahui she dan nama besar tuan ?”
„Aku yang rendah she Ong bernama Siauw Hek,”‘ sahutnya
seraya membalas hormat.
„Encie Ong kami ini juga lihay ilmu silatnya,” kata In Nio.
„Sering encie datang kemari memberi petunjuk kepada kami.
Ya, maukah kamu berdua main-main sebentaran ? ‘
Louw Sie yang semenjak tadi berdiam saja, sekarang
membuka mulutnya. Kata ia : „Inilah Ong Siocia mustikanya
Lou Kok-kong, Ong Pek Thong. Ong Kongya ber-sama-sama Sie
Tayjin me.ijadi menter menteri di dalam istana Raja, hubungan
ke luarga mereka satu dengan yang lain pun erat sekali. Ong
Siocia menjadi seorang nona bangsawan akan tetapi ia lemah-
lem but dan manis budi terhadap semua oran tak perduli orang
atas atau orang bawah

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ada maksudnya Louw-sie berkata begitu. Ia menjelaskan


tentang Yan Ie supaya Mo Lek mengetahui dan berhati-hati. Mo
Lek sendiri sementara itu berpikir : „Kiranya Ong Pek Thong
masih berada di kota Tiaig,an bahkan sekarang dengan
anugerah An Lok San, dia menjadi seorang kok-kong. Dengan
begini terang sudah Yan Ie belum berhasil membujuki ayahnya
untuk mengundurkan diri . , . ”
Kok-kong. ‘Malah gelaran kebangsawan an raja muda atau
hertog.
Yan Ie pun tertawa dan berkata : Lauw, Mama cuma memuji
saja ! Tapi, kata-katanya barusan ada benarnya juga. Terhadap
segala orang, aku bersikap sama, tidak memandang dirinya
rendah asal orang berbuat baik terhadapku, aku juga tentu
berbuat baik terhadapnya.:’ Toh selagi berkata begitu, diam-
diam nona ini me lirik tajam kepada si anak muda.
Mo Lek melihat lirikan itu, yang ia ke tahui apa artinya.
Liap In Nio keluar manjanya. Ia lalu mendesak, meminta Mo
Lek dan Yan Ie berlatih bersama-sama. Mo Lek sementara itu
berpura-pura terperanjat.
,,Oh. kiranya puteri seorang bangsawan!” katanya. .,Aku
seorang desa, mana berani aku bersilat dengan nona ?’*
Yan Ie berpuia tertawa: Ia kata : „Kau jangan dengari
ocehannya kedua bocah ini ! Dengan kepandaianku yang tidak
berarti, dapat aku main-main dengan mereka berdua tetapi
tidak untuk melawan kau, tuan!”‘
In Nio putus asa. Tak berani ia membujuk terlebih jauh.
Tidak demikian dengan Hong Sian, yang usianya lebih muda.
Tapi ini ji.ga sesudah kewalahan, berkata pada Yan Ie : „Encie
tidak mau bertanding dengan paman Ong, baiklah ! Tapi baru-

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

baru ini encie telah menjanjikan aku, akan mengajari aku ilmu
totok, hayo sekarang kau ajari V’
„Hari ini aku datang untuk melihat kamu berlatih,” kata Yan
Ie. „Baru-baru ini juga aku cuma membilangi kau, untuk kau
belajar ilmu totok, pertama-tama jeriji tanganmu harus kuat;
dan kedua kau mesti mengerti ilmu mengerahkan tenaga-
dalam. Sebenarnya kamu mesti memahirkan dulu ilmu.
pedangmu, baru kamu dapat mempelajari ilmu totok. Bagus
sekarang ada pamanmu ini, kau boleh minta dia ajari cara-cara
untuk mencekal pedang dengan kokoh …”
„Sudah Hong Sian,” Louw-sie turut bicara pula, „jangan kau
gembrengi lebih jauh pada encie Yan mu ini ! Lihat, cuaca
sudah mulai guram, kalau sekarang kau tidak lekas pulang, tak
tahu aku bagai nana haius bicara dengan ibumu !”
„Benar ! ‘ berkata Yan Ie. „Kau harus dengar kata-katanya
Lauw Mama dan pulang dahulu. Akupun hari ini mempunyai
urusan tidak dapat aku berdiam lama-lama dengan kamu disini.
„Encie Ong, kapan kau akan kembali ?’* In Nio tanya.
„Jikalau aku mau datang, dapat aku datang sendiri
sembarang waktu,” sahut Nona Ong. „Asal orang yang aku
sukai pasti aku akan datang menemuinya! Mungkin besok aku
datang pula . . . ‘*
Berkata begitu sengaja atau tidak kem-kali ia melirik Mo Lek,
terus ia bertindak.
Si anak muda berdiri diam. Ia tahu kata-kata nona itu lebih
banyak ditujukan kepadanya. Karena ini, ia sampai lupa
mengantar pergi pada nona itu.
Yan Ie sudah jalan dua tindak, ketika ia menoleh. lapun
tertawa. Kata ‘a : „Di-dalam tahun ini, yang tampak cuma
orang-orang lari pergi dari Tiang-an sebaliknya jarang orang
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

yang datang, maka itu Ong1 Siang-kong. kau justeru orang


yang datangi itu, Karena sekarang keadaan kacau kau harus
berhati-hati. Sayang aku mau lantas pergi kalau, tidak, ingin
aku mendengari keterangan mengenai segala sesuatu yang
terjadi dilain tempat.”
Mendengar itu, Louw-sie terperanjat. ..Ah. apakah dia telah
ketahui rahasia Mo Lek ?” pikirnya.
In Nio sebaliknya lantas berkata : ,,Paman Ong telah
memberitahukan aku bahwa ia tidak bakal lekas meninggalkan
kota Tiarg-an, karena itu encie Ong, besok kau| datanglah pula

Mo Lek bersandiwara, mska ia juga turut meminta nona Ong
itu datang pula besok.
„Jikalau aku mau datang, tentu aku akan datang !’ katanya.
Lantas ia bertindak pulang ia sendiri yang membuka pintu
taman, untuk meninggalkannya Rupanya ialah tetamu kedua
keluarga Liap dan Sie, yang biasa datang, maka juga ia nampak
tidak asing.
Seberlalunya Nona Ong, Louw-sie mengajak Hong Sian
pulang. Karena rumah kedua keluarga bertetangga, mudah
buat Nona mundar mandir dipintu taman. Louw-sie tidak bicara
lagi dengan Mo Lek, toh hatinya kurang tenang, maka juga
selagi bertindak diambang pintu ia kata keras : ,Hayo jalan
sedikit cepat, nona ! ‘ Maksud nya mendesak Hong Sian, tetapi
Mo Lek tahu itu ditujukan kepadanya, supaya ia lekas
menyingkir dari kota Tiang-an itu.
Hati pemuda ini menjadi kacau. Tidak ia sangka bahwa ia
segera dapat bertemu dengan Yan Ie. Ia juga jadi mesti
memikirkan perkataannya nona itu.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Dia kata tidak mau menemui aku pula, kenapa barusan ia


bilang ia mau datang lagi ? Pula, ia memesan buat aku berlaku
berhati-hati. Apakah maksudnya itu ?
Mestinya itu bukan pesan biasa saja..”
koankee yang dari keluarga Liap baik sekali. Ia melayani Mo
Lek dengan telaten. Malam .itu ia menyuguhkan barang
hidangan serta araknya. Ia membawa diri sebagai juga ialah
bujangnya si tetamu.
Si anak muda menjadi malu hati. la. tarik tangan orang tua
itu, buat diajak duduk dan minum bergama. Ia memanggil loo-
pee. Karena sikapnya wajar, koankee itu suka menurut, dari
likat, dia jadi biasa.
Karena pengaruh air kata-kata, sendirinya Mo Lek suka
bicara. Begitulah ia kata: ,,Nona kamu, loo-pee benar-benar
turunan keluarga orang peperangan, dialah seorang wanita
jantan ! Dia masih kecil sekali, ilmu pedangnya sudah lihay !
Siapakah yang mengajarinya ! Liap Ciangkun biasa pergi
berperang, bukankah ia jadi jarang berdiam di rumah ?”
„Mengenai itu ada suatu peristiwa aneh,” menjawab sikuasa
rumah. ,,Memang ilmu pedang nonaku bukan ajaran ayahnya
Itulah peristiwa diwaktu sinona baru berusia tiga tahun. Pada
suatu hari nona tengah bermain-main dipintu depan. Tiba-tiba
seorang pendeta wanita lewat didepan gedung lantas dia
bermohon menghadap nyonya kami. Nyonya menyangka dia
mau minta derma siapa tahu. dia berka: „Nona ini berbakat
baik sekali ingin aku mengambil ia sebagai muridku. Tentu
sekali nyonya menolak permintaan itu. Atas itu, sipendeta Kata.
Jikalau nyonya tidak mengijinkan hendak aku membawanya
pergi! ‘ Benarlah malam itu, nona lenyap tidak keruan paran
sedangkan semua pintu dikunci dan nona pun tidur bersama
nyonya diatas sebuah pembaringan. Karena itu nyonya

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menangis sedih berhari-hari. Lewat beberapa hari, barulah


looya pulang Looya diberitahukan tentang hilangnya looya
Lantas loya minta keterangan je’as. Setelah mengetahui lukisan
sipendeta wanita, looya menghibur dengan berkata: „Pendeta
itu orang berilmu luar biasa, kita boleh bersyukur yang ia suka
dengan anak kita sebagai muridnya. Pil dalam halnya dia. kita
mencari atau memintanya menjadi guru. anak kita juga sulit
sekali. Itulah untung bagus dari In Nio. dan jangan
bersusahhati.
Mendengar itu Mo Lek lantas tanya : „Apakah loopee tahu
namanya pendeta wanita itu.
,.Aku tidak tahu sebab majikan kami tidak pernah
menyebutnya. Aku cuma menerka dialah bukan sembarang
pendeta. Aku tidak “berani menanyakannya Sejak itu lima
tahun sudah lewat. Tergan begitu usia nona sudah masuk
delapan tahun. Pada suatu hari, nona diantar pulang. Sipendeta
kata bahwa nona sudah diberikan dasar yan sempurna hingga
buat selanjutnya dapat ia berlatih sendirinya. Mulai waktu itu,
sipendeta datang hanya satu tahun satu kali Sekarang ini sikap
terhadapnya betobah lain sekali sekarang asal dia datang. dia
di sambut masuk kedalam dan dilayani dengan hormat dilayani
nona sendiri. Aku menjadi kuasa rumah disini akan tetapi
jarang aku melihat pendeta wanita itu
,,Jadi ilmu pedang sinona ialah ajaran nya sipendeta wanita
itu ? Mo Lek tanya
“Mungkin aku juga mendengar nona Sie memanggil suhu
padanya. Tapi aku tahu sejak kecil sampai besar. Nona Sie
belum pernah lenyap seperti nona kami Barang kali Nona Sie
memanggil meng.kuti nona kami saja. Kita kedua keluarga, kita
menia di tetangga baru selama beberapa tahun yang terakhir
ini.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Aku lihat, kedua nona itu seperti juga saudara kandung satu
dengan lain.’ kata lagi Mo Lek.
„Memang Nona Sie sangat cerdas, loova dan nyonya kami
menyayanginya seperti anak sendiri, ‘ kata sikoan kee.
Mo Lek tertawa.
„Toh wajar bukan orang tua menyayangi anaknya ? katanya.
„Kenapa kau berkata begini ?”
Pengurus rumah itu mengawasi.
.Siangkong, kau bukannya orang luar, bolehlah aku bicara
padamu. kata dia, „Nona Sie sebetulnya bukan anak kandung
dari looya dan nyonya kami. Turut kabar ayah nona Sie ialah
seorang pembesar dari kerajaan Tong, yang telah dianisya raja
yang sekarang. Tatkala itu. raja masih menjadi Samtin “Ciat-
touwsu. dan sie Ciangkun bekerja dibawah perintahnya Ah,
inilah kata kata yang seharusnya aku tidak omongkan kepada”
orang luar. Siangkong sudah menda pat tahu, aku hirap
siangkong jangan o-mongkan lagi kepada oraag lain . . .
„Jangan kuatir loopee sahut Mo Lek cepat suaranya tetap.
,Aku akan menjaga mulutku rapat kuat seperti mulut botol
tefsumbat tidak nanti aku membocorkan rahasia !”
Tentu sekali kuasa rumah ini tidak tahu sianak muda sudah
ketahui duduknya hal. hebab teranglah Sie Hong Sian, atau
Nona Sie itu, sebenarnya ialah Su Jiok Bwee, anaknya Su lt Jie
atau Louw-sie, Dengan melihat gerak-gerik Louw-sie terha-
adap Hong Sian Mo Lek sudah lantas dapat menerka. Sekarang
ia memperoleh kepastian.
Didalam tempo yang pendek itu Mo Lek sudah ketahui cukup
banyak Tentang kedua keluarga Sie dan Liap ini. supaya tidak
mendatangkan kecurigaan ia tidak menanya lebih banyak pula.
Ia pula, tidak menanyakan urusan Louw-sie pribadi.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Habis bersantap malam, kira jam dua, sikoankee mengajak


tetamunya masuk keka marnya untuk beristirahat. Mo Lek
mendapat kamar didekat tamim di atas louwteng sedang
sikoankee tidur diba-vvah Dia ini selalu mesti siap sedia supaya
dia bisa senantiasa melayaai tetamu itu. &a tr.ar itu terpisah
cukup jauh dsri rumah Keluarga Sie.
Tidak tenang hati Mo Lek maka ia tidak bisa lantas pulas.
,Inilah sulit demikian pikirnya. „Louw sie tidak mau berlalu
dari sini dan ia juga melarang aku pergi kepadanya. Kalau
begitu aku berdiam terus disini ? Aku tidak -angka bahwa Ong
Yan Ie juga suka datang kepada kedua keluarga ini. Dia telah
ketahui aku berada disini, aku kuatir dia pun nanti menyulitkan
aku . . .
Mo Lek tahu pasti, tidak nanti Yan Ie membikin ia celaka jadi
ia bukan takut si aona membuka rahasianya ia hanya kuatir
nona nu nanti melihat pula padanya hingga ia bakal jadi pusing
kepala.
,Tapi mana dapat aku segera berlalu dari sini ?” pikirnya
pula. .,Khong Khong Jie minta aku menyampaikan pesan nya
kepada ko-thio dan ko-thio bakal lekas datang kemari jikalau
aku pergi, mana bi-sa aku menemuinya ? Louw-sie pula
menyebut bahwa didalam hari-hari yarg mendatang ini bakal
terjadi sesuatu yang besar Peristiwa spakah itu? Baiklah akan
aku tetap berdiam disini sampai beberapa hari lagi. Jikalau
nyonya itu membutuhkan bantuan dapat aku membantunya!
Selagi ia berpikir keras ini Mo Lek mendengar ketukan pada
jendela kamarnya, lalu sebelum ia tahu mesti berbuat apa. ke
dua daun jendela sudah terpentang dari luar tampak lompat
masuknya seorang wanita yang memakai topeng. Ia lantas
mengenali Yan Ie. Hanya ia tidak sangka orang datang cepat
luar biasa !

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Setelah mengawasi sekian lama sianak muda mendahului


membuka suara.
„Kau . . kau . . katanya: „Kenapa kau datang tengah malam
buta-rata ini?
Yan Ie ter awa. “Kau legakan hati, jangan kuatir!” kata nya.
„Tidak akan ada orang yang melihat kita ! Sikoankee juga
sudah tidur nyenyak bagaikan bangkai hidup sebab aku telah
totok padanya, sebelum matahari naik tinggi, tak nanti dia
sadar !
„Kau mempunyai urusan apa?” Mo Lek tanya. „Tak dapatkah
kau menanti sampai besok ? Ah, kau tidak mengarti maksudku .
..!‘
Yan Ie melengak, wajahnya merah.
„Apakah kau memberati adat istiadat yang melarang pria dan
wanita sembarang bertemu muka ?” tanyanya. „Hm ! Memang
nya kau patudang aku orang macam apa ? Meski aku berasal
Rimba Hijau aku bukannya si perempuan hina dina !”
Sekarang Mo Lek yang merah mukanya Tak dapat ia
menampik lagi siona itu. la membiarkan nona itu mengambil
tempat duduk.
Si nona mendongkol, sekian lama ia berdiam terus.
„Maaf nona, kata Mo Lek. „Aku polos tak pandai aku bicara.
Aku hanya kuatir, kalau pergaulan kita terlalu erat apabila Tian
Toako mendapat tahu. nanti terbit salah paham. Kau tahu
tidak, Tian Toako pergi mencari kau kemana-mana ?”
Alisnya Yan Ie terbangun.
„Urusanku itu. tak usah kau ambil tahu !” katanya. „Kau
mesti perhatikan urusanmu sendiri ! Kau harus berhati-hati, kau
tahu ! Hm ! Jikalau bukannya aku tidak tega melihat kau nanti
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menghadapi bencana tak sudi aku datang kemari ! Apakah kau


sangka aku datang untuk menemuimu saja? Tidak Kau jangan
kuatir, selewatnya malam ini, tidak nanti aku datang mencari
pula padamu !”
Mo Lek menatap.
„Aku menghadapi antara bencana apakah ?” ia tanya.
„Mustahilkah ada orang yang tahu bahwa aku telah datang ke
kota Tiang-an ini dan orang itu sudah lantas memberi laporan
rahasia kepada sipembe-rontak she An ?”
Sekarang ini An Lok San lagi kegilaan menjadi raja dia lagi
membuat pesta didaJ lam istananya, urusan apa juga dia tidak
pedulikan ! ‘ kata si nona. ,,Yang kuatirkan ialah lain orang,
yang ingin mencelakai kau ! Sekarang lebih dahulu hendak aku
tanya kau, mau apa kau datang ke Tiang-an ini ?”
„Untuk melihat keadaan disaat kacau dari kota ini !” sahut
Mo Lek. ..Untuk menyaksikan kawanan iblis menari-nari kalang
kabutan!
„Hm ! Aku tahu. tidak nanti kau omong terus terang padaku
! Tapi, dapat aku menerka satu atau dua bagian ! Bukankah
raja Tong mengutus kau kemari buat membunuh.secara diam-
diam pada An Lok San?’
Nona ini percaya dia cerdas sekali tetapi dia menerka keliru.
,.Oh ! kata Mo Lek, „jadinya kau kua tir tenagaku tidak cukup
hingga aku men-J jadi seperti siselatu yang menyerbu api ?j
Kau kuatirkan aku melempar diri kedalam jaring perangkap ?”
Yan Ie tidak menjawab, hanya ia kata: . Ada satu orang !
Entah kau kenal dia atau tidak ! Dialah orang yang pada tiga
puluh tahun dahulu ternama terkenal seperti kakek guruku.
Tian Hui Liong sihantu besar! Dialah Cil Pouw Twie-hun-cu
Yang Bok Lauw ! ”
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mendengar nama itu, Mo Lek kaget hingga mukanya menjadi


merah padam, sedang matanya segera menjadi bersinar berapi.
Kata dia gusar sekali : „Yang Bok Lauw ! Jadi hantu besar itu
masih hidup dida lam dunia ini ?”
„Adakah dia itu musuhmu ?” ia tanya „Pantas dia saban-
saban menanyakan aku tentang kau …”
Mo Lek menyabarkan diri, menetapkan hati.
„Sekarang dimana adanya hantu besar itu ?” tanya ia.
„Dia berada didampingnya An Lok San” sahut Yan Ie. „An
Lok San telah mengundang dan mengangkat dia menjadi
Tayswee Congkoan ! Kemarin dulu dia masih membicarakan
kau dengan ayahku.”
„Apakah kata dia ? Apakah dia menghendaki jiwaku ‘
„Mendengar suaranya, dia benar menghendaki itu. Dia kata
… dia kata … Ah lebih baik aku tidak menyebutkannya. Baik lah
kau berhati-hati ! Dia sudah tahu kau telah meninggalkan
rajamu, dan dia telah menerka bahwa kau bakal datang ke kota
Tiang-an ini . . .
Memang kemarin ini, selagi Yang Bok Lauw dan Ong Pek
Thong berbicara dan me nyebut Mo Lek, Yan Ie kebetulan ada
bersama dan mendengar pembicaraan itu. Ketika Qng Pek
Thong bicara dari hal ambruk nya gunung Hui Houw San, Yang
Bok Lauw menggeprak meja dan berkata nyaring : „Sayang !
Sayang ! Kau telah membinasakan kelima Harimau dari
Keluarga Touw, kenapa kau tidak membabat rumput sambil
meng gali juga akar-akarnya ? Kenapa kau bikin lolos si bocah
haram jadah “anaknya liat K-a n Lun ?
„Hari itu aku meraniang mukanya khong Khoag Jie,’ kata
Ong Pek Thong „Sekarang ini mau menyesalpun sudab ka sip !
Bocah itu telah turut Mo Kerg Lojin hingga dia memperoleh
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

kepandaian yang berarti. Didalam segala hal dia memusuh-


kanku !”
„Sudab, saudara Ong, jangan kau berduka,” kata Yang Bok
Lauw. ,,Aku juga tidak dapat membiarkan bocah itu hidup ie-
bih jama pula ! Aku dengal kabar dia telah diusir raja Tong,
tetapi aku bersangsi. aku mau menduga itulah mungkin akal
be-ilaka. Mungkin itulah Kouw Jiok kee, tipu muslihat
mempersakiti diri sendiri. …’
„Kouw Jiok-kee ?” tanya Ong Pek-Thong. „Mungkinkah dia
datang untuk ber pura menghamba kepada junjungan kita?”
„Mungkin dia tidak berani memakai akal berpura menakluk
itu,” kata Yang Bok Lauw. „Aku lebih percaya dia masuk nelu-
«up, untuk secara menggelap mencoba me-lakukan
pembunuhan…..”
Kata Ong Pek Thong kemudian: „Banyak orangku yang kenal
Tiat Mo Lek, nan ti aku beri perintah supaya meTeka
memasang mata Cuma kalau nanti sudah keta* huan dia benar
datang dan berada dima-na, saudara, aku mau minta bantuan
kau, supaya kau yang membereskan dengan tanganmu
sendiri!”
Demikian, pembicaraan yang Yan Ie dengar, tetapi sebab ia
tidak mau membi-langkan peristawa lama digunung Hui Ho-uw
San itu, supaya Mo Lek jangan ingat pula tentang sakithatinya,
ia jadi sudah bicara ringkas saja. Memang ia takut Mo Lek coba
membunuh An Lok San Kalau itu sam pai terjadi, pasti Mo Lek
bakal bertemu Yang Bok Lauw. Itulah berbahaya Karena itu
juga, tanpa menghiraukan urusan pribadi mereka, sekarang
….malam-malam…..ia mencari Mo Lek untuk menyampaikan ki-
sikannya ini sekalian ia menasehati su-paya sianak muda
meninggalkan kota Tiang an.
Tapi Mo Lek justru menjadi gusar. Ia sampai menepuk meja.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

..Baiklah!” serunya. „Dia menghendaki jiwaku ! Aku juga


sustru mengingini jiwanya.1″
Mo Lek menjadi sangat gusar sebab Yang Bok Lauw itu
musuh besarnya…orang yang telah membunuh ayahnya!
Pada duapuluh lima tahun yang lampau, Tiat Kun Lun masih
menjadi pemimpin dari gunung Yan San. Pada suatu hari,
dibentengnya, ia kedatangan seorang tetamu yalah Yang Bok
Lauw. Kedua pihak tidak kenal baik satu pada lain, tetapi
mereka saling mengenal nama masing masing. Tetamu itu
disambut dengan baik, malamnya di adakan perjamuan
untuknya
Tengah minum arak, kedua belah pihak bicara juga tentang
ilmu silat.
„Saudara Tiat” kata Yang Bok Lauw. kepandaian silat luar
dari kau sangat mahir, apakah Vau pernah menemui orang
yang dapat menaudingirau? ‘ kata Tiat JCun Lun: saudara
terkenal sebagai Cit Puo Cwie Hun Ciu, maka terhadap kau, aku
pasti kalah!” Yang Bok Lauw tertawa nya-riag. Senang ia
mendengar julukannya disebut sebut. Julukannya itu berarti
,,Tujuh tiacak mengejar arwah.”
„Saudara Tiat memuji terlalu tinggi! kata dia. „kata
berdua…..Yang satu ahli Luar. yang lain ahli Dalam. . .Aku
kuatir sukar dicari keputusan siapa yang terlebih mahir
kepandaiannyaamenggunai tangannya Tiat tun Lun merendah
tetamunya ber jumiwa, karsna pengaruh arak, Tiat tun Lun
menjadi tidak sabaran.
‘„Jikalau begitu, mari kita mencoba-coba,tantangnya.
Inilah kabetulan untuk Yang Bok Lau. Dia memang datang
dengan niat mengadu kepandaian, guna menguji raja gunung
Yan San itu. Bagus tantangan keluar dari mulut lapi ia berpura

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

merendah, kata dia: “Pelajaran kita berlainan pokoknya kita


cuma harus saling berlatih saja untuk mem peioleb kemajuan.
Cuma ada satu hal, yang aku buat kuatir. Kepandaian kau,
saudara, pokok keras, sedang pelajaranku, bersifat lunak. Pula
pelajaranku telah dilatih sela ma beberapa puluh tahun!
Bukannya aku jumawa, sampai sekarang ini, belum pernah aku
bertemu lawan. Jikalau kita berlatih, lalu terjadi kesalahan ada
yang luka…..syukur kalau aku yang t-rluka, tapi bagaimana
seandainya saudara?”
Dibawah pengaruh air kata kata, Tiat Kun Lun tidak berpikir
banyak. Ia tertawa terbahak bahak.
„Jangan kau kuatir saudara Yang!” katanya. „Memang sudah
lama aku mendengar kepandaian saudara ingin aku
mercobanya, jangan kata baru terluka, biarnya arwahku
dikejar, dibetot, aku tidak akan sesalkan kau! ‘
Yang Bok Lauw girang sekali
Lantas keduanya mengadu kepandaian diruang pesta itu.
Semua tauwbak besar dan kecil, semua rakyat gunung berdiri
diseki-tar gelanggang untuk menyaksikan. Semua berdiam.
Tiat Kun Lun telah menggunai tenaganya, semua pukulannya
hebat sekali, anginnya keras, tembok sampai bergoncang.
Siapa terkena angin pukulan, dia seperti tertolak, dia mesti
mundur dengan terpaksa.
Yang Bok Lauw sebaliknya. Dia selalu bersikap sabar. Selalu
dia berkelit mundur, atau nyamping.
-oo0dw0oo-

Jilid 28

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Terlihat nyata kedua pihak sama lihay-nya. Karena lincahnya


Yang Bok Lauw seperti menang unggul sedikit.Sampai di jurus
ke tujuh, barulah Yang Bok Lauw balas menyerang. Tangan
kedua pihak ..lantas menempel satu dengan yang lain, untuk
selanjutnya mereka saling bertahan. Dengan lekas kedua pihak
bermandikan keringat.
Kata Tiat Kun Lun sambil tertawa : „Syukur arwahku tidak
kena di tarik ! Apakah sekarang kita dapat sudahi saja ?”
Jawab Yang Bok Lauw : „Saudara dapat bertahan tujuh
jurusku, itulah bagus! Karena kita sama-sama tidak terluka,
baik mari kita sudahi percobaan kita ini. tak usah kita menanti
ada yang menang atau kalah …”
Semua penonton berlega hati. Pertandingan. itu tidak
membawa celaka. Kedua belah pihak juga sama-sama
merdapat muka. Hanya disaat mereka ita berdua menarik)
pulang tangannya masing-masing, sekonyong-konyong Tiat Kun
Lun berteriak keras, terus tubuhnya roboh terpental satu
tombak lebih !
Yang Bok Lauw nampak kaget.
,,Saudara Tiat, kau kenapa?” tanyanya nyaring. ,,Apakah kau
terluka? Dimana lukanya ? Mari aku obati, aku mempunyai obat
luka !’
Tiat Kun Lun berlompat bangun, lantas dia mengawasi
dengan bengis, dia berkata nyaring : ,,Yang Bok Lauw, jangan
kau berpura-pura baik hati ! Kau tunggu sampai lukaku sudah
sembuh- nanti, aku ingin coba pula ilmumu !
Meski dia bisa bangun tetapi dari suara bicaranya, nyata
sekali tuan rumah ini telah terluka di dalam. Semua tauwbakl
lantas menjadi curiga beberapa diantaranya, yang setia kepada

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

pemimpinnya, sudah lantas menghunus senjatanya dan maju,


untuk mendamprat.
Yang Bok Lajw tertawa dingin, sambil berkata pada .Tiat Kun
Lun : „Saudara Tiat, apakah katamu ? Apakah kau tidak
menganggap sah janji kita ? ‘
Tiat Kun Lun mengibarkan tangan kepada orang-orangnya.
„Biarkan dia pergi !” perintahnya. „Tak usah kamu
melakukan pembalasan !”
Tapi Yauw Bok Lauw bersandiwara. Dia menghela napas.
„Saudara Tiat,” katanya, „aku kesalahan tangan, aku
menyesalpun sudah kasip . .
“Aku tidak menyangka bahwa kau memandang aku sebagai
musuh …. Aku tidak berdaya, baiklah, aku mau pergi. Aku
harap kau mendapat obat -yang mujarab, supaya lain kali dapat
aku meminta pengajaran pula dari kau . . .
Tiat Kun Lun mengerti ilmu kebal, rombongan tauwbak
percaya bahwa dia cuma luka ringan dan keadaannya tidak
berbahaya siapa tahu, pada malam harinya pemimpin itu
mendapat demam panas-dingin, terus ia menutup mata hingga
ia tak dapat ia membuat pembalasan sendiri se-bagaimana
yang diharapkannya.
Yang Bok Lauw telah berlaku curang. Selama bertanding
kekuatan mereka berimbang, tetapi setelah pertandingan
disudahi, selagi Tiat Kun Lun berhenti mengerahkan tenaga
dalamnya diam-diam dia menyerang terus, sebab itulah raja
gunung dari Yan San itu menjerit dan roboh, karena ilmu
kebalnya kena di gempur rusak. Di dalam hal ini, Tiat Kun Lun
cuma dapat menyesalkan kejujuran dan ke alpaan-nya, tidak
menyangka bahwa orang akan berlaku licik dan kejam.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sesudah Tiat Kun Lun meninggal dunia orang-orangnya


bersakit hati, mereka mau membuat pembalasan, akan tetapi
wak tu mereka pergi mencari ke empat penjuru, Yang-Bok
Lauw tak dapat ditetemukan. Justeru sejumlah tauwbak tidak
ada di gunungnya, tentara negeri menyerbu, membikin tumpas
semua rombongan gunang Yan San itu.
Karena peristiwa itu, maka Tiat Mo Lek menjadi sebatang
kara, sampai kemudian ia ditolong o’eh Keluarga Touw, yang
merawatnya hingga ia menjadi dewasa, yang merganggapnya
sebagai anak-angkat-nya.
Pasukan tentara negeri yang menyerbu dan menimpas
gunung Yan San itu dikepalai o eh Congpeng Souw Peng dari
kota Yu-cie. Setelah pecahnya Yan San kemudian baru pihak
Yan San ketahui, datangnya Yang Bok Lauw itu adalan, atas
anjuran dan perintahnya Souw Peng itu, yang mau menindas
Yan San dengan akal liciknya itu. Karena hasilnya itu, kemudian
Souw Peng naik pangkat sampai tiga tingkat sebab ia dianggap
berjasa besar. Tapi Souw Peng juga tidak hidup panjang umur.
Lewat beberapa tahun, Touw Leng Cok memimpin tentaranya
menyerbu ke kota vu-ciu dan si congpeng mati- terbunuh.
Dengan begitu, baru separuh sakit hatinya Mo Lek dapat
terbalaskan. Ini pula sebabnya kenapa Mo Lek sampai
memandang Leng Ciok sebagai ayahnya sendiri.
Semenjak itu, tentang Yang Bok Lauw tetap tidak tcidengar
kabar-ceritanya. Dia rupanya menyembunyikan diri sebabdia
tahu Tiat Kun Lun luas pergaulannya dan mung kin ada orang-
orangnya, atau sahabat-saha-oatnya yang mencari padanya.
Pihak Touw tidak berkesempatan mencari terus padanya sebab
pihak ini sendiri direpotkan urusannya merebut kekuasaan
dengan pihak Ong Pek Thong.
Tiat Kun Lun bersahabat erat dengan Mo Keng Lojin. maka
juga disaat ia hendak menghembuskan napasnya yang terakhir,
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ia berpesan kepada orang-orangnya uniulc nanti mengantarkan


Mo Lek, anaknya itu, ke rumah sahabatnya, guna si anak
belajar silat, buat bersiap-siap agar nanti menuntut balas
untuknya. Dan pesannya itu terwujudkan juga, hanya selang
belasan tahun Sebabnya ialah Mo Keng Lojin senantiasa
mengembara hingga ia tidak berada di rumahnya, sukar
mencari padanya. Mo Keng Lojin juga bukan dapat dicari
kawanan tauwbak, hanya Mo Lek bertemu dengannya secara
kebetulan saja yaitu waktu ia bersama Toan Kui Ciang berada
di Tiang-an, ia bertemu dengan Lain Ce In yang men bukai
jalan ia menjadi muridnya si Orang tua yang lihay itu. Hanya
ketika itu Hui Houw Cee pun ditumpas Ong Pek Thong.
Delapan tabun lamanya Mo Iek belajar kepada gurunya itu.
Ditahun kelima, ia telah mendengar halnya Yang Bok Lauw Mo
Keng Loojin mempunyai seorang sahabat. yang baru pulang
dari wilayah Turki (Sinkiang dan Cenghay dan sekitarnya), dan
sahabat itu membawa cerita bahwa Yang-Bolc Lauw sudah mati
diwilayah asing itu. bahkan dia melihat sendiri upacara
pembakaran mayat Yang Bok Lauw itu. Sahabat itu ialah tiap
KhongCu satu diantara Bu Lim Cit Khie, Tujuh. Orang aneh
Rimba persilatan maka itu, perkataannya itu dipercaya Mo Lek
menjadi sangat menyesal dan berduka Tak pernah ia
melupakan mu |suh ayahnya siapa tahu misuh itu sudah mati.
Tapi sekarang dari mulutnya Ong Yan Ie, ia mendengar dari
Yang Bok Lauw belum mati malah ia menjadi congkoan di
dalam keraton (taylwee) dari An Lok San ! Maka itu terbangun
pulalah semangatnya, untuk menuntut balas. Lengan matanya
yang mengembeng air. Mo Lek seperti membayangi ayahnya
bermandikan darah bagaimana ayah itu tengah memberi pesan
yang penghabisan.
„Yang Bok Lauw berada dismi !’ katanya sengit, Bagus ! Dia
berada disini, tak mau aku meninggalkan kota Tiang-an ini’”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Yan le heran ia terperanjat.


„Mo Lek,” katanya aku tidah taha ada permusuhan apa diai
tara kau dan dia teta pi aku melihatnya sendiri ilmu Bian-ciang-
nya, yang lihay sekali; Itu hari dia berada didalam timan,
dihadapannya An Lok San dan orang-orangnya. Belasan potong
batu disusun. Dia berkata dia hendak pecankan batu yang
berada ditengah-tengah. Dia bukan menghajar, dia hanya
menepuk dengan perlahan susunan batu itu tidak bergeming.
Habis itu dia mengangkat semua batu itu sa tu demi satu
semua- batu utuh seperti biasa kecuali sebuah yang ditengah
itu, yang wak tu diangkat terus meluruk hancur. Menurut rku
kepandaiannya itu tak dibawah kepandaian guruku Mo Lek aku
bukannya memandang ringan kepandaianmu aku hanya, aku
hanya kuatir ….!’
Mo Lek tahu apa artinya ilmu silat ,.Bian Ciang’ atau Tangan
Sutera. Itulah sema cam ilmu tenaga daiam yaag ihay sekali.
Maka ia berpikir: „Kalau begitu tenaga dalam jahanam itu
sudah mahir luar biasa. dia tidak dapat dipandang ringan, kalau
dengan sekali hajar, dia dapat musnahkan susunan batu itu.
itnlah tidak aneh tetapi dia bisa menghancurkan setiap batu
menurut sukanya, itulah hebat ” Tapi ia tidak takut’ maka ia
berkata dengan suaranya yang dalam: , Biarnya dia batu dan
aku telur, hendak aku bentur dia !”
„Mo Lek kata Yan le lemah lembut, . rupanya kau dengan dia
bermusuhan sa ngat besar, maka itu tidak seharusnya aku
mencegah kau akan tetapi ingin aku stipa ya kau ingat
peribahasa yang membilang, asal gunung hijau masih ada
jangan kuatir kau kehabisan kayu bakar. Untuk kau me lakukan
pembalasan baiklah kau cari waktunya, yang tepat. Aku tidak
berani bilang bahwa kau tidak dapat dibandingkan de ngan dia
tetapi dikota Tiang-an ini kau mirip si tangan sebelah yang

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

tidak dijat dipakai bertepuk nyaring, sebaliknya dia didaiam


kota Tiang-an ini dia banyak sekali kawannya.
Mo Lek menatap si nona ia melihat orang bergelisah berduka
dan berkuatir. Ia heran sekali. Begitu siiapzya puteri dari musuh
besarnya? Sebaliknya orang mirip encie atau adiknya, yang
sangat memperhatikan keselamatannya. Maka didetik itu, ia
menjadi bingung. Gerak- gerik nona iiu, sangat mengeraki hati
sanubarinya, sekian lama ia berdiam saja.
,.Mo Lek kata lagi sinona, suaranya lem but seperti biasa.
,,biarnya kau sangat membenci aku, aku tetap tidak tega
menyaksikan kau nanti mendapat celaka. Kalau toh tetap kau
hendak berdiam didalam kota Tiang-an ini baiklah cuma satu
hal hendak aku minta, yaitu aku mohon janganlah kau seorang
diri coba menyerbu kedalam istana, untuk membinasaka An Lok
San. jangan kau sembrono menempuh ancaman bahaya .
Mo Lek mengerti maksud orang sinona tidak berani
mencegah, tetapi nona itu tidak ingin ia nairti bertemu dengan
Yang-Bok Uuw.
„Baik, aku berjanji kepada’kau !’ kata ia kemudian. ,,Aku
tidak bakal pergi keistana seorang diri untuk mencoba
melakukan pembunuhan, Sekarang langit sudih terang, kau
pergilah !’
Dengan sinar mata menyesal dan penasaran Yan le
mengawasi pemuda didepannya. Ia tertawa terpaksa.
,,Mo Lek tak usah kau usir aku ” katanya. ,,Aku memang
mau pegi ! Selanjutnya aku pun tidak nanti dengan seorang diri
menemui kau pula . . . .
Begitu berkata si nona lompat keluar jendela tanpa menoleh
lagi, ia berlalu.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Mau atau tidak Mo Lek menyenderkan tubuh dijendela


mengawasi tubuh nona lenyap ditempat gelap.
Keras niatnya Mo Lek mercari balas akan tetapi ia bukannya
si orang sembrono seberlalunya Yan Ie ia menjadi sabar pula
dengan tenang dapat ia menggunakan otak nya ia meresa kata
kata Yan Ie beralasan Didalam iota Tiang-sn ini ia leorang diri.
Jangan kata nyelundup ke istana muncul sembarangan
ditempat terbukapun berbahaya untuknya, Untuk membuat
pembalasan, tak dapat aku kesusu. ‘ pikirnya kemudian.
,,baiklah, aku menanti tibanya konthio dahulu.”
Anak muda ini juga pikir mungkin ia dapat melawan Yang
bok Lauw hanya untuk memperoleh kemenangan. Ia bersangsi.
la harap. Kalau ia dapat bantuannya Toan-Kui Ciang dan
istrinya mungkin ia mempunyai harapan…..
Itulan Louw sie atau nyonya janda Suit Jie, Nyonya itu tidak
mau meninggalkan rumah.
Rupanya peristiwa itu tidak bakal mencelakai sinyonya. Ia
bingung ingin ia menemui sinyonya tetapi nyonya itu melarang
padanya.
Akhirnya. Tidak bisa lain perlu aku bertemu pula dengan
Hong Sian . ” pikirnya.
Beberapa hari sudah lewat. Mo Lek men jadi masgul. Jangan
kata Louw sie dan Hong sekalipun In Nio tidak pernah datang
pula padanya. Ia heran sekali- Sulitnya tidak dapat ia lancang
mencari nona Liap itu. Terpaksa, untuk menghibur diri, ia
melayani sikuasa rumah memasang omong Sie Siong dan Liap
Hoig menjadi panglima-panglima kepercayaannya An Lok S n.
£.uasa ini ia4inya, ketahui tak sedikit tentang raja pemberontak
itu. Menurut ia, putera nomor dua dari An ! ok San, yaitu An
Keng Sie, yang diangkat jadi putera mahkota, sangat to ol An
Lok San t.ahu itu tetapi terpaksa ia mengangkat putera itu jadi
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

putera mahkota. Sebabnya ialah, putera sulungnya, A:i Keng


Cong telah di bunuh J&aisar Hian ong. Ketika ia berontak. Keng
Cong berada dikota Tiang-an sebagai kua-ma menantu
keluarga raja. sebab ia berontak, putera itu dibinasakan. Sudah
begitu diantara ayah dan anaK itu, tidak; ada keakuran.
remua hal itu, Mo Lek mendapat taVu, tetapi ia tidak
memperhatikannya.
Lima atau enam hari sudah lewat. Di-hari ketujuh mendadak
In Nio muncul dikamarnva Mo Lek. Dia mengajak si anak muda
pergi ketaman, untuk berlatih pedang.
Dengan girang Mo Lek mengiringi ke-heLdak sinona.
Bersama-sama mereka pergi ketaman. Disana sudah ada Hong
Sian. Dengan lantas Nona Sie kata: Paman Ong. sudah dari
siang siang aku ingin datang ke sini akan tetapi Lauw Mama
sakit, tidak dapat aku tinggalkan dia selama beberapa hari ini
pelajaranku sudah terlantar ..
„Paman Ong tentu paman tidak tahu!, In Nio, tertawa, Mama
itu disayangi adik Hong Sian melcoihkan ia mengasihi ibunya
sendiri ia berbakti terhadap ibu kandungnya sendiri Louw Mama
cuma seorang babu tetapi dia mengerti surat dan syair, selama
beberapa hari aku turut adik Hong Sian menemui dia, telah
membacakan aku separuh dari kitab syair Ie Keng.”
Mulanya mendentar Louw sie sakit. hati Mo Lek tidak enak,
tetapi mendengar orang sakit tapi dapat mengajari Sie Keng, ia
lega dan sekarang karena kedua nona nona dapat datang tentu
sakitnya Louw sie sudah sembuh.
Kedua nona itu meminta pula diajari ilmu pedang.
Mo Lek ingin tahu asal usul ilmu pedang orang ia suka
meluluskan, tetapi ia kata, ,,Buat mengajari, aku tidak sanggup
aku tidak berani Ilmu pedang kita berlainan cabangnya. Paling

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

benar coba kamu keluarkan semua kepandaian silat pedang


kamu, untuk aku lihat, setelah itu kita ber latih sama-sama,
untuk saling memperoleh kefaedahan.”
„begitu juga baik, kata Hong Sian ,,Tapi ilmu pedangku
adalah ajarannya en-cie In Nio, *ku belum mewariskannya
semua, karena ite, baik encie In saja yang bersilat, sekian aku
menonton, untuk mempelajarinya.”
Nona Liap tertawa. „Hong Man, mengapa kau membohong?’
tegurnya. „Awas. aka nanti mengasi tahu kedustaan kau ini
kepada Louw Mama supaya dia menegurmu!
,;Eh, kapannya aku membohong?’ Hong Sian tanya.
,,Bukannya bohong apa? Ilmu pedangmu juga toh suhu
bahkan pernah rnemuji bahwa kau cerdas sekali!
„Kalau suhu datang, paling lama suhu berdiam delapan atau
sepuiuh hari kata nona Sie, „maka itu, aku belajar pada suhu,
sama sekali belum ada tiga bulan lamanya, sedangkan pada
permulaannya, kaulah yang mengajarinya. Sampai sekarang ini,
aku masih belum belajar sempurna, Bagaimana kau bisa
katakan aku membohong?”
Mo Lek berpura heran.
,Oh kiranya kamu mempunyai guru yang lainnya!” katanya.
„Mulanya aku menyangka kepandaian pedang kamu
kepandaian warisan keluarga! Siapakah itu guru kamu?
„Paman, kau bukanlah orang lain, dapat kami bicara terus
terang padamu,’ katanya „Suhu telah memesan kami untuk
tidak sembarang menyebut nama.”
„Kalau begitu tak apalah tak usah kau sebut kata Mo Lek.
..Cukup ajal kau pertunjuki semua ilmu silai pedangmu.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

In Nio mengambil sebatang pedang pendek dari para-para


gegaman, lantas ia ber-diri te-gak, matanya mengawasi
pedangnya itu. setelah itu. ia memutar tubuhnya, hingga
pedang mengeluarkan sinar berkilauan, menyusul mana terus ia
berkilat dengan berlompatan keempat penjuru, la bersilat
dengan sangat larcar dan sebat dan lincah sekali menarik hati
untuk ditonton
Mo lek heran menyaksikan pertunjukan silat itu Ia merasa
iimu pedang nona ini sama pokoknya dengan ilmu pedang Yan
Ie. Yang beda ialah gerakan Yan Ie lebih keras gerakan In Nio
lebih lunak. Agaknya nona ini menang sedikit dari pada Nona
Org itu. Ilmu pedang ini tak ada dibawahan Wan Kong Kiam-
hoat.
Selagi sianak muda ragu-ragu, tiba-tiba muncul sikuasa
rumah dengan suaranya berulang-ulang: ,Nona!…Nona! ..”
In Nio bernenti bersilat dengan larras. .Ada apa? tanyanya
sambil inengavva si. ,Bulankah kau lihat sendiri aku lagi
berlatih? Aku hendak minta Paman Ong memberi petunjuk
kepada kami…’
,.Bukan begitu, nona,” kata sikuasa rumah, bingung Diluar
ada datang seorang nenek-nenek yang garang sekali. Dia kata
dia mau ketemu dengan orang yang dia sebut namanya Piauw
Hui Suthay Aku bilangi dia, di ini tidak ada suthay itu. dia tidak
mau mengarti, lalu dia memaksa minta bertemu dengan nona.
Dia memaksa masuk setiap tindakannya ditangga batu
meninggalkan tapak kakinya ! Para bu jangan ud.ik dapat
menghalang halangi dia. … ekarang bagaimai nona mau
menemui dia atau tidak?… ”
Berkata begitu, sikoankee juga mengawasi Mo Lek rupanya
ia ingin minta pemuda iiu membantu memberi pikiran kepada
nonan ya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dua dua In Nio dan Hong Sian heran. ,Apakah nenek itu
menyebut dirinya siapa?’ tanyanya selang sesaat.
”Tidak ia tidak menyebut apa-apa. In Nio berpikir terus ia
kata pada Mo Lek: ,,Ia garang sekali perlu aku menemui dia.
Paman Org kau turut kami, tetapi kau dibelakang saja. Kalau
kupanggil aku minta Paman suka membantu kami!’ Sianak
muda tertawa, “siapa, benar lihay kepandaiannya tidak nanti
dia menghina anak kecil ! katanya “Maka itu, pergilah kamu
berdua. Aku orang luar, tidak diapat aku sembarang per-lihatan
diri. Nan begini saja, nanti temui dia, aku mengintai dari pintu
angin, untuk mendengar dulu apa katanya.”
“Bagus!” Hong Siang setuju sampai dia menepuk tangan.
,Encie In, mari kita sama-sama menemuinya ! Aku tidak takut
dia galak! Kita sudah belajar ilmu pedang, sekarang waktunya
buat kita mencoba! ‘ Sambil berkata, ia memilih sebatang
pedang pendek. Kepada Mo Lek ia kata: ,,Paman Ong jangan
kesusu muncul ya ! Lihat kami dulu ! kalau kami ketetar, baru
Paman maju!’
Mo Lek menggeleng kepala melihat si-nona sangat napsu
bertempur itu tetapi tertata dan kata: „Hong Man, seorang
wanita tidak dapat gemar berkelahi maka i-:u, sebentar diwaktu
bertemu nenek itu, kamu harus lebin dahulu bersikap hormat
dan ramah ! Aku percaya, meiki dia galak, nenek itu tidak akan
menyerang lebih dahulu kepada anak kecil . ..”
Nona Sie membuat main bibirnya
.Kalau dia baik, aku baik! ‘ katanya. „.Buat apa aku
mengampak umpak dia f”
Meski begitu, nona ini dengar kata, maka ia berjanji buat
tidak turun tangan terlebih dahulu…..

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Maka dengan bergandengan tangan, keluarlah kedua nona


itu dari taman pergi kedepan Mo Lek mengikuti belakangan.
Didalam ruang tetamu sinenek sudah menantikan, dia duduk
bercokol dengan sikapnya agung agungan. Dia- berambut kusut
dan kedua matanya yang belo. nfcmpak bengis. Dia seperti lagi
menggertak seorang bocah. Melihat roman dia ini kedua nona
giris juga. . .
, Kau siapa?”‘ Hong Sian tanya. „Mau apa kau mencari Biauw
Hui Su-thay’
Nenek itu mengawasi dengan macain lebih bengis pula,
sebab kedua biji matanya terbulak balik Lia mengawasi Hong
Sian dari atas sampai kebawah dan keatas pula Mendadak dia
tertawa nyaring.
„Melihat sinarmatamu. bocah, ilmu silatnya sudah ada
dasarnya! katanya „Apakah kau juga muridnya Biauw Hui ?
Sungguh Biauw Hui beruntung, dengan mudah saja dia
mendapatkan dua orarg murid yang berbakat!
Tak sedap didengar itu tawanya nenek ini.
Mo Lek dibelakang pinta angin terkejut, ia kenal sinenek
ialah gurunya Yan Ie Dialah Tian Toa Nio yang lihay.
In Nio lebih sabar daripada Hong Sian.
..Nyonya tua, kau keliru mencari orang.” katanya. keluarga
kami keluarga Liap dan ayahku lagi membawa pasukan tentara
pergi berperang. Dirumah kami tidak ada Biauw Hui Su thay
yang kau sebutkan itu
.,Aku tahu engkau puterinya Liap-Hong!” kataaya. ,.Kalau
ayahmu bertemu dengan aku, dia menyebut dirinya boanpwe,
orang yang tingkatnya lebih muda. Kau begini muda kau dapat
mendustai ! Kau bilang Biauw Hui tidak ada, kenapa adikmu ini

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

menanya mau apa aku mencari dia ?, lekas bilang, Biauw Hui
itu gurumu atau bukan?”
,,Tidak dapat aku memberitahu kepada mu,” kata Hong Sian.
,,Suhu juga melarang aku membicarakannya epada iai; orang.”
Tiat Toa Nio tertawa lebar
„Oh. kiranya Biauw Hu ada pesannya begini rupa ? Haha . . .
! Nona kecil, kau tidak mau bicara, apa kau kira aku tidak dapat
mencoba ?”
Belum berhenti tertawa si nyonya Hong Sian sudah
merasakan angin menghembus kesisiaya atau segera
pedangnya sudah kena dirampas nyonya tua itu !
Mendadak nyonya itu memutar tubuhnya Tanpa menghunus
pedang ia menyam-pok dengan pedang didalam sarung. Dia
menyampok sambil meneruskan menikam sam bil berseru juga
kearah In Nio : ..Budak kecil, kau berhati-hatilah menyambut
aku punya pukulan Ya Cee Tian Hay ini !”
Pukulan itu berarti ,,Siluman menjajaki lautan.”
In Nio dapat menangkis. Ia cerdik, ke tika pedangnya Hong
Sian kena dirampas, ia sudah lantas bersiap siaga, la
menggunai jurus „Bidadari menusuk torak.” Itulah jurus
istimewa “untuk melumpuhkan ..Ya Cee Tam Hay.”
sebagaimana ia diajari gurunya Ilmu itu ia sudah paham benar,
meski demikian, kalau bukan si nenek menyebutkan-nya lebih
dahulu, beljm tentu ia dapat be-gerak demikian lincah. Dalam
urusan bertempur, ia tidak mempunyai pengalaman^ Toh
akhirnya ia terkejut. Pedangnva kena dipapas kutung Tian Toa-
nio !
Atas itu si nyonya tua tertawa nyaring dan kata : ,,Nona-
nona cilik, apakah kau masih belum tahu aku siapa ?”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sampai disitu, tahulah Mo Lek bahwai Tian Toa-nio tengah


menguji saja. Terang bahwa si nyonya mempunyai hubungan
erat dengan gurunya kedua nona-nona itu.
Tapi Hong Sian tidak mengarti apa-apa ia tidak sabaran.
lantas ia berseru: ,.Paman Ong. Lekas keluar ! Kami tidak dapat
melawan orang ini !”
Parasnya Tian Toa-nio guram mendadak,
,Ah, kiranya kamu masih mempunyai se orang paman Ong ?”
katanya. ..Siapakah dia ? Ingin aku menemuinya!’
Mo Lek kaget.
Tian Toa-nio tidak melihat orang keluar ia mau bertindak
masuk ke dalam, atau ia merandak karena ini suara keras :
..Eh, suhu ! Kenapa suhu datang kemari ?”
Itulah suaranya Yan Ie, yang muncul dengan cepat.
Nenek itu mementang lebar matanya.
„Yan Ie apakah kai masih kenal gurumu ?” tegurnya.
„Suhu. harap suhu jangan gusar dulu. ‘ berkata si murid.
„Ketika itu hari aku pergi, aku menuruti pikirannya engko Goan
Siu.”
,,Bagus, ya!” si nyonya .tertawa tawar. „Jadinya kamu sudah
berkongkol ! Kamu jadi telah berserikat menentang aku ! Mana
anak Tianku itu ? Kau suruh dia ke luar ! Hendak aku tanya, dia
masih kenali aku se bagai ibunya atau tidak ?”
Meski orang berlaku bengis Yan Ie ketahui baik hati gurunya
itu.
„Jangan kuatir, suhu, engko Goan Siu tidak kurang suatu
apa.” kata ia. ,,Engko tetap berbakti kepada suhu ! Cuma
sekarang ini engko Goan Siu tidak ada d’sini. Jikalau suhu ingin

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bertemu dengannya, suhu masih harus menunggu sekian lama


lagi …”
,,Hm !’ bersuara si nyonya. ,,Tak ingin , aku menemui dia! ‘
Tapi, ia toh menanya : ,Dia ada dimana sekarang Pong Sian
bingung, hanya sekarang tidak kaget lagi sepe-ti tadi.
,Eh, encie Ong, apakah benar nenek galak ini gurumu ?”
tanyanya polos. „Heran, encie Ong sudah muncul, kenapa
paman Ong tidak ?”
Tian Toa-nio tidak menggubris nona she Sie icu. dia hanya
menanya muridny : „Rupanya kau bersahabat dengan keluarga
disini ! apakah kau pernah bertemu dengan paman gurumu ?
Disini katanya ada paman Ong, siapakah dia?”
Yan Ie tertawa.
„Suhu, pertanyaan kau berentet-rentei!” katanya. „Yang
majia satu aku mesti jawab terlebih dahulu ? Ah, baiklah, nanti
aku bi csra dulu dati hal engko Goan Siu ! Hanya suhu panjang
bicaraku ini. Disini pun bukan tempatnya buat memasang
omoig. Mari, su hu, m^.ri suhu da’tang kerumahku ! Suhu tahu,
ayah berdahaga ingin bertemu dengan suhu. ia kangen sekali!”
Nenek itu nampak ragu-ragu.
Yan Ie tertawa. Ia tanya : „Suhu apakah suhu masih
menggusari aku?
„Hm!” jawab guiu itu. „Tak ada luang tempoku untuk
menggusari kau ! ‘,,Kalau begitu, suhu, mari kita pergi !*’ kata
si murid. yang pandai membujuk.
„Tunggu dulu.! kata sinenek, yang mengibasi tangannya.
„Kenapa kau begini mendesak aku .’ Aka suduii datang kemari
aku belum mendapat dengar tentang paman gurumu, mana
dapat aku lantas pergi saja?”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dengan ,,paman guumu” itu, Tian Toa-nio maksudkan ,,su-


pee” paman guru yang terlebih tua bukannya ,,Su-siok” paman
guru yang terlebih muda.
„Tentang itu, suhu tanya aku saja, beres! kata Yan Ie, yang
tertawa pula. „Mari kita bicara sambil berjalan! Suhu tidak tahu,
banyak yang aku hendak memberitahukan suhu ! Karena itu,
setelah aku bertemu denga n suhu, bagaimana aku tidak jadi
tidak sabaran ? Memang benar Biauw Hui Su pee tidak ada
disini, kalau ia datang, biasanya sesudah musim dingin setiap
tahun, lalu selewatnya Ciap-gouw-meh, baru ia pergi pula.
Sekarang mau mulai musim dingin suhu datang terlalu pagi …”
Tian Toa-nio berpikir. Ia mau percaya keterangan muridnya
ini. Kata ia di dalam hati : ,-,Anak ini benar. Meski su-cie tidak
akur de.iganku, setelah aku ada disini, tak mustahil dia tidak
keluar untuk menemu aku,” la juga, sebenarnya, ingin sekali
men dengar tentang puteranya, maka ingin ia lekas-lekas
sampai dirumah simurid untuk menanyakannya. Karena ini,
selanjutnya ia tidak ragu-ragu lagi.
Sesudah orang keluar dipintu, barulah Mo Lek bernapas lega.
Tapi mendadak Tian Toa-nio menunda tindakannya, lantas ia
tanya muridnya : „Kedua setan cilik itu telah dapat mewariskan
ilmu silat paman gurumu, tetapi barusan me reka menyebut-
nyebut paman Ong-nya yang mereka panggil keluar untuk si
paman Ong itu menghadapi aku. Siapakah si paman Ong itu ”
Yan Ie tertawa geli.
„Yang dipanggil paman Ong itu ialah se orang pegawai tua
disini T’ sahutnya. „Dia tukang penenggak susu macan, sud^h
begitu lantas dia pandai sekali omong besar dan memaki orang
hingga kawanan’ anak-anak tidak berani mengganggu dia !
Setan-setan cilik ini memanggil dia, rupanya untuk mem bikin
dia dapat malu ! Si paman Ong itu, biarnya dia tukang
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

ngebrahol kalau dia me lihat suhu begini galak, mana berani dia
muncul ? Mungkin sekarang dia lagi mering kuk bersembunyi
dikolong pembaringannya! Mana dia dapat keluar ?”
„Oh, begitu !” katanya. Lalu Tian Toa-nio pun tertawa, terus
dia membuka tindak an lebar.
In Nio dan Hong Sian saling mengawasi dengan mendelong.
Mereka heran bukan main.
„Heran encie Ong !” kata Nona Hiap. „Biasanya encie Ong
baik sekali terhadap kita, kenapa sekarang dia berpihak begini
rupa kepada gurunya ? Kenapa dia menyebut kita sebagai
setan-setan cilik ? Kenapa dia juga mendusta, mengoceh tidak
keruan? Paman Ong bukannya pegawai tua bukan setan arak,
kenapa d a mengatakannya demikian ‘
Hong Sian tidak menjaw.ab kawannya itu hanya ia berkata
keras „Paman Ong, kau dengar atau tidak ? Apakah benar
paman takut hingga paman bersembunyi meringkuk dikolong
pembaringan ?”
Mendengar itu, Mo Lek segera muncul, dan sambil tertawa
geli. Ia pun kata : „Encie Ong kamu bermaksud baik terhadap
kamu, kamu tidak tahu ! Nenek galak itu ialah su-siok kamu !
Kenapa kamu berani berlaku kurang ajar terhadapnya ? Encie
Ong kuatir dia nanti menegur kamu. maka dia mengajaknya
lekas-lekas pergi ! Sengaja encie Ong kamu mengatakan kamu
setan-setan kccil, itulah guna membikin reda hati gurunya
„Sungguh aku tidak sangka aku mempunyai paman guru
semacam dia !” kata In Nio. „Dengan begitu, bukankah encie
Ong kami itu sebenarnya su-cie kami ? Herannya belum pernah
dia membilangi kami tentang gurunya itu . . . ‘
„Suhu sangat menyayangi kami, sebaliknya ini paman guru.
sangat galak ! ‘ kata Hong Sian sengit. „Sudah roman dia tidak

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengasih, dia juga menghina kami! Tak aku memikir buat


mempunyai paman-guru sermacam dia ! Paman Ong kenapa
barusan kau t’idak keluar ? Kau bikin kami malu sekali …”
Mo Lek tertawa pula.
„Biar bagaimana dialah paman guru kami mana dapat aku
menempur dia ?” sahutnya.
In Nio lebih tua daripada Hong Sian, dia dapat berpikir.
,,Benar !” katanya „Kalau Paman Ong mencmpur dia,
menang jelek, kalah rugi ! Kalau paman menang, juga tak
bagus untuk encie Ong ! ‘
Karena kejadian ini, bertiga mereka tak bicara banyak lagi
bahkan mereka bubaran dengai hati tidak gembira.
Hati Mo Lek terasakan berat. Ia kuatir Tian Toan Nio muncul
lagi. Tidak dapat ia menemui nyonya itu, atau rahasianya bakal
terbuka. Untuk menyingkirpun sukar. Meski kota Tiang-an
besar, kemana ia mesti pergi.? Meninggalkan kota ini ia pun
tidak sudi ! Sakit hati ayahnya masih belum terbalaskan !
Tanpa merasa, lewat beberapa hari. Selama itu Tian Toan
Nio, atau Yan Ie, dua-duanya tidak pernah datang lagi. Hati si
anak muda lega juga. Ia percaya si nona berhasil melibat
gurunya itu. Karena ini, diam-diam ia bersyukur kepada nona
itu, hingga dengan sendirinya ia suka juga memikirkannya.
Katanya di dalam hati : „Menurut suaranya, ia tentu telah
ketahui ten-targ Tian Goan Siu. Dia Cuma mendustai gurunya
atau itulah hal yang benar ? Se-moga dia dan kakak
seperguruannya itu. dapat menikah dan hidup berbahagia
karenanya ! *
Selama beberapa hari itu, In Nio dan Hong Sian terus jalan
mengajak si anak muda borlatih pedang, maka Mo Lek jadi
memberi petunjuk-petunjuk bagaimana orang harus
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

mengerahkan tenaganya. Dengan begitu ia sendiripun


memperoleh kefaedahan ialah ia menjadi mendapat tahu
tentang ilmu pedang mereka itu. Hanya selama itu juga, Lonw-
sie tak pernah nampak pula.
Pada suatu hari Mo Lek tengah duduk berdiam di dalam
kamarnya menanti datangnya In Nio waktu tiba-tiba ia
dikejutkan oleh suara berisik di luar gedung. Itulah suaranya-
pasukan tentara. Yang paling dahulu ia curigai ialah .
„Mungkinkah orang telah mengetahui aku berada di sini dan si
petncerontak sne An telah mengirim tentaranya untuk
menawan aku’ Ia masih ragu-ragu ketika ia mendengar
suaranya In Nio : ,.Pamau Ong, lekas keluar ! Ayah sudah
pulang !”
Mendengar itu, pemuda ini terperanjat berbareng girang.
Tidak ayal lagi ia turun dari loteng, untuk bersama-sama si
nona pergi ke luar untuk menyambut. Ia baru sampai dipintu ke
dua lantas ia melihat Liap Hong bersama si koankee.
Liap Hong baru sampai, tidak sempat ia menanya apa-apa
kepada kuajsa rumahnya. Ia cuma menduga tentulah Mo Lek
su dah sembuh dari luka-lukanya dan anak mu da itu sudah
berangkat pergi. Maka heranlah ia menyaksikad pemuda itu
muncul sambil berpegangan tangan bersama puteri-nya.
,,Tiat . . . . ” katanya mendadak, atau lantas ia sadar, maka
lekas-lekas ia meneruskan : ,, . .. Tiat-kie-kun tarut aku
berperang, diluar dugaan, pasukan itu gagal, maka itu aku
pulang dengan lekas. Saudara Ong bagaimana, apakah kau
merasa kerasan berdiam di sini T
Tiat-kie-kun atau „pasukan besi ‘ ialah pasukan berkuda
istimewa. „Tiat’” berarti besi dan she Tiat dari Mo Lek ialah ‘Tiat
. . . besi itu.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Hati Mo Lek tergerak. Ia melihat muka Liap Hong kotor


dengan debu, disitu tampak juga tanda keletihan. Tapi ia lekas
menjawab : „Terima kasih kepada koan-kee ini yang melayani
aku baik sekali, hingga aku merasa senang tinggal di sini ‘
Nampak Liap Hong sedikit ragu-ragu tetapi ia kata pada
puterinya : ,,Pergi kasih tahu ibumu, aku hendak bicara dulu
sebentar dengan paman Ong ini’ Sedangkan kepada si kuasa
rumah, ia kata „Kau serahkan -kepada nyonya beberapa
bungkusan dari barang-barang hasil bumi yang aku bawa itu.
Andaikata ada datang tetamu yang ingin bertemu denganku,
bilang baru besok aku dapat menemukannya, karena hari ini
aku baru pulang dan ingin beristirahat.”
Dua-dua anak dan koan-kee itu mengundurkan diri, hanya si
koankee sedikit heran. Toh ia girang juga pikirnya : „Syukurlah
aku dapat melayani baik sekali kepada Ong Siangkong. Loya
baru pulang, bukan ia masuk dulu ke dalam menemui nyonya
besar, ia justeru mau bicara dulu dengan pemuda Teranglah
sudah bagaimana ia sangat menghargakan Ong S ang-kong !
Liap Hong juga menyuruh pengiringnya mengundurkan diri,
lantas ia pergi bersama Mo Lek ke ruang tamu- dari si anak
muda. Ia lantas menganci pintu habis mana ia me ngeluarkan
napas lega.
„Kenapa kau berduka, ciangkun ?”tanya Mo Lek, .. benarkah
kiu kalah perang ?”
Liap Hong tertawa menyeringai.
„Syukurlah tidak semua angkatan perang termasna,”
karanya. „Didalam sepuluh yang tinggal cuma tiga bagian . . . ‘
Mo Lek heran.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

„Siapakah kepala perang pasukan perang Tong yang


demikian lihay itu ?’* ia tanya pula. „Apakah Cin Siang dan Oet-
tie Pak turut muncul dimedan perang T’
Pemuda ini kangen kepada dua orang itu maka paling dulu ia
menanyakan tentang mereka.
Kembali panglima perang itu menyeringai, ia bersenyum
sedih.
,.Jikalau aku kalah ditangan mereka itu, itulah kekalahan
yang ada harganya, sahutnya. „Sungguh menyedihkan untuk
menyebutnya, musuh yang al u hadapi itu justeru bukan musuh
yang merupakan pasukan tentara yang resmi atau teratur,
hanya segerombolan tentara rakyat yang muncul dan
selamanya tidak ketentuan. Setiap malam asal jagat sudah
gelap lantas mereka datang menyerang dari delapan penjuru
dan sele-kasnya sang fajar tiba, lantas mereka menghilang
tidak keruan paran. Jadi sebenarnya kita belum pernah
berperang benar-benar tetapi tentara kita berkurang terus
dengan sendirinya …”
,.Ciangkun.” kata Mo Lek, ,.kalau begitu kau seharusnya
merasa girang !
Liap Hong heran.
„Apakah katamu ?”
„Dengan kekalahan ini Ciangkun, kau harusnya mengerti
bahwa tentara yang kuat saja belum dapat diandalkan, yang
paling penting ialah kita mendapatkan hatinya rak yat jelata !
Pepatah tua pun membilangi : Saga menurut rakyat, dia
makmur, siapa me nentang rakyat dia tupas. Jikalau Ciangkun
menginsyafi “itu maka bencana akan berubah men adi
kebahagiaan, dan itu terjadinya cuma dalam sekejap !
Semangat rakyat terbangun berarti pengaruh bahwa Ouw

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

runtuh! Ciangkun, jikalau Ciangkun dapat mengambil keputusan


tegas maka dilain tahun, di-saat negara kita bangkit lagi. dapat
Ciangkun memegang kekal kedudukan Ciangkun l Nah
Ciangkun bukankah ini hal yang menggirangkan, yang harus
mendapat pemberian selamat ?”
Hup Hong tunduk. Ia berpikir. Perlahan-lahan baru ia
mengangkat kepalanya, „Mo Lek sekarang ini belum tiba wak
tunya.” kata ia „Buat sementara baik kita jangan bicarakan soal
ini Sekarang hendak aku menanyakan dahulu urusanmu sendiri.
Apakah kau sudah bertemu degan Louw-sie?
Sianak muda mengangguk” , Pada pertama kali aku datang
aku ber temu dengannya satu kali, sahutnya. „Apakah kata
dia.” „Seperti apa yang kau katakan: la tidak mau berlalu dari
sini.”
Sebenarnya Mo Lek mau menuturkan semua keterangannya
Lonw-sie, tetap, setelah berpikir sejenak ia merobah niatnya
itu. Liap Hong menatap wajah sianak muda. „Saudara Tiat,
kaulah seoraag gagah,” katanya. .,Aku bersykur yang kau serta
Toan tayhiap memandangku sebagai sahabat kamu Kau tahu
biar bagaimana; juga tidak dapat aku membuat kau mendapat
susah, Sebenarnya selama aku tidak ada diru-mah, keadaan
masih terlebih baik, tetapi sepulangnya aku, suasana lantai jadi
ber-obah ! Inilah soal yang membuatku berkua tir.
Mo Lek dapat menduga tetapi ia berlagak pilo i,
.-Aku tidak mengerti. Ciangkun ” kata nya. .Kalau Ciangkun
percaya aku, aku minta kau sudi memberikan penjelasan.’
,,Selama aku tidak ada dirumah. orang luar tidak nanti
datang kemari’ kata sipanglima perang atau tuan rumah „akan
tetapi selakasnya aku pulang, pastilah rekan rekan ku bakal
datang berkunjung kemari, untuk menjenguk aku buat
menanyakan urusan urusan digaris depan. Inilah bahayanya
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

siapa dapat pastikan kalau lama lama rahasia mu tidak akan


terbuka ? Inilah yang mem buat aku berkuatir, Saudara Tiat’
kau sudah bertemu dengan orang yang kau hendak ke temukan
tapi sekarang kau masih berdiam didalam kota Tiang-an ini kau
masih mempunyai urusan apakah ?
Kata Mo Lek didalam hatinya ,Kalau begitu dia kuatir aku
nanti merembet rembet padanya . . . *’ Ia menjadi sedikit
kurang senang. Akan tetapi lekas pula ia mengerti Liap Hoig
berkata demikian terutama untuk kebaikkannya sendiri. Maka ia
berkata ‘Kalau demikian kesulitan mu, Cangkoan baiklah besok
aku akan berpamitan dari kau.”
Mereka baru bicara sampai disitu, atau dari bawah lauwteng
sudah terdengar suara nyr si kua.-a rumah- ,.Sie Ciingkun
mengun a-ing Ciangkun dan Ong Siangkong berdua” Liap Hong
terkejut.
,,Sie Sion mau bertemu dengan kau tidak dapat kau tidak
menemukannya, katanya perlahan. ..Kalau kau menampik,
kecurigaannya bisa timbul, karenanya. Maka, baiklan kau
menenangkan dirimu, mari aku temani kau pergi kepadanya!
Mau atau tidak Mo Lek menurut. Rumah kedua keluarga
menempel satu dengan lain. maka itu Liap Hong mengajak si
anak muda melintasi pintu samping hingga dilain saat mereka
sudah berada diruang tengah dari gedungnya Sie Siong dan
pang-lima she Su itu terlihat lagi duduk me-nantik m,dengan
dia didhm’pingi Hong Sian. Begitu sianak muda, Sie Ciangkun
lantas berbangkit bangun sembari tertawa lebar, ia berita
nyaring. ,Ong Siauw He, aku mempunyai mata tetapi aku tidak
me-ngenali seorang gagah sungguh aku malu ! Lantas ia
menepuk nepuk pundaknya Liap Hong sambil menambahkan;
„Matamulah yang lebih tajam, maka juga kau dapat melibat
seorang luar biasa hingga kau berhasil melindungi jiwanya !”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Dua-dua Mo Lek dan Liap Hong heran hingga timbul curiga


mereka. Heran sebab Sie Siong girang luar biasa Adakah
sesuatu yang dikandung didalam hatinya panglima perang ini !
Habis menyambut itu. Sie Siong mern-persilahkan kedua
tetamunya berduduk sedangkan budak perempuan lantas
diperintah menyuguhkan air teh.
„Ong Siauw Hek, kemudian tuan rumah bertanya dari siapa
kau pelajari ilmu pedangmu !”
“Dari seorang guru silat didesaku !” Sahut” Mo Lek. ,.Dia
berkata aku berbakat, maka dia mengajari sungguh sungguh.
.,Jikalau begitu, garu itu pastilah seorang lihay yang lagi
menyembunyikan diri kata Sie Siong pula.
„Aneh’” kata Liap Hong. ,.kau baru saja pulang bagaimana
kau ketahui ilmu pedang Ong Siauw Hek liehay ?” Sie Siong
tertawa.
Apakah puterimu belum menceriterakan nya kepadamu ?*’
dia balik bertanva. ,Selama hari hari yang palmg belakang ini,
setiap hari Ong Siauw Hek memberi petuniuk ilmu pedang
kepada anak-anak kita itu, nona In Nio dan Hong Sian memuji
dia. tanpa menyaksikan sendiri lagi, aku percaya dia benar lihay
!‘
Mo Lek berpikir. ,.Kalau begitu inilah biasanya Hong Sian
entah dia bakal mendatangkan kesulitan apa kepadaku ….
Hong Sian tidak tahu apa yang paman Ong pikir, dia tertawa
dengan gembira, dia berkata. „Paman Hong kau baik jangan
pergi kekampung halamanmu ! Akan aku minta ayahku
memberi kau satu pangkat supaya kau bisa tinggal tetap disini
untuk mej jadi kawan kami !”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

,,Piauwtee” kata sie Siong pada Liap-Hong. siadik misan aku


mengundang kau, justeru buat urusan ini, Ong Siauw Hek men
jadi seorang sesama kampung kita ia juga pandai silat aku ingin
mengangkat padanya dengan menjadikan pemimpin barisan
pengiringku. Apa kau rela melepaskan ia untukku?”.
“Ong Siauw Hek mendapat pertolongan kau itulah
keberuntungannya,” sahut Liap-Hong yang terus berpaling
kepada si anak muda untuk menanya: „Ong Siauw Hek
bagaimana pikirannya?”
Panglima she Liap ini menduga Mo-Lek bakal menampik,
tidak tahunya jawaban sianak muda mengherankan padanya.
Mo Lek menjawab dengan cepat: ..Sungguh aku bergirang dan
bersyukur yang aku ditolong Ciangkoan untuk itu, minta pun
aku tidak dapat !”
Mo Lek tidak beiniat lantas meninggal kan kotaTiang-an
walaupun ia tahu keselamatannya tidak terjamin justeru karena
itu, ia ingin mencari satu tempat yang aman, dimana ia dapat
memernahkan diri. Rumah nya Liap Hong bukanlah tempat
yaug aman itu. Maka kebetulan sekali tawarannya Sie-Siong ini.
la sudah lantas berpikir. „Dengan menjadi orangnya Sie Siong
aku dapat lebih banyak kesempatan untuk bertemu dengan
Souw sie, Jikalau toh rahasiaku terbuka, masih ada tempo buat
aku menymg kir. Mana dapat Sie Siong merintangi aku?”
Maka dengan lantas ia menerima tawaran itu. Dirumah Sie
Siong ini, kalau perlu, dapat ia mengamuk. Tidak demikian
dirumahnya Liap Hong.
Meski ia menerima oaik tawaran itu’ Mo Lek tidak
menghaturkan terima kasih sambil ia menekuk lutut, melihat
kelakuan orang itu Sie Siong tidak menjadi kurang senang,
hanya ia kata didalam hatinya: ,.Da sar anak desa dia tiduk
tahu aturan sopan santun. Tapi ini menunjuki kepolosan’ Biar

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

lah perlahan-lahan *aja akan altu ajari dia adat kehormatan …”


Maka ia kata: „Telah aku suruh koankee menyiapkan kamar
untukmu. Benar kedua rumah kami menempel satu dengan
lain, tetapi karena kau menyadi kepala barisan peniringku lebih
le luasa buat kau tinggal digedungku ini. Ten tang barang
barangmu nanti aku suruh o-rang mengambil dan membawa
kemari kau jadi tidak usah pulang lagi. Eh, apakah kau belum
pernah bertemu dengan hujin.?”
Mo Lek melengak. Tak tahu ia maksud orang. Tapi ia tahu
dengan, ,,hujin” di maksudkan Nyonya Sie Lekas lekas ia
menjawab: Aku tinggal digedungnya Liap Ciang kun tanpi
urusan tidak berani aku datang kemari. Aku belum pernah
menghadap hujin.
Berkata Sie Siong: ..Selanjutnya kau menjadi pengiring
pribadi dari aku merang kap cmteng kau jadi seperti orang
sendiri maka itu kau harus menemui hujin.
Lantas panglima ini menyuruh seorang budak perempuan
menunggang isterinya.
Tidak lama datanglah seorang nyonya yang dandanannya
mentereng yang usianya sepadan dengan usia Sie Siong
sedangkan romannya a^ung. Teranglan dia dari keluar ga
terhormat. Kata Mo Lek didalain hati. ,Sie Siong jahat tetapi dia
mempunyai isteri begini agung sungguh dia beruntung Lantas
ia menghampirkan nyonya besar itu untuk memberi hormat.
Nyonya Sie sudah mendipat tahu inilah pemuda yang
menjadi pengiring pribadi suaminya merangkap cinteng,
melihat roman orang, jam-jam ia memuji. Ia kata di dalam
hatinya: „Kali ini dia tidak keliru memilih orang” Kemudian
sembari tertawa ia kata pada suaminya: „Kalau bukan kau
mengatakan dari tiang siang aku mau menyangka dialah
puteranya seorang panglima perang ! ‘

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Sie Siong percaya Liap Hong. ia tetap menganggap Mo Lek


anak desa Ia girang mendengar pujian «terinya. Kata ia sambil
tertawa pada isterinya itu: „Seorang panglima atau perdana
menteri, dia bukan mesti nya berketurunan saja, Seorang laki-
laki se jati dia mesti maju sendiri ! Leluhurku juga tidak pernah
memangku pangkat, toh aku telah menjadi seorang panglima
perang besar bukan ? Ong Sauw Hek kau bekerjalah baik-baik
aku jamin kau nanti memperoleh hari depan dari baju sulam
kebesaran !”
Mo Lek mengucap terima kasih lagi ka li ini sambil menjura,
Sie Siong tertawa pula kata ia pada is terinya. ,Hujin kau
telah memuji romannya Ong Siauw Hek ini hal itu sebenarnya
aneh Kau tahu ketika pertama kali aku melihat dia aku merasa
bahwa dahulunya pernah aku melihat orang yang mirip
dengannya. Ketika itu aku sudah lantas merasa sedikit suka
padanya. Itulah sebabnya waktu Liap-Hong meminta
kebebasan dirinya. aku-lantas memberikan persetujuanku l”
Mendengar kata rekannya itu hati Liap Hong berdebar, maka
ia lekas berkata: ,,Dia lah orang sesama kampung kita mungkin
se kali diwaktu dia masih sangat kecil pernah kau lihat dia,
hanya kau telah melupakannya.”
Sie Siong tertawa.
„Mungkin benar begitu!” katanya. “Ini rupanya yang disebut
jodoh!”
Mendengar pembicaraan dengan orang itu hati Mo Lek lega.
Pada sepuluh tahun yang lampau dia pernah menempur Sie
Siong di kota Tiangan ini benar ketika itu keadaan sedang
kacaur tetapi pertempuran dua-tiga jurui dapat membuat orang
mengenali «atu pada lain. Maka syukur sekarang kekuatiran
nya itu lenyap.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Ketika itu seorang budak perempuan mengabarkan


kedatangannya tetamu,, yaitu Nyonya Giam. Atas itu. Sie Siong
kata pada isterinya: „Tetamumu datang! Suaminya itu sedang
sangat disayangi Seri Baginda bagus sekali kau bersahabat
dengannya !”
Melihat nyonya itu kedatangan tatamu Mo Lek lantas
memohon diri.
„Paman Ong, mari kita pergi kekamar mu!” kata Hong Sian.
Mo Lek menurut, maka ia mengundurkan diri. Kuasa rumah
turut bersama untuk dia yang mengantarkan. Dilorong seorang
budak perempuan datang menghampirkan aan kata pada Hong
Sian: „Nona Louw Mama memanggil kau. katanya sekarang ini
saatnya kau bersekolah !’*
„Nona itu mengulur lidahnya,
„Oh sungguh keras aturanya!” katanya Tapi ia terus kata
pada Mo Lek- ,Paman Ong. besok saja aku menemui kau lagi!”
Mo Lek mengangguk. Ia melihat nona itu menghilang dipintu
model rembulan di sebelah kiri. Diam diam ia perhatikan
keletakan pintu dan tempat itu.
Sikuasa rumah tahu tetamunya dihargai majikannya ia
berlaku manis dan telaten maka suka ia bicara banyak.
Diantaranya ia memberitahukan bahwa nyonya tetamu tadi
yaitu Giam Hu jin, atau Nyonya Giam menjadi isterinya Giam
Cong, yang menjadi menteri besarnya An Lok San.
Pangkatnya yaitu “Thaycu Siauwsu” atau guru putera
mahkota.
Mo Lek mengangguk-angguk, ia -tidak, terlalu
memperhatikannya. Ia telah menduga, karena ia baru bekerja
dan Sie Siong-pun baru pulang, ia bakal dijamu, akan tetapi

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dugaannya itu meleset. Sie Siong cuma memesan koankee


untuk melayani ia baik-baik seraya ia diajak mengitari seluruh
gedung, supaya ia tahu keletakannya gedung itu, terutama
semua pintunya. Sebagai centeng, ia mesti mengenal jalan,
supaya setiap waktu, apa pula diwaktu malam, ia afal betul Ia
hanya heran, selama berputaran itu. tak pernah ia melihat
Louw-sie. Ia pun tak menemui lagi Sie Siong, »i-majikan
panglima perang itu. _
Malam itu koankee menyediakan barang makanan buat Mo
Lek sendiri sembari ia memberitahukan bahwa sebenarnya Sie
Siong mau menjamunya tetapi batal karena sejak datangnya
Giam Hujin majikan itu suami isteri terus menemani tetamu
agungnya itu, bahwa beberapa tetamu yang datang
berkunjung, semua ditampik Sie Siong: Menurut kuasa ini,
agaknya Sie Siong tidak puas- Diwaktu bersantap malam, Giam
Hujin ditemani cuma Sie Siong dan isteri sampaipun Hong Sian
dilarang masuk entah apa sebabnya.
Mo Lek heran, tak dapat ia menerka. Meskipun mereka
bersahabat erittak mestinya Sie Siong, seorang pria. turut
istermya terus menerus menemani tetamu manitanya itu.
Habis bersantap malam, Mo Lek beristirahat. Kira jam tua, ia
menyalin pakaian malam…..ya-heng-ie… hitam, secara diam-
diam ia keluar dari kamarnya. Ia sudah kenal rumah itu baik
sekali ia dapat pergi kemana ia suka. Sebagai cinteng itulah
tugasnya untuk merondai segala bagian dari gedung.’ Hanya
tidak lama, ia sudah berhasil mencari kamarnya Louw sie.
Aneh, diwaktu malam seperti itu, kamar Louw-sie masih
terang sekali, bahkan terlihat bayangan dua orang wanita serta
terdengar suaranya sangat perlahan.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Kamar Louw-sie mempunyai jendela yang madap kesebuah


pekarangan dimtna ada tumbuh sebaah pohon bwee yang su-
daa tua. Inilah kebetulan untuk Mo-Lek.
Dengan satu kali saja menjejak tanah, ia sudah dapat naik
keatas pohon itu, untuk memernahkan diri bagian cabang dari
mana ia bisa mengintai kedalam kamar. Maka ia bisa melihat,
dua bayangan itu ialah bayangannya Louw sie bersama Sie
hujin. Ia jadi semakin heran.
Setera terdengar Nyonya Sie: ,Dulu-dulu setiap kali aku
memberi nasehat padanya dia selamanya meno’ak denran
mengatakan: ,Kamu orang perempuan, kamu mana tahu
urusan negara. ,,kali ini aku bicara dengannya, dia belum
menyatakan setuju, dia tidak lagi mengatai aku.”
,,Itulah sebabnya maka ia berduka. Di-antara rekan-
rekannya ada beberapa orang yang berdengki terhadapnya,
sekarang ia kalah perang ia kuatir mereka itu nanti mercslakai
padanya. Sekarang ada ketikanya buat selagi orang
kecemplung disumur lalu menimpahnya dengan batu. …”
; Encie,” kata Louw-sie pula: ,,Aku tinggal dirumahmu ini
buat banyak tahun aku berterima kasih untuk kebaikan kau,
karena itu diaaat genting seperti se-karang ini, tidak dapat alu
tidak bicara terus teran r padamu Encie, aku minta supaya kau
lekas m ngambil ke:etapan hati, supaya kau dapat membujuki
Sis Ciangkun insaf dan nierobah sepak terjangnya, kalau tidak»
apa bila tiba saatnya nama rusak dan tubuh terbinasa,
menyesal pun sudah terlambat! ‘
,.Adik, selama sekian banyak tahun aku menerima
pengajaranmu aku telah mengarti apa yang dinamakan
keharusan besar,” kata Sie Hujin. „laruhk&ta aku tidak
memperdulikan tubuh atau jiwaraga kita, aku pun tidak ingin
dia merendahkan diri mengikut pemberontak, hingga kita bakal

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dicuci habis orang banak. Cuma sayangnya dia berhati kecil, dia
terus terbenam dalam keragu-raguan banyak yang dia takuti.
Dia tidak suka mendengar nasehat, habis bagaimana ? ‘
Louw-sie berdiam sejenak, lalu dia menanya: ,,Itulah surat
pengumuman, kau sudah baca atau belum ?” Ia menyerahkan
sehelai kertas.
Sie Hujin menyambuti, ia terus membaca perlahan: „Siapa
mau berbalik dan kembali, dan menantang pemberontak, dia
bakal diberi ganjaran menurut besai dan kejilnya jasanya,
sampaipun dianugerahkan gelaran dan dihadiahkan tanah …
Ah, adik dari manakah kau dapatkan pengumuman ini ?
Dapatkah bunyinya ini di percaya?” |
..Buac bicara terus terang,’ sahut Louw-sie. „aku dapatkan
ini dari putrinya Ong-Pek Thong. Dialah seorang nona gagah
yang biasa mengembara. Baru baru ini dia pergi ketanah Jiok
Barat sepulangnya, dia memba-wa pengumuman ini. Dia juga
tengah rnern-bujuki ayahnya, untuk mero.bah kelakuan-Pen-
umuman ini dm salin diberikan kepadaku, maksudnya aku
perlihatkan kepada kau. Nona itu kata inilah pengumuman dari
putera mahkota, Kerajaan Tong yang merangkap menjadi
kepala perang. Putera mahkota itu, pada bulan yang lalu, sudah
menobatkan diri menjadi raja. Dia ingin lekas-lekas
mendapatkan pulang kedua kotaraja. maka dia tidak
menyayangi ganjaran mengundang orang datang menyeiah
kepadanya.
Menurut sinona, sayang kalau orang semacam Sie Ciangkun
tersesat terus, bahwa kalau Sie Ciangkun suka kembali kesana,
sedikitnya dia dapat menjadi Ciat touw-su. Menurut aku, kata-
kata Nona Ong itu dapat di percaya.”
Mo Lek pernah membaca pengumuman itu maka ia kata
didalam hatinya : , Dasar Louw-sie cerdas dia dapat bicara, dia
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dapat menyadarkan Sie Hujin. Aku sendiri, di-waktu aku


membujuki Liap Hong, aku lupa menyebut-nyebut tentang
pengumuman ini. .Syukur Liap Hong Siong yang bandel ada
kemungkinan aku bisa kehilangan nyawaku.”
„Baiklah,” kata Sie Hujin kemudian. „Pengumuman ini kau
serahkan padaku, nanti selagi aku menasihati dia, akan aku beri
lihat padanya. Sekarang aku mau mengambil keputusan anda
kata dia tetap ber-kukuh, biar, akan adu jiwaku ini!”
„Jikalau kau dapat berbuat begitu, itulah keberuntungan
negara, itulah juga ke bahagiaan Keluarga Sie!” kata Louw-sie.
Tiba-tiba Sie Hujin menghela napas.
„Encie,” katanya. „Selama ini aku me-nyianyiakan kau aku
membuat kau penasaran dan menderita sebab puterimu sendiri
sampai tidak mengakui kau sebagai ibu kandungnya…
Sebaliknya, kau mesti menjadi hanya seorang- babu susu…
Kalau aku ingat aku malu sekali.
„Sebaliknya aku berterima kasih kepada kau,” kata Louw-sie.
„Akulah seorang sisa mati, tetapi selama banyak tahun ini aku
telah menerima budi kau, hingga kami ibu dan anak dapat
hidup terus. Buatku aku tidak peduli aku jadi babu susu. Bicara
sebenarnya akn sangat bersyukur kepada kau, encie!”
„Jikalau aku berhasil.” Sie Hujin berjanji „nanti aku
membeber rahasia kepada Hcng Sian supaya dia ketahui
tentang dirinya yang sebenarnya, aku sendiri sudah puas aku
asal Hong Sian mau mengakui aku sebagai ibu angkatnya Aku
percaya, sampai itu, waktu, tidak nanti suamiku mengganggu
pula padamu. Suamiku itu memang bertabiat Keras dan kasar,
tetapi dia benar-benar menyayangi anak itu Itulah sebabnya
kenapa dia mengeluarkan laiangan keras siapa membuka
rahasia dia ancam dengan hukuman rangket sampai mati!”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Louw-sie bersenyum sedih.


„Tentang ini, baiklah kita bicarakan dibelakang hari saja,”
katanya.
Tepat itu waktu, diundakan tangga terdengar tindakan kaki
orang
Sie Hujin tertawa perlahan kitanya. ,,Kembali ada orang yang
mau memohon pengajaran dari kau» Perlu aku menyingkir
supaya kamu dapat bicara dengan leluasa.”
Louw-sie mengangguk.
„Baiklah.’ sahutnya Lantas ia membuka lemari pakaian
disisinya maka terbuka lah sebuah pintu rahasia. Lesitu Sie
Hujin masuk dan menghilang. Disaat Louw-sie habis menutup
pintu lemari, ia mendengpr ke tukan pada pintu kamarnya.
Orang yang mengetuk, pintu itu seorang nyonya dengan
dandanan mentereng Dia mengetuk pintu sambil mengasi
dengar suaranya. ; Louw Hujin, apakah kau belum ti-dua? Aku
datang untuk mengganggu pula padamu.’”
Panggilan ,Louw Hujin” itu menyatakan bahwa nyonya ini
telah ketahui siapa nyonya janda Su It Jie itu.
Louw sie lantai membuka pintu menyambut tetamunya itu
sembari tertawa ia kata: ;,Giam Hujin kau telah merendahkan
diri datang kekamarku mi, sungguh aku tidak sanggup
menerimanya!”
Mo Le-k tercengang. Kata ia di dalam hati: , Kiranya dia
isterinya Giam Chong si menteri besar dari An Lok San ! kenapa
Louw-sie kenal baik nyonya besar ini!
Nyonya Giam itu sudah lantas berkata: „Encie kata-katamu
ini seperti juga kau mencaci aku. Bukankah suami kita sama-
sama menjadi lulusan cinsu, Malah bicara dari hal pangkat
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

dahulu hari itu, maka looya kami terhitung sebawahan


suamimu!
„Itulah uurusan dahuluhari,” berkata Louw sie. „Dahiiluhari
itu, Giam Tayjin cuma menjadi seorang cinsu dari Kerajaan
Tong £kaa tetapf sekarang ialah menteri besar Kerajaan Yan!”
Matanya Nyonya Giam itu menjadi merah.
„Encie,” berkata Giam Huiin, yang lantas memberitahukan
maksnd kedatangannya, „kaulah Cukat Liang perempuan, maka
itu, iekarang aku datang padamu. Encie, aku ingin minta
pengajaran dari kau aku minta janganlah kau menyindir pula
padaku’”
,,Oleh karena kau datang sebagai saudara maafkan aku.”
kata Louw-sie. , Baiklah akupun memanggil encie kepadamu.
Enc;e, suamimu didalam istana raempero’eh kedudukan
tingga.” apakah yang menjadi kesulitanmu?”
„Duduknya hal begini” sahut Giam Hujin: , Selama ini
nampak Seri Baginda hari lewat hari makin tidak senang
terhadap putera mahkota, tabiatnya makin lama makin menjadi
aseran. Biarlah aku bicara terus-terang kepada ercie: „Suamiku
menjadi menteri beser, tetapi dia sering dirang-ket oleh Seri
Baginda sedangkan putera mahkota tidak menjadi kecuali,
setiap tiga atau lima hari, dia suka dirangket juga. Sekarang ini
Baginda paling menyerang selir Tong hui. Toan-hui telah
melahirkan seorang putera yang diberi nama Keng In.
Kelihatannya Seri Baginda telah memikir memecat putera
mahkota, untuk digantinya oleh Keng In.
Inilah kesulitanku itu. Tidak apa yang Suamiku dan putera
mahkota terhina, tetapi yang dikuatirkan ialah jiwa mereka
nanti terancam bahaya …”

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Louw-sie berdiam. Selang sekian lama, ia menarik napas


dalam-dalam.
,,Soal memecat dan mengangkat putera mahkota, didalam
kitab-kitab hikayat banyak termuat,” berkata ia kemudian.
,,Dari jaman dahulu kalau orang putera mahkota dipecat dan
lalu diangkat gantinya, maka putera mahkota yang dipecat itu,
ada berapakah yang masih dapat hidup lebih lama pula ? Ya,
soal ini memang saat untuk suamimu.”
Giam Hujin kaget mendengar kata-kata itu, ia menjadi
bingung.
„Encie,” katanya, „kalau begitu, bagaimanakah
pengajaranmu untukku ?”
„Soal semacam ini harus dipikirkan de ngan seksama,” sahut
Louw-sie. „Soal ini meminta tempo yang lama. Jalan ada tetapi
aku tidak tahu kau berani menjalankannya atau tidak . .
„Tolong kau sebutkan encie, akan aku pikir-pikir,” kata Giam
Hujin.
Louw-sie lantas membisiki nyonya agung itu.
Mo Lek tidak mendengar apa-apa ia cuma bisa melihat gerak
gerik dua orang itu, terutama Giam Hujin yang lantas berkerut
alisnya sedangkan wajahnya berobah menjadi sungguh-
sungguh. Nampak nyonya ini berkuatir.
„Ya, benar encie, soal ini memang benar harus dipikirkan
dengan seksama.” kata nya kemudian. Ia menghela napas
untuk melegakan hatinya -yang pepat. ,,Baik encie, malam ini
aku akan berdiam bersama kau disini.”
Melihat sampai disitu Mo Lek kata di dalam hatinya :
„Rupanya Louw-sie suka berdiam didalam guha harimau ini
karena ia telah mempunyakan rencana. Baiklah, tak usah aku

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

bicara lagi padanya, aku menanti saja peristiwa yang ia


sebutkan itu . . .
Maka ia lantas berlalu untuk menjalan kan tugasnya. Ketika
besoknya pagi ia men dusin, sikoankee datang membawakan ia
se perangkat pakaian seragam sambil dia berkala : „Ong Co-
leng, silahkan kau salin pakaian sekarang juga kau haru
menghadap kepada Ciangkun.”
Mo Lek heran.
„Memang aku menjadi pemimpin barisan pengawalnya,
tetapi aku bukan berkewajiban turut pergi berperang, aku cuma
bertugas didalam gedung buat apa aku pakaian resmi ini ?”
demikian pikirnya. Tapi ia menurut. Ia dandan dengan cepat
dan lantas pergi keluar.
Sie Siong berada diruang depan lagi jalan mundar mandir
sambil menggendong tangan, begitu ia melihat si-co-leng,
pemimpin barisan pengawalnya itu, ia menegur terlebih dahulu
: „Apakah kau sudah sarap an pagi ?”
Kembali si anak muda menjadi heran.
„Belum.” sahutnya dengan sebenarnya.
Sie Siong mengerutkan alis. Tapi ia lantas perintah koan-
keenya : „Pergi kau mengambil beberapa potong kuwe ‘ Ong
Laote kau dahar sembari jalan saja karena sekarang ini
waktunya sudah tidak ada !”
Kembali Mo Lek heran.
„Ciangkun hendak pergi kemana ?” tanya ia. „Apakah
Ciangkun menghendaki aku turut Ciangkun ?”
„Benar !” jawab jenderal itu. „Hari ini Seri Baginda
mengadakan pesta dipesanggrahan di gunung Lee San, pesta
itu akan diramaikan dengan pelbagai macam tetanggapan.
http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Pesta sengaja diadakan untuk menyambut utusan pelbagai


negara asing yang datang memberi selamat. Semua menteri di
dalam istana, sipil dan militer mesti pergi menghadiri pesta itu.
Seri Baginda ketahui aku sudah pulang, aku diwajibkan hadir
juga, untuk membantu meramaikan katanya. Ong Siauw Hek,
kau menjadi pahlawanku, kau jadi dapat sekalian membuka
matamu.”
Mo Lek heran, hatinya pun berdebaran Itu artinya ia mesti
muncul dimuka umum. Ia juga mengherani jenderalnya ini.
Raja mengadakan pesta, panglimanya diundang secara
istimewa. Itulah satu kehormatan besar bagi seorang menteri,
sudah selayaknya si menteri …. atau jenderal bersuka-ria.
Kenapa Sie Siong justru berduka ? Tidak lain tidak bukan, Sie
Siong malu sendirinya. Ia telah kalah perang. Kalau ia muncul
didepan banyak orang, ia kuatir nanti ada yang menyindir
kepadanya. Ia mengajak Mo Lek untuk sekalian berjaga-jaga
buat sesuatu kejadian diluar sangkanya.
„Bagaimana kalau ada orang yang mengenali aku’ pikir Mo
Lek dalam kagetnya itu. Simajikan cuma berduka, tetapi ia
berkuatir. „Bagaimana sekarang ?” Ia ingat didalam pesta itu,
tentunya Yang Bok Lauw hadir bersama Yang …Bok Lauw toh
menjadi Taylwee Congkoan, kepala rumah tangga ra ja. Hal ini
menarik juga hatinya. Ia tidak takut Yang Bok Lauw nanti
mengenalinya Ketika Yang Bok Lauw membunuh ayahnya ia
masih kecil sekali. Ia sendiri tidak pernah lihat musuh besar itu,
sekarang ketika nya untuk mengenal si musuh. Ia pula pikir
pasti menarik hati menyaksikan „kawanan hantu” berpesta pora
….
Maka akhirnya, ia turut Sie Siong tanpa banyak bicara.
Dengan cepat, ia makan kuwenya.

http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/

Liap Hong juga menerima undangan An Lok San untuk


menghadiri pesta. Maka ia terkejut ketika ia melihat Mo Lek
mendampingi Sie Siong. Sendirinya ia menjadi berkuatir.
Dari dalam kota pergi kegunung Lee San perjalanannya jauh
kira tigapuluh lie. Disepanjang jalan, kuda dan kereta berle-rot
panjang tak putusnya Semua mereka itu ialah menteri-menteri,
atau pembesar-pembesar berpangkat tinggi, sipil dan militer.
Selagi mendaki gunung Lee San, Mo Lek mesti melintasi
bekas vila An Lok San vila yang lama itu. Maka teringatlah ia
akan peristiwa kematian yang menyedihkan dari Su It Jie
dahulu hari. Disitulah ia bersama Toan Kui Ciang dan Lam Cie
In melakukan pertempuran mati dan hidup. Ketika itu pula, Sie
Siong telah menjadi salah satu musuh besarnya. Sekarang ia
datang pula ke tempat yang lama ini, dan justru sebagai
pahlawan si orang she Sie. Maka di dalam hatinya, timbullah
macam-macam pikiran….
Begitu mulai memasuki istana, terdengarlah pula suara yang
ramai, suasana yang berbau macam kerajaan. Didalam hati nya
Mo Lek merasa geli. Tidakkah itu lucu ? Pikirnya : „An Lok San
asal buaya darat, tentulah para menteri dan jenderalnya
sebangsa dia juga’
Pesta raja dilangsungkan didalam taman raja
dipesanggrahan Heng Kiong. Disana sudah berkumpul banyak
sekali orang. Para pelayan mundar mandir membawa barang.
hidangan dan arak.
TAMAT

http://ebook-dewikz.com/

You might also like