You are on page 1of 13
BAB SEJARAH MELAYU PRA- KOLONIAL DI RIAU Kompetensi Dagar: 6.1 Memahami Sejarah Melayu Pra-Kolonial, perjuangan masa revolusi kemerdekaan Ri dan tokoh-tokohnya, pasca-Kolonial. 62. Menyajikan Sejarah Melayu Pra-Kolonial, Islam dan Era Kolonial, perjuangan masa revolusi kemerdekaan Ri dan tokoh-tokohnya, pasca-Kolonial. @ Sejarah Melayu Pra-Kolonial di Riau 1. Sejarah Awal Sejarah mencatat, para cendekiawan India telah menulis tentang Dwipantara atay Kerajaan Hindu Jawa Dwipa di Pulau Jawa dan Sumatra sekitar abad 200 SM. Bukt sik awal yang menyebutkan mengenai adanya dua kerajaan bercorak Hinduisme pada abad ke-5, yaitu Kerajaan Tarumanagara yang menguasai Jawa Barat dan Kerajaan Kutai di pesisir Sungai Mahakam, Kalimantan. Pada tahun 425 agama Buddha telah mencapai wilayah tersebut. Di saat Eropa memasuki masa Renaisans, Nusantara telah mempunyai warisan peradaban berusia ribuan tahun dengan dua kerajaan besar yaitu Sriwijaya di Sumatra dan Majapahit di Jawa, ditambah dengan puluhan kerajaan kecil yang seringkali menjadi vazal tetangganya yang lebih kuat atau saling terhubung dalam semacam ikatan perdagangan (seperti di Maluku). 2. Hindu-Buddha Pada abad ke-4 hingga abad ke-7 di wilayah Jawa Barat terdapat kerajaan bercorak Hindu-Buddha yaitu Kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16, Pada masa abad Ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Srivijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I Ching mengunjungi ibu kotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Barat dan Semenanjung Melayu. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan dalam kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana. Setelah masa perkembangan Hindu-Buddha muncullah agama Islam. ’ Agama Islam Islam sebagai sebuah pemerintahan hadir di Indonesia sekitar abad ke-12, namun sebenarnya Islam sudah sudah masuk ke Indonesia pada abad 7 Masehi. Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat sejak abad 7. Menurut sumber-sumber Cina menjelang akhir perempatan ketiga abad ke-7, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab muslim di pesisir pantai Sumatra. Islam pun memberikan pengaruh kepada institusi politik yang ada. Hal ini nampak pada Tahun 100 H (718 M) Raja Sriwijaya Jambi yang bernama Srindravarman mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Kekhalifahan Bani Umayyah meminta dikirimkan da'i yang bisa menjelaskan Islam kepadanya. Surat itu berbunyi: “Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja, yang isterinya juga cucu seribu taja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja ESEIES Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas XI » Arab yang tidak menyekutukan tuh: kepada Anda hadiah, yang sebenar sekedar tanda persahabatan. Saya ingii sad dapat mengajarkan Islam ook ti i rcdlceaiae hukumnya”’ Dua tahun kemudian, yakni tahun kepada saya tentang hukum. semula Hindu, masuk Islam, Srivijaya Jambi pun di Sayang, pada tahun 730 M Sriwij Pun dikenal deng masih menganut Buddha, Islam semakin besar pengaruhnya hi 'ya hingga menjadi institusi poli Sam. Mislnya, sebuah kesltnan lam eras Kesttanan Feueot eevee ae la 1 Muharram 225 H atau 12 November 839 M. Contoh lain adalah Kerajaan Ternate, Islam masuk ke kerajaan di kepul ini ean Jt Maen Maluku ini tahun 1440 dengan rajanya beragama Islam Kesultanan Islam kemudian semakin menyebarkan ajaran-a ‘s ‘7 \-ajarannya ke penduduk den ela Zembauran, menggantikan Hindu sebagai kepercayaan utama ae akhir : ‘ a dan Sumatra. Hanya Bali yang tetap mempertahankan mayoritas Hindu. Di kepulauan-kepulauan di timur, rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam diketahui sudah aktif pada abad ke-16 dan 17, dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan tersebut. Penyebaran Islam dilakukan melalui hubungan perdagangan di luar Nusantara, hal ini, karena para penyebar dakwah atau mubaligh merupakan utusan dari pemerintahan Islam yang datang dari luar Indonesia, maka untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, para mubaligh ini bekerja melalui cara berdagang, para mubaligh ini pun menyebarkan slam kepada para pedagang dari penduduk asli, hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli Kerajaan-lah yang pertama mengadopsi agama baru tersebut. Kerajaan Islam penting termasuk di antaranya: Kerajaan Samudera Pasai, Kesultanan Banten yang menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara Eropa, Kerajaan Mataram, Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore di Maluku. (00 wna cara penyebaran agama Islam di Riau! Jelaskan bagaimai Kolonial @ Kerajaan-kerajaan Melayu Kuno Pra-! 1. Kerajaan Kritang 2 eae «al-bakal dari Kesultanan Indragiri yang berdiri sekitar ea Hae ae se cies (Raja Merlang). Kerajaan Kritang tahun 1298 dengan ssa cerajaan Kritang berpusat di Pekan Tua di his Rengat menjadi bagian datt > ilir dari Pesikaian-Cerenti sampai ke Kuala Indragiri dan i . Bee Sean geal Kecamalal Retch di Indragiri Hilir sekarang. me eB Kritang disebut sebagai daerah yang takluk kepada Dalam Negarakertagamnay ae jain beberapa kerajaan lain di Sumatra yang juga Majapahit bersama Kerajaan K tuk SMA/SMK/MA Kelas XI ies | Budaya Melayu Riau unt tunduk di bawah Majapahit. Menyebutkan Kritang bersama-sama dengan kerajaan jain yang mengandung pengertian bahwa Kritang bukan hanya sekedar kampung, tetap sudah merupakan suatu kerajaan cukup besar dan berarti bagi Majapahit yang demikian besar kekuasaannya, Mengenai masa hidup Kerajaan Kritang ini dapat diperkirakan semasa dengan Kerajaan Kuantan, Salah satu penyebab runtuhnya Kerajaan Kritang adalah meninggalnya Raja Merlang yang ditawan oleh Kerajaan Melaka. Ketika dalam penawanan, Raja Merlang dikawinkan dengan seorang puteri Sultan Mansyur Syah dan mempunyai keturunan. Dari rahim isterinya lahir seorang putera mahkota Kerajaan Kritang bernama Narasinga, Narasinga kelak akan memerintah kembali Kerajaan Kritang, karena sudah lama kerajaan ini seperti tidak bertuan. 2. Kerajaan Indragiri Kerajaan Indragiri adalah kerajaan Melayu yang mempunyai wilayah pemerintahan di antara Jami dan Kampar, meliputi daerah sepanjang aliran sungai Indragiri, Sungai Gangsal, dan Keritang. Kerajaan Indragiri didirikan pada tahun 1508 oleh Narasinga, anak Raja Merlang dari dari Kerajaan Kritang dengan putri Sultan Masyursyah (1459- 1477). Kritang adalah sebuah nama kerajaan yang sebelum keruntuhannya pernah memerintah di daerah Indragiri. Setelah memerintah, Narasinga —_Indragiri di Rengat-Riau, terkenal dengan nama Sultan Abdul Jalil Syah. Satine garane wae a Dalam sejarah Melayu nama Indragiri dapat dijumpai berkali-kali, di dalam salah satu versi Hikayat Hang Tuah terdapat keterangan tentang Indragiri. Ada juga yang mengatakan Indragiri berasal dari bahasa Sanskerta yaitu “Indra” yang berarti mahligai dan "Giri" yang berarti kedudukan yang tinggi atau negeri, sehingga kata indragiri diartikan sebagai Kerajaan Negeri Mahligai. Raja yang pertama adalah raja Kecik Mambang, memerintah 1298 — 1337, Pada tahun 1473, waktu Raja Narasinga II yang bergelar Paduka Maulana Sri Sultan Alauddin Iskandarsyah Johan Zirullah Fil Alam (Sultan Indragiri IV), beliau menetap di ibu kota kerajaan yang berlokasi di Pekan Tua sekarang. Pada tahun 1815, dibawah Sultan Ibrahim, ibu kota kerajaan dipindahkan ke Rengat. Dalam masa pemerintahan Sultan Ibrahim ini, Belanda mulai campur tangan terhadap kerajaan dengan mengangkat Sultan Muda yang berkedudukan di Peranap dengan batas wilayah ke Hilir sampai dengan batas Japura. 3. Kerajaan Kandis Kerajaan Kandis adalah kerajaan tertua yang berdiri di Sumatra, yang terletak di Koto Alang, masuk wilayah Lubuk Jambi,Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Diperkirakan berdiri pada tahun 1 SM. Nenek moyang Lubuk Jambi diyakini berasal dari keturunan waliyullah Raja Iskandar Zulkarnaen. Alexander The Great adalah julukan dari Zalgarnaen, “sang penakluk dari timur’. Tiga orang putra Iskandar Zulkarnaen yang bernama Maharaja Alif, Maharaja Depang dan Maharaja Diraja berpencar mencati daerah baru. Maharaja Alif ke Banda Ruhum, Maharaja Depang ke Bandar Cina dan Ea Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas XI Maharaja Diraja ke Pulau Emas (Su imatra). Ketika berl. Diraja dan rombongannya mendirikan sebuah peas i Kerajaan Kandis yang berlokasi di Bukit Bakar/Bukit Belay eae ene daerah yang hijau dan subur yang dikelilingi oleh aes east nee Maharaja Diraja, pendiri kerajaan ini, , i sea sta pa bent eran in sesampainys di Bat Baas membangun ig yang dinamakan dengan Istana Dhamna, P\ I Diraja bernama Darmaswara di Maharaj aetna Dir lengan gelar Mangkuto Maharaja Diraja (Putra Mahkota jaraja Diraja) dan gear lainnya adalah Datuk Rajo Tunggal (lebih akrab dipanggt Datuk Rajo Tunggal memiliki senjata kebesaran yaitu Keri berhulu kepala burung garuda yang sampai saat ini masih dipegang oleh Danial gelar Datuk Manghuto Maharajo Dirajo, Datuk Rajo Tunggal menikah dengan putri yang cantik jelita yang bernama Bunda Pertiwi, Bunda Pertiwi bersaudara dengan Bunda Darah Putih. Bunda Darah Putih yang tua dan Bunda Pertiwi yang bungsu. Setelah Maharaja Diraja waft, Datuk Rajo tunggal menjadi raja di Kerajaan Kandis. Bunda Darah Patih dipersunting oleh Datuk Bandaro Hitam. Lambang Kerajaan Kandis adalah sepasang bunga raya berwarna merah dan putih. buh di Pulau Emas, Maharaja Pada saat’Kerajaan Kandis mencapai puncak kejayaan, muncullah kelompok yang ingin melakukan perlawanan dan mendapat kekuasaan. Beberapa orang yang merasa memiliki kemampuan dan pengaruh besar, mulai ke luar dari Kerajaan Kandis dan pindah ke kawasan Bukit Selasih. Kemudian mereka mendirikan kerajaan baru dengan nama Kerajaan Kancil Putih yang berada di Botung. Raja dari Kerajaan Koto Alang adalah Aur Kuning. Selain dua kerajaan tersebut juga muncul kerajaan-kerajaan yang lain, Perang pun mulai bermunculan dan banyak kerajaan saling bermusuhan untuk memiliki wilayah yang lebih luas. Kerajaan Kandis sendiri memilih berperang melawan Kerajaan Koto Alang yang kemudian dimenangkan oleh Kerajaan Kandis. Tak seberapa lama Kerajaan Kandis diserang oleh Raja Sintong dari Cina. Kerajaan Kandis kalah, beberapa pembesar kerajaan tewas. Kemudian beberapa pembesar kerajaan yang selamat melarikan diri ke Bukit Bakar, Di sana melakukan rapat dan sepakat menyembunyikan Istana Dhamma, serta melakukan sumpah setia. Salah satunya dengan memindahkan pusat Kerajaan Kandis ke kawasan Dusun Tuo, Kawasan Dusun Tuo pada saat ini lebih dikenal dengan kawasan Teluk Kuantan, Selain Kerajaan Kancil Putih, muncul pula Kerajaan Koto Alang. Bukti-bukti peninggalan Kerajaan Kandis di antaranya adalah sebagai berikut. a, Ditemukannya peninggalan purbakala di area Kampung Betung, Lubuk Jambi yang dikenal sebagai area Padang Candi. Di sekitar area tersebut ditemukan dua lempeng emas yang beraksara Jawa Kuno dan berbahasa Sanskerta. b. Bekas penambangan emas yang disebut dengan tambang titah, artinya diadakan penambangan emas atas titah Raja Darmaswara. Lokasinya di kaki Bukit Bakar bagian timur yang lubang- Gambar 6.2 Lembaran emas temuan , ~ _ masyarakat di Padang Candi, jubang bekas penambangan telah ditumbuhi gener jou (otal Rn Pf Dn Sma MS kayu-kayuan, Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas XI AGB ee 1 | c Adanya tempat yang disebut Padang Candi di Dusun Botung (Desa Sangao) menandakan Kerajaan Koto Alang menganut agama Hindu. Pada tahun 195s 1 arca tersebut sampai sekarang tidak diketahui lagi da Pada tahun 2007 dilakukan penggalian oleh Badan Purbakala Batu Sangkar bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Propinsi Riau tanpa sepengatahuan Pemangka ‘Adat dan Pemerintah Daerah, Pada penggalian sebelumnya mereka menemukan mantra berbahasa sanskerta yang ditulis pada kepingan emas yang saat ini tidak diketahui keberadaannya. 4. Kerajaan Koto Alang Setelah berdiri Kerajaan Kandis, kemudian berdiri pula kerajaan Koto Alang di Botung (Desa Sangau sekarang) dengan Raja Aur Kuning sebagai rajanya. Dengan berdirinya kerajaan-kerajaan baru, maka mulailah terjadiperebutan wilayah kekuasaan yang akhirnya timbul peperangan antarkerajaan. Kerajaan Koto Alang memerangi Kerajaan Kancil Putih, setelah itu Kerajaan Kandis memerangi Kerajaan Koto Alang dan dikalahkan oleh Kandis. Kerajaan Koto Alang tidak mau diperintah oleh Kandis, sehingga Raja Aur Kuning pindah ke daerah Jambi, sedangkan Patih dan ‘Temenggung pindah ke Merapi. diserang oleh Raja Sintong dari Cina Belakang, dengan ekspedisinya dikenal dengan ekspedisi Sintong. Tempat berlabuhnya kapal Raja Sintong, dinamakan dengan Sintonga. Setelah mengalahkan Kandis, Raja Sintong beserta prajuritnya melanjutkan perjalanan ke Jambi. 5. Kerajaan Sriwijaya Sejarah Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan Buddha yang berdiri pada abad ke-7 dibuktikan dengan adanya prasasti Kedukan Bukit di Palembang (682). Sriwijaya menjadi salah satu kerajaan yang kuat di Pulau Sumatra. Nama Sriwijaya berasal dari Dahasa Sanskerta yaitu “Sri” yang artinya bercahaya dan “Wijaya” berarti kemenangan sehingga dapat diartikan dengan kemenangan yang bercahaya atau gemilang. Pada catatan perjalanan I-Tsing, pendeta Tiongkok yang pernah mengunjungi Sriwijaya pada tahun 671 selama 6 bulan menerangkan bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya berada pada kawasan Candi Muara Takus (Provinsi Riau sekarang). Kerajaan Sriwijaya dipimpin oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa sebagai raja pertama. a, Bukti-Bukti Sejarah Kerajaan Sriwijaya Nama Sriwijaya sudah terkenal dalam perdagangan internasional. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya berbagai sumber yang menerangkan mengenai keberadaan Kerajaan Sriwijaya, seperti di bawah ini, 1) Dari berita Arab diketahui bahwa pedagang Arab melakukan kegiatan perdagangan di Kerajaan Sriwijaya, bahkan di sekitar Sriwijaya ditemukan peninggalan bekas perkampungan orang Arab, Dari berita India diketahui bahwa Keraaan Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan Kerajaan India, seperti Nalanda dan Colamandala bahkan Kerajaan Nalanda mendirikan prasasti yang menerangkan tentang Sriwijaya. Cae ee Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas XI 2) 3) Keberadaan Kerajaan Sriwijaya ini day dari cerita pendeta Buddha dari Ti berangkat dan Kanton ke India, pat diperoleh informasinya, misalnya, iongkok, I-tsing, Pada tahun 671, Ia berbagai kitab suci Buddha. dan bahasa Sanskerta ke b: dalam kenyataannya, dia tidak dapat mem maka pada tahun 689, dia segera kembali lagi ke Sri pulang ke Tiongkok, ahasa Tionghoa, Karena yelesaikan sendiri pekerjaan itu, Pergi ke Kanton untuk mencari pembantu dan 'wijaya. Selanjutnya, baru pada tahun 695, I-tsing b. Raja-raja Kerajaan Sriwijaya Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Sriwijaya diantaranya adalah sebagai berikut. 1) Raja Daputra Hyang: Berita mengenai raja ini diketahui melalui prasasti Kedukan Bukit (683 M). Pada masa pemerintahannya, Raja Dapunta Hyang telah berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke wilayah Jambi. Sejak awal pemerintahannya, Raja Dapunta Hyang telah bercita-cita agar Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan bercorak maritim. 2) Sri Indrawarman (terdapat dalam Berita Cina tahun 724 Masehi 3) Rudrawikrama (terdapat dalam Berita Cina tahun 728 Masehi) 4) Raja Dharmasetu: Pada masa pemerintahan Raja Dharmasetu, Kerajaan jaya berkembang sampai ke Semenanjung Malaya. Bahkan, di sana Kerajaan jaya membangun sebuah pangkalan di daerah Ligor. Selain itu, Kerajaan Sriwijaya juga mampu menjalin hubungan dengan China dan India. Setiap kapal yang berlayar dari India dan China selalu singgah di Bandar-bandar Sriwijaya. 5) Maharaja (terdapat dalam Berita Arab tahun 851 Maschi) 6) Raja Balaputradewa: Berita tentang raja Balaputradewa diketahui dari keterangan Prasasi Nalanda, Balaputradewa memerintah sekitar abad ke-9, pada masa pemerintahannya, kerajaan Sriwijaya berkembang pesat menjadi kerajaan yang besar dan menjadi pusat agama Buddha di Asia Tenggara. Ia menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan di India seperti Nalanda dan Cola. Balaputradewa adalah keturunan dari dinas Syailendra, yakni putra dari Raja Samaratungga dengan Dewi Tara dari Sriwijaya. 7) Sri Udayadityawarman (terdapat dalam Berita Cina tahun 960 Masehi) 8) Sri Udayaditya (terdapat dalam Berita Cina tahun 962 Masehi) 9) Raja Sri Sudamaniwarmadewa: Pada masa pemerintahan Raja Sri Sudamani- warmadewa, Kerajaan Sriwijaya pernah mendapat serangan dai Raja Darma- wangsa dari Jawa Timur. Namun, serangan tersebut berhasil digagalkan oleh tentara Sriwijaya, 10) Marawijayatunggawarman (terdapat dalam Prasasti Leiden tahun 1044 Masehi) 11) Sri Sanggaramawijayatunggawarman (terdapat dalam Prasasti Chola tahun 1044 Masehi) 12) Raja Sanggrama Wijayattunggawarman: Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Sriwijaya mengalami serangan dari Kerajaan Chola. Di bawah pimpinan Raja Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas XI ery Rajendra Chola, Kerajaan Chola melakukan, serangan dan berl Kerajaan Sriwijaya. Sanggrana Wijayattunggawarman akhirm pada masa pemerintahan Raja Kulottungga I Kerajaan Chol Wijayattunggawarman kemudian dibebaskan kembali, hasil mereby, a ditawan. Namun la, Raja Sanggrama ¢. Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya Kerajaan Sriwijaya berjaya pada abad 9 M sampai dengan abad 10 Masehi dengan menguasai jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara. Sriwijaya telah menguasai hampir seluruh kerajaan Asia Tenggara, diantaranya, Jawa, Sumatra, ‘Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina. Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan lokal yang mengenakan bea cukai kepada setiap kapal yang lewat. Hal ini Karena Sriwijaya menjadi penguasa atas Selat Sunda dan Malaka, Selain itu, Kerajaan Sriwijaya juga mengumpulkan kekayaannya dari jasa pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok dan India d. Kemunduran Kerajaan Sriwijaya Kerajaan Sriwijaya mengalami keruntuhan ketika Raja Rajendra Chola, penguasa Kerajaan Cholamandala menyerang dua kali pada tahun 1007 dan 1023 M yang berhasil merebut bandar-bandar Kota Sriwijaya. Peperangan ini disebabkan karena Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Cholamandala bersaing pada bidang perdagangan_ dan pelayaran. Dengan demikian, tujuan dari serangan Kerajaan Cholamandala tidak untuk menjajah melainkan untuk meruntuhkan armada Sriwijaya. Hal ini menyebabkan ekonomi Kerajaan Sriwijaya semakin melemah karena para pedagang yang biasanya berdagang di Kerajaan Sriwijaya terus berkurang. Tidak hanya itu, kekuatan militer Sriwijaya juga semakin melemah sehingga banyak daerah bawahannya yang melepaskan diri. Akhirnya, Kerajaan Sriwijaya runtuh pada abad ke-13. ¢. Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Kerajaan Sriwijaya meninggalkan beberapa prasasti, diantaranya adalah sebagai berikut. 1) Prasasti Kedukan Bukit Prasati ini ditemukan di Palembang pada tahun 605 SM/683 M. Isi dari prasasti tersebut yakni ekspansi 8 hari yang dilakukan Dapunta ‘Hyang dengan 20.000 tentara yang berhasil menaklukkan beberapa daerah sehingga Sriwijaya menjadi makmur. > Gambar 6.3 Prasasti Kedukan Bukit Sumber: wim: boombastis com Prasasti Talang Tuo Prasasti yang ditemukan pada tahun 606 SM/684 M Jah barat Palembang, Is ini ditemukan di sebel a tentang Dapunta Hy ‘Taman Sriksetra demi RPE Le Naaman Panamera at! kemakmuran semua makhluk, Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas XI 3) Prasasti Kota Kapur Prasasti ini bertuliskan tah van 608 SM/686 M i 5 . mengenai permohonan kepada Dewa peathe. cease di Bangka. Isinya beserta rakyatnya, famatan Kerajaan Sriwijaya 4) Prasasti Karang Birahi a ; a ae rasasti yang ditemukan di Jambi ini isinya sama dengan prasasti Kota Kapur tentang permohonan kesel: i eee eselamatan, Prasasti Karang Birahi ditemukan pada 5) Prasasti Talang Batu Prasasti ini ditemukan di Palembany i g, namun tidak ada angka tahunnya. Prasasti Talang Batu berisi tentang kutukan terhad ‘ fe 2 % ethadap pelaku kejahatan dan pelanggar 6) Prasasti Palas di Pasemah Prasasti ini juga tidak berangka tahun, Ditemukan di Lampung Selatan yang berisi tentang keberhasilan Sriwijaya menduduki Lampung Selatan. 7) Prasasti Ligor Tk : Ditemukan pada tahun 679 SM/775 M di tanah genting Kra. Menceritakan : bahwa Sriwijaya di bawah kekuasaan Darmaseta. 6. Kerajaan Pekaitan Rajanya bergelar Yang Bertuan Besar Sungai Daun yang memiliki nama ashi Raja Kunto, Negeri Pekaitan terletak di seberang Bagansiapiapi (di sebelah barat Sungal Besar) + 5 kilometer dari Muara Sungai Rokan. Ibu kota kerajaan bernama Pekaitan, dengan Kondisi kota yang luas dan ramai. Permukiman yang padat dan berderet dari Pekaitan sampai di Siarangarang, Panjang kota Pekaitan + 25 kilometer dengan kondisi penduduk yang makmur dan bermacam mata pencaharian seperti pertanian dan perdagangan. Berbagai macam rempah-rempah hingga daun nipah, rotan, damar dan berbagai hhasil hutan lainnya diperdagangkan di Bandar Pekaitan. Bandar Pekaitan berdasarkan cerita sama besarnya dengan Pelabuhan Pasai dan Malaka yang selalu ramai dan selalu disinggahi kapal dagang dari berbagai negara seperti India, Arab, Tiongkok, Portugis dan negara Eropa lainnya. Perhubungan Nusantara pada saat itu dari Majapahit - Malaka « Pekaitan ~ Jambu Air - Pasai - Goa - dan Bropa serta sebaliknya. Para pedagang tersebut mengisi air minum dan membeli hasil bumi penduduk Pekaitan. 7. Kerajaan Gasib Kerajaan Gasib merupakan Kerajaan Slak I yang berkedudukan di Sungai Gasib di Hulu Sungai Siak. Kerajaan ini adalah pecahan Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Muara Takus, Reja yang terakhir dari Kerajaan Gasib int Yar telah beragama Islam “adalah Sultan Hasan yang ditabalkan menjadi Raja oleh Sultan Johor, Kekuasaan Kerajaan SialeI berakhir pada tahun 1622 M. . : Selama 100 tahun negeri ini tidak mempunyai raja, untuk mengawasi negeri ini dituajuk seorang Syahbandar yang berkedudukan di Sabak Auf di kuala sungai siak dengan tugas memungut cukai hasil hutan, timah dan hasil laut di kawasan Kerajaan Johor. Adns Yel Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas XI MSS O 1, Tunjukkan bukti Kerajaan Sriwijaya pernah mengalami zaman keemasan! Jelaskan penyebab runtuhnya Kerajaan Sriwijayal | @ Scjarah Melayu Islam Era Kolonial di Riau Dahulunya daerah Riau menganut animisme yang mempercayai roh nenek moyang dan Jeluhur mereka, disusul kemudian sebagian penduduk mereka yang beragama Buddha dan sekali berkembang menjadi Hindu-Buddha dan tidak ada seorang pun dari penduduk Riau yang memegang agama tauhid. Pengaruh Islam yang sampai ke daerah-daerah merupakan akibat perkembangan Kerajaan Islam Samudera Pasai dan Malaka. Kerajaan Islam yang ada di Riau dan Kepulauan Riau menurut berita Tome Pires (1512-1515) antara lain Siak, Kampar, dan Indragiri, Kerajaan Kampar, Indragiri, dan Siak pada abad ke-13 dan ke-14 dalam kekuasaan Kerajaan Melayu dan Singasari-Majapahit, maka kerajaan-kerajaan tersebut tumbuh menjadi kerajaan bercorak Islam sejak abad ke-15. Jika kita dasarkan berita Tome Pires, maka ketiga Kerajaan Kampar, Indragiri dan Siak senantiasa melakukan perdagangan dengan Malaka bahkan memberikan upeti kepada Kerajaan Malaka. Ketiga kerajaan di pesisir Sumatra Timur ini dikuasai Kerajaan Malaka pada masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah (wafat 1477). Bahkan pada masa pemerintahan putranya, Sultan Ala’uddin Riayat Syah (wafat 1488) banyak pulau di Selat Malaka (orang laut) termasuk Lingga-Riau, masuk kekuasaan Kerajaan Malaka. 1. Sejarah Kerajaan Islam Riau dan Pengaruhnya Bagi Penyebaran Islam a, Kesultanan Indragiri Kerajaan Indragiri terletak di Kabupaten Indragiri Hilir, dan Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Kerajaan Indragiri berdiri sejak tahun 1298, kerajaan i ikan oleh Raja Kecik Mambang atau Raja Merlang. Kerajaan ini tumbuh menjadi kerajaan bercorak Islam pada abad ke-15, Menurut Berita Tome Pires, Kerajaan Siak menghasilkan padi, madu, timah, dan emas. Pada awalnya, Kerajaan Siak merupakan kerajaan bawahan Kerajaan Malaka pada masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah. b. Kerajaan Kampar Kesultanan Pelalawan atau Kerajaan Pelalawan (1725 M-1946 M) yang sekarang terletak di Kabupaten Pelalawan, Riau. Periode pemerintahan di Pelalawan dibagi menjadi dua yaitu periode pra Islam dan periode pasca Islam. Pada era pra Islam, kerajaan ini masih bernama Pekantua. Sementara pada era Islam, ada tiga kali pergantian nama, dari Pekantua Kampar, kemudian Tanjung Negeri, dan terakhir Pelalawan. Kerajaan ini eksis dari tahun 1380 hingga tahun 1946. Kerajaan Malaka pada masa pemerintahan Sultan Mansur Syah (1459-1477 M) menyerang Kerajaan Pekantua, dan Kerajaan Pekantua dapat dikalahkan, Kemudian Sultan mengangkat Munawar Syah sebagai Raja Pekantua. Pada upacara penebalan

You might also like