BAB
SEJARAH
MELAYU PRA-
KOLONIAL DI
RIAU
Kompetensi Dagar:
6.1 Memahami Sejarah Melayu Pra-Kolonial, perjuangan
masa revolusi kemerdekaan Ri dan tokoh-tokohnya,
pasca-Kolonial.
62. Menyajikan Sejarah Melayu Pra-Kolonial, Islam dan
Era Kolonial, perjuangan masa revolusi kemerdekaan
Ri dan tokoh-tokohnya, pasca-Kolonial.@ Sejarah Melayu Pra-Kolonial di Riau
1. Sejarah Awal
Sejarah mencatat, para cendekiawan India telah menulis tentang Dwipantara atay
Kerajaan Hindu Jawa Dwipa di Pulau Jawa dan Sumatra sekitar abad 200 SM. Bukt sik
awal yang menyebutkan mengenai adanya dua kerajaan bercorak Hinduisme pada abad
ke-5, yaitu Kerajaan Tarumanagara yang menguasai Jawa Barat dan Kerajaan Kutai di
pesisir Sungai Mahakam, Kalimantan. Pada tahun 425 agama Buddha telah mencapai
wilayah tersebut.
Di saat Eropa memasuki masa Renaisans, Nusantara telah mempunyai warisan
peradaban berusia ribuan tahun dengan dua kerajaan besar yaitu Sriwijaya di Sumatra
dan Majapahit di Jawa, ditambah dengan puluhan kerajaan kecil yang seringkali
menjadi vazal tetangganya yang lebih kuat atau saling terhubung dalam semacam ikatan
perdagangan (seperti di Maluku).
2. Hindu-Buddha
Pada abad ke-4 hingga abad ke-7 di wilayah Jawa Barat terdapat kerajaan bercorak
Hindu-Buddha yaitu Kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda
sampai abad ke-16, Pada masa abad Ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Srivijaya
berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I Ching mengunjungi ibu kotanya
Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah
sejauh Jawa Barat dan Semenanjung Melayu. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya
sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331
hingga 1364, Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini
sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu.
Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan dalam kebudayaan
Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana. Setelah masa perkembangan
Hindu-Buddha muncullah agama Islam. ’
Agama Islam
Islam sebagai sebuah pemerintahan hadir di Indonesia sekitar abad ke-12, namun
sebenarnya Islam sudah sudah masuk ke Indonesia pada abad 7 Masehi. Saat itu sudah
ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui Selat Malaka yang
menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah
di Asia Barat sejak abad 7.
Menurut sumber-sumber Cina menjelang akhir perempatan ketiga abad ke-7,
seorang pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab muslim di pesisir pantai
Sumatra. Islam pun memberikan pengaruh kepada institusi politik yang ada. Hal ini
nampak pada Tahun 100 H (718 M) Raja Sriwijaya Jambi yang bernama Srindravarman
mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Kekhalifahan Bani Umayyah
meminta dikirimkan da'i yang bisa menjelaskan Islam kepadanya. Surat itu berbunyi:
“Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja, yang isterinya juga cucu seribu
taja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang di wilayahnya
terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan
kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja
ESEIES Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas XI
»Arab yang tidak menyekutukan tuh:
kepada Anda hadiah, yang sebenar
sekedar tanda persahabatan. Saya ingii sad
dapat mengajarkan Islam ook ti i rcdlceaiae
hukumnya”’ Dua tahun kemudian, yakni tahun kepada saya tentang hukum.
semula Hindu, masuk Islam, Srivijaya Jambi pun di
Sayang, pada tahun 730 M Sriwij Pun dikenal deng
masih menganut Buddha,
Islam semakin besar pengaruhnya hi
'ya hingga menjadi institusi poli
Sam. Mislnya, sebuah kesltnan lam eras Kesttanan Feueot eevee ae
la
1 Muharram 225 H atau 12 November 839 M. Contoh lain adalah Kerajaan Ternate, Islam
masuk ke kerajaan di kepul ini
ean Jt Maen Maluku ini tahun 1440 dengan rajanya beragama Islam
Kesultanan Islam kemudian semakin menyebarkan ajaran-a
‘s ‘7 \-ajarannya ke penduduk
den ela Zembauran, menggantikan Hindu sebagai kepercayaan utama ae akhir
: ‘ a dan Sumatra. Hanya Bali yang tetap mempertahankan mayoritas
Hindu. Di kepulauan-kepulauan di timur, rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam
diketahui sudah aktif pada abad ke-16 dan 17, dan saat ini ada mayoritas yang besar dari
kedua agama di kepulauan-kepulauan tersebut.
Penyebaran Islam dilakukan melalui hubungan perdagangan di luar Nusantara, hal
ini, karena para penyebar dakwah atau mubaligh merupakan utusan dari pemerintahan
Islam yang datang dari luar Indonesia, maka untuk menghidupi diri dan keluarga mereka,
para mubaligh ini bekerja melalui cara berdagang, para mubaligh ini pun menyebarkan
slam kepada para pedagang dari penduduk asli, hingga para pedagang ini memeluk
Islam dan meyebarkan pula ke penduduk lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli
Kerajaan-lah yang pertama mengadopsi agama baru tersebut. Kerajaan Islam penting
termasuk di antaranya: Kerajaan Samudera Pasai, Kesultanan Banten yang menjalin
hubungan diplomatik dengan negara-negara Eropa, Kerajaan Mataram, Kesultanan
Ternate dan Kesultanan Tidore di Maluku.
(00
wna cara penyebaran agama Islam di Riau!
Jelaskan bagaimai
Kolonial
@ Kerajaan-kerajaan Melayu Kuno Pra-!
1. Kerajaan Kritang 2 eae
«al-bakal dari Kesultanan Indragiri yang berdiri sekitar
ea Hae ae se cies (Raja Merlang). Kerajaan Kritang
tahun 1298 dengan ssa cerajaan Kritang berpusat di Pekan Tua di his Rengat
menjadi bagian datt > ilir dari Pesikaian-Cerenti sampai ke Kuala Indragiri dan
i . Bee
Sean geal Kecamalal Retch di Indragiri Hilir sekarang. me
eB Kritang disebut sebagai daerah yang takluk kepada
Dalam Negarakertagamnay ae jain beberapa kerajaan lain di Sumatra yang juga
Majapahit bersama Kerajaan K
tuk SMA/SMK/MA Kelas XI ies |
Budaya Melayu Riau unttunduk di bawah Majapahit. Menyebutkan Kritang bersama-sama dengan kerajaan jain
yang mengandung pengertian bahwa Kritang bukan hanya sekedar kampung, tetap
sudah merupakan suatu kerajaan cukup besar dan berarti bagi Majapahit yang demikian
besar kekuasaannya, Mengenai masa hidup Kerajaan Kritang ini dapat diperkirakan
semasa dengan Kerajaan Kuantan,
Salah satu penyebab runtuhnya Kerajaan Kritang adalah meninggalnya Raja Merlang
yang ditawan oleh Kerajaan Melaka. Ketika dalam penawanan, Raja Merlang dikawinkan
dengan seorang puteri Sultan Mansyur Syah dan mempunyai keturunan. Dari rahim
isterinya lahir seorang putera mahkota Kerajaan Kritang bernama Narasinga, Narasinga
kelak akan memerintah kembali Kerajaan Kritang, karena sudah lama kerajaan ini
seperti tidak bertuan.
2. Kerajaan Indragiri
Kerajaan Indragiri adalah kerajaan Melayu
yang mempunyai wilayah pemerintahan di antara
Jami dan Kampar, meliputi daerah sepanjang aliran
sungai Indragiri, Sungai Gangsal, dan Keritang.
Kerajaan Indragiri didirikan pada tahun 1508 oleh
Narasinga, anak Raja Merlang dari dari Kerajaan
Kritang dengan putri Sultan Masyursyah (1459-
1477). Kritang adalah sebuah nama kerajaan yang
sebelum keruntuhannya pernah memerintah di
daerah Indragiri. Setelah memerintah, Narasinga —_Indragiri di Rengat-Riau,
terkenal dengan nama Sultan Abdul Jalil Syah. Satine garane wae a
Dalam sejarah Melayu nama Indragiri dapat dijumpai berkali-kali, di dalam salah
satu versi Hikayat Hang Tuah terdapat keterangan tentang Indragiri. Ada juga yang
mengatakan Indragiri berasal dari bahasa Sanskerta yaitu “Indra” yang berarti mahligai
dan "Giri" yang berarti kedudukan yang tinggi atau negeri, sehingga kata indragiri
diartikan sebagai Kerajaan Negeri Mahligai.
Raja yang pertama adalah raja Kecik Mambang, memerintah 1298 — 1337, Pada
tahun 1473, waktu Raja Narasinga II yang bergelar Paduka Maulana Sri Sultan Alauddin
Iskandarsyah Johan Zirullah Fil Alam (Sultan Indragiri IV), beliau menetap di ibu kota
kerajaan yang berlokasi di Pekan Tua sekarang.
Pada tahun 1815, dibawah Sultan Ibrahim, ibu kota kerajaan dipindahkan ke Rengat.
Dalam masa pemerintahan Sultan Ibrahim ini, Belanda mulai campur tangan terhadap
kerajaan dengan mengangkat Sultan Muda yang berkedudukan di Peranap dengan batas
wilayah ke Hilir sampai dengan batas Japura.
3. Kerajaan Kandis
Kerajaan Kandis adalah kerajaan tertua yang berdiri di Sumatra, yang terletak di Koto
Alang, masuk wilayah Lubuk Jambi,Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Diperkirakan
berdiri pada tahun 1 SM. Nenek moyang Lubuk Jambi diyakini berasal dari keturunan
waliyullah Raja Iskandar Zulkarnaen. Alexander The Great adalah julukan dari
Zalgarnaen, “sang penakluk dari timur’. Tiga orang putra Iskandar Zulkarnaen yang
bernama Maharaja Alif, Maharaja Depang dan Maharaja Diraja berpencar mencati
daerah baru. Maharaja Alif ke Banda Ruhum, Maharaja Depang ke Bandar Cina dan
Ea Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas XIMaharaja Diraja ke Pulau Emas (Su
imatra). Ketika berl.
Diraja dan rombongannya mendirikan sebuah peas i
Kerajaan Kandis yang berlokasi di Bukit Bakar/Bukit Belay eae ene
daerah yang hijau dan subur yang dikelilingi oleh aes east nee
Maharaja Diraja, pendiri kerajaan ini, , i
sea sta pa bent eran in sesampainys di Bat Baas membangun
ig yang dinamakan dengan Istana Dhamna, P\ I
Diraja bernama Darmaswara di Maharaj aetna
Dir lengan gelar Mangkuto Maharaja Diraja (Putra Mahkota
jaraja Diraja) dan gear lainnya adalah Datuk Rajo Tunggal (lebih akrab dipanggt
Datuk Rajo Tunggal memiliki senjata kebesaran yaitu Keri berhulu kepala burung
garuda yang sampai saat ini masih dipegang oleh Danial gelar Datuk Manghuto
Maharajo Dirajo, Datuk Rajo Tunggal menikah dengan putri yang cantik jelita yang
bernama Bunda Pertiwi, Bunda Pertiwi bersaudara dengan Bunda Darah Putih. Bunda
Darah Putih yang tua dan Bunda Pertiwi yang bungsu. Setelah Maharaja Diraja waft,
Datuk Rajo tunggal menjadi raja di Kerajaan Kandis. Bunda Darah Patih dipersunting
oleh Datuk Bandaro Hitam. Lambang Kerajaan Kandis adalah sepasang bunga raya
berwarna merah dan putih.
buh di Pulau Emas, Maharaja
Pada saat’Kerajaan Kandis mencapai puncak kejayaan, muncullah kelompok yang
ingin melakukan perlawanan dan mendapat kekuasaan. Beberapa orang yang merasa
memiliki kemampuan dan pengaruh besar, mulai ke luar dari Kerajaan Kandis dan
pindah ke kawasan Bukit Selasih. Kemudian mereka mendirikan kerajaan baru dengan
nama Kerajaan Kancil Putih yang berada di Botung. Raja dari Kerajaan Koto Alang
adalah Aur Kuning. Selain dua kerajaan tersebut juga muncul kerajaan-kerajaan yang
lain, Perang pun mulai bermunculan dan banyak kerajaan saling bermusuhan untuk
memiliki wilayah yang lebih luas.
Kerajaan Kandis sendiri memilih berperang melawan Kerajaan Koto Alang yang
kemudian dimenangkan oleh Kerajaan Kandis. Tak seberapa lama Kerajaan Kandis
diserang oleh Raja Sintong dari Cina. Kerajaan Kandis kalah, beberapa pembesar
kerajaan tewas. Kemudian beberapa pembesar kerajaan yang selamat melarikan diri ke
Bukit Bakar, Di sana melakukan rapat dan sepakat menyembunyikan Istana Dhamma,
serta melakukan sumpah setia. Salah satunya dengan memindahkan pusat Kerajaan
Kandis ke kawasan Dusun Tuo, Kawasan Dusun Tuo pada saat ini lebih dikenal dengan
kawasan Teluk Kuantan,
Selain Kerajaan Kancil Putih, muncul pula Kerajaan Koto Alang.
Bukti-bukti peninggalan Kerajaan Kandis di antaranya adalah sebagai berikut.
a, Ditemukannya peninggalan purbakala di area
Kampung Betung, Lubuk Jambi yang dikenal
sebagai area Padang Candi. Di sekitar area
tersebut ditemukan dua lempeng emas yang
beraksara Jawa Kuno dan berbahasa Sanskerta.
b. Bekas penambangan emas yang disebut dengan
tambang titah, artinya diadakan penambangan
emas atas titah Raja Darmaswara. Lokasinya
di kaki Bukit Bakar bagian timur yang lubang-
Gambar 6.2 Lembaran emas temuan
, ~ _ masyarakat di Padang Candi,
jubang bekas penambangan telah ditumbuhi gener jou (otal Rn Pf Dn Sma MS
kayu-kayuan,
Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas XI AGB ee 1 |c Adanya tempat yang disebut Padang Candi di Dusun Botung (Desa Sangao)
menandakan Kerajaan Koto Alang menganut agama Hindu. Pada tahun 195s 1
arca tersebut sampai sekarang tidak diketahui lagi
da Pada tahun 2007 dilakukan penggalian oleh Badan Purbakala Batu Sangkar
bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Propinsi Riau tanpa sepengatahuan Pemangka
‘Adat dan Pemerintah Daerah, Pada penggalian sebelumnya mereka menemukan
mantra berbahasa sanskerta yang ditulis pada kepingan emas yang saat ini tidak
diketahui keberadaannya.
4. Kerajaan Koto Alang
Setelah berdiri Kerajaan Kandis, kemudian berdiri pula kerajaan Koto Alang di
Botung (Desa Sangau sekarang) dengan Raja Aur Kuning sebagai rajanya.
Dengan berdirinya kerajaan-kerajaan baru, maka mulailah terjadiperebutan wilayah
kekuasaan yang akhirnya timbul peperangan antarkerajaan. Kerajaan Koto Alang
memerangi Kerajaan Kancil Putih, setelah itu Kerajaan Kandis memerangi Kerajaan
Koto Alang dan dikalahkan oleh Kandis. Kerajaan Koto Alang tidak mau diperintah
oleh Kandis, sehingga Raja Aur Kuning pindah ke daerah Jambi, sedangkan Patih dan
‘Temenggung pindah ke Merapi.
diserang oleh Raja Sintong dari Cina Belakang, dengan ekspedisinya dikenal dengan
ekspedisi Sintong. Tempat berlabuhnya kapal Raja Sintong, dinamakan dengan
Sintonga. Setelah mengalahkan Kandis, Raja Sintong beserta prajuritnya melanjutkan
perjalanan ke Jambi.
5. Kerajaan Sriwijaya
Sejarah Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan Buddha yang berdiri pada abad
ke-7 dibuktikan dengan adanya prasasti Kedukan Bukit di Palembang (682). Sriwijaya
menjadi salah satu kerajaan yang kuat di Pulau Sumatra. Nama Sriwijaya berasal dari
Dahasa Sanskerta yaitu “Sri” yang artinya bercahaya dan “Wijaya” berarti kemenangan
sehingga dapat diartikan dengan kemenangan yang bercahaya atau gemilang.
Pada catatan perjalanan I-Tsing, pendeta Tiongkok yang pernah mengunjungi
Sriwijaya pada tahun 671 selama 6 bulan menerangkan bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya
berada pada kawasan Candi Muara Takus (Provinsi Riau sekarang). Kerajaan Sriwijaya
dipimpin oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa sebagai raja pertama.
a, Bukti-Bukti Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Nama Sriwijaya sudah terkenal dalam perdagangan internasional. Hal tersebut
dapat dibuktikan dengan adanya berbagai sumber yang menerangkan mengenai
keberadaan Kerajaan Sriwijaya, seperti di bawah ini,
1) Dari berita Arab diketahui bahwa pedagang Arab melakukan kegiatan
perdagangan di Kerajaan Sriwijaya, bahkan di sekitar Sriwijaya ditemukan
peninggalan bekas perkampungan orang Arab,
Dari berita India diketahui bahwa Keraaan Sriwijaya pernah menjalin hubungan
dengan Kerajaan India, seperti Nalanda dan Colamandala bahkan Kerajaan
Nalanda mendirikan prasasti yang menerangkan tentang Sriwijaya.
Cae ee Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas XI
2)3) Keberadaan Kerajaan Sriwijaya ini day
dari cerita pendeta Buddha dari Ti
berangkat dan Kanton ke India,
pat diperoleh informasinya, misalnya,
iongkok, I-tsing, Pada tahun 671, Ia
berbagai kitab suci Buddha. dan bahasa Sanskerta ke b:
dalam kenyataannya, dia tidak dapat mem
maka pada tahun 689, dia
segera kembali lagi ke Sri
pulang ke Tiongkok,
ahasa Tionghoa, Karena
yelesaikan sendiri pekerjaan itu,
Pergi ke Kanton untuk mencari pembantu dan
'wijaya. Selanjutnya, baru pada tahun 695, I-tsing
b. Raja-raja Kerajaan Sriwijaya
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Sriwijaya diantaranya adalah
sebagai berikut.
1) Raja Daputra Hyang: Berita mengenai raja ini diketahui melalui prasasti
Kedukan Bukit (683 M). Pada masa pemerintahannya, Raja Dapunta Hyang
telah berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke wilayah Jambi.
Sejak awal pemerintahannya, Raja Dapunta Hyang telah bercita-cita agar
Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan bercorak maritim.
2) Sri Indrawarman (terdapat dalam Berita Cina tahun 724 Masehi
3) Rudrawikrama (terdapat dalam Berita Cina tahun 728 Masehi)
4) Raja Dharmasetu: Pada masa pemerintahan Raja Dharmasetu, Kerajaan
jaya berkembang sampai ke Semenanjung Malaya. Bahkan, di sana Kerajaan
jaya membangun sebuah pangkalan di daerah Ligor. Selain itu, Kerajaan
Sriwijaya juga mampu menjalin hubungan dengan China dan India. Setiap kapal
yang berlayar dari India dan China selalu singgah di Bandar-bandar Sriwijaya.
5) Maharaja (terdapat dalam Berita Arab tahun 851 Maschi)
6) Raja Balaputradewa: Berita tentang raja Balaputradewa diketahui dari
keterangan Prasasi Nalanda, Balaputradewa memerintah sekitar abad ke-9,
pada masa pemerintahannya, kerajaan Sriwijaya berkembang pesat menjadi
kerajaan yang besar dan menjadi pusat agama Buddha di Asia Tenggara. Ia
menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan di India seperti Nalanda
dan Cola. Balaputradewa adalah keturunan dari dinas Syailendra, yakni putra
dari Raja Samaratungga dengan Dewi Tara dari Sriwijaya.
7) Sri Udayadityawarman (terdapat dalam Berita Cina tahun 960 Masehi)
8) Sri Udayaditya (terdapat dalam Berita Cina tahun 962 Masehi)
9) Raja Sri Sudamaniwarmadewa: Pada masa pemerintahan Raja Sri Sudamani-
warmadewa, Kerajaan Sriwijaya pernah mendapat serangan dai Raja Darma-
wangsa dari Jawa Timur. Namun, serangan tersebut berhasil digagalkan oleh
tentara Sriwijaya,
10) Marawijayatunggawarman (terdapat dalam Prasasti Leiden tahun 1044 Masehi)
11) Sri Sanggaramawijayatunggawarman (terdapat dalam Prasasti Chola tahun
1044 Masehi)
12) Raja Sanggrama Wijayattunggawarman: Pada masa pemerintahannya, Kerajaan
Sriwijaya mengalami serangan dari Kerajaan Chola. Di bawah pimpinan Raja
Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas XI eryRajendra Chola, Kerajaan Chola melakukan, serangan dan berl
Kerajaan Sriwijaya. Sanggrana Wijayattunggawarman akhirm
pada masa pemerintahan Raja Kulottungga I Kerajaan Chol
Wijayattunggawarman kemudian dibebaskan kembali,
hasil mereby,
a ditawan. Namun
la, Raja Sanggrama
¢. Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya berjaya pada abad 9 M sampai dengan abad 10 Masehi
dengan menguasai jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara. Sriwijaya telah
menguasai hampir seluruh kerajaan Asia Tenggara, diantaranya, Jawa, Sumatra,
‘Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina. Sriwijaya menjadi
pengendali jalur perdagangan lokal yang mengenakan bea cukai kepada setiap kapal
yang lewat. Hal ini Karena Sriwijaya menjadi penguasa atas Selat Sunda dan Malaka,
Selain itu, Kerajaan Sriwijaya juga mengumpulkan kekayaannya dari jasa pelabuhan
dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok dan India
d. Kemunduran Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya mengalami keruntuhan ketika Raja Rajendra Chola, penguasa
Kerajaan Cholamandala menyerang dua kali pada tahun 1007 dan 1023 M yang
berhasil merebut bandar-bandar Kota Sriwijaya. Peperangan ini disebabkan karena
Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Cholamandala bersaing pada bidang perdagangan_
dan pelayaran. Dengan demikian, tujuan dari serangan Kerajaan Cholamandala
tidak untuk menjajah melainkan untuk meruntuhkan armada Sriwijaya. Hal ini
menyebabkan ekonomi Kerajaan Sriwijaya semakin melemah karena para pedagang
yang biasanya berdagang di Kerajaan Sriwijaya terus berkurang. Tidak hanya itu,
kekuatan militer Sriwijaya juga semakin melemah sehingga banyak daerah bawahannya
yang melepaskan diri. Akhirnya, Kerajaan Sriwijaya runtuh pada abad ke-13.
¢. Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya meninggalkan beberapa prasasti, diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Prasasti Kedukan Bukit
Prasati ini ditemukan di Palembang pada tahun 605 SM/683 M. Isi dari prasasti
tersebut yakni ekspansi 8 hari yang dilakukan Dapunta ‘Hyang dengan 20.000 tentara
yang berhasil menaklukkan beberapa daerah sehingga Sriwijaya menjadi makmur.
>
Gambar 6.3 Prasasti Kedukan Bukit
Sumber: wim: boombastis com
Prasasti Talang Tuo
Prasasti yang ditemukan pada tahun 606 SM/684
M Jah
barat Palembang, Is ini ditemukan di sebel
a tentang Dapunta Hy
‘Taman Sriksetra demi RPE Le Naaman Panamera at!
kemakmuran semua makhluk,
Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas XI3) Prasasti Kota Kapur
Prasasti ini bertuliskan tah
van 608 SM/686 M i 5 .
mengenai permohonan kepada Dewa peathe. cease di Bangka. Isinya
beserta rakyatnya, famatan Kerajaan Sriwijaya
4) Prasasti Karang Birahi
a ; a ae
rasasti yang ditemukan di Jambi ini isinya sama dengan prasasti Kota Kapur
tentang permohonan kesel: i
eee eselamatan, Prasasti Karang Birahi ditemukan pada
5) Prasasti Talang Batu
Prasasti ini ditemukan di Palembany i
g, namun tidak ada angka tahunnya. Prasasti
Talang Batu berisi tentang kutukan terhad ‘ fe
2 % ethadap pelaku kejahatan dan pelanggar
6) Prasasti Palas di Pasemah
Prasasti ini juga tidak berangka tahun, Ditemukan di Lampung Selatan yang
berisi tentang keberhasilan Sriwijaya menduduki Lampung Selatan.
7) Prasasti Ligor Tk :
Ditemukan pada tahun 679 SM/775 M di tanah genting Kra. Menceritakan :
bahwa Sriwijaya di bawah kekuasaan Darmaseta.
6. Kerajaan Pekaitan
Rajanya bergelar Yang Bertuan Besar Sungai Daun yang memiliki nama ashi Raja
Kunto, Negeri Pekaitan terletak di seberang Bagansiapiapi (di sebelah barat Sungal Besar)
+ 5 kilometer dari Muara Sungai Rokan. Ibu kota kerajaan bernama Pekaitan, dengan
Kondisi kota yang luas dan ramai. Permukiman yang padat dan berderet dari Pekaitan
sampai di Siarangarang, Panjang kota Pekaitan + 25 kilometer dengan kondisi penduduk
yang makmur dan bermacam mata pencaharian seperti pertanian dan perdagangan.
Berbagai macam rempah-rempah hingga daun nipah, rotan, damar dan berbagai
hhasil hutan lainnya diperdagangkan di Bandar Pekaitan. Bandar Pekaitan berdasarkan
cerita sama besarnya dengan Pelabuhan Pasai dan Malaka yang selalu ramai dan selalu
disinggahi kapal dagang dari berbagai negara seperti India, Arab, Tiongkok, Portugis
dan negara Eropa lainnya. Perhubungan Nusantara pada saat itu dari Majapahit - Malaka
« Pekaitan ~ Jambu Air - Pasai - Goa - dan Bropa serta sebaliknya. Para pedagang
tersebut mengisi air minum dan membeli hasil bumi penduduk Pekaitan.
7. Kerajaan Gasib
Kerajaan Gasib merupakan Kerajaan Slak I yang berkedudukan di Sungai Gasib
di Hulu Sungai Siak. Kerajaan ini adalah pecahan Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di
Muara Takus, Reja yang terakhir dari Kerajaan Gasib int Yar telah beragama Islam
“adalah Sultan Hasan yang ditabalkan menjadi Raja oleh Sultan Johor, Kekuasaan
Kerajaan SialeI berakhir pada tahun 1622 M. . :
Selama 100 tahun negeri ini tidak mempunyai raja, untuk mengawasi negeri
ini dituajuk seorang Syahbandar yang berkedudukan di Sabak Auf di kuala sungai
siak dengan tugas memungut cukai hasil hutan, timah dan hasil laut di kawasan
Kerajaan Johor. Adns Yel
Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas XI MSSO
1, Tunjukkan bukti Kerajaan Sriwijaya pernah mengalami zaman keemasan!
Jelaskan penyebab runtuhnya Kerajaan Sriwijayal |
@ Scjarah Melayu Islam Era Kolonial di Riau
Dahulunya daerah Riau menganut animisme yang mempercayai roh nenek moyang dan
Jeluhur mereka, disusul kemudian sebagian penduduk mereka yang beragama Buddha dan
sekali berkembang menjadi Hindu-Buddha dan tidak ada seorang pun dari penduduk Riau
yang memegang agama tauhid.
Pengaruh Islam yang sampai ke daerah-daerah merupakan akibat perkembangan
Kerajaan Islam Samudera Pasai dan Malaka. Kerajaan Islam yang ada di Riau dan Kepulauan
Riau menurut berita Tome Pires (1512-1515) antara lain Siak, Kampar, dan Indragiri,
Kerajaan Kampar, Indragiri, dan Siak pada abad ke-13 dan ke-14 dalam kekuasaan Kerajaan
Melayu dan Singasari-Majapahit, maka kerajaan-kerajaan tersebut tumbuh menjadi kerajaan
bercorak Islam sejak abad ke-15.
Jika kita dasarkan berita Tome Pires, maka ketiga Kerajaan Kampar, Indragiri dan
Siak senantiasa melakukan perdagangan dengan Malaka bahkan memberikan upeti
kepada Kerajaan Malaka. Ketiga kerajaan di pesisir Sumatra Timur ini dikuasai Kerajaan
Malaka pada masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah (wafat 1477). Bahkan pada masa
pemerintahan putranya, Sultan Ala’uddin Riayat Syah (wafat 1488) banyak pulau di Selat
Malaka (orang laut) termasuk Lingga-Riau, masuk kekuasaan Kerajaan Malaka.
1. Sejarah Kerajaan Islam Riau dan Pengaruhnya Bagi Penyebaran Islam
a, Kesultanan Indragiri
Kerajaan Indragiri terletak di Kabupaten Indragiri Hilir, dan Kabupaten
Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Kerajaan Indragiri berdiri sejak tahun 1298, kerajaan
i ikan oleh Raja Kecik Mambang atau Raja Merlang. Kerajaan ini tumbuh
menjadi kerajaan bercorak Islam pada abad ke-15, Menurut Berita Tome Pires,
Kerajaan Siak menghasilkan padi, madu, timah, dan emas. Pada awalnya, Kerajaan
Siak merupakan kerajaan bawahan Kerajaan Malaka pada masa pemerintahan
Sultan Mansyur Syah.
b. Kerajaan Kampar
Kesultanan Pelalawan atau Kerajaan Pelalawan (1725 M-1946 M) yang sekarang
terletak di Kabupaten Pelalawan, Riau. Periode pemerintahan di Pelalawan dibagi
menjadi dua yaitu periode pra Islam dan periode pasca Islam. Pada era pra Islam,
kerajaan ini masih bernama Pekantua. Sementara pada era Islam, ada tiga kali
pergantian nama, dari Pekantua Kampar, kemudian Tanjung Negeri, dan terakhir
Pelalawan. Kerajaan ini eksis dari tahun 1380 hingga tahun 1946.
Kerajaan Malaka pada masa pemerintahan Sultan Mansur Syah (1459-1477 M)
menyerang Kerajaan Pekantua, dan Kerajaan Pekantua dapat dikalahkan, Kemudian
Sultan mengangkat Munawar Syah sebagai Raja Pekantua. Pada upacara penebalan