You are on page 1of 12
selalu rukun dan mementingkan kedamaian, baik dengan sesama penduduk Negeri, maupun dengan orang luar negeri, Dari nama tersebut yang menunjukkan adanya, pengaruh Arab, juga bisa disimpulkan bahwa, Kerajaan Rokan berdiri setelah iam masuk ke kawasan tersebut. Dalam sejarahnya, Rokan termasuk kerajaan yang cepat berkembang, berkat hasil rempah-rempah yang dimilikinya, dan juga relasi perdagangannya dengan negeti lain, seperti Malaka, Bahkan, Raja Malaka, Mahmud Syah menjalin hubungan kekerabatan dengan Rokan, dengan memperistri putri Raja Rokan, dan menjadikannya sebagai permaisuri, Dengan demikian, hubungan antara Malaka dan Rokan jadi semakin erat. Dari perkawinan Mahmud Syah dengan putri Raja Rokan, lahir kemudian seorang anak yang bernama Ibrahim, Setelah Mahmud Syah wafat, Ibrahim sempat menjadi raja di Malaka selama 1 tahun 5 bulan, Namun, Raja Ibrahim kemudian dibunuh oleh Raja Kasim Muhammad Syah, saudara seayah dari ibu asli Malaka, Sejak Malaka dikalahkan Portugis, Kerajaan Rokan mengalami kemunduran, karena terus mendapatkan ancaman dari Aru dan Aceh bagian utara, Menurut sejarah, kehancuran Rokan akibat dari serangan Aceh, Namun, ketika Rokan menghilang, muncul kerajaan baru menggantikannya, yaitu Kerajaan Pekaitan dan Batu Hampar. Setelah Kerajaan Pekaitan dan Batu Hampar lenyap, kemudian muncul tiga kerajaan lagi di bagian hilir Sungai Rokan, yaitu: Kerajaan Kubu dengan ibu negeri ‘Teluk Merbabu; Kerajaan Bangko dengan ibu negeri Bantaian; dan Kerajaan Tanah Putih dengan ibu negeri Tanah Putih, Sementara di bagian hulu, muncul lima kerajaan yang diperintah secara turun-temurun oleh bangsawan raja. Lima kerajaan tersebut adalah sebagai berikut. 1) Kerajaan Tambusai, ibu negerinya Dalu-dalu, 2) Kerajaan Rambah, ibu negerinya Pasir Pengaraian, 3) Kerajaan Kepenuhan, ibu negerinya Koto Tengah, 4) Kerajaan Kunto Dar el-Salam, ibu negerinya Kota Lama, 5) Kerajaan Rokan, ibu negerinya Rokan IV Koto. 6) Kesultanan Siak Kesultanan Siak Sri Inderapura didirikan oleh Raja Kecil dari Pagaruyung pada tahun 1723. Siak segera saja menjadi sebuah kekuatan besar yang dominan di wilayah Riau: atas perintah Raja Kecil, Siak menaklukkan Rokan pada 1726 dan membangun pangkalan armada laut di Pulau Bintan. Namun keagresifan Raja Kecil ini segera ditandingi oleh orang-orang Bugis pimpinan Yang Dipertuan Muda dan Raja Sulaiman, Raja Kecil terpaksa melepaskan pengaruhnya untuk menyatukan kepulauan-kepulauan dilepas pantai timur Sumatra di bawah bendera Siak, meskipun antara tahun 1740 hingga 1745 ia bangkit kembali dan menaklukkan beberapa kawasan di Semenanjung Malaya. Di akhir abad ke-18, Siak telah menjelma menjadi kekuatan yang dominan di pesisir timur Sumatra. Pada tahun 1761, Sultan Abdul Jalil Syah III mengikat Perjanjian ekslusif dengan Belanda, dalam urusan dagang dan hak atas kedaulatan wilayahnya, serta bantuan dalam bidang persenjataan, Walau kemudian muncul Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas XI dualisme kepemimpinan di dalam tub ih pertentangan di antara mereka, h Kesultanan yang awalnya tanpa ada kemudian menjadi penguasa §; mi, aja Muhammad Aji, Yang lebih disukai Belanda, ak, s olch Belanda, muncal Raja Lane nt S*PUPUNYa Raja Ismail, tidak disukai Ja Laut, menguasai Perairan timur Sumatra sampai oleh Bea sebagai xe Laut Cina Selatan, memban, gun kekuatan di Sugusan P, Siak menaklukkan daerah Langkat,termasoh Tae Dal pea 0, a ada tahun 1784 Siak membantu elangor, dan sebelumnya mereka Penyengat. in Raja Haji Fisabilillah di Pulau 2. Situs-situs Peninggalan Sejarah Islam di Riau Salah satu bukti nyata dari dapat kita lihat dari situs-situ: sebagai berikut. Perkembangan dan penyebaran agama Islam di Riau 's peninggalan sejarah Islam di Riau diantaranya adalah a Masjid a Nur Alam Senapelan Tonggak Sejarah Islam Pekanbaru Masjid yang berdiri di Iuas tanah tanah sekitar setengah hektar ini, memiliki nilai arsitektur tradisional yang amat menarik. Bangunan religius yang merupakan Peninggalan Kerajaan Siak dan merupakan masjid batu pertama yang dibangun Shea Tidak banyak orang mengetahui, komplek masjid inilah nama Pekanbaru bermula. b._ Masjid Arrahman Tertua ke-2 di Pekanbaru Masjid At-Rahman merupakan tanah wakaf dari Raden Sastro Pawiro Djaya Diningrat, Pembangunan masjid ini dilakukan dengan swadaya m t yang 8 gu 5 B berada di sekitar Jalan Sumatra dan wilayah Pekanbaru hingga ke Tangkerang, vy ngs Namun begitu, Raden Sastro merupakan donatur terbesar dan yang berperan penting dalam pembangunan masjid ini. c. Istana Kerajaan Siak Istana Siak ini merupakan bukti sejarah kebesaran kerajaan Melayu Islam di Riau, Istana ini dibangun oleh Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889, dengan nama ASSERAYAH HASYIMIAH lengkap dengan Peralatan kerajaan. Sebelum pembangunan istana dilakukan, Sultan melakukan lawatan ke negeri Belanda dan Jerman. Kemungkinan, pengalaman selama di Eropa ikut memengaruhi corak arsitektur Istana Siak. d._ Pulau Penyengat > Makam Engku Putri Permaisuri Sultan Mahmud ini terletak di pulau Penyengat Indra Sakti. Pulau Penyengat adalah milik Engku Putri, karena pulau ini dihadiahkan suaminya Sultan Mahmud Syah sebagai mas kawinnya sekitar tahun 1801-1802. Selain itu Engku Putri adalah pemegang regalia Kerajaan Riau. Bangunan makam terbuat dari beton, dikelilingi oleh pagar tembok pada tempat Sie eotlant Dahulu atap bangunan makam dibuat bertingkat-tingkat dengan i indah. ; a eae ini terdapat pula makam tokoh-tokoh terkemuka kerajaan Riau, seperti makam Raja Haji Abdullah (Marhum Mursyid) Yang Dipertuan Muda Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas XI Fe] Riau IX, makam raja Ali Haji, pujangga Riau yang terkenal “Gurindam Dua Belay makam Raja Haji Abdullah, makam Mahkamah Syariah kerajaan Riau-Lingga, makam Tengku Aisyah Putri - Yang Dipertuan Muda Riau IX, dan kerabat-kerabat Engku Putri yang lain. Masjid Raya Sultan Riau Masjid yang menjadi kebanggaan orang Melayu Riau ini didirikan pada tanggal 1 Syawal 1249 H (1832 M) atas prakarsa Raja Abdurrahman, Yang Dipertuan Muda Riau VII. Bangunan masjid ini seluruhnya terbuat dari beton, berukuran 18 x 19,80 meter. Di bagian dalam ruang utama terdapat empat buah tiang utama, Pada keempat sudut bangunan berdiri empat buah menara, sedangkan atapnya terdiri dari 13 buah kubah yang unik. Di dalam masjid ini tersimpan pula kitab-kitab kuno (terutama yang menyangkut agama Islam) yang dulunya menjadi koleksi perpustakaan didirikan oleh Raja Muhammad Yusuf AI Ahmadi, Yang Dipertuan Muda Riau X. Benda lain yang menarik dan terdapat dalam masjid ini adalah mimbarnya yang indah, serta kitab suci AI Qur'an tulisan tangan. Bekas Gedung Tabib Kerajaan Sisa gedung Engku Haji Daud ini hanya berupa empat bidang dinding tembok dengan beberapa buah rangka pintu dan jendela. Gedung ini dahulu dikenal dengan sebutan Gedung Engku Haji Daud atau Gedung Tabib Kerajaan, karena beliau adalah Tabib Kerajaan Riau. Bekas gedung ini banyak menarik pengunjung karena disamping peninggalan sejarah juga terletak di tengah kediaman ramai. Makam Raja Haji Raja Haji-Yang Dipertuan Muda Riau IV-adalah pahlawan Melayu yang amat termashur. Beliau berperang melawan penjajah Belanda sejak berusia muda sampai akhir hayatnya dalam peperangan hebat di Tetuk Ketapang tahun 1784, Raja Haji yang hidup antara tahun 1727-1784 itu telah membuktikan dirinya sebagai pemimpin, hulubalang dan ulama, Para penulis sejarah mencatat, terutama pada tahun 1782-1784 cukup berpengaruh terhadap stabilitas sosial politik dan ekonomi di wilayah Nusantara dan negeri-negeri Belanda yang sangat tergantung terhadap sumber perekonomiannya di Timur. . Makam Raja Jaafar Raja Jaafar ~ Yang Dipertuan Muda Riau VI - adalah putra Raja Haji Sahid Fisabilillah Marhum Teluk Ketapang, Raja Jaafar menjadi Yang Dipertuan Muda Riau VI tahun 1806-1831. Ketika mangkatnya digelar Marhum Kampung Ladi. Makam Raja Abdurrakhman Raja Abdurrakhman - Yang Dipertuan Muda Riau VII - ketika mangkatnya digelar Marhum Kampung Bulang. Raja Abdurrakhman menjadi Yang Dipertuan Muda Riau tahun 1832-1844. Beliau terkenal aktif dalam menggalakkan pembangunan di pulau ini, serta taat beribadah, Salah satu hasil upaya beliau yang utama adalah pembangunan Masjid Raya Penyengat. Karena jasanya itutah, ketika beliau meninggal dunia jenazahnya dikebumikan hanya beberapa ratus meter di agian belakang masjid, terdapat pada sebuah lereng bukit. Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas XI j.Bekas Istana Sultan Abdurrakhman Muazzam Syah Bangunan bekas istana Sultan belaka dahulu, Istana ini disebut k. Bekas Gedung Tengku Bilik Bangunan ini bertingkat dua, kelihatan. Bentuk bangunannya Riau yang terakhir ini hanya berupa puing-puing Kedaton, dengan lapangan luas di sekitarnya, Walaupun sudah rusak tapi bentuk aslinya masih B merupakan ciri-ciri kesukaan para bangsawan Melayu akhir abad XIX, karena seni bangunan seperti itu masih ake di gal (istana Kampung Gelam), di Johor dan tempat-tempat lain di semenanjung Malaysia. Bangunan ini masih ditempati sampai masa Perang Dunia II dan sekarang masih menarik pengunjung yang datang ke pulau Penyengat.Pemilik gedung ini, yaitu Tengku Bilik, adik sultan Riau terakhir, bersuamikan Tengku Abdul Kadir. 1 Gudang Mesiu Sesuai dengan namanya, gedung ini dahulunya tempat menyimpan mesiu, yang oleh penduduk di daerah ini disebut obat bedil. Melihat gedung ini akan memberi bayangan betapa siapnya kerajaan Riau - Lingga dalam menentang penjajahan di negerinya. Dahulu, menurut cerita tempatan, di pulau ini terdapat empat buah gedung tempat menyimpan mesiu dan kini hanya tinggal satu ini. m, Kubu dan Parit Pertahanan Di Penyengat terdapat kubu dan parit pertahanan kerajaan Riau dalam peperangan melawan Belanda tahun 1782-1784. Kubu-kubu ini terletak di bukit Penggawa, bukit Tengah dan bukit Kursi, Dahulu, kubu-kubu ini seluruhnya dilengkapi dengan meriam dalam berbagai ukuran. Bagi para wisatawan yang berkunjung, kubu ini amatlah menarik, karena selain mengandung nilai sejarah juga pemandangan alam dari kubu-kubu ini sangat indah pula. n, Balai Adat Indra Perkasa Gedung dengan arsitektur tradisional Melayu Kepulauan ini dijadikan Balai Adat untuk memperagakan berbagai _bentuk upacara adat Melayu. Letaknya di tepi pantai menghadap laut lepas, amatlah mempesona. Didalam gedung ini dapat dilihat tata ruangan dan beberapa benda kelengkapan adat Resam beberapa atraksi kesenian yang nape Seba tamutertentu. _ Gambar 6.4 Balai Adat Indra Perkasa ne 0 cae li Sa ] 3. Kolonisasi Bangsa Asing di Riau dan Jejak/Artefaknya Tbk fis Malaka sangat strategis karena menjadi jalan silang antara Asia Timur dan Asia Barat. Oleh karena Malaka menjadi kerajaan yang sangat berpengaruh atas daerah sekitarnya sehingga Malaka memanfaatkan kondisi tersebut untuk memungut upeti Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas XI BEDS Ry Daerah-daerah yang berada di bawah pengaruhnya kebanyakan terletak di Sumatra, di antara yang terpenting adalah Sungai Kampar. Dari sinilah Malaka menjalankan pengawasannya tethadap daerah di bawah pengaruhnya yang lain, yakni Minangkabau, Dari daerah ini pula Malaka dapat mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan mengadakan ekspansinya ke utara dan ke selatan Sumatra Di samping daerah Kampar, Siak pun jatuh di bawah pengaruhnya schingga Malaka dapat memengaruhi perdagangan emasnya. Daerah itu masih tetap membayar upeti kepada Malaka hingga kedatangan orang-orang Portugis. Upeti yang dibayar oleh Siak kepada Malaka berupa emas. Di samping perluasan pengaruh kekuasaannya ke daerah- daerah Sumatra, Malaka dapat juga menaklukkan kepulauan Riau-Lingga. Sebagai upeti yang diberikan daerah yang dikuasai Malaka adalah bahan pangan untuk di ekspor. ‘Tenaga-tenaga manusia pun diambil dari sini. Penduduk daerah ini terkenal sebagai orang-orang suka berperang. Pada abad ke-16 Aceh mulai memegang peran penting di bagian utara pulau Sumatra. Pengaruh Aceh ini meluas dari Barus di sebelah utara hingga sebelah selatan di daerah Indrapura, Indrapura sebelum dibawah pengaruh Aceh merupakan daerah pengaruh Minangkabau. Ketika orang-orang Portugis mulai datang ke Malaka pada permulaan abad ke-16, status politik Aceh masih merupakan suatu kerajaan takluk dari kerajaan yangada di Sumatra Utara, yaitu Pidie. Akan tetapi, Aceh kemudian melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan Pidie berkat seorang tokoh kuat yang menjadi penguasa Aceh pada waktu itu, yaitu Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528). Sultan inilah yang menjadi pendiri kerajaan Aceh. Kemajuan Aceh pada waktu itu sangat terpengaruh oleh kemunduran Kerajaan Malaka yang mengalami pendudukan orang-orang Portugis. Bangsa Portugis datang ke Malaka karena mereka telah mengetahui bahwa pelabuhan Malaka merupakan pelabuhan transito yang banyak didatangi pedagang dari segala penjuru. Hal ini sangat menarik perhatian bangsa Portugis. Keadaan Malaka yang mulai mundur itu memberi Kesempatan kepada Aceh untuk berkembang, dan ini masih mungkin, karena bangsa Portugis belum menaruh perhatian penuh kepada Aceh waktu itu. Ketika pada tahun 1511 Malaka jatuh ke tangan Portugis, daerah-daerah pengaruh- nya yang terdapat di Sumatra mulai melepaskan diri dari Malaka, Keadaan ini sangat menguntungkan kemakmuran kerajaan Aceh yang mulai berkembang. Di bawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah, Acch mulai melebarkan kekuasaannya ke daerah- daerah sekitarnya. Operasi-operasi militer diadakan terhadap wilayah-wilayah ini tidak saja dengan tujuan agama dan politik, tetapi juga dengan tujuan ekonomi, Ke utara Sultan Ali Mughayat Syah memulai perangnya terhadap Pidie, Pasai, dan Daya. Dalam pertempuran dan pendudukan terhadap ketiga kerajaan ini, ia berhasil merebut senjata-senjata dari orang-orang Portugis yang terdapat di benteng- benteng mereka di Pidie. Di samping penyerbuan-penyerbuan yang sukses ini, tujuan ekonominya pun tercapai. Perang melawan Pidie yang tadinya semata-mata kelihatan bermotivasi politik, ternyata bagi Aceh mempunyai arti ekonomis yang lebih besar. Motif perluasan daerah ae ke epee selatan akan membuktikan bahwa motif ekonomi merupakan ‘or yang tidak dapat disangkal, tetapi faktor a pun memegang peran penting, Karena Sullan Acch menyerbu Pidie yang bersahabat dengan biegee Peruse, Yass ee) Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas XI tidak beragama Islam. Dalam peri , Periode perl antara tahun 1537-1568, faktor poltis hein) lebih diutamakan. Kadang-kadang Ach daerah Batak sama dengan daerah Indragir con po a a ae am, sped ‘ A . ir, yang tel i, rag tepenting di dalam menjalankan ekspansi ke dunece eae ee a pasukan asing, yang terdiri dari pasukan Turki, Arab, Abesinia, Ternyata pauan in sangat membantu sehingga peran kerajaan Aceh betul-betul menonjol. : od Perjuangan Riau Melawan Kolonial Belanda Ambisi untuk melakukan monopoli i 1 perdagangan dan menguasai berbagai daerah di Nusantara terus dilakukan oleh VOC, VOC mulai mengincar Kepulauan Raa. nee politik memecah belah VOC mulai berhasil menanamkan pengaruhnya di Riau, a. Perang Siak Melawan Kolonial Belanda Kerajaan-kerajaan kecil seperti Siak, Indragiri, Rokan, dan Kampar semakin terdesak oleh pemaksaan monopoli dan tindakan sewenang-wenang dari VOC. Kerajaan Siak merupakan kerajaan Melayu Islam yang terletak di Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Kerajaan ini tumbuh menjadi kerajaan bercorak Islam pada abad ke-15, Kerajaan Siak Sri Indrapura sangat kaya dengan hasil alam yang melimpah. Siak Sri Indrapura sampai sekarang tetap diabadikan sebagai nama ibu kota dari Kabupaten Siak. Kerajaan Indragiri terletak di Kabupaten Indragiri Hilir, dan Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Kerajaan Indragiri berdiri sejak tahun 1298, kerajaan ini didirikan oleh Raja Kecik Mambang atau Raja Merlang. Kerajaan ini tumbuh menjadi kerajaan bercorak Islam pada abad ke-15. Kesultanan Pelalawan atau Kerajaan Pelalawan (1725 M-1946 M) yang sekarang terletak di Kabupaten Pelalawan Pada era Islam, ada tiga kali pergantian nama, dari Pekantua Kampar, kemudian Tanjung Negeri, dan terakhir Pelalawan. Beberapa perlawanan di Riau adalah perlawanan yang dilancarkan oleh Kerajaan Siak Sri Indrapura, Reja Siak Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1723 - 1744) memimpin rakyatnya untuk melawan VOC. Setelah berhasil merebut Johor kemudian ia membuat benteng pertahanan di Pulau Bintan, Dari pertahanan di Pulau Bintan ini pasuken Sultan Abdul Jalil mengirim pasukan di bawah komando Raja Lela Muda bersama putranya Raja Indra Pahlawan untuk menyerang Malaka. Dalam suasana konfrontasi dengan VOC itu, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah wafat, Sebagai gantinya diangkatlah puteranya Yang bernama Muhammad Abdul i 1760), Tahun 1751 berkobar perang melawan VOC. pee aaaal serangan Raja Siak, VOC berusaha memutus jalur ae pee eae VOC mendirikan benteng pertahanan di sepanjang ree enghubungkan sungai Indragiri, Kampas, sampai Pulau Guntung yang jalur eka berada di muara Sungai Siak. i i zucuk pimpinan pasukan dipercayakan kembali Rakyat Siak melawan, sebagel Pure Tengku Muhammad Ali. Terjadilah lima kepada Raja Indra Se (1752 ~ 1753). Benteng VOC berlapis-lapis pertempuran sengit di untuk SMA/SMK/MA Kelas XI Fae | Budaya Melayu Riau sehingga sulit ditembus, melihat situasi yang demikian itu kedua panglima perang Siak menyerukan pasukannya untuk mundur kembali ke Siak. Sultan Siak mengatur siasat baru, disepakati bahwa VOC harus dilawan dengan tipu daya, Siasat ini dikenal dengan “siasat hadiah sultan’. Sultan diminta berpura- pura berdamai dengan cara memberikan hadiah kepada Belanda. VOC setuju dengan ajakan damai ini. Perundingan damai diadakan di loji di Pulau Guntung, Pada saat perundingan baru mulai justru Sultan Siak dipaksa untuk tunduk kepada pemerintahah VOC, Sultan segera memberi kode pada anak buah dan segera menyergap dan membunuh orang-orang Belanda di loji itu. Loji segera dibakar dan rombongan Sultan Siak kembali ke Siak dengan membawa kemenangan, sekalipun belum berhasil mengenyahkan VOC dari Malaka. Siasat perang ini tidak terlepas dari jasa Raja Indra Pahlawan. Oleh karena itu, atas jasanya Raja Indra Pahlawan diangkat sebagai Panglima Besar Kesultanan Siak dengan gelar “Panglima Perang Raja Indra Pahlawan Datuk Lima Puluh’. b. Perang Pelalawan Melawan Kolonial Belanda (1725-1946) Setelah mangkat, Maharaja Muda Lela digantikan putranya, Maharaja Dinda TI (1720-1750). Pada masa ini diperoleh kesepakatan untuk memindahkan pusat kerajaan ke tempat yang oleh Maharaja Lela Utama pernah dilalaukan (ditandai, dicadangkan) sebagai pusat kerajaan, yaitu di Sungai Rasau, salah satu anak Sungai Kampar, jauh di hilir Sungai Nilo. Sekitar tahun 1725, dilakukan upacara pemindahan pusat kerajaan dari ‘Tanjung Negeri ke Sungai Rasau. Dalam upacara adat kerajaan itulah, Maharaja Dinda I mengumumkan bahwa dengan kepindahan itu, kerajaan berganti nama menjadi Kerajaan “Pelalawan’, yang berarti tempat lalauan atau tempat yang sudah ditandai/dicadangkan. Sejak itu, nama Kerajaan Pekantua Kampar tidak dipakai Jagi, dan digantikan dengan nama “Pelalawan’, Setelah mangkat, Maharaja Dinda IT digantikan oleh putranya, Maharaja Lela Bungsu (1750-1775). Terjadinya pertikaian berkepanjangan di Johor menyebabkan Kerajaan Pelalawan melepaskan diri dari kekuasaan Johor. Hal ini diperkuat oleh kenyataan bahwa, penguasa Kerajaan Johor bukan lagi keturunan Sultan Alauddin Riayat Syah Tl, Raja Pekantua Kampar keempat. Sehubungan dengan hal itu, Sultan Syarif Ali yang berkuasa di Siak (1784-1811) menuntut agar Kerajaan Pelalawan mengakui Kerajaan Siak sebagai Yang Dipertuan, mengingat beliau adalah pewaris Raja Kecil, putra Sultan Mahmud Syah I, Raja Johor. Maharaja Lela II menolaknya, dan ‘memicu serangan Siak ke Pelalawan pada tahun 1797 dan 1798. Serangan pertama yang dipimpin oleh Sayid Syihabuddin dapat dipatahkan. Sedangkan serangan kedua yang dipimpin oleh Sayid Abdurrahman, adik Sultan Syarif Ali, berhasil menaklukkan Kerajaan Pelalawan, Meskipun demikian, karena merasa seketurunan dari silsilah Johor, Sultan Sayid Abdurrahman melakukan ikatan persaudaraan Begito (pengakuan bersaudara dunia akhirat) dengan Maharaja Lela II, Raja Pelalawan. Maharaja Lela II kemudian diangkat menjadi Orang Besar Kerajaan Pelalawan dengan gelar Datuk Engku Raja Lela Putera. Sayid Abdurrahman kemudian dinobatkan menjadi Raja Pelalawan dengan gelar Syarif Abdurrahman Fakhruddin (1798-1822). Sejak saat itu, Kerajaan Pelalawan dipimpin oleh raja-raja Ea Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas XI keturunan Sayid Abdurrahman, saud; dengan Roja Pelalawan terakhin, = Mndins Syarif Ali, Sultan Sisk, sampai ¢. Perjuangan Tuanku Tambusai Melawan Kolonial Tuanku Tambusai lahir di Dalu-dalu, Nagari Tambusai, Rokan Hulu, Riau, 5 November 1784. Nama kecilm 'ya, Muhammad Saleh i perantau Minang, Tuanku Imam Maulana Kali, ada Wee oe: sic ae Maulana Kadhi, dan Munah, iga yang menulis Imam Ayahnya berasal dari Nagari Rambah d Islam, Oleh Raja Tatnbndl, yah En eee Bee sai, ayahnya diangkat menjadi imam dan kemudian menikah dengan perempuan setempat. Tbunya berasal dari Nagari Tambusai yang bersuku Kandang Kopuh. Sesuai dengan tradisi Minang yang matrilineal, suka ini diturunkannya kepada Tuanku Tambusai Sewaktu kecil, Muhammad Saleh diajarkan ilmu bela diri, ketangkasan menunggang kuda, dan tata cara bernegara, Semua itu diajarkan ayahnya. Untuk memperdalam ilmu agama, Tuanku Tambusai. pergi belajar ke Bonjol dan Rao di Sumatra Barat. Di sana, dia banyak belajar dengan ulama-ulama Islam yang berpaham Paderi (Padri). ‘Ajaran Paderi begitu memikat dirinya, sehingga ajaran ini disebarkan pula di tanah Kelahirannya, ‘Ajaran itu dengan cepat diterima luas oleh masyarakat, schingga ia banyak mendapatkan pengikut. Semangatnya untuk menyebarkan dan melakukan pemurnian Islam, mengantarkannya untuk berperang, mengislamkan masyarakat di tanah Batak yang masih banyak menganut pelebegu. Perjuangannya dimula di daerah Rokan Hulu dan sekitarnya dengan pusat di Benteng Dalw-dela, Kemudian ia melanjutkan perlawanan Ke wilayah Natal pada tahun 1823. ‘Tambusai yang berumur 15 tahun dan banyak belajar dari wlama Paderi itu shat angkat senjata melawan tentara kompenisampai ke wilayah Natal pada tahun 1823. Setahuu setelahnya, Tuanka Tambusai didaulat sebagai pemimpin pasukan di Dalu-dalu, Lubuksikaping, Padanglawas, Angkola, dan Mandailing, ving belia itu, menurut Mabidin Said dalam “Tuank Tambusai Ber ae Tuanles Tambusai dan pasukannya bethasl menghancurkan benteng Beriua ort Amerongen. Bosjol yang telah jatuh Ke tangan Belanda direbut beste hadapi Belands, tetapi juga melawan pasukan ‘Tambusai tidak saja menghacap! es é] ieee tiegent Mandailing) dan Tumenggung Kartoredo, yang berpihak da Belanda. 5 . tahun 1834-1837, Belanda memusatkan kekuatannya untuk merebut saan ae anpereka terhalang olch gerakan Tuanku Tambusa di bagian utara Budaya Melayu Riau untuk SHAISMRIMA Keles XI HE ey Belanda (1725-1946) Gambar 64 Tuanku Tambussi Sumber: upload.wikimedia.org Dengan adanya gerakan itu, Belanda mengalami kesulitan untuk menyeran, Bonjol dari dua arah, yakni dari utara dan selatan. Pasukan gabungan Belanda dae Raja Gedombang yang bergerak dari utara, dicegat oleh pasukan Tuanku Tambusai, Dengan mengerahkan kekuatan yang cukup besar dan setelah melakukan pengepungan yang ketat selama lebih tiga tahun, akhirnya Belanda berhasil merebut Bonjol (Agustus 1837). Pada Oktober 1837, melalui tipuan perundingan, Belanda menangkap Tuanky Imam Bonjol. Dengan demikian, salah satu kekuatan Paderi berhasil mereka tundukkan, Namun, perang belum berhenti sebab Tuanku Tambusai masih menjadi ancaman yang serius terhadap perluasan kekuasaan Belanda. Sesudah Bonjol jatuh, peranan Tuanku Tambusai semakin menonjol. Sadar bahwa ia merupakan satu-satunya pimpinan perjuangan yang masih ada, Tuanky ‘Tambusai memperkuat pertahanan di Dalu-dalu. Belanda pun sadar bahwa selama Tuanku Tambusai masih belum ditundukkan, kekuasaan mereka di daerah pedalaman Sumatra belum akan berdiri dengan kukuh. Dua kekuatan itu berhadap-hadapan sepanjang tahun 1838 terutama di sekitar Dalu-dalu. Sejak Januari 1838, pasukan Belanda dikerahkan ke Raja Mondang, suatu tempat sehari perjalanan dari Dalu-dalu. Gerakan mereka terhalang oleh pertahanan Tuanku Tambusai dan aksi-aksi gerilya yang dilancarkan pasukan Tambusai. Belanda berusaha merebut satu demi satu kubu pertahanan Tuanku Tambusai yang bertebaran di daerah-daerah sekitar Dalu-dalu. Namun, sejak September 1838, Belanda memperoleh beberapa kemajuan sehingga Tuanku Tambusai memusatkan pertahanannya di benteng utama di Dalu-dalu. Belanda mengerahkan kekuatan yang cukup besar untuk merebut benteng ini. Sejak pertengahan Desember 1838, Benteng Dalu-dalu dihujani dengan tembakan meriam, Pada tanggal 28 Desember 1838, setelah melalui pertempuran yang melelahkan dan menimbulkan banyak korban, benteng ini jatuh ke tangan Belanda. Namun, Tuanku Tambusai berhasil meloloskan diri lewat pintu rahasia. Dia mengungsi dan wafat di Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia, pada tanggal 12 November 1882. . Perjuangan Sultan Zainal Abidin ‘Terpecahnya Rokan menjadi beberapa kerajaan, menimbulkan cita-cita seorang Putra Raja Tambusai yang bernama Sultan Abdul Wahid untuk mempersatukan Kembali Kerajaan Rokan, Maka diadakan perundingan dengan orang Kubu, Bangko, dan Tanah Putih, tetapi gagal karena daerah Kubu, Bangko, dan Tanah Putih berada dalam kekuasaan Kerajaan Siak Sri Indrapura, Sultan Abdul Wahid kemudian digantikan oleh Sultan Zainal Abidin. Sultan Zainal Abidin bertekad mempersatukan Kerajaan Rokan sebagaimana yang terdapat dalam Trombo Siri Kerajaan Tambusai Lama yang mengandung empat prinsip Perjuangan, yaitu sebagai berikut, 1) Mendirikan Kerajaan Rokan yang satu dari Muara sampai ke batas Minagkabat 2) Menentang penjajahan Belanda, Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas XI 3) Mempersatukan rakyat Rokan yang terpecah belah. 4) Mendirikan ibu kota kerajaan yang baru. ; _ é Lda oes tujuannya, Sultan Zainal Abidin memindahkan ibu kota feraean Ke Rantau Kase. Sultan Zainal Abidin mengiimban delegas ke Tu: jntuk meminta Bantuan menghadapi Belandateapigoga, emudian ja mint an kepada Raja Perak dan Ipoh, Pada tahun 1901, Belanda menduduki daerah Rokan Empat Koto dan menempatkan Controleur Tuan Quast. Kemudian berhasil menguasai Kerajaan Kunto Darussalam, Rambah, Tambusai, dan Kepenuhan, Pada tahun 1904, Belanda melakukan penyerbuan ke Rantau Kasai, pasukan Sultan Zainal Abidin dapat dikalahkan. Sultan Zainal Abidin dipenjarakan di Pasir Pangaraian, kemudian dipindahkan ke Sukamiskin, kemudian dipindahkan ke Madiun, ¢. Perlawanan Rakyat Reteh Reteh merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Melayu Riau yang terletak di sepanjang sungai Gangsal, Belanda memecat Sultan Mahmud Muzaffar Syah dan mengangkat Sultan Suleiman sebagai Raja Kerajaan Melayu Riau pada tahun 1857. Para pengikut Sultan Mahmud terus melakukan perlawanan terhadap Belanda dengan jalan bertindak sebagai Lanun. Pemimpin mereka yang terkenal bernama Panglima Besar Sulung. Belanda membujuk Panglima Sulung agar tunduk kepada Sultan Suleiman, tetapi gagal. Belanda mengancam akan melakukan penyerbuan ke Reteh, 9 Oktober 1858, sebuah armada kecil diberangkatkan ke Reteh. 12 Oktober 1858, armada tersebut sampai di Kuala Patah Parang. Armada tersebut terdiri dari 1 Kapal Api, 2 Perahu Penjelajah Belanda, 2 Perahu Penjelajah Yang Dipertuan Muda, 20 Perahu Pengiring, 70 Inlander Bugis, 200 Inlander Melayu dan Orang Laut. ‘Armada ini dipimpin oleh Letnan I A. J. Lroef. Dari Kuala Patah Parang, sebagian kekuatan dikirim ke Kuala Enok. Tujuannya adalah untuk menjaga agar jangan ada pihak Jawan yang meloloskan dri ke laut melalui Sungai Enok. Kekuatan lainnya memasuki Sungai Reteh, kemudian menuju Kota Baru. e Benteng Panglima Besar Sulung terletak di Hulu Sungai Sampi, salah satu cabang Sungai Reteh sebelah kanan tidak begitu jauh dari Kuala Reteh, 13 Oktober 1858, pasukan Panglima Besar Sulung telah terkepung dari segala ‘Oktober 1858, Pasukan Belanda mulai ‘memasuki Sungai Sampi untuk fahanan Rakyat Reteh, 16 Oktober 1858, Belanda Kuala Sungai Sampi dan Kubu Pusat Pertahanan enjuru. 15 ree Kubu Pusat Pert berlabuh di pertengahan antara ‘Tengku Sulung. vee taian di perumahan penduduk, 19 Oktober 58, Belanda mengedakan pengin ich laskar Tengku Sulung, ; Pea "Bre Belanda memperkuat Kubu di Sungai Samp, é Ahk i 958, pasukan Reteh menyerbu Kubu Belanda, namun tidak berhasil 27 Oktober 1858; merebut Kubu Belanda. Pi 4 28 Oktober 1858, Belanda mendatangkan bantuan dari Tanjung PANS KIMA Kelas XI aaa Budaya Melayu Riau untuk SMA/SM 4 November 58 dengan kekuatan penuh Belanda melakukan Penyerbuan ke Benteng Pertahanan Reteh. Usaha prajurit Reteh untuk memasuki Kapal Belanda mengalami kegagalan, 7 November 58, hujan turun terus-menerus, sehingga pergerakan pasukan darat Belanda mendekati benteng tidak diketahui prajurit Reteh, sementara kapal Belanda terus mengadakan tembakan ke Kubu Tengku Sulung. Belanda melakukan serangan mendadak dari darat ke dalam benteng, akhirnya berhasil memasuki benteng. Panglima Besar Sulung sendiri dua hari sebelumnya telah terkena peluru meriam Belanda saat memeriksa tembok benteng, terkena tembakan di lehernya, tepat di atas tulang dada sehingga dibawa keluar benteng, ‘Tengku Besar Sulung dibawa ke Malaka, namun meninggal dalam perjalanan, Perlawanan Tengku Sulung Tengku Sulung adalah seorang pejuang ke-merdekaan yang memfokuskan Perlawanannya terhadap kolonial Belanda di daerah Reteh/Sungai Batang, Tengku Sulung sendiri diperkirakan lahir di Lingga, Kepulauan Riau. Sejak Kecil, Sulung dididik dengan ajaran Islam yang Ketat, Pemahamannya tentang Agama Islam membuatnya tidak suka dengan Belanda. Bahkan Dia tidak mau bekerjasama dengan Belanda dalam bentuk apapun, Tengku Sulung memperoleh kedudukan sebagai Panglima Besar Reteh setelah Sultan Muhammad, Sultan Lingga yang berkuasa di Reteh. Waktu itu Sulung tidak mau tunduk pada Sultan Sulaiman yang diangkat oleh Belanda untuk kawasan Yang sama, menggantikan Sultan Mahammad. Semula Tengku berkedudukan di Kotabaru Hulu Pulau Kijang sekitar 16 mil dari Pulau Kijang Di desa ini Tengku Sulung membangun Benteng yang kelak ditandai dengan adanya Desa Benteng, Sungai Batang, Indragiri Hilir di Hulu Sungai Batang Dibenteng itulah pertahanan Tengku Sulung dan pasukannya dalam melawan Belanda. Perjuangan Tengku Sulung dan Pasukannya terhenti setelah Belanda membawa Haji Muhammad Thaha, juru tulis Tengku Sulung yang sebelumnya tertangkap oleh Belanda di Kotabaru Tengku Sulung pun diultimatum oleh Residen Belanda supaya menyerah kepada Komandan Ekspedisi. Jawaban yang diberikan Panglima Besar Sulung sama sekali tidak memuaskan Belanda, maka sejak itu pertempuran hebat antara kedua belah pihak berkobar kembali. ‘Tanggal 7 Oktober 1858, angin kencang beserta hujan lebat menyiram daerah Reteh sepanjang hari. Keadaan ini menyebabkan laskar Reteh jadi kurang waspada dan tidak menyangka, bahwa serangan besar-besaran akan dilakukan pada hari seburuk itu. Laskar Reteh harus menghadapi serangan dari dua arah. Pasukan Belanda yang menyusup dibelakang benteng, mendapat serangan bertubi-tubi, baik dari benteng Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas XI pusat maupun dari benteng kecil, Laskar Ri > ‘etch yang mempertah kecil terpaksa mundur, karena mendapat serangan ee ieee per by ee heer yang sudah terluka dua hari yang lalu akibat kena tembakan ketika emeriksa pelindung bentengnya, dengan semangat besar masih mampu memimpin pertempuran yang sangat menentukan hingga saat itu. Dalam keadaan pertempuran masih sedang berlangsung dahsyat, beberapa orang pimpinan laskar Reteh yang Penting, diantaranya Said Usman dan Raja Ismail dapat ditangkap oleh pasukan Belanda. Penangkapan tokoh-tokoh penting itu telah mengakibatkan laskar Reteh ehilangan pimpinan yang mengatur strategi dan taktik perang. Walaupun demikian, mereka masih melancarkan perlawanan seru, karena beberapa tokoh pimpinan lainnya termasuk Panglima Besar Sulung masih tetap berjuang bersama mereka. Namun Tengku Sulung menolak maka terjadilah pertempuran, Di tengah- tengah pertempuran yang: sedang berkecamuk, Panglima Besar Reteh terkena sebutir peluru tepat ditengah leher yang menyebabkan ia gugur di dalam benteng, Ketika berita kematian tokoh tampuk pimpinan itu tersebar kepada para pengikutnya, telah menyebabkan semangat bertempur mereka mulai menurun. Akhirnya, pertempuran itupun terus berakhir. Kekalahan yang menimpa rakyat Reteh dalam pertempuran tanggal 7 November 1858 ini, terutama disebabkan sebagian besar pemimpin dan tokoh-tokoh yang gagah berani telah tewas atau ditangkap pasukan Belanda. Laskar Reteh yang terbunuh dalam pertempuran hari itu diperkirakan berjumlah 70 orang, sedangkan di pihak musuh 16 orang Belanda yang menderita luka, diantaranya 3 orang yang terluka berat. Korban yang lain bagi pasukan Belanda adalah 4 orang pribumi mengalami luka-luka dan tiga orang diantaranya terluka berat Perjuangan Datuk Tabano Melawan Kolonial Belanda Datuk Tabano dikenal dengan sebutan Gandulo menjadi Dubalang dari Datuk Tuo dan diberi gelar Datuk Tabano, Gelar ini disematkan oleh Ninik Mamak suku ‘Melayu Datuk Tua dengan kesepakatan kaum persukuan, di Kabupaten Kampar, Datuk Tabano memegang kekuasaan ketika negeri sedang carut marut. Dengan memiliki ilmu kebal diri, Datuk Tabano mampu mempertahankan Limo Koto dari serbuan Belanda yang datang dari hulu. Sementara pusat pertahanan terletak di i i Kampar di wilayah batu dinding rantau berangin. Sedangkan pelocuan teen dacrah pulau Ompek Kuk, Istrinya bernama Halimah Siyam dikarunia (Ee eer casing bernama Abdullah dan Habibah kesetian Halimah. censae nee 1895, terjadi perang antara pasukan Belanda dengan Pertengehan tahun 109° pasuken Belanda memasuki kandang perairan, asukan rakyat Limo Koto, Seat pasukan Belands mcmasck kandang Eabe kompeni tenggelam setelah dihajar pasukan Tabano. fc 7 1. Apa yang menjebabkan Portogis ke Mall? 2. Jelaskan kembali siapakah Tengku 5 Budaya Melayu iu untuk SMA/SMKIMA Kelas XI Sey

You might also like