You are on page 1of 25
®& PERATURAN ORGANISASI PALANG MERAH INDONESIA NOMOR: 903/P0/PP.PML/VLIT/2020. TENTANG UNIT DONOR DARAH PALANG MERAH INDONESIA PENGURUS PUSAT PALANG MERAH INDONESIA; Menimbang —_: a. Bahwa Peraturan Organisasi tentang Unit Donor Darah yang berlaku saat ini dinilai masih terdapat kekurangan dalam penerapannya sehingga perlu dilakukan penyempurnaan; b.Bahwa penyempurnaan Peraturan Organisasi sebagaimana dimaksud pada butir a. diatas perlu ditetapkan dengan Keputusan Pengurus Pusat Palang Merali Indonesia tentang Peraturan Organisasi Pengelolaan Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia. Mengingat 1. Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Kepalangmerahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6180), 2, Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Kepalangmerahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6317); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pelayanan Darah; 4, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 83 tahun 2014 tentang Unit Transfusi Darah, Bank Darah Rumah Sakit, dan Jejaring Pelayanan Transfusi Darah; 6, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 91 tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Transfusi Daral 7. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Palang Merah Indonesia 2019-2024. Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja leknis Unit Donor PMI tanggal 5 Mei 2020 di Hotel Santika, Jakarta. MEMUTUSKAN; Menetapkan : PERATURAN ORGANISASI TENTANG UNIT DONOR DARAH PALANG MERAH INDONESIA; PERTAMA :Peraturan Organisasi sebagaimana dimaksud diatas, diatur sebagai berikut : Markas Pusat Palang Merah Indonesia Jl. Jend. Gatot Subroto Kav 96, Jakarta 12790 ~ Indonesia Telepon : +62 21 799 2325, Fax: +6221 799 5188, e-mall: pmi@pmi.cid, wrw.pmicrid Palang Merah Indonesia BABI KETENTUAN UMUM Dalam Peraturan Organisasi ini, yang dimaksud dengan: 1, Palang Merah Indonesia (PMI) adalah Perhimpunan Nasional yang berdiri atas asas perikemanusiaan dan atas dasar sukarela dengan tidak membeca-bedakan bangsa, golongan, dan paham politik; 2. Pengurus PMI adalah orang perseorangan yang dipilih dan ditetapkan untuk mnengelola organisasi PMI sesuai dengan tingkatan organisasi. 3. Mat kas PMI adalah perangkat dan sarana organisasi yang berfungsi melaksanakan tugas Kepalangmerahan, terdiri dari Markas Pusat PMI, Markas PMI Propinsi, Markas PMI Kabupaten/Kota dan Markas PMI Kecamatan; 4. Unit Donor Darah PM, selanjutnya disingkat UDD PMI adalah Unit Transfusi Darah yang menyelenggarakan pengerahan dan pelestarian pendonor darah, penyediaan darah, dan endistribusian darah yang berkedudukan tingkat Pusat, Propinsi, dan Kabupaten /Kota;, 5. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik indonesia tahun 1945, selanjutnya di sebut Pemerintah; 6. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah; 7. Pendonor adalah orang yang menyumbangkan darah atau komponennya melalui UDD PMI kepada pasien untuk tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan; 8. Pelayanan Darah PMI adalah upaya pelayanan kesehatan yang memanfaatkan darah manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan kemanusiaan dan tidak untuk tujuan komersial yang dilakukan oleh UDD PMI; 9. Kepala UDD PMI adalah seseorang yang dipilih dan ditetapkan oleh Pengurus PMI di masing-masing tingkatan untuk memimpin dan menjatankan UDD PM; 10. Dokter UDD PMI adalah dokter umum dan/atau dokter spesialis yang bekerja di UDD PMI can dapat dibuktikan secara administrasi; 11. Fegawai UDD PMI adalah Individu yang bekerja di tingkungan UDD PM! dan memperoleh remunerasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan PMI; 12. Biaya Pengganti Pengolahan Darah (BPD) adalah semua biaya (investasi dan operasional) yang digunakan dalam proses menghasilkan darah transfuse dan/atau komponen darah yang aman dan bermutu standar, dalam jumlah cukup, dan tersedia setiap saat dibutuhkan yang diperhitungkan secara rasional dan nirlaba; 13. Belanja investasi adalah pendapatan yang diterima UDD PMI atas biaya yang diperlukan untuk mengadakan aset tetap/inventaris, untuk kegiatan pelayanan darah dalam waktu lebih dari 1 (satu) periode akuntansi; 14. Biaya Operasional adalah pengeluaran UDD PMI atas biaya utilitas, biaya sumber daya manusia, transportasi, makan minum pendonor, penghargaan donor, bahan cetak dan biaya pembinaan organisasi, yang dipergunakan pada periode akuntansi yang sama dengan pengadaannya; 15, Biaya Pembinaan Organisasi adalah salah satu komponen dalam biaya operasional dalam rangka pembinaan UDD PMI untuk peningkatan kualitas pelayanan darah; 16 Pendidikan dan Pelatihan UDD PMI adalah kegiatan dalam rangka meningkatkan kompetensi sumber daya manusia di bidang pelayanan darah; 17. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah suatu sistem manajemen kualitas yang berguna menjamin darah dan komponen darah diproduksi dan cikendalikan secara konsisten terhadap standar mutu sesuai dengan tujuannya; 18. Logistik UDD PMI adalah pesediaan barang-barang untuk memenubi seluruh kebutuhan pelayanan penyediaan darah, penyimpanan dan pendistribusian barang yang efektif, fisien dan akuntabel; 19. Sistem Informasi Manajemen Donor Darah (SIMDONDAR) adalah _ sistem Perencanaan,pencatatan, pelaporan dan monitoring serta evaluasi yang merupakan bagian dari pengendalian internal UDD PMI yang meliputi pemanfaatan manusia, dokumen, teknologi, dan prosedur untuk tujuan pelayanan darah; 20. Jejaring adalah suatu struktur UDD PMI yang dibentuk dari kumpulan UDD PMI seluruh Indonesia yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, misi, fungsi, ide, dan sebagainya; 21. Izin adalah suatu pernyataan mengabulkan atau tidak mengabuilkan secara tertulis yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang berdasarkan peratuan perundang-undangan yang berlaku serta aturan turunannya; 22. Regionalisasi UDD PMI adalali pembagian wilayah kerja dan tanggung jawab yang dilakukan oleh UDD PMI diseluruh Indonesia, di bawah kordinasi UDD Pusat PM; 23. Kerjasama UDD PMI adalah suatu perjanjian yang dibuat antara UDD dan/atau Pihak tainnya untuk tujuan mendukung kegiatan pelayanan darah; 24, ?engadaan Barang dan Jasa UDD PMI adalah proses kegiatan untuk pemenuhan atau Denyediaan kebutuhan dan pasokan barang atau jasa di bawah ketentuan internal PMI ~zntuk memenuhi kebutuhan pelayanan darah; 25. Pengawasan UDD PMI adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sésuai dengan peraturan yang telah ditetapkan; 26. Pembinaan UDD PMI adalah suatu usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih efektif dan efisien dalam upaya melaksanakan kegiatan pelayanan darah; 27. Penghargaan UDD PMI adalah sesuatu yang diberikan pada perorangan atau kelompok atas sumbangsih dan peranannya pada PMI terkait dengan pelayanan darah; 28. Fraksionasi Plasma adalah pemilahan derivat plasma menjadi produk plasma dengan monorapkan toknologi dalam pengolahan darah; 29. Rujukan Nasional UDD PMI adalah suatu acuan yang dibentuk oleh UDD Pusat PMI sebagai dasat bagi UDD PMI dalam menjalankan standar pelayanan darah; 30. Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar wajib pajak untuk negara dalam upaya pelaksanaan suatu kegiatan guna menunjang pelayanan darah oleh PMI; 31, Produksi adalah kegiatan pembuatan formulasi reagensia untuk kepentingan pelayanan darah yang dilakukan oleh unit usaha yang dirikan oleh PMI; 32, Peraturan Perundang-undangan adalah seluruh ketentuan dan peraturan Negara yang bertalian dengan undang-undang beserta turunannya dan hierarkinya yang terkait dengan pelayanan darah; 33. Penelit‘an dan Pengembangan (Litbang) adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh UDD PM dalam meningkatkan pelayanan darah oleh PMI. BABII MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP Maksud dan Tujuan Pasal 2 (1) Maksud dan tujuan dibentuknya Peraturan Organisasi ini adalah sebagai pedoman bagi Unit Donor Darah untuk menjalankan fungsi penyelenggara pelayanan darah di lirgkungan Palang Merah Indonesia; (2) Peraturan Organisasi ini, bertujuan untuk: a, Menyelenggarakan pelayanan darah yang aman, berkualitas serta terintegrasi melalui sistem regionalisasi dan konsolidasi; b. Memenuhi persediaan darah yang aman untuk kebutuhan pelayanan kesehatan; ¢. Memudahkan akses memperoleh darah untuk penyembuhan penyakit dan perulihan kesehatan dengan prinsip kemanusiaan; d. Memudahkan akses memperoleh informasi terkait pelayanan darah. Ruang Lingkup Pasal 3 (1) Ketentuan yang diatur dalam Peraturan Organisasi ini mengatur tentang Unit Donor Darah yang berkedudukan di bawah Organisasi Palang Merah Indonesia, beserta ketentuan yang berlaku didalamnya; (2) Ketentuan yang diatur dalam Peraturan Organisasi ini berlaku dan mengikat bagi : a. Pengurus PMI seluruh Indonesia; b. Unit Donor Darah PMI, baik Pusat, Propinsi dan Kota dan/atau Kabupaten; c. Pihak Lain yang bekerjasama dengan Palang Merah Indonesia dan/atau Unit Donor Darah PMI, dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pelayanan darah. BAB Ill UNIT DONOR DARAH PALANG MERAH INDONESIA Bagian Kesatu Pembentukan dan Pendirian Unit Donor Darah PMI Pasal 4 (1) UDD PMI didirikan dengan persyaratan sebagai berikut: 2. UDD PMI dirikan dengan memperhatikan kebutuhan darah 2% dari jumlah penduduk suatu wilayah; b. UDD PMI dapat didirikan dimasing-masing tingkatan organisasi_ dengan memperhatikan: b.1. efektifitas pelayanan dan kemampuan calam —_ mempertahankan keberlangsungan pelayanan UDD PMl; b.2. tidak mendirikan UDD PMI baru, jika dalam suatu wilayah yang sama yang sudah ada UDD PMI-nya; b.3. UDD PMI yang didirikan diharapkan dapat menghesilkan atau memproduksi sokurang Kurangnya 1000 (seribu) donasi per bulan ser La 60% nya dibuat sebagai komponen daral b.4. bagi UDD Pil yang belum dapat memenuhi produksi 1900 donasi perbulan, maka UDD tersebut difungsikan menjadi DD Pengumpull Darah (blood collecting). €. UDD PMI dengan wilayah sistem Daerah Khusus Ibukota Jakarta, UDD PMI Kota-nya dapat berfungsi sebagai UDD Pengumpul Darah (Blood Collecting), dan UDD Propinsinya bertindak sebagai koordinator; d. UDD PMI yang akan didirikan di daerah terpencil, kepulauan dan/atau perbatasan, dimana secara geogarfi, akses transportasi dan pembiayaan sertz keberalangsungan pelayanan terpenuhi, dapat mendirikan UDD PMI baru; . bagi UDD baru yang akan di dirikan, wajib terlebih dahulu dilakukannya studi kelayakan oleh UDD Pusat PMI. (2) Selain syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, UDD PMI yang akan didirikan, wajib memiliki Izin Pendirian dan Izin Operasional; (3) Ketentuan terkait dengan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini, serta syarat-syarat pendukung lainnya dalam pendirian UDD PMI akan diatur lebih lanjut dalam Keputusan Pengurus Pusat PMI Bagian Kedua Kedudukan Unit Donor Darah PMI Pasal 5 (1) UDD PMI, berkedudukan masing-masing tingkatan organisasi PMI, kecuali tingkat kecamatan; (2) UDD PMI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini terdiri dari: a: UDD Pusat, yang berkedudukan di Pusat, dan memiliki wilayah kerja meliputi seluruh Indonesia; b. UD Provinsi, yang berkedudukan di Provinsi, dan memiliki wilayah kerja metiputi wilayah Provinsi; ¢. UDD Kabupaten/Kota, yang berkedudukan di Kabupaten/Kota, dan meniliki wilayah kerja metiputi wilayah kabupaten/kota. Bagian Ketiga Struktur Unit Donor Darah PMI Pasal 6 (1) Struktur UDD PMI berlaku secara berjenjang, dari Tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota; (2) Struktur UDD PMI secara kebijakan diwakili oleh Pengurus dimasing-masing tingkatan dan secara teknis diwakili oleh Kepala UDD PMI; (3) Pengurus PM dimasing-masing tingkatan wajib melaporkan kegiatan pelayanan darah yang dilakukan diwilayahnya kepada Pengurus PMI satu tingkat diatasnya; (4) Kepala UDD PMI dimasing-masing wilayah, dapat berkoordinasi dengan kepala UDD PMI lainnya dalam hal melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis; (6) Seluruh bentuk komunikasi dan koordinasi antar UDD PMI, diketahui oleh Pengurus PMI di masing-masing tingkatannya. Bagian Keempat ‘Tugas UDD PMI Pasal 7 (1) UDD PMI Pusat, memiliki tugas : @._menyusun perencanaan kebutuhan darah; b. melakukan pengerahan dan pelestarian pendonor darah; melakukan penyediaan darah dan komponen darah secara nasional; melakukan pendistribusian darah; melakukan pelacakan penyebab reaksi transfusi atau kejadian ikutan akibat transfusi darah; melakukan pemusnahan darah yang tidak layak pakai; melakukan pembinaan teknis_ dan pemantauan kualitas pelayanan darah di tingkat provinsi, termasuk regional dan sub-regional nya; menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan; pusat rujukan nasional untuk pelayanan transfusi darah yang melayani rujukan pemeriksaan, rujukan pengetahuan, rujukan informasi dan data; Pusat penelitian dan pengembangan dalam penapisan teknologi transfusi darah untuk penerapan yang sesuai dengan kebutuhan setempat; koordinator sistem jejaring penyediaan darah dalam merancang jeyaring pelayanan transfusi darah lintas wilayah dalam bentuk sistem informasi teknologi dan bekerja sama dengan UDD negara-negara lain dan lembaga swadaya masyarakat; koordinator pengumpulan plasma tingkat nasional; . melakukan penyediaan logistik. (2) UDD PMI Provinsi, memiliki tugas : L (3) UDD PMI Kabupaten/Kota, memiliki tugas a. b. . menyusun perencanaan kebutuhan darah; melakukan pengerahan dan pelestarian pendonor darah; melakukan penyediaan darah dan komponen darah tingkat propinsi; |. melakukan pendistribusian darah; melakukan pelacakan penyebab reaksi transfusi atau kejadian ikutan akibat transfusi darah; melakukan pemusnahan darah yang tidak layak pakai; - menyediakan darah pendonor; melakukan pembinaan teknis dan non teknis serta pemantauan kualitas pelayanan darah tingkat kabupaten/kota sesuai wilayahnya; menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan; Pusat rujukan tingkat provinsi untuk pelayanan transfusi darah yang metayanii rujukan pemeriksaan, rujukan pengetaluan, rujukan inforimasi dan data; pusat penelitian dan pengembangan dalam penapisan teknologi transfusi darah untuk penerapan yang sesuai dengan kebutuhan setempat; koordinator sistem jejaring penyediaan darah pada provinsi atau wilayah binaan. menyusun perencanaan kebutuhan darah; melakukan pengerahan dan pelestarian pendonor darah; cc. _melakukan penyediaan darah dan komponen darah tingkat kabupaten/kota; d._melakukan pendistribusian darah; e. melakukan pelacakan penyebab reaksi transfusi atau kejadian ikutan akibat transfusi darah; m. melakukan pemusnahan darah yang tidak layak pakai; nh. -melakukan pembinaan teknis dan non teknis serta pemantauan kualitas pelayanan darah tingkat kabupaten/kota sesuai wilayahnya sebagai penanggung jawab regional; ©. melaporkan kegiatan pelayanan darah ke UDD PMI satu tingkat d'atasnya. Bagian Kelima Sumber Daya Manusia UDD PMI Pasal 8 (1) Sumber Daya Manusia UDD PMI, terdiri dari: (2) 2. 1 (satu) orang Kepala UDD PMI; b. 1 (satu) orang Manajer Kualitas; c. 1 (satu) orang atau lebih Kepala Bidang; d. 1 (satu) orang atau lebih Kepata Bagian; e. Beberapa Staff yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kompetensi. Dalam menjalankan tugas UDD, seorang Kepala UDD dapat dibantu oleh seorang Wakil Kepala UDD, yang diangkat oleh Pengurus PMI dimasing-masirg tingkatan. Paragraf 1 Kepala UDD PMI Pasal 9 (1) Kepala UDD PMI sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 huruf a, memiliki persyaratan sebagai berikut : a. _latar belakang Pendidikan dokter; b. memiliki Surat Tanda Registrasi (STR); ¢. memiliki sertifikat pelatilian Leknis dan menajemen dibidang pelayanan darah, yang dapat dibuktikan secara administrasi; 4. memiliki pengalaman bekerja di UDD PM sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun; €. bersedia mengabdi pada UDD PMI minimal 5 (lima) tahun; bersedia bekerja penuh waktu (full time) di UDD PMI. (2) Latar belakang Pendidikan Dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, pasal ini tidak diperkenankan dari latarbelakang pendidikan kedokteran gigi dan/atau kedokteran hewan; (3) Pada saat menjabat sebagai kepada UDD PMI, tidak diperkenankan "nerangkap jabatan sebagai Pengurus PMI ditingkat manapun. Pasal 10 (1) Masa jabatan Kepala UDD PMI, paling lama 5 (lima) tahun; (2) Masa jabatan Kepala UDD PMI dapat diperpanjang kembali berdasarkan penilaian kinerjanya oleh Pengurus PMI dimasing-masing tingkatan; (3) Masa jabatan Kepala UDD PMI terhitung sejak tanggal pengangkatan sebagaimana ‘tercantum dalam Surat Keputusan Pengurus serta jangka waktunya tidak boleh melewati masa periode kepengurusan PMI dimasing-masing tingkatan; (4) Kepala UDD PMI diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus: PMI dimasing-masing tingkatan, atas rekomendasi Pengurus 1 (satu) tingkat diatasnya, serta persetujuan Pengurus Pusat. Pasal 11 Kepala UDD PMI mempunyai tugas : a. menetapkan kebijakan teknis dan rencana kerja UDD PMI; b. menentukan pola dan tata cara kerja; c._memimpin pelaksanaan kegiatan teknis UDD PMI; d._melaksanakan pengawasan, pengendatian dan evaluasi kegiatan UDD PMI ; dan e. melakukan koordinasi teknis dengan lintas sektor; f,_ melakukan koordinasi kebijakan dengan Pengurus di masing-masing tingkatan, g. memastikan tugas-tugas UDD PMI terlaksana sebagaimana dimaksud dada pasal 7. Pasal 12 (1) Kepala UDD PMI dapat diberhentikan sebelum selesai masa jabatan berakhir, apabila : a. Mengundurkan diri; b, Berhalangan tetap, baik karena sakit berkepanjangan atau meninggal dunia atau sebab lainnya schingga yang bersangkutan tidak mampu lagi menjalankan tugasnya; c. Melanggar peraturan yang berlaku di PMI beserta aturan turunannya; c. Melakukan idak pidana yang telah berkekiatan hukum tetap. (2) Pemberhentian kepala UDD PMI sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf ¢ dan d, yang bersangkutan berhak melakukan pembelaan sesuai dengan peraturan kepegawaian yang berlaku di lingkungan PMI; Pasal 13 Tata cara pengangkatan dan pemberhentian Kepala UDD PMI, diatur .ebih lanjut dalam Keputusan Pengurus Pusat PMI. Paragraf 2 Pegawai UDD Pasal 14 (1) Pegawai UDD PMI dapat berasal dari pegawai Markas, pegawai UDD PMI atau Aparatur Sipil Negara yang diperbantukan di UDD PMI, sesuai kompetensinya (2) Pegawai UDD PMI tidak diboteh merangkap jabatan sebagai Pengurus; (3) Pegawai UDD terdiri dari : a. Staff medis; bh Tenaga pelaksana teknis; ¢, Pelaksana administrasi/keuangan; dan d. Tenaga penunjang. (4) Staf medis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a menitiki kualifikasi a. latar belakang pendidikan dokter dan telah mendapatkan pelatinan di bidang transfusi darah; b. _mempunyai keterampilan dalam bidang organisasi, manajemen dan teknis pelayanan darah. (6) Tenaga pelaksana teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b memiliki kualifikasi: a. teknisi pelayanan darah dengan mempunyai latar belekang pendidikan minimal Diploma 3 (tiga) Teknologi Bank Darah; b. tenaga dengan latar belakang pendidikan Diploma 3 (Tiga) Analis Kesehatan yang mempunyai sertifikat_ pengetahuan dan keterampilan tertang pengolahan, penyimpanan, distribusi darah, dengan lingkup pekerjaan pada laboratorium uji saring infeksi di UDD PM; c. tenaga dengan latar belakang pendidikan Diploma Ill (Tiga) Keperawatan untuk lingkup pekerjaan pada rekrutmen pendonor, seleksi pendonor, dan pengambilan darah, (6) Pelaksana adininistiasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf ¢ harus mempunyai keterampilan dalam manajemen data, pencatatan dan pelaporan; (7) Tenaga penunjang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d metiputi tenaga humas, tenaga teknologi informasi, hukum, logistik, sopir, dan/atau pekarya. Pasal 15 Pengangkatan dan pemberhentian pegawai UDD PMI diatur sebagai berikut: a. Dilakukan di masing-masing tingkat kepengurusan dan di tempatkan sesuai kompetensinya; b. Di tetapkan oleh Pengurus PM atas usulan Kepala UDD di masing-masing tingkatan; c. Pegawai yang akan diangkat menjadi pejabat struktural wajib memiliki masa kerja paling sedikit 2 (dua) tahun di UDD PMI masing-masing tingkatan; d. Mekanisme pengangkatan dan pemberhentian pegawai UD PMI diatur lebih Lanjut. dalam Keputusan Pengurus Pusat PM dan/atau Peraturan Kepegawaian PMI Pasal 16 (1) Sistem penggajian pegawai UDD PMI diatur dalam peraturan kepegawaian di masing- masing tingkatan; (2) Pengurus PMI atas usulan dari Kepala UDD menetapkan standar penghasilan bagi pegawai dengan mengacu pada ketentuan ketenagakerjaan mengenai pengupahan; (3) Pengupahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya diberikan sesuai dengan Upah Minimurn Provinsi (UMP) yang berlaku di wilayah masing-masing Pasal 17 Ketentuan lain-lain seperti penghargaan pegawai, pensiun, pendidixan dan pelatihan pegawai di atur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi Kepegawaian PMI. Bagian Ketujuh Keuangan UDD PMI Pasal 18 (1) Sumber dana UDD PMI dapat diperoteh dari : 2. BPPD dari pengguna darah; b. Subsidi dan/atau hibah dari Pemerintah Pusat dan Daerah; ¢. Subsidi dari Markas PMI; ¢. Bantuan/sumbangan yang tidak mengikat; €. Pendapatan lainnya yang sah. (2) Ketentuan tentang pendapatan lainnya yang sah sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf e akan di Letapkan lebih lanjut oleh Keputusan Pengurus Pusat. Pasal 19 (1) UDD PMI di setiap tingkatan wajib melakukan pengelolaan keuangan secara transparan dan akuntabel; (2) Pengelolaan keuangan UDD PMI di buat dengan entitas akuntansi tersendiri dan mandiri; (3) Keuangan UDD PMI diutamakan disimpan di Bank Pemerintah atas nama UDD PMI dimasing-masing tingkatan; (4) Laporan keuangan UDD PMI di buat setiap bulanan, triwulan, semester, dan tahunan, serta di sahkan oleh Pengurus setempat sesuai dengan tingkatannya dan dapat dilaporkan pada Pengurus setingkat di atasnya; (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengelolaan keuangan UDD PMI dan pelaporannya diatur lebih tanjut dalam Keputusan Pengurus Pusat Pil; Bagian Kedelapan Komunikasi dan Publikasi Pasal 20 (1) Komunikasi dan Publikasi UDD PMI di lakukan dalam rangka penyebaran informasi terkait dengan kegiatan UDD PMI; (2) Kotrumikasi dan Publikasi UDD PMI sebagaimana ci maksud ayat (1) ci sebarkan molalur: a, Laman (website) resmi UD PMI; b. Sosial media yang di miliki oleh UD PMI. (3) Bentuk komunikasi dan Publikasi UDD PMI di tuangkan melalui ; a. Berita media (press release); b. Brosur; c. Leflet; d. Video; e. Foto; f. Webinar; ‘Media lainnya yang ditentukan kemudian. 'p (4) Pelaksanaan Komunikasi dan Publikasi UDD PMI di lakukan oleh bagian Humas dan/atau crang yang di tunjuk untuk melaksanakan fungsi Kehumasan. Bagian Kesembilan Aset Pasal 21 (1) Seluruh aset UDD Pil di bukukan dan di daftarkan atas nama UDD PMI di masing-masing tingkatan; (2) Aset UDD PMI yang di bukukan harus tercatat di bagian keuangan dengan nilai perolehan saat aset tersebut di terima; (3) Aset UDD PMI dapat dialinkan/di hapuskan dengan persertujuan Pengurus 1 (satu) tingkat di atasnya dan dilaporkan kepada Pengurus Pusat (4) Pengajuan hal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diusulkan oleh Kepala UDD PMI kepada Pengurus dimasing-masing tingkatan, (5) Penghapusan aset sebagaimana di maksud ayat (3) wajib memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Aset Telah berumur sekurang-kurangnya 10 tahun sejak perolehannya; b. Adanya analisa terkait biaya perawatan aset jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai aset; c. Nilai aset berdasarkan penyusutannya bernilai nol. (6) Penghapusan aset sebagaimana di maksud ayat (4) dapat dilakukan melalui pemusnahan dan/atau pelelangan; (7) Pengurus PMI wajib mempertanggungjawabkan pengelolaan aset UDD kepada musyawarali di masing inasitg LingkaLannya. (8) Ketentuan lain-lain terkait dengan pengelolaan asset UDD PMI akan diatur lebih lanjut dalam Keputusan Pengurus Pusat. Bagian Kesepuluh Pendidikan dan Pelatihan Pasal 22 (1) Pendidikan dan Pelatihan yang di selenggarakan oleh UDD PMI bertujuan untuk Peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) baik dasar maupun lanjutan; (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pendidikan dan Pelatihan UDD PMI, baik terkait jenis pelatinan, peserta pelatihan, alur pelatihan serta pelaporannya diatur lebih lanjut. dalam Lampiran Peraturan Organisasi ini, yang dapat ditetapkan lebih lanjut. Bagian Kesebelas Logistik Pasal 23 (1) Standarisasi logistik untuk UDD PMI ditetapkan oleh Pengurus Pusat atas rekomendasi oleh UDD Pusat PM (2) Pengurus Pusat atas rekomedasi UDD Pusat PMI menetapkan logistik untuk peralatan dan barang habis pakai yang akan digunakan oleh UDD PMI diseluruh Indonesia. (3) Ketentuan mengenai pengeloaan logistik UDD PMI diatur lebih lanjut oleh Keputusan Pengurus Pusat. Bagian Keduabelas Produksi Pasal 24 (1) UDD PMI dapat membentuk unit usaha untuk melakukan produksi reagensia dengan ketentuan sebagaimana di atur dalam ketentuan perundang-undangan; (2) Pembentukan Unit usaha sebaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat di lakukan di Tingkat Pusat PMI; (3) Reagensia sebagaimana di maksud ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Pengurus Pusat. Bagian Ketigabelas Audit Pasal 25 (1) Audit UD PMI terdiri dari : 2. Keuangan; b. Kualitas pelayanan darah. (2) Audit keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilakukan sekurang- kurangnya 1 (satu) kali dalam 4 (satu) tahun oleh Kantor Akuntan Pub.ik yang dipilih oleh Pengurus PMi dimasing-masing tingkatan; (3) Audit keuangan UDD PMI, dilakukan dimasing-masing tingkatan; (4) Audit keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dimintakan bantuan (supervisi) dari UD PMI 1 (satu) tingkat diatasnya; (5) Audit kualitas pelayanan darah hanya di lakukan oleh pihak yang memiliki kewenangan pada bidangnya; (6) Ketentuan mengenai Audit UDD PMI, akan diatur lebih lanjut dalam Keputusan Pengurus Pusat PMI. Bagian Keempatbelas Monitoring dan Evaluasi Pasal 26 (1) Monitoring dan Evaluasi dilaksanakan di semua bidang pada setiap tingkatan UDD PMI; (2) Monitoring dan Evaluasi dilaksanakan berdasarkan rencana kerja dan realisasi; (3) Monitoring dan Evaluasi dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali setiap tahunnya; (4) Hasil Monitoring dan Evaluasi dilaporkan kepada pengurus pada masing-masing tingkatan; (5) Monitoring dan Evaluasi dalam bidang teknis pelayanan darah meliputi : Pemantapan ‘Mutu Internal (PMI), Pemantapan Mutu Eksternal (PME), dan Pengawasan Mutu (QC). Bagian Kelimabelas Perlindungan Hukum Pasal 27 (1) Setiap pengurus dan/atau pegawai mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan hukum datam metaksanakan tugas dan fungsinya di bidang pelayanan darah; (2) Pengurus PMI mempunyai kewajiban untuk melakukan koordinasi dengan instansi pemerintah dan/atau instansi lainnya untuk memenuhi ketentuan sebagaimana di maksud dalam ayat (1); (3) Setiap hasil atas kekayaan intelektual (HAKI) yang di hasilkan oleh UDD PMI di lakukan pengesahaan oleh tembaga yang berwenang atas pengajuan pengurus PMI; (4) Pengurus, Pegawai dan Pihak Ketiga bertanggungjawab terhadap pelaksanaan dengan Kode Perilaku PMI. Bagian Keenambelas Hierarki Peraturan Pasal 28 (1) Hierarki Peraturan disusun dalam rangka memberikan gambaran yang jelas mengenai kekuatan secara tingkatan yang yang mengikat suatu aturan. (2) Jenis dan Hirarki Peraturan UDD terdiri dari : a. yang mengikat secara Umum, berlaku bagi PM dan masyarakat luas; b. yang mengikat secara Khusus, berlaku hanya bagi PMI serta pihak-pihak yang bekerjasama dengan PMI terkait dengan pelayanan darah. (3) Jenis dan hierarki peraturan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), yaitu : 4. Mengikat secara umum, antara lain : + Undang-Undang; + Peraturan Pemerintah; - Peraturan Menteri; + Peraturan Kepala Daerah; + Peraturan Kepala Badan; + Peraturan lainnya yang terkait dengan Pelayanan Darah. b. Mengikat secara khusus, antara lain : ~ Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Palang Merah Indonesia; ~ Peraturan Organisasi tentang Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia; - Keputusan Ketua Umum/Ketua PMI; + Keputusan Pengurus PMI; - Keputusan Kepala Unit Donor Darah PMI, disetiap tingkatan. (4) Ketentuan mengenai hierarki peraturan UDD PMI, akan diatur lebih lanjut dalam Keputusan Penigurus Pusat PMI. BAB V STANDAR PELAYANAN UDD PMI Pasal 29 (1) Standarisasi UDD PMI di susun dalam rangka keseragarian kualitas pelayanan yang sama; (2) Standar pelayanan UDD PMI di wujudkan dalam bentuk : a. Regionalisasi; b. Konsolidasi; ¢. Rekrutmen donor; d. Penyediaan dan pendistribusian darah; e. Pengadaan barang dan jasa; f. Sistem Informasi Manajemen Donor Darah (SIMDONDAR); . Biaya Pengganti Pengelolaan Darah (BPPD); h, Fraksionasi Plasma; Penghargaan donor; Bagian Kesatu Regionalisasi dan Konsolidasi Pasal 30 (1) Regionalisasi di susun dalam rangka mencapai pelayanan darah yang aman dan bermutu serta mempermudah jalur komunikasi dan koordinasi antar UDD PMI; (2) Regionalisasi terbagi atas: a, Pembinaan; , Pendidikan dan Pelatihan; cc. Jejaring Logistik, termasuk pengadaan barang dan jasa; d. SIMDONDAR; e. Fraksionasi Plasma; (3) Regionalisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Pengurus Pusat PMI; Pasal 31 (1) Konsolidasi dilakukan dengan memperhatikan konsep regionalisasi. (2) Konsolidasi di takukan dalam rangka : a. Keseragaman mutu, keamanan dan ketersediaan darah; b. Meningkatkan efektifitas dan efesiensi pelayanan darah, (3) Pelaksanaan konsolidasi dilakukan dalain bentuk : a. Pengambilan darah; b. Pemeriksaan darah; Pengolahan komponen darah; d. Pengawasan mutu; fe, Rujukan; f. Distribusi darah; g. Penelitian dan Pengembangan (Litbang).. (4) Pelaksanaan konsolidasi dapat dilakukan secara ekternal; (6) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),(3) dan (4), diatur lebih lanjut dalam Keputusan Pengurus Pusat. Bagian Kedua Rekrutmen Donor Pasal 32 (1) Rekrutmen donor di lakukan berdasarkan wilayah dimana UDD PMI berkedudukan; (2) Dalam hal rekrutmen donor di takukan melalui kegiatan (event) yang bersifat nasional UDD Pusat PMI berkoordinasi dengan UDD PMI di wilayah kerja masing-masing; (3) Bagi UDD PMI Kota/Kabupaten di mana terdapat UDD PMI tingkat Provinsi, rekrutmen donor wajib di koordinasikan oleh wilayahnya masing-masing. (4) Ketentuan mengenai pelaksanaan rekrutmen donor akan diatur lebih lanjut dalam Keputusan Pengurus Pusat PMI. Pasal 33, (1) Dalam pelaksanaan rekrutmen donor, hal-hal yang perlu di perhatikan antara lain : a. metode komunikasi, koordinasi dan mekanisme yang tepat dan ramah; b. difokuskan terhadap pendonor darah risiko rendah; c. difokuskan untuk tidak mengambil di tempat donor dengan resiko tinggi; d. dilakukan dengan prinsip donor darah sukarela dan bukan bayaran; (2) Kegiatan rekrutmen donor yang dilakukan oleh UDD PMI meliputi : ‘a. Sosialisasi Donor Darah; b. Pengerahan Donor; dan c. Pelestarian Donor. Bagian Ketiga Pengadaan Barang dan Jasa UDD Pasal 34 (1) Pengadaan Barang dan Jasa UD PMI dilakukan secara transparan dan akuntabel; (2) Pengadaan Barang dan Jasa yang sifatnya terkait dengan standarisasi kualitas pelayanan darah oleh PMI, hanya dilakukan melalui Unit Donor Darah Pusat; (3) Ketentuan mengenai pengadaan barang dan jasa UDD PMI termasuk metode pengadaan akan diatur lebih lanjut oleh Keputusan Pengurus Pusat PMI. Bagian Keempat Sistem Informasi Manajemen Donor Darah (SIMDONDAR) Pasal 35 (1) Dalam penyelenggaraan pelayanan darah oleh PMI, setiap UDD PMI hanya menggunakan Sistem Informasi Donor Darah yang telah ditetapkan oleh Pengurus Pusat pada sistem manajemennya; (2) Pengelolaan dan pemeliharaan Sistem Informasi Donor Darah dilakukan oleh Tim Nasional yang terpusatkan di UDD Pusat PM; (3) Penyebaran aplikasi Sistem Informasi Donor Darah pada UDD PMI diseluruh Indonesia, menjadi tanggung jawab UDD Pusat PM; (4) Dalam upaya pembiayaan pengadaan dan pemeliharaan Sistem Informasi Donor Darah pada masing-masing UDD PMI, pembiayaan pemeliharaan dibebankan pada masing- masing anggaran UDD PMI; Pasal 36 Dalam rangka keberlangsungan pendanaan untuk pelayanan Sistem Informasi Donor Darah termasuk penyempurnaan aplikasi untuk masa mendatang, PMI dapat melakukan kerjasama dengan Pihak Ketiga terkait pengintegrasian alat dan/atau pemasangan iklan pada Sistem Informasi Donor Darah PMI. Pasal 37 Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Sistem Informasi Donor Darah sebagaimana dimaksud pada pasal 36 dan 37, akan ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Pengurus Pusat PMI. Bagian Kelima Biaya Pengganti Pengolahan Darah (BPPD) Pasal 38 (1) Biaya Pongganti Pengolahan Darah (BPPD) ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; (2) Ketentuan mengenai BPPD diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (3) PMI dapat menggunakan BPPD, untuk pengelolaan donor darah, penyediaan darah transfusi, pengembangan pelayanan penyedian darah dan pembinaan organisasi. Pasal 39 Biaya Pembinaan Organisasi sebagaimana dimaksud pada pasal 38 ayat (3), pelaksanaannya dia-ur tersendiri oleh Keputusan Pengurus Pusat, dengan tetap memperhatikan kemampuan UDD FMI masing-masing. Bagian Keenam Fraksionasi Plasma Pasal 40 PMI mendukung pemerintah dalam upaya Fraksionasi Plasma melalui penyediaan hahan baku. Pasal 41 (1) penyediaan bahan baku plasma sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh UDD PMI yang telah tersertifikasi CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) oleh Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (BPOM); (2) Balam upaya pelaksanaan Fraksionasi Plasma, PMI dapat bekerjasama dengan Badan Usaha Milik Negara sebagai fraksionator; (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Fraksionasi Plasma, diatur lebih lanjut dalam Keputusan Pengurus Pusat PMI. Bagian Ketujuh Penghargaan Donor Pasal 42 Dalam upaya memberikan perhatian dan pembinaan, PMI memberikan penghargaan kepada Para Pendonor Darah Sukarela yang mendonorkan darah di UDD PMI; Pasal 43 (1) Piagam Penghargaan Donor Darah Sukarela sebagaimana dimaksud pada pasal 44, terdiri dari: a, Piagatn Penghatgaan Donor Datal Sukatela 10 (sepuluh), 25 (dua puluh ima), 50 (tima puluh), 75 (tujuh puluh tima); b. Piagam Penghargaan Donor Darah Sukarela 100 (scratus) kali dan Satyalancana Kebaktian Sosial. (2) Pemberian berupa Piagam Penghargaan Donor Darah Sukarela, diatur sebagai berikut: a. 10 (sepuluh) kali ditandatangani oleh Pengurus Kabupaten/Kota PM dimasing- masing tingkatan; b, 25 (dua puluh lima) kali di tandatangani oleh Pengurus Kabupaten/Kota PMI dimasing-masing tingkatan; ¢. 50 (lima puluh) kali ditandatangani oleh Pengurus PMI Propinsi dimasing-masing tingkatan; d. 75 (tujuh puluh lima) kali ditandangani oleh Ketua Umum PMI; €. 100 (seratus) kali ditandatangani oleh Ketua Umum PMI dan Satyalancana Kebaktian Sosial diberikan oleh Presiden. (3) Selain pemberian Piagam Penghargaan, PMI dapat memberikan penghargaan dalam bentuk lain, yang disesuaikan dengan kemapuan dari masing-masing UDD PMI disetiap ingkatan; (4) Sebagai bentuk dari konsistensi dan keseragaman pemberian penghargaan, Satyalancana Kebaktian Sosial 100 (seratus) kali, merupakan Penghargaan tertinggi yang diberikan oleh PMI, dan tidak diberikan kembali setelah pendonor darah telalt mendapatkannya, BAB VI KERJASAMA UDD PMI Bagian Kesatu Kebijakan Umum Pasal 44 (1) Bentuk kerjasama terdiri dari : a. Kerjasama internal yang metingkupi antar UDD PMI; b. Kerjasama eksternal melingkupi pihak terkait baik dalam mauptn luar negeri. (2) Kerjasama UD PMI dibuat secara tertulis; (3) Kerjasama UD PMI harus didasari atas asas kesetaraan dan saling menguntungkan satu sama lain; (4) Kerjasama UDD PMI dihindari dengan pihak-pihak yang secara nyata berafiliasi dengan Dahaya terhadap kesehatan ataupun yang berakibat menurunnya citra PMI; (5) erjasama teknis UDD PMI dimasing-masing tingkatan, ditandatangani dan diwakili oleh Kepala UDD PMI, atas persetujuan Pengurus dimasing-masing tingkatan; (6) Kerjasama yang sifatnya Nasional dan Internasional, akan diwakili oleh Pengurus Pusat Palang Merah Indonesia yang diturunkan dalan suatu kerjasama turunan dimasing- masing tingkatan PMI dengan Pengurus sebagai perwakilan organisasi; (7) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diwujudkan secara teknis oleh masing- masing UDD PMI dimasing-masing tingkatan. Bagian Kedua Jenis-Jenis Kerjasama UDD PMI Pasal 45 Kerjasama UDD PMI dapat bersifat: a. Bilateral (antar 2 (dua) pihak); b. Trilateral (antar 3 (tiga) pihak). Pasal 46 Kerjasama UDD PMI dapat dituangkan dalam dokumen: a. Nota Kesepahaman (MoU); b. Perjanjian Kerjasama; c. Berita Acara Kerjasama; d. Letter of Intent (Lol) / Letter of Commitment (Loc); e. Dokumen lainnya, sesuai kesepakatan Para Pihak. Pasal 47 Ketentuan mengenai mekanisme Kerjasama UDD PMI, diazur lebih lanjut dalam Keputusan Pengurus Pusat PMI. BAB VII PENGAWASAN DAN PEMBINAAN UDD PMI Bagian Kesatu Pengawasan Pasal 48 Pengawasan UDD PMI dilakukan atas dasar meningkatkan kualitas pelayanan darah dimasing- masing tingkatan. Pasal 49 (1) Pengawasan UDD PMI meliputi: a. Kinerja; b. Kepatuhan terhadap peraturan. (2) Pengawasan UDD PMI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh Pengurus dimasing-masing Lingkatan; (3) Pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (2), wajib melaporkan pelaksanaan Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Pengurus 1 (satu) tingkat diatasnya; Bagian Kedua Pembinaan Pasal 50 Pembinaan UDD PMI dilakukan atas dasar peningkatan sumber daya UDD, guna menciptakan standar pelayanan darah yang sama; Pasal 51 Pembinaan UDD PMI dilakukan oleh a. Pengurus di masing-masing tingkatan; b. UDD PMI satu tingkat diatasnya; c. UDD Pusat PMI, sebagai UDD Nasional. Pasal 52 Pembinaan UDD sebagaimana dimaksud pada pasal 53, dilakukan secara berkala, paling sedikit setiap 1 (satu) tahun sekali. Pasal 53 Ketentuan lain mengenai mekanisme Pengawasan dan Pembinaan UDD PMI, diatur lebih lanjut dalam Keputusan Pengurus Pusat PMI. BAB VIII LARANGAN DAN SANKSI Bagian Kesatu Larangan Pasal 54 UDD PMI dilarang: 1. Memperjual-belikan darah, dalam kaitannya pemenuhan kebutuhan darah uatuk pasien dan bukan pasien, 2, Melakukan pelayanan darah tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang lah ditetapkan; 3. Menerima imbalan dan/atau hadiah dari pihak lain dalam kaitannya dergan tindak pidana (gratifikasi) pada pelaksanaan pelayanan darah; 4. Mengeluarkan dan memasukan darah untuk kepentingan transfusi dari dalam dan luar Negeri tanpa mengikuti aturan yang berlaku; 5. Melakukan Penelitian terkait pelayanan darah tanpa ijin dan melanggar ketentuan erundang-undangan; 6. Bekerjasama dengan pihak-pihak yang secara nyata berafiliasi dengan bahaya terhadap kesehatan ataupun yang berakibat menurunnya citra PM; 7. Menetapkan harga darah tidak sesuai dengan BPPD yang telah ditetapkan oleh kententuan perundang-undangan. Bagian Kedua Sanksi Pasal 55, (1) Bagi UDD PMI yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada pasal 56, akan dikenakan sanksi; (2) Sanksi yang diberikan kepada UDD PMI yang melanggar, berupa: a. Peringatan Kesatu; b. Peringatan Kedua; c. Pembekuan Sementara; d. Pencabutan Izin Pendirian. (3) Sanksi sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan oleh Pengurus Pusat; (4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diberikan secara tertutis kepada UDD yang bersangkutan, dengan ditembuskan kepada Pengurus di inasing-masing tingkatan; (5) UDD PMI yang diberikan sanksi sebagaimana dimaksud pada pasal 57, dapat melakukan pembelaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; (6) Dalam hal terjadi Pembekuan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, UDD PMI 1 (satu) tingkat diatasnya, wajib menjalankan pemenuhan kebutuhan darah untuk masyarakat diwilayahnya. Pasal 56 Ketentuan pelaksanaan penerapan sanksi sebagaimana dimaksud pada pasal 55, akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Pengurus Pusat PMI. BAB IX KETENIUAN PERALIHAN Pasal 57 (1) Pada saat Peraturan Organisasi ini mulai berlaku, UDD PM yang masih belum memenuhi kriteria sebagaimana cimaksud pada peraturan ini wajib menyesuaikan dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak Peraturan Organisasi ini disahkan; (2) Peraturan Pengurus Pusat dan/atau Keputusan Kepala UD Pusat PMI, dinyatakan tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan Peraturan Organisasi ini; BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 58 (1) Dengar berlakunya Peraturan Organisasi ini, maka Peraturan Organisasi Nomor 001/PO/PP.PMI/I/2016, tentang Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; (2) Peraturan Organisasi ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan mengikat hagi seluruh Jajaran di lingkungan Palang Merah Indonesia. Ditetapkan i: Jakarta Pada Tanggal : Pengurus Pusat PALANG MERAH INDO!

You might also like