You are on page 1of 10

TEKS YŪPA MUARAKAMAN: PUISI INDONESIA ABAD KE-5

(The Text of Yūpa Muarakaman: Indonesian Poetry in The 5th Century)

Indra Sarathan, Widyo Nugrahanto, dan Randy Ridwansyah


Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran
Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21
Hegarmanah, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat 45363
Surel: sarathan@unpad.ac.id

(Naskah diterima tanggal 15 Juli 2019—Direvisi tanggal 22 Juli 2019—Disetujui tanggal 3 Agustus 2019)

Abstract
The history of modern Indonesian poetry often begins in the 1920s. The first modern Indonesian poem
refers to the poem ―Tanah Air‖ ‗Motherland‘ by Muhammad Yamin. The canonization of M. Yamin
(1903—1962) as one of pillar modern Indonesian poetry was known from the contribution of A. Teeuw
(1921—2012). The results of his research on Indonesian poetry continue to resonate in the spaces of
literary and language education to this day (2018). However, there is still little attentions that explain
the process of transformation from old poetry (mantra, pantun, karmina, seloka, gurindam, syair, etc.)
to modern Indonesian poetry. The data only explained the milestones of modern Indonesian poetry
starting in the 1920s. Even though the history of world literature dived until the time Before Century
in his explanation of the history of poetry. Such as the Gilgamesh epic written on the 3rd century BC
stone remains of the Sumerians in Mesopatami or the Beowulf long poem derived from oral literature
as the beginning of the history of Anglo-Saxon (ancient English) poetry of the 8th century CE.
Referring to the not strict definition of poetry, this paper will review the oldest text of the inscription in
the Indonesia archipelago (5th century AD) as a form of old poetry by examining the structure and
typology, as well as the social history of Indonesian ancient people that produced the inscription text
in viewpoints sociology of literature. Thus, the results of this study are also expected to offer an
alternative historiography of the history of Indonesian poetry.
Keywords: old poetry, modern poetry, ancient literature, Indonesian literary history

PENDAHULUAN sastra Indonesia sering dipatenkan bermula


pada tahun 1920-an dengan puisi ―Tanah
Ketika tidak mengetahui asal-usul sejarah Air‖ yang ditulis oleh M. Jamin
kebudayaannya, kebanyakan orang (Muhammad Yamin) dalam Jong Sumatra
Indonesia hanya akan menjadi generasi No. 4, Tahun III, April 1920, sebagai
yang tercerabut dari akar budayanya. tonggak puisi modern Indonesia (Teeuw,
Bangsa Indonesia akan terputus dengan 1952). Penetapan M. Yamin (1903—1962)
pengetahuan leluhurnya jika melupakan sebagai tonggak puisi Indonesia modern
sastra lama. Pendangkalan pengetahuan tidak lepas dari andil besar kritikus sastra
sastra lama ini sering disebabkan terlalu asal Belanda, A. Teeuw (1921—2012).
besarnya perhatian pada sastra modern. Hal Hasil penelitian Teeuw tentang puisi
ini dapat dilihat dari minimnya perhatian Indonesia terus bergaung di ruang-ruang
pada kajian sastra lama dan kurangnya ajar pendidikan sastra dan bahasa sampai
upaya dalam menjelaskan kesinambungan hari ini (2018). Namun, masih sedikit
dari sastra lama hingga menjadi sastra perhatian yang menjelaskan proses
modern Indonesia. perjalanan dari puisi lama (mantra, pantun,
Dengan pengetahuan yang dangkal, karmina, seloka, gurindam, syair, dsb.)

65
Suar Bétang Vol. 14, Nomor 1, Juni 2019, halaman 65—74 ISSN 1907-5650

menuju puisi modern Indonesia. Seakan- demikian, penelitian ini akan meninjau
akan data yang tersedia hanya menjelaskan ulang struktur teks prasasti tertua di
tonggak puisi Indonesia modern dimulai Indonesia sebagai bentuk puisi kuna
1920-an. peninggalan nenek moyang bangsa
Jika sejarah puisi dunia merujuk Indonesia guna memberikan gambaran
kepada epos Iliad dan Odyssey yang ditulis sejarah kesusastraan Indonesia secara lebih
dengan formula daktilik heksameter lengkap. Penelitian ini akan mengurai
sebanyak hampir 16.000 baris sebagai bagaimana awal mula sejarah puisi
peninggalan puisi kuno bangsa Yunani abad Indonesia dijelaskan dalam buku-buku
ke-8 SM; epos Gilgames sebagai salah satu sejarah sastra Indonesia lalu bagaimana
puisi tertua peninggalan abad ke-3 SM struktur teks prasasti abad ke-5 dituliskan.
bangsa Sumeria di Mesopotamia (sekarang Pengetahuan umum tentang puisi
Irak/Iran) yang ditulis dalam tablet-tablet dapat kita telusuri dari Kamus Besar
tanah liat sebagai puisi; atau sajak panjang Bahasa Indonesia (KBBI) dengan
Beowulf yang berasal dari sastra lisan pengertian (1) ragam sastra yang bahasanya
sebagai awal sejarah puisi bangsa Anglo- terikat oleh irama, matra, rima, serta
Saxon (Inggris kuno) peninggalan abad ke- penyusunan larik dan bait; (2) gubahan
8 M, sesungguhnya tidak ada batasan yang dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan
ketat tentang pengertian bentuk puisi. ditata secara cermat sehingga mempertajam
Begitu pula menurut peneliti sastra kesadaran orang akan pengalaman hidup
kuna Indonesia, Chirstiaan Hooykaas, dan membangkitkan tanggapan khusus
bahwa syair adalah satu bentuk puisi yang lewat penataan bunyi, irama, dan makna
tumbuh dalam masyarakat Indonesia khusus; dan (3) sajak (Sugono et. al., 2008).
sendiri; ―cuma namanya saja merupakan Pengertian di atas cukup
satu pinjaman dari bahasa Arab‖ (Hooykaas komprehensif untuk mengategorikan
dalam Hamid, 1989). Menurut Hooykaas, seluruh bentuk teks yang berima dan
asal usul syair Indonesia itu bersumber dari berirama sebagai bentuk puisi (termasuk
satu tulisan yang tertua sekali dalam bahasa lagu; mengingat kategori puisi lama
Indonesia yang ditemui di Minye Tujuh, seringkali ditulis tidak untuk dibaca sendiri
Aceh pada tahun 1380 M. Tulisan yang di dalam hati tetapi dilantunkan dengan
terpahat pada batu nisan itu mengandung zahar seperti mantra, carita pantun,
dua rangkap puisi yang tertulis dengan gurindam, dsb.). Pengertian selanjutnya
huruf-huruf yang berasal dari India, tetapi menjelaskan bahwa puisi adalah teks yang
kata-kata yang digunakan mengandung dipilih dan ditata guna menajamkan makna
unsur kata-kata Indonesia kuno, Sansekerta, dan dengan kata lain puisi dipahami oleh
dan Arab. Merujuk pada keterangan orang Indonesia juga sebagai sajak.
Hooykaas tersebut, puisi tidak harus melulu Pengertian puisi secara umum pun
sebentuk tulisan yang ditulis seorang dapat dilihat dengan cara perbandingan
sastrawan di media massa. Apalagi jika dengan prosa sebagai berikut. ―Puisi lebih
dihubungkan dengan kaitannya dalam singkat dan padat, sedangkan prosa lebih
sejarah sastra, sejak kapan hadir media mengalir seperti mengutarakan cerita‖.
massa di Indonesia? Tentu jawabannya Bahwa puisi adalah sebentuk teks yang
tidak dapat merujuk pada peninggalan dipadatkan, sedangkan prosa adalah teks
sastra kuna Indonesia. uraian.
Apa yang ditelaah Hooykaas tentang Sesungguhnya kata puisi dalam
syair awal yang merujuk pada dua baris bahasa Indonesia (ejaan lama: poési)
teks pada batu nisan di Minye Tujuh, Aceh merupakan serapan dari bahasa Belanda
memberikan gambaran bahwa puisi bisa poëzie yang berarti poetry dalam bahasa
ditulis pada media apa saja. Dengan Inggris yang diserap dari bahasa Prancis

66
Sarathan dkk.: Teks Yupa Muarakaman ....

pöetrie yang berasal dari bahasa Latin poēta layering of meanings, forming
yang bermula dari bahasa Yunani kuno connections previously not perceived.
poiētḗs yang berarti ‗penulis‘ atau Kindred forms of resonance may exist,
‗pembuat‘ (Jones, 2008). Begitu pula jika between individual verses, in their
menilik pengertian poetry dalam bahasa patterns of rhyme or rhythm.” (Strachan,
John R; Terry, Richard, 2000)
Inggris: Poetry is a form of literature that
Dalam pengertian di atas, puisi tidak diseret
uses aesthetic and rhythmic. Puisi erat
pada pemahaman yang sangat spesifik
kaitannya dengan estetika dan ritmik
mengenai ekspresi atau struktur fisik atau
bahasa.
bahkan struktur batin yang seringkali
Namun, rupanya pengertian puisi
menjadikan puisi sangat modern dan tidak
mulai dipertajam oleh para pakar bahasa
berakar dari sastra tradisional. Jika titik
dan sastra seperti dalam dua pengertian
berat pembahasannya pemakaian pola
puisi berikut ini. Menurut Waluyo (1987)
bahasa atau susunan tertentu guna
puisi adalah suatu bentuk karya sastra yang
menghasilkan makna khusus, puisi
mengungkapkan buah pikiran dan perasaan
Indonesia akan menjadi sangat kaya dan
si penyair dengan cara imajinatif dan
beragam.
disusun dengan mengonsentrasikan semua
kekuatan bahasa baik struktur fisik ataupun
METODE PENELITIAN
struktur batinnya. Menurut Pradopo (1991)
puisi yaitu suatu hasil kegiatan pemadatan,
Metode yang digunakan dalam penelitian
yakni suatu proses penciptaan dengan cara
ini adalah studi lapangan, studi pustaka, dan
menangkap sebuah kesan-kesan lalu
sastra bandingan. Pada tahapan pertama,
memadatkannya (kondensasi).
tim peneliti akan melakukan inventarisasi
Kedua pengertian di atas, khususnya
data prasasti-prasasti Nusantara
pengertian yang pertama, menggiring
peninggalan abad ke-5 yang tersimpan di
pengertian puisi kepada ranah yang sangat
mana saja. Kemudian tim peneliti akan
modern (struktur fisik, struktur batin, dan
melakukan kunjungan ke tempat-tempat
pensyair). Dengan pengertian seperti di
yang menyimpan prasasti tersebut untuk
atas, puisi seringkali kehilangan jejak
menyalin teks dan membuat foto gambar
tradisionalnya. Seakan-akan puisi hanyalah
prasasti tersebut untuk kepentingan
bagian dari sastra modern.
penyusunan tipografi teks.
Namun demikian, tidak sama halnya
Kedua, data yang telah diperoleh akan
jika menilik pengertian puisi dari para pakar
didiskusikan dengan bekal penambahan
bahasa dan sastra di luar Indonesia. Bahwa
data informasi dari masing-masing anggota
puisi tidak lantas hanya bagian dari sastra
peneliti yang telah melakukan studi pustaka
modern bisa dilihat dalam pengertian puisi
tentang tema yang akan dibahas secara
berikut ini.
gradual yang bersumber dari berbagai
“Poetry uses forms and conventions to
macam buku sejarah sastra dan sejarah
suggest differential interpretation to
words, or to evoke emotive responses. kerajaan untuk menggali kondisi sosial
Devices such as assonance, alliteration, masyarakat kuna dalam sudut pandang
onomatopoeia and rhythm are sometimes sosiologi sastra.
used to achieve musical or incantatory Ketiga, data yang diperoleh
effects. The use of ambiguity, symbolism, selanjutnya dibandingkan antarsejarah
irony and other stylistic elements of sastra Indonesia dengan penyajian sejarah
poetic diction often leaves a poem open sastra bangsa lain khususnya mengenai
to multiple interpretations. Similarly sejarah puisi.
figures of speech such as metaphor, Tiap anggota akan menentukan
simile and metonymy create a resonance karakter data dan disampaikan pada laporan
between otherwise disparate images—a
pembacaan yang akan dilakukan setiap

67
Suar Bétang Vol. 14, Nomor 1, Juni 2019, halaman 65—74 ISSN 1907-5650

akhir bulan. Semua laporan bacaan akan sekarang)


didiskusikan untuk ditentukan kategorinya. 1. periode ‗45
Anggota tim peneliti akan membahas dan 2. periode ‗50
membandingkan semua data untuk Model periodisasi Notosusanto ini
dilakukan penyusunan historiografi puisi dipergunakan juga oleh Rosidi (1969: 13)
Indonesia. Hasil dari pembahasan anggota sebagai berikut.
tim akan disusun menjadi laporan I. Masa Kelahiran dan Masa
penelitian. Penjadian (±1900—1945)
1. Periode awal 1933
PEMBAHASAN 2. Periode 1933—1942; dan
periode 1942—1945
Wikipedia sebagai gambaran pengetahuan II. Masa Perkembangan (1945 hingga
umum tampak kebingungan bahkan sekarang):
simplistis menyajikan historiografi sejarah 1. Periode 1945—1953
sastra Indonesia dengan urutan periodisasi 2. Periode 1953—1961
sebagai berikut. Sastra Indonesia terbagi 3. Periode 1961—sampai sekarang
menjadi 2 bagian besar, yaitu lisan dan
tulisan. Secara urutan waktu maka sastra Baik Notosusanto (1953) maupun Rosidi
Indonesia terbagi atas beberapa angkatan, (1969) tidak menguraikan ciri-ciri periode
yaitu tersebut. Bedasarkan ciri-ciri tiap periode,
(1) Angkatan Pujangga Lama, pembabakan waktu puisi Indonesia modern
(2) Angkatan Sastra Melayu Lama, dapat disusun sebagai berikut (Pradopo,
(3) Angkatan Balai Pustaka, 1991: 134).
(4) Angkatan Pujangga Baru, 1. a. Periode Pra-Pujangga Baru:
(5) Angkatan 1945, 1920-1933;
(6) Angkatan 1950—1960-an, b. Periode Pujangga Baru: 1933-
(7) Angkatan 1966—1970-an, 1942;
(8) Angkatan 1980—1990-an, 2. Periode Angkatan 45: 1942-1955
(9) Angkatan Reformasi, dan 3. Periode 50-60-an: 1955-1970; dan
(10) Angkatan 2000-an. 4. Periode 70-80-an: 1970-1990.
Dengan penyajian periodisasi seperti ini
jelas sulit memasukan karya-karya sastra Pradopo (1991) menerangkan bahwa
zaman lampau. Besar dugaan, kebuntuan periode pra-Pujangga Baru itu merupakan
seperti ini disebabkan oleh kebijakan awal periode puisi Pujangga Baru yang
pendidikan, informasi umum, bahkan menunjukkan ciri-ciri yang tidak berbeda
identitas budaya kita dibakukan pada dengan periode Pujangga Baru. Periode
pemahaman sastra Indonesia berakar dari puisi Pujangga Baru ditandai dengan seiring
sastra Melayu. Hal ini di satu sisi bisa terbitnya majalah Pujangga Baru pada
dibenarkan, tetapi di sisi lain justru bulan Juli 1933. Periode 1940-1942
menyempitkan kesadaran bangsa Indonesia merupakan periode melemahnya puisi
dalam menggali pemahaman budayanya. Pujangga Baru yang kemudian ―lenyap‖.
Pembabakan yang lebih rinci Sebagian besar sajak periode awal
disajikan oleh Nutosusanto (1953: 209-210) puisi Indonesia modern ini telah
sebagai berikut. diinventarisasi oleh J.S. Badudu, dkk.
I. Masa Kebangkitan (1920—1945) dalam buku berjudul Perkembangan Puisi
1. periode ‗20 Indonesia Tahun ‟20-an Hingga Tahun ‟40-
2. periode ‗33 an (Badudu, 1984: 73-977) yang memuat
3. periode ‗42 134 penyair dengan karya-karya sajaknya.
II.Masa Perkembangan (1945— Di antaranya yang terkenal adalah Amir

68
Sarathan dkk.: Teks Yupa Muarakaman ....

Hamzah (Nyanyi Sunyi dan Buah Rindu),


Sanusi Pane (Madah Kelana dan Puspa Perlu diberi catatan bahwa ciri-ciri formal
Mega), Sutan Takdir Alisjahbana (Tebaran itu merupakan kelanjutan bentuk formal
Mega), Armijn Pane (Tebaran Mega), J.E. dan struktur puisi lama meskipun ada
Tatengkeng (Rindu Dendam), Muhammad perubahan-perubahan sedikit, misalnya pola
Yamin (Indonesia Tumpah Darahku), persajakan akhirnya lebih bervariasi
Rustam Effendi (Percikan Permenungan), daripada pola sajak Melayu lama yang
Sumadi (Senandung Hidup), Rifai Ali hanya berpola a-b-a-b atau a-a-a-a. Begitu
(Kata Hati), dan A. Hasjmy (Kisah Seorang pula periodus dalam tiap barisnya yang
Pengembara). kadang juga divariasi dengan menjadikan
Pradopo (1991: 135) pun menyajikan dua baris dari satu baris dengan masing-
rincian lebih lanjut mengenai ciri-ciri masing satu periodus terdiri dari dua kata.
struktur estetik dan ekstrinsik puisi-puisi Jadi, di samping puisi Pujangga Baru
awal periode ‘20-an sebagai berikut. menyimpangi konvensi lama seperti telah
A. Ciri Struktur Estetik (Ciri Formal) diterangkan, juga meneruskan sebagian
1. bentuknya teratur rapi, simetris; konvensinya.
2. mempunyai persajakan akhir; Pujangga Baru mengikuti aliran
3. banyak mempergunakan pola sajak romantik Gerakan ‗80 Belanda (Jassin,
pantun dan syair meskipun ada pola 1963: 29-31). Aliran romantik itu
lain; berpengaruh pada struktur dana ragam
4. sebagian besar puisi empat seuntai; sajak-sajaknya dan pemilihan objek-objek,
5. tiap-tiap barisnya terdiri atas dua masalah-masalah, serta muatan perasaan
periodus dan terdiri atas sebuah gatra dalam sajak-sajak Pujangga Baru. Aliran
(kesatuan sintaksis); romantik tampak dalam gaya pengucapan
6. tiap gatranya pada umumnya terdiri perasaan, pelukisan alam yang indah. Para
atas dua kata; penyair Pujangga Baru menyukai bentuk
7. pilihan katanya mempergunakan balada yang juga disukai oleh para penyair
―kata-kata pujangga‖ atau ―bahasa romantik Barat baik di Inggris atau di
nan indah‖; Belanda para penyair Gerakan 80.
8. gaya ekspresinya beraliran romantik; Demikianlah tinjauan pustaka
9. gaya sajak Pujangga Baru diafan atau mengenai sejarah awal puisi Indonesia
polos, tidak menggunakan kata-kata modern yang akan menjadi acuan kerja
kiasan yang bermakna ganda, kata- penelitian ini dalam menganalisis teks
katanya serebral, hubungan kalimat- prasasti-prasasti di Indonesia peninggalan
kalimatnya jelas. abad ke-5 dengan harapan dapat
memformulasikan bahwa teks-teks kuna itu
B. Ciri-Ciri Ekstrinsik/ Ekstraestetik bisa diperlakukan sebagai puisi awal
1. Masalahnya bersangkut paut dengan Indonesia.
kehidupan masyarakat kota, seperti Sejarah puisi dunia merujuk kepada
masalah percintaan, masalah individu Gilgamesh sebagai salah satu puisi tertua
manusia, dan sebainya; peninggalan abad ke-3 SM bangsa Sumeria
2. ide nasionalisme dan cita-cita di Mesopotamia yang ditulis dalam tablet-
kebangsaan banyak mengisi sajak- tablet tanah liat sebagai puisi dan sajak
sajak Pujangga Baru; panjang Beowulf peninggalan abad ke-8 M
3. ide keagamaan menonjol; yang berasal dari sastra lisan sebagai awal
4. curahan perasaan atau curahan jiwa sejarah puisi bangsa Inggris kuno. Maka,
tampak kuat: kegembiraan, tidak ada batasan yang ketat tentang
kesedihan, kekecewaan, dan sebainya; pengertian bentuk puisi yang harus ditulis
5. sifat didaktis masih tampak kuat. oleh sorang sastrawan dan diterbitkan di

69
Suar Bétang Vol. 14, Nomor 1, Juni 2019, halaman 65—74 ISSN 1907-5650

media massa atau dalam sebentuk buku Prasasti Kutai terdiri atas tujuh yupa.
kumpulan puisi yang mulai dikenal di Yupa adalah tiang batu yang fungsinya
Indonesia sejak awal abad ke-20. adalah tugu peringatan upacara kurban
Begitu pun menurut Hooykaas (dalam (Soekmono, 1995: 35). Yupa-yupa Prasasti
Hamid, 1988) bahwa syair pun satu bentuk Kutai itu sekarang tersimpan di Museum
puisi yang tumbuh dalam masyarakat Nasional Jakarta. Huruf yang tertulis dalam
Indonesia sendiri. Asal usul syair yupa Prasasti Kutai itu adalah huruf
bersumber dari satu tulisan tertua dalam Pallawa yang berasal dari India Selatan.
bahasa Indonesia(?) yang ditemui di Minye Sedangkan bahasanya menggunakan bahasa
Tujuh, Aceh peninggalan 1380 M. Tulisan Sanskerta yaitu bahasa yang berasal dari
yang terpahat pada batu nisan itu India Selatan juga.
mengandung dua rangkap puisi yang Pada Prasasti Kutai tersebut terdapat
tertulis dengan huruf-huruf yang berasal suatu keterangan yang tertulis dalam bentuk
dari India, tetapi perkataannya mengandung syair (Soekmono, 1995: 35). Prasasti Kutai
campuran antara kata-kata Indonesia kuno, tidak menyebut angka tahun, tetapi
Sansekerta, dan bahasa Arab. Pengertian diperkirakan berasal dari pertengahan abad
puisi Indonesia ini perlu diperluas bukan ke-5 Masehi (Munandar & Utomo, 2012:
hanya yang ditulis oleh para sastrawan di 42) atau sekitar tahun 400 Masehi. Salah
media massa, melainkan juga yang ditulis satu dari ketujuh yupa tersebut menuliskan
pada batu nisan sekalipun. Dengan suatu silsilah dari raja di daerah Kutai yang
demikian, penelitian ini memperluas objek bernama Mulawarman. Bunyi silsilah itu
kajian puisi Indonesia ke bentuk-bentuk adalah sebagai berikut.
paling purba yaitu prasasti-prasasti
Nusantara abad ke-4 s.d. ke-9 peninggalan śrīmatah śrī-narendrasya;
masa Hindu-Buddha. kuṇḍuṅgasya mahātmanaḥ;
Dengan pengertian puisi yang putro śvavarmmo vikhyātah;
diperluas dalam konteks sastra kuno, teks vaṅśakarttā yathāṅśumān;
tasya putrā mahātmānaḥ;
prasasti-prasasti Nusantara abad ke-5 bisa
trayas traya ivāgnayaḥ;
dikategorikan sebagai sebentuk puisi kuno teṣān trayāṇām pravaraḥ;
Indonesia. Namun, sejauh ini belum ada tapo-bala-damānvitaḥ;
upaya penjelasan ke arah demikian. śrī mūlavarmmā rājendro;
yaṣṭvā bahusuvarṇnakam;
Studi Pustaka Prasasti Kutai tasya yajñasya yūpo „yam;
Prasasti Kutai terkenal sebagai prasasti dvijendrais samprakalpitaḥ.
yang menjadi penanda masuknya wilayah (Munandar & Utomo, 2012)
Nusantara (Indonesia) pada zaman sejarah.
Sebelumnya, disebut zaman prasejarah. ―Sang Maharaja Kudungga, yang amat
Zaman sejarah adalah suatu zaman dimana mulia, mempunyai putra yang masyur,
pada suatu daerah telah ditemukan suatu Sang Aswawarman namanya, yang
tulisan yang dapat menjelaskan keadaan seperti Sang Angsuman (Dewa
daerah tersebut dan kehidupan manusia di Matahari) menumbuhkan keluarga yang
mulia. Sang Aswawarman mempunyai
masa lalunya. Disebut zaman prasejarah
putra tiga, seperti api (yang suci) tiga.
karena belum ditemukan tulisan yang dapat Yang terkemukan dari tiga putra itu
menjelaskan keadaan dan kehidupan ialah Sang Mulawarman, raja yang
manusia di daerah tersebut di masa lalunya. berperadaban baik, kuat, dan kuasa.
Disebut dengan nama Prasasti Kutai karena Sang Mulawarman telah mengadakan
prasasti ini ditemukan di daerah Kutai di kenduri (selamatan) yang dinamakan
Provinsi Kalimantan Timur. Emas-amat-banyak. Buat peringatan

70
Sarathan dkk.: Teks Yupa Muarakaman ....

kenduri (selamatan) itulah tugu batu ini Museum Nasional sangat terbuka untuk
didirikan oleh para brahmana‖. kerja sama penelitian. Hasil studi lapangan
yang diperoleh adalah sebagai berikut.
Dari keterangan tersebut diketahui bahwa
Raja Mulawarman memiliki ayah bernama No. Inventaris : D.2 a
Aswawarman dan memiliki memiliki kakek Tempat Temuan : Muarakaman, Kutai,
bernama Kudungga. Jadi, Mulawarman Kalimantan Timur
adalah anak dari Aswawarman dan cucu Aksara : Pallawa
dari Kudungga (Suhandi, 2001: 96). Bahasa : Sanskerta
Ayahnya yang bernama Aswawarman Tahun : Sekitar 425 Masehi
dianggap sebagai pendiri dinasti
(vansakartta) karena sudah menggunakan Deskripsi
nama sanskerta atau nama Hindu sedangkan Prasasti ini dituliskan pada batu berbentuk
Kudungga dianggap masih menggunakan tiang (yūpα); berukuran tinggi 169 cm,
nama asli berarti ia adalah penduduk asli lebar 38 cm, dan tebal 29 cm; ditulis pada
(Poerbatjaraka, 1951). Kudungga mungkin sisi depan dengan bahasa Sanskerta dan
sekali adalah kepala suku penduduk asli aksara Pallawa dalam 12 baris tulisan.
yang belum terpengaruh kebudayaan India Keadaan prasasti batu ini masih baik.
(Soekmono, 1995: 35). Akan tetapi bisa Ukuran aksara 1—4 cm dan jarak antarbaris
saja ada kemungkinan bahwa Aswawarman 0,5—1 cm.
adalah pendatang dari India yang menikah
dengan anak perempuan dari kepala suku Ikhtisar Isi Prasasti
penduduk asli atau lokal Kutai sehingga Prasasti ini diawali dengan silsilah Raja
kemudian mempunyai anak bernama Mūlawarman yang menyebutkan Sri
Mulawarman. Dengan demikian, dapat Maharaja Kudungga yang berputra
dikatakan bahwa Aswawarman adalah Aswawarman yang mempunyai tiga orang
pendiri dinasti atau vansakartta atau anak. Yang terkemuka di antara ketiga
menurut Soekmono (1995: 35) adalah anaknya itu ialah Mulawarman, raja yang
―wamcakarta‖. berperadaban baik, kuat, dan berkuasa.
Keterangan yupa dari ketujuh yupa Disebutkan pula Mulawarman telah
Prasasti Kutai peninggalan Mulawarman mengadakan upacara selamatan yang
tersebut merupakan suatu tulisan awal dari dinamakan bahusuwarnnakam (―emas amat
sejarah Nusantara yang sangat berharga banyak‖), dan sebagai peringatan selamatan
walaupun tulisan dan bahasanya adalah tersebut tugu batu (yupa) ini didirikan oleh
huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta yang para Brahmana.
berasal dari India Selatan. Dengan
ditemukannya prasasti tersebut dapatlah Gambar Prasasti
diperkirakan bahwa zaman sejarah di
Kepulauan Nusantara atau di Indonesia
dimulai sekitar abad ke-5 Masehi.

Studi Lapangan Yūpa Muarakaman


Pada awal bulan Agustus 2018 peneliti
berkesempatan melakukan studi lapangan
ke tempat penyimpanan Prasasti Kutai asli
berada, yaitu di Museum Nasional Jakarta.
Setiap peneliti yang tertarik untuk meneliti
koleksi Museum Nasional harus
mendapatkan izin pihak Museum Nasional.

71
Suar Bétang Vol. 14, Nomor 1, Juni 2019, halaman 65—74 ISSN 1907-5650

Alih Aksara 8-8) dan berima a-a-a-a (perhatikan ketiga


(Versi 1) teks di atas).
srimatah sri-narendrasya, Namun, fakta keras bentuk puisi/sajak
kundungasya mahatmanah, teks prasasti ini tidak pernah muncul dalam
putro svavarmmo vikhyatah, buku-buku sejarah sastra atau pun puisi
vansakartta yathansuman, Indonesia. Hal ini diduga bahwa prasasti
tasya putra mahatmanah,
peninggalan sejarah tertua di Indonesia ini
trayas traya ivagnayah,
tesan trayanam pravarah, hanya diteliti atau diintepretasi oleh para
tapo-bala-damanvitah, sejarawan dan/atau arkeolog sebagai teks
sri mulawarmma rajendro, prosa seperti yang terhimpun berikut ini.
yastva bahusuvarnnakam,
tasya yajnasya yupo 'yam, Terjemahan teks yupa Prasasti Kutai I
dvijendrais samprakalpitah. (Versi 1)
(Wikipedia, 2018) Sang Maharaja Kundunga, yang amat
mulia, mempunyai putra yang mashur,
(Versi 2) Sang Aswawarman namanya, yang
śrīmataḥ śrīnarendrasya seperti Sang Ansuman (dewa Matahari)
kuṇḍunggasya mahātmanaḥ menumbuhkan keluarga yang sangat
putro ‗svavarmmo vikhyātaḥ mulia. Sang Aswawarman mempunyai
vaṅśakarttā yathāngśumān putra tiga, seperti api (yang suci) tiga.
tasya putrā mahātmānaḥ Yang terkemuka dari ketiga putra itu
trayas traya ivāgnayaḥ ialah Sang Mulawarman, raja yang
teṣān trayāṇām pravaraḥ berperadaban baik, kuat dan kuasa. Sang
tapo bala damānvitaḥ Mulawarman telah mengadakan kenduri
śrī mūlavarmmā rājendro (selamatan yang dinamakan) emas amat
yaṣṭvā bahusuvarṇṇakam banyak. Buat peringatan kenduri
tasya yajñasya yūpo ‗yam (selamatan) itulah tugu batu ini didirikan
dvijendrais samprakalpitaḥ oleh para brahmana. (Wikipedia, 2018)
(Chabra, 1965)
(Versi 2)
(Versi 3) «The illustrious lord-of-men, the great
(1) çrīmataḥ çrī-narendrasya Kundunga, had a famous* son,
(2) Kuṇḍuṅgasya mahātmanaḥ Agvavarman [by name], who, like unto
(3) putro çvavarmmo vikhyātaḥ Amcumant, * was the founder of a noble
(4) vaṅçakarttā yathāṅçumān race. His were three eminent sons
(5) tasya putrā mahātmānaḥ resembling the three sacrificial fires.
(6) trayas = traya ivāgnayaḥ Foremost * amongst these three and
(7) teṣān = trayānām = pravaraḥ distinguished by austerity, strength, and
(8) tapo-bala-damānvitaḥ self-restraint * was the illustrious
(9) çrī-Mūlavarmmā rājendro Mülavarman, the lord-of-kings, who had
(10) yaṣṭvā bahusuvarṇṇakam sacrificed a Bahusuvarnaka * sacrifice.
(11) tasya yajñasya yūpo yam For that sacrifice this sacrificial post has
(12) dvijendrais = samprakalpitaḥ been prepared by the chief amongst the
(Vogel, 1918; Poerbatjaraka, 1951) twice-born». (Vogel, 1918: 213)

Dari penelusuran teks transkripsi di atas (Versi 3) Artinja:


diperoleh pola yang konsisten dari tiap bait Sang Maharaja Kundunga, yang amat
teks prasasti Muarakaman ini, yaitu pola 8 mulia, mempunjai putra yang mashur,
Sang Açwawarmman namanja, jang
suku kata dalam tiap baitnya. Hal ini pun
seperti Sang Ançuman = (dewa
didukung dengan data tambahan bahwa Matahari) menumbuhkan keluarga jang
para ahli mengategorikan teks prasasti ini sangat mulia. Sang Açwawarmman
sebagai puisi anushtub/ sloka (berpola 8-8- mempunjai putra tiga, seperti api (jang

72
Sarathan dkk.: Teks Yupa Muarakaman ....

sutji) tiga.2) Jang terkemuka dari ketiga sulitnya menerjemahkan bahasa Sansekerta
putra itu ialah Sang Mûlawarmman, radja yang telah mati menjadi bahasa Indonesia
yang berperadaban baik, kuat dan kuasa. dengan mempertahankan pola
Sang Mûlawarmman telah mengadakan persajakannya. Jika diperhatikan, bait ke-9
kenduri (selamatan jang dinamakan) belum berhasil diterjemahkan dengan pola
Emas-amat-banjak. Buat peringatan
8 suku kata sebab dalam arti kamus
kenduri (selamatan) itulah tugu batu ini
didirikan oleh para Brahmana. rajendra berarti ‗lord of the king‘ atau ‗raja
(Poerbatjaraka, 1951). di raja‘ dan menyisakan nama Mulawarman
yang bersuku kata empat dan tentu tidak
(Versi 4) bisa dikurangi lagi. Maka, pada akhirnya
―The illustrious lord of men, the mighty kata lain dipilih agar tetap bersuku kata 8
great of Kundunga, had a famous son dengan tidak mengurangi arti secara harfiah
Asvavarman (by name), who, like unto menjadi terjemahan berikut.
Amsumant, was the founder of a noble (Versi 2)
race. His were three eminent sons 1 sri matah yang dipertuan, 8
resembling the three sacrificial fires. 2 sang Kundungga yang kuasa, 8
Foremost amongst these three and 3 punya putra Aswawarman, 8
distinguished by austerity strength and 4 pendiri bangsa mulia (wangsa karta),
self-restraint was the illustrious 8
Mulavarman, the lord of kings, who had 5 mempunyai tiga putra, 8
performed a Bahusuvarnaka sacrifice. 6 bagai api suci tiga, 8
For that sacrifice this sacrifical post has 7 terutama yang ketiga, 8
been established by the eminent 8 atas kekuatan raga, 8
Brahmanas.‖ (Chhabra, 1965: 86) 9 maharaja Mulawarman, 8
10 yang mempersembahkan emas
Keempat terjemahan di atas semuanya (bahusuvarnnakam), 8
mengubah bentuk puisi anushtub/ sloka 11 didirikan batu yupa, 8
menjadi prosa. Dalam penelitian ini upaya 12 sebagai peringatan (oleh brahmana
merekontrsuksi terjemahan transkripsi yupa yang utama). 8
Muarakaman tetap sebagai puisi yang (Sarathan dkk., 2018b)
memiliki pola persajakan 8-8-8-8 dengan
rima a-a-a-a dicoba sebagai berikut. Dengan demikian, tidak bisa dimungkiri
lagi bahwa teks prasasti adalah sebentuk
(Versi 1, leterlek) puisi. Namun, diperlukan usaha-usaha
1 sri matah yang dipertuan, 8 selanjutnya untuk lebih menjelaskan sejarah
2 Kundungga yang berkuasa, 8 puisi Indonesia yang lebih
3 punya putra Aswawarman, 8 berkesinambungan mulai dari abad ke-5
4 sang pendiri wangsa karta ,8 atau bisa jadi lebih tua jika merunut sastra
5 mempunyai tiga putra, 8 lisan.
6 bagai tiga api suci, 8
7 terutama yang ketiga, 8 PENUTUP
8 atas kekuatan raga, 8
9 raja di raja Mulawarman, 9
Prasasti sering hanya diinterpretasi sebagai
10 yang telah mempersembahkan
(bahusuvarnnakam), 8 peninggalan sejarah purbakala. Teks yang
11 untuk persembahan ini, 8 disajikan dalam terjemahannya hanya
12 didirikan peringatan (oleh Brahmana mementingkan data sejarah dengan
yang utama). 8 mengubah bentuk puisi menjadi prosa.
(Sarathan dkk., 2018a) Penelitian ini menyimpulkan bahwa teks
prasasti adalah sebentuk puisi yang
Dari proses penerjemahan teks yupa memiliki pola 8-8-8-8 dengan rima a-a-a-a
Muarakaman di atas disadari betapa yang disebut pertama kali oleh Vogel

73
Suar Bétang Vol. 14, Nomor 1, Juni 2019, halaman 65—74 ISSN 1907-5650

sebagai pola anushtub atau sloka (Vogel, berkesinambungan tersedia. Demikian besar
1918: ). Namun, dalam penyajiannya harapan bahwa sejarah puisi Indonesia tidak
bentuk-bentuk puisi ini sering diabaikan hanya berangkat dari pengetahuan dangkal
hingga tidak diindahkan. Dengan yang berasal dari puisi ―Tanah Air‖ karya
menyajikan versi terjemahan puitis teks Muhamad Yamin. Sejarah puisi Indonesia
prasasti yupa Muarakaman (no. 1) ini bisa dirunut sampai abad ke-5 mulai dari
peneliti berharap data untuk penelitian teks Yupa Muarakaman.
sejarah sastra khususnya puisi yang lebih

DAFTAR PUSTAKA

Badudu, J. S. (1984). Perkembangan Puisi Bina Cipta.


Indonesia Tahun 20-an hingga Tahun Soekmono, R. (1995). Sejarah Kebudayaan
40-an. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Indonesia 2. Yogyakarta: Kanisius.
Pengembangan Bahasa. Strachan, John R; Terry, Richard, G.
Chabra, C. (1965). No TitleExpantion Indo- (2000). Poetry: an introduction.
Aryan Culture During Pallava Rule. Edinburgh: Edinburgh University
New Delhi: Munshi Ram Manihar Lal. Press.
Hamid, I. (1989). Kesusasteraan Indonesia Sugono, D., Sugiyono;, Qadratillah, M. T.,
Lama Bercorak Islam. Jakarta: Pustaka Ruskhan, A. G., Puryadi, D.,
Al Husna. Adiwimarta, S. S., & Suratman, S. T.
Jassin, H. B. (1963). Pujangga Baru: Prosa (2008). Kamus Besar Bahasa
dan Puisi. Jakarta: Gunung Agung. Indonesia (4th ed.). Jakarta: Gramedia
Jones, R. (general editor) (Ed.). (2008). Pustaka Utama.
Loan-Words in Indonesian and Malay. Suhandi, A. (2001). Sejarah Kebudayaan
Jakarta: Yayasan Obor dan KITLV- Indonesia. Bandung: Fakultas Sastra,
Jakarta. Universitas Padjadjaran.
Munandar, A. A., & Utomo, B. B. (2012). Teeuw, A. (1952). Pokok & Tokoh. Jakarta:
Indonesia dalam Arus Sejarah 2: Jajasan Pembangunan.
Kerajaan Hindu- Budha. Jakarta: Vogel, P. (1918). The Yupa Inscriptions of
Ichtiar Baru van Hoeve. King Mula-Varman, from Koetei (East
Nutosusanto, N. (1953). Soal Periodesasi Borneo). Journal of the Humanities
dalam Sastra Indonesia. Basis, XII(7), and Social Sciences of Southeast Asia,
199–210. 74(1), 167--232.
Poerbatjaraka. (1951). Riwajat Indonesia I. https://doi.org/https://doi.org/10.1163/
Bandung: Jajasan Pembangunan. 22134379-90001650
Pradopo, R. D. (1991). Sejarah Puisi Waluyo, H. J. (1987). Teori dan Apresiasi
Indonesia Modern: Sebuah Ikhtisar. Puisi. Jakarta: Erlangga.
Humaniora, (2), 131–146.
Rosidi, A. (1969). Ikhtisar Sejarah
Kesusastraan Indonesia. Bandung:

74

You might also like