You are on page 1of 12

Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015

Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta

PERBANKAN ISLAM ARAB SAUDI: KEMAJUAN YANG TERTINGGAL

Shofiah Tidjani
Kandidat Doktor Program Agama & Lintas Budaya – Kajian Timur Tengah
Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
Email: opidunk@yahoo.com

Syamsul Hadi
Kaprodi Minat Studi Kajian Timur Tengah
Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada

Abstract

The claim of product innovation in Islamic Banking needs a guidance and the strongest
regulation which makes realization of subservience syariah (shariah compliance) and it
has an ability to fill all over the market need. The Kingdom of Saudi Arabia, which is
now being the dominant factor in economic and market of Islamic banking toward the
gulf area of Arabian Penninsula, shows the fact of the absent of regulation while the
condition of Islamic banking is not well-structured. This research aimed to answer the
main problems between the fatwa‘s authority of banking and the absent of goverment‘s
regulation. The result of this research is concluded that the biggest challenge that will be
faced by Saudi Arabia such as the pressure of globally financial system, the coordination
of Islamic Banking monitoring, the centralization of national banking‘s fatwa (guidance),
and the firmness toward conventionally banking and foreign.

Keywords: Islamic Banking in Saudi Arabia, the banking‘s fatwa, and the regulation of
banking

A. Pendahuluan kondisi ekonomi paling dominan di antara


Kerajaan Arabia Saudiadalah negara kelima ‎negara anggota lainnya, yakni Uni
anggota Dewan Kerjasama Teluk ‎(Gulf Emirat Arab, Qatar, Kuwait, Bahrain dan
Cooperation Council) yang memiliki Oman(Ramady, 2005; SAMA, 2008;

18
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta

Ramady, 2009)‎‎ .Fenomena pertumbuhan Fiqh Academy‖ di bawah OIC di Jeddah,


keuangan Islam, khususnya di sektor dan ‎"Islamic Fiqh Academy of Muslim
Perbankan ‎Islam yang melaju dengan World League” di Makkah, tidak memiliki
cepat, tak terlepas dari asal-usulnya, otoritas yang ‎mengikat publik atau sistem,
dimana perbankan ‎Islam mulai dibibitkan juga tidak ada hubungan struktural atau
(Aldohni, 2008). Negara-negara Dewan konsultatif. Pembentukan ‎Dewan
Kerjasama Teluk ‎adalah detak jantung Pengawas Syariah (Shariah Supervisory
pertumbuhan industri keuangan Islam di Board) di masing-masing bank ‎berbasis
dunia, tidak hanya ‎karena letak dua tempat non-Riba di Arab Saudi, justru bersifat
suci umat Islam (Makkah dan Madinah) di lebih inisiatif sendiri daripada ‎birokratif
Arab Saudi ‎dan mayoritas populasinya (Grassa, 2013). Banyaknya Dewan
adalah Muslim, yang mana bisa memicu Pengawas Syariah tanpa merujuk ‎pada
semangat ‎religiusitas umat dalam sebuah lembaga tunggal yang memiliki
kepatuhan syariah, namun juga karena otoritas resmi, akan berdampak pada
beberapa faktor ‎utama, sebagaimana ‎meningkatnya keragaman fatwa, dan tidak
dirinci oleh Asaad (2007), yaitu: adanya menutup kemungkinan terjadi ‎kontradiksi
pengaruh positif dari ‎negara-negara Islam yang signifikan antara satu fatwa dengan
lainnya; kemajuan teknologi keuangan fatwa lainnya.‎
dunia dan tingkat ‎permintaan lokal yang B. Flashback Kelahiran Perbankan
sangat tinggi, seiring dengan Islam
menjamurnya para investor ‎dengan Kontekstualisasi ekonomi dan
semangat dan jumlah yang luar biasa.‎ keuangan Islam ke dalam teori dan
Meski demikian, Arab Saudi ‎pelembagaannya pada ranah praktek,
sejatinya sedang menerapkan pendekatan merupakan buah pergerakan ekonomi-
pasif (passive approach) dalam politik ‎tahun 1970-an. Di masa ini, dapat
mengembangkan sektor keuangan dan disaksikan berbagai fenomena
perbankan Islam, denganmenggunakan melambungnya ‎harga minyak (Erler,
model otoritas pengawasan tunggaldalam 2010), juga otorisasi Arab Saudi ‎dalam
yuridiksi dimana bank Islam dan bank politik dan daya ‎kontrolnya yang kuat
konvensional beroperasi secara terhadap semangat pan-Islamisme yang
‎berdampingan. Bahkan, ketika hampir baru lahir kala itu. ‎Raja Faisal, yang saat
semua negara GCC berpikir tentang itu sedang berkuasa di Kerajaan Saudi
rancangan peraturan perbankan Islam, Arabia, berada dalam posisi sentral kedua
Kerajaan Arab Saudi justru hampir tidak perkembangan ini, ‎karenanya, ‎pelopor
melakukan pergerakan, dan belum pernah jaringan perbankan Islam kemudian
mengeluarkan satu dokumen pun yang dinamakan dengan nama ‎Raja, Bank
berkaitan dengan keuangan dan Faisal, meski selanjutnya bank ini dilarang
perbanakan Islam.Arab Saudi tidak ‎beroperasi sebagai bank ‎komersial di
memiliki dewan penasehat syariah Saudi Arabia.‎
nasional atau suatu lembaga yang Warde (2000) menyebut masa itu
‎memiliki otortias tunggal di keuangan dengan ―Aggiornamento I‖, dimana
Islam. Sistem yang diterapkan, lebih mirip ‎doktrin Islam dalam persoalan-peresoalan
‎dengan sistem tata kelola syariah di perbankan, terjadi di bawah dukungan
Inggris, dimana resolusi atau fatwa ‎Organisasi Konferensi Islam
keuangan ‎lebih merupakan produk inisiatif (Organization of the Islamic Conference).
sendiri, daripada arahan regulator atau Kerjasama ‎tertutup (closed cooperation)
‎persyaratan peraturan (Hasan, 2010). ‎ antara Mesir dan Arab Saudi, menjadi era
‎Beberapa lembaga fatwa bersifat istimewa ‎yang menghasilkan sinergi baik
Internasional dan berbasis di kota Makkah antara faktor-faktor ekonomi dan politik,
dan ‎Jeddah, seperti ―International Islamic hingga ‎menyebabkan embargo minyak di

19
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta

bulan Oktober 1973 terhadap negara- sekitar 500 bank syariah yang beroperasi
negara ‎pendukung Israel (termasuk di 75 negara di seluruh dunia, ‎dengan
Amerika Serikat). Harga minyak populasi muslim dan non-muslim (The
meningkat tajam ‎menjadi empat kali lipat Banker, 2013). Sektor perbankan ‎masih
dalam rentang waktu antara Oktober dan mendominasi industri jasa keuangan
Desember di ‎tahun itu. Chaudry (1997) Islam, diestimasi memegang 80% total
mengungkapkan, aliran modal pada 1970- ‎asetnya (IFSB, 2014). Pada tahun 2013,
an telah ‎membangun kembali institusi- jumlah aset perbankan Islam global
institusi domestik dan ekonomi di tiap-tiap ‎mencapai USD 1,7 triliun, menunjukkan
‎konstituen negara, serta membangun bahwa perbankan Islam telah menjadi
karakter ekonomi regionalnya, terutama ‎sektor dengan pertumbuhan tercepat
‎negara-negara kaya minyak di Timur dalam sistem keuangan Internasional,
Tengah. dengan ‎perkiraan pertumbuhan rata-rata
‎―Rejeki nomplok‖ petrodolar di tahunan sebesar 17,6 % (EY, 2013).‎
kawasan Arab (Yergin, 1991), menandai Secara regional, total aset keuangan
‎sebuah ‗titik balik‘ yang membuat banyak Islam umumnya berpusat di Timur ‎Tengah
orang percaya bahwa hal itu akan dan Asia. Negara Iran, Bahrain, Qatar,
‎melahirkan sebuah tatanan ekonomi Indonesia, Saudi Arabia, Malaysia, ‎UAE
Internasional baru (New International dan Turki, yang juga teridentifikasi
‎Economic Order) dan semangat sebagai faktor utama pemicu laju
persaudaraan kawasan Selatan, yang ‎gelombang keuangan Islam global,
selanjutnya ‎menyemangati pendirian mewakili 78% dari aset perbankan Islam
Islamic Development Bank (IDB) dalam ‎Internasional pada tahun 2012.
kesepakatan ‎OIC (Organization of Islamic Pertumbuhan diprediksi mencapai CAGR
Conference) pada 1974. Dalam konteks ‎(compound annual growth rate) sebesar
itu, ‎perbankan Islam lepas landas dari ide 19,7% dalam rentang waktu 2013-2018,
yang kabur dan terasa utopis, menjadi ‎secara signifikan lebih cepat dibanding
‎realitas (Warde, 2000). ‎ negara-negara lain di sektor keuangan
Kini perkembangan ekonomi Islam ‎Islam (EY, 2013).‎
telah menjadi fenomena modern yang Negara-negara kaya minyak di
‎menarik perhatian besar banyak kalangan. kawasan Teluk (Arab Saudi, UEA, Qatar,
Sistem keuangan bebas riba, tidak lagi ‎Kuwait, Bahrain dan Oman), yang
‎menjadi isu lokal di negara-negara muslim terhimpun dalam Dewan Kerjasama Teluk
saja, tetapi juga menjadi trend global, ‎(Gulf Cooperation Council), memiliki
‎dimana negara-negara non-muslim sudah total aset perbankan Islam mencapai USD
mengambil posisi dan inisiatif untuk ‎490 juta pada akhir 2013, dari jumlah
‎mengadopsi dan mengembangkannya. USD 390 juta di tahun 2011. xPangsa
Negara-negara dengan industri keuangan pasar ‎ini didominasi oleh Arab Saudi 49%
‎terkemuka seperti Inggris (Aldohni, 2008), atau USD 245 miliar pada 2012,
Cina, Prancis, Jepang, Hongkong dan ‎pertumbuhan di sektor ini mencapai 20%
‎Singapura terlihat berlomba-lomba per tahun, diikuti oleh UAE dengan aset
menjadi pusat keuangan Islam. Bahkan ‎19%, Kuwait 16%, Qatar 11% dan
World ‎Bank, telah menjadikan keuangan Bahrain 5% (IFSB, 2014; EY, 2013).
Islam sebagai salah satu program Bank al-‎Rajhi di Arab Saudi adalah bank
utamanya ‎(Reuters, 2012; World Bank, Islam terbesar di kawasan Teluk saat ini
2013).‎‎ (Paldi, ‎2013). Di kawasan regional Teluk,
perbankan Islam memiliki pertumbuhan
C. Perkembangan Modern yang ‎cenderung lebih cepat dibanding
Saat ini, jumlah institusi perbankan bank-bank konvensional, yakni rata-rata
Islam semakin meningkat dan ‎mencapai ‎mencapai 17,4% dibanding perbankan

20
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta

konvensional yang hanya 8,1% (E&Y, d‎ aya ikatnya, fatwa dan fiqh tidak
‎2013). Kerajaan Arabia Saudi, adalah mengikat, sedangkan qadha' dan qanun
negara anggota Dewan Kerjasama Teluk ‎bersifat mengikat publik.‎
‎(GCC) yang memiliki kondisi ekonomi Fatwa hanya mengikat orang yang
paling dominan di antara kelima negara mengeluarkan fatwa, peminta fatwa
‎anggota lainnya (Ramady, 2005; SAMA, ‎(mustafti) pun tidak terikat. Amien (2008),
2008; Ramady, 2009)‎ merinci perbedaan fatwa dengan ‎qadha‘
sebagai berikut: Pertama, bila qadha'
D. Tantangan Otoritas Fatwa mengikat untuk dipatuhi, fatwa ‎hanya
Perbankan bersifat informatif (tabyin). Kedua,
Dalam praktek perbankan Islam, keputusan qadha' harus dilaksanakan
kepatuhan terhadap syariah Islam ‎adalah ‎terhukum, sedangkan pemohon fatwa
karakter unik, dan merupakan tulang tidak wajib menerima atau melaksanakan
punggung eksistensinya (Amer, ‎2009). ‎fatwa. Ketiga, qadha' hanya berkenaan
Karenanya, kebutuhan akan sistem dengan pihak yang berperkara, dan
kepatuhan syariah menjadi sangat ‎krusial berlaku ‎pada wilayah hukum tertentu,
bagi perkembangan dan sustainabilitas sedangkan fatwa bisa dialamatkan pada
industri keuangan Islam (Hasan, ‎2010), kalangan ‎lebih luas.‎
dan untuk mengemban tugas ini, maka Perihal tidak mengikatnya
dewan syariah (shariah board) ‎kemudian keputusan hukum elemen "swasta" ini
didirikan. Sebagai komponen penting juga ‎tercermin dari kaidah fikih, ―al-
dalam sistem tata kelola syariah di ijtihâdu la yunqadu bi al-ijtihâd‖ (sebuah
‎Lembaga Keuangan Islam (LKI), dewan ijtihad ‎tidak bisa dibatalkan oleh ijtihad
syariah harus menjalankan dua fungsi lain). Ini cermin dari penghargaan atas
‎penting, yaitu fungsi kontrol dan fungsi kerja keras ‎intelektual dalam Islam.
konsultatif, yang juga mencakup produksi Namun, jika dihadapkan dengan
‎dan legitimasi fatwa.‎ keragaman, demi ‎kepastian hukum, maka
Dalam perkembangan sistem berlakulah kaidah fikih, ―Hukmu al-hâkimi
ekonomi Islam, posisi fatwa sebagai ilzâmun wa ‎yarfa‟u al-khilâf‖ (ketetapan
pijakan ‎hukum sangat dibutuhkan pemerintah bersifat mengikat dan
(Maksum, 2012). Fatwa adalah produk menghentikan ‎silang pendapat) (Amin,
pemikiran ‎hukum Islam yang 2008). Walaupun fatwa tidak bersifat
keberadaannya dapat mendorong mengikat, namun kontribusi fatwa dalam
dinamisasi hukum Islam ‎dalam merespon ‎dinamika pemikiran hukum Islam amat
persoalan-persoalan yang muncul, sesuai signifikan, terutama sebagai satu-satunya
dengan dimensi ruang ‎dan waktu yang ‎legal approval produk-produk di industri
melingkupinya (Djamil, 1995; al-Zaibari, perbankan dan keuangan Islam.
1995 dan Qardhawi, ‎1997).‎ ‎Produktivitas fatwa amat tinggi dalam
Dalam sejarah pembelajaran agama memperkaya pembentukan kaidah hukum
Islam, terdapat empat model produk ‎Islam untuk merespon tantangan aktual
‎penggalian hukum Islam: fikih, fatwa, (Karni, 2010).‎
qadha' (putusan pengadilan), dan qanun imima‎ namak m‎ DaD,‎ am m‎ tmtmama‎
‎(undang-undang). Fiqh dan fatwa sama- rmenaIDrD‎nma‎enakmamrmaenanma ma‎vrima‎
sama merupakan hasil ijtihad ulama yang nD‎ namimma‎ mmnD‎ amnDm‎ emak‎
‎bersifat privat, bukan bagian otoritas nnaimakrmak‎rmmt‎DaD,‎aemtmaem‎nDaDimD‎tDnm ‎
negara. Sedangkan qadha' dan qanun rnaemaam‎ anakm kaknDa‎ nnmtmpma‎
adalah ‎hasil ketetapan elemen kenegaraan. amremam mt.‎ enannnmma‎ mtam‎ nma‎
Fiqh dan fatwa, meski sama status dan matma‎ nnDim ma-nma ‎ nD‎ rmtm‎ emaDrnD rD,‎
‎kedudukan pembuatnya, namun berbeda rnpmamraem‎ nDrm‎ nDpDanmaD‎ nnakma‎
dalam hal inisiatif. Dari segi implikasi ananmakma‎ rtam tma‎ amrDkami‎ tnaemnm‎

21
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta

nmima‎ anakmamrD‎ nma‎ anarmenaIDrD‎ bersama-sama memperoleh legitimasi


enanma ma‎ vrima,‎ tnaamrm ‎ enakkimpma‎ ‎sebagai keberhasilan dari sebuah
mtamaem.‎ kerjasama. ‎

E. Tantangan Regulasi Perbankan Jalinan dukungan yang berlangsung


Diskusi tentang praktek hukum dan selama dua ratus tahun secara mutual,
penetapan regulasi di sebuah negara, ‎tidak ‎telah menciptakan tingkat sensitivitas dan
dapat dipisahkan dari unsur-unsur politik mekanisme fleksibel di Saudi, meski ‎tidak
yang mewarnai dan mendominasi ‎otoritas nersifat eksklusif di Saudi, untuk
pemerintahan di masa tertentu. Fenomena mengekuarkan pendapat hukum konstitusi
yang terjadi di negara-negara ‎Dewan ‎dari sumber-sumber hukum Islam (fatwa),
Kerjasama Teluk (GCC), terutama yang memperkuat hubungan ini dengan
Kerajaan Saudi Arabia dalam praktek ‎menafsirkan hukum dan meningkatkan
‎kelembagaan perbankan dan keuangan kesejahteraan negara Islam. Sensitivitas
Islamnya, sangat memperjelas korelasi ini. ini ‎tampaknya didasarkan pada teori-teori
‎ Pada abad ke-19, Kekaisaran ulama seperti al-Ghazali dan Ibnu
Turki mulai memperkenalkan hukum Taimiyah ‎yang mengidentifikasi negara
Barat ke ‎dalam dunia Islam. Hal ini Islam dengan agama dan kekuasaan,
memprakarasai lahirnya dikotomi antara sebagai sumber ‎utama dari campur tangan
hukum umum ‎dan hukum syariah, ilahi (Kechichian, 1986).‎
jangkauan fatwa-fatwa menjadi terbatas Saat ini, satu-satunya lembaga
hanya pada hukum ‎perorangan (pribadi), memegang otoritas regulasi ‎dan berfungsi
sedangkan hukum umum (sekuler) melakukan pengawasan dan supervisi
menjadi semakin luas. ‎Setidaknya, terhadap sektor perbankan, sebagai bank
terdapat tiga jenis kategori dalam sentral yang termodifikasi, di ‎Kerajaan
persoalan fatwa. Pertama, negara ‎yang Saudi Arabia adalah Saudi Arabian
masih menganggap hukum syariah Islam Monetary Agency (SAMA).‎Terkait
sebagai dasar dan menerapkannya ‎dalam hukum Islam sebagai dasar ‎hukum
sebagian atau keseluruhan sistemnya. pemerintah, SAMA berkewajiban untuk
Kedua, negara yang menghapus total menjaga prinsip-prinsip kepatuhan
‎hukum Islam dan menggantikannya denga ‎syariah, sebagaimana tertulis di dalam
hukum sekuler. Ketiga, negara yang Dikrit Kerajaan No. 23 tanggal
‎mencoba mengkompromikan kedua 23/05/1377, ‎pasal 2:‎
wilayah hukum ini, dengan memasukkan Article 2:‎
‎hukum sekuler dan tetap memelihara
The Saudi Arabian Monetary
hukum syariah Islam dalam waktu yang
Agency shall not pay nor receive
‎bersamaan (Mudzhar, 1993). Negara Arab
‎interest, but it shall only charge
Saudi termasuk dalam kategori ‎pertama,
certain fees on services.‎
yang masih menganggap hukum syariah
Islam sebagai dasar dan ‎menerapkannya Article 6:‎
dalam sistemnya. ‎ The Agency shall not undertake
Peralihan kekuasaan kepada Raja any of the following functions:‎
Faisal pada tahun 1964 telah
‎dimungkinkan melalui fatwa seorang a.‎ Acting in any manner which
ulama Saudi, Muhammad bin Abd al- conflicts with the teachings
‎Wahhab (Rasheed, 2007). Semenjak itu, of the ‎Islamic Law. The
pola ―religio-political orientation‖ sudah Agency shall not charge any
‎mulai teraplikasi, kekuasaan agama dan interest on its ‎receipts and
otoritas terus dipraktekkan oleh para payments;‎
‎ulama dan tokoh-tokoh politik yang secara

22
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta

Oleh karena tujuan ini pula, maka agar dapat melaksanakan lebih ‎banyak
dalam pemberian nama institusi, ‎Kerajaan fungsi bank sentralnya. Menariknya, krisis
Arab Sadi lebih memilih menggunakan perbankan yang terjadi tahun ‎2008 telah
kata ―agency‖ daripada kata ‎―bank‖, membuktikan, SAMA cukup teruji
sebagai refleksi niat untuk mengantisipasi ketangguhannya, dibandingkan ‎pusat-
penggunaan istilah yang ‎mungkin dapat pusat keuangan lainnya di seluruh dunia,
menggiring kepada konotasi ―interest‖. dimana hampir tidak ada tanda-‎tanda
Secara reguler, dokumen-‎dokumen resmi kegagalan bank atau systemic breakdown
Saudi Arabia, selalu menggunakan terma pada pinjaman antar-bank.‎Praktek SAMA
―komisi‖, meski pada ‎prakteknya, esensi dinilai sangat cukup bersesuaian dengan
dari ―interest‖ tidak bisa dihindari, terlebih standar-standar ‎regulasi dan supervisi
ketika SAMA ‎kemudian menerbitkan Internasional, hanya saja ia masih harus
Riyal Emas Saudi, yang menunjukkan bisa menghadapi ‎berbagai tantangan
pengakuan yang ‎jelas terhadap konsep regulasi di sektor perbankan Islam
bunga.‎ domestik (Ramady, 2009). ‎Secara
Sementara, Dikrit Kerajaan No. 6 mengejutkan, SAMA sudah terklasifikasi
pada Desember 1959, berisi tentang sebagai sistem moneter terbaik ‎dunia
‎pemberian izin kepada SAMA untuk ―group 2‖ pada standar BICRA (Banking
menginvestasikan cadangan foreign Industry Country Risk ‎Assessment), pada
‎exchange pada sekuritas asing, mengikuti tahun 2011, dan bertahan hingga 2014,
praktek yang berlaku pada bank sentral setelah menempati ‎―group 3‖ pada 2010
‎secara internasional. Hal ini dapat (S&P, 2011; S&P, 2013; S&P, 2014).‎
diinterpretasikan juga dalam pengertian Pada krisis finansial dunia 2008,
bahwa ‎SAMA tidak akan menolak lembaga keuangan Islam telah
pemasukan-pemasukan bunga dari ‎menunjukkan stabilitas yang relatif dalam
investasi asingnya. mengatasi berbagai masalah, seperti
SAMA telah dibentuk dari awal ‎pembiayaan derivatif, produk sintetis dan
pendiriannya sebagai bank sentral yang pinjaman sub-prime. Hal ini sangat
‎telah termodifikasi. Keterbasan utama ‎diperhatikan oleh otoritas SAMA,
yang dimiliki adalah kurangnya sehingga besar kemungkinan bahwa
wewenang ‎untuk mengeluarkan nota SAMA ‎akan lebih mudah terbuka
perpanjangan kredit kepada pemerintah memberi peluang bank-bank di Saudi
dan bank, juga ‎untuk untuk beroperasi ‎secara Islami, atau
mengimplementasikan peraturan moneter mengkonversi praktek-praktek yang ada
terhadap manipulasi tingkat ‎bunga. ke dalam sistem ‎keuangan Islam. Salah
Meskipun SAMA telah memiliki otoritas satu bank terbesar Saudi, National
hukum untuk mengatur sistem ‎perbankan, Commercial Bank ‎(NCB), telah membuat
namun progress yang dicapai sangat keputusan untuk mengkonversi secara
lambat dibandingkan lembaga-‎lembaga total seluruh cabang ‎retailnya menjadi
moneter lainnya. Penyebabnya bukan cabang keuangan Islam (Ramady, 2009).‎
hanya keterbatasan SDM yang Legitimasi Kerajaan Saudi Arabia
‎berpengalaman dan terlatih dengan tepat, memang dilandasi oleh ajaran-ajaran
namun mungkin juga karena penolakan ‎Islam, namun manajemen perekonomian
‎intervensi sistem oleh beberapa bank dan sistem perbankannya dilandasi oleh
komersil asing, dimana sampai akhir 1964, ‎praktek-praktek negara Barat. Pembahasan
‎hanya ada tiga bank lokal diantara total 12 ekonomi Islam dalam ranah regulasi
bank yang beroperasi di Kerajaan ‎Saudi.‎ ‎menjadi hal yang cukup sensitif. Fakta
Pada 1966, SAMA mengeluarkan Islamic Development Bank (IDB) berbasis
undang-undang pengawasan ‎perbankan ‎di Arab Saudi, tidak menafikan realitas
yang lebih komprehensif, dengan tujuan dua group perbankan Islam terbesar, Dar

23
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta

‎ l-Maal Al-Islami dan Dallah Al-Baraka,


A p‎ enelitiannya, mengidentifikasi apalikasi
yang dimiliki oleh para pembesar Arab instrumen-instrumen tawarruq di instansi
‎Saudi, tidak mendapatkan izin operasi ‎perbankan, yang beroperasi dengan
bank-bank komersialnya di wilayah komitmen non-Riba di Arab Saudi,
‎Kerajaan Saudi Arabia. Ketika Al-Rajhi sebagai ‎pelanggaran terhadap peraturan
Bank and Investment Company pengawasan perbankan SAMA, yang
‎memperoleh izin operasionalnya pada ditetapkan ‎melalui Dekrit Kerajaan No.
tahun 1985, syarat yang harus dipenuhinya M/5 tanggal 22/02/1386 H. Padahal,
‎adalah tidak mencantumkan nama Islam instrumen ‎tawarruq telah mendominasi di
dalam penamaanya. Logikanya, apabila berbagai aktifitas perekonomian dan
‎ada bank berlabel Islam, maka bank-bank mencapai ‎80% total pembiayaan
lain yang tidak berlabel Islam akan ‎dinilai perbankan di negeri ini. Sangat
tidak islami, meski secara legal semua disayangkan, mengingat ‎dari segi nilai
bank yang beroperasi di negera ini absolut, sektor perbankan Islam Arab
‎disebut-sebut sebagai institusi Islam. Saudi memiliki total aset ‎terbesar, USD
Barangkali pertimbangan terberatnya 245 miliar, yakni 49% aset perbankan
adalah ‎realitas deposito-deposito banknya Islam di kawasan Dewan ‎Kerjsama Teluk
dan kepemilikan asingnya yang sangat (Kuwait Finance House, 2013). ‎
tinggi, ‎menghasilkan pemasukan bunga Lebih luas, al-Baltaji (2008)
yang cukup besar (Warde, 2000). ‎ mengidentifikasi 13 titik lemah yang
Pada suatu kondisi ekstrim, dalam ‎dihadapi negara-negara Teluk di sektor
yurisdiksi non-syariah, dimana bank perbankan dan keuangan Islam, di tengah
‎syariah ‎dan bank konvensional beroperasi ‎era booming ini. Salah satunya adalah
secara berdampingan, semua bank ‎terlihat keanekaragaman standar dan fatwa yang
tunduk pada persyaratan ‎pelaporan, ‎dibuat oleh para ulama. Sangat
kebijakan pengawasan, kerangka, disayangkan, terlebih fakta ini justru
‎pendekatan, manual, metodologi, sistem, menjadi salah ‎satu alasan utama prinsip
proses dan prosedur yang sama. Namun, akuntansi syariah tidak dirancang di dalam
‎dalam yurisdiksi tersebut, otoritas standar ‎Basel. Keragaman fatwa ini,
pengawasan harus mampu dianggap tidak memenuhi kelayakan
mempertimbangkan apakah ‎ada perbedaan referensial ‎untuk menajdi pedoman.‎
antara fakta lapangan dan representasi
masyarakat terkait ‎kepatuhan syariahnya. F. Urgensi Regulasi Perbankan
Perbedaan atau gap yang teridentifikasi Perkembangan pesat yang dialami
akan berdampak ‎pada pertimbangan oleh perbankan Islam di berbagai ‎penjuru
implikasinya, terkait misselling, dunia, dalam berbagai aspeknya, harus
perlindungan konsumen, tata ‎kelola dan diimbangi dengan perkembangan ‎serupa
pengendalian internal, bahkan dapat dari segi regulasi dan supervisi yang
mempengaruhi kesimpulan otoritas efektif. Penelitian Mohieldin (2012)
‎pengawasan pada "sistem dan kontrol" ‎membuktikan bahwa peraturan atau
bank dan manajemen risiko reputasi. Pada regulasi tentang perbankan Islam, tidak
‎kondisi ekstrem lainnya, di bawah hanya ‎mendorong perkembangan
yurisdiksi hukum Islam, di mana kedua lembaga-lembaga perbankan Islam dan
jenis ‎bank beroperasi secara eksistensinya, ‎namun juga dapat
berdampingan, bank Islam dituntut untuk mendongkrak laju pembangunan negara.
melaporkan ‎informasi tambahan terkait Selain itu, pengalaman ‎praktek Islam di
produk dan transaksi perbankan Islam, Prancis (Joppke, 2013), kiranya cukup
serta kepatuhan ‎syariahnya. untuk menegaskan bahwa ‎wacana hukum
Dalam konteks absennya regulasi di merupakan sumber daya penting dalam
negara ini, Utsman (2009) di dalam proses integrasi.‎

24
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta

Meskipun studi seperti Vogel dan hazard, ‎pencegahan krisis sistemik dan
Hayes (1998) dan Karimi (2009) permintaan perlindungan terhadap
‎mengemukakan bahwa fleksibilitas kepentingan ‎deposan (Mutallib, 2015). ‎
pengaturan hukum di beberapa yurisdiksi Wilson (2003) menegaskan bahwa
‎dengan sistem hukum konvensional, kerangka hukum dan peraturan sangat
memberikan ruang bagi praktek perbankan ‎penting untuk efektivitas dan efisiensi
‎Islam, namun para ulama Islam tidak lembaga keuangan Islam, sebagai
nyaman dengan argumen ini, dan tetap kerangka ‎hukum dan peraturan yang baik
‎bertahan pada idealisme syariah yang untuk memastikan pelaporan dan
tegas dalam aktifitas keuangan dan pengungkapan ‎pelanggan yang memadai,
‎perbankan, yang tidak bisa terakomodasi kontrol manajemen risiko, pemantauan
di bawah sistem hukum konvensional. modal ‎kecukupan, serta mitigasi masalah
‎Karena itu, melembagakan kerangka informasi asimetris. Kegagalan kerangka
hukum dan peraturan yang kuat untuk hukum ‎dan peraturan, memastikan bahwa
bank ‎Islam dan lembaga keuangan Islam semua ini sudah cukup untuk
lainnya, tidak bisa ditunda lagi urgensinya memungkinkan ‎terjadinya kepanikan
‎(Mutallib, 2015). ‎ keuangan atau bank runs, yang
Secara kasat mata, memang terdapat menimbulkan ancaman serius ‎bagi
persamaan pada produk dan ‎konsep kelangsungan hidup lembaga perbankan.
perbankan Islam dengan produk dan Oleh karena itu, Karimi (2009)
konsep perbankan konvensional, ‎namun ‎menyarankan kepada bank sentral dan
perlu diperhatikan bahwa praktek-praktek otoritas pengawas lainnya, tentang urgensi
pada sistem ekonomi Islam, ‎tidak sama ‎penempatan undang-undang khusus,
dengan sistem hukum, regulasi dan dalam menjalankan fungsi identifikasi dan
akuntansi yang sudah ada. ‎Seharusnya, ‎melakukan penanganan terhadap
para regulator di negara sekuler, selain tantangan-tantangan serius yang dihadapi
menetapkan peraturan-‎peratuan standar ‎industri perbankan Islam.‎
yang cermat terkait persyaratan modal, Ketersediaan kerangka hukum dan
cadangan, aset serta rasio, ‎mereka juga peraturan yang tepat, sangat ‎bermanfaat
harus bisa menciptakan peraturan- bagi tingkat kesehatan lembaga-lembaga,
peraturan untuk mengontrol isu-isu ‎seperti di samping untuk membantu ‎regulator,
metode-metode keuangan baru dan syarat- terutama Bank Sentral, dalam mengatur,
syarat kepemilikan pada institusi ‎Islam mengawasi lembaga keuangan, ‎dan lebih
dan sebagainya. Singkatnya, lembaga- efektif dalam pelaksanaan dan
lembaga Islam ini harus beroperasi di pengelolaan kredit serta kebijakan
‎bawah pengawasan cermat pasar dan ‎moneter (Karimi, 2009 dan Mutallib,
otoritas keagamaan, dan pada waktu yang 2015). Kerangka hukum Islam yang
‎sama, harus bisa juga mematuhi praktek- ‎independen ini, menjadi semakin urgent di
praktek dan standar internasional (Warde, tengah fakta munculnya produk-‎produk
‎2000).‎ keuangan dan investasi syariah yang
Konsep Profit and Loss sharing bersifat kompleks, inovatif dan
(PLS) yang mendasari pengoperasian ‎menawarkan keragaman bentuk serta
‎perbankan Islam, tidak secara otomatis tingkat resiko, yang jauh berbeda dari
bisa membebaskan lembaga ini dari ‎bentuk-bentuk konvensional.
‎pengawasan. Sebagai lembaga Pada era awal kemunculan
konvensional, lembaga perbankan Islam perbankan Islam modern, sejumlah skema
justru ‎membutuhkan tingkat peraturan ‎regulatoris Islam yang cenderung
kehati-hatian dan pengawasan yang sama, ambisius, sempat dikonsep oleh para pakar
dengan ‎sistem perbankan konvensional, dan ‎ulama, termasuk wacana tentang bank
terutama pada beberapa fitur seperti moral sentral Isam, pemungutan zakat secara

25
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta

g‎ lobal dan sebagianya. Sayangnya, Keberhasilan sebuah sistem


realisasi ide-ide ini hanya sampai pada ekonomi Islam di negara manapun, sangat
tahap ‎wacana saja. Dalam praktek selama ‎tergantung pada keyakinan para pemangku
bertahun-tahun, Grassa (2013) kepentingan untuk menjamin semua
menyimpulkan ‎bahwa pengembangan ‎komponen sistem tetap in line dengan
kerangka kerja tata kelola lembaga prinsip dan aturan syariah Islam. Political
keuangan Islam, selalu ‎dikonesp will yang membangun sistem ekonomi
berdasarkan kebutuhan dan perkembangan negara berdasarkan Islam, ‎secara kasat
yang dialami di masing-‎masing negara.‎ mata, tidak hanya mudah diidentifikasi
Warde (2000) menjelaskan, di era melalui kebijakan-kebijakan ‎dan program-
1970-an, para regulator di bidang program pemerintah, namun juga melalui
‎keuangan, dituntut untuk bisa menjalankan regulasi yang ditetapkan. ‎ angat
sejumlah tugas yang bersifat teknis, disayangkan jika di negara-negara yang
‎seperti menjamin terciptanya sektor mengusung prinsip-prinsip ‎Islam sebagai
keuangan yang aman dan sehat, ideologi utama konstitusi, semangat ini
memobilisasi ‎simpanan-simpanan agar harus terkendala regulasi dan ‎dukungan
tersalur ke sektor-sektor produktif, dan pemerintah.
menciptakan ‎saluran bagi pembayaran- Dalam hal kepatuhan syariah,
pembayaran di sektor ekonomi, di luar perkembangan inovasi produk sebagai
panggung politik. ‎Pada dekade terakhir tuntutan persaingan dalam bisnis
ini, hampir semua negara, termasuk ‎keuangan, tentu membutuhkan fatwa dan
negara-negara dengan ‎tradisi dan otoritas regulasi yang kuat dan mampu
reguasi yang mapan, telah diguncang oleh mengakomodir semua kebutuhan pasar.
krisis-krisis ‎perbankan. Pasar nasional Dalam sebagian besar kasus, kelemahan
yang mengalami perkembangan pesat (the mekanisme kontrol ‎dari otoritas yang lebih
emerging ‎markets) – kategori yang tinggi, akan berdampak pada munculnya
ditujukan pada kebanyakan negara Islam – produk-produk ‎kontroversial dan diklaim
lebih mudah ‎rentan karena kurang sesuai syariah, padahal, sejatinya tidak
memiliki kerangka regulasi dan tradisi, ‎dapat diterima secara umum, namun
juga mengalami ‎serangkaian permasalahan beberapa dewan syariah dan akademisi
struktural. Umumnya, negara-negara itu ‎mengakui kesesuaiannya dengan syariah
memiliki ‎banyak bank dan sangat Islam. Jika ini berlanjut, pada gilirannya,
membutuhkan konsolidasi.‎ ‎akan mengancam stabilitas industri
Meski pernah dibatasi hanya pada keuangan Islam. Srbagaimana
negara-negara maju, peraturan-‎peraturan diungkapakan Obaidullah (2005),salah
baru mengenai keuangan global saat ini satu kelemahan industri keuangan Islam
sedang diperluas cakupannya ke ‎seluruh terletak pada ‎mekanisme justifikasi fatwa
negara lain. Empat faktor yang terhadap transaksi-transaksi keuangan.
menjelaskan perkembangan ini, antara Perkembangan ‎ini, boleh dinilai sangat
lain: ‎penyebaran ideologi liberal; integrasi wajar, sebagai konsekuensi dari upaya
negara-negara yang sedang mengalami modifikasi akad-akad ‎klasik untuk
‎perkembangan pesat ke dalam beradaptasi dengan praktek keuangan
pereknomian global, semakin pesatnya modern, namun harusnya apologi ini tidak
keterlibatan ‎institusi-institusi keuangan berlarut terlalu lama.
internasional di dalam pasar nasional; dan Selain itu, peraturan-‎peraturan baru
meluasnya ‎krisis-krisis mata uang dan mengenai keuangan global, menjadi
perbankan. ‎ tantangan terbesar yang harus diselesaikan
oleh yurisdiksi-yurisdiksi atau sistem
G. Kesimpulan moneter yang ingin serius mengoperasikan
lembaga keuangan dan perbankan yang

26
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta

bebas riba. Saudi Arabia, tetap harus Chaudhry, Kiren Aziz, 1997, The Price of
mengevaluasi diri, meski sempat digadang Wealth: Economies and
sebagai sistem moneter yang paling Institutions in the Middle East,
tangguh saat krisis yang menimpa dunia Ithaca, N.Y.: Cornell University
tahun 2008. Kelonggaran regulasi Press.
terhadap bank-bank asing dan
Djamil, Fathurrahman, 1995, Metode
konvensional, seharusnya dapat diatasi
Ijtihad Majelis Tarjih
dan diminimalisir, jika pemerintah
Muhammadiyah, Jakarta: Logos.
memang serius ingin menerapkan sistem
ekonomi Islam di negaranya. Erler, Daniela, 2010, Islamic Finance:
Complement or Substitute? An
Daftar Pustaka Empirical Analysis, Michigan
Journal of Business, 04/01/2010,
Al-Baltaji, Muhamad, Dr., al-Bunûk as- Volume 3, Issue 2, halaman 9-55,
Sa‟ûdiyah Tuqaddimu Maqlûb at- Middlebury College.
Tawarruq, wa Ta‟zifu „an al- EY, 2013, World Islamic Banking
Wadî‟ah al-Islâmiyah,(internet), Competitiveness Report 2013-14:
<http://www.aleqt.com/2008/08/1 The Transition Begin, anniversary
8/article_ 151383 .html >, edition, x Ernst & Young
(diakses 6 September 2013). (internet) <
Aldohni, Abdul Karim, 2008, The http://www.ey.com/Publication
Emergence of Islamic Banking in /vwLUAssets/EY_-
the UK: A Comparative Study _World_Islamic_Banking_Compe
with Muslim Countries, Arab Law titiveness_Report_2013%E2%80
Quarterly, Vol. 22, No. 2 (2008), % 9314/$FILE/EY-World-
pp. 180-198, Brill-Jstor, Islamic-Banking-
<http://www.jstor.org/stable Competitiveness-Report-2013-
/27650617> (diakses 09/06/2013 14.pdf> (diakses 24 Januari 2014).
23:48). Grassa, Rihab, 2013, ―Shariah
Al-Zaibari, Amir Sa'îd, 1995, Mabâhits fî Supervisory System in Islamic
Ahkâm al-Fatwâ, Beirut: Dar Ibn financial Institutions: New Issues
Hazm. and Challenges: A Comparative
Analysis between Southeast Asia
Amer, Zahera bani, 2009, Optimal Models and GCC Models‖,
Shariah Governance in Islamic Humanomics, Vol. 29 Iss: 4,
Finance by Dr. Aznan bin Hasan, pp.333 - 348
Islamic Economics & Finance
Pedia (internet), Hasan, Zulkifli, 2010, ―Regulatory
<http://www.iefpedia.com/ Framework of Shari‟ah
english/?p=1341> (diakses 21 Governance System in Malaysia,
Desember 2012). GCC Countries and the UK‖,
Kyoto Bulletin of Islamic Area
Amin, Ma‘ruf, 2008, Fatwa Dalam Sistem Studies, Vol. 3, 3-2 (March 2010),
Hukum Islam, Jakarta: elSAS. pp. 82–115.
Asaad, Reem M, 2007, The Regulatory IFSB, 2014, Islamic Financial Services
Framework of Islamic Banking in Industry Stability Report 2014,
Saudi Arabia, Sixth Conference of Kuala Lumpur-Malaysia: Islamic
Saudi Economic Association, Financial Services Board.
Kerajaan Saudi Arabia.

27
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta

Joppke, Christian and John Torpey, 2013, Sebuah Studi tentang Pemikiran
Legal Integration of Islam: A Hukum Islam di Indonesia (1975-
Transatlantic Comparison, 1988), INIS, Jakarta.
Cambridge & London: Harvard
Univ. Press. Muttalib, Sekoni Abiola, 2015, Legal and
Regulatory Issues and Challenges
Karimi, Abdul Jabbar, 2009, Challenges Inhibiting Globalization of
Facing Islamic Banks. Islamic Islamic Banking System, Munich
Economic & Finance, (internet) Personal RePEc Archive Pape No.
<<http://www.nzibo.com/IB2/Cha 62332, posted 24. February 2015
llenges.pdf>> (diakses 5 14:38 UTC, (internet)
November 2014). http://mpra.ub.uni-
Karni, Asrori S, 2010, Problem muenchen.de/62332/ (diakses 1
Konseptual Otoritas Kepatuhan Juni 2015)
Syariah (Syariah Compliance) Obaidullah, Mohammed, 2005, Islamic
Dalam regulasi Perbankan Financial Services, Associate
Syariah, Tesis: Pascasarjana Professor Islamic Economics
Magister Ilmu Hukum, Fakultas Research Center, Jeddah, Saudi
Hukum Universitas Indonesia, Arabia: King Abdulaziz
Juni 2010. University.
Kechichian, Joseph A., 1986, The Role of Paldi, Camille Silla, 2013, The Current
the Ulama in the Politics of an State of Islamic Finance in the
Islamic State: The Case of Saudi Gulf Co-operation Council, Diaz
Arabia, International Journal of Reus Publications, Miami,
Middle East Studies, Vol. 18, No. Florida.Republika, 2009, Institusi
1 (Feb., 1986), pp. 53-7, Pendidikan Barat pun Tawarkan
Cambridge University Press. Ekonomi Islam, Senin, 07
<http://www.jstor.org/stable/1628 September 2009.
60> (diakses: 09/06/2014 00:42)
Qardhawi, Yusuf, 1997, al-Fatwa Bayn
Maksum, Muhammad, 2012, Fatwa al-Indhibâth wa al-Tasayyub,
Majelis Ulama Indonesia, dalam terjemah: As‘ad Yasin, Jakarta:
Perespektif Hukum dan Gema Insani Press.
Perundang-Undangan, cet II,
Jakarta: Puslitbang Kehidupan Ramady, Mohamed A, 2005, The Saudi
Keagamaan, Badan Mohieldin, Arabian Economy: Policies,
Mahmoud, Iqbal, Zamir, Rostom, Achievements and Challenges,
Ahmed, Fu, Xiauchen, 2011, The Springer, New York, NY.
Role of Islamic Finance in Ramady, Mohamed A, 2009, Evolving
Enhancing Financial Inclusion in Banking Regulation and
Organization of Islamic Supervision A Case Study of The
Cooperation (OIC) Countries, Saudi Arabian Monetary Agency
Islamic Economic Studies, Policy (SAMA), International Journal of
Research Working Paper Islamic and Middle Eastern
WPS5920, Islamic Economics and Finance and Management, Vol. 2
Finance Working Group - World No. 3, 2009, pp. 235-250,
Bank, Washington, DC, Emerald Group Publishing
December 2011 (55-120). Limited.
Mudzhar, Mohammad Atho, 1993, Fatwa- Rasheed, Madawi, 2007, Contesting the
Fatwa Majelis Ulama Indonesia: Saudi State Islamic Voice from a

28
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta

New Generation, Cambridge <http://www.worldbank.org/en/ne


University Press, New York. w s/press-
release/2012/10/14/world-bank-
Reuters, 2012, World Bank, IDB sign
islamic-development-bank-sign-
Islamic Finance Agreement,
memorandum-of-understanding-
News, (internet) <http://uk.
islamic-finance> (diakses 27
reuters.com/article/2012/10/17/isl
Januari 2013).
amic-finance-worldbank-
idUKL5E8LH1FR20121017> Vogel, F. & Hayes S., 1998, Islamic Law
(diakses 27 Januari 2013). and Finance: Religion, Risk and
Returns, Kluwer Law
SAMA, 2008, Monthly Statistical Bulletin,
International. Netherlands.
SAMA, Riyadh, February.
Warde, Ibrahim, 2000, Islamic Finance in
Standard & Poor‘s Ratings Services, 2013,
the Global Economy, Edinburgh:
Gulf Islamic Banks Continue to
Edinburgh University Press.
Grow Faster than Their
Conventional Peers, but Wilson, Rodney, 2003, Regulatory
Profitability Rates Are Challenges posed by Islamic
Converging, 1 Oktober 2013. Capital Market Products and
Services, International
TB, 2013, Top Islamic Financial
Organization of Securities
Institutions: Special Report 2013,
Commissions (IOSCO) Task force
London-Inggris: The Banker &
on Islamic capital market, Istanbul
Noor Islamic bank.
- Turki.
The World Bank, 2012, The World Bank
Yergin, Daniel, 1991, The Prize: The Epic
and Islamic Development Bank
Quest for Oil, Money and Power,
Sign Memorandum of
Simon and Schuster, New York.
Understanding on Islamic
Finance, News, (internet)

29

You might also like