Professional Documents
Culture Documents
Perbankan Islam Arab Saudi: Kemajuan Yang Tertinggal
Perbankan Islam Arab Saudi: Kemajuan Yang Tertinggal
Shofiah Tidjani
Kandidat Doktor Program Agama & Lintas Budaya – Kajian Timur Tengah
Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
Email: opidunk@yahoo.com
Syamsul Hadi
Kaprodi Minat Studi Kajian Timur Tengah
Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
Abstract
The claim of product innovation in Islamic Banking needs a guidance and the strongest
regulation which makes realization of subservience syariah (shariah compliance) and it
has an ability to fill all over the market need. The Kingdom of Saudi Arabia, which is
now being the dominant factor in economic and market of Islamic banking toward the
gulf area of Arabian Penninsula, shows the fact of the absent of regulation while the
condition of Islamic banking is not well-structured. This research aimed to answer the
main problems between the fatwa‘s authority of banking and the absent of goverment‘s
regulation. The result of this research is concluded that the biggest challenge that will be
faced by Saudi Arabia such as the pressure of globally financial system, the coordination
of Islamic Banking monitoring, the centralization of national banking‘s fatwa (guidance),
and the firmness toward conventionally banking and foreign.
Keywords: Islamic Banking in Saudi Arabia, the banking‘s fatwa, and the regulation of
banking
18
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta
19
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta
bulan Oktober 1973 terhadap negara- sekitar 500 bank syariah yang beroperasi
negara pendukung Israel (termasuk di 75 negara di seluruh dunia, dengan
Amerika Serikat). Harga minyak populasi muslim dan non-muslim (The
meningkat tajam menjadi empat kali lipat Banker, 2013). Sektor perbankan masih
dalam rentang waktu antara Oktober dan mendominasi industri jasa keuangan
Desember di tahun itu. Chaudry (1997) Islam, diestimasi memegang 80% total
mengungkapkan, aliran modal pada 1970- asetnya (IFSB, 2014). Pada tahun 2013,
an telah membangun kembali institusi- jumlah aset perbankan Islam global
institusi domestik dan ekonomi di tiap-tiap mencapai USD 1,7 triliun, menunjukkan
konstituen negara, serta membangun bahwa perbankan Islam telah menjadi
karakter ekonomi regionalnya, terutama sektor dengan pertumbuhan tercepat
negara-negara kaya minyak di Timur dalam sistem keuangan Internasional,
Tengah. dengan perkiraan pertumbuhan rata-rata
―Rejeki nomplok‖ petrodolar di tahunan sebesar 17,6 % (EY, 2013).
kawasan Arab (Yergin, 1991), menandai Secara regional, total aset keuangan
sebuah ‗titik balik‘ yang membuat banyak Islam umumnya berpusat di Timur Tengah
orang percaya bahwa hal itu akan dan Asia. Negara Iran, Bahrain, Qatar,
melahirkan sebuah tatanan ekonomi Indonesia, Saudi Arabia, Malaysia, UAE
Internasional baru (New International dan Turki, yang juga teridentifikasi
Economic Order) dan semangat sebagai faktor utama pemicu laju
persaudaraan kawasan Selatan, yang gelombang keuangan Islam global,
selanjutnya menyemangati pendirian mewakili 78% dari aset perbankan Islam
Islamic Development Bank (IDB) dalam Internasional pada tahun 2012.
kesepakatan OIC (Organization of Islamic Pertumbuhan diprediksi mencapai CAGR
Conference) pada 1974. Dalam konteks (compound annual growth rate) sebesar
itu, perbankan Islam lepas landas dari ide 19,7% dalam rentang waktu 2013-2018,
yang kabur dan terasa utopis, menjadi secara signifikan lebih cepat dibanding
realitas (Warde, 2000). negara-negara lain di sektor keuangan
Kini perkembangan ekonomi Islam Islam (EY, 2013).
telah menjadi fenomena modern yang Negara-negara kaya minyak di
menarik perhatian besar banyak kalangan. kawasan Teluk (Arab Saudi, UEA, Qatar,
Sistem keuangan bebas riba, tidak lagi Kuwait, Bahrain dan Oman), yang
menjadi isu lokal di negara-negara muslim terhimpun dalam Dewan Kerjasama Teluk
saja, tetapi juga menjadi trend global, (Gulf Cooperation Council), memiliki
dimana negara-negara non-muslim sudah total aset perbankan Islam mencapai USD
mengambil posisi dan inisiatif untuk 490 juta pada akhir 2013, dari jumlah
mengadopsi dan mengembangkannya. USD 390 juta di tahun 2011. xPangsa
Negara-negara dengan industri keuangan pasar ini didominasi oleh Arab Saudi 49%
terkemuka seperti Inggris (Aldohni, 2008), atau USD 245 miliar pada 2012,
Cina, Prancis, Jepang, Hongkong dan pertumbuhan di sektor ini mencapai 20%
Singapura terlihat berlomba-lomba per tahun, diikuti oleh UAE dengan aset
menjadi pusat keuangan Islam. Bahkan 19%, Kuwait 16%, Qatar 11% dan
World Bank, telah menjadikan keuangan Bahrain 5% (IFSB, 2014; EY, 2013).
Islam sebagai salah satu program Bank al-Rajhi di Arab Saudi adalah bank
utamanya (Reuters, 2012; World Bank, Islam terbesar di kawasan Teluk saat ini
2013). (Paldi, 2013). Di kawasan regional Teluk,
perbankan Islam memiliki pertumbuhan
C. Perkembangan Modern yang cenderung lebih cepat dibanding
Saat ini, jumlah institusi perbankan bank-bank konvensional, yakni rata-rata
Islam semakin meningkat dan mencapai mencapai 17,4% dibanding perbankan
20
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta
konvensional yang hanya 8,1% (E&Y, d aya ikatnya, fatwa dan fiqh tidak
2013). Kerajaan Arabia Saudi, adalah mengikat, sedangkan qadha' dan qanun
negara anggota Dewan Kerjasama Teluk bersifat mengikat publik.
(GCC) yang memiliki kondisi ekonomi Fatwa hanya mengikat orang yang
paling dominan di antara kelima negara mengeluarkan fatwa, peminta fatwa
anggota lainnya (Ramady, 2005; SAMA, (mustafti) pun tidak terikat. Amien (2008),
2008; Ramady, 2009) merinci perbedaan fatwa dengan qadha‘
sebagai berikut: Pertama, bila qadha'
D. Tantangan Otoritas Fatwa mengikat untuk dipatuhi, fatwa hanya
Perbankan bersifat informatif (tabyin). Kedua,
Dalam praktek perbankan Islam, keputusan qadha' harus dilaksanakan
kepatuhan terhadap syariah Islam adalah terhukum, sedangkan pemohon fatwa
karakter unik, dan merupakan tulang tidak wajib menerima atau melaksanakan
punggung eksistensinya (Amer, 2009). fatwa. Ketiga, qadha' hanya berkenaan
Karenanya, kebutuhan akan sistem dengan pihak yang berperkara, dan
kepatuhan syariah menjadi sangat krusial berlaku pada wilayah hukum tertentu,
bagi perkembangan dan sustainabilitas sedangkan fatwa bisa dialamatkan pada
industri keuangan Islam (Hasan, 2010), kalangan lebih luas.
dan untuk mengemban tugas ini, maka Perihal tidak mengikatnya
dewan syariah (shariah board) kemudian keputusan hukum elemen "swasta" ini
didirikan. Sebagai komponen penting juga tercermin dari kaidah fikih, ―al-
dalam sistem tata kelola syariah di ijtihâdu la yunqadu bi al-ijtihâd‖ (sebuah
Lembaga Keuangan Islam (LKI), dewan ijtihad tidak bisa dibatalkan oleh ijtihad
syariah harus menjalankan dua fungsi lain). Ini cermin dari penghargaan atas
penting, yaitu fungsi kontrol dan fungsi kerja keras intelektual dalam Islam.
konsultatif, yang juga mencakup produksi Namun, jika dihadapkan dengan
dan legitimasi fatwa. keragaman, demi kepastian hukum, maka
Dalam perkembangan sistem berlakulah kaidah fikih, ―Hukmu al-hâkimi
ekonomi Islam, posisi fatwa sebagai ilzâmun wa yarfa‟u al-khilâf‖ (ketetapan
pijakan hukum sangat dibutuhkan pemerintah bersifat mengikat dan
(Maksum, 2012). Fatwa adalah produk menghentikan silang pendapat) (Amin,
pemikiran hukum Islam yang 2008). Walaupun fatwa tidak bersifat
keberadaannya dapat mendorong mengikat, namun kontribusi fatwa dalam
dinamisasi hukum Islam dalam merespon dinamika pemikiran hukum Islam amat
persoalan-persoalan yang muncul, sesuai signifikan, terutama sebagai satu-satunya
dengan dimensi ruang dan waktu yang legal approval produk-produk di industri
melingkupinya (Djamil, 1995; al-Zaibari, perbankan dan keuangan Islam.
1995 dan Qardhawi, 1997). Produktivitas fatwa amat tinggi dalam
Dalam sejarah pembelajaran agama memperkaya pembentukan kaidah hukum
Islam, terdapat empat model produk Islam untuk merespon tantangan aktual
penggalian hukum Islam: fikih, fatwa, (Karni, 2010).
qadha' (putusan pengadilan), dan qanun imima namak m DaD, am m tmtmama
(undang-undang). Fiqh dan fatwa sama- rmenaIDrDnmaenakmamrmaenanma mavrima
sama merupakan hasil ijtihad ulama yang nD namimma mmnD amnDm emak
bersifat privat, bukan bagian otoritas nnaimakrmakrmmtDaD,aemtmaemnDaDimDtDnm
negara. Sedangkan qadha' dan qanun rnaemaam anakm kaknDa nnmtmpma
adalah hasil ketetapan elemen kenegaraan. amremam mt. enannnmma mtam nma
Fiqh dan fatwa, meski sama status dan matma nnDim ma-nma nD rmtm emaDrnD rD,
kedudukan pembuatnya, namun berbeda rnpmamraem nDrm nDpDanmaD nnakma
dalam hal inisiatif. Dari segi implikasi ananmakma rtam tma amrDkami tnaemnm
21
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta
22
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta
Oleh karena tujuan ini pula, maka agar dapat melaksanakan lebih banyak
dalam pemberian nama institusi, Kerajaan fungsi bank sentralnya. Menariknya, krisis
Arab Sadi lebih memilih menggunakan perbankan yang terjadi tahun 2008 telah
kata ―agency‖ daripada kata ―bank‖, membuktikan, SAMA cukup teruji
sebagai refleksi niat untuk mengantisipasi ketangguhannya, dibandingkan pusat-
penggunaan istilah yang mungkin dapat pusat keuangan lainnya di seluruh dunia,
menggiring kepada konotasi ―interest‖. dimana hampir tidak ada tanda-tanda
Secara reguler, dokumen-dokumen resmi kegagalan bank atau systemic breakdown
Saudi Arabia, selalu menggunakan terma pada pinjaman antar-bank.Praktek SAMA
―komisi‖, meski pada prakteknya, esensi dinilai sangat cukup bersesuaian dengan
dari ―interest‖ tidak bisa dihindari, terlebih standar-standar regulasi dan supervisi
ketika SAMA kemudian menerbitkan Internasional, hanya saja ia masih harus
Riyal Emas Saudi, yang menunjukkan bisa menghadapi berbagai tantangan
pengakuan yang jelas terhadap konsep regulasi di sektor perbankan Islam
bunga. domestik (Ramady, 2009). Secara
Sementara, Dikrit Kerajaan No. 6 mengejutkan, SAMA sudah terklasifikasi
pada Desember 1959, berisi tentang sebagai sistem moneter terbaik dunia
pemberian izin kepada SAMA untuk ―group 2‖ pada standar BICRA (Banking
menginvestasikan cadangan foreign Industry Country Risk Assessment), pada
exchange pada sekuritas asing, mengikuti tahun 2011, dan bertahan hingga 2014,
praktek yang berlaku pada bank sentral setelah menempati ―group 3‖ pada 2010
secara internasional. Hal ini dapat (S&P, 2011; S&P, 2013; S&P, 2014).
diinterpretasikan juga dalam pengertian Pada krisis finansial dunia 2008,
bahwa SAMA tidak akan menolak lembaga keuangan Islam telah
pemasukan-pemasukan bunga dari menunjukkan stabilitas yang relatif dalam
investasi asingnya. mengatasi berbagai masalah, seperti
SAMA telah dibentuk dari awal pembiayaan derivatif, produk sintetis dan
pendiriannya sebagai bank sentral yang pinjaman sub-prime. Hal ini sangat
telah termodifikasi. Keterbasan utama diperhatikan oleh otoritas SAMA,
yang dimiliki adalah kurangnya sehingga besar kemungkinan bahwa
wewenang untuk mengeluarkan nota SAMA akan lebih mudah terbuka
perpanjangan kredit kepada pemerintah memberi peluang bank-bank di Saudi
dan bank, juga untuk untuk beroperasi secara Islami, atau
mengimplementasikan peraturan moneter mengkonversi praktek-praktek yang ada
terhadap manipulasi tingkat bunga. ke dalam sistem keuangan Islam. Salah
Meskipun SAMA telah memiliki otoritas satu bank terbesar Saudi, National
hukum untuk mengatur sistem perbankan, Commercial Bank (NCB), telah membuat
namun progress yang dicapai sangat keputusan untuk mengkonversi secara
lambat dibandingkan lembaga-lembaga total seluruh cabang retailnya menjadi
moneter lainnya. Penyebabnya bukan cabang keuangan Islam (Ramady, 2009).
hanya keterbatasan SDM yang Legitimasi Kerajaan Saudi Arabia
berpengalaman dan terlatih dengan tepat, memang dilandasi oleh ajaran-ajaran
namun mungkin juga karena penolakan Islam, namun manajemen perekonomian
intervensi sistem oleh beberapa bank dan sistem perbankannya dilandasi oleh
komersil asing, dimana sampai akhir 1964, praktek-praktek negara Barat. Pembahasan
hanya ada tiga bank lokal diantara total 12 ekonomi Islam dalam ranah regulasi
bank yang beroperasi di Kerajaan Saudi. menjadi hal yang cukup sensitif. Fakta
Pada 1966, SAMA mengeluarkan Islamic Development Bank (IDB) berbasis
undang-undang pengawasan perbankan di Arab Saudi, tidak menafikan realitas
yang lebih komprehensif, dengan tujuan dua group perbankan Islam terbesar, Dar
23
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta
24
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta
Meskipun studi seperti Vogel dan hazard, pencegahan krisis sistemik dan
Hayes (1998) dan Karimi (2009) permintaan perlindungan terhadap
mengemukakan bahwa fleksibilitas kepentingan deposan (Mutallib, 2015).
pengaturan hukum di beberapa yurisdiksi Wilson (2003) menegaskan bahwa
dengan sistem hukum konvensional, kerangka hukum dan peraturan sangat
memberikan ruang bagi praktek perbankan penting untuk efektivitas dan efisiensi
Islam, namun para ulama Islam tidak lembaga keuangan Islam, sebagai
nyaman dengan argumen ini, dan tetap kerangka hukum dan peraturan yang baik
bertahan pada idealisme syariah yang untuk memastikan pelaporan dan
tegas dalam aktifitas keuangan dan pengungkapan pelanggan yang memadai,
perbankan, yang tidak bisa terakomodasi kontrol manajemen risiko, pemantauan
di bawah sistem hukum konvensional. modal kecukupan, serta mitigasi masalah
Karena itu, melembagakan kerangka informasi asimetris. Kegagalan kerangka
hukum dan peraturan yang kuat untuk hukum dan peraturan, memastikan bahwa
bank Islam dan lembaga keuangan Islam semua ini sudah cukup untuk
lainnya, tidak bisa ditunda lagi urgensinya memungkinkan terjadinya kepanikan
(Mutallib, 2015). keuangan atau bank runs, yang
Secara kasat mata, memang terdapat menimbulkan ancaman serius bagi
persamaan pada produk dan konsep kelangsungan hidup lembaga perbankan.
perbankan Islam dengan produk dan Oleh karena itu, Karimi (2009)
konsep perbankan konvensional, namun menyarankan kepada bank sentral dan
perlu diperhatikan bahwa praktek-praktek otoritas pengawas lainnya, tentang urgensi
pada sistem ekonomi Islam, tidak sama penempatan undang-undang khusus,
dengan sistem hukum, regulasi dan dalam menjalankan fungsi identifikasi dan
akuntansi yang sudah ada. Seharusnya, melakukan penanganan terhadap
para regulator di negara sekuler, selain tantangan-tantangan serius yang dihadapi
menetapkan peraturan-peratuan standar industri perbankan Islam.
yang cermat terkait persyaratan modal, Ketersediaan kerangka hukum dan
cadangan, aset serta rasio, mereka juga peraturan yang tepat, sangat bermanfaat
harus bisa menciptakan peraturan- bagi tingkat kesehatan lembaga-lembaga,
peraturan untuk mengontrol isu-isu seperti di samping untuk membantu regulator,
metode-metode keuangan baru dan syarat- terutama Bank Sentral, dalam mengatur,
syarat kepemilikan pada institusi Islam mengawasi lembaga keuangan, dan lebih
dan sebagainya. Singkatnya, lembaga- efektif dalam pelaksanaan dan
lembaga Islam ini harus beroperasi di pengelolaan kredit serta kebijakan
bawah pengawasan cermat pasar dan moneter (Karimi, 2009 dan Mutallib,
otoritas keagamaan, dan pada waktu yang 2015). Kerangka hukum Islam yang
sama, harus bisa juga mematuhi praktek- independen ini, menjadi semakin urgent di
praktek dan standar internasional (Warde, tengah fakta munculnya produk-produk
2000). keuangan dan investasi syariah yang
Konsep Profit and Loss sharing bersifat kompleks, inovatif dan
(PLS) yang mendasari pengoperasian menawarkan keragaman bentuk serta
perbankan Islam, tidak secara otomatis tingkat resiko, yang jauh berbeda dari
bisa membebaskan lembaga ini dari bentuk-bentuk konvensional.
pengawasan. Sebagai lembaga Pada era awal kemunculan
konvensional, lembaga perbankan Islam perbankan Islam modern, sejumlah skema
justru membutuhkan tingkat peraturan regulatoris Islam yang cenderung
kehati-hatian dan pengawasan yang sama, ambisius, sempat dikonsep oleh para pakar
dengan sistem perbankan konvensional, dan ulama, termasuk wacana tentang bank
terutama pada beberapa fitur seperti moral sentral Isam, pemungutan zakat secara
25
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta
26
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta
bebas riba. Saudi Arabia, tetap harus Chaudhry, Kiren Aziz, 1997, The Price of
mengevaluasi diri, meski sempat digadang Wealth: Economies and
sebagai sistem moneter yang paling Institutions in the Middle East,
tangguh saat krisis yang menimpa dunia Ithaca, N.Y.: Cornell University
tahun 2008. Kelonggaran regulasi Press.
terhadap bank-bank asing dan
Djamil, Fathurrahman, 1995, Metode
konvensional, seharusnya dapat diatasi
Ijtihad Majelis Tarjih
dan diminimalisir, jika pemerintah
Muhammadiyah, Jakarta: Logos.
memang serius ingin menerapkan sistem
ekonomi Islam di negaranya. Erler, Daniela, 2010, Islamic Finance:
Complement or Substitute? An
Daftar Pustaka Empirical Analysis, Michigan
Journal of Business, 04/01/2010,
Al-Baltaji, Muhamad, Dr., al-Bunûk as- Volume 3, Issue 2, halaman 9-55,
Sa‟ûdiyah Tuqaddimu Maqlûb at- Middlebury College.
Tawarruq, wa Ta‟zifu „an al- EY, 2013, World Islamic Banking
Wadî‟ah al-Islâmiyah,(internet), Competitiveness Report 2013-14:
<http://www.aleqt.com/2008/08/1 The Transition Begin, anniversary
8/article_ 151383 .html >, edition, x Ernst & Young
(diakses 6 September 2013). (internet) <
Aldohni, Abdul Karim, 2008, The http://www.ey.com/Publication
Emergence of Islamic Banking in /vwLUAssets/EY_-
the UK: A Comparative Study _World_Islamic_Banking_Compe
with Muslim Countries, Arab Law titiveness_Report_2013%E2%80
Quarterly, Vol. 22, No. 2 (2008), % 9314/$FILE/EY-World-
pp. 180-198, Brill-Jstor, Islamic-Banking-
<http://www.jstor.org/stable Competitiveness-Report-2013-
/27650617> (diakses 09/06/2013 14.pdf> (diakses 24 Januari 2014).
23:48). Grassa, Rihab, 2013, ―Shariah
Al-Zaibari, Amir Sa'îd, 1995, Mabâhits fî Supervisory System in Islamic
Ahkâm al-Fatwâ, Beirut: Dar Ibn financial Institutions: New Issues
Hazm. and Challenges: A Comparative
Analysis between Southeast Asia
Amer, Zahera bani, 2009, Optimal Models and GCC Models‖,
Shariah Governance in Islamic Humanomics, Vol. 29 Iss: 4,
Finance by Dr. Aznan bin Hasan, pp.333 - 348
Islamic Economics & Finance
Pedia (internet), Hasan, Zulkifli, 2010, ―Regulatory
<http://www.iefpedia.com/ Framework of Shari‟ah
english/?p=1341> (diakses 21 Governance System in Malaysia,
Desember 2012). GCC Countries and the UK‖,
Kyoto Bulletin of Islamic Area
Amin, Ma‘ruf, 2008, Fatwa Dalam Sistem Studies, Vol. 3, 3-2 (March 2010),
Hukum Islam, Jakarta: elSAS. pp. 82–115.
Asaad, Reem M, 2007, The Regulatory IFSB, 2014, Islamic Financial Services
Framework of Islamic Banking in Industry Stability Report 2014,
Saudi Arabia, Sixth Conference of Kuala Lumpur-Malaysia: Islamic
Saudi Economic Association, Financial Services Board.
Kerajaan Saudi Arabia.
27
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta
Joppke, Christian and John Torpey, 2013, Sebuah Studi tentang Pemikiran
Legal Integration of Islam: A Hukum Islam di Indonesia (1975-
Transatlantic Comparison, 1988), INIS, Jakarta.
Cambridge & London: Harvard
Univ. Press. Muttalib, Sekoni Abiola, 2015, Legal and
Regulatory Issues and Challenges
Karimi, Abdul Jabbar, 2009, Challenges Inhibiting Globalization of
Facing Islamic Banks. Islamic Islamic Banking System, Munich
Economic & Finance, (internet) Personal RePEc Archive Pape No.
<<http://www.nzibo.com/IB2/Cha 62332, posted 24. February 2015
llenges.pdf>> (diakses 5 14:38 UTC, (internet)
November 2014). http://mpra.ub.uni-
Karni, Asrori S, 2010, Problem muenchen.de/62332/ (diakses 1
Konseptual Otoritas Kepatuhan Juni 2015)
Syariah (Syariah Compliance) Obaidullah, Mohammed, 2005, Islamic
Dalam regulasi Perbankan Financial Services, Associate
Syariah, Tesis: Pascasarjana Professor Islamic Economics
Magister Ilmu Hukum, Fakultas Research Center, Jeddah, Saudi
Hukum Universitas Indonesia, Arabia: King Abdulaziz
Juni 2010. University.
Kechichian, Joseph A., 1986, The Role of Paldi, Camille Silla, 2013, The Current
the Ulama in the Politics of an State of Islamic Finance in the
Islamic State: The Case of Saudi Gulf Co-operation Council, Diaz
Arabia, International Journal of Reus Publications, Miami,
Middle East Studies, Vol. 18, No. Florida.Republika, 2009, Institusi
1 (Feb., 1986), pp. 53-7, Pendidikan Barat pun Tawarkan
Cambridge University Press. Ekonomi Islam, Senin, 07
<http://www.jstor.org/stable/1628 September 2009.
60> (diakses: 09/06/2014 00:42)
Qardhawi, Yusuf, 1997, al-Fatwa Bayn
Maksum, Muhammad, 2012, Fatwa al-Indhibâth wa al-Tasayyub,
Majelis Ulama Indonesia, dalam terjemah: As‘ad Yasin, Jakarta:
Perespektif Hukum dan Gema Insani Press.
Perundang-Undangan, cet II,
Jakarta: Puslitbang Kehidupan Ramady, Mohamed A, 2005, The Saudi
Keagamaan, Badan Mohieldin, Arabian Economy: Policies,
Mahmoud, Iqbal, Zamir, Rostom, Achievements and Challenges,
Ahmed, Fu, Xiauchen, 2011, The Springer, New York, NY.
Role of Islamic Finance in Ramady, Mohamed A, 2009, Evolving
Enhancing Financial Inclusion in Banking Regulation and
Organization of Islamic Supervision A Case Study of The
Cooperation (OIC) Countries, Saudi Arabian Monetary Agency
Islamic Economic Studies, Policy (SAMA), International Journal of
Research Working Paper Islamic and Middle Eastern
WPS5920, Islamic Economics and Finance and Management, Vol. 2
Finance Working Group - World No. 3, 2009, pp. 235-250,
Bank, Washington, DC, Emerald Group Publishing
December 2011 (55-120). Limited.
Mudzhar, Mohammad Atho, 1993, Fatwa- Rasheed, Madawi, 2007, Contesting the
Fatwa Majelis Ulama Indonesia: Saudi State Islamic Voice from a
28
Jurnal CMES Volume VIII Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2015
Program Studi Sastra Arab FIB UNS Surakarta
29