SINOPSI§
Niat awal Alenna meminta Kevan untuk menjadi
pacarnya adalah ingin membuat laki-laki sombong itu bertekuk
lutut kepadanya. Namun setelah menjalankan hubungan
bersamanya, Alenna malah termakan omongannya sendiri. Dia
yang bertekuk lutut kepada Kevan!
Kevan mungkin bukan laki-laki yang baik. Dia masih
terlalu egois untuk menetap hanya pada satu wanita saja. Dia
masih terlalu takut untuk membuat komitmen yang lebih serius.
Tapi asal Alenna masih mau bersamanya, Kevan ingin berubah
menjadi lebih baik atau bahkan yang paling baik.
Bersama Kevan, Alenna menjadi tahu apa arti bahagia dan
rasa sakit secara bersamaan.Prolog
Suasana ramai memenuhi Club malam ini. Orang-orang
sibuk bergoyang menikmati hentakan musik yang
memekakkan telinga. Salah seorang gadis tengah berdiri
sambil memegang sebotol alkohol di tangan kanannya, teman-
temannya tertawa melihat tingkahnya.
“Jadi cowok tuh jangan sok jual mahal!” Ujarnya sambil
tertawa dengan tubuh yang bergerak ke kanan dan ke kiri tidak
seimbang. “Gue bikin lo cinta mati sama gue baru tahu rasa lo!”
Lanjutnya lagi membuat teman-temannya tertawa. “Tembak
dong, Len!” Teriak salah satu dari mereka memanasi temannya
itu. “Nanti keburu di ambil cewek lain!” Lanjutnya lagi. Yang
di panggil ‘Len’ langsung mengerutkan keningnya tidak suka.
Tidak boleh. Laki-laki itu harus menjadi miliknya!
“Lo lihat ya!” Teriaknya kemudian dia menaruh botol
minuman itu di meja dengan kasar hingga botol tersebut
bergelinding dan berakhir jatuh ke lantai.
“Kevan!” Panggilnya sambil senyum-senyum saat
menghampiri lelaki itu yang tengah berkumpul
bersama teman-temannya di meja Billiard. Yang di,
panggil hanya menaikkan sebelah alisnya. m
“Pacaran yuk?!” Ujarnya masih terus tersenyum
dan langsung mendapat sorakan dari teman-teman
Kevan. Lelaki itu hanya diam namun matanya
mengamati Alenna. Perempuan itu cantik sekali,
teman-temannya sering membicarakannya namun
Kevan tidak terlalu perduli.
“Oke.” Jawabnya dengan singkat dan
teman-teman yang menyorakinya tadi langsung
terdiam dengan wajah kagetnya. Kevan
berjalan mendekati Alenna kemudian merengkuh
pinggang gadis itu, “Lo pacar gue sekarang.” Lanjutnya
lagi kemudian dia pergi membawa Alenna yang hanya
Kevalenna- 2tersenyum-senyum karena kesadarannya sudah semakin
menghilang.
Sulis Maylina - 3PARTI
Arena and Club
Sorak ramai mendominasi arena balap liar di kawasan
Jakarta Sabtu malam ini. Suara derum mobil serta teriakan para
penonton yang saling bersahutan membuat suasana semakin
panas. Di dalam mobil yang siap bertanding, lelaki bersurai
hitam pekat itu melayangkan tatapan mematikan kepada lelaki
yang akan menjadi lawannya malam ini.
Bendera yang di pegang wanita bertubuh sexy itu di
layangkan, pertanda pertandingan sudah di mulai. Suasana
semakin panas dan teriakan para pendukung semakin
menggema.
Menit-menit berlalu hingga akhirnya terlihat siapa
pemenangnya. Ah, Jeaden Kevan. Sulit sekali untuk di
kalahkan.“Gila, teman gue enggak ada matinya!” Ujar
Rigel, salah satu anggota kelompok pencinta mobil-
mobil sport yang mereka namakan Brigezz. Kevan
hanya diam tidak menanggapi temannya itu dan malah
fokus mengutak-atik ponselnya.
“Kita rayakan kemenangan lo di Club biasa.
Hadiah lo sudah menanti di sana.” Ujar Onad sambil
menepuk bahu Kevan. Kevan mengangguk
kemudian mereka meninggalkan arena untuk segera
ke Club.
+e
eo”
ek
Gadis bersurai coklat itu mematut dirinya
di cermin untuk memastikan sekali lagi
penampilannya. Mengenakan sepatu tingginya
kemudian mengambil tas kecil dan segera keluar
dari apartemen mewahnya.
Kevalenna- 4“Alenna!” Kepala gadis itu. menoleh kemudian
Jangkahnya mulai berlari menghampiri mobil yang berisikan
teman se-gengnya.
“Wow.” Rilley refleks berujar kagum melihat
penampilan Alenna malam ini. Gadis itu mengenakan atasan
yang memperlihatkan bahu mulusnya, di padukan dengan rok
mini yang bahkan hanya menutupi setengah pahanya, dan
dapat di pastikan jika gadis itu menunduk celana dalam yang
di gunakannya akan terlihat. Alenna memang seberani itu.
“Malam ini kita ke mana?” Tanya Alenna menatap
teman-temannya.
“Tempat biasa aja, ya.” Jawab Rilley, yang lain
mengangguk menyetujui usulan lelaki kemayu itu.
Mobil merah yang di kendarai Alenna bersama teman-
temannya melaju dengan kencang, menembus dingin serta
pekatnya malam. Mereka bernyanyi di dalam mobil, mencoba
tileks selepas ujian pagi tadi.
Ting!
Alenna melirik ponsel di genggamannya, mood baiknya
Jangsung hilang ketika melihat nama yang tertera di sana.
Namun Alenna mengabaikannya, mencoba fokus kembali
bersama teman-temannya. Ini malam minggu, tidak ada yang
boleh menghancurkan mood baiknya yang sudah dia bangun
sejak sore tadi.
Sed
Alenna, Kanza, Stella, serta Rilley. Empat sekawan itu
memasuki basement, mencari tempat parkir untuk mobil yang
di kendarai Stella. Malam ini penuh, mereka kesulitan mencari
tempat, wajar saja ini malam minggu.
Seperti yang sudah di duga, malam ini pasti ramai, bahkan
sesak. Terlalu penuh dengan manusia-manusia pembuat dosa.
"Za, minta bedak lo dong.” Rilley meraih tas yang di bawa
Kanza "Nanti banci, tunggu sampai table." Ucapnya. Rilley
mendengus sebal sambil mengelus tangannya yang sempat di
pukul Kanza.
"Gila ya dari pintu masuk penuh banget, gerah gue!"
Alenna menggerutu sepanjang mereka jalan miring-miring
Sulis Maylina - 5guna menyalip orang-orang di sekitarnya. Wajah gadis itu
memerah, pelipisnya banyak mengeluarkan keringat sampai
rambut yang berada di sekitar wajahnya basah.
"Namanya juga weekend, say!" Balas Rilley menanggapi
Alenna, wajahnya juga sama berkeringat.
Sesampainya di table yang Stella pesan kemarin, mereka
Jangsung duduk dan mendesah lega. Rilley langsung meraih tas
Kanza dan mengambil bedak yang di pintanya tadi.
Alenna mengedarkan pandangan, benar-benar penuh.
Apalagi yang berada di lantai bawah, entah seperti apa
suasananya Alenna bahkan sudah mual hanya dengan
membayangkannya saja. Mengedarkan pandangannya ke
belakang, Alenna bertatapan dengan manusia yang sedari tadi
mengganggu pikirannya.
"Len, itu Kevan." Stella memberitahu Alenna, bahwa
Kevan yang menjabat sebagai kekasih temannya itu sedang
berada di tempat yang sama. Sedang memangku wanita sexy.
Alenna hanya diam mengabaikannya. "Ke sana yuk!"
Rilley dengan semangat menyuarakan keinginannya, lumayan
cogan sedang kumpul. Teman-teman yang lain menyetujui,
mereka saling kenal, tidak enak juga kalau tidak menyapa.
Dengan malas Alenna mengikuti teman-temannya.
“Figo!" Rilley menepuk bahu Figo, incarannya. "Eh bencong!"
Figo mengajak Rilley tos ala lelaki, padahal Rilley
mengharapkan pelukan, atau paling tidak cipika-cipiki.
Teman-temannya sudah berbaur dengan anak Brigezz,
sedangkan Alenna masih berdiri dengan kaku sambil menatap
datar ke arah Kevan, pemeran utama kekesalannya hari ini.
Alenna tambah kesal, Kevan enggan menatapnya balik. Malah
wanita yang berada di pangkuannya semakin menempel.
“Turun." Alenna berucap tenang, namun semua perhatian
anak Brigezz serta teman-temannya langsung terpusat padanya.
Sedari tadi sebenarnya mereka sudah was-was, takut ada
perang lagi. Sedangkan Kevan masih mengabaikannya,
sesekali lelaki itu menyesap minuman alkohol yang berada di
tangannya.
Kevalenna- 6"Turun!" Kali ini dengan bentakan, di iringi dengan
pekikan sakit karena wanita yang berada di pangkuan Kevan
dia tarik hingga jatuh di bawah kakinya.
"Maksud lo apa anjing!" Jelas cewek itu tidak terima, dia
balas mendorong bahu Alenna dengan kencang hingga kaki
Alenna mundur beberapa langkah. "Lo yang anjing!" Alenna
mendorong balik wanita itu sampai jatuh kembali, teman-
temannya langsung menahan Alenna ketika di rasa Alenna
akan berbuat yang lebih parah. Dengan cepat anak Brigezz
menyuruh wanita itu untuk segera pergi. Sebelum pergi,
Alenna dan wanita itu bertatapan dengan tajam.
Setelah di rasa suasana sudah aman, anak Brigezz beserta
teman-temannya pamit untuk ke dance floor, sadar jika Alenna
dan Kevan butuh waktu untuk berdua.
"Bangsat lo!" Alenna menghampiri Kevan yang masih
duduk dengan tenang sambil menyesap alkoholnya, ingin
memukul tapi Alenna takut.
Kevan menaruh minumannya di atas meja kemudian
memutar badannya yang duduk di kursi putar agar menghadap
Alenna, kemudian mengurung tubuh Alenna menggunakan
kedua kakinya, "Sudah marah-marahnya?" Tanyanya dengan
wajah datar, kemudian tatapan Kevan meneliti Alenna dari atas
ke bawah, "Enggak niat untuk pakai celana, sayang?" Kalimat
sarkas Kevan di barengi dengan usapan lembut di paha
belakangnya membuat Alenna meremang.
“Jangan macam-macam!" Bisik Alenna dengan
penekanan di setiap kalimatnya, namun gadis itu tidak
berusaha untuk menjauhkan tangan Kevan dari tubuhnya.
Kevan hanya tersenyum miring, tangannya yang semula
berada di paha Alenna kini naik hingga menyentuh rambut
panjang Alenna dan kemudian menariknya, membuat wajah
Alenna mendongak, dengan cepat Kevan memajukan
wajahnya ke leher Alenna. Menyapunya dengan ciuman-
ciuman kecil seringan kapas yang membuat Alenna tambah
meremang.
"Kali ini gue maafin, besok-besok pakai pakaian seperti
ini lagi, gue robek di tempat itu juga. Be a good girl, baby."
Sulis Maylina - 7PART 2
Jeaden Tatto
Jalanan dini hari lenggang oleh kendaraan, angin malam
berhembus masuk ke dalam kaca mobil yang di biarkan
terbuka membuat rambut-rambut panjang Alenna berterbangan.
Dengan kecepatan tinggi di iringi dengan deruman mobil yang
melaju dengan kencang membuat debaran tersendiri bagi sang
penumpang.
Di dalam mobil hening, sang pengemudi memfokuskan
pandangannya ke depan dengan rahang yang mengeras, ketara
sekali dia sedang menahan amarahnya.
“Kevan,” Suara Alenna tercekat. “Pelan-pelan.”
Lanjutnya lagi dengan suara yang bergetar, hampir menangis.
Kevan menghiraukan permintaan Alenna, lelaki itu justru
menambah laju mobil. Di Club tadi, Alenna meminum
banyak alkohol lalu tanpa sadar ada lelaki yang
menyentuhnya, hanya sebatas sentuhan di bahu dan
Kevan marah hingga membuat keributan.Kevan itu
lelaki egois, tidak ingin miliknya di sentuh orang lain
tetapi dia membiarkan tubuhnya di sentuh wanita lain.
Alenna tentu saja tidak terima, sangat tidak adil untuk
dirinya. Namun apa boleh buat, semua kendali di
pegang oleh Kevan.
“Turun." Nadanya datar sekali, terkesan dingin
dan Alenna takut. Dengan cepat Alenna melepas
seat-beltnya dan keluar dari mobil.
Ini bukan apartementnya, sudah jelas
Kevan ingin Alenna menginap.
Allenna mengedarkan pandangan’ ke
sekelilingnya, mobil Kevan banyak sekali hingga
Kevalenna- 8mempunyai tempat parkir khusus di dalam basement ini. Lagi
pula, apartemen ini salah satu milik Kevan, jadi dia bebas mau
membuat apa pun juga.
Alenna menatap Kevan yang baru turun dari mobil, lelaki
itu tampak sedang bertelepon, "Iya gue pulang sama Alen."
Ucap Kevan sambil merangkul pinggan Alenna,
menggiringnya ke lift yang akan mengantar ke kamarnya.
Mungkin itu teman-temannya yang menanyakan keberadaan
mereka karena setelah keributan yang di ciptakan Kevan tadi
Jelaki itu langsung membawanya pergi dari Club.
Memasuki lift hanya keheningan yang terjadi, Alenna
takut bersuara karena Kevan juga hanya diam. Sampai di lantai
14, tempat di mana unit Kevan berada mereka langsung
memasukinya. Kevan tidak melepas rangkulannya di pinggang
Alenna, lelaki itu meneruskan langkahnya hingga memasuki
toilet yang berada di dalam kamar Kevan.
"Kevan apa-apaan sih?!" Alenna berusaha melepas
rangkulan Kevan. Namun lelaki itu justru meremas pinggang
Alenna membuat gadis itu meringis kesakitan.
"Hari ini lo buat banyak kesalahan!” Bentak Kevan sambil
mengangkat tubuh Alenna dan memasukkannya ke dalam
bathtub. Alenna tersentak kaget ketika Kevan menyalakan
shower dan menyiram badannya, airnya sangat dingin apalagi
saat ini sudah jam 02.00 dini hari.
"Gue enggak suka milik gue di sentuh orang lain! Dan apa
yang lo pakai ini? Lepas!" Alenna mengangkat tangannya
ketika Kevan berusaha melepas bajunya. Kevan menggosok
bahu Alenna dengan kasar, kemerahan mulai terlihat
menunjukkan sekasar apa Kevan mencoba_ untuk
membersihkan bahu Alenna.
"Sudah Kevan, perih!"§ Alenna menangis sudah
sesenggukan dan Kevan menulikan pendengarannya. Ketika di
rasa sudah cukup Kevan mengangkat tubuh telanjang Alenna,
kemudian melilitkannya handuk lalu menjatuhkannya ke
tempat tidur dengan posisi telentang.
Kevan mengeringkan tubuh polos Alenna dengan kasar,
rahangnya | mengeras menahan emosi yang masih
Sulis Maylina - 9menyelimutinya sekaligus berusaha menahan sesuatu yang
mulai menegang di bawah sana.
Berpacaran dengan seorang Alenna adalah cobaan bagi
Kevan, Alenna cantik sekali. Tubuh gadis itu selalu bisa
membuat para lelaki berfantasi liar.
Selama hampir dua tahun menjalin hubungan, Kevan dan
Alenna memang sering melakukan Skinship. Berpelukan
dengan tubuh polos pun bukan hal yang baru untuk mereka.
Namun sebisa mungkin mereka tidak melakukan sex yang
sesungguhnya, mereka ingin jika menikah nanti ada sesuatu
yang bisa di nantikan.
“Enggak usah nangis!" Kevan membentak, pusing juga
lama-lama mendengar tangisan Alenna. “Kalau kamu pelan-
pelan aku enggak akan nangis, Kevan!" Balas Alenna dengan
bentakan juga, mata gadis itu memerah dan masih
mengeluarkan air mata.
Kevan tidak memperdulikannya, dia berjalan menuju
walk in closet yang berada di dalam kamarnya untuk
mengambil pakaian Alenna. Gadis itu diam saja masih dengan
posisi telentang ketika Kevan memakaikannya baju,
Kevan menghentikan gerakannya ketika memakaikan
Alenna celana. Tubuh Kevan menunduk kemudian mencium
tulang pinggul Alenna yang terdapat tato bertuliskan nama
depannya, Jeaden. Setelahnya, tubuh Kevan merangkak ke atas
tubuh Alenna untuk menyamakan wajah keduanya, mereka
bertatapan untuk beberapa saat kemudian Kevan mencium
bibir Alenna dengan kasar dan menuntut, lelaki itu masih
terlihat kesal.
"Gue enggak suka milik gue di sentuh orang lain," Suara
Kevan terdengar dingin. "dan lo kayanya memang sengaja
dengan berpakaian seperti tadi."
Alenna ingin menjawab namun suaranya seperti hilang,
apalagi di tatap sedekat dan setajam ini. Alenna itu sebenarnya
berani, tidak takut pada siapa pun, di luar bahkan di kampus
tempatnya kuliah pun Alenna di kenal dengan sosok yang
sangat nakal dan angkuh. Alenna itu di ibaratkannya macan,
Kevalenna- 10namun selalu berubah menjadi kucing yang penakut sekaligus
menyedihkan jika berhadapan dengan Jeaden Kevan Aldrict.
Sulis Maylina - 11PART 3
Jeaden Kevan Aldrict
Jeaden Kevan Aldrict, atau yang lebih di kenal dengan
panggilan Kevan. Lelaki yang baru memasuki usia ke-22 tahun
ini memang memiliki aura yang begitu mendominasi. Mata
biru Khas Eropa yang merupakan negara asal Ayahnya itu
mampu membuat siapa pun tidak berani menatapnya lama-
lama, terlalu tajam dan menakutkan.
Lelaki yang memiliki darah campuran London-Jawa ini
memang selalu bisa menarik mata siapa pun untuk melihatnya.
Bentuk fisik, kekayaan, serta pembawaannya yang terlihat
sangat berwibawa di usia yang masih muda ini membuat
wanita-wanita selalu tergoda untuk mendekatinya. Para lelaki
pun merasa sangat kecil jika sudah melihat Kevan berada di
sekitarnya.
Kevan merupakan anak tunggal dari pasangan
tersohor di London sana. Keluarganya memiliki
cabang perusahaan yang bergerak di bidang Perhotelan
dan Properti yang kebanyakan tersebar di Negara Asia,
dan salah satunya di Indonesia, Negara yang dia
tinggali selama lima tahun belakangan ini. Kevan
memegang perusahaan keluarganya sejak dua tahun
yang lalu, terlalu muda memang, namun Kevan
terlalu pintar, selalu mendapat kelas akselerasi
sehingga bisa menyelesaikan pendidikannya
dengan cepat.
Pagi-pagi sekali Kevan sudah berada di
Kantor mewahnya yang berada di pusat Kota.
Meninggalkan kekasihnya yang masih tertidur
dalam keadaan naked di apartemennya.
Kevalenna- 12"Meeting akan segera di laksanakan Pak." Wanita
bernama Rose yang menjabat sebagai sekertaris Kevan ini
menunduk kaku sebagai tanda hormatnya.
Kevan tidak menjawab, hanya menghembuskan napas
beratnya yang menandakan hari ini akan menjadi hari yang
panjang serta melelahkan.
ek
Alenna terbangun ketika matahari sudah menampakkan
dirinya dengan sangat percaya diri. Ketika orang lain sudah
sibuk dengan segala aktivitas yang memuakkan, dia justru
masih tergeletak nyaman di kasur empuk sang kekasih.
Omong-omong tentang kekasih, Alenna sudah bisa menebak
bahwa Kevan pasti sudah menyelam di dunianya itu. Alenna
menghela napas ketika tidak mendapati satu pesan pun dari
Kevan, sudah biasa.
Alenna melangkahkan kakinya memasuki kamar mandi,
mulai membasuh wajah. Menatap pantulan dirinya di cermin
dengan mata menuju bekas ciuman Kevan yang kebiruan di
bawah rahangnya. Selalu seperti ini, Kevan akan kembali
mewarnainya ketika dirasa warna itu akan memudar. Tidak
pernah membiarkan leher jenjang milik Alenna bersih tanpa
warna darinya. Pernah sekali Alenna menutupinya
menggunakan make up yang dia punya dan Kevan langsung
marah, lelaki itu bahkan membuatnya lebih banyak dan hampir
memenuhi leher Alenna, membuat Alenna menangis dan tidak
mau keluar dari apartemennya selama beberapa hari.
Deringan tanpa henti yang berasal dari ponselnya
mengalihkan perhatian Alenna.
"Ke kantor." Alenna langsung menekuk wajahnya kesal.
"Aku mau ke mall sama--" Alenna menatap ponselnya
tidak percaya. Lelaki itu meneleponnya tanpa salam,
menutupnya pun tanpa salam. Benar-benar kurang ajar
pacarnya ini.
Alenna menahan emosi untuk tidak berkata kasar. Oke,
ucapkan selamat tinggal kepada treatment wajah yang sudah
dia rencakan dua hari yang lalu bersama teman-teman
cantiknya.
Sulis Maylina - 13sek
Alenna berjalan dengan percaya diri dan wajah yang
mendongak, membuat siapa pun yang melihatnya langsung
dapat memastikan kalau dia adalah perempuan yang angkuh.
Mengabaikan tatapan para karyawan yang mulai berdatangan
setelah menghabiskan jam istirahat kemudian dirinya
memasuki lift yang di khususkan untuk para petinggi
perusahaan.
Menunjukkan lantai 47, Alenna segera keluar dan
Jangsung bertemu dengan Rose.
"Hai Rose," Sapa Alenna dengan ramah, Rose tersenyum
kemudian langsung menunduk dan membalas sapaan Alenna
dengan sama ramahnya. Di kantor ini Alenna hanya mau
menyapa Rose, sekertaris kekasihnya. Karena menurutnya, di
kantor Kevan ini kebanyakan manusia palsu dan bermuka dua.
Alenna bersumpah, ketika pertama kali dia menginjakkan
kaki di sini dan semua orang tersenyum padanya, hanya Rose
yang terlihat tulus.
Setelah berbasa-basi sebentar dengan Rose, Alenna
langsung membuka pintu ruangan Kevan tanpa mengetuknya.
Dan Kevan sudah bisa menebak bahwa itu kekasihnya, jadi dia
tidak perlu repot-repot mengangkat kepalanya dari berkas-
berkas sialan yang sedari tadi dia baca dan membuatnya ingin
merobeknya untuk memastikan.
Ketika Alenna menaruh tasnya di atas meja tamu yang
berada di ruangan, matanya langsung tertuju pada bunga
mawar yang sudah di susun dengan sangat cantiknya, yang di
dalamnya di selipkan robekan kertas kecil. Alenna mengambil
mawar tersebut dan membaca tulisan yang ada di dalam kertas.
Happy anniversary, i love you.
Alenna langsung senyum-senyum ketika membacanya.
“Kirain lupa lagi.” Ucapnya sedikit jengkel ketika mengingat
hari jadi mereka yang pertama di tahun lalu dan Kevan malah
lupa. “Kalau lupa lagi nanti aku enggak di bolehin pegang-
pegang.” Alenna langsung mendengus namun kemudian
tersenyum lagi. Kevan itu bukan laki-laki yang romantis,
makanya sekalinya dia di belikan bunga senangnya bukan main.
Kevalenna- 14Alenna menghirup wangi mawar tersebut kemudian
meletakkannya kembali di atas meja dan mulai berjalan
mendekati Kevan yang masih sibuk dengan pekerjaannya.
“Makasih sayang.” Ucap Alenna dengan senang kemudian
mengecup sudut bibir Kevan. Lelaki itu langsung menatapnya
dengan alis berlipat dan di balas Alenna dengan cengiran
lucunya.
Dengan cepat Kevan menarik tengkuk Alenna dan
menciumnya dengan sedikit kasar. Tangan kanannya
mengarahkan Alenna untuk duduk di pangkuannya. Kepalanya
miring ke kanan lalu ke kiri untuk memperdalam ciumannya
kemudian lidahnya dia masukkan ke dalam mulut Alenna.
Alenna menepuk dada Kevan, dia butuh udara namun
Kevan tidak memperdulikannya. Ketika Kevan mulai
membutuhkan udara barulah dia melepas ciumannya, tentu saja
tanpa melepaskan tangannya di tengkuk Alenna.
Kevan memejamkan matanya, bibirnya masih bergerak di
atas bibir Alenna, menciumi sudut bibir Alenna dan rahangnya
Jalu menurunkan ciuman itu ke leher jenjang Alenna.
"Ah.. Kevan.” Napas Alenna mulai tidak beraturan,
Kevan semakin bersemangat. Lelaki itu suka sekali bentuk
garis rahang serta leher jenjang kekasihnya ini, sangat sexy dan
membuatnya langsung menegang hanya dengan mengecupnya
saja.
Tangan Kevan turun ke bawah, menyingkap dress yang
Alenna kenakan. Mengelus paha kekasihnya itu lalu tangannya
merambat ke atas dan membuka pengait bra yang Alenna pakai.
“Ahh.." Alenna sudah tidak bisa mengontrol desahannya
lagi ketika Kevan menggigit nipplenya dari luar dress.
Tiba-tiba Alenna menjauhkan dadanya dari wajah Kevan,
membuat Kevan menatapnya marah. Alenna tersenyum devil,
dia bangun dari pangkuan Kevan yang menyamping. Lalu
duduk lagi dengan kaki yang mengangkang, Kevan langsung
mendesis ketika juniornya yang sudah tegang bergesekan
dengan inti Alenna di balik celana kerja yang dia kenakan.
Alenna mengangkat bagian depan dressnya ke atas lalu
Sulis Maylina - 15menempelkan nipplenya pada mulut Kevan. Alen-nya ini nakal
sekali.
Kevalenna- 16PART 4
Alenna Jasmine
Alenna Jasmine. Wanita berusia 20 tahun ini memang
begitu memikat. Alis dengan ukiran indah nan alami serta bulu
mata yang lentik membingkai mata coklat terangnya.
Tatapannya tajam, tidak pernah merasa terintimidasi pada
siapa pun.
Keberadaan Alenna selalu mencolok di keramaian
sekalipun. Memiliki tubuh yang di gilai para lelaki serta di
impikan para wanita lain. Saat usia belasan Alenna merupakan
model majalah fashion di Indonesia yang wajahnya banyak di
kenal, wajar jika sampai saat ini dirinya merupakan perempuan
muda yang stylenya selalu di ikuti para remaja seusianya.
Alenna merupakan anak tunggal dari konglomerat
Indonesia yang jika kerjanya hanya goyang-goyang kaki
pun tidak akan jatuh miskin. Menjadi bintang sejak
kecil di keluarganya yang bahagia, hal yang lumrah
menurut orang tuanya ketika beranjak remaja Alenna
menjadi anak yang keras kepala.
Memasuki masa remaja yang setiap bulannya
sang Papa harus berhadapan dengan pihak sekolah
karena kenakalannya, mengingat sang Mama sudah
tiada sejak dia berusia 10 tahun. Kini Alenna sudah
memasuki masa kuliah.
Alenna itu bad, segala kenakalan ada pada
dirinya. Para pria selalu tertantang untuk
mendekatinya, tapi ibarat barang Alenna itu
mahal. Makanya banyak pria yang baru mau
kenalan saja langsung angkat tangan.
Sulis Maylina - 17Bertemu dengan Jeaden Kevan sekitar tiga tahun yang
lalu. Pria dengan wujud pangeran itu mampu membuat seorang
Alenna bertekuk lutut, mampu membuat Alenna lupa jika
dirinya tidak boleh bergantung pada siapa pun, Alenna
kehilangan siapa dirinya sendiri. Bahkan menjadi tidak tahu
malu ketika berhadapan dengan Kevan.
ek
Malam ini Alenna berada di Club bersama Kevan dan
anak Brigezz. Teman-temannya sedang tidak keluar malam ini.
jadi lah dia perempuan sendiri di antara lelaki tampan di
sekitarnya.
Oh tidak, tidak di sekitarnya. Karena saat ini Alenna
sedang duduk sendirian. Para lelaki itu sedang bermain Billiard
di ujung sana, termasuk Kevan.
Alenna memandang sekitar, kemudian meringis ketika
mengingat kejadian dua tahun yang lalu ketika dirinya mabuk
lalu dengan batas kesadarannya dia meminta Kevan untuk
menjadi pacarnya di hadapan semua orang.
Sejak awal bertemu Kevan, Alenna memang sudah
menargetkan lelaki itu untuk menjadi pacar selanjutnya.
Namun Kevan sangat sombong saat itu, tidak melihat Alenna
padahal perempuan itu selalu di bicarakan oleh teman-
temannya. Makanya Alenna frustasi hingga mengakibatkannya
mabuk. Alenna merasa sangat gila saat itu. Namun yang lebih
gilanya lagi, Kevan langsung menyetujui ajakan
berpacarannya itu!
Alenna beranjak dari duduknya, menghampiri Kevan
yang sedang membidik bola kecil itu. "Sayang, mau pulang.”
Ujarnya sambil memeluk Kevan dari belakang dengan wajah
yang menempel di bahu lebar lelaki itu
“Nanti." Balas Kevan melepas pelukan Alenna lalu
berpindah posisi mengikuti arah bola. Kalau sudah begini, mau
kesal nanti yang ada Kevan malah ikut-ikutan kesal karna
permainannya di ganggu. Kevan itu temperamental, emosinya
mudah sekali meledak hanya dengan hal sepele.
Alenna berdecak sebal kemudian pergi ke bar yang berada
tidak jauh dari meja Billiard. Malam ini Alenna ingin meneguk
Kevalenna- 18minuman yang sedikit memabukkan. Alenna itu pemabuk yang
payah sebenarnya.
“Minum apa, Len?" Alenna menatap Joy, sang bartender
yang sudah lama di kenalnya.
"Vodka." Dengan cepat Joy menyajikan minuman
tersebut di hadapan Alenna yang langsung habis dalam sekali
tegukan. Alenna memesan minuman itu lagi hingga berkali-
kali sampai mata Alenna memerah dan terasa berat namun
masih sadar. "Lagi Joy." Joy mengerutkan keningnya, "Jangan
bercanda.” Ucap lelaki itu karena dia tahu saat ini sedang ada
Kevan, mana boleh Alenna minum lebih dari dua gelas.
Bahkan perempuan sudah minum empat gelas!
"Buru Joy!" Joy menggelengkan kepalanya namun tetap
menyediakan minuman itu untuk Alenna.
Alenna terbatuk ketika gelas yang masih berada di
bibirnya di tarik dengan kasar. Tenggorokannya panas sekali,
sial!
Batuknya belum reda namun bibirnya sudah di bungkam
oleh bibir.. Kevan! Astaga, rasanya Alenna ingin sekali
menampar pria yang sedang menciumnya ini.
Kevan menyesap kuat bibir penuh milik Alenna dan
merasakan alkohol di dalam ciumannya itu, mau melawan
aturannya eh?
"Eemm..." Alenna mendorong bahu Kevan, berusaha
untuk melepas ciumannya. Alenna butuh napas!
"Kevan! Apa-apaan sih?!" Bentak Alenna_ ketika
ciumannya terlepas.
"Lo yang apa-apaan! Lo kira dari tadi gue enggak lihat
sudah berapa gelas yang lo minum?!" Mata Alenna sudah siap
mengeluarkan air dari dalamnya. Tenggorokannya perih sekali
di tambah bibirnya yang membengkak.
"Berani melawan aturan gue, hmm?" Tanya Kevan
dengan kedua alis yang di naikkan.
"Maaf," Ujar Alenna dengan pelan. Wajah perempuan itu
mendongak menatap Kevan yang berdiri menjulang di
hadapannya, dengan mata yang berair dan hidung yang
Sulis Maylina - 19memerah malah membuat Kevan langsung kehilangan
fokusnya, sial!
"Aku mau pulang, bosan." Ujar Alenna sambil
menggoyangkan ujung kaus yang di pakai Kevan.
Kevan menghembuskan napas kesalnya, kemudian
merangkum wajah Alenna dengan kedua tangannya lalu
melayangkan ciuman-ciuman ringan di bibir Alenna yang
membengkak, seolah meminta maaf sekaligus memuja karena
telah melukai bibir kesayangannya itu sehingga
menyebabkannya bengkak yang justru semakin terlihat
menggairahkan.
"I'm sorry."
Kevalenna- 20PART 6
Who's Tere?
Kelas pagi membuat Alenna malas hari ini. Pasalnya
Kevan akan pergi ke London untuk seminggu ke depan,
menemui Investor yang akan bekerja sama dengan
perusahaannya. Alenna ingin menghabiskan waktunya
seharian ini bersama Kevan karena nanti malam kekasihnya itu
akan berangkat.
"Enggak usah pergi.” Ucap Alenna dengan sedih,
tangannya memeluk tubuh Kevan dengan erat. "Jangan kaya
anak kecil, Len." Jawab Kevan dengan nada datarnya. Alenna
Jangsung cemberut namun semakin merapatkan pelukannya,
bahkan sudah menindih sebagian tubuh Kevan.
Saat ini keduanya masih menggulungkan tubuhnya dalam
selimut tebal di dalam kamar Kevan yang berada di
Mansionnya yang berada di Jakarta. Kevan ingin
Alenna berada di sini ketika dia pergi selama
seminggu nanti. Di rumah Alenna, perempuan itu
sendirian hanya ada beberapa pelayan serta penjaga.
Kevan lebih tenang dan lebih bisa mengawasinya
jika Alenna tinggal di Mansionnya karena banyak
orang kepercayaannya di sini.
"Tere?" Alenna secara refleks membaca
notifikasi pesan yang muncul di layar ponsel
Kevan ketika dia sedang menyaksikan lelaki itu
bermain game.
Dengan cepat Kevan menggeser
notifikasi tersebut sehingga hilang dari layar,
namun Alenna sudah membacanya sekilas tadi.
Sulis Maylina - 21Alenna langsung duduk menghadap Kevan yang masih
memainkan ponselnya.
“Tere siapa?" Tanya Alenna. Kevan menatapnya sekilas,
"Bukan siapa-siapa, enggak usah ribet." Alenna menatap
Kevan tidak percaya. "Kamu mau main-main lagi di belakang
aku?!” Kevan tidak menjawab Alenna, wajah lelaki itu masih
datar tidak merasa panik sedikit pun karena telah terpergok.
Alenna menghembuskan napas kesalnya kemudian
bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan ke kamar mandi,
mengabaikan tubuh telanjangnya. Perempuan itu mengunci
pintu kamar mandi dan mengatur napasnya yang mulai terasa
menyesakkan. Berjalan ke arah cermin, Alenna mulai
mempertanyakan segala hal yang berkecamuk kepada dirinya
sendiri. Kenapa Kevan selalu bermain dengan wanita lain?
Sebenarnya apa yang membuat Kevan selalu tidak merasa
cukup hanya dengan memandang dirinya saja? Apa yang
Alenna tidak punya sementara wanita lain punya?
Semua orang mengakui Alenna adalah perempuan yang
nyaris sempurna. Perempuan lain bahkan iri dengan segala
bentuk fisik ataupun materi nya. Bersama dengan Kevan,
Alenna selalu merasa tidak percaya diri.
Selesai mandi Alenna tidak menemukan Kevan di tempat
tidur, mungkin dia sudah keluar atau mungkin sedang mandi di
tempat lain, Alenna tidak peduli.
Sebenarnya, mengetahui Kevan bersama_ wanita lain
bukan hal yang baru lagi bagi Alenna, itu sudah sering kali
terjadi dan lelaki itu tidak pernah berubah. Dia hanya meminta
maaf lalu mengulanginya lagi. Alenna kadang kesal sendiri
kenapa terlalu menjadi budak cinta pada lelaki yang selalu
menyakitinya.
Jika tadi Alenna mengatakan kelas pagi menyebalkan,
sekarang Alenna justru ingin cepat-cepat ke kampus. Sekarang
masih jam 07.00, terlalu cepat untuk berangkat padahal
kelasnya di mulai jam 09.00. Tapi Alenna tidak peduli, dia
sedang malas berdekatan dengan lelaki bernama Kevan itu.
sek
Kevalenna- 22Kevan menatap Alenna yang berjalan sambil memainkan
ponselnya. "Mau kemana kamu?" Tanya Kevan. Alenna
dengan refleks mengangkat kepalanya yang sedari tadi
menunduk menatap ponsel. Di lihatnya banyak kertas-kertas
dan laptop di atas meja, sepertinya Kevan sedang sibuk.
Alenna mengabaikan Kevan dan terus berjalan melewati
lelaki itu, tentu saja membuat Kevan marah. “Alenna!” Kevan
berlari mengejar langkah Alenna. “Apaan sih?!” Tanya Alenna
dengan kesal, tangannya bergerak berusaha melepas
cengkeraman Kevan pada lengannya.
"Kamu mau kemana?"
"Kemana kek!"
“Who do you think you’re talking to?!" Alenna mulai
ketakutan, Kevan itu kalau sudah marah tidak akan pandang
bulu.
"Lepas, aku mau ke kampus. Ada kelas pagi." Jelas
Alenna. Mata Alenna bergerak mencari objek apa pun yang
bisa di lihatnya, sebisa mungkin jangan bertatapan dengan
Kevan ketika lelaki itu sedang marah, Alenna tidak berani.
"Kelas kamu mulai jam 09.00, dan sekarang masih jam
07.00. Jangan macam-macam Alenna." Sentak Kevan dan
langsung mendapat tatapan tidak terima dari Alenna.
"Kamu yang macam-macam!" Jawab Alenna dengan
sedikit emosi.
"Oh, jadi kamu masih mempermasalahkan pesan dari Tere
tadi?"” Alenna hanya diam, malas untuk menjawabnya.
"Jawab!" Alenna tersentak kaget mendengar bentakan
Kevan.
"Ya." Jawab Alenna dengan singkat. Kevan tertawa
membuat Alenna ingin sekali melayangkan tamparannya itu.
Kalau saja dia berani.
"Dia teman biasa, nothing special. Kamu enggak usah
berlebihan." Ucap Kevan dengan santainya.
"Berlebihan kata kamu?!" Tanya Alenna tidak terima.
Apa-apaan ini! Jika saja dirinya yang berada di posisi Kevan,
pasti sudah di habisi dia.
"Yeah, you are."
Sulis Maylina - 23"Lepasin tangan aku Kev!" Pinta Alenna. Namun,
bukannya melepas Kevan malah menarik tangan Alenna untuk
duduk di tempatnya tadi.
"Sarapan dulu." Alenna menatap makanannya, "Aku bisa
sarapan di kampus." Ujar Alenna. Kemudian dia beranjak dari
tempatnya duduk meninggalkan Kevan. Langkahnya langsung
berhenti dengan degupan jantung yang menggila.
Bukan, Alenna bukan merasakan degupan yang berbunga-
bunga seperti orang jatuh cinta. Dia kaget, Kevan melempar
ponsel ke arahnya tepat mengenai lengannya dan ini lumayan
sakit, Alenna berani jamin akan ada memar setelah ini. Kevan
memang gila.
sek
"Sumpah Len, ini masih pagi banget sialan!" Alenna
meringis mendengar ocehan Rilley. Tadi dia memaksa
temannya itu untuk menemaninya sarapan di kantin kampus,
Alenna tidak suka sendirian.
“Hari ini kan kelas lo ada yang bareng gue. Biar enak nanti
masuk kelasnya bareng." Ujar Alenna.
“Halah alasan. Kenapa sih lo? Berantem lagi sama cowok
keren lo itu?" Alenna langsung menatap Rilley tidak suka saat
menyebut ‘cowok keren’, walaupun Rilley itu cowok, tapi dia
suka cowok.
"Tadi gue lihat di handphonennya ada pesan dari cewek,
namanya Tere. Wajar kan kalau gue marah? Lah ini malah dia
balik marah!” Ucap Alenna dengan emosi yang ketara sekali di
wajahnya.
"Teman biasa aja kali. Kaya lo sama gue gini." Rilley
mencoba untuk menenangkan Alenna. Laki-laki kemayu itu
tahu pasangan itu sedikit gila.
Kevan itu terlihat sangat menyayangi Alenna walaupun
dengan cara berlebihan, tetapi yang dia herankan mengapa
Kevan masih suka berdekatan dengan wanita lain. Sedangkan
jika Alenna dekat dengan lelaki lain, Kevan seperti kerasukan
iblis terjahat karena tidak segan-segan melukai fisik Alenna.
Dan menurutnya Alenna terlalu bodoh, masih saja
bertahan dengan Kevan padahal sering kali di sakiti. Ya
Kevalenna- 24walaupun Kevan gantengnya pakai banget, Rilley kalau
dilempar pun juga tidak akan mau karena Kevan terlalu
menakutkan.
"Kalau pesannya enggak pakai emoticon love juga gue
akan biasa aja!"
"Akan bisa aja? Hey tuan putri, cewek cuma ngelirik aja
Jangsung lo bantai!" Alenna langsung meringis, benar juga ya.
Alenna memang bar-bar kalau sudah menyangkut Kevan.
Alenna menatap ponselnya yang menyala, ada panggilan
masuk dari Kevan. Dengan malas dia menjawabnya.
"Ya?" Tanya Alenna dengan singkat.
"Nanti aku jemput." Jawab Kevan dengan nada datarnya,
seperti biasa.
"Enggak usah. Aku mau pergi sama Rilley." Yang punya
nama langsung melotot galak. Enak saja dia di bawa-bawa
dalam permasalahan pasangan sakit itu. Rilley tidak mau
berurusan dengan Kevan.
"Perginya bisa besok. Nanti malam aku sudah
berangkat."
"Terserah!" Ucap Alenna kemudian mematikan
ponselnya dengan kesal. Kevan selalu saja seenaknya.
Sulis Maylina - 25PART 6
Crazy Couple
Kevan menjemput Alenna sesuai perkataannya di telepon
tadi pagi. Dengan kemeja putih tanpa dasi yang mencetak jelas
bentuk badannya dan membiarkan kancing teratasnya terbuka,
di tambah dengan kacamata hitam bertengger sempurna di
wajah lelaki bule itu membuat Alenna gerah, sial dia tidak
boleh agresif karena saat ini masih dalam mode marahnya.
"Safety belt first." Alenna menahan nafasnya ketika
Kevan mendekatkan tubuhnya untuk memasangkannya
seatbelt, mereka saling menatap dan Alenna langsung
membuang wajahnya ke samping ketika Kevan ingin
menciumnya.
Kevan menatapnya heran, oh dia baru ingat kalau
perempuan cantik di sampingnya ini masih marah. Lelaki itu
kembali duduk di tempatnya sambil menyunggingkan
senyum miring, lalu mulai menjalankan mobilnya.
"Masih marah?" Tanya Kevan sambil melirik Alenna
sekilas.
“Enggak." Jawab Alenna singkat.
"Kiss me." Alenna langsung menggerakkan
lehernya ke arah Kevan, menatap lelaki itu dengan
matanya yang tajam.
"Katanya enggak marah, boleh dong minta
cium?" Alenna berdecak sebal, dia mengabaikan
omongan Kevan. Alenna memainkan ponselnya
lalu membuka aplikasi Instagram, membaca
komentar yang membanjiri postingannya
semalam.
Kevalenna- 26Kevan meliriknya sekilas. Dia sedang baik, jadi tidak
akan membuang ponsel Alenna karena di abaikan.
kk
“Ngapain sih ke kantor? Kalau gitu mending aku pergi aja
tadi." Alenna malas sekali, paling dia hanya di suruh duduk dan
di cuekin karna Kevan akan sibuk dengan kertas-kertasnya itu.
“Sebentar doang, aku cuma ambil berkas untuk di bawa
nanti malam." Mengingat Kevan akan pergi membuat Alenna
cemberut lagi.
"Selamat siang Pak." Kevan hanya mengangguk dengan
wajah datarnya, sedangkan Alenna menatap sinis karyawan itu.
Kenapa hanya Kevan yang di sapa, apa dia enggak kelihatan?
Mereka berdua berada di dalam lift, Kevan memeluk
pinggang Alenna dengan satu tangan memainkan ponselnya.
Sedangkan Alenna diam saja mengamati angka-angka sampai
berhenti di angka 47.
Alenna tersenyum seadanya kepada Rose yang
menyapanya, dia sedang tidak mood.
"Kok lama?"
"Oh sorry, gue kira Kevan." Alenna menatap bingung
wanita yang sedang duduk di sofa tamu dalam ruangan Kevan.
Kemudian mata Alenna melotot ketika mengingat wajah
wanita itu.
"Lo?!” Alenna ingat, wanita ini sama dengan wanita yang
berada di pangkuan Kevan saat berada di Club beberapa hari
yang lalu.
"Hai Alenna, gue Tere." Mata Alenna tambah melebar,
jadi wanita ini namanya Tere?!
Alenna menatap Kevan dengan wajah yang mulai emosi.
Lelaki itu mengangkat bahunya dengan cuek, "Tadi pagi kamu
tanya Tere siapa kan? Itu orangnya ada, tanya langsung aja."
Alenna langsung mendekati Tere yang sedang
menatapnya, "Lo cewek yang waktu di Club itu kan? Enggak
ada takutnya ya lo sama gue!" Ucap Alenna dengan galaknya.
"Oh lo masih inget sama gue. Tenang aja, gue sama Kevan
cuma teman." Jawab Tere sambil tersenyum manis yang di
mata Alenna malah sangat menyebalkan..
Sulis Maylina - 27"Cuma teman tapi kirim pesan ke cowok orang pagi-pagi
pake emoticon love? Seriously?" Alenna memandang
perempuan itu dari atas ke bawah dengan pandangan
meremehkan.
"So what? Ada masalah?" Pertanyaan bodoh Tere
membuat Alenna langsung emosi.
"Ya jelas! Tolol lo ya?!" Tere mulai emosi juga
mendengar perkataan Alenna, kurang ajar sekali pikirnya.
"Kevan aja enggak keberatan, kenapa lo ribet?"
"Bangsat!" Dengan segala emosinya yang di tahan dari
pagi, Alenna menarik rambut Tere dengan kencang, membuat
Tere menjerit. Kevan yang menontonnya meringis, ceweknya
memang ganas. Tadi, Kevan sengaja menyuruh Tere ke
kantornya supaya bertemu dengan Alenna, lebih tepatnya
sengaja mengumpankan Tere.
Dia terlalu malas menjelaskan siapa wanita itu. Karena
Alenna adalah perempuan yang selalu memandang benar apa
yang sudah di pikirkan otaknya, sudah dijelaskan sejujur apa
pun kalau perempuan itu sudah menganggapnya salah akan
tetap salah. Jadi Kevan tidak ingin Alenna masih marah ketika
dia pergi nanti. Biarkan Alenna meluapkan emosinya, karena
Kevan tahu kekasihnya itu tidak akan berani jika dengannya.
"Di bayar berapa lo sama cowok gue, ha?!" Tere tidak bisa
menjawab, wanita itu terlalu terkejut dengan serangan Alenna
yang tiba-tiba. Kini wajahnya pasti sudah lecet karena kuku
Alenna panjang sekali, sialan wajahnya bisa rusak!
“Gu”
“Bacot!" Alenna menampar wajah wanita yang berada di
hadapannya itu, mencakarnya lalu terkadang dia pukul dengan
kepalan tangannya yang mungil. Tidak membiarkan wanita itu
bicara, tambah emosi Alenna mendengar suaranya!
Alenna tambah kesetanan ketika membayangkan hal yang
mantap-mantap di lakukan wanita ini dengan kekasihnya.
Sialan banget Kevan!
"Udah-udah!" Kevan berusaha menghentikan Alenna
yang semakin tidak karuan. “Udah Alen!"
Kevalenna- 28"Kamu diam!" Teriak Alenna menatap Kevan dengan
galak.
"Kamu yang diam! Aku bilang udah!" Napas Alenna tidak
beraturan, tangannya sudah berada di genggaman Kevan
namun tatapannya masih nyalang menatap wanita di depannya
yang sudah kacau.
Rambut Tere sudah kusut, wajahnya merah sekali dengan
aksen goresan ciptaan kuku Alenna. Bibirnya tidak
mengeluarkan darah walaupun memar berwarna biru terlihat
jelas di sana, ah Alenna belum puas!
"Sekarang lo bisa pergi." Kevan melemparkan cek yang
sudah berisi nominal uang, dia akan membayar kerusakan
wajah Tere yang di ciptakan kekasihnya itu.
Dengan cepat Tere mengambil tas mahalnya yang berada
di meja, "Ketemu gue lagi, habis lo!" Teriak Alenna membuat
Tere terbirit-birit keluar dari ruangan Kevan.
Sulis Maylina - 29PART 7
I Miss You
Alenna berdecak sebal membaca komentar Stella di
postingan kekasihnya itu. Beberapa jam yang lalu Kevan
memposting foto mereka berdua. Sudah hari kelima sejak
Kevan pergi ke London dan hanya hitungan jari mereka
berkirim pesan. Alenna sudah kangen berat, di tambah melihat
postingan Kevan bikin dia tambah ambyar!
Saat ini Alenna sedang di kantin menunggu ketiga
temannya yang belum keluar dari kelasnya. Rencananya hari
ini mereka ingin pergi untuk perawatan wajah dan rambut,
setelah beberapa kali gagal karena ulah Kevan.
"Hai," Alenna mendongak dengan ekspresi datar melihat
lelaki di hadapannya. Alenna tidak mengenalnya."Emm.. gue
Gerald anak Fakultas Bisnis." Ucap lelaki bernama Gerald
itu yang ketara sekali bahwa dia gugup. Melihat respon
Alenna yang diam saja membuat Gerald jadi salah
tingkah, lelaki itu menggaruk tengkuknya.
"Gue boleh minta nomor WhatsApp lo?"
Tanyanya kemudian duduk di depan Alenna, membuat
Alenna risih.
"Enggak ada." Alenna buru-buru mengambil
tasnya yang berada di atas meja kemudian pergi
meninggalkan Gerald yang menatap punggung
Alenna dengan penuh minat. Sial, dia penasaran
sekali dengan perempuan yang kata teman-
temannya sangat cantik namun angkuh
tersebut.
see
Kevalenna- 30"Gila, kenapa enggak dari dulu aja si Len di warnain
begini? Cakep asli!" Rilley heboh sendiri melihat perubahan
pada rambut Alenna.
"Iya Len, bagus ih. Gue jadi mau ganti warna juga deh."
Ucap Stella sambil memegang-megang rambut Alenna yang
baru saja berganti warna menjadi warna gold yang sangat
terang.
"Aduh, Kevan marah enggak ya?" Alenna mengabaikan
ucapan teman-temannya, perempuan itu tiba-tiba kepikiran.
Kevan itu sangat menyukai rambut Alenna yang berwarna
cokelat sebelumnya, katanya membuat Alenna yang ganas
terlihat manis. Lah sekarang perempuan itu malah mewarnai
rambutnya dengan warna yang seberani ini.
"Gue jamin Kevan bakal suka!" Kali ini Kanza yang
berkomentar. Dia tidak berbohong, Kanza saja yang
perempuan normal mengakui Alenna berkali lipat cantik
dengan warna baru di rambutnya.
“Makin kelihatan ganas aja lo rambut warna gini. Tipenya
Kevan banget ya kan.” Ujar Rilley membuat semuanya tertawa.
“Sialan Lo!” Balas Alenna namun ikut tertawa juga.
Mereka tidak pernah melihat Alenna mewarnai
rambutnya, makanya saat pertama kali melihat mereka sempat
berdecak kagum, Alenna itu cantik banget!
Sebenarnya Alenna hanya spontan ingin mewarnai
rambutnya tadi. Dia bingung ketika teman-temannya sudah
memulai perawatan, dia sendiri yang masih menentukan akan
menjalani perawatan apa. Jadilah dia meminta petugas Salon
untuk memilihkan warna yang cocok untuknya.
"Kalau Kevan enggak suka juga enggak mungkin kepala
Jo di botakin." Alenna diam-diam mengamininya, mereka tidak
terlalu mengenal Kevan.
"Kita kemana lagi ni
"Shopping time!!!"
o"
Se
Alenna merebahkan tubuhnya di kasur milik Kevan.
Sesuai keinginan lelaki itu, Alenna berada di Mansion
megahnya yang.. sepi. Alenna kesepian.
Sulis Maylina - 31Perempuan itu mengambil ponselnya yang berada di
dalam tas. Ada tiga panggilan tak terjawab dari Kevan dan satu
pesan dari nomor tidak di kenal. Dengan cepat Alenna
menelepon balik nomor Kevan, namun nomor tersebut tidak
aktif. Alenna langsung mendesah kecewa, dia benar-benar
sudah rindu Kevan.
Lalu Alenna membuka pesan dari nomor asing tersebut.
+62 821-0971-02XX
BLOKIR | TAMBAH
“Hai Alenna, gue Gerald. Save ya;) “
Alenna mengerutkan keningnya, Gerald siapa?
“Sorry, Gerald siapa? “
Menurut Alenna, WhatsApp adalah hal yang privasi.
Lelaki bernama Gerald ini kenapa bisa tahu nomornya?
“Yang tadi nyapa lo di kantin. “
“Dapat nomor gue dari siapa? “
“Ada deh. “
Alenna menatap heran balasan lelaki itu, enggak jelas
banget pikirnya. Alenna memutuskan untuk tidak membalas
lagi, namun pesan dari Gerald selanjutnya membuatnya
tambah heran sekaligus ngeri. yang
“Gue suka deh warna rambut lo yang baru, bikin lo
kelihatan tambah cantik dan sexy:) “
“Apaan sih, aneh banget." Alenna langsung menaruh
ponselnya di nakas samping tempat tidurnya. Lalu mulai
memejamkan mata.
Di pertengahan malam, di antara tidurnya yang lelap
Alenna merasakan sesuatu yang menggerayangi tubuhnya. Dia
berusaha membuka mata namun kalah dengan rasa kantuknya.
"Kevan," Matanya masih terpejam saat merasakan
hisapan kuat di lehernya.
"I miss you." Alenna tersenyum mendengar bisikan
tersebut.
Kevalenna- 32PART 8
Gerald
Alenna terpaksa membuka kelopak matanya ketika di rasa
sinar matahari terlalu menyilaukan. Perempuan itu terdiam
dengan mata terbuka guna mengumpulkan nyawanya, lalu
beranjak untuk mandi.
"Lah," Alenna berujar sambil memegang leher serta
dadanya yang memerah keunguan. Dia jelas tahu ini adalah
kiss mark, matanya langsung melotot ketika mengingat
semalam. Ada Kevan kan?!
Dengan terburu-buru Alenna mengenakan hotpants serta
baju over sizenya yang menenggelamkan celananya, lalu
menuruni anak tangga yang melingkar.
"Kevan!" Alenna berlari ketika melihat kekasihnya
sedang duduk sambil memainkan tab.
"Kangen," Kevan menarik tangan Alenna yang
memeluknya dari belakang, membawanya ke
pangkuannya lalu memeluknya erat, kangen juga
dia."Me too." Balasnya sambil mengecup pelipis
Alenna. Perempuan itu semangkin mengeratkan
pelukannya di leher Jlelaki yang saat ini
menggunakan kaus santainya dengan celana
pendek.
"Kamu kapan sampai? bukannya hari ini
seharusnya baru pulang?" Tanya Alenna dengan
wajah mendongak. “Semalam. Urusannya
udah selesai, jadi aku bisa langsung pulang."
Jawab Kevan sambil mencuri kecupan di
bibir Alenna.
Sulis Maylina - 33"Loh bukannya orang tua kamu lagi di London juga,
kenapa enggak di sana dulu aja?"
"Mereka lagi honeymoon." Jawab Kevan dengan singkat.
Alenna hanya mengangguk paham, mengerti kalau orang
tua Kevan memang sering melakukan honeymoon walaupun
usianya tidak muda lagi. Berpindah dari satu negara ke negara
Jain.
"Kenapa rambutnya begitu?" Kevan menatap Alenna
dalam, yang di tatap jadi salah tingkah.
"Mau coba aja, hehe." Kevan mengerutkan keningnya,
alasan apa itu?
"Kamu enggak suka?" Alenna bertanya ketika Kevan
hanya diam dengan raut wajah yang tidak terbaca.
"Kamu semakin cantik. Aku enggak suka." Dan Alenna
bingung harus bereaksi seperti apa.
ek
"Len, kemarin anak bisnis nanyain lo. Terus dia minta
nomor lo, katanya ada yang penting. Siapa sih?" Alenna
mengerutkan keningnya. Saat ini perempuan itu sedang berada
di cafe yang dekat dengan kampusnya, bersama dengan Stella
dan Rilley, sedangkan Kanza masih ada kelas dan perempuan
itu bilang akan segera menyusul ketika kelasnya selesai.
“Anak bisnis yang mana?" Alenna menatap Rilley dengan
bingung.
"Kalo gue enggak lupa, namanya Gerald." Alenna
Jangsung melotot, "Jadi lo yang kasih nomor gue?!"
Rilley mengangguk, "Sorry, soalnya dia bilang penting."
Setelah mengatakannya Rilley langsung meringis menatap
wajah Alenna yang melotot padanya.
"Kan lo tau, Ri. Itu nomor privasi, kalo Kevan tau
pokoknya salah lo, ya!" Rilley langsung panik, aduh enggak
mau deh dia berurusan sama pacarnya Alenna, takut say!
“Mampus lo, cong!" Stella tertawa melihat tampang
Rilley yang ketakutan. "Ada-ada aja sih lo lagian!"
Kevalenna- 34"Gue kan enggak tau Stell, orang dia bilang penting
banget." Rilley mencoba untuk tenang, walaupun wajahnya
tidak bisa menipu kalau dia panik.
"Memang dia chat lo apaan, Len?"
"Baca aja nih!" Alenna memberikan ponselnya kepada
Stella yang langsung membuat Rilley pindah tempat duduk
menjadi di sebelah perempuan itu, ingin lihat juga.
"Anjir, kok kurang ajar." Ucap Rilley _ setelah
membacanya.
"Block aja, Len!" Stella berucap kepada Alenna namun
tangannya langsung memencet bacaan blokir tersebut.
"Jangan sampai ketahuan Kevan kalo ada yang chat lo
begini," Alenna hanya diam menerima ponselnya, dia juga
paham kalo Kevan enggak boleh tau.
“Ngomong-ngomong, cowok lo udah balik?" Tanya Stella
saat melihat tanda merah di leher Alenna, bekas ciuman Kevan.
"Sudah semalam." Jawa Alenna dengan singkat.
"Eh, itu Gerald tuh!" Alenna dan Stella langsung menatap
arah yang di liat Rilley. Benar saja, lelaki itu sedang bersama
teman-temannya memasuki cafe.
"Bagus, ingin gue samperi!"
“Mau ngapain anjir, Len?!"
"Alen! Buset dah nih cewek!” Rilley dan Stella mengikuti
Alenna yang berjalan ke meja tempat Gerald bersama teman-
temannya. Belum sampai tempat, Alenna sudah mendengar
bisik-bisik dari kumpulan lelaki tersebut yang
membicarakannya. Terbukti ada kata ‘Alen' yang dia dengar.
“Mana yang namanya Gerald?" Alenna tidak berbasa-basi,
dia memang tidak mengingat wajah lelaki itu.
"Kenapa, Len?" Alenna langsung memberi tatapan penuh
pada lelaki di pojok dekat jendela itu, sok akrab banget!
"Lo yang namanya Gerald?" Lelaki itu mengangguk,
memamerkan senyumnya. Aduh, enggak ada apa-apanya di
banding Kevan!
"Maksud lo apa chat gue kaya gitu?" Pengunjung cafe
yang lumayan ramai ini langsung menatap Alenna penuh
penasaran. Tidak apa, Alenna suka menjadi pusat perhatian.
Sulis Maylina - 35"Kenapa? Lo memang sexy kok." Gerald tersenyum nakal
memandang Alenna intens.
"Eh Lo jangan kurang ajar!" Kali ini Stella yang
membalas ucapan Gerald, kesel juga dia lama-lama.
"Gue enggak ada urusan sama lo.” Balas Gerald
memandang Stella tidak suka.
“Tapi lo nyari masalah sama teman gue!" Sentak Stella.
“Aduh ih, udah dong!" Rilley bingung sendiri, dia
menarik paksa tangan Alenna dan Stella untuk keluar dari cafe
ini.
"Diam dulu kek, Ri!" Stella mencoba melepaskan
tangannya namun sulit, tenaga Rilley masih ada tenaga cowok
juga rupanya.
"Awas lo macam-macam sama_ gue!" Alenna
mengacungkan jari tengahnya, menatap tajam semua laki-laki
di meja Gerald.
"Bitch!" Teriak salah satu dari mereka.
Bugghhh..
"Anjing, sakit!"
Entah siapa terkena lemparan sepatu Rilley itu.
Kevalenna- 36PART 9
Story OF Alenna
Alenna merasa hidupnya selalu kesepian. Kehilangan
Mama di usianya yang masih kecil, membuatnya seperti
kehilangan Papa sekaligus. Awal kepergian sang Mama yang
terjadi akibat kecelakaan membuat Papanya -Arez- selalu
merasa bersalah.
Arez pergi meninggalkan rumah, beralasan tidak ingin
melihat bayang-bayang sang istri. Yang berarti meninggalkan
Alenna sendirian bersama para ‘Mbak’ yang menemaninya.
Alenna_ kecil merasa semua yang di cintai pergi
meninggalkannya.
Wajah gadis kecil itu selalu murung, tubuhnya kurus
sekali dengan kulit putih pucat serta mata yang selalu
memandang kosong. Membuat pengasuhnya ikut sedih.
Pengasuh Alenna sudah tua, namanya Miranda.
Alenna memanggilnya tanpa embel-embel apa pun,
hanya memanggil nama. Bertahun-tahun sejak
Mama meninggal dan Papa pergi, Alenna hanya
ingin di temani Miranda.
Malam itu, Alenna kecil minta di temani tidur
oleh Miranda karena merasa perasaannya sangat
gelisah.
"Miranda, aku kangen Mama." Alenna
berucap di tengah heningnya malam, dia tidak
bisa tidur dan meminta Miranda untuk jangan
tidur dulu. Namun Miranda tidak menjawab,
Alenna tiba-tiba ketakutan saat melihat perut
Miranda tidak bergerak, tanda pernapasannya tidak
ada.
Sulis Maylina - 37Alenna panik, gadis kecil itu keluar kamar meneriaki para
penjaga dan pelayan di rumahnya. Jantungnya tiba-tiba
berpacu sangat kencang, tidak wajar. Napasnya terputus-putus,
Jalu tiba-tiba tubuhnya tidak bisa bisa di gerakkan karna otot
tubuhnya terlalu tegang, membuatnya pusing.
Lalu tiba-tiba Alenna tidak sadar.
Seisi rumah panik, mereka memberi kabar kepada Arez
yang langsung bergerak cepat datang kembali ke rumah. Dua
tahun lebih meninggalkan sang putri kecilnya, kini melihat
gadis cantiknya kejang-kejang tentu saja membuat Arez
hampir mati. Tidak, Alenna tidak boleh pergi seperti Ailen-istri
nya.
Lelaki yang masih gagah walau terlihat sangat lelah itu
menggendong putri kecilnya, memeluknya lalu tanpa sadar air
matanya keluar dengan deras.
"Sayang, tolong sadar. Maafkan Papa." Ucapnya sambil
terus memeluk tubuh kurus Alenna.
“Panggilkan Dokter!" Arez berteriak menatap para
pelayan rumahnya yang ikut menangis khawatir.
"Dokter sedang dalam perjalanan, Tuan." Salah seorang
penjaga menjawab.
Lalu dua orang Dokter datang, memeriksa Alenna dan
satunya lagi ke kamar untuk memeriksa Miranda.
Panic Disorder.
Arez ingin sekali berteriak dengan kencang. Apalagi ini?
Demi Tuhan, putri cantiknya masih sangat belia untuk
mengalami hal semacam ini!
Dokter itu menjelaskan. Alenna Jasmine, putrinya yang
manis mengalami Panic Disorder.
Dimana keadaan tersebut terjadi akibat kekhawatiran
yang berlebihan yang di alaminya, seperti cemas akan sesuatu
yang terjadi, dan stress yang berlebihan. Dan dari pengamatan
Dokter, Alenna sudah lama mengalami serangan panik ini.
Biasanya Panic Disorder hanya berlangsung selama lima
sampai sepuluh menit. Dan terparah bisa sampai kejang yang
berlangsung selama satu jam. Dan itu yang di alami Alenna
sekarang.
Kevalenna- 38Arez merasa ini semua salahnya. Istri tercintanya pergi,
lalu sekarang putri satu-satunya mengalami hal semacam ini
pasti karena dirinya.
"Demi Tuhan Alenna, Papa menyesal. Maafkan Papa."
Arez mengelus lalu mencium tangan Alenna dengan dada yang
menyesak penuh sesal.
Miranda telah tiada. Arez tau, Miranda adalah orang
terdekat putrinya beberapa tahun belakangan ini. Lalu setelah
ini bagaimana, apa yang harus Arez lakukan?
Allenna membuka mata, rasa pusing langsung
menghantamnya.
"Papa," suara Alenna serak sekaligus bergetar, membuat
Arez mengeluarkan air matanya lagi.
“Miranda..". Alenna langsung menangis, dirinya di
tinggalkan.. lagi.
sk
Bertahun-tahun berlalu, Alenna beranjak remaja. Gadis
itu tumbuh dengan sempurna, dengan ceria.
Sejak kejadian beberapa tahun yang lalu, Arez berubah.
Dia selalu berada di rumah, menemani putrinya yang mulai
menerima keadaan. Lelaki itu bahkan sering kali membawa
pekerjaan kantornya ke rumah, semata-mata agar putri
cantiknya ini tidak kesepian lagi.
“Papa, Alen senang banget di sana banyak teman." Arez
tersenyum, mengelus rambut panjang Alenna yang sudah
berusia 15 tahun sekarang. Putri kecilnya kini baru memasuki
Sekolah Menengah Atas.
"Oh ya? Kenalkan dong ke Papa."
"Iya besok Alen kenalkan ya, tapi ada satu yang kaya
bencong Pa." Alenna tertawa membayangkan Rilley, teman
barunya yang kaya cewek itu.
Arez tersenyum, melihat Alenna tertawa seperti ini
membuat dadanya lega. Perlahan-lahan putrinya sudah mulai
ikhlas dan menerima semuanya.
"Maaf ya, selama ini kamu Papa kurung.” Arez menatap
putrinya yang sedang makan Pizza itu. Sejak kejadian di mana
Alenna di ketahui mengalami Panic Disorder, Arez
Sulis Maylina - 39memperketat pergaulan Alenna, dia bahkan tidak
menyekolahkan Alenna di Sekolah umum, Arez terlalu
khawatir.
Semester pertama Alenna sekolah semuanya berjalan
lancar, Alenna mulai terbiasa dengan keramaian. Alenna
senang, tentu saja. Dia tidak kesepian lagi. Mempunyai banyak
teman, dan di segani. Ah Alenna senang menjadi dirinya yang
sekarang. Gadis itu mencolok sekali karena parasnya yang
indah. Orang-orang senang dekat dengannya, karna akan ikut
menjadi famous.
Alenna tidak peduli orang mendekatinya hanya untuk
memanfaatkannya, Alenna senang selama mereka tidak
berbuat jahat padanya.
Memasuki kelas dua Alenna mulai menjadi tak terkendali.
Gadis itu membuat banyak sekali masalah. Membuat sang
Papa harus datang ke sekolahnya karena panggilan Guru.
Tidak apa, Arez tidak masalah harus datang dan meninggalkan
pekerjaannya. Asal Alenna tidak menampakkan wajah
sedihnya, Arez akan selalu memaafkan semua perbuatan nakal
Alenna.
Namun, Arez sedih ketika Alenna ingin tinggal di
Apartemen sendirian. Gadis remaja itu kekeh ingin
memilikinya, katanya biar dia punya tempat yang enak kalau
lagi ada teman se-geng nya.
Arez bingung, memangnya apa yang kurang enak dari
kediamannya?
Tapi, lagi-lagi Arez hanya bisa menuruti keinginan
putrinya itu. Asal Alenna Jasmine bahagia, kenapa harus dia
Jarang?
Arez mulai khawatir, ketika putrinya berkata suka pada
lelaki bernama Kevan. Arez tidak ingin Alenna mempunyai
pacar, dia takut Alenna ketergantungan lalu ketika putus
Alenna mengalami kejadian itu lagi, karna merasa ditinggalkan.
Ah, Papanya yang baik itu tidak tahu saja. Gadis kecilnya
sudah gonta-ganti pacar, dan semua berjalan lancar di atas
kendali Alenna.
Kevalenna- 40Semuanya, kecuali Kevan. Alenna sudah ketergantungan
pada lelaki itu, kan?
Sulis Maylina - 41PART 0
Wet Kiss
Setelah perdebatan tadi siang di cafe, membuat Alenna
dan kedua temannya memilih pergi dan memutuskan untuk
berdiam diri di apartemen Alenna.
"Gara-gara tuh orang, sepatu gue jadi enggak berguna kan
ada sebelah doang!" Gerutu Rilley dengan wajah sebalnya.
"Jangan kaya orang susah, please deh." Stella menatap
jengah Rilley yang sedang mengoleskan kuteks hitam milik
Alenna.
"Kanza udah lo kasih tau kalo kita lagi disini?" Alenna
bertanya, entah kepada siapa karna perempuan itu sedang
memejamkan matanya, merasakan hawa dingin di wajahnya
efek dari masker yang di gunakan.
"Udah." Jawab Stella singkat.Tidak ada pembicaraan
lagi. Mereka masing-masing sibuk dengan dunianya.
Pintu kamar Alenna terbuka, membuat dua manusia di
dalamnya memusatkan perhatiannya ke pintu.
"Kapan balik, Kev?" Stella berbasa-basi,
perempuan itu sebenarnya sudah tahu dari Alenna tadi.
"Semalam." Kevan menjawab dengan singkat,
tanpa melihat Jawan bicaranya karena pandangannya
terarah kepada gadis yang sepertinya tidur.
Kevan berjalan ke arah Alenna. Berjongkok di
samping tempat tidur perempuan itu.
Menyingkirkan anak rambut Alenna yang
menempel di masker wajahnya.
Kevan menempelkan bibirnya ke bibir
Alenna, memberikan kecupan seringan kapas.
Perempuan itu masih memejamkan matanya, tidak
Kevalenna- 42terganggu. Lelaki itu menyelipkan lidahnya di bibir Alenna
yang rapat. Perempuan itu memalingkan wajahnya ke samping,
Jalu melanjutkan tidurnya. Membuat Kevan tersenyum
melihatnya.
"Gerald siapa?" Stella beserta Rilley langsung melihat
Kevan, lelaki itu masih menatap Alenna dan mengelus
rambutnya.
"Siapa?" Kevan bertanya lagi ketika tidak ada yang
menjawab, kali ini melayangkan tatapannya kepada Rilley.
"Eng.. Gue enggak kenal Kev, Sumpah." Rilley takut-
takut membalas tatapan Kevan. Anjrit, tau aja lagi nih orang!
"Jangan sembarangan kasih nomor cewek gue ke orang,
apalagi ke cowok." Nadanya datar sekali, membuat Rilley
tambah takut.
"Iya, sorry. Enggak lagi." Ucap Rilley dengan pelan.
"Gue mau ke Club biasa. Kasih tau Alenna, gue lupa taruh
handphone di mana." Setelah mengatakan itu Kevan kembali
mencium bibir Alenna, kemudian pergi meninggalkan
apartemen kekasihnya itu.
"Anjir, deg-degan gue!"
“Lagian sih lo!"
sk
Suasana bising dan kepulan asap menyambut Alenna
ketika memasuki Club elit di Jakarta ini. Tubuhnya beberapa
kali tertabrak oleh orang mabuk yang memaksakan diri untuk
tetap joget mengikuti musik DJ.
Alenna sampai di lantai atas.
Lantai atas juga penuh, tapi tidak sepadat di bawah.
Perempuan itu mengedarkan pandangannya ke tempat kumpul
anak Brigezz.
Seperti biasa, mereka sedang bermain Biliard. Alenna
mendekat, tidak melihat Kevan. Lelaki itu di sini kan?
"Sergio, Kevan mana?" Alenna berteriak, suara musik
terlalu keras.
"Lagi mojok di sana tuh!" Balas lelaki itu dengan teriakan
juga. Alenna mengikuti arah telunjuk Sergio yang menunjuk
Sulis Maylina - 43sebuah ruangan yang di sekat kaca. Benar, Kevan lagi mojok.
Sendirian.
Alenna berjalan ke arah Kevan. Lelaki itu menyadari,
pandangannya mengikuti langkah Alenna.
“Hai,” Sapa Alenna langsung duduk di pangkuan Kevan.
Lelaki itu tidak menjawab namun tangannya meraih kepala
Alenna lalu mempertemukan bibir mereka. Lidah Kevan
dengan tidak sabaran menerobos ke dalam mulut Alenna yang
sudah terbuka.
Mereka_ saling mengecap dengan rakus, tidak
menghiraukan bibirnya yang sudah terasa panas akibat terlalu
kasar mereka berciuman. Kevan menyudahi ciumannya.
"Kamu sendirian?" Lelaki itu menatap Alenna yang juga
menatapnya dengan pandangan melas. Alenna kemudian
mengangguk cepat sebagai jawaban.
Kevan hanya diam ketika wajahnya di raih Alenna, dia
tidak membalas pangutan kekasihnya itu. Alenna menciumnya
lembut sekali, perempuan itu menyapukan ujung lidahnya ke
Jangit-langit mulut Kevan, menimbulkan desahan halus keluar
dari bibirnya.
Sialan, Kevan mulai terangsang!
Lelaki itu menahan bahu Alenna, memisahkan bibir
mereka lagi. Sekarang Alenna mendelik kesal.
“Aku enggak mau bikin kamu telanjang di sini." Kevan
mendesis, suaranya terdengar serak. Kepala lelaki itu tertunduk
di antara bahu dan leher Alenna. Berusaha meredam gairahnya
yang mudah terpancing jika dekat dengan kekasihnya ini.
“Mau minum." Kevan mengecup leher Alenna lalu
menegakkan kembali kepalanya. Lelaki itu mengambil gelas
kosong lalu menyerahkan kepada Alenna. Sementara dirinya
menuangkan alkohol yang berada dalam botol.
Alenna menyambutnya dengan senang, tumben Kevan
baik. Lelaki itu menahan tangan Alenna ketika perempuan itu
ingin menenggaknya, dia malah mengarahkan gelas itu ke
mulutnya sendiri lalu meraih kepala Alenna lagi dan
mentransfer minuman di mulutnya ke mulut Alenna.
Kevalenna- 44Alenna terbatuk, lalu membuat banyak minuman tersebut
tumpah membasahi dagu dan turun ke lehernya. Umpatan
Alenna tertahan dan tergantikan dengan desahan ketika Kevan
menjilat tumpahan tersebut di dagu dan lehernya, membuatnya
basah.
"Kevan.." Panggil Alenna dengan suara lemasnya.
"Hmm,"
"Jangan berhenti." Kevan menyeringai, dengan senang
hati dia turuti. Lelaki itu paham betul, leher adalah daerah
sensitif kekasihnya.
Alenna mendesah tertahan lalu menjambak rambut halus
Kevan, membuat lelaki itu semakin bersemangat membuat
Alenna lemas. Tangannya sudah bermain di dada Alenna,
meremasnya kencang hingga membuat Alenna memekik.
“Ke apartemen?" Kevan sendiri sudah tidak tahan untuk
menelanjangi kekasihnya, lelaki itu menatap wajah Alenna
dengan napas memburu.
Dengan sekali anggukan dari Alenna, maka mereka
berdua pergi meninggalkan Club tersebut.
"Gue cabut duluan!" Teriak Kevan sambil menggandeng
tangan Alenna. Teman-temannya hanya geleng kepala
melihatnya.
Sulis Maylina - 45PART Il
Lost Contro|
Alenna terbangun ketika merasakan sesuatu bergerak di
atas tubuhnya. Perempuan itu membuka matanya lalu
menemukan rambut hitam dengan wangi khas Kevan.
Alenna refleks mengangkat tangannya untuk mengusap
rambut hitam legam tersebut, membuat Kevan mendongak
menatapnya dengan sayang.
"Hai," Alenna salah tingkah ditatap seperti itu oleh Kevan.
"I'm sorry." Ucapan Kevan membuat Alenna teringat
kejadian semalam.
Mereka berdua lost control. Tidak mengingat akan
komitmen yang mereka buat sendiri. Sesuatu yang di nantikan
kelak, nyatanya goyah. Kalah oleh nafsu yang sudah dari
dulu mereka tahan."Kevan, kita melakukannya tanpa
paksaan. Kamu enggak perlu merasa bersalah." Ucap
Alenna sambil mengusap wajah Kevan, membuat oe)
lelaki itu memejamkan matanya.
"Kamu enggak menyesal kan, Len?" Lelaki itu
membuka matanya kembali, menatap wajah cantik
kekasihnya.
"Sama sekali enggak. Lagi pula sekarang atau
pun nanti, akhirnya juga akan sama kamu kan?”
Kevan tersenyum sambil menatap Alenna dalam,
“Tentu saja.” Jawabnya dengan yakin sambil
mengecup pelipis Alenna.
"Kamu mau lagi?” Pertanyaan Kevan
membuat Alenna melebarkan matanya kaget.
Kevalenna- 46Namun kemudian tersenyum sambil mengangguk tanpa ragu,
walau senyumnya terkesan malu-malu. Ah Alenna.
Kevan mengecup dada Alenna, lalu menaikkan tubuhnya
agar sejajar dengan wajah kekasihnya itu.
"You're so damn beautiful." Alenna mengabaikan ucapan
Kevan, perempuan itu sedang menikmati rangsangan yang
Kevan berikan.
Kevan melepaskan hisapannya pada dada Alenna, lelaki
itu menatap wajah Alenna yang memerah lalu menggerakkan
jemarinya untuk bermain di inti Alenna. Membuat perempuan
itu tersentak. Merasakan perih namun menyukainya.
“Kamu sangat basah, sayang." Lelaki itu tersenyum devil
merasakan Alenna sudah sangat siap. Dengan tidak sabaran,
Kevan memasukkan miliknya membuat Alenna memekik
kaget.
sk
Alenna menatap dengan rahang yang hampir turun ke
bawah, menelan salivanya dengan susah payah. Itu serius
masuk ke gue? Tanyanya dalam hati.
Saat ini mereka berdua sedang membersihkan diri
bersama, membuatnya mengulang lagi kegiatan di kasur tadi
dan semalam.
Jujur saja, Alenna baru pertama kali melihat milik Kevan.
Tidak menyangka akan eng.. sebesar itu dan.. panjang.
Selama melakukan skinship Alenna hanya merasakannya
dari luar celana yang lelaki itu pakai, tidak pernah melihatnya
secara langsung begini.
"Sini," Kevan menarik lengan Alenna ketika air yang
berisi busa di bathub sudah siap.
Alenna merasakan rileks ketika air dingin itu menyentuh
kulitnya, dengan mata terpejam dia menyenderkan tubuhnya ke
dada Kevan yang berada di belakangnya. Membiarkan tangan
Jelaki itu bekerja menggosokkan sabun ke tubuhnya.
Alenna membuka matanya kembali ketika merasakan
sesuatu menusuk pantatnya.
"Kevan!" Alenna menolehkan kepalanya ke belakang,
menatap Kevan dengan kesal.
Sulis Maylina - 47"Berdiri sendiri, sayang." Kevan meringis, kenapa juga
adik-nya jadi cepat tegang begini.
"Makanya tangan kamu jangan di sini terus!" Alenna
menepis tangan Kevan di dadanya, membuat lelaki itu menatap
tidak suka namun tetap menjauhkan tangannya. Kasihan juga
dia kepada Alenna yang sudah dia ajak main berkali-kali.
Akhirnya Kevan memilih untuk meninggalkan bathub
dan berdiri di bawah shower, membiarkan Alenna berendam
dengan mata terpejam.
“Aku duluan, kamu jangan lama-lama." Ujar Kevan.
"Iya." Sebelum keluar lelaki itu menghampiri Alenna lalu
memberinya kecupan-kecupan di seluruh wajah kekasihnya itu.
sek
Kevan menyesap orange juicenya, lalu kembali
menggerakkan jemarinya di laptop. Membereskan sedikit
pekerjaannya karena hari ini dia tidak pergi ke kantor.
Alenna sedang tidur setelah menyelesaikan acara
mandinya tadi. Lelaki itu mengingat penyatuannya semalam
dengan Alenna yang sudah dua tahun bersamanya. Sangat
menakjubkan. Sesuatu yang dia nantikan dengan Alenna
akhirnya terjadi.
Kevan bahagia ketika menemukan cairan berwarna merah
itu. Lelaki itu sendiri sebenarnya bukan kali pertama
melakukannya, dia adalah lelaki remaja yang tinggal di negara
bebas sana.
Lelaki itu mengingat awal pertemuannya dengan Alenna,
perempuan yang sangat manis namun nakal secara bersamaan.
Ketika perempuan lain hanya menyukainya secara diam-diam,
Alenna menyukainya dengan sangat agresif. Lelaki itu
tersenyum mengingat saat Alenna menembaknya.
Lalu ingatannya berputar mengingat pertama kali Alenna
mengajaknya berkenalan dengan lelaki yang perempuan itu
panggil Papa. Lelaki yang seumuran dengan orang tuanya.
Lelaki yang sangat lembut ketika menatap Alenna,
memperlakukan perempuan remaja itu layaknya anak kecil
yang selalu dimanja. Kevan ingat tatapan permusuhan yang di
layangkan lelaki itu ketika Alenna pergi ke kamarnya.
Kevalenna- 48"Jangan pernah sakiti anak saya, tolong jaga dia."
Ucapnya dengan sendu kala itu.
Hanya itu yang di ucapkan lelaki tersebut. Dan Kevan
mengiyakan dengan senang hati. Dia akan selalu menjaga
Alenna-nya, kan?
Sulis Maylina - 49PART 12
Curiosity
Alenna membuka matanya dengan terpaksa. Dia
kelaparan, sekarang sudah jam delapan malam. Pantas saja dia
belum makan dari pagi. Alenna meringis ketika hendak
melangkah, sakit di selangkangan dan pegal di tubuhnya baru
terasa sekarang. Maklum, tadi sedang enak-enaknya. Makanya
dia abaikan rasa perih. Alenna kembali lagi ke tempat tidur,
rebahan sudah paling nikmat.
Alenna berteriak memanggil Kevan, namun tidak ada
jawaban. Akhirnya Alenna menghubungi Kevan namun tidak
di angkat. Lalu dia beralih menelepon Rigel, salah satu teman
Kevan.
"Halo?" Sapa Rigel dari seberang sana.
"Lo dimana?"
"Arena. Kenapa, Len?"
"Kevan ada?"
"Tadi sih ada sama gue, cuma enggak kelihatan
lagi deh tuh anak."Oh oke, thanks Gel." Alenna
langsung mematikan panggilan tersebut. Perempuan
itu berpikir sejenak, dengan mengabaikan rasa
perihnya yang di rasa Alenna bersiap-siap untuk ke
Arena.
Perempuan itu memilih menggunakan baju
crop top yang membentuk lekuk badannya, di
padukan dengan celana jeans yang membuat
kakinya terlihat lebih jenjang dan tinggi.
Setelah mengenakan sepatu hitamnya, Alenna
mengambil kunci mobil Lamborghini milikinya
yang di tinggal di apartmen Kevan.
Kevalenna- 50sek
Kevan bersama dengan Rigel dan Onad, sedang duduk di
kap mobil miliknya. Setelah pekerjaannya selesai, Kevan
bosan sedangkan Alenna masih terlelap. Akhirnya dia
memutuskan untuk nongkrong dan menonton balap di arena.
Lelaki itu meneguk soda kaleng yang berada di
genggamannya, walaupun pembicaraan temannya masih dia
dengarkan namun pandangannya mengarah pada perempuan
yang sedari tadi melihatnya dengan tatapan nakalnya.
Veronica. Semua yang berada di arena kenal dengan
perempuan itu, jelas saja. Sepak terjangnya di ranjang sudah
tidak diragukan.
"Woy bangsat! Makin buluk aja lo!" Kevan memutuskan
tatapan keduanya, pandangannya kembali fokus kepada teman-
temannya. Figo baru saja datang setelah liburannya ke Pulau
Maladewa bersama dengan gebetannya.
"Ini namanya eksotis, norak lo!" Meskipun kesal kulitnya
yang dia anggap eksotis di bilang buluk, Figo tetap membalas
tos ala anak Brigezz kepada Onad.
"Bagaimana Desah?” Tanya Rigel ketika kini giliran
mereka tos.
"Disha, anjing!" Rigel itu, sudah di bilang berkali-kali
kalau gebetan Figo itu namanya Disha bukan Desah, masih saja
di sengaja!
"Ya itu lah sama aja, udah enggak kan?" Melihat tampang
Figo membuat ketiganya tertawa, "Sialan lo!" Umpat Figo
dengan tampang kesalnya.
"Di bilangin enggak percaya sih lo, makanya jangan liat
orang dari luarnya aja!" Disha itu kalem, kelihatan anak
rumahan banget. Makanya Figo mau ajak main sedikit, eh dia
malah salah perkiraan.
Figo melengos saja, lelaki itu memutuskan untuk ke depan
melihat siapa yang bertanding.
“Alenna ke mana Kev? Tumben enggak ngintilin." Tanya
Onad baru menyadari jika Alenna tidak ada di sini.
“Tidur." Jawab Kevan dengan singkat.
Sulis Maylina - 51"Buset, masih sore gini udah tidur tuh bocah." Kevan
mengabaikan ucapan Rigel, lelaki itu kembali melihat
Veronica, perempuan itu sedang tertawa bersama teman-
temannya.
"Lo kenapa dah liatin Veronica terus?" Rigel yang sedang
fokus meresapi rasa asin dari kulit kuaci langsung melihat
Onad. Pandangan Onad ke arah Kevan, jadi Rigel ikut melihat
Kevan. Benar saja, Kevan sedang memperhatikan Veronica.
"Gue penasaran." Jawab Kevan sekenanya.
"Anjir!" Rigel dan Onad berseru heboh, seorang Kevan
penasaran sama cewek?!
"Ingat ada macan, Kev!" Rigel berseru panik, macan itu
maksudnya Alenna.
"Jangan gila!" Onad memperingati Kevan, dia fine-fine
saja kalau bukan Kevan yang bilang penasaran.
"Enggak waras lo ah, ayo ke depan aja!" Rigel berjalan ke
tempat Figo, di ikuti oleh Onad. Tapi Kevan masih diam di
tempatnya, masih memperhatikan Veronica.
Lelaki itu bersender di pintu mobil, mengeluarkan
ponselnya berniat mengabari Alenna kalau dia berada di sini.
Padahal sudah sejam yang lalu, tapi dia lupa.
"Hei," Kevan langsung mendongak, lalu memasukkan
ponselnya ke dalam saku celananya. Tidak jadi mengabari
Alenna.
"Hei?" Kevan agak linglung.
"Lo dari tadi ngeliatin gue, kenapa?" Tanya Veronica
sedangkan Kevan mengerutkan keningnya.
“Bukannya lo juga ngeliatin gue?" Kekehan Veronica
terdengar ketika Kevan malah balik bertanya.
"Lo Kevan, kan?" Kevan hanya mengangguk. Veronica
sebenarnya sudah tahu wajah dan beberapa kali mendengar
bahasan tentang cowok bernama Kevan yang katanya ganteng
itu, tapi dia enggak berani mendekati karena tatapan cowok itu
menakutkan. Lagi pula, dia tahu Kevan sudah punya pacar.
Veronica enggak tertarik menjadi orang ketiga.
Tapi dia jadi tertarik ketika Kevan menatapnya tadi. Itu
pancingan, kan?
Kevalenna- 52"Cewek lo mana?" Veronica berbasa-basi, dia merasa
canggung berada dekat dengan lelaki ini.
“Enggak ada." Di balasnya selalu singkat, membuat
Veronica bingung lagi mau membicarakan apa. Akhirnya
mereka berdua berdiri dalam diam.
"Nomor lo?" Veronica mendongak menatap Kevan
bingung, namun langsung tersenyum ketika melihat
handphone \elaki itu di sodorkan ke arahnya. Dengan cepat
Veronica menuliskan nomornya dan menamakan Veronica,
Jalu mengembalikannya ke Kevan.
Langit tiba-tiba bergemuruh, lalu rintik hujan mulai turun.
Hanya gerimis kecil, namun Kevan mengajak Veronica untuk
masuk ke dalam mobilnya.
Veronica mencium wangi yang sangat manly ketika
memasuki mobil Kevan. Veronica suka dengan mobil Kevan
yang mewah, namun tidak suka ketika melihat foto polaroid
yang tergantung. Foto Kevan sedang berciuman dengan
perempuan, ah tentu saja itu Alenna. Veronica tahu perempuan
itu.
Kenapa Veronica harus tidak suka? Bukannya dia
menghindari menjadi tokoh orang ketiga? Tapi kan lelaki itu
sendiri yang mengundangnya. Tentu saja Veronica senang
mendapat undangan itu.
Mungkin kondisi hening di dalam mobil dan hawa dingin
yang berasal dari AC membuat keduanya terbawa suasana.
Tanpa sadar bibir keduanya bertemu, mereka berciuman.
Kevan membalasnya, ah bahkan dia yang memulai.
Keduanya hanyut dalam ciuman yang semakin lama
semakin menuntut. Veronica merangkak ke pangkuan Kevan
dan di balas dengan sambutan. Lelaki itu memegang pinggang
Veronica erat, matanya menatap Veronica yang sedang
terpejam. Lalu dia ikut memejamkan matanya ketika ciuman
Veronica merambat ke lehernya.
ek
Alenna melambatkan kecepatan mobilnya ketika sudah
melihat keramaian. Mencari tempat untuk mobilnya parkir,
Sulis Maylina - 53lalu terdiam sebentar untuk kembali menelepon Kevan. Masih
sama, tidak di angkat.
Alenna berdecak sebal ketika gerimis turun, dia harus
menunggu reda agar tidak basah. Tapi dia bosan, dan dia lapar.
Jadi dia memutuskan untuk keluar dari dalam mobil,
gerimisnya tidak terlalu deras jadi dia tidak perlu berlari.
Alenna mengedarkan pandangannya mencari orang yang di
kenalnya, namun tidak menemukan satu pun.
Akhirnya dia menghubungi Rigel kembali dan lelaki itu
melambaikan tangannya. Namun Alenna mengerutkan
keningnya ketika tidak melihat Kevan di antara sekumpulan
anak Brigezz.
“Lah, cowok gue mana?" Tanya Alenna dengan bingung.
"Lagi ngelon." Alenna langsung melotot galak mendengar
jawaban Figo.
"Dimana Gel?" Perempuan itu menatap Rigel yang
tertawa.
“Enggak liat gue, terakhir sih tadi di dekat mobilnya.
Coba aja lo kesana."
"Ya di mana mobilnya?!" Alenna bertanya lagi dengan
kesal.
"Noh, dekat cabe-cabean noh!" Figo menunjuk
sekumpulan teman Veronica. Alenna mengikuti telunjuk Figo
dan langsung melihat mobil Kevan.
"Eh gue minta ya, haus!" Setelah mengambil cola yang
entah punya siapa, Alenna langsung berjalan ke arah mobil
Kevan sambil menegak minuman soda itu.
"Kenapa lo?!" Alenna sedang lapar, jadi sensi. Di lihatin
sedikit saja langsung galak.
Alenna sudah sampai di dekat mobil Kevan. Kaca mobil
lelaki itu gelap, jadi Alenna harus mendekatkan wajahnya ke
jendela mobil untuk memastikan Kevan berada di dalam atau
tidak.
Alenna melihatnya. Dan dua manusia itu tidak menyadari.
Dada Alenna langsung berdegup tidak terima. Kencang sekali,
tubuhnya lemas. Alenna ingin menangis ketika melihat Kevan
sangat menikmatinya.
Kevalenna- 54Selangkangan Alenna masih sakit, dan lelaki itu
seenaknya berbuat seperti ini dengan perempuan lain? Alenna
menggeleng mengusir rasa sakit yang teramat di rasakannya,
dia menghapus air matanya dengan kasar.
Alenna kemudian mengambil batu yang berada di
dekatnya, lalu melempar batu tersebut ke mobil Kevan.
Menimbulkan bunyi keras yang mengundang banyak perhatian.
Pintu mobil masih belum terbuka, kali ini Alenna
melempar minumannya. Dan sudah siap untuk melempar batu
Jagi namun pintu mobil terbuka dan keluar lah Kevan dengan
wajah kagetnya. Perempuan yang tidak Alenna kenali keluar
dari pintu sebelahnya.
Mata Alenna sudah berkaca-kaca, "Bangsat!" Perempuan
itu melempar batu yang sudah berada di tangannya mengenai
dahi Kevan.
"Len," Suara Kevan tercekat, dia panik.
Alenna mengalihkan tatapannya ke perempuan itu, lalu
menghampirinya memberikan tamparan dan tonjokan keras di
tulang pipi perempuan itu sampai membuatnya terjatuh.
Orang-orang hanya menonton.
“Aku bisa jelaskan, Len." Kevan meraih tangan Alenna
dan langsung mendapat tepisan kasar dari perempuan itu.
“Enggak usah pegang gue, lo menjijikkan." Ujar Alenna
dengan mata yang buram akibat air mata yang mengumpul di
pelopaknya.
“Alenna!" Bentak Kevan tidak terima mendengar kalimat
menjijikkan keluar dari mulut kekasihnya.
"Gue mau putus!"
Sulis Maylina - 55PART 13
Break Up?
“Apa-apaan?!" Kevan berteriak ketika mendengar
perkataan Alenna.
"Lo yang apa-apaan! Gue benci banget sama lo, Kevan!"
Alenna menangis, tidak peduli orang-orang menontonnya.
Perempuan itu berlari ke mobilnya yang terparkir lebih jauh,
Kevan langsung mengejarnya
“Enggak ada putus-putus!" Ucap Kevan mengeraskan
rahangnya, tidak suka mendengar kata putus dari Alenna.
"Enggak usah pegang tangan gue, anjing!" Alenna
menarik tangannya yang di cengkeram Kevan, namun gagal
karena terlalu kuat. Akhirnya Alenna mendorong Kevan,
membuat lelaki itu mundur beberapa langkah. Namun
cengkeramannya tetap tidak di lepas.
"Gue bisa jelasin!" Bentak Kevan."Jelasin apa?
Gue enggak butuh! Sekarang terserah lo, berbuat
sesuka lo. Lo bebas, kita put-" Kevan membungkam
Alenna dengan ciumannya yang kasar. Lelaki itu kalut,
dia panik. Alenna selalu tahan dengan sikapnya, baru
kali ini dia mendengar kata putus dari kekasihnya itu.
"Anjing! Gue enggak sudi!" Alenna menggigit
bibir Kevan sampai berdarah, lalu menampar lelaki
itu. Cukup keras sampai wajah Kevan menoleh ke
samping.
Alenna_ langsung mengelap _ bibirnya
setelah ciuman mereka terlepas. Enak saja,
bekas cewek lain langsung cium-cium ke
bibirnya! Lalu Alenna kembali untuk berjalan ke
mobilnya.
Kevalenna- 56“Pulang sama gue!" Alenna mengabaikan, tetap berjalan
seolah Kevan tidak bicara.
"Alenna jangan buat kesabaran gue habis!" Kevan
Jangsung menutup mobil Alenna kencang sekali ketika
perempuan itu membukanya.
"Mending lo pergi. Gue beneran muak liat lo." Alenna
tidak berteriak seperti tadi, dia sudah lelah.
"Jaga ucapan kamu!" Balas Kevan dengan mata
memerahnya karena emosi.
"Lo jaga kelakuan kalau gitu. Udah, minggir. Jangan
pernah muncul lagi di hadapan gue." Alenna membuka lagi
pintu mobilnya ketika tangan Kevan sudah tidak menghalangi
pintu.
Dengan cepat pintu mobil dia kunci dari dalam agar
Kevan tidak bisa membukanya. Lelaki itu menggedor kaca
mobil Alenna dengan kasar. Alenna tidak peduli. Dengan
kecepatan tinggi Alenna pergi meninggalkan arena.
"Fuck!" Kevan menyugar rambutnya ke belakang dengan
kasar, lalu berlari ke mobilnya. Orang-orang masih menonton.
Hubungan Kevan dan Alenna memang terkenal, tentu saja
membuat semua orang penasaran.
"Kev?" Veronica memandang Kevan yang berjalan
melewatinya. Lelaki itu berbalik untuk melihat Veronica.
"Tadi gue cuma penasaran. By the way, ciuman lo enggak
enak.". Ucap Kevan tanpa berperasaan. Lalu setelah
mengatakannya Kevan meludah. Membuat semua orang kaget,
dan Veronica malu.
Lelaki itu memasuki mobilnya, lalu menekan klakson
tanpa henti ketika Veronica masih terdiam di depan mobilnya.
"Minggir goblok!" Veronica kaget mendengar bentakan
terasa dari Kevan. Lelaki itu langsung menjalankan mobilnya
dengan cepat, membuat Veronica terserempet sampai terjatuh.
"Huftt, kan gue sudah bilang ada macan. Segala berulah
sih." Rigel menatap mobil Kevan yang sudah berjalan jauh,
kencang sekali.
ek
Sulis Maylina - 57Kevan mengejar mobil Alenna, mobil itu sudah berada di
depannya. Dia tidak menghalangi mobil itu untuk berhenti.
Hanya mengikuti dari belakang. Mobil Alenna tidak mengarah
ke apartemennya maupun apartemen perempuan itu, dia pulang
ke rumah Papanya.
Alenna mengklakson mobilnya berkali-kali ketika sudah
berada di depan pagar tinggi itu, pagar tersebut terbuka
membuat Alenna langsung memasukinya dan di ikuti mobil
Kevan.
Alenna memarkirkan mobilnya di depan undakan tangga
menuju pintu utama, membuat Kevan juga berhenti di sana.
"Len," Perempuan itu berlari memasuki rumah
mengabaikan panggilan Kevan. Kevan mengikuti langkah
Alenna yang berlari membuat para pelayan yang melihatnya
kebingungan.
"Papa ke mana?" Salah satu pelayan linglung, sedikit
kaget melihat Alenna lari-larian dengan mata yang berair.
"Masih di Belanda, non." Mendengar itu Alenna
mengangguk lalu berjalan untuk menuju kamarnya.
“Alenna!" Perempuan itu baru saja ingin menutup pintu
kamarnya, namun di tahan oleh Kevan.
“Buka!" Mata Kevan tajam sekali melihatnya, membuat
Alenna takut. Dengan air mata yang mengalir akhirnya Alenna
membiarkan Kevan masuk ke kamarnya. Perempuan itu
memasuki walk in closet miliknya yang berada di dalam kamar,
Kevan masih terus mengikuti.
“Aku minta maaf, Alen." Alenna diam saja, perempuan itu
mengambil koper miliknya di salah satu pintu lemari.
"Mau kemana?!" Tanya Kevan dengan panik. Lelaki
menarik koper tersebut lalu membuangnya menjauh, Alenna
abaikan. Dia mengambil kopernya yang lain.
“Punya mulut digunakan!" Sentak Kevan ketika Alenna
tidak menjawab pertanyaannya.
“Digunakan untuk apa? = Ciuman?!" Kevan
menghembuskan napasnya lelah.
"Len, tadi tuh cuma ke bawa suasana aja." Alenna
menatap Kevan tidak percaya.
Kevalenna- 58"Kebawa_ suasana? Enak banget lo ngomong!
Selangkangan gue masih perih, Lo enak-enakan ciuman sama
cewek lain!" Kevan diam saja, jujur dia merasa sangat bersalah.
"Mending lo pergi terus lanjutin ciuman lo tadi. Gue mau
ke Papa." Ujar Alenna sambil memasukkan bajunya ke dalam
koper.
"Enggak! Balik ke apartemen aku sekarang." Kevan
menarik Alenna untuk keluar, Alenna menahan sebelah
tangannya ke pintu lemari yang terbuka.
"Gue enggak mau! Lepaskan!"
“Kevan!!" Alenna menjerit kencang, tangannya yang
memegang lemari sudah perih, tidak kuat lagi untuk
menahannya.
"Gue benci sama lo! Gue mau putus!" Kevan
mengabaikan ucapan serta jeritan Alenna, dia tidak senang
mendengar kata putus. Alenna menggigit lengan Kevan yang
menariknya, membuat Kevan refleks melepaskan.
"Alenna!" Bentaknya dengan keras.
"Kita putus!" Kevan sudah habis kesabaran, lelaki itu
mencengkeram pipi Alenna dengan kuat.
"Gue enggak mau dengar kalimat itu keluar lagi.”
Nadanya rendah sekali, tatapannya menusuk. Berbeda dengan
mata Alenna yang buram, siap meloloskan air matanya lagi.
Dia sudah menangis hingga sesenggukan.
"Mau ke Papa." Kali ini Alenna berujar dengan sangat
pelan, air matanya tidak kunjung berhenti.
"Lo sama gue!" Ujar Kevan tidak mau kalah.
“Enggak mau! Gue benci sama lo!" Kevan
mengabaikannya, lelaki itu menyeret Alenna lagi.
"Enggak mau Kevan, enggak mau!" Alenna menjerit
kencang. Dia benci Kevan.
Karena harus melewati tangga, Kevan menggendong
Alenna di pundaknya. Membuat kepala Alenna pusing.
“Turunin!" Teriak Alenna masih dengan tangisannya.
“Diam! Nanti jatuh." Alenna tidak peduli, kakinya terus
berontak.
Sulis Maylina - 59Kevan menurunkan Alenna ketika sudah berada di
samping pintu mobilnya.
"Gue enggak mau naik mobil Lo!" Alenna tidak sudi
duduk di tempat bekas wanita lain.
"Ya sudah pakai mobil kamu dulu, mana kuncinya?” Pinta
Kevan.
“Enggak, mending lo pulang sendiri!" Alenna membalik
badannya untuk masuk ke dalam rumah lagi, namun dengan
cepat Kevan menariknya.
“Gue enggak suka di lawan." Ujar Kevan dengan pelan
sambil menatap Alenna dengan tajam.
“Bajingan."
"Yes, i'm" Alenna langsung meludah dan mengenai dagu
Kevan, dia sudah sangat muak. Sedangkan Kevan langsung
terdiam, kaget. Rahangnya mengeras, cengkeraman tangannya
di pinggang Alenna mengencang membuat perempuan itu
kembali menangis.
“Lo sudah terlalu berani melawan gue, Len. Gue enggak
suka." Tekan Kevan di setiap kalimatnya.
"Ya sudah kita putus kalo gitu."
“Bangsat!" Kevan mendorong Alenna ke pintu mobil
dengan kencang hingga mengeluarkan bunyi akibat tubuh dan
pintu mobil yang bertabrakan. Emosinya sudah tidak bisa di
tahan lagi.
"Sakit Kevan!" Jerit Alenna, sebelah tangannya
memegang kepalanya yang terbentur.
“Enggak mau, gue enggak mau naik mobil lo!" Alenna
berontak kembali ketika Kevan memasukkan dirinya paksa ke
dalam mobil. Alenna benar-benar tidak sudi duduk di sini.
"Diam!" Kevan memasangkan seat belt pada tubuh
Alenna. Lalu dengan cepat mengitari mobilnya, kemudian
memacunya dengan kencang meninggalkan kediaman Alenna.
Kevalenna- 60PART 14
Not That Easy
Alenna merasa pusing ketika membuka matanya.
“Bangsat." Alenna menyadari dia sudah berada di kamar
apartemen Kevan.
Dia melihat jam, pukul 01.00. Dan dia tidak menemukan
Kevan di kamarnya. Dengan hati-hati Alenna beranjak dari
kasur, ingin pergi dari sini. Dia membuka pintu kamar,
matanya melihat sekeliling. Sepi, di mana Kevan?
Ketika di rasa Kevan benar-benar tidak ada, Alenna
dengan cepat mengenakan sepatu miliknya yang berada di
samping tempat tidur. Lalu mengambil salah satu kunci mobil
Kevan yang berada di laci.
"Nanti gue ganti." Alenna mengambil beberapa lembar
uang di dompet Kevan yang tergeletak, dompet miliknya
tertinggal di dalam mobilnya.
Sebelum keluar dari kamar Alenna mencuci
wajah sebentar dan menguncir asal rambutnya, lalu
membuka pintu kamar dengan sangat pelan."Mau
kemana?" Jantung Alenna seperti pindah tempat.
Kevan sedang melepas sepatunya di pintu masuk
yang baru saja ditutup, sialan dia kurang cepat.
"Pergi." Jawab Alenna dengan sok berani,
sebenarnya ketakutan.
"Pergi?" Kevan tersenyum miring, dia
melempar plastik yang berisi makanan ringan
ke lantai. Lelaki itu berjalan ke arah Alenna
yang mematung tidak bisa menggerakkan
tubuhnya untuk segera berlari. “Kamu enggak
Sulis Maylina - 61akan bisa pergi dari aku, Len." Lelaki itu mengelus sisi wajah
Alenna, membuat Alenna tambah ketakutan.
"Gue bisa." Suara Alenna tercekat, wajah Kevan
mendekat ke wajahnya.
"Gue enggak mau dicium sama lo!" Alenna mendorong
tubuh Kevan dengan kencang.
"Kamu nolak?" Tanya Kevan dengan alis yang di angkat.
"Gue jijik." Harga diri Kevan terluka. Lelaki itu meraih
rambut Alenna dan menariknya hingga wajah perempuan itu
mendongak.
“Jijik?" Kevan mengendus leher Alenna dan menjilatinya.
“Lepaskan!" Ucap Alenna dengan pelan, tangannya
memegang tangan Kevan yang berada di kepalanya.
"Gue udah minta maaf, bangsat!" Kevan berteriak di
wajah Alenna, membuat Alenna kaget dan air matanya turun
lagi. Kevan tidak pernah seperti ini.
“Lo mau pergi ke mana? Lo enggak akan bisa, sayang."
Alenna mundur ketika Kevan berjalan maju.
Memasuki kamar kembali, Alenna di dorong ke tempat
tidur. Lelaki itu merangkak menindih Alenna. Wajahnya dia
tenggelamkan ke leher perempuan itu untuk memberinya tanda,
seperti biasa. Namun kali ini Alenna menghindar.
"Jangan nolak gue," Kevan berujar pelan, nadanya sedikit
bergetar.
"Jangan nolak gue!" Kali ini kembali berteriak. Mata
lelaki itu memerah.
"Lo mau ngapain?!" Alenna panik ketika Kevan
membuka baju yang lelaki itu pakai, di lanjut membuka celana
jeansnya menyisakan boxer Calvin Klein yang ketat.
"Kevan gue enggak mau!" Kali ini Kevan membuka
kancing celana yang Alenna pakai, sedikit sulit karena
perempuan itu berontak.
Bagian bawah Alenna sudah tidak tertutup apa-apa.
Tangan Kevan mulai memainkan inti Alenna, memancing
gairahnya sendiri.
Kevalenna- 62"Kevan, bangsat! Gue enggak mau!" Alenna berteriak
ketika Kevan langsung memasukkan miliknya dengan kasar.
Membuat Alenna berteriak karna merasa perih.
Alenna berusaha memukul Kevan hingga mencakarnya
dengan kukuk-kukuknya yang panjang. Kevan membiarkan,
dia akan membuat Alenna kesulitan untuk berjalan. Sehingga
perempuan itu tidak akan kabur lagi. Dia pintar, kan?
ke
Kevan menghentikan gerakannya pada tubuh Alenna.
Kemudian melepaskan penyatuan mereka lalu membalik tubuh
Alenna yang sedari tadi menungging. Alenna tertidur sejam
yang lalu, namun Kevan tidak berhenti melakukannya. Dia
takut Alenna masih cukup kuat untuk pergi darinya, Kevan
tidak ingin Alenna pergi.
Matahari sudah memunculkan sinarnya, mungkin sudah
jam 06.00 atau bahkan lebih. Kalau saja tidak ada rapat pukul
delapan nanti, mungkin Kevan masih melanjutkannya.
Lelaki itu melihat tubuh telanjang Alenna yang penuh
dengan kiss mark, lalu mengusap memar kebiruan yang berada
di pinggang Alenna karena dia terlalu kuat menahan tubuh
Alenna yang terus berontak tadi. Kevan tidak peduli kalau
setelah bangun nanti Alenna akan membencinya, yang penting
Alenna tidak pergi.
"Maaf sayang." Kevan berujar sedih, segala penyesalan
yang telah dia buat dan kesabaran Alenna selama ini tiba-tiba
berkumpul di ingatannya.
Kevan beranjak dari tempat tidur, memakai boxernya
kembali lalu ke kamar mandi mengambil air hangat dan wash
lap. Dengan sangat hati-hati Kevan mengusap tubuh Alenna
yang terkena cairannya supaya tidur Alenna lebih nyaman.
Kevan memakaikan selimut hingga leher Alenna. Tidak
memakaikan Alenna baju, walk in closetnya dia kunci. Sengaja
agar Alenna tidak bisa pergi.
Kevan takut sekali.
Alenna tiba-tiba membuka matanya, dia merasakan perih
karena terlalu banyak mengeluarkan air mata, tubuhnya lemas.
Sulis Maylina - 63Alenna melihat Kevan sedang menatapnya, kemudian dia
kembali memejamkan mata. Kali ini benar-benar tidur.
Kevan mengucapkan maaf berkali-kali di kepala Alenna
sambil sesekali menciumnya. Lalu lelaki itu mandi, dia
merasakan perih di punggung serta dadanya. Tubuhnya banyak
sekali cakaran, namun dia tersenyum. Alenna menandainya
juga.
Selesai mandi Kevan bersiap-siap mengenakan kemeja
putihnya, jas serta dasinya dia pegang. Sebelum berangkat
Kevan mengambil handphone Alenna yang berada di celana
yang semalam kekasihnya itu pakai, kemudian menaruh
pakaian Alenna di kamar mandi luar kamar agar Alenna tidak
bisa memakainya lagi.
Kevan duduk di sofa samping tempat tidur. Tatapannya
kosong, namun pikirannya penuh dengan perkataan Alenna
yang melukai harga dirinya.
Alenna menolak sentuhannya, perempuan itu bilang jijik.
Terlebih sampai mengatakan putus dan ingin pergi
meninggalkannya. Kevan tidak suka.
Lelaki itu mendengus ketika selesai mengetikan kata
pengamannya di ponsel langsung menampilkan nama Veronica
beserta nomornya. Kevan langsung memblokirnya, bodoh
sekali dia semalam.
Sudah jam 07.15, Kevan harus berangkat. Dia
menghampiri Alenna lalu§ menciumnya dalam, lalu
menatapnya dan kembali menciumnya. Kemudian memastikan
tidak ada akses Alenna untuk bisa pergi baru lah dia keluar dari
kamar dan menguncinya dari luar. Alenna tidak akan bisa
kemana-mana.
eK
"Halo, tuan?”
"Ya?"
"Non Alen tidak mau makan, dari tadi menangis." Kevan
memijat kepalanya yang pusing, dia bisa mendengar jeritan
Alenna di seberang sana. Kevan tadi menyuruh salah satu
pelayan yang bekerja di mansionnya untuk datang mengurus
dan menjaga Alenna.
Kevalenna- 64"Sebentar lagi saya pulang." Tanpa menunggu jawaban,
Kevan langsung menutup telepon. Dia menghembuskan napas
lelahnya, Alen sekarang benar-benar keras kepala.
Kevan sudah lelah dengan urusan kantor, semoga saja
Alenna tidak membuatnya emosi kembali.
Jam 14.00 jalanan agak lenggang, mungkin semua orang
masih sibuk dengan aktivitasnya sehingga Kevan tidak perlu
terjebak macet di siang ini.
Lelaki itu membuka pintu masuk, jeritan Alenna sudah
terdengar.
"Pergi! Gue enggak mau!" Teriaknya di barengi dengan
tangisan. Dengan santai Kevan berjalan masuk ke kamarnya,
lelaki itu menonton Alenna sambil bersedekap dada dan
bersender di pintu masuk, Alesnna sedang menendang-
nendang selimutnya sedangkan pelayan itu mencoba
menenangkan.
"Biar saya saja." Keduanya serempak menoleh ke arah
Kevan yang mulai berjalan mendekat. Dengan cepat pelayan
itu menunduk lalu berpamitan keluar.
"Kenapa berhenti nangisnya?" Tanya Kevan sambil
melonggarkan dasinya.
“Lanjutin dong sayang." Alenna menepis tangan Kevan
yang ingin menyentuh wajahnya. Lelaki itu tertawa mengejek,
masih mau melawan rupanya.
"Selimutnya jangan di tendang." Tubuh Alenna masih
polos, Kevan tidak ingin Alenna demam karena udara di kamar
terlalu dingin. Namun ketika mengusap kepala perempuan itu
dia sudah merasakan hawa panas.
"Makan dulu ya?" Tanya Kevan dengan lembut.
"Mau pulang."
"Jangan mulai!" Alenna baru berbicara dua kata, namun
sudah membuat emosinya meradang.
Kevan mengambil makanan Alenna yang berada di atas
nakas. Lalu membantu Alenna untuk duduk dan bersandar di
tempat tidur. Alenna tidak ingin melawan, dia sudah lelah.
“Habis ini minum obat." Alenna tidak menjawab,
mulutnya hanya di buka untuk menerima suapan dari Kevan.
Sulis Maylina - 65“Aku minta maaf," Ujar Kevan sambil menatap Alenna.
“Minta maaf untuk kemudian di ulang lagi? Aku udah
cape sama kelakuan kamu." Jawab Alenna membalas tatapan
yang Kevan berikan.
“Alenna, aku benar-ben—“
“Aku enggak mau dengar. Mending kamu diam." Kevan
menghembuskan napasnya pasrah.
"Fine, sekarang minum obat dulu.” Entah obat apa yang
di berikan Kevan, Alenna tidak peduli.
eck
Dua hari setelah pertengkaran mereka Alenna sudah mau
berbicara dengan Kevan, walaupun masih sedikit jutek. "Ikut,"
Alenna sudah rapih dengan rok pendek serta crop top
berlengan panjangnya. Kevan tadi bilang ingin ke arena karena
Rigel ingin bertanding, dia ingin menonton.
Alenna tentu saja tidak ingin kecolongan lagi.
Mereka berdua menuju basement di mana mobil Kevan
berada, Alenna tidak mau kalau naik mobil yang di gunakan
bekas perempuan lain. Jadilah mereka menggunakan mobil
yang lain.
Ke arena guys.
Alenna mengirimkan pesan di grup chatnya, dia
menyuruh teman-temannya untuk ke arena, dia mau melabrak
Veronica. Alenna mau main keroyokan. Stella, Rilley dan
Kanza sudah tahu permasalahannya. Sebenarnya ketiga teman
Alenna itu ingin memarahi Kevan juga. Tapi mana berani.
Sampai di sana, Alenna sudah melihat ketiga temannya
berkumpul dengan anak Brigezz. Kevan membuka pintunya,
lalu memeluk pinggang Alenna. Mata perempuan itu melihat
sekeliling, ada beberapa yang melihatnya dengan takut-takut
mungkin penasaran karna_ kejadian kemarin. Lalu
pandangannya beradu dengan mata Veronica, dia juga bersama
teman-temannya. Alenna tersenyum miring yang dibalas
dengan tatapan benci Veronica. Tunggu saja, kita lihat siapa
yang menang.
Kevalenna- 66PART 18
War
Alenna sedang duduk di kap mobil milik Figo. Sedangkan
Kevan berdiri di antara kedua kakinya sambil memeluk Alenna
dengan wajah yang berada di leher kekasihnya itu, matanya
terpejam. Kevan mengantuk, padahal masih jam 23.00. Dan
Alenna tidak mau di ajak pulang. Misinya belum terlaksanakan.
"Minggir dulu, Kevan." Alenna merengek, sedari tadi dia
sudah minta di lepaskan.
"Mau kemana sih?" Lelaki itu semakin mengeratkan
pelukannya pada pinggang Alenna.
"Mau ke situ dulu sebentar.". Kevan mengangkat
kepalanya dari dari bahu Alenna, melihat telunjuk Alenna yang
mengarah kepada Stella yang seperti menungguinya.
"Jangan lama-lama." Kevan mencium lehernya, lalu
melepaskan pelukannya kemudian membantu Alenna
turun dari kap mobil tersebut."Oke." Alenna sedikit
berlari ke arah teman-temannya, sedangkan Kevan oe)
berjalan berlawanan ke arah anak Brigezz.
"Ayo," Alenna mengajak teman-temannya ke
tempat Veronica yang sedang berkumpul dengan
teman-temannya juga. Yah, enggak jadi main
keroyokan kalau begini mah.
"Helo, bitch.” Sapaan Alenna ketika berada
tepat di depan wajah Veronica sedikit membuat
perempuan itu terkejut, hanya sekilas lalu
berubah menjadi tatapan kesal. Veronica
masih sangat malu atas kejadian kemarin.
Sulis Maylina - 67"Stylenya murah banget." Kanza spontan menutup
mulutnya mengejek ketika Veronica beserta kelima teman-
temannya menatap tajam.
"Maksud lo apa?!" Bentak Veronica menatap Kanza
dengan galak.
“Woah, santai-santai." Ucap Riilley sambil menggerakkan
tangannya ke Veronica.
“Apaan si lo, banci!" Veronica langsung menepis tangan
Rilley dengan kasar.
"Heh jablay, jangan kurang ajar lo ya!" Ucap Rilley
dengan kesal kemudian langsung mendorong bahu Veronica
dan di balas dorongan lagi.
“Biar gue aja, Ri." Ucap Alenna menengahi.
"Satu lawan satu, oke?” Alenna bersedekap dada.
Tatapannya menilai Veronica, kebiasaannya sebelum memulai
perang.
Benar kata Kanza, murah.
"Cara apa yang lo lakukan buat memancing cowok gue?"
Tanya Alenna sebagai pembukaan.
Veronica tersenyum sinis, tangannya ikut bersedekap.
"Coba tanya baik-baik ke cowok lo itu, siapa yang mancing
siapa." Jawab Veronica menekan kata ‘cowok'.
"Ciuman cowok lo enak ya?" Wajah Veronica
menyebalkan sekali, membuat Alenna tanpa_basa-basi
langsung menamparnya.
Teman-teman Veronica terkejut, ingin membantu
Veronica namun di tahan oleh perempuan itu.
"Cewek kaya lo itu terlalu gampang-" Alenna belum
sempat menyelesaikan omongannya, tertahan dengan
tamparan Veronica. Telinganya sampai berdengung.
"Sialan, berani menyentuh gue lo?!" Alenna langsung
mendorong Veronica sampai perempuan itu menabrak pintu
mobil di belakangnya. Persis seperti yang di lakukan Kevan.
Alenna tidak berani membalas Kevan, jadi dia balas ke
Veronica tidak apa kan?
Kevalenna- 68Veronica meringis, lalu wajahnya memerah. Dia
menyerang balik Alenna. Klise, perempuan berantem kalau
tidak tamparan ya jambakan.
Keduanya saling mendorong dengan tangan yang masing-
masing berada di kepala lawannya. Semua teman-temannya
hanya menonton dan menyemangati.
"Terus, Len. Jambaki sampai botak!!"
"Kurang kenceng!"
"Ver, jangan mau kalah!"
Kepala Alenna sudah sangat panas, Veronica benar-benar
kurang ajar!
"Bangsat," Veronica memegang perutnya yang di tendang
Alenna. Veronica itu jalangnya arena, mau di taruh mana
wajahnya kalau kalah. Jadi, dengan sekuat tenaga walaupun
perutnya sakit, dia tetap melawan Alenna. Dia menonjok pipi
Alenna hingga membuat memar kebiruan di wajah mulusnya.
Alenna kesakitan, dia meludah dan ternyata berdarah.
Alenna semakin menjadi, dia mendorong Veronica sampai
terjatuh. Lalu menduduki perut Veronica dan mencekik leher
perempuan itu.
“Anjir, Len jangan di bunuh juga anak orang!" Teriak
Stella menyadarkan Alenna.
"Woy tolongin woy!" Mereka semua mendadak panik,
Alenna sepertinya tidak mau melepaskan. Wajah Veronica
sudah memerah dengan mata yang melotot.
Mendengar teriakan tolong beberapa orang di arena mulai
berdatangan. Semuanya terkejut, Veronica-pialanya arena
sedang di cekik.
"Eh bantuin dongo, malah pada nonton!" Riilley enggak
sadar diri, padahal dia dari awal berada di sana hanya
menonton.
Semuanya masih menonton, Veronica membalas cekikan
Alenna. Dia mendorong Alenna dan kini merubah posisinya.
Veronica berada di atas.
Alenna sudah terbatuk-batuk, namun tangannya masih
mampu untuk menjambak rambut Veronica. Membuat
Veronica melepaskan cekikannya.
Sulis Maylina - 69"Minggir lo, jablay!" Stella mendorong Veronica dari
tubuh Alenna, membuat perempuan itu terjengkang ke
belakang.
"Udah, Len." Alenna di bantu untuk berdiri oleh Stella
dan mereka membantu membersihkan tubuh Alenna yang
terkena kotoran pasir.
"Siku lo berdarah nih!" Kanza meringis melihat luka lecet
di siku Alenna, membuat baju berlengan panjang yang
dipakainya robek.
"Perih anjir jangan di pegang!" Ucap Alenna meringis
ketika Riley mencoba untuk menghilangkan pasir yang
menempel di luka Alenna.
“Sudah ayo bersihkan dulu." Ajak Kanza. Mereka
bertempat berjalan meninggalkan Veronica dan teman-
temannya yang masih menatapnya dengan kesal.
sek
"Eh, kenapa lo Len?" Figo langsung berdiri dari duduknya
melihat Alenna yang berjalan di tuntun oleh Stella. Tampang
Alenna seperti mau makan orang.
Kevan mengerutkan keningnya memandang Alenna.
Tubuh perempuan itu kotor dengan rambut yang berantakan
dan wajahnya memar.
"Kenapa?" Tanya Kevan ketika Alenna sudah berdiri di
hadapannya.
"Habis perang." Jawab Alenna masih sedikit terbawa
emosi akibat perkelahian tadi. Kevan hanya geleng kepala saat
melihat Veronica lebih mengenaskan, lelaki itu baru paham.
"Sini," Tangannya meraih wajah Alenna, melihat
seberapa parah luka yang di terima Alenna. Kevan tidak suka
orang lain membuat Alenna-nya terluka. Yang boleh menyakiti
atau pun membahagiakan Alenna hanya dirinya, yang lain
tidak boleh.
Kevalenna- 70PART 16
Retaliation
"Iya. Ingat, bareng-bareng."
Kevan mematikan sambungannya. Pandangannya
menerawang. Tadi, dia menyuruh beberapa anak buahnya
untuk memakai Veronica.
Perempuan itu menyebabkan Alenna ingin _pergi,
membuat kata putus keluar dari mulut cantiknya itu, dan
barusan melukai wajah kesayangannya. Kevan tidak suka.
Beberapa minggu yang lalu, Kevan mengetahui lelaki
bernama Gerald mengusik miliknya. Tentu saja Kevan tidak
tinggal diam. Lelaki itu menyuruh anak buahnya juga untuk
membereskan bocah itu. Kevan tidak ingin repot-repot
mengotori tangannya. Entah anak itu di apakan, yang jelas
Kevan tidak ingin lagi mendengar bahwa ada yang
mengganggu Alenna-nya.Kevan keluar dari kamar
mandi, lalu berjalan ke tempat tidur. Memeluk
Alenna yang sudah terlelap lalu mengecup leher oe)
kekasihnya itu.
"Sorry for everything, love." Ucap Kevan
kemudian ikut tertidur di samping Alenna sambil
memeluknya dengan erat.
seek
Alenna berjalan ke ruang makan, pagi ini dia
akan masuk kuliah setelah hampir seminggu
bolos. Alenna memang bercita-cita menjadi
mahasiswi abadi.
"Selamat pagi, sayang." Sapa Alenna di
barengi dengan kecupan di pipi Kevan.
Sulis Maylina - 71“Aku bareng ya," Ucapnya kemudian sambil mengambil
pancakenya lalu memulai sarapan.
Kevan hanya bergumam, pagi ini dia di pusingkan dengan
laporan mengenai pembangunan hotelnya yang berada di Bali.
Sedikit rancu, membuat pagi Kevan buruk.
Alenna cuek saja, dia mana mengerti masalah pekerjaan
lelaki itu.
“Kayanya aku bakal pergi ke Bali, eh enggak tau deh."
Ujar Kevan dengan bingung.
"Ha?" Alenna mengerutkan keningnya tidak mengerti,
"Enggak, enggak jadi." Kevan masih fokus dengan
laptopnya, sarapan miliknya sudah habis.
“Adakan rapat." Ujarnya.
"Ha?" Alenna baru melihat Kevan, ternyata sedang
menelepon. Alenna merasa idiot sekali pagi ini.
"Kamu sarapan nya sudah?" Tanya Kevan tanpa melihat
Alenna
“Sudah.” Jawab Alenna dengan singkat.
“Berangkat sekarang ya." Alenna melihat jam di
tangannya, masih terlalu pagi sebenarnya.
"Oke." Jawabnya kemudian.
Di dalam perjalanan tidak ada pembicaraan di antara
keduanya, Kevan berkali-kali menelepon orang kantornya
sambil marah-marah. Sepertinya memang ada masalah. Alenna
bosan, jadi dia membuka aplikasi Instagram.
Ada banyak akun yang menandainya. Alenna membuka
secara random, lalu langsung menampilkan video di akun
gosip. Sialan, itu video perkelahiannya semalam dengan
Veronica.
Alenna memang sempat terjun ke dunia Entertainment,
makanya sampai sekarang walaupun dia sudah tidak
berkecimpung lagi namanya masih cukup terkenal. Masuk
lambe pula.
‘Ini sapose, hengpon jadul minceu nangkep model nih.
Ada yang kenal enggak kira-kira sama mbak cantik ini.
Katanya sih rebutan cowok, aduh cowok banyak keleus!’
Kevalenna- 72“Apaan sih, minceu bala-bala!" Ucap Alenna kesal ketika
melihat video serta caption yang tertera di bawahnya. Dalam
video itu Alenna sedang menindih Veronica. Makanya
walaupun kesal, dia memencet tanda Jove. Keren juga gue,
batinnya.
"Kenapa?" Tanya Kevan sambil melirik Alenna yang
sibuk dengan ponselnya.
"Biasa, lambe. Eh sudah sampai ya?" Tanya Alenna
dengan kaget.
"Dari tadi sayang." Alenna hanya tertawa menampilkan
deretan giginya yang rapi.
"Ya sudah aku mau jadi anak rajin dulu ya, sini salim."
Kevan tertawa, lalu memberikan tangannya kepada Alenna
yang langsung di cium oleh kekasihnya itu.
"Belajar yang benar, jangan berantem terus." Ujar Kevan
sambil mengelus rambutnya, memberikan Alenna wejangan.
"Cium," Alenna memajukan bibirnya, lagi-lagi membuat
Kevan tertawa. Gemas sekali.
"Udah ih, Kevan!" Alenna menepuk dada Kevan. "Kamu,
mah!" Ujar dengan kesal ketika Kevan menciumnya dengan
Jama dan sedikit kasar.
"Tadi minta cium," Kevan merapikan rambut Alenna yang
sedikit berantakan.
“Nih, buat jajan." Mata Alenna langsung berbinar, Kevan
memberikan kartu unlimitednya.
"Th jadi makin sayang, sini cium lagi." Kali ini Alenna
yang tidak melepaskan ciumannya. Keduanya larut berciuman
di dalam mobil yang terparkir.
"Sudah sana kerja, cari uang yang banyak!" Ujar Alenna
sambil tertawa. Kemudian dia turun dari mobil dan perempuan
meniup ciuman jauh sebelum menutup pintu mobil Kevan.
"Dadah!" Ujarnya dengan riang sambil menggerakkan
tangannya.
“Woy, sableng!" Cengiran cerah Alenna berganti delikan
tajam.
“Apaan sih?" Tanyanya dengan sebal.
"Muka lo, masuk lambe!” Jawab Stella sambil tertawa.
Sulis Maylina - 73“Sudah tau, keren abis gue ya." Ujar Alenna dengan alis
yang di naik turunkan. Stella memutar bola matanya, dasar
Alenna.
"Lo ada kelas pagi juga?" Tanya Alenna yang dibalas
dengan deheman halus dari perempuan di sampingnya.
"Eh, tuh orang mukanya kenapa dah?" Stella mengangkat
wajahnya yang sedari tadi menunduk melihat ponsel, dia
melihat telunjuk Alenna yang mengarah ke Gerald.
Stella menelan salivanya susah payah, wajah Gerald
babak belur dan lengannya di balut gips. Sudah pasti ini
kelakuan Kevan.
“Emm, mana gue tau. SUdahlah, ngapain diurusi." Stella
menarik tangan Alenna, mengajak temannya itu untuk ke
kantin. Dia belum sarapan.
“Menurut lo semalam gue keren enggak?" Tanya Alenna
ingin menyombongkan diri.
"Keren apaan, muka lo kaya mau nangis!" Jawab Stella
sambil tertawa ketika membayangkan wajah memerah Alenna.
Yang di ledek langsung mendelik sebal.
"Kepala gue kaya mau copot anjir, sialan memang si
jablay!" Memang benar kok, mata Alenna sampai merah karna
menahan perih di kepalanya akibat jambakan Veronica. Bukan
nangis, enak saja!
“Iyain, biar cepat." Alenna langsung menampar pelan pipi
Stella.
"Jalan yuk?” Ajak Alenna sambil menyenggol bahu Stella.
“Mau rajin kuliah aja setannya banyak banget, heran gue!"
Keluh gadis itu.
"Eh tai, habis kelas maksud gue. Di kasih jajan nih sama
Kevan." Alenna memamerkan kartunya, membuat jiwa-jiwa
matre berteriak. Termasuk dirinya sendiri.
Kevalenna- 74PART 17
Bali and Terror
Alenna sedikit berlari ke tempat parkir mobil, Kevan
menjemputnya tiba-tiba. Rencana ingin jalan bersama Stella
akhirnya gagal. Lelaki itu bilang ada urusan mendesak dan
Alenna di wajibkan untuk ikut. Alenna melihat Maserati
GranCabrio terparkir sempurna dengan Kevan yang berada di
dalam mobil tersebut, lelaki itu tampan sekali dengan balutan
kemeja dan kacamata hitamnya.
"Hai," Alenna meraih tengkuk Kevan lalu menyambar
bibir tebal milik lelaki itu. Ciuman intens mereka terlepas,
Kevan mulai menggerakkan mobilnya meninggalkan halaman
kampus Alenna.
"Kita ke Bali, ya." Ujar Kevan tiba-tiba.
"Ngapain?" Alenna sedikit terkejut."Ada sedikit
masalah di sana, sekalian liburan.” Jawab Kevan
sambil melirik sekilas ke arah Alenna, perempuan itu
tampak berpikir lalu menganggukkan kepalanya
senang. Jadi anak rajinnya besok-besok aja deh,
batin Alenna.
"Berapa lama?" Alenna menatap Kevan,
pacarnya beneran ganteng banget! Alenna itu
senang sekali melihat Kevan di balik kemudi.
Tangan kokoh lelaki itu memperlihatkan urat
venanya yang menonjol, selalu membuat Alen
gagal fokus.
"Seminggu?" Kevan tampak ragu
mengatakannya, pasalnya dia juga tidak tahu
apakah masalah di sana bisa selesai dengan cepat
atau tidak.
Sulis Maylina - 75"Terus baju-baju aku bagaimana?" Tanya Alenna
menyadari jika ini terlalu mendadak.
“Sudah di siapkan, kita langsung ke bandara." Jawab
Kevan dengan tenang.
wee
Selama perjalanan kurang lebih dua jam akhirnya mereka
sampai di Pulau Dewata. Alenna tampak mengantuk karna ini
jadwal tidur siangnya, kepalanya dia senderkan di bahu tegap
Kevan sembari mengikuti langkah kaki lelaki itu.
Alenna, Kevan beserta dua karyawan kantornya termasuk
Rose menaiki mobil yang sudah di siapkan untuk menuju resort
di daerah Ubud. Di dalam mobil Kevan sibuk dengan tabnya
sedangkan Alenna memejamkan matanya, sesekali Kevan
mengecup kening kekasihnya itu.
Mereka tiba di resort sekitar pukul empat sore, Alenna
sudah segar di bangunkan Kevan ketika sampai. Perempuan itu
tampak senang melihat pemandangan dari balkon, sudah lama
dia tidak liburan.
"Masuk Len, anginnya kencang." Alenna langsung masuk
ke dalam, menghampiri Kevan yang baru saja keluar dari
kamar mandi dengan tubuh yang masih basah dan hanya
dibalut handuk di pinggangnya.
"Basah sayang." Ujar Kevan. Dia berusaha menjauhkan
Alenna yang memeluknya, perempuan itu menempelkan
pipinya di dada Kevan. Membuat tetesan air mengenai wajah
Alenna.
"Adem." Jawab Alenna sambil mendongak dan langsung
di cium oleh Kevan.
"Minggir dulu aku mau pakai baju." Sebelum melepaskan
pelukannya Alenna mencuri sedikit ciuman lagi di bibir Kevan,
membuat lelaki itu tersenyum.
Alenna naik ke atas kasur dan memainkan ponselnya, ada
notifikasi dari Stella yang marah-marah karena sudah
menunggunya. Alenna tertawa dan menelepon Stella,
mengatakan maaf dan berjanji akan membelikan apa saja yang
perempuan itu inginkan ketika dia pulang nanti.
Kevalenna- 76Kevan sudah mengenakan kaus dan celana pendeknya,
Jelaki itu menghampiri Alenna yang sedang bersandar di
kepala ranjang. Kevan melepaskan satu tangan Alenna dari
ponselnya untuk lelaki itu masuk ke dalam pelukan Alenna.
“Aku mau tidur dulu." Ujarnya dengan mata yang
langsung terpejam. Alenna mengelus kepala Kevan yang
berada di dadanya dan sesekali mengecup kepala lelaki itu.
eke
Alenna ketiduran, perempuan terbangun ketika sinar
matahari sudah berganti dengan cahaya lampu. Kevan yang
tadi berada di pelukannya juga sudah tidak ada, posisi tidurnya
pun sudah tidak bersender di kepala ranjang seperti tadi.
Alenna mengedarkan pandangannya tidak menemukan
keberadaan Kevan. Perempuan itu mengambil ponselnya yang
tergeletak di atas nakas, ternyata ada pesan dari Kevan.
Kekasihnya itu mengatakan maaf tidak bisa dinner
bersamanya karena pertemuan rekan bisnis malam ini
merangkap dengan dinner. Alenna berdecak sebal, aku pikir
bakalan ada dinner romantis dengan candle light yang
mengelilingi.
Alenna berjalan ke arah mini bar yang berada di kamarnya,
ada makan malam yang sudah di siapkan di sana. Alenna
membuka sliding door yang memisahkan kamarnya dengan
private pool, angin malam langsung menerpa wajahnya.
Alenna membawa makanannya ke sana, kakinya dia
masukkan ke dalam kolam renang itu. Alenna tidak suka
dengan keadaan hening seperti ini, dia selalu merasa kesepian
dan takut.
Handphonenya bergetar, ada pesan masuk.
Lonely, huh?
Alenna mengerutkan keningnya membaca pesan itu.
Panggilan masuk dengan nomor yang sama membuat Alenna
sedikit deg-degan untuk mengangkatnya.
"Halo?" Tidak ada sahutan dari sana membuat Alenna
merasa tidak nyaman.
"Jangan macam-macam deh!" Alenna _ langsung
mematikan sambungannya. Namun pesan baru masuk kembali.
Sulis Maylina - 77You're so sexy with red bra.
Alenna seketika menunduk untuk melihat bajunya. Dia
mengenakan kaus putih transparan yang memperlihatkan
dalamannya. Oh, shit! dia memang memakai bra merah.
“Bangsat!" Alenna buru-buru beranjak dari duduknya,
sedikit berlari untuk menuju kamarnya dan meninggalkan
makanan yang belum sempat dia telan.
Scared? :)
Alenna mengunci sling door dan menutupnya dengan
hordeng panjang, tubuhnya sedikit gemetar. Sialan dia benar-
benar takut sekarang!
Alenna membuka kembali pesan dari Kevan, baru
berselang satu jam pesan terakhir yang lelaki itu kirimkan,
tidak mungkin pertemuan bisnis hanya memakan waktu
sebentar.
Perempuan itu mencoba untuk menelepon Kevan namun
nomornya tidak aktif.
Jangan takut gitu dong :)
Kali ini Alenna membanting ponselnya.
Kevalenna- 78PART 18
Night Activity
Jam 01.00 Kevan sampai di resortnnya setelah dari Club
sehabis pertemuan bisnis tadi. Kevan ingin menolak karena
Alenna sendirian, namun partnernya terus memaksa.
Kevan mengerutkan kening ketika gerbang resortnya
terbuka, seingatnya semua pintu sudah dia kunci dari luar.
Lelaki itu membuka pintu masuk dan keadaan di dalam hening,
Jalu membuka pintu kamarnya. Alenna masih tidur disana, lalu
siapa yang membuka gerbang?
Kevan menaiki kasur membuat kasur bergerak dan
Alenna langsung teriak.
"Kenapa sih?" Kevan kaget sekaligus bingung, dia
mengira Alenna masih tertidur tadi.
"Alenna!" Kevan menggoyangkan tubuh Alenna
yang bergetar ketakutan."Kamu kenapa?" Tanya
Kevan dan raut bingungnya. Alenna membuka
matanya ketika menyadari bahwa Kevan yang berada ve
di dekatnya.
Alenna menangis tiba-tiba, membuat Kevan
tambah bingung. "Kenapa Alenna?" Perempuan itu
menggeleng, namun tubuhnya masih bergetar.
"Kenapa?!" Kevan sedikit |—membentak
Alenna, membuat Alenna kaget dan tatapannya
langsung fokus pada Kevan. Alenna meraih
tengkuk Kevan tiba-tiba, mencium bibir tebal
kekasihnya itu penuh dengan kekalutan.
Kevan berusaha untuk melepas, dia tidak suka
cara Alenna menciumnya. Terasa aneh
menurutnya.
Sulis Maylina - 79"Lepas." Kevan menahan bahu Alenna mencoba untuk
membuat jarak keduanya, namun tenaga Alenna kali ini benar-
benar kuat.
"Aaw!!" Alenna melepas ciumannya, bibirnya di gigit
Kevan membuat Alenna menangis lagi.
"Kamu kenapa?" Kevan mengusap bibir Alenna yang
sedikit mengeluarkan darah, dia memang sengaja. "Hm?
Kenapa?" Kali ini Kevan bertanya secara lembut kepada
Alenna, membuat napas Alenna berangsur tenang.
"Ada--" Alenna tidak melanjutkan ucapannya, dia terlalu
takut.
"Hm?" Kevan mengelus bibir Alenna, menunggu
perempuan itu berbicara lagi.
"Ada yang kirim pesan, aneh." Kevan mengerutkan
keningnya, masih belum paham maksud dari perkataan Alenna.
"Ada yang kirim pesan, Kevan!" Alenna menjerit, dia
benar-benar ketakutan. Alenna tidak suka ada yang bermain-
main seperti ini!
“Handphone kamu mana?" Alenna mengedarkan
pandangnya, dia lupa membanting ponselnya ke arah mana.
"Enggak tau. Aku takut.". Kevan menghembuskan
napasnya, dia tidak suka melihat Alenna seperti ini, bukan
Alen-nya sama sekali.
"I'm here.” Ujar Kevan sambil memeluk Alenna dengan
erat.
"Jangan kemana-mana." Kevan mengangguk lalu
mendaratkan kecupannya di kening Alenna.
“Kamu ngantuk?" Kevan merenggangkan pelukannya, dia
menatap Alenna yang menggelengkan kepalanya. Lelaki itu
tersenyum devil lalu mempertemukan bibir keduanya. Alenna
tentu saja langsung membalas ciuman Kevan, dia perlu
peralihan rasa takutnya.
"Key--" Alenna mendesah tertahan ketika ciuman Kevan
turun ke leher hingga dadanya. Tangan lelaki itu masuk ke
dalam kaus tipis yang Alenna kenakan, membuat tubuh Alenna
meremang merasakan usapan lembut di punggungnya.
Kevalenna- 80Kevan meloloskan kaus yang Alenna pakai, menyisakan
dalaman Alenna yang berwarna merah. Lelaki itu menatap
Alenna dengan pandangan yang sudah berkabut, wajahnya dia
dekatkan ke bahu mulus Alenna untuk di ciumnya.
Menurunkan tali yang berada di sana lalu mencium basah leher
Alenna, membuat tanda kepemilikannya.
Tangan Kevan beralih ke belakang, dia melepaskan
pengait yang menutupi dada Alenna. Lalu beralih ke bawah
untuk meloloskan celana yang Alenna pakai. Tubuh Alenna
sudah naked.
Kevan menatapnya intens, membuat Alenna tiba-tiba
menjadi gugup.
"Kenapa sih? Jangan di liatin!" Alenna meraih bantal,
berusaha untuk menutupi tubuhnya membuat Kevan tersenyum
miring.
"Jangan di tutup, you look so damn beautiful." Lelaki itu
menarik bantal yang di peluk Alenna, membuang benda itu ke
lantai lalu mulai mengurung Alenna dengan kedua tangannya
yang berada di kedua sisi tubuh perempuan itu.
"Kamu enggak panas bajunya masih di pakai?" Alenna
berusaha mati-matian untuk terlihat biasa saja ketika
mengatakannya. Kevan selalu berhasil +membuatnya
terintimidasi, sialan.
"Bisa tolong di lepaskan biar enggak panas?" Alenna
menelan salivanya gugup, bisikan Kevan di telinga
membuatnya merinding.
"Tentu." Jawab Alenna dengan pelan. Jemari Alenna
bergerak gemetar ketika melepas satu persatu kancing kemeja
Kevan. Lelaki itu menatap Alenna dari atas dengan gemas,
macan-nya kenapa berubah jadi kucing eh?
Kancing kemeja Kevan akhirnya terlepas semua, dada dan
perut lelaki itu terpampang di wajah Alenna, membuat Alenna
benar-benar panas sekarang. Kevan melempar kemejanya asal,
lalu meraih kedua tangan Alenna untuk dia genggam di atas
kepala perempuan itu. Satu tangannya yang bebas mulai
bergerak di inti Alena, membuat Alenna bergerak gelisah.
Sulis Maylina - 81Bibir Kevan mencium bibir Alenna yang terbuka,
membelitkan lidah mereka dengan sama agresifnya.
Lelaki itu melepas ciumannya, menjauhkan wajah mereka.
Kevan senang melihat wajah Alenna yang memerah karenanya.
Lelaki itu mempercepat gerakan tangannya membuat tubuh
Alenna bergetar karena mencapai klimaks.
Wajah Alenna merah padam dan tubuhnya berkeringat
serta napasnya memburu membuat Kevan berkabut. Lelaki itu
dengan cepat membuka ikat pinggangnya, lalu melemparnya
dan meloloskan celana panjangnya. Kemudian
mempertemukan miliknya dengan inti Alenna, memulai
aktivitas malam mereka yang sesungguhnya.
Kevalenna- 82PART 19
Business Partner
Sudah jam 03.00 ketika Kevan masih menggerakkan
tubuhnya di atas tubuh Alenna, keduanya masih hanyut dalam
aktivitas mereka. Alenna sudah lemas karena mencapai
klimaks berkali-kali namun lelaki di atasnya belum juga ada
niat untuk berhenti.
"Kev--ah aku mau keluar.". Alenna mencengkeram
punggung Kevan dengan kencang, tubuhnya mulai bergetar
lagi.
"Tahan, keluar bar--"
"Bangsat!" Kevan mempercepat hentakannya pada tubuh
Alenna ketika telinganya mendengar lagi timpukan di sleding
door kaca yang memisahkan kamarnya dengan private pool,
namun dia mengabaikan kembali suara itu,
nanggung.Kevan dan Alenna mendesah ketika
mencapai klimaks bersama. Tubuh Alenna masih
bergetar dengan napas yang memburu begitu pula
dengan Kevan. Lelaki itu merebahkan kepalanya di
dada Alenna, meresapi rasa yang hadir ketika
pelepasan tadi.
Hanya beberapa menit setelahnya Kevan
bangkit dari atas tubuh Alenna, menatap dari atas
wajah kekasihnya yang sudah memejamkan
matanya itu. Mengucapkan kata terima kasih
berkali-kali dalam hatinya lalu mengecup
singkat bibir Alenna.
Kevan turun dari tempat tidur lalu
memakai boxer andalannya tanpa memakai
atasan, lelaki itu berjalan ke sliding door, membuka
Sulis Maylina - 83pintu kaca itu lalu menemukan beberapa batu kecil yang
menurutnya di lempar dengan sengaja ketika tadi dia bermain
dengan Alen.
Kevan mengambil batu itu, lalu tatapannya mengedar ke
sekeliling. Dia tahu ini sengaja, ada yang mau main-main, huh?
Kevan memasuki kembali kamarnya, mengunci pintu itu
lalu tidak sengaja melihat ponsel Alenna yang berserakan.
Lelaki itu mengerutkan keningnya mengingat setibanya di
resort tadi Alenna terlihat ketakutan. Kevan berdecih sinis,
sialan dia tidak suka miliknya di ganggu.
Lelaki dengan rambut berantakan itu menuju mini bar dan
mengambil vodka, tanpa repot menggunakan gelas langsung
dia teguk dari botolnya sembari berjalan untuk mengambil
ponselnya.
Kevan duduk di sofa yang menghadap tempat tidur, lelaki
itu menatap Alenna yang terlelap dengan selimut tebal yang
sengaja dia singkirkan untuk melihat tubuh polos kekasihnya
itu.
Apakah Kevan sudah bilang bahwa Alenna itu sempurna?
Well, manusia tidak ada yang sempurna. Tapi persetan, Kevan
punya bukti nyata bahwa manusia ada yang sempurna. Dan itu
miliknya. Tidak bisa di ganggu gugat.
Kevan menyalakan ponselnya kemudian menelepon salah
satu orangnya, tidak peduli jam berapa sekarang. Deringan
kedua, panggilannya langsung di angkat.
"Ada yang coba terror gue. Nanti malam gue mau orang
itu udah ada di hadapan gue." Ujar Kevan kemudian dia
langsung mematikan ponselnya tanpa repot-repot mendengar
balasan.
Kevan mengambil rokoknya yang tergeletak, lalu keluar
kamar untuk duduk di tepian kolam sembari menghisap nikotin
tersebut. Lelaki itu membuka aplikasi pesan, menjadi silent
reader di chat grup anak Brigezz. Satu pesan masuk dari Rigel
yang menanyakan kebablasannya langsung dia balas. Lalu
Kevan keluar dari aplikasi itu dan membuka aplikasi
Instagramnya, terakhir dia membuka aplikasi itu saat
Kevalenna- 84memposting fotonya dengan Alenna beberapa minggu yang
Jalu.
Banyak sekali pemberitahuan like dan komentar yang
membanjiri foto tersebut, namun seperti biasa Kevan
mengabaikannya. Lalu dia membuka video yang menandai
dirinya beserta Alenna dan Veronica, menonton video
beberapa hari yang lalu ketika Alenna dan Veronica bertengkar.
Bibirnya yang mengeluarkan asap itu tertawa, Alenna memang
sebrutal itu.
ek
Alenna merapatkan matanya, menolak cahaya matahari
yang masuk ke sela kelopaknya, dia masih ngantuk. Tangannya
secara refleks memeluk kepala yang berada di bawah dagunya,
lalu mulai terusik ketika merasakan hisapan kuat di dadanya.
"Kevan," Alenna merengek tidak suka, dia beneran masih
ngantuk. Kepala itu perlahan naik ke bantalnya, "Bangun
sayang." bisiknya tepat di wajah Alenna.
Alenna membuka kelopaknya dengan terpaksa, lalu
tersenyum malu ketika mendapati wajah Kevan yang ganteng
banget tengah menatapnya.
"Good morning." Ujar Alenna sedikit salah tingkah.
Kevan menaikkan kedua alisnya kemudian terkekeh, "Udah
jam satu kali." Alenna melotot kaget, heh sudah sesiang itu?
"Serius?" Kevan hanya mengangguk lalu membiarkan
Alenna duduk dengan selimut yang otomatis turun ke
pinggangnya.
"Kok enggak bangunin sih? Eh handphone aku ke mana
ya?" Kevan menarik tangan Alenna untuk di bawa tubuh
kekasihnya itu ke atas tubuhnya yang bersender di kepala
ranjang.
"Kamu kan cape. Dan kalau kamu lupa, semalam
handphonenya kamu banting." Alenna mendadak kaku, dia
baru teringat sesuatu.
"Kevan, semalam--"
"I know, enggak usah di bahas. Kamu siap-siap, kita beli
handphone sekalian makan di luar." Setelah mengatakannya
Sulis Maylina - 85Kevan mengecup bibir Alenna dan membiarkan kekasihnya itu
bersiap.
Sekitar satu jam setelahnya Alenna baru benar-benar siap,
perempuan itu. mengenakan dress putih selutut yang
memperlihatkan bahu mulusnya --membuat Kevan menyesal
tidak membuat tanda di sana semalam- dipadukan dengan
sandal bertalinya, sedangkan Kevan memakai kaus putih polos
dengan celana berwarna cream sebatas lutut. Lalu keduanya
memakai kacamata hitam.
Kevan membukakan pintu Audi R8 yang sudah tersedia
di depan pintu resortnya untuk Alenna, kemudian dia sedikit
berlari ke arah kemudi dan mulai melajukan mobil tersebut.
Kevan dan Alenna sampai di mall terkenal yang berada di
Ubud, membeli ponsel yang lebih canggih untuk mengganti
ponsel Alenna yang hancur.
"Kev, mau ke situ." Alenna menghentikan jalannya dan
menunjuk store bikini, Kevan hanya mengikuti karna dia
sedang fokus membaca email.
"Kamu duduk di sini dulu." Ujar Alenna. Dia tahu sekali
Kevan akan memasang wajah menyebalkan jika menemaninya
berkeliling mencari barang, jadi lebih baik dia mencarinya
sendiri lalu kemudian menghampiri Kevan untuk bertanya
mana yang lelaki itu suka, tentu saja semuanya harus selera
Kevan, dan untungnya selera Kevan memang tinggi.
Alenna membawa tiga bikini di tangannya lalu
langkahnya sedikit pelan ketika melihat Kevan sedang
berbicara dengan wanita.
"Kevan," Alenna menghampiri keduanya, masih dengan
tiga pilihan bikini di tangannya. Alenna tidak suka ketika
memanggil Kevan wanita berambut sebahu itu ikut menoleh,
Alenna langsung memasang wajah permusuhannya.
"Alen, kenalkan dia partner bisnis aku.” Ujar Kevan
menunjuk wanita di sebelahnya.
“Hai, Alen. Saya Bianca." Alenna melihat tangan wanita
itu yang terulur , lalu sedetik berikutnya membalas uluran itu.
"Alenna." Balasnya singkat.
Kevalenna- 86"Pacarnya Kevan ya?" Alenna hanya mengangguk lalu
kembali menaruh perhatiannya kepada Kevan.
"Sayang bagusan yang mana?" Tanya Alenna. Kevan
menatap ketiga bikini yang dibawa Alenna, "Bagus
semuanya." Jawabnya. Alenna mengangguk lalu berjalan ke
arah kasir dan di ikuti oleh Kevan di belakangnya.
ke
Alenna, Kevan dan Bianca berada di salah satu restoran di
dalam mall. Kevan tadi mengajak Bianca ikut serta untuk
makan siang, Alenna sedikit melotot mendengar ajakan Kevan
itu kepada Bianca.
Sepanjang mereka keluar dari membeli bikini hingga
sampai di restoran, Kevan dan Bianca selalu membahas proyek
yang sedang mereka kerjakan, dan Alenna sudah akan
ngambek kalau saja tangan Kevan tidak memeluk pinggangnya
dengan posesif, setidaknya Kevan masih sadar bahwa masih
ada Alenna disini.
Alenna memainkan ponsel barunya, pura-pura sibuk
namun telinganya mendengar obrolan kedua manusia itu. "Jadi
lo asli sini?” Cara bicara mereka tidak se-formal tadi, Bianca
yang memintanya dengan alasan ini di luar konteks pekerjaan
dan kebetulan umur wanita itu dengan Kevan sama.
"Bokap gue yang asli Bali, nyokap mah Jakarta." Kevan
ber-oh ria, tadi Bianca sempat membicarakan orang tuanya
yang berpisah, dia ikut Papanya tinggal di Bali dan sesekali
menginap di Jakarta dengan Ibunya yang sudah memiliki
keluarga baru.
"Kalo lo orang mana Len, campuran sama kaya Kevan
ya?" Alenna mengangkat kepalanya yang sedari tadi
menunduk memainkan ponselnya.
"Sedikit, nyokap Belanda." Jawab Alenna sedikit jutek.
“Wow pantesan cantik." Alenna hanya tersenyum singkat
lalu kembali memainkan handphonenya, dan kedua manusia
itu melanjutkan obrolannya.
"Makan dulu." Alenna berdecak sebal__ketika
handphonenya di tarik oleh Kevan.
Sulis Maylina - 87"Makan nasi dulu, Len." Lanjut Kevan. "Ih, enggak mau."
Alenna menahan mangkuk salad di hadapannya yang di tarik
Kevan.
"Kamu belum kan dari semalam!" Ujar Kevan dengan
kesal, dia masih terus menarik mangkuk yang di tahan Alenna.
"Aku--"
"Alenna diet, ya? Pantesan badannya bagus." Bianca
memotong omongan Alenna dan berakhir salad itu berhasil di
rebut paksa oleh Kevan dan di gantikan dengan nasi di
hadapannya. Membuat wajah Alenna langsung cemberut.
“Enggak diet, cuma di jaga pola makannya." Alenna
membantah, sedikit kesal.
"Sama aja dong kaya diet. Kalo enggak begitu cepat
gemuk ya?"
"Iya." Alenna nge-iya-in, ini cewek kok lama-lama
nyebelin sih?! Batin Alenna dengan wajah yang menekuk.
Ketara sekali kesalnya.
“Wah sedih dong enggak bisa makan sepuasnya? Untung
badan gue tetap segini aja walaupun makan banyak, hehe."
Jelas Bianca yang sebenarnya tidak Alenna dengarkan. Dia
mana peduli.
"Tuh lihat, Bianca aja enggak diet tetap bagus badannya.
Aku enggak suka kamu diet begitu." Dan Alenna tidak suka
dengan perkataan Kevan.
Kevalenna- 88PART 20
Get Caught
Malam ini sesuai dengan keinginan Kevan, anak buahnya
sudah menemukan yang dicari. Kevan berdecih meremehkan
ketika melihat siapa pelakunya, laki-laki di hadapannya ini
masih belum paham dengan ancamannya.
“Lepaskan anjing!" Kevan tertawa sinis, badannya yang
sedari tadi bersender di meja dengan tangan yang bersedekap
mulai berjalan angkuh ke arah lelaki yang saat ini tangannya
sudah di ikat di kursi, dengan penjaga di samping kanan dan
kirinya.
"Gerald. Nama lo Gerald kan?" Kevan menatap wajah
Gerald yang sudah babak belur.
“Lepaskan gue bangs--" Kevan menghentikan ucapan
Gerald dengan satu bogeman yang mendarat di pipi kiri
lelaki itu, menambah warna yang telah di buat oleh
anak buahnya."Sebelumnya sudah gue peringati
untuk jangan pernah ganggu milik gue. Dan lo
memang terlalu tolol untuk enggak paham dengan
semua itu." Ujar Kevan dengan nada datarnya.
"Oh, jadi orang suruhan lo yang udah bikin gue
kecelakaan minggu lalu?! Sialan lo pengecut!"
"Jaga bicara lo bangsat!" Kali ini Kevan
menendang kaki Gerald, membuat lelaki itu
mendesis.
"Lo menguntit cewek gue sejauh ini?
Lumayanlah gue sampai lengah, tapi lo
terlalu tolol untuk bisa di temukan secepat
ini!"
Sulis Maylina - 89“Mending Alenna buat gue aja." Kevan menaikkan kedua
alisnya, menatap Gerald kaget lalu tertawa keras.
"Gue kasihan sama Alenna, dia cantik banget man tapi
pacarnya itu enggak tau diri mainin dia terus. Gue bisa lah
bahagia dia, di ranjang pun gue bisa." Tawa Kevan berhenti, di
gantikan dengan pukulan yang kali ini lebih menggila.
“Bangsat!" Kevan tidak terima dengan perkataan Gerald.
Sialan, urusan bocah itu memangnya apa kalo dia suka mainin
Alenna?
Gerald sudah benar-benar tidak berdaya, dia pingsan
namun Kevan tetap memberinya pukulan dan sesekali
menendangnya. Setelah emosinya mereda Kevan keluar dari
ruangan di dalam rumah kosong itu, lalu berkata kepada anak
buahnya untuk tidak ingin mendengar apalagi melihat bocah
itu lagi. Urusan anak buahnya, mau di bunuh dengan tubuh
yang di potong-potong lalu di buang ke laut pun, terserah.
ek
Alenna memainkan handphonenya di dalam kamar sambil
tiduran, sedikit parno karna dia sendirian. Kevan sedang ada
urusan katanya, Alenna tidak peduli. Dia masih sedikit kesal
dengan kejadian siang tadi.
Masih jam 21.00, Alenna rasanya bosan sekali, dia ingin
ke Club. Tapi takut kalau sendirian, lagi pula Kevan akan
marah kalau tahu di nekat pergi ke Club.
"Bodo amat, ah!" Alenna menyingkirkan selimut yang
menutupi kakinya, lalu mulai berjalan ke kamar mandi untuk
mencuci wajah dan berganti pakaian. Alenna akan pulang
cepat, jadi Kevan tidak akan tahu kalau di pergi ke Club.
Keluar dari resortnya Alenna bingung karena mobil tidak
ada, akhirnya dia memesan taxi online. Sedikit takut karena ini
sudah malam dan dia tidak pernah menggunakan jasa online
apa pun.
Ketakutannya hilang ketika sudah sampai di Club
tujuannya, Alenna membayar lebih banyak dari argo yang
tertera di handphonenya tadi ketika memesan, dia senang
sekali akhirnya bisa sampai di sini. Club yang dia tuju ini
sebenarnya Club yang sering di datangi ketika pergi berlibur
Kevalenna- 90bersama Kevan ataupun teman-temannya, namun kali ini
Alenna sendirian.
Alenna cuek saja ketika banyak orang asing melihatnya
dari atas ke bawah, godaan dari kumpulan cowok-cowok pun
dia abaikan. Alenna ke sini bukan mau cari ribut sama Kevan
dengan meladeni cowok-cowok kesepian itu.
"Loh, Alen?" Alenna tersentak kaget ketika sedang
minum seseorang menepuk bahunya.
"Eh, eh sorry Len, ya ampun." Wanita yang menepuk
Alenna berujar panik
"Rose?" Yang di sapa menyengir tidak enak, pacar bosnya
di buat tersedak.
"Lo ngapain?" Alenna bertanya dengan bingung.
"Kamu yang ngapain? Kalau Pak Kevan tahu di marahin
nanti kamu." Ujar Rose.
"Jangan sampai tahu, lah!" Balas Alenna kemudian
melanjutkan menegak minumannya.
"Tapi Pak Kevan ada disini." Alenna Langsung melotot
kaget.
"Tuh di sana!" Alenna mengikuti arah tunjuk Rose, dia
melihat Kevan bersama dengan Bianca dan satu perempuan
lagi yang Alenna tidak kenal berada di ruangan yang di batasi
kaca.
“Lagi rapat, katanya." Ujar Rose dengan nada sebalnya.
"Maksudnya?"
"Tadi Pak Kevan mengabari aku kalau ada rapat dadakan.
Bu Bianca sih yang mengajak, tapi sampai di sini sejak satu
jam yang lalu enggak ada bahas pekerjaan, ganggu tidur aja."
Jelas Rose.
"Terus lo ngapain disini?"
“Aku bosan dan mengantuk, ini habis cuci muka." Alenna
ber-oh ria, lalu kembali menatap Kevan yang sedang
berbincang dengan kedua wanita itu, sesekali lelaki itu
mengeluarkan tawa, Alenna tidak suka melihatnya.
"Lo jangan bilang-bilang gue ada disini, ya. Sudah sana
balik, jagai cowok gue!" Rose mengangguk.
Sulis Maylina - 91"Iya. Kamu hati-hati ya, Len." Alenna mengiyakan, lalu
memperhatikan Rose yang berjalan memasuki ruangan
tersebut, membuat tiga orang yang ada di dalamnya langsung
menghentikan tawa.
Alenna tersenyum miris. Kevan dengan sifat playboynya
memang tidak bisa di pisahkan, sialan kenapa dia takut sekali
jika dekat dengan lelaki lain sedangkan Kevan bisa seenaknya.
Lihat saja, Alenna akan benar-benar pergi kalau lelaki itu
berulah lagi.
Kevalenna- 92PART 21
New Toys
"Bisa dong kalau gue ke Jakarta kita ketemuan?” Kevan
tertawa hingga matanya menyipit.
"Lo enggak lagi modus kan?" Bianca ikut tertawa
mendengar jawaban Kevan, ah ketebak ternyata.
"Memang enggak boleh?" Kali ini Bianca menatap Kevan
dengan menantang.
"Boleh," Kevan balas menatap mata itu dengan sama
menantangnya, lalu wajahnya sedikit mendekat ke wajah
Bianca, lelaki itu melanjutkan omongannya yang belum selesai
tadi, "Tapi macan gue galak." Gelak tawa keduanya membaur,
membuat teman Bianca ikut tertawa juga saat mendengar
jawaban Kevan.
"Pak," Ketiga manusia itu menghentikan tawanya
dan menatap Rose yang baru kembali dari kamar
mandi.
"Kenapa?" Kevan bertanya sedangkan Bianca
tersenyum sopan kepada Rose, menghilangkan tawa
bar-barnya tadi."Maaf Pak, Bu Bianca," Rose
menundukkan kepalanya tanda hormat.
"Rapatnya sudah bisa di mulai sekarang?
Akan semakin malam jika di undur terus." Ujar
Rose. Dia menatap tidak enak keduanya, namun
dia benar-benar sudah mengantuk.
"Emm, sebenarnya saya mengajak Pak
Kevan dan Kamu kesini hanya untuk santai-
santai saja sebelum memulai pekerjaan yang
serius itu." Rose mengerjapkan matanya.
Sulis Maylina - 93"Enggak usah terlalu serius, Rose. Duduk lagi sana." Ujar
Kevan. Lelaki itu mengambil alkoholnya yang berada di meja,
lalu meneguk minuman itu dengan nikmat.
"Sudah malam Pak, kalau memang tidak ada rapat apa
boleh saya pulang duluan? Besok meeting dengan Kepala
Cabang pagi-pagi sekali Pak, lebih baik Pak Kevan juga pulang
agar moodnya bagus besok." Rose tahu sekali kelakuan bosnya
itu kalau pagi-pagi, moodnya sangat buruk apalagi kalau masih
mengantuk. Apa saja akan di permasalahkan olehnya.
“Ya sudah, kamu pulang duluan aja, saya nanti." Rose
meneguk salivanya ketika mengingat perintah Alenna yang
harus menjaga bosnya itu. Aduh bagaimana ya, batinnya
bingung.
"Apa sebaiknya Bapak enggak pulang juga?" Rose
mencoba peruntungannya, dia bingung harus bagaimana
sekarang.
"Saya nanti. Kamu tidak dengar?" Kevan menatap tajam
Rose, membuat perempuan itu menunduk sekaligus meminta
maaf, lalu cepat-cepat pamit untuk pulang.
sek
Alenna sudah kembali di resortnya dua jam yang lalu, dia
benar-benar sebentar di sana. Moodnya hilang sekaligus takut
mendapati Kevan juga berada di tempat yang sama dengannya.
Sudah jam 01.00 namun kekasihnya itu belum pulang.
Alenna sudah akan menelepon Kevan namun suasana hatinya
mendadak tidak nyaman ketika mengingat tawa Kevan dengan
Bianca tadi, membuatnya malas untuk menelepon lelaki itu.
Alenna mendengar suara mobil, dengan cepat perempuan
itu mematikan lampu kamarnya dan berpura-pura untuk tidur.
Dia sedang malas melihat Kevan.
Suara pintu terbuka di barengi dengan sinar lampu yang
kembali menyala. "Iya, sudah sampai ko." Alenna
mengerutkan keningnya.
“Teman lo menyusahkan, haha." Kevan memelankan
suaranya namun Alenna masih bisa mendengar dengan jelas.
Kevalenna- 94"Udah. Perasaan gue aja atau memang lo jadi bawel
sekarang?" Alenna mengintip di balik selimutnya, punggung
Jelaki itu bergetar seiring dengan tawa tertahannya.
"Ya enggak apa-apa sih. Hmm, sampai ketemu besok."
Alenna merasakan Kevan mendekat, lelaki itu meletakkan
handphonenya di nakas samping Alenna, lalu tangannya
mengelus pipi Alenna dan bibir dinginnya mendarat di bibir
Alenna.
Cukup lama Kevan mengelus pipi Alenna hingga
membuatnya bingung ekspresi apa yang Kevan tunjukan ketika
melakukan itu. Hembusan napas berat Kevan terdengar
berbarengan dengan tangan lelaki itu yang meninggalkan
pipinya, membuat Alenna yakin lelaki itu sudah beranjak.
Alenna mendengar pintu kembali terbuka dan tertutup,
membuat Alenna membuka matanya. Lalu suara air terdengar,
Kevan mungkin sedang mandi jadi tidak akan ketahuan kan
kalau Alenna membuka handphone Kevan diam-diam?
Tangan Alenna menggapai handphone Kevan yang
berada dekat dengannya, dadanya bergemuruh namun dia
mencoba tenang.
Bianca Angger
Enggak sabar ketemu besok :p
Alenna tersenyum miring ketika membaca pesan yang
terpampang di /ook screen handphone Kevan.
Suara air berhenti, membuat Alenna menaruh kembali
handphone itu di tempat semula. Tidak lama kemudian dia
mendengar pintu yang terbuka, lalu merasakan kasur di
sebelahnya bergerak.
Lengan Kevan meraih bahu Alenna = yang
memunggunginya, lelaki itu berusaha membalik tubuh Alenna
untuk menghadapnya. Alenna pura-pura melenguh dalam
tidurnya menandakan dia terusik, membuat Kevan langsung
mengusap rambut Alenna hati-hati, berharap tidur kekasihnya
kembali lelap. Alenna tidak mau gegabah, dia akan tenang kali
ini.
sek
Sulis Maylina - 95Alenna membuka matanya tepat ketika Kevan membuka
pintu kamar mandi, lelaki itu sudah rapi dengan kemeja biru
dan dasi garis-garis.
"Udah bangun?" Kevan menghampiri Alenna, mengambil
ciuman paginya. Di balas deheman oleh Alenna.
“Aku ada meeting pagi ini." Ujar Kevan memberitahu.
“Aku ikut, ya?" Kevan mengangkat kedua alisnya.
"Kenapa sih, kok aneh gitu? Aku enggak boleh ikut?"
Alenna sudah memajukan bibirnya cemberut, membuat Kevan
kembali mendaratkan bibirnya di sana. "Boleh sayang. Tapi
tumben aja mau ikut, biasanya harus dipaksa dulu kalau aku
suruh ke kantor."
"Kan bosan di sini doang, hehe." Ujar Alenna memberi
alasan. Padahal sebenarnya dia ingin melihat Bianca. Kevan
mengambil handphonenya yang masih tergeletak di nakas
samping Alenna, "Ya sudah sana siap-siap." Kevan mengusap
rambut Alenna sembari tersenyum, namun_tatapannya
mengarah pada handphonenya. Dan Alenna tahu, Kevan
sedang membaca pesan yang semalam Alenna lihat.
"Oke." Alenna membalas singkat, lalu mulai turun dari
tempat tidurnya, membiarkan sang kekasih tersenyum
membalas pesan itu.
Beberapa menit kemudian Alenna sudah siap dengan
dress santainya, lalu Kevan menggandeng tangannya untuk
segera berangkat ke kantor cabang. Setibanya di sana, Alenna
memasuki ruangan khusus milik Kevan, di dalamnya sudah
ada Rose yang sedang memeriksa banyak sekali dokumen,
Alenna langsung pusing hanya dengan melihat tumpukan
kertas itu.
"Pagi Rose." Alenna menyapa dengan senyumannya,
seolah pertemuan mereka semalam tidak pernah ada.
"Pagi juga Alenna." Balas Rose dengan senyum cerahnya.
"Pagi Pak Kevan." Sapa Rose melihat Kevan, lelaki itu
hanya balas dengan deheman saja.
"Berkas sudah siap semua?" Kevan duduk di bangku
miliknya, membiarkan Alenna menghampiri Rose yang duduk
di sofa.
Kevalenna- 96"Sudah siap Pak." Kevan mengangguk lalu membaca
sekilas email masuk di laptopnya.
Pintu tiba-tiba terbuka, menampilkan wanita cantik
mengenakan blazer merah dengan rok ketat sepahanya. "Hai,"
wanita itu menyengir menampilkan deretan giginya yang rapi
menatap Kevan dengan pandangan berbinar.
Bianca berjalan ingin menghampiri meja Kevan, namun
sebelum sampai ekor matanya menangkap dua perempuan lain
yang berada di ruangan ini.
"Oh, hai Alenna. Selamat pagi.” Jalannya yang tadi lurus
ingin menghampiri Kevan kini berbelok menghampiri Alenna
dan Rose.
“Hai, Bianca." Balas Alenna sambil tersenyum ramah.
“Enggak jadi samperi Kevan?" Kini senyum ramah
Alenna berganti senyum sinis. Membuat Bianca salah tingkah,
ketara banget ya?
Sulis Maylina - 97PART 22
Crumbly
Kevan tertawa melihat wajah pias Bianca ketika keluar
dari ruangannya bersama Rose juga, meninggalkan kekasihnya
di dalam sana sendirian. Meeting akan segera di mulai.
"Mana gue tau kalo ada cewek lo!" Bisik Bianca dengan
jengkel, Rose yang masih bisa mendengarnya memandang
sinis punggung bos dan rekan kerjanya itu.
"Lain kali jangan begitu, gue enggak mau lihat Alenna
marah-marah." Balas Kevan dengan suara yang pelan setelah
meredakan tawanya.
“Tenang aja, gue bisa lawan kalo Alenna macam-macam."
Kevan hanya menggelengkan kepalanya. Belum tahu dia
seganas apa Alenna kalau sudah marah.
"Selamat pagi Pak Kevan." Pria paruh baya pemegang
hotel cabang itu membungkuk melihat kedatangan
Kevan, di balas dengan senyum seadanya oleh lelaki
itu. "Bianca, segera persiapkan berkas yang akan di
bahas." Bianca mengangguk mendengar perintah
atasannya, lalu permisi memasuki ruangan yang akan
di gunakan untuk meeting.
"Bali masih aman kan, Pak?" Rendra bertanya
sambil terkekeh, basa-basi sedikit.
"Aman." Jawab Kevan singkat di barengi
dengan senyuman. Rose yang mendengar jawaban
Kevan mencibir dalam hati, iyalah aman orang
belum ketahuan!
"Rose?"
"Eh, iya kenapa Pak?" Rose gelagapan,
barusan dia enggak ngomong terang-terangan kan?!
Kevalenna- 98"Tolong pesankan makanan dulu untuk Alen." Rose
menghembuskan napas leganya, lalu sesegera mungkin
melaksanakan perintah bosnya itu.
Setelahnya mereka bertiga memasuki ruangan, sudah ada
beberapa orang lainnya termasuk Bianca. Satu persatu mulai
berargumen mengeluarkan pendapatnya masing-masing.
Kevan hanya diam mendengarkan, sesekali matanya melirik
Bianca yang tengah fokus mencatat, membuat Kevan
tersenyum kecil, dan Rose memperhatikannya.
ek
"Jakarta enggak ada lo sepi sayang," Wajah di layar
ponsel itu menunjukkan ekspresi mual setelah mengatakannya.
"Kalau gue malah bersyukur banget enggak liat muka lo
tiap hari Len, bosen." Alenna sudah benar-benar tertawa
sekarang, teman-temannya memang luar biasa bangsatnya.
"Bilang aja kalian semua kangen gue." Balas Alenna
sambil tertawa. Saat ini Alenna sedang melakukan Video Call
bersama teman-temannya menggunakan nomor milik Stella.
"Idih najis!" Stella dan Rilley serempak ingin muntah
mendengarnya.
"Lo lagi di mana sih?" Kanza berebut masuk ke dalam
freme, membuat Alenna akhirnya bisa melihat wajah temannya
yang sedikit kalem itu. Alenna mengalihkan kamera depannya
ke belakang. "Lagi di kantornya Kevan, bosan gue!" Jawab
Alenna setelahnya.
"Makanya sini balik buruan!” Rilley merebut kembali
handphone tersebut dari tangan Kanza.
"Gue juga maunya pulang, Bali ternyata enggak
menyenangkan lagi." Alenna berujar sendu, sedikit tersenyum
namun ketiganya temannya tahu, Alenna sedang tidak baik-
baik saja.
"What' wrong, Alen?" Stella bertanya, mendadak tiga
manusia di layar handphone itu hening menunggu jawaban
Alenna.
"Nothing. Sudahlah , gue lapar mau makan. Bye!" Alenna
mematikan panggilan tersebut, lalu mengusap wajahnya
Sulis Maylina - 99dengan kasar, kali ini dia tidak mau melibatkan teman-
temannya. Biarlah Kevan dengan Bianca menjadi urusannya.
Handphone Alenna berdenting, satu pesan baru masuk.
Stella Aleysa
Kita akan selalu ada buat lo, Alen. Jangan pasang muka
begitu, jelek tau!
Alenna terkekeh membacanya lalu dia mengetikkan
balasan untuk Stella.
Alenna Jasmine
Muka gue mau di pasang ekspresi apa pun tetap cakep!
By the way, thank you guys :)
Setelah balasannya terkirim Alenna_ meletakkan
handphonenya, lalu menyandarkan kepalanya pada senderan
sofa, matanya terpejam dengan pikiran kosong. Dia bingung
harus bersikap seperti apa.
Kevan, lelaki itu berbeda ketika berinteraksi dengan
Bianca. Alenna tahu sekali Kevan seperti apa. Banyak
perempuan yang masuk lalu pergi dari kehidupan Kevan,
namun semuanya akan berakhir dengan Alenna yang tetap
menjadi rumah-nya, namun kali ini berbeda, ada perasaan yang
begitu takut hinggap di dadanya.
Apa Alenna pernah bilang kalau hidupnya sudah
bergantung kepada lelaki itu? Entah ketergantungan semacam
apa, yang jelas Alenna sudah terbiasa dengan adanya Kevan.
Kevan menemaninya saat Arez memutuskan mengurus
perusahaan yang berada di Belanda, membuat Papanya lebih
banyak menghabiskan waktu di Negara Kincir tersebut. Sudah
hampir setahun bahkan Arez tidak pulang ke Indonesia,
bertukar kabar hanya melalu telepon atau terkadang juga video
call.
Alenna terlalu takut untuk meninggalkan Kevan.
Mendadak napas Alenna sesak, dadanya bergemuruh
membayangkan jika suatu saat Kevan pergi darinya. Air mata
Alenna mengalir menahan sakit di dadanya, perempuan itu
memukul dadanya dengan kencang.
"Enggak, dia enggak akan ninggalin gue!" Alenna
menggeleng, mengusir bayangan-bayangan menakutkan itu.
Kevalenna- 100"It's okey, Alenna. Everything is fine." Alenna mengatur
napasnya, perlahan mulai tenang namun air
matanya menurun dengan deras, mengeluarkan isakan
yang menyedihkan. Alenna tidak suka ketika isi kepala Kevan
bukan hanya dirinya. Alenna takut terabaikan. Alenna takut
ditinggalkan. Alenna, Alenna benci ketakutan itu mulai
menguasai otaknya.
Sulis Maylina - 101PART 23
Feeling OF Doubt
Alenna merasa seseorang mengusik tidurnya, membuat
kedua matanya terbuka dengan terpaksa. Alenna masih
linglung, namun tatapan Kevan membuatnya segera sadar.
“Aku tidur?" Alenna bertanya dengan mata yang
memejam kembali, tiba-tiba matanya terasa perih ketika di
buka.
"Kenapa nangis?" Tanya Kevan.
"Enggak kok." Alenna buru-buru melepaskan tangan
Kevan yang mengelus pipinya.
"Kamu tau kan aku enggak suka di bohongi?" Tatapan
Kevan biasa saja, namun Alenna takut jika alasannya menangis
lelaki itu ketahui."Aku beneran enggak nangis, mungkin tadi
mimpi." Alenna berusaha cuek. Kevan masih diam saja
sambil menatapnya, lalu lelaki itu menghembuskan
napasnya.
“Beneran?" Alenna mengangguk lalu mengangkat
kepalanya yang sedari tadi bersender di sandaran sofa,
lalu dengan cepat mengecup bibir penuh milik Kevan.
"Kenapa makanannya belum di sentuh?" Tanya
Kevan sambil melihat makanan Alenna yang tadi di
pesankan Rose.
"Kan tadi ketiduran." Jawab Alenna sekenanya.
Alenna menatap berbagai makanan yang berada di
meja. Lalu menatap Kevan yang sedang
memainkan handphone di sampingnya, "Ayo,
kamu juga makan." Ujar Alenna.
“Aku udah makan tadi bareng Bianca." Dada
Alenna tiba-tiba merasakan sesak yang tidak nyaman,
Kevalenna- 102perempuan itu masih menatap Kevan, membuat lelaki yang
sedari tadi fokus memainkan handphonenya mulai menyadari
tatapan Alenna.
“--Dan Pak Rendra, Rose juga ada ko." Kevan langsung
memeluk pinggang Alenna dan mengecup bahu kekasihnya itu.
"Makan yang banyak, aku lanjutin kerja dulu." Alenna
diam saja tidak menjawab, perempuan itu mengambil
handphonenya lalu mengirimi Rose pesan.
Alenna Jasmine
Tadi lo makan siang bareng Kevan?
Alenna baru akan meletakkan handphonenya, namun
benda tersebut langsung berdenting.
Rose Deamita
Enggak Len, aku makan siang sendiri.
Ada apa Len?
Alenna Jasmine
Enggak apa-apa.
Alenna tersenyum masam. Kevan bilang dia tidak suka di
bohongi. Namun barusan lelaki itu membohonginya.
"Kenapa belum di makan? Handphonenya di simpan dulu,
bisa?" Alenna melirik Kevan sekilas.
"Enggak enak." Padahal Alenna tergiur dengan Salmon
panggang itu.
"Kamu mau makan apa? biar aku pesenin sekarang."
"Makan orang." Kevan refleks tertawa, di kiranya Alenna
hanya bercanda.
Sed
"Kamu kenapa sih, sayang?" Alenna dan Kevan sedang
berada di lift, pekerjaan Kevan sudah selesai dan lelaki itu
memutuskan untuk pergi mengajak Alenna jalan-jalan.
"Kenapa bagaimana maksudnya?" Pintu lift terbuka di
lantai 7, Bianca masuk dengan terburu-buru.
"Kenapa, Bi?" Alenna menatap Kevan dengan tidak
percaya, lelaki itu langsung melepas pelukan di pinggangnya.
"Surat pengunduran diri gue ketinggalan di rumah, ini
mau gue ambil." Ujar Bianca terdengar panik.
Sulis Maylina - 103"Pengunduran diri? Kenapa?" Alenna melihat Kevan dan
Bianca bergantian.
"Nyokap gue sakit. Di sana enggak ada yang mengurusi,
Kakak tiri gue sibuk kerja. Gue sudah lama mengajukan
pengunduran diri tapi di tahan terus, giliran sudah di acc malah
lupa di bawa. Sebel banget gue." Kevan terkekeh lembut.
“Memang rumah lo di mana? Dekat dari sini enggak?"
Alenna mendengarkan.
“Agak jauh sih, ini mau pesan ojek online tapi handphone
gue malah ketinggalan. Ya Tuhan, teledor banget gue!" Ujar
Bianca dengan raut kesalnya.
"Sekalian aja.” Ujar Kevan tiba-tiba.
"Wah serius nih?" Mata Bianca berbinar, lupa dengan
keberadaan perempuan lain yang berada di antara mereka.
“Enggak apa-apa kan sayang?" Kedua manusia itu melihat
Alenna, di balas Alenna dengan tatapan kosongnya, lalu tanpa
menjawab Alenna memutuskan tatapan itu.
"Sayang?"
"Terserah, gue pulang sendiri aja.". Ucap Alenna
berbarengan dengan pintu lift yang kembali terbuka di lobby,
Alenna langsung keluar dengan cepat, sedikit berlari.
“Alenna!" Kevan melangkah dengan cepat, meninggalkan
Bianca yang terdiam melihatnya.
“Apaan sih? Lepaskan!" Sentak Alenna menggerakkan
tangannya.
"Kamu kenapa?!" Kevan mencengkeram pergelangan
Alenna dengan kencang ketika perempuan itu berusaha
melepasnya.
"Lo yang kenapa?! Lepaskan enggak! Malu di liatin!"
Kevan melihat sekelilingnya yang ramai, lelaki itu kemudian
menarik lengan Alenna untuk di bawa ke mobilnya yang sudah
berada di depan lobby.
"Masuk!” Perintah Kevan sambil membukakan Alenna
pintu.
"Loh? Bukannya mau nganterin rekan lo? Gue bisa
pulang sendiri naik taxi."
Kevalenna- 104"Taxi? You kidding me?" Alenna lupa, Kevan mana boleh
membiarkannya pergi naik taxi. Yang semalam saja masih
bagus tidak ketahuan.
"Gue enggak mau satu mobil sama orang asing!" Kevan
mengerutkan keningnya, “Orang asing?" Tanyanya tidak
mengerti.
"Bianca?" Alenna langsung menatap sinis Kevan, lelaki
itu langsung mengangkat kedua tangannya, "Oke, aku enggak
jadi antar dia. Sekarang kamu masuk." Ujar Kevan sambil
mendorong pelan Alenna agar masuk ke dalam mobil.
Di dalam perjalanan hening, Alenna enggan menatap
Kevan, pandangannya mengarah ke jalanan, melihat kepadatan
tourist di Pulau Dewata ini. Sedangkan Kevan sibuk dengan
sebelah tangan yang memainkan handphonenya, Alenna yang
melihatnya mendadak ingin ngamuk.
"Handphone kamu lebih penting dari pada nyawa kita,
ya?!" Teriaknya. Kevan langsung melirik Alenna lalu
memasukkan handphonenya ke saku celana.
"Kamu kenapa sih marah-marah terus?!" Lelaki itu
memasukkan mobilnya ke dalam gerbang resort mereka.
Setelah terparkir, Alenna dengan cepat keluar dari mobil
tersebut.
"Alenna!" Kevan membanting pintu mobil dengan kasar.
“Apa-apaan sih?! Aku enggak suka ya kamu kaya gini!"
Alenna mengabaikan.
"Alenna dengar enggak aku ngomong!" Alenna tetap
berjalan tanpa menjawab ucapan Kevan. Perempuan itu
memasuki kamar mereka, lalu memasuki walk in closset yang
berada di dalam kamar tersebut.
"Kamu mau ngapain?" Kevan mengerutkan keningnya
ketika Alenna membuka kopernya.
"Mau pulang lah!" Jawab Alenna dengan santainya.
Kevan langsung menendang koper yang Alenna pegang,
membuat Alenna tersentak kaget.
"Kevan!” Teriaknya dengan kesal.
"Jangan bikin aku marah, Alenna."
Sulis Maylina - 105"Tapi kamu bikin aku marah!" Kevan mengerutkan
dahinya tidak mengerti.
"Kamu suka kan sama Bianca?!" Tanya Alenna dengan
kencang.
"Len,"
"Jawab! Suka, kan kamu?!" Kevan menghembuskan
napas kasarnya.
“Enggak usah bawa-bawa orang lain!" Balas Kevan suara
yang tidak kalah kencang.
"Kamu yang selalu bawa-bawa orang lain di hubungan
kita!"
"Len, kenapa sih?!"
"Kamu yang kenapa Jeaden Kevan?! Aku capek tau
enggak!" Alenna berteriak muak sedangkan Kevan diam saja
melihatnya. Keadaan mendadak hening, keduanya saling
bertatapan.
“Aku kurang apa?" Alenna bertanya dengan lemah,
suaranya pelan sekali, matanya sudah berkaca-kaca menatap
Kevan, menantikan jawaban dari kekasihnya yang sudah lama
dia tanyakan untuk dirinya sendiri.
“Aku kurang apa sampai kamu enggak pernah ngerasa
cukup?--" air matanya sudah menetes, dia lemah sekali kalau
berargumen dengan Kevan.
".-Kasih tau aku Kevan, kurang aku apa?” Lanjutnya
dengan sangat menyedihkan.
"Len, jangan gi--"
"Kasih tau aku! Apa kelebihan perempuan lain yang
enggak ada di aku! Kasih tau Kevan!!" Alenna menjerit,
merasa kalut dengan kebencian dan ketakutannya.
“Alenna tenang!" Kevan menahan tangan Alenna yang
memukuli dadanya. Perlahan pukulan itu melemah di barengi
dengan tubuh Alenna yang meluruh ke bawah.
“Aku selalu merasa cukup punya kamu, Kevan. Apa susah
untuk kamu merasa cukup juga dengan hanya punya aku?"
Alenna terisak dengan menyedihkan ketika membayangkan
semua perempuan yang datang di hubungannya dengan Kevan.
Kevalenna- 106Lelaki itu diam meresapi pertanyaan Alenna. Apa yang
kurang dari Alenna? Jawabannya sudah dapat Kevan pastikan
bahwa tidak ada yang kurang dari kekasihnya itu. Namun
sebuah pertanyaan yang lain membebani otaknya, mengapa dia
tidak pernah merasa cukup dengan Alenna? Sebuah jawaban
sialan melintas di otak nya-- apa sebenarnya gue nggak benar-
benar mencintai Alenna?
Kevan memejamkan matanya, mengusir argumen tersebut
di dalam otaknya. Dia mencintai Alenna. Ya, dia yakin. Sejak
dulu, Alenna selalu menjadi rumahnya, tempatnya pulang.
Atau.. tidak lagi? Sialan. Kevan mengumpati dirinya yang
mulai meragukan perasaannya kepada perempuan yang sedang
terisak di pelukannya saat ini.
Sulis Maylina - 107PART 24
I Give Up
“Apa kamu cinta aku Kevan?" Pertanyaan Alenna
menyentak Kevan dari kebimbangan. Lelaki itu mengerjapkan
matanya, tidak siap dengan pertanyaan Alenna.
"Apa kamu cinta aku? Tolong jujur Kevan." Suara Alenna
lemah dengan senyum yang menghiasi bibirnya. "Aku--"
Senyuman Alenna terlihat menyedihkan ketika mata
sembabnya kembali mengeluarkan cairan bening itu lagi.
“Aku cinta sama kamu Len," Alenna menggeleng, namun
bibirnya tetap tersenyum.
“Aku kenal kamu Kevan, kamu ragu sama perasaan kamu
sekarang?" Kevan tidak menjawabnya.
"Kamu punya perasaan dengan Bianca, kan?" Lagi-lagi
Kevan diam tidak bisa menjawab."Aku tahu Kevan, malam
itu aku pergi ke Club dan lihat kamu sama Bianca. Dan
saat sampai di sini kamu teleponan sama dia kan? Aku
dengar, aku belum tidur saat itu." Kevan terkejut bukan
main, ingin menjelaskan, ah lebih tepatnya ingin
membela diri, namun sepertinya akan terlihat bodoh,
jadi Kevan hanya bisa diam.
“Aku juga tahu tadi siang kamu makan berduaan
sama Bianca, enggak ada Rose atau pun yang lain
nya." Ujar Alenna lagi.
"Alenna, aku enggak bermaksud bohongi
kamu, aku--"
"Kita putus, ya?" Rahang Kevan langsung
mengeras. Dia ingin mengeluarkan argumen
namun Alenna langsung menahan ucapannya.
Kevalenna- 108"Tenang, Kevan." Alenna mengelus rahang Kevan,
membuat lelaki itu hanya bisa menghembuskan napas kasarnya
ketika melihat air mata Alenna mulai turun dengan deras.
"Dari awal--" Alenna menahan napasnya ketika isakan
akan keluar dari mulutnya, ayolah, Alenna tidak ingin semua
ini tambah terlihat menyedihkan.
"Dari awal, kita pacaran juga semuanya atas keinginan
aku, kan? Aku yang egois Kevan, membuat kamu merasa
tertekan di Club saat itu--" Alenna mulai membayangkan
kejadian dua tahun yang lalu ketika dia meminta Kevan untuk
menjadi kekasihnya.
".-aku, aku enggak tau malu banget, ya?" Lanjut Alenna
sambil terkekeh, tangannya berusaha menghapus air mata nya
yang kian deras.
“Aku sayang banget sama kamu. Kamu selalu bikin pagi
aku bahagia dengan melihat kamu tidur di samping aku dengan
tangan yang memeluk aku di sepanjang malam yang dingin.
Kamu yang selalu jagai aku, mendengarkan rengekkan aku
kalau Papa lagi enggak ada, kamu--kamu bikin aku enggak
kesepian lagi Kevan." Alenna menutupi wajahnya dengan
kedua telapak tangannya, apa setelah ini dia akan bisa tanpa
kehadiran Kevan lagi?
"Len," Kevan merasakan tenggorokannya mengering,
tidak menyangka Alenna akan seperti ini.
“Aku minta maaf untuk semuanya, aku sadar aku bukan
laki-laki yang baik buat kamu. Tapi jangan putus Len!" Kevan
memegang bahu Alenna agar mau melihatnya.
"“Jangan putus sayang, ya?" Alenna terkejut, Kevan tidak
membentak atau berbuat kasar kali ini. Namun Alenna tetap
pada keputusannya, perempuan itu menggeleng dengan yakin.
"Maaf Kevan, aku menyerah. Karena, berusaha apa pun
aku mempertahankan kamu, kamu enggak pernah benar-benar
untuk aku." Kevan menurunkan tangannya dari bahu Alenna
dengan lemas.
"Aku enggak pernah menyesal nembak kamu malam itu.
Dan aku berharap kamu juga enggak menyesal pernah
menerima aku di hidup kamu, ya?" Kevan diam tidak bisa
Sulis Maylina - 109berkata-kata lagi, dia terlalu terkejut. Ingin berbuat kasar untuk
menahan Alenna tapi entah mengapa berat sekali kali ini untuk
dilakukannya. Karena diam-diam Kevan mulai menyadari
betapa bajingannya dia untuk Alenna.
“Aku akan coba menerima keputusan kamu ini Len." Ujar
Kevan akhirnya. Tangisan Alenna mulai mengeluarkan isakan
yang sedari tadi dia tahan, Kevan.. Kevan mau melepasnya?
Ya Tuhan.. mengapa menyakitkan sekali rasanya.
Alenna menyayangi dengan sangat laki-laki di
hadapannya ini, mencintainya dengan sepenuh hati, walau di
balas dengan pengihanatan tapi Kevan juga memberinya
kebahagiaan. Alenna bahagia bersama Kevan, Alenna bahagia..
tapi mengapa Kevan tidak merasakan hal yang sama?
“Aku sadar, aku udah terlalu jahat selama ini sama kamu,
Len. Aku enggak pantas untuk selalu berada di samping
kamu." Kevan memeluk Alenna, lelaki itu mengelus punggung
Alenna yang semakin kencang mengeluarkan isakan. Alenna
tidak bisa berkata apa-apa lagi.
"Jangan nangis Alenna sayang, jangan." Suara Kevan
bergetar, di balik punggung Alenna laki-laki itu mengeluarkan
air mata untuk yang pertama kalinya setelah tangisannya di
makam janin yang akan menjadi calon adiknya tiga belas tahun
yang lalu.
Kevalenna- 110PART 2,
Don’t Leave Me Alone
Ponsel Alenna berdering tanpa henti. Matanya langsung
berbinar ketika melihat nama penelepon. "Halo sayang?" Sapa
Jelaki di sebrang sana.
"Papa! Kangen banget Alen!" Alenna saat ini sedang
berada di kamar mandi, merendam tubuhnya di dalam bathub.
"Papa juga kangen sama Alen." Alenna tersenyum,
matanya langsung berkaca-kaca.
“Papa pulang dong. Papanya Alen itu Papa Arez, bukan
Papa Toyib. Masa pulangnya setahun sekali." Arez tertawa di
seberang sana sedangkan Alenna cemberut.
"Minggu depan Papa pulang deh. Tapi Alen jangan sama
Kevan terus dong, nanti Papa kesepian di rumah kalau Alen
enggak ada." Setelah ucapan Arez keduanya sama-sama
terdiam, rumah dan kesepian... Ah Mama, Alen dan
Papa kesepian di dunia ini Ma..
"Alen akan terus sama Papa kalo Papa udah di
rumah nanti, Alen janji, tapi Papa enggak boleh pergi
lagi ya?" Mata sembab Alenna tiba-tiba memanas.
"Pa, Alen takut sendirian." Suara Alen bergetar
menahan isakannya.
"Papa?" Terdengar hembusan napas berat.
"Alen enggak akan sendirian, Papa akan
nemenin Alen sampai nanti Alen yang ninggalin
Papa karna di jemput sama suaminya Alen."
Arez terkekeh di seberang sana, sedangkan
Alen hanya diam saja sambil memejamkan
matanya mendengar tawa yang sudah lama tidak
Alen dengar dari Arez.
Sulis Maylina - 111"Alenna?" Panggil Arez.
"Hmm?
"Alenna harus tahu, Papa sayang sama Alen. Papa akan
selalu menjaga Alen, sekalipun Papa lagi enggak berada di
samping Alen." Tanpa sadar Alenna mengangguk.
"Alen tau Pa, Alen juga sayang sama Papa." Balasnya
dengan senyum di bibirnya.
"Putri kecil Papa yang cantik sudah besar, enggak boleh
nangis terus." Alenna mengangguk dengan tangisannya yang
berusaha dia hentikan.
“Alen kangen sama Papa."
"Papa juga. Papa akan segera pulang Alen. Sudah dulu
ya, Papa masih harus kerja sayang. Jaga kesehatan kamu,
jangan lama-lama di Balinya!" Alenna diam saja saat
mendengar sambungan sudah terputus, namun masih
menempelkan beda pipih tersebut di pipinya yang dingin.
"T love you Pa.." Keheningan menjawabnya.
ek
"Alenna, bangun Len!" Alenna tersentak kaget ketika
menyadari dirinya tertidur di dalam bathub.
"Len," Alenna menatap Kevan yang wajahnya menegang.
"Kamu ngapain masuk ke sini?" Alenna membuang
wajahnya ke depan, tidak ingin beratapan dengan Kevan. Dia
harus mulai belajar kan?
"Len," Kevan meneguk salivanya, "Papa Arez--" Alenna
dengan cepat menoleh kepada Kevan.
"Papa Arez kecelakaan, meninggal di tempat." Tubuh
Alenna kaku menatap Kevan dengan tidak percaya.
"Papa," Alenna bergumam tanpa sadar, kepalanya masih
belum menerima, dia linglung.
"Enggak, enggak mungkin. Barusan aku telponan sama
Papa, enggak--Kevan, enggak kan? Bukan Papa aku yang
kamu maksud?!" Kevan memejamkan matanya, sedangkan
Alenna menggoyangkan bahu Kevan dengan kencang,
membuat tubuh lelaki yang sedang jongkok di samping bathub
jatuh terduduk.
Kevalenna- 112“Alenna kamu harus kuat, ikhlaskan Papa." Air mata
Alenna meluruh, perempuan itu menjerit memukuli Kevan
“Enggak mau! Aku mau ke Papa!" Alenna keluar dari
bathubnya tidak memperdulikan tubuh telanjangnya.
"Len, sabar. Papa kamu ada di Belanda." Ujar Kevan
mencoba untuk menenangkan Alenna.
“Aku mau ke Papa, aku mau mastiin kalau itu bukan Papa!
Kamu salah Kevan! Jangan bercanda tentang kematian!"
Alenna memakai bajunya tanpa mengeringkan tubuh serta
rambut panjangnya yang basah.
"Len aku enggak bercanda! Kamu harus tenang!" Alenna
menggeleng.
"Kamu lihat." Lelaki itu menyerahkan handphonenya
kepada Alenna, memperlihatkan mobil hancur yang Alenna
ketahui milik Papanya. Perempuan itu langsung menutup
mulutnya tidak percaya, tubuhnya meluruh, Alenna lemas.
"Papa.. Papa ninggalin Alen juga?" Alenna menatap mata
Kevan meminta jawaban dengan pandangannya yang buram.
"Papa-- papa enggak mau ketemu Alen lagi? Alen nakal
ya, Kevan?" Suara parau Alenna bergetar, pandangan mata
yang selalu menyorotkan keangkuhan itu mendadak hilang.
"Papa marah karena Alen bilang Papa kaya Papa Toyib,
ya?" Alenna bertanya kepada dirinya sendiri, lalu perempuan
itu menggeleng.
“Enggak, Papa Alen bukan Papa Toyib, Papa jangan
marah, Alen enggak jadi minta Papa pulang, Alen-- Papa!!!"
Alenna tidak bisa melanjutkan racauannya, perempuan itu
menjerit sekeras-kerasnya, membuat Kevan memeluk erat
tubuh Alenna yang lemas.
"Papa enggak boleh tinggalin Alen!” Teriaknya.
"Alenna sabar sayang, kamu harus kuat." Kevan
mengusap air matanya yang ikut menetes.
"Papa janji mau nemenin Alen. Kenapa Papa malah
ninggalin Alen, Kevan?" Kevan diam tidak bisa menjawab,
Jelaki itu mengelus rambut dan punggung Alenna berusaha
untuk menguatkan.
Sulis Maylina - 113