You are on page 1of 221
SINOPSI§ Niat awal Alenna meminta Kevan untuk menjadi pacarnya adalah ingin membuat laki-laki sombong itu bertekuk lutut kepadanya. Namun setelah menjalankan hubungan bersamanya, Alenna malah termakan omongannya sendiri. Dia yang bertekuk lutut kepada Kevan! Kevan mungkin bukan laki-laki yang baik. Dia masih terlalu egois untuk menetap hanya pada satu wanita saja. Dia masih terlalu takut untuk membuat komitmen yang lebih serius. Tapi asal Alenna masih mau bersamanya, Kevan ingin berubah menjadi lebih baik atau bahkan yang paling baik. Bersama Kevan, Alenna menjadi tahu apa arti bahagia dan rasa sakit secara bersamaan. Prolog Suasana ramai memenuhi Club malam ini. Orang-orang sibuk bergoyang menikmati hentakan musik yang memekakkan telinga. Salah seorang gadis tengah berdiri sambil memegang sebotol alkohol di tangan kanannya, teman- temannya tertawa melihat tingkahnya. “Jadi cowok tuh jangan sok jual mahal!” Ujarnya sambil tertawa dengan tubuh yang bergerak ke kanan dan ke kiri tidak seimbang. “Gue bikin lo cinta mati sama gue baru tahu rasa lo!” Lanjutnya lagi membuat teman-temannya tertawa. “Tembak dong, Len!” Teriak salah satu dari mereka memanasi temannya itu. “Nanti keburu di ambil cewek lain!” Lanjutnya lagi. Yang di panggil ‘Len’ langsung mengerutkan keningnya tidak suka. Tidak boleh. Laki-laki itu harus menjadi miliknya! “Lo lihat ya!” Teriaknya kemudian dia menaruh botol minuman itu di meja dengan kasar hingga botol tersebut bergelinding dan berakhir jatuh ke lantai. “Kevan!” Panggilnya sambil senyum-senyum saat menghampiri lelaki itu yang tengah berkumpul bersama teman-temannya di meja Billiard. Yang di, panggil hanya menaikkan sebelah alisnya. m “Pacaran yuk?!” Ujarnya masih terus tersenyum dan langsung mendapat sorakan dari teman-teman Kevan. Lelaki itu hanya diam namun matanya mengamati Alenna. Perempuan itu cantik sekali, teman-temannya sering membicarakannya namun Kevan tidak terlalu perduli. “Oke.” Jawabnya dengan singkat dan teman-teman yang menyorakinya tadi langsung terdiam dengan wajah kagetnya. Kevan berjalan mendekati Alenna kemudian merengkuh pinggang gadis itu, “Lo pacar gue sekarang.” Lanjutnya lagi kemudian dia pergi membawa Alenna yang hanya Kevalenna- 2 tersenyum-senyum karena kesadarannya sudah semakin menghilang. Sulis Maylina - 3 PARTI Arena and Club Sorak ramai mendominasi arena balap liar di kawasan Jakarta Sabtu malam ini. Suara derum mobil serta teriakan para penonton yang saling bersahutan membuat suasana semakin panas. Di dalam mobil yang siap bertanding, lelaki bersurai hitam pekat itu melayangkan tatapan mematikan kepada lelaki yang akan menjadi lawannya malam ini. Bendera yang di pegang wanita bertubuh sexy itu di layangkan, pertanda pertandingan sudah di mulai. Suasana semakin panas dan teriakan para pendukung semakin menggema. Menit-menit berlalu hingga akhirnya terlihat siapa pemenangnya. Ah, Jeaden Kevan. Sulit sekali untuk di kalahkan.“Gila, teman gue enggak ada matinya!” Ujar Rigel, salah satu anggota kelompok pencinta mobil- mobil sport yang mereka namakan Brigezz. Kevan hanya diam tidak menanggapi temannya itu dan malah fokus mengutak-atik ponselnya. “Kita rayakan kemenangan lo di Club biasa. Hadiah lo sudah menanti di sana.” Ujar Onad sambil menepuk bahu Kevan. Kevan mengangguk kemudian mereka meninggalkan arena untuk segera ke Club. +e eo” ek Gadis bersurai coklat itu mematut dirinya di cermin untuk memastikan sekali lagi penampilannya. Mengenakan sepatu tingginya kemudian mengambil tas kecil dan segera keluar dari apartemen mewahnya. Kevalenna- 4 “Alenna!” Kepala gadis itu. menoleh kemudian Jangkahnya mulai berlari menghampiri mobil yang berisikan teman se-gengnya. “Wow.” Rilley refleks berujar kagum melihat penampilan Alenna malam ini. Gadis itu mengenakan atasan yang memperlihatkan bahu mulusnya, di padukan dengan rok mini yang bahkan hanya menutupi setengah pahanya, dan dapat di pastikan jika gadis itu menunduk celana dalam yang di gunakannya akan terlihat. Alenna memang seberani itu. “Malam ini kita ke mana?” Tanya Alenna menatap teman-temannya. “Tempat biasa aja, ya.” Jawab Rilley, yang lain mengangguk menyetujui usulan lelaki kemayu itu. Mobil merah yang di kendarai Alenna bersama teman- temannya melaju dengan kencang, menembus dingin serta pekatnya malam. Mereka bernyanyi di dalam mobil, mencoba tileks selepas ujian pagi tadi. Ting! Alenna melirik ponsel di genggamannya, mood baiknya Jangsung hilang ketika melihat nama yang tertera di sana. Namun Alenna mengabaikannya, mencoba fokus kembali bersama teman-temannya. Ini malam minggu, tidak ada yang boleh menghancurkan mood baiknya yang sudah dia bangun sejak sore tadi. Sed Alenna, Kanza, Stella, serta Rilley. Empat sekawan itu memasuki basement, mencari tempat parkir untuk mobil yang di kendarai Stella. Malam ini penuh, mereka kesulitan mencari tempat, wajar saja ini malam minggu. Seperti yang sudah di duga, malam ini pasti ramai, bahkan sesak. Terlalu penuh dengan manusia-manusia pembuat dosa. "Za, minta bedak lo dong.” Rilley meraih tas yang di bawa Kanza "Nanti banci, tunggu sampai table." Ucapnya. Rilley mendengus sebal sambil mengelus tangannya yang sempat di pukul Kanza. "Gila ya dari pintu masuk penuh banget, gerah gue!" Alenna menggerutu sepanjang mereka jalan miring-miring Sulis Maylina - 5 guna menyalip orang-orang di sekitarnya. Wajah gadis itu memerah, pelipisnya banyak mengeluarkan keringat sampai rambut yang berada di sekitar wajahnya basah. "Namanya juga weekend, say!" Balas Rilley menanggapi Alenna, wajahnya juga sama berkeringat. Sesampainya di table yang Stella pesan kemarin, mereka Jangsung duduk dan mendesah lega. Rilley langsung meraih tas Kanza dan mengambil bedak yang di pintanya tadi. Alenna mengedarkan pandangan, benar-benar penuh. Apalagi yang berada di lantai bawah, entah seperti apa suasananya Alenna bahkan sudah mual hanya dengan membayangkannya saja. Mengedarkan pandangannya ke belakang, Alenna bertatapan dengan manusia yang sedari tadi mengganggu pikirannya. "Len, itu Kevan." Stella memberitahu Alenna, bahwa Kevan yang menjabat sebagai kekasih temannya itu sedang berada di tempat yang sama. Sedang memangku wanita sexy. Alenna hanya diam mengabaikannya. "Ke sana yuk!" Rilley dengan semangat menyuarakan keinginannya, lumayan cogan sedang kumpul. Teman-teman yang lain menyetujui, mereka saling kenal, tidak enak juga kalau tidak menyapa. Dengan malas Alenna mengikuti teman-temannya. “Figo!" Rilley menepuk bahu Figo, incarannya. "Eh bencong!" Figo mengajak Rilley tos ala lelaki, padahal Rilley mengharapkan pelukan, atau paling tidak cipika-cipiki. Teman-temannya sudah berbaur dengan anak Brigezz, sedangkan Alenna masih berdiri dengan kaku sambil menatap datar ke arah Kevan, pemeran utama kekesalannya hari ini. Alenna tambah kesal, Kevan enggan menatapnya balik. Malah wanita yang berada di pangkuannya semakin menempel. “Turun." Alenna berucap tenang, namun semua perhatian anak Brigezz serta teman-temannya langsung terpusat padanya. Sedari tadi sebenarnya mereka sudah was-was, takut ada perang lagi. Sedangkan Kevan masih mengabaikannya, sesekali lelaki itu menyesap minuman alkohol yang berada di tangannya. Kevalenna- 6 "Turun!" Kali ini dengan bentakan, di iringi dengan pekikan sakit karena wanita yang berada di pangkuan Kevan dia tarik hingga jatuh di bawah kakinya. "Maksud lo apa anjing!" Jelas cewek itu tidak terima, dia balas mendorong bahu Alenna dengan kencang hingga kaki Alenna mundur beberapa langkah. "Lo yang anjing!" Alenna mendorong balik wanita itu sampai jatuh kembali, teman- temannya langsung menahan Alenna ketika di rasa Alenna akan berbuat yang lebih parah. Dengan cepat anak Brigezz menyuruh wanita itu untuk segera pergi. Sebelum pergi, Alenna dan wanita itu bertatapan dengan tajam. Setelah di rasa suasana sudah aman, anak Brigezz beserta teman-temannya pamit untuk ke dance floor, sadar jika Alenna dan Kevan butuh waktu untuk berdua. "Bangsat lo!" Alenna menghampiri Kevan yang masih duduk dengan tenang sambil menyesap alkoholnya, ingin memukul tapi Alenna takut. Kevan menaruh minumannya di atas meja kemudian memutar badannya yang duduk di kursi putar agar menghadap Alenna, kemudian mengurung tubuh Alenna menggunakan kedua kakinya, "Sudah marah-marahnya?" Tanyanya dengan wajah datar, kemudian tatapan Kevan meneliti Alenna dari atas ke bawah, "Enggak niat untuk pakai celana, sayang?" Kalimat sarkas Kevan di barengi dengan usapan lembut di paha belakangnya membuat Alenna meremang. “Jangan macam-macam!" Bisik Alenna dengan penekanan di setiap kalimatnya, namun gadis itu tidak berusaha untuk menjauhkan tangan Kevan dari tubuhnya. Kevan hanya tersenyum miring, tangannya yang semula berada di paha Alenna kini naik hingga menyentuh rambut panjang Alenna dan kemudian menariknya, membuat wajah Alenna mendongak, dengan cepat Kevan memajukan wajahnya ke leher Alenna. Menyapunya dengan ciuman- ciuman kecil seringan kapas yang membuat Alenna tambah meremang. "Kali ini gue maafin, besok-besok pakai pakaian seperti ini lagi, gue robek di tempat itu juga. Be a good girl, baby." Sulis Maylina - 7 PART 2 Jeaden Tatto Jalanan dini hari lenggang oleh kendaraan, angin malam berhembus masuk ke dalam kaca mobil yang di biarkan terbuka membuat rambut-rambut panjang Alenna berterbangan. Dengan kecepatan tinggi di iringi dengan deruman mobil yang melaju dengan kencang membuat debaran tersendiri bagi sang penumpang. Di dalam mobil hening, sang pengemudi memfokuskan pandangannya ke depan dengan rahang yang mengeras, ketara sekali dia sedang menahan amarahnya. “Kevan,” Suara Alenna tercekat. “Pelan-pelan.” Lanjutnya lagi dengan suara yang bergetar, hampir menangis. Kevan menghiraukan permintaan Alenna, lelaki itu justru menambah laju mobil. Di Club tadi, Alenna meminum banyak alkohol lalu tanpa sadar ada lelaki yang menyentuhnya, hanya sebatas sentuhan di bahu dan Kevan marah hingga membuat keributan.Kevan itu lelaki egois, tidak ingin miliknya di sentuh orang lain tetapi dia membiarkan tubuhnya di sentuh wanita lain. Alenna tentu saja tidak terima, sangat tidak adil untuk dirinya. Namun apa boleh buat, semua kendali di pegang oleh Kevan. “Turun." Nadanya datar sekali, terkesan dingin dan Alenna takut. Dengan cepat Alenna melepas seat-beltnya dan keluar dari mobil. Ini bukan apartementnya, sudah jelas Kevan ingin Alenna menginap. Allenna mengedarkan pandangan’ ke sekelilingnya, mobil Kevan banyak sekali hingga Kevalenna- 8 mempunyai tempat parkir khusus di dalam basement ini. Lagi pula, apartemen ini salah satu milik Kevan, jadi dia bebas mau membuat apa pun juga. Alenna menatap Kevan yang baru turun dari mobil, lelaki itu tampak sedang bertelepon, "Iya gue pulang sama Alen." Ucap Kevan sambil merangkul pinggan Alenna, menggiringnya ke lift yang akan mengantar ke kamarnya. Mungkin itu teman-temannya yang menanyakan keberadaan mereka karena setelah keributan yang di ciptakan Kevan tadi Jelaki itu langsung membawanya pergi dari Club. Memasuki lift hanya keheningan yang terjadi, Alenna takut bersuara karena Kevan juga hanya diam. Sampai di lantai 14, tempat di mana unit Kevan berada mereka langsung memasukinya. Kevan tidak melepas rangkulannya di pinggang Alenna, lelaki itu meneruskan langkahnya hingga memasuki toilet yang berada di dalam kamar Kevan. "Kevan apa-apaan sih?!" Alenna berusaha melepas rangkulan Kevan. Namun lelaki itu justru meremas pinggang Alenna membuat gadis itu meringis kesakitan. "Hari ini lo buat banyak kesalahan!” Bentak Kevan sambil mengangkat tubuh Alenna dan memasukkannya ke dalam bathtub. Alenna tersentak kaget ketika Kevan menyalakan shower dan menyiram badannya, airnya sangat dingin apalagi saat ini sudah jam 02.00 dini hari. "Gue enggak suka milik gue di sentuh orang lain! Dan apa yang lo pakai ini? Lepas!" Alenna mengangkat tangannya ketika Kevan berusaha melepas bajunya. Kevan menggosok bahu Alenna dengan kasar, kemerahan mulai terlihat menunjukkan sekasar apa Kevan mencoba_ untuk membersihkan bahu Alenna. "Sudah Kevan, perih!"§ Alenna menangis sudah sesenggukan dan Kevan menulikan pendengarannya. Ketika di rasa sudah cukup Kevan mengangkat tubuh telanjang Alenna, kemudian melilitkannya handuk lalu menjatuhkannya ke tempat tidur dengan posisi telentang. Kevan mengeringkan tubuh polos Alenna dengan kasar, rahangnya | mengeras menahan emosi yang masih Sulis Maylina - 9 menyelimutinya sekaligus berusaha menahan sesuatu yang mulai menegang di bawah sana. Berpacaran dengan seorang Alenna adalah cobaan bagi Kevan, Alenna cantik sekali. Tubuh gadis itu selalu bisa membuat para lelaki berfantasi liar. Selama hampir dua tahun menjalin hubungan, Kevan dan Alenna memang sering melakukan Skinship. Berpelukan dengan tubuh polos pun bukan hal yang baru untuk mereka. Namun sebisa mungkin mereka tidak melakukan sex yang sesungguhnya, mereka ingin jika menikah nanti ada sesuatu yang bisa di nantikan. “Enggak usah nangis!" Kevan membentak, pusing juga lama-lama mendengar tangisan Alenna. “Kalau kamu pelan- pelan aku enggak akan nangis, Kevan!" Balas Alenna dengan bentakan juga, mata gadis itu memerah dan masih mengeluarkan air mata. Kevan tidak memperdulikannya, dia berjalan menuju walk in closet yang berada di dalam kamarnya untuk mengambil pakaian Alenna. Gadis itu diam saja masih dengan posisi telentang ketika Kevan memakaikannya baju, Kevan menghentikan gerakannya ketika memakaikan Alenna celana. Tubuh Kevan menunduk kemudian mencium tulang pinggul Alenna yang terdapat tato bertuliskan nama depannya, Jeaden. Setelahnya, tubuh Kevan merangkak ke atas tubuh Alenna untuk menyamakan wajah keduanya, mereka bertatapan untuk beberapa saat kemudian Kevan mencium bibir Alenna dengan kasar dan menuntut, lelaki itu masih terlihat kesal. "Gue enggak suka milik gue di sentuh orang lain," Suara Kevan terdengar dingin. "dan lo kayanya memang sengaja dengan berpakaian seperti tadi." Alenna ingin menjawab namun suaranya seperti hilang, apalagi di tatap sedekat dan setajam ini. Alenna itu sebenarnya berani, tidak takut pada siapa pun, di luar bahkan di kampus tempatnya kuliah pun Alenna di kenal dengan sosok yang sangat nakal dan angkuh. Alenna itu di ibaratkannya macan, Kevalenna- 10 namun selalu berubah menjadi kucing yang penakut sekaligus menyedihkan jika berhadapan dengan Jeaden Kevan Aldrict. Sulis Maylina - 11 PART 3 Jeaden Kevan Aldrict Jeaden Kevan Aldrict, atau yang lebih di kenal dengan panggilan Kevan. Lelaki yang baru memasuki usia ke-22 tahun ini memang memiliki aura yang begitu mendominasi. Mata biru Khas Eropa yang merupakan negara asal Ayahnya itu mampu membuat siapa pun tidak berani menatapnya lama- lama, terlalu tajam dan menakutkan. Lelaki yang memiliki darah campuran London-Jawa ini memang selalu bisa menarik mata siapa pun untuk melihatnya. Bentuk fisik, kekayaan, serta pembawaannya yang terlihat sangat berwibawa di usia yang masih muda ini membuat wanita-wanita selalu tergoda untuk mendekatinya. Para lelaki pun merasa sangat kecil jika sudah melihat Kevan berada di sekitarnya. Kevan merupakan anak tunggal dari pasangan tersohor di London sana. Keluarganya memiliki cabang perusahaan yang bergerak di bidang Perhotelan dan Properti yang kebanyakan tersebar di Negara Asia, dan salah satunya di Indonesia, Negara yang dia tinggali selama lima tahun belakangan ini. Kevan memegang perusahaan keluarganya sejak dua tahun yang lalu, terlalu muda memang, namun Kevan terlalu pintar, selalu mendapat kelas akselerasi sehingga bisa menyelesaikan pendidikannya dengan cepat. Pagi-pagi sekali Kevan sudah berada di Kantor mewahnya yang berada di pusat Kota. Meninggalkan kekasihnya yang masih tertidur dalam keadaan naked di apartemennya. Kevalenna- 12 "Meeting akan segera di laksanakan Pak." Wanita bernama Rose yang menjabat sebagai sekertaris Kevan ini menunduk kaku sebagai tanda hormatnya. Kevan tidak menjawab, hanya menghembuskan napas beratnya yang menandakan hari ini akan menjadi hari yang panjang serta melelahkan. ek Alenna terbangun ketika matahari sudah menampakkan dirinya dengan sangat percaya diri. Ketika orang lain sudah sibuk dengan segala aktivitas yang memuakkan, dia justru masih tergeletak nyaman di kasur empuk sang kekasih. Omong-omong tentang kekasih, Alenna sudah bisa menebak bahwa Kevan pasti sudah menyelam di dunianya itu. Alenna menghela napas ketika tidak mendapati satu pesan pun dari Kevan, sudah biasa. Alenna melangkahkan kakinya memasuki kamar mandi, mulai membasuh wajah. Menatap pantulan dirinya di cermin dengan mata menuju bekas ciuman Kevan yang kebiruan di bawah rahangnya. Selalu seperti ini, Kevan akan kembali mewarnainya ketika dirasa warna itu akan memudar. Tidak pernah membiarkan leher jenjang milik Alenna bersih tanpa warna darinya. Pernah sekali Alenna menutupinya menggunakan make up yang dia punya dan Kevan langsung marah, lelaki itu bahkan membuatnya lebih banyak dan hampir memenuhi leher Alenna, membuat Alenna menangis dan tidak mau keluar dari apartemennya selama beberapa hari. Deringan tanpa henti yang berasal dari ponselnya mengalihkan perhatian Alenna. "Ke kantor." Alenna langsung menekuk wajahnya kesal. "Aku mau ke mall sama--" Alenna menatap ponselnya tidak percaya. Lelaki itu meneleponnya tanpa salam, menutupnya pun tanpa salam. Benar-benar kurang ajar pacarnya ini. Alenna menahan emosi untuk tidak berkata kasar. Oke, ucapkan selamat tinggal kepada treatment wajah yang sudah dia rencakan dua hari yang lalu bersama teman-teman cantiknya. Sulis Maylina - 13 sek Alenna berjalan dengan percaya diri dan wajah yang mendongak, membuat siapa pun yang melihatnya langsung dapat memastikan kalau dia adalah perempuan yang angkuh. Mengabaikan tatapan para karyawan yang mulai berdatangan setelah menghabiskan jam istirahat kemudian dirinya memasuki lift yang di khususkan untuk para petinggi perusahaan. Menunjukkan lantai 47, Alenna segera keluar dan Jangsung bertemu dengan Rose. "Hai Rose," Sapa Alenna dengan ramah, Rose tersenyum kemudian langsung menunduk dan membalas sapaan Alenna dengan sama ramahnya. Di kantor ini Alenna hanya mau menyapa Rose, sekertaris kekasihnya. Karena menurutnya, di kantor Kevan ini kebanyakan manusia palsu dan bermuka dua. Alenna bersumpah, ketika pertama kali dia menginjakkan kaki di sini dan semua orang tersenyum padanya, hanya Rose yang terlihat tulus. Setelah berbasa-basi sebentar dengan Rose, Alenna langsung membuka pintu ruangan Kevan tanpa mengetuknya. Dan Kevan sudah bisa menebak bahwa itu kekasihnya, jadi dia tidak perlu repot-repot mengangkat kepalanya dari berkas- berkas sialan yang sedari tadi dia baca dan membuatnya ingin merobeknya untuk memastikan. Ketika Alenna menaruh tasnya di atas meja tamu yang berada di ruangan, matanya langsung tertuju pada bunga mawar yang sudah di susun dengan sangat cantiknya, yang di dalamnya di selipkan robekan kertas kecil. Alenna mengambil mawar tersebut dan membaca tulisan yang ada di dalam kertas. Happy anniversary, i love you. Alenna langsung senyum-senyum ketika membacanya. “Kirain lupa lagi.” Ucapnya sedikit jengkel ketika mengingat hari jadi mereka yang pertama di tahun lalu dan Kevan malah lupa. “Kalau lupa lagi nanti aku enggak di bolehin pegang- pegang.” Alenna langsung mendengus namun kemudian tersenyum lagi. Kevan itu bukan laki-laki yang romantis, makanya sekalinya dia di belikan bunga senangnya bukan main. Kevalenna- 14 Alenna menghirup wangi mawar tersebut kemudian meletakkannya kembali di atas meja dan mulai berjalan mendekati Kevan yang masih sibuk dengan pekerjaannya. “Makasih sayang.” Ucap Alenna dengan senang kemudian mengecup sudut bibir Kevan. Lelaki itu langsung menatapnya dengan alis berlipat dan di balas Alenna dengan cengiran lucunya. Dengan cepat Kevan menarik tengkuk Alenna dan menciumnya dengan sedikit kasar. Tangan kanannya mengarahkan Alenna untuk duduk di pangkuannya. Kepalanya miring ke kanan lalu ke kiri untuk memperdalam ciumannya kemudian lidahnya dia masukkan ke dalam mulut Alenna. Alenna menepuk dada Kevan, dia butuh udara namun Kevan tidak memperdulikannya. Ketika Kevan mulai membutuhkan udara barulah dia melepas ciumannya, tentu saja tanpa melepaskan tangannya di tengkuk Alenna. Kevan memejamkan matanya, bibirnya masih bergerak di atas bibir Alenna, menciumi sudut bibir Alenna dan rahangnya Jalu menurunkan ciuman itu ke leher jenjang Alenna. "Ah.. Kevan.” Napas Alenna mulai tidak beraturan, Kevan semakin bersemangat. Lelaki itu suka sekali bentuk garis rahang serta leher jenjang kekasihnya ini, sangat sexy dan membuatnya langsung menegang hanya dengan mengecupnya saja. Tangan Kevan turun ke bawah, menyingkap dress yang Alenna kenakan. Mengelus paha kekasihnya itu lalu tangannya merambat ke atas dan membuka pengait bra yang Alenna pakai. “Ahh.." Alenna sudah tidak bisa mengontrol desahannya lagi ketika Kevan menggigit nipplenya dari luar dress. Tiba-tiba Alenna menjauhkan dadanya dari wajah Kevan, membuat Kevan menatapnya marah. Alenna tersenyum devil, dia bangun dari pangkuan Kevan yang menyamping. Lalu duduk lagi dengan kaki yang mengangkang, Kevan langsung mendesis ketika juniornya yang sudah tegang bergesekan dengan inti Alenna di balik celana kerja yang dia kenakan. Alenna mengangkat bagian depan dressnya ke atas lalu Sulis Maylina - 15 menempelkan nipplenya pada mulut Kevan. Alen-nya ini nakal sekali. Kevalenna- 16 PART 4 Alenna Jasmine Alenna Jasmine. Wanita berusia 20 tahun ini memang begitu memikat. Alis dengan ukiran indah nan alami serta bulu mata yang lentik membingkai mata coklat terangnya. Tatapannya tajam, tidak pernah merasa terintimidasi pada siapa pun. Keberadaan Alenna selalu mencolok di keramaian sekalipun. Memiliki tubuh yang di gilai para lelaki serta di impikan para wanita lain. Saat usia belasan Alenna merupakan model majalah fashion di Indonesia yang wajahnya banyak di kenal, wajar jika sampai saat ini dirinya merupakan perempuan muda yang stylenya selalu di ikuti para remaja seusianya. Alenna merupakan anak tunggal dari konglomerat Indonesia yang jika kerjanya hanya goyang-goyang kaki pun tidak akan jatuh miskin. Menjadi bintang sejak kecil di keluarganya yang bahagia, hal yang lumrah menurut orang tuanya ketika beranjak remaja Alenna menjadi anak yang keras kepala. Memasuki masa remaja yang setiap bulannya sang Papa harus berhadapan dengan pihak sekolah karena kenakalannya, mengingat sang Mama sudah tiada sejak dia berusia 10 tahun. Kini Alenna sudah memasuki masa kuliah. Alenna itu bad, segala kenakalan ada pada dirinya. Para pria selalu tertantang untuk mendekatinya, tapi ibarat barang Alenna itu mahal. Makanya banyak pria yang baru mau kenalan saja langsung angkat tangan. Sulis Maylina - 17 Bertemu dengan Jeaden Kevan sekitar tiga tahun yang lalu. Pria dengan wujud pangeran itu mampu membuat seorang Alenna bertekuk lutut, mampu membuat Alenna lupa jika dirinya tidak boleh bergantung pada siapa pun, Alenna kehilangan siapa dirinya sendiri. Bahkan menjadi tidak tahu malu ketika berhadapan dengan Kevan. ek Malam ini Alenna berada di Club bersama Kevan dan anak Brigezz. Teman-temannya sedang tidak keluar malam ini. jadi lah dia perempuan sendiri di antara lelaki tampan di sekitarnya. Oh tidak, tidak di sekitarnya. Karena saat ini Alenna sedang duduk sendirian. Para lelaki itu sedang bermain Billiard di ujung sana, termasuk Kevan. Alenna memandang sekitar, kemudian meringis ketika mengingat kejadian dua tahun yang lalu ketika dirinya mabuk lalu dengan batas kesadarannya dia meminta Kevan untuk menjadi pacarnya di hadapan semua orang. Sejak awal bertemu Kevan, Alenna memang sudah menargetkan lelaki itu untuk menjadi pacar selanjutnya. Namun Kevan sangat sombong saat itu, tidak melihat Alenna padahal perempuan itu selalu di bicarakan oleh teman- temannya. Makanya Alenna frustasi hingga mengakibatkannya mabuk. Alenna merasa sangat gila saat itu. Namun yang lebih gilanya lagi, Kevan langsung menyetujui ajakan berpacarannya itu! Alenna beranjak dari duduknya, menghampiri Kevan yang sedang membidik bola kecil itu. "Sayang, mau pulang.” Ujarnya sambil memeluk Kevan dari belakang dengan wajah yang menempel di bahu lebar lelaki itu “Nanti." Balas Kevan melepas pelukan Alenna lalu berpindah posisi mengikuti arah bola. Kalau sudah begini, mau kesal nanti yang ada Kevan malah ikut-ikutan kesal karna permainannya di ganggu. Kevan itu temperamental, emosinya mudah sekali meledak hanya dengan hal sepele. Alenna berdecak sebal kemudian pergi ke bar yang berada tidak jauh dari meja Billiard. Malam ini Alenna ingin meneguk Kevalenna- 18 minuman yang sedikit memabukkan. Alenna itu pemabuk yang payah sebenarnya. “Minum apa, Len?" Alenna menatap Joy, sang bartender yang sudah lama di kenalnya. "Vodka." Dengan cepat Joy menyajikan minuman tersebut di hadapan Alenna yang langsung habis dalam sekali tegukan. Alenna memesan minuman itu lagi hingga berkali- kali sampai mata Alenna memerah dan terasa berat namun masih sadar. "Lagi Joy." Joy mengerutkan keningnya, "Jangan bercanda.” Ucap lelaki itu karena dia tahu saat ini sedang ada Kevan, mana boleh Alenna minum lebih dari dua gelas. Bahkan perempuan sudah minum empat gelas! "Buru Joy!" Joy menggelengkan kepalanya namun tetap menyediakan minuman itu untuk Alenna. Alenna terbatuk ketika gelas yang masih berada di bibirnya di tarik dengan kasar. Tenggorokannya panas sekali, sial! Batuknya belum reda namun bibirnya sudah di bungkam oleh bibir.. Kevan! Astaga, rasanya Alenna ingin sekali menampar pria yang sedang menciumnya ini. Kevan menyesap kuat bibir penuh milik Alenna dan merasakan alkohol di dalam ciumannya itu, mau melawan aturannya eh? "Eemm..." Alenna mendorong bahu Kevan, berusaha untuk melepas ciumannya. Alenna butuh napas! "Kevan! Apa-apaan sih?!" Bentak Alenna_ ketika ciumannya terlepas. "Lo yang apa-apaan! Lo kira dari tadi gue enggak lihat sudah berapa gelas yang lo minum?!" Mata Alenna sudah siap mengeluarkan air dari dalamnya. Tenggorokannya perih sekali di tambah bibirnya yang membengkak. "Berani melawan aturan gue, hmm?" Tanya Kevan dengan kedua alis yang di naikkan. "Maaf," Ujar Alenna dengan pelan. Wajah perempuan itu mendongak menatap Kevan yang berdiri menjulang di hadapannya, dengan mata yang berair dan hidung yang Sulis Maylina - 19 memerah malah membuat Kevan langsung kehilangan fokusnya, sial! "Aku mau pulang, bosan." Ujar Alenna sambil menggoyangkan ujung kaus yang di pakai Kevan. Kevan menghembuskan napas kesalnya, kemudian merangkum wajah Alenna dengan kedua tangannya lalu melayangkan ciuman-ciuman ringan di bibir Alenna yang membengkak, seolah meminta maaf sekaligus memuja karena telah melukai bibir kesayangannya itu sehingga menyebabkannya bengkak yang justru semakin terlihat menggairahkan. "I'm sorry." Kevalenna- 20 PART 6 Who's Tere? Kelas pagi membuat Alenna malas hari ini. Pasalnya Kevan akan pergi ke London untuk seminggu ke depan, menemui Investor yang akan bekerja sama dengan perusahaannya. Alenna ingin menghabiskan waktunya seharian ini bersama Kevan karena nanti malam kekasihnya itu akan berangkat. "Enggak usah pergi.” Ucap Alenna dengan sedih, tangannya memeluk tubuh Kevan dengan erat. "Jangan kaya anak kecil, Len." Jawab Kevan dengan nada datarnya. Alenna Jangsung cemberut namun semakin merapatkan pelukannya, bahkan sudah menindih sebagian tubuh Kevan. Saat ini keduanya masih menggulungkan tubuhnya dalam selimut tebal di dalam kamar Kevan yang berada di Mansionnya yang berada di Jakarta. Kevan ingin Alenna berada di sini ketika dia pergi selama seminggu nanti. Di rumah Alenna, perempuan itu sendirian hanya ada beberapa pelayan serta penjaga. Kevan lebih tenang dan lebih bisa mengawasinya jika Alenna tinggal di Mansionnya karena banyak orang kepercayaannya di sini. "Tere?" Alenna secara refleks membaca notifikasi pesan yang muncul di layar ponsel Kevan ketika dia sedang menyaksikan lelaki itu bermain game. Dengan cepat Kevan menggeser notifikasi tersebut sehingga hilang dari layar, namun Alenna sudah membacanya sekilas tadi. Sulis Maylina - 21 Alenna langsung duduk menghadap Kevan yang masih memainkan ponselnya. “Tere siapa?" Tanya Alenna. Kevan menatapnya sekilas, "Bukan siapa-siapa, enggak usah ribet." Alenna menatap Kevan tidak percaya. "Kamu mau main-main lagi di belakang aku?!” Kevan tidak menjawab Alenna, wajah lelaki itu masih datar tidak merasa panik sedikit pun karena telah terpergok. Alenna menghembuskan napas kesalnya kemudian bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan ke kamar mandi, mengabaikan tubuh telanjangnya. Perempuan itu mengunci pintu kamar mandi dan mengatur napasnya yang mulai terasa menyesakkan. Berjalan ke arah cermin, Alenna mulai mempertanyakan segala hal yang berkecamuk kepada dirinya sendiri. Kenapa Kevan selalu bermain dengan wanita lain? Sebenarnya apa yang membuat Kevan selalu tidak merasa cukup hanya dengan memandang dirinya saja? Apa yang Alenna tidak punya sementara wanita lain punya? Semua orang mengakui Alenna adalah perempuan yang nyaris sempurna. Perempuan lain bahkan iri dengan segala bentuk fisik ataupun materi nya. Bersama dengan Kevan, Alenna selalu merasa tidak percaya diri. Selesai mandi Alenna tidak menemukan Kevan di tempat tidur, mungkin dia sudah keluar atau mungkin sedang mandi di tempat lain, Alenna tidak peduli. Sebenarnya, mengetahui Kevan bersama_ wanita lain bukan hal yang baru lagi bagi Alenna, itu sudah sering kali terjadi dan lelaki itu tidak pernah berubah. Dia hanya meminta maaf lalu mengulanginya lagi. Alenna kadang kesal sendiri kenapa terlalu menjadi budak cinta pada lelaki yang selalu menyakitinya. Jika tadi Alenna mengatakan kelas pagi menyebalkan, sekarang Alenna justru ingin cepat-cepat ke kampus. Sekarang masih jam 07.00, terlalu cepat untuk berangkat padahal kelasnya di mulai jam 09.00. Tapi Alenna tidak peduli, dia sedang malas berdekatan dengan lelaki bernama Kevan itu. sek Kevalenna- 22 Kevan menatap Alenna yang berjalan sambil memainkan ponselnya. "Mau kemana kamu?" Tanya Kevan. Alenna dengan refleks mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk menatap ponsel. Di lihatnya banyak kertas-kertas dan laptop di atas meja, sepertinya Kevan sedang sibuk. Alenna mengabaikan Kevan dan terus berjalan melewati lelaki itu, tentu saja membuat Kevan marah. “Alenna!” Kevan berlari mengejar langkah Alenna. “Apaan sih?!” Tanya Alenna dengan kesal, tangannya bergerak berusaha melepas cengkeraman Kevan pada lengannya. "Kamu mau kemana?" "Kemana kek!" “Who do you think you’re talking to?!" Alenna mulai ketakutan, Kevan itu kalau sudah marah tidak akan pandang bulu. "Lepas, aku mau ke kampus. Ada kelas pagi." Jelas Alenna. Mata Alenna bergerak mencari objek apa pun yang bisa di lihatnya, sebisa mungkin jangan bertatapan dengan Kevan ketika lelaki itu sedang marah, Alenna tidak berani. "Kelas kamu mulai jam 09.00, dan sekarang masih jam 07.00. Jangan macam-macam Alenna." Sentak Kevan dan langsung mendapat tatapan tidak terima dari Alenna. "Kamu yang macam-macam!" Jawab Alenna dengan sedikit emosi. "Oh, jadi kamu masih mempermasalahkan pesan dari Tere tadi?"” Alenna hanya diam, malas untuk menjawabnya. "Jawab!" Alenna tersentak kaget mendengar bentakan Kevan. "Ya." Jawab Alenna dengan singkat. Kevan tertawa membuat Alenna ingin sekali melayangkan tamparannya itu. Kalau saja dia berani. "Dia teman biasa, nothing special. Kamu enggak usah berlebihan." Ucap Kevan dengan santainya. "Berlebihan kata kamu?!" Tanya Alenna tidak terima. Apa-apaan ini! Jika saja dirinya yang berada di posisi Kevan, pasti sudah di habisi dia. "Yeah, you are." Sulis Maylina - 23 "Lepasin tangan aku Kev!" Pinta Alenna. Namun, bukannya melepas Kevan malah menarik tangan Alenna untuk duduk di tempatnya tadi. "Sarapan dulu." Alenna menatap makanannya, "Aku bisa sarapan di kampus." Ujar Alenna. Kemudian dia beranjak dari tempatnya duduk meninggalkan Kevan. Langkahnya langsung berhenti dengan degupan jantung yang menggila. Bukan, Alenna bukan merasakan degupan yang berbunga- bunga seperti orang jatuh cinta. Dia kaget, Kevan melempar ponsel ke arahnya tepat mengenai lengannya dan ini lumayan sakit, Alenna berani jamin akan ada memar setelah ini. Kevan memang gila. sek "Sumpah Len, ini masih pagi banget sialan!" Alenna meringis mendengar ocehan Rilley. Tadi dia memaksa temannya itu untuk menemaninya sarapan di kantin kampus, Alenna tidak suka sendirian. “Hari ini kan kelas lo ada yang bareng gue. Biar enak nanti masuk kelasnya bareng." Ujar Alenna. “Halah alasan. Kenapa sih lo? Berantem lagi sama cowok keren lo itu?" Alenna langsung menatap Rilley tidak suka saat menyebut ‘cowok keren’, walaupun Rilley itu cowok, tapi dia suka cowok. "Tadi gue lihat di handphonennya ada pesan dari cewek, namanya Tere. Wajar kan kalau gue marah? Lah ini malah dia balik marah!” Ucap Alenna dengan emosi yang ketara sekali di wajahnya. "Teman biasa aja kali. Kaya lo sama gue gini." Rilley mencoba untuk menenangkan Alenna. Laki-laki kemayu itu tahu pasangan itu sedikit gila. Kevan itu terlihat sangat menyayangi Alenna walaupun dengan cara berlebihan, tetapi yang dia herankan mengapa Kevan masih suka berdekatan dengan wanita lain. Sedangkan jika Alenna dekat dengan lelaki lain, Kevan seperti kerasukan iblis terjahat karena tidak segan-segan melukai fisik Alenna. Dan menurutnya Alenna terlalu bodoh, masih saja bertahan dengan Kevan padahal sering kali di sakiti. Ya Kevalenna- 24 walaupun Kevan gantengnya pakai banget, Rilley kalau dilempar pun juga tidak akan mau karena Kevan terlalu menakutkan. "Kalau pesannya enggak pakai emoticon love juga gue akan biasa aja!" "Akan bisa aja? Hey tuan putri, cewek cuma ngelirik aja Jangsung lo bantai!" Alenna langsung meringis, benar juga ya. Alenna memang bar-bar kalau sudah menyangkut Kevan. Alenna menatap ponselnya yang menyala, ada panggilan masuk dari Kevan. Dengan malas dia menjawabnya. "Ya?" Tanya Alenna dengan singkat. "Nanti aku jemput." Jawab Kevan dengan nada datarnya, seperti biasa. "Enggak usah. Aku mau pergi sama Rilley." Yang punya nama langsung melotot galak. Enak saja dia di bawa-bawa dalam permasalahan pasangan sakit itu. Rilley tidak mau berurusan dengan Kevan. "Perginya bisa besok. Nanti malam aku sudah berangkat." "Terserah!" Ucap Alenna kemudian mematikan ponselnya dengan kesal. Kevan selalu saja seenaknya. Sulis Maylina - 25 PART 6 Crazy Couple Kevan menjemput Alenna sesuai perkataannya di telepon tadi pagi. Dengan kemeja putih tanpa dasi yang mencetak jelas bentuk badannya dan membiarkan kancing teratasnya terbuka, di tambah dengan kacamata hitam bertengger sempurna di wajah lelaki bule itu membuat Alenna gerah, sial dia tidak boleh agresif karena saat ini masih dalam mode marahnya. "Safety belt first." Alenna menahan nafasnya ketika Kevan mendekatkan tubuhnya untuk memasangkannya seatbelt, mereka saling menatap dan Alenna langsung membuang wajahnya ke samping ketika Kevan ingin menciumnya. Kevan menatapnya heran, oh dia baru ingat kalau perempuan cantik di sampingnya ini masih marah. Lelaki itu kembali duduk di tempatnya sambil menyunggingkan senyum miring, lalu mulai menjalankan mobilnya. "Masih marah?" Tanya Kevan sambil melirik Alenna sekilas. “Enggak." Jawab Alenna singkat. "Kiss me." Alenna langsung menggerakkan lehernya ke arah Kevan, menatap lelaki itu dengan matanya yang tajam. "Katanya enggak marah, boleh dong minta cium?" Alenna berdecak sebal, dia mengabaikan omongan Kevan. Alenna memainkan ponselnya lalu membuka aplikasi Instagram, membaca komentar yang membanjiri postingannya semalam. Kevalenna- 26 Kevan meliriknya sekilas. Dia sedang baik, jadi tidak akan membuang ponsel Alenna karena di abaikan. kk “Ngapain sih ke kantor? Kalau gitu mending aku pergi aja tadi." Alenna malas sekali, paling dia hanya di suruh duduk dan di cuekin karna Kevan akan sibuk dengan kertas-kertasnya itu. “Sebentar doang, aku cuma ambil berkas untuk di bawa nanti malam." Mengingat Kevan akan pergi membuat Alenna cemberut lagi. "Selamat siang Pak." Kevan hanya mengangguk dengan wajah datarnya, sedangkan Alenna menatap sinis karyawan itu. Kenapa hanya Kevan yang di sapa, apa dia enggak kelihatan? Mereka berdua berada di dalam lift, Kevan memeluk pinggang Alenna dengan satu tangan memainkan ponselnya. Sedangkan Alenna diam saja mengamati angka-angka sampai berhenti di angka 47. Alenna tersenyum seadanya kepada Rose yang menyapanya, dia sedang tidak mood. "Kok lama?" "Oh sorry, gue kira Kevan." Alenna menatap bingung wanita yang sedang duduk di sofa tamu dalam ruangan Kevan. Kemudian mata Alenna melotot ketika mengingat wajah wanita itu. "Lo?!” Alenna ingat, wanita ini sama dengan wanita yang berada di pangkuan Kevan saat berada di Club beberapa hari yang lalu. "Hai Alenna, gue Tere." Mata Alenna tambah melebar, jadi wanita ini namanya Tere?! Alenna menatap Kevan dengan wajah yang mulai emosi. Lelaki itu mengangkat bahunya dengan cuek, "Tadi pagi kamu tanya Tere siapa kan? Itu orangnya ada, tanya langsung aja." Alenna langsung mendekati Tere yang sedang menatapnya, "Lo cewek yang waktu di Club itu kan? Enggak ada takutnya ya lo sama gue!" Ucap Alenna dengan galaknya. "Oh lo masih inget sama gue. Tenang aja, gue sama Kevan cuma teman." Jawab Tere sambil tersenyum manis yang di mata Alenna malah sangat menyebalkan.. Sulis Maylina - 27 "Cuma teman tapi kirim pesan ke cowok orang pagi-pagi pake emoticon love? Seriously?" Alenna memandang perempuan itu dari atas ke bawah dengan pandangan meremehkan. "So what? Ada masalah?" Pertanyaan bodoh Tere membuat Alenna langsung emosi. "Ya jelas! Tolol lo ya?!" Tere mulai emosi juga mendengar perkataan Alenna, kurang ajar sekali pikirnya. "Kevan aja enggak keberatan, kenapa lo ribet?" "Bangsat!" Dengan segala emosinya yang di tahan dari pagi, Alenna menarik rambut Tere dengan kencang, membuat Tere menjerit. Kevan yang menontonnya meringis, ceweknya memang ganas. Tadi, Kevan sengaja menyuruh Tere ke kantornya supaya bertemu dengan Alenna, lebih tepatnya sengaja mengumpankan Tere. Dia terlalu malas menjelaskan siapa wanita itu. Karena Alenna adalah perempuan yang selalu memandang benar apa yang sudah di pikirkan otaknya, sudah dijelaskan sejujur apa pun kalau perempuan itu sudah menganggapnya salah akan tetap salah. Jadi Kevan tidak ingin Alenna masih marah ketika dia pergi nanti. Biarkan Alenna meluapkan emosinya, karena Kevan tahu kekasihnya itu tidak akan berani jika dengannya. "Di bayar berapa lo sama cowok gue, ha?!" Tere tidak bisa menjawab, wanita itu terlalu terkejut dengan serangan Alenna yang tiba-tiba. Kini wajahnya pasti sudah lecet karena kuku Alenna panjang sekali, sialan wajahnya bisa rusak! “Gu” “Bacot!" Alenna menampar wajah wanita yang berada di hadapannya itu, mencakarnya lalu terkadang dia pukul dengan kepalan tangannya yang mungil. Tidak membiarkan wanita itu bicara, tambah emosi Alenna mendengar suaranya! Alenna tambah kesetanan ketika membayangkan hal yang mantap-mantap di lakukan wanita ini dengan kekasihnya. Sialan banget Kevan! "Udah-udah!" Kevan berusaha menghentikan Alenna yang semakin tidak karuan. “Udah Alen!" Kevalenna- 28 "Kamu diam!" Teriak Alenna menatap Kevan dengan galak. "Kamu yang diam! Aku bilang udah!" Napas Alenna tidak beraturan, tangannya sudah berada di genggaman Kevan namun tatapannya masih nyalang menatap wanita di depannya yang sudah kacau. Rambut Tere sudah kusut, wajahnya merah sekali dengan aksen goresan ciptaan kuku Alenna. Bibirnya tidak mengeluarkan darah walaupun memar berwarna biru terlihat jelas di sana, ah Alenna belum puas! "Sekarang lo bisa pergi." Kevan melemparkan cek yang sudah berisi nominal uang, dia akan membayar kerusakan wajah Tere yang di ciptakan kekasihnya itu. Dengan cepat Tere mengambil tas mahalnya yang berada di meja, "Ketemu gue lagi, habis lo!" Teriak Alenna membuat Tere terbirit-birit keluar dari ruangan Kevan. Sulis Maylina - 29 PART 7 I Miss You Alenna berdecak sebal membaca komentar Stella di postingan kekasihnya itu. Beberapa jam yang lalu Kevan memposting foto mereka berdua. Sudah hari kelima sejak Kevan pergi ke London dan hanya hitungan jari mereka berkirim pesan. Alenna sudah kangen berat, di tambah melihat postingan Kevan bikin dia tambah ambyar! Saat ini Alenna sedang di kantin menunggu ketiga temannya yang belum keluar dari kelasnya. Rencananya hari ini mereka ingin pergi untuk perawatan wajah dan rambut, setelah beberapa kali gagal karena ulah Kevan. "Hai," Alenna mendongak dengan ekspresi datar melihat lelaki di hadapannya. Alenna tidak mengenalnya."Emm.. gue Gerald anak Fakultas Bisnis." Ucap lelaki bernama Gerald itu yang ketara sekali bahwa dia gugup. Melihat respon Alenna yang diam saja membuat Gerald jadi salah tingkah, lelaki itu menggaruk tengkuknya. "Gue boleh minta nomor WhatsApp lo?" Tanyanya kemudian duduk di depan Alenna, membuat Alenna risih. "Enggak ada." Alenna buru-buru mengambil tasnya yang berada di atas meja kemudian pergi meninggalkan Gerald yang menatap punggung Alenna dengan penuh minat. Sial, dia penasaran sekali dengan perempuan yang kata teman- temannya sangat cantik namun angkuh tersebut. see Kevalenna- 30 "Gila, kenapa enggak dari dulu aja si Len di warnain begini? Cakep asli!" Rilley heboh sendiri melihat perubahan pada rambut Alenna. "Iya Len, bagus ih. Gue jadi mau ganti warna juga deh." Ucap Stella sambil memegang-megang rambut Alenna yang baru saja berganti warna menjadi warna gold yang sangat terang. "Aduh, Kevan marah enggak ya?" Alenna mengabaikan ucapan teman-temannya, perempuan itu tiba-tiba kepikiran. Kevan itu sangat menyukai rambut Alenna yang berwarna cokelat sebelumnya, katanya membuat Alenna yang ganas terlihat manis. Lah sekarang perempuan itu malah mewarnai rambutnya dengan warna yang seberani ini. "Gue jamin Kevan bakal suka!" Kali ini Kanza yang berkomentar. Dia tidak berbohong, Kanza saja yang perempuan normal mengakui Alenna berkali lipat cantik dengan warna baru di rambutnya. “Makin kelihatan ganas aja lo rambut warna gini. Tipenya Kevan banget ya kan.” Ujar Rilley membuat semuanya tertawa. “Sialan Lo!” Balas Alenna namun ikut tertawa juga. Mereka tidak pernah melihat Alenna mewarnai rambutnya, makanya saat pertama kali melihat mereka sempat berdecak kagum, Alenna itu cantik banget! Sebenarnya Alenna hanya spontan ingin mewarnai rambutnya tadi. Dia bingung ketika teman-temannya sudah memulai perawatan, dia sendiri yang masih menentukan akan menjalani perawatan apa. Jadilah dia meminta petugas Salon untuk memilihkan warna yang cocok untuknya. "Kalau Kevan enggak suka juga enggak mungkin kepala Jo di botakin." Alenna diam-diam mengamininya, mereka tidak terlalu mengenal Kevan. "Kita kemana lagi ni "Shopping time!!!" o" Se Alenna merebahkan tubuhnya di kasur milik Kevan. Sesuai keinginan lelaki itu, Alenna berada di Mansion megahnya yang.. sepi. Alenna kesepian. Sulis Maylina - 31 Perempuan itu mengambil ponselnya yang berada di dalam tas. Ada tiga panggilan tak terjawab dari Kevan dan satu pesan dari nomor tidak di kenal. Dengan cepat Alenna menelepon balik nomor Kevan, namun nomor tersebut tidak aktif. Alenna langsung mendesah kecewa, dia benar-benar sudah rindu Kevan. Lalu Alenna membuka pesan dari nomor asing tersebut. +62 821-0971-02XX BLOKIR | TAMBAH “Hai Alenna, gue Gerald. Save ya;) “ Alenna mengerutkan keningnya, Gerald siapa? “Sorry, Gerald siapa? “ Menurut Alenna, WhatsApp adalah hal yang privasi. Lelaki bernama Gerald ini kenapa bisa tahu nomornya? “Yang tadi nyapa lo di kantin. “ “Dapat nomor gue dari siapa? “ “Ada deh. “ Alenna menatap heran balasan lelaki itu, enggak jelas banget pikirnya. Alenna memutuskan untuk tidak membalas lagi, namun pesan dari Gerald selanjutnya membuatnya tambah heran sekaligus ngeri. yang “Gue suka deh warna rambut lo yang baru, bikin lo kelihatan tambah cantik dan sexy:) “ “Apaan sih, aneh banget." Alenna langsung menaruh ponselnya di nakas samping tempat tidurnya. Lalu mulai memejamkan mata. Di pertengahan malam, di antara tidurnya yang lelap Alenna merasakan sesuatu yang menggerayangi tubuhnya. Dia berusaha membuka mata namun kalah dengan rasa kantuknya. "Kevan," Matanya masih terpejam saat merasakan hisapan kuat di lehernya. "I miss you." Alenna tersenyum mendengar bisikan tersebut. Kevalenna- 32 PART 8 Gerald Alenna terpaksa membuka kelopak matanya ketika di rasa sinar matahari terlalu menyilaukan. Perempuan itu terdiam dengan mata terbuka guna mengumpulkan nyawanya, lalu beranjak untuk mandi. "Lah," Alenna berujar sambil memegang leher serta dadanya yang memerah keunguan. Dia jelas tahu ini adalah kiss mark, matanya langsung melotot ketika mengingat semalam. Ada Kevan kan?! Dengan terburu-buru Alenna mengenakan hotpants serta baju over sizenya yang menenggelamkan celananya, lalu menuruni anak tangga yang melingkar. "Kevan!" Alenna berlari ketika melihat kekasihnya sedang duduk sambil memainkan tab. "Kangen," Kevan menarik tangan Alenna yang memeluknya dari belakang, membawanya ke pangkuannya lalu memeluknya erat, kangen juga dia."Me too." Balasnya sambil mengecup pelipis Alenna. Perempuan itu semangkin mengeratkan pelukannya di leher Jlelaki yang saat ini menggunakan kaus santainya dengan celana pendek. "Kamu kapan sampai? bukannya hari ini seharusnya baru pulang?" Tanya Alenna dengan wajah mendongak. “Semalam. Urusannya udah selesai, jadi aku bisa langsung pulang." Jawab Kevan sambil mencuri kecupan di bibir Alenna. Sulis Maylina - 33 "Loh bukannya orang tua kamu lagi di London juga, kenapa enggak di sana dulu aja?" "Mereka lagi honeymoon." Jawab Kevan dengan singkat. Alenna hanya mengangguk paham, mengerti kalau orang tua Kevan memang sering melakukan honeymoon walaupun usianya tidak muda lagi. Berpindah dari satu negara ke negara Jain. "Kenapa rambutnya begitu?" Kevan menatap Alenna dalam, yang di tatap jadi salah tingkah. "Mau coba aja, hehe." Kevan mengerutkan keningnya, alasan apa itu? "Kamu enggak suka?" Alenna bertanya ketika Kevan hanya diam dengan raut wajah yang tidak terbaca. "Kamu semakin cantik. Aku enggak suka." Dan Alenna bingung harus bereaksi seperti apa. ek "Len, kemarin anak bisnis nanyain lo. Terus dia minta nomor lo, katanya ada yang penting. Siapa sih?" Alenna mengerutkan keningnya. Saat ini perempuan itu sedang berada di cafe yang dekat dengan kampusnya, bersama dengan Stella dan Rilley, sedangkan Kanza masih ada kelas dan perempuan itu bilang akan segera menyusul ketika kelasnya selesai. “Anak bisnis yang mana?" Alenna menatap Rilley dengan bingung. "Kalo gue enggak lupa, namanya Gerald." Alenna Jangsung melotot, "Jadi lo yang kasih nomor gue?!" Rilley mengangguk, "Sorry, soalnya dia bilang penting." Setelah mengatakannya Rilley langsung meringis menatap wajah Alenna yang melotot padanya. "Kan lo tau, Ri. Itu nomor privasi, kalo Kevan tau pokoknya salah lo, ya!" Rilley langsung panik, aduh enggak mau deh dia berurusan sama pacarnya Alenna, takut say! “Mampus lo, cong!" Stella tertawa melihat tampang Rilley yang ketakutan. "Ada-ada aja sih lo lagian!" Kevalenna- 34 "Gue kan enggak tau Stell, orang dia bilang penting banget." Rilley mencoba untuk tenang, walaupun wajahnya tidak bisa menipu kalau dia panik. "Memang dia chat lo apaan, Len?" "Baca aja nih!" Alenna memberikan ponselnya kepada Stella yang langsung membuat Rilley pindah tempat duduk menjadi di sebelah perempuan itu, ingin lihat juga. "Anjir, kok kurang ajar." Ucap Rilley _ setelah membacanya. "Block aja, Len!" Stella berucap kepada Alenna namun tangannya langsung memencet bacaan blokir tersebut. "Jangan sampai ketahuan Kevan kalo ada yang chat lo begini," Alenna hanya diam menerima ponselnya, dia juga paham kalo Kevan enggak boleh tau. “Ngomong-ngomong, cowok lo udah balik?" Tanya Stella saat melihat tanda merah di leher Alenna, bekas ciuman Kevan. "Sudah semalam." Jawa Alenna dengan singkat. "Eh, itu Gerald tuh!" Alenna dan Stella langsung menatap arah yang di liat Rilley. Benar saja, lelaki itu sedang bersama teman-temannya memasuki cafe. "Bagus, ingin gue samperi!" “Mau ngapain anjir, Len?!" "Alen! Buset dah nih cewek!” Rilley dan Stella mengikuti Alenna yang berjalan ke meja tempat Gerald bersama teman- temannya. Belum sampai tempat, Alenna sudah mendengar bisik-bisik dari kumpulan lelaki tersebut yang membicarakannya. Terbukti ada kata ‘Alen' yang dia dengar. “Mana yang namanya Gerald?" Alenna tidak berbasa-basi, dia memang tidak mengingat wajah lelaki itu. "Kenapa, Len?" Alenna langsung memberi tatapan penuh pada lelaki di pojok dekat jendela itu, sok akrab banget! "Lo yang namanya Gerald?" Lelaki itu mengangguk, memamerkan senyumnya. Aduh, enggak ada apa-apanya di banding Kevan! "Maksud lo apa chat gue kaya gitu?" Pengunjung cafe yang lumayan ramai ini langsung menatap Alenna penuh penasaran. Tidak apa, Alenna suka menjadi pusat perhatian. Sulis Maylina - 35 "Kenapa? Lo memang sexy kok." Gerald tersenyum nakal memandang Alenna intens. "Eh Lo jangan kurang ajar!" Kali ini Stella yang membalas ucapan Gerald, kesel juga dia lama-lama. "Gue enggak ada urusan sama lo.” Balas Gerald memandang Stella tidak suka. “Tapi lo nyari masalah sama teman gue!" Sentak Stella. “Aduh ih, udah dong!" Rilley bingung sendiri, dia menarik paksa tangan Alenna dan Stella untuk keluar dari cafe ini. "Diam dulu kek, Ri!" Stella mencoba melepaskan tangannya namun sulit, tenaga Rilley masih ada tenaga cowok juga rupanya. "Awas lo macam-macam sama_ gue!" Alenna mengacungkan jari tengahnya, menatap tajam semua laki-laki di meja Gerald. "Bitch!" Teriak salah satu dari mereka. Bugghhh.. "Anjing, sakit!" Entah siapa terkena lemparan sepatu Rilley itu. Kevalenna- 36 PART 9 Story OF Alenna Alenna merasa hidupnya selalu kesepian. Kehilangan Mama di usianya yang masih kecil, membuatnya seperti kehilangan Papa sekaligus. Awal kepergian sang Mama yang terjadi akibat kecelakaan membuat Papanya -Arez- selalu merasa bersalah. Arez pergi meninggalkan rumah, beralasan tidak ingin melihat bayang-bayang sang istri. Yang berarti meninggalkan Alenna sendirian bersama para ‘Mbak’ yang menemaninya. Alenna_ kecil merasa semua yang di cintai pergi meninggalkannya. Wajah gadis kecil itu selalu murung, tubuhnya kurus sekali dengan kulit putih pucat serta mata yang selalu memandang kosong. Membuat pengasuhnya ikut sedih. Pengasuh Alenna sudah tua, namanya Miranda. Alenna memanggilnya tanpa embel-embel apa pun, hanya memanggil nama. Bertahun-tahun sejak Mama meninggal dan Papa pergi, Alenna hanya ingin di temani Miranda. Malam itu, Alenna kecil minta di temani tidur oleh Miranda karena merasa perasaannya sangat gelisah. "Miranda, aku kangen Mama." Alenna berucap di tengah heningnya malam, dia tidak bisa tidur dan meminta Miranda untuk jangan tidur dulu. Namun Miranda tidak menjawab, Alenna tiba-tiba ketakutan saat melihat perut Miranda tidak bergerak, tanda pernapasannya tidak ada. Sulis Maylina - 37 Alenna panik, gadis kecil itu keluar kamar meneriaki para penjaga dan pelayan di rumahnya. Jantungnya tiba-tiba berpacu sangat kencang, tidak wajar. Napasnya terputus-putus, Jalu tiba-tiba tubuhnya tidak bisa bisa di gerakkan karna otot tubuhnya terlalu tegang, membuatnya pusing. Lalu tiba-tiba Alenna tidak sadar. Seisi rumah panik, mereka memberi kabar kepada Arez yang langsung bergerak cepat datang kembali ke rumah. Dua tahun lebih meninggalkan sang putri kecilnya, kini melihat gadis cantiknya kejang-kejang tentu saja membuat Arez hampir mati. Tidak, Alenna tidak boleh pergi seperti Ailen-istri nya. Lelaki yang masih gagah walau terlihat sangat lelah itu menggendong putri kecilnya, memeluknya lalu tanpa sadar air matanya keluar dengan deras. "Sayang, tolong sadar. Maafkan Papa." Ucapnya sambil terus memeluk tubuh kurus Alenna. “Panggilkan Dokter!" Arez berteriak menatap para pelayan rumahnya yang ikut menangis khawatir. "Dokter sedang dalam perjalanan, Tuan." Salah seorang penjaga menjawab. Lalu dua orang Dokter datang, memeriksa Alenna dan satunya lagi ke kamar untuk memeriksa Miranda. Panic Disorder. Arez ingin sekali berteriak dengan kencang. Apalagi ini? Demi Tuhan, putri cantiknya masih sangat belia untuk mengalami hal semacam ini! Dokter itu menjelaskan. Alenna Jasmine, putrinya yang manis mengalami Panic Disorder. Dimana keadaan tersebut terjadi akibat kekhawatiran yang berlebihan yang di alaminya, seperti cemas akan sesuatu yang terjadi, dan stress yang berlebihan. Dan dari pengamatan Dokter, Alenna sudah lama mengalami serangan panik ini. Biasanya Panic Disorder hanya berlangsung selama lima sampai sepuluh menit. Dan terparah bisa sampai kejang yang berlangsung selama satu jam. Dan itu yang di alami Alenna sekarang. Kevalenna- 38 Arez merasa ini semua salahnya. Istri tercintanya pergi, lalu sekarang putri satu-satunya mengalami hal semacam ini pasti karena dirinya. "Demi Tuhan Alenna, Papa menyesal. Maafkan Papa." Arez mengelus lalu mencium tangan Alenna dengan dada yang menyesak penuh sesal. Miranda telah tiada. Arez tau, Miranda adalah orang terdekat putrinya beberapa tahun belakangan ini. Lalu setelah ini bagaimana, apa yang harus Arez lakukan? Allenna membuka mata, rasa pusing langsung menghantamnya. "Papa," suara Alenna serak sekaligus bergetar, membuat Arez mengeluarkan air matanya lagi. “Miranda..". Alenna langsung menangis, dirinya di tinggalkan.. lagi. sk Bertahun-tahun berlalu, Alenna beranjak remaja. Gadis itu tumbuh dengan sempurna, dengan ceria. Sejak kejadian beberapa tahun yang lalu, Arez berubah. Dia selalu berada di rumah, menemani putrinya yang mulai menerima keadaan. Lelaki itu bahkan sering kali membawa pekerjaan kantornya ke rumah, semata-mata agar putri cantiknya ini tidak kesepian lagi. “Papa, Alen senang banget di sana banyak teman." Arez tersenyum, mengelus rambut panjang Alenna yang sudah berusia 15 tahun sekarang. Putri kecilnya kini baru memasuki Sekolah Menengah Atas. "Oh ya? Kenalkan dong ke Papa." "Iya besok Alen kenalkan ya, tapi ada satu yang kaya bencong Pa." Alenna tertawa membayangkan Rilley, teman barunya yang kaya cewek itu. Arez tersenyum, melihat Alenna tertawa seperti ini membuat dadanya lega. Perlahan-lahan putrinya sudah mulai ikhlas dan menerima semuanya. "Maaf ya, selama ini kamu Papa kurung.” Arez menatap putrinya yang sedang makan Pizza itu. Sejak kejadian di mana Alenna di ketahui mengalami Panic Disorder, Arez Sulis Maylina - 39 memperketat pergaulan Alenna, dia bahkan tidak menyekolahkan Alenna di Sekolah umum, Arez terlalu khawatir. Semester pertama Alenna sekolah semuanya berjalan lancar, Alenna mulai terbiasa dengan keramaian. Alenna senang, tentu saja. Dia tidak kesepian lagi. Mempunyai banyak teman, dan di segani. Ah Alenna senang menjadi dirinya yang sekarang. Gadis itu mencolok sekali karena parasnya yang indah. Orang-orang senang dekat dengannya, karna akan ikut menjadi famous. Alenna tidak peduli orang mendekatinya hanya untuk memanfaatkannya, Alenna senang selama mereka tidak berbuat jahat padanya. Memasuki kelas dua Alenna mulai menjadi tak terkendali. Gadis itu membuat banyak sekali masalah. Membuat sang Papa harus datang ke sekolahnya karena panggilan Guru. Tidak apa, Arez tidak masalah harus datang dan meninggalkan pekerjaannya. Asal Alenna tidak menampakkan wajah sedihnya, Arez akan selalu memaafkan semua perbuatan nakal Alenna. Namun, Arez sedih ketika Alenna ingin tinggal di Apartemen sendirian. Gadis remaja itu kekeh ingin memilikinya, katanya biar dia punya tempat yang enak kalau lagi ada teman se-geng nya. Arez bingung, memangnya apa yang kurang enak dari kediamannya? Tapi, lagi-lagi Arez hanya bisa menuruti keinginan putrinya itu. Asal Alenna Jasmine bahagia, kenapa harus dia Jarang? Arez mulai khawatir, ketika putrinya berkata suka pada lelaki bernama Kevan. Arez tidak ingin Alenna mempunyai pacar, dia takut Alenna ketergantungan lalu ketika putus Alenna mengalami kejadian itu lagi, karna merasa ditinggalkan. Ah, Papanya yang baik itu tidak tahu saja. Gadis kecilnya sudah gonta-ganti pacar, dan semua berjalan lancar di atas kendali Alenna. Kevalenna- 40 Semuanya, kecuali Kevan. Alenna sudah ketergantungan pada lelaki itu, kan? Sulis Maylina - 41 PART 0 Wet Kiss Setelah perdebatan tadi siang di cafe, membuat Alenna dan kedua temannya memilih pergi dan memutuskan untuk berdiam diri di apartemen Alenna. "Gara-gara tuh orang, sepatu gue jadi enggak berguna kan ada sebelah doang!" Gerutu Rilley dengan wajah sebalnya. "Jangan kaya orang susah, please deh." Stella menatap jengah Rilley yang sedang mengoleskan kuteks hitam milik Alenna. "Kanza udah lo kasih tau kalo kita lagi disini?" Alenna bertanya, entah kepada siapa karna perempuan itu sedang memejamkan matanya, merasakan hawa dingin di wajahnya efek dari masker yang di gunakan. "Udah." Jawab Stella singkat.Tidak ada pembicaraan lagi. Mereka masing-masing sibuk dengan dunianya. Pintu kamar Alenna terbuka, membuat dua manusia di dalamnya memusatkan perhatiannya ke pintu. "Kapan balik, Kev?" Stella berbasa-basi, perempuan itu sebenarnya sudah tahu dari Alenna tadi. "Semalam." Kevan menjawab dengan singkat, tanpa melihat Jawan bicaranya karena pandangannya terarah kepada gadis yang sepertinya tidur. Kevan berjalan ke arah Alenna. Berjongkok di samping tempat tidur perempuan itu. Menyingkirkan anak rambut Alenna yang menempel di masker wajahnya. Kevan menempelkan bibirnya ke bibir Alenna, memberikan kecupan seringan kapas. Perempuan itu masih memejamkan matanya, tidak Kevalenna- 42 terganggu. Lelaki itu menyelipkan lidahnya di bibir Alenna yang rapat. Perempuan itu memalingkan wajahnya ke samping, Jalu melanjutkan tidurnya. Membuat Kevan tersenyum melihatnya. "Gerald siapa?" Stella beserta Rilley langsung melihat Kevan, lelaki itu masih menatap Alenna dan mengelus rambutnya. "Siapa?" Kevan bertanya lagi ketika tidak ada yang menjawab, kali ini melayangkan tatapannya kepada Rilley. "Eng.. Gue enggak kenal Kev, Sumpah." Rilley takut- takut membalas tatapan Kevan. Anjrit, tau aja lagi nih orang! "Jangan sembarangan kasih nomor cewek gue ke orang, apalagi ke cowok." Nadanya datar sekali, membuat Rilley tambah takut. "Iya, sorry. Enggak lagi." Ucap Rilley dengan pelan. "Gue mau ke Club biasa. Kasih tau Alenna, gue lupa taruh handphone di mana." Setelah mengatakan itu Kevan kembali mencium bibir Alenna, kemudian pergi meninggalkan apartemen kekasihnya itu. "Anjir, deg-degan gue!" “Lagian sih lo!" sk Suasana bising dan kepulan asap menyambut Alenna ketika memasuki Club elit di Jakarta ini. Tubuhnya beberapa kali tertabrak oleh orang mabuk yang memaksakan diri untuk tetap joget mengikuti musik DJ. Alenna sampai di lantai atas. Lantai atas juga penuh, tapi tidak sepadat di bawah. Perempuan itu mengedarkan pandangannya ke tempat kumpul anak Brigezz. Seperti biasa, mereka sedang bermain Biliard. Alenna mendekat, tidak melihat Kevan. Lelaki itu di sini kan? "Sergio, Kevan mana?" Alenna berteriak, suara musik terlalu keras. "Lagi mojok di sana tuh!" Balas lelaki itu dengan teriakan juga. Alenna mengikuti arah telunjuk Sergio yang menunjuk Sulis Maylina - 43 sebuah ruangan yang di sekat kaca. Benar, Kevan lagi mojok. Sendirian. Alenna berjalan ke arah Kevan. Lelaki itu menyadari, pandangannya mengikuti langkah Alenna. “Hai,” Sapa Alenna langsung duduk di pangkuan Kevan. Lelaki itu tidak menjawab namun tangannya meraih kepala Alenna lalu mempertemukan bibir mereka. Lidah Kevan dengan tidak sabaran menerobos ke dalam mulut Alenna yang sudah terbuka. Mereka_ saling mengecap dengan rakus, tidak menghiraukan bibirnya yang sudah terasa panas akibat terlalu kasar mereka berciuman. Kevan menyudahi ciumannya. "Kamu sendirian?" Lelaki itu menatap Alenna yang juga menatapnya dengan pandangan melas. Alenna kemudian mengangguk cepat sebagai jawaban. Kevan hanya diam ketika wajahnya di raih Alenna, dia tidak membalas pangutan kekasihnya itu. Alenna menciumnya lembut sekali, perempuan itu menyapukan ujung lidahnya ke Jangit-langit mulut Kevan, menimbulkan desahan halus keluar dari bibirnya. Sialan, Kevan mulai terangsang! Lelaki itu menahan bahu Alenna, memisahkan bibir mereka lagi. Sekarang Alenna mendelik kesal. “Aku enggak mau bikin kamu telanjang di sini." Kevan mendesis, suaranya terdengar serak. Kepala lelaki itu tertunduk di antara bahu dan leher Alenna. Berusaha meredam gairahnya yang mudah terpancing jika dekat dengan kekasihnya ini. “Mau minum." Kevan mengecup leher Alenna lalu menegakkan kembali kepalanya. Lelaki itu mengambil gelas kosong lalu menyerahkan kepada Alenna. Sementara dirinya menuangkan alkohol yang berada dalam botol. Alenna menyambutnya dengan senang, tumben Kevan baik. Lelaki itu menahan tangan Alenna ketika perempuan itu ingin menenggaknya, dia malah mengarahkan gelas itu ke mulutnya sendiri lalu meraih kepala Alenna lagi dan mentransfer minuman di mulutnya ke mulut Alenna. Kevalenna- 44 Alenna terbatuk, lalu membuat banyak minuman tersebut tumpah membasahi dagu dan turun ke lehernya. Umpatan Alenna tertahan dan tergantikan dengan desahan ketika Kevan menjilat tumpahan tersebut di dagu dan lehernya, membuatnya basah. "Kevan.." Panggil Alenna dengan suara lemasnya. "Hmm," "Jangan berhenti." Kevan menyeringai, dengan senang hati dia turuti. Lelaki itu paham betul, leher adalah daerah sensitif kekasihnya. Alenna mendesah tertahan lalu menjambak rambut halus Kevan, membuat lelaki itu semakin bersemangat membuat Alenna lemas. Tangannya sudah bermain di dada Alenna, meremasnya kencang hingga membuat Alenna memekik. “Ke apartemen?" Kevan sendiri sudah tidak tahan untuk menelanjangi kekasihnya, lelaki itu menatap wajah Alenna dengan napas memburu. Dengan sekali anggukan dari Alenna, maka mereka berdua pergi meninggalkan Club tersebut. "Gue cabut duluan!" Teriak Kevan sambil menggandeng tangan Alenna. Teman-temannya hanya geleng kepala melihatnya. Sulis Maylina - 45 PART Il Lost Contro| Alenna terbangun ketika merasakan sesuatu bergerak di atas tubuhnya. Perempuan itu membuka matanya lalu menemukan rambut hitam dengan wangi khas Kevan. Alenna refleks mengangkat tangannya untuk mengusap rambut hitam legam tersebut, membuat Kevan mendongak menatapnya dengan sayang. "Hai," Alenna salah tingkah ditatap seperti itu oleh Kevan. "I'm sorry." Ucapan Kevan membuat Alenna teringat kejadian semalam. Mereka berdua lost control. Tidak mengingat akan komitmen yang mereka buat sendiri. Sesuatu yang di nantikan kelak, nyatanya goyah. Kalah oleh nafsu yang sudah dari dulu mereka tahan."Kevan, kita melakukannya tanpa paksaan. Kamu enggak perlu merasa bersalah." Ucap Alenna sambil mengusap wajah Kevan, membuat oe) lelaki itu memejamkan matanya. "Kamu enggak menyesal kan, Len?" Lelaki itu membuka matanya kembali, menatap wajah cantik kekasihnya. "Sama sekali enggak. Lagi pula sekarang atau pun nanti, akhirnya juga akan sama kamu kan?” Kevan tersenyum sambil menatap Alenna dalam, “Tentu saja.” Jawabnya dengan yakin sambil mengecup pelipis Alenna. "Kamu mau lagi?” Pertanyaan Kevan membuat Alenna melebarkan matanya kaget. Kevalenna- 46 Namun kemudian tersenyum sambil mengangguk tanpa ragu, walau senyumnya terkesan malu-malu. Ah Alenna. Kevan mengecup dada Alenna, lalu menaikkan tubuhnya agar sejajar dengan wajah kekasihnya itu. "You're so damn beautiful." Alenna mengabaikan ucapan Kevan, perempuan itu sedang menikmati rangsangan yang Kevan berikan. Kevan melepaskan hisapannya pada dada Alenna, lelaki itu menatap wajah Alenna yang memerah lalu menggerakkan jemarinya untuk bermain di inti Alenna. Membuat perempuan itu tersentak. Merasakan perih namun menyukainya. “Kamu sangat basah, sayang." Lelaki itu tersenyum devil merasakan Alenna sudah sangat siap. Dengan tidak sabaran, Kevan memasukkan miliknya membuat Alenna memekik kaget. sk Alenna menatap dengan rahang yang hampir turun ke bawah, menelan salivanya dengan susah payah. Itu serius masuk ke gue? Tanyanya dalam hati. Saat ini mereka berdua sedang membersihkan diri bersama, membuatnya mengulang lagi kegiatan di kasur tadi dan semalam. Jujur saja, Alenna baru pertama kali melihat milik Kevan. Tidak menyangka akan eng.. sebesar itu dan.. panjang. Selama melakukan skinship Alenna hanya merasakannya dari luar celana yang lelaki itu pakai, tidak pernah melihatnya secara langsung begini. "Sini," Kevan menarik lengan Alenna ketika air yang berisi busa di bathub sudah siap. Alenna merasakan rileks ketika air dingin itu menyentuh kulitnya, dengan mata terpejam dia menyenderkan tubuhnya ke dada Kevan yang berada di belakangnya. Membiarkan tangan Jelaki itu bekerja menggosokkan sabun ke tubuhnya. Alenna membuka matanya kembali ketika merasakan sesuatu menusuk pantatnya. "Kevan!" Alenna menolehkan kepalanya ke belakang, menatap Kevan dengan kesal. Sulis Maylina - 47 "Berdiri sendiri, sayang." Kevan meringis, kenapa juga adik-nya jadi cepat tegang begini. "Makanya tangan kamu jangan di sini terus!" Alenna menepis tangan Kevan di dadanya, membuat lelaki itu menatap tidak suka namun tetap menjauhkan tangannya. Kasihan juga dia kepada Alenna yang sudah dia ajak main berkali-kali. Akhirnya Kevan memilih untuk meninggalkan bathub dan berdiri di bawah shower, membiarkan Alenna berendam dengan mata terpejam. “Aku duluan, kamu jangan lama-lama." Ujar Kevan. "Iya." Sebelum keluar lelaki itu menghampiri Alenna lalu memberinya kecupan-kecupan di seluruh wajah kekasihnya itu. sek Kevan menyesap orange juicenya, lalu kembali menggerakkan jemarinya di laptop. Membereskan sedikit pekerjaannya karena hari ini dia tidak pergi ke kantor. Alenna sedang tidur setelah menyelesaikan acara mandinya tadi. Lelaki itu mengingat penyatuannya semalam dengan Alenna yang sudah dua tahun bersamanya. Sangat menakjubkan. Sesuatu yang dia nantikan dengan Alenna akhirnya terjadi. Kevan bahagia ketika menemukan cairan berwarna merah itu. Lelaki itu sendiri sebenarnya bukan kali pertama melakukannya, dia adalah lelaki remaja yang tinggal di negara bebas sana. Lelaki itu mengingat awal pertemuannya dengan Alenna, perempuan yang sangat manis namun nakal secara bersamaan. Ketika perempuan lain hanya menyukainya secara diam-diam, Alenna menyukainya dengan sangat agresif. Lelaki itu tersenyum mengingat saat Alenna menembaknya. Lalu ingatannya berputar mengingat pertama kali Alenna mengajaknya berkenalan dengan lelaki yang perempuan itu panggil Papa. Lelaki yang seumuran dengan orang tuanya. Lelaki yang sangat lembut ketika menatap Alenna, memperlakukan perempuan remaja itu layaknya anak kecil yang selalu dimanja. Kevan ingat tatapan permusuhan yang di layangkan lelaki itu ketika Alenna pergi ke kamarnya. Kevalenna- 48 "Jangan pernah sakiti anak saya, tolong jaga dia." Ucapnya dengan sendu kala itu. Hanya itu yang di ucapkan lelaki tersebut. Dan Kevan mengiyakan dengan senang hati. Dia akan selalu menjaga Alenna-nya, kan? Sulis Maylina - 49 PART 12 Curiosity Alenna membuka matanya dengan terpaksa. Dia kelaparan, sekarang sudah jam delapan malam. Pantas saja dia belum makan dari pagi. Alenna meringis ketika hendak melangkah, sakit di selangkangan dan pegal di tubuhnya baru terasa sekarang. Maklum, tadi sedang enak-enaknya. Makanya dia abaikan rasa perih. Alenna kembali lagi ke tempat tidur, rebahan sudah paling nikmat. Alenna berteriak memanggil Kevan, namun tidak ada jawaban. Akhirnya Alenna menghubungi Kevan namun tidak di angkat. Lalu dia beralih menelepon Rigel, salah satu teman Kevan. "Halo?" Sapa Rigel dari seberang sana. "Lo dimana?" "Arena. Kenapa, Len?" "Kevan ada?" "Tadi sih ada sama gue, cuma enggak kelihatan lagi deh tuh anak."Oh oke, thanks Gel." Alenna langsung mematikan panggilan tersebut. Perempuan itu berpikir sejenak, dengan mengabaikan rasa perihnya yang di rasa Alenna bersiap-siap untuk ke Arena. Perempuan itu memilih menggunakan baju crop top yang membentuk lekuk badannya, di padukan dengan celana jeans yang membuat kakinya terlihat lebih jenjang dan tinggi. Setelah mengenakan sepatu hitamnya, Alenna mengambil kunci mobil Lamborghini milikinya yang di tinggal di apartmen Kevan. Kevalenna- 50 sek Kevan bersama dengan Rigel dan Onad, sedang duduk di kap mobil miliknya. Setelah pekerjaannya selesai, Kevan bosan sedangkan Alenna masih terlelap. Akhirnya dia memutuskan untuk nongkrong dan menonton balap di arena. Lelaki itu meneguk soda kaleng yang berada di genggamannya, walaupun pembicaraan temannya masih dia dengarkan namun pandangannya mengarah pada perempuan yang sedari tadi melihatnya dengan tatapan nakalnya. Veronica. Semua yang berada di arena kenal dengan perempuan itu, jelas saja. Sepak terjangnya di ranjang sudah tidak diragukan. "Woy bangsat! Makin buluk aja lo!" Kevan memutuskan tatapan keduanya, pandangannya kembali fokus kepada teman- temannya. Figo baru saja datang setelah liburannya ke Pulau Maladewa bersama dengan gebetannya. "Ini namanya eksotis, norak lo!" Meskipun kesal kulitnya yang dia anggap eksotis di bilang buluk, Figo tetap membalas tos ala anak Brigezz kepada Onad. "Bagaimana Desah?” Tanya Rigel ketika kini giliran mereka tos. "Disha, anjing!" Rigel itu, sudah di bilang berkali-kali kalau gebetan Figo itu namanya Disha bukan Desah, masih saja di sengaja! "Ya itu lah sama aja, udah enggak kan?" Melihat tampang Figo membuat ketiganya tertawa, "Sialan lo!" Umpat Figo dengan tampang kesalnya. "Di bilangin enggak percaya sih lo, makanya jangan liat orang dari luarnya aja!" Disha itu kalem, kelihatan anak rumahan banget. Makanya Figo mau ajak main sedikit, eh dia malah salah perkiraan. Figo melengos saja, lelaki itu memutuskan untuk ke depan melihat siapa yang bertanding. “Alenna ke mana Kev? Tumben enggak ngintilin." Tanya Onad baru menyadari jika Alenna tidak ada di sini. “Tidur." Jawab Kevan dengan singkat. Sulis Maylina - 51 "Buset, masih sore gini udah tidur tuh bocah." Kevan mengabaikan ucapan Rigel, lelaki itu kembali melihat Veronica, perempuan itu sedang tertawa bersama teman- temannya. "Lo kenapa dah liatin Veronica terus?" Rigel yang sedang fokus meresapi rasa asin dari kulit kuaci langsung melihat Onad. Pandangan Onad ke arah Kevan, jadi Rigel ikut melihat Kevan. Benar saja, Kevan sedang memperhatikan Veronica. "Gue penasaran." Jawab Kevan sekenanya. "Anjir!" Rigel dan Onad berseru heboh, seorang Kevan penasaran sama cewek?! "Ingat ada macan, Kev!" Rigel berseru panik, macan itu maksudnya Alenna. "Jangan gila!" Onad memperingati Kevan, dia fine-fine saja kalau bukan Kevan yang bilang penasaran. "Enggak waras lo ah, ayo ke depan aja!" Rigel berjalan ke tempat Figo, di ikuti oleh Onad. Tapi Kevan masih diam di tempatnya, masih memperhatikan Veronica. Lelaki itu bersender di pintu mobil, mengeluarkan ponselnya berniat mengabari Alenna kalau dia berada di sini. Padahal sudah sejam yang lalu, tapi dia lupa. "Hei," Kevan langsung mendongak, lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya. Tidak jadi mengabari Alenna. "Hei?" Kevan agak linglung. "Lo dari tadi ngeliatin gue, kenapa?" Tanya Veronica sedangkan Kevan mengerutkan keningnya. “Bukannya lo juga ngeliatin gue?" Kekehan Veronica terdengar ketika Kevan malah balik bertanya. "Lo Kevan, kan?" Kevan hanya mengangguk. Veronica sebenarnya sudah tahu wajah dan beberapa kali mendengar bahasan tentang cowok bernama Kevan yang katanya ganteng itu, tapi dia enggak berani mendekati karena tatapan cowok itu menakutkan. Lagi pula, dia tahu Kevan sudah punya pacar. Veronica enggak tertarik menjadi orang ketiga. Tapi dia jadi tertarik ketika Kevan menatapnya tadi. Itu pancingan, kan? Kevalenna- 52 "Cewek lo mana?" Veronica berbasa-basi, dia merasa canggung berada dekat dengan lelaki ini. “Enggak ada." Di balasnya selalu singkat, membuat Veronica bingung lagi mau membicarakan apa. Akhirnya mereka berdua berdiri dalam diam. "Nomor lo?" Veronica mendongak menatap Kevan bingung, namun langsung tersenyum ketika melihat handphone \elaki itu di sodorkan ke arahnya. Dengan cepat Veronica menuliskan nomornya dan menamakan Veronica, Jalu mengembalikannya ke Kevan. Langit tiba-tiba bergemuruh, lalu rintik hujan mulai turun. Hanya gerimis kecil, namun Kevan mengajak Veronica untuk masuk ke dalam mobilnya. Veronica mencium wangi yang sangat manly ketika memasuki mobil Kevan. Veronica suka dengan mobil Kevan yang mewah, namun tidak suka ketika melihat foto polaroid yang tergantung. Foto Kevan sedang berciuman dengan perempuan, ah tentu saja itu Alenna. Veronica tahu perempuan itu. Kenapa Veronica harus tidak suka? Bukannya dia menghindari menjadi tokoh orang ketiga? Tapi kan lelaki itu sendiri yang mengundangnya. Tentu saja Veronica senang mendapat undangan itu. Mungkin kondisi hening di dalam mobil dan hawa dingin yang berasal dari AC membuat keduanya terbawa suasana. Tanpa sadar bibir keduanya bertemu, mereka berciuman. Kevan membalasnya, ah bahkan dia yang memulai. Keduanya hanyut dalam ciuman yang semakin lama semakin menuntut. Veronica merangkak ke pangkuan Kevan dan di balas dengan sambutan. Lelaki itu memegang pinggang Veronica erat, matanya menatap Veronica yang sedang terpejam. Lalu dia ikut memejamkan matanya ketika ciuman Veronica merambat ke lehernya. ek Alenna melambatkan kecepatan mobilnya ketika sudah melihat keramaian. Mencari tempat untuk mobilnya parkir, Sulis Maylina - 53 lalu terdiam sebentar untuk kembali menelepon Kevan. Masih sama, tidak di angkat. Alenna berdecak sebal ketika gerimis turun, dia harus menunggu reda agar tidak basah. Tapi dia bosan, dan dia lapar. Jadi dia memutuskan untuk keluar dari dalam mobil, gerimisnya tidak terlalu deras jadi dia tidak perlu berlari. Alenna mengedarkan pandangannya mencari orang yang di kenalnya, namun tidak menemukan satu pun. Akhirnya dia menghubungi Rigel kembali dan lelaki itu melambaikan tangannya. Namun Alenna mengerutkan keningnya ketika tidak melihat Kevan di antara sekumpulan anak Brigezz. “Lah, cowok gue mana?" Tanya Alenna dengan bingung. "Lagi ngelon." Alenna langsung melotot galak mendengar jawaban Figo. "Dimana Gel?" Perempuan itu menatap Rigel yang tertawa. “Enggak liat gue, terakhir sih tadi di dekat mobilnya. Coba aja lo kesana." "Ya di mana mobilnya?!" Alenna bertanya lagi dengan kesal. "Noh, dekat cabe-cabean noh!" Figo menunjuk sekumpulan teman Veronica. Alenna mengikuti telunjuk Figo dan langsung melihat mobil Kevan. "Eh gue minta ya, haus!" Setelah mengambil cola yang entah punya siapa, Alenna langsung berjalan ke arah mobil Kevan sambil menegak minuman soda itu. "Kenapa lo?!" Alenna sedang lapar, jadi sensi. Di lihatin sedikit saja langsung galak. Alenna sudah sampai di dekat mobil Kevan. Kaca mobil lelaki itu gelap, jadi Alenna harus mendekatkan wajahnya ke jendela mobil untuk memastikan Kevan berada di dalam atau tidak. Alenna melihatnya. Dan dua manusia itu tidak menyadari. Dada Alenna langsung berdegup tidak terima. Kencang sekali, tubuhnya lemas. Alenna ingin menangis ketika melihat Kevan sangat menikmatinya. Kevalenna- 54 Selangkangan Alenna masih sakit, dan lelaki itu seenaknya berbuat seperti ini dengan perempuan lain? Alenna menggeleng mengusir rasa sakit yang teramat di rasakannya, dia menghapus air matanya dengan kasar. Alenna kemudian mengambil batu yang berada di dekatnya, lalu melempar batu tersebut ke mobil Kevan. Menimbulkan bunyi keras yang mengundang banyak perhatian. Pintu mobil masih belum terbuka, kali ini Alenna melempar minumannya. Dan sudah siap untuk melempar batu Jagi namun pintu mobil terbuka dan keluar lah Kevan dengan wajah kagetnya. Perempuan yang tidak Alenna kenali keluar dari pintu sebelahnya. Mata Alenna sudah berkaca-kaca, "Bangsat!" Perempuan itu melempar batu yang sudah berada di tangannya mengenai dahi Kevan. "Len," Suara Kevan tercekat, dia panik. Alenna mengalihkan tatapannya ke perempuan itu, lalu menghampirinya memberikan tamparan dan tonjokan keras di tulang pipi perempuan itu sampai membuatnya terjatuh. Orang-orang hanya menonton. “Aku bisa jelaskan, Len." Kevan meraih tangan Alenna dan langsung mendapat tepisan kasar dari perempuan itu. “Enggak usah pegang gue, lo menjijikkan." Ujar Alenna dengan mata yang buram akibat air mata yang mengumpul di pelopaknya. “Alenna!" Bentak Kevan tidak terima mendengar kalimat menjijikkan keluar dari mulut kekasihnya. "Gue mau putus!" Sulis Maylina - 55 PART 13 Break Up? “Apa-apaan?!" Kevan berteriak ketika mendengar perkataan Alenna. "Lo yang apa-apaan! Gue benci banget sama lo, Kevan!" Alenna menangis, tidak peduli orang-orang menontonnya. Perempuan itu berlari ke mobilnya yang terparkir lebih jauh, Kevan langsung mengejarnya “Enggak ada putus-putus!" Ucap Kevan mengeraskan rahangnya, tidak suka mendengar kata putus dari Alenna. "Enggak usah pegang tangan gue, anjing!" Alenna menarik tangannya yang di cengkeram Kevan, namun gagal karena terlalu kuat. Akhirnya Alenna mendorong Kevan, membuat lelaki itu mundur beberapa langkah. Namun cengkeramannya tetap tidak di lepas. "Gue bisa jelasin!" Bentak Kevan."Jelasin apa? Gue enggak butuh! Sekarang terserah lo, berbuat sesuka lo. Lo bebas, kita put-" Kevan membungkam Alenna dengan ciumannya yang kasar. Lelaki itu kalut, dia panik. Alenna selalu tahan dengan sikapnya, baru kali ini dia mendengar kata putus dari kekasihnya itu. "Anjing! Gue enggak sudi!" Alenna menggigit bibir Kevan sampai berdarah, lalu menampar lelaki itu. Cukup keras sampai wajah Kevan menoleh ke samping. Alenna_ langsung mengelap _ bibirnya setelah ciuman mereka terlepas. Enak saja, bekas cewek lain langsung cium-cium ke bibirnya! Lalu Alenna kembali untuk berjalan ke mobilnya. Kevalenna- 56 “Pulang sama gue!" Alenna mengabaikan, tetap berjalan seolah Kevan tidak bicara. "Alenna jangan buat kesabaran gue habis!" Kevan Jangsung menutup mobil Alenna kencang sekali ketika perempuan itu membukanya. "Mending lo pergi. Gue beneran muak liat lo." Alenna tidak berteriak seperti tadi, dia sudah lelah. "Jaga ucapan kamu!" Balas Kevan dengan mata memerahnya karena emosi. "Lo jaga kelakuan kalau gitu. Udah, minggir. Jangan pernah muncul lagi di hadapan gue." Alenna membuka lagi pintu mobilnya ketika tangan Kevan sudah tidak menghalangi pintu. Dengan cepat pintu mobil dia kunci dari dalam agar Kevan tidak bisa membukanya. Lelaki itu menggedor kaca mobil Alenna dengan kasar. Alenna tidak peduli. Dengan kecepatan tinggi Alenna pergi meninggalkan arena. "Fuck!" Kevan menyugar rambutnya ke belakang dengan kasar, lalu berlari ke mobilnya. Orang-orang masih menonton. Hubungan Kevan dan Alenna memang terkenal, tentu saja membuat semua orang penasaran. "Kev?" Veronica memandang Kevan yang berjalan melewatinya. Lelaki itu berbalik untuk melihat Veronica. "Tadi gue cuma penasaran. By the way, ciuman lo enggak enak.". Ucap Kevan tanpa berperasaan. Lalu setelah mengatakannya Kevan meludah. Membuat semua orang kaget, dan Veronica malu. Lelaki itu memasuki mobilnya, lalu menekan klakson tanpa henti ketika Veronica masih terdiam di depan mobilnya. "Minggir goblok!" Veronica kaget mendengar bentakan terasa dari Kevan. Lelaki itu langsung menjalankan mobilnya dengan cepat, membuat Veronica terserempet sampai terjatuh. "Huftt, kan gue sudah bilang ada macan. Segala berulah sih." Rigel menatap mobil Kevan yang sudah berjalan jauh, kencang sekali. ek Sulis Maylina - 57 Kevan mengejar mobil Alenna, mobil itu sudah berada di depannya. Dia tidak menghalangi mobil itu untuk berhenti. Hanya mengikuti dari belakang. Mobil Alenna tidak mengarah ke apartemennya maupun apartemen perempuan itu, dia pulang ke rumah Papanya. Alenna mengklakson mobilnya berkali-kali ketika sudah berada di depan pagar tinggi itu, pagar tersebut terbuka membuat Alenna langsung memasukinya dan di ikuti mobil Kevan. Alenna memarkirkan mobilnya di depan undakan tangga menuju pintu utama, membuat Kevan juga berhenti di sana. "Len," Perempuan itu berlari memasuki rumah mengabaikan panggilan Kevan. Kevan mengikuti langkah Alenna yang berlari membuat para pelayan yang melihatnya kebingungan. "Papa ke mana?" Salah satu pelayan linglung, sedikit kaget melihat Alenna lari-larian dengan mata yang berair. "Masih di Belanda, non." Mendengar itu Alenna mengangguk lalu berjalan untuk menuju kamarnya. “Alenna!" Perempuan itu baru saja ingin menutup pintu kamarnya, namun di tahan oleh Kevan. “Buka!" Mata Kevan tajam sekali melihatnya, membuat Alenna takut. Dengan air mata yang mengalir akhirnya Alenna membiarkan Kevan masuk ke kamarnya. Perempuan itu memasuki walk in closet miliknya yang berada di dalam kamar, Kevan masih terus mengikuti. “Aku minta maaf, Alen." Alenna diam saja, perempuan itu mengambil koper miliknya di salah satu pintu lemari. "Mau kemana?!" Tanya Kevan dengan panik. Lelaki menarik koper tersebut lalu membuangnya menjauh, Alenna abaikan. Dia mengambil kopernya yang lain. “Punya mulut digunakan!" Sentak Kevan ketika Alenna tidak menjawab pertanyaannya. “Digunakan untuk apa? = Ciuman?!" Kevan menghembuskan napasnya lelah. "Len, tadi tuh cuma ke bawa suasana aja." Alenna menatap Kevan tidak percaya. Kevalenna- 58 "Kebawa_ suasana? Enak banget lo ngomong! Selangkangan gue masih perih, Lo enak-enakan ciuman sama cewek lain!" Kevan diam saja, jujur dia merasa sangat bersalah. "Mending lo pergi terus lanjutin ciuman lo tadi. Gue mau ke Papa." Ujar Alenna sambil memasukkan bajunya ke dalam koper. "Enggak! Balik ke apartemen aku sekarang." Kevan menarik Alenna untuk keluar, Alenna menahan sebelah tangannya ke pintu lemari yang terbuka. "Gue enggak mau! Lepaskan!" “Kevan!!" Alenna menjerit kencang, tangannya yang memegang lemari sudah perih, tidak kuat lagi untuk menahannya. "Gue benci sama lo! Gue mau putus!" Kevan mengabaikan ucapan serta jeritan Alenna, dia tidak senang mendengar kata putus. Alenna menggigit lengan Kevan yang menariknya, membuat Kevan refleks melepaskan. "Alenna!" Bentaknya dengan keras. "Kita putus!" Kevan sudah habis kesabaran, lelaki itu mencengkeram pipi Alenna dengan kuat. "Gue enggak mau dengar kalimat itu keluar lagi.” Nadanya rendah sekali, tatapannya menusuk. Berbeda dengan mata Alenna yang buram, siap meloloskan air matanya lagi. Dia sudah menangis hingga sesenggukan. "Mau ke Papa." Kali ini Alenna berujar dengan sangat pelan, air matanya tidak kunjung berhenti. "Lo sama gue!" Ujar Kevan tidak mau kalah. “Enggak mau! Gue benci sama lo!" Kevan mengabaikannya, lelaki itu menyeret Alenna lagi. "Enggak mau Kevan, enggak mau!" Alenna menjerit kencang. Dia benci Kevan. Karena harus melewati tangga, Kevan menggendong Alenna di pundaknya. Membuat kepala Alenna pusing. “Turunin!" Teriak Alenna masih dengan tangisannya. “Diam! Nanti jatuh." Alenna tidak peduli, kakinya terus berontak. Sulis Maylina - 59 Kevan menurunkan Alenna ketika sudah berada di samping pintu mobilnya. "Gue enggak mau naik mobil Lo!" Alenna tidak sudi duduk di tempat bekas wanita lain. "Ya sudah pakai mobil kamu dulu, mana kuncinya?” Pinta Kevan. “Enggak, mending lo pulang sendiri!" Alenna membalik badannya untuk masuk ke dalam rumah lagi, namun dengan cepat Kevan menariknya. “Gue enggak suka di lawan." Ujar Kevan dengan pelan sambil menatap Alenna dengan tajam. “Bajingan." "Yes, i'm" Alenna langsung meludah dan mengenai dagu Kevan, dia sudah sangat muak. Sedangkan Kevan langsung terdiam, kaget. Rahangnya mengeras, cengkeraman tangannya di pinggang Alenna mengencang membuat perempuan itu kembali menangis. “Lo sudah terlalu berani melawan gue, Len. Gue enggak suka." Tekan Kevan di setiap kalimatnya. "Ya sudah kita putus kalo gitu." “Bangsat!" Kevan mendorong Alenna ke pintu mobil dengan kencang hingga mengeluarkan bunyi akibat tubuh dan pintu mobil yang bertabrakan. Emosinya sudah tidak bisa di tahan lagi. "Sakit Kevan!" Jerit Alenna, sebelah tangannya memegang kepalanya yang terbentur. “Enggak mau, gue enggak mau naik mobil lo!" Alenna berontak kembali ketika Kevan memasukkan dirinya paksa ke dalam mobil. Alenna benar-benar tidak sudi duduk di sini. "Diam!" Kevan memasangkan seat belt pada tubuh Alenna. Lalu dengan cepat mengitari mobilnya, kemudian memacunya dengan kencang meninggalkan kediaman Alenna. Kevalenna- 60 PART 14 Not That Easy Alenna merasa pusing ketika membuka matanya. “Bangsat." Alenna menyadari dia sudah berada di kamar apartemen Kevan. Dia melihat jam, pukul 01.00. Dan dia tidak menemukan Kevan di kamarnya. Dengan hati-hati Alenna beranjak dari kasur, ingin pergi dari sini. Dia membuka pintu kamar, matanya melihat sekeliling. Sepi, di mana Kevan? Ketika di rasa Kevan benar-benar tidak ada, Alenna dengan cepat mengenakan sepatu miliknya yang berada di samping tempat tidur. Lalu mengambil salah satu kunci mobil Kevan yang berada di laci. "Nanti gue ganti." Alenna mengambil beberapa lembar uang di dompet Kevan yang tergeletak, dompet miliknya tertinggal di dalam mobilnya. Sebelum keluar dari kamar Alenna mencuci wajah sebentar dan menguncir asal rambutnya, lalu membuka pintu kamar dengan sangat pelan."Mau kemana?" Jantung Alenna seperti pindah tempat. Kevan sedang melepas sepatunya di pintu masuk yang baru saja ditutup, sialan dia kurang cepat. "Pergi." Jawab Alenna dengan sok berani, sebenarnya ketakutan. "Pergi?" Kevan tersenyum miring, dia melempar plastik yang berisi makanan ringan ke lantai. Lelaki itu berjalan ke arah Alenna yang mematung tidak bisa menggerakkan tubuhnya untuk segera berlari. “Kamu enggak Sulis Maylina - 61 akan bisa pergi dari aku, Len." Lelaki itu mengelus sisi wajah Alenna, membuat Alenna tambah ketakutan. "Gue bisa." Suara Alenna tercekat, wajah Kevan mendekat ke wajahnya. "Gue enggak mau dicium sama lo!" Alenna mendorong tubuh Kevan dengan kencang. "Kamu nolak?" Tanya Kevan dengan alis yang di angkat. "Gue jijik." Harga diri Kevan terluka. Lelaki itu meraih rambut Alenna dan menariknya hingga wajah perempuan itu mendongak. “Jijik?" Kevan mengendus leher Alenna dan menjilatinya. “Lepaskan!" Ucap Alenna dengan pelan, tangannya memegang tangan Kevan yang berada di kepalanya. "Gue udah minta maaf, bangsat!" Kevan berteriak di wajah Alenna, membuat Alenna kaget dan air matanya turun lagi. Kevan tidak pernah seperti ini. “Lo mau pergi ke mana? Lo enggak akan bisa, sayang." Alenna mundur ketika Kevan berjalan maju. Memasuki kamar kembali, Alenna di dorong ke tempat tidur. Lelaki itu merangkak menindih Alenna. Wajahnya dia tenggelamkan ke leher perempuan itu untuk memberinya tanda, seperti biasa. Namun kali ini Alenna menghindar. "Jangan nolak gue," Kevan berujar pelan, nadanya sedikit bergetar. "Jangan nolak gue!" Kali ini kembali berteriak. Mata lelaki itu memerah. "Lo mau ngapain?!" Alenna panik ketika Kevan membuka baju yang lelaki itu pakai, di lanjut membuka celana jeansnya menyisakan boxer Calvin Klein yang ketat. "Kevan gue enggak mau!" Kali ini Kevan membuka kancing celana yang Alenna pakai, sedikit sulit karena perempuan itu berontak. Bagian bawah Alenna sudah tidak tertutup apa-apa. Tangan Kevan mulai memainkan inti Alenna, memancing gairahnya sendiri. Kevalenna- 62 "Kevan, bangsat! Gue enggak mau!" Alenna berteriak ketika Kevan langsung memasukkan miliknya dengan kasar. Membuat Alenna berteriak karna merasa perih. Alenna berusaha memukul Kevan hingga mencakarnya dengan kukuk-kukuknya yang panjang. Kevan membiarkan, dia akan membuat Alenna kesulitan untuk berjalan. Sehingga perempuan itu tidak akan kabur lagi. Dia pintar, kan? ke Kevan menghentikan gerakannya pada tubuh Alenna. Kemudian melepaskan penyatuan mereka lalu membalik tubuh Alenna yang sedari tadi menungging. Alenna tertidur sejam yang lalu, namun Kevan tidak berhenti melakukannya. Dia takut Alenna masih cukup kuat untuk pergi darinya, Kevan tidak ingin Alenna pergi. Matahari sudah memunculkan sinarnya, mungkin sudah jam 06.00 atau bahkan lebih. Kalau saja tidak ada rapat pukul delapan nanti, mungkin Kevan masih melanjutkannya. Lelaki itu melihat tubuh telanjang Alenna yang penuh dengan kiss mark, lalu mengusap memar kebiruan yang berada di pinggang Alenna karena dia terlalu kuat menahan tubuh Alenna yang terus berontak tadi. Kevan tidak peduli kalau setelah bangun nanti Alenna akan membencinya, yang penting Alenna tidak pergi. "Maaf sayang." Kevan berujar sedih, segala penyesalan yang telah dia buat dan kesabaran Alenna selama ini tiba-tiba berkumpul di ingatannya. Kevan beranjak dari tempat tidur, memakai boxernya kembali lalu ke kamar mandi mengambil air hangat dan wash lap. Dengan sangat hati-hati Kevan mengusap tubuh Alenna yang terkena cairannya supaya tidur Alenna lebih nyaman. Kevan memakaikan selimut hingga leher Alenna. Tidak memakaikan Alenna baju, walk in closetnya dia kunci. Sengaja agar Alenna tidak bisa pergi. Kevan takut sekali. Alenna tiba-tiba membuka matanya, dia merasakan perih karena terlalu banyak mengeluarkan air mata, tubuhnya lemas. Sulis Maylina - 63 Alenna melihat Kevan sedang menatapnya, kemudian dia kembali memejamkan mata. Kali ini benar-benar tidur. Kevan mengucapkan maaf berkali-kali di kepala Alenna sambil sesekali menciumnya. Lalu lelaki itu mandi, dia merasakan perih di punggung serta dadanya. Tubuhnya banyak sekali cakaran, namun dia tersenyum. Alenna menandainya juga. Selesai mandi Kevan bersiap-siap mengenakan kemeja putihnya, jas serta dasinya dia pegang. Sebelum berangkat Kevan mengambil handphone Alenna yang berada di celana yang semalam kekasihnya itu pakai, kemudian menaruh pakaian Alenna di kamar mandi luar kamar agar Alenna tidak bisa memakainya lagi. Kevan duduk di sofa samping tempat tidur. Tatapannya kosong, namun pikirannya penuh dengan perkataan Alenna yang melukai harga dirinya. Alenna menolak sentuhannya, perempuan itu bilang jijik. Terlebih sampai mengatakan putus dan ingin pergi meninggalkannya. Kevan tidak suka. Lelaki itu mendengus ketika selesai mengetikan kata pengamannya di ponsel langsung menampilkan nama Veronica beserta nomornya. Kevan langsung memblokirnya, bodoh sekali dia semalam. Sudah jam 07.15, Kevan harus berangkat. Dia menghampiri Alenna lalu§ menciumnya dalam, lalu menatapnya dan kembali menciumnya. Kemudian memastikan tidak ada akses Alenna untuk bisa pergi baru lah dia keluar dari kamar dan menguncinya dari luar. Alenna tidak akan bisa kemana-mana. eK "Halo, tuan?” "Ya?" "Non Alen tidak mau makan, dari tadi menangis." Kevan memijat kepalanya yang pusing, dia bisa mendengar jeritan Alenna di seberang sana. Kevan tadi menyuruh salah satu pelayan yang bekerja di mansionnya untuk datang mengurus dan menjaga Alenna. Kevalenna- 64 "Sebentar lagi saya pulang." Tanpa menunggu jawaban, Kevan langsung menutup telepon. Dia menghembuskan napas lelahnya, Alen sekarang benar-benar keras kepala. Kevan sudah lelah dengan urusan kantor, semoga saja Alenna tidak membuatnya emosi kembali. Jam 14.00 jalanan agak lenggang, mungkin semua orang masih sibuk dengan aktivitasnya sehingga Kevan tidak perlu terjebak macet di siang ini. Lelaki itu membuka pintu masuk, jeritan Alenna sudah terdengar. "Pergi! Gue enggak mau!" Teriaknya di barengi dengan tangisan. Dengan santai Kevan berjalan masuk ke kamarnya, lelaki itu menonton Alenna sambil bersedekap dada dan bersender di pintu masuk, Alesnna sedang menendang- nendang selimutnya sedangkan pelayan itu mencoba menenangkan. "Biar saya saja." Keduanya serempak menoleh ke arah Kevan yang mulai berjalan mendekat. Dengan cepat pelayan itu menunduk lalu berpamitan keluar. "Kenapa berhenti nangisnya?" Tanya Kevan sambil melonggarkan dasinya. “Lanjutin dong sayang." Alenna menepis tangan Kevan yang ingin menyentuh wajahnya. Lelaki itu tertawa mengejek, masih mau melawan rupanya. "Selimutnya jangan di tendang." Tubuh Alenna masih polos, Kevan tidak ingin Alenna demam karena udara di kamar terlalu dingin. Namun ketika mengusap kepala perempuan itu dia sudah merasakan hawa panas. "Makan dulu ya?" Tanya Kevan dengan lembut. "Mau pulang." "Jangan mulai!" Alenna baru berbicara dua kata, namun sudah membuat emosinya meradang. Kevan mengambil makanan Alenna yang berada di atas nakas. Lalu membantu Alenna untuk duduk dan bersandar di tempat tidur. Alenna tidak ingin melawan, dia sudah lelah. “Habis ini minum obat." Alenna tidak menjawab, mulutnya hanya di buka untuk menerima suapan dari Kevan. Sulis Maylina - 65 “Aku minta maaf," Ujar Kevan sambil menatap Alenna. “Minta maaf untuk kemudian di ulang lagi? Aku udah cape sama kelakuan kamu." Jawab Alenna membalas tatapan yang Kevan berikan. “Alenna, aku benar-ben—“ “Aku enggak mau dengar. Mending kamu diam." Kevan menghembuskan napasnya pasrah. "Fine, sekarang minum obat dulu.” Entah obat apa yang di berikan Kevan, Alenna tidak peduli. eck Dua hari setelah pertengkaran mereka Alenna sudah mau berbicara dengan Kevan, walaupun masih sedikit jutek. "Ikut," Alenna sudah rapih dengan rok pendek serta crop top berlengan panjangnya. Kevan tadi bilang ingin ke arena karena Rigel ingin bertanding, dia ingin menonton. Alenna tentu saja tidak ingin kecolongan lagi. Mereka berdua menuju basement di mana mobil Kevan berada, Alenna tidak mau kalau naik mobil yang di gunakan bekas perempuan lain. Jadilah mereka menggunakan mobil yang lain. Ke arena guys. Alenna mengirimkan pesan di grup chatnya, dia menyuruh teman-temannya untuk ke arena, dia mau melabrak Veronica. Alenna mau main keroyokan. Stella, Rilley dan Kanza sudah tahu permasalahannya. Sebenarnya ketiga teman Alenna itu ingin memarahi Kevan juga. Tapi mana berani. Sampai di sana, Alenna sudah melihat ketiga temannya berkumpul dengan anak Brigezz. Kevan membuka pintunya, lalu memeluk pinggang Alenna. Mata perempuan itu melihat sekeliling, ada beberapa yang melihatnya dengan takut-takut mungkin penasaran karna_ kejadian kemarin. Lalu pandangannya beradu dengan mata Veronica, dia juga bersama teman-temannya. Alenna tersenyum miring yang dibalas dengan tatapan benci Veronica. Tunggu saja, kita lihat siapa yang menang. Kevalenna- 66 PART 18 War Alenna sedang duduk di kap mobil milik Figo. Sedangkan Kevan berdiri di antara kedua kakinya sambil memeluk Alenna dengan wajah yang berada di leher kekasihnya itu, matanya terpejam. Kevan mengantuk, padahal masih jam 23.00. Dan Alenna tidak mau di ajak pulang. Misinya belum terlaksanakan. "Minggir dulu, Kevan." Alenna merengek, sedari tadi dia sudah minta di lepaskan. "Mau kemana sih?" Lelaki itu semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Alenna. "Mau ke situ dulu sebentar.". Kevan mengangkat kepalanya dari dari bahu Alenna, melihat telunjuk Alenna yang mengarah kepada Stella yang seperti menungguinya. "Jangan lama-lama." Kevan mencium lehernya, lalu melepaskan pelukannya kemudian membantu Alenna turun dari kap mobil tersebut."Oke." Alenna sedikit berlari ke arah teman-temannya, sedangkan Kevan oe) berjalan berlawanan ke arah anak Brigezz. "Ayo," Alenna mengajak teman-temannya ke tempat Veronica yang sedang berkumpul dengan teman-temannya juga. Yah, enggak jadi main keroyokan kalau begini mah. "Helo, bitch.” Sapaan Alenna ketika berada tepat di depan wajah Veronica sedikit membuat perempuan itu terkejut, hanya sekilas lalu berubah menjadi tatapan kesal. Veronica masih sangat malu atas kejadian kemarin. Sulis Maylina - 67 "Stylenya murah banget." Kanza spontan menutup mulutnya mengejek ketika Veronica beserta kelima teman- temannya menatap tajam. "Maksud lo apa?!" Bentak Veronica menatap Kanza dengan galak. “Woah, santai-santai." Ucap Riilley sambil menggerakkan tangannya ke Veronica. “Apaan si lo, banci!" Veronica langsung menepis tangan Rilley dengan kasar. "Heh jablay, jangan kurang ajar lo ya!" Ucap Rilley dengan kesal kemudian langsung mendorong bahu Veronica dan di balas dorongan lagi. “Biar gue aja, Ri." Ucap Alenna menengahi. "Satu lawan satu, oke?” Alenna bersedekap dada. Tatapannya menilai Veronica, kebiasaannya sebelum memulai perang. Benar kata Kanza, murah. "Cara apa yang lo lakukan buat memancing cowok gue?" Tanya Alenna sebagai pembukaan. Veronica tersenyum sinis, tangannya ikut bersedekap. "Coba tanya baik-baik ke cowok lo itu, siapa yang mancing siapa." Jawab Veronica menekan kata ‘cowok'. "Ciuman cowok lo enak ya?" Wajah Veronica menyebalkan sekali, membuat Alenna tanpa_basa-basi langsung menamparnya. Teman-teman Veronica terkejut, ingin membantu Veronica namun di tahan oleh perempuan itu. "Cewek kaya lo itu terlalu gampang-" Alenna belum sempat menyelesaikan omongannya, tertahan dengan tamparan Veronica. Telinganya sampai berdengung. "Sialan, berani menyentuh gue lo?!" Alenna langsung mendorong Veronica sampai perempuan itu menabrak pintu mobil di belakangnya. Persis seperti yang di lakukan Kevan. Alenna tidak berani membalas Kevan, jadi dia balas ke Veronica tidak apa kan? Kevalenna- 68 Veronica meringis, lalu wajahnya memerah. Dia menyerang balik Alenna. Klise, perempuan berantem kalau tidak tamparan ya jambakan. Keduanya saling mendorong dengan tangan yang masing- masing berada di kepala lawannya. Semua teman-temannya hanya menonton dan menyemangati. "Terus, Len. Jambaki sampai botak!!" "Kurang kenceng!" "Ver, jangan mau kalah!" Kepala Alenna sudah sangat panas, Veronica benar-benar kurang ajar! "Bangsat," Veronica memegang perutnya yang di tendang Alenna. Veronica itu jalangnya arena, mau di taruh mana wajahnya kalau kalah. Jadi, dengan sekuat tenaga walaupun perutnya sakit, dia tetap melawan Alenna. Dia menonjok pipi Alenna hingga membuat memar kebiruan di wajah mulusnya. Alenna kesakitan, dia meludah dan ternyata berdarah. Alenna semakin menjadi, dia mendorong Veronica sampai terjatuh. Lalu menduduki perut Veronica dan mencekik leher perempuan itu. “Anjir, Len jangan di bunuh juga anak orang!" Teriak Stella menyadarkan Alenna. "Woy tolongin woy!" Mereka semua mendadak panik, Alenna sepertinya tidak mau melepaskan. Wajah Veronica sudah memerah dengan mata yang melotot. Mendengar teriakan tolong beberapa orang di arena mulai berdatangan. Semuanya terkejut, Veronica-pialanya arena sedang di cekik. "Eh bantuin dongo, malah pada nonton!" Riilley enggak sadar diri, padahal dia dari awal berada di sana hanya menonton. Semuanya masih menonton, Veronica membalas cekikan Alenna. Dia mendorong Alenna dan kini merubah posisinya. Veronica berada di atas. Alenna sudah terbatuk-batuk, namun tangannya masih mampu untuk menjambak rambut Veronica. Membuat Veronica melepaskan cekikannya. Sulis Maylina - 69 "Minggir lo, jablay!" Stella mendorong Veronica dari tubuh Alenna, membuat perempuan itu terjengkang ke belakang. "Udah, Len." Alenna di bantu untuk berdiri oleh Stella dan mereka membantu membersihkan tubuh Alenna yang terkena kotoran pasir. "Siku lo berdarah nih!" Kanza meringis melihat luka lecet di siku Alenna, membuat baju berlengan panjang yang dipakainya robek. "Perih anjir jangan di pegang!" Ucap Alenna meringis ketika Riley mencoba untuk menghilangkan pasir yang menempel di luka Alenna. “Sudah ayo bersihkan dulu." Ajak Kanza. Mereka bertempat berjalan meninggalkan Veronica dan teman- temannya yang masih menatapnya dengan kesal. sek "Eh, kenapa lo Len?" Figo langsung berdiri dari duduknya melihat Alenna yang berjalan di tuntun oleh Stella. Tampang Alenna seperti mau makan orang. Kevan mengerutkan keningnya memandang Alenna. Tubuh perempuan itu kotor dengan rambut yang berantakan dan wajahnya memar. "Kenapa?" Tanya Kevan ketika Alenna sudah berdiri di hadapannya. "Habis perang." Jawab Alenna masih sedikit terbawa emosi akibat perkelahian tadi. Kevan hanya geleng kepala saat melihat Veronica lebih mengenaskan, lelaki itu baru paham. "Sini," Tangannya meraih wajah Alenna, melihat seberapa parah luka yang di terima Alenna. Kevan tidak suka orang lain membuat Alenna-nya terluka. Yang boleh menyakiti atau pun membahagiakan Alenna hanya dirinya, yang lain tidak boleh. Kevalenna- 70 PART 16 Retaliation "Iya. Ingat, bareng-bareng." Kevan mematikan sambungannya. Pandangannya menerawang. Tadi, dia menyuruh beberapa anak buahnya untuk memakai Veronica. Perempuan itu menyebabkan Alenna ingin _pergi, membuat kata putus keluar dari mulut cantiknya itu, dan barusan melukai wajah kesayangannya. Kevan tidak suka. Beberapa minggu yang lalu, Kevan mengetahui lelaki bernama Gerald mengusik miliknya. Tentu saja Kevan tidak tinggal diam. Lelaki itu menyuruh anak buahnya juga untuk membereskan bocah itu. Kevan tidak ingin repot-repot mengotori tangannya. Entah anak itu di apakan, yang jelas Kevan tidak ingin lagi mendengar bahwa ada yang mengganggu Alenna-nya.Kevan keluar dari kamar mandi, lalu berjalan ke tempat tidur. Memeluk Alenna yang sudah terlelap lalu mengecup leher oe) kekasihnya itu. "Sorry for everything, love." Ucap Kevan kemudian ikut tertidur di samping Alenna sambil memeluknya dengan erat. seek Alenna berjalan ke ruang makan, pagi ini dia akan masuk kuliah setelah hampir seminggu bolos. Alenna memang bercita-cita menjadi mahasiswi abadi. "Selamat pagi, sayang." Sapa Alenna di barengi dengan kecupan di pipi Kevan. Sulis Maylina - 71 “Aku bareng ya," Ucapnya kemudian sambil mengambil pancakenya lalu memulai sarapan. Kevan hanya bergumam, pagi ini dia di pusingkan dengan laporan mengenai pembangunan hotelnya yang berada di Bali. Sedikit rancu, membuat pagi Kevan buruk. Alenna cuek saja, dia mana mengerti masalah pekerjaan lelaki itu. “Kayanya aku bakal pergi ke Bali, eh enggak tau deh." Ujar Kevan dengan bingung. "Ha?" Alenna mengerutkan keningnya tidak mengerti, "Enggak, enggak jadi." Kevan masih fokus dengan laptopnya, sarapan miliknya sudah habis. “Adakan rapat." Ujarnya. "Ha?" Alenna baru melihat Kevan, ternyata sedang menelepon. Alenna merasa idiot sekali pagi ini. "Kamu sarapan nya sudah?" Tanya Kevan tanpa melihat Alenna “Sudah.” Jawab Alenna dengan singkat. “Berangkat sekarang ya." Alenna melihat jam di tangannya, masih terlalu pagi sebenarnya. "Oke." Jawabnya kemudian. Di dalam perjalanan tidak ada pembicaraan di antara keduanya, Kevan berkali-kali menelepon orang kantornya sambil marah-marah. Sepertinya memang ada masalah. Alenna bosan, jadi dia membuka aplikasi Instagram. Ada banyak akun yang menandainya. Alenna membuka secara random, lalu langsung menampilkan video di akun gosip. Sialan, itu video perkelahiannya semalam dengan Veronica. Alenna memang sempat terjun ke dunia Entertainment, makanya sampai sekarang walaupun dia sudah tidak berkecimpung lagi namanya masih cukup terkenal. Masuk lambe pula. ‘Ini sapose, hengpon jadul minceu nangkep model nih. Ada yang kenal enggak kira-kira sama mbak cantik ini. Katanya sih rebutan cowok, aduh cowok banyak keleus!’ Kevalenna- 72 “Apaan sih, minceu bala-bala!" Ucap Alenna kesal ketika melihat video serta caption yang tertera di bawahnya. Dalam video itu Alenna sedang menindih Veronica. Makanya walaupun kesal, dia memencet tanda Jove. Keren juga gue, batinnya. "Kenapa?" Tanya Kevan sambil melirik Alenna yang sibuk dengan ponselnya. "Biasa, lambe. Eh sudah sampai ya?" Tanya Alenna dengan kaget. "Dari tadi sayang." Alenna hanya tertawa menampilkan deretan giginya yang rapi. "Ya sudah aku mau jadi anak rajin dulu ya, sini salim." Kevan tertawa, lalu memberikan tangannya kepada Alenna yang langsung di cium oleh kekasihnya itu. "Belajar yang benar, jangan berantem terus." Ujar Kevan sambil mengelus rambutnya, memberikan Alenna wejangan. "Cium," Alenna memajukan bibirnya, lagi-lagi membuat Kevan tertawa. Gemas sekali. "Udah ih, Kevan!" Alenna menepuk dada Kevan. "Kamu, mah!" Ujar dengan kesal ketika Kevan menciumnya dengan Jama dan sedikit kasar. "Tadi minta cium," Kevan merapikan rambut Alenna yang sedikit berantakan. “Nih, buat jajan." Mata Alenna langsung berbinar, Kevan memberikan kartu unlimitednya. "Th jadi makin sayang, sini cium lagi." Kali ini Alenna yang tidak melepaskan ciumannya. Keduanya larut berciuman di dalam mobil yang terparkir. "Sudah sana kerja, cari uang yang banyak!" Ujar Alenna sambil tertawa. Kemudian dia turun dari mobil dan perempuan meniup ciuman jauh sebelum menutup pintu mobil Kevan. "Dadah!" Ujarnya dengan riang sambil menggerakkan tangannya. “Woy, sableng!" Cengiran cerah Alenna berganti delikan tajam. “Apaan sih?" Tanyanya dengan sebal. "Muka lo, masuk lambe!” Jawab Stella sambil tertawa. Sulis Maylina - 73 “Sudah tau, keren abis gue ya." Ujar Alenna dengan alis yang di naik turunkan. Stella memutar bola matanya, dasar Alenna. "Lo ada kelas pagi juga?" Tanya Alenna yang dibalas dengan deheman halus dari perempuan di sampingnya. "Eh, tuh orang mukanya kenapa dah?" Stella mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk melihat ponsel, dia melihat telunjuk Alenna yang mengarah ke Gerald. Stella menelan salivanya susah payah, wajah Gerald babak belur dan lengannya di balut gips. Sudah pasti ini kelakuan Kevan. “Emm, mana gue tau. SUdahlah, ngapain diurusi." Stella menarik tangan Alenna, mengajak temannya itu untuk ke kantin. Dia belum sarapan. “Menurut lo semalam gue keren enggak?" Tanya Alenna ingin menyombongkan diri. "Keren apaan, muka lo kaya mau nangis!" Jawab Stella sambil tertawa ketika membayangkan wajah memerah Alenna. Yang di ledek langsung mendelik sebal. "Kepala gue kaya mau copot anjir, sialan memang si jablay!" Memang benar kok, mata Alenna sampai merah karna menahan perih di kepalanya akibat jambakan Veronica. Bukan nangis, enak saja! “Iyain, biar cepat." Alenna langsung menampar pelan pipi Stella. "Jalan yuk?” Ajak Alenna sambil menyenggol bahu Stella. “Mau rajin kuliah aja setannya banyak banget, heran gue!" Keluh gadis itu. "Eh tai, habis kelas maksud gue. Di kasih jajan nih sama Kevan." Alenna memamerkan kartunya, membuat jiwa-jiwa matre berteriak. Termasuk dirinya sendiri. Kevalenna- 74 PART 17 Bali and Terror Alenna sedikit berlari ke tempat parkir mobil, Kevan menjemputnya tiba-tiba. Rencana ingin jalan bersama Stella akhirnya gagal. Lelaki itu bilang ada urusan mendesak dan Alenna di wajibkan untuk ikut. Alenna melihat Maserati GranCabrio terparkir sempurna dengan Kevan yang berada di dalam mobil tersebut, lelaki itu tampan sekali dengan balutan kemeja dan kacamata hitamnya. "Hai," Alenna meraih tengkuk Kevan lalu menyambar bibir tebal milik lelaki itu. Ciuman intens mereka terlepas, Kevan mulai menggerakkan mobilnya meninggalkan halaman kampus Alenna. "Kita ke Bali, ya." Ujar Kevan tiba-tiba. "Ngapain?" Alenna sedikit terkejut."Ada sedikit masalah di sana, sekalian liburan.” Jawab Kevan sambil melirik sekilas ke arah Alenna, perempuan itu tampak berpikir lalu menganggukkan kepalanya senang. Jadi anak rajinnya besok-besok aja deh, batin Alenna. "Berapa lama?" Alenna menatap Kevan, pacarnya beneran ganteng banget! Alenna itu senang sekali melihat Kevan di balik kemudi. Tangan kokoh lelaki itu memperlihatkan urat venanya yang menonjol, selalu membuat Alen gagal fokus. "Seminggu?" Kevan tampak ragu mengatakannya, pasalnya dia juga tidak tahu apakah masalah di sana bisa selesai dengan cepat atau tidak. Sulis Maylina - 75 "Terus baju-baju aku bagaimana?" Tanya Alenna menyadari jika ini terlalu mendadak. “Sudah di siapkan, kita langsung ke bandara." Jawab Kevan dengan tenang. wee Selama perjalanan kurang lebih dua jam akhirnya mereka sampai di Pulau Dewata. Alenna tampak mengantuk karna ini jadwal tidur siangnya, kepalanya dia senderkan di bahu tegap Kevan sembari mengikuti langkah kaki lelaki itu. Alenna, Kevan beserta dua karyawan kantornya termasuk Rose menaiki mobil yang sudah di siapkan untuk menuju resort di daerah Ubud. Di dalam mobil Kevan sibuk dengan tabnya sedangkan Alenna memejamkan matanya, sesekali Kevan mengecup kening kekasihnya itu. Mereka tiba di resort sekitar pukul empat sore, Alenna sudah segar di bangunkan Kevan ketika sampai. Perempuan itu tampak senang melihat pemandangan dari balkon, sudah lama dia tidak liburan. "Masuk Len, anginnya kencang." Alenna langsung masuk ke dalam, menghampiri Kevan yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang masih basah dan hanya dibalut handuk di pinggangnya. "Basah sayang." Ujar Kevan. Dia berusaha menjauhkan Alenna yang memeluknya, perempuan itu menempelkan pipinya di dada Kevan. Membuat tetesan air mengenai wajah Alenna. "Adem." Jawab Alenna sambil mendongak dan langsung di cium oleh Kevan. "Minggir dulu aku mau pakai baju." Sebelum melepaskan pelukannya Alenna mencuri sedikit ciuman lagi di bibir Kevan, membuat lelaki itu tersenyum. Alenna naik ke atas kasur dan memainkan ponselnya, ada notifikasi dari Stella yang marah-marah karena sudah menunggunya. Alenna tertawa dan menelepon Stella, mengatakan maaf dan berjanji akan membelikan apa saja yang perempuan itu inginkan ketika dia pulang nanti. Kevalenna- 76 Kevan sudah mengenakan kaus dan celana pendeknya, Jelaki itu menghampiri Alenna yang sedang bersandar di kepala ranjang. Kevan melepaskan satu tangan Alenna dari ponselnya untuk lelaki itu masuk ke dalam pelukan Alenna. “Aku mau tidur dulu." Ujarnya dengan mata yang langsung terpejam. Alenna mengelus kepala Kevan yang berada di dadanya dan sesekali mengecup kepala lelaki itu. eke Alenna ketiduran, perempuan terbangun ketika sinar matahari sudah berganti dengan cahaya lampu. Kevan yang tadi berada di pelukannya juga sudah tidak ada, posisi tidurnya pun sudah tidak bersender di kepala ranjang seperti tadi. Alenna mengedarkan pandangannya tidak menemukan keberadaan Kevan. Perempuan itu mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas, ternyata ada pesan dari Kevan. Kekasihnya itu mengatakan maaf tidak bisa dinner bersamanya karena pertemuan rekan bisnis malam ini merangkap dengan dinner. Alenna berdecak sebal, aku pikir bakalan ada dinner romantis dengan candle light yang mengelilingi. Alenna berjalan ke arah mini bar yang berada di kamarnya, ada makan malam yang sudah di siapkan di sana. Alenna membuka sliding door yang memisahkan kamarnya dengan private pool, angin malam langsung menerpa wajahnya. Alenna membawa makanannya ke sana, kakinya dia masukkan ke dalam kolam renang itu. Alenna tidak suka dengan keadaan hening seperti ini, dia selalu merasa kesepian dan takut. Handphonenya bergetar, ada pesan masuk. Lonely, huh? Alenna mengerutkan keningnya membaca pesan itu. Panggilan masuk dengan nomor yang sama membuat Alenna sedikit deg-degan untuk mengangkatnya. "Halo?" Tidak ada sahutan dari sana membuat Alenna merasa tidak nyaman. "Jangan macam-macam deh!" Alenna _ langsung mematikan sambungannya. Namun pesan baru masuk kembali. Sulis Maylina - 77 You're so sexy with red bra. Alenna seketika menunduk untuk melihat bajunya. Dia mengenakan kaus putih transparan yang memperlihatkan dalamannya. Oh, shit! dia memang memakai bra merah. “Bangsat!" Alenna buru-buru beranjak dari duduknya, sedikit berlari untuk menuju kamarnya dan meninggalkan makanan yang belum sempat dia telan. Scared? :) Alenna mengunci sling door dan menutupnya dengan hordeng panjang, tubuhnya sedikit gemetar. Sialan dia benar- benar takut sekarang! Alenna membuka kembali pesan dari Kevan, baru berselang satu jam pesan terakhir yang lelaki itu kirimkan, tidak mungkin pertemuan bisnis hanya memakan waktu sebentar. Perempuan itu mencoba untuk menelepon Kevan namun nomornya tidak aktif. Jangan takut gitu dong :) Kali ini Alenna membanting ponselnya. Kevalenna- 78 PART 18 Night Activity Jam 01.00 Kevan sampai di resortnnya setelah dari Club sehabis pertemuan bisnis tadi. Kevan ingin menolak karena Alenna sendirian, namun partnernya terus memaksa. Kevan mengerutkan kening ketika gerbang resortnya terbuka, seingatnya semua pintu sudah dia kunci dari luar. Lelaki itu membuka pintu masuk dan keadaan di dalam hening, Jalu membuka pintu kamarnya. Alenna masih tidur disana, lalu siapa yang membuka gerbang? Kevan menaiki kasur membuat kasur bergerak dan Alenna langsung teriak. "Kenapa sih?" Kevan kaget sekaligus bingung, dia mengira Alenna masih tertidur tadi. "Alenna!" Kevan menggoyangkan tubuh Alenna yang bergetar ketakutan."Kamu kenapa?" Tanya Kevan dan raut bingungnya. Alenna membuka matanya ketika menyadari bahwa Kevan yang berada ve di dekatnya. Alenna menangis tiba-tiba, membuat Kevan tambah bingung. "Kenapa Alenna?" Perempuan itu menggeleng, namun tubuhnya masih bergetar. "Kenapa?!" Kevan sedikit |—membentak Alenna, membuat Alenna kaget dan tatapannya langsung fokus pada Kevan. Alenna meraih tengkuk Kevan tiba-tiba, mencium bibir tebal kekasihnya itu penuh dengan kekalutan. Kevan berusaha untuk melepas, dia tidak suka cara Alenna menciumnya. Terasa aneh menurutnya. Sulis Maylina - 79 "Lepas." Kevan menahan bahu Alenna mencoba untuk membuat jarak keduanya, namun tenaga Alenna kali ini benar- benar kuat. "Aaw!!" Alenna melepas ciumannya, bibirnya di gigit Kevan membuat Alenna menangis lagi. "Kamu kenapa?" Kevan mengusap bibir Alenna yang sedikit mengeluarkan darah, dia memang sengaja. "Hm? Kenapa?" Kali ini Kevan bertanya secara lembut kepada Alenna, membuat napas Alenna berangsur tenang. "Ada--" Alenna tidak melanjutkan ucapannya, dia terlalu takut. "Hm?" Kevan mengelus bibir Alenna, menunggu perempuan itu berbicara lagi. "Ada yang kirim pesan, aneh." Kevan mengerutkan keningnya, masih belum paham maksud dari perkataan Alenna. "Ada yang kirim pesan, Kevan!" Alenna menjerit, dia benar-benar ketakutan. Alenna tidak suka ada yang bermain- main seperti ini! “Handphone kamu mana?" Alenna mengedarkan pandangnya, dia lupa membanting ponselnya ke arah mana. "Enggak tau. Aku takut.". Kevan menghembuskan napasnya, dia tidak suka melihat Alenna seperti ini, bukan Alen-nya sama sekali. "I'm here.” Ujar Kevan sambil memeluk Alenna dengan erat. "Jangan kemana-mana." Kevan mengangguk lalu mendaratkan kecupannya di kening Alenna. “Kamu ngantuk?" Kevan merenggangkan pelukannya, dia menatap Alenna yang menggelengkan kepalanya. Lelaki itu tersenyum devil lalu mempertemukan bibir keduanya. Alenna tentu saja langsung membalas ciuman Kevan, dia perlu peralihan rasa takutnya. "Key--" Alenna mendesah tertahan ketika ciuman Kevan turun ke leher hingga dadanya. Tangan lelaki itu masuk ke dalam kaus tipis yang Alenna kenakan, membuat tubuh Alenna meremang merasakan usapan lembut di punggungnya. Kevalenna- 80 Kevan meloloskan kaus yang Alenna pakai, menyisakan dalaman Alenna yang berwarna merah. Lelaki itu menatap Alenna dengan pandangan yang sudah berkabut, wajahnya dia dekatkan ke bahu mulus Alenna untuk di ciumnya. Menurunkan tali yang berada di sana lalu mencium basah leher Alenna, membuat tanda kepemilikannya. Tangan Kevan beralih ke belakang, dia melepaskan pengait yang menutupi dada Alenna. Lalu beralih ke bawah untuk meloloskan celana yang Alenna pakai. Tubuh Alenna sudah naked. Kevan menatapnya intens, membuat Alenna tiba-tiba menjadi gugup. "Kenapa sih? Jangan di liatin!" Alenna meraih bantal, berusaha untuk menutupi tubuhnya membuat Kevan tersenyum miring. "Jangan di tutup, you look so damn beautiful." Lelaki itu menarik bantal yang di peluk Alenna, membuang benda itu ke lantai lalu mulai mengurung Alenna dengan kedua tangannya yang berada di kedua sisi tubuh perempuan itu. "Kamu enggak panas bajunya masih di pakai?" Alenna berusaha mati-matian untuk terlihat biasa saja ketika mengatakannya. Kevan selalu berhasil +membuatnya terintimidasi, sialan. "Bisa tolong di lepaskan biar enggak panas?" Alenna menelan salivanya gugup, bisikan Kevan di telinga membuatnya merinding. "Tentu." Jawab Alenna dengan pelan. Jemari Alenna bergerak gemetar ketika melepas satu persatu kancing kemeja Kevan. Lelaki itu menatap Alenna dari atas dengan gemas, macan-nya kenapa berubah jadi kucing eh? Kancing kemeja Kevan akhirnya terlepas semua, dada dan perut lelaki itu terpampang di wajah Alenna, membuat Alenna benar-benar panas sekarang. Kevan melempar kemejanya asal, lalu meraih kedua tangan Alenna untuk dia genggam di atas kepala perempuan itu. Satu tangannya yang bebas mulai bergerak di inti Alena, membuat Alenna bergerak gelisah. Sulis Maylina - 81 Bibir Kevan mencium bibir Alenna yang terbuka, membelitkan lidah mereka dengan sama agresifnya. Lelaki itu melepas ciumannya, menjauhkan wajah mereka. Kevan senang melihat wajah Alenna yang memerah karenanya. Lelaki itu mempercepat gerakan tangannya membuat tubuh Alenna bergetar karena mencapai klimaks. Wajah Alenna merah padam dan tubuhnya berkeringat serta napasnya memburu membuat Kevan berkabut. Lelaki itu dengan cepat membuka ikat pinggangnya, lalu melemparnya dan meloloskan celana panjangnya. Kemudian mempertemukan miliknya dengan inti Alenna, memulai aktivitas malam mereka yang sesungguhnya. Kevalenna- 82 PART 19 Business Partner Sudah jam 03.00 ketika Kevan masih menggerakkan tubuhnya di atas tubuh Alenna, keduanya masih hanyut dalam aktivitas mereka. Alenna sudah lemas karena mencapai klimaks berkali-kali namun lelaki di atasnya belum juga ada niat untuk berhenti. "Kev--ah aku mau keluar.". Alenna mencengkeram punggung Kevan dengan kencang, tubuhnya mulai bergetar lagi. "Tahan, keluar bar--" "Bangsat!" Kevan mempercepat hentakannya pada tubuh Alenna ketika telinganya mendengar lagi timpukan di sleding door kaca yang memisahkan kamarnya dengan private pool, namun dia mengabaikan kembali suara itu, nanggung.Kevan dan Alenna mendesah ketika mencapai klimaks bersama. Tubuh Alenna masih bergetar dengan napas yang memburu begitu pula dengan Kevan. Lelaki itu merebahkan kepalanya di dada Alenna, meresapi rasa yang hadir ketika pelepasan tadi. Hanya beberapa menit setelahnya Kevan bangkit dari atas tubuh Alenna, menatap dari atas wajah kekasihnya yang sudah memejamkan matanya itu. Mengucapkan kata terima kasih berkali-kali dalam hatinya lalu mengecup singkat bibir Alenna. Kevan turun dari tempat tidur lalu memakai boxer andalannya tanpa memakai atasan, lelaki itu berjalan ke sliding door, membuka Sulis Maylina - 83 pintu kaca itu lalu menemukan beberapa batu kecil yang menurutnya di lempar dengan sengaja ketika tadi dia bermain dengan Alen. Kevan mengambil batu itu, lalu tatapannya mengedar ke sekeliling. Dia tahu ini sengaja, ada yang mau main-main, huh? Kevan memasuki kembali kamarnya, mengunci pintu itu lalu tidak sengaja melihat ponsel Alenna yang berserakan. Lelaki itu mengerutkan keningnya mengingat setibanya di resort tadi Alenna terlihat ketakutan. Kevan berdecih sinis, sialan dia tidak suka miliknya di ganggu. Lelaki dengan rambut berantakan itu menuju mini bar dan mengambil vodka, tanpa repot menggunakan gelas langsung dia teguk dari botolnya sembari berjalan untuk mengambil ponselnya. Kevan duduk di sofa yang menghadap tempat tidur, lelaki itu menatap Alenna yang terlelap dengan selimut tebal yang sengaja dia singkirkan untuk melihat tubuh polos kekasihnya itu. Apakah Kevan sudah bilang bahwa Alenna itu sempurna? Well, manusia tidak ada yang sempurna. Tapi persetan, Kevan punya bukti nyata bahwa manusia ada yang sempurna. Dan itu miliknya. Tidak bisa di ganggu gugat. Kevan menyalakan ponselnya kemudian menelepon salah satu orangnya, tidak peduli jam berapa sekarang. Deringan kedua, panggilannya langsung di angkat. "Ada yang coba terror gue. Nanti malam gue mau orang itu udah ada di hadapan gue." Ujar Kevan kemudian dia langsung mematikan ponselnya tanpa repot-repot mendengar balasan. Kevan mengambil rokoknya yang tergeletak, lalu keluar kamar untuk duduk di tepian kolam sembari menghisap nikotin tersebut. Lelaki itu membuka aplikasi pesan, menjadi silent reader di chat grup anak Brigezz. Satu pesan masuk dari Rigel yang menanyakan kebablasannya langsung dia balas. Lalu Kevan keluar dari aplikasi itu dan membuka aplikasi Instagramnya, terakhir dia membuka aplikasi itu saat Kevalenna- 84 memposting fotonya dengan Alenna beberapa minggu yang Jalu. Banyak sekali pemberitahuan like dan komentar yang membanjiri foto tersebut, namun seperti biasa Kevan mengabaikannya. Lalu dia membuka video yang menandai dirinya beserta Alenna dan Veronica, menonton video beberapa hari yang lalu ketika Alenna dan Veronica bertengkar. Bibirnya yang mengeluarkan asap itu tertawa, Alenna memang sebrutal itu. ek Alenna merapatkan matanya, menolak cahaya matahari yang masuk ke sela kelopaknya, dia masih ngantuk. Tangannya secara refleks memeluk kepala yang berada di bawah dagunya, lalu mulai terusik ketika merasakan hisapan kuat di dadanya. "Kevan," Alenna merengek tidak suka, dia beneran masih ngantuk. Kepala itu perlahan naik ke bantalnya, "Bangun sayang." bisiknya tepat di wajah Alenna. Alenna membuka kelopaknya dengan terpaksa, lalu tersenyum malu ketika mendapati wajah Kevan yang ganteng banget tengah menatapnya. "Good morning." Ujar Alenna sedikit salah tingkah. Kevan menaikkan kedua alisnya kemudian terkekeh, "Udah jam satu kali." Alenna melotot kaget, heh sudah sesiang itu? "Serius?" Kevan hanya mengangguk lalu membiarkan Alenna duduk dengan selimut yang otomatis turun ke pinggangnya. "Kok enggak bangunin sih? Eh handphone aku ke mana ya?" Kevan menarik tangan Alenna untuk di bawa tubuh kekasihnya itu ke atas tubuhnya yang bersender di kepala ranjang. "Kamu kan cape. Dan kalau kamu lupa, semalam handphonenya kamu banting." Alenna mendadak kaku, dia baru teringat sesuatu. "Kevan, semalam--" "I know, enggak usah di bahas. Kamu siap-siap, kita beli handphone sekalian makan di luar." Setelah mengatakannya Sulis Maylina - 85 Kevan mengecup bibir Alenna dan membiarkan kekasihnya itu bersiap. Sekitar satu jam setelahnya Alenna baru benar-benar siap, perempuan itu. mengenakan dress putih selutut yang memperlihatkan bahu mulusnya --membuat Kevan menyesal tidak membuat tanda di sana semalam- dipadukan dengan sandal bertalinya, sedangkan Kevan memakai kaus putih polos dengan celana berwarna cream sebatas lutut. Lalu keduanya memakai kacamata hitam. Kevan membukakan pintu Audi R8 yang sudah tersedia di depan pintu resortnya untuk Alenna, kemudian dia sedikit berlari ke arah kemudi dan mulai melajukan mobil tersebut. Kevan dan Alenna sampai di mall terkenal yang berada di Ubud, membeli ponsel yang lebih canggih untuk mengganti ponsel Alenna yang hancur. "Kev, mau ke situ." Alenna menghentikan jalannya dan menunjuk store bikini, Kevan hanya mengikuti karna dia sedang fokus membaca email. "Kamu duduk di sini dulu." Ujar Alenna. Dia tahu sekali Kevan akan memasang wajah menyebalkan jika menemaninya berkeliling mencari barang, jadi lebih baik dia mencarinya sendiri lalu kemudian menghampiri Kevan untuk bertanya mana yang lelaki itu suka, tentu saja semuanya harus selera Kevan, dan untungnya selera Kevan memang tinggi. Alenna membawa tiga bikini di tangannya lalu langkahnya sedikit pelan ketika melihat Kevan sedang berbicara dengan wanita. "Kevan," Alenna menghampiri keduanya, masih dengan tiga pilihan bikini di tangannya. Alenna tidak suka ketika memanggil Kevan wanita berambut sebahu itu ikut menoleh, Alenna langsung memasang wajah permusuhannya. "Alen, kenalkan dia partner bisnis aku.” Ujar Kevan menunjuk wanita di sebelahnya. “Hai, Alen. Saya Bianca." Alenna melihat tangan wanita itu yang terulur , lalu sedetik berikutnya membalas uluran itu. "Alenna." Balasnya singkat. Kevalenna- 86 "Pacarnya Kevan ya?" Alenna hanya mengangguk lalu kembali menaruh perhatiannya kepada Kevan. "Sayang bagusan yang mana?" Tanya Alenna. Kevan menatap ketiga bikini yang dibawa Alenna, "Bagus semuanya." Jawabnya. Alenna mengangguk lalu berjalan ke arah kasir dan di ikuti oleh Kevan di belakangnya. ke Alenna, Kevan dan Bianca berada di salah satu restoran di dalam mall. Kevan tadi mengajak Bianca ikut serta untuk makan siang, Alenna sedikit melotot mendengar ajakan Kevan itu kepada Bianca. Sepanjang mereka keluar dari membeli bikini hingga sampai di restoran, Kevan dan Bianca selalu membahas proyek yang sedang mereka kerjakan, dan Alenna sudah akan ngambek kalau saja tangan Kevan tidak memeluk pinggangnya dengan posesif, setidaknya Kevan masih sadar bahwa masih ada Alenna disini. Alenna memainkan ponsel barunya, pura-pura sibuk namun telinganya mendengar obrolan kedua manusia itu. "Jadi lo asli sini?” Cara bicara mereka tidak se-formal tadi, Bianca yang memintanya dengan alasan ini di luar konteks pekerjaan dan kebetulan umur wanita itu dengan Kevan sama. "Bokap gue yang asli Bali, nyokap mah Jakarta." Kevan ber-oh ria, tadi Bianca sempat membicarakan orang tuanya yang berpisah, dia ikut Papanya tinggal di Bali dan sesekali menginap di Jakarta dengan Ibunya yang sudah memiliki keluarga baru. "Kalo lo orang mana Len, campuran sama kaya Kevan ya?" Alenna mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk memainkan ponselnya. "Sedikit, nyokap Belanda." Jawab Alenna sedikit jutek. “Wow pantesan cantik." Alenna hanya tersenyum singkat lalu kembali memainkan handphonenya, dan kedua manusia itu melanjutkan obrolannya. "Makan dulu." Alenna berdecak sebal__ketika handphonenya di tarik oleh Kevan. Sulis Maylina - 87 "Makan nasi dulu, Len." Lanjut Kevan. "Ih, enggak mau." Alenna menahan mangkuk salad di hadapannya yang di tarik Kevan. "Kamu belum kan dari semalam!" Ujar Kevan dengan kesal, dia masih terus menarik mangkuk yang di tahan Alenna. "Aku--" "Alenna diet, ya? Pantesan badannya bagus." Bianca memotong omongan Alenna dan berakhir salad itu berhasil di rebut paksa oleh Kevan dan di gantikan dengan nasi di hadapannya. Membuat wajah Alenna langsung cemberut. “Enggak diet, cuma di jaga pola makannya." Alenna membantah, sedikit kesal. "Sama aja dong kaya diet. Kalo enggak begitu cepat gemuk ya?" "Iya." Alenna nge-iya-in, ini cewek kok lama-lama nyebelin sih?! Batin Alenna dengan wajah yang menekuk. Ketara sekali kesalnya. “Wah sedih dong enggak bisa makan sepuasnya? Untung badan gue tetap segini aja walaupun makan banyak, hehe." Jelas Bianca yang sebenarnya tidak Alenna dengarkan. Dia mana peduli. "Tuh lihat, Bianca aja enggak diet tetap bagus badannya. Aku enggak suka kamu diet begitu." Dan Alenna tidak suka dengan perkataan Kevan. Kevalenna- 88 PART 20 Get Caught Malam ini sesuai dengan keinginan Kevan, anak buahnya sudah menemukan yang dicari. Kevan berdecih meremehkan ketika melihat siapa pelakunya, laki-laki di hadapannya ini masih belum paham dengan ancamannya. “Lepaskan anjing!" Kevan tertawa sinis, badannya yang sedari tadi bersender di meja dengan tangan yang bersedekap mulai berjalan angkuh ke arah lelaki yang saat ini tangannya sudah di ikat di kursi, dengan penjaga di samping kanan dan kirinya. "Gerald. Nama lo Gerald kan?" Kevan menatap wajah Gerald yang sudah babak belur. “Lepaskan gue bangs--" Kevan menghentikan ucapan Gerald dengan satu bogeman yang mendarat di pipi kiri lelaki itu, menambah warna yang telah di buat oleh anak buahnya."Sebelumnya sudah gue peringati untuk jangan pernah ganggu milik gue. Dan lo memang terlalu tolol untuk enggak paham dengan semua itu." Ujar Kevan dengan nada datarnya. "Oh, jadi orang suruhan lo yang udah bikin gue kecelakaan minggu lalu?! Sialan lo pengecut!" "Jaga bicara lo bangsat!" Kali ini Kevan menendang kaki Gerald, membuat lelaki itu mendesis. "Lo menguntit cewek gue sejauh ini? Lumayanlah gue sampai lengah, tapi lo terlalu tolol untuk bisa di temukan secepat ini!" Sulis Maylina - 89 “Mending Alenna buat gue aja." Kevan menaikkan kedua alisnya, menatap Gerald kaget lalu tertawa keras. "Gue kasihan sama Alenna, dia cantik banget man tapi pacarnya itu enggak tau diri mainin dia terus. Gue bisa lah bahagia dia, di ranjang pun gue bisa." Tawa Kevan berhenti, di gantikan dengan pukulan yang kali ini lebih menggila. “Bangsat!" Kevan tidak terima dengan perkataan Gerald. Sialan, urusan bocah itu memangnya apa kalo dia suka mainin Alenna? Gerald sudah benar-benar tidak berdaya, dia pingsan namun Kevan tetap memberinya pukulan dan sesekali menendangnya. Setelah emosinya mereda Kevan keluar dari ruangan di dalam rumah kosong itu, lalu berkata kepada anak buahnya untuk tidak ingin mendengar apalagi melihat bocah itu lagi. Urusan anak buahnya, mau di bunuh dengan tubuh yang di potong-potong lalu di buang ke laut pun, terserah. ek Alenna memainkan handphonenya di dalam kamar sambil tiduran, sedikit parno karna dia sendirian. Kevan sedang ada urusan katanya, Alenna tidak peduli. Dia masih sedikit kesal dengan kejadian siang tadi. Masih jam 21.00, Alenna rasanya bosan sekali, dia ingin ke Club. Tapi takut kalau sendirian, lagi pula Kevan akan marah kalau tahu di nekat pergi ke Club. "Bodo amat, ah!" Alenna menyingkirkan selimut yang menutupi kakinya, lalu mulai berjalan ke kamar mandi untuk mencuci wajah dan berganti pakaian. Alenna akan pulang cepat, jadi Kevan tidak akan tahu kalau di pergi ke Club. Keluar dari resortnya Alenna bingung karena mobil tidak ada, akhirnya dia memesan taxi online. Sedikit takut karena ini sudah malam dan dia tidak pernah menggunakan jasa online apa pun. Ketakutannya hilang ketika sudah sampai di Club tujuannya, Alenna membayar lebih banyak dari argo yang tertera di handphonenya tadi ketika memesan, dia senang sekali akhirnya bisa sampai di sini. Club yang dia tuju ini sebenarnya Club yang sering di datangi ketika pergi berlibur Kevalenna- 90 bersama Kevan ataupun teman-temannya, namun kali ini Alenna sendirian. Alenna cuek saja ketika banyak orang asing melihatnya dari atas ke bawah, godaan dari kumpulan cowok-cowok pun dia abaikan. Alenna ke sini bukan mau cari ribut sama Kevan dengan meladeni cowok-cowok kesepian itu. "Loh, Alen?" Alenna tersentak kaget ketika sedang minum seseorang menepuk bahunya. "Eh, eh sorry Len, ya ampun." Wanita yang menepuk Alenna berujar panik "Rose?" Yang di sapa menyengir tidak enak, pacar bosnya di buat tersedak. "Lo ngapain?" Alenna bertanya dengan bingung. "Kamu yang ngapain? Kalau Pak Kevan tahu di marahin nanti kamu." Ujar Rose. "Jangan sampai tahu, lah!" Balas Alenna kemudian melanjutkan menegak minumannya. "Tapi Pak Kevan ada disini." Alenna Langsung melotot kaget. "Tuh di sana!" Alenna mengikuti arah tunjuk Rose, dia melihat Kevan bersama dengan Bianca dan satu perempuan lagi yang Alenna tidak kenal berada di ruangan yang di batasi kaca. “Lagi rapat, katanya." Ujar Rose dengan nada sebalnya. "Maksudnya?" "Tadi Pak Kevan mengabari aku kalau ada rapat dadakan. Bu Bianca sih yang mengajak, tapi sampai di sini sejak satu jam yang lalu enggak ada bahas pekerjaan, ganggu tidur aja." Jelas Rose. "Terus lo ngapain disini?" “Aku bosan dan mengantuk, ini habis cuci muka." Alenna ber-oh ria, lalu kembali menatap Kevan yang sedang berbincang dengan kedua wanita itu, sesekali lelaki itu mengeluarkan tawa, Alenna tidak suka melihatnya. "Lo jangan bilang-bilang gue ada disini, ya. Sudah sana balik, jagai cowok gue!" Rose mengangguk. Sulis Maylina - 91 "Iya. Kamu hati-hati ya, Len." Alenna mengiyakan, lalu memperhatikan Rose yang berjalan memasuki ruangan tersebut, membuat tiga orang yang ada di dalamnya langsung menghentikan tawa. Alenna tersenyum miris. Kevan dengan sifat playboynya memang tidak bisa di pisahkan, sialan kenapa dia takut sekali jika dekat dengan lelaki lain sedangkan Kevan bisa seenaknya. Lihat saja, Alenna akan benar-benar pergi kalau lelaki itu berulah lagi. Kevalenna- 92 PART 21 New Toys "Bisa dong kalau gue ke Jakarta kita ketemuan?” Kevan tertawa hingga matanya menyipit. "Lo enggak lagi modus kan?" Bianca ikut tertawa mendengar jawaban Kevan, ah ketebak ternyata. "Memang enggak boleh?" Kali ini Bianca menatap Kevan dengan menantang. "Boleh," Kevan balas menatap mata itu dengan sama menantangnya, lalu wajahnya sedikit mendekat ke wajah Bianca, lelaki itu melanjutkan omongannya yang belum selesai tadi, "Tapi macan gue galak." Gelak tawa keduanya membaur, membuat teman Bianca ikut tertawa juga saat mendengar jawaban Kevan. "Pak," Ketiga manusia itu menghentikan tawanya dan menatap Rose yang baru kembali dari kamar mandi. "Kenapa?" Kevan bertanya sedangkan Bianca tersenyum sopan kepada Rose, menghilangkan tawa bar-barnya tadi."Maaf Pak, Bu Bianca," Rose menundukkan kepalanya tanda hormat. "Rapatnya sudah bisa di mulai sekarang? Akan semakin malam jika di undur terus." Ujar Rose. Dia menatap tidak enak keduanya, namun dia benar-benar sudah mengantuk. "Emm, sebenarnya saya mengajak Pak Kevan dan Kamu kesini hanya untuk santai- santai saja sebelum memulai pekerjaan yang serius itu." Rose mengerjapkan matanya. Sulis Maylina - 93 "Enggak usah terlalu serius, Rose. Duduk lagi sana." Ujar Kevan. Lelaki itu mengambil alkoholnya yang berada di meja, lalu meneguk minuman itu dengan nikmat. "Sudah malam Pak, kalau memang tidak ada rapat apa boleh saya pulang duluan? Besok meeting dengan Kepala Cabang pagi-pagi sekali Pak, lebih baik Pak Kevan juga pulang agar moodnya bagus besok." Rose tahu sekali kelakuan bosnya itu kalau pagi-pagi, moodnya sangat buruk apalagi kalau masih mengantuk. Apa saja akan di permasalahkan olehnya. “Ya sudah, kamu pulang duluan aja, saya nanti." Rose meneguk salivanya ketika mengingat perintah Alenna yang harus menjaga bosnya itu. Aduh bagaimana ya, batinnya bingung. "Apa sebaiknya Bapak enggak pulang juga?" Rose mencoba peruntungannya, dia bingung harus bagaimana sekarang. "Saya nanti. Kamu tidak dengar?" Kevan menatap tajam Rose, membuat perempuan itu menunduk sekaligus meminta maaf, lalu cepat-cepat pamit untuk pulang. sek Alenna sudah kembali di resortnya dua jam yang lalu, dia benar-benar sebentar di sana. Moodnya hilang sekaligus takut mendapati Kevan juga berada di tempat yang sama dengannya. Sudah jam 01.00 namun kekasihnya itu belum pulang. Alenna sudah akan menelepon Kevan namun suasana hatinya mendadak tidak nyaman ketika mengingat tawa Kevan dengan Bianca tadi, membuatnya malas untuk menelepon lelaki itu. Alenna mendengar suara mobil, dengan cepat perempuan itu mematikan lampu kamarnya dan berpura-pura untuk tidur. Dia sedang malas melihat Kevan. Suara pintu terbuka di barengi dengan sinar lampu yang kembali menyala. "Iya, sudah sampai ko." Alenna mengerutkan keningnya. “Teman lo menyusahkan, haha." Kevan memelankan suaranya namun Alenna masih bisa mendengar dengan jelas. Kevalenna- 94 "Udah. Perasaan gue aja atau memang lo jadi bawel sekarang?" Alenna mengintip di balik selimutnya, punggung Jelaki itu bergetar seiring dengan tawa tertahannya. "Ya enggak apa-apa sih. Hmm, sampai ketemu besok." Alenna merasakan Kevan mendekat, lelaki itu meletakkan handphonenya di nakas samping Alenna, lalu tangannya mengelus pipi Alenna dan bibir dinginnya mendarat di bibir Alenna. Cukup lama Kevan mengelus pipi Alenna hingga membuatnya bingung ekspresi apa yang Kevan tunjukan ketika melakukan itu. Hembusan napas berat Kevan terdengar berbarengan dengan tangan lelaki itu yang meninggalkan pipinya, membuat Alenna yakin lelaki itu sudah beranjak. Alenna mendengar pintu kembali terbuka dan tertutup, membuat Alenna membuka matanya. Lalu suara air terdengar, Kevan mungkin sedang mandi jadi tidak akan ketahuan kan kalau Alenna membuka handphone Kevan diam-diam? Tangan Alenna menggapai handphone Kevan yang berada dekat dengannya, dadanya bergemuruh namun dia mencoba tenang. Bianca Angger Enggak sabar ketemu besok :p Alenna tersenyum miring ketika membaca pesan yang terpampang di /ook screen handphone Kevan. Suara air berhenti, membuat Alenna menaruh kembali handphone itu di tempat semula. Tidak lama kemudian dia mendengar pintu yang terbuka, lalu merasakan kasur di sebelahnya bergerak. Lengan Kevan meraih bahu Alenna = yang memunggunginya, lelaki itu berusaha membalik tubuh Alenna untuk menghadapnya. Alenna pura-pura melenguh dalam tidurnya menandakan dia terusik, membuat Kevan langsung mengusap rambut Alenna hati-hati, berharap tidur kekasihnya kembali lelap. Alenna tidak mau gegabah, dia akan tenang kali ini. sek Sulis Maylina - 95 Alenna membuka matanya tepat ketika Kevan membuka pintu kamar mandi, lelaki itu sudah rapi dengan kemeja biru dan dasi garis-garis. "Udah bangun?" Kevan menghampiri Alenna, mengambil ciuman paginya. Di balas deheman oleh Alenna. “Aku ada meeting pagi ini." Ujar Kevan memberitahu. “Aku ikut, ya?" Kevan mengangkat kedua alisnya. "Kenapa sih, kok aneh gitu? Aku enggak boleh ikut?" Alenna sudah memajukan bibirnya cemberut, membuat Kevan kembali mendaratkan bibirnya di sana. "Boleh sayang. Tapi tumben aja mau ikut, biasanya harus dipaksa dulu kalau aku suruh ke kantor." "Kan bosan di sini doang, hehe." Ujar Alenna memberi alasan. Padahal sebenarnya dia ingin melihat Bianca. Kevan mengambil handphonenya yang masih tergeletak di nakas samping Alenna, "Ya sudah sana siap-siap." Kevan mengusap rambut Alenna sembari tersenyum, namun_tatapannya mengarah pada handphonenya. Dan Alenna tahu, Kevan sedang membaca pesan yang semalam Alenna lihat. "Oke." Alenna membalas singkat, lalu mulai turun dari tempat tidurnya, membiarkan sang kekasih tersenyum membalas pesan itu. Beberapa menit kemudian Alenna sudah siap dengan dress santainya, lalu Kevan menggandeng tangannya untuk segera berangkat ke kantor cabang. Setibanya di sana, Alenna memasuki ruangan khusus milik Kevan, di dalamnya sudah ada Rose yang sedang memeriksa banyak sekali dokumen, Alenna langsung pusing hanya dengan melihat tumpukan kertas itu. "Pagi Rose." Alenna menyapa dengan senyumannya, seolah pertemuan mereka semalam tidak pernah ada. "Pagi juga Alenna." Balas Rose dengan senyum cerahnya. "Pagi Pak Kevan." Sapa Rose melihat Kevan, lelaki itu hanya balas dengan deheman saja. "Berkas sudah siap semua?" Kevan duduk di bangku miliknya, membiarkan Alenna menghampiri Rose yang duduk di sofa. Kevalenna- 96 "Sudah siap Pak." Kevan mengangguk lalu membaca sekilas email masuk di laptopnya. Pintu tiba-tiba terbuka, menampilkan wanita cantik mengenakan blazer merah dengan rok ketat sepahanya. "Hai," wanita itu menyengir menampilkan deretan giginya yang rapi menatap Kevan dengan pandangan berbinar. Bianca berjalan ingin menghampiri meja Kevan, namun sebelum sampai ekor matanya menangkap dua perempuan lain yang berada di ruangan ini. "Oh, hai Alenna. Selamat pagi.” Jalannya yang tadi lurus ingin menghampiri Kevan kini berbelok menghampiri Alenna dan Rose. “Hai, Bianca." Balas Alenna sambil tersenyum ramah. “Enggak jadi samperi Kevan?" Kini senyum ramah Alenna berganti senyum sinis. Membuat Bianca salah tingkah, ketara banget ya? Sulis Maylina - 97 PART 22 Crumbly Kevan tertawa melihat wajah pias Bianca ketika keluar dari ruangannya bersama Rose juga, meninggalkan kekasihnya di dalam sana sendirian. Meeting akan segera di mulai. "Mana gue tau kalo ada cewek lo!" Bisik Bianca dengan jengkel, Rose yang masih bisa mendengarnya memandang sinis punggung bos dan rekan kerjanya itu. "Lain kali jangan begitu, gue enggak mau lihat Alenna marah-marah." Balas Kevan dengan suara yang pelan setelah meredakan tawanya. “Tenang aja, gue bisa lawan kalo Alenna macam-macam." Kevan hanya menggelengkan kepalanya. Belum tahu dia seganas apa Alenna kalau sudah marah. "Selamat pagi Pak Kevan." Pria paruh baya pemegang hotel cabang itu membungkuk melihat kedatangan Kevan, di balas dengan senyum seadanya oleh lelaki itu. "Bianca, segera persiapkan berkas yang akan di bahas." Bianca mengangguk mendengar perintah atasannya, lalu permisi memasuki ruangan yang akan di gunakan untuk meeting. "Bali masih aman kan, Pak?" Rendra bertanya sambil terkekeh, basa-basi sedikit. "Aman." Jawab Kevan singkat di barengi dengan senyuman. Rose yang mendengar jawaban Kevan mencibir dalam hati, iyalah aman orang belum ketahuan! "Rose?" "Eh, iya kenapa Pak?" Rose gelagapan, barusan dia enggak ngomong terang-terangan kan?! Kevalenna- 98 "Tolong pesankan makanan dulu untuk Alen." Rose menghembuskan napas leganya, lalu sesegera mungkin melaksanakan perintah bosnya itu. Setelahnya mereka bertiga memasuki ruangan, sudah ada beberapa orang lainnya termasuk Bianca. Satu persatu mulai berargumen mengeluarkan pendapatnya masing-masing. Kevan hanya diam mendengarkan, sesekali matanya melirik Bianca yang tengah fokus mencatat, membuat Kevan tersenyum kecil, dan Rose memperhatikannya. ek "Jakarta enggak ada lo sepi sayang," Wajah di layar ponsel itu menunjukkan ekspresi mual setelah mengatakannya. "Kalau gue malah bersyukur banget enggak liat muka lo tiap hari Len, bosen." Alenna sudah benar-benar tertawa sekarang, teman-temannya memang luar biasa bangsatnya. "Bilang aja kalian semua kangen gue." Balas Alenna sambil tertawa. Saat ini Alenna sedang melakukan Video Call bersama teman-temannya menggunakan nomor milik Stella. "Idih najis!" Stella dan Rilley serempak ingin muntah mendengarnya. "Lo lagi di mana sih?" Kanza berebut masuk ke dalam freme, membuat Alenna akhirnya bisa melihat wajah temannya yang sedikit kalem itu. Alenna mengalihkan kamera depannya ke belakang. "Lagi di kantornya Kevan, bosan gue!" Jawab Alenna setelahnya. "Makanya sini balik buruan!” Rilley merebut kembali handphone tersebut dari tangan Kanza. "Gue juga maunya pulang, Bali ternyata enggak menyenangkan lagi." Alenna berujar sendu, sedikit tersenyum namun ketiganya temannya tahu, Alenna sedang tidak baik- baik saja. "What' wrong, Alen?" Stella bertanya, mendadak tiga manusia di layar handphone itu hening menunggu jawaban Alenna. "Nothing. Sudahlah , gue lapar mau makan. Bye!" Alenna mematikan panggilan tersebut, lalu mengusap wajahnya Sulis Maylina - 99 dengan kasar, kali ini dia tidak mau melibatkan teman- temannya. Biarlah Kevan dengan Bianca menjadi urusannya. Handphone Alenna berdenting, satu pesan baru masuk. Stella Aleysa Kita akan selalu ada buat lo, Alen. Jangan pasang muka begitu, jelek tau! Alenna terkekeh membacanya lalu dia mengetikkan balasan untuk Stella. Alenna Jasmine Muka gue mau di pasang ekspresi apa pun tetap cakep! By the way, thank you guys :) Setelah balasannya terkirim Alenna_ meletakkan handphonenya, lalu menyandarkan kepalanya pada senderan sofa, matanya terpejam dengan pikiran kosong. Dia bingung harus bersikap seperti apa. Kevan, lelaki itu berbeda ketika berinteraksi dengan Bianca. Alenna tahu sekali Kevan seperti apa. Banyak perempuan yang masuk lalu pergi dari kehidupan Kevan, namun semuanya akan berakhir dengan Alenna yang tetap menjadi rumah-nya, namun kali ini berbeda, ada perasaan yang begitu takut hinggap di dadanya. Apa Alenna pernah bilang kalau hidupnya sudah bergantung kepada lelaki itu? Entah ketergantungan semacam apa, yang jelas Alenna sudah terbiasa dengan adanya Kevan. Kevan menemaninya saat Arez memutuskan mengurus perusahaan yang berada di Belanda, membuat Papanya lebih banyak menghabiskan waktu di Negara Kincir tersebut. Sudah hampir setahun bahkan Arez tidak pulang ke Indonesia, bertukar kabar hanya melalu telepon atau terkadang juga video call. Alenna terlalu takut untuk meninggalkan Kevan. Mendadak napas Alenna sesak, dadanya bergemuruh membayangkan jika suatu saat Kevan pergi darinya. Air mata Alenna mengalir menahan sakit di dadanya, perempuan itu memukul dadanya dengan kencang. "Enggak, dia enggak akan ninggalin gue!" Alenna menggeleng, mengusir bayangan-bayangan menakutkan itu. Kevalenna- 100 "It's okey, Alenna. Everything is fine." Alenna mengatur napasnya, perlahan mulai tenang namun air matanya menurun dengan deras, mengeluarkan isakan yang menyedihkan. Alenna tidak suka ketika isi kepala Kevan bukan hanya dirinya. Alenna takut terabaikan. Alenna takut ditinggalkan. Alenna, Alenna benci ketakutan itu mulai menguasai otaknya. Sulis Maylina - 101 PART 23 Feeling OF Doubt Alenna merasa seseorang mengusik tidurnya, membuat kedua matanya terbuka dengan terpaksa. Alenna masih linglung, namun tatapan Kevan membuatnya segera sadar. “Aku tidur?" Alenna bertanya dengan mata yang memejam kembali, tiba-tiba matanya terasa perih ketika di buka. "Kenapa nangis?" Tanya Kevan. "Enggak kok." Alenna buru-buru melepaskan tangan Kevan yang mengelus pipinya. "Kamu tau kan aku enggak suka di bohongi?" Tatapan Kevan biasa saja, namun Alenna takut jika alasannya menangis lelaki itu ketahui."Aku beneran enggak nangis, mungkin tadi mimpi." Alenna berusaha cuek. Kevan masih diam saja sambil menatapnya, lalu lelaki itu menghembuskan napasnya. “Beneran?" Alenna mengangguk lalu mengangkat kepalanya yang sedari tadi bersender di sandaran sofa, lalu dengan cepat mengecup bibir penuh milik Kevan. "Kenapa makanannya belum di sentuh?" Tanya Kevan sambil melihat makanan Alenna yang tadi di pesankan Rose. "Kan tadi ketiduran." Jawab Alenna sekenanya. Alenna menatap berbagai makanan yang berada di meja. Lalu menatap Kevan yang sedang memainkan handphone di sampingnya, "Ayo, kamu juga makan." Ujar Alenna. “Aku udah makan tadi bareng Bianca." Dada Alenna tiba-tiba merasakan sesak yang tidak nyaman, Kevalenna- 102 perempuan itu masih menatap Kevan, membuat lelaki yang sedari tadi fokus memainkan handphonenya mulai menyadari tatapan Alenna. “--Dan Pak Rendra, Rose juga ada ko." Kevan langsung memeluk pinggang Alenna dan mengecup bahu kekasihnya itu. "Makan yang banyak, aku lanjutin kerja dulu." Alenna diam saja tidak menjawab, perempuan itu mengambil handphonenya lalu mengirimi Rose pesan. Alenna Jasmine Tadi lo makan siang bareng Kevan? Alenna baru akan meletakkan handphonenya, namun benda tersebut langsung berdenting. Rose Deamita Enggak Len, aku makan siang sendiri. Ada apa Len? Alenna Jasmine Enggak apa-apa. Alenna tersenyum masam. Kevan bilang dia tidak suka di bohongi. Namun barusan lelaki itu membohonginya. "Kenapa belum di makan? Handphonenya di simpan dulu, bisa?" Alenna melirik Kevan sekilas. "Enggak enak." Padahal Alenna tergiur dengan Salmon panggang itu. "Kamu mau makan apa? biar aku pesenin sekarang." "Makan orang." Kevan refleks tertawa, di kiranya Alenna hanya bercanda. Sed "Kamu kenapa sih, sayang?" Alenna dan Kevan sedang berada di lift, pekerjaan Kevan sudah selesai dan lelaki itu memutuskan untuk pergi mengajak Alenna jalan-jalan. "Kenapa bagaimana maksudnya?" Pintu lift terbuka di lantai 7, Bianca masuk dengan terburu-buru. "Kenapa, Bi?" Alenna menatap Kevan dengan tidak percaya, lelaki itu langsung melepas pelukan di pinggangnya. "Surat pengunduran diri gue ketinggalan di rumah, ini mau gue ambil." Ujar Bianca terdengar panik. Sulis Maylina - 103 "Pengunduran diri? Kenapa?" Alenna melihat Kevan dan Bianca bergantian. "Nyokap gue sakit. Di sana enggak ada yang mengurusi, Kakak tiri gue sibuk kerja. Gue sudah lama mengajukan pengunduran diri tapi di tahan terus, giliran sudah di acc malah lupa di bawa. Sebel banget gue." Kevan terkekeh lembut. “Memang rumah lo di mana? Dekat dari sini enggak?" Alenna mendengarkan. “Agak jauh sih, ini mau pesan ojek online tapi handphone gue malah ketinggalan. Ya Tuhan, teledor banget gue!" Ujar Bianca dengan raut kesalnya. "Sekalian aja.” Ujar Kevan tiba-tiba. "Wah serius nih?" Mata Bianca berbinar, lupa dengan keberadaan perempuan lain yang berada di antara mereka. “Enggak apa-apa kan sayang?" Kedua manusia itu melihat Alenna, di balas Alenna dengan tatapan kosongnya, lalu tanpa menjawab Alenna memutuskan tatapan itu. "Sayang?" "Terserah, gue pulang sendiri aja.". Ucap Alenna berbarengan dengan pintu lift yang kembali terbuka di lobby, Alenna langsung keluar dengan cepat, sedikit berlari. “Alenna!" Kevan melangkah dengan cepat, meninggalkan Bianca yang terdiam melihatnya. “Apaan sih? Lepaskan!" Sentak Alenna menggerakkan tangannya. "Kamu kenapa?!" Kevan mencengkeram pergelangan Alenna dengan kencang ketika perempuan itu berusaha melepasnya. "Lo yang kenapa?! Lepaskan enggak! Malu di liatin!" Kevan melihat sekelilingnya yang ramai, lelaki itu kemudian menarik lengan Alenna untuk di bawa ke mobilnya yang sudah berada di depan lobby. "Masuk!” Perintah Kevan sambil membukakan Alenna pintu. "Loh? Bukannya mau nganterin rekan lo? Gue bisa pulang sendiri naik taxi." Kevalenna- 104 "Taxi? You kidding me?" Alenna lupa, Kevan mana boleh membiarkannya pergi naik taxi. Yang semalam saja masih bagus tidak ketahuan. "Gue enggak mau satu mobil sama orang asing!" Kevan mengerutkan keningnya, “Orang asing?" Tanyanya tidak mengerti. "Bianca?" Alenna langsung menatap sinis Kevan, lelaki itu langsung mengangkat kedua tangannya, "Oke, aku enggak jadi antar dia. Sekarang kamu masuk." Ujar Kevan sambil mendorong pelan Alenna agar masuk ke dalam mobil. Di dalam perjalanan hening, Alenna enggan menatap Kevan, pandangannya mengarah ke jalanan, melihat kepadatan tourist di Pulau Dewata ini. Sedangkan Kevan sibuk dengan sebelah tangan yang memainkan handphonenya, Alenna yang melihatnya mendadak ingin ngamuk. "Handphone kamu lebih penting dari pada nyawa kita, ya?!" Teriaknya. Kevan langsung melirik Alenna lalu memasukkan handphonenya ke saku celana. "Kamu kenapa sih marah-marah terus?!" Lelaki itu memasukkan mobilnya ke dalam gerbang resort mereka. Setelah terparkir, Alenna dengan cepat keluar dari mobil tersebut. "Alenna!" Kevan membanting pintu mobil dengan kasar. “Apa-apaan sih?! Aku enggak suka ya kamu kaya gini!" Alenna mengabaikan. "Alenna dengar enggak aku ngomong!" Alenna tetap berjalan tanpa menjawab ucapan Kevan. Perempuan itu memasuki kamar mereka, lalu memasuki walk in closset yang berada di dalam kamar tersebut. "Kamu mau ngapain?" Kevan mengerutkan keningnya ketika Alenna membuka kopernya. "Mau pulang lah!" Jawab Alenna dengan santainya. Kevan langsung menendang koper yang Alenna pegang, membuat Alenna tersentak kaget. "Kevan!” Teriaknya dengan kesal. "Jangan bikin aku marah, Alenna." Sulis Maylina - 105 "Tapi kamu bikin aku marah!" Kevan mengerutkan dahinya tidak mengerti. "Kamu suka kan sama Bianca?!" Tanya Alenna dengan kencang. "Len," "Jawab! Suka, kan kamu?!" Kevan menghembuskan napas kasarnya. “Enggak usah bawa-bawa orang lain!" Balas Kevan suara yang tidak kalah kencang. "Kamu yang selalu bawa-bawa orang lain di hubungan kita!" "Len, kenapa sih?!" "Kamu yang kenapa Jeaden Kevan?! Aku capek tau enggak!" Alenna berteriak muak sedangkan Kevan diam saja melihatnya. Keadaan mendadak hening, keduanya saling bertatapan. “Aku kurang apa?" Alenna bertanya dengan lemah, suaranya pelan sekali, matanya sudah berkaca-kaca menatap Kevan, menantikan jawaban dari kekasihnya yang sudah lama dia tanyakan untuk dirinya sendiri. “Aku kurang apa sampai kamu enggak pernah ngerasa cukup?--" air matanya sudah menetes, dia lemah sekali kalau berargumen dengan Kevan. ".-Kasih tau aku Kevan, kurang aku apa?” Lanjutnya dengan sangat menyedihkan. "Len, jangan gi--" "Kasih tau aku! Apa kelebihan perempuan lain yang enggak ada di aku! Kasih tau Kevan!!" Alenna menjerit, merasa kalut dengan kebencian dan ketakutannya. “Alenna tenang!" Kevan menahan tangan Alenna yang memukuli dadanya. Perlahan pukulan itu melemah di barengi dengan tubuh Alenna yang meluruh ke bawah. “Aku selalu merasa cukup punya kamu, Kevan. Apa susah untuk kamu merasa cukup juga dengan hanya punya aku?" Alenna terisak dengan menyedihkan ketika membayangkan semua perempuan yang datang di hubungannya dengan Kevan. Kevalenna- 106 Lelaki itu diam meresapi pertanyaan Alenna. Apa yang kurang dari Alenna? Jawabannya sudah dapat Kevan pastikan bahwa tidak ada yang kurang dari kekasihnya itu. Namun sebuah pertanyaan yang lain membebani otaknya, mengapa dia tidak pernah merasa cukup dengan Alenna? Sebuah jawaban sialan melintas di otak nya-- apa sebenarnya gue nggak benar- benar mencintai Alenna? Kevan memejamkan matanya, mengusir argumen tersebut di dalam otaknya. Dia mencintai Alenna. Ya, dia yakin. Sejak dulu, Alenna selalu menjadi rumahnya, tempatnya pulang. Atau.. tidak lagi? Sialan. Kevan mengumpati dirinya yang mulai meragukan perasaannya kepada perempuan yang sedang terisak di pelukannya saat ini. Sulis Maylina - 107 PART 24 I Give Up “Apa kamu cinta aku Kevan?" Pertanyaan Alenna menyentak Kevan dari kebimbangan. Lelaki itu mengerjapkan matanya, tidak siap dengan pertanyaan Alenna. "Apa kamu cinta aku? Tolong jujur Kevan." Suara Alenna lemah dengan senyum yang menghiasi bibirnya. "Aku--" Senyuman Alenna terlihat menyedihkan ketika mata sembabnya kembali mengeluarkan cairan bening itu lagi. “Aku cinta sama kamu Len," Alenna menggeleng, namun bibirnya tetap tersenyum. “Aku kenal kamu Kevan, kamu ragu sama perasaan kamu sekarang?" Kevan tidak menjawabnya. "Kamu punya perasaan dengan Bianca, kan?" Lagi-lagi Kevan diam tidak bisa menjawab."Aku tahu Kevan, malam itu aku pergi ke Club dan lihat kamu sama Bianca. Dan saat sampai di sini kamu teleponan sama dia kan? Aku dengar, aku belum tidur saat itu." Kevan terkejut bukan main, ingin menjelaskan, ah lebih tepatnya ingin membela diri, namun sepertinya akan terlihat bodoh, jadi Kevan hanya bisa diam. “Aku juga tahu tadi siang kamu makan berduaan sama Bianca, enggak ada Rose atau pun yang lain nya." Ujar Alenna lagi. "Alenna, aku enggak bermaksud bohongi kamu, aku--" "Kita putus, ya?" Rahang Kevan langsung mengeras. Dia ingin mengeluarkan argumen namun Alenna langsung menahan ucapannya. Kevalenna- 108 "Tenang, Kevan." Alenna mengelus rahang Kevan, membuat lelaki itu hanya bisa menghembuskan napas kasarnya ketika melihat air mata Alenna mulai turun dengan deras. "Dari awal--" Alenna menahan napasnya ketika isakan akan keluar dari mulutnya, ayolah, Alenna tidak ingin semua ini tambah terlihat menyedihkan. "Dari awal, kita pacaran juga semuanya atas keinginan aku, kan? Aku yang egois Kevan, membuat kamu merasa tertekan di Club saat itu--" Alenna mulai membayangkan kejadian dua tahun yang lalu ketika dia meminta Kevan untuk menjadi kekasihnya. ".-aku, aku enggak tau malu banget, ya?" Lanjut Alenna sambil terkekeh, tangannya berusaha menghapus air mata nya yang kian deras. “Aku sayang banget sama kamu. Kamu selalu bikin pagi aku bahagia dengan melihat kamu tidur di samping aku dengan tangan yang memeluk aku di sepanjang malam yang dingin. Kamu yang selalu jagai aku, mendengarkan rengekkan aku kalau Papa lagi enggak ada, kamu--kamu bikin aku enggak kesepian lagi Kevan." Alenna menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya, apa setelah ini dia akan bisa tanpa kehadiran Kevan lagi? "Len," Kevan merasakan tenggorokannya mengering, tidak menyangka Alenna akan seperti ini. “Aku minta maaf untuk semuanya, aku sadar aku bukan laki-laki yang baik buat kamu. Tapi jangan putus Len!" Kevan memegang bahu Alenna agar mau melihatnya. "“Jangan putus sayang, ya?" Alenna terkejut, Kevan tidak membentak atau berbuat kasar kali ini. Namun Alenna tetap pada keputusannya, perempuan itu menggeleng dengan yakin. "Maaf Kevan, aku menyerah. Karena, berusaha apa pun aku mempertahankan kamu, kamu enggak pernah benar-benar untuk aku." Kevan menurunkan tangannya dari bahu Alenna dengan lemas. "Aku enggak pernah menyesal nembak kamu malam itu. Dan aku berharap kamu juga enggak menyesal pernah menerima aku di hidup kamu, ya?" Kevan diam tidak bisa Sulis Maylina - 109 berkata-kata lagi, dia terlalu terkejut. Ingin berbuat kasar untuk menahan Alenna tapi entah mengapa berat sekali kali ini untuk dilakukannya. Karena diam-diam Kevan mulai menyadari betapa bajingannya dia untuk Alenna. “Aku akan coba menerima keputusan kamu ini Len." Ujar Kevan akhirnya. Tangisan Alenna mulai mengeluarkan isakan yang sedari tadi dia tahan, Kevan.. Kevan mau melepasnya? Ya Tuhan.. mengapa menyakitkan sekali rasanya. Alenna menyayangi dengan sangat laki-laki di hadapannya ini, mencintainya dengan sepenuh hati, walau di balas dengan pengihanatan tapi Kevan juga memberinya kebahagiaan. Alenna bahagia bersama Kevan, Alenna bahagia.. tapi mengapa Kevan tidak merasakan hal yang sama? “Aku sadar, aku udah terlalu jahat selama ini sama kamu, Len. Aku enggak pantas untuk selalu berada di samping kamu." Kevan memeluk Alenna, lelaki itu mengelus punggung Alenna yang semakin kencang mengeluarkan isakan. Alenna tidak bisa berkata apa-apa lagi. "Jangan nangis Alenna sayang, jangan." Suara Kevan bergetar, di balik punggung Alenna laki-laki itu mengeluarkan air mata untuk yang pertama kalinya setelah tangisannya di makam janin yang akan menjadi calon adiknya tiga belas tahun yang lalu. Kevalenna- 110 PART 2, Don’t Leave Me Alone Ponsel Alenna berdering tanpa henti. Matanya langsung berbinar ketika melihat nama penelepon. "Halo sayang?" Sapa Jelaki di sebrang sana. "Papa! Kangen banget Alen!" Alenna saat ini sedang berada di kamar mandi, merendam tubuhnya di dalam bathub. "Papa juga kangen sama Alen." Alenna tersenyum, matanya langsung berkaca-kaca. “Papa pulang dong. Papanya Alen itu Papa Arez, bukan Papa Toyib. Masa pulangnya setahun sekali." Arez tertawa di seberang sana sedangkan Alenna cemberut. "Minggu depan Papa pulang deh. Tapi Alen jangan sama Kevan terus dong, nanti Papa kesepian di rumah kalau Alen enggak ada." Setelah ucapan Arez keduanya sama-sama terdiam, rumah dan kesepian... Ah Mama, Alen dan Papa kesepian di dunia ini Ma.. "Alen akan terus sama Papa kalo Papa udah di rumah nanti, Alen janji, tapi Papa enggak boleh pergi lagi ya?" Mata sembab Alenna tiba-tiba memanas. "Pa, Alen takut sendirian." Suara Alen bergetar menahan isakannya. "Papa?" Terdengar hembusan napas berat. "Alen enggak akan sendirian, Papa akan nemenin Alen sampai nanti Alen yang ninggalin Papa karna di jemput sama suaminya Alen." Arez terkekeh di seberang sana, sedangkan Alen hanya diam saja sambil memejamkan matanya mendengar tawa yang sudah lama tidak Alen dengar dari Arez. Sulis Maylina - 111 "Alenna?" Panggil Arez. "Hmm? "Alenna harus tahu, Papa sayang sama Alen. Papa akan selalu menjaga Alen, sekalipun Papa lagi enggak berada di samping Alen." Tanpa sadar Alenna mengangguk. "Alen tau Pa, Alen juga sayang sama Papa." Balasnya dengan senyum di bibirnya. "Putri kecil Papa yang cantik sudah besar, enggak boleh nangis terus." Alenna mengangguk dengan tangisannya yang berusaha dia hentikan. “Alen kangen sama Papa." "Papa juga. Papa akan segera pulang Alen. Sudah dulu ya, Papa masih harus kerja sayang. Jaga kesehatan kamu, jangan lama-lama di Balinya!" Alenna diam saja saat mendengar sambungan sudah terputus, namun masih menempelkan beda pipih tersebut di pipinya yang dingin. "T love you Pa.." Keheningan menjawabnya. ek "Alenna, bangun Len!" Alenna tersentak kaget ketika menyadari dirinya tertidur di dalam bathub. "Len," Alenna menatap Kevan yang wajahnya menegang. "Kamu ngapain masuk ke sini?" Alenna membuang wajahnya ke depan, tidak ingin beratapan dengan Kevan. Dia harus mulai belajar kan? "Len," Kevan meneguk salivanya, "Papa Arez--" Alenna dengan cepat menoleh kepada Kevan. "Papa Arez kecelakaan, meninggal di tempat." Tubuh Alenna kaku menatap Kevan dengan tidak percaya. "Papa," Alenna bergumam tanpa sadar, kepalanya masih belum menerima, dia linglung. "Enggak, enggak mungkin. Barusan aku telponan sama Papa, enggak--Kevan, enggak kan? Bukan Papa aku yang kamu maksud?!" Kevan memejamkan matanya, sedangkan Alenna menggoyangkan bahu Kevan dengan kencang, membuat tubuh lelaki yang sedang jongkok di samping bathub jatuh terduduk. Kevalenna- 112 “Alenna kamu harus kuat, ikhlaskan Papa." Air mata Alenna meluruh, perempuan itu menjerit memukuli Kevan “Enggak mau! Aku mau ke Papa!" Alenna keluar dari bathubnya tidak memperdulikan tubuh telanjangnya. "Len, sabar. Papa kamu ada di Belanda." Ujar Kevan mencoba untuk menenangkan Alenna. “Aku mau ke Papa, aku mau mastiin kalau itu bukan Papa! Kamu salah Kevan! Jangan bercanda tentang kematian!" Alenna memakai bajunya tanpa mengeringkan tubuh serta rambut panjangnya yang basah. "Len aku enggak bercanda! Kamu harus tenang!" Alenna menggeleng. "Kamu lihat." Lelaki itu menyerahkan handphonenya kepada Alenna, memperlihatkan mobil hancur yang Alenna ketahui milik Papanya. Perempuan itu langsung menutup mulutnya tidak percaya, tubuhnya meluruh, Alenna lemas. "Papa.. Papa ninggalin Alen juga?" Alenna menatap mata Kevan meminta jawaban dengan pandangannya yang buram. "Papa-- papa enggak mau ketemu Alen lagi? Alen nakal ya, Kevan?" Suara parau Alenna bergetar, pandangan mata yang selalu menyorotkan keangkuhan itu mendadak hilang. "Papa marah karena Alen bilang Papa kaya Papa Toyib, ya?" Alenna bertanya kepada dirinya sendiri, lalu perempuan itu menggeleng. “Enggak, Papa Alen bukan Papa Toyib, Papa jangan marah, Alen enggak jadi minta Papa pulang, Alen-- Papa!!!" Alenna tidak bisa melanjutkan racauannya, perempuan itu menjerit sekeras-kerasnya, membuat Kevan memeluk erat tubuh Alenna yang lemas. "Papa enggak boleh tinggalin Alen!” Teriaknya. "Alenna sabar sayang, kamu harus kuat." Kevan mengusap air matanya yang ikut menetes. "Papa janji mau nemenin Alen. Kenapa Papa malah ninggalin Alen, Kevan?" Kevan diam tidak bisa menjawab, Jelaki itu mengelus rambut dan punggung Alenna berusaha untuk menguatkan. Sulis Maylina - 113

You might also like