Professional Documents
Culture Documents
Ok 2
Ok 2
ANALISIS KEMAMPUAN
BERPIKIR KREATIF PADA MATERI CAHAYA
SISWA KELAS VIII SMP XAVERIUS KOTA LUBUKLINGGAU
Abstract;the purpose of this research is to describe students 'creative thinking ability in light matter, to
know the students' creative thinking ability in light matter when viewed from cognitive observation and
affective observation, to know the difficulties experienced by students in achieving the indicators of
creative thinking ability and determination solution to overcome student difficulties in achieving the
indicators of creative thinking ability of class VIII.D SMP Xaverius Kota Lubuklinggau. The type of this
research is descriptive qualitative, with case study research type. The subject of this research is all
students of class VIII SMP Xaverius Kota Lubuklinggau. Data completion technique in this research is
using technique triangulation that is cognitive observation technique, affective observation, and
interview. Data analysis technique is descriptive qualitative analysis. The result showed that students'
thinking ability of class VIII.D junior Xaverius Kota Lubuklinggau still less creative (36,68%) based on
result of cognitive observation which was completed with interview result and creative enough category
(57,74%) result of affective observation. the recommendations that can be submitted in this research is
the teacher will give equal opportunity to all students to be able to develop the ability of creative
thinking in the learning process.
Abstrak :tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif siswa pada
materi cahaya, mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi cahaya jika ditinjau dari
observasi kognitif dan observasi afektif, mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa dalam
mencapai indikator-indikator kemampuan berpikir kreatif, dan menentukan solusi untuk mengatasi
kesulitan siswa dalam mencapai indikator-indikator kemampuan berpikir kreatif dikelas VIII.D SMP
Xaverius Kota Lubuklinggau. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan tipe penelitian
studi kasus. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Xaverius Kota Lubuklinggau.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan triangulasi teknik yaitu teknik
observasi kognitif, observasi afektif, dan wawancara. Teknik analisis data adalah analisis deskriptif
kualitatif. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi
cahaya kelas VIII.D SMP Xaverius Kota Lubuklinggau masih kurang kreatif (36,68%) berdasarkan hasil
observasi kognitif yang dilengkapi dengan hasil wawancara dan kategori cukup kreatif (57,74%)
berdasarkan hasil observasi afektif. rekomendasi yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah guru
hendaknya memberikan kesempatan yang sama pada semua siswa untuk dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kreatifnya dalam proses pembelajaran.
23
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38
24
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38
25
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38
26
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38
27
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38
melakukan face to-face interview nol, satu, atau dua untuk tiap-tiap
(wawancara berhadap-hadapan) dengan deskriptor yang diamati. Menghitung
partisipan (Creswell, 2010).Maka dalam nilai presentase kemampuan berpikir
siswa masing-masing instrumen tersebut
penelitian ini jenis wawancara yang
dihitung menggunakan rumus sebagai
digunakan adalah wawancara langsung berikut:
antara peneliti dan peserta didik, dan
R
merupakan wawancara terstruktur. NP x100%
Wawancara ini dilakukan untuk SM
(Purwanto, 2010:102)
memperoleh data tentang penyebab Keterangan :
kesulitan siswa dalam menyelesaikan NP = nilai presentase kemampuan
soal-soal tes kemampuan berpikir kreatif, berpikir kreatif
dengan menyiapkan sederetan R = skor mentah yang diperoleh
pertanyaan lengkap dan terperinci yang siswa
sudah dipikirkan oleh peneliti yang SM = Skor maksimum observasi
kognitif/afektif yang
berjumlah 20 butir pertanyaan.
bersangkutan
Prosedur Analisis Data
Pengolahan data dalam penelitian Untuk menghitung tiap-tiap indikator
ini dilakukan dengan menggunakan dan rata-rata kemampuan berpikir kreatif
triangulasi.Adapun penjelasan mengenai siswa :
x i (Sugiyono, 2012)
analisis data dari ketiga instrumen x
dianalisis dengan cara sebagai berikut: n
a. Analisis Data Hasil Observasi
Kognitif-Intelektual Keterangan:
Teknik analisis data untuk hasil x = rata-rata kemampuan berpikir
observasi jawaban siswa pada soal tes kreatif siswa
bentuk uraian pada aspek kognitif- ∑ = psilon (baca jumlah)
intelektual dilakukan dengan xi = nilai kemampuan berpikir
menggunakan pedoman penyekoran
analitik. Menurut Ekawati dan kreatif siswa ke i sampai ke n
Sumaryanta (2011) teknik penyekoran = jumlah individu (banyaknya
analitik digunakan pada tes siswa)
uraianobjektif yang mana jawaban siswa Selanjutnya mengubah presentase
diuraikan dengan urutan tertentu. Jika menjadi nilai dengan kategori, maka dari
siswatelah menulis rumus yang benar, data yang mula-mula berupa presentase,
memasukkan angka ke dalam diubah kembali menjadi data kualitatif.
formuladengan benar, menghasilkan Adapun acuan pengubahan presentase
perhitungan yang benar, dankesimpulan menjadi kategori kualitatifadalah sebagai
yang benar diberikan skor. Jadi, skor berikut:
suatu butir merupakanpenjumlahan dari
Tabel 1.Konversi Presentase Kemampuan Berpikir
sejumlah skor dari setiap respon pada kreatif
soal tersebut.
b. Analisis Data Hasil Observasi Afektif Presentase yang
No Kategori
Teknik analisis data untuk hasil Diperoleh
1. 81%-100% Sangat kreatif
observasi menggunakan skala
2. 61%-80% Kreatif
Penyekoran Holistik. Dengan
3. 41%-60% Cukup kreatif
memberikan tanda ceklis pada kolom
28
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38
29
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38
Sikap Sikap
Originality; Sikap
57,37% Meng Rasa
Berani
harg… Ingi…
Sikap
Me…
Imajin
Sikap atif,…
Gambar 1.Rata-Rata Presentase Meras
IndikatorKemampuan Berpikir Kreatif a…
SiswaDitinjau dari Hasil Observasi Kognitif
Sangat Kreatif;
0,00%
Tidak Kreatif;
17,85% Kreatif;
14,29%
Cukup Kreatif;
25,00%
Kurang
Kreatif;
42,85%
30
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38
31
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38
tidak tepat atau malah menyimpang dari dalam memahami konsep sehingga siswa
apa yang diharapkan maka perlu tidak mampu menghitung apa yang
dilakukan perbaikan-perbaikan untuk seharusnya menjadi jawaban pada soal,
sulit dalam menerjemahkan soal,
merancang suatu solusi untuk mengatasi
sehingga soal pada nomor lima dan tujuh
kesulitan ini yang benar-benar efektif yang menggambarkan indikator
dan tepat sasaran, dan jika terlalu kemampuan berpikir lancar hanya
menyimpang dapat dilakukan dijawab dengan sekedarnya saja dan
pengulangan pelaksanaan langkah- bahkan ada yang tidak menjawab sama
langkah yang sudah diuraikan di atas. sekali. Sehingga pada butir soal nomor
Sehingga diperoleh solusi akhir yang lima dan tujuh hanya mencapai kategori
tidak kreatif
efektif untuk mengatasi kesulitan dalam
Kemampuan Berpikir Luwes
berpikir kreatif yang dialami oleh siswa. (Flexibility)Berdasarkan hasil observasi
kognitif dilihat dari jawaban siswa
PEMBAHASAN
menunjukkan bahwa siswa pada butir
Pada indikator Kemampuan
soal nomor satu, lima dan tujuh yang
Berpikir Lancar (Fluency)Pada setiap
menggambarkan indikator kemampuan
pertemuan guru berusaha mendorong
berpikir luwes hanya mencapai kategori
siswa untuk mencetuskan banyak
tidak kreatif yaitu sebagian besar siswa
gagasan, jawaban, penyelesaian masalah,
tidak memberi jawaban pada soal nomor
atau pertanyaan supaya kemampuan
lima dan tujuh, yang diketahui pada soal
berpikir lancar yang dimiliki siswa dapat
nomor lima dan tujuh adalah jarak benda
berkembang. Menurut Munandar (2004)
ke cermin, dan fokus cermin, serta yang
prilaku siswa yang menunjukkan
ditanyakan pada soal adalah letak
kemampuan berpikir lancar adalah siswa
bayangan atau jarak bayangan dari
mengajukan banyak pertanyaan,
cermin serta sifat-sifat bayangan yang
menjawab dengan sejumlah jawaban,
terbentuk, berdasarkan jawaban siswa,
dan lancar mengungkapkan gagasan-
terlihat siswa hanya menuliskan jawaban
gagasan.
apa yang diketahui di dalam soal, tetapi
Berdasarkan hasil observasi
siswa tidak mampu menuliskan apa yang
kognitif menunjukkan bahwa siswa pada
ditanya dan tidak mampu menentukan
butir soal nomor lima dan tujuh yang
rumus yang akan digunakan dalam
menggambarkan indikator kemampuan
menyelesaikan soal, tidak memberikan
berpikir lancar hanya mencapai kategori
penafsiran yang berbeda dari siswa lain,
tidak kreatif yaitu sebagian besar siswa
siswa hanya memberikan satu cara
kurang mampu dalam menyelesaikan
penyelesaian masalah dalam soal.
soal uraian Fisika materi cahaya dan
Sehingga untuk butir soal ini siswa
bahkan siswa tidak memberi jawaban
hanya mencapai kategori tidak kreatif.
pada kedua soal tersebut ternyata setelah
Selanjutnya untuk melihat kemampuan
dilakukan wawancara secara mendalam
berpikir luwes siswa pada soal nomor
kepada subjek wawancara bahwa siswa
satu, guru memberikan permasalahan
mengalami kesulitan memahami konsep,
dalam bentuk soal kemampuan berpikir
kurang paham apa saja yang diketahui
kreatif yaitu disajikan permasalahan agar
dalam soal sehingga siswa cenderung
siswa mampu menjelaskan hukum
tidak menuliskan apa yang diketahui dari
pemantulan dan pembiasan cahaya pada
soal, siswa sulit untuk mengetahui apa
peristiwa sehari-hari dengan sudut
yang ditanya dari soal, tidak dapat
pandang yang lebih dari satu, kemudian
menentukan rumus yang tepat, kesulitan
setelah mengobservasi jawaban siswa,
32
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38
ternyata untuk soal nomor satu sudah Semakin luas pengetahuan, semakin
cukup baik dilihat dari beberapa siswa besar kemungkinan memunculkan ide
yang mampu menjawab dengan lebih baru yang berbeda atau tidak lazim
dari satu sudut pandang artinya siswa digunakan kebanyakan orang, sehingga
memiliki rencana yang baik untuk dapat mempengaruhi kemampuan
menyelesaikan soal, memiliki berpikir asli seseorang. Sehingga dapat
pemahaman dasar tentang soal yang disimpulkan bahwa kemampuan siswa
ditanyakan sehingga siswa mampu dalam mengembangkan indikator ini
mengembangkan konsep dasar dalam cukup baik tetapi ada aspek-aspek
menyelesaikan soal nomor satu dengan tertentu yang harus diperhatikan oleh
indikator kemampuan berpikir luwes, siswa dalam mencapai indikator ini.
hanya saja ada beberapa kalimat yang Kemampuan Berpikir Terperinci
tidak baku digunakan dalam menjawab (Elaboration)adalah kemampuan untuk
soal. Sehingga disimpulkan bahwa masih menguraikan segala sesuatu secara
banyak aspek yang harus dikembangkan rinci.Pada soal nomor tiga guru
siswa dalam mencapai indikator ini. menyajikan masalah siswa diminta untuk
Kemampuan Berpikir Original, menjelaskan tentang pembiasan cahaya,
kemampuan original adalah kemampuan soal nomor empat guru menyajikan
untuk menyampaikan dan gambar siswa diminta untuk melukiskan
mengembangkan ide serta menguraikan atau menggambarkan pembentukan
ide tersebut dengan pengetahuan sendiri bayangan pada cermin datar, pada soal
dan tidak terpikirkan oleh orang lain nomor enam siswa diminta untuk
(Guilford, dalam Hidayati, 2010). menjelaskan pembentukan bayangan dan
Berdasarkan hasil observasi kognitif sifat-sifat bayangan pada lensa
menunjukkan bahwa siswa pada butir cembung.Berdasarkan hasil observasi
soal nomor dua yang menggambarkan kognitif dari jawaban siswa
indikator kemampuan berpikir Original menunjukkan bahwa siswa pada butir
mencapai kategori cukup kreatif. Pada soal nomor tiga, empat, dan enam yang
soal nomor dua disajikan permasalahan menggambarkan indikator kemampuan
siswa diminta untuk membayangkan dan berpikir terperinci mencapai kategori
berimajinasi serta dapat menguraikan ide cukup kreatif.
tersebut dengan pengetahuannya sendiri. Sebagian besar siswa sudah
Dilihat dari sebagian besar siswa sudah memberikan jawaban yang baik pada
memberikan jawaban yang tidak lazim soal nomor tiga dan empat siswa dapat
dan antara siswa satu dengan yang lain mengungkapkan gagasannya pada kedua
memiliki perbedaan pendapat atau soal tersebut dan bahasa yang digunakan
gagasan dalam menyelesaikan soal untuk mengungkapkan gagasan dalam
nomor dua,Selanjutnya dijelaskan oleh menjawab soal merupakan bahasa siswa
Munandar (2009) bahwa sendiri bukan bahasa teks books, siswa
keterampilan berpikir asli didefinisikan mampu mengembangkan,
sebagai keterampilan dalam memberikan menambahkan, dan memperkaya suatu
jawaban yang tidak lazim, yang lain dari gagasan dengan melakukan praktek
yang lain, yang jarang diberikan sendiri untuk membuktikan pembiasan
kebanyakan orang. Hanya saja pada soal cahaya, dan sebagian siswa
ini ada beberapa siswa yang menjawab menggambarkan pembentukan bayangan
dengan satu jawaban yang sudah lazim pada cermin datar dengan menambahkan
dijawab siswa lainnya dan tidak keterangan-keterangan pada gambar,
memberikan jawaban yang bervariasi. warna-warna pada gambar, hal ini
Sejalan pendapat Mustika (2013) bahwa
33
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38
sejalan dengan pendapat yang baik tetapi ada aspek-aspek tertentu yang
diungkapkan harus diperhatikan oleh siswa dalam
Munandar (2009) bahwa mencapaiindikator ini.
keterampilan memerinci adalah Sikap Imajinatif, berdasarkan hasil
keterampilan dalam mengembangkan, pengamatan oleh observer, siswa sudah
menambahkan, memperkaya suatu mampu melihat hal-hal dalam suatu
gagasan, atau merinci detail-detail, serta gambar yang tidak dilihat oleh siswa
memperluas suatu gagasan. Hanya saja lain, adapun siswa yang mendapatkan
ada beberapa siswa yng menjawab skor dua pada deskriptor ini berjumlah
dengan satu jawaban yang sudah lazim dua orang siswa, dan 17 orang siswa
dijawab siswa lainnya dan tidak mendapat skor nol yaitu siswa tidak
memberikan jawaban yang bervariasi, mampu melihat hal-hal dalam suatu
dan pada soal nomor enam masih gambar, memberikan contoh-contoh
terdapat beberapa siswa yang tidak konsep yang berbeda dari yang
memberikan jawaban sama sekali, tidak dijelaskan oleh guru adapun siswa yang
semua siswa merasa mampu dalam mendapatkan skor dua pada deskriptor
memperhatikan detail-detail dari langkah ini berjumlah tiga orang siswa. Dan 11
kerja penyelesaian soal siswa bingung orang siswa mendapat skor nol yaitu
harus memulai darimana dalam siswa tidak memberikan contoh konsep
memaparkan langkah-langkah kerja. baik yang lazim diberikan oleh guru
Adapun soal ini menggunakan soal maupun konsep yang berbeda. Dan juga
berbentuk cerita, yaitu untuk dapat siswa sudah mampu mengetahui jika
melihat benda-benda yang kecil dengan terjadi kekeliruan saat menjawab soal
menggunakan lup, siswa dimintauntuk sebanyak tujuh orang siswa. Dan
dapat menguji detail-detail langkah yang terdapat delapan orang siswa
akan ditempuh, dan dapat memperluas mendapatkan skor nol yaitu siswa tidak
gagasan yang dimilikinya, sehingga mengetahui kekeliruan suatu
pemahaman akan bahasa soal harus penyelesaian soal.Hal ini sesuai yang
dimiliki oleh siswa. Hal ini juga dikemukakan oleh Munandar (dalam
dikuatkan oleh Wolfolk (dalam Mustika, Hidayati, 2010) bahwa definisi dari
2013) bahwa pengetahuan (pemahaman imajinatif adalah mampu memperagakan
bahasa) yang luas adalah dasar bagi atau membayangkan hal-hal yang tidak
kreativitas. atau belum pernah terjadi dan
Kemungkinan hal ini disebabkan menggunakan khayalan tetapi
adanya kebiasaan mengandalkan teman mengetahui perbedaan antara khayalan
satu kelompok ketika melakukan dan kenyataan.
praktek, sehingga dengan keadaan Sikap Merasa Tertantang oleh
seperti ini biasanya hanya siswa-siswa Masalah baru, siswa merasa tertantang
yang berminat dan serius dalam oleh masalah baru dapat dilihat bahwa
mengerjakan tugas-tugas praktek yang siswa merasa antusias untuk
mengerti detail langkah kerja yang harus mengerjakan soal-soal yang berbeda dari
dilakukan dalam praktek tersebut. yang biasa ditemuinya saat guru
Sehingga untuk soal nomor enam ada memberikan soal. Para siswa juga
yang hanya menyalin sebuah gambar berusaha agar tugas yang dikerjakan baik
dari soal saja tanpa memberi dan tepat waktu meskipun ada beberapa
keterangandan jawaban apapun. siswa yang lalai mengerjakan tugasnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan
kemampuan siswa dalam oleh Munandar (dalam Hidayati, 2010)
mengembangkan indikator inicukup bahwa definisi dari merasa tertantang
34
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38
35
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38
36
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38
37
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38
38