You are on page 1of 16

SPEJ (Science and Physics Education Journal)

Volume 1, No 1, Desember 2017


e-ISSN : 2598-2567
p-ISSN : 2614-0195
DOI : https://doi.org/10.31539/spej.v1i1.41

ANALISIS KEMAMPUAN
BERPIKIR KREATIF PADA MATERI CAHAYA
SISWA KELAS VIII SMP XAVERIUS KOTA LUBUKLINGGAU

Wahyu Arini1, Asista Asmila2,


STKIP-PGRI Lubuklinggau1,2
wahyuarini02@gmail.com1

Submit, 09-11-2017 Accepted, 29-12-2017 Publish, 29-12-2017

Abstract;the purpose of this research is to describe students 'creative thinking ability in light matter, to
know the students' creative thinking ability in light matter when viewed from cognitive observation and
affective observation, to know the difficulties experienced by students in achieving the indicators of
creative thinking ability and determination solution to overcome student difficulties in achieving the
indicators of creative thinking ability of class VIII.D SMP Xaverius Kota Lubuklinggau. The type of this
research is descriptive qualitative, with case study research type. The subject of this research is all
students of class VIII SMP Xaverius Kota Lubuklinggau. Data completion technique in this research is
using technique triangulation that is cognitive observation technique, affective observation, and
interview. Data analysis technique is descriptive qualitative analysis. The result showed that students'
thinking ability of class VIII.D junior Xaverius Kota Lubuklinggau still less creative (36,68%) based on
result of cognitive observation which was completed with interview result and creative enough category
(57,74%) result of affective observation. the recommendations that can be submitted in this research is
the teacher will give equal opportunity to all students to be able to develop the ability of creative
thinking in the learning process.

Keywords: Analysis, Creative Thinking, Light.

Abstrak :tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif siswa pada
materi cahaya, mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi cahaya jika ditinjau dari
observasi kognitif dan observasi afektif, mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa dalam
mencapai indikator-indikator kemampuan berpikir kreatif, dan menentukan solusi untuk mengatasi
kesulitan siswa dalam mencapai indikator-indikator kemampuan berpikir kreatif dikelas VIII.D SMP
Xaverius Kota Lubuklinggau. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan tipe penelitian
studi kasus. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Xaverius Kota Lubuklinggau.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan triangulasi teknik yaitu teknik
observasi kognitif, observasi afektif, dan wawancara. Teknik analisis data adalah analisis deskriptif
kualitatif. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi
cahaya kelas VIII.D SMP Xaverius Kota Lubuklinggau masih kurang kreatif (36,68%) berdasarkan hasil
observasi kognitif yang dilengkapi dengan hasil wawancara dan kategori cukup kreatif (57,74%)
berdasarkan hasil observasi afektif. rekomendasi yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah guru
hendaknya memberikan kesempatan yang sama pada semua siswa untuk dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kreatifnya dalam proses pembelajaran.

Kata Kunci: Analisis, Berpikir Kreatif, Cahaya.

PENDAHULUAN berfungsi mengembangkan kemampuan


serta peradaban bangsa yang kreatif, jadi
Seiring dengan pembaharuan untuk mengembangkan potensi peserta
sistem pendidikan, pemerintah telah didik agar menjadi manusia yang kreatif
menetapkan fungsi dan tujuan tidak akan berjalan dengan baik jika
pendidikan nasional salah satunya yaitu peran guru tidak ada dalam mencapai

23
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38

tujuan tersebut. Kompri (2015) catatan, sehingga karakter siswa yang


menyatakan bahwa guru yang muncul hanya mempersiapkan diri untuk
berkualitas merupakan ujung tombak menghapal dan belajar apa yang sudah
pencapaian tujuan pendidikan nasional dijelaskan oleh guru saja. Siswa
salah satunya mewujudkan insan cenderung malas mengerjakan soal yang
Indonesia yang kreatif. Berpikir kreatif menurut mereka sulit dan sedikit berbeda
dalam hal ini merupakan pola pikir siswa dengan contoh soal untuk dipecahkan
yang dapat menghasilkan banyak ide karena siswa tidak terbiasa dilatih dan
bervarisai yang sebelumnya tidak ada. diarahkan untuk berpikir kreatif. Oleh
Fisika mempunyai peranan penting karena itu sebagai seorang guru yang
dalam berbagai disiplin ilmu, oleh beperan penting dalam dunia pendidikan
karena itu penting untuk perlu memupukkan bahwa berpikir
mengintegrasikan kemampuan berpikir kreatif itu penting dimulai dari hal yang
kreatif dalam mata pelajaran IPA Fisika, terkecil hingga untuk menghadapi
karena kemajuan sebuah zaman dan masalah-masalah, selanjutnya menurut
kualitas beradaban tidak lagi di (Munandar,2009) pengembangan
sandarkan pada kekuatan sumber daya kreativitas secara eksplisit dinyatakan
alam secara utuh melainkan sangat pada setiap tahapan perkembangan anak,
diperlukan manusia-manusia yang mulai dari pendidikan pra-sekolah
mampu berpikir kreatif. Salah satu sampai di perguruan tinggi. Berpikir
kemampuan berpikir yang sering kreatif kurang dirangsang, sehingga anak
diabaikan dalam pendidikan formal tak terbiasa berpikir bermacam-macam
adalah kemampuan berpikir kreatif dan arah. Untuk itulah, kreativitas atau
belum ditangani secara sungguh-sungguh berpikir kreatif perlu dilatih,
oleh para guru di sekolah, dapat Berdasarkan penjelasan yang
dikatakan pengembangan kreativitas diuraikan di atas dan beberapa
ditelantarkan dalam pendidikan formal, permasalahan di atas,rumusan masalah
padahal amat bermakna bagi dalam penelitian yaitu (1) Bagaimanakah
pengembangan potensi anak secara utuh, kemampuan berpikir kreatif siswa kelas
hal ini juga diungkapkan oleh Munandar VIII SMP Xaverius Kota Lubuklinggau
(2009) menyatakan bahwa berpikir jika ditinjau dari hasil observasi kognitif
kreatif kurang dirangsang, sehingga anak dan afektif(2) Apa saja kendala yang
tidak terbiasa berpikir bermacam-macam dialami oleh siswa kelas VIII SMP
arah. Untuk itulah, kreativitas atau Xaverius Kota Lubuklinggau dalam
berpikir kreatif perlu dilatih, dipupuk, mencapai indikator-indikator
dikembangkan dan ditingkatkan, mulai kemampuan berpikir kreatif(3)
dari pendidikan pra sekolah sampai di Bagaimanakah solusi yang digunakan
perguruan tinggi. Oleh karena itu perlu untuk mengatasi kendala siswa dalam
adanya suatu pembelajaran yang mampu mencapai indikator-indikator
menimbulkan keterampilan berpikir kemampuan berpikir kreatif di kelas VIII
kreatif. SMP Xaverius Kota Lubuklinggau
Dalam proses pembelajaran di tersebut.
sekolah Guru memberikan soal ulangan Berdasarkan rumusan masalah
yang sama dari contoh soal yang pernah yang telah di kemukakan di atas, maka
dibahas dan pada saat peneliti tujuan yang ingin dicapai dalam
mengobservasi buku latihan IPA siswa penelitian ini adalah yaitu (1)
kelas VIII sebanyak sepuluh orang Mengetahui kemampuan berpikir kreatif
ternyata soal-soal tersebut sama dengan siswa kelas VIII SMP Xaverius Kota
soal-soal yang pernah dibahas di buku Lubuklinggau jika ditinjau dari hasil

24
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38

observasi kognitif dan afektif, (2) melibatkan proses memecah-mecahkan


Mengetahui kendala yang dialami oleh materi jadi bagian-bagian kecil dan
siswa kelas VIII SMP Xaverius Kota menentukan bagaimana hubungan antar
Lubuklinggau dalam mencapai bagian dan antar setiap bagian dan
indikator-indikator kemampuan berpikir struktur keseluruhannya, menganalisis
kreatif, (3)Menentukan solusi yang yaitu penentuan potongan-potongan
digunakan untuk mengatasi kendala informasi yang relevan atau penting
siswa dalam mencapai indikator- (membedakan), menentukan cara-cara
indikator kemampuan berpikir kreatif di untuk menata potongan-potongan
kelas VIII SMP Xaverius Kota informasi tersebut (mengorganisasikan),
Lubuklinggau. Kemudian, dengan dan menentukan tujuan dibalik informasi
adanya penelitian ini manfaat yang di itu (mengatribusikan).
harapkan adalah (1) bagi siswa, sebagai Dari kedua pendapat di atas, dapat
motivasi untuk bertindak bebas dalam disimpulkan analisis merupakan suatu
memecahkan masalah tanpa harus proses yang diawali dari menduga
terpaku pada teks book, menjadi motivasi kebenarannya kemudian menyelidiki,
dalam meningkatkan kemampuan menguraikan apa yang menjadi pokok
berpikir kreatif dan melatih kemampuan permasalahan sehingga dapat dijabarkan
berpikir kreatif dalam menghadapi ke bagian-bagian yang lebih kecil setelah
berbagai masalah dan tantangan zaman, adanya tindakan pengkajian yang tepat
(2) bagi guru, sebagai motivasi untuk untuk menentukan tujuan.
menciptakan suasana belajar yang
menarik agar dapat meningkatkan Kemampuan Berpikir
kemampuan berpikir kreatif peserta Dengan dimilikinya kemampuan
didik,sebagai motivasi untuk lebih berpikir yang baikseseorang
kreatif dalam membuat tes berdasarkan akanmemiliki modal untuk bisa
tes kemampuan berpikir kreatif sehingga memecahkan masalah yang terjadi dalam
guru respek terhadap gagasan yang kehidupannya. Sejatinya semua insan
kreatif dan tidak melumpuhkan potensi memiliki potensi untuk berpikir, namun
kreatif siswa, sebagai referensi tentang yang membedakan satu dengan yang lain
teknik-teknik untuk mengembangkan ialah karakter atau kerangka berpikirnya.
kreativitas siswa sehingga dapat Dalam kamus Oxford Advenced
terwujud potensi kreativitasnya. Learner’s Dictionary (dalam Sudarma,
2013) thinking salah satunya diartikan
“ideas or opinions about something”.
LANDASAN TEORI
Pemikiran itu adalah ide atau opini.
Pengertian Analisis Dapat dikatakan orang yang berpikir itu
ialah orang yang memiliki ide atau opini.
Banyak ahli yang merumuskan
Menurut Slameto (2010) Setiap orang
pengertian analisis yaitu Menurut
dapat berpikir dan memecahkan
Budiono (2005) menjelaskan analisis
masalah tetapi jelas ada perbedaan
merupakan “penguraian suatu pokok
yang luas dalam kecakapan bagaimana
atau berbagai bagiannya dan penelaahan
orang tersebut memecahkannya.
bagian itu sendiri serta hubungan antar
Berdasarkan uraian di atas karena
bagian untuk memperoleh pengertian
banyaknya variasi dari berpikir maka
yang tepat dan pemahaman arti
dalam penelitian ini peneliti hanya
keseluruhan”. Sedangkan pendapat
terbatas pada kemampuan berpikir
Anderson dan Krathwohl (2010)
kreatif, sehingga dapat disimpulkan
menjelaskan analisis dalam bentuk kata
kemampuan berpikir adalah kesadaran
kerja sebagai berikut.Menganalisis

25
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38

yang hadir dalam diri seseorang yang menentukan struktur yang


tidak dapat diamati secara langsung keseluruhannya sehingga akan sampai
sehingga seseorang bisa beropini dan pada proses menciptakan variasi
berpendapat dalam memecahkan jawaban yang baru dan unik.
masalah.
Kendala dan Cara Mengatasi Kendala
Kemampuan Berpikir Kreatif Konseptual dalam Berpikir Kreatif
Kreativitas berasal dari kata to Menurut Munandar (2004)
createartinya membuat dan mencipta. mengembangkan dan mewujudkan
Menurut Sudarma (2013) “kreativitas potensi kreatif seseorang, dapat
adalah kecerdasan yang berkembang mengalami berbagai hambatan, kendala,
dalam diri individu, dalam bentuk sikap, atau rintangan yang dapat merusak
kebiasaan, dan tindakan dalam bahkan mematikan kreativitas. Adapun
melahirkan sesuatu yang baru dan beberapa kendala konseptual dalam
orisinil untuk memecahkan masalah”. berpikir kreatif yang meliputi kendala
Munandar (2004) menyatakan bahwa eksternal yaitu muncul dari lingkungan
“berpikir divergen (juga disebut berpikir tertentumisalnyakendala kultur dan
kreatif) ialah memberikan macam- lingkungan dekatdaninternal yaitu
macam kemungkinan jawaban ditimbulkan oleh diri sendiri misal
berdasarkan informasi yang diberikan kendala perseptual, intelektual,
dengan penekanan pada keragaman emosional, kendala imajinasi dan
jumlah dan kesesuaian”. kendala dalam ungkapan bahasa.
Berdasarkan beberapa pendapat Pemecahan masalah (kendala)
ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa adalah suatu usaha untuk dapat keluar
kemampuan berpikir kreatif adalah dari keadaan yang sulit yaitu halangan
kemampuan yang muncul karena adanya dan rintangan demi perolehan hasil yang
potensi sehingga menimbulkan banyak baik. Lebih lanjut menurut Adams
kreativitas untuk menciptakan sesuatu (dalam Munandar,2009) teknik untuk
yang baru dan unik dengan bantuan mengatasi kendala konseptual secara
sesuatu yang sudah ada sebelumnya. umum adalah sebagai berikut:
Sedangkan kemampuan berpikir kreatif menggunakan cara-cara pemikiran yang
Fisika adalah kemampuan untuk non-verbal, mempunyai sikap
menghasilkan jawaban yang bervariasi mempertanyakan (questioning) atau
dan bermacam-macam arah bersifat baru menyelidiki (inquistive),kelancaran dan
terhadap masalah-masalah Fisika. kelenturan dalam berpikir, menggunakan
teknik-teknik kreatif yaitu teknik
Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif sumbang saran, daftar periksa, synectics,
Fisika pemecahan masalah secara kreatif dapat
Analisis kemampuan berpikir membantu memperoleh gagasan inovatif
kreatif Fisika adalah sesuatu kegiatan terhadap masalah yang mengganggu.
dan proses untuk mengkaji
permasalahan berupa soal atau Indikator Kemampuan Berpikir
pertanyaan yang berhubungan dengan Kreatif
cara membedakan, menata atau Dalam penelitian ini kemampuan
mengorganisasikan, kemudian berpikir kreatif yang digunakan adalah
menentukan tujuan dari proses tersebut kemampuan berpikir yang berhubungan
khususnya dalam pembelajaran Fisika dengan kognitif-intelektual yang
dengan memecah-mecahkan unsur-unsur merupakan indikator kemampuan
pokok menjadi bagian-bagian kecil dan berpikir kreatif untuk tes, dan yang

26
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38

berhubungan dengan afektif-perasaan materi Fisika yaitu cahaya dan


digunakan sebagai indikator kemampuan pembentukan bayangan pada cermin dan
berpikir kreatif untuk observasi. lensa dan karena penelitian ini bersifat
Berdasarkan pendapat di atas maka mengkaji atau menggambarkan keadaan
dalam penelitian ini indikator yang akan atau kondisi secara apa adanya yang ada
digunakan hanya dibatasi pada kognitif di lingkungan, maka penelitian ini
dan afektif yaitu Kognitif-Intelektual (1) menggunakan metode deskriptif
Kemampuan Berpikir Lancar kualitatif jenis studi kasus, yaitu strategi
(fluency)yaitu menjawab dengan penelitian yang hanya fokus pada suatu
sejumlah jawaban yaitu selalu kasus yang ingin peneliti selidiki secara
memikirkan lebih dari satu jawaban.Arus cermat dengan memberi batasan pada
pemikiran lancar yaitu lancar kasus-kasus lain (Creswell, 2010).
mengungkapkan gagasan-gagasannya (2)
Kemampuan Berpikir Luwes Subjek Penelitian
(Flexibility) ditandai mampu mengubah Populasi dalam penelitian ini
cara atau pendekatan yaitu dapat melihat adalah seluruh siswa kelas VIII SMP
suatu masalah dari sudut pandang yang Xaverius Kota Lubuklinggau tahun
berbeda. Arah pemikiran yang berbeda- pelajaran 2015/2016. Sedangkan yang
beda yaitu dalam memecahkan situasi menjadi sampel dalam penelitian ini
selalu mempunyai posisi yang berbeda adalah salah satu kelas dari keseluruhan
dari siswa lainnya. (3) Berpikir populasi yang dipilih secara purposive
Asli/Original yaitu memberikan sampling, yaitu teknik penentuan sampel
penguraian atau jawaban yang tidak dengan pertimbangan tertentu. Sesuai
lazim, jawaban yang memiliki posisi lain dengan rekomendasi guru yang mengajar
dari yang lain yang jarang diberikan IPA di kelas VIII, maka dari lima kelas,
kebanyakan orang. (4) Berpikir dipilih kelas VIII-D dengan jumlah siswa
Terperinci (elaboration) ditandai dengan sebanyak 28 orang yang menjadi sampel
mencoba atau menguji detil-detil untuk penelitian.
melihat arah yang akan
ditempuh.Mempunyai rasa keindahan Teknik dan Prosedur Pengumpulan
yang kuat sehingga tidak puas dengan Data
penampilan yang kosong atau Data yang dikumpulkan dalam
sederhana.Mengembangkan, penelitian ini diperoleh dengan cara
menambahkan atau memperkaya suatu triangulasi yaitu Observasi kognitif
gagasan. Menambah garis-garis, warna- dilihat dari jawaban siswa dalam
warna, dan bagian-bagian terhadap menjawab soal tes yang berjumlah tujuh
gambarnya sendiri atau gambar orang
butir soal berbentuk uraian untuk
lain.Afektif-Perasaan (1) Sikap rasa
ingin tahu (2) Sikap Imajinatif (3) Sikap mengetahui tingkat kemampuan berpikir
Merasa Tertantang Oleh Kemajemukan kreatif siswa yang disusun berdasarkan
(4) Sikap Berani Mengambil Resiko dan indikator kognitif-intelektal. Observasi
(5) Sikap Menghargai. Masing-masing Afektif yaitu untuk mengukur
terbagi menjadi beberapa deskriptor. kemampuan berpikir kreatif siswa yang
disusun berdasarkan indikator berpikir
METODE PENELITIAN
kreatif sebagai acuan penyusunan
Penelitian ini dilakukan untuk
menganalisis kemampuan berpikir instrumen yang berjumlah 15 deskriptor
kreatif siswa kelas VIII SMP Xaverius yang harus di amati. Wawancara yaitu
Kota Lubuklinggaudalam mempelajari pengumpulan data dengan cara peneliti

27
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38

melakukan face to-face interview nol, satu, atau dua untuk tiap-tiap
(wawancara berhadap-hadapan) dengan deskriptor yang diamati. Menghitung
partisipan (Creswell, 2010).Maka dalam nilai presentase kemampuan berpikir
siswa masing-masing instrumen tersebut
penelitian ini jenis wawancara yang
dihitung menggunakan rumus sebagai
digunakan adalah wawancara langsung berikut:
antara peneliti dan peserta didik, dan
R
merupakan wawancara terstruktur. NP  x100%
Wawancara ini dilakukan untuk SM
(Purwanto, 2010:102)
memperoleh data tentang penyebab Keterangan :
kesulitan siswa dalam menyelesaikan NP = nilai presentase kemampuan
soal-soal tes kemampuan berpikir kreatif, berpikir kreatif
dengan menyiapkan sederetan R = skor mentah yang diperoleh
pertanyaan lengkap dan terperinci yang siswa
sudah dipikirkan oleh peneliti yang SM = Skor maksimum observasi
kognitif/afektif yang
berjumlah 20 butir pertanyaan.
bersangkutan
Prosedur Analisis Data
Pengolahan data dalam penelitian Untuk menghitung tiap-tiap indikator
ini dilakukan dengan menggunakan dan rata-rata kemampuan berpikir kreatif
triangulasi.Adapun penjelasan mengenai siswa :

x   i (Sugiyono, 2012)
analisis data dari ketiga instrumen x
dianalisis dengan cara sebagai berikut: n
a. Analisis Data Hasil Observasi
Kognitif-Intelektual Keterangan:
Teknik analisis data untuk hasil x = rata-rata kemampuan berpikir
observasi jawaban siswa pada soal tes kreatif siswa
bentuk uraian pada aspek kognitif- ∑ = psilon (baca jumlah)
intelektual dilakukan dengan xi = nilai kemampuan berpikir
menggunakan pedoman penyekoran
analitik. Menurut Ekawati dan kreatif siswa ke i sampai ke n
Sumaryanta (2011) teknik penyekoran = jumlah individu (banyaknya
analitik digunakan pada tes siswa)
uraianobjektif yang mana jawaban siswa Selanjutnya mengubah presentase
diuraikan dengan urutan tertentu. Jika menjadi nilai dengan kategori, maka dari
siswatelah menulis rumus yang benar, data yang mula-mula berupa presentase,
memasukkan angka ke dalam diubah kembali menjadi data kualitatif.
formuladengan benar, menghasilkan Adapun acuan pengubahan presentase
perhitungan yang benar, dankesimpulan menjadi kategori kualitatifadalah sebagai
yang benar diberikan skor. Jadi, skor berikut:
suatu butir merupakanpenjumlahan dari
Tabel 1.Konversi Presentase Kemampuan Berpikir
sejumlah skor dari setiap respon pada kreatif
soal tersebut.
b. Analisis Data Hasil Observasi Afektif Presentase yang
No Kategori
Teknik analisis data untuk hasil Diperoleh
1. 81%-100% Sangat kreatif
observasi menggunakan skala
2. 61%-80% Kreatif
Penyekoran Holistik. Dengan
3. 41%-60% Cukup kreatif
memberikan tanda ceklis pada kolom

28
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38

4. 21%-40% Kurang kreatif Uji reliabilitas ditujukan untuk


5. 0%-20% tidak kreatif mengetahui konsistensi tes, apakah tes
(Sumber: modifikasi dari Ekawati yangdigunakan dapat diandalkan dan
danSumaryanta, 2011: 61) tetap konsisten jika pengukuran
diulang. Uji raliabilitas yang
Pemeriksaan Keabsahan Data dilakukan dengan metode Kuder-
Untuk memeriksa keabsahan data Richardson dengan perhitungan alpha
pada penelitian menggunakan (Arikunto, 2010: 239). Berdasarkan
kredibilitas (credibility) atau derajat hasil perhitungan diperoleh r11= 0,82,
kepercayaan. kredibilitas adalah sebagai selanjutnya interpretasi nilai
berikut, untuk memeriksa akurasi hasil rIIdikategorikan berdasarkan pendapat
penelitian, peneliti perlu digunakannya Guilford (dalam Haris dan Jihad,
strategi-strategi validitas karena hal ini 2010). Sehingga disimpulkan bahwa
dapat meningkatkan kemampuan peneliti soal tersebut memiliki tingkat
dalam menilai keakuratan hasil reliabilitas tinggi.
penelitian.
Kredibilitas (credibility) b. Validasi Instrumen Wawancara
merupakan penetapan hasil penelitian Instrumen wawancara dalam
kualitatif yang kredibel atau dapat penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti,
dipercaya dari perspektif partisipan. yang berisi sederetan pertanyaan yang
Partisipan adalah orang yang dapat berkaitan dengan materi cahaya.
menilai secara sah kredibilitas hasil Pedoman wawancara penelitian ini telah
penelitian. Adapun strategi validitas divalidasi secara konstruksi oleh dua
yang digunakan dalam penelitian ini dosen ahli dari STKIP-PGRI
untuk meningkatkan kredibilitas adalah Lubuklinggau. Dalam penelitian ini
dengan triangulasi. adapun hasil penilaian kedua dosen
tersebut diperoleh kesimpulan bahwa
Pertanggungjawaban Penelitian pedoman wawancara dapat dan layak
a. Validasi Soal Kemampuan Berpikir digunakan dalam penelitian ini setelah
Kreatif proses perbaikan.
1) Uji validasi
Dalam penelitian ini 10 soal di c. Validasi Lembar Observasi
uji cobakan ke siswa kelas VIII.A. Kemampuan Berpikir Kreatif
Soal yang di berikan pada siswa Lembar observasi disusun
tersebut sudah sesuai dengan berdasarkan indikator kemampuan
indikator kemampuan berpikir kreatif. berpikir kreatif pada aspek afektif yang
Soal yang dinyatakan valid sebanyak akan diamati selama proses pembelajaran
tujuh butir soal. berlangsung. Pada penelitian ini
Teknikpengujiannya lembarobservasi kemampuan berpikir
menggunakan korelasi Produk Momen kreatif telah divalidasi secara konstruksi
Pearsondan dikategorikan pada sebelum digunakan dalam penelitian.
kriteria menurut (Arikunto, Validasi ini dilakukan dua orang dosen
2010:319),adapun rekapitulasi ahli dari STKIP-PGRI Lubuklinggau.
validasi butir soal tes hasil diperoleh Setelah melalui beberapa proses
dari 10 soal yang di uji cobakan di perbaikan dengan kedua validator, maka
dapat tujuh soal yang dinyatakan valid didapatkan hasil penilaian dari kedua
dan reliabel. dosen ahli tersebut diperoleh
kesimpulan bahwa lembar observasi
2) Uji Reliabilitas afektif pada aspek afektif kreatif dapat

29
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38

dan sudah dianggap layak digunakan


dalam penelitian ini.
Gambar 2. Rata-Rata Persentase Kemampuan
HASIL DAN PEMBAHASAN Berpikir Kreatif Siswa dari Seluruh Siswa

Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis data,


a. Analisis Data Kemampuan Berpikir siswa kreatif atau tidak dalam
Kreatif Siswa memberikan penyelesaian atau jawaban
1) Analisis Data Observasi Kognitif dari suatu soal dapat diketahui dengan
Analisis data dilakukan dengan melakukan perbandiingan antara skor
mencari rata-rata presentase masing- yang dicapai siswa dalam menjawab soal
masing indikator kemampuan berpikir dan skor maksimum yang mungkin
kreatif terlebih dahulu dan dicapai siswa dari keseluruhan soal
mengkategorikan berdasarkan hasil kemudian dipersentasekan, serta
presentase. Hasil analisis rata-rata mengkategorikan hasil persentase siswa
presentase masing-masing indikator tersebut.
kemampuan berpikir kreatif siswa dapat
dilihat pada gambar 1. 2) Analisis Data Observasi Afektif
Dari analisis rata-rata persentase
masing-masing indikator kemampuan
Fluency; berpikir kreatif siswa dapat dilihat pada
9,54% Flexibility;
Elaboration; 18,98% gambar 3.
47,17%

Sikap Sikap
Originality; Sikap
57,37% Meng Rasa
Berani
harg… Ingi…
Sikap
Me…
Imajin
Sikap atif,…
Gambar 1.Rata-Rata Presentase Meras
IndikatorKemampuan Berpikir Kreatif a…
SiswaDitinjau dari Hasil Observasi Kognitif

Setelah menentukan rata-rata Gambar 3.Rata-Rata Persentase Indikator


peresentase indikator kemampuan Kemampuan Berpikir Kreatif SiswaDitinjau dari
berpikir kreatif siswa, maka selanjutnya Hasil Observasi Afektif Kemampuan Berpikir
Kreatif
menentukan persentase kemampuan
Rata-rata persentase kemampuan
berpikir kreatif siswa secara keseluruhan
berpikir kreatif siswa keseluruhan dapat
siswa dan kategorinya. Adapun rata-rata
dilihat pada gambar 4.
persentase kemampuan berpikir kreatif
siswa secara keseluruhan siswa dapat
dilihat pada gambar 2.

Sangat Kreatif;
0,00%

Tidak Kreatif;
17,85% Kreatif;
14,29%

Cukup Kreatif;
25,00%
Kurang
Kreatif;
42,85%

30
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38

Kuran Tidak Sangat Munandar (2004:231-233) akan


g Kreati Kreati dijelaskn pada tabel yang akan disajikan
Kreati f, f, 7% dibawah ini.
f, 0.00% Tabel 3. Solusi untuk Mengatasi Kendala Berpikir
7.00% Kreatif yang Dialami Siswa
Sebab Sebab Solusi Mengatasi
Utama Khusus
Cukup Mempertanyakan
Kreati atau menyelidiki
Kreati f, 25% Kendala aspek-aspek yang
f, Kultural dibatasi atau
60.71
Gambar 4.Rata-Rata Persentase Kemampuan dianggap tidak
Kendala
% Kreatif Siswadari Seluruh Siswa
Berpikir
Eksternal
lazim.
Kendala Dihadapkan pada
Berdasarkan hasil analisis data, Lingkugan kenyataan dan
Dekat rasionalitas yang
siswa kreatif atau tidak dalam proses (Fisik dan dapat terjadi
pembelajaran yang berlangsung di kelas Sosial) nantinya
dapat diketahui dengan melakukan suatu Menggunakan
Kendala
perbandingan yaitu perbandingan antara Perseptual
cara pemikiran
skor aktivitas kemampuan berpikir yang non-verbal
kreatif siswa tersebut di kelas dan skor Dilatih oleh guru
untuk dapat
maksimum yang mungkin dicapai siswa Kendala mengkondisikan
dari keseluruhan proses observasi yang Emosional diri sesuai situasi
berlangsung di kelas. Kemudian yang terjadi
dipersentasekan, serta menentukan hasil nantinya
persentase tersebut kedalam kategori Diberikan
kebebasan untuk
kemampuan berpikir kreatif siswa. menciptakan daya
Kendala
imajinasi yang
Kendala Imajinasi
b. Kendala-kendala yang Dialami tetap berada pada
Internal
Siswa dalam Berpikir Kreatif dan titik
Solusinya keseimbangan.
Menggunakan
Terdapat banyak cara yang dapat teknik-teknik atau
dilakukan untuk mengatasi kendala yang Kendala
strategi
Intelektual
dialami siswa dalam berpikir kreatif pada pembelajaran
bidang Fisika. Secara garis besar langkah yang kreatif
yang digunakan untuk membantu Diajarkan sesuai
tingkat
mengatasi kendala tersebut menurut Kendala
kemampuan yang
Wallas (dalam Luviandari Ayus, 2014) : dalam
dimiliki dalam
Ungkapan
1) Mengivestigasi kesulitan yang keterampilan
dialami siswa berbahasa
2) Mengalihkan perhatian dari hal-hal Langkah terakhir adalah menilai
yang tidak penting solusi yang digunakan dalammengatasi
3) Mencari cara yang sesuai untuk kesulitan dalam berpikir kreatif oleh
mengatasi kesulitan tersebut (tahap siswa sudah sesuai atau tidak dengan
iluminasi atauilumination). penyebab dan situasi siswa itu sendiri.
4) Menilai atau menguji ketepatan cara
Ini menjadi penting karena penilaian ini
penyelesaian yang digunakan pada
tahap iluminasi. akan menjadi hasil akhir mengenai
ketercapaian solusi dalam mengatasi
suatu kesulitan yang dialami siswa. Jika

31
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38

tidak tepat atau malah menyimpang dari dalam memahami konsep sehingga siswa
apa yang diharapkan maka perlu tidak mampu menghitung apa yang
dilakukan perbaikan-perbaikan untuk seharusnya menjadi jawaban pada soal,
sulit dalam menerjemahkan soal,
merancang suatu solusi untuk mengatasi
sehingga soal pada nomor lima dan tujuh
kesulitan ini yang benar-benar efektif yang menggambarkan indikator
dan tepat sasaran, dan jika terlalu kemampuan berpikir lancar hanya
menyimpang dapat dilakukan dijawab dengan sekedarnya saja dan
pengulangan pelaksanaan langkah- bahkan ada yang tidak menjawab sama
langkah yang sudah diuraikan di atas. sekali. Sehingga pada butir soal nomor
Sehingga diperoleh solusi akhir yang lima dan tujuh hanya mencapai kategori
tidak kreatif
efektif untuk mengatasi kesulitan dalam
Kemampuan Berpikir Luwes
berpikir kreatif yang dialami oleh siswa. (Flexibility)Berdasarkan hasil observasi
kognitif dilihat dari jawaban siswa
PEMBAHASAN
menunjukkan bahwa siswa pada butir
Pada indikator Kemampuan
soal nomor satu, lima dan tujuh yang
Berpikir Lancar (Fluency)Pada setiap
menggambarkan indikator kemampuan
pertemuan guru berusaha mendorong
berpikir luwes hanya mencapai kategori
siswa untuk mencetuskan banyak
tidak kreatif yaitu sebagian besar siswa
gagasan, jawaban, penyelesaian masalah,
tidak memberi jawaban pada soal nomor
atau pertanyaan supaya kemampuan
lima dan tujuh, yang diketahui pada soal
berpikir lancar yang dimiliki siswa dapat
nomor lima dan tujuh adalah jarak benda
berkembang. Menurut Munandar (2004)
ke cermin, dan fokus cermin, serta yang
prilaku siswa yang menunjukkan
ditanyakan pada soal adalah letak
kemampuan berpikir lancar adalah siswa
bayangan atau jarak bayangan dari
mengajukan banyak pertanyaan,
cermin serta sifat-sifat bayangan yang
menjawab dengan sejumlah jawaban,
terbentuk, berdasarkan jawaban siswa,
dan lancar mengungkapkan gagasan-
terlihat siswa hanya menuliskan jawaban
gagasan.
apa yang diketahui di dalam soal, tetapi
Berdasarkan hasil observasi
siswa tidak mampu menuliskan apa yang
kognitif menunjukkan bahwa siswa pada
ditanya dan tidak mampu menentukan
butir soal nomor lima dan tujuh yang
rumus yang akan digunakan dalam
menggambarkan indikator kemampuan
menyelesaikan soal, tidak memberikan
berpikir lancar hanya mencapai kategori
penafsiran yang berbeda dari siswa lain,
tidak kreatif yaitu sebagian besar siswa
siswa hanya memberikan satu cara
kurang mampu dalam menyelesaikan
penyelesaian masalah dalam soal.
soal uraian Fisika materi cahaya dan
Sehingga untuk butir soal ini siswa
bahkan siswa tidak memberi jawaban
hanya mencapai kategori tidak kreatif.
pada kedua soal tersebut ternyata setelah
Selanjutnya untuk melihat kemampuan
dilakukan wawancara secara mendalam
berpikir luwes siswa pada soal nomor
kepada subjek wawancara bahwa siswa
satu, guru memberikan permasalahan
mengalami kesulitan memahami konsep,
dalam bentuk soal kemampuan berpikir
kurang paham apa saja yang diketahui
kreatif yaitu disajikan permasalahan agar
dalam soal sehingga siswa cenderung
siswa mampu menjelaskan hukum
tidak menuliskan apa yang diketahui dari
pemantulan dan pembiasan cahaya pada
soal, siswa sulit untuk mengetahui apa
peristiwa sehari-hari dengan sudut
yang ditanya dari soal, tidak dapat
pandang yang lebih dari satu, kemudian
menentukan rumus yang tepat, kesulitan
setelah mengobservasi jawaban siswa,

32
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38

ternyata untuk soal nomor satu sudah Semakin luas pengetahuan, semakin
cukup baik dilihat dari beberapa siswa besar kemungkinan memunculkan ide
yang mampu menjawab dengan lebih baru yang berbeda atau tidak lazim
dari satu sudut pandang artinya siswa digunakan kebanyakan orang, sehingga
memiliki rencana yang baik untuk dapat mempengaruhi kemampuan
menyelesaikan soal, memiliki berpikir asli seseorang. Sehingga dapat
pemahaman dasar tentang soal yang disimpulkan bahwa kemampuan siswa
ditanyakan sehingga siswa mampu dalam mengembangkan indikator ini
mengembangkan konsep dasar dalam cukup baik tetapi ada aspek-aspek
menyelesaikan soal nomor satu dengan tertentu yang harus diperhatikan oleh
indikator kemampuan berpikir luwes, siswa dalam mencapai indikator ini.
hanya saja ada beberapa kalimat yang Kemampuan Berpikir Terperinci
tidak baku digunakan dalam menjawab (Elaboration)adalah kemampuan untuk
soal. Sehingga disimpulkan bahwa masih menguraikan segala sesuatu secara
banyak aspek yang harus dikembangkan rinci.Pada soal nomor tiga guru
siswa dalam mencapai indikator ini. menyajikan masalah siswa diminta untuk
Kemampuan Berpikir Original, menjelaskan tentang pembiasan cahaya,
kemampuan original adalah kemampuan soal nomor empat guru menyajikan
untuk menyampaikan dan gambar siswa diminta untuk melukiskan
mengembangkan ide serta menguraikan atau menggambarkan pembentukan
ide tersebut dengan pengetahuan sendiri bayangan pada cermin datar, pada soal
dan tidak terpikirkan oleh orang lain nomor enam siswa diminta untuk
(Guilford, dalam Hidayati, 2010). menjelaskan pembentukan bayangan dan
Berdasarkan hasil observasi kognitif sifat-sifat bayangan pada lensa
menunjukkan bahwa siswa pada butir cembung.Berdasarkan hasil observasi
soal nomor dua yang menggambarkan kognitif dari jawaban siswa
indikator kemampuan berpikir Original menunjukkan bahwa siswa pada butir
mencapai kategori cukup kreatif. Pada soal nomor tiga, empat, dan enam yang
soal nomor dua disajikan permasalahan menggambarkan indikator kemampuan
siswa diminta untuk membayangkan dan berpikir terperinci mencapai kategori
berimajinasi serta dapat menguraikan ide cukup kreatif.
tersebut dengan pengetahuannya sendiri. Sebagian besar siswa sudah
Dilihat dari sebagian besar siswa sudah memberikan jawaban yang baik pada
memberikan jawaban yang tidak lazim soal nomor tiga dan empat siswa dapat
dan antara siswa satu dengan yang lain mengungkapkan gagasannya pada kedua
memiliki perbedaan pendapat atau soal tersebut dan bahasa yang digunakan
gagasan dalam menyelesaikan soal untuk mengungkapkan gagasan dalam
nomor dua,Selanjutnya dijelaskan oleh menjawab soal merupakan bahasa siswa
Munandar (2009) bahwa sendiri bukan bahasa teks books, siswa
keterampilan berpikir asli didefinisikan mampu mengembangkan,
sebagai keterampilan dalam memberikan menambahkan, dan memperkaya suatu
jawaban yang tidak lazim, yang lain dari gagasan dengan melakukan praktek
yang lain, yang jarang diberikan sendiri untuk membuktikan pembiasan
kebanyakan orang. Hanya saja pada soal cahaya, dan sebagian siswa
ini ada beberapa siswa yang menjawab menggambarkan pembentukan bayangan
dengan satu jawaban yang sudah lazim pada cermin datar dengan menambahkan
dijawab siswa lainnya dan tidak keterangan-keterangan pada gambar,
memberikan jawaban yang bervariasi. warna-warna pada gambar, hal ini
Sejalan pendapat Mustika (2013) bahwa

33
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38

sejalan dengan pendapat yang baik tetapi ada aspek-aspek tertentu yang
diungkapkan harus diperhatikan oleh siswa dalam
Munandar (2009) bahwa mencapaiindikator ini.
keterampilan memerinci adalah Sikap Imajinatif, berdasarkan hasil
keterampilan dalam mengembangkan, pengamatan oleh observer, siswa sudah
menambahkan, memperkaya suatu mampu melihat hal-hal dalam suatu
gagasan, atau merinci detail-detail, serta gambar yang tidak dilihat oleh siswa
memperluas suatu gagasan. Hanya saja lain, adapun siswa yang mendapatkan
ada beberapa siswa yng menjawab skor dua pada deskriptor ini berjumlah
dengan satu jawaban yang sudah lazim dua orang siswa, dan 17 orang siswa
dijawab siswa lainnya dan tidak mendapat skor nol yaitu siswa tidak
memberikan jawaban yang bervariasi, mampu melihat hal-hal dalam suatu
dan pada soal nomor enam masih gambar, memberikan contoh-contoh
terdapat beberapa siswa yang tidak konsep yang berbeda dari yang
memberikan jawaban sama sekali, tidak dijelaskan oleh guru adapun siswa yang
semua siswa merasa mampu dalam mendapatkan skor dua pada deskriptor
memperhatikan detail-detail dari langkah ini berjumlah tiga orang siswa. Dan 11
kerja penyelesaian soal siswa bingung orang siswa mendapat skor nol yaitu
harus memulai darimana dalam siswa tidak memberikan contoh konsep
memaparkan langkah-langkah kerja. baik yang lazim diberikan oleh guru
Adapun soal ini menggunakan soal maupun konsep yang berbeda. Dan juga
berbentuk cerita, yaitu untuk dapat siswa sudah mampu mengetahui jika
melihat benda-benda yang kecil dengan terjadi kekeliruan saat menjawab soal
menggunakan lup, siswa dimintauntuk sebanyak tujuh orang siswa. Dan
dapat menguji detail-detail langkah yang terdapat delapan orang siswa
akan ditempuh, dan dapat memperluas mendapatkan skor nol yaitu siswa tidak
gagasan yang dimilikinya, sehingga mengetahui kekeliruan suatu
pemahaman akan bahasa soal harus penyelesaian soal.Hal ini sesuai yang
dimiliki oleh siswa. Hal ini juga dikemukakan oleh Munandar (dalam
dikuatkan oleh Wolfolk (dalam Mustika, Hidayati, 2010) bahwa definisi dari
2013) bahwa pengetahuan (pemahaman imajinatif adalah mampu memperagakan
bahasa) yang luas adalah dasar bagi atau membayangkan hal-hal yang tidak
kreativitas. atau belum pernah terjadi dan
Kemungkinan hal ini disebabkan menggunakan khayalan tetapi
adanya kebiasaan mengandalkan teman mengetahui perbedaan antara khayalan
satu kelompok ketika melakukan dan kenyataan.
praktek, sehingga dengan keadaan Sikap Merasa Tertantang oleh
seperti ini biasanya hanya siswa-siswa Masalah baru, siswa merasa tertantang
yang berminat dan serius dalam oleh masalah baru dapat dilihat bahwa
mengerjakan tugas-tugas praktek yang siswa merasa antusias untuk
mengerti detail langkah kerja yang harus mengerjakan soal-soal yang berbeda dari
dilakukan dalam praktek tersebut. yang biasa ditemuinya saat guru
Sehingga untuk soal nomor enam ada memberikan soal. Para siswa juga
yang hanya menyalin sebuah gambar berusaha agar tugas yang dikerjakan baik
dari soal saja tanpa memberi dan tepat waktu meskipun ada beberapa
keterangandan jawaban apapun. siswa yang lalai mengerjakan tugasnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan
kemampuan siswa dalam oleh Munandar (dalam Hidayati, 2010)
mengembangkan indikator inicukup bahwa definisi dari merasa tertantang

34
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38

oleh masalah baru adalah terdorong mengalami kesulitan dalam


untuk mengatasi masalah yang sulit, mengembangkan kemampuannya, ini
merasa tertantang olehsituasi-situasi dapat dilhat dari hasil observasi kognitif
yang rumit, dan lebih tertarik pada tugas- dan wawancara tertutup yang dilakukan
tugas yang sulit. Namun meskipun peneliti, siswa masih cenderung
demikian, masih banyak siswa yang berpatokan pada satu jawaban yang
merasa biasa-biasa saja terhadap soal mereka anggap benar saja yang
yang berbeda bahkan malas dan tidak mengartikan siswa terbiasa berpikir
menemukan solusi dari soal-soal konvergen, siswa masih kesulitan
tersebut. menerjemahkan masalah yang
Sikap Menghargai, pada proses dikemukakan dalam soal yang
pembelajaran yang diamati oleh observer mengartikan soal yang digunakan guru
terlihat bahwa siswa saling menghargai sebagai alat ukur hanya mengacu pada
antara yang satu dengan yang lain, penilaian kemampuan siswa dalam
mereka menghargai pendapatnya dan belajar dan kemajuan siswa selama
menghargai pendapat orang lain ketika menempuh program pembelajaran.
melakukan diskusi. Mereka menghargai Dalam masalah fisika selain soal
kesempatan yang diberikan oleh guru hitungan terdapat soal berbentuk cerita
baik saat diberi pertanyaan dan sehingga pemahaman bahasa sangat
penyelesaian masalah namun masih ada penting dalam menerjemahkan suatu
beberapa siswa yang kurang kalimat dalam soal agar siswa dapat
memanfaatkan kesempatan itu dengan merencanakan dan mengambil keputusan
tidak melakukan aktivitas dan memberi langkah yang akan ditempuh dalam
respon terhadap kesempatan yang menyelesaikan soal, berdasarkan
dimiliki dengan cara mengeluarkan ide- observasi dan wawancara masih banyak
idenya. siswa yang tidak mampu menjawab soal
Padahal harusnya siswa merespon hitungan dan bentuk cerita, tidak mampu
kesempatan yang diberikan, karena tiap menuliskan apa yang ditanya dalam soal,
tahapan atau langkah aktivitas siswa dan penggunaan rumus.
akan diamati dan mendapatkan skor, Untuk itu solusinya siswa harus
karena siswa tidak merespon maka siswa lebih konsentrasi dalam membaca soal
tidak mendapatkan skor atau skor yang sehingga mampu menerjemahkan
diberikan adalah nol. Siswa menghargai maksud soal karena pemahaman bahasa
kebebasan yang diberikan kepada yang luas adalah dasar bagi kreativitas,
mereka ketika berdiskusi dengan guru membiasakan siswa untuk
melakukan penyelesaian masalah dengan menjawab dan memberikan gagasan
langkah yang tepat, namun masih ada secara terbuka artinya tidak berpatok
siswa yang melakukan penyelesaian pada jawaban yang dianggap benar
masalah dengan langkah yang kurang (streorotif).
tepat, dan masih ada siswa yang tidak Dari pemaparan diatas maka dapat
menghargai kebebasan yang diberikan disimpulkan secara garis besar penyebab
oleh guru, hal ini ditandai dengan ini dapat diatasi dengan cara sebagai
sedikitnya aktivitas siswa dalam berikut: mengintegrasikan kesulitan,
menyelesaikan masalah saat diskusi menemukan penyebab kesulitan,
dalam kelompoknya, siswa cenderung berusaha mencari solusi yang digunakan
diam. untuk mengatasi kesulitan, berusaha
Kemampuan berpikir kreatif yang mencari solusi yang digunakan untuk
dicapai oleh siswa pada penelitian ini mengatasi kesulitan dan menilai atau
menunjukkan bahwa siswa masih merevisi solusi tersebut untuk

35
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38

menghasilkan solusi akhir yang efektif Observasi kognitif yang dilengkapi


dan tepat. dengan wawancara tertutup dan
Karena cara mengatasi atau observasi afektif digunakan untuk
menghindari kendala tentu bergantung mengidentifikasikan siswa yang
dari jenis kendala itu, apakah kendalam memiliki kemampuan bepikir kreatif
eksternal atau kendala internal, apakah dengan kategori sangat kreatif,
merupakan kendala intelektual, emosi, kreatif, kurang kreatif, dan tidak
atau persepsil. Sehingga solusi yang kreatif, dari hasil observasi kognitif
ditawarkan benar-benar menjadi solusi yang diperoleh, empat orang siswa
yang dapat membantu individu/siswa (kategori kreatif), tujuh orang siswa
untuk keluar dari zona kesulitannya (kategori cukup kreatif), 12 orang
dalam memecahkan masalah-masalah siswa (kategori kurang kreatif), dan
Fisika. lima orang siswa (kategori tidak
kreatif). Adapun hasil observasi
SIMPULAN afektif yang diamati selama proses
Berdasarkan tujuan penelitian dan pembelajaran berlangsung, dua orang
analisis data tentang kemampuan siswa (kategori sangat kreatif), tujuh
berpikir kreatif pada materi cahaya siswa orang siswa (kategori kreatif), 17
kelas VIII SMP Xaverius Kota orang siswa (kategori cukup kreatif),
Lubuklinggau yang telah dilakukan, dan dua orang siswa (kategori kurang
maka dapat disimpulkan: kreatif), dan tidak ada siswa yang
1. Dari hasil observasi kognitif secara tergolong kategori tidak kreatif.
keseluruhan yang mencakup empat 2. Kendala yang dialami oleh siswa
indikator kemampuan berpikir kreatif dalam mencapai indikator
dimana siswa mencapai kategori kemampuan berpikir kreatif
Kurang Kreatif , yaitu pada indikator berdasarkan hasil observasi kognitif
kemampuan berpikir lancar sebanyak dan afektif adalah kendala siswa
9,54% (kategori tidak kreatif), mengisolasi masalah yang terdapat
indikator kemampuan berpikir luwes dalam suatu soal dari sudut
sbanyak 18,98% (kategori tidak pandangnya, mengemukakan
kreatif), indikator kemampuan gagasannya secara tertulis dan
berpikir original sebanyak 57,37% beberapa siswa cenderung malas
(kategori cukup kreatif), indikator membaca buku relevan selain buku
berpikir terperinci sebanyak 47,17% yang diwajibkan dari yayasan
(cukup kreatif). Dari hasil observasi Xaverius, siswa cenderung kesulitan
afektif secara keseluruhan yang dalam menerjemahkan gambar dan
mencakup 5 indikator kemampuan kata-kata menjadi bentuk rumusan
berpikir kreatif dimana siswa telah matematis, ketidakmampuan siswa
mencapai kategori cukup kreatif , dalam melihat masalah atau soal dari
yaitu indikator sikap rasa ingin tahu berbagai sudut pandang yang berbeda,
sebesar 75,45% (kategori kreatif), serta kendala dalam ungkapan
sikap imajinatif sebesar 35,71% sehingga siswa sulit untuk
(kategori kurang kreatif), sikap menggunkan bahasa yang tepat dalam
merasa tertantang oleh masalah baru mengemukakan gagasan.
sebesar 76,19% (kategori kreatif) dan, 3. Kendala yang dialami siswa dalam
sikap berani mengambil resiko mengembangkan kemampuan berpikir
sebesar 51,19% (kategori cukup kreatif dapat diatasi dengan solusi
kreatif), dan sikap menghargai sebesar melakukan empat cara yaitu:
37,50% (kategori kurang kreatif). mengintegrasikan kesulitan,

36
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38

menemukan penyebab kesulitan yang DAFTAR PUSTAKA


dialami siswa tersebut, kemudian
berusaha mencari solusi yang dapat Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur
digunakan untuk mengatasi kesulitan, Penelitian Suatu Pendekatan
dan menilai serta merevisi solusi Praktik. Jakarta: PT. Rineka
tersebut untuk menghasilkan solusi Cipta.
akhir yang efektif dan tepat. Budiono. (2005). Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia. Surabaya:
Karya Agung.
Creswell, J.W. (2009). Research Design
Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan Mixed. (A.
Fawaid, Terjemahan).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ekawati, Estina dan Sumaryanta. (2011).
Pengembangan Instrumen
Penlaian Pembelajaran
Matematika SD/SMP.
Yogyakarta: Kementerian
Pendidikan Nasional Badan
Pengmbangan Sumber Daya
Manusia Pndidikan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan
Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan (PPPPTK)
Matematika
Haris dan Jihad. (2010). Evaluasi
Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
Hidayati, Faridah. (2010). Peningkatan
Kreativitas Siswa pada
Pembelajaran Matematika
dengan Pokok Bahasan Bangun
Ruang Sisi Datar (BRSD) di
Kelas VIII SMP N 1 Tegalrejo.
Skripsi tidak diterbitkan.
Yogyakarta: Jurusan FMIPA
universitas Negeri Yogyakarta.
Kompri. (2015). Manajemen Pendidikan
Komponen-komponen Elementer
Kemajuan Sekolah. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Munandar, Utami. (2009).
Pengembangan Kreativitas Anak
Berbakat. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

37
2017. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (1): 23 - 38

Mustika, (2013). Analisis Kemampuan


Berpikir Kreatif Siswa SMP
dalam Pembelajaran Pendidikan
Teknologi Dasar (PTD). Jurnal
Pengajaran MIPA. 18(1), 60-88.
Purwanto, Ngalim. (2010). Prinsip-
prinsip dan Teknik Evaluasi
Pengajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-
faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sudarma, Momon. (2013).
Mengembangkan Keterampilan
Berpikir Kreatif. Jakarta:
Rajawali Pers.
Sugiyono. (2008). Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung: CV.
Alfabeta.
. . (2012). Statistka untuk
Penelitian. Bandung: CV.
Alfabeta.

38

You might also like