You are on page 1of 59
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 87 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN PATIMBAN PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015, setiap pelabuhan wajib memiliki Rencana Induk Pelabuhan; bahwa Rencana Induk Pelabuhan untuk pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul ditetapkan oleh Menteri Perhubungan setelah terlebih_ dahulu mendapat rekomendasi dari. gubernur dan bupati/walikota mengenai kescsuaian dengan tata ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota; bahwa Rencana Induk Pelabuhan Patimban Provinsi Jawa Barat disusun dengan telah memperhatikan Rencana Induk Pelabuhan Nasional, rencana tata ruang wilayah Provinsi Jawa Barat, rencana tata ruang wilayah Kabupaten Subang, keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain terkait di lokasi Mengingat lokasi pelabuhan Patimban, kelayakan _ teknis, ekonomis, dan lingkungan serta keamanan dan keselamatan lalu lintas kapal; bahwa berdasarkan pertimbangan _sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan hurufc, perlu menetapkan Keputusan Menteri Perhubungan tentang Rencana Induk Pelabuhan Patimban Provinsi Jawa Barat; Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 5. Peraturan 10. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5731); Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5093); Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5108) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5109); Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 11. Peraturan ql 12. 13. 14. 15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun 2006 tentang Pedoman dan Proses Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 62 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 130 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 62 ‘Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1400); Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 311) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 146 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1867); Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1844) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 86 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1012); Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 129 Tahun 2016 tentang Alur-Pelayaran di Laut dan Bangunan dan/atau Instalasi di Perairan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1573); 16. Keputusan ... Memperhatikan: Menetapkan PERTAMA KEDUA 16. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 901 Tahun 2016 tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional; 1, surat Gubernur = Jawa Barat. = Nomor 550.33/5917/Dishub tanggal 16 Desember 2016 perihal Rekomendasi untuk Penerbitan Penetapan Lokasi Pelabuhan Patimban di Daerah Kabupaten Subang dan Rekomendasi Kesesuaian Tata Ruang untuk Penetapan RIP Patimban; 2. surat Bupati Subang Nomor 551.43/1688/Bapp tanggal 25 November 2016 perihal Rekomendasi Kesesuaian Tata Ruang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Patimban; MEMUTUSKAN: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN PATIMBAN PROVINSI JAWA BARAT. Menetapkan Rencana Induk Pelabuhan Patimban, Provinsi Jawa Barat, sebagai pedoman dalam pembangunan, pengoperasian, pengembangan pelabuhan dan penentuan batas-batas Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) Pelabuhan Patimban. Untuk menyelenggarakan kegiatan kepelabuhanan pada Pelabuhan Patimban yang meliputi pelayanan jasa kepelabuhanan, pelaksanaan kegiatan ekonomi dan pemerintahan lainnya, serta pengembangannya sesuai Rencana Induk Pelabuhan Patimban, dibutuhkan areal daratan seluas 686,33 Ha dan areal perairan scluas 25.756,05 Ha, meliputi: a. areal daratan eksisting Pelabuhan Patimban seluas 0,74 Ha dan areal daratan pengembangan Pelabuhan Patimban seluas 685,58 Ha. b. areal KETIGA KEEMPAT b. areal perairan, terdiri atas: areal tempat sandar seluas 141,3 Ha areal kolam putar seluas 11,42 Ha; areal tempat labuh seluas 858 Ha; areal alur-pelayaran seluas 2.462,85 Ha; areal penempatan kapal mati seluas 108 Ha; areal keperluan keadaan darurat seluas 108 Ha; Fee eee areal pengembangan jangka panjang scluas 256 Ha; areal karantina seluas 184 Ha; dan = 9. areal penunjang keselamatan pelayaran seluas 21.626,48 Ha. Rencana pembangunan dan pengembangan _fasilitas Pelabuhan Patimban untuk memenuhi kebutuhan pelayanan jasa kepelabuhanan dilakukan berdasarkan perkembangan angkutan laut, sebagai berikut: a. jangka pendek, terdiri atas 2 (dua) tahap, yaitu Tahap I dari Tahun 2017 sampai dengan Tahun 2019 dan Tahap II dari Tahun 2019 sampai dengan Tahun 2021; b. jangka menengah, dari Tahun 2017 sampai dengan Tahun 2026; dan c. jangka panjang, dari Tahun 2017 sampai dengan Tahun 2036; dengan rincian sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini. Penyelenggara Pelabuhan Patimban menyusun dokumen desain teknis untuk pelaksanaan pembangunan dan pengembangan fasilitas Pelabuhan Patimban. KELIMA: ... KELIMA KEENAM KETUJUH KEDELAPAN KESEMBILAN : Fasilitas Pelabuhan Patimban yang direncanakan untuk dibangun dan dikembangkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini, dilaksanakan dengan mempertimbangkan prioritas kebutuhan dan kemampuan pendanaan sesuai peraturan perundang- undangan dan wajib dilakukan dengan memperhatikan aspek lingkungan, didahului dengan studi lingkungan Rencana penggunaan dan pemanfaatan lahan untuk keperiuan peningkatan pelayanan jasa kepelabuhanan, pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi lainnya serta pengembangan Pelabuhan Patimban dan sekitarnya sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini Dalam hal penggunaan dan pemanfaatan lahan sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEENAM terdapat areal yang dikuasai pihak lain, maka pemanfaatannya harus didasarkan pada ketentuan peraturan perundang- undangan Rencana Induk Pelabuhan Patimban dapat ditinjau dan dikaji ulang 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun atau sesuai kebutuhan. Direktur Jenderal Perhubungan Laut melaksanakan pembinaan dan pengawasan teknis terhadap pelaksanaan Keputusan Menteri ini. KESEPULUH KESEPULUH : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17 Januari 2017 MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd BUDI KARYA SUMADI SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada: 1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; 2. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman; 3. Menteri Dalam Negeri; 4, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia; 5. Menteri Perindustrian; 6. Menteri Perdagangan; 7. Menteri Badan Usaha Milik Negara; 8. _Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; 9. Kepala Staf Angkatan Laut; 10. Gubernur Jawa Barat; 11. Bupati Subang; 12. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal dan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan; 13. Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Pamanukan. Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM, hl SRI LESTARI RAHAYU Pembina Utama Muda (IV/c) NIP. 19620620 198903 2 001 LAMPIRAN NOMOR KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN : KP 87 Tahun 2017 :17 Januari 2017 S TANGGAL RENCANA INDUK PELABUHAN PATIMBAN PROVINSI JAWA BARAT KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL.... PENDAHULUAN ih 2 2a 244 242 243 244 246 24.6 22 224 222 223 224 228 226 4 5 44 12 13 14 Latar Belakang Dasar Hukum Hiorarki Pelabuhan.... Lokasi Studi... Gambaran Umum Lokasi Gambaran Umum Wilayah Provinsi Jawa Barat Iklim Wilayah Provinsi Jawa Barat. Kependudukan Wilayah Jawa Barat Perekonomian Wilayah Jawa Barat ‘Sektor Unggulan Potensi Wilayah Jawa Barat... ‘Sistem Jaringan Transportasi Wilayah Provinsi Jawa Barat Rencana Pengembangan dan Kebijakan Wilayah Jawa Barat (Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Subang, Lotak dan Administratf Witayah Kabupaten Subang Kependudukan Wilayah Kabupaten Subang. Perekonomian Wilayah Kabupaten Subang, ‘Sektor Unggulan Potensi Wilayah Kabupaten Subang... ‘Sistem Jaringan Transportasi Kabupaten Subang Rencana Pengembangan dan Kebijakan Wilayah KONDISI EKSISTING PELABUHAN PATIMBAN 34 at 342 343 314 348 346 3A7 348 32 ‘Gambaran Umum Pelabuhan Patimban, Pelabuhan/Terminal di Sekitar Lokasi Stud Hinterland Pelabuhan Patimban Kondisi Jalan Akses Pelabuhan Patimban. Kondisi Batimetr dan Topograf Kondisi Pasang Surut Kondisi Angin dan Gelombang. Kondisi Arus. Kondisi Sedimen.. Fasilias Eksisting Pelabuhan. ANALISIS PENGEMBANGAN WILAYAH. 4a 42 43 4a Proyeksi Kependudukan Jawa Barat Pertumuhan Ekonomi Jawa Barat, Proyeksi Kependudukan Kabupaten Subang, Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Subang ANALISIS TRANSPORTAS! 5A Metodologi Analisis Transportasi. 6 Executive Summary Rencana Induk Pelabuhan Patimben, Provinsi Jawa Barat 52 Demand Pelabuhan Patimban. 20 52.1 Demand Peti Kemas. 20 52.2 Pembagan Demand Berdasarkan Moda Pa 5.2.3 Demand CBU (Completely Built Up)... 2 53 Demand Curah Cair 23 ANALISIS PENGEMBANGAN PELABUHAN 24 6.1 Kebutuhan Fasiltas Darat Pelabuhan, 24 6.1.1 Terminal Poti Kemas. 24 6.12 Terminal Kendaraan . 25 64.3 Terminal Ro-Ro 25 6.14 Terminal Curah Cair. 25 6.4. Area Kapal Senis. 28 6.1.6 Area Kantor Pelabuhan, 26 61.7 Area Penunjang 26 6.1.8 Rekapitulasi Pengembangan Fasiitas Pelabuhan 26 62 —_Kebutunan Fasiitas Backup Area. 27 63 Kebutuhan Fasiltas Perairan.... a 63.1 Fasiltas Pokok Perairan ar 64 Rencana Sarana Bantu Navigasi Pelayaran 28 6.6 Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan. 28 ANALISIS EKONOMI DAN FINANSIAL.... a 7A Analisis Ekonomi oA 7.1.4 Hasil Kajan Kebutuhan Pelabuhan At 7.4.2. Tarif Jasa Petabuhan. poo neal 748 Has Kejan Renean Invests Pangerbangen Pelabunan (Capel Exper). a 7.1.4 Hasil Perhitungan Kajjan Ekonomi (Analisis Biaya dan Manfaat Sosial).... a 7.2 Analisis Keuangan. on M2 7.2.1 Paremeter Kelayakan 42 7.2.2. Asumsi Yang Digunekan. 42 7.2.3. Skema Perbandingan Pendanaan Pemerintah dan Swasta " Sere az 7.24 Skema Peminjaman. 4% 7.28 StrukturPermodalan, 43 7.2.6 Hasil Analisis Keuangan “4 7.3 Kolian Nilai Mantaat Uang (Value for Money). 44 KAJIAN AWAL RONA LINGKUNGAN. a 8.1 Kualitas Ucera dan Kebisingan AT 82 — Kualitas AicLaut 47 83 Kualitas Air Sungs a7 84 Green Port on a 8.5 Arahan Studi Lingkungan yang Harus Dilakukan 48 a PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, bahwa setiap pelabuhan wajib memillki Rencana Induk Pelabuhan yang memuat rencena peruntukan wilayah daratan dan vwilayah perairan. Untuk menjamin adanya sinkronisasi antara rencana pengembangen pelabuhan dengan rencana pengembangan wilayah, maka dalam penyusunan Rencana Induk Pelebuhan harus memperhatikan rencana tata ruang dan wilayah baik di tingkat Kabupaten, kota maupun provinsi. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepaten Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, bahwa salah satu proyek strategis nasional dalam bidang Proyek Pembangunan Pelabuhan Baru dan Pengembangan Kapasitas adalah Pembangunan Pelabuhan Jawa Barat (Utara). Menindaklanjuti Peraturan Presiden tersebut, telah dilakukan studi kelayaken Pengembangan Pelabuhan Baru di Pantai Utara Jawa Barat tahun 2015, sesuai Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 190 Tahun 2016 tentang Penetapan Dokumen Pra FS dan FS Pengembangan Pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Berat, Dari hasil studi tersebut, terpiii Iokasi di Patimban, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, dengan urgensi sebagei berikut 1. Menekan biaya logistik dengan mendekatkan pusat produksi (industry manufaktur) dengan outlet pelabuhan. 2. Memperkuat ketahanan perekonomian dengan menyediakanbackup outletpelabuhan yang melayani wilayah yang menghasilkan 70% kargo dalam negeri 3, Menurunkan tingkat kemiacetan di Jakarta dengan memindahkan sebagian trafik angkutan berat ke Iuar wilayah ibukota. 4, Menekan penggunaan BBM bersubsidi den meningkatkan utiisasi truk kontainer dengan memperpendek jarak tempuh dari industri manufaktur kepelabuhan. 5, _Menjamin keselamatan pelayaran dan area eksplorasi migas di Kawasan lepas pantai Utara Jawa Barat Selain hal tersebut diatas, dalam rangka percepatan pembangunen Pelabuhen Patimben, telah ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2016 tentang Penetapan Pelabunan Patimban di Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat sebagai Proyek Strategis Nasional 4.2. Dasar Hukum Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Pedoman Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan, sebagaimana telah diubah Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015; Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011; Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim; Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional; o 10, 1" 12, 13, 14 16. 16. 18, 19. 20 24 2. 23, 24, Executive Summary Rencane Induk Pelabuhan Petimban, Provinsi Jewa Barat Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2016 tentang Penetapan Pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang, Provinsi Java Barat sebagai Proyek Strategis Nasional Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara; Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut sebagaimara telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 146 Tahun 2016; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun 2006 tentang Pedoman dan Proses Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan, sebagaimana teleh diubah Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 86 Tahun 2016; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM, 25 Tahun 2011 tentang Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP); Peraturan Menteri Pethubungan Nomor PM. 73 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungen Nomor PM, 51 Tahun 2011 tentang Terminal Khusus dan Terminal Untuk Kepentingan Sent Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 196 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 52 Tahun 2011 Tentang Pengerukan dan Rekiamasi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 57 Tahun 2015 tentang Pemanduan dan Penundaan Kapa; Peraturan Nenteri Perhubungan Nomor PM. 129 Tahun 2016 tentang Alur pelayaran di Laut dan Bangunan dan/atau Instalasi di Perairan; Peraturan Menteri Pethubungan Nomor PM 130 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Peshubungan Nomor KM. 62 Tahun 2010 tentang Orgenisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KP 135 Tahun 2015 tentang Perubahen Atas Peraturan Menteri Perhubungen Nomor PM, 36 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan; Peraturan Menteri Pechubungan Nomor PM. 58 Tahun 2013 tentang Penanggulangan Pencemaran di Perairan dan Pelabuhan; Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 901 Tahun 2016 tentang Rencana Induk Petabuhan Nasional; Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Java Barat Tahun 2009-2029; Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 16 Tahun 2013 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2028; dan Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana Tate Ruang Wilayah Kabupaten Subang Tahun 2011-2031; DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Lokasi Pelabuhan Patimban Provinsi Jawa Barat Gambar 2.1 Peta Jaringan Transportasi Provinsi Jawa Barat. Gambar 2.2 Peta Struktur Ruang Provinsi Jawa Barat (Gambar 2.3 Peta Pola Ruang Provinsi Jawa Barat... Gambar 24 LkasiPelabuan Patimban oi Peta Rencana StuturRuang Kabupaten Subang (201-2031, (Gambar 2.5 Lokasi Pelabuhan Patimban di Peta Rencana Pola Ruang Kabupatan Subang (2011-2031). ‘Gambar 3.1 Sebaran biok pengadaan lahan di Pelabuhan Patimban, (Gambar 3.2 Pelabuhan-Pelabunen Di Sekitar Pelabuhan Patimban, ‘Gambar 3.3 Hinterland Area Pelabuhan Patimban. : CGambar3.4alan Akaas ke Pelabuhan Patinben dan Gambaran Kondisinye, ‘Gambar 3.5 Grafik Elovasi Pasang Surut di Lokasi Pelabuhan Patimban... ‘Gambar 3.6 Windrose Pelabuhan Patimban (Data Angin Tahun 2004-2015) Gambar 3.7 Waverose di Pelabuhan Patimban... ‘Gambar 3.8 Lokasi Pengukuran Arus dan Besar Kecepatan Arus di Setiap Layer Kedalaman. ‘Gambar 3.9 Kondisi Eksisting Pelabuhan Patimban. : ‘Gambar 3.10 Peta Topografi dan Batimetsi Pelabuhan Patimban. ‘Gambar 3.11 Peta Eksisting Pelabuhan Patimban... ‘Gambar 4.1 Grafik kenaikan jumlah penduduk Jawa Barat Tahun 2005-2040... Gambar 4.2 Grafik Kenalkan PDRB Jawa Barat Tahun 2005-2040, Gambar 4.3 Grafik Jumlah Penduduk Subang Tahun 2005-2040. Gambar 4.4 Grafik PORB Kabupaten Subang Tahun 2005-2040, Gambar §.1 Diagram alr analisis transportas Gambar §.2 Grafik Kebutunan Peti Kemas Pelabuhan Patimban, Gambar 6.3 Utiltas masing-masing moda transportasi Gambar 5.4 Moda split antara KA dengan truk untuk Pelabuhan Patimban. (Gambar 8.5 Grafik forecast demand CBU Pelabuhan Patimban Gambar 6.1 Pengambangan Pelabuhan Patimban Jangka Pendek Tahap | Fase 1 Tahun 2017-2018. ‘Gambar 6.2 Pengambangan Pelabuhan Patimban Jangka Pendek Tahap | Fase 2 Tahun 2020-2021. ‘Gambar 6,3 Pengambangan Pelabuhan Patimban Jangka Menengah Tahap il Tahun 2022-2026. ‘Gambar 6.4 Pengambangan Pelabuhan Patimban Jangka Panjang Tahap ill Tahun 2027-2036, Gambar 6.5 Peta Zonasi Pelabuhan Patimban.... Gambar 6.6 Peta Tata Guna Perairan Pelabuhan Patimban, Gambar 6.7 Peta Rencana Sarana Bantu Navigasi Pelayaran Pelabuhan Patimban, Gambar 6.8 Peta Rencana DLKp dan OLKr Pelabuhan Patimban. Gambar 6.9 Peta Rencana DLKr Perairan Pelabuhan Patimban, (Gambar 6.10 Peta Rencana DLKr Daratan Pelabuhan Patimban.. ‘Gambar 6.11 Peta Rencana DLKp Pelabuhan Patimban (overlay Peta Laut Dishidros No. 79). (Gambar 6.12 Peta Rencana Tata Guna Perairan Pelabuhan Patimban (Overlay Peta Laut Dishidros No. 78) ‘Gambar 7.1 Usulan proporsi loan-APBN-KPS... Gambar 7.2 Graf Value for Money untuk Tahap 1 Fase 1 dan 2. Gambar 7.3 Graf Value for Money untuk Tahap 2 dan 3. Executive Summary Rencana Induk Pelabuhan Patimban, Provinsi Jawe Barat Executive Summary Rencana Induk Pelabuhan Patimban, Provins! Jawa Barat DAFTAR TABEL ‘Tobe! 2.1 PORB Provinsi Jawa Barat Tap Sektor Berdacarkan Harga Konstan 2010 menurut Lapangan Ussha Tahun 2013 ~ 2016. ‘Tbe! 22 PORE Kabupaten Subang Tiap Sektor Berdasarkan Harga Konstan 2010 menurut Lapengan Usaha Tahun 2013 2018. ‘Tabel 3.1 Daftar Status Kepemilikan Lahan di Daratan Pelabuhan Patimban abel 3.2 Elevasi Peniing Pasang Sunt. ‘Tabel 3.3 Tinggi Gelombang Rencana ai Pelabuhan Patimban.. ‘Tabel 3.4 Koordinat Lokasi Pengamatan Aru. ‘Fabel 3.5 Kondisi Kueltas Ar. ‘abel 3.6 Kondisi Secimen Dasar... c ‘Tabel 3.7 Fasiltas Eksisting Pelabuhan Petimban. ‘Tabel 4.1 Perkiraan Jumlah Penduduk Jawa Barat Tahun 2005-2040 “Tabel 4.2 Perkiraan Tingkat Kenaikan PDRB Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2040. “Tabel 4.3 Perkiraan Jumiah Penduduk Kabupaten Subang 2005-2040, “Tabel 4.4 Perkiraan Tingkat Kenaikan PDRB Kabupaten Subang Tahun 2005-2040, ‘Tabel §.1 Tahapan demand peti kemas Pelabuhan Patimban, ‘Tebel 5.2 Demand per moda. z ‘Tebel 5.3 Forecast demand CBU Pelabuhan Patimban. ‘Tabel 6,1 Tahapan den Tahun Pengembangan Pelabuhan Patimban, ‘abel 6.2 Dimensi Kepal Rencana Peti Kemas, : “Tebel 6.3 Kebutuhan Panjang Dermaga dan Peralatan Pelabuhan Tahap | Fase 1 ‘Tabel 6.4 Kebutuhan Panjang Dermaga dan Peralatan Pelabuhan Tahap | Fase 2 ‘Tabel 6.5 Kebutuhan Panjang Dermaga dan Peralaten Pelabuhan Tahap I. ‘Tabel 6.6 Kebutuhan Panjang Dermaga dan Peralatan Pelabuhan Tahap Il ‘Tabel 6.7 Rencana Kebutuhan Fasiitas Terminal Peti Kemas di Pelabuhan Patimban ‘Tabel 6.6 Ukuran Rencana Car Carrier di Pelabuhan Patimban. ‘Tabel 6.9 Kebutuhan Dermaga Kendaraan, ‘Tabel 6.10 Kebutuhan Lapangan Penumpukan Terminal Kendaraan di Pelabuhan Patimban. ‘Tabel 6.11 Rencana “apal Ro-Ro di Pelabuhan Patimban. ‘Tabel 6.12 Dimensi Kebutuhan Terminal Ro-Ro. ‘Tabel 6.13 Dimensi Kebutuhan Area Kapal Servis. ae ‘Tabel 6.14 Rekepitulasi Pengembangan Fasiitas Darat Pelabuhan. ‘Tabel 6,15 Rekapitulasi Pengembangan Backup Area Pelabuhan Patimban. ‘abel 6.16 Koordinat Alur Pelayaran... ‘Tabel 6.17 Rekapitulasi Kebutuhan Alur Pelayaran Pelabuhan Patimban, . ‘Tabel 6.18 Koordinal SBNP Pelabuhan Patimban abel 7.1 Tarif Pelabunan Patimban Tahun 2019-2024 : ‘Tabel 7.2 Rekapitulesi Reneana Anggaran Pembangunan (CAPEX) Pelabuhan Patimban | (Oslam Mion USD)... ‘Tabel 7.3 Nilal Kajian Ekonomi Pelabuhan Patimban.. 7 abel 7.4 Nilai Asumsi Yang Digunakan Dalam Perhitungan Analisis Finansial ‘Tabel 7.5 Usulan Pendanaan Pemerintan dan Swasta ‘Tabel 7.6 Skema Peminjaman Dalam Pembiayaan Pelabuhan Patimban ‘abel 7.7 Total Biaya Investasi dan Pinjaman Tahap 1 Fase 1 dan 2. 7 9 1" 6 4 14 14 14 14 18 18 19 19 20 23 24 24 24 24 24 24 24 25 25 25 BRRR ar 2 a 28 4 ar) 42 42 se AB 43 43 ‘Tebel 7.8 Biaya Pinjaman Tahap 1 Fase 4 (Dalam Mion USD), “Tabel 7.9 Biaya Pinjaman Tahap 1 Fase 2 (Dalam Million USD) . ‘Tabel 7.10 Total Biaya Investesi dan Pinjaman Tahap 2 dan 9 (Dalam Milion uso) ‘Tabel 7.11 Biaya Pinjaman Tahap 2 (Dalam Millon USD)... ‘Tabel 7,12 Biaya Pinjaman Tahap 3 abel 7.13 Kelayaken Proyek Tahap 1 Fase 1 dan 2. A ‘Tabel 7.14 Analisis Sensitvitas Untuk Pembiayaan Tahap 1 Fase 1 dan 2 ‘Tabel 7.15 Kelayakan Proyek Tahap 2 dan 3 ‘Tabel 7.16 Analisis Sensitvitas Untuk Pembiayaen Tahap 2 dan 3. ‘Tabet 7.17 Ikhiisar Value for Money Proyek Pelabuhan Patimban untuk Tahap 1 Fase 1 dan 2 ‘Tabel 7.18 Hasil Analisis Keuntungan Keuangan Publik untuk Tahap 1 Fase 1 dan 2 ‘Fabel 7.19 Ikhtisar Value for Money Proyek Pelabuhan Patimban untuk Tanap 2 dan 3... ‘Tabel 7.20 Hasil Analisis Keuntungan Keuangan Publik untuk Tahap 2.dan 3. “Tabel 8.1 Kualitas Udara dan Kebisingan di Tiap Lokasi ‘Tabel 8.2 Outline Survey Kualitas Udara dan Kebisingan. SSGRRREERESS 43 “a3 AT Executive Summary Rencana Induk Pelabuhan Patimban, Provinsi Jawa Barat 1.3 Hierarki Pelabuhan ‘Sesuai Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 745 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 414 Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional, Pelabuhan Patimban ditetapkan hiererkinya sebagai Pelabuhan Utama, Sehingga dalam pengembangennya, Pelabuhan Patimban harus berpedoman pada hel-hal berikut ini: 14 Kedekatan secara geograis dengan tujuan pasar internasional; Berada deket dengen jalur pelayaran internasional + 500 mil dan jalur pelayran nasional + 50 mil; Memilki luas daratan dan perairan tertentu serta terfindungi dari gelombang Kedalaman kolam pelabutan minimal -8 m dari LWS Berperan sebagai tempat alin muat peti kemas/curah/general cargolpenumpang intemasional Metayani angkutan petikemas sekitar 300,000 TEUs/tahun atau angkutan lain yang setara Memiliki dermaga peti kemas/curahigeneral cargo minimal 1 (satu) tambatan, peralatan bongkar muat petikemas/curah/general cargo serte lapangan penumpukan/gudang penyimpanan yang memadal. Berperan sebagai pusat distribusi petkemasicurah/general cargolpenumpang di tingkat nasional dan pelayanan angkutan peti keris intemnasional Lokasi Studi Lokasi studi Kegiatan Rencanan Induk Pelabuhan Patimban, Desa Patimban, Kecamatan Pusakenagara, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat adalah terietak seperti pada Gambar 1.1, Executive Summary Rencana Induk Pelabuhen Patimban, Provinsi Jawa Barat Gambar 1.1 Lokasi Pelabuhan Patimban Provinsi Jawa Barat 2. Gambaran Umum Lokasi 24 Gambaran Umum Wilayah provinsi Jawa Barat provinsiJawa Barat Secer2 geografs terletak diantar? 560 - 7°50 Lintang Selatan dan 104748! - 108°48' BuiUr ‘Timur, dengan batas-Datas wilayannye 4, Sebetan Utara beratess? dengan Laut Jawa dan OXI Jakarta, 2, Sebeleh Selatan perbatasan dengan Semusere indonesia: 3, SebelahTimur berbalasen dengan Provins! Jawa Tengen ‘4, Sebelah Barat berblasan dengan Provinsi Banten yas wilayen Provins! Jaw Barat metiputi wilayan darian getyas 3:710.081,92 neltar an OA pantai separiand 755,829 km. Secare aaministrau, pada tahun 2046 Provinsi Jawa Barat terdii dari 27 kebupaten/Kote meliputi 18 abupaten, dan 9 Kotas sgedangkan jumian kecematen i626, daerah perkotaan 2.671 dar 43.201 perdesaan. 2aa_ tim wilayah provinsi Jawa Barat ein oi Jawa Barat yan tropis, dengan sun rate rata berkisar antera7.4— 430,7°6 dan kelembaban ders antara 73-84%, Data BNKS rmenyebuixan barwa separiond tahun 2008, turun hjan selene 4-26 hati setiap bulannya dengan curan hejan artare 3,ehinaga 392.6™ ‘pnt taran 2009, Kota Banging ‘gebagel ibukota Propins! Jae earat memiiki cura RUM yang tering pada bulan Maret yattu mencapal 265.7 mn ‘sedangkan curan nujan terendah pada bulan Agustus yaitu 5mm ‘Gurah hujan tertingsi selam? tahun 2010 pada bulan Februar! sebeser 67,4 mm. Keoopatan ani? vate-ata setama trun 2008 gebeser 3 knot dengan tekanen udara sebesar 922.9 m> dan kelarsbaban nisbl encapai 79 persen: Semertare pada tahun 2010 samp! ondisibulan Juni keoepatan rt i sudeh perkisar 3 knot dengan Kkelembaben risbi 4 persen Jumiah rumah 2092 pada tahun 2015 di JeN® Barat mencapai 12.4 le rumah tangge, dengan ratarrate POF rumah vangga 4 erage Rata — rata. penduduk ot ‘yawa Barat tebin banyak okt aki dibandingkan dengan perempuan, dengan ex ratio 102,63: Sex rato tertinggi adalah Kabupaten ndremay 106,43; cisusul cle” Kabupaten cianiur See 406,11. Kepadaten penduduk Jawa Barat pede “Tahun 2015 sebesa’ 1257 oranikns an sebesar 25877,76 12 piantara Kabupaten ! Kota 5° “yaw Barat Kepadatan pendust« gengan was wilay tertinggi adalah Kote Bandung yaitu sebeser 44754 oranglkm2 dan terendah oi Kabupaten Panganderen 3et corangikm2. 2.43 Perekonomian Witayah Jawa Barat pada tahun 2015 ekon0m ‘awa Barat tumbuh sebeser 5,03 persen. Angka int |ebin rendan dari tanun gebeturnnya yan MENPS 15,09 persen Pertumbuhan gebesar 5,03 persen torsebMt didorong oleh semua sgettor ekonomi Kocull eitor pengacaan fistik: dan gas ¥ via disextorinaustei pengoleran sabesar 442 persen, Sedanaken ppertumbunan fang mengalami penurunen sebesar 8,14 persen: Laju pertumbunan tertingal @* terendah tereatat Pad ‘gextor pertanian, Kemutanan dan perixanen yang turnbun hanya sebesar 0,12 parser. 24.4 Sektor Unggulan Potensi Wilayah Jawa Barat gextor industri pangolanan merupskan sexi yang meriliki konstribusi paling PSS=r tethadap PDRB Jawa Barat tahun 2016 dengan share mencaps 143,08 persen atau turun dari tahun sebelumya sel leh sector percangan besar dan eceren, reparasi mobil dan sepeda motor S Jpesar 43,60 persen. Disusul ebesar 15,21 persen atau turun dari tahun sebelumya yang mencaPa 46,25persen. Sedangkan sector iainnye walaupun memiliki kontribusi yang lebih veci dari rodue sektor datas akan et2P! mengalami kenaikan jka dibandingken ‘dengan tahun sebelumnya. Pada “Tabel 2.1 telah rincian PORB Provins! ‘awa Barat untup tap sektor bordasarken harga konsten 2010 menurut Japangan usahe. -tabel 21 PDRB Provins! Jawa Barat TeP ssextor Berdasarkan Harga Konsten 2010 menurut Lar "Tahun 2013 - 2015 jpangan Usaha no ‘Lapangan Usatia 2013 204 2018 Peranian, Petemakan, Kehutaran, da ae | eSgaren szavoissa | szezezott,| sagen test 7 | Perambangen dan Penggatn qearaneTa | _zrass.azos | 27400861 3 _ | industri Pengolahan rrrisovas | _so22e367.e | 5245181054 a | Pengadaen Listik den Gee soaazen|| _ estarea | sreabee, Pengadasn Airdan Pengsoiaan Samah 3 | Pengetejon Daur Ung 845.9698 996.2638 948 977.8 | Bangunanikonsiruksl aimiaesra | _sensaste [_oatsnotes Perdagangan Besar dan Eceran, Reparas 7 | Rercaan Sepeda Motor - rzzarsie2 | 3976090 | 190.940.0140 | Transportasi dan Peroudengan qraseiee |__seercot | se.esns7te F | Penyediaan Akomodas! dan Moker easze77 |__2rsasoane | 0.776562 To | taformasi dan Komunikash panmen | _secusaiza | ssTe7eie Ti | dasa Kevangan don Asuranst caearaTia |_wactasia | _ 298218038 72 _| ReatEstat TpasieeA | acid |) AseT Ate Te | dase Perusahaan qamansa |__escrocio | 4sezeis4 ‘drariatasi Pemesiniahan, Pertanane®, 2” 14 | Adri sosial We : posseorea | zs76s77.0) 2498-0608 7e_| vase Pendidikan Sereatan | _2araons.r | seazeiers —e| sase Kesehatan dan Keglatan Sosit samared | Tamas || esenrees 17 [ vasa inva Saarrastall,z2asT tO |, 2AILTAD ‘Produk Domestik Regional Brute aos caasase | tuezstacra | 12070014371 “Sumber. Provinsi Jawa Barat dalam “Angra 2076) 2.4.5 Sistem Jaringan Transportasi Wilayah Provinsi Jawa Barat tperikut ini adalah jringan transports! i Provinsi Jawa Barat bail yerg berianasun seat ini maupun yang 2kan ¢ikerbangkan di tahun yang akan datang. 1 sisiog S Vasinencane Gambar 2.1 Peta Jaringan Transportasi Provinsi Jawa Barat (Gumber: Tatanan Transportasi Wilayah Provinsi Jawa Bara!) 2.4.6 Rencana Pengembangan dan Kebijakan Wilayah Jawa Barat Pada Gambar 2.2 peta struktur ruang Provinsi Jewa Barat berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2028, Gambar 2.2 Peta Struktur Ruang Provinsi Jawa Barat. (Gumber: Pera Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029.) Executive Summary Rencane induk Pelebuhan Petimban, Provinsi Jawa Barat Pada Gambar 2.3 ditunjukkan pete struktur ruang Provinsi Jawa Barat berdasarkan Peraluran Daerah Nomor 22 ‘Tahun 2010 tentang Reneana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029. Pada Peta Pola Ruang Provinsi Jawa Barat ciketahui bahwa di daereh pesisir pantai Desa Patimban termasuk ke dalam area permukiman perdesaan. ‘Gambar 2.3 Peta Pola Ruang Provinsi Jawa Barat. (Sumber. Perda Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Baral Tahun 2008-2029.) Dalam Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 Pelabuhan Patimban belum terdapat dalam Peta Rencana Siruktur Ruang Provinsi Jawa Barat sebagai pelabuhan internasionall, Sesuai dengan surat Rekomendasi Gubernur Jawa Barat Nomor 550/5917/dishub tanggal 16 Desember 2016 perihal Rekomendasi untuk Penerbitan Penetapan Lokasi Pelabuhan Petimban di Daerah Kabupaten Subang dan Rekomendasi Kesesueian Teta Rusng untuk Penetapan RIP Patimban, bahwa rencana pembangunan Pelabuhan Patimban akan dintegrasikan dengan rencana Pembangunan Daerah dan akan dicantumkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat melalui mekanisme revisi Perda Provinsi Jawa barat No. 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Beret Tahun 2009-2028. 2.2 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Subang 2.2.4 Letak dan Administratif Wilayah Kabupaten Subang ‘Secara administrasi Kabupaten Sbuang ini terletak di bagian utara dari wilayah Provinsi Jawa Barat dengan batas koordinat yaitu antara antara 107° 31” - 107° 54’ Bujur Timur dan 6° 11' -6* 49! Lintang Selatan. ‘Adapun batas-batas wileyeh dengan Kabupaten yang berdekatan letaknya secara geografis adalah sebagai berikut: ‘Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat; Sebeleh Barak, berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta dan Karawang; Sebelah Utara, berbatasan dengan Laut Jawa; ‘Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Indramayu dan Sumedang Bena Sebagal bagian dari provinsi Jawa Baret, Kabupaten Subang memilki karakterstik fisik dan klimatologi yang serupa dengan Provinsi Jawa Barat. Luas Wilayah Kabupaten Subang adalah 205.176,95 km? atau 6.34% dari luas Provinsi Jawa Barat 2.2.2. Kependudukan Wilayah Kabupaten Subang Berdasarkan angka hasil proyeksi, penduduk Kabupaten Subang pada tahun 2014 berjumlah sekitar 1.524.670 jiwa dengan kepadatan penduduk sekitar 743,10 jiwa per kilometer persegi. Penyebaran penduduk di Kabupaten ‘Subang tidak merata antar kecamatan yang satu dengan kecamatan lainnya. Kecamatan Subang merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi yaitu 2896,13 jiwa/km2. Sebaliknya, Legon Kulon hanya dinuni 304,61 jiwalkm2. Komposisi penduduk Kabupaten Subang menurut jenis Kelamin menunjukan bahwa jumlah laki-aki lebih banyak daripada jumlah perempuan, diindikesiken oleh nilai sex ratio melebih 100. Sex Ratio memperiihatkan banyeknya penduduk laki - laki per 100 penduduk perempuan. Sex ratio tertinggi terdapat di kecamatan Legon Kulon yangmencapai 1 10,97% diikuti oleh Pamanukan 107,81% dan Pusakenagera 107,61%. Tingginya sex ratio diketiga tempat tersebut ke mungkinan disebabkan oleh banyaknya TKW (Tenaga Kerja Wanita) dari daerah tersebut yang menjadi tenaga kerja di luar negeri 2.2.3. Perekonomian Wilayah Kabupaten Subang Perputaran roda ekonomi Kabupaten Subang di tahun 2014 meningkat secara signifikan. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE atas dasar harga konstan mencapai 5,02 persen sedangkan pada tahun 20 13 telah mencapai 4,05, persen. Pada Tahun 2014 PDRB atas daser harga berlaku di Kabupaten Subang mencapai 26,7 triliun rupiah, sedangkan atas dasar harga konstan tahun 2010 sebesar 22,4 triliun rupiah. 2.2.4 Sektor Unggulan Potensi Wilayah Kabupaten Subang Ditinjau dari sektor ekonominya berdasarkan PDRB dengan migas ates dasar harga konstan 2010, sektor penyumbang PDRB tertinggi berasal dari sektor Pertanian, lalu sektor Perdagangan, sektor Pertambangan, dan sektor Industri Pengolahan. Keempat sektor ekonomi tersebut berperan cukup besar terhadap perekonomian Kabupaten Subang deri tahun ke tahun. Sektor pertanian memang telah lama menjadi unggulan perkonomian ‘Kabupaten Subang, Namun demikian peranan sektor Pertanian cenderung menurun dan sebaliknya sektor industri Executive Summary Rencana Induk Pelabuhan Petimban, Provinsi Jawa Barat dan perdagangan cenderung meningkat. Pada Tabel 2.2 diberikan rincian Kabupaten Subang untup tiap sektor berdasarkan harga Konstan 2010 menurut lapangan usaha. ‘abel 2.2 PORB Kabupsten Subang Tiap Sektor Berdasarkan Harga Konstan 2010 menurut Lapangan Usaha Tahun 2015-2018, No. ‘Lapangan Usaha 2011 2012 2018 1_| Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 6.088.7540 6.107.687,7 6.173.547.0 2_| Pertambangar dan Penggallan 2.569.2232 2.586.498;5 27427770 3_| Indust Pengolahan 2.317.687 2.449.982 2.549.592,1 “4_| Pengadsan Listik dan Gas 13.7661 144864 15.256,5 | Pargasten A en Penoetan Saree, Uniah cen Deu ES ae eel 6 _| BangunaniKonctuks! rary 1.618.890,0 1720.038,1, 7 | Perdaonnoen ser dan Ezean,Reperes Mebi dan Sepeda MUTE Sani ey 8 _| Transportaei dan Pergudangan 760.744.3 786.650.8 8138730 9_| Penyediaan Akomodast dan Makan 749.1217 773.4538 006.198.2 10_| tnformaci dan Komunikaci 546.9249 581.4905 6704706 11_| Jase Keuangan dan Asuransi 827.6862 905.4195 880.7075 12_| Reel Estat 216.3503 219.980,3 225.980,1 13_| Jasa Perusahaan 93987 70.096.1 9.9004 14_| AaghevedPeneiatan, Piahanan de Join Sov aera FD eee 15 _| Jase Pendidian 516687,1 617.9795 7265160 16_| Jase Kesehatan dan Kealatan Social 1264517 135:598,3 1543122 17_| dasa Latnnya @S777 480.2303 516.198,3 Produk Domestik Regional Bruto 1093.543.5459 | 149.291.4318 | 1.207.001.487,1 ‘Sumber: Kabupaten Subang Dalam Angka Tahun 2075 2.2.5 Sistem Jaringan Transportasi Kabupaten Subang Statistik panjang jalan dan kondisinya merupeken salah satu indikator yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi den tingkat investasi di suatu daerah, Panjang jalan di Kabupaten Subang dalam kurun waktu lima tahun terakhir tidak menunjukkan perubahan yaitu 1.054,50 Km, tidak termasuk didalamnya jalan provinsi. Walaupun begitu perkembangan kualtas jalannya mengalami perubahan dari tahun ke tahun, Pada tahun 2013 nampak ada upaya perbaikan permukaan jalan rigid/beton, sehingga jalan dengan permukean rigid/beton bertamban menjadi sebesar 8,34 persen, jalan dengan permukaan diperkeras tetap 4,06 persen. ‘Sedangkan jalan dengan kualitas aspal sebesar 86,64 persen dan sisenya merupakan jalan tanah. 2.2.6 Rencana Pengembangan dan Kebijakan Wilayah Rencane pembangunan Pelabuhen Patimban diperkirakan akan menjadi pusat pertumbuhan utama wilayah, arena dengan kegiatannya akan menumbuhkan perekonomian lokal, regional dan nasional. Dengan adanya rencana pembangunen ini akan memperkuat PKL Perkotaan Pusakenagara sebagai pusat pertumbuhen utama Executive Summary Rencana Induk Pelabuhan Patimban, Provinsi Javre Barat wilayah, Adapun lokasi rencana kegiatan yaitu Desa Patimban diarahkan sebagai diantaranya sebagai lokasi (Sumber Gambar; Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 3 Tahun 2014 mengenai Rencana Rata Ruang Wilayeh Pelabuhan Patimban (Pasal 16 Perda Nomor 3 Tahun 2014). (RTRW) Kabupaten Subang Tahun 2011 — 2084) ‘Sesuai dengan Perda Kabupaten Subang maka diketahui bahwa Pelabuhan Patimban masih direncanakan sebagai Pelabunan Pengumpan. Sesuai dengan surat Rekomendasi Gubernur Bupati Subang Nomor 851.43/1688/Bapp tanggal 25 November 2016 perihal Rekomendasi Kesesuaian Tata Ruang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Petimban, bahwa saat ini terhadap Peraturan Daerah RTRW tersebut telah dilekuken peninjauan Kembali ‘sebagai bagian dari tahapan revisi untuk merubah peruntukan kawasan Pelabuhan Pengumpan menjadi Pelabuhan eee Utame. ‘Gambar 2.5 Lokasi Pelabuhan Patimban di Peta Rencana Pola Ruang Kabupatan Subang (2011-2031) (Sumber Gambar: Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 3 Tahun 2014 mengenai Rencana Rata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Subang Tahun 2011 ~ 2034) ‘Gambar 2.4 Lokasi Pelabuhan Patimban di Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Subang (2011-2031) 40 Executive Summary Rencana Induk Pelabuhan Patimban, Provinsi Jawe Barat ean irene oe aaa eal 3 KONDISI EKSISTING PELABUHAN PATIMBAN a — Tanah vakat 028 3.1. Gambaran Umum Pelabuhan Patimban 20 ‘Tanah Masyarakat 36.55 Tanah dasa 169 Pelabuhan Patimban terletak di Desa Patimban, Kecamatan Pusakanagara, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Tanah wakat 0.28 Barat. Secara geografis Pelabuhan Patimban terletek di utara pesisir pantai utara Jawa Barat. Rencana lokasi Total Luas 356.23 AUS, SRE tae a As eS ‘Sumber: Studi Prjusinan Dakurien Perencaraan Pongadaan Tanah Paribangunan Pelabunan Paimban (2016) Penyelenggara pelabuhan terdekat dari rencana Pelebuhan Utama Patimban adalah Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Kelas Ill Pamanukan. Sesuai Pereturan Menteri Perhubungan nomor PM 130 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan, Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Kelas Ill Pamanukan, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat mempunyai wilayah kerja sebagai berikut in 1. Wilayeh kerja Blanaken 6. Wilayah kerje Sungai Bunty 2. Wilayah kerja Mayangan 7. Wilayah kerja Muara Bendera 3, Wilayah kerja Muara Ciasem 8 Wilayah kerja Muara Gembong 4, Wilayah kere Patimban 9. Wileyah kerja Muara Tawar 5. Wileyeh kerja Ciparage Dari hasil studi Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah Pembangunan Pelabuhan Patimban diketehui bahwa lahan di Pelabuhan Patimban terdiri dari lading, sawah, tambak, jalan, pemakaman, permukiman, irigasi, dan sungal. Berikut ini adalah sebaran blok lahan yang berada di daratan Pelabuhan Patimban. Tabel 3.1 Daftar Status Kepemiliken Lahan di Daratan Pelabuhan Patimban Blok Pemilik Las (ha) 48 Tanah Masyarakat 73.04 Tanah desa 079 Tanah negara 1.90 76 Tanah Masyarakat 20.08 Tanah bengkok 016 Tanah dese ose 1318. 7 7188 ‘Tanah dese 023 Gambar 3.1 Sebaran blok pengadaan lahan di Pelabuhan Patimban. Tanah negara 059 ‘Sumber: Studi Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah Pembangunan Pelabuhan Patimban (2016) Tanah PU 020 ‘Tanah wakat 027 48 Tanah Masyarakat 38.32 Tanah desa ona Tanah negera 238 18 raat 3446 Tanah Swasta zr ‘Tanah bengkok 2088 Tanah desa 0.05 ‘Tanah negara 131 "1 Executive Summary Rencana Induk Pelabuhan Patimban, Provinsi Jawe Barat 3.4.4 Pelabuhan/Terminal di Sekitar Lokasi Studi Berikut ini adalah lokasi pelabuhan-pelabuhan di sekitar Pelabuhan Patimban. PROVINSI JAWA BARAT _@ ‘Traffic Normal to Heavily Congested ‘Travel Time 2-2.5 jam (normal traffic) ‘Travel Distance #100 km ‘Traffic Normal to Mildly Congested Travel Time 3 jam (normal trafic) Travel Time 4 jam (congested traffic) Gambar 3.3 Hinterland Area Pelabuhan Patimban. ‘Sumber: Analisis Konsultan, 2016 3.4.3 Kondisi Jalan Akses Pelabuhan Patimban Lebar jalan akses «e Pelabuhan Patimban saat ini memiliki lebar sekitar 6 meter dan kondisi jalan cukup balk. ‘Sebagian besar jalan sudah diaspal, namun di beberapa lokasi jalan masin tanah dan berbatu. Berikut ini adalah kondisi jalan akses Pelabuhan Patimban. Gambar 3.2 Pelabuhan-Pelabuhan Di Sekitar Pelabuhan Patimban. 3.1.2 Hinterland Pelabuhan Patimban Pelabuhan Patimban memiliki hinterland dari kawasan industri di Bekasi hingga kawasan industri di sisi Timur hingga utera Jawa Barat. Sedangkan Pelabuhan Tanjung Priok akan memiliki hinterland dari kawasan industri di Bekasi dan Jawa Barat sisi barat hingga Banten. Berikut ini adalah area hinterland Pelabuhan Patimban. ‘Gambar 3.4 Jalan Akses ke Pelabuhan Patimban dan Gambaran Kondisinya. ‘Sumber: Google Earth dan Dokumentasi Konsultan, 2016 Jalan akses rencana ke Pelabuhan Patimban tidak akan melewati jalan eksisting. Lokasi jalan rencana Pelabuhan atimban dari jalan eksisting berada 1 (satu) kilometer di sebelah barat jalan eksisting saat ini. 12 3.1.4 Kondisi Batimetri dan Topografi Kondisi batimetri dan topografi di sekitar area Pelabuhan Patimban akan ditunjukkan seperti pada Gambar 3.10. 3.4.5 Kondisi Pasang Surut Pengamatan pasang surut ilakukan di lokesi yang cukup berdekatan dengan rencana Pelabuhan Patimban, Untuk Iokesi survei pasang surut dtunjukkan pada, untuk mengetahui Koneisi pasang suru di lokesi encana Pelabuhan Patimban. Untuk data survel pasang surut pada lokasi stu ditunjukkan pada table bert. Survel pengamatan clevasi paseng surut diskukan selama 15 hari dar tanggel 30 Agustus hingga 13 September 2016, Pengamblen pengamatan pasang surut diiakukan pada koordinat 6°14'12.54" LS den 107°6430.52" BT. raf Pangamatan sana Sunt Gambar 3.5 Grafik Elovasi Pasang Surut di Lokasi Pelabuhan Patimban Berikut ini adalah besar tunggang pasang surut di lokasi Pelabuhan Patimban.f ‘Tabel 3.2 Elevasi Penting Pasang Surut teva Pertng Pason Surat Stora Fasang Set Grit a cs Am ei EN tenn gh lt ng (HAS) wast tea igh ater Level NL) ma Mea eae IS) bar eon owt Lee (UL ssa tenn Low ter Sg WLM m8 wet tr Sng) ° Tunggang Pasut 148.37 ii Executive Summary ‘Rencans Induk Pelabuhan Patimban, Provinsi Jawa Barat 3.1.6 Kondisi Angin dan Gelombang Berkut ditampilkan distribusi kecepatan angin per arah dan per kelas kecepatan pada lokasi stuci. Di mana angin dominan berasal dari arah Tenggara dan Barat. Berikut ditampilkan per bulan dari data 11 tahun. ‘Gambar 3.6 Windrose Pelabuhan Patimban (Data Angin Tahun 2004-2015) Kondisi gelombang pada lokasi dapat dilhat dengan menggunekan metode hindcasting. Hasil hindcasting maka bisa dihasilkan waverose pada lokasi studi, Waverose ditunjukkan pada gambar dibawah ini Gambar 3.7 Waverose di Pelabuhan Patimban. 13 Berikut ini adalah tinggi gelombang rencana di Pelabuhan Patimban ‘Tabel 3.3 Tinggi Gelombang Rencana di Pelabuhan Patimban. ~ Periode Ulang (Tahun) N ERO) 268 50 195 6 1a 10 09 083 048 037 ‘Arah Datang dan Tinggi Gelombang (m) NE e w ww 048 316 321 348 044 318 2.85 298 030 at 25 281 032 307 2.08 256 026 208 473 2a1 021 2m 143 24 047 251 120 19 we ii aed) ee 3.4.7 Kondisi Arus Kondisi arus di Pelabuhan Patimben diperoleh dari hasil survei arus yang dllakukan pada 3 kedelaman yang berbeda dan setelah itu dirata-ratakan. Dt dengan interval pengambilan data setiap 1urasi pengukuran pada stasiun pengukuran dilakukan selama 2 X 24 jam satu jam. Dari hasil pengamat arus tersebut selanjutnya akan dilakukan analisa data. Analisis data dilakukan untuk metihat pola arus di daerah survei khususnya daerah pelabuhan yang terletak di daerah survel, Gambar 3.8 Lokasi Pengukuran Arus dan Besar Kecepatan Arus di Setiap Layer Kedalaman, Executive Summary Rencana Induk Pelabuhan Patimban, Provinsi Jawa Barat ‘abel 3.4 Koordinat Lokasi Pengamatan Arus Stasiun Kootdnat Lintng | Koordnat Bul St Ans 04 ears | 107setese BT St Ans 02 erase is | 107sstor BT ‘St Anus 03 eieniris | 107°5430.5e BT 3.1.8 Kondisi Sedimen ‘Untuk mengetahui kualitas fisis air laut dilakukan pengambilan contch air laut (water quality). Contoh air diambil pada tiga lapisan kedalamian di setiap posisi pengambilan data yeitu pada lapisan air dengan kedalaman 0.24, 0.6d dan 0.84. Air yang terambil diber inisial sesuai dengan posi data. lokasi pengambilan data dan lapisan pengambilan ‘Tabel 3.5 Kondisi Kualitas Air es Residu Tersuspensi (malt) ‘Kekeruhan (NTU) ona 6d o2d ose 06a 2d An 1 5.60 4.00 2.80 3.00 4.70 120 ‘Anw 02 36.00 18.00 28.00 200 11.00 17.00 A 03 39400 30.00 17.00 284.00 72400) 1400 Kondisi sedimen dasar diperoleh dengan menggunakan sediment grab untuk mengambil contch sedimen yang ada i permukean dasar laut. Berikut ini adalah kondisi sedimen dasar di lokasi Pelabuhan Patimban. Tabel 3.6 Kondisi Sedimen Dasar | INDEX PROPERTIES ‘CLASSIFICATION (Grain Size Analysis) Lokasi Wa Specific Gravel Sand ‘iit Clay Tnerby Wt Pasa ) Gravity eo om 3) ca 1, 200 sieve ‘Anus OF 101.02, 267 0.00 o73 48.85 9262 e027 ‘Asus 02 36.07 267 0.00 2887 50.90 2043 7133 ‘Anus 03 13601 2.08 0.00 0.86 33.24 6621 9945 3.2. Fasilitas Eksisting Pelabuhan Berdasarkan Peraluran Menteri Perhubungan nomor 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaran Pelabuhan Laut kriteria kebutuhen fasilitas pelabuhan dibagi menjadi dua, yaitu fasilitas pokok dan fasilitas penunjang. Fasilitas pokok di wilayah daratan pelabuhan yang dimiliki oleh Pelabuhan Patimban saat ini adalah sebagai berikut ‘Tabel 3.7 Fasiltas Eksisting Pelabuhan Patimban, *Fasilitas Pelabuhan Dimensi ‘Causeway 356 mx8m Trestle 873mx8m 14 Executive Summary Rencana Induk Pelabuhen Patimban, Provinsi Jawa Barat Gambaran pelabuhan eksisting Patimban diperiihatkan pada Gambar 3.9. Layout eksisting dapat dilihat pada Gambar 3.14 Pelabuhan Patimban Gambar 3.9 Kondisi Eksisting Pelabuhan Patimban ‘Sumber: Dokumentasi Konsultan Tahun 2016 15 Executive Summary Rencana Induk Pelabuhen Patimban, Provinsi Jawa Barat Pet ooops Bat ‘bean Puan 16 af 3 i i i Hy i : Hi . Boar es ¢ aw aTaS TOOT DS S| + e+ + [8 3 3 z = S| os is 8 8 & + fe 2 { lg 5 a Were lh/ iz % + + (4 y + (8 g Mi 5 3 e | Heals 3 : a + + . 2 =| + + 3 ; : | ar + ae fi 000.05 9S 700.94 9S S Gambar 3.10 Peta Topografl dan Batimetri Pelabuhan Patimban Executive Summary Rencana Induk Pelabuhan Patimban, Provinsi Jawa Barat Sew oe Sear Sear E107 63 28 Eure ERP ane ETO son ie sewn fencer stanton Se war RIP Puen rola down bat ese Pahoun Recarwen Pusnsage ‘atuonten Sig Prd Joon et tn Pastas Paar S167 1314135, F:as08018265 | elev i+ 245M | eA 1 ee eee) S_ercoze | me] fa ere Treo ‘Gambar 3.14 Peta Eksisting Pelabuhan Patimban. 4 ANALISIS PENGEMBANGAN WILAYAH 4.1 Proyeksi Kependudukan Jawa Barat Executive Summary FRencena induk Pelabuhen Petimban, Provinsi Jawa Barat 4.2 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Jumlah PDRB ADHB Provinsi Jawa Barat menunjukkan peningkatan secara konsisten dari tahun 2005 sampai “Jumlah penduduk Provinsi Jawa Barat menunjikkan peningkatan secara konsisten dar tahun 2005 sampaiidengan dengan 2018, Dar hasil pendekatan fungsi —fungsi matematis yang dilakukan terhadap time series data sekunder 2015, Dari hasil pendekatan fungsi - fungsi matematis yang dliakukan terhadap time series data sekunder maka maka diperoleh bahwa fungs linier memilikinilai kemiripan dengan rilai kenaikan PDRB ADHB Jawa Baret. Berikut diperoleh bahwa fungsi linier memiliki nilal kemiripan dengan nilai kenaikan jumlah penduduk Jawa Barat. Berikut ‘ini grafik kenaikan PDRB ADHB Jawa Barat seperti ditunjukkan pada Gambar 4.2 dan Tabel 4.2. ini grafik kenaikan jumlah penduduk Jawa Barat seperti ditunjukkan pada Gambar 4.1 dan Tabel 4.1. ‘i aa one Jawa tarat, | aes Penduduk Jawa Barat | | p= ee | to i e ps . 2 F sain ; | CGambar 4.1 Grafiekenaikan jumlah penduduk Jawa Barat Tahun 2005-2040 Gambar 4.2 Grafik Kenaikan PDRB Jawa Barat Tahun 2006-2040 abel 4.1 Perkiraan Jumiah Penduduk Jawa Barat Tahun 2005-2040 abel 4.2 Perkiraan Tingkat Kenaikan PDRB Provins! Jawa Barat Tahun 2005-2040 Jamun Seman Pendudk— ayy dumlah Pendudue Porsontaro oe PRB ADHB aun PORB ADHB Persentase ‘aha (Gia) Pertumbuthan (6) (ria pany (rir pan) Pertumbutan (6) 2008, 39,960,868 zoesS~S~*« 908:97B Es 72005 389,286 648 2023 2,380,852,574 5.00) 2006 40,737,594 2024 52,625,240 a 2006 (473,187,283 2024 2,498,774,866 46 2007 A2AA5122. 2025 53,256,502 149 2007 526,608,765 2025 2,612,697,158 495 2008 42,194,869 (2026 53,887,764 118 2008 602,420,555, 2026 2,728,619,451 45 2008 42,693,951 2027 54,519,026 116 2008 689,841,314 2027 2,844,541,743 air 2010 43,597,000 2028 55,150,288 146 2010 770,660,505 2028 2,960,464,035 400 2011 43,826,775 2029 56,781,550 had 2011 (862,234,648 2028 3,076,386,327 ad 2012 44,548,431 2030 96,412,812 Az 2012 1,928,245,685 2030 3,192,308,619 370 2013 45,340,799 2031 87,044,074 14 2013 1,258,914,480 2031 3,308,230,011 387 2014 48,029,668 2032 87,675,336 1.40 2014 1,385,959,441 2032 3,424,153,203 3.45, 2015 48,709,569 2033, ‘58,308,598 ad 2015 1,825,149,210 2033 3,640,075,495, 3.33, 2016 47,575,144 2034 58,937,850 1 2016 1,569,396,529 2034 3,685,997,787 323 2017 48,206,406 2035 59,569,122 1.08 2017 1,685,318,822 2035 3,771,920,080 3413, 2018 48,837,668 2036 60,200,384 108 2018 1,801,241,114 2036 3,887,842,372 308 2019 49,488,930 2037 60,831,646 104 2019 1,917,163,406 2037 4,003,764,664 24 2020 50,100,192 2038 61,462,908 ad 2020 2,033,085,698 2038 4,119,686,956 2.86 2021 50,731,454 2039 62,094,170 ie 2021 2,149,007,990 2039 4,235,609,248 278 2022 51,962,716 2040 62,725,432 191 2022 2.264,990,282 2040 4,351,591,540 270 Ratarata 129 Ratarata 330 18 4.3. Proyeksi Kependudukan Kabupaten Subang Kabupaten Subang menunjukkan peningkatan secara konsisten dari tahun 2005 sampai dengan 2015. Dar hasil pendekatan fungsi ~ fungsi matematis yang dilakukan terhadap time series data sekunder maka diperoleh bahwa ‘lungs’ linier memilikinilai kemiripan dengan nilai kenaikan jumiah penduduk Kabuapten Subang. Berikut ini grafik kengikan jumiah penduduk Kebupaten Subang seperti itunjukkan pada Gambar 4.3 dan Tabel 4.3. Penduduk bong ee = Gambar 4.3 Grafik Jumlah Penduduk Subang Tahun 2005-2040. ‘Tabel 4.3 Perkiraan Jumlah Penduduk Kabupaten Subang 2005-2040 Tan Jumlah Penduduk —yapyq_ Jumlah Penduduk Persentase (Gia) ‘diwa) Pertumbuhan (%) 2005 1391,997 2028 11648,908 085 2005 1402,134 2028 1,662,860, oss 2007 1422,028 2028 1,676,722 083 2008 1446,889, 2028 1,690,584 083 2009 470,324 2027 1,704,448 oz 2010 1477 482 2028 1,718,308, oat 2011 1492.14 2029 1,732,170 oat 2012 41501,687 2030 1,746,092 0.20 2013, +1509,608 2031 1,759,894 079 2014 1813.09, 2082 1773788 079 2015 129,388, 2088 1787818 078 2016 1,851,984 2004 1,801,480 078 2017 1,965,828 2008 4,818,342, o77 2018 1,579,688 2008 1,829,204 076 2019 1,593,550 2037 1843,068 076 2020 1.607.412 2038 1,886,928, 07s 2021 1621,274 2030 1,870,790 o7s oz 11695,136 2040 1,884,652 o74 Ratarata a7 Executive Summary Rencana Induk Pelabuhan Patimban, Provins! Jawa Barat 4.4 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Subang Jumlah PDRB ADHB Kabupaten Subang menunjukkan peningkatan secara konsisten dari tahun 2005 sampai dengan 2016. Dari rasil pendekatan fungsi — fungsi matematis yang dilakukan terhadap time series data sekunder maka diperoleh bahwa fungsi linier memilikinilai kemiripan dengan nilai kenaikan PDRB ADHB Kabupaten Subang. Berikut ini grafik kenaikan PDRB ADHB Kabupaten Subang seperti ditunjukkan pada Gambar 4.4 dan Tabel 4.4. ORS Kabupaten Subang re F cae i oe = © vacuo 2 ies - ea Bosco Gambar 4.4 Grafik PDRB Kabupaten Subang Tahun 2005-2040. ‘abel 4.4 Perkiraan Tingkat Kenaikan PDRB Kabupaten Subang Tahun 2005-2040 es PDRB ADHE Ee DRS ADHE Persentase (uta rupiah) (uta upiah) Pertumbuhan (%) 2008 9,061,800 2028 24745 208 485 2008 10,973,100 2024 46,754,296 4u6 2007 12,424,600 2028 48,763,341 428 2008 13,547,800 2026 80,72;387 4.08 2008 14,767,400 2027 52,781,434 392 2010 19,817,200 2028 54,790,480 37 2oit 22,384,300 2029 56,799 525 364 2012 23,052,600 2030 58,008,673 ast 2013 24,668,400 2031 6017619 339 2016 26,717 800 20s 62,826,665 328 2015 2,818,000 2038 64,835,712 37 2016 30,881,524 2004 66,044,758 3.08 2017 32,880,870 2038 68,853,804 299 2ore 24,700,016 2006 70,862,881 290 2018 26,709,063 2087 72871,897 202 2020 38,718,109 2008 74,380,044 274 2021 40,727,185 2080 75,889,990 267 2022 42,736,202 2040 260 Sea lEsT ana ETESESESTTESENC Fea ETT CMA TIPTTTE 19 5 ANALISIS TRANSPORTASI 5.1 Metodologi Analisis Transportasi ‘Analisis transporlasi pada studi Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Patimban ini dlakukan dengan menggunakan pendekatan jaringan (network). Pendekatan ini dipilin atas dasar bahwa pengembangan Pelabuhan Patimban akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap pola pergerakan eksisting sehingga pendekaten yang digunakan harusiah mampu untuk memodelkan perubahan pola pergerakan yang terjadi tersebut. Metodologi analisis transportasi secara diagramatis disajikan pada Gambar 5.1. zona Fr Renaron ide! aren. OK! sts i er Pengumpul i arten, OKI ‘hata oa dan Jeng Pengump usr Baie, 0 ‘ican Ji dn Jog Gambar 5.1 Diagram alir analisis transportasi Sumber: Data Konsultan 5.2 Demand Pelabuhan Patimban 6.2.1 Demand Peti Kemas Hasil pemodelan menunjukkan bahwa pada tahun 2019 ketika Pelabuhan Patimban mulal dioperasikan pada kondisi- minimum operation, Pelabuhan Patimban akan melayani demand kontainer sebesar 250 ribu ‘TEUsitahunnya. Besaren demand ini akan berubah dari tahun ke tahunnya dengan dipengaruhi pengembangan- pengembangan yang terjadi pada wilayah seperti pembangunan kawasan industri baru dan lain sebagainya dan juga pengembangan-pengembangan infrastruktur jalan Dapat dihat dari Gambar 62 tersebut bahwa Tahap | (Jangka Pendek) memiliki peran yang kritis terhadap pengembangan tahap selanjutnya, Pada Tahap | ini kinerja pelabuhan akan menjadi sorotan utama kerena akan menjadi faktor penentu utama bagi para user/consignee untuk mengeluerkan keputusan final mengenai penggunaan Pelabuhan Patimban. JIka pembangunan pada Tahep | (hingga tahun 2021) ini berjalan sesuai dengan rencana dengan kinerja pelebuhan yang juga sesuai rencana, meka diprediksi akan terjadi peningkatan demand Executive Summary Rencana Induk Pelabuhan Patimban, Provinsi Jawa Barat mula tahun 2022 menjadi sebesar 1.6 jt TEUs hingga pada akhir Tahap II menjadi sebesar 3.3 jt TEUs. Hal ini dapat terjadi karena 2 (dua) hal, yaitu 1, Pada dasamya potensi demand dari Pelabuhan Patimban sudah ada dan sudah tinggi, namun, karena opsi Pelabuhan Patimban belum ada maka potensi demand tersebut masih harus menggunaken Pelabuhan Ta, Priok 2. Proses perelihan untuk menggunakan Pelabuhan Patimban seperti kesepakatan dengan shipping lines, dll membutuhkan waktu 3, Kinerja Pelabuhan Patimban pada tahapan awal, balk secara teknis maupun non-teknis,menjadi ukuran penilaian pera user/consignee untuk memutuskan penggunaan Pelabuhan Patimban Peningkatan pade tahap selenjutnya terjadi secara gradual. Hal ini terjadi kerena pada tahap-tahap ini pasar dari Pelabuhan Patimben telah terbentuk matang (established). Demand Pelabuhan Patimban meningkat dri 3.9 jt ‘TEUs pada tahun 2025 meningkat hingga menjadi 7.5 jt TEUs pada tahun uitimate di tehun 2037. (Justifikasi demand 250.000 di tahun 2019) Tabel 5.1 Tahapan demand peti kemas Pelabuhan Patimban. fanun a yembans pened = eee (900 TEUs) 20168 0 2017 _| Pembangunan Tehap | Fase + 0 2018 | Pembangunan Tahap | Fase + 0 2020 __| Pembangunan Tahap | Fase 2 0 | 2021 | Pembangunan Tahap | Fase 2 500 2023 | Pembangunan Tahap It 2,788 72024 | Pembangunan Taha i! 3,300 [2028 [42a 2027 | Pembangunan Tahap il 4.498 2028 | Pembangunan Tahap ill 4781 [2030 5431 2031 5,786 2082 6169 2038 6561 2088 6748 2088 7.937 2038 7,325 2037 7,500 ‘Sumber: Analisis Konsullan 20 Demand Peti Kemas e 3 8 g 6 3 3 Demand Container Terminal (000 TEU) 5 ‘= Demand PetiKemas Gambar 5.2 Graf Kebutuhan Peti Kemas Pelabuhan Patimban. 5.2.2. Pembagian Demand Berdasarkan Moda Analisis mode split demand dilakuken dengan melakukan perbandingan biaya transportasi anter moda yang diperbandingkan, dalam hal ini terdapat 2 (dua) moda, yaitt: moda truk (jalan) dan moda Kereta Api (rel). Biaya transportasi dari kedua moda dihitung dengan memperhatikan 2 (dua) buah komponen utama, yaitu biaya waktu ddan biaya pengiriman. Analisis dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) skenario, yaitu Skenatio | dimana hanya ‘memperhitungkan biaya pengiriman dan skenario II dengan memperhitungkan biaya waktu dan biaya pengiriman. Berdasarkan perhitungan diperoleh Biaya Operasi Kendaraan (VoC) untuk jalan sebesar Rp. 2,631,579 dan VoC Untuk KA sebesar Rp. 19,854,951, Nila ini digunaken sebagai dasar konversi untuk setiap waktu yang ditempuh dari Kawasan Industri ke Pelabuhan Patimban yang dinyatakan untuk satu satuan berat per satu satuan waktu. Secara visual perhitungan ullitas dari masing-masing moda dapat iat pada Gambar 6.3 berikut ini Executive Summary Rencana Induk Pelabuhan Patimban, Provinsi Jawa Barat 09 Usiltas alan os 7 06 os E99) oa 03, 02 on x Gambar 5.3 Utlltas masing-masing moda transportasi Demand untuk masing-masing mode per tahunnya diperoleh dengan mengalikan nilai Probabiltas dari masing- masing moda tersebut terhadap nilei demand yang masuk ke Pelabuhan Patimban. Berdasarkan perhitungen diperoleh nilai untuk masing-masing skenario seperti yang disajkan pada Tabel 52 berikut in 24 ‘abel 5.2 Demand per moda ‘Skenario Dewand 1 (0007EUs) | Skenario Demand 2 (000 TEUs) Total Demand Tehun | TolelDemand | Kerem Apt_| Angitan eat | Keren Aoi Anautan Dart Paeaa% | Pa367% | P=619% 2016 ° ° o ° 0 2017 ° o ° ° ° 2018 o ° ° ° 0 2020 486 250 ° 250 0 500 2008 4zi4 4214 269 3.384 1060 2027 4498 4495) 41205 3.200 1470 2028) 4781 4781 1365 3.416 1868 2000 5431 5431 1724 3,708 2,102 2031 5,788 5708 1836 3.850 2340 zoaz | «6.163 6163, 1.956 4207 2386 | 2083 6561 6561 2,082 4479 2540 2036 748 6748 2142 4607 2812 2035) 7.037 7,037 2233 4,808 272 2036 7,325 7.926 2328 5,000 2,835 2037 7,500 7,500 2,380 5,120 2803 ‘Sedangkan secara visual dapat diihat pada Gambar 5.4. Dari gambar tersebut dapat diihat perbandingan demand yang diangkut oleh masing-masing moda, Gambar tersebut juga menunjukkan secara visual bahwa moda ulama pergerakan kontainer untuk Pelabuhen Patimban adalah moda truk (jalan). Executive Summary Rencana Induk Pelabuhan Patimban, Provinsi Jawa Barat a z ia | Beg LILI ae 8 4,000 = 1 3 3,00 1. aml 2 2.00 i ae 1,000 L - | old BIS CIS ICICITcISaaCCeiciea ZSESRS RRS RRS ERERS EER Nee —Rail Scen 1. ———Road Scent = Road Scen 2 Gambar 5.4 Moda split antara KA dengan truk untuk Pelabuhan Patimban. Lebih dari itu, dari tabel dan gambar tersebut dapat dillhat bahwa dengan adanya moda KA beban moda jalan dapat terbantu dengan proporsi yang cukup signifikan. Hasil perhitungan menunjukkan peningkatan kontribusi pengurangan beban jaringan akibat adanya moda KA yang cimulai dari +3% saja pada awal tahun operasional KA (2022) hingga meningkat menjadi +50% pada akhir tahun rencana, 6.2.3 Demand CBU (Completely Built Up) Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa total produksi otomotif adalah sejumlah 621.000 CBU/tahun dengan 281.000 CBU/tehun (45%) merupakan produk ekspor, 322.000 CBUMahun (52%) merupakan produk domestik, dan 18000 CBUltanun (3%) merupakan produk impor. Hasil survey (JICA.2016) yang dilakukan ‘menunjukkan bahwa Karawang dan Cikarang terbagi Kedalam 2 (dua) hinterland pelabuhan, yaitu Pelabuhan Tg. Priok dan Pelabuhan Patimban, Survey ini mengkorelasikan antara kepadatan lalu lintas dengan preferensi kawasan industri terhadap pelabunan muavfbongker. Survey tersebut menunjukkan bahwa pada kondisi jangka pendek (hingga § tahun kedepen) lalu lintas sekitar kawasan industr ini berada pada kondisi kemacetan tinggi (heavily congested) dan pada kondisi lau lintas seperti ini hinterlend akan terbagi secara proporsionel pada nilai 63% berbanding dengan 37%. Nila tersebut berarti bahwa 163% dari produks' barang memilki preferensi untuk menggunakan Tg. Prick sebagai pelabuhan muat/bongkar. Yang termasuk deri 63% ini antara lain adalah jawasan industri yang terletak di DKI Jakarta, Bekasi, Bogor, dan Depok. Konsekuensinya, sebesar 37% dari volume barang akan memilin Pelabuhan Patimban sebagai pelabuhan muat/pongkar. Sebesar 37% barang tersebut berasal dari kawasan industri di Karawang, Purwakarta, Subang, dan Bandung 22 Executive Summary Rencane Induk Pelabuhan Patimban, Provinsi Jawa Barat Dengan mengkorelasikan data preferensi dengan data produksi, maka dapat diprediksi besar demand otomotif (dalam satuan CBU) untuk Pelabuhan Patimban. Dengan menggunekan nilai growth sebesar 3% per tahun Demand CBU (GAIKINDO, 2016) maka diperoleh besar demand CBU untuk Pelabuhan Patimban seperti yang disajikan pada Tabel 5.3 dan Gambar 5.5 berikut. ‘abo! 5.3 Forecast demand CBU Pelabunan Patimban, T Demand (65 z Tahun Tehap Pengembangan ee) & Baap [Bemesik | por [To : ae soca t 2a acai cee : aie | a aS ui 220 conse | 724s | 4052 | 120769 é zt arvar | 11986 | 62st | 216875 22 fa7eri | weave | 9782 | 252591 7m Tai7o7 | Tease | 0499 | 20.060 SE SL ee 222822288 8822828 88888 8 708 19540 | 194706 | 19909 | 375564 Tahun a7 iesaer | zzzans | roast [zeta apes a 002 | 29.81 | 12.05 | 42,708 - ee hee GGambar 55 Grafik forecast demand CBU Pelabuhan Patimban 2 Freee | 250887 | 4007 | 49,762 Bia Deena CPEn(Osre 2032 i 225,465 | 258,363 | 14.448 | 498,275 2033 232,229 | 266,114 | 14.881 | 513,224 Terdapat permintaen industri untuk Pelabuhan Patimban agar dapat menyediakan terminal curah cair. Terminal 2034 239,106 | 274,087 | 18028 | 620621 ‘curah cair dinarapkan dapat mengakomodasi kebutuhan curah cair industri di sekitar Jawa Barat. Kebutuhan curah me 2062) | ee) | ee [Eee cair ini berupa ammonium nitrat sebesar 108.000 Tonitahun. a6 a.7e4 | 200,700. | 16.252 | 590815 297 aeia77 | este | 16760 | 77640 23 Rencana Executive Summary Induk Pelabuhan Patimban, Provinsi Jawa Barat abel 6.4 Kebutuhan Panjang Dermaga dan Peralatan Pelabuhan Tahap | Fase 2 6 ANALISIS PENGEMBANGAN PELABUHAN a “ahap Fase 220202021) eS Rencana kebutuhan pengembangan meliputl ebutuhenfaslitas pokok den penuniang yana diperoteh berdasarkan = oe [came | coer | ty | tmaen | aa pethitungan sesual dengan nasi proyeks! Yang telah dlokukan. Kebutunan pengembangan untuk wilayah daratan a= = oa z ee 7 dan persiran disusun berdasarkan pentahapen pengembangan yaitu: case seo a | | ae 178 70 | 2 = Total al ‘Tabel 6-1 Tahapan dan Tahun Pengembangan Pelabuhan Patimban 7 204 ws o ‘Tahapan Pengembangan ‘Tahapan Konstruktt mn Pengembangen “Tabet 6.5 Kebutuban Panjang Dermaga dan Peralatan Pelabuhan Tahap hap 1 Fase 2017 - 2019 Jongka Pendek ee Toop (2022 2028) “ahep Fase 2 ‘2020-2021 apasis See Le er ee eet “ange Menenash “Tahap oma 2026 Te Sea Br C= sen NN cs = CC STE ‘Jangka Peniang Tehap il 2027 ~ 2096 “seam |rerecra | teem | oe |S 26 =| @ 7214900 | Donesik ser | | 7 1881 a | a oll | see uf 102 6.1 Kebutuhan Fasilitas Darat Pelabuhan “abel 6.6 Kebutuhan Panjang Dermaga dan Peralatan Pelabuhan Taha 6.1.4 Terminal Peti Kemas 0 fahap tl akan ekan cigunakan di Pelabunan Patimban merupakan kapal peti cee M ene Kopal peti kemas terbesar yang drencenakan 0 ;gunakan di Pelabunen Patimban merupakan en's Kap P : 7 “Type of Container Sip me] euay Length | Tottace | ABC | Swadate corer komas Post Panamax, seperti tipe E-Class mitk Maersk. Spesinkasi kepal petikemas post panamax adalah sebage! ra see Tomes [enn o_—_[Torare [mo | Om berikut aarrae0 | wiwnesens | 15500 | oe | 7 301 z= | ou -Tabel 6.2 Dimensi Kapal Rencana Peti Kernas 127400 [omen | user | 1 | ¢ we oe x» Tota | ae Lt “oe | ) twee Kapa | OWT [eS P No ‘Nama Kapal eee LOA. earn Draft 7 | Maersk Claes wes: 165,00, 19500 ae a 6 ‘erikut ini adaleh kebutuhan fasilias terminal peti Kemas (CY) di Pelabuhan Patimban. a | Maer cren Css | New Panera vs0o | 10180 Ea 2 e ‘Tabel6.7 Roncana Kebutuan Faslias Terminal Peti Kemnas dl Pelabuhan Patimban 3 | 60860 Guerasbou Poo Para cree) == 6 8 ee = x 3 a a [ Mess enia Pa ciace | 40s = 2 : Geant | omararime | cruntset = = [Horcpeercon [wane | 2S aon 26 2 8 oapanPengammenaan +L newpct 8 [se 2a wot vA 2 ‘ee rev) mee <—weitesngecinn [erates | 127 7a e 08 Temp Feo 1 017-201) soon | 28 ® em | 8 a) Mesa ania Seo Les | ‘oii es cst] cree? eommony| asseme| 28 0 arian Taopn cena) | A700878 25 6 “anoece [120 ar muat peti Kemas di Pelabuhen Patimban. Teo _—_coeranen | __ 700m | __ 28 a sseoass [| perivut ini adalah Kebutuhan fasitas dermaga dan ‘lat bong ‘Tabet 6.3 Kebutuhan Panjang Dermaga den Porslatan Pelabuhan Tahap | Fase “Tahap 1 Fase 1 (2017-2019) a rapes | Tapa Rencane se Tonya [Tone | ASC | Statlecut Ps aoe (Ture Twines | aw) | __ Om) er een 1 Oe @ amino ¢ 3 Aoproved Eaty NPV nition USD) 5384.50 = : Poproved erage DSCR (x) 196 = 14 Poorered inmum SCR 0) 126 = 10 Poproved Poseck Pood eon) [een bbecission [ ACCEPTED. abel 7.16 Analisis Sensitivitas Untuk Pembiayaan Tahap 2 dan 3 Analisis Sensitivtas 30th on an Project RR | 980% 10.30% | 104% lEquty ip 18.26% 185% | 1867% ltojest NPV (n miton USD) 342) sa 348 IEquty NPV (i mition USO) $289 $378 $985 Tolak Tema | Tevima Dengan kriteria parameter Penilaian Keuangan diatas, maka proyek pembangunan pelabuhan Patimban “Layak” dibangun 7.3. Kajian Nilai Manfaat Uang (Value for Money) Nilai Manfaat Uang (Value for Money) adalah pengukuran kinerja suatu Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU) berdasarkan nilai ekonomi, efisiensi, dan efektivitas pengeluaran serta kualitas pelayanan yang memenuhi kebutuhan masyarakat (Permen PPN/Bappenas nomor 4 tahun 2018). Value for Money (VIM) dihitung dengan formulasi sebagai berikut, pertama adalah menghitung nilal keuangan kini terhadap capex maupun pendapatan dan biaya melalui proyeksi keuangan, kedua menghitung risiko yang terkait langsung dengan proyek, ketiga membuat tabel perhitungan VIM dan keempat membuat grafik hasil perhitungan. 44 ‘abel 7.17 Ikhtisar Value for Money Proyek Pelabuhan Patimban untuk Tahap 1 Fase 1 dan 2 Executive Summary ‘Rencana Induk Pelabuhan Patimban, Provnsi Jawa Barat ‘abel 7.18 Hasil Analisis Keuntungan Keuangan Publik untuk Tahap 1 Fase 1 dan 2 Tai Katanga ris Ks (aah ow Vay NP Say) me T EEE Go Thousand USD) | Estes Nila vets {a Pembeding dns Layenan Pubik(PSO) i705 | 1570817 ra oem (ns eb eeeae [Risiko yang di transfer (Transfer Risk) 206.757 - Tia Fenarcing | Wie ss nanan | oo sees Lnenan Put] "Yang Dian ia Penyenbang Comparator Neural) 7 | a (Pee) | Sumner ae) : | oo) IauntungenKevangan Publik (Val fo Money) | eas faa a Coa To Tae Ta a ta Oars SORENTO 6 ‘aa Bap Pepa i Pa Co). toa ca [Nilai Biaya Kini -45 tahun (PC of Life Cycle Coma) 1601.09) qea0t.00)] Berikut ini adalah hasil analisis value for money Pelabuhan Patimban untuk Tahap 2 dan 3. pa Pn i Pa ‘abel 7.19 khtsar Value for Money Proyek Pelabuhan Patimban untuk Tahap 2 dan 3 ae Peo TT Tar a ri Sa TS) a) fn awry Ss apa PO a tae ps Estios Na Ivetas ceri lente (ria Projet Ett ra Bmp RPE Ra se] iT] eC TisiFenbendng | Nis Jes naren Joo ssseLajanan Pubic] "Yang Dan ore Caan aS RET PRCT Ta Tana (Pac) | Sumter a) ao (Sa ower eo & Fe = ea ese a Si nanan Pas as OTE = aa a oat SR a) Taal Ts [rece aay Says Se Pat aN Eam Saar] See ry a Papa aga il aa aa ys a oun HoT ye CO Carron} Tora ars Pa RT a aT as ca s oar Pea ae TS Tas] Grafik VfM [Ee ono Lyre ar aa arnt RoR omtandwa ah [ara a a RPS eT] TATE] eee [ae aa RTE Ta ae Boj a Sata anya Fs eam sa 2om00 fan pena us Se Pata a a [Sue nse : iwnuoanRevnann Pa Wao eh fae 1,500,000 1,000,000 500,000 1a Pembereinglas'}Shan Put (PSC) ‘= Nila Penyeimbiang Comparator Neural) ‘Gambar 7.2 Grafik Value for Money untuk Tahap 1 Fase 1 dan 2 1 Rosh yr der (rane sk) 45 Grafik VfM 1,900,000 11600,000 11400,000 1200000 $000,000 800000 600000 400000 200000 Psc PPP Bid ‘© Niid Pembanding Jesa Layanan Publk (PSC) _» Risko yang di transfer (Transfer Risk) 1 Nii Penyeimbang (Comparator Neutrality) ‘Gambar 7.3 Grafik Value for Money untuk Tahap 2 dan 3 ‘Tabel 7.20 Hasil Analisis Keuntungan Keuangan Publik untuk Tahap 2 dan 3 Psc PPP Bid [hile Pembending Jaca Layanan Pubik (PSC) 1.373.708 1.170.706 Fete yang a transter (Transfer Risk) wa723 : Iii Penyeimbeng (Comparator Neuraly) 5881 5801 ikeuntungan Keuangan PUbik (Value for Money) 388.657 Executive Summary Rencana Induk Pelabuhan Patimban, Provinsi Jawa Barat 46 8 KAJIAN AWAL RONA LINGKUNGAN 8.1 Kualitas Udara dan Kebisingan Hasil pengukuran kualitas udara dan kebisingan di tiga stasiun yaitu dekat lokasi terminal pelabuhan (06°14'6.15" § - 107°54'3.02" E), Desa Patimban (06°15'0.33" $ - 107°54'2.83" E) dan JI. R. Nasional Pantura (06°17'0.70" S - 107°52'4,87" E) menunjukkan bahwa semua parameter masih tergolong dalam standar yang ditetapkan oleh pemerintah (PP No 41 tahun 1999). Hasil analisis dapat dilhat pada kualitas udera di tiep stasiun pengamatan berada pada kondisi yang balk, karena di seluruh lokasi pengamatan terdapat aktivitas yang minim dari masyarakat yang mempengeruhi kualitas udara, seperti industri, bandara, atau aktivitas lainnya, Kebanyakan lokasi sampling berbeda, sehingga jumlah dari hasil pengukuran tidaklah sama, namun memiliki angka yang hampir sama. ‘abel 8.1 Kualitas Udara dan Kebisingan di Tiap Lokasi No Parameter ‘Satuan | Standard seat Metode ant [_ANa | ANS lar Quaity | ss oh ae [aaa [stoi] as | [2 remit * neers | 3 [ra [ewe [ae | oar | eae | nse | owrerivesnos [fare cd 5 (NOx aiNen® 400

You might also like