You are on page 1of 436
OL ERT) PELAYANAN KESEHATAN ANAK PON 7 PEDOMAN BAGI RUMAH SAKIT RUJUKAN TINGKAT PERTAMA DI KABUPATEN/KOTA a ag ee elt ¥% Organization RESUSITASI BAY! BARU LAHIR 4 Tidak | © Berikan inehangatan * Possikan 1 Cie atau rico | Leaaancasoon J Slanosia “Yr Borikan Vontiiasi Tokanan Positif * t F< 60 * Lakukan kompresi dada Fi< 60 aNd | Fs> 100 8 Kemeraiy Vertifast efektif * = Intubasi FJ = Frekuensi Janiung Triase untuk semua anak sakit TANDA KEGAWATDARURATAN Bila terdapat tanda kegawatdaruraten berikan tindakan segera, panggil bantuan, ambil darah untuk pemeriksaan laboratorium kegawatdaruratan (hemoglobin, leulkosit, hematobrit, hitung jenis, guin darah, malaria untuk daerah endemis), PENILALAN TINDAKAN dangan menggenakian leher bila ade gaan traunta leher dan tulany belaking Cama/Convulsion > Tatalakeana jalan napas (Ragan 4) (Kora kajang) 1» Bila hejang, berkan diazepam eoital (Bagan 9) @ Koma (tidak sadar) > Posisikan anak tilak sadar (bila didupa aay ‘trauma imapalateher tedebih dahuly stabiisasi tm Kejang (saat ini) (cher (Bagan fp Dehydration (severe) (Dehidtas! bevel) ite tak gizi buruk: (hhusus untuk anak dengan diara) > Pasang infur dan barikan eaitan secenainys Diane + 2 dari tanga klinis (Bapan 11) dan terapt dane Rencana Tera C dibawah ini - Ginumah salet (Bagan 14, halaman 437) @ Leah ‘> Bila gir] buruk: 1 Meta cehung jiu joge > SOR aang inka (ba Lapa syed dak Wm Turpor sangat menurun me anid) ii Saleen > Lanjutkan seqera unindc pemeriksasn dan leapt daft (heh 1. hakarran’21) TANDA PRIORITAS Anak ini perlu segera mendapatkan pemariksaan dan penanganan 1 Tiny baby (bayi kecil<2bulan) —m_ Restless, imfable, or lethargic (gelisah, § Temperalure: sangal panas mudah mara, lemah} IS Trauena (\rauma atau konds! yeng mm Referral (rujukan sageral perlu tindakan bedah segera) i Malnvéntion (giz buruk) Wm Tremus 8 Oecema (@dera kedua punggung kakiungkal) im Palior (sangat pucat} m@ Burns Quka baker ups) @ Porsoning (keracunan) Catatan: Jia anak mangalami trauma ata 8 Pain (nyeri hebat) masalah bedah laineya, mintalah bantuan ibedah @ Respiratory distress atau ius pedoman becah TIDAK GAWAT (NON-URGENT) Lanjutkan dengan pemeriksaan dan penatalaksanaan seaizai peioritas anak Triase untuk semua anak sakit TANDA KEGAWATDARURATAN Gila terdapat tanda kegawatdaruratan berikan tindakan segera, panggil bantuan, ambil darah untuk pemeriksaan laboratorlum kegawatdaruratan (hemoglobin, loukosit, hematoknit, hitung jenis, qula darah, malaria untuk daerah endemis). PENILAIAN Airway & breathing (Jalan napas & Pernapasan) im Obetrykel jalan naps atau wm Sianosis atau im Sesak napes barat 7) Circulation (Sicilai) ‘Akral dingin dengan: "> we Capillary refil > 3 doth, q wm Ned cepatdon mah Poms ias (Gist ural TINDAKAN Jangan manggeratkan leher bila ada cugaan irauma ieher dan tuiang belakang Bila terjadi aspirasl bends aging: Tatalaksana anal. yang tersédak (Bagan 3) Gila tak ada aspirasi benda axing: > Tatalaksana jalan napaa dan pemnapasan (Bagan 4) » Benkan oksgen (Bagan 5) » Jaga anak ipiap hangat » Hantkan perdarahan » Berikan oksigen (Began 5) Jaga anak tolap hangat Bila tidak gizi buruic: » Pagang inks dan berian cairan secapainya 7 (Bagan Bila alses iv periler tkdak berhasil, pasang Intraoneus atau juguiarit ekeiema (Ehat halaman 336) Bila gizi buruk: ila Jemal atau tidak cadar > Barkan glubinea Wy (Bagan 10) i» Pasang infus dan beakan caran (Began 9} Sua Lidak feat atau tidak sacar (tidak yakin syou > Barikan glikosa oral atau per GT > Lanjuthan segera unt pomenksaan dan terepi selanpieya BUKU SAKU PELAYANAN KESEHATAN ANAK DI RUMAH SAKIT PEDOMAN BAGI RUMAH SAKIT RUJUKAN TINGKAT PERTAMA BI KABUPATEN/KOTA a (aN), World Health in’ ew Organization . ——— Diterbitkan oleh World Health Organization tahun 2005 Judul as Pocket Book of Haspilai Care for Children, Guidelines for the Management of Common ilinesses with Limited Resources, 2005 © World Health Organization 2005 PELAYAAN KESEHATAN ANAK D} RUMAH SAKIT. PEDOMAN BAG] RUMAH SAKIT RUJUKAN TINGKAT PERTAMA DI KABUPATEN/KOTA Alih Bahasa : Tim Adapiasi Indonesia Penyusun : Tim Adapiasi Indonesia Editor : Tim Acaptasi Indonesia Edisi Bahasa Indonesia ini diterbitkan oleh World Health Organization indonesia bakezjasama dengan Depariemen Kesehatan Republik Indonesia © World Health Organization 2009 Gedung Bina Mulia 7 It. $ Kuningan Jakarta Telpon. 62 21 5204349 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang Mengutip, Memperbanyak dan Menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit. Cetakan 1 : 2008 Katalog Dalam Terbitan Word Health Organization. Country Office for Indonesia Pedoman pelayanan kesehatan anak di rumah sakit Tujukan tingkat pertama di kabupaten/ WHO ; alihbahasa, Tim Adaptest Indonesia. - Jakarta > WHC indonesia, 2008 1, Child health services 2. Hespitals, Pediatric I. Judut 41. Fim Adaptasi Indonesia DAFTAR ISI Usapan teria kasih xitl Sambutan Dirjen Bina Pelayanan Medik xW Sambutan Ketva umum PP IDAI xvii Daftar singkatan xix Bagan 1. Tahapan talalaksana anak sakit yang dirawat di rumah sakit: Ringkasan elemen kunci xxi BAB 1. TRIASE & KONDIS! GAWAT-DARURAT ase Uber ett 1g u 1.1 Ringkasan langkah penilaian iriase gawat darurat dan penanganannya 2 Triase untuk semua anak sakit 4 Talaksana anak yang tersedak 8 Talaksana jalan napas & Cara meemberi oksigen 42 Tatalaksana posisi untuk anak yang tidak sadar 43 Tatalaksana pemberian cairan infus pada anak syck tanpa gizi buruk i4 Tatalaksana pemberian caitan infus pada anak syck dengan gizi buruk is ‘Tatalaksana kejang 16 Tatalaksana pemberian cairan glukosa intravena 7 Tatalaksana dehidrasi berat paca keadaan gawat darurat sefelah penatalaksanaan syok 18 1.2 Catatan untuk penilaan tanda kegawatdaruratan dan tanda prioritas 19 13 Calatan pada saat memberikan penanganan gawat+Jarurat pada anak dengan gizi buruk 20 1.4 Beberapa pertimbangan dalam menentukan diagnosis pada anak dengan kendisi gawat darurat 22 1.4.1 Anak dengan masalah jalan napas atau pernapasan berat 22 14.2 Anak dengan syok 23 143 Anak yang lemahtlotargis, lidak sacar alau kejang 24 1.6 Keracunan 2 15.1 Prinsip penatalaksanaan terhadap racun yang tertelan 28 15.2 Prinsip penatataksanaan kezacunan melatui koniak kulitalau mata =. 30 1.5.3 Prinsip penatalaksanaan racun yang terhirup 3 1.54 Racun khusus 31 Senyawa Koresif 31 DAFTAR iS! Senyawa Hidrokarbon H Senyawa Organofostat dan Karbamat 32 Parasetamol 3 Aspirin dan salisitat fainnya 33 Zat best 4 Karbon monoksida 4 1.5.5 Keracunan makanan wb 1.6. Gigitan ular av 1.7. Sumber tain bisa binatang 3% BAB 2. PENDEKATAN DIAGNOSIS PADA ANAK SAKIT Ex} 2.1 Kelerkaltan dengan Pendekatan MTBS. 43 22 Langkah-langkah untuk Mengetahut Riwayat Pasien 43 2.3 Pendekatan pada anak sakit 44 24 Pemeriksaan Laboratorium 45 25 Diagnosis Banding 45 BAB 3. MASALAH-MASALAH BAY] BARU LAHIR DAN BAYIMUDA EY) 3.1 Perawaian rutin bayi pany lahir sal dilahirkan 50 4.2 Resusitasi bayi baru fahir 50 3.3 Perawatan rutin bayi baru lahir sesudah dilahirkan 55 3.4 Pencegahan infeksi bayi baru lahir 36 3.5 Manajemen bayi dengan asfiksia perinatal 86 3.6 Tanda bahaya pada bayi baru lahir dan bayt muda 57 3.7 Infeksi bakteri yang berat 58 3.8 Meningitis §9 3.9 Perawatan penunjang untuk bayi Dany labir sakit 80 3.9.1) Suhu tingkungan 60 3.3.2 Tatalaksana cairan 67 39.3 Terapi oksigen 63 3.9.4 Demam tinggi 83 3.10 Bayi berat tahir rendah 63 3.10.1 Bayi dengan berat lahir antara 1750-2499 g 63 3.10.2 Bayi dengan berat tahir < 1758 ¢ & 3.11 Enterokolitis Nekrolikans 67 3.12 Masalah-masalah umum bay baru fahirtainnya 68 3.12.1 [Kterus. 66 3.12.2 Konjungtivits 70 3.42.3 Tetanus 70 DAFTAR ISt 3.12.4 Trauma Lahir 71 3.125 Matfarmasi kongenita! 74 3.13 Bayi-bayi dafi ibu dengan inieksi v4 3.13.1 Sifilis kongenital 74 3.13.2 Bayi dariibu dengan tberkulosis 7 3.13.3 Sayi dariibu dengan Hiv Fis] Dosis obat yang biasa digunakan untuk bayi baru lahir dan bayi berat lahir rendahi 76 ee we UL GE een a eee Be ee §3 4.4 Anak yang datang dengan batuk dan atau kesulitan bemapas 83 42 Pneumonia 86 4.3 Batuk atau pilek 94 44 Kondisi yang diseriai dengan wheezing 95 44.4 Bronkinlitis 96 44.2 Asma 99 44.3 Wheezing dengan batuk atau pilek 163 4.5 Kondisi yang disertai dengan stiidar 163 4.5.1 Viral croup 104 4.5.2 Ditteri 108 4 Kondisi dengan batuk kronik 408 A? Pertusis 10S 4.8 Tuberkulosis 113 4.9 Aspirasi benda asing 9 4.10 Gagal Jantung 124 4.71 Auburung 123 eS it Bea 5.1 Anak dengan diare 132 5.2 Diare akut 133 §.2.1 Dehidrasi eral 134 5.2.2 Dehidrasi ringanisedang 138 5.2.3 Tanpa dehidrasi 442 53 Diare persisten 146 5.3.1 Diare persisten berat 146 5.3.2 Diare persisten (tidak beral) 150 54 Disenteri 182 DAFTAR ISI ae Anak dengan demam 6.1.7 Bemam yang berlangsung lebih dari 7 hari Infeksi virus dengue 6.2.1. Bemam Dengue 6.2.2. Demam Berdarah Dengue Demam Titoid Malaria 6.4.1, Malaria tanpa komplikasi 64.2, Malaria dengan komplikasi (malaria berat} Meningitis Sepsis Campak 67.1 Campak tanpa komplikasi &7.2 Campak dengan komplikas: Infeksi Saluran Kemin Infeksi Tetinga 8.9.1 Olifis Media Akut 69.2 Otitis Media Supuratif Kronis 6.3.3 Otitis Media Etysi 634 Mastoiditis Akut 6.19 Deman Rematik Akut Efe dead #4 72 73 ta 5 Diagnosis Penitaian awal anak gizi buruk Tatalaksana perawatan Tatalaksana Umum 7.4.1 Hipoghiemia 7.4.2 Hipolermia 7.4.3 Dehidrasi 7.44 Gangguan keseimbangan elektrolit 745° Inteksi 7.48 Defisiensi zat gizi mikro 747 Pemberian makan awal 748 Tumbuh kejar 7.4.39 Stimulasi sensonk dan emosional 7.4.18 Malnutisi pada bayi umur < 6 bulan DAFTAR ISI 7.5 Penanganan kondisi penyerta 215 7.5.1 Masalah pada mata 215 7.5.2 Anemia berat 215 7.5.3 Lesi kulit pada kwashiorker 216 7.54 Diare persisten 216 75.5 Tuberkutosis 27 7.8 Pemulangan dan tindak tanjut 217 77 Pemantavan dan evaluasi kualiias perawatan 219 77.41 Audit moratitas 219 7.7.2 Kenaikan berat badan selama tase rehabilitasi 219 PES a ech eh cet eed 223 8.1 Anak sakit dengan tersangka infekei HIV atau pasti infeksi HIV 224 8.1.1 Diagnosis klinis 224 87.2 Konseling 228 8.1.3 fes dan diagnosis infeksi HIV paca anak 2o7 8.1.4 Tahapan klinis 228 $2 Pengobatan Anti Retroviral (Antiretroviral fherapy= ART} 234 8.2.1 Obat Antiretroviral 232 8.2.2 Kapan mulai pemberian ART 233 823 Efek samping ART dan pemantavan 234 824 Kapan mengubah pengahatan 237 8.3 Penanganan lainnya untuk anak dengan HiV-positif 238 8.3.1 Imunisasi 238 $3.2 Pencegahan dengan Kolrimoksazo! 238 83.3 Nutrisi 240 8.4 Tatalaksana kondis yang terkait dengan HIV 240 84.14 Tuberkulosis 240 $4.2 Pheumocystis jiroveci pneumonia (PCP} 241 8.4.3 Lymphoid interstitial Preumonitis 241 8.4.4 Infeksi jamur 242 845 Sarkoma Kaposi 243 85 Transmisi HIV dan menyusui 243 8.6 Tindak lanjut 244 8.7 Perawatan paliatif dan fase terminal 245 vil DAFTAR Isl BAB 9. MASALAH SEDAH YANG SERING BIJUMPAI El 9.1 Perawatan pra-, selama dan pasca-pembedahan 251 $.1.1 Perawatan pra-pembedahan (Pre-operative care} Bi 912 Petawatan selama pembedahian (Inira-operalive care) 254 $13 Perawalan pasca-pembedahan {Post-operative cara} 256 9.2 Masatah pada bayi baru lahir 259 9.2.1 Bibir sumbing dan iangitan sumbing 269 $2.2 Obstruksi usus pada bayi baru lahir 260 3.2.3 Detek dinding perut 264 9.3 Cedera 262 9.3.4 Luka Bakar 262 9.3.2 Prinsip perawatan luka 266 9.3.39 Fraktur 268 9.3.4 Cedere kepala 272 9.3.5 Cedera dada dan perut 272 $4 Masalah yang berhubungan dengan abdomen 273 9.4.1 Nyeri abdomen 273 942 Apendistis 274 9.4.3 Obstruksi usus pada bayi dan anak (setetah masa neonatal} 276 944 Intususepsi 276 945 Hemia umbilikalis 277 946 Hemiainguinalis 27 94.7 Homiainkarserala 278 94.8 Atresia Ani 278 9.4.9 Penyakit Hirschsprung 279 it Paisano 281 10.1 Tatalaksana Pemberian Nutrisi 281 16.1.1 Dukungan teriadap pemberian ASI 282 16.1.2 Tatalaksana Nutrisi pada Anak Sakit 288 10.2 Tatalaksana Pemberian Cairan 293 10.3 Tatalaksana Demam aa4 10.4 Mengatasi Nyeri/Rasa Sakit 295 10.5 Talalaksana anemia 296 10.6 Transfusi Darah 298 10.6.1 Penyimpanan darah 298 10.6.2 Masalah yang berkaitan dengan transfusi darah 298 10.6.3 Indikasi pemberian transfus! darah 298 0.6.4 Membeiikan transfusi darah 208 vii DAFTAR ISI 10.6.5 Reaksi yang limbul setelah transtusi 300 10.7 Terapi/pemberian Oksigen 302 16.8 Mainan anak dan terapibermain 305 1=FAS a Sie eat ie eek ea ala calad a4 Vi. Prosedur Pemantauan 3th 11.2 Bagan Pemantavan 312 11.3 Audit Perawatan Anak 312 12.1 Saat Pemulangan dan rumah sakit 315 42.2 Konseting 316 12.3 Kenseling nutrisi 317 124 Perawatan di rumah 318 42.5 Memenksa kesehatan ibu 319 12.6 Memeriksa status imunisasi 318 12.7 Komunikasi dengan petugas kesehatan tingkal dasar 322 42.8 Memberikan perawatan lanjutan 322 LAMPIRAN 1. Prosedur Praktis 329 AL1 Penyuntikan 331 Ai.1.41 Intramuskular 31 A112 Subkutan 332 Ai.i3 Intradermal 332 Ai2 Prosedur Pemberian Cairan Parenteral 334 A1.2.1 Memesang kanul vena perifer Ret Ai2.2 Memasang tnfus intraoseus 336 A123 Mamasang kanul vena sentra! 338 A124 Memotong vena 339 A126 Memasang kateter vena umbitikus MG Ai3 Memasang Pipa Lambung (NGT} 341 Ai4 Pungsi lumbal 2 A15 Memasang drainase daca ddd Ai6 Aspirasi suprapubik 346 AL? Mengukur kadar guia darah a7 DAFTAR ISI LAMPIRAN 2: Dosis obat LAMPIRAN 3: Ukuran peralatan yang digunakan untuk anak LAMPIRAN 4: Cairan infus LAMPIRAN 5: Melakukan penilaian status gizi anak LAMPIRAN 6: Alat Bantu den Bagan LAMPIRAN 7: Beda antara Adaplasi Indenesia dan Buku Asli WHO Bat BEE Dea east Bagan1 Tahapan tatalaksana anak sakit yang dirawat di rumah sakit: Ringkasan element kunci Bagan 2 Friase untuk Semua Anak Sakit Sagan 3 Tatataksana untuk Anak Tersedak Bagan 4 = Penatalaksanaan Jalan Napas Bagan§ Cara Member Oksigen Bagané Tatalaksana Posisi untuk Anak yang Tidak Sadar Bagan? Tatalaksanaan Pemberian Gairan Infus pada Anak Syok Tanpa Gizi Buruk Bagan Tatalaksana Pemberian Cairan infus pada Anak yang Syok Dengan Gizi Buk Bagan@ Tatalaksana Kejang Bagan 10 Tatalaksana Pemberizan Cairan Glukosa Intravena Bagan 11 Tatalaksana Dehidrasi Berat pada Keadaan Gawat Darurat Setelah Penatalaksanaan Syok Bagan i2 Resusitasi Bayi Baru Lahir Bagan 13 Alur deteksi din) pasien Avian Influenza (Flu Burung) Bagan 14 Rencana Terapi C: Penanganan Dehidrasi Serat dengan Cepat Bagan 15 Rencana Terapi 8: Penanganan Dehidrasi Sedang/Ringan dengan Oralit Bagan 16 Rencana Terapi A: Penangarian Diare di Rumah Bagan 17 Anjuran Pemberian Makan Selama Anak Satit dan Sehat Pha eat Tabe!l 1 Diagnosis Banding Anak dengan Masalah Jalan Napas atau Masatah Pernapasan yang Berat Tabel2 Diagnosis Banding pada Anak dengan Syok Tabel3 Diagnosis Banding pada Anak dengan Kondisi LemalvLetargis, Tidak Sadar atau Kejang ‘Tabel 4 Tabe! 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel & Tabet 9 Tabet 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13 Tabel 14 Tabel 15a Tabel 156 Tabel 16 Tabel 1? Tabel 13 Tabel 19 Tabel 20 Tabel 21 Tahel 22 Tabel 23 Tabel 24 Tabel 25 Tabel 26 Tabel 27 Tabel 28 Tabel 29 Tabel 30 Tabel 31 DAFTAR ISI Diagnosis Banding pada Bayi Muda ¢kurang dari 2 bulan} yang Mengatant LematyLetargis, Tidak Sadar atau Kejang Dosis Arang Aktif Pengobatan Iterus yang Didasarkan pada Kadar Bilirubin Serum Diagnosis Banding Trauma Lahir Ekstrakranial Diagnosis Banding Anak Umur 2 bulan — § tahun yang datang dengan Baiuk dan atau Kesulitan Bermapas Hubungan antara Diagnosis Klinis dan Klastikasi-Pneumonia {MTBS} Diagnosis Banding Anak dengan Wheezing Diagnosis Banding Anak dengan Siridor Diagnosis Banding Batuk Kronik Sistem Skoring Gejata dan Pemeriksaan Penunjang TB Anak Dosis KOT (R75/H80/2150 dan R7S/H5G} pada Anak Dosis OAT Kambipak-fase-awalfintensif pada Anak Dosis OAT Kombipak-fase-lanjulan pada Anak Bentuk Klinis Diare Klasifixasi Tingkat Dehidrast Anak dengan Diare Pemiberian Cairan Intravena bagi Anak dengan Dehidrasi Berat Diat untuk Diare Parsisten, Diet Pertama: Diet yang Banyak Mengandung Pati (starch), Diet Susu yang Dikurangl Konsentrasinya {rendah laktosa} Diet untuk Diare Persisten, Diet Kedua: Tanpa Susu (bebas laktosa} Diet dengan rendah pati (starch} Diagnosis Banding untuk Demam Tanpa Tanda Lokal Diagnosis Banding untuk Demam yang Cisertai Tanda Lokal Diagnosis Banding Dernam dengan Ruam Diagnosis Banding Tambahan untuk Demam yang Berlangsung > 7 hari Tatalaksana Demam Reumatik Akut Tatalaksana Anak Gizi Buruk {46 Langkals} duran F-75 per kali makan (730 mbkg/hari) untuk Anak tanpa Edema Jumiah F-75 per kali makan (/@Gm¥kg/har) untuk Anak dengan Edema Berat Peiunjuk Perberian F-100 untuk Anak Gizi Buruk Fase Rehabilitasi Sistem Tahapan Klinis HIV pada Anak menurut WHO yang Telah Diadaptasi Penggolongan Obat ARV yang Direkomendasikan untuk Anak di tasilitas dengan Sumber Daya Terbatas 28 36 69 72 85 a7 a iea 163 115 WF 148 118 133 i34 135. 143 149 189 160 461 1671 igi is? 206 207 212 239 233 DAFTAR iS} Tabel 32 Kernungkinan Rejimen Pengobatan Lint Pertama untuk Anak 233 Tabel 33 Rangkuman tndikasi untuk Inisias/ ART untuk Anak, Berdasarkan Tahapan Klinis 235 Tabel 34 Efek Samping yang umum dari Obat ARV 236 Tabel 35 Definisi Ktinis dan CD4 untuk Kegagatan ART pada Anak (seletah pemberian cbat ARV = 6 bulan} 237 Tabel 36 Ukurar Pipa Endotrakea Berdasarkan Umur Pasien 255 Tabel 37 Velume Darah Berdasarkan Limur Pasien 256 Tabel 38 = Denyut Nadi dan Tekanan Darah Normai pada Anak 257 Tabel 39 Kebuluhan Cairan Rumatan. 293 Tabel 40 Jachwal Imunisasi yang Direkomendasikan oleh [DAI tahun 2008 320 Tabel 41a Jadwal Imunisasi Nasional (Depkes) bagi Bayi yang Lahir di Rumah 21 Tabel 41b Jadwal Imunisasi Nasional (Depkes) bagi Bayi yang Lahir di RS/RB 321 Tabel 42a Z-Score BE/PB Anak Umur 0-2 Tahun Menurut Gender 379 Tabel 420 7-Score BB/TB Anak mur 2-5 Tahun Menurut Gender 33 ati Ucapan Terima kasih Buku saku ini adalah adaptasi dari buku asli yang berjudul: Hospital Care jor Children Guidelines for the management of commen illnesses with limited resources. World Health Organization 2005. Penyusunan buku yang asli WHO dikoordinasi cleh Department of Child and Adolescent Health and Develop- tment metiputi berbagai ahli cari bidangnya masing-masing dan telah direview oleh lebih dari 99 orang dari seluruh dunia. Proses feriemahan ke dalam bahasa Indonesia dan adaplasi disesuaikan dengan situasi dan kondisi rumah sakil rujukan iingket pertama di Kabupaten? Kota, dengan melibatkan para pakar dari berbagai Unit Kerja Koordinasi IDAI, Spesialis Telinga Hidung dan Tenggorok, Spesialis Bedab Anak, Anli Farma- kologi setta berbagai pengelola program di lingkungan Departemen Keseha- tan. WHO Indonesia bersama Birektorat Pelayanan Medik Spesialistik Depar- teen Kesehatan berlaku sebagai koordinater keseluruhan proses tersebut diatas, Buku ini juga dilengkapt dengan alat penilaian {assessment foo!) kinerja pelayanan kesehatan anak di rumah sakit yang dicetak secara terpisah. Seluruh upaya tersebut diatas yang berlangsung lebih dari 2 tahun, dilanjut- kan dengan pencetakan pedoman dan uji-coba assessment tool ke beberapa tumah sakit di Indonesia, dapat teriaksana berkat dukungan dana dari AU- SAID melalui WHO. Ucapan terima Kasih disampaikan kepada semua pihak yang terlibat dalam pembahasan selama penyusunan buku saku ini (menurut abjad): Abdul Latief, Dr. SpA(K); Agus Firmansyah, Prof. DR, Dr. SpA(K}; Alan R. Tumbelaka, Gr. SpAck); Ali Usman, Br SpA(K), Ante Kurniawan, DR, Dr, MSc, ; Antonius H. Pudjiadi, Dr. SpA(K) < Aris Primadi, Dr. SpA(K): Asi Amin, Or; Asril Aminullah, Prof., Or. SpA(K). Badriul Hegar, Dr. SpAfK); Bagus Ngurah P. Arhana, Dr. SpA(kK}; Bambang Supriyatno, Dr, SpA(K)}; Bangkit, Dr; Bosrhan Hidayai, Dr. SpA(K); Darfioes Basir, Prof, Dr, SpA(K); Darmawan B.S. Dr. SpA(K}; Djatnika Setiabudi, Dr. SpA(K), MARS; Dwi Prasetyo, Dr. SpA(K}; Dwi Wastore Dadiyanto, Dr. SpA(K); Ekawati Lutiia Haksari, Dr, SpA(K}, Enielia Surote Hamzah, Dr. SpA(K), Endang BD. Lestari, Dr, MPH, SpA(K); Endy Paryanto, Dr. SpA{K}, Eina Mulati, Dr, MSc; Foni J. Sitvanus, Dr, Franky Loprang, Dr; Guslihan Dasa xii Tjipte, Dy. SpA(K); Hanny Roespandi, Dr; Hepsari, Dr. SpA{K}, Hari Kushar- tono, Or. SpA; Heda Melinda, Dr. SpA{K}; Relmi, Prof, Br, SpTHT(K}: Hindra lrawan Satari, Or. SpA(K}, MTrop. Paed: Ida Safitri Laksono, Dr. SpAtk); Ismoedijanio, Prof, DR, Dr. SpA{K); hvan Dwi Prahasto, Prof, Dr, MMed- Sc, PhD; Juzi Deliana, Dr; Kirana Pritasari, Dr, MQiH; Landia Setiawati, Dr. SpA{K); Liliana Lazuardi, Brg, MKes; Luwiharsih, Dr, MSo; Made Diah Permata, Dr; Marlinggom Silitonga, Dr; Martin Weber, Dr; Minerva Theodora, Dr; Mohammad Juffrie, DR, Br. SpA(K}; Muhamad Sholeh Kosim, Dr. SpA(K}; Nani Walandouw, Dr, SpA; Nazir M.H.Z., Dr. SpA(K}: Nenny Sri Mulyani, Or, SpA(K); Nie Kurnieti, Dr, SpA; Niken Wastu Palupi, Br; Nunung, Dr, Nurul Ainy Sidik, Dr, MARS; Rampengan T.H., Prof, Or. SpA(K); Ratna Rosita, Or, MPHM; Rinawati Rohsiswatmo, Br. SpAK), Rita Kusriastuti, Dr, MSc; Reni Naning, Or. SpA(K}; Rulina Suradi, Prof, Dr. SpA{K}; Rusdi ismail, Prof., Dr. SpA(K}; Sastiono, SpBA{K); Setya Budhy, Dr. SpA}; Setya Wandita, Dr. SpAiK}: Siti Nadia, Dr, Soebijanto, Prof, DR, Dr. SpA(K}; Sophia Hermawan, Drg, MKes; Si Pandam, Dz; Sri Rezekt S. Hadinegoro, Prof, DR, Dr. SpA(K); Sri S. Nasar, Dr. SpAiK); Sri Supar Yati Soenarto, Prof, Dr. SpA{K), PRD; Steven Bjorge, Dr; Sukman Tulus Puira, Dr. SpA(K}, FACC, FESC: Syamsut Arif, D7. SpA{K), MARS; Sylviati Damanik, Prof, Br, SpA(K}; Tatang Hidayat, Dr, SpA; Tatty Emin Setiati, DR, Dr. SpA(K); Titis Prawitasari, Dr. SpA; Tfandra Yoga Aditama, Prof, Dr. SpP{K}; Tunjung Wibowe Or. SpA; Waldi Nurhamzah, Dr. SpA; Penyunting: Dr. Hanny Roespandi - WHO Indonesia Dr. Waldi Nurhamzah, SpA - iDAI Penyusun awal alat penilaian: Dr. Nurul Ainy Sidik, MARS Konsultan: Dr. Martin Weber, Dr. Med habil., PhD, DT M&H — WHO Indonesia xy SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK Dengan penuh rasa syukur saya menyambut baik atas diterbitkannya Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kofa ini. Penerbitan buku inimerupekan hasilrangkaian kerjasama WHO yang telah melibatkan unsur Direktorat Jenderai Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI, Unit Kerja Koordinasi (UKK) di lingkungan IDAl serta lintas program terkait di lingkungan Departemen Kesehatan dan Rumah Sakit. Seperii kita ketahul Rumah Sakil tingkat kebupalen/kota merupakan bagian dari sistim rujukan, sehingga untuk keberhasilen pelaksangan pelayanan sesuai dengan mutu yang dilarapkan, dibutuhkan pedoman dalam pengelo- laan kasus fujukan secara komprehensif. Untuk kebutuban hal tersebut telah disusun Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Rujukan Ting- hat Pertama yang dilengkapi dengan Panduan Penilaian Mutu. Mengingat pada saat ini telah ada beberapa standar/pedoman pelayanan anak di Indonesia yang diterbitkan, maka dianggap perlu adanya telaahan terhadap standar tersebut oleh para narasumber aieliputi dokter spesialis anak, staf pengajar, para pengambil keputusan, dokfer umum di kabupaten, anggola Ikatan Dokter Anak (IDAl}, Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS}, organisasi profesi dan unit terkait di lingkungan Departemen Kesehatan. Dengan demikian pedoman ini merupakan gabungan pengembangan dati pocket hook “Hospital Care for Chifdren” dan ieleaban berbagai standar terdahulu yang berhubuagan dengan Kesehatan anak di Indonesia, sehingga pedoman ini berdasarkan keadaan di lepengan dan konsisten dengan standar nasional, Sebagai bagian dari proses tersebut, Departemen Kesehatan Rl merencana- kan untuk uji coba fapangan terhadap perangkat penilaian dan pengumpulan informasi tentang kualitas pelayanan kesehatan anak di Rumah Sakit rujukan tingkal pertama di kabupatenkola dan perencanaan perbaikan selanjutnya. ny Akhir kata saya mengharapkan dengan diterbitkannya buku ini dapat mem- beri manfaat sebagai pedoman bagi jajaran kesehatan dalam melaksanaken upaya pelayanan kesehatan anak di Rumah Sakit. DIREKTUR JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK a Farid W. Husain NIP. 130808593 SAMBUTAN Ketua Umum Pengurus Pusat ikatan Dokter Anak Indonesia Perlama-tama saya ucapkan selamat aias terbitnya Buku Padoman untuk Pelayanan Kesehatan Anak ini yang dapat digunakan sebagai referensi di rumah sakit rujukan tingkat pertama di Kabupaten/Kota dengan fasilites terbatas namun meradai dan terstandar. Buku ini merupakan adaptasi buku WHO Hospital Care for Chifdren, Guidelines for ihe Management of Common fiinesses with Limited Resources. Di tengah berbagai upaya kita bersama untuk meningkatkan derajat kesehaian anak di Indonesia, terbitnya buku ini akan sangat bermanfaat bagi para dokter atau tenaga kesehatan yang bekerja di cumah sakit rujukan tingkat pertama atau di tingkat pelayanan sekunder dalam memberikan upaya pelayanan kesehatan anak yang bermutu dan profesignal. Segenap jajaran lkatan Dokter Anak indonesia mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada WHO Indonesia dan Departemen Kesehatan (Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik} yang telah ikut serta membidani lahimya buku ini. Terima kasi pula kepada seluruh dokter spesialis anak dari berbagai kelompck subdisiplin ilmu kesehatan anak (Unit Kerja Koordinasi} IDAI yang telah memberikan masukan dalam proses adaptasi buku ini yang telah bekerja keras dan sungguh-sungguh untuk mémberikan kentribusi yang berharga dalam melakukan penyesuaian beberapa penanganan dan iatalaksana terkini penyakit yang sering dijurmpai di Indonesia. Sungguh saya alui penyesuaian ini memakan proses dan waktu yang panjang, karena selain menyangkut tatalaksana terkini penyakit yang umum dijumpei di In- donesia, juga harus disesuaikan dengan penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan anak yang ada di rumah sakit rujukan tingkat pertama. Semoga kerjasame yang balk yang telah terjalin antara IDAl, WHO dan Departemen Kesehatan selama ini akan terus bejalan dan ditingkatkan 4i masa-masa mendatang. aval {si buku ini secara umum tidak bertentangan dan telah disesyaikan dengan Standar Pelayanan Medis Kesehaian Anak yang telah diterbitkan oteh Ikatan Dokter Anak Indonesia. Sebagai badan advokasi terhadep pemerintah dan fembaga kesehatan fainnya, dengan memberikan kontribusi dalam penerbitan buku ini, berarti (DAI telah mencoba untuk turut serta meningkatkan derajat kesehatan anak di Indonesia sekaligus berpartisipasi dalam mencapai salah satu tujuan Milfenium Development Goal di bidang kesehatan tahun 2015 nanti. Akhirnya terlepas dari berbagai kekurangan yang mungkin ada, semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua khususnya dalam memberikan pelayanan kesehatan anak yang optimal demi masa depan anak Indonesia. Jakarta, Jami 2008 Dr. Sukman T. Putra, SpAtk), FACC, FESC ~~ Ketua Unum PP IDAI 2605-2008 Daftar Singkatan ADS AIDS ALT APGAR APLS APRC ART ARV ASI ASTC ATS AVPU BAB BBIPB 8BTB 8CG BTA cod CSF CNV CRP css cT Dic DNA Anti Diphtheria Serum Acquired Immuno Deficiency Syndrome Alanine Amine Transferase Appearance-Pulse-Grimace- Aclivity-Respirateryy effort = skoing Resusitasi bayi baru lahir Advanced Pediatrie Life Support Advanced Pediatric Resuscita- tion Course Anti Retroviral Therapy Anti Retro Virat Air Susu [bu Anti Streptolysin-O Tier AntiTetanus Serum Aiert, Voice, Pain, Unconscious (skala kesadaran} Zidovudine (ZDV} Buang Air Besar Berat Badan menurut Panjang Badan Berat Badan menurut Tinggi Badan Bacillus Calmette Guerin Bakteri Tahan Asam Sel T, Cluster of Differentiation 4 Cerebro Spinal Fluid Cytomegalovirus C-reactive Protein Cairan Serebre Spinal Computerized Tomography Disseminated Intravascular Coagulation Deoxyribo Nucleic Acid DPT EKG EKN ELISA FG Fy Hiv icu IDA iM iMGi iN ISK iSPA Vv dP KB KOT KIA KLB KMS KNI LED LP LPB Lon MP ASI MTBS Difteri, Pertusis, Tetanus Elektrokardiografi Entero Kolitis Nekrolikans (NEC: necrotizing enterocolitis) Enzyme Linked Assay French Gauge Frekvensi Jantung Human Immuncdeficiency Virus Intensive Care Unit Ikatan Dokter Anak Indonesia Intra Muskular Integrated Management of Child- hood Illness Isoniazid Infeksi Saluran Kemih Infeksi Saluran Pemapasan Aut Intra Vena dugular Vein Pressure Keluarga Berencana Kombinasi Dosis Tetap Keseliaten iby dan Anak Kejadian Luar Blasa Kartu Menuju Sehat Kartu Nasihat [bu Laju Endap Darah Lumbar Puncture Lapangan Pandang Besar Lembaga Swadaya Masyarakat Makanan Pendamping Air Susu Ibu Membrana Timpani Manajemen Tempadu Balla Sakit Nelvinavir ae NGT Naso Gasliic Tube (Pipa Naso- gastrik) NICU = Neonatal intensive Care Unit OAT Obat Anti Tuberkulosis OGT = Oro Gastric Tube ORS Oral Rehydration Salts PCP Pheumoacyslis carinii (sekarang Jiteveei} Paeurnonia PER Polymerase Chain Reaction PDP Perawalan Dukungan dan Pengobatan {pada HIV/AIDS} PGCS Pediatric Glasgow Coma Scale PSD ——Pediatrik Gawat Darurat PIB Penyakit Jantung Bawaan PMN Poly Mopho Nuclear POM Pengawasan Obat dan Maka- tan PRE —- Packed Red Cells RDT Rapid Diagnostic Test ReSoMal Rehydration Solution for Matnu- frition RAD Rheumatic Heart Disease RNA —-Ribonudeic Acid mm RPR RUTF 8D SK SMz SSP TAC TAGB TEPP THT TLC TMP UKK VDRL VL VIP WHO 20V¥ Rapid Plasma Reagent Ready to Use Therapeutic Food Standar Deviasi Sub Kutan Sutfamethoxazole Susunan Syaraf Pusat Telkacyeline Adrenalin Cocaine (enis anestesil Tatalaksana Anak dengan Gizi Burk Tuberkutesis Ethyl pyrophosphate! Tetraethyl diphosphaie Telinga Hidung Tenggorak Tolal Lymphocyte Count Trimetopritn Telarus Toksoé Unit Kerja Koordinasi Veneral Disease Research Laboratories Vertebra Lumbal Ventilasi Tekanan Positif World Health Organization Zidovudin (AZT) Tanta diagnostik atau gejala Rekomendasi fatalaksana BAGAN 1: Tahapan tatalaksana anak sakit yang dirawat di rumah sakit: Ringkasan elemen kunci TRIASE + Perisa landa-tanda emergensi > (ak ada) + Periksa landa atau kondisi prlortas wwe 288) ge Laan PENANGARAN EMERGENS! sampai stabi ¥ ANAMNESIS DAN PEMERIKGAAN (termasuk penilaian status Gaunisasi, status gici dan pemberian makan} « Perikss terlabih duly anak-anak dengan kondis! emergensi dan priortas PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN LAINNYA ka diparlukan ¥ Buailah daltar dan partimbangkan SIAGHOSIS BANDING Piih DIAGNOSIS TAMA (dan diagnosis sekunder} ¥ ¥ Rencanakan dan mulai TATALAKSANA RAWAT INAP (termasuk perawalan penunjang} TATALAKSANA RAWAT JALAH Rencanakan dan muta} Atur TINDAX LANSUT, jka perlu ¥ PEMANTAVAN tanda-landa. + pevbaikan + komplikasi + gagal terapi lidak ada perbsikan atau ada masatah ¥ PERILAIAN LLANG teshadap penyebab gagal lerapi ¥ UBAH TATALAKSANA PENETAPAN ULANG DIAGHOS:S ada perbaikan ¥ Lanjuthan pangobatan Rencanaxan PEMULANGAN PASIEN PASIEN PULANG Aiur perawatan lanjutan atau TINDAK LANIUT gi rumah sakit atau ci masyarakat CATATAN BAB 1 Triase dan Kondisi gawat-darurat (Pediatri Gawat Darurat) 41 Ringkasan langkah penilaian tiase kagawaldasuratan dan penanganannya Triase untuk semua anak sekit Tatalaksana anak yang tersedak Tatalaksana jalan napas Cara pemberian oksigan Tatataksane posisi anak yang tidak sadar Tatalaksana pemberian cairan infus pada anak syok tanpa gizi buruk Tatalaksana pemberian cairan infus pada anak syok dengan gizi buruk Tatalaksane kejang Tatalaksatia pemberian cairan: glukesa intravena Tatalaksana dehidrasi berat pada kegawatdaruratan setelah penatalaksanaan syok Catatan untuk penilaian tanda kegawatdaruratan dan tanda prioritas Catatan pada saat membertkan penanganan gawat-darurat pada anak dengan gizi buruk Beberapa pertimbangan dalam menentukan diagnosis pada anak dengan xondist gawat darurat 4 an 12 3 4 8 16 7 a 19 26 2 4.4.1 Anak dengan masalah jalan papas atau pemapasan berat 44.2 Anak dengan syok 14.3 Anak yang lemaht latargis, tidak sadar atau kejang 1.5 Keracunan 4.5.7 Prinsip penatalaksanaan terhadap racun yang tertelan 1.5.2 Prinsip penatalaksanaan keracunan melaiui kontak kulit tay mata 4.5.3. Prinsip penatalaksanaan racun yang terhirup 15.4 Racun khusus Senyawa Kotosif Senyawa Hidrakarbon Senyawa Organoiosfat dan Karbamat Parasetamal Aspirin dan salisilat lainnya Zat desi Karbon monoksida 1.6.5 Keracunan makanan 18. Gigitan ular 1.7. Sumber iain bisa binafang SR aod‘ 1,PGD RINGKASAN LANGKAH TRIASE GAWAT-DARURAT DAN PENANGANANNYA Kata triase (triage) berarti memilih. Jadi triase adalah proses skrining secara cépat terhadap semua anak sakit segera setelah tiba di rumah sakit untuk Mengidentifikasi ke dalam salah satu kategori berikut: - Dengan tanda kegawatdaruratan (EMERGENCY SIGNS): memeiukan penanganan kegawatdaruratan segera. - Dengan tanda prioritas (PRIORITY SIGNS): harus diberikan prioritas dalam anirean untuk segera mendapatkan pemeriksaan dan pengebatan tanpa ada keferlambatan. - Tanpa tanda kegawatdaruratan maupun prioritas: merupakan kasus NON-URGENT sehingga dapat menunggu sesuai gilirannya untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengebatan. Tanda kegawatdaruratan, konsep ABCD: & Airway. Apakah jalan napas bebas? Sumbatan jalan napas {stridor} @ Breathing. Apakah ada kesulitan bemapas? Sesak napas berat (retraksi dinding dada, merintih, sianosis}? § Circulation. Tanda syok (akral dingin, capillary refill > 3 detik, nad? cepat dan lemah}. Consciousness. Apakah anak dalam keadaan tidak sader (Coma)? Apakah kejang (Cenvedsion} atau gelisah (Confusion)? @ Dehydration. Tanda dehidrasi berat pada anak dengan diare (lemah, mata cekung, turgor menvrun). Anak dengan tanda gawat-darurat memerlukan tindakan kegawatdaruratan segera untuk menghindar terjadinya kematian. Tanda pricritas (linat bawah) digunakan untuk mengidentifikasi anak dengan risiko kematian tinggi. Anak ini harus dilakukxan penilaian segera. 1.1. Ringkasan langkah triase gawat-darurat dan penanganannya Periksa tanda kegawaidaruratan dalam 2 tahap: * Tahap 1: Periksa jalan napas dan permapasan, bila tetdapat masalah, segera berikan tindakan untuk memperbalki jalan napas dan berikan napas bantuan. + Tahap 2: Segera tentukan apakah anak dalam keadaan syok, tidak sadar, kejang, atau diare dengan dehidrasi beral. RINGKASAN LANGKAH TRIASE GAWAT-DARURAT DAN PENANGANANNYA Bila didapatkan fande kegawatdaruratan: * Panggil tenaga kesehatan profesional ierlatin bila memungkinkan, tetapi jangan menunda penanganan. Telap tenang dan kerjakan dengan tenaga kesehaian lain yang mungkin diperlukan untuk membanty memberikan periolangan, karena pada anak yang sakit erat seringkali memerukan beberapa iindakan pada waktu yang bersamaan. Tenaga kesehatan profesional yang berpengalaman harus melanjutkan penilaian untuk menentukan masalah yang mendasarinya dan membuat rencana penaialaksanaannya. + Lakukan pemeriksaan laboratorium kegawatdaruratan (darah iengkap, gula darah, malaia}. Kirimkan sampel darah untuk pemeriksaan golongan darah dan cross-match bila anak mengalami syok, anemia berat, atau perdarahan yang cukup banyak. * Setelah memberikan pertolongan kegawatdaruratan, lanjutkan segera dengan penilaian, diagnosis dan penatalaksanaan terhadap masalah yang mendasarinya. Tabel diagnosis banding untuk kasus dengan fanda kegawatdaruratan dapat dilihat mulai halaman 24. Bila tidak didapatkan tanda kegawatdaruratan, periksa tanda prioritas {Konsep 4T3PR MOB}: B Tiny baby (bayi kecil< 2 bulan) ml Respiratory distress (distres @ Temperature: anak sangat panas pernapasan} @ Trauma (trauma atau kondisi yang ml Resiless, irritable, or lethargic perlu tindakan bedah segera} (gelisah, mudah marah, lemah} im Trismus @ Relerral (rujukan segera} @ Patios (sangat pucat) @ Malnutrition (gizi buruk) @ Poisoning (keracunan) m@ Oedema (edema kedua @ Pain (nyeri hebal) punggung kaki} @ Burns (luka bakar las} Anak dengan fanda prioritas harus didahulukan untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan iebih lanjut dengan segera (ianpa menunggu giliran). Pindahkan anak ke depan antrean. Bila ada trauma atau masalah bedah yang lain, segera cari pertolongan bedah. od ‘1b 1.PGD BAGAN2, Triase untuk semua anak sakit TANDA KEGAWATDARURATAN Bila terdapat tanda keqawatdaruratan berikan tindakan segera, panggil bantuan, ambil darah untuk pemeriksaan laboratorium kegawatdaruraten (hemoglobin, leukosit, hematokrit, hitung jenis, gula darah, malaria untuk daerah endemis). PENILAIAN | Airway & breathing ; Walan napas & Pemepasan} mi Obstruksi jalan napas atau a Slancsis atau w Sesak napas herat Cireulation (Sirkuiasi} Akral dingin dengan: i Copiliry refi ce) > 3 detik Potse ww Nadi capat dan oe lemah Gizi bunk Coma/Convulsion (Kemarkejang} @ Konia {iidak sadar} atau m@ Kejang (saat ini} YA ) TINDAKAN dangan manggerakkan leher bile ada dugaan trauma leher dan fulang belakang Bila terjadi aspitasl benda asing: > Tatataksana anak yang tersedzk {Ragan 3} Bila tidak ada aspiresi benda asing: >» Tataiaksana jalan papas dan pemapasan {Bagan 4) » Berikan oksigen (Bagan 5) » Jaga anak letap hangat > Hentikar: perdaratan » Beskan cksigen (Bagen 5} J» Jaga anak tetap hangat Bila tidak gizi buruk: » Pasang infus dan bedkan cairan secepatnya (Bagan 7} Sila akses iv perifer tidak berbasil, pasang intrao- seus atau joguiads ekslema (hat halaman 338} Bila gizt buruk: Bia jeneh atau tidek sadar » Bedikan giukosa iv {(Bagan 10} >» Pasang infus dan berikan cairan {Bagan 8) Alla tidak Jomah atau dak sadar (dak yakdn spat): » Botkan giukosa oral atau per NGT » Latiutkan seqera untuk pemerksaan dan lerepl selanpuinya o» Tatelaksana jalan napas (Bagan 4) > Bia kejang, berkan cazepam celta! (Bagan 8} > Posiskan anak tidak sadar fii diduge treurna kepalal feher, leviebin dahule stabiisasi leher (Bagan 6) » Berikan glukosa fy (Bagan 19} BAGAN 2 Triase untuk semua anak sakit TANDA KEGAWATDARURATAN Bila terdapat tande kegawatdaruratan berikan findakan segera, panggil bantuan, ambil darah untuk pemeriksaen Jaboratorium kegawatdaruratan (hemoglobin, ieukosit, hematokrit, hitung jenis, gula darah, malaria untuk daerah endemis). PEWNILALAN TINDAKAN dengan menggerakkan leher bite ada dugaan trauma fener dan tulang belakang Dehydration {severe} Bila tidak gizi huruk: [Dehidsasi berat] ._ 2» Pasang intus dan betkan cakan secepatnya (Bagan (dhusus unfuk anak ‘i, 11} dan terapi are Rencana Terapi C oi rumah seit dengan diare) {Gagan 14, halaman 137) Diare + 2 dari tarda —psctsa aga Bila girl buruk: Kiinis di bawah ini: balck a Jagan pasang infus foe tanga syoktlidax yakin syoX) mLemah Shel tuetk |. Laniutian sagera untsk pemeriksaan dan terapi defnitt w Mata cekung (hat 1.3. halaman 24} m Turgor sangat menurun TANDA PRIORITAS Anak int perlu segera mendapatkan pemeriksaan dan penanganan m Tiny baby tbayi kecil <2 bulan} om Restless, itrdabie, or lethargic (gelisah, im Temperalure: sangal panes Mdah marah, temah] mt Trauma {auma atau kondisi yang a Referral (rujukan segeia} perlu tindakan bedah segera) @ Matsutrition (gizi buruk} m Trismus 1 Oedema (edema kedua punggung kakifungkal) m Paifor (sangat pucat) W Bunis {luka bakar luas) & Poisoning (keracunan) w Pain inyeri hebat) Calalan: Jika anak mengalami tayma atau = Respiratory distress masalah bedak lainnya, mintalah bantuan bedah alan ikuth pegortan bedah TIDAK GAWAT (NOR-URGENT} Lanjutkan dengan pemeriksaan dan penatalaksanaan sesuai priorifas anak dd 'b 1.PGB BAGAN 3, Tatalaksana anak tersedak (Bayi umur < 1 tahun} » Letekkan bayi pada lengan atau paha dengan posisi kepala lebih rendah. » Berikan 5 pukulan dengan frengunakan fumit dari telapak tangan pada bagian belakang bayl (interskapula}. Tindakan ini disebut Back blows. 4 ve » Bila obstuksi masih tetap, Me balikkan bayt menjadi terlentang dan berikan 5 pijatan dada dengan menggunakan 2 jari, salu Jani di bawah garis yang menghubungkan kedua papila mamae {sama seperti melakukan pijat fentung). Tindakan ini disebut Chest thvusis. » Bila obstrukst masth tetap, evaluasi mulut bayi apakah ada bahan obstruxsi yang bisa dikelyarkan, » Bile diperlukan, bisa diulang dengan kemball melakukan pukulan pada bagian belakang bay. Chest thrusts ” BAGAN 3. Tatalaksana anak tersedak (Anak umur 2 1 tahut} » Letakkan anak dengan posisi lengkurap dengan kepala lebih rendah. » Berikan 5 pukulan dengan Menggunakar: lumit dari telapak tangan pada bagian belakang anak (interskapula). Back Slows >» Bila ebstcuksi masih letap, berbatiklah ke belakang anak dan lingkarkan kedua lengan mengeliling: badan anak. Pertemukan kedua tangan dengan salah satu mengepal dan letakkan pada perut bagian atas (di bawah sternum) anak, kemudian lakukan hentakan ke arah betakang atas (linat gambar). Lakukan perasal Heimlich tersebut sebanyak 5 kali. >» Bila obstruksi masih tetap, evaluasi niulul anak apakah ada bahan obstruksi yang bisa dixeluarkan. » Bila dipertukan bisa diulang dengan kembali melakukan pukulan pada bagian belakeng anak. dd“ | BAGAN 4. Tatafaksana jalan napas a. Tidak ada dugaan trauma leher m Bay! BaytiAnak sadar » Lakukan Head tit (posisikan kepala sedikit mendongak alau posisi netral) dan Chin iif fang- kat dagu ke alas} seperti terlihal pada gambar. » Lihat songga mulut dan keluar- kan benda asing bila ada dan bersihkan sekret dari rong Taulut. » Giarkan bayi/anak dalam posisi oo ml ANAK > 1 TAHU! yang nyamar. BayitAnak tidak sadar » Lakukan Head fit (posisikan kepala mendongak atau Snifing position) dan Chir Hit (angkat dagu ke atas} seperti lerlihat pada gambar. » Lihat rongga mulut dan keluar- | kan benda asing bla ada dan Sniffing position untuk membuka jalan bersitikan sekret dari rongga napas pada anak umur > { fahun mulut. 1 >» Evatuast jalan napas dengan metihat pergerakan dinding dada {Look}, dengarkan suara napas {Listen}, dan rasakan adanya aliran udara napas (Feel) seperti terlihat pada gambar. Pasisi netral untuk membuka jalan napas pada Sayi Look, Jisten and feel untuk evaluasi pernapasan BAGAN 4. Tatalaksana jalan napas (lanjutan) b, Jika ada dugaan trauma teher dan fulang belakang » Stebilisasi leher dan gunakan Jaw thrust lanpa Head tit Letakkan jari ke 4 dan 5 i belakang angulus mandibula dan gerakkan ke atas sahingga rahang terangkat ke atas membentuk sudut 90" terhadap badan (lihat gambar di bawah). » Lihat rongga mulut dan keluarkan benda asing bila ada dan bersihkan sekret dari fongga mulut. » Evaluasi jalan napas dengan melihat pergerakan dinding daca, dengarkan suara hapas dan rasakan udara napas. ¢. Penyangga jalan napas Atak @ Grotaring (oropharyngeal ainvey ateu Guadel} Bayl: » Digunakan untuk mempertahankan jaten hapas pada anak yang tidak sadar bila tindakan chin iit atau jaw thrust tidak berhastl (lidah jatuh). » Tidak boleh diberikan pada anak dengan kesadaran baik. » Ukuran disesuaikan dengan jarak antara gigi seri dengan angulus mandibuta Gambar A. Memilié jalan napas {gambar A} orofaringeal dengan wkuran » Posisikan anak untuk membuka jalan yang tepat tapas, jaga agar tidak menggerakkan QDd ‘| » Dengan menggunakan spatel tidah, masukkan Guede! dengan bagian cembung ke atas (gambar B} >» Petiksa kembali bukaan jalan napas > Jika perlu gunakan jatan napas dengan ukuran berbeda alau posisikan kembali, » Benkan oksigen YS e@ Gambar B. Memasukkar jalan napas orofaringeal pada bay bagian cambung ke atas- Anak » Pilih jalan napas orofaringeal dengan ukuran yang tepat. » Buka jalan napas anak, jaga agar tidak menggerakkan ieher jika diduga ada trauma. » Dengan mengguaakan spatel lidah, masukkan jalan napas secara terbalik (bagian cekung ke atas} hingga ujungnya mencapai patatum yang lunak (gambar C}. » Putar 180° dan geser ke belakang metalui lidah. » Periksa kembali bukaan jalan napas. & Jika peru gunakan jalan papas dengan ukuran berbeda atau posisikan kembail. » Beiikan oksigen, Bagian cekung Xe atas Memutamya Gambar C. Memasang Jalan napas orofacingeal pada anak yang jebih besar @ Nasofaring » Untuk menjaga agar jalan napas antara hidung dan fating posterior telap terbuka » Difakukan pada anak yang tidak sadar » Lebih mudah ditolezansi pasien dibanding yang crefaring » Pemilihan ditakukan dengan mengukur diameter lubang hidung, fidak boleh manyebabkan peregangan alae nast » Panjang diukur dari ujung hidung ke fargus telinga » Pemasangan dilakukan dengan menggunakan pelumas, alet dimasukkan dengan lembul melalui lubang hidung ke arah posterior mengikuti dasar nasofaring » Monira indikasi pada kasus dengan fraktur dasar tengkorak @ Setelah dilakukan penatalaksanaan jalan napas seperti di alas, maka selanulaya dievaluasi: >» Anak dapal bemapas spontan dan adekual. Lanjulkan dengan pemberian oksigen (Bagan 5) » Anak bemapas spontan telapi tidak adekuat atau anak tidak bemapas spontan. Lanjutkan dengan penatalaksanaan pemberian oksigen dengan menggunakan bag and mask (Bagan 5). 5d‘ 1, PGD BAGAN 5. Cara pemberian oksigen Oksigen bisa diberikan dengan menggurakan rasal prongs, kateter nasal, atau masker & Nagai prongs {kanul hidung} Letakkan nasal prongs pada lubang hidung dan difiksasi dengan olester m Kateter nasal » Gunakan kateter nasal nomor 8 FG » Ukur jarak dari lubang hidung ke ujung alis mata bagian dalam » Masukkan kateter ke dalam tubang hiduag sampai sedalam ukuran tersebut » Fiksasi dengan menggunakan plester Mulai alirkan oksigen 'h - 4 Limenit bergantong pada usia pasien {Lihat halaman 302) Bila anak masih telap tidak bemapas atau bemapas tetagi tidak adekuat Setelah penaiataksanaan jalan napas di atas, berikan napas bantuan dengan menggunakan balen dan suagkup (bag and mask} dengan tetap mempertahankan jalan napas bebas. (Likat pedoman APRCIAPLS UKK PGOD DAI} BAGAN 6, Tatalaksana posisi untuk anak tidak sadar @ Bila tidak ada dugaan trauma leher » Miringkan anak ke samping untuk menghindart terjadinya aspirasi » Jaga leher dengan sedikit ekstensi dan stabilkan dengan menempatkan pipi pada salah satu lengan > Tekuk salah salu tungkai untuk menstabilkan posisi badan (Litat gambar di alas). Bila ada dugaan trauma leher » Stabitken leher anak dan jaga anak telap terlentang » Fiksasi dahi dan dagu anak pada kedus sisi papan yang kokch untuk meagamankan posisi ini » Cegah leher anak jangan sampai bergerak dengan menyoxong kepala anak, misalnya dengan menagunaken ? dotel infus di kedua sisi kepala » Bila muntah, miringkan anak dengan manjaga kepala telap lurus dengan badan, 13 09d‘) 1.PG6 BAGAN?7. Tatalaksana pemberian cairan infus pada anak syok tanpa gizi buruk » Pada anak dengan gizi buruk, volume dan kecepatan pemberian cairan berbeda, oleh karena ity oek apakah anak fidak dalam keadaan gizi buruk » Pasang infus (dan ambil darah untuk pemeriksean leboratorium gawat darurat) » Masukkan laruian Ringer LaktatKGaram Normal — pastikan aliran infus berjalan lancar » Alirkan cairan infus 20 ml/kgBB secepat mungkin. Volume UmuriBerat Badan (20 mitkgBB} Ringer LaktattGaram Normal [rein » Nilai kombali setelah volume cairan infus yang sesual telah diberikan - like tidak ade perbaikan, ulangi 20 mikgBB aliran secepat mungkin >» Nilai kembali suteiah pemberian kedua - lika tidatt ada perbaikan, ulangi 20 mlkgBB aliran secepat mungkin > Nilai kembali setelah pemberian ketiga ~ Jika tidak ada perbaikan, peritsa apakah ada perdarahan nyata yang berarti: = bila ada peidarahan, berikan transfusi darah 20 ailikgBB altran secepat mungkin (bila ada tasifitas} a= Bila tidak ada perdarahan, pertimbangkan penyebab iain selain hipavote- mik, Bila sudah statil rujuk ke rumah sakit ruyjukan dengan kemampuan lebih tinggi yang terdekat setelah pasien stabil Bila telah terjadi perbaikan kondisi anak (denyut nadi melambat, capillary refi < 2 detik), tihat Sagan 11, halaman 18. BAGAN 8, Tatalaksana pemberian cairan infus pada anak syok dengan gizi buruk Lakukan penanganan ini hanya jika ada tanda syok dan anak letargis atau tidak sadar. » Pastikan anak menderila gizi buruk dan benar-benar menunjukkan tanda syok » Timbang anak untuk menghitung volume cairan yang harus diberikan > Pasang infus (dan ambil darah untuk pemeriksaan laboratorium gawal darurat) » Masukkan larutan Ringer Laktat dengan deksirosa 5% (RLD 5%) atau Ringer Laktat alau Garam Normal — pastikan aliran infus berjalan tancar. Bita gula darah tinggi maka berikan Ringer Laktal (anpa dekstrasa) alau Garam Normal. » Alkan catran infus 10 ml/kg selama 30 menit Volume Ceiran Infus Volume Catran Infus Bevat Badan Berikan selama J0 manit {40 mifkg a} » Hilung cenyut nadi dan frekuensi napas anak mutai dari pertama kali pemberian cairan dan seliap 5 - 10 menit ika ada perbaixan tetap! belum adekuat (denyut nadi melambet, frekuensi napas anak melambat, dan capillary refill > 3 detik): 0 Berikan lagi cairan di atas 10 mifkg88 sefama 30 menit 0 Nilai kembali selelah volume cairan infus yang sestial telah diberikan Jika ada perbaikan dan sudah adexuat (denyut naci metambal, irekuensinapas anak melambat, dan capiilary reliil < 2 detik]: 0 Alinkanketerapi oral alau menggunakan NGT dengan ReSoffal (linat halaman 200}, 10 mikgiam hingga 10 jam, © Mulai berikan anak makanan dengan F-75 (lihat halaman 205). dika tidak ada perbaikan, lanjutkan dengan pemberian cairan rumatan 4 mivkgijam dan pertimbangkan penyebab lain selain hipovolemik © Transfusi darah 10 mikgBB selama 1 jam (bila ada perdarahan nygta yang signifkan dan darah tersedia}. © Bit kondisi stabil rujuk ke rumah sakit dengan Kemampuan lebih tinggi Jika Kondisi anak menurun selama diberikan cairan infus (napas anak meningkat 5 ketifrienit atau denyut nadi 15 kalimenit}, henlikan infus karena caizan inius dapat memperburuk kondisi anak. Alinkan ke tezapi oral atau menggunakan pipa nasogastrik dengan ReSoMal (that halaman 200}, 10 mi/kgBByjam hingga 10 jam. 5 d8d + 41. PSD BAGAN 9, Tatalaksana kejang m@ Berikan diazepam secara rektal » Masukkan satu ampul diazepam ke dafam semprit 1 ml. Sesuaikan dosis dengan erat badan anak bila memungkinkan (lihat tabel), kemudian tepaskan jarumnya. » Masukkan semprit ke dalam rektum 4-5 cm dan injeksikan larutan diazepam » Rapatkan kedua paniat anak selama beberapa menit. Diazepam diberikan secara tektal UmurBerat Badan Anak Larutan 19 mg/2mil Dosis 0.1 milkg (0.4-0.6 mg/kg} CF (15 ng) 5m 5.9) §— < 12 bulan (6-< 104g) iG m) (5 mg) T— Kemungkinan perdarahan + Vena leher (vena jugularis} + Pembesaran hati * Petekie * Purpura. Tabel 2, Diagnosis banding pada anak dengan syok ENS ede aa a oe ME Ly area lay ere Ta Syok karena perdarahan - Riwayat trauma - Terdapat somber perdarahan Dengue Shock Syndrome ~ KLB atau musim Demam Berdarah Dengue (DSS} - Riwayat demam tinggi ~ Purpura Syok Kardiogenik. - Riwayat penyakit jantuag - Peningkatan tekanan vena jugularis dan pembesaran hati Syok Septik - Riwayat penyakit yang disertai demam - Anak lampak sakit berat Syok yang berhubungan ~ Riwayat diare yang profus dengan dehidrasi berat ~ KLB kolera 14.3 Anak yang lemabiletargis, tidak sadar atau kejang Anamnesis: Tentukan apakah anak merniliki rwayat: + Demarn + Cedera kepala + Over dosis cbat atau keracunan « Kejang: Berapa lama? Apakah pernah kejang demam sebelumnya? Epilepsi? 24 ANAK YANG LEMAH/LETARGIS, TIDAK SADAR ATAU KEJANG Bila tetiadi pada bayi kurang dari 1 minggu, pertimbangkan: + Asfiksia pada waektu lahir + Trauma lahit Pemeriksaar: Ymum: + Ikterus + Telapak tangan sangat pucat + Edema perifer * Tingkat kasadaran « Bercak merahipetekie Kepata/Leher « Kuduk kaku « Tanda trauma kepala atau cedera lainnya « Ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya « Ubun-ubun besar tegang atau cembung « Postur yang tidak normal Pemeriksaan Laboratorium: Jika dicurigai meningitis dan anak tidak menunjukkan gejala peningkatan tekanan intrakranial (pupil anisokor, spastik, paralisis ekstremitas atau tubuh, perapasan yang tidak teratur), lakukan pungsi lumbel. Pada daerah malaria, siapkan apusan darah. Jika anak tidak sadat, perixsa kadar gula darah. Periksa tekanan darah dan lakukan pemeriksaan urin mikcoskopis jika memungkinkan. Penting untuk mengetahui berapa lama anak tidak sadar dan nilai AVPU- nya (lihat halaman 19}. Parameter keadaan koma ini harus dipantau terus- menerus. Pada bayi muda (kurang dari 1 minggu}, catat waktu antara lahir dan ketika terjadi kefidaksaderan. Penyebab iain yang dapat menyebabkan keadaan lemehiietargis, tidak sadar atau kejang di beberapa daerah adalah Japanesa Encephaiitis, Demam Berdarah Dengue dan Demam Titfoid. 26 9d‘ 41. PGB ANAK YANG LEMAHI/LETARGIS, TIDAK SADAR ATAU KEJANG Tabel 3. Diagnosis banding pada anak dengan kondisi femahifetargis, tidak Sadar atau kejang DIAGNOSIS ATAU PENYEBAB =GEJALA GAN TANDA KLINIS baa e GL Meningitis >¢ - Sangat gelisablintabel + Kuduk kaku atau ubur-ubun cembung Malaria Serebral (hanya - Pemeriksaan apusan darah positif parasil mataria pade anak yang termajan - Ikterus Plasmodium Fatsipanum, + Anemia sering fteradi musiman) - Kejang + Hipoglikemt Hipoglikemi (cari penyshab, - Glukosa darah rendah, memberikan perbaikan dengan misalnya malaria beral, lerapi glukosa© dan ebati penyebabnya untuk encegah kejadian ulang} Cedera kepala - Ada gejala dan ciwayat tiauma kepala Keracunan - Riwayat lexpajan bahan beracun atau overdasis obat Syok (¢apat menyebabkan - Perfusi yang jelek letargis atau hitangaya - Benyut nadi cepat dan lemah kesadaran, namun jarang menyebabkan kejang) Glomenstonginitis akut + Tekanan darah meningkat dengan ensefatopati - Edema perier aiau wajah - Kematut + Produksi urin menurun atau anun Ketoasidosis Diabetikum - Kadar guta darah tingg! + Riwayat polidipsl dan poliati - Pemapasan Kossmaul * Diagnosis banding untuk meningitis adalah ensefalilis, abses serebti atau meningitis TB. Jika penyakit ini umum teqadi di wilayah saudara, tihat buku pedoman standar podiati untuk panduen febih Fanjul. 5 Pungsi lumbal jangan diakukan (ika lerdapat tanda peningkatan tekenan inteakranial (linet halaman 176, 342). Pungsi lumbal positif bita CSF tampak keruh. Pemerksaan mikroskopis manunjukkan adanya leukosil (100 se! pofimorlonuklear per ml}. Jika mengkin, lakukan uli perghitungan sel, Jika ini lidak memungkinkan. keadaan CSF yang seruh sudan dianggan positif, Konfirmasi keadaan ini dapat dilihat dari glukosa CSF yang rendah (> 1.5 mmolflilex), protein CSF tinggi (> 0 4 gtiter}, ditemukan adanya kuman dan pengecalan Gian atau kultut jika tersedia tasilitas, Givkosa darah yang rendah adatah < 2.5 mmolfiter (< 46 mavdi), atau < 30 mmovliter (« 54 mgidly pada anak dengan gia buruk. KERACUNAN Tabel 4, Diagnosis banding pada bayi muda (kurang dari 2 bulan) yang mengaiami lemah/letargis, tidak sadar atau kejang te eB alae ee EEO iy A Dd 05d 't Astiksia pada waktu labur - Tenjadi datam 3 hari pertama xehidupan Ensefalopali hipoksi - Riwayat persalinan sutit iskemik (HIE) Trayma lahir Perdarahan intrakeanial - Tenjadi dalam 3 hari pertama kehidupan pada BBLR atau bayi kurang Bulan Penyakit hemotik pada ~ Terjadi dalam 3 hari pertama kehidupan bayi baru lahir, kern-ikterus - Iktetus + Pucat + Infeksi bakterial yang beral Jelanus neonatorum - Terjadi pada usia 3 - 14 hari - Bayi rewel + Kesutitan menyusu > Mulut mencucuArismus - Olol-clot mengatami kekakwan - Keyang Meningilis - Lemahiletargis - Episode apnu - Kejang - Tangisan melengking ~ Ubun-ubu besar tegang/cembung Sepsis ~ Deniam atau hipolerti - Syck - Skit berat lanpa sebab yang jetas 1.8. Keracunan Curigai keracunan pada anak sehat yang mendadak sakit dan tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Buku ini menjelaskan prinsip tatataksana beberapa kasus keracunan yang sering ierjadi. (Catalan: obat tradisional juga dapat menjadi sumber racun}. Lihat buku siandar pediaii untuk tatalaksana keracunan dan/atau sumber-sumber lain, misalnya: Pusal Infonmasi Keracunan Badan POM Ri (Telp. 021-4250767, 021-4227875). 1. PGB PRINSIP TATALAKSANA TERHADAP RACUN YANG TERTELAN Diagnosis Diagnosis cidasarkan pada anamnesis dari anak atau pengasuh, pemerik- saan klinis dan hasil investigasi, kemudian disesuaikan, B Carilah informasi tentang bahan penyebab keracunan, jumlah racun yang terpajan dan waktu pajanan ke datam tubuh secara fengkap. Cobalah untuk mengenall bahan racun dengan melihat kemasannya. Pastikan juga tidak ada anak lain yang terpajan. Gejala dan tanda keracunan sangat bervariasi bergantung pada jenis racun, pajanan dan onset. {lihat bawah}. @ Periksalah tanda terbakar di dalam atau sekitar mulut, alau apakah ada stridor {kerusakan laring} yang menunjukkan racun bersifat korosif. » Rawat inap semua anak yang keracunan zat besi, pestisida, paraseta- mol atau aspirin, narketik, obat anti depresan. anak yang tertelan bahan beracunsecara sengaja dan anak yang mungkin diberi obat atau racun secara sengaja oleh anak lain atau crang dewasa. » Anak yang kemasukan bahan korosif atau bahan hidrokarbon jangan dipulangkan sebelum observasi selama 6 jam. Bahan korosif dapat menyebabken luka bakar pada esofagus yang mungkin tidak dapat segera terlihat dan bahan hidrokarbon jika terhirup dapat menyebabkan edema paru yang mungkin membutuhkan wakiu beberapa jam sebelum timbul gejala. 1.5.1. Prinsip penatalaksanaan terhadap racun yang tertelan Dekontaminasi lambung (menghilangkan racun dari lambung} efektif bila dilakukan sebelum masa pengesongan lambung teriewati (1-2 jam, tennasuk penub atau fidaknya lambung). Keputusan untuk melakukar tindakan ini harus mempertimbangkan keuntungan dan kerugian {risike) yang mungkin terjadi akibat tindakan dekontaminasi dan jenis racun. Dekonlaminasi lambung tidak menjamin semua bahan racun yang masuk bisa dikeluackan, oleh Karena itu tindakan dekentaminasi lambung tidak rutin ditakukan pada kasus keracunan. Konira indikasi untuk dekontaminasi lambung adalah: ~ Keracunan bahan kotosif atau senyawa hidrokarbon (minyak tanah, dll} karena mempunyai risike terjadi gejala keracunan yang lebin serius ~ Penurunan kesadaran {bila jalan napas tidak terlindungi). PRINSIP TATALAKSANA TERHADAP RACUN YANG TERTELAN » Periksa anak apakah ada tanda xegawatan (lihal halaman 2} dan periksa gula darah (hipoglikemia} (halaman 397) » Identifikasi bahan racun dan keluarkan bahan tersebut sesegera mungkin. Ini akan sangat efektif jixa dilakukan sesegera mungkin selelah terjadinya keracunan, idealnya dalam waklu 1 jam pertama pajanan. + Jika anak tertelan minyak tanah, premium atau bahan lain yang mengandung premium/minyak tanahisofar (pestisida pertanian berbahan pelarut minyak tanah} atau jika mutut dan tenggorokan mengalami Iuka bakar (misalnya karena bahen pemutih, pembersih toilet atau asam kuat dari aki}, fangan cangsang muntah tetapi beri minum air. » Jangan gunakan garam sebagai ometik karena bisa berakibat fatat. » Jika anak tertelan racun lainnya » Berikan arang aktif (activated charcoal) jika tersedia, Jangan rangsang Muntah. Arang aktif diberikan peroral dengan atau {anpa pipa nasogas- trik dengan dosis seperti pada Tabe! 5. Jika menggunakan pipa naso- gastrik, pastikan dengan seksama pipa nasogasirik berada di lambung. Tabei 5; Dosis Arang aktif Anak samipai umur 1 tahun i gikg Anak umur 4 hingga 12 tahun 26-50 g Remaja dan dewasa 25-1009 * Larutkan arang aktif dengan 8-10 kali air, misalnya 5 g ke dalam 40 ml air + Jika mungkin, bevikan sekaligus, jika sulit (anak fidak suka), dapat diberikan secara bertahap + Efeltifitas arang aktif bergantung pada isi lambung (lambung kesong lebih efektif} dika arang aktif tidak iersedia, iangseng muntah (hanya pada anak sadar} yaitu dengan merangsang dinding belakang tenggorckan dengan menggunakan spatula atau gagang sendok. Bilas lambung Lakukan hanya di fasilitas Kesehatan dengan petugas kesehatan terlatin yang mempunyai pengalaman melakukan prosedur tersebui dan keracunan ter- jadi kurang dari i jam (wakty gengosongan lambung} den mengancam nyawe. Bilas lambung tidak boleh dilakukan pada keracunan bahan korosif atau hidrekarbon. Bilas lambung 5ukan prosedur rutin pada setiap kasus Keracunan. 9d ‘b 1.PGD PRINSIP TATALAKSANA KERACUNAN MELALU! KONTAK KULIT ATAU MATA Pastikan tersedia mesin pengisap untuk membersihkan muntahan di rongga tulut. Tempatkan anak dengan posisi miting ke kiri dengan kepala lebih rendah. Ukur panjang pipa nasogastrik yang akan dimasukkan. Masukkan pipa nasogastrik ukuran 24-28 F melalui mulut ke dalam lambung (menggunakan ukuran pipa nasogasirik lebih xecil dari 24 tidak dapat mengalirkan partikel besar seperti tablet). Pastikan pipa berada dalam lambung. Lakukan bilesan dengan 19 ml/kgBB garam norma! hangat. Jumlah cairan yang diberikan harus sama dengan yang cikeluarkan, tindakan bilas lambung dilakukan sampai cairan bilasan yang keiuar jemih. Calatan: Intubasi endottakeal dengen pipa endotrakea! (cupped ET) diperlu- kan untuk mengurangi risike aspirasi. » Berikan antidot spesifik jika tersedia > Berikan perawatan umum » Observasi 4-24 jam bergantung pada jenis racun yang terelan » Pertahankan posisi recovery position pada anak yang tidak sadar (Bagan 8) » Pertimbangkan merujuk anak ke rumah sakit rujukan terdekat jike kasus yang dirujuk adalah kasus keracunan dengan penurunan kesadaran, mengalami tuka bakar di mulut dan tenggorokan, mengalami sesak napas beral, sianosis atav gagal jantung. 1.5.2. Prinsip penatalaksanaan keracunan melalui kontak iulit atau mata Kontaminasi kulit > Lepaskan semua pakaian dan barang pribadi dan cuci menyeluruh seluruk daerah yang terkontaminasi dengan air hangat yang banyak. Gunakan sabun dan air untuk pahan derminyak. Petugas kesehatan yang menolong harus melindungi dirinya terhadap kentaminesi sekunder dengan menggu- nakan satung langan dan celemek. Pakaian dan barang pribadi yang telah dilepas harus diamankan dalam kantung plastik transparan yang dapat disegel, untuk dibersihkan lebih tanjut atau dibuang. Kontaminasi Mata » Bilas mata selama 10-15 menit dengan air bersin yang mengalir atau garam formal, jaga curahannya tidak masuk ke mata lainnya. Penggunaan obat teles mata anestetik akan membantu irigasi mata. Balikkan kelopak mata dan pastikan semua permukaannya ferbilas. Pada kasus asam atau vo PRINSIP TATALAKSANA TERHADAP RACUN YANG TERHIRUP alkali irigasi maia hingga pH mata kembali dan tetap normal {periksa kembali pH maia 15-28 menit setelh irigasi dikentikan). Jike memungkin- kan, mata harus diperiksa secara seksama dengan pengecatan fucrescein untuk mencari tanda kerusakan korea, Jika ada kerusakan konjungliva atau komea, anak harus diperiksa segera oleh dokter mata. 1.6.3, Prinsip penatalaksanaan terhadap racun yang terhirup » Keluarkan anak dari sumber pajanan » Berikan oksigen, jika diperlukan Terhirupnya gas iritan dapat menyebabkan pembengkakan dan sumbatan jalan napas bagian alas, bronkospasme dan delayed pneumonitis. Intubasi endotrakeal, bronkedilater dan bantuan ventilator mungkin diperlukan. 1.54. Racun khusus Senyawa Korosif Contoh: sodium Aydraxide (NaQH), potassium frydroxide {KOH), larutan asam {misalnya: pemutih, desinfektan) » Jangan fangsang anak untuk muntah atau memberikan arang aktif ketika zat korosif telah masuk dalam tubuh kerena bisa ményebabkan kerusakan lebih lanjut pada mulut, kecongkongan, jalan napas, esofagus dan lambung » Berikan air atau susu sesegera mungkin untuk mengencerkan bahan koresif » Jika keracunan dengan gejala klinis berat, jangan berikan apapun melalui mulut dan siapkan evaluasi bedah uniuk memeriksa kerusakan esofagus (ruptur). Senyawa Hidrokarbon Contoft: minyak tanah, terpentin, premium » Jangan rangsang anak untuk muntah atau memberikan arang aktif. Tindakan perangsangan muntah dapat menyebabkan aspirasi pneumonia {edema pam dan preumonia lipoid) yang dapat mengakibatkan sesak napas dan hipoksia. Gejala Klinis lain adalah ensefalepati » Pengobatan spesilik terhadap sesak napas dan lerapi oksigen dapat dilinat pada halaman 302. 31 08d} 4. PGD PRINSiP TATALAKSANA TERHADAP RACUN YANG TERHIRUP Senyawa Grgancfosfat dan Karbamat Contoh: Organcfosfat: malathion, parathion, TEPP, mevinphos (Phesdrin}: Karbamat: metiokarbamat, karbatit. Bahan tersebut diserap melalui kulit, tertelan atau terhirup. Anak mungkin akan mengalami muntah, diare, penglihalan kabur, atau lemah. Gejala yang timbul ekibat dari aktivasi parasimpatik: hipersalivast, berkeringat, lakrimasi, bradikardi, miosis, kejang, Jemah oot, twitching, hingga parelisis dan inkontinensia urin, edema paru, depresi napas. Pengobatannya meliputi: » Singkirkan racun dengan irigasi mata atau mencuci kulit {jika ada pada mata atatt kulit) » Berikan arang aktif jika tertelan sebelum 4 jam » Jangan rangsang muntah karena kebanyakan pestisida bahan pelarutnya berasal! dari hidrokarbon » Pada keracunan berat yang arang aktif tidak dapat diberikan, pertimbangkan dengan seksama aspirasi lambung dengan menggunakan pipa nasogastrik {catatan: jalan napas anak harus dilindungi} » Jika anak menuniukken gejata hipecaktivasi parasimpatik (lihat atas}, berikan atropin 15-50 mikrogramikg IM (ie, 0.015 - 2.05mgi/kgBB) atau melalui infus selama 16 menit. Tujuan pemberian atrapin mengurangi! sekresi bronkial dengan menghindari toksisitas atropin. Auskullasi dada untuk mendengarkan adanya tanda sekresi pada saluran mapas dan pantau frekuensi rapas, denyut jantung dan skala koma {iika diperiukan). Ulangi dosis atropin setiap 15 menit sampai tidak ada tanda sekresi pada saluran napas, denyut nadi dan frekuensi napas kembali normal » Periksa hipoksemia dengan pulse oximetry (jIka tersedia}, karena pembetian atropin dapat menyebabkan gangguan itama jantung {aritmia ventriku- lar}, pada anak dengan hipoksemia. Berikan oksigen jika saturasi oksigen kurang dari 90% » Jika ofof metemah, berikan pralidoksim (cholinesterase reactivetor) 25 - 56 mg/kg dilarutkan dengan 15mlairdiberikan melalui infus selama lebih 30 meni, divlangi sekali atau dua kali, atau diikuti dengan infus 10 - 20 mg/kgBBiam, sesuai kebutuhan. a2 KERACUNAN PARASETAMOL Parasetamol > Jika masih dalam waktu 1 jam setelah ierlelan, berikan arang akiit {jika tarsedia}, alau rangsang muntah KECUALI bila obat antidet oral dibutuh- kan {lihat bawah) » Tentukan kapan obat antidot diperlukan untuk mencegah kerusakan hati: yaitu jika tertelan parasetamol 450 mg/kgBB atau lebii. Antidot lebih sering dibutuhkan pada anak yang lebih besar yang dengan sengaja menelan parasetamol, atau ketika crang tua berbvat kesalahan dengan memberikan dosis berlebih pada anak. » Pada 8 jam pertama setelah fertelan berikan metionin oral aiau asetisistein IV. Metionin dapat digunakan jika anak sadar dan tidak muntah (umur < 6 tahun: 1 @ setiap 4 jam untuk 4 dosis; umur 6 tahun atau lebih: 2.5 9 setiap 4 jam untuk 4 dosis} » Bila tebih dari 8 jam setelah tertelan atau tidak dapat diberikan pengobatan oral, maka berikan asetilsistein IV. Perhatikan bahwa volume cairan yang digunakan dalam rejimen standar terialu banyak untuk anak kecit. Untuk anak dengan berat badan < 20 kg berikan dosis awal sebanyak 150 mgikgBB dalam 3 ml/kg glukose 5% selama 15 menit, dianjutkan dengan 50 mg/kgBB dalam 7 mi/kgBB ghikosa 5% selama 4 jam, kemudian 100 mgt kgBB IV dalam 14 mi/kgBB glukosa 5% setama 16 jam. Volume glukose dapat ditambah pada anak yang lebih dewasa. Aspirin gan Salisilat lainnya Keracunan aspirin dan salisilat sangat berat bile texjadi pada anak kecil, karena akan mengalami asidosis dengan cepat dan mengakibatkan gejala toksisitas berat pada SSP, sehingga tatalaksana menjadi lebih rumit B Hal-hal tersebut menyebabkan pernapasan Kussmeul, muntah dan tinitus » Berikan arang aktif jike tersedia}. Tablet salisilat cenderung mermben- tuk gumpalan di dalam lambung yang dapat menyebabkan penundaan penyerapan, oleh karena itu arang aktif lebih bermanfaat bila diberikan beberapa kali (dosis). Jika arang aktif tidak tersedia dan anak telah tertelan dengan dosis besar (dosis toksik berat) maka lakukan bilas lambung atau rangsang muntah » Berikan natrium bikarbonat 1 mmolfkgBB iV selama 4 jam untuk mengatasi asidosis dan meningkatkan pH urin di afas 7.5 untuk mempercepat ekskresi Salisilat. Berikan tambahan katium. Pantau pH urin tiap jam. aod") 1.PGD KERACUNAN ZAT BES! DAN KARBON MONOKSIDA » Berikancairan infus sesuai kebutuhan rumatan kecualibila anak menunjukkan gejala dehidrasi sehingga peri diberi cairan rehidrasi yang sesual {lihat bab 5} » Paniau kadar gula darah setiap 6 jam den dan koreksi sesuai keperivan (lihat halaman 347} » Berikan vitamin K 10 mg IM. Zat Besi » Periksa tanda klinis keracunan zat besi: mual, muntah, nyeri perut dan diare Muntahan dan feses berwamna abu-abu atau hitam. Pada keracunan derat bisa terjadi perdarahan sahiran pencemaan, hipatensi, mengantuk, kejang dan asidosis metabolik. Tanda klinis gangguan saluran pencernaan biasanya timbul dalam 6 jam pertama dan bila anak tidak menunjukkan tanda klinis keracunan sampai 6 jam, biasanya tidak memerlukan anlidot. » Arang aktif tidak dapat mengikat besi, oleh karena itu pertimbangkan untuk melakukan bilas lambung jike jumlah yang tertelan potensial menimbulkan toksisitas. » Tentukan apakah perlu memberi antidot, karena hal ini bisa menimbulkan efek samping. Sebaiknya antidot hanya digunakan bila terdapat bukti kinis jerjadinya keracunan {ihat di aias} » Jika memutuskan untuk memberi antidot, berikan deferoksamin (5¢ mg/kgBS hingga maksimum 1g} dengan suntikan IM dalam dan diulang setiap 12 iam: jika sakitnya berat, betikan infus 15 mgfkgBBijam hingga maksimum 380 mg/kgBB dalam 24 jam. Keracunan Karbon Monoksida » Berikan oksigen 109% sampai fanda hipoksia hilang. {catatan: pasien bisa terlihat idak sianosis walaupun sebenamya masih hipoksia). » Pantau saturasi oksigen dengan pulse oximefer {kaliberasi alat untuk kelepatan penilaian). Jika ragu, fihat apakah ada tanda Klinis hipoksia. Pencegahan » Ajarkan kepada crang tua untuk menyimpan obat-obatan dan bahan beracun pada tempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak. » Wasibati orang tua untuk memberikan pertolongan pertama jika hal ini teqadi lagi di kemudian hari: KERACUNAN MAKANAN ~ Jangan merangsang muntah jika yang terminum adalah senyawa hidroxarbon, atau jika mulut dan tenggorckan anak mengalami luka bakar; begitu juga jika anak mengalami penurunan kesadaran. ~ Rangsang muntah jika yang tenninum adalah obal/bahen selain tersebui di atas dengan merangsang dinding belakang tenggorokan. ~ Bawa anak ke fasilitas kesebalan sesegera mungkin, sertakan informasi teniang bahan beracun yang telah diminum/ditelan; misalnya: kemasan, label, cantoh tablet, buak/biji, dsb. 4.5.5. Keracunan makanan Keracunan makanan adalah penyakit yang disebabkan oleh karena mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan berbahayaftoksik atau yang ierkontaminasi. Kontaminasi bisa cleh bakieri, virus, parasil, jamur, toksin. Botulisme Botulinum metupakan racun terhadap saraf, diproduksi oleh bakteri Clostridium Sotiinum. Bakteri anaerod ini sering tumbuh pada makanan atau bahan makanan yang diawetkan dan proses pengawetan tidak baik seperti: sosis, bakso, ikan kalengan, daging kalengan, buah dan sayur kalengan, madu. B® Gojala akut dapat muncul 2 jam - 8 hari setelah menelan makanan yang lerkontaminasi. Semakin pendek waktu antara menelan makanan yang terkontaminasi dengan timbulnya gejala makin berat derajat keracunannya. Sejala awal dapat berupa suara parau, mulut kering dan tidak enak pada epigastrium. Dapat pula timbul muntah, diplopia, plosis, disariria, kelumpuhan otot skeletal dan yang paling berbahaya adalah kelumpuian olot pernapasan. Kesadaran lidak terganggu, fungsi sensorik dalam batas normal. Pupil dapat tebar, tidak reaktif atau dapat juga normal. Gejala pada bayi melipull hipetoni, konstipasi, sukar minum atau makan, kepala sukar ditegakkan dan refleks muntan hilang. » Penatalaksanaan mefiputi dekontaminasi dengan memuntahkan isi lambung jike korban masih sadar, dapat juga dilakukan bilas lambung. Arang aktif Gapat diberikan (jika tersedia), Jika tersedia dapat diberikan antitoksin botulinum pada keracunan simtomatik (perlu dilakukan uji alergi sebelum- nya). dod + 1. PGD KERACUNAN MAXANAN Bongkrek {tempe bongkrek, asam bengkrek} Tempe bongiwek dibuat dari ampas kelapa. Tempe bongkrek yang beracun mengandung tacun asam bongkrek yang dihasilkan oleh Pseudomonas cocovenenan yang tumbut pada fempe ampas kelapa yang tidak jadi, Pada fempe yang jadi, pseudomonas ini tidak tumbuh. @ Gejaia keracunan bervariasi mulai dari yang sangat ringan hanya: pusing, mua! dan nyeri perut sampai berat berupa: gagal sirkutasi dan respirasi, kejang dan kematian. » Antidotum spesifik keracunan bongktak belum ada. Terapi nonspesifik ditujukan untuk menyelamatkan syawa, mencegah absorbs! racun lebin lanjut dan: mempercepal ekskrasi, Atast gangguan sirkulasi dan respirasi, beri arang aktif. Jengkal (asam jengkol} Jengkol adalah suatu jenis buah yang biasanya dimakan sebagai lalapan. B Gejala dapat timbul 5-12 jam setelah makan jengkol. Gejala keracunan: kolik, oliguria atau anuria, hematuria, gagal ginjal akut. Gejala tersebut firabel sebagai akibat sumbatan saluren kemih oleh kristal asa jengkol. >» Penatalaksanaannya ditujukan untuk mencegah terbentuknya kristal den- gan memberikan naivium bikarbonat 0.5- 2 gram 4 kali perhari secara oral. Bila terjadi gagal ginjal akut maka penatalaksanaan sesuai dengan gagal ginjal akut. Tidak ada antidatum spesifik. Sianida (HCN) Sianida merupakan zat kimia yang sangat toksik dan banyak digunakan dalam berbagat industri. Juga terdapat pada beberapa jenis umbi atau singkong. @ Gejala dapat berupa nyari kepala, mual, muntah, sianosis, dispnea, delirium dan bingung. Dapat juga segera diikuti pingsan, kejang, koma dan kelaps kardiovaskular yang berkembang sangat cepal. » Penatalaksanaan keadaan gawet darurat fakukan pembebasan jalan napas, berikan oksigen 100%. Berikan natrium-tosulfat 25% IY dengan kecepatan 2.5-5 mimenit sampai klinis membaik. Tiosulfat relatif aman dan dapat diberikan meskipun diagnosisnya masih meragukan. » Tatalaksana koma, kejang, hipotensi atau syok dengan tindakan yang sesuai. Jangan Jakukan emesis kerena korban dapat dengan cepat berubah menjadi tidak sadar. 3 GIGITAN ULAR 1.6. Gigitan Ular m Pada kasus dengan bengkak pada ekstremitas (tungkai dan lengan} disertai nyeri hebat harus dipikirkan kemungkinan gigitan ular berbisa, atau pada kasus dengan perdarahen dan tanda neurclogis abnormal yang tidak dapat dijelaskan. Beberapa jenis ular kobra menyemburkan bisa ke mata korban dan dapal menyebabkan nyeri dan sengkak. Diagnosis Gejala umum meliputi syck, muntah dan sakit kepata. Periksa jejas gigiten untuk melihat adanya nekrosis lokal, perdarahan ataz pembesaran kelenjar limfe setempat yang lunak. @ Tanda spesifik berganiung pada jenis racun dan reaksinya, meliputi: ~ Syok Pembengkakan lokal yang perlahan meiuas dari tempat gigitan Perdarahan: eksternal: gusi, luka; internal: intrakranial ~ Tanda neurotcksisitas: kesuliian bernapas atau paralisis otot perna- pasan, ptosis, palsi bulbar (kesulitan menetan dan berbicara), kelemahan ekstremitas ~ Tanda kerusakan olot nyeri ctot dan urin menghitam. @ Periksa Hb (bila memungkinkan, periksa fungsi pembekuan darah}. a ¢ Tatalaksana Pertofongan pertama » Lakukan pembebatan pada ekstremitas proksimal jejas gigitan untuk Mmengurangi penjalaran dan penyerapan bisa. Jika gigttan kemungkinan berasal dan ular dengan bisa neurotoksik, Salut dengan ketat pada ekstremitas yang tergigit dari jari-jari atau ibu jari hingga proksimal tempat gigitan. » Bersihkan luka » Jika terdapat salah satu tanda di alas, bawa anak segera ke rumah sakit yang memiliki antibisa ular. Jika ular telah dimatikan, bawa bangkai ular tersebut bersama anak ke rumah sakit tersebut » Hindari membuat irisan pada luka atau menggunekan torniket. a7 9d 'b 1. PSD SIGITAN ULAR Perawatan di rumah sakit Pengobatan syok/gagal napas » Aiasi syok jika fimbul. » Paralisis otct pemnapasan dapat berlangsung beberapa bari dan hal ini memerlukan intubasi {lihat buku panduan pelatinan APRC/APLS dari UKK PGD-IDAI) dan ventilasi mekanik (lihat buku panduan pelatihan Ventilasi Mekanik pada Anak dari UKK PGD-IDAI} hingga fungsi pemapasan normal kembali; atau ventilasi manual (dengan masker atau pipa endotrakeal dan kantung (Jackson Rees} yang dilakukan oleh staf dan atau kelvarga semeniara menunggu fujukan ke rumah sakit rujukan yang lebih tinggi terdekat. Perhatikan keamanan fiksasi pipa endoirakeal. Sebagai alternatif lain adalah trakeostomi elektif. Antibisa @ Jika didapatkan gejala sistemik atau lokal yang hebat (pembengkakan pada lebih dari setengah ekstremitas atau nekrosis berat) berikan: antibisa jika tersedia. » Siapkan epineffin SK atau IM bila syok den difenhidramin IM untuk mengatasi reaksi alergi yang teradi setelah pemberian antibisa ular (linat di bawah). » Berikan antibisa potivaten. Ikuttlangkah yang diberikan dalam brosur antibise. Dosis yang diberikan pada anak sama dengan dosis pada orang déewasa_ ~ Larutkan anlibisa 2-3 kali volume garam normal beriken secare inira- vena selama 1 jam. Berikan lebih periahan pada awalnya dan awasi kemung-kinan terjadi reaksi anafilaksis atau efek samping yang serius » Jikagatal atau timbul urtikaria, gelisah, demam, batuk atau kesulitan bernapas, hentikan pemberian antibisa dan berikan epinefrin 0.01 ml/kg larutan 1/1000 atau0.1 ml/kg 1/10.000-SK. Difenhicramin 1.25 mg/kgBB/kati IM, bisa diberikan sampai 4 kali perhari (maksimal 50 mg/kali atau 30 mg/hari}. Bila anak stabil, mutai kembali berikan antibisa perlahen melalui infus. » Tambahan antibisa harus diberikan setelah & jam jika terjadi gangguan pembekuan darah berulang, atau setelah 1-2 jam, jika pasien terus mengalami perdarahan atau menunjukkan tanda yang memburuk dari efek neurotoksik atay kardiovaskular. Transfusi darah tidak diperlukan bila antibisa telah diberikan. Fungsi peri- bekuan kembali normal setelah faktor pembekuan diproduks! oleh hati, Tanda neurologi yang disebabkan antibisa bervariasi, tergantung jenis Disa. B SUMBER LAIN BISA BINATANG » Pemberian antibisa dapat diulangi bila tidak ada respons. » Antikolinesterase dapat memperbaiki gejala neurologi pada beberapa spesies ular (libel buku standar pediatri untuk penjelasan lebih fanjut). d5d‘b Pangebatan lain Pembedahan Minialah pendapatpertimbangan bedah jika terjadi pembengkakan pada eksiremitas, denyut nadi melemahftidak teraba atau iterjadi nekrosis lokal. Tindakan bedah meliputi: ~ Eksisi jaringan nekrosis Insisi selaput ctot (fascia) uniuk menghilangkan limb compartments, jika perlu Skin grafting, jika terjadi nekrosis yang luas Trakeestomi {atau intubasi endoirakea!} jika terjadi paralisis otot pernapasan dan kesulitan menelan. t Perawatan penunjang » Berikan cairan secara oral atau dengan NGT sesuai dengan kebutuhan per hari. (lihat halaman 291}, Bual catalan cairan masuk dan keluar » Berikan obat perede rasa sakit » Elevasi eksiremitas jika bengkak » Bevikan profilaksis antitetanus » Pengobaian antibiotik tidak diperlukan kecuali terdapat nekrosis » Hindari pemberian suntikan intramuskular » Pantau ketat segera setelah tiba di rumah sakit, kemudian tiap jam selama 24 jam karena tacun dapat berkembang dengan cepat. 1.7. Sumber lain bisa binatang » Ikuti prinsip pengobatan seperti di atas. Berikan antibisa, jika tersedia dan jika kelainan lokal berat atau terjadi efek sistemik. Pada umumnya gigitan kalajengking dan labalaba beracun menimbulkan rasa sakil yang sangat tetapi jarang menimbulkan gejala sistemik. Antibisa telah fersedia untuk beberapa spesies seperti widaw spider dan banana spider. Ikan beracun gapal menimbulkan tasa nyeri lokal yang sangat hebat, letapi jarang menimbulkan gejala sistemik. Sengatan ubur-ubur kadang-kadang 8 1. PGO SUMBER LAIN BISA BINATANG dengan cepat menyebabkan bahaya yang mengancam nyawa. Berikan ouke dengan menggunakan kapas untuk denaturasi protein bisa ubur-ubur yang menempel pada kulit. Sungut yang menempel harus diambil hati- hati. Menggosok-gesck luka sengatan dapal memperluas dampak racunt. Aniibisa mungkin tersedia. Dosis antibisa untuk ubur-ubur dan laba-laba harus ditentukan berdasar jumlak sacun yang masuk. Dosis yang lebin tinggi diperiukan pada gigitan yang multipel, gejala yang berat atau apa- bila gajala timbul fambet. CATATAN ® CATATAN BAS 2 Pendekatan Diagnosis pada anak sakit Mengetahui RiwayatPasien = 43 ~ 2.4 Kelerkaitan dengan 23 Pendekatan pada anak salt 44 : Pendekatan MBS 43 24 PemerksaanLaboraioum = «45! 22 Langkahlangkah untuk 2.5 Diagnosis Banding as " 2.1, Keterkaitan dengan Pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS} Pendekatan yang diberikan dalam buku saku ini merupakan pendekatan yang didasarkan pada gejala (symplom-based) dan mengikuti urutan dalam buku panduan MTS yaitu: batuk, diare dan demam. Diagnosis yang digunakan juga sesuai dengan klasifikas: dalam MTBS, kecuali kemampuan keahfian dan investigasi yang tersedia di rumah sakit memungkinkan ktasifikasi seperti “penyakit sangat berat” atau “penyakit berat dengan demam" untuk didefinisi- kan dengan lebih tepat, hingga memungkinkan penyakit tersebut didiagnosis sebagai: pneumonia beral, malaria berat dan meningitis. Klasifikasi untuk dshidrasi, mengikuti prinsip yang sama seperti dalam MTBS. Bayi muda {berumur hingga 2 bulan} dibahas secara terpisah (lihat bab 3) seperti dalam pendekatan MTBS, namun demikian buku pedoman ini juga mencakup kendisi yang timbul saat labir seperti asfiksia. Anak dengan gizi duruk dibahas secara terpisah (linat bab 7}, Karena anak ini memerlukan perhatian dan penanganan Khusus jika angka kematian yang tinggt ingia diturunkan. 2.2. Langkah-langkah untuk Mengetahui Riwayat Pasien Untuk mengetahui tiwayat pasien pada umumnya dimulai dengan mengajukan pertanyaan Serikut: Mengapa Bapak/lbu/Saudara membawa anak ini ke rumah sakit? Pertanyaan iersebut akan berkembang menuju riwayat timbulnya penyakit. Dalam bab yang sesuai keluban/gejala spesifik akan diberikan panduan pertanyaan spesifik yang penting diajukan berkenaan dengan keluhan/gejata a3 2, DAGROSIS PENDEKATAN PADA ANAK SAKIT spesifik ini dan akan membantu dalam membuat diagnosis banding penyakit. Hal ini meliputi riwayat pasien, keluarga dan masyarakat serta lingkungan. Hal yang lerakhir akan berhubungan dengan nasihat penting seperti tidur menggunakan kelambu pada anak dengan malaria; menyusui atau praktek keber- sihan pada anak diare, atau mengurangi pajanan terhadap polusi udararuangan pada anak pneumonia. Khusus pada dayi yang lebih muda, riwayal kehamilan dan persalinan sangat penting. Pada bayi dan anak yang lebih muda, ziwayat pemberian makan sangat diperiukan. Pada anak yang lebih tua, hat paling penting adalah informasi mengenai tahap perkembangan dan perilaku anak. Bila pada anak yang lebin muda, riwayat didapat dari orang tua atau pengasuh, pada anak yang lebih besar informasi penting dapat diberikan cleh mereka sendiri. 2.3. Pendekatan pada anak sakit dan pemeriksaan klinis Semua anak sakit harus diperiksa secara menyeluruh sehingga tidak ada tanda penting yang terlewati. Namun demikian, xebalikan dengan pendekatan sistemaiis pada orang dewasa, pemeriksaan pada anak perlu diatur sede- mikian rupa untuk menghindari kekesalan anak sekecil mungkin. + Jangan membuat anak kesal yang tidak perlu. + Biarkan anak herada dalam pelukan ibu atau pengasuhnya. + Amati berbagai tanda yang terlihat sebelum menyentuh anak, Hal ini meliputi: ~ Apakah anak sadar, tertarik dan memandang sekeliling? - Apakah anak terlihat setengah sadar? - Apakah anak gelisah/rewel? - Apakah anak muntati? - Apakah anak mampu untuk mengisap atau menyusu? - Apakab anak terlihat sianosis atau pucat? - Apakah terdapat tanda-tanda gangguan pernapasan? + Apakah anak menggunakan cict bantu pemapasan? + Apakah ada tarikan dinding dada bagian bawah? * Apakah anak terlihat bernapas cepat? * Hitung napas anak. Hal tersebut dan tanda lainnya harus dican dan dicalat sebelum anak merasa terganggu. Ibu atau pengasuh anak dapat diminta untuk secara hati-hati menunjukkan bagian dada anak untuk melihal tarikan dinding dada bagian dawah atau untuk menghitung mapas anak. Jika anak terganggy atau 4 PEMERIKSAAN LABORATARIUM menangis, mungkin perlu dibiarkan sejenak bersama ibunya untuk menenang- kan anak, atau iby anak dapat diminta untuk menyusui, sebelum tanda utama seperti frekuensi petnapasan anak dapat diukur. Kemudian ianjutkan dengan tanda yang memerlukan sentuhan pada anak famun tidak terlalu mengganggu, seperti mendengarkan dada. Akan didapatkan sedikit informasi yang berguna bila dada didengarkan pada saat anak menangis. Karenanya, tanda yang dapal mengganggu anak, seperti mengukur suhu tubuh atau memerikse turgor kulit, harus dilakukan paling akhir. SISONDYidl Z 2.4, Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium dilakukan berdasarkan riwayat dan pemerik- saan pasien dan juga membantu untuk mempersempit diagnosis banding. Pemeriksaan laboratorium berikut harus tersedia di rumah sakit kecil yang memberikan pelayanan pediatri di negara berkembang: * Haenioglobin atau hemaiokrit + Pemeriksaan darah untuk parasit malaria + Glukosa darah * Mikroskepis untuk caitan serebrospinalis dan air seni + Golongan darah dan uji silang. Dalam penanganan neonatal sakit {umur di bawah 1 minggu), bilirubin darah juga merupakan investigasi yang penting. indikasi untuk tes ini terdapat dalam bagian yang sesuai dalam buku saku ini. Investigasi lainnya seperti denyut nadi, cksimetri, foto dada dan mikroskopis feses dapat membantu pada kasus yang rumit, 2.5. Diagnosis Banding Setelah semua penilaian selesai dilakukan, pertimbangkan berbagai kendisi yang dapat menyebabkan penyakit anak dan buat dailar kemungkinan diagnosis bandingnya. Hal ini akan memastikan bahwa tidak terjadi asumsi yang salah, diagnesis yang keltru tidak dipilin dan magalah langka tidak terlewatkan. ingatlah bahwa anak sakit mungkin mempunyai lebih dari satu diagnosis atau thasalah klinis yang memeriukan pengobatan. Bagian 1.4 dan Tabel 1-4 (halaman 23 dan 24 - 26) memberikan diagnosis banding berbagai kondisi gawal daruraf yang ditemui selama proses triase. Tabel diagnosis banding berdasarkan Gejale Spesifik untuk masalah ymum 45 2. DIAGNOSIS DIAGNOSIS BANDING dapat dijumpai pada awal tiap bab, yang memberikan pula rincian dari tandal keluhan, temuan hasil pemeviksaan dan hasil pemeriksaan laboratorium, yang dapat digunakan untuk menentukan diagnosis ulama dan diagnosis tambehan. Setelah menentukan diagnosis ulama dan diagnosis tambahan ditentuker, mulailah dengan rencane tatalaksana. Sekalt lagi, jika ada lebih dari satu diagnosis alau masalah, rekemendast tatalaksana untuk semua masalah di atas dapatdilakukan bersamean. Peziu dikaji kembali dattar diagnosis banding pada tahap lebih lanjut setelah memeriksa reaksi pasien terhadap tatalaksana pengobatan, atau menemukan gejala klinis baru. Pada tahap ini, diagnosis dapat diparbaiki, atau memasukkan diagnosis tambahan. CATATAN SONOVI Z 2. DIAGNOSIS CATATAN BAS 3 Masalah-masalah bayi baru lahir dan bayi muda 3.1 Perawatan rutin bayi baru 3.10-2 Bayi dengan berat lahir seat ditahirkan 50 lahir < 1750 9 3.2 Resusitas! bayi baru lahir 50 (3.17 Enterokoliis Nekrotikans 3.3 Perawatan rutin bayi bary 3.12 Masalah-masalah umum lahir sesudah dilahirkan 55 bayi baru fahir lainnya 2.4 Pencegahan infeksi bayt 3.42.1 IMerus baru tahir 56 3.12.2. Konjungtivitis 3.5 Manajemen bayi dengan 3.12.3, Tetanus asfiksia perinatal 56 3.12.4, Trauma lahir 3.6 Tanda bahaya pada 3.12.5. Maiformasi bayi baru !ahir dan bayi kongenital muda 57 3.13 Bayi-bayi dari ibu dengan 37 Infeksi bakteri berat 8 infeksi 38 Meningitis 59 3.13.1. Sifitis kongenitat 3.9 Perawatan penunjang untuk 3.12.2. Bayi dari ibu bay baru lahir sakit oe dengan tuberkuiosis. 3.9.1 Suhu lingkungan 60 3.13.3, Bayi dari ibu 3.9.2 Tatalaksana cairan 6t dengan HIV 3.9.3. Terapi okgigen 83 3.9.4 Demam Tinggi 63 Dosis obat yang biasa 3.10 Bayi berat lahir rendah 63 digunaken untuk neonatal dan 3.10.1 Bayi dengan berat bayi berat lahir rendah lahir antara 175-2409 g 83 ray 7a 15 5 76 49 WON AVE E 3, BAYT MUDA PERAWATAN RUTIN BAYI BARU LAHIR SAAT DILAHIRKAN Bab ini memberikan panduan untuk penanganan pengelolaan masalah neonatal dan bayi muda sejak dilahirkan sampai umur 2 buian. Hal ini mencakup resusitas! bayi baru lahir, pengetolaan infeksi serla pengelolaan bay! berat lahir tendah {BBLR} dan sangal rendah (BBLSR}. Tabel mengenai obat yang umum digunakan untuk neonatal dan bayi muda berikut pemberian dosis untuk BBLR dan bayi kurang bulan dituliskan pada akhir bab. 3.1. Perawatan rutin bayi baru lahir saat dilahirkan Sebagian besar bayi hany@ memerlukan perawatan sederhana pada saat dilahirkan (hat bagan 12) + Barkan kehangatan » Bersihkan jalan napas + Keringkan + Wilai watna. 3.2 Resusitasi bayi baru lahir Untuk beberapa bayi kebutuhan akan resusitasi dapat diantisipasi dengan melihat taktor risiko, a.1.: bay! yang dilahirkan dari ibu yang pernah mengalami kemalian janin atau neonatal, tu dengan penyakit Krenik, kehamifan multt- para, kelainan letak, pre-eklampsia, persalinan lama, prolaps tali pusat, kelahiran prematur, keluban pecah dini, cairan amnion tidak bening, Welaupun demikian, pada sebagian bay! baru lahiz, kebutuhan akan resusitast neonatal tidak dapat diantisipasi sebelum dilahirkan, oleh karena itu penefong harus selalu siap untuk melakukan resusitasi pada setiap kelahiran. Apabita memungkinkan lakukan penilaian APGAR. Pada beberapa daerah dengan keterbatasan sumber daya manusia, tempat dan atau alat, teknik resusitasi yang disampaikan berikut perlu disesuaikan dengan keadaan sefempat. BAGAN 12. RESUSITASI BAY! BARU LAHIR American Academy of Pediatrics, NRP 5* edition textbook, 2005 LAHIR Gukup bulan ? Cakan emnion kemih ? Bemapas atau menangis ? Tonus otoi natk ? 30° |+ Berikan kehangalan + Posisikan: . Bernapas bersihkan jalan napas (bila pariu) Fl> 1008 + Keringkan, rangsang, taposisi Kemerahan UE Teer tiers eet: . . Kemerahan A a Sianosis pay Res [ Befikan Oksigen | ee Slanosis ——_Yentilasi efektif Borikan Ventas Tekanan-Posit * |_—) Fi> 1008 FA< 60 } t Fie 66 Kemerahan 30") + Batikan Ventas! Tekanen Positif * + Lakukan kemprasi dada FJ < 60 Berikan epinefrin * Catatan : > = Intubasi FJ = Frekuensi Jantung al VONW AVE 't 3. BAYIBUDA BAGAN 12, RESUSITASI BAY BARU LAHIR (lanjutan} A, Langkah ewal Pada saat bayi lahir harus dilakukan penitaian untuk menjaweb pertanyaan berikut (tihat kotak merah muda di alas). » Jika semua pertanyaan dijawab YA, cukup dilakukan perawatan rutin, tetapi jika pada penilaian didapatkan salu jawaban TIDAK, maka ditakukan LANGKAH AWAL resusitash, metlputi: 1. Betikan kehangatan dengan menempatkan bayi di bawah pemancar panas. 2. Posisikan kepala bayi sedikit tengadah agar jalan napas terbuka (libat gambar), kemudian jika periu bersihkan jalan napas dengan melakukar pengisapan pada mmulut hingga orofaring kemudian hidung. 4. Keringkan bayi dati rangsang taktit, kemudian reposist kepala ager sedikit tengadah, » Langkah awal diselesaikan dalam waktu 5 30 detik. wiJika ketuban tercampur mekonium, diperlukan findaxan = tambahan dalam membersinkan jalan napas. Setelah seluvh tubuh bayi lahir, takukan penilaian apakah bayi bugar alau tidak bugar. Tidak bugar ditandai dengan depresi pernapasan dan alau tonus oft kurang baik dan atau frekuensi jantung < 100 kali ‘ment. Jika bayi bugar, findakan bersihkan jalan napas sama seperti di alas, tetapi jika bayi tidak bugar lakukan pengisapan dari mulut dan frakea terlebih dahulu, kemudian lengkapi dengan LANGKAH AWAL. Posist kepala yang benar untuk membuka saluran napas B. Ventilasi Fokanan Positif (VTP} VIP dilakukan apabia pada penilaian pasca langkah awal didapatkan salah satu keadaan berikut: a. Apny b, Frekuensi jantung < 168 kalifmenit ¢. Teiap sianosis sentral wataupun telah diberikan oksigen aliran bebas. 82 » Sebelum VIP diberikan pastikan posisi kepale dalam keadean selengal tengadah. > Pitihiah ukuran sungkup. Ukuran 4 unluk bayi berat aemmal, ukuran 0 untuk bayi berat lahir rendah (BBLR). » Sungkup harus menutupi hidung dan mulut, fidak menekan mata dan lidak menggantung di dagu (lihal gambar}. » Tekan sungkup dengan jati langan (liat gambar). Jika terdengar udara ketuar dari sungkup, perbaiki pertekalan sungkup. Kebocoran yang paling urum adalah aniara hidung dan pipi (lihat gambar). » VTP manggunakan balon_sungkup diberikan selama 30 detik dengan kecepatan 40+ 60 kalifmenit ~ 20-30 kali/30 detik. » Pastikanlah bahwa dada bergerak naik lurun tidak ferlatu tingg! secara simetris. » Lakukan penitaian setelah VIP 30 detik {Liat bagan 12). Gambar Pemilihan sungkup Ukuran dan posisi Suaghuptertalu © Sungkupterlalu = Sungkup terlaiu yang benar bawah kecil besar Gambar Resusitasi dengan baton yang mengembang sendiri memakai sungkup bulat. Gambar perlekatan sungkup antata hidung dan pipi tidak baik. ‘VON LAW € a. BAYT MUDA C. VIP+ Kompresi dada » Apabila setelah tindakan VIP selama 30 detik, frekuensi janiung < 66 detk maka lakukan kompresi dada yang terkaordinasi dengan ventitasi selama ‘40 detik dengan kecepatan 3 kompresi : 1 ventitasi setama 2 detik. Kempresi ditakuken dengan dua ibu jari atay jari tengah_tetunjuk f lengah_manis. Lokasi kompresi ditentukan dengan menggerakkan jari sepanjang tepi iga terbawah menyusur ke atas sampai mendapatkan sifoid, letakkan ibu jari atau jari-jari pada tulang dada sedikit di atas. sifeid. Berikan topangan pada bagian belakang bayt. Tekan sedatam 143 diameter anteroposterior dada. on 0. Intubasi » Intubasi Endotrakea dilahukan pada keadaan berikut: 1. Ketuban lercampur mexonium & bayi tidak bugar 2. Jika VIP dengan balon & sungkup tidak etektit 3. Membantu koordinasi VTP & kompresi dada 4. Pemberian epinetrin untuk stimutast jantuag 5. Indikasi fain: sangat prematur & hemia diafragmatika. E. Obat-obatan » Obatobalan yang harus disediakan untuk resusitasi bay: baru lahir adalah epinefrin dan cairan penambah volume plasma. Epinetrin » Indikasi : Setelah pemberian YIP selama 30 detik dan pemberian secara terkoordinasi VIP + kompesi dada selama 30 detik, frekuensi jantung telap < 60 kalifmenit. » Cara pemberian & dosis : 0 Persiapan: 1 mL cairan 1:10 000 (semprit yang lebih besat diperiukan untuk pernberian melalui pipa endotrakea) © Melalui vena umbilixalis {dianjurkan} : 0.1-6.3 mLikgBB 0 Nelalui pipa endotrakea + 0.3-1.0 mUAgBB >» Kecepatan pemberian: secepat mungkin Caitan penambah volume plasma » Indikasi : Apabila bayi pucal, terbukii ada xehilangan darah dan atau bayi tidak memberikan respons yang memuaskan terhadap resusitasi. » Cairan yang dipakai : + Gaiam nomal (dfanjurkan} + Ringer laktat * Darah O - negalif » Persigpan : dalam sempiit bear (50 mil} » Dosis 210 mLkgBB >» Jalur ‘¥ena uibilikatis » Kecepalan + 5-10 menit (hati-hali bayi kurang bulan) ® Penghentian Resusitast » Jika sesudah 10 menit resusitasi yang benar, bayi lidak bemapas dan tidak ada denyut jantung, pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi. > Orang tua perlu dilibatkan dalam pengambitan keputusan, jelaskan keadaan hayi. » Persilakan ibu memegang bayinya jika ta menginginkan. 3.3. Parawatan rutin bayi barc lahir sesudah dilahirkan (juga untuk bayi baru lahir yang lahir di lvar rumah sakit fala dibawa ke rumah sakit} » Jagalah bayi supaya tetap kering di ruangan yang hangal, hindarkan aliran udara, selimuti dengan baik, » Bayi tetap bersama ibunya (rawat gabung}. » lnisiasi menyusu dalam jam periama kehidupan. » Jika mampu mengisap, biarkan bayi minum ASI sesuai permintaan. » Jaga tali pusat fetap bersih dan kering. JIKA BELUM DILAKUKAN » Beri tetrasiklin salep mata pada kedua mata satu kali. » Beri vitamin Ki (itemenadion} 1 mg intramuskular (IM) di paha kiri. » Beri vaksin hepatitis B 0.5 mL IM di paha kanan sekurangnya 2 jam sesudah pemberian vitamin K1. a8 3. BAYIMUDA PENCEGAHAN INFEKS! BAY! BARU LAHIR » Jika lahir di rumah sakit, beri imunisasi BCG intrakutan dan vaksin polio orat 2 tetes ke mutut bayi saat akan pulang dari rumah sakit. 3.4. Pencegahan infeksi bayi baru lahir Sebagian besar infekst neonatal dini dapat dicegah dengan: + Higiene dan kebersihan yang baik selama persalinan + Perhatian khusus pada perawatan tali pusal + Perawalan mata. Sebagian besar infeksi neonatal (anjut didapat di rumah sakit. Hal ini dapat dicegah dengan: + ASI eksklusif « Prosedur cuti fangan yang ketat bagi semua stat dan ketuarga sebelum dan sesudah memegang bayi » Tidak menggunakar air untuk pelembapan dalam inkubator (Pseudomonas akan mudah berkolonisasi) atau hindari penggunaan inkubator (qunakan perawatan metode kanguru) + Stevilitas yang ketal untuk semua prosedur * Tindakan menyuntik yang bersih * Hentikan pemberian cairan intravena (IV) jika tidak diperlukan lagi + Hindari transtusi darah yang tidak perlu. 3.5. Manajemen bayt dengan Asfiksia Perinatal Tindakan awal adatah resusilasi efektif (lihat di alas}. Akibat terganggunya suplai oksigan ke organ-organ sebelum, selama atau segera sesudah kelabiran mungkin timbul masalah berikut dalam beberapa hari sesudah kelahiran: » Kejang: obali dengan fenobarbital {linat halaman 59). Periksa glukosa. » Apnu: serving terjadi sesudah asfiksia berat saat kelahiran, kadang terkait kejang. Atasi dengan resusitasi. » Kelidakmampuanmengisap: minumkan susumelalui pipa orogastrik. Hati-hati terhadap keterlambatan pengosongan fambung yang dapat mengakibatkan tegurgitas! minum. » Tonus motorik buruk: tungkai lemas atau kaku {spastis). TANDA BAHAYA PADA BAY! BARU LAHIR DAN BAYI MUDA Prognosis bayi diprediksi melalui pemulihan motorik dan kemampuan mengisap. Bil satuminggu sesudah kelahiran bayimasihlemas atauspastik, tidak responsif dan tidak dapat mengisap, mungkin mengalami cedera berat ctak dan mempunyai prognosis buruk. Prognosis tidak begitu buruk untuk bayi-bayi yang mengalami pemutihan fungsi motorik dan mulai mengisap. Keadaan ini harus dibahas dengan orangiua selama bayi di rumah sakit. 3.6, Tanda Bahaya pada bayi baru lahir dart bayi muda Tanda dan gejala sakit berat pada bayi baru iahir dan bayi muda sering tidak spesifik. Tanda ini dapat terlihat pada saat atau sesudah bayi lahir, saat bayi baru lahir datang atau saat perawatan di rumah sakit. Pengelolaan awal bayi baru lahir dengan ianda ini adalah stabilisasi dan mencegah keadaan yang tebih buruk. Tanda ini mencakup: m Tidak bisa menyusu m Kejang mw Mengantuk atau tidak sadar W Frekuensi napas < 20 kali/menit atau apnu (pernapasan berhenti selama >45 detik) Bw Frekuensi nanas > 60 kali/menit m@ Merintih @ jarikan dada bawah ke dalam yang kuat & Sianosis seniral. TATALAKSANA KEDARURATAN tanda bahaya: » Beri oksigen melalui nasal prongs atau kateter nasaliika bayi muda mengalami sianosis atau distres pernapasan berat. » BeriVTP dengan balondan sungkup {halaman $3), dengan cksigen 100% (atau udara tuangan jika cksigen tidak tersedia) jika frekuensi napas terlalu lambat (< 20 kalifmenit). » Jika terus mengantuk, tidak sadar atau kejang, periksa glukosa darah. Jika glukosa < 45 mg/dl koreksi segera dengan bolus 200 mg/kg BB dekstrosa 10% (2 mitkg BB) [V selama 5 manit, diulangi sesuai keperluan dan infus tidak terpulus (continual) dekstrosa 10% dengan kecepatan $-8 mg/kg BB/menit hacus dimulai. Jika tidak mendapat akses IV, berikan ASI atau glukosa melalui pipa lambung. » Beri fencbartital jika terjadi kejang {lihat halaman 59), av WOE [ASE 3. BAYI AUDA INFEKSI BAKTER} YANG BERAT > Bari ampisilin (atau penisilin) dan gentamisin jika dicurigal infeksi bakter! bera (linat halaman 76, 77). » Rujuk jika pengobatan tidak tersedia di rumah sakit ini. » Pantau bayi dengan ketat. 3.7. Infeksi bakteri yang berat Faktor risiko infeksi bakieri berat adalah: @ ibu demam {suhu > 37.9°C sebelum atau selama persalinan} m Ketuban pecah > 18 jam sebelum persalinan @ Cairan amnion derbau busuk. Semva TANDABAHAYA di alas juga merupakan tanda infeksi bakteti beret, tanda-tanda lainnya adalah: Ww Ikterus berat 8 Distensi perut derat Tanda infeksi lokat adaiah : m Nyeri dan bengkak sendi, gerakan berkurang dan rewel jika bagian-bagian ini disentuh, a @ Pustuia kulit banyak dan berat . . Pusar kemerahan, meluas ke kulit enalenn nelve ke an wing sekitarnya atau terdapat nanah dhedotten sakitar tali pusat. {lihat gambar) m@ Ubun-ubun membenjol Tatalaksana Antibiotik » Anak harus di rawat di rumah sakit. » Jike pemeriksaan Kultur datah tersedia, lakukan pemeriksaan tersebut sebelum memulai antibiotik. » Jika ditemukan fanda infeksi bakteri yang berat, bert ampisiiin {atau penisilin) dan gentamisin (dosis lihat halaman 76, 77} » Beri kloksasilin (jika ada) sebagai pengganti penisiiin jika pusiula atau abses kulit meluas karena tanda ini dapat merupakan tanda-tanda infeksi stafiiokokus. 58 MENINGITIS » Sebagianbesarinfeksi bakteri yang berat pada necnatalharus diobati dengan antibiotik sekurangnya 16 hari. » Jika tidak membaik dalam 2-3 hari, ganti antibiotika dengan sefalosporin generasi ke-3 (sefotaksim) atau rujuk bayi xe fasilitas yang lebih lengkap. Pengobatan Lain » Aiasi kejang ' Atasi kejang dengan fenobarbital 20 mg/kgBB IV dalam waktu § menit. + Jika kejang tidak berhenti tambahkan fenobarbital 1¢ mg/kgBB sampai maksimal 40 mg/kgBB. * Bila kejang berlanjut, berikan fenitein 20 mgfkgBB IV dalam larutan garam fisiclogis dengan kecepatan t mo/kgBBimenit. * Pengobatan rumatan: o Fenobarbital 5 mg/kgBB/hari, dosis tunggal atau terbagi tiap 12 jam secara iV aiau per oral & Fenitoin 4-8 mg/kgBBihari, dosis terbagi dua atay tiga secara IV atau per oral. » Lintuk pengelolaan mata bernanah (lihat halaman 70} » Jika anak berasal dari daerah malaria dan mengalami demam, ambil apusan darah uniuk pemeriksaan malaria. Malaria pada bayi baru lahir sangatjarang. Jika terbukti, obati dengan kina (ihat bab Demam). » Berikan Perawatan genunjang, libat halaman 60. 3.8, Meningitis Tanda-tanda klintk Suspek jika terdapat tanda-landa infeksi_bakter! yang berat, atau salah satu dari tanda meningitis berikut ini, Tanda-tanda umum @ Terus mengantuk, letargi atau tidak sadar @ Minum berkurang @ Rewel Bt Tangisan melengking B Episode apnu. 59 ‘WOO LAV “E 3. BAYI AUDA PERAWATAN PENUNJANG UNTUK BAY! BARU LAHIR SAKIT Tanda-tanda yang lebih spesifik B Kejang E Ubun-ubyn membonjol Ubun-abun normal Ubun-ubua memboniol Ubun-ubun membonjol merupakan tanda meningitis pada bay muda yang mempunyai fontanel terbuka, Lakukan pungsi lumbal jfka dicurigai meningitis, kecuali itka bayi sedang mengalamt apnu atau tidak terdapat respon motorik terhadap rangsang. Tatalaksana Antibiofik >» Beri ampisilin dan gentamisin. Bila dalam 24 jam tidak memperlihatken perbaikan, ganti antibiotika dengan sefalosporin generasi ke-3, misal sefotaksim (lihat halaman: 79} » Jika obat di alas Hdak tersedia, qunakan pensilin dan gentamisin. Pilthan lainnya adalah xloramfenikol tetapi jangan digunakan untuk bayi prematur atau BBLR ® Jika terdapat tanda hipoksemia, beri oksigen (Ithat halaman 63) Majang » Atasi kejang {lihat halaman 59). 3.9. Perawatan penunjang untuk bayi baru lahir sakit 3.9.1. Subu lingkungan » Jagalah bayi tetap dalam keadaan kering dan diselimutt dengan baik. » Topi sangat membantu untuk mengurangi kehilangan panas. Pertahankan suhu ruangan aniara 24-26"C. Upaya perawatan metode Kanguru selama 24 jam sehari, sama elekliinya dengan penggunaan inkubator/elat pema- nas eksternal dalam menghadapi udara dingin. PERAWATAN PENUNJANG UNTUK BAY! BARU LAHIR SAKIT » Perhatian khusus agar bayi tidak menggigil selama pemeriksaan. » Periksa suhu bayi secara teratur, suhu dijaga sekilar 36.5-37.5° C, aksilar. VOAWLAVE 'E Menjaga anak telap hangat: Anak mem- Posisi perawatan metoda kangura untuk pevoleh kontak kulif dengan fbunya, terse- bayi muda. Catatan: Sesudah menyelimutt limuti dalam pakafannya, kepala ditutapi anak, tutupi kepala dengan topi untuk untuk mencegah kehilangan panas. mencegeh kehilangan panas. 3.3.2. Tatalaksana cairan Anjurkan ibu untuk sezing memberikan AS! guna mencegah hipoglikemia. Jika bayi tidak mampu menyusu, berilah ASI melalui sendok/cangkir atau pipa lambung. + Jangan memberi ASI per cral jika terdapat obstruksi usus, enterckolitis hekrotikan, gangquan minum, misal: distensi abdomen, memuniahkan semua yang dirinum. + Jangan memberi ASI per oral dalam fase akut pada bayi yang letargi, atau sering mengalami kejang. Jika diberikan cairan IV, kurangi cairan IV apabila volume pemberian ASI meningkat. 4, BAYT MUDA PERAWATAN PENUNJANG UNTUK BAY! BARU LAHIR SAKIT Bayi yang mengisap dengan baik tapi memertukan drip iV uniuk antidiotika harus menggunakan cairan IV minimal untuk menghindari bebar cairan yang berlebihan, atau bilas kanut dengan 0.5 ml NaCl 0.9% (garam normal). Tingkatkan cairan yang diberikan selama 3-5 hari periama (jumiah total, orat dan [V}. Hari 1 60 mLikgihari Hari 2 90 mLikgfhari Hari 3 120 mLikgihari Kemudian ditingkatkan sampai 150 mLUkg/hati Jika toleransi minum ora! baik, sesudah beberapa hart jumlah dapat ditingkatkan menjadi 180 mL/kgfhari, Hati-hatl dengan: pemberian catran parenteral pada bayi karena biga cepat terjadi overhidrasi. Kelika memberikan cairan $¥, jangan melebihi volume ini kecuali jike bayi mengalami dehidrasi atau sedang mendapat terapi sinar atau berada di bawah pemansar panas. Jumlah ini adalah TOTAL asupan cairan yang diperlukan seorang bayi, asupan oral harus diperhitungken ketika meng- hitung kecepatan cairan IV. + Beri calran lebih banyak jika bayi ditempatkan di bawah pemancar panas (1.2-1.5 kali} JANGAN menggunakan caican glukosa IV tanpa natrium SESUDAH 3 hari pertama kehidupan. Bayi yang berumur lebih dari 3 hari perlu natrium (misal- nya, garam 0.18%/glukosa 5%). Pantaulah infus IV dengan sangat hati-hatt. + Gunakan formulir pemantauan + Hitung kecepatan tetesan + Periksa kecepatan fetesan dan volume cairan yang diinfuskan setiap jam « Timbanglah bayi setiap hari + Perhatikan pembengkakan wajah. Jika ini terjadi, kurangi cairan IV hingga minimal atau hentikan pemberan cairan IV. Mulailah pemberian minum melalui pipa lambung atau beri ASI sesegera mungkin jika hat itu telah aman untuk dilakukan. ar BAYI BERAT LAHIR RENDAH 3.9.3. Terapi oksigen » Beri terapi oksigen pada bayi muda dengan keadaan berikut: Bt Sianosis sentral Bg Merintih saat bernapas B Kesulitan minum karena distres pernapasan Bt Tatikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang kuat m Mengangguk-anggukkan kepala (gerakan menganggukkan kepala yang sinkron dengan pemapasan menunjukkan distres pernapasan berat). Jika tersedia pulse oximeter, alat ini harus digunakan untuk memandu terapi oksigen. Oksigen harus diberikan jika saturasi oksigen di bawah 90%, aliran oksigen harus diatur agar saturasi berkisar 92-95%. Oksigen dapat dihen- iikan ketika anak dapat mempertahankan saturasi di atas 90% pada udara ruangan. Pemberian oksigen dengan kecepatan aliran 0.5 Limenit melalui nasal prong metupakan metode yang lebih disukai di kelompok umur ini. Jika lendir kental dari tenggorokan mengganggu den bayi sangat lemah untuk dapat membersihkannya, lakukan pengisapan lendir secara berkala. Oksigen harus dihentikan jika kondisi urnum bayi membaik dan tanda-tanda lersebut di atas felah hitang. 3.9.4. Demam tinggi Jangan menggunakan obat antipiretik misainya parasetamol untuk mengonirol demam pada bayi muda. Aur suhu lingkungan. Jika periu, buka baju bayi tersebut. 3.10. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR} 3.10.1. Bayi dengan berat lahir 1750 - 2498 gram Bayi dengan berat lahit > 2250 gram umummnya cukup kuat untuk mulai minum sesudah dilahirkan. Jaga bayi tetap hangat dan kontrol infeksi, tidak ada perawatan knusus. Sebagian bayi dengan berat lahir 1750 — 2250 gram mungkin perlu perawatan ekstra, tetapi dapat secara normal bersamea ibunya untuk diberi minum dan kehangatan, terutame jika kontak kulit-ke-kulit dapat dijaga. 63 Vane LAVA ‘t 2. BAY! MUDA BAYI BERAT LAHIR Dl BAWAH 1750 GRAM Pemberian Minum Mulailah memberikan ASI dalam 1 jam sesudah kelahiran. Kebanyakan bayi mampu mengisap. Bayi yang dapat mengisap harus diberi ASI. Bayi yang tidak bisa menyusu harus dibevi ASI perah dengan cangkir dan sendok. Ketika bayi mengisap dari puting dengan baik dan berat badan beriambah, kurangi pemberian minum melalui sendok dan cangkir. Periksalah bayi sekurangnya dua kali sebari untuk menilai kemampuan minum, asupan cairan, adanya suatu TANDA BAHAYA (halaman: 87) atau tanda-tanda adanya infeksi bakteri berat (halaman 58). Jika terdapat salah satu tanda ini, lakukan pemantauan ketat di tempat perawaten bay! baru lahir seperti yang dilakukan pada Berat Bayi Lahir Sangat Rendah (BELSR} pada 3.10.2. Risiko merawat anak di rumah sakit {misalnya mendapat infeks! nosokemial}, harus seimbang dengan manfaat yang dipercleh dari perawatan yang lebih baik. 3.10.2, Bayi dengan berat lahir di bawah 1750 gram Bayi-bayi ini berisiko untuk hipotermia, apnu, hipoksemia, sepsis, intoleransi minum dan enterckolitis nekrotikan. Semakin kecil bayt semakin tinggi risiko. Semua Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR} harus dikirim ke Perawatan Khusus atau Unit Neonatal. Tatalaksana » Beri oksigen melalui pipa nasal atau nasal prongs jika terdapat salah salu fanda hipoksemia. Sutur * Lakukanlah perawatan kulli-ke-kulit di antara kedua payudara ibu atau beri pakaian di ruangan yang hangat atau dalam fumidiorib jika staf telah berpengalaman dalam menggunakannya. Jika tidak ada penghangat bertenaga lisirik, boto! air panas yang dibungkus dengan handuk bermanfaat uniuk menjaga bayi tetap hangat. Pertahankan suhu inti tubuh sekitar 36.5 — 37.5°C dengan kaki tetap hangat dan berwarna kemerahan. Cairan dan pemberian minum + Jika mungkin berikan caican l¥ 60. mL/kg/hari selama hari perama kehidupan. Sebaiknya gunakan paediatric (100 mL} intravenous buretle. dengan BAY! BERAT LAHIR DI BAWAH 1750 GRAM 60 letes = 1 mL sehingga, 1 tetes per menit = 1 mL per jam. Jika bayi sehat dan aktil, beri 2-4 mL ASI perah setiap 2 jain melalui pipa lambung, tergantung berat badan bayi (linat halaman $2}. + Bayi sangat kecil yang ditempatkan di bawah pemancar panas atau terapi sinar memerjukan lebih banyak cairan dibandingkan dengan volume biasa (lihat_ halaman 62), Lakukan perawatan hati-hati agar pemberian cairan IV dapat akurat karena ketebihan cairan dapai berakibat fatal. + Jika mungkin, periksa glukosa darah setiap 6 jam hingga pemberian minum enteral dimulai, terutama jika bayi mengalami apnu, letargi atau kejang. Bayi mungkin memerlukan iarutan glukosa 10%. + Mulai berikan minum jika kondisi bayi stabil (biasanya pada hari ke-2, pada bayi yang lebih matur mungkin pada hari ke-1). Pemberian minum dirulai jike perut tidak distensi dan !embut, terdapat bising usus, telah keluar mekonium dan tidak terdapat apnu. + Gunakan tabel minum. + Hitung jumlah minum dan waktu pemberiannya. + Jika toleransi minum baik, tingkaikan kebutuban perhari. + Pemberian susu dimulai dengan 2-4 mL setiap 1-2 jam melalui pipa lambung. Beberapa BBLSR yang aktif dapat minum dengan cangkir dan sendok atau pipet ster. Gunakan hanya AS! jika mungkin. Jika volume 2-4 mL dapat diterima tanpamuniah, distensi perut atau retensilambung lebih dari setengah yang dininum, volume dapat ditingkatkan sebanyak 1-2 mL per minum setiap hari. Kurangi atau heniikan minum jika terdapal tanda-landa toleransi yang buruk. Jika target pemberian minum dapat dicapai dalam §-7 hari per- tama, tetesan IV dapat dilepas untuk menghindari infeksi. + Minum dapat ditingkalkan selama 2 minggu pertama kehidupan hingga 150-180 mLikg/hari (rainy 19-23 mL setiap 3 jam untuk bayi 1 kg dan 28-34 mL untuk bayi 1.5 kg}. Setelah bayi tumbuh, hitung kembali volume minum berdasarkan berat badan terakhir Antibiotika dan Sepsis + Faktor-takter risiko sepsis adalah: bayi yang dilahirkan di luar rumah sakit atau dilahirkan dart ibu yang tidak sehat, pecah keluban >18 jam, bayi kecil (mendekaii 1 kg). " Jika terdapat salah satu TANDA BAHAYA (halaman §7) atau tanda lain infeksi bakterl berat (halaman 58} mulaileh pemberian antibiotik. ‘VOnH AYE f

You might also like