You are on page 1of 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/321427006

SIMULASI FENOMENA ALIRAN DAYA PADA SISTEM TENAGA LISTRIK “IEEE


5-BUS” BERBASIS METODE NUMERIS DAN BERBANTUAN APLIKASI MATLAB

Working Paper · April 2008

CITATIONS READS

0 1,992

2 authors, including:

Arief Goeritno
Universitas Ibn Khaldun Bogor
90 PUBLICATIONS   117 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

In 2018 progress research View project

embedded system View project

All content following this page was uploaded by Arief Goeritno on 02 December 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


1

SIMULASI FENOMENA ALIRAN DAYA


PADA SISTEM TENAGA LISTRIK “IEEE 5-BUS”
BERBASIS METODE NUMERIS
DAN BERBANTUAN APLIKASI MATLAB
Arief Goeritno1, Zaldi Hardiyanto2
1
Dosen Tetap (NIDN: 0430016301) Jurusan/Program Studi Teknik Elektro
Fakultas Teknik, Universitas Ibn Khaldun Bogor
Jl. Sholeh Iskandar km.2, Kedung Badak, Tanah Sareal, Kota Bogor 16164 INDONESIA
2
PT Indocement Tunggal Prakasa, Tbk.
Jl. Mayor Oking Jayaatmaja, Citeureup, Kab. Bogor 16920 INDONESIA
Email: arief.goeritno@ft.uika-bogor.ac.id, zhardiyanto@gmail.com

Abstract – Simulation of the power flow phenomena on the IEEE 5-bus power system has been done, through the use of the
numerical methods of Gauss-Seidel (GS), Newton-Raphson (NR), and Fast Decoupled (FD) and assisted MATLAB applications.
Simulation of the power flow calculation on IEEE 5-bus power system provides the basis for the calculation of the existence of a
complex system to note the advantages and disadvantages of each method of power flow calculation, in order to obtain some of the
criteria that were compared and the comparison calculation of the power flow between the three methods. Power flow calculation
uses numerical method of Gauss-Seidel, Newton-Raphson, and fast decoupled with the same principle in order iteration
techniques for each process of completion, namely: (a) determining the bus admitance matrix Ybus from the line impedances
attached; (b) determining the value of P and Q for load bus; (c) determining the value of P and | V | for generator (voltage
controlled) bus; (d) determining the value of voltage equal to the reference 1 0 for slack (reference) bus; (e) the initial
assumptions of the voltage value equal to 10 for load and generator bus in early iterations; (f) the calculation of the value of V,
P, and Q for the load and generator bus with these values; (g) the calculation of the value of P and Q for reference bus; (h) the
calculation of power flow and power losses on each line; and (i) repetition of step 5 (e) with the value of V, P, and Q are new for
the next iteration, in order to obtain the error value is less than or equal to the value of specified tolerance limits.
Based on simulation results, it can be taken the conclusion that: (1) Fast Decoupled method has a favorable option (optimum) in
an amount more than the method of Newton-Raphson method or Gauss-Seidel method, so that the application of the Fast
Decoupled method is the top choice among third; (2) For the calculation of power flow simulation, Fast decoupled method shows
the amount of accuracy by 57%, Gauss-Seidel method has the accuracy of 36%, and Newton-Raphson has the accuracy of 7%;
while for simulation of losses line using Fast decoupled method shows the amount of accuracy by 50%, Gauss-Seidel method has
the accuracy of 40%, and Newton-Raphson method has the accuracy of 10%.
Keywords: Power flow, IEEE 5-bus power system, Gauss-Siedel, Newton-Raphson, Fast Decoupled.

Intisari – Telah dilakukan simulasi fenomena aliran daya terhadap suatu sistem tenaga listrik IEEE 5-bus melalui
penggunaan metode numeris Gauss-Seidel (GS), Newton-Raphson (NR), dan Fast Decoupled (FD) berbantuan aplikasi
MATLAB. Simulasi perhitungan aliran daya sistem tenaga listrik IEEE 5-bus memberikan dasar perhitungan untuk
keberadaan sistem yang kompleks guna diketahui kelebihan dan kekurangan tiap metode perhitungan aliran daya, sehingga
diperoleh beberapa kriteria yang dibandingkan dan hasil perbandingan perhitungan aliran daya antara ketiga metode
tersebut. Perhitungan aliran daya metode Gauss-Seidel, Newton-Raphson, dan fast decoupled dengan prinsip sama dalam
teknik urutan iterasi untuk setiap proses penyelesaiannya, yaitu: (a) penentuan matriks admitans bus Ybus dari impedans-
impedans saluran yang terpasang; (b) penetapan nilai P dan Q untuk bus beban; (c) penetapan nilai P dan |V |untuk bus
generator; (d) penetapan nilai tegangan sama dengan 10 untuk bus referensi atau slack bus; (e) asumsi awal nilai tegangan
sama dengan 10 untuk bus beban dan bus generator pada awal iterasi; (f) penghitungan nilai V, P, dan Q untuk bus beban
dan bus generator dengan nilai-nilai tersebut; (g) penghitungan nilai P dan Q untuk bus referensi; (h) penghitungan aliran
daya dan rugi-rugi daya pada setiap saluran; dan (i) pengulangan langkah ke-5 (e) dengan nilai V, P, dan Q yang baru untuk
iterasi berikutnya, sehingga diperoleh nilai galat lebih kecil atau sama dengan nilai batas toleransi yang ditetapkan.
Berdasarkan hasil simulasi, maka dapat ditarik simpulan, bahwa: (1) Metode Fast Decoupled mempunyai pilihan yang
menguntungkan (optimum) dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dengan metode Newton-Raphson maupun metode
Gauss-Seidel, sehingga penerapan metode Fast Decoupled merupakan pilihan utama di antara ketiganya; (2) Untuk simulasi
perhitungan aliran daya, metode Fast Decoupled menunjukkan jumlah ketelitian sebesar 57%, Gauss-Seidel 36%, dan
Newton-Raphson 7%; sedangkan untuk simulasi perhitungan rugi-rugi saluran metode Fast Decoupled menunjukkan jumlah
ketelitian sebesar 50%, Gauss-Seidel 40%, dan Newton-Raphson 10%.
Kata-kata Kunci: Aliran daya, sistem tenaga listrik IEEE 5-bus, Gauss-Siedel, Newton-Raphson, Fast Decoupled.

I. PENDAHULUAN tegangan, sudut fase, daya aktif, dan daya reaktif yang
Fenomena aliran daya pada sistem tenaga listrik, secara terdapat di berbagai titik dalam satu jaringan listrik terjadi
matematis terkandung bilangan kompleks dan persamaan pada keadaan operasi normal [1-5]. Saat ini dikenal tiga
nonlinier, sehingga diperlukan analisis dengan metode metode numeris untuk perhitungan aliran daya di sistem
perhitungan yang tepat, akurat, dan dapat tenaga listrik, yaitu: metode Gauss-Seidel (GS), metode
diimplementasikan untuk berbagai struktur jaringan [1]. Di Newton-Raphson (NR), dan metode Fast Decouple (FDc).
dalam fenomena aliran daya, penentuan atau perhitungan Metode Newton-Raphson lebih efisien, praktis, dan teliti
2

untuk sistem tenaga listrik yang besar. Metode Gauss- ZL3 = (0.111 + j0.851) Ω/mile x 40.8 miles =
Seidel perlu iterasi yang lebih banyak dibanding metode 4,5288 + j34,7208 Ω
Newton–Raphson. Saat penerapan metode Fast Decouple ZL4 = (0.111 + j0.851) Ω/mile x 71.9 miles =
pengabaian elemen matrik jacobian dua dan tiga dengan 7,9809 + j61,1869 Ω
alasan, bahwa perubahan daya aktif (ΔP) kurang sensitif ZL5 = (0.111 + j0.851) Ω/mile x 62.8 miles =
untuk perubahan nilai tegangan dan perubahan daya reaktif 6,9708 + j53,4428 Ω
(ΔQ) kurang sensitif untuk perubahan nilai sudut fase [1-5]. ZL6 = (0.111 + j0.851) Ω/mile x 30.6 miles =
Studi aliran daya sangat berguna dalam perencanaan 3,3966 + j26,0406 Ω
perluasan sistem tenaga listrik dan dalam penentuan operasi ZL7 = (0.111 + j0.851) Ω/mile x 98.4 miles =
terbaik suatu sistem yang telah ada [1-5], karena 10,9224 + j83,7384 Ω.
pengoperasian sistem yang baik tersebut bergantung kepada Nilai daya dan tegangan setiap bus dalam satuan p.u.
pada diketahuinya efek interkoneksi, beban baru, gardu yang diasumsikan [1], seperti ditunjukkan pada Tabel 1.
induk baru, dan saluran transmisi baru, sebelum Tabel 1. Nilai daya dan tegangan pada tiap bus dalam p.u.yang
kesemuanya dipasang. Tuntutan penanganan sistem tenaga diasumsikan
listrik yang andal dan pertumbuhan pembebanan jaringan Daya Daya Sudut
yang semakin meningkat, diperlukan suatu sambungan Bus Tegangan Tipe bus
Aktif Reaktif Fase
antar jaringan sistem tenaga listrik yang terpasang atau 1
terinterkoneksi. Sistem interkoneksi tersebut bertujuan 1 Dicari Dicari 1,000 0,000
(slack)
untuk pemenuhan kebutuhan tenaga listrik pada daerah 2
dengan pembebanan yang tinggi, sehingga dapat dipenuhi 2 0,931 Dicari 1,000 Dicari (voltage
oleh daerah yang masih dimungkinkan penambahan controlled)
kapasitas pembangkitan. Sistem interkoneksi jaringan 3
tenaga listrik merupakan sistem terformulasi, di dalamnya 3 −2,202 −1,031 Dicari Dicari
(load)
terdiri atas unsur-unsur kompleks dan beberapa bagian 2
yang tidak dapat dipisahkan [1-5]. 4 0,900 Dicari 1,000 Dicari (voltage
Berdasarkan uraian tersebut, dilakukan simulasi controlled)
fenomena aliran daya pada istem tenaga listrik IEEE 5-bus 3
berbasis metode numeric Gauss-Seidel (GS), metode 5 −0,911 −0,212 Dicari Dicari
(load)
Newton-Raphson (NR), dan metode Fast Decouple (FD)
berbantuan aplikasi MATLAB [6,7,8], untuk perolehan Semua impedans saluran harus dinyatakan dengan dasar
tujuan simulasi, yaitu: a) perbandingan kriteria antara impedans yang sama [1,2], yaitu melalui pengubahan
ketiga metode dan b) perbandingan hasil simulasi yang terhadap impedans dasar dengan penggunaan persamaan
meliputi (i) perhitungan nilai daya dan tegangan dan (ii) (1).
perhitungan nilai aliran daya dan rugi-rugi saluran. (impedans sebenarnya, Ω)  (kVA dasar) .....(1).
Impedans ( p.u.) 
(tegangan dasar, kV)2 x 1000
II. BAHAN DAN METODE
Hasil pengubahan, diperoleh:
A.Bahan (7,8144  j59,9104) (100.000)
Z L1   0,041  j 0,3146 p.u.
Diagram skematis analogi sistem tenaga listrik IEEE 5- (138 2 ) 1000
bus [1,2], seperti ditunjukkan pada Gambar 1. (7,8144  j59,9104) (100.000)
Z L1   0,041  j 0,3146 p.u.
(138 2 ) 1000
1 2
(4,5288  j34,7208) (100.000)
L1 Z L3   0,0238  j 0,1823 p.u.
(138 2 ) 1000
L2 L3 (7,9809  j 61,0869) (100.000)
Z L4   0,0419  j 0,3213 p.u..
L5 (138 2 ) 1000
L4 3
L6 (6,9708  j53,4428) (100.000)
Z L5   0,0366  j 0,2806 p.u.
(138 2 ) 1000
L7
(3,3966  j 26,0406) (100.000)
Z L6   0,0178  j 0,1367 p.u.
(138 2 ) 1000
4 5
(10,9224  j83,7384) (100.000)
Gambar 1. Digram skematis analogi sistem tenaga listrik IEEE 5-bus Z L7   0,0574  j 0,4397 p.u.
(138 2 ) 1000

Impedans-impedans saluran dalam per unit (p.u.) pada B. Metode


dasar 100 MVA. Nilai basis tegangan 138 kV dan basis Pelaksanaan simulasi untuk studi perbandingan
daya 100 MVA dengan karakteristik impedans seri tiap-tiap perhitungan aliran daya digunakan struktur sistem tenaga
saluran, adalah 0,111 + j0,851 Ω/mile. Panjang masing- listrik IEEE 5-bus [1,2], sedangkan algoritma yang
masing saluran, yaitu: -L1 = 70,4 miles; -L2 = 53,1 miles; - digunakan dipilih dalam bentuk diagram alir (flowchart)
L3 = 40,8 miles; -L4 = 71,8 miles; -L5 = 62,8 miles; -L6 = untuk pelaksanaan pemrograman berbasis aplikasi
30,6 miles; dan -L7 = 98,4 miles; sehingga diperoleh: MATLAB [6,7,8]. Diagram alir simulasi perhitungan pada
ZL1 = (0.111 + j0.851) Ω/mile x 70,4 miles = fenomena aliran daya, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.
7,8144 + j59,9104 Ω
ZL2 = (0.111 + j0.851) Ω/mile x 53.1 miles =
5,8941 + j45,1881 Ω
3

 jQi
sch sch
mulai Pi
  yijV j
(k )
*( k )
( k 1) Vi
Vi  ji (7),
Masukkan Data
Admitans Ybus
y ij
dengan yij adalah admitans sebenarnya dalam per unit.
sch sch
V1 = 1 + j0 Pi dan Qi , adalah daya aktif dan reaktif yang
V2 = 1 + j0
V3 = 1 + j0
dinyatakan per unit. Menurut penulisan Hukum Kirchhoff
V4 = 1 + j0 Arus, arus yang memasuki bus- i , diasumsikan positif.
V5 = 1 + j0 Untuk bus beban dengan daya aktif dan reaktifnya mengalir
sch sch
menjauhi bus, Pi dan Qi bernilai negatif. Persamaan
Hitung: sch sch
1. Tegangan, V
(6) diselesaikan untuk Pi dan Qi [1], maka diperoleh
2. Daya Aktif, P (8) dan (9).
3. Daya Reaktif, Q

 *(k )  ( k ) n n 
(k ) 
 Vi Vi  yij   yijV j   j i (8),
( k 1)
Pi
Hitung: 
  j 0 j 1 

1. Daya pada Saluran, S dan
2. Rugi-rugi Daya pada Saluran, SL

 *(k )  ( k ) n n 
(k ) 
 Vi Vi  yij   yijV j   ji
( k 1) (9).
Qi
Tampilkan 
  j 0 j 1 

Hasil Persamaan aliran daya biasanya dinyatakan dalam
Perhitungan
elemen matriks admitans bus Ybus , ditunjukkan dengan
Yij  yij dan elemen-elemen diagonalnya Yij   yij
( k 1) tidak [1]
 Vi 
(k )
Vi
sehingga persamaan (6) menjadi persamaan (7), (8), dan
(9).
ya
Pi  jQi
sch sch

  YijV j
(k )
selesai *( k )
( k 1) Vi ji (10),
Gambar 2 Diagram alir (flowchart) simulasi perhitungan pada fenomena
Vi 
Yij
aliran daya
 *(k )  ( k ) n
(k ) 

 Vi Vi Yii   YijV j   ji
Tegangan slack bus diselesaikan [1] dengan persamaan (2). ( k 1) (11),
Pi
Vbus  Ybus  I bus
1
(2).   j 1  
dan
Arus menuju bus [1] dihitung dengan persamaan (3).

 *(k )  ( k ) n 
(k ) 
 Vi Vi Yii   YijV j   ji
n n ( k 1) (12).
I i  Vi  yij   yijV j ji (3). Qi

j 0 j 1
  j 1 

Daya aktif dan daya reaktif bus-i, dihitung dengan Nilai tegangan tiap bus pada kondisi pengoperasian normal
persamaan (4). sekitar 1,0 per unit atau mendekati nilai tegangan slack bus.
Nilai tegangan pada bus beban lebih rendah dari slack bus
Pi  jQi  Vi I i
*
(4), dan ini tergantung dari daya reaktif karena tegangan pada
atau seperti persamaan (5). bus generator bisa lebih tinggi. Untuk sudut fase dari bus
P  jQ beban akan lebih kecil dari slack bus berdasar pada daya
Ii  i * i (5).
reaktif, karena sudut fase dari bus generator bisa saja lebih
Vi
besar dari seharusnya, tergantung jumlah daya aktif yang
Substitusi I i pada persamaan (3), diperoleh persamaan mengalir menuju bus. Berdasar metode Gauss-Seidel ini
sebagai persamaan dasar suatu aliran adaya [1,2], yaitu suatu perhitungan tegangan awalnya adalah 1,00 + j0,0.
seperti persamaan (6). Untuk tegangan yang belum diketahui, pemecahannya
Pi  jQi n n dikorelasikan dengan keadaan pengoperasian sebenarnya.
 i  ij   yijV j ji
V y (6). Untuk bus beban, dengan daya aktif dan daya reaktif Pisch
*
Vi j 0 j 1
dan Qisch diketahui, perhitungan awal dari tegangan
Berdasarkan hubungan tersebut, perhitungan fenomena diselesaikan dengan persamaan (10). Untuk bus generator,
aliran daya dalam sistem tenaga listrik harus diselesaikan dimana daya aktif dan tegangan ( Pi sch dan Vi ) diketahui,
dengan teknik iterasi.
nilai persamaan (5) menghitung Qi
( k 1) , kemudian digunakan
1) Metode perhitungan aliran daya
persamaan (10) untuk penghitungan Vi ( k 1) . Nilai Vi
Metode Gauss-Seidel
Persamaan (6) merupakan persamaan nonlinier dengan 2 diketahui, hanya unsur imajiner dari Vi ( k 1) yang ditentukan,
variabel yang belum diketahui pada tiap simpul. Vi dan unsur riil dinyatakan dengan persamaan (24) atau (25).
diselesaikan secara iterasi dengan metode Gauss-Seidel [1],
sehingga persamaan (6) menjadi persamaan (7).
e i
( k 1) 2
  f i
( k 1) 2
  Vi
2
(13),
atau
4

ei
( k 1)
 Vi  f i
2
 
( k 1) 2
(14),
( k 1)
dengan ei ( k 1) dan f i merupakan unsur riil dan imajiner
( k 1)
dari tegangan Vi pada urutan iterasi.
Nilai konvergensi ditingkatkan dengan menerapkan (23)
faktor percepatan untuk tiap-tiap iterasi, seperti persamaan
(26).
Vi
( k 1)
 Vi   Vi cal  Vi
(k ) (k ) (k )
(15), 
dengan  = faktor percepatan. Nilai tersebut tergantung
pada sistem dengan tingkatan 1,3 sampai 1,7 yang
disesuaikan untuk jenis sistem. Tegangan yang diperoleh Slack bus diumpamakan sebagai bus-1 pada persamaan
sekarang, menggantikan posisi tegangan sebelumnya dari (23). Matriks Jacobian memberikan perbandingan linear
tiap urutan persamaan. Proses tersebut berlanjut sampai antara perubahan pada sudut tegangan i(k) dan nilai
unsur riil dan imajiner tegangan bus berubah selama iterasi tegangan |Vi(k)| dengan sedikit perubahan pada daya aktif
berlangsung, seperti persamaan (27). dan daya reaktif Pi(k) dan Qi(k). Elemen-elemen dari
( k 1) ( k 1)
 ei   atau f i  fi  matriks Jacobian adalah turunan parsial dari persamaan
(k ) (k )
ei (16),
(21) dan (22) yang dihitung dari i(k) dan |Vi(k)|. Bentuk
Untuk daya aktif dan daya reaktif pada slack bus dihitung singkat ditulis seperti persamaan (24).
dengan persamaan (11) dan (12).
Metode Newton-Raphson P   J 1 J 2   
Q    J J   V 
(24).
Tipikal bus dengan arus masuk ke bus- i diselesaikan    3 4  
dengan persamaan yang berasal dari matriks admitans bus Besar tegangan yang diketahui pada voltage-controlled bus,
yang ditulis ulang [1], sehingga seperti persamaan (17). jika bus-bus m dari sistem tegangannya diatur, persamaan
m melibatkan Q dan V , dan kolom yang sama dari
n
I i   YijV j (17).
j 1 matriks Jacobian dihilangkan (dieliminasi).
Persamaan (17) apabila dinyatakan dalam bentuk polar, Diketahui n–1 sebagai daya aktif dan n–1–m daya reaktif,
menjadi seperti persamaan (18). Jacobian matriks ditentukan dangan (2n–2–m) x (2n–2–m).
n
J1 diperoelh dari (n–1) x (n–1), J2 diperoleh dari (n–1) x
I i   Yij V j ij   j (18).
j 1
(n–1–m), J3 diperoleh dari (n–1–m) x (n–1), dan J4
dengan θij merupakan sudut admitans bersama antara bus diperoleh dari (n –1–m) x (n –1–m). Elemen diagonal dan
diagonal luar J1 seperti persamaan (25) dan (26).
ke- i dan ke- j . Daya kompleks pada bus-i seperti
Pi
persamaan (19).   Vi V j Yij sin( ij   i   j ) (25),
 i j i
Pi  jQi  Vi I i
*
(19).
Pi
Substitusi dari persamaan (29) untuk Ii pada persamaan   Vi V j Yij sin( ij   i   j ) ji (26).
 j
(19) menjadi seperti persamaan (20).
n Elemen diagonal dan diagonal luar J2 seperti persamaan
Pi  jQi  Vi    i  Yij V j ij   j (20). (27) dan (28).
j 1
Pi
Pemisahan unsur riil dan imajiner, diperoleh seperti  2 Vii Yii cos  ii   V j Yij cos( ij   i   j ) (27),
 Vi j i
persamaan (21) dan (22).
Pi
 Vi Yij cos( ij   i   j ) ji
n
(28).
Pi  Vi V j Yij cos( ij   i   j ) (21),
Vj
j 1
n Elemen diagonal dan diagonal luar J3 seperti persamaan
Qi   Vi V j Yij sin(ij   i   j ) (22). (29) dan (30).
j 1 Qi
  Vi V j Yij cos( ij   i   j ) (29),
Persamaan (21) dan (22) merupakan persamaan aljabar  i j i
nonlinier dengan variabel tersendiri, dengan nilai tegangan
Qi
dinyatakan dalam satuan per unit dan sudut fase dalam   Vi V j Yij cos( ij   i   j ) j i (30).
radian. Perolehan dua persamaan untuk tiap bus beban,  j
diberikan oleh persamaan (21) dan (22), dan satu Elemen diagonal dan diagonal luar J4 seperti persamaan
persamaan tiap voltage-controlled bus (bus pembangkitan, (31) dan (32).
generator bus) yang diberikan oleh persamaan (21). Qi
Persamaan (21) dan (22) dikembangkan melalui deret  Vi
 2 V Y sin  
ii ii ii 
V Y sin(     )
j i
j ij ij i
(31),
j

Taylor untuk perhitungan awal dan dengan pengabaian


Qi
hasil yang diperoel sebelumnya, maka diperoleh [1], seperti   Vi Yij sin( ij   i   j ) ji (32).
persamaan (23). Vj
Nilai dari Pi(k) dan Qi(k) berbeda antara yang terjadwal
dengan nilai perhitungan dan ini disebut sisa daya (power
residuals) yang diberikan dengan persamaan (33) dan (34).
5

Pi(k) = Pisch – Pi(k) (33), Ganti suku kedua dari persamaan diatas dengan –Qi seperti
yang diberikan oleh persamaan (15), diperoleh persamaan
Qi(k) = Qisch
– Qi(k)
(34).
(46).
Perhitungan baru untuk sudut fase dan tegangan bus,
Qi (46),
seperti persamaan (46) dan (47).   V Y sin   Q
 Vi
i ii ii i
i(k+1) = i(k) + i(k) (46),
|Vi(k+1)| = |Vi(k)| + |Vi(k)| (47). karena Bii = |Yii| sin θii » Qi dan Qi dapat diabaikan, maka
Perhitungan baru untuk sudut fase dan tegangan bus, persamaan (31) menjadi persamaan (47).
seperti persamaan (46) dan (47). Qi
  Vi Bii (47).
i(k+1) = i(k) + i(k) (35),  Vi
|Vi(k+1)| = |Vi(k)| + |Vi(k)| (36). Persamaan (21) diasumsikan θij − δi + δj ≈ θij, sehingga
Metode Fast Decoupled persamaan (48).
Perubahan daya aktif P kurang sensitif untuk mengubah Qi (48).
 V B i ij
nilai tegangan dan sangat sensitif untuk mengubah sudut Vj
fase . Begitupun daya reaktif kurang sensitif untuk Lebih lanjut persamaan-persamaan diatas diterapkan pada
mengubah sudut fase dan sangat tergantung pada persamaan (49) dan (50), sehingga diperoleh persamaan
perubahan nilai tegangan. Berdasarkan hal itu sangat (49) dan (50).
masuk akal untuk menjadikan elemen matriks Jacobian P
menjadi matriks nol, sehingga persamaan (24) menjadi [1]   B'  (49),
Vi
persamaan (37), (38), dan (39).
Q
P   J 1 0    (37),   B"  V (50).
Q   0 J   V  Vi
   4  
B' dan B'' merupakan unsur imajiner dari matriks admitans
 P 
P  J1     (38), Ybus. Karena elemen dari matriks konstan, maka harus
   ditriangulasi dan dibalikkan hanya satu kali pada awal
 Q  iterasi. B' merupakan susunan dari (n – 1). Untuk voltage
Q  J 4  V    V (39). controlled bus-dimana |Vi| dan Pi diketahui, Qi dicari, baris
  V  dan kolom dari Ybus dihilangkan. Demikian juga, B''
Persamaan (38) dan (39) menunjukkan, bahwa persamaan merupakan susunan dari (n – 1 – m), dimana m merupakan
matriks menjadi dua persamaan decoupled. Elemen- jumlah voltage controlled buses. Karena itu dalam
elemen diagonal J1 persamaan (25) dapat ditulis seperti algoritma aliran daya dengan penyelesaian metode fast
persamaan (40). decoupled nilai sudut fase dan tegangan adalah:
Pi 1 P
  B'
n
  Vi V j Vij sin(ij   i   j )  Vi Yii sin ii (40).
2 (51),
 i j 1 V
1 Q
Gantikan suku pertama persamaan (40) dengan –Qi seperti  V  B" (52).
yang diberikan persamaan (22), sehingga menjadi V
persamaan (41). 2) Aliran daya dan rugi-rugi daya pada saluran
Pi Setelah proses iterasi untuk penetapan tegangan bus,
 Qi  Vi Yii sin  ii  Qi  Vi Bii
2 2
(41),
 i langkah berikutnya adalah perhitungan aliran daya dan
rugi-rugi daya pada saluran. Diasumsikan saluran sebagai
dengan Bii = |Yii| sin θii merupakan unsur imajiner dari penghubung dua bus-i dan bus-j. Model saluran transmisi
elemen-elemen diagonal admitans matriks bus. Bii untuk perhitungan aliran daya dan rugi-rugi daya pada
merupakan jumlah dari elemen yang masuk ke bus i. saluran [1], seperti ditunjukkan pada Gambar 3.
Dalam sistem tenaga Bii » Qi dan Qi dapat kita abaikan.
Vj
Penyederhanaan dapat diperoleh dengan mengasumsikan Iij Vi Iℓ yij Iji
|Vi|2 ≈ |Vi|, sehingga seperti persamaan (42).
Pi Ii0 Ij0
  Vi Bii (42).
 i
Keadaan operasi normal, δj – δi sedikit lebih kecil. yi0 yj0
Persamaan (26) diasumsikan θij − δi + δj ≈ θij, sehingga
elemen diagonal luar dari J1 menjadi persamaan (43).
Gambar 3 Model saluran transmisi untuk perhitungan aliran daya dan
Pi
  Vi V j Bij (43). rugi- rugi daya pada saluran
 j Arus saluran Iij dihitung pada bus I yang ditandai positif.
Penyederhanaan lebih lanjut dengan mengasumsikan |Vj| ≈ Arus Iij diberikan oleh persamaan (53).
1, diperoleh persamaan (55). I ij  I   I i 0  yij (Vi  V j ) yi 0Vi (53).
Pi (44).
  Vi Bij Arus Iji adalah kebalikan dari arus Iij, ditunjukkan oleh
 j persamaan (65).
Elemen diagonal J4 diuraikan dengan persamaan (31) I ji   I   I j 0  yij (V j  Vi ) y j 0V j (54).
menjadi persamaan (45).
Qi n

 Vi
i ii ii 
  V Y sin   V V Y sin(     ) (45).
j 1
i j ij ij i j
6

Berdasarkan persamaan (54), diperoleh daya kompleks Sij a) Unsur-unsur kompleks koordinat matriks admitans bus
dari bus i sampai j dan Sji dari bus j sampai i, yaitu ( Ybus ) pada perhitungan aliran daya dengan metode
persamaan (55) atau (56).
Gauss-Seidel menghendaki penyelesaian dalam bentuk
S ij  Vi I * ij (55), bilangan rectangular, sedangkan metode Newton-
atau Raphson dan Fast Decoupled diuraikan dalam bentuk
S ji  V j I * ji (56). bilangan polar dengan nilai sudut dalam satuan radian;
b) Kesederhanaan penyelesaian aliran daya metode
Rugi-rugi daya dalam saluran merupakan penjumlahan Gauss-Seidel, tanpa konversi unsur-unsur kompleks ke
aljabar dari pendekatan aliran daya pada persamaan (55) dalam bilangan polar dan uraian matriks yang rumit,
dan (56), yaitu seperti persamaan (57). dihasilkan jumlah baris struktur program yang relatif
S L ij  S ij  S ji (57). paling sedikit. Sebaliknya uraian elemen-elemen dari
Perhitungan aliran daya metode Gauss-Seidel, Newton- matriks Jacobian metode Newton-Raphson menghasilkan
Raphson, dan fast decoupled digunakan prinsip yang sama jumlah struktur program yang paling banyak diantara
dalam teknik urutan iterasi untuk tiap proses ketiga metode;
penyelesaiannya, yaitu: c) Berbanding lurus dengan jumlah baris struktur
a) Penentuan matriks admitans bus (Ybus) dari impedans- program aplikasi, M-file MATLAB metode Newton-
impedans saluran yang terpasang; Raphson memerlukan ukuran memori komputer yang
b) Penetapan nilai P dan Q untuk bus beban; paling besar diantara ketiga metode;
c) Penetapan nilai P dan │V│untuk bus generator; d) Untuk mendapatkan indeks ketetapan yang dapat
d) Penetapan V = 1/_00 untuk bus referensi (slack bus); diterima, penyelesaian aliran daya metode Gauss-Seidel
e) Asumsikan nilai V(0) = 1/_00 untuk bus beban dan bus memerlukan jumlah iterasi hasil perhitungan yang paling
generator pada awal iterasi; banyak diantara ketiga metode, yaitu sebesar 25 iterasi.
f) Penghitungan nilai V, P, dan Q untuk bus beban dan Hasil ini sangat jauh apabila dibandingkan dengan
bus generator dengan nilai-nilai yang tersebut; metode Fast Decoupled yang memerlukan 10 iterasi dan
g) Penghitungan nilai P dan Q untuk bus referensi; metode Newton-Raphson yang memerlukan hanya
h) Penghitungan nilai aliran daya dan rugi-rugi daya pada sebesar empat iterasi;
tiap saluran; e) Eksekusi program aplikasi penyelesaian aliran daya
i) Pengulangan langkah e) dengan nilai V, P, dan Q yang metode Newton-Raphson memerlukan waktu 1,73 detik.
baru untuk iterasi berikutnya, sehingga diperoleh nilai Nilai tersebut merupakan catatan waktu yang paling
( k 1) cepat diantara ketiga metode;
Vi   atau sampai batas sama dengan atau
(k )
Vi
f) Jumlah baris struktur program aplikasi yang sedikit
lebih kecil dari toleransi yang ditetapkan. dikarenakan kesederhanaan penyelesaiannya, maka
Hasil perhitungan pada fenomena aliran daya listrik waktu yang diperlukan komputer untuk menampilkan
dengan lima bus antara metode Gauss-Seidel, Newton- hasil perhitungan per jumlah iterasi metode Gauss-Seidel
Raphson, dan Fast Decoupled kemudian dilakukan menjadi yang paling cepat di antara ketiga metode, yaitu
perbandingan antara ketiganya untuk perolehan kelebihan 0,2364 detik.
dan kekurangan tiap metode penyelesaian aliran daya dan Uraian tersebut menunjukkan, bahwa metode Fast
dalam pemberian rancangan perhitungan aliran daya yang Decoupled mempunyai pilihan yang menguntungkan
optimal pada sistem tenaga listrik. (optimum) dalam jumlah lebih banyak dibandingkan
dengan metode Newton-Raphson maupun metode Gauss-
III. HASIL DAN BAHASAN Seidel, sehingga penerapan metode Fast Decoupled
A. Perbandingan Kriteria merupakan pilihan utama diantara ketiganya.
Data hasil simulasi perhitungan aliran daya sistem tenaga B. Perbandingan Hasil Simulasi
listrik IEEE 5-bus berbantuan aplikasi MATLAB antara Perbandingan hasil simulasi meliputi 1) perbandingan
metode Gauss-Seidel, Newton-Raphson, dan Fast perhitungan nilai daya dan tegangan dan 2) perbandingan
Decoupled terdapat beberapa perbedaan. Perbandingan perhitungan nilai aliran daya dan rugi-rugi saluran.
kriteria, seperti ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Perbandingan kriteria
1) Perbandingan perhitungan nilai daya dan tegangan
Simulasi perhitungan aliran daya dengan lima bus
Kriteria yang Gauss- Newton- Fast diawali dengan membuat struktur program yang mengubah
dibandingkan Seidel Raphson Decoupled
impedans saluran ke dalam bentuk admitans, sehingga
Koordinat Ybus Rectangular Polar Polar diperoleh data admitans pada tiap saluran, kemudian
Jumlah baris 159 257 246 diselesaikan atas dasar persamaan yang diberikan oleh tiap
Memori (byte) 5000 10000 8000 metode penyelesaian. Struktur program simulasi
Jumlah iterasi 25 4 10 perhitungan ini dibuat pada jendela text editor MATLAB
Waktu (M-files). Proses perhitungan aliran daya sistem tenaga
diperlukan 5,91 1,73 2,92 listrik dengan lima bus secara otomatis akan dilakukan oleh
komputer (detik) program aplikasi MATLAB dengan cara mengeksekusi M-
Waktu per file tiap metode penyelesaian yang telah dibuat. Data hasil
0,2364 0,4325 0,292
iterasi (detik)
simulasi perhitungan akan ditampilkan pada jendela
Berdasarkan Tabel 2 ditunjukkan, bahwa: command windows MATLAB. Perhitungan dimulai dengan
7

pengubahan nilai impedans saluran ke bentuk admitans, Y11  ( y12  y13  y14 )  1,3474  j10,3298
diperoleh: Y12   y12  0,4077  j 3,1256
y12  1 / L1  0,4077  j 3,1256
Y13   y13  0,5405  j 4,1439
y13  1 / L 2  0,5405  j 4,1439
Y14   y14  0,3992  j 3,0604
y14  1 / L 4  0,3992  j 3,0604 Y15  0
y 23  1 / L3  0,7035  j 5,3931 Y21  Y12  0,4077  j 3,1256
y 25  1 / L5  0,457  j 3,5038 Y22  ( y12  y 23  y 25 )  1,5682  j12,0225
y35  1 / L6  0,9379  j 7,1909 Y23   y 23  0,7035  j 5,3931
y 45  1 / L7  0,2917  j 2,2362 Y24  0
Penjelasan masing-masing metode seperti uraian-uraian Y25   y 25  0,457  j 3,5038
berikut.
Y31  Y13  0,5405  j 4,1439
(a) Metode Gauss-Seidel
Daya pada bus beban dan bus pembangkitan, adalah: Y32  Y23  0,7035  j 5,3931
P2 sch = 0,931 p.u. Y33  ( y13  y 23  y 35 )  2,1819  j16,7279
S3 sch = −2,202 − j 1,031 p.u. Y34  0
P4 sch = 0,9 p.u.
S5 sch = −0,911 − j 0,212 p.u. Y35   y 35  0,9379  7,1909
Uraian berkenaan dengan penerapan metode Gauss-Seidel, Y41  Y14  0,3992  j 3,0604
yaitu: Y42  0
i) Bus-1 sebagai slack bus. Tegangan bus 1 V1 = 1,0 +
Y43  0
j0,0. Estimasi tegangan awal untuk bus 2 V2(0) = 1,0 +
j0,0; bus 3 V3(0) = 1,0 + j0,0; bus 4 V4(0) = 1,0 + j0,0; dan Y44  ( y14  y 45 )  0,6909  j 5,2965
bus 5 V5(0) = 1,0 + j0,0. Selanjutnya secara iterasi Y45   y 45  0,2917  j 2,2362
tegangan bus-2, bus-3, bus-4, dan bus-5 (V2, V3, V4, dan
Y51  0
V5) dihitung dengan persamaan (7).
ii) Bus-2 sebagai bus generator dengan daya aktif dan Y52  Y25  0,457  j 3,5038
tegangan P2sch dan |V2| diketahui, dengan persamaan yang Y53  Y35  0,9379  7,1909
bersesuaian digunakan untuk penghitungan daya reaktif
Y54  Y45  0,2917  j 2,2362
Q2(k+1). Nilai dari Q2(k+1) digunakan sebagai nilai dari Q2sch
untuk penghitungan tegangan bus-2 V2. Tegangan dalam Y55  ( y 25  y 35  y 45 )  1,6866  j12,9309
bentuk bilangan kompleks pada bus-2 diberikan oleh Vc2, Pembentukan sudut dalam bahasa MATLAB, adalah:
karena |V2| bernilai konstan 1,0, maka hanya unsur t11 = atan2(imag(Y11),real(Y11))
imajiner yang ditentukan, dan unsur riil dihitung dengan t12 = atan2(imag(Y12),real(Y12))
persamaan (14). t13 = atan2(imag(Y13),real(Y13))
t14 = atan2(imag(Y14),real(Y14))
iii) Bus-3 sebagai bus beban dengan daya aktif dan daya
t21 = atan2(imag(Y21),real(Y21))
reaktif (P3sch dan Q3sch) diketahui, perhitungan tegangan t22 = atan2(imag(Y22),real(Y22))
diselesaikan dengan persamaan (7). t23 = atan2(imag(Y23),real(Y23))
iv) Bus-4 sebagai bus generator dengan daya aktif dan t25 = atan2(imag(Y25),real(Y25))
tegangan (P4sch dan |V4|) diketahui, persamaan (12) t31 = atan2(imag(Y31),real(Y31))
digunakan untuk penghitungan nilai daya reaktif Q4(k+1). t32 = atan2(imag(Y32),real(Y32))
Nilai dari Q4(k+1) digunakan sebagai nilai dari Q4sch untuk t33 = atan2(imag(Y33),real(Y33))
penghitungan nilai tegangan bus-4 (V4). Tegangan dalam t35 = atan2(imag(Y35),real(Y35))
t41 = atan2(imag(Y41),real(Y41))
bentuk bilangan kompleks pada bus-4 diberikan oleh
t44 = atan2(imag(Y44),real(Y44))
(Vc4), karena |V4| dengan nilai konstan 1,0 sehingga hanya t45 = atan2(imag(Y45),real(Y45))
unsur imajiner yang ditentukan, dan unsur riil dihitung t52 = atan2(imag(Y52),real(Y52))
dengan persamaan (14). t53 = atan2(imag(Y53),real(Y53))
v) Bus-5 sebagi bus beban dengan daya aktif dan daya t54 = atan2(imag(Y54),real(Y54))
reaktif (P5sch dan Q5sch) diketahui, perhitungan tegangan t55 = atan2(imag(Y55),real(Y55))
diselesaikan dengan persamaan (7). Daya pada bus beban dan bus pembangkitan, adalah:
Daya kompleks pada slack bus diselesaikan dengan P2 sch = 0,931 p.u.
persamaaan (2). Aliran arus dihitung dengan persamaan S3 sch = −2,202 − j 1,031 p.u.
(53) dan (54), daya kompleks antar bus dihitung dengan P4 sch = 0,9 p.u.
persamaan (55) dan (56), dan rugi-rugi daya dalam saluran S5 sch = −0,911 − j 0,212 p.u.
diselesaikan dengan persamaaan (57). Iterasi berhenti Uraian berkenaan dengan penerapan metode Newton-
apabila |Vi (k+1)−Vi (k)|  , dengan  adalah tetapan yang Raphson, yaitu:
nilainya ditentukan, sehingga diperoleh nilai-nilai pada tiap i) Bus-1 sebagai slack bus, tegangan bus-1 V1 = 1,0
bus-dalam p.u. 0. Bus-2 dan bus-4 sebagai bus generator, tegangan
(b) Metode Newton-Raphson bus-2 |V2| = 1,0 dan bus-4 |V4| = 1,0. Estimasi tegangan
Admitans Ybus dengan: awal untuk bus-3 |V3(0)| = 1,0 dan bus-5 |V5(0)| = 1,0;
sudut fase awal untuk bus-2 δ2(0) = 0,0; bus-3 δ3(0) = 0,0;
bus-4 δ4(0) = 0,0; dan bus-5 δ5(0) = 0,0. Selanjutnya
secara iterasi sudut fase bus-2, bus-3, bus-4, dan bus-5
8

(yaitu δ2, δ3, δ4, dan δ5), dihitung dengan persamaan (22) digunakan untuk penghitungan P3(k) dan Q3(k), dan
(35), untuk tegangan bus-3 dan bus-5 (V3 dan V5) persamaan (33) dan (34) digunakan untuk penghitungan
dihitung dengan persamaan (36). ∆P3(k) dan ∆Q3(k).
ii) Bus-2 adalah bus generator dimana daya aktif dan iv) Bus-4 sebagai bus generator dengan daya aktif dan
tegangan P2sch dan |V2| diketahui, persamaan (21) tegangan (P4sch dan |V4|) diketahui, persamaan (21)
digunakan untuk menghitung P2(k), dan persamaan (33) digunakan untuk penghitungan nilai P4(k), dan
digunakan untuk penghitungan nilai ∆P2(k). persamaan (33) digunakan untuk penghitungan nilai
iii) Bus-3 adalah bus beban dengan daya aktif dan daya ∆P4(k).
reaktif P3sch dan Q3sch diketahui, persamaan (21) dan v) Bus-5 sebagai bus beban dengan daya aktif dan daya
(22) digunakan untuk penghitungan nilai P3(k) dan Q3(k), reaktif (P5sch dan Q5sch) diketahui, persamaan (21) dan
dan persamaan (33) dan (34) digunakan untuk (22) digunakan untuk penghitungan nilai P5(k) dan Q5(k),
penghitungan nilai ∆P3(k) dan ∆Q3(k). dan persamaan (33) dan (34) digunakan untuk
iv) Bus-4 adalah bus generator dengan daya aktif dan penghitungan nilai ∆P5(k) dan ∆Q5(k).
tegangan (P4sch dan |V4|) diketahui, persamaan (21) Daya kompleks pada slack bus diselesaikan dengan
digunakan untuk penghitungan nilai P4(k), dan persamaaan (21) dan (22). Daya reaktif bus-2 dan bus-4 (Q2
persamaan (33) digunakan untuk penghitungan nilai dan Q4), dihitung dengan persamaan (22). Aliran arus
∆P4(k). dihitung dengan persamaan (53) dan (54), untuk daya
v) Bus-5 adalah bus beban dengan daya aktif dan daya kompleks antar bus dihitung dengan persamaan (55) dan
reaktif (P5sch dan Q5sch) diketahui, persamaan (21) dan (56), dan untuk rugi-rugi daya dalam saluran diselesaikan
(33) digunakan untuk penghitungan nilai P5(k) dan Q5(k), dengan persamaaan (57). Iterasi berhenti apabila |Vi (k+1)−Vi
dan persamaan (33) dan (34) digunakan untuk (k)
|  , dengan  adalah tetapan yang nilainya ditentukan,
penghitungan nilai ∆P5(k) dan ∆Q5(k). sehingga diperoleh nilai-nilai pada tiap bus-dalam p.u.
vi) Elemen-elemen dari matriks Jacobian dihitung dengan (d) Perbandingan perhitungan antar metode untuk
persamaan (25) sampai dengan (32). perhitungan daya dan tegangan yang dibangkitkan
Daya kompleks pada slack bus diselesaikan dengan Perbandingan antar ketiga metode berupa hasil simulasi
persamaaan (21) dan (33). Daya reaktif bus-2 dan bus-4 (Q2 perhitungan terhadap nilai daya dan tegangan yang
dan Q4), dihitung dengan persamaan (22). Aliran arus dibangkitkan, seperti ditunjukkan pada Tabel 3.
dihitung dengan persamaan (53) dan (54), untuk daya Tabel 3 Perbandingan hasil simulasi perhitungan terhadap nilai daya dan
kompleks antar bus dihitung dengan persamaan (55) dan tegangan yang dibangkitkan
(56), dan untuk rugi-rugi daya dalam saluran diselesaikan Daya Daya Sudut Tipe
dengan persamaaan (57). Iterasi berhenti, apabila |Vi (k+1)−Vi Bus
aktif Reaktif
Tegangan
fase Bus
(k)
|  , dengan  adalah tetapan yang nilainya ditentukan, metode Gauss-Seidel
sehingga diperoleh nilai-nilai pada tiap bus-dalam p.u. 1 1,4417 0,73737 1,000 0,000 1
(c) Metode Fast Decoupled 2 0,931 1,4193 1,000 −8,2237 2
Penggunaan nilai-nilai admitans Ybus dan pembentukan 3 −2,202 −1,031 0,83096 −18,1246 3
sudut dalam bahasa MATLAB, sebagaimana pada metode 4 0,900 0,31269 1,000 3,6524 2
Newton-Raphson, dengan B' dan B'' merupakan unsur 5 −0,911 −0,212 0,86398 −16,0031 3
imajiner dari matriks admitansi Ybus. B' merupakan susunan metode Newton-Raphson
dari (n–1). Demikian juga, B'' merupakan susunan dari (n– 1 1,4419 0,73741 1,000 0,000 1
1–m). Daya pada bus beban dan bus generator, adalah: 2 0,931 1,4194 1,000 −8,2251 2
3 −2,202 −1,031 0,83095 −18,1259 3
P2 sch = 0,931 p.u.
4 0,900 0,31272 1,000 3,6517 2
S3 sch = −2,202 − j 1,031 p.u.
5 −0,911 −0,212 0,86397 −16,0044 3
P4 sch = 0,9 p.u. metode Fast Decoupled
S5 sch = −0,911 − j 0,212 p.u. 1 1,4419 0,73739 1,000 0,000 1
Uraian berkenaan dengan penerapan metode Fast 2 0,931 1,4194 1,000 −8,225 2
Decoupled, yaitu: 3 −2,202 −1,031 0,83095 −18,1257 3
i) Bus-1 sebagai slack bus, tegangan bus-1 V1 = 1,0 0. 4 0,900 0.31271 1,000 3,6517 2
Bus-2 dan bus-4 sebagai bus generator, tegangan bus-2 5 −0,911 −0,212 0,86398 −16,0043 3
|V2| = 1,0 dan bus-4 |V4| = 1,0. Estimasi tegangan awal
2) Perbandingan perhitungan nilai aliran daya dan rugi-
untuk bus-3 |V3(0)| = 1,0 dan bus-5 |V5(0)| = 1,0; sudut
rugi saluran
fase awal untuk bus-2 δ2(0) = 0,0; bus-3 δ3(0) = 0,0; bus-4
δ4(0) = 0,0; dan bus-5 δ5(0) = 0,0. Selanjutnya secara Perbandingan perhitungan nilai aliran daya dan rugi-rugi
iterasi sudut fase bus-2, bus-3, bus-4, dan bus-5 (δ2, δ3, saluran, seperti ditunjukkan pada Tabel 4.
δ4, dan δ5), dihitung dengan persamaan (51), untuk
tegangan bus-3 dan bus-5 (V3 dan V5) dihitung dengan
persamaan (52).
ii) Bus-2 sebagai bus generator dengan daya aktif dan
tegangan P2sch dan |V2| diketahui, persamaan (21)
digunakan untuk penghitungan nilai P2(k), dan
persamaan (33) digunakan untuk penghitungan nilai
∆P2(k).
iii) Bus-3 sebagai bus beban dengan daya aktif dan daya
reaktif (P3sch dan Q3sch) diketahui, persamaan (21) dan
9

Tabel 4 Perbandingan hasil simulasi perhitungan terhadap nilai aliran daya IV. KESIMPULAN
dan rugi-rugi saluran
Berdasarkan hasil dan bahasan, maka ditarik simpulan
Metode
sesuai tujuan penelitian.
Notasi Newton- Fast
Gauss-Seidel
Raphson Decoupled
1) Metode Fast Decoupled mempunyai pilihan yang
Nilai aliran daya menguntungkan (optimum) dalam jumlah lebih banyak
S12 45,126 − 45,1341 − 45,1336 − dibandingkan dengan metode Newton-Raphson
j2,6125 j2,61239 j2,61239 maupun metode Gauss-Seidel, sehingga penerapan
S21 −44,2883 + −44,2961 + −44,2956 + metode Fast Decoupled merupakan pilihan utama di
j9,04035 j9,04253 j9,0424 antara ketiganya.
S13 118,4626 + 118,47 + 118,4691 + 2) Untuk simulasi perhitungan aliran daya, metode Fast
j73,1855 j73,19047 j73,18847 Decoupled menunjukkan jumlah ketelitian sebesar
S31 −112,4713 − −112,4778 − −112,4771 − 57%, Gauss-Seidel 36%, dan Newton-Raphson 7%;
j27,17418 j27,17331 j27,17249 sedangkan untuk simulasi perhitungan rugi-rugi
−19,4139 + −19,4103 + −19,4102 + saluran metode Fast Decoupled menunjukkan jumlah
S14
j3,16387 j3,16316 j3,16314
ketelitian sebesar 50%, Gauss-Seidel 40%, dan
S41 19,5761 − 19,5724 − 19,5723 −
j1,92073 j1,92048 j1,92048
Newton-Raphson 10%.
S23 89,83692 + 89,83567 + 89,8349 +
j87,78862 j87,79315 j87,79077 .DAFTAR PUSTAKA
S32 −86,08187 − −86,08049 − −86,07985 − [1] H. Saadat, (1999), Power Sistem Analysys. Singapore: McGraw-Hill
j59,02621 j59,0297 j59,02833 Book Company, pp. 189-256.
S25 47,5615 + 47,5604 + 47,5601 + [2] O.I. Elgerd, 1971, Electric Energy Systems Theory: An Introduction,
j45,1051 j45,1073 j45,1061 New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd., pp. 200-
262.
S52 −45,9889 − −45,9878 − −45,9876 − [3] I.J. Nagrath, D.P. Kothari, 1980, Modern Power System Analysis. New
j33,0489 j33,0509 j33,05 Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd., pp. 184-229.
S35 −21,6414 − −21,6417 − −21,6413 − [4] J.J. Grainger, W.D. Stevenson, Jr., 1994, Power System Analysis, New
j16,8959 j16,897 j16,8966 York: McGraw-Hill, pp. 329-373.
S53 21,8357 + 21,836 + 21,8356 + [5] A.J. Wood, B.F. Wollengerg, 1996, Power Generation Operation and
j18,3883 j18,3895 j18,389 Control, John Wiley and Sons, Inc. New Jersey, pp. 91-108.
[6] B.R. Hunt, et. Al, (2001), A Guide to MATLAB: for Beginners and
S45 70,426 + 70,4276 + 70,4273 +
Experienced Users, Cambridge University Press, New ork. [Online].
j33,1905 j33,1923 j33,1914 Available:
S54 −66,9467 − −66,9482 − −66,9479 − http://www.shahroodut.ac.ir/fa/download.php?id=1111121783.
j6,53838 j6,53863 j6,53826 [7] H. Moore, 2012, MATLAB for Engineers, New Jersey: Pearson
Education, Inc. Pp. 63-148.
[8] MATLAB R2016a, 2016, MATLAB: Programming Fundamental,
Metode Mathwork. [Online]. Available:
Notasi Newton- Fast https://www.mathworks.com/help/pdf_doc/matlab/matlab_prog.pdf
Gauss-Seidel
Raphson Decoupled
Nilai rugi-rugi saluran
SL12 0,8377 + 0,838 + 0,83799 +
j6,4279 j6,4301 j6,43
SL13 5,99136 + 5,99212 + 5,99197 +
j46,0113 j46,0172 j46,016
SL14 0,16212 + 0,16205 + 0,16205 +
j1,2431 j1,2427 j1,2427
SL23 3,75505 + 3,75518 + 3,75505 +
j28,7624 j28,7634 j28,7624
SL25 1,57254 + 1,57258 + 1,57253 +
j12,0561 j12,0564 j12,0561
SL35 0,19433 + 0,19434 + 0,19433 +
j1,4924 j1,4925 j1,4924
SL45 3,47926 + 3,47946 + 3,4794 +
j26,6521 j26,6536 j26,6532
Hasil simulasi terhadap ketiga metode tersebut terhadap
perhitungan aliran daya dan rugi-rugi saluran dengan nilai
tingkat ketelitian (  ) yang sama sebesar 0,0001
menunjukkan, bahwa metode Fast Decoupled memberikan
jumlah ketelitian hasil yang lebih baik dibandingkan
dengan metode Gauss-Seidel maupun Newton-Raphson.
Perbandingan jumlah ketelitian antara ketiga metode, untuk
simulasi perhitungan aliran daya, metode Fast Decoupled
menunjukkan jumlah ketelitian sebesar 57%, Gauss-Seidel
36%, dan Newton-Raphson 7%; sedangkan untuk simulasi
perhitungan rugi-rugi saluran metode Fast Decoupled
menunjukkan jumlah ketelitian sebesar 50%, Gauss-Seidel
40%, dan Newton-Raphson 10%.

View publication stats

You might also like