You are on page 1of 11
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 £041UNO TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADIAH MADA, 5-6 Seplember 2019; Hotel Alana Yogyakarta PENENTUAN TITIK BOR EKSPLORASI AIR TANAH BERDASARKAN DATA. GEOLISTRIK DI DAERAH KARST Cici Arti", Purwanto!, Iham Widi Putranto!, Rani Kurniawati?, Lisna Tri Utami?, Wimbo Agung Pangestu! "Telaik Geofisika, UPN “Veteran” Yogyakarta coresponding author ‘ciciarti@gmal com ABSTRAK. Penelitian ini dilakukan di Desa Ginjati, Kecamatan Purwosan, Kabupaten Gunung Kidul. Daerah tersebut berupa bentuk lahan karst, dimana cukup sulit untuk mendapatkan air di permukaan. Oleh Karena itu, dilakukan penelitian di daerah tersebut dengan tujuan untuk mengetahui potensi Keberadaan akuifer bawah permukaan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Metode Geolistik Resistivitas Konfigurasi Dipol-dipol. Akuisisi data dilakukan sebanyak 7 lintasan dengan panjang lintasan 200 ~ 260 meter dengan jarak tiap lintasan 20 meter Berdasarkan data akuisisi, Kemudian akan didapatkan penampang bawah permukaan dani hasil pengolahan, Pada penampang 2D resistivitas, akuifer memiliki nilai resistivitas rendah, bernilai antara 2.77 Om sampai 26,1 Om. Akuifer tersebut berada di batugamping yang mengalami pelarutan oleh air sehingga memuliki porositas tinggi. Berdasarkan model 3D resistivitas, akuifer terdapat di semua lintasan dengan kedalaman 10 — 15 meter. Sedangkan pada Kedalaman sekitar 1 meter terdapat nilai resistivitas rendah tetapi bukan merupakan akuifer melainkan air hujan atau air meteonit yang hanya bersifat sementara. Akuifer pada lintasan 4, 5, 6 dan 7 memiliki pola menerus (conduit) sedangkan lintasan 1, 2dan 3 berpola spot-spot. Berdasarkan letak dan kedalamannya, maka perkiraan dilakukannya pemboran berada pada titik di lintasan 4 dikarenakan memuiliki keterdapatan akuifer cukup banyak dan memuliki kedalaman kurang lebih 10 meter. Kata kunci: Akuifer, Karst, Geolistrik Resistivitas I. PENDAHULUAN Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di dalamnya. Air sendiri merupakan semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut (Saputra D,dkk.2016), Sedangkan air tanah merupakan air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang —ruang antara butir — butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan membentuk lapisan air tanah yang disebut akuifer (Moni dkk, 1999), Dalam kehidupan sehari-hari, air sudah menjadi kebutuhan makhluk hidup yang tidak akan pernah bisa digantikan, sedangkan cadangan air tersebut berada di bawah permukaan tanah atau disebut akuifer. Pada daerah yang kekurangan air, keberadaan air tanah sangat dibutuhkan sebagai sumber mata air dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, Daerah perelitian berada di Desa Girijati, Kecamatan Purvrosari, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Daerah tersebut merupakan daerah hast dimana cukup sulit untuk mendapatkan air di permukaan. Hal ini dikarenakan sistem dart morfologi karst yang menyimpan air dalam bentuk sungai bawah permukaan yang menerus sehingga sulit untuk naik ke permukaan. PBB memperkirakan persediaan air sekitar 25 % 362 eran imu Kebumian Dalam Pengembangan Geowiata, Geokonsenasi& Geoheriage ‘Serta Memperingati 35 Tahun rampis Lapangan Geolgi UcM “Prof. Soeroso Notohadiprawio” Baya ten PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 £041UNO TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADIAH MADA, 5-6 Seplember 2019; Hotel Alana Yogyakarta penduduk dunia merupakan sumber air karst (Ko, 1984), Oleh Karena itu eksplorasi mengenai air tanah di daerah karst sangat penting untuk dilakukan guna membantu masyarakat sekitar dalam mengetahuti dan mengoptimalkan potensi keberadaan sumber air di daerah perelitian. Eksplorasi air tanah dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah metode geolistrik Metode geolistrik adalah salah satu metode geofisika yang didasarkan pada penerapan konsep kelistrikan pada masalah kebumian. Tujuannya adalah untuk memperkirakan sifat Kelistrikan medium atau formasi batuan bawah-permukaan terutama kemampuannya untuk menghantarkan (Konduktivitas) atau menghambat (resistivitas) listrik. (Legget, 1962). Respon air tanah (akuifer) terhadap sifat Kelistrikan tersebut akan memberikan nilai konduktivitas tinggi atau resistivitas rendah, Hal tersebut dikarenakan air merupakan medium yang mampu menghantarkan arus litrik dengan baik. Sehingga, dari penelitian ini diharapkan dapat mengetahui potensi keberadaan air tanah di daerah penelitian serta dapat menentuan titik bor eksplorasi air tanah. Pembuatan sumur bor dimaksudkan untuk mengoptimalkan potensi keberadaan air tanah di daerah perelitian, Sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan air untuk keperluan sehari- hari dengan cukup. Il. GEOLOGI REGIONAL Secara umum, fisiografi Jawa Tengah bagian tenggara meliputi Kawasan G Merapi, Yogyakarta, Surakarta dan Pegunungan Selatan dapat dibagi menjadi 2 zona yaitu Zona Solo dan Zona Pegunungan Selatan (Bemmelen,1949). Daerah Gunungkidul merupakan wilayah yang berada pada daerah Pegunungan Selatan subzona Gunung Sewu. Daerah ini terletak di bagian selatan dari Pegunungan Selatan, berupa rangkaian pebukitan harst berbentuk kerucut dengan arah poros reltif barat-timur. Bukit-bukit tersebut memilikt ketinggian antara 100-300 meter. Ditinjau dari struktur geologi, subzone Gunung Sew ini merupakan homoklin yang memiliki Kemiringan relatif ke arah selatan. Di daerah Gunungkidul, terdapat pola pelurusan sungai yang berarah timurlaut-bratdaya (Bengawan Solo, Kali Opak, Kali Dengkeng), berarah barat laut-tenggara (Bengawan Solo) dan berarah timur —barat (Kali Oyo, Kali Dengkeng). Geomorfologi Daerah Gunungsewu, berdasarkan morfogenetik dan morfometriknya dapat dikelompokkan menjadi tiga satuan, yaitu Satuan Geomorfologi Dataran Karst, Satuan Geomorfologi Perbukitan Kerucut Karst, dan Satuan Geomorfologi Teras Pantai Secara umum karstifikasi di daerah ini sudah mencapai tahapan dewasa. Lapisan paling bawah stratigafi daerah Gunungsewu berupa endapan vulkanik yang terdiri dari batupasir tufaan, lava, dan breksi, yang dikenal sebagai Kelompok Besole, Di atas batuan basal tersebut, secara setempat-setempat didapatkan napal Formasi Sambipitu, serta batugamping tufaan dan batugamping lempungan Formasi Oyo. Di atasnya lagi dijumpai batugamping Gunungsewu Formasi Wonosari yang dianggap merupakan lapisan pembawa air di daerah perelitian, Di bagian paling atas, berturut-turut terdapat napal Formasi Kepek, endapan aluvial dan endapan vulkanik Merapi (Kusumayudha, S.B. 2007). ‘363 eran imu Kebumian Dalam Pengembangan Geowiata, Geokonsenasi& Geoheriage ‘Serta Memperingati 35 Tahun rampis Lapangan Geolgi UcM “Prof. Soeroso Notohadiprawio” Baya ten PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 £041UNO TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADIAH MADA, 5-6 Seplember 2019; Hotel Alana Yogyakarta Berdasarkan litofasiesnya, batugamping Gunungsewu dapat dibedakan menjadi batugamping bioklastik wackestone, dan batugamping terumbu yang terdiri dari boundstone dan packstone. Di lapangan, sebagai singkapan, batugamping Gunungsewu menunjukkan dua sifat fisik berbeda, yaitu Karstik dan kapuran (chalky = kalice). Batugamping karstik bersifat pejal dan Keras, sedangkan batugamping kalice bersifat rapuh dan lunak, Porositas sekunder berbentuk saluran (conduit) dan rongga-rongga, merupakan. porositas yang dominan pada batugamping karstik, sedangkan porositas intergranuler (matriks) merupakan porositas yang terdapat pada batugamping kalice. Dengan demikian, airtanah di dalam batugamping karstik akan mengalir secara conduit flow (aliran saluran) sedangkan di dalam batugamping kalice akan bergerak secara diffuse flow (aliran rembesan) (Kusumayudha, §.B. 2007) Ill. | METODOLOGI PENELITIAN 1. Metode Penelitian Pengambilan data metode geolistrik dilakukan pada tanggal 9-11 November 2018 Lokasi penelitian berada di daerah Ginjati, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Proses pengukuran metode Geolistrik ini menggunakan alat Resitivity OYO Ohm meter, aki untuk sumber listrik untuk alat, lalu elektroda untuk menginjeksi arus serta kabel untuk menghubungkan antar elektroda dan alat, Pengambilan data dengan mengukur 7 lintasan dengan panjang masing-masing lintasan sepanjang 200- 260 meter. Konfigurasi yang dipakai dalam pengukuran metode geolistrik ini adalah konfigurasi dipole dipole dengan jarak antar lintasannya yakni 20 m. Secara umum, arah orientasi pengukuran tersebut barat-timur. Kondisi pada daerah perelitian yakni perbukitan pada area sawah warga sekitar, dan pada perelitian ini juga mengacu pada geologi regional daerah penelitian serta penelitian terdahulu pada daerah perelitian, 2. Metode Pengolahan Data Pada perelitian ini digunakan metode Geolistrik Resisitivitas dengan konfigurasi dipole- dipole. Metode geolistrik resistivitas atau tahanan jenis adalah salah satu dari kelompok metode geolistrik yang digunakan untuk mempelajari keadaan bawah permukaan dengan cara mempelajari sifat aliran listrik di dalam batuan di bawah permukaan bumi. Metode resistivitas umumnya digunakan untuk eksplorasi dangkal, sekitar 300 — 500 m. Prinsip dalam metode ini yaitu arus listrik diinjeksikan ke alam bumi melalui dua elektrode arus, sedangkan beda potensial yang terjadi diukur melalui dua elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial listrik dapat diperoleh variasi harga resistivitas listrik pada lapisan di bawah titik ukur. Metode Kelistrikan resistivitas dilakukan dengan cara menginjeksikan arus listrik dengan frekuensi rendah ke permukaan bumi yang kemudian diukur beda potensial diantara dua buah elektrode potensial, Pada keadaan tertentu, pengukuran bawah permukaan dengan arus yang tetap akan diperoleh suatu variasi beda tegangan yang berakibat akan terdapat variasi resistansi yang akan membawa suatu informasi tentang struktur dan material yang dilewatinya. Prinsip ini sama halnya dengan menganggap bahwa material bumi memiliki sifat resistif atau seperti perilaku resistor, dimana material- materialnya memiliki derajat yang berbeda dalam menghantarkan arus listrik 364 eran imu Kebumian Dalam Pengembangan Geowiata, Geokonsenasi& Geoheriage ‘Serta Memperingati 35 Tahun rampis Lapangan Geolgi UcM “Prof. Soeroso Notohadiprawio” Baya ten PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 £041UNO TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADIAH MADA, 5-6 Seplember 2019; Hotel Alana Yogyakarta Pada prinsipnya Konfigurasi dipole-dipole menggunakan 4 buah elektroda, yaitu pasangan eleKtroda arus yang disebut ‘current dipole AB’ dan pasangan elektroda potensial yang disebut ‘potensial dipole MN’, Pada konfiguraasi dipole-dipole, elektroda arus dan eleKtroda potensial bisa tetletak tidak segaris dan tidak simetris. IV. _HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian yang dilakukan didaerah Girijati, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta mendapatkan data sebanyak 7 lintasan. Melalui pengukuran metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Dipole-dipole memperoleh data berupa nilai resistivitas batuan dibawah permukaan yang didapat dari data nilai I (arus) dan V (potensial), R (hambatan), dan faktor konfigurasi. Selanjutnya dilakukan pengolahan menggunakan software RES2DINV yang bertujuan untuk mendapatkan penampang geolistrik 2D. Selanjutnya dari penampang tersebut dilakukan korelasi antar penampang menggunakan software Mapinfo (Discover 3D) untuk mengetahui kemenerusan dari respon nilai resistivitas pada data perelitian. Lalu untuk mengetahui persebaran dari nilat resistivitas batuan bawah pengukuran daerah perelitian dilakukan pengolahan dengan software Oasis Montaj, sehingga didapatkan gambar data 3D dari data resistivitas seluruh lintasan pengukuran. Pada gambar 5 merupakan Korelasi penampang Resistivitas dari tiap-tiap lintasan pada daerah penelitian yang berada di Desa Girijati, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Terdapat total 7 lintasan yang dibentangkan di daerah perelitian seperti yang terlihat pada gambar, dimana penampang yang terletak paling utara merupakan penampang Resistivitas lintasan 1 berturut-turut hingga ke selatan sampai lintasan 7. Korelasi penampang resisitivitas ini berfungsi untuk mencari Kemenerusan indikasi akuifer pada daerah perelitian, Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa daerah dengan warna merah merupakan daerah dengan nilai resistivitas tinggi yaitu sebesar 755 Qm sampai lebih dari 7119 Om. Nilai resistivitas tinggi tersebut dapat disebabkan Karena adanya batuan yang memiliki porositas yang tinggi. Sesuai dengan geologi regional daerah perelitian, pada daerah tersebut litologinya yakni batugamping. Maka didasarkan dengan geologi regional dan nilai resistivitasnya, daerah tersebut diinterpretasikan terdapat batuan dengan litologi batugamping, Batugamping memiliki nilai resistivitas tinggi karena batugamping memiliki porositas sekunder yang relatif besar. Sedangkan daerah dengan warna biru seperti yang ditunjukkan pada gambar 5 diindikasikan sebagai akuifer dengan nilai resistivitas dari 2,77 Om sampai 26,1 Om pada kedalaman yang dangkal yaitu 1 meter sampai 10 meter. Nilai resistivitas rendah yang berada di dekat permukaan diinterepretasikan berupa daerah resapan air hujan atau air meteorit dengan kedalaman dangkal sekitar 1 meter yang bukan termasuk dalam akuifer Karena resapan air hujan tersebut hanya bersifat sementara, Sedangkan ilai resistivitas rendah yang berada di kedalaman sekitar 10 meter diinterpretasikan berupa akuifer. Lapisan tersebut diindikasikan sebagai akuifer yang tersimpan di batugamping. Bentuk dari akuifer ini diinterpretasikan berupa rekahan- rekahan yang terjadi akibat pelarutan dari batugamping oleh air. Batugamping yang terlarut oleh air akan membentuk rekahan-rekahan. Jika rekahan-rekahan tersebut semakin besar a6 eran imu Kebumian Dalam Pengembangan Geowiata, Geokonsenasi& Geoheriage ‘Serta Memperingati 35 Tahun rampis Lapangan Geolgi UcM “Prof. Soeroso Notohadiprawio” Baya ten PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 £041UNO TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADIAH MADA, 5-6 Seplember 2019; Hotel Alana Yogyakarta maka kemungkinan terisi oleh air juga akan semakin besar. Air yang tersimpan di rekahan- rekahan ini akan membentuk kemenerusan dari akuifer. Selain hal tersebut, lapisan yang diindikasikan sebagai akuifer juga dikarenakan memiliki nilai resistivitas yang relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan lapisan-lapisan di sekitamya. Berdasarkan bentuk topografi permukaan dapat di interpretasikan bahwa di daerah yang memiliki nilai resistivitas rendah tersebut berada pada topografi yang relatif rendah. Gambar 6 merupakan gambar model 3D nilai resistivitas yang dibuat dengan tujuan untuk mempermudah dalam melakukan interpretasi keberadaan akuifer bawah permukaan. Pada model 3D terebut dapat dilihat bahwa nilai resistivitas rendah (warna biru) berada pada lintasan 1, 2, 3 dan lintasan 7 dengan kedalaman dangkal sekitar 1 meter. Hal int dimungkinkan terjadi Karena daerah tersebut berada pada topografi yang rendah jika dibandingkan dengan daerah sekitarnnya atau berada pada daerah cekungan, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa daerah tersebut hanya berupa daerah resapan atau tempat terakumulasinya air hujan atau air meteorit, Gambar 6 tersebut menunjukkan keberadaan dari akuifer dengan kedalaman dalam (lebih dalam dari gambar 5), Berdasarkan model 3D tersebut dapat ditentukan keberadaan akuifer yang digambarkan dengan warna biru yaitu berada di semua lintasan, Pada lintasan 1, 2 dan 3 terdapat akuifer dengan pola spot-spot atau tidak mengalami kemenerusan, Sedangkan pada lintasan 4, 5, 6 dan 7 terdapat akuifer yang membentuk pola menerus, Pola menerus tersebut termasuk kedalam pola aliran akuifer conduit pada batugamping, Dimana pola conduit tersebut berbentuk menerus seperti sungai dengan supply air dari atas, Berdasarkan keberadaan akuifer tersebut, maka dapat dilakukan pemboran air tanah berdasarkan posisi dan kedalaman akuifer pada penampang resistivitas, Titik pemboran yang memiliki potensi didapatkannya air tanah yang cukup baik berada pada lintasan 4. Hal tersebut dikarenakan pada lintasan 4 keterdapatan akuifer cukup banyak serta memiliki kedalaman yang memungkinkan untuk dilakukannya pemboran (sekitar 10 meter) Banyaknya akuifer tersebut disebabkan karena porositas batugamping yang besar sehingga mudah terisi oleh air. Kondisi hidrologi kawasan karst Gunungsewu secara umum tidak jauh berbeda dengan kawasan kast umumnya, Sistem aliran air utama adalah melalui saluran yang membentuk jaringan sungai bawah tanah, Akuifer kawasan karst ditandai oleh porositas sekunder yang diatur oleh pembesaran lorong-lorong hasil proses pelarutan, Namun demikian, variasi secara lokal masih dapat dibedakan berdasarkan pada struktur geologi dan variasi litologi. V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengukuran metode geolistrik resistivitas konfigurasi dipole- dipole yang dilakukan di daerah Desa Girijati, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat disimpulkan bahwa + Secara umum dari pengukuran yang dilakukan pada lintasan 1- 7 diketahui bahwa litologi penyusun di lokasi pengukuran yakni dari litologi batugamping yang memiliki porositas sekunder yang tinggi 866 eran imu Kebumian Dalam Pengembangan Geowiata, Geokonsenasi& Geoheriage ‘Serta Memperingati 35 Tahun rampis Lapangan Geolgi UcM “Prof. Soeroso Notohadiprawio” Baya ten PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 £041UNO TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADIAH MADA, 5-6 Seplember 2019; Hotel Alana Yogyakarta + Berdasarkan data pengukuran didapatkan daerah dengan nilai resistivitas tinggi yaitu sebesar 755 Om sampai lebih dari 7119 Om, Dari nilai resistivitas tinggi tersebut dapat diinterpretasikan bahwa batuan tersebut merupakan litologi batugamping. Selanjutnya pada data didapatkan nilai resistivitas rendah yang diindikasikan sebagai akuifer dengan nilai resistivitas dari 2,77 Om sampai 26,1 Om pada kedalaman yang dangkal yaitu 1 meter sampai 10 meter. + Nilai resistivitas rendah yang berada di dekat permukaan diinterepretasikan berupa daerah resapan air hujan atau air meteorit dengan kedalaman dangkal sekitar 1 meter yang bukan termasuk dalam akuifer Karena resapan air hujan tersebut hanya bersifat sementara Sedangkan ilai resistivitas rendah yang berada di kedalaman sekitar 10 meter diinterpretasikan berupa akuifer. + Pada lintasan 1, 2 dan 3 terdapat akuifer dengan pola spot-spot atau tidak mengalami kemenerusan. Sedangkan pada lintasan 4, 5, 6 dan 7 terdapat akuifer yang membentuk pola menerus. Pola menerus tersebut termasuk kedalam pola aliran akuifer conduit pada batugamping. Dimana pola conduit tersebut berbentuk menerus seperti sungai dengan supply air dari atas. + Pada penentuan titik pemboran air tanah ini disarankan berada pada lintasan 4, Karena memiliki potensi didapatkannya air tanah yang cukup baik, Hal tersebut dikarenakan pada lintasan 4 keterdapatan akuifer cukup banyak serta memiliki kedalaman yang memungkinkan untuk dilakukannya pemboran dengan kedalaman sekitar 8-10 m. ACKNOWLEDGEMENT Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena segala Rahmat dan KaruniaNya sehingga dapat terselesaikannya penelitian ini yang berjudul “Penentuan Titik Bor Eksplorasi Air Tanah Berdasarkan Data Geolistrik di Daerah Karst” pada daerah Desa Ginijati, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Sehingga perelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembacanya, Tak luput dari sebuah kesalahan Kami juga menerima Kritik dan saran untuk penelitian yang akan datang, serta kami ucapkan banyak terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu pengukuran data sehingga dapat terselesaikan dengan baik. DAFTAR PUSTAKA. BPBD Gunungkidul, 2014. Pembagian = Zona Kabupaten © Gromanghidul http /fopbdgununghidul blogspot com/2014/01 /pembagian-zona-kabupaten-gunungkidul html# XBrelu1UzbDe. Diakses pada tanggal 8 Desember 2018. Hidayat, Wahyu, dk. 2013, Identifikasi Potensi Air Tanah dengant Menggunakan Metode Geolistrik di Desa Ginijati Kecamater Purwosari Kabupaten Guang KidulProvinsi Daeralt Istimewa Yogyakarta Prosiding Seminar Nasional Kebumian VIII-2013, Yogyakarta, Ko, RKT., MD DV,, 1984, Perauan Inu Speleologi Dalam Penyelidikant Fenomena Karstik dant Sumberdaya Tanah dan Air ~ Sebuah Informasi Soal Speleologi,Ceramah Pada Pusat Penelitian Tanah — Bogor, Bogor. ‘867 eran imu Kebumian Dalam Pengembangan Geowiata, Geokonsenasi& Geoheriage ‘Serta Memperingati 35 Tahun rampis Lapangan Geolgi UcM “Prof. Soeroso Notohadiprawio” Baya ten PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 £041UNO TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADIAH MADA, 5-6 Seplember 2019; Hotel Alana Yogyakarta Kusumayudha, $B. 2005. Hidrogeologi Karst dan Geometri Fraktal Daerah Gummmgsewu. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Legget, Robert F. 1962. Geology avid Engineering. New York : McGraw-Hill book company, inc Moni, Kiyotoka, 1999, Hidrologi wituk Penigaiva1, PT. Pradnya Paramita, Jakarta Penerjemah : L. Taulu, Editor : Ir. Suyono Sosrodarsono dan Kensaku Takeda. Raharjo, Wartono, Sukandarrumidi, dan Rosidi. (1977). Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Jawa Direktorat Geologi ; Bandung Robinson, E., and Coruh, C,, 1988, Basic Exploration: Geophysics. Virginia Polytechnic Institute and State University. SaputraD.dkk 2016. Studi Air Tanah Berbasis Geographics Information System (GIS)di Kota Bandar Lampung Jumal Rekayasa Sipil dan Desain. Vol. 4, No. 3hal 469-480. Telford, M W. Geldart, LP. Sheriff, RE. Keys, D A. 1976. Applied Geophysics. New York: Cambridge University Press Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia, Vol. 1 A, Government Printing Office, The Hauge. 368 eran imu Kebumian Dalam Pengembangan Geowiata, Geokonsenasi& Geoheriage ‘Serta Memperingati 35 Tahun rampis Lapangan Geolgi UcM “Prof. Soeroso Notohadiprawio” Baya ten PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F041UNO_ TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADIAH MADA, 5-6 Seplember 2019; Hotel Alana Yogyakarta Gambar 1. Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Jawa (Raharjo, Wartono, Sukandarrumidi, dan Rosidi,, 1977) Gambar 2. Konsep Geolistrik eran imu Kebumian Dalam Pengembangan Geowiata, Geokonsenasi& Geoheriage ‘Serta Memperingati 35 Tahun rampis Lapangan Geolgi UcM “Prof. Soeroso Notohadiprawio” Baya ten PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 £041UNO TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADIAH MADA, 5-6 Seplember 2019; Hotel Alana Yogyakarta ROB MPTP onesionte Gambar 3. Konfigurasi Dipole ~ Dipole Gambar 4. Rangkaian Electrode Konfigurasi Dipole - Dipole ‘870 ceolonsenasi& ceoheritage ‘Serta Memperingati 35 Tahun rampis Lapangan Geolgi UcM “Prof. Soeroso Notohadiprawio” Baya ten PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F041UNO_ TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADIAH MADA, 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta Gambar 5. Korelasi Penampang 2D Resistivitas Semua Lintasan Gambar 6, Model 3D Resistivitas Semua Lintasan a7 eran imu Kebumian Dalam Pengembangan Geowiata, Geokonsenasi& Geoheriage ‘Serta Memperingati 35 Tahun rampis Lapangan Geolgi UcM “Prof. Soeroso Notohadiprawio” Baya ten PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 £041UNO TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADIAH MADA, 5-6 Seplember 2019; Hotel Alana Yogyakarta a72 eran imu Kebumian Dalam Pengembangan Geowiata, Geokonsenasi& Geoheriage ‘Serta Memperingati 35 Tahun rampis Lapangan Geolgi UcM “Prof. Soeroso Notohadiprawio” Baya ten

You might also like