You are on page 1of 9

PENGEMBANGAN POS OBAT DESA Dl KABUPATEN CIANJUR

PROVINSI JAWA BARAT

Martuti Budiharto' dan Harimat Hendrawan'

ABSTRACT
The village drug post is one of health efforts based on the community resources. But the technical assistance is the
Health Center's responsible. This means that there are ducation process, transfer of technologies, and train the skill on
drugs and simple therapy for common diseases in the community This research aimed to enhance the community ability
to self help in health that are safe and right, with the specific objectives were 1) present of qualified drugs with achievable
prices, 2) enhance the community's knowledge on drugs and simple treatment efforts to mild diseases in the local areas,
3) enhance the community's skill to know symptoms and to treat mild disease simply. This was an operational research
with a qualitative design. The location was in Cianjur District, Cipendawa and Cikanyere villages. Data were collected by
interview focus group discussion, and observation. Results showed that there were village drug posts in 2 (two) villages
selected. And by cadres trainings there were to enhance on the community knowledge on drugs, simple treatment efforts
on mild diseases, and enhance the community skill to know symptoms. Besides, the procurement of drugs in village drug
post are notjust from Big Pharmacy Factories (Pabrik Besar Farmasi) directed by the Government but for efficiency and
effectives, these could be from the drug stores with licenses because the prices could be cheaper and also could be faster
and shorter. It is suggested that there should be 1) evaluation and revitalizationon village drug posts that in the location
that ever been exist and to apply drug procurement system that is easy to conduct, 2) enhance community education on
drugs, 3) reorganize the training materials for cadres.

Key words: village drug post, communify, procurement of drugs

PENDAHULUAN - strategis
Tantansan - teriadi denqan
. munculnya
krisis moneter yang dilanjutkan dengan krisis
Pem an kesehatan yang telah
multidimensi pada tahun 1997. Hal ini berdampak
diseleng! alam beberapa dekade ini telah
luas terhadap perikehidupan masyarakat, antara
berhasil menyeo~akansarana kesehatan di seluruh
lain dengan meningkatnya pengangguran d a n
pelosok tanah air. Lebih dari 40% desa telah dilayani
jumlah penduduk miskin yang pada gilirannya akan
oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Pada
berpengaruh pada sumber daya manusia.
tahun 2000 tersedia 7.237 puskesmas, 21.267
Untuk mendekatkan pelayanan o b a t pada
puskesmas pembantu, dan 6392 puskesmas keliling.
masyarakat dan juga untuk meningkatkan pendapatan
Dengan demikian setiap 100.000 penduduk Indonesia
masyarakat, salah satu upaya adalah melalui
rata-rata dilayani oleh 3,5 Puskesmas.
pengembangan POD, dengan harapan peran serta
Di s;amping siarana tersebut d i atas, telah
masyarakat lebih meningkat.
dikembarlgkan pula upaya kemandirian pembangunan
Pos Obat Desa (POD) melengkapi kegiatan
kesehat,an bersu mber daya masyarakat, yaitu
..
posyandu, ponaoK bersalin desa, pos obat desa dan
posyandu yang sudah demikian melernbaga; bila
kegiatan posyandu hanya satu kali dalam sebulan.
upaya kesehatan desa. (SKN 2002). Posyandu yang
maka POD praktis dapat berfungsi setiap hari.
bersifat promotif dan preventif memberi kesempatan
Dengan demikian pertolongan kepada masyarakat
untuk meningkatkan kesehatan dan pencegahan
dapat dilayani setiap saat. Pos Obat Desa karena
khusus, sementara Pos Obat Desa ( P ~ D membuka
)
merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan yang
kesempatan untuk pengobatan dini.

Pusat Peneliliandan pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan. JI. Percetakan Negara 23A. Jakarta

203
Buletin PenelitiaIn Sistern Kesehatan - Vol. 9 No. 4 OMober 2006: 204-211

bersumber daya masyarakat, tentu saja berkedudukan penelitian diadakan monitoring atau supervisi untuk
di tingkat masyarakat. Tetapi pembinaan teknis tetap perbaikan.
menjadi tanggung jawab puskesmas. Hal ini berarti Penelitian ini merupakan penelitian operasional,
akan terjadi proses edukasi, alih pengetahuan, dan menggunakan metode wawancara, diskusi kelompok
olah keterampilan dalam obat dan pengobatan terarah, sebagai alat pengumpul data, pengamatan,
sederhana terhadap penyakit umum yang sering pelatihan, analisis data sekunderyang relevan dengan
diderita masyarakat. kabupaten yang terpilih. Desain penelitian yang
Bagi desa yang terpencil, dalam arti jauh digunakan adalah kualitatif.
menjangkaurumahsakit, pusat kesehatan masyarakat, Di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat
apotek, toko obat dan sarana pelayanan kesehatan penelitian dengan populasi penelitian adalah
lain, perlu adanya Pos Obat Desa. Diharapkandengan masyarakat di Kabupaten Cianjur. Kecamatan
adanya POD tersebut masyarakat di desa terpencil Pacet, Puskesmas Cipendawa, Desa Cipendawa
akan mendapat pelayanan obat untuk pengobatan dan Kecamatan Sukaresmi, Puskesmas Sukaresmi.
dini bagi penyakit ringan. Desa Cikanyere.
Penelitian ini mempunyai tujuan umum untuk Variable dependen adalah pembentukan POD,
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam sedangkan variable independen kondisi dan Sumber
pengobatan sendiri secara aman dan tepat, melalui Daya Manusia setempat, dan variabel antara adalah
penyediaan obat dalam be Obat Desa, peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai
sedangkan tujuan khusus yai obat, keluhan penyakit ringan, mengobati penyakit
1. Tersedianya obat yang bermutu dengan harga ringan sederhana. Analisis data dilakukan secara
tejangkau oleh masyarakat. deskriptif.
2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
obat dan upaya pengobatan sederhana terhadap Cara Kerja
penyakit ringan di daerah setempat. Pelaksanaan penelitian ini melalui tahapan
3. Meningkatkan keterampilan masyarakat dalam kegiatan sebagai berikut:
mengenal keluhan dan mengobati penyakit ringan 1. Sosialisasi di Dinas KesehatanKabupaten Cianjur,
secara sederhana. untuk menetapkan kecamatan serta desa yang
akan digunakan sebagai lokasi pengembangan
METODE POD. Dalam pertemuan ini telah ditetapkan
KERANGKA PIKIR
daerah penelitian sebagai berikut.
Intemnsi a. Kecamatan Pacet, Pusl ipendawa.
1 teknis
I Desa Cipendawa, yan ada POD
tetapi kurang aktif
b. Kecamatan Sukaresmi. Puskesmas
tahu tentang tahu tentang
obat, pengot Sukaresmi. Desa Cikanyere yang belum
obat. upaya
pengobatan, pernah tersentuh adanya POD.
keluhan penyakit
keluhan penyakit 2. Pertemi :amatan Pacet di Puskesmas
Cipend: josialisasikan kepada Kepala
Puskesmas, dan tenaga kesehatan lainnya
POD = P o s Obat Desa
bahwa akan dilaksanaka mbangan
Dalam kerangka pikir dikemukakan bahwa POD.
3. P e r t e r
masyarakat desa yang terpencil yang semula tidak - .
rusKesmas suKaresm1, mensoslallsaslKan
tahu menahu tentang obat dan pengobatan sederhana,
setelah melalui intewensi berupa pelatihan, diskusl kepada Kepala Puskesmas, dan tenaga
kelompok dan observasi setempat, maka diharapkan kesehatan lainnya, serta TOMAdi Desa tersebut.
masyarakat tersebut dapat mengetahui tentang obat Pada pertemuan ini telah dipilih Desa Cikanyere,
dan pengobatan sederhana, dan melalui bantuan yang baru pertama kali ini mengenal adanya
teknis, dapat dibentuk Pos Obat Desa, demam selama POD.
Pengembangan Pos Obat Desa (Martuti Budiharto, Harimat Hendrawan)

4. Pengurnpulan data sekunder Dinas Kabupaten pedagang, sebagian lagi sebagai pemberi jasa.
Cianjur. Puskesmas Cipendawa, dan Puskesmas Tingkat pendidikan SDIMI. SLTPIMTS, SLAIMA.
Sukaresmi Akademi/Diploma dan Perguruan Tinggi.
5. Analisis data sekunder, rnenghasilkan situasi Tenaga kesehatan di Puskesrnas Sukaresmi pada
di desa Cipendawa dan Cikanyere, meliputi tahun 2003 tercatat 18 orang, yang terdiri dari: 2 orang
geografis, kependudukan dan kesehatan. dokter, 1 orang doktergigi. 2 orang D Ill keperawatan.
6 . Penyusunan materi pelatihan kader POD, 3 orang SPK, dan 8 orang Bidan. Selain itu masih ada
berupa: Iorang tenaga Gizi (D I Gizi) dan 1 orang tenaga D I
a. Pedoman penyelenggaraan POD Sanitasi. Jumlah Posyandu selu~hnyadi Kecamatan
b. Modul penggunaan obat POD Sukaresmi 54, sedangkan di Desa Cikanyere
c. Modul pengelolaan obat 8 posyandu di mana yang telah menjadi posyandu
d. Modul tentang Hipertensi purnama 1, sedangkan yang telah menjadi posyandu
e. Modul tentang Demam dan Kejang Demam pumama dan mandiri 1 (12,5%)
7. Pelaksanaan pelatihan kader POD
8. Monitoring dan supervisi Pelatihan Kader untuk Mengelola Pos Obat Desa
9. Analisis hasil monitoring Materi pelatihan terdiri dari 5 modul:
10. Penyusunan Laporan akhir penelitian. a. Pedoman penyelenggaraan Pos Obat Desa
Dalam pr inyelenggzIraan Pos I3bat Desa,
dijelask: 3 tujuan cliselengg;xakannya
Pos Obat Desa, kriteria penyelenggara Pos
Geografi dan Demografi Obat Df?sa, tata cara mendirikan Pos Obat
Desa, dsIn prosed1lr operasic~ n aPosl Obat Desa.
Puskesmas Cipendawa
Selain it1J, dijelaskan pula te!ntang: pengelolaan,
Puskesrnas Cipendawa berada di lokasi yang
pengadaan, penylmpanan aan penyerahan serta
sangat strategis karena merupakan jalur lalu lintas
penggunaaan obat dan pernbinaan pengawasan
utama Jakarta - Puncak - Bandung yang padat.
POD. Yang tidak kalah penting adalah mengenai
Wilayah kerja Puskemas Cipendawa meliputi
surnber pembiayaan pencatatan dan pelaporan
4 desa, yaitu Desa Cipendawa, Ciherang, Ciputri, dan
pendapatan. Kesemuanya ini disajikan dalam
Cibodas dangan jumlah penduduk sebanyak 47.573
acara awal pelatihan POD, dengan rnaksud
j i a (11.666 KK), terdiri dari 24.384 orang laki-lakidan
supaya para peserta pelatihan dapat memahami
23.169 orang perernpuan.
rnanfaat didirikannya POD.
Di wilayah Puskesmas Cipendawa terdapat
b. Modul PIsnggunaan obat palja Pos Otbat Desa
puskesrnas, 2 Balai PengobatanlKlinik, 2 pustu, .. . .. , ~ ~, ~ ~ -
MOOUI In1rnerupakanoasar unruK mernahami cara
1 pusling. 2 polindes, dan 1 praktek dokter. Di
pengobatan diri sendiri dengan cara yang benar.
Puskesmas Cipendawa sendiri terdapat tenaga
Ditujukan agar kader dapat rnenerapkan
kesehatan sebanyak 18 orang dengan rincian.
pengobatan sendiri secara benar, yaitu dapat
1orang dokter, 6 orang perawat, 5 orang bidan, 1orang
mernahiami khasiat, efek samping dan cart3
ahli gizi. 1 orang sanitarian, dan 4 orang pekarya.
Di Puskesmas Cipendawa terdapat 50 posyandu. penggunaan obat serta mencari pertolor - igan medilk
profesional tepat pada WaktUnya. I-'(Sngobataln
tetapi tidak ada satu pun yang dikategorikan sebagai
sendiri ini dilaksanakan untuk mendapatkan
posyandu purnama ataupun rnandiri. )at menjadi
Jan awal, I
atau sek~ ~engurangi
Puskesmas Sukaresmi .. . .
rasa saw seDelurn mencarl penolongan medik di
Puskesmas Sukaresmi berada di wilayah
unit pelayanan kesehatan.
Kecamatan Sukaresmi dengan luas wilayah kerjanya
Modul Pengelolaan obat di Pos Obat Desa
lebih kurang 5.519 Ha dan berada pada ketinggian
Ditujukan agar kader dapat memahami
798 rn di atas permukaan laut. Jumlah penduduknya
pentingnya pencatatan yang tertib, sehingga
47.158 jiwa, terdiri dari 23.543 laki-laki, dan 23.615
mampu melakukannya agar pengelolaan obat
wanita, yang tersebar di 7 desa. Sebagian besar
dapat berjalan dengan baik dan benar. Yang
mata pencaharian penduduk adalah petani dan
Buletin Penelitian Sistern Kesehatan - Vol. 9 No. 4 Oktober 2006: 204-211

dimaksud dengan pengelolaan obat adalah kader posyandu; pada umumnya berusia antara
dimulai dari perencanaan kebutuhan obat, 33-55 tahun, berpendidikan rata-rata SLTP, dan sudah
pengadaan, penyimpanan, dan penyerahan obat banyak pengalaman dalam mengikuti pelatihan dalam
kepada pasien, dilengkapi dengan penyampaian bidang kesehatan. Sebaliknya peserta dari Desa
informasi tentang cara penggunaan obat yang Cikanyere semuanya laki-laki, masih berusia antara
tepat dan benar, agar pasien tidak keliru dalam 22-25 tahun, dengan pendidikan sangat b e ~ a r i a s i
menggunakannya. dari MadrasahAliyah sampai SLTA. Berbagai pelatihan
d. Modul tentang Hipertensi dalam bidang kesehatan cukup banyak.
Modul ini menjelaskan tentang pengertian, gejala, Dalam pelatihan ini digunakan metode presentasi.
akibat, penyebab dan faktor resiko hipertensi serta diskusi tanya jawab, dan praktik. Pada saat acara
cara mengukur tekanan darah. Bagaimana cara praktik, para peserta melaksanakan bagaimana
memeriksa tekanan darah pasien menggunakan cara penulisan stok obat pada saat obat diterima
stetoskop sederhana dan tensimeter demikian dan obat dikeluarkan, dengan menggunakan form
juga pengukuran denyut j-nt'nnn yang telah disiapkan. Pada saat melayani pasien.
e. Modul tentang I)emam d: pengelola POD juga hams menuliskan nama, alamat
Modul ini men'gemukak; tian dan keluhan pasien serta obat yang harus diserahkan.
demam dan pengerrlan ~ejang-aemama ~ ~ k u t i sekaligus menghitung biaya obat. Data harian ini
dengan ciri-cirinya. Selain itu juga dijelaskan kemudian dipindahkan ke form laporan yang dikirim
gejala, dan tindakan penanganan demam yang kepada Puskesmas pembina POD. Selain itu peserta
dapat dilakukan oleh kader, sebelum dirujuk juga menyerahkan obat kepada pasien demam, di
ke PI~skesmas.Bagaimana car a mengu kur mana obat tersebut sebelumnya diberi Etika yang
suhu tubuh dengan menggunakar1 termomcster berisi tanggal penyerahan obat, nama pasien dan
cederhana (termometer air raksa). aturan pakai obat dalam sehari. Etika untuk obat
Mod111 d dan e ini disus~
In, untuk mengimkangi dalam, digunakan Etika putih, sedangkan untukobat
adanya rnodul penggunaan obat yangI di dalamnya luar digunakan Etika biru. Dalam meyerahkan obat
antara lain mengupas tenta~ i g keluhan pusing 4dan diikuti dengan pemberian informasi mengenai cara
. .
saklt kepala. Pasien dengan keluhan pusing dan penggunaan obat walaupun sudah tertera dalam
sakit kepala pada umur lebih dari40 tahun, biasanya Etika. lnformasi yang lengkap meliputi dosis obat,
cenderung ada perubahan pada tekanan darahnya. dan cara minum obat apakah sebelum atau sesudah
Oleh karena itu, apabila dalam pemeriksaan pasien makan, atau pada saat akan tidur, atau saat lainnya
terdapat gejala tekanan darah tinggi atau tekanan sesuai dengan cara kerja obat.
darah rendah, langsung dirujuk ke puskesmas yang Pada saat pelatihan menggunakan tensimeter
terdekat dengan menggunakan surat rujukan. dan stetoskop sederhana, masing-masing peserta
Pelatihan dilakl elama 2 hari berterripat diwajibkan melaksanakan praktik dengan mengukur
di Puskesmas Cip~ Sebagai pelatih adz~ l a h tekanan darah peserta yang lain. Dilakukan berkali-
.
anggota tim penellrlan, aengan latar DelaKang
.. kali, agar para peserta terbiasa menggunakan alat
pendidikan dokter dan apoteker. Peserta pelatihan tersebut. Praktek mengukur suhu badan dengan
12 orang kader calon pengelola POD, masing- menggunakan termometer badan sederhana juga
masing dari Desa Cipendawa dan Desa Cikanyere dilaksanakan.
6 orang. IDari 6 orali g terseb~
~tadalah 5i orang k ader,
~
sedangkan yang sattu orang I:agi staf d ari~puskesnias. Hasil Monitoring
yang nantinya akan melaksanakan bimbingan, di Kegiatan monitoring dilaksanakan setiap bulan.
bawah pengawasan dokter puskesmar dimulai bulan Agustus 2004.
Semua peserta dari Desa CipendaiNa adalah ibu
rurnah tangga, dan sampai sekarang niasih menjadi
Pengembangan Pos Obat Desa (Martuti Budiharto. Harimat Hendrawan)

Kunjungan Pasien ke Pos Obat Desa

Tabel 1 . Kunjungan ke POD di Dua Wilayah Puskesmas Kabupaten Cianjur, Agustus-Oktober 2004
No. Pos Obat -
Aoustus SeDtember Oktober Total
Desa Dewasa Anak Total Dewasa Anak Total Dewasa Anak Total Pasien
1 Ci~endawa 5 1 6 5 3 8 5 3 8 22
2 Cikanyere 11 7 18 6 3 9 5 5 10 37

Grafik 1. Kunjungian ke POD di Dua Wilayah Puskesrnas Kabupaten Cianjur, F

Cipendaw;
Cikanyere

Okt Des

Data kunjungan pasien di POD Cipendawa dan Sukanyere pada bulan yang sama, terdapat 11 pasien
Cikanyere yang disajikan pada Tabel 2 dan Grafik dewasa dan 7 pasien anak. Keadaan tersebut sama
1 menunjukkan bahwa kunjungan pasien di POD untuk bulan September dan Oktober 2004. Untuk
Cikanyere 8 orang lebih banyak daripada kunjungan kedua POD masing-masing 8-10 pasien Jurnlah
pasien di POD Cipendawa 6 orang dalam satu bulan pasien dewasa lebih banyak daripada pasien anak.
pada awal pemantauan (Agustus 2004). Di POD
Pendapatan Pos Obat Desa

Grafik 2. Pendapatan POD di Dua Wilayah Puskesmas Kabupaten Cianjur, Agustusdktober 2004

Okt NOD Des Total

Tabel 2. Pendapatan di POD Wilayah Puskesmas Kabupaten Cianjur, Agustus-OMober 2004


Agustus September Oktober Total
Pos Obat
No' Desa Pemasukan Laba Pemasukan Laba Pemasukan Laba Pemasukan Laba
Ro. ~7~
Ro. ~
Ro. RD. ~.~ Ro. RD. Ro. Ro.
1 Cipendawa 8.500.00 2.375.00 13.000.00 1.300.00 12.500,OO 4.040.00 34.000.00 7.915.00
2 Cikanyere 61.550.00 14.M5.00 22.250.00 3.045.00 31.000.00 4.050.00 114.800.00 21.740.00
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 9 No. 4 Oktober 2006: 204-211

Total pendapatan POD selama 3 bulan untuk makanan, cacingan dan nyeri lambung. Di samping
Cipendawa hanya mencapai Rp34.000,OO dengan itu untuk keluhan kurang darah, nyeri sendi, luka
laba yang diperoleh sebesar Rp7.915.00 (23.2%). dan rasa pusing serta sakit kepala. Jenis obat yang
Sementara di POD Cikanyere dapat mencapai diberikan sebagai modal awal rnengacu pada Buku
Rp114.800.00 dengan laba hanya Rp21.740,OO Pedornan Penyelenggaraan Warung Obat Desa
(18,93%). Apabila dilihat per bulan, rnaka pada bulan (WOD) yang ditetapkan rnelalui Keputusan Menteri
Agustus 2004 di POD Cipendawa pemasukan hanya Kesehatan RI Nornor lMENKESISWV11112004.
mencapai Rp8.500,00 sernentara di POD Cikanyere Sedangkan alat kesehatan yang diberikan berupa
dapat rnencapai Rp61.550,OO pada bulan September kassa steril, alat termometer, dan tensimeter. Tabel 3
dan Oktober 2004 di Cipendawa pemasukan hanya rnenunjukkan jenis obat yang laku terjual.
mencapai sekitar Rp12.500,OO dan Rp13.000.00. Selama 3 bulan pada rnasa pemantauan, ternyata
Sedangkan di POD Cikanyere bulan September di POD Cipendawa jenis obat yang laku terjual 9
Rp22.250,OO dan bulan Oktober Rp 31.000.00. jenis, yaitu obat pusing, rnual sakit gigi, sariawan,
batuk pilek dan untuk pengobatan luar yaitu luka
Jenis dan Jumlah Obat yang Laku $a keluhan gatal-gatal di kulit. Di POD Cikanyere
Pada awalnya, kedua POD tersebut diberik mpaknya jenis obat yang laku terjual lebih banyak,
22 jenis obat dan 3 jenis alat kesehatan. Obat-o tliputi jenis obat untuk pusing, pegal linu, panas-
tersebut untuk pengobatanlkeluhan: ISPA ring;an, lernarn, sakit gigi, sariawan, batukpilek, cacingan dan
panas dernam, penyakit gigi dan mulut, kulit, 8tau c:urang darah. Jenis obat luar yang laku terjual obat
keluhan kulit kutu air, skabies, biang keringat, panu, latal-gatal kulit, obat rnata dan luka serta panu.
kudis, mata, pada perut saat haid, diare, keracunan

Tabel 3. Obat-obatan yang Laku Terjual di POD Dua Wlayah Puskesmas Kabupaten Cianjur, Agustus-Oktober
2004
Pos ot)at Desa (P'OD)
-
Jenis obat Stok autal idawa Cikanye
-
Laku Sisa Laku Sisa
1 Parasetamol tablet 200 tablet 29 171 55 145
2 Parasetamol sirup 10 botol 0 10 7 3
3 Antasida 50 tablet 10 40 40 10
4 Vit C 500 tablet 60 440 32 468
5 OBH 10 botol 1 9 0 10
6 Dekstral 75 tablet 5 70 0 75
7 Dekstrometorphan sirup 10 botol 0 10 1 9
8 Dekstrometorphan tablet 50 tablet 0 50 0 50
9 Winapen sirup 10 botol 0 10 2 8
10 Pirantel pamoat 50 tablet 0 50 12 38
11 Upixon 2 botol 0 2 1 1
12 Fero sulfat 100 tablet 0 100 9 91
13 Prosepta 6 botol 0 6 2 4
14 Baby cough 1 botol 0 1 1 0
15 Oralit 25 bungkus 0 25 0 25
16 Norit 366 tablet 0 366 0 366
17 Kasa 5 dos 2 3 1 4
18 Salep24 10 pot 1 9 2 8
19 Erphamazol 3 tube 0 3 2 1
20 Scabisid cream 2 tube 0 2 2 0
21 Levertran zalf 20 pot 1 19 0 20
22 Salicil talk 10 dos 2 8 3 7
23 Fino tetes rnata 5 botol 0 5 3 2
Pengembangan Pos Obat Desa (Martuti Budiharto. Harimat Iiendrawan)

Keluhan Pasien yang Berkunjung ke POD apotek dan toko obat. POD merupakan suatu unit yang
Pada Tabel 4 berikut ini menyajikan informasi melengkapi kegiatan Posyandu yang sudah demikian
tentang keluhan yang dikemukakan oleh pasien baik melembaga. Bila kegiatan Posyandu sebulan sekali,
di POD Cipendawa maupun di POD Cikanyere. maka POD praktis dapat berfungsi setiap hari.
1. Kecamatan Pacet, di Desa Cipendawa pernah
Tabel 4. Keluhan Pasien yang Berkunjung ke POD didirikan POD, yang berlokasi di rumah salah
di Dua Wilayah Puskesmas Kabupaten satu kader posyandu. Sarnpai sekarang masih
Cianjur, Agustus-Oktober 2004 ada, walaupun jalannya tersendat, dan tidak lagi
Pos Obat Desa (POD) menjual khusus obat-obatan saja, tetapi sudah
No. Keluhan berubah menjadi warung umum yang menjual
Cipendawa Cikanyere
barang-barang keperluan rumah tangga sehari-
1 Pusin 8 4 hari, seperti makanan ringan, minuman, dan
Pana:
barang-barang lain.
Mual
2. Kecamatan Sukaresmi, di desa Cikanyere, belum
Peg-'
la1
Sak:it gigi pernah didirikan POD, tetapi di desa ini ada satu
Sariawan posyandu yang sudah rnandiri dan satu posyandu
Batun lain yang sudah purnama-mandiri.
Pilek Tampak bahwa kir~erjaPOD Cikanyere lebih baik
Kurang darah daripada POD Cipendawa. Ternyata pengalaman
Cacingan
mengikuti berbagai jenls pelatihan dan lamanya
Luka
Luka bakar bekerja sebagai kader posyandu sama sekali tidak
Sakit mata mernpenga~hi tingkat kinerjadisuatu POD. Sebaliknya
Gatal faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi kinerja
Sakit kulit, panu kader adalah umur dan tingkat pendidikan Hal ini
Total 22 37 terbukti bahwa kader di POD Cikanyere tingkat usia
lebih muda dan belum lama bekerja sebagai kader
di posyandu dibandingkan dengan kader POD di
Tabel 4 menunjukkan di POD Cipendawa
Cipendawa.
hanya beberapa orang pasien saja yang datang
Penyelenggara POD di kedua desa ini sepakat
berobat. Keluhan pusing mendapat urutan pertama
tidak akan membeli obat di jalur Pedagang Besar
(a), sementara keluhan gatal (3), mual, batuk, dan Farmasi (PBF), karena harganya jauh lebih mahal
sariawan dikeluhkan oleh 2 orang sedangkan panas,
daripada membeli di toko obat dan juga jarak tempuh
sakit gigi, pilek, luka dan luka bakar dikeluhkan oleh
menuju toko obat dirasa lebih dekat (di Cisarua).
1 orang.
Sesuai dengan Pedoman Penyelenggaraan Warung
Di POD Cikanyere, nampaknya pola penyakit
Obat Desa, permodalan awal dapat ditempuh melalui
di daerah ini berbeda dengan daerah Cipendawa.
kerja sama dengan Bank BRI atau BNI atau Mandiri.
Lebih banyak pasien datang dengan keluhan panas.
Kemudian pemesanan obat juga dapat langsung ke
menyusul sakit kulitjenis panu, dan gatal-gatal. Selain
PBF, melalui puskesmas pembimbing dan dikirim
keluhan tersebut, keluhan pusing, cacingan dan luka
melalui PT. Pos namun mereka berkeberatan, karena
serta sakit mata dan kurang darah dikeluhkan oleh
mereka berpendapat bahwa jaluryang demikian akan
2 pasien.
mempersulit pengadaan obat dan akan membutuhkan
waktu yang cukup lama, sedangkan obat sudah harus
PEMBAHASAN disediakan.
Ketersediaan dan Pengelolaan Obat di POD Lebih lanjut dikatakan bahwa kinerja POD
Pemilihan daerah penelitian ini berdasarkan atas Cikanyere baik, berdasarkan hasil kajian dan observasi
kriteria bahwa penyelenggaraan POD ini selayaknya di pada saat monitoring, mereka telah mencatat segala
daerah terpencil, jauh dari unit pelayanan pengobatan, sesuatunya menurut aturan yang berlaku yang telah
rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, dijelaskan dalam pelatihan. Sedang kinerja kader di
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 9 No. 4 OMober 2006: 204-211

POD Cipendawa, pencatatan pengeluaran obat dan sebagai cara pengelolaan obat yang baik di POD.
ketersediaan obat di masing-masing catatan jenis Sebaliknya di POD Cipendawa pencatatan ini
obat (kartu stock obat) tidak tampak rapi. Alasan dilaksanakan dalam lembarlform yang sesuai hanya
mereka, sibuk dengan pekerjaan lain dan mereka sayang selama 3 bulan pemantauan ditulis dalam satu
semua sebagai ibu rumah tangga, di samping sebagai lembar. Sehingga menyalahiadministrasi pengelolaan
kader posyandu. POD yang telah dilatihkan.
Jenis obat yang laku terjual di POD Cipendawa
sangat sedikit dibandingkan dengan di Cikanyere. Kajian Pedoman Penyelenggaraan Warung Obat
(Tabel 1) Kemungkinan mernang di desa tersebut Desa (Keputusan Menkes Ri No. 8581Menkesl
masyarakatnya saat itu tidak banyak yang sakit, atau SW11112004
banyak pula yang sakit tetapi tidak mengetahui adanya Sesua~dengan SK tersebut di atas, yang
POD setempat. Upaya mensosialisasikan adanya POD dimaksud dengan Viarung Obat Desa (WOD) adalah
sudah dilaksanakan melalui penyuluhan di posyandu tempat di mana masyarakat pedesaan dapat dengan
saat posyandu buka serta melalui pemasangan papan mudah memperoleh obat bermutu dan terjangkau
nama posyandu di tiap-tiap lokasi. Dan yang tidak untuk pengobatan sendiri. Demikian pula sumber
kalah pentingnya adalah lokasi POD itu sendiri. Di pembiayaannya yang menyangkut modal awal WOD,
Desa Cikanyere ditempatkan di Nmah Kepala Desa berupa Kredit Kemitraan dan Kredit Layak Tanpa
setempat, di mana setiap harinya banyak berdatangan Agunan (KLTA) disalurkan melalui Bank Mandiri,
tamu sehingga tidaksecara langsung kotak obat yang BNI atau BRI. Hal lain yang tidak kalah penting
diletakkan di ruang tamu dan dapat diketahui oleh adalah masalah teknik pengadaan obat. Ditetapkan
para tamu tersebut. Banyak para tamu yang minta bahwa pengadaan obat WOD harus mengacu pada
diukur tekanan darahnya, dan oleh kader diberikan daftar obat WOD yang berisi obat bebas, obat bebas
obat sesuai dengan khasiatnya. terbatas, obat kontrasepsi oral, dan jamu.
Berikut ini adalah bagan prosedur operasional
Peningkatan Pengetahuan Masyarakat tentang WOD:
Obat dan Pengobatan
P e n d i d i k a n k a d e r tampaknya s a n g a t Bagan 1. Prosedur Operasional Warung Obat Desa
rnempengaruhi kinerja kader POD, seperti telah
dikemukakan di Desa Cikanyere kadermenulisdengan
rapi mengenai ketersediaan obat atau stock obat,
catatan pasien dengan keluhan tertentu dan diberikan
obat sesuai dengan keluhan yang dikemukakan
pasien. Di samping itu, disusun suatu laporan bulanan
tentang perubahan jenis dan jumlah obat, untuk
disampaikan ke puskesmas sebagai pembina POD
setempat. Sebaliknya di Desa Cipendawa, walaupun
POD ini sebagai kelanjutan POD yang dulu pernah
ada, tetapi temyata tidak sebaik desa Cikanyeredalam
ha1pengelolaannya. Sehingga perkiraan semula yang
diharapkan desa Cipendawa mempunyai nilai kinerja
lebih dari Desa Cikanyere, tidak terbukti.
1 Masyarakat

Peningkatan Keterampilan Masyarakat dalam


Mengenal Keluhan dan Mengobati Penyakit Dalam diskusi dengan para peserta, timbul suatu
Data tentang jenis keluhan (Tabel 4 ) yang pemikiran bahwa petunjukoperasionalsesuai dengan
ditemukan oleh para kader setiap saat kunjungan bagan di atas, sangat sulit dilaksanakan di kedua desa
pasien, dicatat di suatu form tertentu. Sama halnya terpilih. Kesulitan ini timbul mengingat jarak kantor
dengan pencatatan pengelolaan obat, maka di POD pos jauh dari desa, demikian juga jarak PBF atau
Cikanyere telah memenuhi syarat yang ditetapkan distributor baik PT Kimia Farma maupun PT Indonesia
Pengembangan Pos Obat Desa (Martuti Budiharto. Harirnat Hendrawan)

Farma. Oleh karena itu mereka berpendapat bab- A Penyelenggaraan Pos Obat Desa, tergantung dari
lebih baik dilakukan pengadaan langsung di tokoc lokasinya, tidak harus mengadakan obat-obatan
yang terletak tidak jauh dari desa tersebut dan da rnelalui PBF yang ditunjuk Pemerintah, narnun
dijangkau dengan kendaraan roda-2, harganyal untuk efisiensi dan efektivitasnya dapat rnelalui
jauh lebih rnurah daripada rnernbeli di PBF. Sistern toko obat berijin, yang selain harganya lebih
pengadaan yang dernikian dianggap lebih praktis dan rnurah, jangkauannya lebih dekat.
cepat, sehingga status stock obat atau persediaan
obat tidak kosong. Saran
Materi pelatihan di dalam SK tersebut di atas. 1. Perlu evaluasi dan revitalisasi POD di lokasi-lokasi
dikatakan hanya rnenggunakan 3 modul, yaitu rnodul yang pernah ada dan diterapkan sistem pengadaan
penggunzlan obat dan rnodul Ipengelolaan obat, serta obat yang lebih mudah dilaksanakan.
pengelolaIan usaha WOD. 2. Perlu diadakan peningkatan penyuluhan
Apab ila dilihat dalam rncjdul penggunaan obat, masyarakat setempat.
.. . . 3. Perlu penataan kembali mengenai jenis rnateri
di slni terlihat adanya keluhan berupa pusing dan
sakit kepala. Disarankan pada keluhan ini diberikan pelatihar
parasetarnol 500 rng 3 kali sehari. Namun keluhan
pusing itu dapat disebabkan oleh p e ~ b a h a n
tekanan .-... ..L.
D k r inn r u a IHNI
darah, oleh karena itu dilakukan perneriksaan tekanan KesehatanI RI. Pedornan Penye
.-----
darah. Apabila ternyata keluhan tenebut disebabkan
oleh adanya kenaikan tekanan darah, rnaka segera
3 Obat Desa (WOD), Keputus
., , ~ ~. ,,~ ~ ~ ~ ,.- ~ ~ .
rujuk ke PI~skesrnasdengan rnenggunalkan '2004.
surat rujukan yang sudah disiapkan, di sini DE Kesehatan i Kesehata
. .. .
Kaaer tldak dlperkenankan rnengobati lebih laniilt ,-.. IUUJ.
Berdasarkan pernikiran ini maka dalarn pelatiti a n DE Kesehatan RI. ARRIF, pedoman 1

ditarnbah dengan suatu materi yang menyang Serta Masy;arakat. Jakarta 2001.
kut De KesehatarI RI. Profil Kesehatat 3
Hipertensi dan Demarn serta kejang dernarn.
LUU I.
Dinas Kesehatan KabupatenCianjur,Tabel Profil Kesehatan
KESIMPULAN DAN SARAN Kabupaten Cianjur tahun 2003.
Dinas KesehatanKabupaten Cianjur, Puskesmas Sukaresmi,
Kesimpulan Profil Puskesmas Sukaresmi, tahun 2003.
Dari hasil pembahasan diambil kesirnpulan Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur. Puskesma!s
sebagai berikut: Cipendawa, Profil Puskesmas Cipendawa, tahul1
1. Tenedianya obat di Desa Cipendawa dan Desa 2003.
Cikanyere di Kabupaten Cianjur. Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat. Dit.Jen. Binkesmas
2. Terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat Departernan Kesehatan RI. Pos Obat Desa. Jakarta
tentang obat dan upaya pengobatan sederhana 1992.
lkatanAhli Famlasi Indonesia. Program Uji Coba Pos Obat
terhadap penyakit ringan.
Desa. pencanangan POD. Mataram. 1992.
3. Terjadi peningkatan keterarnpilan masyarakat Pusat Penelitian dan pengembangan Farmasi. Badan
dalarn rnenqenal keluhan dan rnengobati penyakit Litbang Kesehatan. Studi Evaluasi pelaksanaan
ringan Program POD di NTB. Sulawesi Tenggara Lampung
dan DKI Jakarta. 1995.

You might also like