You are on page 1of 14

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN TEMATIK

INTEGRATIF TEMA MENGHARGAI JASA PAHLAWAN


BERBASIS SOSIOKULTURAL DI SEKOLAH DASAR

Waridah
Dosen STKIP Melawi
ida_waridah@yahoo.com

Abstract: The aims of this research are to determine of learning equipment of thematic-integrative
with socioculturalbasis suitable to students and determine the effectiveness of learning equipment of
thematic-integrative with sociocultural basis in improving student learning outcomes elementary
school. This research used the research and development. Development referred to the Borg and
Gall development model which is classified into five stages consist of exploratory research,
planning, product development, product testing, and finalization.Subjects of the research were
fourth grade students of SD Negeri Serayu Yogyakarta at semester two in the academic year of
2013/2014 with the total number of students 72 which consist of 22 main test learners and 50
learners of field operational test.The results show thatresults of validation experts, practitioners,
and colleagues demonstrated thematic-integrative learning equipment based sociocultural can be
used with the excellent category. Effectiveness in terms of the results of post-test show an increase
with an average of 36 % with a 84 % passing grade. There are significant differences in the
effectiveness of the learning equipment between the experimental class and the control class with
the significance p=0.001 ≤0.05 .
Key Words: thematic-integrative learning, learning equipment, sociocultural.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perangkat pembelajaran tematik-integratif


berbasis sosiokultural yang layak bagi peserta didik dan mengetahui efektivitas perangkat
pembelajaran tematik-integratif berbasis sosiokultural dalam meningkatkan hasil belajar peserta
didik SD. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan. Pengembangan dilakukan
dengan mengacu pada model pengembangan Borg and Gall yang dikelompokkan ke dalam lima
tahapan yaitu ekplorasi, perencanaan, pengembangan produk, uji produk dan finalisasi. Subjek uji
coba penelitian adalah seluruh peserta didik kelas IV SD Negeri Serayu Yogyakarta pada semester
kedua tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 72 peserta didik terdiri dari 22 peserta didik uji
utama dan 50 peserta didik uji coba terbatas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil validasi
ahli, praktisi dan rekan sejawat menunjukkan perangkat pembelajaran tematik-integratif berbasis
sosiokultural layak digunakan dengan kategori sangat baik. Keefektifan ditinjau dari hasil post-test
menunjukkan ada peningkatan rata-rata 36% dengan ketuntasan belajar 84%. Ada perbedaan
keefektifan perangkat pembelajaran yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
dengan signifikansi p=0,001≤0,05.
Kata Kunci: pembelajaran tematik-integratif, perangkat pembelajaran, sosiokultural.

Sekolah Dasar (SD) sebagai lembaga pendidikan pendidikan melalui proses pembelajaran di sekolah.
formal adalah fondasi dasar yang dapat meletakkan Pembelajaran pada dasarnya merupakan
dasar pengetahuan, sikap, dan kepribadian yang implementasi dari kurikulum yang berlaku. Dalam
mendukung realisasi mental karakter bangsa. Hal hal ini kurikulum yang dituntut oleh pemerintah
tersebut dapat diwujudkan dengan memperbaiki dewasa ini adalah Kurikulum 2013.

142
Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014, Hal. 142-155

Kurikulum 2013 menekankan integrasi aspek text book oriented dan seakan tidak terkait dengan
afektif (sikap), kognitif (pengetahuan), dan lingkungan tempat tinggal peserta didik.
psikomotorik (keterampilan) melalui penilaian Pembelajaran yang sangat teoretis ini dapat
berbasis tes dan portofolio yang saling melengkapi. menyebabkan peserta didik sulit memahami materi
Sebagaimana dikemukakan oleh Mulyasa (2013:99) ajar secara komprehensif. Peserta didik cenderung
bahwa tema Kurikulum 2013 adalah menghasilkan menghafal dan mengerjakan tugas/soal secara
insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, mekanistik, tanpa memahami konsep-konsep
afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan dasarnya.Akibatnya, skema pemikiran peserta didik
pengetahuan yang terintegrasi dengan merancang menjadi fragmented dan tidak menjadi pemahaman
pembelajaran efektif dan bermakna (menyenangkan). secara utuh. Kegiatan belajar mengajar berlangsung
Kurikulum 2013 untuk SD ini dirancang dalam tanpa memperhatikan tingkat perkembangan kognitif
bentuk model tematik-integratif. peserta didik, kebutuhan peserta didik, dan pra-
Tujuan kurikulum adalah bahwa peserta didik konsepsi peserta didik yang diperoleh dari
harus memiliki beberapa kompetensi seperti lingkungannya. Pembentukan konsep secara bertahap
kompetensi sikap, soft skill, dan pengetahuan. Selain sulit terjadi karena tidak ada kesinambungan
itu, kurikulum juga menuntut guru dan peserta didik pengalaman empirik (sebagai wahana pembentukan
untuk lebih kreatif, inovatif, dan produktif. Sehingga, pra-konsepsi) dengan konsep baru yang harus
para peserta didik dapat berhasil dalam memecah-kan dikonstruksi oleh peserta didik.
masalah dan tantangan di masa depan. Perlu Pembelajaran juga diharapkan tidak
kreatifitas guru untuk membuat pem-belajaran melepaspisahkan nilai kultural dan nilai keagamaan
menyenangkan dan bermakna bagi peserta didik. yang mewadahi kehidupan peserta didik,
Melalui pembelajaran tematik-integratif ini tuntutan mengedepankan proses pembudayaan dan
tersebut dapat tercapai. pemberdayaan, dan membangun inisiatif serta
Pada dasarnya pembelajaran tematik integratif kreatifitas. Pembelajaran seperti ini dalam proses
menurut Permendiknas (2006:5) adalah pembelajaran pelaksanaannya perlu dinaungi oleh semangat
terpadu yang menggunak-an tema untuk mengaitkan interaktif dan inspiratif serta dalam situasi yang
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan menyenangkan dan menantang peserta didik. Betapa
pe-ngalaman bermakna pada peserta didik. penting memperhatikan pembelajaran tersebut sebab
Pembelajaran tematik-integratif di SD merupakan pembelajaran akan berpengaruh besar terhadap
terapan dari pembelajaran terpadu yaitu kemampuan peserta didikdalam mendidik dirinya
mengintegrasikan beberapa aspek baik dalam mata sendiri.
pelajaran maupun antar mata pelajaran dalam sebuah Kendatipun dalam proses pembelajar-an, guru
tema. Tema yang dikembangkan dalam pembelajaran menerapkan pembelajaran tematik-integratif , proses
tematik-integratif adalah yang berkaitan dengan diri pembelajaran masih berpusat pada guru.
dan lingkungan peserta didik sehingga pembelajaran Pembelajaran yang berlangsung kurang memberi
akan lebih konkret. Pengalaman belajar di sekolah kesempatan kepada peserta didik untuk
yang relevan dengan kehidupan peserta didik akan mengkontruksi pengetahuannya dan berinteraksi
membantu peserta didik memecahkan masalah yang dengan temannya. Hal ini terjadi karena guru masih
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dan dapat belum memahami pembelajaran tematik-integratif
memberi pembelajaran bagaimana bersosialisasi yang sebenar-nya dan yang efektif, mengingat
dengan masyarakat. pembelajaran tematik-integratif merupakan kebijakan
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa baru yang dikeluarkan pemerintah. Sehingga, untuk
pembelajaran di SD diajarkan secara terpisah-pisah. menerapkan dan melaksanakannya belum berjalan
Guru SD kelas IV mempunyai latar belakang dengan baik. Kebutuhan guru akan perangkat
keilmuan yang khusus yaitu guru bidang studi. pembelajaran secara komprehensif, namun guru
Pembelajaran yang dilakukan masih sangat abstrak, belum mampu sepenuhnya memahami, maka mereka

143
Waridah, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Tematik Integratif Tema Menghargai Jasa Pahlawan Berbasis Sosiokultural

merasa butuh perangkat pembelajaran tematik- Kurikulum 2013 tersebut menjadi dasar bahwa
integratif berbasis sosiokultural. semua mata pelajaran harus bisa menanamkan nilai
Sejalan dengan kebutuhan pengem-bangan sosiokultural. Fakta yang dapat dilihat baik melalui
perangkat dan kualitas pembelajaran SD, terutama media cetak dan elektronik, termasuk teknologi
dalam menghadapi Kurikulum 2013 ini, sangat informasi menunjukkan bahwa telah terjadi
diperlukan untuk mening-katkan teori saat ini dan pergeseran etika dalam kehidupan berbangsa dan
mendesain ulang perangkat dan model pembelajaran bernegara, memudarnya kesadaran akan nilai-nilai
yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. SD, budaya bangsa, sering tawuran antar pelajar,
terutama di era sekarang ini, telah menjadi salah satu kekerasan antar konflik etnis di sekolah hasil dari
kepentingan utama pendidik. Mereka prihatin dengan disintegrasi pembinaan pendidikan sosiokultural
beberapa isu-isu pendidikan di tingkat dasar, seperti disekolah. Selain itu ditandaskan pula bahwa proses
masalah sosial budaya/sosio-kultural dan moral. Jadi, pendidikan selama ini menyebabkan peserta didik
pendekatan pem-belajaran tematik-integratif berbasis tercabut dari akar budayanya dan kurang memiliki
sosio-kultural disarankanuntuk memenuhi kebutuhan kemampuan untuk hidup dan mengembangkan
pengajaran dan pembelajaran serta untuk mengatasi kehidupan sosiokulturalnya. Hal ini sulit dimungkiri
masalah nilai-nilai sosio-kultural dari para peserta sebab kenyataan menunjukkan banyaknya peserta
didik di usia dini seperti karakter dan penurunan didik yang tidak lagi menghargai nilai, norma, dan
moral serta masalah kesadaran sosial budaya dari etika bangsanya.
peserta didik. Oleh karena itu, pembelajaran yang berbasis
Dewey (dalam Tilaar dan Nugroho, 2009:106) sosiokultural layak dikembangkan pada saat peserta
menggambarkan sekolah sebagai lembaga sosial dan didik mulai teralienasi dari nilai sosiokultural
miniatur dari masyarakat yang mewadahinya. bangsanya sebagaimana kondisi dewasa ini. Melalui
Sekolah adalah suatu komunitas dan merupakan pembelajaran berbasis sosiokultural peserta didik
bagian dari masyarakat sehingga tidak bisa terlepas dapat hidup dari keutamaan nilai sosial dan budaya
dari kebudayaan dan masyarakatnya. Proses sendiri. Pembelajaran berbasis sosiokultural menjadi
pendidikan adalah proses pemerdekaan individu yang jawaban bagi kebutuhan akan suasana pembelajaran
terkait dengan konteks masyarakatnya. Pendidikan yang menyenangkan, penuh dengan interaksi
merupakan suatu fungsi sosial yang menetapkan arah edukatif baik itu dengan guru, peserta didik, maupun
perkem-bangan dari individu yang belum dewasa dengan lingkungan sekitar. Pembelajaran berbasis
menuju partisipasi dalam kehidupan kelompok. Hal sosiokultural juga menjadi kunci bagi terbentuknya
ini senada dengan pendapat Schunk (2012:6) bahwa sikap sosial yang baik pada diri peserta didik.
pengajaran dan interaksi sosial dengan orang tua, Pembatasan masalah dalam penelitian ini
guru, dan teman sebaya memberikan pengaruh yang yaituguru kesulitan menyusun perangkat
sangat kuat terhadap penguasaan keterampilan pada pembelajaran tematik-integratif sesuai Kurikulum
anak.Hal ini selaras dengan teori kognitif sosial dari 2013 dan belum tersedianya perangkat pembelajaran
Vygotsky yang melihat anak-anak sebagai makhluk tematik-integratif pada sub tema sikap kepahlawanan
sosial. Sebagai makhluk sosial anak-anak menyusun berbasis sosiokultural di kelas IV SD Negeri Serayu
pemikiran dan pemahamannya terutama melalui sehingga dikembangkan perangkat pembelajar-an
interaksi sosial (Santrock, 2011:49). Di sini tersebut yang meliputi silabus, RPP, media
perkembangan kognitif anak-anak tergantung pada pembelajaran dan tes hasil belajar.
perangkat yang disediakan oleh lingkungan dan Penelitian dan pengembangan ini difokuskan
pikiran mereka dibentuk oleh konteks kultural tempat pada dua masalah yang yaitu bagaimana perangkat
mereka tinggal (Feldman, 2012:127). pembelajaran tematik-integratif pada tema
Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa menghargai jasa pahlawanberbasis sosiokultural yang
penerapan Kurikulum 2013 ini disajikan dalam layak bagi peserta didik kelas IV SD Negeri Serayu
model pembelajaran tematik-integratif. Landasan Yogyakarta dan efektivitas penerapan perangkat

144
Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014, Hal. 142-155

pem-belajaran tematik-integratif pada tema construct their own understandings and do not
menghargai jasa pahlawanberbasis sosiokultural di passively reproduce what is represented to them”.
kelas IV SD Negeri Serayu Yogyakarta. Selaras Kalimat tersebut memiliki makna yaitu Vygotsky
dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian dan percaya bahwa anak mengkonstruksi pemahaman
pengembangan ini adalah menghasilkan perangkat dan tidak secara pasif mereproduksi apa yang
pembelajaran tematik-integratif pada tema disajikan kepadanya. Selain itu, Vygotsky
menghargai jasa pahlawan berbasis sosiokultural menekankan bahwa perkembangan kognitif dan
yang layak bagi peserta didik kelas IVSD Negeri pikiran anak tergantung pada perangkat yang
Serayu yang terdiri dari silabus, RPP, media pem- disediakan oleh lingkungan dan konteks kultural di
belajaran dan tes hasil belajar dan mengetahui sekitarnya (Santrock, 2011:251). Perpaduan dari sisi
efektivitas perangkat pembelajaran tematik-integratif sosial dan sisi kultural inilah kemudian dikenal
pada tema menghargai jasa pahlawanberbasis dengan teori sosiokultural.
sosiokultural di kelas IV SD Negeri Serayu.Hasil Selaras dengan uraian di atas, Feldman
penelitian ini diharapkan mampu memberikan menyatakan sebagaimana dikutip berikut.
informasi ilmiah terkait pengem-bangan perangkat “Vygotky saw children as apprentices, learning
pembelajaran tematik-integratif dan pengembangan cognitive strategies and other skills from adult
and peer mentors who not only present new ways
pengetahuan teori belajar Vygotsky serta sebagai
of doing things, but also provide assistance,
bahan masukan untuk pengembangan pengetahuan instruction, and motivation. Consequently, he
bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk focused on the child’s social and cultural world
melakukan penelitian terkait obyek-obyek yang tidak as the source of cognitive development”
tercakup dalam penelitian ini. (Feldman, 2012, p.171).
Perangkat pembelajaran merupakan salah satu Kalimat tersebut dapat dimaknai bahwa
hal penting yang perlu diperhatikan oleh guru Vygotsky melihat anak sebagai pemagang. Dalam
sebagai pelaksana pembelajaran di sekolah. konteks ini, anak mempelajari strategi kognitif dan
Perangkat pembelajaran yang baik akan sangat keterampilan dari orang dewasa dan mentor sebaya
menunjang kegiatan pembelajaran di kelas sesuai yang tidak hanya mengajarkan cara baru dalam
dengan tujuan yang diharapkan. Guru perlu mengerjakan sesuatu, tetapi juga menyediakan
mendesain perangkat pembelajaran yang baik bantuan, pengajaran, dan motivasi. Dalam
sehingga memungkinkan pembelajaran di kelas kenyataannya, memang tidak dapat dimungkiri
menjadi menyenangkan. Pembelajaran di kelas bahwa kebanyakan yang dipelajari oleh anak berasal
didesain dengan baik oleh guru sangat mendukung dari budaya di sekitarnya. Di samping itu, interaksi
keberhasilan pembelajaran tersebut. Selanjutnya sosial dengan guru, orang tua, dan teman sebaya
Suhadi (2007:3) mengungkapkan bahwa perangkat yang lebih berpengalaman memberikan kontribusi
pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media yang signifikan bagi perkembangan intelektual anak.
pembelajaran, petunjuk dan pedoman yang akan
METODE PENELITIAN
digunakan dalam kegiatan pembelajaran.Perangkat
pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini meliputi silabus, RPP, media pembelajaran dan ini adalah penelitian dan pengembangan atau
tes hasil belajar. Research and Development (R&D). Model
Teori sosiokultural Vygotsky berfokus pada pengembangan diadaptasi dari model pengembangan
perkembangan kognisi anak dengan penekanan pada Borg and Gall dengan melakukan modifikasi menjadi
aktivitas yang bermakna sosial. Menurut Vygotsky, lima prosedur pengembangan. Kelima prosedur
anak merupakan makhluk sosial yang menyusun tersebut adalah sebagai berikut: (1)eksplorasi,
pemikiran dan pemahaman terutama melalui (2)perencanaan, (3) pengembangan draf, (4) uji
interaksi sosial. Bodrova dan Leong (1996:8) produk, dan (5) finalisasi.
menyatakan bahwa “Vygotsky believed that children

145
Waridah, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Tematik Integratif Tema Menghargai Jasa Pahlawan Berbasis Sosiokultural

Uji coba yang dilakukan bertujuan untuk kelas IV SD) dan rekan sejawat peneliti.Tujuan
menyempurnakan perangkat pembelajaran yang dilakukan observasi adalah untuk mengetahui
dikembangkan dengan mempraktekkannya secara kesesuaian antara RPP dan media pembelajaran yang
langsung di lapangan dan mengetahui keefektifan dikembangkan dengan kegiatan pembelajaran yang
dari produk. Uji coba yang dilakukan meliputi tiga dilaksanakan oleh guru. Observasi dilakukan oleh
tahap, yaitu uji pendahuluan, uji utama dan uji coba dua orang observer (teman sejawat peneliti). Tes
terbatas. Uji pendahuluan dilakukan oleh ahli, dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
praktisi dan rekan sejawat (expert judgment). Uji ketuntasan belajar peserta didik melalui hasil post-
utama dilakukan pembelajaran pada satu kelas test pada kelas kontrol dan membandingkan hasil pre
peserta didik menggunakan desain One-Shot Case test dan post test peserta didik pada kelas eksperimen
Study. Uji coba terbatas dilakukan pembelajaran pada serta membandingkan ketuntasan belajar peserta
dua kelas peserta didik (kelas kontrol dan kelas didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
eksperimen) menggunakan desain Nonequivalent melalui post-test. Angket guru dan peserta didik
Control Group Design. diberikan dengan tujuan mengetahui respon peserta
Subjek coba dalam penelitian dan didik yang telah mengikuti pembelajaran dan respon
pengembangan ini adalah sebagai berikut: uji guru yang telah melaksanakan pembelajaran
pendahuluan subjeknyadua orang ahli materi yang menggunakan perangkat pembelajaran tematik-
berkompeten dalam pembelajaran tematik-integratif integratif berbasis sosiokultural yang dikembangkan.
atau ahli perangkat pem-belajaran, dua orang ahli Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini
evaluasi, tiga orang guru kelas IV SDNegeri Serayu digunakan untuk mengumpulkan data pada tahap
dan tiga orang rekan sejawat peneliti; uji utama eksplorasi, tahap pengembang-an produk, uji
subjeknya satu kelas peserta didik kelas IV SD pendahuluan, uji utama dan uji coba terbatas.
Negeri Serayu yaitu kelas IV A dengan jumlah Instrumen yang digunakan dalam penelitian dan
peserta didik sebanyak 22orang; dan uji coba terbatas pengembangan ini adalah pedoman wawancara,
subjeknya dua kelas peserta didik kelas IV SD lembar penilaian kelayakan perangkat pembelajaran,
Negeri Serayu yang berjumlah 50 orang yang terdiri lembar observasi, tes, lembar angket peserta didik
dari satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas dan guru. Validasi perangkat pembelajaran
IV C dengan jumlah peserta didik 25 orang dan satu melibatkan ahli evaluasi, ahli materi, praktisi dan
kelas sebagai kelas kontrolyaitu kelas IV B dengan rekan sejawat peneliti. Lembar validasi yang
jumlah peserta didik 25 orang. digunakan adalah lembar penilaian silabus, lembar
Teknik pengumpulan data yang digunakan penilaianRencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
dalam penelitian dan pengembagan ini antara lain lembar penilaian media pembelajaran, dan lembar
wawancara, angket expert, observasi, tes, angket penilaiantes hasil belajar.
guru dan peserta didik. Data yang diperoleh melalui pedoman
Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk wawancara, lembar penilaian produk, lembar
mengetahui pemahaman dan kesiapan guru observasi, tes dan lembar angket dianalisis secara
menghadapi dan menerapkan pembelajaran tematik- statistik kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif
integratif sesuai Kurikulum 2013, ketersediaan dalam penelitian dan pengembangan ini diperoleh
perangkat pembelajaran guru dan pengintegrasian dari: 1) hasil wawancara pada tahap eksplorasi;
sosiokultural dalam proses pembelajaran di kelas IV 2)komentar dan saran yang diperoleh dari ahli materi,
SD Negeri Serayu. Teknik wawancara yang ahli evaluasi, praktisi, dan rekan sejawat; dan 3) hasil
digunakan adalah wawancara tidak terstruktur atau observasi. Data yang diperoleh dianalisis dan
terbuka(open ended). Angket expert bertujuan untuk dideskripsikan secara kualitatif untuk merevisi
menilai kelayakan produk yang dikembangkan. produk yang dikembangkan.
Penilaian produk ini dilakukan oleh ahli evaluasi, Data kuantitatif dalam penelitian dan
ahli materi (perangkat pembelajaran), praktisi (guru pengembangan berupa: 1) skor penilaian oleh ahli

146
Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014, Hal. 142-155

materi, ahli evaluasi, praktisi/guru kelas IV SD dan Penentuan keefektifan perangkat pembelajaran
rekan sejawat peneliti; 2) tes hasil belajar; 3) skor tematik-integratif berbasis sosiokultural hasil
hasil observasi (kegiatan guru dan kegiatan peserta pengembangan dilihat dari pencapaian aspek
didik); dan 4) skor angket (angket guru dan angket keefektifan yang ditetapkan berdasarkan analisis data
peserta didik). Data kuantitatif dianalisis dengan uji coba terbatas yang terdiri dari dua aspek
teknik sebagai berikut: (a) tabulasi semua data yang penilaian, yaitu ketuntasan hasil belajar peserta didik
diperoleh, (b) menghitung skor total dan rerata skor dan perbedaan keefektifan perangkat pembelajaran
dari setiap komponen, (c) mengubah rerata skor kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selain itu,
menjadi nilai dengan kriteria. keefektifan juga dapat dilihat dari persentase
Azwar (2011:163) mengenukakan bahwa skor ketuntasan belajar berdasarkan hasil pre-test dan
yang diperoleh kemudian dikonversikan menjadi post-test.
kriteria dengan acuan tabel berikut.
Tabel 1. Konversi Interval Rerata Skor HASIL DAN PEMBAHASAN
Menjadi Kriteria Hasil Pengembangan
Nilai Interval skor Kategori
Pengembangan perangkat pembelajar-an
A X > Xi + 1,8 Sbi Sangat Baik
B Xi + 0,6 SBi < X Baik tematik-integratif berbasis sosiokultural ini dilakukan
≤ Xi + 1,8 Sbi dengan metode research and development (R&D).
C Xi – 0,6 SBi < X Cukup Baik
≤ Xi + 0,6 SBi Model pengembangan diadaptasi dari model
D Xi – 1,8 SBi < X Kurang Baik pengembangan Borg and Gall dengan melakukan
≤ Xi – 0,6 Sbi modifikasi. Prosedur yang diadaptasi tersebut
E X ≤ Xi – 1,8 SbiTidak Baik
Keterangan: meliputi lima tahap yaitu (1) tahap eksplorasi, (2)
Xi: Mean/rerata skor ideal = ½ (skor maksimum + skor tahap peren-canaan, (3) tahap pengembangan produk,
minimun)
SBi:Simpangan Baku ideal = 1/6(skor maksimum – skor
(4) tahap uji produk dan (5) tahap finalisasi. Tahap
minimum) eksplorasi dilakukan dengan dua kegiatan utama
X: Skor yang diperoleh yaitu penelitian awal dan mengumpul-kan informasi.
Dalam penelitian ini ditetapkan nilai kelayakan Tahap perencanaan dilakukan kegiatan
produk minimal “B” kategori “Baik”. Dengan pengembangan instrumen. Tahap pengembangan
demikian, hasil penilaian ahli materi/ahli perangkat produk dilakukan dengan pengembangan produk
pembelajaran tematik-integratif, ahli evaluasi, awal. Tahap uji produk terdiri dari uji pendahuluan,
praktisi dan rekan sejawat jika memberi hasil akhir revisi hasil uji pendahuluan, uji utama, revisi hasil
“B” atau “Baik”, maka produk pengembangan layak uji utama, uji coba terbatas, dan revisi hasil uji coba
digunakan sebagai perangkat pembelajarantematik- terbatas. Tahap finalisasi berupa perbaikan dan
integratif bebasis sosiokultural. Namun, jika hasil validasi akhir produk sehingga dihasilkan produk
analisis data yang tidak memenuhi kategori “Baik” akhir.
pada penelitian ini akan dijadikan bahan
Hasil Uji Coba Produk
pertimbangan untuk merevisi perangkat
Data hasil uji coba produk terdiri dari hasil uji
pembelajaran sebelum diujicobakan.
pendahuluan, hasil uji utama, dan hasil uji coba
Sedangkan kriteria keefektifan perangkat
terbatas.Data yang diperoleh dalam uji pendahuluan
pembelajaran yang diperoleh dari hasil angket
merupakan data hasil penilaian kelayakan produk
peserta didik dikatakan tercapai apabila paling sedikit
yang dilakukan oleh ahli, praktisi dan rekan sejawat.
70% peserta didik subjek uji mencapai kategori
Berdasarkan hasil penilaian dari ahli, praktisi, dan
“Baik”. Sedangkan kriteria keefektifan perangkat
rekan sejawat dapat diketahui kelayakan perangkat
pembelajaran yang diperoleh dari hasil angket guru
pembelajaran (produk) yang dikembangkan. Data
dikatakan tercapai apabila paling sedikit 70% respon
hasil penilaian perangkat pembelajaran yang berupa
guru mencapai kategori “Mudah dilaksanakan”.
rerata skor dikonversikan menjadi nilai skala lima.

147
Waridah, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Tematik Integratif Tema Menghargai Jasa Pahlawan Berbasis Sosiokultural

Konversi hasil penilaian perangkat pembelajaran sebesar 4,41 dengan nilai A berkategori “Sangat
yang diuraikan terbagi menjadi tiga hal yaitu, Baik”.
konversi interval rerata skor tiap aspek yang ada pada b. Hasil penilaian RPP dari ketiga praktisi
perangkat pembelajaran, rerata skor tiap validator berdasarkan keseluruhan indikator diperoleh
dari keseluruhan aspek dan keseluruhan validator. rerata skor sebesar 4,49 dengan nilai A
Berikut data hasil penilaian kelayakan dari berkategori “Sangat Baik”.
silabus pembelajaran yang dikembangkan. c. Hasil penilaian RPP dari ketiga rekan sejawat
a. Hasil penilaian silabus dari ketiga ahli berdasarkan keseluruhan indikator diperoleh
berdasarkan keseluruhan indikator diperoleh rerata skor sebesar 4,32 dengan nilai A
rerata skor sebesar 4,49 dengan nilai A berkategori “Sangat Baik”.
berkategori “Sangat Baik”. Dari hasil penilaian kelayakan RPP yang
b. Hasil penilaian silabus dari ketiga praktisi meliputi hasil penilaian dari ahli, praktisi dan rekan
berdasarkan keseluruhan indikator diperoleh sejawat memperoleh rerata skor secara keseluruhan
rerata skor sebesar 4,47 dengan nilai A sebesar 4,42 dengan nilai A. Dengan demikian dapat
berkategori “Sangat Baik”. dinyatakan bahwa menurut ahli, praktisi dan rekan
c. Hasil penilaian silabus dari ketiga rekan sejawat sejawat, RPP untuk pembelajaran tematik-integratif
berdasarkan keseluruhan indikator diperoleh yang dikembangkan dinyatakan layak untuk
rerata skor sebesar 4,29 dengan nilai A digunakan pada uji coba dengan kategori “Sangat
berkategori “Sangat Baik”. Baik”. Diagram hasil penilaian RPP dari keseluruhan
Dari hasil penilaian kelayakan silabus secara indikator pada masing-masing ahli, praktisi, dan
umum yang meliputi hasil penilaian dari ahli, praktisi rekan sejawat disajikan dalam Gambar 2 berikut.
4,8
dan rekan sejawat memperoleh rerata skor secara
4,6
Rerata

keseluruhan sebesar 4,42 dengan nilai A. Dengan


4,4
demikian dapat dinyatakan bahwa menurut ahli,
Validator 1
4,2
praktisi dan rekan sejawat, silabus untuk Validator 2
4
pembelajaran tematik-integratif yang dikembangkan Validator 3
3,8
dinyatakan layak untuk digunakan pada uji coba
Ahli Praktisi Rekan Sejawat
dengan kategori “Sangat Baik”. Diagram hasil Validator
penilaian silabus dari keseluruhan indikator pada
Gambar 2. Diagram Penilaian RPP Dari Masing-
masing-masing ahli, praktisi, dan rekan sejawat
masing Ahli, Praktisi dan Rekan Sejawat
disajikan dalam Gambar 1 berikut.
4,8 Data hasil penilaian media pembelajaran oleh
Rerata Skor

4,7
4,6 masing-masing kelompok validator diuraikan sebagai
4,5
4,4 berikut.
4,3
4,2 Validator 1 a. Hasil penilaian media pembelajaran dari ketiga
4,1 Validator 2 ahli berdasarkan keseluruhan indikator diperoleh
4
3,9 Validator 3 rerata skor sebesar 4,40 dengan nilai A
3,8
Ahli Praktisi Rekan Sejawat
berkategori “Sangat Baik”.
Validator b. Hasil penilaian media pembelajaran dari ketiga
praktisi berdasarkan keseluruhan indikator
Gambar 1. Diagram Penilaian Silabus Dari Masing- diperoleh rerata skor sebesar 4,51 dengan nilai A
masing Ahli, Praktisi, dan Rekan Sejawat berkategori “Sangat Baik”.
Data hasil penilaian RPP oleh masing-masing c. Hasil penilaian media pembelajaran dari ketiga
kelompok validator diuraikan sebagai berikut. rekan sejawat berdasarkan kese-luruhan indikator
a. Hasil penilaian RPP dari ketiga ahli berdasarkan diperoleh rerata skor sebesar 4,41 dengan nilai A
keseluruhan indikator diperoleh rerata skor berkategori “Sangat Baik”.

148
Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014, Hal. 142-155

Dari hasil penilaian kelayakan media dengan kategori “Sangat Baik”. Diagram hasil
pembelajaran yang meliputi hasil penilaian dari ahli, penilaian tes hasil belajar dari keseluruhan indikator
praktisi dan rekan sejawat memper-oleh rerata skor pada masing-masing ahli, praktisi, dan rekan sejawat
secara keseluruhan sebesar 4,45 dengan nilai A. disajikan dalam Gambar 4 berikut.
4,8
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa menurut
4,6
ahli, praktisi dan rekan sejawat, media pembelajaran

Rerata
4,4
untuk pembelajaran tematik-integratif yang dikem- 4,2 Validator
bangkan dinyatakan layak untuk digunakan pada uji 4
1
Validator
2
coba dengan kategori “Sangat Baik”. Diagram hasil 3,8 Validator
3
penilaian media pembelajaran dari keseluruhan 3,6
Ahli Praktisi Rekan Sejawat
indikator pada masing-masing ahli, praktisi, dan Validator
rekan sejawat disajikan dalam Gambar 3 berikut.
5 Gambar 4. Diagram Penilaian Tes Hasil Belajar dari
Masing-masing Ahli, Praktisi dan Rekan Sejawat
Rerata

4,5
Validator Secara umum kualitas perangkat pembelajaran
4 1
Validator yang meliputi silabus, RPP, media pembelajaran dan
2
3,5
Validator
3
tes hasil belajar yang dinilai oleh ahli, praktisi dan
Ahli Praktisi Rekan rekan sejawat pada uji pendahuluan diperlihatkan
Validator Sejawat
pada Gambar 5 berikut.
4,55
Gambar 3. Diagram Penilaian Media Pembelajaran 4,5
4,45
Rerata Kualitas

Dari Masing-masing Ahli, Praktisi dan Rekan 4,4


Sejawat 4,35 Ahli
4,3 Praktisi
Data hasil penilaian tes hasil belajar oleh 4,25
4,2 Rekan Sejawat
masing-masing kelompok validator diuraikan sebagai 4,15
berikut. Silabus RPP Media Tes Hasil
Pembelajaran Belajar
a. Hasil penilaian tes hasil belajar dari ketiga ahli Komponen Perangkat

berdasarkan keseluruhan indikator diperoleh


rerata skor sebesar 4,51 dengan nilai A Gambar 5. Diagram Penilaian Kualitas Perangkat
Pembelajaran Oleh Ahli, Praktisi dan Rekan Sejawat
berkategori “Sangat Baik”.
b. Hasil penilaian tes hasil belajar dari ketiga praktisi Data Uji Utama
berdasarkan keseluruhan indikator diperoleh
Informasi yang diperoleh dalam uji utama
rerata skor sebesar 4,36 dengan nilai A dan
terkumpul dalam data keterlaksanaan pembelajaran
kategori “Sangat Baik”.
melalui lembar observasi, data hasil belajar peserta
c. Hasil penilaian tes hasil belajar dari ketiga rekan
didik, dan data angket. Keterlaksanaan pembelajaran
sejawat berdasarkan keseluruhan indikator
tematik-integratif berbasis sosiokultural secara
diperoleh rerata skor sebesar 4,35 dengan nilai A
sistematis tertuang dalam lembar observasi kegiatan
berkategori “Sangat Baik”.
guru dan peserta didik. Data hasil observasi kegiatan
Dari hasil penilaian kelayakan tes hasil belajar
guru pada keseluruhan pembelajaran diperoleh rerata
yang meliputi hasil penilaian dari ahli, praktisi dan
skor sebesar 8,05 dengan nilai B berkategori “Baik”.
rekan sejawat memperoleh rerata skor secara
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa proses
keseluruhan sebesar 4,42 dengan nilai A. Dengan
pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran
demikian dapat dinyatakan bahwa menurut ahli,
yang dikembangkan pada uji utama dilaksanakan
praktisi dan rekan sejawat, tes hasil belajar untuk
guru dengan baik.Keterlaksanaan pembelajaran
pembelajaran tematik-integratif yang dikembangkan
tematik-integratif berbasis sosiokultural dilihat dari
dinyata-kan layak untuk digunakan pada uji coba

149
Waridah, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Tematik Integratif Tema Menghargai Jasa Pahlawan Berbasis Sosiokultural

hasil observasi kegiatan guru untuk setiap respon peserta didik, proses pembelajaran mengguna-
pembelajaran dapat dilihat secara lebih jelas pada kan perangkat pembelajaran tematik-integratif
Gambar 6 berikut. berbasis sosiokultural “Sangat Baik”.Sedangkan data
9 hasil angket guru dari keseluruhan indikator
8,8 diperoleh rerata skor sebesar 3,96 dengan nilai B
Rerata Skor

8,6 berkategori “Mudah dilaksanakan”. Dengan


8,4 demikian dapat dinyatakan bahwa proses
Obs. …
8,2 pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran
8
yang dikembangkan pada uji utama, menurut guru
7,8
mudah dilaksanakan.
Pemb. 1Pemb. 2Pemb. 3Pemb. 4Pemb. 5Pemb. 6
Berdasarkan hasil penilaian tes hasil belajar juga
Gambar 6. Diagram Hasil Observasi Kegiatan Guru diperoleh 5 orang peserta didik tidak tuntas dengan
untuk TiapPembelajaran pada Uji Utama
rentang nilai 63,33-66,67 dan 17 peserta didik tuntas
Dari diagram di atas dapat disimpul- kan bahwa dengan rentang nilai 70,00-90,00. Rerata hasil
keseluruhan pembelajaran berdasar-kan keseluruhan belajar peserta didik yang dicapai secara keseluruhan
indikator observasi kegiatan guru dalam adalah sebesar 77,27. Jumlah peserta didik yang
melaksanakan pembelajaran telah memenuhi kategori tuntas lebih banyak dari jumlah peserta didik yang
yang ditetapkan yaitu minimal “Baik”, maka tidak tuntas, menunjukkan bahwa sebagian peserta
keterlaksanaan pem-belajaran yang telah dilakukan didik secara individual memenuhi kriteria ketuntasan.
efektif. Namun ketuntasan secara klasikal belum terpenuhi
Sedangkan rerata skor observasi kegiatan peserta (nilai KKM 70). Hal ini ditunjukkan dengan hasil
didik secara keseluruhan kegiatan pembelajaran persentase ketuntasan secara klasikal sebesar
diperoleh sebesar 7,41 dengan nilai B berkategori 77,27%. Besarnya persentase klasikal masih kurang
“Baik”. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa dari 80% sebagaimana ketentuan yang ditetapkan
proses pembelajaran menggunakan perangkat pem- sebelumnya, sehingga pembelajaran tematik-
belajaran yang dikembangkan pada uji utama integratif berbasis sosiokultural menggunakan
dilaksanakan secara efektif.Keterlak-sanaan perangkat pembelajaran yang dikembangkan
pembelajaran tematik-integratif berbasis dikatakan belum efektif. Data jumlah peserta didik
sosiokultural dilihat dari hasil observasi kegiatan yang tuntas dan tidak tuntas pada uji utama dapat
peserta didik untuk setiap pem-belajaran dapat dilihat dilihat pada Gambar 8 berikut.
secara lebih jelas pada Gambar 7 berikut. 20
8,5
Jumlah Peserta Didik

15
8
10
Rerata Skor

7,5 Obs.…
Kriteria
7 5
6,5 0
6 Tuntas Tidak Tuntas
Pemb. 1 Pemb. 2 Pemb. 3 Pemb. 4 Pemb. 5 Pemb. 6

Gambar 8. Diagram Jumlah Ketuntasan Peserta


Gambar 7. Diagram Hasil Observasi Kegiatan
Didik pada Uji Utama
Peserta Didik untuk Tiap Pembelajaran
pada Uji Utama Hasil Uji Coba Terbatas
Data hasil angket keseluruhan indikator dari
seluruh peserta didik diperoleh rerata skor sebesar Perangkat pembelajaran tematik-integratif
4,31 dengan nilai A berkategori “Sangat Baik”. berbasis sosiokultural hasil revisi berdasarkan
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa menurut masukan validator pada uji pendahuluan dan telah
digunakan pada uji utama, selanjutnya diujicobakan

150
Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014, Hal. 142-155

pada 50 orang peserta didik kelas IV SD Negeri ditetapkan yaitu minimal “Baik”. Maka perangkat
Serayu melalui uji coba terbatas. Untuk mengetahui pembelajaran yang digunakan guru dalam proses
apakah perangkat yang dikembangkan dapat pembelajaran pada kelas kontrol belum memenuhi
diterapkan dalam proses pembelajaran secara efektif kriteria efektif.
dan meningkatkan hasil belajar peserta didik, maka Hasil observasi kegiatan guru pada kelas
pelaksanaan uji coba terbatas menggunakan dua eksperimen dikatakan bahwa setiap indikator
kelas. Satu kelas yang proses pembelajarannya pengamatan kegiatan pembelajaran yang dilakukan
menggunakan perangkat pembelajaran tematik- guru sudah memenuhi kategori yang ditetapkan yaitu
integratif berbasis sosiokultural dan satu kelas proses minimal “Baik”. Maka perangkat pembelajaran
pembelajarannya menggunakan perangkat yang biasa tematik-integratif berbasis sosiokultural yang
digunakan guru (konvensional). digunakan guru dalam proses pembelajaran pada
Kedua kelas ini merupakan kelas yang memiliki kelas eksperimen sudah memenuhi kriteria efektif.
kemampuan awal peserta didik yang sama Sedangkan keseluruhan pembelajaran pada kelas
(homogen). Hal ini terbukti dengan hasil uji beda kontrol diperoleh rerata skor sebesar 3,29 dengan
kemampuan awal peserta didik kedua kelas yang nilai C berkategori “Cukup Baik”. Dengan demikian
diperoleh dari hasil pre-test sebelum proses dapat dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada
pembelajaran dilaksanakan. Hasil uji beda kelas kontrol yang menggunakan perangkat
kemampuan awal peserta didik kedua kelas dapat pembelajaran konvensional belum efektif.
dilihat pada Tabel 2 berikut. Hasil observasi kegiatan guru dalam keseluruhan
Tabel 2. Hasil Uji Beda Kemampuan Awal pembelajaran pada kelas eksperimen diperoleh rerata
Peserta Didik Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen skor sebesar 4,66 dengan nilai A berkategori “Sangat
Variabel Levene’s Test t-test for Equality of Means Baik”. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
for Equality of
Variances proses pembelajaran pada kelas eksperimen yang
F Sig. T Df Sig. (2-
tailed) menggunakan perangkat pembelajaran berbasis
Kema Equal 0,999 0,32 -3,23 48 0,719
mpua variances 3 sosiokultural sudah efektif.
n assumed
Awal Equal -3,62 46,1 0,719 Keterlaksanaan pembelajaran tematik-integratif
variances 62
not dilihat dari hasil observasi kegiatan guru untuk setiap
assumed
pembelajaran pada kelas kontrol dan kelas
Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa eksperimen dapat dilihat secara lebih jelas pada
harga F = 0,999 dengan tingkat signifikansi 0,323 Gambar 9 berikut.
lebih besar daripada 0,05. Kenyataan ini 6

menunjukkan bahwa varians kemampuan awal 5


4
peserta didik kelas kontrol dan kelas eksperimen
Rerata

3 K. Kontrol
adalah sama. Selain itu, dapat juga dilihat dengan 2 K.
Eksperimen
tingkat Sig. (2-tailed) yaitu sebesar 0,719 >0,05, 1
0
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
Pemb. 1Pemb. 2Pemb. 3Pemb. 4Pemb. 5Pemb. 6
yang signifikan pada rerata kemampuan awal peserta
didik kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Gambar 9. Diagram Observasi Kegiatan Guru untuk
Informasi yang diperoleh dalam uji coba terbatas Tiap Pembelajaran pada Uji Coba Terbatas
terkumpul dalam data keterlaksanaan pembelajaran Hasil observasi kegiatan peserta didik secara
pada kelas kontrol dan eksperimen melalui lembar keseluruhan kegiatan pembelajaran pada kelas
observasi, data hasil belajar peserta didik, dan data kontrol diperoleh rerata skor sebesar 3,27 dengan
angket. Berdasarkan hasil observasi kegiatan nilai C berkategori “Cukup Baik”. Dengan demikian
gurupada kelas kontrol dapat dikatakan bahwa setiap dapat dinyatakan bahwa proses pembelajaran kelas
indikator pengamatan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan guru belum memenuhi kategori yang

151
Waridah, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Tematik Integratif Tema Menghargai Jasa Pahlawan Berbasis Sosiokultural

kontrol yang menggunakan perangkat pembelajaran 90,00. Sedangkan nilai terendah post-test diperoleh
konvensional belum efektif. oleh subjek NAR, HSN, GAK, dan SLA dengan nilai
Sedangkan rerata skor observasi kegiatan peserta 50,00. Jumlah peserta didik yang tuntas post-test
didik secara keseluruhan kegiatan pembelajaran pada sebanyak 15 orang atau sebesar 60%. Jumlah peserta
kelas eksperimen diperoleh sebesar 4,49 dengan nilai didik yang tidak tuntas post-test sebanyak 10 orang
A berkategori “Sangat Baik”. Dengan demikian atau sebesar 40%. Secara klasikal hasil persentase
dapat dinyatakan bahwa proses pembelajaran kelas ketuntasan berdasarkan post-test peserta didik pada
eksperimen yang menggunakan perangkat kelas kontrol diperoleh sebesar 60%. Sehingga secara
pembelajaran tematik-integratif berbasis klasikal pembelajaran tematik-integratif pada sub
sosiokultural sudah efektif. Keterlak-sanaan tema sikap kepahlawanan dalam uji coba terbatas
pembelajaran tematik-integratif dilihat dari hasil pada kelas kontrol dinyatakan belum tuntas karena
observasi kegiatan peserta didik untuk setiap jumlah peserta didik yang tuntas belajarnya secara
pembelajaran pada kelas kontrol dan kelas individual masih di bawah 80%.
eksperimen dapat dilihat secara jelas pada Gambar Berdasarkan hasil penilaian pada kelas
10 berikut. eksperimen juga diketahui bahwa nilai post-test
5
tertinggi diperoleh oleh subjek NHA, AHS, dan
4,5 DSW dengan nilai sebesar 93,33. Sedangkan nilai
4
3,5
terendah post-test diperoleh oleh subjek AFN dengan
3 nilai 56,67. Jumlah peserta didik yang tuntas post-
Rerata Skor

2,5 K. Kontrol
2 K.
test pada kelas eksperimen sebanyak 21 orang atau
1,5 Eksperimen
sebesar 84%. Jumlah peserta didik yang tidak tuntas
1
0,5 pot-test pada kelas eksperimen sebanyak 4 orang atau
0
sebesar 16%. Secara klasikal persentase ketuntasan
Pemb. 1 Pemb. 2 Pemb. 3 Pemb. 4 Pemb. 5 Pemb. 6
berdasarkan hasil post-test peserta didik pada kelas
Gambar 10. Diagram Hasil Observasi Kegiatan
eksperimen diperoleh sebesar 84%. Sehingga secara
Peserta Didik untuk Tiap Pembelajaran
pada Uji Coba Terbatas klasikal pembelajaran tematik-integratif pada sub
Data hasil angket peserta didik berdasarkan tema sikap kepahlawanan dalam uji operasional
keseluruhan indikator dari seluruh peserta didik lapangan pada kelas eksperimen dinyatakan sudah
diperoleh rerata skor sebesar 4,41 dengan nilai A tuntas karena jumlah peserta didik yang tuntas
berkategori “Sangat Baik”. Dengan demikian dapat belajar secara individual telah mencapai 80%. Untuk
dinyatakan bahwa menurut respon peserta didik pada mengetahui kenaikan hasil belajar peserta didik
kelas eksperimen, proses pembelajaran mengguna- antara kelas kontrol dan kelas eksperimen
kan perangkat pembelajaran tematik-integratif berdasarkan hasil gain standar dapat dilihat pada
berbasis sosiokultural “Sangat Baik”. Begitu pula Gambar 11 berikut.
0,6
rerata skor angket guru dari keseluruhan indikator 0,5
diperoleh sebesar 4,92 dengan nilai A berkategori 0,4
Gain Standar

0,3
“Sangat mudah dilaksanakan”. 0,2
Penentuan keefektifan perangkat pembelajaran 0,1
0
tematik-integratif berbasis sosiokultural pada uji
Kontrol Eksperimen
coba terbatas dilihat dari pencapaian ketuntasan hasil Kelas Uji Coba
belajar peserta didik dan perbedaan keefektifan
perangkat pembelajaran kelas eksperimen dan kelas Gambar 11. Diagram Kenaikan Hasil Belajar pada
kontrol.Berdasarkan hasil penilaian pada kelas Uji Coba Terbatas
kontrol juga diketahui bahwa nilai post-test tertinggi Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
diperoleh oleh subjek NPN dengan nilai sebesar ketuntasan hasil belajar pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen digunakan analisis uji-t. Karena data

152
Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014, Hal. 142-155

bersifat independent maka digunakan uji-t peserta didik secara aktif; 4) sumber belajar dan
(independent sample t-test). Dalam penelitian ini media pem-belajaran yang digunakan sangat dekat
perhitungan independent sample t-test menggunakan dengan kehidupan peserta didik; dan 5) peserta didik
program SPSS 19.0. Pengujian hipotesis dilakukan melakukan proses belajar tidak hanya dengan guru,
pada peningkatan hasil belajar peserta didik (gain tetapi dengan teman sebaya, orang tua, orang dewasa,
standar). Berdasarkan hasil perhitungan independent lingkungan dan budaya. Perangkat pembelajaran
sample t-test pada gain standar ketuntasan hasil yang digunakan dikatakan berbeda karena perangkat
belajar peserta didik dapat dilihat bahwa harga F = tersebut berbasis sosiokultural. Proses belajar
0,317 dengan tingkat signifikansi 0,576 ≥ 0,05. Hal mengajar tidak hanya monoton di dalam kelas namun
tersebut menunjukkan bahwa varians gain standar di luar kelas dan di lingkungan masyarakat peserta
ketuntasan belajar peserta didik antara kelas kontrol didik.
dengan kelas eksperimen adalah sama. Dalam uji ini Hal tersebut sejalan dengan teori Vygotsky yang
digunakan kedua varians sama (equal varians menekankan pada hakikat sosiokultural dari
assumed). Tabel di atas juga menunjukkan bahwa pembelajaran. Dua implikasi utama dari tori
harga t gain standar untuk varians sama yaitu 6,157 Vygotsky dalam pembelajaran. Pertama,
dengan tingkat signifikansi 0.0001. Karena nilai dikehendakinya susunan kelas berbentuk
tingkat signifikansi ≤0,05 maka H0 ditolak. pembelajaran kooperatif antar peserta didik, sehingga
Berdasar-kan hal tersebut maka dapat disimpulkan peserta didik dapat berinteraksi disekitar tugas-tugas
bahwa ada perbedaan signifikan terhadap ketuntasan yang sulit dan saling memunculkan strategi
hasil belajar antara peserta didik yang mengikuti pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-
pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran masing zone of proximal development mereka.
tematik-integratif berbasis sosiokultural dengan Pembelajaran kooperatif ini terwujud melalui
peserta didik yang mengikuti pembelajaran kegiatan pembelajaran secara berkelompok yang
menggunakan perangkat pembelajaran konvensional. telah dilaksanakan yang terdiri dari 5 sampai 6
peserta didik. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam
Pembahasan pengajaran menekankan scaffolding sehingga peserta
Dari hasil penilaian keempat komponen didik semakin lama semakin bertanggungg jawab
perangkat pembelajaran tersebut, setiap aspek terhadap pembelajarannya sendiri. Vygotsky
penilaian memenuhi kriteria minimal “baik”. Sesuai meyakini bahwa orang-orang dan lingkungan budaya
dengan kualitas produk yang telah ditetapkan bahwa mereka berperan dalam sistem interaksi sosial.
produk yang dikembangkan dianggap layak jika Melalui komunikasi dan tindakan, orang-orang yang
aspek-aspek yang dinilai pada perangkat berada dalam lingkungan anak mengajar-kan alat-alat
pembelajaran mencapai kategori minimal “baik”. kepada anak (misalnya, bahasa simbol, tanda) yang
Dengan demikian perangkat pem-belajaran tematik- mereka butuhkan untuk memperoleh kompetensi
integratif berbasis sosiokultural yang dikembangkan (Schunk, 2012:581). Interaksi sosial dengan guru,
dinilai layak digunakan pada uji utama dan uji coba orang tua dan teman sebaya yang lebih
terbatas. berpengalaman memberikan kontribusi yang
Kenaikan hasil belajar yang diperoleh dan signifikan bagi perkembangan intelektual anak. Hal
respon positif serta proses pembelajaran yang ini dipertegas oleh Jackman (2012:10) sebagaimana
menyenangkan bagi peserta didik dikarenakan dikutip berikut.
beberapa hal, antara lain: 1) perangkat pembelajaran “Much of what a child learns comes from the
yang digunakan peserta didik berbeda dari perangkat culture around him. In addition, interactions
pem-belajaran sebelumnya; 2) proses belajar with teachers, parents, and more experienced
mengajar secara kontekstual, tidak hanya berpaku peers contribute significantly to a child’s
berada di dalam kelas namun berada di lingkungan intellectual development.”
peserta didik; 3) kegiatan pembelajaran melibatkan

153
Waridah, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Tematik Integratif Tema Menghargai Jasa Pahlawan Berbasis Sosiokultural

Vygotsky berpendapat bahwa anak-anak Dalam proses pembelajaran tematik-integratif


mengontruksi pengetahuan melalui interaksi sosial. dengan menggunakan perangkat pembelajaran hasil
Sebagaimana dikemukakan oleh Warsono dan pengembangan pada uji lapangan juga ditemukan
Hariyanto (2013:59) bahwa asumsi pokok teori bahwa kemampuan peserta didik untuk menerapkan
Vygotsky adalah “What the child can do in hasil pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari
cooperation today he can do alone tomorrow.” semakin meningkat. Hal ini dibuktikan dengan
Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa apa yang dapat adanya peningkatan hasil belajar yang dilihat ketika
dilakukan oleh pada peserta didik dengan bekerja pre-test dan post-test. Peserta didik mampu
sama pada hari ini dapat dilakukannya sendiri pada menerapkan pengetahuan, keterampil-an, dan tingkah
masa mendatang. Dari semua aspek tersebut laku dalam menyelesaikan masalah sehari-hari, serta
didukung melalui perangkat pembelajaran tematik– peserta didik juga lebih peka untuk mengamati
integratif berbasis sosiokultural yang dikembangkan fenomena-fenomena yang ada dilingkungan sekitar.
dalam penelitian ini. Selain proses pembelajaran
yang berlandaskan konstruktivisme, pada SIMPULAN
pembelajaran tematik-integratif juga dilakukan Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan,
penilaian otentik. Bentuk penilaian otentik akan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
mengharuskan peserta didik membuat tulisan berupa 1. Perangkat pembelajaran tematik-integratif pada
penyampaian pikiran, mendiskusikan apa yang telah tema menghargai jasa pahlawan berbasis
mereka pelajari dan mengapa penge-tahuan ini sosiokultural dikatakan layak untuk setiap
berguna di dunia atau mendemons-trasikan dan komponen perangkat adalah sebagai berikut.
mengaplikasikan keterampilan yang telah diperoleh. a. Silabus tematik-integratif berbasis
Penilaian autentik juga telah dikembangkan yang sosiokultural dikembangkan dengan
termuat dalam perangkat RPP yang dikembangkan mengintegrasikan nilai-nilai budaya pada
dalam penelitian ini. kegiatan pembelajaran, mengguna-kan
Berdasarkan kesesuaian antara teori dan aplikasi penilaian otentik, dan menggunakan sumber
yang terjadi dilapangan selama proses penelitian belajar yang ada disekitar peserta didik dan
inilah menjadi dasar bahwa perkembangan kognitif relevan dengan ke-budayaan di lingkungan
peserta didik mengala-mi peningkatan. Salah bentuk peserta didik.
peningkatan hasil belajar tersebut terlihat dari tes b. RPP tematik-integratif berbasis sosio-kultural
hasil belajar peserta didik yang sebagian besar dikembangkan dengan meng-gunakan
mengalami ketuntasan individual. Selain beberapa pendekatan saintifik pada langkah-langkah
hal yang diuraikan di atas, keber-hasilan atau pembelajaran, meng-integrasikan nilai-nilai
ketuntasan dan peningkatan hasil belajar peserta budaya pada kegiatan pembelajaran,
didik yang tercapai juga menunjukkan bahwa proses menumbuhkan interaksi sosial pada
pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik pelaksanaan pembelajaran, menggunakan
(saintific approach), sebagaimana yang dirancang penilaian otentik, menggunakan sumber belajar
oleh peneliti memiliki pengaruh yang sangat yang ada disekitar peserta didik dan relevan
signfikan. Hal tersebut dapat juga dilihat dari hasil dengan kebudayaan di ling-kungan peserta
penilaian autentik yang diperoleh peserta didik didik.
sangat baik, baik penilaian kinerja, penilaian proyek, c. Media pembelajaran tematik-integratif berbasis
penilaian portofolio maupun penilaian tertulisnya. sosiokultural dikembangkan menggunakan
Dari hal-hal tersebut maka dapat ditarik kesimpulan benda-benda yang ada disekitar peserta didik
bahwa pem-belajaran menggunakan perangkat pem- dan mengandung nilai budaya, permainan
belajaran tematik-integratif berbasis sosiokultural ini tradisional yang relevan dengan materi, dan
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. meng-gunakan media yang mencakup kegiatan
saintifik pada proses pembelajaran.

154
Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 2, Nomor 2, Desember 2014, Hal. 142-155

d. Tes hasil belajar tematik-integratif berbasis Tilaar, H.A.R. dan Nugroho, R. 2009. Kebijakan
sosiokultural dikembangkan melalui bentuk- Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
bentuk pertanyaan/soal yang mencakup Warsono dan Hariyanto. 2013. Pembelajaran Aktif,
kegiatan saintifik, pertanyaan yang berkaitan Teori dan Asesmen. Bandung: Remaja
dengan budaya peserta didik dan relevan Rosdakarya.
dengan materi pelajaran.
2. Keefektifan perangkat pembelajaran tematik-
integratif berbasis sosiokultural berdasarkan
ketuntasan belajar peserta didik, diperoleh
ketuntasan klasikal sebesar 84% dengan jumlah
peserta didik sebanyak 21 orang.

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 2013. Tes Prestasi Fungsi dan
Pengembangan Pengukuran Prestasi
Belajar. (Edisi 2). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Bodrova, E. dan Leong, D. J. 1996. Tools of the
mind. The Vygotskian approach to early
childhood education. Englewood Cliffs:
Prentice-Hall. Inc.
Feldman, R.S. 2012. Discovering the life span. (2nd
ed). New York: Pearson Prentice Hall.
Jackman, L.H. 2012. Early education curriculum.
Bemidji: Wadasworth.
Mulyasa, E. 2013. Pengembangan dan implementasi
kurikulum 2013. Perubahan dan
pengembangan kurikulum 2013 merupakan
persoalan penting dan genting. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Santrock, J.W. 2011. Masa Perkembangan Anak
(Terjemahan). (Edisi 11). New York:
McGraw Hill. (Buku asli diterbitkan tahun
2009)
Santrock, J.W. 2012. Life-span development
(Terjemahan). (Edisi ketigabelas). Jilid I.
New York: McGraw Hill. (Buku asli
diterbitkan tahun 2011)
Schunk, D.H. 2012. Learning theories an
educational perspective. Boston: Person.
Suhadi. 2007. Penyusunan perangkat pembelajaran
dalam kegiatan lesson study (online).
http://suhadinet.wordpress.com/2008/05/28/
penyusunan-perangkat-perangkat-
pembelajaran-dalam-kegiatan-lesson-study/.
Diakses pada tanggal 24 Juli 2013

155

You might also like