You are on page 1of 20
Saudah Wanita Dermawan dan Hijrah Dua Kah Dipindai dengan CamScanner K ita masih berada di taman kebaikan, berkah, kehormatan, dan ketakwaan. Setiap hari kita melihat bunga yang baru mekar dan menyebarkan semerbak keharumannya ke seluruh penjuru dunia. Kali ini, kita sedang menanti seorang sahabat wanita agung dan penuh, berkah yang berusaha sekuat tenaga untuk menyenangkan dan membahagiakan hati Rasulullah saw. Dia termasuk wanita pertama yang memeluk Islam, ikut hijrah dua kali, yakni hijrah ke Habasyah dan Madinah Munawwarah. Dia lebih mengutamakan keridhaan Rasulullah saw. daripada kesenangan pribadi, sehingga Ummul Mukminin ‘Aisyah ra. menyanjungnya, “Aku tidak pernah menemukan seorang wanita yang lebih kusukai jika diriku menjadi dirinya, selain Saudah binti Zam‘ah.” Memang, sosok wanita yang kita nantikan adalah Ummutl Mukminin Saudah binti Zam‘ah. Semoga Allah meridhainya. Mari bergabung dengan kami. Kita persiapkan hati kita untuk menyelami perjalanan hidupnya yang harum dan semua orang senang mendengarnya. Marilah ikut bersama kami menuju oase yang penuh berkah. Melintase Kegelapan Syintk Menuju Cahaya Tauhid Sudah lama manusia menjalani kehidupan Jahiliah dan rusak. Kemudian, Nabi saw. membawa agama agung ini untuk mengalihkan manusia dari lumpur hitam kemusytikan dan kekafiran menuju cahaya tauhid dan iman, Dakwah ini Iangsung diterima oleh orang-orang yang Saudah bint Zam ‘ah ra, 75 | j Dipindai dengan CamScanner kan kesucian fitrah dan berhati bersih. Mereka seyer, ishan di depan pincu rumah Al-Argam bin Aby mempertaha melepaskan jubah kejahili Aram dan menggontinya dengan jubab Islam. a ‘Totalitas jiwa dan raga mereka diserahkan untuk taat kepada Allah dan memperjuangkan agama-Nya. Mereka adalah cababat-sababat mul ah penuh berkah itu dalam fase buaiannya. Mereka kan pahit getir perjuangan agama dan Josok dunia dengan pengorbanan yang menerima dakw: adalah orang-orang yang merasal menyebarkan risalahnya ke seluruh pel darah dan dagingnya. ; Orang pertama yang memeluk Islam dari kalangan wanita adalsh, Khadijah ra. Ia terus mendukung Rasulullah saw. dalam menjalani masa. masa sulit dan membantunya dalam menyebarkan misi dakwah. Sementara dari kalangan laki-laki adalah Abu Bakar Ash-Shiddig ra. la tidak pernah merasa ragu sedikit pun untuk menerima dakwah, sehingga ketika Rasulullah saw. mengajaknya masuk Islam, ia langsung menjawab, “Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.” Sejak menyatakan diri masuk Islam, Abu Bakar ra. langsung menjalankan amanah agama dan menyampaikan dakwah kepada manusia agar menerima ajaran agama Allah. Alhasil, berkat kegigihannya dalam berdakwah, enam dari sepuluh orang yang dijamin masuk surga di kemudian hari, langsung memeluk Islam. Pada hari kiamat kelak, Abu Bakar Ash-Shiddiq akan menemui Tuhannya dengan meraih pahala kebaikan orang-orang yang masuk Islam karena ajakannya. Tidak hanya enam orang di atas, masih banyak lagi tokoh-tokoh besat yang memeluk Islam karena jasanya. Itulah gambaran seorang dai sejati Ia selalu peduli kepada semua orang yang ada di sekelilingnya dan khawati jika mereka ditimpa siksa Allah, sehingga berusaha keras menatik merek® menuju keridhaan dan surga Allah.” Ae Saabiguanal Aumataun Di antara orang-orang yang pertama memeluk Islam (As-Saabiquund! Awwaliin) dan menerima dakwah kebenaran adalah Sakran bin ‘A™ 36 As Haabur Rasa, kaya pengorany buku in, vol, Ulu, $859 76. Sirah Shahabiyah a Dipindai dengan CamScanner saudara kandung sahabat terkemuka, Suhail bin ‘Amr Sakran memeluk |. Bahkan, keislamannya diikuti oleh istrinya yang sekaligus putri pamannya sendiri, Saudah binti Zam‘ah ra. Mereka berdua menjalani masa-masa paling indah dalam hidupnya di bawah naungan tauhid dan iman. Memang, hidup di bawah naungan iman adalah hidup yang paling baik, sebagaimana dinyatakan oleh Allah Ta‘ala, Islam dan iman telah merasuk ke segenap relung hatin “Barangiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl: 97) Mereka berdua menjadi bagian dari orang-orang yang pertama menyerahkan hati dan dirinya kepada Allah swt., sehingga termasuk orang-orang yang mendapat balasan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Allah swt. berfirman, “Orang-orang yang terdalulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di amtara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengtkuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha epada Allah. Allah menyedliakan bagi mereka surga-surga yang mengalit sungai-sungai di dalamnya, Mereka kekal di dalanmya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (At‘Taubah: 100) Kesabaran dan Kepasrahan kepada Alaa - Hanya dalam hitungan hari, berita keislaman Sakran tersebar di Makkah. Hal ini membuat orang-orang yang jiwanya telah dirasuki setan dan menganggap dirinya sebagai orang besar, padahal hakikatnya adalah budak hina yang menghamba kepada nafsu perut dan kemalwannya, tidak segan-segan untuk menyeret Sakran dan menyiksanya tanpa belas kasihan, Ibnu Ishaq menuturkan, “Orang-orang musyrik Quraisy mulai menyakiti setiap orang yang memeluk Islam dan mengikuti ajaran Rasulullah saw. Setiap kabilah menyiksa anggotanya yang memeluk Islam. Saudah binti Zam'ah va, 17 Dipindai dengan CamScanner Mereka menyekap, memukul, membiarkannya kelaparan dan kehavsen ‘ ir pada tengah hari yang terik. Hal inj serta menyeretnya di atas pasir p% lemah di antara metek dilakukan terutama kepada orang-orang yang lemah is Teka, Orang-orang muslim itu terus disiksa agar keluar dari keyakinan agama barunya. Di antara mereka ada yang sempat goyah Karena mendapat siksaan yang terlalu berat, dan ada yang tetap teguh dan dilindungi Allah, sehingga tidak menyimpang dari agamanya. Ketika Rasulullah saw. melihat penyiksaan terhadap sahabat. sahabatnya semakin meningkat, sedangkan posisinya tetap aman kareng Allah melindunginya, juga karena pembelaan pamannya, Abu Thalib, beliau tidak mampu menghindarkan sahabat-sahabatnya dari siksaan Quraisy. Beliau berkata, “Pergilah ke Habasyah. Sesungguhnya di sana ada seorang raja yang tidak membiarkan siapa pun yang datang kepadanya dizalimi. Habasyah adalah negeri yang penuh ketulusan. Tinggallah di sana sampai Allah membebaskan kalian dari penderitaan ini.” Tidak lama kemudian, sahabat-sahabat Rasulullah saw. yang telah, masuk Islam pergi ke Habasyah untuk menghindari fitnah dan menyelamatkan agama Allah. Itulah hijrah pertama dalam sejarah Islam." Dalam sebuah riwayat, Ummu Salamah menceritakan, “Ketika kami merasa Makkah semakin sempit dan banyak sahabat Nabi saw. yang disiksa dan ditekan, serta mereka melihat sendiri penderitaan semakin meningkat; sementara di sisi lain, Rasulullah saw. tidak dapat membela mereka, sedangkan beliau sendiri tetap aman karena dibela oleh kaum dan pamannya, sehingga tidak ada yang berani menyakitinya; maka Rasulullah saw. berkata, ‘Sesungguhnya di Habasyah ada seorang raja yang tidak akan membiarkan siapa pun dizalimi di hadapannya, Pergilah ke negeri itu sampai Allah membebaskan dari penderitaan dan memberi jalan keluar’ Kami pun hijrah dengan cara berpencar hingga berkumpul di negeri yang nyaman dan mendapat perlindungan yang baik, sehingga kami dapat menjaga agama kami dengan baik.” Dalam riwayat lain, Ummu Salamah berkata, ' “Setibanya di Habasyah, kami mendapat perlindungan yang baik dari peng wasanya (Najasyi). Kami 7 Thnu Ishaq meriyatkan kisah in tanpa sanad.tbnu K. 5 ia 1 Bidaayah wan Nihaayah, vol. 3 hlm. 66. Dikurin tee 2 een Yebut kisah ini dalam kitab Al Seliiinlat asc 66:Dikutip da ‘As Siitah An-Nabawiyyah, Hbnu Hisyam 18. Sirah Shahabiyah Dipindai dengan CamScanner dapat menjay gama ka a “4 7 yma Kami dan menyembah Allh Taal, tanpa ada yang menyaki tau mendengar sesuuatu yang tidak kami suka.” emoga Allah meridhai mereka berdua, termasuk orang-orang yang hijrah ke } petlindungan dari Najasy Saudah dan suamir asyah, Mereka mendapat : » Scorang raja yang adil, dan hidup dengan tenang di bawah naungan iman dan tauhid. Tidak lama kemudian, mereka kembali ke Makkah untuk menyertai Nabi saw. Orang yang beriman akan menikmati setiap penderitaan yang menimpanya selama dapat menyertai Nabi saw. daripada hidup nyaman dan tenang, tapi jauh dari beliau. Namun, ketika mereka sampai di Makkah, ternyata orang-orang Quraisy masih memusuhi dakwah Nabi saw. dan menyiksa sahabat-sahabatnya. Sebaliknya, Rasulullah saw. terus membesarkan hati mereka bahwa pertolongan Allah sudah dekat dan kemenangan akan diraih oleh orang- orang yang dekat dengan-Nya, sedangkan musuh-musuhnya akan binasa. Sebuak Tujuan Mulia Muhammad saw. tidak mengumpulkan sahabat-sahabatnya untuk sebuah keuntungan duniawi yang akan segera sitna. Sesungguhnya Muhammad telah berhasil melenyapkan tabir yang menutup mata manusia, sehingga mereka dapat melihat kebenaran yang telah lama tertutupi. Muhammad berhasil menghapus noda yang mengotori hati manusia, sehingga mereka dapat mengetahui keyakinan yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadanya dan diabaikan oleh kejahiliahan. Muhammad telah menyambungkan kembali manusia dengan Tuhannya, sehingga mengikat mereka dengan ikatan yang kokoh dan sarana yang kuat, Padahal sebelum itu, mereka terombang-ambing dalam kebingungan dan kegelisahan. Muhammad memberi pertimbangan kepada mereka antara keabadian dan kefanaan. Ternyata, mereka lebih memilih alam akhirat daripada alam dunia yang nyaris sirna. Muhammad menghadapkan mereka kepada cua pilihan, yakni menjadi hamba berhala-berhala yang hina atau menjadi hamba Tuban yang Mahabesar. Ternyata, mereka merasa ik dengan berhala-berhala yang diukir oleh tangan manusia dan memasrahkan diti kepada at yang menciptakan fangit dan bumi. Saudah binti Zam‘ah ra, 79 Dipindai dengan CamScanner 5 kebaikan yang begitu besar dan ehkan Muhammad saw. telah menor: van yang tidak kalch besa Ji sahabat- telah memberi perhal mereka ate mereka bersabar. Jika hamba-hamba berhala memusuhi, maka mereka tetap memegang teguh keyakinannya ity, Pertempuran antara keimanan dan kekafiran pasti ‘akan berakhir, Kemudian, terlihatlah dengan jelas siapa yang gugut sebagai syuhada dan siapa yang tewas dengan sia-sia. TJampaklah siapa yang benat-benar beriman dan berkomitmen dengan agama Allah, dan siapa yang musyrik dan akan merasakan penyesalan, atas izin Allah.” Perpisahan yang Memtukan Hari-hari terus berlalu. Pasangan suami istri itu menjalani hari-harinya degan bimbingan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah saw. hingga ajal menjemput Sakran dan jiwanya kembali kepada Penciptanya. Sakran meninggal dunia di Makkah. Kematiannya menggoreskan kesedihan yang sangat mendalam di hati Satidah. Sejak itu, Saudah ra. hidup seorang diri di dunia ini. Namun ia menjalaninya dengan sabar dan ridha menerima takdir Allah, karena ia yakin bahwa kasih sayang Allah swt. kepada hamba-hambanya jauh lebih besar daripada kasih sayang seorang ibu kepada anaknya yang masih menyusui. Saudah ra. yakin bahwa jika sabar dan pasrah kepada Allah, maka ‘Allah akan memberinya pengganti yang lebih baik. Akan tetapi, tidak pernah terlintas dalam hati Saudah bahwa suatu saat ia akan menjadi Ummul Mukminin dan istri manusia paling agung sepanjang masa. UMenanti Kebahagiaan Saat itu, Nabi saw. masih berbalut duka karena kematian Khadijah ra., wanita yang paling dicintainya. Bagaimana tidak, selain risalah agama, Khadijah adalah denyut nadi Islam, pengasuh dakwah, obat penawar bagi segala Luka, dan cahaya yang menerangi setiap jalan. Setiap kali Rasulullah saw. pulang ke rumah dengan membawa segala penderitaan dan kesedihan, maka Khadijah menyamt- 76 Fighus Siirah, Al-Ghazali, hm. 124, 80 Sirah Shahabiyah Dipindai dengan CamScanner butnya dengan hangat, memberinya Semangat dan menenteramkan hatinya. Khadijah tidak akan meninggalkan beliaw kecualisetelah menghilangkan beban berat yang membelenggu hati beliau. Wajahnya berseri kembali deng: an senyuman, dan matanya memancarkan harapan dan tekad yang kuat untuk menghadapi segala penderitaan selama berjuang di jalan Allah, sehingga dapat menunaikan amanah dan menyampaikan wahyu yang diturunkan kepadanya. : Kepergian Khadijah membuat dunia semakin hina dan membuat akhirat semakin mulia. Kepergiannya diitingi deraian air mata Rasulullah saw. dan putri-putrinya, serta para sahabat. Ath-Thaahirah (wanita suci), tokoh wanita Quraisy, pengasuh Islam, Ummul Mukminin, dan kekasih Rasulullah saw. itu telah tiada. Ia meninggal pada tahun ke-10 kenabian yang merupakan tahun yang sarat dengan kepiluan, schingga disebut tahun duka. Dalam kondisi yang sangat kritis dalam perjalanan dakwah Islam ini, wanita mana yang dapat mengisi ruang kosong yang ditinggalkan oléh: Khadijah binti Khuwailid ra.? Saya yakin, ruang yang ditinggalkan Khadijah hanya dapat diisi oleh Khadijah. Posisi dan kedudukan Khadijah ra. di hati Rasulullah saw. hanya diberikan kepada Khadijah, dan tidak mungkin dibagi-bagikan kepada istri-istrinya yang lain di kemudian hari.” Dalam kondisi itulah, Saudah ra. sedang menanti datangnya kebahagiaan dunia dan akhirat. Allah swt. menghendakinya dinikahi oleh Nabi saw. Tapi, bagaimana pernikahan itu terjadi? Meujadt Unmal Mukintute Seluruh sahabat Rasulullah saw. mengetahui benar tingginya kedudukan Khadijah ra. di hati beliau. Ketika Khadijah meninggal dunia, mereka sangat berharap Allah swt. memberinya anugerah yang dapat meringankan kesedihan dan kepiluannya. Tetapi, tidak ada seorang pun yang berani berbicara kepada Rasulullah saw. tentang masalah pernikahan. Namun kemudian, Allah swe. menghendaki seorang sahabat wanita tetkemuka berani membicarakan masalah ini, Wanita itu adalah Khaulah ee Nisaa’ Ablil Bait, him. 80-81. Saudah bint Zamn'ah ra, 81 Dipindai dengan CamScanner binti Hakim. fa datang kepada Rasulullah saw. dan membicarakan masalah, pernikahan dengan harapan dapat menyenangkan hati beliau yang masih - Theale menceritakan bagaimana Khaulah binti Hakim ra. berhasi} membicarakan masalah ini dengan Rasulullah saw. ‘Aisyah ra. berkata, “Ketika Khadijah meninggal dunia, Khaulah binti Hakim bin Al-Augash, istri Utsman bin Mazh‘un, berkata kepada Rasulullah saw. (saat itu masih di Makkah), ‘Wahai Rasulullah, apakah engkau tidak ingin lagi? Rasulullah saw. balik bertanya, ‘Dengan siapa?’ Khaulah menjawab, “Terserah kepadamu, apakah engkau mau menikah dengan seorang gadis atau seorang janda?’ Beliau bertanya lebih jauh, ‘Jika gadis, siapa orangnya?” Khaulah menjawab, ‘Putri orang yang paling engkau cintai, ‘Aisyah binti Abu Bakar.’ Beliau bertanya lagi, ‘Jika janda, siapa orangnya” Khaulah menjawab, ‘Saudah binti Zam‘ah. Ia telah beriman kepadamu dan mengikuti ajaran agamamu.’ Rasulullah saw. berkata, ‘Kalau begitu, pergilah dan sampaikan pinanganku kepada mereka berdua.””” Dalam riwayat Ahmad (dengan sedikit perubahan) dinyatakan bahwa Khaulah berkata, “Aku segera menemui Saudah dan ayahnya, Zam” ah, Saat itu, Zam*ah sudah lanjut usia dan tidak dapat beraktivitas di musim haji Aku berkata, ‘Kebaikan dan kebahagiaan macam apa yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada kalian?” Saudah berkata heran, ‘Apa maksud ucapanmu, wahai Khaulah”” Aku menjawab, ‘Rasulullah sav. mengirimku untuk menemuimu dan menyampaikan lamarannya kepadam.” Hati saudah berbunga-bunga. la tak kuasa menahan air mata bahagia yang bercucuran membasahi pipi dan menyejukkan jiwanya. Ia teringat dengan mimpi yang belum lama dialaminya, Ternyata, kini mimpi itu menjelma menjadi kenyataan. Walaupun, sebenamyaia tidak pernah berharap menjai iat Rasulllah save setelah usianyacuikup lanjut Sueen kebahagiaan yang sungguh luar biasa, ketika kemue an ia menjadi Ummul Mukminin. Saudah ra, kembalmenghadap kepada Khaulah seraya berkatadenga. penuh rasa bahagia, “Tentu aku Menerimanya. Tapi, temuilah ayahkw dan bicarakan hal ini dengannya,” : dalam kita Majma! ‘i dalam kitab Majmuuz Zawwueti, no, 15285, “Hadlits ini diriwayatka® 3 perawinya adalah perawy ki il " 82 Sirah Shahabiyah Dipindai dengan CamScanner Khaulah melanjutkan, “Aku langsung menemui ayah Saudah. Aku menyapanya dengan mengucapkan salam orang-orang Jahiliah, ‘Selamat pagi-’ Ayah Saudah bertanya, ‘Siapa engkau?" Aku menjawab, ‘Khaulah binti Hakim bin Umayyah As-Sulami, istri Utsman bin Mazh* un Al- Jumahi.’ Ayah Saudah mempersilakanku masuk dan kami terlibat perbincangan panjang lebar. Ia mengetahui bahwa aku telah meninggalkan agama Quraisy dan beriman kepada Muhammad serta pernah hijrah ke Habasyah dan kembali lagi ke Makkah. Setelah itu, ia baru bertanya tentang keperluanku menemuinya. Ia berkata, ‘Apa keperluanmu datang kemari?’ Aku menjawab, ‘Sesungguhnya Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib mengirimku untuk menyampaikan maksudnya meminang putrimu, Saudah Ummul Aswad.’ Ayah Saudah berkata, ‘Muhammad adalah pasangan yang pantas dan mulia. Tapi, apa komentar sahabatmu, Saudah?” Aku menjawab, ‘Ia bersedia menerimanya.’ Ayah Saudah berkata lagi, ‘Kalau begitu, panggil Saudah ke sini.’ Aku pergi dan memanggil Saudah. Setelah datang, ayahnya berkata, ‘Putriku, sesungguhnya, Khaulah binti Hakim mengatakan kepadaku bahwa Muhammad bin Abdullah mengutusnya untuk meminangmu. Muhammad adalah pasangan yang serasi dan mulia bagimu. Apakah engkau bersedia jika kunikahkan dengannya” Saudah menjawab dengan jelas, “Tentu, jika engkau setuju.’ Ayah Saudah, Zam’ ah, melitik ke arah Khaulah seraya berkata, ‘Sampaikan kepada Muhammad agar datang kepada kami. : Khaulah melanjutkan, “Kemudian, Rasulullah saw. pun datang dan melangsungkan akad nikal dengan Saudah. Beliau memberinya mahar sebesar 400 dirham.” Saat itu, Saudah ramempunyai seorang saudara laki-laki yang bernama Abdullah bin Zam‘ah yang masih menganut kepercayaan Quraisy dan kebetulan sedang berada di luar Makkah. Ketika tiba di dlalam kitab Majma'ug Zawadid, n0, 15786, “Diriwayatkan oleh ‘Ahmad menyatakan dengan jelas bahwa riwayaenya tapi kebanyakannya mursal, Di antara para ‘Alqmah. la dinyatakan tsigah oleh banyak, ah perawi-perawi kitab Ash-Shaith.” berapa bagi menyambung (muttashil) kepada ‘Ai perawinya terdapat Muha mad bin ‘Ame bin ulama edangkan perawi-perawi lainnya ada Saudlah binti Zam'ah ra, 83 Dipindai dengan CamScanner Makkah dan tahu saudara perempuannya menikah dengan Rasulullah saw., ia sangat marah karena fanatisme Jahiliah menguasai dlvinya, fa menaburkan debu di kepalanya karena menyesal dan kecewa dengan pernikahan tersebut. Lalu, ia menemui ayahnya dan mengecam keputusannya menerima lamaran Rasulullah saw. kepada Saudah ra, Namun, setelah Allah membuka mata batin dan mata lahirnya, sehingga mau menerima pesona cahaya Islam dan beriman kepada Allah dan Muhammad sebagai Rasul dan Nabi-Nya, Abdullah mengehang peristiwa tersebut seraya berkata, “Aku benar-benar bodoh, ketika aku menaburkan debu di kepalaku karena Nabi saw. menikahi Saudah."® Dt Bawah Bimbingan Rasul rau. Saudah ra. adalah wanita pertama yang dinikahi Nabi saw. setelah Khadijah ra. wafat. Ia menjadi satu-satunya istri Nabi saw. selama tiga tahun, sebelum Rasulullah saw. menikah dengan ‘Aisyah ra. Saudah yakin sekali bahwa dirinya tidak mungkin dapat mengisi ruang kosong yang ditinggalkan oleh Khadijah ra. Namun, ia tetap berusaha sekuat tenaga agar dapat mengisi rumah tangga yang penuh berkah tersebut dengan kenyamanan, kesenangan, dan kebahagiaan. Saudah ra. selalu berusaha meringankan beban penderitaan Rasulullah saw. saat menghadapi tekanan-tekanan kaum musyrikin. Ia bercerita tentang pengalaman-pengalamannya selama tinggal di Habasyah dan menceri- takan panjang lebar tentang hari-hari putri beliau, Rugayyah ra. bersama suaminya, Utsman bin ‘Affan ra. yang masih tinggal di sana. Saudah tahu bahwa Rasulullah saw. senang sekali mendengar berita tentang mereka berdua dan selalu tertarik dengannya. Itulah sebagian cara Saudah ra. untuk membahagiakan hati Rasulullah saw. Selate Bahagia Saudah ra, terus bersama Nabi saw, lebih banyak lagi pelajaran, akhlak, Hal ini membuatnya selalu bahagia, ia selalu berada di samping Rasulul Ta memacu diri untuk menggali ilmu, dan kesabaran dari Nabi saw. Saudah ra, pantas berbahagia, karena lah saw. Demi Allah, setiap orang di ® Al-Haitsamiberkats dal kitab Mande Zawaaid no 15340 ‘Semua perawinya tsiqah.” “Diriwayatkan oleh Thabrani- 84 Sirah Shahabiyah Dipindai dengan CamScanner antara kita pasti berharap dapat bermimpi melihat sosok Nabi saw., meskipun hanya sekali. Lalu, bagaimana dengan orang yang setiap saat hidup bersamanya dan berbincang-bincang dengannya? Sebenarnya, Saudah ra. tidak pernah membayangkan akan menjadi Ummul Mukminin dan istri manusia paling agung sepanjang masa. Tapi, itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Allah adalah Maha Pemberi anugerah yang besar. Kenaugan Masa Late Saudah ra. selalu menunjukkan sikap yang sangat terpuji di rumah Rasulullah saw. Suatu ketika, Rugayyah binti Rasulullah saw. dan suaminya, Utsman bin ‘Affan tiba di Makkah setelah menetap sekian lama di negeri hijrah, Habasyah. Sepasang mata Rugayyah bergerak ke sana ke sini meneliti sekitar rumah yang sangat agung itu, rumah ibundanya, Khadijah ra. Rumah yang telah memberinya kenang- kenangan paling indah sepanjang hidupnya. Rumah yang menjadi tempat turennya wahyu dan persemaian iman. Rumah kejujuran dan ketulusan. Hati Rugayyah bergejolak dengan perasaan yang bercampur aduk tak menentu. Ada perasaan rindu, segan, bahagia, sedih, gelisah, dan nyaman. Rugayyah mengetuk pintu. Dengan secepat kilat, berita kedatangan Rugayyah dan Utsman tersiar ke mana-mana. Ummu Kultsum dan Fatimah segera berhamburan menuju pintu dan saling berpelukan. Kakak beradik itu tak kuasa menahan air mata. Kenangan-kenangan masa lalu kembali melintas dalam hati dan pikiran mereka. Kepergian sang ibu yang selama ini menyayangi mereka semakin terasa menyayat kalbu. Mereka pun menangis tersedu-sedu. Dengan langkah-langkah yang berat, Saudah ra. menghampii mereka, Ia mengucapkan selamat datang kepada Rugayyah dan suaminya, Utsman ra. Saat itu juga, Saudah ra. kembali terkenang dengan pengalaman-pengalamannya selama hijrah bersama kaum muslimin lainnya, Ia bertanya kepada Ruqayyah dan Utsman tentang keadaan orang-orang yang masih tinggal di Habasyah. Ketika masih berada di Habasyah, Saudah ra. lebih banyak menghabiskan waktu bersama Rugayyah, Khaulah binti Hakim, dan wanita-wanita lain untuk membicarakan perkembangan Islam dan keadaan Rasulullah sav. Saudah binti Zam'ah ra, 85 Dipindai dengan CamScanner Rasulullah saw. juga mendengar berita bahwa Rugayyah ra. dan Utsman ra. telah tiba di Makkah. Maka, beliau segera pulang dan menyambut mereka dengan wajah yang berseri-seri dan tampak sangat bahagia. Beliau tidak kuasa menyembunyikan kerinduannya yang meluap- luap, sehingga langsung merangkul putrinya, Rugayyah ra. erat-erat, laly memeluk Utsman dengan kedua tangannya. Setelah suasana terasa tenang, mereka duduk dan mendengarkan cerita Rugayyah dan Utsman seputar perjalanan hijrah, negeri Habasyah, kaum muslimin yang masih berada di sana, dan Najasyi. Kadang-kadang, Saudah ra. menyela dan ikut menceritakan pengalamannya di negeri Habasyah. Hiral be Madina Ketika kekejaman yang dilakukan kaum musyrik Quraisy kepada sahabat-sahabat Rasulullah saw. semakin meningkat, beliau mengizinkan mereka hijrah ke Madinah dan tinggal bersama kaum Anshar yang memiliki sifat mula, seperti yang dinyatakan oleh Allah swt., “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum kedatangan mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka, Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang: orang Muhajirin), dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Barangsiapa yang dipelihara dari kekikivan dirinya, mereka itulah orang-orang yang berunug.” (Al-Hasyr: 9) Setelah sebagian besar sahabat telah hijrah ke Madinah, Rasulullah saw. menyusul mereka untuk membangun negara Islam yang dapat menjadi mercusuar yang menerangi seluruh alam raya. Setelah menetap beberapa saat, Rasulullah saw. mengutus Zaid bersama pelayannya, Abu Rafi‘ dengan dibekali dua ekor unta dan uang sebesar 500 dirham. Mereka pergi ke Makkah untuk menjemput Fatimah, Ummu:Kultsum, Saudah bint Zam'ah, Umm Aiman, dan Usamah, putraZaid.®2 8” Nisaa’ Ablil Bait, him. 89-90, der -ngan perubah © Ail-Thabageat,Ibnu Sea, vol. him, 237. Day EAL 86. Sirah Shahabiyah 1 Dipindai dengan CamScanner Meraup Berkah Tanpa Meute Saudah ra. menetap di Madinah bersama Nabi saw. Tidak lama kemudian, Nabi saw. membina rumah tangga dengan ‘Aisyah ra. ‘Aisyah sangat menyukai Saudah ra., sehingga tidak heran banyak cerita menarik yang melibatkan mereka berdua. Anugerah dan berkah terus bermunculan dari pernikahan- pernikahan Rasulullah saw. berikutnya, sehingga untaian kalung yang mulia ini menjadi sempurna. Sungguh, mereka membentuk rumah tangga yang mulia dan penuh berkah. Allah telah menghilangkan noda dari mereka dan menyucikan mereka sesuci-sucinya. Allah memberikan berkah dan anugerah yang melimpah agar rumah-rumah dan penghuninya itu menjadi matahari yang menyinari jalan semua manusia menuju Allah ‘Azza wa Jalla. Mengutamatan Orang Lata A Saudah ra. selalu berusaha sekuat tenaga untuk menyenangkan hati Rasulullah saw., walaupun harus mengorbankan kesenangan pribadinya. Ja tahu betul bahwa wanita yang paling dicintai oleh beliau dari sekian banyak istri-istrinya adalah ‘Aisyah ra. Untuk itu, ia ingin sekali menyenangkan hati beliau dari celah ini, yaitu dengan memberikan jatah hari gilirannya kepada ‘Aisyah ra. demi mendapatkan keridhaan Rasulullah saw. ‘Aisyah ra. berkata, “Jika Rasulullah saw. hendak melakukan perjalanan jauh (safar), beliau selalu mengundi istri-istrinya. Siapa yang keluar namanya, maka dialah yang menyertai beliau dalam perjalanan tersebut. Selain itu, beliau juga menggili istri-istrinya setiap sehati semalam, kecuali Saudah. Ia memberikan hari gilirannya kepada ‘Aisyah, istri Nabi saw., untuk menyenangkan Rasulullah saw.” (her. Bukhari) “Urwah menyatakan bahwa ‘Aisyah ra. berkata, “Wahai putra saudara perempuanku, Rasulullah sav. tidak pernah membedakan pembagian b Al-Hibuh wa Fadhluhaa wat Tariidh ‘Alaihaa, i Laban Zauj...", dan Abw rio, 2593, kit al Mar‘ah Lighairi Zauijiaa wa *Fequbno i Dawud, no, 2137 Saudah binti Zam'ah ra, 87 Dipindai dengan CamScanner antara kami (istri-istri Nabi saw., penj.), termasuk membagi giliran tingga| bersama kami. Sangat jarang beliau berkeliling kepada semua istrinya, Beliau datang kepada mereka satu per satu tanpa melakukan hubungan, hingga sampai kepada istri beliau yang mendapat giliran dan bermalam dj tumahnya.” Ketika usia Saudah ra. semakin lanjut dan merasa khawatir Rasulullah saw, akan menceraikannya, ia berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah saw., aku hendak memberikan hari giliranku kepada * Aisyah.” Rasulullah, saw. menerimanya. * Aisyah berkata, “Berkenaan dengan peristiwa ini, dan peristiwa-peristiwa lain yang serupa, menurutku itu sesuai dengan firman Allah swt., “Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz dari suaminya.” (Ane Nisa’: 128)** trtisyah ra. Wenyanjuug Saudah ra. Sikap itsar yang begitu luar biasa dan sangat jarang terjadi di dunia wanita itu membuat ‘Aisyah ra. sangat kagum, sehingga ia sering sekali menyanjung Saudah ra. dengan sanjungan yang sulit dilukiskan. ‘Aisyab ra berkata, “Aku tidak pernah menemukan seorang wanita yang lebih kusukai jika diriku menjadi dirinya, selain Saudah binti Zam‘ah. Seorang wanita yang kekuatan jiwanya luar biasa.” Ketika usianya semakin tua, ia memberikan hari gilirannya bersama Rasulullah saw. kepada ‘Aisyah ra. Saudah berkata, “Wahai Rasulullah saw. aku hendak memberikan hari giliranku bersamamu kepada ‘Aisyah.” Sejak itu, Rasulullah saw. menggilir ‘Aisyah selama dua hari. Satu hari adalah hak ‘Aisyah dan satu hari lagi adalah hak Saudah yang diberikan kepadanya. (hr. Muslim)® 5 Diiwayatkan oleh Abu Dawud, no.2135. AL-Albaniberka fey Dawid, no, 1868, “Hadi ini hasan shahih.® STK dalam kta Shah Suma ° Diriwayatkan oleh Muslim, no. 1463, kitab Ar-Radhad bab "Jawanz Hibatihaa Aubatahaal Dharratihaa”. Imam An-Nawawi berkata, “Pernyataan, snnya bersama Rasulullah saw. kepada gilirannya kepada sti suaminya yang lain, suaminya rela dengannya, karena ia me “Ketika usianya semakin tua, ia memberikan hati ‘Aisyah ra‘, menunjukkan boleh memberikan hati ‘arena cu merupakan hala. Hanya sajadisyaratkan miliki hak yang harus ditunaikan oleh wanita yan 88 Sirah Shahabiyah indai dengan CamScanner Mengukin Peristioa Mudahe | Keakraban dan hubungan yang hangat antara Saudah ra. dan ‘Aisyah | ra. mendorong terjadinya beberapa peristiwa yang menarik dan indah. Contohnya adalah peristiwa yang diceritakan oleh ‘Aisyah ra. berikut tni. ‘Aisyah ra. berkata, “Aku menemui Nabi saw. dengan membawa makanan yang kumasak khusus untuk beliau. Aku berkata kepada Saudah yang saat itu berdiri di belakang Nabi saw., ‘Makanlah.’ Saudah menolak, maka aku berkata lagi, ‘Makanlah. Jika engkau tetap menolak, maka akan i kukotori mukamu dengan makanan ini.’ Saudah tetap menolak. Aku pun langsung memasukkan tangan ke dalam makanan dan mencoreng | wajah Saudah dengannya. Nabi saw. tersenyum, latu menarik tangan Saudah dan memasukkan ke dalam makanan seraya berkata kepada Saudah, ‘Coreng muka ‘Aisyah dengannya.’ Melihat semua kejadian itu, Rasulullah saw. tersenyum lebar: Tiba-tiba Umar datang, maka Rasulullah saw, berkata setengah menegur, ‘Wahai hamba Allah, wahai hamba | Allah!” Beliau menduga Umar hendak masuk. Lalu, beliau berkata kepada kami, ‘Masuklah dan basuhlah muka kalian.’ ‘Aisyah melanjutkan, ‘Sejak | itu aku merasa takut kepada Umer, karena Rasulullah saw. senditi segan | kepadanya.’""® Cinta dan Kasih Sayaug Allah swt. berfirman, “Dan diantara tanda-tanda kekuuasaan-Nya ialah Dia mencipeakem wntuk- amu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nyadiantarama rasa kasih dan sayang, Tmomberikan har gilrannya, sehingga hak versebut tidak boleh lepas keeual ata kerelaannya, Bagi pihak iste, ia tidak boleh menuntut anti (tbusan) atas pemberian hak gilirannya dav sua jga boleh memberkan hak iny kepada svn seingga dala yang menentukan aiberikan kepada salah sat sti yang dphnya. Wanitayang menghibabikan har granny oleh menarik hibuhnyn ersebut kapan saja. Dengan demikian, ia berhak kemball ata har iliannya sete penarikan hibal tersebut, epi tidak beehak tas hava sebelumny yg Hee eee Lar Karena, dalam prinsip hibab, yang dapat dtaik adalah yang belum ink (digunakan), sedangkan yang sudab din i tidak dapat ditaril Shahith Maslin bi Syarh An-Nawawi, vol, 10 hm. 71. © Diriwayatkan oleh Abu Ya'la dalam kitabnys, hasan, ‘Al-Musnad, vol, 7 hlm. 449. Sanad hadits ini Saudah bint Zam'alira. 89 indai dengan CamScanner Sesrnyurdnya pada yang demikian ite benar-benar terdapat tanda-tanda drag kato yang benpikin.” (Ar-Rume 21) Cinta dan kasih sayang di dalam rumah tangga Rasulullah saw. terus mekar hingga mencapai puncaknya, karena memang cinta dan kasih sayang menjadi fondasi utama keluarga tersebut. Tidak jarang, Rasulullah saw. bermain dan bercanda dengan istri-istrinya, namun tetap dalam batas yang benar dan jujut Saudah ra. termasuk yang sering membalas canda beliau, membuat beliau tersenyum, dan pandai menyenangkan hati beliau. Saudah ra, menuturkan, “Wahai Rasulullah, semalam aku ikut shalat di belakangmu, Ketika ruku®, engkau menyenggolku sehingga aku pegang hidungku karena takut akan mengeluarkan darah.” Mendengar hal itu, Rasulullah saw. tersenyum. Saudah ra. sering menceritakan hal-hal yang membuat Rasulullah saw. tersenyum.? Berlonbatomba Merah Kebatkan Saudah ra. selalu mengejar amal kebaikan dan ketaatan. Ini merupakan sifat terpuji yang tertanam dengan kokoh di dalam lubuk hati seluruh sahabat Rasulullah saw. Mereka selalu betlomba-lomba mencari keridhaan Allah. Mereka tahu betul bahwa dunia adalah ladang bagi akhirat. Artinya, siapa yang menanam di ladang dunia, maka akan memetik hasilnya di akhirat. Allah swt. berfirman, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surge ang uasnya selvas langit dam bumi yang dlisediakan untuk ovamg-ovang, ung bertakeva. Yaitu, orang-orang yang menafkahkem (havtanya), baik di wakes lapanyg manpun sempit, dan orang. dan memaafkan (kesalahan) ovang. berbuat kebaikan. Dan juga oran orang yang menahan amarahnya Allah menyukai orang-orang yang bh all ‘orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atcae mengeniaya divi sendiri, mereka ingat kepada Allah, lahe memohon ampumn terhaclap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yemg dapat mengampuni dosa selain dari Allah? Dan mereka tidak meneruskam d, vol. 8 hl. 54, Jbnu Su'ad 90. Sirah Shahabiyah Dipindai dengan CamScanner perbuatan kejinya itu, sedemg mereka mengetahui. Mereka itu balasannya adalah ampunan dari Than mereka cn suerga yang di dalammya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya. Dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (Ali ‘Imran: 133-136) Saudah ra. adalah contoh konkret dari implementasi ayat ini. Ketika sedang melaksanakan haji bersama Rasulullah saw., Saudah ra. menunjukkan dirinya sebagai orang yang berusaha tampil lebih depan untuk mengejar ketaatan kepada Allah swt. ‘Aisyah ra. berkata, “Saat itu kami singgah di Muzdalifah. Saudah, meminta izin kepada Nabi saw. untuk meninggalkan Muzdalifah sebelum terjadi keramaian. Alasannya, Saudah tidak bisa jalan cepat. Setelah Rasulullah saw. mengizinkan, Saudah segera meninggalkan Muzdalifah sebelum terjadi keramaian, sedangkan kami tetap tinggal di Muzdalifah sampai pagi. Saat itulah, kami baru meninggalkannya bersama Nabi saw. Sesungguhnya aku lebih suka minta izin kepada Rasulullah saw. seperti Saudah daripada mendapat suatu kesenangan.” (Muttafag ‘alaih)®* Ibunda kita, ‘Aisyah ra. begitu cemburu dengan kesegeraan Saudah ra. dalam melakukan kebaikan dan ketaatan kepada Allah Jalla wa ‘Alaa. Lebih dari itu, Saudah ra. berusaha sekuat-kuatnya untuk taat kepada Rasulullah saw., baik ketika beliau masih hidup maupun setelah wafat. Shalih maula AtTau’amah meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda ketika sedang melaksanakan haji Wada‘, “Ini boleh dilakukan oleh mereka (istri-istri beliau, penj.), namun setelah itu mereka tetap di rumah." Mendengar pemyataan Rasulullah saw. tersebut, Saudah ra. berkata, “Aku tidak akan haji lagi setelah ini.” Demikiantah kegigihan Saudah ra. untuk tat kepada Rasulullah saw. selama beliau hidup maupun setelah wafat. no, 1681, kitab Al-Haj, bab “Man Qadima Dha*Afat Abin Yad" wun wa Yaqaim [daa Ghaabal Qamar", dan Muslin, no. 1200, kitab AL-Haj, bab “Istihbaab ‘Tagdlim Daf Idh Dba Afal man Nisaa! wa Ghairihinna®. Diriwayatkan juga oleh Ahmad, vol. 6 lm, 164, Disiwayathan oleh Ibn Sata dalam kta Ath-Thabagaat, vol. 7 hm, 55, an Ahmad, vol. 2 him. 446 dan vol. 6 hm. 324, Sanad hadlits ini kuat- Diriwayatkan oleh Bukhari, Bilail fa Yaqifuun bil Muzdalifah Sauclah binti Zam'ah ra. OL Dipindai dengan CamScanner Kedermawanan dan Kepedulian Saudah ra, adalah seorang wanita yang dermawan dan murah hag, la tidak pernah tergoda oleh kemewahan dan kesenangan dunia yang pasti sirna. Setiap kali ia mendapat harta, maka ia akan mengutamakan orang-orang yang ada di sekitarnya karena lebih mendambakan kenikmatan abadi di sisi Allah yang dak akan sirna dan musnah, Tbnu Sirin menceritakan bahwa Umar bin Khaththab (setelah menjagi Khalifah, penj.) pernah memberi satu karung berisi uang dirham kepada Saudah ra. Ketika meliharnya, Saudah ra. bertanya, “Apa yang ada dalam karung ini?” Petugas Umar menjawab, “Uang ditham (perak).” Saudah ra. terkejut, “Karung ini berisi wang ditham, seperti kurma? Hai pela Saudah ra. membagi-bagikan wang n, ambilkan nampant” Saat itu jugs dirham tersebut kepada orang-orang yang memerlukannya.™ Meudapat Tgin dart Tujuh Lapis Langit Suatu ketika, Saudah ra. pernah mengalami masalah yang cukup memberatkan hatinya. Oleh sebaly itu, ia segera menemut Nabi saw: untul mengadukan permasalahannya. Ternyata, Allah berkenan menurunks kan masalab 1 y wahyu dari tujuh lapis langit untuk menyel ku untuk siapa pun yang meng uni masalah yang dialaminya, dan ber sama hingga hari kiamat. hh keluat malam han. Umar melihamya dan segera mengenalnya, mak. ‘Demi Allah, eny merasa tidak enak hati, schingga in segera menjumpat Rasulullah saw ‘Aisyah ra. menuturkan, “Saudah binti Zam‘ah ra, pet herkara, 1." Saudah 1 pasti Satadah, Kami mud 1 yang saat itu sedang makan malam di rumabku dan tangannya sedang memegang tulang yang nyatis habis dagingnya, Tidak lama kemudian, Allah menurunkan wahyu yang membenarkan tindakan Saudah. Rasulullah saw. berkata, ‘Allah telah mengizinkan kalian keluar rumah selama ada keperluan.” (Muttafag ‘alaih)”" © Diriwayarkan oleh Ibnu Sa “Para perawinya tsigah.” 4% Diriwayatkan oleh Bukhari, no, 5237, kitab An-Nikaah, bab “Ki sisaa’ ht ° + kitab An-Nikadh, bab “Khuruujun Nisa’ Hawaa’ijihinna”, dan Muslim, no. 2170, kitab As-Salaann, bab" e isan Feet nie dam, bab “lbxahatul Kuru lin Nis ‘ad dalam kitab Ath-Thabagace, vol. 8 him. 56. Al-Amna’uth berkata 92 Sirah Shakabivah Dipindai dengan CamScanner Saatuya Berpisrah Saudah ra. senantiasa berinteraksi dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah saw. dengan ‘egenap jiwa dan raganya. Kebahagiaan. menaunginya dan ketenangan terus turun. Akan teta lamany: Hari yang memilukan dan menoreh kesedihan dalam hati Saudah ra. datang juga. Rasulullah saw. meninggal dunia. Sosok yang memiliki hati pen cinta, kelembutan, ilmu, dan akhlaknya telah tiada. Saudah ra. merasa lu Y merasuk ke dalam hatinya. pi, Apa pun yang ada di dunia ini tidak mungkin kekal selama- yang dan selalu siap mencurahkan kepadanya segenap kasih sayang, kehilangan segalanya dalam sekejap mata. Kesedihan yang dirasakannya sungguh sangat menyayat hati, walaupun ia tetap dapat menguasai diri dan menyerahkan segalanya kepada Allah swt. agar termasuk orang-orang yang mendapat pahala orang-orang sabar. Sebenarnya, Saudah ra. pantas berbangga, karena Rasulullah saw. meninggal dunia dalam keadaan ridha kepadanya. Saudah ra. juga pantas berbahagia, karena akan menjadi istri Rasulullah saw. kembali di surga yang keindahannya tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah terdetik dalam hati manusia. Saudah ra. tetap memegang teguh ajaran dan wasiat yang ditinggalkan oleh Rasulullah saw. Ja tetap taat beribadah, suka berpuasa dan shalat malam karena Allah swt. Saudah ra. diberi umur panjang hingga masa pemerintahan Umar bin Khaththab ra. Selama itu, baik Abu Bakar, Umar, maupun sahabat-sahabat Rasulullah saw. lainnya paham betul dengan tingginya kedudukan Saudah ra., sehingga mereka semua memper- lakukannya dengan sangat baik. Di akhir masa pemerintahan Umar ra., ibunda kita, Saudah ra. menutup mata untuk selama-lamanya. Rubnya kembali menemui Sang Pencipta, Allah swt. Meskipun perjalanan hidupnya yang harum telah berakhie di sini aan seluruh pelosok bum ini, Saudah Namun aromanya terus mengharumk: ra, tetap menjadi teladan agung bagi istri-istri kita, putri-putri jang mi a, dan segenap saudara perempuan kita sepanj Semoga Allah meridhainya dan member surga Firdaus sebagai persinggnhan terakhirnya, idhaan kepadanya, serta menjadiki Sauclah bint Zam'ah ra, 93 Dipindai dengan CamScanner

You might also like