You are on page 1of 20
gomuTmve, RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK “FATIMAH” LAMONGAN SK. Menkes RI Nomor : HK.03.05 /1 / 564 / 2012 Ji. Pahlawan Selatan No. 18 Telp. 0322-22155, Fax. 0322- 318915 LAMONGAN 62216 KODE RS : 3512035 Email: rsia_fatimahimg@yahoo.co.id- rsiafatimah@gmail.com KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK “FATIMAH” LAMONGAN No :030.S/RSIA_FAT/G/KEP/VII/2018 TENTANG PANDUAN KEGAWAT DARURATAN MATERNAL NEONATAL DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK “FATIMAH” LAMONGAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK “FATIMAH” LAMONGAN Menimbang : 1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSIA “Fatimah” Lamongan, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi, dimana salah satunya adalah penanganan kegawat daruratan ‘maternal neonatal : 2. Bahwa agar pelayanan kegawat daruratan matemal neonatal di RSIA “Fatimah” Lamongan dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya Panduan Kegawat daruratan maternal neonatal di RSIA “Fatimah” Lamongan yang ditetapkan dengan Peraturan Direktur RSIA “Fatimah” Lamongan Mengingat 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif; 3. Keputusan Meriteri_ Kesehatan Republik Indonesia Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara ceksklusif pada bayi di Indonesia; 4, Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan 2012 5. SK direktur Nomor : 003/RSIA_FAT/G/KEP/IX/2018 MEMUTUSKAN Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK “FATIMAH” LAMONGAN TENTANG PANDUAN ASI EKSKLUSIF SELAMA PERAWATAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK “FATIMAH” LAMONGAN Kesatu Rumah sakit melaksanakan panduan asi eksklusif untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayi Kedua meningkatkan kesiapan rumah sakit dengan cara melaksanakan dan menerapkan panduan asi eksklusif Ditetapkan di : Lamongan Pada Tanggal : 02 Agustus 2018 DIREKTUR RSIA “FATIMAH” LAMONGAN dr. RIRIN MARDIYAH HAYATI, MMKes, NIK, 182 421 01 Lampiran = Keputusan Direktur RSIA “Fatimah” Lamongan Nomor 030.5/RSIA_FAT/G/KEP/VII/2018 Tentang _: Panduan kegawat daruratan maternal neonatal PANDUAN KEGAWAT DARURATAN MATERNAL NEONATAL RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK “FATIMAH” LAMONGAN BABI PENDAHULUAN Kasus kegawat daruratan obstetri adalah kasus yang menunggu tidak segera melanjutkan akan berakibat kesakitan yang berat, bahkan kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu, janin dan bayi baru lahir. Secara umum ada empat penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir dari sisi obstetri, yaitu pendarahan, infeksi sepsis, hipertensi dan preeklampsia/eclampsia, dan persalinan macet. Mengenalkan kegawat daruratan obstetri secara dini sangat penting agar pertolongan yang cepat dan tepat bisa dilakukan. Mengingat manifestasi klinis kasus kegawat daruratan obstetric yang berbeda beda dalam rentang waktu yang cukup luas. Dalam menangani kasus kegawat daruratan, keputusan menjadi mastah utama (diagnosa) dan tindakan pertolongannya harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tenang tidak panik, meski suasana keluarga pasien atau pengantarnya mungkin dalam kepanikan. Semuanya dilakukan dengan cepat, cermat, dan terarah. Padahal prosedir pemeriksaan dan pertolongan dilakukan dengan cepat, Prinsip komunikasi dan hubungan antara dokter pasien dalam menerima pasien harus tetap memperhatikan BABII DEFINISI Kegawat daruratan adalah kejadian tidak jarak atau terjadi secara tiba tiba. Kegawat daruratan bisa didefinisikan sebagai sejauh serius dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba tiba dan tak terduga dan membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan jiwa. Kegawat daruratan obstetri adalah Kondisi kesehatan yang menunda jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan setelah persalinan dan kelahiran. Kegawat daruratan adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dna manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis (< usia 28 hari) membutuhkan pengetahuan yang dalam lanjut perubahan psikologis dan kondisi patologis yang menunda jiwa yang biasa saja timbul saat waktu BABII RUANG LINGKUP Pelaksanaan kegawatdaruratan maternal neonatal meliputi 1. Abortus Iminent 2. Abortus Inkomplit 3. Abortus Insipiens 4. Abortus Komplit 5. Asfiksia Berat 6, Atonia Uteri 7. Bayi BBLR 8. Bayi dengan kejang 9. Distosia Bahu 10. Gawat janin dalam persalinan 11, Hipertensi karena kehamilan tanpa protein urin 12. HPP 13, Ibu hamil dan nifas dengan nyeri kepala dan gangguan penglihatan 14, Ibu hamil dengan asma bronkiale 15. Ibu hamil dengan penyakit jantung 16, Kehamilan ektopik terganggu 17. Ketuban pecah dini 18, Mola hidatidosa 19. Pendarahan pasca persalinan 20. Placenta previa 21. PONEK 22. Preeklampsia berat 23. Preeklampsia ringan 24. Prolapsus tali pusat 25. Retensio placenta 26. Rujukan PONEK 27. Rupture uteri 28. Solusio placenta 29. Syok maternal 30. Stok pendarahan BABIV TATA LAKSANA Prosedur Pelayanan A. Abortus Iminent Tidak perlu pengobatan khusus, yang diperlukan tirah baring total Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau hubungan seksual Jika pendarahan a. Berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika pendarahan terjadi lagi b. Terus berlangsung : nilai kondisi janin (wji kehamilan atau USG). Lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain. Pendarahan berlanjut, khususnya jika ditemukan uterus yang lebih besar dari yang diharapkan, mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola 4, Tidak perlu terapi hormonal (esterogen atau progestin) atau tokolitik (misalnya salbutamol atau indometasin) karena obat obatan ini tidak dapat mencegah abortus B. Abortus Inkomplit 1. Jika pendarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika pendarahan berhenti berikan ergometrin 0,2 mg, intra muskuler atau misoprostol 400 meg per oral 2. Jika pendarahan banyak dan terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16 ‘minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan a. Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan ‘kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia b. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometri 0,2 mg intra muskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu) 3. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu : a. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi . Jika perlu berikan misoprostol 200 meg pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi cekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 meg) c. Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus 4. Pastikan untuk tetap memantau Kondisi ibu setelah penanganan C. Abortus Insipiens 1. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi_vakum manual, Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan : a. Berikan ergometrin 0,2 mg intramuskular (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 meg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu) . Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus 2. Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu a, Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa sisa hasil konsepsi b. Jika perlu lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intra vena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk ‘membantu ekspulsi hasil konsepsi 3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan D. Abortus Komplit Tidak perlu evakuasi lagi Observasi untuk melihat adanya pendarahan banyak Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan Apabila terjadi anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/hari selama 2 ‘minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah 5. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut E. Asfiksia berat 1, Memberikan kehangatan a. Hangatkan infant warmer sebelumnya sehingga tempat meletakkan bayi hangat b. Segera setalah bayi Iahir diletakkan di bawah infant warmer untuk mencegah kehilangan suhu tubuh melalui evaporasi dan bungkus mengggunakan handuk atau selimut hangat . Apabila bayi lahir berat badan kurang dari 1500 gram atau subu ruangan sangat dingin, bungkus tubuh bayi dengan plastic bening setinggileher tanpa dikeringkan terlebih 2 jam untuk ‘mencapai rumah sakit) dengan pesan segera kembali ke rumah sakit jika terjadi pendarahan Jika pendarahan berulang pertimbangakn manfaat dan resiko ibu dan janin untuk ‘mandapatkan penanganan lebih lanjut dibandingkan dengan terminasi kehamilan Terapi Aktif 1 Rencanakan terminasi kehamilan jika a, Janin matur b. Janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang mengurangi kelangsungan hidupnya c. Pada pendarahan aktif dan banyak, segera lakukan terapi katif tanpa memandang ‘maturitas janin 4, Jika terdapat plasenta letak rendah dan pendarahan yang terjadi sangat sedikit, persalinan pervaginam masih mungkin, Jika tidak lahirkan dengan seksio sesarea Jika persalinan dengan seksio sesarea dan terjadi pendarahan ditempat plasenta, a. Jahit tempat pendarahan dengan benang b. Masukkan oksitosin 10 unit dalam 500 ml eairan intravena (NaCI atau Ringer Laktat) Jika pendarahan terjadi pasca persalinan, segera lakukan ligasi arteri atau histerektomi ‘T. PONEK. Pelayanan antenatal care meliputi a, Ruang poli kandungan yang memiliki peralatan yang lengkap dengan USG ». Pelayanan pemeliharaan kesehatan ibu dan pelayanan keluarga berencana cc. Pemberian konseling, informasi, dan edukasi mengenai kesehiatan kehamilan Pelayanan ibu bersalin a. Dokter jaga spesialis obgyn dan bidan 24 jam Ruangan yang bersih dan memadai Persalinan dengan pendampingan keluarga Penyuluhan dan KIE mengenai persalinan, perawatan nifas, perawatan payudara, keluarga berencana dan lainnya . Penanganan kegawatdaruratan sedini mungkin mulai dari UGD dan VK. Pelaksanaan rawat gabung Penyuluhan gizi elayanan bayi Ruang bayi yang memadai, bersih, dan nyaman Pelaksanaan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) Pelaksanaan PMK (Perawatan Metode Kanguru) Imunisasi bayi Pemeliharaan kesehatan bayi dan anak Penerapan ASI eksklusif Pendidikan dan pelatihan Pembinaan petugas kesehatan Pelatihan dan refreshing Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) untuk petugas rumah sakit Untuk kasus yang datang ke UGD yang perlu dimasukkan ke ruang PONEK adalah kasus ibu dan anak dengan Retensio Placenta Pendarahan Pasca Persalinan Ibu Inpartu dengan Fase aktif Asfiksia Berat Ruptur Perineum, Distosia bahu ‘Anak dengan kejang, Thu hamil dan nifas dengan kejang, Placenta Previa meas ee ye me j. Solusio Placenta k. Prolapsus Tali Pusat 1. Atonia Uteri Kerjasama dengan lintas sektor a. Bekerja sama dnegan dinas, puskesmas, dan rumah sakit terkait dalam pembinaan dan pemberdayaan kelompok pendukung ASI, kader, atau posyandu b. Melakukan audit maternal perinatal Bersama dinas kesehatan Pelaksanaan kegiatan dan pendidikan a. Rapat evaluasi pelayanan tim rumah sakit saying ibu dan bayi tiap 6 bulan sekali b, Pelatihan keluar tiap 1 tahun sekali tiap petugas c. Refreshing ketrampilan tiap bulan di tiap ruangan 4. Komunikasi dengan lintas sektor setiap ada kesempatan . Inhouse training minimal 1 tahun sekali U. Preeklampsia berat 7 9. Jika tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg, berikan obat anti hipertensi sampai tekanan diastolik di antara 90-100 mmEg Pasang infus dengan jarum besar ‘Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai overload cairan Katerisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinurin Jika jumlah urin kurang dari 30 ml per jam lakukan a. Hentika pemberian Magnesium Sulfat dan berikan cairan intravena (NaCl atau Ringer Laktat) pada kecepatan | liter per jam Jangan tinggalkan pasien sendirian karena pasien bisa tiba tiba kejang. Kejang yang disertai dengan aspirasi muntah dapat mengakibatkan kematian ibu dan bayi Observasi tanda tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin setiap jam Auskultasi paru untuk mencari tanda tanda edema pru Hentikan pemberian cairan intravena dan berikan diuretik sekali saja jika ada edema paru V. Preeklampsia ringan Kehamilan kurang dari 37 minggu Jika belum ada perbaikan, takukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinurin), refleks dan kondisi janin Konseling pasien dan keluarga tentang tanda tanda bahaya preeklampsia dan eklampsia Lebih banyak istirahat Diet biasa (tidak perlu diet rendah garam) Tidak perlu diberi obat obatan Jika rawat jalan tidak mungkin, lakukan rawat inap a. Diet biasa . Pantau tekanan darah kali sehari dan urin untuk porteinurin sekali sehari ¢, Tidak perlu diberi obat obatan 4d. Tidak perlu diuretik, kecuali terdapat edema paru, dekompensasi kordis, atau gagal ginjal akut e. Jika tekanan darah distolik turun sampai normal pasien dapat dipulangkan dengan syarat 1) Beri nasihat untuk istirahat dan pethatikan tanda tanda preeklampsia berat 2) Kontrol 2 kali seminggu untuk memantau tekanan darah, urin, keadaan janin, serta gejala dan tanda tanda preeklampsia berat 3) Jika tekanan diastolik naik lagi, anjurkan untuk rawat inap lagi f. Jika tidak ada tanda tanda perbaikan, tetap dirawat. Lanjutkan penanganan dan observasi kesehatan janin 8. Jika terdapat tanda tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan, Jika tidak, rawat sampai aterm atau rawat jalan h. Jika proteinurin meningkat, tangani sebagai preeklampsia berat Kehamilan lebih dari 37 minggu 1 2, Jika serviks matang, pecahkan ketuban dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin Jika serviks belum matang, lakukan pematanagn dengan prostaglandin atau kateter foley atau lakukan seksio sesarea W. Prolapsus tali pusat Tali pusat berdenyut 1 2. 3. Beri oksigen 4-6 liter/ menit melalui masker atau kanula nasal Posisi ibu tredelenburg Jka ibu dalam persalinan kala I lakukan a. Dengan sarung tangan steril masukkan tangan ke dalam vagina dan bagian terendah janin segera didorong ke atas sehingga tahanan pada tali pusat dapat dikurangi b. Tangan yang lain menahan bagian terendah di supra pubis dan evaluasi keberhasilan reposisi ¢. Jika bagian terbawah janin telah terpegang dengan kuat di atas rongga panggul, keluarkan tangan dari vagina. Letakkan tangan tetap di atas abdomen sampai dilakukan seksio sesarea 4. Jika tersedia berika salbutamol 0,5 mg intra vena secara perlahan untuk mengurangi kontraksi ©. Segera lakukan seksio sesarea Jika ibu pada persalinan kala II lakukan a. Pada presentasi kepala lakuakn segera persalinan dengan ekstraksi vakum dengan episiotomi b. Jika presentasi bokong/sungsang lakukan ekstraksi bokong atau kaki dan gunakan forseps piper atau panjang untuk melahirkan kepala yang menyusul . Jka letak lintang, siapkan segera seksio sesarea 4d, Siapkan segera resusitasi neonatus ‘Tali pusat tidak berdenyut Jika tali pusat tidak berdenyut berarti janin telah meninggal. Keadaan ini sudah tidak merupakan tindakan darurat lagi dan lahirkan bayi selamiah mungkin tanpa mencederai ibu. Pergunakan waktu untuk memberikan konseling pada ibu dan keluarganya tentang apa yang terjadi dan tindakan apa yang akan dilakuakn. Diharapakan persalinan dapat berlangsung dengan spontan X. Retensio Placenta 1. Jika plasenta sudah terlihat dalam vagina, minta ibu untuk mengejan. Jika dapat ‘merasakan plasenta dalam vagina keluarkan plasenta tersebut 2. Pastikan kandung kemih sudah kosong 3._ Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 5 unit per IV Jika plasenta belum dapat dilahirkan setelah 30 menit pemberian oksitosin dan uterus berkontrkasi lakukan PTT (penegangan tali pusat terkendali) 5. Jika PTT belun berhasil, lakukan manual placenta 6. Pantau tanda tanda vital pada ibu setelah dilakukan manual plasenta 7. Jika terdapat tanda tanda infeksi segera berikan antibiotik Y. Rupture uteri |. Perbsiki kehilangan darah dengan pemberian infus intra vena cairan NaCl atau Ringer Lactat sebelum tindakan pembedahan 2. _Lakukan seksio sesarea dan lahirkan placenta segera setalh kondisi stabil 3. Jika uterus dapat diperbaiki dengan resiko operasi lebih rendah daripada resiko pada histerektomi ddan ujung ruptura uterus tidak nekrosis lakukan histerorafi. Tindakan ini akan mengurangi waktu dan kehilangan darah saat histerektomi 4. Jika uterus tidak dapat diperbaiki lakukan histerektomi supravaginal atau histerektomi total jika ddidapatkan robekan sampai serviks atau vagina Z. Solusio placenta 1. Jika terjadi pendarahan hebat (nyeri atau tersembunyi, lakukan persalinan segera, jika : 2. Jika pendarahan ringan atau sedang (dimana ibu tidak berada dalam bahaya) tindakan bergantung pada denyut jantung janin (DJJ) ‘a, DJJ Normal atau tidak terdengar, pecahkan ketuban dengan kokher 1) Jika kontraksi jelek, perbaiki dengan oksitosin 2) Jika servik kenyal, tebal, dan tertutup lakukan seksio sesarea b, Di abnormal (kurang dari 100 atau lebih dari 100 x/menit) takukan 1) Lakukan persalinan pervaginam segera 2) Jika persalinan pervaginam tidak memungkinkan akhiri persalinan dengan seksio sesarea ‘AA. Syok maternal 1. Diagnosis syok jika terdapat tanda gejala berikut a. Nadi cepat dan lemah (110 x/mnt atau lebih) b. Tekanan darah yang rendah (sistolik < 90 mmHg) BB. Pucat khusunya pada kelopak mata bagian dalam, telapak tangan, atau sekitar mulut Keringat atau kulit yang terasa dingin dan lembab Permafasan yang cepat (30 x/mnt atau lebih) Gelisah, bingung atau hilangnya kesadaran Urine yang sedikit (kurang dari 30 ml per jam) mime ae 2. Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umumk ibu dan harus dipastikan bahwa jalan nafas bebas 3. Pantau tanda tanda vital (nadi, tekanan darah, pernafasan, dan suhu tubuh) 4. Baringkan ibu dalamposisi miring untuk meminimalkan resiko terjadinya aspirasi jika ibu muntah dan untuk memastikan jalan nafasnya terbuka 5. Jaga ibu tetap hangat tetap jangan terlalu panas karena akan menambah sirkulasi perifernya dan mengurangi aliran darah ke organ vitalnya 6. ‘Tinggikan temapt tidur pada bagian kaki untuk menambah jumlah darah yang kembali ke jantung 7. Pasang infus intravena dengan menggunakan kanula atau jarun terbesar ( no 16) 8. Segera berikan cairan infus (garam fisologik atau Ringer Laktat) dengan kecepatan awal 1 liter dalam 15 —20 menit 9. Berikan paling sedikit cairan ini pada | jam pertama 10. Lakukan katerisasi kandung kemih dan pantau cairan yang masuk dan jumlab urin yang keluar. Ukur dan catat produksi urine 11, Setelah kehilangan cairan dikoreksi, pemberian cairan infus dipertahankan dalam kecepatan | liter 6 -8 jam 12. Berikan oksigen dengan kecepatan 6 ~ 8 liter permenit dengan sungkup atau kanula hidung 13, Pantau terus tanda tanda vital setiap 15 menit dan darah yang hilang. Apabila kondisi pasien membaik, hati hati agar tidak berlebihan dalam pemberian cairan, Nafas pendek dan pipi bengkak merupakan kemunekinan tanda kelebihan pemberian cairan ‘Syok pendarahan 1. Ambil langkah berurutan untuk menghentikan pendarahan seperti pemberian oksitosin, ‘masase uterus, kompresi bimanual, kompresi aorta, persiapan untuk tindakan pembedahan 2. Transfusi sesegera mungkin untuk mengganti kehilangan darah 3. Tentukan penyebab pendarahan dan tata laksana a Jika pendarahan terjadi pada 22 minggu kehamilan pertama, curiga abortus, kehamilan mola, atau kehamilan ektopik terganggu b. Jika pendarahan terjadi setelah 22 minggu atau pada saat persalinan tetapi sebelum melahirkan, curigai placenta previa, solusio placenta atau robekan dinding uterus ¢. Jka pendarahan terjadi setelah melahirkan, curigai robekan dinding uterus, atonia uteri, robekan jalan lahir, atau placenta yang tertinggal 4. Nilai ulamg keadaan ibu dalam waktu 20-30 menit setelah pemberfian cairan untuk ‘melihat tanda tanda adanya perbaikan CC. Ketuban pecah dini Jika ada pendarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusio placenta Jika ada tanda tanda infeksi (demam dan cairan vagina berbau ) berikan antibiotik Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu lakukan a. Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin b. Berikan kortikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki kematangan paru paru janin cc. Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu 4. Jika terdapat his dan darah lendir, kemungkinan terjadi persalinan preterm Jika tidak terdapat infeksi dan kehamilan > 37 minggu lakukan a. Jika ketuban telha pecah > 18 jam, berikan antibiotik profilaksis b. Jika serviks sudah matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin ¢. Jika serviks belum matang, matangkan serviks dengan prostaglandin dan infus oksitosin atau Iahirkan dengan seksio sesarea BABV PENUTUP Panduan kegawat daruratan maternal neonatal di RSIA “Fatimah” Lamongan harus dievaluasi dan apabila diperlukan dapat dilakukan perubahan sesuai dengan perkembangan yang ada. Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan bahwa segala sesuatunya akan ditinjau kembali dan diperbaiki sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari temyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini Ditetapkan di : Lamongan Pada Tanggal : 02 Agustus 2018 DIREKTUR RSIA “FATIMAH” LAMONGAN dr. Mardiyah Hayati, MM.Kes NIK 18242101

You might also like