Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Page 1
HUKUM DAN ADMINISTRASI 2
Page 2
HUKUM DAN ADMINISTRASI 3
BAB II
PEMBAHASAN
Kebun bibit tampaknya sudah benar-benar melekat di hati warga kota Surabaya.
Namun akhir-akhir ini kita mendengar kabar yang kurang mengenakkan bahwa kebun
bibit akan segera di eksekusi karena akan berpindah tangan ke pihak swasta, yaitu PT
Surya Inti Permata (SIP). Rencananya pada Sabtu mendatang, atas perintah
Pengadilan Negeri setempat, Kebun Bibit akan dieksekusi atau diambil alih dari tangan
Page 3
HUKUM DAN ADMINISTRASI 4
Pemkot Surabaya untuk diserahkan ke PT. Surya Inti Pratama (SIP). Mahkamah Agung
memutuskan pengelolaan Kebun Bibit jatuh ke tangan investor PT. Surya Inti Pratama
(SIP). Sebelumnya Pemkot Surabaya dan PT. SIP bersengketa atas hak pengelolaan
Kebun Bibit. Sedangkan pengelolaan ruang terbuka hijau yang dilengkapi dengan
berbagai macam flora, fauna dan taman bermain ini masih ditangan Pemkot Surabaya
menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. PT. SIP sebelumnya pernah
mendapatkan izin untuk mengelola Kebun Bibit. Namun, izin itu terpaksa dibatalkan
setelah terbit Peraturan Daerah Surabaya Nomor 7 tahun 2002 tentang Ruang Terbuka
Hijau. Pada 2006, Kebun Bibit dikelola pemerintah karena termasuk ruang terbuka
hijau. (sumber: Tempo Interaktif, Edisi 22 Juni 2010).
(1) Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau milik atau yang dikuasai oleh Daerah adalah
kewenangan Pemerintah Daerah ;
(2) Setiap orang atau Badan dapat melakukan pengelolaan dan pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atas izin dari Kepala Daerah ;
(3) Terhadap Ruang Terbuka Hijau milik orang atau Badan, Pemerintah Daerah
berwenang mengatur pemanfaatannya dengan Peraturan Daerah.
Dari regulasi tersebut, maka jelas bahwa pengelolaan seharusnya dilakukan oleh pihak
pemerintah daerah.
Identifikasi masalah terkait dengan pengalihan hak pengelolaan Taman Bibit yang
seharusnya dijalankan oleh Pemda Surabaya menjadi dikelola oleh pihak swasta, dalam
hal ini adalah PT.SIP (Surya Inti Pratama) ini adalah:
Page 4
HUKUM DAN ADMINISTRASI 5
b. Dalam Permasalahan Kebun Bibit di atas terdapat fakta bahwa Pemerintah Kota
Surabaya tidak meminta persetujuan DPRD Kota Surabaya dalam membuat
perjanjian pengelolaan aset.
2.2 Studi Kasus Penataan Permukiman Kumuh di Lingkungan RW.07 Pulo Tegal Sari,
Kelurahan Wonokromo
Salah satu masalah yang menjadi perhatian pemerintah Surabaya adalah penataan
permukiman kumuh, khususnya di lingkungan RW.07 Pulo Tegal Sari, Kelurahan
Wonokromo. Upaya untuk melakukan penataan pada permukiman kumuh di wilayah
tersebut merupakan kewajiban yang harus dilakukan pemerintah setempat untuk
memenuhi kebutuhan hunian yang layak bagi warganya. Hal ini sesuai dengan UU
Nomor 4 Tahun 1992, yang isinya adalah:
a. Pasal 5 ayat 1 yang menyebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak
untuk menempati dan atau menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dalam
lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur.
b. Pasal 5 ayat 2 yang menyebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai
kewajiban dan tanggung jawab untuk berperan serta dalam pembangunan
perumahan dan permukiman.
Page 5
HUKUM DAN ADMINISTRASI 6
c. Pasal 29 yang menyebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak dan
kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperanserta dalam
pembangunan perumahan dan permukiman.
Pada lokasi permukiman kumuh di wilayah studi, tampak sekali tingkat kekumuhannya.
Bangunan rumah permanen, semi permanen yang terbuat dari gedhek (anyaman
bamboo) cukup banyak, dan kondisinya saling berhimpitan satu sama lain sehingga
sirkulasi udara yang keluar masuk tidak begitu baik. Kondisi ini diperparah dengan
perilaku penghuninya yang menerapkan pola hidup tidak sehat. Sampah berserakan
dimana-mana, saluran air tidak terjaga dengan baik sehingga menimbulkan bau tidak
sedap.
Kawasan kumuh Kali Surabaya ini tidak hanya menimbulkan permasalahan tempat
tinggal saja, tetapi juga berhubungan dengan masalah sosio-ekonomi masyarakat yang
tinggal pada kawasan kumuh tersebut. Sebagai warga kota, mereka merasa berhak
untuk memperoleh tempat untuk mencari nafkah. Hal ini yang diminta warga kepada
pemkot untuk memikirkannya sebagai suatu bentuk kewajiban. Sedangkan, pemerintah
selama ini menilai warga selalu menolak dan bersikap resisten terhadap upaya-upaya
penertiban, sementara warga berpendapat pemerintah kota hanya berniat menggusur
dan tidak pernah serius memikirkan kehidupan yang lebih baik untuk masyarakat.
(sumber: Jurnal Komunitas Vol.4 No.3, November 2008).
Page 6
HUKUM DAN ADMINISTRASI 7
a. Sikap Pemerintah Kota Surabaya yang kurang tegas dalam menentukan kebijakan
mengenai pengendalian penduduk pendatang, khususnya bagi penduduk
pendatang tanpa suatu ketrampilan khusus sehingga berdampak pada semakin
banyaknya pengangguran.
b. Terdapat kesenjangan antara keinginan Pemda dengan harapan masyarakat.
Masyarakat menganggap upaya penertiban yang dilakukan oleh pemerintah kota
hanya memihak pada kepentingan satu arah, tanpa memikirkan nasib warganya.
c. Belum terbitnya Perda PSKW (Penataan Stren Kali Surabaya dan Wonokromo)
sehingga akan mempersulit kinerja dinas terkait karena belum terdapatnya sanksi
yang mengikat.
d. Belum adanya kejelasan kewenangan instansi. Koordinasi Dinas PU Pengairan di
Surabaya apakah berkoordinasi dengan Perusahaan Jasa Tirta atau Balai Besar
Sungai Wilayah Surabaya, masih belum didukung oleh pengaturan yang jelas dari
Ditjend Sumber Daya Air Pekerjaan Umum.
e. Kurang adanya komitmen sektor dalam menjalani kesepakatan bersama dalam
penataan Daerah Stren Kali. Hal ini terlihat dari hasil keputusan yang telah
disepakati bersama, dimana hanya Perusahaan Jasa Tirta I (PJTI1) yang telah
mengimplementasikan hasil kesepakatan.
2.3 Studi Kasus Reklamasi Pantai Timur Surabaya Sebagai Pengembangan Kawasan
Permukiman
Pakuwon Jati dan Pemkot Surabaya ternyata sama-sama terlibat dalam keluarnya
ijin reklamasi Pantai Timur Surabaya di kawasan Kenjeran. Hal tersebut terungkap
dalam sharing dengan Komisi C (Pembangunan) DPRD Surabaya. DPRD menyesalkan
sikap Pemkot Surabaya yang menerbitkan ijin mendirikan bangunan (IMB) kepada PT
Pakuwon Jati seluas 600 hektar namun tidak mengetahui batas-batas tanahnya.
Anggota Komisi C Agus Santoso menilai pemberian ijin tersebut sangat janggal,
pasalnya Pemkot Surabaya sudah memberikan ijin pembangunan di tanah seluas 600
ha di kawasan Pantai Timur Surabaya namun batasnya masih bersifat imajiner.
“Menurut saya ini aneh, ” terangnya.
Politisi Demokrat ini menambahkan, seharusnya, jika Pemkot Surabaya masih
ragu dengan batasan tanah, lebih baik ijin tidak dikeluarkan terlebih dahulu sehingga
tidak merugikan pihak lain. “Sekarang semua sudah dibangun, nah kalau Pemkot mau
menentukan batas, apa bangunan yang ada mau dibongkar,” tegasnya. Menanggapi hal
ini Kepala Bidang Bangunan dan Tata Ruang Dinas Cipta Karya Pemkot Surabaya
Dwidja Djaja mengatakan sesuai titik GPS pengukuran batas bibir pantai sudah sesuai.
Page 7
HUKUM DAN ADMINISTRASI 8
”Memang penegasan batas-batas pantai sifatnya masih imaginer. Tapi kalau mengacu
pada batas tanah patok itu masalahnya lain,” paparnya.
Mengenai izin lokasi, kata dia, PT Pakuwon melakukan izin tidak sepenuhnya
ditangani Pemkot Surabaya melainkan juga Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Tentunya tujuan dari izin lokasi tersebut bukan untuk sertifikasi. Sementara itu ketua
Komisi C Sachiroel Alim Anwar menuding PT Pakuwon Jati telah melakukan
pelanggaran garis pantai berupa reklamasi pantai timur Surabaya (Pamurbaya).”Jika
dilihat dari google map, kondisinya persis menyentuh bibir pantai,” tuturnya. Disisi lain,
sekitar lahan reklamasi tersebut mulai terlihat penyempitan kali Mulyorejo yang menuju
ke laut. Penyempitan ini terjadi sejak reklamasi dilakukan beberapa tahun ini sehingga
aliran air dari sungai-sungai di Surabaya tersendat dan sulit mengalir ke laut. Warga
setempat mengaku kuatir akan bahaya banjir terutama pada saat air laut pasang
(sumber: Surabaya Pagi Online, edisi 26-10-2010).
Menanggapi kasus di atas, sebenarnya sudah diterbitkan dasar hukum yang jelas
dalam RTRW Surabaya 2010-2030 bahwa pemanfaatan ruang di Pantai Timur
Surabaya diperuntukan sebagai kawasan konservasi. Adapun substansinya adalah:
a. Pasal 14 ayat 3
Penetapan dan pelestarian kawasan suaka alam dan cagar budaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 huruf c dilakukan dengan strategi melalui : a.
memantapkan fungsi lindung untuk kawasan lindung sekaligus sebagai penunjang
wisata alam dan pendidikan ekosistem pesisir; b. menetapkan batas kawasan
lindung baik di darat maupun laut untuk mempertegas batasan kawasan lindung
khususnya di Pantai Timur Surabaya;
b. Pasal 68 ayat 1
Kawasan strategis untuk kepentingan penyelamatan lingkungan hidup meliputi :
kawasan Pantai Timur Surabaya dan sekitar Kali Lamong di Kecamatan Gunung
Anyar, Kecamatan Rungkut, Kecamatan Sukolilo dan Kecamatan Mulyorejo,
Kecamatan Pakal dan Kecamatan Benowo berada di Unit Pengembangan II
Kertajaya, Unit Pengembangan I Rungkut dan Unit Pengembangan Sambikerep XII
dan Unit Pengembangan XI Tambak Oso Wilangun;
Identifikasi permasalahan mengenai reklamasi kawasan konservasi di kawasan Kenjeran,
Pamurbaya menjadi kawasan terbangun seluas 600 Ha tersebut, antara lain:
a. Pemkot Surabaya yang menerbitkan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) kepada PT
Pakuwon Jati seluas 600 hektar di kawasan Kenjeran, Pantai Timur Surabaya.
Namun, pihak Pemkot sendiri tidak mengetahui secara jelas batas-batas tanahnya
sehingga reklamasi tersebut kondisinya nyaris menyentuh bibir pantai.
Page 8
HUKUM DAN ADMINISTRASI 9
b. Pihak Pemkot Surabaya kurang begitu konsisten terhadap regulasi yang telah
ditetapkan. Padahal, dalam regulasi yang telah ditetapkan melalui RTRW 2010-
2030 telah jelas disebutkan bahwa Kawasan Pantai Timur Surabaya ditetapkan
sebagai kawasan lindung atau konservasi sehingga seminimal mungkin di sekitar
area tersebut dihindarkan dari aktivitas budidaya.
Page 9
HUKUM DAN ADMINISTRASI 10
Negara. Adapun identifikasi mengenai jual beli tanah oloran yang dilakukan oleh Dinas
Pengairan Jatim adalah:
a. Jual beli tanah oloran oleh Dinas Pengairan Jatim itu terjadi karena dalam ruang
lingkup Surabaya sendiri belum diterbitkan peraturan daerah yang mengatur
kepemilikan atas tanah oloran sehingga pihak manapun yang melihat fenomena
tersebut sebagai peluang ekonomi memanfaatkannya begitu saja akibat belum ada
kepastian hukum.
b. Kinerja Badan Pertanahan Nasional yang terkesan lambat dalam menanggapi kasus
tanah oloran tersebut. BPN sebagai salah satu instansi yang mengatur tentang
pertanahan, baru merespon permasalahan tersebut setelah pihak pemerintah
memberi wewenang, sementara pihak pemerintah baru bertindak jika masalah
tersebut muncul.
c. Kurangnya wacana atau informasi terhadap lingkup studi pertanahan, khususnya
pada kasus tanah yang masih belum memiliki pemilik yang jelas.
Page 10
HUKUM DAN ADMINISTRASI 11
Kegiatan PKL yang menggunakan badan jalan sebagai kegiatan berdagang melanggar
peraturan yang terdapat pada Perda Kota Surabaya No.10 Tahun 2000 tentang
ketentuan penggunaan jalan.
Pasal 7 ayat 1 bagian f,h dan j
Kecuali atas ijin kepala daerah, setiap orang atau badan dilarang menggunakan bahu
jalan, median jalan, pemisah jalan, trotoar dan dan bangunan perlengkapan lainnya
yang tidak sesuai dengan fungsinya; mengubah fungsi jalan, dan membahayakan
keselamatan lalulintas
Pasal 8 ayat 1
Pengguna jalan untuk keperluan tertentu diluar fungsi sebagai jalan dan
penyelenggaraan kegiatan yang patut diduga dapat mengganggu keselamatan,
keamanan serta kelancaran lalulintashanya dapat dilakukan setelah memperoleh ijin.
Identifikasi permasalahan:
PKL yang tidak mempunyai ijin (illegal) yang terdapat di daerah kedungdoro dan
disekitar tugu pahlawan menggunakan badan jalan untuk kegiatan berdagang sehingga
merubah fungsi jalan, dan membahayakan keselamatan pengguna jalan sedangkan PKL
yang berada di frontageRoad RSAL menggunakan trotoar untuk kegiatan berdagang.
Hal tersebut bertentangan dengan perda yang telah disebutkan diatas.
Page 11
HUKUM DAN ADMINISTRASI 12
di Surabaya, seperti: di Pasar Wonokromo, Pasar Keputran, Pasar Pucang dan Pasar
Genteng. Setiap kegiatan di pasar tersebut cenderung menimbulkan sampah dan tidak
menyediakan tempat penampungan sampah untuk setiap persil kegiatan yang
digunakan.
Kegiatan Pasar tersebut melanggar Perda Kota Surabaya No.4 Tahun 2000 tentang
retribusi pelayanan persampahan/kebersihan.
Pasal 22 ayat 1,2,3,dan 5
(1) setiap
Gambar pemakai
2.6.1 danpersil
2.6.2 bertanggungjawab atas waktu
Kondisi Pasar Keputran kebersihan
kegiatanbangunan,
berlangsung halaman,
saluran pematusan,
dengan ikut bertanggungjawab
ketidaktersediaan tempat sampah atas kebersihan
dan setelah jalan
kegiatan setapak dan
tidak
lingkungan/tempat-tempat disekitarnya; pengguna persil dalam menjaga
berlangsung dengan ketidakpedulian
(2) untuk melaksanakan maksud tersebut
kebersihan pada ayat (1) pemakai persil wajib
lingkungan
menyediakan tempat sampah di lingkungan persilnya dan wajib membuang sampah
di tempat yang telah tersedia;
(3) bagi segala jenis kegiatan yang menghasilkan limbah buangan baik padat, cair
ataupun gas yang mengandung zat-zat yang berbahaya baik secara sendiri-sendiri
maupun secara kelompok, wajib melengkapi tempat usahanya dengan bak atau
tangki penampungan limbah bangunan menurut tata cara yang berlaku, tidak
mengakibatkan pencemaran lingkungan dan mengganggu masyarakat sekitarnya
serta membuat filter untuk menyaring dan menetralisir gas-gas tersebut;
Page 12
HUKUM DAN ADMINISTRASI 13
(5) setiap pedagang yang menjajakan barang dagangan dengan cara dijinjing, dipikul
atau didorong serta pedagang kaki lima wajib menyediakan tempat sampah yang
memadai untuk menampung sampah yang dihasilkan
Identifikasi masalah:
Beberapa pasar di Surabaya seperti pasar keputran setiap persil kegiatan berdagang
yang berlangsung tidak menyediakan tempat sampah sehingga terlihat pada gambar 2.6
sampah-sampah berserakan dimana-mana begitu pula dengan pedagang kaki lima yang
berjualan di pasar tersebut juga tidak menyediakan tempat sampah. Dan kegiatan
tersebut juga tidak menyediakan bak/tangki penampung limbah cair yang disebabkan
oleh sampah. Hal tersebut terlihat pada gambar 2.6.2 keadaan pasar setelah kegiatan
tidak berlangsung (selesai) air limbah akibat sampah-sampah tersebut tergenang
dimana-mana menimbulkan bau tidak sedap. Hal tersebut bertentangan dengan perda
yang telah disebutkan diatas.
2.7 Studi kasus mengenai papan reklame yang roboh dan menyalahi aturan di koridor
kertajaya
Kasus robohnya reklame Chandra Elektronik di koridor jalan kertajaya dikarenakan
hujan petir disertai angin kencang. Ternyata tidak sepenuhnya salah cuaca. Hal tersebut
juga dikarenakan ukuran reklame yang menyalahi aturan yaitu sebesar 20x10 meter.
Hal tersebut menyalahi aturan Perda Kota Surabaya No.8 Tahun 2006 tentang
penyelenggaraan reklame dan pajak reklame
Pasal 19 ayat 6
Penyelenggaraan reklame di median jalan atau jalur hijau atau pulau jalan, bidang
reklame dilarang melebihi median atau pulau jalan bersangkutan
Identifikasi masalah:
Penyelenggaraan reklame di lokasi persil seperti papan reklame Chandra Elektronik
memiliki ukuran 20x10 meter yang melebihi ruas jalan kertajaya yang ada di depan
lokasi persil tersebut. Sehingga sewaktu robohnya reklame tersebut ke ruas jalan
menimbulkan dampak yang membahayakan pengguna jalan dan mengakibatkan
tertutupnya ruas jalan kertajaya tersebut.
Page 13
HUKUM DAN ADMINISTRASI 14
Page 14
HUKUM DAN ADMINISTRASI 15
Pencemaran sungai yang terjadi karena pelanggaran Perda Kota Surabaya No.4
Tahun 2000 tentang retribusi pelayanan persampahan/kebersihan
Pasal 25 ayat 2,3,5
(2) Dilarang membuang sampah di sungai-sungai, selokan-selokan atau got-got, roil-riol,
saluran-saluran, jalan-jalan umum, tempat-tempat umum, berm-berm atau trotoar-
trotoar atau ditempat umum lainnya;
(3)Kecuali ditempat-tempat pembuangan sampah yang khusus disediakan dan dilakukan
menurut tata cara sesuai dengan ketentuan yang berlaku dilarang membuang
sampah pecahan kaca, zat-zat kimia atau lain-lain yang membahayakan, kotoran-
kotoran hewan atau sampah berbau busuk di sembarang tempat;
(5)Dilarang membuang sampah tinja di sungai-sungai, selokan, berm dan tempat umum
lainnya, kecuali di tempat pembuangan akhir sampai tinja yang telah disediakan oleh
Pemerintah Kota
Identifikasi Permasalahan:
Sungai Brantas dan Kalidami, Mulyosari Surabaya mengalami pencemaran yang
diakibatkan oleh limbah rumah tangga yang dibuang ke sungai. Sedangkan untuk kali
brantas, kali tersebut sering digunakan untuk Mandi, cuci, Kakus oleh masyarakat yang
tinggal di sekitar kali tersebut. Hal tersebut bertentangan dengan perda yang telah
disebutkan diatas.
Page 15
HUKUM DAN ADMINISTRASI 16
Gambar 2.9
Pembongkaran Toko di bantaran sungai
Jagir
2.10 Studi kasus Permukiman di Sempadan Rel Kereta Api
Banyaknya permukiman di sepanjang sempadan jalur kereta api sudah biasa dijumpai
di Surabaya. Kawasan sempadan jalur rel kereta api yang seharusnya bersih dari
bangunan kenyataannya banyak digunakan sebagai permukiman warga (masyarakat
miskin). Adapun titik-titik Jalur KA padat permukiman di Surabaya antara lain :
Jalur Surabaya Kota (Semut) – Sidotopo
Jalur Surabaya Kota (Semut) – Gubeng
Jalur Sidotopo – Benteng
Jalur Sidotopo – Kalimas
Jalur Pasar turi – Tandes
Page 16
HUKUM DAN ADMINISTRASI 17
Gambar 2.10
kawasan permukiman di
sepanjang jalur kereta api
Terkait dengan banyaknya permukiman liar yang ada di sempadan jalur rel kereta api,
PT KA Daops VIII dan Pemkot Surabaya menemui kendala dalam rangka
melaksanakan rencana proyek rel double track. Seperti yang terjadi pada pembersihan
bangunan di sepanjang Jalan A. Yani, banyak penghuni bangunan yang tidak
mengetahui rencana itu. Bahkan, beberapa pemilik bangunan mengaku memiliki surat
tanah yang dihuni sekarang. Di sepanjang jalan tersebut terdapat toko dengan berbagai
jenis usaha. Di antaranya, usaha kuliner seperti Dunkin Donuts, Bakso Iga Sapi, Pecel
Murni, Bebek Tengil, dan Soto Wawan. Sejumlah bengkel juga menempati kawasan
tersebut. Sedikitnya 92 bangunan permanen terdapat di sepanjang ruas jalan itu,
sedangkan yang tidak permanen mencapai 15 bangunan. (sumber:
http://www.jawapos.com/metropolis/index.php?act=detail&nid=126255, SurabayaPost
Online: Selasa, 11 Jan 2011)
Dari fakta tersebut patut dipertanyakan sebenarnya dimana letak permasalahan yang
menyebabkan semakin banyaknya bangunan liar baik non permanen maupun
permanen yang ada di ruang manfaat jalur kereta api.
Sebagaimana yang telah diatur dan dijelaskan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2007 sebagai berikut :
Pasal 178
Setiap orang dilarang membangun gedung, membuat tembok, pagar, tanggul,
bangunan lainnya, menanam jenis pohon yang tinggi, atau menempatkan barang pada
jalur kereta api yang dapat mengganggu pandangan bebas dan membahayakan
keselamatan perjalanan kereta api.
Page 17
HUKUM DAN ADMINISTRASI 18
Pasal 179
etiap orang dilarang melakukan kegiatan, baik langsung maupun tidak langsung, yang dapat
mengakibatkan terjadinya pergeseran tanah di jalur kereta api sehingga mengganggu atau
membahayakan perjalanan kereta api.
Pasal 181
(1) Setiap orang dilarang:
a. berada di ruang manfaat jalur kereta api;
b. menyeret, menggerakkan, meletakkan, atau memindahkan barang di atas rel atau
melintasi jalur kereta api; atau
c. menggunakan jalur kereta api untuk kepentingan lain, selain untuk angkutan kereta
api.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi petugas di
bidang perkeretaapian yang mempunyai surat tugas dari Penyelenggara Prasarana
Serta penjelasan pasal berikut :
Pasal 42
Ayat (1)
Batas ruang milik jalur kereta api merupakan ruang di sisi kiri dan kanan ruang manfaat
jalur kereta api yang lebarnya paling rendah 6 (enam) meter.
Pasal 45
Batas ruang pengawasan jalur kereta api merupakan ruang di sisi kiri dan kanan ruang
milik jalur kereta api yang lebarnya paling rendah 9 (sembilan) meter.
Page 18
HUKUM DAN ADMINISTRASI 19
Dalam Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 tahun 2005 tentang pelestarian
bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya telah dijelaskan secara lengkap mengenai
ketentuan-ketentuan yang terkait bangunan cagar budaya.
Pada dasarnya pembongkaran Toko Nam tidak perlu dilakukan, pada bab V pasal 16
menjelaskan ketentuan revitalisasi/adaptasi sebagai berikut, perubahan bangunan
dapat dilakukan tetapi harus mempertahankan tampang bangunan utama termasuk
warna, detail, dan ornamen bangunan. Sedangkan, warna, detail dan ornamen
bangunan yang diubah harus disesuaikan dengan arsitektur bangunan aslinya. Oleh
karena itu, seharusnya antara konservasi cagar budaya dan pembangunan kota bisa
berjalan selaras.
Page 19
HUKUM DAN ADMINISTRASI 20
Gambar 2.12
Belasan Rumah Lafoye Residence, kawasan Dukuh Kupang,
Surabaya di bongkar
Page 20
HUKUM DAN ADMINISTRASI 21
Page 21
HUKUM DAN ADMINISTRASI 22
tanpa memberikan solusi justru akan membuat citra pemkot jatuh di hadapan publik
secara umum, bukan hanya di mata korban penggusuran.
Terkait dengan status Perda Jatim 9 Tahun 2007, pada 8 April 2009, Mendagri melalui
surat Nomor 188.341/1218/sj menyampaikan permintaan klarifikasi Peraturan Daerah
(Perda) Nomor 9 Tahun 2007. Klarifikasi merupakan usaha untuk memperjelas isi
perda, terutama terkait dengan luas sempadan kali yang diizinkan oleh perundang-
undangan.
Sesuai dengan UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 135 dan 136,
pemerintah pusat melalui Depdagri mempunyai kewenangan untuk membatalkan
perda yang dianggap bertentangan dengan perundang-undangan di atasnya. Namun,
rentang waktu yang digunakan oleh Depdagri untuk merespons perda tersebut
termasuk lama. Tetapi, dalam kategori perda dengan sifat preventif, sebelum ada
keputusan final dari pemerintah melalui Mendagri, perda masih mengambang. Tidak
bisa diberlakukan, juga belum dapat dibatalkan.
Page 22
HUKUM DAN ADMINISTRASI 23
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas mengenai pelanggaran-pelanggaran regulasi yang terjadi di
Surabaya dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a. Masih banyak terjadinya pelanggaran-pelanggaran regulasi yang telah ditetapkan
oleh Pemerintah kota Surabaya yang berimbas pada berbagai dampak yang tidak
menguntungkan bagi pihak pemerintah maupun masyarakat.
b. Kurang konsistensinya pemerintah dalam menegakkan peraturan maupun kebijakan
yang telah diputuskan.
c. Pengawasan peraturan yang bersifat law inforcement. Pengawasan yang kurang
tegas dan kurang kuat sehingga menyebabkan pelaku pelanggar peraturan
cenderung tidak takut dan mengulangi perbuatan yang telah dilakukan.
d. Kurangnya pendampingan masyarakat berbasis “Community Base Development”,
sehingga masyarakat kurang mengerti akan hukum/peraturan yang telah dibuat.
Sehingga masyarakat cenderung berlaku seenaknya.
e. Kurangnya kesadaran masyarakat akan tertib hukum/peraturan yang telah
diputuskan/dibuat.
3.2. Saran
Saran terkait dengan pembahasan di atas, antara lain:
a. Pendampingan masyarakat berbasis “Community Base Development”, dan
koordinasi berbagai stakeholders terkait merupakan kunci sukses dalam
pembangunan wilayah.
b. Pemerintah sebagai pihak pembuat regulasi harus bertindak konsisten terhadap
setiap kebijakan yang telah dikeluarkan sehingga kepastian hukum jelas.
c. Masyarakat sebagai subyek pembangunan juga harus partisipatif terhadap regulasi
yang dibuat oleh pemerintah, karena percuma saja regulasi sudah dipersiapkan
dengan matang, tapi lemah dalam operasionalnya disebabkan perilaku masyarakat
yang kurang bertanggungjawab pada regulasi yang ada.
Page 23
HUKUM DAN ADMINISTRASI 24
Daftar Pustaka
http://surabaya.detik.com/read/2008/11/25/180855/1042830/466/selain-reklame-hujan-
dan-angin-kencang-terbangkan-atap
http://rajaagam.wordpress.com/2008/12/29/masalah-pedagang-kaki-lima/
http://www.pojoksurabaya.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=381:pencemaran-kali-
surabaya&catid=11:lingkungan
http://gardabrantas.com/2010/08/merindukan-gubernur-penyelamat-kali-brantas/
http://www.jawapos.com/metropolis/index.php?act=detail&nid=126255
Perda Kota Surabaya No.10 Tahun 2000 tentang ketentuan penggunaan jalan.
Perda Kota Surabaya No.4 Tahun 2000 tentang retribusi pelayanan
persampahan/kebersihan
Undang-Undang No 23 Tahun 2007
UU Nomor 4 Tahun 1992
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 Tentang
Penatagunaan Tanah, pasal 12
Perda Kota Surabaya No.8 Tahun 2006 tentang penyelenggaraan reklame dan
pajak reklame
Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 tahun 2005 tentang pelestarian
bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya
Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 tahun 2005
Peraturan Daerah No.7 tahun 2002 tentang Ruang Terbuka Hijau
RTRW Surabaya 2010-2030 Pasal 14 ayat 3; Pasal 68 ayat 1
Tempo Interaktif, Edisi 22 Juni 2010
Jurnal Komunitas Vol.4 No.3, November 2008
Surabaya Pagi Online, edisi 26-10-2010
Seputar Surabaya-Kaskus, edisi 26-06-2008
Kompas, 11 oktober 2008
SurabayaPost Online: Selasa, 11 Jan 2011
Page 24