Professional Documents
Culture Documents
2004PPDS3624
2004PPDS3624
= 0,05 27BABIV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian telah dilakukan di RS Dr Kariadi Semarang, dalam kurun waktu 4 bulan ( Mei ~ Agustus 2004 ). Peserta penelitian adalah 60 penderita lekore, yang terdiri dari 30 penderita dengan diagnosis KVV dan 30 penderita non KVV (kelompok kontrol) ‘Tabel 1. Hasil pemeriksaan mikroskopis sokret vagina pada 60 penderita lekore, Cara Pemeriksean Hasil pemeriksaan ein Kandida [Tv [Clue cell| GO| Negatif Mikroskopis 30 1 14 1 14 60 Pada tabel 1 dapat dilihat hasil pemeriksaan sekret vagina secara langsung dengan pem dan didiagnosis sebagai penderita KVV dan 30 sampel tidak mengandung clemen kandida sehingga dimasukkan dalam penderita non KVV ( kelompok kontrol ). Dari 30 duh tubuh penderite non KVV dapat diuraikan sebagai berikut : satu sampel sekret vagina aan mikroskopis dimana terdapat 30 sekret vagina mengandung elemen kandida mengandurig Trikomonas vaginalis, satu didiagnosis servisitis gonore, empat belas sekret vagina ditemukan clve cel! dan empat belas sekret vagina lainnya negatif A, Analisa Bivariat ‘Tabel 2, Distribusi penderita KVV dan kontrol menurut umur. Kelompok Umur Penderita Lekore Jumlah (tahun) KVV Kontrol % _frekuensi % _frekuensi__ % <20 2 33 1 7 3 50 20-29 12 © 20 ir 18,3 23 383 30-39 8 B30 4 67 12 20 40-49 eee eater aero 20 33,3, 250 1 47 1 47 2 33 Jumlah 30 503050 60 100 310; df= 4, p= 0,476 28Dari 60 penderita lekore, dengan 30 penderita KVV dan 30 penderita kontrol make angka prevalensi penderita KVV positip yang terbenyek adalah umur 20 29 tahun Sebanyak 12 orang (20%), kemudian umur 30 ~39 tahun sebanyak 8 orang (13,3%), dan ang paling sedikit berumur SO tahun keatas, yaitu sebanyak 1 orang (1,7%). Setelah Gilakukan uji statistik temyata tidak ada perbedean yang bermekna pada kedua kelompok (p> 0,05). Hesil penelitian ini sesuai dengan penelitia yang dilakukan oleh Ioweni (1995) dari Bag/SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Dr Kariadi Semarang, dimana usia ‘erbanyak penderita KVV adalah 20 ~ 30 tahun sebeser 27 orang (45%), dan penelitian dari RS. Dr Pirngadi Medan adalah 20 -24 tahun (539), (39) Tabel 3. Distribusi penderite KVV dan kontrol menurut Pendidikan Pendidikan Penderita Lekore Jumlah Kv Kontrol frekuensi % frekuensi % — frekuensi 9% sD 2 33 4 67 6 10,0 SLTP 5 83 8 133 1300 217 SLTA 18 30 12 20 30-50 PT/Akademik 5 83 6 10. ul 18,3 Jumlah 30 50 30 50 60 100 X°= 2.650; df=3 ; p= 0,449 Tabel 3 memperlihatkan pendidikan yang terbanyak penderita KVV adalah SLTA sebanyak 18 orang ( 30%), kemudign disusal SLTP maupun akademik masing- imasing sebanyak 5 orang (8,3%), dan yang terkecil adalah SD sebanyak 2 orang (3,3%) ‘Bi statistik pada kedua kelompok diatas tidak ada perbedaan yang bermakna (p> 0,05 ) Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilekukan oleh ‘Watumbara (2000 ) dari Bag/SMF Obstet dan Ginekologi FK Unsrat / RSUP Manado dimana Pendidikan penderite KVV terbanyak adalah pendidikan SLTA sebesar 41,8%, Hal ini dimungkinkan karena kelompok ini yang paling banyak di masyerakat dan tidak mampu ‘melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi (40), 29Tabel 4. Distribusi penderita KVV dan kontrol menurut pekerjaan Pekerjaan Penderita Lekore Jumlah KW Kontrol frekuensi % frekuensi % frekuensi % PNS 7 11,7 3 5 10 16,7 Pegawai Swasta 7 wy 13 21,7 20° 33,3 Sekolah 2 33 0 0 2 33 TbuRumah Tangga 14 23314 23,3 28 46,7 Jumlah 30 50 30 50 60 100 Tabel 4 menunjukkan bahwa pekerjaan yang terbanyak pada penderita KVV adalah ibu rumah tangga sebanyak 14 orang (23,3%), kemudian pegawai swasta dan PNS masing-masing sebanyak 7 orang ( 11,7 %), dan yang terkecil adalah penderita dengan Pekerjean masih bersekolab, yaitu sebanyak 2 orang (3,3%). Uji statistik yang dilakukan memberikan has tidak ada perbedaan yang bermakna pada kedua kelompok ( p > 0,05 ). ‘Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Iswani (1995) dan Muslimin (2000) dari Bag/SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Dr Kariadi Semarang dimana pekerjaan penderita KVV terbanyak adalah ibu rumah tangga sebesar 53% dan 69,48%, (17,39) Tabel 5. Distribusi penderita KVV dan kontrol menurut status perkawinan, Status Perkawinan Penderita Lekore Jumiah KV Kontrol frekuensi % % — frekuensi % Kawin 27 45 27 45 54 90 Belum Kawin 3 5 3 3 6 10 Jumlah 30 50 30 50 60 100 000; dF=T; p= 1,000 30Hasil penelitian yang dilakukan oleh oleh Iswani (1995) dari ag/SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Dr Kariadi Semarang dan hasil penelitian yang dilakukan olch Syahab dkk (1999) dari Bag/SMF Obstetri dan Ginekologi FK Unisri / RSUP Dr Moh, Hoesin Palembang mempunyai hasil dimana sebagian besar peserta 57% dan 37% tidak mengikuti program keluarga berencana, (39,41) Pada tabel 6 juga memperlihatkan bahwa alat kontrasepsi terbanyak yang dipakai oleh penderita KVV adalah KB suntik. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Watumbara (2000) dari Bag / SMF Obstetri dan Ginekologi FK Unsrat / RSUP Manado adalah kontrasepsi hormonal pil KB 44,4% (40), Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang berhubungan meningkatnya prevelensi KVV adalah kontrasepsi hormonal terutama yang mengandung estrogen dosis tinggi, dimana akan meningkatan konsentrasi glikogen pada epitel vagina yang merupakan media yang baik untuk pertumbuhan jamur kandida (30) ‘Tabel 7. Distribusi penderita KVV dan kontrol menurut sakit diabetes melitus Sakit DM Penderita Lekore Jumlah KW Kontrol 4 frekuensi % frekuensi % — frekuensi % DM 4 67 1 17 3 83 Non DM 26 433 29 48,3 35 OT Jumlah 3050 30 50 60 100 X= 4286; T= 1, p= 0,038 Tabel 7 menunjukkan bahwa pada penderita KVV yang mempunyai sakit DM. adalah 4 orang (6,7%), sementara 26 orang (43,3%) tidak menderita DM. Setelah dilakukan uji statistik ternyata terdapat perbedaan yang bermakna pada kedua kelompok (p< 0,05) Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang berhubungan meningkatnya prevalensi KVV adalah diabetes melitus akan mengalami peningkatan kadar glukosa dalam urin dan sekresi vagina yang mengakibatkun multiplikesi jamur (1,6,14). Sobel dick menemukan bahwa glukosa dapat meningkatkan perlekatan sebanyak 25% (22), 32Tabel 8. Distribusi penderita KVV dan kontrol menurt status gizi Status Gizi Penderita Lekore Jumiah KW. Kontrol frekuensi_ % — frekuensi _% % Underweight No 18300 ty 18,3 22 36,7 Normoweight No 18300 ay 18,3 22 36,7 Overweight 8 133 8 133 16 26,7 Jumiah 30°50 30 50 60 100 X°= 0,000; dF=2 jp =T,000 Tabel ini memperlihatkan status gizi penderita KVV yang terbanyak adalah indenveight dan normoweigih masing-masing sebanyak 11 orang ( 18,3%), dan yang ‘erkecil adalah overweight sebanyak 8 orang (13,39). Uji statistik pada kedua kelompok Galas tidak terdapat perbedaan yang bermakna ( p > 0,05 ). Sementara dalam Kepustakaan dikatakan bahwa kegemukan dapat meningkatkan suka dan kelembaban yang memudahkan pertumbuhan kandida spp. (1,$,15) ‘Tabel 9. Distribusi penderita KVV dan kontrol menurut kehamilan Penderita Penderita Lekore Jumlah Hamil KV Kontrol frekuensi_% frekuensi % — frekuensi % Hamil 1 17 0 0 ia Tidak hamil 29° 48330 50 59 983 Jumlah 30°50 30 50 39 100 X=1017;df=1, p= 0313 Dari tabel 9 didapatkan bahwa penderita KVV yang sedang hamil adalah 1 orang (17%), sementara 29 orang (48,3%) tidak hamil. Uji statistik pada kedua kelompok datas tidak memberikan perbedaan yang bermakna (p> 0,05 ) 33Dalam kepustakaan dikatakan bahwa kondisi vagina selama masa kehamilan memperlihatkan kepekaan yang tinggi tethadap infeksi kandida, hal ‘ampak dengan Gitemukannya kolonisasi Kandide spp yang tingai pada masa kehamilan sejalan dengan ‘ingginya simtomatik vaginitis. Keluban ini paling seting timbul pada usia kehamilan ‘timester ketiga (1,3,21) Tabel 10. Distribusi penderita KVV dan kontrol menurut memakai pakaian dalam dari nilon, memakai celana ketat dan memakai spray / tampon Penderita Lekore Variabel KW Kontrol Jumlah chi square frek % frek % frek % sukamemakeipakaian 2 33 1 7 03g p= 0,554 dalam dari nilon sukamemekaicelna 8 13,3 7 i745, 25 ketat suka memakaispray/ 9 oo 0 0 - tampon Tabel 10 memperlihatkan bahwa penderita KVV yang suka memal pakaian dalam dati nilon adalah 2 orang (3,3%), sementara 28 orang (46,7%) tidek memakai Paksian delem dai nilon, Disamping itu yang suka memakai pakaian celena ketat adalah § orang (13,39), dan 22 orang (36,7%) tidak suka memakai celana ketat Uji statistik ada kedua kelompok diatas tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p> 0,05 Menurut kepustakean pemakaian pakaian dalam yang ketat atau yang terbuat dari nilon dapat meningkatkan suhu dan kelembaben yang memudahkan pertumbuhan Kandida sop. (1.5.15), Dari tabel 10 juga teclihat behwa semue penderita KVWV tidak ‘memakai spray tampon vagina atau memakai pengering. Pada penelitian dari salah satu Kepustakaan tentang efek pemakaian tampon dan pembalut wanita selama tiga siklus 34haid, didapatkan peningkatan kolonisasi stafilokokus dan Penurunan kolonisasi laktobasilus. Hal ini dapat mengubah ekosistem vagina sehingga memudahkan ‘tansformasi kolonisasi kandida yang asimtomatik menjadi simtomatik (15,20) Tabel 11, Distribusi penderita KVV dan kontrol menurut frekuensi terkena dalam setahun Terkena Penderita Lekore Jumiah — i Eeckore (dalam tahun) KV Kontrol frekuensi % frekuensi % — frekuensi % satu kali 5 83 4 67 9 15 dua kali 5 8310 16,7 1s 2s tiga kali 140 2330013 21,7 274s empat kali 6 10 3 5 6 is Jumlah 30°50. 30 50 60 100 815; dF=3 p= OAaT Dari tabel 11 terlihat bahwa frekuensi sakit yang terbanyak dalam setahun adalah 3 kali sebanyak 14 orang ( 23,3%), frekuensi 4 kali dalam setahun sebanyak 6 orang (10%), disusul mesing-masing 1 kali dan 2 kali dalam setahun 5 orang ( 8,3%). Setelah dilakuken uji statistik temyata tidak ada perbedaan yang bermakna pada kedua kelompok (p> 0,05 ), Hasil yang sama juga dapat dilthat dari pencltian yang dilakukan oleh Yuliane Teguh (2000) dari Bag/SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Dr Kariadi Semarang ‘menemukan frekuensi sat KVV terbanyak dalam setahun adalah 2 kali (39,5%),disusul dengan riwayat serangan 4 kali dalam setahun (16,47%), (42) Dalam kepustakaan dikatakan bahwa 70 - 75% wanita pemah satu kali menderita KV selama hidupnya dan 40 ~ 45% mengalami dua kali episode atau lebih (4,8,12) 35,Tabel 12. Distribusi pendorita KVV dan kontrol menurut keluhan penderita, pemeriksaan venerologi dan hasil kultur sekret vagina Variabel Penderita Lekore Jumlah — ehi-squre KW Kontrol frek % trek % frek % Keluhan penderita Lekore spt susu 28 46,7 0 50 28 46,7 p=0,000 Catal 2% 467 2 33 30 50 p=0,000 Rasa terbakar 1 17 0 0 toa 313 Sakit wit kencing 0 Gee OEHEHED Cr) - Vaginitis 30° 502745 $7 95 p=0,973 Vulvitis 20 333 ° 20 33,3 p=0,000 pH> 4,5 2643326 43,3 5287.7 p=i,000 Basil kultur sekret vagina Steril 0 0 4 67 4 67 Candida albicans 18 30 33 20 33,3 Candidanon albicans 11 183 0 0 1 183 Kuman 1 17) 24 40 25 417 =0,000 Jumlah masing-masing 30 SO 30 «50 60 100 Pada tabel 12 terlihat bahwa gejala Klinik penderita KVV berupa lekore seperti susu (46,7%), dan rasa gatal (46,7%). ‘menyatakan bahwa penderita KVV pada pemeriksaan Klinik didapatkan duh tubuh vagina Hal ini sesusi dengan kepustakaan yang berwarna putih, kedang bergumpal seperti susu pecah, vulva tampak eritem, udem dan mokusa vagina eritem dengan duh tubuh vagina, ecearal 36Pada pemeriksaan pH, didapatkan hasil bahwa sebanyak 26 orang penderita KVV (43,3%) mempunyai pH > 4,5 dan 4 orang (6,7%) pl-nya < 4,5, Sementara hasil Penelitian yang dilakukan oleh Yuliana Teguh (2000) dari Bag/SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Dr Keriadi Semarang menemukan bahwa 48 penderita KVV (56,5%) mempunyai pH 4-5 dan 37 orang (43,3%) mempunyai pH >5. Sedangkan menurut Kepustakaan pH vagina pada Penderita KVV adalah berkisar 4 — 4,5, dan jike pH lebih dari 5 maka ada kemungkinan terjadi infeksi campuran. (43) Hasil kultur dari sediaan 18 orang (58%) didapatkan spesies Candida albicans, 11 orang (36.7%) didapatkan Candida non albicans (terdii dari 2 jamut C. stellatoidea, 2 emus C. preudotropicalis, 6 jamur C. kruse, dan 1 jamur Candida spp ), dan 1 orang G,3%6) ditemakan kuman mikroorganisme pada hasil kultumya. Menurut kepustakaan Giketakan bahwa penentuan spesies kandida dapat bervariasi. menurut beberapa Peneliian, Odds (1979) dalam penelitiannya mendapatkan bahwa prosentase spesies Kandida adalah 57% Candida albicans 21%, Candida glabrata dan 6% kandida spesies lain. Sementara beberapa hasil penclitian bahwa insidens KVV pada dasawarsa terakhic imi semakin meningkat dan didapatkan pula peningkatan insidens infeksi KVV yang disebabkan oleh Candida non albicans (20,21), Tabel 13, Distribusi penderita KVV dan kontrol menurut hasil kultur air kamar mandi Kultur air Penderita Lekore Jumlah kamarmandi KV Kontrol ; frek _% trek % feck % Bakteri 24 40 27 45 Sr 85 Candida albicans 0 oO 0 0 oO 0 Candida non albicans 6 10345 Satis Jumlah 30 50 30 50 60 100 Dari hasil kultur air kamar mandi penderita KVV didapatkan 24 buah air bak Kamar mandinya mengandung bakteri, dan 6 buak air bak kamar mandinya mengandung Candida non albicans, Pada tabel diatas juga dapat diketehui bahwa air kamar mandi dati 37rumah penderita lekore yang mengandung kandida sebanyak 9 buah air bak kamar mandi (15%). Uji statistik pada kedua kelompok diatas tidak memberikan perbedaan yang bermakna ( p > 0,05 ). B. Hubungan Antara Kandida di Sekret Vagina dan Air Kamar Mandi ‘Tabel 14 Hasil pemeriksaan sekret vagina dan air kamar mandi Pemeriksaan | Hasil pemeriksaan sekret vagina | Jumlah Biaken SDA KW Kontrol Air k.mandi Kendida (+) : : e Kandida (-) an 7 Pat Jumlah 30 30 60 Dati tabel Koningency diatas, kita dapat menghitung rasio ODD, yaitu = (6 x 27) #24 x 3) = 162: 72 = 2.25, Artinya, kelompok yang air kamar mandinya mengandung kandida positip, akan mempunyai resiko 2,25 kali lebih beser untuk menderita kandidiasis dibandingkan yang tidak, Tabel di atas juga memperlihatkan hubungan antara adanya kandida di sekret vagina dan adanya kandida di air kamar mandi penderita vaginitis. Ada 6 penderita, baik air kamar mandi maupun sekret vaginanya mengandung kandida, Berdasarkan hasil perhitungan statistik dimana Chi-square diperoleh nilai p < 0,05, yang berarti tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara sekret vagina dengan air bak kemar mandi yang positip kandida, Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Mulyati (1994) di Jakarta, dimana hasil perhitungan statistik Chi-squarenya diperoleh nilai p < 0,05, yang berarti bahwa air kamar mandi yang terkontaminasi oleh kandida dapat menjadi sumber infeksi bagi penderita KVV, Sebaliknya penderita KVV tersebut juga dapat mencemari air yang digunakannya sehingga orang Iain yang kebetuian 38,menggunakan air tersebut mungkin akan mendapat kandida walaupun tidak menimbulkan keluhan. Akan tetapi bila ada faktor predisposisi pada tubuh pengidap tersebut, kandida dapat tumbuh subur dan menimbulkan keluban (9). Mulyati dkk (1992) pemah melaporkan hesil penelitian terhadap air yang berasal dari kamar mandi tempat - tempat umum ( pasar ) dan didapatkan sekitar $3,3%, sedangkan Deliman mendapatkan 78% dari air bak kamar mandi suatu sekolah di Jakarta (20). Hesil penelitian Jan Susilo dk (1994) melaporken bahwa air kamar mandi penderita vaginitis mengandung kandida sekitar 55% dan kelompok wenita yang di kamar mandinya mengandung kandida mempunyai resiko untuk menderita kandidiasis 12,5 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang kamar mandinya tidak mengandung kandida (9). ‘Tabel 15; Sumber air untuk bak kamar mandi penderita KVV dan kontrol Sumber air Penderita Lekore Jumlah Bak kamar mandi KYV Kontrol frekuensi_ % frekuensi % — frekuensi % ‘Air PAM 12 20°15 25 27 45 Air Sumur 18 30.15 25 33055 Jumlah 30 5030 50 60 100 ASB, P= 1; p= 0AB2 Pada tabel 15 dapat diketahui bahwa penderita KVV memakai sumber air yang berasal dari air sumur, yaitu 18 penderita (30%) dan 12 penderita (20%) memakai sumber air PAM. Setelah dilakukan uji statistik ternyata tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p> 0,05 ). 39BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.A Kesimpulan 1. Air kamar mandi penderita lekore yang mengandung kandida adalah 15% dari 60 buah bak air kamar mandi penderita lekore 2, Kelompok wanita yang di kamar mandinya mengandung kandida, mempunyai risiko untuk menderita kandidiasis 2,25 kali lebih besar dibandingkan kelompok yang kamar mandinya tidak mengandung kandida 3. Frekuensi air sumur yang yang digunakan oleh penderita KVV (30%) lebih besar dibandingkan dengan frekuensi air PAM (20%) V.B Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar untuk mendapatkan hasil yang Ichih balk ! 2. Perlu diperhatikan dan dijaga dengan baik faktor kebersihan lingkungan amar mandi untuk mencegah kontaminasi kandida dalam air.DAFTAR PUSTAKA 1. Sobel JD, Vulvovaginalis can iasis. In : Holmes KK, Maudh PA, Sparling PF, Lenon SM, Stamm WE, Piot P, Wassetheit JN. Sexually transmitted diseases, 3", Me, Graw Hill Co, 1999 : 629 - 39. 2. Rozaliyani A, Wahyuningsih R. Imunitas lokal pada kandidiasis vulvovaginal rekuren. Maj kedokt indon vol 52 : Mei 2002 ; 174-81 3. Susilo YAM. Masalah kandidiasis vagina : Epidemiologi dan diagnosis. Kumpulan makalah simposium keputihen. Kongres Obstetti' dan Ginekologi Indonesia IX, Jakarta 1993 ; 7-10 4. Sobel JD. Vulvovaginal candidiasis : Epidemiologic, diagnostic and therapeutic considerations. Am.J. obstet, gynecol, 1997 : 176 ; 1376 - 80 5. Fidel PL, sobel JD, Immunopathogenesis of recuren vulvovaginal candidiasis. Clinical microbiology reviews ( serial on line ) ( cited 2002 april $ ) : ( 18 sereen), Available from URL : http :// www e medicine.com/htmn 6 Bergran J. Candida vulvovaginitis. Doctor fungus (serial on line) ( cited 2003 oktober 27) (10 sereen) Available from URL ; Hhtp/vww.cdesncided/kvv9 htm, 7. Betty M, Prawiro BM, Subakir. Penderita kandidiasis. vaginalis di RSUP Dr Kariadi Januari 990 - Desember 1994. Disampaikan pada Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit & Kelamin Indonesia VI, Yogyakarta 1995 8. Delima J, Pradono J, Budiarso LS. Air sebagai sumber infeksi kandidiasis vagina Medika No 7; XI; Aptil ; 1987 ; 623-5 9. Mulyati, Susilo J, Aulung A. Hubungan antara kandida dalam air kamar mandi dengan kandida dalam cairan vagina penderita vaginitis. Medika No 8 ; XX ; Agustus ; 199% 2-5 10.Mulyati, Susilo J, Rhidawati. Prosentase kandida dalam air kamar mandi pada beberapa pasar di Jakarta, Laporan Penelitian FK Ul Jakarta 1990 11. Soper DE, Genitourinary infections and sexually transmitted diseases. Dalam Novak's Gynecology, 12 th, eds, 1996 : 429 ~50 12.Nelson AL, the impact of contraceptive methods on the onset of symptomatic vulvovaginal candidiasis in the menstrual cycle. Am. J. Obstet. Gynecol, 1997 176 : 1376-80, 4113, Dameria LM, Bramono K. Patogenesis kandida vaginalis, J Mikol Kedok Indon vol 2, nol, 2001 ; 149-54 14, Carson DS, Soper DE, Vulvovaginel candidiasis . Review ang update of over the frekuensier and prescription treatment and the pharmalist’s role in patient counseling. Supplemen to US pharmalist (serial on line) ( cited 2003 oktober 15) (13 screen) Available from URL : Hitp:/Avww. pharmalist, com/htm 15,Bindusari A, Suyoso S. Terapi kandidiasis vaginalis. Majalah Berkala tlma Penyakit Kulit dan Kelamin Vol 13 ; No3 ; Desember 2001 ; 147~54 16.Teguh Y, Widyastuti J, Suryaatmadja L, Hartadi, Kondiloma akuminata di RSUP Dr Keriadi Semarang. Konas PERDOSKI IX Surabaya 1999 ; 227-30 17.Muslimin, Widiansyah A, Sockandar SR, Suryaatmadja L. Kandidosis vaginalis i RSUP Dr. Kariadi Semarang. J Mikol Indon Vol 1, No 2, 2000 ; 81-3 18. Soedarmadi, Kandidiasis vulvovaginalis. Dalam : Daili FS, dkk. Penyakit menular seksual, 1997 : 73 - 8. 19,Tarigan A, Barus IG, Muzahar 8. Penyebab keluhan keputihan di poliklinik kebidanan dan penyakit kandungan RSUP Dr Pringadi Medan. Kumpulan Naskah Lengkap Pertemuan Ilmiah Tehunan X, Ujung Pandang, 1997; 7— 11 20.Samil SR, Nuranna L, Wishnuwardhani S.D., Permasalahan penatalaksanaan kandidiasis vulvaginal. Kumpulan makalah simposium vaginitis. Pertemuan Tahunan Perkumpulan (PTP) VII POGI, Surakarta, 1991 : 8 - 23. 21. Samra OM, Mancini DM. Vulvovaginitis. medicine instant access to the mind of ‘medicine (serial on line) ( cited 2002 januari 11 ) : ( 19 screen ). Available from URL: http : // www e medicine.com/ntm 22.Sobel ID. Genital candidiasis. Dalam : Bodey GP, editor Candidiasis ; Pathogenesis, diagnosis and treatment, eds ke-2, new york : Raven Press Ltd ; 1993 ; 225-47 23, Prasetyowati-Subchan, Subakir. Hubungan antara frekuensi kandida di dalam rektum dengan kandidiasis vaginalis. MDVI Vol 28 ; No 1 ; Januari 2001 ; 4-6 24, Suprihatin SD, Kandida dan kandidiasis pada manusia. FKUI 1982 ; 1-25 25, Adininggar H, Susilo J. Identifikasi spesies kandida. Maj. Kedok Indon vol 46, no 9, September 1996 ; 515-8 226. Nyirjesy P. Chronic vulvovaginal candidiasis. American family physician, ( serial on line) ( cited 2001 febuari 15 ) : ( 8 screen ), Available from URL : http : // wou afservi 27. Rippon JW. Medical mycology eds ke-3. Philadelphia : WB Saunders Company ; 1988 28, Suhamo $8, Noegrohowati T, Effendi B, Bramono K, Mekanisme pertahanan pejamu pada infeksi kandida. MDVI Vol 27 ; No 4 ; 2000 ; 187-92 29.Madinger NE, Koneman EW, Fang EC. Infections caused by fungi and actinomycetes. Dalam ; Buttino, Elkayam, Evans, Gall, eds. Principles and practice of medical therapy in pregnancy * eds. Appleton & Lange, New York ; 1985 ; 721-35 30. Djamilah, Lumintang H. Flora normal vagina. MDVI Vol 12 ; No 2 Agustus 2000 ; 83-9 31. Ching , Nguyen RH. Vaginitis. Medicine instant access to the mind of medicine (Gerial on line) ( cited 2002 april 5): (18 screen ). Available from URL : http :// wow € medicine com/htm 32. Webster SB, Felman YM. Sexually transmitted disease, Dalam : Orkin M, Maibach HI, Dahl MV, eds Dermatology eds ke-4 ; Appleton's Large, 191 ; 100 ae 33.Daili SF. Gonore. Dalam : Daili SE, Makes WI, Zubier F, Judanarso J. eds Penyakit Menular Seksual. FK UT; Jakarta ; 1999; 44 - 55 34, Sulistina I, Lumintang H. Trikominiasis, Majalah Berkala Iimu Penyakit Kulit dan Kelamin Vol 11 ; No 2; April 1999 ; 22-6 35.Maskur Z, Makalew HL. Vaginosis bakterial. Daili SF, Makes Wi, Zubier F, Judanarso J. eds Penyakit Menular Seksual. FK UI ; Jakarta ; 1999 ; 79 = 84 36. Workowski KA, Levine WC. Sexually transmitted disease, treatment guidelines 2002 ( serial on line ) ( cited 2002 mare 3 ) : (91 screen }. Available from URL : Http : // www. Cde.gov/mmwrpreview/mmwr.html5106.ktm 37. Hidaljo JA, Vazquez JA. Candidiasis. Medicine instant access to the mind of medicine (serial on line) ( cited 2002 januari 8 ) : (39 screen ). Available from URL : http : // www e medicine.com/htm38,Ries AJ : Treatment of vaginal infection : candidiasis, bacterial vaginosis, and trichomoniasis. J.Am Pharm Assoc ; 1997 : 563 — 9, 39. Iswani. Uji banding efektivitas itrakonazol per oral dan Klotrimazol vaginal tablet pada kandidiasis vagina. Laporan Penelitian Program Studi Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin PPDS FK UNDIP Semarang 1995 40.Watumbara IG, Mewengkang RAA, Sanger OMG. Identifikasi spesies kandidiasis vagina pemakai kontrasepsi hormonal, Kumpulan Makalah Tmiah KOGI Manado ; Juli 2000 ; 20-9 41, Syahab MH, Amran R, Byrin A, Rusydi SD. Perbandingan efektifitas Itrakonazol dan flukonazol sistemik pada kandidiesis vulvovaginalis, Kumpulan Makalah Lengkap POGI Cabang Palembang pada PIT XI di Semarang ; Juli 1999 ; 1-9 42, Teguh Y. Peran yoghurt yang mengandung lactobacillus acidophilus per oral sebagai pencegah rekurensi kandidiasis vagina, Laporan Penelitian Program Studi Umu Kesehatan Kulit dan Kelamin PPDS FK UNDIP Semarang 2000 44