You are on page 1of 19

Jurnal Komunikasi Pembangunan

ISSN 1693-3699 Februari 2010, Vol. 08, No. 1

Peran Komunikasi Pembangunan dalam


Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
S. Amanah
siti_amanah@ipb.ac.id
Mayor Komunikasi Pembangunan, Gedung Departemen KPM IPB Wing 1 Level 5, Jalan Kamper Kampus IPB
Darmaga, Telp. 0251-8420252, Fax. 0251-8627797

Abstrak
Status and condition of coastal community relate to several factors included ecological characteristics, socio
ecconomic and cultural characteristics, natural and geographical characteristics, government policy, local wisdom
and knowledge, and their cosmopolites. Up to now, the coastal community especially small fishery communities still
face the problems of lack of information, limited access of asset and capital, and dependency to the external
assistances. This situation was also found at the north Bali, whereas most of the fishery communities ran their
businesses traditionally. Effective development communication strategy and program would help the community to be
more aware of coastal resources management. The study was conducted at the Gerokgak and Buleleng District,
North Bali. A number of 128 respondents involved in the research and 10 informal leaders contributed information
about various program in the region. Research results showed that development communication was urged to be
able to provide more facilitation in terms of empowering the fishery group, capacity improvement of the group in
coastal resources management; enlarging people choices, implementing participatory approaches, and strengthening
network to support the community in managing the business.
Key words: coastal community, development communication, empowerment

I. Pendahuluan sumberdaya alam dan dilakukan secara


1.1 Latar Belakang terpadu oleh berbagai pihak terkait
Masyarakat pesisir memiliki dengan menekankan peningkatan
kesejahteraan masyarakat setempat.
kehidupan yang khas, dihadapkan
langsung pada kondisi ekosistem yang Ketersediaan sumberdaya alam di
keras, dan sumber kehidupan yang daratan seperti hutan, bahan tambang,
dan mineral serta lahan pertanian
bergantung pada pemanfaatan sumber-
daya pesisir dan laut (selanjutnya produktif semakin menipis sedangkan
disingkat SDP). Masyarakat pesisir ter- kebutuhan penduduk terus bertambah
utama nelayan kecil, masih terbelit oleh sejalan dengan jumlah penduduk
Indonesia yang terus meningkat dan
persoalan kemiskinan dan keter-
belakangan. Terdapat persoalan ter- diprediksikan akan mencapai 267 juta
jiwa pada tahun 2015. Kebutuhan
tentu terkait dengan aspek ekologis,
sosial, dan ekonomi, sehingga penduduk tersebut tidak akan mampu
dipenuhi seluruhnya oleh sumberdaya
masyarakat pesisir masih tertinggal
(Hanson 1984). Rendahnya taraf hidup alam di daratan (Dahuri 2000)
mengingat luas daratan Indonesia hanya
masyarakat pesisir dan akses yang
terbatas akan aset dan sumber-sumber sepertiga dari luas Indonesia
pembiayaan bagi nelayan kecil keseluruhan, yaitu 1.926.337 km2.
Sektor perikanan dan kelautan sangat
merupakan persoalan utama yang
dijumpai di kawasan pesisir. Nelayan- potensial untuk dikembangkan,
pun sangat rentan terhadap tekanan mengingat Indonesia merupakan negara
kepulauan terbesar di dunia yang
pemilik modal.
memiliki 17.506 buah pulau, dengan
Kegiatan pembangunan di
garis pantai sepanjang 81.000 km, dan
kawasan pesisir tidak terlepas dari daya
luas laut sekitar 3,1 juta km2. Selain itu,
dukung lingkungan, keberlangsungan
Indonesia juga memiliki hak

1
Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

pengelolaan sumberdaya alam hayati penyebab masalah, alternatif penye-


dan nonhayati di perairan Zona lesaian masalah, diperlukan untuk
Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI), mendesain rancangan strategi komuni-
yaitu perairan yang berada 12 hingga kasi pembangunan yang relevan. Tanpa
200 mil dari garis pantai titik-titik strategi komunikasi pembangunan yang
terluar kepulauan Indonesia, yang jitu, masyarakat pesisir akan makin
luasnya 2.7 juta km2 berdasarkan tertinggal. Terdapat beberapa program
United Convention on the Law of the andalan pemerintah dalam konteks
Seas. komunikasi pembangunan, namun
Kegiatan sektor perikanan dan belum memberikan dampak nyata
kelautan, memiliki dua bidang usaha terhadap peningkatan kualitas hidup
(Amanah dan Yulianto 2002) yaitu masyarakat pesisir. Oleh karenanya,
perikanan darat dan perikanan tangkap. penyajian pada makalah ini berfokus
Hasil penelitian tentang pendekatan pada kondisi masyarakat pesisir dan
penyuluhan pada masyarakat pesisir peran komunikasi pembangunan dalam
(Amanah et al. 2004) memperlihatkan pemberdayaan komunitas, kasus
bahwa setiap komunitas memiliki Kabupaten Buleleng.
keunikan dan berbeda dalam hal nilai,
orientasi, dan kebutuhan pengembangan 1.2 Tujuan
diri, kelompok, komunitas, serta daya Adapun tujuan penulisan
dukung lingkungan fisik. Dalam hal ini makalah ini adalah (1) mendeskripsikan
komunikasi pembangunan dapat
kondisi dan permasalahan yang
menjadi wahana transformasi situasi dihadapi masyarakat pesisir, khususnya
masyarakat dari sekarang ke kondisi komunitas nelayan; dan (2) meng-
yang lebih baik.
analisis peran dan strategi alternatif
Kabupaten Buleleng memiliki komunikasi pembangunan dalam
panjang pantai sekitar 144 km dan ada pemberdayaan masyarakat pesisir.
enam dari sembilan kecamatannya yang
berbatasan langsung dengan pantai
1.3 Kegunaan
utara. Kecamatan Buleleng dan
Grokgak sangat berprospek untuk Bagi pengambil kebijakan di
berkembang menjadi kawasan bidang pengembangan masyarakat
perikanan dan wisata bahari. Sampai pesisir, diharapkan penelitian ini dapat
saat ini masyarakat pesisir di kedua berkontribusi sebagai referensi dalam
kecamatan tersebut bergantung pada mengembangkan masyarakat pesisir
pemanfaatan sumberdaya pesisir dan melalui pendekatan dan strategi
laut, baik untuk usaha perikanan, komunikasi yang efektif.
maupun untuk usaha jasa wisata.
Permasalahan yang dihadapi saat ini 2. Perumusan Masalah
adalah bahwa proses-proses komunikasi Masalah merupakan faktor yang
pembangunan belum berlangsung dapat menyebabkan tidak tercapainya
simultan, dan nelayan masih tujuan. Dalam konteks masyarakat
dihadapkan pada persoalan klasik pesisir di lokasi kajian, ada kesenjangan
seperti hasil tangkapan yang bervariasi, antara kondisi saat ini dan kondisi ideal
keterbatasan akses pada sumber-sumber yang diharapkan (Gambar 1). Secara
permodalan, pasar, dan program konseptual, komunikasi pembangunan
penyuluhan yang belum berjalan sesuai berperan menjembatani kondisi saat ini
harapan. Telaahan tentang per-
masalahan yang dihadapi nelayan,

2
S. Amanah

menuju kondisi yang diharapkan terwujud di tingkat komunitas pesisir.

Ko Kondisi saat ini Kondisi yang Diharapkan


 Kapasitas pengelolaan potensi  Pengelolaan potensi sumberdaya pesisir
sumberdaya pesisir dan laut dan laut oleh komunitas bekerja sama
terbatas dengan pemerintah dan swasta (Co-
management)
 Pendayagunaan media komunikasi  Masyarakat dapat mendayagunakan
tradisional masih belum optimal media rakyat dalam program pengelolaan

 Pengelolaan kelompok nelayan  Manajemen pengelolaan kelompok yang


belum optimal mengacu pada pedoman tata perilaku

 Kelompok wanita nelayan pengolah hasil


 Pemberdayaan wanita nelayan perikanan tangkap yang sesuai standar
pengolah hasil perikanan tangkap prosedur yang ditetapkan lembaga yang
belum efektif berwenang

 Jejaring kerjasama masih terbatas  Jejaring kerja sama luas dan saling
memperkuat

Gambar 1. Kesenjangan Kondisi yang Dihadapi Masyarakat Pesisir

Kondisi nelayan di Kabupaten yang dialogis dalam penyampaian ide,


Buleleng dicirikan oleh tipologi nelayan informasi, dan inovasi, oleh pihak-pihak
kecil, dan armada penangkapan ikan terkait guna menunjang terjadinya
oleh mayoritas nelayan di Kecamatan proses perubahan sosial ke arah yang
Buleleng dan Grokgak adalah perahu lebih baik daripada sebelumnya.
bermotor tempel. Nelayan di Perubahan tersebut dampaknya dapat
Kecamatan Buleleng lebih banyak dilihat pada tingkat individu, keluarga,
menggunakan pancing ulur dan tonda kelompok, organisasi, komunitas, dan
untuk menangkap ikan, sedangkan seser masyarakat yang lebih luas. Proses-
dan pancing ulur lebih banyak proses komunikasi pembangunan akan
digunakan oleh nelayan di Kecamatan memiliki dampak luas apabila
Grokgak. Jenis ikan hasil tangkapan dilaksanakan secara sistemik dan
umumnya berupa tongkol, teri, walang berkelanjutan.
dan tuna. Sampai saat ini, masyarakat
pesisir setempat masih belum terlepas 3. Konsepsi dan Hasil Penelitian
dari persoalan klasik yang dihadapi Terdahulu tentang Komunikasi
nelayan kecil yakni keterbatasan aset, Pembangunan dan
akses, dan peluang untuk meningkatkan Pemberdayaan
produktivitas dan daya saing. Upaya 3.1 Komunikasi Pembangunan
peningkatan kualitas hidup nelayan Nasution (2004) mengutip
kecil sulit terwujud tanpa adanya
pernyataan Hedebro tentang tiga aspek
perubahan sikap, pengetahuan dan
komunikasi dan pembangunan yang
keterampilan sumberdaya manusia.
berkaitan dengan tingkat analisisnya.
Menghadapi permasalahan tersebut, Ketiga aspek tersebut meliputi hal
komunikasi pembangunan diperlukan
berikut: (i) Pendekatan yang berfokus
peran utamanya sebagai sebuah proses

3
Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

pada pembangunan suatu bangsa, dan komunikasi tersebut tidak mampu


peran media massa menyumbang upaya dipenuhi oleh sebagian masyarakat,
tersebut. Di sini, politik dan fungsi- termasuk oleh masyarakat Dayak.
fungsi media massa dalam pengertian Penelitian Amanah (2007) tentang
yang umum merupakan objek studi, pengembangan masyarakat pesisir
sekaligus masalah-masalah struktur mengungkap pula bahwa terdapat
organisasional dan pemilikan, serta korelasi positif yang nyata antara
kontrol terhadap media. Untuk studi kompetensi komunikasi yang dimiliki
jenis ini, digunakan istilah kebijakan oleh penyuluh terhadap perilaku
komunikasi dan merupakan pendekatan masyarakat pesisir dalam mengelola
yang paling luas dan bersifat umum; (ii) sumberdaya pesisir yang dimiliki.
Pendekatan untuk memahami peranan Selain faktor keterisoliran dan
media massa dalam pembangunan kompetensi komunikasi, strategi
nasional, namun lebih jauh spesifik. komunikasi pun berpengaruh terhadap
Persoalan utama dalam studi ini adalah efektifitas komunikasi.
penggunaan media agar dapat dipakai Harris (1996) menyatakan
secara efisien, untuk mengajarkan bahwa pendekatan komunikasi pem-
pengetahuan tertentu bagi masyarakat bangunan partisipatif perlu dikembang-
suatu bangsa; dan (iii) Pendekatan yang kan untuk mengembangkan masyarakat
berorientasi kepada perubahan yang di tingkat bawah melalui pendekatan
terjadi pada suatu komunitas lokal atau pendidikan non formal. Terkait dengan
desa. Studi jenis ini mendalami pendekatan pembangunan yang diterap-
bagaimana aktivitas komunikasi dapat kan di Indonesia, Waskita (2005)
dipakai untuk mempromosikan pene- mencermati bahwa pembangunan
rimaan yang luas akan ide-ide dan sampai saat ini masih terlalu berfokus
produk baru. pada hal-hal fisik dan terukur. Hal ini
Hasil penelitian Kifli (2007) pada gilirannya, berkontribusi terhadap
tentang strategi komunikasi pem- model komunikasi yang dianut
bangunan pada komunitas dayak di cenderung menunjukkan pola interaksi
Kalimantan Barat menemukan bahwa yang terbatas dan berkaitan dengan
berbagai bentuk materi komunikasi kekuasaan dan pelayanan. Alternatif
yang selama ini tersedia, ternyata belum model komunikasi yang diusulkan
dapat dipahami atau diakses dengan adalah komunikasi dialogis antar orang
optimal oleh orang Dayak. Materi yang terlibat dalam proses
komunikasi dari luar baik berupa materi pembangunan.
tercetak maupun elektronik, seperti
brosur, leaflet, majalah atau program 3.2 Pemberdayaan
radio dan televisi, tidak dapat diakses.
Pemberdayaan memiliki ber-
Kendala dari sisi fisik disebabkan bagai interpretasi, pemberdayaan dapat
karena keterisoliran geografis,
dilihat sebagai suatu proses dan
sedangkan kendala sisi bahasa program. Payne (1997) mengemukakan
menyebabkan mereka tidak dapat
bahwa pemberdayaan (empowerment)
memahami isi (content) yang pada hakekatnya bertujuan untuk
terkandung di dalamnya. Konsep dan
membantu klien mendapatkan kekuatan
strategi pembangunan yang cenderung
(daya) untuk mengambil keputusan dan
seragam, belum mampu menjangkau
tindakan yang akan dilakukan dan
komunitas Dayak secara memadai. berhubungan dengan diri klien tersebut,
Berbagai asumsi dan prasyarat penerima
termasuk mengurangi kendala pribadi
(receiver) dari kebijakan strategi

4
S. Amanah

dan sosial dalam melakukan tindakan. pengambilan keputusan dalam keluarga


Pemberdayaan dilakukan dengan jalan dan masyarakat.
meningkatkan kapasitas, pengembangan Hasil penelitian Mubyarto, et al.
rasa percaya diri untuk menggunakan (1984) menyimpulkan bahwa
kekuatan, dan mentransfer kekuatan modernisasi perikanan melalui
dari lingkungannya. Sebagai suatu introduksi kapal-kapal motor telah
proses, pemberdayaan adalah usaha menimbulkan jurang yang bertambah
yang terjadi terus menerus sepanjang lebar antara mereka yang mampu dan
hidup manusia. yang tidak mampu memanfaatkan
Bowling dan Barbara (2002) teknologi tersebut, bahkan introduksi
mengemukakan bahwa program penyu- budidaya tambak udang yang padat
luhan dapat membentuk peru-bahan modal hanya berpihak pada kelompok
perilaku melalui prinsip berbagi kaya atau dengan perkataan lain
pengetahuan, dan pengalaman dengan pembangunan berakibat pada
masyarakat. Bersama–sama masya- menguatnya marjinalisasi kelompok
rakat, dapat dilakukan berbagai kegiatan miskin. Dampak positif maupun negatif
yang mengarah pada pembentukan dari modernisasi perikanan, khususnya
perilaku masyarakat. Pemberdayaan bagi masyarakat nelayan, petani
sebagai sebuah program mempunyai petambak, maupun kelompok masya-
makna bahwa pemberdayaan merupa- rakat pesisir yang lain (pengolah hasil
kan tahapan–tahapan kegiatan untuk laut, pemberi jasa wisata bahari dan
mencapai suatu tujuan dalam kurun lain-lain) perlu diantisipasi, yaitu
waktu tertentu. Dalam konteks ini, melalui penerapan paradigma pem-
pelaksanaan program pemberdayaan bangunan yang lebih menekankan pada
dibatasi waktu, sehingga tampak aspek manusianya. Implikasinya adalah
sebagai kegiatan keproyekan. Kondisi pembangunan akan berkelanjutan
seperti ini tentu tidak menguntungkan (sustainability), karena program-
bagi pelaksana program maupun program pembangunan menciptakan
komunitas target, karena sering terjadi manusia-manusia yang berdaya dan
kegiatan terputus di tengah jalan, dan mandiri. Soedijanto (1997) menyatakan
kurangnya koordinasi antar lembaga bahwa pembangunan yang hanya
yang terlibat dalam program. menekankan pada produktivitas, justru
Pemberdayaan masyarakat hanya menimbulkan ketergantungan
pesisir mencakup dua dimensi yaitu petani pada pemerintah.
budaya dan struktur sosial (Satria Berkaitan dengan permasalahan di
2001). Selain itu, pemberdayaan dalam atas, peran komunikasi pembangunan
komunitas nelayan akan lebih berhasil sangat dibutuhkan dalam membantu
jika menerapkan prinsip kejelasan masyarakat pesisir, khususnya nelayan
tujuan, prinsip dihargainya pengetahuan dalam menghadapi modernisasi.
dan penguatan nilai lokal, prinsip Seperti telah dikemukakan oleh van
keberlanjutan, prinsip ketepatan Den Ban dan Hawkens (1999) bahwa
kelompok sasaran atau tidak bias pada peranan berbagai program penyuluhan
nelayan pada strata maupun golongan sebagai implementasi komunikasi
tertentu, dan prinsip kesetaraan gender, pembangunan adalah dengan membantu
artinya baik pria maupun wanita petani untuk mengambil keputusan
memiliki secara aktif diakui hak– sendiri dengan cara menambah pilihan
haknya dalam masyarakat, memiliki bagi mereka, dan dengan cara menolong
status dan peran sesuai budaya mereka mengembangkan wawasan
setempat, dan terlibat dalam proses mengenai konsekuensi dari masing-

5
Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

masing pilihan tersebut. Upaya Buleleng yang letaknya lebih kurang 8


pemberdayaan nelayan kecil menurut km dari ibu kota kabupaten. Penelitian
Satria (2001) perlu memahami struktur dilaksanakan mulai tahun 2004 s.d.
sosial masyarakat nelayan, tidak hanya 2006. Responden penelitian adalah
melihat aspek ekonomi atau teknologi pelaku utama dalam usaha
saja, melainkan juga aspek sosial- penangkapan, pengolahan, pembudi-
budaya perlu diperhatikan, sehingga daya dan pemasar. Tercatat lebih
program tidak lagi hanya bersifat “ingin kurang 692 rumah tangga perikanan
cepat selesai”. (RTP) melaksanakan usaha di dua
wilayah tersebut dan 159 RTP dipilih
4. Metode Penelitian untuk sebagai responden secara acak;
Penelitian dilaksanakan di dua namun untuk keperluan analisis statistik
dipilih responden yang memiliki
wilayah pesisir Kabupaten Buleleng
yakni di Kecamatan Grokgak dengan aktivitas serupa untuk mewakili
populasi yaitu 128 RTP.
jarak lebih kurang 55 km sebelah barat
ibu kota kabupaten, dan di Kecamatan

Tabel 1.
Responden Penelitian di Kecamatan Grokgak dan Pemuteran, 2006
Rumah Tangga Responden Representasi
No Kecamatan dan Kegiatan Usaha
Perikanan (RTP) (Rumah tangga) (Rumah tangga)
1 Gerokgak Nelayan ikan 246*) 44 44
konsumsi
Pengolah 60 21 -
Pengolah dan 20 11 11
pemasar
Pembudidaya 25 10 -
Jumlah 341 86 55
2 Buleleng Nelayan ikan 248*) 49 49
konsumsi
Pengolah dan 109 24 24
pemasar
Jumlah 351 73 73
*) Armada motor tempel

Data primer yang diperoleh dari perikanan. Selain dari responden, data
responden meliputi (1) keragaan sosial diperoleh pula dari sumber sekunder
ekonomi responden penelitian; (2) yakni Dinas Kelautan dan Perikanan,
informasi tentang SDP terutama Kantor Kecamatan, Badan Pusat
masalah penurunan kualitas SDP Statistik, literatur dan media. Paduan
meliputi jenis ikan hasil tangkapan, metode wawancara semi terstruktur,
kualitas terumbu karang, dan kondisi pengamatan, dan diskusi dilaksanakan
pantai; (3) program pemberdayaan dan untuk memperoleh data dan informasi
atau intervensi yang pernah selama penelitian. Data dianalisis
berlangsung, hasil yang dicapai dan secara deskriptif dengan menerapkan
kontinuitas program; (4) kompetensi konsep Checkland (1984) tentang soft
komunikasi penyuluh/fasilitator prog- system methodology (SSM). Di dalam
ram pemberdayaan; (5) kualitas sarana SSM dikemukakan bahwa untuk
dan prasarana pendukung kegiatan mendinamiskan aktivitas manusia

6
S. Amanah

sebagai sebuah sistem, perlu adanya berbatasan dengan Kabupaten Tabanan,


desain konsep tentang CATWOE. Badung, dan Bangli, dan di Timur
CATWOE merupakan singkatan dari berbatasan dengan Kabupaten Karang
Customers (C), Actors (A), Asem. Jumlah penduduk berdasarkan
Transformation (T), Welstanchaung hasil registrasi pada tahun 2007
(W), Owner (O) dan Environment (E). berjumlah sebanyak 643.274 jiwa, dari
Konsep CATWOE digunakan jumlah 167.780 Kepala Keluarga. Dari
menganalisis peran para pihak dalam jumlah tersebut terdiri dari penduduk
pengembangan stategi komunikasi perempuan sebanyak 320.839 jiwa atau
pembangunan dalam pemberdayaan 49,88% dan penduduk laki-laki
masyarakat pesisir. sebanyak 322.435 jiwa atau 50,12 %
dari kondisi tersebut tercermin
5. Hasil Penelitian dan Pembahasan penduduk laki-laki relatif dominan jika
5.1 Wilayah dan Gambaran Masyarakat dibandingkan dengan penduduk
Pesisir di Lokasi Penelitian perempuan. Penyerapan tenaga kerja
Buleleng merupakan salah satu per lapangan usaha di Kabupaten
kabupaten di Provinsi Bali, terletak di Buleleng pada tahun 2005-2006 (Tabel
2) memperlihatkan bahwa sektor
Bagian Utara dengan luas wilayah
1.366 km2, dan pernah menjadi Ibukota pertanian dalam arti luas menyerap
Provinsi pasca kemerdekaan Republik paling banyak tenaga kerja dibanding
Indonesia hingga tahun 1960-an. Batas- sektor lain. Ini berarti, kebijakan
pemerintah harus mampu memakukan
batas wilayah Kabupaten Buleleng
adalah di Utara berbatasan dengan Laut pembangunan pertanian dalam arti luas
Jawa, di Barat berbatasan dengan yang menjadi tumpuan hidup sebagian
besar penduduk Kabupaten Buleleng.
Kabupaten Jembrana, di Selatan

Tabel 2.
Penyerapan Tenaga Kerja per Lapangan Usaha di Kabupaten Buleleng dari Tahun 2005
s.d. 2006
NO. LAPANGAN USAHA TAHUN 2005 TAHUN 2006
Penduduk yang Persentase Penduduk yang Persentase
bekerja (Orang) (%) bekerja (Orang) (%)

1 Pertanian dalam arti luas 141.839 42,07 141.839 42,07


2 Pertambangan dan 3.910 1,16 3.910 1,16
Penggalian
3 Industri 50.033 14,84 50.033 14,84
4 Listrik, Gas & Air 1.450 0,43 1.450 0,43
Minum
5 Bangunan 19.319 5,73 19.319 5,73
6 Perdagangan 72.285 21,44 72.285 21,44
7 Angkutan & 14.565 4,32 14.565 4,32
Komunikasi
8 Keuangan/Persewaan 2.933 0,87 2.933 0,87
9 Jasa-Jasa 30.816 9,14 30.816 9,14
Jumlah 337.151 100,00 337.151 100,00
Sumber: Buleleng dalam Angka Tahun 2008

7
Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

Secara umum seperti tampak Kaliasem, Tukadmungga, dan Anturan


pada Tabel 3, mayoritas responden melakukan kegiatan memandu wisata-
berusia produktif, mayoritas ber- wan menikmati pemandangan laut dan
pendidikan formal SMP tidak tamat, mengamati perilaku lumba-lumba di
dengan pengalaman usaha terbanyak pagi hari-hari, dan perempuan nelayan
antara 12 sampai dengan 20 tahun, menjual ikan hasil tangkapan. Kegiatan
pendapatan dari usaha perikanan nelayan di Kecamatan Grokgak meliputi
bervariasi mulai Rp 420 ribu sampai budidaya ikan hias, memandu wisata
lebih dari Rp 1 juta per bulan. laut berupa Taman Laut, budidaya
Tanggungan keluarga umumnya 3-4 bandeng, dan pembenihan kerapu, dan
orang. pengolahan ikan oleh wanita nelayan.
Pengelolaan pesisir kabupaten Aktivitas penangkapan ikan di dua
Buleleng dibagi ke dalam tiga wilayah lokasi kajian sangat dipengaruhi oleh
pengembangan yaitu (1) Buleleng Barat musim, yaitu pada musim panen ikan,
dengan usaha utama adalah nelayan umumnya berangkat pada dini
penangkapan ikan di laut, budi daya hari dan pulang lebih cepat (sekitar
laut, dan pembenihan, (2) Buleleng pukul 2.00 atau 3.00 dini hari melaut
Tengah untuk usaha penangkapan ikan, dan kembali pukul 7.00 hingga pukul
dan pengolahan hasil perikanan, dan (3) 8.00). Pada saat populasi ikan rendah,
Buleleng Timur untuk penangkapan nelayan di dua desa melakukan kegiatan
ikan hias, ikan konsumsi, dan tani dan mengandalkan hasil ikan di alat
pengolahan (Dinas Kelautan dan tangkap bagan dan berangkat pukul
Perikanan Buleleng 2003). Guna 18.00 petang dan baru kembali
menganti-sipasi hal tersebut, strategi keesokan hari pada pukul 06.00 pagi
komunikasi pembangunan perikanan hari. Nelayan membutuhkan pendam-
dan kelautan harus berfokus pada pingan dalam hal pemasaran hasil,
peningkatan kemampuan nelayan dalam pemeliharaan terumbu karang, kawasan
pengelolaan teknologi penangkapan, pesisir, dan penguatan kelembagaan
penguatan kapasitas permodalan, kelompok nelayan. Proses-proses
kemampuan pengelolaan keuangan, dan komunikasi pembangunan yang saat ini
yang paling urgen adalah perubahan berlangsung masih terlalu berfokus
sikap dan perilaku yang positif pada sosialisasi informasi tentang
memanfaatkan kekayaan bahari. program kerja dan prioritas pemerintah,
Kegiatan nelayan di Grokgak belum mengarah pada terobosan
dan Buleleng adalah melakukan pendayagunaan saluran dan media
penangkapan ikan. Beberapa desa komunikasi lokal untuk memperkuat
pesisir di Kecamatan Buleleng seperti jaringan sosial masyarakat pesisir.

8
S. Amanah

Tabel 3.
Ciri-ciri Responden di Dua Lokasi Penelitian, 2006
Gerokgak Buleleng
Perihal
Jumlah % Jumlah %
1. Jenis kelamin (jiwa):
Laki-laki 43 78,2 48 65,8
Perempuan 12 21,8 25 34,2
2. Usia (tahun):
a. Kurang dari 32 6 10,9 8 11,0
b. 32 – < 42 23 43,8 32 43,8
c. 42 – <52 18 31,5 23 31,5
d. > 52 8 13,7 10 13,7
3. Pendidikan formal (tahun)
a. < 4 8 14,5 1 13,4
b. 4 - < 6 10 18,2 15 20,5
c. 6 - < 8 24 43,6 30 41,1
g. > 8 13 23,6 27 37,0
4. Jumlah tanggungan (jiwa)
a. 1 3 5,4 2 2,7
b. 1 - < 3 31 5,3 32 43,8
c. 3 - < 5 17 31,0 31 42,5
d. > 5 4 7,3 8 11,0
5. Pengalaman berusaha (tahun)
a. < 12 6 10,9 11 15,1
b. 12 – < 20 24 43,6 33 45,2
c. 20 – < 28 14 25,5 21 28,8
d. > 28 11 20,0 8 10,9
6. Pendapatan (x Rp 1000/bulan)
a. < 420 5 9,1 2 2,7
b. 420 - <750 29 52,7 29 32,7
c. 750 - <1.080 15 27,3 20 27,4
d. > 1.080 6 10,9 22 30,1

Sumber: Diolah dari data primer, 2006

5.2 Peran Strategi Komunikasi penguatan ekonomi keluarga


Pembangunan dalam melalui usaha produktif;
Menjembatani Kesenjangan c. Penguatan kelembagaan lokal
termasuk organisasi pemasaran
Menghadapi permasalahan
masyarakat pesisir di lokasi kajian, hasil perikanan;
d. Pengelolaan wilayah pesisir secara
maka dalam aplikasinya di lapangan,
dapat dikomunikasikan program terpadu dengan mengedepankan
prinsip sustainability (sumberdaya
berikut:
a. Peningkatan keterampilan nelayan alam) dan kesejahteraan masya-
dan keluarganya dalam mengelola rakat; dan
e. Membangun jejaring (network)
hasil tangkapan, memperbaiki sikap
yang merusak lingkungan dengan dengan mitra usaha guna
memperbesar armada dan
mensosialisasikan pentingnya
menggunakan alat tangkap yang
menjaga kelestarian sumberdaya
lebih efektif dan tidak merusak
alam;
lingkungan.
b. Peningkatan kemampuan mana-
Dengan demikian, pesan-pesan
jemen usaha penangkapan dan
atau materi dalam komunikasi
diversifikasi usaha yang disertai
9
Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

pembangunan masyarakat pesisir tidak lingkungan yang dipicu oleh kebutuhan


sekedar mentransferkan informasi saja, ekonomis. Nelayan mengeluhkan
tetapi menyangkut aspek transformasi minimnya penegakan hukum dan modal
keadaan dari kondisi sekarang yakni yang terbatas untuk berusaha di bidang
nelayan dan keluarganya yang masih lain. Atas latar belakang inilah maka
terpinggirkan, menjadi lebih mandiri, secara bertahap, sejak tahun 1993
sejahtera, dan bermartabat. Komunikasi diadakan pendekatan melalui pertemuan
pembangunan dapat memainkan peran dengan tokoh–tokoh adat dan nelayan
dalam perubahan berencana, sebagai- untuk menimbulkan kesadaran pemaha-
mana dikemukakan pula oleh S.C. Dube man pentingnya pemeliharaan laut,
(1976), bahwa dalam pembangunan di khususnya kawasan wisata. Usaha ini
India, komunikasi memegang peran mulai menampakkan hasil yang
nyata dalam mengembangkan media menggembirakan. Beberapa tahun
untuk memobilisasi masyarakat dan kemudian, kegiatan penangkapan ikan
pemerintahnya. dengan bom dan potasium sudah
Fenomena berlangsung di salah berkurang dan penghasilan nelayan pun
satu desa di Kecamatan Grokgak yakni bertambah. Hal ini didukung oleh
di Desa Pemuteran adalah kerja sama kerjasama antara pecalang dengan
antara nelayan dengan pecalang dalam nelayan dalam pelarangan penangkapan
pengelolaan kelestarian sumberdaya ikan di kawasan wisata, serta
laut. Sebetulnya Desa Pemuteran sudah pembuatan terumbu karang buatan.
memiliki peraturan adat atau “awig – Sejatinya, dalam kaitan
awig” yang menyebutkan bahwa setiap pengelolaan sumberdaya perikanan
perusak lingkungan akan dikenakan berbasis masyarakat (PSPBM),
sanksi, yakni pembinaan awal, yang Nikijuluw (2002) menyebutkan bahwa
apabila dilanggar sampai tiga kali maka di beberapa daerah di Indonesia seperti
ada sanksi khusus. Akan tetapi, Maluku, dalam menangkap ikan hanya
kesadaran bahwa laut harus dipelihara menggunakan alat tangkap sederhana.
kelestariannya sudah mulai tumbuh di Sedangkan di Irian Jaya menurut
kalangan masyarakat. Seperti yang Nikijuluw (2002) menerapkan aturan
pernyataan seorang nelayan berikut: bahwa jika penduduk suatu suku ingin
menangkap ikan di perairan yang
“…kami nelayan di sini sangat menjadi wilayah suku lain, maka
kuatir dengan kegiatan teknologi yang digunakan harus sama.
pengeboman nelayan pencari Kehadiran alat tangkap modern,
ikan hias. Sudah banyak sekali cenderung mendesak nelayan kecil
karang-karang hancur dan ini untuk meninggalkan daerahnya dan
menyebabkan rusaknya ling- keluar dari perairan daerah asalnya,
kungan di sini. Kami juga sehingga seringkali menimbulkan
menjadi rugi, karena ndak bisa konflik antara nelayan satu dengan lain
nangkap ikan banyak… mohon karena perebutan fishing ground dan
yang berwenang mengambil penggunaan teknologi yang berbeda.
tindakan… dan kami juga Atas dasar pemikiran ini, maka
kekurangan modal untuk sebenarnya peran program komunikasi
ngembangkan usaha …” pembangunan sangat luas mulai dari
sekedar pentransferan informasi dan
Komentar nelayan itu memper-
lihatkan bahwa nelayan sesungguhnya teknologi, pemberdayaan hingga
peningkatan pemahaman masyarakat
memiliki kepedulian atas degradasi

10
S. Amanah

akan nilai-nilai budaya lain (able to 5.3 Strategi Komunikasi Pembangunan


understand). pada Masyarakat Pesisir
Hasil wawancara dengan Pelaksanaan program pember-
perempuan nelayan di Desa Anturan dayaan di lokasi penelitian hingga tahun
memperlihatkan bahwa kaum 1990-an masih belum berorientasi pada
perempuan masih berkutat pada
pengutamaan kebutuhan masyarakat.
persoalan domestik, belum ada inovasi Pada tahun 2000 secara lebih intensif
yang sesuai dengan nilai-nilai lokal diterapkan pendekatan yang meng-
yang dapat mengefisienkan waktu untuk utamakan penyelesaian persoalan
kegiatan domestik. Jika dapat masyarakat (problem solving) dan
diefisienkan, maka kaum perempuan berpusat pada kebutuhan masyarakat
ada kesempatan untuk mengembangkan (people centered development).
diri dan keluarganya dalam kegiatan
Pendapat masyarakat pesisir tentang
sosial ekonomi untuk peningkatan pendekatan penyuluhan/pemberdayaan
kualitas hidup keluarga. Pengolahan
masyarakat dirangkum pada Tabel 4.
hasil perikanan tangkap untuk fish Contoh kasus: pendekatan berpusat
nugget belum menjadi minat nelayan pada nelayan diterapkan pada program
setempat. Salah seorang perempuan
rehabilitasi karang sebagai salah satu
nelayan berkata: pilihan atas solusi persoalan degradasi
lingkungan. Selain itu, dikembangkan
“…Saya ndak dikasih kerja usaha penangkapan ikan hias yang
macem-macem, yang penting
ramah lingkungan untuk meningkatkan
jualan ikan ini dulu. Nantikan pendapatan nelayan melalui peng-
kalo laku, bisa buat mencari gunaan jaring khusus (stable net).
ikan lagi di laut. Kalo ngolah
Komunikasi pembangunan harus
ikan pasti perlu ini itu dan diselenggarakan secara partisipatif,
tambah repot, iya kalo ada sebab pendekatan ini memudahkan
yang beli, kalo ndak ada yang agent of change membantu masyarakat
beli, kan rugi…”
menyelesaikan persoalannya. Komuni-
kasi pembangunan dapat dipandang
Terdapat tiga hal yang menye- sebagai upaya pemberdayaan masya-
babkan perempuan nelayan tidak ada
rakat, yang dalam kegiatannya berkaitan
peluang untuk mengelola usaha dengan orang dewasa. Implikasi hal ini,
pengolahan ikan, yaitu (i) kebutuhan pendekatan yang digunakan adalah
uang (cash) yang mendesak; (ii)
pembelajaran orang dewasa (adult
keterbatasan waktu dan modal usaha; learning approach) dalam penyiapan
dan (iii) pemasaran. Dengan demikian, dan penyelenggaraan perlu dipusatkan
orientasi komunikasi pembangunan di
dalam kebutuhan nyata peserta proses
kawasan pesisir cukup berat karena belajar (Amanah 1996) atau lebih
bukan hanya dituntut mampu mengubah
dikenal dengan learner-centred
pengetahuan, tetapi juga mengubah approaches. Orang dewasa merupakan
sikap dan membantu memperkuat
orang yang sudah kaya pengalaman
struktur sosial ekonomi nelayan, sebagaimana dikemukakan oleh
sehingga lebih kuat dalam menghadapi
(Simpson 1993) sehingga perlu
tantangan.
memperhatikan hal-hal berikut:
1. Pembelajaran orang dewasa
didasarkan pada pengalaman masa
lalu dan patut dihargai.

11
Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

2. Pengalaman masa lampau tersebut sendiri. Orang dewasa tidak akan


harus dihargai oleh peserta lainnya efektif jika belajar di bawah tekanan
dan harus diupayakan diterapkan atau waktu yang dibatasi. Mereka
dalam proses belajar. Pembelajaran tidak suka membuang waktu, dan
yang melibatkan transformasi orang dewasa lebih tertarik padaa
pengalaman masa lalu mem- proses belajar yang memberikan
butuhkan waktu dan tenaga yang hasil nyata yang nyata dan cepat.
lebih besar dibandingkan model 4. Orang dewasa akan belajar bahan
belajar lainnya. atau materi yang dia perlukan
3. Lingkungan mempengaruhi kemam- (selektif).
puan orang dewasa dalam belajar. 5. Orang dewasa dapat didorong untuk
Lingkungan terbaik seperti kondisi belajar pada materi yang relevan
yang mengurangi gangguan pada pada peran dan kehidupannya saat
orang dewasa yang sedang belajar ini.
akan memberikan dukungan yang 6. Orang dewasa belajar untuk
berharga. Peserta dewasa akan kehidupannya dan untuk mereka
belajar dengan baik di lokasinya yang terlibat dalam kelompoknya.

Tabel 4.
Pendapat Masyarakat Pesisir tentang Penyuluhan/Program Pemberdayaan di Lokasi
Penelitian, 2009
No Kecamatan Gerokgak Buleleng
Uraian
S (%) TS (%) Total (%) S (%) TS (%) Total (%)
1 Metode partisipatori bermanfaat 85 15 100 90 10 100
2 Proses komunikasi harus berorientasi kepada 90 10 100 85 15 100
perubahan perilaku
3 Harus bekerjasama dengan penyuluh 100 0 100 100 0 100
4 Prioritas kebutuhan nelayan diperhatikan 100 0 100 100 0 100
5 Perlu dukungan mitra usaha 100 0 100 100 0 100
6 Dukungan pemerintah dan swasta 90 10 100 90 10 100
7 Peran lembaga lokal dalam pemberdayaan 85 15 100 80 20 100

Keterangan: T = Setuju; TS = Tidak Setuju

Prinsip partisipasi dalam meliputi lima tahap: (1) stimulasi minat


komunikasi pembangunan bukan (stimulation of interest) yaitu inisiatif
sebatas proses sekedar hadir, dalam komunitas mulai berkembang
memberikan pendapat atau hanya pada tahap awal dalam ide baru dan
berdasarkan persepsi pemerintah atau praktek; (2) inisiasi (initiation) yaitu
penyuluh sendiri.. Sangat rasional, jika kelompok yang besar mempertim-
masyarakat pesisir belum mau terlibat bangkan ide baru atau praktek, dan
dalam berbagai program pembangunan alternatif dalam implementasi; (3)
khususnya kegiatan penyuluhan karena legitimitasi (legitimation) merupakan
sejak awal masyarakat tidak terlibat tahap saat pimpinan komunitas
dalam menentukan kegiatan yang memutuskan akan meneruskan tindakan
diprog-ramkan. Terkait dengan hal ini, atau tidak; (4) keputusan bertindak
proses aksi sosial dan proses adalah rencana spesifik tindakan mulai
pengambilan keputusan dalam model dibangun; dan (5) aksi yaitu penerapan
adopsi inovasi Rogers (1994) dapat rencana (Donnermeyer et al. 1997).
dimodifikasi. Proses aksi sosial Model adopsi inovasi Rogers meliputi
12
S. Amanah

lima tahap: (1) pengetahuan dalam Pretty 1995:173), seperti tampak


(knowledge) seseorang menjadi sadar pada Tabel 5.
akan adanya ide atau cara baru; (2) Para pihak terkait dengan program
persuasi (persuasion) yaitu individu komunikasi pembangunan perlu
mulai mengembangkan sikap suka atau mengetahui tipe partisipasi
tidak suka terhadap ide tersebut, (3) masyarakatnya, sehingga dapat
keputusan (decision) adalah individu mengembangkan pendekatan yang
membuat keputusan awal untuk dapat mempertahankan dan mening-
mengadopsi atau tidak ide tersebut; (4) katkan partisipasi masyarakat di
implementasi (implementation) adalah wilayahnya. Idealnya, masyarakat
individu mencoba ide atau cara baru memiliki tipologi keenam dan ketujuh.
tersebut untuk pertama kali; dan (5) Meskipun demikian, jika masyarakat
konfirmasi (confirmation) adalah sudah berada pada tipologi kelima itu
individu memutuskan menerapkan ide sudah bagus karena sudah ada langkah
atau cara baru secara berulang dan dapat maju untuk berinisiatif membentuk dan
disertai modifikasi. mengembangkan organisasi di ling-
Menumbuhkembangkan partisi- kungan mereka sendiri. Hal ini dapat
pasi masyarakat dalam pembangunan dibanding dengan hasil penelitian
wilayah pesisir tidak cukup hanya Douglah and Sicilima di Tanzania
dengan mengidentifikasi isu yang (1997) tentang pelibatan masyarakat
dihadapi saja, tetapi perlu diwujud- dalam dua pendekatan penyuluhan yaitu
kannya beberapa aspek yaitu adanya Latihan dan Kunjungan dan Sasakawa
aspek situasional, kolaborasi dan Global 2000.
evaluasi diri dari setiap unsur yang Partisipasi pada kedua
terkait dengan perencanaan, pelak- pendekatan belum menerapkan pende-
sanaan dan evaluasi program. Agent of katan partisipasi yang berimbang.
change seyogyanya mampu mengem- Partisipasi masih ditekankan hanya
bangkan empat aspek (Kemmis dan pada pelaksanaan ketimbang pelibatan
McTaggart 1988), yaitu: petani saat perencanaan dan evaluasi
a. Suatu kondisi yang memungkinkan program. Tampak bahwa prinsip
tumbuhnya kebersamaan dalam partisipasi bukanlah hal yang mudah
kelompok masyarakat dan rasa untuk diterapkan. Penerapan metode
memiliki problem yang tengah partisipasi memerlukan proses yang
dihadapi; bertahap. Penumbuhan partisipasi perlu
b. Adanya kemampuan berkreasi dan dimulai dengan fasilitasi pada
pemikiran yang kritis; masyarakat pesisir tentang pentingnya
c. Program yang dilaksanakan adalah keterlibatan yang bersangkutan pada
untuk tujuan perbaikan dan kegiatan yang bermanfaat bagi
pengembangan; dan masyarakat sekaligus untuk memper-
d. Kemampuan memfasilitasi masya- baiki hidup dan kehidupan. Pada tahap
rakat untuk membantu menyelesai- awal bentuk partisipasi bisa berupa
kan masalah. pemanfaatan hasil-hasil penyuluhan
Keterlibatan masyarakat dalam (inovasi), lalu partisipasi akan lebih
program-program pengembangan dan intensif secara bertahap, hingga
proyek pembangunan dapat digolong- akhirnya masyarakat mampu mandiri
kan kedalam tujuh tipe (Adnan et al., untuk mengelola kegiatannya dengan
mobilisasi diri.

13
Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

Tabel 5.
Tipologi Partisipasi Masyarakat menurut Adnan et al. (Pretty 1995)
Tipologi Karasteristik
1. Partisipasi pasif Masyarakat hanya berpartisipasi karena diperintah.
2. Partisipasi dalam memberikan Masyarakat berpartisipasi dengan menjawab kuesioner atau
informasi dalam wawancara tertentu.
3. Partisipasi melalui konsultasiMasyarakat berpartisipasi dalam proses konsultasi. Agen
pembaharu berperan dalam membantu masyarakat
menyelesaikan persoalannya
4. Partisipasi dalam menyediakan Masyarakat berpartisipasi dalam menyediakan sumberdaya
materi penting dalam seperti tenaga kerja, uang tunai, bahan pangan dsb.
program/proyek
5. Partisipasi fungsional Masyarakat berpartisipasi dengan membentuk kelompok
yang bekerja untuk pengembangan organisasi setempat.
Lembaga masyarakat ini masih bergantung sepenuhnya
kepada fasilitator
6. Partisipasi interaktif Masyarakat berpartisipasi dalam analisis bersama, guna
penyusunan rencana kegiatan dan program yang akan
dilaksanakan guna memperkokoh kelembagaan yang telah
dibentuk.
7. Mobilisasi diri Masyarakat berpartisipasi dengan berinisiatif untuk
mengubah sistem, bebas dari pengaruh institusi luar.
Masyarakat bebas mengadakan kontak dengan dunia luar
dalam rangka pengembangan sumberdaya dan saran-saran
teknis yang dibutuhkan.
Sumber: Adnan et al. (dalam Pretty JN. 1995: 173)

5.4 Stakeholders yang dalam pesisir, seperti kegiatan penguatan


Komunikasi Pembangunan kelembagaan lokal (seperti lembaga
Masyarakat Pesisir pemasaran, kelompok nelayan),
pengembangan kapasitas sumberdaya
Masyarakat pesisir merupakan
sistem sosial, sehingga framework manusia setempat, pengelolaan
CATWOE ini relevan dengan proses sumberdaya pesisir dan lautan
transformasi masyarakat pesisir ke arah terpadu dan lain-lain.
yang lebih baik. Dengan demikian,  Welstanchaung = worldview:
pihak terkait yang dapat komunikasi pemahaman terhadap cara pandang,
pembangunan berorientasi nilai-nilai lokal yang dianut oleh
pemberdayaan meliputi: masyarakat pesisir, dan dihargai
sebagai aset masyarakat setempat.
 Customers: Masyarakat pesisir
Di wilayah penelitian, masing-
termasuk nelayan dan anggota
keluarganya, masing kelompok nelayan memiliki
awig-awig (peraturan yang dikelola
 Actors: Pemuka masyarakat, agen
oleh komunitas lokal dan didasarkan
pembaharu, penyuluh, ketua dan
pada adat istiadat dan budaya Bali)
anggota kelompok nelayan,
sangat ditaati oleh nelayan dan
 Transformation: proses perubahan
masyarakat pesisir setempat.
berupa proses komunikasi
 Owners: Dinas Kelautan dan
pembangunan yang ditujukan untuk
Perikanan, Dinas Pariwisata, Dinas
meningkatkan martabat masyarakat
Perdagangan dan Perindustrian,
14
S. Amanah

pemerintahan desa dan kecamatan sosial dari sebuah masyarakat (Horton


dan instansi terkait lainnya yang dan Hunt, dalam Garcia 1985) dan
berfungsi mengembangkan masya- merupakan variasi atau modifikasi
rakat setempat dalam pola organisasi sosial atau sub
 Environment: kondisi lingkungan kelompok dalam masyarakat atau pada
setempat perlu diperhatikan seperti keseluruhan masyarakat itu sendiri
kebijakan lokal apakah mendukung (Panopio, Cordero, dan Raymund,
atau tidak terhadap program dalam Garcia 1985). Dengan demikian,
pemberdayaan masyarakat pesisir. kendala-kendala yang dihadapi dan
Sebagai sebuah sistem sosial, masalah yang timbul di antaranya
masyarakat pesisir tentunya memiliki adalah adanya keinginan untuk
struktur sosial tertentu, dan dikenalnya memper-tahankan status quo (reluctant
status dan peran pada tiap anggota to change) oleh sekelompok masyarakat
masyarakat. Strategi komunikasi pem- yang dapat mempengaruhi proses
bangunan pada masyarakat bersifat perubahan. Sebagai mana diketahui,
spesifik untuk tiap wilayah, setiap dalam teori adopsi-inovasi ada tahapan
upaya perubahan perlu mempertim- yang dilalui jika suatu ide baru
bangkan berbagai faktor seperti masalah diterapkan dan proses itu merupakan
sosial ekonomi, kondisi fisik proses mental. Setiap tahap akan
lingkungan (sumberdaya alam), dan memerlukan waktu, pemikiran dan
sumberdaya manusia secara umum respon yang berlainan (awareness,
(termasuk agen pembaharu). Unsur- interest evaluation, trial, dan keputusan
unsur yang terlibat dalam komunikasi apakah menolak ataukah menerima
pembangunan berubah-ubah dan harus inovasi (pembaharuan – ide atau
diantisipasi secepatnya. Perubahan teknologi baru). Guna mengantisipasi
merupakan proses alamiah yang tidak hal ini, maka sangat relevan bagi agen
bisa dihindari, dan harus terjadi pada pembaharu untuk menerapkan
sesuatu, individu atau masyarakat pendekatan penyuluhan yang tepat
sebagai reaksi atau adaptasi pada sesuai dengan tahapan komunikasi yang
kondisi yang dihadapi. Proses sedang berlangsung di masyarakat
perubahan pada masyarakat pesisir (Gambar 3).
dalam konteks perubahan sosial ke arah
yang lebih baik berkaitan dengan
transformasi struktur dan interaksi

Metode pendekatan Tahap komunikasi Tahap adopsi

--------------------------- Menggerakkan Usaha ----------- Adopsi


I
---------------------- Meyakinkan ----------- Coba

K --------------------- Membangkitkan keinginan ------------ Evaluasi

-------------------- Menggugah hati ------------ Minat


M
----------------- Menarik Perhatian ------------ Sadar

Gambar 3. Kaitan antara Metode Pendekatan, Tahap Komunikasi dan Tahap Adopsi
(Keterangan: I = Individu; K = Kelompok dan M = Massal

15
Jurnal Komunikasi Pembangunan
ISSN 1693-3699 Februari 2010, Vol. 08, No. 1

16
S. Amanah

Terdapat tiga pilihan metode spesifik lokasi, dengan mempertim-


pendekatan atau kombinasi ketiganya bangkan hal-hal berikut: (i) Program
yang dapat digunakan dalam pelak- pembangunan perlu menjaga keseim-
sanaan program ketahanan pangan, bangan antara pembangunan fisik dan
yaitu: non fisik, tidak hanya mengejar
a. Pendekatan perorangan, misalnya pertumbuhan, tetapi harus menanamkan
kegiatan kunjungan perorangan, modal manusia untuk masa depan; (ii)
konsultasi ke rumah, penggunaan Pesan-pesan dalam komunikasi
surat atau telepon, dan magang. pembangunan tersebut ditentukan
b. Pendekatan kelompok, misalnya berdasarkan kebutuhan masyarakat
kursus tani-nelayan, demonstrasi nelayan, dan ditransformasikan kepada
cara atau hasil, kunjungan masyarakat melalui metode-metode
kelompok, karyawisata, diskusi yang relevan dengan situasi dan kondisi
kelompok, ceramah, pertunjukan setempat, (iii) Diperlukan perencanaan
film, slide, karyawisata, penyebaran yang matang dalam rancang bangun
brosur, buletin, folder, liptan, asah strategi komunikasi pembangunan,
terampil, sarasehan, rembug utama melibatkan peran serta masyarakat
atau madya, temu wicara, temu pesisir dan stakeholders terkait dalam
usaha, temu karya, temu lapang. proses perencanaan, pelaksanaan,
c. Pendekatan massal seperti pameran, evaluasi hingga tindak lanjut, dan (iv)
Pekan Nasional (Penas), Pekan Sinkronisasi dan koordinasi antar
Daerah (Peda), pertunjukkan film stakeholders terkait dengan masyarakat
atau wayang, drama, penyebaran pesisir dapat menjamin keberlanjutan
pesan melalui siaran radio, televisi, program pembangunan dan mendorong
surat kabar, selebaran atau majalah, terwujudnya struktur sosio-ekonomi
pemasangan poster atau spanduk masyarakat lokal yang kuat.
dan sebagainya.
Daftar Pustaka
6. Simpulan
Adnan, S. Barrett A, Nurul Alam S M
Kondisi masyarakat pesisir dan and Brustinow, A. 1995.
nelayan di lokasi penelitian belum People’s Participation. NGOs and
terbebas dari persoalan yang dihadapi the Flood Action Plan. Dalam J.
oleh pelaku usaha kecil menengah N. Pretty. Regenerating
meliputi, akses terhadap aset dan
Agriculture. London: Earthscan
sumber-sumber modal terbatas, Publication Ltd.
kebutuhan akan penguatan kelembagaan
Amanah, S. 1996. A Learner-Centred
kelompok untuk pengembangan Approach to Improve Teaching
kapasitas pengelolaan sumberdaya and Learning Process in
pesisir dan laut. Peran penting
Agricultural Polytechnic in
komunikasi pembangunan dalam Indonesia. Thesis. Australia:
pemberdayaan masyarakat pesisir
University of Western Sydney.
adalah menjembatani kesenjangan yang Amanah, S. 2007. Kearifan Lokal
terjadi antara kondisi masyarakat saat
dalam Pengembangan Komunitas
ini dengan kondisi yang ingin dicapai
Pesisir. Bandung: CV. Citra
melalui proses-proses komunikasi yang
Praya.
partisipatif, dialogis, dan memotivasi.
Amanah, S., Fatchiya, A. dan Dewi, S.
Strategi komunikasi pembangu-
2004. Pemodelan Penyuluhan
nan untuk wilayah pesisir hendaknya Perikanan Pada Masyarakat

17
Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

Pesisir Secara Partisipatif. Agricultural and Extension


Laporan Penelitian Hibah Education. Volume 4, Number1,
Bersaing X. IPB, Bogor. Spring 1997
Amanah, S. dan Yulianto, G. 2002. Dube, S.C. 1976. Development Change
Profil Penyelenggaraan and Communication in India.
Penyuluhan Perikanan Menunjang Dalam Schramm, W dan Lerner,
Kinerja DKP di Era Globalisasi. D.(editors). Communication and
Jakarta: STP (dulu AUP). Change: The Last Ten Years –
Bowling, Chester J., dan Barbara A. and The Next. Honolulu: An
Brahm. 2002. Shaping East-West Center Book, The
Communities through Extension University Press of Hawaii.
Programs. Journal of Extension, Garcia, M.B. 1985. Sociology of
June 2002 Volume 40 Number 3. Development: Perspective and
Checkland, P. 1984. Systems Issues. Philippines: National
Thinking, System Practice. Book Store, Inc.
Chichester: John Wiley & Sons. Hanson, A. J. 1984. Coastal
Dahuri, R. 2000. Pendayagunaan Community: International
Sumberdaya Kelautan Untuk Perspectives. Paper Presented at
Kesejahteraan Rakyat (Kumpulan the 26 th Annual Meeting of the
Pemikiran DR. Ir. Rokhmin Canadian Commission for
Dahuri, MS). Jakarta: LISPI UNESCO, St John’s
(Lembaga Informasi dan Studi Newfoundland, 6 th June 1984.
Pembangunan Indonesia) Harris, Elayne M. 1996. The Role of
bekerjasama dengan DIrektorat Participatory Development
Jenderal Pesisir, Pantai dan Pulau- Communication as a Tool of
Pulau Kecil, Dep. Eksplorasi Laut Grassroots Nonformal Education:
dan Perikanan. Workshop Report. Dalam Guy
Dinas Kelautan dan Perikanan Bessette and C.V. Rajasundaram
Buleleng. 2003. Data Perikanan (Editor) . Participatory
Kabupaten Buleleng Tahun 2002. Development Communication: A
Singaraja: Dinas Kelautan dan West African Agenda. The
Perikanan. International Development
Direktur Jenderal Perikanan, 2000. Visi Research Centre: Science for
dan Misi Pembangunan Humanity.
Perikanan. Jakarta: Dep. Kemmis, Stephen dan MacTaggart,
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Robin. 1988. The Action
Donnermeyer, Joseph F., Barbara A. Research Planner. Melbourne:
Plested, Ruth W. Edwards, Gene Deakin University Press.
Oetting, dan Lawrence Kifli,Gontom C. 2007. Strategi
Littlethunder. 1997. Komunikasi Pembangunan pada
“Community Readiness and Komunitas Dayak di Kalimatan
Prevention Programs.” Journal of Barat. Forum Penelitian Agro
the Community Development Ekonomi. Vol. 25 No. 2,
Society, Vol. 28. No.1: 65-83. Desember 2007 : 117 – 125
Douglah, M dan Sicilima, N. 1997. A Mubyarto, Sutrisno L, dan Dove, M.
Comparative Study of farmers’ 1984. Nelayan dan Kemiskinan.
Participation in Two Agricultural Jakarta: Rajawali.
Extension Approaches in Nasution, Zulkarimen. 2004.
Tanzania. Journal of International Komunikasi Pembangunan:

18
S. Amanah

Pengenalan Teori dan McTaggart (eds). The Action


Penerapannya. Edisi Revisi. Research Reader. Victoria,
Jakarta: Divisi Buku Perguruan Melbourne: Deakin University
Tinggi PT RajaGrafindo Persada. Press.
Nikijuluw, Victor. 2002. Rezim Simpson, I. 1993. Rural Extension – A
Pengelolaan Sumberdaya Change in Emphasis.
Perikanan. Jakarta: Kerjasama Proceedings of the Workshop:
Pusat Pemberdayaan dan Defining/redefining Extension
Pembangunan Regional (P3R) Practice Science Leaders’Group.
dengan PT Pustaka Cidesindo. Goulburn: NSW Agriculture.
Payne, Malcolm. 1997. Modern Social Soedijanto, 1997. Sekolah Lapangan
Work Theory. Edisi Kedua. Pengendalian Hama Terpadu
London: MacMillan Press Ltd. (SLPHT) sebagai Salah Satu
Pretty, J. N. 1995. Regenerating Alternatif model Penyuluhan
Agriculture. London: Earthscan untuk Mendukung Pembangunan
Publication. Pertanian di Awal Datangnya
Rogers, Everett M 1994. The Millenium Baru. Presentasi
Diffusion Process. Edisi Keempat. Pertemuan Penyegaran Pemandu
New York: The Free Press. Lapangan. Malang: Univ.
Satria, A. 2000. Dinamika Modernisasi Brawijaya.
Perikanan, Formasi Sosial dan Van den Ban, A.W. dan HS. Hawkins,
Mobilitas Nelayan. Humaniora 1999. Agricultural Extension.
Utama Press, Bandung. London: Elsevier.
________. 2001. Sosiologi Masyarakat Waskita, Djaka. 2005. Komunikasi
Pesisir. Jakarta: PT Pustaka Pembangunan untuk
Cidesindo. Pemberdayaan. Jurnal Organisasi
Shumsky, A. 1988. Cooperation in dan manajemen. Vol 1. No. 1,
Action Research: A Rationale. September 2005.
Dalam Kemmis, S dan R.

19

You might also like