229
TUKAK DUODENUM
HAM. Akil
PENDAHULUAN
Penyakit tukak peptik (TP) yaitu tukak lambung (TL) dan
‘tukak duodenum (TD) merupakan penyakit yang masih
bbanyak diternukan dalam klik terutama dalam kelompok
mur di atas 45 tahun,
Karel Schwarz pada tahun 1910 membuat suatu
dictum yang terkenal berkenaan dengan TP yaitu No
‘acid peptic activity, no ulcer dan sampai saat ini masih
tetap relevan perannya dalam patogenesis TD, walaupun
bbeberapa etiologi ain telah diketahui seperti Helicobacter
pylori (HP) dan obat anti inflamasi non-steroid (CAINS).
ari hasil penelitian diketahui bahwa peryebab
utama TP/TO adalah HP sehingga penyakit ini disebut
juga sebagai Acid HP disease, namun demikian peranan
faktor-faktorlain dalam kejadian TP jelas ada sehingga TP
dikatakan sebagai penyakit multifaktor.
Patogenesis terjadinya TP adalah ketidakseimbangan,
antara faktor agresif yang dapat merusak mukosa dan
faktor defensif yang memelihara keutuhan mukosa
lambung dan duodenum,
DEFINISI
‘Tukak peptik/TP secara anatomis didefinisikan sebagai
suatu defek mukosa/submukosa yang berbatas tegas
‘dapat menembus muskularis mukosa sampai lapisan
serosa sehingga dapat terjadi perforasi. Secara kins, suatu
‘tukak adalah hilangnya epitel superfsial atau lapisan lebih
dalam dengan diameter > Smm yang dapat diamati secara
endoskopis atau radiologis.
Pada pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian
atas terhadap 1615 pasien dengan dispepsia kronik
pada Subbagian Gastroenterologi RS Pendidikan di
Makassar ditemukan prevalensi TD sebanyak 14%,
1792.
TD dan TL 5%; umur terbanyak antara 45-65 tahun
dengan kecenderungan makin tua umur, prevalensi
‘makin meningkat dan perbandingan antara laki-laki dan
pperempuan 2:1
Pada pasien dispepsia kronik tersebut di atas, terdapat,
367 pasien menggunakan OAINS ditemukan tukak peptik
117 orang (48.2%); 64 pasien diperiksa HP diternukan
59.4% pasien posit
Dari waktu ke waktu manajemen TP makin lebih baik
seiring dengan ditemukannya faktor-faktor penyebab yang
ditunjang dengan kemajuan dalam bidang farmasi yang
berhasil menemukan dan mengembangkan obat-obat
yang sangat berpotensi untuk penyembuhan tukak pepttk,
antara lain Reseptor antagonis H2 (H2 Receptor Antagonist
(H2RA}), Penghambat pompa proton (Proton Pump
Inhibitor (PPI), mucus promotor, free radical inhibitors,
antibiotik untuk eradikasi HP dan obat-obat lainnya
Pada tulisan ini dibahas mengenai Tukak Duodenum
(TO) dari aspek etiologi, patogenesis, gambaran Klinik,
diagnosis dan manajemen,
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Seperti telah disinggung di atas bahwa etiologi TD yang
telah diketahui sebagai faktor agresif yang merusak
pertahanan mukosa adalah HP, obat anti inflamasi
non-steroid, asam lambung/pepsin dan faktor-faktor
lingkungan serta kelainan satu atau beberapa faktor
pertahanan yang berpengaruh pada kejadian TD.
Faktor-faktor Agresif
Helicobacter pylori, HP adalah bakteri gram negatit
yang dapat hidup dalam suasana asam dalam lambung/
duodenum (antrum, korpus dan bulbus), berbentuk
kurva/S-shaped dengan ukuran panjang sekitar 3 um dan
Scanned with CamScanner‘TUKAK DUODENUM
diameter 0.5 jen, mempunyai satu atau lebih flagel pada
salah satu uungnya. Baker’ in citularkan secarafeko-oral
atau ofal-ora.Di dalam lambung terutama terkonsentrasi
dalam antrum, baker ini berada pada lapisan mukus pada
permukaan epitel yang sewaktu-waktu dapat menembus
sel-sel epiteVantarepite
Bila texjai infeksi HP, maka bakteri ini akan relekat
pada permukaan epitel dengan bantuan adhesin sehingga
dapat lebih efektf merusak mukosa dengan melepaskan
sejumlah zat sehingga terjadi gastritis akut yang dapat
berianyut menjadi gastritis kronik aktif atau duodenitis
kronik aktif, Untuk terjadi kelainan selanjutnya yang
lebih berat seperti tukak atau kankerlambung ditentukan
‘oleh virulensi HP dan faktor-faktor lain, baik dari host
Sendiri, maupun adanya gangguan fisiologis lambung/
‘duodenum.
Walaupun infeksi HP mempunyai prevalensi yang
tinggl, di mana lebih dari 50% penduduk dunia dikatakan
terinfeksi, terutama masyarakat dengan tingkat kesehatan
lingkungan yang rendah, namun hanya sebagian kecil
yang menunjukkan gejala Kink yang lebih berat seperti
TP (TOIT), kanker lambung atau MALT limfome,
Apabilaterjadiinfeksi HP, host akan memberi respons
untuk mengeliminasi/ memusnahkan bakteri ini melalui
mobilisasi sel-sel PMN/ limfosit yang menginfitrasi
‘mukosa secaraintensf dengan mengelvarkan bermacam:
‘macam mediator inlamasi atau sitokin, seperti interleukin
8, gamma interferon alfa, tumor nekrosis faktor dan
lain-ain, yang bersama-sama dengan reaksiimun yang
timbuljustru akan menyebabkan kerusakan sel-slepitel
gastroduodenal yang lebih parah namun tidak berhasil
mengeliminasi bakteri dan infeksi menjadi kronik
Seperti diketahui bahwa setelah HP berkoloni
secara stabil terutama dalam antrum, maka bakteri
ini akan mengeluarkan bermacam-macam sitotoksin,
yang secara langsung dapat merusak epitel mukosa
gastroduodenal, seperti vacuolating cytotoxin (Vac
‘A gen) yang menyebabkan vakuolisasi sel-sel epitel
cytotoxin associated gen A [CagA gen}. Di samping itu,
HP juga melepaskan bermacam-macam enzim yang dapat
merusak sel-sel epitel, seperti urease, protease, lipase
dan fosfolipase. Sitotoksin dan enzim-enzim ini paling
bertanggung-jawab terhadap kerusakan sel-sel epitel
CagA gen merupakan petanda virulensi HP dan hampir
selalu ditemukan pada TR
Urease memecahkan urea dalam lambung menjadi
amonia yang toksik terhadap sel-sel epitel, sedangkan
protease dan fosfolipase A2 menekan sekresi mukus
menyebabkan daya tahan mukosa menurun, merusak
Japisan yang kaya lipid pada apikal sel epitel dan melalui
erusakan sel-sel ini, asam lambung berdifusi balik
‘menyebabkan nekrosi yang eb lvassehingga terbentuk
tukak peptik
1793
HP yang terkonsentrasi terutama dalam antrum
menyebabkan antrum predominant gastritis sehingga
terjadi kerusakan pada D sel yang mengeluarkan
somatostatin, yang fungsinya mengerem produksi
‘gastrin. Akibat kerusakan sel-sel D, produksi somatostatin
menurun sehingga produksi gastrin akan meningkat
yang merangsang sel-sel parietal mengeluarkan asam
lambung yang berlebihan. Asam lambung masukke dalam
«duodenum sehingga keasaman meningkat menyebabkan
duodenitis (kronik aktif) yang dapat berlanjut menjadi
tukak duodenum,
‘Asam lambung yang tinggi dalam duodenum.
rmenimbulkan gastrik metaplasia yang dapat merupakan
‘tempat hidup H pylori dan sekaligus dapat memproduksi
‘asam sehingga lebih menambah keasaman dalam
‘duodenum. Keasaman yang tinggi akan menekan produksi
rmukus dan bikarbonat, menyebabkan daya tahan mukosa
lebih menurun dan mempermudah terbentuknya tukak
duodenum.
Defek/intiamasi pada mukosa yang terjadi pada
infeksi HP atau akibat OAINS akan memudahkan difusi
balk asam/pepsin ke dalam mukosa/jaringan sebingga
memperberat kerusakan jaringan, Pada patogenesis
TD, maka asam lambung yang berlebihan merupakan
faktor utama terjadinya tukak sedangkan faktor lainnya
merupakan faktor pencetus.
Obat antiinflamasi non-steroid (OAINS). Obat
antiinflamasi non-steroid (OAINS) dan asam asetil
salisiat (acetyl salcylic acid=ASA) merupakan salah
satu obat yang paling sering digunakan dalam berbagai
keperluan, seperti ant piretik, anti inflamasi analgetik,
antitrombotik dan kemoprevensi kanker kolorektal
Pemakaian OAINS/ASA secara kronik dan reguler
dapat menyebabkan terjadinya risiko perdarahan
gastrointestinal 3 kali lipat dibanding yang bukan
emakai. Pada usia lanjut, penggunaan OAINS/ASA
dapat meningkatkan angka kematian akibat tegadinya
Komplikasi berupa perdarahan atau pertorasi dari
tukak
Pemakaian OAINS/ASA bukan hanya dapat
menyebabkan kerusakan struktural pada gastroduodenal,
tetapi juga pada usus halus dan usus besar berupa
inlamasi, ulserasi atau perforasi
Patogenesis teradinya Kerusakan mukosa terutama
gastroduodenal penggunaan OAINS/ASA adalah
akibat efek toksik/ritasi langsung pada mukosa yang
memerangkap OAINS/ASA yang bersfat asam sehingga
terjadi ketusakan epitel dalam berbagaitingkat, namun
yang paling utama adalah efek OAINS/ASA yang
menghambat kerja dari enzim siklooksigenase (COX)
pada asam arakidonat sehingga menekan produksi
prostalandin/prostasitin Sepert diketabui, prostaglandin
Scanned with CamScanner1796
‘cara terapi terbaik,
Kombinasi tersebut adalah
PPL 1 (tergantung mg preparat yang dipakai)
amoksisilin 21 g/hari
klaritromisin 2 x 500 mg
b. pPlaxt
amoksisilin 2 x1 g/hari
metronidazol 2 x 500 mg
& PPL2xt
klaritromisin 2 x $00 mg/hati
‘metronidazol 2 x 500 mg
‘Masing-masing diberikan selama 7-10 hari
Jenis-jenis preparat dan kemasan PPI yang ada
‘Omeprazol 20mg, rabeprazol 10mg, pantoprazol 40mg,
lanzoprazol 30mg dan esomeprazol 20/40m9,
H.pylori disertai penggunaan OAINS. Eradikasi HP
sebagai tindakan utama tetap dilakukan dan bila mungkin
OAINS dihentikan, atau diganti dengan OAINS spesifik
COX-2 inhibitor yang mempunyai efek merugikan lebih
kecil pada gastroduodenal, Walaupun harusdiperhitu ngkan
‘efek samping COX -2 inhibitor pada jantung
Penyembuhan akan tetap sama pada TP kavsa HP.
sendiri atau bersama-sama dengan OAINS yaitu dengan
‘menggunakan PPI untuk meningkatkan pH lambung di atas
4. Penggunaan OAINS terus-menerus setelah eradikasi HP
perlu diberikan PPI sebagai upaya pencegahan terjadinya
komplikasi
TD akibat OAINS. Penggunaan OAINS terutama
yang memblokir kerja COX-1 akan meningkatkan
kelainan struktural gastroduodenal, Oleh karera itu
penggunaan OAINS pada pasien-pasien dengan kelainan
muskuloskeletal yang lama harus disertal dengan obat
bat yang dapat menekan produksi asam lambung seperti
reseptor antagonis H2 (H2RA) atau PPI dan diupeyakan
pH lambung di atas 4 atau dengan menggunakan obat
sintetik prostaglandin (misoprostol 200 jsg/hari) sebagai
sitoprotektif apabila penggunaan OAINS tidak dapat
dihentikan,
Pencegahan/meminimalkan efek samping OAIN, yaitu:
+ jika mungkin menghentikan pemakaian OAINS,
walaupun biasanya tidak memungkinkan pada
artritis (RA),
+ penggunaan preparat OAINS (prodrug, OAINS terikat
‘pada bahan lain seperti Nitrit Oxide (NO})
+ pemberian obat spesifik COX:2 inhibitor walaupun
hal ini tidak 100% mencegah efek samping pada
gastroduodenal
+ pemberian obat secara bersamaan dengan pemerian
CAINS seperti H2RA, PPI atau prostaglandin
GASTROENTEROLOG!
TD non-HP non-OAINS. Pada TD yang hanya
disebabkan oleh peningkatan asam lambung, maka
terapi dilakukan dengan memberikan obat yang dapat
‘menetralisir asam lambung dalam lumen atau obat yang
‘menekan produksi asam lambung dan yang terbaik
adalah PPL
+ Antasida. Obat ini dapat menyembuhakan tukak
niamun dosis biasanya lebih tinggi dan digunakan
dalam jangka waktu lebih lama dan lebih sering
(tujuh kali sehari dengan dosis total 1008 mEq/hari)
dengan komplikasi diare yang mungkin terjadi, Dari
Penelitian lain dimana antasida sebagai obat untuk
‘menetralisr asarn, cukup diberikan 120-240 mEq/hari
dalam dosis terbagi
+ H2 Receptor Antagonist (H2RA). Obat ini berperan
menghambat pengaruh histamin sebagai mediator
untuk sekresi asam melalui reseptor histamin-2 pada
sel parietal, tetapi kurang berpengaruh terhadap.
ssekresi asam melalui pengaruh kolinergik atau gastrin
Postprandial. Beberapa jenis preparat yang dapat
digunakan seperti:
cimetidin 2x400mg/hari atau 1x800mg pada
malam hari
~ ranitidin diberikan 300mg sebelum tidur malam
atau 2x150mg/hari
= famotidin diberikan 40mg sebelum tidur malam.
atau 2x20mg/hari
Masing-masing diberikan selama 8-12 minggu den
gan penyembuhan sitar 90%
Proton Pump Inhibitor (PP)). Merupakan obat pilihan
untuk PTP, diberikan sekali sehari sebelum sarapan
agi atau jka perlu 2 kali sehari sebelum makan pagi
dan makan malam, selama 4 minggu dengan tingkat
penyembuhan di atas 90%.
‘Obat lain seperti sukralfat 2x2 gr sehari atau 4x1gr
sehari berfungsi menutup permukaan tukak sehingga
menghindari iritasi/pengaruh asam-pepsin dan
{garam empedu; dan di samping itu mempunyai efek
tropik.
Diet
Walaupun tidak diperoleh bukti yang kuat terhadap
berbagai bentuk diet yang dipakai pada masalaly, namun
pemberian diet yang mudah cerna khususnya pada tukak
yang aktt perlu dilakukan,
‘Makan dalam jumlah sedikit dan lebih sering, lebih
bik daripada makan yang sekaligus kenyang,
‘Mengurangi makanan yang merangsang pengeluaran
asam lambung/ pepsin, makanan yang merangsang
timbulnya nyeri dan zat-zat lain yang dapat mengganggu
pertahanan mukosa gastroduodenal
Scanned with CamScanner-TUKAK DUODENUM
GAMBARAN KLINIS
Gambaran Klinik TO sebagai salah satu bentuk dispepsia
‘organik adalah sindrom dispepsia, berupa nyeri dan atau
rasa tidak nyaman (discomfort) pada epigastrium.
Anamnesis. Gejala-gejala TD memiliki periode remisi
dan eksaserbasi, menjadi tenang berminggu-minggu,
berbulan-bulan dan kemudian terjadi eksaserbasi
beberapa minggu merupakan gejala khas.
Nyeri epigastrium merupakan gejala yang paling
45-50 tahun keluhan muncul pertama kal
adanya perdarahan hematemesis/melena
+ BB menurun > 10%
+ anoreksia/rasa cepat kenyang
+ riwayat tukak peptik sebelumnya
+ muntah yang persisten
+ anemia yang tidak diketahui sebabrya
Pemeriksaan fisis. Tidak banyak tanda fisik yang dapat
ditemukan selain kemungkinan adanya nyeri palpasi
epigastrium, kecuali bila sudah terjadi komplikasi
1795
DIAGNOSIS
Diagnosis pasti tukak duodenum dilakukan dengan
‘pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas dan
sekaligus dilakukan biopsi lambung untuk deteksi HP atau
‘dengan pemeriksaan foto barium kontras ganda,
DIAGNOSIS BANDING
+ Dspepsia non ulkus
+ Tukak lambung
+ Penyakit pankreatobilier
+ Penyakit Chron’s pada gastroduodenal
+ Tumor saluran cera bagian atas
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat timbul pada umumnya adalah:
+ Perdarahan: hematemesis/melena dengan tanda syok
‘pabila perdarahan masif dan perdarahan tersembunyi
yang kronik menyebabkan anemia defisiensi Fe
+ Perforasi: nyeri perut menyeluruh sebagai tanda
peritonitis
+ Penetrasi tukak yang mengenai pankreas:timbul nyeri
t ba-tiba tembus kebelakang
+ Gastric outlet obstruction bila ditemukan gejala mual
dan muntah, perut kembung dan adanya suara
deburan (succusion spalsh) sebagai tanda retensi
cairan dan udara, dan berat badan menurun.
+ Keganasan dalam duodenum (walaupun jarang)
TATALAKSANA
Pade umumnya manajemen atau pengobatan tukek
eptik/TD dilakukan secara medikamentosa, sedangkan
cara pembedahan dilakukan apabila terjadi komplikasi
seperti perforasi, obstruksi dan perdarahan yang tidak
dapat diatasi
Tujuan dari pengobatan adalah: 1). menghilangkan
{ejala-gejala terutama nyeriepigastrium, 2). mempercepat
Penvembuhan tukak secara sempurna, 3). mencegah
terjadinya komplikasi, 4). mencegah terjadinya
kekambuhan,
Penggunaan Obat-obatan
TD akibat H.pylori. Untuk mencapai tyjuan terapi, rhaka
‘eradikasi HP merupakan tujuan utama, Walaupun antibiotik
mungkin cukup untuk terapi TD dengan ditemukan HP.
amun kombinasi dengan Penghambat pompa proton
(Pl dengan 2 jenis antibiotk (Tripte therapy) merupakan
Scanned with CamScanner1794
‘endogen sangat berperan/berfungsi dalam memelihara
keutuhan mukosa dengan mengatur aliran daran mukosa,
proliferasi sel-sel epitel, sekresi mukus dan bikorbanat,
‘mengatur fungsi immunosit mukosa serta sekresi basal
‘sam lambung
Samppai saat ii dikenal 2 jenisisoenzim siklooksigenase
(COX) yaitu COX-1 dan COX-2,
+ COX-1 ditemukan terutama dalam gastrointestinal,
juga dalam ginjal, endotelin, tak dan trombosit; dan
bberperan penting dalam pembentukan prostaglandin
dari asam arakidonat. COX-1 merupakan house-
Keeping dalam saluran cerna gastrointestinal
+ COX-2 ditemukan dalam otak dan ginjal, yang juga
bertanggung jawab dalam respons inflamasisinjun.
Kerusakan mukosa akibat hambatan produksi
prostaglandin pada penggunaan OAINS/ASA melalui 4
tahap, yaitu: menurunnya sekresi mukus dan bikarbonat,
terganggunya sekresi asam dan proliferasisel-sel mukosa,
berkurangnya aliran darah mukosa dan kerusakan
mikrovaskuler yang diperberat oleh kerja sama platelet
dan mekanisme koagulasi
Endotel vaskular secara terus-menerus menghasilkan
vasodilator prostaglandin E dan |, yang apabila terjadi
gangguan atau hambatan (COX-1) akan timbul
vasokonstriksi sehingga aliran darah menurun yang
menyebabkan nekrose epitel
Hambatan COX-2 menyebabkan peningkatan
perlekatan leukosit PMN pada endotel vaskular
gastroduodenal dan mesenterik, dimulai dengan
pelepasan protease, radikal bebas oksigen sehingga
memperberat kerusakan epitel dan endotel. Perlekatan
leukosit PMN menimbulkan statis aliran mikrovaskular,
iskemia dan berakhir dengan kerusakan mukosa/tukak
peptik.
Titik sentral kerusakan mukosa gastroduodenal
pada penggunaan OAINS/ASA berada pada kerusakan
rmikrovaskular yang merupakan kerja sama antara COX-1
dan COX-2.
Beberapa faktor rsiko yang memudahkan terjadinya
TD/ tukak peptik pada penggunaan OAINS adalah:
+ umur tua (>60 tahun)
+ riwayat tentang adanya tukak peptik sebelumnya
+ dispepsia kronik
+ intoleransi terhadap penggunaan OAINS
sebelumnya
+ jenis, dosis dan lamanya penggunaan OAINS.
+ penggunaan bersamaan dengan kortikosteroid,
antikoagulan dan penggunaan 2 jenis OAINS
bbersamaan
+ penyakit penyerta lainnya yang diderita oleh pemakai
‘OAINS
Penting untuk diketahui bahwa tukak peptik yang
GASTROENTEROLOG!
terjadi pada penggunaan OAINS, sering tidak bergejala
ddan baru dapat diketahui setelah terjadi Komplikasi seperti
perdarahan atau perforasi saluran cerna
Beberapa faktor lingkungan atau penyakit lain
yang dapat merupakan faktor risiko terjadinya tukak
duodenum, yaitu: a). merokok (tembakau, sigaret)
‘meningkatkan kerentanan terhadap infeksi HP dengan
menurunkan faktor pertahanan dan menciptakan
miliu yang sesuai untuk HP. b). faktor stres, malnuti
makanan tinggi garam, defisiensi vitamin. c). beberapa
penyakit tertentu di mana prevalensi tukak duodenum
‘meningkat seperti sindrom Zollinger Elison, mastositosis
sistemik, penyakit Chron dan hiperparatiroidisme, 4)
Faktor genetik
FAKTOR-FAKTOR DEFENSIF
‘Apabila terjadi gangguan satu atau beberapa dari faktor
pertahanan mukosa, maka daya tahan mukosa akan
‘menurun sehingga mudah dirusak oleh faktor agresif yang
menyebabkan terjadinya TO/TP.
‘Ada 3 faktor pertahanan yang berfungsi memelihara
daya tahan mukosa gastroduodenal, yaitu
1. Faktor preepitel terdiri dari
= mukus dan bikarbonat yang berguna untuk
menahan pengaruh asam lambung/ pepsin
= Mucoid cap, yaitu suatu struktur yang terdiri dar
rmukus dan fibrin, yang terbentuk sebagai respons
terhadap rangsangan inflamasi
= Active surface phospholipid yang berperan untuk
‘meningkatkan hidrofobisitas membran sel dan
‘meningkatkan viskositas mukus.
b. Faktor epitel
= kecepatan perbaikan mukosa yang rusak, di mana
terjadi migrasi sel-sel yang sehat ke daerah yang
rusak untuk perbaikan
= pertahanan selular, yaitu kemampuan untuk
‘memelihara electrical gradient dan mencegah
pengasaman sel
= kemampuan transporter asam-basa untuk
mengangkut bikarbonat ke dalam lapisan mukus
dan jaringan subepitel dan untuk mendorong,
am keluar jaringan,
= faktor pertumbuhan, prostaglandin dan nitrit
oksida,
& Faktor subepitel
+ aliran darah (mikrosirkulasi) yang berperan
mengangkut nutrsi, oksigen dan bikarbonat ke
epitel set
= Prostaglandin endogen menekan perlekatan dan
‘ekstravasasi leukosit yang merangsang reaksi
inflamasi jaringan
Scanned with CamScanner