You are on page 1of 182
Matematika Diskrit Prof. I Ketut Budayasa, Ph.D. (Ty, reneroit = Unesa University Press | Ketut Budayasa MATEMATIKA DISKRIT Prof. | Ketur Budayasa, Ph.D. Penerbit : Unesa University Press - 2008 vi, 172 hal, Illus, 2 ISBN 978-979-028-068-7 ©) 2008 - unesa university Press Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa iz terfulis dari Penerbit, sebagian atou seluruhnya dala bentuk apapun, baik cetak, fotoprint, mikrofilm a sebagainya. KATA PENGANTAR Matematika Diskrit merupakan cabang matematika yang, perkembangannya sangat pesat abad ini. Ini terbukti dari bermunculannya banyak buku dan jurnal yang menyangkut Matematika Diskrit. Salah satu alasan dari pesatnya perkembangan ini adalah aplikasinya yang sangat luas dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam ilmu-ilmu lain seperti: Komunikasi, Transportasi, Komputer Sains, Engeneering, dan bahkan Sosial Sains. Buku ini ditulis tidak dengan maksud untuk mengungkap semua aplikasi yang dimaksud, tetapi lebih bersifat “ pengenalan” saja. Buku berjudul “Matematika Diskrit” ini ditulis dengan tujuan untuk membantu para mahasiswa matematika dan peminat matematika dalam memahami sejumlah tehnik “Counting” (pencacahan) lanjut. Materi dalam buku ini disajikan dalam bahasa yang sederhana agar mudah dipahami. Sejumlah contoh dan terapan juga mewarnai isi buku ini agar pemahaman pembaca terhadap konsep-konsep yang dibahas menjadi lebih menarik dan komprehensif. Di samping itu penulisan buku ini juga dimaksudkan untuk membantu mengatasi kelangkaan buku Matematika Diskrit yang ditulis dalam Bahasa Indonesia, Buku ini disusun dari berbagai buku seperti yang tertera pada daftar pustaka. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan ban‘ terima kasih kepada semua pihak yang telah memba langsung maupun tak langsung sehingga terwujud buku seBcapan terima Kasih ditujukan kepada Dr. Dwi Juni “MSi,, dan Budi Rahajeng, SSi., Mi, yang telah merevi dan memberikan koreksi atas kesalahan ketik pi penulisan buku ini, Ucapan terima kasih dialamatl Dra. Pradnyo Wijayanti, M.Pd., yang atas kesetiannya mer di asisten pengajar dalam mata kuliah Matematika Dist selama ini. Ucapan terima kasih ditujukan kepz Drs. Budi Jarwanto yang telah membantu pengetikan bu ini Ucapan terima kasih juga ditujukan_kepa Prof. Dr. Aminuddin Kasdi yang secara terus mene! mengingatkan penulis untuk segera menuntaskan penulis buku ini. Kepada penerbit yang menerbitkan buku i diucapkan banyak terima kasih. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa buku ini ma: jauh dari sempurna, untuk itu, kritik dan saran pembe akan diterima dengan senang hati. Surabaya, Penulis KATA PENGANTAR DAFTAR IST Bab 1 Bab 2 Bab 3 DAFTARISI Halaman Metode Fundamental Pencacahan. 1.1 Prinsip Dasar dalam Pencacahan .... 1.1.1 Aturan Perkalian 1.12. Aturan Penambahan: 1.2 Permutasi 13 Kombinasi 14 Koefisien Binomial 15 Koefisien Multinomial 1.000 1.6 Algoritma Mengurutkan Permutasi dan Kombinasi — 1.7 Prosedur Menjenerik Kombinasi . 118 Prinsip ‘Sangkar Burung’ Soal Latihan-1 .... ' Fungsi Pembangki 21 Deret Kuasa 22 Definisi Fungsi Pembangkit 2.3 Fungsi Pembangkit untuk Kombinasi 2.4 Fungsi Pembangkit untuk Permutasi Soal Latihan-2 ..... Relasi Rekursif.. 3.1 Pendahuluan . 32 Relasi Rekursif Linea 33 Menyelesaikan Relasi Fungsi Pembangkit 3.4 Derangement (Pengacakan) 35 Sistim Relasi Rekursif..... : 3.6 Relasi Rekursif melibatkan Konvolusi Soal Latihan-3 ekursif dengan eo iii SSSR BBsSaenen sesene RBRVR By Bab 4 Bab 5 Daftar Pustaka vi Prinsip Inklusi-Eksklusi 4.1 Pendahuluan . 4.2 Bentuk Umum Prinsip Inklusi-Eksklusi. 112 43 Banyak Obyek yang Memiliki Tepat m Sifat . 4.4 Banyak Obyek yang Memiliki Sifat Sebanyak Genap atau Ganjil Soal Latihan-4 Bujursangkar Latin dan Desain Blok 5.1 Definisi Bujursangkar latin ... 5.2 Bujursangkar Latin Orthogonal. 5.3 Desain Blok. 53.1 Definisi Desain Blok..... . 53.2 Hubunganantara Parameter- Parameter Desain Blo.. - 53.3 Matriks Insiden Desain Blok 54 Desain Simetri 5.5 Pengkonstruksian Desain Baru Soal latihan 5 Ketut Budayasa BAB1 Metode Fundamental Pencacahan Dalam bab ini diperkenalkan konsep dasar dari permutasi dan kombinasi, serta perhitungan’ atau numerasi (pencacahan) menyangkut permutasi ‘inaupun Kombinasi. Kita awali bab ini dengan dua ‘prinsip ‘utama dalam numerasi. 11 Prinsip Dasar dalam Pencacahan ‘Terlapat dua prinsip afau aturan utama dalam menentukan banyaknya sesuatu (numerasi) yaitu Aturan Multiplikes: (Perkalian) dan Aturan Adisi Penambahan). 111 Aturan Perkalian (Multiplication Rule) Jika kejadian pertama dapat terjadi dalam m cara, dan setiap kejadian pertama dikuti oleh kejadian kedua yang terjadi dalam n cara, maka kejadian pertama dan kejadian kedua tersebut secara bersama-sama terjadi dalam (mxn) cara. Contoh 1.1: a), Berapakah banyaknya kejadian yang mungkin muncul jika dua dadu dilempar satu kali? Ketut Budayasa Penyelesaian: Dadu pertama dapat muncul dalam m = 6 cara yang berbeda dan untuk setiap dari cara-cara tersebut dadu kedua dapat muncul dalam n= 6 cara. Schingga kedua dadu dapat muncul dalam man = 6 x 6 = 36 cara. b). Dari 10 orang siswa SMA, akan dibentuk sebuah kepe- ngurusan yang terdiri dari satu ketua dan satu wakil ketua. Ada berapa’ kepengurusan yang mungkin’ terbentuk ? Penyelesaian: Terdapat m=10 cara untuk memilih ketua dan_diikuti oleh n=9 cara untuk memilih wakil ketua, Dengan demikian, terdapat mxn = 10x9 = 90 kepengurusan yang mungkin terbentuk CATATAN: Aturan Multiplikasi dapat diperluas sebagai berikut. Jika kejadian pertama dapat terjadi dalam m cara, dan setiap kejadian pertama dikuti oleh kejadian kedua yang terjadi dalam m cara, dan setiap kejadian kedua dikuti oleh kejadian ketiga yang terjadi dalam ns, dan seterusnya, dan setiap kejadian ke-(p-1) dikuti oleh kejadian ke-p yang terjadi dalam my cara, maka kejadian pertama, kedua, ketiga, .. , ke-p secara bersama-sama terjadi dalam ns x 2 x13 Xu. X Mp cara. Contoh 1.2: a). Dari 10 orang mahasiswa, akan dibentuk sebuah kepengurusan yang terdiri dari tiga orang berbeda yaitu satu ketua, satu sekretaris, dan satu bendahara. ‘Ada berapa kepengurusan yang mungkin terbentuk ? 2 b). Ketut Budayasa Penyelesaian: Terdapat 10 cara untuk memilih ketua, diikuti oleh 9 cara untuk memilih sekretaris, dan diikuti 8 cara untuk memilih bendahara. Dengan Aturan Perkalian , terdapat 10x9x8=720 kepengurusan yang mungkin terbentuk. Sebuah bilangan lima-angka dibentuk dari angka- angka berikut —“1","2","3","4,"5"/"6,'7""8","9" Berapakah banyaknya bilangan yang mungkin jika: (a) angka-angka dalam lambang bilangan tersebut tidak ada yang sama?; (b) angka-angka dalam lambang bilangan tersebut boleh sama? Penyelesaian: : (a) Terdapat 9 cara memilih angka pert@ha, karena angka kedua tidak boleh sama dengan angka pertama maka ada 8 cara memilih angka kedua, karena angka ketiga tidak boleh sama dengan angka pertama dan angka kedua maka ada 7 cara memilih angka ketiga, dan seterusnya ada 6 cara memilih angka keempat dan 5 cara memilih angka kelima. Dengan Aturan Perkalian, _terdapat sebanyak 9x8x7x6x5 = 15120 bilangan lima-angka yang mungkin. (©) Terdapat 9 cara memilih angka.pertama, karena angka kedua boleh sama dengan angka pertama maka ada 9 cara untuk memilih angka kedua, begitu juga terdapat 9 cara masing-masing. untuk memilih angka ketiga, keempat dan kelima. Sehingga berdasarkan aturan perkalian, terdapat 3 Ketut Budayas sebanyak 9x9x9x9x9 = 95 = 59049 bilangan lima angka yang mungkin. 1.1.2 Aturan Penambahan (Addition Rule) Secara khusus Aturan Penambahan (Adisi) berbuny sebagai berikut. Jika kejadian pertama dapat terjadi dalam m cara kejadian kedua secara terpisah dapat terjadi dalam n cara, maka kejadian pertama atau kejadian kedu dapat terjadi dalam m+n cara. Contoh 1.3: a). Dalam percobaan melempar sebuah dadu, banyak sis dadu bermata genap adalah m = 3 dan banyak sis: dadu mata ganjil dan prima adalah n = 2, make banyaknya sisi dadu bermata genap atau bermata ganjil prima adalah m + n= 342=5, b). Diatas meja terdapat 10 buku matematika berbeda dan 5 buku fisika berbeda, Maka tedapat 10 + 5 = 15 cara memilih satu buku matematika atau buku fisika. CATATAN : Secara umum Aturan Penambahan dapat ditulis sebagai berikut. Jika kejadian pertama dapat terjadi dalam mi cara, kejadian kedua secara terpisah dapat terjadi dalam na cara, dan seterusnya, kejadian ke-p secara terpisah terjadi dalam np cara, maka kejadian pertama, atau kedua,..., atau kejadian ke-p. dapat terjadi dalam nytnat...#np cara, Ketut Budayasa 1.2 Permutasi Diberikan sebanyak n obyek berbeda. Sebuah permutasi-k dari n obyek tersebut adalah sebuah jajaran dari k obyek yang urutannya diperhatikan. Misalnya, diberikan tiga obyek berbeda, katakan a, b, dan c. Jajaran seperti ab adalah sebuah permutasi-2 dari tiga obyek tersebut. Begitu juga jajaran seperti ba merupakan sebuah permutasi-2 dari tiga obyek tersebut. Jika pengulangan tidak diperkenankan, artinya obyek-obyek dalam jajaran tersebut tidak boleh sama, maka terdapat 6 permutasi-2 yang mungkin yaitu : ab, ac, ba, be, ca, cb. Jika pengulangan diperbolehkan maka jajaran seperti aa juga merupakan sebuah permutasi-2 dari tiga obyek tersebut; begitu juga dengan bb dan cc. Dengan demikian, jika pengulangan diperbolehkan, maka terdapat 9 permutasi:2 yang mungkin. Selanjutnya, banyaknya permutasi-k dari n obyek berbeda, tanpa pengulangan, disimbolkan dengan P(n,k). Sedangkan, P*(n;k)_menyatakan banyaknya permutasi-k dari n obyek berbeda, dengan pengulangan. Dari uraian diatas diperoleh P(3,2) = 6 dan P*B,2)=9. Untuk efisiensi, kita sepakati beberapa hal berikut. Jika n sebuah bilangan bulat positif, maka 1x2x3x...xn = n! (dibaca“ n faktorial”). Jika n=0, definisikan n! = Dengan menggunakan Aturan Perkalian, kita buktikan teorema berikut. Ketut Budayasa Teorema 1.1: Jikan dan k dua bilangan bulat Positif, maka P*(1,k) = nk; dan P(n.k) =a! untuk k =C(nn-k): Contoh 1.7: ‘Ada berapa barisan binair 7-angka memuat angkat “1” tepat empat buah? Penyelesaian: Pethatikan beberapa contoh barisan binair 7-angka yang dimaksud: 1111000, 1110100, 1100110, dil. Pikirkan tujuh posisi dalam satu baris untuk meletakkan angka-angka “0” dan “1”. Setiap dipilih empat posisi dari 7 posisi untuk meletakkan angka “1” di posisi tersebut dan angka-angka “0” di posisi yang lain, akan diperoleh sebuah barisan binair 7-angka yang memuat “1” tepat empat. Jadi banyaknya barisan binair yang dimaksud sama dengan banyak cara memilih 4 posisi dari 7 posisi untuk meletakan angka”1”, yaitu, C(7/4) = 35. Atau bisa juga, sama dengan banyaknya cara memilih 3 posisi dari 7 posisi untuk meletakan angka”0”, yaitu, C(7,3) = 35. B Ketut Budeyas CATATAN: Perhatikan “kisi-kisi” berukuran 3 x 4 berikut, Q Lintasan-1 P Lintasan-2 Jika kita ingin melintas dari titik P ( pojok kiri bawah) ke titik Q ( pojok kanan atas) dengan syarat hanya boleh bergerak kekanan (K) dan keatas (A), Salah satu lintasan yang mungkin diperlihatkan oleh Lintasan-1. Lintasan ini dapat dinyatakan dengan barisan KKAKKAA (2 langkah ke Kanan, dilanjutkan 1 Jangkah ke atas, dilanjutkan 2 Jangkah ke kanan, dan 2 langkah ke atas. Lintasan yang lain adalah Lintasan-2 yang dapat dinyatakan’ dengan barisan AAKKKAK. Perhatikan bahwa dalam setiap barisan terdapat empat K dan tiga A. Dari setiap barisan yang demikian, diperoleh sebuah lintasan dari P ke Q. Jadi banyaknya lintasan yang mungkin sama dengan banyaknya barisan binair 7-huruf yang memuat empat huruf K dan tiga huruf A. Untuk mendapatkan banyaknya barisan yang demikian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. Pikirkan 7 posisi dijajar pada satu baris seperti berikut , ~. Selanjutnya, dipilih 4 posisi untuk meletakkan huruf K. Posisi yang belum terisi selanjutnya diisi huruf A, sehingga diperoleh sebuah barisan yang dimaksud. Dengan demikian banyaknya 4 Ketut Budayosa barisan yang dimaksud sama dengan banyak cara memilifi 4 posisi dari 7 posisi yang ada untuk meletakan huruf K, yaitu (7) = C(4+3,4) = 35. Sama saja dengan banyak cara memilih 3 posisi dari 7 posisi untuk meletakan huruf A, yaitu C(7,3) = C(4#3, Dengan demikian terdapat 35 lintasan yang mungkin dari titik P ke titik Q pada kisi-kisi tersebut. Hal tersebut dapat diperumum sebagai berikut. Diberikan kisi-kisi berukuran m x n. Jika, dalam melintas, pergerakan yang diperkenankan hanya ke kanan (K) dan ke atas (A), maka setiap lintasan dari titik pojok kiri bawah ke titik pojok kanan atas berkorespondensi dengan sebuah barisan binair (m+n)-huruf dengan sebanyak m huruf A dan sebanyak n huruf K. Banyaknya barisan demikian adalah banyak cara memilih m posisi dari m+n posisi untuk meletakan huruf A dan sisanya n huruf K yaitu C(m+n,m). Boleh juga, banyaknya barisan demikian sama dengan-banyak cata memilih n posisi dari m+n posisi untuk meletakan huruf K yaitu C(m+nn). Dengan demikian, banyaknya lintasan yang mungkin adalah C(ményn) = Cmén n) = 2, Contoh 1.8: Diberikan kisi-kisi berukuran n x n. Misalkan suatu partikel melintas dari pojok kiri bawah ke pojok kanan atas; arah pergerakan yang diperbolehkan hanya ke kanan (K) dan ke atas (A). Suatu lintasan yang menyentuh atau dibawah diagonal utama dinamakan_ lintasan-cantik, sedangkan lintasan yang melewati atau memotong diagonal utama disebut lintasan-takcantik. Ada berapa lintasan-cantik yang mungkin? Is Ketut Budayosa Penyelesaian: Lintasan Li pada kisi-kisi berukuran 4 x 4 berikut merupakan lintasan-tak-cantik. Lintasan__tersebut berkorespondensi dengan barisan KAAKKKAA. Jika urutan melangkah, setelah satu langkah melewati diagonal utama, ‘dipertukarkan’ ( K menjadi A dan A menjadi K), maka akan diperoleh barisan baru yaitu KAAAAAKK, dan ternyata barisan ini berkorespondensi dengan lintasan Li’ pada kisi-kisi 5x3 seperti tampak pada Gambar (b). Demikian pula halnya dengan lintasan tak cantik L2 pada kisi-kisi 4 x 4 Gambar (a) dapat direpresentasikan dengan barisan AAAKKAKK. Setelah urutan melangkah, setelah satu langkah melewati diagonal utama, ‘dipertukarkan’ diperoleh barisan AKKAAKAA dan ini berkorespondensi dengan lintasan L2' pada kisi-kisi 5 x 3 di Gambar (b), Ly Ly (a) ©) Setiap lintasan tak cantik pada kisi-kisi 4 x 4 berkorespondensi dengan sebuah lintasan pada kisi-kisi 16 Ketut Budayasa 5 x 3, Hal ini dapat diperumum, bahwa setiap lintasan tak cantik pada kisi-kisi n x n_berkorespondensi dengan sebuah lintasan dari pojok kiri bawah ke pojok kanan atas pada kisi-kisi (n+1) x (n-1). Sehingga banyaknya lintasan tak cantik pada kisi-kisi n x n sama dengan banyaknya lintasan dari pojok kiri bawah ke pojok Kanan atas pada kisi-kisi (n#1) x (n-1) yaitu net) Gy Banyaknya lintasan dari pojok kiri bawah ke pojok kanan atas pada kisi-kisi nx n adalah Qn (- Sehingga banyaknya lintasan cantik pada kisi-kisi nx n adalah Cn dengan en= (7) - (2) Go)! a eGo)! nin (a#a)(n=1)! ___@n)in G@HD@-D! Ketut Budayasa Misainya, pada kisi-kisi 4x4 terdapat C, = 2@) =14 lintasan . cantik yaitu: KKKKAAAA, KKKAKAAA, KKKAAKAA, KKKAAAKA, KKAKKAAA, KKAKAKAA, KKAKAAKA, KKAAKKAA, KKAAKAKA, KAKKKAAA, KAKKAKAA, KAKKAAKA, KAKAKKAA, KAKAKAKA. CATATAN Bilangan Cy = <> ) disebut bilangan Catatan sebagai penghormatan terhadap seorang matematikawan Belgia bernama Eugene-Charles Catalan (1814-1894) sebagai penemu formula tersebut. Publikasi Catalan banyak dalam bidang Kombinatorika, Analisis, Aljabar, Peluang, Geometri, dan Teori Bilangan. Bilangan Catalan muncul dalam beberapa aspek seperti kita bahas nanti pada bab berikutnya dalam buku ini. Teorema berikut terkait dengan kombinasi dimana suatu obyek boleh muncul lebih dari satu kali dalam suatu kKombinasi. Bukti teorema berikut sangat mudah jika digunakan fungsi pembangkit ( dibahas kelak). Untuk penjelasan secara kombinatorial, perhatikan uraian berikut. Pikirkan n obyek yang berbeda dan misalkan obyek-obyek tersebut 01, 02, ..., On. Diambil sebanyak k obyek dengan pengulangan diperbolehkan. Dari sebanyak k obyek yang terambil tersebut dapat dideskripsikan dengan mendaftar berapa obyek ol, berapa obyek 02, dan seterusnya. Sebagai contoh, untuk n=3 dan k=5, beberapa kemungkinannya adalah 0101010208 ; 0101020203 ; 0101030303, 0202020303; 0101010101; 0202020202; 0303030303 Kita dapat membedakan cara-cara ini dengan meletakan sebanyak n- 18 ' Ketut Budayasa 1 = 2 ‘garis-garis’ diantara obyek-obvek berbeda. Jadi ketujuh kemungkinan tersebut, secara_berturut-turut, dapat direpresentasikan sebagai berikut: o00/0/o ; 00/00/0; 00/ /000 ( karena tidak ada 02 diantara 01 dan 03); /000/00; o0000/ /(karena tidak ada o2 dan oy); /00000/; dan //0o000 Perhatikan dalam contoh ini terdapat 7 posisi vaitu 5 posisi untuk obyek dan 2 posisi untuk ‘garis’, selanjutnya dipilih 5 posisi untuk meletakan obyek. Hal ini dapat dilakukan dengan C(7,5)=21 cara Atau, dapat juga, memilih 2 posisi untuk meletakan ‘garis', dan hal ini dapat dilakukan dengan C(7,2)=21 cara. Secara umum, terdapat k +n-1 posisi_ yaitu k posisi untuk obyek dan n-1 posisi untuk ‘garis’; selanjutnya, dari ntk-1 posisi tersebut dipilih sebanyak k posisi untuk meletakan k obyek. Ini dapat dilakukan dengan C(n+k-L,k) cara. Atau, dapat juga memilih n-1 posisi dari n+k-1 posisi untuk meletakan n-1 ‘garis’, Hal ini dapat dilakukan dengan C(n+k-Ln-1) cara, Dengan demikian diperoleh teorema berikut Teorema 1.3; Misalkan n bilangan bulat positif dan k bilangan bulat non negatif. Banyaknya kombinasi-k dari n obyek berbeda, dengan pengulangan, adalah (ntk-1)! (n+k-Lk )= rom . Contoh 1.9: Diatas meja terdapat empat jenis roti berbeda Banyak roti untuk setiap jenis roti, diasumsikan sebanyak mungkin (tak terbatas). Ada berapa cara memilih 5 potong roti? C*(n,k) 19 Ketut Budayase Penyelesaian: Dalam hal ini terdapat n=4 jenis roti berbeda. Akan diambil k=5. potong roti. Berdasarkan Teorema 1.3, banyak cara yang dimaksud adalah (4+5~1)! CB) = gay 1.4 Koefisien Binomial dan Segitiga Pascal Pada bagian ini akan diperlihatkan bahwa C(n,k) merupakan koetisien dari binomial. Untuk keperluan tersebut, diperlukan teorema berikut, dikenal dengan Formula Pascal. Perhatikan bahwa simbol C(n,k) sering ditulis seperti (/?) Teorema 1.4: (Formula Pascal) Jikan dan k bilangan bulat dengan 1sksn-Lmaka ("7 4)+ Gana G) Bukti : Salah satu bukti langsung, dari teorema tersebut adalah dengan menghitung langsung ruas. kiri dari formula, setelah disederhanakan akan sama dengan ruas kanan, . m—1),n-1 (n= 1)! (n- 0! k )+Q@74) Ki -k-t! (kink _ __(n-1)(n-k) (n-1)!k ~ W@AK-DIG@-&) "Oe Dik(n—H9! = @DO-’ | (n-1)!k kink) (K)(=)! Ketut Budayasa nl ki-k-1)'@-K) ki(n—-B)! (i) Selain dengan cara diatas, teorema juga dapat dibuktikan secara kombinatorik ( pembuktian dengan argumen Kombinatorik) seperti berikut. Misalkan S adalah himpunan sebanyak n obyek berbeda dan misalkan u sebuah obyek dalam himpunan S, Jika X adalah himpunan semua kombinasi-k memuat u dari n obyek dalam S, maka Ix] = bee) Jika Y adalah semua kombinasi-k tidak memuat u dari obyek dalam §, maka |Y| = ("| 2), Jelas bahwa X U Y adalah himpunan semua kombinasi-k dari n obyek dalam S, schingga ||XUY| menyatakan banyaknya semua kombinasi-k dari n obyek berbeda yaitu (/'). Karena X dan Y saling lepas, maka (= mom =i (823), (2) Dengan demikian, Teorema terbukti. Dengan menggunakan Teorema 1.4, kita buktikan teorema binomial berikut. Teorema 1.5: Jika n suatu bilangan bulat non negatif, maka (+ y= Zhao (ty Bukti: (Induksi pada n). Untuk n=0, jelas pernyataan tersebut 2 Ketut Budayasa benar. Asumsikan pernyataan benar untuk n-1 > 0. Artinya, nae pnt (M1) yk yn-a-k c+yyr = 3H ( k ) xt yack, Selanjutnya, akan ditunjukkan pernyataan benar untuk n. Perhatikan bahwa, (+y)" = &+y) &+y) = Ge ty) ERI ("SD xt yt (eraser asume ca(" yet yet tyra ("| 1) xt =r" yay maak 4 yn a("y xy Sam Nia +58 Ge 1) xe y n= esi’; Detorte("5 -eematty eee sae? at eey Gant +1 dengan k pada suku kedua, an ee SD ed ree Setelah disederhanakan, ae comrsate SUGID EC Yet 2 1k @+y)" Ketut Budeyasa Berdasarkan Teorema 1.4, diperoleh, ns 2 Gory xr Y (Bayer yeas Y(Batyet fei io Sehingga pernyataan benar untuk n. Dengan demikian teorema terbukti . CATATAN: (i) Karena x+y = y+x, maka Teorema Binomial dapat ditulis sebagai berikut. a mT a-k Lyn D) on ae in ( mit, STOP (daftar lengkap). STEP3 — : Cari m dgn i terbesar sedemikian hingga m < niet STEP4 — : Carin terkecil sedemikian hingga i n, miaka terdapat sangkar berisi paling sedikit dua burung. Buki Andaikan setiap sangkar berisi paling banyak satu ekor burung. Maka banyak burung ,m, tidak melebihi banyak sangkar/n, atau m n. 7 Contoh 4.17: Diantara 8 orang pasti ada dua orang memiliki hari kelahiran yang sama. Demikian pula, dari 15 orang yang berbeda, pasti terdapat dua orang lahir pada bulan yang sama. Contoh 1.18: Jika bi, bz... , bm adalah m bilangan bulat, tanjukkan terdapat i dan j dengan 1s i 0 dan n ganjil ( misal, 7 = 2°x7;8 = 2x1; 12 = 2 x3). Karena bilangan bulat yang diberikan dari 1 sampai dengan 100, maka n adalah salah satu dari 50 bilangan ganjil 1, 3, 5, ..., 99. Sehingga diantara 51 bilangan yang diambil, terdapat dua bilangan dengan n yang sama. Misalkan kedua bilangan tersebut, 2«x n dan 2h xn. Jika k < h, maka 2kx n pembagi 2 x n. Jika k > h, maka 24x n pembagi 2 xn. Untuk mendapat gambaran aplikasi lebih luas, kita perumum Teorema 1.6 teorema yang ‘lebih kuat’ berikut. Teorema 1! Misalkan a1, a2, ..., ay adalah bilangan-bilangan bulat. Jika sebanyak a1 + a2 +... + an + 1 ~ n obyek ditempatkan di dalam n kotak, maka kotak pertama mendapat paling sedikit a1 obyek, atau kotak kedua mendapat paling sedikit az obyek, ..., atau kotak ke-n mendapat paling sedikit an obyek. Bukti: Andaikan untuk setiap i, 1 . asx* disebut deret a kuasa. Bila ada bilangan positif R sedemikian hingga deret kuasa ini konvergen untuk setiap x dengan |x| 0 a wl sJika k=0 2.2 Definisi Fungsi Pembangkit Misal (@q) = (@o, a1, 22, ..) adalah suatu barisan. Fungsi Pembangkit Biasa (FPB) dari barisan (a) didefinisikan sebagai berikut: P(x) = y ax Say + ax + ax? ar? +... (2.2.1) Fungsi Pembangkit Eksponensial (FPE) dari (a) dide- finisikan sebagai berikut: PQ)= > an = sataxta Feat 24. 22) Misalnya, Pajrerniext# adalah fungsi pembangkit non dari barisan aL a Ls atau fangs pembargtehaponercial dar baisan (11,1,1,...). Bila diberikan suatu barisan, maka kita sering diminta untuk menuliskan fungsipembangkit dari barisan tersebut dalam bentuk serdahana mungkin. B Ketut Budayasa CONTOH 224: 1), Tulis bentuk sederhana fungsi pembangkit biasa dari barisan- barisan berikut: tid © O05 ar gen)! ©). 0,2,4,6..,2n,..). 2). Jika an =n, untuk n> 0, tentukan FPE barisan (as). Penyelesaia 1). (@) Fungsi pembangkit dari barisan yang dimaksud adalah: eed PQ) = att De tite. . ie = arr tert = eex-1 (dari persamaan (2.1.1) (b). Fungsi pembangkit yang dimaksud ialah: PQ) = 2x+d2t 6S +... nxt... wt byte yet 4 LEA a HOM.) Untuk |x| <1, dari identitas (2.1.3), diperoleh 2x Po) =a 2). Fungsi Pembangkit Eksponensial barisan (an)=(n) adalah at Se P)= a = on 7 eee ee 2-0! (dari identitas 2.1.1) Ketut Budayasa CATATAN: Penjumlahan, pengurangan —maupun perkalian dua fungsi pembangkit atau lebih, dapat dilakukan dengan. cara yang sama seperti halnya menjumlah, mengurangkan ataupun mengalikan’ dua polinomial atau lebih. Dengan demikian, diperoleh pernyataan berikut. Jika A(x) =) aaxt dan B(x) = )) ba xa, maka = = AG) BG) =F at by)2e. (2.23) = Selanjutnya, dari perkalian antara A(x) dan B(x), diperoleh A(x) - B(x) = (a0 + arx + a2 x2 tax +. tanx® +.) (Bo + bax + ba x2 +bax? + ...+bax® +...) = agbo + (aabrtaiby)x + (aobztaibr+aaba)x? +... wet (aobn tarbpat...tanbnit...tanbo)xt +... DD ax baa), = oh Dengan demian, diperolch formula berikut. & are ( baxt) = y & ae bos) x (2.2.4) Jikea (an), (br), ‘dan (ca) adalah barisan-barisan bilangan real 45 Ketut Budayasa sedemikian hingga cn = y ax bt, maka kita katakan: (cx) adalah konvolust dari (ax) dan (by), yang citulis (Cx) = (an) * (Bs). CONTOH 222: Cari barisan (ca) dengan Fungsi Pembangkit Biasa xtxé Fo)" 4a Penyelesaian: Misal P(x) = (x8 + x6)(1- x)=)” caxt = Jelas bahwa x° + x® adalah fungsi pembangkit biasa dari barisan (as) = (0, 0, 0, 0, 0, 1, 1, 0, 0, ... .). Selanjutnya dari Formula (2.1.2) dan definisi fungsi pembangkit kita ketahui bahwa, (1 - x)" adalah fungsi pembangkit biasa dari barisan (bs) = (1, 1, 1, ... ). Sehingga dari Formula (2.24), diperoleh; co = 3 anbox es =a (karena b,=1, untuk setiap i), a Dengan demikian (cx) = (0, 0, 0,0, 0, 1, 2,2, 2,..), atau 46 Ketut Budayasa CONTOH 22.3: Cari barisan bilangan real (ay = 1, a1, az a...) yang memenuhi )° anaek=1,untuk semuan € {0,1,2,3,...}. Penyelesaian: Misal P(x) = 3° an x" adalah FPB barisan (ae). Dengan a mengkuadratkan P(x) diperoteh POR(S aneK Save) => (E ame (dari (2.2.4) ee ea =y (earena 5” axane=1) & = qr untuk Ix} <1. (dari (2.1.2)) Dengan demikian, P(x) (Lay? “> (3 Ape (dari 2.1.4) Jadi, barisan yang dimaksud adalah (an), dengan 4 Ketut Budayase 1 wn=0 cor BEDEDC* n>0 n=0 = n>0 CONTOH224: Jika P(x) = ic adalah Fungsi Pembangkit Eksponensial barisan (a,), tentukan nilai ay. Penyelesaian: Karena P(x) Fungsi Pembangkit Eksponensial barisan (an), berdasarkan definisi, P(x) = Sa, 22. Sehingga aq adalah koefisien = dalam Poo, u Tox Tes = (SoZ]Eor] (dari 2.1.1 dan 2.1.2) n= 8 ee P= (dari 2.2.4) Ketut Budayasa Dengan demikian, = [Fyre an = (She Jee neo. 23. Fungsi Pembangkit Untuk Kombinasi Misalkan terdapat tiga macam obyek berbeda a, b, dan c katakan. Kita diperkenankan memilih: 0, 1, atau 2 obyek a; dan 0 atau 1 obyek b; dan 0 atau 1 obyek ¢, Pertanyaan yang muncul ialah: ada berapa cara memilih k obyek? Untuk menjawab pertanyaan ini, akan diterapkan fungsi pembangkit. Misalkan t, menyatakan banyaknya cara memilih k obyek. Kita coba menyelesaikan masalah ini dengan fungsi pembangkit biasa P(x) = D te xk Karena obyek a dapat dipilih 0,1, atau 2 kali; dan obyek b dapat dipilih 0 atau 1 kali; dan obyek c dapat dipilih 0 atau 1 kali, maka ekspresi yang dipakai adalah: Ua + (ax)! + (@xP?] (bx) (bx)! ] (x)?+(E9!] (2.3.1) Perhatikan bahwa (ax)? mengindikasikan bahwa obyek a tidak terpilih, (ax)! mengindikasikan bahwa obyek a texpilih satu Kali; (ax)? mengindikasikan bahwa obyek a terpilih dua kali; demikian pula (bx) mengindikasikan kemungkinan obyek b tidak terpilih; dan seterusnya, Selanjutnya, ekspresi (23.1) dapat disederhanakan 49 Ketut Budaya: menjadi: (1 + ax + a? x2)(1 + bx(1 + cx), dan setelah dijabarkan diperoleh, 1 + (atbte)x + (abtbctactat)x? + (abetatb+a%)x + atbext Q Pethatikan, Koefisien x? dalam (23.2) wart semua kemungkinan memilih 3 obyek ( dengan syara yang diperkenankan) yaitu: a, b, dan c; atau a, a, dan b atau a, a, danc. Demikian pula koefisien dari x? memberikan semuz Kemungkinan memilih dua obyek yaitu: a dan b; atau t dan c; atau a dan c; atau a dan a. Hal yang sama berlake untuk Koefisien-Koefisien yang lain. Setiap suku dari Koefisien x? berkorespondensi dengan satu cara memilih 2 obyek. Sehingga, banyak cara memilih 3 obyek sama dengan banyak suku dari koefisien x°. Agar setiap suku tersebut bernilai 1, salah cara yang mudah adalah dengan mensubstitusi nilai a, b, dan c masing-masing dengan 1. Jika a, b, dan c¢ dalam (23.2) masing-masing disubstitusikan dengan 1, diperoleh ekspresi berikut. P(x) =143x 4x2 +338 + xt =(1+x+x1 + xJ(1 +x) Selanjutnya, P(x) disebut fungsi_-pémbangkit dari permasalahan menentukan ya cara memilih k obyek dari 3 macam obyek berbeda, dimana obyek pertama (obyek a) bisa dipilih sebanyak-banyaknya 2; obyek kedua (obyek b) bisa dipilih sebanyak-banyaknya 1; dan obyek ketiga (obyek c) bisa dipilih tidak lebih dari 1. Perhatikan bahwa banyak cara memilih 3 obyek sama dengan koefisien >, yaitu 3. Begitu juga, banyak cara memilih 2 obyek sama dengan koefisien x2, yaitu 4. 50 Ketut Budayasa Tampak bahwa, koefisien x* dalam P(x), menyatakan banyak cara memilih k obyek dengan syarat yang ada. Secara umum diperoleh: Misalkan terdapat p tipe obyek berbeda: dan terdapat m1 obyek tipe 1, nzobyek tipe 2, ... np obyek tipe p. Misal t; menyatakan banyaknya cara mengambil k obyek dimana dibolehkan mengambil sembarang banyak obyek tiap tipe. Fungsi pembangkit untuk t, adalah P(x) = 7 tuxdengan PO) = (Lt x txt +. bx Lt xt att. + xm)... om (Ltxtxt+ tx"), Bilangan ty diberikan oleh koefisien xt dalam P(x). CONTOH 2.3.1: Tentukan banyak cara memilih r obyek dari n obyek berbeda, dimana pengulangan tidak diperkenankan. Penyelesaian: Terdapat n obyek berbeda. Karena pengulangan tidak diperkenankan, maka setiap obyek dapat dipilih 0 atau 1 kali saja. Sehingga fungsi pembangkit dari permasalahan tersebut adalah: =(txe Y ("}e (Teorema Binomial) = st Ketut Budayas Banyak cara memilih (tanpa pengulangan) r obyek dari 1 obyek berbeda adalah koefisien x* dalam P(x) yaitu () dengan 0 0 koefisien x* dalam P(x) adalah: ( "| \-1y = Caren=Dacnore) (-y r 7 32 = (trp! ri(n—D! _ mr A Untuk r = 0, koefisien dari xt dalam P(x) ialah: —n) no, _(nt0-1 (orf 0 Sehingga, untuk r > 0, Eee") Dengan demikian, Pe)= 5 foal Jadi, banyaknya cara memilih r obyek dari n macam obyek berbeda dimana pengulangan diperkenankan, sama dengan koefisien xt dalam P(x) yaitu: (" te r CATATAN: '), Dari penyelesaian soal diatas, diperoleh bahwa untuk bilanganbulat positif n berlaku LY] &(ntr-1), (4) = x" ‘s (F233) 3B Ketut Budayasa ii). Jika n bilangan bulat non negatif dan x # 1, mudah ditunjukkan identitas berikut. en slextetee +e” (F232) =x CONTOH 23.3: ‘Ada beberapa cara k huruf dari huruf-huruf onsonan terpilih paling sedikit satu dan setiap vokal terpilih paling banyak 10? Penyelesaian: Pethatikan bahwa dalam kata SURABAYA terdapat enam huruf yang berbeda; yaitu 4 konsonan: §, R, B, Y, dan 2-vokal: O dan A. Karena setiap konsonan terpilih paling sedikit satu maka setiap kkonsonan tersebut berasosiasi dengan sebuah faktor (x + 32-420 + xt+ 36 + ..) dalam fungsi pembangkit. Selanjutnya, karena setiap vokal dapat dipilih sebanyak-banyaknya 10, maka setiap vokal tersebut berasosiasi dengan sebuah faktor (1 +x +22 +. + x10), Dengan demikian fungsi pembangkit dari permasalahan di atas adalah: PQ) = (Axe tthe WL tae + IO (dari F 2.1.2 dan F23.2) = xt (atpLxys = 6-25 + a9 GL4g6 . (aes enay SPH (di F231) al Ketut Budayasa 30" ‘ye (or ‘ a ae | ECU aga Ea Banyak cara yang dimaksud = koefisien x* dalam P(x) a ifkak<4 (2) jjikad sk <14 - (24) (e } jee 5B sks26 k+L ‘k+10 k-21 , jikak (i a i ss) (23) ihka k > 26 CATATAN: Dari Contoh 23.1, 232, dan 233, kita lihat bahwa fungsi pembangkit tidak’ tergantung dari banyaknya obyek yang diambil secara Keseluruhan, tetapi hanya tergantung’ pada syarat-syarat banyak tiap obyek boleh diambil. Fungsi Pembangkit Biasa dapat digunakan unt memecahkan masalah identik ke dalam sel-sel berbeda Ketut Budaya. CONTOH 2.3.4: Dengan _berapa cara 60 obyek yang identik dapz ditempatkan di dalam 4 sel (kotak) yang berbed sedemikian hingga: () _ setiap kotak mendapat paling sedikit satu obyek? (i) setiap sel (kotak) mendapat paling sedikit 10 obye! dan tak lebih dari 20 obyek? Penyelesaian: @) Karena ada 4 kotak dan setiap kotak mendapat palin, sedikit satu obyek, maka fungsi pembangkit untul permasalahan tersebut adalah: PO) = (4x2 4) 1 = xf pop) santa |x}, (dari 2.1.2) e(4+r-1) , -«3f? (F231) $0" flr Jadi banyaknya cara menempatkan 60 obyek yang identik ke dalam 4 kotak yang berbeda sedemikian hingga tiap kotak mendapat paling sedikit satu obyek adalah koefisien a 5643 (59 . x dalam P(x), yaitu & ) = (2) = 32.509. 56 Ketut Budayasa (i) Karena ada 4 sel berbeda dan setiap sel mendapat paling sedikit 10 obyek dan tak lebih dari 20 obyek, maka fungsi pembangkit untuk persoalan tersebut adalah: : P(x) = (10-4 x 1+, x20ye <(S J = xtO(LxMYi(L-x)4 Bf reef Kita tertarik dengan koefisien x® dalam P(x). Untuk itu Kita cari bilangan bulat s dan r, sedémikian hingga; 40+1lis+r=60,00, Nilai s dan r yang memenuhi adalah s=1danr=9;ataus=Odanr=20. Sehingga, banyaknya cara yang dimaksud adalah koefisien dari x dalam P(x), yaitu Ged") = 1771-880 = 891. Fungsi pembangkit biasa juga dapat digunakan untuk menentukan banyaknya_penyelesaian (solusi) bulat dari_suatu persamaart linear beberapa peubah dengan syavat tertentu. Ketut Budayase CONTOH 2.3.5: Tentukan banyaknya solusi bulat dari persamaan berikut: xi t70 + x34 x4 +x5= 100, x1 20; ie {1,2,3,4,5}. Penyelesaian: Pethatikan bahwa (0,0, 0, 25, 75) adalah salah satu solusi bulat yang dimaksud, Begitu pula (0,5,20,5, 70), (2,3, 7, 28, 60) adalah solusi-solusi bulat dari persamaan tersebut. Karena dalam persamaan tersebut terdapat 5 peubah, maka fungsi pembangkit dari permasalahan memuat 5 faktor. Selanjutnya, Karena setiap peubah x: > 0, maka setiap faktor dari kelima faktor dalam fungsi pembangkit tersebut adalah: (1+x+22+58 +..), Schingga fungsi pembangkit dari persamaan diatas adalah: PR) =(Ltxtx24994..8 -(4) untuk | |<1 Ix @(S+r-l), “30 Banyaknya solusi bulat yang dimaksud adalah Koefisien x100 dalam P(x), yaitu fos (a) -(2) 24 Fungsi Pembangkit Untuk Permutasi Fungsi Pembangkit Biasa memberikan pendekatan yang mudah dan sistematis untuk memecahkan masalah-masalah umum yang melibatkan kombinasi ataupun pendistribusian 58 Ketut Budayasa obyek-obyek yang identik ke dalam sel-sel yang berbeda. Pada bagian ini kita akan menerapkan teknik serupa’ untuk memecahkan masalah-masalah umum yang melibatkan. Permutasi ataupun pendistribusian obyek-obyek yang berbeda ke dalam sel-sel yang berbeda. Untuk maksud ini, proposisi berikut penting. Proposisi 2.4.1: Misalkan terdapat ki obyek tipe satu, ke obyek tipe dua, ... dan ky obyek tipe n. Jika semua obyek tersebut dipermutasi, make banyak permutasi yang mungkin adalah: (& Rll ,! Jika semua obyek berbeda, maka terdapat (5) jajaran a (permutasi). Tapi obyek-obyek kita tidak semuanya berbeda, sehingga bilangan ini terlalu besar. Pikirkan sebuah jajaran dari terdapat J", obyek yang berbeda, a Jika kita ganti I; obyek tipe i yang berbeda dengan ki obyek yang identik, maka It! jajaran akan sama, Karena 11 n, kita pars meno bargan total ern yang ung degen ‘Sebagai contoh, banyaknya cara menjajar (banyaknya Perma) di rier bb) ala aryl peut dati faaabb) adalah = 10; yaitu aaabb, aabab, abaab, 59 Ketut Budayasa baaab, baaba, babaa, bbaaa, aabba, abba, ababa, Mudah St diselidiki bahwa hanya terdapat {a,b,b,c,c}. Selanjutnya, mari kita tinjau permasalahan berikut. Berapakah banyak kata sandi dengan panjang k yang dibentuk dari tiga huruf yang berbeda yaitu a, b, dan ¢ dengan syarat setiap kata sandi memuat: paling banyak satu b, paling banyak satu c, dan sampai tiga a? ‘Yang dimaksud dengan panjang suatu kata sandi adalah banyaknya huruf dalam kata sandi tersebut. Pethatikan bahwa kita lebih tertarik dengan perhitungan permutasi daripada Kombinasi. Walau begitu, kita mulai dengan perhitungan Kombinasi, banyaknya cara untuk mendapatkan k huruf bila diperkenankan mengambil paling banyak satu b, paling banyak satu c dan paling banyak tiga a. Untuk itu, seperti telah dibahas banyak cara memilih k huruf (dengan syarat yang ditentukan) adalah: (tax + a2 + PX) + byl +09. ‘Setelah dijabarkan dan disederhanakan diperoleh, 14 @+b+chx+ (+ ab+act by) x?+ (+ abet a +a%)x0 + @be+ abt Bq) xt+abos (242) =30; permutasi dari int Ketut Budayasa Koefisien x dalam (24.1) menginformasikan semua cara yang mungkin untuk mendapatkan k huruf. Misalnya, terdapat tiga cara memilih 4 huruf yaitu: {a,a,b, aaa aac}. Menurut Proporsi 24.1, jika dipilih fa, a, b, c }, terdapat sa 12 permutasi yang bersesuaian, yaitu: aabe, aach, abac, abca, acab, acba baa, baac, baca, cba, caab, caba. Jika dpi ( a, a, a b ), terdapat 4 permutasi_ yang bersesuaian, yaitu: aaac, aaba, aba, dan baza. Dan untuk { 2, a, a,c}, terdapat = 4 pemuatasi yang bersesuaian yaitu: aaacjaaca, acaa, dan caaa. demikian, banyak kata sandi dengan panjang 4 yang dapat dibentuk adalah 2am” Sat 3a" (242) Pertanyaan yang menarik adalah bagaimanakah kita dapat memperoleh bilangan (242) tersebut tanpa. harus mendaftar semua kata sandi dengan panjang 4? Jelas FPB tidak bisa dipakai dalam hal ini, Untuk itu kita coba menggunakan FPE, Dalam hal ini, ekspresi 2” berarti banyaknya huruf a dalam kata sandi tersebut adalah p. Begitu juga, ekspresi 2" dan 2" , secara berturut-turut, berarti banyak huruf b dan ¢ dalam kata sandi tersebut adalah q danr. 61 Ketut Budayasa Dengan demikian fungsi pembangkit dari permasalahan or 24? aa? P(x) (wgeez +e [eu g) ab , ac , be eae “eee Se eee, 2 in i nat * 2am * 2m abe ab ac), abe , (3 age), a0" Setelah a, b, dan « sasing-masing diganti dengan.1, diperoleh 2x . x) roe (eseSes ste Liye tae siftetithaft tty taf we ae oe i Ternyata skematik ini belum merupakan skematik yang memuaskan, Karena koefisien x* dalam (2.4.3) belum identik dengan (2.4.2). Akan tetapi skematik jalan, bila kita pikir ini sebagai fungsi pembangkit eksponensial dengan memperhatikan koefisien dari z. Sebingga (2.4.3) dapat :ditulis sebagai berikut Ketut Budayasa Terlihat bahwa (24.2) sama dengan koefisien = dalam (2.4.4). Selanjutnya, P(x) pada (24.4) merupakan — Fungsi Pembangkit dari permasalahan diatas. Koefisien x dalam P(x), ményatakan —banyaknya kata, sandi (permutasi) dengan panjang k yang dapat dibentuk dengan aturan yang telah ditetapkan. Sebagai contoh, terdapat “(5 sh Hy) kata sandi dengan panjang 4; ieee ‘ dan a(S eae Je kata. sandi dengan panjang 3. Sebagai generalisasi uraian di atas, diperoleh proposisi berikut. Proposisi 2. Misal terdapat p macam (tipe) obyek dengan ni obyek tipe-i untuk 11S p. Maka banyaknya permuctasi-k sedemikian hingga dalam setiap permutasi terdapat paling banyak ni 8 Ketut Budayesa obyek tipe-i sama dengan koefisien 7 dalam Fungsi Pembangkit Eksponensial berikut: 2 ys Pa)=fi+x4 24% fiers, 2 i Proporsi berikut —penting dalam —_pemecahan permasalahan yang. melibatkan Fungsi _Pembangkit Eksponensial. Untuk contoh selarijutnya, kita perlu definisi berikut. Barisan kuartemair adalah barisan yang unsur-unsumya hanya ‘menggunakan angka-angka 0,1, 2,3, Barisan kuartenair rangka adalah barisan kuarternair dengan panjang r. Misalnya, 1200323 atau 3101121 adalah barisan kuartenair 7-angka. Sedangkan bavisan binair adalah barisan yang unsta-unsumya hanya: mengguinakan angka 0 atau 1. Barisan binair rangka adalah barisan binair dengan panjang r. Misalnya, 101001 atau 100111 adalah barisan binair 6-angka Ketut Budeyasa CONTOH 2.4.1: @) Berapakah banyaknya barisan kuartenair rangka yang memuat paling sedikit satu 1, paling sedikit satu 2, dan paling sedikit satu 3? (0) Ada berapa barisan binair r-angka yang memuat 0 sebanyak genap dan 1 sebanyak genap pula? Penyelesaian: (a) Pada barisan kuarternair, secara umum, terdapat 4 angka yang berbeda, yaitu 0, 1, 2, dan 3. Angka 0 bisa muncul 0 kali, 1 kali, 2 kali, dan seterusnya; sedangkan untuk setiap angka 1, 2 atau 3 dapat muncul paling sedikit sekali, dan urutan angka dalam suatu barisan diperhatikan, maka untuk menjawab permasalahan di atas kita gunakan Fungsi Pembangkit Eksponensial berikut. Bo 2 3 Pe) = (txt St at oe a yp 21° 3! 21° 3! = ex(er- 1)8 = ex{e3*~ 3e% + Se -1) = ef e+ 302 ot (4x) = 3x)" (2x)" : oS are are Banyaknya barisan = koefisien dari = dalam P(x) 7 =4-33432-1 20 S4-3432-1 p20 (). Disini ada dua angka yang berbeda yaitu 0 dan 1. Karena 0 65 Ketut Budayasa dan 1 muncul sebanyak bilangan genap pada setiap barisan, ‘naka fungsi pembangkit dari persoalan tersebut adalah: PW) = (1S ! nd! (Proposisi243) *. 4 : fa Qe Ce" Ga, yt (Proposisi 2.4.2) 2 gat =14+2—-42°= +25 wee + 6 * ia ax” Banyaknya brisan yang dimaksuel adalah koeisen = dalam P(x), yaitu ae dengan bila ganjit ila r =0 20 bila r genap danr >0 CONTOH 2.4.2: Misalkan S adalah himpunan semua barisan temair nangka Jika sebuah barisan dipilih secara acak dari $, berapakah peluang barisan yang terpilih memeuat angka 0 sebanyak ganijil dan angka 1 sebahyak genap? Ketut Budayasa dan 1 muncul sebanyak bilangan genap pada setiap barisan, maka fungsi pembangkit dari persoalan tersebut adalah PQ) (Proposisi 24.3) Banyaknva barisan yang dimaksud adalah koefisien *. dalam P(x), yaitu a: dengan 0 .bila Fr ganjil ar =41 bila r =0 2" bila r genap danr >0 CONTOH 2.4.2: Misalkan $ adalah himpunan semua barisan ternair n-angka. Jika sebuah barisan dipilih secara acak dari $, berapakah peluang barisan yang terpilih memeuat angka 0 sebanyak ganjil dan angka 1 sebahyak genap? 07 Ketut Budayasa CATATAN: Fungsi Pembangkit Eksponensial, dapat digunakan untuk memecalkan niasalah pendistribusian obyek-obyek yang berbeda ke dalam sel-sel yang berbeda, CONTOH 24. () Tentukan banvaknva cara mendistribusikan r macam obyek vang berbeda ke dalam n sel yang berbeda jika setiap sel mendapat paling sedikit satu obyek? (b) Tentukan banyaknya cara mendistribusikan r macam. obyek yang berbeda ke dalam n sel yang identik, bila setiap sel mendapat paling sedikit satu obyek? Penyelesaian : (a) Fungsi pembangkit dari permasalahan ini adalah: P(X)= G + =(e-1p (kU Untuk 0 S4$”. koefisien “dalam ex adalah (n-k)" = eooten(ternenaenf') \ : dalam P(x) adalah Ecv[to-w- r 68 © Ketut Budayosa Jadi banyak cara yang dimaksud adalah: Eco} -K. sale Karena n sel identik, maka jawaban (a) harus dibagi n! Jadi banyak cara mendistribusikan r macam obyek yang berbeda ke dalam n sel yang identik sedemikian hingga setiap sel memperoleh paling sedikit satu obyek ialah: 1h) h(a : Stn) on? a (Mew (cn) dikenal sebagai “bilangan Stirling ke-dua’. Perhatikan untuk n > r, S(én) = 0, sebab tidak ada cara menempatkan r macam obyek ke dalam n> r sedemikian hingga tiap sel memperoleh paling sediikit satu macam obyek. Ketut Budayase SOAL LATIHAN-2 Oras Fungsi Pembangkit Biasa dari barisar-barisan berikut dan sederhanakan, jika mungkin! a @.00,411.1 =) 1 BOO Foketom) 1 d. (L-L>-,. oar spe” ©. 1,0,10,1, ..) 242 £Q0F,05~) “2. Tulis Fungsi Pembangkit Eksponensial dari barisan berikut! a. 63,33...) b. 01,0101.) © 613131.) . (a) =(3") 3. P(x) adalah Fungsi Pembangkit Biasa dari (as). Téntukan an 1 a1+ b.P() = a. P= 1+ OE PQ) = Pox? + Gx HT d. P(x) =2x +e? enw tee +e“) Ketut Budayasa 4. Carilah nilai aq , jika’ P(x) merupakan Fungsi Pembangkit Eksponensial barisan (aa). a. Px) =5+ €5x 45x? 158+... b. PQ&)=e*+e* d. PQ@)=(1+x9 kkovolusi dari pasang barisan berikut! 6. Misal P(x) = tererer adalah Fungsi Pembangkit Biasa dari barisan (ao). Tentukan ag! 7. Cari an dengan Fungsi Pembangkit Biasa P(x) dimana, P(x) = (1+ 10021 + 2x + 3x2 + 4x8 +...) 8. Cari ay jika P(x) Fungsi Pembangkit Eksponensial barisan (2) dan kadalah bilangan bulat positif. a P(x)= = La2at x? b P(r)= & P(Xx)= n aeae : Ketut Budayasa (@Misal A(x) dan B(x) berturut-turut adalah Fungsi Pembangkit Biasa dari barisan (a) dan (bx). Tus A(x) dalam B(x) jk; 1 jikan=0 a. an = 0, jika n=O atau n=1 4) jkan=2 b= by. jikan #02 Socbyaan #2 bo=0,bn=2 (10.)Eulis Fungsi Pembangkit Biasa barisan (ay) jika untuk n20 1oiiti1 antl, 3 nl 11. Tentukan bentuk sederhana Fungsi Pembangkit Biasa barisan (an) dengan; a a= d.aa=n(n+1) n+l . ba=2 ean= Mth n cas=nt2 fan=(apt nt 12. Carilah ay ika G(x) Fungsi Pembangkit Biasa barisan (an). & GR)=G+5x+ 5x2+ Jet B.C) = (e+ ep d.Go)= ()° Ketut Budayasa @ ‘Tentukan banyaknya cara memilih k huruf dari hurut-huruf CA,N,T,,K, sedemikian hingga: a. memuat paling sedikit satu C b, memuat tepat satu C dan paling banyak 5A c. setiap konsonan terpilih! d. setiap vokal terpilih paling sedikit 10 dan konsonan T dan K masing-masing tetpilih tidak lebih dari 20. 14. Ada berapa cara mengambil 100 huruf dari huruf- huruf — pembentuk kata. KOMBINATORIKA sedemikian hingga setiap konsonan terpilih paling banyak 20? banyak n koin (mata uang logam) yang identik di- tempatkan di dalam k kotak yang berbeda. Berapa probabilitasnya, bahwa setiap kotak mendapat paling sedikit satu koin ? 7 16. Seorang manager dari suatu perusahaan yang bergerak di bidang transportasi_ merencanakan membeli 3 jenis kendaraan baru, sedan, bus dan truk. Sang manajer ingin membeli n buah kendaraan baru yang terdiri dari paling sedikit satu sedan, paling banyak 10 bus dan sekurang-kurangnya 2 tapi tak lebih dari 15 truk. ‘Ada berapa cara hal ini dapat dilakukan, jika dua kendataan sejenis tidak dibedakan? Sebuah team tingkat nasional yang. beranggotakan 100 orang dipilih dari orang-orang dike 27 Propinsi yang ada di Indonesia sedémikian hingga tiap propinsi diwakili oleh paling sedikit dua dan paling banyak 10 orang. B Ketut Budayas 18. Ada berapa cara untuk menempatkan 50 koin yan; sama ke dalam 5 kotak berbeda sedemikian hingga (2) tidak ada kotak yang kosong (©) setiap kotak mendapat paling sedikit 5 dan pa-ling banyak 25 koin. (©) tiga kotak pertama masing-masing mendapat pa ling sedikit 10 koin ? 19. Terdapat beberapa cara untuk membagi p buah apel (yang identik) kepada q anak, sedemikian hingga; (@) setiap anak memperoleh paling sedikit 5 apel (b), setiap anak mendapat tidak lebih dari 100 dan tidal, kurang dari 10 apel. a) Tentukan banyaknya "“solusibulat" dari setiap persamaan berikut. (a) xitxzt x3 + x4 = 60,1 0,13. (3.1.2) n Ketut Budayasa Dalam relasi ini terdapat dua kondisi awal yaitu F, = 1 dan F: = 1. Kiranya perlu dicatat bahwa, kalau kondisi awal ini kita ubah nilainya, maka barisan Fibonacci yang kita peroleh tentu akan berbeda dari barisan Fibonacci di atas. Selanjutnya,misalkan n obyek yang berbeda dijajar dalam satu baris. Kemudian kita permutasikan obyek- obyek tersebut dalam baris yang sama sedemikian hingga tidak ada obyek menempati tempatnya semula. Pertanyaannya adalah: ada berapa permutasi yang mungkin? Jika dimisalkan banyaknya permutasi yang dimaksud adalah Dn , maka permasalahan ini dapat dimodelkan (akan ditunjukkan kelak) ke dalam bentuk relasi rekursif seperti berikut ini, Do=1; Da=nDpit (1), n>1, (3.1.3) Dalam hal ini Do = 1 adalah syarat awal, sedangkan Da = nDaa + (-1)" adalah bagian rekursif dari relasi rekursif 13) Setelah memodelkan suatu masalah ke dalam bentuk relasi rekursif, langkah selanjutnya adalah menyelesaikan relasi rekursif tersebut. Dalam bab ini akan dibahas beberapa tehnik untuk menyelesaikan suatu relasi rekursif. Misalnya, relasi rekursif (3.1.2) dapat diselesaikan dengan metode ‘akar karakteristik", sedangkan relasi rekutsif (3.1.3) lebih mudah diselesaikan dengan metode fungsi pembangkit. Kita juga akan bicarakan: bagaimana menyelesaikan suatu sistem relasi rekursif, Di bagian akhir dari bab ini akan dibahas sebuah masalah kombinatorik yang dapat dimodelkan ke dalam bentuk relasi rekursif yang melibatkan konvolusi. B Ketut Budayasa 3.2 Relasi Rekursif Linear Dengan Koefisien Konstanta Bentuk umum bagian rekursif dari suatu relasi rekursif linear berderajat k adalah sebagai berikut: ant hy(n) ana + ho(n)an2* ... the(n)anx= f(n), dengan hi(n), untuk setiap i, 1 < iS k, dan f(n) adalah fungsi-fungsi dalam n dan h(n) #0. Jika f(n) = 0, maka relasi rekursif tersebut disebut homogen; jika tidak demikian, disebut nonhomogen: Selanjutnya jika untuk setiap i € { 1, 2,3,.., k J, h(n) = konstanta, maka relasi rekursif tersebut dinamakan relasi\ rekursif dengan koefisien konstanta. \ Misalnya, (i) a1 =a2=0;an= ani + ana + 1, n> 3 adalah relasi rekursif linear nonhomogen derajat dua dengan koefisien konstanta. (il) ar = a2 = 0; an = ana + ana, n> 3 adalah relasi rekursif linear homogen berderajat dua dengan koefisien konstanta. (iii) a9 = a1 = 1; an = ao ana + a2 ana + and ao, > 1 adalah relasi rekursif non linear. (iv) Di = 1; Da =nDyi + (1), n> 1 adalah relasi rekursif linear nonhomogen derajat satu dengan koefisien bukan konstanta. Perlu dicatat bahwa suatu relasi rekursif berderajat k terdiri dari sebuah bagian rekursif dan k kondisi awal berurutan. Relasi rekursif demikian mendefinisikan tepat satu fungsi solusi. ~ Ketut Budayasa 3.21 RELASI REKURSIF LINEAR HOMOGEN DENGAN KOEFISIEN KONSTANTA Bentuk umum dari relasi rekursif linear homogen dengan koefisien konstanta adalah sebagai berikut: aq + Cana +... + Ckdnk =O; ck #0, (3.2.1) dengan k kondisi awal, dan untuk 1 0. CATATAN: (@ Pada dasarnya, relasi rekursif (3.2.1) dapat diselesaikan dengan menggunakan fungsi pembangkit. (ii) Untuk jenis relasi rekursif tertentu, lebih mudah diselesaikan dengan fungsi pembangkit eksponensial dari pada fungsi pembangkit biasa. Ini akan diperlihatkan pada contoh berikut. CONTOH 3.3.2: Gunakan Fungsi Pembangkit untuk menyelesaikan relasi rekursif berikut. ap=1; an nasa + 2",n21. Penyelesaian: Misalkan P(x) adalah FPE dari barisan (a). Maka, berdasarkan definisi PQ =F, Kalikan kedua ruas bagian rekursif n= nani + 2" dengan 2 emudian ‘djumlak’ untuk n = 1 sampai n = © diperoleh a2" (a agent 2) IMs xt aon i Ketut Budayesa ekuivalen dengan, a Dyom 7 a= Atau Sehingga, P(x)— 1 = xP(x) + e*- 1, Setelah disederhanakan diperoleh ra == =x Selanjutnya, akan dicari as yaitu koefisien — dalam P(x). Karena = P(e) =e oo ( Bi02"5 ) (Eiox" ) _ Biko (Bheo®) 2" jm Eseont(Ston) = One KOK Sat, Ketut Budayasa taka solusi relasi rekursif yang dimaksud adalah aah a, = nl ( 2 ‘ATATAN : Jika soal pada Contoh 33.2 diselesaikan engan FPB maka penyelesaiannya akan lebih kompleks! .4 Derangement (Pengacakan) Misal terdapat n elemen dijajar pada satu baris dan iberi label 1, 2, 3, ..., n. Kemudian ke n elemen itu ipermutasikan pada baris yang sama sedemikian hingga idak ada satu elemen menempati tempatnya semula. ebuah permutasi yang demikian disebut deragement. Jontoh: 3142 atau 4321 adalah deragement dari 1234, akan stapi 3124 bukan deragement dari 1234, sebab dalam 124, elemen 4 menempati posisinya semula (posisi ke 4). iegitu juga 4213 bukan deragement dari 1234 sebab lemen 2 menempati posisinya-semula. Mudah diselidiki ‘ahwa hanya terdapat 9 deragement dari 1234. (Selidiki!) ‘erdapat tepat 2 deragement dari 123; yaitu 231 dan 312. \da berapa deragement dari 12345? Secara umum kita ertarik dengan permasalahan berikut: Misalkan D, menyatakan banyaknya deragement dari n elemen, Berapakah Dr? Jntuk. menjawab pertanyaan ini, pertama-tama akan licari hubungan rekursif untuk Dz dan selanjutnya kita ikan selesaikan hubungan rekursif tersebut dengan fungsi vembangkit eksponensial. 91 Ketut Budayasa 3.4.1 Relasi Rekursif Untuk Da Karena hanya ada satu permutasi tanpa elemen, maka Do = 1. Untuk n = 1, Di = 0, sebab tidak ada permutasi dengan satuelemen di mana elemen itu tidak menempati tempatnya semula. Untuk n = 2 diperoleh D2 = 1, sebab hanya ada satu permutasi dua elemen di mana setiap elemen tidak menempati tempatnya semula (21 adalah satu-satunya deragement dari 12). Untuk n> 2, kita peroleh relasi rekursif untuk Dx sebagai berikut: () Pandangan sebuah elemen sebarang dari n elemen yang ada. Tanpa menghilangkan keumuman, misal elemen itu adalah elemen n (elemen dengan label n). Karena elemen n tidak boleh menempati posisi ke n; maka terdapat n-1 kemungkinan posisi dari elemen ini, yaitu mungkin pada posisi ke-1, atay ke-2 atau ke- 3, atau ke-(n-1). (i) Tanpa menghilangkan keumuman, misal elemen n ini menempati posisi ke 1. Sekarang ada dua kemungkinan posisi dari elemen 1. Elemen 1 mungkin menempati posisi ke n atau mungkin tidak. Kasus 1. Elemen 1 menempati posisi ken Elemen esses oe - 1 Posisi ke 1234 oe nl on Sekarang kita mempunyai n-2 elemen yaitu elemen: 2, 3, sey Re1 yang harus dijajar sedemikian hingga setiap elemen ini tidak boleh menempati tempatnya semula: artinya elemen i tidak boleh pada posisi ke i untuk 2 $i n-1. Ini bisa dilakukan dengan Dy2.cara. 2 Ketut Budayasa Kasus 2, Elemen 1 tidak menempati posisi ken Elemen ao (dk) . [Posisike [1234 . mb n Dalam. kasus ini, kita mempunyai n-1 elemen yaitu alemen-elemen 1, 2, 3, .. , ml yang harus dijajar sedemikian hingga elemen 1 tidak pada posisi ke-n, slemen 2 tidak pada posisi ke-2, elemen 3 tidak pada posisi ke-3 dan seterusnya, elemn n-1 tidak pada. posisi ke-(n-1). ini dapat dilakukan dengan Di cara. Jadi banyaknya deragement dari n elemen dimana elemen n menempati posisi ke-1 adalah Daz + Dna. Telah disebut pada bagian {), bahwa ada n-1 kemungkinan posisi dari elemen n. 3ehingga, untuk n > 2, diperoleh hubungan, Da = (n-1)(Dna + Dna). Persamaan ini dapat ditulis sebagai berikut, Da =nDpa -Dna + (n-1)Dn2 ekuivalen dengan Da= Dp =~ (Dna - (n-1)Dn2). 4.1) Misalkan an = Dn ~ Dra, maka (3.4.1) menjadi an=-ant, (N22) Karena a1 =Di-Do=0-1=-1, maka nei 93 Ketut Budayasa Dengan demikian, relasi rekursif untuk Dn adalah sebagai berikut, Do=1;, Da=nDni + (I), n21. 3.4.2 Mencari Formula untuk Da Diatas telah ditunjukkan bahwa, untuk n > 1, berlaku hubungan Da=nDpa + (1) 42) Kita akan selesaikan relasi rekursif ini dengan fungsi pembangkit eksponensial. Untuk itu kita misalkan, P(x) = 50, 2. = E08 Kalikan kedua ruas dari (84.2) dengan = dan “diambil sigmanya” untuk n 21, diperoleh oe Sy = = 2d. + LY 3.4.3) Lape L UN G43) Ruas kiri dari (3.4.3) dapat ditulis sebagai berikut So SY pe LT a DG = P(x) - 1 Ketut Budayasa ‘Suku pertama ruas kanan (3.4.3) adalah, ee. DP DP Gop. ‘Suku kedua ruas kanan persamaan (3.4.3) adalah: eh Gat OTL ae Sehingga (3.4.3) dapat ditulis sebagai berikut: P(x) -1=x P(x) + ex-1, ekuivalen dengan, Pe) = | Karena ey maka Pe)= Sse oS 95 Ketut Budayasa - re * (cumus konvolusi) =F ae ys a Dengan demikian Dn = a yor CATATAN: Kalau kita coba menyelesaikan relasi rekursif untuk Ds ini dengan fungsi pembangkit biasa, maka kita akan terbentur dengan persamaan deferensial yang tidak mudah untuk dipecahkan! 3.5 Sistim Relasi Rekursif Adakalanya suatu permasalahan dapat dimodelkan ke dalam bentuk sistem rekursif, Sistem rekursif melibatkan paling sedikit dua rekursif yang terkait satu sama lainnya. Sebagai ilustrasi, ikuti uraian berikut. Misal an menyatakan banyaknya barisan binair n- angka yang memuat “0” sebanyak genap dan “1” sebanyak genap; bn menyatakan banyaknya barisan binair n-angka yang memuat 0" sebanyak genap dan ”1” sebanyak ganjil; cq adalah banyaknya barisan binair n- angka yang memuat "0" sebatiyak ganjil dan “1” sebanyak genap; dan da adalah banyaknya barisan binair n-angka yang memuat ”0” sebanyak ganjil dan ”1” sebanyak ganjil. 96 Ketut Budayasa Karena setiap barisan binair n-angka yang memuat ‘0” sebanyak genap dan “1” sebanyak genap dapat tiperoleh dari sebuah barisan binair (n-1)-angka yang nemuat "0" sebanyak genap dan "1" sebanyak ganjil dengan menambah/menyisipkan sebuah digit “1”; atau jebuah barisan binair (n-1)-angka yang memuat "0" ebanyak ganjil dan “1” sebanyak genap dengan nenambah/menyisipkan sebuah digit "0", maka jiperoleh hubungan sebagai berikut: an=baa tent, N21 3egitu pula, setiap barisan binair n-angka yang memuat ‘0” sebanyak genap dan “1” sebanyak ganjil dapat Jiperoleh dari: sebuah barisan binair (n-1)-angka yang nemuat “0” sebanyak genap dan “1” sebanyak genap dengan menyisipkan sebuah digit 1”; atau sebuah barisan sinair (n-1)-angka yang memuat “0” sebanyak ganjil dan "1" sebanyak ganjil dengan menyisipkan sebuah digit “0”. 3ehingga diperoleh hubungan sebagai berikut, ba=ani + dna, N21 Dengan argumen yang serupa dapat ditunjukkan bahwa antuk c, dan de, untuk n 2 1, berturt-turut berlaku aubungan sebagai berikut, n= ana + daa danda= bat + cnt felas bahwa ao = 1 dan bo = co = do = 0. Jadi relasi rekursif untuk an, br, ¢r, dan dn diberikan oleh sistem rekursif berikut, an=bnitcet, n2t a= ana + dna, n21 n= ana + dea, N21 da = Daa + cna, N21 dengan kondisi awal ao= 1, bo = co = do = 0. Ketut Budayosa Selanjutnya digunakan fungsi_pembangkit untuk menyelesaikan system rekursif tersebut. Misalkan A(x), Bix), C(x), dan D(x) berturut-turut adalah fungsi pembangkit biasa dari ar, br, Gn dan da. Diperoleh, A(X) = a0 + aixt an? +. = a0 + (bot cox + (br + cH)x? + = ao + x(bo + bix + bax? + ...) + x(co + crx + eax? +...) = 14 x Bex) +x C(x); B(x) = bo + bix+ box? +... = bo + (a0+ do)x + (ar + dix? +... = 0+ x(ao + anx + ax? +...) + x(do + dix + dax? + = xA() + x D(X); Cx) = co + ext OX? + = co + (a0 + do)x + (ar + di)? +... = 0+ x(a0 + arx + ax? +... + x(do + dix + dox? + ...) = xA(x) + x DQ); DQ) =do+ dix+ dx? +. = do+ (bo + ca)x + (bi + bi}? +... = 0+ x(bo + bix + box? +...) #x(co + crx + xX? +...) = xB(x) + x C0); Dengan demikian, kita peroleh sistem persamaan dalam A(x), B(x), C(x), dan D(x) seperti berikut ini. A(x) = 1 + xB(x) + xCQ) B(x) = xA(x) + xD(x) (x) = xA() + xD(x) D(x) = xB(x) + xC(x) Mudah dicari bahwa penyelesaian sistim ini adalah, 98 Ketut Budayesa Selanjutnya kita cari koefisien x* dalam A(x), B(x), C(x), dan D(x). Karena, 1-237 1 2x7 A=} =4e 1-Qxy 1-Qx? np fl tl = 24 2 2 2 12x 1-2e 12x 1 = 13 Gn'+ Leo's LF C0'- Levent 2m 2m 2m 2 Scare ty ee Xe -2)ty ay Lata fs alee 3 (2) = 2-2)? +2.2"? -(-2)"7 - 20? = (-2)92 + 202 Ketut Budayosa atau 1 jikan=0 an = {2-1 | jikangenapdann>2 0, , jikan ganjil Selanjutnya, karena 1 a Bo) = eas &) = e 2x 1+2x - “ig Yeo -Z¢ pas, maka lige _poym_ [0 dik m Benap. rid @y {es Jikan ganjil. Perhatikan bahwa C(x) = B(x), sehingga jelas ca = bn. Akhirnya, De) = Ketut Budayesa Dengan demikian, 1 1 2D pnt 1 ayn 2 2 (0 dn fami. n> dann genap 0 / nn ganjil ataun=0 3.6 Relasi Rekursif Melibatkan Kovolusi Beberapa permasalahan dalam Kombinatorika dapat dimodelkan ke dalam bentuk. rekursif yang melibatkan konvolusi; seperti terlihat berikut ini. Misalkan diberi sebaris n bilangan, x1, x2, ..., Xn. Kita perintahkan “komputer” untuk mencari hasil kalinya. Terdapat banyak cara untuk mendapatkan hasil kali tersebut. Misalnya untuk n = 3; pertama-tama mungkin komputer mengalikan x: dan x2, kemudian mengalikan hasil kali ini dengan xs; atau mungkin x2 dan xs dikalikan terlebih dahulu, kemudian hasil kali ini dikalikan dengan x. Kita bisa bedakan kedua cara ini dengan menyisipkan tanda kurung yang sesuai di dalam deretan bilangan x1, x2, xs, sehingga cara pertama dan kedua, berturut-turut dapat ditulis sebagai berikut: ((x1xa)xs) dan (x1(x2x:)). Dalam hal ini komputer tidakdapat mengalikan x1 dengan xs terlebih dahulu, karena dalam deretan tersebut terdapat bilangan x2 diantara xi dan x3. Dengan kata lain, komputer hanya mampu mengoperasikan dua bilangan yang letaknya berdekatan setiap kali pengoperasian. Dengan demikian untuk n= 4, terdapat 5 cara yang berbeda seperti berikut: (((xa%2)xa)x4),_ ((1(%2%9))x4),_ (1 (G2%8)4)), Pa Gasxa))), ((<1%2)(x0x1)). Sedangkan untuk n = 2 terdapa satu cara saja, 101 Ketut Budayasa yaitu (x:x2). Kalau diberi barisan n bilangan, pertanyaan yang muncul adalah sebagai berikut: dengan berapa cara berbeda menginstruksikan komputer untuk mendapatkan hasil dari barisan n bilangan tersebut? Misal Kn menyatakan banyak cara untuk mendapatkan hasil kali (dengan aturan di atas) dari barisan n bilangan. Jelas bahwa Ki = 1; Ke = 1; Ks = 2, dan K4 = 5, Selanjutnya untuk n > 2, relasi rekursif untuk Ka dapat diperoleh dengan cara berikut: Perhatikan “perkalian terakhir” yang dilakukan untuk menentukan hasil kali dari n bilangan x1, x2... , Xn Ini melibatkan hasil kali dari dua subperkalian x1, .., xr dan Xre1, Xrt2, «, Xqt dimana 1s r 1, 2n-2 ( ” } (3.65) a n-1 CATATAN: Telah disebut pada bab terdahulu dalam buku ini (pada halamn 16) bahwa bilangan dalam (3.6.5) disebut bilangan Catalan. 105 Ketut Budayasa SOAL-SOAL LATIHAN-3 1, Selesaikan. relasi rekursif berikut dengan metode akar karakteristik! a, a= a2= Tjan= ana + an2,n23 b. ao = 0; a1 = -1; an = Zana - Wang, N22 €.a9= a = 1; an=2ana+3an2, N22 dai = 2; a2 = 6; an- dani + 4an2=0, n23 e.a9 = 0;a1 = 1; a2= 2; n= 9ant - 15an2 + ans, n>3 fap =O; a1 = 1; a2= 2; 03 =3; an + 2an2+ ans=0, n24 Bag = a1 = a2 = 0; a3 = 5; an = 10ana ~37an2 + 60an3-36an4, N24. 2. Misalkan x1 adalah sebuah akar karakteristik dari relasi rekursif (3.2.1): a. Bila x; adalah akar karakteristik rangkap dua, tun- jukkan bahwa x? dan nx? adalah solusi-solusi dari @.21). b. Bila x: adalah akar karakteristik rangkap tiga, tun- jukkan bahwa x7, n x7, dan n? x} adalah solusi- solusi dari (3.2.1), ¢. Perumum, untuk x: adalah akar karakteristik rang- kapm. 3. Misal ay menyatakan banyaknya cara untuk menem- patkan n obyek berbeda di dalam 5 kotak. Tulis dan selesaikan relasi rekursif untuk an! Ketut Budeyasa 4, Sebuah tangga memiliki n buah anak tangga. Saudara diminta menaiki tangga tersebut dengan aturan sebagai berikut: setiap kali melangkah, saudara diperbolehkan “melangkah” satu atau dua anak tangga sekaligus. a. Jika ba menyatakan banyaknya cara yang berbeda saudara dapat menaiki tangga dengan n anak tangga tersebut, tulis relasi rekursif untuk bn. b. Selesaikan relasi rekursif pada soal (a). 5. Selesaikan relasi rekursif berikut dengan fungsi pembangkit! a.a1=3; ani = 2an+ 4%, n20 b.ao=0; avi =ant+n+7; n20 cc. ao = 2; ar = 1; ane ~ Zane + an = 2520 d. ag = 1; ans = 2m an + 2an + 2;20 €.a0= 2;an= Qn ani tn, n21 £.a0=0}an= ana +2", n21 8.20 2;an ani + n(rrl)n21 Gambarlah n buah garis lurus pada bidang datar, sedemikian hingga setiap pasang garis berpotongan di satu titik dan tidak ada tiga garis berpotongan di satu titik, Bila ba menyatakan banyaknya daerah (region) yang terbentuk, maka tulis dan selesaikan relasi rekursif untuk bn a Ketut Budayasa 7. Sebanyak n buah lingkaran digambar pada sebuah bidang datar sedemikian hingga setiap dua lingkaran berpotongan di dua titik yang berbeda dan tidak ada tiga lingkaran berpotongan di satu titik. Banyaknya daerah yang terbentuk dilambangkan dengan Rn. a. Tulis Relasi rekursif untuk Ra b. Cari formula untuk Ra v8. Selesaikan sistem rekursif berikut! aa=bi=a=1 ant = ant Daten -n21 bast = 48 - cn met cmt = 4 ~ By, met b.ao=1,bo=co=0 n= 2ana + dna + cna ,n21 ba=bna-cea +49 ,n21 Cn=Cri-ber +44 jn 21 “9, Diberikan: an : banyaknya barisan ternair n-angka yang memuat “0” sebanyak bilangan genap dan “1” sebanyak bilangan genap. ba : banyaknya barisan temnair n-angka yang memuat "0" sebanyak bilangan genap dan 1” sebanyak a : banyaknya barisan ternair n-angka yang memuat "0" sebanyak bilangan ganjil dan “1” sebanyak .,, »,bilangan genap. “a. ‘Talis sistem rekursif yang memuat an , ba , dan ca! Selesaikan sistem rekursif dalam soal (a)! Ketut Budayasa “10. Selesaikan relasi rekursif berikut! is} aag=1;an= >) akanka = -n21 8 bags ar=1jan= >) anka ,n22 ¢.a0= a= 1; an= Ak ank2, N22 EME EM: . Gambarlah 2n titik pada sebuah lingkaran. Pasangkan dua titik pada lingkaran tersebut dengan ruas garis sedemikian hingga tidak ada ruas garis, yang saling berpotongan. Misal by menyatakan banyaknya cara memasangkan ke 2n titik tersebut. a. Tulis relasi rekursif untuk b! b, Selesaikan relasi rekursif pada soal (a)! Perhatikan permasalahan Menara Hanoi berikut! Pada bidang papan ditancapkan tiga buah tiang A, B, dan C, katakan. Sebanyak n buah cakram berdiameter berbeda diletakan pada salah satu tiang (tiang A katakan) secara tersusun, dari bawah ke atas, dari cakram diameter terkecil. Menara akan dipindahkan ke tiang lain (B atau C), dengan aturan sebagai berikut. (i) Setiap kali memindah hanya boleh memindahkan satu cakram dari satu tiang ke tiang lain; (ii) dalam susunan cakram, tidak boleh cakram diameter besar di atas cakram diameter kecil. Jika an menyatakan banyak cara sesedikit mungkin untuk memindah menara dengan n. cakram, tentukan relasi rekursif untuk an, Kemudian selesaikan relasi rekursif tersebut! 109 Ketut Budayas. BAB4 BRINSIP INKLUSI-EKSKLUSI 41 PENDAHULUAN ‘Misalkan Sadalah suatu himpunan dari N obyek dan ai 2 w~ @q adalah sifatsifat yang mungkin dimiliki oleh obyek obyek yang ada di S. Sebuah obyek di S mungkin saja memilik beberapa (bisa nol) sifat dari sifat-sifat yang ada. Banyakny: obyek S yang mempunyai sifat ai dilambangkan dengan N(@) sedangkan N(a;) menyatakan banyaknya obyek S yang tidal memiliki sifat a: Dengan demikian, N=N@)+N@’) Selanjutnya N(ai ai) menyatakan banyaknya obyek ¢ yang memiliki sifat ai dan a, dan N(ai’ a) melambangkar banyaknya obyek yang tidak memiliki sifat aj maupun a; Begitu pula, N(ai‘aj) menyatakan banyaknya obyek yan; memiliki sifat aj tapi bukan sifat aj. Secara umum N(ait, ai: «= 8) adalah banyak obyek S yang memiliki sifat-sifat an ap, , dan a. Misalkan A adalah himpunan bagian dari S yan; anggota-anggotanya memiliki sifat a: dan B adalal himpunan bagian dari S yang anggota-anggotany: memiliki sifat a2. Maka himpunan bagian dari $ yan, anggota-anggotanya memiliki sifat a, dan a2 adalal AB. Begitu pula himpunan bagian dari S yang anggota anggotanya tidak memiliki sifat a1 maupun a2 adalal A®® B’ yang sama dengan (A U BY’. 0 Ketut Budayasa Kita peroleh, IS] =N, |A]=N@), |B] =N(@), dan [Ao B’ [= [(AU BY | =N(ax a2). Karena S= (AUB) U(AUB) dan (AUB) 9 (AUB) =o, maka Is] = |AvB)| + [vey Dapat ditunjukkan bahwa, [Av B)|= [A[+[B]-[AB] 3ehingga diperoleh, [avy |= [s]-[(AvB)] = [s]-(lal+[B]-|AoB)) = |s|-[]-[B] +] 408] Dengan demikian, banyaknya obyek di S yang tidak nemiliki sifat a: dan tidak memiliki sifat a2 adalah; N(ar’ a2’) = N - N(ai) - N(@2) + N(@iaz) (4.1.1) Dengan cara yang sama dapat ditunjukkan bahwa vanyaknya obyek di S yang tidak memiliki sifat di ar, az, taupun as adalah, N(ax’aa!as’) = N - N(a1) - N(a2) ~ N(@s) + N(@i a2) + N(ax as) + N(aaas) - N(ai az 2a) (41.2) 2ersamaan (4.1.1) dan (4.1.2) adalah bentuk-bentuk khusus {ari suatu prinsip yang disebut prinsip inklusi-eksklusi. un Ketut Budayas Bentuk umum dari prinsip inklusi-eksklusi aka disajikan di bagian berikut. Sebelumnya mari kita tinja sejenak formula |(AUB)| = |A|+[B]-|AMB] yan, telah kita pakai untuk memperoleh. persamaan (4.1.1, Untuk menghitung ruas kiri dari formula ini, kita tela "melibatkan” (to include) semua elemen A dan semu. elemen B mendapatkan |A|+|B|; sedangkan dalan menentukan nilai vA [+|B| setiap elemen sekutu dari dan B dihitung dua kali. Dengan kata lain sebanyak | Ar B| elemen dihitung dua kali. Sehingga sebesar | ANB pula yang harus dikurangkan atau "dikeluarkan” (to b excluded) dari |A|+|B| untuk memperoleh |(AUB)| Kiranya jelas, istilah include dan exclude mengilhami istilal inklusi-eksklusi_ yang kita pakai. Sudah kita. singgun; sebelumnya, beberapa bentuk khusus dari prinsip inklusi eksklusi. Berikut kita sajikan bentuk umumnya. 4.2. BENTUK UMUM FRINSIP INKLUSI-EKSKLUSI Secara umum prinsip inklusi-eksklusi dapat dituli sebagai berikut. TEOREMA 4.2.1: (Prinsip Inklusi-eksklusi) Jika N adalah banyaknya obyek dalam kimpunan S da; ty,» tr sifat-sifat yang mungkin dimiliki oleh suat, obyek di S, maka banyaknya obyek di S yang tida, memiliki sifat ay, az, .., aradalah N(a1',02' uo; f) = N= N(G,)+N(a,a,)- > N(a,a,,) + 7 aT a we FDIN(A, 4, . (424) CATATAN: Dalam persamaan (4.2.1) “sigma” pertam 2 Ketut Budayasa mencakup semua i ¢ (1, 2, 3, .., 1); “sigma” kedua mencakup semua pasangan {ij}, i#j, ije(1, 2, 3, .... 1); “sigma” ketiga mencakup semua triple {i,j, k} €(1, 2,3, ., 1) dan i, j,k berbeda; dan seterusnya. Bukti Teorema 4.2.1: Ruas Kiri dari persamaan (4.2.1) menyatakan banyak obyek di S yang tidak memiliki sifat a1, aa, ... ar. Untuk menunjukkan bahwa ruas kiri = ruas kanan dalam (4.21) cukup ditunjukkan bahwa: setiap obyek yang tidak memiliki sifat a1; sifat a2, ... ataupun sifat a; tepat dihitung sekali dalam menghitung ruas kanan (4.2.1); dan setiap obyek yang memiliki paling sedikit satu sifat, dihitung nol kali dalam menghitung ruas kanan dari (4.2.1). Pandang sebuah obyek di S, x katakan. Jika obyek x tidak memiliki sifat dari sifat-sifat yang ada, maka obyek ini dihitung tepat sekali dalam menghitung N, di ruas kanan (4.2.1); dan tidak dihitung dalam menghitung suku- suku yang lain dalam ruas kanan (4.2.1). Jika obyek x dalam S memiliki sebanyak p > 1 sifat dari r sifat yang ada, maka obyek ini dihitung sebanyak: ; =1 kali dalam menghitung N, P 1 kali dalam menghitung ))N(a,), DOoDSoD esc kali dalam menghitung ) N(aa,), Seue es kali dalam menghitung )’ N(q,a,a,); dan seterusnya. B 13 Ketut Budayas Sehingga dalam menghitung ruas kanan (4.2.1) obyek tersebut dihitung sebanyak n kali, dengan (ers lb) Freee maka n=0. Dengan demikian teorema terbukti. . CATATAN: Dari Toerema Binomial diperoleh aexe= % (?)« ¢ Foo Substitusikan x dengan -1 pada (*) didapat o= (1+ CDyr= EP)" 7 a P) iP P)\{P P = -| -| wet (IY . (°) (FC) (} ae (?) Beberapa contoh aplikasi prinsip inklusi-eksklu: diberikan berikut ini. 4 Ketut Budayesa CONTOH 4.2.1: Ada beberapa bilangan bulat dari 1 sampai dengan 1000 yang: a. tidak habis dibagi 3 dan tidak habis dibagi 5? b. Tidak habis dibagi 3, 5 atau 7? Penyelesaian: Misalnya S = (1, 2,3, .., 1000} dan au: sifat habis dibagi 3, sifat habis dibagi 5, as: sifat habis dibagi 7. Yang ditanyakan adalah: a. N@ja,) b. N(a,a;a;) [elas bahwa N = |S| = 1000. 3elanjutnya kita peroleh, Nai) = banyaknya anggota $ yang habis dibagi 3 = | 1000/3] = 333 N(az) = banyaknya anggotaS yang habis dibagi 5 = |1000/5|= 200 N(as)__ = banyaknya anggota $ yang habis dibagi 7 = |1000/7| = 142 N(aiaz) = banyaknya anggota S yang habis dibagi 3 dan 5 = [1000/15 |= 66 N(@ias) = N(@as) = N(@iazas) = |1000/105|=9 ns Ketut Budayas Sehingga dengan prinsip inklusi-eksklusi, didapat: @) N@iaj) =N—N¢@) -N(a) + (aia) = 1000 - 333 ~ 200 + 66 = 533 (®) N(aia; a3 )=N - N(ai) ~ N(az) - N(as) + N(ataa) + N(aras) + N(a2aa)-Naiazas) = 1000 - 333 ~ 200 - 142 + 86 + 47 +28 -9 = 457 CONTOH 4.2.2; Sebanyak n bola yang berbeda ditempatkan ke dalam k Kotak yang berbeda. Berapakah peluang bahwa tidak terdapat kotak yang kosong? Penyelesaian: | hh ,rr~—“———OC*C* (Pendistribusian) yang mungkin. E; adalah kejadian bahwa kotak ke i kosong dan ai adalah sifat bahwa kejadian E, muncul, Dalam hal ini i € (1, 2,3,...,k). Kita peroleh N = |S] = ke, Demikian pula; N(ai) = (k -1); Nia) = (k ~ 2); N(aigjan) = (kc - 3)"; .. dan seterusnya, k Ke Selanjutnya terdapat (') cara memilih sifat ai ; () cara memilih sifat ai dan aj; () cara memilih sifat ai, aj dan ay dan seterusnya. Sehingga banyaknya cara menempatkan 6 Kato: ad (mendistribusikan) n bola ke dalam n kotak sedemikian hingga tidak ada kotak yang kosong adalah: paral i Ke Ke Neaias ae Ma yg ear ven lear 1 2 k AG = ra! Je -i" ‘D é Dengan demikian, peluang tidak ada kotak kosong adalah 44) eyco(fao CONTOH 4.23: Gunakan prinsip inklusi-eksklusi_ untuk menentukan banyaknya solusi bulat dari persamaan berikut: xitx2+x3=20, 0Sxi$5, Vie {1,23} Penyelesaian : Misalkan S adalah himpunan semua solusi bulat dari persamaan x1 + x2+x3=20,%120V ie (1, 2,3}. Maka dapat ditunjukkan bahwa 3420-1) _ (22). N=|s| = E ) = (jo) iat contn 235 bab 2) Untuk setiap i € (1, 2, 3), misalkan ai menyatakan sifat xi 26. 117 * “ kerur Buleyosa Sehingga, N(ai) = banyaknya anggota S yang mempunyai sifat a1 = banyaknya solusi bulat x1 + x2 + x3= 20, dengan x1 26, x220, x320 = banyaknya solusi bulat x1 - 6 + x2 + x3=14, x1-620, x220, 320 = banyaknya solusi bulat x; + 22+ x3=14, x, 20, 220, 320 3414-1) (16 14 mC Dengan cara yang sama diperoleh nilai N(as) = () Selanjutnya, N(@iaz) = banyak anggota S yang memiliki sifat a; dan a2 = banyaknya solusi bulat x1 + x2 + x3=20, x26, x226, x3 20 = banyaknya solusi bulat x1~ 6 + x2-6 + x3=8, x1-620, x2-620,x320 = banyaknya solusi bulat x; + x} +x3=8, -G"-() 8 3) ‘Dengan cara yang sama diperoleh N(@ia2) = N(ai dan a2) = (") : x, 20, x, 20, x20 HB Ketut Budayasa N(arazas) = banyaknya anggota S dengan sifat a1, az dan as = banyaknya anggota solusi bulat x1+x2 +xs = 20, x26, x226, 3926 = banyaknya solusi bulat x1-6 + x2-6 + x3-6 =2, x1-620, x2-620, x3-620 = banyaknya solusi bulat x; +x, +x =2, x, 20, x, 20, x, 20 C09 Menurut prinsip inklusi-eksklusi, diperoleh: (aia; a3) = N- N(a1) - N(az) - N(as) + N(araa) + N(aras) + N(azas) - N(arazas) HHH) “Go C)}() Jadi banyak solusi bulat dari persamaan xat x2 +.x3= 20, x15 V i € [1, 2,3} 119 Ketut Budayas. BLP} 4,3 BANYAK OBYEK MEMILIKI TEPAT m SIFAT Seperti sebelumnya, misalkan S adalah himpunan N obyek, dan ay, az... , ar adalah sifat-sifat dari obyek-obyek yang terdapat di dalam S, Adakalanya kita ingin mengetahui banyaknya obyek di $ yang memiliki tepat m sifat. Kita akan lambangkan dengan em banyaknya obyek § yang memiliki tepat m <_r sifat. Selanjutnya, untuk t2 1, kita definisikan s; sebagai berikut: Se =D NG@it, az, a, ..., ait), di mana “sigma” mencakup semua kemungkinan memilih tsifat an, aa, ai, .., ai dari r sifat yang ada. Hubungan en dan sm dapat dilihat di teorema berikut. TEOREMA 4.3.1: Misalkan a1, a2, ... , ar adalah sifat-sifat yang mungkin dimiliki oleh suatu obyek di himpunan §, maka banyak obyek S yang memiliki tepat m < r sifat adalah: m+ m+2 m+3 em=sn- [7 Bently faa fy Beate +0 he Fae co~(" trom r-m (4.3.1) 120 Ketut Budayasa BUKTI: Seperti halnya bukti Teorema 4.21 _ untuk membuktikan Teorema 4.3.1, cukup ditunjukkan bahwé (i) setiap obyek S yang memiliki kurang dari m sifat, tidak dihitung dalam menghitung ruas kiri maupun ruas kanan (4.3.1); (ii) setiap obyek $ yang memiliki tepat m sifat, dihitung tepat satu kali dalam menghitung ruas kiri dan ruas kanan (4.3.1); (iii) setiap obyek S yang memiliki lebih dari m sifat, dihitung nol kali dalam menghitung ruas kiri dan ruas kanan (4.3.1). Pandang sebuah obyek sembarang di S, misalnya obyek x. Kita tinjau tiga kasus. Pertata, obyek x memiliki kurang dari m sifat; kedua, obyek x memiliki tepat m sifat; dan ketiga, obyek x memiliki lebih dari m sifat. Jika obyek ini memiliki kurang dari m sifat, maka jelas obyek tersebut tidak dihitung dalam menghitung en dan tidak dihitung dalam menghitung setiap suku ruas kanan dari persamaan (4.3.1). Jika obyek x miemiliki tepat m sifat maka obyek ini dihitung tepat satu kali dalam menghitung em. Selanjutnya, karena obyek x dihitung sekali dalam menghi tung sm dihitung no kali dalam menghitung sm+x, untuk k 2 1, maka obyek ini dihitung tepat satu kali dalam menghitung ruas kanan (4.3.1). Jika obyek x memiliki lebih dari m_sifat, m+j sifat katakan, jelas obyek ini tidak dihitung dalam menghitung nm. Dan akan ditunjukkan bahwa obyek ini dihitung sebanyak nol kali dalam menghitung ruas kanan (4.3.1). 12 Ketut Budayasa Perhatikan bahwa obyek tersebut dihitung sebanyak ("") dalam menghitung sm, (ti ) dalam menghitung im m m+2 menghitung sms, dan seterusnya. Secara umum, obyek tersebut dihitung sebanyak (rv ) dalam menghitung m+ p, Sm«p, untuk p Sj. Sedangkan untuk p 2 j, obyek tersebut tidak dihitung dalam menghitung smep, karena sudah kita misalkan obyek tersebut memiliki m+j sifat. Dengan demikian, dalam menghitung ruas kanan (4.3.1) obyek x tersebut dihitung sebanyak: m+j) (m+j¥m+1 fmt syne2 m+ jm+3 7 m m+i fl m+2}\2 m+3\3 wear? aco(mdynns) m+php m+ iKS (43.2) Sat, (ee dalam menghitung sm2, (22) dalam m3 Dapat ditunjukkan bahwa: eee} 122 Ketut Budayasa Sehingga bentuk (4.3.2) menjadi mj) (mesa) m+ iV i) (mr iVi ln m er Cl eco YF fm of yang sama dengan CoO) oee~eal maka (4.3.3) sama dengan nol. Dengan demikian teorema terbukti . CATATAN: (i) Perhatikan bahwa: m+ j\m+p)_ (m+ jy! (m+p)! (ml laeeen mt ams mij)“ pli- py! Lions ~ -("f) ~ (i) Jika so = N, maka prinsip inklusi-eksklusi adalah kejadian khusus Teorema 43.1(yaitu untuk m = 0). 123 Ketut Budayasa Salah satu aplikasi dari Teorema 4.3.1 dapat dilihat pada contoh berikut ini. CONTOH 4. Sebanyak n pasang suami istri hadir dalam suatu pesta dansa, Dansa dilakukan serentak dan seorang pria harus berdansa dengan seorang wanita. a. Berapakah peluang terdapat tepat satu pasang suami istri berdansa dalam pesta dansa tersebut? b. Berapakah peluang terdapat tepat tiga pasang suami istri berdansa bersama dalam pesta dansa tersebut? Penyelesaian: Misalkan $ adalah himpunan semua pasangan dansa yang mungkin, dan aj menyatakan sifat dimana suami ke i berpasangan dengan istrinya, 1 < i Tabel 5.1.2: Rangeagan bias ‘Apa yang salah dari rancangan ini ? Yang jelas, hari dimana suatu jenis obat diberikan dapat mempengaruhi hasil (misalnya seseorang pada hari Senin melakukan sesuatu, tidak memberi respon yang baik terhadap pemberian obat pada hari Senin). Begitu juga, obat yang dimakan pada hari sebelumnya mungkin mempengaruhi hasil dari obat-obat yang diberikan pada hari-hari berikutnya, Jadi pemberian obat-obat kepada setiap subyek dalam urutan yang sama akan memberikan hasil yang ‘bias’. Untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan yang, disebut di atas, rancangan eksperimen: dibuat Iba Ketut Budayasa 5.1 DEFINISI BUJURSANGKAR LATIN Jajaran darin objek (biasanya dipakai bilangan I, 2, 3, n) berbentuk bujursangkar yang diatur menurut n baris dann kolom sedemikian hingga setiap objek (bilangan) muncul tepat satu kali. di setiap baris dan setiap kolom disebut bujarsangkar latin ordo n. Contoh bujursangkar latin ordo 2, 3, dan 5 tampak pada Tabel 5.1.1 1] 2[3]4[5 23 fa[s|a 1)2]3 3/4 [5[1|2 1{2 2(3|1 4[sfil2[3 24 32] [sf l2tst4 @ ) © Tabel 5.1.1: (a) Bujursangkar latin ordo 2 ; (b) Bujursangkar latin ordo 3 ; (©) Bujursangkar latin ordo 5 Untuk memahami pentingnya belajar bujursangkar latin, ikuti uraian. berikut. Pikirkan sebuah eksperimen yang dirancang untuk menguji efek dari 5 obat terhadap manusia (pasien). Misalkan obat-obat tersebut dilabel |, 2, 3,4, 5. Pilih 5 subyek dan setiap subyek diberi satu macam obat yang, berbeda. Subvek-subyek tertentu: mungkin saja 133 1 Ketut Budayasa, alergi atau malah kebal terhadap pengaruh obat jenis tertentu, sehingga kalau rancangan tidak tepat, kesimpulan dari eksperimen bisa sangat menyimpang, Untuk menghindari atau mengurangi_ penyim- pangan yang mungkin terjadi, eksperimen bisa dirancang sebagai berikut. Berikan setiap subyek setiap jenis obat, selama lima hari berturut-turut, misal salah satu kemungkinan rancangan eksperimen ini dapat dilihat pada tabel berikut: Hari Sn St oR K J atif2{[3[4][5] pBlil2[3 [4/5 Subyek C[1]2[3 [4/5 pi[ifz{[3[4[s efil2[3fa[s Tabel 5.1.2: Ranigeangan bins Apa yang salah dari rancangan ini ? Yang jelas, hari dimana suatu jenis obat diberikan dapat mempengaruhi hasil (misalnya seseorang pada hari Senin melakukan sesuatu, tidak memberi. respon yang baik terhadap pemberian obat pada hari Senin). Begitu juga, obat yang dimakan pada hari sebelumnya mungkin mempengaruhi hasil dari obat-obat yang diberikan pada hari-hari berikutnya. Jadi pemberian obat-obat kepada setiap subyek dalam urutan yang sama akan memberikan hasil yang ‘bias’. Untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan yang disebut di atas, rancangan eksperimen. dibuat 134 Ketut Budayasa Sebuah himpunan yang anggota-anggotanya BSL-n sedemikian hingga setiap pasang BSL-n dalam himpunan tersebut saling orthogonal disebut keluarga bujursangkar latin orthogonal disingkat KBSLO. Pertanyaan utama yang muncul adalah: Untuk r dan n berapa, terdapat KBSLO yang berisi sebanyak r buah BSL-n? 3ebelum menjawab pertanyaan tersebut, berikut diberikan seberapa contoh kegunaan dari rancangan bujursangkar atin orthogonal. Contoh 5.2.1: Davies (1945) memakai sepasang BSLO untuk nembandingkan tujuh macam bahan bakar. Satu mobil figunakan untuk menguji bahan bakar mana dari ketujuh vahan bakar tersebut yang paling ekonomis. Setiap vengujian (tes) menempuh rute yang sama sepanjang 20 nil. Untuk menghilangkan kemungkinan bias yang lisebabkan oleh pengemudi digunakan 7 pengemudi yang rerbeda; dan untuk mengurangi efek-efek yang litimbulkan oleh kondisi _lalulintas, _ percobaan lilaksanakan pada hari-hari yang berbeda dan pada 7 vaktu. yang berbeda perhari. Dengan demikian, di amping terdapat 7 macam bahan bakar yang akan libandingkan, terdapat tiga Klasifikasi unit-unit percobaan vaitu: pengemudi, hari, dan waktu-waktu yang berbeda vethari. Kalau dua Klasifikasi kita dapat menggunakan ebuah BSL, tetapi tiga (tripel) klasifikasi memungkinkan ‘ita menggunakan sepasang BSL yang saling orthogonal. Jal ini memungkinkan “kita merancang percobaan ehingga diperoleh perbandingan berimbang artinya etiap merek bahan bakar digunakan sekali setiap hari, 137 Ketut Budayase sekali oleh setiap pengemudi, dan sekali setiap waktu perhari. Rancangan dibuat sebagai berikut: Setiap hari (baris) dan setiap waktu perhari (kolom), satu tipe bahan bakar (di BSL pertama) dan satu pengemudi (di BSL kedua). Contoh 5.2.2: Pengetesan kualitas kain untuk pakaian. Box dan kawan- kawan (1978) melakukan percobaan menguji kualitas kain sebagai bahan utama pakaian, dengan mesin tes tertentu. Dengan mesin ini, empat lembar kain material dapat digosok bersamaan dengan menggunakan empat kertas gosok yang berbeda, dan kemudian pesusutan berat dari masing-masing kain dapat diukur. Terdapat empat baki di lebel A, B, C, dan D dalam mesin digunakan sebagai tempat pakaian yang uji kualitasnya dan setiap baki tersebut dapat diletakkan di salah satu posisi dari empat posisi yang mungkin pi, p2, ps, dan pu. Dalam percobaan ini empat jenis kain atau perlakuan, dilabel 1, 2, 3dan 4, dibandingkan kualitasnya. Peneliti ingin mengontrol pengaruh-pengaruh dari empat baki, empat posisi yang berbeda dalam mesin, empat pengoperasian, dari empat jenis kertas gosok. Suatu Klasifikasi-empat dari satuan- satuan percobaan menuntut penggunaan keluarga bujursangkar latin berangotakan tiga bujursangkar latin ordo empat. Misalkan digunakan empat jenis kertas gosok, namakan a, B, 8, 7, masing-masing dipotong menjadi empat bagian sama, dan gunakan setiap bagian dalam satu satuan percobaan. Terdapat empat pengoperasian, R1, R2, R3, dan R4, masing-masing menguji empat jenis kair dengan baki berbeda dalam posisi berbeda dan dengar 138 Ketut Budayasa Sebuah himpunan yang anggota-anggotanya BSL-n sedemikian hingga setiap pasang BSL-n dalam himpunan tersebut saling orthogonal disebut keluarga bujursangkar latin orthogonal disingkat KBSLO, Pertanyaan utama yang muncul adalah: Untuk r dan n berapa, terdapat KBSLO yang berisi sebanyak r buah BSL-n? 3ebelum menjawab pertanyaan tersebut, berikut diberikan seberapa contoh kegunaan dari rancangan bujursangkar atin orthogonal 2ontoh 5.2.1: Davies (1945) memakai sepasang BSLO untuk nembandingkan tujuh macam bahan bakar. Satw mobil figunakan untuk menguji bahan bakar mana dari ketujuh vahan bakar tersebut yang paling ekonomis. Setiap vengujian (tes) menempuh rute yang sama sepanjang 20 nil. Untuk menghilangkan kemungkinan bias yang lisebabkan oleh pengemudi digunakan 7 pengemudi yang verbeda; dan untuk mengurangi efek-efek yang litimbulkan oleh kondisi _lalulintas, _ percobaan lilaksanakan pada hari-hari yang berbeda dan pada 7 vaktu yang berbeda perhari. Dengan demikian, di amping terdapat 7 macam bahan bakar yang akan libandingkan, terdapat tiga Klasifikasi unit-unit percobaan ‘aitu: pengemudi, hari, dan waktu-waktu yang berbeda verhari. Kalau dua Klasifikasi kita dapat menggunakan ebuah BSL, tetapi tiga (tripel) Klasifikasi memungkinkan ‘ita menggunakan sepasang BSL yang saling orthogonal. ial ini memungkinkan kita. merancang percobaan ehingga diperoleh perbandingan berimbang .artinya etiap merek bahan bakar digunakan sekali setiap. hari, 137 Ketut Budayase sekali oleh setiap pengemudi, dan sekali setiap waktu perhari. Rancangan dibuat sebagai berikut: Setiap hari (baris) dan setiap waktu perhari (kolom), satu tipe bahan bakar (di BSL pertama) dan satu pengemudi (di BSL kedua). Contoh 5.2.2: Pengetesan kualitas kain untuk pakaian. Box dan kawan- kawan (1978) melakukan percobaan menguji kualitas kain sebagai bahan utama pakaian, dengan mesin tes tertentu. Dengan mesin ini, empat lembar kain material dapat digosok bersamaan dengan menggunakan empat kertas gosok yang berbeda, dan kemudian pesusutan berat dari masing-masing kain dapat diukur. Terdapat empat baki di lebel A, B, C, dan D dalam mesin digunakan sebagai tempat pakaian yang uji kualitasnya dan setiap baki tersebut dapat diletakkan di salah satu posisi dari empat posisi yang mungkin pi, pz, ps, dan ps. Dalam percobaan ini empat jenis kain atau perlakuan, dilabel 1, 2, 3,dan 4, dibandingkan kualitasnya. Peneliti ingin mengontrol pengaruh-pengaruh dari empat baki, empat posisi yang berbeda dalam mesin, empat pengoperasian, dan empat jenis kertas gosok. Suatu Klasifikasi-empat dari satuan- satuan percobaan menuntut penggunaan keluarga bujursangkar latin berangotakan tiga bujursangkar latin ordo empat. Misalkan digunakan empat jenis kertas gosok, namakan a, B, 5, 7, masing-masing dipotong menjadi ‘empat bagian sama, dan gunakan setiap bagian dalam satu satuan percobaan. Terdapat empat pengoperasian, R1, R2, R3, dan R4, masirig-masing menguji empat jenis kain dengan baki berbeda dalam posisi berbeda dan dengar 138 Ketut Budayasa potongan kertas gosok berbeda. Dalam hal ini dapat digunakan KBSLO ordo-4 berikut. _RLR2R3R4 RIR2 R3R4 RI R2R3R4 af1342 pfADBC Pifapys 24;2431 p2|BCAD P2ipasy 3/3124| Ps|cBDA! PBlysaB pa [4213 Pa|D ACB) P4[éyBa (@) ) ©) Tabel 5.2.2:: (a) Rancangan BSL untuk jenis Kain (®) Rancangan BSL untuk baki (©) Rancangan BSL untuk kertas gosok Berikut dibuktikan bahwa banyak elemen dalam sebuah KBLO dibatasi oleh ordo bujursangkar latin. TEOREMA 5.2.1: Jika B Himpunan Bujursangkar Latin Orthogonal Ordo n, maka |B| 1 dan n = pk maka terdapat sebuah Keluarga bujursangkar latin orthogonal ordo n. Buktit Misalkan bi, ba, ..., bn adalah elemen-elemen sebuah field finit GF(n) dengan n = pk elemen, Misalkan bi elemen identitas perkalian dan by elemen identitas penjumlahan dalam field ini. Untuk e = 1, 2, 3, ... , n -1, didefinisikan jajaran n xn, AQ = Age) aif = (be x bi) + by, dimana x dan + operasi pada GF(n). : Pertama, akan ditunjukkan bahwa A® merupakan bujursangkar latin. Untuk itu, misalkan ay? = ay(©), maka (be x bi) + by = (bex by) + by Misalkan invers jumlah dari (be x by) adalah c, maka dengan C+ (bexb) +b) =c+ (bexb) + by © (C+ (bexb)) + y= (c+ (be xb) + by ° O+b = 0 +b ° b= jo k Ini berarti elemen-elemen(unsur-unsur) pada setiap baris A® berbeda semua. Selanjutnya, misalkan aj@ = ay(d, Maka, (be x:by + bi = (be x by + bj ~Bengan menambah kedua ruas dengan invers jumlah dari bi diperoleh: bex b= bex by 142 Ketut Budayasa Selanjutnya, kalikan kedua ruas dengan invers kali dari be, didapat b Ini berarti elemen-elemen(unsur-unsut) pada setiap kolom A@ berbeda semua. Dengan demikian A® bujursangkar latin. Selanjutnya, akan ditunjukkan bahwa, AM , A®,..., At) saling orthogonal. Untuk itu, pandang A®@ dan AO dengan e# f. Misalkan, (aif, ay(9) = (aia, aya). Maka ay = au dan ay = aia, sehingga: (Be x by) + bj= (be x by) + br dan (bex by) + bj = (br x by) + br Kurangkan (*) dengan () didapat (Be x by) - (be x bi) = (be x ba) - (brx by), ekuivalen dengan (Be x by) x by = (be x bi) x by (“) Karena e # f, maka be - br # 0. Sehingga (be - by) mempunyai invers kali. Kalau kedua ruas.(*) dikalikan dengan invers kali tersebut, didapat bi=bk atau i=k. Akibatnya dari (*), diperoleh (be x bi) + b= (be x bi) + br 2 e j Karena i = k dan j = 1, maka A@ dan A® orthogonal. Karena e, f € {1, 2, 3, ..., nl} dane # f, maka 143 Ketut Budayas bujursangkar-bujursangkar AO), A@, ... , Al salin o ; Dengan demikian, teorema terbukti 1 ‘TEOREMA 5.2.3 : (Mac Neish[1922]) Jika terdapat himpunan r bujursangkar latin orthogone ordo m dan himpunan r bujursangkar latin orthogone ordo n, maka terdapat himpunan r bujursangkar lati: orthogonal ordo mn. Bukti: Misal (A, A@, A®, ..., A} himpunan r buju sangkar latin orthogonal ordo m dan {B(, B®, BO),..., BE 2) himpunan r bujursangkar latin orthogonal ordo n yan, lain. Untuk e = 1, 2, 3, .., x, dilambangkan dengan (ay(¢ BW) matriks bujursangkar ordo n yang unsur pada bari ke-u kolom ke-v adalah pasangan terurut (aj(, bav(® Selanjutnya, definisikan matriks C sebagai berikut, (ay BY, B®). Ada”, B) ctw | Cai BKB) naltag,B) (aig)? BA g2 BO ong? B) Jelas bahwa matrik C berordo mn x mn. Selanjutny: akan ditunjukkan {C®, C®, .., C} adalah himpunan bujursangkar latin orthogonal ordo mn. Perhatikan Cl Pandang sebuah baris C, Dua unsur di dua kolom yang berbeda adalah (ay, bie) dan (an!©, baw). Kedua unsu ini berbeda arena AW dan BO bujursangkar bujursangkar latin. Selanjutnya, pandang sebuah kolon 144 Ketut Budayasa dari C, Dua unsur di dua baris berbeda di kolom ini adalah (aj, buv®) dan (ay, bw). Kedua unsur ini berbeda karena A® dan B bujursangkar-bujursangkar latin. Dengan demikian C adalah bujur sangkar latin. Unituk menunjukkan C dan C® orthogonal, misalkan [(ay, burl), (ay(9, buv!)] = [((@pq!?, bat), (aig, Bal) diperoleh, (a9, a5) = (pq, bya), sehingga i = p dan j = q (karena A® dan A orthogonal). Begitu juga orthogonallitas B® dan Bl berakibat bahwa u =sdanv=t. Jadi CnC orthogonal. Dengan demikian teorema terbukti. . Perhatikan bahwa karena 3 = 31, menurut Teorema 5.2.1 terdapat sepasang bujursangkar latin orthogonal ordo 3. Begitu juga terdapat keluarga bujursangkar latin orthogonal ordo 4 yang berisi 3 bujursangkar latin, karena 5 = 51, maka terdapat keluarga bujursangkar latin orthogonal ordo 5 yang berisi 4 bujursangkar latin. Karena 6 bukan pangkat dari bilangan prima, Teorema 5.2.2 tidak dapat dipakai untuk menentukan apakah ada 5 bujursangkar latin orthogonal ordo 6. Ingat bahwa setiap bilangan bulat n > 1 dapat ditulis secara tunggal sebagai perkalian dari pangkat bulat bilangan-bilangan prima, Dengan kata lain, n= pit po... ps; Vi, 1 $i Ss, pi bilangan prima dan ti bilangan bulat positif. Perkalian ini disebut dekomposisi perpangkatan prima dari bilangan n. Sebagai contoh, 12.= 3122 ; 60 = 223151 ; 80 = 2451, 145 Ketut Budayasa 5.3 DESAIN BLOK Pada bagian ini kita bahas konsep dan sifat-sifat dasar serta terapan dari desain blok. Kita awali dengan definisi berikut. 5.3.1 Definisi Desain Blok Sebuah desain blok pada himpunan V dengan v elemen(varitas) adalah sebuah koleksi himpunan B yang beranggotakan himpunan -himpunan bagian dari V, sedemikian hingga setiap anggota B, disebut blok, memuat k elemen. Selanjutnya, misalkan b menyatakan banyaknya blok di B. Jika setiap elemen V muncul tepat di dalam r blok dan setiap pasang elemen V- muncul bersama-sama tepat di dalam 2 blok, maka desain yang demikian disebut desain-blok-balans dengan parameter b,v, 1, kdan 2; dan ditulis Desain-(b, v,r, A ). Sebuah desain blok pada V disebut lengkap, jika setiap bloknya sama dengan V; dan tak lengkap, jika sebaliknya. Desain blok tak lengkap balan sering disingkat BIBD (Balanced Incomplete Block Design). Contoh 5.1: (2) Misalkan V = (1, 2,3, 4,5, 6, 7} dengan blok Br= (1,2,4} Ba = {2,3,5} Bs = 3, 4, 6} Ba= {4, 5, 7} Bs = {5,6,1} ~ Be = (6, 7, 2} Br=(7,1,3}. Maka B = { B1,B2,B3,B4,B5,B6,B7} adalah Desain-(7,7.3,2) Ketut Budayasa (b) Misalkan V = {1, 2,3, 4}. Jika B= [(1, 2,3}, (2,3, 4}, 8,4, 1), (4,1, 2 _ maka B adalah desain-(4, 4, 3,3, 2). 5.3.2 Hubungan Antara Parameter b, v, r,k, 4 Pada bagian ini kita bicarakan hubungan antara parameter-parameter b, v, r, k, \ dari suatu desain-{ b, v, 1k, A). Teorema 5.3.1: Dalam desain-( b,v,1,k, 4) berlaku bk = vr. Bukti: Karena terdapat b blok dan tiap blok berisi _k elemen, banyariya pasangan berurutan yang berisikan sebuah blok dan sebuah elemen dari blok tersebut adalah bk. Tetapi, karena setiap elemen dari V harus muncul di dalam r blok, maka terdapat vr pasanag berurutan yang berisikan sebuah elemen dan sebuah blok yang memuat elemen tersebut. Perhatikanlah bahwa setiap pasangan berurutan kedua didapat dari pasangan berurutan yang pertama dengan mengubah urutannya. Sehingga kedua bilangan bk dan vr harus sama. Teotema terbukti. . Teorema 53.1 memberikan sebuah syarat perlu adanya sebuah desain-( b, v, r, k, A). Sebuah syatat perlu lainnya diperlihatkan dalam teorema berikut. a7 Ketut Budayasc Teorema 5.3.2: Pada desain-( b,v,t-k, 2) berlaku r(k-l) = A(v-1) Bukti: Pandang sebuah elemen i dari V. Bilangan r(k-1) menyatakan hasil kali dari banyaknya blok di mana elemen i muncul dengan banyaknya elemen lain di setiap blok yang memuat elemen i. Sehingga r(k-i) menyatakan banyaknya pasangan (ij) muncul di blok yang sama (setiap kali pasangan muncul, dihitung sekali). Bilangan A (v-1) adalah hasil kali dari banyaknya kali (seringnya) setiap pasangan {ij} muncul di setiap blok dengan banyaknya kemingkinan j. Sehingga 2 (x-1) menyatakan banyaknya pasangan {ij} muncul di blok yang sama (setiap kali pasangan muncul dihitung satu kali). Dengan demikian r(k-1):= A(v-1), dan teorema terbukti. . Sebagai akibat dari teorema di atas kita peroleh teorema berikut. Teorema 5.3.3: Dalam sebuah BIBD berlaku 4 1 (Karena k <1) Sehingga, r> A. Dengan demikian teorema terbukti. . Selanjutnya kita ingin meninjau hubungan antara parameter b dan v dalam desain-( b, v, 1, k, 2). Untuk keperluan tersebut, perlu diperkenalkan matriks insiden dari sebuah desain. 5.3.3 Matriks Insiden Desain Blok Setiap desain blok punya matriks insiden. Misal suatu desain pada V = {x1, x2, .. , x} punya b blok B1, Br, ... , Bp. Pandang sebuah matriks A = (aj) berordo v x b, yang baris-barisnya dilabeli dengan elemen-elemen V dan kolom-kolomnya dilabeli dengan blok-blok dari desain, dengan; Ljika x,€B, 0, jika x, € B, Matrik A yang didefinisikan seperti di atas disebut matriks insiden dari desain blok. 149 Ketut Budayas Contok: Desain-(7,7,33,1) dalam Contoh 511 @ mempunyai matriks insiden sebagai berikut: __ Bi Br Bs Bs Bs Bs By 1 1000101 Aero oO 8 oO 3} 01100041 A= 4{ 0101100 5|/ 0101100 6 eee ceeece 7100031011 _} Sudah kita singgung di atas, bahwa setiap desain blo! memiliki matriks insiden. Sebaliknya, kita ingi * mengetahui kapan sebuah matriks merupakan matrik insiden dari sebuah Blok? Sebuah matriks v x b yang unsur-unsurnya 0 atau dengan v2 2 adalah matriks insiden dari desain-(b, v, r,4 dengan b, v, t,k, 4. <0, jika dan hanya jika: ()) setiap kolom mempunyai elemen 1 sebanyak k > 0, (ii setiap baris mempunyai elemen 1 sebanyak r>0, (ii) di setiap dua baris berbeda, terdapat tepat 2 > kolom di mana kedua elemen di kolom tersebu adalah 1. Lemma 5.3.4: Jika H adalah matriks insiden dari desain-(b, vir, k, 2 @-4)I + 2J, di mana AT adalah tranpos das A, I matriks identitas berordo v x v dan J adalah matrik berordo vxv dan setiap elemennya 1. Ketut Budayasa Bukti; Misalkan A = (aj) dan AAT = (by), maka by adalah: “hasil kali dalam” dari baris ke-i dari A dengan baris kej dari A. Sehingga 5 by= Due a Untuk 1, jika elemen ke-i adalah anggota dari blok ke-k aKa = 0, sebaliknya. Schingga by menyatakan banyaknya blok di mana elemen L terletak. Dengan demikian by =r. Untuk i 43, 1, jika elemen ke-i dan ke; keduanya Pada satu blok ke-k au aj = 0, sebaliknya. Sehingga by menyatakan banyaknya blok di mana elemen Idan j keduanya menjadi anggota blok tersebut. Dengan rAd wd wate [4744 FL ayn s as. 1st Ketut Budayasa Lemma terbukti. . Sekarang kita buktikan bahwa banyaknya blok dalam suatu desain-(b,v,tk,4) tidak boleh kurang dari banyaknya elemen dari himpunan V. Dan hasil ini dikenal sebagai ketaksamaan Fisher. Lemma 5.3.5: ( Ketaksamaan Fisher, 1940) Dalam desain-(b,v,1,k,4) berlaku b2 v. Bukti: Kita gunakan kontradiksi untuk membuktikan teorema ini. Andaikan b < v. Dan misal A adalah matriks insiden dari desain-(b, v,1,k, 2). Karena b < v, kita bisa menambahkan sebanyak v-b Kolom-kolom nol ke A, menghasilkan — matriks bujursangkar B berordo v x v. Jelas bahwa hasil kali dalam dua baris di A sama dengan hasil kali dalam dua baris B yang bersesuaian. Sehingga AAT = BBT. Ini berakibat: Det (AAT) = det(BB") = (det B)(detB"). Karena B memuat kolom nol, maka det B = 0, sehingga Det (AAT) =0 63.) Dari Lemma 5.3.4, 63.2) 152 Ketut Budayasa Karena Pengurangan dengan kolom pertama dari kolom- kolom yang lain dalam matriks di ruas kanan (5.3.2), tidak akan mengubah nilai determinan (operasi-operasi kolom dalam matriks tidak mengubah determinan), diperoleh: r+@-Da 0 0 0 0 a r-A 0 0 0 det(AAt)=det| a a 0 0 r-A 0 0 0 0 r-a (5.3.3) Selanjutnya, penambahan baris pertama dengan semua baris-baris yang lain dalam matriks di ruas kanan (63.3), tidak mengubah nilai determinan. Sehingga diperoleh: r+(v-DA 0 o 0 0 A r-4 0 0 0 det(AAT=det | 7 CO eee 2 0 0 r-a~ 0 a 0 0 0 pan (63.4) Karena semua elemen matriks di ruas kanan (53.4) yang terletak di atas diagonal utama adalah nol, maka determinan dari matriks tersebut sama dengan hasil kali 153 Ketut Budayas. semua elemen yang terletak di diagonal utama matrik: tersebut. Dengan demikian diperoleh Det (AA1)=(r+(v-1) A\(e-a)". (6.3.5) Dari (6.3.1) dan (6.3.5) kita peroleh {r+ (v-1) A} (e-a)t=0 (63.6) Karena r, v, dan 4 positif, r+(v-1) 2 >0. 63.7) Selanjutnya, karena 4 o (63.8) Dari (5.3.7) dan (6.38) kita peroleh, {e+ (v-1) A} (@e-A)4>0, bertentangan dengan (5.3.6). Jadi pengandaian b < v salah. Dengan demikian teorema terbukti. . 5.4, Desain Simetris Dalam Teorema 5:35 telah kita tunjukkan bahwa dalam desain-(b, v, r, k, 2) berlaku b = v. Apabila b = v, maka desain tersebut disebut desain simetris. Jika b = v, dari Teorema 5.3.1 kita peroleh k = r. Jadi dalam desain simetris, berlaku k = r. Sebagai contoh, desain-desain 154 Ketut Budayasa dalam contoh 5.3.1 adalah desain-desain simetris. Desain simetris sering pula disebut desain-(v, ky A). Teorema 5.3.6: Dalam desain-(v, k,A) dengan v genap, bilangan k - 4 adalah bilangan kuadrat sempurna. Bukti: Misal A adalah matriks insiden dari sebuah desain- (v,k, 4). Dapat ditunjukkan bahwa, (i) Adan AT adalah bujursangkar matriks dengan det A= det AT, dan (ii), Det (AA) = (k- Atk, Sehingga, (det Aj? = (det A)(det AT) = det (AAT) = (k- 2) (64.1) Karena det A adalah bilangan bulat, maka (k - 4)! k2 bilangan bulat. Selanjutnya, karena v genap dan (k- 4)¥1 bilangan bulat, maka k-4 harus bilangan kuadrat sempurna, Teorema terbukti DESAIN HADAMARD Desain-{v, k, 4) dengan v= 4m-1,k=2m-1, 4 = m -1, untuk suatu m, disebut desain Hadamard dimensi m. Pertanyaan utama disini adalah sebagai berikut: Untuk m berapa desain-(4m - 1, 2m - 1, m-1) ada? Akan ditunjukkan bahwa untuk m = 2k; k 21, terdapat desain-(4m - 1, 2m - 1, m - 1). Untuk tujuan Iss Ketut Budayas tersebut, perlu diperkenalkan matriks Hadamard. Sebuah matriks bujursangkar H berordo n disebu matriks Hadamard jika unsur-unsur dari H adalah 1 atau 1; dan HHT = nl, di mana HT adalah transpos dari H dan | adalah matriks identitas berordo n. Sebagai contoh matriks H berikut adalah Hadamard. Hy) 104 4 4 (64.1) Mudah di cek bahwa 4 0 0 0 HHT=| 0 4 0 0 | =41 0 0 # 0 0 0 0 4 Kiranya jelas (dari definisi) bahwa untuk matriks Hadamard H berordo n berlaku: (i) Hasil kali dalam baris ke i dengan dirinya sendiri adalah n. (ii) Hasil kali dalam baris ke i dengan baris ke, untuk i# j,adalah nol. Matriks Hadamard H disebut ternormalisir jika elem elemen H pada baris dan kolom pertama semuanya posi (+1). Misalnya, matriks H berikut adalah matriks hadamard normal. 156 Ketut Budayasa 14 a 2 H= 1 a 1 a 1 1 a a 1 a a 1 Lemma 5.3.7: Jika H adalah matriks Hadamard, maka HT juga matriks Hadamard. Bukti: Karena HHT =n, maka; Karena -F-= “7- masing;-masing bujursangkar, Ei Hee wa ekuivalen dengan Hay vn vn Dengan demikian HT adalah matriks Hadamard. . Salah satu sifat penting dari matriks Hadamard normal disajikan di Lemma berikut. 157 Ketut Budayasa Lemma 5.3.8: Jika H adalah matriks Hadamard normal berordo n > 2, maka n = 4m, untuk suatu m. Lebih lanjut, setiap baris (kolom), kecuali yang pertama, memiliki tepat 2m elemen +1 dan tepat 2m elemen -1; dan untuk setiap dua baris (kolom), selain yang pertama, terdapat tepat m kolom (baris) dalam mana kedua baris (kolom) memiliki elemen +1. Bukti: Misaal H adalah matriks hadamard normal berordo n. Di sini, dibuktikan hasil-hasil yang menyangkut baris saja, karena hasil-hasil yang menyangkut kolom mengikuti hasil-hasil yang menyangkut baris (dengan menerapkan Lemma 5.3.7). Karena H normal, elemen-elemen H pada baris pertama semuanya | . Karena "basil kali dalam" baris pertama dengan sebarang baris yang lain adalah nol, setiap baris (selain baris pertama) harus memiliki elemen +1 dan -1 sama banyak, Dengan demikian n barus genap. Pandang sebuah baris dari H yang bukan baris pertama, tanpa mengurangi keurhuman, misal baris itu baris kedua. Elemenelemen +1 dan elemen-elemen -1 pada baris kedua ini sama banyak, yaitu 3 Sekarang pertukarkan kolom-kolom dari matriks H sedemikian hingga elemen-elemen pada baris kedua punya pola sebagai berikut: ke clemen Pertama bertanda + dan ke * elemen lainnya bertanda -; seperti terlihat pada bagan di bawab ini: 158 Ketut Budayasa Bariskel > 111..1111..111 Bariske2 —> 111..11-14..1-14 Pértukaran ini jelas tidak mengubah ordo dari matriks atau vanyaknya +1 dalam tiap baris ataupun banyaknaya kolom jimana dua baris memiliki unsur 1. untuk selanjutnya, 2ethatikan bas ke i# 1,2 pada matriks yang baru, Di dalam 5 alemen pertama baris ke 1 terdapat x elemen Idan 5 - x demen -1. Begitu pula, di dalam 5 elemen piada baris kei selebihnya, terdapat y elemen 1 dan - y elemen -1. Karena “hasil kali dalam” dari baris pertama dengan baris ke i adalah wl xty=2 ° 3egitu pula “hasil kali dalam” dari baris kedua dengan baris ke i adalah nol, maka; x Gy -y)=0 skuivalen dengan x-y=0 (a) Dari (*) dan (**) diperoleh: x8, skuivalen dengan n= 4x. Jadi n adalah kelipatan 4. Dengan Jemikian bagian periama dari Lemma terbukti. 159 Ketut-Budayas Selanjutnya, setiap bars kecuali bris pertama, memiliki “ = 2 elemen +1 dan 5 = 2x elemen -1. Begitu pula, pada baris ke ‘ dan ke i, i#1, 2, terdapat tepat x kolom dimana kedua baris in memiliki elemen 1, Dengan mengganti baris kedua dengan ke, #1,2 lengkaplah bukti dari lemma tersebut. . Sckarang, kita gunakan lemma di alas untul membuktikan teorema berikut. Teorema 5.3.9: Untuk m=2, k 21, terdapat Desain -(4m-1,2m-1,m-1). Bukti: Misallan Hi adalah matriks Hadamard normal oreo n. Didefinisikan matriks Hh sebagai berikut He “a H -H, Jelaskan Hi adalah matriks Hadamard normal ordo 2n, karera setiap elemen Fh adalah 1 atau; stiap elemen yang teeta di baris (kolom) pertama adalah 1; hasil kali dalam sebuah bars dengan dirinya sendiri adalah 2n; dan hasil kali dalam sebuah baris dengan baris yang lain adalah nol. Karena terdapat matriks Hadamard normal ordo2, yaitu () Ketut Budayasa Maka terdapat matriks Hadamard normal berordo 2', t 2 1. Dengan demikian, untuk m = 24, k 2 1, terdapat matriks Hadamard normal berordo 4m. Sekarang, misalkan K adalah matriks Hadamard normal ordo 4m. Selanjutnya Konstruksi matriks A dengan menggunakan matriks K dengan cara sebagai berikut () hapus semua elemen K yang terletak di baris pertama maupun di kolom pertama, kemudian (i) setiap elemen - 1 diganti dengan 0 (nol). Perhatikan bahwa matriks A berordo (4m-1)x(4m - 1). Menurat Lemma 5.28, banyak elemen 1 di setiap baris (kolom) K adalah 2m. Karena K normal, maka setiap elemen di baris (kolom) pertama adalah 1, schingga setiap elemen di baris (kolom) A memuat elemen 1 tepat sebanyak 2m - 1. Selanjutnya, menurut Lemma 538, disetiap pasang baris (kolom) K terdapat tepat m Kolom (baris) dimana elemen 1 terletak di kedua baris (kolom) tersebut. Sehingga di setiap pasang baris (kolom) A, terdapat tepat m - 1 kolom (baris) di mana elemen 1 terletak di kedua baris (Kolom) tersebut. Dengan demikian A adalah matriks insiden dari desain-(4m - 1, 2m -1,m-1). Teorema terbukti, = = Pethatiakan, di dalam bukti Teorema 5.29, terkandung prosedur yang sistematis dan sederhana untuk i desain-(4m-1, 2m - 1, m ~1), untuk suatu m = 24, k2 1. Misalnya untuk k = 1, diperoleh m = 2, sehingga menurut teorema di atas terdapat Desain-(7, 3, 1). Bagaimana mengkonstruksi sebuah desain-(7,3, 1) pada himpunan V={1,2,3,4,5,6,7}? 161 Ketut Budaya: Perhatikan matriks Hadamard normal berikut, = " ‘Dari matriks H dibentuk matriks Hadamard normal K berikut 1. 111 ali 144 1 1 1 1 1 1 x 3] Paa11aiai HH tilrriaaaa Tl a al Selanjutnya kita bentuk matriks A dari K dengan ca menghapus baris pertama dan kolom pertama dari K, dan gar setiap elemen -1 dengan 0 (nol). Perhatikan bahwa matriks adalah matriks insiden dari desain-(7, 3,1). Sehingga , {24,6}, {14,5}, 8,4, 71, 2,3}, (2,5, 7), {,6,7),8,5,6}}, 2 Ketut Budayasa sebuah desain -(7,3,1) pada himpunan V = {1,2,3,4,5,6,7}. Oo 1 0 ao 170-0. 1 1-0 0 oo11001 A=] 1110000 0100101 1000011 oo108) 110 55 Mengkonstruksi Desain Baru dari Desain yang ada. Cara yang paling mudah untuk mendapatkan desain baru dari desain yang sudah ada ialah dengan mengambil p “jiplakan/copy” dari masing-masing blok dalam desain -(b, v,r, &, A) diperoleh desain (pb, v, pr, k, p ). Misalnya, dari sebuah desain -(4,4,3,3,2) pada V = {1, 2,3, 4} berikut {{L, 2,3}, 23,4}, 8,4 1}, (4, 1,2)) iperoleh sebuah desain-(84,634) pada V = {1,2,3, 4} berikut {EL 2,3}, 2,3, 4}, 8, 4,1), (4,1, AL, 2, 3}, (23,4), 8,4, 1}, 41,2) Ketut. Budayas Teorema 5.3.10: Dalam sebuah desain-(v,k,), setiap dua blok memiliki tepat £ elemen sekutu Dengan menggunakan Teorema 5310, kita buktike teorema berikut. Teorema 5.3.11: Jika By, Ba, ... , By merupakan blok-blok Desain-(v;k,4) pad himpunan varitas X, maka untuk semberang i, Bi- B, B-B, Bu-By Bea - B, .., By-B; adalah blok-blok Desain-(v-1, v-k, k, k 4,2) pada himpunan varitas X - By Bukti: Jika terdapat v - 1 blok dan v - k varitas, Dari Teorema 53.1 stiap blok Bj - Bi memilikk- 4 elemen. Setiap varitas di dalam ) ~ By muncul di dalam k blok pada desain semula dan karenany: juga muncul di dalam k blok pada desain yang baru. Begitu jug; setiap pasang varitas di dalam X - B; muncul bersama-sama d A blok pada desain semula dan karenanya di A. blok pad: desain baru. Dengan demikian teorema terbukti. ' Sebagai ilustrasi, perhatiakan contoh berikut Pethatikan contoh Desain{7, 3, 1) pada himpunan varitas X = {1 2,3,4,5,6,7) berikut, Bi= {12,4}, Bo= 2,3, 5}, Bs= B,4,6}, Bes (45,710 26.6 1.Bex 67,2,D0°07.1.3) Misalkan B= 8,4, 6). Maka’ (3; BF Oe 274:(,7} ‘membentuk Desain(6,4,3, 2, 1) pada himpunan {I, 2,5,7}. 164 Ketut Budayasa Teorema 5.3.12: Jika Bi, Bz, .., By blok-blok Desain-{v, k,2.) pada himpunan varitas X, maka untuk sembarang i, Bi OB, Ba 0 By, Bit 0 By Bet 0 By. By 0 Bi adalah -blok-blok dari Desain-(v-1, v-k, k, k-4, 4) pada himpunan varitas By. Bukti: Jelas terdapat v ~ 1 blok dan k varitas. Berdasarkan Teorema 5.210, setiap blok B, Bi memiliki 4 elemen. Sebuah varitas di ‘Bimuncul dik blok pada desain semula, katakan By, Bp... “Be B, Schingga varitas tersebut muncul di k - 1 blok pada desain baru, yaitu; Ba OB, Bp 0 By Bi 0 Bi. Selanjutnya setiap pasang elemen di by muncul secara bersama- sama di 2 blok pada desain semula, katakan By Bp, Bra Br, sehingga persamaan elemen tersebut secara bersama-sama akan muncul di 4 -1 blok pada desain baru, yaitu Bi OB, Be 0 By av BO Be Dengan demikian teorema terbukti . CONTOH: Menurat Teorema 5.39, terdapat Desain-(15,7, 3); schingga berdasarkan Teorema 5.3.12, terdapat desain-(14, 7, 6, 3, 2) blok-blok desain-(15, 7, 3) pada himpunan varitas V = {1, 2, 4, ..., 15} adalah sebagai berikut: Bi = (2,4, 6,8, 10, 12, 14); Bo= (1, 4,5, 8, 9, 12, 13}; Bs = (3,4, 7,8, 11, 12, 15}; Ba= {1, 2,3, 8, 9, 10, 11}; Bs = (2, 5, 7,8, 10, 13, 15}; Be= {1, 6, 7,8, 9, 14, 15}; Br = (3,5, 6,8, 11, 13, 14}; Bs = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7}; 165 Ketut Budayasa By = (2, 4, 6, 9, 11, 13, 15}; Bio = {1, 4, 5, 10, 11, 14, 15}; Bu = 3,4, 7, 9, 10, 13, 14}; Biz = (1, 2, 3, 12, 13, 14, 15}; Bis = (2,5, 7, 9, 11, 12, 14}; Bue = {1, 6, 7, 10, 11, 12, 13}; Bis = (3, 5, 6, 9, 10, 12, 15}; Misalkan Bi = {1, 2, 3, 8, 9. 10, 11}. Maka blok-blok dari desain-(14, 7, 6, 3, 2) pada himpunan varitas; ={1,2,3,8, 9, 10, 11} adalah sebagai berikut: {2, 8, 10}; {1, 8, 9; @, 8, 11}; {2, 8, 10}; {1, 8, 9}; 8, 8, 11}; (1, 2.3}; {2,9, 11); {1, 10,11); 8, 9, 10}; (1, 2,3}; 2,9, 11}; {1, 10, 11}; 3,9, 10}. Perhatikan bahwa desain ini mempunyai blok-blok ” berulang’”. Jika diambil satu blok saja dari setiap blok yang berulang, akan diperdleh Desain-(7,3,1). Ketut Budayasa SOAL-SOAL LATIHAN 1 Selidiki apakah setiap pasang bujursangkar latire “berikut orthogonal! 2. @ ® © 45 56 23 61 12 34 Misalkan A sebuah bujursangkar latin ordo n. Apakah setiap operasi berikut pada A, menghasilakna bujursangkar Jatin baru? (@)Perhatikan entri-entri 2 dan 3 (jika kedua entri itu wuncul mi ), (&)Ganti setiap baris dengan “membalik” urutan entri- entrinya dari yang terakhir ke yang pertama, (€)Ganti A dengan transposnya. Apakah terdapat sepasang bujursankar latin orthogonal ordo 54? Mengapa? 167 Ketut Budaye: 5. Diberikan keluarga bujursangkar latin orthogonal. ordo seperti berikut: $1234 45123 45123 23451 34512 $1234 23451 34512 12345 12345 34512 23451 $1234 34512 23451 45123 45123 $1234 12345 12345 Gunakan prosedur yang terdapat pada bukti Tecrema 5:1 untuk mengatur entri-entri dari bujursangkar latin tersebt sedemikian hingga baris pertama dari setiap bujursangk: latin menjadi 12345. 6. Misalkan C1, Ce, ..., Cn suatu permutasi dari 0, 1, 2, ... ,n- Konstruksi sebuah matriks A sebagai berikut. Baris pertarr Aadalah C1, Ce, .., Ca Setiap dua baris berurutan, baris yar Ietaknya di bawah diperoleh dari baris sebelumnya denge cara menambah 1 setiap elemendan gunakan penjulaha modulo n. (@) Konstruksi A untuk permutasi3 2 1 0. (b) Tunjukkan bahwa A merupakan bujursangkar latin. 7. Tunjukkan bahwa tidak ada desain-(h, v, 1, k, 2) denge parameter’ erikut: (@)b=7,v=5,r=4)k=3, 4=2 ()b=2,v=22 r=7, k=7, 4=1 Ketut Budeyasa Diberikan sebuah desain. Matriks insiden dari desain komplemen diperoleh dari matriks insiden dari desain semula dengan cara menukarkan unsur-unsur 0 dan 1. .Misalkan desain-(b4, v!, r!, kl, 2) adalah desain komplemen dari desain-(b, v,1,k, 4). @) Cari formula untuk bt, vi,r!, dank’. (®) Tunjukkan bahwa 21=b+ 4 -2r. 1. Tunjukkan dengan konstruksi bahwa terdapat desain-desain berikut: (@) desain{v, v-1, v-2). (b) desain-(14, 8, 7,4,3) (©) desain-(30, 16,15,8,7) Misalkan terdapat desain{v,k, 4 ). (@) Tunjukkan terdapat desain-(2v, v,2k,k 22 )! (®) Tunjukkan untuk sembarang bilangan bulat positip p, terdapat desain-(pv, v, pk, k, pA ). |. Misalkan A adalah matriks insiden dari sebuah desain BIBD. ‘Tunjukkan bahwa invers A ada! tt) BI BI 7 Ketut Budloyasa ‘Daftar Pustaka Albertson, M.O. and Hutchinson, J.P. (1988), Discrete Mathemathics with’ Algorithms, John Wiley and Sons, New York. Balakrishnan,V-K. (1991), Introductory Discrete ‘Mathematics, Prentice-Hall International Editions, New Jersey, USA. Biggs, NLL. (1987), Discrete Mathematics, Oxford University Press, New York. Brualdi, R.A. (1982), Introductory Combinatorics, North Holland, New York-Amsterdam-Oxford. Budayasa, LK. (1995), Matematika Diskrit I, University Press, Surabaya ‘Cameron, Pj. and Van Lint, JH. (1991), Design, Graplks, Codes and their Links, Cambrigdge University Press, Cambridge, U.K. Carroll, J., and LongD. (1989), Theory of Finite ‘Automata, Printece-Hall, New Jersey. Ketut Budayasa [8] Dossey, J.A., Otto,A.D., Spence,L.E,and Eynden C.V. (1972), Discrete Mathematics, Harper-Collins- * Publisher, USA. [9] Gersting, J.L. (1987), Mathematical Structures for computer Science, Freeman and Company, New York. [10] Goulden LP and Jackson, D.M. (1983), Combinatorial Enumeration, John Wiley& Sons, USA. [11] Johnsonbaugh, R. (1997), Discrete Mathematics, Printece-Halll International, New Jersey. [12] Liu, CL. (1985), Elements of Discrete Mathematics, McGraw-Hill, New York. [13] Papadimitriou, CH. and Steiglitz, K. (1982), Combinatorial Optimization: Algorithm and Complexity, Printice-Hall, E.C, New Jersey, USA. [14] Roberts, FS. (1984), Applied Combinatorics, Prentice- Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, USA. [15] Ross, KA, and Wright, CRB (1992), Discrete ‘Mathematics, Printece-Hall, New Jersey, USA. [16] Townsend, M. (1987), Discrete Mathematics: Applied Combinatorics and Graph ‘Theory, ~The Benjamin/ Cummings, California. im Ketut Budayasa [17] Tucker, A. (1985), Applied Combinatorics, John Wiley and Sons, New York. [18] Van Lint, J.H. and’Wilson, RM,, A. (1994), Course in Combinatorics, Cambridge University Press, Great Britania. m2

You might also like