Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD/RS Hasan Sadikin Bandung
Sari Pustaka : Desember 2010
Oleh : Andri Firdaus
Sub Bagian — : Perinatologi
Pembimbing
Tetty Yuniati, dr., SpA(K), M. Kes
Fiva Aprilia Kadi, dr, SpA, M. Kes
Hari/Tanggal_: Kamis, 2 Desember 2010
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN KEGAGALAN NAFAS
PADA NEONATUS
PENDAHULUAN
Gagal nafas pada neonatus merupakan masalah klinis yang sangat serius, yang berhubungan
dengan tingginya morbiditas, mortalitas dan biaya perawatan, Faktor resiko utama gagal
nafas pada neonatus adalah prematuritas, bayi berat badan lahir rendah, dan penelitian
menunjukkan kejadiannya lebih banyak terjadi pada golongan sosioekonomi rendah.’?
Pada suatu penelitian epidemiologi gagal nafas di Amerika Serikat, insidensi gagal
napas di Amerika adalah 18 per 1000 kelahiran hidup. Meskipun insidensinya lebih tinggi
pada bayi dengan berat badan lahir renduh, sepertiga kasus terjadi pada bayi dengan berat
badan normal, Insidensi tertinggi terdapat pada ras kulit hitam dan sangat berhubungan
dengan kemiskinan.' Di Indonesia, sepertiga dari kematian bayi terj
di pada bulan pertama
setelah kelahiran, dan 80% diantaranya terjadi pada minggu pertama dengan penyebab utama
kematian diantaranya adalah infeksi pernafasan akut dan komplikasi perinatal. Pada suatu
studi Kematian neonatal di daerah Cirebon tahun 2006 disebutkan pola penyakit kematian
neonatal 50% disebabkan oleh gangguan pernapasan meliputi asfiksia bayi baru lahir (38%),
respiratory distress 4%, dan aspirasi 8%.** Meskipun angka-angka tersebut masih tinggi,
Indonesia sebenarnya telah mencapai tujuan keempat dari MDG, yaitu mengurangi tingkat
kematian anak. Dengan pencegahan dan penatalaksanaan yang tepat, serta sistem rujukan
yang baik, kematian neonatus khususnya akibat gangguan pernafasan diharapkan dapat terus
berkurang.®
Penatalaksanaan utama gagal nafas pada neonatus adalah terapi suportif’ dengan
ventilasi mekanis, dan oksigenasi konsentrasi tinggi. Terapi lainnya meliputi high-frequency
ventilator, terapi surfaktan, inhalasi nitrat oksida, dan extracorporealmembrane oxygenation
(ECMO)!Penanganan neonatus yang mengalami gagal nafas memerlukan suatu unit perawatan
intensif, dan penatalaksanaan yang optimal tergantung pada sistem perawatan neonatus yang
ada, yaitu ketersediaan tenaga abli, fasilitas yang memiliki kemampuan dalam menilai dan
memberikan tatalaksana kehamilan resiko tinggi, serta memiliki kemampuan menerima
rujukan dari fasilitas kesehatan dibawahnya.'?>
Dengan lamanya waktu perawatan dan tingginya biaya yang harus dikeluarkan,
diagnosis dan tatalaksana yang tepat kegagalan nafas pada neonatus merupakan hal yang
penting untuk menekan mortalitas dan biaya perawatan yang akan dikeluarkan, Dalam sari
pustaka ini akan dibahas mengenai defi
etiologi, diagnosis dan penatalaksanaan gagal
nafas pada neonatus.
DEFINISI
Gagal nafas (respiratory failure) dan distress nafas (respiratory distress) merupakan
diagnosis yang ditegakkan secara Ki
dimana sistem pernafasan tidak mampu untuk
melakukan pertukara
gas secara normal tanpa bantuan. Terminologi respiratory distress
digunakan untuk menunjukkan bahwa pasien masih dapat menggunakan mekanisme
kompensasi untuk mengembalikan pertukaran gas yang adekuat, sedangkan respiratory
failure merupakan keadaan Klinis yang lanjut akibat kegagalan mekanisme kompensasi dalam
mempertahankan pertukaran gas atau tercukupinya aliran oksigen.°"°
Gagal nafas merupakan kegagalan sistem respirasi dalam memenuhi kebutuhan
pertukaran gas oksigen dan karbondioksida antara udara dan darah, schingga terjadi
gangguan dalam asupan oksigen dan ekskresi karbondioksida, keadaan ini ditandai dengan
abnormalitas nilai PO» dan PCO>. Gagal nafas dapat disebabkan oleh penya
melibatkan jalan nafas, alveolus, sirkulasi paru atau kombinasi ketiganya. Gagal nafas juga
it paru yang
dapat disebabkan oleh gangguan fungsi oto pernafasan, gangguan neuromuskular dan
ap 22112
gangguan sistem saraf pu
Ga
al nafas tipe hiperkapnik terjadi akibat CO: tidak dapat dikeluarkan dengan
respirasi
pontan sehingga berakibat pada peningkatan PCO: arterial (PaCO2) dan turunnya
pH. Hiperkapnik dapat terjadi akibat obstruksi saluran napas atas atau bawah, kelemahan otot
pernapasan atau biasanya akibat produksi CO» yang berlebihan. Gagal nafas tipe hipoksemia
terjadi akibat kurangnya oksigenasi, biasanya akibat pirau dari kanan ke kisi atau gangguan
kescimbangan ventilasi dan perfusi (ventilation-perfusion mismatch).'""*ETIOLOGI
Bayi khususnya neonatus rentan tethadap kejadian gagal nafas akibat: (1) ukuran jalan nafas
yang kecil dan resistensi yang besar terhadap aliran udara, (2) compliance paru yang lebih
besar, (3) otot pemafasan dan diafragma cendening yang lebih mudah lelah , serta (4)
predisposisi terjadinya apnea yang lebih besar.”
Gagal nafas pada neonatus dapat disebabkan oleh hipoplasia paru (disertai hemia
Giafragma kongenital), infeksi, aspirasi_-mekoneum, dan persistent pulmonary
hypertension.’*"* Secara umum, etiologi gagal nafas pada neonatus ditunjukkan pada tabel 1
Tabel 1. Etiologi gagal nafas pada neonatus
Paru-paru Aspirasi, pneumonia, transient tachypnea of the newborn, persistent
pulmonary hypertension, pneumotoraks, perdarahan paru, edema paru,
displasia bronkopulmonal, hetnia diafragma, tumor, efusi pleura,
cemfisema lobaris kongenital
Jalan natas Laringomalasia, trakeomalasia, atresia/stenosis choana, Pierre Robin
Syndrome, tumor dan kista
Otot-otot respirasi Paralisis nervus frenikus, trauma medulla spinalis, miasthenia gravis
stem saraf pusat (SSP) Apnea of prematurity, obat: sedatif, analgesik, magnesium; kejang.
asfiksia, hipoksik ensefalopati, perdarahan SSP
Lain-lain Penyakit jantung bawaan tipe sianotik, gagal jantung Kongestif,
anemiapolisitemia, tetanus neonatorum, immaturitas, syok, sepsis
‘Sumber: Carlo”
MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS,
Diagnosis gagal nafas dapat ditegakkan berdasarkan manifestasi Klinis dan dikonfirmasi
dengan hasil pemeriksaan analisis gas darah. Gambaran klinis yang dapat terjadi pada
neonatus yang harus meningkatkan kewaspadaan klinisi akan terjadinya gagal nafas antara
Tain:'?
- Peningkatan respirasi
~ Peningkatan usaha nafus
= Periodic breathing
~ Apnea
- _ Sianosis yang tidak berkurang dengan pemberian oksigen- Turunnya tekanan darah disertai takikardi, pucat, kegagalan sirkulasi yang diikuti
bradikardi
- Penggunaan otot-otot pernafasan tambahan.
Derajat beratnya distress nafas dapat dinilai dengan menggunakan skor Silverman
Anderson dan skor Downes. Skor Silverman-Anderson lebih sesuai digunakan untuk bayi
prematur yang menderita hyaline membrane disease (HMD), sedangkan skor Downes
merupakan sistem skoring yang lebih komprehensif dan dapat digunakan pada semua usia
Kehamilan. Penilaian dengan sistem sko
ini sebaiknya dilakukan tiap setengah jam untuk
menilai progresivitasnya.'°
‘Tabel 2. Evaluasi Gawat Napas dengan skor Downes
Pemeriksaan
0 1 2
Frekuensi napas < 60 /menit 60-80 /menit > 80/menit
Retrak Tidak adaretraksi —__Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis ‘Tidak ada siunosis—__ Sianosis hilang Sianosis menetup
dengan 0; walaupun diberi O2
Air entry Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara
uudara masuk masuk
Merintih ‘Tidak merintih Dapat didengar Dapat didengar tanpa
dengan stetoskop alat bantu,
Skor > 6: Ancaman gagal nafas
‘Sumber: Mathai™®
Analisis gas darah merupakan indikator definitif dari pertukaran gas untuk menilai
¢gagal nafas akut, Meskipun manifestasi Klinis yang ada memerlukan tindakan intubasi segera
dan penggunaan ventilasi mekanis, pengambilan sampel darah arterial diperlukan untuk
menganalisis tekanan gas darah (PaQ2, PaC
dan pH) sambil melakukan monitoring
dengan pulse oxymetri. Hipoksemia berat ditandai dengan PaQ2 < 50-60 mmHg dengan FiO2
60% atau PaO2 < 60 mmHg dengan FiO2 > 40% pada bayi < 1250 g, Hiperkapnik berat
dengan PaCO2 > 55-60 mmHg dengan pH <7,2-7,25,'01'°‘Tabel 3. Nilai Analisis gas Darah
rr rr a
PaO, (mmHg) 560 50-60 <50 <50
pH 373 72729 71-719 <1
PaCO; (mmHg) <50 5060 61-70 >70
‘Skor > 3: memerlukan ventilator
Sumber: Mathai™
Pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan sebagai pemeriksaan awal pada pasien
yang mengalami distress pernafasan antara lain: rontgen toraks (dapat dilakukan setelah
pemasangan ETT), pemeriks
jan darah untuk skrining sep:
s, termasuk pemeriksaan darah
tung jenis, apus darah tepi, C-reactive protein, kultur darah, glukosa darah, dan
an
Tabel 4, Pemeriksaan Penunjang pada Neonatus yang mengalami Distress Pernafasan
‘Pemeriksaan Kegunaan
Kultur darah ‘Menunjakkan Keadaan bakteriemia
‘Analisis gas darah Menilai derajat hipoksemia dan Keseimbangan asam basa
Glukosa darah Menilai Keadaan hipoglikemia, Karena hipoglikemia dapat
menyebabkan atau memperberat takipnea
Ronigen toraks Mengetahui etiologi distress nafas
Darah rutin dan hitung jenis Leukositosis menunjukkan adanya infeksi
Neutropenia menunjukkan infeksi bakteri
‘Trombositopenia menunjukkan adanya sepsis
Pulse oximetry Menilai hipoksia dan kebutuhan tambahan oksigen
‘Sumber: Hermansen"
Selain menilai beratnya distress nafas yang terjadi, diperlukan juga penilaian untuk
memperkirakan penyebab dasar gangguan nafas untuk penatalaksanaan selanjutnya. P:
bayi yang baru lahir dan mengalami distress nafas, penilaian keadaan antepartum dan
peripartum penting untuk dilakukan, Beberapa pertanyaan yang dapat membantu
memperkirakan penyebab distress nafas antara Iain: apakah terdapat faktor resiko antepartum,
atau tanda-tanda distress pada janin sebelum kelahiran, adanya riwayat ketuban pecah dini,
adanya mekoneum dalam cairan ketuban, dan lain-lain.'*