You are on page 1of 43
BABI INDAHULUAN A. Latar Belakang Peritonitis adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa yang sering bersamaan dengan kondisi bakteremia dan sindroma sepsis. (Harrison Textbook $th Edition, 2011) Sebagaimana dakim penelitian Tarigan pada tahun 2014, peritonitis dide enisikan suatu proses inflamasi membran serosa yang membatasi ronggaabdomen dan organ-organ yang terdapat didalamnya, Peritonitis dapat bersifat Jokal maupun generalisata, bakterial ataupun kimiawi, Peradangan peritoneum dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, bahan kimia iritan, dan benda asing. Kemudian disebutkan juga bahwa_ peritonitis merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada penderita bedah dengan mortalitas sebesar 10-40%. Peritonitis difus sekunder yang merupakan 90% penderita peritonitis dalam praktek bedah dan biasanya disebabkan oleh suatu perforasi gastrointestinal ataupun kebocoran, (Tarigan, M.H, 2014) Suatu perforasi dapat terjadi akibat trauma dan non trauma, Non trauma misalnya akibat volvulus, spontan pada bayi baru lahir, ingesti obat-obatan, tukak, malignansi, dan benda asing. Sedangkan trauma dapat berupa trauma tajam_maupun trauma tumpul, misalnya iatrogenik akibat pemasangan pipa nasogastrik. Sementara itu beberapa contoh lokasi kebocoran Vu perfora: gastrointestinal yang menyebabk an peritonitis sekunder adakh kebocoran pada Jambung maupun kebocoran pada usus (duodenum, jejenum, ileum, colon, maupun _appendik). Kebocoran lambung dapat disebabkan oleh ulkus gaster atau yang biasanya disebut tukak lambung. Tukak lambung umumnya terjadi pada pria, orang tua, dan kelompok dengan tingkat sosioekonomi rendah, Sementara itu tukak duodenum lebih sering terjadi dua kali dari pada tukak lambung. (NMS Surgery Sth Edition, 2008) Waliupun tukak duodenum lebih sering terjadi dari pada tukak lambung, tetapi tukak lambung yang perforasi mempunyai mortalitas lebih tinggi daripada tukak duodenum yang perforasi. ida kebanyakan kasus tingkat kematiannya meneapai 15-20% dan kebanyakan perforasi lambung tersebut terjadi pada daerah trum atau prepilorik. (Maingot 1th Edition, 2007) ‘Tukak lambung adalah penyakit yang umum ditemukan, mempengaruhi sekitar lebih dari 6 juta penduduk di Amerika Serikat, menjadikannya suatu penyakit yang dipertimbangkan dan menjadi salah satu penyakit dengan pengeluaran besar. Walaupun jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit berangsur turun pada tahun 1980 dan 1990, laju ini masih dapat dikatakan tinggi (Feinstein, LB, 2010). Di Amerika Serikat angka kematian tukak lambung adalah sekitar | kasus per 1.000.000. orang. Angka kematian lebih tinggi pada pasien yang lebih tua, yang dapat disebabkan oleh tingginya tingkat penggunaan NSAID (non steroid anti inflammation drugs) dalam kelompok usia ini, Kelompok berisiko tinggi lainnya termasuk orang dengan diabetes. Tukak lambung juga terkait dengan morbiditas yang cukup berhubungan dengan nyeri epigastrium kronis, mual, muntah, dan anemia, (Shrestha, 2009) Di Indonesia tukak lambung ditemukan antara 6-15% pada usia 20-50 tahun, Terutama pada lesi yang hilang timbul dan paling sering didiagnosis pada orang dewasa usia pertengahan sampai usia lanjut, tetapi lesi ini mungkin sudah muneul sejak usia muda, (Nasif et al, 2008) Studi seroepidemiolo gik populsi umum di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi tukak lambung yang disebabkan oleh Helicobacter pylori pada wkanak berumur 0-14 tahun sekitar 7,2-28%, sedangkan umur diatas 15 tahun antara 36.54,3%. Hal ini menunjukkan bahws semakin meningkatnya umur, maka prevaknsinya pun semakin tinggi, Sebuah survei di Jakarta menunjukkan bahwa penderita tukak lambung karena H. pylori lebih banyak ditemukan pada etnik Batak dan Cina dari pada etnik hinnya, Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang meni arkan hasil data data pasien peritonitis yang cukup tinggi. Berd: pencatatan dan pekaporan medical record di seluruh rumah sakit se-Sumatera Barat, tercatat sebanyak 103 orang peritonitis pada tahun 2012, pada tahun 2013 sebanyak 98 orang, sedangkan pada tahun 2014 sebanyak 105 orang (Habibie, 2014). Masala Kesehatan sistem pencernaan yang bersifit akut seperti peritoniti akan memberikan respon maladap tif terhadap konsep diri pasion schingga tingkat stress emosional dan mekanisme koping yang digunakan berbeda-heda, Dampak pskkologis pada pasien peritonitis adanya perubahan fungsi struktur tubuh, adanya cialis akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran dir, kecemasan, ketidakpastian, ketakutan, kegagalan pengobatan, biaya yang harus dikeluarkan dan depresi merupakan kondisi umum ditemukan pada pasien dengan penyakit kronis. Kondisi tersebut diakibatkan oleh ketidakpastian pasion menerima diagnosa mengenai penyakitnya, Dampak fisik dan pasion akan merasa terganggu dengan kelemahan fisik d beraktivitas karena klien mengalami kelemahan dan nyeri, Dan di dalam kehidupan sosial dan masyarakat pasien akan menarik diri dan mengurangi interaksi sosial (Muttagin, 2011). Banyaknya kejadian peritonitis di masyarakat peru mendapatkan perhatian serius karena mengingat banyak permasalahan yang terjadi pada Klien dengan pritonitis. Maka upaya perawat sebagai tenaga Kesehatan yaitu dengan c meningkatkan mutu pelayanan kesehatan untuk mengatasi berbagai komplikasi yang akan timbul. Upaya perawat sebagai promotif mampu memberkan penyuluhan dan menyampaikan akibat yang akan timbul jika peritonitis tidak tertangani dengan baik, seperti kelebihan volume cairan dengan memonitor intake dan output, status nutrisi, tanda- tanda vital dan pitting edema. Upaya perawat sebagai preventif yaitu mampu melakukan pencegahan dini dari dampak peritonitis, dengan menganjurkan kepada keluarga agar menerapkan atau melakukan pola hidup yang schat. Upaya perawat sebagai kuratif bertujuan untuk memberikan pengobatan dengan menerapkan asuhan keperawatan yang bak. Dan upaya perawat yang terakhir yaitu rehabilitatif merupakan upaya pemulihan Kesehatan pada pasien yang mengalami peritonitis Girumah sakit, Berdasarkan kondisi diatas dan data-data diatas juga menunjukkan angka kejadian penderita CKD di RSUP DR. M. Djamil Padang paling banyak dirawat di bangsal penyakit dalam, maka penulis tertarik untuk mengangkat kasus Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan PERITONITIS Di Instalasi Rawat Inap Bedah Pria RSUP DR. M. Djamil Padang sebagai kajian dalam laporan hasil evaluasi:praktek Klinik. B. Rumusan Masalah Berdasarkan jatar belakang _tersebut, maka dirumuskan permisalahannya yaitu, “Bagaimana menerapkan pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan PERITONITIS di Instalasi Rawat Inap Bedah Pria RSUP DR. M. Djamil Padang 227" C. Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan Umum Mengaplikasikan imu yang sudah didapat secara nyata dalam memberikan Asulan Keperawatan Pada Klien dengan peritonitis secara Komprehensif di Instalasi Rawat Inap Bedah Pria RSUP DR. M. Djai Padang. 2. Tujuan Khusus a, Mampu melaksanakan pengkajian asuhan keperawatan pada klien dengan peritonitis di Instalasi Rawat Inap Bedah Pria RSUP DR. M. Djamil Padang. b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada Klien dengan peritonitis di Instalasi Rawat Inap Bedah Pria RSUP DR. M. Djamil Padang. ¢. Mampu membuat rencana asuhan keperawatan pada klien dengan peritonitis di Instalasi Rawat Inap Bedah Pria RSUP DR. M. Djamil Padang. ¢. Mampu melakukan tindakan untuk mengatasi masalah atau diagnos keperawatan pada Klien dengan peritonitis di Instalasi Rawat Inap Bedah Pria RSUP DR. M. Djamil Padang, ©. Mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang dilaksanakan rencana keperawatan pada klien dengan peritonitis di Instalasi Rawat Inap Bedah Pria RSUP DR. M. Djamil Padang. £ Mampu melakukan dokumentasi keperawatan terhadap asuhan keperawatan yang sudah dievaluasi pada Klien dengan peritonitis di Instalasi Rawat Inap Bedah PriaRSUP DR. M. Djamil Padang. D. Manfaat Studi Kasus 1 Bagi penulis Untuk menambah wawasan dan pemahaman penulis dalam menerapkan asuhan keperawatan pada Klien, khususnya pada klen dengan peritonitis. Bagi Pasien Dengan adanya studi kasus tentang asuhan keperawatan pada klien dengan peritonitis ini, diharapkan pasien mendapatkan asuban kepet atan yang baik dari tenaga perawat. Bagi Rumah Sakit Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang bermaniaat bagi para perawat yang berada di RSUP DR. M. Djamil Padang, agar dapat menerapkan dan memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan peritonitis. 4. Bagi Institusi Hasil studi kasus ini diharapkan at digunakan sebagai bahan atau referensi akademi untuk pengembangan pembelajaran studi kasus selanjutnya. 5. Bagi Pembaca Dengan adanya hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberikan pengertian, pengetahuan dan pengambilan keputusan yang tepat kepada pembaca khususnya dalam menyikapi jika ada pasien dengan penyakit peritonitis. BABII TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar Peritonitis, 1. Pengertian Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum —suatu membrane yang melipisi rongga abdomen. Peritonitis biasanya terjadi akibat masunya bakteri dari saluran cerna atau organ-organ abdomen ke dalam ruang perotonium melalui perforasi usus atau rupturnya suatu organ, (Corwin, 2000). Peritoni adalah inflamasi dari peritoneum yang biasanya di akibatkan okh infeksi bakteri, organisme yang berasal dari penyakit saluran pencernaan atau pada organ- organ reproduktif internal wanita (Baugman dan Hackley, 2000). Peritoni adalah peradangan yang disebabkan oh infeksi pada selaput organ perut (peritonieum). Peritonieum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam. Lokasi peritonitis bisa terlokalisir atau difuse, riwayat akut atau kronk dan patogenesis disebabkan oleh infeksi atau aseptik. Peritonitis merupakan suatu kegawat daruratan yang biasanya disertai dengan bakterecemia atau sepsis. Akut peritonitis sering menular dan sering dikaitkan dengan _perforasi viskus(secondary peritonitis). Apabilatilak ditemukan sumber infeksi pada intraabdominal, peritonitis diketagori sebagai primary peritoni . Fauci et al, 2008), Peritoni adalah —peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga _perut (peritoneum). Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam. (Ratu dan Adwan, 2013). Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang merupakan pembungkus visera. dalam rongga _perut. Peritonitis adalah suatu respon inflamasi atau supuratif dari peritoneum yang disebabkan oleh irtasi kimiawi atau invasi bakteri, ( Sibuea dkk, 2009). 2. Anatomi Fisiologi _ ty ann Gambar 2.1 Gambar Anatomi Hati(Syaifuddin, 2011) Saluran pencermaan di tubuh manusia dimulai dari rongga mulut, esofagus, lambung, usus halus hingga anus. Sistem pencernaan meliputi 1. Rongga mult Rongga mulut’ merupakan awal saluran_pencernaan, proses pencernaan dimulai dengan aktivitas mengunyah dimana makanan dipecah ke dalam partikel kecil dan dicampur dengan enzim-enzim pencernaan. Di dalam mulut terdapat saliva yang mengandung mukus yang fungsinya membantu melumasi makanan saat dikunyah, Kemudian saat makanan ditelan epiglotis, bergerak menutup lubang wakea untuk mencegah terjadinya aspirasi makanan ke paru-paru sehingga mengakibatkan bolus mukanan berjalan ke dakm esofigus. Esofagus Esofagus memiliki +25 em dan terletak di mediastinum rongga thorakal, anterior terhadap tulang punggung dan posterior terhadap trakea dan jantung, Otot halus di dinding esofagus berkontaksi dalam urutan irama dari esofigus ke arah lambung untuk mendorong bolus makanan sepanjang saluran. Selama proses peristaltik eso fagus, sfingter esofagus bawah rileks dan memungkinkan bolus makanan masuk ke lambung kemudian sfingler esofagus menutup dengan rapat untuk mencegah refluks isi lambung ke dakim esofagus, 3. Lambung Lambung terletak di bagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah tubuh, tepat di bawah diafagma kiri, Lambung adah suatu kantong yang dapat berdistensi_ dengan kapasitas + 1.500 ml. Lambung terdiri dari 4 bagian yaitu kardia Galan masuk), fundus, kompus, dan pilorus. Lambung mensekresi cairan yang sangat asam, cairan ini mempunyai pH serendah 1 dan memperoleh keasamannya dari asam_ hidrochlorida yang disekresikan oleh kelenjar lambung. Fungsi sekresi asam untuk memecah makanan menjadi komponen yang lebih dapat diabsorbsi dan untuk membantu destruksi bakteri pencernaan. Lambung dapat menghasilkan sckresi kira-kira 2,4 lter/hari, Usus haus Usus halus adalah bagian dari sistem pencernaan makanan ing berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum, memiliki panjang 2/3 dari panjang total saluran pencernaan, Bagian permukaan usus halus untuk sekresi dan absorbsi, Usus halus dibagi menjadi 3 bagian yain a. Duodenum Duodenum adalah bagian pertama usus halus yang panjangnya 25 cm berbentuk sepatu kuda dan kepalanya mengelilingi kepala pankreas, Saluran empedu dan saluran pankreas masuk ke dalam duodenum pada suatu lubang yang disebut ampula hepatopankreatika 10 cm dari pions. b.-Yeyunum Yeyunum menempati 2/5 sebelah atas dari usus habs, c. eum eum menempati 3/5 akhir dari usus halus Dinding usus halus terdiri atas 4 lapisan yang sama dengan lambung_yaitu a. Dinding lapisan luar adalah membran serosa, yaitu peritoneum yang membalut usus dengan erat, b. Dinding lpisan berotot terdiri atas 2 lapisan serabut yaitu lapisan luar terdiri atas serabut longitudinal, dan di bawahnya yaitu. lapisan tebal terdiri dari atas serabut sirkuler. Diantara kedua lapisan serabut berotot terdapat pembukih darah, pembuluh linfe dan plexus saraf c. — Dinding sub mukosa, terdapat antara otot sirkukr dan bpisan yang terdalam yang merupakan perbatasannya, Dinding sub mukosa ini terdiri dari jaringan areolar dan bersi banyak pembuluh darah, saluran limfe, kelenjar dan plexus. saraf yang disebut plexus meissner. Di dalam duodenum terdapat kelenjar bruner yang mengeluarkan sekret cairan kental alkali yang bekerja untuk melindungi lapisan duodenum dari pengaruh isi lambung yang asam Di dalam dinding mukosa terdapat berbagai ragam sel termasuk banyak leukosit juga terdapat beberapa nodula jaringan limfe yang disebut kelenjar soliter. Di dalam ileum terdapat kelompok-kelompok nodula, membentuk tumpukan_ kelenjar peyer dan dapat berisi 20-30 kelenjar soliter yang panjangnya 1 cm sampai beberapa cm. Kelenjar-kelenjar ini mempunyai fungsi melindungi dan merupakan tempat peradangan pada demam usus atau tifbid. Fungsi usus halus adalah mencerna dan mengabsorbsi Khime dari lambung isi duodenum yaitu alkali Empedu Empedu diperlukan untuk pencernaan lemak yang diemulsikan untuk membantu kerja lipase. Sifatnya alkali dan membantu membuat makanan yang keluar dari lambung yang asam menjadi netral Garam Empedu mengurangi tegangan permukaan isi usus dan membantu membentuk emulsi dari lemak yang dimakan, Pankreas Getah pankreas berisi tiga jenis enzim penernaan yang memecah atas 3 jenis makanan, Amilase, mencerna hidrat karbon, mengubah zat tepung menjadi disakharida, Lipase, ialah enzim yang memecah lemak menjadi gliserin dan asam lemak. Tripsin, an enzim pembeku sus. mengubah protein menjadi pepton. Usus Besar Usus besar atau kolon memiliki panjang kira-kira 1,5 meter. Refleks gastrokolik terjadi Ketika makanan masuk lambung dan menimbulkan peristaltik di dalam usus besar. Refleks ini menyebabkan defekasi atau pembuangan air besar. Dalim 4 jam setelah makan, materi sisa residu mee wati ileum terminalis dan dengan perlahan melewati bagian proksimal kolon 6. melalui katup ileosekal, Katup ini secara normal tertutup, membantu mencegah isi colon mengalir kembali ke usus halus. Popuksi bakteri adalah Komponen utama dari isi usus besar. Bakteri membantu menyelesikan pemecahan materi sisa dan garamempedu. Dua jenis sekresikolon ditambah pada materi sisa mukus dan larutan elektrolit, Larutan elektrolit adalah larutan bikarbonat yang bekerja untuk menetralisasi, Prosedurakhir yang terbentuk melalui kerja bakteri kolonik. Mukus ini melindungi mukosa colon dari isi interluminal dan juga memberikan perkkatan untuk massa fekal. Aktifitas peristaltik yang lemah menggerakkan isi kolonik dengan perlahan sepanjang stluran, Gelombang peristaltik kuat intermiten mendorong isi untuk jarak tertentu. Hal ini terjadi secara umum setelh makanan lain dimakan, bila hormon perangsang usus dilepaskan, Materi sisa dari makanan akhirnya mencapai dan mengembangkan anus, biasanya dalam 12 jam, sebanyak seperempat dari materi sisa dari makanan mungkin tetap berada di rektum selama 3 hari setelah makanan dicerna. Rektum : Defekasi, Faeces dan Flatus Rektum terletak 10 em di bawah dari usus besar dimulai pada kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran anal. Saluran ini berakhir ke dalam anus yang dijaga oleh otot internal dan cksternal. Rektum serupa dengan kolon tetapi dindingnya yang berotot Ebih tebal dan membran mukosanya memunt lipatan- lipatan membujur yang disebut kolumna morgagni. Semua ini menyambung ke dalam saluran anus. Di dalam saluran anus ini serabut otot sirkuler menebal _membentuk ofot sfingter anus internal. Sel-sel yang melapisi saluran anus berubah sifatnya epielium bergaris menggantikan sel-sel silinder. Sfingter eksterna menjaga saluran anus dan orifisium supaya tertutup. Rektum biasanya kosong sampai menjelang defékasi. 3. ETIOLOGI ‘Menurut 1. Infeksi bakteri «. Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal ». Appendisitis yang meradang dan perforasi ©. Tukak peptik (ambung / dudenum) 4. Tukak thypoid e. Tukan disentri amuba / colts £ Tukak pada tumor g. Salpingitis h. Divertikulitis Kuman yang paling sering ialth bakteri Coli, streptokokus alpha dan beta hemolitik, stapilokokus _aurens, enterokokus dan yang paling berbahaya adalah clostridium weel 4. Patofisiologi Disebabkan oleh kebocoren dari organ abdomen kedalam rongga abdomen —bisanya sebagai akibat_— dari inflamasi,infeksiiskemia, trauma atau perforasi tumor. Terjadi proliferasi bacterial, yang menimbulkan edema jaringan, dan dalam waktu yang singkat terjadi eksudasi cairan. cairan dalam peritoneal menjadi keruh dengan peningkatan protein, sel darah putih, debris seluler dan darah, Respon segera dari saluran usus disertai lakh hipermotilitas, diikut okh oleh ileus pralit umudasi udara cairan dalam usus. Peritonitis menyebabkan penurunan aktivitas fibrinolitik intra abdomen (meningkatkan aktivitas inhibitor activator plasminogen) dan sekuestrasi fibrin dengan adanya pembentukan jajaring pengikat. Produksi eksudat fibrin merupakan mekanisme terpenting dari system pertahanan tubuh, sengan cara ini akan terikat bakteri dalam jumlah yang sangat banyak diantara matrika fibrin, Pembentukan abses pada peritonitis pada prinsipnya mekanisme tubuh yang melibatkan substansi pembentuk abses dan kuman-kuman itu senditi untuk menciptakan kondisi abdomen yang steril, Pada keadaan jumlah kuman yang sangat banyak, tubuh sudah tidak mampu mengeliminasi kuman dan be ha mengendalikan penyebaran kuman dengan membentuk kompartemen yang dikenal sebagai abses. ‘Masuknya bakteri dalam jumlah besar ini bisa berasal dari berbagai sumber. Yang paling sering ialah kontaminasi bakteri wansien akibat penyakit visceral atau intervensi bedah yang merusak keadaan abdomen. Selain jumlah bakteri transien yang terlalu banyak di dalam rongga abdomen, peritonitis juga terjadi karena virulensi kuman yang tinggi hingga mengganggu proses fagositosis dan pembunuhan bakteri dengan neutrofil. Keadaan makin buruk jika infeksinya disertai dengan pertumbuhan bakteri hin atau jamur (Clevo, 2012). ERITONT 6. Klasifikasi Berdasarkan pathogenesis. peritonitis. dapat di Kasifikasikan sebagai bericut: a. Peritonitis bacterial primer Al t Kontaminasi bacterial secara hematogen cavum peritoneum dan tidak ditemukan focus infeksi dakm abdomen. Penyebabnya bersifat monomikrobial, biasanya E.coli, Streotokokus atau Pneumococus, peritonitis ini dibagi menjadi dua yaitu: Spesifik: : Seperti Tuberculosa. Non-spesifik : Pneumonia non tuberculosis dan tonsilltis. Factor yang beresiko pada peritonitis ini adalah malnutrisi, keganasan intra abdomen, imunosupresi dan splnektomi, Kelompok resiko tinggi adalah dengan sindrom neftotik, gagal ginjal kronik, Iupus eritematosus sistemik, dan sirosé hepatis dengan asites. b. Peritonitis bacterial akut sekunder(supurative) Perito: is yang mengikuti suatu infeksi akaut atau perforasi traktus gastrointestinal atau tractus. urinarius. Pada umunya organism tunggal tidak akan menyebabkan peritonitis yang fatal, Sinergisme dari multiple organism dapat memperberat terjadinya infeksi ini, Bakteri anaerob, khususnya spesies bacteroides dapat _memperbesar pengaruh bakteri aerob dalam menimbulkan infeksi. Luas dan lama kontaminasi- suatu bakteri juga dapat memperberat peritonitis. Kuman dapat berasal: Luka trauma atau penetrasi, yang membawa kuman dari luar masuk ke dalam cavum peritoneal Perforasi organ-organ dakm perut, Seperti di akibatkan okh bahan kimia, Perforasi usus sehingga feces keluar dari usus. Komplikasi dari proses inflamasi organ- organ intra abdominal, misalnya appendicitis. Peritonitis. Tersier Perito: is ini terjadi akibat timbulnya abses atau flagmon dengan atau tanpa fistula, Yang disebabkan oleh jamur, peritonitis yang sumber kumannya tidak dapat ditemukan. Seperti disebabkan oleh iritan langsung, seperti misalnya empedu, getah lambung, getah pancreas, dan urine(Andma & Yessie, 2013) 7. Tanda dan Gejala Menurut Corwin (2000), gambaran_ kli is pada penderita peritonitis. adalah sebagai berikut a b. Nyeri terutama diatas daerah yang meradang. Peningkatan kecepa an denyut jantung akibat hipovolemia karena perpindahan cairan kedalam peritoneum. Mual dan muntah d. Abdomen yang kaku. e. Heus paralitik (paralisis saluran cera akibat respon neurogenik atau otot terhadap trauma atau peradangan) muncul pada awal peritonitis. f£ Tanda-tanda umum peradangan misalnya demam, peningkatan sel darah putih dan takikardia Rasa sakit pada daerah abdomen bh. Dehidrasi i Lemas J. Nyeri tekan pada daerah abdomen k. Basing usus berkurang atau menghilang 1 Nafas dangkal m, Tekanan darah menurun n. Nadi kecil dan cepat ©. Berkeringat dingin p. Pekak hati menghilang 8. Komplikasi Menurut (Haryono, 2013) komplikasi potensial Peritonitis yang memerlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatan, mencakup : a. Septikemia dan syok septic. b. Syok hipovelmia. ¢. Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontvol dengan kegagalan mui system. Abses residual intraperitoneal Eviserasi Iuka, Obstruksi usus Oliguri 9, Penatalaksanaan Menurut Netina (2001), penatalaksanaan pada peritonitis adalah sebagai berikut a Penggantian cairan, koloid dan elektrolit merupakan focus uutama dari penatalaksanaan medik. Analgesik untuk nyeri, antiemetik untuk mual dan ‘muntah, Intubasi dan penghisap usus untuk menghilangkan distensi_ abdomen. Terapi oksigen dengan nasal kanul atau masker untuk memperbaiki fungsi ventilasi. Kadang dilakukan intubasi jalan mapas dan bantuan ventilator juga diperlukan, ‘Therapi antibiotik masif (sepsis merupakan_ penyebab kematian uta). Tindakan pembedahan diarahkan pada cksisi_( appendks ), reseksi , memperbaiki (perforasi ), dan drainase ( abses ). Pada sepsis yang luas perlu dibuat diversi fekal 10, Pemeriksaan Diagnostik Menurut Doengoes, Moorhouse, dan Geis Fer (1999), pemerksaan diagnos ic pada peritonitis adalah sebagai berikut : a. Pemeriksaan darah lengkap : sel darah putih meningkat kadang-kadang lebih dari 20.000 /mm3.Sel darah merah mungkin meningkat_ menunjukan hemokonsentrasi, b. Albumin serum, mungkin menurun karena perpindaahan cairan, Amykise serum biasanya meningkat 4. Bkktolit serum, hipokalemia mungkin ada, ¢. Kultur, organisme penyebab mungkin teridentifikasi dari darah, eksudat/sekret atau cairan asites, £ Pemeriksaan foto abdominal, dapat menyatakan distensi usus ileum. Bila perforasi visera sebagai ctiologi, udara bebas ukan ditemukan pada abdomen. . Foto dada, dapat menyatakan peninggian diaftagma. h. Parasentesis, contoh cairan peritoneal dapat mengandung di |, pusfeksudat, amilase, empedu, dan kreatinin. B. Asuhan Keperawatan Teoritis 1. Pengkajian Pengkajian merupakan awal dalam proses keperawatan, meliputi identitas Klien (nama, alamat, no, MR, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, data penanggung jawab dan lain lain (Muttagin, 2011). Kelukan Utama Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh klien sebelum masuk ke rumah sakit. Pada klien dengan peritonitis biasanya didapatkan keluhan utama yang bervariasi, mulai dari nyeri di bagian perut dan di sertai dengan keluar keringat dingin (Muttagin, 2011). b. Riwayat Kesehatan 1) Riwayat Kesehatan Dahuly (RKD) Bissanya klien —berkemungkinan — memiliki__riwayat pembedahan pada perut , memeiliki riwayat penyakit gastro ian intestinal seperti apendiksitis, memilki riwayat tertusuk di peru, 2) Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS) Biasanya klien mengalami nyeri abdomen, mual dan muntah, abdomn terasa kaku, bissanya di sertai dengan demam, tera lemah, nyeri tekan pada abdomen dan berkeringat dingin. 3) Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK) Biasanya Klien tidak mempunyai anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama. c. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan Umum dan TTV a. Biasanya keadaan umum klien lemab, ktih dan terlihat sakit berat b. Biasanya tingkat kesadaran Klien composmentis ¢. TTV : Biasanya RR meningkat, biasanya tekanan darah naik 2) Kepah Mengamati bentuk kepala, tidak ada hematoma atau edema, perlikaan (rincian inka, adanya jahitan, dan kondisi luka), a) Mata : Biasanya simetris kiri dan kanan, Konjungtiva tidak anemis, dan sklera tidak ikterik b) Hidung > Biasanya tidak ada pembengkakan polip dan simetris Kiri dan kanan, ©) Bibir : Biasanya — bibir pucat @) Gigi : Biasanya tidak terdapat karies pada gigi. e) Lidah : Biasanya klien tidak mengalami. pendarahan Tidal 3) Leber Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid atau kelenjar getah bening dan pembesuran vena leher. 4) Dada / Thorak 1) Inspeksi : Biasanya simetris Kiri dan kanan 2) Palpasi : Biasanya fiemitus mah Kiri dan kanan 3) Perkusi Biasanya terdengar sonor 5) 6) y 8) 4) Auskultasi Jantung 1) Inspeksi 2) Palpasi 3) Perkusi 4) Auskultasi Perut / Abdomen 1) Inspeksi 2) Auskultasi 3) Palpasi 4) Perkusi Genitourinaria Biasanya terdapat bunyi vesicular. : Biasanya letak ictus cordis normal yang berada pada ICS 5 pada linea medio clavicularis sinistra selebar 1 em, Ietus cordis tidak terlihat + Biasanya ictus cordis tidak teraba + Biasanya tidak ada nyeri > Biasanya (erdapat irama jantung yang cepat : Biasanya tidak ada pembesaran pada abdomen, simetris Kiri dan kanan : Biasanya bising usus normal, berkisar antara 5-35 kal/menit : Biasanya tidak adanyeri tekan, tidak ada pembesaan hepar dan fen. biasanya terdapat nyeri tekan. Biasinya tidak terpasang kateter Ekstremitas Binsanya tidak a gangguan pada ekstremitas 9). Sistem Integumen Biasanya warnanya sawo matang, dan tid la kulit 10) Sistem Neurologi Biasinya tidak terjadi penurunan kesadaran 4. Data Pola Kebiasaan Sehari-hari No Data Sehat Sakit 1 | Nutt > 1. Pola Makan a, Frekuensi Bissanya 3.x schari | Biasanya 3 x sehari habis satu porsi habis % porsi b. Konposisi Biasanya seperti Nasi, | Biasanya seperti daging, tempe, tahu, | Nasi, sayuran, sayur bubur, ikan, buah- buahan, c. Jenis Bissanya —_bersifat | Biasanya —_bersifat padat lunak, rendah Binsanya klien suka mengkonsumsi yang mengandung — protein tinggi seperti ; ayam, garam dan protein. Biasanya sering mekbihi kalori kien makan jumlah yang 2. Pola Minum a, Frekuensi b. Jenis c. Kebiasaan daging, dang, mengkonsumsi makanan yang berlebihan garam, gorengan dan_ngemil seperti biskuit, keripik kentang dan kue manis Ihinnya, Bisanya 6-7 gels (41500-1750e4 Bissanya air putih, teh manis dan minuman bersoda. Biasanya Klien suka minum teh manis dan bersoda dibandingkan air putib Keluhan-keluhan pasien (apa yang dikatakan pasien) 0 Objekt ‘Apa yang dilihat, dictum, diraba dan diukur okh perawat A [Assesment Kesimpulan perawat tentang Kondist pasen P| Plin of care : Rencana tndakan keperawatan untuk mengatast masalah pasien

You might also like