Kelahiran Kesultanan Aceh
Nayla Aurellie Mulyadi
X MIPA 2 (25)
Di antara banyak daerah di nusantara, Aceh
merupakan salah satu situs istimewa
penyimpan sejarah Islam tertua. Adalah
Kesultanan Aceh Darussalam, kerajaan
Islam yang memancangkan kekuasaannya di
bumi Aceh lebih dari empat abad lamanya.
Kelahirannya pada 1496 M menjadi
regenerasi sejumlah kerajaan Islam yang
telah tumbuh jauh sebelumnya.
Kemunduran Samudera Pasai menjelang
akhir abad keempat menjadi tonggak awal
berdirinya kerajaan Islam terbesar di Tanah
Rencong ini.Kelahiran Kesultanan Aceh
Aceh Darussalam dikenal sebagai salah satu
tempat kebudayaan Islam bermuara. Di
tengah kontribusi Sumatra dalam
penyebaran Islam di nusantara melalui
perdagangan, Kesultanan Aceh Darussalam
memainkan peran signifikan melalui kontrol
dalam negeri dan hubungan luar negerinya.
Kemampuan diplomasi para sultan Aceh
Darussalam memungkinkan kesultanan ini
memiliki hubungan internasional yang
mengagumkan. Hubungan baik itu dijalin
dengan beberapa negara Eropa, seperti
Belanda, Prancis, dan Inggris. Bahkan,
dengan Kesultanan Turki Utsmaniyah.Kelahiran Kesultanan Aceh
Sejumlah sejarawan Aceh menegaskan,
Acehtelah mengukir masa lampaunya
secara megah dan menakjubkan. Melalui
kemampuannya mengembangkan pola dan
sistem pendidikan militer, Aceh
menorehkan sejarah peradaban Islam yang
jaya. Karena itu, gelar “Serambi Makkah”
layak disandang wilayah di ujung barat
nusantara ini.
Bukti-bukti sejarah juga menunjukkan
komitmen Kesultanan Aceh Darussalam
menentang imperialisme bangsa Eropa,
membangun sistem pemerintahan yang
teratur dan sistematis, serta mewujudkan
pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan.Kelahiran Kesultanan Aceh
Pada masa keemasannya, wilayah
Kesultanan Aceh Darussalam, antara lain,
mencakup seluruh wilayah Aceh dan juga
negeri di sekitar Selat Malaka, termasuk
Johor dan Malaka. Pencapaian itu ter utama
berkat andil Sultan Iskandar Muda, sultan
Aceh Darussalam ke-12, meski kemudian
mengalami kemunduran pascapenyerangan
ke Malaka pada 1629.
Selain Aceh dan Malaka, kekuasaan Aceh
Darussalam juga menembus negerinegeri di
timur Malaya, seperti Haru (Deli), Batu Bara,
Natal, Paseman, Asahan, Tiku, Pariaman,
Salida, Indrapura, Siak, Indragiri, Riau,
Lingga, Palembang, dan Jambi.Kelahiran Kesultanan Aceh
Wilayah itu terus meluas dan menguasai
seluruh Pantai Barat Sumatra hingga
Bengkulen (Bengkulu). Aceh Darussalam
juga mampu menaklukkan wilayah Pahang
dan Kedah (wilayah yang membentuk
Persekutuan Tanah Melayu/Malaysia) serta
Patani (sekarang wilayah di Thailand).
Kekuatan Aceh ini, menurut sejarawan
Rusdi Sufi, terletak pada usahanya dalam
mempertahankan kedaulatan. Rakyat Aceh
melakukan apa pun untuk mempertahankan
kedaulatan Aceh. Dan, hal itu tidak terlepas
dari peran tokohtokoh masyarakat kala itu.
Selain itu, motivasi agama selalu menjadi
landasan perjuangan rakyat Aceh,Kelahiran Kesultanan Aceh
Utamanya dalam melawan penjajah. Akhir
riwayat Aceh Darussalam ditandai dengan
kekalahan dalam Perang Aceh. Sultan
Muhammad Daud (sultan terakhir Aceh)
menyerahkan diri kepada Belanda yang
telah mengibarkan bendera perang sejak 26
Maret 1873.