You are on page 1of 20
MENTERI LINGKUNGAN HEIDUP BAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: SK.308/Menlhk/Setjen/PLB.3/7/2017 TENTANG IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK KEGIATAN PEMANFAATAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN ATAS NAMA PT SEMEN TONASA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :a, bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun ditetapkan: 1. Pasal 56 ayat (1) : Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) oleh Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib memiliki n Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pemanfaatan Limbah B3; 2. Pasal 76 ayat (1) : Pemanfaat Limbah B3 untuk dapat melakukan Pemanfaatan Limbah B3 yang diserahkan oleh Setiap Orang wajib memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk — kegiatan Pemanfaatan Limbah Bé b. bahwa Dircktur Utama PT Semen Tonasa melalui surat Nomor: 408/ST/PP.00.05/27.00/ 10-2016 tanggal 5 Desember 2016, mengajukan Permohonan Baru Izin Pemanfaatan Limbah B3; c. bahwa berdasarkan: 1. verifikasi administrasi oleh Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tai Nomor Regis R201610210019 tanggal 21 Desember 2016; 2. Notulensi rapat pembahasan permohonan Izin Pemanfaatan Limbah B3 PT Semen Tonasa tanggal 29 Desember 2016; 3. Surat Direktur Utama PT Semen Tonasa Nomor: 58/ST/PP.00.05/27.00/02-2017 tanggal_ 20 Februari 2017 perihal Penyampaian Hasil Tindak Lanjut Permohonan Izin Pemanfaatan Limbah B3 PT Semen Tonasa; 4. hasil verifikasi lapangan staf Direktorat Verifikasi Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sesuai Berita Acara tanggal 23 Maret 2017; Mengingat 10. 11 -2- 5. Surat Direktur Utama PT Semen Tonasa Nomor: 135/ST/PP.00.05/27.00/04-2017 tanggal 12 April 2017 perihal Penyampaian Hasil Tindak Lanjut Verifikasi Lapangan Permohonan_ Izin Pemanfaatan Limbah B3 PT Semen Tonasa; permohonan Izin Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun untuk —_Kegiatan Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Atas Nama PT Semen Tonasa telah memenuhi persyaratan; bahwa berdasarkan pertimbangan scbagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Izin Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun untuk Kegiatan Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Atas Nama PT Semen Tonasa; Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan; Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara; Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun oleh Pemerintah Daerah; Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2013 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; Peraturan Menteri Lingkungan Hidup — dan Kehutanan Nomor P.18/Menthk-lI/2015_ tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: —Kep-01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: —Kep-02/BAPEDAL/09/ 1995 tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; Memperhatikan Menetapkan KESATU utusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep-03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; 1. Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi_ Sulawesi Selatan Nomor: 660/1822/1/BLHD tanggal 30 Mei 2011 tentang Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Kegiatan Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya an Beracun (LB3), Biomassa dan Disinfektan di Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan oleh PT Semen Tonasa; 2. Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan a.n Gubernur Sulawesi Selatan Nomor: 11/M.02a.NP/P2T/ 10/2016 tanggal 11 Oktober 2016 tentang Kelayakan Lingkungan _Hidup Pemanfaatan Limbah B3 dan Non B3 dalam Rangka Substitusi Bahan Baku dan Bahan Bakar untuk Memproduksi Semen di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan kepada PT Semen Tonasa; 3. Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan a.n Gubernur Sulawesi Selatan Nomor: 10/M.02b.P/P2T/ 10/2016 tanggal 19 Oktober 2016 tentang Izin Lingkungan Pemanfaatan Limbah B3 dan Non B3 dalam Rangka Substitusi Bahan Baku dan Bahan Bakar untuk Memproduksi Semen di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan olch PT Semen Tonasa; 4. Risalah Pengolahan Data Izin Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun untuk Kegiatan Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun PT Semen Tonasa Nomor: RPD-61/PSLB3- VPLB3/2017, Tanggal 19 Mei 2017; MEMUTUSKAN :KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TENTANG IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK KEGIATAN PEMANFAATAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN ATAS NAMA PT SEMEN TONASA, Memberikan Izin Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun untuk kegiatan Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari kegiatan sendiri dan kegiatan pihak lain, kepada KEDUA KETIGA KEEMPAT KELIMA -4- 1. Nama Usaha : PT Semen Tonasa dan/atau Kegiatan 2. Bidang Usaha : Industri Semen dan/atau Kegiatan Nama Penanggung Jawab —: Andi Unggul Attas Usaha dan/atau Kegiatan 4. Jabatan : Direktur Utama 5. Alamat kantor Usaha : Desa Biring Ere, dan/atau Lokasi Kegiatan — Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan Telepon: 041-312345, Ext 1101 Faksimile: 0410- 310179 :Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang sclanjutnya disebut Limbah B3, sebagaimana dimaksud dalam Amar KESATU tercantum dalam Lampiran Keputusan Menteri ini. : Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Amar KEDUA dimanfaatkan oleh PT Semen Tonasa sebagai: 1. substitusi bahan baku pembuatan klinker di kiln; 2. substitusi bahan baku pembuatan Ordinary Portland Cement (OPC), Portland Composite Cement (PCC) dan Portland Pozzoland Cement (PPC) di finish mill; 3. substitusi sumber energi berupa bahan bakar alternatif di kiln; dan 4. substitusi bahan baku fuel oil untuk pembuatan Ammonium Nitrate Fuel Oil (ANFO), : Dalam melaksanakan kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam = Amar —_KETIGA, Penanggung Jawab Usaha dan/atau Kegiatan wajib 1. mematuhi ketentuan mengenai manifes Limbah B3; 2. melakukan Penyimpanan dan/atau Pengumpulan Limbah B3; 3. melakukan Pemanfaatan Limbah B3; 4. melakukan pengujian terhadap Limbah B3, produk, dan kualitas lingkungan; 5. mengelola lebih lanjut Limbah B3 yang dihasilkan selama kegiatan Pengumpulan dan Pemanfaatan Limbah B3; 6. melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan Pengumpulan dan Pemanfaatan Limbah B3; 7. melakukan penanggulangan dan pemulihan fungsi lingkungan hidup dalam hal terjadi pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup. :Ketentuan mengenai dokumen Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Amar KEEMPAT angka 1 bagi Pemanfaat Limbah B3 yang menerima Limbah B3 dari kegiatan lain, sebagai berikut KEENAM :Penyimpanan dan/atau Pengumpulan menggunakan manifes elektronik (festronik) yang disediakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; atau menerima lembar keempat berwarna merah muda dari manifes Limbah B3 yang ditandatangani olch pengirim Limbah B3; mengirimkan lembar kelima berwarna biru dari manifes Limbah B3 yang telah diisi_ dan itandatangani oleh Pemanfaat Limbah B3 kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya. bah BS. sebagaimana dimaksud dalam Amar KEEMPAT angka 2 dilakukan dengan ketentuan 1 fasilitas Penyimpan Limbah B3 yang telah memiliki izin berupa: a. bangunan beratap dengan luas 270 m? (dua ratus tujuh puluh meter kubik) di lokasi ABK baru; b. bangunan beratap dengan luas 150 m? (seratus lima puluh meter persegi) di lokasi Raw Mill Tonasa 4; c. bangunan beratap dengan luas 36 m? (tiga puluh cnam meter persegi) dan tinggi 3 m (tiga meter) di lokasi Raw Mill Tonasa 2/3; d. silo fly ash dengan kapasitas 600 m3 (enam ratus meter kubik); c. silo bottom ash dengan kapasitas 80 m? (delapan puluh meter kubik); f tangki oil sludge dengan kapasitas 1500 m® (scribu lima ratus meter kubik); fasilitas Pengumpulan Limbah B3 berupa: a, bangunan beratap dengan Iuas 1440 m2 (seribu empat ratus empat puluh meter perscgi) dan tinggi 2 (dua) meter untuk Limbah B3 copper slag di lokasi Tonasa 4; b. bangunan beratap dengan Iuas 293 m? (dua ratus sembilan puluh tiga meter perscgi) dan tinggi 2 (dua) meter untuk Limbah B3 copper slag di lokasi Tonasa 5; c. bangunan beratap dengan luas 36 m? (tiga puluh enam meter persegi) dan tinggi 2 (dua) meter untuk Limbah B3 sludge IPAL di lokasi Raw Mill Tonasa 2/3; d. bangunan beratap dengan luas 180 m? (seratus delapan puluh meter persegi) untuk Limbah B3 Spent Bleaching Earth, Limbah B3 resin atau penukar ion, Limbah B3 debu EAF, Limbah B3 serbuk bor, dan katalis bekas di lokasi gudang buffer clay Tonasa 2/3; -6- 3. fasilitas Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2 harus memiliki a. rancang bangun sesuai dengan jenis dan karakteristik Limbah B3 yang disimpan dan/atau dikumpulkan; b. kapasitas yang sesuai dengan Limbah B3 yang disimpan dan/atau dikumpulkan; c. simbol dan label sesuai dengan jenis dan karakteristik Limbah B3 yang disimpan dan/atau dikumpulkan; d. peralatan keselamatan, keschatan kerja dan fasilitas tanggap darurat yang meliputi alarm, peralatan pemadam kebakaran, dan pancuran air untuk tubuh/mata (shower/eye wash); dan 4. mencegah terjadinya tumpahan Limbah B3 yang disimpan dan/atau dikumpulkan, keluar area penyimpanan dan/atau — pengumpulan _serta melakukan proscdur tata laksana rumah tangga yang baik (good housekeeping). KETUJUH : Pemanfaatan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Amar KEEMPAT angka 3 dilakukan dengan ketentuan: tahapan kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 sebagai substitusi bahan baku pembuatan klinker di fasilitas kiln dilakukan dengan cara: a. melakukan uji kecocokan karakteristik (compability test) sccara internal terhadap Limbah B3 sebagaimana tercantum dalam Lampiran | huruf A Keputusan Menteri ini; b. Limbah B3 yang saling cocok kemudian dilakukan proses pencampuran dan pengadukan secara manual dengan bahan baku tanah iat (clay) hingga homogen di fasilitas mixing pit dengan komposisi Limbah B3 paling tinggi 40% (empat puluh persen) c. hasil pencampuran sebagaimana dimaksud pada huruf b untuk setiap batch harus memenuhi kriteria berupa: 1) nilai kandungan total oksida Si02 + AlLOs + Fe203 paling sedikit 50% (lima puluh persen); 2) nilai kandungan total logam _berat sebagaimana tercantum dalam Lampiran IT Keputusan Menteri ini; d. hasil campuran yang memenuhi _ kriteria sebagaimana dimaksud pada huruf—c, selanjutnya dibawa ke — hopper —_ untuk dicampurkan dengan bahan alam tanah iat (clay); e. kemudian campuran sebagaimana dimaksud pada huruf d dan Limbah B3 batu tahan api dibawa ke hopper limestone untuk dicampurkan dengan limestone hingga homogen; 7 f. setelah campuran homogen selanjutnya dibawa melalui conveyor belt ke mix bin untuk ditambahkan Limbah B3_ copper slag sebagai substitusi bahan baku pasir bes g. kemudian campuran ini digiling di mill dan di bakar di kiln pada suhu pembakaran 1.400°C- 1.600°C {scribu cmpat ratus derajat celcius sampai dengan seribu enam ratus derajat celcius) menjadi klinker; tahapan kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 sebagai substitusi bahan baku di fasilitas finish mill dilakukan dengan cara: a. Limbah B3 steel slag/blast furnace slag dan fly ash scbagaimana tercantum dalam Lampiran I huruf B nomor 1 dan nomor 2 Keputusan Menteri ini, sebelum dimanfaatkan sebagai substitusi bahan baku di finish mill harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) nilai total oksida SiO + AlzO3 + Fe203 + CaO paling sedikit 75 % (tujuh puluh lima persen); 2) nilai Sulfur Trioksida (80s) untuk Limbah B3 (fly ash paling banyak 5% (lima persen); 3) nilai Loss of Ignition (Lol) paling banyak 6% (cnam persen); 4) nilai konsentrasi aktivitas paling banyak 1(satu) Bq/gr (becquerel per gram) untuk tiap radionuklida Uranium-238 — (U-238), Plumbum-210 (Pb-210), Radium-226 (Ra- 226), Radium -228 (Ra-228), Thorium-228 (Th-228), Thorium-230 (Th-230) ~— dan Thorium-234 (Th-234); b. Limbah B3 gipsum sebagaimana_tercantum dalam Lampiran I huruf B nomor 3 Keputu Menteri ini, sebelum dimanfaatkan sebagai substitusi bahan baku di finish mill harus memenuhi kriteria nilai konsentrasi aktivitas paling banyak: 1(satu) Bq/gr (becquerel per gram) untuk tiap radionuklida : Uranium-238 (U-238), Plumbum-210 (Pb-210), Radium-226 (Ra-226), Radium -228 (Ra-228), Thorium-228 (Th-228), Thorium-230 (Th-230) dan Thorium-234 (Th- 234); c. Limbah B3 yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, selanjutnya dicampur bersama-sama dengan bahan baku Klinker dan dihaluskan dalam finish mill untuk menghasilkan produk semen OPC, PPC dan PCC; d. komposisi Limbah B3 yang dimanfaatkan paling banyak 50% (lima puluh persen) dari bahan baku pembuatan semen OPC, PPC dan PCC; an E 8 tahapan kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 sebagai substitusi_ sumber energi berupa bahan bakar di fasilitas kiln dilakukan dengan cara: a. Limbah B3~ scbagaimana tercantum dalam Lampiran 1 huruf C Keputusan Menteri ini, sebelum dimanfaatkan sebagai __substitusi sumber energi untuk bahan di kiln harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1)nilai kalori paling sedikit 2.500 kkal/kg (dua ribu lima ratus kilo kalori per kilogram); 2)kadar air paling banyak 15% (lima belas persen); 3) kadar total organik halida (TOX) sebagai Fluorida (F) dan Klorida (Cl) paling banyak 2% (dua persen); 4) kadar Polychlorinated Biphenits (PCBs) untuk Limbah B3 fasa cair paling banyak 2 ppm (dua part per million); 5) kadar logam berat harus memenuhi baku mutu scbagaimana Lampiran Il Keputusan Menteri ini; b. Limbah B3 fasa padat yang memenuhi kriteria scbagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan pencacahan menggunakan shredder machine; c. melakukan — uji kecocokan —_karakteristik (compability test) terhadap Limbah B3 fasa padat lainnya scbagaimana tercantum dalam Lampiran I huruf C Keputusan Menteri ini; d. masing-masing Limbah B3 fasa padat yang saling cocok dilakukan proses pencampuran dan pengadukan secara sistem batch; e. kemudian hasil pencampuran yang sudah homogen diumpankan ke kiln; f, untuk Limbah B3 fasa cair yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada huruf a langsung diumpankan ke pre heater kiln; g. komposisi Limbah B3 scbagai substitusi bahan bakar paling banyak 50% (lima puluh persen) dari kebutuhan bahan bakar utama; tahapan kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 sebagai substitusi. bahan baku solar dalam _ proses pembuatan Ammonium Nitrat Fuel Oil (ANFO) yaitu: a. Limbah B3 sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1 huruf D Keputusan Menteri ini, sebelum dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan ANFO dilakukan pengujian setiap batch dengan hasil harus memenuhi_ kriteria sebagai berikut 1)nilai kalori paling sedikit 2.500 kkal/kg (dua ribu lima ratus kilo kalori per kilogram); 2)kadar air paling banyak 15% (lima belas persen); a -9- 3) nilai flash point paling rendah 100F (scratus derajat fahrenheit); 4)kadar ‘total organik halida (TOX) sebagai Fluorida (F) dan Klorida (Cl) paling banyak 2% (dua persen); 5) kadar Polychlorinated Biphenils (PCBs) paling banyak 2 ppm (dua part per million); 6) kadar total logam berat Arsen (As) paling tinggi 5 ppm (lima part per million}; 7) kadar total logam berat Kadmium (Cd) paling tinggi 2 ppm (dua part per million); 8) kadar total logam berat Kromium (Cr) paling tinggi 10 ppm (sepuluh part per million); 9) kadar total logam berat Timbal (Pb) paling tinggi 100 ppm (seratus part per million); b. Limbah B3 yang telah memenuhi_ kriteria sebagaimana dimaksud pada huruf a diangkut menggunakan waste oil truck ke fasilitas pencampuran; c. Limbah B3 minyak pelumas bekas dimasukkan ke tangki penerimaan (receiver tank) untuk dilakukan pencampuran dengan solar sebagai fuel oil (FO) dengan komposisi Limbah B3 paling tinggi 50% dari kebutuhan pembuatan fuel oil (FO); d. fuel oil (FO) yang telah tercampur homogen siap diproses bersama ammonium nitrate (AN) menjadi ANFO dengan komposisi 6% bahan bakar (FO) dan 94% AN untuk menghasilkan ANFO; c. produk ANFO tersebut dibawa ke lokasi peledakkan di tambang internal PT Semen ‘Tonasa. fasilitas dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan Pemanfaatan Limbah B3, terdiri dari: a, mixing pit dengan ukuran 20 (dua puluh) meter x 18 (delapan belas) meter; b. kiln dengan suhu pembakaran 1.400°C-1,600°C scribu empat ratus derajat celcius sampai dengan seribu enam ratus derajat_ celcius) dengan kapasitas + 311 ton/jam (lebih kurang tiga ratus sebelas ton per jam); c. hopper clay dengan kapasitas rata-rata 250 ton/jam (dua ratus lima puluh ton per jam); d. hopper limestone dengan kapasitas rata-rata 250 ton/jam (dua ratus lima puluh ton per jam); ¢. mix bin dengan kapasitas rata-rata 200 ton/jam (dua ratus ton per jam); f. raw mill dengan kapasitas rata-rata 311 ton/jam (tiga ratus sebelas ton per jam); finish mill dengan kapasitas rata-rata 192 ton/jam (seratus sembilan puluh dua ton per jam); h. conveyor belt; KEDELAPAN -10- i, tangki pencampuran Limbah B3 dengan solar kapasitas + 500 (lebih kurang lima ratus) liter; fasilitas pengendali pencemaran udara berupa electric precipitator (EP) dan dust collector yang dilengkapi dengan bag filter dan Continuous Emission Monitoring System (CEMS). :Pengujian dalam kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 ebagaimana dimaksud dalam amar KEEMPAT angka 4 meliputi 1 3, Uji terhadap hasil pencampuran Limbah B3 sebagai substitusi bahan baku — pembuatan klinker di fasilitas kiln sebagaimana dimaksud dalam Amar KETUJUH angka 1 huruf c dilakukan dengan sistem batch paling sedikit 1 (satu) kali dalam 2 (dua) tahun; uji terhadap Limbah B3 sebagai substitusi bahan baku di fasilitas finish mill sebagaimana dimaksud dalam Amar KETUJUH angka 2 huruf a dan huruf b dilakukan dengan sistem batch paling sedikit 1 (satu) kali dalam 2 (dua) tahun; uji (erhadap Limbah B3 sebagai substitusi sumber cnergi berupa bahan bakar alternatif di fasilitas kiln sebagaimana dimaksud dalam Amar KETUJUH angka 3 huruf a dilakukan dengan sistem batch paling sedikit 1 (satu) kali dalam 2 (dua) tahun; uji terhadap Limbah B3 scbagai substitusi bahan baku pembuat ANFO sebagaimana dimaksud dalam Amar KETUJUH angka 4 huruf a dilakukan dengan sistem batch paling sedikit 1 (satu) kali dalam 2 (dua) tahun uji_kualitas lingkungan berupa uji emisi udara di fasilitas cerobong kiln paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan dengan hasil memenuhi baku mutu emisi udara sebagaimana tercantum pada Lampiran II] Keputusan Menteri ini; uji_ emisi udara untuk parameter dioksin furan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) tahun dengan hasil_memenuhi baku mutu emisi udara sebagaimana tercantum pada Lampiran __ III Keputusan Menteri ini; Uji kualitas udara ambien di lokasi peledakan ANFO dengan sistem batch paling sedikit 1 (satu) kali dalam 2 (dua) tahun dan hasil uji kualitas udara ambien wajib memenuhi baku mutu scbagaimana tercantum pada Lampiran IV Keputusan Menteri ini; Uji kualitas produk semen paling sedikit 1 (satu) kali dalam 2 (dua) tahun dengan hasil sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) a. SNI 15-2049-2015 atau SNI_ perubahannya untuk semen portland; b. SNI 15-7064:2014 atau SNI perubahannya untuk semen portland komposit; dan KESEMBILAN KESEPULUH KESEBELAS elite cc, SNI 15-0302:2014 atau SNI perubahannya untuk semen portland pozzolan; 9. uji scbagaimana angka 1 sampai dengan angka 8 dilakukan oleh laboratorium yang telah terakreditasi atau tclah menerapkan Good Laboratory Practices (GLP) :Pengelolaan Limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 PT Semen Tonasa sebagaimana Amar KEEMPAT angka 5, berupa Limbah B3 yang torbentuk dari kegiatan Pemanfaatan Limbah B3, wajib dikclola lebih lanjut olch Penanggung Jawab Usaha dan/atau Kegiatan dan/atau diserahkan kepada Pengolah Limbah B3 dan/atau Penimbun Limbah B3 yang telah mendapatkan izin dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. :Pencatatan dan pelaporan kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 scbagaimana dimaksud dalam Amar KEEMPAT angka 6, dilakukan dengan cara: 1. mencatat terus menerus terhadap: a.uraian, kode limbah, jumlah dan sumber Limbah B3 yang disimpan dan/atau dikumpulkan pada fasilitas Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3 dalam satuan ton/bulan (ton per bulan) ke dalam neraca limbah sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran V dan Lampiran VI Keputusan Menteri ini; b.uraian, kode limbah, jumlah dan sumber Limbah B3 yang dimanfaatkan dalam satuan ton/bulan {ton per bulan); ¢. uraian, kode limbah, jumlah dan sumber Limbah BS yang diserahkan kepada Pengolah dan/atau Penimbun Limbah B3_ berizin dalam satuan ton/bulan (ton per bulan); 2. melaporkan tata kelola kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan dan dikirimkan kepada: a.Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; b. Gubernur Sulawesi Selatan melalui Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Selatan; c. Bupati Pangkep melalui Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pangkep. : Dalam melaksanakan kegiatan Pemanfaatan Limbah B3, Penanggung Jawab Usaha dan/atau Kegiatan dilarang: 1. melakukan Pemanfaatan Limbah B3 sclain Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Amar KEDUA; KEDUA BELAS KETIGA BELAS KEEMPAT BELAS KELIMA BELAS KEENAM BELAS KETUJUH BELAS KEDELAPAN BELAS. :Dalam pelaksanaan izin Pemanfa -12- 2. memanfaatkan Limbah B3 yang tidak memenuhi persyaratan scbagaimana dimaksud dalam Amar KETUJUH angka 1 huruf c, angka 2 huruf a dan huruf b, angka 3 huruf a, dan angka 4 huruf a; melebihi komposisi Limbah B3 yang dimanfaatkan sebagaimana dimaksud pada Amar KETUJUH angka 1 huruf b, angka 2 huruf d, angka 3 huruf g, dan angka 4 huruf c; 4. melampaui —persyaratan — kualitas _lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Amar KEDELAPAN Angka 5, angka 6, dan angka 7; 5. melampaui persyaratan kualitas produk semen sebagaimana dimaksud dalam Amar KEDELAPAN Angka 8. tan Limbah B3 scbagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri ini, Menteri menugaskan kepada Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup untuk melakukan pengawasan. :Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Amar KEDUA BELAS dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan paling scdikit 1 (satu) tahun ‘kali, atas semua pemenuhan kewajiban dalam Keputusan Mentert ini. : Dalam hal berdasarkan hasil pengawasan scbagaimana dimaksud dalam Amar KETIGA BELAS ditemukan pelanggaran, dikenakan sanksi sesuai_ ketentuan peraturan perundang-undangan, Sanksi sebagaimana dimaksud dalam Amar KEEMPAT BELAS tidak membebaskan Penanggung Jawab Usaha dan/atau Kegiatan dari tanggung jawab pemulihan fungsi lingkungan hidup. :Penanggulangan dan pemulihan fungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Amar KEEMPAT angka 7 dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seluruh biaya penanggulangan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup serta pemulihan fungsi lingkungan hidup dibebankan kepada Penanggung Jawab Usaha dan/atau Kegiatan. Dalam hal Usaha dan/atau Kegiatan berhenti beroperasi secara permanen, Penanggung Jawab Usaha dan/atau Kegiatan tetap diwajibkan 1, melaporkan kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk — memperoleh__penetapan penghentian kegiatan; e133 2. melakukan pemulihan —lokasi_ Penyimpanan, Pengumpulan, dan Pemanfaatan Limbah B3 apabila terjadi pencemaran dan kerusakan lingkungan; dan 3. menyerahkan Limbah B3 yang dimanfaatkannya kepada pihak lain yang memiliki izin dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. KESEMBILAN BELAS: Keputusan Menteri ini berlaku selama 5 (lima) tahun terhitung pada tanggal ditetapkan dan dapat diperpanjang dengan mengajukan —_ permohonan perpanjangan izin kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, paling lama 60 (enam puluh) hari sebelum jangka waktu izin berakhir. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 4 Juli 2017 MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd SITI NURBAYA ‘Tembusan Kepada Yth: Sckretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya; Direktur Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan; . Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan; Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Selatan; Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pangkep. pe ayaa LAMPIRAN | KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: SK.308/Menlhk/Setjen/PLI TENTANG IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK KEGIATAN PEMANFAATAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN ATAS NAMA PT SEMEN TONASA 3/7/2017 URAIAN DAN KODE LIMBAH B3 YANG DIMANFAATKAN UNTUK SUBSTITUSI BAHAN BAKU DAN SUBSTITUSI SUMBER ENERGI SEBAGAI BAHAN BAKAR PT SEMEN TONASA A. URAIAN DAN KODE LIMBAH B3 UNTUK SUBSTITUSI BAHAN BAKU DI No. | Kode Limbah Uraian Limbah 1. | B409 Fly ash 7 fe 2. [B40 —*'| Bottomash. ie [3. |B108d “| Studge instalasi pengolahan air Limbah (IPAL) dari fasilitas | IPAL terpadu pada kawasan industri 4. | B413 Spent bleaching earth 5. | Bl06d Limbah Resin atau penukar ion ie 6. | B330-1 ~|Limbah lumpur bor berbahan dasar oil base dan/atau | synthetic oil 7. | B330-2 Limbah serbuk bor berbahan dasar oil base dan/atau synthetic oil (8. |B407 Debu EAP : 9. | B307-1 Katalis Bekas 2 a = Refraktori bekas yang dihasilkan dari fasilitas termal a Copper Slag Saas ae = B. URAIAN DAN KODE LIMBAH B3 UNTUK SUBSTITUSI BAHAN BAKU DI FASILITAS FINISH MILL [No. | Kode Limbah [ z Granulated Blast Fly ash C. URAIAN DAN KODE LIMBAH B3 SEBAGAI SUBSTITUSI SUMBER ENERGI UNTUK BAHAN BAKAR DI FASILITAS KILN No. | Kode Limbah Uraian Limbah 1. [B105d ————*|_Minyak pelumas bekas antara lain: Minyak pelumas bekas hidrolik, mesin, gear, lubrikasi, insulasi, heat tranmission, grit chambers, separator dan/atau campurannya [B109d Filter bekas dari fasilitas pengendalian peneemaran udara Filter dan Al Te Kain majun bekas (used rags) dan yang sejenis [B1i0d [5353-1 | Toner bekas pakai_— a eee | B321-4 Kemasan bekas tinta He Biate ‘A307-2 Resi ki minyak bumi (Sludge Oil) A108d Lim ntamin: terkontaminasi oli, serbuk gergaji terkontaminasi oli) (kardus D, URAIAN DAN KODE LIMBAH B3 UNTUK SUBSTITUS] BAHAN BAKU PEMBUATAN ANFO. No. | Kode Limbah | Z Uraian Limbah 1. |Bi0sd Minyak pelumas bekas antara lain: Minyak pelumas bekas hidrolik, mesin, gear, lubrikasi, insulasi, heat tranmission, grit chambers, separator dan/atau campurannya 3yai dengan aslinya MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN 8 SD HUKUM, KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, B i ud, SITI NURBAYA LAMPIRAN IL KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: SK.308/Menlhk/Setjen/PLB.3/7/2017 TENTANG IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK KEGIATAN PEMANFAATAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN ATAS NAMA PT SEMEN TONASA PARAMETER DAN BAKU MUTU KANDUNGAN LOGAM BERAT UNTUK SUBSTITUSI BAHAN BAKU DAN SUBSTITUSI SUMBER ENERGI BERUPA BAHAN BAKAR KILN PT SEMEN TONASA No | Parameter ae Kadar N (mg/kg berat kering) 200 200 1000 70 1500 Krom total _ Kobal, Co 1 12. | Keterangan :1. Baku Mutu diambil dari Lampiran V Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. 2. Persyaratan ini ditetapkan berdasarkan standar Uni Eropa khususnya di Belgia. MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SITI NURBAYA LAMPIRAN IIL KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: SK.308/Menlhk/Setjen/PLB.3/7/2017 TENTANG IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK KEGIATAN PEMANFAATAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN ATAS NAMA PT SEMEN TONASA PARAMETER DAN BAKU MUTU EMISI KEGIATAN PEMANFAATAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PT SEMEN TONASA —_ Baku Mutu _ Satuan _Parameter ‘otal Partikel 2._| Sulfur Dioksida (SO2) | 3.__| Nitrogen Oksida (NO2) _ Total Hidrokarbon (sebagai CH) |_ Hidrogen Klorida (HCl) | Hidrogen Fluorida (HF) Arsen (As) : | 8._| Kadmium (Cd) 9._| Kromium (Cr) 10. | Timbal (Pb) _ 11, | Merkuri (Hg) zi 12. | Kromium (Cr) | 13. | Tembaga (Cu) I 14. | Nikel (Ni) _ et I 15. | Kobal (Co} | 16. | Dioksin dan Furan i 17. | Total Organic Carbon (TOC), sebagai CH; ii ie a Hl Keterangan :1. Baku Mutu angka 1 sampai dengan angka 3 berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 13 Tanggal 1995 Lampiran IV-B tentang Baku Mutu Emisi untuk Industri Semen (Berlaku cfcktif tahun 2000) dengan kondisi volume gas standar (25°C dan tekanan 1 atm) dan konsentrasi partikel untuk suber pembakaran harus dikoreksi sampai 7% O, (tujuh persen oksigen); 2. Baku Mutu angka 4 sampai dengan angka 12 berdasarkan Keputusan Kep 03/ Bapedal/ 09/ 1995 tentang Persyaratan teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan kadar baku mutu di atas dikoreksi terhadap 10% Oksigen (0,) dan pada kondisi normal 25°C, 760 mmHg; 3. Baku Mutu angka 13 sampai dengan angka 16 berdasarkan Technical Guidelines on The Environmentally Sound Co-Processing of Hazardous Waste in Cement Kilns, Basel Convention-UNEP/CHW.10/6/Add/3/Rev.1 Annex II, I Heavy Metals, Tahun 2011; dan 4. Baku Mutu angka 17 berdasarkan Cement Bureau Eropa Tahun 1999. MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd SITI NURBAYA LAMPIRAN IV KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: SK.308/Menlhk/Sctjen/PLB.3/7/2017 ‘TENTANG IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK KEGIATAN PEMANFAATAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN ATAS NAMA PT SEMEN TONASA BAKU MUTU UDARA AMBIEN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK KEGIATAN PEMANFAATAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN ATAS NAMA PT SEMEN TONASA Parameter | Waktu Pengukuran | Baku Mutu (ug/Nm9) | , SOz 1 Jam) 900 2___| Karbon Monoksida, CO_| 1 Jam | 30.000 Bi Nitrogen Dioksi i 1 Jam 400 4 3 Jam 160 24 Jam 150 24 Jam 24 Jam 230 _ Ket: Baku mutu diatas berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara ai dengan aslinya MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN HUKUM, KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, itd. SITI NURBAYA LAMPIRAN V KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR SK.308/Menlhk/Setjen/PLB.3/7/2017 TENTANG IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK KEGIATAN PEMANFAATAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN ATAS NAMA PT SEMEN TONASA FORMAT LEMBAR PEMANFAATAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) PTSEMEN TONASA MASURNYA LIMBAH 89 KE FASILITAS PENGUMPULAN LIMBAH Ba KELUARNYA LIMBAH Bd DARI FASILITAS PENGUMPULAN LIMBAH ES | [__SISA No. | KodeLimbah | —Tanggal Sumber] Jumlah | — Maksimal Tanggal | Jumlah | —Tajuan | Balti Nomor Dokumen | [Sia LBS B3Masuk | Masuk | Limban B3 | Limbah BS pengumpul Keluar | Limbah B3 | Penyerahan yang ada di Limbah BS Masuk | ‘s/d tanggat Limba TPs | (t=0 + 90 hi 180 he} oa aay 2017 Paraf Petugas © rangen: ka masuknya Limbah B3 tidak per hari, maka pengisian form kan dengan masuknya limbah ke TPS 1 Batas waktu penyimpanan di TPS 90 (sembilan puluh haril. Misal jenis X masuk ke TPS tanggal 3 September 20 2016 (untuk maksimal penyimpanan 90 hari). Sedangkan untuk maksimal pengumpulan 180 hari, maka kolom F bi 1 Dokumen dapat berupa: a. Manifest atau D.Dokumen internal perusahaan jika Limbah 83 diserahkan ke bagian lain (untuk dimanfaatkan/diolah dalam lingkungan perusahaan sendiri} (41 Setiap lembar harap di paraf olch pctuzas yang bertanggung jawab. (1 Pengitiman laporan dapat melalui acu satu pintu (PTSP) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Gedung 8 lantai 1 v. 24, Jakarta Timur No. Telp/Fax. (021) 8517183 atau e-mail : datalb: MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, (00), sehingga kolom F berisi 1 Desember 1 Maret 2 ttd. SITI NURBAYA LAMPIRAN VI KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG K.308 /Menlhk/Setjen/PLB.3/7/2017 IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UNTUK BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN KEGIATAN PEMANFAATAN LIMBAH ATAS NAMA PT SEMEN TONASA FORMAT NERACA PEMANFAATAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PT SEMEN TONASA Nama Perusahaan Bidang usaha PT SEMEN TONASA INDUSTRI SEMEN Periocle waktu r SURITAELGTOR)_—_| CATATAW eroreaaaet TOTAL pe Zo i TUMTATT TON) 8 IMIBATE PERIZINAN TINBATT BS YANG DIKELOLA _ Fe ‘ADA | TIDAK | -KADALUARSA a “ADA i_DISIMPAN DIMANPAATEAN OLA BrrBON DISERAHKAN KE PIHAK KETIGA ‘TOTAL Ba RESIDU™ coy ‘JUNLAH LIMBAH YANG BELUNT TERKELOLA™ D tesserae TON. "TOTAL JUMLAT LIMBAN YANG TERSISA (C+D) TON KINERJA PENGELOLAAN 183 SELAMA PERIODE. SKALA WAKTU PENAATAN, ACHD)/AY* roo% = ‘KETERANGAN: ~ © RESIDU adalah jumlah finbah tersisa dari proses perlakuan seperti abu insenerator, bottom asl dan atau fly ashdari pemanfaatan sludge ol di boiler, residu dai penyimpanan dan penguenpiilan ol bekas dl + JUMLAH LIMBAH YANG BELUM TERKELOLA adalah limbah yang disimpan melebihi skala wakty penaatan, Data-data tersebut di atas dist d F benai suai dengan Kondisi yang ada, 2017 Mengetahui (Pihak Perusahaan} MENTERI LINGKUNGAN HIDU! P DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd SITL NURBAYA

You might also like