You are on page 1of 11

Kajian Delignifikasi Pulp Formacell Ahmad Sapta Zuidar et al

KAJIAN DELIGNIFIKASI PULP FORMACELL DARI TANDAN KOSONG


KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN HIDROGEN PEROKSIDA (H2O2) DALAM
MEDIA ASAM ASETAT
[Study of Delignification on Formacell Process from Palm Oil Empty Fruit Bunches Using
H2O2 in Acetic Acid Media]

Ahmad Sapta Zuidar1), Sri Hidayati1), Rafma Junita Ariana Pulungan 2)


1
)Dosen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian UniversitasLampung
2
) Alumni Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung

ABSTRACT

The waste of palm oil industry that can be used as raw


materials for pulp making industry is palm oil empty fruit
bunches. The common method used in the pulp production
process is Formacell. However, formacell process produced
dark pulp because of high lignin content. Therefore it needs
further process called delignification. This process utilized
H2O2 in acetic acid media to improve pulp qualities. The aim
of this research was to determine the effect of different
concentrations of H2O2 in acetic acid media on the
Diterima : 23 Maret 2013 characteristics of pulp formacell from palm oil empty fruit
Disetujui : 3 April 2014 bunches. The experiment was arranged in a Complete
Randomized Block Design with a single treatment and 3
Korespondensi Penulis : replications. The treatment was nine levels of H2O2
sri.hidayati@fp.unila.ac.id concentration ( 0%, 3%, 6%, 9%, 12%, 15%, 18%, 21%, 24%)
in acetic acid media at a temperature of 85oC for 3 hours. The
data homogenity and additivity were analyzed using Berlett
and Tuckey Tests, then they were analyze for ANOVA to see
any difference in the data and then tested further using
Ortogonal Polinomial. The results showed that the
concentration of H2O2 in acetic acid media had significant
effect on yield, cellulose, hemicellulose, lignin, and color of
pulp from palm-oil empty fruit bunches. The result of
ortogonal polynomial test showed the increase in
concentrations of H2O2 in acetic acid media linearly decreased
yield and hemicellulose, linearly increased organoleptic color
score, quadratically decreased lignin content , and
quadratically increased cellulose until concentration 50% of
H2O2 in15% acetic acid media, beyond that, the cellulose
content decreased. The best results showed that 50% of H2O2
in 15% of acetic acid media cooked for 3 hours gave the best
pulp. This pulp contained cellulose, hemicelluloses and lignin
of 84.494% 6.319% and 5.691% . The yield was 84.85%,
and the average organoleptic score for color was 4.
Keywords: acetic acid, delignification, formacell pulp, H2O2,
oil palm empty fruit bunches

194 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014
Ahmad Sapta Zuidar et al Kajian Delignifikasi Pulp Formacell

PENDAHULUAN lama waktu 2 jam menghasilkan rendemen


sebesar 80%, selulosa 75%, hemiselulosa
TKKS merupakan bahan non kayu 8% dan lignin 11%, dan pulp masih
yang dihasilkan dari limbah padat industri berwarna coklat. Warna gelap pada pulp
pengolahan minyak kelapa sawit. Jumlah disebabkan oleh kandungan lignin yang
limbah TKKS seluruh Indonesia pada masih tinggi sehingga diperlukan proses
tahun 2009 diperkirakan mencapai 4,2 juta delignifikasi untuk mengurangi lignin dan
ton (Wardani, 2012). TKKS pada meningkatkan penilaian organoleptik
umumnya dibakar di incinerator dan abu warna dari pulp tersebut (Fengel dan
yang dihasilkan digunakan untuk pupuk Wegener, 1995). Salah satu bahan kimia
kalium. Tetapi metode ini sudah tidak yang dapat digunakan dalam proses
diperbolehkan karena menimbulkan delignifikasi pulp adalah hidrogen
pencemaran udara (Mangoensoekarji dan peroksida (H2O2) dalam media asam
Semangun, 2005). Darnoko (1995) asetat. Keuntungan menggunakan H2O2
menyatakan TKKS dapat dimanfaatkan dalam media asam asetat adalah tidak
sebagai bahan baku bagi produk yang merusak selulosa dan bebas klor sehingga
berbasis selulosa seperti pulp dan kertas. tidak berbahaya bagi lingkungan (Sofian,
Hal ini karena TKKS memiliki kandungan 2011). Penelitian mengenai proses
holoselulosa cukup baik yaitu mencapai delignifikasi pulp menggunakan H2O2
65,45 % dengan hemiselulosa sebesar dalam media asam asetat dengan bahan
26,69% dan selulosa 38,76%. baku TKKS secara formacell belum
Holoselulosa adalah bagian dari serat yang pernah dilakukan. Sehingga perlu dikaji
bebas dari lignin dan zat ekstraktif. Kadar pengaruh konsentrasi H2O2 dalam media
lignin yang terkandung pada TKKS asam asetat terhadap sifat kimia dan
sebesar 22,23%. Oleh karena kandungan organoleptik warna pulp yang dihasilkan.
holoselulosa yang terdapat dalam TKKS,
maka TKKS berpotensi untuk dijadikan BAHAN DAN METODE
alternatif pembuatan pulp non kayu
pengganti pulp kayu. Bahan dan Alat
Proses pembuatan pulp merupakan Bahan baku yang digunakan
suatu cara untuk memisahkan serat dari dalam penelitian adalah Tandan Kosong
komponen lainnya. Salah satu teknologi Kelapa Sawit (TKKS) di PTPN (Persero)
yang masih dikembangkan dan ramah VII Unit Usaha Bakrie, Lampung Tengah.
lingkungan adalah proses pembuatan pulp Bahan kimia yang digunakan antara lain:
dengan menggunakan campuran pelarut asam formiat yang diproduksi PT. Sintas
asam asetat dan asam formiat sebagai Kurama Indonesia, asam asetat glasial
bahan pemasaknya yang disebut dengan yang diproduksi PT. Indo Aciditama Tbk.,
proses formacell (Nimz dan Schone, H2O2 yang diproduksi PT. Evonik
1993). Fahreza (2013) yang melakukan Indonesia, HCl dan H2SO4 dengan merek
proses formacell berbahan baku TKKS, Merck
melaporkan bahwa pulp dari TKKS yang Alat yang digunakan adalah
dimasak menggunakan pelarut berupa pemasak pulp (Erlenmeyer Duran 5.000
asam asetat dan asam formiat 20% serta ml, hotplate merek Polyscience, pendingin
katalis HCl 0,5% pada suhu 130oC dan balik), termometer Pyrex , timbangan

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014 195
Kajian Delignifikasi Pulp Formacell Ahmad Sapta Zuidar et al
digital 2 digit, timbangan digital 4 digit 0,5% dari total 3000 ml larutan pemasak
(Ohaus), shaker waterbath, Erlenmeyer selama 1 jam. Setelah dimaserasi dimasak
Pyrex 500 ml, dan alat-alat analisis uji dengan suhu pemasakan 130ºC dengan
kimia. tekanan yang terjadi pada suhu tersebut
selama 2 jam. Setelah itu dilakukan
Metode Penelitian penyaringan dan pencucian dengan air
mengalir yang bersuhu ruang hingga air
Penelitian ini diawali dengan
hasil pencucian jernih. Pulp basah hasil
pembuatan pulp formacell yang ditambah
pencucian kemudian dikeringkan pada
katalis HCl dengan bahan baku tandan
suhu kamar dan didapat pulp kering
kosong kelapa sawit untuk kemudian
(Yanto, 2011).
didelignifikasi menggunakan hidrogen
Pulp dari tandan kosong kelapa
peroksida (H2O2) dalam media asam
sawit hasil pemasakan secara formacell
asetat. Proses delignifikasi pulp dari
didelignifikasi dengan H2O2 50% dalam
tandan kosong kelapa sawit ini
media asam asetat pada konsentrasi 0%,
menggunakan H2O2 konsentrasi 50% yang
3%, 6%, 9%, 12%, 15%, 18%, 21% dan
dilarutkan dalam media asam asetat
24%. Pulp formacell sebanyak 50 gram
sebesar 0%, 3%, 6%, 9%, 12%, 15%,
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml
18%, 21% dan 24% dengan lama 3 jam.
dan diberi penambahan asam perasetat
Setiap percobaan dilakukan pengulangan
sesuai konsentrasi perlakuan hingga pulp
sebanyak tiga kali. Rancangan perlakuan
terendam (400 ml). Proses delignifikasi
dalam penelitian ini disusun secara non
pulp dilakukan dengan pemanasan pada
faktorial dalam Rancangan Acak
suhu 85oC di dalam waterbath dengan
Kelompok Lengkap (RAKL). Data diolah
lama 3 jam. Setelah itu dilakukan
dengan analisis sidik ragam untuk
pencucian dengan air mengalir yang
mendapat penduga ragam galat serta
bersuhu ruang hingga air hasil pencucian
signifikasi untuk mengetahui ada tidaknya
jernih. Pulp basah terdelignifikasi hasil
perbedaan antar perlakuan. Kesamaan
pencucian kemudian dikeringkan pada
ragam diuji dengan uji Barlet dan
suhu kamar 3-4 hari. Pulp terdelignifikasi
kemenambahan data diuji dengan uji
yang telah kering kemudian dianalisis sifat
Tukey. Data dianalisis lebih lanjut dengan
kimia dan organoleptik warna untuk
uji polinomial ortogonal.
menentukan pulp terbaik dari keseluruhan
Pemasakan pulp dari tandan
perlakuan yang diberikan (Fahreza, 2013).
kosong kelapa sawit dilakukan
menggunakan pelarut asam asetat 80%
(v/v) dan asam formiat 90% (v/v). Pengamatan
Pengamatan terhadap pulp hasil
Perbandingan bahan baku dengan larutan
delignifikasi meliputi rendemen (Yanto,
pemasak yang digunakan sebesar 1:15
2011), selulosa, hemiselulosa, dan lignin
(b/v). Berat bahan baku yang digunakan
(Chesson, 1981) serta uji organoleptik
dalam setiap kali pemasakan dalam
warna.
penelitian ini yaitu 200 gram dan larutan
pemasak 3000 ml. Sebanyak 200 gram
bahan baku dimasukkan ke dalam Rendemen Pulp
Pulp hasil delignifikasi ditimbang
Erlenmeyer 5.000 ml. Dimaserasi
dalam keadaan basah (A gram), kemudian
(direndam) dengan asam asetat sebanyak
diambil contoh pulp sebanyak B gram dan
79,5%, asam formiat 20% dan katalis HCl
196 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014
Ahmad Sapta Zuidar et al Kajian Delignifikasi Pulp Formacell
dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C Rendemen dihitung dengan rumus :
sampai diperoleh bobot konstan (C gram).

C ×A
Rendemen (%) = B
× 100 0 0
bobot pulp formacell TKKS kering
Keterangan :
A = Bobot total pulp basah
B = Bobot contoh pulp basah
C = Bobot contoh pulp kering

Analisis selulosa, hemiselulosa, dan filtrat 300 ml. Residu yang diperoleh
lignin kemudian dikeringkan hingga beratnya
konstan dan ditimbang (b). Selanjutnya
Sebanyak 1 gram pulp kering hasil
residu kering (b) dimasukkan ke dalam
delignifikasi (berat konstan) dimasukkan
Erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan
dalam Erlemmeyer 250 ml dan ditambah
H2SO4 72% sebanyak 10 ml. Direndam
aquades 150 ml. Kemudian dipanaskan
selama 4 jam pada suhu kamar kemudian
selama 2 jam di dalam penangas pada
ditambahkan 150 ml H2SO4 1 N (untuk
suhu 100°C. Dilakukan penyaringan dan
pengenceran), dipanaskan pada penangas
pencucian dengan aquades sampai volume
air pada suhu 100°C selama 2 jam.
filtrat 300 ml. Kemudian residu
Dilakukan penyaringan dan dicuci dengan
dikeringkan pada oven bersuhu 105°C
aquades hingga volume filtrat 400 ml.
hingga diperoleh berat konstan (a).
Residu dikeringkan hingga beratnya
Residu kering (a) dimasukkan kedalam
konstan dan ditimbang (c). Residu (c)
Erlenmeyer 250 ml ditambah 150 ml
tersebut kemudian diabukan selama 6 jam
H2SO4 1N, kemudian dipanaskan pada
(600°C) (Chesson, 1981). Kadar
penangas air pada suhu 100°C selama 1
hemiselulosa, selulosa, dan lignin dapat
jam. Dilakukan penyaringan dan residu
dihitung dengan menggunakan rumus:
dicuci dengan aquades sampai volume

Kadar hemiselulosa = a −b × 100 0 0


berat sampel

Kadar selulosa = b−c × 100 0 0


berat sampel

Kadar lignin = c − berat abu × 100 0 0


berat sampel

Uji Organoleptik Warna delignifikasi pulp menggunakan hidrogen


peroksida (H2O2) dalam media asam
Uji organoleptik menggunakan
asetat. Panelis yang digunakan sebanyak
metode scoring terhadap warna pulp yang
20 orang panelis. Skala yang digunakan
dihasilkan. Uji ini digunakan untuk
adalah :
melihat warna yang diperoleh dari hasi

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014 197
Kajian Delignifikasi Pulp Formacell Ahmad Sapta Zuidar et al
1 = Coklat yang didelignifikasi menggunakan
2 = Kuning kecoklatan hidrogen peroksida (H2O2) dalam media
3 = Kuning asam asetat yang dihasilkan pada
4 = putih kekuningan penelitian ini berkisar antara 93,787%
5 = Agak putih hingga 78,623%. Hasil analisis ragam
6 = Putih menunjukkan bahwa konsentrasi H2O2
dalam media asam asetat yang berbeda,
berpengaruh sangat nyata terhadap
HASIL DAN PEMBAHASAN rendemen yang dihasilkan. Hasil uji
lanjut polinomial ortogonal menunjukkan
Pengaruh Konsentrasi H2O2 dalam bahwa peningkatan konsentrasi H2O2
Media Asam Asetat Terhadap Kadar dalam media asam asetat berpengaruh
Rendemen Pulp sangat nyata secara linier menurunkan
Rendemen pulp formacell dari rendemen pulp yang dihasilkan (Gambar
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) 1).

Gambar 1. Pengaruh peningkatan konsetrasi H2O2 dalam media asam asetat terhadap
rendemen pulp hasil delignifikasi

Nilai rendemen yang diharapkan asetat. Hasil penelitian yang sama juga
pada pulp formacell hasil delignifikasi dilaporkan oleh Yanto (2011), Sofian
yaitu pulp dengan rendemen tinggi. (2011) dan Barus (2013). Hal ini
Besarnya rendemen yang diperoleh disebabkan H2O2 dalam media asam asetat
menentukan efektifitas proses pulping merupakan oksidator kuat dapat merusak
yang dilakukan. Semakin tinggi nilai komponen kimia yang ada pada pulp.
rendemen, maka proses pulp akan Semakin tinggi konsentrasi H2O2 dalam
semakin efektif. Rendemen dapat media asam asetat yang digunakan maka
digunakan untuk memprediksi jumlah penguraian terhadap komponen
pulp yang dihasilkan oleh bahan baku lignoholoselulosa pada pulp semakin
yang dimasak (Wardoyo, 2001). tinggi yang mengakibatkan rendemen
Hasil penelitian menunjukkan, semakin berkurang. Pada pulp dengan
rendemen tertinggi diperoleh dari konsentrasi H2O2 dalam media asam asetat
perlakuan dengan konsentrasi H2O2 dalam sebesar 0% tidak ada komponen kimia
media asam asetat sebesar 0% dan yang terurai dan terlarut baik itu selulosa,
semakin menurun seiring bertambahnya hemiselulosa, dan lignin sehingga
konsentrasi H2O2 dalam media asam rendemen yang didapat menjadi tinggi.
198 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014
Ahmad Sapta Zuidar et al Kajian Delignifikasi Pulp Formacell
Pengaruh Konsentrasi H2O2 dalam 5,450% (agak putih). Hasil uji lanjut
Media Asam Asetat Terhadap Warna polinomial ortogonal menunjukkan bahwa
peningkatan konsentrasi H2O2 dalam
Nilai warna yang diberikan panelis
media asam asetat berpengaruh sangat
pada pulp formacell Tandan Kosong
nyata secara linier menaikkan penilaian
Kelapa Sawit (TKKS) hasil delignifikasi
terhadap organoleptik warna pulp yang
menggunakan hidrogen peroksida (H2O2)
dihasilkan (Gambar 2).
dalam media asam asetat pada penelitian
ini berkisar antara 1,083% (coklat) hingga

Gambar 2. Pengaruh peningkatan konsetrasi H2O2 dalam media asam asetat terhadap
warna pulp hasil delignifikasi

Nilai yang diharapkan pada warna mengandung senyawa kromofor (yaitu


pulp ini yaitu pulp dengan warna putih. gugus yang memberikan warna pada
Uji organoleptik yang dilakukan panelis senyawa aromatik) yang dapat
terhadap warna pulp formacell Tandan meningkatkan warna pulp jika tidak diolah
Kosong Kelapa Sawit (TKKS) hasil lebih lanjut (Hartono et al., 2010). Untuk
delignifikasi dengan H2O2 dalam media mencapai warna putih yang dapat
asam asetat menggunakan metode skoring. diterima, lignin tersisa harus dihilangkan
Dari skor 1 sampai 6 pada uji skoring dari serat atau dibebaskan dari gugus-
untuk delignifikasi dengan H2O2 dalam gugus yang menyerap sinar kuat
media asam asetat, nilai tertinggi rata-rata (kromofor) sesempurna mungkin
diberikan oleh panelis adalah 5,450 (agak (Sjostrom,1981). Warna yang ada pada
putih). Dari grafik dapat dilihat bahwa bahan organik dihasilkan dari absorbsi
semakin tinggi konsentrasi H2O2 dalam cahaya oleh gugus kromofor dalam
media asam asetat yang digunakan maka molekul. Kromofor merupakan ikatan
akan semakin tinggi tingkat keputihan dari C=C dan C=O yang ada secara bersamaan.
pulp yang terdelignifikasi. Hal ini diduga Delignifikasi pulp secara oksidatif yaitu
karena terjadinya penurunan kandungan dengan cara memecahkan ikatan rangkap
lignin pada serat pulp formacell TKKS. karbon dan menghilangkan kromofor.
Penyerapan warna oleh serat Proses delignifikasi pulp dapat
terutama berkaitan dengan komponen menghilangkan lignin yang tetap ada pada
ligninnya. Lignin yang mengotori pulp serat selulosa setelah proses pulping

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014 199
Kajian Delignifikasi Pulp Formacell Ahmad Sapta Zuidar et al
(proses pembuatan bubur kertas) secara 75,719% hingga 84,894%. Hasil analisis
bersamaan (Hartono et al., 2010). ragam menunjukkan bahwa konsentrasi
Hilangnya lignin akan menyebabkan H2O2 dalam media asam asetat yang
warna pulp menjadi lebih putih. berbeda, berpengaruh sangat nyata
terhadap selulosa yang dihasilkan. Hasil
Pengaruh Konsentrasi H2O2 dalam uji lanjut polinomial ortogonal
Media Asam Asetat Terhadap Selulosa menunjukkan peningkatan konsentrasi
Selulosa yang dihasilkan pada H2O2 dalam media asam asetat
proses delignifikasi pulp formacell dari berpengaruh sangat nyata secara kuadratik
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) terhadap selulosa pulp yang dihasilkan
menggunakan hidrogen peroksida (H2O2) (Gambar 3).
dalam media asam asetat berkisar antara

Gambar 3. Pengaruh peningkatan konsetrasi H2O2 dalam media asam asetat terhadap
selulosa pulp hasil delignifikasi

Selulosa merupakan salah satu konsentrasi 24%. Peningkatan selulosa


komponen penting pada tumbuhan yang hingga konsentrasi 15% dikarenakan H2O2
bermanfaat sebagai bahan baku dalam media asam asetat yang digunakan
pembuatan pulp, karena itu degradasi merupakan bahan yang bersifat selektif,
selulosa dalam proses pembuatan maupun yang khusus menyerang lignin (Sofian,
delignifikasi pulp harus ditekan seminimal 2011). Walaupun H2O2 dalam media asam
mungkin. Menurut Casey (1980) dalam asetat bersifat sebagai oksidator tetapi
proses delignifikasi perlu diperhatikan selektif hanya menguraikan sedikit
tingkat delignifikasi yang dilakukan selulosa dan hasil penguraiannya berupa
karena dapat terjadi reaksi oksidasi yang gula sederhana yang mudah larut dalam
menyebabkan kerusakan selulosa. Pada air.
grafik selulosa pulp TKKS hasil Penurunan selulosa pada
delignifikasi menunjukkan selulosa konsentrasi H2O2 50% dalam media asam
meningkat seiring pengingkatan asetat lebih dari 15% diduga karena terjadi
konsentrasi H2O2 50% dalam media asam degradasi pada kelompok polisakarida
asetat sampai pada konsentrasi 15% dan yaitu selulosa dan hemiselulosa yang
selanjutnya menurun pada penambahan terkandung pada bahan baku. Penggunaan
H2O2 dalam media asam asetat hingga konsentrasi H2O2 dalam media asam asetat
200 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014
Ahmad Sapta Zuidar et al Kajian Delignifikasi Pulp Formacell
yang lebih tinggi diduga menyebabkan Pengaruh Konsentrasi H2O2 dalam
oksidasi polisakarida melalui Media Asam Asetat Terhadap
pembentukan radikal hidroksi. Pada Hemiselulosa
konsentrasi H2O2 dalam media asam asetat
Hemiselulosa yang dihasilkan
lebih dari 15% diduga asam perasetat
pada proses delignifikasi pulp formacell
telah terbentuk. Asam perasetat inilah
dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
yang pada akhirnya menyebabkan
(TKKS) menggunakan hidrogen peroksida
penurunan selulosa akibat reaksi
(H2O2) dalam media asam asetat berkisar
hidrolisis. Hal ini pada akhirnya
antara 8,269% hingga 6,220%. Hasil
menyebabkan selulosa pada pulp
analisis ragam menunjukkan bahwa
terdelignifikasi terdegradasi oleh H2O2
konsentrasi H2O2 dalam media asam asetat
dalam media asam asetat. Hasil ini sesuai
yang berbeda, berpengaruh sangat nyata
dengan penelitian yang dilakukan Yanto
terhadap hemiselulosa yang dihasilkan.
(2011) dan Barus (2013), dimana pada
Hasil uji lanjut polinomial ortogonal
konsentrasi H2O2 dalam media asam asetat
menunjukkan peningkatan konsentrasi
dengan konsentrasi lebih dari 15% terjadi
H2O2 dalam media asam asetat
penurunan selulosa pulp.
berpengaruh sangat nyata secara linier
menurunkan nilai hemiselulosa pulp yang
dihasilkan (Gambar 4).

Gambar 4. Pengaruh peningkatan konsetrasi H2O2 dalam media asam asetat terhadap
hemiselulosa pulp hasil delignifikasi

Hemiselulosa merupakan menurunkan kecerahan kertas (Libby,


komponen yang berpengaruh dalam 1962).
proses pulping. Hemiselulosa yang terlalu Hasil penelitian menunjukkan
tinggi menyebabkan kertas memiliki bahwa hemiselulosa menurun seiring
kekuatan rendah, pengerutan pada dengan peningkatan konsentrasi H2O2
permukaan dan opasitas yang rendah. dalam media asam asetat yang digunakan.
Sebaliknya hemiselulosa yang rendah Hal ini diduga karena H2O2 dalam media
menyebabkan waktu dan energi asam asetat mampu memecah ikatan
delignifikasi yang lebih banyak serta glikosida pada hemiselulosa. Fengel dan
Wegener (1995) menyatakan hemiselulosa

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014 201
Kajian Delignifikasi Pulp Formacell Ahmad Sapta Zuidar et al
mudah didegradasi menjadi unit-unit yang Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
lebih sederhana dan mudah larut air menggunakan hidrogen peroksida (H2O2)
karena berbentuk non kristal. Menurut dalam media asam asetat berkisar antara
Sjostrom (1995) hemiselulosa memiliki 10,883% hingga 5,2%. Hasil analisis
ikatan-ikatan glikosida yang sangat ragam menunjukkan bahwa konsentrasi
sensitif terhadap hidrolisis asam dan H2O2 dalam media asam asetat yang
memiliki derajat polimerisasi yang lebih berbeda, berpengaruh sangat nyata
rendah dibandingkan selulosa. terhadap lignin yang dihasilkan. Hasil uji
lanjut polinomial ortogonal menunjukkan
Pengaruh Konsentrasi H2O2 dalam bahwa penambahan konsentrasi H2O2
Media Asam Asetat Terhadap Lignin dalam media asam asetat berpengaruh
sangat nyata secara kuadratik terhadap
Lignin yang dihasilkan pada
lignin pulp yang dihasilkan (Gambar 5).
proses delignifikasi pulp formacell dari

Gambar 5. Pengaruh peningkatan konsetrasi H2O2 dalam media asam asetat terhadap
lignin pulp hasil delignifikasi

Nilai lignin yang diharapkan pada media asam asetat yang digunakan. Hal
delignifikasi pulp formacell dari Tandan ini dikarenakan sifat H2O2 dalam media
Kosong Kelapa Sawit menggunakan H2O2 asam asetat yang selektif dalam
dalam media asam asetat yaitu pulp mendegradasi lignin dari dalam bahan,
dengan kandungan lignin yang rendah. sehingga terjadi pengurangan lignin yang
Lignin memberikan pengaruh yang kurang cukup banyak pada proses delignifikasi.
baik terhadap pulp, yaitu terhadap warna Achmadi (1990) menyatakan bahwa pada
dan sifat fisik pulp. Lamanya waktu suasana asam lignin cendrung melakukan
penggilingan pulp berbanding terbalik kondensasi. Peristiwa ini menyebabkan
dengan jumlah lignin yang dikandung oleh bobot molekul lignin bertambah, dan
pulp. Jika pulp mengandung lignin tinggi, dalam keadaan sangat asam lignin yang
maka pulp akan sukar digiling. Lignin terkondensasi ini mengendap. Lignin
yang tinggi pada pulp juga dapat yang mengendap ini akhirnya larut dalam
menghasilkan lembaran kertas dengan air pada proses pencucian pulp. Selain itu,
kekuatan rendah (Rahmawati, 1999). Fengel dan Wegener (1995) menyatakan
Hasil penelitian menunjukkan terdapat beberapa jenis reaksi utama lignin
lignin akan menurun dengan semakin dengan asam perasetat yaitu adisi gugus
meningkatnya konsentrasi H2O2 dalam hidroksil pada cincin, dimetilisasi

202 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014
Ahmad Sapta Zuidar et al Kajian Delignifikasi Pulp Formacell
oksidatif, pembukaan cincin oksidatif, 2. Peningkatan H2O2 dalam media asam
penggantian rantai samping, pemecahan asetat menurunkan secara linier
ikatan β-arileter dan epoksidasi struktur rendemen dan kadar hemiselulosa,
olefinik. Reaksi inilah yang menyebabkan menaikkan secara linier skor
makin berkurangnya kadar lignin seiring organoleptik warna, menurunkan
bertambahnya konsentrasi H2O2 dalam secara kuadratik kadar lignin, serta
media asam asetat. secara kuadratik nilai selulosa naik
Pada penelitian kali ini ingin hingga konsentrasi 15% dan menurun
diperoleh konsentrasi H2O2 50% dalam pada konsentrasi setelahnya.
media asam asetat yang menghasilkan 3. Konsentrasi H2O2 dalam media asam
pulp dengan rendemen, selulosa, dan nilai asetat terbaik diperoleh dari
organoleptik warna yang tinggi serta konsentrasi asam perasetat 15% dengan
hemiselulosa dan lignin yang rendah, nilai rendemen 84,852%, selulosa
namun dari data yang diperoleh belum 84,494%, hemiselulosa 6,319%, lignin
diperoleh konsentrasi yang memberikan 5,691% serta nilai rata-rata
hasil yang diharapkan. Sehingga untuk organoleptik warna 4,017 (putih
menentukan perlakuan terbaik maka dapat kekuningan).
dilihat dari selulosa dan lignin yang
merupakan komponen paling penting DAFTAR PUSTAKA
dalam pulp. Selain itu hasil organoleptik
warna juga menjadi parameter yang Achmadi. 1990. Kimia Kayu. Bahan
penting, yaitu pulp dengan warna yang Pengajaran Universitas Ilmu
mendekati warna putih. Selulosa tertinggi Hayati. Institut Pertanian Bogor.
diperoleh pada konsentrasi H2O2 dalam Bogor. 120 hlm.
media asam asetat 15% yaitu 84,494%, Barus, S. B. 2013. Kajian penggunaan
selain itu pada konsentrasi ini lignin yang asam perasetat pada proses
diperoleh sebesar 5,691%. Sehingga pada pemutihan pulp acetosolve dari
penelitian ini diambil konsentrasi H2O2 ampas tebu dan bambu betung.
dalam media asam asetat 15% sebagai (Skripsi). Universitas Lampung.
konsentrasi terbaik. Pada konsentrasi ini Bandar Lampung. 60 hlm.
dihasilkan nilai rendemen 84,852%, Casey, J.P. 1980. Pulp and Paper
selulosa 84,494%, hemiselulosa 6,319%, Chemistry and Chemical
lignin 5,691% serta nilai rata-rata Technology and Paper Chemistry
organoleptik warna 4,017 (putih and Chemical Technology VI :
kekuningan). Pulping and Bleaching. 2nd edition.
Interscience Publisher Inc. New
KESIMPULAN York.
Chesson, A. 1981. Effects of Sodium
1. Konsentrasi H2O2 dalam media asam Hydroxide on Cereal Straws in
asetat berpengaruh sangat nyata Relation to the Enhanced
terhadap rendemen, selulosa, Degradation of Structural
hemiselulosa, lignin, dan organoleptik Polysaccaride by Rumen
warna pulp formacell dari tandan Microorganisms. Sci. Food Agric.
kosong kelapa sawit. 32:745-758.

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014 203
Kajian Delignifikasi Pulp Formacell Ahmad Sapta Zuidar et al
Darnoko, P Guritno, A. Sugiharto dan S. terhadap laju delignifikasi.
Sugesty. 1995. Pembuatan pulp (Skripsi). Institut Pertanian
dari tandan kosong sawit dengan Bogor. Bogor. 88 hlm.
penambahan surfaktan. J. Sjostrom, E. 1981. Kimia Kayu , Dasar-
Penelitian Kelapa Sawit. 3(1): 75 Dasar dan Penggunaan.
– 87. Diterjemah oleh Hardjonosastro
Fahreza, A. 2013. Optimasi produksi Hamidjojo. Gajah Mada
pulp secara formacell dari tandan University Press. Yogyakarta.
kosong kelapa sawit. (Skripsi). hlm 68-78 dan 182.
Universitas Lampung. Bandar Sofian, M. 2011. Kajian pemutihan pulp
Lampung. 41 hlm. acetosolve campuran ampas tebu
Fengel, D. dan G. Wegener. 1995. Kayu dan batang pisang menggunakan
: Kimia, Ultrastruktur, Reaksi- hidrogen peroksida dalam media
reaksi. Diterjemahkan oleh asam asetat. (Skripsi).
Hardjonosastro Hamidjojo. Gajah Universitas Lampung. Bandar
Mada University Press. lampung. 47 hlm.
Yogyakarta. 729 hlm. Wardani, D. I. 2012. Tandan kosong
Hartono ,R. , Jayanudin, Salamah. 2010. kelapa sawit (tkks) sebagai
Pemutihan Pulp Eceng Gondok alternatif pupuk organik.
Menggunakan Proses Ozonasi. http://uwityangyoyo.wordpress.co
Seminar Rekayasa Kimia Dan m/2012/01/04/tandan-kosong-
Proses 2010. Jurusan Teknik kelapa-sawit-tkks-sebagai-
Kimia Fakultas Teknik. alternatif-pupuk-organik/. Diakses
Universitas Diponegoro 14 januari 2014.
Semarang. Semarang. 5 hlm. Wardoyo, A. 2001. Pengaruh
Libby, C.E. 1962. Pulping and paper penggunaan bahan kimia dalam
science technology. Mc. Graw-Hill pelunakan serpih terhadap sifat
Book Company, Inc. New York. pulp kimia Acacia mangium Willd.
Mangoensoekarjo, S dan Semangun. (Skripsi). Institut Pertanian
2005. Manajemen Agrobisnis Bogor. Bogor. 72 hlm.
Kelapa Sawit. Gadjah Mada Yanto, F. 2011. Kajian penggunaan asam
University press. Yogyakarta. klorida dan asam perasetat pada
Nimz, H.H. and M. Schoen. 1993. Non proses produksi pulp acetosolv
waste pulping and bleaching with dari ampas tebu dan bambu
acetic acid. Proc. ISWPC betung. (Tesis). Universitas
Beijing. May 25-28. 258 – 265 Lampung. Bandar Lampung. 102
hlm. hlm.
Rahmawati N. 1999. Struktur lignin kayu
daun lebar dan pengaruhnya

204 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014

You might also like