You are on page 1of 16

JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN

Februari 2014. Vol.1. No.1


©2014 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833

KONSEP MAQASHID AL-SHARIAH SEBAGAI


TEORI PEMBENTUKAN HUKUM ISLAM TAK PERNAH TUNTAS
PERSPEKTIF JASSER AUDA
Oleh: Mukhlishi
Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul Ulum Tarate Sumenep
Email: muhlishi@yahoo.co.id

Abstract
The concept of maqasid al - Sharia is a basic guideline for the legal
establishment , although ultimately they also influenced the value of tradition,
politics. In addition, maqasid al-shari'a also plays an important role in
understanding the various sources of law such as the Qur'an, Sunnah, ijma, qiyas
and others. Therefore, the validity of any results of ijtihad was dependent on the
level of achievement of maqasid al - Shariah .As a doctrine, maqashid as-Shari'ah
intends reached, guarantees, and preserve prospirityto mankind, especially
Muslims. To that end, the priority scale provided three differenciesbut
complementary namely; adh-Necessities, al-Hajiyyat, and at-Tahsinat.Adh -
Necessities named primary objectives as a goal to be there, that absence will
result in destroying life in total.There are five interests to be protected; religion,
life, intellect, property, and offspring. To save the religion, Islam requires of
worship, as well as prohibit the things that ruin it. To save lives, Islam requires
mankind to eat according to need. To save sense, Islam requires good attitudes
among others, at the same level, it forbids damaging things like liquor sense. To
save the property, Islam requires to be good to the others, as well as mu'amalah
laws prohibiting measures that would ruin it like theft and robbery. To save
descent, Islam regulates marriage and prohibits marriage. These efforts with one
another interrelated. Effort to protect religion means also protecting reasonable
efforts, possessions, and heredity.

Key word: Maqasid al - Shari'ah , Establishment of Islamic law

12
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2014. Vol.1. No.1
©2014 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
A. Pendahuluan fakultas Studi Islam (QFIS) dengan
Problemamatika utama yang fukus kajian kebjakan public pada
mewabah masyarakat kita mendorong program Studi Islam. Posisinya saat
para sarjana untuk merumuskan ini sebagai professor luar biasa di
berbagai teori dan metode ijtihad fakultas of Islamic Studies, Qatar
adalah kenyataan bahwa yang Foundation, Qatar dari 2010-sekarang.
dihadapi oleh umat Islam bahwa nash latar belakangpendidikanya, ia
al-Qur‟an dan Sunnah terbatas secara telah menyelesaikan disiplin
kuantitatif, sedangkan peradaban, akademiknya melalui dua kali
peristiwa hukum selalu berkembang. melaraih gelar PhD tentang “the
Untuk itu berbagai teori dan ijtihad Philosophy of Islamic Law”, dan
dirumuskan untuk mengembangkan “Systems Analysis and Design” di the
nilai-nilai nash yang terbatas ke dalam University of Wales, Inggris tahun
realitas yang tidak terbatas, namun 2008 dan the University of Waterloo,
kemudian cenderung diberi landasan Canada, secara berturut-turut tahun
teologis oleh umat sehingga berbau 2006.1Kemudian menjadi dosen
sakral. Ketegangan dengan berbagai terbang di sejumlah Institut Akademik
akibat terjadi. pendidikan di Kanada, Wales, Mesir
Hukum Islam tidur lelap yang dan India.
kepanjangan, sehingga akibat Berikut beberapa kajian
kefatalan ini banyak korban pemikiran Auda tentang Maqashid Al-
berguguran demi pendapat seorang ShariahdalamUshul fiqh yang dikutip
imam, madzhab, atau organisasi yang dalam karyanya “Maqashid Al-
hanya untuk kepentingankelompok Shariah as Philosophy of Islamic
dan lebih-lebih bersifat privasi. Law”.
Maqashid asy-Syari‟ah di sini
dimaksudkan sebagai pisau analisa C. Konsep Dasar Teori Pembentukan
untuk membaca kenyataan yang ada. Hukum
Bahwa hukum Islam milik semua Secara historis ijtihad yang
bukan berasas da jiwa ashabiyah, dan pertama kali terjadi ketika Nabi
hanya bersifat lokaliats yang jauh dari Muhammad mengutus sahabat Muadz
Islam rahmatan lil alamin. bin Jabal ke negeri Yaman yang unyi
haditsnya sebagai berikut:
B. Biografi singkat Jasser Auda
Jasser Auda adalah seorang ِ‫قا ه ز سى ه هللا صيً هللا عئٍ و سيٌ ىَعاذ ب‬
direktur pada pusat penelitian al- ً‫ مٍف تقضً اذا عسض ىل قضا ء؟ اقض‬: ‫جبو‬
Maqasid in the Philosophy of Islamic ‫ فا ء ُ ىٌ تجد فً متا ب هللا ؟‬: ‫ قا ه‬.‫بنتا ب هللا‬
Law (Markaz Dirasat Maqasid al- ‫ فا ء ُ ىٌ تجد‬: ‫ قا ه‬.‫قا ه فبسْتٔ زسى ه هللا‬
Shariah al-Islamiyyah ), Al-Furqan ‫فبسْتٔ زسى ه هللا و ال فً متا ب هللا ؟ ا جتهد‬
Foundation, London, U.K., sejak ‫زاء ي وال اىى فضس ب ز سى ه هللا صيً هللا‬
2005; sebagai anggota “the ‫عئٍ و سيٌ صد زٓ و قا ه اىحَد هلل اىير ي و فق‬
International Institute of Advanced ً‫ز سى ه هللا صيً هللا ىَا ٌسض ز سى ه هللا صي‬
Systems Research”, di Canada; )‫هللا (زوآ ابى داود‬
anggota the International Union for
Muslim Scholars bertempat di Dublin;
anggota the Academic Council of the
1
International Institute of Islamic Mohammad Darwis, Maqashid al-Shari‟ah dan
Pendekatan Hukum Islam Perspektif Yassir Auda,
Thought, UK; dan banyak lagi. Ia
editor. Arfan Muammar & Abdul Wahid Hasan,
adalah Associate Profesor di Qatar (Yogyakarta: IRCiSoD, 2012), 389.

13
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2014. Vol.1. No.1
©2014 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
Artinya: Rasulullah SAW. Bersabda umat Islam, agar selalu mengkaji
kepada Muadz bin Jabal; Islam dan mempelajari ilmu yang
„bagaimana kamu akan berkaitan dengan ke-Islam-an sesuai
memutuskan perkara jika dengan disiplin ilmu yang menjadi
dihadapkan pada suatu bahan kajiannya. Sehingga Islam
persoalan hukum? Muadz mampu berdiaolog dengan baik
menjawa: saya akan terhadap suatu hal yang dihadapi umat
memutuskannya berdasarkan Islam, maka ketika ini terjadi Islam
kitab Allah (al-Qur‟an). Rasul akan selalu menjadi yang terdepan.
bersabda jika kamu tidak
menjumpainya dalam al- D. Konsep Syari’at dan Fiqih
Qur‟an? Muadz menjawab: Istilah syariat dalam konteks
maka berdasarkan sunnah kajian hukum Islam lebih
Rasul. Rasul bersabda jika menggambarkan pada kumpulan
kamu tidak menjumpainya juga norma-norma hukum dari proses
dalam sunnah rasul dan kitab tasyri‟. Dimana kata tasyri‟ adalah
Allah (al-Qur‟an)? Muadz bentuk mashdar dari kata syarra‟a
menjawab saya akan berijtihad yang artinya menciptakan atau
berdasarkan akal fikiran saya. menetapkan dan menetapkan
3
dan Rasuluullah menepuk dada syari‟at. Sedangkan menurut ulama‟
muadz dan bersabda: Semoga fiqh syariat adalah “menetapkan
segala puji bagi Allah semoga norma-norma hukum untuk menata
Allah memberikan petunjuk kehidupan manusia baik dengan
terhadap yang diridhai Tuhan, maupun dengan umat
rasulullah (HR. Abu Daud).2 4
manusia”. Syari‟ah (Arab) juga bisa
Dari hadits tentang ijtihad ”merupakan hukum-hukum Islam
tersebut di atas dapat disimpulkan yang dianggap suci, karena diambil
bahwa Rasulullah SAW. Sangat langsung dari al-Qur‟an dan Hadits
menghargai usaha bagaimana Islam hukum ini mengandung aturan-aturan
dapat memberikan solusi dari sebuah yang sangat detail hingga menyangkut
problem yang dihadapi dengan bukti setiap sisi kehidupan kaum
memberikan ruang dengan membuka muslimin”.5 Menurut Muhammad
kran pintu ijtihad ketika terjadi Syalthut syari‟at adalah “sistem
kebuntuan dalam mencari sebuah
persoalan, dan setelah itu tidak ada 3
Tim Penulis, Pengantar Studi Islam; (Surabaya;
hadits yang menyebutkan hadits IAIN Surabaya Press, Cet IV, 2006),105.
4
tentang ijtihad ditutup. Jadi sangat Dalam konsdisi riilnya syari‟at mempunyai
tingkat kesempurnaan yang sesuai dengan
tidak elok dan tidak pantas ketika
zamannya. Seperti syari‟at Nabi Musa,
seorang yang bukan Nabi mengatakan memisahkan Bani Israil dengan komunitas bangsa
ijtihad tertutup, karena Rasulullah lain, kemudian dibersihkan dari penyakit jasmani
SAW.Tidak menyebutkan ijtihad dan rohani. Nabi Isa, membangkitkan sugesti
ditutup.Hal ini memberikan sinyal bagi nurani manusia agar menjadi fondasi kokoh dalam
segala hal. Sedang Nabi Muhammad untuk
menghancurkan kesombongan dan keangkuhan
2
Lihat dalam CD Maushu‟ah al-Hadits Kutub al- masyarakat Jahiliah, dan menghantarkan manusia
Tis‟ah, dalam Sunan Abu Daud pada kitab al- ketempat yang mulia. Lihat Abu Yazid, Nalar &
Aqdhiyah.No.hadits 3119.Atau pada Sunan Wahyu, (Jakarta: Erlangga, 2007), 89.
5
Turmudzi dalam kitab Musnad al-Anshar. No. Iihat dalam Karen Amstrong, Berperang demi
Hadits 21000, dan pengulangannya 21049 dan Tuhan; melanjutkan kesuksesan sejarah Tuhan,
21084, serta bisa lihat juga dalam Sunan Turmudzi Fundamentalisme dalam Islam, Kresten dan
dalam kitab Muqaddimah, No. 168. Yahudi, (Bandung: Mizan Cet II, 2001), 594.

14
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2014. Vol.1. No.1
©2014 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
kehidupan yang dibuat oleh allah bagi Ayat-
manusia dalam: hubungan dengan ayat al-
allah, sesama muslim, sesama Qur‟an
manusia, kehidupan, dan alam dan
semesta” sunnah
Kemudian syari‟at Nabi
ditransformasikan pada setiap hukum yang
agama, sehingga maknanya adalah dimuat
“segala hukum agama, aturan ibadah, dalam
legeslasi hukum, mua‟malah, kitab-
pendapat ahli fiqh, mufassir para kitab
komentator tokoh agama”.6Maka fikih
dapat disimpulkan bahwa syari‟at Sifat Fundamental,tr Instrume
adalah hukum yang ditetapkan Allah Dasar ansenden, ntal,
dan tingkat kebenarannya bersifat global/universa terinci,
mutlak, hal ini berbeda dengan fiqh l, absolut relatif
yang merupakan hal ijtihad yang (qath‟iy), dan (dhanny)
kebenarannya bersifat relatif, temporal tidak berubah , dan
dan lokalistik.Dalam kajian keilmuan selalu
syariat Islam dilakukan dalam ilmu berubah
fiqh, meskipun fiqh sendiri berbeda sesuai
dengan syari‟at namun fiqh dengan
merupakan interpretasi dan penjabaran perkemb
lebih lanjut dari syari‟at Islam.7Dalam angan
pemahaman penulis syari‟at adalah situasi
suatu aturan terhadap semua aspek dan
kehidupan manusia yang sifat kondisi
pengaturan tersebut adalah lebih Ruang Meliputi Hanya
bernuansa pada dhahir saja.8 lingku persoalan meliputi
Memposisikan ulang relasi p keyakinan, persoala
shari‟ah dan fiqih diatas dapat akhlak dan tata n ibadah
dimaknai sebagai upaya Jasser untuk cara beribadah kepada
mempertegas adanya perbedaan antara kepada Allah Allah
shari‟ah dan fiqih yang selama ini maupun berhu- dan
banyak disalahfahami umat Islam. bungan dengan hubunga
Secara ringkas berikut ini tabel sesama n dengan
perbedaan antara keduanya; manusia. sesama
manusia.
Aspek Syari’ah Fikih Sumbe Ketetapan dari Hasil
Rumus Nash-nash al- Pendapat r Tuhan dan interpret
an Qur‟an dan para ahli dijabarkan oleh asi
sunnah Nabi terhadap Nabi manusia
tentang
6
Muhammad Said al-Asymawi, Nalar Kritis Al
Shari‟ah, (Yogyakarta: LKiS, 2004),23. Qur‟an
7
Muniron Dkk, Studi Islam di Perguruan Tinggi, dan
(Jember: STAIN Press, 2010), 46. Hadits
8
Mukhlishi, Muzaik Studi Islam; Penjelajahan
Konsep Multi Paradigma, (Yogyakarta: Nadi Nabi
Pustaka Kerjasama maseghit Press, 2013), 38. Bentuk Hanya satu, Bermaca
15
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2014. Vol.1. No.1
©2014 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
Kerag dalam bentuk m-
aman nash al-Qur‟an macam,
dan sunnah sesuai
Nabi dengan
banyakn
ya para
ahli
dalam
bidang
fikih.
Hal ini
tercermi Gambar 3: Pandangan Modern Tentang
n dalam Relasi Shari‟ah dan Fiqih
bentuk Gambar diatas
banyakn menunjukkan bahwa syariah yang
ya bersifat wahyu mempunyai
madzhab wilayah yang berbeda dengan
(aliran) fiqih. Yang termasuk dalam
fikih, lingkup syari‟ah adalah al-Qur‟an
seperti dan sunnah Nabi. Sementara fiqih
madzhab sesungguhnya berada di luar
maliki, syari‟ah dan terlahir melalui
hanafi, prosesnya tersendiri. Karena itu
syafi‟I, tidak bisa dibenarkan apabila ada
hambali, pihak yang mengatakan bahwa
syi‟ah produk ijtihad (fiqih) adalah
dll. sesuatu yang bersifat mutlak
sebagaimana syari‟ah itu sendiri.
Untuk mempertegas hal ini Perlu dicermati pada
Jasser perlu mengelaborasi gambar diatas bahwa sunnah Nabi
keterkaitan antara wahyu, hadits, oleh Jasser dikelompokkan dalam
„urf (untuk mewakili kondisi tiga bagian. Mengutip pendapat
sosial), fiqih, dan perundangan- Qarafi, Jasser berpendapat bahwa
undangan modern. Menurut Jasser keberadaan Nabi harus dilihat dari
term-term diatas mempunyai tiga kapasitas; (a) sebagai
hubungan yang tidak bisa pembawa risalah kenabian, (b)
dipisahkan antara satu dengan sebagai seorang hakim dan
yang lain. Untuk memudahkan pemimpin, dan (c) sebagai
pemahaman mengenai hubungan manusia biasa.9 Tiga kapasitas ini
tersebut dibuatlah gambar sebagai secara otomatis membawa
berikut: konsekwensi tersendiri. Peran
Nabi sebagai pembawa risalah dan
hakim pemimpin umat, seperti
ketika menyelesaikan sengketa
diantara sahabat dan menjadi

9
Jasser Auda, What is Shariah, dalam
www.jasserauda.net, diakses tanggal 8 Januari
2014, pukul 08.55

16
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2014. Vol.1. No.1
©2014 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
pimpinan perang, maka dalam
konteks ini perilaku Nabi masih
dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan untuk memutuskan
suatu persoalan hukum. Meskipun
demikian, untuk poin ini, tidak
semua perilaku nabi dapat
dijadikan rujukan, hanya pada hal- Gambar 4: Pemahaman Tradisional dan
hal tertentu mempunyai korelasi Populer tentang Relasi Shari‟ah dan fiqih
secara kontekstual baru dapat Dari gambar diatas, tampak
dijadikan rujukan. Tetapi untuk bahwa antara al-Qur‟an, sunnah dan
kapasitas Nabi sebagai manusia fiqih mempunyai kedudukan yang
biasa yang mempunyai sama sebagi bagian dari shari‟ah.
kecenderungan sama dengan orang Pandangan tradisional yang terlihat
lain pada umumnya, maka hal ini dalam gambar tersebut terlihat juga
tidak dapat dijadikan sebagai tidak adanya pembedaan antara
bagian dari argumentasi fiqih.10 perilaku Nabi dalam kapasitasnya
Sebagai contoh dalam kasus ini sebagai manusia biasa dengan Nabi
adalah ketika rasul harus memakai dalam kapasitasnya sebagai pembawa
gamis, maka hal ini harus difahami risalah agama.Bahkan aturan-aturan
sebagai bagian dari budaya Arab hukum modern (UU negara) dalam
dan bukan dari bagian misi hal-hal tertentu masih dikategorikan
kenabianyya. Ini berbeda jika rasul sebagai bagian dari syari‟ah. Dengan
mencontohkan bagaimana beliau kondisi ini tidak mengherankan jika
shalat. banyak keputusan negara
Melalui gambar diatas mengatasnamakan “kepentingan
diketahui pula bahwa „urf (adat Tuhan”, sekalipun ia hanya
kebiasaan) atau dalam makna lain dimaksudkan untuk kepentingan elit
kondisi sosial tidak bisa dinafikan politik tertentu.
mempunyai peran dalam proses Adapun tujuan syari‟at
pengambilan keputusan hukum (maqashid al-Syari‟ah) menduduki
fiqih. „Urf sebagai bagian dari posisi penting bagi seluruh aktivitas
konteks sosial harus menjadi
kehidupan manusia dapat
bagian tidak terpisahkan dalam diklasifikasikan menjadi tiga tujuan,
memberikan pertimbangan hukum. sebagai berikut :
Gambar diatas merupakan tawaran
Tujuan primer (Dhoruriyah):
baru Jasser dalam memposisikan adalah sesuatu yangg mesti tercapai
shari‟ah dan fiqih sebagai kritik dalam hidup dunia/akhirat :
atas pemahaman tradisonal yang 1. agama (al-Maidah: 3):
selama ini berkembang di
2. jiwa (al-Baqarah: 178-179):
kalangan umat Islam dimana fiqih 3. akal (al-Baqarah: 164):
selalu dimasukkan ke dalam 4. keturuanan (al-Nisa: 3-4):
bingkai shari‟ah seperti tergambar 5. harta: bidangmu‟amalah
dalam diagram di bawah ini; Tujuan sekunder (Hajjiyah):
menghindarkan kesulitan dan
kemelaratan dalam kehidupannya
10
Jasser Auda,Maqashid Al-Shariah as Philosophy 1. agama (al-Maidah: 3)
of Islamic Law, (London: The Internaional institute 2. jiwa (al-Baqarah: 178-179):
of Islamic Thought, 2008),195.

17
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2014. Vol.1. No.1
©2014 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
3. akal (al-Baqarah: 164): nilai asasi dari hukum itu sendiri,
4. keturunan (al-Nisa: 3-4) seperti penyalahgunaan dari
5. harta: al-musaqah, al-salam pelaksanaan hukum yang
Tujuan terasier (Tahsiniyah): menyebabkan ketimpangan dan
adalah memelihara sopan santun dan ketidak adilan. Hal ini tentunya tidak
tata krama dalam kehidupan kita harapkan dan bertentangan
1. agama (al-Maidah: 3) etika hukum bahkan melawan hukum.
ibadah Secara skematis prinsip
2. jiwa (al-Baqarah: 178-179): syariat, dapat terefleksi dalam
berburu yg halal kehidupan sehari-hari dan wilayah
3. nakal (al-Baqarah: 164): berburu jangkauannya lebih luas bagi
yg halal kehidupan manusia.
4. keturuanan (al-Nisa: 3-4) Prinsip Syari'ah

5. harta: al-musaqah, al-salam


Sedanngkan tujuan syari‟at TAUHID KEADILAN KEMERDEKAAN
KEBEBASAN
TOLONG
MENOLONG
TOLERANSI

Islam adalah “Jalb al-Mashalih wa


daf‟u al-mafasid” (menarik segala AMARMA'RUF
NAHIMUNKAR
PERSAMAAN
EGALITER

kebaikan dan menolak segala


kerusakan) yang terefleksi dan terinci
dalam beberapa hal yakni:
1. Memelihara tujuan penciptaan
makhluk E. Kegelisahan Jasser Auda dalam
2. Hukum dapat difahami oleh “otoritas wahyu” dengan
mukallaf “penalaran” (ijtihad)
3. Beban & tanggung jawab hukum Untukmengawal pembahasan
atas mukalaf ini, berikut sajian gambar yang
4. Pelaksanaan/kepatuhan harus menjelaskan hubungan antara fiqh
dengan niat yang ikhlas (al-Nisa: dan syariah yang lebih bersifat
3-4) wahyu.
Ada yang beranggapan tujuan
hukum itu sendiri (the popuse of law)
dimana ketika hukum itu dibuat,
sudah memiliki tujuan sehingga masa
selanjutnya adalah aplikasi hukum
merupakan urusan sebab akibat
(cause anf effect matter) tanpa perlu
lagi melihat kontes tujuan asal
hukum. Hukum bersifat tetap
(certain) walaupun tempat dan
terjadinya sebab akibat hukum
berbeda. Namun menurut madzhab
hukum Jerman dan Prancis hukum Dari diagram diatas nampak
bersifat luwes berjalan beriringan jelas bahwa letak perbedaan fiqh
panorama sosial yang ada.11 Sehingga dengan syariah terdapat pada
hukum akan relevan dengan konteks ketidakjelasan (dzanny) dalilnya, baik
zaman, selama tidak mencedrai nilai- dari aspek pemahaman ataupun
kevalidan data dari Syari‟. Ditinjau
11
Lihat Jasser Auda dalam Muhammad Darwis,
dari kedua aspek ini, dalil yang
Maqasihid al-Shari‟ah.,h. 385-386. bersifat sam'iyyah (al-quran dan al-
18
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2014. Vol.1. No.1
©2014 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
ّ ‫ظنّ ّي الثّبىث قطع‬,
4. ‫ي ال ّداللت‬
15
sunnah) terbagi menjadi empat seperti
bagian:12 hadist ahad namun memiliki
1. ‫ي الثّبىث وال ّداللت‬ ّ ‫قطع‬,dikatakan ‫قطع ّي‬ maksud pemahaman yang jelas
‫ الثّبىث‬karena keoutentikannya (qoth‟i). seperti hadist ( ‫ال َيطُىفَ َّن ِب َه َرا‬
yakni jelas bersumber dari Syaari‟ ‫د‬ ِ ‫ )ا ْلبَ ْي‬yang dapat difahami
ٌ ‫ج ُهحْ ِد‬
(Alloh/Rasul) seperti al-qur‟an dan jelas bahwa kata " ‫" ال َيطُىفَ َّن‬
hadis yang mutawatir, dan ‫قطع ّي‬ mengarah pada hukum haram
‫ال ّداللت‬ karena maksud karena berimbuhan nun taukid.
pemahamanya juga jelas (tidak Meskipun masih ada ikhtilaf
diperselisihkan),13 seperti ayat: ‫ك‬ َ ‫حِ ْل‬ terhadap apakah hadast itu
ٌ ‫َكا ِهلَت‬ ٌ‫َع َش َسة‬ yang menjelaskan membatalkan thowaf.16
jumlah puasa kafarah bagi orang 5. ‫ي الثّبىث وال ّداللت‬ ّ ّ‫ظن‬, seperti hadist
ihrom. ahad dan masih belum jelas
2. ‫ي ال ّداللت‬ ّ ّ‫قطعي الثّبىث ظن‬, ّ yakni nass pemahamanya (dzanny). Seperti
yang mutawatir namun masih hadis ahad "‫ "إنوا األعوال بالنياث‬yang
diperselisihkan pemahamanya. masih belum jelas apakah maksud
Seperti surat al-Nisa‟ ayat 43:“ ‫أو‬ dari ‫ األعوال‬itu adalah “pahala
‫”الهسخن النساء فلن حجدوا هاء فخيووىا‬kata perbuatan” atau “sahnya
“‫”ال َه ْسخُن‬ dalam ayat ini perbuatan”.17
menunjukkan batalnya wudlu‟, Tipe dalil pada bagian pertama diatas
namun masih belum jelas (‫ )قطع ّي الثّبىث وال ّداللت‬menjadi kawasan
maksudnya apakah berarti “syariah”, yang lebih dikenal dengan
bersentuhan kulit, bersetubuh istilah “‫”الوعلىم هن الدين بالضسوزة‬,
(sebagai kata kiasan) atau sedangkan tipe dalil ke-2, 3 dan ke-4
menyentuh dengan syahwat. Dari menjadi sumber kajian ilmu fiqh.18
tiga pendapat ini masing-masing
memiliki landasan bukti F. Perubahan hukum melalui proses
(qorinah).14 Ijtihad
3. Contoh lain adalah ayat ‫واهسحىا‬ Ratusan tahun yang lalu kata
‫ بسءوسكن‬ayat ini berstatus ‫قطعي‬ ّ “worldview” diterjemahkan dalam
‫الثبىث‬ ّ karena benar-benar
bersumber dari Allah, namun bisa 15
Hadist ahad ini berada pada level ‫الثبىث‬ ّ ‫ظ ّن ّي‬
menjadi dalil yang jelas ( ‫قطعي‬ ّ sebab hanya diriwayatkan oleh orang (berapapun
‫)ال ّداللت‬ terhadap wajibnya banyaknya) yang secara rasional dapat
menggusap, dan bisa menjadi dalil dimungkinkan berbohong dalam periwayatanya
yang belum jelas (‫)ظنّ ّي ال ّداللت‬ dan (menurut sebagian pendapat) sudah tidak
terhadap berapa luas bagian kepala muttasil antar tiap perowi. Sehingga kevalidan
haidst apakah itu benar-benar dari nabi masih
yang diusap.
belum jelas (‫)ظنّ ّي الثّبىث‬. (Syamsuddin Muhammad
al-Mardiny al-Syafi‟I, al-Anjum al-Zahirat ala
Halli al-Alfadz al-Turuqaat (al-Maktabah al-
Syailah),46.)
16
Abdurrahman al-Jaziry, Al-fiqh ala Madzahib al-
12
Fakhr al-islam, Kasyf al-asror (maktabah arba‟ah (al-Maktabah al-Syamilah), jld. 1, 48
17
syamilah), jld.1, h. 226, baca juga Almausu‟ah al- Fakhr al-islam, Kasyf al-asror (maktabah
fiqhiyyah, jld. 2, 7277 syamilah), jld. 1, 226
13 18
Pada dasarnya seluruh ayat al-Quran itu berstatus Pakar ushul Hanafiyah mengkalrifikasi status
‫قطعي الثّبىث‬
ّ yakni pasti bersumber dari Alloh, lain hukum dari keempat bagian diatas, yakni pada
halnya dengan al-Sunnah yang masih bagian awal (‫)قطعي الثّبىث وال ّداللت‬
ّ memiliki hukum
dimungkinkan tidak dari Nabi. “fardlu”, sedangkan ke-dua dan ke-tiga memiliki
14
Syarhul mu‟tamad,(Maktabah Syamilah) juz. 1, hukum “wajib”, dan yang ke-empat ( ‫ظنّ ّي الثّبىث‬
36 ‫ )وال ّداللت‬adalah “sunnah atau istishab”.

19
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2014. Vol.1. No.1
©2014 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
bahasa jerman dengan sebuah penjelasan/keputusan
20
“weltanschauung” yang berarti pasti). Sebenarnya yang perlu
“pandangan dunia”. Dan dalam dipertimbagkan dalam „Urf‟ adalah
perkembangan-nya, Kata “worldview” mengakomodir kondisi mayoritas
menjadi istilah dari suatu hasil masyarkat yang berbeda dengan tradisi
“pemikiran manusia” dari beberapa penduduk arab, yang terabaikan oleh
factor yang menentukannya. Dibawah para fuqoha‟. Tetapi, dalam tataran
ini beberapa faktor yang prakteknya, Urf sangat terbatas seperti
mempengaruhi pola pikir manusia diterangkan dalam fiqh klasik adanya
(human worldview) menurut sumber standard mahar, zakat yang terbatas
yang berbeda:19 hanya dengan makanan pokok
1. ketuhannan, duniawi, HAM, penduduk setempat, batasan umur
kehidupan akhirat, ilmu wanita haid,21 yang semuanya hanya
pengetahuan, akhlaq, dan sejarah. meninjau tradisi arab saja. Padahal
2. mitos, doktrin (ajaran), etika, ritual standar itu belum bisa mewakili pada
ibadah dan kemasyarakatan keanekaragaman kondisi masyarakat
3. Kepercayaan, pengetahuan, dunia.
ketentraman, sosial, tradisi dan G. Epistimologi Metodologi
hukum adat Maqashidal-Shari‟ah Jasser Audah
4. Kondisi alamiyah, etika, politik, Dalam penilaian Jasser,
biologi, psikologi, metode klasifikasi maqashid tradisional
penelitian ilmu pengetahuan. sebagaimana yang dilakukan oleh
5. Ketuhanan, kepribadian, alamiyah, Shatibi untuk kondisi sekarang perlu
situausi dan kondisi. dilakukan peninjauan ulang.
Dari kelima faktor diatas, Setidaknya ada empat alasan
menunjukkan bahwa worldview mengapa hal itu terjadi;22 1) Cakupan
dipengaruhi oleh apapun yang ada
disekeliling kita.Mulai aspek agama, 20
Qaidah ini tidak mutlak terlaku dalam segala
budaya, geograpi, lingkungan, hingga kasus, ada yang tidak berlaku seperti kasus
politik, sosial, ekonomi dan membeli buah di pohon tanpa ada penjelasan
bahasa.Dari sini berarti Worldview itu dipetik atau tidak lalu dibiarkan tetap di pohon
menggambarkan “cognitive culture”, dengan seizin pembeli maka tetap sah ba‟inya
meskipun secara Urf dipetik (Ibn Abidin al-
yakni kerangka berfikir dan penalaran
Hanafy, Radd al-Mukhtar (Maktbah as-Syamilah)
seseorang yang dipengaruhi oleh jld. 5, h. 64. baca juga Soltan, Hujjiyyah,620
realitas dunia luar. 21
Umur wanita mulai haid menurut hanafiyah
Menurut Auda, Pada dasarnya, adalah 7 tahun, sedangkan tiga madhab yang lain
“urf” (tradisi) dalam teori ushul fiqh sepakat dengan 9 tahun. Hanafiyah tersebut
bertendensi pada perintah Nabi kepada Zainab
itu juga dipengaruhi oleh
binti Jahsy untuk mandi saat mengeluarkan darah
realitas“dunia luar”. Mayoritas pada umur 7 tahun, namun hadist itu tidak sevalid
kalangan Ushul fiqh Hanafiyah hadist marfu‟ ucapan Aisyah yang diriwaatkan Ibn
menjelaskan bahwa: ‫الوعسوف عسفا‬ Umar “‫”إذا بلغج الجازيت حسع سنين فهي اهسأة‬. Semua 4
‫( كالوشسوط نصا‬hal yang maklum karena madzhab tersebut melakukan penelitian (istiqra‟)
sebagai pedoman untuk mempertegas dasar hadis
sudah menjadi tradisi itu secara tidak
mereka (Abdurrahman al-Jaziry, al-Fiqh „ala al-
langsung statusnya sama dengan Madhahib al-Arba‟ah, jld. 1, 103. Mahmud, al-
Muhith, jld.1, h. 345. Baca juga: al-Mausu‟ah al-
Fiqhiyyah, jld. 2, h.6474. (semuanya dalam al-
19
Jasser Auda,Maqashid Al-Shariah as Philosophy Maktabah al-Syamilah)
22
of Islamic Law, (London: The Internaional institute Jasser Auda, Maqashid al syari‟ah as phylosofy,
of Islamic Thought, 2008), h.194. lihat 4-5. Lihat juga Jasser Auda, Maqashid al-syari‟ah
jugaSyahrour, Nahwa Ushul jadidah, 202 li al-ijtihad, dalam www.jasserauda.net, 3.

20
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2014. Vol.1. No.1
©2014 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
maqashid tradisional diarahkan untuk saling terkait satu dengan yang lain.
semua hukum Islam secara umum, Dengan demikian semuanya
sehingga tidak bisa menggambarkan mempunyai andil yang sama
tujuan untuk satu bidang tertentu disesuaikan dengan konteksnya.
dalam fiqih. 2) Maqashidtradisional Berikut ini gambar pola relasi
sangat terfokus kepada individual sebagaimana ditawarkan Jasser;
daripada keluarga, masyarakat, dan
manusia pada umumnya. 3)
Pengklasifikasian
Maqashidtradisional tidak memuat Daruriyat
nilai-nilai dasar yang paling universal
seperti keadilan dan kebebasan. 4)
Maqashidtradisional diambilkan dari Hajjiyat Tahsiniyyat
sumber-sumber fiqih yang literis dan
at
bukan kepada sumber-sumber realitas
yang asli.
Untuk mempertegas kritikan Berangkat dari
Jasser terhadap Maqashidtradisional, pertimbangan diatas, Jasser
dia mencoba membandingkan mencoba membagi hirarki
klasifikasi Shatibi dengan teori maqashid ke dalam 3 kelompok,
“hirarki kebutuhan” yang (1) Maqashid„ammah (general
dikembang-kan oleh Abraham maqasid), (2) Maqashidkhassah
Maslow. Menurutnya, dalam konteks (specific maqashid), dan (3)
kekinian, klasifikasi yang dibuat oleh Maqashidjuz‟iyyah (partial
24
Shatibi sudah tidak memadai lagi, maqashid). Ketiga
sebagai gantinya dia menawarkan Maqashidtersebut dapat
untuk mempertimbangkan hirarki digambarkan sebagai berikut.
Maslow sebagai bahan pertimbangan
dalam menentukan tingkat Hirarki
kemaslahatan. Maslow berpendapat Maqashid ‫عامة‬
bahwa ada 5 (lima) jenis kebutuhan Syari’ah
manusia yang bertingkat dari bawah ‫خاصة‬
sampai tertinggi, yakni (1)kebutuhan
fisiologis,(2)kebutuhan akan rasa ‫جزئية‬
aman,(3)kebutuhan
sosial,(4)kebutuhan status,
dan(5)aktualisasi diri.23
Untuk menggabungkan
Pertama Maqashidammah,
stratifikasi prioritas sebagaimana
yakniMaqashidyang mencakup
dibuat Shatibi yang dimulai dari
seluruh maslahah yang terdapat
daruriyat, hajjiyat, kemudian
dalam perilaku tashri‟ yang
tahsiniyat dengan teori yang
bersifat universal seperti keadilan,
dikembangkan oleh Maslow, Jasser
persamaan, toleransi, kemudahan
lebih cenderung membuat pola relasi
dan lainnya.Termasuk di dalam
kebutuhan tidak dalam bentuknya
kategori ini adalah aspek daruriyat
yang berjenjang dan kaku akan tetapi
sebagaimana yang ada dalam
23 24
http://id.wikipedia.org/wiki/TEORI_MOTIVASI, Jasser Auda, Maqashid al-syari‟ah li al-ijtihad,
diakses pada tanggal 01 Januari 2014 5

21
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2014. Vol.1. No.1
©2014 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
Maqashidtradisional.Kedua, akal, keturunan dan harta berada
Maqashidkhassah.Ia adalah pada urutan terakhir.
Maqashidyang terkait dengan Jasser Auda mendasarkan
maslahah yang ada di dalam suatu konsep Maqashid-nya pada Hadith
persoalan tertentu, misalnya tidak shahih Bukhari-Muslim dan
bolehnya menyakiti perempuan lainnya berikut:
dalam ruang lingkup keluarga, ‫ قاه زسىه‬: ‫عِ ابِ عَس زضً هللا عْهَا قاه‬
tidak diperbolehkannya menipu ‫هللا صيى هللا عئٍ وسيٌ ٌىً األحزاب ( ال‬
dalam perdagangan dengan cara ‫ فأدزك‬. ) ‫ٌصيٍِ أحد اىعصس إال فً بًْ قسٌظة‬
apapun, dan lainnya. Selanjutnya, ‫بعضهٌ اىعصس فً اىطسٌق فقاه بعضهٌ ال‬
Maqashidyang ketiga adalah ٌ‫ّصيً حتى ّأتٍها وقاه بعضهٌ بو ّصيً ث‬
maqasid juz‟iyyah, yakni ٍٔ‫ فرمس ذىل ىيْبً صيى هللا عي‬. ‫ٌسد ٍْا ذىل‬
Maqashidyang terkait dengan ٌ‫وسيٌ فيٌ ٌعْف واحدا ٍْه‬
maslahah yang paling inti dari Artinya: “Dari Ibn Umar ra
suatu peristiwa hukum.Orang berkata: Nabi Muhammad SAW
sering menyebut maslahah ini bersabda pada hari perang al-
dengan sebutan “hikmah” atau Ahzab :(“Jangan salah seorang
“rahasia”. Contoh untuk dari kalian shalat „ashr kecuali di
Maqashidini adalah kebutuhan perkampungan Yahudi Bani
akan aspek kejujuran dan kuatnya Qurayd}ah”). Maka sebagian
ingatan dalam persaksian, yang sahabat Nabi SAW telah
digambarkan oleh al-Qur‟an mendapati waktu „ashr di jalan
dengan dua orang saksi yang adil (sebelum sampai Bani
(shahidaini adlaini). Sehingga Qurayd}ah), lalu sebagian sahabat
dalam kasus kriminal modern bisa berkata: Kami tidak akan shalat
jadi cukup dengan satu saksi dan sebelum sampai,26 dan sebagian
tidak harus dengan dua saksi lain berkata: kami tetap akan
asalkan yang bersangkutan mampu shalat di jalan. Kemudian
menunjukkan kejujuran dan data diadukannya persoalan itu pada
yang valid. Contoh yang lain Nabi SAW dan Nabi tidak
adalah keringan yang diberikan menyalahkan atau membenarkan
kepada orang yang tidak mampu siapa-siapa.”
berpuasa dengan cara
25
membatalkan puasanya. Jaseer Auda berargumentasi
Dari tiga kategori bahwa Hadith di atas sebagai bukti
Maqashiddi atas memang ulama yang jelas bahwa bolehnya ber-
telah membuat urutan keutamaan istinbat} hukum dari teks Shar‟iat
(hirarki) yang di mulai dari yang diambil dari al-zhan al-Ghalib
Maqashid primer sebagai urutan (persepsi kuat), bahkan boleh juga
pertama dan utama, lalu skunder menetapkan sebuah hukum „amali
dan terakhir tersier. Begitu juga (praktis) dengan berdasar konsep
dalam Maqashid primer ada urutan Maqashidyang diambil lewat sebuah
hirarkinya yang telah dibuat al- pemahaman yang sekalipun
Ghazali dan ikuti ulama berikutnya bertentangan dengan „illah (cause)
dengan urutan sebagai berikut:
Hifzh (menjaga); agama, jiwa,
26
Bahkan dalam versi shahih Muslim, sebagian
mereka berkata: “kami tidak akan shalat kecuali
seperti apa yang telah diperintahkan Nabi SAW
25
Jasser Auda, Maqashid al-Syari‟ah Inathah, 25 walau telah habis waktunya.”

22
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2014. Vol.1. No.1
©2014 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
yang tampak secara tekstual dan bagaimnan korelasinya terhadap
(Lahiriyah). Karena sebagian Islam dan filsafat modern apa sistem
sahabat yang berijtihad dan filsafat Islam?, apa relasinya dengan
mengerti bahwa maksud dari sabda Islam dan filsafat modern?, apa itu
Nabi itu adalah untuk bersegera pendekatan sistem? Juga membahas
sampai tujuan (kampung Bani tentang sifat kognitif sistem hukum
Qurayd}ah) dan bukan perintah Islam yang mudah dipahami,
shalat „ashr di Bani Quraydah, maka menyeluruh, terbuka, bertahap,
mereka yang tetap melakukan shalat multi dimensi dan maslahat. Di
di jalan itu berarti telah bertentangan samping itu, pada akhir bab dua ini,
dengan zahirnya perintah Nabi Auda juga mengemukakan
SAW. Sedangkan sebagian sahabat perbedaan tiga kelompok ulama
yang tetap melakukan shalat di tentang “Apakah Allah itu memiliki
tempat tujuan walau waktunya telah tujuan dibalik Shar‟iat-Nya? Dan
habis itu berarti mereka tetap apakah akal manusia bisa
berpegangan pada „illah yang zahir menentukan/menilai baik dan buruk
dari perintah Nabi SAW itu.Dan tanpa bantuan informasi wahyu
taqrir-nya Nabi SAW dengan Allah atau sabda Nabi?”Yaitu antara
mendiamkan kedua kelompok itu pendapat Mu‟tazilah dan Syi‟ah,
adalah bukti bahwa Nabi SAW Asya‟irah dan Maturidiyyah. 29
membenarkan kedua metode itu.27 Pada bab tiga dalam
menceritakan sejarah lahirnya
H. Kontribusi Pemikiran Jassie Auda madhhab-madhhab Fiqh yang
Jasser Auda juga bermula dari dua kubu utama, yaitu:
berargumentasi dengan beberapa madrasah Hijaz (ahl al-Hadith) dan
ijtihad Umar yang bertentangan madrasah kufah (ahl al-Ra‟y),
dengan zahirnya teks Hadith dengan sampai munculnya berbagai macam
hanya berpedoman pada aliran madhhab dalam beristinbat
pemahaman konsep maslah atau hukum, Auda juga melakukan kritik
Maqashid, seperti Ketetapan Umar bahwa sebagian besar aliran itu
bin khotab dengan penarikan pajak tidak memahami konsep
dari tanah taklukan wilayah Irak Maqashiddengan baik seperti para
dan Mesir dan tidak sahabat Nabi SAW dalam
30
membagikannya sebagai harta menetapkan sebuah hukum.
rampasan perang.28Namun Auda, Pada bab empat, Auda
sebelum membahas dengan lengkap membahas kajian yang biasa ada
dan jelas konsep Maqashiddan dalam kajian Ushul Fiqh klasik yang
hubungannya dengan „illah hukum secara umum metode yang
seperti yang telah dipahami sahabat dikembangkan ulama untuk
Nabi SAW sebagai sebuah sistem menggali Hukum Islam seperti yang
pendekatan dalam anlisa masalah dikaji dalam ushul fiqh klasik dapat
hukum Islam. dibedakan menjadi dua bagian
Maka pada bab dua, ia besar, yaitu metode literal thariqah
terlebih dahulu menjelaskan secara lafziyyah) dan metode argumentasi
filsafat tentang apa dan bagaimana atau ekstensifikasi thariqah
sistem itu?, apa itu sistem filsafat?, Ma‟nawiyyah). Metode literal

27 29
Jasser Auda, Maqasid al-Shariah, 9 Ibid., h. 26-51.
28 30
Ibid., h. 9-10 Ibid., h. 56-75.

23
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2014. Vol.1. No.1
©2014 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
ditujukan terhadap teks-teks yang juga memunculkan aliran post-
Shari„ah yang berupa al-Qur‟an dan structuralis dan historicis dengan
Hadith untuk mengetahui bagaiman para tokohnya, seperti M. Arkun,
cara lafaz-lafaz kedua sumber itu Nasr Hamid Abu Zayd, Hasan
menunjukan kepada hukum-hukum Hanafi, al-Tahir al-Haddad dan lain-
yang dimaksudnya. Karena itu dasar lain.32
metode ini adalah analisis lafaz- Maka baru pada bab enam,
lafaz al-Qur‟an dan Hadith dengan Auda membahas dengan rinci
bertitik tolak pada kaidah bahasa tentang pengembangan konsep
Arab. Dalam metode ini dijelaskan Maqasidyang ditelitinya. Yang
bagaimana cara suatu lafaz Shari„ah rangkuman bab ini telah ia tulis
menunjukan makna yang dalam dua artikel berbahasa arab
dikehendakinya, bagaimana cara yang berjudul Maqasid al-Ahkam
menyimpulkan makna itu dari kata- al-Shar‟iyyah wa „Ilaluha dan
kata tersebut dan bagaimana Madkhal Maqasidili al-Ijtihad.
mengkompromikan berbagai makna Yang kemudian di sempurnakan
yang secara sepintas tampak saling dalam bukunya yang berbahasa arab
bertentangan. Di samping yang juga diterbitkan The
membahas perbedaan metodologi International Institut of Islamic
dua madhhab besar dalam usul Fiqh Thought (IIIT), London-UK dengan
klasik, yaitu antara madhhab Hanafi judul Fiqh al-Maqasid; Inathat al-
dan madhhab Shafi‟i, pada bab ini Ahkam al-Shar‟iyyah bi
juga dibahas beberapa metode yang Maqasidiha.33Dan pada bab enam
masih ikhtilaf penggunaannya antara ini Auda juga menguraikan tentang
ulama usul, seperti Ijma„, Qiyas, berbagai aliran Islam post-
maslahah, Istihsan dan lain-lain. 31 modernisme dan juga bagaimana
Pada bab lima, Auda mereka mempengaruhi beberapa
membahas aliran-aliran studi Islam abad keduapuluh.
kontemporer dalam teori hukum Dengan berpatokan pada
Islam. Mulai dari aliran tradisionalis Hadith Ibn Umar tersebut di atas,
yang pada abad ini melahirkan neo- Auda berargumen bahwa ijtihad
tradisinalis dan neo-literalis. sahabat dalam kisah Hadith tersebut
Munculnya aliran modernis yang di dasarkan pada „illah yang
mengingkan pembaharuan dipahami sebagian sahabat itu
(reformasi) dengan mengusung berbeda dengan sebagian yang lain,
agenda-agenda penting seperti sehingga mengakibatkan perbedaan
reinterpretasi teks, orientasi teori hasil ijtihad. Karena saat Nabi SAW
maslah}ah, revisi usul Fiqh dan bersabda untuk tidak boleh shalat
lain-lain dengan pembahasan tokoh- zhuhr/‟ashr kecuali di kampung
tokoh modernis, seperti Muhammad Bani Quraydah itu maka dilalah
‟Abduh, Roshid Rid}a, al-Tahir ibn zahir-nya menunjukan bahwa harus
Ashur, Muhammad al-Ghazali, shalat di kampung Bani Quraydah,
Hasan al-Turabi, Fazlur Rahman, dan „illah-nya adalah sampai ke
Fathi Uthman dan lain-lain. Dan kampung tersebut, namun Maqasid
sampai lahirnya gerakan
postmodernist yang membawa teori
32
dekontruksinya Jasques Derrida Ibid., h. 143-190.
33
Namun sayang buku setebal 230 halaman itu
penulis dapatkan PDF-nya di situs resmi milik
31
Ibid., h. 76-140. Auda hanya 55 halaman saja.

24
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2014. Vol.1. No.1
©2014 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
(maksud dan tujuan yang dipahami jika „illah sebuah hukum itu tidak
secara kontekstual) adalah al-Isra„ atau belum diketahui Hikmah-nya,
(bersegera untuk sampai kampung maka Maqasid-nya adalah
itu sebelum waktu shalat habis), ta‟abbudi.
maka dilalah al-Maqsid-nya adalah Auda berkesimpulan bahwa
bersegera dan shalat di tengah „illah dan Hikmah itu sama, karena
jalan.34 „illah yang ta‟aqquli itu adalah al-
Dalam pandangan Auda Ta‟lil bi al-Hikmah, dan Hikmah
bahwa ada kesamaan antara „illah suatu hukum pasti bisa dicari dan
dan Maqas}id, sebab „illah yang diterima akal (ta‟aqquli). Meski dia
didefinisikan sebagai al-Ma‟na al- tetap memetakan perbedaan antara
ladhi Shuri‟a al-hukm li ajlih Hikmah dan maqsid (Maqasid),
(sebuah makna yang karenanyalah yaitu: Hikmah adalah suatu
suatu hukum itu di-Shar‟iat-kan) ini maslahah dari beberapa maslahah
sama dengan definisi yang menjadi pondasi suatu hukum,
Maqashid(yang sudah disebut di sedangkan maqasid adalah suatu
depan). Belum lagi beberapa nama maslahah yang di-nas oleh Shar‟iat
„illah, seperti al-Sabab, al-Amarah, atau suatu maqsid (tujuan utama)
al-Da‟i, al-Ba‟ith, al-Hamil, al- dari suatu hukum dalam persepsi
Manat, al-Dalil, al-Muqtada, al- kuat (al-zhan al-Ghalib) dari ijtihad
Mujib dan al-Mu‟athir juga bisa seorang mujtahid yang oleh
menjadi alasan bahwa ada kesamaan karenanyalah hukum itu di-
antara „illah dan Maqasid. Maka syariatkan. Maka ada tiga keadaan
ketika ada kaidah ushuliyah yang antara Hikmah dan maqs}id, yaitu:
terkenal berbunyi: ”al-Hukm al- (a) terkadang ada perbedaan antara
Shar‟i yaduru ma‟a „illahih; Hikmah dan Maqasid, (b) terkadang
wujudan wa adaman” (Hukum Hikmah adalah juga bagian/cabang
Shar‟iat itu berorientasi dengan ada dari Maqasiddan (c) terkadang
atau tidaknya sebuah „illah) artinya Hikmah adalah esensinya Maqasid
suatu hukum itu akan dihukumi ada, itu sendiri.
jika „illahnya ada dan sebaliknya. Ada empat alasan mengapa
Maka, bisa dibuat sebuah Maqasid dijadikan metode ijtihad
kesimpulan bahwa ”Tadur al- dalam ber-istinbat hukum Islam,
Ahkam al-Shar‟iyyah al-‟Amaliyyah dengan kata lain, Maqasid adalah
ma‟a Maqas}idiha Wujudan wa salah satu dari sumber Hukum
‟Adaman, kama tadur ma‟a illaliha Islam36. Pertama, fahm dilalah al-
wujadan wa ‟adaman”. maqsid, artinya bolehnya seorang
Jasser Auda juga sepakat mujtahid mengambil sebuah
dengan pendapat para ulama klasik kesimpulan makna terhadap sebuah
yang membagi „illah menjadi dua teks Shar‟iat lewat Maqas}id. Ini
bagian, yaitu ta‟abbudi (irasional) dibuktikan dengan Hadith Bani
dan ta‟aqquli (rasional).35Dan „illah Quraydah di atas.
suatu hukum yang bisa ditemukan Kedua, taghayyur al-fatwa bi
oleh akal ini sering disebut al-Ta‟lil taghayyur al-zaman hasba al-
bi al-Hikmah (penetapan Maqasid (berubahnya suatu
„illahdengan sebuah Hikmah). Dan
36
Ibid., 257-258 ; Lihat juga Fiqh al-Maqasid;
34
Jasser Auda, Maqasid al-Ahkam, 1-2. Inatat al-Ahkam al-Shar‟iyyah bi Maqasidiha, 45-
35
Ibid., 13-14. 55.

25
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2014. Vol.1. No.1
©2014 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
fatwahukum sebab perubahan madhhab Zahiriyyah (Literalism)
kedaan suatu zaman dengan dengan menjadi Neo-Literalism. (c)
bertimbangan Maqasid), artinya Melakukan pendekatan filsafat
relatifitas sebuah fatwa hukum itu dekontruksi.37 via historicism,38 (d)
ditentukan dengan relatifitasnya Namun berada di tengah-tengah
Maqasid pada suatu zaman yang (moderat) antara literalism dan
memang sangat relatif dan dinamis. historicism; dengan batasan bahwa
Ini dibuktikan dengan beberapa literalism tidak boleh melalaikan
ijtihad Umar ra, seperti tidak maslah}ah dan historicism tidak
menetapkan hukuman potong tangan boleh melampaui wewenang wahyu
bagi seorang pencuri dalam kondisi dan dengan mengembalikan posisi
zaman yang sedang paceklik, tidak Maqasid pada tempatnya semula
memberi bagian zakat pada muallaf dan (e) Terus mengotimalkan peran
yang kaya dan mampu atau seperti konsep Maqasid dalam
fatwa zakat profesi al-Qard}awi dan pembaharuaan Islam di segala
lain-lain. bidang.
Ketiga, hillu al-ta‟arud bi
i‟itibar al-Maqasid (penyelesaian I. Penutup
kontradiksi antara dalil dengan Tawaran diatas menunjukkan
pertimbangan Maqasid). Dalam bahwa diskursus maqasid al-shari‟ah
Ushul Fiqh, ketika terjadi dalam kajian hukum Islam telah
kontradiksi lahiriyah antara dalil, mengalami perkembangan dari waktu
maka ada tiga macam solusi, yaitu ke waktu. Perkembangan tidak hanya
al-Naskh, al-Tarjih dan al-Jama‟. pada aspek terminologi tetapi juga
Maka sebenarnya, bisa juga solusi pada aspek metodologi. Fakta ini
ini dilakukan dengan pertimbangan
Maqasid. Ini telah dibuktikan 37
Dekontruksi adalah sebuah teori dalam ilmu
dengan beberapa perbuatan Nabi
filsafat yang beraliran postmodern. Teori ini
Muhammad SAW, seperti digagas oleh Jecques Derrida (seorang Yahudi dari
membolehkan ziarah kubur setelah al-Jazair yang hijrah ke Perancis; 1930-2004)
sebelumnya dilarang, melarang yang menawarkan suatu proses pemaknaan dengan
menyimpan daging korban, setelah cara membongkar dan menganalisa secara kritis
hubungan antara penanda dan petanda yang
sebelumnya dianjurkan.
mengalami penundaan untuk menemukan makna
Keempat, man‟u al-hiyal al- lain/baru. Yang makna itu tidak terlihat dalam satu
Fiqhiyyah (larangan hilah/trik kali jadi, melainkan pada waktu dan situasi yang
hukum). Secara umum, para ulama berbeda-beda. (baca Ali Maksum Pengantar
telah sepakat mengharamkan hilah Fisafat, Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2009, h. 393).
Dan proses dekontruksi ini bersifat tidak terbatas
hukum, sebagaimana larangan Nabi
baik untuk teks, agama, jenis/etnis atau pribadi.
SAW terhadap pratek muhallil dan 38
Historicism adalah sebuah teori yang
muhallil lah, walau ada beberapa dikembangkan aliran critical legal studies yang
kasus hilah yang mengkritk aliran post modern yang mengikat
diperbolehkan.Oleh karena empat sebuah teks/hukum dengan sejarahnya sehingga
misalnya sebuah konstitusi yang telah di buat para
alasan di atas, kemudian Auda
pendiri negara itu sebagai sebuah ketetapan yang
mengusulkan lima strategi untuk tidak bisa ditolak atau dirubah. Maka teori ini
menjadikan Maqasid sebagai berusaha membebaskan sebuah teks, budaya atau
metodologi baru dalam berijtihad, peristiwa dari ikatan sejarahnya secara total,
yaitu: (a) Harus ada keberanian sehinga sejarah hukum misalnya hanya sebuah
nostalgia belaka. (Baca Munir Fuady, Filsafat dan
untuk merubah garis madhhab
Teori Hukum Postmodern, Bandung: PT Citra
secara teoritis, (b) Berfikir ala Aditya Bakti, 2005, h. 116-124).

26
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2014. Vol.1. No.1
©2014 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
menjadi hal yang sangat -------------, Maqashid al-syari‟ah li al-
menggembirakan bagi kajian hukum ijtihad, dalam
Islam yang selama ini banyak www.jasserauda.net, h. 3
mengalami stagnasi. Tawaran Jasser CD Maushu‟ah al-Hadits Kutub al-Tis‟ah.
Auda untuk melakukan pemaknaan Darwis, Mohammad, Maqashid al-
ulang terhadap konsep maqasid al- Shari‟ah dan Pendekatan
shari‟ah menyiratkan sebuah pesan Hukum Islam Perspektif Yassir
bahwa maqashid al-syari‟ah dapat Auda, editor. Arfan Muammar
dijadikan metode sendiri dalam & Abdul Wahid Hasan,
mengkaji persoalan hukum Islam. Yogyakarta: IRCiSoD, 2012.
Upaya keras Jasser Auda Fakhr al-Islam, Kasyf al-asror (maktabah
dalam menawarkan konsep baru syamilah), jld. I
maqasid al-shari‟ah setidaknya Fuady, Munir, Filsafat dan Teori Hukum
menjadi angin segar sekaligus spirit Postmodern, Bandung: PT Citra
baru bagi para sarjana-sarjana muslim Aditya Bakti, 2005.
berikutnya untuk berani dan aktif http://id.wikipedia.org/wiki/TEORI_MOT
dalam mengkaji metodologi kajian IVASI, diakses pada tanggal 01
hukum Islam yang lebih fleksibel Januari 2014
ketika bersentuhan dengan lingkungan Maksum, Ali,Pengantar Fisafat,
yang berbeda guna kepentingan Jogjakarta: Ar Ruzz Media,
kehidupan umat Islam khususnya dan 2009, h. 393
umat manusia pada umumnya kepada Mukhlishi, Muzaik Studi Islam;
kehidupan yang lebih adil, saling Penjelajahan Konsep Multi
menghormati, dan penuh kedamaian. Paradigma, Yogyakarta: Nadi
Pustaka Kerjasama maseghit
DAFTAR PUSTAKA Press, 2013.
Muniron Dkk, Studi Islam di Perguruan
al-Asymawi, Muhammad Said, Nalar Tinggi, Jember: STAIN Press,
Kritis Shari‟ah, Yogyakarta: 2010.
LKiS, 2004. Tim Penulis, Pengantar Studi Islam;
al-Jaziry, Abdurrahman, Al-fiqh ala Surabaya; IAIN Surabaya Press,
Madzahib al-arba‟ah, al- Cet IV, 2006.
Maktabah al-Syamilah. Dan Yazid, Abu, Nalar & Wahyu, Jakarta:
Almausu‟ah al-fiqhiyyah,Jilid.II
Erlangga, 2007.
Amstrong, Karen, Berperang demi Tuhan;
Melanjutkan kesuksesan
sejarah Tuhan,
Fundamentalisme dalam Islam,
Kresten dan Yahudi, Bandung:
Mizan Cet II, 2001.
Auda,Jasser, Maqashid Al-Shariah as
Philosophy of Islamic Law,
London: The Internaional
institute of Islamic Thought,
2008.
-------------, What is Shariah, dalam
www.jasserauda.net, diakses
tanggal 8 Januari 2014, pukul
08.55

27

You might also like