You are on page 1of 38

IMPERALISME BUDAYA MELALUI PERANGKULAN

BUDAYA LOKAL DI BALIK FILM JAVA HEAT

Melisa Arisanty

Ilmu Komunikasi, Fakultas Humaniora dan Bisnis, Universitas Pembangunan Jaya


melisaarisanty@gmail.com

Abstract
Cultural imperialism is still a hot topic of debate on an international scale. Even
cultural imperialism was once accused of being a paradigm that responsible for
the practice of exploitation and cultural destruction in the world. Form of cultural
imperialism include fashion, music, movies and others.The most interesting thing
that we can look at the form of currently cultural imperialism is in the film world.
Today, many Hollywood directors who embrace the local culture of the
developing countries (location setting, local actors and actresses, local fashion,
and the very typical storyline that full of local nuances) in their film to attract
many people in the world. This is a new American way to spreadtheir supremacy
to the developing countries, especially in Indonesia. One of their way is through
Java Heat Movie. This moviecollaboratedIndonesian culture, but still dominant
with Hollywood culture. By using semiothics analysis of Roland Barthes, the
researcher will discuss deeply about Java Heat films so that it will be found that
the ideology of cultural imperialism that is still inherent and alive to this day in
Hollywood movies. Nowdays, this cultural imperialismis framed beautifully in the
embrace of local culture in hollywood movie “Java Heat”.These findings
contribute to semiotics studies linked to the concept of implicit cultural
imperialism in the Hollywood film

Keywords : Cultural Imperialism, Semiothics, Java Heat, Embrace of The Local


Culture

Abstrak
Imperialisme budaya hingga saat ini masih menjadi topik perdebatan yang hangat
di skala Internasional. Bahkan imperialism budaya pernah dituduh sebagai
paradigma yang bertanggung jawab terhadap serangkaian eksploitasi dan
kehancuran budaya di dunia ketiga. Bentuk Imperialisme yang dilancarakan baik
berupa fashion, musik,, film dan lain-lain. Hal yang paling menarik yang dapat
kita cermati dari perkembangan bentuk imperialisme budaya yang trend saat ini
adalah melalui dunia film. Banyaknya sutradara-sutradara Hollywood saat ini
yang merangkul budaya lokal dari negara-negara berkembang (setting lokasi,
pemain lokal, fashion lokal, maupun alur cerita yang sangat khas nuansa
kelokalannya) merupakan cara baru Amerika dalam menyebarkan supremasinya
ke negara berkembang seperti di Indonesia. Salah satunya melalui Film Java Heat,
yang mengkolaborasikan budaya lokal Indonesia namun tetap kental dengan
budaya film action Hollywood. Dengan menggunakan analisis semiotika Roland

371
Barthes, peneliti menemukan bahwa ideologi imperialisme budaya ditunjukkan
secara implisit dalamFilm Java Heat, meskipun saat ini bentuknya yang lebih
canggih dan terpoles cantik melalui perangkulan budaya lokal pada film
Hollywood “Java Heat”. Temuan ini berkontribusi terhadap kajian semiotika yang
dikaitkan dengan konsep imperialisme budaya implisit dalam film Hollywood.

Kata Kunci: Imperialisme Budaya, Semiotika, Java Heat, Perangkulan Budaya


Lokal

PENDAHULUAN mengenai imperialisme budaya


(cultural imperialism), termasuk
Imperialisme Budaya
kajian mengenai imperialisme
merupakan dua kata yang selalu
budaya sebagai imperialisme media
mengingatkan pada perusahaan-
(cultural imperialism as media
perusahaan raksasa yang berbasis di
imperialism) (Tomlinsonm 2002:
negara maju terutama Amerika dan
223-226).
Inggris. Terdapat setidaknya lima
perusahaan raksasa yang menguasai Sebelum abad ke-20, jarang
media global yakni News Corp., sekali film di Indonesia yang
Disney/CapCities, Time Warner, menayangkan film-film dari negara-
Viacom dan TCI dimana perusahaan- negara lain selain dari AS. Tapi, saat
perusahaan ini pada ini di layar kaca, dapat kita temukan
perkembangannya memiliki anak dan banyak sekali tayangan non-
cucu perusahaan sehingga benar- Amerika. Sebut saja dari India,
benar menggurita. News Corp., Jepang, Korea, Cina, Taiwan,
misalnya, memiliki berbagai Meksiko dan lain-lain. Dunia
suratkabar, stasiun televisi dan menjadi lebih terintegrasi
sistem satelit penyiaran di seluruh berdasarkan pasar dalam lingkaran
dunia termasuk Star TV dan Sky TV; pasar kapitalisme.
dan Time Warner’s adalah pemilik
O’Shaughnessy dan Stadler
Turner Broadcasting yang tak lain
menggambarkan imperalisme
adalah pendiri dan pemilik CNN.
kultural sebagai proses dimana suatu
Kenyataan demikian sudah agak
budaya memaksakan kontrol politik
beberapa lama menimbulkan
dan ekonominya terhadap budaya
keprihatinan luas dan juga wacana

372
lain tidak melalui invasi kontrol adalah mengenai Film Hollywood
politis serta kekuatan fisik namun yang mengambil setting lokasi, alur
melalui invasi nilai-nilai dan cerita dan pemain lokal Indonesia
gagasan-gagasan kulturalnya dalam pembuatan film Java Heat
(O’Shaughnessy dan Stadler, 2002: yang pada Bulan April kemarin
119). Film sebagai produk industri sudah dapar ditonton secara merata
dan ekonomi dapat menerapkan di seluruh bioskop di Indonesia dan
kontrol kulturalnya terhadap budaya bulan Mei 2013 akan ditayangkan
lain melalui beragam cara yang secara serentak di box office
kemudian tanpa disadari diterima Hollywood.
sebagai bagian dari jargon budaya
Bicara mengenai Hollywood,
konsumsi.
semua pasti pernah mendengar nama
Dalam konteks dunia ketiga, tersebut. Hampir semua bioskop di
sangatlah dipahami jika sampai saat dunia, termasuk di Indonesia terlihat
ini inferioritas ini masih “sepakat” untuk memutar film-film
mendominasi sehingga apapun yang terbaru buatan industri film
berasal dari Barat akan selalu Hollywood. Kita akrab dengan film
dianggap lebih indah, lebih menarik, Titanic ,Harry Potter series, dan
lebih modern dibandingkan yang Twilight SAGA. Kecintaan
berasal dari Timur. Indonesia juga masyarakat Indonesia terhadap film-
seperti itu, akibat dari adanya film Hollywood terlihat jelas dari
Imperialisme budaya tersebut, panjang antrian untuk menonton
semakin banyak pula kebudayaan- film-film tersebut, apalagi film
kebudayaan yang masuk ke Hollywood dengan serial yang sudah
Indonesia dan mempengaruhi budaya lama ditunggu-tunggu. Dari segi
Indonesia sendiri. Mereka masuk jumlah penonton, film-film produksi
melalui berbagai jenis cara, baik dari lokal, seperti Laskar Pelangi ,
fashion (pakaian), tarian (dance), Arisan, dan CIN(T)A justru selalu
lagu-lagu, musik, artisnya, bahkan seperti tamu di negaranya sendiri.
yang paling mendominasi dan paling Fenomena yang sama bisa dikatakan
terlihat adalah filmnya. Di dalam juga terjadi di negara-negara lain,
pembahasan yang akan Peneliti ulas

373
bahkan di negara-negara maju seperti “kebangkitan kembali’. Setelah
negara di Eropa sekalipun. sempat mengalami pasang surut,
tingkat produksi film Indonesia
Bahkan film Hollywood pun
mulai naik kembali. Setelah sempat
saat ini menjadi standar perfilman
mengalami pasang surut, tingkat
dunia karena tak dapat dipungkiri
produksi film Indonesia mulai naik
bahwa film Hollywood memang
kembali. Kebangkitan film ini
mencetak film-film bermutu,
ditandai dengan munculnya film
berkualitas dan disukai banyak
berjudul “Pertualangan Sherina” di
masyarakat dunia. Lalu, bagaimana
tahun 2000 dan film “Ada Apa
dengan film di Indonesia?. Jika kita
dengan Cinta” di tahun 2002. Kedua
tengok kembali sejarah perfilman di
film ini mendapat sambutan yang
Indonesia, kita pasti akan mengenal
besar dari masyarakat. Mulai saat itu,
“Catatan Si Boy”, Film Warkop DKI
produsen-produsen film
(Dono, Kasino, Indro) bahkan
bermunculan dengan menghasilkan
banyak pula film-film laga serta film
film dalam berbagai genre (Aziz,
horor yang marak masa dulu.
2011).
Perkembangan film di Indonesia
memang mengalami pasang surut Berbagai genre tersebut, ada
yang sangat menarik untuk diamati, yang bergenre film horor, drama
karena di dalam pasang surut film percintaan dan genre komedi. Namun
Indonesia inilah terjadi relasi yang yang paling banyak bermunculan
kuat antara film dan sinema sebagai adalah film bergenre horor dan
bentuk kebudayaan dengan institusi terkadang seringkali banyak
politik yang berkuasa di masanya. menampilkan adegan-adegan panas
Sejak film masuk ke Indonesia di dengan unsur seks. Hal ini dipertegas
awal abad 19 M, berbagai kisah dalam hasil penelitian (Ayun, 2011)
manis dan pahit dalam relasi film yang menyatakan bahwa perempuan
dan sinema dengan penguasa politik dalam film horor dituntut untuk
yang memegang kendali kuasa di menggunakan pakaian – pakaian
masanya (Aziz, 2011). terbuka, mereka diskriminasi karena
tidak dapat memilih pakaian apa
Industri Perfilman di
yang layak menutupi tubuh mereka.
Indonesia saat ini mengalami masa

374
Mereka dituntut untuk ekonomi, tetapi juga nilai-nilai
berpenampilan secara professional budaya (cultural capital).
dengan rela menampilkan tubuh Kapitalisme Barat tidak saja
mereka dan beradegan sensual. menginvestasi modal dan
infrasruktur fisik, namun sekaligus
Bahkan dalam
memaksakan modal budayanya
perkembangannya ketiga unsur yakni
untuk diterima sebagai salah satu
horor, komedi dan seks yang
nilai tunggal peradaban manusia
dijadikan satu dalam satu film.Hal
mendatang.
inilah yang kemudian menjadi
kejenuhan bagi masyarakat untuk Dengan memahami
menonton film-film yang baggi perkembangan kapitalisme, simbol-
mereka tidak berkualitas. Saat simbol itu jelas sekali
imperialisme barat masuk ke peruntukannya. Ada praktik
Indonesia dengan bentuk film-film imperialisme kultural yang dibangun
action, drama percintaan dan oleh produser-produser dengan
berbagai film yang dibuat dengan maksud menciptakan masyarakat
efek luar biasa menegangkan dan dunia yang sama. Saya mencoba
sensasional sehingga menjadikan mengacu pada Tomlinson dalam
film Hollywood sebagai pemuas kritiknya terhadap kapitalisme
kebutuhan masyarakat yang global, dia menyatakan adanya
sebelumnya jenuh dengan film-film bentuk tekanan kultural yang
di Indonesia. homogen (homogenizing cultural
force) (Tomlinson, 2002: 228).
Bila kita amati trend
perkembangan film-film yang ada di Peneliti tergelitik dengan
Indonesia tersebut, selanjutnya adanya berita yang judulnya
Peneliti akan memasuki wacana yang “Indonesia Mendunia Lewat “Java
lebih “berat” bagi penikmat film. Heat”. Ada apa dengan film Java
Mengutip Herbert Schiller (1995) Heat yang begitu fenomenal pada
yang mengatakan bahwa kapitalisme tahun 2013 ini. Dan sebenarnya
telah berada di puncak sublimasinya kalimat yang perlu dipertanyakan itu
(advance capitalism), dimana modal adalah melalui film Java Heat itu,
tidak diterjemahkan dalam dimensi apakah benar-benar memperkenalkan

375
Indonesia secara utuh atau hanya film ini sebenarnya merupakan
isapan jempol semata. Ataukah sama strategi atau cara baru bagi
halnya seperti sutradara-sutradara Hollywood untuk mengukuhkan
Hollywood lainnya yang merangkul imperialisme budaya ke negara-
seni dan budaya Indonesia hanya negara Timur atau bahkan malah
untuk melebarkan sayap-sayap melakukan pembentukan kesadaran
kapitalis mereka ke berbagai negara palsu pada masyarakat dunia, bahwa
dengan trend pengkolaborasian film Indonesia itu identik dengan teroris
Indonesia dengan Hollywood. bahkan ada beberapa adegan yang
Namun itu hanya strategi merendahkan perempuan Indonesia
tersembunyi yang pada akhirnya dan tarian daerah Indonesia.
tetap yang menjadi dominan adalah
Berdasarkan latar belakang
pola film-film action Hollywood
di atas, peneliti menganggap
yang kental dengan budaya-budaya
penting bahwa Film Java Heat ini
berkiblat barat dan siap menjajah
perlu diamati dan dianalisa karena
budaya timur dengan filmnya.
Film Java Heat ini merupakan
Pertanyaan pun kembali fenomena terbaru bagaimana
muncul, sebenarnya film Java Heat Amerika dengan Film Hollywood
tersebut men-jawa-kan Hollywood nya melakukan imperialisme
atau Meng-hollywood-kan budaya dengan cara yang baru
Indonesia?. Hal ini menjadi berupa merangkul budaya lokal
pertanyaan kritis yang akan diungkap untuk melebarkan supremasi
peneliti melalui penelitian ini. Karna Amerika Serikat di seluruh negara
seperti kita ketahui, sebelum muncul timur termasuk Indonesia.
di bioskop, film Java Heat sudah
Oleh karena begitu
menjadi pembicaraan banyak orang.
pentingnya mengkaji tentang
Banyak orang menaruh harapan
fenomena imperialisme budaya
besar pada film Java Heat yang akan
melalui perangkulan budaya lokal
mengalahkan kesuksesan The Raid,
dalam film Hollywood maka perlu
film fenomenal yang dibintangi aktor
ada peneltian yang membahas
laga Iko Uwais. Di sisi yang lain,
tentang: Bagaimana bentuk
timbul kekhawatiran peneliti bahwa
imperialisme budaya dengan

376
perangkulan budaya lokal dalam TINJAUAN TEORI DAN
Film Java Heat? KONSEP
Imperialisme Budaya Melalui Film
Penelitian ini dilakukan
dalam rangka melihat Bagaimana Film pada dasarnya merupakan
wacana imperialisme budaya salah satu alat komunikasi massa,
dengan perangkulan budaya lokal tidak dapat kita pungkiri antara film
dalam Film Java Heat?. Menurut dan masyarakat memiliki sejarah
fungsinya, film sebaiknya digunakan yang panjang dalam kajian para ahli
sebagai media untuk mendidik dan komunikasi. Film pada dasarnya
mengangkat realitas yang positif di memang mudah dipengaruhi oleh
dalam kehidupan masyarakat. tujuan manipulatif, karena film
Namun pada film Java Heat ini, memerlukan penanganan yang lebih
menunjukkan hal yang berbeda sungguh-sungguh dan konstruksi
karena realitas yang diangkat di yang lebih artificial pula (melalui
dalam film lebih mengarah manipulasi) daripada media lain
menjatuhkan citra budaya lokal …the film is
intrinsically susceptible
tersebut. Dengan adanya penelitian
to manipulative
ini dapat berkontribusi untuk purpose because it
requires a much more
memberikan kesadaran pada
conscious and artificial
masyarakat bahwa film Hollywood construction (i.e.
manipulation) than
yang merangkul budaya lokal untuk
other media (McQuail
menarik perhatian masyarakat, pada :2004)
dasarnya hanya sebagai media
imperialism implisit yang tujuannya Antonio Gramci, filsuf Italia,
tetap menyebarkan budaya-budaya melihat media, dalam hal ini film,
barat kepada negara-negara sebagai ruang dimana berbagai
berkembang. ideologi direpresentasikan (Eriyanto,
2001). Ini berarti, film bisa menjadi
*Korespondensi Penulis: sarana penyebaran ideologi
E-mail: melisaarisanty@gmail.com penguasa, alat legitimasi dan kontrol
atas wacana publik.Ini membuktikan
bahwa film memiliki peranan yang

377
besar dalam mengkonstruksi realitas Negara Barat memproduksi
tertentu di kehidupan mayoritas dari media seperti film,
masyarakat.Dalam peranannya untuk berita, komik, dan lainnya karena
membangun atau membentuk realitas mereka didukung oleh sumber daya
tertentu, film juga bisa menjadi alat yang besar (uang). Negara-negara
untuk menyebarkan suatu budaya lain membeli produk-produk Negara
tertentu dari suatu negara ke negara Barat tersebut dikarenakan membeli
lainnya.Pada akhirnya penyebaran produk tersebut jauh lebih murah
tersebut mengarah pada penjajahan daripada memproduksi produk media
atau pengusaan secara implisit tersebut sendiri. Oleh karena itu,
tehadap suatu budaya tertentu.Hal ini Negara Dunia Ketiga banyak
yang disebut dengan imperialisme mengonsumsi media yang dipenuhi
budaya. dengan cara Negara Barat hidup, apa
Salah satu teori yang mampu yang Negara Barat percayai, dan
memberikan penjelasan tentang yang mereka pikir (Schiller.,1991).
betapa kuatnya efek industri
Negara Dunia Ketiga lalu
Hollywood Amerika adalah
perlahan tapi pasti pun mengiginkan
teoriCultural Imperialism.
hal yang sama di Negara Barat
Cultural imperialism(imperialisme
tersebut ada di negara mereka dan
budaya) adalah teori yang
dengan sendirinya menghancurkan
dikemukakan oleh Herb
kebudayaan asli mereka sendiri.
Schiller pada tahun 1973. Secara
Memang industri film Hollywood
ringkas, teori ini mengatakan bahwa
saat ini belum sampai tahap
negara-ngeara Barat mendominasi
mempengaruhi hingga hancurnya
media di seluruh dunia sehingga
atau punahnya budaya industri film
menghasilkan efek yang besar dalam
lokal. Dan sejauh ini tidak ada
mempengaruhi budaya Negara Dunia
paksaan secara legal agar negara
Ketiga denganmemaksa mereka
Dunia Ketiga untuk membeli produk
untuk menggunakan persepsi Barat
hasil produksi Hollywood. Tapi
sehingga menghancurkan budaya asli
ketersediaan awal yang mayoritas
daripada Negara Dunia Ketiga
diproduksi oleh Hollywood membuat
tersebut. Teori ini berkata bahwa
masyarakat Negara Dunia Ketiga

378
tidak mempunyai pilihan lainuntuk Second dimention selalu dipandang
memproduksi film-film tersebut. sebagai dunia yang sesungguhnya
Selain itu, selera pasar lokal menurut anggapan konsep normatif
Indonesia perlahan tapi pasti berhasil suatu filosofi. Hal ini akhirnya
diubah menjadi selera pasar Barat, membuat manusia kesulitan dalam
dalam hal ini Amerika. Standar nilai memahami aturan sesungguhnya dari
budaya asli Indonesia pun perlahan kebebasan, kecantikan, alasan,
luntur, mengikuti terpaan media kebahagiaan dalam hidup dan lain-
film-film Hollywood. Di sinilah teori lain (Herbert, 1991).
imperialisme budaya
Dalam konteks sosial,
menggambarkan efek daripada film
kemampuan sistem kapitalisyang ada
produksi Hollywood terhadap
lebih mengarah padamemberikan
audiens lokal.
kepuasan pada kebutuhan manusia,
namun kebutuhan tersebut adalah
Teori Herbert Marcuse “Manusia kebutuhan yang bagus dan
Satu Dimensi” memperdaya manusia. Artinya,
kebutuhan itu disisipkan ke dalam
Pemikiran Marcuse yang
alam bawah sadar setiap individu
terkenal adalah pemikiran mengenai
oleh para eksploiter (kapitalis)
one dimentional man. Kritik ini
melalui pemenuhan kebutuhan
disampaikan saat melihat kondisi
tersebut, padahal kebutuhan itu
masyarakat modern di Amerika.
disediakan untuk mengabadikan
Pemikiran ini melihat bahwa apa
ketidakadilan, kemiskinan, dan
yang berlaku atau tertanam di
agresi. Sebagian besar kebutuhan
masyarakat semuanya bersifat satu
yang berlaku di masyarakat, baik itu
dimensi dalam setiap aspeknya.
untuk bersantai, untuk bersenang
Aspek-aspek tersebut terkait ilmu
senang, untk berprilaku dan
pengetahuan, seni, filosofi,
mengonsumsi sesuatu, semuanya
pemikiran sehari-hari, sistem politik,
sesuai dengan iklan yang ada.
ekonomi, dan teknologi. Di sini,
Manusia juga cenderung menyukai
aspek yang terhilang, yakni second
dan membenci apa yang disukai dan
dimention dilihat sebagai hal yang
dibenci orang lain. Semua kategori
negatif dan merupakan prinsip kritis.

379
ini adalah kesadaran palsu yang disebut dengan toleransi represif
secara tidak sadar telsh perlahan- yaang menjadi ciri utama masyarakat
lahan ditanamkandalam pikiran modern (Herbert, 1991).
masyarakat. Kebutuhan mana yang
Bila dalam pemikiran Marx
“benar-benar” dibutuhkan dan
tentang sistem ekonomi kapitalis
kebutuhan mana yang merupakan
menyatakan bahwa keterasingan
hasil dari kesadaran palsu tidak ada
kelas yang terjadi dan pemiskinan
yang bisa memutuskan (Herbert,
oleh kaum proletar adalah karena
1991).
kediktatoran kaum kapitalis/pemilik
Marcuse berpendapat bahwa modal, maka oleh Marcuse hal ini
manusia satu dimensi adalah dikritik. Marcuse mengatakan bahwa
manusia yang minim perlawanan. bukan kediktatoran kaum kapitalis
Manusia modern merasa dirinya yang menyebabkan semua
sudah dipuaskan dengan segala hal penindasan terhadap kamu proletar,
yang ditawarkan `oleh kaum namun metode atau sistemlah yang
kapitalis. Mereka merasa diberikan telah menindas dan membuat kaum
kebebasan dan keistimewaan tidak proletar terkungkung dalam
hanya dalam aspek ekonomi dan kesadaran palsu
politik melainkan juga dalam aspek
Pemikiran Marcuse
seksualitasnya. Mereka melihat
memberikan sumbangan yang cukup
bahwa kebebasan yang diberikan
besar untuk teori kritis, terutama
oleh kaum kapitalis itu adalah
konsepnya tentang manusia satu
kebebasan sesungguhnya, tanpa
dimensi. Konsep ini sering
menyadari bahwa sebenarnya
digunakan untuk menganalisa
kebebasan itu semu dan dijadikan
kecenderungan masyarakat industri
alat untuk menguasai dan
modern, tidak hanya di negara maju,
mendominasi masyarakat. Ketika
namun juga di negara berkembang
masyarakat merasa bahwa
(Herbert, 1991).Dalam penelitian ini,
kebutuhannya sudah terpenuhi, maka
teori Marcuse mengenai Manusia
segala sikap yang menunjukkan non-
Satu Dimensi digunakan sebagai
konfirmitas dianggap tidak ada
landasan dasar dalam penelitian
gunanya. Oleh Marcuse inilah yang
untuk menganalisa secara kritis

380
bentuk imperialisme budaya dalam Indonesia dalam film
Film Java Heat. tersebut.Bahkan film ini
menggunakan artis-artis Indonesia
METODE PENELITIAN untuk memerankan beberapa tokoh
di Indonesia.Komentar positif dari
Berdasarkan tujuan penelitian
masyarakat juga ditujukan kepada
yang ingin dicapai, secara
film ini sebelum penayangan perdana
metodologis, penelitian ini
di bioskop-bioskop Indonesia.
menggunakan paradigma
Banyak masyarakat terhipnotis
kritis.Paradigma kritis dalam bidang
dengan kemasan budaya lokal yang
komunikasi beranggapan bahwa
diangkat dalam film Hollywood.
komunikasi hanya dimanfaatkan oleh
Padahal setelah ditonton, banyak
kelas yang berkuasa baik untuk
sekali adegan-adegan yang sangat
mempertahankan kekuasaannya
kontradiktif dengan makna budaya di
maupun untuk merepresif pihak-
Indonesia.Dari situlah, perlu adanya
pihak yang menentangnya. Karena
penelitian yang dapat menganalisa
pada dasarnya, tujuan utama dari
secara komprehensif, kontekstual,
paradigm kritis adalah untuk
dan multijenjang yang bisa dilakukan
melakukan kritis sosial, transformasi,
oleh peneliti dengan menempatkan
serta emansipasi terhadap realitas
diri sebagai partisipan sekaligus
yang penuh dengan dominasi
kritikus terhadap film Java Heat
kekuasaan tertentu (Denzin &
ini.Dengan paradigm kritis ini,
Lincoln, 2000:166)
peneliti akanmendapatkan kebenaran
Pemilihan terhadap dan kesadaran secara kritis adanya
paradigma kritis pada penelitian ini imperialisme budaya implisit dibalik
didasarkan pada alasan bahwa sebuah film Hollywood yang
penelitian ini ingin membongkar mengangkat latar budaya lokal
secara kritis tentang bentuk Indonesia.
imperialisme budaya dalam Film
Penelitian ini menggunakan
Java Heat.Film Java Heat merupakan
pendekatan kualitatif dalam meneliti
salah satu film Hollywood yang
dan menganalisa secara mendalam
mengangkat latar budaya lokal di
wacana imperialism budaya dalam

381
film Java Heat. Menurut Patton disebut dengan denotasi. Denotasi
(2002: 14), pendekatan kualitatif ini merupakan makna tanda yang terlihat
memfasilitasi studi tentang isu-isu jelas yang menggambarkan makna
secara mendalam dan detail. yang sebenarnya dari gambar, kata-
Mendekati lapangan tanpa dibatasi kata dan fenomena
oleh kategori yang telah ditentukan lainnya.Selanjutanya, pemaknaan
sehingga memberikan kontribusi tingkat kedua yang disebut dengan
suatu analisis yang penuh sistem penandaan yang disebut
keterbukaan, kedalaman, dan detail dengan konotasi.Konotasi
dalam penyelidikan kualitatif. Jadi menggambarkan hubungan yang
untuk mendapat analisa mendalam terjadi ketika suatu tanda dilihat
secara deskriptif tentang wacana dengan perasaan atau emosi
imperialism budaya yang dikemas penggunanya dan dengan nilai-nilai
secara implisit di dalam film Java budaya mereka.Teksyang ada pada
Heat. gambar akan dianalisis secara
semiotik dengan melihat sebagai
Metode yang digunakan
unsur-unsur visual yang terdapat
dalam penelitian ialah metode
dalam film Java Heat. Elemen yang
analisis semiotika Roland Barthes
dianalisis tersebut digunakan untuk
dengan pendekatan kualitatif.
melihat wacana imperialism budaya
Analisis semiotika Roland Barthes
yang secara implisit ada di dalam
merupakan modela analisa tanda dan
setiap adegan-adegan dalam film
simbol yang sistem penandaannya
tersebut.
bertingkat yang disebut dengan
a. Deskripsi Film Java Heat
sistem denotasi dan kontasi.Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan
metode analisa Semiotika Roland
Barthes dengan melakukan
pemaknaan dua tahap. Pemaknaan
tingkat pertama, menggambarkan
hubungan signified dengan signifier Gambar 1. Cover Film Java Heat
dalam suatu tanda dengan realitas
eksternal yang ditujunya, yang

382
Film Java Heat 2013. Film musuh yang sama di Yogyakarta.
ini memang banyak ditunggu- Dalam keadaan terborgol di kantor
tunggukehadirannya oleh banyak polisi, Jake (Kellan Lutz) mengaku
pecinta film di Indonesia. Film sebagai asisten dosen asing yang
berjudulJava Heat ini selamat dari ledakan bom. Namun
merupakansebuah film action Hashim (Ario Bayu) yang seorang
Indonesia yang bercita rasa detektif dari kesatuan elit Densus 88
Hollywood.Mengapa demikian? curiga terhadap Jake. Jake menjadi
karena film inijuga dibintangi oleh salah satu saksi kunci dalam
dua actorpapan atas Hollywood, serangan bom bunuh diri pada
KellanLutz dan Mickey sebuah pesta amal yang
Rourke.Lokasi syuting film Java menyebabkan seorang putri keraton
Heat ini diambil di kota Yogyakarta cantik, Sultana (Atiqah Hasiholan)
danCandi Borobudur. Film yang yang tewas terbunuh.
menelan dana 15 juta dolar AS atau
Sultana sendiri merupakan
sekitar 145 miliar rupiah ini sudah
figure perempuan terpopuler di
dirilis pada tanggal 18 April 2013 di
Negara tersebut.Kejadian demi
Indonesia dan 10 Mei 2013 di
kejadian membuat Hashim semakin
Amerika Serikat. Berdasarkan data
menaruh curiga kepada Jake. Namun
menunjukkan bahwa film Java Heat
suatu hari, saat kendaraan yang
disutradarai oleh Conor Allyn yang
ditumpangi Hashim dan Jake
juga pernah menggarap trilogi film
diserang oleh sekelompok teroris,
Merah-Putih. Bintang-bintang
Jake menyelamatkan nyawa Hashim
Indonesia yang meramaikan film
dan terlihat kemampuan Jake yang
Java Heat ini antara lain Ario Bayu,
sebenarnya dalam menguasai senjata.
Atiqah Hasiholan, Rio Dewanto,
Suatu keahlian yang tak mungkin
Tio Pakusadewo, Mike Luccock,
dimiliki oleh seorang asisten dosen.
dan masih banyak lainnya (infofilm,
Akhirnya Hashim dan Jake
2013).
bekerjasama untuk menyelesaikan
Film Java Heat 2013 ini kasus tersebut dan memastikan
menceritakan pertemuan antara dua apakah yang terbaring di kamar
polisi beda negara yang mencari mayat itu benar Sultana. Di sisi lain,

383
istri dan anak-anak Hashim diculik rasa tegang saat menanti kekerasan
oleh orang misterius yang apa lagi yang ditampilkan.
merupakan komplotan dari penjahat
Bahkan banyak sekali adegan
besar bernama Malik. (Infofilm,
berdarah yang sengaja di close up
2013)
untuk membuat sensasi ketegangan
yang luar biasa pada penontonnya.
Di dalam film Java Heat
Hal ini dapat terlihat dari adegan
2013 terdapat kejadian penuh dengan
dimana Malik (penjahat) yang
ketegangan dan aksi memperkuat
memaksa anak buahnya yang
kerjasama Jake dan Hashim untuk
bernama Achmed untuk tetap
membongkar apa yang terjadi.
menuruti keinginannnya untuk
Pertarungan semakin sengit terjadi di
melakukan teror ke berbagai tempat.
candi Budha terbesar didunia,
Dengan adegan pisau yang diarahkan
Borobudur saat perayaan Waisak. Di
ke leher Achmed dan kemudian
keramaian festival pelepasan
ditusukkan secara perlahan, darahpun
lampion, pertukaran antara sandera
mengalir dari leher Achmed .
dengan perhiasan yang diminta
Namun, rasa tegang, adrenalin yang
tersamarkan oleh hiruk pikuk pesta.
terus menerus dipacu spanjang film,
Setiap adegan sadis ditampilkan
adegan-adegan yang terkadang
secara detail dalam film ini.
membuat perut mual saking
Penonton seolah-olah tidak diberikan
sadisnya, kekerasan yang
waktu untuk mengambil nafas, tetapi
ditampilkan tanpa mengenal belas
terus menerus dipaparkan dengan
kasihan, tidak membuat masyarakat
adegan-adegan brutal saling bunuh-
kontra terhadap film ini. Sebaliknya,
membunuh antar pemainnya.
masyarakat memuji film ini dan
Senjata-senjata yang digunakan
berdecak kagum, baik untuk plot
dalam adegan-adegan sadis itupun
cerita, adegan kekerasan yang
turut memacu adrenalin penonton.
dianggap keren, pemain-pemain
Setiap adegan pasti akan dibarengi
dengan akting yang baik dan wajah
dengan muncratan darah segar, hasil
yang rupawan tentunya.
dari perkelahian yang agresif.
Sepanjang film, penonton diliputi Fenomena Film The Raid
yang bisa sukses hingga ke

384
mancanegara ternyata menarik bagi ini sangat keren. Meskipun disini
Margeta House, salah satu House terlihat adanya negoisasi dalam
Production dari Hollywood untuk mengomentari film ini.
menyutradarai film-film dengan
Irawan Setyabudi ;
merangkul budaya lokal suatu
negara. Java Heat yang diagung-
Mmm...Film yg sangat
agungkan dibuat untuk direkomendasikan saat
ini.Film yg keren abis. Alur
memperkenalkan budaya nasional
cerita nya tidak datar,
Indonesia bahkan tempat wisata di memperlihatkan setiap
detailnya. Namun rasanya
Indonesia, namun malah bisa
berada di Indonesia bagian
membuat pandangan negatif pada antah berantah ya,
suasananya terlalu kelam
mancanegara bahwa Indonesia
untuk Indonesia. But, its
adalah negara yang terkenal dengan okay. I love this movie....
:)(youtube,2014)
Teroris. Penonton pun dibuat
seakan-akan film Java Heat itu Dari kedua komentar di atas,
adalah film kebanggaan yang dapat terlihat sekali bahwa masyarakat
memperkenalkan Indonesia ke mata Indonesia saat ini sangat minim akan
dunia. Kesadaran palsu yang telah kritik terhadap apa yang ditontonnya.
dibentuk oleh koloni-koloni asing Mereka seakan-akan telah terkukung
dengan filmnya tersebut ternyata oleh kesadaran bahwa film
ampuh memberikan efek yang nyata Hollywood itu sangatlah berkualitas
pada penontonnya. Terbukti dari dan ditambah lagi bila dikolaborasi
beberapa pendapat penonton atas dengan budaya Indonesia, hal ini
film ini : mereka anggap dapat menambah
kebanggaan terhadap film tersebut.
Heru Purwanto ;
Padahal, bila kita saksikan secara
I like this movie indonesia
mix america. Indonesia go langsung, ternyata film ini banyak
international,not only we can
mengandung unsur-unsur khas
whatching...all in the world
watching this movie Hollywood yang masuk ke dalam
(youtube,2014)
film ini dan membuat film ini sangat
Kemudian komentar lainnya juga
bercita rasa Hollywood saja
ditujukan pada film Java Heat ini
sehingga menghilangkan inti nuansa
mengatakan bahwa film hollywood

385
Indonesianya. Setting Jogyakarta, mengukuhkan kapitalisme. Plot
Pemain-pemain lokal, kabaya cerita yang memberikan fantasi
keraton semua budaya lokal yang petualangan cerita, di mana
dirangkul oleh Sutradara Hollywood pahlawan (tokoh protagonis), entah
ini, ternyata hanya intrik semata. itu individu ataupun kelompok,
Karna, bila kita amati lebih dalam menghadapi rintangan dan bahaya
ternyata film ini juga memakai pola untuk melakukan sebuah misi yang
yang sama dengan film-film penting dan berkaitan dengan moral
Hollywood pada umumnya. Yang merupakan akar dari film bergenre
pada ujung-ujungnya menjadi cara heroic atau action di Amerika
perluasan supremasi Amerika Serikat (Donovan, 2009). Dalam Java Heat,
ke Indonesia. plot ini ditampilkan secara jelas
lewat jalan cerita dan tokoh-tokoh
Saat menonton film Java
yang ada di dalamnya.
Heat semua orang akan tahu bahwa
semua unsur laga yang ada di film Kalau kita pernah menonton
Hollywood seperti darah, senapan, film James Bond, pasti akan tersadar
dentuman bom, perkelahian sadis, bahwa apa yang terlihat dalam film
semuanya sangat kental dalam film Java Heat memiliki alur dan pola
ini. Pola yang sama berupa Bangsa yang sama dengan film action laga
Barat sebagai superhero dan Bangsa Hollywood. Pada film james Bond,
Timur sebagai penjahatnya yang dimana pola yang dipakai adalah
pada akhirnya akan dimenangkan action yang dibuat besar, heboh,
oleh superhero merupakan pola yang menegangkan dan berlebihan.
sama dalam setiap film action Kemudian aksi itu pasti memiliki
Hollywood. Perbedaannya hanyalah tokoh superhero untuk membasmi
dimasukkannya unsur bela diri khas kejahatan. Berbagai cara, baik laga,
Indonesia, yakni pencak silat, setting bertempur, menggunakan senjata,
tempat khas jogja dan keraton serta peledakan dimana –mana, kejar-
baju-baju tradisional adat Jawa yang kejaran yang pada akhirnya tokoh
sengaja ditampilkan untuk (penjahat meninggal di tangan
memanipulasi tujuan sebenarnya superhero. Pola ini merupakan pola
yang intinya tetap sama yaitu

386
khas film Hollywood yang kemudian Dalam wawancarabersama para
disebarkan ke masyarakat dunia. pemain Film Java Heat (dikutip
dalam gatra.com, 2013). Atiqah
Ironisnya lagi film Java Heat
Hasiholan, salah satu pemain yang
itu mau mengkolaborasikan dengan
berperan sebagai Putri Keraton Jogja
budaya lokal, namun malah terlihat
yang diculik oleh Teroris
gagal. Karna mungkin sutradaranya
mengungkapkan bahwa
sendiri yang berasal dari luar negeri
pengalamannya syuting film Java
sehingga belum paham benar setiap
Heat paling berkesan adalah ketika
simbol budaya yang ada di
satu adegan dengan Rourke.
Indonesia. Misalnya saja, anak buah
dari Malik (penjahat utama) yang "Belum ada film yang
mengangkat budaya
semuanya menggunakan seragam
Indonesia dari kacamata
koko dan ada juga yang Hollywood. Ini bisa jadi cara
efektif untuk mempromosikan
menggunakan baju tradisional
Indonesia," (wawancara 11
Indonesia yaitu blankon dan pakaian April 2013)
adat Jawa, namun menggunakan Cara Hollywood dalam memasarkan
senjata pistol khas Hollywood untuk industri perfilman mereka bukan
melawan Jake dan Hashim. Hal ini hanya dengan membuat film yang
dinilai gagal karena sang sutradara fantastis dan efek yang luar biasa
terlalu memaksakan gaya Hollywood dibuat nyata, menegangkan dan
dalam film ini sehingga terlihat sangat sensasional. Namun
sangat tidak masuk akal dan menodai mematenkan kesadaran pada
citra budaya Indonesia yang masyarakat itu sendiri bahwa film ini
sesungguhnya. Sebelum menguak layak untuk ditonton karna adanya
lebih dalam mengenai film ini, kebanggaan untuk menampilkan
Peneliti menjabarkan terlebih dahulu budaya Indonesia ke Hollywood.
satu persatu teori yang akan terkait Berbagai konferensi pers dilakukan
dengan analisis film Java Heat . di berbaga media yang ada. Dan
masyarakat seakan-akan dibuat
b. Kesadaran Palsu bahwa
bahwa film ini sangat dinanti-
Film Java Heat merupakan
nantikan oleh seluruh masyarakat
Film Hollywood yang
Indonesia. Perangkulan budaya lokal
Menduniakan Indonesia

387
yang dibangga-banggakan dalam berbagai cara. Bukan hanya
film ini disebarkan melalui media membuat cerita-cerita yang aneh,
sehingga masyarakat akan tetap tidak masuk akal dan sangat tinggi
berada di lingkaran hitam kesadaran imajinasinya, tapi juga meerangkul
palsu yang tiada henti. budaya di negara-negara lain
terutama negara Timur.
Padahal jika kita ingat kembali film-
film Hollywood lainnya, semua film Jika kita melihat film Java heat itu
action Hollywood itu memiliki pola secara langsung, sebenarnya promosi
yang sama, baik efek dari filmnya Indonesia yang seperti apa dalam
yang dibuat menegangkan, alur film itu? Memperkenalkan bahwa
ceritanya yang dibuat seolah-olah Indonesia negara teroris?
pada akhirnya pahlawan yang Memperkenalkan penari-penari
menang, sensasi film yang dibuat tradisional Indonesia itu rendah atau
luar biasa, semuanya sama dan memperkenalkan Indonesia dengan
masyarakat dunia seakan-akan tetap senjata tradisionalnya yaitu senapan?
menjadikan pola yang sama itu Banyak yang perlu dikritisi dalam
menjadi standar perfilman film ini. Terlihat dari enam gambar
masyarakat dunia. Dan ini lagi-lagi di bawah ini yang memperlihatkan
karena mereka terkukung oleh bahwa Java heat itu sebenarnya
kesadaran palsu bahwa film benar-benar ingin mempromosikan
Hollywood itu berkualitas, keren dan Indonesia atau sama seperti film-film
bagus. lainnya yang dibuat untuk mencari
keuntungan yang sebesar-besarnya
Memang semua industri pada
dan memperuas pasar perfilman
dasarnya hanya memproduksi barang
mereka.
yang laku di pasaran. Cara orang-
orang kapitalis dalam “menjual” Dengan menggunakan analisis
barang-barangnya sehingga laku semiotika Roland Barthes, peneliti
adalah dengan memanipulasi dan akan menganalisa makna denotasi,
mendoktrin masyarakat bahwa makna kontasi dan berbagai ideologi
mereka memang membutuhkan atau mitos yang ditanamkan melalui
barang-barang tersebut melalui iklan Film Java Heat ini. Ideologi atau
ataupun publikasi produk dengan mitos yang ditanamkan lebih

388
mengarah pada keyakinan bahwa lafaz “Allahuakbar” yang dilafalkan
film laga Hollywood menjadi film dengan lantang dan jelas. Jika dilihat
yang berkualitas dan menjadi tolak kembali, dari adegan tersebut
ukur perfilman dunia.Adapun terdapat makna konotasi yang ingin
penjelasan dari analisa semiotika disampaikan dalam film Java Heat
terhadap Film Java Heat ini antara ini adalah suasana mencekam dan
lain : menegangkan yang ingin diciptakan
agar penonton merasakan peristiwa
peledakan yang terlihat
nyata.Adegan ini mirip ditampilkan
juga dalam film My Name is
Khanyang diperankan oleh Sahrukh
Khan dengan Rani Muherji. Film ini
sangat laris hingga masuk dalam
jajaran film Hollywood. Hal yang
paling Peneliti kagum dari film ini
yaitu melalui film ini ternyata
Gambar 2. Adegan seorang teroris memberikan efek luar biasa pada
yang akan meledakkan dirinya
dengan bom pencitraan terhadap Islam. Bahwa

Makna adegan di atas Islam bukan identik dengan teroris.

secara denotasi adalah Tetapi sebaliknya, melalui


penggambaran sesorang dengan film Java Heat ini, sepertinya citra
menggunakan baju koko namun di teroris itu akan mulai diterpakan
dadanya diletakkan bom namun terhadap Indonesia lagi. Perihal film
secara close up orang tersebut Java Heat ini, sebenarnya tidak
ditampilkan di layar. Saat Hashim masalah bila alur ceritanya
(polisi) memintanya untuk mengkritisi teroris yang ada di
menyerah, dia malah ingin Indonesia. Namun orang awam atau
meledakkan bom itu beserta dengan penonton dan masyarakat luar pasti
dirinya demi berjihad dengan atas akan mempersepsikan berbeda. Film
nama agama Islam. Sebelum bom itu ini secara implisit menanamkan
diledakkan teroris itu mengucapkan ideologi atau pandangan tertentu

389
bahwa Islam itu bernuansa teroris. konotasi bahwa ada keinginan ingin
Meskipun disana juga ditonjolkan mengenalkanpakaian tradisional khas
Candi Borobudur dan Kebudayaan Java dalam Film Java Heat ini.
Jogjakarta terutama kehidupan Namun, sayangnya adegan penjahat
keraton Jogja, namun dengan menggunakan baju tradisional Jawa
mengambil penjahatnya berupa dalam Film Java heat ternyata tidak
teroris yang merupakan orang seutuhnya dicermati oleh sutradara
Indonesia, membuat masyarakat luar ini dengan baik.Secara filosofis dan
jadi takut ke Indonesia meskipun budaya, pada dasarnya senjata
banyak tempat wisata bersejarah tradisional dari Yogjakarta adalah
disini. Terjadi pendoktrinan keris. Terlihat ada ketidaksesuaian
mengenai Indonesia yang masih makna budaya Indonesia yang
diwarnai dengan aksi terorisme diangkat di dalam film ini dimana
dalam film ini. ada seseorang dengan baju adat Jawa
namun menggunakan senapan laras
panjang yang merupakan senjata
khas barat. Menurut peneliti, ini
merupakan kolaborasi yang tidak
cocok ataupun salah karena
penggunaan baju-baju tradisonal
masyarakat jogja seharusnya dapat
dikenakan pada tempat dan dengan
menggunakan aksesoris yang

Gambar 3. Pelecehan terhadap semestinya. Jika kolaborasi antara


Baju Adat Jawa budaya barat dengan budaya

Pada gambar ketiga terlihat Indonesia yang ingin ditunjukkan,

makna denotasi yang tergambar dari maka bisa dikatakan salah besar.

adegan di Film Java Heat ini bahwa Karena seharusnya para sineas

terdapat pemain yang berperan hollywood itu juga harus memahami

sebagai anggota penjahat setiap simbol pakaian tradisional itu

menggunakan pakaian tradisional untuk apa dan makna sakral apa yang

adat Jawa. Hal ini dimaknai secara ada di dalamnya.

390
Terlebih lagi, adegan ini secara di film Java Heat ini, terdapat dua
implisit menanamkan ideologi penari yang seolah-olah menjadi
tentang suatu pandangan bahwa patung hiasan hidup yang dipajang di
masyarakat Indonesia adalah kamar Malik (penjahat), dimana
penjahat dan baju tradisional tidak kedua penari itu baru bergerak untuk
memiliki kesakralan tertentu dan bisa melakukan tarian selanjutnya jika
digunakan untuk berbagai aktivitas diberi suapan makan oleh Malik
apapun, baik positif maupun negatif. layaknya hewan peliharaan seperti
burung beo yang baru mengikuti
majikannya bila sudah diberi makan.
Disini terlihat sekali bahwa tarian
Indonesia dan perempuannya sangat
direndahkan dalam film ini. Namun
masih banyak penonton yang seakan-
akan kagum bahwa itulah budaya
Indonesia yang diangkat dalam film
Hollywood ini.

Gambar 4. Pelecehan terhadap Secara tidak sadar mereka


Tarian Indonesia
hanya melihatmakna konotasi
Pada gambar keempat,
bahwa ada tarian khas Indonesia di
makna denotasi yang tergambar
dalam film tersebut dapat
tentang pelecehan terhadap tarian
mempromosikan Indonesia, tanpa
Indonesia. Ada dua penggambaran
memperdulikan bahwa sebenarnya
secara denotatif dalam film Java
adegan tersebut sangat merendahkan
Heat ini. Pertama ditinjau dari
tarian Indonesia dan juga
budaya Indonesia yaitu
perempuannya. Setiap tarian
ditampilkannya penari dengan
memiliki nilai seni tinggi dan wanita
menggunakan baju tradisional penari
juga memiliki martabat yang harus
Jawa. Peneliti sangat merasakan ada
dijunjung tinggi, namun melalui film
hal yang direndahkan disini. Baik
ini kesadaran masyarakat yang
budaya Indonesia maupun penari
dibentuk itu berupa kewajaran dalam
perempuan itu sendiri. Dalam adegan
menerima tayangan seperti ini.

391
Hanya butuh memperlihatkan sedikit dibuktikan dengan banyaknya
adegan mengenai Indonesia, sudah masyarakat yang menentang
dikatakan mempromosikan kebijakan pemerintah dalam
Indonesia. Tapi kenyataannya,secara menaikan pajak impor film barat ke
kritis dapat dilihat sebagai Indonesia. Masyarakat menentang
perendahan martabat wanita bahkan hal ini karena takut kebutuhan
merendahkan budaya Indonesia yang mereka akan film bermutu. Di saat
sakral. yang sama, kebutuhan masyarakat
akan film-film bermutu yang hanya
Memang, Industri perfilman
mereka dapat lewat film barat
di Barat tentunya ahli dalam hal ini.
meningkat, namun tidak dapat
Dengan berbagai kecanggihan
terpenuhi secara maksimal karena
teknologi yang mereka miliki,
adanya kenaikan pajak film impor
banyak film dengan kualitas bermutu
yang ditetapkan oleh pemerintah. Hal
yang mereka hasilkan. Iklan dan
ini kemudian dimanfaatkan oleh
publikasi yang gencar melalui
Margeta Production House untuk
berbagai media membuat film-film
menggaet budaya lokal supaya
barat masuk ke berbagai belahan
mendapatkan keuntungan yang besar
dunia, termasuk Indonesia.
bukan hanya setting tempat, alur
Akhirnya, dalam hal pilihan film,
cerita bahkan dapat memanipulasi
disadari atau tidak, masyarakat
kesadaran masyarakat Indonesia dan
Indonesia dipengaruhi oleh film-film
pemerintah bahwa film itu wajib
dari negeri barat tersebut. Secara
untuk didukung karena merupakan
tidak langsung, preferensi film
saran promosi Indonesia ke dunia
masyarakat telah berkiblat pada film-
luar.
film barat.
Untuk menarik perhatian
Dalam benak masyarakat
masyarakat akan film ini, Margeta
seakan sudah terdoktrin bahwa
Production melakukan manipulasi
film-film barat itu adalah film
dan indoktrinisasi seperti yang
yang bermutu dan berkualitas,
disebutkan dalam pemikiran Marcuse
serta tidak mengecewakan untuk
tentang teori manusia satu dimensi.
ditonton. Masyarakat terlanjur
Mereka sengaja memasukkan unsur-
menyukai film-film barat. Hal ini

392
unsur budaya seperti setting tempat palsu yang secara tidak sadar telah
di Borobudur dan berbagai tempat di perlahan-lahan ditanamkandalam
Jogja, kemudian kebaya yang dipakai pikiran masyarakat. Kebutuhan mana
oleh putri keraton yang ditampilkan yang “benar-benar” dibutuhkan dan
sangat jelas serta menampilkan kebutuhan mana yang merupakan
beberapa cuplikan kehidupan hasil dari kesadaran palsu tidak ada
masyarakat Jogja.Secara makna yang bisa memutuskan (Herbert,
denotasi, masyarakat hanya melihat 1991).Dalam film ini, penonton
adanya penggambaran setting dan secara tidak sadar menganggap
budaya di Indonesia. Hal ini bahwa film Java Heat merupakan
dilakukan untuk memanipulasi film yang mengangkat setting dan
pemikiran masyarakat bahwa film ini budaya Indonesia, namun ternyata di
memberikan warna baru dalam film balik Film tersebut ada doktrin dan
laga nasional dengan memadukan ideologi yang ingin ditanamkan
budaya lokal dengan aksi laga yang berupa imperialisme budaya yang
biasa ada di film barat. Padahal, secara implisit dalam Film Java Heat
secara tidak sadar, yang sebenarnya tersebut.
dicari masyarakat dalam film ini
suatu makna kontasi dari setiap
adegan-adegan yang terlihat yaitu
sensasi ketegangan, adrenalin yang
terpacu, serta kepuasan yang mereka
dapatkan seperti ketika mereka
menonton film action barat. Dan
pada ujungnya yang dicari adalah
Gambar 5. Lokasi pengambilan
keuntungan semata dan hanya untuk
gambar yang menampilkan
melakukan imperialisme budaya
lingkungan dan kondisi Indonesia
yang dibiaskan dalam setting budaya
yang kumuh
lokal.
Pada gambar kelima, makna
Hal ini relevan dengan apa
denotasi yang terlihat yaitu tentang
yang dijelaskan dalam teori satu
lokasi pengambilan gambar yang
dimensi Marcuse yaitu kesadaran
menampilkan lingkungan dan

393
kondisi Indonesia yang kumuh, terkesan konvensional dengan sosial
menunjukkan bahwa pengambilan ekonomi menengah ke bawah.
gambar dalam film secara
Selain itu, pada adegan
keseluruhan berlokasi di Indonesia
terakhir dari film ini menampilkan
yaitu Yogjakarta. Anehnya lokasi-
makna denotasi berupa adegan
lokasi pengambilan gambar yang
pertempuran dan pertikaian dengan
dipilih lebih banyak menggambarkan
tempat di Candi Borobudur. Candi
masyarakat yang memiliki sosial
Borobudur merupakan salah satu dari
ekonomi menengah ke
tujuh keajaiban dunia menjadi salah
bawah.Terlihat pada latar dari
satu dari simbol dan tujuan wisata di
gambar yang memperlihatkan suatu
Indonesia sehingga adegan
wilayah terlihat kumuh dan kondisi
peperangan dengan setting Candi
masyarakat yang miskin. Dalam film
Borobudur memberikan suatu
banyak menonjolkan lingkungan
makna konotasi yaitu keindahan
dengan masyarakat yang padat
salah satu simbol pariwisata
dengan lingkungan yang gersang dan
Indonesua ini.
menonjolkan beberapa sisi
kemiskinan seperti adanya anak-anak Meski sebagai pusat tujuan

yang menjadi pengemis dan wisata di Indonesia, pada dasarnya

ditampilkan secara close up. Candi Borobudur sangat kuat dengan


kesakralan bagi agama
tertentu.Namun dalam film ini,
Makna konotasi yang ingin adegan peperangan malah berlokasi
disampaikan dalam Film Java Heat di Candi Borobudur, para pemain di
ini adalah ingin memperlihatkan dalam film tesebut dengan mudahnya
suasana kehidupan masyarakat yang naik dan berlari-lari di antara stupa
ramai, padat dan kondisi khas dan patung yang ada tanpa
Indonesia.Namun, secara implisit menghiraukan kesakralan yang
terdapat ideologi yang terkandung di dalamnya. Kemudian,
disampaikan dalam Film Java para pemain juga dengan sengaja
Heat ini tentang keyakinan bahwa menembakan senjatanya pada stupa-
kondisi masyarakat Indonesia yang stupa di Candi Borobudur, yang
tanpa sadar dapat menanamkan

394
ideologi atau mitos bahwa suatu and sensuaity, which
degrades and denies women
bentuk vandalism terhadap benda-
of their role ornaments of
benda bersejarah yang nilai budaya beauty and sensuality, which
degrades and denis women of
dan sejarahnya sangat tinggi untuk
their selfrespect, dignity and
masyarakat Indonesia diperbolehkan their humanity
dan dianggap wajar. Hal ini sangat Dalam Film Java Heat ini,
tidak sesuai dengan makna sakral ada berbagai hal yang sangat perlu
dari candi Borobudur tersebut. dikritisi terutama pada komodifikasi
perempuan dimana wanita disini
menjadi objek seksual yang
dibingkai dalam media perfilman.
Parahnya lagi, adegan panas yang
ada di dalam film ini disesuaikan
dengan standar Hollywood yang
memang sangat terbuka dalam

Gambar 6. Lokasi adegan tembak- adegan seksual. Jadi sangat terlihat

tembakan di Candi Borobudur. bahwa perempuan disini sangatlah


direndahkan apalagi ditambah
dengan pengambilan pemeran dari
c. Kritik terhadap artis artis lokal Indonesia sehingga
penggambaran Perempuan dapat memperburuk citra perempuan
Indonesia melalui Java heat Indonesia di mata dunia.

Abuse of women in the media


(Lembaga Konsumen Penang, 1982)
menyatakan :

“In the media, women


are....potrayed as the inferior
lesser half of humanity, and
as abject of sexual pleasure.
Even worse, marketing
strategies helped to reinforce
the fantasies that beguile
women into accepting their Gambar 7. Unsur
role as ornaments of beaut
seksualitas dalam film Java heat

395
Pada gambar di atas terlihat seakan-akan merendahkan wanita itu
makna denotasi yang disampaikan sendiri bahkan martabat perempuan
adalah seorang wanita dengan secara hakiki.
berpakaian seksi dan aktingnya
Dalam kesadaran palsu yang
bersama laki-laki yang berupa
disebarkan Hollywood melalui
gambaran kemesraan, bercumbu,
filmnya itu, banyak respon positif
memeluk dan mengarah pada adegan
dari adegan tersebut. Banyak respon
intim antara pasangan.Dengan
yang mengatakan bahwa pemeran
akting, suasana dan busana dari
pelacur disini yaitu UliAuliani
pemain yang ditampilkan dalam film
sangatlah bagus, keren dan
ingin memberikan makna konotasi
adegannya berhasil sesuai dengan
bahwa penggambaran keseksian
standar Hollywood yang mereka
wanita diperlihatkan dengan
bangga-banggakan.Hal ini
pemilihan busana yang seksi dan
menunjukkan bahwa ideologi atau
adegan-adegan seks yang panas.
mitos yang ingin ditanamkan dari
Saat ini, wanita sebagai objek Film ini berupa keseksian
seksual memang banyak ditampilkan berdasarkan standar Hollywood
sebagai penggoda ketimbang yang berhasil mengubah keyakinan dan
digoda, seperti yang digambarkan pemikiran masyarakat.Dalam
dalam Disclosure, atau agresif secara wawancara dengan salah satu
seksual, namun gagasan intinya penonton wanita, penonton tersebut
tetap, yang terutama dijual adalah tidak merasa terlecehkan meskipun
daya tarik seksualnya (Armando dalam adegan ini wanita dieskplotasi
dalam Wanita dan Media : 1998). dalam film Java Heat ini untuk
Apalagi film-film Hollywood yang memenuhi kepuasan dari sutradara
memang terkenal membuat adegan- bahkan masyarakat banyak yang
adegan seks yang sangat panas sangat menyukai adegan-adegan
sehingga meskipun alur cerita dan panas yang sesuai dengan standar
setting merupakan budaya lokal Hollywood.
Indonesia, harus tetap mengikuti
Keglamoran dan keseksian
standar adegan seksual Hollywood.
wanita adalah sosok yang tidak
Komodifikasi perempuan disini
mungkin dilepaskan dari media

396
ketika dia menjadi industri. Seperti lebih panas sehingga membangkitkan
yang dikatakan Ben Bagdikian dalam nafsu para penonton yang
The Media Monopoly saat bicara melihatnya.
tentang media massa di Amerika
d. Imperialisme Budaya
sejak dekade 1980 an, komunitas
melalui adegan laga (action)
bisnis media adaah semacam
yang bergaya Hollywood
“private ministry of information”
yang mengatur apa yang bisa
didengar dan dilihat seluruh
masyarakat Amerika, yang
kebijakan-kebijakannya ditentukan
oleh agenda prioritas komunitas
bisnis lebih luas.

Sederhananya, media dalam era


industri adalah media yang
Gambar 8. Adegan peperangan
bersahabat dengan kepentingan
khas Hollywood
kalangan bisnis, karena, di satu isi,
mereka sendiri telah menjadi industri Seperti yang telah sampaikan

tersendiri dengan irisan kepentingan sebelumnya bahwa Film Java Heat

sangat luas dengan industri-industri ini merupakan fenomena baru

lainnya; kedua, kehidupan mereka Hollywood untuk melebarkan sayap-

sangat bergantung pada keuntungan sayap kapitalis dan memperluas

yang berasal dari kalangan bisnis non supremasi Amerika dengan

media. Di dalam film java Heat ini, melakukan imperialisme budaya

Hollywood memang ingin mengemas melalui film-filmya. Karna saat ini,

budaya lokal Indonesia berdasarkan Hollywood menjadi standar nilai

standar Barat dan masyarakat perfilman dunia. Mayoritas film yang

Indonesia sendiri bangga akan hal diproduksi oleh Hollywood membuat

tersebut, tanpa memperdulikan masyarakat Negara Dunia Ketiga

bahwa sebenarnya banyak hal-hal tidak mempunyai pilihan lain untuk

yang tidak mendidik di dalam film memproduksi film-film tersebut.

ini termasuk adegan seks yang dibuat Selain itu, selera pasar lokal

397
Indonesia perlahan tapi pasti berhasil yang menampilkan adegan kejar-
diubah menjadi selera pasar Barat, kejaran antara pemain utama
dalam hal ini Amerika. Standar nilai (pahlawan) dengan polisi.Adegan ini
budaya asli Indonesia pun perlahan bahkan dilengkapi dengan backsound
luntur, mengikuti terpaan media musik yang meningkatkan
film-film Hollywood. Di sinilah teori ketegangan para
imperialisme budaya penontonnya.Kemudian ditambah
menggambarkan efek daripada film dengan beberapa adegan pertarungan
produksi Hollywood terhadap yang dapat meningkatkan adrenalin
audiens lokal. para penontonnya sehingga penonton
merasa kagum dengan setiap adegan
yang ditampilkan dalam Film.
Semuanya merupakan adegan khas
dalam Film-film Hollywood yang
secara sengaja ditampilkan sama
pada semua film-film Hollywood
yang ada.

Gambar 9. Adegan peperangan


khas Hollywood

Pada gambar 9 tentang


adegan peperangan khas
HollywoodSelain itu, terdapat juga
adegan kejar-kejaran khas film Gambar 10. Adegan
Hollywood juga dominan kejaran-kejaran khas film
ditampilkan dalam Film Java Heat Hollywood
ini. Adegan kejar-kejaran motor
Berdasarkan adegan-adegan
ataupun mobil ini secara berulang
di atas yang memperlihatkanmakna
selalu ditampilkan dalam semua film
denotasi berupa tembakan yang
laga Hollywood.Seperti salah
bertubi tubi, peledakan dimana
satunya pada adegan di bawah ini
mana, pemboman, aksi laga yang

398
super menegangkan, kejar kejaran, bahwa kemampuan sistem kapitalis
penganiayaan sadis, darah dimana- dalam membentuk manusia satu
mana, tabrakan yang sangat memacu dimensi adalah karena ia mampu
adrenalin. Adegan tersebut ingin memuaskan kebutuhan manusia.
menunjukkan makna konotasi Namun kebutuhan tersebut
berupa ketegangan dan keseruan sebenarnya kebutuhan yang bagus,
situasi dengan cara adanya adegan artinya kebutuhan yang sengaja
kejar-kejaran dengan backsound dan disisipkan oleh kaum kapitalis yang
efek yang menambah ketegangan sebenarnya tidak dibutuhkan betul
tersebut. Para sutradara Hollywood oleh masyarakat. Kebutuhan ini
itu hanya mengatas namakan dihasilkan dari kesadaran palsu yang
promosi Indonesia dalam alur cerita dibentuk oleh kaum kapitalis. Dalam
padahal pada ujung-ujungnya pola fenomena film Java Heat film ini
yang sama digunakan para sutradara seakan-akan berhasil memenuhi
Hollywood pada umumnya. Peneliti kebutuhan masyarakat akan film
tergelitik pada para artis yang yang bermutu, padahal content yang
diwawancarai mengatakan bahwa disajikan dalam film ini sebenarnya
mereka merasa bangga dapat tidak mendidik masyarakat. Film ini
mempromosikan Indonesia melalui hanya menyajikan berbagai unsur
film Hollywood. Banyak masyarakat seks, kebrutalan dan sadisme yang
juga mengatakan bahwa film ini sebenarnya tidak layak ditayangkan
sangat bagus dan berkualitas karena sebagai sebuah hiburan.
sesuai dengan standar kualitas dunia.
Melalui Film Java heat ini
Hal ini merupakan ideologi atau
apa yang disebutkan oleh dalam teori
mitos yang ingin ditanamkan melalui
imperialisme budaya ini akhirnya
film Java Heat. Padahal bila mereka
melanggengkan kekuasaan kapitalis.
bisa melihat dari kacamata kritis,
Mereka minim perlawanan dan
mereka akan merasa tersinggung
protes, sehingga kaum kapitalis bisa
bahwa adanya komodifikasi budaya
terus menerus menjalankan kegiatan
lokal di film Java Heat ini.
industri mereka tanpa dipertanyakan
Menurut Teori Herbert oleh masyarakat. Masyarakat sudah
Marcuse (Herbert, 1991) mengatakan merasa nyaman dengan terpenuhinya

399
kebutuhan mereka dan merasa manusia-manusia yang terkurung
bahwa ada peningkatan dalam taraf dalam kesadaan palsu tersebut.
hidup mereka lewat segala sesuatu Sangat mungkin bahwa sebenarnya
yang ditawarkan oleh kaum kapitalis. banyak yang merasa tertekan ketika
Karena itulah, jangan heran apabila menonton film tersebut., namun tetap
nantinya banyak bermunculan film- menontonnya karena banyak yang
film lain yang juga menganggkat mengatakan bahwa film tersebut
tema kekerasan ala barat di negeri bagus dan keren. Di sini, masyarakat
kita. sudah terjebak dalam kesadaran
palsu mereka dan hanya memuaskan
Meskipun di dalam diri
kebutuhan yang juga palsu dalam diri
manusia memiliki dua kesadaran
mereka. Mereka akan merasa
kesadaran asli dan kesadaran palsu
ketinggalan ketika tidak menonton
dalam diri manusia. Kesadaran palsu
apa yang ditonton oleh sebagian
adalah kesadaran akan kebutuhan
besar orang, dan mereka akan merasa
untuk bersantai, memperoleh
aneh bila tidak bereaksi sama dengan
kesenangan, untuk berprilaku dan
reaksi orang lain yang mengatakan
mengonsumsi hal-hal yang berkaitan
bahwa film tersebut berkualitas
dengan iklan, menyuka dan
dunia.
membenci apa yang disukai dan
dibenci orang lain. Kesadaran palsu Dalam fenomena film “Java
ini akan selalu dipengaruhi oleh Heat”, hal ini terlihat bagaimana
orang lain. Sedangkan, kesadaran film-film barat mampu menjadi
asli adalah kesadaran akan kebutuhan kiblat dan mempengaruhi preferensi
yang benar-benar dibutuhkan oleh film masyarakat Indonesia. Bila
dirinya tanpa, ada pengaruh dari dilihat, film-film barat selalu
orang lain atau media. Maksudnya menggunakan teknologi yang
disini adalah bahwa orang lain tidak canggih sehingga menghasilkan
akan memberikan pengaruh apapun efek-efek yang spektakuler bila
kepada diri orang yang memiliki ditonton. Terutama dalam film
kesadaran asli akan kebutuhannya. bergenre action. Efek-efek tersebut
ikut membangun dan memacu
Bila melihat fenomena film
adrenalin serta emosi penonton. Hal
“Java Heat: ini kita akan menemukan

400
inilah yang dikagumi oleh Dalam film Java Heat merupakan
masyarakat dari film barat, sehingga fenomena baru dari suatu bentuk
mereka dalam dimensi mereka, imperialisme budaya secara implisit
hanya film baratlah yang berkualitas, oleh Amerika melalui film
terutama dalam hal film action. Hollywoodnya yang budaya lokal
Sedangkan, di Indonesia sendiri, untuk membiaskan kritisasi terhadap
masyarakat sangat sulit menemukan imperialisme itu sendiri.
film yang menggunakan teknologi Imperialisme budaya yang secara
seperti ini. Alhasil, masyarakat haus implisit disebarkan dalam setiap
akan film seperti ini. adegan dalam film Java Heat ini
melaluiadegan laga, peperangan
dan penembakan khas Hollywood
e. Imperialisme Budaya meski dengan menggunakan aktor
Secara Implisit di balik Indonesia dan setting lokasi di
Perangkulan Budaya Lokal Indonesia tetap menegaskan dan
dalam Film Java Heat melanggengkan bahwa film-film
Golding dan Murdock (1991) Hollywood sangat berkualitas dan
melihat bahwa budaya lokal alias layak menjadi standar perfilman
tradisional seringkali justru dunia.Ketika perfilman Hollywood

mendapat perlawanan dari merangkul budaya lokal untuk

masyarakatnya sendiri karena dirasa menutupi tujuan sebenarnya berupa

tidak membebaskan masyarakatnya melanggengkan kapitalis film

untuk mengikuti trend yang ada. Hollywood, namun tetap saja yang

Dalam fenomena perfilman di dibuat sesuai dengan standar

Indonesia, misalnya, film-film yang Hollywood berupa efek-efek gambar,

beredar yang berbau laga khas adegan laga yang menegangkan

Indonesia seperti film-film pencak maupun suara dengan kualitas yang

silat dianggap sangat konservatif dan bagus, maka membuat sambutan

tidak menarik. Di sisi lain, budaya masyarakat pun besar terhadap film

impor lebih egaliter sehingga lebih ini. Masyarakat yang sudah


mudah diterima. menganggap bahwa Hollywood
merupakan standar perfilman dunia

401
sehingga merasa bangga jika efek yang menegangkan sehingga
Indonesia diambil sebagai tema menjadi rasional.
perfilman Hollywood. Bahkan
masyarakat Indonesia seakan-akan Masyarakat disini seakan-akan
tidak sadar bahwa mereka telah mendapatkan kesadaran palsu bahwa
terasuki oleh nilai-nilai Barat yang perangkulan budaya sepenuhnya
disebarkan melalui film yang dapat mempromosikan Indonesia dan
bertameng perangkulan budaya lokal. masyarakat merasa bangga bahwa
Indonesia masuk ke dalam cerita
Bahkan sesuatu yang tidak rasional perfilman Hollywood. Mereka
menjadi rasional di mata mereka merasa bahagia dan bangga di atas
seperti adegan penyerangan teroris adegan-adegan yang tidak mendidik
ke dalam rumah pelacuran yang di bahkan sangat berkiblat ke barat.
dalamnya ada Jake (pahlawan) yang Perangkulan budaya lokal hanya
sedang melakukan investivigasi agar sebagai tameng mereka dalam
mendapatkan informasi mengenai melanggengkan kapitalisme dan
pemboman di Keraton yang bahkan melakukan imperialisme
menyebabkan tewasnya Sultana. budaya pada negara dunia ketiga
Jake ingin mengetahui apakah termasuk Indonesia. Disini
Sultana benar-benar meninggal dunia masyarakat seakan telah ditutupi
atau bukan. Disitu ada adegan mata dan telinga mereka akan
penembakan bertubi tubi yang jajahan yang dikemas manis oleh
dilancarkan oleh teroris namun bila koloni-koloni barat melalui budaya
berpikir secara rasional, cukup sekali mereka. Dari sini dapat dilihat
tembakan saja, maka polisi tersebut keberhasilan Hollywood dalam
bisa mati, namun karena ingin menyebarkan suatu konsep pemujaan
mendapatkan efek yang terhadap budaya ke negara lain.
menegangkan, akhirnya adegan
tembakan bertubi-tubi itu dipandang f. Ideologi tentang Pahlawan
sebagai sesuatu hal yang keren. versus Penjahat dalam Film
Tembakan bertubi-tubi yang awalnya Java Heat
irasional, karena dikemas dengan

402
Film Java Heat pada dasarnya Sedangkan kebalikannya,
hampir sama dengan Film masyarakat lokal di Indonesia
Hollywood lainnya yang mengarah ditampilkan menjadi anggota atau
pada suatu bentuk ideologi bahwa suruhan (bawahan) dari penjahat
masyarakat barat (dalam hal ini utama (Malik) dalam Film Java Heat
Amerika) adalah pahlawan yang ini. Terlihat di dalam film ini
memiliki kekuatan, kecerdasan dan penjahat yang mengenakan salah satu
kecepatan luar biasa untuk baju tradisional Indonesia. Adegan
mengalahkan musuh-musuhnya. Di ini seakan akan ingin menyampaikan
dalam Film Java Heat ini kepada penonton bahwa masyarakat
menggambarkan sosok Jake lokal di Indonesia adalah penjahat
(pemeran utama) merupakan tokoh atau suruhan yang mau dan menurut
yang kuat dan sempurna. Pemeran saja apa yang diperintahkan oleh
pahlawan di dalam Film ini tetap saja penjahat utamanya.
mengambil aktor dari aktor
Hollywood Amerika sehingga
ideologi yang tetap tertanam di
benak penonton atau masyarakat
bahwa masyarakat Amerika
merupakan pahlawan bagi seluruh
dunia, dan dalam cerita ini menjadi
Gambar 12. Pemeran Achmed
pahlawan bagi masyarakat Indonesia.
dalam Film Java Heat
Bahkan yang lebih
memprihatinkan lagi di dalam Film
ini secara vulgar menampilkan
teroris adalah orang yang beragama
Islam, terlihat penampilan dari salah
satu pemeran dari anggota penjahat
adalah Achmed mengenakan pakaian
Gambar 11. Pemeran Jake dalam
yang identik dengan orang beragama
Java Heat
Islam yang membantu Malik dalam
melancarkan aksi

403
kejahatannya.Bahkan ada juga salah KESIMPULAN
satu anggota penjahat lainnya yang
Imperialisme budaya
mengenakan baju yangidentik
memang sangat gencar dilakukan di
bergama Islam dan di dalam Film,
negara-negara berkembang seperti
dia meledakkan dirinya sendiri
Indonesia. Berbagai cara dilakukan,
dengan menyebut dengan keras lafaz
salah satunya melalui film yang
“AllahuAkbar”. Hal ini sangat perlu
dipoles dengan perangkulan budaya
menjadi perhatian dan harus dikritisi
lokal di suatu negara. Dalam
dengan sangat keras karena secara
penelitian ini ditemukan makna-
vulgar Film ini ingin menampilkan
makna, baik denotasi maupun
bahwa penjahat atau teroris bisa saja
konotasi serta ideologi-ideologi
berasal dari orang yang beragama
mengenai imperialism budaya
Islam.
implisit dalam Film Java Heat.
Kurangnya tingkat kritis
Berikut makna dan ideologi dalam
penonton terlihat dari beberapa
Java Heat antara lain :
komentar dari penonton di Indonesia
a. Makna denotasi tergambar
yang mengarah pada pujian dan
dari berbagai adegan laga,
terlena pada efek gambar, suara,
peperangan, penembakan
adegan peperangan dan semua
yang digambarkan dengan
adegan-adegan menegangkan lainnya
tembak-tembakan yang
sehingga menutup daya kritis
bertubi-tubi, peledakan bom,
bahawa ada ideology-ideologi yang
kejar-kejaran dan sebagainya.
secara sengaja ingin ditanamkan
Makna konotasi yang berarti
secara implisit melalui film Java
keseruan, ketegangan dan
Heat ini. Semuanya kembali lagi
situasi yang mencekam yang
karena mereka sudah terjebak dalam
ingin disampaikan kepada
suatu kesadaran palsu bahwa
penonton. Ideologi yang
Indonesia masuk ke dalam Film
ditanamkan bahwa adanya
Hollywood yang menjadi standar
keyakinan bahwa hanya
film berkualitas yang tinggi.
adegan laga khas Hollywood
yang dapat menciptakan

404
keseruan dan ketegangan di cerita ini menjadi pahlawan
benak penonton, bagi masyarakat Indonesia.
b. Makna denotasi yang
tergambar dari penggunaan Di sini inti adanya film “Java
pakaian tradisional Indonesia, Heat” ini sangat terlihat bahwa
setting lokasi di Indonesia Amerika mempunyai strategi lain
dan pemain-pemain di untuk melancarkan kekuasaannya ke
Indonesia. Makna konotasi negara lain. Imperialisme budaya
yang berarti promosi budaya yang secara implisit disebarkan
Indonesia melalui Film dalam setiap adegan dalam film Java
Hollywood. Sedangkan Heat ini sehingga tetap menegaskan
ideologi yang ditanamkan dan melanggengkan bahwa film-film
adalah perangkulan budaya Hollywood sangat berkualitas dan
lokal dalam Film Hollywood layak menjadi standar perfilman
merupakan suatu kebanggaan dunia. Melalui film Java Heat ini,
bagi masyarakat Indonesia. Amerika berhasil untuk melancarkan
c. Makna denotasi dengan misi mereka dengan cukup polesan
pemeran utama yang menjadi berupa merangkul budaya Indonesia
pahlawan adalah Jake sehingga masyarakat Indonesia akan
(masyarakat Amerika) luluh pada kesadaran palsu atas
mengandung makna konotasi kebanggaan bahwa indonesia masuk
bahwa masyarakat barat ke dalam film Hollywood yang
(dalam hal ini Amerika) menjadi standar film masyarakat
adalah pahlawan yang dunia.
memiliki kekuatan,
Dalam Preferensi film,
kecerdasan dan kecepatan
masyarakat Indonesia seperti sudah
luar biasa untuk mengalahkan
terkurung pada dimensi bahwa film
musuh-musuhnya. Ideologi
barat atau setidaknya berkiblat pada
yang ingin ditanamkan adalah
barat lah yang merupakan fim
masyarakat Amerika
bermutu dan berkualitas, terutama
merupakan pahlawan bagi
dalam hal film action-nya. Karena
seluruh dunia, dan dalam
terkungkung dengan dimensi

405
tersebut, maka kehadiran film “Java besarnya bahkan perluasan pengaruh
Heat” tidak dipandang sebagai hal ke negara dunia ketiga.
yang negatif, namun positif. Bahkan
dengan adanya polesan dan intrik
SARAN
baru sutradara Hollywood dengan
Sebagaimana lontaran
memasukkan budaya lokal semakin
Gramsci yang terkenal dengan teori
memberikan pandangan positif
hegemoninya mengatakan bahwa
bahwa film “Java Heat” ini adalah
untuk melepaskan diri dari
film Hollywood yang membawa
cengkeraman budaya asing,
nama Indonesia ke mata dunia
diperlukan partisipasi keikutsertaan
sehingga semakin membiaskan
para intelektual organik kaum
tujuan kapitalisme dan supremasi
inteletual yang harus menyadarkan
Amerika yang sebenarnya sangat
masyarakat, terutama generasi muda,
nyata terlihat di dalam film itu.
bukan kaum inteletual tradisional
Dimensi kekerasan, teroris yang justru lebih melegitimasikan
dan seks yang diangkat dalam film budaya-budaya asing tersebut
“Java Heat” yang sangat kontroversi (Gramsci dalam Bocock, 2007: 39-
diabaikan oleh masyarakat karena 40).
kebutuhan mereka akan film bermutu
Konsep imperialisme budaya
sudah terpenuhi dengan kehadiran
sangat penting karena menyadarkan
film tersebut. Mereka memandang
orang bahwa penguasaan terjadi
“Java Heat” sebagai sebuah warna
berdasarkan konsensus.
baru dalam perfilman Indonesia yang
Konsekuensinya, revolusi fisik tidak
patut dibanggakan. Akhirnya,
cukup. Harus ada revolusi gagasan
dimensi kritis yang harusnya
untuk melawan hegemoni kultural.
disampaikan pada film ini lenyap
Tentang ini, Gramsci memakai
begitu saja hanya karena perangkulan
analogi perang. Ada dua jenis
budaya Indonesia untuk membiaskan
perang, yakni perang gerak dan
bahwa film Hollywood ini sama saja
perang posisi. Perang gerak adalah
dengan film Hollywood lainnya yang
revolusi yang selalu diidamkan
ingin mencari keuntungan sebesar-
Marx, sedangkan perang posisi ada
di tataran ideologi.Perang posisi

406
adalah strategi yang bisa digunakan untuk secara aktif menafsirkan pesan
untuk menghadapi imperialisme dan menguatkan individu dalam
budaya. Jika kita telah sadar bahwa menghadapi atau mengakses media.
kita dijajah melalui media, kita harus Positif atau negatif dampak dari
memiliki strategi yang lebih canggih globalisasi salah satunya ditentukan
untuk melawannya. Namun tentu oleh sikap kita dalam menggunakan
saja hal ini tidak semudah media tadi. Oleh karena itu,
membalikkan telapak tangan, jika dibutuhkan yang namanya literasi
kaum intelektual organik tersebut media, agar kita dapat melihat mana
lemah modal. yang baik dan mana yang buruk dari
isi yang dibawa media sehingga kita
Setidaknya jalan alternatif
tidak terseret dalam arus globalisasi.
yakni perlu untuk segera
disosialisasikan dan direalisasikan DAFTAR PUSTAKA
gerakan media literacy (melek Bocock, Robert. 2007. Hegemoni.
media) untuk dapat menangkal Terj. Ikramullah Mahyuddin.
Yogyakarta dan Bandung:
pengaruh buruk globalisasi media. Jalasutra.
James Potter mendefinisikan media Donovan, Bama w. 2010. Blooad,
Gunsm and Testoterone
literacy sebagai: ”A perspective that Action Films, Audiences,
we actively use when explosing and a Thrist for Violence.
United Kingdom : Scarecrow
ourselves to the media in order to Press.
interpret the meaning of the Denzin, N. K. dan Lincoln, Y. S.
(2009). Handbook of
messages when we counter. We build Qualitative Research.
our perspective from knowledge Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Eriyanto. 2011. Analisis Wacana
structure. To build our knowledge Pengantar ANalisis Teks
structures, we need tools and raw Media. Yogyakarta. LKis.
Yogyakarta
material. The tools are our skills. Fairclough Norman Fairclough,
The raw material is information from 1993, Discource and Social
Change, Cambridge: Polity
the media and the real world. Active Press
use means we are aware of the Foucault Michael, 1990, The History
of Sexuality: An
messages and are consciuously with Introduction: Volume I (UK:
them” (Potter, 2001). Hal ini penting Vintage Books
Heider Karl G., 2004, Seeing
karena akan mendorong individu Anthropology: Cultural

407
Anthropology Through Film, Mosco, Vincent. 1996. The Political
Boston:Pearson Education Economy of Communication,.
Golding and Murdock.1991. Londres, Sage Publications.
“Culture Communication,
andPolitical Economy” O’ Shaughnessy, Michael and
dalam Currandan Gurevitch Stadler, Jean, (2002). Media
Hidayat, Dedy N. Globalisasi, and Society: An
Pascamodernisme dan Dunia Introduction.2nd edition.
Ketiga. Kompas, 18 Melbourne: Oxford
Desember 1992. University Press
Kadri, 2006, Ideologi dan Media Potter, James W. 2001. Media
Massa: mengungkap praktek Literacy. New Delhi: Sage
ideologi dalam media massa Publication.
(Jurnal Ilmiah Communique, Sage Publication.
Vol. 2 Schiller, H. 1991. Not Yet the post-
Kolakowski, Leszek, 1978. Main imperial era, in critical
Currents of Marxism III (The studies in mass
Breakdown). Oxford, communications. Beacon
Clarendon Press. press: New York.
Magnis-Suseno, Franz, Dalam
Bayangan Lenin: Enam Tomlinson, John. 2002. The
Pemikir Marxisme dari Lenin Discourse of Cultural
sampai Tan Malaka, Jakarta: Imperialism.
Gramedia Pustaka Utama, Fairclough, Norman.1995. Media
2003. Discourse. New York :
Marcus, Herbert. 1991. One Edward Arnold, a Division of
dimentional Man : Studies in Holder Headline PLC.
the ideology of Advanced
Industrial Society. Beacon Patton, Michael Quinn. 2002.
Press. Qualitative Research and
Evaluation Method 3rd
McQuail (ed.) McQuail’s Reader in Edition. California : Sage
Mass Communication Theory. Publication.
London: Sage Publication.
McQuail (ed.). 2004.McQuail’s
Reader in Mass Jurnal :
Communication Theory.
Muhammad Abdul Aziz (2011)
London: Sage Publication
dalam Persaingan Industri
McQuail, Denis. 2000. Mass Perfilman di Dunia
Communication Theories,
Ayun, Primadana Qurrota (2011).
Fourth Edition. London: Sage
Sensualitas dan Tubuh
Publication
Perempuan dalam Film-
Moleong, Lexy J. 1990. Metode Film Horor di Indonesia
Penelitian Kualitatif. (Kajian Ekonomi Politik
Bandung : PT. remaja Media),
Rosdakarya http://ojs.uma.ac.id/index.php
/simbolika/article/view/46/4

408

You might also like