You are on page 1of 36
ianganlah kamu mengikuti sesuatu i = i yang tidak kam i Dan a pendengaran, penglihatan dan hati en ae ae iminta pertanggungjawabannya, (QS, Alera’ [17]; 30) BAGIAN III: BAB 14 SUBSTANCE OVER FORM Konsep akuntansi yang juga banyak diketahui dan terinternalisasi dalam kehidupan adalah prinsip substance over form (substansi mengungguli bentuk). Secara sederhana, pemerhati akuntansi akan menguiamakan = pemenuhan —substansi _ transaksi dibanding bentuk/formalitasnya. Bab ini menyajikan tiga topik bahasan. Bagian pertama dan kedua menyajikan deskripsi tentang konsep swhstance over form, dan dilanjutkan ringkasan tentang diskusi konsep tersebut di perbankan syariah, Bagian ketiga mendasarkan diri pada QS. AL-Bagarah [2]: 282 untuk mengidentifikasi apakah konsep yang ada benar atau Justtu berisiko menyimpang dari kitab-suci Al-Qur’an. Pertanyaan ‘ama yang ingin diketahui jawabannya adalah sebagai berikut: Adakah kebenaran dalam QS. Al-Baqarah [2]: 282 yang menjadi Pegangan untuk menerapkan prinsip Substance Over Form di akuntansi? eres aRuntamatika@ yahoo.com eee 165 1, Sckilas tentang Substance Over Form Menggunakan prinsip substance over . form \ disingkat_ SOF), pemerhati akuntansi akan i *utny, enguty pencatatan atas_—substansi_—transaksi, dibang ButaMak an : Ing formalitasnya. Dalam kondisi normal, Spe, kedua aspek lersety Ketika Aihaapan Mnya dibertakukan Contoh penerapan prinsip SOF - terjadi diharapkan dapat dipenuhi semuanya. dengan situasi tertentu, maka prinsip ini lazi d. alam Petisting . U teks akuntans menyebutkan bahwa peristiwa bisnis ini tidak Perlu ¢ icatar penyerahan barang konsinyasi. Banyak buki karena substansi, yaitu kepemilikan, barang tersebut bely berpindah. Yang dimaksud tidak dicatat di sini, menurut hema penulis, sebenarnya adalah pengakuan pendapatannya tetap serah terima barang dagangan tersebut sebenarnya hans tex dicatat oleh akuntansi (misalnya sebagai barang_ titipan Sayangnya, beberapa buku teks tidak menjelaskan hal m sehingga sebagian pembelajar menganggap bahwa penjumalan tidak diperlukan terkait dengan peristiwa konsinyasi. Contoh kedua, yang banyak dibahas di literatur, prinsp SOF berlaku§ untuk transaksi = /easing (sewa-guna sent Perusahaan akan mengakui sebagai aset jika _ dimaksudkan untuk membeli aset _ setelah pero ve disepakati, dan diakui sebagai biaya (expenses) a : tersebut tidak memenuhi karakteristik yang telah dite? cece 24H amatika@yahion.com 166 qwerlakuan SOF di Perbankan Syariah h iernal851 prinsip SOF juga menyebar ke berbagai bid: enidpan- Sampai saat ini masih terdapat perdebatan te hk gan manakah yang seharusnya diunggulkan, aspek ” hes ait : stansi dent pentuk/formalitas, di perbankan syariah. Sebagi * an araukab perpenda gubstansi, yaitu untuk mencapai kemaslahatan umat, sedangkan sebagian lainnya patalnya akad. Berikut ini tulisan di blog pemerhati perbankan sy ariah Luqyan Tamanni (2012) yang berbagi informasi hasil workshop «Form and Substance in Islamic Finance: Challenges, Problems and the Way Fe orward” di London Inggris. at bahwa perbankan syariah lebih mengutamakan mengutamakan pembahasan tentang sah- atarbelakangi munculnya perdebatan Tema workshop di atas dil pemerhati bstansi vs. formalitas. Sebagian atakan bahwa aspek formalitas lebih sedangkan sebagian penting panjang mengenai su! perbankan syariah_menyi diutamakan di industri y: lainnya berpendapat bahwa pemenuhan substansi lebih dibanding formalitasnya. Perdebatan terjadi karena adanya terasa diyakini bahwa tradeoff dalam pek tersebut akan sel ang relatif baru, pandangan yang pemenuhan kedua as alu terjadi. merasakan bahwa pengutamaan Pembicara dari praktisi ; formalitas justru menghambat perkembangan perbankan syariah putuhkan solust vensional mem konvensional. karena saat ini masyarakat kon sistem atas kegagalan implementasi > “ cmtamatika@yatioo.com a formalitas dibandingkan substansi bi Potens) met ava tary P Juk , produk prod a a masyare Pihak akademis! menyatakan bahwa ree Yarakay wut Pengedepanan munculkan bumening, inovauf perban dan akan menurunkan d an SYd jah di mat konvensional. formalitas di lembaga keuangan s karena hal tersebut’ menyebabkan — kchilangan ‘aMaan i i Pencapaiz dimensi sosial dalam konteks mragasid syariah, Paian Dalam) workshop tersebut juga disampaikan beberapa iL yang terdapat di lembaga keuangan syariah oleh tiga ee hukum. Kasus-kasus yang dibawa ke pengadilan pada os diputuskan dengan lebih mengedepankan _substansi poe formalitasnya. Sebagai contoh, dalam kasus penviten karena nasabah tidak mampu melunasi_ cicilan, y : aset memperlakukan sebagai transaksi ijarah sedangkar , ankan menganggapnya sebagai transaksi pembiayaan. Pengadiing akhirnya menetapkan bahwa_transaksi yang na pada transaksi_ pembiayaan. Pemerhati lembaga kouang oe yang bertindak sebagai Dewan Pengawas Sean a eee ana ketepatan dalam praktik-praktik vn yang sejauh ini dirasa lebih mengutamakan aspek Tomaline juga Berdasar paparan di atas, nampaknya sebagian besar pemerhati ne syariah dan penegak hukum juga sudah i’ oan diterapkan di akuntanst, amakan substansi dibanding bentuk/formalitasnya. (ey akuntamatika@ yahoo.com 168 — 3. Substance And Form? sa kalimat yang ditulis tebal dengan warna fy th [2]: 282. Beberapa kebenaran yan; i ra lain adalah sebagai berikut: Mungkinkah Perhatikan ph di QS. ALE eksplisit ters a, Kebe! b. Kriteria baku saksi juga ditetapkan secara jelas, c¢. Transaksi jual-beli membutuhkan adanya saksi, 8 Secary daan saksi merupakan keharusan dalam utang- Piutang, Dari perspektif pelaku bisnis, saksi maupun penulis der dikatakan merupakan salah satu fungsi untuk memenuhi a formalitas. Dengan demikian, penerapan prinsip Se menciderai fungsi akuntansi itu sendiri, dan tidak memenu kebenaran sebagaimana tercantum dalam AI-Qur’ an. Berlandas ayat QS. Al-Baqarah [2]: 282 maka Prinsip yang benar adalah Oe Cie! Form (SAF). Bagaimana kedua aspek tersebut dapat dicapai? Kalau kita melihat akuntansi dari ilmu sosial semata maka tradeoff nampaknya akan selalu terjadi. Yang perlu diketahui aspek substansi dan aspek formalitas sebenarnya mereka merupakan pasangan. Keberadaan akad dalam muamalah, dan gerakan sholat yang telah ditentukan merupakan cermin penerapan substance and form. Apa yang bisa kita lakukan sebagai umat Islam yang memberi perhatian kepada pengembangan akuntansi agar prinsip substance dan prinsip form dapat terpenuhi sehingga hal tersebut tidak lag! merupakan tradeoff yang diperlakukan sebagai mitos? pee “huntamatika@yahoo.com — 170 UNTUK KITA RENUNGKAN rumah tanpa ikatan pernikahan, ataupun pernikahe ksikan olch anak hasil pernikahan itu sendiri boleh akan dampak internalisasi prinsip substance iver chidupan masyarakat di negara barat. yidup sel yang disal jadi meruP form dalam k bstansi dan aspek formalitas merupakan dua aspek ngan. Mereka memiliki karakteristik yang uhan kedua aspek tersebut justra sinergi. Dengan demikian, tradeoff antara rmalitas yang sering dianggaP selalu terjadi tidak demikian. Namun demikian, sinergi bahkan mustahil, dicapai jika kita sudut pandang ilmu_ sosial pektif matematika, sinergi terbuka untuk Aspek su yang saling berpasa berlawanan tetapi_ pemen! sebenarnya keduanya sangat sulit, atau mencoba menyelesaikan dari semata. Dengan berpikir dari pers substansi. dan formalitas menjadi sangat terwujud. _aganlah kamu mengikuti sesu: : an 7 atu yang tidak pan) 8 ndengaran, penglihatan dan hati er kamu ketahui > Semua itu aka, sor ainta pertanggungjawabannya. (QS, AlIsraa’ (17): 36) BAGIAN III: BAB 15 KONSEP KESATUAN USAHA | fads konsep kesatuan usaha maka perusahaan diperlakukan gpogal entitas yang mandiri, terpisah dari pemilik. Salah satu ari konsep ini adalah keberadaan _perusahaan- | vujudan d asar modal yang sahamnya dapat | pnsahaan yang terdaftar di p: jgerjual-belikan. bahasan. Bagian pertama menyajikan | dskripsi tentang kor dan perlakuannya di ‘kuntansi_. maupun internalisasi konsep ini di bidang lainnya. Bedasar kitab suci Al-Qur’an, b ua menyajikan sebuah /mikiran yang mencoba mengkritisi keberadaan konsep kesatuan ng ingin diketahui jawabanny4 adalah hub ini menyajikan dua topik Asep kesatuan usaha agian ked Wha, Pertanyaan utama ya Sbagai berikut: Benarkah konsep kesatuan usaha sebagaimana yang _, _ rn ini dikembangkan oleh pemerhati akunt berlandas kitab suci AL-Qur’an? m= -faa rom a ansi diera mode nlisasi Konsep Kesatuan Usaha menunjuk pada pemberian st Kesatuan usaha ~ atus kepada haan sebagai entitas yang berdiri sendiri yang memilik; kewenangan terpisah dari ' tanggungjawab dan Pemiliknya Dengan_ berlandas konsep kesatuan usaha (economic enn concept), fungsi akuntansi melakukan pencatatan transaksi dar perspektif perusahaan. Selanjutnya, laporan keuangan yang dihasilkan akuntansi pada gilirannya mencerminkan hasi] kinerja maupun kondisi keuangan/dana perusahaan. Entah mana yang lebih dahulu, gagasan tentang kesatuan Usaha juga berlaku di banyak situasi. Salah satunya adalah keberadaan perusahaan yang discbut Perseroan Terbatas (PT) baik yang dimiliki sedikit orang (PT Tertutup) maupun yang terdaftar di pasar modal. Dalam peraturan tentang Perseroan Terbatas secara jelas menyebutkan bahwa PT merupakan entitas yang berdiri sendiri, memiliki hak dan tanggungjawab sendiri. Pemegang saham (stockholders) menyetorkan sejumlah dana tertentu, dan tanggungjawab pemegang saham tersebut, jika misalnya terdapat kegagalan dalam operasi PT, dibatasi sampai dengan sejumlah modal yang disetornya. Penerapan konsep kesatuan usaha juga berlaku di dunia perpajakan. Seseorang dapat mendaftarkan perusahaannya, sebagai badan hukum, dan selanjutnya perusahaan tersebut diperlakukan sebagai entitas yang mandiri. Perusahaan secara_periodik menyampaian laporan pajak, dan membayar pajak sebagai entitas tersendin. Sreeresecsceny ‘Kuntamatika@yahoo.com — 174 sebagai a yang mandiri, perseroan terbatas dapat t peroperasi tanpa harus tergantung pada Pemegang sahamnye, Dengan kata lain, pemegang saham dapat menjual saham Vang dipegangnya tanpa harus mempengaruhi kegiatan operasi perusahaan. Dalam situasi lainnya, perusahaan dapat membeli sahamnya sendiri dari pemegang saham, dan menjualnya kembali di waktu yang tepat (treasury stock). Sebagai entitas mandiri, perusahaan dianggap dapat melakukan banyak fungsi, antara lain memproduksi barang, merekrut karyawan, menjual barang secara_ kredit, memasarkan produk/jasa, dan bahkan melakukan pencatatan akuntansi. Perusahaan juga dapat melakukan pengembangan usaha dengan mengakuisisi perusahaan lain, membentuk perusahaan baru, dsb. Mungkin muncul pertanyaan diantara kita, bagaimana perusahaan-perusahaan tersebut dapat melakukan banyak hal secara mandiri padahal ia hanyalah “sesuatu” yang dirancang oleh manusia? Tentu saja kita semua tahu bahwa yang menjalankan semua fungsi perusahaan pada dasarnya juga manusia. Misalnya, pengambilan keputusan strategis dalam menjalankan kegiatan perusahaan dilakukan oleh dewan direksi, dan pengerjaan kegiatan operasional dilakukan oleh para karyawan. Hanya saja, individu-individu tersebut berada dalam naungan perusahaan, dan bertindak atas nama perusahaan. 175 SSE ka bertanya, “Apakah en Mere terhadap tuhan-tul kau yang melakukan han kami, w, (perbuat, pia (Ibrahim) menjawab, “Seber, ahai Ibrahing !**?) ini elikukannya maka tanyakanlah kev (Patng) rsa it epada mereka jika U yang berbicara.” (Qs. Al-Anbiyaa’ [21]: 62 — mereka dapat 63) «mMenghidup-hidupkan” Sesuatu perhatikan phrasa kalimat yang ditulis tebal dengan warna hit + | * " di QS. Al-Baqarah [2]: 282. Kebenaran yang tersurat an firman ALLAH SWT adalah bahwa yang diseru melakuka muamalah adalah manusia, bukan yang lain. " Gages untuk membentuk perusahaan yang diperlakukan sebagai entitas yang mandiri, terlepas dari pemiliknya, akan memunculkan beberapa permasalahan yang merupakan “area abu-abu” (dari perspektif manusia), antara lain, sebagai berikut: a. Siapa atau apa-kah yang berhak memperoleh pahala dari “amal-amal” yang dilakukan perusahaan? b. Jika perusahaan bangkrut meninggalkan banyak utang, akankah perusahaan dimasukkan penjara? c. Akankah di akhirat kita akan bertemu misalnya IBM dan Indofood yang “dihidupkan” oleh manusia sewaktu di dunia? i sebenarnya dirancang untuk Konsep kesatuan usaha di akuntans: nisnya membantu _pemilik mengetahui informasi kinerja bis secara lebih jelas, tidak lebih dari itu. akuntamatika@yatoo.com ee 177 os! \ | a UNTUK KITA RENUNGKAN Kitab suci Al-Qur’an banyak menceritakan kehidupa; masa lalu yang “menghidupkan” sesuaty yan, a umat kemudian menyembahnya. Sebagai contoh adalah kehial dan sebagian besar manusia yang menyembah Patung pada j ‘Upan, nabi Ibrahim AS. Jaman Kitab suci Al-Qur’an menyajikan keb sepanjang masa. Dengan substansi yang sama hanya dalay bentuk perwujudan yang berbeda, gagasan-gagasan masa Tal akan terus hadir untuk menggoda umat manusia, Apapun bentuknya, usaha-usaha untuk “menghidupkan” Sesuatu, baik dalam bentuk fisik yang dapat dilihat maupun dalam bentuk non-fisik yang hanya bisa dirasakan, harus diwaspadai keberadaannya. enaran yang berlaky akuntamatika@yahoo.com —— eet) 178 Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu \ Karena pendengaran, penglihatan dan hati a tay tidak em ketahui, } diminta pertanggungjawabannya. (QS, "AL, VTerea’ tke ua itu ban BAGIAN III: BAB 16 BASIS AKRUAL Salah satu Konsep akuntansi yang konstruk dan penerimaaannya tidak mudah adalah konsep yang disebut basis akrual. Penegakan konsep ini dalam implementasinya juga tidak kalah sulitnya. Bagian pertama bab ini menyajikan uraian singkat tentang basis akrual di akuntansi. Selanjutnya, bagian kedua mengidentifikasi kebenaran dalam QS. Al-Baqarah [2]: 282 terkait dengan basis akual. Pertanyaan utama yang ingin diketahui jawabannya adalah sebagai berikut: Apakah konsep basis akrual yang selama ini diberlakukan di akuntansi telah dijelaskan dalam kitab suci Al-Qur’an? Le abuntamatita@vahoo,.com ee TE Basis Akrual vs. Basis Kas Penerapan. basis akrual ini terkait dengan Pertanyaan «4 waktu yang. tepat untuk mengakui_ pendapatan : Pencatatan berbasis akrual — diterapkan jika kapan” AU biaya, Pengakuan pendapatan dan biaya dicatat pada saat pendapatan dan biaya si_yang diharapkan memudahkan mengenali konsep basis akrual: terjadi. Berikut ini beberapa — ilustr a. Transaksi penjualan tunai, pendapatan dicatat pada saat penjualan; b. Transaksi penjualan kredit, pendapatan dicatat pada saat penjualan, bukan pada saat penerimaan kas; c. Transaksi penerimaan kas dari pelanggan sebagai uang muka penjualan, pendapatan dicatat pada saat produk/jasa diberikan ke pelanggan, bukan pada saat penerimaan uang muka. Implementasi_ konsep basis akrual juga diterapkan untuk mengakui aset yang berubah menjadi biaya, maupun liabilitas yang berubah menjadi pendapatan seiring dengan berlalunya waktu. Salah satu contoh penerapannya adalah ketika perusahaan mengakui penyusutan. Untuk mengidentifikasi keunggulan basi akrual, pembelajaran lazimnya membandingkan dampak — antara —_ penggunaan pencatatan berbasis akrual dan pencatatan berbasis kas terhadap pengukuran Kinerja. Pencatatan berbasis akrual dipertimbangka! menyajikan informasi lebih baik dibanding berbasis kas. eemey Au ntamatika@yahoo.com aw 1R2n apan secara konsisten pencatatan a jy mudah- ae standar akuntansi keuangan cant tidak beberapa sifuasi membolehkan pencatatan bone contoh, pencatatan berbasis kas diterapkan kas, pendapatan terhadap —penjualan an, vk periode jangka panjang, dan dipetolchken vatat dapatan di akhir penyelesaian proyek. Standar dalam sebagai engakuan (installment) pengakuan pen keuangan yang kas juga menunjukkan tingginya akuntansi menetapkan perusahaan untuk menyusun laporan arus kepedulian akan basis kas. si keuangan yang berlaku di pemerintah Kedua, standar akuntan kuntansi berbasis akrual. Namun penerapan a) lahan dari basis kas ke basis akrual tidak a. Model campuran yang disebut un basis kas menuju akrual mengarah pada demikian, perpind: semudah menetapkan standarny: basis kas modifikasian ataup' sekarang ini yang nampaknya terus berlangsung. ncatatan berbasis rapan akuntansi syariah, pe! lak sesuai dengan dianggap tid akuntansi syariah endapatan sebelum diterima terlalu jauh dari yang arusnya diakui basis akrual Ketiga, dalam pene akrual pernah menjadi isu karena ajaran Islam. Sebagian pembelajar berpendapat bahwa mengakui Pp secara kas dianggap melangkah seharusnya. Dengan kata lain, pendapatan seh: ketika kas diterima. Singkat kalimat, penerapan tidak mudah dilakukan, dengan berbagai alasan. = 6 ta atika@yahoo.com ———et h Per! kamu mendekati harta anak yatim, k (bermanfaat) sampai dia lew a dan rat denn cara i diminta pertanggungjawabannyz po [17]: 34) annya. (QS. Al Israa’ mnganlah tebily baik ya janji itu past pao i anys are’ sis Akrual Sebagai Reminder Janji yang Harus Dipenuhi . I hatikan phrasa kalimat yang ditulis tebal dengan warna hitam di QS- Al-Bagarah [2]: 282. Interpretasi atas phrasa-phrasa tersebut adalah sebagai berikut: a, Salah satu terjadinya utang-piutang adalah transaksi jual-beli secara kredit. Dengan demikian, pencatatan sudah dilakukan pada saat penjualan kredit. b. Transaksi jual-beli secara tunai diperbolehkan untuk tidak Salah satu interpretasi atas hal ini adalah bahwa dicatat. pencatatan berbasis kas boleh untuk tidak digunakan. Menggunakan pencatatan berbasis akrual, semua peristiwa baik pada saat penjualan/pembelian dan pada saat pelunasannya akan t. Jika menggunakan basis kas, pencatatan hanya dilakukan mbelian tunai atau pada saat an demikian, menurut hemat benaran dicata' pada saat terjadi penjualan/pe pelunasan utang-piutang. Deng: penulis, pencatatan berbasis akrual alam kitab suci Al-Qur’an. aian janji karena setiap j sebagaimana kebenarannya | mencerminkan ke yang terdapat d Penerapan_ basis akrual juga mendukung penyeles: janji harus dipertanggungjawabkan a’ [17]: 34 di atas. tercantum dalam QS. Al-isra: akyntamatika@yahoo.com — eS 183 UNTUK KITA RENUNGKAN Pada masa lalu, transaksi barter dilakukan antar pihak membutuhkan_ barang. Disamping memberi_ nilaj re penggunaan uang, khususnya berupa uang kertas, eee kegiatan bisnis dalam banyak — hal berlomba | ikan mengumpulkan uang. Dalam banyak situasi, uan lomba sebenarnya sebatas alat tukar berubah menjadi Sune yang, sendiri. aya itu Penyajian _berbasis kas berisiko menjadikan _ pengg semakin terobsesi terhadap pengclolaan kas (uang tunaiy. Hal ini berbeda dari pencatatan berbasis akrual yang men ee informasi terkait dengan transaksi yang memberi nilai ae Masih banyak keuntungan dari pencatatan berbas a ar Haruskah akuntansi meninggalkan per an berb: sis 4 aia dengan menggantinya berbasis kas demi memenuhi Tenomen keinginan pengguna untuk memperolch informasi lebih detail tentang kas? ee pan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui, Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa’ [17]: 36) BAGIAN III: BAB 17 | pPENGGUNA LAPORAN KEUANGAN ‘ pada akhir periode, pencatatan akuntansi yang ada digunakan untuk menyusun laporan agar dapat menyediakan informasi keuangan yang 8 memberi gambaran keseluruhan kegiatan muamalah. Informasi tersebut di akuntansi modern lazim disebut laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan penggunanya. Bagian awal Bab 17 ini menyajikan deskripsi tentang pengguna 5 laporan keuangan di era modern yang ditetapkan oleh penyusun * standar (IASB) maupun yang diajukan oleh penggagas akuntansi syariah. Berdasar ayat-ayat dalam kitab suci Al-Qur’an, bagian kedua menyajikan telaah atas kesesuaian antara pengguna laporan keuangan dan kitab suci Al-Qur’an. Pertanyaan utama yang ingin diketahui jawabannya adalah sebagai berikut: Sudahkah pengguna laporan keuangan yang ditetapkan dewan standar maupun yang diajukan pemerhati akuntansi sudah sepenuhnya berlandas pada kitab suci Al-Qur’an? Se akyntamatiha@yaho0.COM TTD ! 185 Keuangan (Konvensional dan Syariahy nee Laporan 1. Penggune at peneatatan, akuntansi —per|y ataupun alat tujuannya agar fungsi akuntansi dapat dikembangkan an i ‘a Tujuan akuntansi diwujudkan dalam_bentuk media ditetap! secara optimal, nyediaan informasi yang memenuhi kebutuhan para pengguna, nycdhad s pe lazimnya berupa — laporan keuangan Informasi akuntansi (financial statements). Menurut IASB. sebagai penyusun kerangka dasar akuntansi keuangan, laporan keuangan terdiri dari laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, dan laporan posisi keuangan komparatif, jika diperlukan. Berdasar kerangka dasar sebelumnya (IASC, 1989), pengguna laporan keuangan meliputi investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelan, pemerintah, dan masyarakat umum. Bekerjasama dengan FASB, IASB (IASB, 2010; FASB, 2010) menerbitkan kerangka dasar konseptual yang menctapkan bahwa pengguna primer laporan keuangan adalah investor, pemberi pinjaman, dan_ kreditor lainnya, Pengguna-pengguna lainnya, — seperti misalnya hah dan masyarakat dapat menggunakan _ laporan ne yang ada tetapi laporan keuangan tersebut tidak dimaksudkan Sccara khusus untuk memenuhi kebutuhan mereka. GF Mence! pektif konvensional, para pemerhati akuntansi syariah mati adanya beragam keterbatasan karena menggunak pgunakan er5| mengajukan perspektif yang dipertimbangkan memenuhi kriteria ang lebih bersifat menyeluruh. Salah satu perspektif yang giusulkan adalah perspektif Khalifatullah fil Ardh yang mana ni tidak hanya melihat dari aspek materi semata perspektif i sprititual, asmaa’ shifatiyyah, dan tetapi juga realitas psikis, absolut (Iwan Triyuwono, 2006). Tujuan laporan keuangan yang sesuai syariah dimaksudkan untuk memenuhi tujuan yang bersifat materi sekaligus yang bersifat spirit. Untuk tujuan materi, laporan keuangan dimaksudkan menyediakan informasi yang dianalogikan sebagai “padan”. Sementara itu, laporan keuangan juga dimaksudkan sebagai akuntabilitas yang dalam hal ini dianalogikan sebagai “uh”. Kedua tujuan tersebut seperti dua sisi mata uang, yang mana keduanya seharusnya dipenuhi, dengan pencapaian tujuan akuntabilitas merupakan tujuan yang lebih substansial (Iwan Triyuwono, 2006). perspektif Khalifatullah fil Ardh menerapkan konsep yang menggunakan metafora “amanah” yang selanjutnya lebih diopera: “zakat”. Dalam perkembangannya banyal syariah menjadikan zakat merupakan tujuan utama yang ingin dicapai oleh akuntansi syariah. ees akyntamatike@ yahoo.com al 187 Dalam _penjabarannya, sionalkan menjadi metafora k_ pemerhati akuntansi el a hak bagian dari harta peninggalan ke dan bagi perempuan ada hak te i sais at tua dan vay lua orang tua dan kerabatnya, baik sidikit anes ba enurut bagian yang telah ditetapkan. (QS. AnNiwee Lett yntansi sebagai Alat Pencatatan Muamalah Ak . 1 pethatikan phrasa kalimat yang ditulis tebal dengan warna hitam di Qs. Al-Bagarah [2]: 282. Interpretasi atas ketiga phrasa tersebut adalah sebagai berikut: (akuntansi) digunakan sebagai alat untuk a. Pencatatan bermuamalah, antara lain utang-piutang dan jual-beli. p. Pencatatan berfungsi untuk menegakkan keadilan, sebagai bukti, c. Pencatatan berfungsi untuk m kepada ALLAH SWT. dan meminimalkan ketidak-jelasan. eningkatkan ketakwaan manusia Kesimpulannya, akuntansi merupakan media untuk mencapai tujuan habluminnash dan habluminALLAH. Oleh karena itu, akuntansi tidak boleh ditujukan hanya untuk beberapa terlebih jika hanya untuk penyandang kepentingan tertentu saja, anjutnya, dana (investor, pemberi pinjaman, dan kreditor). Sel: penentuan besaran zakat merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai melalui penyelenggaraan akuntansi. Tujuan penting baikan akuntansi adalah penetapan sekali, pencatatan harus sudah isan lancar. lainnya yang tidak boleh dial warisan. Meskipun hanya dilakukan sejak awal agar proses pembagian wa! eens Ai MAMAtIREYAAIO.LOT pe 189 Wve UNTUK KITA RENUNGKAN Berdasar ayat dalam QS. Al-Bagarah [2]: 282, ax merupakan media yang dibutuhkan dalam muamalah. Tidak hanya itu, d: am ayat yang nalah. seeara eksplisit ditegaskan bahwa akuntansi Juga merupakan media yang mencerminkan tingkat ketakwaan umat Islam key ALLAH SWT. Disamping untuk memenuhi penghitungan zak, akuntansi juga dibutuhkan untuk penet Meskipun hanya terjadi 1 kali, aU yang akurat, apan hak warisan. Penetapan warisan sangat krusial karena manusia tidak dapat mengetahui kapan ajal Menjemput, dan karena Penetapan warisan tidak dapat dilakukan sendiri tetapr justru membutuhkan o1 rang lain untuk menjalankannya, Akuntansi juga dapat. d membantu dalam penentuan —apakah memenuhi ukuran “mampu™ nakan untuk sescorang — sudah terkait dengan perjalanan ibadah haji, Dengan demikian, setiap umat Ist untuk menerapkin akuntansi. Adalah hal yang. bene jika Pemerhati dan pembelajar akuntansi mengawali pene akuntansi untuk kehid pan schari-hari am bertangeungjawab tan ekuntamatika@yahoo.com ee ene 190 a i kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu k . Das pendengaran,penghihatan dan hati mira, caer eae eet = 1» itu akan giminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa’ [17]: 36) BAGIAN III: BAB 18 RELIABILITAS & RELEVANSI satu isu yang cukup lama muncul dan hingga sekarang masih diskusi dan perdebatan adalah terkait dengan pencapaian f, yaitu reliabilitas dan relevansi. Sebagian salah menjadi dua karakteristik kualitatr pesar pemerhatt akuntansi berpendapat bahwa kedua_ karaktcristik rersebut merupakan tradeoff. maka berisiko menurunkan kualitas reliabilitas, dan sebaliknya. ab 18 ini menyayikan deskrips: tentang isu reliabilitas vs. relevansi ka kualitas relevansi ditingkatkan B dalam pengembangan akuntans! keuangan di era modem ini, dan perspektif kebenaran yaitu kitab suci mencermati isu tersebut dan | Al-Qur’an. Pertanyaan utama yang Ingin diketahui jawabannya adalah sebagai berikut Manakah karakteristik kualitatif informasi akuntansi yang rupakan merupakan kebutuhan, dan manakah yang me’ an? keperluan dalam pengembangan akuntansi keuang: Cems 20 SMTR EO) pS 191 ee 1. Dilema Reliabilitas dan Relevansi Informasi dikatakan andal (reliable) jika informasi ee disajikan berdasar bukti yang mencerminkan Peristiwa yan; sebenarnya terjadi. Berdasar standar akuntansi, e reliabilitas informasi bergantung pada tiga karakteristik: Kelengkapan, Penyajian yang jujur, dan Kenetralan. Selanjutnya, informasi dikatakan relevan jika ia memberi manfaat dalam Pengambilan keputusan, baik keputusan yang terkait dengan masa laly maupun masa datang. Tiga karakteristik utama yang mempengaruhi relevansi: Ketepat-waktuan, Nilai Prediktif, dan Nilai konfirmatif. Penyajian informasi yang memenuhi kedua karakteristik reliabilitas dan relevansi merupakan harapan yang ingin dicapai, Permasalahan muncul karena_ karakteristik reliabilitas dan relevansi oleh pemerhati akuntansi dipertimbangkan saling bertentangan. Sebagian besar pemerhati akuntansi mencoba untuk memilih dan menimbang karakteristik manakah yang seharusnya diutamakan. Penggunaan alat ukur yang disebut kos historis (historical cost) di akuntansi masa lalu mencerminkan kepedulian lebih tinggi pengembang akuntansi_ terhadap reliabilitas dibanding relevansi. Sciring dengan perubahan dan persaingan bisnis, penggunaan alat ukur nilai wajar (fair value) dan nilai sekarang (present value) mencerminkan kepedulian lebih tinggi terhadap relevansi dibanding reliabilitas. weeny AKuntamatika@yahoo.com ea D 192 Fo seara cksplisit menyatakan bahwa informasi keua E cuangan pRS se 1s memenuhi keduanya, relevan dan reliable (terminologi pac? . sang digunakan adalah “disajikan secara jujur (faithful jepreseetiony Tidak ada informasi yang relevan jika an tidak secara jujur, dan juga tidak bermakna informasi dis yang disajikan jujur tetapi tidak relevan untuk pengambilan keputusan. Namun demikian, usaha-usaha yang dimaksudkan mendorong penggunaan nilai wajar di IFRS menunjukkan arah akuntansi keuangan dimaksudkan untuk bahwa saat ini relevansi daripada reliabilitas. mengutamakan peningkatan IFRS mengakui bahwa reliabilitas merupakan han) yang harus dipenuhi agar suatu poran keuangan (IASB, Dari satu sisi, persyaratan utama (kebutul informasi dapat disajikan dalam lay lapat tiga level nilai wajar yang dapat 2010). Dari sisi lain, terda| digunakan, dimulai dari yang paling utama, (IASB, 2011): aktif. Nilai wajar berdasar harga di pasar Nilai wajar berdasar harga yang dapat diobservasi secara langsung ataupun tidak langsung. Level 3: Nilai wajar berdasar harga yang tidak dapat diobservasi, dengan penye: diperlukan. Level 1: Level 2: suaian yang ai wajar ini berpeluang memunculkan gkat reliabilitasnya rendah tetapi S cenderung Pemberlakuan level nil adanya informasi yang tin, tingkat relevansinya tinggi. mengutamakan relevansi dibanding reliabilitas. akyntamatika@yahioo.com — 193 Dengan kata Jain, IFR STN PS ciabilitas dan Relevansi Sebagai Pasangan pertatrkan phrasa kalimat yang ditulis tebal dengan wi di QS. Al-Bagarah [2]: 282. Interpretasi atas ohtace tam adalah bahwa pencatatan harus berdasar fakta yang tena boa yang perutang tidak boleh mengurangi sedikitpun, dan - , ~e memberi piutang tentu: saja juga tidak boleh mnenambahhon sedikitpun. Jika pihak yang berpiutang §=menambah nila piutangnya maka keadilan tidak terjadi. Bagi yang berpiutan; mungkin hal tersebut dianggap hal yang adil (misalnya hare alasan “nilai waktu uang”). Jika penambahan tersebut tak dilakukan oleh pihak yang berutang maka sebenarnya akuntansi kedua pihak menjadi tidak seimbang, yang berarti pula mencerminkan ketidak-adilan. Dengan demikian, karakteristik pakan sebuah kebutuhan (keniscayaan). seharusnya menghasilkan informasi yang andal uh ini tujuan tersebut reliabilitas meru Akuntansi sekaligus relev tidak mudah dicapai. asangan; meskipun bertentangan agar informast dapat an. Namun demikian, seja' sangat Kedua_karakteristik tersebut sebenarnya merupakan p tetapi keberadaan keduanya harus terpenuhi sebagai pertanggungjawaban sekaligus penye pengambilan keputusan. ikian, permasalahan yang dihadapi akuntansisekarang gz harus dilakukan untuk menjadikan sistem berpasangan yang Se gai tradeoff yang haru EE akyntamatika@yahioo.com 195 dia informas! untuk Dengan dem ini adalah “apa yan; reliabilitas dan relevans! sungguhnya, bukan just Is ditanggung?”- merupakan diperlakukan seba UNTUK KITA RENUNGKAN Fungsi utama akuntansi adalah menyajikan in| . andal (reliable) dengan mencatat kegiatan cama d fakta yang berarti pula mencerminkan keadilan, Penyajian informasi akuntansi yang relevan merupakan fungsi pelen eken yang diperlukan agar pengguna dapat menggunakann: sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait Penyajian informasi akuntansi yang andal sckaligus relevan dapat dilakukan jika pemerhati —akuntansj bersedia memanfaatkan matematika dalam pengembangan akuntansj Deskripsi singkat tentang gagasan pemanfaatan matematika untuk menghasilkan informasi akuntansi yang andal sekaligus relevan telah dipublikasikan (lihat Sony Warsono-bin- Hardono, 2010, 2011, 2012). Pertanyaaannya, bersediakah kita sebagai sesama umat Islam mencermati dan mengkritisi gagasan tersebut? akuntamatika@yahoo.com ———— 196 Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui, Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (Al-Israa’ [17]: 36) BAGIAN III: BAB 19 TUJUAN IFRS FOUNDATION IFRS menjadi topik bahasan hangat para pemerhati akuntansi di banyak negara. IFRS ini disusun oleh IASB yang berada di bawah Jembaga yang disebut IFRS Foundation. Seperti halnya lembaga linnya, IFRS Foundation juga mempunyai tujuan yang ingin dicapai. a singkat sejarah IFRS Foundation dan Bab ini menyajikan seca tujuan utama yang ingin dicapai. Tujuan ini layak dicermati karena dua alasan. Pertama, para pemerhati akuntansi di banyak negara terkesan banyak berharap dari IFRS Foundation. Kedua, tujuan yang ingin dicapai IFRS Foundation tergolong spektakuler. Pertanyaan ulama yang ingin diketahui jawabannya adalah sebagai berikut: Mungkinkah IFRS Foundation dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dan apa yang harus kita perbuat sebagai umat Islam terhadap hal tersebut? en rrererntoncom 197 ‘wl STE | Sejarah dan Tujuan IFRS Foundation Bermula dari pembentukan IASC (International eae Standard Committee) di tahun 1973, gagasan untuk meeune standar akuntansi yang berlaku secara internasiona] bergerak secara dinamis. Pada tahun 2001, IASC berubah bentuk menjadi IASC Foundation yang menjadikan IASC Merupakan entitas yang berdiri sendiri. Perkembangan organisasi mendorong terjadinya perubahan nama dari IASC Foundation menjadi IFRS Foundation pada tahun 2010 sesuai dengan nama standar yang dihasilkan. 1. Pada awalnya organisasi yang sckarang disebut IFRS Foundation didirikan oleh 9 negara. Sampai dengan 2011, sudah lebih dari 100 negara yang melibatkan diri dengan entitas ini, baik sebagai negara yang berencana melakukan konvergensi, nsi, maupun menyatakan diri sedang melakukan konve mengadopsi penuh IFRS. Produk awal IASC adalah Framework (1989) dan lebih dari 30 IAS (nternational Accounting Standard) selama_ beberapa ama dengan FASB, IFRS Foundation (IASB) menerbitkan Conceptual Framework pada tahun 2010. Pengembangan Conceptual Framework bersifat perbaikan dari Framework yang sudah ada. Sampai dengan tahun 2011, terdapat 9 IFRS yang sudah diterbitkan, termasuk IFRS for SME (small and medium-sized entities). pemecrcrcceceeccesy 1AM Ntamatiha@yah00.COTE 198 periode. Selanjutnya —beke f — da awalnya tujuan IASC (cikal bakal IFRS Foundation) sual alt mengembangkan dan mempromosikan penerapan standar gxuntansi internasional. Tujuan ini dapat dikatakan untuk mengharmonisasi standar-standar akuntansi yang berlaku di panyak negara. Dalam perkembangannya, tujuan di atas pergerak lebih jauh sebagaimana dinyatakan dalam IFRS Foundation Constitution (2010, Section 2 [a]) sebagai berikut: (a) to develop, in the public interest, a single set of high quality, understandable, enforceable and globally accepted financial reporting standards based upon clearly articulated principles. These standards should require high quality, transparent and comparable information in financial statements and other financial reporting to help investors, other participants in the world’s capital markets and other users of financial information make economic decisions. Tujuan IFRS Foundation di atas jika diringkas dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia _ kira-kira dapat dinyatakan “Untuk mengembangkan seperangkat tunggal standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang berterima global, dapat dipaksakan, dan dapat dipahami untuk membantu para pengguna, terutama di pasar modal dunia, dalam pengambilan keputusan ekonomik”. Sebenarnya IFRS Foundation juga memiliki kepedulian terhadap entitas yang berskala kecil dan menengah tetapi sejauh ini nampaknya kepedulian terhadap entitas-entitas yang ada di pasar modal menjadi prioritas melalui penerbitan banyak standar untuk itu. es AnH AALHR C0. 199 3) Suneg ‘ami tel +i ia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorany n seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu. pangsa dan bersuku-suku agar kamu s Wahai manus Jaki-l berban sungguh, yang sang paling bertakwa. srs ing mengenal. paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Telit (QS. Al Hujuraat [49]: 13) , pan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan pumi, perbedaan bahasamu, dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. (Ar-Ruum [30]: 22) 8 Mengagas Hal yang Tidak Mungkin Tercapai Berdasar ayat QS. Al-Bagarah [2]: 282, dan diantaranya 2 ayat Al-Qur’an yang tercantum di atas maka sangat jelas bahwa tujuan IFRS tidak akan pernah tercapai. Mengapa demikian? Karena tidak mungkin ada di dunia ini yang sifatnya tunggal. Semuanya: diciptakan beragam. Dari perspektif sistem, perbedaan merupakan persyaratan untuk menghasilkan sinergi. Dengan demikian, tujuan IF RS Foundation bertentangan dengan kebenaran yang terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an. Kebenaran tentang hal di atas, yaitu ketidak-mungkinan adanya yang bersifat tunggal, sebenarnya telah terbukti dalam kehidupan kita. Keberadaan United Nations (Perserikatan Bangsa-Bangsa) dan upaya penginternasionalan bahasa Inggris yang hingga sekarang tidak dan tidak akan pernah terpenuhi di sekelumit contoh angan melambung masa datang adalah sesuatu. manusia yang pernah dilakukan untuk menunggalkan ns AMALIA. UNTUK KITA RENUNGKAN Banyak pemerhati akuntansi berduyun-duyun kehadiran IFRS, Pengajar, terutama dosen meee bahkan memaksa_ mahasiswa_ untuk mempelajari IFRS bagaikan sebuah “kitab baru” yang akan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada. Para Praktisi sibuk mengikuti pelatihan IFRS ataupun mengajukan Persyaratan baru dalam proses perekrutan lulusan akuntansi agar Pperusahaannya siap menerapkan IFRS. Salah satu pelopor yang tidak boleh ketinggalan disebut adalah Ppenyusun standar akuntansi keuangan di Indonesia yang nampaknya percaya penuh bahwa penetapan standar berbasis IFRS akan menjadikan Indonesia lebih baik. Marilah kita masing-masing merenung, apakah memang sudah tepat langkah yang selama ini kita tempuh? Memberi kontribusi positif, meski sekecil apapun, akan jauh lebih baik daripada mengajak ke arah yang pada akhirnya akan terbukti salah yang berarti pula berbuat kesia-siaan. aRuntamatika@yahoo.COM scraper EA Ee 202 Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu i ing tidak i Karena pendengaran, penglihatan dan hat ce es mae inta pertanggungjawabannya, (QS. Al-Israa’ [17]: 36) “s BAGIAN III: BAB 20 NILAI MONETER Informasi akuntansi lazimnya dapat diidentikkan dengan penyediaan jnformasi yang disajikan menggunakan alat ukur nilai_ moneter.' Meskipun beragam metode pengukuran digunakan tetapi pada dasarnya sejauh ini alat ukurnya sama yaitu nilai moneter. Bab terakhir dari Bagian III ini menyajikan telaah terkait dengan penyajian informasi yang berlandas nilai moneter, dan gagasan yang Balanced Scorecard. Pertanyaan muncul dewasa ini terkait dengan ah sebagai berikut: utama yang ingin diketahui jawabannya adal Berlandas kitab suci Al-Qur’an QS. Al-Bagarah [2]: 282, sudah cukupkah akuntansi menyajikan informasi berbasis nilai moneter semata? untuk menyajikan topik “nilai waktu penulis berharap dapat_menuliskan er bencana perekonomian” oleh rekan au dibahas dalam buku- "Bab terakhir ini pada awalnya digunakan uang”. Dengan beberapa_pertimbangan, tentang topik yang disebut sebagai “sumb: Penulis Diyah Putriani baik dalam bentuk artikel lepas at uku yang akan datang. eens “A tamatikea@ yahoo.com 203 — a —S 1. Uang Sebagai Alat Tukar Keberadaan alat tukar dapat dikatakan telah ada g : citing dengan perkembangan muamalah yang dilakukan manu: Sia, Beragam benda yang dinilaj -benda yang Sebenarnya relatif tidak bernilai. Dengan demikian, jika uy alat tukar digunakan mulai dari benda- berharga bagi manusia hingga benda. ang diartikan sebagai alat tukar maka keberadaan uang sudah sangat lama, Uang sebagai alat tukar membantu muamalah antar manusia, Seandainya tidak ada uang maka muamalah dalam bentuk jual- beli dilakukan terutama dengan model barter, Penggunaan uang memungkinkan muamalah dapat berlangsung aktif, tidak harus antara individu yang membutuhkan sayur- ran, misalnya, dengan individu yang membutuhkan buah-buahan, Keberadaan uang juga memungkinkan individu mengukur nilai baran B/jasa 1g Jug g ig g/jasa, dan membandingkannya dengan barang jasa lainnya. Akuntansi dewasa ini men ggunakan satuan uang (nilai moneter) untuk mengukur sebuah transaksi, dan menyajikannya dalam bentuk informasi keuangan. Salah satu cerminan dari tingkat kepedulian akuntansi_ terhadap uang sebagai alat- pengukur adalah penyebutan — informasi keuangan sebagai “laporan keuangan (financial statements)”. Dalam _ perjalanannya akuntansi juga mengembangkan beberapa metode pengukuran yang berbasis nilai moneter, antara lain kos historis, nilai Te dan nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value). akuntamatika@yahoo.com —_a«« Ge a pi sau sisi, penggunaan beragam metode pengukuran berbasis ‘al vas pilal moneter mencerminkan pengembangan akuntansi. Di sisi bungan nilai-nilai moncter yang dihasilkan dari Jain, PENE metode-metode pengukuran yang berbeda, meskipun sama-sama nilai moneter, sebenarnya tidak selalu) menyajikan perbasis informasi yang akurat. Sebagai ilustrasi di luar akuntansi, penggabur n hasil pengukuran temperatur menggunakan Celcius dan Fahrenheit, meskipun sama-sama menggunakan * akan menghasilkan informasi yang tidak akurat. “dera) Isu lain yang terkait dengan penggunaan nilai moneter sebagai adalah ketidak-mampuannya dalam mengukur sinergi alat ukur misalnya. Meskipun sama-sama memiliki antar_ sumberdaya, aset berjumlah Rp100.000.000, tetapi perusahaan A yang asetnya beragam dipertimbangkan memiliki kondisi keuangan lebih baik dibanding perusahaan B yang asetnya hanya berupa gedung, misalnya. Keterbatasan pengukuran berbasis nilai moneter dewasa ini mulai disadari, Dari perspektif akuntansi keuangan, keberadaan Catatan atas laporan keuangan (CALK) yang merupakan bagian in menjadi media bagi perusahaan untuk dari laporan keuangé dapat informasi penting yang tidak ansi pokok. Dari perspektif” akuntansi inced Scorecard (BSC) menyajikan beragam terekam di sistem akunt Manajemen, pengukuran berbasis Bale merupakan alternatif yang menarik untuk diterapkan. Le akyntamatika®yaho0. COM TS 205 Po pencatatan Berbasis Matematika perhatikan phrasa kalimat yang ditulis tebal dengan warna hitam gi QS. Al-Bagarah [2]: 282. Interpretasi atas kedua phrasa vast adalah sebagai berikut: a. Hal yang dituliskan tidak harus menggunakan satuan moneter, tetapi dapat hal-hal yang Jain, dan p, Penulisan berlandas pada hal yang mencerminkan keadilan. Dengan berlandas interpretasi di atas maka menjadi tantangan bagi pemerhati akuntansi, terutama umat Islam, untuk mengembangkan akuntansi yang tidak hanya menggunakan ukuran nilai moneter. Pencatatan yang menggunakan ukuran non-moneter sebenarnya juga telah diterapkan di masa awal kejayaan Islam (lihat Omar Abdullah Zaid, 2000 dan 2004). Sayangnya, perjalanan panjang justru menjadikan akuntansi hanya menggunakan_ satuan moneter. Pemaksaan penyajian informasi hanya dalam satuan moneter berisiko, dan nampaknya telah terbukti, mereduksi informasi yang dihasilkan akuntansi Persyaratan lanjutan, pengukuran yang dikembangkan akuntansi s matematika yang mencerminkan tercapainya harus_ berlanda: Keberadaan laporan berupa CALK tidak mudah ena cenderung bersifat cenderung sebatas keadilan. dikatakan mencerminkan keadilan kar kualitatif, dan penerapan BSC juga mengkuantitatifkan informasi. Pengukuran yang seharusnya diupayakan adalah yang berbasis rasionalitas matematika a shentamatibp yao. cm 207 UNTUK KITA RENUNGKAN Pada awal pengembangannya, akuntansi tidak hanya menyajikan informasi menggunakan ukuran_nilai moneter tetapi juga menggunakan ukuran-ukuran lainnya. Dalam perjalanannya hingga dewasa ini, akuntansi lebih menitik- beratkan pada pengukuran berbasis nilai moneter. M kipun seakan tidak ada permasalahan, salah satunya mungkin karena sudah dirasa menjadi kebiasaan, sebenarnya _praktik pengukuran di akuntansi yang terlalu fokus pada ukuran nilai moneter berisiko terhadap penurunan kualitas informasi, Menjadi sebuah tantangan dan sekaligus tanggungjawab umat Islam yang sudah memantapkan diri_bertindak sebagai pemerhati akuntansi untuk mengembangkan pengukuran di bidang akuntansi. Pengukuran yang dikembangkan seharusnya tidak hanya berbasis nilai moneter tetapi juga berbasis lainnya dengan tetap berlandas pada keadilan, yang dapat dicerminkan secara optimal oleh matematika.

You might also like