ianganlah kamu mengikuti sesuatu i
= i yang tidak kam i
Dan a pendengaran, penglihatan dan hati en ae ae
iminta pertanggungjawabannya, (QS, Alera’ [17]; 30)
BAGIAN III: BAB 14
SUBSTANCE OVER FORM
Konsep akuntansi yang juga banyak diketahui dan terinternalisasi
dalam kehidupan adalah prinsip substance over form (substansi
mengungguli bentuk). Secara sederhana, pemerhati akuntansi akan
menguiamakan = pemenuhan —substansi _ transaksi dibanding
bentuk/formalitasnya.
Bab ini menyajikan tiga topik bahasan. Bagian pertama dan kedua
menyajikan deskripsi tentang konsep swhstance over form, dan
dilanjutkan ringkasan tentang diskusi konsep tersebut di perbankan
syariah, Bagian ketiga mendasarkan diri pada QS. AL-Bagarah [2]:
282 untuk mengidentifikasi apakah konsep yang ada benar atau
Justtu berisiko menyimpang dari kitab-suci Al-Qur’an. Pertanyaan
‘ama yang ingin diketahui jawabannya adalah sebagai berikut:
Adakah kebenaran dalam QS. Al-Baqarah [2]: 282 yang menjadi
Pegangan untuk menerapkan prinsip Substance Over Form di
akuntansi?
eres aRuntamatika@ yahoo.com eee
1651, Sckilas tentang Substance Over Form
Menggunakan prinsip substance over
. form \
disingkat_ SOF), pemerhati akuntansi akan i *utny,
enguty
pencatatan atas_—substansi_—transaksi, dibang ButaMak an
: Ing
formalitasnya. Dalam kondisi normal, Spe,
kedua aspek lersety
Ketika Aihaapan
Mnya dibertakukan
Contoh penerapan prinsip SOF - terjadi
diharapkan dapat dipenuhi semuanya.
dengan situasi tertentu, maka prinsip ini lazi
d.
alam Petisting
. U teks akuntans
menyebutkan bahwa peristiwa bisnis ini tidak Perlu ¢
icatar
penyerahan barang konsinyasi. Banyak buki
karena substansi, yaitu kepemilikan, barang tersebut bely
berpindah. Yang dimaksud tidak dicatat di sini, menurut hema
penulis, sebenarnya adalah pengakuan pendapatannya tetap
serah terima barang dagangan tersebut sebenarnya hans tex
dicatat oleh akuntansi (misalnya sebagai barang_ titipan
Sayangnya, beberapa buku teks tidak menjelaskan hal m
sehingga sebagian pembelajar menganggap bahwa penjumalan
tidak diperlukan terkait dengan peristiwa konsinyasi.
Contoh kedua, yang banyak dibahas di literatur, prinsp SOF
berlaku§ untuk transaksi = /easing (sewa-guna sent
Perusahaan akan mengakui sebagai aset jika _
dimaksudkan untuk membeli aset _ setelah pero ve
disepakati, dan diakui sebagai biaya (expenses) a :
tersebut tidak memenuhi karakteristik yang telah dite?
cece 24H amatika@yahion.com
166qwerlakuan SOF di Perbankan Syariah
h iernal851 prinsip SOF juga menyebar ke berbagai bid:
enidpan- Sampai saat ini masih terdapat perdebatan te hk
gan manakah yang seharusnya diunggulkan, aspek ” hes ait
: stansi
dent
pentuk/formalitas, di perbankan syariah. Sebagi
* an
araukab
perpenda
gubstansi, yaitu untuk mencapai kemaslahatan umat, sedangkan
sebagian lainnya
patalnya akad. Berikut ini tulisan di blog pemerhati perbankan
sy ariah Luqyan Tamanni (2012) yang berbagi informasi hasil
workshop «Form and Substance in Islamic Finance: Challenges,
Problems and the Way Fe orward” di London Inggris.
at bahwa perbankan syariah lebih mengutamakan
mengutamakan pembahasan tentang sah-
atarbelakangi munculnya perdebatan
Tema workshop di atas dil
pemerhati
bstansi vs. formalitas. Sebagian
atakan bahwa aspek formalitas lebih
sedangkan sebagian
penting
panjang mengenai su!
perbankan syariah_menyi
diutamakan di industri y:
lainnya berpendapat bahwa pemenuhan substansi lebih
dibanding formalitasnya. Perdebatan terjadi karena adanya
terasa diyakini bahwa tradeoff dalam
pek tersebut akan sel
ang relatif baru,
pandangan yang
pemenuhan kedua as
alu terjadi.
merasakan bahwa pengutamaan
Pembicara dari praktisi ;
formalitas justru menghambat perkembangan perbankan syariah
putuhkan solust
vensional mem
konvensional.
karena saat ini masyarakat kon
sistem
atas kegagalan implementasi
> “ cmtamatika@yatioo.com aformalitas dibandingkan substansi bi
Potens)
met ava tary
P Juk ,
produk prod a a masyare
Pihak akademis! menyatakan bahwa ree Yarakay
wut
Pengedepanan
munculkan bumening,
inovauf perban
dan akan menurunkan d
an SYd
jah di mat
konvensional.
formalitas di lembaga keuangan s
karena hal tersebut’ menyebabkan — kchilangan
‘aMaan
i i Pencapaiz
dimensi sosial dalam konteks mragasid syariah, Paian
Dalam) workshop tersebut juga disampaikan beberapa iL
yang terdapat di lembaga keuangan syariah oleh tiga ee
hukum. Kasus-kasus yang dibawa ke pengadilan pada os
diputuskan dengan lebih mengedepankan _substansi poe
formalitasnya. Sebagai contoh, dalam kasus penviten
karena nasabah tidak mampu melunasi_ cicilan, y : aset
memperlakukan sebagai transaksi ijarah sedangkar , ankan
menganggapnya sebagai transaksi pembiayaan. Pengadiing
akhirnya menetapkan bahwa_transaksi yang na pada
transaksi_ pembiayaan. Pemerhati lembaga kouang oe
yang bertindak sebagai Dewan Pengawas Sean a
eee ana ketepatan dalam praktik-praktik vn
yang sejauh ini dirasa lebih mengutamakan aspek Tomaline
juga
Berdasar paparan di atas, nampaknya sebagian besar pemerhati
ne syariah dan penegak hukum juga sudah
i’ oan diterapkan di akuntanst,
amakan substansi dibanding bentuk/formalitasnya.
(ey akuntamatika@ yahoo.com
168 —3.
Substance And Form?
sa kalimat yang ditulis tebal dengan warna fy
th [2]: 282. Beberapa kebenaran yan; i
ra lain adalah sebagai berikut:
Mungkinkah
Perhatikan ph
di QS. ALE
eksplisit ters
a, Kebe!
b. Kriteria baku saksi juga ditetapkan secara jelas,
c¢. Transaksi jual-beli membutuhkan adanya saksi,
8 Secary
daan saksi merupakan keharusan dalam utang-
Piutang,
Dari perspektif pelaku bisnis, saksi maupun penulis der
dikatakan merupakan salah satu fungsi untuk memenuhi a
formalitas. Dengan demikian, penerapan prinsip Se
menciderai fungsi akuntansi itu sendiri, dan tidak memenu
kebenaran sebagaimana tercantum dalam AI-Qur’ an.
Berlandas ayat QS. Al-Baqarah [2]: 282 maka Prinsip yang
benar adalah Oe Cie! Form (SAF). Bagaimana kedua
aspek tersebut dapat dicapai? Kalau kita melihat akuntansi dari
ilmu sosial semata maka tradeoff nampaknya akan selalu terjadi.
Yang perlu diketahui aspek substansi dan aspek formalitas
sebenarnya mereka merupakan pasangan. Keberadaan akad
dalam muamalah, dan gerakan sholat yang telah ditentukan
merupakan cermin penerapan substance and form. Apa yang
bisa kita lakukan sebagai umat Islam yang memberi perhatian
kepada pengembangan akuntansi agar prinsip substance dan
prinsip form dapat terpenuhi sehingga hal tersebut tidak lag!
merupakan tradeoff yang diperlakukan sebagai mitos?
pee “huntamatika@yahoo.com —
170UNTUK KITA RENUNGKAN
rumah tanpa ikatan pernikahan, ataupun pernikahe
ksikan olch anak hasil pernikahan itu sendiri boleh
akan dampak internalisasi prinsip substance iver
chidupan masyarakat di negara barat.
yidup sel
yang disal
jadi meruP
form dalam k
bstansi dan aspek formalitas merupakan dua aspek
ngan. Mereka memiliki karakteristik yang
uhan kedua aspek tersebut justra
sinergi. Dengan demikian, tradeoff antara
rmalitas yang sering dianggaP selalu terjadi
tidak demikian. Namun demikian, sinergi
bahkan mustahil, dicapai jika kita
sudut pandang ilmu_ sosial
pektif matematika, sinergi
terbuka untuk
Aspek su
yang saling berpasa
berlawanan tetapi_ pemen!
sebenarnya
keduanya sangat sulit, atau
mencoba menyelesaikan dari
semata. Dengan berpikir dari pers
substansi. dan formalitas menjadi sangat
terwujud._aganlah kamu mengikuti sesu: :
an 7 atu yang tidak
pan) 8 ndengaran, penglihatan dan hati er kamu ketahui
> Semua itu aka,
sor ainta pertanggungjawabannya. (QS, AlIsraa’ (17): 36)
BAGIAN III: BAB 15
KONSEP KESATUAN USAHA
| fads konsep kesatuan usaha maka perusahaan diperlakukan
gpogal entitas yang mandiri, terpisah dari pemilik. Salah satu
ari konsep ini adalah keberadaan _perusahaan-
| vujudan d
asar modal yang sahamnya dapat
| pnsahaan yang terdaftar di p:
jgerjual-belikan.
bahasan. Bagian pertama menyajikan
| dskripsi tentang kor dan perlakuannya di
‘kuntansi_. maupun internalisasi konsep ini di bidang lainnya.
Bedasar kitab suci Al-Qur’an, b ua menyajikan sebuah
/mikiran yang mencoba mengkritisi keberadaan konsep kesatuan
ng ingin diketahui jawabanny4 adalah
hub ini menyajikan dua topik
Asep kesatuan usaha
agian ked
Wha, Pertanyaan utama ya
Sbagai berikut:
Benarkah konsep kesatuan usaha sebagaimana yang _,
_ rn ini
dikembangkan oleh pemerhati akunt
berlandas kitab suci AL-Qur’an?
m= -faa rom a
ansi diera modenlisasi Konsep Kesatuan Usaha
menunjuk pada pemberian st
Kesatuan usaha ~ atus kepada
haan sebagai entitas yang berdiri sendiri yang memilik;
kewenangan terpisah dari '
tanggungjawab dan Pemiliknya
Dengan_ berlandas konsep kesatuan usaha (economic enn
concept), fungsi akuntansi melakukan pencatatan transaksi dar
perspektif perusahaan. Selanjutnya, laporan keuangan yang
dihasilkan akuntansi pada gilirannya mencerminkan hasi] kinerja
maupun kondisi keuangan/dana perusahaan.
Entah mana yang lebih dahulu, gagasan tentang kesatuan Usaha
juga berlaku di banyak situasi. Salah satunya adalah keberadaan
perusahaan yang discbut Perseroan Terbatas (PT) baik yang
dimiliki sedikit orang (PT Tertutup) maupun yang terdaftar di
pasar modal. Dalam peraturan tentang Perseroan Terbatas secara
jelas menyebutkan bahwa PT merupakan entitas yang berdiri
sendiri, memiliki hak dan tanggungjawab sendiri. Pemegang
saham (stockholders) menyetorkan sejumlah dana tertentu, dan
tanggungjawab pemegang saham tersebut, jika misalnya
terdapat kegagalan dalam operasi PT, dibatasi sampai dengan
sejumlah modal yang disetornya. Penerapan konsep kesatuan
usaha juga berlaku di dunia perpajakan. Seseorang dapat
mendaftarkan perusahaannya, sebagai badan hukum, dan
selanjutnya perusahaan tersebut diperlakukan sebagai entitas
yang mandiri. Perusahaan secara_periodik menyampaian
laporan pajak, dan membayar pajak sebagai entitas tersendin.
Sreeresecsceny ‘Kuntamatika@yahoo.com —
174sebagai a yang mandiri, perseroan terbatas dapat t
peroperasi tanpa harus tergantung pada Pemegang sahamnye,
Dengan kata lain, pemegang saham dapat menjual saham Vang
dipegangnya tanpa harus mempengaruhi kegiatan operasi
perusahaan. Dalam situasi lainnya, perusahaan dapat membeli
sahamnya sendiri dari pemegang saham, dan menjualnya
kembali di waktu yang tepat (treasury stock).
Sebagai entitas mandiri, perusahaan dianggap dapat melakukan
banyak fungsi, antara lain memproduksi barang, merekrut
karyawan, menjual barang secara_ kredit, memasarkan
produk/jasa, dan bahkan melakukan pencatatan akuntansi.
Perusahaan juga dapat melakukan pengembangan usaha dengan
mengakuisisi perusahaan lain, membentuk perusahaan baru, dsb.
Mungkin muncul pertanyaan diantara kita, bagaimana
perusahaan-perusahaan tersebut dapat melakukan banyak hal
secara mandiri padahal ia hanyalah “sesuatu” yang dirancang
oleh manusia? Tentu saja kita semua tahu bahwa yang
menjalankan semua fungsi perusahaan pada dasarnya juga
manusia. Misalnya, pengambilan keputusan strategis dalam
menjalankan kegiatan perusahaan dilakukan oleh dewan direksi,
dan pengerjaan kegiatan operasional dilakukan oleh para
karyawan. Hanya saja, individu-individu tersebut berada dalam
naungan perusahaan, dan bertindak atas nama perusahaan.
175SSE
ka bertanya, “Apakah en
Mere
terhadap tuhan-tul
kau yang melakukan
han kami, w, (perbuat,
pia (Ibrahim) menjawab, “Seber, ahai Ibrahing !**?) ini
elikukannya maka tanyakanlah kev (Patng) rsa it
epada mereka jika U yang
berbicara.”
(Qs. Al-Anbiyaa’ [21]: 62 —
mereka dapat
63)
«mMenghidup-hidupkan” Sesuatu
perhatikan phrasa kalimat yang ditulis tebal dengan warna hit
+ | * "
di QS. Al-Baqarah [2]: 282. Kebenaran yang tersurat an
firman ALLAH SWT adalah bahwa yang diseru melakuka
muamalah adalah manusia, bukan yang lain. "
Gages untuk membentuk perusahaan yang diperlakukan
sebagai entitas yang mandiri, terlepas dari pemiliknya, akan
memunculkan beberapa permasalahan yang merupakan “area
abu-abu” (dari perspektif manusia), antara lain, sebagai berikut:
a. Siapa atau apa-kah yang berhak memperoleh pahala dari
“amal-amal” yang dilakukan perusahaan?
b. Jika perusahaan bangkrut meninggalkan banyak utang,
akankah perusahaan dimasukkan penjara?
c. Akankah di akhirat kita akan bertemu misalnya IBM dan
Indofood yang “dihidupkan” oleh manusia sewaktu di dunia?
i sebenarnya dirancang untuk
Konsep kesatuan usaha di akuntans:
nisnya
membantu _pemilik mengetahui informasi kinerja bis
secara lebih jelas, tidak lebih dari itu.
akuntamatika@yatoo.com ee
177
os!
\
|a
UNTUK KITA RENUNGKAN
Kitab suci Al-Qur’an banyak menceritakan kehidupa;
masa lalu yang “menghidupkan” sesuaty yan, a umat
kemudian menyembahnya. Sebagai contoh adalah kehial dan
sebagian besar manusia yang menyembah Patung pada j ‘Upan,
nabi Ibrahim AS. Jaman
Kitab suci Al-Qur’an menyajikan keb
sepanjang masa. Dengan substansi yang sama hanya dalay
bentuk perwujudan yang berbeda, gagasan-gagasan masa Tal
akan terus hadir untuk menggoda umat manusia, Apapun
bentuknya, usaha-usaha untuk “menghidupkan” Sesuatu, baik
dalam bentuk fisik yang dapat dilihat maupun dalam bentuk
non-fisik yang hanya bisa dirasakan, harus diwaspadai
keberadaannya.
enaran yang berlaky
akuntamatika@yahoo.com ——
eet)
178Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu
\ Karena pendengaran, penglihatan dan hati
a tay tidak em ketahui,
} diminta pertanggungjawabannya. (QS, "AL, VTerea’ tke ua itu ban
BAGIAN III: BAB 16
BASIS AKRUAL
Salah satu Konsep akuntansi yang konstruk dan penerimaaannya
tidak mudah adalah konsep yang disebut basis akrual. Penegakan
konsep ini dalam implementasinya juga tidak kalah sulitnya.
Bagian pertama bab ini menyajikan uraian singkat tentang basis
akrual di akuntansi. Selanjutnya, bagian kedua mengidentifikasi
kebenaran dalam QS. Al-Baqarah [2]: 282 terkait dengan basis
akual. Pertanyaan utama yang ingin diketahui jawabannya adalah
sebagai berikut:
Apakah konsep basis akrual yang selama ini diberlakukan di
akuntansi telah dijelaskan dalam kitab suci Al-Qur’an?
Le abuntamatita@vahoo,.com ee TEBasis Akrual vs. Basis Kas
Penerapan. basis akrual ini terkait dengan Pertanyaan «4
waktu yang. tepat untuk mengakui_ pendapatan :
Pencatatan berbasis akrual — diterapkan jika
kapan”
AU biaya,
Pengakuan
pendapatan dan biaya dicatat pada saat pendapatan dan biaya
si_yang diharapkan
memudahkan mengenali konsep basis akrual:
terjadi. Berikut ini beberapa — ilustr
a. Transaksi penjualan tunai, pendapatan dicatat pada saat
penjualan;
b. Transaksi penjualan kredit, pendapatan dicatat pada saat
penjualan, bukan pada saat penerimaan kas;
c. Transaksi penerimaan kas dari pelanggan sebagai uang muka
penjualan, pendapatan dicatat pada saat produk/jasa diberikan
ke pelanggan, bukan pada saat penerimaan uang muka.
Implementasi_ konsep basis akrual juga diterapkan untuk
mengakui aset yang berubah menjadi biaya, maupun liabilitas
yang berubah menjadi pendapatan seiring dengan berlalunya
waktu. Salah satu contoh penerapannya adalah ketika
perusahaan mengakui penyusutan.
Untuk mengidentifikasi keunggulan basi
akrual, pembelajaran
lazimnya membandingkan
dampak — antara —_ penggunaan
pencatatan berbasis akrual dan pencatatan berbasis kas terhadap
pengukuran Kinerja. Pencatatan berbasis akrual dipertimbangka!
menyajikan informasi lebih baik dibanding berbasis kas.
eemey Au ntamatika@yahoo.com aw
1R2napan secara konsisten pencatatan a
jy mudah- ae standar akuntansi keuangan cant tidak
beberapa sifuasi membolehkan pencatatan bone
contoh, pencatatan berbasis kas diterapkan kas,
pendapatan terhadap —penjualan an, vk
periode jangka panjang, dan dipetolchken vatat
dapatan di akhir penyelesaian proyek. Standar
dalam
sebagai
engakuan
(installment)
pengakuan pen
keuangan yang
kas juga menunjukkan tingginya
akuntansi menetapkan perusahaan untuk
menyusun laporan arus
kepedulian akan basis kas.
si keuangan yang berlaku di pemerintah
Kedua, standar akuntan
kuntansi berbasis akrual. Namun
penerapan a)
lahan dari basis kas ke basis akrual tidak
a. Model campuran yang disebut
un basis kas menuju akrual
mengarah pada
demikian, perpind:
semudah menetapkan standarny:
basis kas modifikasian ataup'
sekarang ini yang nampaknya terus berlangsung.
ncatatan berbasis
rapan akuntansi syariah, pe!
lak sesuai dengan
dianggap tid
akuntansi syariah
endapatan sebelum diterima
terlalu jauh dari yang
arusnya diakui
basis akrual
Ketiga, dalam pene
akrual pernah menjadi isu karena
ajaran Islam. Sebagian pembelajar
berpendapat bahwa mengakui Pp
secara kas dianggap melangkah
seharusnya. Dengan kata lain, pendapatan seh:
ketika kas diterima. Singkat kalimat, penerapan
tidak mudah dilakukan, dengan berbagai alasan.
= 6 ta atika@yahoo.com ———eth
Per!
kamu mendekati harta anak yatim, k
(bermanfaat) sampai dia lew a dan rat denn cara
i diminta pertanggungjawabannyz po
[17]: 34) annya. (QS. Al Israa’
mnganlah
tebily baik
ya janji itu past
pao i
anys
are’
sis Akrual Sebagai Reminder Janji yang Harus Dipenuhi
. I
hatikan phrasa kalimat yang ditulis tebal dengan warna hitam
di QS- Al-Bagarah [2]: 282. Interpretasi atas phrasa-phrasa
tersebut adalah sebagai berikut:
a, Salah satu terjadinya utang-piutang adalah transaksi jual-beli
secara kredit. Dengan demikian, pencatatan sudah dilakukan
pada saat penjualan kredit.
b. Transaksi jual-beli secara tunai diperbolehkan untuk tidak
Salah satu interpretasi atas hal ini adalah bahwa
dicatat.
pencatatan berbasis kas boleh untuk tidak digunakan.
Menggunakan pencatatan berbasis akrual, semua peristiwa baik
pada saat penjualan/pembelian dan pada saat pelunasannya akan
t. Jika menggunakan basis kas, pencatatan hanya dilakukan
mbelian tunai atau pada saat
an demikian, menurut hemat
benaran
dicata'
pada saat terjadi penjualan/pe
pelunasan utang-piutang. Deng:
penulis, pencatatan berbasis akrual
alam kitab suci Al-Qur’an.
aian janji karena setiap j
sebagaimana kebenarannya
| mencerminkan ke
yang terdapat d Penerapan_ basis
akrual juga mendukung penyeles: janji
harus dipertanggungjawabkan
a’ [17]: 34 di atas.
tercantum dalam QS. Al-isra:
akyntamatika@yahoo.com —
eS
183UNTUK KITA RENUNGKAN
Pada masa lalu, transaksi barter dilakukan antar pihak
membutuhkan_ barang. Disamping memberi_ nilaj re
penggunaan uang, khususnya berupa uang kertas, eee
kegiatan bisnis dalam banyak — hal berlomba | ikan
mengumpulkan uang. Dalam banyak situasi, uan lomba
sebenarnya sebatas alat tukar berubah menjadi Sune yang,
sendiri. aya itu
Penyajian _berbasis kas berisiko menjadikan _ pengg
semakin terobsesi terhadap pengclolaan kas (uang tunaiy. Hal
ini berbeda dari pencatatan berbasis akrual yang men ee
informasi terkait dengan transaksi yang memberi nilai ae
Masih banyak keuntungan dari pencatatan berbas a ar
Haruskah akuntansi meninggalkan per an berb: sis 4 aia
dengan menggantinya berbasis kas demi memenuhi Tenomen
keinginan pengguna untuk memperolch informasi lebih detail
tentang kas?ee
pan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui,
Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan
diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa’ [17]: 36)
BAGIAN III: BAB 17
| pPENGGUNA LAPORAN KEUANGAN
‘ pada akhir periode, pencatatan akuntansi yang ada digunakan untuk
menyusun laporan agar dapat menyediakan informasi keuangan yang
8 memberi gambaran keseluruhan kegiatan muamalah. Informasi
tersebut di akuntansi modern lazim disebut laporan keuangan yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan penggunanya.
Bagian awal Bab 17 ini menyajikan deskripsi tentang pengguna
5 laporan keuangan di era modern yang ditetapkan oleh penyusun
* standar (IASB) maupun yang diajukan oleh penggagas akuntansi
syariah. Berdasar ayat-ayat dalam kitab suci Al-Qur’an, bagian
kedua menyajikan telaah atas kesesuaian antara pengguna laporan
keuangan dan kitab suci Al-Qur’an. Pertanyaan utama yang ingin
diketahui jawabannya adalah sebagai berikut:
Sudahkah pengguna laporan keuangan yang ditetapkan dewan
standar maupun yang diajukan pemerhati akuntansi sudah
sepenuhnya berlandas pada kitab suci Al-Qur’an?
Se akyntamatiha@yaho0.COM TTD
! 185Keuangan (Konvensional dan Syariahy
nee Laporan
1. Penggune at peneatatan, akuntansi —per|y
ataupun alat
tujuannya agar fungsi akuntansi dapat dikembangkan
an i ‘a
Tujuan akuntansi diwujudkan dalam_bentuk
media
ditetap!
secara optimal,
nyediaan informasi yang memenuhi kebutuhan para pengguna,
nycdhad s
pe lazimnya berupa — laporan keuangan
Informasi akuntansi
(financial statements).
Menurut IASB. sebagai penyusun kerangka dasar akuntansi
keuangan, laporan keuangan terdiri dari laporan posisi keuangan
(neraca), laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan
ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, dan
laporan posisi keuangan komparatif, jika diperlukan.
Berdasar kerangka dasar sebelumnya (IASC, 1989), pengguna
laporan keuangan meliputi investor, karyawan, pemberi
pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelan,
pemerintah, dan masyarakat umum. Bekerjasama dengan FASB,
IASB (IASB, 2010; FASB, 2010) menerbitkan kerangka dasar
konseptual yang menctapkan bahwa pengguna primer laporan
keuangan adalah investor, pemberi pinjaman, dan_ kreditor
lainnya, Pengguna-pengguna lainnya, — seperti misalnya
hah dan masyarakat dapat menggunakan _ laporan
ne yang ada tetapi laporan keuangan tersebut tidak
dimaksudkan Sccara khusus untuk memenuhi kebutuhan mereka.GF
Mence!
pektif konvensional, para pemerhati akuntansi syariah
mati adanya beragam keterbatasan karena menggunak
pgunakan
er5|
mengajukan perspektif yang dipertimbangkan memenuhi kriteria
ang lebih bersifat menyeluruh. Salah satu perspektif yang
giusulkan adalah perspektif Khalifatullah fil Ardh yang mana
ni tidak hanya melihat dari aspek materi semata
perspektif i
sprititual, asmaa’ shifatiyyah, dan
tetapi juga realitas psikis,
absolut (Iwan Triyuwono, 2006).
Tujuan laporan keuangan yang sesuai syariah dimaksudkan
untuk memenuhi tujuan yang bersifat materi sekaligus yang
bersifat spirit. Untuk tujuan materi, laporan keuangan
dimaksudkan menyediakan informasi yang dianalogikan sebagai
“padan”. Sementara itu, laporan keuangan juga dimaksudkan
sebagai akuntabilitas yang dalam hal ini dianalogikan sebagai
“uh”. Kedua tujuan tersebut seperti dua sisi mata uang, yang
mana keduanya seharusnya dipenuhi, dengan pencapaian tujuan
akuntabilitas merupakan tujuan yang lebih substansial (Iwan
Triyuwono, 2006).
perspektif Khalifatullah fil Ardh
menerapkan konsep yang menggunakan metafora “amanah”
yang selanjutnya lebih diopera:
“zakat”. Dalam perkembangannya banyal
syariah menjadikan zakat merupakan tujuan utama yang ingin
dicapai oleh akuntansi syariah.
ees akyntamatike@ yahoo.com al
187
Dalam _penjabarannya,
sionalkan menjadi metafora
k_ pemerhati akuntansiel
a hak bagian dari harta peninggalan ke
dan bagi perempuan ada hak te i sais at tua dan
vay lua orang tua dan kerabatnya, baik sidikit anes ba
enurut bagian yang telah ditetapkan. (QS. AnNiwee Lett
yntansi sebagai Alat Pencatatan Muamalah
Ak .
1 pethatikan phrasa kalimat yang ditulis tebal dengan warna hitam
di Qs. Al-Bagarah [2]: 282. Interpretasi atas ketiga phrasa
tersebut adalah sebagai berikut:
(akuntansi) digunakan sebagai alat untuk
a. Pencatatan
bermuamalah, antara lain utang-piutang dan jual-beli.
p. Pencatatan berfungsi untuk menegakkan keadilan, sebagai
bukti,
c. Pencatatan berfungsi untuk m
kepada ALLAH SWT.
dan meminimalkan ketidak-jelasan.
eningkatkan ketakwaan manusia
Kesimpulannya, akuntansi merupakan media untuk mencapai
tujuan habluminnash dan habluminALLAH. Oleh karena itu,
akuntansi tidak boleh ditujukan hanya untuk beberapa
terlebih jika hanya untuk penyandang
kepentingan tertentu saja,
anjutnya,
dana (investor, pemberi pinjaman, dan kreditor). Sel:
penentuan besaran zakat merupakan salah satu tujuan yang ingin
dicapai melalui penyelenggaraan akuntansi. Tujuan penting
baikan akuntansi adalah penetapan
sekali, pencatatan harus sudah
isan lancar.
lainnya yang tidak boleh dial
warisan. Meskipun hanya
dilakukan sejak awal agar proses pembagian wa!
eens Ai MAMAtIREYAAIO.LOT pe
189
WveUNTUK KITA RENUNGKAN
Berdasar ayat dalam QS. Al-Bagarah [2]: 282, ax
merupakan media yang dibutuhkan dalam
muamalah. Tidak hanya itu, d:
am ayat yang
nalah. seeara
eksplisit ditegaskan bahwa akuntansi Juga merupakan media
yang mencerminkan tingkat ketakwaan umat Islam key
ALLAH SWT.
Disamping untuk memenuhi penghitungan zak,
akuntansi juga dibutuhkan untuk penet
Meskipun hanya terjadi 1 kali,
aU yang akurat,
apan hak warisan.
Penetapan warisan
sangat
krusial karena manusia tidak dapat mengetahui kapan ajal
Menjemput, dan karena Penetapan warisan tidak dapat
dilakukan sendiri tetapr justru membutuhkan o1
rang lain untuk
menjalankannya, Akuntansi juga dapat. d
membantu dalam penentuan —apakah
memenuhi ukuran “mampu™
nakan untuk
sescorang — sudah
terkait dengan perjalanan ibadah
haji, Dengan demikian, setiap umat Ist
untuk menerapkin akuntansi. Adalah hal yang. bene jika
Pemerhati dan pembelajar akuntansi mengawali pene
akuntansi untuk kehid pan schari-hari
am bertangeungjawab
tan
ekuntamatika@yahoo.com
ee ene
190a
i kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu k .
Das pendengaran,penghihatan dan hati mira, caer eae
eet = 1» itu akan
giminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa’ [17]: 36)
BAGIAN III: BAB 18
RELIABILITAS & RELEVANSI
satu isu yang cukup lama muncul dan hingga sekarang masih
diskusi dan perdebatan adalah terkait dengan pencapaian
f, yaitu reliabilitas dan relevansi. Sebagian
salah
menjadi
dua karakteristik kualitatr
pesar pemerhatt akuntansi berpendapat bahwa kedua_ karaktcristik
rersebut merupakan tradeoff.
maka berisiko menurunkan kualitas reliabilitas, dan sebaliknya.
ab 18 ini menyayikan deskrips: tentang isu reliabilitas vs. relevansi
ka kualitas relevansi ditingkatkan
B
dalam pengembangan akuntans! keuangan di era modem ini, dan
perspektif kebenaran yaitu kitab suci
mencermati isu tersebut dan |
Al-Qur’an. Pertanyaan utama yang Ingin diketahui jawabannya
adalah sebagai berikut
Manakah karakteristik kualitatif informasi akuntansi yang
rupakan
merupakan kebutuhan, dan manakah yang me’
an?
keperluan dalam pengembangan akuntansi keuang:
Cems 20 SMTR EO) pS
191ee
1. Dilema Reliabilitas dan Relevansi
Informasi dikatakan andal (reliable) jika informasi ee
disajikan berdasar bukti yang mencerminkan Peristiwa
yan;
sebenarnya terjadi. Berdasar standar akuntansi, e
reliabilitas
informasi bergantung pada tiga karakteristik: Kelengkapan,
Penyajian yang jujur, dan Kenetralan. Selanjutnya, informasi
dikatakan relevan jika ia memberi manfaat dalam Pengambilan
keputusan, baik keputusan yang terkait dengan masa laly
maupun masa datang. Tiga karakteristik utama yang
mempengaruhi relevansi: Ketepat-waktuan, Nilai Prediktif, dan
Nilai konfirmatif.
Penyajian informasi yang memenuhi kedua karakteristik
reliabilitas dan relevansi merupakan harapan yang ingin dicapai,
Permasalahan muncul karena_ karakteristik reliabilitas dan
relevansi oleh pemerhati akuntansi dipertimbangkan saling
bertentangan. Sebagian besar pemerhati akuntansi mencoba
untuk memilih dan menimbang karakteristik manakah yang
seharusnya diutamakan. Penggunaan alat ukur yang disebut kos
historis (historical cost) di akuntansi masa lalu mencerminkan
kepedulian lebih tinggi pengembang akuntansi_ terhadap
reliabilitas dibanding relevansi. Sciring dengan perubahan dan
persaingan bisnis, penggunaan alat ukur nilai wajar (fair value)
dan nilai sekarang (present value) mencerminkan kepedulian
lebih tinggi terhadap relevansi dibanding reliabilitas.
weeny AKuntamatika@yahoo.com ea D
192Fo
seara cksplisit menyatakan bahwa informasi keua
E cuangan
pRS se
1s memenuhi keduanya, relevan dan reliable (terminologi
pac? .
sang digunakan adalah “disajikan secara jujur (faithful
jepreseetiony Tidak ada informasi yang relevan jika
an tidak secara jujur, dan juga tidak bermakna informasi
dis
yang disajikan jujur tetapi tidak relevan untuk pengambilan
keputusan. Namun demikian, usaha-usaha yang dimaksudkan
mendorong penggunaan nilai wajar di IFRS menunjukkan arah
akuntansi keuangan dimaksudkan untuk
bahwa saat ini
relevansi daripada reliabilitas.
mengutamakan peningkatan
IFRS mengakui bahwa reliabilitas merupakan
han) yang harus dipenuhi agar suatu
poran keuangan (IASB,
Dari satu sisi,
persyaratan utama (kebutul
informasi dapat disajikan dalam lay
lapat tiga level nilai wajar yang dapat
2010). Dari sisi lain, terda|
digunakan, dimulai dari yang paling utama, (IASB, 2011):
aktif.
Nilai wajar berdasar harga di pasar
Nilai wajar berdasar harga yang dapat diobservasi
secara langsung ataupun tidak langsung.
Level 3: Nilai wajar berdasar harga yang tidak dapat
diobservasi, dengan penye: diperlukan.
Level 1:
Level 2:
suaian yang
ai wajar ini berpeluang memunculkan
gkat reliabilitasnya rendah tetapi
S cenderung
Pemberlakuan level nil
adanya informasi yang tin,
tingkat relevansinya tinggi.
mengutamakan relevansi dibanding reliabilitas.
akyntamatika@yahioo.com —
193
Dengan kata Jain, IFR
STNPS
ciabilitas dan Relevansi Sebagai Pasangan
pertatrkan phrasa kalimat yang ditulis tebal dengan wi
di QS. Al-Bagarah [2]: 282. Interpretasi atas ohtace tam
adalah bahwa pencatatan harus berdasar fakta yang tena boa
yang perutang tidak boleh mengurangi sedikitpun, dan - , ~e
memberi piutang tentu: saja juga tidak boleh mnenambahhon
sedikitpun. Jika pihak yang berpiutang §=menambah nila
piutangnya maka keadilan tidak terjadi. Bagi yang berpiutan;
mungkin hal tersebut dianggap hal yang adil (misalnya hare
alasan “nilai waktu uang”). Jika penambahan tersebut tak
dilakukan oleh pihak yang berutang maka sebenarnya akuntansi
kedua pihak menjadi tidak seimbang, yang berarti pula
mencerminkan ketidak-adilan. Dengan demikian, karakteristik
pakan sebuah kebutuhan (keniscayaan).
seharusnya menghasilkan informasi yang andal
uh ini tujuan tersebut
reliabilitas meru
Akuntansi
sekaligus relev
tidak mudah dicapai.
asangan; meskipun bertentangan
agar informast dapat
an. Namun demikian, seja'
sangat Kedua_karakteristik tersebut
sebenarnya merupakan p tetapi
keberadaan keduanya harus terpenuhi
sebagai pertanggungjawaban sekaligus penye
pengambilan keputusan. ikian, permasalahan yang
dihadapi akuntansisekarang gz harus
dilakukan untuk menjadikan
sistem berpasangan yang Se
gai tradeoff yang haru
EE akyntamatika@yahioo.com
195
dia informas! untuk
Dengan dem
ini adalah “apa yan;
reliabilitas dan relevans!
sungguhnya, bukan just
Is ditanggung?”-
merupakan
diperlakukan sebaUNTUK KITA RENUNGKAN
Fungsi utama akuntansi adalah menyajikan in| .
andal (reliable) dengan mencatat kegiatan cama d
fakta yang berarti pula mencerminkan keadilan, Penyajian
informasi akuntansi yang relevan merupakan fungsi pelen eken
yang diperlukan agar pengguna dapat menggunakann:
sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait
Penyajian informasi akuntansi yang andal sckaligus relevan
dapat dilakukan jika pemerhati —akuntansj bersedia
memanfaatkan matematika dalam pengembangan akuntansj
Deskripsi singkat tentang gagasan pemanfaatan matematika
untuk menghasilkan informasi akuntansi yang andal sekaligus
relevan telah dipublikasikan (lihat Sony Warsono-bin-
Hardono, 2010, 2011, 2012). Pertanyaaannya, bersediakah
kita sebagai sesama umat Islam mencermati dan mengkritisi
gagasan tersebut?
akuntamatika@yahoo.com ————
196Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui,
Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan
diminta pertanggungjawabannya. (Al-Israa’ [17]: 36)
BAGIAN III: BAB 19
TUJUAN IFRS FOUNDATION
IFRS menjadi topik bahasan hangat para pemerhati akuntansi di
banyak negara. IFRS ini disusun oleh IASB yang berada di bawah
Jembaga yang disebut IFRS Foundation. Seperti halnya lembaga
linnya, IFRS Foundation juga mempunyai tujuan yang ingin
dicapai.
a singkat sejarah IFRS Foundation dan
Bab ini menyajikan seca
tujuan utama yang ingin dicapai. Tujuan ini layak dicermati karena
dua alasan. Pertama, para pemerhati akuntansi di banyak negara
terkesan banyak berharap dari IFRS Foundation. Kedua, tujuan yang
ingin dicapai IFRS Foundation tergolong spektakuler. Pertanyaan
ulama yang ingin diketahui jawabannya adalah sebagai berikut:
Mungkinkah IFRS Foundation dapat mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, dan apa yang harus kita perbuat sebagai umat
Islam terhadap hal tersebut?
en rrererntoncom
197
‘wlSTE
|
Sejarah dan Tujuan IFRS Foundation
Bermula dari pembentukan IASC (International eae
Standard Committee) di tahun 1973, gagasan untuk meeune
standar akuntansi yang berlaku secara internasiona] bergerak
secara dinamis. Pada tahun 2001, IASC berubah bentuk menjadi
IASC Foundation yang menjadikan IASC Merupakan entitas
yang berdiri sendiri. Perkembangan organisasi mendorong
terjadinya perubahan nama dari IASC Foundation menjadi IFRS
Foundation pada tahun 2010 sesuai dengan nama standar yang
dihasilkan.
1.
Pada awalnya organisasi yang sckarang disebut IFRS
Foundation didirikan oleh 9 negara. Sampai dengan 2011, sudah
lebih dari 100 negara yang melibatkan diri dengan entitas ini,
baik sebagai negara yang berencana melakukan konvergensi,
nsi, maupun menyatakan diri
sedang melakukan konve
mengadopsi penuh IFRS.
Produk awal IASC adalah Framework (1989) dan lebih dari 30
IAS (nternational Accounting Standard) selama_ beberapa
ama dengan FASB, IFRS
Foundation (IASB) menerbitkan Conceptual Framework pada
tahun 2010. Pengembangan Conceptual Framework bersifat perbaikan
dari Framework yang sudah ada. Sampai dengan tahun 2011, terdapat
9 IFRS yang sudah diterbitkan, termasuk IFRS for SME (small and
medium-sized entities).
pemecrcrcceceeccesy 1AM Ntamatiha@yah00.COTE
198
periode. Selanjutnya —bekef —
da awalnya tujuan IASC (cikal bakal IFRS Foundation)
sual alt mengembangkan dan mempromosikan penerapan standar
gxuntansi internasional. Tujuan ini dapat dikatakan untuk
mengharmonisasi standar-standar akuntansi yang berlaku di
panyak negara. Dalam perkembangannya, tujuan di atas
pergerak lebih jauh sebagaimana dinyatakan dalam IFRS
Foundation Constitution (2010, Section 2 [a]) sebagai berikut:
(a) to develop, in the public interest, a single set of high quality,
understandable, enforceable and globally accepted financial
reporting standards based upon clearly articulated
principles. These standards should require high quality,
transparent and comparable information in financial
statements and other financial reporting to help investors,
other participants in the world’s capital markets and other
users of financial information make economic decisions.
Tujuan IFRS Foundation di atas jika diringkas dan
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia _ kira-kira dapat
dinyatakan “Untuk mengembangkan seperangkat tunggal
standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang berterima
global, dapat dipaksakan, dan dapat dipahami untuk membantu
para pengguna, terutama di pasar modal dunia, dalam
pengambilan keputusan ekonomik”. Sebenarnya IFRS
Foundation juga memiliki kepedulian terhadap entitas yang
berskala kecil dan menengah tetapi sejauh ini nampaknya
kepedulian terhadap entitas-entitas yang ada di pasar modal
menjadi prioritas melalui penerbitan banyak standar untuk itu.
es AnH AALHR C0.
1993) Suneg ‘ami tel +i
ia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorany
n seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu.
pangsa dan bersuku-suku agar kamu s
Wahai manus
Jaki-l
berban
sungguh, yang
sang paling bertakwa.
srs ing mengenal.
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Telit
(QS. Al Hujuraat [49]: 13) ,
pan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan
pumi, perbedaan bahasamu, dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
mengetahui. (Ar-Ruum [30]: 22) 8
Mengagas Hal yang Tidak Mungkin Tercapai
Berdasar ayat QS. Al-Bagarah [2]: 282, dan diantaranya 2 ayat
Al-Qur’an yang tercantum di atas maka sangat jelas bahwa
tujuan IFRS tidak akan pernah tercapai. Mengapa demikian?
Karena tidak mungkin ada di dunia ini yang sifatnya tunggal.
Semuanya: diciptakan beragam. Dari perspektif sistem,
perbedaan merupakan persyaratan untuk menghasilkan sinergi.
Dengan demikian, tujuan IF RS Foundation bertentangan dengan
kebenaran yang terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an.
Kebenaran tentang hal di atas, yaitu ketidak-mungkinan adanya
yang bersifat tunggal, sebenarnya telah terbukti dalam
kehidupan kita. Keberadaan United Nations (Perserikatan
Bangsa-Bangsa) dan upaya penginternasionalan bahasa Inggris
yang hingga sekarang tidak dan tidak akan pernah terpenuhi di
sekelumit contoh angan melambung
masa datang adalah
sesuatu.
manusia yang pernah dilakukan untuk menunggalkan
ns AMALIA.UNTUK KITA RENUNGKAN
Banyak pemerhati akuntansi berduyun-duyun
kehadiran IFRS, Pengajar, terutama dosen meee
bahkan memaksa_ mahasiswa_ untuk mempelajari IFRS
bagaikan sebuah “kitab baru” yang akan menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang ada. Para Praktisi sibuk
mengikuti pelatihan IFRS ataupun mengajukan Persyaratan
baru dalam proses perekrutan lulusan akuntansi agar
Pperusahaannya siap menerapkan IFRS. Salah satu pelopor
yang tidak boleh ketinggalan disebut adalah Ppenyusun standar
akuntansi keuangan di Indonesia yang nampaknya percaya
penuh bahwa penetapan standar berbasis IFRS akan
menjadikan Indonesia lebih baik.
Marilah kita masing-masing merenung, apakah memang
sudah tepat langkah yang selama ini kita tempuh? Memberi
kontribusi positif, meski sekecil apapun, akan jauh lebih baik
daripada mengajak ke arah yang pada akhirnya akan terbukti
salah yang berarti pula berbuat kesia-siaan.
aRuntamatika@yahoo.COM scraper EA
Ee
202Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu i
ing tidak i
Karena pendengaran, penglihatan dan hat ce es mae
inta pertanggungjawabannya, (QS. Al-Israa’ [17]: 36) “s
BAGIAN III: BAB 20
NILAI MONETER
Informasi akuntansi lazimnya dapat diidentikkan dengan penyediaan
jnformasi yang disajikan menggunakan alat ukur nilai_ moneter.'
Meskipun beragam metode pengukuran digunakan tetapi pada
dasarnya sejauh ini alat ukurnya sama yaitu nilai moneter.
Bab terakhir dari Bagian III ini menyajikan telaah terkait dengan
penyajian informasi yang berlandas nilai moneter, dan gagasan yang
Balanced Scorecard. Pertanyaan
muncul dewasa ini terkait dengan
ah sebagai berikut:
utama yang ingin diketahui jawabannya adal
Berlandas kitab suci Al-Qur’an QS. Al-Bagarah [2]: 282, sudah
cukupkah akuntansi menyajikan informasi berbasis nilai
moneter semata?
untuk menyajikan topik “nilai waktu
penulis berharap dapat_menuliskan
er bencana perekonomian” oleh rekan
au dibahas dalam buku-
"Bab terakhir ini pada awalnya digunakan
uang”. Dengan beberapa_pertimbangan,
tentang topik yang disebut sebagai “sumb:
Penulis Diyah Putriani baik dalam bentuk artikel lepas at
uku yang akan datang.
eens “A tamatikea@ yahoo.com
203 —a —S
1. Uang Sebagai Alat Tukar
Keberadaan alat tukar dapat dikatakan telah ada g
: citing dengan
perkembangan muamalah yang dilakukan manu:
Sia, Beragam
benda yang dinilaj
-benda yang Sebenarnya
relatif tidak bernilai. Dengan demikian, jika uy
alat tukar digunakan mulai dari benda-
berharga bagi manusia hingga benda.
ang diartikan
sebagai alat tukar maka keberadaan uang sudah sangat lama,
Uang sebagai alat tukar membantu muamalah antar manusia,
Seandainya tidak ada uang maka muamalah dalam bentuk jual-
beli dilakukan terutama dengan model barter, Penggunaan uang
memungkinkan muamalah dapat berlangsung aktif, tidak harus
antara individu yang membutuhkan sayur-
ran, misalnya,
dengan individu yang membutuhkan buah-buahan, Keberadaan
uang juga memungkinkan individu mengukur nilai baran B/jasa
1g Jug g ig g/jasa,
dan membandingkannya dengan barang jasa lainnya.
Akuntansi dewasa ini men
ggunakan satuan uang (nilai moneter)
untuk mengukur sebuah transaksi, dan menyajikannya dalam
bentuk informasi keuangan. Salah satu cerminan dari tingkat
kepedulian akuntansi_ terhadap uang sebagai alat- pengukur
adalah penyebutan — informasi keuangan sebagai “laporan
keuangan (financial statements)”. Dalam _ perjalanannya
akuntansi juga mengembangkan beberapa metode pengukuran
yang berbasis nilai moneter, antara lain kos historis, nilai Te
dan nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value).
akuntamatika@yahoo.com —_a««Ge a
pi sau sisi, penggunaan beragam metode pengukuran berbasis
‘al vas
pilal moneter mencerminkan pengembangan akuntansi. Di sisi
bungan nilai-nilai moncter yang dihasilkan dari
Jain, PENE
metode-metode pengukuran yang berbeda, meskipun sama-sama
nilai moneter, sebenarnya tidak selalu) menyajikan
perbasis
informasi yang akurat. Sebagai ilustrasi di luar akuntansi,
penggabur n hasil pengukuran temperatur menggunakan
Celcius dan Fahrenheit, meskipun sama-sama menggunakan
* akan menghasilkan informasi yang tidak akurat.
“dera)
Isu lain yang terkait dengan penggunaan nilai moneter sebagai
adalah ketidak-mampuannya dalam mengukur sinergi
alat ukur
misalnya. Meskipun sama-sama memiliki
antar_ sumberdaya,
aset berjumlah Rp100.000.000, tetapi perusahaan A yang
asetnya beragam dipertimbangkan memiliki kondisi keuangan
lebih baik dibanding perusahaan B yang asetnya hanya berupa
gedung, misalnya.
Keterbatasan pengukuran berbasis nilai moneter dewasa ini
mulai disadari, Dari perspektif akuntansi keuangan, keberadaan
Catatan atas laporan keuangan (CALK) yang merupakan bagian
in menjadi media bagi perusahaan untuk
dari laporan keuangé
dapat
informasi penting yang tidak
ansi pokok. Dari perspektif” akuntansi
inced Scorecard (BSC)
menyajikan beragam
terekam di sistem akunt
Manajemen, pengukuran berbasis Bale
merupakan alternatif yang menarik untuk diterapkan.
Le akyntamatika®yaho0. COM TS
205Po
pencatatan Berbasis Matematika
perhatikan phrasa kalimat yang ditulis tebal dengan warna hitam
gi QS. Al-Bagarah [2]: 282. Interpretasi atas kedua phrasa
vast adalah sebagai berikut:
a. Hal yang dituliskan tidak harus menggunakan satuan
moneter, tetapi dapat hal-hal yang Jain, dan
p, Penulisan berlandas pada hal yang mencerminkan keadilan.
Dengan berlandas interpretasi di atas maka menjadi tantangan
bagi pemerhati akuntansi, terutama umat Islam, untuk
mengembangkan akuntansi yang tidak hanya menggunakan
ukuran nilai moneter. Pencatatan yang menggunakan ukuran
non-moneter sebenarnya juga telah diterapkan di masa awal
kejayaan Islam (lihat Omar Abdullah Zaid, 2000 dan 2004).
Sayangnya, perjalanan panjang justru menjadikan akuntansi
hanya menggunakan_ satuan moneter. Pemaksaan penyajian
informasi hanya dalam satuan moneter berisiko, dan nampaknya
telah terbukti, mereduksi informasi yang dihasilkan akuntansi
Persyaratan lanjutan, pengukuran yang dikembangkan akuntansi
s matematika yang mencerminkan tercapainya
harus_ berlanda:
Keberadaan laporan berupa CALK tidak mudah
ena cenderung bersifat
cenderung sebatas
keadilan.
dikatakan mencerminkan keadilan kar
kualitatif, dan penerapan BSC juga
mengkuantitatifkan informasi. Pengukuran yang seharusnya
diupayakan adalah yang berbasis rasionalitas matematika
a shentamatibp yao. cm
207UNTUK KITA RENUNGKAN
Pada awal pengembangannya, akuntansi tidak hanya
menyajikan informasi menggunakan ukuran_nilai moneter
tetapi juga menggunakan ukuran-ukuran lainnya. Dalam
perjalanannya hingga dewasa ini, akuntansi lebih menitik-
beratkan pada pengukuran berbasis nilai moneter. M kipun
seakan tidak ada permasalahan, salah satunya mungkin karena
sudah dirasa menjadi kebiasaan, sebenarnya _praktik
pengukuran di akuntansi yang terlalu fokus pada ukuran nilai
moneter berisiko terhadap penurunan kualitas informasi,
Menjadi sebuah tantangan dan sekaligus tanggungjawab umat
Islam yang sudah memantapkan diri_bertindak sebagai
pemerhati akuntansi untuk mengembangkan pengukuran di
bidang akuntansi. Pengukuran yang dikembangkan seharusnya
tidak hanya berbasis nilai moneter tetapi juga berbasis lainnya
dengan tetap berlandas pada keadilan, yang dapat dicerminkan
secara optimal oleh matematika.