Professional Documents
Culture Documents
Perbedaan Perilaku Kerja Inovatif Berdasarkan Karakteristik Individu Karyawan
Perbedaan Perilaku Kerja Inovatif Berdasarkan Karakteristik Individu Karyawan
Arum Etikariena
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Kampus Baru UI, Depok 16424, Jawa Barat, Indonesia
arum.etikariena@ui.ac.id
Abstract
In recent years, research on innovation in organizations, particularly innovative work behaviors, has developed
considerably. The objective of the study were to examine the role of individual characteristics such as age,
gender, educational background, ethnic’s background, tenure and length in current position which presumably
would have an impact on the formation of innovative work behaviors. The study is quantitative study with non-
experimental design, conducted on 279 respondents working in a Syariah Bank and a television company. The
measuring tool used is the Innovative Work Behavior Scale. Demographic data were asked to be completed in
the questionnaire. Data were analyzed using t-test, one-way Anova, and crosstabs analysis. The results show that
innovative work behavior differs significantly based on age (χ2(3, 276) = 17.54; p < .001), educational
background (χ2 (4, 275) = 8.18; p = .04), and tenure (χ2(2, 277) = 6.98; p = 0.03), but has no significant
difference based on gender (χ2(2, 277) = 1.68; p = .20), ethnic background (χ2(13, 266) = 8.12; p = .78) and
length in the current position (χ2(3, 276) = 3.81; p = .15). Thus, the results of this study will contribute to enrich
the knowledge about innovative work behavior in Indonesia. Furthermore, this result will also be a consideration
for dealing with employees to encourage innovative work behavior.
Abstrak
Penelitian mengenai inovasi di organisasi, khususnya perilaku kerja inovatif, cukup berkembang beberapa tahun
terakhir. Tujuan studi ini untuk menelaah peran karakteristik individu seperti usia, jenis kelamin, latar belakang
pendidikan, latar belakang suku, lama kerja dan lama menjabat pada jabatan saat ini yang diduga akan
berdampak pada terbentuknya perilaku kerja inovatif. Penelitian yang berbentuk studi kuantitatif dengan desain
non-eksperimental ini dilakukan pada 279 responden yang bekerja di sebuah Bank Syariah dan sebuah stasiun
televisi swasta. Alat ukur yang digunakan adalah Skala Perilaku Kerja Inovatif. Data demografis juga diminta
melalui kuesioner. Data dianalisis menggunakan t-test, one-way Anova, dan analisis crosstabs. Hasil analisis
menunjukkan hasil bahwa usia (χ 2(3, 276) = 17,54; p = 0,00), latar belakang pendidikan (χ 2 (4, 275) = 8,18; p =
0,04), dan lama kerja (χ 2(2, 277) = 6,98; p = 0,03) berbeda secara signifikan untuk menampilkan perilaku kerja
inovatif. Sedangkan jenis kelamin (χ 2(2, 277) = 1,68; p = 0,20), latar belakang suku (χ 2 (13, 266) = 8,12; p =
0,78) dan lama menjabat pada jabatan saat ini (χ 2(3, 276) = 3,81; p = 0,15) menunjukkan perbedaan yang tidak
signifikan. Dengan demikian, sumbangan hasil studi ini diharapkan akan dapat memperkaya pengetahuan
mengenai perilaku kerja inovatif karyawan di Indonesia. Selanjutnya hal ini juga akan dapat menjadi
pertimbangan untuk menangani karyawan dalam rangka memunculkan perilaku kerja inovatifnya.
107
108 Etikariena
baik karena adanya inovasi (Beckley, 2013). termasuk dalam level satu inovasi, yaitu
Organisasi dituntut untuk menyadari bahwa perubahan/inovasi pada konteks kerjanya
membuat proses, produk, dan prosedur yang (Meiner, 2010). Hal ini disebabkan inovasi
baru merupakan hal yang sangat penting di level satu tidak terlalu memerlukan
untuk pertumbuhan dan produktivitas keahlian khusus. Perubahan yang diharapkan
organisasi di segala sektor (Patterson, Kerrin, juga setidaknya berdampak pada area atau
& Gatto-Roissard, 2009). kelompok kerjanya saat ini menuju
perbaikan dan/atau pencapaian perilaku kerja
Akhir-akhir ini, studi di area inovasi cukup yang efektif. Karena itu, melakukan telaah
berkembang dengan salah satu fokus utama mengenai berbagai faktor yang berpengaruh
penelitian adalah pada perilaku kerja penting untuk memahami hal-hal apa saja
inovatif untuk mendukung inovasi di yang mendukung dan meningkatkan perilaku
organisasi. Selama ini, penelitian tentang inovatif di organisasi menjadi suatu hal yang
inovasi berada pada level organisasi, dan mendesak (Parzefall, Seecks & Leppänen,
penelitian di level individu masih cukup 2008). Apalagi, penelitian tentang inovasi
terbatas (Amo, 2005). Oleh karena itu, yang telah dilakukan, hampir sebagian besar
penelitian ini akan berfokus pada inovasi menelaah inovasi dari sisi organisasi (Amo
pada level individu yaitu perilaku kerja & Kolvereid, 2005). Para peneliti juga
inovatif. Imran, Saeed, Anis-ul-Haq & berpendapat bahwa studi inovasi yang
Fatima (2010) mengatakan dalam dilakukan di area non teknologi atau yang
penelitiannya bahwa untuk dapat bersaing berhubungan dengan individu masih terbatas
dalam era pertumbuhan teknologi ini, setiap (Aromaa & Eriksson, 2014). Karena itu,
perusahaan membutuhkan inovasi yang studi yang terkait perilaku kerja inovatif
melahirkan ide-ide baru. Ide-ide baru selayaknya masih dapat dikembangkan.
tersebut dapat memenuhi kebutuhan yang
ada di pasar, sehingga perusahaan tetap Berbagai faktor telah ditelaah untuk melihat
mampu bersaing dengan perusahaan lain. pengaruhnya terhadap perilaku inovatif di
Getz dan Robinson (2003) dalam studinya tempat kerja. Hammond, Neff, Farr, Schwall,
menemukan bahwa 80% suatu ide dan Zhao (2011) menyebutkan bahwa faktor-
diinisiatifkan oleh karyawan perusahaan dan faktor individual memiliki efek sedang pada
20% lainnya adalah hasil dari rencana fase-fase dalam proses inovasi. Faktor
inovasi yang telah ditetapkan perusahaan. internal individu seperti usia, jenis kelamin,
Karena itu, karyawan merupakan bagian latar belakang pendidikan, masa kerja,
penting untuk menghasilkan kepribadian, kemampuan kognitif, dan
inovasi.Tantangan yang kemudian muncul perilaku mengambil resiko. Faktor individu
adalah bagaimana membawa karyawan yang yang terkait demografis yaitu jenis kelamin,
ada di organisasi dapat menerapkan inovasi usia, etnis, level pendidikan. Usia merupakan
dalam konteks tugasnya masing-masing salah satu karakteristik yang melekat pada
(Gailly, 2011). Karyawan merupakan salah diri individu. Sejauh ini, hubungan antara
satu sumber dari perubahan yang terjadi di usia dan performa kerja menjadi salah satu
perusahaan, termasuk inovasi. isu yang kian dirasa penting karena berbagai
alasan yang menyertainya. Misalnya
Penelitian ini menyoroti perilaku inovatif beberapa masalah yang muncul adalah
secara khusus di tempat kerja ketika seorang dengan adanya kenyataan bahwa angkatan
karyawan memenuhi tanggung jawab muda saat ini banyak yang cenderung absen
tugasnya (Kanter, 1988; Scott & Bruce, dari pekerjaan, turnover yang tinggi, masalah
1994). Perilaku individu untuk produktivitas kerja dan kepuasan kerja.
menampilkan inovasi di organisasi, Angkatan kerja tua lebih rendah dalam hal
khususnya untuk memberikan perubahan absen kerja, namun sebaliknya usia tua akan
yang bersifat lokal pekerjaannya yang
pendidikan, latar belakang suku, lama kerja memberikan respon dengan memilih antara
dan lama menjabat di posisi saat ini? 1-6, dengan 1 bermakna tidak pernah dan 6
adalah selalu. Selanjutnya, studi yang
METODE dilakukan Etikariena dan Muluk (2014) telah
mengadaptasi skala tersebut ke dalam
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif Bahasa Indonesia sehingga untuk selanjutnya
dengan desain non-eksperimental untuk skala hasil adaptasi ini yang akan digunakan.
melihat perbedaan perilaku kerja inovatif Koefisien Cronbach Alpha untuk reliabilitas
yang dilihat dari perbedaan karakteristik Skala Perilaku Kerja Inovatif ini adalah
individu yaitu usia, jenis kelamin, latar 0,80 (Etikariena & Muluk, 2014). Adapun
belakang pendidikan, latar belakang suku, contoh pernyataan atau item untuk tahapan
lama kerja dan lama menjabat karyawan di menciptakan ide, mengenalkan ide, dan
jabatan saat ini. merealisasikan ide dalam Skala Perilaku
Kerja Inovatif secara berturut-turut adalah
Responden penelitian adalah karyawan yang ”Mencari metode kerja yang baru di
berstatus sebagai karyawan tetap dengan pekerjaan saya”, “Mendapatkan
masa kerja minimal 1 tahun di organisasi persetujuan untuk ide-ide inovatif yang saya
yang saat ini sedang melakukan inovasi. sampaikan”, dan “Mewujudkan ide-ide
Adapun pemilihan organisasi didasarkan inovatif menjadi aplikasi atau program yang
pada pertimbangan bahwa saat ini organisasi dapat dilaksanakan”.
memiliki visi misi inovasi atau sedang
melakukan inovasi. Pertimbangannya, Sedangkan untuk keperluan pembagian
organisasi tersebutkan memiliki kebutuhan klasifikasi perilaku kerja inovatif tinggi dan
untuk meminta para karyawannya rendah, peneliti menggunakan mean skala
menampilkan perilaku kerja inovatif. sebagai dasar penentuan sehingga diperoleh
Organisasi yang memenuhi kriteria yang angka pembagi yaitu 31,5. Angka ini
ditetapkan dan bersedia menjadi mitra diperoleh karena skala terdiri dari 9 butir
penelitian ini adalah dua perusahaan yaitu pernyataan yang memiliki respon dari 1 – 6.
perusahaan televisi swasta nasional dan Dengan demikian, nilai terendah berada pada
sebuah bank syariah di Jakarta. Target skor 9 dan nilai tertinggi berada pada skor
responden sebanyak 500 karyawan dan dari 54.
500 kuesioner yang disebarkan diperoleh 279
responden sebagai responden survei. Dengan Untuk mengetahui karakteristik demografis
demikian, response rate yang diperoleh individu, beserta skala ditampilkan pula
adalah 55,8%. pertanyaan-pertanyaan yang mencakup data
demografis responden yang meliputi usia
Skala yang digunakan adalah Skala Perilaku (Dessler, 1998), jenis kelamin (Dessler,
Kerja Inovatif oleh Janssen (2000). Skala ini 1998), latar belakang pendidikan (Dessler,
diadaptasi Janssen dari Skala Perilaku Kerja 1998), latar belakang suku, lama kerja
Inovatif yang disusun oleh Scott dan Bruce (Morrow & McElroy, 1987; Liu, Ge & Peng,
(1994). Selanjutnya, Janssen juga 2016) dan lama menjabat di jabatan saat ini.
menggunakan skala ini pada penelitian- Responden hanya diminta menyebutkan saja
penelitiannya selanjutnya (Janssen, 2003, sesuai kondisi mereka, penggolongan
2004, 2005). Skala ini terdiri dari tiga dilakukan oleh peneliti saat melakukan
tahapan yaitu tahap menciptakan ide, tahapan pengolahan data. Pada penelitian ini, analisis
mengenalkan ide dan tahapan merealisasikan data dilakukan untuk data kuantitatif.
ide. Masing-masing tahapan terdiri dari 3 Pengolahan data dilakukan dengan analisis t-
pernyataan sehingga total terdapat 9 test, one-way Anova, dan analisis crosstabs.
pernyataan. Skala ditampilkan dalam bentuk
skala Likert, yaitu responden diminta untuk
ditunjukkan dalam Tabel 3. Dari Tabel 3 selanjutnya, dilakukan uji analisis crosstab
dapat diketahui bahwa pada responden untuk melihat apakah ditemukan perbedaan
penelitian ini, karakteristik usia, latar perilaku kerja inovatif jika dikaitkan dengan
belakang pendidikan dan masa kerja adalah karakteristik pribadi karyawan yang
karakteristik pribadi yang dapat dikelompokkan berdasarkan klasifikasi
membedakan perilaku kerja inovatif perilaku kerja inovatif dan kelompok
karyawan. karakteristik pribadi tersebut, maka diperoleh
hasil yang disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 3. Berdasarkan Tabel 4, tampak bahwa usia,
Hasil Uji Perbedaan Perilaku Kerja Inovatif tingkat pendidikan, dan masa kerja
berdasarkan Karakteristik Individu merupakan karakteristik yang dapat
Karakteristik F atau t df p membedakan tingkat perilaku inovatif
Individu karyawan, memperkuat hasil uji beda yang
Usia 8,73 3, 276 <0,001** telah dipaparkan sebelumnya.
Jenis Kelamin 3,61 279 0,06 Terkait hasil penelitian yang diperoleh, maka
Tingkat 2,77 4, 275 0,04* yang dapat dilihat dari keseluruhan hasil
pendidikan
Suku 0,67 12, 267 0,79
penelitian ini menunjukkan bahwa secara
Masa kerja 3,54 3, 276 0,03* umum para karyawan memiliki perilaku
Lama 1,90 3, 276 0,15 kerja inovatif yang didominasi oleh
menjabat karyawan dengan perilaku kerja inovatif
Keterangan: * signifikan pada p<0,05; ** signifikan yang tinggi yaitu sebanyak 148 orang (53%).
pada P<0,01
Jika dibandingkan dari dua organisasi yang
menjadi sampel penelitian, maka perilaku
Analisis lanjutan dengan menggunakan uji
kerja inovatif yang tinggi berada lebih
Post hoc menemukan bahwa, pada kelompok
banyak di perusahaan TV swasta yaitu
usia, kelompok 2 yang merupakan kelompok
sebanyak 79 orang (56,4%), sementara yang
usia 25 – 44 tahun yang sedang berada pada
memiliki perilaku kerja inovatif yang tinggi
tahap pemantapan/ establishment stage
di Bank Syariah adalah 69 orang (49,6%).
adalah kelompok yang paling
Hal ini dapat secara logis dipahami
memungkinkan untuk menampilkan perilaku
mengingat tugas-tugas di stasiun TV
kerja inovatif (M = 1,60; SD = 0,49). Pada
menuntut lebih banyak inovasi dibandingkan
kelompok berdasarkan latar belakang
tugas-tugas di Bank yang didominasi oleh
pendidikan, kelompok yang merupakan,
tugas-tugas yang ketat aturan dan bersifat
kelompok keempat dengan latar belakang
rutin dan administrasi.
pendidikan S2/S3 adalah kelompok yang
paling memungkinkan untuk menampilkan
Terkait dengan tujuan utama penelitian untuk
perilaku kerja inovatif (M = 1,79; SD =
melihat perbedaan perilaku kerja inovatif
0,43). Sementara untuk kelompok
berdasarkan karakteristik individu, maka
berdasarkan masa kerja, kelompok dengan
dapat disebutkan jika karakteristik individu
masa kerja lebih dari 10 tahun atau
memiliki hubungan dengan perilaku kerja
kelompok 3 adalah kelompok yang paling
inovatif seperti yang disebutkan Hammond,
memungkinkan untuk menampikan perilaku
Neff, Farr, Scwall dan Zhao (2011). Seperti
kerja inovatif (M = 1,67; SD = 0,58).
yang mereka sebutkan, usia, latar belakang
pendidikan dan masa kerja memang akan
Sementara, untuk karakteristik individu yang
secara berbeda ditampilkan karyawan sesuai
lain yaitu jenis kelamin, latar belakang suku
dengan karakteristik yang mendukung dari
dan lama menjabat di suatu jabatan tidak
karyawan tersebut. Hal ini mendukung pula
secara signifikan membedakan perilaku kerja
hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya
inovatif karyawan karena tidak terdapat
oleh Ng dan Feldman (2009) bahwa latar
perbedaan yang signifikan di dalam
belakang pendidikan dan usia berhubungan
kelompok tersebut. Untuk analisis
dengan performa kerja, dalam hal ini dilihat kerja inovatif. Seperti diketahui, perilaku
dari perilaku kerja inovatifnya. Dengan kerja inovatif merupakan suatu upaya yang
demikian dapat dikatakan, semakin disengaja dan terencana untuk dapat
meningkatnya usia seseorang, maka akan memberikan ide, mempromosikan dan
semakin mungkin ia menampilkan perilaku merealisasikannya di lingkup pekerjaannya.
Tabel 4.
Hasil Uji Perbedaan Perilaku Kerja Inovatif berdasarkan Kelompok Usia, Jenis Kelamin,
Tingkat Pendidikan, Masa Kerja, dan Lama Menjabat
Perilaku Kerja Inovatif
Kelompok χ2 df1, df2 p
Rendah Tinggi Total
Usia 17,4 3, 276 <0,001**
15-24 42 18 60
25-44 85 126 211
45-65 4 4 8
Total 131 148 279
Jenis kelamin 1,68 2, 277 0,20
Laki-laki 80 79 159
Perempuan 51 69 120
Total 131 148 279
Tingkat pendidikan 8,18 4, 275 0,03*
SMA 6 1 7
Diploma 18 17 35
S1 104 119 223
S2/S3 3 11 14
Total 131 148 279
Suku 8,12 13, 266 0,78
Campuran 18 21 39
Aceh 0 2 2
Batak 9 9 18
Minang 4 7 11
Melayu 2 5 7
Sunda 12 17 29
Jawa 69 70 139
Betawi 9 7 16
Bugis 1 2 3
Manado 3 4 7
Ambon 0 2 2
Tionghoa 3 2 5
NTT 1 0 1
Total 131 148 279
Masa kerja 6,98 3, 276 0,03*
<2 tahun 86 74 160
2 – 10 tahun 44 72 116
>10 tahun 1 2 3
Total 131 148 279
Lama menjabat 3,81 3, 276 0,15
<2 tahun 94 90 184
2 – 10 tahun 36 57 93
>10 tahun 1 1 2
Total 131 148 279
Perilaku inovatif mengandung inisiatif biasanya masih mencari bentuk dan belajar
karyawan untuk dapat menampilkannya dan untuk bersuara karena mereka juga masih
memerlukan keberanian tersendiri agar harus membuktikan ide-idenya. Karenanya,
perilaku tersebut diterima oleh lingkungan seiring meningkatnya usia, barulah inisiatif
kerjanya. Pada karyawan yang berusia muda, ini muncul. Namun penelitian Østergaard,
sama untuk dapat menampilkan perilaku yang dimiliki oleh karyawan sehingga
kerja inovatif. Pendapat Kwang (2001) dan diperkirakan akan menjadi prediktor yang
penelitian lain yang menyebutkan adanya tepat untuk menggambarkan produktivitas
perbedaan perilaku karena suku, tidak kerjanya (Robbins & Judge, 2015). Hal ini
terbukti. Dalam penelitian ini, responden menjelaskan mengapa kelompok dengan
merupakan karyawan yang tinggal di Jakarta masa kerja lebih dari 10 tahun adalah
dan sudah cukup lama menetap di Jakarta. kelompok yang paling tinggi mean-nya
Hal ini yang kemungkinan juga cukup untuk menampilkan perilaku kerja inovatif.
memengaruhi kesukuan masing-masing
responden untuk menerapkan nilai-nilai Sejalan dengan masa kerja, masa menjabat
budaya secara utuh dalam kehidupan sehari- juga dikaitkan dengan masa kerja mengingat
harinya. Terkait dengan latar belakang etnis bahasan dan teori yang menelaahnya masih
karyawan, perhatian saat ini lebih banyak sangat terbatas. Perilaku kerja inovatif
terkait dengan adanya diskrimininasi merupakan salah satu performa kerja
karyawan karena latar belakang ras dan karyawan sehingga dapat dikaitkan dengan
sukunya. masa kerjanya.penelitian yang dilakukan
memang masih belum spesifik membahas
Dalam penelitian yang dilakukan oleh hubungan antara masa kerja dengan
Kwang (2001) responden benar-benar performa kerja. Namun, ternyata, berbeda
diambil dari daerah yang dianggap mewakili dengan masa kerja, lama menjabat ternyata
budaya yang akan dibandingkan tersebut. menunjukkan tidak ada perbedaan mean
Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa antar kelompok yang signifikan. Karena itu,
responden yang berlatar belakang suku berbeda dengan masa kerja yang semakin
bangsa dari negara-negara Barat dan Timur lama akan semakin memantapkan karyawan
memang akan menampilkan perspektif yang untuk menampilkan perilaku kerja inovatif,
berbeda dalam hal menunjukkan kreativitas pengalaman menjabat tidak berhubungan
karena perbedaan sudut pandang yang akan dengan kemampuan karyawan untuk
memengaruhi pola asuh yang kelak akan menampilkan perilaku kerja inovatif.
memengaruhi pembentukan perilaku
individu. Selain itu, jumlah antar kelompok Terdapat sejumlah saran praktis yang dapat
yang tidak seimbang, karena ada suku yang diberikan terkait dengan hasil penelitian ini.
hanya diwakili satu atau beberapa responden Pertama, terkait usia, pembahasan yang
saja (suku Aceh, Ambon), sementara suku dikaitkan dengan perbedaan generasi belum
lain (suku Jawa) memiliki responden hingga dapat dibahas secara khusus pada penelitian
139 orang, maka kemungkinan juga akan ini. Karena itu, telaah melalui teori
memengaruhi ketika dilakukan analisis perbedaan generasi dapat dilanjutkan,
statistiknya. khususnya untuk melihat perbedaan perilaku
inovatif dan peranannya dengan
Hal menarik lainnya adalah, terkait membandingkan generasi Baby Boomers,
pengalaman kerja. Masa kerja, ternyata Gen X dan Gen Y. Hal ini akan membantu
memang dapat membedakan munculnya organisasi/ perusahaan untuk lebih
perilaku kerja inovatif sehingga pendapat mengenali karakteristik karyawannya saat ini
yang menyebutkan bahwa semakin lama sehingga diharapkan akan dapat mengelola
bekerja akan semakin matang dan mereka dengan lebih efektif. Kedua, latar
memahami pekerjaannya sehingga akan belakang pendidikan memberikan
memungkinkan untuk melakukan inovasi. sumbangsih yang positif pada munculnya
Masa kerja (tenure) juga menjadi salah satu perilaku kerja inovatif. Karena itu, investasi
hal yang dianggap memiliki relevansi untuk karyawan dengan memberikan kesempatan
mengetahui performa kerja karyawan.Masa pengembangan diri berupa kesempatan untuk
kerja menggambarkan pengalaman kerja melanjutkan studi dapat menjadi