You are on page 1of 169
Bahaya Bahan Kimia pada Kesehatan Manusia dan Lingkungan Kutipan Pasal 72: Sanksi Pelanggaran Undang-Undang Hak Cipta (Undang-Undang No. 19 Tahun 2002) 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja mhenyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau meénjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). PENTING DIKETAHUI Penerbit adalah rekanan pengarang untuk menerbitkan sebuah buku. Bersama pengarang, penerbit menciptakan buku untuk diterbitkan, Penerbit mempunyai hak atas penerbitan buku tersebut serta distribusinya, sedangkan pengarang memegang hak penuh atas karangannya dan berhak mendapatkan royalti atas penjualan buku- nya dari penerbit. Percetakan adalah perusahaan yang memiliki mesin cetak dan menjual jasa pen- cetakan. Percetakan tidak memiliki hak apa pun dari buku yang dicetaknya kecuali upah. Percetakan tidak bertanggung jawab atas isi buku yang dicetaknya. Pengarang adalah pencipta buku yang menyerahkan naskahnya untuk diterbitkan di sebuah penerbit. Pengarang memiliki hak penuh atas karangannya, namun menye- rabkan hak penerbitan dan distribusi bukunya kepada penerbit yang ditunjuknya sesuai batas-batas yang ditentukan dalam perjanjian. Pengarang berhak men- dapatkan royalti atas karyanya dari penerbit, sesuai dengan ketentuan di dalam perjanjian Pengarang-Penerbit. Pembajak adalah pihak yang mengambil keuntungan dari kepakaran pengarang dan kebutuhan belajar masyarakat. Pembajak tidak mempunyai hak mencetak, tidak memiliki hak menggandakan, mendistribusikan, dan menjual buku yang digandakannya karena tidak dilindungi copyright ataupun perjanjian pengarang- penerbit, Pembajak tidak peduli atas jerih payah pengarang. Buku pembajak dapat lebih murah karena mereka tidak perlu mempersiapkan naskah mulai dari pe- milihan judul, editing sampai persiapan pracetak, tidak membayar royalti, dan tidak terikat perjanjian dengan pihak mana pun. PEMBAJAKAN Buku ADALAH KRIMINAL! Anda jangan menggunakan buku bajakan, demi menghargai jerih payah para pengarang yang notabene adalah para guru. DISCLAIMER Publications of the World Health Organization have been translated into many languages by publishers indifferent countries. ‘The sole responsibility forthe translation ofthis WHO publication lies with the institution named onthe publication itself. For further information please contact the institution, Reproduced by permission. DENI DE RESPONSABILITE Les publications de "Organisation mondiale de fa Santé sont traduites en de nombreuses langues er des maisons dition de divers pays. La responsabilité de a traduction de la présente publication de OMS incombe exclusivement institution mentionnée ‘dans ladite publication. Pour de plus amples renseignements, veuillez vous adresser& institution en question. Reproduitavee permission. DESCARGO DE RESPONSABILIDAD Gran nimero de editorales de diversos pases traducen las publicaciones de Ia OMS a muchos idiomas distntos. {La traduccién de In presente publicacin dele OMS es responsabilidad exclusiva de la insttucién cuyo nombre se ‘menciona en la obra. Para més informacién, por favor pénganse en contacto con esa insttueién Reproducido con autorizacién, hd shal OL Ae gb Tagpige sl 99 a Ge Bate Hal og EA Ae Le le ee of BIS Legal Sie Ge cdi Rll Aaa Laie ge pall g pba Iie dan Ge td Ay peally WHS Asal Sea lg sf cibeglaad Gi ay all gle Uy Ap yall! le we peal ay fine REO MESES ERMES AR ORAL BERS HET. APRERT ERR URMAE RESTORE LAREN, DRREM- ONE, RHR sree, OroBOPKA TiyGamesum BeewnpwoR opraxusaun sapasoonpaMcian nepexosATen Ha MNOTHE A26KH AIRATETACTBAMIL PRIMM expan. Bevo omercteenmocrs 38 nepenoa aanwoil nySnuxaunn BO3 wecet yupenaene, yearaxnoe # caMoR nySnnraine, 38 aaramefimielt unpopyaumel npocu6a o6pamerscs B 970 yepextene. Bocnporssoanres ¢ paspemerns, Bahaya Bahan Kimia pada Kesehatan Manusia dan Lingkungan (Hazardous Chemicals in Human and Environmental Health) Palupi Widyastut, SKM Editor Edisi Bahasa Indonesia: Monica Ester 5 | PENERBIT BUKU KEDOKTERAN pec] EGC 1451 Published by the World Health Organization in 2000 under the title Hazardous chemicals in human and environmental health (WHO/PCS/00.1) © World Health Organization 2000 ‘The Director-General of the World Health Organization has granted translation rights for an edition in Indonesian to EGC Medical Publisher, which is solely rexponnible for the Indonesian edition. BAHAYA BAHAN KIMIA PADA KESEHATAN MANUSIA DAN LINGKUNGAN Alih bahasa: Palupi Widyastuti, SKM Editor edisi bahasa Indonesia: Monica Ester Haak cipta terjemahan Indonesia © 2002 Penerbit Buku Kedokteran EGC P.O. Box 4276/Jakarta 10042 ‘Telepon: 6530 6283 Anggota IKAPI Desain kulit muka: Samson P. Barus Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit. Cetakan I: 2006 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan / WHO ; alih bahasa, Palupi Widyastuti ; editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester. — Jakarta : EGC, 2005. xiii, 154 him. ; 15,5 x24 em. Sudul asli: Hazardous chemicals in human and environmental health. ISBN 979-448-755-4 1. Bahan kimia, Pencemaran. 1. Widyastuti, Palupi, Il. Ester, Monica. 363.179 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMA KASIH SINGKATAN ... 1. SUMBER BAHAN KIMIA DILINGKUNGAN .. 1.1 Zat kimia alami di lingkungan . 1.1.1 Sumber toksikan... 1.12 Unsuralamidi lingkungan 1.1.2.1 Flor .. 1.1.2.2 Arsenik 12 Kontaminan alami makanan, 13 Toksin bakteri sebagai kontaminan makanan 13.1 Chlostridium botulinum... 13.2 Botulisme bawaan makanan pada manusia 14 Mikotoksin sebagai kontaminan alami makanan 14.1 Aflatoksin ... 1.4.1.1 Sumber aflatoksin .. 14.1.2 Pemaparan terhadap aflatoksin 1.4.1.3 Efek aflatoksin .. 1.4.14 Tindakan pencegahan pemaparan aflatoksin pada manusia 15 Industri sebagai sumber zat kimia .. 1.5.1 Minamata dan toksisitas merkuri di lingkungan : 15.1.1 Gejala keracunan metilmerkuri, , 1.5.1.2. Pengobatan keracunan ..... 1.52 Industri penghasil tekstil 1.52.1 Sumber, paparan, dan efel 153 Asbestos dan serat Jain ... 154 Petroleum 15.5 Solven.. 16 Pertanian sebagai sumber zat kimia 1.6.1 Penggunaan pestisid: 1.62 . Kontaminasi udara, tanah, dan air akibat pestisida 1.63 Paparan manusia terhadap pestisida . 17 Perkotaan sebagai sumber kontaminasi zat kimia 1.7.1 Sumber alami pencemaran udara .... 1.72 Bahan bakar fosil sebagai sumber pencemaran udara 1.73 Ozon sebagai sumber polutan udara . 1.74 Variasi dalam pencemaran udara 1.7.5 Limbah cair dan padat 1.8 Pelepasan zat kimia toksik secara tak-sengaja RRBRBELERBYNYRRB v vi Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan 2, JALUR PEMAPARAN 2.1 Pendahuluan 22 Jalur pemaparan dermal . 23 Jalur pemaparan inhalasi 24 Ingesti sebagai jalur pemaparan 241 Makanan.... 2.6 Paparan campuran zat kimia 3, EFEK BURUK ZAT KIMIA PADA MANUSIA .. 3.1 Pendabuluan ... 3.2 Efek pada saluran pernapasan 3.21 Cara kerja sistem pernapasan 3.22 Cara zat kimia memengaruhi sistem pernapasan 34 Efek pada ginjal 3.5 Efek pada sistem saraf. 35.1 Carakerja sistem sara 35.2 Cara zatkimia memengaruhi sistem saraf 3.6 Imunotoksisitas 377 Toksisitas zat kimia terhadap sistem reproduks 3.8 Zat kimia penyebab kanker ... RSRANSALHGRKAYB SSKRPRHSBRY 4, PENGKAJIAN RISIKO PADA KESEHATAN MANUSIA AKIBAT ZAT KIMIA .. 8 4.1 Metode yang digunakan untuk mengkaji risiko kesehatan manusia akibat paparan . 4.1.1 Turunan tingkatan pemaparan pada manusia yang dapat ditoleransi oleh kesehatan 4.1.1.1 Zatkimia ambang ... 4.1.12 Faktor keamanan (ketidakpastian) 412 Karakteristik asupan harian yang dapat ditoleransi (TDI) 4.1.2.1 Zatkimia non-ambany 41.3 Studi kasus 4.13.1 Nilai panduan kesehatan untuk zat kimia dalam air minum .... 4.13.2 Nilai acuan kesehatan untuk zat kimia dalam udara.... 4,133 Prosedur penetapan nilai acuan mutu wdara ... 107 4.1.4 Evaluasi keamanan zat kimia dalam makanan .. SBS RRR 8S 5, EFEK ZAT KIMIA TERHADAPLINGKUNGAN, 5.1 Zat kimia dan lingkungan akuatik 52 Zatkimia dan ekosistem air tawar. 53 Efek pada ekosistem bumi .. 54 Dampak zat kimia terhadap lingkungan global . 54.1 Hujanasam ... 54.1.1 Sumber SO, danNO, 5.4.1.2 Reaksi penting dalam pembentukan hujan asam..... 54.13 Efek hujan asam 54.14 Solusi untuk mengurangi peristiwa hujan asam 542 Penipisan ozon di lapisan stratosferik. 5.42.1 Efek penipisan ozon... 54.2.2 Penyebab penipisan ozon 543 The Montreal Protocol . 544 Oksidan troposferik.. 545 Perubahan iklim dan efek rumah kaca 6. MANAJEMEN LINGKUNGAN YANG LOGIS UNTUK ZATKIMIATOKSIK Pendahuluan 6.1 Pencegahan 62 Teknologi pengendalian . 63 Peraturan, insentif, dan standar 64 Pestisida—definisi menurut undang-undang : 64.1 Manajemen lingkungan yang logis untuk pestisida .. 135 642 Registrasi 643. Pelabelan 644 Pendidikan, pelatihan, dan perlindungan pekerja 645 Transportasi, penyimpanan, dan pembuangan 64.6 Manajemen hama terpadu 647 Keracunan pestisida .... Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. ‘Tabel 4. Tabet 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16. Tabel 17 Tabel 18. Tabel 19. Tabel 20. Tabel 21. viii DAFTAR TABEL Beberapa unsur yang terbentuk secara alami dan efeknya terhadap kesehatan manusia Metode yang digunakan untuk mengurangi produksi aflatoksin Bahaya okupasional dan kanker terkait Kegiatan pokok dalam industri dan sumber potensial pencemaran Rangkaian investigasi pada bencana Pantai Minamata Penyakit dan gejala yang dialami pekerja pabrik tekstil akibat terpapar zat ira . Substansi yang diterukan dalam pembuatan tekstil Substansi pokok tempat pekerja pabrik penyulingan petroleum dapat terpapar terhadapnya ‘Aktivitas manusia dan produk sampingan dari pembakaran bahan bakar fosil Kecelakaan yang telah memengaruhi lingkungan dan kehidupan manusia Beberapa efek umum pestisida pada kulit Beberapa toksikan yang ditemukan dalam udara dan pengaruhnya pada manusia Contoh zat kimia hepatotoksik akut ‘Senyawa yang berkaitan dengan cedera neuronal Contoh zat kimia imunosupresit Toksikan lingkungan dan efek buruknya pada sistem reproduksi Beberapa zat kimia yang oleh the Intemational Agency of Research on Cancer dianggap karsinogenik bagi manusia Nilai acuan (GV) beberapa kontaminan dalam air minum ‘Angka acuan untuk substansi tunggal di dalam udara berdasarkan efek yang ditimbulkan selain kanker atau bau/gangguan ‘Taksiran risiko karsinogenik berdasarkan penelitian pada manusia Canadian Water Quality Guidelines untuk kehidupan akuatik lingkungan air tawar DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Struktur ergotamin, suatu alkaloid ergot Gambar 2. Struktur aflatoksin B, Gambar 3. Lokasi Minamata, Jepang Gambar 4. Struktur benzen Gambar 5. Struktur DDT Gambar 6. Penyebaran malaria di seluruh dunia Gambar 7. Contoh pencemaran udara di perkotaan Gambar 8. Tiga jalur utama pemaparan ‘Gambar 9. Jalur yang dapat dilewati zat kimia di lingkungan untuk masuk ke dalam tubuh manusia Gambar 10.Sistem gastrointestinal Gambar 11. Efek interaktif campuran zat kimia ‘Gambar 12.Pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara alveolus dan kapiiar ‘Gambar 13.Sistem-pemapasan ‘Gambar 14. Transpor partikel-partikel melalui sistem pemapasan ‘Gambar 15.Contoh jaringan paru normal dan jaringan paru rusak Gambar 16.Hati Gambar 17.Ginjal Gambar 18.Otak dan sumsum tulang bagian atas Gambar 19.Sebuah neuron Gambar 20. Hubungan dosis-efek suatu zat kimia Gambar 21.Atmosfer bumi. Sebagian besar ozon atmosferik diterukan di lapisan stratosfer, sekitar 12-50 km di atas permukaan bumi Gambar 22.Efek penipisan ozon KATA PENGANTAR Bahan-bahan kimia telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidup- an kita, menjadi bagian dari aktivitas kita, juga dipakai dalam tindakan pencegah- an dan pengendalian penyakit. Manfaatnya tidak terhitung, tetapi di sisi lain, bahan kimia juga dapat membahyakan kehidupan kita dan meracuni lingkungan kita. Sifat, jumlah, dan kuantitas bahan kimia yang digunakan di berbagai negara sangat bervariasi bergantung pada faktor-faktor seperti kondisi ekonomi nega- ra, serta industri dan pertaniannya, Sctiap tahun ribuan bahan kimia diproduksi untuk memastikan apakah manfaatnya melebihi kerusakan yang ditimbulkan dan secara komersial tersedia, Menurut perkiraan, ada sekitar 100.000 bahan kimia di pasaran, dan setiap tahun sekitar 2.000 bahan kimia baru memasuki pasaran. Olch karena itu, bahan kimia yang ada di pasaran akan terus berubah karena bahan dan formula kimia yang baru akan menggantikan yang lama, kuantitas dan penggunaannya pun bervariasi bergantung pada keefektifan bahan terse- but dan tuntutan yang ada. Banyak bahan kimia yang memiliki efek toksik bagi kesehatan dan lingkung- an. Risiko dapat berasal dari paparan, produksi, penyimpanan, penanganan, pemindahan, penggunaan dan pembuangan bahan kimia, juga dari kebocoran aksidental dan dari pembuangan limbah kimia ilegal. Jika pembuangan bahan kimia ke dalam lingkungan dilakukan dengan cara yang tidak tepat, bahan kimia tersebut mungkin akan menjadi polutan dalam udara yang kita hirup, dalam air yang kita minum, dan dalam makanan yang kita makan. Polutan itu dapat memengaruhi sungai, danau, dan hutan kita, dapat merusak kehidupan alam, mengubah cuaca dan ekosistem. Kita semua terpapar pada zat kimia toksik. Apakah zat itu dapat membaha- yakan kita akan bergantung pada kuantitas, durasi, dan frekuensi paparan, sekali- gus pada sensitivitas individunya, Jumlahnya dapat sedikit sekali, tetapi bebe- rapa jenis zat kimia dapat terakumulasi di dalam tubuh setelah waktu yang lama. Beberapa zat kimia juga dapat menimbulkan bahaya bertahun-tahun setelah paparannya. Walau durasi paparan bisa saja singkat, paparan dapat terjadi berulang kali dan dalam konsentrasi yang besar. Anak-anak, lansia, ibu hamil, dan mereka yang lemah akibat penyakit, merupakan kelompok yang lebih rentan daripada orang dewasa yang sehat. Perkembangan industri kimia di negara berkembang dan di negara maju, menu- tut prediksi, akan terus bertambah di masa datang. Keamanan bahan kimia, yang menyangkut pencegahan dan manajemen bahaya (hazard) kimia, sangat pen- ting jika perkembangan tersebut diharapkan dapat membawa manfaat dan bukan bencana bagi umat manusia dan lingkungan. Pada konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Lingkungan dan Perkembangan (United Nations Conference on Environmental and Develop- ment, UNCED) yang diadakan di Rio de Janeiro, Brazil bulan Juni tahun 1992, x Kata Pengantar = xi perwakilan lebih dari 150 negara sepakat untuk menerapkan Agenda 21 di nega- ranya masing-masing-suatu rencana tindakan untuk memandu kegiatan nasio- nal dan intemasional pada masa mendatang, Satu bab khusus dalam Agenda 21 membahas tentang “Manajemen logis bahan kimia di lingkungan, termasuk pencegahan terhadap peredaran produk toksik dan berbahaya di tingkat inter- nasional”, Dalam UNCED disebutkan bahwa banya negara yang tidak memiliki pengetahuan tentang pengkajian terhadap dampak bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan. Akibatnya, yang memang begitu sering terjadi, adalah bahwa bahan kimia djproduksi, ditransportasi, digunakan dan dibuang tanpa terlebih dahulu melakukan tindakan pencegahan yang diperlukan untuk meng- hindari kontaminasi kimia dan kerusakan yang besar pada kesehatan manusia dan lingkungan. Buku ini ditulis untuk kalangan muda yang bekerja di bidang industri, perta- nian, pemerintahan, dan sektor umum atau swasta lain agar mereka dapat lebih berhati-hati dalam menghadapi efek yang merugikan dari bahan kimia berbahaya terhadap kesehatan dan lingkungan serta agar mereka dapat mengambil lang- kah-langkah yang diperlukan di tingkat lokal, nasional, maupun internasional untuk melakukan manajemen lingkungan secara logis. Untuk memudahkan kalangan muda menggunakan teks ini baik sebagai pe- serta didik maupun sebagai penjaga mutu lingkungan dan keschatan masyarakat, ada beberapa karakteristik yang dipadukan. Scluruh bab diawali dengan tujuan instruksional khusus yang ringkas dan ditempatkan dalam kotak berarsir agar mudah dirujuk, Istilah teknis dan kalimat yang penting dicetak tebal saat perta- ma kali muncul dijelaskan kemudian dalam glosarium di akhir teks, Catatan tepi juga ditempatkan dalam kotak berarsir, mencakup konsep-konsep terpenting yang tengah dibahas dan disajikan dalam teks. Akhirnya, setiap bab diakhiri dengan satu ulasan ringkas yang diarsir, merangkum masalah-masalah kritis yang dibahas dalam bab sebelumnya. UCAPAN TERIMA KASIH Penyusunan buku ini dapat terwujud berkat dukungan dana dari kementeri- an Norwegia urusan luar negeri yang sangat dihargai. Ucapan terima kasih juga ditujukan pada US Department of Public Health and Human Services, Agency for Toxic Substance and Disease Registry (ATSDR) atas diberikannya izin terhadap pemakaian materi publikasi mereka. Penghargaan juga penulis tujukan kepada sejumlah penelaah atas komentar dan saran penting serta bimbingan dan bantuan yang mereka berikan. Draf pertama buku ini disusun oleh Dr. H. Galal-Gorchev, World Health Orga- nization, Geneva, Swiss. The International Programme on Chemical Safety sangat berterima kasih atas kontribusi yang diberikan Dr. Leonard Ritter, Ms. Dana Bruce, dan Mr. Mark Chappel, semua Jaringan pada Toxicology Centre di Kanada dan University of Guelph, dalam penyuntingan, perbaikan, dan persiapan draf kedua. Akhimnya penulis juga berterima kasih atas bantuan yang diberikan Ms. Elayne Starr dan Mrs. Edith Ephrain dalam penyiapan berbagai draf teks ini dan pada Mr. Shawn Smith dalam perancangan sampul dan ilustrasi lain, xii ADI AG DNA FAO SINGKATAN acceptable daily intake (asupan harian yang dapat diterima) Air Quality Guidelines (pedoman mutu udara) Klorofluorokarbon asam deoksiribonukleat Food and Agriculture Organization of the United Nations Guideline value (nilai panduan) health and environmental impact assessment (pengkajian dampak lingkungan dan kesehatan) International Agency for Research on Cancer integrated pest management (manajemen hama terpadu) Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives Joint FAO/WHO Meeting on Pesticide Residues lowest-observed-adverse-effect level (tingkat terendah efek buruk yang teramati) no-observed-adverse-effect level (tingkat efek buruk tidak teramati) hidrokarbon aromatik polisiklik polychlorinated biphenyl polivinil klorida sistem saraf pusat tolerable daily intake (asupan harian yang dapat ditoleransi) World Health Organization (Badan Kesehatan Dunia) xiii SPO) aa ee CLL DI LINGKUNGAN 2 Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan 1.1 Zat kimia alami di lingkungan Zat kimia dapat dijumpai di mana saja dalam lingkungan, dan sama seperti tumbuhan ataupun air, zat kimia terbentuk secara alami di lingkungan. ‘Sema benda tersusun dari zat kimia, termasuk ma- kanan kita, minuman, pakaian, obat, tumbuhan, dan babkan diri kita sendiri. Walaupun sering terpikir bahwa jika zat kimia terbentuk “secara alami” di lingkungan maka zat itu tidak membahayakan, ter- kadang yang terjadi justru sebaliknya. Kenyataan- nya, banyak zat kimia alami, atau turunan zat terse- but, yang sama toksiknya bagi manusia dan lingkungan dengan zat kimia buatan manusia se- perti pestisida, obat-obatan terapeutik, dan pelaru/ solven yang dipakai dalam industri. Alam mampu memproduksi sejumlah besar zat kimia toksik. Selain itu, lingkungan alam juga menghasilkan sejumlah bahaya bagi manusia, seperti radiasi, bakteri, jamur, virus, tumbuhan, dan gas tertentu. Untuk mengilustrasikan poin tersebut, berikut contoh zat kimia alami berbahaya yang dapat a mengakibatkan pengaruh buruk bagi kesehatan populasi manusia: flor, arsenik, kontaminan makan- an yang alami seperti mikotoksin, dan toksin yang dihasilkan bakteri dalam makanan. Walaupun daftar berikut memang tidak lengkap, beberapa studi kasus yang diajukan dapat membantu mengilus- trasikan mengapa zat kimia alami terkadang dapat menjadi sama berbahayanya dengan zat kimia buatan. 4.1.1 Sumber toksikan Karena zat kimia dapat dijumpai di mana saja, maka sumber zat kimia toksik cukup banyak, misal- nya udara, air, makanan, zat kimia di tempat kerja, dalam obat, pestisida, solven, hidrokarbon alami dan produk pembakaran, kosmetik, toksik yang ter- bentuk secara alami misalnya mikotoksin, toksin mikroba, toksin tumbuhan, dan toksin binatang. Manusia juga merasa khawatir dengan polutan lingkungan seperti asbestos, karbon monoksida, asap tembakau/rokok, timbal, merkuri, microwave, 1. Sumber Bahan Kimia of Lingkungan 3 bidang elektromagnet, ozon, hujan asam, dan se- nyawa organik volatil, yang ada walau sedikit, 1.4.2 Unsur alami di lingkungan 1.1.2.1 Flor Florada secara alamiah di dalam (i) air, (ji) tanah, (iii) udara, dan (iv) makanan, @ Kadar flor dalam air danau, sungai, atau sumur biasanya di bawah 0,5 mg/liter, walau konsentrasi setinggi 95 mg/liter pemah ditemukan di Tanzania. Air yang mengandung kadar flor tinggi biasanya berada di kaki pegunungan dan di alur bawah laut. Contoh khas alur tersebut adalah alur yang meren- tang dari Siria sampai Yordania, Mesir, Libya, Alge- ria, Maroko, dan Rift Valley yang melalui Sudan dan Kenya. Alur lain adalah alur yang merentang dari Turki melalui Irak, Iran, dan Afganistan menuju India, Thailand Selatan, dan Cina. Konsentrasi flor tertinggi yang pernah ditemukan dalam air adalah konsentrasi yang tercatat dari danau Nakuru di Rift Valley, Kenya (2800 mg/liter). Air minum biasanya menjadi sumber pokok Ppemaparan terhadap flor alam dan merupakan ka- sus yang cukup menarik, Penelitian menunjukkan bahwa pemaparai terhadap flor dalam air minum dengan kadar 0,5-1,0 mg/liter bermanfaat bagi kesehatan manusia karena dapat menurunkan pre- valensi karies gigi. Akan tetapi, pemaparan yang berlebihan terhadap flor dalam air minum ini juga dapat menyebabkan fluorosis gigi. Fluorosis gigi ditandai dengan bercak-bercak buram pada email yang berwama kuning sampai cokelat tua. Paparan jangka panjang terhadap flor dalam air minum de- ngan kadar yang luar biasa tinggi, lebih dari 10 mg/ liter, mengakibatkan fluorosis skelet di Cina, India, dana frika Selatan. Kondisi ini seringkali diperumit oleh faktor seperti defisiensi kalsium dan malnutri- Si. (i Zat mineral utama yang mengandung flor antara lain, fluorspar, kriolit, dan apatit. batu-batu- =) anvolkanis, dan garam laut juga mengandung jum- 2 lah flor yang signifikan. Batu-batuan fosfat alam 4%-nya tersusun dari flor yang sebagian dilepas ke atmosfer/udara. 4 Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan Gil) Flor dapat ditemukan di udara, berasal dari debu tanah yang mengandung flor dan dari gas yang dikeluarkan di area voikanis. Walaupun bukansum- - ber alami, buangan flor dari industri yang mem- produksi pupuk fosfat dari pembangunan tembok juga berkontribusi pada kadar flor yang tinggi di udara sehingga pemaparan manusia terhadap flor bertambah. (iv) Tumbuhan tertentu, seperti talas, ubi rambat, dan singkong, yang termasuk makanan pokok di banyak negara tropis terutama di Amerika Selatan dan di Pasifik, tenyata mengandung flor dalam ka- dar yang tinggi. Daun teh, juga mengandung kadar flor yang relatif tinggi. Produk ikan, terutama ikan yang dikalengkan seperti sardin, tulangnya yang juga dapat dimakan mengandung flor sampai 40 mg/ kg. 4.1.2.2 Arsenik Seperti kebanyakan zat kimia lain, pemaparan manusia tethadap arsenik terjadi dari sumber alami, sumber industri, dan sumber pertanian. Arsenik tersebar luas di lapisan kerak bumi dan terkandung dalam lebih dari 150 zat mineral. Arsenik juga dapat ditemukan dalam bijih tambang berbagai logam seperti emas, timbal, tembaga, timah, dan zink. Arsenik dilepas ke atmosfer sebagai produk samping dari peleburan bijih tambang nonfero, dari proses pembuatan pestisida, dan dari pembakaran kaca yang digunakan untuk pembuatan gelas. Karena senyawa arsenik terkadang dipakai sebagai pestisida, maka debu dan gas yang dilepaskan dari mesin pemisah biji kapas dan dari mesin pemotong tembakau mengandung arsenik. Pemaparan okupasional terbesar pada arsenik terjadi di pabrik peleburan bijih tambang nonfero tempat bijih yang mengandung arsenik biasa digunakan. Berdasar- kan perkiraan, sekitar 1,5 juta pekerja di scluruh dunia berpotensi terpapar senyawa arsenik anorganik yang diproduksi dengan cara ter- sebut. Arsenik ada secara alami di dalam air. Sumber alami arsenik dalam air segar antara lain erosi per- mukaan dan erosi batu-batuan volkanis. Air di musim semi yang panas ternyata dapat mengan- 1, Sumber Bahan Kimia di Lingkungan 5 dung arsenik sampai 14 mg/liter. Arsenik dalam air juga dapat berasal dari buangan industri. Organisme laut terpapar arsenik hanya dalam kadar rendah yang terkandung di laut. Walau begi- tu, organisme tersebut dapat mengandung arsenik dalam konsentrasi yang paling tinggi (0,01-200 mg/ kg) dari semua binatang yang ada. Chrustacea se- perti udang, remis, dan tiram, biasanya mengan- dung arsenik dalam kadar yang paling tinggi. Ka- dar arsenik dalam berbagai jenis ikan berkisar antara * 0,2 sampai 70 mg/kg. Akan tetapi, arsenik yang terkandung dalam organisme laut kebanyakan ada dalam bentuk senyawa arseno-organik yang, tidak seperti bentuk anorganis arsenik, tidak toksik bagi manusia. : Air minum merupakan sumber penting pema- paran terhadap arsenik. Konsentrasi arsenik ter- tinggi biasanya ditemukan dalam air tanah. Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah merekomendasikan nilai ambang sementara kandungan arsenik dalam air minum, yaitu 0,01 mg/liter. Berikut beberapa contoh konsentrasi arsenik yang ditemukan dalam air sumur dan air permukaan. a) Dalam air sumur = Taiwan sampai dengan 1,8 mg/liter = Hungaria >0,1 mg/liter = India >0,05 mg/liter = Meksiko >0,4 mefliter ™ Amerika Serikat >0,1 mg/liter b) Dalam air permukaan = Chile 0,8 mg/liter = Argentina >0,3 mp/liter. Perlu dipethatikan di sini bahwa banyak negara yang kandungan arsenik dalam air minumnya me- ebihi nilai ambang yang dianjurkan WHO, bahkan ada yang sampai 200 kali lipatnya, Banyak laporan yang menyebutkan bahwa pa- paran kronis terhadap arsenik dalam air minum da- patmembahayakan kesehatan. Bahaya yang ditim- bulkan meliputi hiperpigmentasi, keratosis (pertumbuhan lapisan tanduk), dan kanker kulit. Angka prevalensi yang tinggi dari kelainan pem- buluh darah tepi (penyakit blackfoot) ditemukan Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan Tabel 1. i Taiwan, yang air minumnya mengandung arsenik berkadar tinggi. Efek terhadap pembuluh darah tepi juga dilaporkan dialami oleh penduduk Chile yang terpapar airsenik dalam air minum. Selain itu, di be- berapa bagian dunia (mis. di Reichenstein, Silesia, Kordoba, Argentina, dan sebagian kecil wilayah pantai barat daya Taiwan), kadar arsenik yang ting- gi dalam air minum telah dikaitkan dengan tinggi- nya kasus kanker kulit, The International Agency - for Research on Cancer (IARC) telah memasukkan arsenik ke dalam kategori.“karsinogen manusia” (lihat Bab 5). Singkatnya, banyak paparan terhadap arsenik berasal dari keberadaan arsenik alaminya dalam air minum, yang belum tentu menandakan bahwa air minum itu aman untuk dikonsumsi. Efek keschatan yang berbahaya telah didokumentasikan dengan ‘baik. Unsur lain yang terbentuk secara alamiah dan efek potensialnya terhadap kesehatan manusia disajikan dalam Tabel 1. ‘Beberapa unsur yang terbentuk secara alami dan ‘efeknya terhadap Kesehatan manusia. Kadmium (Cd) Kromium (Cr) ‘Timbal (Pb) Toksisitas ginjal Paparan okupasional akibat menghirup uap/gas kadmium dan kontaminasi Dermatitis Paparan okupasional Memakal perhlasan yang mengandung kromium produksi Paparan okupasional hemoglobin; dapat Kontak anak dengan menyebabkan disfungsi tanah atau kotoran, Qinjal; retardasi mental menghirup gas bahan {anak-anak lebih bakar yang mengandung sensitif) timbal dan menelan cat yang mengandung timbal 1. Sumber Bahan Kimia di Lingkungan 7 1.2 Kontaminan alami makanan Komponen (toksikan) alami yamg ditemukan dalam makanan berasal dari tumbuhan dan hewan. Toksikan mencakup senyawa yang terbentuk se- cara alami dan ada di dalam makanan apapun sum- bernya. Toksikan dapat dihasilkan oleh tumbuhan, jamur, dan bakteri. Karena tumbuhan tidak dapat melarikan diri dari pemangsanya, maka pertahanan terbaik mereka adalah dengan memproduksi se- nyawa yang berbau busuk atau yang memiliki rasa tidak enak dan toksin. Beberapa toksikan yang terbentuk secara alami dan terkandung dalam tum- buhan dan hewan, antara lain: a) Pada tumbuhan alkaloid alergen sianogen inhibitor enzim glukosinolat asami amino, protein dan peptida, lipid dan sa- ponin toksik b) Pada makanan hewani ™ toksin marine (racun dalam kerang-kerangan seperti saksitoksin, tetrodotoksin) 1.3 Toksin bakteri sebagai kontaminan makanan Foodborne intoxication (intoksikasi bawaan makanan) dan Foodborne infection (infeksi bawa- an makanan) merupakan penyebab utama penyakit di seluruh dunia. Foodborne intoxication terjadi jika toksin mikroba yang sudah terbentuk sebelum- nya di dalam makanan ikut termakan, sementara foodborne infection terjadi akibat keberadaan bakteri dalam makanan yang dapat menyebabkan penyakit baik karena berkembang biak dalam usus maupun karena memproduksi toksin dalam saluran usus setelah berkembang biak dan tumbuh. Salah satu contoh foodborne infection adalah sallmone- 8 Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan la dan contoh foodborne intoxication adalah botulisme. 1.3.1 Chlostridium botulinum Mikoorganisme seperti Clostridium botuli- ‘mum juga termasuk dalam kontaminan alami makan- an yang juga dapat menyebabkan kesakitan dan penyakit. Chlostridium botulinum, suatu mikro- organisme bawaan makanan yang paling ditakuti, merupakan bakteri yang dapat membentuk spora dan bersifat anaerobik serta dapat memproduksi neurotoksin yang ampuh. Sporanya tahan panas dan dapat bertahan dalam makanan yang pengolah- annya tidak adekuat atau yang diolah ala kadarnya (pengolahan minimal). Botulisme bawaan makanan merupakan tipe keracunan makanan yang parah akibat mengonsumsi makanan yang mengandung neurotoksin mematikan/ampuh yang terbentuk se- Jama pertumbuhan bakteri. Toksin itu sendiri dapat dihancurkan melalui pemanasan sampai 80°C sela- ma 10 menit atau lebih. Insidensi penyakit ini rendah, tetapi penyakit ini banyak mendapat sorotan kare- na angka kematian yang diakibatkannya cukup tinggi jika tidak ditangani dengan tepat dan segera. Banyak kejadian luar biasa (KLB) yang dilaporkan dikaitkan dengan makanan kaleng rumahan yang prosesnya tidak adekuat walau terkadang makan- an komersil pun juga terlibat dalam terjadinya KLB. Saus, produk daging, sayuran kaleng dan produk makanan laut merupakan media transmisi yang pa- ling sering dari penyakit botulisme pada manusia ini. Clostridium botulinum dan sporanya disebar- kan secara luas secara alami. Bakteri ini ada dalam tanah hutan dan tanah olahan, sedimen dasar su- ngai, air danau dan pesisir, dalam saluran usus ikan dan mamalia, dan dalam insang dan kulit kepiting dan kerang lain. 1.3.2 Botulisme bawaan makanan pada manusia Botulisme bawaan makanan merupakan penya- kit yang disebabkan oleh neurotoksin protein me- 1. Sumber Bahan Kimia di Lingkungan 9 matikan yang dihasilkan oleh Chlostridium botulinum. Gejala khasnya meliputi nyeri perut, muntah, gangguan motorik, dan kesulitan pengli- hatan. Awitan gejala botulinum bawaan makanan biasa- nya terjadi 18 sampai 36 jam setelah ingesti (makan dan minum) makanan yang mengandung toksin, walau pada kasus yang terjadi bervariasi antara 4 sampai 8 hari. Tanda-tanda awal intoksikasi meliputi kelelahan, lemah dan pusing yang biasanya diikuti dengan penglihatan ganda dan kesulitan yang terus-menerus dalam meneJan dan berbicara. Kesulitan bernapas, lemah otot, keram perut, dan konstipasi juga merupakan gejala yang umum ter- jadi. Toksin botulinum menyebabkan kelumpuhan flaksid (kelemahan anggota gerak) karena memblok terminal saraf motorik pada taut (junction) mioneural. Paralisis flaksid kemudian merambat se- cara simetris ke arah bawah, biasanya mulai dari mata dan wajah, ke tenggorok, dada dan ekstremi- tas (tangan dan kaki). Jika otot diafragma dan dada mulai terkena semua, pernapasan akan terhambat dan kematian akan terjadi akibat asfiksia. Peng- obatan yang dianjurkan untuk botulisme bawaan makanan mencakup pemberian antitoksin secara dini dan perawatan penunjang yang mendukung (termasuk alat bantu pernapasan). Gambar 1. Struktur ergotamin, ‘Suatu alkaloid ergot 1.4 Mikotoksin sebagai kontaminan alami makanan Mikotoksin yang mendapat perhatian besar adalah mikotoksin yang ditemukan dalam makanan manusia atau makanan hewan peliharaan. Miko- toksin dapat mencakup ergot alkaloid (Gambar 1) 40 Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan yang dihasilkan oleh Claviceps sp., trikotesen yang dihasilkan oleh genus jamur, terutama Fusarium sp., dan aflatoksin (Gambar 2) serta senyawa terkait yang dihasilkan Aspergillus sp. Mikotoksin meru- pakan contoh alami kontaminan makanan, yang dapat memengaruhi seluruh dunia dan menjadi penyebab begitu banyak kematian. Gambar 2. Struktur aflatoksin B, 1.4.1 Aflatoksin 1.4.1.1 Sumber aflatoksin Aflatoksin adalah zat toksik yang dihasilkan oleh sejenis jamur yang tumbuh pada tumbuhan dan biji-bijian. Aflatoksin juga dpat mengontami- nasi padi-padian, jagung, dan kacang tanah. Jamur utama penghasil aflatoksin adalah Aspergillus fla~ vus dan Aspergillus parasiticus. Empat jenis afla- toksin utama (B,, B2, G,, dan G,) terkandung dalam produk tanaman yang terkontaminasi jamur, Afla- toksin By, jenis aflatoksin yang paling beracun, biasanya konsentrasinya terbesar dalam simpanan makanan, dan kebanyakan data yang ada tentang toksikologi berkaitan dengan senyawa tersebut. Spesies Aspergillus penghasil aflatoksin yang mengakibatkan kontaminasi aflatoksin dalam ma- kanan tersebar luas di belahan dunia yang beriklim panas dan lembap, di antaranya Afrika sub-Sahara dan Asia Tenggara. Kadar aflatoksin yang dihasil- kan bergantung pada kondisi pertumbuhan. Jika kondisinya mendukung, seperti pada musim kema- rau atau saat terjadi serangan hama serangga, kon- taminasi aflatoksin kemungkinan cukup tinggi. Kondisi penyimpanan setelah pemanenan hasil pertanian juga dapat menyebabkan kontaminasi 1. Sumber Bahan Kimia di Lingkungan W aflatoksin. Umumnya, kondisi yang panas dan lem- ‘bap mendukung pertumbuhan janur pada makanan yang disimpan sehingga kadamya di dalam makanan menjadi cukup tinggi. 1.4.1.2 Pemaparan terhadap aflatoksin Karena negara-negara beriklim dingin mengim- por makanan dari wilayah yang makanannya me- ngandung aflatoksin berkadar tinggi, maka afla- toksin menjadi masalah di seluruh dunia. Pemaparan terhadap aflatoksin dapat terjadi secara akut mau- pun kronis. Umumnya, konsumen dari negara Pengimpor merupakan korban pemaparan akut. Jika makanan pokok yang terkontaminasi aflatoksin, misalnya jagung dan beras, dikonsumsi secara terus-menerus, pemaparan kemungkinan terjadi se- cara kronis, Makanan pokok yang mengandung aflatoksin ee eae baer taal cen jian sereal di Afrika, Asia Tenggara, dan di ce bagian Utara. Kontaminasi terhadap komodi- tas mentah yang tumbuh di Amerika Serikat juga terjadi secara berkala. Selain itu, di dalam makanan seperti jagung, beras, biji sereal, kacang tanah, dll., temyata juga dapat ditemukan aflatoksin dalam Pada umumnya, data yang tersedia tentang ke- jadian paparan terhadap aflatoksin berasal dari negara pengimpor, karena aturan ketat yang diber- Jakukan tentang kadar kontaminasi dapat menjamin tingkat pemaparan yang relatif rendah. Untuk me- menuhi persyaratan dari calon negara importir dan untuk menghindari ditolaknya makanan serta keru- gian ekonomi, beberapa negara produsen (pengeks- por) tetap mempertahankan pasokan makanan di bawah standar untuk penduduk di negaranya dan hanya mengeskpor produk yang bermutu tinggi. Pemaparan terhadap penduduk di negara yang memberlakukan kebijakan seperti itu kemungkinan sangat tinggi, 1.4.1.3 Efek aflatoksin Aflatoksin B, dikenal sebagai karsinogen hati yang ampuh dan telah terbukti dapat menyebab- kan kanker pada banyak hewan percobaan. Dalam 12 Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan studi epidemiologi, ada hubungan yang kuat di antara ingesti aflatoksin dan kejadian kanker hati pada mamusia. Sementara menurut kesimpulan the International Agency for Research on Cancer (IARC), terdapat bukti yang cukup untuk menge- lompokkan campuran alami aflatoksin dan afla- toksin B, ke dalam kategori karsinogen manusia (lihat Bab 5). 1.4.1.4 Tindakan pencegahan pemaparan aflatoksin pada manusia Kontaminasi aflatoksin dapat dikendalikan dengan cara meminimalkan pertumbuhan jamur. Untuk melakukannya, beberapa tindakan pengen- dalian sebelum panen, tindakan pencegahan saat panen, dan juga praktik penyimpanan merupakan metode terpenting yang ada untuk mengurangi pertumbuhan jamur dan produksi aflatoksin (Tabel 2). Selain tindakan pencegahan saat panen dan penyimpanan, skrining terhadap hasil pertanian sebelum diolah dan dijual ternyata merupakan cara yang penting untuk meminimalkan pemaparan manusia terhadap aflatoksin. Tabel 2. Metode yang digunakan untuk mengurangi produksi aflatoksin Sebelum panen — pemilihan varietas yang resisten Kewaspadaan saat panen — penanganan yang tepat untuk menghindari Praktik penyimpanan — pencegahan kerusakan fisik pada hasil pertanian akibat serangan serangga = penggunaan teknik rotasi tanaman yang tepat kerusakan fisik = pencucian hasil pertanian untuk membersihkan tanah yang melekat — _ menjaga hasil pertanian tetap kering dan bersih — pendataan yang tepat terhadap hasil pertanian (tanggal, all.) 1.5 Industri sebagai sumber zat kimia Industri memainkan peranan penting dalam ke- hidupan sebagian besar umat manusia. Secara 1. Sumber Bahan Kimia di Lingkungan 13 ekonomi, industri penting bagi negara dan dapat mempekerjakan jutaan orang di seluruh dunia. Wa- laupun di beberapa negara diatur dengan baik, sek- tor industri merupakan sumber dari begitu banyak kontaminan dan zat kimia. Perlu diingat di sini bah- wa sektor industri bukan hanya berkaitan dengan bangunan dan pabrik, tetapi juga mencakup indus- tri pertanian, perkapalan dan kendaraan laut lain- nya, kilang minyak dan pengeboran minyak lepas pantai, serta truk-truk yang digunakan untuk mem- bawa barang-barang dan bahan mentah yang di- hasilkan oleh pabrik. Dengan demikian, industri ada di sekeliling kita, dan memegang peranan penting dalam kehidupan kita sehari-hari, Kegiatan pokok i dalam industri berpotensi menghasilkan emisi udara, limbah buangan, dan sampah padat, yang kesemuanya dapat mengandung berbagai jenis po- lutan kimia. Jika prosedur industri dan tindakan pencegah- an yang tepat dijalankan dengan benar, masyarakat umum akan terlindungi dari paparan zat kimia yang dikeluarkan oleh industri. Akan tetapi, baik dise- ngaja maupun tidak, buangan kimiawi terkadang’ tidak dapat dihindari. Contoh zat dari industri yang Tabel3. Bahaya okupasional dan kanker terkait Sinar-x ‘Sumsum tulang Petugas medis dan pekerja industri Uranium ‘Sumsum tulang, Kuli, Petugas medis dan ahli kimia paru-paru di industri Radiasi ultraviolet Kult Pekerja lapangan Hidrokarbon polisiklik Paru, kul, hati, Pekerja tambang minyak dan (elaga, aspal, minyak) ——_kandung kemih gas Vinil kiorida Hati, otak Pegawai pabrik plastik Arsenik Kult, paru, hati Pekerja tambang dan Peleburan, kilang minyak Kadmium Paru, ginjal, prostat — Pekerja di pabrik batere, peleburan Senyawa nikel Paru dan sinus hidung Pekerja di peleburan dan pengolahan Asbestos Pan Pekerja tambang, kilang minyak, pembongkaran bangunan Kayu dan partikel kulit Rongga hidung Pengrajin kayu dan pembuat sepatu : 14 Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan Tebel 4. Kegiatan pokok dalam industri dan sumber potensial pencemaran’ Pertambangan batubara Penjagalan, produksi daging Pabrik produk susu Penyamakan kulit Pabrik kertas dan produknya Kilang minyak petrolium Pabrik semen/kapurigips Industri besi dan baja Ustrik, cahaya dan tenaga Restoran dan hotel Layanan kesehatan medis Farmasi Produksi pertanian dan petemakan : Pabrik minuman ringan/bersoda “Tanda asterik dalam kolom menunjukkan sumber utama pencemaran dani industri terkait mencemari lingkungan adalah buangan limbah yang mengandung merkuri anorganik ke lingkung- an dan pemaparan manusia terhadap metilmerkuri yang terjadi kemudian. Pemaparan yang parah ter- hadap zat kimia kemungkinan besar dialami oleh pekerja yang mengoperasikan fasilitas pabrik. Hal semacam itu disebut sebagai pemaparan okupa- sional (di tempat kerja). Tidak mengejutkan apabila pada beberapa kasus ternyata ditemukan angka insidensi yang tinggi dari penyakit yang berkaitan dengan zat kimia di lingkungan kerja. Beberapa con- toh sengaja disajikan untuk memberikan penekan- an pada beberapa hazard okupasional dan kanker yang berkaitan (Tabel 3), sementara kegiatan pokok dalam industri dan sumber potensialnya mencemari lingkungan disajikan dalam Tabel 4. 1.5.1 Minamata dan toksisitas merkuri di lingkungan Merkuri metalik digunakan dalam industri klor- in alkali untuk memproduksi klorin dan natrium hidroksida yang bermuatan listrik. Zat tersebut di- gunakan untuk memproduksi perangkat listrik dan saintifik, sebagai katalis dalam reaksi kimia, dan 1. Sumber Bahan Kimia di Lingkungan 15. Gambar 3. Lokasi Minamata, Jepang untuk membuat termometer. Substansi perak berkilauan yang kita Illihat dalam termometer adalah unsur yang umum ditemukan di alam. Para ilmuwan memperkirakan bahwa dalam setiap tahunnya, bumi secara alami melepaskan 30.000 ton merkuri ke alam. Sumber lainnya adalah buangan air dari industri. Merkuri metalik ini merupakan kontaminan yang ada di seluruh dunia, tetapi kebanyakan kasus ke- racunan merkuri terjadi akibat metilmerkuri, teruta- ma yang terkandung dalam ikan yang dikonsumsi manusia. Toksisitas merkuri di lingkungan merupa- kan salah satu contoh yang baik tentang tiga sifat penting suatu zat. Ketiga sifat tersebut antara lain toksisitas, volume penggunaan (sebagai substan- si industri, aturan dan kontrol pembuangannya masih sangat buruk), dan mobilitas. Dalam hal mo- = bilitas, ada satu prinsip penting yang akan dibahas di sini, yaitu transformasi biologis. 1.5.1.1 Gejala keracunan metilmerkuri Gejala penyakit yang betkembang di pantai Mi- namata mungkin disadari untuk pertama kalinya pada kucing, baru kemudian pada manusia. Gejala yang dialami manusia meliputi degenerasi sistem saraf yang disertai dengan menghilangnya pende- ngaran, penglihatan, wicara dan kontrol motorik. Gejala lainnya meliputi sensasi kesemutan, lemah otot, langkah yang limbung, penglihatan kabur, 16 Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan Tabel 5. Rangkaian investigasi pada bencana Pantal Minamata 1930an-1950an 1951 1952 1956 1957—1958 1959 1960—1963 1966 1970 1973—1975 Limbah pabrik tangsung dialirkan ke pantai Minamata Kasus pertama muncul tetapi tidak disadari Beberapa kasus terjadi setiap tahun, tetapi penggunaan merkuri meningkat ‘Anak-anak yang sakit dilaporkan ke rumah sakit, 40 kasus berhasil diidentifikasi, tim universitas mulai terlibat Pemancingan ditarang, tetapi kasus semakin bertambah dan menyebar ke tempat yang lebih jauh dari pantai Merkuri diduga sebagai penyebab, tetapi bukan bentuk anorganiknya 111 kasus merkuri dipastikan, 41 meninggal, metilmerkuri diidentifikasi sebagai penyebab Poputasi yang terpapar, tetapi tidak memperfihatkan gejata, teridentifikasi ‘Aturan diberlakukan untuk pabrik, pembuangan merkuri berkurang/menurun 1063 kasus dipastikan, 226 meninggal wicara tidak jelas, kehilangan pendengaran, dan perilaku yang abnormal. Sekitar 40% dari mereka yang terpapar, merupakan kasus yang fatal. Neuro- toksisitas merupakan masalah terbesar pada janin yang sedang berkembang yang terpapar sebelum kelahiran, Pada banyak kasus, bayi yang lahir. dari ibu yang mengonsumsi metilmerkuri, terutama se- lama trimester dua kehamilan, memperlihatkan adanya kecacatan walau ibu yang terpapar hanya sedikit terpengaruh. Pada anak-anak, beberapa hasil akhir (endpoint) yang berhasil diamati di antaranya lambat berjalan, lambat berbicara, kejang, disfungsi sistem saraf, dan keterlambatan perkem- bangan mental. Gejala serupa juga berhasil diamati pada kucing yang memperlihatkan perilaku aneh/ abnormal dan tremor. 1.5.1.2 Pengobatan keracunan Alasan mengapa merkuri menjadi salah satu masalah kesehatan adalah karena merkuri memiliki afinitas (daya ikat) khusus dengan otak dan jaring- an saraf sehingga paparan dan asupan zat ini dapat menyebabkan kerusakan di lokasi tersebut. Terapi 4. Sumber Bahan Kimia oi Lingkungan 17 pengkelatan (pengkelat adalah sejenis zat kimia yang memiliki afinitas khusus pada logam) sangat diperlukan karena pengkelat memiliki daya “tarik” yang lebih kuat terhadap otak dan jaringan saraf daripada metilmerkuri, Oleh karena itu, jika kera- cunan berhasil terdeteksi secara dini, cia dapat berlangsung dengan sukses. 1.5.2 Industri penghasil teksti! Ribuan tahun lalu, manusia sudah membuat pakaian dan karpet, bukti tentang pakaian pening- galan masa lampau telah ditemukan di berbagai belahan dunia. Sejak tahun 8000 SM, manusia sudah membuat benang, dan materi yang berasal dari rumput dan pohon diyakini sebagai substansi pertama yang digunakan untuk membuat helaian benang pembentuk pakaian, Sementara itu, pem- buatan tekstil secara mekanis baru dimulai pada akhir abad ke-18 di Inggris, sebagai bagian dari tevolusi industri. Sejak saat itu, industri pembuat- an tekstil menyebar dengan cepat ke seluruh dunia, Kenyataannya, industri tekstil merupakan salah satu industri pokok terbesar di dunia. Selama 20 tahun terakhir, sebagian industri tekstil dasar telah bera- lih ke negara-negara di Afrika dan Asia. Industri tekstil meliputi pemintalan, penenunan, perajutan, dan finishing semua jenis serat baik alami maupun buatan/sintetis, Mesinnya pun bervariasi mulai dari mesin tenun tangan yang dipakai dalam industri perumahan sampai mesin yang rumit dan sangat mahal yang dipakai di pabrik modern. Selama pembuatan, pekerja dapat terpapar pada berbagai macam agens pemutih, pembersih, dan pencelup (pewarna). Zat toksik biasanya tidak di- pakai dalam pemintalan dan penenunan serat-serat alami, Akan tetapi, masalah yang dihadapi adalah paparan terhadap debu serat. Kapas mentah juga mungkin terkontaminasi zat pengawet, zat peron- tok, dan bakteri; sementara wol mentah mungkin tercemar pestisida yang sebelumnya disemprotkan pada domba untuk desinfeksi maupun tindakan pengobatan. Pengaruh yang ditimbulkan pada kesehatan masyarakat pada umumnya berasal dari udara yang bercampur debu, limbah cair, dan emisi zat organik volatil. 18 Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan ‘Tabel 6. 1.5.2.1 Sumber, paparan, dan efek Zat kimia toksik dipakai dalam pembuatan serat sintetis. Bahaya keracunan juga dapat muncul saat pewarnaan dan penyelesaian akhir dalam industri tekstil. Dalam pewamaan dan pencetakan motif, pekerja seringkali terpapar pada zat yang dipakai untuk pewarnaan, mis., berbagai jenis asam seperti asam formik, sulforik, dan asam asetat, pencerah yang mengandung flor, solven organik, dan zat pengawet. Paparan terhadap agens anti-kusut, anti- api, dan sejumlah solven toksik yang digunakan untuk degreasing dan pencetakan motif harus di- hadapi oleh pekerja di bagian penyelesaian akhir. Oleh karena itu, seseorang harus berhati-hati dalam menggunakan zat ini untuk mencegah kontak lang- sung zat dengan kulit dan tindakan yang tepat +harus dilakukan untuk memastikan agar materi terse- but dan supaya tidak terlepas ke udara. Penyakit kulit seperti dermatitis umum ditemukan pada pe- kerja di bagian pemutihan, pewamaan, dan finish- ing, saat penyiapan batang lenan/rami, dan saat penggunaan solven untuk membuat serai sintetis. Beberapa zat pewama dapat menyebabkan kanker kandung kemih. Ekzema krom atau keracunan krom merupakan hazard yang muncul akibat penggunaan kalium atau natrium bikromat dalam industri tekstil. Efek pada kesehatan kerja meliputi bissinosis, bronkitis kronis, kanker kandung kemih serta kanker rongga hidung di antara para penenun dan pekerja lain dalam pabrik tekstil. Efek tersebut dirangkum dalam Tabel 6. Berdasarkan evaluasi menyeluruh, The International for Research on Penyakit dan gejata yang dialami pekerja pabrik teksti! akibat terpapar zat kimia Bissinosis Bronkitis kronis Dermatitis Kanker kandung kemih akut: dada sesak, batuk kronis: paparan selama bertahun-tahun dapat ‘menyebabkan napas pendek yang permanen (dispnea) serangan batuk | peradangan pada kulit perdarahan, tidak enak badan, nyeri 1. Sumber Bahan Kimia di Lingkungan 19 Cancer menyimpulkan bahwa pekerja di pabrik pem- buat tekstil menyebabkan timbulnya paparan yang “kemungkinan karsinogenik bagi manusia.”” Berbagai jenis zat yang ada dalam pabrik tekstil di mana pekerjanya mungkin terpapar pada zat tersebut disajikan dalam Tabel 7. Paparan itu dapat terjadi secara bersamaan dengan hazard fisik, mis., kebisingan, getaran, dan panas, Hanya sedikit data yang ada tentang zat kimia yang digunakan, tingkat Paparan, dan jumlah pekerja yang dilibatkan dalam proses tertentu di negara-negara yang menghadapi masalah tersebut. Tingkat paparan dan zat kimia yang digunakan mungkin berlainan dari satu nega- ra dengan negara lain. Dalam banyak proses, selalu ada kemmungkinan untuk menggunakan solven yang tidak beracun yang hanya sedikit, itupun kalau memang ada, berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungan. ‘Umumnya sering dilakukan pembuangan udara berdebu yang dikeluarkan dari pabrik tekstil ke atmosfer. Pada pabrik tekstil, resirkulasi dan filtrasi sekarang digunakan tetapi tindakan ini mungkin tidak ada di beberapa negara. Emisi organik ber- bahaya (dari minyak yang ditambahkan selama Proses pengeringan dan dari pelarutnya) sangat tidak terkontrol dan digunakan dalam pembuatan tekstur, pengaturan panas, finishing, pewarnaan, dan tindakan printing. 1.5.3 Asbestos dan serat lain + Asbestos banyak digunakan sebagai bahan pembuatan atap (genteng) dan sekat, semen as- bestos, pelapis rem, perangkat listrik, dan materi tahan api serta materi pengemas. Asbestos meru- pakan nama umum sekelompok silikat alami yang akan terpecah menjadi serat-serat yang fieksibel. Paparan bisa berasal dari sumber alami dan pema- kaian industri. Ada dua jenis serat fleksibel, krisotil dan krosidolit. Krisotil (3MgO.2SiO,.2H,O) meru- pakan jenis yang sangat penting dalam dunia perdagangan dan 90%-nya terdiri dari asbestos. Krosidolit (asbestos biru) tersusun dari serat-serat berbentuk batang yang pendek-pendek dan lebih berbahaya daripada serat krisotil. Inhalasi serat as- bestos ke dalam paru menyebabkan kerusakan fisik, 20 Bahaya bahan kimia pada kesehatan'manusia dan lingkungan Tabel 7. ‘Substansi yang ditemukan dalam pembuatan teksti ‘Asam asetat Bifenil Debu kapas Urea etilen siklik Dekabromodifenil oksida Diamonium fosfat Diklorometana Dimetiformamida 41,3-Difenil-2-pirazolin Resin formaldehid ‘Asam formik Hidrogen peroksida Hipoklorit Monoklorobenzen Pewama Mordan Fenol Polivinil alkohol Natrium asetat atrium bikromat Natrium hidroksida Natrium perborat Minyak pemutar Kanji/zat tepung Pewarna sulfur ‘Asam sulfat Tetrakloroatilen Tetranatrium pirofosfat Trikioroetilen Pewarna Vat Kontrol pH pewama Carer pewamaan Pencampuran, pemutaran, penenunan Anti kusut Tahan api Kontrol pH Penggosokan bahan/kain Penyelesatan akhir kain . Pencerah mengandung flor ‘Anti Kusut Kontrol pH pewamnaan Pewamaan kain Pewarnaan, perebusan kain Penoetakan motif kain Pewarnaan Pencetakan motif Penyiapan, pelunakan kain Pewamaan poliester Proses pewaraan dengan krom Pemutihan, pelunakan kain ‘Agens antikotor Pelumas ‘Agens pengecil Pewarnaan Proses karbonisasi, pengedilan ukuran Penggosokan kain, carrier pewamaan Kontrol pH pewarnaan Cartier pewarnaan, penggosok Tris(2,3-dibromopropi!) fosfat Anti api Pewarnaan dan dihubungkan dengan terjadinya mesotelioma, suatu bentuk kanker paru. Asbestosis, suatu penyakit pernapasan, ditandai dengan munculnya fibrosis dan pengapuran/kalsifikasi paru, yang kemudian dapat menyebabkan kanker paru. Oleh karena itu, inhalasi serat asbestos harus dihindari, dan petugas yang cukup terlatih/ahli harus di- hubungi jika ingin membuang asbestos dari perangkat seperti genteng dan sekat. 4. Sumber Bahan Kimia di Lingkungan 24 1.5.4 Petroleum Minyak petroleum selama berabad-abad telah banyak dipakai di Mesir, Cina, Irak, dan Iran untuk pemanasan, penerangan, pembuatan jalan, dan bangunan, Dewasa ini, industri kilang minyak petroleum di dunia menghasilkan lebih dari 2500 produk yang mencakup nafta, hasil sulingan, ba- han bakar residu, aspal, gas petroleum cair, petrol, bensin, bahan bakar pesawat, dan bahan bakar die- sel, berbagai jenis bahan bakar minyak, dan minyak pelumas. Gambar 4. Struktur benzen Minyak mentah merupakan campuran dari beri- bu-ribu hidrokarbon yang beranekaragam dengan rentang titik didih yang cukup lebar. Selain itu, senyawa-senyawa di dalam minyak mentah me- ngandung sulfur, oksigen, garam, logam renik, dan air dalam berbagai jumlah. Pabrik penyulingan pe- troleum menghailkan berbagai jenis polutan udara dan air serta limbah padat berbahaya, Campuran khusus polutan bervariasi bergantung aktivitas dan proses yang dilakukan. Seringkali, polutan yang dilepaskan mengandung semua produk penyuling- an kilang minyak (bahan bakar, solven, minyak, zat lilin, pelumas, aspal) dan, khususnya, hidrogen sul- fida, hidrokarbon polisiklik aromatik (polyciclic aromatic hydrocrbon, PAH), karbon monoksida, karbon dioksida, dan benzena (Gambar 4). Karena fasilitas ini biasanya terletak di zona industri yang luas dan memakai banyak fasilitas petrokimia, maka pencemaran air dan udara secara signifikan dikait- kan dengan keberadan fasilitas itu, Penduduk yang tinggal berdekatan dengan fasilitas tersebut berisi- 22 Bahaya bahen kimia pada kesehatan manusia den lingkungan ko untuk menghirup udara yang tercemar dan me- ngonsumsi air yang tercemar. Banyak limbah ber- bahaya yang dihasilkan dan harus dibuang dengan tepat, karena jika tidak limbah tersebut akan ber- dampak buruk pada kesehatan akibat mencemari tanah dan air tanah. Penduduk yang tinggal dekat dengan pabrik penyulingan, temyata berisiko cukup tinggi untuk mengalami gejala sakit pemapasan (batuk dan men- gi). Peningkatan risiko kanker otak pun telah diper- lihatkan melalui hasil penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada penduduk yang tinggal di dekat pabrik petrokimia, dan pada kenyataannya, ada laporan yang menyatakan bahwa bertempat tinggal di dekat pabrik petroleum di Louisiana sela- ma lebih dari 10 tahun dapat meningkatkan risiko kanker paru. Berbagai macam bahaya kesehatan kerja juga ditemukan dalam pabrik penyulingan minyak. Pa- paran berasal dari kontak kulit dan inhalasi gas dan uap, terutama terhadap hidrokarbon yang secara alami ada di dalam minyak mentah dan dilepas sela- ma penyulingan atau terbentuk dan teremisikan selama proses. Senyawa gas yang mengandung sulfur seperti hidrogen sulfida, sulfur dioksida, dan merkaptan diemesikan selama pemindahan dan pe- nanganan sulfur. Paparan terhadap debu dan kabut uap berasal terutama dari aktivitas pemeliharaan seperti abrasive blasting, penggunaan katalis dan penanganan produk kental dan padat seperti bitu- men dan batu arang. Substansi pokok pekerja dapat terpapar terhadapnya saat bekerja di pabrik penyu- lingan petroleum disajikan dalam Tabel 8. Berdasarkan hasil evaluasi menyeluruh, the International Agency for Research on Cancer menyimpulkan bahwa paparan okupasional dalam pabrik penyulingan petroleum “kemungkinan karsinogenik bagi manusia.” 1.5.5 Solven Solven organik dan uapnya biasa kita temukan di lingkungan yang modem. Kalangan industri menggunakannya dalam jumlah yang besar pada \ proses pembuatan berbagai jenis produk. Kita juga i dapat terpapar pada materi seperti bensin, (petrol), 5 uap, sprai aerosol, dan penghilang cat. Contoh 4. Sumber Bahan Kimia di Lingkungan 23 Tabel 8. Substansi pokok tempat pekerja pabrik penyulingan Petroleum dapat terpapar terhadapnya. Alumina Alumunium klorida Amina, alifatik Amina, aromatik ‘Ammonia ‘Senyawa arsenik Asbestos Kabut uap bitumen tert-Butil alkohol Kromium dan senyawanya Kobalt dan senyawanya Batu arang Tembaga dan senyawanya Minyak mentah Hidrokarbon, aromatik Hidrogen klorida Hidrogen florida Hidrogen sulfida Keton Timbal dan senyawanya Minyak mineral Nikel dan senyawanya Nitrogen oksida Palladium Fenol Pitch Asam fosfat Platinum Hidrokarbon aromatik polinuklir (PAH) Solven petroleum Asam sulfat Tetraetilead Senyawa Vanadium cerobong Katalis Katalis Hidro-desulfurisasi Pemecahan katalitik, antioksidan Penyulingan, pemecahan katalitik Minyak mentah, pengganti gas Insulasi, segel Pengisian, pembersihan tanker Penyampuran bensin tanpa timbal Katalis, pematrian Katalis Unit batu arang Desutfurisasi, katalis Unit penyulingan dan pengolahan Sebagian besar unit pengolahan Isomerisasi Katalis Penyulingan, pemecahan Solven Desutfurisasi Unit minyak dan pelumas Produk katalis, pematrian, pembakaran Perapian, cerobong Katalis Penyulingan kasar, limbah cair Unit bitumen, aktivitas pemuatan Katatis Katalis Penyulingan, batu arang, batu arang pengolahan bitumen, pengolahan limbah cair Pabrik solven petroleum Katalis Penyampuran bensin Bahan bakar minyak beresidu, pembersihan yang baik dari solven adalah benzen. Benzen merupakan solven yang sangat baik untuk lateks karet, dan digunakan secara besar-besar- an dalam industri karet di epanjang abad ke-19. 24 Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan Pada tahun 1930-an, banyak kasus toksisitas ben- zen yang terjadi dalam industri percetakan dimana benzena dipakai sebagai solven (pelarut) tinta. Kenyataannya, sampai sekarang benzen masih di- gunakan sebagai solven dengan angka estimasi yang masih mencapai 42 juta m” per tahun. Paparan menahun terhadap benzen dapat menimbulkan kerusakan yang hebat pada sumsum tulang dan anemia aplastik. Paparan terhadap benzena juga dikaitkan dengan kasus leukemia. Perlu diingat bahwa banyak solven yang berbahaya sehingga di dalam penggunaan solven apapun, peralatan perlindungan personal harus dikenakan. Mintalah nasihat ahli sebelum memilih peralatan yang paling sesuai/tepat. 1.6 Pertanian sebagai sumber zat kimia Banyak zat kimia yang dipakai dalam pertanian, mis., pupuk yang mengandung nitrogen dan sulfur, pestisida (pemeliharaan tanah dan benih), pengatur pertumbuhan tanaman, desinfektan obat-obatan untuk hewan (termasuk pemberian antibiotik untuk hewan dan penggunaan antibiotik pada peternak- an ikan). Di antara semma hal di atas, pestisida meru- pakan zat kimia yang dipakai untuk mengendalikan atau membasmi hama. Hama adalah organisme, yang menurut manusia, dapat mengganggu kegiat- an mereka; hama dapat memengaruhi kesehatan kita, mengganggu produksi dan perlindungan makanan kita, atau mengganggu kesenangan kita. Pestisida merupakan racun, tetapi memiliki tujuan khusus: untuk melindungi manusia dan hasil pertanian mere- ka dari organisme lain, yaitu hama. Oleh karena itu, jika pestisida memang harus digunakan, pemilihan- nya harus sesuai dengan kekhususannya, yaitu menghancurkan hama pengganggu tanpa memba- hayakan organisme nontarget. Pada kenyataannya, kebanyakan pestisida tidak digunakan secara sele- Ktif sehingga dapat memberikan efek yang mene- tap pada sistem biologis jika pemakaiannya tidak tepat. 1. Sumber Bahan Kimia ai Lingkungan 25 Gambar 5. Struktur DDT 1.6.1 Penggunaan pestisida Penyakit bawaan artropoda (arthropod borne disease) merupakan masalah utama yang dihadapi manusia sebelum perkembangan pestisida untuk pertama kalinya, Malaria dan penyakit bawaan vek- tor lainnya telah membunuh jutaan manusia dalam setaiap tahun (Gambar 6). Pestisida, perbaikan sanitasi, dan penyuluhan kesehatan merupakan metode pengendalian vektor dalam program kese- hatan masyarakat di seluruh dunia, Banyak zat kim- ia yang dalam penggunaannya dapat menyebab- kan masalah lingkungan yang serius, sekarang disebut sebagai polutan lingkungan. Di sisi lain, zat kimia tersebut mungkin telah menyelamatkan jutaan manusia. Pestisida juga digunakan di bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, dan peternakan, Sampai saat ini, sumber terbesar kontaminasi pestisida be- rasal dari penggunaannya di bidang pertanian dan kesehatan masyarakat. Pestisida banyak disalah- gunakan terutama di negara-negara yang peratur- an, pemantauan, dan pengawasannya tidak kuat. Beberapa pestisida seperti DDT (Gambar 5), di ba- nyak negara sudah dilarang atau dibatasi peng- gunaannya, tetapi di negara lain justra banyak terse- dia. Pada dasarnya, sebagian besar penyiapan pestisida melibatkan penggunaan substansi carri- er, juga baban (ingredient) aktif, solven, dan se- nyawa yang dapat memperbesar absorpsi. “Ingre- dient tidak aktif (inert)” itu, tak jarang mengandung produk pestisida komersial dalam kadar yang ting- gi sehingga efek merugikan dari produk tersebut mungkin lebih besar daripada efek merugikan yang ditimbulkan ingredient aktif, Pestisida juga dapat mengandung kotoran (impurites), misalnya di- oksin, dalam herbisida fenoksiasid tertenty yang mungkin lebih toksik daripada pestisida ita sendiri. 26 = Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan 9008 uoMeE BAO MEH HOM i i 0 000 0 BIUNP Ynunjes 1p BYe;eW UeLegekued “9 JeqUeD “epopves peta wenu Sum verenqd sind ipmnou enné-snnd symp ina) emBou unseen yat-syn6 UsSLRP ‘arring mem ‘unborn, ase Me ep "uence AAD Hg NCAU dS UY ere ULE Ht 4. Sumber Bahan Kimia di Lingkungan 27 1.6.2 Kontaminasi udara, tanah, dan air akibat pestisida Udara dapat tercemar pestisida saat penyem- protan berlangsung. Penguapan droplet (tetes kecil) selama penyemprotan formula pestisida yang diemulsikan dapat terbawa angin ke tempat yang sangat jauh. Hal tersebut telah dibuktikan, misal- nya, melalui penelitian yang memperlihatkan kan- dungan pestisida dalam kabut di perkotaan. Selain itu, pestisida di berbagai negara sudah lazim diper- gunakan sebagai pengendali vektor penyakit. Pes- tisida yang menguap di dalam rumah dapat terisap oleh penghuninya. Absorpsinya ke dalam tubuh manusia dapat terjadi melalui kontak kulit dengan permukaan yang terkena semprot, atau akibat me- ngonsumsi makanan yang mengandung pestisida. Pestisida mungkin secara sengaja disemprot- kan ke tanah untuk mengendalikan serangga atau nematoda. Selain itu, semprotan pestisida yang cukup banyak pada hasil pertanian atau yang dipa- kai untuk herbisida mungkin tidak mencapai sasar- an dan justru mengenai permukaan tanah. Bebera- pa pestisida, terutama jenis organoklorin, dapat bertahan selama bertahun-tahun di tanah. Semen- . tara air dapat terkontaminasi akibat pembuangan sisa pestisida yang berlebih setelah penyemprot- an, tumpahan pestisida yang tidak disengaja, atau akibat pemakaian pestisida di sungai atau kolam_ untuk mengendalikan pertumbuhan dan penyebar- angulma. 1.6.3 Paparan manusia terhadap pestisida Di beberapa negara, hanya ada sedikit kontrol atau anjuran mengenai jadwal/waktu penggunaan. pestisida; tak jarang pestisida disemprotkan beber- | apa jam atau hari sebelum hasil pertanian dipanen. Hasil pertanian seperti itu mungkin mengandung residu yang dapat menyebabkan paparan tingkat tinggi jika segera dikonsumsi setelah panen. Di beberapa negara, kejadian itu menjadi masalah uta- - ma karena kebanyakan sayuran ditanam di ladang- ladang kecil dekat daerah perkotaan dan hasil per- 28 Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan tanian yang telah disemprot itu langsung dipasar- kan; seringkali dengan pencucian yang tidak ade- kuat, Kadang-kadang, pestisida sengaja disemprot- kan saat hasil pertanian sedang dipasarkan untuk mengendalikan lalat. Selain kontaminasi langsung akibat penyem- protan terhadap makanan hasil pertanian, ada be- berapa cara lain yang menyebabkan makanan terkontaminasi pestisida. Contoh, daging mungkin mengandung pestisida dalam kadar yang tinggi karena zat tersebut terkonsentrasi di beberapa jaringan tertentu setelah desinfeksi ternak atau penanggulangan vektor. Ikan yang ditangkap di sawah yang padinya diberi semprotan pestisida juga dapat mengandung residu pestisida dalam kadar yang cukup signifikan. Penggunaan pestisi- da untuk mencegah kehilangan makanan selama pe- nyimpanan atau saat pendistribusian juga dapat menimbulkan bahaya (hazard). Kehilangan yang diakibatkan oleh hama artropoda dan binatang pengerat kemungkinan sangat besar sehingga sudah lazim apabila pestisida disemprotkan pada makanan dan biji-bijian lain, walau terkadang di- lakukan dengan sembarangan, untuk menghindari kehilangan itu. Makanan yang diperlakukan seper- ti itu, akan mengandung pestisida dalam konsen- trasi yang tinggi. Di masa paceklik, muncul kasus keracunan massal akibat manusia atau hewan peli- haraan mengosumsi biji-bijian yang sebelumnya disemprot pestisida, baik disengaja maupun tidak. ‘Sudah banyak negara yang memiliki peraturan tentang kontaminasi makanan sehingga makanan setempat dan makanan impor secara teratur diana- lisis. Di beberapa negara yang mengalami masalah hama yang cukup serius, peraturan yang mereka miliki tentang kontaminasi makanan belum banyak, dan penyemprotan terhadap hasil pertanian sebe- lum dipasarkan sudah lazim dilakukan. Keracunan akut akibat pestisida sudah menjadi masalah seluruh dunia, dengan estimasi jumlah kasus per tahun sebesar 1-3 juta. Angka kematian beragam mulai dari 1% sampai 9% kasus yang da- tang berobat, dan bergantung pada ketersediaan antidot serta mutu layanan medis yang diberikan. Keracunan yang disengaja (terutama untuk upaya percobaan bunuh diri atau berhasil bunuh diri), pro- | porsinya dalam kasus keracunan pestisida cukup 1. Sumber Bahan Kimia di Lingkungan 29 besar di negara tertentu. Pestisida mudah didapat di rumah tangga sehingga menjadikannya sebagai “metode kesukaan/pilihan” mereka yang berniat bunuh diri. Mayoritas kasus keracunan pestisida yang, tidak disengaja terjadi di kalangan petani dan keluarga mereka. Paparan terjadi terutama selama penyampuran atau penyemprotan pestisida, pe- nyemprotan dengan pesawat, atau memasuki wilayah yang disemprot. Paparan okupasional akut juga dapat terjadi selama pembuatan, formulasi, pengemasan, dan pendistribusian pestisida. Efek akutnya yang berkaitan dengan paparan okupa- sional terhadap pestisida antara lain sensasi ter- bakar di mata yang terkena semprotan zat kimia, kerusakan kulit, efek neurologis, dan efek pada hati. Paparan kronis diduga menyebabkan masalah re- produksi dan memperbesar risiko terkena kanker, mengalami efek neurologis dan psikologis serta efek pada fungsi imun. Banyak kasus keracunan pestisida yang terjadi pada anak-anak karena mereka berhasil menjangkau pestisida yang kemasannya terbuka yang disim- pan di rumah. Kejadian keracunan massal akibat mengonsumsi makanan yang terkontaminasi pes- tisida juga pernah terjadi dan menyebabkan banyak kematian. Pada beberapa kasus, makanan yang dikonsumsi terkontaminasi pestisida saat pendis- tribusian atau penyimpanan, sementara pada ka- sus lain biji-bijian yang dikonsumsi, sebelumnya disemprot dengan pestisida dan sebenarnya ditu- jukan sebagai benih tanam. 1.7 Perkotaan sebagai sumber. kontaminasi zat kimia Selama ribuan tahun telah disadari bahwa ak- tivitas manusia dan urbanisasi dapat menyebab- kan polusi udara (Gambar’7). Pada kenyataannya, pencemaran udara terbukti terjadi begitu manusia mulai menggunakan kayu bakar untuk penghangat- an dan memasak. Banyak kota di seluruh dunia sekarang menghadapi masalah pencemaran udara 30 Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan yang sangat serius akibat urbanisasi dan industri- alisasi. Dewasa ini, banyak sumber yang berkontri- busi pada masalah pencemaran udara di kota-kota di seluruh dunia. Sumber-sumber utama pencemar- an udara dan kepentingan relatifnya sangat bera- gam dari satu kota ke kota lain. Industri dalam kota terkadang menjadi kontributor utama, sementara Jalulintas yang padat, mesin kendaraan yang pe- meliharaannya buruk, serta (seringkali) bensin (petrol) yang mengandung timbal berkadar tinggi, juga berkontribusi dalam masalah pencemaran udara. Selain itu, pusat pembangkit panas yang menggunakan bahan bakar batubara atau minyak berkadar sulfur tinggi, juga cukup sering menjadi kontributor utama. Di beberapa kota, penggunaan. kayu atau batubara sebagai bahan bakar rumah tangga merupakan sumber utama pencemaran dan menjadi penyebab masalah pernapasan di kalang- an orang muda dan lansia. Gambar 7. Contoh pencemaran udara di perkotaan 1. Sumber Bahan Kimia di Lingkungan 34 1.7.1. Sumber alami pencemaran udara Beragam jenis polutan dan zat kimia terbentuk dan dilepaskan kerak bumi melalui proses alamiah. Contoh, letusan gunung berapi melepaskan materi partikulat juga gas-gas polutan seperti sulfur dioksida, hidrogen sulfida, dan metan. Kebakaran hutan juga berkontribusi dalam pencemaran udara karena menghasilkan asap, jelaga, hidrokarbon yang tidak terbakar, karbon dioksida, dan debu. Partikulat dari cipratan ombak laut, spora bakteri, serbuk sari, dan debu di tanah juga merupakan sumber alami pencemaran udara. Tanaman dan pepohonan juga merupakan sumber hidrokarbon; nuansa kebiruan di wilayah pegunungan berhu- tan berasal terutama dari reaksi atmosfer senya- wa organik volatil yang diproduksi tumbuh-tum- buhan. Pada bulan Januari 1986, lebih dari 96 kasus serangan asma dilaporkan di Barcelona, Spanyol; 10%-nya memerlukan alat penyokong kehidupan tingkat lanjut dan 2%-nya meninggal. Setelah dilakukan analisis epidemiologis yang cukup mendalam, serangan asma tersebut ternyata di- sebabkan oleh debu dari kapal bermuatan ka- cang kedele yang dibongkar di pelabuhan Bar- celona. 1.7.2 Bahan bakar fosil sebagai sumber pencemaran udara Pembakaran bahan bakar fosil untuk peng- hangat ruangan di rumah tangga, pembangkit tenaga listrik, dan dalam proses industri yang dirangkum dalam Tabel 9 merupakan sumber pokok emisi polutan udara antropogenik ke dalam atmos- fer di daerah perkotaan. Dari dahulu, polutan udara yang paling umum dijumpai di daerah perkotaan antara lain sulfur oksida (SO,), terutama sulfur di- oksida (SO,), nitrogen oksida (NO dan NO, yang istilah umumnya adalah NO,), karbon monoksida (CO), ozon (O;), suspended particulate matter (SPM) dan timbal (Pb). 32 Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan Tabel 9. _Aktivitas manusia dan produk sampingan dari pembakaran bahan bakar fosil Pembangkit tenaga listrik (mis. SO,, NO, (NO dan NO,) pembangkit listrik tenaga Partikulat primer: debu dan jelaga yang batubara), beterbangan : . Partikulat sekunder: sulfat (SO,*) dan Nitrat (NO) Aerosol Pembakaran minyak SO, Jelaga Pembakaran bahan bakar padatdi SO, rumah tangga (batubara dan Jelaga (mis. kabut asap) kayu) Debu yang beterbangan Pembakaran bahan bakar disel SO, dan jelaga (solar) NO, Kendaraan berbahan bakar “NO, CO, Pb (jika bahan bakar bertimbal bensin (solar) dipakai), hidrokarbon ‘Asap rokok dan sate/panggangan ——_-Hidrokarbon aromatik polisiklik dan lain- tain 1.7.3, Ozon sebagai sumber polutan udara Walaupun penipisan ozon merupakan masalah yang muncul di lapisan atmosfer bagian atas, di lapisan bawah justru terjadi sebaliknya (kadar ozon berlebihan) yang terjadi akibat pencemaran udara di perkotaan. Ozon, suatu oksidan fotokimia, ter- bentuk di lapisan atmosfer bagian bawah akibat ke- beradaan NO,, hidrokarbon, dan senyawa organik volatil (volatile organic compound, VOC). Selain itu, pembentukan ozon juga memerlukan suatu kon- dimana suhu atmosfer berada di atas 18°C dan limpahan cahaya matahari, sebagai katalis reaksi. VOC dapat berasal dari berbagai jenis sumber buatan manusia di antaranya lalulintas jalan raya, pembuatan dan penggunaan zat kimia organik (mis. solven), transportasi, dan penggunaan minyak mentah, penggunaan gas alam, dan dalam derajat yang rendah berasal dari tempat pembuangan sam- pah dan tempat pengelolaan limbah cair. Kota-kota 4. Sumber Bahan Kimia di Lingkungan 33 yang terletak di daerah panas dengan kepadatan ialulintas yang cukup tinggi cenderung rentan ter- hadap pembentukan O, dan oksidan fotokimia lain yang berasal dari emisi prekursor, Konsentrasi tinggi ozon di atas tanah (lapisan bawab/dasar atmosfer) bersifat toksik bagi tanaman (fitotoksik) dan dapat menyebabkan masalah pernapasan bagi ansia dan penderita asma. 1.7.4 Variasi dalam pencemaran udara Kontribusi yang berasal dari sumber bergerak maupun sumber yang diam terhadap emisi polutan udara yang dihasilkan antarkota bergantung pada tingkat mBtorisasi, kepadatan kendaraan, dan jenis industri yang ada. Kota-kota di Amerika Latin, misalnya, cenderung memiliki tingkat kepadatan la- lulintas yang tinggi daripada kota di daerah yang sedang berkembang sehingga kontribusi nitrogen oksida dari kendaraan bermotor cukup tinggi dalam bobot pencemaran udara keseluruhan di perkotaan. Kontribusi kendaraan bermotor secara propor- sional tidak terlalu besar di kota yang tingkat motorisasinya rendah dan di kota dalam wilayah beriklim sedang yang bergantung pada bahan bakar batubara atau biomassa untuk menghangatkan dan untuk tujuan domestik lainnya (contoh, beberapa kota di Cina dan di bagian timur Eropa). Perlu diper- hatikan juga bahwa di beberapa negara, kendaraan yang ada cenderung sudah tua dan pemeliharaan- nya buruk. Faktor itulah yang menyebabkan me- nguatnya signifikansi kendaraan bermotor sebagai sumber polutan. Selain polutan udara yang umum dikenal, ada berbagai jenis zat kimia toksik dan karsinogenik yang semakin sering terdeteksi dalam udara perko- taan, walaupun konsentrasinya rendah. Contoh zat tersebut antara lain, logam (mis., berilium, kadmi- um, dan merkuri), zat organik renik (mis., benzena, polychlorinated dibenzo-dioxin dan dibenzo- furans, formaldehid, vinil klorida dan PAH), serta serat (mis. asbestos). Zat kimia semacam itu berasal dari begitu banyak sumber, misalnya incenerator limbah, tempat pengolahan air kotor, proses indus- tri dan pabrik, penggunaan solven (mis., dalam pe- 34 =~ Bahaya bahan kimia pada kesshatan manusia dan lingkungan tusahaan dry cleaning), bahan bangunan, dan ken- daraan bermotor. . 1.7.5 Limbah cair dan padat Di banyak kota di dunia, limbah cair rumah tang- ga dan industri langsung dibuang ke badan-badan air utama tanpa diolah terlebih dahulu. Zat kimia berbahaya yang digunakan di rumah dan industri terkadang dapat memasuki lingkungan akuatik se- hingga mengakibatkan kerusakan pada ekosistem dan mencemari persediaan air minum. Contoh, kota Bucharest di Rumania (berpenduduk 2 juta jiwa) tidak memiliki pabrik/perusahaan pengolah limbah cair, Semua limbah cair yang dihasilkan dibuang ke sungai Danube. Limbah kimia berbahaya dari industri sering dibuang ke lahan yang penanganan dan penyia- pannya buruk yang disertai dengan sedikit atau tidak sama sekali tindakan pemisahan di antara lim- bah-limbah yang beracun. Hal itu sering mengaki- batkan kontaminasi pada air minum, tanah, dan udara, Pembuangan limbah cair seperti zat pewarna juga menjadi masalah khusus di beberapa negara. 1.8 Pelepasan zat kimia toksik secara tak-sengaja Kebakaran di tempat produksi atau selama transportasi materi yang berbahaya juga dapat menyebabkan pencemaran udara, air, dan tanah serta memberikan pengaruh buruk bagi kesehatan manusia. Kecelakaan seperti ledakan, kebakaran, dan tabrakan kendaraan pengangkut dapat menyebabkan terlepas/keluamya sebagian besar agens kimia berbahaya ke dalam lingkungan. Begi- tu bal ini terjadi, pekerja dan masyarakat umum menjadi subjek pemaparan. Frekuensi kejadian dan tingkat keseriusan kejadian semacam itu sangat memprihatinkan. Sebagian besar kecelakaan terjadi karena kecerobohan, tetapi ahli mesin yang tidak terampil, 1. Sumber Bahan Kimhia di Lingkungan 35 Tabel 10. Kecelakaan yang telah memengaruhi lingkungan dan kehidupan manusia. 1986 1986 Ledakan di pabrik kimia yang kemudian melepaskan sikloheksan Keluamya 2,3,7,8-Letrakloro- dibenzo-p-dioxin Kereta keluar rel dan lepasnya gas klorin Ledakan petroleum cair Kebocoran zat kimia isosianat Kebakaran di pabrik pestisida Ledakan di pembangkit listrik tenaga nukiir Flixborough, inggris_ 28 orang meninggal ‘Seveso, Italia Mississauga, Kanada Mexico City, Meksiko Bhopal, India Basel, Swiss Chemobyi, Ukraina chloracne pada manusia, banyak binatang air dan darat yang mati evakuasi terhadap 200.000 penduduk, ‘500 orang mening- gal, 5.000 orang cedera 2.500 orang ‘meninggal, 200.000 orang cedera kerusakan ekologi di sungai Rhine 1.000 orang meninggal, bencana ekologi yang ‘Sangat serius ‘Gambaran ini hanya perkiraan operator yang kurang terlatih, serta kurangnya komunikasi juga dapat menimbulkan akibat yang fatal. Untuk menghindari kecelakaan, penting bagi kalangan industri untuk memberikan pelatihan yang tepat bagi pekerjanya yang terlibat dalam proses industri materi berbahaya. Tabel 10 menyoroti ‘beberapa kecelakaan besar yang pernah terjadi. 36 — Bahaya bahan Kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan Ulasan : 2. JALUR PEMAPARAN 38 © Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan 2.1 Pendahuluan Zat kimia dapat menyebabkan kerusakan pada manusia dan makhluk hidup lainnya melalui ber- bagai jenis cara (beberapa di antaranya akan diba- has dalam Bab 3). Akan tetapi, sebelum dapat dika- takan sebagai zat yang membahayakan, zat kimia harus memiliki setidaknya satu jalur pemaparan dabulu, Jalur pemaparan adalah alur masuknya zat kimia ke dalam tubuh. Jika Anda tidak mengadakan Kontak dengan suatu zat, bagaimanapun toksiknya, zat kimia itu tidak akan membahayakan Anda. Jalur pemaparan ada berbagai jenis dan tipe pemaparan itu sendiri dapat memengaruhi toksisitas zat kimia. Ada tiga jalur pokok pemaparan: penetrasi melalui kulit (absorpsi kulit/dermal), absorpsi melalui paru- paru (inhalasi), absorpsi melalui saluran péncer- naan (ingesti). Bentuk pemaparan yang paling la- zim adalah melalui inhalasi dan dermal, sementara keracunan yang disengaja maupun tidak, paling sering terjadi melalui pemaparan oral. Jnhalasi Ingesti Absorpsi dermal Gambar 8. Tiga jalur utama pemaparan 38 2. Jalur Pemaparan 39 Berbagai jalur yang dapat dilewati zat kimia ber- bahaya di lingkungan untuk masuk ke dalam tubuh manusia diperlihatkan dalam Gambar 9. 2.2 Jalur pemaparan dermal Kulit merupakan jalur pemaparan yang paling umum dari suatu zat, tetapi untungnya, kulit meru- pakan barier yang efektif terhadap berbagai jenis zatkimia. Jika zat kimia tidak dapat menembus kulit, toksisitasnya akan bergantung pada derajat absorpsi yang berlangsung. Semakin besar ab- sorpsinya, semakin besar kemungkinan zat terse- but untuk mengeluarkan efek toksiknya. Zat kimia lebih banyak diabsorpsi melalui kulit yang rusak atau tergores daripada melalui kulit yang utuh. Be- gitu menembus kulit, zat tersebut akan memasuki aliran darah dan terbawa ke seluruh bagian tubuh. Kemampuan suatu zat untuk menembus kulit ber- gantung pada dapat larut atau tidaknya zat terse- but dalam lemak (fat soluble). Zat kimia yang dapat larut dalam lemak, kemungkinannya untuk menem- bus kulit lebih besar daripada zat yang dapat larut dalamair. Iritasi kulit dan alergi kulit merupakan kondisi yang paling lazim ditemui akibat paparan terhadap kulit yang terjadi di tempat kerja dalam industri kimia. Sorotan utama ditujukan pada masalah pemaparan kulit pekerja terhadap pestisida selama penyampur- an maupun penggunaan bahan tersebut. Beberapa campuran/formulasi pestisida dapat menjadi sangat berbahaya jika formulanya toksik dan mengandung solven yang larut lemak, seperti minyak tanah, xilen, dan produk petroleum lainnya yang dapat memper- mudah pestisida menembus kulit. Beberapa efek umum pestisida pada kulit dapat dilihat dalam Tabel i. Tritasi adalah suatu kondisi pada kulit yang muncul akibat kontak berkepanjangan dengan zat kimia tertentu. Setelah beberapa waktu, kulit akan mengering, terasa nyeri, mengalami perdarahan, dan pecah-pecah. Kondisi ini diakibatkan oleh solven, asam, alkali (basa), deterjen, dan coolant. Begitu kontak dengan zat kimia yang menyebabkan kon- Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan 40 “ejsnuew ynqn} weyep ey ynsew yMyUN UeBUNyBUN 1p D1 38Z HemelIp yedep Buek snjer “6 sequieg 91956 OHM Buns6ur ye}u0y eisnuey, eheyeqag isuejsqnsjez 6ueyeurg uep ueynquiny Tabel 11. 2. Jalur Pemaparan 44 Beberapa efek umum pestisida pada kulit pestisida organoklorin heksaklorobenzen Paraquat, captafol, 2,4-D, mancozeb. dermatitis kontak benomy|; DDT, lindan, zineb, malathion _sensitisasi kulit, reaksi alergi, ruam kulit heksaklorobenzen, benomyl, zineb reaksi fotoalergi chloracne jaringan parut yang dalam, rambut rontok, atrofi kulit disi tersebut dihentikan, kulit akan pulih seperti sedia kala, Umumnya, proses penyembuhan akan memakan waktu sampai beberapa bulan. Selama waktu pemulihan itu, kulit menjadi lebih rentan ter- hadap kerusakan daripada yang biasanya sehing- ga harus dilindungi. Dermatitis kontak alergik merupakan satu tipe tunda penyakit kulit akibat sensitivitas yang tinggi terhadap. suatu zat kimia. Zat kimia dalam kadar yang rendah yang biasanya tidak menyebabkan iri- tasi kulit, akan menimbulkan kerusakan pada kulit akibat meningkatnya sensitivitas. Gejalanya antara lain, ruam kulit, bengkak, gatal-gatal, dan melepuh. Gejala tersebut biasanya akan lenyap begitu kon- tak dengan zat kimia penyebab dihentikan, tetapi akan muncul lagi jika kulit kembali terpapar. Derma- titis alegik terjadi akibat kontak berulang dengan substansi seperti kromium (terkandung dalam se- men, kulit, agens pembuat atap/genteng, dsb.), kobalt (terkandung dalam deterjen, pigmen pewar- na) dan nikel (benda berlapis nikel seperti anting, kunci, koin, peralatan). Karet dan beberapa jenis plastik serta zat adhesif juga dapat menimbulkan efek tersebut. Untuk informasi lebih lengkap ten- tang alergi, lihat bagian 3.6. : Kontak zat kimia dengan mata dapat menyebab- kan kerusakan kulit mulai dari tipe ketidaknyaman- an ringan dan sementara sampai kerusakan per- manen. Contoh substansi penyebab kerusakan pada mata antara lain asam, alkali, dan solven. Walaupun iritasi kulit umumnya terjadi setelah pemaparan dermal terhadap suatu zat kimia, efek yang paling dikhawatirkan adalah efek sistemik. Setelah terabsorpsi melalui kulit dan memasuki 42 Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan sirkulasi sistemik, zat kimia dapat menjalar ke mana saja di dalam tubuh dan merusak organ serta sistem tubuh (lihat Bab 3). 2.3 Jalur pemaparan inhalasi Paru merupakan sumber pemaparan yang umum, tetapi tidak seperti kulit, jaringan paru bukan merupakan barier yang sangat protektif terhadap paparan zat kimia. Fungsi utama paru adalah pertukaran antara oksigen dari udara ke dalam darah dengan karbon dioksida dari darah ke udara. Akibatnya, jaringan paru yang sangat tipis memungkinkan aliran langsung bukan saja oksigen tetapi berbagai jenis zat kimia lain ke dalam darah. Selain kerusakan sistemik, zat ki- mia yang berhasil melewati permukaan paru juga dapat mencederai jaringan paru dan menggang- gu fungsi vitalnya sebagai pemasok oksigen. Jika tidak dapat terbawa dalam udara (air- borne), suatu zat kimia tidak dapat memasuki paru sehingga tidak menjadi toksik karena jalur inhalasi, Zat kimia dapat menjadi bawaan udara melalui dua cara; baik sebagai partikel yang sa- ngat halus (mis. debu) maupun sebagai gas. atau uap. Sebagian besar polutan yang umum dijumpai (sulfur dioksida, nitrogen oksida, kar- bon monoksida, ozon, SPM, dan timbal) dapat langsung memengaruhi sistem pernapasan (paru) dan sistem kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah). Penurunan fungsi paru dan peningkatan jumlah kematian yang terjadi telah dihubungkan dengan kadar sulfur dioksida dan SPM yang meningkat. Nitrogen dan ozon juga dapat memengaruhi sistem pernapasan; pema- paran akut dapat mengakibatkan peradangan dan penurunan fungsi paru. Karbon monoksi- da berikatan dengan hemoglobin (terkandung. dalam sel darah merah yang mengangkut oksi- gen ke seluruh bagian tubuh) dan mampu meng- gantikan tempat oksigen di dalam darah, yang ‘kemudian menimbulkan kerusakan pada jantung dan sistem saraf. Timbal dapat menghambat sin- tesis hemoglobin dalam sel darah merah, meru- 2. Jalur Pemaparan = 43 sak fungsi hati dan ginjal, serta menyebabkarkeru- sakan saraf. . Efek paparan polutan udara terhadap keseha- tan manusia sangat beragam bergantung pada jum- lah dan lama pemaparan, juga pada status kesehat- an orang yang terpapar. Beberapa orang memiliki tisiko yang sangat besar terhadap kerusakan aki- bat pemaparan inhalasi. Contoh, anak-anak dan lan- sia, mereka yang mengidap penyakit pemapasan dan penyakit jantung paru, serta mereka yang aktif (suka berolahraga) merupakan kelompok yang berisiko tinggi. Lepasnya polutan ke dalam udara indoor (dalam Tuangan) dari pembakaran bahan bakar fosil atau dari pembakaran kayu juga dapat menimbulkan risi- ko kesehatan yang serius, terutama akibat meng- hirup asap. Bahan bakar fosil yang mencakup batu- bara dan produk minyak dapat mengakibatkan Pemaparan yang sangat tinggi terhadap polutan bawaan udara seperti sulfur dioksida, oksida dari nitrogen, dan karbon monoksida. Bahan bakar biomassa mencakup kayu bakar, abu/serbuk kayu, materi dalam sayuran misalnya rumput, daun, dan limbah pertanian. Hampir sepa- ruh populasi di dunia bergantung pada bahan bakar biomassa untuk memenuhi kebutuhan energi hari- an. Bahan bakar tersebut biasanya digunakan un- tuk bahan bakar api biasa, bahan bakar tungku tanah liat, atau bahan bakar kompor logam. Kombi- nasi dari api biasa atau kompor yang tidak memadai dan tidak adanya ventilasi atau kondisi ventilasi yang buruk menyebabkan pemaparan yanag sub- stansial melalui penghirupan polutan udara indoor yang dapat menimbulkan efek buruk bagi kesehatan manusia. Efek buruk utama pada kesehatan manu- sia adalah pada pernapasan, tetapi dalam rumah yang ventilasinya buruk apalagi jika penghuninya menggunakan bahan bakar biomassa seperti batubara untuk menghangatkan ruangan, bahaya setius yang dihadapi adalah keracunan karbon monoksida. . Pada industri, inhalasi zat kimia dalam bentuk gas, uap, atau partikel dan absorpsinya melalui paru-paru merupakan jalur pemaparan yang paling penting, Berbagai jenis zat kimia, terlalu banyak jika disebutkan semua, dapat terbawa dalam udara (air- borne) di tempat kerja. Risiko kesehatan akibat 44 ~ Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan pemaparan okupasional terhadap kontaminan bawaan udara seringkali lebih tinggi di tempat kerja yang kecil karena biasanya tidak dilengkapi dengan sistem pengaturan nasional. Contoh, daur ulang dan perbaikan batere yang mengandung asam dan timbal di pabrik kecil mengakibatkan pekerjanya mengalami pemaparan yang sangat serius terhadap timbal yang terkandung dalam udara. Penggunaan merkuri oleh penambang emas untuk memisahkan emas mumi dari emas campuran melalui pembakar- an campuran tersebut dalam suhu tinggi mengaki- batkan keracunan merkuri yang sangat serius. Untuk mengurangi risiko terhadap pemaparan inhalasi, pen- ting untuk memiliki ventilasi yang sangat baik dan memakai respirator dengan tipe filter yang tepat. 2.4 Ingesti sebagai jalur pemaparan Ingesti merupakan jalur utama masuknya senyawa yang terkandung dalam makanan dan minuman. Zat kimia yang ditelan masuk ke dalam tubuh melalui absorpsi di saluran gastrointestinal. Jika tidak diabrsorpsi, zat kimia itu tidak dapat me- nimbulkan kerusakan sistemik. Absorpsi zat kimia dapat berlangsung sepanjang saluran pencernaan, dari mulut sampai rektum, tetapi lokasi utama ab- sorpsi adalah usus halus karena fungsi fisiologis- nya di dalam mengabsorpsi zat gizi (Gambar 10.) 2.4.1. Makanan Ingesti makanan yang terkontaminasi zat kimia berbahaya berkadar tinggi memang dapat menimbul- kan kerusakan yang serius pada keschatan manusia. =| Senyawa organomerkuri terbukti merupakan penyebab dari beberapa epidemi keracunan skala | besar yang terjadi di masyarakat baik karena me- ngonsumsi ikan yang tercemar atau karena mema- _ kan roti yang dibuat dari biji gandum yang sebe- lumnya disemprot dengan fungisida alkilmerkuri. Metilmerkuri-bentuk merkuri yang paling beracun- terbukti dapat menyebabkan efek yang serius pada sistem saraf, yang pada beberapa kasus parah, tidak bisa diperbaharui. 2. Jalur Pemaparan 45 2.4.2 Air Ribuan zat kimia organik berhasil diidentifikasi dalam air minum di seluruh dunia, banyak di antaranya ditemukan dalam konsentrasi yang sangat rendah. Ada beberapa unsur kimia pokok dalam air yang dapat menimbulkan masalah Kesehatan akut kecuali terjadi pencemaran besar- besaran yang tidak disengaja pada air. Selain itu, pengalaman menunjukkan bahwa, dalam peristiwa semacam itu, air bisanya tidak dapat diminum kare- narasa, bau, dan tampilannya tidak dapat diterima. Masalah yang berkaitan dengan unsur kimia pokok dalam air minum muncul terutama dari kemampuan unsur tersebut untuk menimbulkan efek yang merugikan kesehatan setelah periode paparan yang panjang; kontaminan yang menjadi sorotan khusus adalah kontaminan yang bersifat toksik misalnya logam dan substansi yang karsinogenik. Pemaparan jangka panjang terhadap arsenik dalam air minum di Taiwan mengakibatkan muncul- nya 370 kasus penyakit “Blackfoot” dan 428 kasus kanker kulit. Penyakit b/ackfoot merupakan istilah setempat untuk menyebut gangguan pembuluh darah yang muncul dalam bentuk gangren pada ekstremitas (anggota gerak), terutama di kaki (tung- kai). Orang yang mengalaminya sebelumnya terke- na paparan ménahun arsenik berkadar rendah di sepanjang hidupnya, umumnya selama 50 sampai 60 tahun. Akibat paparan kumulatif terhadap arsgnik dari air minum yang dikonsumsi, frekuensi gejala utamanya bertambah seiring pertambahan usia. Dengan demikian, penyakit blackfoot dan kanker kulit khususnya, tampak terutama pada remaja dan orang dewasa, tidak pada anak-anak. Kontaminasi arsenik dari air tanah, sumber utama air minum, telah terdeteksi di enam distrik bagian barat Bengal, India dan di beberapa desa di Bangladesh yang berbatasan dengan India. Hasil pengukuran yang dilakukan di kedua negara ter- sebut menunjukkan bahwa Kadar arsenik dalam air tanah yang bisa mencapai 70 kali lipat kadar stan- dar nasional yang dianjurkan untuk air minum (0,05 me/liter). Kontaminasi terjadi akibat komposisi alami tanah di wilayah tersebut. Sementara luas per- masalahan belum diketahui dengan pasti, hasil estimasi menunjukkan bahwa sekitar 30 juta orang 46 = Bahaya behan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan Sistem gastrointestinal Gambar 10. Sistem gastrointestinal Esofagus Hati Lambung Pankreas Usus halus Usus besar WHO 95418 2 Jalur Pemaparan 47 mungkin berisiko tinggi terkena paparan arsenik. Sementara itu, bukti tentang toksisitas arsenik kronis di masyarakat semakin bertambah dan men- cakup timbulnya pigmentasi cokelat-hitam yang abnormal pada kulit, penebalan telapak tangan dan telapak kaki, gangren pada anggota gerak bawah dan kanker kulit. Di wilayah Bengal Barat sendiri, 200.000 orang dilaporkan mengalami lesi kulit aki- bat arsenik. Area prioritas untuk menyelesaikan . masalah mencakup pengembangan sumber alter- natif air minum yang aman, teknologi pengolahan yang tepat untuk menyingkirkan arsenik, pengobatan pasien, dan penggugahan kesadaran masyarakat. Intoksikasi akut akibat konsumsi air sumur yang mengandung nitrat berkadar tinggi juga telah di- laporkan. Efek toksik nitrat pada manusia bergan- tung pada konversi (pengubahan) nitrat menjadi senyawa nitrit toksik. Konversi tersebut lebih sering terjadi pada bayi usia kurang dari 3 bulan. Untuk alasan itulah, bayi dimasukkan dalam kategori kelompok risiko tinggi khusus. Efek biologis utama nitrat pada manusia adalah keterlibatannya dalam konversi hemoglobin darah normal, yang memba- wa oksigen dalam darah, menjadi methemoglobin, yang tidak dapat membawa oksigen darah ke jaringan maupun organ. 2.5 Pemaparan multimedia Dalam praktik yang sebenamya, pemaparan ter- hadap zat kimia jarang terjadi semata-mata melalui jalur dermal, inhalasi, ataupun jalur oral. Contoh, pemaparan terhadap timbal dapat berasal dari ma- kanan, air minum, udara, dan lingkungan rumah tinggal. ‘Ada beberapa.zat kimia yang kadar toksiknya sebanding di antara ketiga jalur pemaparan terse- but Pestisida organofosfat parathion misalnya. Zat . tersebut mudah diserap melalui kulit, paru, atau saluran pencemaan sehingga kadar toksik di antara ketiga jalur pemaparan tersebut menjadi sebanding. Sebagian besar zat kimia, kadar toksiknya tidak se- banding di antara ketiga jalur tersebut, Vitamin D, jika diberikan dalam dosis yang cukup tinggi, men- jadi sangat toksik jika pemberiannya dilakukan se- 48° Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan cara oral, tetapi tidak akan menjadi toksik jika pem- beriannya melalui kulit. Ada dua alasan mengapa toksisitas menjadi be- ragam menurut jalur pemaparannya. Alasan perta- ma bergantung pada kadar zat kimia yang diabsorpsi ke dalam tubuh dan alasan kedua bergantung pada jalur yang akan diambil begitu zat kimia memasuki sirkulasi. Jalur pemaparan yang paling toksik ada- lah jalur yang memungkinkan terjadinya absorpsi zat dalam kadar yang paling besar. Jalur inhalasi merupakan jalur absorpsi yang paling besar, diikuti dengan absorpsi ingesti dan dermal. Alur yang akan dimabil suatu zat kimia begitu memasuki sirkulasi darah sangat penting untuk me- nentukan toksisitas zat kimia tersebut. Zat kimia yang diabsorpsi melalui kulit atau paru akan lang- Konsentrasl zat kimia Gambar 11. Efek interaktif campuran zat kimia 2 dalur Pemaparan 49 sung dibawa ke semua organ lain dalam tubuh se- belum menuju ke hati, Akan tetapi, sebagian besar zat kimia yang diabsorpsi melalui saluran pencer- naan akan melewati hati sebelum dibawa ke bagian tubuh lain. Pengetahuan mengenai hal tersebut sangat penting karena hati merupakan organ uta- ma yang dapat mendetoksifikasi zat kimia melalui suatu proses yang disebut biotransformasi. Zat ‘kimia dapat diolah di hati, yang biasanya akan meng- ubahnya menjadi kurang toksik. Namun, terkadang hati justru mengubah suatu zat kimia menjadi senya- wa yang bahkan lebih toksik. Dengan demikian, jika kita menganggap kadar aborpsi di antara ketiga jalur pemaparan tersebut adalah sebanding/sama, maka zat kimia yang sudah didetoksikasi hati akan men- jadi kurang toksik jika jalur masuknya ke dalam tubuh melalui ingesti, daripada melalui pemaparan inhalasi maupun dermal. 2.6 Paparan campuran zat kimia Jika manusia terpapar dua zat kimia atau lebih, zat tersebut mungkin akan saling berinteraksi se- hingga mengubah toksisitas mereka. Interaksi zat kimia dapat terjadi dengan berbagai cara seperti mengubah absorpsi, biotransformasi atau ekskresi salah satu atau kedua toksikan yang saling ber- interaksi. Ada empat jenis efek yang muncul akibat interkasi zat kimia. Dua zat kimia atau lebih yang diberikan secara bersamaan akan menghasilkan satu respons yang bersifat independen, aditif, siner- gis, atau antagonis. Berikut penjelasan istilah terse- but yang juga diilustrasikan dalam Gambar 11. @ Independen—jika zat kimia menimbulkan efek yang berbeda atau menimbulkan bentuk aksi yang berbeda, zat terscbut tidak akan saling me- mengaruhi. : © Aditif—jika efek gabungan yang ditimbulkan oleh dua zat kimia atau lebih sebanding dengan jumlah efek yang diberikan masing-masing agens. Contoh, efek pestisida organofosfat biasanya bersifat aditif. Secara numerik, sifat ini dapat diwakili dengan penjumlahan berikut: 3+3=6. 50 Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan © Sinergis—Jika zat kimia bekerja secara siner- gis, efek toksik yang dihasilkan lebih besar dari- pada efek total yang diberikan zat kimia itu sen- diri. Efeknya lebih dari sekedar aditif. Contoh, serat asbestos dan kebiasaan merokok jika di- gabungkan akan memperbesar risiko terkena kanker paru sampai 40 kali lipatnya, melebihi risiko terhadap paparan tunggal masing-masing agens. Ilustrasi hal tersebut adalah: 3 x 3 = 9. Antagonis—Kebalikan sinergis. Efek antago- nis muncul akibat penetralan zat kimia terhadap efek buruk yang dimiliki zat lain; dengan kata Jain, paparan terhadap dua zat kimia atau Jebih efek yang ditimbulkan tidak sekuat efek ter- hadap paparan masing-masing zat. Efeknya lebih lemah dari aditif. Contoh, 3 - 2 = 1. Efek antago- nis seringkali sangat diharapkan di dalam tok- sikologi dan menjadi dasar pembentukan ber- bagai antidot. Contoh, demorkapol berikatan dengan unsur-unsur seperti arsenik, merkuri, dan timbal, dan efek toksiknya akan lebih lemah daripada yang diperkirakan. Salah satu mekanisme yang dapat menimbul- kan efek sinergis atau antagonis pada zat kimia ada- lah jika salah satu zat mengganggu biotransforma- si zat lain, Jika biotransformasi mengubah suatu zat kimia menjadi suatu bentuk yang lebih toksik, inhibisi zat kimia lain tethadap proses tersebut akan mencegah konversi dan efck toksiknya menjadi lebih lemah daripada yang diperkirakan (antago- nisme). Sebaliknya, jika biotransformasi menghasil- kan senyawa yang kadar toksiknya Iebih rendah, inhibisi zat kimia lain tethadap proses tersebut akan mencegah detoksifikasi dan menimbulkan efek tok- sik yang lebih kuat daripada biasanya (sinergis- me). Hanya ada sedikit informasi yang dapat mem- bantu kita memprediksi efek yang mungkin muncyl akibat interaksi antarzat kimia berbahaya. Bidang lain yang informasinya juga kurang memadai ada- ah tentang efek yang mungkin terjadi akibat pema- paran berkepanjangan terhadap kadar rendah cam- puran zat kimia dan efek tekanan ganda yang mencakup faktor kimia dan faktor fisik seperti panas dan kebisingan serta penyakit atau kondisi yang sudah diderita seperti malnutrisi. 2. Jalur Pemaparan’ 51 Ulasan 3. EFEK BURUK ZAT KIMIA PADA MANUSIA 52 3. Efek buruk zat kimia pada manusia 53 3.1 Pendahuluan Mannsia terpapar pada sekumpulan zat kimia baik dalam bentuk obat-obatan, zat kimia yang ada di industri atau lingkungan, atau zat kimia yang ter- bentuk secara alami di alam. Semua zat berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya, yang biasa di- sebut sebagai efek toksik atau efek merugikan. Se- benamya, yang menentukan toksik tidaknya suatu zat adalah dosis/kadar zat kimia tersebut. Contoh, pada dosis yang cukup tinggi, zat kimia yang tidak berbahaya sekalipun seperti gula dapat mematikan. Sebaliknya, dalam kadar yang cukup rendah, tidak satu pun zat bersifat toksik (kecuali untuk zat kimia yang tidak memenuhi ambang yang dibahas dalam Bab 5). Bahkan zat yang esensial bagi tubuh kita pun, misalnya zat besi, dapat menjadi toksik jika dosisnya tinggi. Tanpa zat besi yang cukup, secara perlahan kita akan mengalami anemia, tetapi jika terlalu banyak justru mengakibatkan abnormalitas hati. Efek yang merugikan dapat didefinisikan se- bagai perubahan abnormal yang tidak diinginkan atau berbahaya akibat pemaparan terhadap zat kimia yang kemungkinan toksik. Berbagai jenis efek merugikan dapat terjadi, terlalu banyak untuk dise- butkan, tetapi tingkat keparahan efek tersebut da- pat berkisar dari ruam kulit sampai kebutaan atau bahkan kanker dengan berbagai macam kemungkin- an di antara kejadian tersebut. Organ tubuh yang spesifik dapat menjadi sasaran zat kimia tertentu atau beberapa bagian tubuh secara bersamaan akan terpengaruh. Akibat yang ditimbulkan efek merugi- kan tersebut bergantung tidak hanya pada zat ki- mia ketika seseorang terpapar terhadapnya, tetapi juga pada tipe paparan dan derajat paparan. ‘Ada tiga tipe paparan; akut, subkronis, dan kro- nis, Pemaparan akut didefinisikan sebagai pema- paran terhadap zat kimia selama kurang dari 24 jam. Paparan tersebut biasanya disebut sebagai paparan dosis tunggal zat kimia, Pemaparan jangka panjang, disebut sebagai pemaparan kronis mengacu pada pemaparan berulang atau berkelanjutan terhadap suatu zat kimia dalam waktu yang cukup lama. Pema- paran kronis dapat mengakibatkan efek merugikan yang sama sekali berbeda dengan pemaparan akut, Pemaparan subkronis berlangsung lebih lama dari 54 Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan pemaparan akut tetapi lebih singkat dari pemaparan kronis. Kata akut dan kronis itu juga dapat dipakai untuk menjelaskan efek merugikannya. Ada bebe- rapa zat kimia yang dapat menyebabkan efek merugikan akut yang terjadi segera setelah pema- paran, sementara zat lain menyebabkan efek kro- nis, misalnya kanker, yang mungkin tidak terlihat sampai 10 atau 20 tahun kemudian setelah paparan. Tingkat paparan dapat bervariasi mulai dari jumlah yang sangat kecil sampai ke dosis yang sangat ting- gi. Paparan juga dapat terjadi dari satu substansi tunggal atau beberapa zat kimia. ‘Ada beberapa istilah yang dapat mew: lah efek merugikan, atau toksisitas, suatu zat kimia. Menurut pandangan umum, toksisitas dapat didefi- nisikan sebagai kapasitas untuk menimbulkan efek yang membahayakan organisme hidup. Zat yang sangat toksik dapat merusak suatu organisme wa- laupun diberikan dalam dosis yang rendah (mis., toksin botulinum); zat yang toksisitasnya rendah tidak akan menimbulkan efek yang merugikan kecuali jumlahnya sangat banyak (mis., natrium Klorida, yang lazim disebut garam). Oleh karena itu, toksisitas tidak dapat disebut tanpa menyinggung ‘kuantitas (dosis) zat kimia ketika manusia terpapar padanya, cara zat tersebut mencapai kita (mis., mela- lui inhalasi, ingesti, dan dermal), dan durasi paparan (mis., dosis tunggal atau dosis ulangan), tipe dan tingkat keparahan dari efek merugikan itu, serta waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan efek itu. ‘Zat kimia dapat memasuki tubuh kita melalui tiga cara yang sudah kita bahas dalam bab sebelum- nya, Baik memasuki tubuh melalui ingesti, inhalasi, maupun melalui absorpsi di kulit, zat kimia yang berbeda dapat menimbulkan efek merugikan yang juga berbeda. Jika hanya terbatas di area kontak, efeknya disebut efek lokal. Akan tetapi, jika zat yang diabsorpsi masuk dalam sirkulasi darah, maka zat itu akan dibawa ke berbagai organ di seluruh tubuh sehingga sehingga menyebabkan efek sistemik. Tidak semua zat kimia yang diabsorpsi tubuh dapat menimbulkan efek merugikan. Tubuh telah dilengkapi dengan beberapa mekanisme untuk melindungi diri dari substansi yang berbahaya. Ada beberapa zat yang dapat langsung diekskresikan 3. Efek buruk zat kimia pada manusia = 55. oleh tubuh tanpa menimbulkan efek pada organis- menya. Akan tetapi, substansi lipofilik (tidak larut air tetapi larut lemak) yang diabsorpsi tubuh lebih sulit untuk diekskresi. Zat tersebut dapat menjalani proses detoksifikasi dalam hati, disebut sebagai biotransformasi, untuk mengubah subtansi men- jadi metabolit. Metabolit yang dihasilkan serupa dengan substansi asalnya tetapi lebih larut air sehingga lebih mudah dickskresi. Umumnya, me- tabolit yang dihasilkan kurang toksik bagi manusia | jika dibandingkan dengan substansi asalnya. ‘Namun, terkadang metabolit justru menjadi lebih toksik daripada substansi asalnya. Jika zat kimia memang dapat menimbulkan efek merugikan, kerusakan yang difimbulkan bisa bersi- fat reversibel (dapat diperbaiki atau sementara) atau ireversibel (tidak dapat diperbaiki atau menetap). Efek reversibel ditandai dengan fakta bahwa perubahan dari struktur atau fungsi normal yang disebabkan oleh suatu zat kimia akan kembali pulih dalam batas waktu yang normal setelah paparan berhenti. Kerusakan biasanya dikaitkan dengan efek ireversibel yang menetap atau bahkan meluas walaupun paparan sudah berhenti. Contoh, paparan terhadap solven dapat menyebabkan dermatitis kontak sakit kepala, atau mual; gejala tersebut akan mereda begitu paparan dihentikan. Perubahan/cedera itu bersifat reversibel. Efek tok- sik tertentu dari suatu zat dapat bersifat ireversibel, misalnya penyakit neurologis tertentu, pembentuk- an kanker, sirosis hati, atau emfisema paru. Bab ini akan membahas efek merugikan dari zat kimia tertentu terhadap beberapa sistem tubuh yang esensial sekaligus peranan karsinogen. 3.2 Efek pada saluran pernapasan Inhalasi adalah jalur pemaparan yang sangat penting terhadap zat kimia toksik, terutama di tem- pat kerja. Zat kimia yang memasuki paru dapat me- nimbulkan efek langsung pada sel-sel paru atau da- pat terserap ke dalam sirkulasi sistemik. Di sini perlu dibedakan antara “toksikologi inhalasi” yang se- benarnya hanyalah jalur pemaparan dengan-“tok- 56 Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan sikologi pernapasan” yang merupakan respons paru terhadap zat kimia, Pemaparan melalui inhalasi berbeda dengan yang melalui ingesti karena zat ki- mia yang diabsorpsi ke dalam sistem darah dari paru-paru akan melewati jantung dan kemmudian ter- distribusi ke organ lainnya tanpa terlebih dahulu menjalani proses detoksifikasi di hati. Hal itu berla- wanan dengan pemaparan ingesti karena zat kimia yang diabsorpsi ke dalam darah akan langsung dibawa ke hati untuk menjalani transformasi me- tabolik menjadi senyawa yang kurang toksik. 3.2.1 Cara kerja sistem Pernapasan Fungsi utama sistem pernapasan adalah per- tukaran oksigen dan karbon dioksida antara alveo- lus, kantong-kantong udara kecil dalam paru, dan sistem darah. Sistem pernapasan terdiri atas hidung, laring/ tenggorok, trakea, bronkus, paru-paru, dan pleura (Gambar 13). Udara masuk melalui hidung atau mu- Iut dan melewati tenggorok menuju trakea yang kemudian terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri, yang kermudian mengarah ke paru-paru. Begitu memasuki paru, bronkus bercabang bagaikan pohon. Di ujung bronkiolus terdapat kantong-kantong udara kecil atau alveolus, tempat pertukaran udara dan gas lain yang berlangsung dalam darah yang mengalir melalui dinding alveo- lus. Oksigen dalam udara yang kita hirup diabsorp- si oleh sel darah merah dalam pembulih darah yang ‘berada di dinding alveolus, yang kemudian ditrans- portasikan, setelah melewati jantung, ke seluruh bagian tubuh (lihat Gambar 12). Darah kotor, atau darah vena, yang kadar kar- bon dioksidanya tinggi tetapi kadar oksigennya rendah, kembali melalui pembuluh darah paru, me- lewati dinding tipis alveolus dan mengeluarkan kar- bon dioksida bersama udara yang kita hembuskan. Paru merupakan alat kontak langsung yang konstan dengan lingkungan luar dan dapat terpa- par pada berbagai macam organisme infeksius sekaligus partikel dan gas-gas berbahaya yang jumlahnya semakin banyak. Paru juga memiliki me- 3. Efek buruk zat kimia pada manusia 87 Dinding kapiiar pe Dinding alveotar Gambar 12, Pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara alveolus dan kapilar kanisme pertahanan yang, dalam sebagian besar situasi, dapat dengan baik melindungi paru dari zat- zat berbahaya dengan cara mengeluarkan zat ter- sebut dari sistem pernapasan sebelum mampu menimbulkan kerusakan apapun. Semua alur pernapasan, mulai dari hidung sam- pai ke ujung bronkiolus, dijaga kelembapannya oleh lapisan lendir (mukus) yang menyelimuti ke- seluruhan permukaan. Selain menjaga agar permu- kaan tetap lembab, lendiri juga menangkap partikel- partikel kecil di udara dan menjaga agar sebagian besar partikel tersebut tidak mencapai alveolus, Lendir kemudian dikeluarkan dari saluran perna- pasan oleh silia, suatu struktur seperti rambut halus yang melapisi saluran pernapasan. Silia mencam- buk tanpa henti, secara perlahan menggerakkan lendir keluar dari paru, Lendir dan partikel yang ter- perangkap di dalamnya kemudian akan ditelan atau dibatukkan keluar tubuh. Peristiwa ini disebut se- bagai bersihan mukosiliar. 58 Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan Percabangan Gambar 43. Sistem pernapasan 3. Efek buruk zat kimia pada manusia 59 Sistem peapasan juga dilindungi oleh sistem imun yang akan dibahas lebih rinci pada 3.6. 3.2.2 Cara zat kimia memengaruhi sistem pernapasan Zat kimia yang diabsorpsi melalui jatur inhalasi memiliki sifat yang spesifik. Zat tersebut antara lain: (a) gas seperti karbon dioksida; (b) uap, misalnya merkuri; atau (c) aerosol, misalnya partikel kecil yang melatang di udara. Gas dan uap dapat ter- hirup secara langsung ke dalam paru-paru atau terserap ke dalam permukaan aerosol baru kemudi- an terhirup. Contoh, banyak unsur (zink, arsenik) yang terlepas selama pembakaran batubara yang kemudian terkonsentrasi di permukaan aerosol. Jika gas dan uap sifatnya larut air (yaitu, dapat terlarut dalam air), maka zat tersebut dapat larut di dalam lendir yang melapisi permukaan saluran per- napasan sehingga menimbulkan iritasi dan mungkin tidak akan pernah mencapai jalan udara bagian bawah serta alveolus (mis., sulfur dioksida). Untuk aerosol, ukuran partikel merupakan faktor kritis yang menentukan sampai sejauh mana partikel itu dapat mencapai saluran pemapasan bagian bawah dan, dengan demikian, bagian mana dari sistem tersebut yang akan terkena pengaruhnya., Saat kita menarik napas, partikel-partikel yang menyusun aerosol akan terkumpul di sepanjang saluran pemapasan. Tempat pengumpulan partikel itu akan memengaruhi tingkat keparahan kerusak- an jaringan, besar absorpsi toksikan ke dalam sirku- lasi sistemik, dan memengaruhi kemampuan para untuk mengeluarkan partikel itu. Semakin kecil ukur- an partikel, semakin jauh jangkauannya di dalam saluran pernapasan. Aerosol yang berukuran 5-30 mikrometer (yum) akan mengendap terutama di salur- an pernapasan bagian atas (hidung dan tenggo- tok). Jarak/kedalaman penetrasi akan bertambah seiring penurunan ukuran aerosol, dan aerosol yang berukuran 1-5 jam, sebagian besar akan ter- kumpul di saluran pernapasan bagian bawah (trakea, bronkus, bronkiolus). Endapan partikel tersebut kemudian akan dibersihkan melalui meka- nisme bersihan mukosiliar yang telah dijelaskan pada poin 3.2.1. Partikel yang dibersihkan dengan 60 —Behaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan cara ini kemudian akan ditelan dan diabsorpsi dari saluran gastrointestinal. Aerosol ukuran 1 pm ke bawah dapat mencapai alveolus. Di alveolus, aero- sol akan diabsorpsi ke dalam sistem darah atau dibersihkan oleh sel-sel imun (makrofag) yang akan menelan partikel tersebut. Transpor partikel mela- lui saluran pernapasan diperlihatkan pada Gambar 4 Respons sistem pernapasan terhadap paparan gas dan partikel berbahaya, yang tidak berhasil dikeluarkan melalui bersihan mikosiliar dan sel-sel imun, dapat disampaikan dalam beberapa cara. Pe- rubahan yang dapat diamati di dalam paru akibat inhalasi gas dan materi partikulat berbahaya akan bergantung pada konsentrasi materi yang dihirup, durasi pemaparan, dan sifat kimiawinya. Tabel 12 menyajikan daftar inhlasi dan toksikan pernapasan. Perubahan akut yang terjadi di dalam paru menca- kup konstriksi bronkus, edema jalan udara, dan kerusakan sistem pertahanan seperti bersihan mu- Wilayah nasofaring 5-30 um Trakea bronkial dan wilayah bronkiolus 1-5 um Wilayah alveolus 1 um Gambar 14. Transpor partikel-partikel melalui sistem pernapasan 3. Efek buruk zat kimia pada manusia 61 Tabel 12. Beberapa toksikan yang ditemukan dalam udara dan pengaruhnya pada manusia. nitrat oksida aldehida timbal Partikel tersuspensi ‘sulfur dioksida dan asam sulfurat __iritasi bronkus, spasme bronkus, rentan hidrokarbon aromatik polisiklik kanker paru nitrogen dioksida serangan asma ozon serangan asma karbon dioksida menurunkan kapasitas darah untuk irtasi mata, menurunkan kinerja olahraga iritasi mata efek pada sistem saraf pusat intasi bronkus terhadap infeksi pernapasan membawa oksigen kosiliar. Konstriksi bronkus adalah penyempitan jalan udara sehingga menyebabkan mengi. Pema- paran akut terhadap sulfur dioksida selama sedikit- nya 3 menit dapat menyebabkan konstriksi bronkus. Edema merupakan istilah umum untuk akumulasi (pengumpulan) cairan yang menyebabkan pem- ‘bengkakan. Edema paru atau edema jalan udara adalah terisinya alveolus dan jaringan di sekitar- nya dengan cairan yang cukup banyak. Hal ini mungkin disebabkan oleh substansi berbahaya seperti Klorin atau sulfur dioksida. Kedua gas terse- but dapat menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah (kapilar) di dalam paru sehingga cairan akan bocor dan mengisi alveolus. Kasus edema paru yang serius dapat berakibat fatal. Kerusakan pada mekanisme bersihan mukosi- liar,akan menyebabkan tertahannya substansi ber- bahaya dalam paru untuk waktu yang cukup lama, dan perpanjangan pemaparan itu akan memperbe- sar risiko munculnya efek yang merugikan. Keru- sakan pada mekanisme pertahanan tersebut meru- pakan salah satu dari sekian banyak aksi/kerja asap rokok yang toksik. Ozon dan asam sulfurat juga menimbulkan efek yang sama. Di samping sistem pertahanan paru, cedera kro- nis juga dapat terjadi jika sistem pertahanan dan proses perbaikannya tidak dapat mencegah atau memperbaiki kerusakan akibat pemaparan akut ter- 62 Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan hadap substansi toksik berkonsentrasi tinggi atau akibat pemaparan berulang terhadap substansi toksik berkadar rendah. Tipe kerusakan kronis mencakup kanker, fibrosis, dan penyakit seperti bronkitis kronis dan emfisema. 3.2.3 Penyakit pernapasan akibat zat kimia Walaupun topik tentang kanker akan dibahas lebih mendalam pada 3.7, zat kimia yang terlibat dalam pembentukan kanker para juga perlu untuk dibahas. Di negara-negara industri, kanker paru merupakan salah satu penyebab utama kematian dari semua kematian akibat kanker. Kanker paru pa- ling banyak diderita oleh mereka yang berusia 40 sampai 70 tahun. Merokok merupakan salah satu faktor risiko pada kanker paru dan 80% kasus kan- ker paru terjadi pada perokok. Pemaparan terhadap zat kimia tertentu di tempat kerja juga jelas ber- hubungan dengan perkembangan kanker paru. Angka insidensi paru pun meningkat pada pekerja yang terpapar beberapa bentuk nikel, krom, dan as- bestos. Asbestos banyak dipakai di kalangan industri. Kegunaan pentingnya adalah di dalam industri lem- baran semen asbestos dan pipa, materi insulasi, senyawa untuk pematrian, dan ubin untuk lantai dan langit-langit. Kontaminasi udara dalam ruang- an, terutama di sekolah-sekolah, telah menjadi ke- prihatinan utama di banyak negara. Beberapa nega- ra bahkan telah melarang penggunaan asbestos dalam pendirian bangunan dan/atau melarang pem- bongkaran bangunan yang mengandung senyawa itu. Penyakit sistem pernapasan akibat paparan asbestos antara lain asbestosis, kanker paru, dan mesotelioma, Kanker lain yang dikaitkan dengan. paparan asbestos adalah kanker laring, esofagus, lambung, kolon-rektum, dan kemungkinan kanker pankreas, Asbestosis adalah fibrosis paru yang berkem- bang secara perlahan akibat menghirup debu as- estos berkonsentrasi tinggi atau akibat pemaparan yang lama. Tingkat keparahannya bergantung pada 3. Efek buruk zat kina pada manusia 63 Cairan memenuhi dinding alveolus Destruksi dinding Emfisema alveolus Gambar 415. Contoh jaringan paru normal dan jaringan paru rusak rentang waktu antara awitan (awal) paparan dan intensitasnya, kemudian asbestosis tingkat lanjut sering dihubungkan dengan kanker paru, terutama dikalangan perokok. Mesotelioma adalah tipe kanker pleura yang jarang. Peningkatan insidensi mesotelioma di- hubungkan dengan inhalasi serat asbestos di lingkungan kerja. Walaupun gejala awalnya sedi- kit, mesotelioma dapat disembuhkan jika berhasil terdiagnosis. Waktu antara paparan asbestos per- tama dan kemunculan tanda-tanda tumor beragam mulai dari 20 sampai 50 tahun, khusus mesotelio- ma. Kenaikan angka insidensi mesotelioma juga tampak pada penduduk yang walaupun tidak ter- 64 Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan papar secara okupasional, tinggalnya serumah de- ngan pekerja asbestos atau tinggal di sekitar sum- ber emisi asbestos yang kuat. Walaupun asbestos tidak lagi dipakai sebagai penyekat, zat ini masih menjadi sorotan karena adanya bahaya yang be- rasal dari bangunan yang sekatnya menggunakan asbestos, Emfisema sudah jelas berkaitan dengan kon- sumsi rokok yang banyak (perokok berat) dan sering mucul bersamaan dengan bronkitis kronis. Emfisema adalah penyakit umum yang ditandai de- ngan penghancuran/luruhnya dinding alveolus. Perubahan ini biasanya berkembang secara per- lahan selama beberapa tahun dan mengakibatkan mengi, batuk, serta berkurangnya kemampuan untuk pertukaran gas sehingga menurunkan ke- mampuan paru untuk mengoksigenasi darah dan mengeluarkan karbon dioksida. Bronkitis kronis disebabkan oleh produksi lendir yang berlebihan di dalam bronkus dan bronkiolus. Iritasi kronis akibat menghirup suatu zat, misalnya zat yang mencemari lingkungan, juga dapat menyebabkan bronkitis. Gambar 15 memuat beberapa contoh jaringan paru normal dan jaring- an paru rusak. 3.3 Efek pada hati Hati (Gambar 16) memiliki beragam fangsi. Hati terlibat dalam proses digesti, metabolisme, dan sin- tesis nutrien yang dibutuhkan tubuh, dan juga memainkan peranan penting dalam detoksifikasi obat dan zat kimia. Hal tersebut tidak mengejutkan karena fungsi pokok hati adalah menerima dan mengolah zat kimia yang diabsorpsi dari saluran gastrointestinal sebelum disebarkan ke jaringan lain. Setelah nutrien (zat kimia) diabsorpsi ke dalam darah dari saluran pencernaan, darah kaya nutrien tersebut kemudian langsung dialirkan ke hati. Sel- sel hati lalu menyingkirkan asam amino (blok-blok pembentuk protein), lemak, glukosa, dan toksikan dari darah sehingga nantinya dapat diproses. Hati merupakan tempat utama metabolisme lemak dan hati juga menyimpan glikogen yang dapat diubah menjadi energi jika dibutuhkan. Selain itu, hati 3. Efek buruk zat kimia pada manusia 65 Permukaan inferior hati Kandung empedu WHO 95417 Gambar 16. Hati menghasilkan empedu, kolesterol, dan, protein seperti albumin dan protein pembungkus. Hepatosit (sel hati), suatu komponen struktural utama hati, dapat disamakan seperti pabrik (hati menghasilkan senyawa kimia); seperti gudang (hati menyimpan glikogen, zat besi, dan vitamin ter- tentu); pabrik pengolahan limbah (hati meng- ekskresikan empedu, urea, dan produk-produk , detoksifikasi); seperti pusat pembangkit tenaga (hati menghasilkan sejumlah besar panas sebelum pemecahan molekul-molekal kompleks). Tidak seperti kebanyakan organ tubuh lain, hati dilindungi terhadap kerusakan yang permanen dalam dua cara. Pertama, hati masih dapat berfung- si normal walaupun sebagian besar organ tersebut telah rusak. Kedua, hati memilii kemampuan untuk beregenerasi dengan mudah dan cepat. Akan teta- pi, hal itu tidak berarti bahwa hati tidak dapat me- ngalami kerusakan yang permanen akibat paparan zatkimia. Kerusakan hati dapat disebabkan oleh berbagai macam substansi kimia (hepatotoksikan) dan ditan- dai/dicirikan dalam dua cara: akumulasi lemak atau kematian sel-sel hati (Tabel 13). Akumulasi lemak dalam hati (steatosis) merupakan tanda-tanda umum toksisitas hati dan mungkin diakibatkan oleh zat kimia yang toksik, termasuk alkohol. Akan tetapi, asalkan tidak ada sel-sel yang mati, steatosis tidak akan-memengaruhi fungsi hati. Nekrosis hati (ke- 66 — Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan ‘Tabel 13. Contoh zat kimia hepatotoksik akut Zat kimia Menyebabkan nekrosis | Menyebabkan steatosis allyl alkohol ally! format afiatoksin beriium bromobenzen bromotrikiorometan karbon tetraklorida cerium Kloroform siktoheksimida dimetitaminoazobenzen dimetiinitrosamin ethanol etionin galaktosamin mitramisin fosfor puromisin pirdlizidin alkaloid asam tannat tetrakloroetan triasetamida trikloroetilen urethane + + tee ee ee te eee bee eee matian sel-sel hati) terjadi akibat paparan terhadap sejumlah zat kimia, antara lain aflatoksin, karbon tetraklorida, kloroform, dan asam tannat. Pada ka- sus sirosis, suatu kondisi hati yang cukup dikenal, sejumlah besar sel hati hancur akibat penyalah- gunaan alkohol secara kronis, hepatitis viral, atau akibat agens kimia yang dapat menyerang sel-sel hati, Tumor hati, baik yang jinak maupun ganas, juga dihubungkan dengan pemarapan terhadap arsenik, polychlorinated biphenyl (PCB), thorium, dan yang paling umum, vinil klorida. Jika terlalu banyak hepatosif yang mati, hati tidak akan mampu menggantinya. Hal ini tentunya akan menyebab- kan gagal hati dan pada akhimya, menyebabkan kematian. 3. Efek buruk zat kimia pada manusia 67 Cukup banyak penelitian yang menunjukkan bahwa vinil klorida memang dapat menyebabkan jenis kanker hati yang langka, angiosarkoma. Akan tetapi, kebanyakan kanker hati terjadi akibat pemindahan sel-sel hati ke bagian lain tubuh (metastasis), ke payudara, paru dan kanker kolon, peralihan/perpindahan ini mungkin akibat sumbatan Zat-zatkimia. 3.4 Efek pada ginjal Ginjal adalah dua organ berbentuk buncis, yang berwama cokelat keunguan dan terletak di bela- kang rongga perut, masing-masing di samping tu- Jang belakang. Ginjal adalah organ yang kompleks. Selain membentuk urine untuk menyingkirkan zat- zat sisa dari dalam tubuh, ginjal juga memainkan peranan penting dalam pengaturan volume dan ‘Komposisi cairan tubuh. Air dan tentu saja semua elektrolit (kalsium, kalium, natrium) dalam tubuh, keseimbangan asupan dan pengeluarannya dilaku- kan oleh ginjal. Ginjal juga menjadi tempat utama pembentukan hormon, pembentukan amonia dan glukosa, dan tempat aktivasi vitamin D. Gangguan toksikologis pada ginjal dapat memengaruhi semua fungsi tersebut. Akan tetapi, efek yang biasa di- laporkan setelah paparan terhadap zat kimia toksik adalah berkurangnya pengeluaran zat-zat sisa. Unit fungsional ginjal (Gambar 17) adalah ne- fron, Setiap ginjal terdiri atas satu juta lebih nefron. Ginjal tidak dapat memperbaharui nefron. Masing- masing nefron memiliki tiga komposisi pokok: (a) pasokan darah besar; (b) glomerulus (dengan kapilar-kapilar glomerulus) tempat sejumlah besar cairan dan substansi terlarut dikeluarkan dari darah; dan (c) tubulus panjang tempat cairan yang sudah difiltrasi itu diubah menjadi urine. Ginjal menerima sekitar 21% darah sirkulasi dari arteri ginjal, yang kemudian dialirkan menuju pembuluh-pembuluh darah kecil yang disebut kapilar glomerulus. Kapilar glomerulus dapat ditemukan dalam glomeruli tem- pat sejumlah besar cairan dan molekul kecil secara selektif disingkirkan dari darah. Tubulus kemudian mereabsorpsi cairan dan substansi yang telah di- singkirkan glomerulus kembali ke dalam darah kare- Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan Kandung kemih Piramid medula (Piramid renal) Gambar 17. Ginjal na masih dibutuhkan tubuh, Akan tetapi, substan- si yang tidak diinginkan dan cairan berlebih akan dibentuk menjadi urine di tubulus dan dikeluarkan dari dalam tubuh. Kemudian, tubulus menyekresi materi (zat-zat sisa) ke dalam urine untuk sekaligus dibuang ke luar tubub, Dalam cara tersebut, nefron sangat sclektif terhadap apa dan berapa banyak yang disingkirkannya dari dalam tubuh. Jika ada kelebihan air dalam tubuh, ginjal akan memproduk- siurine yang encer, sedangkan, jika tubuh berusa- ha menghemat air, ginjal akan memproduksi air yang sedikit tetapi pekat. Ureter membawa urine dari ginjal ke kandung kemih, untuk disimpan sam- pai dikeluarkan kemudian. Toksikan yang memengaruhi ginjal (nefro- toksikan) dapat bekerja dalam empat cara: 3. Efek buruk zat kimia pada manusia 69 (@) mengurangi aliran darah ke ginjal yang akan mengurangi laju filtrasi glomerulus dan juga pembentukan urine; penurunan aliran darah juga dapat merusak jaringan ginjal; (b) secara langsung memengaruhi glomerulus dan mengganggu kemampuan selektifnya dalam memfiltrasi darah; (c) memengaruhi fungsi reabsorpsi atau fungsi sekresi tubulus; (& menyumbat tubulus, menghambat aliran urine. Penurunan jumlah nefron yang fungsional akan menyebabkan penurunan ekskresi air dan zat ter- larut yang cukup ‘besar dari ginjal. Jika ada 70% nefron yang rusak, berarti akan menyebabkan re- tensi elektrolit dan cairan, pada akhimya mengaki- batkan kematian. Ginjal biasanya rentan tethadap efek toksik zat kimia akibat sifat uniknya. Karena air dan elektrolit direabsorpsi ke dalam sistem darah di tubulus, maka urine dan juga toksikan apapun yang terkandung di dalam urine menjadi terkonsentrasi/pekat. De- ngan demikian, dosis non-toksik dari suatu zat kimia didalam darah dapat menjadi toksik di dalam ginjal karena kepakatannya di dalam urine. Ginjal juga dapat menjadi sangat rentan akibat akibat cepat- nya aliran darah yang diterimanya. Obat-obatan atau zat kimia apapun di dalam sistem darah akan dibawa dalam jumlah yang relatif besar ke ginjal. Kebanyakan logam merupakan toksikan yang ampuh. Kerusakan ginjal kemungkinan disebabkan oleh perpaduan antara penurunan aliran darah yang mengakibatkan penurunan produksi urine dan keru- sakan jaringan, dan toksisitas logam dalam tubu- lus, yang mengakibatkan sumbatan tubulus. Salah satu logam neftotoksik seperti itu adalah merkuri. Dosis akut garam merkuri akan merusak tubulus dan menyebabkan gagal ginjal dalam 24 sampai 48 jam setelah paparan. Unsur lain yang dapat meru- sak ginjal antara lain kadmium, kromium, arsenik, emas, timbal, dan zat besi. Baik nefrotoksisitas akut maupun kronis, kedua- nya telah dilaporkan terjadi setelah pemaparan ter- hadap hidrokarbon terhalogenasi, solven organik, dan pestisida (mis., trikloroetilen, metil parathion). Beberapa orang, karena faktor keturunan mau- pun faktor lingkungan, dapat menjadi Iuar biasa 70 Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan rentan terhadap zat toksik yang memengaruhi gin- jal. Contoh, beberapa orang memiliki kerentanan yang luar biasa terhadap toksikan tembaga akibat ketidakmampuan mereka mempertahankan konsen- trasi normal tembaga di dalam tubub (penyakit Wil- son). Penderita kerusakan ginjal akibat diabetes atau penurunan alami fungsi ginjal akibat penuaan memperlihatkan nefrotoksisitas kadmium pada do- sis yang biasanya tidak berpengaruh pada manu- sia. Faktor lain juga dapat menyebabkan beberapa orang menjadi sensitif terhadap substansi terse- but; faktor tersebut mencakup status gizi, konsum- si alkohol, merokok, latar belakang genetik, dan pengobatan. 3.5 Efek pada sistem saraf Sistem saraf dibagi menjadi dua bagian: sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pv- sat (SSP) terdiri atas otak dan sumsum tulang bela- kang (Gambar 18) yang fungsi utamanya adalah menafsirkan informasi sensorik yang masuk dan mengeluarkan instruksi berdasarkan pengalaman- terdahulu. Sistem saraf tepi terdiri atas struktur- struktur sistem saraf selain SSP yang membawa impuls menuju dan dari otak dan sumsum tulang belakang, Saraf berfungsi sebagai jalur komunika- si. Mereka menghubungkan semua bagian tubuh * dengan membawa impuls dari reseptor sensorik ke ‘SSP dan mengeluarkan perintah dari SSP ke kelen- jar atau otot yang tepat. Sistem saraf menerima jutaan potongan infor- masi dari berbagai organ sensorik dan memadukan potongan-potongan tersebut untuk memutuskan respons yang akan dikeluarkan tubuh. Input pada sistem saraf diberikan oleh reseptor sensorik yang mendeteksi stimulus sensorik seperti sentuhan, penglihatan, bunyi, cahaya, nyeri, dingin, hangat, dan seterusnya. Pengalaman sensorik ini dapat disimpan di otak dan nantinya dapat membantu me- nentukan reaksi yang dikeluarkan tubuh di masa mendatang. Puncaknya, sistem saraf akan menga- tur berbagai aktivitas tubuh yaitu dengan mengen- dalikan otot-otot di seluruh tubuh. Itulah yang disebut dengan respons motorik. Respons tersebut mencakup respons otot rangka, yang bertanggung 3. Efek buruk zat kimia pada manusia 71 Serebrum Lobus frontal Pembuluh Lobus darah temporal Serebelum ‘Sumsum tulang belakang ie Gambar 18. Otak dan sumsum tulang bagian atas jawab terhadap pergerakan, dan otot polos pada organ-organ internal seperti usus. Fungsi lain sistem saraf adalah mengendalikan sekresi zat kimia dari kelenjar. Fungsi utama sistem saraf pusat adalah meng- olah informasi sensorik yang masuk sedemikian Tupa sehingga menghasilkan tespons motorik yang tepat. Setelah informasi sensorik penting dipilih, informasi tersebut disambungkan ke bagian yang tepat dari sistem saraf pusat untuk menimbulkan : respons yang diinginkan. Dengan demikian, jika tangan seseorang menyentuh kompor yang panas, maka respons yang ingin dimunculkan adalah mengangkat tangan tersebut. 72 Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan 3.5.1 Cara kerja sistem saraf Unit fungsional sistem saraf adalah neuron (Gambar 19). Neuron merupakan sel yang sangat terspesialisasikan yang mengatur atau mengirim- kan pesan (impuls saraf) dari satu bagian ke bagian tubuh lain. Neuron memiliki serabut yang menjulur keluar badan sel yang disebut akson. Pesan diba- wa di sepanjang akson menuju terminal prasinap- tik, yang akan melepas zat kimia yang disebut neu- rotransmiter. Zat tersebut akan menyeberangi celah sinaptik untuk menimbulkan respons di dalam badan (soma) neuron atau serabut otot di sebelah- nya. Kebanyakan akson diselubungi dengan materi berlemak yang disebut mielin. Mielin melindungi dan menyelubungi serabut dan mempercepat laju transmisi impuls saraf. Proses ini berlanjut dari satu neuron ke neuron sebelahnya atau ke sel-sel otot, sampai berhasil mengantarkan pesan dari satu area ke area lain. Tidak seperti kebanyakan sel tubuh lainnya, neuron tidak dapat direproduksi. Dengan demiki- an, jika rusak, neuron tidak akan diganti sehingga J—ren | akson See colah AINA sinaptik . Gambar 19. Sebuah neuron 3. Efek buruk zat kimia pada manusia 73 sistem saraf menjadi sangat rapuh terutama jika di- rusak oleh zat kimia toksik. Untuk mengimbangi ketidakmampuannya dalam mengganti sel-sel yang rusak, sistem saraf mengurangi pemaparan mereka terhadap zat kimia melalui barier darah-otak. Wa- laupun sistem saraf, seperti halnya bagian tubuh Jain, membutuhkan suplai darah untuk bertahan, masih ada barier pelindung di antara sistem saraf dan keseluruhan bagian tubuh lain yang membata- si masuknya beberapa substansi. Otak, sumsum tulang belakang, dan saraf tepi dibungkus rapat oleh suatn lapisan sel terspesialisasi yang me- mungkinkan masuknya nutrien yang dibutuhkan, tetapi juga membatasi masuknya toksikan. Walau- pun sudah dilengkapi dengan barier darah-otak, be- berapa toksikan masih dapat merusak sistem saraf. Perlu diketahui bahwa saat lahir barier darah-otak belum berkembang dengan sempurna: Dengan demikian, bayi dan, khususnya janin serta bayi pre- matur, menjadi lebih rentan terhadap neurotoksi- kan, Contoh, janin sangat rentan terhadap alkohol (ethanol). Jika ibu hamil mengonsumsi terlalu banyak alkohol, kebiasaan tersebut dapat menim- bulkan suatu penyakit yang disebut “sindrom alko- hol janin”, 3.5.2 Cara zat kimia memengaruhi sistem saraf Neurotoksisitas adalah kapasitas agens kimia, biologis, atau agens fisik untuk menimbulkan efek merugikan bagi sistem saraf. Daftar senyawa yang Tabel 14. Senyawa yang berkaitan dengan cedera neuronal aluminium kanamisin azid timbal bismuth mangaan karbon monoksida metanol karbon tetraklorida metibromida sianida metiimerkuri diklorodifenilkloroetan thalium hidrogen sulfida trimetiltin kainate 74 Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan bersifat neurotoksik dapat dilihat dalam Tabel 14. Lagi pula, selain toksikan dapat langsung bekerja di sistem saraf, sistem saraf juga sangat peka ter- hadap pengaruh perubahan apapun yang terjadi dalam sirkulasi darah. Semua sel membutuhkan ok- sigen, tetapi bagi sistem saraf, suplai darah yang konstanlah yang sangat esensial. Sedikit penu- runan dalam aliran darah dapat menimbulkan efek merugikan pada sistem saraf walaupun sistem lain- nya belum terpengaruh. ‘Ada beberapa toksikan yang spesifik bagi neuron (neurotoksikan) atau bagi beberapa bagian neuron, yang dapat mengakibatkan cedera atau ke- matian neuron (nekrosis), dan neuron yang hilang itu tidak dapat diganti. Neurotoksikan dapat beker- jadi akson, miclin pelindung, atau di transmisi im- puls saraf (Gambar 20). Puncaknya, neuron-neuron yang rusak mengakibatkan terputusnya komunika- si antara sistem saraf dan seluruh bagian tubuh lainnya. Banyaknya fungsi yang hilang akibat keru- sakan sistem saraf bergantung pada jumlah neuron kerusakannya menetap dan lokasinya. Beberapa neuron mungkin agak rusak tetapi kerusakannya tidak permanen, dan bila waktunya tiba, dapat kembali menjalankan fungsi normalnya. Kerusakan permanen dapat menyebabkan hilangnya sensasi dan kelumpuban. Hal itu juga dapat menimbulkan efek seperti disorientasi. Karena sistem saraf mengendalikan banyak fungsi dalam tubuh, maka hampir semua fungsi seperti wicara, penglihatan, ingatan, kekuatan otot, dan koordinasi dapat di- hambat oleh neurotoksikan. Toksisitas neuronal yang disebabkan oleh merkuri organik, misalnya metilmerkuri, merupakan peristiwa keracunan tragis yang terjadi di Jepang dan Irak. Penduduk pantai Minamata di Jepang, yang makanan kesehariannya terutama ikan dari pantai itu, terpapar metilmerkuri dalam dosis yang sangat besar akibat limbah industri yang mengan- dung merkuri berkadar tinggi dibuang ke laut. Akan tetapi, korban yang cedera akibat paparan me- tilmerkuri justru lebih banyak di Irak. Lebih dari 400 orang meninggal sementara 6000 lainnya dirawat akibat mengonsumsi biji-bijian (gandum) yang ter- lapisi metilmerkuri. Contoh lain peristiwa keracunan metilmerkuri terjadi di London. Pada abad ke-19, merkuri digunakan dalam industri topi sebagai zat 3. Efek buruk zat kimia pada manusia 75 pencegah pertumbuhan jamur pada topi. Paparan berulang terhadap merkuri menyebabkan pekerja pabrik mengalami tremor dan kerusakan otak se- hingga mereka mendapat sebutan “as mad as a hat- ter”. Pernaparan berulang merkuri pada orang dewasa pada awalnya mengakibatkan hilangnya koordinasi, kemudian tremor, masalah pendengaran, kelemahan otot, dan bahkan gangguan mental. ‘Neurotoksikan lain, karbon disulfida (CS,) dapat menghancurkan akson. Zat kimia ini sudah dipakai di berbagai industri, terutama dalam industri karet vulkan dan produksi rayon liat. Sejak ditemukan- nya di tahun 1776, banyak sudah peristiwa neuro- toksisitas yang terjadi akibat CS,. Banyak juga ka- sus keracunan CS, pada manusia yang menimbulkan. berbagai efek neurologis dan perilaku. Mulanya, hanya gejala sensorik dan motorik yang muncul, tetapi kemudian akan terjadi perubahan kepribadi- an, iritabilitas, ingatan berkurang, insomnia (sulit tidur), mimpi buruk, dan keletihan yang terus- menerus. . Neurotoksikan lain, timbal logam, sudah sejak berabad-abad lalu diketahui bersifat toksik bagi sistem saraf. Setelah menghancurkan mielin, timbal akan memperlambat transmisi impuls antarneuron dan pada akhimya menghentikan transmisi terse- but. Manusia dapat terpapar timbal di tempat kerja, misalnya jika bekerja di pabrik peleburan timbal, atau terpapar di rumah dari pipa yang mengandung tim- bal atau dari cat yang-bahan dasarnya timbal. Anak- anak sangat rentan terhadap keracunan timbal. Timbal dalam dosis yang sangat rendah sekali, yang sebenamya tidak menimbulkan efek tipikal keracunan timbal, tetap saja dapat memengaruhi tingkat inteligensi anak. Organofosfat membentuk satu kelas insektisi- da, yang walaupun saat ini banyak dipakai, ternya- ta juga neurotoksik bagi manusia. Insektisida ini bekerja di sinaps tempat neurotransmiter dikeluar- kan. Normalnya, begitu keluar dari akson, neu- Totransmiter akan menyeberangi sinaps, men- stimulasi saraf yang berikutnya, dan kemnudian dihancurkan. Penghancuran tersebut oleh organo- fosfat akan dihambat sehingga neuron terus- menetus terstimulasi dan pesan berulang kali di- sampaikan dari satu neuron ke neuron berikutnya. Bergantung pada lokasi neuron yang terkena, orga- 76 Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan nofosfat dapat menyebabkan perubahan frekuensi jantung, tremor, kelemahan otot atau kelumpuhan, kegelisahan, kejang, dan koma. Organofosfat, yang saat ini ada dalam bentuk insektisida, sudah tidak terlalu toksik dibandingkan pendahulunya yang sering digunakan dalam perang senjata kimia. 3.6 Imunotoksisitas Sistem imun adalah suatu sistem pertahanan yang sangat berkembang yang melindungi tubuh kita dari serangan organisme, sel-sel tumor, dan agens lingkungan. Tubuh kita terpapar pada ber- bagai jenis bakteri, virus, jarnur, dan parasit yang mampu mengakibatkan penyakit serius seperti pneumonia, malaria, dan demam tifoid. Untungnya, tubuh kita memiliki berbagai jenis sistem, termasuk sistem imun yang mampu melawan para penyusup tersebut. Zat kimia lingkungan dan obat-obatan yang dapat memengaruhi sistem saraf disebut imu- notoksikan. Imunotoksikan memiliki tiga efek yang berlainan pada sistem imun: imunotoksikan dapat memperlemah/menekan sistem imun; imunotoksi- kan dapat menyebabkan hipersensitivitas, yang mengakibatkan alergi; dan imunotoksikan dapat menyebabkan sistem imun menyerang tubuhnya sendiri (autoimunitas). Darah kita terdiri atas tiga jenis sel yang ber- lainan: sel-sel darah merah, membawa oksigen ke seluruh bagian tubuh; sel-sel darah putih (juga disebut leukosit), yang merupakan komponen pokok dalam sistem imun kita; dan trombosit yang bertanggung jawab dalam pembekuan darah. Ada berbagai jenis sel darah putih, tetapi bab ini hanya akan membahas tiga jenis yang paling penting; neutrofil, makrofag, dan limfosit. Ketiga jenis sel darah putih tersebut memiliki mekanisme yang ber- lainan untuk melindungi tubuh. Neutrofil dan makrofag melindungi tubuh ter- hadap organisme penyusup seperti bakteri, virus, atau partikel asing lain dengan cara menelan substansi tersebut, Sel-sel ini juga dapat menelan jaringan rusak atau mati yang ada di dalam tubuh. Proses menelan organisme itu disebut fagositosis, ‘dengan demikian makrofag dan neutrofil dikategori- 3. Efek buruk zat kimia pada manusia = 77 kan sebagai fagosit. Selain fagositosis, bakteri yang sudah ditelan oleh makrofag atau neutrofil kemudi- an akan dicerna. Tampaknya, fagosit harus selektif dalam memilih materi yang akan difagositosis, kare- na jika tidak, beberapa sel atau struktur normal dalam tubuh akan ikut ditelan. Sel dan partikel asing (antigen) tidak dikenali sebagai “diri” sehingga memperbesar kemungkinannya untuk ditelan. Begitu masuk ke dalam tubuh, bakteri akan ditempeli suatu antibodi sehingga menjadikannya sangat rentan terhadap fagositosis. Sebuah neu- trofil biasanya dapat menelan 5 sampai 20 bakteri sebelum menjadi inaktif dan mati. Makrofag jauh lebih kuat daripada neutrofil dan mampu menelan sampai 100 bakteri. Makrofag juga mampu menelan partikel yang jauh lebih besar, seperti parasit malaria dan jaringan tubuh yang rusak, sedangkan neutro- fil tidak mampu menelan partikel yang ukurannya melebihi bakteri. Ada dua jenis limfosit, limfosit T dan B. Limfo- sit B memproduksi senyawa yang disebut antibodi. Setiap toksin atau organisme memiliki satu senya- wa kimia spesifik yang melekat padanya dan berbe- Tabel 15. Contoh zat kimia imunosupresif Imunosupresi timbal dibenzodioxins merkuri hidrokarbon aromatk polisiklik ethanol urethane benzena pestisida (karbamat, organoklorin, polychlorinated organofosfat) biphenyl polybrominated biphenyl Alergi formaldehida nike! ftalik anhidrida kromium pestisida emas efilenediamin merkuri Zat tambahan makanan ~ berilium (azodyes, BHT, BHA) antimikrobial (EDTA, resin dan plasticizer (toltuen merkuri) senyawa diisosianat, trimelitik anhidrida) platinum Autoimunitas dieldrin perkloroetilen Vinil klorida epoxy resin trikloroetilen hidrazin quartz 78 Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan da dari senyawa lainnya. Senyawa tersebut dise- but antigen. Setiap antibodi dikhususkan untuk antigen tertentu. Begitu antigen dikenali, limfosit B akan memproduksi antibodi khusus yang akan mengikat antigen tersebut. Antigen memiliki dua fungsi: antigen dapat langsung beraksi pada organisme penyusup dan menonaktifkannya, atau antigen dapat mempekuat bagian lain dari sistem imun. Contoh, antibodi mengaktivasi fagositosis, menyebabkan neutrofil dan makrofag menelan bak- teri yang menjadi tempat perlekatan antibodi. Limfosit, makrofag, dan neutrofil dibawa oleh darah ke area yang membutubkannya. Fungsi sistem imun adalah mengenali dan me- musnahkan agens yang berbahaya bagi pejamu. Jika sistem imun berfungsi dengan baik, agens asing dapat dimusnahkan dengan cepat dan efisien. Jika sistem dihambat apapun caranya (imunosu- presi), hal itu hanya akan memperbesar kerentanan tubuh terhadap bakteri, parasit, dan virus serta kerentanan terhadap kanker. Organisme yang biasanya dapat ditangkis tubuh kita akan mengin- feksi jaringan sehingga menyebabkan penyakit yang mematikan. Karena sistem imun sangat beragam, maka imunosupresi dapat terjadi dalam banyak cara. Agens kimia dapat menghambat fa- gositosis atau justra memengaruhi limfosit dan produksi antibodinya. Berbagai jenis zat kimia se- perti logam (merkuri, timbal) dan pestisida merupa- kan zat yang terbukti mampu menekan sistem imun. Hal ini juga berlaku untuk polychlorinated biphe- nyl (PCB) yang sudah lebih dari setengah abad ini dipakai dalam pembuatan plastik dan trafo, serta hidrokarbon aromatik yang terbentuk selama pem- bakaran bahan bakar fosil. Zat kimia tersebut sudah terbukti dapat menekan respons sistem imun sehingga terjadi penurunan jumlah sel penghasil antibodi. Daftar zat kimia imunosupresif dapat dili- hat dalam Tabel 15. Terkadang sistem imun memberikan respons yang buruk terhadap agens lingkungan, meng- akibatkan munculnya reaksi atergi. Alergi dapat menyebabkan berbagai bentuk kondisi misalnya hayfever, asama, artritis reumatoid, dan dermatitis kontak (alergi kulit). Penyebab alergi mengacu pada respons hipersensitivitas yang terjadi setelah paparan beberapa agens lingkungan dan okupasio- 3. Efek buruk zat kimia pada manusia 79 nal. Antigen yang dapat menimbulkan respons alergi disebut alergen. Alih-alih memicu pemben- tukan antibodi yang tipikal, alergen justru men- stimulasi limfosit B untuk memproduksi “antibodi pensensitif” yang disebut reagin. Jika reagin ber- ikatan dengan alergen, peristiwa tersebut akan menimbulkan respons alergik. Tipe respons alergik yang paling umum terjadi akibat paparan okupa- sional atan paparan pengguna adalah asma dan dermatitis kontak, Kejadian asma ditandai dengan berkontraksi- nya otot dalam bronkiolus sehingga pemapasan menjadi sangat sulit untuk dilakukan. Sentuhan akhir seperti formaldehida digunakan dalam indus- tri tekstil untuk memperkuat efek antikusut dan daya tahan kain. Jika formaldehida digunakan dalam pro- ses awal industri tekstil, maka akan banyak pekerja pabrik yang menderita asma akibat menghidrup formaldehida bebas. Saat ini, kain sudah dapat dibersihkan dari gas formaldehida bebas atau dicu- ci dahulu sebelum dipakai. Logam seperti platinum dan pestisida tertentu juga terbukti dapat memicu serangan asma pada mereka yang terpapar subtan- site. Dermatitis kontak alergi dapat terjadi dalam hitungan hari setelah paparan, tetapi kondisi itu biasanya terbentuk setelah mengalami paparan Jjangka panjang terhadap suatu zat yang dosisnya rendah. Akibat yang ditimbulkan antara lain ruam kulit, bengkak, gstal-gatal, dan mungkin kulit me- lepuh. Berbagai zat yang dapat menyebabkan reak- si alergi antara lain kosmetik, beberapa logam ter- tentu, dan berbagai jenis zat kimia. Contoh, berilium yang dabulu dipakai untuk melapisi lampu pijar, dapat menyebabkan hipersensitivitas jika serpihan dari pecahan lampu tersusup di bawah kulit. Se- mentara itu, kosmetik mengandung zat kimia anti- mikrobial yang dapat menyebabkan dermatitis kon- tak pada manusia. Zat kimia tersebut antara lain fenolik, merkuri organik, senyawa ammonium, dan formaldehida. Beberapa orang dapat mengalami hi- persensitivitas kontak jika terpapar pada nikel yang terkandung dalam aksesoris pakaian. Mekanisme % terjadinya dermatitis akibat nikel yaitu, nikel berdi- fusi melalui kulit dan kemudian langsung berikatan, dengan limfosit untuk mengaktivasi sel tersebut.f Dermatitis kontak juga dapat terjadi jika manusia 80 Bahaya bahen kimia pada kesehatan manusia dan fingkungan baik sengaja maupun tidak mengalami kontak de- ngan perak, tembaga, dan garam-garamnya. Seperti yang dibahas sebelumnya, sistem imun memiliki cara sendiri untuk membedakan sel-sel dan substansi pejamu dari sel-sel dan substansi asing, sehingga mampu mencegah sistem imun untuk menyerang tubuhnya sendiri. Jika sistem imun sudah kehilangan kemampuannya untuk membe- dakan sel-sel tubuh sendiri dengan sel-sel*asing, maka sistem tersebut akan menyerang dan mem- bunuh sel-sel pejamu sehingga terjadi kerusakan jaringan yang serius. Kondisi inilah yang disebut sebagai autoimunitas. Walaupun tidak sesering/ selazim imunosupresi atau alergi, pemaparan oku- pasional terhadap zat kimia tertentu telah dihubung- kan dengan munculnya respons autoimunitas. Zat ‘kimia itu antara lain pestisida aldrin dan dieldrin, vinil klorida, dan logam seperti emas dan merkuri. Pada kebanyakan kasus, jika paparan dihentikan, autimunitas juga berhenti. Ini juga berlaku untuk alergi. Sistem imun memberikan reaksi yang berbeda terhadap substansi toksik jika dibandingkan de- ngan respons sistem organ lainnya. Respons tok- sik terhadap suatu zat biasanya berkaitan dengan dosis, zat kimia dengan dosis yang cukup tinggi dapat menimbulkan efek buruk pada sebagian be- sar masyarakat, Reaksi alergi dan autoimunitas, sebaliknya, tidak berhubungan dengan dosis. Akan tetapi, tak jarang ditemukan beberapa orang yang tetap saja terpengaruh dengan suatu zat berapa pun dosis yang diterimanya. Selain itu, efek zat kimia terhadap sistem imun berkaitan dengan konsekuen- si yang ditimbulkan akibat mengaktif atau menon- aktifkan sistem imun, bukan berkaitan dengan efek toksik langsungnya. 3.7 Toksisitas zat kimia terhadap sistem reproduksi Toksisitas reproduktif mencakup efek-efek yang merugikan fungsi seksual dan fertilitas kaum iaki-laki dan perempuan sekaligus efek yang meng- 3. Efek buruk zat kimia pada manusia 81 ganggu perkembangan normal baik sebelum maupun sesudah lahir (juga disebut toksisitas perkembangan). Fisiologis sistem reproduksi antara pria dan wanita berbeda, tetapi sistem pada kedua jenis kelamin tersebut dikendalikan oleh suatu zat kimia yang disebut hormon. Hormon adalah zat ki- mia yang disekresi oleh kelenjar dalam tubuh dan mengendalikan sel-sel lain dalam tubuh. Sekresi hormon dikendalikan oleh sistem saraf pusat (SSP). Pada laki-laki, hormon mengendalikan perkembang- an organ-organ reproduksi dan pembentukan sper- ma (spermatogenesis). Pada perempuan, hormon mengendalikan organ-organ reproduksi, siklus reproduktif perempuan, persiapan rahim untuk kehamilan dan laktasi. Hormon juga memainkan peranan yang sangat penting dalam kehamilan dan perkembangan janin. Dalam kondisi normal, pada manusia, diperkira- kan satu dari lima pasangan tidak dapat memiliki anak (mandul), lebih dari sepertiga embrio akan mengalami kematian dini, dan sekitar 15% kehamil- an akan mengalami abortus spontan. Di antara bayi- bayi yang baru lahir, sekitar 3%-nya mengalami ke- cacatan. Ini tidak mengejutkan karena banyak zat kimia (atau obat-obatan) yang dapat mengganggu jalannya beberapa proses biologis dalam sistem reproduksi laki-laki dan perempuan. Ada tiga target utama dari toksikan reproduktif. Toksikan tersebut dapat bekerja langsung di sistem saraf pusat untuk mengubah sekresi hormon (mis., sintesis steroid). Gonad (ovarium dan testis) juga menjadi target dari obat-obatan dan zat kimia, terutama obat kemotera- pi kanker. Toksikan reproduktif juga dapat meng- hambat atau mengubah spermatogenesis. Akibat yang ditimbulkan oleh efek toksik tersebut antara lain kemandulan, penurunan kesuburan, mening- katnya kematian janin, meningkatnya kematian bayi, dan meningkatnya angka cacat/defek lahir. Zat kimia yang menyebabkan peningkatan kasus defek/ca- cat lahir ini disebut teratogen. Efek buruk perkembangan pada organisme mun- cul akibat pemaparan sebelum pembuahan (pada orang tua), selama kehamilan, atau dari lahir sampai saatnya maturasi seksual. Efek buruk perkembang- an dapat dideteksi kapan saja dalam rentang ke- hidupan suatu organisme. Manifestasi pokok dari toksisitas perkembangan mencakup: (a) kematian 82 Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan Tabel 16. Toksikan lingkungan dan efek buruknya pada sistem reproduksi. Aldrin Areenik Benzene Kadmium Karbon disulfida Senyawa chlorinated 1,2-Dibromo-3-kloropropan Dikloroetilen Dieldrin Heksaklorosikioheksan Timbal Mercuri Polychlorinated byphenit Trikloroetilen Hidrokarbon aromatik polisiklik penurunan kesuburan abortus spontan, persalinan dini abortus spontan, berat badan Iahir rendah abortus spontan, berat badan lahir rendah, gangguan menstruasi berat badan lahir rendah gangguan menstruasi, efek buruk pada sperma defek pada mata, telinga, dan bibir sumbing, gangguan sistem saraf pusat, kematian perinatal, leukemia masa kanak-kanak efek buruk pada sperma, kemandulan penyakit jantung bawaan kelahiran dini, abortus spontan ketidakseimbangan hormonal, kelahiran dini, ‘abortus spontan lahir mati, berat badan lahir rendah, abortus spontan, defisit neurobehavioral, perkembangan terhambat, kerusakan otak gangguan menstruasi, abortus spontan, buta tuli, keterbelakangan mental, pertumbuhan terhambat, kerusakan otak persalinan kurang bulan, berat badan lahir rendah, penurunan lingkar kepala, defisiensi pertumbuhan, efek neurobehavioral Penyakit jantung bawaan organisme yang sedang berkembang; (b) abnor- malitas struktural; (c) perubahan pertumbuhan, dan. (d) defisiensi fungsional. Paparan terhadap zat kimia selama kehamilan dapat mengakibatkan perkembangan yang defektif (menuju kecacatan). Pada waktu-waktu tertentu, janin yang sedang tumbuh dan berkembang men- jadi sangat sensitif terhadap paparan zat kimia tok- sik, misalnya saat perkembangan sistem organ atau perkembangan sel-sel jenis tertentu. Pada manu- sia, fase kritis induksi malformasi struktural biasa- nya terjadi 20-70 hari setelah pembuahan. Dampak zat kimia (atau obat-obatan) terhadap sistem reproduksi dapat dilihat pada insidensi 3. Efek buruk zat kimia pada manusia 83 talidomid yang tragis di tahun 1960-an. Saat itu, tali- domid diberikan pada ibu hamil sebagai obat anti- kan orang dewasa, tetapi sifamya yang teratogen justru mengganggu perkembangan anggota gerak janin. Akibatnya, anak yang ibunya mengonsumsi obat tersebut ketika hamil, lahir tanpa lengan dan/ atau kaki atau bahkan sangat tidak berbentuk. Untuk beberapa zat kimia, studi epidemiologis, data pemaparan okupasional, atau data yang ber- asal dari penelitian pada binatang memperlihatkan adanya hubungan antara pemaparan dengan efek buruk pada sistem reproduksi (Tabel 16). Beberapa penelitian di bidang epidemiologi memperlihatkan bahwa arsenik anorganik dapat menimbulkan efek perkembangan pada manusia, janin yang sedang berkembang sangat serssitif terhadap metilmerkuri, paparan timbal terhadap ibu hamil terbukti dapat mengganggu perkembangan mental anak-anak mereka. Daftar efek yang merugikan sistem re- produksi semakin bertambah panjang, dan semakin banyak indikasi yang memperlihatkan bahwa ibu hamil, janin, bayi yang masih menyusui, dan anak kecil termasuk dalam kelompok berisiko tinggi yang lebih rentan terhadap efek buruk zat kimia daripada populasi umum lainnya. Bayi dan anak kecil memiliki karaktersistik struk- tural dan fungsional yang berbeda dengan anak yang lebih tua serta orang dewasa. Karakteristik tersebut mewakili tahapan di dalam perkembangan. dan pertumbuhan yang normal, dan dapat meme- ngaruhi daya tahan mereka jika terpapar zat kimia. ‘Secara umum dapat dikatakan bahwa zat kimia baik yang organik maupun yang anorganik lebih mudah diabsorpsi oleh bayi daripada oleh orang dewasa. Bayi belum siap melakukan biotransformasi ter- hadap zat kimia karena ginjal belum matur dan kurang dapat mengekskresikan zat kimia diban- dingkan ginjal orang dewasa. Dengan demikian, do- sis yang sama dari suatu zat kimia per unit berat badan kemungkinan akan lebih banyak berakumu- lasi dalam tubuh bayi daripada dalam tubuh anak yang lebih besar atau orang dewasa sehingga ke- mungkinannya untuk mengalami efek toksik lebih besar. Semua karakteristik tersebut menunjukkan adanya kebutuhan khusus untuk melindungi

You might also like