You are on page 1of 12

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP

TEKANAN DARAH DAN DENYUT NADI PADA MAHASISWA


PESERTA PRAKTIKUM PENGELASAN II
DI UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Erni Dwiyanti, Marji1, Erianto Fanani2
1
Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang
2
Dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang
Email: ernidwiyanti94@gmail.com

Abstract: Long term noise exposure is a stressor to human body that associated
with hormonal system and cardiovascular responses that can cause hypertension
and cardiovascular diseases. Measurement of blood pressure and heart rate are
well established methods for measuring overall cardiovascular responses. The
purpose of this research is to analyze effect of noise on blood pressure and heart
rate in participant of Welding Practicum II at State University of Malang. This
research is an analytic survey with cross sectional approach and conduct on 31
participant of Welding Practicum II who were taken by purposive sampling
technique. Noise intensity was measured by using sound level meter. Blood
pressure was measured by using mercury sphygmomanometer and heart rate was
measured by using pulse oxy meter. Data analysis of mean arterial pressure and
heart rate was performed by using paired t test meanwhile systole and diastolic
blood pressure was performed by Wilcoxon test. The result of this research
indicate that noise intensity in Welding Laboratory was 92.54 dB(A). When the
student uses earmuff, noise intensity was 83.89 dB. From the statistical test, it
was found that there is a significantly difference systolic, diastolic blood
pressure, mean arterial pressure and heart rate when the student use earmuff
and when the student didn’t use earmuff. The advice for the student participant of
Welding Practicum II should be aware to use personal protective equipment
during the work correctly to prevent the effect noise in health.

Keywords: noise, blood pressure, heart rate, MAP

Abstrak: Paparan kebisingan merupakan stressor yang berhubungan dengan


sistem hormon dan respon kardiovaskular yang dapat menyebabkan hipertensi
dan penyakit kardiovaskular. Pengukuran tekanan darah dan denyut nadi
merupakan metode yang tepat untuk mengukur respon kardiovaskular. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan
darah dan denyut nadi pada mahasiswa peserta praktikum pengelasan II di
Universitas Negeri Malang. Penelitian menggunakan rancangan cross sectional
yang melibatkan 31 sampel yang dipilih menggunakan teknik purposive
sampling. Pengukuran intensitas kebisingan menggunakan sound level meter.
Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter raksa sedangkan pengukuran
denyut nadi menggunakan pulse oxy meter. Data penelitian mean arteri pressure
(MAP) dan denyut nadi dianalisis menggunakan paired t-test sedangkan analisis
tekanan darah sistol dan diastol menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian
menunjukkan intensitas kebisingan di Laboratorium Pengelasan mencapai 92,54
dB(A). Saat mahasiswa menggunakan earmuff, intensitas kebisingan yang
diterima oleh mahasiwa sebesar 83,89 dB(A). Hasil uji statitistik menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan secara signifikan tekanan darah sistolik, diastolik,
mean arteri pressure (MAP) dan denyut nadi pada saat mahasiswa tidak
menggunakan earmuff dengan saat mahasiswa menggunakan earmuff. Para
mahasiwa pratikum pengelasan II disarankan untuk menggunakan alat pelindung
telinga untuk mengurangi gangguan kesehatan akibat kebisingan.

Kata Kunci: kebisingan, tekanan darah, denyut nadi, MAP

1
Setiap pekerjaan memiliki potensi dan penyakit kardiovaskular (Foraster
bahaya (hazard) yang dapat menimbul- dkk, 2014). Penyakit pada sistem
kan kecelakaan atau penyakit akibat kardiovaskular merupakan salah satu
kerja.Salah satu potensi bahaya yang penyebab utama kematian (Souza dkk,
terdapat di lingkungan kerja adalah 2015).
kebisingan. Kebisingan merupakan Berdasarkan Peraturan Menteri
polusi ketiga tertinggi di kota-kota besar Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Zamanian dkk, 2013). Setiap hari Republik Indonesia Nomor 13 tahun
terdapat 4 juta pekerja dalam bahaya 2011 tentang Nilai Ambang Batas
kebisingan, sedangkan setiap tahunnya Faktor Fisika dan Faktor Kimia di
22 juta pekerja berpotensi terpapar Tempat Kerja, kebisingan adalah semua
bahaya kebisingan (NIOSH, 2015). suara yang tidak dikehendaki yang
Industri di Amerika Serikat membayar bersumber dari alat–alat proses produksi
denda lebih dari 1,5 juta dolar akibat dan/atau alat–alat kerja yang pada
tidak melindungi para pekerja dari tingkat tertentu dapat menimbulkan
kebisingan (OSHA, 2016). WHO juga gangguan pendengaran. Pada pasal 5
melaporkan bahwa kebisingan menye- ayat 1 disebutkan bahwa nilai ambang
babkan kerugian kesehatan sebesar 4 batas kebisingan ditetapkan sebesar 85
juta dolar setiap harinya dan menempat- dB (A) selama 8 jam kerja per hari atau
kan pekerja pada risiko kesehatan yang 40 jam per minggu.
tinggi (Zamanian dkk, 2013). Berdasarkan studi pendahuluan
Paparan kebisingan tidak hanya pada laboratorium pengelasan Fakultas
menyebabkan gangguan yang bersifat Teknik Universitas Negeri Malang,
pendengaran (auditory) namun juga kebisingan yang dihasilkan alat gerinda
menyebabkan gangguan yang bersifat mencapai 97 dB(A) yang melebihi nilai
non pendengaran (non-auditory) (Jumali ambang batas. Kondisi ini dapat
dkk,2013). Gangguan yang bersifat menimbulkan beberapa resiko gangguan
pendengaran adalah tinnitus atau telinga auditorymaupun non-audiotory pada
berdengung, kesulitan membedakan kata mahasiswa saat terpapar kebisingan.
dengan frekuensi tinggi (Jumali dkk, Salah satu dampak non audiotory yang
2013:545-546) dan dampak yang paling dapat terjadi adalah gangguan sistem
serius yang dapat terjadi adalah ketulian kardiovaskular yang dapat ditandai
atau NIHL (Noise Induced Hearing dengan peningkatan tekanan darah dan
Loss) pada pekerja yang terpapar denyut nadi.Pengukuran denyut nadi dan
kebisingan level tinggi (ILO, 2014). tekanan darah merupakan metode yang
Sementara gangguan non-auditory yang tepat untuk mengukur respon sistem
dapat terjadi akibat paparan kebisingan kardiovaskular secara keseluruhan
adalah gangguan tidur, gangguan sistem (Chang dkk, 2015).
kardiovaskular, dan penurunan daya Berdasarkan paparan latar
kognitif anak (Basner dkk, 2014). belakang diatas, peneliti melakukan
Paparan kebisingan dalam waktu lama penelitian mengenai pengaruh intensitas
dapat menyebabkan perubahan resisten kebisingan terhadap tekanan darah dan
pembuluh darah tepi, denyut nadi, dan frekuensi denyut nadi pada mahasiswa
tekanan darah (Sancini dkk, 2014). S1 Pendidikan Teknik Mesin 2014 yang
Salah satu hasil penelitian melaporkan mengikuti Praktikum Pengelasan II di
kebisingan merupakan penyebab ketiga Universitas Negeri Malang. Pengaruh
dari serangan jantung pada penduduk di kebisingan terhadap tekanan darah dan
Berlin setelah rokok dan polusi udara denyut nadi dapat diketahui dari adanya
(Zamanian dkk, 2013). Kebisingan perbedaan tekanan darah dan denyut
merupakan stressor yang berhubungan nadi antara pada saat mahasiswa tidak
dengan sistem hormon dan respon menggunakan earmuff dengan pada saat
kardiovaskular yang dalam jangka mahasiswa menggunakan earmuff.
panjang dapat menyebabkan hipertensi
Kebisingan menurut WHO adalah gelombang yang bisa dipalpasi pada
suara yang tidak dikehendaki atau suara arteri perifer, yang dihasilkan dari
yang berlebihan yang dapat memberikan peredaran darah pada saat jantung
efek merusak pada kesehatan manusia berkontraksi (Timby, 2009).
dan kualitas lingkungan (Aluko & Nna,
2015). Menurut Permenakertrans No. 13 METODE
Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Penelitian ini merupakan penelitian
Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di kuantitatif dengan rancangan penelitian
Tempat Kerja, kebisingan adalah semua observasional analitik yang mengguna-
suara yang tidak dikehendaki yang kan pendekatan cross-sectional.
bersumber dari alat-alat proses produksi Penerapan metode cross-sectional
dan/atau alat-alat kerja yang pada bertujuan untuk mengetahui efek
tingkat tertentu dapat menimbulkan paparan kebisingan pada tekanan darah
gangguan sistem pendengaran. Paparan dan denyut nadi. Dalam penelitian ini
kebisingan dalam jangka waktu panjang terdapat satu kelompok sampel yang
dapat menyebabkan gangguan kesehatan sama namun dilakukan pengukuran dua
salah satunya adalah gangguan sistem kali, saat kelompok terpapar kebisingan
kardiovaskular. Indikator yang dapat secara langsung (tidak menggunakan
digunakan dalam memeriksa kesehatan earmuff) dan pada saat kelompok meng-
sistem kardiovaskular adalah tekanan gunakan earmuff. Pengukuran variabel
darah dan denyut nadi. terikat dilakukan 2 kali pada saat
Tekanan darah adalah gaya yang sebelum pekerja terpapar kebisingan dan
ditimbulkan oleh darah terhadap dinding setelah pekerja terpapar kebisingan.
pembuluh (Sherwood, 2013) yang Populasi dalam penelitian adalah
digambarkan sebagai tekanan sistolik seluruh mahasiswa Jurusan Pendidikan
per tekanan diastolik (Sherwood, 2013). Teknik Mesin Tahun 2014 yang
Tekanan arteri rerata adalah tekanan mengikuti praktikum pengelasan II.
rerata yang mendorong darah maju Keseluruhan populasi berjumlah 78
menuju jaringan sepanjang siklus mahasiswa. Berdasarkan perhitungan
jantung (Sherwood, 2013) yang sampel penelitian yang diperoleh adalah
mencerminkan kerja pompa jantung 31 mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin
(Silverthorn, 2014). Peningkatan atau Tahun 2014 yang mengikuti matakuliah
penurunan MAP yang tidak normal praktikum pengelasan II. Teknik yang
menandakan adanya gangguan sistem digunakan untuk menentukan sampel
kardiovaskular. Bila tekanan darah turun adalah purposive sampling. Instrumen
terlalu rendah (hipotensi), kekuatan yang digunakan dalam penelitian ini
pendorong aliran darah tak mampu adalah environmental meter untuk
melawan gaya gravitasi sehingga aliran mengukur intensitas kebisingan. Tensi
darah dan pasokan oksigen ke jaringan raksa untuk mengukur tekanan darah
otak terganggu dan terjadi rasa pusing dan oxypulse meter untuk mengukur
bahkan dapat menyebabkan pingsan. denyut nadi. Teknik analisis data yang
Namun bila tekanan darah meningkat digunakan adalah paired t-tets. Paired t-
(hipertensi), tekanan darah yang tinggi test digunakan untuk membandingkan
pada dinding pembuluh darah dapat dua kelompok data yang berasal dari
menyebabkan area pembuluh darah subjek yang sama namun mengalami
pecah dan darah dapat masuk ke dalam pengukuran atau perlakuan dua kali
jaringan. Jika pembuluh darah yang ada (Stang, 2014). Teknik analisis paired t-
di otak pecah dapat menyebabkan test digunakan untuk membandingkan
hilangnya fungsi saraf (Silverthorn, tekanan darah dan denyut nadi pada satu
2014). kelompok sampel yang sama, pada saat
Denyut nadi merupakan indeks mahasiswa tidak menggunakan earmuff
pekerjaan jantung (Delf & Manning, dan pada saat mahasiswa menggunakan
1996). Denyut merupakan sensasi earmuff.
HASIL kedua berada 3 meter dari sumber
Intensitas Kebisingan kebisingan, titik ketiga berada 3,6 meter
Mahasiswa S1 Pendidikan Teknik dari sumber kebisingan dan titik
Mesin mengikuti praktikum pengelasan keempat berada 4 meter dari sumber
di Fakultas Teknik Universitas Negeri kebisingan. Selanjutnya data intensitas
Malang yang berlangsung selama 4 jam kebisingan yang telah diperoleh, diolah
setiap hari Senin sampai Jumat selama 3 menggunakan rumus tingkat kebisingan
minggu. Selama praktikum pengelasan ekivalen (Leq) untuk menggambarkan
terdapat dua aktivitas yang dilakukan kebisingan secara menyeluruh.
oleh mahasiswa yaitu mengelas dan Leq = 10 log 1/N [(n1 x 10 L1/10) +
menggerinda. Kegiatan menggerinda (n2 x 10 L2/10) + ... +
menghasilkan kebisingan yang dapat (nn x 10Ln/10)]
menimbulkan gangguan pada kesehatan. Keterangan :
Pengukuran kebisingan di Laboratorium Leq = tingkat kebisingan ekivalen (dB)
Pengelasan dilaksanakan selama 8 hari N = jumlah bagian yang diukur
menggunakan environmental meter. Ln = tingkat kebisingan (dB)
Pengukuran dilakukan pada 4 titik lokasi Nn = frekuensi kemunculan Ln (tingkat
yang dapat mewakili besarnya intensitas kebisingan)
kebisingan yang diterima keseluruhan Berdasarkan rumus tersebut, tingkat
mahasiwa. Titik pertama berada di kebisingan ekivalen (Leq) di Laborato-
sumber kebisingan dimana mahasiswa rium Pengelasan adalah sebagai berikut:
melakukan proses menggerinda. Titik

Tabel 1 Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan Ekivalen (Leq)


Tingkat Kebisingan Ekivalen
No Tanggal Pengukuran Keterangan
(Leq)
1. 30 Januari 2017 91,54 > NAB
2. 31 Januari 2017 89,85 > NAB
3. 27 Februari 2017 90,03 > NAB
4. 28 Februari 2017 92,54 > NAB
5. 1 Maret 2017 90,34 > NAB
6. 6 Maret 2017 90,62 > NAB
7. 7 Maret 2017 88,52 > NAB
8. 8 Maret 2017 89,18 > NAB

Hasil pengukuran tingkat kebisingan akan lebih rendah. Untuk mengetahui


ekivalen (Leq) di Laboratorium Penge- perkiraan tingkat kebisingan yang
lasan menunjukkan bahwa tingkat didengar oleh mahasiswa pengguna
kebisingan melebihi nilai ambang batas earmuff dapat menggunakan rumus
yang ditentukan.Berdasarkan Peraturan estimated dBA exposure dibawah ini
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Estimated dBA exposure = Noise (dBA)
Nomor 13 Tahun 2011, batas pemajanan – [(SNR-7) x 50%]
4 jam perhari tidak boleh melebihi 88 SNR merupakan nilai reduksi yang
dB. terdapat dalam setiap produk pelindung
Dalam penelitian ini juga terdapat telinga.
mahasiswa yang menggunakan earmuff Hasil perhitungan kebisingan
sebagai pelindung terhadap kebisingan. pada mahasiswa pengguna earmuff
Tingkat kebisingan yang didengar oleh adalah sebagai berikut:
mahasiswa yang menggunakan earmuff
[Type text]

Tabel 2 Hasil Pengukuran Estimated dBA exposure


No Tanggal Pengukuran Estimated dBA exposure Keterangan
1. 30 Januari 2017 82,88 < NAB
2. 31 Januari 2017 81,2 < NAB
3. 27 Februari 2017 81,38 < NAB
4. 28 Februari 2017 83,89 < NAB
5. 1 Maret 2017 81,69 < NAB
6. 6 Maret 2017 81,97 < NAB
7. 7 Maret 2017 79,87 < NAB
8. 8 Maret 2017 80,53 < NAB

Hasil perhitungan kebisingan pada Tekanan Darah


saat mahasiswa menggunakan earmuff Pengukuran tekanan darah mahasiswa
menunjukkan bahwa tingkat kebisingan dilakukan dua kali yaitu sebelum
dibawah nilai ambang batas yang bekerja dan setelah bekerja. Menurut
ditentukan. Hal ini membuktikan bahwa Joint National Commision (JNC) VII,
penggunaan alat pelindung telinga dapat hasil pengukuran tekanan darah baik
melindungi pengguna dari bahaya sebelum dan sesudah bekerja termasuk
kebisingan. dalam kategori normal.

Tabel 3 Pengukuran tekanan darah sistolik


Pengukuran Kelompok N Mean SD p value
Sebelum Non-earmuff 31 107,42 10,94
0,971
Bekerja Earmuff 31 107,42 11,65
Setelah Non-earmuff 31 117,74 10,23
0,029
Bekerja Earmuff 31 113,23 11,65

Tabel 4 Pengukuran tekanan darah diastolik


Pengukuran Kelompok N Mean SD p value
Sebelum Non-earmuff 31 79,03 9,78
0,638
Bekerja Earmuff 31 78,39 10,36
Setelah Non-earmuff 31 82,90 10,70
0,025
Bekerja Earmuff 31 77,74 13,59

Tabel 5 Perhitungan Mean Arterial (MAP)


Pengukuran Kelompok N Mean SD p value
Sebelum Non-earmuff 31 88,49 9,73
0,792
Bekerja Earmuff 31 88,06 8,64
Setelah Non-earmuff 31 94,51 10,05
0,019
Bekerja Earmuff 31 89,57 12,58

Hasil penelitian membuktikan kurang. Sedangkan saat mahasiswa tidak


bahwa terdapat perbedaan tekanan darah menggunakan earmuff intensitas
antara pada saat mahasiswa tidak kebisingan yang diterima diatas nilai
menggunakan earmuff dengan pada saat ambang batas.
mahasiswa menggunakan earmuff. Earmuff dapat mengurangi intensitas
Perbedaan ini disebabkan adanya kebisingan sebesar 7-12 dB (Khalesi
penggunaan earmuff yang dapat mengu- dkk, 2017). Menurut Lusk dalam
rangi kebisingan yang diterima oleh Hidayat (2005), penggunaan alat
mahasiswa. Pada saat menggunakan pelindung telinga mampu mereduksi
earmuff, intensitas kebisingan yang paparan bising dan mempunyai
didengar dibawah nilai ambang batas pengaruh bagi tekanan darah sistolik dan
sehingga risiko kesehatan yang diastolik. Hal tersebut sesuai dengan
ditimbulkan akibat kebisingan ber- hasil penelitian yang dilakukan terhadap
[Type text]

mahasiswa Praktikum Pengelasan II. dan 80 dB. Dari penelitian tersebut


Kenaikan rata-rata tekanan sistolik, diketahui bahwa kebisingan dengan
diastolik dan mean arteri pressure intensitas 80 dB secara signifikan
(MAP) lebih rendah pada saat memberikan pengaruh terhadap tekanan
mahasiswa menggunakan earmuff darah yang paling besar dibandingkan
dibandingkan saat mahasiswa tidak dengan intensitas 30 dB dan 50 dB.
menggunakan earmuff. Rata-rata kenaikan tekanan sistolik
Perbedaan tekanan darah yang adalah sebesar 4,714 mmHg dan
signifikan pada saat mahasiswa tidak kenaikan tekanan diastolik sebesar 4,49
menggunakan earmuff dengan pada saat mmHg pada intensitas sebesar 80 dB.
mahasiswa menggunakan earmuff Penelitian eksperimen yang dilakukan
menunjukkan bahwa adanya pengaruh Mahmood, dkk (2008) terhadap 117
intensitas kebisingan terhadap tekanan subjek dengan memaparkan kebisingan
darah. Hasil penelitian yang dilakukan dengan intensitas 90 dB selama 10 menit
Hidayat (2005) menunjukkan hal serupa. menunjukkan terdapat perubahan
Hidayat (2005) melaporkan bahwa kenaikan sistol secara signifikan sebesar
tekanan darah sistol dan diastol setelah 2,462 mmHg, kenaikan diastol sebesar
bekerja lebih rendah ketika pekerja 3,064 mmHg dan kenaikan MAP
penggiling padi menggunakan earplug sebesar 2,157 mmHg.
dibandingkan ketika pekerja tidak Penelitian yang dilakukan oleh
menggunakan earplug. Hasil penelitian Hsu,dkk (2010) terhadap pasien pasca
juga dipertegas penelitian Kalantary,dkk operasi jantung menunjukkan bahwa
(2015) terhadap pekerja industri kebisingan 59-60 dB(A) di ICU secara
otomotif yang menunjukkan bahwa signifikan berpengaruh dengan tekanan
terdapat perbedaan tekanan darah sistol sistol, diastol dan MAP. Setiap kenaikan
dan diastol pada pekerja yang terpapar kebisingan sebesar 1 dB(A) di ICU
kebisingan dengan pekerja yang tidak berhubungan dengan kenaikan tekanan
terpapar kebisingan. Pekerja yang sistol sebesar 0,58 mmHg, tekanan
terpapar kebisingan sebesar 53 dB tidak diastol sebesar 0,15 mmHg dan
menunjukkan perubahan tekanan darah. kenaikan MAP sebesar 0,53 mmHg.
Sedangkan pekerja yang terpapar Gupta, dkk (2017) menunjuk-kan
kebisingan 85-105 dB secara signifikan tekanan sistolik, diastolik dan MAP
mengalami perubahan tekanan darah pada pekerja tekstil yang terpapar
dengan rata-rata kenaikan tekanan kebisingan diatas 70 dB(A), tekanan
sistolik sebesar 11,68 mmHg dan sistoliknya sebesar 131,9 mmHg,
tekanan diastolik sebesar 9,28 mmHHg. tekanan diastolik sebesar 85,68 mmHg
Liu,dkk (2016) melaporkan bahwa dan MAP sebesar 100,93 mmHg.
pekerja tambang di Cina yang terpapar Sedangkan pada pekerja yang tidak
kebisingan kurang dari 85 dB selama 8 terpapar kebisingan, tekanan sistoliknya
jam mempunyai tekanan darah yang sebesar 116,23 mmHg, tekanan diastolik
lebih rendah dibandingkan pekerja yang sebesar 75,83 mmHg dan MAP sebesar
terpapar kebisingan lebih dari 85 dB. 89,26 mmHg.
Hasil penelitian juga didukung oleh
hasil penelitian eksperimen yang dilaku- Denyut Nadi
kan Meena (2011) terhadap 100 subjek Pengukuran denyut nadi dilakukan
penelitian. Dalam penelitian ini sebanyak dua kali yaitu sebelum bekerja
diberikan perlakuan kebisingan dengan dan setelah bekerja menggunakan
frekuensi yang sama 3500 Hz dengan oxypulse meter. Hasil pengukuran
intensitas yang berbeda 30 dB, 50 dB denyut nadi adalah sebagai berikut:
Pengaruh Intensitas Kebisingan Terhadap Tekanan Darah Dan Denyut Nadi… 7

Tabel 6 Pengukuran Denyut Nadi


Pengukuran Kelompok N Mean SD p value
Sebelum Non-earmuff 31 78,42 11,24
0,092
Bekerja Earmuff 31 74,39 11,68
Setelah Non-earmuff 31 90,55 9,23
0,018
Bekerja Earmuff 31 84,61 10,78

Perbedaan denyut nadi yang dB (A) mempunyai hubungan dengan


signifikan pada saat mahasiswa tidak peningkatan denyut nadi sebesar 0,93
menggunakan earmuff dengan pada saat bpm. Burns, dkk (2016) juga me-
mahasiswa menggunakan earmuff laporkan bahwa pekerja daur ulang
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh sampah eletronik yang terpapar ke-
intensitas kebisingan terhadap denyut bisingan mengalami peningkatan denyut
nadi. Hasil penelitian ini dipertegas nadi sebesar 0,17 bpm setiap kenaikan 1
dengan penelitian oleh Kalantary, dkk dB(A). Sementara menurut Green, dkk
(2015) terhadap pekerja industri (2015) peningkatan intensitas
otomotif yang menunjukkan tidak kebisingan sebesar 1 dB berhubungan
terdapat kenaikan denyut nadi pada dengan kenaikan denyut nadi sebesar 0,5
pekerja yang tidak terpapar kebisingan. bpm. Penelitian Hsu, dkk (2010)
Sedangkan pekerja yang terpapar terhadap pasien pasca operasi jantung
intensitas kebisingan 85-105 dB, rata- menunjukkan bahwa setiap kenaikan
rata kenaikan denyut nadi adalah sebesar kebisingan sebesar 1 dB di ICU berhu-
14 bpm. bungan dengan kenaikan denyut nadi
Penelitian eksperimen yang dila- sebesar 0,07 bpm.
kukan Mahmood, dkk (2006) ter-dapat Gupta, dkk (2017:491) melapor-
117 subjek yang diberikan papar-an kan bahwa denyut nadi pada pekerja
kebisingan dengan intensitas 90 dB(A) tekstil yang terpapar kebisingan > 70 dB
selama 10 menit mengalami kenaikan (A), denyut nadinya sebesar 82,03 bpm.
denyut nadi secara signifikan sebesar Sedangkan pada pekerja yang tidak
8,93 bpm. Penelitian eksperimen yang terpapar kebisingan (kebisingan < 50
dilakukan oleh Meena (2011) terhadap dB), denyut nadinya sebesar 74,80 bpm.
100 subjek penelitian dengan Hasil dari beberapa penelitian tersebut
memberikan paparan kebisingan dengan menunjukkan bahwa kebisingan ber-
frekuensi sama 3500 Hz namun dengan pengaruh terhadap denyut nadi. Denyut
intensitas yang berbeda 30 dB, 50 dB nadi merupakan indeks pekerjaan
dan 80 dB, menunjukkan kenaikan jantung (Delf & Manning, 1996).
denyut nadi yang paling besar terjadi Denyut nadi yang cepat merupakan
pada intensitas 80 dB sebesar 14,8 bpm. penanda bahwa seseorang mengalami
Khalesi dkk (2017) melaporkan beban kerja fisik, mental, stress dan
bahwa bayi baru lahir yang mengguna- kelelahan kerja (Siswati dan Adriyani,
kan earmuff mempunyai denyut nadi 2017).
yang lebih rendah dibandingkan dengan
bayi yang tidak menggunakan earmuff.
Berkurangnya stress akibat kebisingan PEMBAHASAN
selama pemakaian earmuff mempunyai
pengaruh positif dalam kestabilan Pengaruh kebisingan terhadap
fisiologi bayi baru lahir yang berada di tekanan darah dan denyut nadi dapat
NICU. Penelitian kohort yang dilakukan diketahui dari adanya perbedaan tekanan
oleh Zijlema, dkk (2016) pada 88336 darah dan denyut nadi yang signifikan
partisipan yang terpapar kebisingan lalu antara pada saat mahasiswa tidak
lintas menunjukkan bahwa setiap ke- menggunakan earmuff dengan saat
naikan intensitas kebisingan sebesar 10 mahasiswa menggunakan earmuff. Pada
Pengaruh Intensitas Kebisingan Terhadap Tekanan Darah Dan Denyut Nadi… 11

saat mahasiswa tidak menggunakan


earmuff, tekanan sistolik, diastolik,
mean arterial pressure (MAP) dan
denyut nadi lebih tinggi dibandingkan
pada saat mahasiswa menggunakan
earmuff.
Paparan kebisingan secara akut dan
kronis merupakan faktor eksternal yang
berpengaruh dalam meningkatkan
denyut nadi dan tekanan darah
(Kalantary dkk, 2015). Efek bahaya
yang ditimbulkan akibat kebisingan
tergantung pada besar intensitas, lama
paparan dan frekuensi tinggi rendahnya
suara (Aluko & Nna, 2015). Besar-nya
intensitas dan lamanya paparan
kebisingan akan mempengaruhi respon
tubuh terhadap kebisingan (Meena,
2011). Paparan kebisingan secara akut
berhubungan dengan perubahan jangka
pendek pada tekanan darah, denyut nadi
serta peningkatan hormon stres
sedangkan paparan kebisingan kronis
dan jangka panjang akan meng-aktifasi
sistem simpatis dan endokrin (Suchang
Chen dkk, 2017). Gambar 1 Jalur Mekanisme Respon Stres
Paparan kebisingan intensitas tinggi Akibat Kebisingan
dapat direspon oleh tubuh sebagai (Adaptasi dari Babisch dkk, 2013:51 dan
respon stres. Menurut Babissch, dkk Münzel dkk,2014:3)
(2013), mekanisme respon stres akibat
kebisingan yang dirasakan tubuh dapat Kedua jalur tersebut dapat me-
terjadi melalui 2 jalur yaitu jalur nyebabkan reaksi stres fisiologis yang
langsung (direct pathway) dan jalur melibatkan hipotalamus (Babisch dkk,
tidak langsung (indirect pathway). 2013) dan dua sistem neuro-hormonal
Direct pathway merupakan interaksi (Münzel dkk, 2014) yaitu sistem saraf
langsung antara sistem saraf auditory otonom dan kelenjar adrenal yang akan
pusat dengan sistem saraf pusat (central berdampak pada sistem kardiovaskular
nervous system/CNS). Direct pathway dengan me-nyebabkan perubahan
merupakan mekanisme yang sering sementara pada tekanan dan denyut nadi
terjadi saat seseorang tidur dalam (Meena, 2011). Efek ini bisa terlihat dari
kebisingan meskipun dengan tingkat paparan jangka panjang tiap hari diatas
kebisingan yang rendah (Basner dkk, 65 dB atau paparan kebisingan akut
2014). Hal ini dikarenakan sistem diatas 80 sampai 85 dB (Meena, 2011).
pendengaran akan selalu aktif bahkan Kebisingan level tinggi direspon
disaat tidur (Aluko & Nna, 2015). oleh otak sebagai sinyal stress dan di-
Sedangkan indirect pathway merupakan kirimkan ke amygdala. Amygdala me-
reaksi emosional saat merasakan nerjemahkan sinyal tersebut sebagai
ketidaknyamanan akibat kebisingan sinyal bahaya dan segera mengirimkan
(Babissch dkk, 2013). Mekanisme sinyal tersebut ke hipotalamus. Hipo-
respon stress akibat kebisingan dapat talamus menyampaikan ke sistem saraf
dijelaskan dalam bagan disamping,
Pengaruh Intensitas Kebisingan Terhadap Tekanan Darah Dan Denyut Nadi… 9

otonom yang mengatur kardiovaskular, simpatis preganglionic yang


tekanan darah dan denyut nadi (Aluko & berhubungan dengan medulla adrenal
Nna, 2015). Sistem saraf otonom terdiri untuk menstimulasi kelenjar medulla
dari sistem saraf simpatis dan sistem adrenal menyekresikan epineprin
parasimpatis yang berfungsi untuk (adrenalin) dan norepineprin
mengatur aktifitas fisiologis. Pada saat (noradrenaline) (Aluko & Nna, 2015).
tubuh mengalami stres mental atau stres Sinyal aktivasi yang dikirim dari
fisiologis, sistem saraf simpatis akan sistem saraf otonom dan sistem endokrin
lebih aktif dibandingkan dengan sistem juga akan memicu medulla adrenal
saraf parasimpatis (Recio dkk, 2016). untuk melepas hormon katekolamin
Sistem saraf simpatis akan melepas (Singhal dkk, 2009). Ketika dilepas,
epineprin dan norepineprin dari ujung katekolamin meningkatkan kontraksi
saraf. Pelepasan epineprin dan myocardial dan tekanan darah serta
norepineprin akan menyebabkan kenaik- curah jantung (Liu dkk, 2016).
an denyut jantung akibat meningkatnya Catecholamines merupakan hormon
kontraksi myocardial (Aluko & Nna, epinefrin dan norepinefrin (Aaronson
2015). Meningkatnya denyut jantung dkk, 2010). Selain hormon
akan mengakibatkan perubahan tekanan catecholamines juga terdapat pening-
darah (Siswati & Adriyani, 2017). katan hormon kortisol yang dikeluarkan
Meningkatnya kecepatan denyut jantung akibat respon tubuh terhadap stres akibat
akan berpengaruh langsung pada te- kebisingan yang dapat meningkatkan
kanan darah sistolik, tetapi butuh waktu denyut nadi dan rata-rata tekanan arteri
untuk mempengaruhi tekanan darah (Souza, 2015). Peningkatan adrenalin
diastolik. Hal ini yang menyebabkan akan menyebabkan konstriksi aliran
kenaikan tekanan darah diastolik lebih darah arteri sehingga tekanan darah
kecil dibandingkan kenaikan tekanan meningkat (Pangemanan, Engka, &
darah sistolik. (Hastuti, Setiani, & Kalesaran, 2012).
Nurjazuli, 2005). Peningkatan ke-
cepatan denyut jantung akan ber- PENUTUP
pengaruh langsung pada tekanan darah Berdasarkan hasil penelitian dan
sistolik, sedangkan tekanan darah analisis data mengenai pengaruh
diastolik lebih banyak di pengaruhi oleh kebisingan terhadap tekanan darah dan
resistensi perifer total (Huldani, 2012). denyut nadi dapat, kesimpulan dalam
Kebisingan memicu respon saraf penelitian ini adalah terdapat perbedaan
otonom melalui jalur pendengaran tekanan darah sistolik, diastolik, mean
terlepas dari reaksi subjektif terhadap arterial pressure, dan denyut nadi pada
kebisingan (Floud dkk, 2013). Saat saat mahasiswa tidak menggunakan
kebisingan dirasakan tubuh sebagai earmuff dengan saat mahasiswa
stress, tubuh akan mengirim sinyal menggunakan earmuff.
aktivasi melalui sistem saraf simpatis Para mahasiwa peserta pratikum
yang menyebabkan peningkatan tekanan pengelasan II disarankan untuk
darah dengan meningkatkan resistensi menggunakan alat pelindung telinga
perifer total dan kontraksi myocardia untuk mengurangi gangguan kesehatan
(Singhal dkk, 2009). Tidak hanya sistem akibat kebisingan.
saraf simpatis saja yang ter-aktivasi
namun pada saat terpapar kebisingan DAFTAR PUSTAKA
sistem endokrin yang dikenal sebagai Aaronson, P.I., Ward, J.P.T. 2010.At a
indikator stres mengalami perubahan Glance Sistem Kardiovaskular.
yang mengakibatkan peru-bahan pada Jakarta:Erlangga
kenaikan tekanan darah, denyut nadi dan
level hormon stres (Kalantary,dkk,
2015:215). Disamping hipotalamus
mengaktifkan simpatis, hipotalamus
posterior juga bereaksi melalui saraf
Pengaruh Intensitas Kebisingan Terhadap Tekanan Darah Dan Denyut Nadi… 9

Aluko, E.O., & Nna, V.U. 2015.Impact Green, A., Jones, A., Sun, K., & Neitzel,
of Noise Pollution on Human R. 2015. The Association between
Cardiovascular Noise, Cortisol and Heart Rate in a
System.International Journal of Small-Scale Gold Mining
Tropical Disease & Health 6 (2): Community- A Pilot Study.
35-43 Internatioanl Journal of
Babisch, W., Pershagen, G., Selander, J., Environmental Research and
Houthuijs, D., Breugelmans, O., Publich Health (12): 9952-9966.
Cadum, E., et al. 2013. Noise Gupta, S., Malhotra, V., Tripathi, Y., &
Annoyance-A Modifier of The Dev, P. 2017. Blood Pressure
Association Between Noise Level Variatons in Textile Mill Middle-
and Cardiovascular Health? Aged Male Workers Exposed to
Journal Science of the Total Noise. National Journal of
Environment, 50-57. Physiology, Pharmacy and
Basner, M., Babisch, W., Davis, A., Pharmacology 7 (5): 491-496.
Brink, M., Clark, C., Janssen, S., et Hastuti, E., Setiani, O., & Nurjazuli.
al. 2014. Auditory and Non- 2005. Faktor-Faktor Risiko
Auditory Effect of Noise on Kenaikan Tekanan Darah pada
Health. NIH Public Accces, 1- 18. Pekerja yang Terpajan Kebisingan
Burns, K., Sun, K., Fobil, J., & Neitzel, di Bandara Ahmad Yani Semarang.
R. 2016. Heart Rate, Stress, and Jurnal Kesehatan Lingkungan
Occupational Noise Exposure Indonesia 4 (2): 59-66.
among Electronic Waste Recycling Hidayat, S. N. 2005. Pengaruh
Workers. International Journal of Pemakaian Alat Pelidung Telinga
Environmental Research and (Earplug) Terhadap Perubahan
Publict Health, 13(140): 1-16. Tekanan Darah Akibat Bising.
Chang Sun Sim, Joo Hyun Sung, Sang Thesis. Semarang: Universitas
Hyeon Cheon, Jang Myung Lee, Diponegoro.
Jae Won Lee, & Jiho Lee. 2015. Hsu, S.-M., Ko, W.-J., Liao, W.-C.,
The Effectson Different Noise Huang, S.-J., Chen, R., Li, C.-Y., et
Types on Heart Rate Variabilty in al. 2010. Associations of Exposure
Men. Journal Yonsei Med Journal to Noise with Physiological and
56 (1): 236-243. Psychological outcomes among
Delf, M., & Manning, T. 1996. Major Post-Cardiac Surgery Patients in
Diagnostik Fisik. Jakarta: Penerbit ICUs. Journal Clinical Science 65
Buku Kedokteran EGC. (10): 985-989.
Floud, S., Blangiardo, M., Clark, C., Huldani. 2012. Kebisingan
Hoogh, K., Babisch, W., Houthuijs, Mempengaruhi Tekanan Darah
D., et al. 2013. Exposure to Pekerja PT.PLN (Persero) sektor
Aircraft and Road Traffic Noise Barito PLTD Trisakti,
and Associations with Heart Banjarmasin. Jurnal CDK-199 39
Disease and Stroke in Six European (11): 813-816.
Countries: a Cross-Sectional Study. Jumali, Sumadi, Andriani, S., Subhi,
JournalEnvironmental Health M., Suprijanto, D., Handayani, W.
12(89): 1-11. D., et al. 2013. Prevalensi dan
Foraster, M., Kunzli, n., Aguilera, I., Faktor Risiko Tuli Akibat Bising
Rivera, M., Agis, D., Vila, J., et al. pada Operator Mesin Kapal Feri.
2014. High Blood Presure and Kesmas, Jurnal Kesehatan
Long-Term Exposure to Indoor Masyarakat 7 (12): 545-555.
Noise and Air Pollution from Road Kalantary, S., Dehghani, A.,
Traffic. Journal Environmental Yekaninejad, M. S., Omidi, L., &
Health Perspectives 122 (11): Rahimzadeh, M. 2015. The Effects
1193-1200. of Occupational Noise on Blood
Pengaruh Intensitas Kebisingan Terhadap Tekanan Darah Dan Denyut Nadi… 11

Pressure and Heart rate of Workers in an OSHA. 2016. OSHA. (online)


Automotive Parts Industry. Journal https://www.osha.gov/SLTC/noise
ARYA Atheroscler 11 (4): 215-219. hearingconservation/index.html,
Khalesi, N., Khosravi, N., Ranjbar, A., diakses pada 9 September 2016
Godarzi, Z., & Karimi, A. 2017. Pangemanan, D., Engka, J., &
The Effectiveness of Earmuffs on Kalesaran, A. 2012. Pengaruh
the Physiologicand Behavioral Pajanan Bising terhadap
Stability in Preterm Infants. Pendengaran dan Tekanan Darah
International Journal of Pediatric pada Pekerja Game Center di Kota
Otorhinolaryngology 98: 43-47. Manado. Jurnal Biomedik 4 (3):
Liu J, Xu M, Ding L, Zhang H, Pan L, 133-140.
Liu Q, et al. 2016. Prevalence of Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
hypertension and noise - induced Transmigrasi Republik Indonesia
hearing loss in Chinese coal Nomor PER.13/MEN/X/2011
miners. Journal of Thoracic Tentang Nilai Ambang Batas
Disease 8 (3): 422-429. Faktor Fisika dan Faktor Kimia di
Mahmood, R., Parveen, N., Jilani, G., Tempat Kerja
Rehman, J., Haq, A., & Haq, I. Recio, A., Linares, C., Banegas, J. r., &
2008. Cardiovascular Effects of Diaz, J. (2016). Road Traffic Noise
Short Termu Noise of A Constant Effects on Cardiovascular,
Frequency and Intensity. Journal Respiratory, and Metabolic Health:
Pak J Physiol 4 (2): 20-23. An Integrative Model of Biological
Mahmood, R., Parveen, N., Jillani, G., Mechanisms. Journal
Safi, A. J., Ihtesham-ul-Haq, Jamil- Environmental Research 146: 359-
ur-Rehman, et al. 2006. Effect of 370.
Noise on Heart Rate. Journal JPMI Sancini, A., Caciari, Rosati, Iannottone,
20 (1): 12-15. Massimi, Loreti, et al. 2014. Can
Meena. 2011. The Study of the Effect of Noise Cause High Blood Pressure?
Sounds of Constant Frequency and Occupational Risk in Paper
Varying Intensity Levels on Industry. Journal Clin Ter 165 (4):
Systolic Blood Pressure, Diastolic 304-311.
Blood Pressure and Heart Rate of Sherwood, L. 2013. Fisiologi Manusia
Healthy Individuals. Annals of Dari Sel ke Sistem (Introduction to
Faculty Engineering Hunedora- Human Physiology). Jakarta:
International Journal of Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Engineering 9 (3): 107-109. Shuchang Chen, Yawin Ni, Lei Zhang,
Münzel, T., Gori, T., Babisch, W., & Liya Kong, Luying Lu, Zhangping
Basner, M. 2014. Cardiovascular Yang, et al. 2017. Noise Exposure
Effects of Environmental Noise in Occupational Setting Associated
Exposure. European Heart with Elevated Blood Pressure in
Journal: 1-9. China. Journal BMC Publich
NIOSH. 2015. NIOSH. Centers for Health 17 (107): 1-7.
Disease Control and Prevention Silverthorn, D. U. 2014. Fisiologi
(CDC) (online) Manusia: Sebuah Pendekatan
http://www.cdc.gov/niosh/topics/no Terintegrasi (Human Physiology:
ise/stats.html diakses pada 9 An Integrated Approach). Jakarta:
September 2016 Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Singhal, S., Yadaf, B., Hashmi, S., & Biomedical Research 20 (2): 122-
Muzammil, M. 2009. Effects of 126.
Workplace Noise on Blood Siswati, & Adriyani, R. 2017. Hubungan
Pressure and Heart Rate. Pajanan Kebisingan dengan
Tekanan Darah dan Denyut Nadi
Pengaruh Intensitas Kebisingan Terhadap Tekanan Darah Dan Denyut Nadi… 11

pada Pekerja Industri Kemasan


Semen. Jurnal Kesehatan
Lingkungan Indonesia 16 (1): 29-
36.
Souza, T. C., Perisse, A. R., & Moura,
M. 2015. Noise Exposure and
Hypertension: Investigation of a
Silent Relationship. Journal
BioMed Central Public Health 15
(328): 1-9.
Timby, B. K. 2009. Fundamental
Nursing Skills and Concept.
Philadelphia: Lippincot Williams &
Wilkins.
Tim Tetap Penyusun Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah. 2010.
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Malang: UM Press
Zamanian, Z., Rostami, R., Hasanzadeh,
J., & Hashemi, H. 2013.
Investigation of the Effect of
Occupational Noise Exposure on
Blood Pressure and Heart Rate of
Steel Industry Workers. Journal of
Environmental and Public Health:
1-3.
Zijlema, W., Cai, Y., Doiron, D.,
Mbatchou , S., Fortier, I., Gulliver,
J., et al. 2016. Road Traffic Noise,
Blood Pressure and Heart Rate:
Pooled Analyses of Harmonized
Data From 88,336 Participants.
Environmental Research: 1-10

You might also like