You are on page 1of 9

JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 4, Nomor 2, Juli, Tahun 2007, Halaman 61

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


OCB PEGAWAI KONTRAK
(STUDI PADA PEGAWAI KONTRAK DI LINGKUNGAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG)

Arina Ratna Paramita, Mudji Rahardjo, Syuhada Sofian

Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro


Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone: +622476486851

ABSTRACT
Human resource is the spear from organizations. Without Human Resource, all of the organization
resources can’t process and developed to get profit, and it is happened on government organization
too. The government organization has Organizational Citizenship Behavior, who helped the
employee included the contract workers on their social working scope. Some factors that needed to
determine higher or lower the OCB’s level even contract or permanent workers it is loyalty, obesity
and their participation to the organization who covered them.
Loyalty, obesity and participation levels of contract workers on government sector is an
interesting case to research. This research want to analyze and examine influence factors to the
OCB’s contract workers in government organization, with working satisfaction and Organization
behavior as an independent variable and use Working Motivation as an intervening variable.
Sample of this research is a contract workers who working at Diponegoro University, Semarang.
Whereas, analysis technique on this research using SEM.
Based on the research results, that working satisfaction and organization behavior is
positively influential to the contract workers working motivation, whereas working motivation
factor with a significant too, that positively influential to the OCB’s contract working.

Keywords: working satisfaction, organization behavior, working motivation, contract workers

PENDAHULUAN kontrak dapat lebih menyatu dengan


lingkungan pekerjaannya. OCB sangat
Banyaknya pegawai kontrak di
dibutuhkan di organisasi seperti UNDIP,
UNDIP seperti yang terlihat pada tabel 1.1,
dimana pekerjaan utamanya adalah
merupakan salah satu merupakan fenomena
melakukan pelayanan dengan sukarela
tersendiri. Setiap tahun terdapat sejumlah
kepada mahasiswa sebagai konsumennya.
pegawai kontrak baru, yang terdaftar maupun
Beberapa aspek yang dibutuhkan dan
tidak. Hal ini membuat jumlah pegawai
sekaligus dapat menentukan tinggi rendahnya
kontrak di UNDIP semakin bertambah
kadar OCB para karyawan baik kontrak
banyak. Padahal, jumlah tersebut tidak
ataupun permanen adalah loyalitas,
berkurang setiap tahunnya, karena menunngu
kepatuhan dan partisipasi mereka terhadap
waktu pengangkatan sebagai pegawai tetap di
instansi pemerintah yang menaungi.
instansi pemerintah, memakan waktu yang
tidak sebentar. Melihat banyaknya pegawai kontrak
yang bertahan di UNDIP mungkin mereka
Jumlah pegawai kontrak yang
mempunyai ketiga yaitu Tingkat loyalitas,
semakin banyak tersebut, menimbulkan
kepatuhan dan partisipasi. Atau bisa
seujmlah permasalahan, salah satunya
diandaikan bahwa alasan mereka tetap
tentang kinerja mereka. Pada setiap
tinggal adalah karena merasakan kepuasan
organisasi, tidak terkecuali organisasi
kerja, menerima dan mengamalkan budaya
pemerintah terdapat OCB atau
organisasi serta mempunyai motivasi kerja
Organizational Citizenship Behavior yaitu
yang tinggi. Apabila hal tersebut yang terjadi
aturan tidak resmi yang bersifat sukarela.
pada pegawai kontrak UNDIP, maka dapat
Dengan adanya OCB diharapkan pegawai
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 4, Nomor 2, Juli, Tahun 2007, Halaman 62
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

diasumsikan bahwa mereka juga secara Kebanyakan pegawai cenderung


sukarela telah melakukan OCB di tempat lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan
kerja. Berdasarkan permasalahan yang yang memberi kesempatan mereka
disebutkan di atas, maka pertanyaan untuk dapat mengunakan
penelitian yang diajukan adalah : kemampuan dan keterampilannya,
kebebasan dan umpan balik berupa
1. Bagaimana pengaruh faktor kepuasan
pernyataan tentang betapa baik
kerja pegawai kontrak di instansi
mereka bekerja. Karakteristik seperti
pemerintahan terhadap motivasi kerja ?
ini membuat pekerjaan akan terasa
2. Bagaimana pengaruh budaya organisasi jauh lebih menantang. Pekerjaan
pemerintah terhadap motivasi kerja ? yang kurang menantang, akan lebih
3. Bagaimana pengaruh faktor motivasi cepat menimbulkan perasaan jenuh
kerja pegawai kontrak terhadap OCB ? dan bosan. Tetapi pekerjaan yang
sangat susah dilakukan dan terlalu
TINJAUAN PUSTAKA menantang justru akan menimbulkan
Kepuasan Kerja Pegawai dan Motivasi perasaan gagal dan frustasi.
Kerja 3. Rekan kerja
Mengacu pada pendapat Handoko Bagi kebanyakan pegawai, bekerja
(1992) bahwa dampak kepuasan kerja perlu juga menciptakan suatu kesempatan
dipantau dengan mengaitkannya dengan untuk berinteraksi dengan sesama
output yang dihasilkan, dan hal itu meliputi rekan lain dan melebarkan
faktor-faktor seperti produktifitas kerja lingkungan sosial. Bekerja juga
menurun, turnover meningkat dan efektifitas berarti pemenuhan kebutuhan
lainnya seperti menurunnya kesehatan fisik manusia akan interaksi sosial dengan
mental, berkurangnya kemampuan sesama. Sehingga tidaklah
mempelajari pekerjaan baru dan tingginya mengejutkan apabila lingkungan
tingkat kecelakaan. sosial di tempat kerja sangat
Menurut Luthans (1997: 431) ada kondusif, maka akan tercipta
lima indikator yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja yang tinggi.
kepuasan kerja karyawan, yaitu: 4. Promosi
1. Pembayaran, seperti gaji dan upah Promosi terjadi pada saat seorang
Semua pegawai, sekalipun itu yang karyawan berpindah ke posisi yang
berstatus kontrak, menginginkan lebih tinggi di organisasi tersebut,
sistem upah dan kebijakan promosi termasuk bertambahnya tingginya
yang dipersepsikan secara adil, tidak tanggung jawab dan jenjang
meragukan dan segaris dengan organisasionalnya. Hal ini juga yang
pengharapannya. Apabila gaji yang diinginkan para pegawai kontrak,
didasarkan pada tuntutan pekerjaan, termasuk peningkatan status mereka
tingkat keterampilan individu dan menjadi pegawai permanen. Pada
standar pengupahan komunitas, maka saat dipromosikan, umumnya
kemungkinan besar akan dihasilkan karyawan menghadapai tuntutan
kepuasan kerja. Namun seringkali peningkatan kemampuan dan
yang terjadi harapan tidak sesuai keahlian serta tanggung jawab.
dengan kenyataan, apalagi pada Sebagian besar pegawai sangat
mereka yang berstatus pegawai menantikan promosi dan merasa
kontrak dimana pembayaran yang sangat positif ketika
diberikan tidak termasuk di mendapatkannya. Promosi juga
dalamnya tunjangan-tunjangan, merupakan suatu sarana bagi
sehingga membuat mereka tidak organisasi untuk mendayagunakan
mapan dalam perekonomian. kemampuan dan juga keahlian
pegawainya setinggi mungkin.
2. Pekerjaan itu sendiri
5. Kepenyeliaan (supervisi)
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 4, Nomor 2, Juli, Tahun 2007, Halaman 63
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

Supervisi mempunyai peran yang lebih keras karena mengharapkan status


sangat penting bagi manajemn dan permanen tersebut.
para karyawan, hal ini dikarenakan
Tentu saja selain motivasi status
supervisi berhubungan dengan
permanen tersebut, bisa jadi kepuasan kerja
karyawan secara langsung dan dapat
juga menjadi motivator pada seorang
mempengaruhi mereka dalam
pegawai kontrak untuk bertahan pada
melakukan pekerjaannya. Pada
pekerjaannya. Hal ini sesuai dengan pendapat
umumnya karyawan lebih menyukai
Holland (1989) dan Huling (2000) yang
apabila mempunyai supervisi yang
dapat dilihat pada gambar 2.1. Pendapat
adil, terbuka dan mau berinteraksi
kedua peneliti tersebut juga dijadikan sebagai
dengan karyawan. Dengan supervisi
dasar hipotesis dalam penelitian ini, yaitu;
yang sesuai dengan kriteria
kebanyakan karyawan, maka peluang H1 : Kepuasan Kerja berpengaruh positif
untuk menciptakan kepuasan kerja terhadap Motivasi Kerja Pegawai Kontrak
akan lebih tinggi.
Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja
Jumlah pegawai kontrak yang ada di Pegawai Kontrak
instansi-instansi pemerintahan terus Menurut Robbins (2001), budaya
bertambah setiap tahunnya. Hal ini pasti akan
organisasi itu mengacu kepada suatu sistem
menimbulkan sebuah pertanyaan tentang makna bersama yang dianut oleh anggota-
motivasi banyak orang tersebut untuk anggotanya sehingga membedakan organisasi
menjadi pegawai kontrak. Apabila kita tersebut dari organisasi-organisasi lainnya.
berbicara tentang motivasi OCB pegawai Sistem makna yang dimaksudkan oleh
kontrak, menurut Perry (1996), hal tersebut Robbins tersebut, adalah merupakan
lebih mengacu kepada kecenderungan seperangkat karakteristik utama yang
individu untuk merespon motif yang terus
dihargai oleh organisasi itu. Karakteristik-
ada atau unik di dalam sebuah institusi karakteristik primer yang bersama-sama
publik. Diantara motif-motif tersebut juga mencakup hakikat dari budaya suatu
terdapat komitmen atas keinginan masyarakat
organisasi itu antara lain:
dan untuk melakukan pekerjaan bagi
masyarakat. Lebih luas lagi, pemaparan 1. Inovasi dan Pengambilan Resiko
tersebut merepresentasikan perhatian yang Sejauh mana para karyawan
lebih pada penghargan intrinsik dibandingkan didorong untuk inovatif dan
kepada penghargaan yang bersifat ekstrinsik. mengambil resiko
Tetapi tentu saja hal tersebut malah 2. Perhatian ke rincian
menimbulkan pertanyaan baru tentang
kesungguhan motivasi pegawai kontrak Sejauh mana para karyawan
tersebut. Pada dasarnya untuk memotivasi diharapkan memperlihatkan presisi
pegawai kontrak (apalagi yang bekerja di (kecermatan), analisis dan perhatian
instansi pemerintahan dimana identik dengan kepada rincian
gaji kecil) untuk tetap bertahan di suatu 3. Orientasi Hasil
instansi dengan kondisi apa adanya akan
sangat sulit. Belum lagi adanya anggapan Sejauh mana manajemen
bahwa mereka menjadi pegawai kontrak memusatkan perhatian pada hasil
karena terpaksa daripada menganggur. bukannya pada teknik dan proses
Apakah yang memotivasi seseorang untuk yang digunakan untuk mencapai
menjadi pegawai kontrak di instansi hasil tersebut
pemerintah? Jawaban sederhananya mungkin 4. Orientasi Orang
adalah iming-iming untuk menjadi pegawai
tetap atau kemungkinan mereka merasakan Sejauh mana keputusan manajemen
kepuasan kerja. Dalam kasus seperti ini memperhitungkan efek hasil-hasil
dimana pegawai negeri sipil banyak yang pada orang-orang di dalam organisasi
dipilih dari kumpulan pegawai-pegawai itu
dengan status kontrak. Oleh karena itu sering
pegawai-pegawai kontrak bekerja dengan
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 4, Nomor 2, Juli, Tahun 2007, Halaman 64
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

5. Orientasi Tim dapat memberikan suatu stabilitas pada


sebuah organisasi (Robbins, 2001).
Sejauh mana kegiatan kerja
diorganisasikan di sekitar tim-tim, Budaya organisasi yang kuat juga
bukannya individu-individu mempunyai dampak yang besar pada perilaku
para anggota organisasi tersebut. Pada suatu
6. Keagresifan
budaya organisasi yang dianggap kuat, maka
Sejauh mana orang-orang itu agresif nilai inti organisasi tersebut akan dipegang
dan kompetitif dan bukannya santai- teguh dan dianut oleh seluruh pegawai.
santai Apabila semakin banyak anggota-anggota
7. Kemantapan yang memegang teguh inti organisasi
tersebut, maka akan semakin kuat pulalah
Sejauh mana kegiatan organisasi budaya organisasi tersebut.
menekankan dipertahankannya status
quo daripada pertumbuhan Sebaliknya, suatu budaya yang telah
kuat mengakar maka akan semakin
Karakteristik budaya organisasi yang berpengaruh pula kepada anggota organisasi
dikemukakan oleh Robbins hampir sama tersebut. Hal ini diakibatkan tingginya
dengan hasil riset yang dilakukan oleh tingkat kebersamaan dan intensitas sehingga
Hofstede, Geert, Michael Harris Bond dan menciptakan suatu iklim internal dari kendali
Chung-Leung Luk pada tahun 1993 (Fuad perilaku yang tinggi,
Mas’ud, 2004: 121). Mereka ini juga
mengemukakan enam karakteristik dari Satu hal yang jelas terjadi akibat dari
budaya organisasi yang juga dipergunakan budaya yang kuat dalam suatu organisasi
untuk mengukur variabel budaya organisasi. adalah menurunnya tingkat keluarnya
Keenam indikator tersebut adalah: pegawai. Kualitas budaya organisasi yang
tinggi akan mengurangi kecenderungan
1. Profesionalisme seorang pegawai untuk meninggalkan
2. Jarak dari manajemen pekerjaannya dan beralih ke pekerjaan lain.
Suatu budaya organisasi yang kuat
3. Percaya pada rekan sekerja memperlihatkan kesepakatan yang tinggi
4. Keteraturan diantara anggota-anggotanya, mengenai hal
apa yang dipertahankan oleh organisasinya.
5. Permusuhan Keteguhan dan persatuan semacam itulah
6. Integrasi yang akan dapat membina kekohesifan,
kesetiaan dan pada akhirnya akan menjaga
Budaya organisasi melakukan komitmen terhadap organisasinya.
beberapa fungsi untuk mengatasi
permasalahan anggota-anggotanya dalam hal Pada instansi pemerintahan, turnover
beradaptasi dengan lingkungan eksternalnya. pegawai bisa dibilang sangat langka, yang
Hal itu dilakukan dengan cara memperkuat ada hanyalah pertambahan pegawai sehingga
pemahaman anggota organisasi, kemampuan digunakan sistem kontrak untuk mengatasi
untuk merealisasi terhadap misi, strategi, banyaknya budget yang harus dikeluarkan
tujuan, cara, ukuran dan evaluasi. Selain itu, pemerintah untuk membayar gaji karyawan.
budaya organisasi juga dapat berfungsi untuk Sangat sedikit pegawai pemerintahan yang
mengatasi berbagai masalah integrasi meninggalkan pekerjaannya untuk beralih ke
internal, dengan cara meningkatkan pekerjaan lain, bahkan bisa dibilang tidak
pemahaman dan kemampuan anggota- ada. Pegawai yang meninggalkan
anggota organisasi berbahasa, pekerjaannya biasanya karena sudah purna
berkomunikasi, kesepakatan atau konsensus tugas atau telah memasuki masa pensiun.
internal, kekuasaan dan aturannya, hubungan Fenomena yang ada justru makin
anggota organisasi (karyawan), juga imbalan bertambahnya peminat calon pegawai negeri
dan sangsi (Schein, 1991). sipil. Apakah benar realita yang terjadi dalam
instansi-instansi pemerintahan ini disebabkan
Suatu budaya organisasi yang kuat oleh adanya budaya organisasi yang kuat.
memberikan kepada para karyawan suatu
pemahaman yang jelas tentang ’cara suatu Banyaknya opini di masyarakat yang
urusan diselesaikan di sekitar sini’. Budaya mengatakan buruknya etos kerja dan suasana
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 4, Nomor 2, Juli, Tahun 2007, Halaman 65
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

kerja yang cenderung santai di lingkungan kontribusinya selalu dijadikan sebagai tolok
organisasi pemerintahan, malah menjadi daya ukur perasaan kepuasan atau tidaknya
tarik tersendiri. Bagaimana tidak memperoleh seseorang dalam menjalankan tugas dan
pendapatan tanpa perlu berusaha keras dan pekerjaannya. Demikian pula dalam
berkompetisi tidak dipungkiri lagi membuat pemberian compensation dampak berdampak
pekerjaan di instansi pemerintah menjadi negatif apabila dalam pelaksanaannya tidak
incaran. adil dan tidak layak yang pada akhirnya
menimbulkan ketidak puasan. Besar kecilnya
Demikian juga dengan para pegawai
compensation yang diberikan kepada
kontrak yang bekerja di instansi-instansi
karyawan seharusnya tergantung kepada
pemerintah. Jumlah tenaga kontrak di
besar kecilnya power of contribution and
instansi-instansi pemerintah relatif banyak.
thinking yang disampaikan oleh pekerja
Sedangkan mereka-mereka yang sudah lama
kepada perusahaannya. Sehubungan dengan
bekerja sebagai pegawai kontrak juga tidak
hal tersebut mengingat pemberian
pernah berhenti berharap untuk segera
compensation harus adil tentunya harus ada
diangkat menjadi pegawai tetap pada akhir
ukuran yang jelas dan transparan berdasarkan
masa kontraknya. Apakah motivasi tinggi
output-nya (prestasi yang dicapai).
para pegawai kontrak untuk bertahan di
instansinya disebabkan budaya organisasi Kebutuhan manusia sendiri adalah
yang kuat? merupakan salah satu faktor penentu tingkat
motivasi pegawai seperti apa yang
Fenomena tersebut sesuai dengan
dikemukakan oleh Frederick Herzberg dalam
penelitian yang pernah dilakukan oleh
Two Factors Motivation Theory (Malayu S.P
Kosmono H. Teman (2005) dan dapat dilihat
Hasibuan,2007:157). Menurut pendapat
pada gambar 2.2 di bawah ini. Selain itu
Herzberg, orang menginginkan dua macam
pendapat tersebut juga akan menjadi dasar
factor kebutuhan, yaitu:
salah satu hipotesis dalam penelitian ini,
yaitu: 1. Kebutuhan akan kesehatan atau
kebutuhan pemeliharaan
H2: Budaya Organisasi pegawai kontrak
(Maintenance factors).
berpengaruh positif terhadap Komitmen
Organisasi Kebutuhan ini berhubungan dengan
hakikat manusia yang ingin
Motivasi Kerja dan OCB Pegawai
memperoleh ketenteraman dan
Kontrak
kesehatan badaniah.
Motivasi seorang pekerja untuk
Kebutuhan kesehatan merupakan
bekerja merupakan hal yang sangat kompleks
kebutuhan yang berlangsung terus
karena melibatkan faktor-faktor individual
menerus, karena kebutuhan ini akan
dan oraganisasional. Faktor individual
kembalai kepada titik nol setelah
meliputi kebutuhan (needs), tujuan (goals)
dipenuhi. Misalnya; orang lapar akan
dan kemampuan (abilities). Sedangkan yang
makan, kemudian lapar lagi, lalu
termasuk pada faktor organisasional meliputi
makan, dan seterusnya.
pembayaran atau gaji (pay), keamanan (job
security), rekan kerja (co-workers), Faktor-faktor pemeliharaan meliputi
pengawasan (supervision), pujian (praise) balas jasa, kondisi kerja fisik,
dan pekerjaan itu sendiri (job) (Gomes, kepastian pekerjaan, supervisi yang
1995). menyenangkan, mobil dinas, rumah
dinas dan macam-macam tunjangan
Motivation, Satisfaction and
lain. Hilangnya faktor pemeliharaan
performance seem clearly related (Hughes
dapat menyebabkan timbulnya
et.al; 1999). Pada umumnya pada diri
ketidakpuasan (dissatisfiers = faktor
seorang pekerja ada dua hal penting yang
higienis) dan tingkat absensi serta
dapat memberikan motivasi atau dorongan
turnover karyawan akan meningkat.
yaitu masalah compensation dan expectancy.
Faktor-faktor pemeliharaan perlu
Khususnya masalah compensation sebagai
mendapat perhatian yang wajar dari
imbalan jasa dari perusahaan kepada
pimpinan, agar kepuasan dan
karyawan yang telah memberikan
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 4, Nomor 2, Juli, Tahun 2007, Halaman 66
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

kegairahan bekerja bawahan dapat 3. Hubungan Ganjaran – Tujuan Pribadi


ditingkatkan.
Derajat sejauh mana ganjaran-ganjaran
2. Faktor pemeliharaan menyangkut organisasional memenuhi tujuan atau
kebutuhan psikologis seseorang. kebutuhan pribadi seorang individu dan
potensi daya tarik ganjaran tersebut
Kebutuhan ini meliputi serangkaian
untuk individu yang bersangkutan.
kondisi intrinsik, kepuasan pekerjaan
(job content) yang apabila terdapat Berdasarkan asumsi Teori Harapan
dalam pekerjaan akan menggerakkan maka akan terlihat jelas mengapa banyak
tingkat motivasi yang kuat, yang sekali pegawai yang tidak termotivasi pada
dapat menghasilkan tingkat prestasi pekerjaannya tetapi tetap bekerja di
yang baik. organisasi tersebut dengan melakukan
tindakan yang minimum semata-mata hanya
Jika kondisi ini tidak ada, tidak akan
untuk menyelamatkan dirinya. Kondisi
menimbulkan rasa ketidak puasan
seperti ini banyak ditemui dalam organisasi
yang berlebihan. Serangkaian faktor
pemerintahan.
ini dinamakan satisfiers atau
motivators yang meliputi: Masih seperti yang diutarakan oleh
Teori Harapan bahwa harapan yang dibawa
a. Prestasi (achievement)
seorang pegawai ketika memasuki suatu
b. Pengakuan (recognition) organisasi termasuk didalamnya adalah
c. Pekerjaan itu sendiri (the reward harapan. Reward nyata yang diterima
work it self) seorang pegawai, biasanya berupa apa yang
diperolehnya dari pekerjaannya, seperti gaji,
d. Tanggung jawab keamanan kerja, promosi, pujian, kedudukan,
(responsibility) pengakuan dan penghargaan. Apa yang
e. Kemajuan (advancement) diberikan oleh organisasi sebagai balas jasa
atas tenaga pegawai ini biasanya disebut
f. Pengembangan potensi dengan outcomes. Sepanjang outcomes yang
individu (the possibility of diterima oleh pegawai sesuai dengan input
growth) dan kualifikasinya, maka individu tersebut
Victor Vroom dalam Teori Harapan tidak akan terganggu dengan apa yang
(Robbins, 2001) mengatakan bahwa kekuatan diterima oleh pegawai lain dan juga tidak
dari suatu kecenderungan untuk bertindak akan tergoda dengan pekerjaan atau
dengan suatu cara tertentu bergantung pada organisasi lain.
kekuatan dari suatu pengharapan bahwa OCB atau Organizational Citizenship
tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran Behavior atau peraturan ‘ekstra’ yang tidak
tertentu dan pada daya tarik dari keluaran dapat dijelaskan secara formal, tetapi ada dan
tersebut individu yang bersangkutan. Teori berakar dalam suatu organisasi. Schnake
Harapan terfokus pada tiga hubungan, yaitu: (1991) mendefinisikan OCB sebagai
1. Hubungan Upaya - Kinerja kecenderungan kepada fungsional, peraturan
ekstra, kehidupan pro-sosial, dan diarahkan
Probabilitas yang dipersepsikan yang untuk dilakukan oleh setiap individu,
dikeluarkan oleh individu yang kelompok yang berada di dalam organisasi
mengeluarkan sejumlah upaya tertentu tersebut.
itu akan mendorong kinerja
Tetapi dalam kehidupan
2. Hubungan Kinerja – Ganjaran berorganisasi, OCB yang didefinisikan
Derajat sejauh mana individu itu sebagai bersifat pro-sosial sangat membantu
meyakini bahwa berkinerja pada statu para pegawai baru, tetapi tidak termasuk di
tingkat tertentu akan mendorong dalamnya tentang deskipsi formal pekerjaan
tercapainya suatu keluaran yang mereka, tetapi lebih kepada membantu
diinginkan seorang asisten dengan pekerjaannya,
membantu mengerjakan tugas baru,
membantu melakukan pekerjaan yang
nantinya hanya mengangkat nama kelompok
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 4, Nomor 2, Juli, Tahun 2007, Halaman 67
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

bukan individu dan pengenalan terhadap arah. Dan hal itu termasuk untuk menerima
pegawai baru. dan menjadikan OCB yang berlaku sebagai
pedoman dalam kehidupan sosial mereka di
OCB membantu mengubah suasana
instansi tersebut.
organisasi yang formal menjadi sedikit santai
dan penuh dengan kerjasama. Diharapkan Pemaparan diatas tentu saja
dengan suasana yang seperti itu maka menimbulkan suatu pertanyaan bagaimana
ketegangan di antara para pegawai dapat motivasi kerja juga berperan dalam OCB
dikurangi dan karena suasana yang pegawai kontrak? Penelitian serupa pernah
mendukung diharapkan produktivitas dilakukan oleh Adam G. Alotaibi (2001),
pegawai meningkat, sehingga akan tercapai William & Anderson (1991), Nystrom (1993)
keefektifan dengan keefisienan. Hal ini juga dan dapat dilihat pada gambar 2.3. Hasil dari
dibenarkan oleh Smith (1983) yang ketiga penelitian itulah yang dijadikan
mengungkapkan bahwa OCB dapat sebagai dasar salah satu hipotesis pada
melicinkan dan melancarkan kehidupan penelitian ini, yaitu:
sosial dalam suatu organisasi.
H3: Motivasi Kerja berpengaruh positif
Secara gamblang OCB digambarkan terhadap OCB’s Pegawai Kontrak
sebagai sesuatu yang bermanfaat untuk
KESIMPULAN
pegawai dalam kehidupan berorganisasi.
Tetapi apakah OCB juga memjpunyai Kesimpulan Hipotesis 1
kegunaan bagi mereka-mereka yang Hipotesis 1 menyatakan bahwa kepuasan
tergolong dalam pegawai kontrak? Secara
kerja berpengaruh positif terhadap motivasi
luas diketahui bahwa pegawai kontrak pegawai kontrak di Undip Semarang. Hasil
menerima hak-hak yang tidak sama dengan SEM diperoleh nilai C.R. sebesar 5,321,
para pegawai tetap. Satu hal yang mungkin berarti nilai tersebut jauh diatas 2,00,
sama antara pegawai tetap dan pegawai
sehingga hipotesis nol dapat ditolak dan
kontrak adalah komitmen mereka terhadap menerima hipotesis alternatif (Ha1) yang
organisasi. menyatakan bahwa kepuasan kerja
Seseorang yang mau bekerja di berpengaruh positif terhadap motivasi
instansi pemerintahan pastilah mempunyai pegawai kontrak dapat diterima. Melihat nilai
perasaan bangga, karena bisa berada di estimate yang bernilai positif dapat diartikan
dalamnya apalagi dengan pesaing yang bahwa pengaruh kepuasan kerja terhadap
jumlahnya ribuan di seluruh negeri. Oleh motivasi adalah positif positif artinya
karena itu, walaupun hanya berstatus sebagai semakin baik kepuasna kerja pegawai
pegawai kontrak pastilah suatu saat nanti kontrak maka semakin tinggi motivasi kerja
akan menjadi pegawai tetap. Dengan pegawai tersebut.
kesetiaan menunggu saat pengangkatan tanpa
Kesimpulan Hipotesis 2
tergoda dengan pekerjaan atau organisasi
lain, maka bisa disimpulkan mereka Hipotesis 2 menyatakan bahwa budaya
mempunyai motivasi kerja yang tinggi. Hal organisasi berpengaruh positif terhadap
itu dapat terjadi karena untuk mengambil motivasi pegawai kontrak di Undip
keputusan tetap berada pada level yang Semarang. Hasil SEM diperoleh nilai C.R.
rendah dan penuh ketidak pastian bukanlah sebesar 4,069, berarti nilai tersebut jauh
sesuatu yang mudah. diatas 2,00, sehingga hipotesis nol dapat
ditolak dan menerima hipotesis alternatif
Definisi pegawai kontrak salah (Ha2) yang menyatakan bahwa budaya
satunya diungkapkan oleh Polivka dan
organisasi berpengaruh positif terhadap
Nardone (1998) yang menyebutkan bahwa motivasi pegawai kontrak dapat diterima.
mereka itu adalah individu yang dipekerjakan Melihat nilai estimate yang bernilai positif
secara eksplisit ataupun implisit dengan dapat diartikan bahwa pengaruh budaya
jangka waktu yang telah ditentukan, dengan organisasi terhadap motivasi adalah positif
jam kerja minimum dan tidak sistematik. positif artinya semakin baik budaya
Maka pada dasarnya pekerja kontrak hanya organisasi maka semakin tinggi motivasi
mengerjakan apa yang diperintahkan oleh
kerja pegawai tersebut.
atasan dan dengan sistem kerja yang satu
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 4, Nomor 2, Juli, Tahun 2007, Halaman 68
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

Kesimpulan Hipotesis 3 Adanya pengaruh budaya organisasi terhadap


motivasi pegawai menekankan bahwa adanya
Hipotesis 3 menyatakan bahwa motivasi
budaya kerja yang kondusif menandakan
berpengaruh positif terhadap OCB pegawai
bahwa suasana kerja yang tercipta menjadi
kontrak di Undip Semarang. Hasil SEM
lebih harmonis baik kaitannya dengan rekan
diperoleh nilai C.R. sebesar 6,158, berarti
kerja maupun dengan atasan. Adanya suasana
nilai tersebut jauh diatas 2,00, sehingga
kerja yang harmonis secara langsung dapat
hipotesis nol dapat ditolak dan menerima
menumbuhkan kepercayaan pada diri
hipotesis alternatif (Ha3) yang menyatakan
peagwai untuk memberikan hasil kerja yang
bahwa motivasi berpengaruh positif terhadap
optimal. Selain itu juga adanya budaya kerja
OCB pegawai kontrak dapat diterima.
yang kondusif merupakan harapan setiap
Melihat nilai estimate yang bernilai positif
pegawai sehingga mereka merasa nyaman
dapat diartikan bahwa pengaruh motivasi
dan aman dalam menjalankan tugasnya
terhadap OCB pegawai kontrak adalah positif
sehari-hari. Kaitannya dengan motivasi kerja,
positif artinya semakin tinggi motivasi kerja
adanya budaya kerja yang baik menuntut
pegawai kontrak maka semakin tinggi OCB
adanya peningkatan kinerja organisasi
pegawai tersebut.
sehingga sangat mendukung menuntut
Secara keseluruhan dismpulkan bahwa adanya motivasi yang tinggi dari setiap
seluruh hipotesis yang diajukan dalam pegawai dalam menyelesaikan setiap
penelitian ini dapat diterima. Adanya pekerjaan agar organisasi menjadi lebih baik
pengaruh kepuasan kerja dan budaya dari kondisi sebelumnya.
organisasi berpengaruh terhadap motivasi
OCB membantu mengubah suasana
kerja pegawai kontrak. Demikian juga halnya
organisasi yang formal menjadi sedikit santai
motivasi kerja yang berpengaruh terhadap
dan penuh dengan kerjasama. Diharapkan
OCB pegawai kontrak, menandakan bahwa
dengan suasana yang seperti itu maka
pegawai kontrak di UNDIP sangat
ketegangan di antara para pegawai dapat
memperhatikan faktor-faktor kepuasan kerja,
dikurangi dan karena suasana yang
budaya organisasi dan motivasi dalam
mendukung diharapkan produktivitas
meningkatkan OCBnya.
pegawai meningkat, sehingga akan tercapai
Berdasarkan model teoritis yang diajukan keefektifan dengan keefisienan.
dalam penelitian ini, pengujian secara
OCB digambarkan sebagai sesuatu
empiris dengan menggunakan penganalisaan
yang bermanfaat untuk pegawai dalam
Structural Equation Model (SEM) maka
kehidupan berorganisasi. Secara luas
hasilnya menunjukkan bahwa kepuasan kerja
diketahui bahwa pegawai kontrak menerima
dan budaya organisasi berpengaruh positif
hak-hak yang tidak sama dengan para
terhadap motivasi pegawai kontrak.
pegawai tetap. Satu hal yang mungkin sama
Demikian pula halnya motivasi pegawai
antara pegawai tetap dan pegawai kontrak
kontrak berpengaruh positif terhadap OCB
adalah komitmen mereka terhadap organisasi.
pegawai kontrak.
DAFTAR PUSTAKA
Hasil penelitian ini menekankan bahwa
tingkat kepuasan kerja yang terjadi pada Aloitabi, Adam.G; Antecedents of
pegawai kontrak dapat meningkatkan Organizational Citizenship Behavior:
motivasi pegawai tersebut. Pegawai yang A Study of Public Personel in
telah merasa puas atas pekerjaan, gaji Kuwait; Public Personnel
maupun suasana kerja dapat mendorong Management Vol 30, No. 3; Fall:
pegawai tersebut untuk menyelesaikan setiap 2110
pekerjaan dengan baik dan cepat. Pada
Buchari Zainun; Administrasi dan
kondisi sehari-hari, setiap pegawai kontrak
Manajemen: Sumber Daya
yang memiliki kepuasan kerja akan merasa
Manusia Pemerintah Negara
dihargai oleh instansi sehingga pegawai
Indonesia; Januari 2004: Jakarta:
tersebut memiliki dorongan untuk
Ghalia Indonesia
menyelesaikan setiap pekerjaannya sebagai
imbalan atas perhatian yang diberikan oleh Eddy. M.Susanto; Hubungan antara
instansi. Temperamen Karyawan, Pemberian
JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 4, Nomor 2, Juli, Tahun 2007, Halaman 69
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/smo

Kompensasi dan Jenjang Karier yang Motivation and Job Satisfaction;


tersedia terhadap Prestasi Kerja Journal of Organizational
Karyawan; Jurnal Manajemen dan Behavior; 1999: 20, 1003- 1025
Kewirausahaan, vol.5, No.1; Maret
Luthans, Fred; Organizational Behavior.
2003: 42 – 55
Third Edition; The Mc.Graw-Hill
Faustino Cardoso Gomes; Manajemen Companies Inc; New York: 1997
Sumber Daya Manusia; Penerbit
Malhotra, Neeru and Mukherjee, Avinandan;
ANDI; Yogyakarta: 2003
The Relative Influence of
Feather, NT and Rauter, Katrin A; Organizational Commitment and Job
Organizational Citizenship Behaviors Satisfaction on Service Quality of
in Relation in Job Status, Job Customer-Contact Employees in
Insecurity, Organizational Banking Call Centres; The Journal
Commitment and Identification, Job of Services Marketing: Vol.18
Satisfaction and Work Values; No.3; 2004: 162 - 174
Journal of Occupational and
McKinnon, Jill.L; Harrison, Graeme.L;
Organizational Psychology; 2004:
Chow, Chee.W and Wu, Anne;
77, 81 – 94
Organizational Culture: Association
Fuad Mas’ud; Survai Diagnosis with Commitment, Job Satisfaction,
Organisasional: Konsep dan Propensity to Remain. And
Aplikasi; Badan Penerbit Universitas Information Sharing in Taiwan;
Diponegoro; Semarang: 2004 International Journal of Business
Studies Vol.11. No.1; June; 2003: 25
H. Malayu SP Hasibuan; Manajemen
– 44
Sumber Daya Manusia. Edisi
Revisi; Bumi Aksara; Jakarta: 2007 Robbins, Stephen.P; Perilaku Organisasi;
Edisi Kesepuluh; PT. Indeks
H. Teman Koesmono; Pengaruh Budaya
Kelompok Gramedia; Jakarta: 2006
Organisasi terhadap Motivasi dan
Kepuasan Kerja serta Kinerja S. Pantja Djati dan M. Khusaini; Kajian
Karyawan pada Sub Sektor Industri terhadap Kepuasan Kompensasi,
Pengolahan Kayu Skala Menengah di Komitmen Organisasi dan Prestasi
Jawa Timur; Jurnal Manajemen Kerja; Jurnal Manajemen dan
dan Kewirausahaan Vol. 7 No. 2; Kewirausahaan; vol.5, No.1; Maret
September 2005: 171 – 188 2003: 25-41
Houston, David.J; Public Service Motivation: Sekaran, Uma; Research Methods For
A Multivariate-Test; Journal of Business. 4th Edition; Jhon Wiley
Public Administration Research and Sons Inc; New York: 2003
and Theory; October: 2000
Soedjono; Pengaruh Budaya Organisasi dan
Husein Umar; Strategic Management in Kepuasan Kerja Karyawan pada
Action; PT. Gramedia Pustaka Terminal Penumpang Umum di
Utama; Jakarta: 2003 Surabaya; Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, vol.7, No.1; Maret
Igalens, Jacques and Roussel, Patrice; A
2005: 22-47
Study of the Relationships between
Compensation Package, Work

You might also like