Professional Documents
Culture Documents
ZIRAA’AH, Volume 43 Nomor 2, Juni 2018 Halaman 141-148 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545
(Growth Regulator Formulation with Subculture Time Interval on Initiation and Multiplication
of Talas Banana (Musa paradisiaca var sapientum L) as Invitro)
ABSTRACT
Talas banana (Musa paradisiaca var sapientum L) is one type of typical bananas in South
Kalimantan that has a bright prospect in the future. The plant propagation of talas banana is slower
than the other types of bananas. Therefore, it is necessary to use the fast and efficient propagating
method, namely by the tissue culture. The growing media used in the banana plant propagation
through in vitro culture were Murashige and Skoog media. The propagation of talas banana through
in vitro culture used the plant growth regulators of cytokinin, namely BAP, Thidiazuron, and
coconut water. The objectives of the research were 1) to find out the PGR formulations in the
media of MS and ½ MS with the subculture time interval for optimization of culture products on
the initiation and multiplication of the Talas banana’s shoot and root formation called plantlet
(Musa paradisiaca var sapientum L). 2) to determine the methods/techniques of in vitro
propagation (optimization of each PGR formula on the media of MS and ½ MS with each time
interval of Talas banana subculture, the highest number of roots in the treatment of MS + BAP 0.5
mg L-1 while the highest percentage of contamination in MS medium + BAP 0.5 mg L-1.
5. Dilakukan pengamatan jumlah tunas, sudah ada calon mata tunas yang dapat
jumlah akar dan persentasi kontaminasi. tumbuh sebagai bibit dengan ciri bentuknya
bulat, warnanya lebih bening dari daging
HASIL DAN PEMBAHASAN bonggol (Liana, 2007). Sejalan dengan
Dari hasil analisis ragam peubah penelitian Rodinah dkk (2012), ternyata
jumlah tunas dan jumlah akar pada perlakuan perlakuan beberapa macam media pada
formulasi media dengan subkultur pada 4 eksplan pisang talas juga tidak menunjukkan
minggu setelah tanam (mst), 8 mst dan 12 mst pengaruh nyata pada peubah jumlah tunas.
tidak berpengaruh nyata, sehingga pada Berdasarkan pengamatan jumlah
peubah tersebut ditampilkan dengan gambar. tunas yang terbentuk pada eksplan pisang
Dengan tidak adanya pengaruh talas pada media dan subkultur yang berbeda
jumlah tunas pada perlakuan beberapa yakni pada media Z1 = MS; Z2 = MS + BAP
formulasi media dengan interval subkultur 0,5 mg L-1; Z3 = MS + Thidiozuron 0,04 mg
pada eksplan pisang talas, hal ini disebabkan L-1; Z4 = MS + Thidiozuron 1,5 mg L-1 + BAP
oleh faktor genetik yang digunakan sebagai 1,0 mg L-1; Z5 = ½ MS + Thidiozuron 1,5 mg
bahan eksplan, jadi faktor endogen paling L-1 + BAP 1,0 mg L-1; Z6 = ½ MS + Vitamin
utama yang mempengaruhi perkembangan (Myo Inositol 1 ppm, Thiamin 0,4 ppm,
jaringan eksplan. Pembentukan tunas juga piridoksin 4 ppm, Ascorbic Acid 15 ppm) + 5
disebabkan karena eksplan yang digunakan ppm BAP + 100 ml air kelapa dengan
adalah bonggol pisang, dimana pada bonggol subkultur 4 minggu setelah tanam (mst), 8
mst dan 12 mst dapat dilihat pada Gambar 1.
MS
4.5
MS + BAP 0,5 mg/l
4
MS + TDZ 0,04 mg/l
3.5
MS + TDZ 1,5 mg/l + BAP 1,0 mg/l
3
jumlah tunas
1.5
0.5
0
1 mss 2 mss 3 mss 4 mss 5 mss 1 mss 2 mss 3 mss 4 mss 5 mss 1 mss 2 mss 3 mss 4 mss 5 mss
sub kultur 4 m sub kultur 8 m sub kultur 12 m
media MS + BAP 0,5 mg L-1 rata-rata ini sesuai dengan Kasutjianingati dkk (2011),
sebanyak 3,8 buah tunas. Menurut Bhojwani bahwa jumlah tunas besar yang tertinggi pada
dan Razdan (1983), sitokinin (BAP) sangat media MS tanpa zat pengatur tumbuh.
efektif dalam merangsang terbentuknya Diduga bahwa sitokinin secara endogen
tunas. Berarti pada penelitian ini eksplan dalam ekplan pisang talas sudah mampu
bonggol pisang talas yang ditanam pada untuk menghasilkan tunas baru. Dari hasil
media MS + BAP 0,5 mg/l pada subkultur 3 pengamatan jumlah tunas pada subkultur 12
mss, mampu menghasilkan tunas yang cukup mst cenderung memperoleh jumlah tunas
banyak. Hasil penelitian ini sejalan dengan hampir sama yakni sekitar 1-3 buah tunas
penelitian Rodinah, dkk (2012), bahwa pada masing-masing media.
perlakuan MS + BAP 0,5 mg L-1 memperoleh Berdasarkan pengamatan jumlah
jumlah tunas sebanyak 1-5 buah tunas. tunas pada media dan subkultur yang
Sedangkan jumlah tunas yang tertinggi pada berbeda dari eksplan pisang talas diamati
subkultur 8 mst diperoleh pada media MS mulai minggu ke-1 sampai ke-5 ditampilkan
yakni pada pengamatan 2 mss dan 5 mss, pada Gambar 2.
sebanyak 4-4,13 buah tunas. Hasil penelitian
1.4
z1s1
1.2
z2s1
1
z3s1
0.8 z4s1
0.6 z5s1
z6s1
0.4
z1s2
0.2 z2s2
0 z3s2
tunas 1 mss tunas 2 mss tunas 3 mss tunas 4 mss tunas 5 mss
Gambar 2. Jumlah tunas pada media dan sub kultur yang berbeda
Berdasarkan hasil jumlah tunas pada tunas pada subkultur 8 mst. Rendahnya
beberapa formulasi media dengan subkultur jumlah tunas yang terbentuk hal ini
4, 8 dan 12 mst, ternyata pada minggu ke-2 disebabkan oleh faktor genetik. Seperti hasil
sudah mulai terbentuk tunas pada berbagai penelitian Aspariah (2007) bahwa jumlah
formulasi media, demikian seterusnya anakan di lapangan terbentuk hanya 5-7 buah
sampai pengamatan pada minggu ke-5 tunas per tahun.
bertambah banyak. Pada minggu ke-4 dan ke- Berdasarkan pengamatan jumlah
5 jumlah tunas yang tertinggi diperoleh pada tunas yang terbentuk setelah subkultur yang
media Z1S2 (MS dengan subkultur 8 mst) berbeda dari eksplan pisang talas diamati
Berarti media Z1S2 mampu untuk mulai minggu ke-2 sampai ke-5 disajikan
membentuk tunas dengan kisaran 1-8 buah pada Gambar 3.
145
ZIRAA’AH, Volume 43 Nomor 2, Juni 2018 Halaman 141-148 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545
0.7
0.6
sub kultur (4 msp)
0.5 sub kultur (8 msp)
0.3
0.2
0.1
0
2 mst 3 mst 4 mst 5 mst
waktu pengamatan setelah sub kultur
3.5
z1s1
3
z2s1
2.5 z3s1
2 z4s1
1.5 z5s1
z6s1
1
z1s2
0.5
z2s2
0 z3s2
akar 1 mss akar 2 mss akar 3 mss akar 4 mss akar 5 mss
Dari hasil jumlah akar pada beberapa media Z2S1 (Z2 = MS + BAP 0,5 mg L-1 pada
formulasi media dengan subkultur pada 4 subkultur 4 mst), dengan rata-rata 3 buah.
mst, 8 mst dan 12 mst, ternyata mulai minggu Berdasarkan hasil analisis ragam
ke-2 mulai terbentuk akar pada berbagai persentasi kontaminasi ekpslan pada umur 3
media terutama pada media Z2 (MS + BAP mss dan 4 mss ternyata berpengaruh nyata.
0,5 mg L-1), demikian seterusnya sampai Dari hasil uji beda nilai tengah persentasi
pengamatan pada minggu ke-5 akar kontaminasi pada 3 mss dan 4 mss dapat
bertambah banyak. Pada minggu ke-5 jumlah dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
akar yang paling banyak diperoleh pada
Pada tabel 1 tersebut di atas diperoleh ataupun bakteri, sedangkan pengaruh zat
persentasi kontaminasi yang tertinggi pengatur tumbuh sebenarnya tidak ada
diperoleh pada perlakuan Z2 (MS + BAP 0,5 kaitannya dengan persentasi kontaminasi
mg L-1 ) yakni sebesar 41,60 % dan tidak yang terjadi pada eksplan, karena hal ini
berbeda dengan perlakuan media Z6 (½ MS dipengaruhi oleh keadaan eksplan dan
+ Vitamin (Myo Inositol 1 ppm, Thiamin 0,4 lingkungan (suhu dan kelembaban), serta
ppm, piridoksin 4 ppm, Ascorbic Acid 15 oleh jamur dan bakteri. Fenomena
ppm) + 5 ppm BAP + 100 ml air). kontaminasi menunjukkan, bahwa semakin
Kontaminasi dapat disebabkan oleh jamur diperkayanya suatu media, maka tingkat
147
ZIRAA’AH, Volume 43 Nomor 2, Juni 2018 Halaman 141-148 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan BKPMD Provinsi Kalimantan Selatan.
sebagai berikut: Pertanian. 2011.
1. Jumlah tunas yang terbanyak diperoleh http://www.bkpmd.kalselprov.go.id.
pada media MS dengan subkultur 8 mst. [November 2011].
2. Jumlah akar yang terbanyak didapatkan
pada media MS + BAP 0,5 mg -1 pada Gunawan, L. W. 1995. Teknik Kultur
subkultur 4 mst. Jaringan. Pusat Antar Universitas
3. Peubah persentasi kontaminasi yang Bioteknologi. IPB. Bogor.
tertinggi pada media MS + BAP 0,5 mg
L-1. Kasutjianingati, Purwanto R, Widodo,
Khumaida N, dan Effendi, D. 2011.
Pengaruh Media Induksi Terhadap
DAFTAR PUSTAKA
Multiplikasi Tunas dan Pertumbuhan
Anonim. 2008. Pisang. Plantlet Pisang Rajabulu (AAB) dan
http://www.distan.kalselprov.go.id. Pisang Tanduk (AAB) pada berbagai
[15 September 2010]. Media Multiplikasi. Jurnal Agronomi
Indonesia (Indinesian Journal of
Aspariah. 2007. Respon Pertumbuhan dan Agronomy). ISSN No. 2065-2916.
Hasil dari Anakan Kedua Pisang Vol XXXIX No 3. Hal 180-187.
Talas (Musa paradisiaca var
sapientum L) Terhadap Dosis Kusmianto, Joko. 2008. Pengaruh
Nitrogen dan Kotoran Ayam. Tesis Thidiazuron dan BAP terhadap
Pasca Sarjana. Fakultas Pertanian Pertumbuhan Plb dan Tunas
Unlam. Dendrobium antennatum Lindl.
Fakultas MIPA Universitas
Bhojwani, S.S. dan M.K. Razdan. 19983. Indonesia. Depok.
Plant Tissue Culture. Theory and
Practice. Development in Crop Nisa, C. dan Rodinah. 2005. Kultur Jaringan
Science 5. Elsevier Press. Beberapa Kutivar Buah Pisang (Musa
Amsterdam. paradisiaca L.) Dengan Pemberian
148
ZIRAA’AH, Volume 43 Nomor 2, Juni 2018 Halaman 141-148 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545