Professional Documents
Culture Documents
Perbedaan Ekspresi Emosi Pada Beberapa Tingkat Generasi Suku Jawa Di Yogyakarta
Perbedaan Ekspresi Emosi Pada Beberapa Tingkat Generasi Suku Jawa Di Yogyakarta
Perbedaan Ekspresi Emosi Pada Beberapa Tingkat
Generasi Suku Jawa di Yogyakarta
Aditya Putra Kurniawan & Nida UI Hasanat
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Abstract social and personal conflict. These values
virtues contribute to harmonious social
The objective of this research is to find integration. Ideal human virtues include
whether, there are differences of emotion obedience to superiors (manut), generosity,
expression in three generation of Javanese avoidance of conflict, understanding of
culture in Yogyakarta. others, and empathy. These moral compo‐
This research is a quantitative study, nents and values that colourize Javanese
using Display Rules Assessment Inventory society are internalized by the children
(DRAl). The subjects of this study were late during the earliest years, and significant
adolescent, early adulthood and middle forces motivating the childʹs behaviour later
adulthood who were born and live in in adulthood.
Yogyakarta. Keywords: Expression emotion, three
The result of this research shows, there generation (late adolescent, early
was no difference of emotion expression in adulthood and middle adulthood),
different generation of Javanese culture in Javanese culture.
Yogyakarta (F = 1,042 ; P = 0,356;). All
three generation expressed emotion in the Salah satu dari beberapa modal
same way. This result describes that three
dasar manusia dalam menjalani kehi‐
generation categories who have been
dupan sehari‐hari adalah emosi. Tanpa
researched are still in the same norms on
adanya emosi maka kehidupan manusia
display rules of emotion in all situation.
akan terlihat kering. Hubungan antar
The researcher argue that the result is
manusia akan dikatakan baik atau buruk
influenced by Javanese culture. The Javanese
tergantung ungkapan emosi yang dila‐
values of respect and the maintenance of
kukan mereka. Dua orang atau lebih
social harmony (rukun) are base on
yang banyak mengungkapkan rasa kasih
principles of normative and moral guidance
melalui senyuman, kegembiraan, keha‐
for social interaction within both the family
ngatan dan penerimaan akan lebih
and community. The strong emphasis on
menyenangkan bagi mereka berdua,
rukun (social harmony) has marked the
typical Javanese as inexpressive, avoiding maupun bagi orang lain yang memper‐
hatikan. Sebaliknya, dua orang atau
JURNAL PSIKOLOGI 1
KURNIAWAN & HASANAT
2 JURNAL PSIKOLOGI
PERBEDAAN EKSPRESI EMOSI
JURNAL PSIKOLOGI 3
KURNIAWAN & HASANAT
4 JURNAL PSIKOLOGI
PERBEDAAN EKSPRESI EMOSI
JURNAL PSIKOLOGI 5
KURNIAWAN & HASANAT
6 JURNAL PSIKOLOGI
PERBEDAAN EKSPRESI EMOSI
JURNAL PSIKOLOGI 7
KURNIAWAN & HASANAT
Tabel 1
Deskripsi Data Ekspresi Emosi
Data Empirik Data Hipotetik
Subjek N Min Max Mean SD Min Max Mean SD
Remaja akhir 47 136 683 496,74 109,864 0 924 462 154
Dewasa awal 50 271 662 484,84 83,586 0 924 462 154
Dewasa tengah 45 235 683 468,27 89,835 0 924 462 154
Tabel 2
Deskripsi Kategorisasi Ekspresi Emosi Remaja Akhir
8 JURNAL PSIKOLOGI
PERBEDAAN EKSPRESI EMOSI
Tabel 3
Deskripsi Kategorisasi Ekspresi Emosi Dewasa Awal
Norma Kategori Kategori Jumlah Subiek Persentaseee
X < 308 Rendah 1 2,0
308 < x < 616 Sedang 46 92,0
X> 616 Tinggi 3 6,0
Total 50 100,0
Tabel 4
Deskripsi Kategorisasi Ekspresi Emosi Dewasa Tengah
Norma Kategori Kategori Jumlah Subiek Persentaseee
X < 308 Rendah 3 6,7
308 < x < 616 Sedang 39 86,6
X> 616 Tinggi 3 6,7
Total 45 100,0
JURNAL PSIKOLOGI 9
KURNIAWAN & HASANAT
10 JURNAL PSIKOLOGI
PERBEDAAN EKSPRESI EMOSI
dalam ekspresi emosi pada tiga tingkat Tidak adanya perbedaan dalam
kategori usia suku Jawa di Yogyakarta ekspresi emosi yang ditunjukkan dalam
yaitu, remaja akhir, dewasa awal dan hasil penelitian ini pada masyarakat
dewasa tengah. Secara keseluruhan, Jawa di Yogyakarta, terkait dengan
tempat tinggal subjek tersebar di seluruh tingkatan usia, erat kaitannya dengan
0.1 Yogyakarta, pada 4 kabupaten yaitu, fase pengajaran moral sosial dari
Sleman, Bantul, Kulon Progo dan semenjak masa anak‐anak hingga masa
Gunung Kidul dengan tingkat pendi‐ dewasa yang dikenal dengan fase
dikan yang beragam. Tingkat pendi‐ penertiban sosial (Geertz, dalam Suseno,
dikan terendah adalah Sekolah Dasar 2001). Dalam fase ini, pengajaran moral
(SD) dan tingkat pendidikan tertinggi masyarakat Jawa akan mengatur sedini
adalah Sarjana S2 mungkin cara‐cara dalam menguasai
Metode penelitian yang digunakan dorongan‐dorongan emosi serta sikap
dalam penelitian ini adalah metode yang seharusnya ditampilkan ketika
kuantitatif dengan menggunakan suatu seseorang berhadapan dengan orang
daftar pernyataan yang harus dijawab lain yang berkedudukan lebih tinggi
oleh subjek penelitian. Daftar pernya‐ status sosialnya atau lebih tua dari segi
taan yang dimaksud adalah Skala usia. Pengajaran moral tersebut mencip‐
Ekspresi Emosi, adaptasi dari Display takan sistem keyakinan yang sama pada
Rules Asessment Inventory yang disusun semua tingkatan usia masyarakat Jawa
oleh Matsumoto. Pengambilan sampel dalam mengekspresikan dorongan‐
dalam penelitian ini dilakukan dengan dorongan emosi.
pemilihan sekelompok subjek penelitian Sistem keyakinan dalam budaya
didasarkan atas sifat‐sifat atau ciri‐ciri Jawa mengharuskan seorang anak untuk
tertentu yang dipandang mempunyai senantiasa dapat membawa diri secara
hubungan yang erat dengan ciri‐ciri atau beradab dan harus mempelajari segala
sifat‐sifat populasi yang sudah diketahui unsur tata krama dalam pergaulan
Hasil uji hipotesis dalam penelitian sosial. Anak belajar untuk merasa isin
ini yang mengatakan bahwa ada (malu: bahasa Jawa) terhadap orang
perbedaan dalam pengekspresian emosi yang belum dikenal atau terhadap orang
pada beberapa tingkatan generasi suku yang lebih tua, merasa tidak enak atau
Jawa di Yogyakarta, ditolak (F = 1,042 ; p sungkan ketika berada dalam lingkungan
= 0,356). Hasil penelitian menunjukkan baru atau suatu forum tidak resmi yang
bahwa secara umum tidak ada penuh orang‐orang dewasa. Pada
perbedaan dalam pengekspresian emosi golongan pemuda suku Jawa, dituntut
marah, muak, jijik, takut, sedih, bahagia sudah mengerti konteks‐konteks yang
dan terkejut pada tiga tingkat kategori harus membuat individu ini merasa isin,
usia tersebut. serta diharapkan sudah mampu
mengontrol dorongan‐dorongan emosi‐
JURNAL PSIKOLOGI 11
KURNIAWAN & HASANAT
nya. Rasa isin dan sungkan ini dikem‐ dan golongan generasi muda yang
bangkan dan dipelihara secara turun menyebutkan, bahwa orang‐orang muda
temurun. Semakin individu tersebut di Yogyakarta banyak menggunakan
menguasai tata krama pergaulan, cara‐cara baru yang cenderung lebih
semakin ia dianggap dewasa dan diakui ekspresif, berani dan lugas jika diban‐
sebagai anggota masyarakat Jawa penuh dingkan golongan generasi tua dalam
(Suseno, 2001 ) proses interaksi sosial dengan masya‐
Dengan demikian, pada masyarakat rakat luas. Dengan demikian, penelitian
Jawa di Yogyakarta, dari segala lapisan yang telah dilakukan Heppell terhadap
usia lebih sering melakukan kontrol masyarakat Yogyakarta tersebut, tidak
sosial‐psikologis terhadap dorongan konsisten jika dilihat dari hasil
emosi yang dirasakan ketika berinteraksi penelitian ini.
dengan sesama, baik pada golongan usia Penelitian ini juga menemukan
remaja akhir, dewasa tengah maupun bahwa sebagian besar, tingkat ekspresi
dewasa awal. Hal ini tak lain emosi keseluruhan subjek penelitian
dikarenakan prinsip rukun harmonis terhadap tujuh jenis emosi yang
yang mengutamakan hubungan baik dirasakan berada pada kategori sedang.
antar manusia dan tata cara yang pantas Hal itu menunjukkan bahwa masyarakat
dalam pergaulan masyarakat Jawa yang Jawa yang diteliti, selalu berusaha
masih dijunjung tinggi. menempatkan segala sesuatu dalam
Perasaan‐perasaan seperti gembira, keadaan seimbang atau cenderung
sedih, kecewa, marah, putus asa, ditengah (dalam bahasa jawa disebut
harapan‐harapan, atau rasa belas ʺing sak madyaʺ), termasuk dalam
kasihan akan dikontrol sedemikian rupa mengungkapkan dorongan‐dorongan
ketika harus diperlihatkan pada banyak emosi yang dirasakan. Jika gembira
orang. Hal ini telah mengakar dan maka tidak akan sangat gembira sekali
menjadi sistem sosialpsikologis secara ketika mengekspresikannya dan jika
turun temurun semenjak individu mengalami kesedihan maka juga tidak
berusia anak‐anak, remaja, dewasa akan diungkapkan secara sangat menda‐
hingga tua. Status umur lebih menun‐ lam. Hal tersebut membuat seolah‐olah
jukkan tugas dan kewajiban normatif masyarakat Jawa terkesan tanpa emosi
atau tata krama dalam pergaulan sosial atau terlihat datar karena banyak
yang harus diemban sesuai dengan mengendalikan dorongan emosinya
tingkat usianya masing‐masing (Suseno, (Prawitasari, 1993).
2001). Pendapat tersebut berbeda Hasil analisis selanjutnya adalah,
dengan hasil penelitian yang dilakukan tingkat keberagaman ekspresi emosi
Heppell (2004) terhadap masyarakat pada semua golongan usia mempunyai
Yogyakarta dari golongan generasi tua variasi yang kecil, baik pada situasi sepi
12 JURNAL PSIKOLOGI
PERBEDAAN EKSPRESI EMOSI
JURNAL PSIKOLOGI 13
KURNIAWAN & HASANAT
bahwa kultur akan mempengaruhi cara 1,712; p = 0,090). Golongan usia dewasa
seseorang dalam mengekspresikan awallebih ekspresif (nilai mean 39,04)
emosi yang dirasakannya. Hasil dalam bila dibandingkan dengan golongan
penelitian ini yang menyatakan bahwa dewasa tengah (nilai mean 35,49).
tidak terdapat perbedaan ekspresi emosi Sedangkan antara golongan remaja akhir
pada tiga tingkat golongan usia pada dengan dewasa awal, tidak ada
suku Jawa di yogyakarta menunjukkan, perbedaan yang signifikan (t = 1,034; p =
bahwa pada tiga tingkat kategori usia 0,304).
yang diteliti tidak terdapat perbedaan Hasil analisis ekspresi emosi
kultur dan keyakinan dalam mengeks‐ terkejut dalam situasi sepi tersebut, yang
presikan dorongan‐dorongan emosi menunjukkan bahwa golongan usia
yang dirasakan. Atau dengan kata lain, dewasa tengah memiliki tingkat ekspresi
tiga tingkat generasi yang diteliti masih emosi yang kecil, bila dibandingkan dua
berada dalam satu pemahaman kultur golongan usia yang lain dikarenakan
yang sama yaitu kultur budaya Jawa. pada fase ini kondisi emosional sudah
Dalam penelitian ini juga dilakukan mencapai tahap kematangan dan
analisis tambahan yang membanding‐ kemandirian yang sempurna dalam
kan ekspresi emosi pada tiga tingkat merespon segala sesuatu yang menye‐
generasi dalam dua situasi, yaitu situasi babkan terkejut. Pada fase ini individu
sepi dan situasi ramai. Hasil analisis sudah mencapai tahap kestabilan emosi
data menunjukkan bahwa tidak ada yang tertinggi dari beberapa fase usia
perbedaan yang signifikan antara ke tiga sebelumnya yang ditunjukkan dengan
generasi dalam mengekspresikan emosi perilaku yang terkontrol dan lebih sesuai
marah, muak, jijik, takut, bahagia dan serta selaras dengan norma sosial
sedih ketika berada dalam situasi ramai (Santrock, 2002).
maupun situasi sepi (p > 0,05). Perbe‐ Dalam penelitian ini juga dilakukan
daan ekspresi emosi hanya terdapat penggolongan ekspresi emosi berdasar‐
pada jenis emosi terkejut pada situasi kan jawaban tertulis para subjek dalam
yang sepi (F = 3,673 ; p = 0,028). skala penelitian. Terdapat tujuh macam
Melalui uji perbandingan indepen‐ jenis ekspresi emosi yang sering ditulis
dent sample t‐tes maka dapat diketahui dalam lembar jawaban pertanyaan skala
bahwa, golongan remaja akhir lebih penelitian, yaitu: diam tidak melakukan
ekspresif dalam mengekspresikan emosi apa‐apa, pergi menjauh/menghindari
terkejut (nilai mean sebesar 41,19) bila situasi yang menyebabkan timbulnya
dibandingkan dengan dewasa tengah dorongan emosi, mengabaikan perasaan,
(nilai mean 35,49). Pada golongan usia mencari penyebab timbulnya perasaan,
dewasa awal dan dewasa tengah juga membatalkan niat/aktivitas yang akan
menunjukkan adanya perbedaan (t = dilakukan, mencari teman dan berteriak.
14 JURNAL PSIKOLOGI
PERBEDAAN EKSPRESI EMOSI
JURNAL PSIKOLOGI 15
KURNIAWAN & HASANAT
16 JURNAL PSIKOLOGI
PERBEDAAN EKSPRESI EMOSI
JURNAL PSIKOLOGI 17