Jumal Riset Indust Vol. V, Ne.3, 2041, Hal.
PENGEMBANGAN SISTEM LOGISTIK YANG EFISIEN DAN EFEKTIF
DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
THE EFFICIENT AND EFFECTIVE LOGISTIC SYSTEM DEVELOPMENT WITH
SUPPLY CHAIN MANAGEMENT APPROACH
Dedi Mulyadi
Kementerian Perindustrian
ded_mS3@yahoo.com
ABSTRAK
Rasio blaya logistik ternagap mila tamoan ot inconesia relat leoin snggl aloanaing cengan negara pesaing,
Sehingga dlperiukan satu pendekatan yang komprehiensif untuk dapat mengurang biaya logistik. Pendekatan
supply chain management aiyakini mampu
digeroleh sistem logistk yang terintegrasi efsi
penerapannya perlu dukungan pemerintah balk b:
dalam petkembangan sumber daya manusianya,
jntegraskan setap mata rantal aistrousi seningga dapat
dan efekif untuk meningkatkan daya saing nasional. Dalam
‘pa peraturan dan perundangan ean intrastrukcur maupun
xata kuncl: supply ehain management, peningkatan daya saing dan peranan pemerintan
ABSTRACT
Tho ratio of value-added logistics costs in Indonesia are relatively higher compared with competitor
countries, so it requires a
ive approsch to reduce logistics casts. Supply chain management
‘comprehensive
‘approach is believed to be abi to integrate ach distrioution chain to obtain an Integrated logistics system
‘efficiently and effectively fo enhance national
In fs application needs support, both
compettivensss.
governments in the form of regulations and legisietfon and infrastructure and the development of human
‘Keywords: supply chain management, increased competitiveness and the rofe of government
PENDAHULUAN
Perdagangan bebas di era globalisasi ini
telah membawa perubahan yang sangat
Cepat dan berdampak luas bagi perekonomian,
baik di dalam negeri maupun di dunia
intemasional. Salah satu dampak yang paling
dirasakan adalah semakin ketalnya persaingan
di sektor industri. Hal int berkaitan dengan
daya saing industri yang merupakan faktor
penting bagi suatu negara untuk dapat survive
dan menjadi pemenang dalam persaingan
Menurut Prahalad (1990), dalam jangka
panjang beberapa faktor yang menentuken
keunggulan kompetitif suatu perusahaan
adalah kemampuan untuk menciptakan barang
dan jasa, dengan biaya yang lebih rendah
secara kontinu, dan kecepatan perusahaaan
untuk dapat tanggap pada kemauen pelanggan
dibandingkan para pesaingnya. Melinat kondisi
Indonesia sekerang, kemampuan industri
Indonesia untuk dapat memproduksi barang
dan jasa dengan biaya yang lebih rendah
dari pesaingnya masih sullt untuk dllakukan
Hal ini dikarenaken kinerja logistik indonesia
masih jauh dari memuaskan
‘Sebeum pembehasen mengenal permasalahan
logistik ini dilanjutkan, akan dibahas terlebih
dahulu mengenai definisi logistik. Menurut
Gattorna dan Walters dalam bukunya
Managing Supply Chain: A Strategic
Perspective, logistik merupakan aspek
manajemen strategis yang bertanggung
Jawab mengelola akulsisi, pergerakan dan
penyimpanan bahan mentah, bahan setengah
jadi, persediaan barang jadi dan informasi-
informasi yang menyertainya dalam suatu
organisasi dan saluran pemasarannya untuk
memenuhi harapan pelanggan sehingga
dapa mencapai target keuntungan perusahaan,
Misi logistik adalah memenuhi kebutuhan
barang yang sesuai ke tempat yang tepat,
pada waktu yang tepat dan pada kondisi
yang diinginkan, sehingga memberikan
manfaat kepada perusahaan. Melihat definisi
di atas. dalam lingkup nasional, logistik yang
dimaksud adalah proses perencanaan,
implementasi, dan pengendalian efisiensi,
allran biaya yang efektif dan penyimpanan
275bahan mentah, bahan setengah jadi, barang
Jadi dan informasi-nformasi yang menyertainya
yang menjamin pengadaan dan ketersediaan
komoditas strategis, bahan kebutuhan pokok
masyaraket secara merata dan terjangkau
dan meningkatkan daya saing industri
Tingginya biaya logistik yang terjadi
Indonesia tentu saja menghambat ke!
sediaan komoditas strategis dan bahan
pokok bagi masyarakat dan turunnya daya
saing industri.
Indone sia sebagai negara kepulauan
‘membutuhkan sistem logistik yang terintegra
efeKtif dan efisien guna meningkatkan daya
saing, dan menjamin keberadaan komoditi
strategis dari bahan kebutuhan pokok
masyeraket secara merata dan terjangkau.
Pilar pokok sistem logistik adalah menjamin
kelancaran arus barang secara efektif dan
efisien yang tercermin dalam biaya logistik
yang rendah, dan pelayanan yang responsif
dan memuaskan, Pengelolaan logistik yang
efisien dan efektif akan membantu. pelaku
usaha untuk dapat lebih unggul dalam
persaingan melalui penciptaan nilai tambah
yang lebih tinggi. Mengungguli daya saing
tersebut pada gilitannya akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional dan mening-
ketkan kesejahteraan masyarakat.
Untuk memperoleh sistem logistik yang
teritegrasi akan dikembangkan sistem logistik
yang efektif dan efisien dengan menggunakan
konsep Supply Chain Manager (SCM) yang
berbasis pada sinkronisasi, integrasi dan
kolaburasi berbagai pihak terkail yang diwadahi
dalam suatu tatanan kelembagaan dan
organisasi yang efektif dan didukung pula
oleh pelaku penyedia jasa logistik yang
terpercaya dan profesional.
Pendekatan Supply Chain Management
(scm)
Pemasalahan daya saing dalam pasar dunia
yang semakin terbuka seperti sekarang ini
merupaken tantangan yang cukup berat
bagi industri dalam negeri. Tanpa dibekali
kemampuan dan keunggulan bersaing yang
tinggi, niscaya produk produk dalam negeri
tidak akan mampu menembus pasar
Intemasional. Keadaan ini makin diperparah
dengan masuknya produk impor yang
276
mengancam posisi pasar domestik.
Berdasarkan hal tersebut diperlukan upaya-
upaya untuk meningkatkan daya saing dan
membangun keunggulan kompetitif bagi
produk-produk dalam negeri. Salah satu
faktor_ yang sangat mempengaruhi daya
saing industri nasional adalah terpuruknya
Kinerja logistik nasional dalam satu dekade
terakhir ini.
Dalam rangka memecahkan berbagai masaiah
yang terjadi, khususnya permasalahan
tingginya biaya logistik, maka salah satu
pendekatan yang dapat digunakan adalah
menerapkan Supply Chain Management
pada industri nasional. Hal ini diupayakan
agar berbagai kendala yang berpotensi
muncul dapat diantisipasi sedini mungkin.
Konsep SCM
Konsep SCM sudah sangat populer dan
beberapa ahil telah mendefinisikan SCM, di
antaranya menurut Oliver dan Weber
(1982), SCM adalah metode, alat, atau
pendekatan pengelolaan supply chain. Supply
chain adalah jaringan fisik yang terdiri atas
perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam
memasok bahan baku, memproduksi barang,
maupun mengirimkannya ke pemakal akhir.
‘Sedangkan menurut Martin (1998) SCM
merupakan jaringan organisasi_ yang
melibatkan hubungan upstream dan
downstream dalam proses dan aktivitas yang
berbeda yang member! nilai dalam bentuk
produk dan jasa pada pelanggan. Sementara
itu, Simchi-Levi et al. (1999) mengemukakan.
bahwa SCM merupakan serangkalan
pendekatan yang diterapkan untuk meng-
integrasikan supplier, pengusaha, gudang. dan
tempat penyimpanan lainnya secara efisien
sehingga produk dihasilkan dan didistribusikan
dengan kuantitas yang tepet, lokasi tepat,
dan waktu tepat untuk memperkecil biaya
dan memuaskan kebutuhan pelanggan.
Berdasarkan definisi diatas, pada hakikatnya
‘Supply chain adalah jaringan organisasi
yang menyangkut hubungan ke hulu
(upstreams) dan ke hilit (downstreams),
dalam proses dan kegiatan yang berbeda
menghasilkan nilai yang terwujud dalam
barang dan jasa di tangan pelanggan.
‘Supply chain menganggap integrasi harusJumal Riset Indust Vol. V, No.3, 2011, Hal.
dicapai untuk seluruh mata rantai pengadaan
barang, mulal hulu hingga hilir bahkan
sampai ke pelanggan terakhir. Manajemen
Supply chain dapat digambarkan sebagai
keglatan lintas fungsional dalam berbagal
disiplin ilmu, yaitu: logistik, pembelian,
Informasi manajemen sistem (MIS).
manajemen operasi/ produksi, teknik,
akuntansi, pemasaran dan semua yang
menjadi bahan pertimbangan dalam proses
pengambilan keputusan
Darl berbagal pengertian di atas. dapat
dikatakan bahwa pada dasamya SCM tidak
hanya berorientasi pada urusan internal
sebuah perusahaan, melainkan juga urusan
eksternal yang menyangkut hubungan dengan
perusahaan-perusahaan partner. Koordinasi
dan kolaborasi perlu dilakukan Karena
perusahaan yang berada pada satu supply
chain pada intinya ingin memuaskan
konsumen akhir yang sama, mereka harus
bekerja sama untuk membuat produk yang
murah, mengirimnya tepat waktu, dan
dengan kualifas yang bagus. Persaingan
pada saat ini bukan hanya satu perusahaan
dengan perusahaan yang lain tetapi antara
supply chain yang satu dengan supply chain
yang ain
Semangat kolaborasi dan koordinasi juga
didasari oleh kesadaran bahwa kuatnya
sebuah supply chain tergantung pada
kekuatan seluruh elemen yang berada di
dalamnya. Namun, semangat kolaborasi
dan koordinasi tidak boleh mengorbankan
kepentingan tiap individu perusahaan. SCM
yang balk bisa meningkatkan kemampuan.
bersaing bagi supply chain secara
keseluruhan, namun tidak menyebabkan
satu pihak berkorban dalam jangka panjang.
Oleh Karena itu diperlukan pengettian,
kepercayaan, dan aturan main yang jelas.
Ideainya, hubungan antar pihak pada supply
chain berlangsung untuk jangka panjang.
Hubungan jangka panjang _memungkinkan
semua pihak untuk menciptakan kepercayaan
yang lebih balk serta menciptakan efisiensi.
Efisiensi bisa tercipta Karena hubungan
Jangka panjang berart| mengurangl ongkos-
ongkos untuk mendapatkan perusahaan
partner baru.
Peran SCM dalam Meningkatkan
Efektivitas dan Efesiensi Produksi
Pendekatan SCM berkembang selring dengan
meningkatnya kebutuhan dunia usaha untuk
menekan biaya secara menyeluruh. Menurut
Hicks et al. (1989) pengurangan biaya sebesar
5% dapat memberikan efek yang sama
dengan peningkatan pendapatan sebesar
25% terhadap keuntungan perusahaan.
Secara umum, SCM bertujuan untuk
mengurangi biaya, mengurangi waktu,
mengu rangi transaksi, dan mendapatkan
kualitas yang lebih terjamin bagi barang
atau jasa yang mengalir di sepanjang rantai
pasokan (Surjati Herman, 2004). Karena
Tuang lingkup SCM mengelola aliran barang
maka konsep SCM banyak bersinggungan
dengan manajemen logistik. Perbedaanya
SCM lebih fokus pada aspek perencanaan,
sedangkan pada manajemen logistik lebih
bersifat operasional.
Jika melihat Komponen blaya dalam operas!
suatu industri, biaya logistik merupakan
Komponen blaya terbesar kedua_setelah
pembelian bahan, barang dan jasa. Tingginya
biaya logistik menunjukkan belum optimalnya
Pengelolaan fungsi distribusi fisik, Menurut
Gattorna dan Watters (1996), pengelotaan
distribusi fisik ini direpresentasikan oleh
koordinasi terhadap lima kegiatan, yaitu:
inventor, transportasi, pergudangan komunikasi
order, dan utilisasi,
Rendahnya efisiensi distribusi di Indonesia
dapat berasal dari berbagai faklor termasuk
belum memadainya sarana dan prasarana
logistik, seperti sarana transportasi (alan,
pelabuhan, alat angkutan), sarana per-
gudangan dan keterampilan SDM. Hal ini
menunjukkan bahwa pendekatan SCM di
Indonesia belum diterapkan, balk dalam
perusahaan maupun antar perusahaan yang
berada dalam rantai pasokan. Selama ini,
Industri di Indonesia pada umumnya lebih
terfokus pada peningkatan efisiensi proses
(proses fungsional). Hanya sebagian kecil
perusahaan, khususnya berskala besar yang
menerapkan SCM, namun penerapannya juga
terbatas pada pengelolaan permintaan.
277Pengembangan Sistem Logistik... (eai Muyaaiy
Menurut Poirier (2004) ada lima tingkatan
evolusi SCM, yailu: (1) Proses Fungsional:
Integrasi perusahaen. (2) Intra-Enterprise:
corporate exelence, (3) Inter-Enterprise
Kerjasama mitra, (4) Jaringan eksternal:
konstelasi rantai nilai dan (6) Sistem bisnis
total: konekifitas jaringan sepenuhnya. Dari
Pengalaman berbagal negara di duni
dibutuhkan waktu yang relatif lama untul
meningkat dari level 2 ke level 3, karena
dibutuhkan banyak perubahan khususnya
perilaku dan budaya. Industri di Indonesia
sendiri pada umumnya masih berada di
level 1 dan hanya sebagian kecil pada level
zi
Penerapan SCM sebagai salah satu upaya
Peningkatan daya saing incustr! memeriukan
langkah-langkah yang seyogianya menjadi
perhatian bagi para stakeholders yang
terkait antara lain pertama, menciptakan
hubungan anter rantal agar lebih spesifik
pada bidang usaha sehingga terbentuk pola
yang terpadu dan saling terkait. Kedua,
seyogianya harus ada dukungan manajemen.
Manajemen semua level dari strategis
sampai operasional harus memberikan
dukungan mulal dari proses perencanaan,
pengorganisasian, koordinasi, pelaksanaan,
sampal pengendalien. Ketiga, membangun
kemitraan dalam suatu kesepakatan pada
keseluruhan rantal. Pola Kemitraan yang
terbentuk yaitu hubungan kerja sama antara
perusahaan, perusahaan maupun pembeli
bersifat lebih spesifik dan berfokus pada
volume, distribusi, /ead time, dan mutu.
Dengan membangun suatu kemitraan yang
handal maka akan terbentuk komitmen yang
kuat untuk menciptakan SCM sehingga
pengontrolan terhadap persediaan pasokan
dapat dilakukan secara efisien dalam biaya
Keempat, membangun sistem informasi yang
terintegras! di setlap bagian yang terlibat
dalam sistem rantai pasokan sehingga akan
mendukung kinerja dan produktivitas dari
masing-masing rantai pasokan tersebut
Diharapkan dengan langkah-langkh diatas,
Penerapan SCM pada industri mampu
278
meningkatkan nilai tambah yang akan
meningkatkan pula daya saing industri.
Berdasarkan uraian di atas, maka salah satu
peran pokok SCM adalah menjamin
kelancaran arus barang secara efekiif dan
efisien yang tercermin dari biaya logistik
yang rendah, dan pelayanan yang responsif
dan memuaskan. Biaya logistik yang rendah
akan sangat membantu pelaku usaha untuk
dapat lebih unggul dalam persaingan melalui
penciptaan nilai fambah yang lebih tinggi
dengan blaya yang rendah untuk produk
atau jasa yang dihasilkan dan peningkatan
kualitas layanan. Keunggulan daya saing
tersebut akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi nasional, dan meningkatkan kesejah-
teraan masyarakat. Mengingat luasnya
cakupan wilayah indonesia, manajemen
logistik yang merupakan bagian dari SCM
sangat berperan untuk mensinkronkan dan
menyelaraskan kemajuan sektor indus'
secara berkelanjutan dan merata di seluruh
daerah.
Penerapan SCM di Indonesia
Hasil survei Indeks Kinerja Logistik (Logistics
Performance Index! LPI) oleh Bank Dunia
tahun 2007, Indonesia menduduki peringkat
ke-43 dari 150 negara yang disurvei dan
pada tahun 2010 posisi Indonesia terus
merosot ke peringkat 75 di antara 155
negara yang disurvei dan berada di bawah
kinerja beberapa negara ASEAN lainnya
seperti Singapura (urutan kedua), Malaysia
(urutan ke-29), dan Thailand (urutan ke-35).
LPI yang diterbitkan oleh Bank Dunia
menggunakan enam indikator penilaian.
yaitu kepabeanan, infrastruktur, kemudahan.
mengatur pengapalan internasional, kom-
petensi logistik dari pelaku dan penyedia
Jasa lokal, biaya logistik dalam negeri, dan
Waktu deliverl, Adapun skor dan urutan
Indonesia dibanding beberapa negara di
Asia untuk masing-masing indikator peni
dapat dilihat pada Tabel.1 di bawah ini7 a 3] 7 a
[china ml saa sal 316) 27 asl 27 gai zal 349] 355] 26] 3.91
[Korea 23364] 26] 333] 23) 342] 18] 347] 23] 364] 23] 383] 28] 397
ings a 3] Sa) 2 a] 291) 46] 3.13] 40) 16] 52] 314) 56] 307
‘Sumber: World Bank, 2010
Rendamnya kinerja sektor logistk di Indonesia
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
tingginya biaya logistik dan perlunya
peningkatan kualitas pelayanan, masih
rendahnya penyediaan infrastruktur baik
kuantitas maupun kualitas, masih tingginya
waltu pelayanan ekspor dan impor dan
adanya hambatan operasional di pelabuhan,
dan masih terbalasnya kapasitas dan
Jaringan pelayanan penyedia Jasa_logistik
nasional. Hal tersebut merupakan salah satu
penyebab utama berbagai petmasalahan
nasional seperti kelangkaan pangan, fluktuasi
harga, hambatan ekspor, kesenjangan
Penawaran dan permintaan antar daerah,
sampai pada lambatnya distribusi bantuan
pada bencana alam. Akibat lanjutan dari
Permasalahan tersebut dirasakan oleh
masyarakat yang harus membayar biaya
tinggi karena biaya logistik dan ekspor yang
kurang mampu bersaing di tingkat per-
dagangan bebas antar negara.
Berdasarkan hasil anaisis Tabel Input-Output
di bawah ini, terlihat behwa biaya logistik
Indonesia masin tinggi. Porsi biaya logistik
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
pada sektor industri maupun ekonomi
secara keseluruhan masih tinggi, sektor
Industri berkisar di tingkat 61.1% sedangkan.
ekonomi secara keseluruhan berada di
Kisaran 47,6%. Ini berarti porsi biaya logistik
pada produk yang ditanggung konsumen
masin sangat tinggi. Bila dibandingkan dengan
negara maju dan berkembeng, pada Tabel.3.
porsi biaya logistik keseluruhan dibandingkan
dengan PDB-nya masih belum memuaskan.
279Pengembe Sisto Loy (Ded! Mulyad)
Tabel 2. Rasio Biaya Logistik terhadap PDB
tahun 2000 dan 2005
Tae [cam personae]
sexror| JENIS INDUSTRI [2000]
27 _[pengetalon dan pengawentg bakenen wea]
28 |Minyak dan lemak 47.9) 50.1
23. [Penaalingan pedi 05a —ion-8
30[Tepungsagalaenit oo
31 |eula T2a) 38-4
32__|Makanan lainnya 63.1) $4.3
33_[hinainen eal 95
3a JRovok Sova 0
35 Pemintaan zal 270
36 _[Tetstl,patalan dan alt saq) 0a
37 —|perion tayu con coma eas] sea
38__|Kertas.barang dari kertas dan karton 56.8) 58.0)
35 _[Pupuk dan pests sual a7
20 Jeimia mal ——a73
41 _|Pengllangan minyak bumi 25.6] 25.8)
42 |Barang karet dan plastik 52.1) 68.7)
23. Bang Goreng dar riper Ian ES as)
4 [semen Tea0l 100-2
148 [aso bad don baja iz] Be
46 |Logam dasar bukan bes! 45.3 535
-47 aang dar logam sey} 5a
“a8 |iwesn alot aar dan pevingtapan TE Too) no
49 Alat pengangkutan dan perbaikannya 588 413
30 _[arine ings Solan clone aT i636 517
Fsio Bays Logistik Terhadap NTB Indust | 634 61.)
‘Sumber BPS, Kementrian Perindustrian, diolah
Tabel 3. Rasio Blaya Logistik Indonesia
terhadap PDB dibandingkan Negara-negara
Maju
Korea Selatan
Indonesia’
Sumber Cotak Biru Pongembangan Sistom
Logistik Nasional, 2010
280
Tingginya biaya logistik di Indonesia tidak
hanya disebabkan oleh tingginya biaya
transportasi darat dan laut tetapl juga oleh
banyak faktor baik yang terkait dengan
egulasi, SDM, proses dan infrastruktur yang
belum efisien, dan kurangnya professionaiitas
petaku dan penyedia jasa logistik (perusahaan
distribusi pengiriman barang yang belum
berkembang). Uraian data di atas menjelaskan
bahwa kinerja logistik di Indonesia merupakan
faktor yang sangat _mempengaruhi daya
saing industri nasional. Hal ini mengindikasikan
bahwa salah satu penyebab rendahnya
daya saing industri nasional selama satu
dekade terakhir adalah akibat rendahnyaKinerja logistik yang menyebabkan tingginya
biaya logistik nasional
Penggunaan SCM bagi perusahaan-
perusahaan beberapa bidang di nega
negara berkembeng, termasuk Indonesi
saat ini masih sangat terbatas. Dimana
hubungan antara setiap sub sistem yang
terlibat pada _umumnya masih tersekat-
sekat, sehingga sulit untuk bersaing di pasar
bebas. Hal tersebut dapat dilihat dari
terpisahnya operasional antara sub sistem
hulu sampai dengan sub sistem hilir yang
disebabkan oleh sub sistem banyak
diperankan oleh pengusaha dalam skala
produksi kecll, dan tidak memilki posisi tawar
yang kuat. Di Indonesia bisa diterapkan
Secara maksimal dengan memperbaiki
beberapa kekurangan yang menghambat
sistem ini, dalam hal ini solusi yang dapat
dilakukan adalah dengan mentransformasikan
struktur yang tersekat dan terpisah menjadi
struktur integrasi yang vertikal. Hal tersebut
dimaksudkan untuk memadukan sub sistem
hulu sampai dengan hilir dalam satu
Keputusan manajemen. Upaya tersebut
dikembangkan dengan bentuk-bentuk yang
‘mampu mengakomodasi pelaku-pelaku industri
dari setiap sub sistem yang ada.
Beberapa langkah yang bisa diambil dan
menjadi perhatian bagi stakeholder yang
terkait untuk perbaikan sistem sehingga
‘SCM Ini dapat berkembang secara balk di
Indonesia antara lain; pertama, Penekanan
pada upaya pembangunan den pemeliharaan
dalam rantai, yaitu pembentukan hubungan
antar rantai secara lebih spesifik, misalnya
pada volume, mutu, distribusi, tergantung
kekurangan pada bidang usaha sehingga
terbentuk pola yang terpadu dan saling terkatt;
kedua, Pengontrolan terhadap_persediaan
pasokan harus diarahkan pada efisiensi biaya,
misalnya Jumlah pasoken disesuaikan dengan
jumiah produk yang dapat dijual sehingga
dihasilken Kestabilan persediaan bahan baku
dan tidak terjadi penumpukan stok yang
berakibat pada peningkatan biaya penyim-
panan: ketiga, Dalam penentuan lokasi dan
transportasi dalam rantai jaringan dibuat
dengan perhitungan dan memperhatikan
dampak terhadap biaya persediaan, dalam
hal ini akan berpengaruh pada tingkat
Kepekaan Konsumen, oleh arena itu evaluas!
terhadap hal ini sangat perlu dilakukan;
Juma Riset Indust Vol. V, No.3, 2011, Hal. 27
keempat, Pembentukan sistem informasi
antara pihak yang bertugas melakukan
pengumpulan, pengolahan, penyimpanan. dan
penyebarluasan informasi kepada setiap
stakeholder yang diaandasi dengankepercayaan
i antaranya, dengan ini akan mendukung
kinerja dan produktivitas dari masing masing
‘anggota rantal.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam penerapan pengembangan sistem
logistik yang efektif dan efisien dengan
pendekatan supply chain management, perlu
didukung oleh peraturan dan perundangan
yang progresif dan infrastruktur yang
memadal sehingga dapat menjadi landasan
bagi sumber daya manusia dan manajemen
logistik yang profesional. Dukungan teknologi
informasi dan Komunikasi logistik yang maju
dan penyedia jasa logistik yang berkelas
dunia akan mendorong sektor industri untuk
memberikan nilai tambah terbaik bagi daya
salng nasional. Oleh karena itu. pengem-
bangan kawasan-kawasan industri atau sentra-
sentra produksi untuk berdaya saing harus
ditransformasikan dengan sistem logistiknya
mulai dari perencanaannya, pelaksanaannya
sampal pada pengendaliannya.
Penetapan pengembangan sistem logistik
efektif dan efisien disarankan dilakukan
melalui dua cara strategi yang berbeda
Pertama, untuk komoditi strategis atau
kebutuhan dasar (beras, gula, tepung terigu,
garam, minyak goreng, semen, pupuk, obat-
obatan, bahan bakar minyak dan elpili)
dengan sasaran yang ingin dicapai adalah
memastikan persediaan, Kemudahan men-
dapatkan dan harga yang terjangkau. Untuk
mencapai hal tersebut dilakukan melalui
pembangunan sistem distrbusi yang menjamin
ketersediaan dan kemudahan dalam
mendapatkan bahan pokok dengan harga
yang terjangkau secara merata melalui pere-
kayasaan kelembagaan dimana pemerintah
memillki peranan yang besar baik sebagai
regulator maupun sebagai penjamin dalam
mendapatkan bahan yang terjangkau dan
merata.
Kedua, untuk komodlti lainnya termasuk
unggulan dan ekspor dilakukan melalui
penyelenggaraan sistem transportasi terpadu,
efektif dan efisien yang menjamin
281Pengombangan Sistem Logistk.......(Dedi Mulyadl)
Kelancaran arus barang di dalam rantal
pasok (supply chain). Adapun strategl yang
ditempuh adalah dengan menggabungkan
dan mengintegrasikan sentra-sentra produksi/
kawasan-kawasan industri dengan jaringan
transportasi logistik dari sub logistik serta
didukung oleh jaringan informasi dan
komunikasi yang efisien sehingga proses
logistik dapat efisien dan efektf pada gilrannya
dapat meningkatkan daya saing industri di
pasar Intemasional.
Dengan pendekatan ini, peran pemerintah
hanya sebagal upaya pemberian kemudahan
baik yang menyangkut kebutuhan infra-
struktur maupun yang bersfat non fisik seperti
pengembangan sumber daya manusia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Atkin T. Dan G. Vastag 1998 Co-
ordinating the supply chain : Background
and Best Practics Performance
Measuiment-Theory end Practice. Pepers
from the First International Conference
for Business Performance. University of
Cambridge : 47 - 54
Ballou, RH, SM Gilbert dan A. Mukherjee
2000. New Manegerial Challenges from
Supply Chein Opportunities, Engeneering
Manage ment Review. Third Quarter
2000, 7-19
3. Doyle M. and 8. Parker, 1999, Adhering
Supply Chain Exelence by Balancing the
10
"
12
Economics of Production
Economics of Cooperation
Volume 1
Frazelle, E. 2001, Supply Chain Strategy
McGraw-Hill, America.
Gattoma, JL Dan DW. Walters, 996
Managing the Supply Chain. 4 Strategic
Porspactive. McMillan Press Ltd London
Hanfield, R, Introduction to Supply Chain
Menage ment, Prentice Hell
Loe, R. M. Smith and Tay, 2001, World
Class Logistics and Supply Chain
Menage ment, Singapure Institute of
Material Management, Singapore
Lovejoy, JL, Principles of Supply Chain
Management, TC2
Li,D dan C O'Brien, 1998. An Empirical
Study for Performance Measurement of
Supply Chain Partners. Performance
Measurement-Theory and Practice. Center
for Business Performance, University of
Cambrige. 615-622
Me. Cormick and H. Smith, 2007
Manual for Supply Chain Research on
Homeworkers in The Garment Indu stry
Suryati_ Herman, A. Mods! Aliansi
Stretegis Agroindustri Sayuren Bernilal
Ekonomi Tinggi. 2002. IPB. Bogor
Teigen, R 1997, Information Flow in a
Supply Chain Management System
Thesis Disertasi
with The
Ascant