‘Tafsir Fi Zilali- Quran It (73)
Juz Mt: Bogian Permulaan Ali ran
SURAH AL IMRAN
Biturankan tf Matinah
Jumlah Avat- 200
Pendahuluan hidup, yang memiliki eksistensi ill dan hidup. Secara
. praktisayatayat ini memberikan arahan yang hidup
AN dh, kepada segenap jiwa, realitas, dan kejadian-kejadian
Cae itu, untuk mewujudkan suatu eksistensi yang me-
Dengan menyebut nama ‘Allah Yang Maha —pniliki kekhususan-kekhususan pada kehidupan
Pemurah lagi Maha Penyayang *manusia” secara umum dan dalam kehidupan kaum
Al-Qur aniniadalah kitab dakwah. Ia adalah ruh,
motivator, unsur penegak, eksistensi, penjaga,
pemelihara, keterangan, penerjemahan, konstitusi,
dan manhajnya. Al-Qur'an juga merupakan rujukan
tempat bertolaknya dakwah sebagaimana tempat
rrujukan para juru dakwah yang menjadikannya jalan
berm manhajbergeraknya, dan bekal perjalanan-
"akan tetapi, terdapat celah yang dalam antara kita
dan Al-Qur'an apabila kita tidak menggambarkan di
dalam perasaan kita dan tidak menghadirkan di
dalam imajinasi kita bahwa Al-Qur'an ini berbicara
kepada umatyang hidup. la mempunyai wujud yang
hakiki, mengarahkan semua peristiwa dalam ke-
hidupan umat, mengarahkan kehidupan manusia
yang hakiki di muka bumi, dan mengobarkan pe-
perangan besar di dalam jiwa manusia dan di ham-
paran bumi. Yakni, peperangan yang melanda segenap
perkembangan, kesan, dan tanggapan-tanggapan.
Jugaakan terdapat dinding yang tebal antara kita
dan Al. Qur'an kalau kita hanya membaca atau men-
dengarnya seakan-akan hanya semata-mata bacaan-
bacaan ritual dengan mengangguk-anggukkan kepala.
‘Suatu perbuatan yang tidak ada hubungannya dengan
realitaskehidupan sehari-hari yang dihadapi makhluk
bernama manusia dan dihadapi umat yang disebut
dengan kaum muslimin. Sementara ayat-ayat ini
sendiri diturunkan untuk menghadapi jiwajiwa,
kenyataan-kenyataan, dan kejadian-kejadian yang
muslimin secara khusus.
‘Mukjizat AL Qur'an yang menénjol, tersembunyi
dalam keberadaannya bahwa ia diturunkan untuk
menghadapi kenyataan tertentu dalam kehidupan
umat tertentu, pada waktu tertentu dalam rentang
sejarah, yang mengobarkan umat ini untuk me-
akukan peperangan yang amat besar hingga dapat
mengubah sejarahnya dan sejarah kemanusiaan
secaramenyeluruh, Akan tetapi,jaterus hidup, ber-
hadapan, dan mampu mengarahkan kehidupan
hadapi kaum muslimin mengenai segala urusan
mereka yang sedang berlangsung. Yaitu, pada saat
mereka menghadapi peperangan sengit dengan
kejahiliahan di sekitarnya, memerangi kejahiliahan
di dalam jiwa dan hati dengan jiwa kehidupan, dan
Geagan enya yong seria tex sana pada
i itu.
Supaya kita mendapatkan kelcuatan yang berguna
dari Al-Qur'an dan mengetahui hakikat kehidupan
yang tersimpan di dalamnya, serta mendapatkan
pengarahan yang diperuntukkan untuk kaum mus-
limin pada setiap generasi, maka sudah seharusnya
kita menghadirkan eksistensi kaum mustimin
angkatan pertama yang disapa oleh Al-Qur'an untuk
pertama kalinya ke dalam imajinasi kita. Eksistensi-
nyaketika mereka bergerak dalam realitas kehidup-
an dan menghadapi berbagai peristiwa di Madinah
dan seluruh Jazirah Arab, yang berinteraksi denganJuz Ut: Bagian Permulaan Ali ineran
mousuh-musuh dan kawan-kawannya, dan berperang
dengan syahwat dan hawa nafsunya. Sedangkan, AF
Qur'an terus turun waktu itu untuk menghadapi
semua hal tersebut, dan mengarahkan langkah-
Jangkah mereka ke medan perang yang besar. Suatu
peperangan terhadap nafsu yang ada di dada mereka
sendiri, dan terhadap musuh-musuhnya yang se-
nantiasa mengintai mereka di Madinah, Mekah dan.
sekitarnya, serta di kawasan lainnya.
‘Ya, kita harus hidup bersama jamaah angkatan
pertama itu. Kita menggambarkannya sebagai ma-
nusia yang sebenarnya, kehidupannya yang nyata,
dan problem problem kemanusiaannya. Kitarenung-
kan pimpinan AL-Qur'an terhadap mereka secara
langsung baik mengenai urusan sehari-harinya mau-
pun sasaran-sasarannya secara keseluruhan. Juga
kita lihat bagaimana Al Qur'an membimbing tangan_
mereka selangkah demi selangkah. Sedangkan, kaki
mereka itu adakalanya terpeleset dan bangkit lagi,
ketika menyimpang dan berjalan lurus, ketikalemah
dan tegar, ketika merasa sakit (letih) dan tabah, dan
ketika mendaki tempat yang tinggi dengan gerak
yang lamban dan menderita, dengan sabar dan tetap
bersemangat. Nah, dari semua itu tampaklah semua
kekhususan, kelemahan, dan potensi manusia.
Oleh karena itu, kita juga merasakan bahwa kita
pun disapa dan diajak bicara oleh Al-Qur'an sebagai-
mana ia menyapa jamaah angkatan pertama. Kita
pun merasakan bahwa kemanusiaan kita yang kita
lihat dan kita kenal serta kita rasakan dengan segala
Kekhususannya, mampu untuk menyambut dan
mematuhi Al-Qur'an sertamemanfaatkan.
pinan dan bimbingannya di jalan kehidupan itu.
‘Dengan teori ini, kita akan melihat Al-Qur'an yang
hidup dan bekerja di dalam kehidupan kaum mus-
limin angkatan pertama itu, dapat pula bekerja di
dalam kehidupan kita. Kita akan merasakan bahwa
ia senantiasa menyertai kita pada hari ini dan esok.
Jugaakan kita rasakan bahwa ia bukan semata-mata
bacaan ritual hampa yang jauh dari kenyataan kita
yang terbatas, sebagaimana ia juga bukan sekadar
sejarah masa lalu yang telah lewat dan telah habis
efektivitasnya bagi kehidupan manusia.
‘Sesungguhnya Al-Qur‘an adalah suatu hakikat
yang memiliki eksistensi yang konstan (terus-
menerus) sebagaimana alam semesta ini sendiri.
Alam semesta ini adalah kitab Allah yang terlihat,
sedang Al-Qur'an adalah kitab Allah yang terbaca.
“Tafsir FiZhilali-Qur ‘an M1
Keduasduanya merupakan bukti dan petunjuk yang
menunjukkan adanya Pemilik dan Penciptanya,
sebagaimana keduanya juga merupakan suatu
wujud yang aktif (bekerja).
‘Alam dengan undang-undangnya senantiasa ber-
gerak dan menunaikan peranannya yang telah di-
tentukan untuknya oleh Penciptanya. Matahari se-
nantiasa beredar di garis edarnya dan menunaikan
tugasnya, Bulan dan bumi serta seluruh bintang-
gemintang tidak dihalangi oleh panjangnya masa
untuk menunaikan tugasnya dengan baik di hampar-
an alam semesta.
AlQur'an juga menjalankan peranannya bagi
kemanusiaan, Ta terus dan terus begitu. Maka,
‘manusia pun terusmenjalani putaran kehidupannya
sedemikian rupa sesuai dengan hakikat dan dasar
fitrabnya. AL-Qur'an merupakan firman Allah kepada
manusia, yang mau disapa dengan firman yang tidak
pernah berubah ini, Karena, manusia sendiri tidak
pernah berubah menjadi makhluk lain, meskipun
kondisi dan situasi di sekelilingnya terus berubah
dan mempengaruhi pola hidupnya.!
‘Al-Qur'an menyapa manusia sesuai dengan dasar
fitrah dan dasar hakikatnya yang tidak akan pernah
‘berubah dan berganti la mampu mengarahkan ke-
hhidupan manusia pada hari ini dan yang akan datang
karena memang ia disiapkan untulk itu, Pasalnya, ia
merupakan firman (kita) Allah yang terakhir dan
memiliki tabiat sebagaimana tabiat alam semesta
yang terus bergerak tanpa mengalami perubahan.
‘Sungguh menggelikan bila ada orang yang ber-
kata tentang matahari, misalnya, dengan perkataan,
“Iniadalah tata surya yang kuno. Sebaiknya diganti
dengan tata surya yang baru.” Atau, dengan per-
kataan, "Manusia ini adalah makhluk yang kunodan
sebaiknya diganti dengan wujud lain yang maju dan
progresif untuk memakmurkan dunia ini”
Kalau perkataan semacam itu terasa lucu dan
‘menggelikan, maka akan lebih menggelikan lagi kalau
ada orang yang mengusulkan supaya AFQur‘an
diganti, Padahal, Al-Qur'an ini merupakan firman
Allah yang ditujukan kepada manusia.
Peta Umum Kehidupan Periode Madinah
Surah ini melukiskan satu segmen kehidupan dari
Kehidupan kaum muslimin di Madinah sesudah
7 Siiakan periksa Kitab Ma akatul Tialidkarya Muhammad Quihb,terbitan Darusy Syurug,Teer Zhai Quem i us)
Perang Badar pada tahun kedua Hijriah hingga
Perang Uhud pada tahun ketiga, serta berbagai
situasi dan kondisi yang melingkupnya pada masa
itu. AlQur’an terus berbuat, di samping peristiwa-
peristiwa itu, di dalam kehidupan ini dan menyertai-
nya dalam berbagai sektor.
‘Nash-nash surah ini akan terasa kuat dan hidup
manakala dihadirkan gambaran tentang situasi dan
kKondisi pada zaman itu. Yaitu, suatu gambaran ten-
tang kehidupan yang ditempuh oleh kaum muslimin,
serta tentang jaringan-jaringan dan hathal yang
meliputi kehidupan ini, dengan mawas diri, merenung-
perasaan yang berkecamuk pada waktu tu. Sehingga,
pembacaseolaholah sedang menempuh hidup dalam
peristiwa-peristiwa itu, dan hidup bersama umat yang
sedang mengalaminya, serta bergaul dengannya.
Kalau seseorang memejamkan matanya, maka
akan terbayang olehnya-sebagaimana yang ter-
bayang olehku-pribadi-pribadi kaum muslimin
berangkat petang dan pagi dengan tandatanda yang
tampak pada wajah mereka, dan perasaannya yang
tersimpan di dalam hati mereka masing-masing.
Sedangkan, di sekitarnya musuh-musuh mereka
mengintai dan menunggu kesempatan untuk me-
lontarkan kebohongan serta syubhat ke tengah-
tengah mereka, dengan hati yang penuh dendam.
Merekaberhimpun untuk menghadapinya dilapang-
an, dan menderita kekalahan di hadapannya~dalam
Perang Uhud. Kemudian mereka memperdayakan
dan mengacaukannya dengan segala sesuatu yang
terjadi di medan perang dengan segala gerak-gerik,
dorongan-dorongan batin, dan tindakan lahirnya.
AlL-Qur'an senantiasa turun untuk menghadapi
rekayasa dan tipu daya, membatalkan kebohongan
dan syubhat, memantapkan hati dan kaki, memberi-
‘kan arahan kepada ruh dan pikiran, mengomentari
peristiwa yang terjadi dan menunjukkan pelajaran
darinya, membangun pandangan dan menghilang-
kan kegelapan, mengingatkan kaum muslimin ter-
hadap musuh yang licik dan penuh tipu daya, dan
membimbing langkahlangkah mereka di antara
duri-duri, jebakanjebakan, dan jerat-erat, dengan
bimbingan dari Yang Mahawaspada terhadap fitrah
dan Maha Mengetahui apa yang tersembunyi di
dalam hati.
Dibelakang semuainitetap tegaklah pengarahan-
pengarahan dan pengajaran-pengajaran yang dikan-
dung oleh surah ini secara murni dan bebas dari
ikatan zaman dan tempat, dan ikatan situasi dan
kondisi. Ia menghadapi jiwa manusia, kaum mus-
Juz it: Bagian Permulaan Ali imran
limin kini dan esok, dan seluruh masalah kemanusia-
an, seakan-akan ia baru turun saat itu untuk ber-
bicara tentang masalah yang sedang terjadi dan
menghadapi kenyataan yang ada. Hal itu disebabkan
surah ini meliputi berbagai urusan, peristiwa, dan
kondisi psikologis hingga seakan-akan semuanya
mendapat perhatian darinya. Bahkan, sudah tentu
mendapat perhatian dari Yang Maha Mengerti dan
Maha Mengetahui terhadap semua macam jiwa,
perkara, dan urusan.
Oleh karena itu, tampaklah Al-Qur'an sebagai Al-
Qur'an untuk dakwah di semua tempat dan masa. la
adalah dustur (undang-undang, peraturan, konstitusi)
bagi umat ini pada generasi dan bangsa mana pun,
Taadalah peretas dan penunjuk jalan sepanjang masa.
Karena, ia adalah firman atau kitab Allah yang
terakhir kepada manusia dalam semua zaman dan
masa.
Pada waktu itu kaum muslimin di Madinah sudah
agak mapan di negerinya yang baru di kota Rasul
sav. Mereka sudah mulai melangkah sebagaimana
yang telah kami gambarkan dalam Tafsir Fi Zhilalil-
Que’ anini pada permulaan surah al-Bagarah.
Perang Badar Kubra telah terjadi dan Allah me-
netapkan kemenangan bagi kaum muslimin dalam
menghadapi kaum Quraisy. Kemenangan dalam
situasi dan kondisinya yang seperti itu benar-benar
merupakan sesuatu yang luar biasa. Karena itu,
Abdullah bin Ubay bin Salul, salah seorang pembesar
suku Khazraj, melepaskan kesombongan dan ke-
benciannya terhadap agama Islam dan nabinya ini.
Tamemendam rasa dendam dan dengkinya kepada
Rasul yang mulia, dan bergabung-secara nifak (pura-
pura)-kepada kaum muslimin. Dia berkata, "Ini
adalah suatu urusan yang sudah jelas arahnya.”
‘Yakni, sudah tampak arahnya dan dia berjalan pada-
nya dengan tidak dapat ditolak lagi.
Dengan demikian, ditaburkanlah benih-benih ke-
munafikan di Madinah yang kemudian terustumbuh
dan berkembang. Sebelum pecah Perang Badar, ada
beberapa orang yang terpaksa bersikap nifak ter-
hadap keluarganya yang telah masuk Islam-dan
akhirnya menjadi sekelompok manusia. Di antara
mereka yang punya kedudukan penting terpaksa
berpura-pura menampakkan keislaman dan ber-
‘gabung kepada masyarakat muslim. Sedangkan, di
dalam hatinya, mereka menyimpan dendam dan
permusuhan terhadap Islam dan kaum muslimin,Juz I: Bagian Permulaan Ali mean
Mereka menanti kehancuran kaum muslimin, men-
caricari celah untuk menyusup ke dalam barian
kaum muslimin, mengintai-intai situasi dan kondisi
ketika kekuatan kaum muslimin loyo serta barisan-
nya kacaw-balau. Semuanya dilakukan untuk menam-
pakkan segala yang tersimpan di dalam hati mereka
atau untuk melakukan pukulan yang mematikan
kalau mereka mampu.
Kaum munafik itu mendapatkan teman setia yang
karakternya sama dengan mereka. Yaitu, kaum
Yahudi yang menyimpan rasa dendam terhadap
Islam dan kaum muslimin serta Nabi Muhammad
‘saw. seperti halnya kaum munafik itu, bahkan lebih
berat lagi. Mereka diultimatum oleh Islam dengan
ancaman yang keras dalam posisinya di antaraorang-
orang Arab yang buta huruf di Madinah. Ditutup
rapatrapatlah celah