iL)
Potensi
Penerimaan
Hilang Rp
8 Triliun
JAKARTA, KOMPAS — Po-
tensi penerimaan negara dari pa-
jak penghasilan migas yang hi-
lang selama 2010-2012 mencapal
Rp 8 triliun. Sampai saat ini
pemerintah belum menuntaskan
akar persoalannya, yakni me-
nyangkut perjanjian kontrak bagi
kontraktor kontrak kerja sama
migas yang menggunakan per-
janjian pajak (fax treaty).
*BPK mengharapkan segera
dilakukan amandemen productt-
on sharing contract/PSC (kontrak
bagi hasil) untuk mencegah ber-
kurangnya penerimaan negara
dari bagi hasil migas dan PPh
migas,” kata Ketua Badan Pe-
meriksa Keuangan (BPK) Hadi
Purnomo. saat menyampaikan
hasil audit tentang laporan ke-
uangan pemerintah pusat tahun
2012 dalam Rapat Paripurna De-
wan. Perwakilan Rakyat di Ja-
karta, Selasa (1/6).
Hasil audit BPK tentang la-
poran keuangan pemerintah pu-
sat 2012 menyebutkan, penge-
lolaan pajak penghasilan (PPh)
migas tidak optimal sehingga hal
pemerintah sebesar Rp 1,38 tri-
liun belum dapat direalisasikan.
Sementara potensi penerima-
an dari PPh migas yang hilang
pada tahun 2010 sebagaimana
disebutkan Wakil Ketua BPK Ha-
san Bisri dalam keterangan pers,
mencapai Rp 4 triliun dan tahun
2011 adalah Rp 3 trilium. Dengan
demikian, potensi penerimaan
negara dari PPh migas selama
2010-2012 yang hilang mencapal
lebih dari Rp 8 triliun.
*Sampai saat ini, pemerintah
belum melaksanakan amande-
men PSC terhadap kontraktor
kontrak Kerja sama yang meng-
gunakan fax treaty dalam peng-
hitungan PPh migas yang diba-
yarkan ke negara,” kata Hadi.
BPK dalam auditnya atas la-
poran keuangan pemerintah pu-
sat tahun 2012 juga menemukan
adanya inkonsistensl pengguna-
an tarif pajak dalam perhitungan
PPh migas dan bagi hasil migas.
Dampaknya, pemerintah kehi-
langan’ potensi penerimaan ne-
gara minimal Rp 1,3 triliun.
BPK juga menemukan adanya
penjualan kondensat bagian ne-
gara oleh PT TPPI tidak sesuai
kontrak. Implikasinya terdapat
piutang senilai Rp 1,35 triliun
_yang potensial tak tertagih, Pe-
nyebabnya adalah BP Migas tidak
taat prosedur. (LAS)
nn