Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Quality is at the top of most agenda and improving quality is
probably the most important task facing any situation. Of course, we all
know quality when we experience it, but describing and explaining it is a
more difficult task. In our everyday life, we usully take quality for granted,
especially when it is regularly provided. The best organizations, whether
public or private, understanding quality and know its secret.
While, service quality characteristics especially education, are more
difficuli to define than those for physical products. This because the in-
clude many important subjective elements. For purposes of analysing
quality it is more appropriate to view education as a service industry
than as a production process. In TQM, staff members are known as
internal customers and students or learners are primary external
customesr or clients.
This article describes Total Quality Management and Service
Quality for improving higher education organization. Two cases in Total
Quality Management, and Service Quality are discussed and analyzed to
show a little example of higher education organization in Indonesia that has
not been performed Total Quality Management and Service Quality yet.
The Result of the analysis proves this. Then, authors also show how Total
Quality Management as the philosophy can be achieved in higher education
organization.
quality culture.
Pendahuluan
178
Total Quality Management dan Service Quality dalam Organisasi Pendidikan Tinggi
179
Cakrawala Pendidikan, Juni 2005, Th. XXIV, No. 2
180
Total Quality Management dan Service Quality dalam Organisasi Pendidikan Tinggi
181
Cakrawala Pendidikan, Juni 2005, Th. XXIV, No. 2
182
Total Quality Management dan Service Quality dalam Organisasi Pendidikan Tinggi
183
Cakrawala Pendidikan, Juni 2005, Th. XXIV, No. 2
184
Total Quality Management dan Service Quality dalam Organisasi Pendidikan Tinggi
pelanggan, baik pelanggan internal (yaitu semua pihak yang berada dalam
lingkungan pendidikan) maupun eksternal (yaitu semua pihak yang berada
di luar lingkungan pendidikan tetapi sangat berpengaruh pada industri jasa
pendidikan tersebut, seperti masyarakat), dan bukan apa yang dianggap
oleh lembaga pendidikan sebagai yang terbaik.
Kesulitan yang dialami lembaga pendidikan adalah pelanggan pendi-
dikan ikut memerankan peran penting dalam mutu belajarnya. Pelanggan
mempunyai fungsi yang unik dalam menentukan mutu dari apa yang mereka
terima dari dunia pendidikan. TQM menekankan pada kedaulatan pelang-
gan, sehingga banyak bertentangan dengan konsep lama. Pendidikan dan
pelatihan bagi pengajar dalam konsep dan pemikiran mengenai kualitas
adalah elemen penting dalam perubahan budaya. TQM lebih dari sekedar
menyenangkan dan membuat pelanggan lembaga pendidikan tersenyum,
melainkan mengenai kemampuan lembaga pendidikan mendengarkan dan
masuk dalam dialog mengenai ketakutan dan inspirasi orang-orang atau
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Pendidikan adalah menyangkut orang yang belajar. TQM di
sektor pendidikan menyangkut mutu pengalaman peserta didik atau
siswa. Siswa adalah pelanggan primer. Tanpa kemampuan untuk
memenuhi pendidikan yang dibutuhkan, tidak akan mungkin untuk
suatu lembaga pendidikan dikatakan telah mencapai TQM. Sebuah
lembaga pendidikan mempunyai kewajiban untuk membuat siswa
menyadari adanya berbagai macam metode belajar yang tersedia
baginya.
Banyak orang mempelajari bagaimana menggunakan prinsip TQM di
kelas. Beberapa elemen mungkin terlibat dalam cara ini. Diawali dengan
menyusun misi yang akan dicapai oleh siswa dan pengajar. Dari sini negosiasi
dilakukan mengenai bagaimana dua bagian tersebut akan dapat mencapai
misi, gaya belajar dan mengajar dan sumber daya yang dibutuhkan. Siswa
dapat membicarakan rencana kegiatannya untuk memberikan petunjuk dan
motivasi. Penyusunan feedback dengan mengadakan evaluasi bagi setiap
siswa sangat penting untuk proses pembentukan jaminan kualitas (quality
assurance). Evaluasi harus merupakan proses yang berjalan terus-menerus
dan tidak boleh ditinggalkan sebelum siswa menyelesaikan sekolah tersebut.
Hasil evaluasi pun harus didiskusikan dengan para siswa. Namun bukan
185
Cakrawala Pendidikan, Juni 2005, Th. XXIV, No. 2
186
Total Quality Management dan Service Quality dalam Organisasi Pendidikan Tinggi
187
Cakrawala Pendidikan, Juni 2005, Th. XXIV, No. 2
mental. Bahkan, para pengajar dan seluruh staf beserta mahasiswa se-
bagai pelanggan ikut serta terlibat dalam pelaksanaan filosofi tersebut.
(5) Pesan dan perilaku yang konsisten yang perlu disampaikan kepada
pelanggan
Industri jasa, khususnya pendidikan memang sulit dilihat hasil-
nya. Bagaimana pendidikan yang berkualitas sulit dicari pengukuran-
188
Total Quality Management dan Service Quality dalam Organisasi Pendidikan Tinggi
189
Cakrawala Pendidikan, Juni 2005, Th. XXIV, No. 2
190
Total Quality Management dan Service Quality dalam Organisasi Pendidikan Tinggi
191
Cakrawala Pendidikan, Juni 2005, Th. XXIV, No. 2
192
Total Quality Management dan Service Quality dalam Organisasi Pendidikan Tinggi
193
Cakrawala Pendidikan, Juni 2005, Th. XXIV, No. 2
disamping koomitmen dari para peneliti itu sendiri. Hasil penelitian terse-
but juga harus selalu diperbaiki dan disempurnakan. Bisa jadi, penelitian
tersebut dilakukan atas permintaan dari pihak tertentu yang mempercayai
lembaga pendidikan tersebut untuk meneliti permasalahan yang terjadi pada
pihak yang meminta penelitian tersebut. Sehingga, pihak yang meminta
dilakukannnya penelitian itulah pelanggannya di mana kepuasannya harus
diwujudkan dengan berpedoman pada filosofi TQM.
Metode-metode yang digunakan dalam penerapan TQM dan CQI
untuk sektor industri atau perdagangan dapat juga digunakan pada lem-
baga-lembaga pendidikan. Lebih jauh lagi, penerapan TQM dan CQI dapat
meningkatkan kemampuan lembaga pendidikan tersebut untuk menyediakan
lulusan yang bermutu, dalam berbagai program kemampuan atau keilmuan
dan keterampilan atau kejuruan.
Namun demikian, penerapan filosofi TQM di sektor pendidikan ini
bukannya tanpa kendala. Menurut Hittman (1993), ada beberapa hambatan
yang sering dihadapi dalam menerapkan filosofi tersebut, antara lain seb-
agai berikut.
(1) Sasaran dari berbagai metode perbaikan kualitas tradisional pada
lembaga-lembaga pendididkan hanya berupa kesesuaian terhadap
standar
(2) Standar jaminan kualitas seringkali disusun terlalu rendah atau
terlalu tinggi, sehingga program-program pendidikan akan men-
galami kesulitan dalam pencapaiannya.
(3) Definisi klasik mengenai jaminan kualitas terlalu sempit.
(4) Pendekatan yang mutakhir mengkonsentrasikan hanya pada per-
formansi pengajaran dan mengurangi penekanan pada kontribusi
dari hal-hal yang bukan berkaitan dengan pengajaran.
(5) Pendekatan yang mutakhir yang hanya menekankan pada instruk-
tur pendidikan.
Kesuksesan dalam penerapan TQM di suatu lembaga pendidikan tergantung
dari visi yang digunakan oleh para guru atau dosen, guru besar, dan para
194
Total Quality Management dan Service Quality dalam Organisasi Pendidikan Tinggi
Penutup
Total Quality Management (TQM) memang merupakan suatu proses
dan filosofi dasar yang akan berhasil bila diterapkan secara serentak pada
semua level dalam organisasi. Penerapan TQM tidak memerlukan peralatan
atau sistem manajemen baru, melainkan komitmen atau kesadaran untuk
mengadakan perubahan budaya yang berorientasi pada peningkatan kualitas
dan perbaikan seluruh proses secara terus-menerus, menyeluruh, dan ber-
kesinambungan. TQM memang dapat diterapkan dalam organisasi apa pun
tak terkecuali. Dengan memperhatikan cara penerapannya, dalam bidang
apa saja filosofi tersebut diterapkan, dan bagaimana mensiasati kendala dan
hambatan yang menghalangi pene-rapan tersebut pada organisasi pendidikan
tinggi, maka pelaksanaan yang membutuhkan waktu lama tidak akan terasa.
Selain itu, apabila diikuti dengan benar maka keberhasilan akan berada di
tangan, baik individu maupun organisasi.
195
Cakrawala Pendidikan, Juni 2005, Th. XXIV, No. 2
Daftar Pustaka
Bolton, A. 1995. A Rose By Any Other Name: TQM In Higher Education.
Quality Assurance in Education, 3 (2), 13-18. Diakses dari www.
emerald-library.com tanggal 3 April 2001.
Emulti, D., Kathwala, Y., dan Manippallil, M. 1996. Are Total Quality
Management Programs In Higher Education Worth The effort ?
International Journal of Quality and Reliability Management, 13
(6), 29-44. Diakses dari www.emerald-library.com tanggal 8 Mei
2001.
Feigenbaum, A.V. 1991, Total Quality Control (3 rd edition). New York:
McGraw-Hill.
Harvey, L. dan Green, D. 1994. Defining Quality. Assessment and Evalu-
ation in Higher Education, 18 (1), 9-34. dari CD-ROM.
Herbert, F. J., Dellana, S. A., dan Bass, K. E. 1995. Total Quality
Management In Business School: The Faculty Viewpoint. Sam
Advanced Management Journal, Autumn, 20-34. Dari CD-ROM.
Hewitt, F. dan Clayton, M. 1999. Quality and Complexity Lessons
From English Higher Education. International Journal of Quality
and Reliability Management, 16 (9), 838-858. Diakses dari www.
emerald-library.com tanggal 15 Juli 2001.
Hittman, J. A. 1993. TQM and CQI in Postsecondary Education.
Quality Progress Journal, 77-80. Dari CD-ROM.
Ho, S.K., dan Wearn, K. 1996. A TQM Model For Higher Education and
Training. Training for Quality Journal, 3 (2), 25-33. Diakses www.
emerald-library.com tanggal 2 Agustus 2001.
Matthew, W. 1993. The Missing Element in Higher Education. Journal
of Quality and Participation, 4 (2), 35-42. Diakses www.emerald-
library.com tanggal 5 April 2000.
196
Total Quality Management dan Service Quality dalam Organisasi Pendidikan Tinggi
197
Cakrawala Pendidikan, Juni 2005, Th. XXIV, No. 2
198
Total Quality Management dan Service Quality dalam Organisasi Pendidikan Tinggi
199
Cakrawala Pendidikan, Juni 2005, Th. XXIV, No. 2
200
Total Quality Management dan Service Quality dalam Organisasi Pendidikan Tinggi
201
Cakrawala Pendidikan, Juni 2005, Th. XXIV, No. 2
202
Total Quality Management dan Service Quality dalam Organisasi Pendidikan Tinggi
203