You are on page 1of 6

Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 2, No.

2, 2008 49

Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma domestica val.)


dan Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis Volumetri
Ratna Sri Harjanti*
Politeknik LPP, Jl Urip Sumoharjo, Balapan
Yogyakarta

Abstract
Volumetric analysis is one of quantitative analysis methods; a very important method used in determining the
concentration of substances in solution. The success of this analysis was determined by the existence of an
appropriate indicator that can show the exact end-point of titration. Curcumin, a natural dye contained in the
plant root of turmeric (Curcuma domestica val.) was able to function as an indicator for the color change from
light yellow brown to brown at pH around 4.5 to 9.9. Curcumin is extracted from the tuber which result is called
oleoresin extraction. In the case of extraction of oleoresin, the role of solvent, extraction duration, temperature,
and the fineness of particles is very important. In the present work curcumin pigment was extracted from
turmeric paste in ethanol as solvent at varying operating conditions; i.e temperature, duration of extraction, and
particle size of turmeric powder. The extract was further distilled and weighed. The curcumin obtained at
optimum conditions was then determined using a TLC Scanner. The use of curcumin as an indicator in
volumetric analysis was done by mean of titration using a few acid-basic samples. The results were compared
with results from titrations using phenolphthalein (pp) and methyl-orange (mo) as indicators. The results
showed that the optimum condition of curcumin extraction were at a temperature of 70°C for 120 minutes with a
turmeric particle size of 100 mesh. The curcumin produced had a relatively high concentration of 5.158 mg/mL.
In order to use it as an indicator for the end-point of volumetric analysis, the curcumin should be diluted to
obtain 5% solution and use as much as 4 drops of the solution for the titration.

Key words: indicator, curcumin, titration, extraction

Abstrak
Analisa volumetri merupakan salah satu metode analisa kwantitatif, yang sangat penting penggunaannya
dalam menentukan konsentrasi zat yang ada dalam larutan. Keberhasilan analisa volumetri ini sangat ditentukan
oleh adanya indikator yang tepat sehingga mampu menunjukkan titik akhir titrasi yang tepat. Kurkumin, zat
warna yang terkandung dalam umbi tanaman kunyit (Curcuma domestica val.) ternyata mampu berfungsi
sebagai indikator karena terjadinya perubahan warna dari kuning muda coklat menjadi coklat pada pH sekitar
4,5 – 9,9. Untuk mengambil kurkumin dari umbinya, dilakukan dengan cara ekstraksi. Hasil ekstraksi disebut
oleoresin. Dalam hal ekstraksi oleoresin, peranan pelarut, lama ekstraksi, suhu ekstraksi, dan kehalusan partikel
sangat penting. Pada pengambilan zat warna kurkumin, kunyit yang sudah dihaluskan dikenakan proses ekstraksi
dengan variasi suhu operasi, lama ekstraksi, dan kehalusan serbuk kunyit. Solven yang digunakan adalah etanol.
Hasil ekstraksi kemudian didistilasi dan ditimbang . Kurkumin yang diperoleh pada kondisi optimum diuji
kadarnya menggunakan TLC Scanner. Pemanfaatan kurkumin sebagai indikator dalam analisa volumetri
dilakukan dengan cara titrasi menggunakan beberapa sampel asam basa dan membandingkannya dengan titrasi
menggunakan indikator pp dan mo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum pengambilan
kurkumin adalah pada suhu 70°C, ukuran partikel kunyit 100 mesh selama 120 menit menggunakan pelarut
alcohol. Kurkumin yang dihasilkan memiliki kadar 5,158 mg/mL. Kurkumin yang akan digunakan sebagai
indikator titik akhir pada analisa volumetri harus diencerkan terlebih dahulu menjadi 5% volume sebanyak 4
tetes.

Kata kunci: indikator, kurkumin, titrasi, ekstraksi

Pendahuluan secara biogenetis berasal dari fenil alanin, asam


Rimpang kunyit mengandung kurkuminoid malonat, dan asam sitrat. (Stahl, E., 1985).
sekitar 10%, kurkumin 1-5%, dan sisanya terdiri Zat warna kurkumin merupakan kristal
atas demektosikurkumin serta bisdemetoksi- berwarna kuning orange, tidak larut dalam ether,
kurkumin. Komponen yang terpenting dari umbi larut dalam minyak, dalam alkali berwarna merah
kunyit adalah zat warna kurkumin dan minyak kecoklatan, sedangkan dalam asam berwarna
atsirinya. Kurkumin merupakan zat warna yang kuning muda (Nugroho, 1998). Menurut
__________ Mohammad R, dkk. (2007) kurkumin memberi-
* Alamat korespondensi: email: ratna_sh_st@yahoo.com kan perubahan warna yang jelas dan cepat yaitu
50 Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 2, No. 2, 2008

kurang lebih 5 detik sehingga dimungkinkan Reaksi titrasi yang akan dilakukan untuk
digunakan sebagai indikator. Kurkumin membuktikan bahwa kurkumin dapat digunakan
memberikan warna yang berbeda pada setiap sebagai indikator dalam menunjukkan titik akhir
harga pH seperti tersaji pada Tabel 1 titrasi adalah titrasi basa kuat dengan asam kuat
(Kusumopradono, 1990). dan titrasi basa lemah dengan asam kuat.
O O Disamping itu, digunakan juga indikator
pembanding fenolftalein (pp) dan methyl orange
(mo). Contoh titrasi basa kuat dengan asam kuat
R1 R2 adalah titrasi NaOH dengan HCl. Reaksi sebagai
(1)
HO
berikut:
OH NaOH + HCl NaCl + H2O (2)
dalam bentuk ion,
R1 = R2 = OCH3 kurkumin
H+ + OH− ↔ H2O (3)
R1 = OCH3 ; R2 = H demetoksikurkumin
R1 = R2 = H bisdemetoksikurkumin
Karena larutan yang terbentuk pada saat titik
ekivalen (TE) itu larutan NaCl, maka larutan
Gambar 1. Rumus bangun kurkumin demetoksi- tersebut netral, sehingga [H+] = [OH−] = 10−7
kurkumin bisdemetoksikurkumin pada 25 C. Kenetralan ini juga nyata dari reaksi
ion titrasi yang menyatakan bahwa yang
Tabel 1. Warna kurkumin pada pelbagai pH sebenarnya bereaksi ialah ion-ion H+ dan OH−
pH Larutan Warna dan hasilnya H2O. maka konstanta keseimbangan
4,5 kuning muda pucat
6,7 kuning reaksi titrasi ini ialah :
7,2 kuning merah (4)
7,5 kuning merah coklat
8,0 kuning coklat Untuk perhitungan kurva titrasi asam basa
8,3 kuning coklat digunakan persamaan sebagai berikut:
8,5 kuning coklat
9,7 coklat kemerahan 1. Kondisi Awal ; Basa kuat

9,9 coklat [OH ] = Cb (5)

pH = 14 – p [OH ] (6)
Indikator asam-basa ialah zat yang dapat 2. Selama Titrasi ; Basa kuat + garamnya

berubah warna apabila pH lingkungannya [OH ] = Cb (7)
berubah. Apabila dalam suatu titrasi, asam pH larutan ditentukan oleh basa yang tersisa.
maupun basanya merupakan elektrolit kuat, 3. Titik Ekivalen ; Garam (Basa Kuat – Asam
larutan pada titik ekivalen akan mempunyai Kuat)
− −7
pH=7. Tetapi bila asamnya ataupun basanya [OH ] = [H+] = 10 (8)
merupakan elektrolit lemah, garam yang terjadi 4. Lewat Titik Ekivalen ; Garam + Asam Kuat
akan mengalami hidrolisis dan pada titik ekivalen [H+] = Ca (9)
larutan akan mempunyai pH > 7 (bereaksi basa) pH larutan ditentukan oleh asam kuat yang
atau pH < 7 (bereaksi asam). Harga pH yang tersisa. Contoh titrasi basa lemah oleh asam kuat
tepat dapat dihitung dari tetapan ionisasi dari adalah titrasi NH4OH oleh HCl, dengan reaksi
asam atau basa lemah tersebut dan dari sebagai berikut:
konsentrasi larutan yang diperoleh. Titik akhir NH4OH + HCl H2O + NH4Cl (10)
titrasi asam basa dapat ditentukan dengan Reaksi ionnya :
indikator asam basa (Underwood, 1983). H+ + NH4OH ↔ H2O + NH4+ (11)
Indikator yang digunakan harus memberikan
perubahan warna yang nampak di sekitar pH titik (12)
ekivalen titrasi yang dilakukan, sehingga titik
akhirnya masih jatuh pada kisaran perubahan pH
indikator tersebut. Haryadi (1986) menyebutkan (13)
bila suatu indikator digunakan untuk menunjuk-
kan titik akhir titrasi, maka : Untuk perhitungan kurva titrasinya digunakan
1. Indikator harus berubah warna tepat pada saat persamaan sebagai berikut:
titrant menjadi ekivalen dengan titrat. 1. Kondisi Awal ; Basa Lemah
2. Perubahan warna itu harus terjadi secara -
(14)
mendadak, agar tidak ada keraguan-keraguan 2. Selama Titrasi ; Basa Lemah + Garamnya
tentang kapan titrasi harus dihentikan. -
(15)
Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 2, No. 2, 2008 51

3. Titik Ekivalen ; Garam Basa Lemah – Asam


4.5
Kuat ( Hidrolisis )

hasil kurkumin (gram)


4
[H ] ( Kw / Kb ). Cg (16) 3.5
4. Lewat Titik Ekivalen ; Garam + Asam Kuat 3
[ H+ ] = Ca (17) 2.5
2
1.5
Metode Penelitian
1
Bahan 0.5
Kunyit yang sudah dikupas dan dicuci bersih, 0
dijemur kemudian dihaluskan. Serbuk kunyit 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
dihaluskan dalam beberapa ukuran. Kadar air
waktu ekstraksi (menit)
sebesar 10,256%. Pengambilan kurkumin dari
serbuk kunyit dilakukan dengan cara ekstraksi
Gambar 3. Hubungan waktu ekstraksi dengan berat
menggunakan pelarut etanol 96%. kurkumin

Alat Hal ini disebabkan karena waktu kontak antara


Ekstraksi dilakukan dalam labu leher tiga kurkumin dengan pelarutnya semakin lama.
dengan kelengkapannya seperti terlukis pada Namun pada waktu 120 menit ternyata hasil
Gambar 2. Setelah ekstraksi selama waktu kurkumin mencapai puncaknya, apabila waktu
tertentu, larutan hasil didistilasi untuk diperpanjang lagi ternyata sudah tidak efektif lagi
menguapkan etanolnya. Distilasi dihentikan bila karena waktu kontak yang diperlukan pelarut
sudah tidak ada lagi uap alkohol yang menetes. dengan bahan kunyit sudah cukup dan mencapai
Residu yang dihasilkan segera dipindahkan dan kondisi kesetimbangan.
didinginkan, dalam keadaan dingin, residu
disaring sehingga terbentuk kristal. Pengaruh Suhu
7

Keterangan: 6
1. Labu leher tiga
berat hasil kurkumin (gram)

2. Pengaduk 5
3. Termometer
4. Pemanas air 4
5. Pendingin balik
6. Motor pengaduk 3
7. Statip
2

1
Gambar 2. Rangkaian Alat Ekstraksi
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Kristal dioven sampai diperoleh berat yang
suhu reaksi (C)
relatif tetap. Kristal yang berisi kurkumin ini
dicek kadarnya menggunakan TLC Scanner
Gambar 4. Hubungan antara suhu ekstraksi dengan
(Thin Layer Chromatoghrafi Scanner). Kristal berat kurkumin
kurkumin ini kemudian dilarutkan dalam alkohol
dalam berbagai persen volume, dan siap Pengaruh suhu pada proses ekstrasi dapat
digunakan sebagai indikator dalam titrasi asam dilihat pada Gambar 4. Semakin tinggi suhu
basa. reaksi, kurkumin yang dihasilkan juga semakin
bertambah untuk waktu reaksi yang sama, sebab
Hasil dan Pembahasan gerakan molekul-molekul pereaksi semakin
Pada penelitian ini dipelajari pengaruh waktu, besar. Dengan demikian, kemungkinan terjadinya
suhu dan ukuran butir. tumbukan antara molekul-molekul pereaksi yang
berlanjut dengan reaksi kimia juga semakin
Pengaruh waktu besar. Pada suhu 70°C diperoleh hasil yang
Hasil penelitian untuk peubah waktu tersaji maksimal, apabila suhu dinaikkan lagi, kurkumin
pada Gambar 3 menunjukan bahwa semakin yang dihasilkan akan menurun. Hal ini
lama waktu ekstraksi semakin banyak kurkumin disebabkan karena titik didih etanol adalah
yang terambil. 78,4°C, sehingga pada suhu ekstraksi di atas titik
52 Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 2, No. 2, 2008

didihnya akan menyebabkan sebagian besar Tabel 2. Penggunaan Indikator Kurkumin pada Titrasi
etanol menguap. Pada suhu ekstraksi di atas titik 0,1 M HCl dengan 0,1 M NaOH
Lar Jumlah Penggunaan
didih etanol, daya larut etanol sudah tidak efektif (% vol) 1 tetes 2 tetes 3 tetes 4 tetes
lagi. 1 # # # #
3 # # ## ##
Pengaruh ukuran partikel 5 * ** ** ***
Pengaruh ukuran butir kunyit disajikan pada
Gambar 5 yang memaparkan bahwa ukuran Pada penambahan indikator kurkumin 5%
serbuk kunyit yang semakin kecil ternyata akan sebanyak 4 tetes pada 10 mL HCl 0,1 M yang
menghasilkan kurkumin yang semakin banyak. akan dititrasi dengan NaOH 0,1 M menunjukkan
perubahan warna yang sangat jelas dan terjadi
6.6
secara mendadak, sehingga indikator kurkumin
6.5
6.4
yang dipakai pada percobaan selanjutnya adalah
larutan indikator kurkumin 5% sebanyak 4 tetes.
berat kurkumin (gram)

6.3
6.2
6.1 Titrasi NaOH oleh HCl
6 Penentuan titik akhir titrasi 10 mL NaOH 0,1
5.9 N oleh HCl 0,1 N dengan indikator kurkumin dan
5.8 pembanding indikator pp dapat disajikan pada
5.7 Tabel 3.
5.6
5.5
Tabel 3. Titik akhir titrasi 10 mL NaOH 0,1 N oleh HCl
0 20 40 60 80 100 120
0,1N
Ukuran partikel (mesh) Volume HCl, mL
No Indikator pp Indikator kurkumin
Gambar 5. Grafik hubungan antata ukuran partikel 1 9,50 9,55
dengan berat kurkumin 2 9,50 9,55
3 9,50 9,60
Hal ini disebabkan pada ukuran butir semakin 4 9,50 9,55
5 9,50 9,55
kecil akan memudahkan pelarut dalam Rerata 9,50 9,56
melarutkan minyak atsiri, beserta zat warna, pH = 9,0015 pH = 8,6989
resin, dan zat-zat lain seperti protein dan waxe
yang terkandung dalam serbuk kunyit. Pencarian Penyimpangan sebesar 0,63% yaitu perbedaan
kondisi optimum ukuran partikel dihentikan titik akhir yang ditunjukkan oleh indikator pp dan
pada ukuran 100 mesh, karena ukuran ini sudah indikator kurkumin sangat kecil, sehingga
sangat kecil bagi serbuk kunyit. Dari Gambar 3, 4 kurkumin layak digunakan sebagai indikator
dan 5 dapat diambil suatu kondisi optimum dalam titrasi asam basa untuk alternatif pengganti
ekstraksi kunyit dengan etanol untuk fenolftalein (pp).
menghasilkan kurkumin, yaitu 50 gram serbuk
kunyit dengan 200 mL etanol pada suhu 70°C, Titrasi NH4OH oleh HCl
ukuran partikel 100 mesh, selama 120 menit. Penentuan titik akhir titrasi 10 mL NH4OH
Kurkumin yang diperoleh pada kondisi ini 0,1 N oleh HCl 0,1 N dengan indikator kurkumin
sebanyak 6,519 gram. Kurkumin ini dianalisa dan pembanding indikator mo dapat disajikan
kadarnya menggunakan TLC Scanner, ternyata pada Tabel 4. Prosentase kesalahan 0,18%
mempunyai kadar 5,158 mg/mL. ditunjukkan oleh indikator kurkumin terhadap
indikator mo pada titrasi di atas sangat kecil,
Penentuan jumlah penggunaan larutan sehingga kurkumin layak digunakan sebagai
kurkumin indikator dalam reaksi titrasi asam basa untuk
Kurkumin dengan kadar 5,158 mg/mL alternatif pengganti methyl orange (mo). Apabila
diencerkan dengan pelarut alkohol (berdasarkan pH yang terjadi pada titik akhir titrasi kita
persen volume) dalam berbagai variasi. Hasil bandingkan dengan pH titrasi asam basa pada
yang diperoleh digunakan sebagai indikator umumnya, akan terlihat bahwa pada titrasi NaOH
titrasi, untuk mengetahui seberapa banyak oleh HCl, penggunaan indikator fenol-ftalein
kurkumin yang digunakan, agar perubahan warna sangat tepat karena pada kondisi inilah
pada saat akhir titrasi terlihat jelas. Data yang merupakan daerah curam yang perubahan
diperoleh disajikan dalam Tabel 2. warnanya terjadi secara mendadak. Perbedaan pH
yang diperoleh pada penggunaan indikator
Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 2, No. 2, 2008 53

kurkumin tidak jauh berbeda dengan indikator Perbandingan dengan hasil lain
fenolftalein. pH yang diperoleh masih berada Penelitian serupa pernah dilakukan, namun
pada daerah curam. Hal ini merupakan salah satu kondisi operasi yang digunakan berbeda.
syarat dipakainya suatu indikator titik akhir titrasi Kusumopradono (1990) meneliti perubahan pH
dapat digunakan. yang terjadi pada zat warna kurkumin dengan pH
meter, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 4. Titik akhir titrasi 10 mL NH4OH 0,1 N oleh HCl Sedangkan Harjanti, dkk (2003) menggunakan
0,1 N serbuk kunyit dengan ukuran 40 mesh sebanyak
Volume HCl, mL
No Indikator mo Indikator kurkumin
45 gram diekstraksi dengan 300 ml etanol, pada
1 10,73 10,71 suhu 70°C, selama 4 jam. Kurkumin yang
2 10,73 10,71 dihasilkan mempunyai kadar 1,585 mg/mL.
3 10,73 10,71 Apabila dibandingkan dengan penelitian ini,
4 10,73 10,71 terdapat perbedaan yang sangat nyata pada
5 10,73 10,71
Rerata 10,73 10,71 ukuran partikel 40 mesh dengan 100 mesh. Di
pH = 4,2668 pH = 5,8568 samping itu, waktu yang diperlukan dalam proses
ekstraksi relatif lama. Pada penelitian terdahulu
memerlukan 4 jam untuk menghasilkan kurkumin
dengan kadar 1,585 mg/mL, sedangkan pada
penelitian ini hanya membutuhkan 120 menit
untuk menghasilkan kurkumin dengan kadar
5,158 mg/mL. Semakin kecil ukuran partikel
yang diekstraksi, semakin singkat waktu
ekstraksinya untuk menghasilkan kurkumin
dengan kadar yang lebih tinggi.

Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut.
1. Proses pengambilan kurkumin dengan cara
ekstraksi merupakan proses yang sederhana
dan dapat dilakukan dalam skala kecil dengan
biaya yang tidak terlalu tinggi.
2. Kondisi operasi yang optimum dalam
Gambar 6. Kurva titrasi basa kuat dengan asam kuat ekstraksi kunyit adalah pada suhu 70°C,
berbagai konsentrasi dengan ukuran partikel 100 mesh selama 120
menit, kurkumin yang dihasilkan 6,519 gram
mempunyai kadar 5,158 gr/mL.
3. Penggunaan kurkumin sebagai indikator harus
diencerkan sampai 5% volume sebanyak 4
tetes.
4. Kurkumin dapat digunakan sebagai indikator
titik akhir titrasi dalam analisis volumetri
menggantikan fenolftalein dan methyl orange.

Daftar Lambang
[ ] : konsentrasi
Cb : konsentrasi basa, mol/L
Ca : konsentrasi asam, mol/L
Cg : konsentrasi garam, mol/L
BL : basa lemah
Gambar 7. Kurva titrasi 0,1 M NH4OH oleh 0,1 HCl BK : basa kuat
K : konstanta keseimbangan reaksi titrasi
Hal yang sama juga dapat dilihat saat kurkumin Kb : derajat kebasaan
digunakan indikator dalam titrasi NH4OH oleh Ka : derajat keasaman
HCl dengan indikator pembanding mo (methyl Kw : Konstanta disosiasi air
orange). pH : -log [H+]
54 Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 2, No. 2, 2008

pOH : -log [OH−] Daftar Pustaka


ff : fenolftalein Harjadi, 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar, hal.134-
# : tidak terlihat perubahan warna 149, 160-169, Gramedia, Jakarta.
## : perubahan warna tidak jelas Harjanti, R.S., Purwanti, E., Sarto, 2003. Zat Warna
* : perubahan warna agak jelas Kunyit (Kurkumin) sebagai Indikator Titrasi Asam
** : perubahan warna jelas tetapi agak lama Basa, Prossiding Semnas Teknik Kimia Indonesia,
*** : perubahan warna jelas dan sekonyong- Kusumopradono, 1990. Perubahan Warna Kurkumin
konyong pada Pelbagai pH, Laporan Penelitian
Laboratorium Proses, Universitas Diponegoro.
Mohammad, R., Ahmad, M., Daud, J.M., 2007.
Potensi Kurkumin Sebagai Penunjuk pH Semula
jadi Untuk Pembangunan Sensor Optik pH,
M.J.A.S II, 351-360.
Nugroho, N.A., 1998. Manfaat dan Prospek
Pengembangan Kunyit, hal. 3, 4, 40-41, PT Trubus
Agriwidya, Ungaran.
Stahl, E., 1985. Analisa Obat Secara Kromatografi dan
Mikroskopi, hal. 3-18, 190-191, Institut Teknologi
Bandung.
Underwood, A.L. dan Day, R.A., 1984. Analisa Kimia
Kwantitatif, edisi 4, hal. 90-91, Erlangga, Jakarta.

You might also like