You are on page 1of 37
PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL SIB - 11: METODA KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK) MyDoc/Pusbin-KPK/Draftt Modul S181: Motode Kora Pelaksanaan Pokaan Jombaton Kate Pengontr KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan proyek jembatan, maka Modul Methode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan merupakan bagian yang sangat penting, agar seluruh jajaran pelaksana_mampu memahami dalam melaksanakan langkah- langkah prosedur pelaksanaan konstruksi jembatan sesuai dengan kaidah dan ketentuan yang berlaku. Penyamaan persepsi atas standar prosedur dalam pelaksanaan proyek diperlukan agar proyek dapat terlaksana sesuai dengan batasan waktu, biaya dan mutu, Oleh karena itu dalam modul ini telah djabarkan beberapa methode pelakasanaan jembatan yang mengacu beberapa referensi dan ketentuan yang tercantum dalam spesifikasi jembatan pada umumnya. Modul Methode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan menyajkan dasar-dasar methode pelaksanaan jembatan balk untuk proyek skala menengah maupun skala besar, sehingga akan bermanfaat untuk semua segmen yang memerlukan, agar pelaksanaan jembatan dapat dilaksanakan lebih efekif dan efisien Telah dicoba membatasi materi modul methode Pelaksanaan Jembatan agar sesuai dan optimal dengan batasan waktu yang tersedia dalam pelatihan, Namun untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap dan jelas bagi peserta, akhimya ditetapkan cakupan materi modul sebagaimana terlampir. Pelaan Se apactor of Braga Si) Modul S181: Motode Kora Pelaksanaan Pokaan Jombaton Kate Pengontr “Polaian Sie pectoral rage SB) Modul S181: Motode Kora Pelaksanaan Pokaan Jombaton Kate Pengontr LEMBAR TUJUAN JUDUL PELATIHAN Polatihan Inspektor Lapangan Pokerjaan Jembatan (Site Inspector of Bridges) MODEL PELATIHAN : Lokakarya terstruktur TUJUAN UMUM PELATIHAN : Setelah modu! ini dipelajari, peserta mampu membuat pelaporan yang mendukung pelaksanaan aktivitas pengendalian, pengawasan, pemantauan, dan pengambilan keputusan, TUJUAN KHUSUS PELATIHAN : Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu: Mengawasi pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Membaca Data Geotekrik Mengawasi penggunaan Bahan Jembatan Membaca Gambar Mengawasi penggunaan Alat-alat Berat Mengawasi pelaksanaan Pengukuran dan Pematokan Mengawasi pelaksanaan Pekerjaan Tanah Mengawasi pelaksanaan Pekerjaan Beton Mengawasi pelaksanaan Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jembatan 410. Mengawasi pelaksanaan Pemeliharaan Jembatan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas +1. Mengawasi pelaksanaan Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan 12, Membuat Laporan Pengawasan Pekerjaan “Polaian Sie apectorofBrage (SB) Modul S181: Motode Kora Pelaksanaan Pokaan Jombaton Kate Pengontr NOMOR DAN JUDUL MODUL : SIB - 11 Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah modul ini dipelajari, peserta memahami proses pelaksanaan proyek jembatan serta_mampu_melakukan langkah kegiatan berkaltan dengan pelaksanaan jembatan mulai dari persiapan sampai dengan pelaksanaan proyek TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Pada akhir pelatihan peserta mampu 1. Mengawasi pelaksanaan pematokan pada pelaksanaan pekerjaan pembangunan jembatan, Mengawasi pelaksanaan pekerjaan pondasi Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi beton, Mengawasi pelaksanaan pekerjaan bangunan baja. Menjelaskan teknik pemasangan bangunan atas baja, Mengawasi pelaksanaan pemasangan landasan dan sambungan- sambungan, 7. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan perlindungan saluran air dan tanggul 8 Mengawasi pelaksanaan pekerjaan jalan pendekatloprit. “Polaian Sie apectorofBrage (SB) Kate Pengontr Modul S181: Motode Kora Pelaksanaan Pokaan Jombaton DAFTAR ISI KATA PENGANTAR LEMBAR TUJUAN DAFTAR ISI Halaman DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN (Site Inspector of Bridge) DAFTAR MODUL PANDUAN INSTRUKTUR BABI PEMATOKAN PADA PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN 1.1 PENDAHULUAN 1.2 PENGUKURAN HORIZONTAL. 1.2.4. Sistem Kontrol Garis 12.2 Sistem Koordinat 1.3 PENGUKURAN VERTIKAL 4.4 TITI-TITIK KONTROL SURVEI 115 PENENTUAN ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR, 4.5.1 Umum 1152 Tiang Pancang 1.5.3. Telapak Pondasi dan Beton kopel Tiang (Footings and Pile Caps) 1.58.4 Kolom-kolom 15.5 Balok Melintang Ujung (Crosshead) 156 Landasan 15.7 Balok dan Gelegar 15.8 Lantai dan Parapet Jembatan (Tembok Sedada) BAB II PEKERJAAN PONDASI 2.1 UMUM 2.2 PONDAS! LANGSUNG (SPREAD FOOTING) 22.4 Umum 2.22 Tanah 22.3 Batuan 22.4 Pekerjaan Perapihan (Trimming) dan Persiapan 2.3 PONDASI TIANG 2.3.1 Umum 2.3.2 Peralatan Pemancangan 2'3'3 Tiang Pancang Beton 2.34 Tiang Pancang Baja 23.5 Tiang Yang Dipancang 2.36 Tiang Yang Dibor dan Dicor Setempat 23.7 Tanah Yang Sulit dan Halangan-Halangan Pelaan Se apactor of Braga Si) Modul S181: Motode Kora Pelaksanaan Pokaan Jombaton Kate Pengontr 2.4. PONDASI CAISSON waa 2.4.1 Umum ia 214.2. Boton Yang Dicor Sotempat tha BAB Ill KONSTRUKSI BETON ma 3.1 UMUM we 32 ACUAN DAN PERANCAH we 3.21 Umum wi 3:22 Acuan te 3.23 Sambungan(Joint) uta 3.2.4 Perancah a3 3.3 PENULANGAN ta 3.3.1Bahan-bahan ta 3.3.2Pengiriman Baja ta 3.3.3 Penumpukan di Lokasi ta 3.3-4Pembengkokan di Lokasi m5 3.38 Pembersihan Sebelum Mengecor Dalam Acuan it 3.3.6 Pelekatan, Penjangkaran dan Penyambungan U5 337 Selimut (Penutup) Penulangan uet6 3.3.8Penempatan dan Pengikatan uaz 3.3.9Pengolasan Titik Untuk Penulangan m8 3.4 PENGECORAN BETON uiet9 3.4.1. Pengecoran beton di bawah air u23 3.4.2 Pemadatan Beton mea 3.4.3 Penyelesaian Permukaan Beton ui-26 3.44 Perawatan Beton uik-30 3.4.5 Kualias Beton 138 3.4.6 Sambungan (Join) 38 3.5 BETON PRATEKAN ik43 35.1 Umum iaa 3.5.2. Saluran (ducting) Untuk Tendon Prategang uaa 315.3 Tendon dan Penjangkaran was 3.54 Penegangan war 3.5.5 Tindakan Pengamanan i-53 356 Grouting usa 357 Penanganan dan Penyimpanan Gelegar dan Unit Lantai Pra-tekan Pracetak 1-56 3.5.8 Detail-detall Prakts uLs7 3.6 GROUT YANG CAAT es 3.6.1 Umum 164 36.2 Caracara Perbalkan 16s BAB IV BANGUNAN BAJA wa 4.1 FABRIKAS! PEKERJAAN BAJA vt 44.4 Umum ve 4.12. Gambar-Gambar vet 4.13 Prosedur Fabrikasi ve 4.2 PENGELASAN vay 424 Umum v4 422. Pemanasan Pendahuluan Va “Polaian Sie apectorofBrage (SB) Modul S181: Motode Kora Pelaksanaan Pokaan Jombaton Kate Pengontr 42.3 Perubahan Bentuk (Distorsi) va 424 Kualifikasi Operator Pengelasan Vs 4.25 Kualifikasi Prosedur Pengelasan Vs 4.26 Elektroda-Elektroda vs 4.2.7 Pemeriksaan dan Perbalkan-perbaikan Pengelasan wa 4.3 PEMERIKSAAN PADA PEKERJAAN BAJA. FABRIKASI v7 4.3.1, Umum va 4.3.2 Pemeriksaan Pengelasan v8 4°33 Kerusakan-Kerusakan Dalam Pengelasan va 4,4 PERAWATAN PERLINDUNGAN BAJA vo 4.4.1 Umum va 4.42 Persiapan Permukaan vo 4.43 Pelapis Dasar (Primer) va 4.4.4 Pelapis Bawah (Undercoats) W-t0 4.4.5 Penyelesaian Akhir (Lapisan penutupatas) Iv-10 4.8 PENANGANAN DAN PENYIMPANAN PEKERJAAN. BAJA War 4.8 PEMASANGAN STRUKTUR BAJA Wrz 46.1 Pemasangan Gelegar 143 462 Pemasangan Rangka (Truss Erection) Wwata 4.6.3 Perkuatan Melintang (Cross-bracing) I-45, 4.7PENYAMBUNGAN DI LAPANGAN Iv-45: 4.7.4 Umum Iv. 4.7.2 Baut Berkekuatan Tinggi (High Strengh Bolts) vs 4.7.3 Pengelasan di Lapangan Wvt8 47.4 Perubahan Cat Galvanized Wag BAB V TEKNIK PEMASANGAN BANGUNAN ATAS BAJA. va 5.1 UMUM vA 5.2 JEMBATAN RANGKA AUSTRALIA va 5.2.1. Jembatan Rangka Tetap (Permanen) va 5.22 Jembatan Rangka Permanen Khusus vB 523 Rangka Semi Permanen var 5.3 JEMBATAN GELAGAR AUSTRALIA vat 53.1 Umum v.32 5.3.2 Komponen-Komponen v.34 5.3.3. Meloda-Metoda Pemasangan v.35 5.3.4. Persoalan-Persoalan Umum var 5.4, JEMBATAN RANGKA BELANDA (HOLLANDIA KLOos) v.39 54.1 Umum v.39 5.4.2 Komponen-Komponen vat 54.3. Cara Pemasangan va2 5.4.4. Persoalan Umum vst 5.5 JEMBATAN RANGKA AUSTRIA vat 5.5.1 Rangka Permanen vst 5.5.2 Rangka Semi Permanen v59 “Poiaian Ste apectorofBrage (SB) Modul S181: Motode Kora Pelaksanaan Pokaan Jombaton 5.6 PERBANDINGAN JEMBATAN RANGKA PERMANEN AUSTRALIA, BELANDA DAN AUSTRIA 5.7. JEMBATAN SEMENTARA (TRANSPANEL DAN MABEY PANEL) 5.7.1 Umum 5.7.2. Jembatan Transpanel Australia 5.7.3. Jembatan Mabey dan Johnson BAB VI LANDASAN SAMBUNGAN-SAMBUNGAN 6.1 UMUM 6.2 LANDASAN 8.3 SAMBUNGAN BAB Vil PERLINDUNGAN SALURAN AIR DAN TANGGUNG. 7.4. UMUM 7.2 BRONJONG 73. PENEMPATAN (PENAMBALAN) BATU 74 TIANG TURAP BAB Vill JALAN PENDEKAT/OPRIT 8.1. UMUM 8.2 BAHAN-BAHAN 8.3 PEMADATAN 84 PELAPISAN ASPAL RANGKUMAN DAFTAR PUSTAKA HAND OUT Pelaan Se apactor of Braga Si) Kate Pengontr vst vst vet Vv82 ver vit vit vit vin vile vilet vile vile vul3 vues ville vile ville vue Modul S181: Motode Kora Pelaksanaan Pokaan Jombaton Kate Pengontr DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN (Site Inspector of Bridge) 1, Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Inspektor Lapangan Pekerjaan Jembatan (Site Inspector of Bridge) dibakukan dalam ‘Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unitunit kerja sehingga dalam Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jembatan (Site Inspector of Bridge) unit-unit tersebut ‘menjadi Tujuan Khusus Pelatihan. 2, Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perlaku dari setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurkulum dan silabus pelatthan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut. 3, Untuk mendukung tercapainya tujuan Khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang hharus menjadi bahan pengajaran dalam pelathan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jembatan (Site Inspector of Bridge). Modul $1.1 Motode Koa Peloksanaan Pokaan Jmbaton Kate Pengontr Inspektur Lapangan Pekerjaan Jembatan Jabatan Kerja Site Inspector of Bridge (SIB) DAFTAR MODUL Nomor | Kode “Jud Mod 1 ‘SIB-0% | Keselamatan dan Kesehatan Keria 2 SIB- 02 | Membaca Data Geoteknix 3 SIB-03 | Bahan Jombatan 4 i804 | Membaca Gambar 5 SiB-05 | Alt Borat 6 S1B- 05 | Pengukuran dan Pematokan 7 18-07 | Pekerjaan Tanah 8 18-08. | Pekerjaan Beton 8 SIB-09 | Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan 10 16-10 | Pemetiaraan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas 11 | sig—11 | Motode Kerja Pelaksanaan Pekorjaan 2 IB 12 | Teknik Petaporan “Patan Sta apactar of Bilge (BY oF argo 5) Modul S181: Motode Kora Pelaksanaan Pokaan Jombaton Kate Pengontr PANDUAN INSTRUKTUR, A. BATASAN Seri / Judul SIB / 11 - METODE KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN Deskripsi Modul ini membicarakan mengenai_metode kerja pelaksanaan jembatan dengan menyajkan dasar-dasar metode pelaksanaan jembatan maupun_penjabaran beberapa metode pelaksanaan jem-batan. Modul ini menguraikan komponen-komponen dari proses, ppe-kerjaan pembangunan jembatan secara utuh sesuai dengan urutannya, dengan cakupan pembahasan yang ccukup luas, mulal dari adminis-rasi proyek termasuk dokumen proyek, penyusunan program dan jadwal polaksanaan serta penylapan lokasi, pengendalian dan pemerksaan mutu bahan, penyim-panan bahan, dan lain sebaga-inya sampai mengenai pengu-kuran, pekerjaan pondasi , tiang, juga teknik pemasangan ba-ngunan jembatan, serta konstruksi beton. Tempatkegiatan Di dalam ruang kelas, lengkap dengan fasiitas yag dliperlukan Waktu kegiatan 4 JP atau 180 menit “Poiaiian Ste apectorofBrage (SB) Modul S181: Motode Kora PolaksanaanPokersan Jor Kate Pengontr B. KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan Peserta Pendukung 4, Ceramah : Pembukaan + Menjelaskan yuan instruksional |* Menglkuti penjelasan TIU | OHP. (TIU dan TIK) ddan TIK dengan tekun dan + Merangsang motivasi peserta de-| aktif Ingan pertanyaan ataupun penga- |* Mengajukan pertanyaana- lamannya dalam melakukan pe- | pabila ada yang kurang jelas kerjaan jembatan Waktu: 5 menit 2. Ceramah: Bab |, Pematokan pada pelaksanaan pekrjaan pembangunan jombatan Memberi penjelasan, uraian atau ba- | * Mengikuti penjelasan, 0a- | OHP. hhasan mencakup beberapa hal hasan. instruk-tur + Mengajukan pertanyaan a- pabila ada yang kurang jolas + Mencatat hal-hal yang peru Titik Koto, ulasan singkat tentang pentingnya titk-stk kontrol Pengukuran horizontal Pengukuran vertial Tikit kontrol survey Penentuan elemen struktur Waktu: 18 menit 3. Geramah: Bab ll, Pekerjaan Pon- dasi Memberi penjelasan, bahasan atau |* Mengikuti penjelasan, ba | OHP. trian mengenai pekerjaan pondasi: | hasan alaupun uraian’ ins- truktur dengan tekun = Beberapa kesalahan yang harus|* Mengajukan pertanyaan a- divindar pabila ada yang kurang jolas = Pondasi langsung : gambaran tumum pondasi langsung, maslah tanah, batvan, trimming dsb, termasuk tabel-‘abel + Mencatat halal yang perlu + Pondasi tiang + Mengikuti diskusi yang dia- Masalah_umum : pengang-| _ kukan instruktur kutan, persiapan, pematokan, enempatan tiang pancang, dsb, ermasuk rumus-rumus Peralatan pemancangan Tiang pancang beton Tang pancang baja ‘iang yang dipancang “Polaian Sie apectorofBrage (SB) Modul S181: Motode Kora PolaksanaanPokersan Jor Tang yang dibor dan dicor ssetempat Tanah yang sult = Pondasi Caison Urasan_singkat tentang pon- dasicaison Beton yang dicor setempat Waktu: 45 menit Kegiatan Peserta Kate Pengontr Pendukung 4, Coramah : Bab Il, Pokerjaan ceakup = Fabrikasi pekerjaan baja Pengolasan Pemerksaan Perawatan perindungan baja Pemasangan struktur baja Peryambungan dilapangan Waktu: 30 menit hhasan ataupun uraian’ ins- truktur dengan tekun Mengajukan pertanyaan a pabila ada yang kurang jelas Mencatat ha-hal yang perlu Mengikut diskus! yang dila- kukan instruktur beton Mengikuti penjelasan, ba- | OHP. Memberi penjelasan, bahasan atau | hasan alaupun uraian’ ins- lraian_mengenai_konstuksi beton, | truktur dengan tekun rmencakup dintaranya Mengajukan.pertanyaan a = Acuan dan perancah pabila ada yang kurang jelas = Penulangan, diantaranya bahan-|+ Mencatat halal yang perlu bahan, pembengkokan dilapang- |» Mengikuti diskus! yang dia- an, penutupo penulangan kukan instruktur = Pengecoran belon, cara-cara engecoran, pemadatan_beton, ponyelesaian permukaan, para ‘watan, kualitas 6ston ‘= Beton pratekan, diantaranya sa luranidueting perjangkaran, — pe- negangan, tindakan pengamanan Waktu: 45 menit 5. Ceramah : Bab IV, Bangunan baja Memberi penjelasan, uraian, bahas- fan, mengenal bangunan baja, men-|* Mengikuti penjelasan, ba- | OHP. Pelaan Se apactor of Braga Si) Modul S181: Motode Kora PolaksanaanPokersan Jor Kate Pengontr tentang perindungan saluran air dan tanggual = Bronjong = Penempatanipenambalkan batu = Tiang trap Waktu: 5 menit, hasan ataupun uraian’ ins- ‘ruktur dengan tekun Mengajukan pertanyaan a abil ada yang kurang jelas Meneatat ha-hal yang perlu Kegiatan Peserta Pendukung 6. Ceramah: Bab V, Teknik pema- ssangan bangunan atas, baja + Mengikut! penjelasan, ba-/ OHP. hhasan ataupun uraian’ ins- Memberikan bahasan, uraian atau- | truktur dengan tekun pun perjelasan mengenai tekrik pe- |* Mengajukan pertanyaan a ‘masangan bangunan atas baja, dian- | pabila ada yang kurang jelas taranya = Jembatan rangka Australia Jombatan rangka tetap + Mencatat halal yang perlu ‘Jembatan rangka permanen |/* Mengikuti diskusi yang dila- Khusus kukan inetruktur Rangka sem) permanen + Jembatan gelagar Australia = Jembatan rangka Belanda = Jembatan rangka Austria = Perbandingan : jembatan rangka permanen Australia, Belanda dan Austria = Jembatan sementara (transpanel an mabey panel) Waktu: 20 menit 7. Ceramah: Bab Vi, Landasan dan ‘sambungan-sambungan Memberi_penjelasan, uraian atau bahasan mengenaiLandasan dan |* Mengikui penjelasan, ba- | OHP. ‘Sambungan-sambungan, mencakup; | hasan alaupun uraian’ ins- = Landasan truktur dengan tekun = Sambungan, antara lain bahan, |* Mengajukan pertanyaan a Pemadatan, pelapisan aspal. pabila ada yang kurang jelas + Mencatat hal-hal yang perlu Waktu: 10 menit * Mengikuti diskusi yang dla- kukan instruktur 8, Ceramah: Bab Vi, Perlindungan saluran alr dan tanggul ‘Memberi penjelasan maupun uraian|+ Mengikui penjelasan, ba- | OHP. Pelaan Se apactor of Braga Si) Modul $1.11 Motode Kora Polakzanaan Pekoraen Jor Kate Pengontr Kegiatan instruktur Kegiatan Peserta Pendukung 8. Ceramah: Bab Vill, Jalan pendekatloprit, Memberi penielasan maupun uraian |* Mengikuti penjelasan, ba- | OHP. tentang jalan pendekavoprit hhasan ataupun uraian’ ins- = Bahan-bahan truktur dengan tekun = Pemadatan + Mengajukan pertanyaan a. = Pelapisan aspal pabila ada yang kurang jelas + Mencatat hal-hal yang perl Waktu : 5 menit, “Polaian Ste apectorofBrage (SB) Modul S18 11: Metode Kerja Polaksanaan Pekesjaan Jembatan ‘Bab | Pematokan Pada Ploks ek Ponbenguren Jonéi BABI PEMATOKAN PADA PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN 1.1 PENDAHULUAN Sehirun elemen-elemen struktur suatu jembatan pada pelaksanaan pekerjaan pembangunan jembatan harus berada pada posisi yang benar. Untuk memindahkan suatu Gambar Reneana dari alas Kertas ke sualu bangunan di lapangan, maka libutubkan + Sejumtah tik kontrol pengukuran yang harus dikatkan pada suatu sistem koordinat yang tetap; + Dalam perencanaan jembatan harus dikatkan pada sistem koordinat yang sama, Tiik-tik Kontrol sementara setempat dapat ctentukan di sekitarlokasi jembatan dengan rmelakukan pengukuran baik vertical maupun horizontal dan dari titk-ttk kontrol tersebut posi! akhir dari elemen struktur dapat ditetapkan, Apabila tordapat Ketidak-jelasan informasi pada gambar rencana yang menimbulkan keraguan interpretasi, maka pengawas Lapangan harus menghubungi perencananya untuk mendapatkan Kejelasan. Kontraktor bertanggung-jawab dalam penentuan dan pematokan secara keseluruhan, sedang pengawas lapangan harus memastian bahwa Kontraktor mendapatkan informasi yang tepat serta telah menyiapkan ttkcttik kontrol yang dipasang 1.2 PENGUKURAN HORISONTAL Pengukuran horisontal didasarkan balk pada sistem kontrol garis ataupun sistem koordinat, namun bila dibutuhkan dapat merupakan kombinasi dari kedua sistem di atas. 4.24 SISTEM KONTROL GARIS Dalam sistem ini penentuan pengukuran didasarkan pada sistem referensi garis, dalam hal Ini biasanya digurakan garis tengah Jembatan. Garis kontrol offset dapat pula digunakan. Titketik ulama (key points) citentukan dari pengikatan, ticlitk kontrol offset serta ppengukuran jarak langsung dan pengukuran sudut sepanjang garis referens! “Potatton Si trepoctor of Brig S16) TT Modul S18 11: Metode Kerja Polaksanaan Pekesjaan Jembatan ‘Bab | Pematokan Pada Ploks ek Ponbenguren Jonéi Garis-garis Kontrol tak peru harus lurus, dapat berbentuk lingkaran atau lengkungan spiral. Dalam hal ini, suatu perhitungan data-data koordinat brits, pengikatan, landasan serta lengkungan harus tercakup dan tertera pada gambar alinemen, 4.2.2 SISTEM KOORDINAT Dalam sistem ini, titk-titk utama harus ditentukan koordinatnya, Untuk menentukan posis! koordinat-koordinat tersebut di lapangan, dilakukan pengukuran jarak dari tit kontrol hasil survei yang dibitung berdasarkan pada ordinat arah Utara-Timur 1.3. PENGUKURAN VERTIKAL Ketinggian permukaan tanah dapat diukur dari titk Bench Mark Bench Marks ‘mengendali bangunan dapat di tempatkan pada lokal atau pada gabungan datum, Geometr: vertkal garis Kontrol biasanya telah citentukan, Data-data ini memerinci tangkaian, tivk-titk tangen vertical, ketinggian dan kemisingan permukaan akhir Pengukuran lengkung vertkal sering diabaikan jka lengkungan vertkal normal dan clikurangi dengan ketinggian yang diukur pada interval-interval pendek sepanjang garis- gars rencana. 1.4 TITIK-TITIK KONTROL SURVEI ‘Suatu Jaringan ttk Kontrol survel ditentukan untuk mencakup seluruh daerah proyek, dan citempatkan pada posisi yang topat di dalam lokasi pekerjaan Konstuksi. Jarak antar tikes kontrol dianjurkan kira-kira 50 meter. Titk-tik Kontrol survel sebalknya berada dekat dengan lokasi jembatan tetapi bebas dari area kegiatan, hal In dimaksud untuk menghindari Kemungkinan adanya pergeseran posis akibat aktivitas pekerjaan termasuk pengoperasian dari peralatan. Untuk itu letak titestk Kontrol tersebut harus selalu dicek secara teratur, Perubahan letak tit Kontrol juga dapat terjad! pada dasar tanah seperti pada daerah pasang surut dan tanah, pada timbunan pelapisan tanah yang mudah mampat atau proses dalam tanah itu sendi, ‘seperti proses yang terjadi akibat besarnya variasi kadar kelembaban, “Potatton Si trepoctor of Brig S16) TE Modul S18 11: Metode Kerja Polaksanaan Pekesjaan Jembatan ‘Bab | Pematokan Pada Ploks ek Ponbenguren Jonéi 1.5 PENENTUAN ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR Letak dari elemen-elemen utama seperti Kepala jembatan, piler, dan bangunan atas dlitentukan berdasarkan pada sistem referensi yang digunakan Titk offset referensi harus ditetapkan untuk tiap pilar dan kepala jembatan Letak dan Jarak offset tiap-tiap titik referensi harus hat-hati giputuskan dan dikenali di lapangan dan untuk menyiapkan tahap penentuan Kembali yang mudsh bagi letak pilar dan kepala jombatan selama pelaksanaan pekerjaan sehingga ttkcttk ini tidak terganggu Lotak elemen-olemen kecil lain seperti kereb, parapet, galian drainase ditentukan berdasarkan pada letak elemen-olemen utama dengan mempertimbang kan pengukuran, Penempatan dan pematokan letak etemen-olomen ulama yang telah ditentukan harus diperksa, Pemerksaan ini harus dlakukan secara terpisah dan dilakukan oleh Staf Engineer dengan menggunakan peralatan lain yang berbeda dengan peralatan yang digunakan pada saat penempatan dan pematokan awal 4.5.1. UMUM Bagi Kontraktor yang melaksanakan pemeriksaan ulang alas hasil pekerjaannya sendin, dianjurkan untuk menggunakan methoda lain yang berbeda dengan methoda yang telah digunakan pada saat awal penempatan dan pem: kesalahan dari ketidak-lepatan identifkasi patok, ketidak-tepatan penandaan atau kesalahan dalam melaksarakan survel, maka pengukuran jarak dan beda tinggi dilakukan dengan memeriksa hasil pekerjaan dar tik awal suatu sisi sampai pada titk ‘akhir pada sisi yang lain, Kemudian dlikatkan pada titk kontrol hasil survei pertama, Pemeriksaan in tidak diperkenankan dllakukan hanya dengan mengukur dari satu tk akhir saja atau dari 2 tit akhir pada sisi yang terpisah. Prinsip dasar pekerjaan survei harus selalu digunakan, terutama untuk jarak yang besar. Peralalan harus mengukur dengan akurat dan sudut diukur pada sisi muka kanan dan muka Kir Peralatan survel yang digunakan dianjurkan untuk diperi«sa ssecara teratur untuk mempertahankan keteltian dan Ketepatannya, Dalam pengukuran, diusahakan agar jarak muka sama dengan jarak belakang jika memungkinkan. okan, Untuk menghindar 1.5.2. TIANG PANCANG Penentuan dan pematokan posisi pondasi merusakan pekerjaan yang paling kris, Beberapa unsur-unsur penting seperti jarak antara beton Kopel tiang (pile cap) harus olan So Iapecor of Bridge (IB) Modul S18 11: Metode Kerja Polaksanaan Pekesjaan Jembatan ‘Bab | Pematokan Pada Ploks ek Ponbenguren Jonéi selaku diperiksa ulang sesual dengan ukuran bangunan atas, sebelum pekerjaan konstruksi dimulai,terutama bila bangunan alas tidak horizontal Hal terpenting yang harus diperhatikan, apabila posisi garis kontrol lerletak di luar garis tengah Jembatan. Perlu diperhatikan bahwa sudut kemiringan diputar dari garis yang benar terutama bila kemiringan berada di antara 40° dan 50°. Lokasi tiang pancang terletak pada satu bidang di sisi bawah dari beton kopel tang atau kepala jembatan len Karena itu pada pematokan tang pancang, maka posisi tang pancang dipermukaan atau kerangka tang pancang harus diukur dan disesuaikan, untuk rmendapatkan perbedaan antara bagian bawan beton kopel atau kepala jembatan dan permukaan asi atau kerangka tiang pancang Kontrol possi tiang pancang suli dlakukan setelah pemancangan, dalam menentukan ketepatan posisinya ibutuhkan letak awal dari pergeseran tiang pancang, untuk memastikan bahwa posisi pancang tetap pada posisi semula. Pergeseran tiang pancang cenderung bergerak searah dengan kemiringan pada waktu pemancangan dan seringkall bertambah sesual kemiringannya, Penyesuaian untuk tiang miring dalam kelompok tiang dapat dibenarkan, untuk mengurangi resixo tang terlalu dekat pada tepi beton kopel tiang yang akan mengakibatkan beton kopel tiang diperbesar. Pemancangan tiang miring pertama kali dapat digunakan untuk memeriksa seberapa besar pergeseran dari kemiringan rencana 1.5.3, TELAPAK PONDAS! DAN BETON KOPEL TIANG (FOOTINGS ‘AND PILE CAPS) Posisi garis-garis referensi harus tetap terletak pada telapak pondasi. atau pada garis pores beton kopel dan garis-garis poros kolom. Setelah pemancangan tiang dilakukan, tik referensi yang telah ditentukan sebelumnya harus diperiksa Kembali untuk memastikan bahwa tit clit tersebut tidak mengalami gangguan, ‘Acuan untuk pangkal atau ujung dari kolom harus ditentukan secara tepat dan akurat. Bila pangkal Kolom terletak pada posisi yang tepat dan akurat, maka ketegakan kolom dapat dikontrol langsung dari pangksl 4.5.4, KOLOM-KOLOM Ketegakan dapat dikontrol dari pangkal kolom yang dibuat secara akurat, seperti yang telah diterangkan i stas atau dengan unting-unting atau bila mungkin dapat dilakukan dengan Theodolt dari 2 arah. “Potatton Si trepoctor of Brig S16) oT Modul S18 11: Metode Kerja Polaksanaan Pekesjaan Jembatan ‘Bab | Pematokan Pada Ploks ek PonBangunan Jonbatan "Spirit lever’ sebaiknya tidak digunakan untuk memeriksa ketegak-Iurusan.Unting Lnting yang digantungkan sepanjang tinggi kolom adalah cara yang terbaik untuk ‘mendapatkan hasil kontrol dan bahkan dapat digunakan untuk konstruksi kolom yang ‘mengecil ujungnya. Ketinggian kolom juga dapat dikontrol dengan pita ukur atau dengan cara pengukuran beda tingg! (leveling). 4.5.5, BALOK MELINTANG UJUNG (CROSSHEAD) Posisi horizontal Crosshead dapat ditentukan dari tiik-tiik tetap di puncak kolom menggunakan koordinal-koordinat atau dari posisi garis poros yang aitransfer dari dasar dengan menggunakan Theodoli Acuan soffit citentukan dengan menggunakan sipat-datar dan bak ukur, dengan ‘memperhitungkan penurunan dan lendutan dari perancah dan acuan, Tiang penyangga (Pedestals) landasan kadang-kadang dicor monolit dengan balok ‘melintang, tetapl karena toleransi yang kecil untuk menempatkan pedestal, lebih baik pengecorannya dilakukan setelah balok melintang. Bila lubang penyambung akan ditempatkan pada balok melintang, lubang tersebut harus diperiksa secara elt dengan menggunakan pengukuran langsung dari pilar kepilar untuk menjamin kotepatan balok Kecuali pada keadaan khusus, permukaan atas dari dasar landasan harus rata Pengurangan ketinggian dari dasar landasan untuk mendukung gelegar beton pratekan mungkin perlu penyesuaian terhadap perbedaan talk terduga dar lengkung gelegar (nog), 1.5.6, LANDASAN Landasan ditempatkan secara tepat pada dasarnya yang telah diberi tanda garis tengah. Beberapa perencanaan mensyaratkan balok atau gelegar didukung pada Jandasan sementara, Penentuan landasan sementara dllakukan dengan cara yang ‘sama seperti landasan yang tetap. 4.5.7. BALOK DAN GELEGAR Titkettik untuk penentuan dan pematokan balok dipindahkan dari permukaan tanah ke balok melintang (crosshead). “Potatton Si trepoctor of Brig S16) oT Modul S18 11: Metode Kerja Polaksanaan Pekesjaan Jembatan ‘Bab | Pematokan Pada Ploks ek Ponbenguren Jonéi Untuk gelegar segmental yang post-tension pada perancah, profil awal harus diberi keterangan pada Gambar guna menyediakan profi rencana setelah penegangan. Bangunan-bangunan atas yang dicor setempat ditentukan dan dipatok dari posisi totap pada balok melintang pada kolom-kolom. Untuk kontrol Ketinggian pada gelegar box yang icor setempat, grid diouat pada acuan soffit yang disesusikan sambil memasang bak ukur pada thik-titk kisi Harus diperhitungkan penurunan dan lendutan acuan dan perancah. 4.5.8. LANTAI DAN PARAPET JEMBATAN (TEMBOK SEDADA) Pengukuran horisontal lantal ditentukan dari garis tengah jembatan yang dltransfer ketempat yang sesuai pada pekerjaan totap seperti balok molintang (cross head), dinding, pelat lant dan sebagainya, Profil vertkal lantai jembatan yang menggunakan balok pratekan dapat berbeda dari profit rencana yang disebabkan karena faktor-faktor seperti umur segmen-segmen, waktu polaksanaan dan kondisi cuaca. Untuk mendapatkan prof lantal yang benar, mungkin peerlu menyesuaikan ketinggian lantal rencana untuk memperhitungkan perbedaan lengkungan bawah dar nila rencane, dengan menyesuaikan tinggi dasar dlandasan atau ‘merubah tebal pelatlantal Setiap usulan penyesuaian harus disetujul Engin Jka profl vertkal lantal tidak sesuai dengan profil rencana, mungkin perlu penyesuaian terhadap ketebalan kerb dan parapet untuk memperbaiki penampilannya, Penyesuaian tethadap rangkak jangka panjang dan lendutan akibat penyusutan harus cdibat karena hal ini cukup berart Pada waktu membuat kerb dan parapet sebaknya memperpanjang dan meluruskan ‘acuan sejauh mungkin melewati sambungan pelaksanaan, sehingga garis dan ketinggian yang ditentukan berdasarkan perhitungan dapat diperiksa secara visual Kerb dan parapet sebalknya tidak ditentukan dan dipatok terlebih dahulu sampal acuan dan perancah untuk soffit lantal telah dlbongkar dan telah ada penurunan yang terad Garis-garis harus dievaluasi secara visual, Suatu pemerixsaan dapat menemukan kesalanan penentuan atau pematokan. Suatu ‘aturan tidak tertulis! menyatakan bahwa Jika gars atau lengkungan tampak salah, kemungkinannya memang demikian, “Potatton Si trepoctor of Brig S16) Te Modul S18 11: Motode KeraPolasanaan Pokesiaan Jembatan Bab It Pekeriaan Ponta BAB II PEKERJAAN PONDASI 2.1 UMUM Kapasitas jombatan mendukung lalu-lintas berat dan menahan gangguan banjir dan sebagainya sangat tergantung pada kekuatan pondasinya. Pada jembatan-jembatan sederhana, kadang-kadang ditzinkan adanya penurunan kecil, penurunan besar pada pilar atau kepala jembatan akan menyebabkan tegangan yang berlebihan dan kerusakan pada unsur-unsur jembatan. Kalau jembatan telah direncanakan sebagai bangunan menerus, penurunan bangunan bawah akan mengakibatkan membaliknya tegangan pada gelegar dan lantai jembatan. Penurunan yang berlebihan, akan ‘mengakibatkan kerusakan pada bangunan. Salah satu pekerjaan yang terpenting dalam pembuatan jembatan adalah membangun pondasi-pondasi yang kuat, suatu pekerjaan yang memerlukan perhatian khusus pada tisp tahapan pekerjaan pondasi sebuah jembatan. Semus langkah pencegahan harus diambl pada saat pelaksanaan, supaya tidak timbul kesalahan pada umur pelayanan jombatan. Harus diingat bahwa sekall jembatan dibuka untuk lalu-Intas_umum, Perbaikan atau perkekuatan pondasi sult dilaksanakan Kesalahan yang harus dihindar termasuk: + pemancangan tiang pancang geser((iction ples) pada kedalaman yang kurang; + pemancangan tiang secara berlebihan pada batuan; + penggunaan tenaga pemancangan berlebih pada waktu menembus tanah yang relat lanak, akan mengakibatkan retaknya tiang beton; + korusakan terhadap tiang belon yang disebabkan penanganan, penempatan dan pomancangan yang salah; + karatnya tang baja tanpa perindungan disebabkan oleh air tanah yang agresit atau keadaan tanah itu senditi + karat pada tulangan disebabkan kurangnya selimut beton, + ketidak stabilan pada pllar atau kepala lembatan disebabkan oleh air berkecepatan tinggi yang mengikis material disekitar pil atau telapak pondasi: + terdapat bagian beton yang lemah pada waktu pelaksanaan atau bahan asing yang terdapat pada waktu pencetakan tlang setempat (in-situ); + kelalaian dalam perawatan perlindungan pada tiang kayu yang dapat cimakan rayap dan serangga air + penggeseran pondasi akibat pergerakan tanah; “Potatton Si trepoctor of Brig S16) aT Modul S18 11: Motode KeraPolasanaan Pokesiaan Jembatan Bab It Pekeriaan Ponta + Penurunan atau perputaran pondasi langsung disebabkan kurangrya daya dukung atau kurangnya pemuangan material lepas atau material tidak sesua + keruntunan dari tang yang disebabkan tekanan negalif (down-drag) akibat penurunan timbunan di belakang kepala jombatan; + keruntunan oleh tersumbatnya sambungan muai oleh bahan asing, atau kerusakan (faiure) dari landasan jembaten, menyebabkan tegangan yang berlebihan (over stress) dalam bangunan bawah 2.2. PONDASI LANGSUNG (SPREAD FOOTING) Pondasi langsung, pada prinsiprya menyebarkan beban secara langsung pada dasar galian yang kedalamannya relaif kecil, ini berbeda dengan pondasitiang pancang yang ‘meneruskan beban pada tanah. 2.2.4 Umum Dari data geoteknis yang ada, perencana menentukan suatu kapasitas daya dukung dari tanah atau batuan: Kapasitas in biasanya cltunjukan dalam Gambar. Berdasarkan nial tersebut, ukuran pondasi langsung diitung. Pelaksana jemibatan kemudian mempunyai tanggung jawab untuk mencek bahwa dasar pondasi ai mana akan dibangun pondasi langsung tersebut memenuhi perkiraan perencana mengenal daya dukungnya, ‘Sebagal pedoman untuk pendataan di lapangan, cara-cara penentuan praktis dalam rmemperkirakan day dukung dari tanah pasi, lempung dan baluan diberikan pada Tabel 22.41,2.2.2 dan 2.2.3, Harus ditekankan bahwa penentuan nila dak digunakan untuk Keperluan perencanaan Jembatan. 2.2.2 TANAH Mungkin ciperluken penyesuaian terhadap tekanan yang dizinkan (bearing pressure) dengan memperhitungkan pengaruh air tanah, kemiringan pada tempat bersebelahan (adjacent slope), beban miring atau eksentris dan lapisan tanah lunak di bawah slka terdapat tanah dengan kekuatan lebih rendah (sangat lunak hingga keras dan sangat lepas hingga padat sedang), penurunan mungkin merupakan kriteria yang ‘menentukan didalam perencanaan dan bukanrya daya dukung “Potatton Si trepoctor of Brig S16) ae Modul S18 11: Motode KeraPolasanaan Pokesiaan Jembatan Bab It Pekeriaan Ponta Peralatan kecil, seperti alat pengukur gaya geser tanah (shear vane) saku atau penetrometer saku dapat bermanfaat dalam mena sifattanah kohestt 2.2.3 BATUAN Nila-nila yang dlberikan pada Tabel 2.2.9 adalah untuk batuan yang tidak utuh dan pada umumnya tanpa cacat (defect). Niai-nlal tersebut harus diberi pengurangan untuk memperhitungkan siar lempung, daerah tapukan (zona highly weathered) dan patahan (fracturing). Tekanan yang dipikul (Bearing pressure) sebesar yang diberikan dalam Tabel harus dipakal bersamaan dengan “unconfined compressive test” dan percobaan pembebanan titk (point load test), 2.2.4. PEKERJAAN PERAPIHAN (TRIMMING) DAN PERSIAPAN Penggalian dilakukan sekurang-kurangnya 150 mm ke dalam lapisan padat (solid strata), Setelah dasarnya diratakan dan pinggir galian cipotong sesuai ukuran pada gambar, dasarnya disapu dan disemprot agar dapat diperiksa. Pada tahap ini, untuk tolapak (footing) dengan pembebanan besar harus diambil contoh (core) di bawah dasamya untuk diperksa. Kedalaman yang disarankan adalah 1,5 kali ukuran terkecil dari telapak (footing) tu. Ini dapat dllengkapi dengan lubang bor berdiameter kecil_untuk mengambil kerokan tanah. Bila mut batuan diragukan, mungkin diperlukan pengujian tekan (compression test) pada contoh core. Pada umumnya, ‘makin borat pembebanan pada footing makin diperlukan pengujlan, Siar lempung yang tampak pada batuan harus ditersihkan dan diganti dengan beton rmasif. Jika bahan bermutu rendah harus dibuang dari satu bagian telapak, dasar dari telapak harus dibentuk tangga (stepped) secara vertkal, bagian tangga dissi dengan beton masit. ‘Suatu lapisan “campuran" dari beton masif, setebal 50 mm, dlletakkan menutupi dasar galian telapak untuk membentuk permukaan datar yang bersih dari mana dimulai pelaksanaan. Untuk pengeringan gallan harus diberi bak penampungan (sump) di bawah permukaan telapak. Kalau bahan pondasi tidak dapat runtun, telapak dapat dicor langsung pada sistsisi galian, Dalam hal ini perlu ciperhatikan pelaksanaan galian untuk mencegah retak berebihan. Bila pondasi langsung harus dikunci (keyed) pada bahan pondasi untuk mencegah longsor, maka harus dicor langsung pada sisi galian. olan So Iapecor of Bridge (IB) Modul S18 11: Motode KeraPolasanaan Pokesiaan Jembatan 0. 1 Poko Por Tindakan pencegahan harus diambil untuk menghindari longsoran bahan galian atau prt atau tercucinya bahan oleh air hujan ke dalam galian, terlebih setelah tulangan dipasang. Jika acuan digunakan penuh sokeliing pondasi langsung, lapisan beton “campuran* harus dilaksarakan secara tepat menurut bentuk, garis dan tinggi Sotelah itu acuan samping dapat diletakan dengan rapat pada tepi lapisan beton ccampuran. Praktek ini dapat mempercepat pelaksanaan dan mengurangi hilangnya adukan pada dasar acuan pada waktu pengacoran. Tabel 2.1 - Bahan Non-kohesif (Kerikil dan Pasir Bersih) Bearng Kepadatan| —Ketentuan Praktis untuk Identitkasi Lepangan | Pressure lyang Diizinkan| (kPa) [Sangat | Hampirtanpa periawanan teriadap penyekopan 50 (Copas | Mada dipenetrasi dengan batang 2mm yang dtekan|S0 hingga 700 dengan tangan Perlawanan kecil terhadap penyekopan. Padat | Modah dipenetrasi dengan batang famm yang Too nngge fedang__| dipancang dengan penumbukan 2 kg, 200 ‘Ada pertawanan terhadap penyekopan. Padat | Penatrasi suxar dengan balang Tamm hingga S0Omm,| 200 hingga sipancang dengan penumbuk 2 kg 350 Plu tangan_dlperlukan untuk penggalian. fSangat | Penatrasi hanya sampal 75mm yang dipancang 350 hingga fpadat | dengan penumbuk 2 kg, 600 Alat bermesin diperiukan untuk penggalian olan So Iapecor of Bridge (IB) 4 Modul S18 11: Motode KeraPolasanaan Pokesiaan Jembatan Bab It Pekeriaan Ponta Tabel 2.2 - Bahan Kohesif (Lanau, Lempung, Lempung Berpasir) Bearing KKonsistensi] _Ketentuan Praktis untuk Identikasi Lapangan | Pressure yang Dixinkan| (kPa) Sangat___| Mudah cibentuk dengan jan, Bekas sepatu jelas, % hunak tampak pada permakaan. Plu geologi dapat mudah ditekan masuk sampai tangkainya [Canax | Penetrasi mudan oleh bu jar. Dibentuk dengan 25 hingga 60 menggunakan tekanan Bekas sepatu agak tampak pada permukaan. Plu geologi dapat ditekan masuk sampai 30mm atau “40mm. [Tidak Kaku | Sokar dibontuk dengan jar, palu goologi dapat ditaxan|50 hingga 100] masuk sampai 10 mm. Penetrasi sedikit dengan sekop tangan. Kaku Ponetrasi dengan Kaku ibujanl Tidak dapat dbentuk | TOO hingga Jari Palu geologi ujung yang tajam membuat dapat 200 menandai tanah Plu tangan perlu untuk penggatian, jangat_ | Menandai dengan Kuku ibujani sult Pukulan dengan | 200 hingga Kaku palu geologi dapat sedikit menandal 400 ‘lat bermesin perlu untuk penggalian. Keras 400 olan So Iapecor of Bridge (IB) is Modul S18 11: Motode KeraPolasanaan Pokesiaan Jembatan Bab It Pekeriaan Ponta Tabel 2.3 - Batuan Bearng Descripsi | Ketentuan Praktis untuk Kdentifkasi Lapangan | Pressure yang Dizinkan a) Sangat_ [Bahan hancur dengan pukulan palu geolog yang) 1500 | Junak sedang. Dapat dikelupas dengan pisau, [Canak _| Terjadi lekukan 1 mm sampal 3 rm dengan pukular| 1600 hingga alu geolo-g) (ujung tajam yang sedang. Dapay 2500 dixupas dan cigaruk dengan pisau) KKeras | Gontoh yang sipegang dengan tangan dapat dipecah | 2500 hingga dengan ujung palu dari palu geologi dengan satu 3500 pukulan sedang. Tidak dapat dikerok atau dikupas dengan pisau jangat__ | Contoh yang dipegang dengan tangan dapat dipecah | 3500 hingga eras | dengan ujung palu dari palu geologi dengan lebih dari] 5000 satu pukulan jangat__| Contoh yang sipegang dengan tangan memerlukan 000 keras | beberapa pukulan dengan palu geologi untuk sekali | memecah bahan yang utuh. alatan: Banyak variable dapal mempengaruhi bearing pressure pada batvar yang dibatukan. Karena it, tabel in harus dipergunakan dengan bijaksana, 2.3. PONDASI TIANG Pekerjaan tiang pancang memerlukan perlakuan yang khusus dimulai dari engangkutan, penyimoanan, pengangkatan, penempatan dan pemancangan. “Potatton Si trepoctor of Brig S16) ae Modul S18 11: Motode KeraPolasanaan Pokesiaan Jembatan Bab It Pekeriaan Ponta 2.3.41, UMUM a. Pengangkutan Pengangkutan tiang pancang pipa baja biasanya tidak menjadi masalah di Indonesia, Tiang pancang pipa baja pada umumnya disediakan dalam ukuran panjang 6 meter, kerena dapat disambung di lokasi dengan mudah dengan cara pengelasan. Tiang pancang beton tersedia dalam berbagai ukuran panjang. Ukuran panjang 15 Haller untuk pengangkutan, Karena tiang ini harus ditopang pada tik seperempat atau sepertima panjang. Terdapat ser tiang yang ‘meter memerlukan penggunaan ser lain yang tersedia dalam ukuran panjang 8 meter sebagai segmen alas dan segmen bawah. Segmen atas biasanya mempunyal pelal baja untuk penyambungan dengan ssegmen bawah. Lihat juga Bab 6.3.3.4 tentang detall penanganan dan penyimpanan tiang beton. b,Persiapan pemasangan tiang Lokasi di mana tiang akan dipancang harus dipersiapkan sedatar mungkin, khususnya bila menggunakan crane ber-roda rantai yang dilengkapi dengan pemandu tiang, Permukaan tanah harus cukup kuat agar dapat dibeban| oleh crane atau alat lain yang ‘akan digunakan untuk penempatan dan pemancangan ataupun pemboran tiang, Jka tang akan dipasang di atas air, harus dipertimbangkan pembuatan dermaga kerja berbentuk jar-jari untuk pemancangan tiang, Bila pemancangan tiang akan dilakukan dari ponton, penting untuk menempatkan posisi jangkar yang cocok, yaltu pada tebing sungai atau dengan jangkar yang dlibenamkan di dalam air, untuk mengendalikan posisi ponton secara tepat. Sebagai tambahan, perlu suatu cara penempatan posisi pemandu (leaders) bebas dari posisi ponton. Harus diperhitungkan pula pengaruh pasang surut, terutama pada pemancangan tiang miring ©. Pematokan Tiang Pada waktu pematokan pondasi tiang i darat, garis dasar (baseline) harus dlitempatkan di luar daerah yang dipakai oleh tiang, Baseline harus ditentukan dengan sualu cara yang memungkinkan pemeriksaan tlang pada waklu pemancangan. Garis tengah di dalam daerah tiang dapat diragukan pada waktu pemancangan telah dimulal oleh karena kemungkinan patok terganggu gerakan alat serta pengangkatan (heaving) tanah “Potatton Si trepoctor of Brig S16) a Modul S18 11: Motode KeraPolasanaan Pokesiaan Jembatan Bab It Pekeriaan Ponta Pemancangan tiang di atas air merupakan masalah yang berbeda. Jika pemancangan dilakukan dari perancah yang telah dipancang terdahulu, garis tengah dapat ditetapkan pada peranca. Jka tiang dipancang dari ponton, penetapan posisitiang menjadi lebih sult, Hal ini dapat dllakukan dengan menetapkan garis dasar (baseline) pada sebagian bangunan atau pada tebing, dengan sudut sku-siku terhadap garis tengah jembatan. Posisi tang Kemudian dapat ditentukan dengan menggunakan dua buah plta baja untuk garis dasar dalam bentuk segitiga siku-siku. Salan satu pita digunakan untuk mengukur jarak berantai, dan yang lainnya mengukur hypotenusa (sisi miring). Titk potong atau puncak (apex) dari segltiga adalah posisi tang yang akan dipancang. SSeringkall perl menggunakan juru ukur, misalnya jika jarak rantal teraly besar, jka ‘ada halangan atau tidak mungkin menetapkan suatu garis dasar untuk pengerjaan selanjutnya. Dalam hal demikian, lokasi tiang ditentukan dengan menggunakan theodolit dan peralatan EDM atau cara lain pengukuran berantal 4d. Ponanganan dan Penempatan Tiang Pancang Setelah persiapan untuk pemancangan selesal,tlang dlangkut ke posisi di mana akan dipancang kemudian, ditempatkan dengan mobil crane atau ditarik ke posisi dengan tackle yang sesuai, Pada waktu memindahkan tiang dengan cara menarik, tall harus bbebas dari ikatan, kerangka pemancang dan halangan lain. Tiang harus diperiksa posisinya terhadap pemandy; harus diturunkan hingga menopang pada permukaan tanah. Dalam hal tiang yang panjang mungkin perl membuat lubang dalam tanah Untuk meletakan ujung (toe) dari tiang schingga terdapat ruang cukup pada kepala tiang untuk memasukan dan menjalankan penumbuk. Penumbuk selanjutnya harus ditempatkan pada posisinya dalam pemandu untuk persiapan pemancangan. Harus dliperhatikan bahwa tiang tidak rusak dikenai oleh pemandu. Gandar atau peralatan lain Untuk memasang penumbuk dalam pemandu harus tetap. fe. Kapasitas Tiang ‘Ada beberapa cara meramalkan kapasitas batas tiang antara lain adalah dengan Percobaan Pembebanan seperti yang diuraikan dalam Bab 2.9.1.4. dan dengan ‘menggunakan Rumus Dinamis, yang diuraikan dalam Bab 2.3.1.9. ‘Akan tetapi dalam tiap kasus, perl mengaitkan perkiraan kapasitas batas tethadap beban rencana pada tiang. Nilsi dari beban rencana maksimum pada setiap tiang harus diberikan pada gambar rencana. Pengawas (Supervising Engineer) harus ‘memiih faktor keamanan yang sesual untuk diterapkan pada kapasitas akhir dan ‘memeriksa apakah lebih besar dari pada beban rencana “Potatton Si trepoctor of Brig S16) ae Modul S18 11: Motode KeraPolasanaan Pokesiaan Jembatan Bab It Pekeriaan Ponta Pemilinan faktor keamanan bergantung pada jenis rumus dinamis yang dipakai, dan fungsi bangunan. Bangunan sementara dapat dilaksanakan dengan faktor keamanan yang lebih rendah dari pada bangunan tetap. FFaktor keamanan dari 3 hingga 6 diberikan untuk Rumus Denmark yang digunakan oi dalam Spesifixasi Teknik. Beberapa peraturan perencanaan mensyaratkan nilal-nilal minimum 2,5 atau 3,0 untuk rumus dinamis dan 2,0 untuk pengujian beban dalam jumiah yang cukup telah dilaksanakan. f. Percobaan Pembebanan Percobaan Pembebanan di lokasi dilakukan pada tiang untuk memastikan kapasitas daya dukung. Percobaan pembebanan dapat juga dilakukan pada tiang uji pada waktu tahap perencanaan untuk memerksa kapasitas perkiraan Tanah kohesi dan non-kohes! sifal-sifatnya akan berubah oleh adanya pemancangan tiang pancang. Pada tanah lempung adanya gangguan ini akan menyebabkan teriadinya pembentukan Kembali (remoulding) dan kehilangan kekuatan. Dengan berialannya waktu, sebagian besar kekuatan akan Kembali dan oleh kerena itu pengujian beban harus dllakukan beberapa minggu setelah tlang dipancang. Pada tanah pasie, suatu kondisi sementara akan terjaci i mana tahanan berlebih (resistance) akan terjadi. Akan tetapi tahanan berlebin tersebut akan hilang beberapa waktu setelah pemancangan, biasanya beberapa hari setelah pemancangan. ‘Tang dapat diberi beban percobaan dengan salah satu cara di bawah in + Beban mati dalam bentuk pemberat (kentledge) yang langsung ditambahkan pada tiang. + Pendongkrakan tethadap beban mati yang didukung di atas tang + Pendongkrakan terhadap balok melintang yang dl angker pada dua tiang cisampingnya, + Pendongkrakan terhadap balok melintang yang i angker pada batu oleh kabel prategang yang d-grout pada batuan di luar lang Dua dari cara tersebut datas ditunjukan dalam Gambar 3.1 “Potatton Si trepoctor of Brig S16) ae Modul S18 11: Motode KeraPolasanaan Pokesiaan Jembatan Bab It Pekeriaan Ponta Gambar 2.1 - Pengujian Beban pads Tiang Pengukuran gerakan tlang dilakukan dengan mengikat pada suatu ttk refrensi tetap Dukungan untuk tk referensi agar citempatkan di iuar daerah tanan yang dapat dipengarubi oleh gerakan tiang. Jarak yang paling besar antara & kall diameter tiang atau 2.6 meter dari tiang yang akan dliuj, kadang-kadang dipakai sebagal jarak ‘minimum lokasi pendukung dari tiang. Dalam tap hal, tik referensi harus diperixsa dengan pengukuran sifat datar bebas selama berlangsungnye penguiian pembebanan. ‘Ada boberapa metoda percobaan pembebanan yang berbeda, saat ini digunakan. ASTM D 1143 menjelaskan, percovaan yang paling umum yaitu percobaan pemibebanan ‘slow maintained’. Dengan prosedur ini percobaan beban diberikan dalam delapan kali penambahan yang sama besar, hingga mencapai dua kali beban rencana, Data Waktu ve Penurunan diperoleh untuk tiap-tiap penambahan beban, Tiap tambahan dipertahankan sampal tingkat penurunan kurang dari 2,5. mm per jam, atau Untuk 2 jam, yang mana terjad lebih dahulu. Beban akhir (dua kali beban rencana) dipertahankan sampal 24 jam. Pengurangan beban juga dilakukan dengan cara sedikt domi sedikit. Beban batas tiang diambil sebagai beban di mana kemiringan kurva Beban Penurunan ‘menjadi hampir vertkal, seperti ditunjukan pada Gambar 2.2 “Potatton Si trepoctor of Brig S16) ae Modul S18 11: Motode KeraPolasanaan Pokesiaan Jembatan Bab It Pekeriaan Ponta tee Gambar 2.2 - Tipikal Kurva Boban lawan Penurunan 9. Rumus Dinamis Telah dikembangkan banyak rumus untuk meramalkan batas daya dukung tiang pada waktu pemancangan di lokasi, Tidak ada satupun rumus yang dapat diandakan terus ‘menerus, atau untuk suatu kisaran daya dukung tiang, Kebenyakan rumus praktis tiang pancang merupakan penyederhanaan dari persamaan mum dan mengandung sejumlah “konstanta” dan koefisien empitis, Cara traisional meramalkan daya dukung tiang dengan cara dinamis adalah dengan memancang tiang, mencatat sejarah pemancangan dan mengadakan percobaan pembebanan, Akhir-akhir ini cara menginstrumentasi tiang dan melakukan perhitungan kompleks menggunakan komputer sewaklu pemancangan dilaksanakan, memberikan suatu altornatif yang balk. Setelah batas daya dukung tiang dihitung, suatu faktor keamanan yang sesuai dipith Untuk menentukan perkiraan kapasitas kerja. Phan angka keamanan dapat ditanyakan dan sedapat mungkin ditentukan oleh Perencana. Rumus Denmark kadang disyaratkan untuk menghitung batas daya dukung tiang, Rumus ini ikeral sebagai salah satu rumus yang diandalkan untuk meramaikan batas ddaya dukung tiang Batas daya dukung dapat dihitung sebagai berikut: exHxW, yoxexHxW, xl, SATA Gimana 5, = 1000 x SAP NEN 5- 5x8) Axe dimana: Ry = batas daya dukung dalam kilo Newton Wr= Berat penumbuk dalam Newton (9.81 x massa penumbuk dalam Kilogram) H_ = tinggi jatuh bebas penumbuk datam m. “Potatton Si trepoctor of Brig S16) ar Modul S18 11: Motode KeraPolasanaan Pokesiaan Jembatan Bab It Pekeriaan Ponta © = efisiensijatuh penumbuk E = Modulus Elastisitas bahan tiang pancang (dalam Mega Pascal) Panjang tiang dalam meter = Luas penampang melintang tiang dalam miimeter persegi 5. = Penurunan akbirtiang dalam milmetertiap pukulan dari rata- rata 10 pukulan pancang beruntun, atau § pukulan uji Kembali penuh yang pertama 2 = Penurunan sementara yang diperbolehkan dalam milimeter, seperti dihitung dari rumus oi atas. Untuk penumbuk diese! atau uap, tenaga penumbuk (dalam Newton meter atau Joule) dapat dipakal untuk hasil perkalian WH. Nilai Ip adalah panjang sebenarnya tiang untuk panjang yang lebih besar dari pada dua pulun kall ukuran penampang rmelintang tiang. Untuk tiang lebih pendek Ip adalah dua puluh kali nilal ukuran penampang melintang tang. A untuk tiang pipa baja adalah luas pipa baja, Nilai koefision © dan E, tergantung pada jenis peralatan yang dipakal tiang miring, rmenurut syarat Teknik adalah © = 0,75 untuk penumbuk jatuh bebas. © = 0,90 untuk penumbuk ap. © = 0,96 untuk penumbuk diesel E = 21.000 MPa (2.1 x 10° kg/em#) untuk tiang beton E = 210.000 MPa (2.1 x 10° skglem?}untuk tiang baja Rumus ini adalah untuk pemancangan vertikal. Bila tang dipancang dengan kemiringan harus diperhitungkan pengurangan gaya vertikal penumbuk dan kehilangan akibat gesekan antara penumbuk dan pemandu (leads) ‘Suatu perkiraan yang rasional untuk koefision gesekan adalah 0.10. Harga netto dari W, adalah : W, x (Cosfarctan(1/R)}-0,1 x Sinfarctan(1/R))] untuk tiang yang dipancang dengan kemiringan 1 dibanding R. Ini dljelaskan dalam Gambar 2-3, “Potatton Si trepoctor of Brig S16) a

You might also like