You are on page 1of 3

https://panduanturis.blogspot.

com
https://indonesiaholiday.eu.org

KEN ENDOK, BUNDA KEN ANGROK : SANG MUASAL, WIJINING HURIP

Nusantara Kita Foundation 01Nusantara Kita Foundation 01 0 Comments

Dibalik Nama “Endok”

KEN ENDOK, BUNDA KEN ANGROK :

SANG MUASAL, WIJINING HURIP

Oleh : M. Dwi Cahyono.

Endog–endogan peupeus hiji pre.

Endog–endogan peupeus hiji pre.

Endog–endogan peupeus hiji pre.

Endog–endogan peupeus hiji pre.

(lirik lagu mainan anak Sunda)

https://nusadaily.com/essay/ken-endok-bunda-angrok-sang-muasal-wijining-hurip.html

A. Perempuan Bernama “Endok”

Sekilas dengar terkesan unik bahwasanya terdapat seorang wanita yang menyandang nama “Endok”,
yaitu ” Ken Endok” atau ada pula yang menyebutnya “Ni Ndok”. Demikianlah, kitab susastra
gancaran “Pararaton” memberikan nama unik untuk Bundanya Ken Angrok. Apakah nama “Ken
Endok” merupakan nama diri ataukah hanya merupakan nama julukan? Sayang hingga sejauh ini
belum didapati kepastian tentang itu. Memang, di dalam teks-teks kuno acap seseorang disebut
dengan nama julukan (alias)-nya, sehingga nama sebenarnya darinya tidak diketahui.

Istilah “ndok” adalah suatu kata ujaran dari “endok”, dimana vokal “e” pada awal kata dilesapkan,
yang menunjuk kepada : telur. Selain sebutan “endok”, di dalam bahasa Jawa Kuna dan Tengahan
terdapat istilah lainnya, yaitu ” hantiga” — kemudian menjadi “tigan”, dan hantlu” — kemudian
menjadi “tlur” atau “telur”. Istilah lain yang juga bersinonim arti dengan “endok, hantiga, dan hantu”
https://panduanturis.blogspot.com
https://indonesiaholiday.eu.org

adalah “anda”. Sudah barang tentu, bukan tanpa pertimbangan (rationing) bila kitab Pararaton
menamai Ibu dari Ken Angrok itu dengan “Endok atau Ndok”.

B. Makna dibalik Penamaan “Ken Endok”

Paling tidak ada tiga pemaknaan untuk nama “Ken Endok”. Pertama, ndok (endok) merupakan
muasal segala makhluk. Kitab Brahmabdapurana berkisah mengenai manusia pertama bernana
Manu — oleh karenanya ada sebutan “manu + sa (kini dinamai dengan ‘manusia’)”. Manu terlahir
dari “telor asal” yang dicipta oleh Dewa Brahma, sehingga disebut “Telur Brahma (Brahma+anda)”.
Dalam konteks ini, analogi yang digunakan adalah realitas bahwa ada sejumlah jenis binatang, baik
reptil, unggas maupun ikan yang terlahir dari telur. Binatang jenis ini masuk ke dalam kategori
“binatang bertelur”. Ken Angrok diibaratkan sebagai manusia yang pertama, yakni “Manu”, yang
“menetas” dari “Telur Brahma”, seperti yang dikisahkan di dalam kitab “Brahnandapyrana”. Adapun
dalam “Pararaton”, Ken Angrok dikisahkan sebagai hasil pembuahan “sanggama” antara Ken Endok
dan “Bhatara” Brahma di Tgal Lalateng.

Kedua, ibu dari Ken Angrok adalah makhluk hidup berjenis kelamin perempuan (wanita). Meskipun
manusia perempuan bukan masuk dalam kategori “makhluk bertelur”, namun wanita mempunyai
apa yang dinamai dengan “sel telor”, yang jika dibuahi oleh sperma dari pria dan “diijabahi Illahi”,
maka akan berubah menuadi “janin”, yang apabila telah tiba waktu bakal lahir — bukan menetas —
sebagai bayi. Namun demikian, meski setiap perempuan mempunywi “sel telur”, tidak selalu wanita
dapat beranak, karena ada wanita yang steril (mandul, gabug, atau majer). Bagaimana bila wanita
yang mandul ingin punya anak?

Dalam hubungan dengan wanita mandul yang ingin punya anak, ada cerita di dalam bagian pertama
dari Wiracarita “Mahabharata”, yaitu “Adiparwa”, yang mengkisahakan bahwa sesuai permintaan
dari kedua istrinya, Rsi Kasyapa memberi tiga butir telur untuk satu istrinya yang bernama Winata
dan 1000 butir telur untuk istri yang lainnya yang bernama Kadru. Telor-telor itu diminnta untuk
ditetasinya, dan hasil tetasan dari telor-telor tersebut bakal menjadi anaknya. Winata kemudian
memperoleh dari tetasan telur yang ke- 2 dan ke-3 berwujud anak sengah badan yang diberi nama
Aruna dan anak yang beranatomi sempurna yang diberinya nama Garudeya (Sang Garuda) Adapun
keseluruhan telor yang ditetasi Kadru beranak menjadi 1000 ekor ular.

Ketiga, Ken Angrok merupakan muasal dari raja-raja di kerajaan Singhasari (Tumapel). Tokoh sejarah
yang mempunyai nama gelar (abhisekanama) “Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi” ini adalah
“cikal bakal” dari dinasti (vamsakreta, vamsakara) di kerajaanTumapel, yang bernama
“Rajasavamsa”. Ken Angrok sekaligus menjadi sang “penurun” untuk raja-raja di Majapahit.
Kendatipun Angrok berada dalam posisi asal (perdana) di dalam ganeologis ataupun pada
kedinastian itu, namun ada yang sebenarnyav lebih asal dari orang asal ini. Beliau adalah seoeang
wanita bernama “Endok”. Sebutan “Endok” memberi petunjuk akan “kemuasalannya”. Ken Endok
dengan demikian adalah sosok “yang terasal”. Unsur sebutan “Endok (Ndok = telur)” itu sesuai
dengan keasalannya, yakni ini dari cikal- bakal para raja di Singhasari dan Majapahit.
https://panduanturis.blogspot.com
https://indonesiaholiday.eu.org

C. Misteri Latar Diri Ken Endok

Kitab Pararaton adalah satu-satunya sumber berita tentang “Ken Endok”. Suatu sumber daya
tekstual yang mengkisahkan bahwa Endok adalah seorang wanita berasal Desa Pangkur. Sebelum
peristiwa persenggamaan antara Ken Endok dan “Bhattara” Brahma di Tgal Lalateng, Endok
berstatus sebagai pengantin baru dengan suami bernama Gajapara asal dari Desa Campara. Lantaran
persenggamaan itu, hubungan sebagai suami-istri dengan Gajapara pun berakhir (cerai). Masing-
masing kembali ke tempat asalnya. Bahkan, tidak lama sesudah itu Gajapara meninggal. Pangkur dan
Campara adalah dua buah desa berseberangan sungai. Pangkur di seberang utara, sedangkan
Campara di seberang selatan. Boleh ijadi, sungai itu adalah Kali Metro.

Tidak diperoleh informasi mengenai latar keluarga Ken Endok. Namun, jika memiliki unsur gelar yang
berupa “ken (ki+an, kryan, atau rakryan)” bukanlah tidak mungkin memiliki latar keluarga
bangsawan (ksatria). Terlebih lagi nama desa asalnya adalah “Pangkur”, yang mengingatkan pada
nama jabatan di dalam birokrasi kerajaan, yang acapkali disebut sederet dengan Tawam dan Tirip.
Apakah Endok merupakan putri dari pejabat setingkat Pangkur tersebut? Sayang sekali susastra
Pararaton tidak eksplisit memberitakannya. Namun, tersirat bahwa Ken Endok bukanlah wanita dari
kalangan rakyat biasa.

Demikian, sesungguhnya muasal dari cikal bakal para raja di Tumapeo dan Majapahit adalah wanita
atau seorang ibu yang bernama “Ken Ndok”. Boleh jadi, nama “Ndok” bukan nama diri, melainkan
nama metafora untuk “manusia asal”. Lantas, siapakah nama diri (garbhopatinana)-nya? Hingga
sejauh ini belum ada yang memberitakannya. Maka, sebut saja dengan “Mrs. X”. Yang terang, Beliau
adalah seorang “Ibu (biyung)”, muasal dari makhluk hidup yang berupa manusia, yang dalam kitab
Pararaton dikisahkan sebagai bunda dari Ken Angrok.

Makna telur ternyata tidak sederhana, yang sekedar merupakan kuliner “iwak endok”..Namun lebih
dari itu telur adalah apa yang dalam bahasa Jawa Baru dinamai “wiji dadi”, yakni “biji” yang darinya
terlahir, tumbuh-berkembang “menjadi (jadi= dadi)” makhluk hidup. Biji darimana kehidupan ini
berasal. Semoga tulisan yang meski cuma ringkas ini membuahkan kefaedahan. Nuwun.

Sangkaling, 16 Juni 2020

Griya Ajar CITRALEKHA

Credit : https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=3035568539812773&id=100000789717233

You might also like